implementasi teknologi pendidikan dalam pembelajaran

31
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara seperti yang tercantum dalam Undang-Undang No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dalam hal ini Teknologi Pendidikan menjadi suatu kajian disiplin keilmuan bertujuan untuk memecahkan masalah pembelajaran Pada hakikatnya teknologi pembelajaran adalah suatu disiplin yang berkepentingan dengan pemecahan masalah belajar… (Miarso, 2009: 193). Berbagai prinsip dan pendekatan tersebut digunakan agar menjadi kuat dalam aplikasi pemecahan masalah. Kawasan teknologi pendidikan yang terlihat dari pengertian Teknologi pendidikan oleh Association for Educational Communication and Technology (AECT). Karena, rumusan definisi Teknologi pendidikan tahun 1963, dan 1972 akan mengalami perkembangan menjadi teknologi pembelajaran pada tahun 1977, dan 1994 dan kemudian kembali lagi kepada teknologi pendidikan. Dengan berdasar pada rumusan definisi tersebut maka kawasan teknologi pendidikan dan teknologi pembelajaran pun mengalami perkembangan. Dari segi sistem pendidikan, kedudukan teknologi pendidikan berfungsi untuk memperkuat pengembangan kurikulum

Upload: abdiel-sniper-rafael-ginting

Post on 26-Dec-2015

158 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Implementasi Teknologi Pendidikan Dalam Pembelajaran

TRANSCRIPT

Page 1: Implementasi Teknologi Pendidikan Dalam Pembelajaran

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara seperti

yang tercantum dalam Undang-Undang No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan

Nasional.

Dalam hal ini Teknologi Pendidikan menjadi suatu kajian disiplin keilmuan

bertujuan untuk memecahkan masalah pembelajaran Pada hakikatnya teknologi pembelajaran

adalah suatu disiplin yang berkepentingan dengan pemecahan masalah belajar… (Miarso,

2009: 193). Berbagai prinsip dan pendekatan tersebut digunakan agar menjadi kuat dalam

aplikasi pemecahan masalah.

Kawasan teknologi pendidikan yang terlihat dari pengertian Teknologi pendidikan

oleh Association for Educational Communication and Technology (AECT). Karena, rumusan

definisi Teknologi pendidikan tahun 1963, dan 1972 akan mengalami perkembangan menjadi

teknologi pembelajaran pada tahun 1977, dan 1994 dan kemudian kembali lagi kepada

teknologi pendidikan. Dengan berdasar pada rumusan definisi tersebut maka kawasan

teknologi pendidikan dan teknologi pembelajaran pun mengalami perkembangan.

Dari segi sistem pendidikan, kedudukan teknologi pendidikan berfungsi untuk

memperkuat pengembangan kurikulum terutama dalam disain dan pengembangan, serta

implementasinya, bahkan terdapat asumsi bahwa kurikulum berkaitan dengan “what”,

sedangkan teknologi pendidikan mengkaji tentang “how”. Dalam kaitannya dengan

pembelajaran, teknologi pendidikan memperkuat dalam merekayasa berbagai cara dan teknik

dari mulai tahap disain, pengembangan, pemanfaatan berbagai sumber belajar, implementasi,

dan penilaian program dan hasil belajar.

1.2    Rumusan Masalah

Adapun masalah yang akan dibahas dalam penulisan makalah ini adalah :

1. Apa pengertian Teknologi Pendidikan?

2. Bagaimana munculnya rumusan pemikiran Teknologi Pendidikan?

3. Apa saja kawasan Teknologi Pendidikan?

4. Bagaimana implementasi Teknologi Pendidikan dalam pendidikan secara nasional?

Page 2: Implementasi Teknologi Pendidikan Dalam Pembelajaran

1.3    Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dalam penulisan makalah ini

adalah:

1. Untuk mengetahui pengertian Teknologi Pendidikan

2. Untuk mengetahui bagaimana munculnya rumusan pemikiran Teknologi Pendidikan

3. Untuk mengetahui apa saja kawasan Teknologi Pendidikan

4. Untuk mengetahui bagaimana implementasi Teknologi Pendidikan dalam

pendidikan secara nasional

II. PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Teknologi Pendidikan

Sebelum membahas teknologi pendidikan terlebih dahulu perlu diketahui pengertian

teknologi. Kata Teknologi seringkali oleh masyarakat diartikan sebagai alat elektronik. Tapi

oleh ilmuwan dan ahli filsafat ilmu pengetahuan diartikan sebagai pekerjaan ilmu

pengetahuan untuk memecahkan masalah praktis. Jadi teknologi lebih mengacu pada usaha

untuk memecahkan masalah manusia.

Menurut Yp Simon (1983), teknologi adalah “Suatu displin rasional yang dirancang

untuk meyakinkan penguasaan dan aplikasi ilmiah”.

Sedangkan An berpendapat bahwa: “Teknologi tidak perlu menyiratkan penggunaan

mesin, akan tetapi lebih banyak penggunaan unsur berpikir dan menggunakan pengetahuan

ilmiah”

Menurut Paul Saetiles (1968): “Teknologi selain mengarah pada permesinan,

teknologi meliputi proses, sistem, manajemen dan mekanisme kendali manusia dan bukan

manusia”. Pengertian Teknologi Pendidikan diabad ke dua puluh meliputi lentera pertama

proyektor slide, kemudian radio dan kemudian gambar hidup. Sedangkan abad 19 ke bawah

sampai lima belas teknologi lebih diartikan papan tulis dan buku.

Menurut Prof. Sutomo dan Drs. Sugito, M.Pd: “Teknologi Pendidikan adalah proses

yang kompleks yang terpadu untuk menganalisis dan memecahkan masalah belajar manusia/

pendidikan”.

Menurut ”Mackenzie, dkk” (1976): “Teknologi Pendidikan yaitu suatu usaha untuk

mengembangkan alat untuk mencapai atau menemukan solusi permasalahan”.

Jadi Teknologi Pendidikan adalah segala usaha untuk memecahkan masalah

pendidikan. Lebih detail dapat disimpulkan bahwa:

Page 3: Implementasi Teknologi Pendidikan Dalam Pembelajaran

1. Teknologi pembelajaran / teknologi pendidikan adalah suatu disiplin/bidang (field of

study)

2. Istilah teknologi pembelajaran dipakai bergantian dengan istilah teknologi

pendidikan tujuan utama teknologi pembelajaran adalah (1) untuk memecahkan

masalah belajar atau memfasilitasi pembelajaran; dan (2) untuk meningkatkan

kinerja.

