implementasi program pelayanan bagi anak autis...
TRANSCRIPT
IMPLEMENTASI PROGRAM PELAYANAN BAGI ANAK AUTIS
MELALUI SEKOLAH KHUSUS DI RUMAH AUTIS BEKASI
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
FACHRY ARFAN
NIM. 109054100023
PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar S1 di Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari saya terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya olang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, Desember 2013
FACHRY ARFAN
i
ABSTRAKFachry ArfanImplementasi Program Pelayanan Bagi Anak Autis Melalui Sekolah Khusus diRumah Autis Bekasi
Pendidikan merupakan salah satu hak asasi yang dimiliki oleh seseorang, tidakterkecuali bagi anak autis. Selama ini, pendidikan bagi anak autis diselenggarakandi Sekolah Luar Biasa (SLB), sementara itu biaya operasional di SLB jauh lebihmahal dibandingkan sekolah reguler, bahkan bagi kalangan yang beradasekalipun. Akibatnya sebagian anak autis terpaksa tidak disekolahkan olehorangtuanya karena faktor ekonomi. Sedikitnya lembaga sosial yang didirikandengan tujuan untuk menjembatani kebutuhan akan sekolah bagi penyandangautis menyebabkan banyak orang tua anak autis bingung, pendidikan atau materiapa yang harus diajarkan kepada anaknya. Rumah Autis Bekasi merupakan salahsatu lembaga sosial yang dibangun untuk melaksanakan program pendidikan bagipenyandang autis yang berasal dari kaum dhuafa. Berdasarkan hal tersebut penulissangat tertarik mengadakan penelitian mengenai implementasi program pelayananbagi anak autis melalui sekolah khusus di Rumah Autis Bekasi.
Penelitian ini merumuskan beberapa masalah yaitu “Bagaimana implementasiprogram pelayanan bagi anak autis melalui sekolah khusus di Rumah AutisBekasi?” Dan “Bagaimana hasil yang dicapai dari implementasi programpelayanan bagi anak autis melalui sekolah khusus di Rumah Autis Bekasi?”.Untuk menjawab perumusan masalah tersebut peneliti menggunakan TeoriTahapan Pelayanan Kesejahteraan Sosial yang dikemukakan oleh DepartemenSosial dan Teori Indikator Evaluasi Hasil yang dikemukakan oleh Terry Mizrahidan Larry E. Davis
Metodologi penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif yangkemudian dituangkan dalam metode deskriptif. Pengumpulan data dilakukandengan observasi dan wawancara mendalam mengenai kegiatan pelayanan yangdilakukan oleh Rumah Autis Bekasi. Informan dalam penelitian ini berjumlah 5orang, terdiri dari 1 orang ketua Rumah Autis Bekasi, 2 orang pengajar kelas dan2 orang dari orang tua siswa Rumah Autis Bekasi.Berdasarkan hasil penelitian, implementasi program pelayanan yang dilakukanoleh Rumah Autis Bekasi menempuh tahap-tahap kegiatan. Tahap persiapanmencakup pembuatan kurikulum dan observasi terhadap calon siswa; tahap keduaadalah pengkajian yaitu mengidentifikasi permasalahan yang tengah dihadapicalon siswa; ketiga adalah rencana intervensi yaitu menentukan rencana kedepanuntuk calon siswanya; keempat adalah implementasi program, tahap dimana siswamulai mendapatkan pelayanan berdasarkan dari hasil assessment yang telahdilakukan; kelima adalah monitoring dan evaluasi dan tahap terakhir adalahterminasi. Rangkaian tahapan tersebut berfungsi untuk untuk mengembangkanpotensi siswanya secara optimal sesuai kemampuannya. Dan selama implementasipelayanan program sekolah khusus berlangsung, program ini menurut penulissudah berhasil memberikan sebuah dampak yang positif bagi para orang tua dansiswa autis dilihat dari adanya perubahan yang sudah sesuai dengan apa yangdiharapkan oleh klien dan adanya kepuasan orang tua siswa dengan pelayananprogram sekolah khusus karena anaknya menjadi berkembang dan dapatberkomunikasi dengan baik.
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT YangMaha Esa atas cinta dan kasih-Nya maka penulis dapat menyelesaikanpenyusunan skripsi ini. Sholawat dan salam semoga tercurahkan kepadajunjungan Nabi besar kita yakni Rosululloh SAW, para keluarga, para sahabatnyaserta para umatnya yang Insya Allah hingga kini terus mencintainya.
Penulis menyadari bahwa penulisan skirpsi ini masih jauh dari sempurna, haltersebut disebabkan oleh keterbatasan yang penulis miliki. Untuk itu kritik dansaran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatanskripsi ini.
Dalam penulisan skripsi ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yangtak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan laporanini, khususnya kepada :
1. Bapak Dr. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah danIlmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Bapak Suparto, MA,M.Ed selaku Wadek I, Bapak Drs. Jumroni, MA selaku Wadek II, BapakDrs. Wahidin Saputra, MA selaku Wadek III Fakultas Ilmu Dakwah danIlmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Siti Napsiyah, MSW selaku Ketua Program Studi Kesejahteraan SosialFakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif HidayatullahJakarta.
3. Bapak Ahmad Zaky, M.Si selaku Sekretaris Program Studi KesejahteraanSosial Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN SyarifHidayatullah Jakarta.
4. Ibu Wati Nilamsari, M.Si selaku Dosen pembimbing skripsi yang telahberkenan dan bersabar membimbing penulis selama ini.
5. Bapak/Ibu Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN SyarifHidayatullah Jakarta, khususnya kepada Bapak/Ibu Dosen Program StudiKesejahteraan Sosial yang telah memberikan sumbangan wawasankeilmuan dan membimbing penulis selama melaksanakan perkuliahan diUIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Bapak Ardani selaku Ketua Rumah Autis Cabang Bekasi yang telahmemberi izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di Rumah AutisBekasi.
iii
7. Ayah dan Ibu tercinta yang senantiasa memberikan do’a dan kasihsayangnya serta dukungannya selama ini. Maafkan anakmu yang belumbisa membahagiakan kalian.
8. Kakak Saya tercinta Fachrur dan Fachmy terima kasih atas supportnyaselama ini. Semoga apa yang kalian harapkan dapat tercapai.
9. Ni’matul Farida, yang selalu setia dan sabar mendampingi diamanapundan kapanpun baik senang maupun susah. Terima kasih atas semangat danmotivasinya.
10. Kawan-kawan tercinta Kessos angkatan 2009 Dadan, Panji, Aldy, Heru,Maygie, Bimo, Doni, Ugie, dan semua yang tidak bisa penulis sebutkansatu persatu. Terima kasih telah menjadi bagian dalam hidupku. Banggatelah mengenal kalian.
11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telahmemberikan bantuan dalam penyelesaiian penulisan skripsi ini.
Akhirnya penulis berharap semoga karya ini mampu memberikan manfaat,baik bagi penulis, mahasiswa Kesejahteraan Sosial juga pembaca lainnya. Ridhadan keikhlasan dari para Dosen selalu penulis harapkan, semoga ilmu yangdiberikan kepada kami dapat bermanfaat untuk pengabdian masyarakat.
Ciputat, Januari 2014
Penulis
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.................................................................. 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah.............................................5s
C. Tujuan Penelitian ............................................................................ 6
D. Manfaat Penelitian .......................................................................... 6
E. Metodologi Penelitian ..................................................................... 7
F. Tinjauan Pustaka ........................................................................... 16
G. Sistematika .................................................................................... 18
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian Implementasi Program ................................................ 20
B. Pelayanan Sosial............................................................................ 21
1. Pengertian Pelayanan Sosial ................................................... 212. Jenis-Jenis Pelayanan Sosial ................................................... 223. Tahapan Pelayanan Sosial....................................................... 24
C. Evaluasi Program .......................................................................... 261. Pengertian Evaluasi Program .................................................. 262. Jenis-jenis Evaluasi ................................................................. 27
D. Anak Autis .................................................................................... 291. Pengertian Anak Autis ............................................................ 292. Karakteristik Anak Autis......................................................... 323. Jenis Anak Autis ..................................................................... 364. Faktor Yang Menyebabkan Anak Autis.................................. 37
v
E. Sekolah Khusus............................................................................. 401. Pengertian Sekolah Khusus..................................................... 402. Jenis-Jenis Pendidikan ............................................................ 423. Fungsi Sekolah Khusus ........................................................... 434. Tujuan Sekolah Khusus .......................................................... 445. Penyelenggaraan Pendidikan Khusus ..................................... 446. Sasaran Pendidikan Khusus .................................................... 45
BAB III GAMBARAN UMUM LEMBAGAA. Sejarah Singkat Rumah Autis ....................................................... 49
B. Visi dan Misi ................................................................................. 50
C. Program Kerja (Bidang yang ditangani) ....................................... 51
D. Staf dan Struktur Lembaga............................................................ 57
E. Penerima Manfaat Layanan Lembaga ( Klien/ Beneficieries ) ..... 59
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA LAPANGAN
A. Implementasi Program Pelayanan Bagi Anak Autis MelaluiSekolah Khusus Di Rumah Autis Bekasi...................................... 60
B. Hasil Yang Dicapai Dari Implementasi Program Pelayanan BagiAnak Autis Melalui Sekolah Khusus Di Rumah Autis Bekasi ..... 79
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................... 84
B. Saran.............................................................................................. 85
DAFTAR PUSTAKA
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Fenomena anak autis dan Anak Berkebutuhan Khsusus (ABK) bukanlah
sesuatu hal yang baru, dan ada di sekeliling kita. Anak autis termasuk anak
yang mengalami hambatan dalam perkembangan perilakunya. Perilaku anak-
anak ini, antara lain terdiri dari wicara dan okupasi, tidak berkembang seperti
pada anak yang normal.1 Padahal kedua jenis perilaku ini penting untuk
komunikasi dan sosialisasi. Sehingga apabila hambatan ini tidak diatasi
dengan cepat dan tepat, maka proses belajar anak-anak tersebut juga akan
terhambat.
Di era globalisasi sekarang ini, ketika komunikasi antar manusia di
seluruh belahan bumi sudah demikian mudahnya, masih ada saja sekelompok
manusia yang tersisih. Tersisih karena mereka tidak mampu mengadakan
komunikasi dengan orang yang paling dekat sekalipun. Mereka sulit
mengekspresikan perasaan dan keinginan.
Data UNESCO pada 2011 mencatat, sekitar 35 juta orang penyandang
autisme di dunia. Ini berarti rata-rata 6 dari 1000 orang di dunia mengidap
autisme. Meski belum ada angka pasti berapa sebenarnya jumlah anak autisme
di Indonesia, namun pemerintah merilis data jumlah anak penyandang autisme
bisa berada di kisaran 112 ribu jiwa. Angka tersebut diasumsikan dengan
prevalensi autisme pada anak yang ada di Hongkong, yaitu 1,68 per 1000
1 Y. Handojo, Autisma: Petunjuk Praktis dan Pedoman Materi Untuk Mengajar Anak Normal,Autis dan Perilaku Lain (Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer, 2008), h. 6.
2
untuk anak di bawah 15 tahun. Jumlah anak penyandang autis di Indonesia
meningkat hingga lima kali lipat tiap tahunnya.
Jumlah kasus autisme mengalami peningkatan yang signifikan. Jika
tahun 2008 rasio anak autis 1 dari 100 anak, maka di 2012 terjadi peningkatan
yang cukup memprihatinkan dengan jumlah rasio 1 dari 88 orang anak saat ini
mengalami autisme. Di Indonesia, pada 2010, jumlah penderita autisme
diperkirakan mencapai 2,4 juta orang. Hal itu berdasarkan data yang
dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik. Pada tahun tersebut jumlah penduduk
Indonesia mencapai 237,5 juta orang dengan laju pertumbuhan 1,14 persen.
Jumlah penderita autisme di Indonesia diperkirakan mengalami penambahan
sekitar 500 orang setiap tahun.2
Tentu saja ini sangat meresahkan. Penyandang autisme yang tidak
tertangani dengan tepat, kemungkinan sembuhnya akan semakin jauh dan
dikhawatirkan akan menjadi generasi yang hilang. Akan tetapi, banyak orang
tua anak autis bingung, pendidikan atau materi apa yang harus diajarkan
kepada anaknya karena masih sedikitnya lembaga sosial atau sekolah yang
didirikan dengan tujuan untuk menjembatani kebutuhan akan sekolah bagi
penyandang autis.
Pendidikan adalah hak semua warga negara sehingga semua warga
negara harus mendapat kesempatan untuk memperoleh pendidikan tanpa
kecuali. Anak autis juga memiliki hak dan derajat yang sama dengan anak
lainnya, mereka juga mempunyai potensi dan bakat. Potensi tersebut masih
2 Cicah Sarianingsih, “Laju Perkembangan Penderita Autisme di Indonesia Terus Meningkat”artikel diakses pada 1 Februari 2014 dari http://lintasfakta.com/laju-perkembangan-penderita-autisme-di-indonesia-terus-meningkat/
3
terpendam dan menunggu untuk dikeluarkan secara optimal sehingga mereka
dapat melakukan kewajibannya terhadap masyarakat dan terhadap dirinya
sendiri.
Pendidikan merupakan salah satu hak asasi yang dimiliki oleh seseorang,
tidak terkecuali bagi anak autis. Sebagai sebuah hak yang hakiki, pengaturan
mengenai hak atas pendidikan diatur dalam Alinea Keempat Pembukaan
Undang-Undang Dasar (UUD) 1945. Dalam Pembukaan Alinea Keempat
UUD 1945 ditegaskan bahwa tujuan negara Indonesia adalah:
“Kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu Pemerintah NegaraIndonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpahdarah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskankehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkankemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial…”
Berdasarkan hal tersebut, ditegaskan bahwa salah satu tujuan dari
pembentukkan negara Indonesia adalah untuk mencerdaskan kehidupan
bangsa. Kecerdasan kehidupan berbangsa dan bernegara baru akan tercapai
melalui pemberian suatu pendidikan yang terintegrasi dan disesuaikan dengan
kebutuhan setiap warga negara.
Hak atas pendidikan juga diatur dalam pasal 31 UUD 1945. Dalam ayat
(1) berbunyi Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan3.
Pasal ini bermakna bahwa negara berkewajiban memenuhi hak atas
pendidikan bagi setiap warga negaranya tanpa terkecuali tanpa membedakan
suku, ras, agama, atau bahkan keadaan sosial dan ekonominya. Dengan
demikian berarti anak-anak yang dengan berkebutuhan khusus seperti
3 Wikisource, “Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945/Perubahan IV,”artikel diakses pada 12 Oktober 2012 dari http://id.wikisource.org/wiki/Undang-Undang_Dasar_Negara_Republik_Indonesia_Tahun_1945/Perubahan_IV
4
tunanetra, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras dan anak-anak berkesulitan belajar
juga memiliki kesempatan yang sama untuk mendapatkan pendidikan.
Hal inilah yang menjadi dasar bahwa anak autis juga memiliki hak yang
sama untuk mendapatkan pendidikan yang layak dan berhak untuk
mengembangkan diri sebebas-bebasnya.
Hak akan pendidikan berkebutuhan khusus juga tertuang dalam
Deklarasi Salamanca di Spanyol pada tanggal 10 Juni 1994 tentang prinsip,
kebijakan dan praktek dalam pendidikan kebutuhan khusus. Dalam deklarasi
ini diyakini setiap anak mempunyai hak mendasar untuk memperoleh
pendidikan, dan harus diberi kesempatan untuk mencapai serta
mempertahankan tingkat pengetahuan yang wajar.
Oleh karena itu pemerintah dan masyarakat dalam rangka memenuhi
hak-hak anak autis harus senantiasa meningkatkan dan memajukan program-
program pendidikan yang layak bagi anak autis. Hal ini mengingat anak
sebagai aset dan generasi penerus bangsa.
Selama ini, pendidikan bagi anak autis diselenggarakan di Sekolah Luar
Biasa (SLB), sementara itu biaya operasional di SLB jauh lebih mahal
dibandingkan sekolah reguler, bahkan bagi kalangan yang berada sekalipun.
Akibatnya sebagian anak autis terpaksa tidak disekolahkan oleh orangtuanya
karena faktor ekonomi.
Telah banyak upaya yang ditempuh oleh masyarakat guna memenuhi
hak-hak warga negara akan suatu pendidikan khususnya anak autis yaitu
dengan mendirikan lembaga sosial yang bertujuan untuk menjembatani
5
kebutuhan akan sekolah khusus bagi penyandang autis dari keluarga tidak
mampu dengan biaya yang terjangkau bahkan gratis.
Rumah Autis Bekasi merupakan sebuah lembaga sosial yang dibangun
untuk melaksanakan program pendidikan atau sekolah khusus bagi
penyandang autis dari keluarga tidak mampu dengan biaya yang terjangkau
bahkan gratis. Maka dengan adanya Rumah Autis Bekasi diharapkan
pendidikan terhadap anak autis dapat ditangani dengan tepat dan benar
sehingga anak autis mampu hidup dan berbaur secara normal dalam
masyarakat luas.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dan pembahasan dengan judul “Implementasi
Program Pelayanan Bagi Anak Autis Melalui Sekolah Khusus di Rumah
Autis Bekasi”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Dalam kegiatan penelitian ini terbatas pada masalah bagaimana Rumah
Autis Bekasi mengimplementasikan program sekolah khusus bagi anak autis.
Berdasarkan pembatasan masalah tersebut, dirumuskan masalah
penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana implementasi program pelayanan bagi anak autis melalui
sekolah khusus di Rumah Autis Bekasi?
2. Bagaimana evaluasi hasil yang dicapai dari implementasi program
pelayanan bagi anak autis melalui sekolah khusus di Rumah Autis Bekasi?
6
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui bagaimana implementasi program pelayanan sekolah
khusus di Rumah Autis Bekasi
b. Untuk mengetahui hasil yang dicapai dalam implementasi program
pelayanan bagi anak autis melalui sekolah khusus di Rumah Autis Bekasi
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Akademis
Manfaat akademis yang diharapkan penulis dari penelitian ini adalah:
a. Penelitian ini diharapkan menjadi bahan rekomendasi pekerja sosial dan
lembaga sosial yang memiliki kepedulian terhadap pendidikan anak
autis dalam melaksanakan program sekolah khusus agar lebih efektif
dan aspiratif.
b. Memberikan gambaran tentang proses pelayanan sosial yang diberikan
oleh Rumah Autis Bekasi terhadap anak penderita autis.
c. Diharapkan hasil penelitian ini mampu memberikan kontribusi bagi
pengembangan ilmu kesejahteraan sosial dan sekaligus menjadi bahan
untuk penelitian lanjutan tentang masalah yang terkait.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca dan juga
sebagai bahan kajian bagi para peminat studi kesejahteraan sosial,
terutama bagi para mahasiswa kesejahteraan sosial.
7
E. Metodelogi Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah metode
penelitian kualitatif. Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian
yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti
pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen)
dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data
dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat
induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna
dari pada generalisasi.4 Pendekatan kualitatif dapat digunakan bila masalah
penelitian belum jelas, masih remang-remang atau mungkin masih gelap.5
Melalui penelitian kualitatif, peneliti akan langsung masuk ke obyek,
melakukan penjelajahan dengan grant tour question, sehingga masalah
akan dapat ditemukan dengan jelas. Melalui penelitian model ini, peneliti
akan melakukan eksplorasi terhadap suatu obyek.
Penelitian kualitatif berupaya menggambarkan dan menganalisis
pelaksanaan sekolah khusus yang dilakukan oleh Rumah Autis Bekasi.
Dalam penelitian ini, penulis akan menggambarkan secara komprehensif
melalui pengumpulan data dengan melakukan observasi dan wawancara
tentang pelaksaan program sekolah khusus.
4 Prof. Dr. Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D ( Bandung: Alfabeta,2009), h. 9.5 Prof. Dr. Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, h. 24.
8
2. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian deskriptif.
Tipe penelitian ini didasarkan pada pertanyaan dasar yaitu bagaimana.6
Kita tidak puas bila hanya mengetahui apa masalahnya secara eksploratif,
tetapi ingin mengetahui juga bagaimana peristiwa tersebut terjadi.
Temuan-temuan dari penelitian deskriptif akan lebih luas dan lebih
teperinci karena kita meneliti tidak hanya masalahnya sendiri, tetapi juga
variabel-variabel yang berhubungan dengan masalah itu.
Pada jenis penelitian deskriptif, data yang dikumpulkan berupa kata-
kata, gambar dan bukan angka-angka. Dengan demikian, laporan
penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran
penyajian laporan tersebut. Data tersebut berasal dari naskah wawancara
secara lapangan, catatan atau memo dan dokumentasi lainnya.7
Sesuai dengan jenis penelitian yang digunakan, maka dalam
penelitian ini digambarkan tentang bagaimana implementasi pelayanan
program sekolah khusus yang dilakukan oleh Rumah Autis Bekasi bagi
anak autis.
6 W. Gulo, Metodologi Kualitatif ( Jakarta: Grafindo, 2000), h.19.7 Burhan Bugin, Analisis Data dan Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,2003), cet. Ke-2, h. 39
9
3. Waktu Dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di lokasi Rumah Autis Bekasi yang
beralamat di Jalan Al Husna No 39 RT 02/01, Jati Kramat, Jati Asih, Kota
Bekasi 17421. Penelitian ini berlangsung pada bulan Juli 2013 sampai
dengan bulan Desember 2013.
