implementasi program nasional pemberdayaan...
TRANSCRIPT
IMPLEMENTASI PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
MANDIRI PERDESAAN (PNPM-MP) DALAM MENINGKATKAN STATUS
EKONOMI KELUARGA MISKIN
(Studi Kasus Kegiatan Simpan Pinjam Perempuan PNPM-MP di Kecamatan Rajeg)
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh
Wawan Hermawan
NIM 1112054100028
PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 H / 2016 M
iv
ABSTRAK
Wawan Hermawan
1112054100028
Implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan
(Studi Kasus Pada Simpan Pinjam Perempuan (SPP) Kecamatan Rajeg,
Kabupaten Tangerang)
Implementasi merupakan proses yang sangat penting dalam suatu kebijakan.
Kadangkala, implementasi yang terjadi di lapangan tidak sesuai dengan kebijakan yang telah
ditetapkan. PNPM Mandiri adalah program yang dibuat oleh pemerintah untuk mengatasi
kemiskinan melalui pemberdayaan masyarakat baik melalui penguatan modal maupun
kelembagaan.
Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan bagaimana Implementasi Program
Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan Pada Simpan Pinjam Perempuan/SPP
di Kecamatan Rajeg dan untuk mengetahui manfaat yang terjadi dalam pelaksanaan
Kelompok Simpan Pinjam Perempuan di Kecamatan Rajeg. Adapun studi ini akan
menjawab: Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Perdesaan (PNPM-
MP) dalam Kegiatan Simpan Pinjam di Kecamatan Rajeg; serta Manfaat Pelaksanaan
Kegiatan Simpan Pinjam Bagi Masyarakat di Kecamatan Rajeg.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif deskriptif.
Penelitian ini menggunakan 3 orang informan pendukung dan 8 orang informan utama.
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik pengumpulan data primer dan sekunder,
dan teknik analisa data dilakukan dengan analisa data kualitatif purposive sampling.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Implementasi PNPM MP pada Simpan Pinjam
Perempuan di Kecamatan Rajeg memberikan manfaat bagi masyarakat khususnya perempuan
yakni meningkatnya taraf hidup keluarga dengan adanya bantuan modal usaha. Adapun
manfaat yang telah diterima oleh peserta simpan pinjam secara sosial, ekonomi dan budaya;
peserta lebih aktif dalam mengikuti kegiatan sosial di lingkungan; penghasilan usaha peserta
meningkat 50%; peserta mampu berpikir terbuka dalam lingkungan sosialnya. Diharapkan
sebelum Implementasi PNPM MP dilakukan seluruh pengurus yang terlibat di dalamnya
harus mampu memberikan pengarahan kepada masyarakat akan pentingnya keterlibatan
mereka sehingga kesadaran masyarakat untuk berpartisipasi akan lebih baik. Perlu adanya
pelatihan bagi seluruh pengurus kelompok Simpan Pinjam Perempuan yakni ketua, sekretaris
dan bendahara sehingga mereka dapat mengelola kelompok dengan baik serta adanya
pembagian tugas yang seimbang. Pemerintah perlu membuat pelatihan pekerja PNPM dalam
bidang pemberdayaan sosial sehingga proses pelaksanaan pemberdayaan yang dilakukan
dapat dilakukan dengan lebih baik.
v
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah, segala puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan kasih sayangnya, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Shalawat
serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW.
Penulisan karya ilmiah dalam bentuk skripsi merupakan salah satu persyaratan untuk
menyelesaikan studi strata satu (S1) guna memperoleh gelar Sarjana Kesejahteraan Sosial di
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Kebahagiaan
yang tidak ternilai bagi penulis secara pribadi adalah dapat mempersembahkan hasil yang
terbaik kepada kedua orang tua, seluruh keluarga dan pihak-pihak yang telah ikut andil dalam
penyelesaian karya ilmiah ini.
Sebagai bentuk penghargaan yang tidak tertuliskan, penulis sampaikan ucapan terima
kasih sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA, selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Arief Subhan, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Lisma Dyawati Fuaida, M.Si, selaku Ketua Jurusan Kesejahteraan Sosial Fakultas
Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
4. Hj. Nunung Khoiriyah, M.Ag, Sekretaris Jurusan Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
5. Dr. Tantan Hermansah, M.Si, selaku Dosen Pembimbing skripsi penulis yang telah
meluangkan waktunya memberikan bimbingan dan pengarahan serta membantu
literatur dalam proses penyelesaian tugas akhir ini.
vi
6. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi beserta jajarannya, yang
senantiasa memberikan ilmu, membimbing, dan memberikan pengarahan selama
perkuliahan.
7. Pihak PNPM Mandiri Kecamatan Rajeg Pak Hasan, Pak Arif, Bu Ipah dan Bu Asna
yang telah banyak membantu dalam memperoleh data dan informasi yang penulis
butuhkan dalam penyusunan skripsi.
8. Kedua orang tua Bapak Abdul Rosyid dan Ibu Suheti, terima kasih untuk semua
doanya, untuk semua Jasa-jasanya dan semua Pengorbanannya.
9. Kakak-kakak dan adik-adik saya Heriyanto, Maria Ulfah, Siti Hernawati, Jamaludin
Siti Raudotul Janah dan Kayla Almera Farzana, terima kasih atas dukungan moril dan
materiil dalam menempuh studi selama kuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
10. Sahabat dan teman-teman seperjuagan Jurusan Kesejahteraan Sosial Angkatan 2012
(Fahri, Nikmal, Yoga, Yunus, Erik, Ican, Iqbal, Dado dan Kiki S.Sos) yang terus
memberikan dukungan dan support dalam proses penyelesaian tugas akhir skripsi ini.
Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan kalian. Amin.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Jakarta, 16 Juni 2016
Penulis
vii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ......................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ............................................................................................................. viii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah .............................................................. 8
1. Pembatasan Masalah ................................................................................. 8
2. Perumusan Masalah .................................................................................. 8
C. Tujuan dan Manfaat ........................................................................................ 9
1. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 9
2. Manfaat Penelitian .................................................................................... 9
D. Metodologi Penelitian ..................................................................................... 10
1. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................... 10
2. Pendekatan Penelitian ............................................................................... 11
3. Jenis Penelitian .......................................................................................... 12
4. Sumber Data ............................................................................................... 13
5. Teknik Pemilihan Informan ...................................................................... 14
6. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................ 15
7. Teknik Analisa Data .................................................................................. 18
8. Teknik Keabsahan Data ............................................................................. 19
9. Teknik Penulisan ....................................................................................... 20
E. Tinjauan Pustaka ............................................................................................. 20
F. Sistematika Penulisan ..................................................................................... 22
BAB II LANDASAN TEORI ........................................................................................... 23
A. Pemberdayaan Sosial ...................................................................................... 20
1. Pengertian ................................................................................................. 20
2. Tujuan Pemberdayaan Sosial .................................................................... 22
3. Indikator Pemberdayaan Sosial ................................................................ 23
4. Tahapan Pemberdayaan Sosial
5. Strategi Pemberdayaan Sosial .................................................................... 24
B. Pinjaman dan Modal ....................................................................................... 41
1. Pinjaman .................................................................................................... 41
viii
a. Pengertian Pinjaman...................................................................... 41
b. Jenis-jenis Pinjaman ...................................................................... 43
2. Modal ....................................................................................................... 44
a. Pengertian Modal .......................................................................... 44
b. Jenis-jenis Modal .......................................................................... 45
C. Metode Pemberdayaan PNPM Mandiri Perdesaan dalam Kegiatan
Simpan Pinjam ................................................................................................. 26
BAB III GAMBARAN UMUM LEMBAGA ............................................................... 40
A. Sejarah PNPM Mandiri Perdesaan ................................................................... 40
B. Visi dan Misi ..................................................................................................... 40
C. Struktur Kepengurusan PNPM Mandiri Perdesaan .......................................... 42
D. Prinsip Pokok PNPM Mandiri Perdesaan ........................................................ 43
E. Jenis-Jenis Program PNPM Mandiri Perdesaan ............................................... 43
F. Kelompok Simpan Pinjam Perempuan ........................................................... 60
1. Sejarah Kelompok Simpan Pinjam ............................................................. 60
2. Pengertian Simpan Pinjam .......................................................................... 63
3. Tujuan Simpan Pinjam ................................................................................ 63
4. Sasaran, Bentuk dan Ketentuan Simpan Pinjam ......................................... 64
a. Sasaran Program.................................................................................... 64
b. Bentuk Kegiatan .................................................................................... 65
c. Ketentuan Kelompok Simpan Pinjam ................................................... 66
d. Syarat Simpan Pinjam ........................................................................... 67
e. Penentuan Jasa Pinjaman ...................................................................... 67
f. Jangka Waktu Pinjaman ........................................................................ 67
g. Jadwal Angsuran ................................................................................... 67
h. Ketentuan Pendanaan ............................................................................ 68
i. Pengawasan Simpan Pinjam ................................................................. 68
5. Indikator Keberhasilan PNPM Mandiri Perdesaan ..................................... 69
6. Prestasi PNPM Mandiri Perdesaan ............................................................. 75
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA .................................................................. 75
A. Proses Pelaksanaan Pemberdayaan PNPM Mandiri Perdesaan ....................... 78
1. Tahapan Pemberdayaan Masyarakat ........................................................... 78
a. Tahap Persiapan (Engagement)............................................................. 78
b. Tahap Assesment ................................................................................... 78
c. Tahap Perencanaan Alternatif Program ................................................ 78
d. Tahap Formulasi Rencana Aksi ............................................................ 83
e. Tahap Pelaksanaan Program ................................................................. 85
f. Tahap Monitoring dan Evaluasi ............................................................ 86
g. Tahap Terminasi ................................................................................... 86
ix
2. Model Intervensi yang dilakukan PNPM Mandiri Perdesaan ..................... 89
a. Intervensi Mezzo ................................................................................... 89
b. Intervensi Makro ................................................................................... 90
3. Indikator Keberdayaan PNPM Mandiri Perdesaan ..................................... 91
4. Manfaat Pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan ........................................ 95
a. Manfaat Ekonomi .................................................................................. 95
b. Manfaat Sosial ....................................................................................... 98
c. Manfaat Budaya .................................................................................... 99
BAB V PENUTUP ............................................................................................................. 101
A. Kesimpulan ....................................................................................................... 101
B. Saran .................................................................................................................. 103
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 105
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kemiskinan merupakan fonemena sosial yang menjadi permasalahan
utama di Indonesia. Kemiskinan adalah deprivasi dalam kesejahteraan.
Berdasarkan definisi tersebut kemiskinan dapat dipandang dari beberapa sisi.
Jika dalam pandangan konvensional kemiskinan dipandang dari sisi moneter,
dimana kemiskinan diukur dengan membandingkan pendapatan/konsumsi
individu dengan beberapa batasan tertentu, jika mereka berada di bawah
batasan tersebut, maka mereka dianggap miskin. Pandangan mengenai
kemiskinan berikutnya adalah bahwa kemiskinan tidak hanya sebatas ukuran
moneter, tetapi juga mencakup miskin nutrisi yang diukur dengan memeriksa
apakah pertumbuhan anak-anak terhambat (World Bank Institute 2005). 1
Batasan yang digunakan dalam menentukan penduduk miskin salah
satunya adalah “garis kemiskinan” yaitu berdasarkan pengeluaran penduduk
untuk konsumsi makanan yang mencapai 2100 kalori per hari. Angka
kemiskinan Kabupaten Tangerang pada tahun 2010 sebesar 7,18 persen lebih
tinggi dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya 6,55 persen. Berdasarkan
data Susenas 2010, jumlah penduduk miskin di Tangerang sekitar 205.100
orang. Sedangkan garis kemiskinan untuk tahun 2010 sebesar 258.155
1 Kementrian Sosial Republik Indonesia, Analisis Data Kemiskinan, (Jakarta: Kemensos
RI, 2012), h. 4.
2
rupiah/kapita/bulan.2 Kemiskinan terjadi karena beberapa sebab. Loekman
Soetrisno mengutip pendapat Robert chambers, menyatakan bahwa
kemiskinan yang dialami oleh rakyat Negara sedang berkembang, khususnya
rakyat Perdesaan, disebabkan oleh beberapa faktor yang disebut sebagai
ketidakberuntungan atau disadvantages yang saling terkait satu sama lain.
Menurut Robert Chambers ada lima “ketidakberuntungan” yang melingkari
kehidupan orang atau keluarga miskin, yaitu: Pertama, kemiskinan (poverty),
Kedua, fisik yang lemah (physical weakness), Ketiga, keterasingan (isolation),
Keempat, kerentanan (vulnerability),dan Kelima, kerentanan (vulnerability).3
Menurut World Bank Institute (2005), ada 4 (empat) alasan mengapa
kemiskinan itu diukur. Pertama adalah untuk membuat orang miskin terus
berada dalam agenda, jika kemiskinan tidak diukur, maka orang miskin akan
mudah terlupakan. Kedua, orang harus mampu mengidentifikasi orang miskin
jika salah satu tujuannya adalah untuk keperluan intervensi dalam rangka
mengentaskan kemiskinan. Ketiga adalah untuk memantau dan mengevaluasi
proyek-proyek atau kebijakan intervensi yang diarahkan kepada orang miskin.
Terakhir adalah untuk mengevaluasi efektivitas lembaga-lembaga pemerintah
dalam mengentaskan kemiskinan.4
Keberhasilan implementasi suatu kebijakan dapat diukur dengan
melihat kesesuaian antara pelaksanaan atau penerapan kebijakan dengan
2 Susenas Stada Kabupaten Tangerang,” Angka Kemiskinan Kabupaten
Tangerang,”artikel diakses pada 8 Maret 2016 dari http:// www.bps.go.id/2016/803/.html 3 Loekman Sutrisno, Kemiskinan, Perempuan, dan Pemberdayaan (Yogyakarta:
Kanisius, 1997), h. 120. 4 Kementrian Sosial Republik Indonesia, Analisis Data Kemiskinan, (Jakarta: Kemensos
RI, 2012), h. 4.
3
desain, tujuan dan sasaran kebijakan itu sendiri serta memberikan dampak atau
hasil yang positif bagi pemecahan permasalahan yang dihadapi (Ekowati, dkk
2005).5 Dalam hal ini keterlibatan pemerintah dalam menyikapi fenomena
kemiskinan sangatlah penting, karena menjadi tanggung jawab pemerintah
terhadap rakyatnya sesuai Undang – Undang Dasar Republik Indonesia No.13
Tahun 2011, tentang penanganan fakir miskin. Untuk mengatasi keadaan ini
pemerintah telah melakukan berbagai usaha dalam rangka mengentaskan
masyarakat dari kemiskinan. Usaha-usaha tersebut terlihat dalam berbagai
program bantuan sosial , program beras untuk rakyat miskin (raskin), program
bantuan langsung tunai (BLT), program keluarga harapan (PKH) dan lain
sebagainya.
Namun dalam kenyataannya, berbagai program yang dilaksanakan
pemerintah masih belum dapat mengentaskan kemiskinan yang ada.
Kurangnya lapangan pekerjaan dan sulitnya masyarakat khususnya perempuan
untuk memperoleh modal dalam mengembangkan usahanya membuat banyak
masyarakat sulit keluar dalam zona kemiskinan. Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) dengan tujuan pokok penanggulangan
kemiskinan ini menitik beratkan pada usaha meningkatkan kemandirian
masyarakat. Mengedepankan partisipasi masyarakat sehingga tujuan pokoknya
dapat tercapai jika kesejahteraan masyarakat meningkat melalui pelatihan
serta penyediaan sarana dan prasarana sosial dasar ekonomi. Tujuan tersebut
juga dapat diperkuat dalam Undang-Undang Desa No.6 Tahun2014 Tentang
5 Arpan Siregar, “Model dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Implementasi
Kebijakan.” Artikel diakses pada 10 Maret 2016 dari https://arpansiregar.wordpress.com
4
Desa Bab I Pasal 4 Poin h yang menyatakan bahwa dalam pengaturan Desa
bertujuan untuk memajukan perekonomian masyarakat serta mengatasi
kesenjangan pembangunan nasional. Kemajuan ekonomi dan kesetaraan
pembangunan dapat diatasi dengan salah satu Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan (PNPM-MP) yakni program
simpan pinjam perempuan diharapkan dapat membantu masyarakat untuk
memperoleh modal dalam mengembangkan usahanya. Melalui program
PNPM Mandiri Perdesaan ini juga diharapkan nantinya masyarakat mampu
belajar mengembangkan usaha yang produktif demi memenuhi kebutuhan
rumah tangganya sendiri dan menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat lain
di sekitar mereka. Hal ini sejalan pula dengan Undang Undang Kesejahteraan
Sosial dalam Bab III tentang Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial bagian
keempat, Pemberdayaan Sosial, pasal 12 ayat 2e tentang Pemberian Bantuan
Usaha.6
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) di Kecamatan
Rajeg mempunyai kegiatan pengelolaan dana bergulir menjadi salah satu
kegiatan yang memberikan kemudahan bagi rumah tangga miskin untuk
mendapatkan permodalan dan meningkatkan usaha ekonomi. Pengelolaan
dana bergulir adalah seluruh dana program yang bersifat pinjam dari Unit
Pengelola Kegiatan (UPK) yang digunakan oleh masyarakat untuk mendanai
kegiatan ekonomi masyarakat yang disalurkan melalui kelompok-kelompok
masyarakat yaitu kelompok Usaha Ekonomi Produktif (UEP) dan kelompok
6 Adi Fachrudin, Pengantar Kesejahteraan Sosial (Bandung: Refika Aditama, 2012). h.
124.
5
Simpan Pinjam Perempuan (SPP). Kegiatan Simpan Pinjam Perempuan (SPP)
adalah kegiatan yang dilakukan oleh kelompok perempuan dengan
aktivitas/kegiatan pengelolaan dana simpanan dan pengelolaan dana pinjaman.
Secara umum kegiatan ini bertujuan untuk mengembangkan potensi kegiatan
simpan pinjam Perdesaan, kemudahan akses pendanaan usaha skala mikro,
pemenuhan kebutuhan pendanaan sosial dasar, dan memperkuat kelembagaan
kegiatan kaum perempuan.
Program SPP di Kecamatan Rajeg ini telah mencapai 288 kelompok
yang berasal dari 13 Desa/Kelurahan yaitu 12 Desa dan 1 Kelurahan di
Kecamatan Rajeg. Program SPP ini terbentuk dalam kelompok yang terdiri
dari 6-10 anggota perempuan berasal dari Desa/Kelurahan yang sama. PNPM
Kecamatan Rajeg memberikan pinjaman mulai dari Rp. 500.000,- s.d Rp.
5000.000,- pinjaman diberikan secara bertahap jika kelompok SPP memenuhi
kebijakan yang ditentukan oleh PNPM Mandiri Perdesaan di Kecamatan
Rajeg.7
Beberapa prestasi pun pernah diperoleh PNPM Mandiri Perdesaan di
Kecamatan Rajeg yaitu juara I administrasi dan peminjaman terbaik se-
Kabupaten Tangerang tahun 2012, juara II administrasi dan peminjaman
terbaik se-Provinsi Banten 2007 dan menjadi lokasi studi banding PNPM
Mandiri Perdesaan dalam kunjungan studi banding se-Indonesia tahun 2008.8
Namun pelaksanaan program Simpan Pinjam Perempuan (SPP) yang
dilaksanakan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan
7 Wawancara Pribadi dengan Asnawari, Tangerang, 18 Januari 2016.
8 Wawancara Pribadi dengan Abdul Hasan , Tangerang, 19 Januari 2016.
6
(PNPM-MP), tidak berjalan dengan mulus ada beberapa permasalahan yang
sering muncul di antaranya masih ada anggota kelompok SPP yang kabur
sehingga proses pembayaran tidak berjalan lancar, PNPM Mandiri Kecamatan
Rajeg masih kesulitan dalam mengelola kelompok SPP jika terjadi konflik
kelompok, pembinaan kelompok dan pemberian dalam memfasilitasi
kelompok SPP karena tidak adanya pekerja profesional dalam bidang sosial.9
Dalam istilah umum, Pinjaman dapat diartikan sebagai penyaluran dana
kepada masyarakat.10
Penyaluran dana kepada masyarakat dengan arti
menyalurkan dana tidak dengan cuma-cuma layaknya bantuan hibah.
Penyaluran dana yang harus dikembalikan lagi oleh masyarakat kepada
pengelola dengan kesepakatan bersama. Pinjam meminjam („Ariyah) menurut
istilah syari'at islam adalah akad atau perjanjian yang berupa pemberian
manfaat dari suatu benda yang halal dari seseorang kepada orang lain tanpa
adanya imbalan dengan tidak mengurangi ataupun merubah barang tersebut
dan nantinya akan dikembalikan lagi setelah diambil manfaatnya.11
Sebagaimana yang dijelaskan dalam surah al- Ma'idah/5: 2 berikut:
ن وت ثموٱلعدو ولتعاونواعليٱل وٱلتقوى عاونواعليٱلبر
9 Wawancara Pribadi dengan Arief Subrowi, Tangerang, 20 Januari 2016.
10 Kasmir,kewirausahaan, (Jakarta: Pt Rajagrafindo, 2006). h. 122.
11 H. Sulajman Rasyid, Fiqih Islam (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2014) cet ke-62. h.
322.
7
Artinya: “Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan
takwa, dan janganlah tolong menolong berbuat dosa dan permusuhan."12
Esensi yang dapat diambil dari pinjam meminjam adalah bertujuan
untuk tolong menolong di antara sesama manusia. Dalam hal pinjam
meminjam adalah tolong menolong melalui dan dengan cara meminjamkan
suatu benda yang halal untuk diambil manfaatnya. Oleh karena itu, kegiatan
simpan pinjam merupakan kegiatan yang baik dapat membantu dalam
pengentasan kemiskinan melalui bentuk peminjaman modal dan juga bernilai
ibadah di dalam agama.
Akan tetapi walaupun pelaksanaan program simpan pinjam telah
berlangsung lama sejak tahun 2007 lalu dalam pemberian modal usaha, pada
kenyataannya hingga saat ini sebagian besar masyarakat Rajeg, terutama
Rumah Tangga Miskin (RTM) masih merupakan masyarakat yang tertinggal
dibandingkan dengan kelompok masyarakat lainnya. Melihat pada kondisi
tersebut maka dirasakannya penting untuk melakukan penelitian
“Implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Pedesaan
dalam Meningkatkan Status Ekonomi Keluarga Miskin di Kecamatan
Rajeg”. Hal ini dikarenakan program simpan pinjam merupakan suatu bentuk
implementasi pemerintah dalam pemberdayaan ekonomi formal yang terus
dikembangkan dan diperuntukkan bagi rumah tangga miskin itu sendiri.
Penelitian ini penting untuk dilakukan karena selain belum banyak yang
12
Departemen Agama, “Al-Quran dan Terjemah”(Jakarta: Kementrian Agama Republik
Indonesia, 2012).
8
diteliti, hasil penelitian ini juga diharapkan dapat digunakan tambahan
informasi tentang implementasi PNPM-MP di Perdesaan.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
a. Pembatasan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis akan melakukan
penelitian yang berfokus pada Implementasi Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat Kelompok Simpan Pinjam Perempuan
Dalam Meningkatkan Status Ekonomi Keluarga Miskin di Kecamatan
Rajeg, dan penelitian ini berfokus pada bagaimana perkembangan
masyarakat sebelum dan setelah mengikuti program simpan pinjam di
PNPM-MP Kecamatan Rajeg.
b. Perumusan Masalah
Dari latar belakang masalah yang peneliti paparkan di atas,
peneliti membatasi permasalahan ke dalam perumusan masalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat Perdesaan (PNPM-MP) dalam Kelompok Simpan
Pinjam di Kecamatan Rajeg?
2. Apakah Manfaat Pelaksanaan Kelompok Simpan Pinjam dalam
meningkatkan status ekonomi keluarga miskin di Kecamatan Rajeg?
9
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian
a. Tujuan Penelitian
1. Untuk menggambarkan pelaksanaan Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan Kelompok Simpan-
Pinjam Perempuan (PNPM-MD KSPP) di Kecamatan Rajeg.
2. Untuk menjelaskan manfaat pelaksanaan Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat Pedesaan (PNPM-MP) dalam
meningkatkan status ekonomi keluarga miskin di Kecamatan
Rajeg.
b. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh bagi beberapa pihak dari
penelitian mengenai Implementasi Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat dalam Meningkatkan Status Ekonomi Keluarga Miskin di
Kecamatan Rajeg, Kabupaten Tangerang sebagai tindak lanjut dari
apa yang telah dirumuskan dalam tujuan penelitian. Adapun manfaat
penelitian tersebut yaitu:
1. Manfaat Teoritis
1) Dapat menambah pengetahuan, pengalaman dan
pemahaman terhadap permasalahan yang diteliti.
2) Untuk membentuk pola pikir yang dinamis serta untuk
mengetahui kemampuan peneliti dalam menerapkan ilmu
yang diperoleh.
10
3) Dapat digunakan sebagai karya ilmiah dalam perkembangan
ilmu pengetahuan.
2. Manfaat Praktis
1) Dapat memberikan jawaban terhadap permasalahan yang
diteliti.
2) Dapat memberi masukan bagi para pihak yang
berkepentingan dan referensi bagi penelitian berikutnya.
D. Metodologi Penelitian
1. Tempat dan Waktu Penelitian
a) Tempat Penelitian
Lokasi penelitian mengambil di Kecamatan Rajeg. Disana
peneliti melakukan penelitian untuk mendapatkan informasi dari
pengurus PNPM Mandiri Perdesaan Kecamatan Rajeg dengan
observasi terlebih dahulu, wawancara langsung dan untuk
mendapatkan data tertulis seperti dokumen dan data-data yang
mendukung penelitian, untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan
simpan pinjam PNPM Mandiri Perdesaan Kecamatan Rajeg serta
untuk mendapatkan bagaimana respon masyarakat setempat tentang
pengelolaan simpan pinjam PNPM tersebut, peneliti dalam hal ini
melakukan wawancara dengan warga dan mencatat data yang di dapat
dari pengelola PNPM tersebut.
11
Alasan penulis memilih lokasi penelitian di PNPM Mandiri
Perdesaan Kecamatan Rajeg sudah banyak memiliki pengalaman dan
prestasi yang diraih. Selain itu juga, PNPM Mandiri Perdesaan
Kecamatan Rajeg sendiri sudah berdiri selama 12 tahun, yaitu
semenjak tahun 2004 melalui progam PPK. Namun peresmiannya
menjadi PNPM Mandiri Perdesaan pada tahun 2007.
b) Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilakukan pada bulan April 2016 hingga Mei 2016.
2. Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode kualitatif.
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan penemuan-
penemuan yang tidak dapat diperoleh dengan menggunakan prosedur-
prosedur statistik atau cara-cara lain dari pengukuran. Miles dan
Hubermen sebagaimana yang dikutip oleh Lexy j Moelong, penelitian
kualitatif secara umum bisa digunakan untuk penelitian tentang kehidupan
masyarakat, sejarah, tingkah laku, aktivitas sosial, dan lain-lain. Laporan
penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran
penyajian laporan tersebut. Data tersebut mungkin berasal dari naskah
12
wawancara, catatan lapangan, foto, videotape, dokumen pribadi, catatan
atau memo dan dokumen resmi lainnya.13
Jadi, dalam hal ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif
dengan alasan karena penelitian kualitatif lebih mengena dengan subyek
yang diamati oleh penulis, di mana peneliti tidak hanya meneliti perilaku
subyek akan tetapi penulis berusaha menyelami kehidupan keseharian
subyek dalam rangka memberdayakan mereka untuk meningkatkan taraf
hidupnya dengan cara persaingan yang sehat dengan para pedagang usaha
mikro lainnya.
3. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif, yaitu data
yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata, gambar dan bukan angka.
Dengan demikian, laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan dari
pengurus PNPM dan masyarakat serta beberapa dokumen yang berkaitan
dengan simpan pinjam untuk memberikan gambaran penyajian laporan
pemberdayaan yang dilakukan oleh PNPM Mandiri Perdesaan Kecamatan
Rajeg.
Moh. Nazir berpendapat bahwa metode deskriptif adalah suatu
metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu
13
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remeja Rosda
Karya, 2007), cet-23, h.11.
13
kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa
sekarang.14
4. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi dua
macam, yaitu data primer dan sekunder.
a) Data Primer
Data primer sendiri terbagi menjadi 2 sumber data :
1) Utama, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari
subyek penelitian, yaitu data dari masyarakat di Kecamatan
Rajeg, baik yang terlibat langsung mau tidak langsung
dalam kegiatan pengelolaan simpan pinjam PNPM.
2) Pendukung, yaitu data yang diperoleh dari berbagai staf
pegawai dan pengelola simpan pinjam PNPM yang terkait
dalam pengelolaan simpan pinjam di Kecamatan Rajeg.
b) Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang peneliti peroleh baik
berupa dokumen, arsip-arsip, memo atau catatan tertulis lainnya
maupun gambar atau benda yang berkaitan dengan penelitian. Data
sekunder ini peneliti peroleh dari PNPM, media massa, jurnal,
buku dan lain-lain.
14 Andi Prastowo, Memahami Metode-metode Penelitian (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,
2011), h. 201.