3. Dalam mewujudkannya menggunaka pendekatan sistemik (pendekatan yang

holistic/komprehensif, bukan pendekatan yang bersifat parsial);

4. Kawasan teknologi pembelajaran dapat meliputi kegiatan yang berkaitan dengan

analisis, desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan, implementasi dan

evaluasi baik proses-proses maupun sumber-sumber belajar.

5. Teknologi pembelajaran tidak hanya bergerak di persekolahan tetapi juga dalam

semua aktifitas manusia (seperti perusahaan, keluarga, organisasi masyarakat, dan

lain-lain) sejauh berkaitan dengan upaya memecahkan masalah belajar dan

peningkatan kinerja.

6. Yang dimaksud dengan teknologi disini adalah teknologi dalam arti luas, bukan

hanya teknologi fisik (hardtech), tetapi juga teknologi lunak (softtech).

7. Teknologi Pendidikan lebih dari perangkat keras. Ia terdiri dari desain dan

lingkungan yang melibatkan pelajar.

8. Teknologi dapat juga terdiri segala teknik atau metode yang dapat dipercaya untuk

melibatkan pelajaran; strategi belajar kognitif dan keterampilan berfikir kritis.

9. Belajar teknologi dapat dilingkungan manapun yang melibatkan siswa belajar secara

aktif, konstruktif, autentik dan kooperatif seta bertujuan.

2.2 Rumusan Pemikiran Teknologi Pendidikan

Teknologi Pendidikan telah beberapa kali dirumuskan bersama oleh para pakar

yang tergabung dalam organisasi tertua Teknologi Pendidikan AECT. Mereka terus berupaya

untuk terus mengembangkan dan memperbaiki (dalam kurun waktu tertentu). Rumusan

konsep Teknologi Pendidikan dikelompokkan menjadi 2, yaitu AECT serta rumusan yang

diajukan oleh pakar lain.

Page 4: Implementasi Teknologi Pendidikan Dalam Pembelajaran

1.        Rumusan tahun 1963

Menurut Reiser dalam (Prawiradilaga, 2012: 26) definisi ini dirumuskan oleh

Departement of Audiovisual Instruction (Cikal bakal organisasi AECT). Rumusan tersebut

berbunyi, “The design and use of messages which control learning process”.

Rumusan tahun 1963 sangat sederhana dan singkat, namun bermakna dalam. Inti

Teknologi Pendidikan dalam definisi ini adalah pesan atau materi ajar yang disampaikan oleh

pengajar ke peserta didik. Dalam hal ini belajar dan kemampuan yang dimiliki oleh peserta

didik tergantung dari materi tersebut. agar materi ajar tersebut dapat di cerna dengan baik,

dua proses yang harus dilakukan adalah merancang materi ajar tersebut, kemudian

memanfaatkan materi tersebut bagi proses belajar. Istilah to control dalam hal ini

menunjukkan bahwa belajar berada dalam “Kendali” seorang pengajar. Dengan demikian,

poros proses belajar mengajar berfokus pada pengajar, atau yang disebut dengan paradigma

mengajar (Prawiradilaga, 2012: 26).

2.        Rumusan tahun 1972

AECT menyatakan bahwa Teknologi Pendidikan adalah bidang garapan, atau suatu

profesi berkaitan dengan penyelenggaraan yang sistematis dari suatu proses belajar, pada

jenjang apapun juga. Terkait dengan bidang garapan, maka definisi menunjuk adanya

kegiatan tertentu seperti pengelolaan atau produksi sumber-sumber belajar, diman sekarang

ini sumber belajar biasanya dikonotasikan dengan media pembelajaran (Prawiradilaga, 2012:

27).

3.        Rumusan tahun 1977

AECT mendefinisikan Teknologi Pendidikan dan Teknologi Pembelajaran definisi

tersebut berbunyi sebagai berikut. “Education technology is a complex, integrated process

involving people, procedures, ideas, devices, and organization, for analyzing problems and

devising, implementing, evaluating, and managing solution to those problems, involved in all

aspects of human learning” (Prawiradilaga, 2012: 287).

Process, solution dan learning menunjukkan inti dari Teknologi pendidikan yang

berporos dari proses belajar. Teknologi pendidikan memecahkan masalah belajar dan bekerja

sebagai proses. Adapun proses itu sendiri merupakan kegiatan yang tidak berawal dan tidak

berakhir.

“Instructional technology is a sub-set of educational technology, bassed on the

concept that instruction is a sub-set of education. Instructional is a complex process

involving people, procedure, ideas, devices, and organization and managing solutions to

Page 5: Implementasi Teknologi Pendidikan Dalam Pembelajaran

those problems, in situasion in which learning is purposive and controlled” (Prawiradilaga,

2012: 29).

Definisi Teknologi pembelajaran di atas mencirikan perbedaan hakiki antara

kepentingan Teknologi Pendidikan pada proses belajar secara umum, sedangkan teknologi

pembelajaran merujuk pada proses belajar yang terarah dan terpantau, dalam cakupan yang

lebih sempit atau khusus.

4.        Rumusan tahun 1994

“Istructional technology is the theory and practice of design, development,

utilization, management, and evaluation of processes and resources for learning”

(Prawiradilaga, 2012: 29).

Definisi ini mengerucut dalam istilah yang digunakan yaitu teknologi pembelajaran

kemunculan istilah teori dan praktik, bermakna mendalam. Teknologi pembelajaran

menekankan adanya teori-teori yang memandu para praktisi untuk berkiprah lebih baik

dengan menerapkannya dalam kinerja sehari-hari.

5.        Rumusan Tahun 2004

“Educational technology is the study and ethical practice of facilitating learning

and improving performance by creating, using, and managing appropriate technology

processes and resources” (Prawiradilaga, 2012: 31).

-       Belajar dan kinerja merujuk pada upaya peningkatan mutu kemampuan seseorang

(human development) melalui jalur pendidikan formal, yaitu sekolah atau belajar serta

jalur pendidikan dalam organisasi atau profesi sebagai peningkatan kinerja

(performance improvement)

-       Proses teknologis dan sumber (technological processes and resources). Pendidikan dan

pembelajaran terkena pengaruh perubahan yang cepat karena kemunculan teknologi

digital dan jaringan global. Untuk itu, teknologi pembelajaran mengadopsi dan

mengadaptasi temuan mutakhir ini dalam proses belajar.

