implikasi kendala struktural dan kelangkaan modal …
TRANSCRIPT
IMPLIKASI KENDALA STRUKTURAL DAN KELANGKAAN MODAL TERHADAP PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT
PEDAGANG IKAN KELILING DI KABUPATEN BONE (STUDI KASUS PENJUAL IKAN
DI DESA BARUGAE KECAMATAN LAMURU)
SKRIPSI
Oleh PATMISARI
NIM 105710216515
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR MAKASSAR
2020
IMPLIKASI KENDALA STRUKTURAL DAN KELANGKAAN MODAL TERHADAP PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT
PEDAGANG IKAN KELILING DI KABUPATEN BONE (STUDI KASUS PENJUAL IKAN
DI DESA BARUGAE KECAMATAN LAMURU)
Oleh PATMISARI
NIM 105710216515
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar
Sarjana Ekonomi pada Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR MAKASSAR
2020
ii
iii
PERSEMBAHAN
Penelitian Ini dengan Judul “Implikasi Kendala Struktural dan Kelangkaan Modal
Terhadap Perilaku Sosial Masyarakat Pedagang Ikan Keliling di Kabupaten Bone
(Studi Kasus Penjual Ikan di Desa Barugae Kecamatan Lamuru)”, kupersembahkan
kepada:
1. Orang tua tercinta dan terkasih, Bapak Kunnase dan Ibu Halia Linjang Habe
terima kasih sudah dengan sabarnya telah merawat, dan membesarkan saya
hingga sekarang. Terima kasih atas sumbangan material maupun non
material dalam menyelesaikan skripsinya. Jasa kedua orang tua tidak akan
bisa terbalaskan, tapi pencapaian ini merupakan persembahan saya untuk
kalian. Semoga Allah selalu memberikan kesehatan, hingga melihat anakmu
mampu sukses dan membahagiakanmu.
2. Terima kasih kepada teman-teman jurusan Ekonomi Pembangunan yang
selalu memberikan semangat dan dukungan dalam mengerjakan skripsi
saya.
MOTTO HIDUP
Jangan Perbanyak Program, Tapi Perbanyaklah Gerakan
Ikhlas Tak Tersebut, Sabar Tak Terbatas
iv
v
vi
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur penulis persembahkan kehadirat Allah SWT
yang telah memberikan segala rahmat, taufik, hidayah, nikmat dan karunia-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini yang berjudul “Implikasi
Kendala Struktural dan Kelangkaan Modal Terhadap Perilaku Sosial Masyarakat
Pedagang Ikan Keliling di Kabupaten Bone (Studi Kasus Penjual Ikan Di Desa
Barugae Kecamatan Lamuru)” dengan baik. Salawat beserta salam semoga
senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita NabiMuhammad SAW. Beserta
keluarganya, para sahabatnya, dan para pengikutnya. Penelitian ini dilakukan guna
memenuhi persyaratan kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Program Studi
Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah
Makassar.
Dalam penelitian ini, penulis menyadari sepenuhnya masih terdapat banyak
kekurangan dan keterbatasan ilmu pengetahuan yang penulis miliki. Namun berkat
dorongan dan bantuan dari berbagai pihak akhirnya penelitian ini dapat
terselesaikan. Oleh karena itu, sudah sepantasnya penulis mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyusun penelitian ini.
Ucapan terima kasih tersebut penulis sampaikan kepada:
1. Bapak Prof Dr. H. Abd Rahman Rahim, SE., M.M., selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Makassar.
viii
2. Bapak Ismail Rasullong, SE., M.M., Dekan Fakultas Ekonomi Universitas
Muhammadiyah Makassar.
3. Ibu Hj. Naidah, SE., M.Si., selaku Ketua Program Studi Ekonomi Pembangunan
Universitas Muhammadiyah Makassar.
4. Bapak Asdar, SE., M.Si., selaku sekretaris Jurusan Program Studi Ekonomi
Pembangunan Universitas Muhammadiyah Makassar.
5. Bapak Drs. H. Sanusi AM, S.E., M.Si. selaku Pembimbing I yang senantiasa
meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga Skripsi
selesai dengan baik.
6. Ibu Sri Andayaningsih, S.E., M.M. selaku Pembimbing II yang telah berkenan
membantu selama dalam penyusunan Skripsi hingga ujian Skripsi.
7. Bapak/Ibu asisten Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Muhammadiyah Makassar yang tak kenal lelah banyak menuangkan ilmunya
kepada penulis selama mengikuti kuliah.
8. Segenap Staf dan Karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Muhammadiyah Makassar.
9. Kepada orang tua tercinta terima kasih atas segala doa, motivasi dan kasih
sayang baik secara materi dan non materi kepada penulis sehingga penulis bisa
menyelesaikan Skripsi ini .
10. Rekan-rekan mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Ekonomi
Pembangunan Angkatan 2015 yang yang tidak sedikit bantuan dan dorongan
dalam aktivitas studi penulis.
11. Terima Kasih teruntuk semua kerabat yang tidak bisa saya tulis satu persatu
yang telah memberikan semangat, kesabaran, motivasi, dan dukungannya
sehingga penulis dapat merampungkan penulisan skripsi ini.
Akhirnya, sungguh penulis sangat menyadari bahwa Skripsi ini masih sangat
jauh dari kesempurnaan oleh karena itu, kepada semua pihak utamanya para
pembaca yang budiman, penulis senantiasa mengharapkan saran dan kutikannya
demi kesempurnaan Skripsi ini. Mudah-mudahan Skripsi yang sederhana ini dapat
ix
bagi semua pihak uatamanya kepada almamater kampus biru Universitas
Muhammadiyah Makassar
Billahi Fii Sabililhaq fastabikul Khairat !!!
x
ABSTRAK
PATMISARI, 2020. Implikasi Kendala Struktural dan Kelangkaan Modal
Terhadap Perilaku Sosial Masyarakat Pedagang Ikan Keliling di Kabupaten
Bone (Studi Kasus Penjual Ikan di Desa Barugae Kecamatan Lamuru). Skripsi
Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Muhammadiyah Makassar. Dibimbing oleh Pembimbing I Bapak H. Sanusi dan
Pembimbing II Ibu Sri Andayaningsih
Sumber daya perikanan perairan Teluk Bone merupakan aset strategis untuk dikembangkan dengan basis kegiatan ekonomi untuk tujuan pemakmuran masyarakat pesisir khususnya nelayan penangkap ikan dan perolehan pendapatan asli daerah. Potensi kekayaan laut tersebut memudahkan masyarakat kabupaten Bone khusunya yang terdapat di Kecamatan Lamuru Desa Barugae mudah memperoleh ikan karena penjual ikan biasa menjajakan ikannya untuk dijual kepada masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh implikasi kendala struktural dan kelangkaan modal terhadap perilaku sosial masyarakat dalam melakukan penjualan ikan keliling di Desa Barugae. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu observasi, wawancara dan dokumentasi. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu berupa data primer dan sekunder, sedangkan informan dalam penelitian ini yaitu sebanyak tiga orang. Penelitian tersebut berlangsung selama bulan Desember. Berdasarkan hasil dari penelitian tersebut, terdapat hasil penelitian bahwa sumber daya modal, tingkat daya jual, pengaruh dari luar, pengaruh pendidikan dan lain sebagainya sangat berpengaruh terhadap peningkatan penjual ikan keliling di Desa Barugae. Dari hasil penelitian ini diharapkan kedepannya penjual ikan keliling dapat meningkatkan kualitas ikan yang dijual dan dapat membuktikan bahwa perempuan juga dapat berperan dalam mewujudkan perbaikan ekonomi keluarga sampai pada ekonomi negara.
Kata kunci : Implikasi Kendala Struktural, Kelangkaan Modal, Perilaku Sosial
xi
ABSTRACT
PATMISARI, 2020. Implications of Structural Constraints and Capital Scarcity for Social Behavior of Traveling Fish Traders in Bone Regency (Case Study of Fish Sellers in Barugae Village, Lamuru District). Thesis of Economic Development Study Program, Faculty of Economics and Business, University of Muhammadiyah Makassar. Supervised by Supervisor I Mr. H. Sanusi and Supervisor II Mrs. Sri Andayaningsih
Bone Bay waters fisheries resources are a strategic asset to be developed on the basis of economic activities for the purpose of the prosperity of coastal communities, especially fishing fishermen and the acquisition of local revenue. The potential of the marine wealth makes it easy for the people of Bone district, especially in the District of Lamuru, Barugae Village to easily obtain fish because fish sellers usually sell their fish to be sold to the community. This study aims to determine the effect of structural constraints and capital scarcity implications on community social behavior in selling mobile fish in Barugae Village. This research uses qualitative research. The research methods used in this study are observation, interviews and triangulation. The data sources used in this study are primary and secondary data while the informants used in this study are as many as three people. The research took place during December. Based on the results of the study, there are results of research that capital resources, the level of selling power, external influences, the influence of education and so on are very influential on the increase of mobile fish sellers in Barugae Village. From the results of this study, it is expected that in the future itinerant fish sellers can improve the quality of fish sold and can prove that women can also play a role in bringing about improvements in the family's economy to the country's economy. Keywords: Implications of Structural Constraints, Scarcity of Capital, Social Behavior
xii
DAFTAR ISI
SAMPUL ................................................................................................ i
HALAMAN JUDUL ................................................................................. ii
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................. iii
HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................. iv
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... v
HALAMAN PERNYATAAN .................................................................... vi
KATA PENGANTAR .............................................................................. vii
ABSTRAK BAHASA INDONESIA ......................................................... x
ABSTRACT ............................................................................................ xi
DAFTAR ISI ........................................................................................... xii
DAFTAR TABEL .................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ................................................................. 5
D. Manfaat Penelitian ............................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Implikasi Kendala Struktural ................................................. 6
B. Kelangkaan Modal ............................................................... 9
xiii
C. Perilaku Sosial ..................................................................... 10
D. Tinjauan Empiris .................................................................. 12
E. Kerangka Konsep ................................................................ 16
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian .................................................................... 19
B. Fokus Penelitian .................................................................. 19
C. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................ 20
D. Defenisi Operasional Variabel .............................................. 20
E. Jenis dan Sumber Data........................................................ 21
F. Populasi dan Sampel ........................................................... 22
G. Pengumpulan Data .............................................................. 22
H. Instrumen Penelitian ............................................................ 23
I. Teknik Analisis Data ............................................................ 23
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ..................................... 26
B. Hasil Penelitian
Karakterisktik Responden .................................................... 43
Implikasi Kendala Struktural dan Kelangkaan Modal ............ 49
Perilaku Sosial Masyarakat .................................................. 52
C. Pembahasan ........................................................................ 53
xiv
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................ 55
B. Saran ................................................................................. 55
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Tinjauan Empiris .................................................................................. 15
Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel ............................................................. 21
Tabel 4.1 Jumlah Kecamatan di Kabupaten Bone ............................................ 28
Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ................................. 40
Tabel 4.3 Karakteristik Responden .................................................................... 43
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian .......................................................... 17
Gambar 4.1 Denah Lokasi Kabupaten Bone...................................................... 27
Gambar 4.2 Denah Lokasi Kecamatan di Kabupaten Bone .............................. 27
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejarah mencatat bahwa Bone merupakan salah satu kerajaan besar di
nusantara pada masa lalu. Kerajaan Bone yang didirikan oleh Manurung
Rimatajang pada tahun 1330, pernah mencapai puncak kejayaannya pada
masa pemerintahan Latenritatta Towappatunru Daeng Serang Datu Mario
Riwawo Aru Palakka Malampee Gemmekna Petta Torisompae Matinroeri
Bontoala, pertengahan abad ke-17 . Pada masa itu, masyarakat Bone yang
didominasi oleh suku Bugis tersohor bukan hanya sebagai pelaut dan pedagang
yang tangguh, melainkan juga petani yang ulet, handal dan produktif (Pudjianto,
2006:44).
