important of measurement, scale, type of …dosen.uta45jakarta.ac.id/downlot.php?file=teori...

32
1 Important of Measurement, Scale, Type of Measurement, Reliability and Accuracy, Measurement In Accounting Mata Kuliah: Teori Akuntansi Dosen Pengampu: Dr. Dwi Asih Surjandari, Akt, MM Disusun Oleh Kelompok III: 1. Evi Haryadi (55514110009) 2. Redaktur Wau (55514110057) 3. Surrachman Iman (55514110017) UNIVERSITAS MERCU BUANA PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI FAKULTAS PASCASARJANA 2015

Upload: hadieu

Post on 31-Aug-2018

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

Important of Measurement, Scale, Type of Measurement,

Reliability and Accuracy, Measurement In Accounting

Mata Kuliah: Teori Akuntansi

Dosen Pengampu: Dr. Dwi Asih Surjandari, Akt, MM

Disusun Oleh

Kelompok III:

1. Evi Haryadi (55514110009)

2. Redaktur Wau (55514110057)

3. Surrachman Iman (55514110017)

UNIVERSITAS MERCU BUANA

PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI

FAKULTAS PASCASARJANA 2015

2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Makalah

Langkah pertama dalam penyajian informasi kepada pemakai -

pemakai laporan keuangan yang berbeda diluar perusahaan adalah

memilih objek dan kegiatan atau peristiwa perusahaan serta atribut

mereka yang relevan bagi pemakai - pemakai tertentu atau pemakai -

pemakai pada umumnya. Objek misalnya dapat berupa receivables, fixed

assets, dan long - term debt. Kegiatan misalnya meliputi penjualan

barang atau jasa dan pembayaran dividen. Tetapi sebelum pengukuran

dapat dilaksanakan, atribut - atribut yang akan diukur harus dipilih

terlebih dahulu. Atribut mengenai accounts receivables meliputi nominal

yang akan diterima dan tanggal penerimaan itu yang diharapkan terjadi.

Atribut mengenai fixed assets meliputi kapasitas fisik, nominal yang

dikeluarkan untuk memperoleh fixed assets tersebut, atau nominal untuk

mengganti fixed assets. Atribut yang dipilih itu dipandang relevan kalau

dapat membuat prediksi dan keputusan. Biasanya kebanyakan atribut itu

relevan hanya karena dapat dipakai untuk mewakili sesuatu atau

menjadi surrogate (pengganti) dari atribut yang sebenarnya dikehendaki.

Contoh : historical cost dalam hal - hal tertentu merupakan surrogate

untuk current value dari suatu aset yang selanjutnya dapat membantu

meramalkan future value.

3

Pengukuran dalam akuntansi biasanya diartikan sebagai

pemberian nilai - nilai numerikal kepada objek atau peristiwa

perusahaan sedemikian rupa sehingga memungkinkan penggabungan pos

- pos (aggregation) seperti total nilai aset, atau pemilahan

(disaggregation) dari data sesuai dengan kebutuhan. Pengukuran juga

meliputi proses klasifikasi dan identifikasi, dan para akuntan sejak lama

telah menyadari adanya kebutuhan akan data non kuantitatif seperti

disclosure yang terlihat dalam catatan kaki atau catatan mengenai

ikhtisar keuangan.

Upaya untuk melakukan kuantifikasi atau pengukuran dalam teori

akuntansi juga memberikan tekanan kepada sistem pasar dalam

perekonomian, karena pasar merupakan sumber yang sangat penting

mengenai data kuantitatif. Dari asumsi mengenai perekonomian yang

berdasarkan kekuatan pasar, maka harga pasar akan relevan untuk

pelaporan eksternal. Ini juga berarti bahwa karena keputusan -

keputusan ekonomi mempengaruhi hasil atau keadaan sekarang dan

masa mendatang, maka harga pasar pada saat ini atau pada saat yang

akan datang lebih relevan daripada harga pasar di masa yang lalu.

Dalam beberapa kasus data kuantitatif mempunyai dampak yang lebih

besar disbanding data kualitatif. Oleh karena pengukuran atribut yang

disajikan dalam laporan akuntansi (misalnya aktiva, laba dan utang)

merupakan fungsi penting dalam akuntansi di bagian ini dibahas mengenai

konsep-konsep pengukuran.

4

Dalam akuntansi pengukuran pada umumnya dikaitkan dengan satuan

pengukur berupa unit moneter. Maksudnya agar pengukuran tersebut

menunjukkan makna ekonomik dan karenanya pengukuran yang demikian

disebut penilaian (valuation). Penilaian adalah prses penentuan jumlah rupiah

suatu obyek untuk menentukan makna ekonomik obyek tersebut di masa lalu,

sekarang atau yang akan datang.

Dari uraian tersebut maka pengukuran berarti proses penetapan

jumlah uang untuk mengakui dan memasukkan setiap unsure laporan

keuangan dalam neraca dan laporan laba rugi. Di dalam akuntansi

pembeedaan penerapan pengukuran dan penelitian umumnya dilakukan.

Pengukuran biasanya untuk menunjuk proses penentuan jumlah rupiah

yang harus dicatat pada saat obyek atau transaksi terjadi. Sedangkan penilaian

biasanya digunakan untk menunjuk proses penentuan jumlah rupiah yang

harus diletakkan pada tiap elemen atau pos laporan keuangan pada saat

penyajian laporan keuangan. Jadi secara aplikatif dalam praktek pengukuran

terjadi pada saat pencatatan (jurnal) sedang penilaian

pada saat penyajian.

B. Rumusan Makalah

Dari latar belakang di atas, maka masalah dalam makalah ini dapat

diuraikan sebagai berikut:

1. Bagaimana konsep dari pengukuran?

2. Skala apa yang digunakan dalam pengukuran?

5

3. Bagaimana konsep reliability dan akurasi dalam pengukuran?

4. Apakah ada permasalahan lain yang berhubungan dengan pengukuran?

C. Tujuan Makalah

Berdasarkan rumusan masalah di atas, dapat disimpulkan bahwa

tujuan dari makalah ini adalah:

1. Menjelaskan konsep dari pengukuran dan pentingnya suatu pengukuran.

2. Memberikan pemahaman tentang skala yang digunakan dalam

pengukuran.