-       Etika dan Estetika mengarahkan teknolog pendidikan dan pembelajaran dapat

berperilaku profesional yang menjunjung tinggi nilai-nilai tersebut dalam setiap

kesempatan berkarya.

6.        Rumusan Pakar Lain

Molenda dalam Prawiradilaga (2012: 36) mencoba merumuskan teknologi

pembelajaran, sebagai “Seni sekaligus ilmu (pengetahuan) mengenai kegiatan merancang,

memproduksi dan melaksanakannya dengan cara ekonomis namun canggih, pemecahan

masalah pembelajaran dalam bentuk media cetak atau media pandang-dengar, kuliah, atau

Page 6: Implementasi Teknologi Pendidikan Dalam Pembelajaran

keseluruhan sistem pembelajaran yang mengatur dan mempersiapkan proses belajar dengan

efisien dan efektif”.

Gagne dalam Prawiradilaga (2012: 31) menyatakan, “Teknologi pembelajaran

menyangkut teknik praktis dari penyampaian pembelajaran yang melibatkan penggunaan

media. Tujuan utama bidang teknologi pembelajaran adalah meningkatkan dan

memperkenalkan penerapan pengetahuan tadi dan memvalidasi prosedur dalam rancangan

dan penyampaian pembelajaran”.

Gentry dalam Prawiradilaga (2012: 31) merumuskan Teknologi Pendidikan, sebagai

The combination of instructional, learning, developmental, managerial, and other

technologies as applied to the solution of educational problems. Gentry tidak menyebutkan

belajar sebagai inti dari teknologi pendidikan. Ia menyebutkan secara tersirat, karena konteks

teknologi pembelajaran ada di dalam teknologi pendidikan.

Percival dan Ellington menyatakan bahwa belajar adalah fokus dalam teknologi

pendidikan.

2.3 Kawasan Teknologi Pendidikan

Kawasan merupakan suatu realisasi dari definisi dari bidang teknologi pembelajaran.

Kawasan mewujudkan apa yang dapat dilakukan oleh suatu disiplin ilmu agar disiplin

tersebut mampu memberikan sumbangan langsung dalam bentuk rumusan praktik yang

dilakukan oleh para praktisi. Kawasan juga berfungsi sebagai panduan para praktisi dan

tenaga ahli untuk bergerak dalam bidang yang dimaksud (Prawiradilaga, 2012: 43).

Selain itu, kawasan perlu dirumuskan berdasarkan definisi yang sudah ada agar

pembentukan profesi dan praktik menjadi lebih mudah. Kawasan memberi penjelasan bagi

para profesional dan praktisi mengenai apa yang harus dan boleh dilakukan atau apa yang

menjadi batasan perilaku dan ruang lingkup pekerjaan dan layanan yang harus diselesaikan.

Batasan perilaku selanjutnya secara utuh disusun dalam kode etik keprofesian seperti yang

dimiliki oleh organisasi profesi tertentu. Hasil utuh tersebut akan diselesaikan menjadi

standar perilaku.

Rumusan kawasan yang dikembangkan dalam disiplin teknologi pendidikan dan

pembelajaran disiapkan melalui rumusan AECT tahun 1977 dan 1994. Kedua definisi

tersebut menghasilkan kawasan sesuai dengan rumusan definisi. Definisi sebelumnya, yaitu

tahun 1963 dan 1972 tidak menghasilkan kawasan. Pada masa tersebut, para ahli sedang

berusaha “membentuk” konsep yang lebih mendalam dan bermanfaat bagi perkembanagan

disiplin Teknologi Pendidikan

Page 7: Implementasi Teknologi Pendidikan Dalam Pembelajaran

Definisi tahun 2004 mempertegas posisi Teknologi Pendidikan sekaligus teknologi

pembelajaran yang menempatkan keduanya dalam kajian belajar atau learning. Kawasan ini

lebih luas, yaitu kajian (the study) atas apa yang sebelumnya telah dikerjakan, yaitu sejarah

kemunculan seutuhnya garapan dan kajian sejak masa kelahiran disiplin ini sampai dengan

masa kini yaitu era kreativitas abad ke-21. Terapan atau praktik beretika (ethical practice)

memandu setiap individu praktisi Teknologi Pendidikan untuk berkiprah sesuai dengan yang

dikemukakan pada kawasan dari definisi sebelumnya, dengan lebih baik lagi.

2.3.1        Kawasan AECT 1977

Tahun 1977 satuan tugas (satgas) dari AECT, menghasilkan dua definisi, yang

secara khusus membedakan antara Teknologi Pendidikan dan Teknologi pembelajaran.

Dengan demikian, tahun 1977 menghasilkan dua definisi dan dua kawasan , Teknologi

Pendidikan dan teknologi pembelajaran.

Sesuai dengan definisinya, rumusan kawasan ini diproyeksikan lebih luas dan

mendalam dibandingkan dengan kawasan teknologi pembelajaran. Kawasan Teknologi

Pendidikan menyangkut penyelenggaraan seluruh aspek belajar manusia termsuk di dalam

dan di luar sistem persekolahan. Kawasan manajemen kependidikan mengelola dan mengatur

seluruh fungsi yang ada di dalam kawasan pengembangan serta memanfaatkan kedua

kategori besar dari sumber belajar yaitu sumber belajar yang dirancang dan dimanfaatkan.

Sumber belajar dari kawasan Teknologi pendidikan ini bukan hanya tersedia di kelas atau

sekolah, akan tetapi sumber belajar juga mencakup lokasi khusus yang tersedia di masyarakat

seperti museum, atau observatorium (Prawiradilaga, 2012: 44)

Rumusan kawasan teknologi pembelajaran memiliki ruang lingkup yang lebih

sempit dalam dunia pendidikan dibandingkan dengan kawasan Teknologi pendidikan.

Kawasan teknologi pembelajaran tetap merujuk pada learning is purposive and controlled.

Pernyataan ini menjelaskan kedudukan kawasan teknologi pembelajaran adalah di kelas.