4. Teknik Pengumupulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan
interview (wawancara), observasi (pengamatan), dan dokumentasi.
a. Observasi
Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri
yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu
wawancara dan kuesioner. Kalau wawancara dan kuesioner selalu
berkomunikasi dengan orang, maka observasi tidak terbatas pada
orang, tetapi juga obyek-obyek alam yang lain.
Sutrisno Hadi mengemukakan bahwa, observasi merupakan suatu
proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses
biologis dan psikologis. Dua di antara yang terpenting adalah proses-
proses pengamatan dan ingatan.8
Dari segi proses pelaksanaan pengumpulan data, observasi
dibedakan menjadi participant observation (observasi berperan serta)
dan non participant observation.
8 Prof. Dr. Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, h.145.
10
Observasi berperan serta yaitu peneliti terlibat langsung dengan
kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan
sebagai sumber data penelitian. Namun dalam observasi nonpartisipan,
peneliti tidak terlibat dan hanya sebagai pengamat independen.
Dalam observasi ini, yang penulis lakukan adalah observasi
berperan serta atau terlibat langsung. Penulis terjun langsung ke
lapangan dengan mendatangi Rumah Autis Bekasi guna memperoleh
data dan informasi yang konkret mengenai hal-hal yang menjadi objek
penelitian. Selanjutnya data tersebut penulis tuangkan dalam penulisan
ini dan penulis juga melakukan pengamatan tentang kegiatan program
sekolah khusus yang dilakukan oleh Rumah Autis Bekasi dan diikuti
oleh anak-anak autis. Sambil melakukan pengamatan, penulis juga ikut
melakukan kegiatan-kegiatan sekolah khusus yang dilakukan oleh
Rumah Autis Bekasi.
b. Wawancara
Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar
informasi dan ide melalui Tanya jawab, sehingga dapat
dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu9. Menurut Dr. Lexy
J. Moleong, M.A. dalam bukunya Metodologi Penelitian Kualitatif,
wawancara adalah percakapan dengan maksud tententu.10 Percakapan
itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang
mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang
memberikan jawaban atas pertanyaan itu.
9 Prof. Dr. Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, h. 231.10 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Dosdakarya, 1999),h. 135.
11
Penelitian ini menggunakan wawancara langsung dengan
narasumber Ketua Rumah Autis Bekasi serta Pengajar Rumah Autis
Bekasi. Peneliti mengadakan Tanya jawab yang berkenaan dengan
peran dan pelaksanaan program sekolah khusus dengan pihak-pihak
yang mengetahui dan mengusai tentang pendidikan anak autis.
c. Dokumentasi
Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode
observasi dan wawancara. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar,
atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen yang
berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan, biografi,
peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk karya misalnya foto,
gambar hidup, sketsa, dan lain-lain. Dokumen yang berbentuk karya
misalnya karya seni, yang dapat berupa gambar, patung, film, dan lain-
lain.11
Teknik ini digunakan untuk memperoleh data yang telah
didokumentasikan oleh Rumah Autis Bekasi. Seperti rancangan
program (jangka panjang dan jangka pendek) Rumah Autis Bekasi,
foto, dan lain-lain.
5. Teknik Pemilihan Subyek Penelitian
Teknik yang digunakan oleh penulis untuk pemilihan informan
dalam penelitian ini adalah teknik purposive sampling (bertujuan) dimana
subyek penelitian dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu dan dianggap
11 Prof. Dr. Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, h. 240.
12
sebagai orang-orang yang tepat dalam memberikan informasi yang sesuai
dengan kebutuhan penelitian.12 Jadi penulis memilih orang tertentu yang
dipertimbangkan akan memberikan data yang diperlukan; selanjutnya
berdasarkan data atau informasi yang diperoleh dari sampel sebelumnya
itu, penulis dapat menetapkan sampel lainnya yang dipertimbangkan akan
memberikan data lebih lengkap.
Konsep sampel dalam penelitian kualitatif berkaitan erat dengan
bagaimana memilih informan misalnya orang tersebut dianggap paling
tahu tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa
sehingga akan mempermudah peneliti menjelajahi obyek/situasi sosial
yang diteliti.13
Dalam penelitian ini penulis menggali data seluas-luasnya dari
berbagai pihak yang terlibat dalam program sekolah khusus di Rumah
Autis Bekasi, pihak-pihak tersebut diantaranya: ketua Rumah Autis
Bekasi, pengajar program sekolah khusus, dan orang tua dari anak-anak
autis yang mengikuti program sekolah khusus.
12 Soeharto Irawan, Metode Penelitian Sosial, Suatu Teknik Penelitian Bidang KesejahteraanSosial dan Ilmu Sosial Lainnya, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), h. 63.13 Prof. Dr. Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, h. 54
13
Tabel 1Rancangan Subyek Penelitian
No Subyek Penelitian Informasi Yang Dicari Jumlah
Metode
Pengumpulan
Data
1Ketua Rumah Autis
Bekasi
Gambaran umum Rumah
Autis Bekasi, latar
belakang sejarah
berdirinya, implementasi
pelayanan program sekolah
khusus, alur pelayanan
Rumah Autis Bekasi, hasil
pelayanan
1 Wawancara
bebas
terstruktur
2Pengajar Rumah
Autis Bekasi
Metode pengajaran yang
diterapkan oleh pengajar
di dalam program
sekolah khusus
2
Wawancara
bebas
terstruktur
3Orang Tua Anak
Autis
Pelaksanaan sekolah
khusus dan hasil yang
dicapai2
Wawancara
bebas
terstruktur,
observasi
14
6. Sumber Data
Bila dilihat dari sumbernya, teknik pengumpulan data terbagi dua
bagian, yaitu
a. Sumber Primer
Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan
data kepada pengumpul data.14 Data primer ini diperoleh melalui
pengamatan dan wawancara. Informan dalam data primer ini adalah
Kepala serta Pengajar Rumah Autis Bekasi.
b. Sumber Sekunder
Sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung
memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain
atau dokumen.15 Catatan dan dokumen tersebut berupa internet tentang
pendidikan anak autis serta dokumen Rumah Autis Bekasi berupa buku
panduan.
7. Analisa Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis
data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-
bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat
diinformasikan kepada orang lain.16
Aktivitas analisis data yang penulis lakukan yaitu reduksi data,
penyajian data, dan penarikan kesimpulan dan verifikasi.
14 Prof. Dr. Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, h. 225.15 Prof. Dr. Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, h. 225.16 Prof. Dr. Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, h. 244.
15
Reduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dalam
hal ini penulis memilih data yang relevan dengan peran Rumah Autis
Bekasi dalam pelaksanaan program sekolah khusus terhadap anak autis.
Setelah dilakukan reduksi data mengenai peran Rumah Autis Bekasi
dalam pelaksanaan program sekolah khusus terhadap anak autis disusun
dan disajikan dalam bentuk narasi, gambar, tabel, dan sebagainya.
Terakhir, penarikan kesimpulan dan verifikasi dilakukan berdasarkan
rumusan masalah yang telah dirumuskan sejak awal.
8. Keabsahan Data
Untuk memeriksa keabsahan data, penulis menggunakan teknik
triangulasi. Triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang
bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan
sumber data yang telah ada.17 Teknik triangulasi digunakan untuk
mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan
berbagai sumber data lainnya.
Dalam hal ini penulis menggunakan orang tua klien sebagai
pengecekan keabsahan data yang penulis peroleh dari pengurus Rumah
Autis Bekasi.
17 Prof. Dr. Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif , h. 241.
16
9. Teknik Penulisan
Untuk penulisan dan penyusunan skripsi ini, penulis mengacu pada
buku Pedoman Penulisan Karya Imiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) yang
diterbitkan oleh CeQDA (Center for Quality Development and Assurance)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Cetakan II tahun 2007
F. Tinjauan Pustaka
Dalam penelitian ini, penelitian melakukan tinjauan pustaka terhadap
beberapa skripsi terdahulu yang berkaitan dengan permasalahan penelitian.
Ada sebuah hasil penelitian yang hampir sama dengan penelitian yang akan
penulis jadikan bahan perbandingan, yaitu:
1. Judul : Sikap Orang Tua Dalam Menghadapi Anak
Penyandang Autisma Studi Kasus Orang Tua Siswa
Di Sekolah Luar Biasa Negeri (SLBN) 02 Jakarta
Nama : Winda Wulansari
Perguruan Tinggi : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Program Studi : Kesejahteraan Sosial
2. Judul : Pembelajaran Matematika Pada Anak Autis di SD
Purba Adhika Lebak Bulus Jakarta Selatan
Nama : Lu’lu Nailunnajah
Perguruan Tinggi : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Program Studi : Pendidikan Matematika
17
Sedangkan judul skripsi penulis adalah Implementasi Program Pelayanan
Bagi Anak Autis Melalui Sekolah Khusus di Rumah Autis Bekasi. Adapun
perbedaan antara tinjauan pustaka dan skripsi penulis yakni:
Tabel 2.
Perbedaan Penelitian Tinjauan Pustaka dan Penelitian Penulis
Judul Skripsi Penulis Pembahasan
Sikap Orang Tua DalamMenghadapi Anak PenyandangAutisma Studi Kasus Orang TuaSiswa Di Sekolah Luar BiasaNegeri (SLBN) 02 Jakarta
WindaWulansari
- Skripsi ini membahas mengenaibagaimana sikap orang tua setelahmengetahui anaknya didiagnosaautis. Apakah orang tua menerimakeadaan anak dan selanjutyamelakukan tindakan apa saja untukkemandirian anaknya, atau apakahorang tua menolak keadaan anaknyadan bersikap seperti tidakmenghiraukan anaknya.
- Menurut penulis kekurangan padaskripsi ini adalah skripsi ini hanyafokus terhadap sikap orang tuadalam menghadapi anak autis tidakmenjelaskan program pendidikanbagi anak autis.
Pembelajaran MatematikaPada Anak Autis di SD PurbaAdhika Lebak Bulus JakartaSelatan
Lu’luNailunnajah
- Skripsi ini membahas mengenaibagaimana proses pembelajaranmatematika dan permasalahan-permasalahan yang timbul ketikaanak autis di Sekolah Dasar PurbaAdhika belajar matematika.
- Menurut penulis kekurangan padaskripsi ini adalah tidak membahassecara mendalam mengenaikeberhasilan program pembelajaranmatematika di Sekolah Dasar PurbaAdhika.
18
Judul Skripsi Penulis Pembahasan
Implementasi ProgramPelayanan Bagi Anak AutisMelalui Sekolah Khusus diRumah Autis Bekasi
FachryArfan
- Skripsi ini menjelaskan tentangbagaimana implementasi programpelayanan sekolah khusus yangdilakukan Rumah Autis Bekasi danBagaimana hasil yang dicapai dariimplementasi program pelayanansekolah khusus tersebut.
- Implementasi program pelayananyang dilakukan oleh Rumah AutisBekasi menempuh tahap-tahapkegiatan. Dimulai dari tahappersipan, tahap pengkajian, tahaprencana intervensi, tahapimplementasi program, tahapevaluasi, dan terakhir tahapterminasi
- Untuk melihat keberhasilanprogram, skripsi ini menggunakantiga indikator evaluasi hasil yaituintegritas program, dampakprogram, dan kepuasan.
G. Sistematika
BAB I Pendahuluan. Meliputi Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan
Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metodologi
Penelitian yang digunakan, Tinjauan Pustaka, dan Sistematika
Penulisan.
BAB II Tinjauan Teoritis. Dalam bab ini akan membahas landasan teoritis
yang digunakan adalah teori-teori yang berkaitan dengan
implementasi program, pelayanan sosial, anak autis dan pendidikan
khusus.
19
BAB III Gambaran Umum Rumah Autis Bekasi. Dalam bab ini
menggambarkan tentang profil, sejarah, visi dan misi, struktur
organisasi, program dan pelayanan dan penerima manfaat layanan
lembaga.
BAB 1V Hasil Penelitian dan Analisa. Merupakan hasil dari pengumpulan
data mengenai konsep pelaksanaan program sekolah khusus
Rumah Autis Bekasi, perananan Rumah Autis Bekasi dalam
penanganan anak autis, faktor penghambat dan pendukung
pelaksanaan program sekolah khusus, dan segala hal yang terkait
atau berhubungan dengan penelitian yang tengah dilakukan.
BAB V Penutup. Berisi kesimpulan dan saran
20
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian Implementasi Program
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, definisi kata implementasi
adalah pelaksanaan atau terapan. Sedangkan definisi kata program adalah
rancangan mengenai asas serta usaha (dalam ketatanegaraan, perekonomian,
dan sebagainya) yang akan dijalankan.1
Program adalah sederetan rencana kegiatan yang akan dilaksanakan oleh
seseorang atau kelompok organisasi, lembaga, bahkan negara. Suharismi
Arikunto mengungkapkan bahwa program adalah sederetan rencana kegiatan
yang akan dilaksanakan untuk mencapai kegiatan tertentu.2
Berdasarkan definisi di atas, maka implementasi program adalah
pelaksanaan atau penerapan dari rancangan mengenai asas serta usaha yang
telah dibuat sebelumnya. Atau dengan kata lain implementasi pogram adalah
pelaksanaan atau perencanaan dari rancangan atau program yang telah disusun
dan disepakati bersama.
Maka implementasi program dalam penelitian ini adalah kita dapat
melihat bentuk kongkret atau usaha nyata yang dilakukan lembaga terkait
dalam mewujudkan tujuannya terhadap hasil rancangan atau program yang
telah dibuat sebelumnya.
1 Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi ketiga,(Jakarta: Balai Pustaka, 2007), Cet. Ke-4, h. 427.2 Suharsimi Arikunto, Penilaian Program Pendidikan, (Yogyakarta: Bina Aksara, 1998), h.
21
B. Pelayanan Sosial
1. Pengertian Pelayanan Sosial
Brenda Dubois dan Karl Krogsrud Miley menyebut pelayanan sosial
sebagai suatu dukungan untuk meningkatkan keberfungsian social atau
untuk memenuhi kebutuhan individu, antar individu maupun lembaga.
Siporin menyebutkan bahwa pada dasarnya pelayanan sosial
dilakukan untuk merefleksikan kebutuhan-kebutuhan dalam kehidupan
masyarakat. Friedlander menggabungkan pelayanan sosial dan lembaga
sosial. Menurutnya: “kesejahteraan sosial adalah sistem yang terorganisasi
dari pelayanan-pelayanan lembaga sosial untuk membantu perorangan,
kelompok untuk mencapai standar kehidupan yang memuaskan”.3
Spicker, seorang penulis Inggris menyatakan bahwa pelayanan
sosial meliputi jaminan sosial, perumahan, kesehatan, pekerjaan sosial,
dan pendidikan. Hal ini hampir sama dengan apa yang dikemukakan oleh
Kahn dan Kamerman yang menyatakan bahwa lima pelayanan sosial dasar
adalah pendidikan, transfer penghasilan (yang sering disebut sebagai
jaminan sosial), kesehatan, perumahan dan pelatihan kerja.
Sainbury, professor dalam Social Administration di Inggris
menyatakan bahwa dalam arti yang sangat luas, pelayanan-pelayanan
sosial adalah pelayanan yang digunakan untuk semua (communal services)
yang berkepentingan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan sosial dan
mengurangi jenis-jenis masalah sosial tertentu khususnya, kebutuhan-
kebutuhan dan masalah-masalah yang memerlukan penerimaan publik
3 Edi Suharto, Isu-Isu Tematik Pembangunan Sosial: Konsepsi dan Strategi (Jakarta: BadanPelatihan dan Pengembangan Sosial, 2004), h. 201.
22
secara umum atas tanggung jawab sosial dan yang tergantung pada
pengorganisasian hubungan-hubungan sosial untuk pemecahannya.
Pelayanan-pelayanan sosial secara luas ini, menurut Sainsbury, meliputi
kesehatan, pendidikan, pemeliharaan penghasilan, perumahan dan
pelayanan sosial personal.
Romanyshyn memberikan arti pelayanan sosial sebagai usaha-usaha
untuk mengembalikan, mempertahankan, dan meningkatkan keberfungsian
sosial individu-individu dan keluarga-keluarga melalui (1) sumber-sumber
sosial pendukung dan (2) proses-proses yang meningkatkan kemampuan
individu-individu dan keluarga-keluarga untuk mengatasi stress dan
tuntutan-tuntutan kehidupan sosial yang normal.4
2. Jenis-Jenis Pelayanan Sosial
Secara empiris lembaga pelayanan sosial sebagai salah satu wujud
organisasi pelayanan manusia (human service organization), mempunyai
berbagai jenis pelayanan sosial yang diberikan kepada kliennya. Jenis-
jenis pelayanan tersebut antara lain adalah:
a. Pelayanan Pengasramaan
Yaitu pelayanan pemberian tempat tinggal sementara kepada klien.
Dengan pelayanan ini klien dapat menginap, tidur dan menyimpan
miliknya.
b. Pelayanan permakanan
Yaitu pelayanan pemberian makan dan minum berdasarkan menu yang
telah ditetapkan agar tingkat gizi klien terjamin kualitasnya.
4 Adi Fahrudin, Pengantar Kesejahteraan Sosial (Jakarta: Rafika Aditama, 2012, h. 51.
23
c. Pelayanan Konsultasi
Yaitu pelayanan bimbingan untuk meningkatkan kemauan dan
kemampuan berinteraksi dengan orang lain, menjalankan peranan
sosial, memenuhi kebutuhan dan memecahkan masalah.
d. Pelayanan Pemeriksaan Kesehatan
Yaitu pelayanan pengontrolan dan pengecekan kesehatan klien oleh
tenaga medis, agar diketahui tingkat kesehatan klien.
e. Pelayanan Pendidikan
Yaitu pelayanan pemberian kesempatan kepada klien untuk mengikuti
pendidikan formal.
f. Pelayanan Keterampilan
Yaitu pelayanan bimbingan keterampilan kerja, seperti: pertukangan,
perbengkelan, perkebunan, salon, menjahit, kerajinan tangan,
perbaikan jam tv, komputer dan sebagainya.
g. Pelayanan Keagamaan
Yaitu pelayanan bimbingan mental-spiritual dengan menjalankan
aktifitas agama masing-masing klien dan mengikuti ceramah-ceramah
keagamaan.
h. Pelayanan Hiburan Dan Rekreasi
Yaitu pelayanan yang ditujukan untuk memberikan rasa gembira dan
senang melalui permainan, musik, media entertainment dan kunjungan
ke suatu tempat.
24
i. Pelayanan Transportasi
Yaitu pelayanan untuk mempercepat daya jangkau klien, baik ke
keluarga, pusat-pusat pelayanan atau lokasi rekreasi.5
3. Tahapan Pelayanan Sosial
Pelayanan sosial memilik beberapa tahapan, diantaranya:6
a. Tahapan Pendekatan Awal
Yaitu suatu proses penjajagan awal, konsultasi dengan pihak-pihak
terkait, sosialisasi program pelayanan, identifikasi calon penerima
pelayanan, pemberian motivasi, seleksi, perumusan kesepakatan,
penempatan calon penerima layanan, serta identifikasi sarana dan
prasarana pelayanan.
b. Pengungkapan dan Pemahaman Masalah (assessment)
Adalah suatu proses kegiatan dan pengumpulan dan analisis data untuk
mengungkapkan dan memahami masalah, kebutuhan dan sistem
sumber penerima klien.
c. Perencanaan Pemecahan Masalah (planning)
Adalah suatu proses perumusan tujuan dan kegiatan pemecahan
masalah, serta penetapan berbagai sumber daya yang dibutuhkan untuk
mencapai tujuan tersebut.
d. Pelaksanaan Pemecahan Masalah (intervention)
Yaitu suatu proses penerapan rencana pemecahan masalah yang telah
dirumuskan. Kegiatan pelaksanaan pemecahan masalah yang
5 Dwi Heru Sukoco, Kemitraan dalam Pelayanan (Jakarta: Badan Pelatihan dan PengembanganSosial, 1997, h. 106-107.6 Buku Saku Pekerja Sosial (Jakarta: Departemen Sosial, 2004), h.3.
25
dilaksanakan adalah melakukan pemeliharaan, pemberian motivasi,
dan pendampingan kepada penerima pelayanan dalam bimbingan fisik,
bimbingan keterampilan, bimbingan psikososial, bimbingan sosial,
pengembangan masyarakat, resosialisasi dan advokasi.
e. Tahapan Bimbingan
Yaitu pelayanan yang diberikan kepada klien untuk memenuhi
kebutuhan mental, jiwa dan raga klien. Bimbingan ini terdiri dari fisik,
ketrampilan, psikososial, sosial, resosialisasi, dan advokasi.
f. Tahapan Bimbingan Dan Pembinaan Lanjutan
Adalah suatu proses pemberdayaan dan pengembangan agar penerima
pelayanan dapat melaksanakan tugas-tugas kehidupan dan lingkungan
sosialnya.
g. Tahapan Evaluasi
Yaitu proses kegiatan untuk mengetahui efektivitas dan efisiensi
pencapaian tujuan pemecahan masalah atau indikator-indikator
keberhasilan pemecahan masalah.
h. Tahapan Terminasi
Adalah suatu proses kegiatan pemutusan hubungan pelayanan atau
bantuan atau pertolongan antar lembaga dan penerima pelayanan
(klien).
i. Tahapan Rujukan
Yaitu kegiatan merancang, melaksanakan, mensupervisi,
mengevaluasi, dan menyusun laporan kegiatan rujukan penerimaan
program pelayanan kesejahteraan sosial.
26
C. Evaluasi Program
1. Pengertian Evaluasi Program
Evaluasi program adalah alat penting bagi pekerja sosial.