3. Memberikan pemahaman tentang tipe-tipe dari pengukuran.

4. Menjelaskan konsep dari reliability dan akurasi dalam pengukuran.

5. Menjelaskan permasalah lain yang berhubungan dengan pengukuran.

6

BAB II

ISI

A. Pengertian Pengukuran

Menurut Campbell, orang yang pertama menangani masalah

pengukuran, definisi pengukuran adalah: “The assignment of numerals to

represent properties of material systems other than numbers yang berarti

penentuan angka-angka yang menggambarkan sifat-sifat sistem material dan

bilangan-bilangan didasarkan pada hukum yang mengatur tentang sifat-

sifat”. Sedangkan menurut Stevens seorang ahli teori pengukuran ilmu sosial,

pengukuran disebut sebagai: “assignment of numerals to objects or events

according to rules yang berarti penentuan angka-angka yang ada kaitannya

dengan objek-objek ataupun peristiwa-peristiwa sesuai dengan peraturan”.

Sepintas, definisi tersebut tampak sangat mirip, namun sesungguhnya yang

pertama lebih tradisional dan sempit cakupannya. Pada definisi Campbells,

perbedaan dibuat antara sifat sistem dan sistem itu sendiri. “Sistem”

merupakan objek atau peristiwa seperti yang disebutkan Stevens: rumah,

meja, orang, asset dan jarak tempuh. Aspek spesifik atau karakteristik dari

sistem seperti: berat, panjang, lebar, atau warna. Kita selalu mengukur sifat

dan bukan sistem itu sendiri. Dalam hal ini, definisi Campbells lebih tepat

dari Stevens. Perhatikan bahwa dalam definisi Campbells tugas yang harus

dilakukan sesuai dengan “hukum” yang mengatur sifat yang diberikan,

sedangkan Stevens hanya memerlukan “aturan” terhadap setiap seperangkat

7

aturan. Artinya, Campbells melihat pengukuran sebagai suatu sistem

sedangkan Stevens melihatnya sebagai objek atau peristiwa.

Sterling sendiri tidak sependapat dengan keluasan definisi Stevens, dia

berpendapat bahwa, “Dibutuhkan pembatasan pada jenis aturan yang dapat

digunakan”. Jika tidak, setiap penempatan angka dapat disebut pengukuran,

tentu saja bertentangan dengan pemahaman yang kita miliki dari istilah

tersebut.

Pengukuran melibatkan hubungan sistem bilangan formal untuk

beberapa sifat dari objek atau kejadian dengan rata-rata aturan semantik.

Aturan-aturan ini terdiri dari operasi yang dirancang untuk membuat

sambungan (definisi operasional). Pengukuran ini dimungkinkan karena

hubungan satu ke satu (isomorfisma) antara karakteristik tertentu dari sistem

angka, sebagaimana dinyatakan dalam model matematika dan hubungan

antara objek-objek atau peristiwa yang berkaitan dengan sifat yang diberikan.

Ketika angka tersebut ditempatkan ke objek atau peristiwa, dalam model

matematika mencerminkan hubungan antara objek-objek atau peristiwa, maka

sifat dari objek atau peristiwa dikatakan diukur jika skala telah ditetapkan.

Stevens menyatakan: Saat ini korespondensi antara model formal dan empiris

sangat erat kaitannya, kita mampu menemukan suatu kebenaran dengan

menguji model itu sendiri.

Dalam pandangan ini, proses pengukuran serupa dengan pendekatan

teori formulasi dan pengujian yang telah disebutkan sebelumnya. Sebuah

pernyataan dinyatakan secara matematis, adalah maju. Aturan semantik

8

(operasi) yang dirancang untuk menghubungkan simbol pernyataan ke objek

atau peristiwa tertentu. Ketika kita melihat hubungan antara pernyataan

secara matematika yang berkorelasi dengan hubungan dari objek atau

kejadian, maka pengukuran atas objek atau kejadian tersebut telah terjadi.

B. Pentingnya Pengukuran

Pengukuran adalah proses pemberian angka-angka atau label kepada

unit analisis untuk merepresentasikan atribut-atribut konsep Atribut adalah

sesuatu yang melekat pada suatu objek yang menggambarkan sifat atau cirri

yang dikandung objek tersebut (Suwardjono, 2010).

Dalam setiap aktivitas manusia, pengukuran senantiasa terjadi. Dapat

berupa penilaian subyektif, misalnya persepsi seseorang tentang orang lain,

yang dapat menentukan bentuk hubungan antar keduanya pada masa

mendatang, dapat pula berupa pengukuran yang lebih obyektif ataupun data

statistik. Saat transaksi jual-beli, merupakan situasi yang tepat sebagai contoh

tentang pengukuran. Sekantung gula yang kita beli, mungkin berukuran satu

kilogram, atau setengah kilogram, itulah pengukuran yang nyata sehari-hari.

Sedangkan dalam akuntansi contoh pengukuran yang dilakukan adalah ketika

kita mengukur keuntungan dengan terlebih dahulu menetapkan nilai terhadap

modal dan kemudian menghitung keuntungan sebagai perubahan modal

selama periode setelah memperhitungkan semua peristiwa ekonomi yang

mempengaruhi kekayaan perusahaan.

9

Seluruh pengukuran dalam kehidupan itu memiliki tujuan-tujuan

khusus untuk menentukan langkah berikutnya. Pengukuran sangat penting

dilakukan karena dengan mengukur suatu objek, maka kita dapat mengetahui

nilai suatu objek sehingga dapat menjadi acuan untuk dapat menentukan

kebijakan yang berkaitan dengan objek tersebut. Untuk memudahkan kita

melakukan suatu pengukuran sehingga memperoleh suatu hasil yang akurat

dan dapat diandalkan maka kita dapat menggunakan skala dan memilih tipe

pengukuran yang sesuai dengan karakteristik objek yang kita ukur.

C. Skala Pengukuran

Setiap pengukuran dibuat berdasarkan sebuah skala. Sebuah skala

dibuat ketika aturan semantic digunakan untuk menghubungkan pernyataan

matematika kepada objek atau kejadian. Skala menunjukkan informasi apa

yang diwakili oleh angka, sehingga memberikan arti kepada angka tersebut.

Jenis skala yang dibuat tergantung kepada aturan sematik yang digunakan.

Menurut Steven, skala dapat digambarkan secara umum menjadi nominal,

ordinal, interval atau rasio. (Godfrey, dkk. 2010).

1. Skala Nominal

Dalam skala nominal, nomor hanya diigunakan sebagai sebuauh label.