Cermin kemasyhuran warga Bone dan suku Bugis khususnya dibidang
pertanian masih terlihat sampai sekarang. Data sensus penduduk tahun 2003
menunjukkan bahwa 72,2 persen penduduk Bone berusia 15 tahun ke atas
bekerja dan hidup dari sektor pertanian. Dari jumlah itu, sebesar 97,4 persen
adalah warga suku Bugis. Etos kerja yang tinggi dan sistem pertanian yang baik
membuat Bone di kenal sebagai lumbung padi. Bahkan bukan hanya di
Sulawesi Selatan, melainkan juga di kawasan timur Indonesia.
Pertanian telah menjadi tiang utama kegiatan ekonomi Bone. Tahun
2002 nilainya mencapai Rp 2,2 triliun. Yang merupakan 65 persen total kegiatan
daerah. Angka itu lebih kecil dibanding tahun 1999 dan 2000 yang mencapai
67,7 dan 66,3 persen. Tanaman bahan makanan menjadi penyumbang terbesar
1
2
pendapatan asli daerah. Dominannya sektor pertanian di Bone juga tercermin
dari luas wilayah Kabupaten Bone yang sebagian besar merupakan lahan
persawahan dan tegalan. Data BPS tahun 2002 menyebutkan, dari 4.559 km
persegi luas Kabupaten Bone, 88.449 ha merupakan lahan persawahan,
120.524 ha lahan tegalan/ladang, dan 43.052 ha lahan perkebunan. „Hanya‟
11.148 ha lahan untuk tambak/empang dan 145.073 ha merupakan hutan.
Meskipun Bone menjadi daerah sentral penghasil bahan makanan,
dalam mata rantai perdagangan hasil pertanian, para petani yang notabene
menjadi aktor utama produksi dan merupakan mayoritas penduduk Bone justru
tidak bisa menikmati keuntungan yang memadai. Segelintir spekulan dan
tengkulak yang menguasai jalur perdagangan yang justru selama ini meraup
untung besar. Tidak sulit untuk mendapatkan petani Bone yang terlilit hutang
para tengkulak. Akibatnya taraf hidup masyarakat Bone terbilang rendah jika
dibandingkan dengan potensi dan kemampuan di miliki.
Sumberdaya perikanan Indonesia, khususnya yang berada di wilayah
perairan Teluk Bone Provinsi Sulawesi Selatan merupakan aset strategis untuk
dikembangkan dengan basis kegiatan ekonomi untuk tujuan pemakmuran
masyarakat pesisir khususnya nelayan penangkap ikan dan peningkatan
perolehan pendapatan asli daerah. Salah satu sumberdaya ikan di perairan
Teluk Bone yang potensinya cukup besar adalah ikan cakalang yang
diperkirakan ikan cakalang menjadikan perairan Teluk Bone sebagai tempat
mencari makan (feeding ground) dan tempat pembesaran (nursery ground)
serta wilayah lintasan migrasinya (Mallawa, 2009).
3
Penelitian ini ditujukan untuk melihat gejala yang muncul akibat fakta
sosial yang dijelaskan di atas. Artinya, gambaran tentang potensi dan
sumberdaya sosial, ekonomi dan alam di Kabupaten Bone memberi solusi atas
permasalahan yang mengalami masalah sosial yang timbul akibat terjadinya
ketimpangan strategi pembangunan dengan penguatan sumber daya lokal
selama ini.
Sumberdaya perikanan Indonesia, khususnya yang berada di wilayah
perairan Teluk Bone Provinsi Sulawesi Selatan merupakan aset strategis untuk
dikembangkan dengan basis kegiatan ekonomi untuk tujuan pemakmuran
masyarakat pesisir khususnya nelayan penangkap ikan dan peningkatan
perolehan pendapatan asli daerah. Salah satu sumber alam yang menonjol
seperti ikan di perairan Indonesia seperti di Teluk Bone yang potensinya cukup
besar adalah ikan cakalang, di mana diperkirakan ikan cakalang menjadikan
perairan Teluk Bone sebagai tempat mencari makan (feeding ground) dan
tempat pembesaran (nursery ground) serta wilayah lintasan migrasinya
(Mallawa, 2009).
Kegiatan usaha perikanan di Kabupaten Bone dalam periode 2014-2017
produksinya dari tahun ke tahun berfluktuasi. Produksi perikanan budidaya
tambak pada tahun 2014 sebanyak 115.674 ton kemudian pada tahun 2015
naik menjadi 116.377 ton, pada tahun 2016 meningkat menjadi 151.770 ton dan
pada tahun 2017 turun menjadi 137.655 ton. Sedangkan produksi perikanan
dengan budidaya di kolam pada tahun 2017 sebanyak 401 ton (BPS, 2017).
4
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik dua tahun terakhir bahwa
produksi ikan sangat memadai di Kabupaten Bone. Hal tersebut juga diimbangi
dengan kebutuhan masyarakat sehari-hari akan mengkomsumsi ikan. Namun,
kendalanya yaitu terletak pada distribusi khususnya di wilayah penjualan ikan
keliling Kecamatan Lamuru Kabupaten Bone. Hal tersebut dikarenakan ketika
masa paceklik ikan semakin meningkat harga jualnya sehingga berdampak
kepada modal penjual untuk menjajalkan dagangan ikannya dari desa ke desa
yang terdapat di Kabupaten Bone.
Melihat kondisi permasalahan diatas, maka dari itu peneliti ingin
melakukan penelitian yang mengarah kepada analisa atau analisis implikasi
kendala struktural dan pengaruh kelangkaan modal terhadap perilaku sosial
masyarakat. Sehingga penulis berinisiatif mengangkat judul penelitian
“Implikasi Kendala Struktural dan Kelangkaan Modal Terhadap Perilaku
Sosial Masyarakat Pedagang Ikan Keliling di Kabupaten Bone (Studi
Kasus Penjual Ikan di Desa Barugae Kecamatan Lamuru)”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan pada latar belakang di atas , adapun yang
menjadi rumusan masalah dari penelitian ini yaitu “Bagaimana pengaruh
implikasi kendala struktural dan kelangkaan modal terhadap perilaku sosial
masyarakat pedagang ikan keliling di Kabupaten Bone ?”.
5
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai yaitu untuk mengetahui
pengaruh implikasi kendala struktural dan kelangkaan modal terhadap perilaku
sosial masyarakat pedagang ikan keliling di Kabupaten Bone.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini diharapkan berdaya guna sebagai
berikut:
1. Manfaat Teoretis
a. Diharapkan mampu menambah khazanah keilmuan dalam bidang
budaya khususnya mengenai lingkup perekonomian.
b. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi dan menambah
wawasan bagi pembaca baik dari kalangan akademis maupun
masyarakat umum tentang pengaruh implikasi kendara struktural dan
kelangkaan modal terhadap perilaku sosial masyarakat pada pedagang
ikan keliling.
c. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dan referensi bagi
penelitian selanjutnya.
2. Secara Praktis
a. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran bagi tempat penelitian
b. Bagi peneliti lain hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan dan
informasi tentang pengaruh implikasi kendara struktural dan kelangkaan
modal terhadap perilakuka sosial masyarakat pada pedagang ikan keliling.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Implikasi Kendala Struktural
1. Implikasi
Implikasi dalam bahasa Indonesia adalah efek yang ditimbulkan di
masa depan atau dampak yang dirasakan ketika melakukan sesuatu.
Implikasi adalah akibat langsung yang terjadi karena suatu hal misalkan
penemuan atau karena hasil penelitian. Implikasi memiliki makna bahwa
sesuatu yang telah disimpulkan dalam suatu penelitian yang lugas dan
jeslas (Anonim, 2016).
Menurut Islamy (2003, 114-115), implikasi merupakan segala
sesuatu yang telah dihasilkan dengan adanya proses perumusan kebijakan.
Dengan kata lain implikasi adalah akibat-akibat dan konsekuensi-
konsekuensi yang ditimbulkan dengan dilaksanakannya kebijakan atau
kegiatan tertentu. Menurut Silalahi (2005: 43), implikasi adalah akibat yang
ditimbulkan dari adanya penerapan suatu program atau kebijakan, yang
dapat bersifat baik atau tidak terhadap pihak-pihak yang menjadi sasaran
pelaksanaan program atau kebijaksanaan tersebut. Implikasi dalam
pendidikan adalah keterlibatan tersebut berperan tersebut dalam
mematangkan berbagai konsep pendidikan dari segi landasan pendidikan
itu sendiri.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka yang dimaksud
dengan implikasi dalam penelitian ini adalah suatu akibat yang terjadi atau
6
7
ditimbulkan pelaksanaan kebijakan atau program tertentu bagi sasaran
pelaksanaan program baik yang bersifat baik atau tidak baik (Anonim,
2011).
2. Kendala
Kata kendala berarti penghambat dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia diterjemahkan sebagai hal, keadaan atau penyebab lain yang
menghambat (merintangi, menahan, menghalangi). Sedangkan pengertian
dari hambatan adalah sesuatu yang dapat menghalangi kemajuan atau
pencapaian suatu hal. Pada penelitian ini faktor penghambat proses
pelaksanaan proyek konstruksi didefinisikan sebagai hal, keadaan yang
dapat merintangi, menahan dan menghalangi proses pelaksanaan
konstruksi.
Dalam mengimplementasi ide-ide sebagai solusi dari suatu
permasalahan atau mengatasi kendala, Goldratt mengembangkan lima
langkah yang berurutan agar proses perbaikan lebih terfokus dan
memberikan pengaruh positif yang lebih baik bagi sistem sebelumnya.
Langkah-langkah tersebut adalah:
a. Identifikasi sumber daya kendala (Constraints) dalam sistem, yaitu
memprioritaskan menurut pengaruh terhadap tujuan. Walaupun
mungkin ada banyak kendala dalam suatu waktu, biasanya hanya
sedikit kendala yang sesungguhnya dalam sistem itu.
8
b. Putuskan bagaimana menghilangkan kendala tersebut, pada tahap ini
ditentukan bagaimana menghilangkan kendala yang telah ditemukan
dengan mempertimbangkan perubahan dengan biaya terendah.
c. Subordinatkan sumber daya lain untuk mendukung langkah
menagguhkan hal-hal yang lain yang bukan kendala dari pertimbangan
pembuatan keputusan. Alasannya, segala sesuatu yang hilang pada
kendala tidak memberikan pengaruh karena sumber-sumber daya itu
masih cukup tersedia.
d. Lakukan kendala untuk memperbaiki performansi constraint sistem.
Memperioritaskan solusi masalah pada kendala sistem tidak
memuaskan.
e. Kembali ke langkah pertama untuk peningkatan terus menerus, jika
langkah-langkah sebelumnya memunculkan kendala-kendala baru
dalam sistem tersebut
3. Struktural
Struktural merupakan suatu penelaahan literatur di bidang sosiologi
dan administrasi negara yang memusatkan perhatiannya pada birokrasi
akan segera bahwa istilah tersebut sering digunakan untuk menunjuk suatu
tipe organisasi bagi sejumlah perkantoran yang secara hirarkis
berhubungan satu sama lain.
Dalam pengertian ini kata tersebut jelas menunjuk pada suatu
struktur, bukan fungsi, tetapi masih terdapat perbedaan besar dalam definisi
tentang struktur yang di tunjuk. Apabila birokrasi di definisikan sebagai
9
suatu hirarki dari kantor-kantor di bawah otoritas dari seorang kepala, maka
konteks ini suda jelas. Maka dari itu birokrasi di bedakan tidak hanya oleh
konteksnya tetapi juga oleh isinya. Sehingga dapat di definisikan birokrasi
sebagai suatu hirarki kantor di bawah otoritas seorang pimpinan. Ini berarti
mengeluarkan faktor pimpinan dari konsep birokrasi.