Mempelajari teknik dan keterampilan evaluasi program dapat membantu
dalam menentukan apakah ada kebutuhan akan program (studi asesmen
kebutuhan), bagaimana proses dan prosedur program dilaksanakan
(pemantauan program), dan apakah tujuan program tercapai (evaluasi
program berorientasi sasaran).7
Evaluasi program adalah kumpulan sistematis informasi tentang
kegiatan, karakteristik, dan hasil program untuk membuat keputusan
tentang program, meningkatkan efektivitas program, dan/atau
menginformasikan keputusan tentang pemrograman masa depan.
(Program evaluation is the systematic collection of information
about the activities, characteristics, and outcomes of programs to
make judgement about the program, improve program effectiveness,
and/or inform decisions about future programming).8
Peneliti menyimpulkan bahwa evaluasi program adalah kegiatan
yang dilakukan untuk mengetahui pencapaian tujuan program yang telah
dilaksanakan. Selanjutnya, hasil evaluasi program digunakan sebagai dasar
untuk melaksanakan kegiatan tindak lanjut atau untuk melakukan
pengambilan keputusan berikutnya. Pada penelitian kali ini, peneliti akan
memfokuskan penelitian pada hasil yang dicapai dari implementasi
7 Albert R. Robert dan Gilbert J. Greene, Buku Pintar Pekerja Sosial Jilid 2 (Jakarta: GunungMulia, 2009), h.472.8 Michael Quinn Patton, Untilization Focused Evaluation (London: Sage Publication, 1997), h. 23.
27
program pelayanan bagi anak autis melalui sekolah khusus di Rumah
Autis Bekasi.
2. Jenis-jenis Evaluasi
Dalam teori evaluasi program, dikenal beberapa jenis evaluasi
program yang dibedakan menjadi beberapa jenis yaitu:
a. Evaluasi konteks
Evaluasi yang ditujukan untuk mengukur program baik mengenai
rasional tujuan latar belakang program, maupun kebutuhan-kebutuhan
yang muncul dalam perencanaan.
b. Evaluasi input
Evaluasi yang diarahkan untuk mengetahui input baik sumberdaya
maupun strategi yang digunakan untuk mencapai tujuan.
c. Evaluasi proses
Evaluasi yang ditujukan untuk melihat proses pelaksanaan baik
mengenai kelancaran proses, kesesuaian dengan rencana, faktor
pendukung dan faktor hambatan yang muncul dalam proses
pelaksanaan dan sejenisnya.
d. Evaluasi hasil atau produk
Evaluasi yang diarahkan untuk melihat hasil program yang dicapai
sebagai dasar untuk menentukan keputusan akhir, diperbaiki, di
modifikasi, ditingkatkan, atau dihentikan.
Dari ke empat jenis evaluasi tersebut peneliti memilih evaluasi hasil
untuk melihat keberhasilan dari suatu program.
28
Pertanyaan yang dapat dijawab dengan evaluasi hasil dapat
diklasifikasikan dalam tiga kategori:
(The question that can be answered by outcome evaluations can be
classified under three general categories):9
a. Integritas Program (Program integrity)
Apakah program mencapai perubahan yang diinginkan klien? Sampai pada
tingkat apa pelaksanaan program mencapai tujuan programnya? Apakah
program mencapai standar minimum pencapaian yang telah ditetapkan (tolak
ukur)?
(Is the program achieving the desired client change? To what degree is the
program accomplishing its program objectives? Is the program achieving
predetermined minimum standards of achievement (benchmarks)?)
b. Dampak Program (Program effect)
Apakah orang-orang yang telah mengikuti program ini mereka menjadi
lebih baik? Apakah mereka lebih baik dibandingkan yang lain yang
mengikuti program serupa? berapa lama peningkatan klien
berlangsung?
(Are people who have been through the program better for it ? are they
better off than others who went through similar program ? how long
do client improvements last?)
c. Kepuasan (Satisfaction)
Apakah stakeholder puas dengan layanan program?
(Are stakeholders satisfied with program services?)
9 Terry Mizrahi dan Larry E. Davis, Encyclopedia of Social Work (New York: NASW Press,2008), h. 430.
29
Evaluasi hasil dalam penelitian ini difokuskan pada hasil yang terjadi
selama siswa mengikuti program pelayanan sekolah khusus di Rumah
Autis Bekasi diantaranya adalah peningkatan hasil belajar, peningkatan
komunikasi, dan peningkatan keterampilan (skills).
D. Anak Autis
1. Pengertian Anak Autis
Autisme adalah gangguan perkembangan pada anak yang ditandai
dengan adanya gangguan dan keterlambatan dalam bidang kognitif,
bahasa, perilaku, komunikasi dan interaksi sosial.10
Untuk memudahkan pemahaman tentang anak autis berikut ini akan
dijelaskan beberapa pendapat yang mendeskripsikan tentang pengertian
anak autis sebagai berikut:11
Leo Kanner menyatakan autism berasal dari kata auto yang berarti
sendiri, penyandang autis seakan-akan hidup dalam dunianya sendiri.
Berdasarkan pendapat Kanner ini banyak guru dan orang tua menganggap
anak yang tidak dapat melakukan interaksi dengan lingkungan sekitar
diidentikan sebagai anak autis, padahal tidak sedikit anak tidak dapat
berinteraksi dengan lingkungan disebabkan oleh masalah-masalah yang
bersifat psikologis.
10 Dedy Kustawan, Pendidikan Inklusif dan Upaya Implementasinya (Jakarta: PT LUXIMAMETRO MEDIA, 2012), h. 29.11 Deded Koswara, Pendidikan Anak berkebutuhan Khusus (Jakarta: PT LUXIMA METROMEDIA, 2013),h. 10.
30
Bonny Danuatmaja menjelaskan bahwa autis merupakan suatu
kumpulan sindrom (gejala-gejala) akibat kerusakan syaraf dan menggangu
perkembangan anak.
Mif Baihaqi dan Sugiarmin menjelaskan autis merupakan suatu
gangguan yang kompleks dan berbeda-beda dari ringan sampai berat dan
mengalami tiga bidang kesulitan, yaitu komunikasi, imajinasi, sosialisasi.
Sumarna mendeskripsikan pengertian autis sebagai berikut, autis
merupakan bagian dari anak berkelainan dan mempunyai tingkah laku
yang khas, memiliki peran yang terganggu dan terpusat pada diri sendiri
serta hubungan yang miskin terhadap realitas eksternal.
Melly Budiman menjelaskan autis adalah gangguan perkembangan
pada anak, oleh karena itu diagnosis ditegakkan dari gejala-gejala yang
Nampak dan menunjukkan adanya penyimpangan dari perkembangan
yang normal sesuai umurnya.
Rudi Sutadi menyatakan autis adalah gangguan perkembangan berat
yang antara lain mempengaruhi cara seseorang untuk berkomunikasi dan
bereaksi (berhubungan) dengan orang lain, karena penyandang autis tidak
mampu berkomunikasi verbal maupun non verbal.
Autis adalah suatu kondisi mengenai seseorang sejak lahir ataupun
saat masa balita, yang membuat dirinya tidak dapat membentuk hubungan
sosial atau komunikasi yang normal, anak tersebut terisolasi dari manusia
lain dan masuk dalam dunia repetitif, aktivitas dan minat yang obsesif.
Pada umumnya anak autis mengacuhkan suara, penglihatan ataupun
kejadian yang melibatkan mereka. Jika ada reaksi biasanya reaksi ini tidak
31
sesuai dengan situasi atau bahkan tidak ada reaksi sama sekali. Mereka
menghindari atau tidak merespon terhadap kontak sosial (pandangan mata,
sentuhan kasih sayang, bermain dengan anak lain dan sebagainya).
Anak autis memiliki hambatan dalam interaksi sosial komunikasi,
pola bermain, gangguan sensoris, perkembangan lambat atau tidak normal,
penampakan gejalan, perilaku, dan emosi.
Autisme berasal dari bahasa Yunani, yaitu autos yang berarti
“self”.12 Istilah ini digunakan pertama kali pada tahun 1906 oleh psikiater
swiss Uegen Bleuler, untuk merujuk pada gaya berpikir yang aneh pada
penderita skizofrenia. Cara berpikir autistik adalah kencenderungan untuk
memandang diri sendiri sebagai pusat dari dunia, percaya bahwa kejadian-
kejadian eksternal mengacu kepada diri sendiri.
Autisme (autism), atau gangguan autistic adalah salah satu gangguan
terparah di masa kanak-kanak. Autisme bersifat kronis dan berlangsung
sepanjang hidup. Anak-anak yang menderita autisme, tampak benar-benar
sendiri di dunia, terlepas dari upaya orang tua untuk menjembatani muara
yang memisahkan mereka.
Autisme adalah gangguan perkembangan berat yang meliputi
berbagai aspek yang mempengaruhi cara seseorang untuk berkomunikasi
dengan berelasi (berhubungan) dengan orang lain secara berarti serta
kemampuannya untuk membangun hubungan dengan orang lain terganggu
karena ketidakmampuannya berkomunikasi dan untuk mengerti perasaan
orang lain.
12 Agustyawati dan Solicha, Psikologi Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus (Jakarta: LembagaPenelitian UIN Jakarta, 2009), h. 236.
32
Menurut Kamus Lengkap Psikologi J.P Chaplin, ada tiga pengertian
autisme:13
1. Cara berpikir yang dikendalikan oleh kebutuhan personal atau diri
sendiri
2. Menanggapi dunia berdasarkan penglihatan dan harapan sendiri dan
menolak realitas
3. Keasyikan ekstrim dengan berpikir dan fantasi sendiri
Dari semua pengertian autis di atas, dapat disimpulkan bahwa
pengertian autis adalah anak yang mengalami gangguan perkembangan
mencakup komunikasi dari yang ringan sampai yang berat, dan seperti
hidup dalam dunianya sendiri, ditandai dengan ketidakmapuan
berkomunikasi secara verbal dan non verbal dengan lingkungan luarnya.
2. Karakteristik Anak Autis
Autisme dikategorikan dalam gangguan perkembangan pervasive
yaitu kelainan kualitatif dalam interaksi sosial yang timbal balik
(reciprocal) dan dalam pola komunikasi serta minat dan aktivitas yang
terbatas stereopik dan berulang.
Penyandang autisma mempunyai karakteristik antara lain:14
1. Selektif berlebihan terhadap rangsang
2. Kurangnya motivasi untuk menjelajahi lingkungan baru
3. Responstimulasi diri sehingga menggangu integrasi sosial
4. Respon unik terhadap imbalan (reinforcement)
13 Agustyawati dan Solicha, Psikologi Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus, h. 236.14 Y. Handojo, Autisma: Petunjuk Praktis dan Pedoman Materi Untuk Mengajar Anak Normal,Autis dan Perilaku Lain (Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer, 2008), h. 13.
33
Secara umum anak autistik mengalami kelainan dalam berbicara, di
samping mengalami gangguan pada kemampuan intelektual serta fungsi
saraf. Hal tersebut dapat dilihat dengan adanya keganjilan perilaku dan
ketidakmampuan berinteraksi dengan lingkungan masyarakat sekitarnya.
Rincian tentang kelainan anak autistik sebagai berikut:
1. Kelainan berbicara
Keterlambatan serta penyimpangan dalam berbicara
menyebabkan anak autistik sukar berkomunikasi serta tidak mampu
memahami percakapan orang lain. Walaupun pengucapan kata cukup
baik, namun banyak mempunyai hambatan saat mengungkapkan
perasaan diri melalui bahasa lisan. Dengan demikian sepertinya anak
autistik mengalami afasia (aphasia), kehilangan kemampuan untuk
memahami kata-kata disebabkan adanya kelainan pada saraf otak.
2. Kelainan fungsi saraf dan intelektual
Umumnya anak autistik mengalami keterbelakangan mental,
kira-kira 60% anak autis mempunyai skor IQ 50, sedangkan sebanyak
20% anak antara 50-70% dan hanya 20% anak yang mempunyai IQ
lebih dari 70.15 Mereka tergolong tidak mempunyai kecakapan untuk
memahami benda-benda abstrak atau simbolik. Namun di sisi lain
mereka mampu memecahkan teka-teki yang rumit dan mampu
mengalikan suatu bilangan.
15 Chaerita Maulani, Kiat Merawat Gigi: Panduang Orang Tua dalam Merawat dan MenjagaKesehatan Gigi bagi Anak-Anaknya (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2005), h. 63.
34
3. Perilaku yang ganjil
Anak autistik akan mudah sekali marah bila ada perubahan yang
dilakukan pada situasi atau lingkungan tempat ia berada sekecil
apapun. Mereka sangat tergantung pada sesuatu yang khas bagi
dirinya.
Seringkali anak autistik juga menunjukan sikap yang berulang-
ulang seperti mengelilingi benda tertentu, berjalan, menjentikkan jari,
resistensi terhadap perubahan hal rutin, sensitivitas tinggi terhadap
rangsangan sensorik seperti sentuhan, suara, rasa, atau cahaya.
Menghindari kontak mata dan seringkali memberikan respon
yang tidak tepat, baik dengan kata-kata atau pun suara. Terkadang
anak mengalami kesulitan tidur dan mengendalikan emosi serta
mengarah pada perilaku agresif terhadap diri sendiri maupun orang
lain.
4. Interaksi Sosial
Anak autistik kurang suka bergaul dan sangat terisolasi dan
lingkungan hidupnya terlihat kurang ceria, tidak pernah menaruh
perhatian atau keinginan untuk menghargai perasaan orang lain, dan
suka menghindar dengan orang-orang sekitarnya sekalipun itu
saudaranya sendiri.
Ciri utama dari autisme adalah gerakan stereotipe berulang yang
tidak memiliki tujuan seperti berulang-ulang memutar benda,
mengepakkan tangan, berayun kedepan dan kebelakang dengan memeluk
35
kaki. Sebagian anak autistik menyakiti diri sendiri, bahkan saat mereka
berteriak kesakitan. Mereka mungkin membenturkan kepala, menampar
wajah, menggit tangan dan pundak, atau menjambak rambut mereka.
Bila mereka berada satu ruangan dengan orang lain, maka penderita
autisme akan cenderung menyibukkan diri dengan aktivitas yang
melibatkan diri mereka sendiri, yang umumnya dengan benda-benda mati.
Ketika dipaksa untuk bergabung dengan yang lainnya, mereka akan
kesulitan untuk melakukan tatap mata atau berkomunikasi secara langsung
dengan orang lain.16 Di samping itu, jika mereka sedang bermain dengan
mainan mereka, maka perilaku mereka cenderung agresif atau menggerak-
gerakkan badannya. Dan mereka condong untuk memainkan permainan
yang dapat dilakukan seorang diri. Mereka juga tidak sanggup
menghentikan permainannya bila diminta oleh orang lain.
Dalam kemampuan komunikasi dan bahasa, anak autis memiliki
karakteristik sebagai berikut:17
a. Ekspresi wajah yang datar pada beberapa anak seringkali guru dan
orang tua sangat sulit membedakan apakah anak sedang merasa
senang, sedih ataupun marah.
b. Tidak menggunakan bahasa atau isyarat tubuh.
c. Jarang sekali memulai komunikasi
d. Tidak meniru aksi atau suara
e. Bicara sedikit atau tidak ada
16 Mirza Maulana, Anak Autis Mendidik Anak Autis dan Gangguan Mental Lain Menuju AnakCerdas dan Sehat (Jogjakarta: KATAHATI, 2008), h. 12.17 Deded Koswara, Pendidikan Anak berkebutuhan Khusus,h. 13.
36
f. Membeo kata-kata kalimat atau nyanyian
g. Intonasi ritme vocal yang aneh
h. Tampak tidak mengerti arti kata
i. Mengerti dan menggunakan kata secara terbatas
j. Pemahaman bahasa kurang
k. Tidak melakukan kontak mata saat bicara
3. Jenis Anak Autis
Berdasarkan waktu munculnya gangguan, autisme dapat dibedakan
menjadi dua yaitu autisme sejak bayi dan autisme regresif.18
Pada autisme yang terjadi sejak bayi, anak sudah menunjukan
perbedaan-perbedaan dibandingkan dengan anak non-autistik sejak ia bayi.
Autisme regresif ditandai dengan regresi (kemunduran kembali)
perkembangan. Kemampuan yang sudah diperoleh jadi hilang, yang
awalnya sudah sempat menunjukkan perkembangan normal sampai sekitar
usia 1,5 sampai 2 tahun, tiba-tiba perkembangan ini berhenti. Kontak mata
yang tadinya sudah bagus, lenyap. Awalnya sudah mulai bisa
mengucapkan beberapa patah kata, hilang kemampuan bicaranya.
Kasus gangguan autisme yang sejak bayi bisa terdeteksi sekitar usia
6 bulan, sedangkan untuk kasus autisme regresif, orang tau biasanya mulai
menyadari ketika anak berusia 1,5 sampai 2 tahun.
Dilihat dari jenis perilaku, anak autisme dapat digolongkan dalam 2
jenis, yaitu perilaku yang excessive (berlebihan) dan perilaku yang deficit
(berkurangan).19
18 Agustyawati dan Solicha, Psikologi Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus, h. 240.
37
Yang termasuk perilaku excessive adalah hiperaktif, dan tantrum
(mengamuk) berupa menjerit, menyepak, menggit, mencakar, memukul
dan terjadi anak menyakiti diri sendiri (self abuse). Perilaku deficit
ditandai dengan gangguan bicara, perilaku sosial kurang sesuai (naik
kepangkuan Ibu bukan untuk kasih sayang tapi untuk meraih kue), deficit
sensoris sehingga dikira tuli, bermain tidak benar dan emosi yang tidak
tepat, misalnya tertawa tanpa sebab dan melamun.
4. Faktor Yang Menyebabkan Anak Autis
Autisme ini dapat terjadi sejak seorang bayi lahir, meskipun tidak
sedikit juga anak-anak yang terdeteksi autis saat berusia 18-24 bulan.
Artinya ketika lahir, bayi lahir normal, namun pada saat usianya 18-24
bulan, perkembangannya tiba-tiba terhenti karena penyebab tertentu, dan
bahkan mengalami kemunduran.
Penyebab autis sampai saat ini belum dapat diketahui secara pasti,
namun ada beberapa faktor predisposisi yang memungkinkan terjadinya
autisme, yaitu: faktor generik, faktor hormoral, kelainan pranatal, proses
kelahiran yang kurang sempurna, serta penyakit tertentu yang diderita sang
Ibu ketika mengandung atau melahirkan sehingga menimbulkan gangguan
pada perkembangan susunan saraf pusat yang mengakibatkan fungsi otak
terganggu.20
19 Agustyawati dan Solicha, Psikologi Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus, h. 240.20 Agustyawati dan Solicha, Psikologi Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus, h. 241.
38
Di bawah ini beberapa kelainan yang bisa terjadi pada anak
autisme:21
a. Kelainan anatomis otak
Kelainan pada bagian-bagian tertentu otak yang meliputi cerebellum
(otak kecil), lobus parietalis, dan system limbic ini mencerminkan
bentuk-bentuk perilaku berbeda yang muncul pada anak-anak autis.
1. Cerebellum (otak kecil) merupakan bagian otak yang mengatur
kemampuan berbahasa, perhatian, kemampuan berpikir, daya ingat,
dan proses sensoris. Kelainan pada bagian ini menyebabkan
terganggunya fungsi-fungsi yang berkaitan dengan kemampuan di
atas. Itu kenapa seringkali juga kita dapati anak autis mengalami
kesulitan dalam pemusatan perhatian atau dalam berbahasa.
2. Kelainan pada lobus parietalis ini menyebabkan munculnya
perilaku tidak peduli pada lingkungan sekitarnya.
3. System limbic yang terdiri dari hypocampus dan amygdala adalah
bagian otak yang bertanggung jawab terhadap pengaturan emosi.
Munculnya perilaku agresivitas atau emosi yang ‘naik turun’ dan
kesulitan untuk mengendalikannya disebabkan adanya kelainan di
bagian ini. Amygdala juga bertanggung jawab terhadap
pengelolaan rasa takut, dan berbagai rangsangan sensoris seperi
penciuman, rasa, perabaan dan penglihatan. Sedangkan
hypocampus membantu kita dalam proses belajar dan daya ingat
dalam menyimpan informasi baru, salah satu ciri yang menandai
21 Christopher Sunu, Panduan Memecahkan Masalah Autisme Unlocking Autisme, (Jogjakarta:Lintang Terbit, 2012), h. 9.
39
autism antara lain adalah adanya perilaku implusif untuk
mengulang-ulang gerakan tertentu, ini juga disebabkan adanya
kelainan pada hypocampus.
b. Faktor pemicu tertentu saat kehamilan
Beberapa faktor yang dapat memicu munculnya autism pada
masa kehamilan terjadi pada masa kehamilan 0-4 bulan, bisa
diakibatkan karena:
1. Polutan logam berat (Pb, Hg, Cd, Al)
2. Infeksi (toksoplasma, rubella, candida, dan sebagainya)
3. Zat aditif (pengawet, pewarna, MSG)
4. Hiperemesis (muntah-muntah berat)
5. Pendarahan berat
6. Alergi berat
c. Zat-zat aditif yang mencemari otak anak
Beberapa faktor yang berpotensi menjadi penyebab autism pada
anak antara lain seperti:
1. Asupan MSG (Monosodiumglutamat)
2. Protein tepung terigu (gluten), protein susu sapi (kasein)
3. Zat pewarna
4. Bahan pengawet
5. Bahkan beberapa ahli juga berpendapat bahwa jenis imunisasi
seperti MRR dan Hepatitis B pada bayi dapat juga menjadi pemicu
munculnya autisme
40
6. Polutan logam berat. Dari hasil tees pada darah dan rambut
beberapa anak autis ditemukan kandungan logam berat dan
beracun seperti arsenic, antimony, cadmium (Cd), air raksa (Hg),
atau timbale (Pb). Diduga kemampuan tubuh anak autis tidak
mampu melakukan sekresi terhadap logam berat akibat air raksa
(Hg), atau timbale (Pb). Diduga kemampuan tubuh anak autis tidak
mampu melakukan sekresi terhadap logam berat akibat masalah
yang sifatnya genetis.
d. Kekacauan interpretasi dari sensori yang menyebabkan stimulus
dipersepsi secara berlebihan oleh anak sehingga menimbulkan
kebingungan juga menjadi salah satu penyebab autism
e. Jamur yang muncul di usus anak akibat pemakaian antibiotic yang
berlebihan juga dapat memicu gangguan pada otak, karena jamur ini
dapat menyebabkan kebocoran usus dan tidak tercernanya kasein dan
gluten dengan baik sehingga protein yang ada tidak terpecah dengan
sempurna dan terserap dalam aliran darah ke otak.