Contohnya adalah penomoran pemain sepak bola. Banyak teori yang tidak

sependapat dengan skala nominal. Torgerson menyatakan: “Dalam

pengukuran, nomor yang digunakan menunjuk kepada jumlah atau tingkat

kepemilikan dari suatu objek, dan bukan menunjukkan kepada objek itu

10

sendiri. Sedangkan dalam skala nominal, nomor menunjukkan kepada

objek atau kelompok dari objek.”

2. Skala Ordinal

Skala ordinal dibuat ketika suatu operasi memeringkat objeknya

sehubungan dengan property yang diberikan. Contohnya, investor melihat

3 kemungkinan jenis investasi untuk uangnya. Investasi tersebut

diperingkat 1,2,3 berdasarkan nilai bersihnya saat ini. Kelemahan skala

ordinal adalah interval antar nomor tidak memberitahukan apa-apa

tentang perbedaan kuantitas kepemilikan yang diwakilinya.

3. Skala Interval

Skala interval memberikan informasi yang lebih daripada skala orginal.

Tidak hanya member peringkat kepada objeknya, tetapi juga jarak antara

interval skalanya diketahui dan sama. Contohnya adalah pengukuran suhu

ruangan dengan menggunakan thermometer celcius. Jika kita mengukur

suhu dua buah ruangan, misal ruangan A dan B, dimana suhu ruangan A

22 derajat celcius dan ruangan B 30 derajat celcius, maka selain kita dapat

mengataka bahwa suhu di ruangan B lebih panas, kita juga mengetahui

bahwa ruangan B lebih panas 8 derajat daripada ruangan A. Kelemahan

skala interval adalah titik nol-nya dibuat dengan bebas.

4. Skala Rasio

Skala rasio adalah skala yang:

a. Memberikan peringkat kepada objek atau kejadian

b. Interval antar objek diketahui dan sama

11

c. Asal yang unik, titik nol yang alami, dimana jaraknya dengan objek

terakhir diketahui

Contohnya adalah pengukuran panjang. Ketika panjang A adalah 10 meter

dan panjang B adalah 20 m, kita tak hanya bisa mengatakan bahwa B 10

meter lebih panjang dari A, tetapi B juga dua kali lebih panjan dari A.

Invarian dalam skala berarti bahwa apapun metode pengukuran yang

digunakan, maka sistem pengukuran akan menghasilkan format yang sama

dari variabel-variabel yang digunakan dan pengambil keputusan akan

membuat keputusan yang sama juga. Tapi hal ini tidak berlaku dalam

akuntansi, setiap sistem yang berbeda akan berbeda juga

variabelvariabelnya. Pengukuran pendapatan dengan cara yang berbeda

akan menghasilkan keputusan yang berbeda juga. Metode-metode

pengukuran yang berbeda tersebut tidak memberikan informasi yang sama.

D. Tipe-Tipe Pengukuran

Proses pengukuran sama dengan pendekatan ilmiah pada teori

konstruksi dan pengujian. Pertanyaan tentang pengujian teori berhubungan

dengan pertanyaan tentang perbedaan jenis-jenis pengukuran. Campbell

membaginya kedalam dua jenis yaitu fundamental dan turunan.

Menurut Campbell, pengukuran bisa diakui hanya ketika ada

konfirmasi teori-teori empiric (hukum) untuk mendukung pengukuran. Tipe

pengukuran yang lebih jauh, pengukuran fiat, yang diungkapkan oleh

12

Togerson, menjadi tambahan atas pengukuran fundamental dan turunan yang

didiskusikan Campbell. (Godfrey, dkk. 2010).

1. Pengukuran Fundamental

Pengukuran fundamental merupakan pengukuran dimana angka-angka

bisa diterapkan pada benda dengan mengacu pada hukum alam dan tidak

bergantung pada pengukuran variabel apapun. Hal-hal seperti panjang,

hambatan listrik, nomor, dan volume merupakan hal-hal yang bisa diukur.

Sebuah skala rasio bisa diformulasikan pada tiap-tiap benda sebagai

hukum dasar yang dihubungkan dengan pengukuran yang berbeda

(jumlah) pada benda-benda yang sudah ada.

2. Pengukuran Turunan

Menurut Campbell, sebuah pengukuran turunan merupakan pengukuran

yang bergantung dari pengukuran dua atau lebih benda lain. Contohnya

adalah pengukuran kepadatan, yang bergantung pada pengukuran massa

dan volume. Dalam akuntansi, contoh pengukuran turunan adalah

keuntungan, yang diturunkan dari penambahan dan pengurangan

pendapatan dengan beban.

3. Pengukuran Formal

Ini adalah tipe pengukuran dalam ilmu sosial dan akuntansi, menggunakan

definisi yang dibangun secara acak untuk dihubungkan dengan hal-hal

yang bisa diamati dengan pasti (variabel) pada konsep yang telah ada,

tanpa perlu teori konfirmasi untuk mendukung hubungan tersebut. Sebagai

contoh, dalam akuntansi kita tidak tahu bagaimana cara untuk mengukur

13

konsep keuntungan secara langsung. Kita mengasumsikan variabel

pendapatan, laba, beban, dan kerugian dihubungkan dengan konsep

keuntungan dan bagaimanapun bisa digunakan untuk mengukur

keuntungan secara tidak langsung.

Untuk mengukur validitas pengukurannya, ilmuwan sosial berusaha

menghubungkan hal-hal yang dipelajari dengan variabel lain untuk melihat

manfaatnya. Contohnya, jika kita ingin mengukur kemampuan aritmatik

orang, kita mungkin memilih untuk menguji mereka dalam suatu tes

aritmatik. Bagaimanapun, tidak ada teori empiris yang konfirmasi untuk

menilai tes yang kita lakukan, dan kita membuat asumsi ketika kita

membangun skala pengukuran. Kita bisa memprediksikan bahwa pada

kebanyakan orang, yang mempunyai nilai tes yang tinggi juga akan

berprestasi dalam kuliah matematika.

E. Reliability dan Akurasi Dalam Pengukuran

Yang dimaksud dengan keandalan dan ketepatan dari kegiatan

pengukuran? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, kita harus menyatakan

terlebih dahulu bahwa tidak ada pengukuran yang bebas dari kesalahan

kecuali perhitungan. Kita bisa mengukur jumlah kursi di ruangan tertentu dan

dengan benar. Untuk semua pengukuran mengandung kesalahan atau eror.

