indikator aktivitas ekonomi terpilih (%, yoy) & … filesecara tahunan sebagian besar indikator...
TRANSCRIPT
Perkembangan Indikator Sektor Riil terpilih
1
he
Secara tahunan sebagian besar indikator aktivitas ekonomi pada Mei 2012
mengalami peningkatan terutama pada indikator otomotif roda empat.
Secara bulanan pada Mei 2012 sebagian besar indikator mengalami
peningkatan dibandingkan bulan sebelumnya dengan peningkatan yang
paling signifikan terjadi pada produksi kendaraan niaga
Secara kumulatif sampai dengan Mei 2012, seluruh indikator aktivitas
ekonomi migas menurun, sementara sebagian besar indikator non migas
dan ekspor non migas utama masih meningkat.
Hasil asesmen subsektor industri semen dan barang galian bukan logam
menunjukkan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara produsen
semen dengan share produksi cukup signifikan, meskipun belum dapat
mencukupi kebutuhan domestik yang semakin meningkat.
Pertumbuhan Beberapa Indikator Ekonomi:
Tahunan
Secara tahunan sebagian besar indikator aktivitas ekonomi pada Mei 2012 mengalami
peningkatan. Dari sebanyak 30 indikator aktivitas ekonomi yang dipantau sebanyak 20 indikator
mengalami peningkatan secara tahunan. Peningkatan terutama terjadi pada indikator otomotif dengan
alat penggerak roda lebih dari dua. Produksi kendaraan non niaga pada Mei 2012 tercatat sebanyak
64.533 unit sementara itu, penjualan kendaraan niaga pada bulan yang sama mencapai 66.879 unit.
Secara tahunan produksi dan penjualan kendaraan tersebut tumbuh masing-masing sebesar 84,46%
dan 68,11%. Selain kendaraan non niaga, produksi dan penjualan kendaraan niaga juga tumbuh
masing-masing sebesar 66,62% dan 36,63% atau dengan total jumlah produksi sebanyak 32.241 unit
dan penjualan sebanyak 26.626 unit pada Mei 2012. Dari sisi ekspor, indikator ekspor untuk biji
tembaga, makanan olahan dan kayu lapis tercatat juga mengalami peningkatan masing-masing sebesar
59,22%, 45,78%, dan 24,75%. Sementara itu, 10 indikator lainnya mengalami penurunan pada bulan
laporan. Penurunan paling besar terjadi pada indikator penjualan minyak diesel (-49,16%) diikuti oleh
ekspor minyak nabati (-46,82%) dan ekspor besi & baja (-46,13%).
Grafik 1.
Pertumbuhan Tahunan Indikator Aktivitas Ekonomi Terpilih
-60
-30
0
30
60
90
120
Prod
uksi M
inyak M
en
tah
Prod
uksi K
on
den
sat
Pen
juala
n M
inyak D
iesel
Kon
sum
si Sem
en
Prod
uksi K
en
daraan
No
n N
iaga
Pen
juala
n K
en
daraan
No
n N
iaga
Prod
uksi K
en
daraan
Nia
ga
Pen
juala
n K
en
daraan
Nia
ga
Prod
uksi Seped
a M
oto
r
Pen
juala
n S
ep
ed
a M
oto
r
Pen
juala
n L
istrik
ke Ind
ustri
Pen
juala
n L
istrik
ke B
isn
is/
Perdag
an
gan
Penju
ala
n L
istrik
ke R
um
ah T
ang
ga
Pen
juala
n L
istrik
Total
Kun
jun
gan W
ism
an
Tin
gkat H
un
ian H
otel B
erb
intang
di Jakarta
Tin
gkat H
un
ian H
otel B
erb
intang
di B
ali
Batu
bara
Biji Tem
bag
a
Baran
g d
ari Log
am
Tid
ak M
ulia
Makanan O
lahan
Min
yak N
ab
ati
Tekstil d
an
Pro
du
k T
ekstil
Kayu
Lapis
Kayu
Gerg
ajian
Bah
an K
ertas d
an
Kertas
Karet O
lahan
Besi &
Baja
Ala
t A
ng
ku
tan
dan
Bag
iann
ya
Perala
tan
Lis
trik
Mei 2012 Mei 2011 s.d Mei 2012 (rata-rata)
(%, yoy)
Migas Non Migas Ekspor Utama
INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH & ASESMEN SUBSEKTOR EKONOMI
Mei 2012
Metodologi
Perkembangan Indikator Aktivitas Ekonomi Terpilih (IAE) merupakan laporan perkembangan beberapa indikator ekonomi serta analisis mengenai perkembangan subsektor
ekonomi terpilih. Pada laporan ini fokus analisis mengenai subsektor industri industri semen dan barang galian bukan logam. Data dan informasi diperoleh dari sektor riil
baik dari Bank Indonesia maupun pihak eksternal, diantaranya Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO), PT Perusahaan Listrik Negara (Persero),
Asosiasi Semen Indonesia (ASI), Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) serta instansi/Departemen terkait lainnya.
Perkembangan Indikator Sektor Riil terpilih
2
Secara rata-rata selama Mei 2011 s.d Mei 2012, tercatat sebagian besar (73%) indikator mengalami
peningkatan. Produksi kendaraan niaga meningkat 34,71%, sementara penjualannya tumbuh 30,11%.
Beberapa indikator lain yang juga tumbuh cukup tinggi antara lain ekspor minyak nabati (28,10%), ekspor
batubara (27,04%) dan ekspor makanan olahan (25,33%). Sementara itu, ekspor biji tembaga masih
mencatat penurunan yang paling dalam yaitu mencapai 19,51% disamping penjualan minyak diesel
(-15,60%), ekspor besi & baja (-8,50%), ekspor barang dari logam tidak mulia (-8,17%), dan produksi
kondensat (-8,05%).
Apabila dibandingkan pertumbuhan pada Mei 2012 dengan rata-rata pertumbuhan selama Mei 2011 s.d
Mei 2012 maka terdapat 15 indikator yang memiliki kinerja positif dan berada diatas rata-ratanya (Grafik 1).
