implementasi csr
TRANSCRIPT
IMPLEMENTASI TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN DALAM PERSPEKTIF PEMERINTAHAN
YANG BAIK :
Studi Kasus PT Tirta Investama Di Dusun Jatianom, Desa Karang Jati, Kecamatan Pandaan, Kabupaten Pasuruan
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Politik Pada Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Dengan Minat Utama
Metode Ilmu Politik
Oleh:
JATI SEPUTRO
NIM. 0811250032
JURUSAN ILMU POLITIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2012
IMPLEMENTASI TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN DALAM PERSPEKTIF PEMERINTAHAN
YANG BAIK :
Studi Kasus PT Tirta Investama Di Dusun Jatianom, Desa Karang Jati, Kecamatan Pandaan, Kabupaten Pasuruan
SKRIPSI
Diajukan Kepada
Universitas Brawijaya
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Politik Pada Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Dengan Minat Utama
Metode Ilmu Politik
Disusun Oleh:
JATI SEPUTRO
NIM. 0811250032
JURUSAN ILMU POLITIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2012
Motto :
Dengan menebut nama Allah Yang Maha Pemurah Lagi Maha Penyayang.
Kesuksesan dan kebahagiaan yang sebenarnya adalah memberi manfaat
sebanyak-banyaknya kepada siapapun
Sekripsi ini, ku persembanhkan kepada :
Haries Sihombing,
Sri Rejeki,
Murniwati Ndraha,
Lugas Ranjing Apta Sakti,
Keluarga Besar,
Umat.
i
ii
iii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbilalamin, segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta
alam. Shalawat dan salam semoga senantiasa terlimpah kepada Rasulullah
Muhammad SAW. Atas limpahan rahmat dan karunian-Nya sehingga laporan
sekripsi berjudul “IMPLEMENTASI TANGGUNG JAWAB SOSIAL
PERUSAHAAN DALAM PERSPEKTIF PEMERINTAHAN YANG BAIK :
Studi Kasus PT Tirta Investama Di Dusun Jatianom, Desa Karang Jati, Kecamatan
Pandaan, Kabupaten Pasuruan “ dapat terselesaikan.
Penulis berterima kasih kepada banyak pihak yang tidak dapat disebutkan
satu persatu. Berkat perannya, baik secara langsung mau pun tidak secara
langsung mempengaruhi rampungnya penelitian ini.
Penulis menyadari laporan sekripsi ini mempunyai banyak kekurangan.
Berdasarkan segenap kerendahan hati penulis membuka kritik dan saran dari
banyak pihak yang peduli serta dosen pembimbing guna penyempurnaan laporan
Praktek Kerja Nyata ini.
Besar harapan saya, semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi kalangan
akademisi, masyarakat luas dan pihak lainnya.
Hormat saya,
Malang, 23 November 2012
Penyusun, Jati Seputro
iv
ABSTRAK
Sekripsi karya Jati Seputro, “IMPLEMENTASI TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN DALAM PERSPEKTIF PEMERINTAHAN YANG BAIK : Studi Kasus PT Tirta Investama Di Dusun Jatianom, Desa Karang Jati, Kecamatan Pandaan, Kabupaten Pasuruan “ dibawah bimbingan Ibu Mar’atul Makhmudah, S.IP, M.Si dan Bapak Wawan E. Kuswandoro, S.Sos,M.si.
Terdapat tiga hal menarik dari latar belakang penelitian ini. Pertama, keberadaan warga dan PT Tirta Investama mengeksploitasi air tanah dengan kepentingan berbeda. Kepentingan keduanya dapat bersinergi dengan harmonis. Kedua, PT Tirta Investama menyelenggarakan tanggung jawab sosial perusahaan (TSP) di NTT dengan biaya besar pada lingkup nasional, kelayakan TSP pada lingkup lokal (khususnya Dusun Jatianom) menarik peneliti meninjau langsung. Ketiga, pelaksanaan TSP PT Tirta Investama disambut Wakil Bupati Pasuruan sebagai harmonis antara pemerintah, swasta dan masyarakat pada tahun 2010. Sedangkan peraturan daerah tingkat Jawa Timur yang mengatur TSP disahkan tahun 2011.
Fokus penelitian yang muncul “Sejauh mana pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan PT Tirta Investama di Dusun Jatianom, Desa Karang Jati, Kecamatan Pandaan, Kabupaten Pasuruan dilaksanakan?” dan “Bagaimana implementasi tanggung jawab sosial perusahaan PT Tirta Investama di Dusun Jatianom, Desa Karang Jati, Kecamatan Pandaan, Kabupaten Pasuruan?”.
Metode penelitian ini adalah studi kasus. Pemilihan informan yang dilakukan adalah key person dan snowballing sampling. Teknik pengumpulan datanya adalah wawancara bertahap dan observasi tidak terstruktur. Strategi analisis data yang digunakan adalah kualitatif verifikasi. Sedangkan teori yang digunakan sebagai analisis adalah teori pemerintahan yang baik.
Hasil penelitian pelaksanaan TSP PT Tirta Investama di Dusun Jatianom adalah program TSP mengacu pada komitmen perusahaan. Sasaran TSP mencakup konservasi, pemberdayaan dan community development. Setiap pelaksanaan TSP, PT Tirta Investama berkordinasi dengan pemerintah dan masyarakat. Hasil kerja TSP telah diterima oleh tiga golongan, yaitu Karang taruna RW 7, LSEM Wanita Jatianom dan masyarakat Dusun Jatianom secara keseluruhan.
Implentasi TSP belum berjalan sukses, belum sesuai dengan teori pemerintahan yang baik. Belum terdapat solusi memecahkan substansi permasalahan publik terkait TSP. TSP tetap menjadi otoritas perusahaan. Hal ini belum memenuhi unsur demokrasi, transparansi, akuntabilitas, budaya hukum, kesewajaran dan kesetaraan.
Kata Kunci : TSP, Pemerintahan Yang Baik
v
ABSTRACT
Jati Seputro’s sekripsi, “IMPLEMENTATION OF CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY IN GOOD GOVERNANCE’S PERCEPTION: Case Study In Dusun Jatianom, Desa Karang Jati, Kecamatan Pandaan, Kabupaten Pasuruan “, under consulate of MS. Mar’atul Makhmudah, S.IP, M.Si and Mr. Wawan E. Kuswandoro, S.Sos,M.si.
Interesting case in this research’s background has three statement. First, Dusun Jatianom’s members and PT Tirta Investama. They has diference interest to take ground-water. They join well. Second, PT Tiirta Investama executes corporate social responsibility (CSR) much in NTT. This is national enviorement. CSR’s capable in local enviorement (Dusun Jatianom) is interesting to cross chek. Third, PT Tirta Investama’s CSR was received by Pasuruan’s Bupati deputy. It was strong unity of government, civil society and private in 2010. Unless, CSR policy in Jawa Timur province was been since in 2011.
The research’s fokus are “ How furth is PT Tirta Investama’s corporate social responsibility in Dusun Jatianom, Desa Karang Jati, Kecamatan Pandaan, Kabupaten Pasuruan? ” and “ How implementation is PT Tirta Investama’s corporate social responsibility in Dusun Jatianom, Desa Karang Jati, Kecamatan Pandaan, Kabupaten Pasuruan? ”.
This research’s metode is case study. The chosen’s informan are key person and snowballing sampling. Gathering data technics are in depth interview and unstructure observer. Analysis data strategy is verivikation qualitative. The theory used to analysis are good governance.
Conclution of research, PT Tirta Investama’s CSR in Dusun Jatianom is CSR aiming to company’s comitment. CSR’s object are consevation, charity and community development. Every CSR’s event, PT Tirta Investama share to government and civil society. Result of CSR in Dusun Jatianom are recheived by Karang taruna RW 7, LSEM Wanita Jatianom dan all Dusun Jatianom’s members.
CSR’s implementation is not succes. It is not suitable to good governance theory. It is not solution to handle substance public’s problem. CSR is still under company’s authority. It is not suitable to democracy, transparancy, akuntablility, law culture, natural and egality.
Key Word : CSR, Good Governance
vi
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS.................................................... i HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ ii KATA PENGANTAR ...................................................................................... iii ABSTAK .......................................................................................................... iv DAFTAR ISI .................................................................................................... vi TABEL .............................................................................................................. x GLOSARIUM .................................................................................................. xi Bab I Pedahuluan .............................................................................................. 1 1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1 1.2 Fokus Penelitian ........................................................................................... 10 1.3 Tujuan Penulisan .......................................................................................... 10 1.4 Manfaat Penulisan ........................................................................................ 11 1.4.1 Manfaat Teoritis ........................................................................................ 11 1.4.2 Manfaat Praktik ......................................................................................... 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 13 2.1 Teori Dasar Pemerintahan Yang Baik ........................................................... 13 2.1.1 Pemangku Kepentingan ............................................................................. 13 2.1.2 Pemerintah Dan Masyarakat ...................................................................... 14 2.1.3 Swasta ....................................................................................................... 18 2.1.4 Definisi Teori Good Governance ............................................................... 20 2.1.1.4 Konsep Good Governance ...................................................................... 20 2.2 Konsep Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ................................................. 22 2.2.1 Definisi Konsep Tanggung Jawab Sosial Perusahaan................................. 22 2.2.2 Prinsip Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ............................................... 28 2.2.3 Sejarah Tanggung Jawab Sosial Perusahaan .............................................. 38 2.2.4 Double Diamond ....................................................................................... 42 2.3 Hukum Positif .............................................................................................. 47 2.3.1 Undang-Undang N0. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal .............. 49 2.3.2 Undang-Undang N0. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas ............. 51 2.3.3 Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 2012Tentang Tangggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Perseroan Terbatas .................................................................. 52 2.3.4 Peraturan Daerah Jawa Timur No. 4 Tahun 2011 Tentang Tanggung Jawab SosialPerusahaan ............................................................................................... 53
vii
2.4 Penelitian Terdahulu .................................................................................... 57 2.4.1 Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) Sebagai Modal Sosial Pada PT Newmont ............................................................................................. 57 2.4.2 Peran PT Tirta Investama Kebon Candi Terhadap Perubahan Prilaku Hidup Bersih Dan Sehat Warga Dusun Kalongan Melalui Program Corporat Social Responsibility (CSR) ‘ Kampoeng Sehat Danone ‘ ............................................. 60 2.4.3 Perbandingan Penelitian ............................................................................ 61 2.5 Alur Berfikir ................................................................................................ 65 BAB III METODE PENELITIAN .................................................................. 66 3.1 Jenis Penelitian ............................................................................................ 66 3.2 Lokasi Penelitian .......................................................................................... 68 3.3 Fokus Penelitian ........................................................................................... 68 3.4 Pemilihan Informan ...................................................................................... 69 3.5 Teknik Pengumpulan Data ........................................................................... 70 3.6 Instrumen Penelitian..................................................................................... 71 3.7 Analisis Data ................................................................................................ 72 BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN ............................................ 74 4.1 Gambaran Umum Dusun Jatianom ............................................................... 74 4.2 Gambaran PT Tirta Investama ...................................................................... 78 4.3 Gambaran Umum PT Tirta Investama Di Dusun Jatianom ........................... 80 BAB V PELAKSANAAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN................................................................................................ 82 5.1 Badan Perizinan Dan Penanaman Modal ...................................................... 82 5.1.1 Standar Regulasi Perizinan ........................................................................ 83 5.1.2 Eksploitasi PT Tirta Investama .................................................................. 89 5.1.3 Penanaman Modal ..................................................................................... 92 5.2 Badan Perencanaan Daerah (Bapeda) ........................................................... 96 5.2.1 Arah Pembangunan Kabupaten Pasuruan .................................................. 97 5.2.2 Peran Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Dalam Kebiijakan .................. 100 5.2.3 Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Di Kabupaten Pasuruan ................... 103 5.3 PT Tirta Investama ..................................................................................... 107 5.3.1 Eksploitasi .............................................................................................. 107 5.3.2 Dampak Eksploitasi Dan Antisipasi......................................................... 111 5.3.3 Kordinasi Pemangku Kepentingan ........................................................... 114 5.3.4 Kontrol Pemangku Kepentingan .............................................................. 116
viii
5.3.5 Dalam Kebijakan .................................................................................... 118 5.3.6 Konsep CSR ............................................................................................ 121 5.3.7 Komitmen Perusahaan ............................................................................. 123 5.3.8 Konsep Pembangunan Sosial Ekonomi Dan Lingkungan ......................... 125 5.3.9 Pelaksanaan CSR ................................................................................... 128 5.3.10 Out Put CSR ......................................................................................... 137 5.3.11 Pendukung Dan Penghambat ................................................................. 138 5.4 Chross Chek Dusun Jatianom ..................................................................... 140 5.4.1 Profil Informan ....................................................................................... 141 5.4.2 Bentuk-Bentuk CSR ................................................................................ 155 5.4.3 Kapasitas Penerima CSR ......................................................................... 158 5.4.4 Sebab CSR .............................................................................................. 165 5.4.5 Sistem Pengelolahan CSR ....................................................................... 171 5.4.6 Out Put CSR .......................................................................................... 180 BAB VI IMPLEMENTASI TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN.............................................................................................. 189 6.1 Eksploitasi Tak Terkontrol ......................................................................... 189 6.2 Hukum Lemah ........................................................................................... 196 6.3 CSR Merupakan Dinamisator ..................................................................... 205 6.4 Pranata Sosial Terhadap Pengaruh Perusahaan ........................................... 213 6.5 Membutuhkan Sinergi Masarakat, Perusahaan Dan Pemerintah .................. 220 6.6 Relevansi Teori Dan Konsep ...................................................................... 221 6.6.1 Relevansi Teori Good Governance .......................................................... 221 6.6.2 Relevansi Teori Konsep Tanggung Jawab Sosial Perusahaan .................. 227 BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ....................................... 228 7.1 Kesimpulan ................................................................................................ 228 7.1.1 Pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial Perusahaa PT Tirta Investama Di Dusun Jatianom, Desa Karang Jati, Kecamatan Pandaan, Kabupaten Pasuruan 228 7.1.2 Implementasi Tanggung Jawab Sosial Perusahaa PT Tirta Investama Di Dusun Jatianom, Desa Karang Jati, Kecamatan Pandaan, Kabupaten Pasuruan 228 7.3 Rekomendasi.............................................................................................. 230 7.3.1 Rekomendasi Kepada Pemerintah ........................................................... 230 7.3.2 Rekomendasi Kepada PT Tirta Investama .............................................. 231 7.3.3 Rekomendasi Kepada Masyarakat Dusun Jatianom ................................. 232 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 233
ix
LAMPIRAN ................................................................................................... 237
x
DAFTAR TABEL
Tabel 1 .............................................................................................................. 41 Tabel 2 .............................................................................................................. 63 Tabel 3 .............................................................................................................. 87 Tabel 4 .............................................................................................................. 91 Tabel 5 .............................................................................................................. 93 Tabel 6 .............................................................................................................. 98 Tabel 7 ............................................................................................................ 101 Tabel 8 ............................................................................................................ 105 Tabel 9 ............................................................................................................ 108 Tabel 10 .......................................................................................................... 113 Tabel 11 .......................................................................................................... 115 Tabel 12 .......................................................................................................... 116 Tabel 13 .......................................................................................................... 119 Tabel 14 .......................................................................................................... 123 Tabel 15 .......................................................................................................... 124 Tabel 16 .......................................................................................................... 127 Tabel 17 .......................................................................................................... 128 Tabel 18 .......................................................................................................... 138 Tabel 19 .......................................................................................................... 139 Tabel 20 .......................................................................................................... 141 Tabel 21 .......................................................................................................... 162 Tabel 22 .......................................................................................................... 167 Tabel 23 .......................................................................................................... 175 Tabel 24 .......................................................................................................... 181 Tabel 25 .......................................................................................................... 192 Tabel 26 .......................................................................................................... 202 Tabel 27 .......................................................................................................... 220 Tabel 28 .......................................................................................................... 225
xi
GLOSARIUM
Analisis dampak lingkungan hidup (amdal) : kajian mengenai dampak penting
suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan
hidupyang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang
penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan1.
Asas governance : demokrasi, transparansi, akuntabilitas, budaya hukum,
kesewajaran dan kesetaraan
Good Governance : Pemerintahan yang baik
Kearifan lokal : nilai-niai luhur yang berlaku dalam tata kehiduan masyarakat
untuk antara lain melindungi dan mengelola lingkungan hidup secara
lestari2.
Kebijakan : sikap yang diambil pemerintah dengan suatu pertimbangan
berdasarkan respon situasi dan kondisi.
Kepala Dusun : warga yang diberi jabatan mengabdi untuk kepentingan
masyarakat di tingkat dusun
Lingkungan hidup : kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan
makluk hidup, termasuk manusia dan prilakunya, yang mempengaruhi
1 Mentri Hukum Dan Hak Asasi Manusia. 2009. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009. Jakarta: Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 140 2 Lock. Cit
xii
alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia
serta mahluk hdup lainnya3.
Masyarakat : kelompok sosial dengan karakteristik kepentingan sosial, domisili,
kewarganegaraan, suku, agama dan persamaan karakter sosial.
Pembangunan berkelanjutan : upaya sadar dari terencana yang memadukan aspek
lingkungan hidup, sosial, dan ekonomi ke dalam setrategi pembangunan
untuk menjamin keutuhan lingkungan hidup serta keselamatan,
kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini dan
generasi masa depan4.
Perangkat warga : sebagian pemerintah mau pun masyarakat yang mengabdi untuk kepentingan masyarakat.
Perusahaan : lembaga hukum yang bertujuan mencari keuntungan maksimal
Sinergi : konsisten dalam kordinasi, perencanaan dan pelaksanaan program
Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (TSP) atau (CSR) Corporate Social
Rsponsibility : upaya maksimal perusahaan untuk memberikan manfaat
positif kepada masyarakat, pemerintah, perusahaan yang bersangkutan,
lingkungan dan publik secara luas.
Transformasi : perubahan positif pada tatanan sosial
3 Lock Cit. 4 Lock Cit
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan bentuk tanggung jawab
sosial perusahaan kepada entitas masyarakat dan lingkungan. Perusahaan sebagai
pihak yang hadir di tengah-tengah masyarakat tidak dapat berdiri sendiri.
Perusahaan harus mampu mensinergikan kepentingan kepada stakeholder dan
memberikan keseimbangan antara masyarakat, lingkungan dan keuntungan yang
diperoleh perusahaan. Perusahaan dalam menjaga eksistensinya membutuhkan
sistem yang mampu mensinergikan setiap pemangku kepentingan dalam setiap
sendi kehidupan. Artinya dibutuhkan sinergi untuk saling mendukung dan
memberikan keuntungan bagi stakeholder yang terlibat secara langsung maupun
tidak secara langsung terhadap proses produksi.
Mengacu pada konsep yang digagas John Elkington, terbagi tiga
komponen utama yang menjadi fokus CSR. Ketiga fokus tersebut adalah people,
planet and profit5. Ketiga fokus ini merupakan komponen yang harus diperhatikan
keseimbangannya. Melalui ketiga fokus ini, CSR dipahami sebagai infestasi
perusahaan dalam jangka waktu panjang. Perusahaan tidak dapat bertahan dalam
jangka waktu yang lama, apabila terdapat ketidak seimbangan dalam komponen
CSR. Sebuah sistem yang menjaga harmonisasi stakeholder dapat terjaga dengan
adanya sistem saling membutuhkan. Ketidak seimbangan stakeholder berdampak
5 Abraham, Rhonda dan Alice LaPlanter. 2010. Passion to Profit: Panduan Sukses Bisnis Bagi Pengusaha Muda diterjemahkan oleh Kusnandar. Jakarta: Azkia Publisheer. Hlm. 66 - 67
2
tidak terbangunnya pendukung produksi perusahaan. Baik ditinjau dari perspektif
faktor produksi, proses produksi, distribusi dan kondisi pasar.
Komitment menjaga sistem operasi perusahaan tidak semata-mata dinilai
dengan nominal internal perusahaan. Orientasi proses produksi turut melibatkan
kondisi lingkungan yang ada di masyarakat. Kondisi masyarakat yang tidak aman,
memungkinkan terciptanya kondisi yang kurang kondusif bagi pasar dan
berpotensi mengganggu operasional perusahaan. Faktor produksi pun
membutuhkan legitimasi sumber daya alam dan sumber daya manusia untuk
mendukung proses produksi. Berdasarkan pemahaman ini diharapkan tercapainya
asas saling menguntungkan bagi stakeholder. CSR hadir untuk kepentingan
stakeholder secara luas. CSR menjadi konsep prioritas terjaganya harmonisasi
perusahaan, lingkungan dan masyarakat dalam jangka panjang. Tujuan
dilaksanakannya CSR adalah sustainable development (pembangunan yang
berlanjutan)6.
Tanggung jawab CSR tidak terbatas tanggung jawab perusahaan atau
pemerintah kepada stakeholder. Secara luas CSR membutuhkan partisipasi
masyarakat, organisasi masyarakat, pemerintah dan perusahaan untuk bersinergi
menjaga hubungan yang baik dalam jangka waktu yang lama. Program CSR
bertujuan untuk kesejahteraan bersama. Harapan kesejahteraan tesebut
membutuhkan konsep Comunity Development (CD)7. CD adalah bentuk
6 Vysser, Wyne, Dirk Matten, Manfred Pohl and Nick Tolhrust. 2010. The A – Z of Cooperate Social Responcibility. Great Britain: Chippenham, Wiltshire. Hlm. 76. 7 Rachman, Nurdizal M., Asep Efendi dan Emir Wicanasana. 2011. Panduan Lengkap Penyusunan CSR. Jakarta: Penebar Swadaya. Hlm. 19.
3
komunikasi stakeholder dengan menjunjung tinggi nilai-nilai persamaan derajat.
Kebijakan CSR tidak didasarkan komunikasi top down atau pun bottom up. Akan
tetapi komunikasi kebijakan CSR berdasarkan banyak arah. Salah satu bentuk
CSR perusahaan adalah menyisihkan keuntungan yang diperoleh perusahaan
kepada komunitas di sekitar perusahaan (berupa: pendidikan, kesehatan, fasilitas
umum, pemberdayaan masyarakat, pengurangan kemiskinan dan lain-lain).
Kebijakan tersebut ditentukan dengan musyawarah menggali substansi masalah.
Demikian seterusnya, proses kebijakan melewati proses formulasi, implementasi
dan evaluasi. Masyarakat turut dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan.
Sebagai pelaksanaan CSR adalah transformasi sosial ekonomi. Program
CSR bertujuan untuk membangun kemandirian masyarakat. Transformasi
merupakan kegiatan identifikasi permasalahan (kondisi sosial, ekonomi, prilaku,
kelembagaan, pola perubahan sosial, infrastruktur, perilaku bisnis, rangsangan
komersial masyarakat) untuk membangun tatanan baru8. Hasil kebijakan CSR
tidak semata-mata diberikan kepada masyarakat sebagai tindakan pragmatis
belaka. Masyarakat diharapkan mampu mencapai kesejahteraannya dengan
membangun sistem kemitraan. Kemitraan dibangun dengan memperhatikan nilai-
nilai situasi dan kondisi yang positif.
Sedemikian pentingnya CSR perlu diwujudkan dalam sustaineble
development, tidak terbatas sebagai kegiatan suka rela perusahaan. Tanggung
jawab sosial perusahaan yang menyangkut entitas secara luas menjadi kewajiban
perusahaan. Dilegalkan melalui konstitusi, berdasarkan Undang-undang (UU) No. 8 ibid. hlm 104
4
40 Tahun 2008 tentang Perseoran Terbatas (PT) telah ditetapkan “Perseroan yang
menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya
alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan “.9
Salah satu perusahaan yang bersentuhan dengan aspek lingkungan dan
sosial adalah perusahaan Air Minum Dagang Dalam Kemasan (AMDK). Salah
satu perusahaan AMDK tersebut bernama PT Tirta Investama.