1. Sumber kesalahan

a. Operasi Pengukuran tidak tetap

14

Aturan untuk menetapkan nomor untuk properti tertentu biasanya

terdiri dari satu set operasi. Satu set operasi tidak dapat dinyatakan

secara tepat dan karenanya dapat diinterpretasikan salah oleh

pengukur.

b. Pengukur

Pengukur mungkin salah menafsirkan aturan, menjadi bias, atau

menerapkan atau membaca instrumen dengan tidak benar.

c. Instrumen

Banyak operasi membutuhkan penggunaan alat fisik, seperti penggaris

atau termometer atau barometer, yang mungkin cacat.

d. Lingkungan

Pengaturan di mana operasi dilakukan pengukuran dapat

mempengaruhi hasil.

e. Atribut yang tidak jelas

Apa yang harus diukur mungkin tidak jelas, terutama jika pengukuran

melibatkan suatu konsep yang tidak dapat diukur secara langsung.

f. Resiko dan Ketidakpastian

Hal ini berkaitan dengan distribusi pengembalian aset nyata. Jika

semua pengukuran kecuali menghitung secara inheren mengakibatkan

kesalahan, maka yang kita butuhkan adalah untuk menetapkan batas

kesalahan yang diterima. Jika pengukuran masih dalam batas-batas ini

maka dapat dianggap benar dan adil dalam hal akuntansi. (Godfrey,

dkk. 2010).

15

2. Pengukuran yang dapat diandalkan

Sering diperlukan bahwa sebelum unsur-unsur seperti aktiva, kewajiban,

pendapatan, dan beban diakui dalam laporan keuangan, unsur-unsur

tersebut harus mampu untuk dilakukan pengukuran yang dapat diandalkan.

Gagasan keandalan menggabungkan dua aspek: ketepatan dan kepastian

pengukuran, dan pengungkapan yang secara meyakinkan mewakili

sehubungan dengan transaksi ekonomi yang mendasarinya dan berbagai

peristiwa. Aspek mempengaruhi ketepatan pengukuran.

Istilah „presisi‟ sering digunakan dalam dua konteks. Pertama, mungkin

merujuk ke nomor, dalam hal ini adalah berlawanan dengan gagasan

pendekatan. Kedua, berkaitan dengan operasi pengukuran, dalam hal ini

berkaitan dengan tingkat penyempurnaan dari operasi atau kinerjanya,

serta persetujuan hasil antara operasi pengukuran yang digunakan berulang

kali yang diterapkan pada properti tertentu. Arti terakhir ini pada dasarnya

sama dengan keandalan. Dengan menyatukan dua istilah, kita dapat

mengatakan bahwa keandalan dari pengukuran berkaitan dengan ketepatan

di mana suatu properti tertentu diukur dengan menggunakan satu

perangkat operasi.

3. Pengukuran yang akurat

Meskipun prosedur pengukuran mungkin sangat handal, memberikan hasil

yang sangat tepat, namun tidak mungkin menghasilkan hasil yang akurat.

Alasannya adalah akurasi berhubungan dengan seberapa dekat pengukuran

menuju „nilai sejati ' dari atribut pengukuran. (Godfrey, dkk. 2010). Sifat

16

fundamental, seperti panjang dari suatu objek, dapat ditentukan secara

akurat dengan membandingkan objek dengan standar yang mewakili nilai

sebenarnya.

Masalahnya adalah pada beberapa pengukuran nilai yang sebenarnya tidak

diketahui. Untuk menentukan ketepatan dalam akuntansi, kita perlu tahu

atribut apa yang perlu kita ukur untuk mencapai tujuan pengukuran.

Tujuan dari akuntansi untuk menyajikan informasi yang berguna. Oleh

karena itu akurasi pengukuran berkaitan dengan gagasan pragmatis dari

„kegunaan‟, tetapi akuntan tidak sama dalam menentukan spesifikasi dan

standar kuantitatif yang harus diterapkan.

F. Pengukuran Dalam Akuntansi

Perhitungan yang paling fundamental dalam ilmu akuntansi adalah

perhitungan modal dan laba. Modal dinilai berasal dari transaksi dan

penilaian ulang yang terjadi di pasar modal. Laba berasal dari perbandingan

dari beban dan pendapatan, juga perubahan modal dalam satu periode

akuntansi. Modal dapat dinilai dan dihitung dengan berbagai cara, contoh :

historical cost, operasional, keuangan, atau nilai wajar. Sejarah menunjukkan

pada kita bahwa konsep perhitungan atas modal dan laba telah berubah dan

berkembang dari waktu ke waktu dan menghasilkan beberapa konsep

perhitungan yang fundamental.

17

Yang terkini, standar pelaporan keuangan internasional telah membuat

konsep kebih tepat yaitu konsep “nilai wajar”. Beberapa pengamat

beragumen dan mengkritik konsep “nilai wajar” ini. Bahwa konsep ini

merubah konsep alokasi ke pendekatan penilaian, di mana akan menunjukkan

perbedaan tergantung atas situasi dan interpretasi yang subjektif. Perubahan

ini lebih fokus pada penilaian “Balance Sheet”, mengalihkan akuntansi dari

perhitungan alokasi laba yang sederhana dan lebih menekankan pada relevasi

pada realita komersil dan pengambilan keputusan oleh investor dibadingkan

kebenarannya.

Pengukuran dalam akuntansi masuk ke dalam kategori pengukuran

turunan untuk modal dan keuntungan. Laba akuntansi sekarang berasal dari

standar akuntansi internasional. Dari perubahan modal selama periode dari

semua kegiatan termasuk kenaikan dan penurunan fair value aktiva bersih

tidak termasuk transaksi dengan pemilik.

Modal berasal dari 'net fair value' aktiva dan kewajiban. .Berarti kita

harus mengukur nilai modal awal, pada jumlah penghasilan yang diterima,

jumlah modal yang digunakan, dan perubahan nilai fair value aktiva bersih.

Peningkatan modal selama periode akan dating akan mengukur jumlah laba

dari berbagai macam sumber, termasuk dari operasional dan penilaian

kembali aktiva (setelah disesuaikan dengan pemasukan modal baru atau

pembayaran deviden). Nilai wajar aktiva bersih disajikan kembali maka akan

merupakan modal awal pada periode berikutnya. (Godfrey, dkk. 2010).