Bulanan
Secara bulanan pada Mei 2012 sebagian besar indikator (66,67%) mengalami peningkatan
dibandingkan bulan sebelumnya. Peningkatan yang paling signifikan terjadi pada indikator produksi
kendaraan niaga (32,21%) yang diikuti oleh ekspor makanan olahan (30,89%), ekspor biji tembaga
(28,14%), produksi kondensat (21,53%), ekspor karet olahan (16,50%), ekspor batubara (13,08%) dan
konsumsi semen (12,81%). Naiknya produksi kendaraan niaga dan konsumsi semen merupakan indikasi
meningkatnya kegiatan investasi baik dalam bentuk alat angkut maupun bangunan. Sementara itu
beberapa indikator yang turun pada bulan ini antara lain ekspor minyak nabati (-29,30%), ekspor besi &
baja (-14,76%) dan penjualan listrik ke industri (-2,71%).
Dalam kurun waktu Mei 2011 s.d Mei 2012, hampir seluruh indikator aktivitas ekonomi (86,67%) tumbuh
positif. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada ekspor minyak nabati dengan rata-rata sebesar 8,18%, selain
ekspor biji tembaga yang tumbuh 6,20%, produksi kendaraan non niaga (6,18%), ekspor makanan olahan
(5,86%) dan produksi kendaraan niaga (5,51%). Sementara itu, 4 indikator yang tercatat turun dalam
kurun waktu tersebut adalah ekspor besi & baja (-2,67%), ekspor barang dari logam tidak mulia (-1,55%),
ekspor kayu gergajian (-0,38%) dan tingkat hunian hotel berbintang di Bali (-0,25%).
Sebanyak 19 indikator aktivitas ekonomi pada Mei 2012 yang memiliki kinerja positif dan berada diatas
rata-rata selama Mei 2011 s.d Mei 2012 (Grafik 2).
Grafik 2.
Pertumbuhan Bulanan Indikator Aktivitas Ekonomi Terpilih
-40
-20
0
20
40
Prod
uksi M
inyak M
en
tah
Prod
uksi K
on
den
sat
Pen
juala
n M
inyak D
iesel
Kon
sum
si Sem
en
Prod
uksi K
en
daraan
No
n N
iag
a
Pen
juala
n K
en
daraan
No
n N
iag
a
Prod
uksi K
en
daraan
Nia
ga
Pen
juala
n K
en
daraan
Nia
ga
Prod
uksi Seped
a M
oto
r
Pen
juala
n S
ep
ed
a M
oto
r
Pen
juala
n L
istrik
ke Ind
ustri
Pen
juala
n L
istrik
ke B
isn
is/
Perdag
an
gan
Pen
juala
n L
istrik
ke R
um
ah
Tan
gg
a
Pen
juala
n L
istrik
Total
Kun
jun
gan W
ism
an
Tin
gkat H
un
ian
Ho
tel B
erb
intang
di Jakarta
Tin
gkat H
un
ian
Ho
tel B
erb
intang
di B
ali
Batu
bara
Biji Tem
bag
a
Baran
g d
ari Log
am
Tid
ak M
ulia
Makan
an
Ola
han
Min
yak N
ab
ati
Tekstil d
an
Pro
du
k T
ekstil
Kayu
Lapis
Kayu
Gerg
ajian
Bah
an K
ertas d
an
Kertas
Karet O
lah
an
Besi &
Baja
Ala
t A
ng
ku
tan
dan
Bag
ian
nya
Perala
tan
Lis
trik
Mei 2012 Mei 2011 s.d Mei 2012 (rata-rata)
(%, mtm)
Migas Non Migas Ekspor Utama
Kumulatif
Secara kumulatif sampai dengan Mei 2012, seluruh indikator aktivitas ekonomi migas menurun,
sementara sebagian besar indikator non migas dan ekspor non migas utama masih meningkat. Penjualan
minyak diesel turun paling besar yaitu 32,82% diantara penurunan pada kelompok indikator migas. Pada
kelompok indikator non migas dan ekspor non migas utama, produksi kendaraan non niaga tumbuh paling
tinggi (38,16%) sebaliknya ekspor besi & baja turun paling dalam (-36,46%).
Perkembangan Indikator Sektor Riil terpilih
3
Tabel 1
Perkembangan Indikator Aktivitas Ekonomi Terpilih
Satuan Mei Des* Feb* Mar* Apr* Mei*
yoy mtm ytd1)
Migas
- Produksi Minyak Mentah ribu barel 24.716 23.954 22.570 24.147 23.148 23.745 -3,93 2,58 -1,74
- Produksi Kondensat ribu barel 3.335 3.626 3.081 3.211 2.947 3.581 7,38 21,53 -6,04
- Penjualan Minyak Diesel kiloliter 16.034 9.678 8.047 11.159 9.591 8.152 -49,16 -15,00 -32,82
Non Migas
- Konsumsi Semen ribu ton 4.083 4.557 4.063 4.379 4.183 4.719 15,57 12,81 16,37
- Produksi Kendaraan Non Niaga unit 34.984 51.583 58.671 60.743 59.436 64.533 84,46 8,58 38,16
- Penjualan Kendaraan Non Niaga unit 39.783 51.856 59.415 61.331 60.750 66.879 68,11 10,09 27,29
- Produksi Kendaraan Niaga unit 19.350 27.794 27.299 24.341 24.386 32.241 66,62 32,21 28,75
- Penjualan Kendaraan Niaga unit 19.488 26.961 25.974 24.806 24.494 26.626 36,63 8,70 22,97
- Produksi Sepeda Motor ribu unit 698 448 666 607 620 620 -11,25 0,00 -6,87
- Penjualan Sepeda Motor ribu unit 709 463 671 627 623 620 -12,63 -0,54 -6,45
- Penjualan Listrik ke Industri juta KWH 4.557 4.561 4.837 4.731 5.070 4.933 8,24 -2,71 9,67
- Penjualan Listrik ke Bisnis/ Perdagangan juta KWH 2.338 2.480 2.445 2.420 2.504 2.519 7,73 0,59 8,05
- Penjualan Listrik ke Rumah Tangga juta KWH 5.320 5.830 5.667 5.592 5.757 5.890 10,72 2,30 11,29
- Penjualan Listrik Total juta KWH 13.041 13.747 13.797 13.603 14.215 14.229 9,11 0,10 9,94
- Kunjungan Wisman ribu orang 600 725 593 659 626 651 8,45 3,96 8,81
- Tingkat Hunian Hotel Berbintang di Jakarta persen 57 56 55 56 58 59 4,08 2,21 -0,61
- Tingkat Hunian Hotel Berbintang di Bali persen 63 62 56 59 59 60 -4,28 2,03 -6,57
Ekspor Non Migas Utama
- Batubara ribu ton 29.669 33.189 27.027 33.240 31.277 35.368 19,21 13,08 19,78
- Biji Tembaga ribu ton 128 66 146 50 159 203 59,22 28,14 -12,06
- Barang dari Logam Tidak Mulia ribu ton 224 185 218 245 171 168 -24,94 -1,91 -20,30
- Makanan Olahan ribu ton 145 219 190 176 162 212 45,78 30,89 9,02
- Minyak Nabati ribu ton 2.069 1.875 1.468 2.006 1.557 1.101 -46,82 -29,30 23,63
- Tekstil dan Produk Tekstil ribu ton 159 173 164 166 152 169 6,43 11,09 0,37
- Kayu Lapis ribu ton 153 172 167 192 193 190 24,75 -1,38 16,68
- Kayu Gergajian ribu ton 36 40 37 37 35 34 -4,71 -0,28 -8,98
- Bahan Kertas dan Kertas ribu ton 601 643 638 676 607 625 4,11 3,06 5,55
- Karet Olahan ribu ton 278 220 230 252 249 290 4,36 16,50 -5,45
- Besi dan Baja ribu ton 127 86 96 74 80 68 -46,13 -14,76 -36,46
- Alat Angkutan dan Bagiannya ribu ton 43 45 62 51 46 46 7,16 -0,07 8,25
- Peralatan Listrik ribu ton 64 71 60 63 58 62 -3,16 6,72 1,48
Indikator Mei 2012
Pertumbuhan 2011 2012
Sumber data : Bank Indonesia, Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO), PT Perusahaan Listrik Negara (Persero),
Asosiasi Semen Indonesia (ASI), Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI).