Perusahaan AMDK mengelola Sumber Daya Alam (SDA) untuk
diperdagangkan kepada masyarakat umum. Hal yang menunjukkan komitmen
perusahaan menjaga integritas adalah perusahaan memberikan informasi produksi
kepada publik. PT Tirta Investama mengambil mata air dari pegunungan dengan
menjaga kualitas produknya kepada konsumen. Beberapa kriteria yang diberikan
PT Tirta Investama untuk menjaga kualitas produk adalah mengambil air dari
mata air pegunungan yang keluar dari dalam tanah dengan sendirinya, bukan
rekayasa tekhnologi atau campur tangan manusia. PT Tirta Investama memilih
mata air yang melewati proses pemurnian dari dalam tanah. Proses pemurnian air
menyerap mineral dan menjaga keseimbangan sebagaimana sumber mata air
asalnya. Air tersebut diharapkan memberi manfaat bagi kesehatan tubuh
konsumen10.
PT Tirta Investama memiliki kriteria memilih mata air pegunungan untuk
dijadikan AMDK. Kriteria tersebut diantaranya adalah debit mata air harus sesuai
9 Mentri Hukum Dan Hak Asasi Manusia. Undang-Undang Repubik Indonesia Nomor 4o Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas. Jakarta: Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 106. Pasal 74 ayat 1. 10 http://www.PT Tirta Investama.com/kebaikanalam/hadiahberharga 29 September 2010
5
dengan kebutuhan para metrik berupa kalsium dan magnesium yang harus sesuai
dengan standar SNI, data para metrik mikro biologi menunjukkan tidak adanya
bakteri, pertimbangan polutan sumber mata air, stabiltas parameter fisik yaitu
pemantauan jangka panjang pada periode tahunan berkenaan terjadinya perubahan
pada mata air, stabilitas para meter kimia yaitu adanya perubahan-perubahan para
meter kimia pada periode tahunan, ketersediaan infra struktur yang mendukung
produksi perusahaan tanpa mengganggu stabilitas lingkungan sekitar mata air dan
PT Tirta Investama mempertimbangkan kesinambungan mata air dan jumlah debit
yang dihasilkan11.
Proses produksi PT Tirta Investama melewati tahapan yang tidak mudah
membutuhkan banyak tenaga, waktu dan biaya untuk menjaga daya jual pasar.
PT Tirta Investama memiliki komitmen menjaga citra kepada konsumen dan
publik. Tentu hal ini memiliki konsekuensi positif bagi pemasaran maupun CSR.
PT Tirta Investama memaksimalkan manfaat positif bagi stakeholder.
PT Tirta Investama sebagai perusahaan memiliki track record sukses. PT
Tirta Investama sebagai pelopor AMDK menjadi produsen terbesar di Indonesia.
Di Indonesia, PT Tirta Investama menguasai 80 persen penjualan AMDK dalam
kemasan galon. “ Sedangkan untuk keseluruhan market share AMDK di
Indonesia, PT Tirta Investama menguasai 50% pasar. Saat ini PT Tirta Investama
memiliki 14 pabrik yang tersebar di Jawa dan Sumatra. “. PT Tirta Investama
memiliki 10 sumber mata air diantaranya Berastagi (Sumatra Utara), Lampung
(Jabung dan Umbul Cancau), Mekarsari, Sukabumi (Kubang), Subang 11 http://www.PT Tirta Investama.com/kebaikanalam/mataairterpilih 29 September 2010
6
(Cipondoh), Wonosobo (Mangli), Klaten (Sigedang), Pandaan (Jawa Timur),
Kebon Candi (Jawa Timur), Mambal (Bali) dan Menado (Airmadidi). Bahkan
pangsa pasar PT Tirta Investama telah meliputi Singapura, Malaysia, Fiji,
Australia, Timur Tengah dan Afrika12.
Salah satu operasi perusahaan PT Tirta Investama berada di Kabupaten
Pasuruan. Di Kabupaten Pasuruan, PT Tirta Investama turut menempatkan pabrik
di Kecamatan Pandaan berada di dusun Jatianom, Desa Karang Jati.
Operasi perusahaan tidak jauh dari pemukiman warga. Keberadaan
perusahaan tidak lepas dari entitas sosial dan lingkungan. Berdasarkan geografi,
Pandaan berada di kaki Gunung Penanggungan, berjarak 30 km sebelah barat dari
ibu kota Kabupaten Pasuruan. Luas Kecamata Pandaan 4.327 Ha dengan
ketinggian 300 m diatas permukaan air laut dan suhu rata-rata 27’ C13.
Hal pertama yang menarik keberadaan PT Tirta Investama di Pandaan
adalah PT Tirta Investama berdampingan dengan masyarakat. PT Tirta Investama
sebagai AMDK mengelola sumber mata air yang berada disekitar pemukiman
warga. Keberadaan warga di sekitar mata air dan keberadaan PT Tirta Investama
memiliki kepentingan yang berbeda. PT Tirta Investama hadir di Pandan untuk
berbisnis, perusahaan mengeksploitasi air dalam jumlah yang besar. Sedangkan
masyarakat sebagai penduduk yang telah lama tinggal menggunakan air untuk
kebutuhan.
12 http://www.forplid.net/artikel/41-PT Tirta Investama-dan-kejahatan-konspirasi-.html 29 September 2010 13 http://visitpandaan.com/pandaan-adalah/ 29 September 2010
7
Air dipahami sebagai kebutuhan yang sangat vital dan menyangkut hajat
kehidupan masyarakat luas. Keberadaan masyarakat dan perusahaan merupakan
kesenjangan dua pihak. Hubungan keduanya membutuhkan sinergi yang saling
menguntungkan. Masyarakat sebagai pihak yang dipayungi yuridhis tidak boleh
dikorbankan oleh kepentingan sebagian pihak.
Keberadaan PT Tirta Investama di tengah-tengah masyarakat memiliki
tanggung jawab sosial secara sungguh-sungguh kepada masyarakat luas, bukan
sekedar aksi filantropi dan charity. Harmonisasi perusahaan dan masyarakat
mendorong pertanyaan sinergi keduannya.
Hal kedua yang menarik, PT Tirta Investama pada skala nasional
mengeluarkan dana sebesar 12 milyar pada tahun 2010. Dana tersebut
diperuntukkan program WASH (Water Access, Sanitation, Hygiene Program).
Program ini bertujuan meningkatkan kesejahteraan di lingkungan masyarakat pra-
sejahtera. Bentuk WASH diantaranya komitmen memberikan solusi penyediaan
air bersih di Indonesia. Program WASH disebut satu untuk sepuluh. Pelaksanaan
program ini berada di Nusa Tenggara Timur (NTT). Pada tahun 2009, PT Tirta
Investama melaksanakan 41 kegiatan. Adapun bentuk 41 kegiatan tersebut berupa
pendidikan lingkungan dan konservasi daerah aliran sungai (DAS) yang berada di
12 lokasi pabrik di seluruh Indonesia14.
14 http://www.waspada.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=76725:danone-PT Tirta Investama-sediakan-dana-rp12-m-untuk-program-csr&catid=13&Itemid=26 29 September 2010
8
Disisi yang berbeda melalui Forum Wartawan Kementerian Perdagangan
(FORWARD) di Bandung pada 12-13 Februari 2011 menyatakan PT Tirta
Investama telah melakukan CSR di Pandaan. Di desa Karang Jati, Tim CSR
Danone PT Tirta Investama bekerjasama dengan LSM mengelola sampah plastik
menjadi kerajinan dan mengelola sampah organik menjadi kompos. Bahkan PT
Tirta Investama bekerjasama dengan Usaha Kecil Menengah (UKM) Pasuruan
untuk mengembangkan Koperasi bernama “Akar Daun”. Tujuan koperasi ini
adalah mendorong transformasi sosial ekonomi secara keberlanjutan dan
kemandirian bagi kelompok kerja.15
Bentuk CSR lainnya di Dusun Jatianom adalah partisipasi PT Tirta
Investama bersama dengan masyarakat dalam pembangunan Masjid Sabilus
Sajiidiin. Bahkan ditambahkan informasi oleh anggota BPD, PT Tirta Investama
memberikan bantuan sarana prasarana air bersih. Selain itu diberikan bantuan
pengaspalan 600 x 4 meter, perbaikan sarana air untuk mendorong kebersihan dan
kesehatan lingkungan, memberikan sumber air dengan dilengkapi saluran air ke
rumah penduduk dan memberikan lapangan kerja bagi masyarakat sekitar16.
Pelaksanaan CSR pada skala nasional tidak lepas dari eksploitasi di Dusun
Jatianom. CSR pada aspek yang luas memiliki etika memperhatikan kondisi sosial
ekonomi pada lingkungan lokal. Terlebih, perusahaan ini telah mendirikan
pabriknya di Dusun Jatiano sejak tahun 1984.
15 http://www.beritajatim.com/detailnews.php/1/Ekonomi/2011-02-15/92834/Inilah_Pemberdayaan_Masyarakat_lewat_CSR_ala_PT Tirta Investama 15 Februari 2011 16 http://bataviase.co.id/node/506395 24 Desember 2010
9
Fenomena tersebut mengundang pertanyaan upaya maksimal perusahaan
memberikan dampak positif ditingkat Dusun Jatianom, sebelum memberi dampak
positif ke tingkat nasional. Apakah bentuk CSR yang diberikan perusahaan
kepada masyarakat Dusun Jatianom telah cukup medorong keseimbangan
kemajuan masyarakat dan perusahaan! Bila dibandingkan besarnya CSR PT Tirta
Investama di NTT.
Hal ketiga yang menarik adalah pelaksanaan CSR PT Tirta Investama
telah disambut Wakil Bupati Pasuruan Eddy Paripurna sebagai harmonis antara
pemerintah, swasta dan masyarakat pada tahun 201017.
Pelaksanaan CSR diatur dalam Peraturan Daerah (perda) Jawa Timur No.4
Tahun 2011 tentang Tanggung Jawab Sosial Perusahaan. Regulasi CSR
berdasarkan Pada pasal 6 ayat 1 disebutkan bahwa ruang lingkup Tangung Jawab
Sosial Perusahaan (TSP) mencakup biaya pembiayaan yang berbasiskan
kerakyatan yang selaras dengan program-program pemerintah daerah.
Pada pasal 15 memiliki substansi beberapa perusahaan dapat membentuk
forum pelaksana TSP. Forum yang dibentuk oleh perusahaan tersebut harus
dilaporkan kepada pemerintah daerah. Dan pemerintah daerah dapat memfasilitasi
terbentuknya forum tersebut.
Pada pasal 16 memiliki substansi pemerintah daerah menyampaikan
program sekala prioritas kepada forum TSP sebagai program pelaksanaan TSP.
Selanjutnya forum memiliki kewajiban melaporkan perencaaan, pelaksanaan dan
17 http://bataviase.co.id/node/506395 24 Desember 2010
10
evaluasi pelaksanaan masing-masing anggota TSP kepada pemerintah daerah.
Selanjutnya pemerintah provinsi melaporkan pelaksanaan TSP kepada DPRD.18
Kualitas program CSR PT Tirta Investama menarik untuk diuji.
Perusahaan mampu menyelenggarakan kegiatan positif sebelum pemerintah
membuat kebijakan.
1.2 Fokus Penelitian
a) Sejauh mana pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan PT Tirta
Investama di Dusun Jatianom, Desa Karang Jati, Kecamatan Pandaan,
Kabupaten Pasuruan dilaksanakan?
b) Bagaimana implementasi tanggung jawab sosial perusahaan PT Tirta
Investama di Dusun Jatianom, Desa Karang Jati, Kecamatan Pandaan,
Kabupaten Pasuruan?
1.3 Tujuan Penulisan
a) Mengetahui pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan PT Tirta
Investama di Dusun Jatianom, Desa Karang Jati, Kecamatan Pandaan,
Kabupaten Pasuruan.
b) Mengetahui kualitas tanggung jawab sosial perusahaan PT Tirta Investama
di Dusun Jatianom, Desa Karang Jati, Kecamatan Pandaan, Kabupaten
Pasuruan.
18 Pemerintah Provinsi Jawa Timur. 2011. Peraturan Daerah Jawa Timur Nomor Tahun 2011 Tentang Tanggung Jawab Sosial Perusahaan. Surabaya.
11
1.4 Manfaat Penulisan
Keberadaan kasus yang telah ditetapkan variabelnya berdasarkan kajian
penelitian ini, diharapkan mampu memberikan manfaat akademis maupun praktis.
Adapun manfaat tersebut :
1.4.1 Manfaat Teoritis
Pertama, penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan kajian
Ilmu Politik. Dengan demikian kajian Ilmu Politik mampun mengkaji lebih jauh
fenomena sosial secara komprehensif.
Kedua, Terkait penelitian ini diharapkan kajian teori CSR mampu
berkembang lebih jauh. Perkembangan penelitian ini diharapkan mampu
memberikan inovasi konsep CSR. Perbaikan konsep CSR memberikan kasanah
kekayaan dan penyempurnaan kajian akademik.
1.4.2 Manfaat Praktis
Pertama, kepada perusahaan PT Tirta Investama. Keberadaan penelitian
PT Tirta Investama di Kecamatan Pandaan, Kabupaten Pasuruan ini diharapakan
mampu hadir sebagai pertimbangan kebijakan perusahaan dalam melaksanakan
tanggung jawab sosial, serta mampu melaksanakan tanggung jawab sosial secara
akurat
Kedua, kepada masyarakat khususnya masyarakat Dusun Jatianom
diharapkan turut memberikan informasi dan wawasan. Terlebih masyarakat adalah
pemangku kepentingan yang berada dekat dengan perusahaan. Masyarakat
12
memiliki potensi dampak yang besar dengan keberadaan perusahaan. Masyarakat
diharapkan mampu bersikap kritis demi kelangsungan hidupnya, lingkungan dan
investasi jangka panjang. Masyarakat terdidik dan kritis merupakan salah satu
keseimbangan telaksananya sinergi kepentingan yang adil, seimbang dan tidak
terdominasi.
Ketiga, kepada pemerintah. Penelitian diharapkan sebagai pertimbangan
pembangunan. Sebagaimana konstitusi ditetapkan, keberadaan penelitian ini
diharapkan mampu memberikan kebijakan yang berpihak kepada rakyat dan
pemerintah melaksanakan eksekusi kebijakan dengan tepat sasaran. Pertimbangan
yang dilaksanakan tidak lepas dari kajian yang komprehensif.
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Dasar Pemerintahan Yang Baik
2.1.1 Pemangku Kepentingan
Pembangunan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang bersinergi
membutuhkan keterlibatan para pemangku kepentingan terlibat dalam setiap
kebijakan. Tidak terdapat dominasi kelompok tertentu yang menguasai kebijakan.
Pencapaian harapan tersebut tidak lepas dari peran negara sebagai penyelenggara.
Negara merupakan pihak utama yang memiliki wewenang menjalankan
administrasi. Kelompok kepentingan yang bersinggungan dengan kebijakan, harus
berinteraksi dengan negara.
Negara sebagai pihak yang terepresentasi dari birokrasi dan apratur
pemerintahan memiliki peran yang sangat penting. Negara sebagai pihak yang
berwenang menjalankan administrasi memiliki dampak yang erat terhadap
kebijakan dan pembangunan. Suatu pembangunan atau kebijakan memiliki tolok
ukur kualitas dan kuantitas yang memadai. Kebijakan dan pembangunan tidak
dapat terlaksana menyentuh substansi bila tidak mendapatkan dukungan atas
objek kebijakan tersebut. Terlebih substansi kebijakan tersebut tidak
merepresesntasikan permasalahan yang ada dilapangan.
Harapan terciptanya pembangunan seperti yang telah disebutkan adalah
terdapat upaya peningkatan kinerja administrasi pemerintah. Pemerintah harus
14
mampu menyuguhkan konsep dan mekanisme yang mensinergikan para
pemangku kepentingan terlibat dalam kebijakan. Kebijakan merupakan hasil dari
substansi permasalahan yang ada di lapangan. Pihak-pihak yang terlibat terjamin
haknya untuk menyampaikan aspirasi. Kebijakan memiliki kualitas; tidak
merugikan pihak tertentu.
Disinilah pemerintah atau negara berperan sebagai pemrakarsa
pembangunan yang siap terbuka menjamin hak pemangku kepentingan. Negara
menghadirkan dirinya bukan sebagai pihak yang lebih tinggi, tetapi negara
bersama pemangku kepentingan memiliki persamamaan untuk mencapai
pembangunan yang berkelanjutan.
2.1.2 Pemerintah Dan Masyarakat
Paradigma teori good governance merupakan trobosan bagi penyelenggara
pemerintahan dimana pelaksanaan tersebut menyangkut kebijakan. Menyangkut
permasalahan kebijakan, terdapat elemen yang turut memiliki dampak ataupun
mempengaruhi kebijakan. Kebijakan tersebut dapat menempatkan pihak tersebut
sebagai subjek ataupun sebagai objek kebijakan. Disinilah masyarakat sebagai
elemen penting bagi kebijakan. Masyarakat dapat menjadi kelompok kepentingan
maupun kelompok penekan.
Berdasarkan konsep kebijakan terdapat proses penyusunan agenda,
formulasi dan legitimasi kebijakan, implementasi kebijakan, evaluasi terhadap
15
implementasi kinerja dan dampak kebijakan dan proses kebijakan baru19. Proses
kebijakan tersebut menunjukkan adaya siklus dalam kebijakan. Kebijakan tidak
terbatas ketetapan pemerintah yang besifat top down dan tidak memiliki imbal
balik terhadap penyelenggara kebijakan. Kebijakan merupakan merupakan
identifikasi permasalahan. Sebuah permasalahan tersebut dibahas untuk dicari
solusi dari beragam solusi. Setelah permasalahan tersebut melewati formulasi dan
medapatkan dukugan dan solusi, alternatif tersebut diimplementasikan kepada
sasaran berupa kebijakan. Kebijakan tersebut merupakan ketetapan yang
mengikat.
Kebijakan tersebut diimplementasikan dalam bentuk kinerja. Sebagaimana
tujuan kebijakan tersebut dirumuskan sejak awal, pelaksanaan kebijakan
mendapatkan analisis. Pelaksanaan kebijakan ditinjau kembali untuk dinilai
sebuah kebijakan telah tepat sasaran. Kebijakan dirumuskan untuk tujuan yang
efektif. Hasil penilaian tersebut berupa evaluasi, kembali harus diuji. Selanjutnya,
kemunculan alternatif baru memiliki peluang apabila terdapat kondisi lapangan
yang mengharuskan; yaitu terdapat kebijakan baru. Kebijakan pun dapat berakhir
tanpa adanya kebijakan baru apabila suatu kebijkan telah tepat sasaran dan dinilai
tidak terdapat pihak yang dirugikan.
Kebijakan ini tidak lepas dari adanya kerangka analisis. Sebagaimana
digagas oleh Gordon bahwa analisis kebijakan dibagi : analisis determinasi
kebijakan, analisis isi kebijakan, monitoring dan evaluasi kebijakan, advokasi
19 Ripley, Randal B. 1985. Policy Analysis in Political Science. Nelson-Hall Publisher, Chicago, Chapter 1-4. Hlm 49.
16
kebijakan dan informasi untuk kebijakan20. Determinasi kebijakan harus
menyangkut deskripsi masalah. Permasalahan harus teridentifikasi dan
mendapatkan substansi. Seorang analisis kebijakan pun harus mempertanyakan
siapa pihak yang memiliki kepentingan, untuk siapakah kebijakan tersebut
diimplementasikan, oleh siapa sajakah kelompok kepentingan dan penekan yang
berperan, kapan dan mengapa, bagaimana kebijakan dilaksanakan. Sebelum
mengambil alternatif maupun tindakan harus terdapat gambaran yang jelas.
Analisis isi kebijakan menyangkut alternatif yang direkomendasikan atas
pertimbangan evaluasi kebijakan sebelumnya, adanya nilai-nilai yang menjadi
permasalahan, adanya kerangka analisis atas teori dimana hal ini dilakukan oleh
kalangan akademisi, terdapat kritik oleh pihak tertentu. Alterntif kebijakan yang
diberikan mencakup deskripsi secara menyeluruh. Alernatif-alternatif yang
diberikan dapat berupa rekomendasi setelah diuji sebagai pilihan relevan dalam
sebuah kasus. Peran kelompok kepentingan dan penekan yang terlibat semakin
besar ketika tahapan kebijakan telah mencapai proses ini Hal ini disebabkan
perjuangan kepentingan akan segera diproses untuk dimplementasikan.
Monitoring dan evaluasi kebijakan merupakan analisis kinerja kebijakan
dengan mempertimbangkan substansi kinerja dan mencapai target yang
dirumuskan dan mengetahui dampak yang dihasilkan. Keberadaan cost and
benefit merupakan pertimbangan yang tinggi atas dilaksanakannya suatu
kebijakan. Analisis kebijakan pada tahap ini cenderung melibatkan pemeritah,
20 Gordon, I., J. Lewis dan K. Young. 1977. Perspektives on Policy Analysis Dalam Wayne Parson (ed).2005. Public Policy: Pengantar Teori dan Praktik Analisis Kebijakan diterjemahkan oleh Tri Wibowo Budi Santoso. Jakarta: Kencana Prenada Media group. Hlm. 57
17
akan tetapi terdapat peluang bagi pemangku kepentingan untuk mengetahui dan
mempersiapkan strategi untuk proses kebijakan selanjutnya. Hal ini dipengaruhi
oleh proses kebijakan terbuka seperti bagan kebijakan Gabriel Almon.
Informasi unuk kebijakan merupakan analisis kebijakan untuk
memberikan informasi kebijakan kepada pemangku kepentingan, maupun pihak-
pihak yang tertarik terlibat dalam suatu kebijakan. Informasi yang diberikan dapat
berupa hasil penelitian. Terdapat imbal balik pelaksaan kebijakan melibatkan non
government. Disinilah menunjukkan kebijakan bukan bersifat top down.
Kebijakan melibatkan masyarakat sebagai pihak yang tertarik.
Analisis kebijakan selajutnya adalah advokasi kebijakan. Merupakan
bentuk perjuangan kepentingan oleh pemerintah maupun non pemerintah untuk
mempengaruhi kebjakan selanjutnya. Pengaruh tersebut dapat berupa hasil
penelitian maupun kegiatan lainnya yang melegitmasi.
Analisis kebijakan menunjukkan suatu kebijakan yang diimplementasikan
kepada masyarakat luas meruapakan suatu hal yang urgent. Disini masyarakat
adalah pihak yang dapat memunculkan permasalahan, maupun menerima bentuk
dan dampak kebijakan. Sesuatu hal yang diterima masyarakat memiliki
konsekuensi. Penempatan masyarakat dalam kebijakan ini merupakan subjek dan
objek kebijakan. Pemerintah bukan aktor tunggal kebijakan. Pemerintah tidak
dapat berdiri sendiri menentukan kebijakan.
Pemerintah dan masyarakat memiliki hubungan ketergantungan untuk
memproduksi kebijakan. Terdapat kesetaraan dalam hubungan mereka.