18

Sebaliknya, pendekatan pengukuran dengan pendekatan yang

dilakukan sebelum pengenalan standar akuntansi internasional, pendapatan

yang diterima disesuaikan terhadap aset bersih yang digunakan dalam suatu

periode, dan jika pendapatan lebih besar dari penggunaan modal bersih (atau

biaya), maka kita mengalami peningkatan modal.

Keuntungan tidak diperoleh sampai modal awal dari biaya historis

dipertahankan dan laba direalisasikan. Sehingga, modal selalu dinyatakan

sebesar harga perolehan dan perubahan dalam aktiva bersih tidak dianggap

sebagai keuntungan. Maka, kita dapat melihat bahwa laba turunan sangat

tergantung pada bagaimana kita mengukur modal awal dan bagaimana kita

mengukur biaya dan alokasi modal. Kita juga dapat melihat bahwa konsep

penilaian modal dalam akuntansi telah berkembang dari waktu ke waktu

dengan hasil bahwa kita miliki pengukuran atas modal secara umum dan

konsep laba.

Perspektif yang berbeda ini mencerminkan batas-batas berbagai

akuntansi dan kurangnya sebagai model konvensional dan dominan.

Ditambahkan dalam hal ini adalah sejumlah akademis secara signifikan

menurun dari waktu ke waktu, tetapi item neraca dan aktiva tidak berwujud

menjadi lebih penting. Baru-baru ini, Akuntansi internasional Standar Board

(IASB) telah mengambil pandangan bahwa globalisasi bisnis mendukung

kebutuhan untuk suatu standar akuntansi yang akan digunakan di seluruh

dunia untuk menghasilkan informasi keuangan yang sebanding.

19

Hal ini menyebabkan dua perkembangan penting dalam standar

akuntansi internasional sebagai sinyal melalui standar akuntansi seperti IAS

39/AASB139 instrumen keuangan: Pengakuan dan Pengukuran dan IASB /

FASB proyek bersama mengenai pelaporan keuangan kinerja-(1) bahwa

pengukuran laba dan pengakuan pendapatan harus dihubungkan dengan

pengakuan tepat waktu, dan (2) bahwa pendekatan 'nilai wajar' harus diadopsi

sebagai prinsip pengukuran kerja. Jadi, dari tahun 2005 kami melihat

penggunaan (sebagian) dari suatu prinsip pengukuran yang berfokus pada

perubahan nilai aktiva dan kewajiban bukan penyelesaian proses pendapatan.

Singkatnya, ini berarti bahwa perubahan nilai wajar aktiva dan kewajiban

diakui secara langsung mereka terjadi dan dilaporkan sebagai komponen

income. Lebih lanjut, fokus telah bergeser ke arah konsep penilaian, dengan

neraca repositori utama dari nilai yang relevan sebagai informasi, dan

pengguna utama informasi akuntansi adalah pemegang saham dan investor.

G. Permasalahan Lain Yang Berhubungan Dengan Pengukuran Bagi

Auditor

Beberapa isu diciptakan untuk auditor oleh pergeseran fokus untuk

pengukuran keuntungan dari pendapatan dan beban yang cocok untuk menilai

perubahan atas nilai wajar aktiva bersih. Ketika keuntungan ditentukan

dengan cara mencocokkan transaksi pendapatan dan beban untuk periode

auditor dapat berkonsentrasi pada pengumpulan bukti bahwa transaksi

tersebut telah ditangani dengan tepat oleh sistem akuntansi klien. Namun,

20

ketika keuntungan berasal dari perubahan nilai wajar pertanyaan yang lebih

sulit muncul untuk auditor sekitar mengumpulkan bukti pada perkiraan

manajemen. Sebagai contoh, salah satu aspek untuk mengukur keuntungan

dengan menilai perubahan nilai wajar aktiva bersih yang ditangani oleh

standar akuntansi IAS 36/AASB 136. Pernyataan ini mensyaratkan penurunan

nilai aktiva diakui sebagai rugi penurunan nilai. Manajemen entitas

diperlukan untuk menilai pada tanggal laporan apakah ada indikasi bahwa

aset mungkin terganggu. Jika kondisi tersebut terjadi, manajemen akan

mengestimasi jumlah terpulihkan aktiva tersebut. Jika jumlah yang dapat

dipulihkan suatu aktiva kurang dari nilai tercatatnya, nilai tercatat aktiva

harus diturunkan menjadi sebesar nilai yang dapat diperoleh kembali.

Pengurangan Itu adalah kerugian penurunan nilai.

Kerugian penurunan nilai diakui segera dalam laba dalam banyak

kasus. Audit bimbingan standar internasional untuk kerugian penurunan nilai

audit dan perkiraan nilai wajar terdapat dalam ISA 540. Auditor diharuskan

untuk mengumpulkan bukti untuk menilai jika manajemen telah mengikuti

standar akuntansi yang tepat dan jika jumlah yang diakui sebagai kerugian

penurunan nilai wajar. Untuk melakukan hal ini auditor harus menentukan

apakah manajemen telah memilih metode penilaian yang sesuai dan masuk

akal dan asumsi. Jika standar akuntansi tidak meresepkan metode penilaian

untuk aset tertentu dan kewajiban yang consedered, auditor dapat menerima

metode penilaian yang wajar. Ini berarti bahwa sulit bagi auditor untuk tidak

setuju dengan pemilihan manajemen terhadap metode penilaian tertentu yang

21

sedang digunakan oleh entitas lain. Auditor harus mengumpulkan bukti

bahwa metode ini diterapkan secara konsisten, sehingga manajer tidak

memilih dan memilih metode dari tahun ke tahun tergantung pada hasil

keuntungan yang diinginkan mereka. Auditor juga harus menilai apakah nilai

aktiva atau kewajiban dengan benar ditentukan dari asumsi signifikan

manajemen, model penilaian dan data yang mendasari relevan. Data tersebut

akan mencakup suku bunga yang digunakan untuk mendiskontokan arus kas,

nilai pasar digunakan oleh perusahaan perbandingan, data royalti, dan

sebagainya.

Secara keseluruhan, mengingat adanya berbagai metode penilaian

yang wajar dan asumsi mungkin, adalah mungkin untuk jumlah diferent tapi

masuk akal beberapa untuk diakui oleh manajemen kerugian penurunan nilai.