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat ditarik kesimpulkan bahwa implikasi
kendala struktural merupakan sesuatu perumusan kebijakan yang memiliki
beberapa rintangan yang berbasis tersistematis, khususnya para pedagang ikan
keliling ini harus memiliki kebijakan untuk menghadapi rintangan atau hambatan
dalam melakukan penjualan di Desa Barugae.
B. Kelangkaan Modal
Kekurangan modal berupa uang untuk membiayai kegiatan produksi
biasanya dihadapi negara miskin dan negara yang sedang berkembang,
misalnya kendala modal untuk pengadaan bahan mentah, membayar gaji, dan
pembayaran lainnya. Kelangkaan (Scarity) dalam Ilmu Ekonomi merupakan
suatu pengertian yang relatif. Kelangkaan merupakan situasi atau suatu
keadaan yang dimana jumlah sumber daya yang ada dirasakan kurang atau
tidak cukup untuk dapat memenuhi berbagai kebutuhan hidup manusia.
Keterbatasan dalam sumber daya, menyebabkan manusia perlu mencari cara
yang terbaik untuk mengelola sumber daya tersebut (Setiawan, 2019).
Kelangkaan atau kekurangan berlaku sebagai akibat dari ketidak
simbangan antara kebutuhan masyarakat dengan faktor-faktor produksi yang
tersedia dalam masyarakat atau yang disedikan oleh alam. Di satu pihak, dalam
10
setiap masyarakat selalu terdapat keinginan yang relatif tidak terbatas untuk
menikmati semua jenis barang dan jasa yang dapat memenuhi kebutuhan
mereka. Sebaliknya dilain pihak, sumber-sumber daya atau faktor-faktor
produksi yang dapat digunakan untuk menghasilkan barang-barang tersebut,
relatif terbatas. Oleh kerenanya masyarakat tidak dapat memperoleh dan
menikmati semua barang yang mereka butuhkan atau inginkan. Mereka perlu
membuat dan menentukan pilihan.
C. Perilaku Sosial Masyarakat
Pembentukan perilaku tidak dapat terjadi dengan sendirinya atau dengan
sembarang saja. Pembentukannya senantiasa berlangsung dalam interaksi
manusia, dan berkenaan dengan objek tertentu. Menurut W.A. Gerungan,
perilaku dapat terbentuk karena adanya faktor-faktor intern dan faktor-faktor
ekstern individu yang memegang peranannya.
Faktor intern adalah faktor yang terdapat dalam pribadi manusia itu
sendiri, ini dapat berupa selectivity atau daya pilih seseorang untuk menerima
dan mengelola pengaruh-pengaruh yang datang dari luar. Dan faktor ekstern
adalah faktor yang terdapat di luar pribadi manusia yang bersangkutan, ini dapat
berupa interaksi sosial di luar kelompok. Perilaku dapat terbentuk melalui
empat macam cara, yaitu adopsi, deferensial, integrasi, dan trauma.
Perilaku Sosial mengatakan perilaku manusia tidak lepas dari keadaan
individu itu sendiri dan lingkungan bahwa individu tersebut berada. Perilaku
Sosial adalah aktifitas fisik dan psikis seseorang terhadap orang lain atau
sebaliknya dalam rangka memenuhi diri atau orang lain yang sesuai dengan
11
tuntutan sosial. Perilaku sosial adalah suasana saling ketergantungan yang
merupakan keharusan untuk menjamin keberadaan manusia, artinya bahwa
kelangsungan hidup manusia berlangsung dalam suasana saling mendukung
dalam kebersamaan. Perilaku sosial memusatkan perhatiannya kepada antar
hubungan antara individu dan lingkungannya yang terdiri atas bermacam-
macam objek sosial dan non sosial atau tidak menyenangi objek tersebut.
Perilaku sosial seseorang merupakan sifat relatif untuk menanggapi orang lain
dengan cara-cara yang berbeda. Misalnya dalam kerjasama, ada orang yang
melakukan dengan tekun, sabar dan selalu mementingkan kepentingan
bersama diatas kepentingan pribadinya (Nisrima, dkk, 2016:195).
Manusia sebagai makhluk sosial berarti manusia sebagai makhluk yang
memiliki dimensi kebersamaan dengan orang lain. Teori Psikoanalisa misalnya,
menyatakan bahwa manusia memiliki pertimbangan moral sosial (super ego)
ketika dihadapkan pada pilihan-pilihan berperilaku. Sedangkan ilmu humaniora
menjelaskan realitas sosial sebagai sebuah organisme hidup dalam bentuk
teori-teori sosial tentang kehidupan manusia dalam bentuk masyarakat.
Menurut teori psikososial maupun teori perkembangan kognitif
menyatakan bahwa perilaku yang ada pada diri seseorang berlandasan pada
pertimbangan-pertimbangan moral kognitif. Selanjutnya, masalah aturan,
norma, nilai, etika, akhlak dan estetika adalah hal-hal yang sering didengar dan
selalu dihubungkan dengan konsep moral ketika seseorang akan menetapkan
suatu keputusan perilakunya.
12
Diri manusia dalam setiap insan terdapat dua faktor utama yang sangat
menentukan kehidupannya, yaitu fisik dan ruh. Pemahaman terhadap kedua
faktor ini memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap seseorang
berperilaku dalam realitas kehidupannya. Kedua faktor ini memiliki ruang dan
dimensi yang berbeda. Jika yang pertama adalah sesuatu yang sangat mudah
untuk diindra, tampak dalam bentuk perilaku, namun pada faktor yang kedua
hanya dapat dirasakan dan menentukan terhadap baik buruknya suatu perilaku.
D. Tinjauan Empiris
Puti andiny pada tahun 2017 dengan judul analisis tingkat keuntungan
pedagang ikan di kecamatan peurelak aceh timur puti dengan jurnal samudra
ekonomika, vol. 1 No. 1 Fenomena pedagang ikan eceran merupakan strategi
pemasaran dalam perdagangan ikan khususnya di pasar pajak ikan. Ikan yang
dibeli pada pedagang pengumpul (muge) atau pada pedagang pengumpul
(Toke Ikan) atau pada petani tambak penghasil ikan, guna untuk menampung
stok ikan di pasar ikan untuk dijual eceran kepada masyarakat konsumen.
Penjualan ikan di Pajak Ikan yang masih pasar tradisional dengan harga
yang sangat bersaing antara pengecer ikan lainnya, sehingga pada saat ikan
membludak sering pedagang ikan eceran ini mengalami kerugian. Menyikapi
keadaan ini, bahwa pedagang ikan sebagai pengusaha kecil informal akan
selalu dihadapkan pada berbagai kendala keterbatasan, khususnya
keterbatasan skala usaha, manajemen usaha, modal, dan pemasaran. Salah
satu pelaku usaha yang terlibat tersebut adalah para pedagang ikan yang ada di
Kecamatan Peureulak.
13
Maradou pada tahun 2017 dengan judul Peran Perempuan Penjual Ikan
Keliling dalam Meningkatkan Pendapatan Keluarga di Kelurahan Tumumpa Dua
Kecamatan Tuminting Kota Manado dengan jurnal Akulturasi Vol. 5 No. 10
Sumberdaya perikanan Indonesia yang melimpah belum diimbangi oleh kualitas
sumberdaya manusia pesisir dan sarana penunjang pesisir lainnya, hal ini
membuat masyarakat nelayan masih menjadi masyarakat golongan ekonomi
rendah. Satria (2009), menyatakan bahwa kemiskinan masyarakat pesisir dapat
dibagi tiga macam, yaitu kemiskinan struktural, kemiskinan kultural, dan
kemiskinan alamiah. Kusnadi (2003), menambahkan bahwa kemiskinan yang
melekat pada masyarakat pesisir itu disebabkan oleh struktur yang tidak
mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat serta budaya yang masih
melekat dalam masyarakat tersebut. Tingkat sosial ekonomi dan kesejahteraan
hidup yang rendah masyarakat nelayan, menyebabkan nelayan menjadi lapisan
sosial yang paling miskin.
Bintang Dwitya Cahyono Dan Mochammad Nadjib dalam jurnal Implikasi
Kendala Struktural Dan Kelangkaan Modal Terhadap Perilaku Sosial Ekonomi
Nelayan pada tahun 2015. Tulisan ini membahas secara mendalam modal dan
investasi yang dibutuhkan nelayan serta hambatan struktural yang
mempengaruhi perilaku sosial ekonomi masyarakat nelayan. Diharapkan dari
pembahasan secara mendalam terhadap perilaku sosial ekonomi nelayan, akan
dapat diungkap hambatan struktural dan kondisi sosial ekonomi serta budaya
masyarakat nelayan. Dengan demikian akan dapat dipahami permasalahan riil
yang dihadapi nelayan, sehingga program kebijakan yang diterapkan untuk
14
masyarakat nelayan bisa cocok dan sesuai implementasinya untuk berbagai
komunitas nelayan.
Jurnal Ilmiah yang berjudul Pembinaan Perilaku Sosial Remaja
Penghuni Yayasan Islam Media Kasih Kota Banda Aceh. Hal tersebut dijadikan
sebagai sumber refensi dikarenakan jurnal tersebut mengkaji terkait perilaku
sosial tapi lebih ditekankan kepada remaja. Maka dari itu, penelis mengemas
karya tulis ini dengan mengkaji kepada perilaku masyarakat yang dijadikan
referensi dalam menyelesaikan penelitian ini.
Menurut Saratturahmi dalam Jurnal Ekonomi Pertanian Unimal pada
tahun 2018. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar
Pengaruh Modal Dan Permintaan Terhadap Pendapatan Pedagang Ikan
Tongkol Lisong di Kota Lhokseumawe. Data yang digunakan dalam penelitian
ini ialah data primer yang diperoleh dari survey. Metode analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Model Regresi Linear Berganda. Variabel
yang diteliti sudah terbebas dari uji asumsi klasik. Hasil penelitian menunjukkan
secara simultan variabel modal dan permintaan berpengaruh positif dan
signifikan terhadap pendapatan pedagang ikan tongkol lisong di Kota
Lhokseumawe.
Lubis pada tahun 2007 Analisis Pendapatan Dan Strategi Pemasaran
Ikan Kerapu Tangkap (Ephinephelus Tauvina) Di Kabupaten Serdang Bedagai.
Kondisi pedagang yang mengelola ikan kerapu didaerah penelitian tentunya
berbeda perlakukannya dalam setiap mengelola usaha pemasarannya. Suatu
produk akan lebih dikenal apabila dipromosikan. Berdasarkan penelitian
15
tersebut peneliti sering mendengar bahwa ikan kerapu yang berasal dari
perairan laut Selat Malaka wilayah Serdang Bedagai dan sekitarnya memiliki
cita rasa yang manis dan daging ikannya lebih lembut.
Tabel 2.1 Tinjauan Empiris
No. Nama Penulis Tahun Metode Hasil
1. Puti Andiny 2007
Metode Penelitian yang digunakan yaitu
penelitian kuantitatif
Penjualan ikan di Pajak Ikan yang masih pasar tradisonal dengan harga yang sangat bersaing antara pengecer ikan lainnya, sehingga pada saat ikan membludak sering pedagang ikan eceran ini mengalami kerugian.
2. Maradou 2017
Metode Penelitian yang digunakan yaitu
penelitian kualitatif
Sumberdaya perikanan Indonesia yang melimpah belum diimbangi oleh kualitas sumberdaya manusia pesisir dan sarana penunjang pesisir lainnya, hal ini membuat masyarakat nelayan masih menjadi masyarakat golongan ekonomi rendah
16
3. Bintang Dwitya Cahyono Dan Mochammad
Nadjib
2015
Metode Penelitian yang digunakan yaitu
penelitian kualitatif
membahas secara mendalam modal dan investasi yang dibutuhkan nelayan serta hambatan struktural yang mempengaruhi perilaku sosial ekonomi masyarakat nelayan
4. Lubis 2007
Metode Penelitian yang digunakan yaitu
penelitian kualitatif
Kondisi pedagang yang mengelola ikan kerapu didaerah penelitian tentunya berbeda perlakukannya dalam setiap mengelola usaha pemasarannya.