14
5. Teknik Pemilihan Informan
Teknik yang digunakan untuk penentuan subjek dalam penelitian
ini adalah teknik purposive sampling (bertujuan). Purposive sampling
merupakan teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Kita
memilih orang sebagai sampel dengan memilih orang yang benar-benar
mengetahui atau memiliki kompetensi dengan topik penelitian kita.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik purposive
sampling yang memberikan keleluasaan kepada peneliti dalam menyeleksi
informan yang sesuai dengan tujuan penelitian, yang terpenting disini
bukanlah jumlah informan, melainkan potensi dari tiap kasus untuk
memberikan pemahaman teoritis yang lebih baik mengenai aspek yang
dipelajari.15
Peneliti memilih 11 (sebelas) sampel dalam penelitian ini
diantaranya 3 orang Informan pendukung yaitu 2 orang dari UPK Kepala
UPK Bapak Abdul Hasan, S.E., M.pd dan Staff Bapak Arif Subrowi, 1
orang dari Badan Kerjasama Antar Desa (BKAD) Bapak Rasim, S.H, serta
8 orang Informan utama yaitu Ibu Nadiroh ketua kelompok anggrek, Ibu
Sofa (Uni) ketua kelompok mawar, Ibu Asminah anggota kelompok
berkah, Ibu Yayat Anggota kelompok berkah, Ibu Erna Anggota kelompok
berkah, Ibu Suryati bendahara kelompok anggrek, Ibu Ajizah bendahara
kelompok anggrek dan Ibu Erna anggota kelompok berkah. Alasan peneliti
memlilih informan tersebut merupakan hasil masukan dari UPK yang
diyakini memiliki kemampuan untuk memberikan informasi kepada
15
Nanang Martono, Metode Penelitian Kualitatif Analisis Isi dan Analisis Data Sekunder
(Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h.79.
15
peneliti dalam proses pelaksaanaan dan manfaat pelaksanaan PNPM.
Informan yang di pilih peneliti telah bergabung dengan PNPM lebih dari 5
tahun, dengan waktu yang cukup lama tersebut peneliti yakin bahwa
mereka mempunyai capability dalam memberikan informasi yang akurat
kepada penelitian ini.
Berikut ini tabel informan dan objek yang terpilih dalam pengumpulan
data yang diperlukan dalam penelitian.
Tabel 1.1 Rancangan Informan
No Informan Informasi Yang Dicari Jumlah
1 Kepala dan
Staff di UPK
PNPM Rajeg
Gambaran lembaga, latar belakang lembaga,
kegiatan lembaga, faktor penghambat
program dalam PNPM Kecamatan Rajeg.
2 orang
2 Peserta
Simpan
Pinjam
Perempuan
Pelaksanaan program lembaga dan manfaat
yang dirasakan oleh peserta simpan pinjam
PNPM Kecamatan Rajeg.
8 orang
dari 4
kelompok.
3 Mitra Kerja
UPK (BKAD
dan BP-UPK)
Pelaksanaan program simpan pinjam
PNPM, dan pengawasan program simpan
pinjam PNPM Kecamatan Rajeg.
1 orang
16
6. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik wawancara
dalam pengumpulan data sebagai berikut :
a) Wawancara
Wawancara yaitu sebuah dialog yang dilakukan oleh
pewawaancara untuk memperoleh data yang dibutuhkan peneliti
dari yang diwawancarai. Sedangkan menurut W. Gulo wawancara
adalah bentuk komunikasi langsung antara peneliti dengan
responden. Komunikasi berlangsung dalam bentuk tanya-jawab
dalam hubungan tatap muka. Dengan wawancara, proses
wawancara data yang diperoleh dapat langsung diketahui
objektivitasnya karena dilaksanakan secara tatap muka.16
Dalam hal ini, peneliti menggunakan wawancara
terstruktur, yaitu wawancara yang pertanyaanya akan diajukan
telah ditetapkan oleh peneliti sendiri secara jelas dalam suatu
bentuk catatan.17
Wawancara yang dilakukan peneliti sebanyak sebelas kali
(11x) wawancara, satu kali (1x) wawancara dengan kepala UPK,
(1x) satu kali wawancara dengan pekerja UPK PNPM Kecamatan
Rajeg, dua kali (1x) wawancara dengan Badan Kerjasama Antar
Desa Kecamatan Rajeg dan delapan kali (8x) wawancara kepada
16
W. Gulo, Metodologi Penelitian (Jakarta: PT. Grasindo, 2002), h.119. 17
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori & Praktik (Malang: PT Bumi
Aksara, 2013), h. 160.
17
para peserta simpan pinjam perempuan UPK PNPM Mandiri
Perdesaan Kecamatan Rajeg. Kegiatan wawancara ini dilakukan
pada 17 April sampai dengan 25 April 2016 yang bertempat di
UPK Kecamatan Rajeg dan rumah peserta simpan pinjam
perempuan UPK PNPM Mandiri Perdesaan Kecamatan Rajeg.
Waktu yang dilakukan oleh peneliti untuk wawancara pukul 10.00.
Wib sampai dengan pukul 16.00. Wib.
b) Dokumentasi
Dokumentasi adalah setiap bahan tertulis atau film, lain
dari record yang tidak dipersiapkan karena adanya permintaan
seorang penyelidik atau peneliti. Dokumentasi sudah lama
digunakan dalam penelitian sebagai sumber data karena dalam
banyak hal dokumentasi sebagai sumber data dimanfaatkan untuk
menguji, menafsirkan, bahkan untuk meramalkan.18
7. Teknik Analisa Data
Maksud dari analisis data adalah proses pengumpulan data dan
mengurutkannya ke dalam pola dan pengelompokkan data. Nasir
mengemukakan analisis data merupakan bagian yang sangat penting dalam
metode ilmiah, karena dalam analisis data tersebut dapat diberi arti dan
makna yang berguna memecahkan masalah penelitian.19
18
Ibid,. h. 216. 19
Moh. Nasir D, Metode Penelitian (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1993), h. 405.
18
Miles dan Hubermen sebagaimana yang dikutip oleh Lexy j
Moelong ada berbagai cara untuk menganalisis data, tetapi secara garis
besarnya dengan langkah-langkah sebagai berikut:20
a) Reduksi data, yaitu dimana peneliti mencoba memilah data yang
relevan dengan proses pelaksanaan pemberdayaan yang dilakukan
oleh PNPM Mandiri Perdesaan Kecamatan Rajeg.
b) Penyajian data, setelah data mengenai proses pelaksanaan
pemberdayaan yang dilakukan oleh PNPM Mandiri Perdesaan
Kecamatan Rajeg diperoleh, maka data tersebut disusun dan
disajikan dalam bentuk narasi, visual gambar, matrik, bagan, tabel,
dan lain sebagainya.
c) Penyimpulan data, pengambilan kesimpulan dengan
menghubungkan dari tema tersebut, sehingga memudahkan untuk
menarik kesimpulan.
8. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik triangulasi
dengan cara membandingkan sumber-sumber data yang diperoleh dengan
kenyataan yang ada pada saat penelitian. Adapun Ketekunan Pengamatan,
yaitu mencari secara konsisten interpretasi dengan berbagai cara dalam
kaitan dengan proses analisis yang konstan atau tentatif. Teknik ini sengaja
20 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosda
Karya, 2000) cet ke-13, h. 103.
19
dipilih penulis karena sesuai dengan pendekatan penelitian yang
digunakan yaitu pendekatan penelitian kualitatif.
9. Teknik Penulisan
Adapun dalam penulisan skripsi ini, penulis berpedoman pada
buku “Pedoman Penulisan Karya Ilmiah”, (skripsi, tesis, disertai).
Diterbitkan oleh ceQDA (Center For Quality Development an Assurance)
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Press tahun
2007.21
E. Tinjauan Pustaka
Sebelum peneliti mengkaji tulisan ini, ada beberapa tulisan yang
membahas tentang implementasi PNPM Mandiri dalam kegiatan Simpan
Pinjam, beberapa skripsi sebagai berikut:
a. Studi Implementasi Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM-MP) di Kelurahan
Pondok Labu. Oleh Ahmad Ghozali Kesejahteran Sosial
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta (2012).
b. Pemberdayaan Masyarakat melalui Simpan Pinjam (studi kasus
Program Simpan Pinjam di BMT Khairul Ummah Leuwi,
Liang-Bogor. Oleh Lia Fitria Farhana Pengembangan
Masyarakat Islam Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta (2009).
21
Pedoman Penulisan skripsi, Tesis, dan Disertai UIN, (Jakarta, UIN Jakarta Press:2007)
20
c. Pengaruh Pinjaman Modal Kegiatan Simpan Pinjam Kelompok
Perempuan (SPP) Program PNPM Mandiri Perdesaan serta
Sikap Wirausaha Terhadap Perkembangan Usaha dan
Peningkatan Pendapatan Masyarakat Kec. Ambal Kabupaten
Kebumen. Oleh Riri Tri Fakultas Ekonomi Universitas Negeri
Yogyakarta (2014).
Penulis tidak menafikan diri bahwa dalam penulisan skripsi ini
banyak data-data yang diambil dari studi tersebut, meskipun hanya sebagai
data sekunder yang berfungsi sebagai pelengkap data primer.
Skripsi yang peneliti angkat ini merupakan komplikasi analisa dari
literatur-literatur yang ada untuk membahas tentang Implementasi
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan)
dalam Meningkatkan Status Ekonomi Keluarga Miskin di Kecamatan
Rajeg.
21
F. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan memahami dan mengetahui isi yang terkandung
dalam skripsi ini, maka diperlukan sistematika. Sistematika penulisan skripsi
ini meliputi:
I. Bab I yaitu pendahuluan, pada bab ini berisikan latar belakang
masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta
sistematika penulisan.
II. Bab II yaitu tinjauan pustaka, pada bab ini berisikan uraian dan
konsep yang berkaitan dengan masalah dan objek yang diteliti,
berisi rangkaian teori yang menunjang objek penelitian.
III. Bab III yaitu metode penelitian, pada bab ini berisikan tipe
penelitian, lokasi penelitian, teknik pengumpulan data, serta teknik
analisis data.
IV. Bab IV yaitu deskripsi lokasi penelitian, pada bab ini berisikan
sejarah singkat gambaran umum lokasi penelitian dan data-data
lain yang turut memperkaya karya ilmiah ini.
V. Bab V yaitu analisis data, pada bab ini berisikan tentang uraian
data yang diperoleh dari hasil penelitian beserta dengan
analisisnya.
VI. Bab VI yaitu penutup, pada bab ini berisikan kesimpulan dan saran
yang bermanfaat sehubungan dengan penelitian yang akan dilakukan.
22
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pemberdayaan Masyarakat
Dalam praktik pekerjaan sosial, Pembangunan sosial dan pemberdayaan
masyarakat mempunyai kedekatan makna. Pembangunan sosial dan
pengembangan masyarakat saling terkait meskipun berbeda dalam praktiknya.
Dapat dikatakan bahwa Pengembangan masyarakat merupakan bentuk dari
pekerjaan komunitas yang berusaha menyelesaikan masalah kelompok lokal
secara bersama-sama sedangkan pembangunan sosial merupakan aplikasi dari
pengembangan masyarakat di negara berkembang sebagai keseluruhan aspek
pembangunan sosial dan ekonomi.22
Pemberdayaan masyarakat memiliki keterkaitan erat dengan sustainable
development di mana pemberdayaan masyarakat merupakan suatu prasyarat
utama serta dapat di ibaratkan sebagai gerbong yang akan membawa masyarakat
menuju suatu kebijakan secara ekonomi, sosial dan ekologi yang dinamis.
Lingkungan yang strategis yang dimiliki oleh masyarakat lokal antara lain
mencakup lingkungan produksi, ekonomi, sosial dan ekologi. Melalui upaya
pemberdayaan, warga masyarakat didorong agar memiliki kemampuan untuk
22
Lisma Diawati Fuaida dan Nafsiyah Ariefuzzaman, Belajar Teori Pekerjaan Sosial
(Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011), h. 95.
23
memanfaatkan sumber daya yang dimilikinya secara optimal serta secara penuh
dalam mekanisme produksi, ekonomi, sosial dan ekologinya.23
1. Teori Pemberdayaan (Empowerment)
Teori pemberdayaan muncul dari kesulitan praktik ekonomi liberal.
Dalam praktik pekerjaan sosial, Pemberdayaan membantu individu dan
kelompok mendapatkan kekuatan dalam mengambil keputusan dan aksi
dengan cara meningkatkan kekuatan dalam mengambil keputusan dan aksi
dengan cara meningkatkan kepercayaan diri untuk menggunakan kekuasaan
serta mentransfer kekuatan dari kelompok dan individu.24
Menurut Wrihatnolo dan Riant istilah pemberdayaan diambil dari
bahasa asing, yaitu empowerment, yang juga dapat bermakna pemberian
kekuasaan karena power bukan sekedar daya, tetapi juga kekuasaan sehingga
kata daya tidak saja bermakna mampu, tetapi juga mempunyai kuasa.25
Secara konseptual, pemberdayaan atau pemberkuasan (empowerment),
berasal dari kata dari kata „power‟ (kekuasaan atau keberdayaan). Secara
harfiah bisa diartikan sebagai “pemberkuasaan”, dalam arti pemberian atau
23
Isbandi Rukminto, Pemikiran-pemikiran dalam Pembangunan Kesejahteraan Sosial,
(Jakarta: Fakultas Ekonomi UI, 2002), h. 102. 24
Lisma Diawati Fuaida dan Nafsiyah Ariefuzzaman, Belajar Teori Pekerjaan Sosial
(Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011), h. 49. 25
Wrihatnolo, dkk. Manajemen pemberdayaan, Sebuah Pangantar dan Panduan
Untuk Pembardayaan Masyarakat, (Jakarta: Gramedia, 2007), h. 1.
24
peningkatan “ kekuasaan” (power) kepada masyarakat yang lemah atau tidak
beruntung (disadvantage).26
Zastrow mendefinisikan konsep pemberdayaan (empowerment)
sebagai proses menolong individu, keluarga, kelompok dan komunitas untuk
meningkatkan kekuatan personal, interpersonal, sosial ekonomi, dan politik
dan pengaruhnya terhadap peningkatan kualitas hidupnya.27
Beberapa ahli juga mengemukakan definisi pemberdayaan dilihat dari
tujuan, proses, dan cara-cara pemberdayaan:
a. Pemberdayaan bertujuan untuk meningkatkan kekuasaan orang-
orang lemah atau tidak beruntung.28
b. Pemberdayaan adalah sebuah proses dengan mana orang menjadi
cukup kuat untuk berpartisipasi dalam, berbagi pengontrolan atas dan
mempengaruhi terhadap, kejadian-kejadian serta lembaga-lembaga
yang mempengaruhi kehidupannya. Pemberdayaan menekankan
bahwa orang memperoleh keterampilan, pengetahuan, dan kekuasaan
yang cukup untuk mempengaruhi kehidupannya dan kehidupan
orang lain yang menjadi perhatiannya.29
26
Abu Hurairah, Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat (Bandung:
Humaniora, 2008), h. 96. 27
Lisma Diawati Fuaida dan Nafsiyah Ariefuzzaman, Belajar Teori Pekerjaan Sosial
(Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011), h. 51. 28
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memerdayakan Rakyat (Bandung: Refika
Aditama, 2007), h. 58. 29
Ibid., h. 59.
25
c. Pemberdayaan menunjuk pada usaha pengalokasian kembali
kekuasaan melalui pengubahan struktur sosial.30
d. Pemberdayaan adalah suatu cara usaha pengalokasian kembali
kekuasaan diarahkan agar mampu menguasai (atau berkuasa atas)
kehidupannya (Rapport).
Menurut Ife, pemberdayaan berarti “providing people with the
resources, opportunities,knowledges, and skills to increase their capacity to
determine their own future, and to participate in and affect the life of their
community.” Pemberdayaan masyarakat berarti menyiapkan kepada
masyarakat dengan sumber daya, kesempatan, pengetahuan dan keterampilan
untuk meningkatkan kapasitas diri masyarakat di dalam menentukan masa
depan mereka, serta berpartisipasi dan mempengaruhi kehidupan dalam
komunitas masyarakat itu sendiri. Selanjutnya menurut Sumodiningrat
pemberdayaan berarti meningkatkan kemampuan atau kemandirian.31
Dengan demikian pemberdayaan dapat dilihat sebagai proses dan
tujuan. Sebagai proses, pemberdayaan ialah Self-development and
coordination di mana pemberdayaan memberikan dorongan agar subjek
mampu melakukan pengembangan diri dan melakukan koordinasi dengan
pihak lain secara lebih luas. Dan sebagai tujuan, pemberdayaan mampu
membawa ekonomi, sosial dan ekologi ke gerbang yang dinamis, lingkungan
30
Soetama, Pemberdayaan Masyarakat, (Yogyakarta: Pusataka Pelajar, Januari 2011), h.
36. 31
Gunawan Sumodiningrat, Pemberdayaan Masyarakat dan JPS. (Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama 1999), h. 134.
26
yang strategis dan masyarakat mampu untuk memanfaatkan sumber daya yang
dimilikinya.
2. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan masyarakat (community empowerment) adalah
perwujudan capita building yang bernuansa pada pemberdayaan sumber
daya manusia melalui pengembangan kelembagaan pembangunan sistem
sosial ekonomi rakyat, sarana dan prasarana, serta pengembangan 3P,
yaitu:
1. Pendampingan, yang dapat menggerakkan partisipasi total
masyarakat,
2. Penyuluhan, yang dapat merespon dan memantau ubahan-
ubahan yang terjadi di masyarakat, dan
3. Pelayanan, yang berfungsi sebagai unsur pengendali ketetapan
distribusi asset sumber daya fisik dan non fisik yang diperlukan
masyarakat.
Di dalam melakukan pemberdayaan, keterlibatan pihak yang
diberdayakan sangatlah penting sehingga tujuan dari pemberdayaan
dapat tercapai secara maksimal. Program yang mengikutsertakan
masyarakat memiliki beberapa tujuan, yaitu agar bantuan tersebut efektif
karena sesuai dengan kehendak dan mengenali kemampuan serta
kebutuhan mereka, serta meningkatkan keberdayaan (empowering) pihak
27
yang diberdayakan dengan pengalaman merancang, melaksanakan, dan
mempertanggungjawabkan upaya peningkatan diri dan ekonomi.32
Dalam pemberdayaan, diperlukan suatu perencanaan yang
didalamnya terkandung prinsip-prinsip pemberdayaan, yaitu adanya
pihak-pihak yang memberdayakan (community worker) dan pihak yang
diberdayakan (masyarakat). Antara kedua pihak harus saling mendukung
sehingga masyarakat sebagai pihak yang akan diberdayakan bukan
hanya dijadikan objek, tetapi lebih diarahkan sebagai subjek (pelaksana).
Kartasasmita menyatakan bahwa proses pemberdayaan dapat
dilakukan melalui 3 proses33
, yaitu:
1. menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi
masyarakat berkembang (enabling). Titik tolaknya adalah bahwa
setiap manusia memiliki potensi yang dapat dikembangkan.
Artinya tidak ada sumber daya manusia atau masyarakat tanpa
daya,
2. memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh masyarakat,
sehingga diperlukan langkah yang lebih positif, selain dari iklim
atau suasana,
3. memberdayakan juga mengandung arti melindungi. Dalam
proses pemberdayaan, harus dicegah yang lemah menjadi
32
Ginanjar Kartasasmita, Pemberdayaan Masyarakat: Konsep Pembangunan
Yang Berakar Pada Masyarakat. (Jakarta: Bappenas, 1996), h. 249. 33
Ginanjar Kartasasmita, Pemberdayaan Masyarakat: Konsep Pembangunan Yang
Berakar Pada Masyarakat. (Jakarta: Bappenas, 1996), h. 193.
28
bertambah lemah, oleh karena kekurangberdayaannya dalam
menghadapi yang kuat.
Menurut Shardlow34
(Adi,2001:54-55), pemberdayaan pada
intinya membahas bagaimana kelompok atau individu komunitas
berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan
untuk membentuk masa depan yang sesuai dengan keinginan mereka
sendiri. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemberdayaan
masyarakat adalah;
1. Masyarakat dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan.
2. Masyarakat dilibatkan dalam proses pembangunan.
3. Proses pelaksanaan pembangunan sudah berdasarkan hukum dan
peraturan yang berlaku.
4. Proses pembangunan terlebih dahulu disosialisasikan kepada
masyarakat.
5. Respon masyarakat terhadap kegiatan program
pembangunan tersebut sudah baik.
6. Telah melibatkan masyarakat dalam musyawarah peran
pembangunan.
7. Hasil pelaksanaan pembangunan dapat dinikmati masyarakat.
8. Pemerintah dapat mempertanggungjawabkan hasil
pemberdayaan pelaksanaan pembangunan.
34
Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi
Komunitas, (Pengantar pada Pemikiran dan Pendekatan Praktis), (Jakarta: Lembaga
Penerbit fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2001), h. 54-55.
29
9. Terlaksananya demokrasi dalam musyawarah perencanaan
pembangunan.
10. Sesuai dengan permintaan atau harapan masyarakat dengan
program pemerintah yang terlaksana.
Menurut Soegijoko, terdapat tiga pendekatan dalam
pemberdayaan masyarakat. Pertama, pendekatan yang terarah, artinya
pemberdayaan masyarakat harus terarah yakni berpihak pada orang
miskin. Kedua, pendekatan kelompok, artinya secara bersama-sama
untuk memudahkan pemecahan masalah yang dihadapi. Ketiga,
pendekatan pendampingan, artinya selama proses pembentukan dan
penyelenggaraan kelompok masyarakat miskin perlu di dampingi oleh
pendamping yang profesional sebagai fasilisator, komentator dan
dinamisator terhadap kelompok untuk mempercepat tercapainya
kemandirian.35
3. Tujuan Pemberdayaan
Pemberdayaan menunjuk pada kemampuan orang, khususnya
kelompok lemah dan rentan sehingga mereka memilki kekuatan atau
kemampuan dalam (a) memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga mereka
memiliki kebebasan (freedom), dalam arti bukan saja bebas mengemukakan
pendapat, melainkan bebas dari kelaparan, bebas dari kebodohan, dan bebas
35
Soegijoko dan Kusbiantoro. Bunga Rampai Perencanaan Pembangunan di Indonesia.
(Jakarta: Grasindo, 1997), h. 179.
30
dari kesakitan; (b) menjangkau sumber-sumber produktif yang memungkinkan
mereka dapat meningkatkan pendapatannya dan memperoleh barang-barang
dan jasa-jasa yang mereka perlukan; dan (c) berpartisipasi dalam proses
pembangunan dan keputusan-keputusan yang mempengaruhi mereka.36
Dalam hal ini Kartasasmita mengemukakan bahwa upaya
memberdayakan masyarakat harus dilakukan melalui tiga cara yaitu:
a. Menciptakan suasana iklim yang memungkinkan potensi
masyarakat berkembang, kondisi ini didasarkan pada asumsi
bahwa setiap individu dan masyarakat memiliki potensi yang dapat
dikembangkan. Hakikat dari kemandirian dan keberdayaan rakyat
adalah keyakinan bahwa rakyat memiliki potensi untuk
mengorganisasi dirinya sendiri dan potensi kemandirian tiap
individu perlu di berdayakan.
b. Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh rakyat dengan
menerapkan langkah-langkah nyata, menampung berbagai
masukan, menyediakan prasarana dan fasilitas yang dapat diakses
oleh lapisan masyarakat paling bawah.
c. Memberdayakan rakyat dalam arti melindungi dan membela
kepentingan masyarakat lemah. Dalam proses pemberdayaan harus
dicegah jangan sampai yang bertambah lemah atau makin
terpinggirkan dalam menghadapi yang kuat. Oleh karena itu,
36
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat (Bandung: Refika
Aditama, 2008), h. 58.
31
perlindungan dan pemihakan kepada yang lemah amat mendasar
sifatnya dalam konsep pemberdayaan rakyat, melindungi dan
membela harus dilihat sebagai upaya untuk mencegah terjadinya
persaingan yang tidak berimbang dan eksploitasi atas yang
lemah.37
Dari penjelasan di atas, peneliti memahami bahwa tujuan
pemberdayaan dapat dilihat dari segi ekonomi, sosial dan hukum. Karena
dalam tujuan pemberdayaan masyarakat dapat memenuhi kebutuhan dasarnya
basic needs (sandang, pangan dan papan), dapat memperoleh pelayanan sosial,
kesehatan dan pendidikan serta mampu berpartisipasi dalam proses
pembangunan dan keputusan-keputusan yang dapat mempengaruhi
masyarakat. Dan upaya dalam memberdayakan masyarakat dapat dilakukan
melalui empat dasar pendekatan, yaitu komunikasi, informasi, edukasi dan
advokasi. Melalui keempat dasar ini pemberdayaan dapat dijalankan dengan
baik.
4. Indikator Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan mencakup tiga indikator yang meliputi kompetensi
kerakyatan, kemampuan sosiopolitik, dan kompetensi partisipatif sebagai
berikut:38
a. Indikator Kompetensi Kerakyatan
37
Ken blanched, Pemberdayaan Bukan Perubahan Sekejap Ed 2 (Yogyakarta, Amara
Books 2002) cet ke 1 h. 151. 38
Miftakhul Yakin, Azfandi. “Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan di
Kabupaten Brambang” Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Program Magister Ilmu Administrasi
Universitas Brawijaya, Vol, 4. No.2 (April 2016). h. 367.
32
Indikator kompetensi kerakyatan dipengaruhi oleh
pemberdayaan yang berbasis sosial ekonomi kerakyatan kemudian
difokuskan pada upaya menciptakan akses bagi setiap rumah tangga
dalam proses produksi seperti akses informasi, pengetahuan, dan
ketrampilan, akses untuk berpartisipasi dalam organisasi sosial dan
akses kepada sumber-sumber keuangan.
b. Indikator kemampuan sosiopolitik
Pemberdayaan sosiopolitik difokuskan pada upaya
menciptakan akses bagi setiap rumah tangga ke dalam proses
pengambilan keputusan publik yang mempengaruhi masa depannya.
c. Kompetensi partisipatif
Pendekatan pembangunan dilakukan melalui pembangunan
dengan sistem partisipatif. Artinya, hasil pembangunan bukan lagi
bersifat given dan charity, tapi lebih menggunakan model
pemberdayaan masyarakat. Masyarakat diperlakukan sebagai
subyek/pelaku pembangunan yang berperan aktif dalam upaya
menentukan bentuk program yang akan dilangsungkan. Atau dengan
kata lain pembangunan partisipatif adalah (1) pembangunan yang
memposisikan masyarakat sebagai subyek atas program pembangunan
yang diperuntukkan bagi kepentingan mereka sendiri; (2) Pelibatan
masyarakat mulai dari tahap perencanaan-pelaksanaan-monitoring-
33
evaluasi; dan (3) Pengerahan massa (baca: mobilisasi) diperlukan jika
program berupa padat karya.39
Untuk mencapai indikator keberdayaan tersebut diperlukan peran
pendamping bagi masyarakat miskin yang ingin di berdayakan tersebut, oleh
karenanya pekerjaan sebagai pendamping bukan merupakan suatu tugas yang
mudah. Pendampingan adalah suatu keahlian dapat dianggap sebagai suatu
misi.
Andres (1998) mengajukan tiga syarat sebagai suatu pendamping
(fasilitator) pada pekerjaan pembangunan masyarakat desa, yaitu:
Pertama, pendamping harus memiliki kompetensi dan kapasitas
kognitif serta pengetahuan yang dalam dan luas di bidangnya; kedua,
pendamping memiliki komitmen profesional, motivasi serta
kematangan seperti yang ditujukan dalam pekerjaan-pekerjaan yang
dilakukan sebelumnya; dan ketiga, pendamping memiliki kemauan
yang sangat kuat untuk membagi apa yang dianggapnya baik bagi
sesamanya.40
Selain itu juga ada beberapa tugas sebagai pendamping yang berpusat
pada empat tugas, yakni: (1.) pemungkinan (enabling) atau fasilitasi, fungsi
ini berkaitan dengan pemberian motivasi dan kesempatan bagi masyarakat.
Beberapa tugas dalam fungsi ini melakukan mediasi, negosiasi, membangun
konsensus bersama, serta melakukan manajemen sumber. (2.) penguatan
(empowering) fungsi ini berkaitan dengan pendidikan dan pelatihan guna
memperkuat kapasitas masyarakat (capacity Building), pendamping berperan
aktif sebagai agen yang memberi masukan positif dan direktif serta bertukar
39
Ibid,. h. 367. 40
Ghozali, “ implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri
Perkotaan dalam Pengentasan kemiskinan di Pondok Labu,” (Skripsi S1 Fakultas Dakwah dan
Ilmu komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2012), h. 31.
34
gagasan. (3.) perlindungan (protecting), berkaitan dengan interaksi antara
pendamping dengan lembaga-lembaga eksternal atas nama dan demi
kepentingan masyarakat dampingannya. (4.) pendukungan (supporting),
pendamping melakukan tugas dengan melakukan analisis sosial, mengelola
dinamika kelompok, menjalin relasi, bernegosiasi, berkomunikasi dan
mencari serta mengatur sumber dana.41
5. Tahap-tahap Pemberdayaan
Tahap-tahap pemberdayaan dalam praktik pekerjaan social memiliki
beberapa tahapan pemberdayaan masyarakat, sebagaimana yang
dikembangkan oleh Isbandi Rukminto, terdiri dari 7 tahapan, yakni tahap
pesiapan, tahap pengkajian (Assessment),tahap perencanaan alternatif program
atau kegiatan (designing), tahap pemformulasian rencana aksi, tahap
pelaksanaan program (implementasi), tahap monitoring evaluasi (monev) dan
tahap terminasi.
Tahapan tersebut bukanlah sebuah tahapan yang kaku dan hirarkis
antara satu tahap lainnya, melainkan tahapan yang fleksibel, sesuai dengan
panah yang ada disebelah kiri, yang menunjukan apabila satu tahapan telah
terlewati, masih membuka kemungkinan untuk kembali ke tahapan
sebelumnya, penjelasan tentang tahapan tersebut akan diuraikan sebagai
berikut :42
41
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat (Bandung: Refika
Aditama, 2008), h. 95-97. 42
Isbandi Rukminto Adi, Kesejahteraan Sosial (Pekerjaan Sosial, Pembangunan Sosial
dan Kajian Pembangunan) (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013), h. 206.