E. Sekolah Khusus
1. Pengertian Sekolah Khusus
Pendidikan Khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang
memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena
kelainan fisik, emosional, mental, sosial, dan/atau memiliki potensi
kecerdasan dan bakat istimewa.22
22 Dedy Kustawan, Pendidikan Inklusif dan Upaya Implementasinya, h. 16.
41
Pemerintah mendefinisikan pendidikan khusus seperti tertuang pada
pasal 32 ayat (1) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, sebagai berikut: “Pendidikan khusus merupakan
pendidikan bagi peserta diidk yang memiliki tingkat kesulitan dalam
mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental,
sosial, dan atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.
Anak berkebutuhan khusus memerlukan layanan pendidikan yang
spesifik yang berbeda dengan anak-anak pada umumnya. Anak
berkebutuhan khusus ini memiliki apa yang disebut dengan hambatan
belajar dan hambatan perkembangan. Mereka memerlukan layanan
pendidikan yang sesuai dengan hambatan belajar dan hambatan
perkembangan yang dialami oleh masing-masing anak.
Anak autis membutuhkan pelayanan pendidikan khusus agar
potensinya dapat berkembang secara optimal.
Barang kali masih sulit untuk membedakan antara pendidikan khusus
dengan pendidikan inklusif. Maka penulis akan coba menguraikan
perbedaan antara pendidikan khusus dan pendidikan inklusif.
Pendidikan inklusif adalah pendidikan pada sekolah umum yang
disesuaikan dengan kebutuhan siswa yang memerlukan pendidikan khusus
pada sekolah umum dalam satu kesatuan yang sistemik. Pendidikan
inklusif adalah sebuah konsep atau pendekatan pendidikan yang berusaha
menjangkau semua individu tanpa kecuali. Pendidikan inklusif adalah
pendidikan yang tidak diskriminatif. Pendidikan yang memberikan
layanan terhadap semua anak tanpa memandang kondisi fisik, mental,
42
intelektual, social, emosi, ekonomi, jenis kelamin, suku, budaya, tempat
tinggal, bahasa dan sebagainya.23
Sedangkan pendidikan khusus adalah lembaga pendidikan yang
menyelenggarakan program pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus.
Contoh lembaga yang menyelenggarakan pendidikan khusus adalah
Rumah Autis Bekasi dengan program sekolah khususnya.
2. Jenis-Jenis Pendidikan
Pendidikan merupakan upaya manusia untuk mengubah dirinya atau
orang lain selama ia hidup. Pendidikan hendaknya lebih dari sekedar
masalah akademik atau perolehan pengetahuan, skill dan mata pelajaran
konvensional, melainkan harus mencakup berbagai kecakapan yang
diperlukan untuk menjadi manusia lebih baik.
Karena itu pendidikan hendaknya meliputi apresiasi terhadap
estetika, pembentukan sikap, pembentukan nilai-nilai dan aspirasi dan
informasi tentang berbagai hal dalam kehidupan.
Philips H. Coombs mengategorikan metode menjadi tiga, yaitu
informal, formal dan nonformal.24
a. Pendidikan Informal
Proses belajar sepanjang hayat yang terjadi pada setiap individu dalam
memperoleh nilai-nilai, sikap, keterampilan dan pengetahuan melalui
pengalaman sehari-hari atau pengaruh pendidikan dan sumber-sumber
lainnya disekitar lingkungannya. Hampir semua bagian prosesnya
23 Dedy Kustawan, Pendidikan Inklusif dan Upaya Implementasinya, h. 8.
24 H.M. Saleh Marzuki, Pendidikan Nonformal Dimensi dalam Keaksaraan Fungsional, Pelatihan,dan Andagogi (Bandung: PT Remaja RosdaKarya, 2010), h. 137.
43
relatif tidak terorganisasikan dan tidak sistematik. Meskipun demikian,
tidak berarti hal ini menjadi tidak penting dalam proses pembentukan
kepribadian.
b. Pendidikan Formal
Proses belajar terjadi secara hierarki, tersktruktur, berjenjang, termasuk
studi akademik secara umum, beragam program lembaga pendidikan
dengan waktu penuh atau full time, pelatihan teknis dan profesional.
c. Pendidikan Nonformal
Proses belajar terjadi secara terorganisasikan di luar sistem
persekolahan atau pendidikan formal, baik dilaksanakan terpisah
maupun merupakan bagian penting dari suatu kegiatan yang lebih
besar yang dimaksudkan untuk melayani sasaran didik tertentu dan
belajarnya tertentu pula.
3. Fungsi Sekolah Khusus
Fungsi pendidikan khusus dilihat dari jenis kebutuhan peserta didik,
yaitu fungsi pendidikan khusus bagi peserta didik berkelainan dan fungsi
pendidikan khusus bagi peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan
dan atau bakat istimewa seperti diuraikan pada PP Nomor 17 Tahun 2010,
sebagai berikut:
a. Pendidikan khusus bagi peserta didik berkelainan berfungsi
memberikan pelayanan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki
kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik,
emosional, mental, intelektual, dan/atau sosial.
44
b. Pendidikan khusus bagi peserta didik yang memiliki potensi
kecerdasan dan/atau bakat istimewa berfungsi mengembangkan
potensi keunggulan peserta didik menjadi prestasi nyata sesuai dengan
karakteristik keistimewaannya.
4. Tujuan Sekolah Khusus
Tujuan pendidikan khusus terbagi dua kategori tujuan, yaitu tujuan
pendidikan khusus bagi peserta didik berkelainan dan tujuan khusus bagi
peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan atau bakat istimewa
seperti dipaparkan di bawah ini:25
a. Pendidikan khusus bagi peserta didik berkelainan bertujuan untuk
mengembangkan potensi peserta didik secara optimal sesuai
kemampuannya.
b. Pendidikan khusus bagi peserta didik yang memiliki potensi
kecerdasan dan/atau bakat istimewa bertujuan mengaktualisasikan
seluruh potensi keistimewaannya tanpa mengabaikan keseimbangan
perkembangan kecerdasann spiritual, intelektual, emosional, sosial,
estetik, kinestetik dan kecerdasan lain.
5. Penyelenggaraan Pendidikan Khusus
a. Pendidikan khusus bagi peserta didik berkelainan dapat
diselenggarakan pada semua jalur dan jenis pendidikan pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah. Penyelenggaraan pendidikan khusus
dapat dilakukan melalui satuan pendidikan khusus, satuan pendidikan
25 Deddy Kustawan dan Yani Meimulyani, Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan LayananKhusus serta Implementasinya (Jakarta: PT LUXIMA METRO MEDIA, 2013), h. 22.
45
umum, satuan pendidikan kejuruan, dan/atau satuan pendidikan
keagamaan.
Rumah Autis Bekasi merupakan satuan pendidikan khusus yang
memiliki program khusus bagi peserta didik yang memiliki kelainan
yaitu anak autis dengan memberikan layanan sekolah khusus bagi
mereka.
b. Pendidikan khusus bagi peserta didik yang memiliki potensi
kecerdasan dan/atau bakat istimewa dapat diselenggarakan pada satuan
pendidikan formal TK/RA, SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA,
SMK/MAK, atau bentuk lain yang sederajat.
c. Program pendidikan khusus bagi peserta didik yang memiliki potensi
kecerdasan dan/atau bakat istimewa dapat berupa:
1) Program percepatan; dan/atau
2) Program pengayaan
6. Sasaran Pendidikan Khusus
Dalam usahanya untuk menangani masalah-masalah yang ada,
sasaran pendidikan khusus hampir mencakup semua Anak Berkebutuhan
Khusus permanen yang memerlukan Pendidikan Khusus.
Anak berkebutuhan khusus terdiri dari anak berkebutuhan khusus
permanen yang memerlukan Pendidikan Khusus (PK) dan anak
berkebutuhan khusus temporer yang memerlukan Layanan Pendidikan
Khusus (PLK). Anak berkebutuhan khusus yang bersifat permanen yaitu
mereka yang memperoleh hambatan belajar dan hambatan perkembangan
karena penyebabnya berasal dari dalam dirinya.
46
Anak berkebutuhan khusus yang bersifat permanen sebagaimana
dimaksud terdiri atas:
a. Tunanetra
Anak tunanetra adalah anak yang memiliki hambatan dalam
penglihatan.
b. Tunarungu;
Anak tunarungu adalah anak yang memiliki hambatan dalam
pendengeran yang sedimikian rupa.
c. Tunawicara;
Anak tunawicara adalah anak yang mengalami kesulitan bicara, yang
bisa disebabkan tidak/kurang berfungsinya alat-alat bicara seperti
rongga mulut, bibir, lidah, langit-langit, pita suara, dan lainnya.
d. Tunagrahita;
Anak tunagrahita adalah anak yang memiliki intelegensi yang
signifikan berada dibawah rata-rata dan disertai dengan
ketidakmampuan dalam adaptasi perilaku yang muncul dalam masa
perkembangan.
e. Tunadaksa;
Anak tunadaksa adalah anak yang memiliki gangguan gerak yang
disebabkan oleh kelainan neuromuscular dan struktur tulang yang
bersifat bawaan, sakit atau akibat kecelakaan, termasuk cerebral palsy,
amputasi polio dan lumpuh.
47
f. Tunalaras;
Anak tunalaras adalah anak yang mengalami gangguan dalam
mengendalikan emosi dan perilaku atau kontrol sosial.
g. Berkesulitan Belajar;
Anak berkesulitan belajar adalah anak yang memiliki gangguan pada
satu atau lebih kemampuan dasar psikologis yang mencakup
pemahaman dan penggunaan bahasa, berbicara dan menulis yang dapat
mempengaruhi kemampuan berpikir, membaca, berhitung, bebricara
yang disebabkan karena gangguan persepsi, brain injury, disfungsi
minimal otak, dyslexia,dan afasia perkembangan.
h. Lamban Belajar;
Anak lamban belajar adalah anak yang memiliki potensi intelektual
sedikit dibawah normal tetapi belum termasuk tunagrahita.
i. Autis;
Anak autis adalah gangguan perkembangan pada anak yang ditandai
dengan adanya gangguan dan keterlambatan dalam bidang kognitif,
bahasa, perilaku, komunikasi dan interaksi sosial.
j. Memiliki Gangguan Motorik;
Anak yang memiliki gangguan motorik mempunyai hambatan yang
berat dalam perkembangan koordinasi motorik, yang tidak disebabkan
oleh retardasi mental, gangguan neurologis yang didapat maupun
kongenital.
48
k. Menjadi Korban Penyalahgunaan Narkoba, Obat Terlarang, Dan Zat
Adiktif Lainnya;
Anak yang menggunakan narkotika, psikotropika dan zat-zat adiktif
lainnya termasuk minuman keras diluar tujuan pengobatan atau tanpa
sepengetahuan dokter yang berwenang.
l. Tunaganda
Anak tunaganda adalah anak yang memiliki dua kelainan atau lebih.
Misalnya anak yang mempunyai hambatan pengelihatan dan
pendengaran.
m. Memiliki Kelainan Lainnya;
Masih banyak kelainan lain atau hambatan/gangguan yang tidak
disebutkan di atas, seperti anak yang mempunyai tubuh sangat kecil
(kretin), ADD, ADHD, dan sebagainya.
Anak berkebutuhan khusus yang bersifat temporer yaitu mereka yang
memperoleh hambatan belajar dan hambatan perkembangan karena
penyebabnya berasal dari luar dirinya. Contohnya anak yang berasal dari
keluarga yang tidak mampu, anak dari masyarakat yang terasing, dan
sebagainya.
49
BAB III
GAMBARAN UMUM LEMBAGA
A. Sejarah Singkat Rumah Autis
Rumah Autis yang bernaung di bawah bendera Yayasan Cahaya
Keluarga Fitrah (CAGAR) merupakan sebuah lembaga sosial yang didirikan
dengan tujuan untuk menjembatani kebutuhan akan tempat terapi maupun
sekolah bagi penyandang autis maupun anak berkebutuhan khusus (ABK) dari
keluarga tidak mampu dengan biaya yang terjangkau bahkan gratis. Gagasan
pendiriannya dilatari oleh banyaknya informasi dari orang tua tentang
beratnya menangani penyandang autis dan ABK, terutama biayanya yang
tergolong mahal, bahkan bagi kalangan yang berada sekalipun.1
Dimulai oleh empat orang pendirinya yakni sepasang suami istri, Deka
Kurniawan dan Laili Ulfiati bersama dengan dua terapis muda Ismunawaroh
dan Henny Ma’rifah. Pada 9 Desember 2004 Rumah Autis mulai menjalankan
kegiatannya. Bertempat di sebuah rumah kontrakan sederhana di kawasan Jati
Makmur, Pondok Gede – Bekasi, program terapi pun diberikan kepada
beberapa anak penyandang autis dari keluarga yang tidak mampu dengan
tanpa dipungut pembayaran/gratis. Biaya operasional maupun peralatan yang
masih “seadanya” semua didapatkan dari kemurahan hati beberapa orang
donatur.
Seiring waktu berjalan, Rumah Autis terus tumbuh dan mendapat
sambutan positif dari masyarakat. Terbukti dari cabang-cabang Rumah Autis
yang terus bertambah. Di tahun 2012 ini saja, Rumah Autis telah memiliki 7
1 Rumah Autis, “Sejarah Singkat Rumah Autis”, artikel diakses pada 24 Juli 2013 darihttp://rumahautis.org/rumahautis/hal-sejarah-singkat-rumah-autis.html
50
cabang yang tersebar di wilayah Jakarta, Bogor, Bekasi, Depok dan
Karawang. Jumlah siswa yang ditangani saat ini pun melonjak signifikan. Bila
pada awal pelayanannya Rumah Autis menangani 4 anak, kini keseluruhan
siswa di 7 (tujuh) cabang Rumah Autis mencapai 213 anak.
B. Visi dan Misi
Dalam menjalankan program kegiatan, Rumah Autis Bekasi memiliki
visi dan misi yang dijadikan sebagai suatu pedoman atau acuan untuk dapat
mencapai sasaran yang diinginkan.
1. Visi
Menjadi lembaga kemanusiaan yang kokoh dalam membangun kehidupan
yang mandiri dan berkualitas bagi dunia Anak Berkebutuhan Khusus
2. Misi
a. Membangun dan meningkatkan kesadaran serta kepedulian masyarakat
dan negara terhadap dunia anak-anak berkebutuhan khusus, terutama
dari kalangan tidak mampu (dhuafa)
b. Membangun dan menyuburkan pemahaman serta kultur hidup dunia
anak berkebutuhan khusus yang sehat secara spiritual, emosional,
intelektual maupun material.
51
C. Program Kerja (Bidang yang ditangani)
Rumah Autis memiliki 3 (tiga) program layanan utama yang meliputi:
Program Terapi, Sekolah Khusus dan Bimbingan Latihan Ketrampilan (BLK).
1. Terapi (One on One)
Anak berkebutuhan khusus memiliki hambatan dalam perkembangan
perilaku, komunkasi, motorik, sosial, emosional, intelegensinya, dan lain-
lain yang tidak dapat berkembang dengan optimal, sehingga perlu direspon
secara cepat untuk dapat diintervensi secara dini oleh orang tua / terapis /
guru. Beberapa terapi yang diberikan di Rumah Autis antara lain:
a. Terapi Perilaku
Terapi perilaku, berupaya untuk melakukan perubahan pada anak
autistik dalam arti perilaku yang berlebihan dikurangi dan perilaku
yang berkekurangan (belum ada) ditambahkan.
Tujuan penanganan ini terutama adalah untuk:
1. Menghilangkan / mengurangi perilaku bermasalah: tidak merespon
saat dipanggil / diajak bicara, stimulasi diri, emosi / tantrum,
perilaku stereotiptik, hyperaktifitas dan lain-lain.
2. Membantu anak mempelajari perilaku prososial: melatih kontak
mata, meningkatkan kemampuan verbal, menurunkan perilaku
distruptif saat masa transisi dan saat sekolah.
b. Terapi Okupasi
Hampir semua anak autistik mempunyai keterlambatan dalam
perkembangan motorik halus. Gerak-geriknya kaku dan kasar, mereka
kesulitan untuk memegang pinsil dengan cara yang benar, kesulitan
52
untuk memegang sendok dan menyuap makanan kemulutnya, dan lain
sebagainya. Dalam hal ini terapi okupasi sangat penting untuk melatih
mempergunakan otot -otot halusnya dengan benar.
Penekanan terapi ini adalah pada sensomotorik dan proses
neurologi dengan cara memanipulasi dan memfasilitasi sehingga
tercapai peningkatan, perbaikan dan pemeliharaan kemampuan anak.
Dengan memperhatikan aset (kemampuan) dan limitasi
(keterbatasan) yang dimiliki anak, terapi ini bertujuan untuk membantu
pertumbuhan dan perkembangan anak agar tercapai kemandirian dalam
produktivitasnya, kemampuan perawatan diri serta kemampuan
penggunaan waktu luang (leisure).
c. Terapi Integrasi Sensory
Integrasi sensoris berarti kemampuan untuk mengolah dan
mengartikan seluruh rangsang sensoris yang diterima dari tubuh
maupun lingkungan, dan kemudian menghasilkan respons yang
terarah.
Sensori Intergrasi membantu secara memadai proses sensorik
seorang anak agar tercapai:
1. Kemapuan mengolah informasi secara tepat
2. Kemampuan berkonsentrasi
3. Kemampuan organisasi
4. Self-esteem
5. Kemampuan kontrol diri
6. Percaya diri
53
7. Kemampuan akademis
8. Kemampuan berfikir abstrak
d. Terapi wicara
Terapi yang diperuntukan bagi individu yang mengalami
gangguan komunikasi termasuk di dalamnya adalah gangguan
berbahasa bicara dan gangguan motorik mulut lainnya.
e. Fisioterapi
Terapi gerak yang menitikberatkan untuk menstabilkan atau
memperbaiki gangguan fungsi alat gerak atau fungsi tubuh yang
terganggu
f. Terapi Remedial
Terapi ini ditujukan bagi individu yang memiliki permasalahan
dalam belajar secara akademik maupun pre-akademik, yang ditujukan
guna meningkatkan kemampuan belajarnya sehingga sesuai dengan
usia perkembangannya.
g. Terapi Snoozelen
Snoozelen adalah terapi stimulasi multisensori (visual, auditori,
taktil, pembauan) yang digunakan untuk anak-anak dengan hambatan
mental, autisma, dementia, cedera otak, dan hambatan tumbuh
kembang lainnya. Terapi ini dirancang spesial untuk memberi stimuli
pada berbagai indera dengan menggunakan efek lampu, warna, suara,
musik, bau, dan lain-lain.
54
h. Terapi Kelompok
adalah bentuk psikoterapi dimana satu atau lebih terapis
mengobati sekelompok kecil klien bersama-sama sebagai sebuah
kelompok. Istilah ini secara sah dapat merujuk kepada segala bentuk
psikoterapi ketika disampaikan dalam format kelompok.
2. Sekolah Khusus
Program Sekolah Khusus Rumah Autis dimulai sejak tahun 2007 di
Rumah Autis Bekasi. Pembukaan layanan program ini karena adanya
kebutuhan siswa Rumah Autis akan tambahan pendidikan selain program
individual.
Usia anak yang sudah melewati batas usia sekolah umum dan
kemampuan siswa yang terlihat masih cukup berat gangguan
perkembangannya, sehingga membutuhkan penanganan secara intensif
terutama dari area bina diri dan sosialisasinya. Jam belajarnya dari hari
senin sampai jum’at pukul 08.00 – 12.00 WIB. Muatan programnya
mencakup organisasi diri (bina diri), pendidikan agama, ketrampilan,
kesenian, motorik kasar dan halus, akademik, sosialisasi indoor dan
outdoor.