5. Saratturahmi 2018
Metode penelitian yang
digunakan metode regresi linear berganda
untuk mengetahui seberapa besar Pengaruh Modal Dan Permintaan Terhadap Pendapatan Pedagang Ikan Tongkol Lisong di Kota Lhokseumawe. Data yang digunakan dalam penelitian ini ialah data primer yang diperoleh dari survey
E. Kerangka Konsep
Pedagang ikan keliling merupakan pedagang (muge) yang berjualan
secara keliling masuk kampung dari rumah ke rumah melalui jalan desa yang
17
bisa dilaluinya. Hal ini menggambarkan aktivitas penjualan merupakan cerminan
kegiatan ekonomi yang tidak dapat berdiri sendiri tetapi senantiasa
menunjukkan adanya saling ketergantungan satu sama lainnya. Pedagang
pengumpul umumnya membeli langsung ditempat pemangkalan ikan
(tangkapan) atau tempat penjualan ikan (TPI) yang ada dibeberapa tempat.
Fenomena pedagang ikan keliling merupakan strategi pemasaran
lainnya dalam perdagangan ikan. Ikan yang semula dijual di dalam pasar saat
ini menggunakan perantara pedagang keliling dimana jangkauan atau
kemampuan jelajah dan kapasitas ikan yang dijual beragam. Menggunakan
sarana bergerak roda dua bermuatan lebih dari 15 kilogram, ikan dapat sampai
ke tangan konsumen dengan lebih mudah dan dalam keadaan yang masih
segar, dan sekali-sekali ada ikan segar yang masih hidup atau belum digunakan
es. Sehingga harga jual laku dipasaran dengan harga yang cukup relevan bagi
warga desa Barugae.
Kondisi harga pada ikan yang ditawarkan oleh produsen kepada
konsumen relatif stabil dan tidak mengalami kenaikan, artinya nelayan tidak
mendapatkan untung lebih dari penjualan ikan tersebut. Hasil tangkapan
Nelayan selalu mengharapkan hasil tangkapan ikan agar selalu mengalami
peningkatan setiap harinya. Hal tersebut dapat menyebabkan pendapatan
nelayan terus mengalami peningkatan lewat penjual ikan keliling yang menjadi
sumber penghasilan warga di pelabuhan Bajoe.
Adapun kerangka konsep dari penelitian itu dimulai dari Masyarakat
Desa Barugae, kemudian Implikasi kendala struktural yang terdiri atas beberapa
18
indikator dan bagian setelah itu yaitu perilaku sosial masyarakat kemudian
terkahir yaitu merujuk kepada hasil penelitian.
Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian
Implikasi Kendala Struktural dan Kelangkaan Modal a) Sumber Daya Modal b) Minat Konsumsi c) Tingkat Daya Jual
Pedagang Ikan Keliling
Perilaku sosial masyarakat a) Ilmu Pengetahuan yang
diperoleh b) Pengaruh dari luar c) Lingkungan Sekitar
Masyarakat Desa Barugae
Hasil Penelitian
19
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dipilih adalah deskriptif kualitatif. Metode penelitian
kualitatif merupaka metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat
postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah.
Serta metode penelitian yang digunakan ini yaitu jenis metode penelitian
berbasis studi kasus. Studi kasus merupakan jenis penelitian yang melakukan
eksplorasi secara mendalam terhadap program, kejadian, proses, aktivitas,
terhadap satu atau lebih orang (Sugiyono, 2014:15). Penelitian ini dilaksanakan
untuk memperoleh gambaran atau peta mengenai jenis, kriteria dan lokasi
penyandang masalah sosial serta potensi dan sumber kesejahteraan sosial
secara kualitatif di Kabupaten Bone. Deskriptif yang dimaksud adalah mencari
dan menggali persepsi yang ada dan berkembang di masyarakat dengan
menggali kenyataan sosial yang ada dan mengkaitkannya dengan budaya yang
dimiliki oleh anggota masyarakat. Yakni simbol-simbol penyampaian dan
penetapan suatu gejala sosial sebagai kenyataan yang ada di sekeliling
masyarakat dan yang dialami oleh anggota masyarakat.
B. Fokus Penelitian
Peneliti ini ingin memahami tingkat perekonomian masyarakat
kabupaten Bone melalui tingkat penjualan masyarakat di Kecamatan Lamuru
secara lebih baik. Fokus berikut ini dia buat setelah melakukan pengkajian
19
20
kepustakaan yang relevan, dan juga mengamati beberapa penjual ikan keliling
sebagai studi awal. Pada kenyataannya, deskripsi tentang fokus ini bisa cukup
panjang dan kaya dengan data-data empiris hasil pengamatan awal (preliminary
research). Fokus penelitian merupakan ketentuan objek yang akan diteliti (
Anggito, 2018). Adapun Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri
atas objek atau subjek yang mempunyain kualitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajarari dan kemudian ditarik
kesimpulannya. Sedangkan sampel merupakan bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2014:119).
Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh pedagang ikan keliling di
Desa Barugae. Sedangkan teknik pengambilan sampel yaitu sampling insidental
yaitu teknik pengambilan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang
secara kebetulan atau insidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan
sebagai sampel, bila dipandang orang yang dianggap cocok sebagai sumber
data.
C. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Bone tepatnya berlokasi di
Kecamatan Lamuru, Desa Barugae. Alasan pemilihan lokasi tersebut karena
mempunyai tingkat keberhasilan keuntungan pedagang ikan keliling yang relatif
tinggi. Adapun waktu penelitian tersebut dilakukan selama dua bulan yaitu pada
bulan November-Desember tahun 2019.
21
D. Defenisi Operasional Variabel
Definisi operasional variabel adalah salah satu operasional yang diberikan
pada suatu variabel atau dengan cara memberikan arti kegiatan ataupun
membenarkan suatu operasional yang perlu mengukur variabel tersebut (Umar
dalam Khakim, Mendefinisikan secara operasional suatu konsep sehingga dapat
diukur, dicapai dengan melihat pada dimensi tingkah laku atau properti yang
ditunjukkan oleh konsep dan mengkategorikan hal tersebut menjadi elemen yang
dapat diamati dan dapat diukur (Setyawan, 2017). Berikut ini adalah definisi
operasional variabel daam penelitian ini.
Tabel 3.1
Definisi Operasional Variabel
Konsep Variabel
Pengaruh
Implikasi Kendala Struktural dan
kelangkaan Modal
Perilaku Sosial Masyarakat
Pedagang Ikan Keliling
22
E. Jenis dan Sumber data
1. Jenis Data
Terdapat dua jenis data yang digunakan, yaitu:
a. Data Primer, data yang diperoleh dari responden melalui kuesioner dan
data hasil wawancara peneliti dengan narasumber. Data yang diperoleh
dari data primer ini harus diolah lagi. Sumber data yang langsung
memberikan data kepada pengumpul data (Sujarweni, 2015: 89).
b. Data Sekunder, yaitu data yang didapatkan dari buku, jurnal, artikel, web,
dan sebagainya. Data yang diperoleh dari data sekunder ini tidak perlu
diolah lagi. Sumber yang tidak langsung memberikan data pada
pengumpulan data (Sujarweni, 2015: 89).
2. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah subjek darimana data
diperoleh. Adapun yang dijadikan sumber data adalah pedagang ikan keliling
yang melakukan penjualan di sekitar Desa Barugae.
F. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti dalam
memperoleh data, yaitu:
1. Teknik Wawancara (Interview)
Teknik pengumpulan data yang digunakan selain kuesioner/angket
adalah teknik wawancara. Teknik wawancara merupakan teknik tanya jawab
yang dilakukan oleh peneliti kepada responden. Dalam penelitian ini, teknik
23
wawancara digunakan untuk menghimpun informasi tentang tingkat
penjualan pedagang ikan keliling di Kabupaten Bone, Kota Makassar.
2. Teknik Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.
Dokumen bisa berupa tulisan, gambar, atau karya monumental dari
seseorang. Misalnya hasil foto yang diambil pada saat kegiatan observasi,
wawancara, dan pembagian kuesioner di lapangan (Sugiyono, 2015). Dalam
penelitian ini menggunakan teknik dokumentasi berupa foto yang diabadikan
pada saat kegiatan penyebaran kuesioner dan pengolahan data.
G. Instrumen Penelitian
Penelitian ini pengumpulan datanya menggunakan kuesioner. Kuesioner
adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh
informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal
yang ia ketahui (Arikunto, 2013: 194).
H. Teknik Analisis Data
Analisis data kualitatif dilakukan apabila data empiris yang diperoleh
adalah data kualitatif berupa kumpulan berwujud kata-kata dan bukan rangkaian
angka serta tidak dapat disusun dalam kategori-kategori/struktur klasifikasi.
Data bisa saja dikumpulkan dalam aneka macam cara (observasi, wawancara,
intisari dokumen, pita rekaman) dan biasanya diproses terlebih dahulu sebelum
siap digunakan (melalui pencatatan, pengetikan, penyuntingan, atau alih tulis),
tetapi analisis kualitatif tetap menggunakan kata-kata yang biasanya disusun ke
24
dalam teks yang diperluas, dan tidak menggunakan perhitungan matematis atau
statistika sebagai alat bantu analisis.
Menurut penarikan kesimpulan atau verifikasi. Terjadi secara bersamaan
berarti reduksi data , penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verivikasi
sebagai sesuatu yang saling jalin menjalin merupakan proses siklus dan
interaksi pada saat sebelum, selama, dan sesudah pengumpulan data dalam
bentuk sejajar yang membangun wawasan umum yang disebut “analisis” (Ulber
Silalahi, 2009: 339).
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian kualitatif
mencakup transkip hasil wawancara, reduksi data, analisis, interpretasi data dan
triangulasi. Dari hasil analisis data yang kemudian dapat ditarik kesimpulan.
berikut ini adalah teknik analisis data yang digunakan oleh peneliti:
1. Reduksi data, merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan,
menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan
mengorganisasi data sedemikian rupa sehingga kesimpulan-kesimpulan
akhirnya dapat ditarik dan diverivikasi. Reduksi data atau proses transformasi
ini berlanjut terus sesudah penelitian lapangan, sampai laporan akhir lengkap
tersusun. Jadi dalam penelitian kualitatif dapat disederhanakan dan
ditransformasikan dalam aneka macam cara: melalui seleksi ketat, melalui
ringkasan atau uraian singkat, menggolongkan dalam suatu pola yang lebih
luas, dan sebagainya.
2. Triangulasi, Selain menggunakan reduksi data peneliti juga menggunakan
teknik Triangulasi sebagai teknik untuk mengecek keabsahan data. Dimana
25
dalam pengertiannya triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data
yang memanfaatkan sesuatu yang lain dalam membandingkan hasil
wawancara terhadap objek penelitian (Moloeng, 2004:330)
3. Menarik Kesimpulan
Kegiatan analisis ketiga adalah menarik kesimpulan dan verifikasi. Ketika
kegiatan pengumpulan data dilakukan, seorang penganalisis kualitatif mulai
mencari arti benda-benda, mencatat keteraturan, pola-pola, penjelasan,
konfigurasi-konfigurasi yang mungkin, alur sebab akibat, dan proposisi.
Kesimpulan yang mula-mulanya belum jelas akan meningkat menjadi lebih
terperinci. Kesimpulan-kesimpulan “final” akan muncul bergantung pada
besarnya kumpulan-kumpulan catatan lapangan, pengkodeannya,
penyimpanan, dan metode pencarian ulang yang digunakan, kecakapan
peneliti, dan tuntutan pemberi dana, tetapi sering kali kesimpulan itu telah
sering dirumuskan sebelumnya sejak awal.