35
Pertama: Tahap persiapan. Tahapan persiapan terdiri dari dua
hal, yakni:
a) Persiapan petugas (dalam hal ini tenaga community worker)
merupakan prasyarakat suksesnya suatu pemberdayaan masyarakat
dengan pendekatan Non-Directif. Penyiapan petugas ini diperlukan
untuk menyamakan persepsi mengenai konsep yang akan
dilaksanakan dalam program pemberdayaan masyarakat. Hal ini
dilakukan untuk menjaga kesamaan pandangan diantara tenaga
pengubah (change agent), terutama apabila tim pengubah berasal
dari latar belakang disiplin ilmu yang berbeda. Misalnya saja, ada
petugas ada petugas yang berlatar belakang sarjana Agama, sarjana
Ilmu Kesejahteraan Sosial, sarjana Pendidikan dan sarjana Sastra.
Sehingga perlu dilakukan pelatihan awal untuk menyamakan
persepsi mengenai program pemberdayaan masyarakat yang akan
dikerjakan di daerah tersebut, serta bagaimana teknik-teknik yang
akan dilakukan dalam melakukan perubahan di masyarakat.
b) Sedangkan pada tahap persiapan lapangan, petugas (community
worker) akan melakukan penyiapan lapangan. Pada awalnya
dilakukan melalui studi kelayakan terhadap daerah yang akan
dijadikan sasaran, baik dilakukan secara informal maupun formal.
Bila sudah ditemukan daerah yang ingin dikembangkan,
community worker harus mencoba menerobos jalur formal untuk
mendapatkan dari pihak yang terkait. Tetapi di samping itu,
36
community worker juga tetap harus menjalin kontak dengan tokoh-
tokoh informal (informal leader) agar hubungan dengan
masyarakat dapat terjalin dengan baik. Pada tahap inilah terjadi
kontak dan kontrak awal dengan kelompok sasaran. Komunikasi
yang baik pada tahap awal biasanya akan mempengaruhi
keterlibatan warga pada fase berikutnya. Fase ini juga dikenal
sebagai fase engagement dalam suatu proses pemberdayaan
masyarakat.43
Kedua: Tahap Assessment, yakni tahap pengkajian yang
dilakukan untuk mengidentifikasi masalah yang dirasakan kelompok
sasaran sehingga menemukan apa kebutuhan yang mereka rasakan (felt
needs) dan juga apa sumber daya yang mereka miliki. Dalam proses
Assessment ini masyarakat sudah dilibatkan secara aktif agar mereka
dapat merasakan bahwa permasalahan permasalahan yang sedang
dibicarakan benar-benar permasalahan yang keluar dari pandangan
mereka sendiri. Di samping itu, pada tahap ini pelaku perubahan juga
memfasilitasi warga untuk menyusun prioritas dari permasalahan yang
akan ditindaklanjuti pada tahap berikutnya, yaitu tahap perencanaan.
Assessment yang dilakukan pada suatu komunitas dapat
dilakukan secara individual (individual assessment) melalui tokoh-
tokoh masyarakat ataupun anggota masyarakat tertentu. Tetapi dapat
juga dilakukan secara berkelompok (group assessment). Pada tahap
43
Ibid., h. 206.
37
ini, petugas sebagai pelaku perubahan berusaha mengidentifikasi
masalah (kebutuhan yang dirasakan) dan juga sumber daya yang
dimiliki klien.
Ketiga: Tahap perencanaan alternatif program. Pada tahap
ini change agent secara partisipatif melibatkan warga untuk
merumuskan masalah yang mereka hadapi serta solusi yang sebaiknya
dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut. Penyusunan alternatif
program yang tepat, dengan mempertimbangkan sumber daya yang
ada, dapat dipikirkan sebagai solusi dari masalah yang dihadapi.44
Program dan kegiatan yang akan mereka kembangkan tentunya
harus disesuaikan dengan tujuan pemberian bantuan sehingga tidak
muncul program-program yang bersifat incidental (one shot
programme) ataupun charity (amal) yang kurang dapat dilihat
manfaatnya dalam jangka panjang. Dalam proses ini petugas bertindak
sebagai fasilitator yang membantu masyarakat berdiskusi dan
memikirkan program dan kegiatan apa saja yang tepat dilaksanakan
pada saat itu. Misalnya saja, dalam program kesehatan, kegiatan-
kegiatan apa saja yang dapat mereka lakukan, begitu pula dalam kaitan
dengan program pendidikan, kira-kira kegiatan apa saja yang dapat
mereka lakukan dengan mempertimbangkan beberapa sumber daya
yang ada.
44
Ibid., h. 206.
38
Keempat: Tahap pemformulasian rencana aksi. Yakni tahap
menuangkan gagasan yang telah dirumuskan dalam tahap perencanaan
alternatif program ke dalam pernyataan kegiatan (proposal) secara
tertulis. Peran change agent dalam tahap ini adalah membantu sasaran
menuliskan rumusan program mereka dalam format yang layak untuk
diajukan kepada penyandang dana. Dalam tahap pemformulasian
rencana aksi ini, diharapkan community worker dan masyarakat sudah
dapat membayangkan dan menuliskan tujuan jangka pendek apa yang
akan mereka capai dan bagaimana cara mencapai tujuan tersebut.45
Kelima: Tahap pelaksanaan (implementasi) program. Tahap
pelaksanaan ini merupakan salah satu tahap yang paling krusial
(penting) dalam proses pengembangan masyarakat, keberhasilan dari
tahap ini tergantung dari kerja sama yang baik antara change agent
dengan warga masyarakat serta tokoh masyarakat setempat. Adanya
konflik diantara tiga komponen ini akan sangat mengganggu tahap
pelaksanaan program atau kegiatan pemberdayaan masyarakat.
Dalam upaya melaksanakan program pengembangan
masyarakat, peran masyarakat sebagai kader diharapkan dapat menjaga
keberlangsungan program yang telah dikembangkan. Kader ini
biasanya dipilih dari ibu-ibu rumah tangga ataupun pemudi yang masih
memiliki waktu luang dan mau melibatkan diri dalam kegiatan
tersebut.
45
Ibid., h. 206.
39
Keenam: Tahap Monitoring dan evaluasi. Monitoring adalah
proses pengumpulan informasi mengenai apa yang sebenarnya terjadi
selama proses implementasi atau penerapan program dengan cara
memantau program yang sedang berjalan. 46
Sedangkan Evaluasi
adalah perbandingan dari actual project dengan perencanaan strategi
yang telah disepakati.47
Evaluasi dikenal sebagai proses pengawasan
dari warga dan petugas terhadap program yang sedang berjalan pada
pengembangan masyarakat sebaiknya dilakukan dengan melibatkan
warga. Karena dengan keterlibatan warga pada tahap ini diharapkan
akan terbentuk suatu sistem dalam komunitas untuk melakukan
pengawasan secara internal. Sehingga dalam jangka panjang
diharapkan akan dapat membentuk suatu sistem dalam masyarakat
yang lebih „mandiri‟ dengan memanfaatkan sumber daya yang ada.
Akan tetapi, kadang kala dari hasil pemantauan dan evaluasi ternyata
hasil yang dicapai tidak sesuai dengan yang diharapkan. Bila hal ini
terjadi maka evaluasi proses diharapkan akan dapat memberikan
umpan baik yang berguna bagi perbaikan suatu program ataupun
kegiatan. Sehingga apabila diperlukan dapat dilakukan kembali
assessment terhadap permasalahan yang dirasakan masyarakat ataupun
terhadap sumber daya yang tersedia. Karena pelaku perubahan juga
menyadari bahwa tolak ukur suatu masyarakat juga dapat berkembang
46
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, h. 119. 47
Ikosnomos, “Panduan Perencanaan, Monitoring, Evaluasi PNPM peduli,” artikel
diakses pada 6 Juni 2016 dari https://monitoringevaluation.wordpress.com/2011/09/30/panduan-
perencanaan-monitoring-dan-evaluasi/.
40
sesuai dengan pemenuhan kebutuhan yang sudah terjadi. Evaluasi itu
sendiri dapat dilakukan pada input, proses dan hasil.48
Ketujuh: Tahap terminasi, yakni tahap “pemutusan” atau
pemberhentian program. Idealnya tahap ini dilakukan apabila
masyarakat atau komunitas sasaran benar-benar sudah “berdaya”.
Pemutusan hubungan dengan komunitas sasaran ini sebaiknya
dilakukan secara pelan-pelan, bertahap, tidak secara langsung
ditinggalkan begitu saja oleh change agent, sehingga dapat dipastikan
ketika agen perubah keluar dari komunitas tersebut, keadaan sudah
jauh berubah dan komunitas sasaran sudah kreatif mandiri. Meskipun
demikian, tidak jarang community worker tetap melakukan kontak
meskipun tidak secara rutin.49
6. Strategi dan intervensi Pemberdayaan
Pengembangan masyarakat lokal menurut Rothman (sebagaimana
diulas oleh Suharto, 2005:42) adalah pengembangan masyarakat yang
ditujukan untuk menciptakan kemajuan sosial dan ekonomi bagi masyarakat
melalui partisipasi aktif dan inisiatif anggota masyarakat itu sendiri. Anggota
masyarakat dipandang bukan sebagai masyarakat yang unik dan memiliki
48
Isbandi Rukminto Adi, Kesejahteraan Sosial (Pekerjaan Sosial, Pembangunan Sosial
dan Kajian Pembangunan) (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013), h. 206. 49
Isbandi Rukminto Adi, Kesejahteraan Sosial (Pekerjaan Sosial, Pembangunan Sosial
dan Kajian Pembangunan) (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013), h. 206.
41
potensi, hanya saja potensi tersebut belum sepenuhnya dikembangkan.50
Strategi pada dasarnya memiliki tiga arah yaitu:51
a. Pemihakan dan pemberdayaan masyarakat
b. Pemantapan otonomi dan pendelegasian wewenang dalam
pengelolaan pembangunan di daerah yang mengembangkan peran serta
masyarakat
c. Modernisasi melalui penajaman dan pemantapan arah perubahan
struktur sosial ekonomi dan budaya yang bersumber pada peran
masyarakat lokal.
Dalam beberapa situasi strategi pemberdayaan dapat saja dilakukan
secara individual. Meskipun pada gilirannya strategi ini pun tetap berkaitan
dengan kolektivitas, dalam arti mengkaitkan klien dengan sumber atau sistem
di luar dirinya. Dalam konteks pekerja sosial pemberdayaan dapat dilakukan
melalui:
a. Intervensi Mikro, yaitu pemberdayaan yang dilakukan secara
individu melalui bimbingan, konseling, stress Management, crisiss
intervention,. Tujuan utamanya adalah membimbing atau melatih
klien dalam menjalankan tugas-tugas kehidupannya. Model ini
50
Asep Usman Ismail, (Ed) Dan Ismet Firdaus, Dkk, Pengalaman Al-Qur’an “Tentang
Pemberdayaan Dhua’fa (Jakarta: Uin Syarif Hidayatullah Jakarta, Dakwah Press, 2008) Cet. 1, h.
73. 51
Sumodiningrat Gunawan, Pemberdayaan Masyarakat & Jaring Pengaman Sosial
(Jakarta: Pt Gramedia Pustaka Utama, 1999), h. 30.
42
sering disebut sebagai pendekatan yang berpusat pada tugas (task
centered approach).
b. Intervensi Mezzo, yaitu pemberdayaan yang dilakukan terhadap
sekelompok klien. Pemberdayaan dilakukan dengan menggunakan
kelompok sebagai media intervensi. Pendidikan dan pelatihan,
dinamika kelompok biasanya digunakan sebagai strategi dalam
kesadaran, pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap klien agar
memiliki kemampuan memecahkan permasalahan yang dihadapinya.
c. Intervensi Makro, pendekatan ini disebut sebagai sebagian strategi
sistem besar (large-system strategi) karena sasaran perubahan
diarahkan pada sistem lingkungan yang luas. Perumusan kebijakan,
perencanaan sosial, kampanye, lobying, pengorganisasian
masyarakat, manajemen konflik, adalah strategi dalam pendekatan
ini. Strategi sistem besar memandang klien sebagai orang yang
memiliki kompetensi untuk memahami situasi-situasi mereka sendiri,
dan untuk memilih serta menemukan strategi yang tepat untuk
bertindak.52
Intervensi makro mencakup berbagai metode profesional yang
digunakan untuk mengubah sistem sasaran yang lebih besar dari individu,
kelompok dan keluarga. Yaitu organisasi, komunitas baik setingkat lokal,
regional maupun nasional.53
52
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, h. 66. 53
Adi Rukminta Isbandi, Pemberdayaan Pengembangan Masyarakat Dan Intervensi
Komunitas (Jakarta: FEUI Press, 2003), h. 57.
43
B. Feminisme dan Gender
1. Teori Feminisme
Teori feminisime adalah sebuah generalisasi dari berbagai sistem
gagasan mengenai kehidupan sosial dan pengalaman manusia yang
dikembangkan dari persfektif yang terpusat pada wanita. Feminisme lahir
untuk menunjukan bagaimana penilaian tentang suatu kondisi sosial dimana
perempuan menempuh kehidupan mereka membuka kesempatan untuk
merekonstruksi dunia mereka dan menawarkan prospek kebebasan di masa
depan. Teori feminisme dalam teori sosiologi digolongkan menjadi 3
golongan. Pertama, feminisme liberal, kedua, feminisme Marxis, dan ketiga,
feminisme radikal.54
Pertama, Feminisme liberal memandang prasangka gender sebagai
persoalan ketidak-acuhan. Oleh sebab itu, sikap tidak acuh itu dapat
dihilangkan dengan memberlakukan undang-undang anti diskriminasi
terhadap individu-individu yang terkait dengan mempromosikan sikap-sikap
anti seksis.
Kedua, feminisme Marxis menjelaskan bahwa subordinasi perempuan
melayani kebutuhan akan kapitalisme. Dalam hubungan ekonomi dan
karakteristik gagasan dari mode kapitalisme produksi yang seharusnya
mencari struktur ketidaksetaraan yang secara tidak adil menghambat
54
Lisma Diawati Fuaida dan Nafsiyah Ariefuzzaman, Belajar Teori Pekerjaan Sosial
(Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011), h. 115.
44
kehidupan perempuan, kebalikan dari kehidupan laki-laki yang serba
menikmati keuntungan dan kelebihan.
Ketiga, feminisme radikal menjelaskan bahwa kunci untuk memahami
fenomena universal struktur sosial dan hubungan patriark adalah universal dan
unsur yang mendasar. Dalam faham ini berpendapat bahwa fenomena
universal pada akar patriark bukanlah menjadi ibu biologis, melainkan
institusi sosial keluarga yang berbasis perkawinan tipe tertentu.
Menurut Lengerman dan Brantley (2003) teori feminis bertolak dari
pertanyaan sederhana: “Dan bagaimana dengan perempuan?” Dengan kata
lain dimana wanita berada di dalam setiap situasi yang diteliti? Bila wanita tak
berperan, mengapa? Bila mereka berperan apa yang sebenarnya yang mereka
lakukan?.55
2. Gender
Gender bukanlah kodrat ataupun ketentuan Tuhan. Oleh karena itu
gender berkaitan dengan proses keyakinan bagaimana seharusnya laki-
laki dan perempuan berperan atau bertindak sesuai dengan tata nilai yang
terstruktur, ketentuan sosial dan budaya di tempat mereka berada. Dengan
demikian, gender dapat dikatakan pembedaan peran, fungsi, tanggung jawab
antara perempuan dan laki-laki yang dibentuk/dikonstruksikan oleh sosial
budaya dan dapat berubah sesuai perkembangan zaman.
55
Ibid,. h. 116.
45
Kekuatan kategori gender dalam masyarakat telah membuat kita hidup
dalam cara-cara yang telah tergenderkan. Selain itu, mustahil pula bagi kita
untuk tidak memunculkan perilaku-perilaku yang tergenderkan saat
berinteraksi dengan orang lain. Jadi, dapat disimpulkan bila pelestarian
kategori gender sangat bergantung pada kuatnya penanaman diperilaku
keseharian. Laki-laki atau perempuan keduanya tidak akan pernah bisa
menjadi kategori sosial yang penting tanpa menampilkan perilaku gender
(mengenderkan atau digenderkan) secara proporsional.56
Hubungan perempuan dan laki-laki di Indonesia, masih didominasi
oleh ideology gender yang membuahkan budaya patriarkhi. Budaya
ini, tidak mengakomodasikan kesetaraan, keseimbangan, sehingga
perempuan menjadi tidak penting untuk diperhitungkan.57
.
Selain itu didalam pelaksanaan Menurut Bernard,58
perempuan
membatasi kebebasan semata-mata kepada urusan keluarga dan urusan rumah
tangga lambat-laun akan menghambat pertumbuhan mentalnya dan akibatnya
adalah kemampuan rasional yang berlahan-lahan akan mengalami
kemunduran. Pada hal pekerjaan rumah tangga bertentangan dengan
kemungkinan terwujudnya manusia secara utuh dalam kegiatan-kegiatan
sosial.
56
Sugihastuti Itsna, Gender dan Inferioritas Perempuan.(Yogyakarta: PustakaPelajar,
2007), h. 75-76. 57
Nunuk Murniati, Getar Gender, (Magelang: Yayasan Indonesia Tera, 2004), h. 75. 58
Sugihastuti Itsna, Gender dan Inferioritas Perempuan. (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2007), h. 313-314.
46
C. Metode Pemberdayaan PNPM Mandiri Perdesaan dalam Kegiatan
Simpan Pinjam Perempuan
Metode pemberdayaan yang dilakukan oleh PNPM dalam program
simpan pinjam dapat dilihat melalui mekanisme pengelolaan kegiatan.59
Mekanisme tetap mengacu pada alur kegiatan PNPM-MP dalam tahapan
sebagai berikut:
1) Musyawarah Antar Desa (MAD) Sosialisasi
Dalam MAD Sosialisasi dilakukan sosialisasi Ketentuan dan
Persyaratan untuk kegiatan SPP, sehingga pelaku-pelaku tingkat desa
memahami adanya kegiatan SPP dan dapat memanfaatkannya.60
2) Musyawarah Desa (Musdes) Sosialisasi
Musdes Sosialisasi dilakukan sosialisasi Ketentuan dan Persyaratan
untuk kegiatan SPP ditingkat desa sehingga pelaku-pelaku tingkat desa
memahami adanya kegiatan SPP serta melakukan proses lanjutan.
59
Departemen Dalam Negeri dan Ditjen Pemberdayaan Masyarakat Daerah (DEPDAGRI
PMD) Petunjuk Teknis Operasional Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri
Perdesaan,(Jakarta: DEPDAGRI PMD, 2008), h. 17. 60
Ibid., h. 19.
47
3) Musyawarah Dusun
Proses identifikasi kelompok melalui musyawarah di dusun dengan
proses sebagai berikut:
a. Identifikasi kelompok sesuai dengan ketentuan tersebut di atas
termasuk kondisi anggota.
b. Kader melakukan identifikasi perkembangan kelompok SPP
kemudian melakukan kategorisasi kelompok yang terdiri dari
Kelompok Pemula, Kelompok Berkembang dan Kelompok Siap.
Proses kategoriasi kelompok mengacu pada ketentuan kategori
perkembangan kelompok.
c. Menyiapkan daftar pemanfaat setiap kelompok beserta jumlah
kebutuhan.
d. Hasil musyawarah dusun dituangkan dalam berita acara dilampiri:
Daftar kelompok yang diidentifikasi, kelompok SPP dengan daftar
pemanfaat yang diusulkan, peta sosial dan peta RTM, serta rekap
kebutuhan pemanfaat.
4) Musyawarah Desa dan Musyawarah Khusus Perempuan (MKP) Hasil
tahapan seleksi di tingkat desa adalah:
a) Penentuan usulan desa adalah proses penentuan keputusan usulan
desa yang akan dikompetisikan di tingkat kecamatan.
b) Penulisan usulan kelompok adalah tahapan yang menghasilkan
proposal kelompok yang akan dikompetisikan di tingkat
kecamatan.
48
c) Dalam penulisan usulan SPP paling tidak harus memuat hal sekilas
kondisi kelompok SPP.
d) Gambaran usaha dan rencana yang menjelaskan:
• Kondisi Anggota
• Kondisi Permodalan
• Kualitas Pinjaman
• Kondisi Operasional
e) Rencana usaha dalam satu tahun yang akan datang.
f) Perhitungan rencana kebutuhan dana
g) Daftar calon pemanfaat untuk dana yang diusulkan dilengkapi
dengan peta sosial dan peta RTM.61
5) Verifikasi
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam proses verifikasi kegiatan SPP
adalah:62
1. Penetapan Formulir Verifikasi
Penetapan formulir verifikasi merupakan proses
penyesuaian dengan contoh format formulir yang telah tersedia.
Contoh format formulir masih harus disesuaikan dengan kondisi
lokal namun tidak mengurangi prinsip dasar penilaian dengan
model CAMEL (Capital, Assets, Management, Earning and
Liquidity) yaitu penilaian tentang permodalan, kualitas pinjaman,
manajemen, pendapatan, dan likuiditas.
61
Ibid., h. 24. 62
Ibid., h. 25.
49
2. Proses Pelaksanaan Verifikasi
Verifikasi kelompok SPP mencakup beberapa hal sebagai berikut:
• Pengalaman Kegiatan
• Persyaratan Kelompok
3. Kondisi Kegiatan Simpan Pinjam, dengan penilaian yaitu:
Permodalan, Kualitas Pinjaman, Administrasi dan Pengelolaan,
Pendapatan, Likuiditas atau pendanaan jangka pendek,
Penilaian khusus rencana kegiatan, Penilaian calon pemanfaat
apakah sesuai dengan hasil pemetaan RTM dan kategorisasi
tingkat perkembangan kelompok.
6) Musyawarah Antar Desa (MAD) Prioritas Usulan
Tahapan ini merupakan tahapan evaluasi akhir dengan model
kompetisi dengan mempertimbangkan hasil verifikasi. Prioritas
penilaian ditekankan pada kelompok yang lebih mengutamakan calon
pemanfaat kategori RTM. Dalam tahapan ini menilai usulan-usulan
kelompok yang tergabung dalam paket usulan desa. Penilaian
dilakukan dengan basis usulan kelompok sehingga jika ada kelompok
yang tidak layak maka tidak secara otomatis menggugurkan paket
usulan desa tersebut, kelompok yang dianggap layak tetap
mendapatkan pendanaan.63
63
Ibid., h. 27.
50
Perankingan dilakukan pada seluruh kelompok SPP tanpa
memperhatikan asal desanya, sehingga ranking prioritas yang
diperoleh merupakan ranking kelompok bukan ranking paket usulan
desa atau desa. Hasil perankingan SPP sudah dapat menunjukkan
kebutuhan pendanaan BLM untuk kegiatan SPP sehingga sudah dapat
ditentukan kelompok-kelompok layak yang akan didanai dari BLM.
Untuk kelompok yang layak dan akan didanai BLM tahap selanjutnya
adalah melakukan penyempurnaan dokumen usulan misalnya: KTP,
Perjanjian Pinjaman, dan sebagainya.
7) Musyawarah Antar Desa (MAD) Penetapan Usulan
Pada tahapan ini keputusan pendanaan mencakup Penentuan
pendanaan usulan dengan menentukan kelompok kelompok yang telah
memenuhi syarat perankingan dapat didanai dengan dana BLM
PNPM. Dalam MAD penetapan usulan ini dimungkinkan adanya
mundurnya kelompok yang akan didanai sesuai dengan MAD Prioritas
Usulan sehingga ranking selanjutnya yang akan menerima, jika terjadi
tidak sama jumlah kebutuhan pada kelomok terakhir maka agar
diputuskan melalui musyawarah. Bagi kecamatan yang telah
mengelola dana bergulir PNPM-MP maka pada MAD ini dapat juga
dilakukan proses MAD perguliran. 64
64
Ibid., h. 27.
51
BAB III
GAMBARAN UMUM LEMBAGA
A. Sejarah PNPM Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) Kecamatan Rajeg
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan
merupakan program pemerintah di era presiden Susilo Bambang Yudhoyono
(SBY) melalui Ditjen Pengembangan Masyarakat Daerah dan Departemen Dalam
Negeri. Awal mula PNPM Mandiri Perdesaan berdiri melalui Program
Pengembangan Kecamatan (PPK) pada tahun 2004. Program PPK dengan Tujuan
Pokok mempercepat penanggulangan kemiskinan ini menitik beratkan pada usaha
meningkatkan kemandirian masyarakat sehingga tujuan pokoknya dapat tercapai
jika kapasitas masyarakat meningkat melalui pelatihan serta penyediaan sarana
pendidikan, kesehatan, infrastruktur, pinjaman bergulir (SPP dan EUP) serta
beasiswa untuk siswa anggota Rumah Tangga miskin. Hal tersebut disampaikan
oleh Pak Rasim sebagai berikut:
52
“PNPM Kecamatan Rajeg ialah program pemerintah yang
terbentuk pada pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono pada
tahun 2004 melalui program PPK dengan tujuan utamanya
mengatasi kemiskinan di Indonesia. Program PPK punya beberapa
program diantaranya program sarana pendidikan, kesehatan,
sarana dan prasarana dan pinjaman bergulir.”65
Setelah berjalan satu tahun, pada tahun 2005 PPK mengalami perubahan
dengan berganti nama menjadi Unit Pengelola Kegiatan (UPK) dengan tujuan
pokok yang sama. Penyempurnaan program PPK terus dilakukan oleh
Pemerintah. Pada 1 September 2006 Program Pengembangan Kecamatan (PPK)
di rubah menjadi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat, dan terakhir pada
tanggal 30 April 2007 disempurnakan menjadi Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat Mandiri (PNPM Mandiri) yang mengadopsi mekanisme dan skema
program PPK. Sesuai pernyataan Pak Rasim sebagai berikut:
“Setelah berjalan kira-kira setahun, tahun 2005 PPK mengalami
perubahan yakni nama PPK berubah jadi UPK. Kemudian pada 1
September 2006, PPK berubah lagi namanya jadi PNPM
kemudian disahkan 30 April 2007 jadi PNPM Mandiri
Perdesaan.”66
Pada akhir program PNPM-PPK berdasarkan surat Ditjen Pengembangan
Masyarakat Desa dan Departemen dalam negeri tentang Pelestarian Asset PPK,
pada tahun 2008 PNPM Kecamatan Rajeg menginisiasi terbentuknya Badan Kerja
sama Antar Desa (BKAD) dengan misi utama melestarikan asset PPK. BKAD
adalah lembaga yang dibentuk untuk mengelola kegiatan-kegiatan dalam usaha
melestarikan asset Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM). Sampai
65
Wawancara Pribadi dengan Rasim AR, Tangerang, 17 April 2016. 66
Wawancara Pribadi dengan Rasim AR, Tangerang, 16 April 2016.
53
saat ini PNPM Mandiri Perdesaan Kecamatan Rajeg berjalan dengan bantuan
BKAD dalam pelestarian assetnya. Sesuai dengan pernyataan Pak Rasim sebagai
berikut:
“Pada tahun 2008, PNPM Mandiri Perdesaan Kecamatan Rajeg
mengalami perkembangan. PNPM Mandiri Perdesaan Kecamatan
Rajeg, membentuk Badan Kerjasama Antar Desa sesuai surat
Ditjen PMD untuk melestarikan Asset PPK.”67
B. Visi dan Misi PNPM-MP
Visi PNPM-MP adalah tercapainya kesejahteraan dan kemandirian
masyarakat miskin perdesaan. Kesejahteraan berarti terpenuhinya kebutuhan dasar
masyarakat. Kemandirian berarti mampu mengorganisir diri untuk memobilisasi
sumber daya yang ada di lingkungannya, mampu mengakses sumber daya di luar
lingkungannya, serta mengelola sumber daya tersebut untuk mengatasi masalah
kemiskinan. Dan misi PNPM-MP adalah:
1) Peningkatan kapasitas masyarakat dan kelembagaannya;
2) Pelembagaan sistem pembangunan partisipatif;
3) Pengefektifan fungsi dan peran pemerintahan lokal;
4) Peningkatan kualitas dan kuantitas prasarana sarana sosial dasar dan
ekonomi masyarakat;
5) Pengembangan jaringan kemitraan dalam pembangunan.68
67
Wawancara Pribadi dengan Rasim AR, Tangerang, 16 April 2016. 68
Departemen Dalam Negeri dan Ditjen Pemberdayaan Masyarakat Daerah (DEPDAGRI
PMD) Petunjuk Teknis Operasional Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri
Perdesaan,(Jakarta: DEPDAGRI PMD, 2008), h. 2.
54
C. Struktur Kepengurusan PNPM-MP
Kepala UPK : Abdul Hasan, SE.
Bendahara : Hotipah, S.Pd.
Sekretaris : Asnawati.
Staff Kepegawaian : Arif Subrowi.69
D. Prinsip Pokok PNPM-MP
Dalam pelaksanaannya, PNPM-MP menekankan prinsip-prinsip pokok Si
KOMPAK, yang terdiri dari: 70
1) Transparansi dan Akuntabel, yaitu masyarakat harus memiliki akses yang
memadai terhadap segala informasi dan proses pengambilan keputusan.
2) Desentralisasi, yaitu kewenangan pengelolaan kegiatan pembangunan
sektoral dan kewilayahan di limpahkan kepada Pemerintah Daerah atau
masyarakat, sesuai dengan kapasitasnya.
3) Keberpihakan pada orang miskin, yaitu semua kegiatan yang dilaksanakan
mengutamakan kepentingan dan kebutuhan masyarakat miskin dan
kelompok masyarakat yang kurang beruntung.
4) Otonomi, yaitu masyarakat diberi kewenangan secara mandiri untuk
berpartisipasi dalam menentukan dan mengelola kegiatan pembangunan
secara swakelola.
69
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan Kecamatan Rajeg, “
Lembar Pertanggungjawaban UPK 2015” (Tangerang: PNPM-MP, 2015), h. 4. 70
Departemen Dalam Negeri dan Ditjen Pemberdayaan Masyarakat Daerah (DEPDAGRI
PMD) Petunjuk Teknis Operasional Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri
Perdesaan,(Jakarta: DEPDAGRI PMD, 2008), h. 3.