Keterangan :
-
-
Data penjualan kendaraan niaga, non niaga dan sepeda motor mulai ditambahkan ke dalam publikasi Indikator Aktivitas Ekonomi
Terpilih (IAE) sejak edisi September 2010 dengan data series kebelakang.
Data tingkat hunian Hotel Berbintang di wilayah Jakarta dan Bali mulai ditambahkan ke dalam publikasi Indikator Aktivitas Ekonomi
Terpilih (IAE) sejak edisi Juli 2010 dengan data series kebelakang.
*) Beberapa indikator aktivitas ekonomi masih bersifat sementara yang akan mengalami perubahan pada periode berikutnya.
1) Pertumbuhan kumulatif (ytd) dihitung dengan cara membandingkan data kumulatif dari bulan Januari hingga periode laporan denga n
periode yang sama pada tahun sebelumnya. Perhitungan pertumbuhan kumulatif mulai dilakukan pada periode Laporan IAE
September 2008. Khusus untuk indikator Tingkat Hunian Hotel, pertumbuhan dihitung dengan cara membandingkan rata-rata data
dari bulan Januari sampai dengan periode laporan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
n/a Data sampai dengan laporan disusun belum tersedia/tidak dihitung.
Perkembangan Indikator Sektor Riil terpilih
4
GRAFIK PERTUMBUHAN INDIKATOR TERPILIH
Grafik 3.
Produksi Minyak Mentah
Grafik 4.
Produksi Kondensat
-15,0
-10,0
-5,0
0,0
5,0
10,0
15,0
-8,0
-6,0
-4,0
-2,0
0,0
2,0
4,0
6,0
8,0
5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5
2010 2011 2012
yoy mtm
(% yoy) (% mtm)
-15,0
-10,0
-5,0
0,0
5,0
10,0
15,0
20,0
25,0
-20,0
-15,0
-10,0
-5,0
0,0
5,0
10,0
15,0
20,0
5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5
2010 2011 2012
yoy mtm
(% yoy) (% mtm)
Grafik 5.
Penjualan Minyak Diesel
Grafik 6.
Konsumsi Semen
-60,0
-40,0
-20,0
0,0
20,0
40,0
60,0
80,0
-60,0
-40,0
-20,0
0,0
20,0
40,0
60,0
5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5
2010 2011 2012
yoy mtm
(% yoy) (% mtm)
-40,0
-30,0
-20,0
-10,0
0,0
10,0
20,0
30,0
40,0
50,0
60,0
-10,0
0,0
10,0
20,0
30,0
40,0
50,0
60,0
5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5
2010 2011 2012
yoy mtm
(% yoy) (% mtm)
Grafik 7.
Produksi Kendaraan Non Niaga
Grafik 8.
Penjualan Kendaraan Non Niaga
-40,0
-20,0
0,0
20,0
40,0
60,0
80,0
-40,0
-20,0
0,0
20,0
40,0
60,0
80,0
100,0
5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5
2010 2011 2012
yoy mtm
(% yoy) (% mtm)
-40,0
-20,0
0,0
20,0
40,0
60,0
80,0
100,0
-30,0
-20,0
-10,0
0,0
10,0
20,0
30,0
40,0
50,0
60,0
70,0
80,0
5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5
2010 2011 2012
yoy mtm
(% yoy) (% mtm)
Perkembangan Indikator Sektor Riil terpilih
5
Grafik 9.
Produksi Kendaraan Niaga
Grafik 10.
Penjualan Kendaraan Niaga
-50,0
-25,0
0,0
25,0
50,0
75,0
0,0
20,0
40,0
60,0
80,0
100,0
120,0
5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5
2010 2011 2012
yoy mtm
(% yoy) (% mtm)
-50,0
-30,0
-10,0
10,0
30,0
50,0
70,0
0,0
20,0
40,0
60,0
80,0
100,0
120,0
5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5
2010 2011 2012
yoy mtm
(% yoy) (% mtm)
Grafik 11.
Produksi Sepeda Motor
Grafik12.
Penjualan Sepeda Motor
-40,0
-20,0
0,0
20,0
40,0
60,0
80,0
-30,0
-20,0
-10,0
0,0
10,0
20,0
30,0
40,0
50,0
60,0
5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5
2010 2011 2012
yoy mtm
(% yoy) (% mtm)
-40,0
-20,0
0,0
20,0
40,0
60,0
80,0
-20,0
-10,0
0,0
10,0
20,0
30,0
40,0
50,0
60,0
5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5
2010 2011 2012
yoy mtm
(% yoy) (% mtm)
Grafik 13.