18
Mempertahankan hubungan untuk menjaga sistem tersebut dibutuhkan kemitraan
yang sehat. Artinya perlunya menjaga transparansi untuk mengidentifikasi
substansi kebijakan. Setiap pihak yang terlibat dalam kebijakan harus mampu
mempertanggung jawabkan peran, tugas dan fungsinya. Dibutuhkan pula
kesepakatan aturan yang menjaga segala pola dan konsekuensi pihak yang terlibat.
Hal ini dimaksudkan untuk mencapai pembangunan berkelanjutan.
2.1.3 Swasta
Swasta sebagai pihak yang berorientasi kepada pasar memiliki andil peran
yang penting. Pemerintah sebagai penyelenggara kesejahteraan tidak lepas
bermitra dengan swasta. Bahkan keberadaan swasta dalam kondisi tertentu dapat
terselenggara mandiri tanpa harus diintervensi oleh pemerintah.
“ Satu unsur stakeholder lain yang penting dan disorot peran sertanya dalam mewujudkan good governance adalah sektor swasta. Dalam good governance, sektor swasta adalah kelompok yang sama pentingnya dengan pemerintah maupun civil society “21.
Pergeseran perspektif kebijakan ini perlu dipahami; swasta adalah bagian
dari masyarakat yang turut memiliki kepentingan terhadap produk kebijakan. Dan
swasta adalah pihak yang mampu bermitra dengan pemerintah.
Keberadaan swasta dalam kebijakan merupakan pihak yang tidak dapat
diabaikan. Kebijakan pemerintah dalam hal alokasi distribusi kebijakan dan
kesejahteraan turut bersentuhan dengan peran swasta. Hal ini berkaitan erat
21 Sumarto, Hetifah Sj., 2003. Inovasi, Participatory dan Good Governance: 20 Pemrakarsa Inovatif dan Partisipatif di Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Hlm. 27.
19
dengan peran pemerintah sebagai badan yang menghasilkan kebijakan;
pemerintah tidak menghasilkan suatu bentuk barang atau layanan jasa. Walau pun
terdapat potensi pemerintah mampu menjadi pihak yang memproduksi hal
tersebut.
Kemampuan pemerintah menghasilkan produk kebijakan belum tentu
selaras dengan kemampuan pemerintah melaksanakannya. Terdapatnya
keterbatasan tersebut dapat melibatkan swasta sebagai pelaksana. Swasta dalam
perkembangannya mampu mendampingi masyarakat dalam kebijakan pemerintah.
Implementasi kebijakan dapat pula menempatkan swasta memberikan layanan
jasa maupun produksi barang dan jasa kepada masyarakat. Pemerintah pada posisi
ini sebagai pengawas dan mengontrol.
“ Penyediaan layanan kesejahteraan dapat dianggap sebagai campuran komplek dari kontribusi-kontribusi dari empat sumber: pemerintah, pasar, organisasi sukarela, dan rumah tangga individu “22.
Dalam perkembangannya, keberadaan swasta dianggap semakin penting
dalam pemenuhan kesejahteraan masyarakat. Bahkan peran pemerintah dapat
diambil alih oleh swasta. Swasta kembali memenuhi kebutuhan masyarakat.
Kebijakan publik muncul dari kepentingan-kepentingan dan polemik.
Polemik yang terjadi di ruang publik memasuki proses kebijakan untuk
menyelesaikan polemik yang ada. Permasalahan tersebut tidak seutuhnya
22 Self, P. 1993. Government by The Market: The Politic of Public Choice. London: Miacmilan. Hlm. 121.
20
diselesaikan melalui intervensi pemerintah. Keberadaan organisasi non
pemerintah maupun masyarakat mampu melakukan advokasi.
Hal yang menarik dalam pemenuhan kebutuhan, tanpa adanya intervensi
pemerintah adalah terjadinya interaksi antara individu dan kelompok. Interaksi
tersebut dipengaruhi oleh keberadaan nilai suatu barang dan jasa. Disinilah pasar
tercipta di atas hubungan pemenuhan kebutuhan. “ Dengan demikian dapat
dipahami bahwa pasar adalah struktur sosial yang muncul secara spontan “23.
Pasar mampu hadir sebagai tandingan peran pemerintah. Pasar merupakan
representasi dari aktivitas civil society. Akan tetapi perlu ditegaskan kembali
bahwa keberadaan pasar diantara masyarakat tidak dapat lepas dari kebijakan
pemerintah. Kebjakan publik yang mengikat turut mempengaruhi interaksi yang
ada di masyarakat. Pencapaian hasil maksimal dalam pemenuhan kebutuhan
dalam interaksi masyarakat dengan pasar membutuhkan legitimasi kebijakan.
Tidak dapat dipungkiri keberadaan swasta sebagai salah satu pihak yang
mempengaruhi pasar memiliki kepentingan dalam kebijakan. Swasta sebagai
representasi masyarakat harus medapatkan kepastian tetap terjaganya hubungan
yang saling menguntungkan dengan keterlibatan masyarakat dan pemerintah.
2.1.4 Definisi Teori Good Governance
Teori good governance bermunculan berkaitan dengan hubungan antara
pemerintah dan civil society. Teori good governance gencar didiskusikan sebagai
23 Winarno, Budi. 2009. Pertarugan Negara Vs Pasar. Yogyakarta: Media Pressindo. Hlm. 45.
21
salah satu syarat pelaksanaan kebijakan. Teori good governance menjadi syarat
wajib unsur terpenuhinya stakeholder dalam kebijakan publik.
“ Good governance disini diartikan sebagai mekanisme, praktik dan tata
cara pemerintah dan warga mengatur sumber daya serta memecahkan masalah-
masalah publik 24“. Teori good governance memberikan kesempatan kepada
setiap stakeholder berpartisipasi dalam setiap isu maupun kebijakan. Teori
tersebut ditujukan untuk menciptakan pembangunan berkelanjutan yang
mengakomodasi kepentingan dengan komunikaif. Teori good governance
memberikan kesempatan stakeholder berkomunikasi dengan saling menghargai.
Keberadaan forum good governance menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan dalam
rangka menuju kebijakan publik.
Keterlibatan komunitas dalam rangka pembangunan dianggap sebagai hal
yang sangat penting. Keberadaan substansti community development merupakan
penghargaan terhadap pembangunan dan kebijakan. Dibutuhkan partisipasi civil
society untuk melaksanakan. Partisipasi merupakan kunci awal terlaksananya
good governance.
Melalui good governance pemerintah diharapkan mampu memberikan
pelayanan yang maksimal sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Pencapaian
tujuan tersebut dapat terlaksana berdasarkan pihak pemerintah, apabila pemerintah
bersikap terbuka dan siap bersikap setara dengan masyarakat.
24 Sumarto,ibid. hlm 1.
22
Good governance pun memberikan ruang bagi swasta sebagai bagian yang
sangat penting dalam pembangunan untuk terlibat. Hal ini mengingat swasta
memiliki peran andil dalam kemitraan dengan masyarakat dan pemerintah.
Tujuannya untuk mensinergikan kepentingan dan saling mendukung untuk
menciptakan hubungan yang saling menguntungkan. Sebagaimana dijelaskan oeh
Hidayat Nur Wahid “ Ada tiga komponen yang terlibat dalam governance, yaitu
pemerintah, dunia usaha (comercial society) dan masyarakat pada umumnya
(termasuk partai politik)25 “.
Sinergi stakeholder dalam pembangunan berkelanjutan tersebut harus
dilandasi dengan karakteristik atau asas yang menlandasi penyelenggaraan good
governance. Menurut Komite Nasional Kebijakan Governance terdapat asas yang
harus menjadi kepastian dalam Good Public Governance disetiap aspek
pelaksanaan fungsinya yaitu demokrasi, transparansi, akuntabilitas, budaya
hukum dan kesewajaran dan kesetaraan26.
Melalui teori ini pembangunan berkelanjutan dilaksanakan dengan
menjaga kepercayaan stakeholder dalam setiap isu kebijakan. Keterlibatan
stakeholder pun merupakan modal perbaikan pelayanan pemerintah dan
mencegah disorder development.
2.2 Konsep Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
2.2.1 Defisini Konsep Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
25 Komite Nasional Kebijakan Governance. 2008. Public Governance: Proceeeding Diskusi Panel dan Workshop Konsep Pedoman Umum. Jakarta: Penerbit Salemba. Hlm. 38. 26 Ibid, 79.
23
Tanggung jawab sosial perusahaan kepada lingkungan dan masyarakat
menjadi tren dengan hadirnya konsep corporate social responsibility (CSR).
Perusahaan mendapat banyak perhatian oleh banyak kalangan untuk memberikan
kontribusi. Perusahaan sebagai industri dianggap sebagai pihak yang harus
bertanggung jawab dengan keberadaannya. Keberadaan perusahaan yang hadir di
tengan-tengah masyarakat dan lingkungan sering kali memberikan dampak
negatif. Kejayaan perusahaan untuk terus mempertahankan produksi dan industri
memiliki biaya sosial dan ekonomi.
Hingga saat ini tanggung jawab perusahaan belum memiliki standart yang
jelas. Ukuran perusahaan untuk menjaga keseimbangan hubungan dengan
masyarakat dan lingkungan masih bersifat mengambang. Tidaklah mengherankan
bila setiap praktisi dan pakar mendefinisikan tanggung jawab perusahaan dengan
kriteria dan konsep yang berbeda-berda. Didefinisikan Johnson and Johnson “
Corporate Social Responsibility is about how companies manage the business
processes to produce en overall positive impact on society “27. Perusahaan sebagai
pihak yang mengelolah perusahaan harus memberikan dampak positif kepada
masyarakat. Perusahaan tidak terbatas melakukan aktifitas bisnis dan memperoleh
keuntungan pribadi. Perusahaan memiliki hubungan kesatuan dengan masyarakat.
Dampak perusahaan merupakan konsekuensi berdirinya perusahaan.
Perusahaan tidak dapat menutup diri dari keberadaan masyarakat dan lingkungan.
Keberadaan perusahaan harus memberikan keuntungan nilai-nilai sosial maupun
27 Johnson and Johnson.2006 dalam Nor Hadi. 2011. Corporate Social Responsibility. Yogyakarta: Graha Ilmu.hlm. 46
24
nilai-nilai ekonomi. Konsekuensi perusahaan pun dalam proses produksi harus
mampu memberikan produk yang bermanfaat bagi lingkungan dan masyarakat.
Sedangkan menurut Lord Holme dan Richard Watts mendefinisikan :
“ Corporate Social Responsibility is the continuing commitment by business to behave ethtically and contribute to economic development while improving the quality of life of the workforce and their families as well as of the local community and society at large “28.
Argumen yang disampaikan oleh Lord Holme dan Richard Watts
menjelaskan bahwa konsep CSR menunjukkan adanya komitmen atas perusahaan
kepada kepada pekerja, keluarga pekerja, masyarakat sekitar dan masyarakat
secara umum. CSR merupakan komitmen perusahaan untuk turut serta dalam
pembangunan. Hal ini menyangkut sektor sosial dan ekonomi. CSR merupakan
konsekuensi yang harus ditanggung entitas bisnis atas keberadaannya.
Hal yang menarik dari pendapat Lord Holme dan Richard Watts adalah
komitmen entitas bisnis memiliki peran untuk memberikan kesejahteraan ekonomi
dan sosial tidak terbatas kepada karyawan, keluarga karyawan, masyarakat di
sekitar perusahaan dan masyarakat secara luas. Kepentingan suatu golongan
masyarakat dan masyarakat luas kini tidak terbatas tertuju kepada pemerintah, kini
terdapat golongan swasta yang turut memegang peran. Swasta kini memiliki peran
untuk turut berpartisipasi dalam pembangunan dan memperjuangkan
kesejahteraan.
28 Lord Holme and Richard Watts. 2006 dalam Nor Hadi. 2011. Corporate Social Responsibility. Yogyakarta: Graha Ilmu.hlm. 46
25
Komitmen yang diberikan perusahaan kepada masyarakat luas tersebut
bersifat berkelanjutan. Perusahaan dalam melaksanakan kewajibannya tidak
terbatas aksi pengabdian atau sebagai kewajiban saja. Kegiatan-kegitan yang
hanya bersifat prosedural merupakan langkah-langkah yang belum menyentuh
substansi CSR. Bentuk-bentuk komitmen perusahaan dengan aksi community
development, charity maupun phiilantropy yang hanya dibebankan kepada pihak
tertentu saja bukan mencerminkan suksesnya pelaksanaan CSR. CSR melibatkan
seluruh pemangku kepentingan untuk mengambil keputusan strategis.
Berdasarkan pemahaman Rachman dan kawan-kawan bahwa CSR
memiliki pengertian dasar berdasarkan ISO 26000 sebagai :
“ Responsibility of an organzation or the the impact of its decisions and activities on society and the enviorement, thought transparant and ethichal behavior that contributes to sustainable development, health and the walfare of society, takes into accounts the expectations of stakeholders; is in compliance with applicble law and consistant with international norms of behavior; an is integrated throught the organitation and practiced in its relationship “29.
Tanggung jawab perusahaan turut terlibat dalam aspek sosial dan
lingkungan. Pelaksanaannya mendorong transparansi, menjaga etika untuk
berkelanjuan mendorong pembangunan dalam bidang kesejahterakan masyarakat,
keterlibatkan para pemangku kepentingan dalam pengambilan keputusan,
mendorong kepastian hukum dan tetap menjalankan norma-norma yang berlaku
dalam hukum internasional. Hal ini penting dalam menjaga integrasi perusahaan
dan menjaga relasi pihak yang terlibat.
29 Rachman, Nurdizal M., Asep Efendi dan Emir Wicanasana, Lock. Cit. hlm. 17
26
Pelaksanaan komitmen merupakan tanggung jawab setiap pihak yang
terlibat dalam proses produksi maupun pihak-pihak yang memiliki andil dalam
pembangunan. Komitmen perusahaan untuk menjalankan CSR pun harus
melibatkan karyawan, pimpinan perusahaan, pemerintah, konsumen, masyarakat
dan kelompok-kelompok di masyarakat. Hal ini dilakukan berdasarkan alasan
pememenuhan kebutuhan yang telah terjadi dalam proses produksi melibatkan
banyak pihak. Setiap pihak yang terlibat dalam proses produksi tersebut memiiki
peran untuk tetap menjaga hubungan yang sehat untuk memberikan keuntungan
masing-masing pihak. Sinergi kepentingan melalui konsep CSR ini sangat penting
untuk melakukan kontrol masing-masing pihak dan mendorong kemajuan
pemangku kepentingan di level pembangunan.
Integrasi perusahaan pun merupakan faktor yang sangat penting untuk
mempertahankan eksistensinya di tengah-tengah masyarakat. Perusahaan harus
melakukan upaya membangun citra kepercayaan publik. Upaya tersebut dapat
terlaksana dengan transparansi perusahaan. Transparansi perusahaan untuk
menyantumkan bentuk-bentuk kandungan hasil produksi merupakan bentuk-
bentuk upaya perusahaan melakukan perlindungan konsumen. Konsumem turut
memiliki hak mengetahui kandungan barang yang dibeli. Konsumen berhak untuk
mengetahui kualitas barang yang telah dibeli.
Transparansi perusahaan untuk melakukan tanggung jawab sosial kepada
masyarakat dan sinergi dalam pembangunan adalah informasi yang menyangkut
kepentingan publik. Publik berhak mengetahui kontribusi perusahaan kepada
27
masyarakat sekitar dan lingkungan, agar masyarakat dapat melakukan kontrol
terhadap tanggung jawab perusahaan.
Sinergi kepentingan antara perusahaan, masyarakat dan pemerintah
melalui tanggung jawab CSR merupakan suatu etika bagi pihak yang menyangkut
kepentingan masyarakat luas. Melalui etika, perusahaan harus turut memberikan
dampak positif. Tidak terbatas perusahaan yang meraup keuntungan, setiap
pemangku kepentingan harus turut maju secara bersama-sama. Hal ini dilakukan
untuk menghindari kesenjangan sosial. Dan menghambat proses poduksi
perusahaan, pembangunan dan keseimbangan pasar.
Komitmen ini dilakukan dengan berbasiskan pembangunan berkelanjutan.
CSR dilaksanakan selama perusahaan melaksanakan proses produksi. CSR tidak
dilaksanakan hanya sementara. Komitmen mempertanggung jawabkan eksistensi
perusahaan ditengah-tengah masyarakat dan lingkungan, dipertimbangkan dalam
jangka waktu yang lama. Hal ini dilaksanakan melalui regulasi kebijakan dan
program yang melibatkan para pakar untuk melakukan riset.
Pemahaman CSR ini pada dasarnya merupakan konsep yang digagas oleh
John Elikington dengan konsep triple bottom line. Konsep tersebut menempatkan
tiga varian utama sebagai analisa; yaitu melibatkan ekonomi profit, sosial people
dan lingkungan planet30. Ketiga elemen ini memiliki keterkaitan dalam
pemabangunan berkelanjutan. Pelaksanaan CSR pun melibatkan ketiga varian ini
sebagai pemangku kepentingan utama. Ketiga pemangku kepentingan tersebut
30 John Elkington. 1998 dalam Nor Hadi. 2011. Corporate Social Responsibility. Yogyakarta: Graha Ilmu.hlm. 12.
28
merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Setiap pemangku
kepentingan memiliki kepentingan untuk saling menunjang dan memberikan
dampak positif.
Adapun definisi lainnya yang dikemukakan oleh Lingkar Studi CSR
Indonesia “ Upaya sungguh-sungguh dari entitas bisnis untuk meminimalisir
dampak negatif dan memaksimalkan dampak positif operasinya terhadap seluruh
pemangku kepentingan dalam ranah ekonomi, sosial dan lingkungan agar
mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan “31.
2.2.2 Prinsip Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
CSR merupakan moral kepada stakeholder. Perusahaan memiliki
kesadaran memberikan kontribusi kepada lingkungan dan masyarakat sekitar. Pola
kontribusi perusahaan harus memiliki standar yang jelas. Terdapat ciri-ciri umum
perusahaan dapat diidentifikasi dalam melakukan kontribusi.
Terdapat prinsip-prinsip utama yang menjadi kriteria moral perusahaan.
Disampaikan oleh Alyson Warhurst bahwa terdapat prinsip-prinsip CSR : prioritas
korporat, manajemen terpadu, proses perbaikan, pendidikan karyawan,
pengkajian, produk dan jasa, informasi publik, fasilitas dan operasi, peneliti,
prinsip pencegahan, kontraktor dan pemasok, siaga menghadapi darurat, transfer
best practice, memberi sumbangan, keterbukaan, pencapaian dan pelaporan32.
31 Lingkar Studi Indonesia dalam Rachman, Nurdizal M., Asep Efendi dan Emir Wicanasana. Loc. Cit. Hlm. 15. 32 Warhurst, Alyson. 1998 dalam Nor Hadi. Lock. Cit. hlm. 63-65.
29
Prioritas Korporat, dipahami adanya tanggung jawab perusahaan sebagai
pihak yang hadir di tengah-tengah masyarakat. Perusahaan memiliki kesadaran
memperhatikan keberadaannya. Pemahaman ini mendorong perusahaan untuk
produksi yang ramah lingkungan dan memprioritaskan tanggung jawab sosial
sebagai hal utama. Perusahaan dalam menjalankan operasinya tidak merugikan
pihak tertentu. Bahkan cenderung memberikan hal positif.
Manajemen terpadu, sebagai perusahaan yang profesional, memiliki visi
dan missi, integritas dan kredibilitas; perusahaan harus mampu mengelola
program, kebijakan dan praktik isu dan aturan ke dalam kegiatan bisnis dan semua
lini manajemen. Adanya aturan dan norma-norma yang berlaku sebagai etika tidak
sebatas sebagai prosedur. Keberadaannya harus mampu dilaksanakan sebagai
regulasi. Melalui regulasi yang disiplin diketahui semua pihak yang terlibat
dengan tanggung jawab masing-masing. Dan setiap pihak pun mengetahui peran
dan aturan main yang jelas.
Proses kebaikan, melakukan kinerja berkesinambungan untuk
memperbaiki program, kebijakan dan keberadaan kondisi sosial yang ada.
Perbaikan dilakukan melalui riset. Riset dilakukan untuk mengetahui kebutuhan
yang berdara di lapangan, serta mengetahui substansi permasalahan.
Prinsip ini perlu dilakukan agar keberadaan perusahaan tidak terbatas pada
kondisi stagnan. Tidak berkembangnya situasi dan kondisi memiliki implikasi
perubahan positif. Disisi yang berbeda situasi dan kondisi di lapangan selalu
30
berubah-ubah. Peran perusahaan untuk tetap eksis dan mengetahui kondisi
lapangan dapat dilakukan melalui penelitian.
Pelaksanaan kegiatan ini tampaknya menyibukkan perusahaan untuk
mengurusi kontribusi yang diberikan kepada masyarakat, dibandingkan perolehan
profit. Hal ini tidak seutuhnya terkesan negatif, bila diperhitungkan dengan
untung dan rugi. Terdapat investasi sosial yang harus dipertimbangkan melalui
aktifitas ini. Alasan keuntungan investasi sosial adalah setiap pelaksanaan
kegiatan dan kebijakan CSR tidak lepas dari para stakeholder. Para pemangku
kepentingan mensinergikan kepentingan.
Melalui kegiatan ini semua pemangku kepentingan akan diuntungkan. Hal
ini harus dipahami bahwa penyelenggara kegiatan tidak terbatas oleh perusahaan.
Akan tetapi perusahaan adalah penggerak utama monitoring kondisi yang telah
ada. Perbaikan ini tentu harus melibatkan semua pihak untuk menyampaikan
argumen.
Pendidikan karyawan, upaya pendidikan dan pelatihan kepada karyawan
adalah bagian dari pada pelaksanaan konsep CSR. Pelatihan kepada karyawan
merupakan upaya peningkatan kualitas kepada konsumen dan pola produksi.
Kualitas kepada konsumen merupakan out put yang diberikan perusahaan kepada
masyarakat luas. Perusahaan memberikan produk dan hasil yang dapat diterima
oleh masyarakat. Kesuksesan perusahaan untuk menghasilkan produk yang
diapresiasi masyarakat membutuhkan kerjasama. Kerjasama dengan totalitas
31
membutuhkan kemampuan yang memadai untuk menghasilkan produk yang
maksimal.
Sedangkan pola produksi memiliki peran yang besar dalam proses
produksi. Pola produksi menekankan kepada proses internal perusahaan.
Perusahaan membutuhkan kemampuan tenaga kerja yang berkualitas untuk
meraih keuntungan maksimal. Perusahaan membutuhkan karyawan dan manajer
yang mampu terus berinovasi. Melalui sumber daya yang berkualitas pola
produksi akan berjalan dengan efektif. Perusahaan membutuhkan bahan faktor
produksi, proses produksi dan waktu produksi. Hal ini sangat dipengaruhi oleh
pola produksi. Disinilah pendidikan karyawan merupakan kebutuhan yang sangat
penting.
Proses produksi merupakan kelangsungan perusahaan. Perusahaan hidup
dengan sistem produksi yang melibatkan pasar. Antara permintaan dan penawaran
barang dan jasa ditentukan oleh pasar. Hal yang harus diperhatikan dalam proses
produksi adalah penekanan biaya produksi dan menghasilkan keuntungan yang
maksimal. Keuntungan maksimal tersebut dapat diperoleh melalui proses internal
dan eksternal perushaan. Proses yang melibatkan internal dan eksternal
merupakan sistem yang harus terjaga. Sistem tersebut diantaranya dapat terjaga
dengan menghasilakan produk yang tetap diminati oleh pasar. Kualitas produk
dapat terjaga dengan memaksimalkan pendidikan karyawan. Maka pendidikan
karyawan merupakan bagian dari sistem perusahaan. Keberlangsungan proses
produksi sangat dipengaruhi pendidikan karyawan. Pendidikan karyawan
dilaksanakan selama perusahaan tersebut berproduksi.