55
5) Partisipasi, yaitu masyarakat terlibat secara aktif dalam setiap proses
pengambilan keputusan pembangunan dan secara gotong royong
menjalankan pembangunan.
6) Prioritas, yaitu Pemerintah dan masyarakat harus memprioritaskan
pemenuhan kebutuhan untuk pengentasan kemiskinan, kegiatan mendesak
dan bermanfaat bagi sebanyak-banyaknya masyarakat, dengan
mendayagunakan secara optimal berbagai sumber daya yang terbatas.
7) Kesetaraan dan Keadilan Gender, yaitu Laki-laki dan perempuan
mempunyai kesetaraan dalam perannya di setiap tahap pembangunan dan
dalam menikmati secara adil manfaat kegiatan pembangunan tersebut.
8) Kolaborasi, yaitu semua pihak yang berkepentingan dalam
penanggulangan kemiskinan didorong untuk mewujudkan kerjasama dan
sinergi antar-pemangku kepentingan dalam penanggulangan kemiskinan.
9) Keberlanjutan, yaitu setiap pengambilan keputusan harus
mempertimbangkan kepentingan peningkatan kesejahteraan masyarakat,
tidak hanya untuk saat ini tetapi juga di masa depan, dengan tetap menjaga
kelestarian lingkungan.
E. Jenis-jenis Program PNPM-MP
Jenis-jenis program/kegiatan yang di biayai melalui BLM PNPM-MP
adalah sebagai berikut: 71
71
Departemen Dalam Negeri dan Ditjen Pemberdayaan Masyarakat Daerah (DEPDAGRI
PMD) Petunjuk Teknis Operasional Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri
Perdesaan,(Jakarta: DEPDAGRI PMD, 2008), h.10.
56
a) Kegiatan pembangunan atau perbaikan prasarana sarana dasar yang dapat
memberikan manfaat langsung secara ekonomi bagi RTM seperti
pembangunan jalan dan saluran irigasi;
b) Kegiatan peningkatan bidang pelayanan kesehatan dan pendidikan,
termasuk kegiatan pelatihan pengembangan keterampilan masyarakat atau
pendidikan nonformal seperti pembangunan gedung sekolah,
pembangunan puskesmas dan pemberian beasiswa untuk siswa rumah
tangga miskin;
c) Kegiatan peningkatan kapasitas atau keterampilan kelompok usaha
ekonomi terutama bagi kelompok usaha yang berkaitan dengan produksi
berbasis sumber daya lokal tidak termasuk penambahan modal seperti
Usaha Ekonomi Produktif (UEP) dan Kelompok Usaha Bersama (KUBE);
d) Penambahan permodalan yaitu Simpan Pinjam untuk Kelompok
Perempuan.
F. Kelompok Simpan Pinjam Perempuan (KSPP) PNPM-MP
a. Sejarah Simpan Pinjam Perempuan
Program simpan pinjam perempuan PNPM Mandiri Pedesaan ini
mulai berinteraksi dengan masyarakat sejak tahun 2004 lalu melalui tim
PNPM dan lembaga yang terlibat dalam PNPM yakni Kelurahan, Desa,
BKAD, Kades dan Staff Desa di Kecamatan Rajeg. Mereka memberikan
sosialisasi kepada masyarakat yang ingin membutuhkan tambahan modal
57
usaha di setiap desanya. Hal tersebut dinyatakan oleh Pak Arief sebagai
berikut:
“Awal PNPM dikenal oleh masyarakat melalui kegiatan
sosialisasi tim PNPM, Kades, Staff dan BKAD di seluruh
Desa yang ada di Kecamatan Rajeg.”72
Pada tahun 2004-2006 program SPP belum terlihat berjalan
dengan mulus dikarenakan masih banyak para peminjam yang macet
dalam penyetorannya. Sesuai pernyataan Pak Arief sebagai berikut:
“Kondisi simpan pinjam di sini, awal peminjamannya kurang
berjalan dengan baik karena banyak masyrakat yang hanya mau
minjam saja setornamah ogah”.73
Kegiatan Simpan Pinjam pada tahun 2004 di danai awal oleh
pemerintah sebesar Rp. 58.440.000.- Kegiatan Simpan pinjam perempuan
di kecamatan Rajeg diawali dengan 6 kelompok yang berasal dari 6 desa
terbentuk 3-6 anggota pinjaman awal diberikan sebesar Rp. 500.000,- .
Pernyataan tersebut dikatakan oleh Pak Arief sebagai berikut:
“Simpan pinjam PNPM disini, awalnya hanya dapat
kucuran dana sekitar Rp. 58.440.000,- untuk di salurkan
pada enam kelompok sebesar Rp. 500.000,- per orang.“ 74
72
Wawancara pribadi dengan Pak Arief, Tangerang, 16 April 2016. 73
Wawancara pribadi dengan Pak Arief, Tangerang, 16 April 2016. 74
Wawancara pribadi dengan Pak Arief, Tangerang, 16 April 2016.
58
Kelompok awal SPP salah satunya ialah kelompok melati dari
kelurahan sukatani yang diketuai oleh Ibu siti Munawarah dan kelompok
anggrek dari desa tanjakan yang diketuai oleh ibu Jaenab. Pinjaman
diberikan pertama diberikan pada tahun 2004 kepada kelompok tersebut
yang berjumlah 6-10 orang peranggotanya. Pak Arief pun menambahkan
pernyataanya sebagai berikut:
“Kelompoknya itu, kalau gak salah satunya kelompok
melati yang di ketuai oleh Bu Munawaroh. Kelompok Bu
Munawaroh ini merupakan salah satu kelompok peminjam
di PNPM Rajeg”75
Pada tahun 2007, program Simpan Pinjam Perempuan (SPP) baru
dapat dirasakan kemajuannya oleh pengelola PNPM Mandiri Perdesaan
pada tahun ini. kemajuan SPP di ditandai dengan kelancaran setoran
peserta SPP sangat baik dan bertambahnya partisipasi masyarakat dalam
mengajukan peminjaman modal usaha.
“Simpan pinjam PNPM baru terasa kemajuannya pada
tahun 2007, karena pada tahun ini tingkat partisipasi
masyarakat meningkat dan setoran masyarakatnya juga
sudah mulai lancar.”76
Dan pada tahun 2016 Program SPP di Kecamatan Rajeg ini telah
mencapai 288 kelompok yang berasal dari 13 Desa dan Kelurahan yaitu 12
75
Wawancara Pribadi dengan Pak Arief, Tangerang, 16 April 2016. 76
Wawancara Pribadi dengan Pak Arief, Tangerang, 16 April 2016.
59
desa dan 1 kelurahan di kecamatan Rajeg. Program SPP ini dianggap
program yang paling sukses dilaksanakan oleh PNPM Mandiri Kecamatan
Rajeg dibandingkan program pemberian bantuan usaha yang lain. Berikut
yang disampaikan Pak Arief:
“Semenjak tahun 2007 simpan pinjam mengalami
kemajuan, tahun demi tahun para peserta simpan pinjam
meningkat. Sekarang pada tahun 2016, peminjam SPP
udah makin banyak. Kalau sesuai dengan catatan kami
sudah mencapai 288 kelompok yang terbentuk.” 77
b. Pengertian Simpan Pinjam Kelompok Perempuan (SPP)
Simpan Pinjam Perempuan merupakan kegiatan pemberian modal
untuk kelompok perempuan yang mempunyai kegiatan simpan pinjam.78
c. Tujuan Simpan Pinjam Perempuan (SPP)
Secara umum kegiatan ini bertujuan untuk mengembangkan
potensi kegiatan simpan pinjam pedesaan, kemudahan akses pendanaan
usaha skala mikro, pemenuhan kebutuhan pendanaan sosial dasar, dan
memperkuat kelembagaan kegiatan kaum perempuan dan mendorong
peningkatan pendapatan Rumah Tangga Miskin.79
Adapun tujuan khusus
dari Simpan Pinjam Perempuan yakni, mempercepat proses pemenuhan
kebutuhan pendanaan usaha ataupun sosial dasar, memberikan kesempatan
kaum perempuan meningkatkan ekonomi rumah tangga melalui pendanaan
77
Wawancara Pribadi dengan Pak Arief, Tangerang, 16 April 2016.. 78
Departemen Dalam Negeri dan Ditjen Pemberdayaan Masyarakat Daerah (DEPDAGRI
PMD) Petunjuk Teknis Operasional Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri
Perdesaan,(Jakarta: DEPDAGRI PMD, 2008), h.30. 79
Departemen Dalam Negeri dan Ditjen Pemberdayaan Masyarakat Daerah (DEPDAGRI
PMD) Petunjuk Teknis Operasional Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri
Perdesaan,(Jakarta: DEPDAGRI PMD, 2008), h.30.
60
peluang usaha, mendorong penguatan kelembagaan simpan pinjam oleh
kaum perempuan.80
d. Sasaran, Bentuk Kegiatan dan Ketentuan Kelompok Simpan Pinjam
Perempuan (SPP)
1. Sasaran program
Sasaran program adalah Rumah Tangga Miskin yang produktif
yang memerlukan pendanaan kegiatan usaha ataupun kebutuhan dasar
melalui kelompok simpan pinjam perempuan yang sudah ada di
masyarakat. BPS menyebutkan bahwa penentuan Rumah Tangga
Miskin (RTM) di dasarkan atas kemampuan/rumah tangga untuk
memenuhi kebutuhan dasar baik untuk makanan atau non makanan.
Batas kebutuhan dasar minimal dinyatakan melalui ukuran garis
kemiskinan yang di setarakan dengan jumlah rupiah yang
dibutuhkan.81
Secara konseptual penduduk dikatakan sangat miskin apabila
kemampuan untuk memenuhi konsumsi makanan hanya mencapai
1900 kalori per orang per hari plus kebutuhan dasar non makanan,
atau setara Rp 120.000,00 per orang per bulan. Bila diasumsikan suatu
rumah tangga memiliki jumlah anggota rumah tangga (house hold
80
Departemen Dalam Negeri dan Ditjen Pemberdayaan Masyarakat Daerah (DEPDAGRI
PMD) Petunjuk Teknis Operasional Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri
Perdesaan,(Jakarta: DEPDAGRI PMD, 2008), h. 32. 81
Departemen Dalam Negeri dan Ditjen Pemberdayaan Masyarakat Daerah (DEPDAGRI
PMD) Petunjuk Teknis Operasional Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri
Perdesaan,(Jakarta: DEPDAGRI PMD, 2008), h.34.
61
size) rata-rata 4 orang, maka batas kemiskinan rumah tangga (1)
Rumah tangga dikatakan sangat miskin apabila tidak mampu
memenuhi kebutuhan dasarnya sebesar 4 x 120 ribu = Rp 480.000,00
per rumah tangga per bulan. (2) Rumah tangga dikatakan miskin
apabila kemampuan memenuhi kebutuhan dasarnya hanya mencapai 4
x 150 ribu = Rp 600.000,00 per rumah tangga per bulan,tetapi di atas
Rp 480.000,00. (3) Rumah tangga dikatakan mendekati miskin apabila
kemampuan memenuhi kebutuhan dasarnya hanya mencapai 4 x 175
ribu = Rp 700.000,00 per rumah tangga per bulan,tetapi di atas Rp
600.000,00.82
2. Bentuk Kegiatan
Bentuk kegiatan Simpan Pinjam Perempuan adalah
memberikan dana pinjaman sebagai tambahan modal kerja bagi
kelompok kaum perempuan yang mempunyai pengelolaan dana
simpanan dan pengelolaan dana pinjaman.83
3. Ketentuan kelompok Simpan Pinjam Perempuan (SPP)
Beberapa ketentuan kelompok Simpan Pinjam Perempuan
sebagai berikut:
a) Kelompok perempuan yang mempunyai ikatan pemersatu
dan saling mengenal minimal satu tahun.
82
Wrihatnolo, “Ukuran Kemiskinan Berdasarkan Rupiah,” artikel diakses dari
http//:Wrihatnolo.blogspot.com/2008/08. html 83
Departemen Dalam Negeri dan Ditjen Pemberdayaan Masyarakat Daerah (DEPDAGRI
PMD) Petunjuk Teknis Operasional Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri
Perdesaan,(Jakarta: DEPDAGRI PMD, 2008), h.30.
62
b) Mempunyai kegiatan simpan pinjam dengan aturan
pengelolaan dana simpanan dan dana pinjaman yang telah
disepakati.
c) Telah mempunyai modal dan simpanan dari anggota sebagai
sumber dana pinjaman yang diberikan kepada anggota.
d) Kegiatan pinjaman pada kelompok masih berlangsung
dengan baik.
e) Mempunyai organisasi kelompok dan administrasi secara
sederhana.84
4. Syarat melakukan pinjaman Simpan Pinjam Perempuan (SPP)
Penetapan persyaratan mengacu pada ketentuan sebagai
berikut:
a. Persyaratan Kelompok
a) Kelompok yang mengajukan pinjaman dari dana perguliran
kegiatan SPP minimal kategori kelompok berkembang.
b) Kelompok yang mengajukan minimal satu tahun berjalan.
c) Kelompok yang telah lunas dan mengajukan lagi harus dinilai
kondisi pinjaman sebelumnya dengan ketentuan:
84
Departemen Dalam Negeri dan Ditjen Pemberdayaan Masyarakat Daerah (DEPDAGRI
PMD) Petunjuk Teknis Operasional Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri
Perdesaan,(Jakarta: DEPDAGRI PMD, 2008), h.30.
63
Jika mempunyai catatan tanpa tunggakan dapat
mengajukan jumlah yang lebih besar dari pinjaman
sebelumnya.
Jika mempunyai catatan tunggakan dan tidak membayar,
peserta tidak diperkenankan meminjam kembali.
d) Kelompok executing dapat mengajukan gabungan pinjaman
untuk tujuan channeling (hanya menyalurkan) dan pinjaman
untuk tujuan executing (dikelola secara mandiri).85
5. Penentuan jasa pinjaman
Penentuan jasa pinjaman dapat dilakukan dengan ketentuan
besaran jasa pinjaman ditentukan berdasarkan referensi bunga pasar
untuk pinjaman lembaga keuangan pada wilayah masing masing,
PNPM kecamatan Rajeg menerapkan jasa pinjaman sebesar 18%.86
6. Jangka waktu pinjaman
Jangka waktu peminjaman peserta Simpan Pinjam Perempuan
(SPP) dapat dilakukan dengan Jangka waktu pinjaman kelompok SPP
maksimal 12 bulan.
7. Jadwal angsuran dengan sumber dana bergulir
Jadwal angsuran peserta SPP dapat dilakukan dengan beberapa
persyaratan sebagai berikut:
85
AD/ART PNPM Mandiri Perdesaan. h. 4. 86
AD/ART PNPM Mandiri Perdesaan. h. 4.
64
a) Kelompok SPP melakukan angsuran setiap bulan selama 12
bulan.
Kelompok diberikan pola jadwal yaitu: hanya dengan
membayar jasa pinjaman sebesar 18% dan Kelompok bebas
menerapkan jadwal angsuran kepada pemanfaat (harian,
mingguan, atau bulanan) dan biasanya bulanan kelompok
menyetorkan.87
8. Ketentuan Pendanaan SPP
Ketentuan pendanaan mengacu pada AD/ART, aturan
perguliran dan Standar Operasional Kegiatan (SOP) UPK yang telah
disepakati. Ketentuan pendanaan dalam pengelolaan dana pinjaman
SPP minimal harus memuat hal-hal berikut:
a) Tidak diperbolehkan memberikan pinjaman secara individu.
b) Kelompok yang didanai meliputi kelompok simpan pinjam dan
kelompok usaha bersama, Kelompok aneka usaha dengan
pemanfaatan RTM.
c) Kelompok peminjam dana harus mempunyai kategori kelompok
berkembang atau siap.
d) Kegiatan verifikasi dilakukan sesuai dengan jenis kelompok.
e) Adanya perjanjian pinjaman antara UPK dan kelompok.
f) Jadwal angsuran disesuaikan dengan fungsi kelompok dan siklus
usahanya.
87
AD/ART PNPM Mandiri Perdesaan. h. 4.
65
g) Pembebanan jasa pinjaman sesuai dengan bunga pasar pinjaman
di wilayah masing-masing.88
9. Pengawasan kelompok SPP
Untuk melakukan pengawasan terhadap kelompok SPP, maka
tiap kelompok diwajibkan memberi laporan kepada UPK secara rutin
dan teratur untuk kemudian disusun menjadi laporan-laporan sebagai
berikut:89
1) Laporan Perkembangan Pinjaman
Tujuan laporan perkembangan pinjaman adalah untuk
mengetahui perkembangan kegiatan pinjaman dari kelompok SPP per
bulan. Indikator utama yang dapat dihasilkan secara langsung dari
laporan ini adalah saldo pinjaman, tingkat pengembalian pinjaman,
dan jumlah tunggakan. Dengan demikian laporan ini menunjukkan
hasil kegiatan pinjaman SPP.
2) Laporan kolektibilitas pinjaman
Tujuan laporan kolektibilitas pinjaman adalah untuk
mengetahui risiko pinjaman bukan berdasarkan risiko tunggakan
tetapi risiko pinjaman basis kelompok, sehingga dapat dikatakan
88
Departemen Dalam Negeri dan Ditjen Pemberdayaan Masyarakat Daerah (DEPDAGRI
PMD) Petunjuk Teknis Operasional Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri
Perdesaan,(Jakarta: DEPDAGRI PMD, 2008), h. 38. 89
Departemen Dalam Negeri dan Ditjen Pemberdayaan Masyarakat Daerah (DEPDAGRI
PMD) Petunjuk Teknis Operasional Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri
Perdesaan,(Jakarta: DEPDAGRI PMD, 2008), h. 40.
66
bahwa laporan kolektibilitas menunjukkan kualitas kelompok
peminjam. Dalam laporan kolektibilitas satu kelompok hanya
mempunyai satu tingkatan kolektibilitas. Laporan ini dapat digunakan
untuk mengetahui NPL (Non Performing Loan) atas dana bergulir
yang dikelola UPK. Fungsi laporan kolektibilitas di antaranya:
Sebagai laporan pemetaan kualitas kelompok pada tiap-tiap
lokasi.
Sebagai acuan dalam fasilitasi penyehatan pinjaman
Sebagai dasar perhitungan rasio risiko pinjaman sebagai bahan
pertimbangan untuk penentuan tingkat bunga dan pembagian
surplus usaha.
Sebagai bahan dalam penentuan sanksi lokal.90
3) Laporan perkembangan kelompok
Tujuan laporan perkembangan kelompok adalah untuk
mengetahui kondisi perkembangan seluruh kelompok yang masih
aktif sebagai nasabah UPK dalam satu periode pelaporan yang
digunakan sebagai bahan evaluasi dan kebutuhan penguatan
kelompok. Fungsi laporan perkembangan kelompok ini adalah
sebagai berikut:
Sebagai data dasar kondisi kelompok untuk kebutuhan
fasilitasi pengembangan kelompok.91
90
Petunjuk Teknis Operasional, 2007. h. 40. 91
Petunjuk Teknis Operasional, 2007. h. 40.
67
Sebagai indikator hasil fasilitasi kelompok.
Sebagai indikator pelayanan kegiatan pinjaman.
4) Laporan Pinjaman bermasalah
Tujuan laporan pinjaman bermasalah adalah untuk
mengetahui kelompok pinjaman yang bermasalah dalam satu
periode pelaporan yang dapat digunakan sebagai bahan evaluasi,
pembinaan, dan penyehatan kelompok yang mempunyai pinjaman
bermasalah. Fungsi laporan pinjaman kelompok ini adalah sebagai
berikut:
• Sebagai data dasar kondisi kelompok bermasalah yang
digunakan sebagai acuan pengelolaan pinjaman bermasalah.
• Sebagai indikator kondisi kelompok bermasalah.
• Sebagai indikator kualitas pengelolaan kelompok.92
5) Laporan jenis usaha/kegiatan kelompok
Tujuan laporan jenis usaha kelompok adalah untuk
mengetahui informasi tentang jenis usaha kelompok yang didanai
sebagai bahan fasilitasi penguatan oleh berbagai pihak. Fungsi
laporan jenis usaha kelompok adalah sebagai berikut:
• Sebagai data base jenis kegiatan kelompok untuk kepentingan
fasilitasi pengembangan usaha.
92
Ibid,. h. 42.
68
• Sebagai informasi untuk instansi sectoral dalam
pengembangan jaringan program sectoral.
• Memperkaya profil UPK dalam pengembangan kegiatan
masyarakat. 93
G. Indikator keberhasilan PNPM Mandiri perdesaan
Indikator keberhasilan merupakan perangkat pengukuran lembaga
sejauh mana pemberdayaan masyarakat telah menjadi bagian dari seluruh
proses pengelolaan program, mulai dari perencanaan hingga pelaksanaan
proyek. Berbagai rangkaian kegiatan pemberdayaan masyarakat tersebut pada
akhirnya bermuara pada tujuan umum program yaitu mempercepat
pengurangan kemiskinan dan penciptaan kesempatan kerja.94
Dengan tujuan umum tersebut, indikator program secara umum adalah:
1) Keterlibatan masyarakat miskin, kelompok perempuan, kelompok rentan,
dan kelompok terpinggirkan dalam perencanaan dan pengambilan
keputusan kegiatan/proyek semakin besar.
2) Keberadaan kelompok masyarakat (pokmas) yang dipercaya oleh
masyarakat dan akuntabel semakin meningkat yang ditunjukkan dari
peningkatan kesertaan masyarakat miskin dalam pokmas.
3) Peningkatan komposisi anggaran daerah untuk program/kegiatan
penanggulangan kemiskinan.
93
Departemen Dalam Negeri dan Ditjen Pemberdayaan Masyarakat Daerah (DEPDAGRI
PMD) Petunjuk Teknis Operasional Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri
Perdesaan,(Jakarta: DEPDAGRI PMD, 2008), h. 45. 94
Ibid,. h. 48.
69
4) Peningkatan jumlah dan kualitas kebijakan daerah yang pro rakyat
miskin.
5) Peningkatan kinerja pelayanan pemerintah daerah di sektor publik.
6) Peningkatan kemampuan Pemerintah daerah dalam mendorong laju
pertumbuhan ekonomi lokal.
7) Peningkatan kemampuan masyarakat dalam mengakses pelayanan dasar
(pendidikan, kesehatan, sanitasi dan air bersih).
8) Peningkatan kemampuan masyarakat dalam akses informasi (terutama
permodalan dan pasar).
9) Peningkatan kemauan dan kemampuan para pelaku (terutama Pemerintah
Daerah) dalam memberikan akses informasi (terutama permodalan dan
pasar).
10) Peningkatan kesadaran masyarakat miskin dalam pemeliharaan
infrastruktur dasar.
11) Peningkatan kesadaran dan kemampuan pemerintah dan masyarakat
dalam pelestarian lingkungan.
12) Peningkatan anggaran Pemerintah Daerah untuk pelestarian
lingkungan.95
Adapun indikator keberhasilan kegiatan Simpan Pinjam Perempuan
(SPP) secara khusus sebagai berikut:
1) Peningkatan pendapatan masyarakat miskin dalam kurun waktu
satu tahun.
95
Ibid., h. 50.
70
2) Adanya peraturan keuangan mikro yang pro kemiskinan dan
mudah diterapkan.
3) Peningkatan lembaga kredit mikro yang dapat dimanfaatkan oleh
masyarakat miskin dan peningkatan antusiasme masyarakat
miskin untuk mengaksesnya.
4) Menurunnya kemauan masyarakat miskin untuk mengakses dana
pinjaman rentenir.
5) Peningkatan jumlah usaha baru dari masyarakat miskin yang
dapat dikembangkan melalui program.
6) Peningkatan produktifitas usaha baru dari masyarakat miskin
yang dapat dikembangkan melalui program.
7) Peningkatan tenaga kerja yang dilibatkan dalam usaha baru dari
masyarakat miskin yang dapat dikembangkan melalui program.
8) Peningkatan kemampuan masyarakat miskin dalam pengelolaan
ekonomi produktif.
9) Meningkatnya keterhubungan faktor produksi dan pasar.96
H. Prestasi PNPM Mandiri perdesaan di Kecamatan Rajeg.
Adapun prestasi yang pernah diraih oleh UPK Kecamatan Rajeg ialah
sebagai berikut:
1) Juara I administrasi dan peminjaman terbaik se-Kabupaten Tangerang
tahun 2012.
2) Juara II administrasi dan peminjaman terbaik se-Provinsi Banten 2007.
96
Ibid., h. 85.
71
3) Menjadi lokasi studi banding PNPM Mandiri Pedesaan dalam kunjungan
studi banding se-Indonesia tahun 2008.97
Selain itu juga PNPM Mandiri Kecamatan Rajeg dalam kurun waktu 12
tahun ini, telah menerima alokasi dana Bantuan Langsung Masyarakat
(BLM) dari pemerintah sejumlah Rp. 15.775.000.000,00,-. Dana tersebut di
alokasikan pada beberapa kegiatan sebagai berikut sebagai berikut :
Sarana dan Prasarana Rp. 13.386.331.500,00,-
Pendidikan Rp. 693.461.000,00,-
Kesehatan Rp. 224.712.400,00,-
Operasional Desa Rp. 443.157.400,00,-
Kegiatan Dana Bergulir UEP Rp. 186.650,00,-
Kegiatan SPP Rp. 1.319.752.000,00,-
Modal OP UPK Rp. 322.495.300,00,-
Dari data tersebut, program Simpan Pinjam telah menerima
bantuan terbanyak kedua setelah sarana dan prasarana dari pemerintah
yang merupakan prestasi yang bagus bagi program SPP di Kecamatan
Rajeg. Sampai dengan akhir tahun 2015 dana bergulir yang dikelola oleh
UPK mencapai Rp.4.131.834.477,00.98
97
Wawancara Pribadi dengan Siti Asnawari, 19 Januari 2016. 98
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan Kecamatan Rajeg, “
Lembar Pertanggungjawaban UPK 2015” (Tangerang: PNPM-MP, 2015), h. 46.
72
BAB IV
ANALISIS HASIL TEMUAN LAPANGAN
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM)
merupakan salah satu program pemerintah yang cukup berhasil. Di antara
programnya adalah Kelompok Simpan Pinjam Perempuan (KSPP). Simpan
pinjam merupakan program dana bergulir yang dilaksanakan oleh PNPM melalui
media kelompok. Kelompok yang menjadi sasaran PNPM ialah kelompok
perempuan usia produktif dalam kategori rumah tangga miskin, kelompok-
kelompok tersebut dikelola untuk mengembangkan usaha rumah tingga miskin.
KSPP dilaksanakan untuk memberikan kesempatan kaum perempuan
meningkatkan ekonomi rumah tangga melalui penambahan modal usaha. Dengan
penambahan modal usaha tersebut, diharapkan dapat membantu masyarakat
meningkatkan modal usahanya. Simpan pinjam PNPM sudah berjalan cukup lama
dari tahun 2004, program yang telah berjalan selama 12 tahun. Proses panjang
perjalanan program PNPM dalam memberdayakan masyarakat miskin di Rajeg
telah terbukti karena saat ini PNPM telah mampu memberdayakan 288 kelompok
73
perempuan dalam program Simpan Pinjam dari 11.017 Rumah Tangga Miskin
yang ada di Kecamatan Rajeg.99
A. Proses Pelaksanaan Pemberdayaan Masyarakat Melalui Simpan Pinjam
Perempuan (SPP) oleh PNPM Mandiri Perdesaan di Kecamatan Rajeg,
Tangerang.
PNPM Mandiri Perdesaan Kecamatan Rajeg terletak di Kelurahan Sukatani
Blok F No.7 Rt/Rw 12/03 Kecamatan Rajeg, Kabupaten Tangerang, Banten.
PNPM Mandiri perdesaan didirikan oleh pemerintah di era Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono (SBY) melalui Ditjen Pengembangan Masyarakat Daerah
dan Departemen Dalam Negeri yang diawali dengan Program Pengembangan
Kecamatan (PPK) dilaksanakan di Kecamatan Rajeg sejak tahun 2004 sampai
tahun 2007, mulai tahun 2007 Pemerintah Indonesia mencanangkan Program
Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Perdesaan, Perkotaan, serta wilayah
khusus dan tertinggal. Unit Pengelolaan Kegiatan (UPK) Kecamatan Rajeg berdiri
pada tahun 2004, pada tahun 2004 pertama kali UPK Kecamatan Rajeg
mendapatkan dana awal simpan pinjam perempuan sebesar Rp.58.440.000,- yang
diberikan kepada 6 (enam) kelompok peminjam dari berbagai Desa di Kecamatan
Rajeg. Ketua UPK Kecamatan Rajeg pertama ialah Bapak Abdul Hasan, SE,
M.pd. Kegiatan unggulan PNPM Mandiri Perdesaan salah satunya ialah kegiatan
99
BPS Kabupaten Tangerang, “ Kabupaten Tangerang dalam Angka,” artikel diakses pada
25 April 2016 dari https://tangerang.bps.go.id/index.php/publikasi/99.
74
Simpan Pinjam Perempuan (SPP). Kegiatan SPP merupakan salah satu bentuk
pemberdayaan yang dilakukan PNPM untuk membantu orang-orang lemah yang
tidak mampu mengembangkan usahanya.100
Hal tersebut disampaikan oleh Ketua
UPK dalam kesempatan wawancara bersama peneliti, berikut pernyataannya:
“Menurut saya, program SPP adalah program yang bagus, program yang
mampu membuat masyarakat dapat mengembangkan usahanya dan
menambahkan modal usaha masyarakat khususnya Ibu-ibu usia
produktif.”101
Sesuai wawancara dengan Pak Hasan bahwa kegiatan SPP merupakan
kegiatan pemberdayaan masyarakat yang ditujukan kepada masyarakat miskin
dalam mengembangkan usaha. Dalam wawancara tersebut peneliti menemukan
bahwa pemberdayaan yang dilakukan oleh PNPM Mandiri Perdesaan Kecamatan
Rajeg dalam program simpan pinjam bertujuan untuk meningkatkan usaha
masyarakat yang lemah. Pelaksanaan tersebut sesuai dengan dalam teori
pemberdayaan bahwa pemberdayaan bertujuan untuk meningkatkan kekuasaan
orang-orang lemah atau dengan istilah lain memberikan akses kepada sumber
daya yang ada.102
Peneliti mengintervensi bentuk pemberdayaan yang dilakukan oleh PNPM
Mandiri Perdesaan ke dalam 7 (tujuh) tahapan, tahapan tersebut adalah sebagai
berikut :
100
Wawancara Pribadi dengan Abdul Hasan, 16 April 2016. 101
Wawancara Pribadi dengan Abdul Hasan, 25 April 2016. 102
Isbandi Rukminto, Pemikiran-pemikiran dalam Pembangunan Kesejahteraan Sosial,
(Jakarta: Fakultas Ekonomi UI, 2002), h. 102.