Jumlah ini berbeda karena itu akan dapat diterima oleh auditor jika bukti

audit menunjukkan bahwa manajemen telah menerapkan model penilaian

benar dan menggunakan data yang sesuai. Dalam situasi ini, adalah mungkin

bahwa auditor menghadapi tekanan dari manajer setuju dengan pilihan

penilaian mereka atau kehilangan audit agar auditor yang lain lebih

menyenangkan.

Adanya berbagai alternatif metode penilaian atas aset yang

menimbulkan masalah tersendiri bagi auditor. Terdapat banyak cara penilaian

aset yang dapat diterima oleh auditor jika memenuhi persyaratan :

a. Metode penilaian diaplikasikan secara tepat dan konsisten,

b. Menggunakan asumsi yang beralasan,

22

c. Data yang digunakan untuk penilaian tersebut valid.

Pada prakteknya, Auditor kadang menerima tekanan dari manager

perusahaan auditee untuk menerima metode penilaian atas aset perusahaan

tersebut jika tidak maka auditee akan mencari auditor yang lain. Masalah lain

yang muncul adalah audit atas biaya historical seperti standar biaya

persediaan. Seharusnya biaya atas persediaan ditetapkan secara tepat, tapi

biaya itu didasarkan atas asumsi proses produksi yang dipengaruhi oleh

kondisi yang berubah-ubah.

H. Kendala Dalam Pengukuran

Kendala pengukuran yang utama timbul karena data ekonomi disajikan

berdasarkan asumsi bahwa data itu relevan untuk meramalkan masa datang.

Karena hubungan antara masa kini dan masa datang umumnya tidak pasti,

maka sulit menetapkan pengukuran yang relevan untuk tujuan ini. Tetapi

ketidak mampuan untuk membuat pengukuran yang terandal atas attribut

khusus yang dianggap relevan disebabkan oleh kurangnya teknik pengukuran

yang terandal dan ketidak mampuan untuk menemukan prosedur pegukuran

yang menjelaskan secara layak attribut yang sedang diukur. Jadi kendala

disebabkan oleh ketidak pastian, kurangnnya objeksitfitas dan vearibilitas

dalam pengukuran, kurangnya unit moneter yang stabil. Kenservatisme

bertindak sebagai kendala pada pengukuran akuntansi karena hal ini sudah

sedemikian tertanam didalam pemikiran manajemen dan para akuntan, tetapi

23

konservatisme ini sebagai kendala yang harus dibuang melalui metode

pendidikan yang semestnya.

1. Ketidakpastian (Uncertainty)

Ketidak pastian dalam akuntasi timbul dari dua sumber utama

a. Informasi akuntansi umumnya berhubungan dengan kesatuan yang

diharapkan akan tetapi hidup pada masa yang akan datang karena

alokasi sering dilakukan antara periode masa lalu dan masa datang

maka asumsi harud dibuat mengenai logika alokasi ini dan berdasarkan

harapan mengenai masa datang

b. Pengukuran akuntansi sering diasumsikan menggambarkan ungkapan

kekayaan dalam nilai uang yang membutuhkan estimasi jumlah

mendatang yang tidak pasti

Jadi pengukuran manapun yang didasarkan pada estimasihanya dapat

bersifat sementara akan tetapi in tidak berarti bahwa estimasi dan ramalan

tidak harus dibuat seteliti mungkin jikga ternyata relevan

2. Objektifitas dan verifiabilitas

Agar pengukuran akuntansi dapat sehandal mungkin dalam menyajikan

informasi yang relevan untuk peramalan dan pengambilan keputusan oleh

para investor dan para pemakai laporan keuagan lainnya, maka para akutan

harus menetapkan attribut apa yang sedang diukur dan kemudian memilih

prosedur pengukuran yang dapat menjelaskan attribut itu secara akurat.

Objektivitas mengandung beberapa arti diantaranya:

24

a. Pengukuran yang bersifat impersonal atau berada diluar pikiran orang

yang melakukan pengukuran maksudnya adalah pengukuran terpisah

dari orang yang melakukan pengukuran jadi diasumsikan bahwa tidak

terdapat penilaian sujektif dan bias pribadi

b. Pengukuran yang didasarkan pada bukti yang dapat diperiksa atau

verifiable maksudnya adalah penekanannya terletak pada bukti

pendukung bukan pada pengukuran itu sendiri.

c. Pengukuran yang didasarkan pada kesepakatan para pakar yang

kompeten hal ini mengandung makna bahwa pengukuran dapat

dikatakan objektif jika dapat dibuktikan dengan kesepakatan pribadi

dari pakar.

d. Lebar sempitnya dispersistatistik dari pengukuran attribut bila

dilakukan oleh pengukur yang berbeda. Jika beberapa penyidik

menggunakan metode pengukuran yang sama atau serupa atas attribut

yang didasarkan pada bukti yang serupa maka beberapa pengukuran

yang dihasilkan sangat mengkin akan menghasilkan kisaran nilai

3. Keterbatasan dari unit moneter

Walaupun data akuntansi tidak dibatasi untuk diukur dalam unit moneter,

namun laporan akuntansi secara tradisional mencakup terutama informasi

keuangan dan dalam banyak kasus unit moneter merupakan unit

pengukuran yang paling baik khususnya bila penggabungan diinginkan

atau diperlukan. Akan tetapi unit moneter mempunya keterbatasan

sebagai metode pengkomunikasian informasi. Batasan atau kendala yang

25

paling serius disebabkan oleh kenyataan bahawa nilai unit omeneter tidak

stabil dengan berjalannya waktu. karena banyak ramalan dan keputusan

harus menggandalkan perbandingan data akuntasi secara sahih sepanjang

waktu maka ketidakstabilan unit moneter menyebabkan data akuntasnsi

yang didasarkan pada harga tukar masa lalu harus disajikan kembali agar

dapat diperbandingkan dengan harga tukar berlaku dan yang akan datang

agar relevan dan teredah untuk pengabilam keputusan dan ramalan secara

layak. Denga kata lain, kendala pengukuran yang berupa ketidak stabilan

unit pengukur menuntut modifikasi dalam penggunaan harga tukar dari

beberapa periode waktu yang dinyatakan dalam nilai uang.