Penjualan Listrik ke Sektor Industri
Grafik 14.
Penjualan Listrik ke Bisnis/Perdagangan
-20,0
-10,0
0,0
10,0
20,0
30,0
40,0
50,0
60,0
-5,0
0,0
5,0
10,0
15,0
20,0
25,0
30,0
5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5
2010 2011 2012
yoy mtm
(% yoy) (% mtm)
-6,0
0,0
6,0
12,0
18,0
24,0
30,0
-5,0
0,0
5,0
10,0
15,0
20,0
25,0
5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5
2010 2011 2012
yoy mtm
(% yoy) (% mtm)
Perkembangan Indikator Sektor Riil terpilih
6
Grafik 15.
Penjualan Listrik ke Rumah Tangga
Grafik 16.
Penjualan Listrik Total
-10,0
0,0
10,0
20,0
30,0
40,0
-5,0
0,0
5,0
10,0
15,0
20,0
5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5
2010 2011 2012
yoy mtm
(% yoy) (% mtm)
-10,0
-5,0
0,0
5,0
10,0
15,0
20,0
-10,0
-5,0
0,0
5,0
10,0
15,0
20,0
5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5
2010 2011 2012
yoy mtm
(% yoy) (% mtm)
Grafik 17.
Kunjungan Wisman
Grafik 18.
Tingkat Hunian Hotel Jakarta
-16,0
0,0
16,0
32,0
48,0
64,0
-16,0
0,0
16,0
32,0
48,0
5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5
2010 2011 2012
yoy mtm
(% yoy) (% mtm)
-20,0
-10,0
0,0
10,0
20,0
30,0
40,0
-15,0
-10,0
-5,0
0,0
5,0
10,0
15,0
20,0
25,0
5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5
2010 2011 2012
yoy mtm
(% yoy) (% mtm)
Grafik 19.
Tingkat Hunian Hotel Bali
-15,0
-10,0
-5,0
0,0
5,0
10,0
15,0
20,0
25,0
-15,0
-10,0
-5,0
0,0
5,0
10,0
15,0
20,0
25,0
5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5
2010 2011 2012
yoy mtm
(% yoy) (% mtm)
Perkembangan Indikator Sektor Riil terpilih
7
ASSESMEN SUBSEKTOR EKONOMI (SUBSEKTOR INDUSTRI SEMEN DAN BARANG GALIAN BUKAN LOGAM)
Indonesia merupakan salah satu negara produsen semen dengan share produksi cukup signifikan
terhadap total produksi semen dunia, meskipun belum dapat mencukupi kebutuhan domestik yang semakin
meningkat. Tumbuhnya perekonomian dan menggeliatnya sektor properti serta infrastruktur menjadi peluang
bagi subsektor industri ini untuk terus meningkatkan kapasitas produksinya untuk meningkatkan kontribusinya
terhadap pertumbuhan ekonomi kedepan.
Pertumbuhan subsektor industri semen dan barang galian bukan logam setiap tahunnya selalu positif,
namun pada tahun 2008 dan 2009 mengalami pertumbuhan yang negatif. Hal ini ditengarai karena
melonjaknya harga minyak mentah dunia yang menambah beban transportasi dan energi industri semen.
Rendahnya share dari subsektor semen dan barang galian bukan logam menyebabkan rendahnya kontribusi
subsektor tersebut terhadap pertumbuhan ekonomi.
Subsektor industri semen dan barang galian bukan logam memiliki keterkaitan ke depan (forward
linkage) dan ke belakang (backward linkage) yang cukup erat dengan sektor/subsektor ekonomi lainnya.
Pasokan input kelompok industri semen dan barang galian bukan logam mayoritas dipenuhi dari dalam negeri.
Orientasi produk kelompok industri semen dan barang galian bukan logam sebagian besar dialokasikan untuk
memenuhi permintaan sektor ekonomi lainnya.
A. Peranan Subsektor Industri Semen dan Barang Galian Bukan Logam Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi
Kegiatan dari subsektor industri barang galian bukan logam mencakup kegiatan pengolahan bahan baku
menjadi barang jadi yang berhubungan dengan unsur tunggal suatu mineral murni, seperti gelas, produk
keramik dan tanah liat bakar, semen, plester, termasuk juga didalamnya industri pemotongan dan
pengasahan batu, serta pengolahan produk mineral lainnya1.
Rata-rata pertumbuhan subsektor industri semen dan barang galian bukan logam selama 11 tahun
(2001-2011) tercatat positif yaitu sebesar 5,21% (yoy). Hampir setiap tahun subsektor ini selalu
mengalami pertumbuhan positif, kecuali pada tahun 2008 dan 2009. Hal tersebut disebabkan
melonjaknya harga minyak mentah dunia dan batu bara yang berakibat pada peningkatan beban
transportasi dan energi industri semen. Selama 11 tahun terakhir, pertumbuhan tertinggi pada subsektor
industri semen dan barang galian bukan logam terjadi pada tahun 2001. Mulai tahun 2010, subsektor ini
kembali mengalami pertumbuhan yang positif yaitu sebesar 2,18% dan semakin meningkat pada tahun
2011 sebesar 7,19%. Pada triwulan I-2012, subsektor ini masih menunjukkan kinerja yang cukup
menggembirakan dengan mengalami pertumbuhan sebesar 6,11%.
Share subsektor industri semen dan barang galian bukan logam relatif rendah. Rata-rata share
subsektor industri semen dan barang galian bukan logam terhadap total PDB dalam 11 tahun terakhir
(2001-2011) hanya sebesar 0,86%, sedangkan terhadap sektor industri pengolahan non migas memiliki
peranan/share peringkat ketujuh dari 9 subsektor. Peranan subsektor ini terhadap sektor industri
pengolahan non migas rata-rata sebesar 3,70%. Share subsektor industri pengolahan non migas masih
didominasi oleh subsektor industri makanan, minuman & tembakau (31,22%), subsektor industri alat
angkutan, mesin & peralatannya (26,84%), subsektor industri pupuk kimia & barang dari karet (12,22%),
subsektor industri tekstil, barang kulit & alas kaki (11,34%), barang kayu dan hasil hutan lainnya (6,15%),
serta kertas dan barang cetakan (5,08%). Peranan subsektor semen dan barang galian bukan logam
cenderung stabil dari tahun ke tahun. Pada triwulan I-2012, peranan subsektor ini terhadap industri
pengolahan non migas sebesar 3,36%.