Sumber belajar berperan langsung sebagai komponen sistem pembelajaran. Sumber belajar

dalam kawasan teknologi pembelajaran sengaja dirancang (by design) sesuai dengan

ungkapan istilah prestructured dan dimanfaatkan atau utilized. Sumber belajar harus

memenuhi kriteria sebagai berikut: (a) dirancang-dimanfaatkan yang disiapkan khusus yang

berlandaskan kompetensi dan materi ajar; (b) dipilih-dimanfaatkan yang sesuai dengan

kompetensi dan materi ajar dari koleksi yang sudah tersedia di sekolah (Prawiradilaga, 2012:

45).

2.3.2        Kawasan AECT 1994

Page 8: Implementasi Teknologi Pendidikan Dalam Pembelajaran

Definisi AECT tahun 1994 hanya menelurkan satu definisi yaitu teknologi

pembelajaran, kawasan yang dimunculkan pun hanya satu yaitu kawasan teknologi

pembelajaran. Namun dalam penjelasannya, definisi tersebut berhasil memilah antara teori

dan praktik. Teori yang disebut sebagai rujukan dan acuan dari seluruh kegiatan terkait

pembelajaran, sedangkan praktik atau terapan menyediakan kesempatan untuk memvalidasi

teori, selanjutnya teori ini dapat dikaji ulang dan diperbaiki. Dengan demikian, terjadi

simbiosis mutualisme antara peran teori bagi terapan atau praktik dalam bidang teknologi

pembelajaran.

Proses dalam kawasan definisi ini adalah pekerjaan yang tidak ada titik, atau tidak

berhenti. Proses dilakukan terus-menerus, seperti lingkaran. Proses sebagai pola pemikiran

menelusuri sesuatu hal terkait satu sama lain. Sedangkan sumber yang digunakan dari definisi

mewakili produk yang dapat ditawarkan oleh teknologi pembelajaran. Produk ini terkait

dengan kebendaan yang dihasilkan teknologi pembelajaran sebagai bidang garapan.

1. Kawasan Desain

Desain didefinisikan sebagai “proses untuk menentukan kondisi belajar” (Seels dan

Richey, 1994: 32). Kawasan desain meliputi desain sistem pembelajaran, desain pesan,

strategi pembelajaran, karakteristik peserta didik. Tujuan desain adalah untuk menciptakan

strategi dan produk pada tingkat makro, seperti program dan kurikulum, dan pada tingkat

mikro seperti pelajaran dan modul.

a. Desain Sistem Pembelajaran (DSI).

Desain system pembelajaran (DSI) adalah prosedur yang teroganisasi yang meliputi

langkah-langkah penganalisisan, perancangan, pengembangan, pengaplikasian dan penilaian

pembelajaran (Seels dan Richey, 1994: 33). Kata Desain mempunyai dua makna yaitu tingkat

makro dan tingkat mikro yang keduanya menunjukkan pendekatan sistem dan langkah pada

pendekatan sistem. Dalam terminologi sederhana, analisanya adalah proses pada definisi apa

yang harus dipelajari; desain adalah proses bagaimana mengkhususkan bagaimana dipelajari;

dikembangkan adalah proses memenulis dan produksi materi pembelajaran,

mengimplementasi penggunaan materi dan strategi dalam konten yang aktual dan

mengevaluasi proses penentuan kecukupan materi. DSI secara umum merupakan prosedur

linier dan berulang-ulang dimana permintaan seksama dan konsisten. Karakter proses pada

semua langkah harus di lengkapi dalam hal untuk melayani sebagai pemeriksaaan dan

keseimbangan satu sama lain. Pada DSI proses sangat penting sama seperti produk karena

kepercayaan produk berlandasakan pada proses (Seels dan Richey, 1994: 33).

Page 9: Implementasi Teknologi Pendidikan Dalam Pembelajaran

b. Desain Pesan.

Desain pesan meliputi “perencanaan untuk merekayasa bentuk fisik dari pesan”

(Grabowski dalam Seels dan Richey, 1994: 33). Desain pesan berkaitan dengan hal-hal

mikro, mengenai bahan visual, urutan, halaman, dan layar secara terpisah. Desain pesain

bersifat spesifik, baik tentang media maupun tugas belajarnya. (Prawiradilaga, 2012: 49).

c. Strategi Pembelajaran.

Strategi pembelajaran adalah spesifikasi untuk manyeleksi serta mengurutkan

peristiwa belajar atau kegiatan pembelajaran dalam suatu pelajaran (Seels dan Richey, 1994:

34). Pengaplikasian suatu strategi pembelajaran tergantung pada situasi belajar, sifat materi,

dan jenis belajar yang dikehendaki (Prawiradilaga, 2012: 49).

d. Karekteristik Peserta Didik

Karakteristik peserta didik adalah aspek latar belakang pengalaman peserta didik

yang berpengaruh terhadap efektifitas proses belajarnya, mencakup keadaan sosio-psiko-fisik

peserta didik.

Kecenderungan dan Permasalahan dalam kawasan desain berpusat pada penggunaan

desain sistem pembelajaran yang tradisional, aplikasi teori belajar dalam desain, dan

pengaruh teknologi baru pada proses penyusunan desain.

2. Kawasan Pengembangan.

Pengembangan didefinisikan sebagai proses penterjemah spesifikasi desain ke dalam

bentuk fisik (Seels dan Richey, 1994: 38). Kawasan pengembangan meliputi teknologi cetak,

teknologi audiovisual, teknologi berbasis komputer, dan teknologi terpadu. Kawasan

pengembangan berorientasi pada produksi media

pembelajaran yang kisi-kisi modelnyadihasilkan dari kawasan desain.

a. Teknologi Cetak

Teknologi cetak adalah cara untuk memproduksi atau menyampaikan bahan,

seperti buku-buku dan bahan-bahan visual yang statis, terutama melalui proses

pencetakan mekanis atau fotografis. Dua komponen utama teknologi cetak adalah teks

(verbal) dan bahan visual.

b. Teknologi Audiovisual

Teknologi Audiovisual merupakan cara memproduksi dan menyampaikan bahan

dengan menggunakan peralatan mekanis dan elektronis untuk menyajikan pesan-pesan audio

dan visual. Pembelajaran audiovisual memproduksi dan memanfaatkan bahan yang

Page 10: Implementasi Teknologi Pendidikan Dalam Pembelajaran

menyangkut pembelajaran melalui penglihatan dan pendengaran yang secara eksklusif tidak

selalu harus tergantung kepada pemahaman kata-kata dan simbol-simbol sejenis.

c. Teknologi Berbasis Komputer

Teknologi Berbasis Komputer merupakan cara-cara memproduksi dan

menyampaikan bahan dengan menggunakan perangkat yang bersumber pada mikro prosesor.

