implementasi pembinaan nagham...
TRANSCRIPT
IMPLEMENTASI PEMBINAAN NAGHAM AL-QUR’AN
DALAM RANGKA PENGEMBANGAN BAKAT SANTRI
(Studi Kasus: di SMP IT Pondok Pesantren
Al-Qur’aniyyah Pondok Aren Tangerang Selatan)
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan (S. Pd)
Oleh
Nurul Khairani
NIM. 13311211
PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ) JAKARTA
2017/1438 H
xiv
PEDOMAN TRANSLITERASI
Transliterasi adalah penyalinan dengan penggantian
huruf dari abjad yang satu ke abjad yang lain. Dalam penulisan
skripsi di IIQ, transliterasi Arab-Latin mengacu pada berikut
ini:
1. Konsonan
th : ط a : ا
zh : ظ b : ة
„ : ع t : ت
gh : غ ts : ث
f : ف j : ج
q : ق h : ح
k : ك kh : خ
l : ل d : د
m : م dz : ذ
n : ن r : ر
w : و z : ز
H : ه s : س
„ : ء sy : ش
y : ي sh : ص
dh : ض
2. Vokal
Vokal tunggal vocal panjang vocal rangkap
Fathah : a ا : a ي….: ai
Kasrah : i ي: I و….: au
Dhammah : u و: u
xv
3. Kata Sandang
a. Kata sandang yang diikuti alif lam (ال) qamariyah
Kata sandang yang diikuti alif lam (ال) qamariyah
ditransliterasikan sesuai dengan bunyinya. Contoh:
Al-Baqarah : البقرة
b. Kata sandang yang diikuti alif lam (ال) syamsiah
Kata sandang yang diikuti alif lam (ال) syamsiah
ditransliterasikan sesuai dengan aturan-aturann
yang digariskan di depan dan sesuai dengan aturan
yang digariskan di depan sesuai dengan bunyinya.
Contoh:
ar-rajul : الرجل
as-Sayyidah : السيدة
c. Syaddah (Tasydid)
Syaddah (Tasydid) dalam sistem aksara Arab
digunakan lambang ( ) sedangkan alih aksara ini
dilambangkan dengan huruf, yaitu dengan cara
menggandakan huruf yang bertasydid. Aturan ini
berlaku secara umum, baik tasydid yang berada
ditengan maupun yang yang terletak setelah kata
sandang Yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyah.
Contoh:
Amanna Billah : امنبببلله
xvi
d. Ta Marbuthah
Apabila berdiri sendiri, waqaf atau diikuti oleh
kata sifat (na‟at), maka huruf tersebut dialih
aksarakan menjadi huruf “h”. contoh:
al-Af’idah: الافئدة
e. Huruf Kapital
Sistem penulisan huruf arab tidak mengenal
huruf kapital, akan tetapi apabila telah dialih
aksarakan maka berlaku ketentuan Ejaan yang di
sempurnakan (EYD) Bahasa Indonesia, seperti
penulisan awal kalimat, huruf awal nama tempat,
nama bulan, nama diri dan lain=lain. Ketentuan
yang berlaku pada EYD berlaku pula dalam alih
aksara ini, seperti cetak miring (italic) atau cetak
tebal (bold) dan ketentuan lainnya. Adapun untuk
nama diri dengan kata sandang, maka huruf yang
ditulis kapital adalah awal nama diri, bukan kata
sandang. Contoh:
Ali Hasan al-Aridh
Khusus untuk penulisan kata Al-Qur‟an dan nama-
nama surahnya menggunakan huruf kapital.
Contoh:
Al-Qur‟an, Al-Baqarah, Al-Fatihah dan seterusnya
xvii
ABSTRAKSI
NURUL KHAIRANI (NIM. 13311211) Skripsi dengan judul
“Implementasi Pembinaan Nagham Al-Qur‟an dalam Rangka
Pengembangan Bakat Santri di SMP IT Pondok Pesantren Al-
Qur‟aniyyah Pondok Aren Tangerang Selatan”. Program Studi
Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah, Institut Ilmu Al-
Qur‟an (IIQ) Jakarta.
Skripsi ini meneliti tentang Implementasi Pembinaan
Nagham Al-Qur‟an dalam pengembangan bakat seni baca
Al-Qur‟an santri di SMP IT Pondok Pesantren Al-Qur‟aniyyah.
Penelitian ini dilakukan di SMP IT Pondok Pesantren
Al-Qur‟aniyyah adalah salah satu lembaga pendidikan berbasis
pesantren yang memiliki kurikulum Nagham Al-Qur‟an (seni
lagu-lagu Al-Qur‟an) sehingga dari sini para santri
Al-Qur‟aniyyah maupun alumninya banyak yang berhasil
meraih juara pada kompetesi Musabaqah Tilawatil Qur‟an dari
tingkat kecamatan, kabupaten, provinsi bahkan tingkat
nasional.
Penelitian ini berupaya untuk mengetahui dan
mendeskripsikan kegiatan Pembinaan Nagham Al-Qur‟an, dan
untuk mengetahui sejauh mana penguasaan materi tilawah
dalam pengembangan bakat santri di SMP IT Pondok
Pesantren Al-Qur‟aniyyah Pondok Aren Tangerang Selatan.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai
tolak ukur bagi sekolah dan juga guru dalam melihat sejauh
mana pelaksanaan dan keberhasilan kegiatan Pembinaan
Nagham Al-Qur‟an yang diselenggarakan.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian
kualitatif, yaitu mengambil latar SMP IT Pondok Pesantren
Al-Qur‟aniyyah Pondok Aren Tangerang Selatan. Dengan cara
mengumpulkan data dengan mengadakan pengamatan
langsung, wawancara dengan guru dan dokumentasi. Analisis
data dilakukan dengan memberikan makna terhadap data yang
xviii
berhasil dikumpulkan, dan dari makna itulah ditarik
kesimpulan.
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa Penerapan
pembinaan Nagham Al-Qur‟an di SMP IT Al-Qur‟aniyyah
sudah berjalan dengan baik. Karena santri yang mengikuti
pembinaan tersebut sudah mampu menguasai berbagai macam
maqamat, seperti maqam Bayyati, maqam Shaba, maqam
Hijaz, maqam Nahawand, maqam Rast, maqam Shika, maqam
Jiharkah. Selain itu para santri mampu menerapkan dan
mengaplikasikan lagu-lagu tersebut ke dalam ayat-ayat Al-
Qur‟an, dan bagi santri yang sudah mengikuti pembinaan
Nagham Al-Qur‟an dengan baik maka santri yang terpilih bisa
mengikuti Musabaqah Tilawatil Al-Qur‟an dari tingkat kota
hingga tingkat nasional. Sehingga boleh dikatakan bahwa
pengajaran seni baca Al-Qur‟an di SMP IT pondok pesantren
Al-Qur‟aniyyah telah dapat dikatakan dapat memenuhi syarat-
syarat dalam proses pembinaan yang efektif dan efisien.
ix
DAFTAR ISI
PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................... i
LEMBAR PENGESAHAN .............................................. ii
PERNYATAAN PENULIS .............................................. ii
MOTTO ............................................................................. iv
KATA PENGANTAR ....................................................... v
DAFTAR ISI ...................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................. xii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................... xiii
PEDOMAN TRANSLITERASI ...................................... xiv
ABSTRAKSI ...................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................. 1
B. Identifikasi Masalah .................................... 10
C. Pembatasan Masalah ................................... 11
D. Perumusan Masalah ..................................... 12
E. Tujuan Penelitian ......................................... 12
F. Manfaat Penelitian ....................................... 12
G. Tinjauan Pustaka ......................................... 13
H. Sistematika Penulisan .................................. 17
x
BAB II KERANGKA TEORI
A. Gambaran Umum Tentang Nagham
Al-Qur’an .................................................... 20
1. Pengertian Nagham Al-Qur’an ............. 20
2. Dasar-Dasar Tentang Melagukan
Al-Qur’an .............................................. 27
3. Hukum Melagukan Al-Qur’an ............... 31
4. Sejarah Tentang Nagham Al-Qur’an .... 36
B. Pembinaan Nagham Al-Qur’an ................... 40
1. Macam-Macam Maqamat dan
Karakteristiknya .................................... 41
2. Tausyih dan Variasi .............................. 49
3. Metode Pembinaan Nagham Al-Qur’an 53
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ..................... 62
B. Jenis dan Bentuk Penelitian ......................... 62
C. Teknik Pengumpulan Data ........................... 64
D. Analisis Data ............................................... 66
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian 71
1. Sejarah Singkat Pondok Pesantren
Al-Qur’aniyyah ....................................... 71
2. Visi, Misi dan Tujuan ............................. 73
xi
3. Sarana dan Prasarana .............................. 74
4. Struktur Organisasi .................................. 79
B. Hasil Penelitian Pembinaan Nagham
Al-Qur’an dalam Rangka Pengembangan
Bakat Santri Pondok Pesantren
Al-Qur’aniyyah............................................. 83
1. Hasil Observasi ...................................... 83
2. Hasil Wawancara dengan salah satu
Pembina Nagham Al-Qur’an ................. 95
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................. 103
B. Saran ............................................................ 104
DAFTAR PUSTAKA ......................................................... 107
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan sebuah sarana yang penting
dalam mencetak generasi bangsa yang cerdas dan memiliki
potensi intelektualitas yang tinggi. Namun tidak semua
sistem pendidikan yang diterapkan dapat mencapai
tujuannya. Banyak faktor yang menjadi penghambat
transformasi pendidikan terhadap anak didik, baik itu factor
internal maupun eksternal pada anak didik itu sendiri.
Pendidikan juga salah satu perhatian sentral
masyarakan islam baik dalam Negara mayoritas maupun
minoritas. Karena dalam ajaran islam pendidikan mendapat
posisi sangat penting dan tinggi karena pendidikan
mempunyai kepentingan untuk dimasa depan umat islam.
Kebutuhan terhadap pendidikan mendorong masyarakat
Islam Indonesia mengadopsi dan mentransfer lembaga
keagamaan dan sosial yang sudah ada,seperti dalam
melaksanakan pengajaran islam kendati dalam system yang
sederhana. 1
1 Hanun Asrohah, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos,
1999), cet-1, h. 143-144
2
Al-Qur‟an merupakan kitab Allah yang diturunkan
kepada manusia untuk dijadikan petunjuk sekaligus
pedoman yang mengantarkan jalan kebahagiaan didunia dan
akhirat. Al-Qur‟an akan memberikan petunjuk serta
kesejahteraan bagi manusia jika manusia mau mempelajari,
membaca, dan mengajarkannya karena didalam Al-Qur‟an
mengajarkan tentang akidah, syariah, dan akhlak. Membaca
Al-Qur‟an adalah kewajiban setiap muslim karena membaca
Al-Qur‟an adalah suatu ibadah maka dari itu sebaikna
mengajarkan Al-Qur‟an di usia dini karena pada usia
tersebut ingatan anak sangat mudah untuk membentuk
karakter pribadi yang Qur‟ani dan agar usia dewasa pada
nantinya penguasaan membaca Al-Qur‟an sudah memenuhi
kaidah-kaidah yang ditentukan.
Al-Qur‟an sebagai sumber utama ajaran islam tidak
bisa dilepaskan dari pendidikan agama islam, karena
Al-Qur‟an merupakan sumber hukum islam yang pertama,
sehingga mempelajari dan memahaminya merupakan
kewajiban bagi setiap muslim.
Untuk bisa membaca Al-Qur‟an dengan tartil
diperlukan belajar dan latihan yang serius. Berdasarkan
pengalaman dilapangan, yang merupakan salah satu
problem pelaksanaan pendidikan agama islam ditingkat
3
sekolah menengah adalah adanya peserta didik yang kurang
bahkan belum bisa membaca dan menulis Al-Qur‟an, hal itu
menyebabkan adanya kesenjangan diantara peserta didik
dan menyebabkan hasil belajar pendidikan agama islam
rendah.
Dari kondisi ini berbagai upaya dilakukan untuk
mengatasi problem ini yaitu dengan menigkatkan
kemampuan membaca dan menulis Al-Qur‟an, diharapkan
dengan meningkatnya kemampuan peserta didik dalam
membaca dan menulis Al-Qur‟an maka akan meningkatkan
motivasi dan hasil prestasi pendidikan agama islam peserta
didik.
Adapun tujuan pendidikan menurut Al-Qur'an ialah
membina manusia secara pribadi dan kelompok sehingga
mampu menjalankan fungsinya sebagai hamba Allah dan
Khalifah-Nya guna membangun dunia ini sesuai dengan
konsep yang ditetapkan Allah. Pada intinya tujuan
pendidikan dalam Al-Qur‟an adalah menjadikan manusia
sebagai hamba yang bertaqwa.2 Dengan begitu pendidikan
keimanan merupakan modal penting bagi setiap muslim.
Seorang muslim yang beriman kepada Allah adalah yang
2 Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an, (Bandung: Mizan,
1994), h. 172
4
membenarkan adanya tuhan yang maha agung tuhan Maha
Pencipta langit dan bumi.3
Membaca kitab suci Al-Qur‟an dengan seni baca
dalam artian benar dan indah merupakan sunnah Rasulullah
SAW. Nabi Muhammad memiliki suara yang merdu dan
indah. Keindahan intonasi dan kelembutan suarany bukan
saja didengar pada saat berbicara dengan keluarga dan para
sahabat, namun terlebih ketika membaca ayat-ayat suci Al-
Qur‟an.4
Tujuan membaca Al-Qur‟an telah dijelaskan dalam
buku petuntuk Teknis dan pedoman Pembinaan Baca Tulis
Al-Qur‟an dinyatakan bahwa tujuan Baca Tulis Al-Qur‟an
adalah menyiapkan anak didiknya agar menjadi generasi
muslim yang Qur‟ani, yaitu generasi yang mencintai Al-
Qur‟an, menjadikan Al-Qur‟an sebagai bacaan, dan
sekaligus pandangan hidupnya sehari-hari.5
Ketika seseorang sedang melantunkan ayat-ayat suci
Al-Qur‟an dengan begitu indah dan merdu, tentu seseorang
mustami‟ atau pendengar akan merasa tersentuh hatinya,
3 Abu Bakar Jabir El-Jaziri, Pola Hidup Muslim Aqidah, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 1990), h. 1 4 H. Muhsin Salim, Ilmu Naghom A-Qur’an, (Jakarta: PT.
Kebayoran Ripta, 2000), cet-1, h. 14 5 Muhaimin, Arah Baru Pengembangan Pendidikan Islam,
(Bandung: Nuansa, 2003), h. 40
5
dan pada saat seperti itulah seseorang mulai mengingat
kebesaran Allah SWT bahwa keindahan adalah suatu
anugerah yang diberikan Allha SWT.
Seni merupakan perkara yang sangat penting karena
berhubungan dengan hati dan perasaan manusia. Seni
berusaha membentuk kecenderungan dan perasaan jiwa
manusia dengan panca indera manusia itu sendiri.6
Membaca Al-Qur‟an (Tilawah Al-Qur‟an) jelas
merupakan ibadah utama yang sangat dianjurkan. Selain itu
membaca Al-Qur‟an merupakan langkah pembuka atau
pintu masuk untuk menyelami kedalaman Al-Qur‟an dan
mengarungi luasnya lautan maknanya yang tiada bertepi.
Bila semua orang tak sanggup melakukan upaya menyelami
kedalaman dan keluasan maknanya, maka sekurang-
kurangnya mereka untuk ikut meneguk kenikmatan dan
keagungan firman itu dengan membacanya. Betapa indah
firman-firman itu dilantunkan dengan tartil, suatu aturan
baca sesuai dengan nada dan ritme bawaannya yang tepat.
Apalagi bila lantunannya dibawakan dengan suara merdu
dalam lagu dan gaya bahasa asalnya yang indah, bil luhun
al-„arab. Membaca Al-Qur‟an dengan cara demikian
6 Yusuf al-Qardawi, Islam dan Kesenian, (Bandung: Pustaka
Hidayah, 2000), h. 13
6
sungguh mengasyikkan, tidak jemu pembacanya, tidak
bosan pendengarnya.
Tilawah Al-Qur‟an (Nagham Al-Qur‟an) atau
membaca Al-Qur‟an merupakan kegiatan atau program
pelatihan baca Al-Qur‟an dengan menekankan pada metode
baca yang benar, dan kefasihan bacaan. Kefasihan dalam
membaca ditentukan oleh penguasaan ilmu tajwid dan
kalimat-kalimat arab (Al-Qur‟an) sesuai dengan ciri, sifat,
karakter dan makhraj hurufnya masing-masing.
Tartil membaca Al-Qur‟an adalah membaca
Al-Qur‟an pembacaan tenang dan tadabbur, dengan tingkat
kecepatan standar, sehingga pembaca bisa maksimal
memenuhi setiap hukum bacaan dan sifat-sifat huruf yang
digariskan. Hal ini sesuai dengan firman Allah:
“Atau lebih dari (seperdua) itu, dan bacalah
Al-Qur’an itu dengan perlahan-lahan”.
(QS. Al-Muzammil [73]:4)
Tartil yang dimaksud pada ayat diatas adalah
menghadirkan hati ketika membaca, tidak hanya sekedar
mengeluarkan huruf-huruf dari tenggorokan dengan
mengerutkan muka, mulut dan irama nyanyian, sebagaimana
7
dilakukan oleh para Qori‟. Membaca dengan tartil sesuai
dengean sabda Nabi SAW. Yang artinya “Nanti akan
diperintahkan kepada orang yang suka membaca Al-Qur‟an:
bacalah dengan baik dan tartil sebagaimana kamu
membacanya dengan tartil didunia. Karena susungguhnya
tempatmu (derajatmu) tergantung pada akhir ayat yang
kamu baca”. (Riwayat Abu Daud dan at-Turmudzy).7
Pengembangan yaitu menyalurkan dan
mengembangkan potensi dan bakat peserta didik agar dapat
menjadi manusia yang berkreatiifitas tinggi dan penuh
karya.
Bakat adalah sikap atau kemampuan tertentu yang
telah dimiliki seseorang sebagai kecakapan pembawaan,
sebagai potensi yang masih perlu dikembangkang dan
dilatih agar dapat terwujud. Bakat ini harus dikembagkan
supaya potensi yang dimiliki siswa tidak terpendam dan
terkikis.8
Sehubungan dengan kegiatan siswa yang di lakukan
di luar sekolah, pada dasarnya untuk melengkapi dan
menambah pengetahuan dan keterampilan mereka,
7 Mudzakir AS, Study Ilmu-Ilmu Al-Qur’an (Manna’ Khalil
Al-Qattan), (Jakarta: PT. Pustaka Utara Anatar Nusa, 2011), cet-14, h. 270 8 Utami Munandar, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak
Sekolah, (Jakarta: PT Gramedia Widiasara, 1992), h. 17
8
berkenaan dengan kegiatan pembinaan yang diterima di
sekolah pada jam-jam pelajaran formal. Untuk
mengambangkan potensi anak dari segi intelektual
keislaman dan dapat lebih mendekatkan diri kepada Allah
SWT.