1
Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia 2009
Perkembangan Indikator Sektor Riil terpilih
8
Kontribusi subsektor industri semen dan barang galian bukan logam terhadap pertumbuhan
ekonomi relatif rendah. Rendahnya share subsektor semen dan barang galian bukan logam terhadap
total PDB menyebabkan kontribusi subsektor ini terhadap pertumbuhan ekonomi relatif rendah yaitu rata-
rata sebesar 0,04% (2001-2011).
Tabel 2. Pertumbuhan Tahunan PDB Subsektor Semen dan Barang Galian Bukan Logam
Rata-rata
(2001-2011)
a) Makanan, minuman, dan tembakau 1.07 0.19 2.69 1.39 2.75 7.21 5.05 2.34 11.22 2.78 9.19 8.19 4.17
b) Tekstil, barang kulit, dan alas kaki 3.40 3.23 6.18 4.06 1.31 1.23 -3.68 -3.64 0.60 1.77 7.52 1.41 2.00
c) Barang kayu dan hasil hutan lainnya 0.54 0.62 1.19 -2.07 -0.92 -0.66 -1.74 3.45 -1.38 -3.47 0.35 -0.86 -0.37
d) Kertas dan barang cetakan -4.78 5.26 8.41 7.61 2.39 2.09 5.79 -1.48 6.34 1.67 1.50 0.50 3.16
e) Pupuk, kimia, dan barang dari karet 0.50 4.73 10.71 9.01 8.77 4.48 5.69 4.46 1.64 4.70 3.95 9.19 5.33
f) Semen dan barang galian bukan logam 19.08 6.56 7.06 9.53 3.81 0.53 3.40 -1.49 -0.51 2.18 7.19 6.11 5.21
g) Logam dasar, besi, dan baja -1.00 -1.28 -7.97 -2.61 -3.70 4.73 1.69 -2.05 -4.26 2.38 13.06 5.57 -0.09
h) Alat angkutan, mesin, dan peralatan lainnya 17.22 18.09 8.88 17.67 12.38 7.55 9.73 9.79 -2.87 10.38 7.00 6.23 10.53
i) Barang lainnya 12.64 -11.08 17.74 12.77 2.61 3.62 -2.82 -0.96 3.19 3.00 1.82 4.21 3.87
a) Makanan, minuman, dan tembakau 7.84 7.96 7.66 7.12 6.41 6.37 6.68 7.00 7.50 7.23 7.37 7.14 7.19
b) Tekstil, barang kulit, dan alas kaki 3.16 3.45 3.36 3.11 2.78 2.70 2.37 2.12 2.08 1.93 1.93 1.86 2.63
c) Barang kayu dan hasil hutan lainnya 1.90 1.62 1.48 1.36 1.27 1.34 1.39 1.48 1.43 1.25 1.14 1.09 1.42
d) Kertas dan barang cetakan 1.19 1.33 1.38 1.35 1.22 1.19 1.15 1.05 1.09 1.02 0.93 0.88 1.17
e) Pupuk, kimia, dan barang dari karet 2.93 2.72 2.82 2.79 2.75 2.82 2.80 3.11 2.91 2.74 2.55 2.59 2.81
f) Semen dan barang galian bukan logam 0.98 0.98 0.95 0.94 0.89 0.87 0.83 0.81 0.78 0.71 0.68 0.69 0.86
g) Logam dasar, besi, dan baja 0.73 0.76 0.67 0.70 0.66 0.62 0.58 0.59 0.48 0.42 0.42 0.42 0.60
h) Alat angkutan, mesin, dan peralatan lainnya 6.21 5.87 5.87 6.36 6.23 6.27 6.44 6.67 6.18 6.05 5.75 5.67 6.17
i) Barang lainnya 0.26 0.19 0.21 0.22 0.21 0.21 0.19 0.18 0.18 0.16 0.15 0.15 0.20
a) Makanan, minuman, dan tembakau 31.12 31.99 31.38 29.73 28.58 28.46 29.80 30.40 33.16 33.61 35.20 34.87 31.22
b) Tekstil, barang kulit, dan alas kaki 12.54 13.85 13.76 12.99 12.40 12.06 10.56 9.21 9.19 8.97 9.23 9.09 11.34
c) Barang kayu dan hasil hutan lainnya 7.53 6.50 6.09 5.68 5.67 5.97 6.19 6.43 6.33 5.82 5.44 5.30 6.15
d) Kertas dan barang cetakan 4.71 5.34 5.66 5.64 5.45 5.30 5.12 4.56 4.82 4.75 4.47 4.29 5.08
e) Pupuk, kimia, dan barang dari karet 11.63 10.94 11.55 11.64 12.25 12.59 12.50 13.53 12.85 12.73 12.21 12.63 12.22
f) Semen dan barang galian bukan logam 3.88 3.95 3.91 3.92 3.95 3.88 3.70 3.53 3.43 3.29 3.27 3.36 3.70
g) Logam dasar, besi, dan baja 2.90 3.06 2.73 2.94 2.96 2.77 2.58 2.57 2.11 1.94 2.00 2.05 2.60
h) Alat angkutan, mesin, dan peralatan lainnya 24.64 23.59 24.06 26.54 27.81 28.02 28.69 28.97 27.33 28.14 27.47 27.67 26.84
i) Barang lainnya 1.04 0.78 0.87 0.92 0.93 0.95 0.85 0.80 0.77 0.76 0.73 0.73 0.86
Sektor Industri Pengolahan Non Migas 1.16 1.37 1.46 1.85 1.48 1.33 1.3 1.01 0.63 1.23 1.62 1.45 1.31
a) Makanan, minuman, dan tembakau 0.09 0.02 0.20 0.10 0.20 0.50 0.36 0.16 0.75 0.20 0.64 0.55 0.29
b) Tekstil, barang kulit, dan alas kaki 0.11 0.11 0.20 0.13 0.04 0.04 -0.11 -0.10 0.01 0.04 0.17 0.03 0.06
c) Barang kayu dan hasil hutan lainnya 0.01 0.01 0.02 -0.03 -0.01 -0.01 -0.02 0.03 -0.01 -0.03 0.00 -0.01 0.00
d) Kertas dan barang cetakan -0.07 0.07 0.11 0.10 0.03 0.03 0.08 -0.02 0.08 0.02 0.02 0.01 0.04
e) Pupuk, kimia, dan barang dari karet 0.02 0.14 0.32 0.29 0.29 0.15 0.19 0.15 0.05 0.15 0.12 0.28 0.17
f) Semen dan barang galian bukan logam 0.14 0.05 0.06 0.08 0.03 0.00 0.03 -0.01 0.00 0.02 0.05 0.04 0.04
g) Logam dasar, besi, dan baja -0.01 -0.01 -0.05 -0.01 -0.02 0.02 0.01 -0.01 -0.02 0.01 0.04 0.02 0.00