Teknologi ini menggunakan teknologi digital, dengan monitor sebagai tumpuan penyajian

pesan kepada peserta didik.

d. Teknologi Terpadu

Teknologi Terpadu merupakan cara untuk memproduksi dan menyampaikan bahan

dengan memadukan beberapa jenis media yang dikendalikan komputer. Komputer dengan

memori besar, menyediakan pemutar video, monitor dengan resolusi tinggi, jaringan yang

lancar, sangat membantu terlaksananya pemanfaatan teknologi terpadu ini.

Kecenderungan dan permasalahan teknologi cetak dan audiovisual mencakup

peningkatan perhatian terhadap desain teks, kerumitan visual serta penggunaan isyarat warna

(Berry dalam Seels dan Richey, 1994: 44). Kecenderungan dan permasalahan teknologi

komputer dan terpadu terletak pada tantangan mendesain teknologi interaktif, penerapan

konstruktivisme dan teori belajar sosial, sistem pakar dan otomisasi peralatan pengembangan,

serta aplikasi untuk belajar jarak jauh.

3. Kawasan Pemanfaatan

Pemanfaatan adalah aktivitas menggunakan proses dan sumber untuk belajar.

Kawasan pemanfaatan sering terkena “imbas” kemajuan teknologi dan kebijakannya. Banyak

pihak yang memiliki ide untuk memanfaatkan apa pun teknologi untuk dunia pendidikan.

Padahal, prosedur pemanfaatan memerlukan rangkaian kegiatan yang panjang, proses yang

memerlukan kerja keras dan kerja sama pihak terkait, guru, pemerintah, pelaksana di

lapangan dan lainnya. Kawasan pemanfaatan meliputi pemanfaatan media, difusi inovasi,

implementasi dan institusionalisasi, dan kebijakan dan regilasi.

a. Pemanfaatan Media

Pemanfaatan media ialah penggunaan yang sistematis dari sumber untuk

belajar. Proses pemanfaatan media merupakan proses pengambilan keputusan

berdasarkan pada spesifikasi desain pembelajaran, dalam hal ini, urutan, karakteristik peserta

didik, lingkungan belajar merupakan beberapa aspek yang harus diperhatikan.

b. Difusi Inovasi

Page 11: Implementasi Teknologi Pendidikan Dalam Pembelajaran

Difusi Inovasi adalah proses berkomunikasi melalui strategi yang terencana dengan

tujuan untuk diadopsi. Tujuan difusi inovasi ini adalah agar suatu medium dapat diterima dan

digunakan dalam pembelajaran sehari-hari, tanpa ada keterpaksaan dari pihak manapun.

Komunikasi yang mulus menjadi kunci dari suatu difusi, dampaknya adalah perubahan, atau

penerimaan suatu inovasi.

c. Implementasi dan Pelembagaan

Implementasi adalah penggunaan bahan dan strategi pembelajaran dalam keadaan

yang sesungguhnya bukan tersimulasikan. Pelembagaan adalah penggunaan secara rutin dan

pelestarian dari inovasi pembelajaran dalam suatu struktur atau budaya organisasi. Tujuan

dari implementasi adalah menjamin penggunaan yang benar oleh individu dalam oraganisasi.

Tujuan dari pelembagaan adalah untuk mengintregasikan inovasi dalam struktur dan

kehidupan organisasi.

d. Kebijakan dan Regulasi

Kebijakan dan Regulasi adalah aturan dan tindakan dari masyarakat atau wakilnya

yang mempengaruhi difusi atau penyebaran dan penggunaan teknologi pembelajaran.

Kebijakan dan peraturan biasanya dihambat oleh permasalahan etika dan ekonomi.

Kecenderungan dan permasalahan dalam kawasan pemanfaatan umumnya berkisar

pada kebijakan dan peraturan yang mempengaruhi penggunaan, difusi, implementasi dan

pelembagaan. Masalah lain yang berhubungan dengan kawasan ini adalah bagaimana gerakan

restrukturisasi sekolah dapat mempengaruhi penggunaan sumber belajar. Pertumbuhan yang

pesat dari bahan dan sistem berasaskan komputer telah meningkatkan resiko politik dan

ekonomi bagi yang akan mengadakan adopsi. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan

diantaranya adalah; sikap pembelajar terhadap teknologi, tingkat independensi pembelajar,

dan faktor lain yang dapat menghambat dan mendukung media dan materi pembelajaran

dalam konteks yang lebih luas.

4. Kawasan Pengelolaan

Pengelolaan adalah bagian integral dan sering dihadapi oleh para teknolog

pendidikan. Pengelolaan meliputi pengendalian teknologi pembelajaran melalui perencanaan,

pengorganisasian, pengkoordinasian dan supervisi. Kerumitan Pengelolaan akan semakin

meningkat dengan dengan membesarnya usaha sebuah sekolah kacil menjadi besar (Seels dan

Richey, 1994: 54)

Pekerjaan pengelolaan dimulai dari administrasi pusat media,program media, dan

pelayanan pemanfaatan media. Pengelolaan meliputi:

Page 12: Implementasi Teknologi Pendidikan Dalam Pembelajaran

a. Pengelolaan Proyek.

Pengelolaan proyek meliputi perencanaan, monitoring dan pengendalian proyek

desain dan pengembangan suatu produk pembelajaran tertentu (Seels dan Richey, 1994: 55).

b. Pengelolaan Sumber

Pengelolaan Sumber mencakup perencanaan, pemantauan, dan pengendalian sistem

pendukung dan pelayanan sumber. Biasanya mengatur bagaimana memanfaatkan dengan

optimal sumber yang ada (Seels dan Richey, 1994: 55).

c. Pengelolaan Sistem Penyampaian

Pengelolaan Sistem Penyampaian meliputi perencanaan, pemantauan, pengendalian

“ cara bagaimana distribusi bahan pembelajaran diorganisasikan ... hal tersebut merupakan

suatu gabungan medium dan cara penggunaan yang dipakai dalam menyajikan informasi

pembelajaran kepada peserta didik (Ellington dan Harris, dalam Seels dan Richey, 1994: 56).

d. Pengelolaan Informasi

Pengelolaan Informasi meliputi perencanaan, pemantauan, dan pengendalian cara

penyimpanan, pengiriman/pemindahan atau pemrosesan informasi dalam rangka tersedianya

sumber untuk kegiatan belajar (Seels dan Richey, 1994: 56).