Seiring perkembangan zaman, pesantren juga ikut
mengalami perkembangan yang tentunya berupa lahirnya
berbagai inovasi baru dalam dunia pendidikan pesantren.
Tapi ada hal yang merupakan ciri khas yang tidak bisa lepas
yaitu penerapan pembinaan dalam pembelajaran di
pesantren. Sebagai suatu sistem pembelajaran pembinaan
pengembangan bakat tentu saja memiliki keistimewaan dan
kelemahan, itu adalah tugas dari pelaku pendidikan
terkhusus pendidik di pesantren yang menerapkan sistem ini
untuk bisa mengemas kembali dengan wajah baru sesuai
tuntunan zaman sehingga akan lebih menarik minat dan
motivasi peserta didik dalam belajar kitab-kitab dan
membaca Al-Qur‟an yang pada umumnya diajarkan dengan
melalui pembinaan pengembangan bakat seni baca
Al-Qur‟an.
Dalam pembinaan santri Pondok Pesantren
Al-Qur‟aniyyah, banyak wadah atau program yang
dijalankan demi menunjang proses pendidikan yang
9
kemudian atas prakarsa sendiri dapat meningkatkan
kemampuan, keterampilan ke arah pengetahuan. Salah satu
wadah pembinaan santri di Pondok Pesantren
Al-Qur‟aniyyah adalah kegiatan pembinaan Tilawatil
Qur‟an (Nagham Al-Qur‟an).
Seperti yang kita ketahui, bahwa Pondok Pesantren
Al-Qur‟aniyyah merupakan suatu lembaga bidang
Pendidikan Agama Islam yang senantiasa diharapkan oleh
masyarakat muslim dapat mencetak generasi muda yang
islami serta siap pakai dilingkungan masyarakat.
Pondok Pesantren Al-Qur‟aniyyah adalah sebuah
yayasan yang berbadan hukum yang mencetak santri agar
dapat membaca Al-Qur‟an secara fashih dan benar sesuai
dengan ilmu tajwid, serta mampu melantunkannya sesuai
dengan ilmu Nagham dan ilmu Qiro‟at yang berlaku.
Membekali dengan pengajian kitab kuning dan keterampilan
bermasyarakat, akhirnya dapat menjadikan santri yang
berkualitas handal dan mampu berkiprah di masyarakat
sebagai Ustadz-Ustadzah, Qori‟-Qori‟ah, dan Hafidz-
Hafidzah yang menguasai ilmu Sains dan Teknologi, serta
berakhlakul karimah. Sebagai Pesantren Al-Qur‟an
disamping pembelajaran yang terdapat dalam krikulum
Pesantren, kegiatan-kegiatan pengembangan minat dan
10
bakat selalu dilakukan dua kali seminggu. Misalnya,
bimbingan dalam kerangka Musabaqah Tilawatil Qur‟an,
seperti Tilawatil Qur‟an, Tahfidz Qur‟an, Syarhil Qur‟an,
Tajwid, Cerdas-cermat.
Berdasarkan latar belakang ini, maka penulis akan
melakukan penelitian dengan judul “Implementasi
Pembinaan Nagham Al-Qur’an dalam Rangka
Pengembangan Bakat Seni Baca Al-Qur’an santri SMP
IT di Pondok Pesantren Al-Qur’aniyyah, Pondok Aren,
Tangerang Selatan” (Studi Kasus: Santri SMP IT
Pondok Pesantren Al-Qur’aniyyah, Pondok Aren,
Tangerang Selatan)”
B. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah merupakan upaya untuk
mengelompokkan, mengurutkan sekaligus memetakkan
masalah-masalah dari uraian penjelasan latar belakang
masalah tersebut, maka penulis mengidentifikasi masalah
sebagai berikut:
1. Pembinaan Nagham Al-Qur‟an mempengaruhi minat
peserta didik dalam membaca Al-Qur‟an
11
2. Peningkatan Kefasihan makhraj dalam melafalkan huruf-
hurufnya ketika membaca Al-Qur‟an.
3. Keefektifan kegiatan pembinaan dalam pengembangan
kualitas membaca Al-Qur‟an
4. Pengaruh kegiatan pembinaan tilawatil qur‟an terhadap
kemampuan membaca Al-Qur‟an santri Pondok
Pesantren Al-Quraniyyah dengan naghom maupun tartil
5. Guru harus selalu membimbing peserta didik dalam
pelatihan Musabaqah Tilawatil Qur‟an
6. Efektifitas pembinaan Nagham Al-Qur‟an terhadap
peningkatan kualitas bakat seni baca Al-Qur‟an santri
pondok pesantren Al-Qur‟aniyyah.
C. Pembatasan Masalah
Untuk Memfokuskan permasalahan maka
berdasarkan latar belakang masalah diatas penulis
membatasi penelitian ini pada penerapan pembinaan
Naghom Al-Qur‟an yang dapat meningkatkan
pengembangan bakat seni baca Al-Qur‟an dengan Naghom
yang secara baik dan benar.
12
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka
permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan
menjadi: Bagaimana Implementasi kegiatan pembinaan
Nagham Al-Qur‟an dalam pengembangan bakat seni baca
Al-Qur‟an santri SMP IT Al-Qur‟aniyyah Pondok Aren
Tangerang Selatan?
E. Tujuan Penelitian
Dari perumusan masalah diatas, maka tujuan
penelitian adalah untuk mengetahui bagaimana penerapan
kegiatan pembinaan Nagham Al-Qur‟an dalam rangka
pengembangan bakat seni baca Al-qur‟an di Pondok
Pesantren Al-Qur‟aniyyah Pondok Aren, Tanggerang
Selatan.
F. Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis
Manfaat teoritis menjelaskan bahwa hasil
penelitian tersebut bermanfaat dalam memberikan
sumbangan pemikiran atau memperkaya konsep-konsep,
teori-teori, terhadap Ilmu Pengetahuan. Adapun manfaat
dari hasil Penelitian ini juga berguna untuk para pengajar
13
dan pimpinan Pondok Pesantren Al-Qur‟aniyyah dalam
meningkatkan kualitas membaca Al-Qur‟an santri.
Melalui penelitian ini, penulis berharap kepada para
pengajar agar berperan aktif dalam meningkatkan
kualitas bakat seni baca Al-Qur‟an santri, sehingga dapat
tercapai tujuan yang sudah ditetapkan pesantren dah
harapan orang tuanya. Penelitian ini secara teoritis
sebagai tambahan wawasan untuk meningkatkan kualitas
bakat seni baca Al-Qur‟an santri dan kepada siapapun.
2. Secara Praktis
Praktis merupakan hasil penelitian bermanfaat
memberikan wawasan pikiran bagi pemecahan masalah
yang berhubungan dengan topik atau tema sentral dari
suatu penelitian, untuk memperbaiki, meningkatkan suatu
keadaan berdasarkan penelitian yang dilakukan. Hasil
penelitian secara praktis ini diharapkan dapat
memberikan pemikiran pemecahan masalah yang
berkaitan dengan masalah Metode dalam meningkatkan
Ilmu Tajwid ketika membaca ayat suci Al-Qur‟an.
G. Tinjauan Pustaka
Terkait penelitian yang akan dilakukan penulis,
terdapat penelitian yang dilakukan sebelumnya yang relevan
14
dengan penelitian yang akan penulis lakukan, dilakukkan
yaitu:
1. Jaliludin Al-Fauri, mahasiswa UIN Sunan Kalijaga tahun
2008, dengan judul skripsi “Pelaksanaan Program
Pengembangan Diri Dalam Kegiatan Ekstrakulikuler
Bidang Seni Baca Al-Qur‟an dan Nasyid di Madrasah
Aliyah Negeri Tempel”. Skripsi ini menyimpulkan
bahwa pelaksanaan program nasyid dan seni baca Al-
Qur‟an di MAN Tempel berjalan dengan baik, hal ini
dapat dilihat dari berbagai aspek diantaranya dengan
adanya beberapa siswa yang memperoleh prestasi dalam
berbagai lomba baik itu disekolah maupun diluar
sekolah. Metode yang digunakan dalam seni baca qur‟an
adalah tilawah, tahsin dan syarhil qur‟a. metode yang
digunakan dalam nasyid adalah demontrasi, latihan,
tadarus, dan ceramah.
2. Silma Mausuli, mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah
tahun 2010, dengan judul skripsi “Evektivitas Dakwah
Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur‟an (LPTQ)
Provinsi DKI Jakarta melalui Program Tilawatil Qur‟an
(MTQ) tahun 2009. Peneliti menarik kesimpulan dari
skripsi ini berdakwah dapat dilakukan dengan beberapa
cara atau model yakni, dakwah bil lisan, dakwah bil
15
qolam, dan dakwah bil hal. Dakwah yang dilakukan oleh
LPTQ Provinsi DKI Jakarta dalam hal ii dakwah melalui
program Musabaqah Tilawatil Qur‟an, secara garis besar
sudah meliputi seluruh cara-cara atau model berdakwah
yakni, dakwah bil lisan, dakwah bil qolam dan dakwah
bil hal. Dimana didalam LPTQ itu sendiri, diadakan
pembinaan sekaligus perlombaan-perlombaan Al-Qur‟an,
dari seni membaca, menulis, hingga menafsirkan
(menggali dan memahami) makna yang terkandung
didalam Al-Qur‟an).
3. Nur Haniif Laili, mahasiswi Institut Agama Islam Negeri
Walisongo Semarang tahun 2010, dengan judul skripsi
“Peran Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur‟an Jawa
Tengah dalam Meningkatkan Prestasi Tilawatil Qur‟an
Bagi Qori‟ dan Qori‟ah Tahun 2005-2010.” Skripsi ini
menyimpulkan bahwa untuk menghasilkan sesuatu yang
memuaskan terutama pencapaian prestasi MTQ yag
diinginkan oleh LPTQ jawa tengah sangat memerlukan
usaha yang lebih baik lagi dan harus banyak melakukan
evaluasi. Selain itu peningkatan peran LPTQ juga harus
lebih baik agar kegagalan tidak terus menyertai kafilah
Provinsi Jawa Tengah dalam mengikuti MTQ tingkat
Nasional yang diadakan setiap tahun.
16
4. Siska Maryati, mahasiswi UIN Sunan Kalijaga tahun
2011, dengan judul skripsi “Peran Kegiatan
Ekstrakulikuler Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar
Siswa Dalam Pengembangan Diri Islami di Madrasah
Aliyah Negeri Wonokromo Bantul. Skripsi ini membahas
tentang kegiatan ekstrakulikuler berperan dalam
meningkatkan prestasi siswa dalam pengembangan diri
islami. Kelancaran peran kegiatan ekstrakulikuler sebagai
sarana dalam program pengembangan diri ini karena
adanya faktor pendukung pelaksanaanya. Dukungan
pihak madrasah menyediakan fasilitas yang diperlukan,
pembimbing, yang berkompeten dan sungguh-sungguh
dalam membimbing siswa, minat siswa yang tinggi,
fasilitas yang memadai. Skripsi ini menyimpulkan bahwa
peran dan dukungan pihak madrasah dan keikut sertaan
siswa dalam program pengembangan diri dapat
meningkatkan prestasi siswa.
5. Ahmad Dawud, mahasiswa Institut Agama Islam Negeri
Sunan Ampel Surabaya tahun 2011, dengan judul skripsi
“Manajemen Kegiatan Ekstrakulikuler dalam Pembinaan
Qiro‟ah Al-Qur‟an di Madrasah Aliyah Hidayatul
Muwaffiq Penompo, Jetis, Mojokerto”. Skripsi ini
menyimpulkan bahwa manajemen kegiatan
17
ekstrakulikuler pembinaan qiro‟ah al-qur‟an di MA
Hidayatul Muwaffiq sudah berjalan dengan lancer mulai
dari proses perencanaan sampai pada pengawasan kontrol
yang dilakukan hal ini dapat dilihat dari penjadwalan,
proses pembinaan sampai pada penelitian, serta lomba-
lomba guna menampilkan kemampuan siswa. walaupun
dalam melaksanakan fungsi-fungsi tersebut belum secara
maksimal.
H. Sistematika Penulisan
Teknik Penulisan laporan dalam penelitian ini akan
merujuk pada buku yang disusun oleh Prof. Dr. Hj.
Huzaemah T. Yanggo. MA, et al. yang diterbitkan oleh
Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta. Penerbit: Jakarta
Press, tahun 2011.
Sistematika penulisan adalah penjelasan tentang
bagian-bagian yang akan ditulis didalam penelitian secara
sistematis.9
Hasil akhir dari penulisan ini akan dituangkan dalam
laporan tertulis dengan sistematika, sebagai berikut:
9 Huzaemah T. Yanggo, MA, Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis,
dan Disertasi, (Tangerang: IIQ Press, 2011), cet-2, h. 22
18
BAB I PENDAHULUAN
Meliputi pendahuluan yang meliputi Latar
Belakang Masalah, Identifikasi Masalah, Batasan
dan Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat
Penelitian, Kegunaan Penelitian.
BAB II KERANGKA TEORI
Bab ini meliputi Landasan Teori
Penerapan Kegiatan Pembinaan Nagham
Al-Qur‟an dalam rangka pengembangan bakat
seni baca Al-Qur‟an santri Pondok Pesantren Al-
Qur‟aniyyah Pondok Aren, Tangerang Sealatan.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini meliputi Metode Penelitian yang
terdiri dari Jenis Penelitian, Lokasi Penelitian,
Sumber Data, Teknik Pengumpulan Data, Teknik
Analisis Data.
BAB IV HASIL PENELITIAN
Bab ini meliputi penyajian dan analisis
data yang terdiri dari analisis data yang terdiri
dari gambaran umum obyek penelitian, deskriptif
data.
BAB V PENUTUP
19
Kesimpulan, Saran-saran dan Kata
Penutup, Bagian akhir skripsi ini meliputi Daftar
Pustaka, Lampiran-lampiran dan daftar riwayat
hidup.
20
BAB II
KERANGKA TEORI
A. Gambaran Umum tentang Nagham
1. Pengertian Nagham Al-Qur’an
Secara etimologi atau lughah, kata nagham berarti
lagu atau simphoni. Bentuk jamak dari nagham ( غام ان )
adalah angham ( ان غام ), dan jamak dari bentuk jamak in
adalah anaaghim ( اناغيم).1
Kata nagham ( ن غم ) merupakan bentuk mufrad
dengan jam ام غن ا atau م ي اغنا berarti lagu, biasa disebut ام غن
yaitu melagukan Al-Qur‟an. Dalam dunia musik آنر ق ال
terdapat istilah ( امسقام غن ا ) yaitu lagu atau simponi
musik (dalam bentuk notasi balok atau notasi angka.
Padanan kata nagham ( م غن ) dalam bahasa Arab yaitu
1 Muhsin Salim, Ilmu Nagham Al-Qur‟an, (Jakarta: Yataqi, 2008),
h. 1
21
نح الل Seperti dalam ungkapan آنر ق ال ف ن ل yang berarti
اهي ترنمف (melagukan suatu bacaan) dan seperti ادشن ال ن ل
yang berarti ابن غ االانات لعضو (membuat sejumlah lagu
untuk syair-syair uang disenandungkan).
Nagham dalam pengertian lain adalah
memperindah suara demikian nagham berbeda dengan
nasyid dan dalam membaca Al-Qur‟an ( تلوةال صو تف حس ن
,dengan qasidah. Nasyid yaitu melagukan (ال ق ر آن
mendendangkan atau menyenandungkan syair-syair yang
berasal bukan dari ayat-ayat Al-Qur‟an tetapi bersifat
umum ( ال عامة غ نيات (ال sedangkan qasidah yaitu prosa atau
syair-syair dalam bentuk kata-kata atau tulisan dan belum
merupakan nada-nada atau senandung.2
Keindahan Al-Qur‟an akan terasa lebih
menakjubkan, manakala seseorang membacanya dengan
suara yang merdu dan syahdu. Apalagi dilengkapi
2 Maria Ulfah dkk, Modul Nagham Al-Qur‟an (Institut Ilmu
Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta), h. 1
22
dengan irama indah, lagu yang teratur, dan tajwid yang
sempurna.
Adapun irama dan lagu yang dapat dipakai dalam
seni baca Al-Qur‟an adalah irama arab, atau yang
terkenal dengan irama padang pasir.
Dalam membaca Al-Qur‟an juga mempunyai seni
tersendiri. Seni baca Al-Qur‟an tidak lepas dari rasa
keindahan yaitu keindahan suara bunyi dari lafazh al-
Qur‟an yang disertai dengan suara yang baik yakni tidak
dibaca dalam hati, akan tetapi disuarakan hingga dapat
didengar oleh orang lain dan sekitarnya. Agar pembacaan
al-Qur‟an tidak membosankan pendengar, maka bacaan
ayat-ayat al-Qur‟an di suarakan dengan suara yang enak.
Dan didalam menyuarakan ayat-ayat al-Qur‟an diwarnai
dengan variasi-variasi lagu. Disinilah letak seni dari pada
bacaan al-Qur‟an itu. Dalam seni bacaan al-Qur‟an
dengan lagu yang bermacam-macam tersebut harus
disertai dengan makharijul huruf yang tepat. Apabila
disertai dengan alunan suara yang indah dan halus, maka
bertambah indahlah dan memberikan kesan mendalam
baik bagi pembacanya maupun pendengarnya.
“Istilah seni baca al-Qur‟an mulai popular sejak
tahun 1968. Adapun yang dimaksud dengan seni baca Al-
23
Qur‟an adalah bacaan al-Qur‟an yang bertajwid dengan
diperindah oleh irama suara dan lagu.”3
Seni baca al-Qur‟an juga dikenal dengan istilah
an-nagham fil qur‟an yang berarti melagukan bacaan al-
Qur‟an, istilah nagham ini berdasarkan hadist Nabi
Muhammad Saw sebagai berikut:4
بال ق ر آنامن لي سمن )رواهابوداود(ل ي ت غن
“Tidak termasuk golongan kami orang-
orang yang tidak melagukan al-Qur‟an.”(HR.
Abu Dawud)
Secara umum, lagu Al-Qur‟an adalah setiap lagu
apa saja yang dapat diterapkan dalam ayat-ayat
Al-Qur‟an dalam berbagai variasi atau nada suara yang
teratur dan harmonis, tanpa menyalahi hukum-hukum
bacaan yang digariskan dalam ilmu tajwid. Akan tetapi
sejarah menentukan lain, irama dan lagu yang dipakai
dalam seni baca Al-Qur‟an itu sendiri yakni bahasa Arab.
Meskipun demikian lagu-lagu Al-Qur‟an tidak
dapat dirumuskan ke dalam not balok karena terlalu
3 Mariah Ulfah, Seni Baca Al-Qur‟an dan Berbagai Aspeknya,
Makalah TRIK HIQMA, (Jakarta: IAIN Syarif Hidayatullah, 2001), h. 2 4 Chotibul Umam, Belajar Membaca Al-Qur‟an dengan Lagu,
(Jakarta: LBIQ OKI, 1997) h. 6
24
banyak pecahan suara dan ketukan serta bersumber pada
perasaan.