55
Tabel 3Data Siswa Sekolah Khusus
No KelasJumlahSiswa
Jenis Kelamin Diagnosa
Laki-Laki Perempuan AutisRetardasiMental
DownSyndrome
1 Al-Fattah 4 3 1 3 1
2 Al-Latief 3 2 1 3
3 Al-Alim 5 5 5
4 Ar-Rohim 7 6 1 5 1 15 As-Sallam 4 3 1 3 1
6 Al-Qoyyum
5 5 4 1
Sumber: Dokumentasi Rumah Autis Bekasi, tahun 2013
Keterangan:Jumlah Siswa Sekolah 28 Siswa, 25 Laki-laki dan 3 PerempuanJumlah Berdasarkan Diagnosa, 23 Anak Autis, 4Anak Retardasi Mentaldan 1 Anak Down Syndrome
3. Bimbingan Latihan ketrampilan (BLK)
Program ini dikhususkan bagi siswa yang sudah memasuki umur
remaja 11 – 16 tahun. Standarisasi masuk kelas ini adalah anak yang
sudah mempunyai kepatuhan yang terarah, kemandirian individu serta
kemampuan pemahaman komunikasi yang cukup baik, baik verbal
amaupun non verbal. Kegiatan dan program kelas ini sudah meliputi
program yang aplikatif dan fungsional antara lain:
a. Life Skills
Kemandirian bekerja, seperti: ketrampilan membuat kerajinan (hand
made: kemoceng, gelang/ kalung dari manik-manik, kaos dan sepatu
lukis, dompet, dll), memasak, membersihkan tempat kerja, dll)
56
b. Community Access Skills
Programnya berupa aktifitas: berbelanja, berjualan (yang sudah
dilaksanakan seperti berjualan jus, makanan ringan di area sekolah),
mencuci motor, menabung ke bank, mengambil uang di ATM, foto
copy, laminating dan lain-lain. Tetapi program ini belum dapat berjalan
secara keseluruhan dikarenakan fasilitas yang belum tersedia seperti
mesin foto copy, alat steam, dan lain-lain.
c. Functional Academic
Programnya berupa aktifitas: berbelanja, berjualan yang sudah
dilaksanakan seperti:
1. Penggunaan uang
2. Pengaturan waktu
3. Menulis daftar belanja
d. Vocational Skills
Programnya berupa aktifitas: berbelanja, berjualan yang sudah
dilaksanakan seperti:
1. Data Entri Komputer (Word & Excel)
2. Program Animasi
3. Praktek Kerja
57
D. Staf dan Struktur Lembaga
Gambar 1STRUKTUR ORGANISASI RUMAH AUTIS CABANG BEKASI
Sumber: Dokumentasi Rumah Autis Bekasi, tahun 2013
58
Tabel 4
Data Relawan dan Relawati
No Nama JenisKelamin
Jabatan
1 Agus Jaelani Laki-laki Guru Pendamping2 Ardani Laki-laki Kepala Cabang Rumah Autis
Bekasi3 Arif Zulkarnain Laki-laki Guru Pendamping4 Auliya Perempuan Terapis5 Bayu Widi Kurniawan Laki-laki Guru Pendamping6 Deffu Laki-laki Guru Pendamping7 Dewi Anggraini Perempuan Terapis8 Dilla Rustita Syahdien Perempuan Terapis9 Dini Arthi Perempuan Wakil Kepala Cabang Rumah
Autis Bekasi10 Iin Rosidah Perempuan Administrasi11 Iradah DP Perempuan Guru Kelas12 Midah Perempuan Bagian Umum13 Murni Perempuan Guru Pendamping14 Nanda Hermawan Laki-laki Bagian Umum15 Paradita Putri Perempuan Terapis16 Parida Nur Hasanah Perempuan Guru Kelas17 Qory MA Laki-laki Guru Kelas18 Rahma S Perempuan Guru Pendamping19 Rina Frigantiningsih Perempuan Guru Kelas20 Rokhyati Perempuan Terapis21 Supriyanto Laki-laki Guru Pendamping22 Titin Supriyatin Perempuan Guru Kelas23 Valentine Perempuan Terapis24 Yasmir Laki-laki Guru Kelas
Sumber: Dokumentasi Rumah Autis Bekasi, tahun 2013
Keterangan:
Laki-laki: 9 orangPerempuan: 15 orangGuru Sekolah: 13 orangBagian Umum: 4 orangAdministrasi: 1 orangTerapis: 6
59
E. Penerima Manfaat Layanan Lembaga ( Klien/ Beneficieries )
Peruntukan pelayanan terapi / sekolah Anak Berkebutuhan Khusus ini
antara lain untuk anak yang mengalami gangguan:
1. Autisme
2. Attention Deficit / Hyperactivity Disorder (ADD / ADHD)
3. Down Syndrome
4. Asperger’s Syndrome
5. Kesulitan Belajar
6. Keterlambatan Bicara
7. Keterlambatan Wicara
8. Masalah Perilaku
9. Gangguan Perkembangan (Cerebral Palsy/CP)
10. Sensory Integration Dysfunction
11. Pervasive Developmental Disorder (PDD)
12. Keterlambatan Perkembangan Lainnya
60
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISIS DATA LAPANGAN
A. Implementasi Program Pelayanan Bagi Anak Autis Melalui SekolahKhusus Di Rumah Autis Bekasi
Dari hasil wawancara dan dokumen yang penulis dapatkan, bahwa
program sekolah khusus Rumah Autis Bekasi merupakan kegiatan pelayanan
bertujuan untuk mengembangkan potensi siswanya secara optimal sesuai
kemampuannya. Dimana setelah mengikuti program pelayanan sekolah
khusus maka siswanya diharapkan dapat memiliki kemampuan
berkomunikasi, yang tadinya cenderung bersifat satu arah menjadi dua arah.
Dalam arti ada respon timbal balik saat berkomunikasi. Kemudian perubahan
lain yang juga diharapkan adalah memiliki keterampilan bantu diri,
kemandirian, serta menyatu dan berfungsi dengan baik di lingkungan
sekitarnya serta mempunyai wawasan akademik yang cukup sesuai anak
seusianya.
Pelayanan yang dilakukan oleh Rumah Autis Bekasi melalui program
sekolah khusus ini merupakan jenis pelayanan pendidikan. Melalui pengajar
dan pengurus, Rumah Autis Bekasi mencoba memberikan sebuah pelayanan
pemberian kesempatan kepada anak autis untuk mengikuti pendidikan sekolah
khusus berupa kegiatan-kegiatan mencakup organisasi diri (bina diri),
pendidikan agama, ketrampilan, kesenian, motorik kasar dan halus, akademik,
sosialisasi indoor dan outdoor.
Selanjutnya penulis akan memaparkan temuan yang penulis temukan
dimana penulis mencoba menganalisis dengan teori tahapan pelayanan
61
kesejahteraan sosial yang penulis paparkan pada bab II dengan program
sekolah khusus, yaitu:
1. Tahap Persiapan (Engagement)
Persiapan adalah suatu proses kegiatan pendekatan awal; sosialisasi
program pelayanan, identifikasi calon penerima pelayanan, seleksi, dan
penempatan calon penerima pelayanan
Sebelum dilaksanakan program sekolah khusus, Rumah Autis Bekasi
terlebih dahulu melaksanakan dua kegiatan untuk persiapan awal yaitu :
membuat kurikulum sekolah sebagai panduan guru untuk mengajar dan
melakukan observasi anak yang akan masuk untuk menentukan program
yang akan diberikan.
Hal ini sebagaimana disampaikan oleh Ketua Rumah Autis Bekasi
sebagai berikut:
Ketika persiapan awal program sekolah khusus pertama kitamembuat kurikulum sekolah sebagai panduan guru untuk mengajar,kedua kita melakukan observasi. Yaitu mengobservasi anak yangakan masuk untuk menentukan program yang akan diberikan1
Berikut ini sedikit ulasan yang penulis dapatkan mengenai kedua
kegiatan tersebut:
a. Membuat Kurikulum Sekolah
Kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan,
sekaligus sebagai pedoman dalam pelaksanaan pendidikan. Kurikulum
sekolah khusus Rumah Autis Bekasi dirancang secara cermat
1 Wawancara pribadi dengan Ardani Ketua Rumah Autis Bekasi. Jum’at, 13 Desember 2013. Padapukul 10.00 WIB (lihat lampiran)
62
menyesuaikan dengan kebutuhan khusus anak-anak autis serta
senantiasa dikembangkan dan diperbaharui dengan metode-metode
pembelajaran yang lebih baik.
Pendidikan bagi anak penyandang autis tidak sama dengan anak
biasa. Sehingga kurikulum autis harus dibuat berbeda-beda untuk
setiap individu. Mengingat setiap anak autis memiliki kebutuhan
berbeda. Misalnya ada anak yang butuh belajar komunikasi dengan
intensif, ada yang perlu belajar bagaimana mengurus dirinya sendiri
dan ada juga yang hanya perlu fokus pada masalah akademis.
Bagi Pengajar Rumah Autis Bekasi, kurikulum berfungsi sebagai
pedoman dalam melaksanakan proses belajar mengajar. Kegiatan ini
menghasilkan kurikulum bersama yang akan dijadikan panduan untuk
mengajar.
b. Observasi
Dalam kegiatan ini, Rumah Autis Bekasi mempersiapkan tenaga-
tenaga yang akan menjadi tim observasi. Tim observasi ini dibentuk
untuk mengobservasi calon siswa yang akan masuk untuk menentukan
program yang akan diberikan oleh Rumah Autis Bekasi.
63
Berikut alur observasi Rumah Autis Bekasi
Gambar 2Alur Observasi Rumah Autis Bekasi
Kemudian di tahap persiapan awal ini Rumah Autis Bekasi juga
melakukan seleksi terhadap pengajar dan calon siswanya.
a. Pengajar
Sebelum melakukan program sekolah khusus, Rumah Autis
Bekasi juga melakukan persiapan terhadap calon pengajar.
Sebagaimana disampaikan oleh Ketua Rumah Autis Bekasi sebagai
berikut:
Prosesnya diawali dengan mempersiapkan program sekolah,kedua mempersiapkan peralatan yang dibutuhkan, ketigamempersiapkan guru-guru yang akan mengajar, keempatmenetapkan kontribusi atau harga yang akan ditawarkan keorang tua dan yang terakhir itu membuat perjanjian atau akaddengan orang tua2
2 Wawancara pribadi dengan Ardani Ketua Rumah Autis Bekasi. Jum’at, 13 Desember 2013. Padapukul 10.00 WIB (lihat lampiran)
Sumber: Dokumentasi Rumah Autis Bekasi, tahun 2013
64
Dimana dalam persiapannya dilakukan pemilihan terhadap
para calon pengajar. Calon pengajar akan diseleksi berdasarkan
kemampuannya dan kesiapannya untuk mengajar anak
berkebutuhan khusus, seperti disampaikan oleh Ketua Rumah
Autis Bekasi sebagai berikut:
Untuk pengajar awalnya calon pengajar diwawancara tentangkesiapannya mengajar anak berkebutuhan khusus, dan lalumereka kami trial, mereka diminta terjun langsungberhadapan dengan anak berkebutuhan khusus selama 1minggu. Nantinya bila mereka merasa tertantang akandilanjutkan dan menandatangani surat perjanjian kerja tapiapabila tidak merasa tertantang maka akan keluar dari rumahautis3
b. Siswa
Pendidikan merupakan salah satu hak asasi yang dimiliki oleh
seseorang, tidak terkecuali bagi anak autis. Anak autis juga
memiliki hak dan derajat yang sama dengan anak lainnya, mereka
juga mempunyai potensi dan bakat. Oleh karena itu Rumah Autis
dalam rangka memenuhi hak-hak anak autis harus senantiasa
meningkatkan dan memajukan program-program pendidikan yang
layak bagi anak autis.
Pendapat di atas juga disepakati oleh Ketua Rumah Autis
Bekasi sebagai berikut:
Karena banyaknya anak usia sekolah yang datang ke rumahautis bekasi sehingga dengan program terapi yang hanyaberdurasi 1jam tidak memadai untuk kebutuhan anak tersebutmaka dibuatkanlah program yang memadai untukmengakomodir kebutuhan tersebut4
3 Wawancara pribadi dengan Ardani Ketua Rumah Autis Bekasi. Jum’at, 13 Desember 2013. Padapukul 10.00 WIB (lihat lampiran)4 Wawancara pribadi dengan Ardani Ketua Rumah Autis Bekasi. Jum’at, 13 Desember 2013. Padapukul 10.00 WIB (lihat lampiran)
65
Rumah Autis Bekasi juga melakukan seleksi terhadap
siswanya, berikut ini sistem penyeleksiannya:
Kriterianya jelas pertama anak berkebutuhan khusus, danbelum mendapatkan layanan. Setelah diterima anak-anak inikami uji coba dahulu selama 3bulan, kalau selama uji cobaanak-anak ini dapat mengikuti maka mereka akan lanjut diRumah Autis akan tetapi kalau si anak tidak dapat mengikuti,maka kami kembalikan kepada orang tua5
Peruntukkan pelayanan terapi atau sekolah anak
berkebutuhan khusus ini antara lain untuk anak yang mengalami
gangguan:6
1. Autisme
2. Attention Deficit/ Hyperactivity Disorder (ADD/ADHD)
3. Down Syndrome
4. Asperger’s Syndrome
5. Kesulitan Belajar
6. Keterlambatan Bicara
7. Masalah Perilaku
8. Gangguan Perkembangan (Cerebral Palsy/CP)
9. Sensory Integration Dysfunction
10. Pervasive Developmental Disorder (PDD)
11. Keterlambatan Perkembangan Lainnya
5 Wawancara pribadi dengan Ardani Ketua Rumah Autis Bekasi. Jum’at, 13 Desember 2013. Padapukul 10.00 WIB (lihat lampiran)6 Brosur Rumah Autis
66
2. Tahap Pengkajian (Assessment)
Assessment adalah suatu proses kegiatan pengumpulan dan
analisis data untuk mengungkapkan dan memahami masalah,
kebutuhan penerima pelayanan.
Kegiatan pengumpulan data adalah dimana Rumah Autis Bekasi
mengumpulkan berbagai data penting mengenai calon siswanya seperti
nama, umur dan riwayat pertolongan pertama calon siswa
mendapatkan pelayanan hingga pada akhirnya sampai di Rumah Autis
Bekasi.
Pada tahap ini Rumah Autis Bekasi mengidentifikasi
permasalahan yang tengah dihadapi calon siswa. Rumah Autis Bekasi
melakukan observasi dan wawancara dengan keluarga calon siswa,
penilaian ini perlu dilakukan sebelum sekolah menerima siswa baru.
sehingga Rumah Autis Bekasi mengetahui latar belakang, hambatan,
dan kondisi lingkungan sosial calon siswanya.
Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan Ketua Rumah Autis
Bekasi:
Untuk orang tua yang mangajukan beasiswa, maka mereka kamiobservasi dahulu, kita lihat keadaan rumahnya, pekerjaan orangtuanya apa, seperti itu. Agar tepat sasaran juga yaa, karena kalauCuma data atau surat-surat gampang dipalsuinnya yaa, jadi kitalakuin observasi. Anaknya juga kami identifikasi dulu, adateamnya nanti, guna mengetahui kondisi si anak, jadi anak ininantinya akan ditempatkan ke program terapi atau programsekolah7
7 Wawancara pribadi dengan Ardani Ketua Rumah Autis Bekasi. Jum’at, 13 Desember 2013. Padapukul 10.00 WIB (lihat lampiran)
67
Pada tahap ini juga Rumah Autis melakukan observasi
persyaratan beasiswa yaitu mengenai kondisi pekerjaan rumah orang
tua calon siswa dan pekerjaan orang tua agar program beasiswa yang
dilakukan oleh Rumah Autis Bekasi tepat sasaran.
Orang tua siswa bernama Ilyas Nawawi mengakui bahwasanya
memang benar adanya wawancara pribadi dan observasi yang
dilakukan oleh Rumah Autis Bekasi. Adapun pengakuan dari Bapak
Ilyas adalah sebagai berikut:
“…Rumah saya juga difoto, tapi itu tidak jadi masalah karenayang penting anak saya bisa sekolah…”8
Ibu Ati Herawati orang tua siswa juga mengakui hal serupa:
“Iyaa pihak Rumah Autis Bekasi ke rumah, ambil gambar rumah,keadaan rumah, diwawancara pekerjaannya apa seperti itu mas”9
Tujuan dari observasi atau kunjungan ini adalah untuk
memperkuat pengakuan orang tua siswa mengenai kondisi ekonomi
dan rumah calon siswanya.
3. Tahap Rencana Intervensi
Tahap ketiga adalah tahap rencana intervensi, yang dimaksud
dengan rencana intervensi atau pemecahan masalah ini adalah dimana
Rumah Autis Bekasi menentukan rencana kedepan untuk calon
siswanya. Dalam menentukan rencana intervensi tersebut, Rumah
8 Wawancara pribadi dengan Ilyas Nawawi Orang tua Adinda Fathia Farhana. Rabu, 18 Desember2013. Pada pukul 09.30 WIB (lihat lampiran)9Wawancara pribadi dengan Ati Erawati Orang tua Muhammad Hamzah. Rabu, 18 Desember2013. Pada pukul 10.30 WIB (lihat lampiran)
68
Autis Bekasi berpedoman pada hasil wawancara saat melakukan
assessment. Dari hasil assessment tersebut akan menentukan tindak
lanjut seperti apa yang cocok untuk calon siswanya.
Sebagaimana yang dikatakan oleh Ardani selaku Ketua Rumah
Autis Bekasi:
“…Anaknya juga kami identifikasi dulu, ada teamnya nanti, gunamengetahui kondisi si anak, jadi anak ini nantinya akanditempatkan ke program terapi atau program sekolah…”10
4. Tahap Implementasi Program
Tahap implementasi program atau yang biasa dikenal dengan
tahap pelaksanaan program adalah tahap dimana siswa mulai
mendapatkan pelayanan berdasarkan dari hasil assessment yang telah
dilakukan. Muatan programnya meliputi organisasi diri (bina diri),
pendidikan agama, ketrampilan, kesenian, motorik kasar dan halus,
akademik, sosialisasi indoor dan outdoor.
Adapun kegiatan-kegiatan implementasi pelayanan program
sekolah khusus itu sendiri adalah sebagai berikut:
a. Organisasi Diri (Bina Diri)
Program Bina Diri mencakup beberapa hal yang berhubungan
dengan kepentingan anak-anak sehari-hari seperti makan, minum,
kebersihan diri, dan kerapian diri. Dengan demikian kemampuan
mengurus diri sendiri merupakan kecakapan atau keterampilan
yang harus dikuasai siswa-siswa Rumah Autis Bekasi agar dapat
mengurus dirinya sendiri dalam keperluan sehari-hari tanpa
10 Wawancara pribadi dengan Ardani Ketua Rumah Autis Bekasi. Jum’at, 13 Desember 2013.Pada pukul 10.00 WIB (lihat lampiran)
69
bantuan orang lain. Materi pembelajaran Bina Diri, meliputi:
Kebersihan badan, Makan minum, Berpakaian, dan Adaptasi
lingkungan.
Materi kebersihan badan antara lain melatih cuci tangan, cuci
muka, cuci kaki, sikat gigi dan mandi. Materi makan dan minum
meliputi makan menggunakan sendok dan minum menggunakan
cangkir. Materi berpakaian yaitu belajar menggunakan kaos,
mengancingkan kemeja dan menggunakan kaos kaki serta sepatu.
b. Motorik Kasar dan Motorik Halus
Motorik kasar merupakan gerakan fisik yang membutuhkan
keseimbangan dan koordinasi antar anggota tubuh, dengan
menggunakan otot-otot besar, sebagian atau seluruh anggota
tubuh.11
Sedangkan Kemampuan motorik halus adalah kemampuan
yang berhubungan dengan keterampilan fisik yang melibatkan otot
kecil dan koordinasi mata-tangan. Saraf motorik halus ini dapat
dilatih dan dikembangkan melalui kegiatan dan rangsangan yang
kontinu secara rutin.12
Materi yang diberikan oleh Rumah Autis Bekasi untuk
melatih gerakan motorik halus siswanya yaitu dengan metode
menggambar, mewarnai, bermain puzzle, menyusun balok,
memasukan benda ke dalam lubang sesuai bentuknya, membuat
11 Revina, “Perkembangan Motorik Kasar Anak,” artikel diakses pada 22 Desember 2013 darihttp://bidanku.com/perkembangan-motorik-kasar-anak12 Revina, “Perkembangan Motorik Halus Anak,” artikel diakses pada 22 Desember 2013 darihttp://bidanku.com/perkembangan-motorik-halus-anak
70
garis, melipat kertas dan sebagainya. Sedangkan untuk melatih
gerakan motorik kasar siswanya yaitu dengan melakukan kegiatan
berjalan, berlari, berlompat, merangkak, melompat, bermain di
papan titian dan sebagainya.
c. Akademik
Metode penyampaian atau pengajaran anak normal berbeda
dengan anak autis. Anak normal terbiasa dengan pola belajar
sistem kelas dan sesuai dengan kurikulum sekolah. Siswa yang
belum mengerti materi pelajaran akan tertinggal. Guru sendiri
fokus menghabiskan kurikulum. Guru tidak lagi bertujuan
mengajarkan semua anak di kelas hingga semua bisa. Cara ini tidak
mungkin diterapkan pada anak autis.
Dalam prakteknya, pengajaran di Rumah Autis Bekasi
dilakukan oleh 1 orang guru kelas dan 1 orang guru pendamping
untuk membantu proses siswanya belajar.