5. Kawasan Penilaian

Penilaian adalah kegiatan untuk mengkaji serta memperbaiki suatu produk atau

program (Prawiradilaga, 2012: 54). Perbaikan dilakukan berdasarkan masukan atau informasi

yang diterima. Masih banyak pihak yang melakukan evaluasi belajar dengan cara

membandingkan kemampuan seorang peserta didik dengan temannya, seharusnya penilaian

yang diharapkan adalah merujuk pada tujuan pembelajaran. Kawasan penilaian meliputi

analisis masalah, pengukuran acuan patokan, dan penilaian formatif dan sumatif.

a. Analisis Masalah.

Analisis masalah Termasuk penentuan sifat dan parameter masalah dengan

menggunakan pengumpulan-informasi dan pengambilan keputusan strategi. Dalam membuat

keputusan. Dengan demikian upaya evaluasi termasuk identifikasi kebutuhan untuk

menentukan sejauh mana masalah dapat dikelaskan sebagai pembelajaran, mengindetifikasi

kendala, sumber daya, karakteristik peserta didik, dan menentukan tujuan dan prioritas (Seels

dan Glasgow dalam Seels dan Richey, 1994: 61).

b. Pengukuran Acuan-Patokan (Criterion-Referenced Measurement).

Page 13: Implementasi Teknologi Pendidikan Dalam Pembelajaran

Kriteria pengukuran penilaian melibatkan teknik untuk menentukan penguasaan

materi pelajaran yang telah ditentukan sebelumnya. Kriteria referensi penilaian menyediakan

informasi tentang penguasaan seseorang terhadap pengetahuan, sikap dan keterampilan relatif

terhadap tujuan. Kesuksesan pada kriteria referensi penilalan sering berpedoman pada dapat

melakukan suatu kompetensi tertentu.

c. Penilaian Formatif dan Sumatif.

Evaluasi Formatif melibatkan pengumpulan informasi tentang kecukupan dan

menggunakan informasi ini sebagai dasar untuk pengembangan lebih lanjut. Evaluasi sumatif

melibatkan pengumpulan informasi tentang kecukupan dan menggunakan informasi ini untuk

membuat keputusan tentang pemanfaatan. Metode evaluasi sumatif dan formatif berbeda.

Evaluasi formatif tegantug pada teknis (isi) review dan tutorial, uji coba kelomok kecil atau

besar. Metode pengumpulan data biasanya informal seperti observasi, wawancara dan test

pendek. Evaluasi sumatif dalam bentuk lain membutuhkan prosedur lebih formal dan metode

pengumpulan data. Evaluasi sumatif biasanya studi perbandingan kelompok dalam desain

quasi eksperimen. Keduanya evaluasi formatif dan suamtif membutuhkan pertimbangan

perhatian untuk menyeimbangkan penilaian kualitatif dan kuantitatif (Seels dan Richey,

1994: 62).

Kecenderungan dan Permasalahan penilaian kebutuhan yang semula berorientasi

pada perilaku dengan menitikberatkan pada data kinerja dan penjabaran materi/isi jadi

bagian-bagian yang lebih kecil. Akan tetapi, penekanan pada pengaruh konteks belajar yang

sekarang memberi orientasi kognitif kadang-kadang orientasi kontruktivis, pada proses

penilaian kebutuhan.

2.3.3        Kawasan AECT 2004

Hasil analisis kawasan AECT tahun 2004 tidak dibahas dengan nyata, melainkan

hanya berupa paparan yang melekat pada definisi itu sendiri. Kekhasan definisi tersebut ada

pada istilah study (kajian) serta ethical practice (terapan atau praktik beretika). Kedua hal ini

mengatur perilaku para teknolog pembelajarn, profesional, dan praktisi untuk berperilaku

dengan baik. Rujukan mengenai apa yang dikaji, digarap, atau dikerjakan dirumpun dalam

istilah learning atau belajar dan performance atau kinerja. Kedua aspek ini menegaskan inti

dari pekerjaan atau karya teknolog pembelajaran sebaiknya berada dalam cakupan belajar dan

kinerja.

Tugas teknologi pendidikan dan atau teknologi pembelajaran:

Page 14: Implementasi Teknologi Pendidikan Dalam Pembelajaran

a. Study (Kajian).

Istilah study atau kajian dimunculkan sebenarnya melanjutkan tugas dan fungsi

seorang teknolog pendidikan/ pembelajaranuntuk melanjutkan apa yang sudah dilakukan

dalam kerangka definisi tahun 1994, yaitu pelaksanaan penelitian dalam teknologi

pendidikan/ pembelajaran. Kewajiban seorang teknolog pembelajaran untuk mendalami

teknologi pembelajaran serta meningkatkan potensinya sebagai suatu disiplin ilmu adalah

bagian integral. Imbauan dari study (kajian) adalah agar para teknolog pembelajaran terus-

menerus mengembangkan ilmu teknologi pendidikan/ pembelajaran melalui penelitian dan

pemikiran diri yang reflektif (Prawiradilaga, 2012: 57).

b. Ethical Practice (Praktik atau Terapan Beretika)

Etika menjadi sesuatu yang rentan tatkala berkaitan dengan dunia maya.

Penghargaan terhadap karya dan kreativitas orang lain, pengakuan terhadap keberadaan dan

kebenaran menjadi bagian dari etika dalam teknologi pendidikan. Etika sesungguhnya bukan

hanya mengenai aturan main, atau landasan hukum. Etika adalah norma yang berlaku di

masyarakat beradab. Etika sebaiknya diperhatikan karena hal ini menjadi tantangan serius

seiring dengan kemajuan teknologi berbasis internet. AECT merumuskan etika yang

dimaksud adlaha perilaku para ilmuwan, praktisi, atau teknolog pembelajaran terhadap

seseorang, masyarakat, dan diri sendiri. Aturan yang terangkum dalam kode etik bukanlah

aturan yang memasung, melainkan aturan yang harus dipahami dan dijalankan demi

terciptanya iklim saling menghormati satu sama lain dalam ranah teknologi pendidikan/

pembelajaran (Prawiradilaga, 2012: 57).