75
1. Tahapan Pemberdayaan Masyarakat
a. Tahap Persiapan (Engagement)
Engagement adalah proses yang dilakukan dalam tahap
pemberdayaan yang berbentuk beberapa tahap persiapan yaitu: tahap
persiapan petugas dan tahap persiapan lapangan.
a) Pada tahap persiapan petugas ini diperlukan untuk menyamakan
persepsi mengenai konsep yang akan dilaksanakan dalam program
pemberdayaan masyarakat. Hal ini dilakukan untuk menjaga kesamaan
persepsi. Dalam tahap persiapan petugas, Pak Abdul Hasan
menjelaskan seperti berikut :
“Awal berinteraksi lewat sosialisasi kepada warga, sosialisasi
PNPM itu dilakukan melalui partner kerja PNPM kayak
BKAD. Nih Pak Adang anggotanya yang lagi duduk.hehee..
selain BKAD ada juga partner kerja PNPM kalau di Desa yah
sama Pak lurah dan fasilitator desanya. Kalau di kampung
fasilitator desa tidak ada. Palingan staffnya yang bantuin
sosialisasi di acara desa. Di Desa Rajeg itu kayak Pak Wahyu,
Pak Burhan, dkk. yang biasanya sosialisasiin. Ada juga Pak
Herman dan Pak Arief sosialisasi kepada Ibu-ibu, Pak Arif dan
Pak Herman ini paling deket sama Ibu-ibu soalnya mereka itu
petugas lapangan langganan Ibu-ibu.hehee. Coba tanyain ke
Pak Arif kalau enggak percaya mah.heee...”103
Sesuai dengan pernyataan pihak PNPM Mandiri Perdesaan
Kecamatan Rajeg, tahapan awal dari pemberdayaan adalah sosialisasi
pengenalan simpan pinjam. Sosialisasi PNPM bertujuan untuk
menyamakan persepsi tentang simpan pinjam sekaligus melakukan
pendekatan kepada masyarakat. Dari pernyataan tersebut peneliti
103
Wawancara Pribadi dengan Abdul Hasan, 19 April 2016.
76
menemukan bahwa dalam tahapan awal pemberdayaan PNPM
menggunakan metode sosialisasi. Sosialisasi digunakan untuk
mengenalkan simpan pinjam PNPM kepada masyarakat. Sosialisasi
yang dilakukan oleh PNPM melalui Badan Kerja sama Antar Desa,
staff desa dan petugas PNPM. Peneliti menemukan ada dua tujuan
sosialisasi dalam PNPM. Pertama, PNPM bersosialisasi untuk
mengenalkan simpan pinjam kepada masyarakat. Dan kedua PNPM
bersosialisasi untuk menyamakan persepsi antara masyarakat dan
PNPM. Tahapan pemberdayaan yang dilakukan PNPM sebagaimana
telah dikonfirmasi oleh Pak Hasan, sesuai dengan tahapan yang
dijelaskan oleh Isbandi Rukminto dalam tahapan awal pemberdayaan
masyarakat ialah berupa tahapan persiapan, tahapan persiapan atau
engagement ialah tahapan yang berupa penyamaan persepsi antara
petugas dengan masyarakat.104
b. Tahap Assessment
Assesment adalah tahap pengkajian yang dilakukan untuk
mengidentifikasi masalah yang dirasakan kelompok sasaran sehingga
menemukan apa kebutuhan yang mereka rasakan (felt needs) dan juga
apa sumber daya yang mereka miliki. Dalam tahap ini peneliti
mengambil data wawancara Pak Hasan sebagai berikut :
“Karena di sini itu yah masyarakatnya masih kebanyakan
miskin dek. Menurut pengamatan Bapak sih di Rajeg itu
104
Isbandi Rukminto, Pemikiran-pemikiran dalam Pembangunan Kesejahteraan Sosial,
(Jakarta: Fakultas Ekonomi UI, 2002), h. 206.
77
gambaran awalnya kayak gini de: Pertama, masih banyak Ibu-
ibu usia produktif yang tidak mampu mengembangkan
usahanya dengan baik karena masih minjem sama rentenir.
Bahkan seringkali banyak Ibu-ibu yang harus rela menutup
usahanya karena utang pinjaman modal dari bank harian
gara-gara utangnya menumpuk. Kedua, suaminya rata-rata
disini itu mata pencahariannya sebagai buruh pabrik dan
wiraswasta dek, jadi masih jarang anak-anak mereka yang
mampu kuliah. Ketiga, disini tuh kebanyakan Ibu-ibunya usaha
warung kecil-kecilan, kayak jajanan sekolah dan lain-lain. Jadi
kebutuhan buat sehari-hari mereka masih pas-pasan semuanya
bergantung sama suami ngandelin dari warung yah gak
bakalan cukup. Ketiga, disini tuh banyak pinjaman modal
usaha kayak Bank harian, pegadaian STNK dan lain-lain.
Cuman prasyarat dan penyetorannya kadang membuat Ibu-ibu
kesulitan seperti harus ada jaminan sertipikat tanah dll. Dari
alasan itulah de, PNPM menjalankan program simpan
pinjamnya agar masyarakat lebih sejahteralah, intinya.”105
Berdasarkan wawancara di atas, Peneliti menemukan bahwa
sebelumnya Pak Hasan selaku Ketua UPK menyadari lingkungannya
perlu perubahan, ada beberapa permasalahan yang mengakari
kemiskinan di Rajeg seperti tidak ada akses RTM untuk mendapatkan
modal usaha yang merakyat, penghasilan kerja suami yang pas-pasan,
kebutuhan keluarga bergantung pada suami, dan masih banyak
lembaga jasa peminjaman modal yang merugikan masyarakat. Dari
beberapa permasalahan tersebut, Pak Hasan menyadari permasalahan
dan mengidentifikasi masalah dengan melihat apa yang ada di
lingkungannya.
Dengan pernyataan di atas, peneliti menemukan bahwa Pak
Hasan telah melakukan tahap pengidentifikasian masalah terhadap
lingkungannya. Pak Hasan menyadari bahwa lingkungannya itu perlu
105
Wawancara Pribadi dengan Ibu Nadiroh, 19 April 2016.
78
perubahan, maka Pak Hasan memutuskan untuk menjalankan program
simpan pinjam PNPM di Rajeg agar masyarakat Rajeg lebih terbantu
dengan adanya penambahan modal usaha dari PNPM.
Pengidentifikasian masalah yang dilakukan Pak Hasan terhadap
lingkungannya sesuai dengan apa yang dijelaskan oleh Isbandi
Rukminto dalam tahapan pemberdayaan yaitu pengidentifikasian
masalah. Tahap identifikasi masalah dapat dilakukan oleh orang atau
kelompok yang mampu mengetahui keadaan lingkungannya dan sadar
akan kebutuhan yang dibutuhkan di dalam lingkungan tersebut.106
b. Tahap Perencanaan Alternatif Program
Penyusunan alternatif program yang tepat, dengan
mempertimbangkan sumber daya yang ada, dapat dipikirkan sebagai solusi
dari masalah yang dihadapi. Dalam proses ini petugas bertindak sebagai
fasilitator yang membantu masyarakat berdiskusi dan memikirkan program
dan kegiatan apa saja yang tepat dilaksanakan pada saat itu.
“Untuk menjalin rasa kepercayaan dengan masyarakat,
PNPM melakukan pendekatan melalui kelompok yang telah
bergabung. Dari nasabah itu mereka turut memberikan
sosialisasi atau promosi juga ke temen-temennya lewat
mulut ke mulut lah. Dari peristiwa tersebut masyarakat
lambat laun percaya sendiri dengan simpan pinjam
PNPM.”107
Dari wawancara yang diperoleh dari Pak Hasan, untuk menjalin
kepercayaan masyarakat terhadap PNPM. PNPM menggunakan nasabah
106
Isbandi Rukminto Adi, Pemikiran-pemikiran dalam Pembangunan Kesejahteraan
Sosial, (Jakarta: Fakultas Ekonomi UI, 2002), h. 206. 107
Wawancara Pribadi dengan Abdul Hasan, 19 April 2016.
79
awal untuk mensosialisasikan simpan pinjam kepada warga. Dari
wawancara tersebut, peneliti menemukan tidak ada unsur perencanaan
alternatif lain dalam pemberdayaan yang dilakukan PNPM. Karena PNPM
hanya menjadikan nasabah lama simpan pinjam sebagai perantara lain
pengenalan simpan pinjam PNPM kepada warga. Dari kegiatan tersebut,
tidak ada unsur diskusi atau pertimbangan solusi antara petugas PNPM
dan masyarakat tidak sesuai yang dikatakan Isbandi Rukminto dalam tahap
pemberdayaan perencanaan alternative program yang menyatakan bahwa
dalam proses ini petugas bertindak sebagai fasilitator yang membantu
masyarakat berdiskusi dan memikirkan program dan kegiatan apa saja
yang tepat dilaksanakan pada saat itu.108
c. Tahap Formulasi Rencana Aksi
Yakni tahap menuangkan gagasan yang telah dirumuskan dalam
tahap perencanaan alternatif program ke dalam pernyataan kegiatan
(proposal) secara tertulis.
“Selanjutnya, tahap perencanaan kami yaitu membuat
kesepakatan bersama antara PNPM dengan warga.
Kesepakatan ini biasanya dilakukan dalam forum
Musyawarah Antar Desa (MAD), MAD dilakukan ketika
mau pencairan dana pinjaman maka pertemuan
musyawarah ini dihadiri oleh Kepala Desa sebagai saksi
pemberian dana, Petugas PNPM sebagai pemberi dana,
BKAD sebagai lembaga kecamatan mitra PNPM, BPK
sebagai badan pengawas keuangan PNPM dan masyarakat
sebagai penerima pinjaman.”109
108
Isbandi Rukminto Adi, Pemikiran-pemikiran dalam Pembangunan Kesejahteraan
Sosial, (Jakarta: Fakultas Ekonomi UI, 2002), h. 206. 109
Wawancara Pribadi dengan Abdul Hasan, 19 April 2016.
80
Berdasarkan data wawancara Pak Hasan, PNPM melakukan tahap
perencanaan dengan cara membuat kesepakatan bersama melalui
musyawarah desa. Musyawarah desa dilakukan ketika PNPM mau
mencairkan dana bergulir atau pinjaman kepada masyarakat. Dalam
musyawarah yang dilakukan dihadiri oleh lembaga-lembaga Desa dan
Kecamatan seperti Kepala Desa, Staff Desa, BKAD, BPK dan petugas
PNPM. Dari pernyataan Pak Hasan tersebut, peneliti menemukan bahwa
PNPM melakukan tahapan pemberdayaan yang berbentuk perencanaan
program. Perencanaan program dilakukan melalui proses musyawarah
desa yang dihadiri oleh lembaga penting di Desa dan Kecamatan seperti
Kepala Desa, Ketua UPK, Petugas PNPM, BPK, BKAD dan masyarakat.
Tahapan yang dilakukan PNPM sesuai dengan pemberdayaan yang
dijelaskan oleh Isbandi Rukminto bahwa tahapan perencanaan program
dapat dilakukan dengan cara menuangkan gagasan.110
Maka teori tersebut
sesuai dengan apa yang dilakukan PNPM dalam kegiatan musyawarah
tempat untuk menuangkan gagasan, diskusi dan lain sebagainya.
d. Tahap Pelaksanaan Program
Tahap pelaksanaan ini merupakan salah satu tahap yang paling
krusial (penting) dalam proses pengembangan masyarakat, keberhasilan
dari tahap ini tergantung dari kerja sama yang baik antara change agent
110
Isbandi Rukminto Adi, Kesejahteraan Sosial (Pekerjaan Sosial, Pembangunan Sosial
dan Kajian Pembangunan) (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013), h. 206.
81
dengan warga masyarakat serta tokoh masyarakat setempat. Seperti yang
dikatakan oleh Pak Hasan selaku Ketua UPK.
“Dalam pelaksanaan program SPP sih di lembaga kita
biasa-biasa aja masih terbilang lancar lah penyetorannya,
emang sih ada salah aja kelompok yang macet tapi
Alhamdulillah bisa kami atasi dengan cara membantu
penagihannya. Dengan catatan kalau kelompoknya udah
nyerah nih gak bisa lagi buat nagihnya, barulah kami
turun.”111
Berdasarkan dari pernyataan Pak Hasan, peneliti menemukan
bahwa dalam tahapan pelaksanaan PNPM ada kendala yang membuat
proses pelaksanaan terhambat. Namun hambatan tersebut tidak begitu sulit
untuk diatasi oleh PNPM. PNPM mengatasi hambatan tersebut dengan
cara berkomunikasi dengan kelompok sehingga permasalahan tersebut
dapat diatasi oleh PNPM. Sesuai yang dikatakan oleh Edi Suharto bahwa
pendamping masyarakat harus mempunyai fungsi pendamping salah
satunya ialah fungsi pendukungan (supporting), fungsi pendamping ini
melakukan tugas dengan cara melakukan analisis sosial, mengelola
dinamika kelompok, menjalin relasi, bernegosiasi, berkomunikasi dan
mencari serta mengatur sumber dana.112
e. Tahap Monitoring dan Evaluasi
Monitoring merupakan proses pengumpulan informasi mengenai
apa yang sebenarnya terjadi selama proses implementasi atau penerapan
program dengan cara memantau program yang sedang berjalan. Sedangkan
111
Wawancara Pribadi dengan Abdul Hasan, 19 April 2016. 112
Isbandi Rukminto, Pemikiran-pemikiran dalam Pembangunan Kesejahteraan Sosial,
(Jakarta: Fakultas Ekonomi UI, 2002), h. 206.
82
evaluasi adalah proses pengawasan dari warga dan petugas terhadap
program yang sedang berjalan pada pengembangan masyarakat sebaiknya
dilakukan dengan melibatkan warga. Kegiatan monitoring dan evaluasi
PNPM dapat diketahui sesuai dengan pernyataan Pak Hasan sebagai
berikut:
“Tentu ada de, tapi kami melakukan kegiatan monitoring
sekaligus evaluasi.”113
Pak Hasan juga menambahkan bahwa pelaksanaan monitoring dan
evaluasi PNPM itu dilakukan sebagai berikut:
“Kalau monitoringnya itu sebulan sekali, dan evaluasinya
juga palingan sebulan sekali tapi biasanya kalo evaluasi di
kelompok itu biasa dilakukan kalo ada kendala aja di
kelompok barulah kita mengevaluasi bersama kelompok.” 114
Menurut Pak Hasan, PNPM melakukan Monitoring bersamaan
dengan evaluasi. Peneliti menemukan bahwa PNPM dalam melaksanakan
program menggunakan tahapan monitoring dan evaluasi. Tahapan
tersebut, digunakan PNPM untuk mengetahui program yang sedang
berjalan dan perkembangan pemberdayaan yang dilakukan PNPM.
Monitoring PNPM dilakukan secara konsisten sebulan sekali, tetapi
sayangnya evaluasi yang dilakukan PNPM dilakukan secara spontan yaitu
ketika ada laporan masalah yang terlihat saja oleh PNPM. Hal tersebut
113
Wawancara Pribadi dengan Abdul Hasan, 19 April 2016. 114
Wawancara Pribadi dengan Abdul Hasan, 19 April 2016
83
tidak sesuai dengan fungsi evaluasi yang ada yaitu sebagai perbandingan
dari actual project dengan perencanaan strategi yang telah disepakati.115
f. Tahap Terminasi
Tahap terminasi, yakni tahap “pemutusan” atau pemberhentian
program. Idealnya tahap ini dilakukan apabila masyarakat atau komunitas
sasaran benar-benar sudah “berdaya”.
“Sudah ada, selama kami melaksanakan simpan pinjam
hampir 12 tahun ini ada beberapa kelompok yang berhenti
ikut SPP. Mereka berhenti dengan beberapa alasan.
Pertama, karena sudah gede tokonya atau sudah punya
modal yang cukup. Ada juga kelompok yang berhenti bukan
karena dia mandiri atau sukses tapi kabur entah kemana
lepas dari tanggung jawabnya. Ada lagi nih kasus peserta
yang keluar karena sudah tidak tinggal di Desa dia lagi.
Kalau minjem di PNPM kan dalam peraturannya enggak
dibolehin tuh dalam satu kelompok minjem anggotanya
beda Desa.”116
Berdasarkan wawancara Pak Abdul Hasan, PNPM pernah
melakukan tahapan terminasi. Tahapan terminasi yang dilakukan PNPM
karena beberapa faktor penyebab. Pertama, nasabah PNPM merasa sudah
sukses atau telah berkembang usahanya. Kedua, nasabah PNPM berhenti
dengan alasan tidak jelas atau kabur. Ketiga, nasabah PNPM berhenti
dengan alasan migrasi. Dari pernyataan Pak Hasan tersebut, peneliti
menemukan beberapa alasan terminasi yang dilakukan oleh PNPM kepada
nasabah. Peneliti melihat bahwa ada dua faktor yang melandasi dalam
115
Ikosnomos, “Panduan Perencanaa, Monitoring, Evaluasi PNPM peduli,” artikel
diakses pada 6 Juni 2016 dari https://monitoringevaluation.wordpress.com/2011/09/30/panduan-
perencanaan-monitoring-dan-evaluasi/. 116
Wawancara Pribadi dengan Abdul Hasan, 19 April 2016.
84
pemutusan hubungan yang dilakukan PNPM, yaitu faktor internal dan
eksternal. Faktor internalnya PNPM melakukan terminasi berdasarkan
tujuan PNPM yaitu untuk meningkatkan modal usaha. Nasabah sudah
merasa usaha yang dikelola telah sukses sehingga ia tidak perlu lagi
membutuhkan dampingan lagi dari PNPM. Faktor eksternalnya,
pemutusan hubungan yang dilakukan PNPM berasal dari luar yaitu
nasabah kabur dan nasabah migrasi. Hal demikian, tidak dapat dicegah
oleh PNPM karena nasabahnya sendiri yang memutuskan hubungan antara
PNPM dengan dirinya. Dari alasan tersebut, terminasi yang dilakukan
PNPM sesuai dengan yang dikatakan oleh Isbandi Rukminto bahwa
terminasi dapat dilakukan dengan beberapa sebab, pertama telah mandiri
atau berdaya penerima program dan kedua ada alasan yang membuat
hubungan antara pekerja sosial dengan klien dengan sebab selesainya
kontrak, klien meninggal, klien pergi tidak jelas keterangannya dan lain
sebagainya.117
2. Model Intervensi yang dilakukan oleh PNPM Mandiri Perdesaan
Kecamatan Rajeg
a. Intervensi Mezzo
Intervensi mezzo, yaitu pemberdayaan yang dilakukan terhadap
sekelompok klien. Pemberdayaan dilakukan dengan menggunakan
kelompok sebagai media intervensi.
117
Isbandi Rukminto, Pemikiran-pemikiran dalam Pembangunan Kesejahteraan Sosial,
(Jakarta: Fakultas Ekonomi UI, 2002), h. 206.
85
“Bentuk pemberdayaan simpan pinjam PNPM Mandiri
Perdesaan Kecamatan Rajeg itu dilakukan melalui
penambahan modal usaha kelompok. Kelompok yang di
kelolanya itu minimal harus satu tahun berjalan dan
anggotanya harus berasal dari Desa yang sama. Untuk
pembentukannya itu masyarakat sendiri dek yang
menentukannya karena kalo masyarakat sendiri yang
membuatnya, mereka tahu orang-orang yang mau minjem
beneran apa enggaknya. Nah kos kitu tah bentuk
pemberdayaannana.”118
Menurut Pak Hasan, pendekatan pemberdayaan yang dilakukan
oleh PNPM Mandiri Perdesaan Kecamatan Rajeg ialah melalui media
kelompok. PNPM beranggapan bahwa di dalam kelompok, masyarakat
akan dilatih untuk memanajemen kelompok, menentukan tugas-tugas
dalam kelompok. Dari pernyataan tersebut, peneliti menemukan bahwa
pemberdayaan PNPM dilakukan dengan metode intervensi mezzo.
Intervensi mezzo ialah intervensi yang dilakukan melalui media kelompok.
Sesuai dengan pernyataan Pak Hasan bahwa PNPM memberdayakan
kelompok simpan pinjam melalui media kelompok. PNPM memberikan
tambahan modal usaha kepada kelompok perempuan yang telah berdiri
minimal satu tahun. PNPM juga menggunakan partisipasi masyarakat
dalam pembentukan kelompok, partisipasi itu dilihat peneliti pada saat
pembentukan kelompok. Masyarakat secara mandiri menentukan struktur
kelompok dan perekrutan anggota kelompok tanpa ada intervensi dari
PNPM.
118
Wawancara Pribadi dengan Abdul Hasan, 19 April 2016.
86
b. Intervensi Makro
Pendekatan ini disebut sebagai sebagian strategi sistem besar
(large-system strategy) karena sasaran perubahan diarahkan pada sistem
lingkungan yang luas. Perumusan kebijakan, perencanaan sosial,
kampanye, lobying, pengorganisasian masyarakat, manajemen konflik,
adalah strategi dalam pendekatan ini. Strategi sistem besar memandang
klien sebagai orang yang memiliki kompetensi untuk memahami situasi-
situasi mereka sendiri, dan untuk memilih serta menemukan strategi yang
tepat untuk bertindak.
“Pelaksanaan kerja kita menggunakan Pedoman
Pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan disebut juga kitab
kuning kitalah buat kerja. Karena lembaga ini berjalan
berdasarkan kebijakan pemerintah pada era Susilo
Bambang Yudhoyono melalui Ditjen Pemberdayaan
Masyarakat Daerah dan Departemen Dalam
Negerinya.”119
Dari hasil mewawancarai Pak Hasan, PNPM menyatakan bahwa
pelaksanaan kerja PNPM sesuai dengan buku pedoman pelaksanaan
PNPM Mandiri Perdesaan yang dibuat oleh Ditjen Pemberdayaan
Masyarakat dan Departemen Dalam Negeri pada era kepresidenan Susilo
Bambang Yudhoyono. Dari wawancara tersebut, peneliti menemukan
bahwa secara keseluruhan program yang dilaksanakan PNPM berdasarkan
dari pemerintah pusat. PNPM di Kecamatan Rajeg hanya melaksanakan
program kerja pemerintah berdasarkan buku pedoman yang ada. Jadi,
dengan pernyataan tersebut intervensi yang dilakukan oleh pemerintah
119
Wawancara Pribadi dengan Abdul Hasan, 19 April 2016.
87
melalui program PNPM ialah intervensi makro karena intervensi yang
dilakukan ditujukan kepada sasaran masyarakat yang luas (Isbandi: 2008).
Bukan hanya PNPM Kecamatan Rajeg saja yang menjalankan kebijakan
pemerintah tetapi Kecamatan lain di seluruh Indonesia juga melaksanakan
program yang digagaskan pemerintah pusat.
3. Indikator Keberdayaan dalam Pelaksanaan Kegiatan Simpan Pinjam
Perempuan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)
Mandiri Perdesaan Kecamatan Rajeg.
Pemberdayaan mencakup tiga indikator yang meliputi kompetensi
kerakyatan, kemampuan sosiopolitik, dan kompetensi partisipatif. Penjelasan
dari ketiga indikator sebagai berikut:
a. Indikator Kompetensi Kerakyatan
Indikator kompetensi kerakyatan dipengaruhi oleh pemberdayaan
yang berbasis sosial ekonomi kerakyatan yang kemudian difokuskan pada
upaya menciptakan akses bagi setiap rumah tangga dalam proses produksi
seperti akses informasi, pengetahuan, dan keterampilan, akses untuk
berpartisipasi dalam organisasi sosial dan akses kepada sumber-sumber
keuangan.120
“Kalau di PNPM kita sering mendapatkan informasi dari
Pak Arief. Jika ada perkumpulan kelompok SPP, seminar
usaha mikro dan acara lain yang dilaksanakan oleh PNPM
di Desa. Dengan perlakuan tersebut kita dianggap menjadi
bagian dari pelaku PNPM sehingga membuat kita tidak
120
Miftakhul Yakin, Azfandi. “Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan di
Kabupaten Brambang” Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Program Magister Ilmu Administrasi
Universitas Brawijaya, Vol, 4. No.2 (April 2016). h. 367.
88
merasa ada batasan antara lembaga dengan peminjam jadi
seperti keluarga.”121
Menurut Bu Nadiroh, para anggota SPP sering mendapatkan
informasi kegiatan dari PNPM. PNPM juga sering mengadakan acara yang
melibatkan anggota simpan pinjam PNPM. Dari wawancara tersebut,
peneliti menemukan bahwa PNPM sebagai pendamping masyarakat
memberikan akses informasi kepada nasabah dan melibatkan masyarakat
dalam kegiatan PNPM. Dapat dilihat bahwa PNPM Mandiri Perdesaan
menjunjung kerjasama yang baik antara penerima pinjaman dengan PNMP
dengan memberikan informasi kegiatan kepada peminjam. Hubungan
emosional antara pemberi manfaat dan penerima manfaat dapat berjalan
dengan baik dengan saling berkomunikasi (Suharto: 2007). Program
pemerintah yang pro poor akan tercipta dengan cara ini, karena pelaku
PNPM senantiasa memberikan dukungan informasi yang membuat
penerima manfaat dapat mengakses informasi untuk menunjang kehidupan
nasabah yang lebih baik.
b. Indikator Kemampuan Sosiopolitik
Pemberdayaan sosiopolitik difokuskan pada upaya menciptakan
akses bagi setiap rumah tangga ke dalam proses pengambilan keputusan
publik yang mempengaruhi masa depannya.
“Dan kalo perubahan buat saya sih tentunya saya lebih
banyak pengalaman de. Semenjak saya bergabung dengan
121
Wawancara Pribadi dengan Ibu Nadiroh, 17 April 2016.
89
PNPM, saya sering diajak dalam pertemuan-pertemuan di
Desa, di kecamatan pun saya pernah diajak sebagai
perwakilan peserta simpan pinjam. Tadinya saya enggak
pernah tahu ya mukanya Pak Camat. Tapi sekarang mah
saya tahu orang sering ketemu sama beliau.heheee..”122
Berdasarkan wawancara dengan Bu Nadiroh, peneliti menemukan
bahwa Bu Nadiroh sebagai anggota SPP PNPM banyak merasakan
manfaat, salah satunya Bu Nadiroh lebih aktif ikut serta dalam kegiatan
sosial di lingkungannya. Bu Nadiroh juga sering dilibatkan oleh PNPM
dalam kegiatan yang dilaksanakan Pemerintah Desa dan Kecamatan.
PNPM melibatkan peserta Simpan Pinjam agar mereka mendapatkan akses
informasi langsung dari pemerintah. Dengan demikian, Bu Nadiroh
sebagai masyarakat biasa telah mampu mengakses kehidupannya kedalam
proses pengambilan keputusan publik karena Bu Nadiroh telah ikut
bergabung menjadi bagian dari PNPM Mandiri Perdesaan Kecamatan
Rajeg.
c. Kompetensi Partisipatif
Pendekatan pembangunan dilakukan melalui pembangunan dengan
sistem partisipatif. Artinya, hasil pembangunan bukan lagi bersifat given
dan charity, tapi lebih menggunakan model pemberdayaan masyarakat.
Masyarakat diperlakukan sebagai subyek/pelaku pembangunan yang
berperan aktif dalam upaya menentukan bentuk program yang akan
dilangsungkan. Atau dengan kata lain pembangunan partisipatif adalah (1)
pembangunan yang memposisikan masyarakat sebagai subyek atas
122
Wawancara Pribadi dengan Ibu Nadiroh, 17 April 2016.
90
program pembangunan yang diperuntukkan bagi kepentingan mereka
sendiri; (2) Pelibatan masyarakat mulai dari tahap perencanaan-
pelaksanaan-monitoring-evaluasi; dan (3) Pengerahan massa diperlukan
jika program berupa padat karya.
“Pembentukan kelompok orang-orang yang dikenal aja sih
de, yah seperti teman arisan, tetangga dan saudara dekat
aja. Dan kalau ditanya kemauannya, kami sendiri sih yang
bentuk dan tambahan anggotanya palingan dari orang-
orang yang udah kenal aja dengan kami kalau orang luar
mah kan ngeri dek. Kalau di tengah-tengah pinjaman
setoran kabur siapa yang mau tanggungjawab pasti kita-
kita juga yang repot.hehehee...”123
Berdasarkan wawancara dengan Ibu Nadiroh, Bu Nadiroh
menyatakan bahwa dalam menentukan perekrutan anggota-anggota
kelompoknya mereka sendiri yang membentuk. Bu Nadiroh mengatakan
bahwa dalam pembentukan kelompok berasal dari orang-orang terdekat
dahulu yang mereka percayai. Dari data tersebut, peneliti menemukan
bahwa PNPM melakukan pemberdayaan melalui media kelompok.