h) Alat angkutan, mesin, dan peralatan lainnya 0.85 1.01 0.56 1.16 0.91 0.59 0.77 0.80 -0.24 0.82 0.57 0.52 0.71
i) Barang lainnya 0.03 -0.02 0.03 0.03 0.01 0.01 -0.01 0.00 0.01 0.01 0.00 0.01 0.01
A. Pertumbuhan Tahunan (yoy)
B. Distribusi/ share thd Total PDB
C. Distribusi/ share thd Sektor Industri Pengolahan Non Migas
D. Kontribusi thd Pertumbuhan Ekonomi
RINCIAN 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011Tw
I-2012
Perkembangan Indikator Sektor Riil terpilih
9
Tabel 3. Rata-rata Produksi dan Kapasitas Produksi
Semen Dunia Tahun 2009 dan 2010
Dilihat dari perkembangan produksi industri besar dan sedang khususnya subsektor industri barang galian
bukan logam yang ditunjukkan oleh indeks produksi (menurut 2 digit kode ISIC) mengalami pertumbuhan
yang fluktuatif. Produksi subsektor industri barang galian bukan logam tumbuh signifikan pada tahun 2011
(8,15%, yoy), setelah selama dua tahun berturut turut mengalami pertumbuhan negatif.
Grafik 20. Rata-rata Pertumbuhan Tahunan Indeks Produksi
Barang Galian Bukan Logam
Grafik 21. Pangsa Kapasitas Produksi Perusahaan Semen
terhadap Total Kapasitas Produksi Semen di Indonesia
-12.0
-10.0
-8.0
-6.0
-4.0
-2.0
0.0
2.0
4.0
6.0
8.0
10.0
2007 2008 2009 2010 2011
(yoy,%)
Total Indeks Produksi Industri Besar dan Sedang
Indeks Produksi Barang Galian Bukan Logam
3.02%
11.88%
2.36%
35.09%
15.66%
17.17%
8.09%
5.66%
1.08%
2.82%
11.09%
2.11%
37.15%
15.32%
17.12%
8.10%
5.28%
1.00%
PT. Semen Andalas Indonesia
PT. Semen Padang
PT. Semen Baturaja
PT. Indocement Tunggal Perkasa, TBK
PT. Holcim Indonesia, TBK.
PT. Semen Gresik, TBK.
PT. Semen Tonasa
PT. Semen Bosowa Maros
PT. Semen Kupang
2010
2011
Dari sisi produsen, PT. Indocement Tunggal Perkasa, Tbk memiliki pangsa kapasitas produksi tertinggi secara
nasional dalam dua tahun terakhir masing-masing sebesar 35,01% pada tahun 2010 dan 37,15% pada
tahun 2011. Selanjutnya, PT. Semen Gresik, Tbk dan PT. Holcim Indonesia Tbk menempati urutan
berikutnya dengan share masing-masing sebesar 17,12% dan 15,32% terhadap kapasitas produksi nasional
tahun 2011.
Dalam dua tahun terakhir (tahun 2009 dan
2010), negara China merupakan produsen
semen terbesar dunia dengan pangsa produksi
sebesar 53,92%. Tingginya produksi semen di
China seiring dengan tumbuhnya sektor
konstruksi di negara tersebut diikuti oleh India
(6,68%) dan Amerika (2,02%). Sementara itu,
pangsa produksi Indonesia terhadap produksi
semen dunia tercatat sebesar 1,29%.
Seiring dengan tingginya pertumbuhan produksi
semen pada tahun 2011 (16,3%), tingkat
konsumsi semen juga mengalami pertumbuhan
tertinggi, yaitu sebesar 17,7%. Konsumsi semen
tertinggi terjadi di provinsi Jawa Barat sebesar
7.060 ribu ton, dan diikuti provinsi Jawa Timur
sebesar 5.979 ribu ton, provinsi Jawa Tengah
sebesar 5.303 ribu ton dan DKI Jakarta sebesar
4.630 ribu ton.
Perkembangan Indikator Sektor Riil terpilih
10
Grafik 22. Perkembangan Pertumbuhan Tahunan
Produksi dan Konsumsi Semen
Grafik 23. Rata-rata Realisasi Konsumsi Pengadaan Semen
Per Pulau Per Tahun (2006 s.d. 2011)
-10.0
-5.0
0.0
5.0
10.0
15.0
20.0
2007 2008 2009 2010 2011
Konsumsi Semen
Produksi Semen
(% yoy)
0
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
Sumatera Jawa Kalimantan Sulawesi Bali - Nusa Tenggara
Maluku -Papua
(Ribu Ton)
Tabel 4. Realisasi Konsumsi Pengadaan Semen Nasional Per Tahun (Ton)
Perkembangan Indikator Sektor Riil terpilih
11
Grafik 24. Pertumbuhan Tahunan Indeks Deflator
Subsektor Semen dan Barang Galian Bukan Logam
Grafik 25. Rata-rata Harga Semen Nasional
B. Perkembangan Harga Subsektor Industri Semen dan Barang Galian Bukan Logam
Pertumbuhan tahunan PDB deflator subsektor
industri semen dan barang galian bukan logam
seiring dengan PDB deflator sektor industri
non migas dan total PDB deflator. Rata-rata
pertumbuhan tahunan PDB subsektor industri
semen dan barang galian bukan logam dari
tahun 2001 s.d. 2011 sebesar 10,6% (yoy) sama
dengan rata-rata pertumbuhan tahunan PDB
deflator, sedangkan PDB deflator sektor industri
non migas sebesar 9,5% (yoy). Selama sebelas
tahun terakhir kenaikan harga tertinggi terjadi
pada tahun 2001 yaitu sebesar 33,7% yoy) dan
tahun 2008 sebesar 24,3% (yoy). Kenaikan tersebut dipicu dengan naiknya harga minyak internasional.