Lingkup Kerja atau kawasan:

a. Learning (Belajar)

Istilah Learning (belajar) bukan hanya meghafal, mengingat, tetapi belajar

dimaksudkan adalah bagaimana seseorang mampu mengembangkan diri berdasarkan

persepsinya terhadap apa yang ia pelajari, lingkungan, dan masyarakat di mana ia berada,

mewujudkan impiannya, dan lainnya. Belajar sebagai kawasan teknologi pendidikan

melingkupi kerja dan karya para teknolog pendidikan dan pembelajaran (Prawiradilaga,

2012: 58).

b. Performance (Kinerja)

Kinerja menegaskan adanya kemampuan seseorang setelah dinyatakan menguasai

tujuan pembelajaran, ia pun mampu menerapkan dalam dunia nyata. Makna kedua dari

kinerja adalah teknologi pendidikan menciptakan lingkungan atau perangkat kerja serta

gagasan bagi peserta didik, guru, atau desainer untuk berkarya atau membuktikan jenjang

Page 15: Implementasi Teknologi Pendidikan Dalam Pembelajaran

kemampuan penguasaan pengetahuan tadi yang diperoleh melalui proses belajar

(Prawiradilaga, 2012: 58).

2.3.4        Kawasan Pakar Lain

a. Kawasan Menurut Reiser dan Dempsey

Kawasan yang dirimuskan oleh Reiser dan Dempsey berbeda dari AECT. Kawasan

yang mereka rumuskan yakni kawasan teknologi pembelajaran dan kawasan desain

pembelajaran.

Konteks Teknologi pembelajaran menurut Reiser dan Dempsey, et al., (dalam

Prawiradilaga, 2012: 59) bahwa kemajuan teknologi serta inovasi secara umum berdampak

langsung terhadpa kawasan teknologi pembelajaran. Mereka tidak hanya melakukan

pendekatan kepada praktisi yang berlatar belakang keilmuan teknologi pembelajaran namun

kepada non-pembelajaran juga. Tugas teknolog pembelajaran adalah menemukan pemecahan

masalah atau menentukan teknik peningkatan kinerja itu sendiri sesuai dengan kebutuhan

pekerjaan dan situasi bekerja (Prawiradilaga, 2012: 58).

Konteks Desain pembelajaran yang melekat pada teknologi pembelajaran mengatur

alur berpikir seorang teknolog pembelajaran dalam memecahkan masalah peningkatan

kinerja. Salah satunya melakukan pendekatan dengan prinsip ADDIE (analysis, design,

develop, implement, and evaluate).

b. Kawasan menurut Davies (1978)

Davies menumuskan teknologi pendidikan sesuai dengan gejala pendidikan yang

telah beliau amati. Tiga rumusan pendekatan yang berhubungan dengan kawsan dan bidang

garapan teknologi pendidikan yakni pendekatan perangkat keras (hardware), pendekatan

perangkat lunak (software), dan perpaduan keduanya.

1. Pendekatan Perangkat Keras. Guru dalam hal ini hendaknya memanfaatkan

penggunaan perangkat keras. Hal ini dimaksudkan agar terjadi proses otomatisasi

atau proses mekanistik dalam kegiatan pembelajaran. Perangkat keras dimanfaatkan

untuk menyebarkan materi ajar, mereproduksi materi, dan lainnya. Namun semua

upaya tersebut harus tetap mengacu pada efektivitas pembiayaan, terutama

pembiayaan dari siswa.

2. Pendekatan Perangkat Lunak. Pendekatan ini dimaksudkan untuk mengatasi

kesulitan belajar siswa dan perilakunya.

Page 16: Implementasi Teknologi Pendidikan Dalam Pembelajaran

3. Pendekatan Perpaduan Perangkat Keras dan Perangkat Lunak. Kerangka pendekatan

ini berada pada lingkup sistem (system boundary) dengan mencermati seluruh faktor

yang mempengaruhi proses pembelajaran diantaranya siswa (motivasi belajar serta

kemampuan akademiknya), guru, lingkungan sekolah, materi atau kurikulum, serta

tujuan belajarnya. Sehingga pendekatan ini dirasakan lebih manusiawi serta

integratif dengan kondisi pembelajaran sehari-hari.

2.4 Implementasi Teknologi Pendidikan

Teknologi pendidikan dapat diimplementasikan dalam pembelajaran di sekolah,

banyak media yang dapat digunakan sehingga pembelajaran tersebut terkesan modern. dan

tidak membosankan. Apabila konsep atau pengertian teknologi pendidikan kita analisis, kita

akan memperoleh pedoman umum aplikasi sebagai berikut :

1. Memadukan berbagai macam pendekatan dari bidang psikologi, komunikasi,

manajemen, rekayasa, dan lain-lain secara bersistem.

2. Memecahkan masalah belajar pada manusia secara menyeluruh dan serempak,

dengan memerhatikan dan mengkaji semua kondisi dan saling kaitan diantaranya.

3. Digunakannya teknologi sebagai proses dan produk untuk membantu memecahkan

masalah belajar.

4. Timbulnya daya lipat atau efek sinergi, di mana penggabungan pendekatan dan atau

unsur-unsur mempunyai nilai lebih dari sekadar penjumlahan. Demikian pula

pemecahan secara menyeluruh dan serempak akan mempunyai nilai lebih daripada

memecahkan masalah secara terpisah.

Teknologi pembelajaran memiliki lima kawasan yang menjadi bidang garapnya,

baik sebagai objek formal maupun objek materinya, yaitu desain, pengembangan,

pemanfaatan, pengolahan, evalusi sumber dan proses belajar. Oleh karenanya aplikasi

teknologi pembelajaran juga tidak terlepas dari lima kawasan tersebut. Seels dan Richey

(1994) menjelaskan bahwa demi menjaga keutuhan definisi (teknologi pembelajaran)

kegiatan-kegiatan dalam setiap kawasan teknologi pembelajaran dapat dikaitkan baik kepada

proses maupun sumber pembelajaran.

Aplikasi teknologi pada pendidikan secara langsung akan mempengaruhi keputusan-

keputusan tentang proses pendidikan yang spesifik. Umpama : aplikasi itu

mempunyaidampak penting terhadap isi (content) yang akan diajarkan, tingkat standarisasi

dan pemilihan isi, jumlah dan kualitas sumber-sumber yang tersedia.