4. Konservatisme

Istilah konservatisme umumya digunakan untuk mengartikan bahwa para

akuntan harus melaporkan nilai yang terendah dari beberapa nilai yang

mungkin untuk aktiva dan pendapatan serta nilai yang tertinggi dari

beberapa nilai yang mungkin untuk kewajiban dan beban. Hal ini juga

menyiratkan bahwa beban harus diakui sedini mungkin dan pendapatan

diakui selambat mungkin. oleh karena itu aktiva bersih atau net asset lebih

mungin dinilai dibawah harga tukar berlaku dari pada diatasnya dan

perhitungan laba mungkin akan menghasilkan yang terendah diantara

beberapa jumlah alternatif yang ada. Jadi, pesimisme dianggap lebih baik

dibanding optimisme dalam pelaporan keuangan. Terdapat tiga argumen

untuk konservatisme.

26

Argumen yang pertama bahwa kecendrungan terhadap pesimisme

dianggap perlu untuk mengimbangi optimisme yang berlebihan dari para

manajer atau pemilik. Argumen yang kedua bahwa laba dan penilaian

yang dinyatakan terlalu tinggi lebih berbahaya bagi perusahaan dan

pemiliknya dari pada penyajian yang terlalu rendah(under statement).

argumen yang ketiga bahwa akuntan lebih mampu memperuleh informasi

lebih banyak dari pada yang dapat dikomunikasikan kepada para investor

dan kreditor dan bahwa akuntan dihadapkan pada dua jenis resiko yaitu

resiko bahwa apa yang dilaporkan itu ternyata tidak benar dan resiko

bahwa apa yang tidak dilaporkan ternyata benar.

Sebaik-baiknya konservatisme dia merupakan metode yang sangat buruk

dalam memperlakukan adanya ketidakpastian dalam penilaian dan laba.

Dan seburuk-buruknya dia sama sekali mengakibatkan distorsi atas data

akuntansi. Bahaya utamanya adalah karena konservatisme merupakan

metode yang sangat kasar(crude method), pengaruhnya tidak terduga. Oleh

karena itu, data yang dilaporkan secara konservatif tidak dapat

diinterpretasikan dengan tepat walaupun oleh pembaca yang baik sekali

pun. Perlu juga dicatat bahwa konsevatisme bertentangan dengan tujuan

untuk mengungkapkan semua informasi yang relevan dan dengan

konsistensi sejauh konsistensi itu merupakan hal yang relevan dan

konservatisme dapat mengurangi keterbandingan atau komparabiliti

karena tidak dapat standar yang seragan dalam penerapannya.

27

BAB III

KESIMPULAN

Elemen-elemen statement keuangan harus diukur untuk membentuk

informasi semantic, yaitu elemen (object), ukuran (size), dan hubungan

(relationship). Atribut elemen harus diidentifikasi dan atribut pengukuran yang

sesuai dipilih untuk mendapatkan ketepatan penyimbolan. Pengukuran adalah

penentuan besarnya unit pengukur yang akan dilekatkan pada suatu object

(elemen/pos) yang terlibat dalam suatu transaksi, kejadian, atau keadaan untuk

merepresentasi makna atribut objek tersebut. Sehingga dua objek atau lebih dapat

dibedakan dan diperbandingkan atas dasar makna tersebut.

Setelah elemen-elemen diukur, apakah elemen harus disajikan melalui

statement keuangan atau media pelaporan yang lain. Oleh karena itu, diperlukan

criteria pengakuan atas dasar elemen yang dipilih, pengukuran yang tepat, dan

karakteristik kualitatif. Empat criteria pengakuan utama (fundamental) adalah

definisi, keterukuran, keberpautan, dan keterandalan dalam lingkup kualitas

informasi batas atas dan batas bawah.

Pengukuran mencakup hubungan formal angka dengan sifat-sifat atau

kejadian dengan berpedoman pada peraturan semantik. Peraturan yang

digunakan untuk menentukan jumlah dapat dientukan sesuai dengan keempat

skala: nominal, ordinal, interval atau rasio. Dalam akunting, kita dapat

menggunakan skala rasio untuk mengukur sifat-sifat finansial pendapadtgan,

aset dan hutgang. Namun demikian, kita juga dapast mengapplikasikan skala

28

ordinal untuk jemperingkat projek-projek investasi atau profitabilitas atau

keutnungan perusahaan, atau skala interval dalam akunting biaya standar.

Pada pembahasan ini menjelaskan tiga jenis pengukuran yang berbeda.

Pengukuran mendasar adalahapabila angka-angka yang tidak bergantung pada

sifat-sifat lainnya, namun tetap dapat dilakukan dengan mengacu pada hukum

alam. Dalam akunting, terdapat perdebatan tentang sifat nilai dasar.

Pengukuran yang dilakukan, sangat bergantung pada hasil pengukuran terdahlu

pada dua atau lebih kuantitas lainnya. Pengukuran pertama selalu berubah dan

biasanya dapat ditentukan dengan fiat. Semua pengukuran tidak terlepas dari

kesalahan karena banyak pengukuran nilai yang benar tidak diketahui.

Teori pengukiuran juga mengajarkan pada kita bahwa apabila banyak

pengukuran dalam akuhnting ada pada skala rasio, yang merupakan skala yang

paling informatif, maka akan terdapat dasar teori yang sangat lemah sebab

dikategorikan sebagai pengukuran „fiat‟. Pengukuran fiat adalah pengukuran

yang mengaitkian bilangan dengan sifat-sifat objek atgau kejadian-kejadian

berdasarkan definisi yang berubah. Kepercayaan yang sangat besar pada

pengukiuran seperti ini dapat diperoleh apabila terdapat bukti-bukti emperis

atau bukti-bukti teoritis yang mendukung hubungan sifat-sifat atau kebutukan

akan teori-teori seperti ini.

29

DAFTAR PUSTAKA

Godfrey, Jayne, Allan Hodgson, Ann Tarca, Jane Hamilton, Scott Holmes

(2010), Accounting Theory, 7th ed., John Wiley & Sons, Inc.

Suwardjono (2010), Teori Akuntansi Perekayasaan Pelaporan Keuangan, Edisi ketiga, BPFE.

Scott, William R, Financial Accounting Theory, Seventh Edition,

2015, Pearson, Canada

Tuanakotta, Theodorus M, Teori Akuntansi, Buku Satu, 2000, LPFE – UI, Jakarta

30

Rekomendasi Soal dari Materi, sbb :

Soal 1.

Apa saja keterbatasan dalam pengukuran, sebutkan dan berikan contohnya …?

Jawaban :

Kendala pengukuran yang utama timbul karena data ekonomi disajikan

berdasarkan asumsi bahwa data itu relevan untuk meramalkan masa datang.