Syekh Syamsuddin Al-Akfanidi dalam kitabnya
“Irsyad Al-Qashid” mengemukakan bahwa ilmu hanya
bisa diketahui apabila ia mengandung pembuktian
(dalalah) baik berupa isyarat, ucapan, ataupun tulisan.
Isyarat mengharuskan adanya kesaksian, tulisan
mengharuskan adanya bentuk-bentuk (goresan-goresan)
yang berarti, adapun perkataan mengharuskan kehadiran
dan kesiapan mendengar dari lawan bicaranya.5
Di dalam status hukum melagukan Al-Qur‟an
tentunya kita tidak lepas dari dasar-dasar hukum yang
telah digariskan oleh Rasulullah SAW, di mana beliau
adalah kunci pertama didalam menentukan apakah
diperbolehkan bacaan Al-Qur‟an itu dilagukan atau
tidak.6 Maka untuk lebih jelasnya alangkah perlunya kita
memaparkan hadits beliau yang berkaitan dengan
masalah hukum melagukan bacaan Al-Qur‟an, yakni:
5 Moh. Hikam Rofiqi, ANTIQ (Aturan Tilawatil Qur‟an), (Kediri:
Pembina Seni Baca Al-Qur‟an, 2011) h. 1 6 Ahmad Munir dan Sudarsono, Ilmu Tajwid dan Seni Baca Al-
Qur‟an, (Jakarta: Rineka Cipta, 1994) hlm. 58
25
الص و تزي ن و فان باص واتك م حسناال ق ر ان ال ق ر ان يزي د سن ال (رواهالاكم)
“Hiasilah Al-Qur‟an dengan suaramu,
karena suara yang merdu menambahkan
keindahan Al-Qur‟an”. (HR.Hakim).7
Membaca Al-Qur‟an dengan benar adalah wajib.
Setelah bacaannya benar kemudian memperindah bacaan
adalah salah satu sunnatnya membaca Al-Qur‟an. Karena
Rasulullah memuji Al-Qur‟an dengan keindahannya,
maka umatnya berlomba-lomba untuk memperindah
bacaan Al-Qur‟an, terutama pada suara dan iramanya.
Didalam Al-Qur‟an, bukan bacaan Al-Qur‟an saja yang
menjadi ibadah dan amal yang mendapat pahala dan
rahmat, akan tetapi mendengar bacaan Al-Qur‟an juga
mendapat pahala. Sebagian ulama mengatakan bahwa
mendengarkan orang yang membaca Al-Qur‟an itu nanti
sama pahalanya dengan orang yang membacanya. Firmah
Allah dalam surah Al-A‟raf ayat 204:
7 Salim Bahreisy, Terjemahan Riyadhtus Sholikhin, Jilid II,
(Bandung, PT: Al Ma‟rif) h. 69
26
“Dan apabila dibacakan Al-Qur‟an,
maka dengarkanlah baik-baik dan perhatikanlah
dengan tenang agar mendapat rahmat” (QS. AL-
A‟raf: 204).
Mendengarkan bacaan Al-Qur‟an dengan baik,
dapat menghibur perasaan sedih, menenangkan jiwa yang
gelisah, dan melunakkan hati yang keras, serta
mendatangkan petunjuk. Itulah yang dimaksud dengan
Rahmat Allah SWT.
Melagukan ayat-ayat Al-Qur‟an bukan berarti
meninggalkan ilmu tajwid akan tetapi lagu Al-Qur‟an itu
harus disesuaikan dengan aturan-aturan atau hukum
bacaan Al-Qur‟an yang terdapat pada ilmu tajwid, sebab
dalam penerapan lagu tersebut tidak akan persis, yang
terpenting dasar-dasar lagu tidak hilang dan sesuai
dengan kaidah tajwid.8
Ketika alunan suara yang merdu dan didukung
oleh lagu yang mempunyai makna untuk membaca
8 Ahmad Munir dan Sudarsono, Ilmu Tajwid dan Seni Baca Al-
Qur‟an, (Jakarta: Rineka Cipta, 1994) h. 64
27
Al-Qur‟an merupakan sebuah keniscayaan, maka
mempelajari seni baca Al-Qur‟an juga sesuatu yang harus
diupayakan. Seorang Qori‟/Qori‟ah sebaiknya mengerti
atau mempunyai karakteristik masing-masing lagu agar
dalam menerapkan tertentu sesuai dengan makna ayat
yang sedang dilantunkan.
2. Dasar-dasar Tentang Melagukan Al-Qur’an
a. Lagu Bayyati
Bayyati berasal dari kalimat arab yang berarti
rumah, yang kemudian dipakai bentuk mubalaghah
kemudian ditambah dengan Ya menjadi Bayyati.
Barangkali ada benarnya kalau seseorang menisbatkan
maqam lagu ini dengan makna sebuah rumah, yang
dapat diidentikkan dengan tempat berteduh, pangkal
bertolak serta tempat kembali.
Lagu bayyati pada umumnya dipergunakan
orang sebagai lagu pertama (pembuka). Dan juga
dipakai sebagai lagu penutup. Namun demikian tidak
menutup kemungkinan bahwa seseorang boleh saja
bebas untuk memulai dengan lagu pilihannya, dan
menutup tanpa Bayyati. Dalam peraturan MTQ
Nasional (semifinal) seseorang wajib membawakan
28
lagu Bayyati sebagai lagu pertama, sekaligus dengan
lagu tingkatan tangga nadanya. Oleh sebab itu
manakala lagu bayyati ini dipakai pada awal
komposisi, maka ia akan mengalami proses tahapan-
tahapan sesuai dengan tingkatan nama yang dilampaui
1) Bayyati Ashli Qarar
2) Bayyati Ashli Nawa
3) Bayyati Syuri Nawa
4) Bayyati Husaini Nawa
5) Bayyati Ashli Jawab
6) Bayyati Ashli Jawabul Jawab
7) Bayyati Syuri Jawabul Jawab9
b. Lagu Hijaz
Hijaz adalah nama sebuah negeri di Jazirah
Arab. Kalimat ini kemudian menjadi nama dari sebuah
lagu. Tidak jelas siapa yang pertama kali memberikan
nama lagu tersebut. Tetapi yang jelas, lagu hijaz
adalah lagu yang ada, tumbuh dan berkembang di
negeri itu, yang sekaligus menjadi ciri khusus dari
intonasi serta dialek bahasa negeri itu (Hijaz).
9 M. Saiful Mujab, Ilmu Nagham Kaidah Seni Baca Al-Qur‟an,
(Kudus : STAIN Kudus, 2011), h. 35-37
29
Lagu ini mempunyai sifat alegro, artinya
mempunyai irama yang ringan, cepat dan lincah,
disamping banyak variasi yang turun dan naik tajam.
Karakter lagu ini menunjukkan satu penekanan pada
penggambaran cerita, memperkenalkan, mempertegas
ungkapan, berpola sedang naik-naik lalu turun
melandai iramanya. Banyak dilakukan untuk lagu
adzan, shalawat, irama gambus dan lain-lain.
Lagu ini mempunyai empat cabang, yaitu:
1) Hijaz Ashli
2) Hijaz Kard
3) Hijaz Kard Kurd
4) Hijaz Kurd
c. Lagu Shoba
Lagu ini mempunyai tiga cabang, yaitu:
1) Shoba Ashli
2) Shoba Ma‟al „Ajam (Shoba „Ajami)
3) Shoba Ma‟al Basthanjar
Biasanya lagu ini dibawakan setelah lagu
Bayyati atau Husaini. Ciri-ciri nadanya agak sendu
tetapi mempunyai tangga nada yang sangat tinggi
(jawabul jawab).
30
d. Lagu Nahawand
Lagu ini mempunyai empat cabang yaitu:
1) Nahawand Ashli
2) Nahawand „Usyaq
3) Nahawand Nakriz
4) Nahawand Zenjiron
Biasanya lagu ini bebas ditempatkan baik
setelah lagu Shoba, lagu Hijaz, lagu Rost, lagu Shikah,
ataupun lagu Jiharkah. Lagu ini mempunyai nada yang
sangat sendu dan diterapkan pada ayat-ayat Al-Qur‟an
yang mengkisahkan tentang kabar ancaman, siksaan,
atau kematian.
e. Lagu Rost
Lagu ini mempunyai lima cabang, yaitu:
1) Rost Ashli
2) Rost Tsani
3) Rost Tsalits
4) Rost Syabir
5) Rost „Alan Nawa
f. Lagu Jiharkah
Lagu ini mempunyai dua cabang, yaitu:
1) Jiharkah Ashli
2) Jiharkah Tsani
31
g. Lagu Shika
Lagu ini mempunyai empat cabang, yaitu:
1) Shika Ashli
2) Shika Turki
3) Shika Misri
4) Shika „Iraqi
Itulah beberapa pokok dalam seni baca Al-Qur‟an
dalam beberapa cabangnya atau versinya yang sering
dibawakan oleh para qori‟ dan qori‟ah dalam
memperindah hasanah keagungan kalam Allah SWT.10
3. Hukum Melagukan Al-Qur’an
Landasan hukum membaca Al-Qur‟an dengan
suara yang indah atau menggunakan lagu (nagham),
dapat dirujuk kepada hadist yang diriwayatkan dari Said
ibn Abi Said:
ل ي ت غن بال ق ر آن)رواهابوداود(لي سمن امن “Tidak termasuk golongan kami orang
yang tidak melagukan Al-Qur‟an”. (HR. Abu
Dawud).
10
Muh. Syafi‟I, Pengantar Ilmu Tilawatil Qur‟an, (Semarang:
IAIN Walisongo, 1988) hlm. 11
32
Terdapat perbedaan pendapat dikalangan ulama
dalam menafsirkan makna kalimat ن غت ي dalam hadist
diatas:
a. Sufyan ibn „Uyainah dan Abu „Ubaid menafsirkan
kata tersebut dengan makna نغ ت س ي yakni tidak
memerlukan sesuatu yang lain selain Al-Qur‟an.
Menurutnya membaguskan suara dalam membaca
Al-Qur‟an merupakan suatu keharusan dalam seni
sastra Arab.
b. Menurut Ibn al-Jauzi, kata ن غت ي Mengandung 4
pengertian:
1) Membaguskan suara توص ان ست) )
2) Mencukupi, tidak menghajatkan kepada yang
lain ( اء غتس ل )ا
3) Terharu dengan penuh perasaana ketika membaca
Al-Qur‟an التحزن ) )
33
4) Menyibukkan diri dengan Al-Qur‟an
( ( التساغالبو
c. Imam Syafi‟I menafsirkan kata ن غت ي dengan التحزن
yaitu memasukkan perasaan dan irama dalam
membacanya. Imam syafi‟I menegaskan bahwa boleh
membaca Al-Qur‟an dengan lagu, Rabi‟ al-Jauzi
mengatakan bahwa Imam Syafi‟I memakruhkannya.
Oleh karena itu Imam Rofi‟I mengambil jalan tengah,
bahwa makruh menurut Imam Syafi‟I apabila
membaca Al-Qur‟an dengan sengaja melalaikan
madnya, memanjangkan harakat-harakatnya serta
menidghamkan tidak pada tempatnya sedangkan bila
tidak melalikan batas-batas tersebut, tidaklah makruh.
d. Imam al-Mawardi, pada prinsipnya sependapat dengan
para ulama diatas, bahwa melagukan Al-Qur‟an
adalah boleh selama tidak melanggar kaidah tajwid,
sehingga lagu tersebut tidak merusak bacaan.
Demikian juga pendapat ulama seperti al-Qurtuby, Ibn
Hajar, dan al-Thabary.
Dalam hadis lain yang diriwayatkan dari Abu
Hurairah, ditegaskan:
34
أم ي شلالل و نذاأمء تو الص نس ح بيلن انذا
)رواهابوداود(وبر هي آنر ق ال بنغت ي “Allah tidak pernah mendengarkan
sesuatu sebagaimana ia mendengarkan Nabi
sedang melagukan Al-Qur‟an dengan suara
merdu”. (HR. Abu Daud).
Berkenaan dengan hadis diatas, Imam Nawawi
dalam kitab al-Tibyan menafsirkan kata نذأ dengan
وضالرلاة ارشإوى وعمتس إ لو ب قال ا (mendengarkan, yang
berarti menunjukkan kepada ridla dan menerima).
Serta hadisit yang diriwayatkan dari al-Bara‟ ibn
„Aziz Rasulullah SAW bersabda: )رواهابوداود(م ك اتوص أبآنر ق ال و ن ي ز
“Hiasilah Al-Qur‟an dengan suaramu
(bacaan yang merdu)” (HR. Abu Dawud).
Hadist tersebut merupakan rujukan untuk
melagukan Al-Qur‟an sebagaimana Rasulullah sendiri
membaca Al-Qur‟an dengan suara yang merdu, indah
serta fasih. Sehingga sebagian ulama menafsirkan hadit
tersebut dengan انسحال ق ر آند ي زينسال تو الص ن إف
35
(sesungguhnya suara yang merdu dan indah itu akan
memnambah keindahan Al-Qur‟an).
Berpegang pada hadis-hadis Rasulullah diatas dan
berbagai pendapat para ulama, dapat ditarik kesimpulan
bahwa hukum melagukan Al-Qur‟an adalah:
a. Sunnah, membaca dan melagukan Al-Qur‟an dengan
suara yang merdu, fasih, dengan ekspresi yang wajar
serta menggunakan kaidah-kaidah tajwid dan hukum
bacaan lainnya.
b. Mubah, sepanjang dalam bacaan dan melagukan Al-
Qur‟an tidak menyalahi hukum-hukum tajwid dan
qira‟at yang telah menjadi ketetapan para ulama
qurra‟ yang mutawattir dan dibawakan dalam ekspresi
yang wajar.
c. Makruh, membaca dan melagukan Al-Qur‟an dengan
lagu dan gaya yang dibuat-buat dan dipaksakan,
sehingga menyalahi hukum-hukum tajwid dan qira‟at
yang sifatnya khafi.
d. Haram, bila membaca dan melagukan Al-Qur‟an
dibawakan dengan ekspresi yang tidak wajar dan
36
berlebihan serta menyalahi kaidah-kaidah tajwid dan
qira‟at.11
4. Sejarah tentang Nagham Al-Qur’an
a. Perkembangan Seni Baca Al-Qur’an di Indonesia
Di Indonesia perkembangan nagham pada
awalnya masih didominasi oleh lagu-lagu beraliran
Makkawai, Karena pada waktu itu Makkah menjadi
tujuan utama tempat menuntut ilmu agama islam para
pelajar asal nusantara yang ketika kembali ke tanah air
membawa variasi lagu-lagu Makkawi. Sampai saat ini
variasi lagu Makkawi dapat dilihat dalam pembacaan
berzanji dan marhaban.
Setelah Indonesia merdeka, mulai dirintis
hubungan persahabatan dengan lain dalam rangka
pertukaran informasi, seni, sosial, budaya, ekonomi,
dan agama. Dikawan Jazirah Arab hubungan yang
harmonis terjalin dengan Mesir yang pada waktu
dibawah pemerintahan Presiden Gamal Abdel Naser.
Sebagai upaya mempererat hubungan kedua Negara
pada tahun 1955 pemerintahan Mesir mengirimkan
11
Maria Ulfah dkk, Modul Nagham Al-Qur‟an (Institut Ilmu
Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta), h. 7-9
37
delegasi qari-qariah dan huffazh ke Indonesia.
Tercatat beberapa nama qari termasyhur seperti Syekh
Abd Basith, Muhammad Abd al-Shamad, Syekh
Musthafa Isma‟il, Syekh Muhammad Siddiq al-
Minsyawy, Syekh Mahmud Khalil al-Khushary, dan
Syekh Abd al-Hayy, Ahmad Zahran pernah dating ke
Indonesia.
Dalam sejarahnya, tumbuh dan berkembang
lagu-lagu Al-Qur‟an maka akan terlihat adanya dua
jenis aliran lagu yang berbeda.
1) Lagu Makkawi, yaitu lagu-lagu yang tumbuh dan
berkembang di Makkah dan sekitarnya (Jazirah
Arab bagian Timur). Lagu-lagunya
menggambarkan suatu dialek bahasa lingkungan
tersebut. Di Indonesia dibawakan doleh Qari‟- Qari
periode terdahulu. Kemudian dikenalkan beberapa
nama lagu dan aliran tersebut seperti misalnya lagu
Hijaz, Mayya, Raqby, Banjaka, dan lain-lain.
2) Lagu Mishri, ini adalah lagu-lagu arab ala Mesir
yang tumbuh dengan subur dilembah sungai Nil.
Lagu-lagu tersebut lebih lembut, syahdu sesuai
dengan dialek lembah Nil itu sendiri. Dan lagu-lagu
ala Mesir ini nampaknya jauh lebih dominan,
38
diterima dan berkembang cepat di seluruh dunia
islam, termasuk Indonesia. Di Indonesia sendiri
ternyata, hamper dapat dipastikan, bahwa pada saat
ini baru sekitar 99% orang membaca Al-Qur‟an
dengan lagu-lagu ala Mesir, bahkan dalam MTQ
hampir tidak ada sama sekali lagu-lagu Makkawi
kecuali hanya sebagai variasi saja.12
Dari aliran ini muncullah tujuh macam lagu
sangat popular saat ini, yaitu:
1) Bayyati
2) Hijaz
3) Shobaa
4) Nahawand
5) Rost
6) Shika
7) Jiharkah
Inilah tujuh lagu yang sangat popular didalam
seni baca Al-Qur‟an. Ketujuh jenis ini pula yang
dianggap sebagai tujuh lagu pokok, baik dikalangan
masyarakat maupun dalam agenda atau ketentuan
LPTQ Nasional.
12
M. Syaiful Mujab, Ilmu Nagham Kaidah Seni Baca Al-Qur‟an,
(Kudus: STAIN Kudus, 2011) h. 33
39
Didalam seni baca al-Qur‟an, suara adalah
faktor yang paling menetukan disamping tajwid dan
makharijul huruf, memang keduanya tidak dapat
dipisahkan. Walaupun mempunyai sifat-sifat yang
tidak sama, suara yang bersih, merdu dan menggema
adalah pembawaan seseorang yang tidak dapat
diusahakan. Sedangkan lagu adalah usaha yang dapat
dipelajari dan dicapai oleh seseorang.
Apabila diperhatikan secara seksama nyata
sekali suara itu adakalanya rendah, sedang dan tinggi.
Tingkatan ini dinamakan tangga suara nada. Pada tiap
lagu atau irama dalam tilawatil qur‟an pasti dijumpai
tangga-tangga suara, baik suara itu pendek atau
pendek.
Menurut teori musik yang dinamakan nada
adalah akibat dari getaran suara yang diatur.