Page 17: Implementasi Teknologi Pendidikan Dalam Pembelajaran

Masalah-masalah pokok yang dihadapi pendidikan di Indonesia yang terpenting

adalah mengenai : peningkatan mutu, pemerataan kesempatan pendidikan, dan relevansi

pendidikan dengan pembangunan nasional. Demikian luas dan jauhnya jangkauan yang

hendak dicapai oleh program pembangunan pendidikan kita, padahal di lain pihak

sumbersumber yang tersedia bertambah terbatas dan langka.

Pada dasarnya atmosfer pembelajaran merupakan hasil sinergi dari tiga komponen

pembelajaran utama, yakni siswa, kompetensi guru, dan fasilitas pembelajaran. Ketiga

prasyarat tersebut pada akhirnya bermuara pada areaproses dan model pembelajaran. Model

pembelajaran yang efektif antara lain memiliki nilai relevansi dengan pencapaian tujuan

pembelajaran dan memberi peluang untuk bangkitnya kreativitas guru. Kemudian berpotensi

mengembangkan suasana belajar mandiri selain dapat menarik perhatian siswa dan sejauh

mungkin memanfaatkan momentum kemajuan teknologi khususnya dengan mengoptimalkan

fungsi teknologi informasi.

Seiring perkembangan zaman, penggunaan sistem konvensional sudah tidak efektif

sebab dianggap sangat lambat dan tidak seiring dengan perkembangan teknologi informasi

dimana pertukaran informasi menjadi semakin cepat dan instan. Sehingga ketidakefektifan

adalah katayang paling cocok untuk sistem ini. Sistem konvensional seharusnya sudah

ditinggalkan sejak ditemukannya media komunikasi multimedia sebagai bentuk kemajuan

teknologi informasi. e-Education, istilah ini mungkin masih asing bagi bangsaIndonesia. e-

education (Electronic Education) ialah istilah penggunaan teknologi informasi di bidang

pendidikan.

Masalah-masalah pokok yang dihadapi pendidikan di Indonesia yang terpenting

adalah mengenai : peningkatan mutu, pemerataan kesempatan pendidikan, dan relevansi

pendidikan dengan pembangunan nasional. Demikian luas dan jauhnya jangkauan yang

hendak dicapai oleh program pembangunan pendidikan kita, padahal di lain pihak

sumbersumber yang tersedia bertambah terbatas dan langka. Kenyataan-kenyataan yang

dikemukakan di atas menunjukkan bahwa pemecahan masalah-masalah pendidikan kita

membutuhkan alternatif-alternatif lain disamping caracara penyelesaian yang konvensional

yang dikenal selama ini. Berbagai potensi yang dimiliki oleh teknologi dalam pendidikan

lantas memungkinkannya diajukan sebagai suatu alternatif untuk memecahkan masalah-

masalah tadi. Secara umum aplikasi teknologi dalam pendidikan akan mampu :

1. Menyebarkan informasi secara meluas, seragam dan cepat.

2. Membantu, melengkapi dan (dalam hal tertentu) menggantikan tugas guru.

Page 18: Implementasi Teknologi Pendidikan Dalam Pembelajaran

3. Dipakai untuk melakukan kegiatan instruksional baik secara langsung maupun

sebagai produk sampingan.

4. Menunjang kegiatan belajar masyarakat serta mengundang partisipasi masyarakat.

5. Menambah keanekaragaman sumber maupun kesempatan belajar.

6. Menambah daya tarik untuk belajar.

7. Membantu mengubah sikap pemakai.

8. Mempengaruhi pandangan pemakai terhadap bahan dan proses.

9. Mempunyai keuntungan rasio efektivitas biaya, bila dibandingkan dengan sistem

tradisional. (Miarso, 1981)

III. PENUTUP

Teknologi pendidikan pada hakekatnya adalah pemecahan masalah pendidikan

(tindak belajar manusia) dari segala aspek, bukan hanya digunakannya mesin-mesin atau alat-

alat elektronik dalam pendidikan.Teknologi pembelajaran memiliki lima kawasan yang

menjadi bidang garapnya, baik sebagai objek formal maupun objek materinya, yaitu desain,

pengembangan, pemanfaatan, pengolahan, evalusi sumber dan proses belajar. Aplikasi

teknologi Pembelajaran Pendidikan Multikultural ini hanya dilakukan penulis pada Kawasan

Desain dengan subkategori Desain Sistem Pembelajaran. Walau hanya pada subkategori

kawasan, namun kelima langkah dalam menyusun desain sistem pembelajaran menunjukkan

sinergitas antara berbagai kawasan Teknologi Pembelajaran: Desain, Pengembangan,

Pemanfaatan, Pengolahan, dan Evaluasi Sumber dan Proses Belajar.

Perkembangan Teknologi Pembelajaran yang linear dengan perkembangan teknologi

harus disikapi secara hati-hati oleh Teknolog Pendidikan. Praktik Teknologi Pembelajaran

harus memperhatihan Kawasan, Konsep Utama dan ciri khas Teknologi pembelajaran. Hal

ini mutlak diperlukan untuk mengukuhkan keberadaan Teknologi Pembelajaran itu

sendiri.Aplikasi Teknologi Pembelajaran Pendidikan Multikultural dapat dikembangkan tidak

hanya untuk pembelajaran yang terkait erat dengan budaya itu sendiri (seperti pendidikan

multikultural), namun dapat dikembangkan ke pembelajaran yang lain melihat substansi dari

kaitan antara budaya dan substansi materi.

Page 19: Implementasi Teknologi Pendidikan Dalam Pembelajaran

DAFTAR PUSTAKA

Andi Afifuddin. 2007. Penggunaan metode E-Learning Dalam Proses Belajar Mengajar

di Sekolah pada Mata Pelajaran TIK Tingkat SMP. Majalengka, Jawa Barat

Cece Wijaya dkk, Upaya Pembaharuan Dalam Pendidikan dan Pengajaran, (Bandung :

Remaja Karya, 1988)

Dimyati, Dr., Muljiono, Drs., Belajar dan Pembelajaran, Jakarta : Rineka cipta, 2002

Miarso, Yusufhadi., 2009. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta: Kencana

Prenada.

Prawiradilaga, D. S., 2012. Wawasan Teknologi Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada

Media Group

Seels, B dan Richey, R., 1994. Teknologi Pembelajaran Definisi dan Kawasannya.

Washington, DC: Association for Educational Communications and Technology.