32
Kajian merupakan upaya mengetahui dampak lingkungan dan sosial
sebelum atau sesudah proyek perusahaan. Prinsip ini dalam kondisi praktik di
lapangan sangat penting sebagai bentuk tanggung jawab sosial. Pengkajian
sebagai riset dapat dilakukan dengan survei, reseach pendahuluan atau penelitian
lainnya. Satu kondisi lapangan hendaknya dapat diketahui potensi keuntungan,
kerugian dan dampak yang dihasilkan sebelum suatu proyek perusahaan
dilakukan. Prediksi perusahaan merupakan langkah sistematis untuk melakukan
proyek dengan langkah yang diperhitungkan. Keberadaan perusahaan harus
diperhitungkan untuk dapat ramah terhadap lingkungan dan masyarakat. Melalui
prediksi berdasarkan riset yang telah ada, perusahaan dapat mengetahui langkah
yang harus diambil untuk dapat mengantisipasi hal yang tidak diinginkan. Baik
dari segi lingkungan, sosial, budaya, pemerintah dan lain-lain. Prediksi ini
merupakan langkah menuju agenda pembangunan secara bersama. Setelah dapat
diketahui prediksi-prediksi yang ada, perusahaan dapat melakukan dialog dengan
para pemangku kepentingan. Dialog tersebut dimaksudkan untuk melakukan
pembangunan yang berkelanjutan. Keberadaan perusahaan harus mampu
melakukan kordinasi dengan pemangku kepentingan. Bahkan keberadaan
perusahaan harus mampu menjadi pelopor agenda pembangunan.
Seteletah perencanaan dan keputusan dilaksanakan, perusahaan masih
memiliki tanggung jawab evaluasi. Evaluasi adalah upaya peninjauan kembali
atas keberadaan perusahaan dan upaya kontribusi yang telah dilakukan oleh
perusahaan. Evalusi perusahaan menyangkut kondisi sosial dan ekonomi yang ada
di perusahaan. Terlebih suatu perusahaan yang bergerak mengekspoitasi sumber
33
daya alam. Kontribusi yang diberikan perusahaan kepada alam pun harus tetap
diperhatikan. Ekosistem alam yang ada harus tetap terjaga. Keberadaan
perusahaan bukan untuk merusak ekosistem yang ada. Perusahaan justru harus
mampu melestarikan sumber daya alam yang terbatas.
Hal ini menjadikan penting bagi perusahaan melakukan evaluasi. Sebelum
perusahaan melaksanakan aktivitas yang lebih jauh atau meninggalkan area kerja.
Tidaklah etis perusahaan meninggalkan lingkungan yang telah dieksploitasi
sumber dayanya, hingga berakibat terhadap kerusakan lingkungan. Kerusakan
yang terjadi merupakan permasalahan yang komprehensif bagi sarana dan pra
sarana umum, potensi yang dilakukan perusahaan ataupun keberlangsungan
daerah beberapa tahun selanjutnya.
Produk dan Jasa, merupakan kostribusi perusahaan kepada konsumen dan
lingkungan. Produk dan jasa yang dihasilkan perusahaan dapat ramah terhadap
lingkungan. Produk dan jasa tidak lepas dari limbah atau sampah. Keberadaannya
hendaknya dapat ditanggulangi; tidak menjadi permasalahan bagi lingkungan,
tercemarnya alam, rusaknya ekosistem dan permasalahan lainnya.
Produk dan jasa menjadi kebutuhan masyarakat secara luas, sebagai
konsekuensinya terdapat sisa produksi yang tidak dapat dipakai. Permasalahn ini
tentu menjadi bagian tanggung jawab perusahaan. Keberadaan kendaraan
bermotor dapat mencemari udara, keberadaan produk makanan cepat saji
menyisakan sampah plastik; sampah plastik sulit diurai.
34
Informasi publik; upaya memberikan informasi terkait dengan perusahaan,
produk, pendidikan kepada pelanggan, penggunaan produk yang aman demikian
halnya dengan jasa yang diberikan. Informasi kepada publik merupakan kegiatan
untuk memberikan pemahaman kepada konsumen maupun masyarakat secara luas
bahwa suatu produk memiliki kemampuan dalam hak tertentu dan terdapat
batasan dalam hal guna. Hal ini perlu disampaikan dengan tujuan konsumen
mengetahui kegunaan barang dan resiko penggunaan barang. Bahkan perusahaan
harus mampu mendidik konsumen dalam mempergunakan barang dan jasa.
Tujuannya adalah untuk perlindungan konsumen dan mengantisipasi
kemungkinan yang tidak diinginkan.
Kepuasan konsumen merupakan bagian kesuksesan perusahaan.
Perusahaan yang mendapatkan kepercayaan dari konsumen memiliki apresiasi,
agar publik tidak ragu menggunakan produk atau jasa perusahaan. Hal ini cukup
penting untuk meminimalisir potensi konflik.
Fasilitas dan Operasi merupakan prinsip perusahaan untuk
mempergunakan temuan, rancangan dan mengoperasikan temuan yang
mempertimbangkan dampak lingkungan. Perusahaan harus tetap berinovasi untuk
meminimalisir dampak negatif kepada lingkungan dan sosial-ekonomi. Hal ini
dapat dilakukan dengan mengetahui perkembangan tekhnologi dan informasi.
Teknologi dan informasi harus dipergunakan untuk perlindungan setiap pemangku
kepentingan.
35
Perusahaan tidak dapat menganggap sepele keberadaan penggunaan
tekhnologi yang tidak ramah. Beragam dampak dapat menjadi permasalahan bagi
perusahaan itu sendiri. Permasalaan kecil dapat menjadi permasalahn yang besar
bila permasalahn kecil terus bertambah. Bergulirnya waktu menjadikan
perusahaan berhadapan dengan masalah yang mengumpul.
Penelitian adalah pendukung pihak-pihak yang meneliti dampak sosial
bahan baku, produk, proses, emisi dan limbah yang terkait dengan kegiatan usaha.
Perusahaan selalu membutuhkan inovasi untuk menghasilkan beragam hal yang
efektif dan efisien. Perusahaan hadir dengan meminimalisir dampak negatif dan
memaksimalkan dampak positif. Perusahaan menggunakan modal minimal
dengan harapan memperoleh hasil maksimal. Hal inilah yang menjadikan
perusahaan memperoleh keuntungan. Upaya memperoleh keuntungan ini
membutuhkan langkah-langkah penuh pertimbangan. Perusahaan pun
membutuhkan data kekurangan dan kelebihan yang dimiliki.
Kekurangan dan kelebihan yang dimiliki perusahaan tidak dapat
ditanggulangi oleh perusahaan itu sendiri. Sangatlah relevan melibatkan peneliti
ataupun pihak-pihak yang tertarik untuk melakukan penelitian. Penelitian ini
merupakan cek dan kontrol perusahaan. Melalui penelitian yang ada, perusahaan
dapat meningkatkan produksi.
Prinsip pencegahan adalah antisipasi atas proses produksi, hasil produksi,
keberadaan perusahaan di lingkungan dan lain-lain. Pencegahan dilakukan dengan
mempertimbangkan dampak negatif, walau dalam kenyataannya belum tejadi.
36
Pencegahan dilakukan dengan melakukan perbaruan atau memodifikasi sistem
pemasaran, penggunaan produk dan lain-lain.
Tanggung jawab kontraktor dan pemasok perusahaan harus dipegang
teguh. Tidak terbatas perusahaan sendiri yang berhadapan dengan masyarakat
sekitar. Kontraktor dan pemasok dalam aktivitasnya dengan perusahaan harus
mampu memberikan dampak positif. Kesenjangan sosial harus diminimalisir
untuk mempertahankan kondisi yang kondusif. Keberadaan masyarakat harus
disinergikan dengan pihak pemasok atau kontraktor.
Siaga menghadapi darurat dimaksudkan menjaga keselamatan karyawan
dan lingkungan sekitar. Upaya siaga dapat dilakukan melalui kordinasi dengan
pihak-pihak yang berkompeten.
Siaga menghadapi darurat harus ditekankan sebagai kebutuhan dan syarat
operasi perusahaan. Kondisi darurat dapat terjadi secara tiba-tiba, dan
membutuhkan penanganan cepat. Penekanan siaga menghadapi darurat
menyangkut hak vital manusia.
Taransfer Best Practice merupakan kontribusi kepada publik, lembaga
bisnis dan lembaga pemerintahan. Kontribusi yang dilakukan perusahaan kepada
publik dapat dilakukan dengan turut berpartisipasi dalam proses kebijakan
ataupun melakukan gerakan sosial.
Kontribusi perusahaan adalah upaya bersama untuk maju bagi pihak-pihak
yang membutuhkan. Upaya kegiatan ini merupakan bentuk tanggung jawab sosial.
37
Kesadaran perusahaan untuk peduli adalah salah satu etika untuk saling
menolong.
Adapun bentuk-bentuk kegiatan ini adalah memberikan bantuan
pendidikan bagi siswa tidak mampu, memberikan bantuan dana bagi keluarga
tidak mampu dan banyak hal lainnya yang dapat dilakukan. Tujuannya untuk
memberikan bantuan secara nyata. Bantuan dapat digunakan secara langsung oleh
pihak yang bersangkutan.
Memberi sumbangan merupakan usaha bersama dalam rangka
pengembangan kebijakan publik, bisnis, lembaga pemerintah dan lintas
departemen dan lembaga-lembaga pendidikan yang memberikan bimbingan dan
pelatihan. Melalui kegiatan ini akan meningkatkan kesadaran tanggung jawab dan
memunculkan program yang berbasis pada kepentingan masyarakat.
Perusahaan sebagai pihak yang terlibat dalam kegiatan ini ditekankan
untuk mampu hadir sebagai pihak yang menseponsori. Bahkan perusahaan akan
lebih baik bila menjadi pelopor. Keberadaan perusahaan merupakan pihak yang
penting hadir di tengah-tengah masyarakat. Perusahaan pun harus mampu
bersinergi dalam proses kebijakan.
Keterbukaan, hal yang sangat penting dalam berdialog. Perusahaan dalam
menjalin hubungan harus mampu berdialog terkait dengan keberadaan
perusahaan. Perusahaan pun harus siap berhadapan dengan pihak mana pun yang
merasa terganggu dengan keberadaan perusahaan dan keluhan-keluhan lainnya.
38
Adapun pihak-pihak yang perlu diajak dialog secara berskala adalah
pekerja dan publik. Keberadaannya merupakan bagian yang berperan penting bagi
perusahaan. Pekerja mewakili internal perusahaan atas keluhan dalam proses
produksi. Sedangkan publik adalah pihak yang bersentuhan dengan keberadaan
perusahaan.
Pencapaian dan pelaporan, melakukan evaluasi kinerja yang telah
dilakukan secara keseluruhan. Melakukan pengkajian sebagaimana target yang
telah ditetapkan perusahaan dan mengevaluasi antara harapan pemangku
kepentingan dengan kegiatan yang telah dilakukan. Dan melakukan analisis sesuai
konstitusi yang berlaku.
Pihak yang berhak mengetahui laporan tersebut diantaranya pemegang
saham, dewan direksi, pekerja dan publik. Hal ini penting agar pemangku
kepentingan mengetahui kondisi yang dihadapi perusahaan. Kegiatan yang telah
dilakukan menjadi koreksi bersama. Tujuannya untuk menumbuhkan kesadaran
dan partisipasi.
Melalui prinsip-prinsip ini perusahaan tidak terbatas sebagai golongan
yang mengekspolitasi dan mencari keuntungan. Perusahaan pun memiliki
tanggung jawab kepada lingkungan, pemerintah dan masyarakat.
2.2.3 Sejarah Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
Pada era klasik, CSR bukanlah hal baru bagi peradapan manusia. CSR
secara tidak langsung hadir searah dengan etika, sejak manusia mengenal hidup
39
bersama dan mengenal perdagangan. Etika diakui masyarakat melalui norma yang
berlaku secara formal maupun secara tidak formal.
Sekitar tahun 1700 BC Raja Hammurabi dari bangsa Mesopotamia telah
menetapkan kebijakan terhadap pelaksanaan perdagangan kayu perhutanan. Pada
massa tersebut terjadi penebangan secara besar-besaran. Eksploitasi lahan secara
besar-besaran mengakibatkan erosi dan pencemaran udara. Dalam undang-undang
ditetapkan bahwa pelaku bisnis dan petani kayu di wilayah perhutanan harus
mampu memberdayakan masyarakat sekitar dan ramah terhadap lingkungan. Bila
pelaku bisnis tidak melaksanakan kegiatan tersebut mendapatkan sangsi penjara
hingga hukuman mati.
Berkembang pada era 1920-an, perdebatan konsep tanggung jawab kepada
lingkungan dan sosial menjadi perhatian banyak kalangan. Kemunculan
industrialisasi memiliki konsekuensi kerusakan lingkungan dan dampak sosial.
Sebagai contohnya meningkatnya kriminalitas. Pada era ini para pelaku bisnis
mulai mengunakan l keuntungannya untuk aksi-aksi bersifat filantropi.
Kegiatan tanggung jawab sosial turut didukung oleh Dekan Sekolah Bisnis
Harvard; Wallace B. Donham. Menurut Donham, kaum pebisnis memulai pola
baru. Pada era sebelumnya bisnis tidak peduli dengan tanggung jawab sosial,
meskipun lingkungan sosial mengharapkan tanggung jawab dari pelaku bisnis33.
Era 1960-1970 diwarnai dengan buku silent sprint oleh Rachel Carson.
Buku tersebut menarik perhatian publik untuk melihat dampak industri terhadap
33 Hadi, Nor.dkk. Lock. Cit. hlm. 21-23.
40
lingkungan. Isu buku tersebut bertambah keras dengan kemunculan perusahaan
mobil General Motor dan Standard Oil (Exxon Mobil). Perusahaan tersebut
memproduksi limbah timbal sangat banyak, kondisi tersebut semakin menarik
perhatian anggota Senat Amerika Serikat untuk melakukan uji kelayakan. Isu
lingkungan menjadi kepentingan bersama antara masyarakat, pemerintah dan
pelaku usaha. Kebijakan lingkungan melewati proses yang panjang karena
mendapat kawalan banyak pihak.
Pada era 1980-1990 keberadaan industri kembali menjadi peringatan
keprihatinan dunia. Terjadi peledakan industri nuklir di Chernobyl Ukraina dan
keracunan masal di Bhoqal India. Serta adanya penemuan lubang lapisan ozon
akibat industri. Periode ini merupakan cikal bakal isu pemanasan global.
Pada periode 1990-2000 terjadi kasus perang teluk persia berakibat pada
kebocoran kilang minyak dan kerusakan alam. Peristiwa itu mendorong
pengambilan keputusan politik untuk memperhatikan lingkungan dan kondisi
sosial ekonomi. Bahkan isu perang menjadi bagian isu lingkungan. Banyak pihak
yang memantau kebijakan genjatan senjata, karena diharapkan harus sesuai
dengan norma kemanusian dan lingkungan.
Pada era 2000-an masyarakat lebih selektif mengontrol kebijakan
pemerintahan Amerika sebagai pemenang dunia ketiga. Pada era itu diharapkan
41
setiap kebijakan mempertimbangkan dampak lingkungan terhadap masyarakat
sekitar34.
Perkembangan sejarah CSR turut ditandai dengan keberadaan kaum
intelektual. Kaum intelektual merupakan pihak yang turut memberikan
sumbangan tolok ukur penerapan konsep CSR. Perkembangan konsep yang
disumbangkan kaum intelektual memberi kepastian hukum positif. Konsep
tersebut tidak terbatas mewarnai kebijakan di lingkup nasional, akan tetapi CSR
menjadi isu kebijakan dalam lingkup internasional. Adapun tabel yang
menerangkan secara singkat konsep perkembangan CSR, yaitu
Tabel 1 Sejarah Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
1953 Diterbitkan “ Social Responsibility of Businessman “ karya Howard Bowen yang kemudian dikenal dengan Bapak CSR.
1987 The World Commisission on Emvironment and Development (WECD) dalam Bruntland Report, menembangkan tiga komponen penting (sustainable development), yang didasarkan kepada pengembangan lingkungan hidup, pembangunan ekonomi dan sosial sebagai sesuatu yang harus dilakukan semua pihak, termasuk perusahaan.
1992 KTT Bumi di Rio Deneiro menegaskan konsep pembangunan berkelanjutan (sustainable development) yang didasarkan kepada perlindungan lingkungan hidup, pembangunan sosial dan ekonomi sebagai sesuatu yang mesti dilakukan semua pihak, termasuk perusahaan.
1998 Konsep CSR semakin populer terutama setelah kehadiran buku Cannibal with folks: The Triple Bottom Line in 21st Century Business (1998), karya John Elkington. Dia mengemas CSR dalam tiga fokus: 3P, singkatan dari profit, planet, dan people.
2002 Wold Summit Sustainable Development di Yohanburg memunculkan Social Responsibility yang mengirigi dua konsep sebelumnya yaitu economic dan environment sustainability.
2010 Diberlakukan ISO 26000 suatu standar operasional dan norma pelaksanaan tanggung jawab sosial dari organisasi-organisasi termasuk perusahaan yang terhimpun dalam Guidance Social Responsibility35
34 http//www.runet.edu/-wkovarik/hist1/timeline.news.html 29 September 2011 35 Rachman, Nurdizal M., Asep Efendi dan Emir Wicanasana, Lock. Cit. hlm. 82
42
2.2.4 Double Diamond
Double Diamond merupakan perkembangan dari analisis keunggulan
bersaing yang digagas oleh Michael Porter, atau disebut Fircle Force. Sebuah
konsep yang turut diadopsi menjadi bagian tanggung jawab sosial perusahaan.
Analisis tersebut menganalisis persaingan industri berdasarkan sisi supplay chain
(supplier dan pelanggan) dan pasar (pemain baru dan substitusi). Berdasarkan
hasil analisis menunjukkan bahwa persaingan industri membutuhkan kemandirian
industri.
Kenyataan lapangan menunjukkan bahwa keberadaan industri tidak
seutuhnya dapat mandiri. Hal ini dipengaruhi oleh berbagai macam faktor,
Sebagai pertimbangan tercapainya industri yang mandiri dan mendorong
persaingan pasar dibutuhkan pemberdayaan bagi masyarakat dan mendorong
industri bangkit. Aspek pemberdayaan tersebut pada direalisasikan dalam aspek
ekonomi. Dalam perkembangannya, kebutuhan pemberdayaan turut dipengaruhi
oleh aspek sosial. Keberadaan aspek sosial dan ekonomi saling mempengaruhi
satu sama lain.
Berdasarkan faktor tersebut transformasi masyarakat menggunakan
Double Diamond. Analisis Double Diamond menggunakan aspek sosial dan
ekonomi sebagai cerminan. Dalam hal ini keberadaan sosial diharapkan mampu
mempengaruhi kondisi ekonomi.
Transformasi sosial ekonomi masyarakat dilaksanakan pada wilayah
terkecil yaitu kecamatan. Lingkup kecamatan merupakan hubungan masyarakat
43
dan perusahaan. Batasan ini merupakan tolok ukur terlaksananya kemandirian
masyarakat.
Tantangan utama Double Diamond bukanlah keadaan geografi
masyarakat, melainkan pola sosial ekonomi yang dibangun masyarakat. Pola
sosial ekonomi mempengaruhi perkembangan dunia bisnis yang berada di
lingkungan sekitar, beserta mempengaruhi tingkat perkembangan masyarakat.
Pihak yang dianggap memiliki peran penting dalam konsep Double Diamond
adalah pemerintah, perusahaan dan masyarakat. Keberadaan elemen ini
merupakan pihak yang memiliki peran penting dalam transformasi sosial ekonomi
di masyarakat. Tidak dapat dapat dipungkiri bahwa konsep analisis Double
Diamond tidak lepas dari teori good governance sebagai sinergi kebijakan.
Manfaat pelaksanaan Double Diamond ini adalah memetakan, menggali
dan mengenali potensi positif daerah. Pemetaan ini cukup koprehensif untuk
mengetahui pola hubungan pemangku kepentingan, permasalahan yang
berkembang dan lain-lain. Disisi yang berbeda, Double Diamond turut
mengetahui keunggulan potensi daerah.
Hal yang harus dipahami dalam Double Diamond adalah unit analisis
transformasi sosial ekonomi. Transformasi sosial ekonomi merupakan upaya
sinergi kepentingan. Berdasarkan analisis Double Diamond terdapat aspek internal
dan eksternal mempengaruhi kondisi sosial ekonomi. Aspek eksternal meliput
pemerintah dan peluang ekonomi.
44
Pemerintah bukanlah pihak yang terlibat dalam internal sosial ekonomi
Double Diamond. Keberadaannya turut memiliki peran penting dalam
mempengaruhi pertumbuhan, pengembagangan sosial ekonomi masyarakat.
Pengaruh pemerintah tersebut dapat diwujudkan dalam kebijakan, pembangunan
dan respon pemerintah kepada suatu isu.
Peluang ekonomi merupakan faktor ekonomi yang berada di dalam dan di
wilayah kajian. Keberadaannya memiliki pengaruh dalam sosial ekonomi wilayah
yang di kaji. Keberadaannya merupakan peluang bagi perusahaan dan masyarakat
untuk mengutungkan. Faktor sosial ekonomi membutuhkan dukungan peluang
ekonomi di luar wilayah kajian. Sebagai contohnya; keberadaan bencana alam dan
krisis global yang terjadi. Hal ini merupakan kejadian yang tidak disangka.
Keberadaan sosial ekonomi pada suatu daerah terpengaruhi oleh bencana alam
atau krisis global, walau di daerah yang bersangkutan tidak mengalami bencana
tersebut. Disini terjadi faktor yang mempengaruhi peluang ekonomi.
Sedangkan faktor internal yang mempengaruhi sosial ekonomi merupakan
pola transformasi sosial ekonomi swasta dan masyarakat. Adapun7 Pedoman
transformasi sosial ekonomi internal Double Diamond, yaitu prilaku dan nilai-
nilai sosial, rangsangan perubahan sosial, modal sosial dan kelembagaan, kondisi
input sosial budaya dan kondisi input ekonomi, kondisi dan prilaku persaingan,
kondisi dan prilaku persaingan, kondisi permintaan dan rangsangan komersial,
lapis-lapis prilaku ekonomi dan kondisi rantai nilai usaha.
45
Prilaku dan nilai-nilai sosial merupakan survei dan pemetaan perilaku
yang menjadi kebiasaan masyarakat dan nilai suatu fenomena sosial di mata
masyarakat yang bersangkutan. Bedasarkan pemetaan ini menyangkut :
a) Permasalahan gender.
b) Status sosial menyangkut pekerjaan.
c) Struktur sosial dan pendapatan.
d) Apresiasi terhadap pendidikan, produktivitas dan etos kerja.
e) Nilai dan kepercayaan masyarakat, keberadaan kearifan lokal, adat-
istiadat, karakteristik masyarakat,pola hubungan sosial, motif
penggerak tingkah laku masyarakat.
f) Pengalaman masyarakat
g) Pengetahuan masyarakat terhadap CSR.
Rangsangan perubahan sosial merupakan faktor yang mempengaruhi
perubahan sosial budaya yang ada di masyarakat. Adapun poin yang menjadi
pertanyaan menyangkut:
a) Mobilitas sosial.
b) Pola interaksi peduduk pendatang.
c) Perantau terdidik dan pendidikan keluar daerah.
d) Difusi sosial-asimilasi sosial.
e) Brain drain
f) Kehadiran tekhnologi, informasi dan trasnportasi.
g) Pola komunikasi dan informasi.