Kelompok yang menjadi sasaran pemberdayaan PNPM berbentuk simpan
pinjam, kelompok simpan dibentuk oleh masyarakat sendiri tanpa adanya
intervensi dari pihak PNPM. Pelaksanaan tersebut, dapat dikatakan bahwa
pelaksanaan pemberdayaan PNPM berdasarkan pembangunan yang
bersifat partispatif atau dengan kata lain pembangunan partisipatif adalah
pembangunan yang memposisikan masyarakat sebagai subyek atas
program pembangunan yang diperuntukkan bagi kepentingan mereka
sendiri.
123
Wawancara Pribadi dengan Ibu Nadiroh, 17 April 2016.
91
B. Manfaat Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
Perdesaan (PNPM-MP) dalam Meningkatkan Status Ekonomi Keluarga
Miskin di Kecamatan Rajeg.
Manfaat pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
(PNPM) Mandiri Perdesaan dapat dilihat dari tabel berikut:
Tabel 1.2. Manfaat Ekonomi Peserta Simpan Pinjam PNPM berdasarkan Sebelum
dan Setelah Bergabung serta Pengeluaran dan Penghasilan Peserta.
No Nama
Peserta
Sebelum
Ikut KSPP
Setelah Ikut
KSSP
Pengeluaran
Keluarga
Analisis
1 Ibu
Nadiroh
Penghasilan
jualan 100
rb hingga
200 rb per
hari
Penghasilan
jualan 250
rb hingga
500 rb per
harinya
Pengeluaran
200 rb per
hari
Peneliti menemukan
bahwa Penghasilan
Bu N sebelum ikut
KSPP 100-200 rb
per hari, setelah ikut
KSPP bertambah
menjadi 250-500 rb
per hari. Sedangkan
Pengeluaran Bu
Nadiroh per harinya
mencapai 200 ribu.
Jika peneliti amati
bahwa pendapatan
Bu Nadiroh lebih
besar daripada
pengeluaran Bu
Nadiroh. Jadi, dapat
peneliti simpulkan
92
bahwa Bu Nadiroh
merupakan
masyarakat yang
mampu
meningkatkan
penghasilan
usahanya dari rendah
menjadi meningkat
per harinya.
2 Ibu Sofa
(UNI)
Penghasilan
jualan 100-
300 rb per
hari
Penghasilan
jualan 200-
500 rb per
hari
Pengeluaran
50 rb per
hari
Peneliti menemukan
bahwa Penghasilan
UNI sebelum ikut
KSPP 100-300 rb
per hari, setelah ikut
KSPP bertambah
menjadi 200-500 rb
per hari. Sedangkan
Pengeluaran UNI
per harinya hanya 50
ribu per hari. Jika
peneliti amati bahwa
pendapatan UNI
lebih besar daripada
pengeluaran UNI.
Jadi, dapat peneliti
simpulkan bahwa
UNI merupakan
masyarakat yang
mampu
meningkatkan
penghasilan
93
usahanya dari rendah
menjadi meningkat
per harinya.
3 Ibu
Asminah
Penghasilan
Jualan 70-
150 rb per
hari
Penghasilan
Jualan 170-
300 rb per
hari
Pengeluaran
300 rb per
hari
Peneliti menemukan
bahwa Penghasilan
Ibu A sebelum ikut
KSPP 70-150 rb per
hari, setelah ikut
KSPP bertambah
menjadi 170-300 rb
per hari. Sedangkan
Pengeluaran Ibu A
per harinya
mencapai 300 ribu
per hari. Jika peneliti
amati bahwa
pendapatan Ibu A
menyerupai
pengeluaran Ibu A.
Jadi, dapat peneliti
simpulkan bahwa
Ibu A merupakan
masyarakat yang
mampu
meningkatkan
penghasilan
usahanya dari rendah
menjadi meningkat
per harinya namun
dilihat dari segi
pemasukan dan
94
pengeluaran Ibu A
seimbang.
4 Ibu Yayat Penghasilan
Jualan 150-
250 per hari
Penghasilan
jualan 200-
400 rb per
hari
Pengeluaran
300 rb per
hari
Peneliti menemukan
bahwa Penghasilan
Ibu Y sebelum ikut
KSPP 150-250 rb
per hari, setelah ikut
KSPP bertambah
menjadi 200-400 rb
per hari. Sedangkan
Pengeluaran UNI
per harinya
mencapai 300 rb per
hari. Jika peneliti
amati bahwa
pendapatan Ibu Y
lebih besar daripada
pengeluaran Ibu Y.
Jadi, dapat peneliti
simpulkan bahwa
Ibu Y merupakan
masyarakat yang
mampu
meningkatkan
penghasilan
usahanya dari rendah
menjadi meningkat
per harinya.
5 Ibu Erna Penghasilan
jualan 50-
Penghasilan
jualan 100-
Pengeluaran
200 rb per
Peneliti menemukan
bahwa Penghasilan
95
100 rb per
hari
200 rb per
hari
hari Ibu E sebelum ikut
KSPP 50-100 rb per
hari, setelah ikut
KSPP bertambah
menjadi 100-200 rb
per hari. Sedangkan
Pengeluaran Ibu E
per harinya
mencapai 200 ribu
per hari. Jika peneliti
amati bahwa
pendapatan Ibu E
sama dengan
pengeluaran Ibu E.
Jadi, dapat peneliti
simpulkan bahwa
Ibu E merupakan
masyarakat yang
mampu
meningkatkan
penghasilan
usahanya dari rendah
menjadi meningkat
per harinya.
6 Ibu
Halimah
Penghasilan
jualan 100-
200 rb per
hari
Penghasilan
jualan 100-
250 rb per
hari
Pengeluaran
150 rb per
hari
Peneliti menemukan
bahwa Penghasilan
Ibu H sebelum ikut
KSPP 100-200 rb
per hari, setelah ikut
KSPP bertambah
menjadi 100-250 rb
96
per hari. Sedangkan
Pengeluaran Ibu H
per harinya hanya
150 ribu per hari.
Jika peneliti amati
bahwa pendapatan
Ibu H lebih besar
daripada
pengeluaran Ibu H.
Jadi, dapat peneliti
simpulkan bahwa
Ibu H merupakan
masyarakat yang
mampu
meningkatkan
penghasilan
usahanya dari rendah
menjadi meningkat
per harinya.
7 Ibu
Suryati
Penghasilan
jualan 50-
100 rb
perhari
Penghasilan
jualan 100-
150 rb per
hari
Pengeluaran
200 rb per
hari
Peneliti menemukan
bahwa Penghasilan
Ibu S sebelum ikut
KSPP 50-100 rb per
hari, setelah ikut
KSPP bertambah
menjadi 100-150 rb
per hari. Sedangkan
Pengeluaran Ibu S
per harinya
mencapai 200 ribu
per hari. Jika peneliti
97
amati bahwa
pengeluaran Ibu S
lebih besar daripada
pendapatan Ibu S.
Jadi, dapat peneliti
simpulkan bahwa
Ibu S merupakan
masyarakat yang
mampu
meningkatkan
penghasilan
usahanya dari rendah
menjadi meningkat
per harinya.
8 Ibu
Azijah
Penghasilan
100-200 rb
per hari
Penghasilan
200-350 rb
per hari
Pengeluaran
50 rb per
hari
Peneliti menemukan
bahwa Penghasilan
Ibu A sebelum ikut
KSPP 100-200 rb
per hari, setelah ikut
KSPP bertambah
menjadi 200-350 rb
per hari. Sedangkan
Pengeluaran per
harinya hanya 50
ribu. Jika peneliti
amati bahwa
pendapatan Ibu A
lebih besar daripada
pengeluaran Ibu A.
Jadi, dapat peneliti
simpulkan bahwa
98
Ibu A merupakan
masyarakat yang
mampu
meningkatkan
penghasilan
usahanya dari rendah
menjadi meningkat
per harinya.
Berdasarkan hasil penelitian di atas, dapat peneliti simpulkan bahwa rata-
rata pendapatan peserta simpan pinjam memperoleh peningkatan penghasilan
selama per harinya. Jadi, manfaat ekonomi dalam pelaksanaan Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan dapat terwujud sesuai dengan salah
satu indikator keberhasilan kegiatan simpan pinjam perempuan yaitu terwujudnya
peningkatan pendapatan masyarakat miskin dalam kurun waktu satu tahun.
99
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Setelah peneliti melakukan observasi, pengumpulan data serta
wawancara dengan informan di lapangan mengenai Implementasi Program
Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan pada Kelompok
Simpan Pinjam Perempuan di Kecamatan Rajeg, maka penulis dapat
menyimpulkan bahwa:
1. Pelaksanaan PNPM MP di Kecamatan Rajeg dilaksanakan dengan baik
karena pelaksanaan PNPM MP di Kecamatan Rajeg dalam tahapan
pemberdayaan yang dilakukan hampir sesuai dengan teori yang
dikatakan oleh Isbandi Rukminto dalam pemberdayaan yang dilakukan
berawal dari engagement, assessment, planning, planning action,
action, monitoring and evaluation hingga terminated.
a. Partisipasi masyarakat terutama perempuan dalam Kelompok SPP
tergolong baik, hal ini terlihat karena hampir semua perempuan
yang ada di Kecamatan Rajeg turut serta di dalamnya.
b. Pembagian tugas dalam kelompok antara ketua, bendahara dan
sekretaris tidak berjalan seimbang. Ketua memegang kendali penuh
atas kelompok sehingga kegiatan kelompok tidak berjalan dengan
baik.
100
c. Masalah ekonomi dan SDM yang rendah menjadi penghambat
utama masyarakat Kecamatan Rajeg terutama perempuan untuk
dapat turut serta dalan kegiatan Kelompok SPP.
2. Pelaksanaan PNPM MP di Kecamatan Rajeg pada Kelompok SPP
secara umum memberikan manfaat yang berarti bagi masyarakat dan
berjalan dengan baik. Masyarakat dapat meningkatkan taraf hidup
mereka dengan adanya bantuan modal untuk usaha. Saat ini Kelompok
SPP yang ada di Kecamatan Rajeg masih dalam tahap pengembangan.
Manfaat yang diperoleh peserta simpan pinjam diantaranya berupa
manfaat ekonomi, manfaat sosial dan manfaat budaya.
a. Manfaat Ekonomi
Peserta Simpan Pinjam telah mendapatkan manfaat
peningkatan usaha dari modal pinjaman yang diberikan oleh
PNPM. Contohnya: pendapatan peserta yang awalnya hanya
100-150 rb rupiah per harinya setelah bergabung dapat
meningkat pendapatannya menjadi 200-250 rb rupiah per
harinya. Selain itu juga, peserta terbantu hingga mampu
menyekolahkan anaknya ke Perguruan Tinggi.
b. Manfaat Sosial
Setelah bergabungnya peserta SPP dengan PNPM, peserta
PNPM menjadi lebih aktif dalam berpartisipasi di lingkungan
101
sosialnya dan aktif dalam kegiatan-kegiatan yang dijalankan
oleh Desa atau Kecamatan.
c. Manfaat Budaya
Masyarakat sekarang lebih berani keluar dari zona nyaman
mereka. Masyarakat mulai menyadari kepentingan sosial
daripada kepentingan individu.
5.2. Saran
Adapun saran yang dapat peneliti berikan sesuai dengan analisa
pelaksanaan PNPM MP pada Kelompok SPP di Kecamatan Rajeg adalah
sebagai berikut:
1. Sebaiknya sebelum melakukan pelaksanaan kegiatan program PPNPM
MP, pihak yang terlibat di dalamnya sebagai pengurus harus mampu
memberikan pengarahan kepada masyarakat akan pentingnya
keterlibatan mereka, sehingga kesadaran masyarakat untuk
berpartisipasi akan lebih baik.
2. Pelatihan bagi pengurus Kelompok SPP yakni ketua, sekretaris dan
bendahara perlu dilakukan, sehingga mereka dapat mengelola kegiatan
yang ada dalam kelompok dengan baik serta adanya pembagian tugas
yang seimbang.
3. Untuk para nasabah dalam pengembaliannya harus tepat waktu karena
uang yang dipinjamkan harus diputar kembali. Dengan kegiatan
102
tersebut, diharapkan dapat menjadi feedback positif antara peminjam
dan PNPM.
4. Untuk Para Mahasiswa/mahasiswi semoga skripsi ini dapat kalian
lanjutkan dan lebih detail lagi dalam mengkajinya dan menjadi acuan
bagi kalian yang tertarik dengan implementasi simpan pinjam PNPM
Mandiri Perdesaan.
Daftar Pustaka
Buku
Gulo, W. Metodologi Penelitian, Jakarta: PT. Grasindo, 2002.
Gunawan, Sumodiningrat. Pemberdayaan Masyarakat & Jaring Pengaman
Sosial , Jakarta: Pt Gramedia Pustaka Utama, 1999.
Gunawan, Imam. Metode Penelitian Kualitatif Teori & Praktik, Malang: PT
Bumi Aksara, 2013.
Hurairah, Abu. Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat, Bandung:
Humaniora, 2008.
Kasmir, kewirausahaan, Jakarta: Pt Rajagrafindo. 2006.
Kementerian Sosial Republik Indonesia, Analisis Data Kemiskinan, Jakarta:
Kemensos RI. 2012.
Martono, Nanang. Metode Penelitian Kualitatif Analisis Isi dan Analisis Data
Sekunder, Jakarta: Rajawali Pers, 2011.
Midgley, James. Pembangunan Sosial Perspektif Pembangunan Dalam
Kesejahteraan Sosial, Jakarta: Direktorat Perguruan Tinggi Agama
Islam, 2005.
Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2000.
Moore, Fraizer. HUMAS Membangun Citra dengan Komunikasi Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2005.
Nasir D, Moh. Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1993.
Pedoman Penulisan skripsi, Tesis, dan Disertai UIN, (Jakarta, UIN Jakarta
Press: 2007.
Prastowo, Andi. Memahami Metode-metode Penelitian, Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media, 2011.
Soehartono, Irawan. Metode Penelitian Sosial, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2011.
Soetama, Pemberdayaan Masyarakat, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011.
Suharto, Edi. Membangun Masyarakat Memerdayakan Rakyat, Bandung:
Refika Aditama. 2007.
Sutrisno, Loekman. Kemiskinan, Perempuan dan Pemberdayaan, Yogyakarta:
Kanisius. 1997.
Suyatno, Sutinah. (Ed). Metodologi Penelitian Sosial (Berbagai Alternative
Rasyid, H. Sulajman. Fiqih Islam, Bandung: Sinar Baru Algesindo,
2014.
Rukminto, Isbandi. Pemikiran-pemikiran dalam Pembangunan Kesejahteraan
Sosial, Jakarta: Fakultas Ekonomi UI, 2002.
Jurnal
Miftakhul Yakin, Azfandi. “Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan di
Kabupaten Brambang” Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Program
Magister Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya, Vol, 4. No.2
(2015).
Skripsi
Ghozali, Ahmad “Implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
Mandiri Perkotaan dalam Pengentasan kemiskinan di Pondok Labu.”
Skripsi S1 Fakultas Dakwah dan Ilmu komunikasi, Universitas Islam
Negeri Jakarta, 2012.
Internet
Stada Kabupaten Tangerang, Susenas. “Angka Kemiskinan Kabupaten
Tangerang.” Artikel diakses pada 8 Maret 2016 dari http://
www.bps.go.id/2016/803/.html
Siregar, Arpan. “Model dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Implementasi
Kebijakan.” diakses pada 10 Maret 2016 dari
https://arpansiregar.wordpress.com.
Wawancara
Wawancara Pribadi dengan Abdul Hasan, Ketua UPK Kecamatan Rajeg, pada
hari selasa 19 April 2016 Pukul 13.00 s/d 14.00 WIB.
Wawancara Pribadi dengan Arif Subrowi, Staff Administrasi PNPM, pada
hari rabu 21 April 2016 Pukul 13.00 s/d 13.30 WIB.
Wawancara Pribadi dengan Rasim AR, Ketua BKAD Kecamatan Rajeg, pada
hari senin 25 April 2016 Pukul 14.00 s/d 15.00 WIB.
Wawancara Pribadi dengan Ibu Nadiroh, pedagang kuliner, pada hari rabu 27
April 2016 Pukul 13.00 s/d 13.30 WIB.
Wawancara Pribadi dengan Ibu Sofa, pedagang obat herbal, pada hari selasa
26 April 2016 Pukul 15.00 s/d 15.30 WIB.
Wawancara Pribadi dengan Ibu Asminah, penjual ketoprak, pada hari 28 April
2016 Pukul 14.30 s/d 15.25 WIB.
Wawancara Pribadi dengan Ibu Yayat, penjual selang gas LPG, 22 April 2016
Pukul 14.30 s/d 15.25 WIB.
Wawancara Pribadi dengan Ibu Erna, penjual warung sembako, 29 April 2016
Pukul 16.30 s/d 17.00 WIB.
Wawancara Pribadi dengan Ibu Halimah, penjual warung sembako, 29 April
Pukul 10.00 s/d 10.25 WIB.
Wawancara Pribadi dengan Ibu Suryati, penjual ban motor, 23 April 2016
Pukul 09.00 s/d 09.25 WIB.
Wawancara Pribadi dengan Ibu Azijah, penjual warung sembako, 25 April
2016, Pukul 11.00 s/d 11.30 WIB.
Lain-lain
Departemen Dalam Negeri dan Ditjen Pemberdayaan Masyarakat Daerah
(DEPDAGRI PMD) Petunjuk Teknis Operasional Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan, Jakarta: DEPDAGRI
PMD, 2008.
AD/ART Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan
Kecamatan Rajeg, Tangerang: PNPM-MP, 2010.
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan Kecamatan
Rajeg, Lembar Pertanggungjawaban UPK 2015, Tangerang: PNPM-
MP, 2015.
TRANSKIP WAWANCARA
Wawancara I
Informan : Abdul Hasan, S.E. M.pd.
Jabatan : Kepala UPK Kecamatan Rajeg
Waktu : 19 April 2016. Pukul 13.00 s/d 14.00 Wib.
Tempat : Rumah Pak Abdul Hasan, Desa Pangarengan.
Peneliti : Assalamu Alaikum Pak. (sambil tersenyum)
Pak Hasan : Wa’alaikum Salam, ini Wawan yang mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN)
Ciputat ya, yang tadi WA saya mau ketemu.
Peneliti : Iya bener Pak. Gimana kabarnya Pak?
Pak Hasan : Iya sehat, Alhamdulillah. Oh iya silahkan duduk dek. Ada perlu apa yah kira-
kira.
Peneliti : Iyah terima kasih Pak. ini Pak kedatangan saya kesini saya mau wawancara
tentang implementasi PNPM Pak?
Pak Hasan : Oh gitu. Oke siap apa aja nih pertanyaannya?
Peneliti : Wiih mantep nih semangat Bapaknya. Menurut Bapak pelaksanaan simpan
pinjam di PNPM itu seperti apa sih Pak?
Pak Hasan : Menurut saya, program SPP adalah program yang bagus, program yang mampu
membuat masyarakat miskin atau lemah dapat mengembangkan usahanya.
Peneliti : Oh gitu yah Pak. Kalau saya boleh tau nih Pak. Bentuk pemberdayaan dalam
program SPP nya seperti apa sih Pak?
Pak Hasan : Bentuk pemberdayaan simpan pinjam PNPM Mandiri Perdesaan Kecamatan
Rajeg itu dilakukan melalui penambahan modal usaha kelompok. Kelompok yang di kelolanya
itu minimal harus satu tahun berjalan dan anggotanya harus berasal dari Desa yang sama. Untuk
pembentukannya itu masyarakat sendiri dek yang menentukannya karena kalo masyarakat
sendiri yang membuatnya, mereka tahu orang-orang yang mau minjem beneran apa enggaknya.
Nah kos kitu tah bentuk pemberdayaannana.
Peneliti : Oh enyaa Pak. Terus kalau praktik pemberdayaan PNPM itu dilakukan dengan
landasan apa Pak?
Pak Hasan : Pelaksanaan kerja kita menggunakan Pedoman Pelaksanaan PNPM Mandiri
Perdesaan disebut juga kitab kuning kitalah buat kerja. Karena lembaga ini berjalan berdasarkan
kebijakan pemerintah pada era Susilo Bambang Yudhoyono melalui Ditjen Pemberdayaan
Masyarakat Daerah dan Departemen Dalam Negerinya.
Peneliti : Oh gitu, terus kira-kira bagaimana awal interaksi PNPM Mandiri Perdesaan
Kecamatan Rajeg dalam mengenalkan Simpan Pinjam Perempuan kepada masyarakat Pak?
Pak Hasan : Awal berinteraksi lewat sosialisasi kepada warga, sosialisasi PNPM itu
dilakukan melalui partner kerja PNPM kayak BKAD. Nih Pak Adang anggotanya yang lagi
duduk.hehee.. selain BKAD ada juga partner kerja PNPM kalau di Desa yah sama Pak lurah dan
fasilitator desanya. Kalau di kampung fasilitator desa tidak ada. Palingan staffnya yang bantuin
sosialisasi di acara desa. Di Desa Rajeg itu kayak Pak Wahyu, Pak Burhan, dkk yang biasanya
sosialisaiin. Ada juga Pak Herman dan Pak Arief sosialisai kepada Ibu-ibu, Pak Arif dan Pak
Herman ini paling deket sama Ibu-ibu soalnya mereka itu petugas lapangan langganan Ibu-
ibu.hehee. Coba tanyain ke Pak Arif kalau enggak percaya mah.heee..
Peneliti : Setelah sosialisasi dilakukan oleh PNPM, bagaimana Pak respon masyarakatnya
dan BKAD singkatan dari apa Pak?
Pak Hasan : Respon awal di masyarakat awalnya ragu dengan sosialisasi simpan pinjam
PNPM. Karena di Rajeg itu banyak sekali lembaga penyalur pinjaman modal. Awalnya
masyarakat kurang percaya dengan pinjaman yang kami sosialisasikan, karena di Rajeg itu sudah
banyak lembaga-lembaga penyalur pinjaman. Sebagian masyarakat masih beranggapan pinjaman
yang kami berikan itu tidak akan bermanfaat dan tidak dapat digunakan untuk apapun. karena
pinjaman awal yang kami berikan hanya Rp. 500.000. Pada saat itu tahun 2004 program SPP
hanya 6 kelompok yang berpartisipasi se Desa di Kecamatan Rajeg
Peneliti : Terus kalau masyarakatnya ragu atau kurang yakin dengan simpan pinjam
PNPM. Bagaimana persiapan petugas untuk menanggapi hal demikian apa ada alternative lain
dalam pelaksanaannya?
Pak Hasan : Untuk menjalin rasa kepercayaan dengan masyarakat, PNPM melakukan
pendekatan melalui kelompok yang telah bergabung. Dari nasabah itu mereka turut memberikan
sosialisasi atau promosi juga ke temen-temennya lewat mulut ke mulut lah. Dari peristiwa
tersebut masyarakat lambat laun percaya sendiri dengan simpan pinjam PNPM.
Peneliti : Hmmm. Begitu yah pak. Apa yang melatar belakangi Bapak menjadikan
Rajeg sebagai lokasi sasaran penerima pinjaman?
Pak Hasan : Karena di sini itu yah masyarakatnya masih kebanyakan miskin dek. Menurut
pengamatan Bapak sih di Rajeg itu gambaran awalnya kayak gini de:
Banyak ibu-ibu usia produktif tetapi tidak mempunyai akses untuk menerima
informasi mengenai peminjaman modal usaha dalam pengembangan modal
usahanya. Bahkan seringkali banyak ibu-ibu produktif yang harus rela
menutup usahanya karena utang pinjaman modal dari bank harian gara-gara
utangnya menumpuk.
Kalo untuk para suaminya rata-rata disini itu mata pencahariannya sebagai
buruh pabrik dan wiraswasta dek, jadi masih jarang anak-anak mereka yang
mampu kuliah.
Trus disini tuh kebanyakan ibu-ibunya usaha warung kecil-kecilan, kayak
jajanan sekolah jadi kebutuhan buat sehari-hari mereka masih pas-pasan
semuanya bergantung sama suami. Kalo seperti itu kan suami yang repot
berapa sih gaji buruh kalo usaha buruh sama wiraswasta/tukang ojeg sulit
untuk memenuhi kebutuhan kayak anak sekolah, modal warung.
Kalo buat pinjaman modal usaha sih banyak di daerah Rajeg mah seperti Bank
harian, rentenir dan lembaga pinjaman swasta. Cuman prasyarat dan
penyetorannya kadang membuat ibu-ibu kesulitan seperti harus ada jaminan
sertipikat tanah dll.
Dari alasan itulah de, PNPM menjalankan program simpan pinjamnya agar
masyarakat lebih sejahteralah, intinya.
Peneliti : Oh kalau keadaan kayak gitu, terus penindaklanjutanya gimana tuh pak. Bapak
yang menentukan pembentukannya apa masyarakat sendiri yang menentukan pak?
Pak Hasan : Walaupun saya yang mengetahui/mengidentifikasi keadaanya tetap kami PNPM
menjunjung tinggi tingkat partisipasi masyarakat tersendiri. ketika masyarakat sadar akan
kebutuhannya dalam penambahan modal usaha. Biarkan mereka mengeksplore sendiri. Biasanya
ibu-ibu yang mau minjem SPP itu sudah membentuk kelompok yang telah berjalan selama satu
tahun bersama. Kalau sudah sedemikian, barulah kelompok mengajukan ke Desa dari desa di
verifikasi sama petugas PNPM setelah verifikasi diterima baru diadakan musyawarah bersama di
Desa.
Peneliti : Kalau pembentukannya melalui partisipasi masyarakat berarti hampir sama dong
ya Pak dengan tujuan utama PNPM. Terus nih yah Pak kalau sudah ada kesadaran dan partisipasi
dari masyarakatnya. Tahap perencanaan yang dilakukan PNPM apa Pak?
Pak Hasan : Selanjutnya, tahap perencanaan kami yaitu membuat kesepakatan bersama
antara penanggungjawab PNPM dengan warga. Kesepakatan ini biasanya dilakukan dalam
forum Musyawarah Antar Desa (MAD), MAD dilakukan ketika mau pencairan dana pinjaman
maka pertemuan musyawarah ini dihadiri oleh Kepala Desa sebagai saksi pemberian dana,
Petugas PNPM sebagai pemberi dana, BKAD sebagai penanggungjawab, BPK sebagai badan
pengawas keuangan PNPM dan masyarakat sebagai penerima pinjaman.
Peneliti : Hmmm,,. prosesnya agak ribet juga yah Pak, kalau mau menggulirkan dana
harus melalui rapat MAD dulu dan lain-lain. Kalau perencanaannya sudah sesuai, berarti tinggal
pelaksanaannya yah Pak. Kalau dalam pelaksanaan SPP itu ada gak sih kendala-kendalanya?
Pak Hasan : Dalam pelaksanaan program SPP sih di lembaga kita biasa-biasa aja masih
terbilang lancarlah penyetorannya, emang sih ada aja salah satu kelompok yang macet tapi
Alhamdulillah bisa kami atasi dengan cara membantu penagihannya. Dengan catatan kalau
kelompoknya udah nyerah nih gak bisa lagi buat nagihnya, barulah kami turun.
Peneliti : Masih terbilang amanlah yah Pak kesulitannya. Terus dalam pelaksanaan
programnya apa ada monitoringnya Pak?
Pak Hasan : Tentu ada de, tapi kami melakukan kegiatan monitoring sekaligus evaluasi.
Peneliti : Koq gitu sih Pak. Emang kenapa dilakukan bersamaan Pak? Bukannya evaluasi
itu dilakukan setelah monitoring dilakukan Pak?
Pak Hasan : Iyah memang demikian de, tapi PNPM Rajeg ini tahulah petugasnya sedikit buat
hemat waktulah de. Heheeee
Peneliti : Oh begitu Pak. Terus kapan aja Pak pelaksanaannya?
Pak Hasan : Kalau monitoringnya itu sebulan sekali, dan evaluasinya juga palingan sebulan
sekali tapi biasanya kalo evaluasi di kelompok itu biasa dilakukan kalo ada kendala aja di
kelompok barulah kita mengevaluasi bersama kelompok.
Peneliti : Hmmm.. Monitoring evaluasi ada yah Pak. Apa sudah ada kelompok yang
mandiri atau berhenti meminjam selama PNPM ini dilaksanakan?
Pak Hasan : Sudah ada, selama kami melaksanakan simpan pinjam hamper 12 tahun ini ada
beberapa kelompok yang berhenti ikut SPP. Mereka berhenti dengan beberapa alasan pertama,
karena sudah gede tokonya atau sudah punya modal yang cukup. Ada juga kelompok yang
berhenti bukan karena dia mandiri atau sukses tapi kabur entah kemana lepas dari tanggung
jawabnya. Ada lagi nih kasus peserta yang keluar karena sudah tidak tinggal di Desa dia minjem
kan dalam peraturannya enggak dibolehin tuh yah makanya dia berhenti aja gara-gara pindah ke
daerah lain.
Peneliti : Oh begitu yah Pak.
Pak Hasan : Iyah dek, mohon maaf nih saya ada keperluan lain mau ke Kecamatan. Kalau
masih memerlukan informasi lain bisa tanya ke Pak Arif saja di UPK.
Penelit : Oke Pak. Makasih banyak nih atas waktunya.
Pak Hasan : Iyah de sama-sama.
Wawancara II
Informan : Arif Subrowi.
Jabatan : Staff UPK Kecamatan Rajeg.
Waktu : 21 April 2016. Pukul 13.00 s/d 13.30 WIB.
Tempat : Kantor PNPM Sukatani Permai.
Peneliti : Assalamu Alaikum.
Pak Arif : Walaikum Salam. Silahkan masuk.
Peneliti : Iyah Pak terima kasih. Saya Wawan mahasiswa Universitas Islam Negeri
Ciputat, sedang penelitian di PNPM Rajeg. Mau ngobrol sedikit Pak boleh? hehe
Pak Arif : Oh Wawan yah. Iyah silahkan santai aja.