Setiap anak berbeda-beda, sehingga berbeda-beda juga
penanganannya. Materi yang diberikan sesuai dengan kemampuan
siswanya. Pengajar tidak akan memajukan materi sebelum anak
tersebut mengerti atau paham
Sebagaimana disampaikan Ardani Ketua Rumah Autis
Bekasi:
“pengajar mengajar berdasarkan program individual anakyang telah dibuat”13
13 Wawancara pribadi dengan Ardani Ketua Rumah Autis Bekasi. Jum’at, 13 Desember 2013.Pada pukul 10.00 WIB (lihat lampiran)
71
Dalam implementasi pelayanan program sekolah khusus ini
terdapat komponen-komponen yaitu:
a. Siswa
Berikut ini daftar siswa yang terlibat dalam implementasi
pelayanan program sekolah khusus:
Tabel 5Data Siswa Sekolah Khusus
Rumah Autis Bekasi
NO NAMA DIAGNOSAJENIS
KELAMINKET
Kelas: Al-Qoyyum (BLK)1 Fauriza Dwiky
PermanaAutis Laki-laki
2 Rifaldy (Saldi) Autis Laki-laki3 Jalu Baruna Kusuma Retardasi
MentalLaki-laki
4 Cahyo Noor Saputro Autis Laki-laki5 Muhammad Malaka
HaqAutis Laki-laki
Jumlah: Laki-laki= 5 anak, Perempuan= 0 anakKelas: As-Salam (Pra-BLK)1 Christoper Maulana S Autis Laki-laki2 Cetra Ariqa Autis Perempuan3 Abdul Rohim Autis Laki-laki4 Huzaifah Ar-Rasyid Autis Laki-laki
Jumlah: Laki-laki= 4 anak, Perempuan= 0 anakKelas: Ar-Rahim (Semi Akademik)1 Indah Waty Down
SyndromePerempuan
2 Muhammad FahrianAlfatih
Autis Laki-laki
3 Fadhil Abdurrahman Autis Laki-Laki4 Asril Al-Rasyid Retardasi
MentalLaki-Laki
5 Irfan Fauzi Autis Laki-Laki6 Muhammad Akmal
RifaldiAutis Laki-Laki
7 Lucky Ardana Autis Laki-LakiJumlah: Laki-laki= 6 anak, Perempuan= 1 anak
Kelas: Al-‘Alim (Pemahaman)1 Dimas Adriananto Autis Laki-laki2 Nafis Rizky Junitiandi Autis Laki-laki3 Ilman Fathir Rahim Autis Laki-laki
72
NO NAMA DIAGNOSAJENIS
KELAMINKET
4 Muhammad Hamzah Autis Laki-laki5 Muhammad Ghifari
AlamlahAutis Laki-laki
Jumlah: Laki-laki= 5 anak, Perempuan= 0 anakKelas: Al-Latief (Penenang)1 Khalid Assadul
MujahidinAutis Laki-laki
2 Fakhri Ilham Yunus Autis Laki-laki3 Salwa Khoirunnisa Autis Perempuan
Jumlah: Laki-laki= 2 anak, Perempuan= 1 anakKelas: Al-Fattah (Persiapan)1 Muhamad Ramzy Autis Laki-laki2 M. Shaqil NR Autis Laki-laki3 Adinda Fathia Farhana Retardasi
MentalPerempuan
4 Roihan Arkaan Autis Laki-lakiJumlah: Laki-laki= 3 anak, Perempuan= 1 anak
Sumber: Dokumentasi Rumah Autis Bekasi, tahun 2013
Dari 2 orang tua siswa yang penulis wawancarai mengaku
bahwa mereka senang anaknya bisa mendapatkan pelayanan
program sekolah khusus tersebut karena adanya manfaat yang
sangat mereka rasakan, alasannya seperi biaya yang terjangkau,
manambah pengetahuan dan mempererat tali silaturahmi. Seperti
yang diungkapkan Ibu Ati Erawati dan Bapak Ilyas Nawawi:
“…program sekolah untuk dhuafa di Rumah Autis,membantu banget. Di sini anak saya jadi berkembang, punyabanyak teman dan guru, gak kayak pas waktu saya privatindia. Anak saya juga semakin cerdas…”14
“untuk kegiatan saat ini ya saya tidak merasa terbebani ya.Dalam arti misalnya kegiatan di luar gitu ya, kita tidak terlalupusing masalah biaya. Karena Rumah Autis ini sangatmengerti kondisi kita, jadi meskipun memang sudahdiberikan anggarannya sekian-sekian, tapi kita terima aja. Disini ada kebijaksanaan, jadi meskipun ada biaya lebih cumakita bisa apa namanya.. Nego gitu ya, hehe. Jadi gak mutlakanggaran segini, trus kita harus bayar segitu juga. Gakmasalah si kalo untuk saya tentang kegiatan Rumah Autis.
14 Wawancara pribadi dengan Ati Erawati Orang tua Muhammad Hamzah. Rabu, 18 Desember2013. Pada pukul 10.30 WIB (lihat lampiran)
73
Rumah Autis juga selalu mengumpulkan orangtua yg ikutterapis maupun sekolah untuk diberikan pembekalan. Jadi disitu kita dapet penyuluhan tentang bagaimana penanganananak-anak kita ini. Jadi gak sekedar di sini menitipkan anaktapi banyak kegiatan yang menunjang kita para oranngtuauntuk tau tentang anak kita, silaturahmi juga”15
Mereka yang bersekolah di sini berusia antara 6-17 tahun.
Ada enam kelas yang dibedakan berdasarkan kemampuan masing-
masing anak. Setiap anak yang baru masuk pasti memasuki kelas
Al-Fattah (Persiapan) lebih dulu. Di kelas tersebut anak diobservasi
sejauh mana kemampuannya selama tiga bulan. Setelah itu, anak
ditentukan lanjut ke kelas apa.
Di sekolah khusus Rumah Autis Bekasi ini tidak ditentukan
lulusnya berapa lama. Tapi, jika perkembangan anak sudah bagus
bisa diajukan untuk pindah ke sekolah umum.
15 Wawancara pribadi dengan Ilyas Nawawi Orang tua Adinda Fathia Farhana. Rabu, 18 Desember2013. Pada pukul 09.30 WIB (lihat lampiran)
74
b. Pengajar
Implementasi pelayanan program sekolah khusus disini oleh
Guru Kelas dan Guru Pendamping yang terdiri dari:
Table 6Daftar Pengajar
No NamaJenis
KelaminJabatan
1 Parida Nur Hasanah Perempuan Guru Kelas
2 Rahma S Perempuan Guru Pendamping
3 Qory MA Laki-laki Guru Kelas
4 Murni Perempuan Guru Pendamping
5 Titin Supriyatin Perempuan Guru Kelas
6 Bayu WidiKurniawan
Laki-laki Guru Pendamping
7 Supriyanto Laki-laki Guru Pendamping
8 Iradah DP Perempuan Guru Kelas
9 Agus Jaelani Laki-laki Guru Pendamping
10 Arif Zulkarnain Laki-laki Guru Pendamping
11 Rina Frigantiningsih Perempuan Guru Kelas
12 Yasmir Laki-laki Guru Kelas
13 Deffu Laki-laki Guru Pendamping
Sumber: Dokumentasi Rumah Autis Bekasi, tahun 2013
c. Kegiatan
Berikut ini jadwal-jadwal kegiatan yang dilaksanakan oleh
Rumah Autis Bekasi pada pelayanan program sekolah khusus,
meliputi jadwal kegiatan ekskull, jadwal kegiatan outing dan
memasak dan jadwal pelajaran kelas:
75
Table 7Jadwal Kegiatan Ekskull
No Jam Hari
Senin Selasa Rabu Kamis Jum’at1 13.20 Sosialisasi Sosialisasi Sosialisasi Sosialisasi Sosialisasi2 13.30 Outing Berenang Sepeda Musik Masak
3 14.30 Mandi Mandi Mandi Mandi Mandi
4 14.45–
15.00
Snack DanPulang
Snack DanPulang
Snack DanPulang
Snack DanPulang
Snack DanPulang
Sumber: Dokumentasi Rumah Autis Bekasi, tahun 2013
Table 8Jadwal Kegiatan Outing Dan Memasak
No Minggu Outing Memasak1 Minggu 1 Bermain Sepak Bola2 Minggu 2 Bermain Bola Basket3 Minggu 3 Jalan Jarak Jauh
Menuju Taman
4 Minggu 4 Bermain Sepak BolaSumber: Dokumentasi Rumah Autis Bekasi, tahun 2013
76
Table 9Jadwal Pelajaran
Waktu Senin Selasa Rabu Kamis Jum’atAs-Salam, Ar RohimTema: AnggotaTubuh
Al-Alim, Al-LatifTema: Sekolah
Al-QayyumTema: Buah danSayur
08.00 – 08.15 Berlari 10x Opening Class Opening Class Berlari 10x Opening Class08.15 – 08.30 Senam Glendomen
- Merangkak- Melompat- Papan titian
Outing- Lempar Bola- Lari- Balap karung
Senam - Memainkan musik- Menyanyi08.30 – 09.30 Matematika Sains
09.30 – 10.00 ISTIRAHAT10.00 – 11.00 Kemandirian
- Menyapu- Mengepel
Bahasa Kemandirian- Mandi- Menggosok gigi
Kemandirian- Menyapu- Mengepel
- Fun Cooking(I dan III)
- Market Day(II dan IV)11.00 – 11.30 Motorik Halus
EvaluasiEvaluasi
11.30 – 12.00 Shalat Shalat - Mewarnai- Motorik halus
- Lukis- Tari- IT
Sumber: Dokumentasi Rumah Autis Bekasi, tahun 2013
77
d. Metode Pembelajaran
Di sekolah khusus, anak-anak autis juga belajar matematika,
tata bahasa, dan lain-lain sama seperti anak lainnya. Berbagai
teknik dilakukan untuk mengajar anak-anak autis di sekolah
khusus.
Dalam implementasi pelayanan program sekolah khusus ini,
pengajar juga menggunakan metode pembelajaran sehingga proses
belajar berjalan dengan baik dalam arti agar tujuan pengajaran
tercapai. Seperti metode pembelajaran VAK (Visual, Auditory,
Kinestethic) dan metode floor time.
“Menggunakan metode V.A.K Visual Auditory Kinestethic.Belajar dengan cara melihat (Visual), belajar dengan caramendengar (Auditory), belajar dengan cara bergerak, bekerjadan menyentuh” 16
“ada, metode floortime, ketika mengajar tugas saya adalahmenimbulkan minat dan kreatifitas anak untukberkembang”17
Sebagai guru perlu mencari tahu metode mana yang
membantu anak untuk fokus pada apa yang diajarkan. Beberapa
anak lebih cepat menyerap informasi dengan cara mendengar,
sementara anak yang lain lebih cenderung pada gaya belajar visual.
Pada beberapa anak, media gambar menjadi bahasa pengantar
utama dalam belajar. Anak autis cenderung kehilangan minat bila
mereka tidak mengerti apa yang diajarkan.
16 Wawancara pribadi dengan Yasmir Pengajar Rumah Autis Bekasi. Kamis, 12 Desember 2013.Pada pukul 14.00 WIB (lihat lampiran)17 Wawancara pribadi dengan Titin Pengajar Rumah Autis Bekasi. Jumat, 13 Desember 2013. Padapukul 08.30 WIB (lihat lampiran)
78
5. Tahap Evaluasi
Evaluasi pemecahan masalah adalah suatu proses kegiatan untuk
mengetahui efektivitas dan efisiensi implementasi pelayanan program
sekolah khusus. Pada tahap ini tugas Rumah Autis Bekasi adalah
memantau sejauh mana hasil dari implementasi pelayanan program
sekolah khusus, baik yang sedang dijalankan maupun yang sudah
dijalankan terhadap siswanya. Hal ini bertujuan untuk mengetahui
perkembangan siswa atas pelayanan pendidikan yang telah diberikan.
Setelah melakukan monitoring, Rumah Autis Bekasi melakukan
evaluasi atas perkembangan siswa baik secara akademik dan
prakteknya. Pada evaluasi ini terdapat komponen-komponen yang di
evaluasi, evaluasi ini dilakukan untuk kemajuan perkembangan siswa.
“Evaluasi belajar anak ada 2 yaitu praktek dan tulis. Praktek itudilakukan dengan cara memberikan tes-tes mandiri sepertipraktek sholat, cara mengancingkan baju, dll dalam bentukpraktek kegiatan sehari-hari. Tulis itu dilakukan dengan caramemberikan ujian kepada anak tentang bagaimana caramenebalkan huruf, apakah anak sudah bisa atau tidak.”18
6. Tahap Terminasi
Tahap terminasi adalah tahap akhir dari pemberian pelayanan
kepada penerima layanan. Berakhirnya pelayanan kepada anak karena
proses pelayanan kepada anak telah selesai dan anak dapat kembali ke
oang tua/wali, dan atau lembaga lainnya.
18 Wawancara pribadi dengan Ardani Ketua Rumah Autis Bekasi. Jum’at, 13 Desember 2013.Pada pukul 10.00 WIB (lihat lampiran)
79
Pelayanan terhadap siswa berakhir ketika anak sudah mencapai
usia 18 tahun dan orang tua siswa memutuskan keluar untuk pindah ke
sekolah inklusi.
“Pertama sampai usia 18 tahun, atau sampai usia anak-anak,karena fokus kita untuk anak berkebutuhan khusus bukan untukdewasa berkebutuhan khusus. Dan kedua jika orang tua inginmemasukkan anak ke sekolah inklusi, maka nanti kami akanmembuatkan surat keterangan bahwa si anak telah atau pernahmendapatkan pelayanan di rumah autis”19
Dalam hal ini, setelah siswa selesai mendapatkan pelayanan dari
Rumah Autis Bekasi, mereka tidak akan mendapatkan pelayanan lagi,
Rumah Autis Bekasi tidak melakukan pemantauan atau kunjungan lagi
terhadap siswa yang sudah keluar.
Hal ini serupa dengan apa yang dikatakan oleh Ardani Ketua
Rumah Autis Bekasi:
“Kami tidak memberikan pelayanan jika anak sudah keluar darirumah autis, kalau sudah keluar yasudah pelayanannya punberakhir”20
B. Hasil Yang Dicapai Dari Implementasi Program Pelayanan Bagi AnakAutis Melalui Sekolah Khusus Di Rumah Autis Bekasi
Keberhasilan implementasi pelayanan program sekolah khusus dapat
dilihat dari kemajuan dan perubahan yang dicapai dibandingkan dengan
kondisi awal para siswa serta manfaat yang dirasakan orang tua siswa setelah
mengikuti pelayanan program sekolah khusus di Rumah Autis Bekasi.
Dengan sudah banyaknya perubahan yang dialami oleh siswa-siswa
Rumah Autis Bekasi ketika mengikuti pelayanan program sekolah khusus,
19 Ibid20 Ibid
80
maka implementasi pelayanan program sekolah khusus ini dilihat dari segi
perubahan penerima manfaatnya sudah bisa dinyatakan berhasil.
Penulis akan memaparkan temuan yang penulis temukan dimana penulis
mencoba menganalisis dengan teori indikator evaluasi hasil yang
dikemukakan oleh Terry Mizrahi dan Larry E. Davis dengan implementasi
program pelayanan bagi anak autis melalui sekolah khusus di rumah autis
bekasi, yaitu:
1. Program Integrity (Integritas Program)
Integritas Program adalah program dinyatakan berhasil apabila
program mencapai perubahan yang diinginkan klien atau perubahan yang
diterima sudah sesuai dengan apa yang diharapkan oleh klien.
Perubahan dari adanya implementasi program pelayanan sekolah
khusus yang dilakukan oleh Rumah Autis Bekasi sudah dapat dirasakan
perubahannya oleh para siswa-siswi dan Orangtuanya. Berikut harapan Ibu
Ati Herawati salah satu wali murid Rumah Autis Bekasi setelah anaknya
mengikuti program sekolah khusus adalah:
Kalo untuk Hamzah pribadi, semoga Hamzah bisa lebih mandiri lagi,yaa seperti layaknya usianya dia sekarang.21
Perubahan yang dialami oleh siswa-siswa Rumah Autis Bekasi sudah
sesuai dengan apa yang diharapkan oleh Orangtua siswa Seperti yang
dikatakan oleh Ibu Ati Herawati:
Alhamdulillahh. Tadinya kan seperti kayak gini nih andre, dia kanmasih suka nangis, gak bisa tenang, hyperaktif, kadang masuk ke
21Wawancara pribadi dengan Ati Erawati Orang tua Muhammad Hamzah. Rabu, 18 Desember2013. Pada pukul 10.30 WIB (lihat lampiran)
81
kelas gak mau gitu. Trus mintanya di dorong-dorong kita ikut masukgitu. Tapi sekarang udah gak. 22
Berdasarkan pernyataan tersebut, maka pada indikator ini program
pelayanan sekolah khusus yang dilakukan oleh Rumah Autis Bekasi dapat
dibilang berhasil, karena orang tua siswa mengharapkan anaknya yang
menempuh pendidikan di Rumah Autis Bekasi agar bisa melakukan
kegiatan secara mandiri. Dan Rumah Autis Bekasi berhasil membuat
anaknya yang tadinya sulit melakukan kegiatannya secara sendiri, akan
tetapi sekarang anaknya sudah bisa untuk melakukan kegiatannya sendiri.
2. Program Effects (Dampak Program)
Program pada Rumah Autis Bekasi dinyatakan berhasil bila orang-
orang yang telah mengikuti program pelayanan yang diberikan oleh
Rumah Autis Bekasi mereka menjadi lebih baik.
Dampak dengan adanya program pelayanan sekolah khusus di
Rumah Autis Bekasi juga yang dirasakan oleh Bapak Ilyas Nawawi selaku
orang tua siswa.
Alhamdulillah Sudah bagus dia komunikasinya sekarang. Nggakkayak dulu sebelum masuk sekolah, jangankan komunikasi, untukduduk diem beberapa menit aja susah. Asik sendiri dulu dia.……Komunikasi dia sekarang sudah bagus, Sudah mengerti. Diabisa bercerita, misalnya dia diajak ngobrol sama mas fachry, pasti diananti pulang ke rumah dia cerita. Dia suka cerita tentang kegiatan diadi sekolah. Dia suka cerita di sekolah ada ini, ada itu, siapa aja yggak masuk sekolah, semua dia ceritain. Dia juga udah bisa cerita kalomisalnya dia sakit, badannya gak enak, dia cerita.23
22Wawancara pribadi dengan Ati Erawati Orang tua Muhammad Hamzah. Rabu, 18 Desember2013. Pada pukul 10.30 WIB (lihat lampiran)23Wawancara pribadi dengan Ilyas Nawawi Orang tua Adinda Fathia Farhana. Rabu, 18 Desember2013. Pada pukul 09.30 WIB (lihat lampiran)
82
Sesuai dengan pernyataan tersebut, maka pada indikator ini Rumah
Autis Bekasi berhasil mengembangkan siswanya yang tadinya sulit
berkomunikasi. Akan tetapi setelah mendapatkan pelayanan pendidikan di
Rumah Autis Bekasi anaknya dapatnya berkomunikasi dengan baik.
3. Satisfaction (Kepuasan)
Program dinyatakan berhasil tergantung dengan kepuasan atau
respon yang diberikan oleh orang tua atau masyarakat terhadap kepuasan
mereka dengan kegiatan pelayanan program sekolah khusus.
Pada tahap ini, respon Orang tua dan Mayarakat di Rumah Autis
Bekasi pada kegiatan program sekolah khusus oleh Rumah Autis Bekasi
sangat mendukung dan merasa puas. Karena orang tua siswa sendiri
sudah dapat merasakan manfaatnya. Kegiatan-kegiatan yang diberikan
sangat mendukung untuk tumbuh kembang anak autis sehingga anak-
anak ini dapat berkembang sebagaimana usianya.
Respon orangtua siswa terhadap kepuasan pelaksanaan pelayanan
program sekolah khusus:
Program sekolahnya tuh bagus ya. Bagus pelajarannya, sangatmelatih motorik anak. Jadi seluruh tubuh anak difungsikan.Kegiatannya juga banyak, semua kegiatan membuat anak melatihdirinya untuk bisa mandiri.24
Tanggapan dari orangtua siswa tersebut mengungkapkan kepuasan
mereka dengan pelayanan program sekolah khusus di Rumah Autis
Bekasi. Sedangkan dilihat dari hubungan antara lingkungan masyarakat
24Wawancara pribadi dengan Ati Erawati Orang tua Muhammad Hamzah. Rabu, 18 Desember2013. Pada pukul 10.30 WIB (lihat lampiran)
83
dengan Rumah Autis Bekasi, masyarakat sekitar sangat mendukung
dengan keberadaan Rumah Autis Bekasi serta dengan kegiatan yang
dilakukan Rumah Autis Bekasi karena hampir banyak kegiatan outdoor
seperti jalan kaki dan bersepeda dilakukan di area lingkungan masyarakat.
84
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan data-data yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya,
maka penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut:
1. Rumah Autis Bekasi telah mengimplementasikan program pelayanan bagi
anak autis melalui sekolah khusus berupa pemberian pelayanan
pendidikan, dimana sudah memiliki sebuah alur program yang terarah
dengan memulai dari yang meliputi tahap-tahap dari tahap persiapan
mencakup pembuatan kurikulum dan observasi terhadap calon siswa.
Tahap ke dua adalah pengkajian (assessment) yaitu mengidentifikasi
permasalahan yang tengah dihadapi calon siswa, Rumah Autis Bekasi
mengumpulkan berbagai data penting mengenai calon siswanya seperti
nama, umur dan riwayat pertolongan pertama calon siswa mendapatkan
pelayanan hingga pada akhirnya sampai di Rumah Autis Bekas. Ke tiga
adalah rencana intervensi yaitu menentukan rencana kedepan untuk calon
siswanya, rencana tersebut berdasarkan hasil wawancara saat melakukan
assessment. Ke empat adalah implementasi program adalah tahap dimana
siswa mulai mendapatkan pelayanan berdasarkan dari hasil assessment
yang telah dilakukan, muatan programnya meliputi bina diri, ketrampilan,
motorik kasar dan halus, akademik dan kesenian. Ke lima adalah
monitoring dan evaluasi yaitu Rumah Autis Bekasi memantau sejauh mana
hasil implementasi program pelayanan sekolah khusus dan melakukan
evaluasi terkait perkembangan siswa baik secara akademik maupun
85
prakteknya. Dan tahap terakhir adalah terminasi yaitu tahap dimana
pemberian pelayanan kepada penerima layanan berakhir, berakhirnya
pelayanan karena siswa sudah melampaui batas usia 18 tahun dan atau
siswa ingin melanjutkan pendidikan di sekolah inklusi.