46
Modal sosial dan kebudayaan merupakan pemetaan yang menjadi modal
sosial dan kelembagaan yang terdapat di masyarakat. Faktor yang mempengaruhi:
a) Kelompok dalam masyarakat.
b) Kelompok dan pola kepemimpinan
c) Hubungan kondisi internal kelompok
d) Hubungan kondisi eksternal kelompok
e) Kelembagaan adat, sosial dan ekonomi
f) Hubungan dan lembaga di antara masyarakat dan perusahaan
Kondisi Faktor Input (Sosial dan Ekonomi) merupakan keberadaan situasi
dan kondisi yang menjadi modal dasar sosial ekonomi di masyarkat. Faktor imput
terdiri dari :
a) Potensi alam, bentuk lahan dan keberadaan geografi daerah
b) Sebaran pelaku usaha
c) Infrastruktur fisik (jalan, listrik, air bersih dan fasilitas umum)
d) Infrastruktur komunikasi dan transportasi
e) Lembaga pelayanan umum
f) Informasi/pendidikan CSR
g) Kebijakan, program dan peraturan daerah
h) Kondisi sumber daya alam dan sumberdaya manusia
Kondisi dan prilaku persaingan berfungsi menganalisis keberadaan aktor
dan pola persaingan usaha di wilayah. Pisau analisa mencakup :
47
a) Apresiasi kepada dunia usaha
b) Perilaku dan pola berusaha
c) Respon terhadap investasi luar
d) Kondisi persaingan dan kerja sama
Kondisi permintaan dan rangsangan komersial merupakan faktor yang
menjadi rangsangan dan permintaan bagi masyarakat dalam sosial ekonomi.
Faktor yang mempengaruhi mencakup:
a) Kondisi permintaan lokal
b) Permintaan dari tempat yang berbeda
c) Apresiasi mutu dan permintaan oleh penduduk lokal
d) Pembelian yang merangsang inovasi
Lapis-lapis Pelaku Ekonomi menjelaskan keberadaan pelaku dan pola
rantai usaha dilaksanakan. Sebagai perbandingan mencakup :
a) Ketersediaan lembaga pendukung ekonomi
b) Ketersediaan lapis industri pendukung
c) Interaksi antar pelaku usaha
d) Kondisi rantai usaha36
2.3 Hukum Positif
Hukum yang mengatur tanggung jawab sosial perusahaan kepada
masyarakat lokal, pemerintah dan kepada lingkungan cukup banyak.
36 Rachman, Nurdizal M., Asep Efendi dan Emir Wicanasana. hlm. 136-159
48
Keberadaannya melengkapai satu sama lain. Para pemangku kepentingan yang
terlibat wajib mengetahui hak dan kewajibannya. Terdapat beberapa kebijakan
yang memiliki prinsip tanggung tanggung jawab sosial, yaitu :
a) UUD 1945 pasal 33
b) UU No. 9 Tahun 1995 Tentang Usaha Kecil,
c) PP No. 32 Tahun 1998 Tentang Pembinaan dan Pengembangan Usaha
Kecil,
d) UU No. 19 Tahun 2003 Tentang BUMN,
e) Keputusan Menteri Negara BUMN (Kepmen.BUMN) No. Kep-
236/MBU/2003 Tentang Program Kemitraan BUMN dengan Usaha
Kecil dan Program Bina Lingkungan,
f) Peraturan Menteri Negara BUMN (Permen.BUMN) No. Per-
05/MBU/2007 Tentang Program Kemitraan BUMN dengan Usaha
Kecil dan Program Bina Lingkungan,
g) UU No. 11 Tahun 2007 Tentang Kesejahteraan Sosial.
Adapun kebijakan tanggung jawab sosial yang akan dibahas yaitu:
a) UU 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal
b) UU No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas
c) Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 2012 Tentang Tanggung Jawab
Sosial Dan Lingkungan Perseroan Terbatas
d) Peraturan Daerah Jawa Timur No.4 Tahun 2011 Tentang Tanggung
Jawab Sosial Perusahaan
49
2.3.1 Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal
Korelasi tanggung jawab sosial perusahaan dan undang-undang
penanaman modal terletak pada tujuan penanaman modal tersebut dilaksanakan,
diantaranya terdapat pada pasal 3 ayat 2 :
“ a. meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional;
b. menciptakan lapangan kerja;
c. meningkatkan pembangunan ekonomi berkelanjutan;
d. meningkatkan kemampuan daya saing dunia usaha nasional;
e. meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi nasional.
f. mendorong pengembangan ekonomi kerakyatan;
g. mengolah ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi riil dengan menggunakan dana yang berasal, baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri; dan
h. meningkatkan kesejahteraan masyarakat37. “
Berdasarkan pemahaman ayat ini nampak jelas bahwa keberadaan
penanaman modal memiliki tujuan kemanfaatan untuk negara dan usaha mikro.
Ketentuan lainnya yang mengatur kewajiban pemerintah dalam
pengembangan usaha, diatur dalam Bab VIII tentang “ Pengembangan Penanaman
Modal Bagi Usaha Mikro, Kecil, Menengah,Dan Koperasi “ yaitu :
“ Pasal 13
(1)Pemerintah wajib menetapkan bidang usaha yang dicadangkan untuk usaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi serta bidang usaha
37 Mentri Hukum dan Hak Asasi Manusia. 2007. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal. Jakarta.
50
yang terbuka untuk usaha besar dengan syarat harus bekerja sama dengan usaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi.
(2)Pemerintah melakukan pembinaan dan pengembangan usaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi melalui program kemitraan, peningkatan daya saing, pemberian dorongan inovasi dan perluasan pasar, serta penyebaran informasi yang seluas-luasnya.38”
Sedangkan pasal yang menjelaskan adanya tanggung jawab sosial
perusahaan kepada masyarakat terdapat pada :
“ Pasal 15
Setiap penanam modal berkewajiban:
a. menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik;
b. melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan;
c. membuat laporan tentang kegiatan penanaman modal dan menyampaikannya kepada Badan Koordinasi Penanaman Modal;
d. menghormati tradisi budaya masyarakat sekitar lokasi kegiatan usaha penanaman modal; dan
e. mematuhi semua ketentuan peraturan perundang-undangan. “
Penjelasan Pasal 15 Huruf b
“ Yang dimaksud dengan “tanggung jawab sosial perusahaan” adalah tanggung jawab yang melekat pada setiap perusahaan penanaman modal untuk tetap menciptakan hubungan yang serasi, seimbang, dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma, dan budaya masyarakat setempat.39 “
Adapun ketentuan lainnya, tanggung jawab sosial turut menjadikan alam
sebagai objek kebijakan, yaitu:
“ Pasal 17
38 Mentri Hukum dan Hak Asasi Manusia. Ibid. 39 Mentri Hukum dan Hak Asasi Manusia. Ibid.
51
Penanam modal yang mengusahakan sumber daya alam yang tidak
terbarukan wajib mengalokasikan dana secara bertahap untuk
pemulihan lokasi yang memenuhi standar kelayakan lingkungan hidup,
yang pelaksanaannya diatur sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan 40“
2.3.2 Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas
UU 40 Tahun 2007 merupakan kebijakan yang banyak mendapat perhatian
banyak pihak. Sebelumnya harus dipahami terlebih dahulu pasal 1 angka 3 :
“ Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan adalah komitmen Perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi Perseroan sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya41.”
Kewajiban tanggung jawab sosial dan lingkungan diatur dalam Bab V
Tanggung Jawab Sosial pasal 74:
“ (1)Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan.
(2)Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan kewajiban Perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran.
(3)Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
40 Mentri Hukum dan Hak Asasi Manusia. Ibid. 41 Mentri Hukum dan Hak Asasi Manusia. 2007. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas. Jakarta.
52
(4)Ketentuan lebih lanjut mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan diatur dengan peraturan pemerintah.42”
Pasal ini menunjukkan, kewajiban perusahaan menerapkan CSR. Tidak
ada ketentuan atau kriteria spesifik jenis perusahaan yang wajib menjalankan
tanggung jawab sosial.
Hal yang cukup penting untuk dipahami adalah pasal 74 ayat 2. Pasal
tersebut menyebutkan adanya dana yang harus diangarkan untuk CSR. Dana
tersebut merupakan kewajiban. Adapun besar dana tersebut tidak ditentukan.
Acuan pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan kepada lingkungan
dan masyarakat diatur lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun
2012 Tentang Taggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Perseroan Terbatas dan
Peraturan Daerah Jawa Timur No.4 Tahun 2011 Tentang Tanggung Jawab Sosial
Perusahaan.
2.3.3 Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 2012 Tentang Tanggung Jawab
Sosial Dan Lingkungan Perseroan Terbatas
Terdapat beberapa pasal yang penting untuk diketahui dalam uraian ini,
karena pasal tersebut dianggap memiliki substansi tanggung jawab sosial
perusahaan. Merujuk kepada pasal 2 dan 3 terdapat substansi tanggung jawab
sosial dan lingkungan menjadi kewajiban bagi perusahaan yang berkaitan atau
menjalankan usaha di bidang sumber daya alam. Tanggung jawab sosial dan
lingkungan wajib dilaksanakan di dalam atau di luar lingkungan perseroan.
42 Mentri Hukum dan Hak Asasi Manusia. 2007. Ibid.
53
Pada pasal 5, pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan wajib
dilaksanakan oleh direksi perusahaan setelah mendapatkan persetujuan Dewan
Komisaris atau Rapat Umum Pemegang Saham. Dipertegas dalam substansi pasal
6 bahwa pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan harus
dipertanggung jawabkan dalam Rapat Umum pemegang Saham dalam laporan
tahunan.
Adapun sanksi bagi perusahaan yang tidak menjalankan tanggug jawab
sosial diatur dalam pasal 7, yaitu sanksi sesuai dengan praturan perundang-
undangan.
Sebagai benuk apresiasi kepada perseroan yang telah melakukan tanggung
jawab sosial, pasal 8 menjelaskan bahwa perseroan diberi penghargaan dari
instansi yang berwenang43.
2.3.4 Peraturan Daerah Jawa Timur No.4 Tahun 2011 Tentang Tanggung
Jawab Sosial Perusahaan
Penjabaran tanggung jawab sosial perusahaan (TSP) pada pasal 1 ayat 5
berdasarkan peraturan daerah jawa timur yaitu
“ … tanggung jawab yang melekat pada setiap perusahaan untutk tetap menciptakan hubungan yang serasi, seimbang dang sesuai dengan lingkungan, nilai, norma dan masyarakat setempat “.
Pada pasal 1 ayat 7 “ Pemangku kepentingan adalah semua pihak baik
dalam lingkungan organisasi maupun di luar lingkungan organisasi, yang
43 Mentri Hukum Dan Hak Asasi Manusia. 2012. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2012 Tentang Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Perseroan Terbatas. Jakarta : Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 89.
54
mempunyai kepentingan baik langsung maupun tidak langsung yang bisa
mempengaruhi atau terpengaruh dengan keberadaan kegiatan dan prilaku
organisasi yang bersangkutan “.
Perda ini turut mengatur TSP bagi perusahaan yang menjalankan kegiatan
usaha dalam bidang sumber daya alam, pasal 7 ayat 2 :
“ Bagi perusahaan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/berkaitan dengan sumber daya alam wajib melakukan TSP dengan biaya yang dianggarkan dan biaya yang diperhitungkan sebagai biaya perusahaan dengan memperhatikan ukuran usaha, cakupan pemangku kepentingan dan kinerja keuangannya.44”
Peraturan Daerah TSP turut mengatur peran pemerintah kota dan
kabupaten kepada pemerintah Jawa Timur untuk bersinergi, pasal 8 ayat 1 :
“ Pemerintah kabupaten/kota yang di wilayahnya tidak terdapat perusahaan atau terdapat perusahaan namun dalam jumlah terbatas sehingga tidak memiliki atau memiliki program TSP yang sangat kecil dapat mengajukan usulan program TSP kepada perusahaan atau forum pelaksana TSP dengan tembusan kepada Gubernur45”
Kewajiban perusahaan dalam menjalankan kewajiban diatur dalam pasal 10 :
“ a. Menyusun, menata, merancang dan melaksanakan kegiatan TSP sesuai dengan prinsip-prinsip tanggung jawab sosial dunia usaha dengan memperhatikan kebijakan pemerintah daerah dan peraturan perundangan yang berlaku.
b. Menumbuhkan memantapkan dan mengembangkan sistem jejaring kerjasama dan kemitraan dengan pihak-pihak lain serta melaksanakan kajian, monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan TSP dengan memperhatikan perusahaan, pemerintah daerah, masyarakat dan kelestarian lingkungan; dan
44 Pemerintah Provinsi Jawa Timur. 2011. Peraturan Daerah Jawa Timur Nomor Tahun 2011 Tentang Tanggung Jawab Sosial Perusahaan. Surabaya. 45 Pemerintah Provinsi Jawa Timur.ibid.
55
c. Menetapkan bahwa TSP adalah bagian yang tidak terpisahkan dalam kebijakan manajemen maupun program pengembangan perusahaan46.”
Lingkup tanggung jawab perusahaan melingkupi tiga aspek. Pasal 11
menjelaskan :
“ (1) Program TSP meliputi :
a. Bina lingkungan dan sosial. b. Kemitraan usahaa mikrko, kecil, dan koerasi, dan; c. Program langsung kepada masyarakat
(2) Program sebagiamana dimaksud ayat (1) direncanakan dan ditumbuh kembangkan untuk meningkatkan kesejahteraan sosial, meningkatkan kekuatan ekonomi masyarakat, memperkokoh keberlangsungan para pelaku dunia usaha dan memelihara fungsi-fungsi lingkungan hidup secara keberlanjutan47.”
Selanjutnya program kemitraan usaha mikro, kecil dan koperasi diatur
dalam pasal 13 :
“(1) Program kemitraan usaha mikro, kecil dan koperasi sebagaimana dimaksud pasal 11 ayat (1) huruf b merupakan program untuk menumbuhkan, meningkatkan dan membina kemandirian berusaha masyarakat di wilayah sasaran.
(2) Dalam program kemitraan sebagimana dimaksud pada ayat (1) meliputi bidang aspek-aspek kegiatan:
a. Penelitian dan pengkajian kebutuhan; b. Penguatan kelembagaan sosial-ekonomi masyarakat; c. Pelatihan dan pendampingan berwirausaha; d. Pelatihan fungsi-fungsi manajemen dan tata kelola keuangan; e. Pelatiahan, pengembangan usaha seperti peningkatan mutu produk
dan desain, kemasan, pemasaran jejaring kerja sama dan peningkatan klarifikasi perusahaan;
f. Meningkatkan kemampuan menajemen dan kemampuan produktifitas; dan;
g. Mendorong tumbuhnya inovasi dan kreatifitas48.”
46 Pemerintah Provinsi Jawa Timur.ibid. 47 Pemerintah Provinsi Jawa Timur.ibid. 48 Pemerintah Provinsi Jawa Timur.ibid.
56
Dan bantuan langsung perusahaan kepada masyarakat diatur dalam pasal
14. Adapun aspek yang dimaksud mencakup :
“ Program yang secara langsung ditujukan kepada masyarakat sebagimana dimaksud dalam pasal 11 ayat (1) huruf c dapat berupa :
a. Hibah, yang dapat diberikan perusahaan kepada masyarakat yang membutuhkan yang besarannya sesuai dengan kemampuan perusahaan;
b. Penghargaan berupa beasiswa kepada karyawan atau warga masyarakat yang berkemampuan secara akademis namun tidak mampu membiayai pendidikan;
c. Subsidi, berupa penediaan pembiayaan untuk proyek-proyek pengembangan masyarakat, penyelenggaraan fasilitas umum bantuan odal usaha skala miko dan kecil;
d. Bantuan sosial, beruap bantuan dalam bentuk uang barang maupun jasa kepada panti-panti sosial/jompo para korban bencana dan penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS);
e. Pelayanan sosial berupa layanan pendidikan, kesehatan, olahraga dan santunan pekerja sosial; dan
f. Perlindungan sosial berupa kesempatan kerja bagi para atlet nasional/daerah yang sudah purna bakti dan bagi penyandang cacat yang mempunyai kemampuan khusus.49”
Sedangkan regulasi pelaksanaan TSP di Provinsi Jawa Timur dapat
mengacu pada pasal 6 ayat 1, pasal 15 dan pasal 16. Pada pasal 6 ayat 1
disebutkan bahwa ruang lingkup TSP mencakup biaya pembiayaan yang
berbasiskan kerakyatan yang selaras dengan program-program pemerintah daerah.
Pada pasal 15 memiliki substansi beberapa perusahaan dapat membentuk
forum pelaksana TSP. Forum yang dibentuk oleh perusahaan tersebut harus
dilaporkan kepada pemerintah daerah. Dan pemerintah daerah dapat memfasilitasi
terbentuknya forum tersebut.
49 Pemerintah Provinsi Jawa Timur.ibid.
57
Pada pasal 16 memiliki substansi pemerintah daerah menyampaikan
program sekala prioritas kepada forum TSP sebagai program pelaksanaan TSP.
Selanjutnya forum memiliki kewajiban melaporkan perencaaan, pelaksanaan dan
evaluasi pelaksanaan masing-masing anggota TSP kepada pemerintah daerah.
Selanjutnya pemerintah provinsi melaporkan pelaksanaan TSP kepada DPRD.
2.4 Penelitian Terdahulu
2.4.1 Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) Sebagai Modal
Sosial Pada PT Newmont
Penelitian ini dihasilkan oleh tesis Hasan Asy’ari, SH. dengan nomor
induk mahasiswa B4A 005 021. Penelitian tersebut berada di bawah bimbingan
Prof. Dr. Sri Redjeki Hartono, SH. dengan instansi Magister Ilmu Hukum
Program Pasca Sarjana; Universitas Diponegoro; Semarang.
Penelitian berdasarkan keberadaan Undang-Udang (UU) No. 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas dengan pasal 74. Keberadaan UU tersebut
memberikan kewajiban bagi perusahaan melakukan tanggung jawab kepada
lingkungan dan masyarakat. Disinilah peneliti memiliki ketertarikan keberadan PT
Newmont sebagai objek penelitian. Peneliti mengkaji penerapan tanggung jawab
sosial sesuai visi korporasi sebagaimana diamanatkan UU dan mengetahui
kendala-kendala yang dihadapi PT Newmont dalam implementasi coporate social
responsibility (CSR).
Metode penelitian terdiri dari :
1. Metode Pendekatan
58
Pendekatan yuridis-empiris, yaitu inventarisasi hukum positif yang
mengatur tanggungn jawab sosial perusahaan. Tanggung jawab sosial berkaitan
dengan pengentasan masalah-masalah sosial kemasyarakatan, memperoleh
penjelasan dan mengetahui hal-hal mengenai tanggung jawab sosial
perusahaan, serta kendala-kendala yang dihadapi.
2. Spesifikasi Penelitian
Penelitian deskriptif-analitis yaitu menggambarkan secara rinci,
sistimatik, dan menyeluruh mengenai segala hal yang berhubungan tanggung
jawab sosial perusahaan terhadap masalah-masalah sosial. Kemudian,
dilakukan analisis korelasi hukum dengan tanggung jawab sosial perusahaan
terhadap masalah sosial, serta mengetahui kendala-kendala yang dihadapi
dalam pelaksanaanya.
3. Sumber dan Jenis Data
“ Sumber daya yang dibutuhkan meliputi data primer, yaitu pandangan, sikap, atau persepsi pelaku usaha mengenai tanggungjawab sosial perusahaan dalam kaitanya dengan pengentasan masalah-masalah sosial. Di samping itu, juga menggunakan data sekunder yang diperoleh dari bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, Sumber data dalam penelitian ini adalah PT. Newmont Minahasa Raya
Data sekunder yang diteliti adalah sebagai berikut:
a. Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang mengikat; b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan yang memberikan penjelasan
tentang bahan hukum primer, yaitu berupa dokumen atau risalah perundang-undangan.
c. Bahan hukum tersier, yang memberikan penjelasan lebih mendalam mengenai bahan hukum primer maupun bahan hukum sekunder antara lain:
a) Kamus Hukum; b) Berbagai majalah maupun jurnal hukum.”
4. Teknik Pengumpulan Data
59
“ Untuk memperoleh data digunakan teknik-teknik pengumpula data sebagai berikut:
a. Studi dokumen/kepustakaan, dan
b. Wawancara, yang dilakukan secara terarah dan mendalam
Penentuan sampel dipilih secara purposive-sampling, yaitu dengan menentukan 1 (satu) perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan yakni PT Newmont Minahasa Raya dengan pertimbangan bahwa perusahaan tersebut merupakan salah satu perusahaan besar yang keberadaannya berdampak baik positif maupun negatif terhadap masyarakat sekitar. “
5. MetodeAnalisa Data
“ Data dalam penelitian ini dianalisis secara kualitatif yaitu data skunder yang berupa teori, definisi dan substansinya dari berbagai literatur, dan peraturan perundang-undangan, serta data primer yang diperoleh dari wawancara, observasi dan studi lapangan, kemudian dianalisis dengan undang-undang, teori dan pendapat pakar yang relevan, sehingga didapat kesimpulan tentang pelaksanaan tanggungjawab sosial perusahaan yang berkaitan dengan pengentasan masalah-masalah sosial kemasyarakatan.”
Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa tanggung
jawab sosial PT Newmont berupa : pendidikan, infrastruktur, perbaikan
kesehatan, pendidikan kejuruan dan pengembangan bisnis, program pertanian dan
perikanan, program perbaikan habitat Laut Minahasa.
“ Sedangkan kendala-kendala yang ditemui adalah meningkatnya ketidak percayaan masyarakat dan kesalahan persepsi yang muncul akibat tuduhan pencemaran terhadap operasi Newmont Minahasa Raya sehingga izin penempatan tailing PT NNT, yang mesti diperpanjang pada tahun 2005, akan tetap ditentang oleh LSM anti tambang, Kontroversi lain muncul terkait daerah eksplorasi Dodo di kecamatan Ropang yang melibatkan sembilan desa. Warga Labangkar mengklaim nenek moyang mereka dimakamkan di Dodo dan menuntut ganti rugi lahan dan pemakaman yang ada sehingga perusahaan memutuskan untuk menghentikan kegiatan eksplorasi di daerah tersebut. Tuntutan oleh beberapa nelayan setempat bahwa kegiatan tambang telah mengurangi hasil tangkapan mereka. Untuk mengatasi tuduhan ini dan memperbaiki kesalahan persepsi, PTNNT telah menyusun suatu sasaran
60
untuk melibatkan diri lebih banyak dalam pengembangan desa nelayan setempat dan melakukan survei perikanan pada 2005.”50
2.4.2 Peran PT. Tirta Investama Keboncandi Terhadap Perubahan Perilaku
Hidup Bersih Dan Sehat Warga Dusun Kalongan Melalui Program
Corporate Social Responsibility (CSR) ‘Kampoeng Sehat Danone’
Penelitian ini adalah hasil skripsi Amilatus Solichah. Latar belakang
penelitian ini adalah kebiasaan masyarakat Kecamatan Gondang Wetan, Desa
Mendalan, Dusun Kalongan memiliki kebiasaan hidup tidak sehat. Kebiasaan
hidup tidak sehat tersebut antara lain melakukan MCK di selokal dan
mengkonsumsi air tidak sehat.