Sedangkan yang dimaksud tangga nada adalah naik
turunnya suara. Adapun dinamika tentang volume
suara dalam membaca Al-Qur‟an adalah terdiri dari
empat tangga suara:
1) Qoror (low) adalah piano (Suara lembut) maksud
disini adalah the lowest sound (suara paling
rendah)
40
2) Nawa (medium) ezzo soprano (antara suara tinggi
dan rendah
3) Jawab (high) adalah crescendo (suara menanjak
kuat)
4) Jawabul jawab (highest) adalah fortissinmo (suara
paling kuat.
B. Pembinaan Nagham Al-Qur’an
Pada dasarnya tujuan pengajaran Al-Qur‟an adalah
agar sebagai umat Islam, kita bisa memahami dan
mengamalkan isi kandungan dalam Al-Qur‟an dalam
kehidupan sehari-hari, menjaga dan memelihara baik itu
dengan mempelajari dan mengajarkan kepada orang lain
sehingga pengajaran dan pendidikan dapat terlaksana terus
menerus dari generasi kegenerasi sampai diakhir zaman
kelak, karena Al-Qur‟an adalah pedoman dan petunjuk bagi
umat Islam di dunia ini.
Mendidik bukan sekedar transfer ilmu saja tapi lebih
dari itu yaitu memberikan nilai-nilai terpuji pada orang lain
dalam hal ini adalah peserta didik untuk berakhlak Al-
Qur‟an. Pendidikan yang paling mulai diberikan orang tua
adalah pendidikan Al-Qur‟an yang merupakan lambang
41
agama islam yang paling asasi dan hakiki sehingga dapat
menjunjung tinggi nilai-nilai spiritual Islam.
1. Macam-macam Maqamat dan Karakteristiknya
Adapun tujuh macam lagu atau maqamat dan
karakteristiknya yang sering digunakan oleh Qori‟
Qori‟ah Indonesia adalah:
a. Maqam Bayyati
Pakar lagu mengemukakan bahwa Bayyati
dijuluki sebagai Ra‟s al-Naghamaat (induk dari lagu-
lagu) karena Bayyati merupakan dasar dari berbagai
gaya dan variasi dalam nagham, termasuk pengaturan
kadar suara, nada, dan nafas. Bayyati lazim atau
umumnya diterapkan pada awal dan akhir bacaan,
namun demikian bagi para qari‟ dan qari‟ah bebas
menerapkan lagu sesuai dengan pilihannya. Dengan
kata lain bukan sebuauh keharusan (tidak wajib)
dalam melagukan Al-Qur‟an diawali dengan dengan
Bayyati, karena melagukan Bayyati pada awal lagu
hanya merupakan sebuah kebiasaan saja dalam
nagham.13
13
Maria Ulfah dkk, Modul Nagham Al-Qur‟an, (Institut Ilmu
Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta), h. 15
42
Dengan kata lain bayyati adalah salah satunya
maqam lagu yang paling dekat dengan seluruh lagu
yang ada (6 pokok lagu yang lain). Disamping itu,
juga telah menjadi kenyataan bahwa bayyati telah
dipergunakan oleh sebagian Qori‟ Qori‟ah sebagai
pangkal titik tolak, dan tempat kembalinya suatu
komposisi lagu.
Lagu bayyati pada umumnya dipergunakan
orang sebagai lagu pertama (pembuka). Dan juga
dipakai sebagai lagu penutup. Namun demikian, tidak
menutup kemungkinan bahwa seseorang boleh saja
bebas memilih dengan lagu pilihannya, dan menutup
tanpa bayyati. Dalam peraturan MTQ Nasional
(semifinal) seseorang wajib membawakan lagu
bayyati sebagai lagu pertama, sekaligus dengan tiga
tingkatan tangga nadanya. Oleh sebab itu manakala
lagu bayyati ini dipakai pada awal komposisi, maka ia
akan mengalami proses tahapan-tahapan sesuai
tingkatan nama yang dilampaui.
Adapun karakteristik Bayyati adalah lagu yang
lembut, senang, dan sendu, lagu ini dapat digunakan
pada ayat-ayat terkait dengan kaar gembira, perintah,
larangan, tauhid, janji, dan kekuasaan Allah. Bayyati
43
apabila ditempatkan diawal komposisi, mengalami
proses atau tahapan sesuai dengan nada atau tingkatan
yang dilampauinya.
Tingkatan variasi dalam Bayyati sekaligus
menjadi tangga nada dalam Bayyati. Perihal variasi
syuri sebagai variasi dalam Bayyati bisa menempati
tangga nad, boleh dipakai atau tidak, yang jelas syuri
berfungsi sebagai penyelaras, penyeimbang, sekaligus
memperindah dan menyempurnakan gaya dan variasi
Bayyati.14
Sedangkan lagu bayyati masih mempunyai
variasi-variasi tersendiri. Adapun tingkatannya adalah
sebagai berikut:
1) Bayyati Ashli Qoror
2) Bayyati Asli Nawa
3) Bayyati Husaini Nawa
4) Bayyati Asli Jawab
5) Bayyati Asli Jawabul Jawab
6) Bayyati Syuri Jawabul Jawab15
14
Maria Ulfah dkk, Modul Nagham Al-Qur‟an, (Institut Ilmu
Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta), h. 15 15
Depag, Pedoman Pelatihan Tilawatil Qur‟an, (Surabaya: Depag,
2003), h. 111
44
b. Maqam Hijaz
Sebagaimana yang kita ketahui, bahwa Maqam
Hijaz ialah asli Makkawi. Akan tetapi kemudian lagu
ini tumbuh dan berkembang dinegeri Mesir setelah
dibawa orang kesana. Dan sudah barang tentu ia
banyak mengalami perubahan, khususnya pada sifat
dan dialeknya, sesuai dengan tempat negeri yang baru
(Negeri Mesir). Oleh sebab itu kemudian ia dikenal
sebagai Hijaz ala Misry.
Lagu Hijaz ini pun memiliki cabang yang
cukup banyak sehingga Nampak oleh kita bahwa
maqam lagu ini ruang lingkup irama serta nadanya
sangat luas. Oleh sebab itu, seorang Qori‟ merasa
leluasa sekali untuk membuat variasi lagu pada
maqam hijaz ini. Namun demikian tidak semua orang
mampu, Hijaz hanya dapat dibawakan oleh seorang
yang mempunyai suara tinggi saja.
Maqam Hijaz ini cocok untuk ayat-ayat yang
bernuansa do‟a, panggilan, mengingat tentang sesuatu
(ta‟ammul).16
16
Ahsin Sakho, Ringkasan Makalah Syeikh Helbawi, (2009), h. 7
45
Ada beberapa jenis lagu Hijaz ini antara lain:
1) Hijaz Ashli
2) Hijaz Kard
3) Hijaz Kard Kurd
4) Hijaz Kurd
c. Maqam Shaba
Maqam ini memiliki sifat alergo, adapun
karakteristiknya yaitu gerak irama yang ringan dan
cepat serta agak mendatar, kecuali ada beberapa
variasi shaba yang gerak iramanya agak naik turun.
Maqam shaba memiliki kelebihan dari lagu-lagu yang
lain dalam seni baca Al-Qur‟an, yaitu sifatnya yang
sendu, mengalun berlahan, bahkan terkadang
menyayat hati pembaca dan pendengarnya.
Adapun macam-macam lagu shaba adalah
sebagai berikut:
1) Shaba Ashli/ Shaba Awal Maqam
2) Shaba Jawab
3) Shaba Bastanjar (Quflah)
4) Shaba Ma‟al „Ajam (Variasi)
46
d. Maqam Rast
Maqam atau lagu Rast adalah salah satu yang
memiliki aneka macam Variasi, langkahnya leluasa
sekali, derap iramanya hidup dan semangat.
Rast memiliki sifat alergo, yaitu mempunyai
getaran-getaran ringan, cepat dan lincah. Maqam ini
sangat mudah diterima oleh seseorang atau sangat
digemari.
Maqam ini memiliki empat jenis lagu
diantaranya adalah:
1) Rast Awal Maqam
2) Rast Syabir
3) Rast Alan Nawa
4) Rast Zanjiran
e. Maqam Jiharkah
Jiharkah adalah merupakan Maqam lagu yang
paling sedikit memiliki cabang dan variasi lagu.
Dilihat dari segi dinamika alergo dan dapat pula dalam
dinamika grave.
Lagunya tidak begitu popular, mungkin karena
iramanya sedikit sulit dan minor. Kenyataannya
menunjukkan bahwa untuk mengajarkan lagu jiharkah
47
ini sering mengalami kesulitan terutama bagi orang
yang baru belajar.
Maqam jiharkah ini hanya mempunyai dua
tingkatan tangga nada yaitu:
1) Jiharkah Awal Maqam
2) Jiharkah Maqam Jawab
f. Maqam Shika
Maqam shika juga memiliki wawasan yang
cukup luas. Ia memiliki cabang yang cukup banyak,
serta variasi yang beragam.
Kemudian kalau dilihat dari corok iramanya,
atau sifat iramanya shika ini bersifat grave, yakni
memiliki gerak-gerak lambat serta hidmat.
Maqam shika ini terbagi kedalam beberapa
jenis variasinya diantaranya:
1) Shika Ashli/Awal Maqam
2) Shika Raml
Raml adalah satu variasi yang berirama minor
kadang-kadang juga digunakan sebagai lagu shoba.
1) Shika Turky
2) Shika Iraky
Perbedaan yang terdapat pada masing-masing
cabang daripada variasi ini ditentukan oleh ciri khas
48
dan dialek suatu daerah tertentu seperti yang dapat
kita lihat nama-namanya.
g. Maqam Nahawand
Dalam buku Fan Tarbiyah al-Shaut yang
dimaksud maqam nahawand termasuk lagu
pokok/ushuly/assay yang disebut Maqamat
Arabiyyah. Maqam nahawand memiliki dinamika
Allergo yakni tempo dari semangat penampilan
iramanya dengan gerakan ringan dan cepat. Maqam
nahawand memiliki karasteristik lembah duka, syair-
syair pada maqam ini bernuansa kesedihan, maka bila
diterapkan pada ayat Al-Qur‟an seyogyanya melihat
kandungan ayat, apa isi dari pada ayat-ayat yang
dibaca, hendaknya ayat-ayatnya yang identic dengan
ayat neraka, ancaman siksaan, himbauan.17
Maqam nahawand ini mempunyai beberapa
tingkatan lagu, yaitu:
1) Nahawand Usysyaq
2) Nahawand Awal Maqam
3) Nahawand Nakriz
4) Nahawand Murakkah
17
Maria Ulfah dkk, Modul Nagham Al-Qur‟an, (Institut Ilmu Al-
Qur‟an (IIQ) Jakarta), h. 41-42
49
5) Nahawand Jawab
2. Tausyih dan Variasi
Tausyih adalah patokan atau tata cara
melantunkan Qira‟ah yang berupa syair dan bukan
berupa ayat Al-Qur‟an. Didalam tausyeh bisa dijadikan
standart (patokan) lagu-lagu Tilawatil Qur‟an karena
terdapat cabang-cabang maupun variasi yang cukup
lengkap. Sehingga dengan menghafal atau mengingatnya
akan lebih mudah menerapkan kedalam ayat-ayat
Al-Qur‟an. Adapun ketujuh tausyih tersebut adalah:
a. Tausyih Maqam Bayyati
Tausyih Tingkatan Maqam
اك بانحسن سيذي بانذ أما د
وأوالاك بهجة وجمالا
قزار اول مقاو
ا واجنتيل بسخز وانذ خاص
حلل
نىي
بابة سىقا صم محبا يزي انص
بابة سىقا صم محبا يزي انص
بابة س ىقا صم محبا يزي انص
وانصهى محالا
جىاب
50
هى أحمذ باب انهذاي دوا
انمعجزات عه انمذي
هى أحمذ باب انهذاي دوا
انمعجزات عه انمذي
ضا وشفيعنا جميعا عذي باب انز
بحز انهناء
جىاب انجىاب
وشزيعة الاسلو راق رواعها
وانكفز أصبح جيشه متفهقزا
ا أتا، نما أتا خيز الاناو يذينه نم
وانحم ما عقذ انقىات من انعزا
جىاب انجىاب شىر
b. Tausyih Maqam Hijaz
Tausyih Tingkatan Maqam
آض يطهح اضط انر ردج ا
جذ راخ دضر # ذسر ت
عاطرا
دجاز اصه
ر غ ا ا ف انذرب انع ا
كا ل ان يج
دجاز كار
اد ف در اد ان ا ا دجاز كر كرد
51
را انفع
نث عث ص ن ف ا ش ن
انخهك ثا
دجاز كرد
c. Tausyih Maqam Shaba
Tausyih Tingkatan Maqam
اد را عه غص أر ط
اد را عه غص أر ط
صث أصه
ح انفؤاد جر جاب أصه أذد تشر ن
لا فؤضذ عا اتذخ ن شم
ا لا فؤضذ عا شم تذخ ن
ا لا فؤضذ عا شم تذخ ن
اد عا ضجذا ف كم رك
صث أصه + لفهح تطرجار
لا لا، تذخ ن لا، تذخ ن تذخ ن
ا فؤضذ عا شم
اد عا ضجذا ف كم رك
جاب يع انعجى + تطرجر
d. Tausyih Maqam Nahawand
Tausyih Tingkatan Maqam
ان كى را انذلال را انرجا ايا اذ أصه
52
كفك ا غص انرطا
دطة يع لاذ نفعان
ضاذا
عشاق
إرا يا الا رض صارخ ردج
يثم انذا
كرس
انذيا ذجر عها نا ادر
لا
جاب
e. Tausyih Maqam Rast
Tausyih Tingkatan Maqam
ا ضردح تجار اناء اضرج
ضماق ديع إرا نى ف ضمك
ال يماو
ا ضردح تجار اناء اضرج
ضماق ديع إرا نى ف ضمك
يماو شاتر
ا ضردح تجار اناء اضرج
ضماق ديع إرا نى ف ضمك
يماو عه
. نا أشرق انر ف انعانى
تشرذا تؤدذ الأ ثؤ
يماو زجرا
53
f. Tausyih Maqam Shika
Tausyih Tingkatan Maqam
يلا كرثد ردح اناش عهك.
فضلا كرو
ال يماو
فانر جع انم انكم إنك.
عرب عجى
يماو انريم
يان عم صهخ نهعرض عهك.
تم صار عجى
يماو ذرك
ت فاردى رن لفر
ذك. إر زل لذو
يماو عراق
g. Tausyih Maqam Jiharkah
Tausyih Tingkatan Maqam
انه زاد يذذا ذعظا. ثا
فضلا ي نذ عا
ال يماو
ادرصث ف انر ضه كها.
رار أفح تانؤي ردا
يماو جاب
3. Metode pembinaan Nagham Al-Qur’an
Sebagai seorang yang menginginkan
kesempurnaan dalam tilawahnya sudah barang tentu
54
dituntut menguasai tiga faktor yang berhubungan dengan
Tilawatil Qur‟an.18
a. Penguasaan Tajwid secara Total
Dalam membaca Al-Qur‟an, baik tanpa lagu
maupun dilagukan dengan indah dan merdu, tidak
boleh terlepas dari kaidah-kaidah ilmu tajwid. Adapun
pengertian tajwid menurut bahasa adalah
“memperbaiki atau memperindah”. Sedangkan
menurut istilah adalah “memberikan hak-haknya”
huruf yang asli, seperti makhraj-makhrajnya, sifat-
sifatnya yang tetap menjadi zadnya seperti: Jahr ره ج
)), Hams ( juga memberikan .( شد ة ) Syiddah ,( سح
hak-hak yang baru diantaranya: Tafhim ( يمحف ت ) dan
Tarqiq قي قر ت ) ) yaitu bacaan yang tebal dan tipis.
Adapun pengertian ilmu tajwid adalah ilmu
yang mengajarkan cara bagaimana seharusnya
membunyikan atau membaca huruf-huruf hijaiyah
dengan baik dan sempurna, baik ketika bersendirian
18
Moh. Hikam Rofiqi, ANTIQ (Aturan Tilawatil Qur‟an), (Kediri:
Pembina Seni Baca Al-Qur‟an, 2011) h. 13
55
maupun sewaktu bertemu dengan huruf lain.
Mempelajari ilmu tajwid berdasarkan ketentuan
hokum syara‟ yaitu fardhu kifayah. Sedangkan
mengamalkannya adalah fardhu „ain bagi tiap-tiap
orang islam yang membaca Al-Qur‟an baik laki-laki
maupun perempuan. Hal ini sesuai dengan firman
Allah SWT dalam Al-Qur‟an, yakni:
ورتلال ق ر آنت ر تي ل“….dan bacalah Al-Qur‟an itu dengan
perlahan-lahan (tartil)”.(QS.Al-Muzammil:
04)
b. Penguasaan Nafas, Suara, dan Lagu
1) Nafas
Nafas adalah satu yang sangat penting
dalam seni baca Al-Qur‟an. Seorang Qori‟ Qori‟ah
yang mempunyai nafas panjang akan membawa
kesempurnaan dalam bacaannya dan akan
terhindah dari waqaf (berhenti) yang bukan pada
tempatnya (tanffus), atau akan terhindar dari
56
bacaan yang terlalu cepat (tergesa-gesa) untuk
mengejar sampainya nafas.19
Nafas terdiri dari tiga macam yaitu: nafas
dada, nafas punggung atau perut, serta nafas
diafragma. Nafas adalah salah satu dari tiga
penilaian pokok dalam lagu dan suara. Oleh karena
itulah seorah Qori‟ dan Qori‟ah selalu berusaha
untuk memelihara dan meningkatkan masalah nafas
ini dengan cara:
a) Melakukan senam pernafasan
b) Melakukan lari pagi
c) Melakukan renang.
2) Suara
Bagian yang tidak kalah pentingnya dalam
seni bacaan Al-Qur‟an adalah suara. Sebagaimana
seperti yang telah kita ketahui bahwa suara
manusia itu banyak mengalami perubahan, sejalan
dengan bertambahnya usia atau karena masa yang
dialaminya yaitu dari masa kanak-kanak, remaja
sampai dewasa.
19
M. Misbachul Munir, Pedoman Lagu-lagu Al-Qur‟an,
(Surabaya: Apolo, 1994) h. 16
57
Didalam bidang seni baca Al-Qur‟an
terdapat beberapa tipe atau bentuk suara yang lazim
ditemukan ditengah-tengah masyarakat. Bentuk-
bentuk suara tersebut yaitu: 20
a) Suara perut
Pada jenis suara ini bentuk bunyinya
tergantung pada tekanan didalam perut, kalau
tidak ada tekanan dalam perut maka bentuk
suaranya menjadi los (terbuka) dan pernapasan
akan lebih pendek terutama pada nada dasar
(rendah).
b) Suara Tenggorokan
Jenis suara ini mempunyai tekanan yang
kuat dan bernada tinggi yang digerakkan oleh
tenggorokan, sehingga suara jenis ini didominir
oleh gerakan-gerakan getaran (graven) dan
pernapasan akan lebih mudah dikendalikan.
Orang yang mempunyai jenis suara ini
memberikan kesan memiliki pernapasan yang
panjang dan terkendali.