2. Implementasi pelayanan program sekolah khusus telah memberikan
sebuah hasil yang baik bagi para orang tua dan siswa autis dilihat dari tiga
indikator pertama adalah program integrity (Integritas Program), yaitu
hasil yang dicapai dalam implementasi pelayanan program sekolah khusus
telah sesuai dengan apa yang diharapkan oleh klien atau orang tua siswa.
Anak autis yang tadinya sulit untuk melakukan kegiatannya secara sendiri,
setelah mendapatkan pelayanan pendidikan di Rumah Autis Bekasi
sekarang anak-anak tersebut sudah dapat melakukan kegiatannya secara
sendiri. Ke dua program effect (Dampak Program) yaitu klien merasa
setelah mengikuti program pelayanan yang diberikan oleh Rumah Autis
Bekasi mereka menjadi lebih baik, dalam arti siswa menjadi berkembang
ketika mendapatkan pendidikan di Rumah Autis Bekasi. Ke tiga
Satisfaction (Kepuasan) yaitu orang tua dan masyarakat merasa puas serta
mendukung dengan kegiatan pelayanan program sekolah khusus yang
dilakukan oleh Rumah Autis Bekasi.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan keseimpulan yang telah dijelaskan
dalam skripsi ini, maka ada beberapa saran-saran yang ingin peneliti
sampaikan, yaitu:
86
1. Pada tahap implementasi program dalam hal muatan program pendidikan
berkomunikasi dan ketrampilan lain seperti memasak, berbelanja atau
menyebrang jalan untuk lebih sering diajarkan lagi karena untuk
meningkatkan kemandirian anak autis. Tujuannya adalah agar anak
membangun kemampuan sosialnya dan berkomunikasi sampai tingkat
tertinggi.
2. Pada tahap terminasi dan pembinaan lanjutan, Rumah Autis Bekasi perlu
membuat program bimbingan dan pembinaan lanjutan terhadap eks
penerima layanan program sekolah khusus. Jadi disini Rumah Autis harus
tetap melakukan pemantauan perkembangan siswa eks penerima layanan
dalam masyarakat dan juga melakukan kunjungan berkala ke rumah siswa
eks penerima layanan atau ketempat siswa sekarang melanjutkan
pendidikannya. Selain melakukan pemantaun dan kunjungan terhadap
siswa eks penerima layanan, Rumah Autis Bekasi harus tetap menjaga
hubungan baik atau silaturahmi dengan keluarga siswa eks penerima
layanan.
3. Untuk keseluruhan pelayanan program sekolah khusus, Rumah Autis
Bekasi sebaiknya dapat menambah jumlah ruangan atau meningkatkan
kapasitas untuk program sekolah khusus, terutama yang berasal dari kaum
dhuafa. Sehingga orang tua yang sudah mendaftarkan anaknya untuk
mengikuti sekolah khusus dapat segera ditampung. Mengingat begitu
banyaknya peminat yang sudah mendaftarkan anaknya akan tetapi mereka
masih harus menunggu.
87
DAFTAR PUSTAKA
Agustyawati dan Solicha. Psikologi Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus.Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009.
Arikunto, Suharsimi. Penilaian Program Pendidikan. Yogyakarta: Bina Aksara,1998.
Bugin, Burhan. Analisis Data dan Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Raja GrafindoPersada, 2003.
Fahrudin, Adi. Pengantar Kesejahteraan Sosial. Jakarta: Rafika Aditama, 2012.
Gulo, W. Metodelogi Kualitatif. Jakarta: Grafindo, 2000.
Handojo, Y. Autisma: Petunjuk Praktis dan Pedoman Materi Untuk MengajarAnak Normal, Autis dan Perilaku Lain. Jakarta: PT Bhuana Ilmu Popular,2008.
Irawan, Soeharto. Metode Penelitian Sosial, Suatu Teknik Penelitian BidangKesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung: PT RemajaRosdakarya, 2004.
Koswara, Deded. Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus. Jakarta: PT LuximaMetro Media, 2013.
Kustawan, Dedi. Pendidikan Inklusif dan Upaya Implementasinya. Jakarta: PTLuxima Metro Media, 2012.
Kustawan, Deddy dan Meimulyani, Yani. Mengenal Pendidikan Khusus danPendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya. Jakarta: PT LuximaMetro Media, 2013.
Marzuki, Saleh. Pendidikan Nonformal Dimensi dalam Keaksaraan Fungsional,Pelatihan, dan Andagogi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010.
Maulana, Mirza. Anak Autis Mendidik Anak Autis dan Gangguan Mental LainMenuju Anak Cerdas dan Sehat. Jogjakarta: Katahati, 2008.
Maulani, Chaerita. Kiat Merawat Gigi: Panduang Orang tua dalam Merawat danMenjaga Kesehatan Gigi bagi Anak-anaknya. Jakarta: PT Elex MediaKomputindo, 2005.
Mizrahi, Terry dan Davis, Larry E. Encyclopedia of Social Work. New York:NASW Press, 2008.
Moleong, Lexy J. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT RemajaRosdakarya, 1999.
88
Patton, Michael Quinn. Untilization Focused Evaluation. London: SagePublication, 1997.
Robert, Albert R dan Greene, Gilbert J. Buku Pintar Pekerja Sosial Jilid 2.Jakarta: Gunung Mulia, 2009.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta,2009.
Suharto, Edi. Isu-Isu Tematik Pembangunan Sosial: Konsepsi dan Strategi.Jakarta: Badan Pelatihan dan Pengembangan Sosial, 2004.
Sukoco, Dwi Heru. Kemitraan dalam Pelayanan. Jakarta: Badan Pelatihan danPengembangan Sosial, 1997.
Sunu, Christopher. Panduan Memecahkan Masalah Autisme Unlocking Autisme.Jogjakarta: Lintang Terbit, 2012.
89
Sumber Internet:
Eko Sutriyanto, “Enam dari 1.000 Orang di Dunia Kena Autis, Bagaimana denganIndonesia?,” artikel diakses pada 6 Mei 2013 darihttp://www.tribunnews.com/2013/04/09/enam-dari-1000-orang-di-dunia-kena-autis-bagaimana-dengan-indonesia
Revina, “Perkembangan Motorik Halus Anak,” artikel diakses pada 22 Desember2013 dari http://bidanku.com/perkembangan-motorik-halus-anak
Revina, “Perkembangan Motorik Kasar Anak,” artikel diakses pada 22 Desember2013 dari http://bidanku.com/perkembangan-motorik-kasar-anak
Rumah Autis, “Sejarah Singkat Rumah Autis”, artikel diakses pada 24 Juli 2013dari http://rumahautis.org/rumahautis/hal-sejarah-singkat-rumah-autis.html
Wikisource, “Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun1945/Perubahan IV,” artikel diakses pada 12 Oktober 2012 darihttp://id.wikisource.org/wiki/Undang-Undang_Dasar_Negara_Republik_Indonesia_Tahun_1945/Perubahan_IV
Lampiran 1. Informan Ketua Rumah Autis Bekasi
PEDOMAN WAWANCARAIMPLEMENTASI PELAYANAN SOSIAL BAGI ANAK AUTIS MELALUI
PROGRAM SEKOLAH KHUSUS DI RUMAH AUTIS BEKASI
Informan: (Ketua Rumah Autis Bekasi)
A. Tempat dan Waktu Wawancara
1. Tempat Wawancara :
2. Hari, Tanggal Wawancara :
3. Waktu Wawancara :
B. Identitas
1. Nama :
2. Pekerjaan :
3. Alamat :
4. Status Perkawinan :
5. Jumlah Anak :
6. Jenjang Pendidikan :
C. Isi Wawancara
1. Sejak kapan program sekolah khusus di Rumah Autis Bekasi dimulai?
2. Apa latar belakang Rumah Autis Bekasi melaksanakan program sekolah
khusus?
3. Bagaimana proses pembentukan program sekolah khusus ?
4. Apa saja yang dilakukan oleh Rumah Autis Bekasi ketika persiapan awal
program sekolah khusus?
5. Bagaimana mengidentifikasi dan menseleksi calon pengajar?
6. Apa saja criteria yang harus dimiliki oleh calon pengajar?
7. Apa saja yang dilakukan oleh pengajar ketika program sekolah khusus
berlangsung?
8. Apa tanggapan anda terhadap kinerja pengajar pada saat ini ?
9. Bagaimana mengidentifikasi dan menseleksi calon siswa atau klien?
10. Apa saja criteria yang harus dimiliki oleh calon siswa atau klien?
11. Apa saja yang dilakukan oleh siswa atau klien ketika sekolah khusus
berlangsung?
12. Apa tanggapan anda terhadap klien sekolah khusus pada saat ini?
13. Bagaimana proses program sekolah khusus ini berlangsung?
14. Apa saja kegiatan dalam program sekolah khusus?
15. Apakah terdapat kendala dalam proses sekolah khusus?
16. Sampai kapan siswa atau klien mengikuti program sekolah khusus?
17. Apakah terdapat evaluasi program sekolah khusus?
18. Jika ada evaluasi, komponen-komponen apa saja yang di evaluasi?
19. Apakah Rumah Autis Bekasi tetap memberikan pelayanan terhadap
mantan-manta siswa atau klien penerima layanan?
20. Apa manfaat dilaksanakannya program sekolah khusus bagi anda?
21. Apa harapan dari Rumah Autis Bekasi terhadap program sekolah khusus?
22. Menurut anda, apakah tujuan pelaksanaan pelayanan program sekolah
khusus tercapai?
Lampiran 2. Informan Pengajar Kelas Rumah Autis Bekasi
PEDOMAN WAWANCARA
IMPLEMENTASI PELAYANAN SOSIAL BAGI ANAK AUTIS MELALUI
PROGRAM SEKOLAH KHUSUS DI RUMAH AUTIS BEKASI
Informan: (Pengajar)
A. Tempat dan Waktu Wawancara
1. Tempat Wawancara :
2. Hari, Tanggal Wawancara :
3. Waktu Wawancara :
B. Identitas
1. Nama :
2. Pekerjaan :
3. Alamat :
4. Status Perkawinan :
5. Jumlah Anak :
6. Jenjang Pendidikan :
C. Isi Wawancara
1. Apa motivasi anda sebagai pengajar di Rumah Autis Bekasi?
2. Apa saja materi yang anda berikan?
3. Seberapa pentingkah menurut anda pelajaran yang anda ajarkan untuk
siswa Rumah Autis Bekasi?
4. Bagaimana pelaksanaan pengajaran selama ini?
5. Metode apa yang anda terapkan dalam proses belajar mengajar di sekolah
khusus Rumah Autis Bekasi?
6. Apa harapan anda terhadap materi yang anda berikan untuk siswa atau
klien Rumah Autis Bekasi?
7. Apakah materi tersebut efektif digunakan terhadap siswa atau klien Rumah
Autis Bekasi?
8. Apa kendala anda dalam pelaksanaan program sekolah khusus ini?
9. Apa saran anda terhadap program sekolah khusus?
10. Apa harapan anda kedepan?
Lampiran 3. Informan Orang Tua Siswa Rumah Autis Bekasi
PEDOMAN WAWANCARA
IMPLEMENTASI PELAYANAN SOSIAL BAGI ANAK AUTIS MELALUI
PROGRAM SEKOLAH KHUSUS DI RUMAH AUTIS BEKASI
Informan: (Orang Tua Siswa)
A. Tempat dan Waktu Wawancara
1. Tempat Wawancara :
2. Hari, Tanggal Wawancara :
3. Waktu Wawancara :
B. Identitas
1. Nama :
2. Pekerjaan :
3. Alamat :
4. Status Perkawinan :
5. Jumlah Anak :
6. Jenjang Pendidikan :
C. Isi Wawancara
1. Sudah berapa lama anak anda sekolah di Rumah Autis Bekasi?
2. Dari mana mengetahui rumah autis bekasi?
3. Persyaratan apa saja yang berikan untuk masuk di rumah autis bekasi?
4. Kegiatan apa saja yang anda ketahui di rumah autis bekasi?
5. Bagaimana pendapat anda tentang pelaksanaan program sekolah khusus
Rumah Autis Bekasi?
6. Manfaat apa yang anda dapatkan dari program sekolah khusus Rumah
Autis Bekasi?
7. Seberapa besar pengaruh rumah autis terhadap pendidikan anak ibu
8. Apa harapan anda setelah mengikuti program sekolah khusus Rumah Autis
Bekasi?
Lampiran 4. Informan Ketua Rumah Autis Bekasi
TRANSKRIP WAWANCARA
IMPLEMENTASI PROGRAM PELAYANAN BAGI ANAK AUTIS
MELALUI SEKOLAH KHUSUS DI RUMAH AUTIS BEKASI
Informan: Ardani (Ketua Rumah Autis Bekasi)
A. Tempat dan Waktu Wawancara
1. Tempat Wawancara : Rumah Autis Cabang Bekasi
2. Hari, Tanggal Wawancara : Jumat, 13 Desember 2013
3. Waktu Wawancara : 10.00 WIB
B. Identitas
1. Nama : Ardani
2. Pekerjaan : Kepala Cabang Rumah Autis Bekasi
3. Alamat : Perum Alamanda Regency
Blok K 17 No37
Kabupaten Bekasi
4. Status Perkawinan : Nikah
5. Jumlah Anak : 1
6. Jenjang Pendidikan : Mahasiswa / S1
C. Isi Wawancara
No Pertanyaan Jawaban1 Sejak kapan program sekolah
khusus di Rumah Autis Bekasidimulai?
Tahun 2006
2 Apa latar belakang Rumah AutisBekasi melaksanakan programsekolah khusus?
Karena banyaknya anak usiasekolah yang datang ke rumah autisbekasi sehingga dengan programterapi yang hanya berdurasi 1jamtidak memadai untuk kebutuhananak tersebut maka dibuatkanlahprogram yang memadai untukmengakomodir kebutuhan tersebut
3 Bagaimana proses pembentukanprogram sekolah khusus ?
Prosesnya diawali denganmempersiapkan program sekolah,kedua mempersiapkan peralatanyang dibutuhkan, ketigamempersiapkan guru-guru yangakan mengajar, keempatmenetapkan kontribusi atau hargayang akan ditawarkan ke orang tuadan yang terakhir itu membuatperjanjian atau akad dengan orangtua
4 Apa saja yang dilakukan olehRumah Autis Bekasi ketikapersiapan awal program sekolahkhusus?
Ketika persiapan awal programsekolah khusus pertama kitamembuat kurikulum sekolahsebagai panduan guru untukmengajar, kedua kita melakukanobservasi. Yaitu mengobservasianak yang akan masuk untukmenentukan program yang akandiberikan
5 Bagaimana mengidentifikasi danmenseleksi calon pengajar?
Untuk pengajar awalnya calonpengajar diwawancara tentangkesiapannya mengajar anakberkebutuhan khusus, dan lalumereka kami trial, mereka dimintaterjun langsung berhadapan dengananak berkebutuhan khusus selama 1minggu. Nantinya bila merekamerasa tertantang akan dilanjutkandan menandatangani suratperjanjian kerja tapi apabila tidakmerasa tertantang maka akan keluar
No Pertanyaan Jawabandari rumah autis
6 Apa saja kriteria yang harusdimiliki oleh calon pengajar?
Kriterianya minimal pendidikanSMA, mencintai dunia anak, maubekerja sosial, terus mau belajar ituyang paling penting, dan dapatbekerja dalam team. Udah itu saja
7 Apa saja yang dilakukan olehpengajar ketika program sekolahkhusus berlangsung?
Mereka ya mengajar, pengajarmengajar berdasarkan programindividual anak yang telah dibuat
8 Apa tanggapan anda terhadapkinerja pengajar pada saat ini ?
Sangat baik sekali, guru-guru dirumah autis bekasi mau belajarmengenai anak berkebutuhankhusus
9 Bagaimana mengidentifikasi danmenseleksi calon siswa atauklien?
Melalui Observasi tadi. Untukorang tua yang mangajukanbeasiswa, maka mereka kamiobservasi dahulu, kita lihat keadaanrumahnya, pekerjaan orang tuanyaapa, seperti itu. Agar tepat sasaranjuga yaa, karena kalau Cuma dataatau surat-surat gampangdipalsuinnya yaa, jadi kita lakuinobservasi. Anaknya juga kamiidentifikasi dulu, ada teamnya nanti,guna mengetahui kondisi si anak,jadi anak ini nantinya akanditempatkan ke program terapi atauprogram sekolah. Setelah diterimaanak-anak ini kami uji coba dahuluselama 3bulan, kalau selama ujicoba anak-anak ini dapat mengikutimaka mereka akan lanjut di RumahAutis akan tetapi kalau si anak tidakdapat mengikuti, maka kamikembalikan kepada orang tua
10 Apa saja kriteria yang harusdimiliki oleh calon siswa atauklien?
Kriterianya jelas pertama anakberkebutuhan khusus, dan belummendapatkan layanan
11 Apa saja yang dilakukan olehsiswa atau klien ketika sekolahkhusus berlangsung?
Anak-anak mengikuti kegiatanbelajar mengajar yang diadakan disekolah khusus rumah autis
12 Apa tanggapan anda terhadapklien sekolah khusus pada saatini?
Anak-anak yang ditangani di rumahautis banyak kemajuan danperkembangan yaa, meskipun adajuga anak-anak yangperkembangannya tidak signifikan
No Pertanyaan Jawabantapi tetap ada lah perubahannya
13 Bagaimana proses programsekolah khusus ini berlangsung?
Prosesnya itu, yaa biasa kamimembuka layanan sekolah dari harisenin sampai jumat dari jam 08.00sampai jam 12.00 dan kemudiandilanjutkan ekskul dari jam 1sampai jam 3 sore. Prosesnyasampai saat ini cukup baik yaa
14 Apa saja kegiatan dalam programsekolah khusus?
Kegiatannya banyak sekali yaa, adabina diri, life skill, ketrampilan,outbond, terus kegiatan belajardiluar atau outdoor yaa setiap 1bulan sekali, ada renang juga,bersepeda, pesantren kilat dan jugafuncooking
15 Apakah terdapat kendala dalamproses sekolah khusus?
Kendala yang kami hadapi adalahdari prasarana sekolah yaa,prasarana sekolah yang terbataskarena sekolah kami inibangunannya adalah ruko dan kamijuga belum mempunyai saranaolahraga, padahal itu penting jugauntuk kegiatan anak-anak
16 Sampai kapan siswa atau klienmengikuti program sekolahkhusus?
Pertama sampai usia 18 tahun, atausampai usia anak-anak, karenafokus kita untuk anak berkebutuhankhusus bukan untuk dewasaberkebutuhan khusus. Dan keduajika orang tua ingin memasukkananak ke sekolah inklusi, maka nantikami akan membuatkan suratketerangan bahwa si anak telah ataupernah mendapatkan pelayanan dirumah autis
17 Apakah terdapat evaluasiprogram sekolah khusus?
Ada
18 Jika ada evaluasi, komponen-komponen apa saja yang dievaluasi?
Evaluasi belajar anak ada 2 yaitupraktek dan tulis. Praktek itudilakukan dengan cara memberikantes-tes mandiri seperti prakteksholat, cara mengancingkan baju,dll dalam bentuk praktek kegiatansehari-hari. Tulis itu dilakukandengan cara memberikan ujiankepada anak tentang bagaimanacara menebalkan huruf, apakah anak
No Pertanyaan Jawabansudah bisa atau tidak.
19 Apakah Rumah Autis Bekasitetap memberikan pelayananterhadap siswa yang sudah lulusatau klien penerima layanan?
Kami tidak memberikan pelayananjika anak sudah keluar dari rumahautis, kalau sudah keluar yasudahpelayanannya pun berakhir
20 Apa manfaat dilaksanakannyaprogram sekolah khusus bagianda?
Manfaat bagi saya dengan programini hidup saya menjadi sangatbernilai dan berharga tentunyakarena bias membantu para orangtua yang memiliki anak spesial
21 Apa harapan dari Rumah AutisBekasi terhadap program sekolahkhusus?
Harapan saya akan lebih banyaklagi anak-anak yang berkebutuhankhusus terutama dari kalangankeluarga ekonomi menengahkebawah yang dapat ditangani danakan lebih banyak lagi dukungandari pemerintah dan para dermawan
22 Menurut anda, apakah tujuanpelaksanaan pelayanan programsekolah khusus tercapai?
Saya rasa ya tercapai, meskipunmasih ada kekurangan dalampelaksanaannya
Lampiran 5. Informan Pengajar Kelas Rumah Autis Bekasi
TRANSKRIP WAWANCARA
IMPLEMENTASI PROGRAM PELAYANAN BAGI ANAK AUTIS
MELALUI SEKOLAH KHUSUS DI RUMAH AUTIS BEKASI
Informan: Yasmir (Pengajar)
A. Tempat dan Waktu Wawancara
1. Tempat Wawancara : Ruang Tunggu Rumah Autis Bekasi
2. Hari, Tanggal Wawancara : Kamis, 12 Desember 2013
3. Waktu Wawancara : 14.00 WIB
B. Identitas
1. Nama : Yasmir
2. Pekerjaan : Koor. Bimbingan Latihan Keterampilan
3. Alamat : Jalan Al-Hidayah No 2 Rt 02 Rw 02
Kel. Jati Bening . Kec Pondok Gede
Bekasi
4. Status Perkawinan : Nikah
5. Jumlah Anak : 2 Anak
6. Jenjang Pendidikan : SMA
C. Isi Wawancara
No Pertanyaan Jawaban1 Apa motivasi anda sebagai
pengajar di Rumah Autis Bekasi?Bekerja sambil beramal
2 Apa saja materi yang andaberikan?
Pengubahan perilaku, kemandiriandan skill
3 Seberapa pentingkah menurutanda pelajaran yang anda ajarkanuntuk siswa Rumah Autis Bekasi?
Sangat penting, karena materi yangsaya ajarkan ini berfungsi untukmelatih motorik anak. Seperti yangkita ketahui bahwa anak-anak autisini kan motoriknya sedikitterhambat.