Berdasarkan perkembangan harga semen per
sak setiap ibukota provinsi di Indonesia dari
tahun 2000 sampai dengan tahun 2011,
kenaikan harga semen tertinggi terjadi pada
tahun 2008 yaitu sebesar 30,94%, sedangkan
penurunan harga semen terjadi pada tahun
2010 sebesar -0,12%. Harga semen per sak
terendah pada umumnya terjadi di kota kupang
dan harga semen per sak tertinggi terjadi di kota
Jayapura. Tingginya harga di kota Jayapura
terkait dengan mahalnya biaya distribusi.
Tabel 5. Perkembangan Rata-rata Harga Semen Per Sak, Harga Semen Terendah
dan Harga Semen Tertinggi di Ibukota Provinsi
Perkembangan Indikator Sektor Riil terpilih
12
C. Investasi Subsektor Industri Semen dan Barang Galian Bukan Logam
Target investasi Indonesia pada tahun 2012 adalah sebesar Rp283,5 triliun yang terdiri atas
Penanaman Modal Asing (PMA) sebesar Rp206,8 triliun dan Penanaman Modal Dalam Negeri
(PMDN) sebesar Rp76,7 triliun. Hingga triwulan I-2012 perkembangan realisasi investasi telah mencapai
Rp71,2 triliun atau 25,1% dari target yang ditetapkan untuk 2012. Nilai investasi tersebut tumbuh 1,5%
secara triwulanan dan 32,8% secara tahunan. Berdasarkan Koridor Ekonomi pada periode Triwulan I-
2012, realisasi PMDN dan PMA tertinggi berada di Koridor Jawa dimana untuk realisasi PMDN terbesar
ada di Jawa Timur (Rp3,8 triliun) dan realisasi PMA terbesar ada di DKI Jakarta (USD1,2 miliar).
Berdasarkan asal investor, negara dengan angka realisasi PMA terbesar di triwulan I-2012 berasal dari
Singapura (USD1,2 miliar), Jepang (USD0,6 miliar), Korea Selatan (USD0,5 miliar), British Virgin Islands
(USD0,3 miliar) dan Belanda (USD0,3 miliar).
Perkembangan investasi subsektor industri semen dan barang galian bukan logam (sebagaimana
tercermin dari sektor industri mineral non logam) selama tahun 2011 cukup menggembirakan.
Total realisasi investasi industri ini mencapai Rp8,67 triliun, atau secara tahunan naik signifikan sebesar
244,2,% yang didukung oleh pertumbuhan baik pada investasi PMA maupun PMDN. Sementara total
realisasi investasi selama triwulan I 2012 sebesar Rp1,62 triliun. Investasi tersebut mayoritas bersumber
dari PMDN yaitu sebesar Rp1,24 triliun sedangkan sisanya yaitu USD0,04 miliar atau Rp0,37 triliun
bersumber dari PMA. Sektor lainnya dengan angka realisasi investasi yang lebih besar adalah sektor
pertambangan (Rp15,5 triliun), sektor transportasi, gudang & komunikasi (Rp8,3 triliun), sektor tanaman
pangan & perkebunan (Rp6,9 triliun), dan sektor industri kimia dan farmasi (Rp5,8 triliun).
Tabel 6. Realisasi Investasi (miliar rupiah)
Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), diolah
Perkembangan Indikator Sektor Riil terpilih
13
D. Pembiayaan Kredit Perbankan Terhadap Subsektor Industri Semen dan Barang Galian
Bukan Logam
Pangsa penyaluran kredit perbankan kepada subsektor industri semen dan barang galian
bukan logam masih rendah. Pada tahun 2011, realisasi kredit dari perbankan kepada subsektor
industri semen dan barang galian bukan logam meningkat 19,49% (yoy), yaitu mencapai Rp11.566
miliar. Pangsa penyaluran kredit subsektor industri semen dan barang galian bukan logam terhadap
total kredit yang disalurkan kepada indusri pengolahan sebesar 3,38%, sedangkan pangsa
penyaluran kredit subsektor industri semen dan barang galian bukan logam terhadap total
penyaluran kredit hanya sebesar 0,52%.
Sebagian besar kredit yang disalurkan oleh perbankan kepada subsektor industri barang galian
bukan logam merupakan Kredit Modal Kerja (KMK). Posisi penyaluran KMK pada bulan Desember
2011 mencapai Rp16.998 miliar, atau turun Rp2.590 miliar dibandingkan posisi bulan Desember
2010. Sementara itu, penyaluran Kredit Investasi (KI) naik Rp1.548 miliar menjadi Rp9.592 miliar.
Pada tahun 2012 sampai dengan posisi bulan Juni, angka realisasi penyaluran KMK dan KI
mengalami penurunan masing-masing sebesar -38,72& dan -41,17%.
E. Perkembangan Neraca Perdagangan
Sejak tahun 2005 s.d tahun 2010, neraca perdagangan subsektor industri semen dan barang galian
bukan logam mengalami surplus. Namun, pada tahun 2011 terjadi penurunan volume ekspor
sehingga nilai ekspor turun sebesar -47,02% menjadi USD57,8 juta. Disisi lain, nilai impor pada
tahun 2011 mencapai USD96,6 juta. Dengan demikian, net impor subsektor industri semen dan
barang galian bukan logam tahun 2011 mencapai USD38,75 juta. Berdasarkan negara asal barang,
impor industri semen dan barang galian bukan logam mayoritas berasal dari negara Vietnam
(32,99%), Malaysia (26,54%) dan Thailand (17,86%).