Di Kecamatan Gondang Wetan tersebut terdapat perusahaan yang
berdampingan dengan warga, perusahaan tersebut adalah PT. Tirta Investama.
Perusahaan sebagai pihak yang memiliki kesadaran tanggung jawab sosial
memiliki program “Kampoeng Sehat Danon”.
Keberadaan perusahaan dan kebiasaan warga ini memiliki korelasi yang
positif untuk diterapkan. Adapun rumusan masalah yang akan diteliti yaitu:
(1) apa saja kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR) Kampoeng
Sehat Danone yang dilakukan oleh PT. Tirta Investama keboncandi untuk
warga dusun Kalongan, (2) bagaimana implementasi kegiatan Corporate
Social Responsibility (CSR) Kampoeng Sehat Danone yang dilakukan oleh PT.
Tirta Investama keboncandi untuk warga Dusun Kalongan, (3) peran PT.
50 Asy’ari, Hasan. 2009. Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) Sebagai Modal Sosial PT Newmont. Tesis Magister Ilmu Hukum, Program Pasca sarjana Universitas Diponegoro, Semarang.
61
Tirta Investama Keboncandi terhadap perubahan perilaku hidup bersih dan
sehat warga Dusun Kalongan melalui program Kampoeng Sehat Danone.
“ Hasil penelitian menunjukkan kegiatan program Kampoeng Sehat danone antara lain: pengadaan sumber air bersih, pipanisasi air bersih ke rumah penduduk, pembuatan MCK, konservasi dusun dengan tanaman produktif, pembuatan bank sampah, komposting, penyuluhan kesehatan, pembentukan kelembagaan kampoeng. Implementasi dilaksanakan oleh pihak perusahaan dengan dibantu oleh masyarakat setempat dengan biaya dan keperluan lainnya ditanggung oleh perusahaan. Pengaruh program terhadap perubahan perilaku warga ditunjukkan oleh beberapa aspek antara lain: kebersihan (lingkungan menjadi lebih bersih), kesehatan (kesehatan warga lebih terjamin dengan adanya fasilitas yang disediahkan oleh perusahaan), wawasan (warga tahu, mengerti dan mampu melaksanakan pola hidup bersih dan sehat), ekonomi (dalam jangka panjang dapat meningkatkan penghasilan warga dengan tanaman produktif yang telah diberikan.)”51
2.4.3 Perbandingan Penelitian
Terdapat hal yang menjadi perbedanaan dan persamaan antara penelitian
yang dilaksanakan Jati Seputro dengan Hasan Asy’ari, SH dan Amilatus Solichah.
Perbandingan ini dilakukan untuk mengetahui relevansi konsep ataupun teori di
lokasi yang berbeda. Penelitian ini dilakukan oleh disiplin keilmuan yang berbeda.
Jati Seputro merupakan peneliti Ilmu Politik, Hasan Asy’ari, SH merupakan
Master Hukum dan Amilatus Solichah menggunakan disiplin Ilmu Psikologi.
Berdasarkan judul penelitian, ketiga peneliti memiliki substansi tujuan
penulisan yaitu mengetahui implementasi tanggung jawab sosial perusahaan di
lokasi penelitian yang berbeda. Ketiga peneliti memiliki ketertarikan mengetahui
51 Solichah, Amilatus. 2010. Peran PT. Tirta Investama Keboncandi Terhadap Perubahan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Warga Dusun Kalongan Melalui Program Corporate Social Responsibility (CSR) ‘Kampoeng Sehat Danone’. Skripsi Sarjana. Fakulta Psikologi Universitas Islam Negri Malang Maulana Malik Ibrahim, Malang.
62
hasil temuan lapangan sebagai materi utama. Akan tetapi Jati Seputro melakukan
penelitian dengan perspektik teori pemerintahan yang baik. Hasil temuan
lapangan turut digunakan menguji relevansi teori pemerintahan yang baik.
Terdapat perbedaan daya tarik pada masing-masing penelitian. Jati Seputro
tertarik melakukan penelitian di Dusun Jatianom berdasarkan harmonisasi PT
Tirta Investama dengan masyarakat sekitar dalam eksploitasi air tanah, kelayakan
TSP Tirta Investama kepada masyarakat Dusun Jatianom dan relevansi program
TSP sebagai sinergi, pemerintah dan masyarakat. Sedangkan Hasan Asy’ari, SH
memiliki ketertarikan relevansi UU 40 Tahun 2007, pasal 74 pada kasus PT
Newmont di Minahasa.
Sedangkan Amilatus Solichah tertarik dengan fenomena kebiasaan hidup
tidak sehat warga Kecamatan Gondang Wetan, Desa Mendalan, Dusun Kalongan
memiliki korelasi positif dengan program ‘Kampoeng Sehat Danone’ PT Tirta
Investama.
Hasil penelitian Jati Seputro menunjukkan bentuk-bentuk TSP PT Tirta
Investama di Dusun Jatianom mencakup konservasi, pemberdayaan dan
community development dengan melibatkan peran pemerintah, perusahaan dan
masyarakat. Hal ini dilaksanakan berdasarkan komitmen perusahaan. Program
TSP telah dilaksanakan kepada LSEM Wanita Jatianom, Karang Taruna RW 7
dan seluruh warga Dusun Jatianaom. Akan tetapi hasil analisis menunjukkan TSP
tersebut belum sesuai dengan teori pemerintahan yang baik.
63
Hasil penelitian Hasan Asy’ari, SH menunjukkan tanggung jawab sosial
PT Newmont berupa : pendidikan, infrastruktur, perbaikan kesehatan, pendidikan
kejuruan dan pengembangan bisnis, program pertanian dan perikanan, program
perbaikan habitat Laut Minahasa. Adapun upaya resolusi konflik mengatasi
tuduhan pencemaran akibat operasi perusahaan, penolakan LSM anti tambang,
penolakan Warga Labangkar dan tuntutan nelayan adalah PTNNT menyusun
sasaran untuk melibatkan diri lebih banyak dalam pengembangan desa nelayan
setempat dan melakukan survei perikanan pada 2005.
Hasil penelitian Amilatus Solichah, adanya program “ Kampoeng Sehat
danone” terdiri: pengadaan sumber air bersih, pipanisasi air bersih ke rumah
penduduk, pembuatan MCK, konservasi dusun dengan tanaman produktif,
pembuatan bank sampah, komposting, penyuluhan kesehatan, pembentukan
kelembagaan kampoeng. Program dilaksanakan oleh perusahaan dan dibantu
masyarakat. Hasil kegiatan menunjukkan adanya dampak positif perubahan
prilaku warga dalam peningkatan kebersihan lingkungan, kesehatan warga lebih
terjamin, warga memiliki wawasan hidup sehat dan peningkat perekonomian
warga melalui tanaman produktif.
Tabel 2 Perbandingan Penelitian
Perbedaan Penelitan Jati Seputro Hasan Asy’ari, SH Amilatus Solichah
Disiplin Keilmuan Ilmu Politik Hukum Psikologi
Judul Implementasi
Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) Sebagai Modal
Peran PT. Tirta Investama Keboncandi Terhadap Perubahan
64
Dalam Perspektif Pemeritahan Yang
Baik: Studi Kasus PT Tirta Investama Di
Dusun Jatianom, Desa Karang Jati,
Kecamatan Pandaan, Kabupaten Pasuruan
Sosial Pada PT Newmont Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Warga Dusun Kalongan Melalui Program Corporate Social
Responsibility (CSR) ‘Kampoeng Sehat
Danone’ Latar Belakang Yang Menarik
a. Harmonisasi perusahaan dengan masyarakat
b. Kelayakan TSP di sekitar perusahaan
c. Relevansi sinergi, pemerintah dan
masyarakat.
Relevansi Undang-Undang (UU) No. 40 Tahun 2007
Tentang Perseroan Terbatas pasal 74 pada
kasus PT Newmont
Kebiasaan hidup tidak sehat warga Kecamatan Gondang Wetan, Desa
Mendalan, Dusun Kalongan memiliki
korelasi positif dengan program ‘Kampoeng
Sehat Danone’ PT Tirta Investama
Hasil Penelitian a. program TSP
mengacu pada komitmen perusahaan. Sasaran TSP mencakup konservasi, pemberdayaan dan community development. Pelaksanaan TSP berkordinasi dengan pemerintah dan masyarakat. Hasil kerja TSP telah diterima oleh tiga golongan, yaitu Karang Taruna RW 7, LSEM Wanita Jatianom dan masyarakat Dusun Jatianom secara keseluruhan.
b. Implentasi TSP belum berjalan sukses, belum sesuai dengan teori pemerintahan yang
a. Tanggung jawab sosial PT Newmont berupa : pendidikan, infrastruktur, perbaikan kesehatan, pendidikan kejuruan dan pengembangan bisnis, program pertanian dan perikanan, program perbaikan habitat Laut Minahasa
b. Upaya resolusi konflik tuduhan pencemaran akibat operasi perusahaan, penolakan LSM anti tambang, penolakan Warga Labangkar dan tuntutan nelayan adalah PTNNT menyusun sasaran untuk melibatkan
a. program “ Kampoeng Sehat danone” terdiri: pengadaan sumber air bersih, pipanisasi air bersih ke rumah penduduk, pembuatan MCK, konservasi dusun dengan tanaman produktif, pembuatan bank sampah, komposting, penyuluhan kesehatan, pembentukan kelembagaan kampoeng.
b. Kegiatan dilaksanakan oleh perusahaan dan dibantu oleh masyarakat sekitar.
c. Terdapat perubahan pola prilaku warga dalam peningkatan
65
baik diri lebih banyak dalam pengembangan desa nelayan setempat dan melakukan survei perikanan pada 2005
kebersihan lingkungan, kesehatan warga lebih terjamin, warga memiliki wawasan hidup sehat, peningkat perekonomian warga melalui tanaman produktif
2.5 Alur Berfikir
Implementasi Tanggung Jawab Sosial PT Tirta Investama Di Dusun Jatianom
↓ Teori Pemerintahan
Yang Baik Konsep Tanggung Jawab Sosial
Perusahaan Hukum Positif
↓ Studi Kasus Interinsik
↓
Implementasi Tanggung Jawab Sosial PT Tirta Investama Di Dusun Jatianom Sesuai Dengan Teori Pemerintahan Yang Baik, Konsep Tanggung
Jawab Sosial Perusahaan Dan Hukum Positif
66
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Metode penelitian erat kaitannya dengan fokus masalah dan tujuan
penelitian. Fokus masalah penelitian ini “ Sejauh mana pelaksanan tanggung
jawab sosial perusahaan PT Tirta Investama di Dusun Jatianom, Desa Karang Jati,
Kecamatan Pandaan, Kabupaten Pasuruan? “ dan “ Bagaimana implementasi
tanggung jawab sosial perusahaan PT Tirta Investama di Dusun Jatianom, Desa
Karang Jati, Kecamatan Pandaan, Kabupaten Pasuruan? “. Penelitian ini erat
kaitannya dengan menjelaskan fenomena, isu, konsep dan kasus dilapangan.
Menurut Robert K. Yin, sebuah penelitian yang secara umum menyangkut
pertanyaan “ How” dan “why”, serta memiliki fokus penelitian terletak pada
fenomena kontemporer, merupakan penelitian yang sesuai dengan metode studi
kasus52. Maka penelitian ini menggunakan metode studi kasus.
Penelitian studi kasus diartikan oleh Robert E. Stake, bahwa kasus adalah
sistem yang padu. Bagian-bagian studi kasus tidak harus berjalan dengan baik,
tuuan bisa jadi irasional, namun itulah tetap sebuah sistem. Sedangkan istilah studi
52 Yin, Robert K. 2012. Studi Kasus: Desain Dan Metode diterjemahkan oleh M. Djazuli Mudzakir. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Hlm. 1
67
masih menjadi perdebatan untuk mentafsirkan menjadi konsep. Dalam hal ini
Stake mendefinisikan studi kasus sebagai “ proses mengkaji kasus “53
Detail penelitian ini menggunakan studi kasus interinsik, membahas suatu
kasus dengan kekhasannya. Menurut Robert tujuan studi kasus interinsik adalah
menemukan kekhasan keunikan kasus itu sendiri. Penelitian ini bukan bertujuan
untuk membangun suatu teori, membandingkan suatu kasus dan lain-lain54.
Penelitian ini membahas implementasi tanggung jawab sosial perusahaan PT Tirta
Investama yang berada di Dusun Jatianom, Desa Karang Jati, Kecamatan,
Pandaan, Kabupaten Pasuruan.
Hal yang cukup penting dalam penelitian studi kasus adalah partikularitas.
Partikularitas adalah bagian yang menjadikan suatu penelitian menarik dan unik.
Dalam penelitian studi kasus, partikularitas harus terpenuhi. Partikularitas yang
harus diperhatikan dalam studi kasus ilmu sosial, ekonomi, hukum dan lain-lain:
“ 1. Ciri khas/hakikat kasus.
2. Latar belakang historisnya.
3. Konteks/setting fisik.
4. Konteks lain, mencakup ekonomi, politik, hukum dan estetika.
5. Kasus-kasus lain yang dengannya suatu kasus dapat dikenali.
6. Para informan yang menjadi sumber dikenalinya kasus.”55
53 Stake, Robert E. dalam Norman K. Denzin dan Yvonna S. Lincoln. 2009. Handbook Of Qualitative Research diterjemahkan Dariyatno, Badrus Samsul Fata, Abi dan john Rinaldi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hlm. 300 54 Stake, ibid. hlm. 301 55 Stake, ibid. hlm. 302
68
3.2 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian “ Implementasi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
Dalam Perspektif Pemerintahan Yang Baik“ adalah Dusun Jatianom, Desa Karang
Jati, Kecamatan Pandaan, Kabupaten Pasuruan. Di lingkup dusun, peneliti
melakukan peneliti studi kasus yang melibatan peran masyarakat, swasta dan
perusahaan.
Alasan menarik lokasi penelitian berada di lingkup Dusun Jatianom adalah
a) Dusun Jatianom merupakan sasaran utama CSR PT Tirta Investama di
wilayah Kecamatan Pandaan atau disebut ring satu.
b) Pabrik PT Tirta Investama berada di tengah-tengah lingkungan Dusun
Jatianom. Perusahaan memiliki tanggung jawab sosial kepada
masyarakat dan lingkungan terdekat.
c) merujuk konsep berfikir di latar belakang penelitian, bentuk CSR yang
diberikan perusahaan di Dusun Jatianom berbanding dengan CSR yang
diberikan PT Tirta Investama di wilayah NTT. Sebelum CSR diberikan
kepada daerah yang jauh, peneliti tertarik mengetahui CSR yang
diberikan perusahaan kepada daerah terdekat perusahaan, yaitu Dusun
Jatianom.
3.3 Fokus Penelitian
Fokus penelitian merupakan substansi penelitian. Fokus penelitian
memberikan tujuan dan batasan penelitian. Fokus penelitian memiliki korelasi
69
dengan fokus masalah dan tujuan penelitian. Fokus penelitian studi kasus
PT.Aqua di Dusun Jatianom adalah
c) Mengetahui pelaksanan tanggung jawab sosial perusahaan PT Tirta
Investama di Dusun Jatianom, Desa Karang Jati, Kecamatan Pandaan,
Kabupaten Pasuruan.
Peneliti menggali, mengidentifikasi dan melakukan pengecekan fenomena
pelaksanaan CSR PT Tirta Investama di Dusun Jatianom. Peneliti turut menggali
lebih jauh konsep, peran pemangku kepentingan dan aktifitas CSR.
Fokus penelitian ini turut
d) Mengetahui implementasi tanggung jawab sosial perusahaan PT Tirta
Investama di Dusun Jatianom, Desa Karang Jati, Kecamatan Pandaan,
Kabupaten Pasuruan.
Hal ini dimaksudkan peneliti menggali relevansi pola relasi, kordinasi,
sinergi pemangku kepentingan, aktualisasi konsep, analisis pelaksanaan CSR dan
hasil CSR.
3.4 Pemilihan Informan
Cara memperoleh informan dalam penelitian kualitatif dibagi menjadi 2 yaitu
key person dan snowballing sampling. Disebutkan oleh Burhan Bungin bahwa key
70
person dilakukan apabila peneliti telah mengetahui informan yang menjadi
objek/subjek penelitian. Informan dapat bersifat formal dan non formal56.
Sedangkan snowballing sampling dilakukan apabila peneliti tidak mengetahui
pihak yang objek penelitian. Penelitian ini dilakukan dengan menemukan orang
pertama untuk mengetahui orang yang lebih paham terkait permasalahan
penelitian. Demikian seterusnya infoman merekomendasikan peneliti mencari
informan yang lebih memahami masalah.
Pemilihan informan penelitian ini menggunakan key person dan snowballing
sampling. Alasannya adalah peneliti mengetahui sebagian pemangku kepentingan.
Selebihnya, peneliti harus mencari lebih jauh pemangku kepentingan yang berada
di pihak masyarakat, swasta dan pemerintah. Adapun informan yang dimaksud :
a) Key Person : Pemerintah Lokal (Badan Perencanaan Daerah Kabupaten
Pasuruan, Badan Perijinan Dan Penanaman Modal Kabupaten Pasuruan,)
dan Swasta (kordinator CSR PT Tirta Investama Kecamatan Pandaan)
b) Snowbolling : Pemangku kepentingan yang berada di masyarakat dan
pemerintah yang belum teridentifikasi.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpuan data yang digunakan dalam penelitian ini dibagi
menjadi 2 yaitu wawancara bertahap dan observasi tidak terstruktur.
Bungin menjelaskan bahwa wawancara bertahap adalah proses
memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan tanya jawab dan cara 5656 Bungin, Burhan. 2009. Penelitian Kualitatif. Jakarta : Kencana. Hlm 77
71
bertatap muka antara pewawancara dan informan, dengan atau tanpa
menggunakan pedoman. Karakter utama penelitian ini adalah peneliti tidak harus
terlibat dalam kehidupan sosial informan dalam waktu yang lama. Peneliti dapat
datang dan pergi dan mempelajari objek penelitian dengan terbuka atau
tersembunyi57.
Sedangkan observasi adalah pengumpulan data penelitian dengan
pengamatan dan pengindraan58. Observasi tidak terstruktur adalah tindakan
observasi yang dilakukan oleh peneliti tanpa peran quide59.
Alasan penelitian ini menggunakan wawancara mendalam dan observasi
adalah berkenaan dengan fokus penelitian. Observasi dilakukan untuk
mengidentifikasi tingkat sosial ekonomi masyarakat, karakteristik sosial budaya
masyarakat, mengidentifikasi pemangku kepentingan dan kepentingan lainnya
yang ditemui di lapangan.
Wawancara dilakukan untuk mempertegas hasil observasi, mengetahui
persepsi pemangku kepentingan, isu, fenomena dan memperdalam fokus
penelitian.
3.6 Instrumen Penelitian
Penelitian ini membutuhkan instrumen. Adapun instrumen yang digunakan
dalam penelitian ini adalah peneliti, pedoman penelitian (Daftar pertanyaan,
57 Ibid. 108-110. 58 Ibid. 115. 59 Ibid. 116.
72
proposal penelitian, surat tugas penelitian) dan instrumen pendukung ( buku
catatan, kamera video, kamera foto dan laptop).
Alasan dibutuhkannya pedoman penelitian adalah keabsahan penelitian,
menggali informasi dan sarana memperkuat fokus penulis di lapangan. Instrumen
penudukung digunakan untuk membantu peneliti memperoleh data lapangan,
sebagai bukti penelitian lapangan.
3.7 Analisis Data
Penelitian melewati fokus masalah, menetapkan tujuan penelitian,
perencanaan dan menggali data di lapangan. Selanjutnya peneliti melakukan
analisis data untuk diolah, dianalisis dan disajikan. Analisis data merupakan faktor
penting menghasilkan temuan lapangan.
Pada penelitian studi kasus ini, peneliti memprioritaskan data lapangan
sebagai materi pembahasan. Data lapangan dianggap mewakili kekhasan
implementasi CSR di Dusun Jatianom.
Berdasarkan karakter data yang diprioritaskan dalam penelitian, peneliti
menggunakan strategi analisis data kualitatif verifikasi. Strategi analisis data
kualitatif-verifikasi adalah upaya analisis induktif dari data penelitian. Format
penelitian mengkontruksi data lapangan sebagai prioritas. Peran data lapangan
menjadi kebutuhan yang lebih penting dibandingkan dengan teori60.
60 Bungin, Lock Cit. 147.
73
Adapun tahapan analisis data ini melalui tahapan sebagaimana
disampaikan oleh Robert E. Stake, yaitu
“1. Membingkai kasus dan mengkonseptualisasikan objek penelitian.
2. Memilih fenomena (gejala), menentukan tema-tema atau isu-isu yang menjadi fokus pertanyaan riset.
3. Melacak pola-pola data untuk memperkaya isu-isu dalam penelitian.
4. Mengunakan teknik triguliasi untuk hasil-hasil observasi penting dan landasan interpretasi .
5. Menghadirkan beberapa alternatif penafsiran.
6. Merumuskan pernyataan sikap atau generalisasi suatu kasus.”61
Teknik triangulasi diartikan “ Untuk mengurangi kemungkinan terjadinya
kesalahan interpretasi, kami menggunakan prosedur-prosedur yang beragam
termasuk pengumpulan data hingga mencapai titik jenuh dan memperdebatkan
prosedur-prosedur penjelasan “62. Hal ini digunakan untuk mempertimbangkan
validitas secara terpisah untuk mendeskripsikan, interpretasi, teori, generalisasi
,dan penilaian evaluatif63.
61 Stake, ibid. hlm. 313 62 Denzin, N.K. 1989 dalam Norman K. Denzin dan Yvonna S. Lincoln. 2009. Handbook Of Qualitative Research diterjemahkan Dariyatno, Badrus Samsul Fata, Abi dan john Rinaldi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hlm. 307 63 Maxwell, Joseph. 1992 dalam Norman K. Denzin dan Yvonna S. Lincoln. 2009. Handbook Of Qualitative Research diterjemahkan Dariyatno, Badrus Samsul Fata, Abi dan john Rinaldi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hlm. 307
74
BAB IV
GAMBARAN LOKASI PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Dusun Jatianom
Dusun Jatianom berada di Desa Karang Jati, Kecamataan Pandaan,
Kabupaten Pasuruan. Dusun ini berada tidak jauh dari Gunung Arjuna. Dusun
Jatianom memiliki kontur wilayah sedikit miring ke arah utara. Dusun Jatianom
menunjukkan wilayah yang berada di kaki Gunung Arjuna.
Dusun Jatianom memiliki iklim tropis dan terdapat persawahan.
Keberadaan lahan persawahan berdampingan dengan rumah penduduk. Sehingga
di wilayah Dusun Jatianom masih didapati pemandangan hijau ketika padi
bersemi. Angin pun berhembus stabil.
Karakteristik masyarakat Dusun Jatianom dibagi menjadi dua macam yaitu
masyarakat RW 6 dan masyarakat RW 7. Pemisah antara RW 6 dan RW 7 di
Dusun Jatianom adalah Jalan Raya Surabaya. Sebuah jalan utama yang
menghubungkan wilayah Malang Raya dengan wilayah Sidoarjo, wilayah
Surabaya dan sebagainya. Di sebelah selatan jalan raya merupakan wilayah RW 7
terdiri dari RT 1, RT 2 dan RT 3. Ketiga RT ini memiliki kararakter gemeinschaf.
Masyarakat mengenal antara satu dengan yang lain. Keberadaan norma sosial
sangat mengikat kehidupan warganya. Masyarakat memiki kebersamaan yang
kuat, termasuk dengan isu yang berkembang di lingkungannya.