20
Ahmad Munir dan Sudarsono, Ilmu Tajwid dan Seni Baca Al-
Qur‟an, (Jakarta: Rineka Cipta, 1994) h. 85-86
58
c) Suara Hidung
Pada jenis suara ini khususnya untuk
seni baca Al-Qur‟an kurang mencapai
kesempurnaan, dikarenakan suara ini berbunyi
dari pusat dalam hidung, oleh karenanya vocal
A dan L sangat tidak sempurna (kurang
terbuka), sedangkan jenis-jenis huruf didalam
Al-Qur‟an harus keluar dari tempat yang telah
ditetapkan dalam ilmu tajwid.
d) Suara Otak
Suara pada jenis bersumber dari kepala
dan mempunyai tekanan yang keras, biasanya
orang yang memiliki jenis suara ini disebut
suara tinggi tenor, karena dapat melengking
sampai batas maksimal. Kelemahan pada jenis
suara ini kurang dapat menggunakan nada-nada
minor/raml (menurut nagham) sebaliknya lebih
didominir dengan nada-nada yang lurus dan
tegak.
e) Suara Mulut
Suara pada jenis ini dapat memiliki
berbagai tangga nada baik nada rendah, sedang,
dan tinggi dan segi vocal lebih sempurna karena
59
fungsi mulut sangat berperan baik pada nada
rendah, sedang, dan tinggi.
f) Suara Dada
Suara pada jenis ini biasanya didominir
oleh nada dasar (bass) sedangkan volumenya
lebih besar, dan jenis suara ini pada nada tinggi
tidak dapat sempurna (tidak naik) karena
tertekan oleh dada, biasanya orang yang
mempunyai tipe suara dada ini hanya pada batas
nada baritone dan dominasi pada jenis suara ini
hanya pada nada dasar (bass) dan paling tinggi
hanya mencapai nada baritone (rendah).
Dari beberapa bentuk atau tipe suara
sebaiknya para Qori‟ dan Qori‟ah sebelum
mendalami nagham (menyenandungkan) Al-Qur‟an
hendaklah lebih dahulu mengenal bentuk dan tipe
suaranya termasuk golongan jenis suara apa.
Karena akan sangat menunjang kesuksesan prestasi
apabila kita mendalami lagu-lagu Al-Qur‟an
dengan mengetahui bentuk-bentuk suara yang
dimiliki. Maka seseorang dapat menyesuaikan
suaranya apakah bisa bernada tinggi atau hanya
bernada sedang.
60
Pada dasarnya suara dapat diperbaiki atau
latihan-latihan disempurnakan melalui latihan-
latihan sebagai berikut:21
a) Latihan dengan kontinew setiap hari dalam
bersuara, baik pagi, sore maupun malam, dan
sebagainya apabila langsung angkat suara
kepada ayat-ayat Al-Qur‟an.
b) Olahraga diwaktu pagi, baik jalan-jalan, senam
pagi dan lain-lain. Apabila sarana memadai
dianjurkan untuk berenang karena olahraga
berenang baik suara ataupun nafas akan lebih
mencapai kesempurnaan.
c) Disamping latihan yang bersifat gerakan tubuh
tertentu dianjurkan pula obat-obatan tradisional
(jamu) yang dapat menyemprnakan suara dan
nafas.
3) Lagu
Keindahan Al-Qur‟an akan terasa lebih
menakjubkan , manakala seorang membacanya
dengan suara yang merdu dan syahdu. Apalagi
dilengkapi dengan irama yang indah dan teratur.
21
Ahmad Munir dan Sudarsono, Ilmu Tajwid dan Seni Baca Al-
Qur‟an, (Jakarta: Rineka Cipta, 1994) hlm.87
61
Adapun irama dan lagu yang dapat dipakai dalam
seni baca Al-Qur‟an adalah irama Arab, atau
dikenal dengan irama padang pasir.
62
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Pada penulisan skripsi ini, penulis melakukan
penelitian di SMPIT Pondok Pesantren Al-Qur’aniyyah
Pondok Aren Tangerang Selatan. Penelitian dilakukan
selama dua bulan dari bulan Juli tahun 2017 sampai Agustus
tahun 2017. Akan tetapi penelitian ini tidak dilakukan secara
terus menerus hanya pada hari-hari tertentu.
B. Jenis dan Bentuk Penelitian
Dilihat dari jenisnya, penelitian ini merupakan
penelitian lapangan (field research), yang bertujuan
melakukan studi yang mendalam mengenai suatu unit sosial
sedemikian rupa, sehingga menghasilkan gambaran yang
terorganisir dengan baik dan lengkap mengenai unit sosial
tersebut.1
“Dalam pembahasan skipsi ini, metode yang penulis
gunakan adalah metode deskriptif kualitatif yaitu sebuah
penelitian yang dimaksudkan untuk mengungkap sebuah
1 Saefuddin Azwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 1998), h. 34
63
fakta empiris secara objektif ilmiah dengan berlandaskan
pada logika keilmuan, prosedur dan didukung oleh
metodologi dan teoritis yang kuat sesuai disiplin keilmuan
yang ditekuni. Penelitian kualitatif deskriptif dibagi dalam
dua hal. Pertama, penelitian kualitatif deskriptif
“unmeaning” hanya untuk memaparkan bagian permukaan
dari sebuah realitas empiris.
Penelitian semacam ini menghasilkan laporan-
laporan yang hanya bersifat umum dan dangkal, dan banyak
digunakan dalam penelitian untuk mengetahui kemajuan
suatu pendidikan, suatu pembangunan, perkembangan
sebuah usaha atau pelatihan, dan banyak lagi yang
prinsipnya hanya menggambarkan secara umum tentang
situasi sosial.
Kedua, penelitian kualitatif “meaningfull” yakni
penelitian deskriptif yang selain mengungkap permukaan
luar dari sebuah realitas sosial, tapi juga hingga bagian
dalam. Artinya, penelitian ini melakukan elaborasi
menelusuri aspek kemengapaan dari sebuah perilaku atau
tindakan subjek dalam situasi sosial. 2
2 Mukhtar, Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitattif,
(Jakarta: GP Press Group, 2013), cet pertama, h. 29-30.
64
Pembahasan skripsi ini selain ditunjang oleh data
yang diperoleh melalui penelitian kepustakaan (library
research) juga ditunjang oleh data yang diperoleh melalui
penelitian lapangan (field research).
Penelitian kepustakaaaan dimaksud yaitu
membaca, menelaah dan mengkaji berbagai liberator yang
erat kaitannya dengan masalah yang dibahas.
Penelitian lapangan dilakukan di Pondok
Pesantren Al-Qur’aniyyah Pondok Aren Tangerang Selatan.
C. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini penulis mengambil dua sumber,
yaitu:
1. Library Research, yaitu digunakan untuk memperoleh
data-data yang berkaitan dengan teori-teori yang telah
dikemukakan oleh para ahli.
2. Field Research, yaitu digunakan untuk memperoleh data-
data melalui penelitian.
Adapun teknik yang digunakan penulis untuk
mendapatkan data-data atau informasi dalam penelitian
ini adalah:
65
1. Observasi
Observasi adalah mengamati sesuai dengan
menggunakan paca indera mata. Teknik ini
dimaksudkan untuk mendapatkan data-data yang
sifatnya fisik yang jelas tentang lokasi dan kegiatan
yang ada di Pondok Pesantren Al-Qur’aniyyah
Pondok Aren Tangerang Selatan.
2. Wawancara
Wawancara merupakan salah satu teknik
pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
mengadakan Tanya jawab, baik secara langsung
maupun tidak langsung dengan sumber data.3 Jenis
wawancara yang digunakan adalah wawancara
tertutup terbuka, yaitu merupakan gabungan dari
wawancara tertutup dan wawancara terbuka.
Maksudnya adalah wawancara yang tidak hanya
mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang menuntut
jawaban-jawaban tertentu, tetapi juga mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang tidak dibatasi
jawabannya.4 Adapun wawancara ini dilakukan
3 Mohamad Ali, Penelitian Kependidikan Prosedur dan
Strategi, (Bandung: Angkas, 1985), h. 83 4 Emzir, Analisis Data; Metodologi Penelitian Kualitatif,
(Jakarta: Rajawali Pers, 2010), h.51
66
kepada salah satu pengajar dalam bidang
Pembinaan Nagham Al-Qur’an di Pondok
Pesantren Al-Qur’aniyyah Pondok Aren Tangerang
Selatan.
3. Metode Dokumentasi
Yaitu obyek yang perlu diperhatikan dalam
memperoleh informasi, yaitu tulisan (paper), tempat
(place), dan kertas atau orang (people).
Metode ini penulis gunakan untuk mendapatkan
data-data yang berkaitan dengan struktur organisasi,
jumlah guru, karyawan dan siswa.
D. Analisis Data
Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan
mengurutkan data kedalam pola, kategori dan satuan uraian
dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan
hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.5
Data Penelitian ini, analisis yang digunakan adalah
model analisis mengalir (flow model analysis) yang
dikemukakan Miles dan Hiberman. Proses Analisis ini
melalui empat aktifitas dalam pelaksanaannya. Empat
aktifitas tersebut ialah:
5 Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, h.280
67
1. Pengumpulan Data (Data Collection)
Menurut Mukhtar, “pengumpulan data merupakan
proses yang berlangsung sepajang penelitian, dengan
menggunakan seperangkat instrument yang telah
disiapkan, guna memperoleh informasi data melalui
wawancara, observasi, dan dokumentasi”.6 Pada proses
pengumulan data peneliti mencatat dan mengumpulkan
data apa saja yang dianggap penting dan kredibel (dapat
dipercaya). Data yang diperoleh dikumpulkan dan belum
mengalami selaksi, meskipun peneliti sudah mengira-
ngira data mana yang penting dan kurang penting
(analisis selama pengumpulan data).
2. Reduksi Data (Data Reduction)
Menurut Sugiyono, “inti dari reduksi data adalah
menyiapakan dan mengolah data dalam rangka menarik
kesimpulan”.7 Reduksi data merupakan proses berfikir
sensitive yang memerlukan kecerdasan, keluasan, dan
kedalaman wawasan yang tinggi. Karena tujuan utama
penelitian kualitatif adalah pada temuan. Maka dalam
melakukan reduksi data, peneliti harus memperhatikan
6 Mukhtar, Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif,
(Jakarta: Referensi, 2013), Cet.I, h.135 7Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan; Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif dan R&d, h.339
68
hal-hal baru yang didapat selama proses pengumpulan
data berjalan. Reduksi Data dirangkum dan dipilih sesuai
dengan topic penelitian, disusun secara sistematis
sehingga dapat memberikan gambaran yang jelas tentang
hasil penelitian. dalam hal ini peneliti membuat
rangkuman tentang aspek-aspek yang menjadi focus
penelitian. rangkuman tersebut kemudian direduksi atau
disederhanakan pada hal-hal yang menjadi permasalahan
penting.
3. Display Data (Data Display)
Setelah data mengalami reduksi, maka langkah
selanjutnya adalah penyajian data. Dalam penelitian
kualitatid data disajikan dalam bentuk uraian singkat,
bagan, hubungan antar kategori, dan sejenisnya.8
Penyajian data dalam penelitian kualitatif yang berupa
uraian deskriptif yang panjang. Oleh karena itu, dalam
penyajian datadiusahakan secara sederhana sehingga
mudah dipahami dan tidak menjemukan untuk dibaca.
Yaitu kategorisasi dengan menyusun sekumpulan data
berdasar pola piker, pendapat, dan kriteria tertentu untuk
menarik kesimpulan. Display data membantu untuk
8Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan; Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif dan R&d, h.341
69
memahami peristiwa dan apa yang harus dilakukan untuk
analisa lebih jauh dan lebih dalam, berdasar pemahaman
terhadap peristiwa tersebut.
4. Penarikan Kesimpulan (Conclusions)
Penarikan kesimpulan merupakan aktivitas
analisi, dimana pada awal penumpulan data, seorang
analisis mulai memutuskan apakah sesuatu bermakna,
atau tidak mempunyai keteraturan, pola, penjelasan,
kemungkinan konfigurasi, hubungan sebab akibat, da
proposrsi.9 Dalam penyajian data harus dapat
menjelaskan hasil penelitian dengan jelas. Penyajian data
harus bisa menemukan makna dri data, disusun secara
sistematis supaya diperoleh sajian singkat dan efektif,
artinya tidak ada makna ganda. Sajian data berupa
kalimat-kalimat atau paragraph-paragraf singkat agar
tidak ada kerancuan.10
Dalam analisis yang dikemukakan
Miles dan Hiberman, kesimpulan awal yang
dikemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah
apabila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat sebagai
pendukung. Namun apabila kesimpulan yang
9Mukhtar, Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif,
(Jakarta: Referensi, 2013), h.135 10
Suharsimi Arikunto, Prosedur Peneltian Suatu Pendekatan
Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), cet.XI, h.30
70
dikemukakan pada tahap awal didukung oleh bukti yang
valid dan tetap pada saat peneliti kembali ke lapangan,
maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan
kesimpulan yang kredibel.11
Dalam menganalisis data kualitatif penulis
menggunakan pola berfikir induktif, yaitu pola
berfikiryang bertolah dari fakta atau peristiwa yang
khusus dan konkret itu digeneralisasikan yang
mempunyai sifat umum. Maksud dari analisis secara
induktif yaitu penelitian kualitatif tidak dimulai dari
suatu teori tertentu akan tetapi berangkat dari fakta
empiris.
11
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan; Pendekatan
Kuantitatif, Kualitatif dan R&d, h.345
71
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Sejarah singkat Pondok Pesantren Al-Qur’aniyyah
Pondok Pesantren Al-Qur’aniyyah adalah sebuah
yayasan yang berbadan hukum yang mencetak santri agar
dapat membaca Al-Qur’an secara fashih dan benar sesuai
dengan ilmu tajwid, serta mampu melantunkannya sesuai
dengan Ilmu Nagham dan Ilmu Qiro’at yang berlaku.
Membekali dengan pengajian Kitab Kuning dan
Keterampilan bermasyarakat, akhirnya dapat menjadikan
santri yang berkualitas, handal dan mampu berkiprah di
masyarakat sebagai Ustadz-Ustadzah, Qori’-Qori’ah, dan
Hafidz-Hafidzah yang menguasai ilmu sains dan
teknologi, serta berakhlakul karimah.
Yayasan ini diasuh oleh Pimpinan yang bernama
Drs. KH. M. Sobron Zayyan, MA. Yayasan Pendidikan
Al-Qur’aniyyah, merupakan suatu lembaga boarding
school, diantaranya SMPIT Al-Qur’aniyyah yang
didirikan sejak tahun 2005, dan kini sudah terakreditas
dengan pringkat A.
72
Berkisah tentang berdirinya pesantren pimpinan
KH. Sobron Zayyan ini akan membangkitkan ghirah
tentang pentingnya menggali dan mendalami Al-Qur’an.
Sosok yang mendalami ilmu qira’at Al-Qur’an kepada
sejumlah tokoh terkemuka, antara lain Ustadz Muhassar
Barran, Abdullah, H. M. Nasir, KH. Husein Husin
Ulujami, Drs. KH. Moh Ali Ulujami, dan KH. Muhsin
Salim, ini sejumlah pengurus Yayasan Pendidikan
Al-Qur’aniyyah merintis sebuah Pesantren.
Pesantren ini menitikberatkan pada pendidikan
dan pendalaman Al-Qur’an. Pendalaman tersebut
ditempuh baik melalui materi pelajaran, ilmu alat,
ataupun ilmuAl-Qur’an itu sendiri. Ilmu alat yang
diajarkan misalnya, Nahwu dan Sharaf. Sedangkan, ilmu
Al-Qur’an yang diajarkan misalnya, tajwid, tahsin, dan
qira’at. Dari segi penguatan ilmu islam lainnya, pesantren
ini mengajarkan hadis, tawawuf, fiqih, dan disiplin ilmu
lainnya.
Keseriusan pengasuh dan Pembina di Pondok
Pesantren ini mengantarkan para santrinya untuk
menjuarai segudang kompetisi. Pondok Pesantren Al-
Qur’aniyyah menjuarai berbagai lomba Musabaqah
73
Tilawatil Qur’an (MTQ) mulai tingkat kota hingga
Internasional.
2. Visi, Misi, dan Tujuan Pondok Pesantren Al-
Qur’aniyyah
a. Visi SMP IT Al-Qur’aniyyah
Visi SMP IT Al-Qur’aniyyah semenjak
didirikan pada tahun 2005 yaitu berusaha untuk
menjadi sekolah yang unggul dalam prestasi,
kompetitif dalam IPTEK dan berperilaku Qur’ani.
b. Misi SMP IT Al-Qur’aniyyah
Adapun Misi SMP IT Al-Qur’aniyyah yaitu:
1) Menjadikan Al-Qur’aniyyah sebagai salah satu
pusat pendidikan dan pengembangan islam terpadu
untuk menghasilkan manusia yang bertakwa
2) menciptakan pemimpin yang cerdas, kreatif,
dinamis, dan berwawasan luas global
3) mencetak manusia yang mampu bersosialisasi di
masyarakat dengan berakhlakul karimah.
c. Tujuan Sekolah
Tujuan disusunnya Kurikulum SMP IT
Al-Qur’aniyyah diantaranya adalah :
74
1) Membangun sistem pendidikan yang integralistik
dan komprehensif dengan melakukan
integralisasi antara ilmu Al-Qur’an dan kemajuan
IPTEK.
2) Sebagai dasar dan landasan dalam penyusunan
program pengembangan ke depan.
3) Sebagai acuan dan pedoman yang jelas dalam
mengambil langkah – langkah yang harus
dilakukan dalam rangka pengembangan 10 tahun
ke depan.
4) Sebagai alat ukur dalam penilaian keberhasilan
atau pencapaian target pengembangan.
3. Sarana dan Prasarana
a. Lingkungan Sekolah
SMP IT Al-Qur’aniyyah berlokasi di Jalan
Panti Asuhan No. 06/012 Kp. Ceger Kelurahan
Jurangmangu Timur Kecamatan Pondok Aren Kota
Tangerang Selatan Provinsi Banten. Sekolah ini
berada di tengah-tengah pemukiman yang padat
dengan penduduk. Masyarakat di daerah sekitar
sekolah memiliki karakteristik religius dan ada trend
memilih sekolah Islam sebagai tempat pendidikan
75
putra-putrinya, sehingga keberadaan SMP IT Al-
Qur’aniyyah mendapat dukungan penuh, khususnya
dari masyarakat sekitar dan umumnya dari masyarakat
wilayah Tangerang dan sekitarnya, bahkan saat ini
banyak masyarakat yang berasal dari luar daerah
mempercayakan agar anaknya dididik di SMP IT Al-
Qur’aniyyah.
b. Keadaan Sekolah
SMP IT Al-Qur’aniyyah merupakan salah satu
Lembaga Pendidikan yang mempunyai fungsi sebagai
pusat berlangsungnya transmisi ilmu-ilmu umum dan
agama, serta sebagai pusat reproduksi kader generasi
masa depan bangsa yang lebih cerah dan Islami.