26
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Kondisi Umum Desa Barugae
Kabupaten Bone merupakan kabupaten yang memiliki lautan luas
disertai dengan beberapa kecamatan. Kabupaten Bone merupakan salah satu
kabupaten di pesisir timur Provinsi Sulawesi selatan yang berjarak 174 km
dari kota Makassar . Mempunyai garis pantai sepanjang 138 km dari arah
selatan ke arah utara. Secara astronomis terletak dalam posisi 4˚ 13 „ – 5˚
06‟Lintang Selatan dan antara 119 ˚42‟ – 120 º40‟ Bujur Timur dengan batas
wilayah sebagai berikut (disperin.go.id) :
Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Wajo dan Soppeng
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Sinjai dan Gowa
Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Teluk Bone
Sebelah Barat berbatasan dengan kabupaten Maros, Pangkep dan Barru.
Kemudian memiliki daerah perairan sekitar, diantaranya yaitu :
Panjang Garis Pantai : 138 Km
Jumlah Kecamatan Pantai : 10 Kec.
Jumlah Kecamatan Air tawar / Minapadi : 17 Kecamatan
Jumlah Desa/Kel. Pesisir : 63 Desa/Kel
Jumlah Desa/kel. Air Tawar/Minapadi : 119 Desa/Kel.
26
27
Gambar 4.1 Denah Lokasi Kabupaten Bone
Gambar 4.2 Denah Kecamatan di Kabupaten Bone
28
Tabel 4.1 Jumlah Kecamatan di Kabupaten Bone
NO. KECAMATAN DESA/KELURAHAN
1 TANETE RIATTANG
1. Kelurahan Biru
2. Kelurahan Ta'
3. Kelurahan Manurunge
4. Kelurahan Watampone
5. Kelurahan Walaennae
6. Kelurahan Masumpu
7. Kelurahan Pappolo
2 TANETE RIATTANG BARAT
1. Kelurahan Macege
2. Kelurahan Mattiro Walie
3. Kelurahan Macanang
4. Kelurahan Majang
5. Kelurahan Bulu Tempe
6. Kelurahan Jeppe'e
7. Kelurahan Polewali
8. Kelurahan Palakka
3 TANETE RIATTANG TIMUR
1. Bajoe
2. Kelurahan Cellu
3. Kelurahan Panyula
4. Kelurahan Wae Tuo
5. Kelurahan Pallette
6. Kelurahan Toro
7. Kelurahan Lonrae
4 BAREBBO
1. Desa Bacu
2. Desa Lampoko
3. Desa Congko
4. Desa Wollangi
5. Desa Parippung
29
6. Kelurahan Apala
7. Desa Barebbo
8. Desa Attobaja
9. Desa Kading.
10 Desa Kajaolalilldong
11. Desa Samaelo
12. Desa Corawalie
13. Desa Talungeng
14. Desa Watu
15. Desa Cinnong
16. Desa Cingkang
17. Desa Cempaniga
18. Desa Sugi Ale
5 PALAKKA
1. Desa Cinennung
2. Desa Lemoape
3. Desa Pasempe
4. Desa Usa
5. Desa Passippo
6. Desa Panyili
7. Desa Melle
8. Desa Mattanete Bua
9. Desa Mico
10. Desa Maduri
11. Desa Tanah Tengnga
12. Desa Ureng
13. Desa Bainang
14. Desa Siame
15. Tirong
30
6 AWANG PONE
1. Desa Carebbu
2. Desa Cumpiga
3. Desa Paccing
4. Desa Lattekko
5. Desa Matuju
6. Desa Unra
7. Desa Kading
8. Desa Mallari
9. Desa Kajuara
10. Kelurahan Maccope
11. Desa Jaling
12. Desa Bulumpare
13. Desa Abbanuang
14. Desa Lappoase
15. Desa Awolagading
16. Desa Carigading
17. Desa Cakkebone
18. Desa Mappalo Ulaweng
7 CINA
1. Desa Arasoe
2. Desa Tanete Harapan
3. Desa Lompu
4. Desa Walenreng
5. Desa Ajang Pulu
6. Desa Padang Loang
7. Desa Abbumpungeng
8. Desa Kawerang
9. Desa Awo
10. Desa Kanco
11. Desa Cinennung
12. Kelurahan Tanete
31
8 SIBULUE
1. Desa Pattiro bajo
2. Desa Massenrengpulu
3. Desa Tunreng Tellue
4. Desa Polewali
5. Desa Tadang Palie
6. Desa Cinnong
7. Desa Malluse Tasi
8. Desa Pakkasalo
9. Desa Pattiro Sompe
10. Desa Ajangpulu
11. Desa Sumpang
Minangae
12. Desa Mabbiring
13. Desa Pasaka
14. Desa Kalibong
15. Desa Pattiro Riolo
16. Desa Letta Tanah
17. Desa Manajeng
18. Desa Bulie
19. Desa Balieng Toa
20. Kelurahan Maroanging
9 ULAWENG
1. Desa Lilina Ajangale
2. Desa Cani Sirenreng
3. Desa Ulaweng Cinnong
4. Desa Pallawa Rukka
5. Desa Jompie
6. Desa Sappewalie
7. Desa Lamakkaraseng
8. Desa Mula Menre'e
9. Desa Tea Musu
32
10. Desa Tea Malala
11. Desa Galung
12. Desa Tadang Palie
13. Desa Timusu
14. Desa Manurungnge
15. Desa Cinnong
10
TELLU SIATTINGE
1. Desa Palongki
2. Desa Tajong
3. Desa Ulo
4. Desa Lanca
5. Desa Itterung
6. Kelurahan Otting
7. Desa Mattoanging
8. Desa Lamuru
9. Desa Waji
10. Desa Ajjalireng
11. Desa Sijelling
12. Desa Lea
13. Desa Pada Idi
14. Desa Pongka
15. Desa Lappae
16. Desa Patangnga
17. Kelurahan Tokaseng
11 DUA BOCCOE
1. Desa Mario
2. Desa Laccori
3. Desa Pattiro
4. Desa Cabbeng
5. Desa Panyili
6. Desa Sanrangeng
7. Desa Sailong
33
8. Desa Melle
9. Desa Pakkasalo
10. Desa Tawaroe
11. Desa Uloe
12. Desa Ujung
13. Desa Padang Cenga
14. Desa Lallatang
15. Desa Kampoti
16. Desa Praja Maju
17. Desa Tocina
18. Desa Tempe
19. Desa Solo
20. Desa Turu Memame
21. Kelurahan Unnyi
12 AJANGALE
1. Desa Timurung
2. Desa Allamung Patue
3. Desa Lebbae
4. Desa Telle
5. Desa Opo
6. Desa Welado
7. Kelurahan Pompanua
8. Kelurahan Pompanua
Riattang
9. Desa Pinceng Pute
10. Desa Manciri
11. Desa Pacciro
12. Desa Amessangeng
13. Desa Leppangeng
14. Desa Labissa
34
13 CENRANA
1. Desa Pacubbe
2. Desa Panyiwi
3. Desa Latonro
4. Desa Watu
5. Desa Nagauleng
6. Kelurahan Cenrana
7. Desa Pallime
8. Desa Laoni
9. Desa Labotto
10. Desa Cakkeware
11. Desa Lebonge
12. Desa Ajanglasse
13. Desa Pusunge
14. Desa Pallae
15. Desa Watang Ta
16. Desa Awang Cenrana
14
AMALI
1. Desa Lili Riattang
2. Desa Mattaro Purae
3. Desa Ulaweng Riaja
4. Desa Pubbue
5. Desa Waemputtange
6. Desa Amali Riattang
7. Desa Tassipi
8. Desa Wellulang
9. Desa Benteng Tellue
10. Desa Taccipong
11. Desa Ajang Laleng
12. Desa Laponrong
13. Desa Bila
14. Desa Mampotu
35
15. Desa Tocinnong
15 LAPPARIAJA
1. Desa Mattampa Walie
2. Desa Lili Riattang
3. Desa Sengeng Palie
4. Desa Tenri Pakkua
5. Desa Patangkai
6. Desa Tonronge
7. Desa Waekecce'e
8. Desa Pattukku Limpoe
9. Desa Ujung Lamuru
16 BENGO
1. Desa Samaenre
2. Desa Tungke
3. Desa Selli
4. Desa Bengo
5. Desa Mattaro Puli
6. Desa Lili Riawang
7. Desa Walimpong
8. Desa Mattiro Walie
9. Desa Bulu Allapporenge
17 MARE
1. Desa Paccing
2. Desa Mario
3. Desa Ujung Salangketo
4. Desa Tellu Boccoe
5. Desa Mattampa Walie
6. Desa Ujung Tanah
7. Desa Sumaling
8. Desa Tellongeng
9. Desa Data
10. Desa Batu Gading
11. Desa Cege
36
12. Desa Kadai
13. Desa Lakukang
14. Desa Pattiro
15. Desa Lappa Upang
16. Desa Lapasa
17. Desa Karella
18. Kelurahan Padaelo
19. Desa Mattiro Walie
18 TONRA
1. Desa Biccuing
2. Desa Ujung
3. Desa Gareccing
4. Desa Bulu-Bulu
5. Desa Libureng
6. Desa Rappa
7. Desa Muara
8. Desa Bacu
9. Desa Bone Pute
10. Desa Padatuo
11. Desa Samaenre
19 PATIMPENG
1. Desa Patimpeng
2. Desa Paccing
3. Desa Massila
4. Desa Pationgi
5. Desa Talabangi
6. Desa Bulu Ulaweng
7. Desa Masago
8. Desa Latellang
9. Desa Batu Lappa
10. Desa Maddanreng Pulu
37
20 SALOMEKKO
1. Desa Malimongeng
2. Desa Manare
3. Desa Ulubalang
4. Desa Gattareng
5. Desa Bellu
6. Desa Lebba
7. Desa Mappatoba
8. Kelurahan Pancaitana
21 KAJUARA
1. Desa Raja
2. Desa Abbumpungeng
3. Desa Bulu Tanah
4. Desa Gona
5. Desa Buareng
6. Desa Polewali
7. Kelurahan Padaelo
8. Desa Ancu
9. Desa Tarasu
10. Desa Lemo
11. DesaKalero
12. Desa Lappa Bosse
13. Desa Waetuo
14. Desa Pude
15. Desa Lamakkabba
16. Desa Massangkae
17. Desa Malahae
18. Desa Awang Tangka
22 PONRE
1. Desa Mappesangka
2. Desa Salebba
3. Desa Mattampae
4. Desa Pattimpa
38
5. Desa Tellu Boccoe
6. Desa Turu Adae
7. Desa Salampe
8. Desa Poleonro
9. Desa Bolli
23 LIBURENG
1. Desa Tompo Bulu
2. Desa Tappale
3. Desa Polewali
4. Desa Pitumpidange
5. Desa Bune
6. Desa Swadaya
7. Desa Binuang
8. Desa Mallinrung
9. Desa Ceppaga
10. Desa Baringeng
11. Desa Mario
12. Desa Wanua Waru
13. Desa Mattiro Walie
14. Desa Poleonro
15. Desa Mattiro Bulu
16. Desa Mattiro Deceng
17. Desa Sua
18. Desa Laburasseng
19. Desa Ponre-Ponre
20. Desa Tanabatu
24 LAMURU
1. Desa Mattampa Walie
2. Desa Poleonro
3. Desa Sengeng Palie
4. Desa Mattampa Bulu
5. Desa Turu Cinnae
39
6. Desa Seberang
7. Desa Massenreng Pulu
8. Desa Mamminasae
9. Desa Padaelo
10. Desa Barugae
11. Desa Barakkae
12. Kelurahan Lalebbata
25 KAHU
1. Desa Nusa
2. Desa Pasaka
3. Desa Labuaja
4. Desa Cakkela
5. Desa Balle
6. Desa Matajang
7. Desa Cenrana
8. Desa Sanrego
9. Desa Biru
10. Desa Palakka
11. Desa Tompong Patu
12. Desa Hulo
13. Desa Maggenrang
14. Desa Arellae
15. Desa Mattoanging
16. Desa Carima
17. Desa Bonto Padang
18. Desa Lallepo
19. Desa Cammilo
20. Kelurahan Palattae
26 TELLU LIMPOE
1. Desa Tellangkere
2. Desa Lagori
3. Desa Gaya Baru
40
4. Desa Tapong
5. Desa Sadar
6. Desa Tondong
7. Desa Samaenre
8. Desa Bonto Masunggu
9. Desa Pallawa
10. Desa Polewali
11. Desa Batu Putih
27 BONTOCANI
1. Desa Watang Cani
2. Desa Pattukku
3. Desa Bonto Jai
4. Desa Bana
5. Desa Pammusureng
6. Desa Langi
7. Desa Era Cinnong
8. Desa Bulu Sirua
9. Desa Lamoncong
10. Desa Mattiro Walie
11. Desa Kahu
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2019
Berdasarkan Agregat Kependudukan Kabupaten Bone sampai Juni Tahun
2019, Penduduk Kabupaten Bone sebanyak 806.889 jiwa yang terdiri
atas 394.477 jiwa penduduk laki-laki dan 412.412 jiwa penduduk perempuan.
Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
No KECAMATAN LAKI-LAKI
PEREMPUAN JUMLAH
1 ULAWENG 13.388 14.034 27.422
2 PALAKKA 12.435 13.332 25.767
3 AWANGPONE 16.348 17.795 34.143
4 TELLU SIATTINGE 22.167 23.666 45.833
41
5 AJANGALE 13.783 14.901 28.684
6 DUA BOCCOE 16.303 17.494 33.797
7 CENRANA 13.161 13.760 26.921
8 TANETE RIATTANG 25.938 27.591 53.529
9 TANETE RIATTANG BARAT 24.326 25.220 49.546
10 TANETE RIATTANG TIMUR 22.652 22.979 45.631
11 AMALI 10.248 11.338 21.586
12 TELLU LIMPOE 8.424 8.000 16.424
13 BENGO 13.553 14.080 27.633
14 PATIMPENG 8.824 9.214 18.038
15 BONTO CANI 9.042 8.869 17.911
16 KAHU 20.027 20.945 40.972
17 KAJUARA 18.064 18.570 36.634
18 SALOMEKKO 8.315 8.345 16.660
19 TONRA 7.306 7.685 14.991
20 LIBURENG 15.638 16.021 31.659
21 MARE 14.406 14.761 29.167
22 SIBULUE 17.207 18.455 35.662
23 BAREBBO 14.574 15.496 30.070
24 CINA 13.981 14.568 28.549
25 PONRE 7.551 7.748 15.299
26 LAPPARIAJA 13.702 13.916 27.618
27 LAMURU 13.114 13.629 26.743
JUMLAH TOTAL 394.477 412.412 806.889
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Bone, 2019
Kabupaten Bone dengan luas wilayah sekitar 4.599 Km2 atau 9,78
persen dari luas Provinsi Sulawesi Selatan. Secara administratif Kabupaten
Bone terdiri dari 27 kecamatan, 328 desa, 44 kelurahan, dan 1.299 dusun.
Kabupaten Bone mempunyai garis pantai sepanjang 138 Km yang
memanjang dari Utara ke Selatan di pesisir Teluk Bone . Secara astronomis
Kabupaten Bone terletak pada posisi 4°13‟ – 5°6‟ Lintang Selatan dan
antara 119°42‟-120°30‟ Bujur Timur. Letaknya yang dekat dengan garis
42
khatulistiwa menjadikan Kabupaten Bone beriklim tropis . Kelembaban
udara sepanjang tahun rata-rata berkisar antara 77–86 persen dengan suhu
udara 24,4°C-27,6°C.
Pengembangan potensi kelautan dan perikanan di Kabupaten Bone
untuk penangkapan ikan, budidaya laut dan air payau terdapat 10 kecamatan
yang memiliki wilayah pesisir dengan jumlah desa sebanyak 63 buah, garis
pantai sepanjang 138 km. Meskipun demikian, budidaya air tawar dapat
dilakukan di 27 kecamatan di Kabupaten Bone.
Potensi lahan budidaya
a. Budidaya Air Payau, Luas areal budidaya tambak air payau 15.244 Ha
dan sudah dikelola seluas 11.632 Ha masing-masing Budidaya Bandeng
seluas 350,0 Ha, Budidaya Udang + Bandeng seluas 534 Ha, Budidaya
Bandeng seluas 275 Ha, Budidaya Kepiting Bakau : 190,0 Ha, Budidaya
Rumput Laut : 80 Ha, Budidaya Udang + Bandeng + Rumput Laut : 350
Ha, dan Budidaya Bandeng + Kepiting seluas 853 Ha.
b. Budidaya Laut (Mariculture), Pengembangan budidaya laut dilakukan di
10 kecamatan pantai dengan luasan potensial 101.638 Ha dengan
realisasi areal tergarap seluas 1.597,7 Ha.
c. Budidaya Kolam, Budidaya kolam Kabupaten Bone seluas 2.085 Ha dan
terkelola sekitar 261 Ha
Potensi armada penangkapan
Jumlah armada kapal perikanan sebanyak 3.301 unit yang terdiri dari
kapal motor berukuran ≤ 5 GT termasuk perahu tanpa motor dan motor
43
tempel sebanyak 1.620 unit, kapal ukuran > 5 – 10 GT sebanyak 155 unit
dan kapal berukuran > 10 GT sebanyak 175 unit.
Potensi tenaga kerja dan kelembagaan
Adapun potensi tenaga kerja dan kelembagaan antara lain, Jumlah
pembudidaya 18.977 orang, jumlah pokdakan sebanyak 340 pokdakan dan 1
unit pengembangan perikanan (UPP), Jumlah nelayan 9.397 orang, jumlah
KUB sebanyak 226 KUB dan 1 Forum Komunikasi Kelompok Usaha
Bersama (FKKUB) dan terdapat 1 unit koperasi nelayan yaitu Koperasi Mitra
Mina Bahari yang menaungi seluruh nelayan di Kabupaten Bone.
B. Hasil Penelitian
1. Karakteristik Responden
Penyajian data hasil penelitian ini diperoleh melalui metode
wawancara yang dilakukan kepada penjual ikan keliling yang terdapat di
Kabupaten Bone. Adapun responden yang dijadikan informan wawancara
pada penelitian saya yaitu penjual ikan keliling yang ada di Desa Barugae.
Tabel 4.3 Karakeristik Responden
No Nama Jenis Kelamin Usia Kode
1 Tisman Laki-laki 24 Tahun T
2 Rudi Laki-laki 25 Tahun R
3 Abdul Rahman Laki-laki 55 Tahun AR
Sumber : Olahan Peneliti
44
Penjual ikan keliling di Desa Barugae memiliki keuntungan yang
cukup dalam setiap harinya melalui penjualan ikan yang dilakukan di Desa
Barugae.
Adapun hasil penelitian yang dilakukan pada beberapa informan
yaitu penelitian ini membahas mengenai implikasi kendala struktural dan
kelangkaan modal terhadap perilaku sosial masyarakat dalam penjualan
pedagang ikan keliling. Pedagang ikan keliling merupakan salah satu jenis
usaha yang bagus untuk dijalankan di desa Barugae karena warganya
merupakan salah satu jenis pengomsumsi ikan yang banyak terjual setiap
harinya di daerah tersebut ketika melakukan penjualan.
Demi mengetahui kendala struktural dan kelangkaan modal
terhadap penjualan ikan keliling di Desa Barugae maka dipergunakan
metode pengisian kuesioner dan wawancara sebagai alat pengumpulan data
yang paling utama. Dari data yang diperoleh mengenai indikator implikasi
kendala struktural dan perilaku sosial masyarakat dalam penjualan ikan
keliling.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa implikasi kendala struktural
dan kelangkaan modal terdiri dari 1) sumber daya modal; 2) minat konsumsi;
3) dan tingkat daya jual pedagang ikan keliling. Serta perilaku sosial
masyarakat terdiri dari 1) Ilmu Pengetahuan; 2) Pengaruh dari luar; dan 3)
lingkungan sekitar. Beberapa indikator diatas dapat dijelaskan sebagai
berikut :
45
2. Implikasi Kendala Struktural dan Kelangkaan Modal
a. Sumber Daya Modal
Modal termasuk juga sumber daya yang penting. Unsur-unsur
modal antara lain informasi, teknologi, fasilitas fisik dan peralatan.
Informasi yang baik sangat diperlukan dalam menjalin kerja sama
dengan negara lain. Teknologi bertujuan untuk mempermudah aktivitas
atau pekerjaan manusia, hal ini berkaitan dengan penemuan baru,
mesin-mesin, dan alat telekomunikasi.
Modal merupakan suatu bagian yang menjadi penghalang
biasanya penjual untuk memulai usaha. Sama seperti halnya dengan
pendapat informan T yaitu:
“Ya. Ikan mahal jadi membutuhkan modal yang banyak untuk memulai usaha ini”. (Hasil wawancara pada tanggal 30 November 2019)
Hal tersebut senada dengan informan R, yaitu sebagai berikut :
“Mappamula usaha iyede parellu modala maega. Yaku lakunna biasa engka lalenna siesso biasa to dega’ tapi ya marapee ya lakue”. (Hasil wawancara pada tanggal 14 Desember 2019) Artinya : Untuk memulai usaha ini butuh modal yang tidak sedikit. Kalau untuk mengenai lakunya ika tersebut dalam satu hari biasa ada biasa juga tidak ada yang laku sama sekali.
b. Minat Konsumsi
Pola konsumsi suatu susunan kebutuhan seseorang terhadap
barang dan jasa yang akan dikonsumsi dan tergantung berdasarkan
46
pendapatan dalam jangka waktu tertentu. Perlu diketahui bahwa pola
konsumsi seseorang berbeda dengan orang yang lainnya. Hal ini
tergantung dari besarnya pendapatan seseorang tersebut untuk
memenuhi kebutuhan konsumsinya. Seseorang juga akan menyusun
kebutuhan konsumsinya berdasarkan prioritas yang pokok kemudian
sekunder. Seperti misalnya kebutuhan pokok adalah kebutuhan untuk
makan, pendidikan, dan kesehatan. Sedangkan yang termasuk ke dalam
kebutuhan sekunder adalah hiburan dan rekreasi. Sehingga ketika
pendapatan seseorang tersebut mengalami penurunan, maka orang
tersebut akan memangkas kebutuhan sekunder nya kemudian
memprioritaskan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi pokok terlebih
dahulu. Hal ini akan menekan kebiasaan melakukan pola konsumsi yang
berlebihan. Karena pada dasarnya perilaku konsumtif akan menimbulkan
efek negatif yang tidak baik bagi tingkat perekonomian seseorang. Maka
dari itu, seseorang harus menerapkan pola konsumsi yang rasional
dalam pemenuhan kebutuhannya.
Minat konsumsi seseorang yang paling mempengaruhi yaitu
kebutuhan dan pendapatan suatu masyarakat. Hal tersebut sesuai
dengan pernyataan informan AR menyatakan bahwa
“Magello responna masyarakat e. Iya maega nasappa masyarakat desa Barugae bale lajang. Biasa to engka warga mega protes bale laung iyarega bale baru ileleang untu’ dibalui. Ya, kalau engka protes kada malaunni ya maccimekko maki ba kasi”.