75
Sedangkan RW 6 berada di utara jalan raya surabaya. RW 6 terdiri dari RT
4, RT 5 dan RT 6. Di wilayah RW 6 dapat kita jumpai persawahan yang
berdampingan dengan perkampungan warga. Masyarakat RW 6 turut memiliki
kebersamaan dalam lingkungan masyarakatnya dan saling mengenal, tetapi
kebersamaan warga RW 6 berada masih di bawah kekompakan warga RW 7.
Kurangnya kekompakan warga dipengaruhi oleh kesibukan masyarakat bekerja.
Sebagaian besar laki-laki bekerja sebagai karyawan perusahaan di wilayah
Kecamatan Pandaan. Bahkan banyak pula yang bekerja sebagai karyawan PT
Tirta Investama.
Tingkat pengangguran di Dusun Jatianom sangat rendah karena
perusahaan memprioritaskan masyarakat sekitar sebagai karayawan. Ada pun
perusahaan besar yang berdekatan dengan Dusun Jatianom adalah PT Amsil
sebuah perusahaan AMDK, Inolakto sebuah perusahaan susu dalam kemasan dan
PT Tirta Investama sebuah perusahaan AMDK. Akan tetapi jumlah ibu-ibu di
Dusun Jatianom banyak yang tidak bekerja. Sebagian besar ibu-ibu berprofesi
sebagai ibu rumah tangga.
Sejarah perkembangan Dusun Jatianom sangat dipengaruhi oleh
perkembangan industri. Sebelumnya Dusun Jatianom pada sekitar tahun 1980-an
merupakan daerah pertanian. Sebagian besar masyarakat bekerja sebagai petani.
Masyarakat menanam padi di sawah yang dimiliki ataupun sawah yang berada
tidak jauh dari tempat tinggal mereka. Setelah padi menguning, para petani panen
dan menjual padi.
76
Menginjak tahun 1990-an arus industri berkembang dengan pesat.
Perindustrian memasuki wilayah Kecamatan Pandaan, sebelumnya pusat
industrialisasi berada di wilayah Surabaya. Perkembangan yang pesat mendorong
perubahan mata pencaharian masyarakat. Masyarakat banyak yang tertarik
menjadi karyawan perusahaan. Sejak saat itulah masyarakat Dusun Jatianaom
memiliki tren bekerja sebagai karyawan. Lahan persawahan pun banyak yang
terbengkalai akibat perpindahan pekerjaan.
Seiring dengan berjalannya waktu dari tahun ke tahun masyarakat tetap
menghendaki menjadi karyawan perusahaan dari pada menjadi seorang petani
atau wiraswasta. Ketergantungan hidup masyarakat sangat dipengaruhi oleh
berdirinya perusahaan. Sedangkan keberadaan sawah tetap berjalan dengan
menggunakan tenaga buruh dari luar Kecamatan Pandaan. Pertanian tetap
berjalan, akan tetapi kurang mendapatkan perhatian dari masyarakat. Seiring
dengan berkembangnya permasalahan pertanian pada skala nasional, masyarakat
semakin bergantung menjadi karyawan perusahaan.
Pada tahun 2005, PT Tirta Investama merupakan perusahaan pertama di
Dusun Jatianom yang memberikan progam CSR. Pada perkembangannya disusul
oleh PT Amsil dan Indolakto.
Perkembangan CSR menjadi hal yang sangat berpengaruh bagi kehidupan
masyarakat Dusun Jatianom. Kebutuhan masyarakat dibantu oleh program-
program CSR. Masyarakat Dusun Jatianom menerima keberadaan perusahaan
karena dianggap membawa berkah bagi kehidupan masyarakat. Masyarakat
77
menerima manfaat yang dapat dirasakan secara langsung. Program-program CSR
turut mendorong perkembangan dan pembangunan masyarakat Dusun Jatianom.
Melalui CSR, masyarakat memiliki agenda dan kebersamaan menjadi masyarakat
yang swadaya.
Setiap kegiatan CSR tidak lepas dari kordinasi dengan pemerintah lokal.
Pemerintah yang dilibatkan secara langsung terdiri dari perangkat warga dan
kepada desa. Keberadaan RT, RW dan Kepala Dusun turut menjadi pihak yang
sangat berpengaruh untuk memobilisasi dan mensosialisasikan program-program.
Terlebih sejak berdirinya LSEM Wanita Jatianom (Wanjati), mobilisasi
dan agenda masyarakat yang mandiri terbantu. Wanjati sebagai LSM yang berada
di bawah binaan PT Tirta Investama turut berkordinasi dengan program-program
CSR. Bahkan komunitas ini turut mendorong segala potensi yang berada di Dusun
Jatianom menjadi sesuatu yang bernilai lebih.
Berkembangnya perusahaan dan CSR mendorong perkembangan
masyarakat Dusun Jatianom melakukan inovasi. Masyarakat secara berkelompok
memiliki gairah mendorong perkembangan sosial ekonomi. Bahkan inovasi
masyarakat turut berkordinasi dengan pemerintah dan swasta.
Di Dusun Jatianom nuansa civil society sebagai peran masyarakat yang
mandiri dari negara telah tampak. Masyarakat melalui relasi domisili dan
kemampuan membaca peluang sosial ekonomi mendorong tanggung jawab sosial
perusahaan. CSR tidak terbatas menjadi kebutuhan perusahaan, masyarakat pun
78
menyadari peran penting perusahaan. Terdapat potensi yang dapat dibangun
dalam hal hubungan yang saling menguntungkan.
4.2 Gambaran Umum PT Tirta Investama
PT Tirta Investama Golden Mississippi merupakan perusahaan Air Minum
Dalam Kemasan (AMDK) yang berada di bawah naungan PT Tirta Investama.
Perusahaan ini akrab dikenal dan disebut oleh masyarakat pada umumnya dengan
sebutan “ PT Aqua “.
PT Tirta Investama memulai usahanya sejak 23 Februari 1973, dirintis
oleh Tirto Utomo. Perkembangan bisnis perusahaan ini berkembang dengan pesat.
PT Tirta Investama mampu menarik perhatian perusahaan-perusahaan besar
tingkat internasional, tidak lain adalah Danone. Perusahaan multinasional asal
Perancis ini memiliki penilaian lebih terhadap potensi PT Tirta Investama. Hingga
pada 4 September 1998, Danone bergabung dengan PT Tirta Investama. Danone
meningkatkan kepemilikan saham dari 40% menjadi 74% pada tahun 2001.
Danone memiliki saham mayoritas dari perusahaan AMDK ini. Perusahaan ini
memiliki pemasaran produk tingkat nasional dan internasional.
Kesusksesan perusahaan ini tidak lepas dari permasalahan. Pada awalnya
perusahaan mendapatkan air konsumsi dengan cara mengebor air pemukaan
tanah. Hal yang cukup memprihatinkan terjadi di Kubang yang terletak di
kampung Kubang Jaya, Desa Babakan Pari yang berada di kaki Gunung Salak,
Sukabumi bagian utara.
79
Eksploitasi dimulai sejak tahun 1992. Perusahaan mengubah sebagian
daerah pertanian menjadi semacam perhutanan. Daerah tersebut dijaga oleh
petugas selama 24 jam. Warga sekitar tidak diperkenankan memasuki area
tersebut. Hingga tahun 1994 perusahaan menggunakan cara baru untuk
mengeksploitasi air. Perusahaan melakukan pengeboran pada jalur air bawah
tanah. Perusahaan pun melakukan eksploitasi dengan tekanan yang sangat tinggi.
Akibatnya debit air tanah di lingkungan sekitar berkurang. Masyarakat merasakan
kesulitan untuk mendapatkan pasokan kebutuhan hidup. Lahan pertanian pun
mengalami kesulitan untuk mendapatkan air irigasi.
Kasus serupa turut terjadi di Polanharjo, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.
Perusahaan memulai operasi sejak tahun 2002. Di daerah yang berbeda,
masyarakat yang sebagian bekerja sebagai petani turut mengalami kekurangan air.
Hal yang ironis adalah sebelumnya perusahaan ini memiliki izin mengeksploitasi
air 18 liter per detik, selanjutnya perusahaan mengajukan izin mengeksploitasi air
60 liter per detik.
Hingga kini PT Tirta Investama memiliki 10 sumber mata air di Indonesia
yaitu Berastagi Sumatra Utara, Lampung di Jabung dan Umbul Cancau,
Mekarsari, Sukabumi (Kubang), Subang (Cipondoh), Wonosobo (Mangli), Klaten
(Sigedang), Pandaan (Jawa Timur), Kebon Candi (Jawa Timur), Mambal (Bali)
dan Menado (Airmadidi)64.
64 http://www.forplid.net/artikel/41-aqua-dan-kejahatan-konspirasi-.html 29 September 2010
80
4.3 Gambaran Umum PT Tirta Investama Di Dusun Jatianom
PT Tirta Investama mendirikan pabriknya di Dusun Jatianom, Desa
Karang Jati, Kecamatan Pandaan, Kabupaten Pasuruan sejak tahun 1984.
Perusahaan mendirikan pabriknya dengan alasan ketersediaan SDA dan hasil riset
yang mendukung standart perusahaan memproduksi AMDK.
Perusahaan ini terletak berhadapan dengan Jalan Raya Surabaya. Sebuah
jalan yang menjadi poros penghubung Wilayah Malang Raya dengan Sidoarjo,
Surabaya dan lain sebagainya. Di pinggir jalan sebelah selatan, perusahaan
mendirikan pabriknya. Berdasarkan geografi, Pabrik PT Tirta Investama berada di
wilayah RW 7. Perusahaan ini terbangun panjang kebelakang. Perusahaan
berdampingan dengan masyarakat sekitar. Di tempat inilah perusahaan melakukan
eksploitasi air, melakukan proses produksi dan memasarkan kepada wilayah
sekitarnya.
Di Dusun Jatianom, PT Tirta Investama merupakan perusahaan pertama
yang melaksanakan CSR. Perusahaan mampu membangun kemitraan dengan
masyarakat dan pemerintah yang bersangkutan. Perusahaan menetapkan wilayah
Dusun Jatianom, Desa Karang Jati sebagai ring satu atau wilayah pelaksanaan
CSR. Alasan kegiatan ini adalah perusahaan memprioritaskan program CSR
kepada masyarakat yang paling dekat dengan perusahaan.Setelah masyarakat
sekitar mampu berkembang sesuai dengan harapan perusahan, perusahaan akan
melaksanakan CSR kepada masyarakat yang lebih luas.
81
Di Dusun Jatianom perusahan bermitra dengan masyarakat, khususnya
melibatkan masyarakat Dusun Jatianom secara keseluruhan, karang taruna RW 7
dan Wanita Jatianom. Keberadaan organisasi yang bermitra dengan perusahaan
tidak lain memiliki latar belakang masyarakat yang berdomisi di Dusun Jatianom.
Terdapat hal yang menarik terhadap pemberdayaan yang dilakukan
perusahaan. Kepada Karang taruna RW 7, perusahaan melakukan memberikan
kesempatan karang taruna membeli limbah perusahaan. Organisasi ini bergerak
secara mandiri. Sedangkan Wanjati merupakan LSEM yang berada di bawah
binaan PT Tirta Investama. Anggota Wanjati pada struktur inti kepengurusan
adalah ibu-ibu Dusun Jatianom. Dalam kegiatannya, Wanjati mendorong swadaya
dan kemandirian ibu-ibu.
Wanjati sebagai LSM binaan PT Tirta Investama didampingi oleh SII
(Social Invetsmen Indonesia). LSM ini mengontrol, kordinasi, turut membina dan
mengawasi Wanjati. Sebuah program CSR yang dimiliki Wanjati disampaikan
kepada SII, selanjutnya SII menyampaikan kepa PT Tirta Investama. Ada pun alur
jawaban dan distribusi PT Tirta Investama melalui SII.
CSR lainnya yang melibatkan masyarakat Dusun Jatianom secara luas
melibatkan perangkat warga. Kegiatan ini dilaksanakan secara bersama-sama
dengan masyarakat Dusun Jatianom.
Sejak tahun 2005 program-program CSR dilaksanakan perusahaan kepada
masyarakat dan lingkungan secara berkelanjutan. Perusahaan, swasta dan
masyarakat memiliki hubungan yang harmonis.
82
BAB V
PELAKSANAAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN
5.1 Badan Perizinan Dan Penanaman Modal
Badan Perizinan Dan Penanaman Modal Kabupaten Pasuruan (Bapenam)
merupakan birokrasi yang bertugas membantu tugas Bupati Kabupaten Pasuruan
dalam pembinaan, pengkordinasian, pengawasan, penyelenggaraan perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi pelayanan perizinan dan penanaman modal65.
Peran Bapenam dalam perizinan memfasilitasi hubungan yang harmonis
antara swasta, masyarakat, lingkungan dan pihak yang berkepentingan. Hubungan
harmonis tersebut diatur melalui Bapenam sebagai instrumen penegak regulasi
dan peraturan yang berlaku. Bapenam memiliki wewenang memberikan izin bagi
suatu perusahaan, dan masyarakat luas melakukan aktifitas produksi, mendirikan
bangunan, dan berbagai macam usaha.
Tugas Bapenam dalam penanaman modal memiliki peran penting
mendorong potensi perkembangan perekonominan dan sosial bagi masyarakat
secara luas. Bapenam turut melakukan kordinasi, perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi penanaman modal yang berada di Kabupaten Pasuruan.
65 Wawancaara dilaksanakan 20 April 2012 kepada 4 kepala bidang, yaitu kepala bidang Penanaman Modal oleh Ir. Sugeng Hari Utomo, kepala bidang Sumber Daya Alam oleh Benny Susatyo, kepala bidang Pemrosesan oleh Ir. Holis Patoni dan kepala bidang Izin usaha oleh Endang Sri Harijati. Wawancara dilakukan kepada masing-masing kepala bidang yang menguasai pertanyaan wawancara. Kepala divisi tidak bersedia menjawab pertanyaan wawancara yang tidak seuai dengan bidangnya. Pelaksanaan wawancara dilakukan di kantor Bapenam, Jalan Hayam Wuruk, No. 14, Kabupaten Pasuruan, mulai pukul 08.00-11.00 WIB
83
Tugas Bapenam memiliki korelasi yang positif terhadap pelaksanaan
tangung jawab sosial perseroan terbatas atau disebut perusahaan, yaitu PT Tirta
Investama. Perusahaan merupakan salah satu pihak yang bersinggungan dengan
Bapenam. Mendirikan perusahaan tidak lepas dari peraturan dan syarat suatu
perusahaan dapat beroperasi. Kelangsungan operasi perusahaan di Kabupaten
Pasuruan ditentukan oleh izin Bapenam.
Melalui tugasnya, Bapenam melakukan kontrol terhadap aktifitas
perusahaan. Bapenam mengetahui perkembangan aktifitas perusahaan ditinjau
dari aspek, sosial, ekonomi dan lingkungan.Informasi perkembangan aktifitas
perusahaan ini dibutuhkan untuk mengetahui informasi mendalam tentang PT
Tirta Investama.
5.1.1 Regulasi Perizinan
Langkah awal yang dilakukan setiap perusahaan untuk mendirikan
usahanya di Kaupaten Pasuruan adalah melakukan perizinan kepada Bapenam,
Bapenam akan memberi ketentuan regulasi. Langkah ini digunakan sebagai
langkah awal mengantisipasi aktivitas yang tidak ramah kepada lingkungan dan
sosial, dan menekan bentuk usaha ataupun eksploitasi liar.
Sugeng Hari Utomo selaku bidang penanaman modal menjelaskan bahwa
terdapat 16 Izin yang dapat diberikan oleh Bapenam. Mengacu kepada Keputusan
Bupati Nomor : 503/4/HK/431.012/2009. Ada pun 16 jenis pelayanan perizinan
meliputi Standart Operasi Pelayanan (SOP), yaitu
84
a. Izin Lokasi/Rekomendasi,
b. Izin Peruntukan Penggunaan Tanah (IPPT),
c. Izin Pengringan, Izin Mendirikan Bangunan (IMB),
d. Izin Gangguan (HO),
e. Surat Izin Perdagangan (SIUP),
f. Izin Usaha Industri (IUI),
g. Izin Usaha Kepariwisataan,
h. Izin pemasangan Reklame,
i. Surat Izin Pengeboran (SIP),
j. Surat Izin Penggunaan Air Tanah (SIPA),
k. Izin Usaha Pertambangan.
l. Izin Paralel,
m. Izin Usaha Toko Modern (IUTM),
n. Izin Usaha Pengelolahan Pasar (IUPP)
o. Izin Usaha Pengelolahan Pasar Tradisional66.
Setiap jenis izin yang diberikan Bapenam memiliki syarat administrasi,
baik pada masa memulai usaha maupun memperpanjang usaha. Ada pun syarat
yang harus dipenuhi untuk memulai Izin pengambilan air tanah, terkait produksi
PT Tirta Investama yaitu
“ 1. Mengisi Formulir Permohonan
2. Foto Copy KTP pemohon yang masih berlaku
66 Badan Pelayanan Perizinan Dan Penanaman Modal Kabupaten Pasuruan. 2011. Standar Pelayanan Publik. Pemerintah Kabupaten Pasuruan. Hlm. 2-3
85
3. Gambar penampang litologi/bantuan dan hasil rekaman loggin sumur
4. Gambar bagan penampang penyelesaian kontruksi sumur bor
5. Berita Acara Pengawasan Kontruksi Sumur Bor
6. Laporan Uji Pemompaan
7. Hasil analisis fisika dan kimia air bawah tanah
8. Site Plan
9. Neraca penggunaan air
10. Foto Copy Akte Pendirian
11. Foto Copy NPWP
12. Dokumen UKL/URL Perusahaan
13. Foto Copy Surat Izin Pengeboran
14. Foto Copy Bukti Kepemilikikan Tanah/Sertfikat
15. Informasi mengenai rencana pengeboran air bawah tanah terlampir”67
Sedangkan syarat yang harus dipenuhi untuk Izin pengambilan air bawah
tanah (SIPA) Baru (untuk yang sudah melakukan pengeboran) adalah
“ 1. Mengisi Formulir Permohonan
2. Foto Copy KTP pemohon yang masih berlaku
3. Gambar penampang litologi/bantuan dan hasil rekaman loggin sumur
4. Gambar bagan penampang penyelesaian kontruksi sumur bor
5. Berita Acara Pengawasan Kontruksi Sumur Bor
6. Laporan Uji Pemompaan
7. Hasil analisis fisika dan kimia air bawah tanah
8. Site Plan
9. Neraca penggunaan air
10. Foto Copy Akte Pendirian Perusahaan
67 Ibid. hlm. 31
86
11. Foto Copy NPWP
12. Dokumen UKL/UPL Perusahaan
13. Dokumen UKL/UPL Air Tanah
14. Foto Copy IMB, HO
15. Surat pernyataan Kontruksi dan Pumping Tes
16. Foto Copy SIPPAT, STIB, masuk dalam anggota APPATINDO
17. Foto Copy Bukti Kepemilikikan Tanah/Sertfikat
18. Informasi mengenai rencana pengeboran air bawah tanah terlampir68”
Syarat selanjutnya bagi perusahaan yang telah beroperasi dan telah
memenuhi regulasi adalah Izin perpanjangan. Setiap pihak yang menjalankan
aktifitas produksi memiliki masa tenggang. Syarat perpanjangan bagi pihak yang
melakukan eksploitaasi air bawah tanah adalah
“ 1. Mengisi formulir permohonan
2. Salinan/foto copy SIPA yang terakhir
3. Foto Copy NPWPD
4. Foto Copy KTP
5. Foto Copy HO/IMB
6. Foto Copy bukti kepemilikan Tanah/Sertifikat
7. Salinan/Foto Copy nsurat keterangan jumlah pengambilan air bawah tanah satu bulan sejak SIPA berlaku dan Foto Copy pengambilan 3 (tiga) bulan terakhir, sesuai surat ketetapan pajak pemanfaatan air bawah tanah
8. Hasil analisa fisika da kimia air bawah tanah yang terakhir saat SIPA akan diperpanjang dari laboratorium rujukan
9. Gambar letak titik sumur / lay out
10. Dok. UKL / UPL Perusahaan
68 Ibid. hlm. 32
87
11. Foto Copy Akte Pendirian
12. Neraca penggunaan air “
Menurut Kepala Bidang Izin usaha oleh Endang Sri Harijati dalam
regulasi perizinan usaha terdapat ketentuan tambahan. Ketentuan selanjutnya yang
menjadi pertimbangan yaitu
a. besaran modal
b. luas wilayah usaha
c. tata ruang
Harijati menyebutkan bahwa pihak yang bersangkutan harus
memperthatikan tata ruang. Hal ini bersangkutan dengan Badan Perencanaan
Daerah (Bapeda). Perusahaan yang melakukan perluasaan usaha atau mendirikan
suatu pabrik harus berkordinasi dengan Bapeda.
Tabel 3 Regulasi Perizinan
Kepala Bidang Penanaman Modal oleh Sugeng Hari Utomo
Kepala Bidang Izin usaha oleh Endang Sri Harijati
a. Standart Operasi Pelayanan (SOP).
b. Ada pun 16 jenis pelayanan perizinan meliputi : Izin Lokasi/Rekomendasi, Izin Peruntukan Penggunaan Tanah (IPPT), Izin Pengringan, Izin Mendirikan Bangunan (IMB), Izin Gangguan (HO), Surat Izin Perdagangan (SIUP), Izin Usaha Industri (IUI), Izin Usaha Kepariwisataan, Izin pemasangan Reklame, Surat Izin Pengeboran (SIP), Surat Izin Penggunaan Air Tanah (SIPA), Izin Usaha Pertambangan. Izin Paralel,
a) Pihak yang bersangkutan harus memperthatikan tata ruang. Hal ini bersangkutan dengan Badan Perencanaan Daerah (Bapeda).
b) Pihak yang bersangkutan memperhatikan luas usaha. Luas lokasi usaha di bawah 250 M tidak harus melakukan Izin, luas lokasi usaha antara 240M-1 hektar harus mendapatkan rekomendasi dari Bupati. Luas lokasi usaha di atas 1 hektar harus mengajukan lokasi terlebih dahulu.
c) Terkait Penanaman Modal Asing (PMA) Izin Usaha Industri (IUI) dan Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) harus berkordinasi dengan Badan Kordinas Penanaman Modal (BKPM). Bagi investasi di luar tanah dan bangunan
88
Izin Usaha Toko Modern (IUTM),Izin Usaha Pengelolahan Pasar (IUPP) dan Izin Usaha Pengelolahan Pasar Tradisional
mencapai 10 Milyar berada di bawah kewenangan pemerintahan kota/kabupaten. Sedang keberadaan modal diatas 10 Milyar menjadi kewenangan pemerintah provinsi
Catatan : Setiap jenis izin miliki syarat administrasi, proses produksi, analisis dampak lingkungan dan lain-lain pada masa memulai usaha maupun memperpanjang usaha
Aturan tambahan untuk perusahaan yang mengeksploitasi SDA menurut Kepala Bidang Sumber Daya Alam oleh Benny Susatyo
a) Undang-undang No. 4 Tahun 2010 Tentang Mieral Dan Batu Bara. b) Peraturan Daerah Izin Pertambangan Mineral Bukan Logam Dan Batu
Bara Di Kabupaten Pasuruan, dll Kepala Bidang Penanaman Modal oleh Sugeng Hari Utomo
Hak Perusahaan Kewajiban Perusahaan Perusahaan berhak melakukan perluasan usaha. Regulasi perluasan usaha melaporkan bahan baku produksi, proses produksi dan hasil analisis produksi perusahaan yang bersangkutan.