Lembaga ini berdiri sejak tahun 2005, yang di
dalamnya menanamkan ilmu pengetahuan yang luas,
menanamkan akhlak mulia / berbudi luhur, beramal
ikhlas, cinta kepada nusa dan bangsa serta taqwa
kepada Allah SWT. dan mampu mengamalkan ajaran
Islam. Dan yang paling menonjol adalah mencetak
kader yang dapat membaca dan menghafal al-Qur’an
dengan fasih dan benar sesuai dengan ilmu tajwid,
mampu melantunkannya sesuai dengan ilmu qiro’at
yang berlaku, mampu menterjemahkannya dengan
76
pemahaman ilmu tafsir, dibekali dengan pengajian
kitab kuning dan keterampilan-keterampilan
kemasyarakatan, serta pemahaman terhadap ilmu
pengetahuan dan teknologi yang bersumberkan pada
Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Sebagai esensi dari hal tersebut, kami
mengadakan kegiatan Haflatul Qur’an dalam setiap
tahun. Kegiatan ini diisi dengan beberapa penampilan
bakat dan kreatifitas anak-anak didik, salah satu
diantaranya yaitu hafalan Al-Qur’an. Hafalan Al-
Qur’an ini merupakan program yang diwajibkan di
SMP IT Al-Qur’aniyyah, dimana Kelas VII harus
mampu menghafal Juz’amma, kelas VIII harus
mampu menghafal Juz I, dan kelas IX harus mampu
menghafal Juz II. Hafalan ini dijadikan sebagai syarat
untuk dapat mengikuti ujian semester.
c. Kondisi Gedung
1) Gedung sekolah berlantai III IT Class (setiap kelas
terdapat projector dan media pembelajaran yang
lain)
2) Memiliki lab komputer
3) Memiliki perpustakaan yang berisi lebih dari 5.000
buku
77
d. Peluang
Mempunyai peluang yang cukup tinggi karena:
1) Letak/lokasi sekolah ini berada di tengah-tengah
pemukiman yang padat penduduk
2) Mempunyai keunggulan, terutama di bidang Al-
Qur’an dan ilmu-ilmu agama yang menunjang
3) Dukungan pemerintah terhadap penyelenggaraan
pendidikan di SMP IT Al-Qur’aniyyah.
e. Tantangan/Ancaman
1) Masyarakat/wali murid terkadang agak over
terhadap sekolah yang menuntut agar fasilitas
diperbaiki, terutama yang berkaitan dengan
asrama/tempat tinggal peserta didik SMP IT Al-
Qur’aniyyah
2) Kemampuan peserta didik tidak merata. Dalam hal
ini banyak peserta didik yang berbakat dan
berprestasi, namun banyak juga dari mereka yang
memiliki kemampuan sedang-sedang saja. Dengan
kata lain, terdapat peserta didik yang tidak mampu
mengejar prestasi seperti yang diraih oleh peserta
didik yang lain
3) Sivitas sekolah mendapatkan posisi menjadi bola
panas di tengah masyarakat yang sama-sama
78
mengharapkan belaian dan perlakuan istimewa,
sebab bersoalan-persoalan sosial budaya yang
terjadi di tengah masyarakat, banyak melibatkan
sivitas sekolah untuk dijadikan sebagai mediasi
antar komponen sosial
4) Banyaknya sekolah unggulan dengan kualitas
sarana dan prasarana yang lebih baik telah
bermunculan di wilayah Pondok Aren
5) Pemerintah sangat mendorong dan memfasilitasi
sekolah-sekolah negeri untuk meningkatkan
statusnya mulai dari sekolah reguler, mandiri, SSN,
dan SBI, sehingga banyak Sekolah Negeri yang
kualitas pelayanan dan lulusannya semakin baik,
sehingga menjadi tantangan/ancaman bagi SMP IT
Al-Qur’aniyyah
6) Kebijakan pemerintah membebaskan uang sekolah
bagi sekolah-sekolah negeri telah dapat menarik
simpati masyarakat untuk menyekolahkan putra-
putrinya di sekolah negeri
7) Peningkatan kesejahteraan pada guru-guru sekolah
negeri (PNS) telah menarik perhatian guru-guru di
sekolah swasta, sehingga banyak guru kompeten di
79
sekolah swasta yang hengkang untuk menjadi guru
Pegawai Negeri Sipil
8) Adanya globalisasi pendidikan telah menimbulkan
banyaknya sekolah-sekolah asing (internasional)
yang tumbuh dan berkembang di Indonesia
9) Adanya trend masyarakat Indonesia untuk
menyekolahkan putra-putrinya ke sekolah di luar
negeri atau sekolah asing di Indonesia
4. Struktur Organisasi
a. Tenaga Pendidik
1) Guru SMP IT Al-Qur’aniyyah berjumlah 22
orang
2) Hampir rata-rata guru berkualifikasi S1 dan
mengampu mata pelajaran sesuai dengan latar
belakang pendidikan. Dari 22 guru yang sesuai
dengan latar belakang pendidikannya sebanyak 17
orang, adapun yang tidak sesuai dengan latar
belakang pendidikannya namun berkompeten di
bidangnya sebanyak 5 orang.
3) Guru telah membuat perangkat pembelajaran,
silabus, RPP, dan Fortopolio penilaian
80
4) Guru mengembangkan bahan ajar dari berbagai
referensi dan buku ajar
5) Guru telah bergabung dalam MGMP seluruh mata
pelajaran di Gugus 01
Tabel 4.1
Data Tenaga Pendidik
No Nama Guru Jenjang
Pendidikan Mata Pelajaran
Kesesuaian
Mengajar
Ya Tidak
1 Anshari, S.Ag.,
MM.
S2 (Pend. Agama)
2 Misbakhus Shobar,
S.Hum
S1 (IPS Terpadu)
3 H. Deden ZM,
S.Ag., M.Pd.I
S2 (BK/BP)
4 Abdul Mufarrich,
S.Pd.I
S1 (Pend. Agama)
5 Diana Sari, S.Pd. S1 (IPA)
6 Eva Huzaifah, S.Pd S1 (Matematika)
7 Nurul Huda, S.Th.I S1 (Tafsir)
8 Bahtiar Abdillah,
S.Sos.I
S1 (Penjas)
81
9 Syaifullah, S.Pd.I S1 (SPI)
10 Siti Asrifah, S.Pd S1 (PKn)
11 Vivi Marliyanti,
S.pd
S1 (Bahasa
Indonesia)
12 Ubaidillah Tafsir,
S.Pd.I
S1 (Pend. Agama)
13 Rohidi, SE. S1 (TIK)
14 Masyhadatul
Haqiah, S.Pd.I
S1 (Bahasa Arab)
15 Nasrullah, S.Pd S1 (Matematika)
16 Nuralam Syah,
S.Pd.I
S1 (SBK)
17 Erman Ali, S.Pd S1 (Conversation)
18 Liheti, S.Pd S1 (Bahasa Inggris)
19 Ummi Fadhilah,
S.Pd
S1 (Bahasa Inggris)
20 Inayati, S.Pd S1 (IPA)
21 Abdul Sukur, S.Pd S1 (Penjas)
22 Saidatul Hamidah,
S.Pd
S1 (PKn)
Jumlah 22 16 6
82
Tabel 4.2
Tenaga Kependidikan
No Nama Jabatan
1 Anshari, S.Ag., MM. Kepala Sekolah
2 Alif Awaludin Ka. TU
3 Dewi Triyani Kasir
4 Abdul Azis, S.Pd TU
5 Nurjanah TU
6 Rasmin Pesuruh
7 Saidatul Hamidah, S.Pd Tenaga Perpustakaan
8 Diana Sari, S.Pd Tenaga Laboratorium
9 Ranto Pengemudi
10 Bambang Penjaga Sekolah
11 H. Mahmur Syahid Tukang Kebun
12 Amin Tenaga Kebersihan
83
B. Hasil Penelitian Pembinaan Nagham Al-Qur’an dalam
Rangka Pengembangan Bakat Santri Pondok Pesantren
Al-Qur’aniyyah
1. Hasil Observasi
Dari hasil pengamatan terlihat suasana cukup
lengang, sebagian besar santri sudah berada didalam
ruangan untuk bersiap mengikuti Pembinaan Nagham
Al-Qur’an dengan baik.
Penerapan yang dilakukan dalam pembinaan
Nagham Al-Qur’an di SMP IT Al-Qur’aniyyah yakni
dengan metode pembelajaran tadarus tilawah Al-Qur’an
dan pemberian maqra’. Evaluasi yang diterapkan untuk
mengetahui kemampuan santri dalam memahami materi
yang baru disampaikan ialah dilakukan dengan dua cara:
a. Secara bersama-sama, dimana santri membaca lagu
yang baru diajarkan oleh guru secara bersama-sama
b. Secara perorangan, cara ini dilakukan kepada salah
satu santri sebagai sampel menurut petunjuk guru
untuk mempraktekkan beberapa maqamat yang telah
diajarkan oleh guru pembina.
84
a. Kurikulum Pondok Pesantren Al-Qur’aniyyah
Pondok Aren Tangerang Selatan
1) Pendidikan Formal
Kurikulum yang dipergunakan dalam
Pendidikan Formal berusaha mengembangkan
kurikulum pendidikan yang mengakomodasikan
berbagai kompetensi, standar kurikulum Nasional
DIKNAS, DEPAG, dan ciri khas ilmu Al-Qur’an,
Sains Teknologi, dan Bahasa dengan sistem yang
berkesinambungan.
Jenjang pendidikan formal terdiri dari:
a) Al-Qur’aniyyah Islamic Kindergarten (Taman
Kanak-kanak Islam Al-Qur’aniyyah)
b) Sekolah Dasar Islam Terpadu (SD IT)
Al-Qur’aniyyah
c) Sekolah Menengah Pertama (SMP IT)
Al-Qur’aniyyah
d) Sekolah Menengah Atas Islam Terpadu (SMA
IT) Al-Qur’aniyyah
2) Pendidikan Non Formal Kepesantrenan
Kurikulum yang dipergunakan dalam
pendidikan non formal kepesantrenan adalah
85
terpadu dengan Pendidikan Formal, yakni sebagai
wujud pengembangan pribadi, pendalaman ilmu-
ilmu kepesantrenan, pengembangan kekreatifan
dan keterampilan, Maka diajarkanlah ilmu-ilmu
sebagai berikut:
a) Qiro’atul Qur’an (Tajwid, Tartil, Nagham, dan
Ilmu Qiro’at
b) Qiro’atul Qutub (Kutubul Turots)
c) Pengembangan Keterampilan (Muhadharah,
Muhadatsah, Conversation, Kaligrafi, Shalawat,
Marawis, Hadroh, Zikir, dan Tahlil)
d) Pengembangan bakat (Pembinaan-pembinaan
untuk menghadapi Musabaqah Tilawatil Qur’an
yang meliputi cabang Tilawatil Qur’an, Hifdzil
Qur’an, Syarhil Qur’an, Fahmil Qur’an, Khattil
Qur’an, dan Murattal Qur’an)
e) Pengembangan Lembaga Akdemik (Lembaga
Tahfidz, Lembaga Tilawah, dan Lembaga
Bahasa).
3) Program Unggulan
a) Pembinaan Guru:
(1) Pengembangan Bahasa
(2) Tilawah / Murotal
86
(3) Computer / IT
(4) Puasa Senin Kamis dan Buka Puasa
Bersama di setiap akhir bulan
b) Pembinaan Siswa:
(1) Pembiasaan Puasa Senin / Kamis
(2) Buka Puasa Bersama disetiap akhir bulan
(3) Pengembangan Tahfidz
(4) Pengembangan diri :
(a) Marawis
(b) Futsal
(c) Volly
(d) Pramuka
(e) Seni Tilawah
(f) Sains Club
(g) Language Club
(h) Tata Boga
(i) Kerajinan Tangan
c) Proses Belajar Mengajar:
(1) IT Class
(2) Bahasa Arab sebagai bahasa Sehari-hari
(3) Ustadz / Ustadzah sebagai panggilan resmi
untuk Guru
87
(4) Melatih Kejujuran dengan Membuka Kantin
Kejujuran
Tabel 4.3
Kegiatan Pengembanga Diri
Jenis Pengembangan
Diri
Nilai-Nilai
Yang
Ditanamkan
Strategi
1. Bimbingan dan
Penyuluhan/
Konseling
(BP/BK)
Kemandirian
Percaya diri
Kerja sama
Demokratis
Peduli sosial
Komunikatif
Jujur
Pembentukan
karakter atau
kepribadian
Pemanggilan siswa
Pemanggilan orang
tua/wali
Pemberian
motivasi dan
bimbingan
2. Kegiatan
Ekstrakurikuler
a. Language Club
Komunikatif
Rasa ingin
tahu
Pembinaan rutin
tiap hari sabtu
Mengikuti
88
perlombaan
Membuat cerita
untuk mengisi
mading
b. Matematik Club
Komunikatif
Rasa ingin
tahu
Kerja keras
Menghargai
prestasi
Jujur
Pembinaan rutin
Mengikuti
perlombaan
c. Sains Club
Komunikatif
Rasa ingin
tahu
Kerja keras
Senang
membaca
Menghargai
prestasi
Jujur
Pembinaan rutin
Mengikuti
perlombaan
Pameran/pekan
ilmiah
Publikasi ilmiah
secara internal
d. Tata Boga Disiplin Pembinaan rutin
89
Kebersihan
Kesehatan
Kreatif
Melakukan praktek
memasak/membuat
makanan secara
rutin (tiap hari
sabtu)
Perlombaan
memasak/membuat
makanan antar
kelas
e. Seni Marawis Religius
Rasa
Kebangsaan
Kreatif
Latihan rutin
Mengikuti dan
mengadakan
perlombaan
f. MTQ
(Musabaqah
Tilawatil Qur’an)
g. MSQ ( Musabaqah
Syahril Qur’an)
h. MFQ
(Musabaqah
Fahmil Qur’an)
i. MHQ (Musabqah
Religius
Rasa
Kebangsaan
Cinta Tanah
Air
Peduli budaya
Beribadah rutin
Peringatan hari
besar agama
Kegiatan
keagamaan
90
Hifdzil Qur’an)
j. Seni Teater
Disiplin
Jujur
Peduli budaya
Peduli sosial
Cinta tanah
air
Semangat
kebangsaan
Latihan rutin
Mengikuti vokal
grup
Berkompetisi
internal dan
eksternal
Pagelaran seni
– Olah raga Sportifitas
Menghargai
prestasi
Kerja keras
Cinta damai
Disiplin
Jujur
Melalui latihan
rutin (antara lain:
bola voli, basket,
tenis meja,
badminton,
outbond)
Perlombaan
olahraga
k. Seni Bela Diri
Beksi
Sportifitas
Menghargai
prestasi
Kerja keras
Cinta damai
Latihan rutin
Mengikuti
perlombaan
91
Disiplin
Jujur
l. Pramuka Demokratis
Disiplin
Kerjasama
Rasa
Kebangsaan
Toleransi
Peduli sosial
dan
lingkungan
Cinta damai
Kerja keras
Latihan terprogram
(kepemimpinan,
berorganisasi)
b. Prestasi Siswa SMP IT Pondok Pesantren
Al-Qur’aniyya dan Alumni Pondok Pesantren
Al-Qur’aniyyah
1) Juara II MTQ tingkat Provinsi DKI Jakarta
Cabang (MHQ) golongan 1 Juz tilawah putra
tahun 2012
92
2) Juara I MTQ tingkat Nasional cabang MHQ
golongan 10 Juz putri di Ambon Maluku Utara
tahun 2012
3) Juara I MTQ tingkat Nasional XXIV Cabang
MFQ di Ambon Maluku Utara tahun 2012
4) Juara MTQ tingkat Nasional XXIV Cabang MHQ
golongan 10 Juz putra di Maluku Utara tahun
2012
5) Juara II MSQ golongan putra pada MTQ tingkat
Provinsi Banten tahun 2013
6) Juara II dan III MFQ golongan putra pada MTQ
tingkat Provinsi Banten tahun 2013
7) Juara 1 MTQ cabang Qiro’at Sab’ah putra pada
MTQ tingkat Provinsi Banten tahun 2013
8) Juara I MHQ cabang 5 Juz + Tilawah pada MTQ
tingkat Provinsi DKI Jakarta tahun 2013
9) Juara I MHQ 5 Juz + Tilawah pada STQ tinkat
Nasional di Provinsi Bangka Belitung tahun 2013
10) Juara Harapan I cabang Tilawah MTQ
Internasional di Moskow (Rusia) tahun 2014
11) Juara II cabang Tilawah golongan Remaja putra
pada MTQ Nasional XXV di Provinsi Kepulauan
Riau tahun 2014
93
12) Juara II MSQ pada MTQ Nasional XXV di
Provinsi Kepulauan Riau tahun 2014
13) Juara I cabang MFQ RRI TVRI tingkat Provinsi
DKI tahun 2014
14) Juara I Qiro’at Sab’ah putra tingkat Provinsi
Banten tahun 2015
15) Juara II MTQ Remaja tingkat Provinsi Banten
tahun 2016
16) Juara I MFQ putra tingkat Provinsi Banten tahun
2015
17) Juara I MSQ putra tingkat Provinsi Banten tahun
2015
18) Juara I MFQ putri tingkat Provinsi Banten tahun
2015
19) Juara III MSQ putri tingkat Provinsi Banten tahun
2015
20) Juara II MQK wustho putra tingkat Provinsi
Banten di Lebak tahun 2015
21) Juara Umum MTQ tingkat SMP antar Pelajar se
Tangerang Selatan di Kec. Serpong tahun 2015
22) Juara I MTQ golongan Qiro’at Sab’ah tingkat
kota Tangerang Selatan di Kec. Setu tahun 2015
94
23) Juara I MTQ golongan Dewasa putra tingkat kota
Tangerang Selatan tahun 2015
24) Juara I MTQ golongan Remaja putra tingkat kota
Tangerang Selatan tahun 2015
25) Juara III MTQ golongan Kanak-kanak putra
tingkat kota Tangerang Selatan tahun 2015
26) Juara I MTQ golongan Murattal putra tingkat kota
Tangerang Selatan tahun 2015
27) Juara II MTQ golongan Kanak-kanak putra
tingkat kabupaten Bekasi tahun 2015
28) Juara I MTQ golongan Remaja putra tingkat kota
Bandung tahun 2015
29) Juara I MTQ golongan Murattal putra tingkat kota
Jakarta Barat tahun 2015
30) Juara I MTQ golongan Kanak-kanak putra tingkat
kota Jakarta Barat tahun 2015
31) Juara I MTQ golongan Dewasa putra tingkat kota
Jakarta Barat tahun 2015
32) Juara I MTQ tingkat Nasional pada Cabang MSQ
di Lombok-NTB tahun 2016
33) Juara I golongan 5 Juz Tilawah putra pada STQ
tingkat Provinsi DKI Jakarta, Desember tahun
2016
95
34) Juara II golongan 5 Juz Tilawah putra pada STQ
tingkat Provinsi DKI Jakarta, Desember 2016
35) Juara II golongan 1 Juz Tilawah putri pada STQ
tingkat Provinsi DKI Jakarta, Desember 2016
36) Juara II golongan 1 Juz Tilawah putra pada STQ
tingkat Provinsi DKI Jakarta, Desember 2016
37) Juara III MTQ tingkat Nasional XXVI pada
cabang Fahmil Qur’an di kota Lombok-NTB,
Desember tahun 2016
38) Juara 1 golongan 5 Juz tilawah tingkat Nasional
di Provinsi Tarakan pada tahun 2017
39) Juara 1 golongan 1 Juz tilawah tingkat Nasional
di Provinsi Tarakan pada tahun 2017
2. Hasil Wawancara dengan Pembina Nagham
Al-Qur’an santri SMP IT Pondok Pesantren
Al-Quar’aniyyah
Deskripsi Data:
Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu
Pengajar dalam bidang Nagham Al-Qur’an di Pondok
Pesantren Al-Qur’aniyyah yang bernama Ust. Abdul
Mufarrih. Wawancara kali ini merupakan wawancara
pertama yang dilaksanakan di Ruang Pembinaan Nagham
96
Al-Qur’an Pondok Pesantren Al-Qur’aniyyah,
wawancara yang dilakukan terkait riwayat hidup, sejarah
berdirinya Pondok Pesantren Al-Qur’aniyyah, sejarah
berdirinya Pembinaan Pengembangan Bakat dalam
bidang Al-Qur’an, Implementasi Pembinaan Nagham Al-
Qur’an, kemudian keefektifan pembinaan Nagham Al-
Qur’an di Pondok Pesantren Al-Qur’aniyyah.