Karena hubungan antara masa kini dan masa datang umumnya tidak pasti, maka

sulit menetapkan pengukuran yang relevan untuk tujuan ini. Tetapi ketidak

mampuan untuk membuat pengukuran yang terandal atas attribut khusus yang

dianggap relevan disebabkan oleh kurangnya teknik pengukuran yang terandal

dan ketidak mampuan untuk menemukan prosedur pegukuran yang menjelaskan

secara layak attribut yang sedang diukur. Jadi kendala disebabkan oleh ketidak

pastian, kurangnnya objeksitfitas dan vearibilitas dalam pengukuran, kurangnya

unit moneter yang stabil.

Contohnya, Auditor.

Auditor kadang menerima tekanan dari manager perusahaan auditee untuk

menerima metode penilaian atas aset perusahaan tersebut jika tidak maka auditee

akan mencari auditor yang lain. Masalah lain yang muncul adalah audit atas biaya

historical seperti standar biaya persediaan. Seharusnya biaya atas persediaan

ditetapkan secara tepat, tapi biaya itu didasarkan atas asumsi proses produksi yang

dipengaruhi oleh kondisi yang berubah-ubah

Soal 2.

Piutang Usaha biasanya dinilai menggunakan nilai wajar, dimana

jumlah tagihan dikurangi dengan penyisihan piutang tak tertagih.

Apakah ini menyimpang dari basis akuntansi biaya historis?

Bagaimana pendapat anda tentang cadangan piutang yang tidak tertagih ?

Yang dihubungkan dengan pengukuran Akuntansi …

Jawaban :

Ya, karena penilaian aset atau pun liabilities dapat diukur dengan nilai

sekarang dari kas yang akan diterima atau pun yang akan dibayar. Hal itu

akan menginformasikan kepada investor tentang prospek ekonomi perusahaan

31

di masa yang akan datang, sehingga dapat mempengaruhi investor dalam

pengambilan keputusan.

Soal 3.

Pengukuran dalam kasus, pembelian saham karyawan, ada batasan opsi

mengenai nilai saham dan juga persyaratan… bagaimana pengukuran utk

saham yang akan di eksekusi oleh manajemen.

Book value ? Market Value ? atau Economic Value ?

kasus

Jawaban :

Basis akuntansi nilai wajar mengakui keuntungan dan kerugian yang terjadi

akibat terjadinya perubahan nilai saat itu. Selain itu basis akuntansi nilai

wajar juga mengakui pendapatan yang belum terealisasi sehingga hal itu

dapat menggambarkan upaya peningkatan pendapatan dalam laporan laba

rugi.

Jawaban no.3

Jadi pengukurannya sendiri belum diatur secara jelas apakah saham yang

dibeli oleh karyawan itu berdasarkan vook value, market value maupun

economic value, sehingga di isyarakatkan tergantung dari kebijakan

perusahaan itu senditi, apakah menerapkan special price untuk saham itu

atau menggunakan harga yang wajar, selama perusahaan menerapkan

system keterbukaan, yakni harus di state dalam laporan keuangan di

disclosure secara jelas.

Seperti pertimbangan peraturan dibawah ini.

Saat ini belum terdapat peraturan di pasar modal Indonesia yang secara khusus

mengatur penyelenggaraan Program Kepemilikan Saham Bagi Karyawan

(PKSK). Karenanya pelaksanaan program ini memperhatikan berbagai peraturan

yang tidak secara langsung mengatur penyelenggaraan PKSK. Untuk mendapat

gambaran mengenai peraturan-peraturan apa saja yang terkait dengan

penyelenggaraan PKSK, terdapat beberapa pertanyaan yang perlu dijawab.

32

Pertanyaan yang paling mendasar dalam penyelenggaraan PKSK adalah apakah

program ini termasuk dalam kategori penawaran umum. Penjelasan Pasal 1 Angka

15 Undang-Undang No. 9 tahun 1995 tentang Pasar Modal menyatakan bahwa

yang termasuk penawaran umum antara lain adalah penawaran saham dalam

wilayah Republik Indonesia atau kepada warga negara Indonesia dengan

menggunakan media masa atau ditawarkan kepada lebih dari 100 pihak atau telah

dijual kepada lebih dari 50 pihak dalam batas nilai serta batas waktu tertentu.

Berdasarkan Penjelasan Pasal 1 Angka 15 ini, jika PKSK ditawarkan kepada lebih

dari 100 pihak maka dapat dikategorikan ke dalam kategori penawaran umum.

Apabila disepakati bahwa PKSK merupakan penawaran umum, maka pertanyaan

mendasar kedua adalah apakah PKSK dapat dikategorikan sebagai penawaran

umum yang bersifat terbatas. Peraturan Bapepam No. IX.A.2 butir 5 antara lain

menyatakan bahwa kewajiban mengumumkan prospektur ringkas tidak perlu

dilakukan bagi Pihak tertentu yang penawarannya bersifat terbatas. Berdasarkan

Peraturan ini, maka PKSK dinyatakan sebagai penawaran umum yang bersifat

terbatas, maka tidak perlu mengumumkan prospektus ringkas.

Apabila disepakati bahwa PKSK merupakan penawaran umum yang bersifat

terbatas, maka pertanyaan selanjutnya yang masih muncul adalah masih adakah

keterbukaan lain yang perlu dikecualikan selain kewajiban untuk mengumumkan

prospektus ringkas, dan apakah tidak terdapat poin keterbukaan lain yang perlu

ditambahkan.

Sampai saat ini masih terdapat berbagai interpretasi atas jawaban dari pertanyaan

pertama, kedua dan ketiga diatas. Namun terlepas dari berbagai interpretasi

tersebut, keterbukaan informasi yang dipersyaratkan Bapepam dalam

penyelenggaraan PKSK adalah konsisten. Berikut ini adalah garis besar informasi

yang dipersyaratkan dalam penyelenggaraan PKSK tersebut. PKSK yang

dimaksud disini adalah PKSK yang bukan merupakan penjatahan saham pada saat

Initial Public Offering (IPO). Apabila PKSK yang diselenggarakan merupakan

penjatahan saham pada saat IPO, maka program tersebut merupakan bagian dari

keseluruhan program IPO dan karenanya keterbukaannya pun menjadi satu

dengan keseluruhan keterbukaan informasi yang diwajibkan bagi IPO tersebut.