4 Bagaimana pelaksanaanpengajaran selama ini?
Selama ini saya mengajar selaluberdasarkan program individualanak yang telah dibuat sebelumnya,agar ketika pada tahap evaluasi kitadapat mengetahui apakah memangyang kita lakukan selama ini sesuaidengan program yang tersusun. Haltersebut bertujuan untuk mengetahikeberhasilan dari pelaksanaanpengajaran.
5 Metode apa yang anda terapkandalam proses belajar mengajar disekolah khusus Rumah AutisBekasi?
Menggunakan metode V.A.KVisual Auditory Kinestethic.Belajar dengan cara melihat(Visual), belajar dengan caramendengar (Auditory), belajardengan cara bergerak, bekerja danmenyentuh
6 Apa harapan anda terhadap materiyang anda berikan untuk siswaatau klien Rumah Autis Bekasi?
Anak mampu berperilaku wajarkemudian mandiri dan memilikiskill untuk kehidupannya saya
7 Apakah materi tersebut efektifdigunakan terhadap siswa atauklien Rumah Autis Bekasi?
Kalau untuk masalah efektif atautidak sih belum sepenuhnya, karenanamanya juga manusia tingkatkepuasannya itu gak pernah ada.Yang penting kita selalu berusahamemberikan pelayanan yang terbaikbagi anak.
8 Apa kendala anda dalampelaksanaan program sekolahkhusus ini?
Kendalanya kalau dalam segi saranadan prasarana masih kurang karenalahan yang terbatas. Kalau untukpengajar terutama saya sih ada,karena kebanyakan pengajar di sinirata-rata lulusan SMA sederajat
No Pertanyaan Jawabansaja. Bukan dari lulusan yangmemang fokus terhadap anak autis.Jadi keterampilan pengajarkhususnya saya pribadi masihkurang.
9 Apa saran anda terhadap programsekolah khusus?
Ajarkan kepada mereka apa yangmereka mau, bukan memaksamereka belajar seperti yang kitamau
10 Apa harapan anda kedepan? Semoga semua lebih kompak lagidan semoga anak-anak di siniperkembangannya semakin baik.
Lampiran 6. Informan Orangtua Siswa Rumah Autis Bekasi
TRANSKRIP WAWANCARA
IMPLEMENTASI PROGRAM PELAYANAN BAGI ANAK AUTIS
MELALUI SEKOLAH KHUSUS DI RUMAH AUTIS BEKASI
Informan: Titin Supriyatin (Pengajar)
A. Tempat dan Waktu Wawancara
1. Tempat Wawancara : Ruang Tunggu Rumah Autis Bekasi
2. Hari, Tanggal Wawancara : Jumat, 13 Desember 2013
3. Waktu Wawancara : 08.30 WIB
B. Identitas
1. Nama : Titin Supriyatin
2. Pekerjaan : Koordinator Sekolah Khusus
3. Alamat : Jalan Al-Husna No 4 Rt 01 Rw 01
Bekasi
4. Status Perkawinan : Nikah
5. Jumlah Anak : 3 Anak
6. Jenjang Pendidikan : PGTK
C. Isi Wawancara
No Pertanyaan Jawaban1 Apa motivasi anda sebagai
pengajar di Rumah Autis Bekasi?Karena saya senang dengan anak-anak dan karena jiwa ngerasatertantang untuk mengajar anakberkebutuhan khusus
2 Apa saja materi yang andaberikan?
Perilaku, kemandirian, sosialisasi
3 Seberapa pentingkah menurutanda pelajaran yang anda ajarkanuntuk siswa Rumah Autis Bekasi?
Penting banget untuk kehidupanmasa depan ABK. Agar mereka bisamenjadi pribadi yang mandiri
4 Bagaimana pelaksanaanpengajaran selama ini?
Selama ini sih pelaksanaannyasudah sesuai dengan apa yang telahdirancang sebelumnya. Karenakalau di sini itu kita sebelumpelaksanaan program kita rancangterdahulu programnya, rancanganprogram individual biasanya. Jadi disini setiap anak treatment nya tidakselalu sama, tapi berbeda-beda.
5 Metode apa yang anda terapkandalam proses belajar mengajar disekolah khusus Rumah AutisBekasi?
metode floortime, ketika mengajartugas saya adalah menimbulkanminat dan kreatifitas anak untukberkembang
6 Apa harapan anda terhadap materiyang anda berikan untuk siswaatau klien Rumah Autis Bekasi?
Saya sih berharap anak-anak di sinijauh lebih maju perkembangannya,semoga dengan mereka di sinisetelah diberikan pelayanan merekasemua bias menjadi anak-anak yangmandiri.
7 Apakah materi tersebut efektifdigunakan terhadap siswa atauklien Rumah Autis Bekasi?
Selama ini sih saya merasa materidalam proses pelayanan sudahcukup efektif. Karena sebelum kitaberikan pelayanan kita identifikasidahulu masing-masing anak agarpelayanan menjadi tepat sasaransesuai dengan kebutuhan anak itusendiri. Dan masing-masing anakkebutuhannya berbeda-beda. Itumenurut saya ya. Tapi kalaupermasalahan efektif atau tidak yatidak bisa dari satu pihak saja itujuga harus ditanyakan kepadaorangtua juga ya, apakah selama iniorangtua merasa puas dengan materi
No Pertanyaan Jawabanatau pelyanan yang sudah kamiberikan.
8 Apa kendala anda dalampelaksanaan program sekolahkhusus ini?
Kurangnya sarana dan prasarana,karena lahannya ini sangat terbatas,bangunannya saja masih bangunanruko. Kalau kita ada materi yangharus menggunakan tempat outdoorkita agak kesulitan, kita gak punyalapangan. Paling kita biasanyauntuk outdoor pakai lapangan yangada di komplek perumahan aja.
9 Apa saran anda terhadap programsekolah khusus?
Saran saya kedepannya nantiRumah Autis Bekasi dapatmemperbanyak pelajaran di alamdan menekankan ke kegiatan sehari-hari
10 Apa harapan anda kedepan? Harapannya yaa bisa bikin anak-anak ini jadi mandiri. Saya berharapanak-anak ini bisa melakukankegiatannya sendiri dan mereka bisaberguna gitu
TRANSKRIP WAWANCARA
IMPLEMENTASI PROGRAM PELAYANAN BAGI ANAK AUTIS
MELALUI SEKOLAH KHUSUS DI RUMAH AUTIS BEKASI
Informan: Ilyas Nawawi (Orangtua Siswa)
A. Tempat dan Waktu Wawancara
1. Tempat Wawancara : Ruang Tunggu Rumah Autis Bekasi
2. Hari, Tanggal Wawancara : Rabu, 18 Desember 2013
3. Waktu Wawancara : 09.30 WIB
B. Identitas
1. Nama : Ilyas Nawawi
2. Pekerjaan : -
3. Alamat : Jalan Murni Rt 05 Rw 04
Perum Griya Agung Sentosa Blok D1 No 1
Bekasi
4. Status Perkawinan : Nikah
5. Jumlah Anak : 2 Anak
6. Jenjang Pendidikan : SMA
C. Isi Wawancara
No Pertanyaan Jawaban1 Sudah berapa lama anak anda
sekolah di Rumah Autis Bekasi?Sudah 3 tahun mas disini
2 Dari mana mengetahui rumahautis bekasi?
Saya tau dari internet mas fachry,saya cari-cari sekolah untuk anakautis dari internet
3 Persyaratan apa saja yang Andaberikan untuk masuk di rumahautis bekasi?
Jadi kan begitu saya dapat alamatRumah Autis dari internet dan sayadatang, ternyata kan untuk masukke sini ada persyaratannya ya, tidaksemudah kita daftar di sekolahumum. Ternyata di sini ada daftratunggu begitu ya, karena memangpeminat di sini sangat banyak dankapasitasnya terbatas, jadi mau gakmau kita harus menunggu untukmasuk ke sini.Alhamdulillahh saya gak terlalulama menunggunya, termasuk rejekisaya ya, jadi gak sampe 2 minggusaya udah dihubungi. Abis itu sayadatang untuk diwawancaramengenai keadaan anak saya trusRumah Autis menjelaskan bahwasalah satu persyaratan sekolah disini adalah biaya, diberi tahusegini2 biayanya ternyata biayanyaitu mahal seperti sekolah khususpada umumnya.Langsung pada saat itu juga sayalangsung mengundurkan diri,karena saya merasa pendapatan sayatidak mencukupi untukmenyekolahkan anak saya di sini.Dan kemudian dari Rumah Autise... Tapi ternyata Rumah Autispunya komitmen untuk menolongkita yang dengan kemampuanterbatas gitu, akhirnya kita dicobauntuk diajukan program beasiswa,begitu. Saya gak nunggu lama tapiharus memenuhi persyaratan lainsalah satunya aja yang umumnyaaja seperti keterangan tidak mampu,
No Pertanyaan Jawabanfoto copu kk dan ktp, semuanyasaya penuhi. Ya Alhamdulillahhpersyaratan saya masuk semua,anak saya bisa sekolah di sini.
4 Apakah saat itu Rumah AutisBekasi melakukan observasiterhadap persyaratan yang andaberikan?
Ada, kita diminta foto juga. Rumahsaya juga difoto, tapi itu tidak jadimasalah karena yang penting anaksaya bisa sekolah, dan itu jugabukan rumah saya, ngontrak.Hahaha.. Jadi daya gak masalah ya
5 Kegiatan apa saja yang andaketahui di rumah autis bekasi?
Kalo kegiatan untuk anak-anak yakegiatan program2 pendidikan yangada untuk anak. Kalo kegiatanuntuk orangtua juga ada dari RumahAutis dan pemberi beasiswa. Jadikalo anak saya itu kan databeasiswanya itu dari LG elektronikitu kan, nah itu setiap satu bulansekali kita ada pengajian di RumahAutis ini di minggu ke-2 atau ke-3biasanya. Jadi, banyaklah kegiatanuntuk anak maupun orangtua.Anak-anak juga kalo habis semesteritu ada kegiatan outing. Sekalin dikelas ya ada kegiatan di luar juga.
6 Bagaimana pendapat anda tentangpelaksanaan program sekolahkhusus Rumah Autis Bekasi?
Kalo untuk kegiatan saat ini ya sayatidak merasa terbebani ya. Dalamarti misalnya kegiatan di luar gituya, kita tidak terlalu pusing masalahbiaya. Karena Rumah Autis inisangat mengerti kondisi kita, jadimeskipun memang sudah diberikananggarannya sekian-sekian, tapi kitaterima aja. Di sini adakebijaksanaan, jadi meskipun adabiaya lebih cuma kita bisa apanamanya.. Nego gitu ya, hehe. Jadigak mutlak anggaran segini, truskita harus bayar segitu juga. Gakmasalah si kalo untuk saya tentangkegiatan Rumah Autis. RumahAutis juga selalu mengumpulkanorangtua yg ikut terapis maupunsekolah untuk diberikanpembekalan. Jadi di situ kita dapetpenyuluhan tentang bagaimanapenanganan anak-anak kita ini. Jadi
No Pertanyaan Jawabangak sekedar di sini menitipkan anaktapi banyak kegiatan yangmenunjang kita para oranngtuauntuk tau tentang anak kita,silaturahni juga.
7 Manfaat apa yang anda dapatkandari program sekolah khususRumah Autis Bekasi?
Alhamdulillah Sudah bagus diakomunikasinya sekarang. Nggakkayak dulu sebelum masuk sekolah,jangankan komunikasi, untuk dudukdiem beberapa menit aja susah.Asik sendiri dulu dia.
8 Seberapa besar pengaruh rumahautis terhadap pendidikan anakanda?
Kalo saya orang yang tidak melihatkemampuan anak dengan standarseperti anak pada umumnya gitu.Artinya saya tidak ngoyo anak sayaharus bisa seperti itu. Tapi sayalihat kemampuan anak saya itusekarang dengan apa namanyakemampuan yang dia sudahdapatkan itu untuk saat ini sudahbangga sekali, sudah bersyukur.Yang penting anak saya bisamandiri. Jadi saya gak pernahmisalnya nuntut dia untuk sudahbisa baca dan tulis, yg penting diamandiri aja. Orang sekarang dia ajamasih belum bisa mengancingkanbaju mas, karena motoriknya masihkurang gitu, dia pakai sendal jepitjuga masih suka lepas, susah..Soalnya motoriknya itu.Komunikasi dia sekarang sudahbagus, Sudah mengerti. Dia bisabercerita, misalnya dia diajakngobrol sama mas fachry, pasti diananti pulang ke rumah dia cerita.Dia suka cerita tentang kegiatan diadi sekolah. Dia suka cerita disekolah ada ini, ada itu, siapa aja yggak masuk sekolah, semua diaceritain. Dia juga udah bisa ceritakalo misalnya dia sakit, badannyagak enak, dia cerita.Tapi Akademis masih kurang, diauntuk menghafalkan angka 1, 2, 3,s.d 10 dia bisa, tapi untukselanjutnya belum bisa. Kalo uang
No Pertanyaan Jawabandia ngerti fungsinya untuk apa, bisabeli ini itu. Tapi untuk berapanominal uang itu dia belum ngerti.Dia bisa saya suruh ke warung, kalosaya suruh ke warung dia ngertisaya suruh beli ini itu, tapi kalountuk minta kembaliannya berapa-berapa dia gak ngerti. Untuksosialisasi dia udah gak masalah yamas.
9 Apa harapan anda setelahmengikuti program sekolahkhusus Rumah Autis Bekasi?
Harapan saya untuk anak saya itusaya gak memakai standar anakpada umumnya, yang penting diabisa mandiri, dia bisa melayani apayang menjadi kebutuhannya sendiri.Kalo untuk ke depan juga saya gakterlalu terbebani dengan hal ini,saya biarkan itu berjalan dengansendirinya, insya Allah akan adajalan. Saya tidak mau terjebakdengan pemikiran kalo saya nantisudah gak ada anak saya hidupnyasama siapa atau gimana, tidak ya..Soalnya nanti yang ada saya akantakut terus, hidup dalam ketakutan.Kalo harapan saya untuk RumahAutis, semoga ke depannya lebihbaik lagi. Lebih baik dalam segalahalnya.Dalam program pendidikannya, truskapasitasnya lebih banyak, danteman-teman yang sedangmenunggu itu dapat tertampungsemuanya, dan semoga banyakdonatur yang bersimpati denganRumah Autis ini. Karena itu jugadengan banyaknya donatur yangbersedia membantu maka akanbanyak juga anak-anak autis yangkurang mampu dapat beasiswauntuk mengenyam pendidikan disekolah khusus yang mana biayanyaitu sangat mahal.
TRANSKRIP WAWANCARA
IMPLEMENTASI PROGRAM PELAYANAN BAGI ANAK AUTIS
MELALUI SEKOLAH KHUSUS DI RUMAH AUTIS BEKASI
Informan: Ati Herawati (Orangtua Siswa)
A. Tempat dan Waktu Wawancara
1. Tempat Wawancara : Ruang Tunggu Rumah Autis Bekasi
2. Hari, Tanggal Wawancara : Rabu, 18 Desember 2013
3. Waktu Wawancara : 10.30 WIB
B. Identitas
1. Nama : Ati Herawati
2. Pekerjaan : Warung
3. Alamat : Jalan Al-Husna No 4 Rt 01 Rw 01
Bekasi
4. Status Perkawinan : Nikah
5. Jumlah Anak : 3 Anak
6. Jenjang Pendidikan : SMA
C. Isi Wawancara
No Pertanyaan Jawaban1 Sudah berapa lama anak anda
sekolah di Rumah Autis Bekasi?Dari hamzah umur 8 tahun,sekarang udah 14 tahun. Iya yangpertama kan di Jati Makmur teruspindah ke sini. Udah 6 tahun ya.
2 Dari mana mengetahui rumahautis bekasi?
Saya tau dari selembaran kertas,brosur yang menyatakan bahwa adarumah autis di Jati Makmur, tapi itudapet info dari mahasiswi yangsedang skripsi, dia ngasih brosurdan mengatakan sama saya supayasaya bisa mengarahkan anak saya kesini
3 Persyaratan apa saja yang berikanuntuk masuk di rumah autisbekasi?
Persyaratan Waktu itu pertamakomunikasi dulu antar orangtua ya,trus udah komunikasi kita diberisatu apa ya.. E.. Pengarahan darirumah autis. Bahwa kita harus sabarkarna Rumah Autis banyakpeminatnya sedangkan dayatampung sangat sedikit. Trus kitamengisi formulir, dan saya di sinisalah satu penerima beasiswa untukkalangan keluarga kurang mampu.Syaratnya isi formulir, ktp, kk, suratketerangan tidak mampu darikelurahan, dan melampirkan gajisuami/pendapatan keluarga
4 Apakah saat itu Rumah AutisBekasi melakukan observasiterhadap persyaratan yang andaberikan?
Iyaa pihak Rumah Autis Bekasi kerumah, ambil gambar rumah,keadaan rumah, diwawancarapekerjaannya apa seperti itu mas
5 Kegiatan apa saja yang andaketahui di rumah autis bekasi?
Banyak ya, pertama program terapi,trus klu udah slsai tahap terapi adaprogram sekolah. Programsekolahnya tuh bagus ya. Baguspelajarannya, sangat melatihmotorik anak. Jadi seluruh tubuhanak difungsikan. Kegiatannya jugabanyak, semua kegiatan membuatanak melatih dirinya untuk bisamandiri
6 Bagaimana pendapat anda tentangpelaksanaan program sekolah
Pelaksanaannya sudah cukup baik,pengurus di sini juga sangat
No Pertanyaan Jawabankhusus Rumah Autis Bekasi? cekatan. Membuat anak dari yang
tadinya gak bisa jadi bisa, dari yangawalnya gak tau jadi tau, cuma yamemang harus ada peningkatankualitas lagi program sekolahnya.Kan semakin anak bertumbuhsemakin banyak lagi kebutuhannya
7 Manfaat apa yang anda dapatkandari program sekolah khususRumah Autis Bekasi?
Manfaatnya banyak mas, dulu sayamerawat hamzah bersama keluargabesar saya aja. Saya dibantuorangtua untuk mendatangkan guruprivat ke rumah, bela2in juga sayajual-jual barang berharga, tapiternyata malah gak adaperkembangannya, gitu-gitu aja.Mau sekolah inklusi yang kayaksekolah negeri punya, gak bisa.Mau sekolah di sekolah khususpenyandang autis, biayanya mahalbanget. Eh alhamdulillahh deh adaprogram sekolah untuk dhuafa diRumah Autis, membantu banget. Disini anak saya jadi berkembang,punya banyak teman dan guru, gakkayak pas waktu saya privatin dia.Anak saya juga semakin cerdas,alhamdulillahh deh.
8 Seberapa besar pengaruh rumahautis terhadap pendidikan anakanda?
Alhamdulillahh.Tadinya kan seperti kayak gini nihandre, dia kan masih suka nangis,gak bisa tenang, hyperaktif, kadangmasuk ke kelas gak mau gitu. Trusmintanya di dorong-dorong kita ikutmasuk gitu. Tapi sekarang udahgak.
9 Apa harapan anda setelahmengikuti program sekolahkhusus Rumah Autis Bekasi?
Semakin banyak orang-orang yangmemahami tentang anak-anakautis/abk, tidak ada orang-orangyang suka mencaci anak-anak luarbiasa seperti ini. Kalo untuk hamzahpribadi, semoga hamzah bisa lebihmandiri lagi, yaa seperti layaknyausianya dia sekarang. Kalo buatrumah autis sendiri, semoga rumahautis lebih baik lagi, daya tampunganak lebih banyak lagi khususnyabuat kaum dhuafa. Soalnya ini
No Pertanyaan Jawabanmenolong banget loh mas buatorangtua kurang mampu dari segifinansial yg punya anak autis,karena kan di sekolah khusus itubiayanya sangat mahal
Lampiran 7. Foto Kegiatan Rumah Autis Bekasi
DOKUMENTASI
Gambar 1
\\
Gambar 2
Siswa-siswi Rumah Autis Bekasi sedang mengikuti kegiatan funcooking
Siswa-siswi Rumah Autis Bekasi sedang mengikuti kegiatan bersepeda
Gambar 3.
Gambar 4
Siswa Rumah Autis Bekasi kegiatan Market Day, mereka sedang menggorengtempe untuk di jual
Siswa Rumah Autis Bekasi kegiatan eskul musik, dipimpin oleh salah satu siswauntuk main rebana
Gambar 5
Gambar 6
Siswa Bimbingan Latihan Ketrampilan (BLK) Rumah Autis Bekasi sedang belajardesain animasi menggambar truk tentara
Rumah Autis Bekasi tampil pada salah satu program acara Inbox dalam rangkaHUT WALI Band31 Oktober 2013