Dari hasil wawancara tersebut, maka diperoleh
informasi bahwa ustadz Abdul Mufarrih menjabat
sebagai Pengajar Nagham Al-Qur’an kurang lebih selama
lima tahun terhitung dari tahun 2011 hingga sekarang.
Pendiri Pondok Pesantren Al-Qur’aniyyah adalah
Dr. KH. Muhammad Sobron Zayyan, MA sejak awal
berdirinya Pondok Pesantren Al-Qur’aniyyah KH.
Muhammad Sobron Zayyan, MA menginginkan lembaga
yang dimana lembaga itu mengembangkan dalam bidang
Al-Qur’an, yang tidak hanya dalam pengembangan bakat
seni baca Al-Qur’an saja, tetapi dalam bidang Al-Qur’an
lainnya, seperti bidang Musabaqah Syarhil Qur’an,
Musabaqah Fahmil Qur’an, Musabaqah Tahfidzul Qur’an
dan Musabaqah Khatmil Qur’an. Program
Pengembangan bakat santri dalam bidang Al-Qur’an di
Pondok Pesantren Al-Qur’aniyyah disebut dengan
97
PMBQ (Pengembangan Bakat Qur’an) yang didalamnya
terdapat bidang Tilawah Al-Qur’an, Fahmil Al-Qur’an,
Syarhil Al-Qur’an, Tahfidzul Qur’an, dan Khotmil
Qur’an.
Program penyaringan atau penyeleksian dalam
pengembangan bakat disini dimulai pada saat penerimaan
santri baru, maka pada saat itu diadakan seleksi
pengembangan bakat santri dalam bidang Al-Qur’an.
Faktor pertama yang dinilai dalam seni baca Al-Qur’an
ialah suara, ketika suara nya memenuhi maka bisa
mengikuti bakat tilawah Al-Qur’an, jadi faktor yang
pertama ialah suara. Dan faktor yang kedua adalah
kemauan, apabila kedua faktor ini sudah memenuhi
syarat maka akan mudah untuk dibimbing atau dibina
dalam Pembinaan Pengembangan bakat seni baca Al-
Qur’an santri Pondok Pesanren Al-Qur’aniyyah.
Implementasi kegiatan pembinaan nagham
Al-Qur’an dalam pengembangan bakat Al-Qur’an santri
di Pondok Pesantren Al-Qur’aniyyah
mengimplementasikan dalam program pengembangan
bakat Al-Qur’an santri Pondok Pesantren
Al-Qur’aniyyah. Dimana yang didalamnya itu
membimbing tentang masalah tilawah Al-Qur’an
98
(Nagham Al-Qur’an) dengan jadwal-jadwal yang sudah
ditentukan.
Selanjutnya, pengaruh Pembinaan Nagham Al-
Qur’an di Pondok Pesantren Al-Qur’aniyyah, pengaruh
yang pertama untuk pendidikan itu membantu para santri
disini untuk lancar membaca Al-Qur’an, Mempraktekkan
hukum bacaan tajwid dengan benar, kemudian
mengetahui tentang sejarah Nagham atau Tilawah Al-
Qur’annya. Selanjutnya pengaruh dalam kepesantrenan
itu ialah menciptakan rasa untuk membumikan Al-
Qur’an atau mensyiarkan Al-Qur’an, baik didalam
Pondok Pesantren Al-Qur’aniyyah maupun diluar
Pondok Pesantren Al-Qur’aniyyah. Dan juga mempunyai
pengaruh bagi akhlak santri, bagi santri-santri yang
mengikuti pengembangan bakat Tilawah Al-Qur’an
diajarkan akhlaknya untuk bertajwid, artinya tertib dalam
menjalankan aturan-aturan. Jadi, ketika kita membaca
Al-Qur’an diajarkan filosofi ilmu tajwid untuk
dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Dari seluruh santri SMP IT Al-Qur’aniyyah
berjumlah 365 orang, yang mengikuti Pengembangan
Bakat Nagham Al-Qur’an berjumlah 38 santri, 24 laki-
laki dan 14 perempuan. Pembinaan dilakukan secara
99
klasikal yang diarahkan secara intensif selama satu
minggu enam kali pertemuan. Berdasarkan dari sejumlah
anak yang mengikuti pembinaan Nagham Al-Qur’an
tersebut terdapat juga pembinaan Nagham Al-Qur’an
secara khusus yang dibina langsung oleh KH. Sobron
Zayyan sebagai pimpinan yayasan pondok pesantren Al-
Qur’aniyyah yang dilaksanakan pada program mingguan,
seminggu sekali pada malam jum’at, pembinaan
dilakukan dengan test satu orang satu maqra’. Dari 38
santri yang mengikuti pengembangan bakat tilawah Al-
Qur’an ada 14 santri yang sudah biasa terpilih untuk
mengikuti kompetesi dalam ajang perlombangan
Musabaqah Tilawatil Qur’an.1
Tabel 4.4
Jadwal PMBQ
(Pengembangan Bakat Qur’an)
Pondok Pesantren Al-Qur'aniyyah
TILAWAH
PEMBINA JADWAL Keterangan
Abdul
Mufarrich
Senin 16 : 00
WIB
Setor
Maqro
1 Wawancara dengan Pembina Nagham Al-Qur’an SMP IT Pondok
Pesantren Al-Qur’aniyyah,Ustadz Abdul Mufarrih, 28 Juli 2017
100
Selasa 16 :
00 WIB
Setor
Maqro
Sabtu 10 : 00
WIB
Maqro
Umum
A. Fauzi
Ridwan
Jum'at 20 :
00 WIB
Setor
Maqro
Rabu 16 : 00
WIB
Setor
Maqro
Ilham
Mahmuddin
Minggu 10 :
00 WIB
Maqro
Umum
Rabu 16 :
00 WIB
Setor
Maqro
Dede
Suparman
Sabtu 16 : 00
WIB
Maqro
Umum
Minggu 16 :
00 WIB
Maqro
Umum
FAHMIL
PEMBINA JADWAL
Abdul Muiz Senin - Selasa 21
: 00 WIB
Zaini Dahlan Jum'at - Sabtu 21
: 00 WIB
Ummi Fadhilah Minggu 09 : 00
WIB
SYARHIL PEMBINA JADWAL
Nurul Witri Jumat 20 : 00 WIB
Ulinnuha Bahri Minggu 09 : 00 WIB
KALIGHRAFI PEMBINA JADWAL
101
Ust, Mursin
Haikal
Selasa 16 : 00
WIB
Keterangan
a. Setor Maqro (Maqro tembak)
b. Maqro Umum (Pembeian maqro secara umum)
c. Jika pembina berhalangan hadir maka akan digantikan
dengan pembina yang lain
d. Bagi yang umum baik di Tilawah, Fahmil, Syarhil,
dan juga Kalighrafi boleh diikuti oleh semua santri.
Analisis:
Sebagaimana diketahui SMP IT Pondok Pesantren
Al-Qur’aniyyah Pondok Aren Tangerang Selatan sebagai
sekolah unggulan dalam bidang Al-Qur’an. yang
sebagian besar santrinya menjuarai berbagai macam
bidang kompetesi, yang salah satunya selalu meraih
kejuaraan dalam kompetesi Musabaqah Tilawatil Qur’an
(MTQ) mulai tingkat kecamatan, kabupaten, provinsi,
bahkan tingkat nasional.
Adapun penerapan pembinaan Nagham
Al-Qur’an yang digunakan adalah bentuk verbal yakni
santri melaksanakan perintah guru dengan membaca
102
ayat-ayat yang diperintahkan kepadanya dengan
menggunakan lagu yang telah dikuasainya, evaluasi ini
dilakukan agar dapat meningkatkan potensi atau
kekreatifan santri. Hampir semua santri yang mengikuti
pembinaan Nagham Al-Qur’an bisa menguasai materi
tilawah yang diberikan, walalupun melalui beberapa
proses dalam pengajarannya akan tetapi pengajaran seni
baca Al-Qur’an di Pondok Pesantren Al-Qur’aniyyah
dapat berjalan dengan baik, sehingga boleh dikatakan
bahwa pengajaran seni baca Al-Qur’an dalam
pengembangan bakat santri SMP IT Pondok Pesantren
Al-Qur’aniyyah telah dapat dikatakan dapat memenuhi
syarat-syarat dalam proses pembinaan yang efektif dan
efisien.
103
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dideskripsikan penulis dan dianalisis, maka dapat diambil
kesimpulan bahwa Penerapan pembinaan Nagham
Al-Qur’an di SMP IT Al-Qur’aniyyah sudah cukup baik.
Karena santri yang mengikuti pembinaan tersebut sudah
mampu menguasai berbagai macam maqamat, seperti
maqam Bayyati, maqam Hijaz, maqam Shaba, maqam
Nahawand, maqam Rast, maqam Shika, maqam Jiharkah,
setelah itu sudah mampu menerapkan dan mengaplikasikan
maqam tersebut ke dalam ayat-ayat Al-Qur’an.
Sehingga, bagi santri yang sudah mengikuti
pengembangan bakat seni baca Al-Qur’an dengan baik
maka santri yang terpilih bisa mengikuti Musabaqah
Tilawatil Al-Qur’an dari tingkat kecamatan, kabupaten,
provinsi, bahkan tingkat nasional.
Adapun langkah-langkah dan metode yang
diterapkan dalam pembinaan Nagham Al-Qur’an di SMP IT
Al-Qur’aniyyah adalah:
104
1. Langkah-langkah yang diterapkan ialah:
a. Secara bersama-sama, dimana santri membaca lagu
yang baru diajarkan oleh guru secara bersama-sama
b. Secara perorangan, cara ini dilakukan kepada salah
satu santri sebagai sampel menurut petunjuk guru
untuk mempraktekkan beberapa maqamat yang telah
diajarkan oleh guru pembina.
2. Metode yang digunakan ialah:
a. Menggunakan metode Tadarus Qur’an
b. Metode pemberian Maqra’
Walaupun melalui beberapa proses pengajaran yang
diterapkan dalam pembinaan Nagham Al-Qur’an tersebut,
akan tetapi pengajaran seni baca Al-Qur’an di SMP IT
Pondok Pesantren Al-Qur’aniyyah dapat berjalan dengan
baik, sehingga boleh dikatakan bahwa pengajaran seni baca
Al-Qur’an telah dapat dikatakan dapat memenuhi syarat-
syarat dalam proses pembinaan yang efektif dan efisien.
B. Saran
Setelah penulis mengadakan penelitian, kemudian
penulis susun dalam penelitian ini, maka penulis berikan
saran-saran sebagai berikut:
105
1. Hendaknya untuk meningkatkan mutu pendidikan dan
pengajarannya khususnya dibidang Pembinaan Nagham
Al-Qur’an , maka disetiap lembaga pendidikan perlu
adanya sarana prasarana yang memadai baik yang
berisifat fisik maupun sarana non fisik yang dapat
menunjang proses belajar mengajar.
2. Hendaknya para guru di Pondok Pesantren
Al-Qur’aniyyah lebih dapat memacu dan memberi
motivasi kepada para santri untuk lebih giat belajar baik
ketika di sekolah maupun di rumah dan tempat-tempat
latihan lainnya, sehingga dapat mencapai apa yang
diharapkan terutama dalam bidang Seni Baca Al-Qur’an.
3. Agar meningkatkan kerjasama dalam membina santri,
agar kerjasama ini lebih kompak sehingga akan
membantu tercapainya tujuan pembinaan Nagham
Al-Qur’an di Pondok Pesantren Al-Qur’aniyyah ini.
4. Agar seluruh pengurus Pondok Pesantren
Al-Qur’aniyyah ini berupaya meningkatkan kualitas para
ustadz dan ustadzah, baik yang berkaitan dengan disiplin
ilmu yang bersangkutan maupun ilmu-ilmu berkaitan
dengan pendidikan, sehingga akan dapat terjadi suatu
wawasan pendidikan yang luas dan luwes dengan
106
perkembangan iptek dewasa ini dan pembinaan ini dapat
menunjukkan akan keuniversalan Al-Qur’an itu sendiri.
5. Agar seluruh pengurus Pondok Pesantren
Al-Qur’aniyyah ini, mampu memanfaatkan seluruh
potensi yang ada, baik potensi para ustadz dan ustadzah,
potensi para santri dan wali murid, potensi lingkungan
masyarakat sekitar serta potensi lain yang mungkin dapat
digali demi peningkatan mutu majlis ta’lim tersebut
dengan sebesar-besarnya.
6. Segala yang sudah baik untuk dipertahankan dan yang
kurang baik untuk diperbaiki dan carikan jalan keluar
yang lebih baik.
107
DAFTAR PUSTAKA
Asrohah, Hanun, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Logos,
1999
Arikounto, Suharmi, Produser Penelitian Suatu Pendekatan
Praktek, Yogyakarta: Rineka Cipta, 2002
Al-Qardawi, Yusuf, Islam dan Seni, Bandung: Pustaka
Hidayah, 2000.
Arikunto, Suharmi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktek, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1993.
Azwar, Saefuddin, Metode Penelitian, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 1998.
Ahsin Sakho, Ringkasan Makalah Syeikh Helbawi, 2009
Ali, Mohamad, Penelitian Kependidikan Prosedur dan
Strategi, Bandung: Angkas, 1985
Bahreisy, Salim, Terjemahan Riyadhatus Sholikhin, Bandung:
PT. Al-Ma’rif,
Depag, Pedoman Pelatihan Tilawatil Qur’an, Surabaya:
Depag, 2003.
El-Jaziri, Abu Bakar Jabir, Pola Hidup Muslim Aqidah,
Bandung: Remaja Rosdakarya, 1990.
Hikam, Mohamad Rofiqi, ANTIQ (Aturan Tilawatil Qur’an,
Kediri: Pembina Seni Baca Al-Qur’an, 2011.
108
Mudzakir, Study Ilmu-Ilmu Al-Qur’an (Manna’ al-Qattan),
Jakarta: PT. Pustaka Utara Anatar Nusa, 2011.
Mujab, Saiful, Ilmu Nagham Kaidah Seni Baca Al-Qur’an,
Kudus: STAIN Kudus, 2011.
Munir, Misbachul, Pedoman Lagu-Lagu Al-Qur’an, Surabaya:
Apolo, 1994.
Modul Nagham Al-Qur’an Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ)
Jakarta
Muhaimin, Arah Baru Pengembangan Pendidikan Islam,
Bandung: Nuansa, 2003
Mukhtar, Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif,
Jakarta: GP Press Group, 2013
Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif
Nawawi, Hadari, Metode Penelitian Bidang Sosial,
Yogyakarta: Gajah Mada Univerrsity Press, 1993.
Sugiono, Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif Kualitatif
dan R & D, Bandung: Alfabeta, 2009.
Salim, Muhsin, Ilmu Nagham Al-Qur’an, Jakarta: PT.
Kebayoran Ripta, 2000.
Shihab, Quraish, Membangun Al-Qur’an, Bandung: Mizan,
1994.
Syafi’I, Muhammad, Pengantar Ilmu Tilawatil Qur’an,
Semarang: IAIN Walisongo, 1988.
109
Salim, Muhsin, Ilmu Nagham Al-Qur’an, Jakarta: Yataqi,
2008.
Sudarsono dan Ahmad Munir, Ilmu Tajwid dan Seni Baca Al-
Qur’an, Jakarta: Rineka Cipta, 1994.
T. Yanggo, Huzaemah, Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, dan
Disertasi, Tangerang: IIQ Press, 2011
Ulfah, Maria, Seni Baca Al-Qur’an dan Berbagai Aspeknya
Makalah TRIK HIQMA, Jakarta: IAIN Syarif
Hidayatullah, 2001.
Umam, Chotibul, Belajar Membaca Al-Qur’an dengan Lagu,
Jakarta: LBIQ OKI, 1997.
BERITA WAWANCARA
Hari/Tanggal : Sabtu, 29 Juli 2017
Waktu : 10.30-12.00
Nama Interview : 1. Ustadz. Abdul Mufarrih
2. Rismaya
Jabatan : 1. Guru Pembinaan Nagham
Al-Qur’an
2. Santri Al-Qur’aniyyah
Tempat :Pondok Pesantren Al-
Qur’aniyyah Pondok Aren
Tangerang Selatan
A. Isi Wawancara
Peneliti : Sejak kapan adanya pembinaan Nagham
Al-Qur’an di Pondok Pesantren Al-
Qur’aniyyah ?
Guru : Sejak berdirinya Pondok Pesantren Al-
Qur’aniyyah, karna dari awal memang
sudah ada keinginan dari KH. Sobron
Zayyan, beliau yang ingin mendirikan
lembaga dalam bidang Al-Qur’an seperti,
Lembaga Tilawatil Qur’an, Tahfidzul
Qur’an, Syarhil Qur’an, Fahmil Qur’an
dan Khotmil Qur’an.
Peneliti :Bagaimana Implementasi kegiatan
Pembinaan Nagham Al-Qur’an dalam
pengembangan bakat santri SMP IT
Pondok Pesantren Al-Qur’aniyyah ?
Guru : Implementasinya ialah yang dimana
diimplementasikan dalam program
pengembangan bakat Qur’an santri Al-
Qur’aniyyah, yang mana didalamnya
berkaitan dengan masalah tilawah Al-
Qur’an sesuai dengan jadwal-jadwal yang
sudah ditentukan.
Penulis : Apakah ada faktor penghambat dalam
pembinaan Nagham berlangsung?