Peneliti : Menurut Bapak bagaimana konteks simpan pinjam di PNPM ini?
Pak Arif : Menurut saya, Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM)
merupakan salah satu program pemerintah yang cukup berhasil. Di antara programnya adalah
Simpan Pinjam Perempuan (SPP). Simpan pinjam merupakan program dana bergulir yang
dilaksanakan oleh PNPM melalui media kelompok. Kelompok yang menjadi sasaran PNPM
ialah kelompok perempuan usia produktif dalam kategori rumah tangga miskin, kelompok-
kelompok tersebut dikelola untuk mengembangkan usaha rumah tingga miskin. Juga SPP
dilaksanakan untuk memberikan kesempatan kaum perempuan meningkatkan ekonomi rumah
tangga melalui pendanaan peluang usaha.
Peneliti : Hmm.. Begitu yah Pak. Kapan simpan pinjam PNPM mulai dikenal warga?
Pak Arif : Awal PNPM dikenal oleh masyarakat melalui kegiatan sosialisasi tim PNPM,
Kades, Staff dan BKAD di seluruh Desa yang ada di Kecamatan Rajeg.
Peneliti : Bagaimana kondisi awal simpan pinjam di Rajeg?
Pak Arif : Kondisi simpan pinjam disini dulunya juga peminjamannya kurang berjalan
dengan baik, masih banyak masyarakat yang mau minjem tapi jarang yang setoran.
Peneliti : Berapa Pak pinjaman awal yang diberikan PNPM kepada warga?
Pak Arif : Simpan pinjam PNPM disini, awalnya hanya dapat kucuran dana sekitar Rp.
58.440.000,- untuk di salurkan pada enam kelompok sebesar Rp. 500.000,- per orang.
Peneliti : Kelompok yang pertama kali merasakan pinjaman PNPM berasal dari mana
Pak?
Pak Arif : Kelompoknya itu, salah satunya kelompok melati yang di ketuai oleh Bu
Munawaroh kalo gak salah. Kelompok ini kelompok paling awal gabung yang berasal dari Desa
Tanjakan.
Peneliti : Kapan Pak simpan pinjam PNPM mengalami kemajuan?
Pak Arif : Simpan pinjam PNPM baru terasa kemajuannya pada tahun 2007, karena pada
tahun ini tingkat partisipasi masyarakat meningkat dan setoran masyarakatnya juga sudah mulai
lancar. Semenjak tahun 2007 simpan pinjam mengalami kemajuan, tahun demi tahun para
peserta simpan pinjam meningkat. Sekarang pada tahun 2016, peminjam SPP udah makin
banyak. Kalau sesuai dengan catatan kami sudah mencapai 288 kelompok yang terbentuk.
Pak Arif : Bentar dulu yah Pak wawan, saya ada yang mau setor nih.
Peneliti : Iyah Pak gak apa-apa. Silahkan Pak layani dulu yang setornya. Makasih yah
Pak.
Pak Arif : Iyah sama-sama.
Wawancara III
Informan : Rasim. Ar, S.H.
Jabatan : Ketua Badan Kerjasama Antar Desa (BKAD) Kecamatan Rajeg
Waktu : 25 April 2016. Pukul 14.00 s/d 15.00 WIB.
Tempat : Rumah Pak Rasim, Desa Cilongok.
Peneliti : Assalamu Alaikum.
Dadang : Walaikum Salam. Silahkan duduk.
Peneliti : Terima kasih Pak. Saya mahasiswa Universitas Islam Negeri Ciputat Pak, yang
sedang meneliti Simpan Pinjam PNPM.
Dadang : Oh Wawan itu yah.
Peneliti : Iyah Pak bener. Saya mau meminta informasi Pak terkait pelaksanaan PNPM?
Dadang : Oh gitu, Yaudah tanyain aja apa.
Peneliti : Apa yang Bapak ketahui tentang PNPM?
Rasim : PNPM Kecamatan Rajeg ialah program pemerintah yang terbentuk pada
pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono pada tahun 2004 melalui program PPK dengan tujuan
utamanya mengatasi kemiskinan di Indonesia. Program PPK punya beberapa program
diantaranya program sarana pendidikan, kesehatan, sarana dan prasarana dan pinjaman bergulir
Peneliti : Oh gitu yah Pak. Perubahan apa saja yang terjadi selama pelaksanaan PNPM
yang Bapak Ketahui?
Rasim : Setelah berjalan kira-kira setahun, tahun 2005 PPK mengalami perubahan yakni
nama PPK berubah jadi UPK. Kemudian pada 1 September 2006, PPK berubah lagi namanya
jadi PNPM kemudian disahkan 30 April 2007 jadi PNPM Mandiri Perdesaan.
Peneliti : Ohh gitu Pak. Kapan BKAD terbentuk?
Rasim : Pada tahun 2008, PNPM Mandiri Perdesaan Kecamatan Rajeg mengalami
perkembangan. PNPM Mandiri Perdesaan Kecamatan Rajeg, membentuk Badan Kerjasama
Antar Desa sesuai surat Ditjen PMD untuk melestarikan Asset PPK
Peneliti : Respon masyarakat dalam simpan pinjam yang dilaksanakan PNPM?
Rasim : Awalnya respons masyarakat kurang de, masih banyak masyarakat yang ingin
pinjaman gede.
Peneliti :Hambatan apa saja ketika mensosialisakan program simpan pinjam ke Desa?
Rasim : Hambatannya ketika kita sosialisasi ke Desa kurangnya sumber daya manusia
yang profesional dalam dek dalam sosialisasi. Jadi kesan masyarakat sama kita kurang.
Peneliti : Terus Pak BKAD itu bertugas sebagai apa dalam kinerja PNPM?
Rasim : BKAD ini Badan Kerjasama Antar Desa. Jadi BKAD lah yang membantu
PNPM dalam memfasilitasi warga di Desa. BKAD membantu dalam pelaksanaan PNPM juga
membantu dalam pelestarian aset PNPM.
Peneliti : Oh gitu, BKAD itu siapa aja anggotanya?
Rasim : Saya Rasim sebagai Ketua, Dadang Bs anggota I dan Eliyati anggota II. Maaf
yah De, bukannya Bapak gak mau nih lanjutan wawancaranya Bapak ada undangan nih ke
Kecamatan.
Peneliti : Oh yaudah Pak gak apa-apa. Terima kasih banyak yah Pak atas waktunya.
Rasim : Oh iya sama-sama dek.
Wawancara IV
Informan : Ibu Nadiroh (35 th).
Jabatan : Ketua Kelompok Anggrek SPP UPK Kecamatan Rajeg
Waktu : 27 April 2016. Pukul 13.00 s/d 14.00 Wib.
Tempat : Kantor UPK, Sukatani Permai.
Peneliti : Assalamu Alaikum,
Ibu Nadiroh : Walaikumsalam,.
Peneliti : Maaf Bu mengganggu waktunya sebentar, saya boleh ngobrol sebentar dengan
ibu.
Ibu Nadiroh : Iyah ga apa-apa. Emang ada perlu apa yah de?
Peneliti : Saya kan lagi meneliti Program Simpan Pinjam di PNPM Bu, saya ingin tahu Bu
pelaksanaan simpan pinjam menurut Ibu.
Ibu Nadiroh : Menurut Ibu yah Simpan Pinjam itu program yang bagus yah de, mampu
meningkatkan modal usaha saya dan bisa ngebantu usaha saya lebih maju.
Peneliti : Ohh begitu yah Bu. Ngomong-ngomong Ibu sudah berapa lama ikut Simpan
pinjam Perempuan (SPP) PNPM?
Bu Nadiroh : Saya sudah tahun ke 6 ikutan SPP de
Peneliti : Oh gitu yah Bu, emang dalam pembentukan kelompoknya bagaimana Bu,
berdasarkan kemauan Ibu-ibu aja apa ada usulan dari orang luar seperti petugas SPP?
Bu Nadiroh : Pembentukan kelompok orang-orang yang dikenal aja sih de, yah seperti teman
arisan, tetangga dan saudara dekat aja. Dan kalau ditanya kemauannya, kami sendiri sih yang
bentuk dan tambahan anggotanya palingan dari orang-orang yang udah kenal aja dengan kami
kalau orang luar mah kan ngeri dek. Kalau di tengah-tengah pinjaman setoran kabur siapa yang
mau tanggungjawab pasti kita-kita juga yang repot.hehehee..
Peneliti : Kalau boleh tahu tujuan utama Ibu ikutan SPP untuk apa Bu?
Bu Nadiroh : Buat nambahin modal usaha
Peneliti : Kan banyak Bu peminjaman modal usaha di luar PNPM, kenapa Ibu memilih
pinjaman di PNPM?
Bu Nadiroh : Yah menurut Ibu, pinjaman PNPM itu Murah, cicilan pinjaman bunganya kecil
dan dicicilnya melalui kelompok.
Peneliti : Setelah dapat pinjaman SPP mau digunakan buat apa Bu? (mengulang
pertanyaan guna melihat konsistensi si Ibu)
Bu Nadiroh : Tentunya buat nambahin modal de.
Peneliti : Sebelum ikutan SPP usaha Ibu apa?
Bu Nadiroh : Sebelum minjem, usaha Ibu jualan jajanan anak sekolah.
Peneliti : Hmm gitu yah Bu. Ibu sudah lama nih minjem di SPP, apa ada perubahan Bu
untuk usaha Ibu, keluarga dan diri Ibu sendiri?
Bu Nadiroh : Perubahan yang Ibu rasakan banyak de, kalo buat usaha sih. Dulunya kan saya
cuma jualan ciki-ciki sekarang ini usaha saya sudah meningkat dari berjualan ciki-cikian
sekarang sudah mampu berjualan kuliner makanan yang lebih menjanjikan keuntungannya, buat
keluarga Alhamdulillah bisa ngebantu iuran sekolah, jajan anak dan keperluan lainnya. dulunya
saya mau kasih uang jajan anaknya saja susah harus menunggu uang dari suami tetapi sekarang
ini sudah bebas memberikan uang jajan dan keperluan anak sekolah dari hasil usahanya. Dan
saat ini saya mampu menyekolahkan anak ke sekolah unggulan di Kabupaten Tangerang
SMAN 2 Tangerang yang dulunya mampu menyekolahkan di sekolah yang sederhana. Dan
kalo perubahan buat saya sih tentunya saya lebih banyak pengalaman de semenjak saya
bergabung dengan PNPM saya sering diajak dalam pertemuan-pertemuan desa, kecamatan
sebagai perwakilan peserta simpan pinjam yang tadinya saya enggak pernah tahu ya mukanya
Pak Camat. Tapi sekarang mah saya sering ketemu sama beliau.
Peneliti : Ibu kan jadi anggota SPP PNPM nih, Ibu sering dapat informasi tidak dari
PNPM. Misalkan kalau ada perkumpulan, kegiatan dan lain-lain yang ada di PNPM Rajeg?
Bu Nadiroh : Kalo di PNPM sih kita sering mendapatkan informasi dari Pak Arief kapan ada
perkumpulan kelompok SPP, seminar dan acara lain. Malahan diluar kegiatan juga kita sering
kumpul sama Pak Arief, Bu Ipeh, Bu Asna dan Pak Herman. Jadi kita kayak dianggap keluarga
gitu deh.
Peneliti : Oh gitun yah Bu, seru dong yah. Kira-kira penghasilan dari usaha jualan berapa
Bu per harinya?
Bu Nadiroh : Kalo penghasilan dari usaha saya sih tergantung banyak pesanan de, kalo di hari
ini banyak yang pesan kue dan makananan banyak juga pemasukannya, mungkin antara Rp. 250-
500 rb per hari kali ya.hehee…
Peneliti : Hmm, gitu yah Bu. Kira-kira Bu kalau pengeluaran keluarga berapa Bu per
harinya?
Bu Nadiroh : Kalo pengeluaran per hari paling Rp.200 rban lah mungkin itu juga bisa lebih de.
Peneliti : Kira-kira nih ya Bu apa aja Bu pengeluaran perharinya,
Bu Nadiroh : Banyak de pengeluaran mah salah satunya jajan anak, ongkos sekolah anak, buat
masak sayur-sayuran, lauk pauk lah. Beli beras, minyak, bumbu-bumbu dapur dan lain-lain
untuk buat keluarga ya.
Peneliti : Buat pengeluaran mingguannya apa aja Bu?
Peneliti : Kalau pengeluaran mingguan mah sih jarang yah, kira-kira sih de palingan stok
peralatan mandi kayak sampo, sabun, dan indomie gitu.
Bu Nadiroh : Kalau pengeluaran bulanannya Bu apa aja kira-kira?
Peneliti : LPG dan biaya anak sekolah, bayar listrik dan setoran motor.
Bu Nadiroh : Kalau pemasukan keseluruhannya kira-kira berapa tuh yah?
Peneliti : Kalau pemasukannya sih 8 jt an perbulan itu semuanya ya, hasil dagang saya
sama kerja suami.
Peneliti : Ohh gitu yah, Ibu suka ikutan kumpulan acara di lingkungan Ibu?
Bu Nadiroh : Saya mah sering, orang setiap ada acara kelurahan atau apa saya yang dijadiin
ketuanya.hehee. jadi sombong ini..
Peneliti : Tidak apa-apa Bu malahan bagus Bu. Terus dalam perkumpulan apa Ibu sering
mengemukakan pendapat?
Bu Nadiroh : Kalo di pertemuan mah sih saya sering berdiskusi dengan teman-teman.
Peneliti : Maaf yah Bu, kira-kira nih Ibu suka minder gak sih kalau ikutan kumpul bareng
sama orang-orang yang status ekonominya di atas Ibu?
Bu Nadiroh : Gak ah biasa aja. Orang di perumahan say amah orang-orangnya sama
ekonominya. Jadi gaulnya kita biasa-biasa aja.
Peneliti : Oh gitu yah Bu, ngomong-ngomong antrian penyetorannya sudah sepi nih Bu.
Kalo Ibu mau setor dulu silahkan Bu. Tapi terima kasih banyak yah Bu atas informasinya. Di
lain waktu saya bisa minta info lagi tentang pinjaman PNPM kepada Ibu?
Bu Nadiroh : Iyah sama-sama. Iyah bisa tenang aja. Lagian anak saya juga lagi skripsian di
Bandung. Jadi Ibu tahu koq gimana perjuangannya bikin skripsi.
Peneliti : Terima kasih banyak Bu. Oh anak Ibu lagi skripsian juga yah. Iyah bu aduh
skripsian mah butuh banyak perjuangan harus kuat Bu, kuat hati, kuat pikiran dan kuat duit juga.
Heheee. Eh iyah Bu, saya boleh minta kontak Ibu?
Bu Nadiroh : Iyah dek. Ini nomornya 082134567721,
Peneliti : Terima kasih Ibu.
Bu Nadiroh : Sama-sama Ibu.
Wawancara V
Informan : Ibu Sofa (Uni) (43 th)
Jabatan : Ketua Kelompok Anggrek SPP UPK Kecamatan Rajeg
Waktu : Selasa, 26 April 2016. Pukul 15.00. s/d 15.30.WIB.
Tempat : Kediaman Uni
Peneliti : Tok.Tok.. Assalamu Alaikum,
Ibu Nadiroh : Walaikumsalam,.
Peneliti : Ibunya ada de?
Anak Uni : Iyah ada bang. Bentar yah saya panggil Umi dulu.
Peneliti : Iyah de. Makasih yah de.
Uni : Silahkan duduk, Maaf ada perlu apa yah?
Peneliti : Maaf Bu mengganggu waktunya, saya mahasiswa UIN Bu sedang penelitian
skripsi di PNPM tentang simpan pinjam. Saya boleh minta waktunya sebentar untuk wawancara
Bu?
Uni : Oh gitu, Boleh boleh.
Peneliti : Ibu sudah berapa lama Bu ikut Simpan pinjam Perempuan (SPP) di PNPM?
Uni : Saya sudah 6 tahun ikutan SPP dari 2010 de
Peneliti : Oh cukup lama juga yah Bu. Tujuan utama Ibu ikutan SPP untuk apa Bu?
Uni : Buat nambahin modal usaha, buat beli etalase, nambahin produk, kursi tamu dan
lain-lain.
Peneliti : Oh.. Kenapa Ibu mau minjem di SPP PNPM?
Uni : Karena saya sudah dekat dengan anggota kelompok saya dan pekerja SPP sudah
kenal dekat dengan saya dan juga kalo minjem di PNPM bunganya kecil terus bisa dicicil harian
di dalam kelompok. Jadinya gak kerasa penyetorannya seperti gak punya utang aja gitu.
Peneliti : Setelah dapat pinjaman SPP mau digunakan buat apa Bu? (mengulang
pertanyaan guna melihat konsistensi si Ibu)
Uni : Tentunya buat nambahin modal toko herbal saya de.
Peneliti : Sebelum ikutan SPP Ibu usaha apa?
Uni : Sebelum minjem usaha saya sama toko herbal juga tetapi gak segede yang
sekarang ini.
Peneliti : hmmmm.. Ibu sudah lama nih minjem di SPP, apa ada perubahan untuk usaha
Ibu, keluarga dan diri Ibu sendiri?
Uni : Perubahan yang dirasakan buat usaha saya sih dulunya kan saya cuma punya
satu etalase buat tempat obat herbal saya sekarang udah ada dua, produk saya bertambah, alat
kesehatan bekam sudah lengkap, dulu gak ada tv di toko sekarang sudah ada, dulu gak ada nih
tempat duduk tamu yang panjang ini sekarang sudah ada dan masih banyak lagi. Dan kalau buat
keluarga Alhamdulillah bisa tidak terlalu ngebebanin suami dan bisa ngumpulin duit sendiri jika
ada keperluan mendadak buat keluarga dan pembelian kosmetik Ibu-ibu. hehee.. Kalo perubahan
buat saya sendiri mah apa yah saya merasa nyaman aja ikut SPP di PNPM ditambah lagi orang-
orang di kelompok udah pada klop semua sama saya dan kita saling menghargai. Poinnya gini
kali yah, kita jadi bertambah rasa kepekaan dan hubungan emosionalnya untuk sesama.
Peneliti : Hmmmm gitu yah Bu,. Kira-kira nih Bu penghasilan dari usaha Ibu berapa per
harinya?
Uni : Kalo penghasilan dari usaha saya sih tergantung banyak pesanan dan yang
datang minimalnya 200-500 rb per harinya.
Peneliti : Hmm, Banyak juga yah Bu.hehe. Kalau boleh tahu sebelum Ibu bergabung
dengan Simpan Pinjam berapa Bu penghasilan per harinya?
Uni : Dulu mah penghasilan jualan Ibu paling 100-300 rb per hari de.
Peneliti : Oh segitu yah Bu. Kira-kira nih ya Bu kalau pengeluaran buat keluarga berapa
per harinya?
Uni : Kalo pengeluaran per hari paling 50 rban lah per harinya. Dan saya punya anak
dua yang satu kuliah di Bekasi yang satu laginya SD Sukatani terus Bapaknya jaga material di
Rajeg. Kalau Bapak makannya di sana, kalau buat masak sama jajan segitu per harinya soalnya
kami termasuk keluarga hemat juga. Terus anak saya gak ada yang ngerokok jadi jajan palingan
makan bareng sama saya di sini.
Peneliti : Kira-kira nih ya bu apa aja bu pengeluaran perharinya, banyak de anak jajan,
ongkos sekolah anak, buat masak sayur-sayuran, lauk pauk lah. Beli beras, minyak, bumbu-
bumbu dapur dan lain-lain untuk buat keluarga ya
Peneliti : Kalau pengeluaran mingguan nya nih Bu apa aja kira-kira?
Uni : Kalo pengeluaran mingguan mah sih palingan buat seminar. Kan saya ikutan
organisasi herbal se-Indonesia jadi setiap Minggu itu ada seminar kesehatan sekali seminar 200
rb bayarnya.
Peneliti : Oh gitu yah Bu. Ibu aktif juga yah di luar rumah. Kalau pengeluaran bulanannya
Bu apa aja kira-kira?
Uni : Pengeluaran bulanan saya sih, biaya si kaka kuliah, pembelian obat herbal,
listrik, dan bayar rumah. Kalo pengeluaran pertahun saya sewa ruko ini setahun 7 jt.
Peneliti : Kalau pemasukan keseluruhannya kira-kira berapa tuh yah Bu?
Uni : Kalau pemasukannya sih berapa yah dari toko material sama herbal 10 jt lah
palingan.
Peneliti : Ohh gitu yah, waaaw. Kalah penghasilan orang tua saya juga Bu. Ibu suka
ikutan acara di lingkungan Ibu?
Uni : Saya mah sering kalo kumpulan di lingkungan rumah, gini yah de bukannya Ibu
sombong yah. Orang setiap ada acara kelurahan atau komplek perumahan atau apa pasti keluarga
Ibu yang di jadiin panitianya. Bapak yah, kan biasa suka jadi MC di acara. Terus Ibu nya yang
jadi ketua konsumsi dan anak Ibu tuh jadi ketua pemudanya atau IRMA lah kalo di masjid mah.
Peneliti : Ibu pernah memimpin suatu acara atau perkumpulan di lingkungan Ibu?
Uni : Yah tadikan Ibu bilang udah pernah jadi ketua konsumsi. Selain itu juga Ibu
sekarang lagi ngejabat sebagai ketua pedagang herbal di seluruh Indonesia makanya Ibu tuh
jarang nih jaga di toko ini suka keluar kota melulu. Nanti juga kami mau mengadakan promosi
kesehatan nih ke sekolah-sekolah. Kemaren sih Ibu ngobrol dengan langganan Ibu dia suruh Ibu
promosi penyuluhan sekolahnya di Kampong Baru.
Peneliti : Oh bagus tuh Bu. Kalau dalam perkumpulan Ibu sering mengemukakan
pendapat Ibu?
Uni : Kalo di pertemuan mah sih saya sering sih ngomong, kalau saya gak sering
ngomong mah gak bakalan dijadiin ketua pedagang herbal se-Indonesia.
Peneliti : Maaf yah bu ya, Ibu suka minder tidak jika ikut berkumpul dengan orang-orang
yang status ekonominya di atas Ibu?
Uni : Gak ah biasa aja.
Peneliti : Oh gitu yah bu, berarti Ibu mah orangnya terbuka yh Bu bisa bergaul dengan
siapa saja. Alhamdulillah udah adzan ashar nih Bu. Saatnya kita solat ashar terima kasih yah Ibu
atas informasinya. Saya boleh minta kontak Ibu dan boleh sedikit poto toko Ibu?
Uni : Iyah hehe. Bisa aja si ade mah. Iyah bisa silahkan. Kan di spanduk ada tuh
nomor kontak saya catet saja.
Peneliti : Oh iyah Bu. Gak keliatan sama saya.hehee. Terima kasih banyak yah Ibu.
Uni : iyah sama-sama kapan-kapan main lagi yah sekalian bekam kesini.hehe
Peneliti : Iyah Bu siap. Insyaalloh. Assalamu Alaikum.
Uni : Wa’alaikum salam warohtullah.
Wawancara VI
Informan : Ibu Asminah (32 th)
Jabatan : Anggota Kelompok Berkah SPP UPK Kecamatan Rajeg
Waktu : Senin, 28 April 2016, Pukul14.30 s/d 15.25.WIB.
Tempat : Kediaman Bu Asminah
Peneliti : AssalamuAlaikum,
Ibu Asminah : Walaikumsalam,.
Peneliti : Maaf Bu mengganggu waktunya sebentarya Wawan Hermawan lagimeneliti
Program SimpanPinjam di PNPM Bu, kedatangan saya kesini mau wawancara Ibu tentang
pelaksanaan simpan pinjam menurut Ibu?
Ibu Asminah : Oh gitu. Kalau menurut Ibu mah sih simpan pinjam di PNPM baguslah bisa
bantu Ibu buat kembangin usaha.
Peneliti : Terus Ibu sudah berapa lama ikut Simpan pinjam Perempuan (SPP)?
Bu Asminah : Saya sudah 6 tahun ikutan SPP de
Peneliti : Oh sudah lama jugaya Bu. Emang dulunya tujuan utama ibu ikutan SPP untuk
apaBu?
Bu Asminah : Awalnya sih buat nambahin modal dagang. Tapi sekarang mah Alhamdulillah
bukan hanya buatdagang doang, buat bantu biaya sekolaha nak juga udah mampu.
Peneliti : Oh gitu, emang anak Ibu sekolah dimana Bu? Terus kenapa Ibu memilih pinjam
modal di SPP PNPM?
Bu Asminah : Anak Ibu sekolah Rajeg sama Tanjakan. Kalau kenapa minjem si SPP PNPM sih
karena kalau minjem di PNPM itu bunganya kecil hanya 18% lah dari pinjaman jadi saya enak
aja minjemnya lebih terasa ringan.
Peneliti : Setelah dapat pinjaman SPP mau digunakan buat apa bu? (mengulang
pertanyaan guna melihat konsistensi si ibu)
Bu Asminah : Tentunya buat nambahin modal de.
Peneliti : Sebelum ikutan SPP Ibuusahaapa?
Bu Asminah : Sebelumnya saya masih usaha regulator tetapi gak seperti sekarang dulu mah
saya regulator tabung gas dan juga sedikit doang.Sekarang mah lumayan lah.
Peneliti : Apa ada perubahan Bu untuk usaha Ibu, keluarga dan diri Ibu sendiri selama
bergabung di PNPM?
Peneliti : Perubahan yang saya rasakan sih tentunya saya bisa mempasok regulator tabung
lebih banyak, usahalebih gede, buat keluarga Alhamdulillah bisa ngebantu dalam keperluan
sehari-hari. Kalau perubahan buat saya sih saya bisa beli kosmetik dan baju sendiri tanpa nunggu
suami gajian.hehe
Peneliti : hehee. Jadi lebih senang yah Bu sekarang mah. Terus bu, kira-kira nih ya
penghasilan dari usaha Ibu berapa perharinya?
Bu Asminah : Kalo penghasilan mah gak tentu de, palingan antara 170-300 rb perhari.
Tergantung pembelinya, soalnya harga regulatornya kan lumayan mahal dan kebanyakan sih
saya kasih kredit ke pembeli dengan cara jatuh tempo yang harus di dp-in Rp.70 rb.Bapak
jugakan kerja di pertamina bagian gas gitu jadi gaji paling UMR lah.Segituanlah penghasilan
Ibu sama Bapak.
Peneliti : Oh gitu yah Bu. Kira-kira nih ya Bu penghasilan Ibu sebelum ikut Simpan
Pinjam PNPM berapa Bu?
Uni : Yah de dulu mah Penghasilan Ibu palingan 70-150 rb per hari.
Peneliti : Hmm,.gitu yah Bu. Terus kalau pengeluaran buat keluarganya berapaan per
harinya?
Bu Asminah : Untuk pengeluaran per hari mah bisa nyampe 300 rban dek banyak soalnya
pengeluaran saya mah..
Peneliti : Oh gitu yah Bu. Kalau bisa di rinci apa saja
Bu Asminah : Bu pengeluaran per harinya, jajan anak, ongkos sekolah anak, buat masak
sayur-sayuran, lauk pauk lah. Beli beras, minyak, bumbu-bumbu dapur dan lain-lain.
Peneliti :Untuk pengeluaran mingguannya Bu menurutIbu apa saja kira-kira?
Bu Asminah : Kalau mingguan mah sih jarang yah, depalingan peralatan mandi kayak sampo
sabun, bumbu-bumbu dapur gitu deh.
Peneliti : Untuk pengeluaran bulanannya Bu apasaja kira-kira?
Bu Asminah : Setoran motor, listrik, biaya anak sekolah sama arisan.
Peneliti : Ohh gitu yah, Ibu suka ikutserta dalam acara dilingkungan?
Bu Asminah : Saya mah jarang kalau ikutan acara mah, palingan pengajian Ibu-ibu setiap hari
kamis di sini.
Peneliti : Kalau ada perkumpulan atau acara pengajian/maulidan gitu Ibu pernah menjadi
ketua Bu?
Bu Asminah : Kalo ketua mah saya belum pernah de.Palinganlah jadi anggota biasa aja di
perkumpulan.
Peneliti : Dalam perkumpulan Ibu sering mengemukakan pendapat Ibu?
Bu Asminah : Di pertemuan mah saya lebih suka jadi pendengar setia aja.hehee
Peneliti : Maaf yah Bu, Ibu suka minder gak kalau ikutan kumpul bareng dengan orang-
orang yang status ekonominya di atas Ibu?
Bu Asminah : Gak sih biasa aja. Malahan nih yahde, menurut Ibu kalo kita gabung-gabung
sama orang kaya bisa dapet chanel banyak juga de.
Peneliti : Oh iyah Bu,gak kerasa yah Bu sudah sore saja. Kayaknya sudah cukup nih Bu
informasinya buat saya. Terima kasih yahBu.
Bu Asminah : Iyah de. Sama-sama.
Wawancara VII
Informan : Ibu Yayat (40 th)
Jabatan : Anggota Kelompok Berkah SPP UPK Kecamatan Rajeg
Waktu : Senin, 22 April 2016, Pukul14.30 s/d 15.25.WIB.
Tempat : Kediaman Bu Yayat
Peneliti : AssalamuAlaikum,
Bu Yayat : Walaikumsalam,.
Peneliti :Maaf Bu mengganggu waktunya sebentar, Saya Wawan Hermawan lagi meneliti
Program Simpan Pinjam di PNPM Bu, kedatangan saya kesini mau wawancara Ibu tentang
pelaksanaan simpan pinjam, menurut Ibu bagaimana pelaksanaan Simpan Pinjam?
Bu Yayat : Oh gitu. Kalau menurut Ibu mah sih simpan piinjam di PNPM bagus, bisa
ortang-orang miskin
Peneliti : Sudah berapa Bu ikut Simpan pinjam Perempuan (SPP)?
Bu Yayat: Saya sudah 6 tahun ikutan SPP de
Peneliti : Oh sudah lama juga ya Bu. Emang dulunya tujuan utama Ibu ikutan SPP untuk
apaBu?