(Hasil wawancara pada tanggal 14 Desember 2019)
Artinya :
47
“Respon warga masyarakat bagus. Namun, biasa juga banyak masayarakat Desa Barugae yang membeli ikan layang. Biasa juga banyak warga yang protes mengenai ikan baik baru atau sudah lama yang dijual keliling. Jadi, kalau ada yang protes kita sebagai penjual, ya hanya diam saja.
Hal tersebut senada dengan pernyataan informan T yang
mengatakan bahwa:
“Biasa maega tarala biasa to cedde lalenna siesso’. Iya maega nasappa pangelli biasa iyanaritu bale lajang, bale bolu, sibawa bale dempo’ ”. (Hasil wawancara pada tanggal 30 November 2019)
Artinya : “Dalam sehari biasa banyak yang laku biasa juga sedikit. Jenis ikan yang paling banyak dicari oleh masyarakat yaitu ikan layang, ikan bandeng, dan ikan yang dikeringkan”.
Melihat pernyataan kedua informan diatas, dapat dibuktikan
bahwan minat konsumsi masyarakat mengenai penjualan ikan yang ada
di Kabupaten Bone itu tinggi. Namun, dilihat dari beberapa pernyataan
juga manyatakan bahwa warda Desa Barugae cenderung selektif dalam
membeli ikan.
c. Tingkat Daya Jual Penjual Ikan Keliling
Nilai merupakan suatu alat yang dapat mengukur dan
memberikan ukuran yang sudah kita lakukan. Nilai merupakan sebuah
perhitungan baik logika atau hanya kata-kata tentang sesuatu yang
dilihatnya. Nilai menjadi sangat penting karena dapat membandingkan
satu hal dengan hal lainnya yang sama. Ini juga berlaku untuk sebuah
produk yang dijual. Nilai yang dilihat disini bukan hanya sebatas harga,
berat, ukuran, dan perhitungan logika lainnya. Namun nilai produk juga
dapat berupa sebuah pembanding dengan produk yang ditawarkan
48
orang lain dengan jenis yang sama. Nilai yang terkandung dalam suatu
produk akan sangat berpengaruh terhadap nilai jual dipasaran nantinya.
Saat seseorang ingin membeli suatu produk, tentu saja
seseorang membutuhkan sesuatu yang dapat meyakinkan kita bahwa
barang atau produk tersebut memang sesuai dengan kebutuhan dan
keinginan orang tersebut. Hal tersebut bisa berupa bentuk, rasa, ukuran,
warna, ataupun harga. Nilai sangatlah penting dibentuk untuk dapat
menarik dan membandingkan produk kita dengan produk para
kompetitor kita. Nilai bukan hanya berupa perhitungan angka, nilai juga
dapat berupa tatapan pertama pada sebuah produk. Saat kita ingin
memberikan nilai tambah pada produk yang kita ciptakan dan kita jual,
kita harus tahu terlebih dahulu apa yang membuat produk kita pantas
mendapatkan nilai tambah lebih dari yang lain.
Jika ingin sukses dalam penjualan, kita harus memiliki hal atau
ciri khas yang membedakan produk kita dengan produk milik kompetitor,
yang pastinya juga akan memberikan nilai tambah pada produk yang
mereka hasilkan. Nilai inilah yang nantinya akan menjadikan
pembanding bagi pelanggan yang ingin membeli produk Anda.
Melalui penjelasan diatas, dapat dipahami bahwa tingkat daya
jual suatu produk dapat dilihat dari berbagai kualitas suatu barang yang
dijual serta keramahan penjual juga menjadi tolok ukur suatu tingkat
penjualan ikan keliling. Hal tersebut senada dengan informan AR yaitu
sebagai berikut :
49
“Dalam menjual keuntungan yang diperoleh dalam suatu penjualan selama satu hari biasa mendapatkan keuntungan Rp. 150.000,00. Tergantung juga bagaimana respon penjual kepada pembeli”.
(Hasil wawancara pada tanggal 14 Desember 2019)
Pernyataan tersebut senada dengan pernyataan informan T yang
menyatakan bahwa :
“Untung biasa uruntue yanaritu sekitarang ceddi setengah juta iyarega dua juta lalenna siulengnge. Narekko uleng seppulo duaki biasa matebbe ruginna nasaba wettu pabosingngi sehingga masuli ibalukengngi biasani rugi karena makurangngi pangelli. Tapi, selama megello carata lokka ripangelli e magello to laku bale’e”. (Hasil wawancara pada tanggal 30 November 2019) Artinya : Keuntungan yang biasa saya dapatkan yaitu sebanyak Rp 1,5 Juta – Rp 2 Juta. Namun, ketika biasanya bulan 12 kami sebagai penjual ikan keliling biasanya mendapatkan banyak kerugian karena cuaca hujan sehingga pembeli un berkurang karena harga ikan dipasang mahal. Namun, selama cara sesorang menjual baik maka akan bagus juga respon pembelian masyarakat”.
Penjualan ikan keliling yang paling diutamakan yaitu tingkat
keramahan penjual atau bisa dikatakan kualitas pelayanan. Kualitas
pelayanan sangat mempengaruhi kualitas pembeli dalam merespon
barang jualan yang ditawarkan.
3. Perilaku Sosial Masyarakat
a. Ilmu pengetahuan yang diperoleh
Pengetahuan produk yang dimiliki oleh konsumen sangat
mempengaruhi dalam membeli suatu produk. Begitu juga pada
mahasiswa Pendidikan Ekonomi di Universitas Jember, mereka
membeli produk softdrink Frestea karena pengetahuan produk tentang
50
Frestea yang mereka miliki. Menurut Lamb, et al (2001:192) semakin
banyak pengetahuan dan informasi terhadap produk yang dimiliki
oleh konsumen, maka konsumen akan semakin cepat dalam
memutuskan pembelian terhadap suatu produk (Iklilah, 2014).
Ilmu pengetahuan sangat mempengaruhi kualitas pembelian
suatu warga masyarakat. Hal tersebut bisa dilihat pada penjualan pada
umumnya oleh informan AR, yaitu sebagai berikut :
“Pembelian terhadap penjualan ikan yaitu sangat dipengaruhi oleh ilmu pengetahuan. Kalau pembeli melihat ikan pasti andai memilih ikan yang bagus dan biasanya melakukan penwaran yang sesuai dengan kualitas ikan tersebut”. (Hasil wawancara pada tanggal 14 Desember 2019)
Kemudian, selanjutnya terdapat juga pernyataan informan R, yaitu
sebagai berikut:
“Pendidikan sangat memepngaruhi tingkat keputusan warga desa Barugae dalam penjualan ikan”. (Hasil wawancara pada tanggal 14 Desember 2019)
Pengetahuan sesorang sangat memeengaruhi dalam
pengambilan keputusan. Melihat dari beberapa informan diatas, juga
dapat disimpulkan bahwa ilmu pengetahuan sangat berpengaruh
terhadap kehidupan seseorang, lingkungan sekitar dan sebagainya.
b. Pengaruh dari luar
Pengaruh dari luar memberikan pengaruh kepada warga dalam
pengambilan keputusan pembelian dan pemilihan barang yang dijual.
Kondisi ikan yang kurang segar ketika didagangkan masyarakat juga
akan berpikir untuk melakukan pembelian ikan karena akan berpengaruh
51
ketika ikan tersebut sedang dikonsumsi dan bisa mempengaruhi
kesehatan keluarga yang mengomsumsinya. Maka dari itu, pernyataan
informan AR sebagai berikut :
“Pengaruh dari luar yang sangat berpengaruh yaitu dari segi pendidikan dan etika seorang pembeli. Namun, faktor cuaca juga bisa mempengaruhi penghasilan saya”. (Hasil wawancara pada tanggal 14 Desember 2019)
Selain dari pengaruh pendidikan yang dikatakan juga pengaruh
dari luar hal lainnya yang berpengaruh yaitu kondisi cuaca. Hal tersebut
senada dengan pernyataanInforman T yaitu sebagai berikut:
“kondisi cuaca merupaka pengaruh dari luar yang mempengaruhi tangkanapan hasil nelayan. Sehingga nelayan biasa memasok harga tinggi sehingga ikan sampai dimasyarakat terbilang tinggi”. (Hasil wawancara ada tanggal 30 November 2019)
Berdasarkan pernyataan kedua informan diatas, dapat ditarik
kesimpulan bahwa penjualan ikan di desa barugae yang dipengaruhi
oleh cuaca sangat berpengaruh hal tersebut dikarenakan keadaan
nelayan yang sulit menangkap ikan saat cuaca buruk. Sehingga
berdampak kepada penjualan ikan.
c. Lingkungan sekitar
Penjualan ikan terhadap lingkungan sosial masyarakat sangat
berpengaruh. Pendapatan masyarakat desa Barugae yang mayoritas
mata pencaharian petani terbilang diatas rata-rata karena jumla konsumsi
ikan serta pengaruh lingkungan juga dalam hal ini dari segi pendapatan
masyarakat sangat berpengaruh terhadap kondisi sekitar.
52
Perilaku sosial masyarakat dalam suatu lingkungan juga sangat
mempengaruhi kuantitas baik tinggi rendahnya penjualan ikan disuatu
desa tersebut. Maka dari itu, hal tersebut sesuai dengan pernyataan
informa R yang menyatakan sebagai berikut :
“Masyarakat barugae termasu’i masyarakat pakkanre bale maega taunna. Nasaba lalena siesso alhamdulillah maegamu tarala balu baleku”. (Hasil wawancara pada tanggal 14 Desember 2019) Artinya: “Masyarakat desa Barugae termasuk masyarakat pengonsumsi ikan. Karena dalam satu hari alhamdulillah biasanya banyak yang laku hasil jualan saya”.
Berdasarkan pernyataan informan tersebut sesuai dengan
penjelasan diawal bahwa pengaruh dari luar juga sangat berpengaruh
terhadap kondisi penjualan ikan yang ditemui oleh pedagang ikan keliling
di Desa Barugae. Kondisi lingkungan sekitar seperti pendapatan
masyarakat juga menjadi penentu pengaruh penjualan ikan keliling.
C. Pembahasan
Berdasarkan hasil tersebut adapun pembahasannya yaitu dapat ditarik
kesimpulan melalui jumlah informan sebanyak 3 orang, rata-rata mempunyai
pernyataan bahwa implikasi kendala struktural dan kelangkaan modal terhadap
perilaku sosial masyarakat memiliki pengaruh baik dari kendala modal, faktor
lingkungan, dan lain sebagainya. Dari pernyataan awal sampai akhir dapat
diketahui bahwa penjual ikan memiliki keuntungan yang lumayan banyak dalam
setiap bulannya. Namun, hal tersebut dipengaruhi oleh pengaruh pendidikan
dan juga pendapat masyarakat, dan lain-lain.
53
Potensi penjualan ikan di Desa Barugae sangat menjanjikan. Namun,
penjual ikan harus memerhatikan kondisi serta kualitas ikan itu sendiri. Karena
menurut salah satu informan tersebut menyatakan bahwa banyak warga yang
pintar mengetahui atau melakukan protes mengenai kondisi ikan yang dijual
apabila kurang layak untuk diperjualbelikan.
Kabupaten Bone yang terdiri atas 27 kecamatan salah satunya yaitu
kecamatan Lamuru desa Barugae di temukan sebanyak kurang lebih 7
pedagang ikan keliling yang melakukan penjualan di Desa Barugae ini.
Kebanyakan masyarakat rata-rata menyukai ikan layang. Hal tersebut terbukti
dari beberapa informan bahwa kebanyakn ikan yang laku di desa Barugae yaitu
ikan layang.
Melihat hal tersebut yang berhubungan dengan penelitian Bambang Dwi
Cahyono dan Mohammad Nadjib yang berjudul “Implikasi kendala struktural dan
Kelangkaan Modal terhadap Perilaku Sosial Ekonomi Masyarakat”, menurut
hasil penelitiaanya bahwa implikasi kendala struktural dan kelangkaan modal
sangat berpengaruh terhadap perilaku sosial ekonomi masyarakat baik dari segi
pengaruh lingkungan sekitar, pendidikan, dan serta modal yang dibutuhkan
penjual ikan keliling dalam memulai usahanya.