Grafik 26. Realisasi Kredit Subsektor Industri Semen dan
Barang Galian Bukan Logam
Grafik 27. Komposisi Kredit Menurut Jenis
Penggunaan Subsektor Industri Semen dan
Barang Galian Bukan Logam
-15.0
-10.0
-5.0
0.0
5.0
10.0
15.0
0
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
14,000
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I
2010 2011 2012
Subsektor Industri Semen dan Barang Galian Bukan Logam
% qtq Subsektor Industri Semen dan Barang Galian Bukan Logam
% qtq Total Kredit
% qtqRp miliar
70.89%
29.11%
63.93%
36.07%
64.86%
35.14%
Kredit Modal Kerja
Kredit Investasi
2010
2011
2012
Perkembangan Indikator Sektor Riil terpilih
14
Grafik 28. Realisasi Eksim Subsektor Industri Semen
dan Barang Galian Bukan Logam
Grafik 29. Realisasi Pertumbuhan Ekspor dan
Net Ekspor Impor
-100
-50
0
50
100
150
200
250
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012*
Nilai Ekspor (juta USD) Nilai Impor (juta USD)
Net (juta USD)
(3,50)
(3,00)
(2,50)
(2,00)
(1,50)
(1,00)
(0,50)
-
0,50
1,00
1,50
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012*
Growth (X-I) Growth Ekspor
(yoy,%)
F. Keterkaitan dengan Sektor Lain
Subsektor industri barang galian bukan logam memiliki keterkaitan ke depan dan ke belakang y ang
cukup erat dengan sektor/subsektor ekonomi lainnya. Berdasarkan pendekatan linkages dalam tabel
Input-Output (I-O) Updating 2008, terdapat 2 kelompok industri dalam subsektor barang galian bukan
logam, yaitu : 1) industri barang-barang dari mineral bukan logam, 2) industri semen. Eratnya keterkaitan
ke belakang dari kedua kelompok industri tersebut tercermin dari nilai backward linkage yang tinggi
terutama pada kelompok industri barang-barang dari mineral bukan logam dengan indeks sebesar 1,94.
Sementara itu, meskipun tidak setinggi backward linkage, keterkaitan ke depan (forward linkage) dari
kedua kelompok industri dalam subsektor barang galian bukan logam bernilai lebih dari 1. Nilai forward
linkage tersebut menunjukan bahwa pertumbuhan setiap 1 unit ouput dari komoditas pada masing-
masing kelompok industri akan mendorong ouput di sektor lainnya sebesar 1,08 dan 1,15 unit.
Tabel 7.
Backward Linkage dan Forward Linkage
Subsektor Industri Semen dan Barang Galian Bukan Logam
Sumber : Tabel Input Output Update 2008, diolah
Pasokan input kelompok industri barang-barang dari mineral bukan logam dan kelompok industri semen
mayoritas dipenuhi dari dalam negeri. Impor content pada masing-masing kedua kelompok industri
tersebut sangat kecil terutama pada kelompok industri semen (2,51%). Orientasi produk kelompok
industri barang-barang dari mineral bukan logam dan kelompok industri semen terutama dialokasikan
untuk memenuhi permintaan antara sektor ekonomi lainnya, terutama sektor bangunan, dan industri
mesin, dan perlengkapan listrik di dalam negeri.
Perkembangan Indikator Sektor Riil terpilih
15
Tabel 8.
Struktur Permintaan dan Penawaran Subsektor Industri Semen dan Barang Galian Bukan Logam
Sumber : Tabel Input Output Update 2008, diolah
Tabel 9.
Alokasi Input dan Output Subsektor Industri Semen dan Barang Galian Bukan Logam
Sumber : Tabel Input Output Update 2008, diolah
G. Peluang, Tantangan & Prospek Kedepan2
Dalam dua tahun terakhir, produksi semen Indonesia memberikan share yang cukup signifikan
terhadap produksi semen dunia setelah China, India, US, Mesir, dan Arab. Sementara itu, dalam lima
tahun terakhir, kebutuhan semen meningkat tercermin dari konsumsi yang mengalami pertumbuhan
signifikan dengan puncaknya di tahun 2011 sebesar 17,71% (yoy). Adanya dua proyek pemerintah
yaitu pembangunan jalan bebas hambatan Tanjung Priok, Paket Cimanggis Nagrak dan
pembangunan jalan akses dari TPK Kariangan menuju KM 13 Balikpapan turut meramaikan
permintaan semen di tahun 2011 disamping swasta dan rumah tangga. Dari sisi daerah, rata-rata
distribusi konsumsi tertinggi selama lima tahun terakhir berada di Pulau Jawa sebesar 22.219 ribu
ton per tahun. Sumatera dan sulawesi, berada di urutan selanjutnya dengan rata-rata konsumsi
masing-masing 9.311 ribu ton dan 2.848 ribu ton. Maraknya proyek infrastruktur dan properti
nasional kedepan meningkatkan potensi permintaan semen domestik yang diprediksi sebesar 10%.
Adanya masterplan percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia untuk tahun 2015-
2025 juga menambah peluang tumbuhnya subsektor industri ini. Sampai dengan tahun 2015,
kapasitas produksi dari sembilan produsen semen nasional diproyeksikan meningkat dengan
kapasitas produksi tertinggi di tahun 2014 sebesar 74,10 ton.
2 Dari berbagai sumber
Perkembangan Indikator Sektor Riil terpilih
16
Tabel 10. Potensi Kebutuhan Semen
Tahun 2012 s.d. 2014
Grafik 30. Proyeksi Kapasitas Produksi Semen
Tahun 2012- s.d. 2015
0,0
10,0
20,0
30,0
40,0
50,0
60,0
70,0
80,0
2012 2013 2014 2015
Kapasitas Produksi
(yoy,%) Juta Ton
Beberapa permasalahan yang dihadapi subsektor industri semen nasional antara lain masalah listrik
nasional. Dalam industri semen, listrik adalah salah satu hal yang paling penting, bahkan mencapai
40% struktur biaya produksi. Oleh karena itu, penguatan subsektor ini tidak lepas dari support
subsektor listrik untuk pembangunan power plant. Beberapa produsen semen sudah mulai
menginisiasi proyek pembangkit listrik dengan memanfaatkan panas dan gas buang senilai Rp220
miliar. Beredarnya produk semen impor ilegal yang tidak sesuai SNI di pelabuhan utama adalah
permasalahan lain yang perlu dicermati dalam upaya menjaga competitiveness subsektor ini di
pasar domestik. Meski kualitas semen domestik lebih baik dibanding produk semen impor yang
ilegal, namun komitmen perlindungan dan dukungan yang solid dari pemerintah akan menambah
sustainabilitas subsektor ini kedepan.