Bu Yayat : Buat nambah modal usaha dan biayai anak sekolah de
Peneliti : Oh gitu, emang anak Ibu sekolah dimana Bu? Terus kenapa Ibu memilih pinjam
modal di SPP PNPM?
Bu Yayat : Karena minjem di SPP cukup dengan poto kopy KTP sama KK aja jaminannya
dan minjem per kelompok jadi bisa saling ngebantu.
Peneliti : Setelah dapat pinjaman SPP mau digunakan buat apa Bu? (mengulang
pertanyaan guna melihat konsistensi si ibu)
Bu Yayat : Tentunya buat nambahin modal usaha yang kecil.
Peneliti : Sebelum ikutan SPP usaha ibu apaan bu?
Bu Yayat : Sebelum minjem usaha Ibu juga sama warung Sembako juga tapi kecil cuma
bisa jual rokok satu dua bungkus dan bahan pokok juga sedikit doang warung kecil gimana sih
ade pasti tau lah.
Peneliti : Apa ada perubahan Bu untuk usaha Ibu, keluarga dan diri Ibu sendiri selama
bergabung di PNPM?
Bu Yayat : Perubahan buat usaha saya sih tentunya tambah meningkat misalkan dulu mah
saya beli rokok satu dua bungkus sekarang mah Alhamdulillah satu dua slop udah bisa. Dulu
mah Cuma bisa nyetok mi dikit sekarang bisa dusan dan masih banyak lagi deh. Kalo buat
keluarga tentunya perubahan banyak dirasakan bisa ngeringanin beban suami nyari nafkah anak
bisa di sekolahin dan sedikit-dikit bisa nyicil motor.
Peneliti : hehee. Jadi lebih senang yah Bu sekarang mah. Terus Bu, untuk penghasilan dari
usaha Ibu berapa per harinya?
Bu Yayat : Kalo penghasilan mah gak tentu de, palingan antara 200-400 rb per hari.
Peneliti : Oh gitu yah Bu. Kira-kira nih ya Bu penghasilan Ibu sebelum ikut Simpan
Pinjam PNPM berapa Bu?
Bu Yayat : Kalo penghasilan dulu mah paling nyampe 150-250 rb per hari.
Peneliti : Hmm,.gitu yah Bu. Terus kalau pengeluaran buat keluarganya berapa per
harinya?
Bu Yayat : Kalo pengeluaran mah per hari paling 300 rban lah per harinya.
Peneliti : Apa saja Bu pengeluaran per harinya?
Bu Yayat : Banyak de anak jajan, ongkos sekolah anak, buat masak sayur-sayuran, lauk
pauk lah. Kalo beras sama barang pokok mah kan Ibu jualan sendiri jadi tinggal ambil aja
diwarung.
Peneliti : Untuk pengeluaran mingguannya Bu menurutIbu apa saja kira-kira?
Bu Yayat : Kalo mingguan mah sih belanja buat warung sama setoran buat yang naro
produknya di warung saya.
Peneliti : Untuk pengeluaran bulanannya Bu apa saja kira-kira?
Bu Yayat : LPG harus ya, setoran motor sama arisan ibu-ibu dan biaya anak sekolah
palingan.
Peneliti : Kalau Bapak kerja di mana Bu, dan kira-kira penghasilan Bapak berapa per
bulannya?
Bu Yayat : Bapak sih kerjanya di pabrik, gaji yah UMR
Peneliti : Ohh gitu yah, Ibu suka ikutserta acara di lingkungan Ibu?
Bu Yayat : ibu mah sering sih ikutan
Peneliti : Dalam perkumpulan Ibu sering mengemukakan pendapat Ibu?
Bu Yayat : Kalo ketua mah saya belum pernah de. Jadi anggota biasa aja diperkumpulan.
Peneliti : Kalau dalam perkumpulan ibu sering tuh Bu mengemukakan pendapat Ibu?
Bu Yayat : Kalo di pertemuan mah sih saya jarang seperlunya aja
Peneliti : Maaf yah Bu, Ibu suka minder tidak kalau ikutan kumpul bareng dengan orang-
orang yang status ekonominya di atas Ibu?
Bu Yayat : Gak juga sih sama gabung sama siapa aja kalo orang itu baik mengapa kita harus
menjauh.
Peneliti : Oh gitu yah Bu, aduh haus juga nih Bu kelamaan ngobrol sama ibu. Saya boleh
minta mizonnya satu?
Bu Yayat :Minta lagi, beli lah hehehe. Becanda de.
Peneliti : Hehe iyah Bu lagian saya juga salah ucap. terima kasih banyak yah Bu udah
nyempetin waktu ngobrolnya sama saya.
Bu Yayat : Iyah de. Sama-sama.
Wawancara VIII
Informan : Ibu Erna (38 th)
Jabatan : Anggota Kelompok Berkah SPP UPK Kecamatan Rajeg
Waktu : Jumat, 29 April 2016, Pukul 16.30 s/d 17.00.WIB.
Tempat : Kediaman Bu Erna.
Peneliti : Assalamu Alaikum,
Bu Erna : Walaikumsalam,.
Peneliti : Maaf Bu mengganggu waktunya sebentar, Saya Wawan Hermawan lagi meneliti
Program Simpan Pinjam di PNPM Bu, kedatangan saya kesini mau wawancara Ibu tentang
pelaksanaan simpan pinjam menurut Ibu?
Ibu Asmi: Menurut Ibu yah Simpan Pinjam itu program yang bagus yah de, mampu
meningkatkan modal usaha saya dan bisa ngebantu usaha saya lebih maju.
Peneliti : Sudah berapa lama Bu ikut Simpan pinjam Perempuan (SPP)?
Bu Erna : Sudah lama sih, kayaknya 6 tahun kali
Peneliti : Awal tujuan utama ibu ikutan SPP untuk apa bu?
Bu Erna : Buat nambah modal usaha dan biayai anak sekolah de.
Peneliti : Kenapa Ibu mau pinjam di SPP PNPM?
Bu Erna : Gini sih de kalo minjem pinjaman di PNPM mah bunga kecilnya dan bisa
dicicil perharinya di dalam kelompok.
Peneliti : Sebelum ikut SPP usaha Ibu apa?
Bu Erna : Sebelum Ibu minjem masih sama sih warung jajanan juga cuma gak seperti
sekarang ini, dulu mah cuma jajanan sama es-es aja. Sekarang mah, lama kelamaan.
Alhamdulillah, bisa nambahin jajanan, gorengan dan lebih rame aja warungnya jadi anak-anak
sekolah lebih banyak pilihan kalo mau jajan.
Peneliti : Selama Ibu pinjam dari PNPM apa ada perubahan Bu untuk usaha Ibu, keluarga
dan diri Ibu sendiri?
Bu Erna : Perubahan yang saya rasakan sih tentunya dagangan saya tambah banyak yah,
buat keluarga Alhamdulillah bisa ngebantu iuran sekolah, jajan anak dam keperluan lainnya.
Saya kan punya anak 4 de, yang satu anak sekolah MI, pesantren dua orang dan satu lagi
nganggur aja dirumah. Terus pekerjaan suami cuma guru honorer madrasah gajinya cuma 800-
1,5 jt perbulannya de. Sedikit-dikit ada lah perubahannya bisa bantuin suami bantu kebutuhan
keluarga. Kalo perubahan buat saya sih tentunya melihat anak semuanya kebiayaian saya sudah
bahagia banget dan itu perubahan kebahagiaan tersendiri buat saya.
Peneliti : Oh gitu yah Bu, kira-kira nih ya penghasilan dari usaha Ibu emang berapa per
harinya?
Bu Erna : Kalo penghasilan mah gak tentu de, palingan antara 100 sampai 200 rb perhari.
Peneliti : Oh gitu yah Bu. Kira-kira nih ya Bu penghasilan Ibu sebelum ikut Simpan
Pinjam PNPM berapa Bu?
Bu Erna : Yah Paling penghasilan Ibu 50-150 ribu per hari.
Peneliti : Hmm, gitu yah bu. Kira-kira nih ya Bu kalau pengeluaran keluarga berapa Bu
perharinya?
Bu Erna : Kalo pengeluaran keluarga per hari paling 200 rban lah per harinya.
Peneliti :Apa saja Bu pengeluaran per harinya?
Bu Erna :Banyak de. Jajan anak, ongkos sekolah anak, buat masak sayur-sayuran, lauk
pauk lah segala macem buat makan.
Peneliti :Hmm segitu yah. Untuk pengeluaran mingguannya berapa Bu?
Bu Erna : Kalo mingguan mah sih jarang yah, palingan peralatan mandi kayak sampo
sabun gitu deh
Peneliti : Kalau untuk pengeluaran bulanannya apa aja Bu kira-kira?
Bu Erna : pengeluaran bulanan mah biasanya beli gas LPG, kan sekarang pake gas ya
masaknya. Terus kan anak saya pesantren di Cisoka, itu kirimin biaya anak kesana.
Peneliti : Ohh gitu yah, Ibu suka ikut kumpulan acara di lingkungan?
Bu Erna : Saya mah jarang, itu juga ikutan kalau kumpulan acara pengajian Ibu-ibu aja di
setiap hari rabu di sini.
Peneliti : Kalau di dalam perkumpulan atau acara pengajian gitu Ibu pernah menjadi
ketuanya Bu?
Bu Erna : Kalo ketua mah saya belum pernah, kalo ketuaan mah iyah.hehehe.
Peneliti : Di dalam perkumpulan Ibu sering mengemukakan pendapat Ibu?
Bu Erna : Kalo di pertemuan mah sih saya sering ngomong, kalo ada yang gak cocok lah
sama saya.
Peneliti : Maaf yah bu, Ibu suka minder tidak jika ikut kumpul bareng sama orang-orang
yang status ekonominya di atas Ibu?
Bu Erna : gak minder sih. Tapi malu aja bawaanya. Saya mah kalo gabung palingan sama
Ibu-ibu pengajian aja sih gak juah dari itu.
Peneliti : Oh gitu yah Bu, aduh haus juga nih Bu keasyikan ngobrol sama ibu. Saya boleh
pesen es jusnya Bu?
Bu Erna : Hehehe. Iyah yah. Sampe-sampe Ibu poho mere cai minum. Boleh de. Bentar
yah Ibu buatin dulu.
Peneliti : Hehe. Iyah bu. Terima kasih banyak yah bu udah nyempetin waktu ngobrolnya
sama saya.
Bu Erna : Iyah de. Sama-sama. Silahkan di minum.
Wawancara IX
Informan : Ibu Halimah (43 th)
Jabatan : Anggota Kelompok Berkah SPP UPK Kecamatan Rajeg
Waktu : Selasa, 29 April 2016. Pukul10.00 s/d 10.25.WIB.
Tempat : Kediaman Bu Halimah
Peneliti : Assalamu Alaikum,
Bu Halimah : Walaikum salam,.
Peneliti :Maaf Bu mengganggu waktunya sebentar, SayaWawan Hermawan lagi meneliti
Program Simpan Pinjam di PNPM Bu, kedatangan saya kesini mau wawancara Ibu tentang
pelaksanaan simpan pinjam. Menurut Ibu bagaimana pelaksanaan simpan pinjam?
Bu Halimah : Oh gitu. Kalau menurut Ibu mah sih simpan pinjam di PNPM baguslah bisa
bantu Ibu-ibu seperti saya buat nambahin modal usaha.
Peneliti :Ibu sudah berapa lama ikut Simpan pinjam Perempuan (SPP) di PNPM?
Bu Halimah : Saya sudah lama ikutan, kayaknya udah dapet keenam kali de
Peneliti : Apa tujuan utama Ibu ikutan SPP?
Bu Halimah : Saya ikut minjamdi PNPM buat nambahin modal dan juga buat menyekolahkan
anak dek kuliah. Alhamdulilah modal usaha bisa, kuliahin anak juga bisa.
Peneliti : Oh keren tuh Bu, terus kenapa Ibu mau pinjam modal di SPP PNPM kan banyak
Bu pinjaman lain selain PNPM?
Bu Halimah : Kalau minjem di PNPM mah gampang cuma modal KTP sama KK aja. Dan
setorannya juga ringan kita bisa pinjem sesuai kemampuan kita menyetornya per bulan
“pernyataannya sama dengan bu Yuli”.
Peneliti : Setelah dapat pinjaman SPP mau digunakan buat apa Bu? (mengulang
pertanyaan guna melihat konsistensi si Ibu)
Bu Halimah : Tentunya buat nambahin modal.
Peneliti : Sebelum bergabung dengan SPP PNPM Ibu usaha apa?
Bu Halimah : Dulu Ibu cuma berjualan warung sembako kecil-kecilan aja de.
Peneliti : Apa ada perubahan Bu semenjak Ibu bergabung dengan PNPM dari segi usaha
Ibu, keluarga dan diri Ibu sendiri?
Bu Halimah : Perubahan yang ibu rasakan sejak bergabung dengan PNPM sih, warung Ibu jadi
lebih gede. Yang dulunya cuma jualan kecil-kecilan sekarang mah dikit-dikit udah mampu
berjualan warung sembako yang lebih komplit. Kalo buat keluarga Ibu jadi teringat pas Bapak di
PHK. Dulu, suami Ibu pernah mengalami PHK selama 3 bulan tidak bekerja dan saat itu
keuangan pokok dari suami. Dan untungnya Ibu bergabung dengan kelompok simpan pinjam
yang mampu membantu perekonomian keluarga dan mampu mandiri tanpa penghasilan dari
suami keluarga ibu dan Alhamdulillah mampu mencukupi kebutuhan sehari-hari. Walaupun saat
itu suami ibu sedang di PHK, sekarang anak Ibu sedang menempuh pendidikan tinggi di
Universitas Pamulang yang Alhamdulillah menurut ibu ini semua hasil dari pinjaman PNPM.
sehingga Ibu mampu menyekolahkan anak Ibu ke perguruan tinggi. Itulah manfaat yang sangat
terasa dalam hidup Ibu semenjak ikut SPP.
Peneliti : Untuk penghasilan dari usaha Ibu kira-kira berapa per harinya?
Bu Halimah : Kalo penghasilan dari usaha saya sih tergantung ya, biasanya sih 100-250 lah per
hari.
Peneliti : Oh gitu yah Bu. Kira-kira nih ya Bu penghasilan Ibu sebelum ikut Simpan
Pinjam PNPM berapa Bu?
Bu Halimah : Yah paling penghasilan dulu mah nyampe 100-200an lah.
Peneliti : Hmm, gitu yah Bu. Kira-kira nih ya Bu untuk pengeluaran keluarga berapa per
harinya?
Bu Halimah : Kalo buat pengeluaran per hari paling 150 rban lah per harinya.
Peneliti : Untuk pengeluaran keluarga per harinya apa saja Bu?
Bu Halimah : Banyak de,buat anak jajan, ongkos sekolah anak ke UNPAM kan pulang pergi
tuh dia, buat masak sayur-sayuran, lauk pauk lah. Beli beras, minyak, bumbu-bumbu dapur dan
lain-lain.
Peneliti : Untuk pengeluaran mingguannya apa saja Bu?
Bu Halimah : Kalo mingguan gak ada deh kayaknya de, kebanyakan Ibu kalo belanja bulanan
atau harian aja sih.
Peneliti : Untuk pengeluaran bulanannya apa saja?
Bu Halimah : kalu untuk pengeluaran bulanannya sih, biasanya ke pake biaya anak sekolah
dan setoran motor sama biaya anak kuliah Ibu.
Peneliti : Untuk pemasukan keluarga secara keseluruhan kira-kira berapa Bu?
Bu Halimah : Kalo pemasukannya sih 5jtan per bulan itu semuanya, hasil dagang saya sama
suami.
Peneliti : Ohh gitu yah, Ibu suka ikut kumpulan acara di lingkungan Ibu?
Bu Halimah : Saya mah sering, orang setiap ada acara kelurahan atau apa saya sama Bu yuli
selalu ikut.
Peneliti : Dalam perkumpulan apa Ibu pernah mengemukakan pendapat?
Bu Halimah : Kalo di pertemuan mah sih saya seringnya mendengarkan aja.
Peneliti : Maaf yah Bu, Ibu suka minder tidak jika ikut berkumpul dengan orang-orang
yang status ekonominya di atas Ibu?
Bu Halimah: Gak ah biasa aja sih. Saya mah orang nya terbuka bergaul dengan siapa aja.
Peneliti : Wiiihh mantep nih Ibu terbuka, Ibu terima kasih yah atas waktunya sudah mau
menyempatkan waktu ngobrol dengan saya.
Bu Halimah : Iyah sama-sama.
Wawancara X
Informan : Ibu Suryati (35 th)
Jabatan : Bendahara Kelompok Anggrek SPP UPK Kecamatan Rajeg
Waktu : Senin, 23 April 2016. Pukul 09.00. s/d 09.45.WIB.
Tempat : Kantor PNPM
Peneliti : Assalamu Alaikum,
Ibu Suryati : Walaikum Salam,.
Peneliti : Maaf Bu mengganggu waktunya sebentar, saya boleh ngobrol sebentar dengan
ibu.
Ibu Suryati : Iyah ga apa-apa. Emang ada perlu apa yah de?
Peneliti : Saya kan lagi meneliti Program Simpan Pinjam di PNPM Bu, saya ingin tahu Bu
pelaksanaan simpan pinjam menurut Ibu.
Ibu Suryati : Menurut Ibu yah Simpan Pinjam itu program yang sangat bermanfaat de, bisa
bantu kami yang mau lagi cari modal tambahan dagang.
Peneliti : Oh gitu yah Bu, Sudah berapa lama Bu ikut Simpan pinjam Perempuan (SPP)
PNPM?
Ibu Suryati : Saya sudah 6 tahun ikutan SPP de
Peneliti : Tujuan utama Ibu ikutan SPP untuk apa Bu?
Ibu Suryati : Buat nambah modal usaha saya
Peneliti : Kenapa Bu emang usahanya, terus kenapa Ibu mau minjem di SPP PNPM?
Ibu Suryati : karena dulu ada temen saya minjem di SPP juga terus saya diajak deh tapi
Alhamdulillah setelah saya minjem banyak manfaat yang saya rasakan dan enak aja minjemnya
ringan bisa dicicil di kelompok.
Peneliti : Oh….Setelah dapat pinjaman SPP mau digunakan buat apa Bu? (mengulang
pertanyaan guna melihat konsistensi si Ibu)
Ibu Suryati : Tentunya buat nambahin modal de.
Peneliti : Sebelum ikutan SPP usaha Ibu apaan Bu?
Ibu Suryati : sebelumnya sih usaha saya sama jualan pakaian kredit harian juga tapi masih
minim modalnya jadi barangnya juga sedikit.
Peneliti : Oh jualan ban yah Bu. Ibu kan sudah lama pinjam di SPP, apa ada perubahan Bu
untuk usaha Ibu, keluarga dan diri Ibu sendiri?
Ibu Suryati : perubahan yang saya rasakan sih tentunya dagangan saya tambah banyak yah
dan saya bisa membuat dagangan pakaian saya banyak pilihan seperti kemeja laki-laki, pakaian
Ibu-ibu dan anak-anak juga, buat keluarga Alhamdulillah bisa ngebantu suami . kan suami saya
kerjanya Cuma buruh pabrik gajinya bulanan jadi buat keabutuhan sehari-hari kan harus selalu
ada. Saya juga kan puny anak 2 SD 1 dan SMA 1. dan kalo perubahan buat saya sih tadinya
susah nih buat beli kosmetik ibu-ibu sekarang mah saya bisa beli sendiri hehehe.
Peneliti : Apa Ibu menerima perubahan yang terjadi di kelompok Ibu?
Ibu Suryati : Saya senang jika ada perubahan dalam kelompok, awalnya sih saya risi.
Risihnya begini, kami sudah merasa nyaman dengan kelompok yang beranggotakan sepuluh
orang ini. Jika terjadi pemekaran lagi kami harus membina kelompok baru, kamipun akhirnya
memberanikan diri membentuk kelompok binaan baru dan keluar dari zona nyaman saat itu.
Tapi, Alhamdulillah ternyata dibalik kehawatiran kami dahulu, kami mampu membantu teman-
teman yang lain untuk meningkatkan usahanya lewat pinjaman ini. Saat ini kami sudah
mempunyai 2 (dua) kelompok binaan yang saat ini berjalan dengan lancar.
Peneliti : Emang penghasilan Bapak berapa Bu per bulannya?
Ibu Suryati : Kalo pabrik mah UMR lah de
Peneliti : Terus Bu, kira-kira nih ya penghasilan dari usaha Ibu berapa Bu per harinya?
Ibu Suryati : Kalo penghasilan mah gak tentu de, palingan antara 100-150 rb perhari.
Peneliti : Oh gitu yah Bu. Kira-kira nih ya Bu penghasilan Ibu sebelum ikut Simpan
Pinjam PNPM berapa Bu?
Ibu Suryat : Yah palingan 100an lah. Orang warung kecil doang.
Peneliti : Iyah sih Bu.hehe. Kira-kira nih ya Bu kalau pengeluaran keluarga berapa Bu per
harinya?
Ibu Suryati : Kalo pengeluaran mah perhari paling 200 rban lah per harinya.
Peneliti :Kira-kira nih ya Bu apa aja Bu pengeluaran per harinya?
Ibu Suryati : Banyak de buat anak jajan, ongkos sekolah anak, buat masak sayur-sayuran,
lauk pauk lah. Beli beras, minyak, bumbu-bumbu dapur dan lain-lain.
Peneliti :Kalo pengeluaran mingguan nya nih bu apa aja kira-kira?
Ibu Suryati : Kalo mingguan mah sih jarang yah de palingan peralatan mandi kayak sampo
sabun, bumbu-bumbu dapur dan juga setiap Minggu ibu beli pakaian buat jualan ibu jadi agak
berat ibu di mingguannya
Peneliti : Kalo pengeluaran bulanannya Bu apa aja kira-kira?
Ibu Suryati : LPG dan setoran motor nih satu.
Peneliti : Ohh gitu yah, Ibu suka ikut berpartisipasi dalam acara di lingkungan Ibu?
Ibu Suryati : Saya mah sekali-kali ikutan sih kalo ada teman yang ngajak mah
Peneliti : Apa Ibu pernah menjadi ketua acara di lingkungan Ibu?
Ibu Suryati : Udah pernah dulu jadi ketua posyandu di Desa.
Peneliti : Apa Ibu sering aktif kalau dalam perkumpulan di lingkungan?
Ibu Suryati : Kalo di pertemuan mah sih saya sering ngomong mah tapi dikit.
Peneliti : Maaf yah Bu, Apa Ibu suka minder jika ikut berkumpul dengan orang-orang
yang status ekonominya di atas Ibu?
Ibu Suryati : Gak sih biasa aja
Peneliti : Oh gitu yah Bu, kayak nya udah cukup nih Bu pertanyaannya makasih yah Bu
udah mau nyempetin waktunya.
Ibu Suryati : Iyah de. Sama-sama.
Wawancara XI
Informan : Ibu Ajizah (35 th)
Jabatan : Bendahara Kelompok Anggrek SPP UPK Kecamatan Rajeg
Waktu : Senin, 25 April 2016. Pukul 11.00. s/d 11.30.WIB.
Tempat : Kantor PNPM
Peneliti : Assalamu Alaikum,
Ibu Azijah : Walaikumsalam,.
Peneliti : Maaf Bu mengganggu waktunya sebentar, saya boleh ngobrol sebentar dengan
ibu.
Ibu Azijah : Iyah ga apa-apa. Emang ada perlu apa yah de?
Peneliti : Saya kan lagi meneliti Program Simpan Pinjam di PNPM Bu, saya ingin tahu Bu
pelaksanaan simpan pinjam menurut Ibu.
Ibu Azijah : Menurut Ibu yah Simpan Pinjam itu program yang sangat bermanfaat de, saya
bisa terbantu dalam usaha saya dan bisa ngebantu usaha saya lebih maju.
Peneliti : Oh gitu yah Bu, Sudah berapa lama Bu ikut Simpan pinjam Perempuan (SPP)
PNPM?
Ibu Ajizah : Saya sudah 6 tahun ikutan SPP de
Peneliti : Tujuan utama Ibu ikutan SPP untuk apa Bu?
Ibu Ajizah : Buat nambah modal usaha
Peneliti : Kenapa Bu emang usahanya, terus kenapa Ibu mau minjem di SPP PNPM?
Ibu Ajizah : Butuh modal buat usaha saya dan karena SPP pinjamannya bisa dicicil per
harinya di dalam kelompok dan di dalam kelompoknya itu orang-orang yang deket sama saya
semua. Jadi saya enak aja minjemnya.
Peneliti : Oh….Setelah dapat pinjaman SPP mau digunakan buat apa Bu? (mengulang
pertanyaan guna melihat konsistensi si Ibu)
Ibu Ajizah : Tentunya buat nambahin modal de.
Peneliti : Sebelum ikutan SPP usaha Ibu apaan Bu?
Ibu Ajizah : Sebelum minjem usaha Ibu jualan bareng sama suami jualan ban motor. Ibu
ikutan juga buat nambahin modal suami sih jadi kan kalo usaha ban modalnya lumayan de.
Peneliti : Oh jualan ban yah Bu. Ibu kan sudah lama pinjam di SPP, apa ada perubahan Bu
untuk usaha Ibu, keluarga dan diri Ibu sendiri?
Ibu Ajizah : Perubahan yang saya rasakan sih tentunya tambahan stok ban motor saya lebih
komplit yah dan buat keluarga bisa ngebantu ngeringanin beban keluarga seperti iuran sekolah,
jajan anak dan keperluan lainnya saya kan punya ua anak de, anak pertama lagi SMP dan anak
kedua sekolah SD. Kalo perubahan buat saya sih tentunya dikit-dikit sudah bisa nyicil motor
matik buat nganterin anak ke sekolah.
Peneliti : Terus Bu, kira-kira nih ya penghasilan dari usaha Ibu dan Bapak berapa Bu per
harinya?
Bu Azijah : Kalo penghasilan mah antara 200-350 ribuan lah per harinya tapi gak tentu juga
namanya juga ban motor orang beli pas bannya udah botak aja.
Peneliti : Oh gitu yah Bu. Kira-kira nih ya Bu penghasilan Ibu sebelum ikut Simpan
Pinjam PNPM berapa Bu?
Bu Azijah : Dulu mah kan Ibu jualan palingan satu dua ban motor yah, palingan
penghasilannya 100-200an lah.
Peneliti : Iyah sih Bu.hehe. Kira-kira nih ya Bu kalau pengeluaran keluarga berapa Bu per
harinya?
Bu Azijah : Kalo pengeluaran mah per hari paling 50 rban lah per harinya. Banyak de buat
anak jajan, ongkos sekolah anak, buat masak sayur-sayuran, lauk pauk lah. Beli beras, minyak,
bumbu-bumbu dapur dan lain-lain.
Peneliti :Oh gitu yah.. Untuk pengeluaran mingguannya nih Bu apa aja kira-kira?
Bu Azijah : Kalo mingguan mah sih jarang yah de palingan peralatan mandi kayak sampo
sabun, bumbu-bumbu dapur gitu deh.
Peneliti : Kalau pengeluaran bulanannya Bu apa aja kira-kira?
Bu Azijah : Bulananan mah biasanya beli gas LPG 3 kg dan biaya anak sekolah dan setoran
motor.
Peneliti : Ohh gitu yah, Ibu suka ikut berpartisipasi dalam acara di lingkungan Ibu?
Bu Azijah : Saya mah jarang kalo kumpulan acara mah, repot ngurusin anak.
Peneliti : Apa Ibu pernah menjadi ketua acara di lingkungan Ibu?
Bu Azijah : Kalo ketua mah saya belum pernah de. jadi anggota biasa aja pengennya.
Peneliti : Apa Ibu sering aktif kalau dalam perkumpulan di lingkungan?
Bu Azijah : Kalo di pertemuan mah sih lebih suka mendengarkan aja. Hehe..
Peneliti : Maaf yah Bu, Apa Ibu suka minder jika ikut berkumpul dengan orang-orang
yang status ekonominya di atas Ibu?
Bu Azijah : Gak ah biasa aja..
Peneliti : Oh bagus dong bu, Bu kapan-kapan saya boleh mampir gak nih ke toko ban Ibu?
Bu Azijah : Hehehe,. Tentu saja Boleh de, sekalian ganti ban juga ya.
Peneliti : Heheh.. Iyah Bu tentunya, Terima kasih banyak yah Bu sudah menyempatkan
waktu ngobrolnya dengan saya.
Peneliti : Iyah de. Sama-sama. Assalamu Alaikum.
Bu Azijah : Waalaikum Salam.
PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
PNPM MANDIRI PERDESAAN KECAMATAN RAJEG Alamat Kantor : Ruko Perum Sukatani Blok G.2/10 Jln. Raya Daon Kel.
Sukatani
Kecamatan Rajeg Kab. Tangerang Banten Telp. 021-59351964
SURAT KETERANGAN TELAH MELAKSANAKAN PENELITIAN
NO: 02/UPK.PNPM/RJG/V/2016
Yang bertanda tangan di bawah ini Manager Unit Pengelola Kegiatan (UPK) Program
Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan Kecamatan Rajeg Kabupaten
Tangerang, menerangkan bahwa :
Nama : Wawan Hermawan
Jurusan : Kesejahteraan Sosial
Alamat : Kp. Daon Tegal Desa Pangarengan Kec. Rajeg
Kab. Tangerang.
Nama tersebut di atas telah melakukan penelitian Skripsi yang berjudul “Implementasi
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat ( PNPM ) Mandiri Perdesaan Kecamatan Rajeg dalam
Meningkatkan Status Ekonomi Keluarga Miskin” dari 22 April sampai dengan 31 Mei 2016.
Demikian keterangan ini kami buat agar dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Rajeg, 31 Mei 2016
Manager
Abdul Hasan, S.E, M.Pd.