Menurut maradou pada tahun 2017 dengan judul penelitian yang
berjudul “Peran perempuan penjual ikan keliling dalam meningkatkan
pendapatan keluarga di kelurahan Tumumpua dua kecamatan Tuminting kota
Manado”. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode kualitatif. Dalam
penelitian ini yaitu sumber daya perikanan indonesia yang melimpah belum
54
diimbangi oleh kualitas sumberdaya manusia pesisir dan sarana penunjang
pesisir lainnya, hal ini membuat masyarakat nelayan masih menjadi masyarakat
golongan ekonomi rendah. Penelitian ini juga sempat menjelaskan sumber daya
manusia seperti pendidikan, lingkungan sekitar dan pengaruh dari luar sangat
berpengaruh dalam melakukan transaksi jual beli ikan.
Berdasarkan hasil peneltian terdahulu tersebut penelitian mereka tidak
terlalu beda jauh mengatakan bahwa perilaku sosial masyarakat memiliki
pengaruh terhadap tingkat penjualan ikan di Desa Barugae. Namun, adapun
perbedaannya yaitu dari segi kajian yang diadakan yaitu kami lebih berfokus
disuatu tempat.
55
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh implikasi kendala
struktural dan kelangkaan modal terhadap perilaku sosial masyarakat
pedagang ikan keliling di Kabupaten Bone dipengaruhi dari implikasi kendala
struktural yaitu biasanya penjual ikan keliling terkendala dalam memulai usaha
karena modal, minat konsumsi dari komplain warga mengenai kualitas ikan
dan tingkat daya jual penjual ikan dari kualitas barang tersebut. Sedangkan,
ilmu pengetahuan yang diperoleh merupakan pemahaman warga dalam
pengambilan keputusan untuk melakukan pembelian, pengaruh dari luar dan
lingkungan sekitar itu biasa berupa karena cuaca maupun etika masyarakat
dalam transaksi jual beli. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan informan
yang diwawancarai saat melakukan penelitian.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti perlu memberikan saran
kepada berbagai pihak:
1. Pemerintah
Pemerintah sebaiknya memperbaiki pusat pembelian ikan yang
biasanya dilakukan di Bajoe kemudian penjual ikan keliling menjajakannya
kepada desa-desa yang ada di kabupaten Bone.
55
56
2. Dinas Perikanan dan Kelautan
Sebaiknya Dinas Perikanan dan Kelautan bertanggung jawab
menangani tata ruang, yang memiliki hubungan di dalam tugas pokok dan
fungsi untuk menangani segala bentuk dampak negatif yang bisa
mempermudah penjual ikan keliling dalam mendapatkan ikan dan
menjualnya kepada masyarakat.
3. Masyarakat
Masyarakat memiliki peran yang tinggi dalam perekonomian namun
keterlibatan masyarakat dalam penjualan ikan keliling khususnya salah
satunya yaitu pola pikir msayarakat tentang kualitas ikan serta pengaruhnya
dalam membantu sesama manusia perlu ditingkatkan tanpa terlalu banyak
komplain terhadap penjual ikan ketika kualitas memang cukup bagus.
4. Pembaca
Apabila pembaca yang berminat untuk meneliti yang ada kaitannya
dengan penelitian ini, penulis mengharapkan penelitian ini merupakan
rintisan bagi penulisan penelitian yang lebih lanjut atau mendalam.
Apabila terdapat kekurangan dalam penelitian ini, penulis
mengharapkan agar pembaca mencari solusi dari kekurangan penelitian ini
dengan menambah referensi bacaan dari yang lain.
57
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2016. Pengertian Implikasi.(online).(http://www.pengertianmenurutparaahli.
com/pengertian-implikasi/).Diakses pada tanggal 12 Juni 2019 pukul 01.01 wita.
Andiny, P. 2017. Analisis Tingkat Keuntungan Pedagang Ikan di Kecamatan
Peurelak Aceh Timur. https://ejurnalunsam.id/index.php/jse/article/download/63/37. (online). Jurnal Samudra Ekonomika, Vol. 1 No. 1
Anggito, A, dkk.2018. Metodologi Penelitian Kualitatif.Jawa Barat:CV Jejak
Arikunto. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. (online). (etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/75249/.../S2-2014-295362-bibliography.pdf). diakses pada tanggal 8 Juli 2017 pukul 08.00 wita.
Asriadi. 2014. Masalah Kelangkaan dalam Kerangka Ekonomi Islam. (Online).
(journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/Iqtisaduna/article/.../3747).diakses pada tanggal 15 Juni 2019 pukul 19.52 wita.
Badan Pusat Statistik. 2019. https://bonekab.bps.go.id/publication/download.
Disperindo. https://disperin.bone.go.id/2017/08/27/gambaran-umum-kabupaten-
bone/.
Iklilah, 2014. Pengaruh Pengetahuan Produk Terhadap Keputusan Pembelian Softdrink Merk Frestea Pada Mahasiswa Pendidikan Ekonomi Fkip Universitas Jember, (Online), (https://adoc.tips/pengaruh-pengetahuan-produk-terhadap-keputusan-pembelian-sof.html, diakses 12 November 2019).
Juswan, dkk. 2019. Optimalisasi Dermaga Pelabuhan Bajoe Kabupaten Bone.
(Online). (https://docplayer.info/72811093-Optimalisasi-dermaga-pelabuhan-bajoe-kabupaten-bone.html). Diakses pada tanggal 29 April 2019 pukul 17.00 wita.
Maradou, P, dkk. 2017. Peran Perempuan Penjual Ikan Keliling Dalam
Meningkatkan Pendapatan Keluarga Di Kelurahan Tumumpa Dua Kecamatan Tuminting Kota Manado. Jurnal AKULTURASI. (online). http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi Vol. 5 No. 10
58
Nadjib, M, dkk. Implikasi kendala struktural dan Kelangkaan Modal terhadap Perilaku Sosial Ekonomi Masyarakat. https://jurnalekonomi.lipi.go.id/JEP/article/view/184. Jurnal Eknomi Pembangunan, vol 22 (2).
Nisrima, S, dkk. 2016. Pembinaan Perilaku Sosial Remaja Penghuni Yayasan Islam
Media Kasih Kota Banda Aceh. (online). (https://media.neliti.com) . Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Pendidikan Kewarganegaraan Unsyiah Volume 1, Nomor 1: 192-
204 Agustus 2016. Diakses pada tanggal 12 Juni pukul 02.03 wita Pudjianton, B. 2004. Peta Masalah Sosial Di Bone: Potensi, Problem
Dan Strategi Penanganannya.(https://puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/89d9
03bc35dede724fd52c51437ff5fd.pdf). Saratturahmi, Dkk. 2018. Pengaruh Modal dan Permintaan Terhadap Pendapatan
Pedagang Ikan Tongkol Lisong di Kota Lhokseumawe. Jurnal Ekonomi Pertanian Unimal, Vol 1 Nomor 1. https://ojs.unimal.ac.id/index.php/JEPU/article/view/681 (Online). diakses pada tanggal 17 Juni 2019 pukul 20.00 wita.
Setiawan, S. 2019. Penjelasan Kelangkaan ( Scarity ) Dalam Ilmu Ekonomi. (online). diakses pada tanggal 10 Juni 2019 pukul 12.18 Wita.
Setyawan, FEB.2017. Pedoman Metodologi Penelitian (Statistika Praktis). Sidoarjo : Zifatama Jawara
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian. (online).(digilib.unila.ac.id/3322/14/BAB%20III.pdf). diakses pada tanggal 8 Mei 2019 pukul 22.00 wita.
Sujarweni, VW. 2015. Metodologi Penelitian Bisnis dan Ekonomi.Yogyakarta : Pustaka Baru Press.
Sidiq, Z. 2019.Pemahaman Perilaku Sosial.(http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/196010151987101-ZULKIFLI_SIDIQ/L.pdf).(online). diakses pada tanggal 14 Juni 2019 pukul 23.00 wita.
L
A
M
P
I
R
A
N
Lampiran 2 Instrumen Penelitian
Lembar Observasi
Pedoam Wawancara untuk Pedagang Ikan Keliling
Nama Informan :
Jenis Kelamin :
Usia :
Jenjang Pendidikan :
1. Apa alasan utama anda untuk berprofesi sebagai pedagang ikan keliling ?
Jawab: ...................................................................................................................
2. Apa saja kendala yang dihadapi dalam memulai profesi ini ?
Jawab: ...................................................................................................................
3. Bagaimana respons pembelian masyarakat desa Barugae dalam melakukan
penjualan ikan ?
Jawab: ...................................................................................................................
4. Apakah kesulitan mendapatkan modal dalam menjalankan usaha ini ?
Jawab: ...................................................................................................................
5. Jenis Ikan apa yang banyak disukai oleh masyarakat desa Barugae ?
Jawab: ...................................................................................................................
6. Adakah hubungan pendidikan dengan profesi sebagai penjual ikan ?
Jawab : ..................................................................................................................
7. Bagaimana pengaruh lingkungan sekitar dalam melakukan penjualan ikan di
Desa Barugae ?
Jawab : ..................................................................................................................
8. Bagaimanakah pengaruh perilaku sosial masyarakat dalam melakukan
perdagangan di desa Barugae ?
Jawab : .................................................................................................................
9. Berapa banyak keuntungan yang anda dapatkan dalam sehari ?
Jawab : ..................................................................................................................
10. Bagaimana menghadapi warga masyarakat yang banyak komplain dalam
melakukan pembelian terhadap jenis ikan yang ditawarkan ?
Jawab : ..................................................................................................................
11. Apakah melakukan penjualan pedagang ikan keliling sering mengalami kerugian
?
Jawab : ..................................................................................................................
12. Apakah faktor yang mempengaruhi sehingga anda tertarik untuk melakukan
kegiatan pedagang ikan keliling di desa ini ?
Jawab : ..................................................................................................................
Lampiran 3
Dokumentasi
Sumber: Olahan Penulis
Wawancara dengan saudara Tisman
Sumber: Olahan Penulis
Wawancara dengan saudara Rudi
Sumber: Olahan Penulis
Wawancara dengan Bapak Abdul Rahman
Patmisari lahir pada tanggal 24 Mei 1997 di Desa
Barugae Kecamatan Lamuru dari pasangan seorang
ayah yang bernama Kunnase dan ibu bernama Halia.
Penulis menempuh pendidikan di SD Negeri 168
Barugae pada tahun 2002 dan lulus pada tahun 2009.
Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di SMP
Negeri 1 Bengo dan tamat pada tahun 2012, dan
melanjutkan pendidikannya di SMA Negeri 2 Watampone dan dinyatakan lulus pada
tahun 2015. Setelah tamat, penulis melanjutkan pendidikannya di Universitas
Muhammadiyah Makassar dengan mengambil jurusan Ekonomi Pembangunan
dengan nomor induk mahasiswa 105710216515. Penulis beralamat di Jl.
Talasalapang 1 Kompleks Mangasa Permai Blok Z4 No. 3. Adapun pengalaman
organisasi penulis yaitu Palang Merah Remaja (PMR) dan Lembaga Kreativitas
Ilmiah Mahasiswa Penelitian dan Penaran (LKIM-PENA). Karya penelitian yang
disusun dalam menyelesaikan studinya yaitu dengan judul “Implikasi Kendala
Struktural dan Kelangkaan Modal Terhadap Perilaku Sosial Masyarakat Pedagang
Ikan Keliling di Kabupaten Bone (Studi Kasus Penjual Ikan Keliling di Desa Barugae
Kecamatan Lamuru)”.
BIOGRAFI PENULIS