Guru : Pasti ada, dikarenakan alokasi waktu
yang terlalu padat, terkadang santri ada
yang kelelahan, jam Pembina yang
bentrok dengan kegiatan lain
Penlis : Siswa/santri SMP IT Al-Qur’aniyyah
apakah ada yang tidak mondok di
Pesantren,apakah ada seperti sistem
pulang pergi, ?
Guru : Santri wajib untuk tinggal di Pondok
Pesantren (muqimin), yang tidak
bermukim ada khusus untuk remaja
Ikatan Remaja Al-Qur’aniyyah (IRQOH)
dan TPA, TPQ.
Peulis : Apa saja Fasilitas yang digunakan pada
saat pelaksanaan pembinaan Nagham Al-
Qur’an di A-Qur’aniyyah ?
Guru : Fasilitas yang digunakan pada saat
pembinaan yang pertama itu ialah
pengeras suara, pengeras suara sangat
penting digunakan untuk pelaksanaan
pembinaan Nagham. Guru memberi
contoh dan setelah itu murid-murid
mengikuti. Kedua ialah papan tulis, untuk
memperkenalkan lagu-lagu.
Penulis : Setelah adanya pembinaan Nagham Al-
Qur’an apakah pengembanga bakat santri
sudah benar-benar bagus dalam bidang
tajwidnya, penguasaan lagunya, dan
apakah santri sudah mampu
mengaplikasikan lagu2 yg telah diajarkan
dengan sendirinya?
Guru :Alhamdulillah sudah sangat signifikan,
pesantren juga punya program jangka
pendek dan jangka panjang, jangka pendek
nya dalam 3 bulan minimal sudah harus
bisa satu maqra’, untuk anak-anak yang
sudah berbakat dan sudah mengikuti MTQ
hingga provinsi itu adalah binaan selama
satu tahun sudah haruss mampu menguasai
semua maqra’.
Peneliti : Sejak kapan mengikuti Pembinaan
Nagham Al-Qur’an?
Santri : Sejak awal masuk Pondok Pesantren
Al-Qur’aniyyah dan terpilih untuk
mengikuti pengembangan bakat Nagham
Al-Qur’an
Peneliti : Bagaimana pandangan kamu mengenai
penerapan pembinaan Nagham Al-Qur’an
di Pondok Pesantren Al-Qur’aniyyah ini?
Santri : Alhamdulillah sangat bagus, karena
Guru-Guru Pembina nya sangat
memerdulikan santri terutama pada
pembinaan Nagham Al-Qur’an dalam
rangka penegmabangan santri ketika ingin
mengikuti MTQ, dan penerapannya juga
sangat baik karena latihan-latihannya
sesuai jadwal yang telah ditentukan/rutin.
Peneliti : Setelah kamu mengikuti pembinaan
Nagham Al-Qur’an apakah kamu sudah
mengalami perubahan atau
pengembangan dalam mengikuti
pembinaan?
Santri : Alhamdulillah ka, saya sudah
mengalami pengembangan dalam
mengikuti pembinaan Nagham di Pondok
Pesantren Al-Qur’aniyyah ini, selain
karena saya rutin mengikuti pembinaan
saya juga seing latihan-latihan sendiri.
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1: Berita Wawancara
Lampiran 2: Surat Permohonan Pembimbing
Lampiran 3: Surat Permohonan Penelitian
Lampiran 4: Surat Keterangan Penelitian
Lampiran 5: Dokumentasi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nurul Khairani, Lahir pada
tanggal 24 Mei 1996, di Tanjung
Batu Kundur, Kab.Karimun,
Provinsi Kepulauan Riau. Penulis
merupakan anak Pertama dari tiga
bersaudara, dari pasangan Drs. H.
Samsudin dan Hj. Hafsah, S. Pdi.
Alamat tempat tinggal di Perum. Taman Mutiara Karimun,
Kab. Karimun, Provinsi. Kepulauan Riau.
Penulis menyelesaikan jenjang Pendidikan TK pada
tahun 2001 di TK Aisyah Kundur Kab. Karimun, SD pada
tahun 2007 di SDN 001 Kab. Karimun, SMP pada tahun 2010
di MTs Hidayatul Islamiyyah Kab. Karimun, SMA jurusan IPA
pada tahun 2013 di MAN Usb Kab. Karimun. Pada tahun 2013
penulis melanjutkan program pendidikan S1 di Institut Ilmu
Al-Qur’an (IIQ) Jakarta, Fakultas Tarbiyah, Jurusan
Pendidikan Agama Islam (PAI), dengan program tahfidz 5 Juz.
Prestasi yang pernah diraih oleh Penulis:
1. Juara II MTQ golongan Tartil Putri Tingkat Kab. Karimun
di Prov. Kepulauan Riau pada tahun 2002
2. Juara I MTQ golongan Kanak-Kanak Putri Tingkat Kab.
Karimun di Prov. Kepulauan Riau pada tahun 2005
3. Juara II MTQ golongan Kanak-Kanak Putri Tingkat
Provinsi di Kab. Natuna Prov. Kepulauan Riau pada tahun
2005
4. Juara I Da’I Cilik Se-Kabupaten Karimun Prov. Kepulauan
Riau pada tahun 2007
5. Juara I Festival Anak Sholeh golongan Kanak-Kanak Putri
tingkat Provinsi di Kota.Batam Prov. Kepulauan Riau pada
tahun 2008
6. Juara II MTQ golongan Remaja Putri Tingkat Kab.
Karimun di Prov. Kepulauan Riau pada tahun 2013
7. Juara III MSQ tingkat Provinsi di Kab.Bintan Prov.
Kepulauan Riau pada tahun 2013
8. Juara II Lomba Gurindam Melayu tingkat Provinsi di Kab.
Karimun Prov. Kepulauan Riau pada tahun 2013
Organisasi yang pernah diikuti:
1. Anggota Osis di Sekolah MAN Usb Karimun
2. Anggota MPK di Sekolah MAN Usb Karimun
3. Menjabat di bidang kesenian dan ke Al-Qur’anan di Forum
Ukhuwah Mahasiswa Sumatera (FUMAS)
4. Anggota Persaudaraan Mahasiswa Bugis Makassar
(PMBM)
Kesan penulis selama jenjang pendidikan di Institut
Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta yaitu saya merasa bersyukur
menjadi mahasiswi IIQ karena ada hal yang berbeda mulai dari
suasana kampus, teman-teman bahkan dosen, yang membuat
saya dapat belajar banyak hal. Di kampus ini, penulis dapat
menuntut ilmu didampingi dengan menghafal Al-Qur’an,
dibimbing oleh dosen-dosen yang selalu memberikan inspirasi
kepasa para mahasiswinya dan juga berkompeten dibidang
Ilmu Agama Islam terutama Al-Qur’an sehinggan mahasiswi
semakin termotivasi untuk mempelajari Ilmu Agama Islam
lebih dalam lagi.
Penulis bersyukur mendapatkan kesempatan untuk
mempelajari ilmu-ilmu yang jarang dipelajari oleh mahasiswa
pada umumnya, seperti mata kuliah Ilmu Qira’at, Tahsin,
Nagham, dan mata kuliah lainnya. Penulis merasa sistem
tahfidz di IIQ sudah bagus, karena setiap semester mahasiswi
diwajibkan untuk mengulang kembali hafalannya sebagai
persyaratan untuk Ujian Akhir Semester, sehingga mahasiswi
selalu menjaga hafalannya. Semoga saya dapat
mengembangkan ilmu yang saya miliki dan bermanfaat bagi
orang lain. Aamiin.
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Data Tenaga Pendidik ……………….
Tabel 4.1 Tenaga Kependidikan ……………….
Tabel 4.3 Kegiatan Pengembangan Diri ……..
Tabel 4.4 Jadwal PMBQ Pondok Pesantren Al-
Qur’aniyyah ……………………….
SUASANA SEKOLAH PONDOK PESANTREN
AL-QUR’ANIYYAH PONDOK AREN TANGERANG
SELATAN
FOTO BERSAMA KEPALA SEKOLAH SMP IT
PONDOK PESANTREN AL-QUR’ANIYYAH
PONDOK AREN TANGERANG SELATAN
SUASANA PELAKSANAAN PEMBINAAN
NAGHAM AL-QUR’AN SMP IT
AL-QUR’ANIYYAH PONDOK AREN
TANGERANG SELATAN
v
بسم الله الرحمن الرحيم
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT.
Yang sudah melimpahkan rahmat, karunia, keberkahan, dan
hidayangNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan skripsi guna memenuhi persyaratan dalam
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd) dengan judul
skripsi “Pembinaan Nagham Al-Qur’an dalam Rangka
Pengembangan Bakat santri Pondok Pesantren Al-Qur’aniyyah
PondokAren Tangerang Selatan”.
Sanjungan shalawat serta salam senantiasa penulis
curahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menjadi
rahmat bagi semesta alam, sehingga kita berada pada zaman
yang penuh cahay terang benderang atas datangnya islam
dengan mengeluarkan kita dari zaman kegelapan. karya tulis
ini dapat terselesaikan dengan baik berkat dukungan dari
beberapa pihak, baik yang berupa saran, pikiran, tenaga, dan
doa. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih
sedalam-dalamnya kepada:
1. Ibu Prof. Dr. Hj. Huzaemah T. Yanggo, MA, Selaku
Rektor Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta beserta
vi
staffnya yang telah memberikan fasilitas selama proses
belajar mengajar.
2. Ibu Dr. Hj. Umi Khusnul Khotimah, MA dengan Fakultas
Tarbiyah yang selalu memberikan motivasi, dukungan
serta dedikasinya untuk kemajuan dan kesuksesan fakultas
tarbiyah.
3. Ibu Dr. Hj. Romlah Widayati, M. Ag sebagai pembimbing
yang telah memberikan banyak arahan, saran, serta doa
dalam membimbing penulis dalam penulisan skripsi ini.
4. Terima kasih kepada seluruh Instruktur tahfidz Institut
Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta yang telah banyak
membimbing penulis dalam menghafal dan membaca Ayat
suci Al-Qur’an dengan baik dan benar
5. Terima kasih kepada seluruh dosen Tarbiyah di Institut
Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta yang telah berbagi ilmu,
pengalaman serta motivasi selama masa perkuliahan
berlangsung.
6. Terima kasih kepada Ayahanda tersayang Drs. H.
Samsudin dan Ibunda tersayang Hj. Hafsah, S. Pdi yang
sangat saya cintai dan saya patuhi. Terima kasih atas
segala kasih sayang, kecintaan, yang dengan ikhlas dan
sabar telah membesarkan, menyayangi, membimbing,
vii
mendo’akan, serta mendukungku dalam segala urusan dan
selalu berkorban demi masa depanku.
7. Terima kasih kepada Adik-adikku tersayang Muhammad
Rizki dan Nurunnisa Safa Raini, yang selalu memberikan
keceriaan, kasih sayang, serta canda tawa yang tiada
hentinya.
8. Terima kasih kepada Brader Imam Haiban Rangkuti yang
selalu memberikan motivasi dan semangat dalam
menjalankan hidup di dunia ini dan selalu mengajarkanku
agar selalu bersyukur.
9. Kepada Sepupuku, saudara, serta keluarga terima kasih
atas segala dukungan, kasih sayang, motivasi serta do’a
yang telah diberikan kepadaku selama ini.
10. Kakak sekaligus sahabat Febri Lestari, Terima kasih untuk
segala kebaikan yang diberikan. Yang selalu menjadi
kakakku yang baik selama berada ditanah perantauan ini.
11. Kepada Temanku Rosihatul Khoiriyah, Vitami, dan
Rabiatul Adwiyah. Terima kasih atas segala kebaikan,
motivasi, mendo’akan dan membantu dalam penulisan
skripsi ini.
12. Teruntuk kakakku Dafika Andiani, Terima kasih atas
segala do’a, motivasi, dan semangat yang telah diberikan
viii
kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan baik.
13. Terima Kasih kepada seluruh teman-teman seperjuangan,
teman-teman angkatan 2013 Institut Ilmu Al-Qur’an
khususnya kelas VII A Fakultas Tarbiyah Institut Ilmu
Al-Qur’an yang telah memberi info-info perkuliahan dan
lain-lain serta memberi motivasi yang besar dalam
menyelesaikan skripsi ini, semoga keberkahan dan
kebahagiaan senantiasa menyertai langkah hidup kita
semua. Dan semoga jalinan pertemanan ini terus
berlangsung meskipun kita tak bisa saling bersua kembali.
14. Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini baik secara moril
maupun material.
Semoga bantuan yang telah diberikan kepada penulis
menjadin amal shalih yang diterima dan diridhoi oleh Allah
SWT. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu kritik dan saran yang bersifat
membangun senantiasa penulis harapkan demi kesempurnaan
skripsi ini.
ix
Akhirnya semoga Allah SWT memberikan manfaat
bagi penulis dan bagi siapapun yang membacanya. Aamiin Yaa
Rabbal ‘Aalamiin.
Jakarta, 08 Agustus 2017
Penulis
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi dengan judul “Implementsi Pembinaan
Nagham Al-Qur’an dalam Rangka Pengembangan Bakat
santri Pondok Pesantren Al-Qur’aniyyah Pondok Aren
Tangerang Selatan” oleh Nurul Khairani dengan NIM
13311211 telah mengajukan pada sidang munaqasyah Fakultas
Tarbiyah Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta pada tanggal 19
Agustus 2017. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu
syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada
program studi Pendidikan Agama Islam.
Jakarta, 19 Agustus 2017
Dekan Fakultas Tarbiyah
Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta
Dr. Hj. Umi Khusnul Khotimah, MA
Sidang Munaqasyah
Ketua Sidang Sekretaris Sidang
Dr. Hj. Umi Khusnul Khotimah, M.Ag Wasmini
Penguji I Penguji II
Dr. Hj. Umi Khusnul Khotimah, M.Ag Sri Tuti Rahmawati, MA
Pembimbing
Dr. Hj. Romlah Idayati, M. Ag
MOTTO
PEDOMAN TRANSLITERASI
Transliterasi adalah penyalinan dengan
penggantian huruf dari abjad yang satu ke abjad yang
lain. Dalam penulisan skripsi di IIQ, transliterasi Arab-
Latin mengacu pada berikut ini :
1. Konsonan
th : ط a : ا
zh : ظ b : ة
„ : ع t : ث
gh : غ ts : ث
f : ف j : ج
q : ق h: ح
k : ك kh : خ
l : ل d : د
m : و dz : ذ
n : ن r : ز
w : و z : ش
h : ي s : س
„ : ء sy : ش
y : ي sh : ص
dh : ض
2. Vokal
Vokal tunggal vokal panjang vokal rangkap
Fathah : a أ : â ي... : ai
Kasrah : i ي : î :و... : au
Dhammah : u و : û
3. Kata sandang
a. Kata sandang yang diikuti alif lam (ال)qamariyah
Kata sandang yang diikuti oleh alif lam(ال) qamariyah
ditransliterasikan sesuai dengan bunyinya. Contoh :
al-Madînah :انمد يىت al-Baqarah :انبقسة
b. Kata sandang yang diikuti oleh alif lam(ال) syamsiyah
Kata sandang yang diikuti oleh alif lam (ال) syamsiyah
ditransliterasikan sesuai dengan aturan yang digariskan
di depan dan sesuai dengan bunyinya. Contoh انسجم :
ar-Rajul انسيد ة : as-Sayidah
ad-Dârimî :اندازمي asy-Syams : انشمس
c. Syaddah (Tasydîd)
Syaddah (Tasydîd) dalam sistem aksara Arab digunakan
lambang ( ), sedangkan untuk alih aksara ini
dilambangkan dengan huruf, yaitu dengan cara
menggandakan huruf yang bertanda tasydîd. Aturan ini
berlaku secara umum, baik tasydîd yang berada di
tengah kata, di akhir kata ataupun yang terletak setelah
kata sandang yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyah.
Contoh :
فهبء Âmannâ Billâhi:أمىب ببلل Âmana as-Sufahâ‟u :أمه انس
كع inna al-Ladzîna :إن انر يه wa ar-Rukka’i :وانس
d. Ta Marbûthah ( ة )
Ta Marbûthah ( ة ) apabila berdiri sendiri, waqaf atau
diikuti oleh kata sifat (na’at), maka huruf tersebut
dialihaksarakan menjadi huruf “h”. Contoh:
-al-Jâmiah al :انجبمعت الإسلاميت al-Af’idah :الأفئدة
Islâmiyyah.
Sedangkan Ta Marbûthah ( ة ) yang diikuti atau
disambungkan (di-washal) dengan kata benda (isim),
maka dialih aksarakan menjadi huruf “ t” . Contoh:
-al-Âyat al : الأيت انكبسى .Âmilatun Nâshibah :عبمهت وبصبت
Kubrâ.
e. Huruf Kapital
Sistem penulisan huruf Arab tidak mengenal huruf
kapital, akan tetapi apabila telah dialih aksarakan maka
berlaku ketentuan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)
bahasa Indonesia, seperti penulisan awal kalimat, huruf
awal nama tempat, nama bulan, nama diri, dan lain-lain.
Ketentuan yang berlaku pada EYD berlaku pula dalam
alih aksara ini, seperti cetak miring (italic) atau cetak
tebal (bold) dan ketentuan lainnya.adapun untuk nama
diri dan yang diawali dengan kata sandang, maka huruf
yang ditulis kapital adalah awal nama diri, bukan kata
sandangnya. Contoh : „Âlî Hasan al-Âridh, al-„Âsqallânî,
al-Farmawî dan seterusnya. Khusus untuk penulisan kata
Alqur‟an dan nama nama surahnya menggunakan huruf
kapital. Contoh: Al-Qur‟an, Al-Baqarah, Al-Fâtihah dan
seterusnya.
PERNYATAAN PENULIS
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Nurul Khairani
NIM : 13311211
Tempat/Tanggal Lahir : Tg. Batu Kundur, Kepulauan
Riau, 24 Mei 1996
Menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul
“Implementasi Pembinaan Nagham Al-Qur’an dalam
Rangka Pengembangan Bakat santri (Studi Kasus: di
SMP IT Pondok Pesantren Al-Qur’aniyyah Pondok Aren
Tangerang Selatan” adalah benar-benar hasil karya saya
kecuali kutipan-kutipan yang sudah disebutkan.
Kesalahan dan kekurangan dalam karya ini sepenuhnya
menjadi tanggung jawab saya.
Jakarta, 8 Agustus 2017
Nurul Khairani
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi dengan judul “Implementasi Pembinaan
Nagham Al-Qur’an dalam Rangka Pengembangan
Bakat santri Pondok Pesantren Al-Qur’aniyyah
Pondok Aren Tangerang Selatan” yang disusun oleh
Nurul Khairani dengan Nomor Induk Mahasiswa
13311211 telah melalui proses bimbingan dengan baik
dan dinilai oleh pembimbing telah memenuhi syarat
ilmiah untuk diajukan di sidang munaqasyah.
Jakarta, 8 Agustus
Pembimbing
Dr. Hj. Romlah Widayati, M.Ag