Perusahaan berkewajiban memberikan laporan penanaman modal kepada Badan Kordinasi Penanaman Modal (BKPM)
Sanksi yang diberikan untuk perusahaan yang melanggar Kepala Bidang Penanaman Modal
oleh Sugeng Hari Utomo Kepala Bidang Izin usaha oleh
Endang Sri Harijati Sangsi bagi perusahaan yang
melanggar ditindak oleh Satpol PP “ peringatan, teguran dan pencabutan
Izin “ Selanjutnya, pihak yang bersangkutan memperhatikan luas usaha. Luas
lokasi usaha di bawah 250 M tidak harus melakukan Izin, luas lokasi usaha antara
240M-1 hektar harus mendapatkan rekomendasi dari Bupati. Luas lokasi usaha di
atas 1 hektar harus mengajukan lokasi terlebih dahulu.
Terkait Penanaman Modal Asing (PMA) Izin Usaha Industri (IUI) dan
Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) harus berkordinasi dengan Badan Kordinas
Penanaman Modal (BKPM). Bagi investasi di luar tanah dan bangunan mencapai
10 Milyar berada di bawah kewenangan pemerintahan kota/kabupaten. Sedang
modal diatas 10 milyar menjadi kewenangan pemerintah provinsi.
89
Beny Susatyo menambahkan, terdapat aturan yang mengatur perusahaan
mengeksploitasi sumber daya alam (SDA), diantaranya Undang-undang No. 4
Tahun 2010 Tentang Mineral Dan Batu Bara, Peraturan Daerah Izin
Pertambangan Mineral Bukan Logam Dan Batu Bara Di Kabupaten Pasuruan, dll.
Setiap perusahaan yang melakukan aktivitas produksi di Kabupaten
Pandaan wajib mematuhi aturan yang berlaku. Bila terdapat perusahaan yang
melanggar, akan ditindak oleh pihak yang berwenang. Menurut Sugeng Hari
Utomo, perusahaan yang melakukan pelanggaran akan ditindak oleh satpol PP.
Sedangkan menurut Harijati, Bapenam akan memberikan surat peringatan,
teguran dan dilakukan pencabutan izin usaha bagi perusahaan yang tidak
mematuhi peraturan.
Utomo menambahkan, perusahaan memiliki kesempatan atau hak
melakukan perluasan usaha. Regulasi perluasan usaha harus melaporkan bahan
baku produksi, proses produksi dan hasil analisis produksi perusahaan yang
bersangkutan.
Kewajiban selanjutnya yang dilakukan perusahaan adalah memberikan
laporan penanaman modal kepada Badan Kordinasi Penanaman Modal (BKPM),
bukan melaporkan kepada Bapenam.
5.1.2 Eksploitasi PT Tirta Investama
PT Tirta Investama merupakan perusahaan dagang air minum (AMDK).
Perseroan yang menempatkan salah satu pabriknya di Kecamatan Pandaan ini
90
mengeksploitasi air berada di Dusun Jatianom atau sering kali disebut di sebelah
utara Kaki Gunung Arjuna. Air yang dieksploitasi perusahaan tersebut dipasarkan
kepada konsumen. Tidak terdapat klasifikasi tertentu konsumen yang
diperbolehkan atau dilarang mengkonsumsi air ini; produk PT Tirta Investama
dipasarkan kepada masyarakat umum.
Eksploitasi PT Tirta Investama di Dusun Jatianom menarik diteliti dengan
alasan cara yang digunakan perusahaan untuk mendapatkan air tersebut. Belum
diketahui secara pasti cara perusahaan memperoleh sumber mata air.
Besaran eksploitasi dalam satuan liter/detik turut menarik. Hal ini
menyangkut banyaknya sumber daya alam yang dieksploitasi. Besarnya sumber
daya alam yang dieksploitasi oleh perusahaan merupakan hal yang sangat penting
untuk mempertimbangkan dampak yang akan terjadi kepada lingkungan. Melalui
informasi besarnya eksploitasi dan potensi SDA dapat digunakan untuk
mengontrol eksploitasi perusahaan dan mengantisipasi kerusakan lingkungan.
Beny Susatyo menjelaskan keberadaan PT Tirta Investama di Kabupaten
Pasuruan telah memenuhi segala persyaratan dan regulasi yang diintruksikan oleh
Bapenam. Hingga saat wawancara ini PT Tirta Investama beroperasi dengan
cukup baik. Hasil amdal terbaru menunjukkan hasil yang masih berada diambang
batas. Selama ini perusahaan tersebut secara berskala berkordinasi dengan
Bapedam dan Badan Lingkungan Hidup.
PT Tirta Investama melakukan eksploitasi dengan cara mengebor air
permukaan tanah untuk mendapatkan sumber mata air. Setelah dilakukan
91
pengeboran, perusahaan mengambil air permukaan tanah tersebut dengan
menggunakan mesin. Terdapat sistem tertentu yang menjaga kebersihan air untuk
dipasarkan kepada konsumen. Proses produksi ini dilakukan di dalam parbik.
Tabel 4 Eksploitasi PT Tirta Investama
Kepala Bidang Sumber Daya Alam oleh Benny Susatyo Sejak kapan sampai kapan ekploitasi PT Tirta Investama?
Tidak diketahui secara jelas PT Tirta Investama memulai eksploitasi. Dan secara berskala perusahaan mengurus perpanjangan izin usaha. Selama memenuhi syarat akan mendapat izin
Besaran Ekslpoitasi PT Tirta Investama di Kecamatan Pandaan Dalam Satuan Liter/Detik
a) Tidak mengetahui b) Terkait tata pengaturan air diatur dalam PP 22 Tahun 1982 dan Kepmen Energi
Dan Sumber Daya Mineral Tentang Pedoman Tekhnis Penyelenggaraan Tugas Pemerintah Di Bidang Pengelolahan Air Bawa
Hasil Amdal Terbaru Terhadap PT Tirta Investama Di Pandaan “ Baik ”
Cara PT Tirta Investama Mengeksploitasi Air PT Tirta Investama mengeksploitasi sumber mata air dengan dengan cara mengebor tanah
Permasalahan Yang Muncul Terkait Ekslpoitasi PT Tirta Investama “tidak ada “
Tanggapan Isu Menurunnya Permukaan Air Tanah Karena Eksploitasi PT Tirta Investama
Isu tersebut merupakan isu politik. Bila air tanah turun, maka Izin akan dicabut Sayangnya, besaran eksploitasi PT Tirta Investama dalam hitungan
liter/detik tidak diketahui oleh Beny Susatyo. Regulasi besaran eksploitasi air
bawah tanah diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 1982 dan
Keputusan Mentri Energi Dan Sumber Daya Mineral Tentang Pedoman Tekhnis
Penyelenggaraan Tugas Pemerintah Di Bidang Pengelolahan Air Bawah.
Dampak eksploitasi air tanah yang tidak diketahui besarannya tidak
menunjukkan adanya permasalahan yang muncul. Bila terdapat pengaduan
92
masyarakat Bapedam secara berkordinasi dengan pihak berwenang melakukan
kontrol.
Menanggapi maraknya isu menurunnya permukaan air tanah akibat
ekploitasi PT Tirta Investama, secara singkat Beny tidak membenarkan
permasalahan tersebut. Permasalahan tersebut muncul berdasarkan isu politik
yang berkembang di masyarakat.
Demikian eksploitasi PT Tirta Investama tidak diketahui berdirinya, dan
sampai kapan perusahaan ini beroperasi. Secara berskala selama perusahaan
memenuhi prosedur, perusahaan dapat melakukan perpanjangan Izin. Tidak
terdapat kepastian yang menunjukkan batas waktu perusahaan beroperasi.
5.1.3 Penanaman Modal
Setiap perusahaan atau penanam modal memiliki kewajiban
memperhatikan kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar. Penanam modal
memiliki kewajiban melaksanakan tanggung jawab sosial untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi masyarakat. Perusahaan dan masyarakat diharapkan
mampu maju secara bersama-sama. Kehadiran penanam modal dan perusahaan
diharapkan hadir memberikan kemanfaatan.
Sedemikian penting, penanam modal dan perusahaan diatur dalam
beberapa perundangan. Undang-undang yang mengatur diantaranya UU 25 Tahun
2007 tentang Penanaman Modal, UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas , Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 2012 Tentang Tanggung Jawab
93
Sosial Dan Lingkungan Perseroan Terbatas dan Peraturan Daerah Jawa Timur
No.4 Tahun 2011 tentang Tanggung Jawab Sosial Perusahaan.
Melalui aturan tersebut kehadiran perusahaan, pemerintah dan masyarakat
diharapkan mampu bersinergi dalam pembangunan. Melalui perangkat birokrasi,
pemerintah mengatur regulasi yang mendorong berkembangnya swasta untuk
mendorong perekonomian. Perekonomian pada tingkat nasioanal dan
internasional diharapkan mampu bersaing.
Tabel 5 Penanaman Modal
Kepala Bidang Penanaman Modal oleh Sugeng Hari Utomo Kebijakan Lokal Pemerintah Terhadap Investor
Upaya yang dilakukan instansi untuk berkordinasi dengan swasta dilakukan melalui kegiatan temu usaha. Kegiatan dipimpin langsung oleh bupati dalam rangka menjalin kepedulian kepada masyarakat, dll
Penanaman modal di Kabupaten Pasuruan harus sesuai dengan Perda No. 12 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Tanggung Jawab PT Tirta Investama Menanggapi pertanyaan relevansi tanggung jawab PT Tirta Investama di Pandaan terhadap UU Penanaman Modal dan UU Perseroan terbatas, Utomo menjawab singkat “ Sudah sesuai dengan Laporan Penanaman Pelaksanaan Kegiatan Penanaman Modal “
Utomo tidak mengetahui kebenaran PT Tirta Investama mendorong persaingan swasta dan masyarakat di sekitar perusahaan
Operasi PT Tirta Investama melibatkan masyarakat sekitar, ada pun bantuan lainnya untuk masyarakat berupa bakti sosial, hari raya. Terkait ekonomi kerakyatan tergantung kebijakan internal perusahaan
Keberadaan PT Tirta Investama berperan terhadap kesejahteraan masyarakat di sekitar perusahaan. Perusahaan turut melakukan pemberdayaan masyarakat
Bentuk tanggung jawab PT Tirta Investama terhadap usaha kecil, menengah dan koperasi adalah CSR. Pelaksanaan CSR berkordinasi dengan Badan Perencanaan Daerah
Pelaksanaan penanaman modal PT Tirta Investama bersama perusahaan lainnya di Kabupaten Pasuruan dilaporkan kepada Badan Kordinasi Penanaman Modal (BKPM)
Disisi yang berbeda kehadiran perusahaan memiliki tanggung jawab
sosial. Peran pemerintah dalam mendorong tanggung jawab sosial dipertanyakan
94
untuk mensejajarkan kesenjangan sosial di masyarakat. Bahkan pemerintah
memiliki kewajiban melakukan pengembangan perekonomian kerakyatan.
UU Penanaman Modal mewajibkan pemerintah untuk menetapkan bidang
usaha yang dicadangkan untuk usaha mikro, kecil, menengah dan koperasi, serta
adanya usaha terbuka untuk usaha besar. Usaha terbuka ini dimaksudkan
terjalinnya kemitraan antara usaha besar dengan usaha mikro, kecil, menengah
dan koperasi.
Bahkan pemerintah memiliki kewajiban melakukan pembinaan kepada
usaha mikro, kecil dan menengah untuk mampu tumbuh dan berkembang.
Berkembangnya usaha dimaksudkan untuk mendorong daya saing, pemberian
dorongan inovasi dan perluasan pasar69.
Alasan tersebut menunjukkan terdapat korelasi antara PT Tirta Investama
dan Bapenam untuk mendorong pertumbuhan perekonomian dan melaksanakan
tanggung jawab sosial perusahaan sebagaimana diamanatkan oleh UU.
Menurut Utomo, langkah yang dilakukan oleh Bapenam untuk menarik
investor adalah melakukan pameran infestasi tingkat nasional dan internasional.
Kegiatan promosi turut menjalain kerjasama dengan disperindat dan dinas
koperasi. Promos ini sangat penting untuk mengenalkan potensi yang terdapat di
Kabupaten Pasuruan.
69 Mentri Hukum dan Hak Asasi Manusia. 2007. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal. Jakarta. Loc. Cit.
95
Bentuk kegiatan instansi lainnya untuk meningkatkan sosialisasi dan
kordinasi kepada perusahaan adalah temu usaha. Sebuah kegiatan yang dipimpin
langsung oleh Bupati bertemu dengan perwakilan perusahaan. Tujuan kegiatan
tersebut adalah mendorong kepedulian perusahaan terhadap masyarakat,
khususnya masyarakat di sekitar perusahaan.
PT Tirta Investama sebagai salah satu perusahaan yang melakukan
investasi di Kabupaten Pasuruan dianggap telah menjalankan kegiatan sesuai UU
25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal.
Tata cara pelaksanaan kewajiban yang dilakukan perusahaan tidak lepas
dari otonomi daerah. Otonomi daerah memiliki wewenang menghasilkan produk
peraturan daerah. Pelaksanaan penanaman modal di Kabupaten Pasuruan turut
diatur dalam Perda No. 12 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW). Isi dari perda ini yang cukup penting adalah tata ruang wilayah. Investor
yang menanamkan modalnya harus memperhatikan tata ruang dengan
berkordinasi dengan pihak yang berwenang.
Kewajiban lainnya dari UU tersebut adalah perusahaan mendorong
tumbuh dan berkembangnya persaingan usaha kepada masyarakat dan swasta di
lingkungan perusahaan. Tanggung jawab perusahaan ini tidak diketahui oleh
utomo. Utomo tidak mengetahui peran PT Tirta Investama mendorong tumbuh
dan berkembangnya usaha kepada masyarakat dan swasta di sekitar perusahaan.
PT Tirta Investama telah menjalankan dan mendorong ekonomi
kerakyatan dengan cara operasi perusahaan melibatkan masyarakat sekitar. PT
96
Tirta Investama juga memiliki kependulian terhadap kegiatan sosial masyarakat,
khususnya pada hari raya. Demikian sedikit informasi bentuk ekonomi kerakyatan
yang diketahui oleh Utomo. Pelaksanaan tanggung jawab ini berdasarkan
kebijakan internal perusahaan.
Hal penting yang perlu diketahui dari implementasi tanggung jawab sosial
PT Tirta Investama adalah perusahaan melakukan pemberdayaan. Pemberdayaan
yang dimaksud adalah pengembangan sumber daya manusia. Bentuk kegiatan
meliputi pembinaan dan pengembangan usaha mikro, kecil, menengah dan
koperasi. Kegiatan ini lebih populer disebut dengan CSR. Ada pun pihak yang
berkompeten berkordinasi dengan CSR perusahaan adalah Badan Perencanaan
Daerah (Bapeda).
5.2 Badan Perencanaan Daerah (Bapeda)
Pihak yang relevan mengetahui kordinasi PT Tirta Investama dengan
pemerintah Kabupaten Pasuruan adalah Badan Perencanaan Daerah (Bapeda).
Bapeda merupakan pihak yang mengetahui pembangunan Kabupaten Pasuruan,
peran CSR dalam kebijakan pemerintah Kabupaten Pasuruan dan pelaksanaan
CSR di Kabupaten Pasuruan70. Terdapat alasan penting peneliti melakukan
wawancara kepada Bapeda yaitu
70 Wawancara kepada pihak Bapeda dilaksankan pada selasa, 1 Mei 2012, sejak pukul 10.00 sampai 10.30 WIB di kantor Bapeda Kabupaten Pasuruan. Pihak Bapeda yang menjadi informan adalah drs. Syaifudin Ahmad M.Si.. Syaifudin menjabat sebagai sekretaris Bapeda Kabupaten Pasuruan.
97
a. Melalui perda Jawa Timur terdapat kewajiban perusahaan menyusun,
menata, merancang dan melaksanakan kegiatan TSP sesuai dengan
prinsip-prinsip tanggung jawab sosial dunia usaha dengan
memperhatikan kebijakan pemerintah daerah dan peraturan
perundangan yang berlaku. Disinilah Bapeda merupakan pihak yang
tepat berkenaan dengan kordinasi menyusun, menata, merancang dan
melaksanakan kegiatan TSP sesuai dengan kebijakan pemerintah.
b. Perda Jawa Timur mengatur ketentuan pemerintah kabupaten/kota yang
di wilayahnya tidak terdapat perusahaan atau terdapat perusahaan
namun dalam jumlah terbatas sehingga tidak memiliki atau memiliki
program TSP yang sangat kecil dapat mengajukan usulan program TSP
kepada perusahaan atau forum pelaksana TSP dengan tembusan kepada
Gubernur. Pelaksanaan CSR merupakan pembangunan berkelanjutan,
dibutuhkan perencanaan. Dalam hal ini Bapeda merupakan pihak yang
merencanakan pembangunan daerah.
c. Dibutuhkan informasi tentang peran Bapeda terhadap kordinasi,
perencanaan dan pelaksanaan CSR di Kabupaten Pasuruan, khususnya
dengan keberadaa forum CSR di Kabupaten Pasuruan.
5.2.1 Arah Pembangunan Kabupaten Pasuruan
Pembangunan merupakan upaya dan tindakan yang dilakukan oleh
pemerintah untuk mencapai kehidupan yang diharapkan. Pembangunan mencakup
visi dan missi yang dirumuskan oleh eksekutif sebagai pelopor perubahan. Visi
98
dan missi ini berfungsi sebagai arah dan tujuan pembangunan di suatu
pemerintahan.
Tabel 6 Arah Pembangunan Kabupaten Pasuruan
Syaifudin Ahmad Selaku Sekretaris Bapeda Kabupaten Pasuruan Visi
Missi Good Governance. Langkah utama yang dilakukan adalah menekankan
keterbukaan. Hal ini merangsang partisipasi masyarakat dalam kebijakan Visi merupakan harapan yang dituju oleh pemerintah yang bersangkutan.
Segala kebijakan pemerintah tertuju kepada visi ini. Sedangkan missi adalah
tindakan yang dilakukan pemerintah. Missi berupa tindakan yang bersifat abstrak,
belum terdapat langkah atau program kerja yang dilakukan. Tindakan abstrak ini
merupakan landasan pemerintah untuk mengambil kebijakan. Segala kebijakan
pemerintah harus mencakup missi.
Rencana strategis pemerintah Kabupaten Pasuruan mengacu kepada
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD). Ada pun isi RPJMD
tersebut mengacu kepada visi dan missi pemerintah Kabupaten Pasuruan. Visi
berisi “ Terwujudnya Masyarakat Kabupaten Pasuruan yang Lebih Maju, Mandiri,
Dinamis, dan Agamis ”.
Sedangkan missi Kabupaten Pasuruan mencakup 13 poin. 13 poin tersebut
dirangkum menjadi
“ 1. Mewujudkan pemerintahan yang demokratis, berkeadilan dan profesional yang didukung oleh mantapnya sistem kelembagaan dan aparatur yang berkualitas berdasarkan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berbasis kompetensi, iman dan taqwa.
99
2. Pemberdayaan ekonomi masyarakat agar lebih maju, mandiri dan dinamis dengan mengoptimalkan potensi daerah, pembangunan wilayah dan kemitraan serta pemeliharaan stabilitas pengembangan dunia usaha.
3. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui aksesibilitas dan kualitas pelayanan pendidikan, kesehatan dan sosial serta pembinaan pemuda, pemberdayaan perempuan dan pelestarian nilai-nilai budaya lokal.”
Hal yang sangat penting untuk mengawal kebijakan, pemerintah
Kabupaten Pasuruan mengawal kebijakan ke arah kosep good governance. Proses,
pelaksanaan dan pengawasan kebijakan melibatkan perwakilan swasta,
pemerintah dan masyarakat.
Menurut Ahmad dalam mengawal kebijakan ini pemerintah melakukan
kordinasi dengan perwakilan oraganisasi masyarakat (ormas), tokoh masyarakat
dan beberapa pihak swasta yang dianggap relevan. Tidak semua masyarakat
terlibat dalam kebijakan ini. Tidak memungkinkan apabila semua kalangan
masyarakat turut mengambil kebijakan. Jumlah ormas maupun tokoh masrakat
memiliki jumlah yang banyak. Hal ini menjadi konsekuensi dan alasan kendala
pelaksanaan good governance.
Langkah utama sebagai tolok ukur keberhasilan pembangunan dengan
konsep good governance adalah menerapkan keterbukaan bagi masyarakat luas.
Langkah ini penting untuk menunjang keterlibatan masyarakat melalui respon
yang diberikan. Masyarakat mampu mengawasi pembangunan yang dilakukan
oleh pemerintah Kabupaten Pasuruan.
Keberhasilan pelaksanaan konsep good governance ini dapat diketahui
dari implikasi yang dihasilkan. Pada setiap tahunnya dapat diketahui laporan
100
proses pelaksanaan kebijakan melibatkan pemerintah, swasta dan masyarakat.
Masyarakat dapat terlibat untuk mengawasi proses kebijakan. Sedangkan swasta
turut terlibat dalam perencanaan kebijkan.
5.2.2 Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Dalam Kebijakan
Kebijakan memiliki banyak definisi. Dalam hal ini kebijakan lebih
dipahami sebagai proses perencanaan, putusan, pelaksanaan, evaluasi dan kembali
menjadi perencanaan kepentingan. Proses kebijakan tidak lepas dari peraturan
sebagai payung regulasi maupun sebagai produk kebijakan. Kebijakan
menentukan pilihan tindakan yang diakui sah oleh pemerintah.
Tanggung jawab sosial perusahaan kepada masyarakat, lingkungan dan
entitas dunia usaha skala mikro, kecil, menengah dan koperasi telah diatur dalam
perundangan. UU 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas mewajibkan
perusahaan yang beroperasi dalam sumber daya alam dan berkaitan dengan
sumber daya alam untuk melakukan tanggung jawab sosial. Disebutkan dalam
pasal pasal 74 ayat 1, “ Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang
dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung
Jawab Sosial Dan Lingkungan”71.
Sedemikian penting perundangan tersebut dipertegas dalam peraturan
daerah tingkat Jawa Timur No 4 Tahun 2011. Regulasi pelaksanaan tanggung
awab sosial perusahaan harus dilibatkan dalam proses kebijakan pemerintah kota
71 Mentri Hukum dan Hak Asasi Manusia. 2007. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas. Jakarta. Loc. Cit
101
atau kabupaten. Proses kebijakan ini melibatkan eksekutif, legislatif dan
pemerintah Gubernur. Pada pasal 16 memiliki substansi pemerintah daerah
menyampaikan program skala prioritas kepada forum TSP sebagai program
pelaksanaan TSP. Selanjutnya forum memiliki kewajiban melaporkan perencaaan,
pelaksanaan dan evaluasi pelaksanaan masing-masing anggota TSP kepada
pemerintah daerah. Selanjutnya pemerintah provinsi melaporkan pelaksanaan TSP
kepada DPRD72.
Tabel 7 Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Dalam Kebijakan
Syaifudin Ahmad Selaku Sekretaris Bapeda Kabupaten Pasuruan Perda Jatim No. 4 Tahun 2011 Tentang Tanggung Jawab Sosial Perusahaan tidak dapat dilaksanakan dengan alasan masih dibutuhkannya perda tingkat kabupaten
Saat ini perda tingkat kabupaten berkenaan dengan CSR berada pada proses legislasi
Pelaksanaan CSR di Kabupaten Pasuruan selama ini hanya sekedar kordinasi. Kordinasi yang dibangun adalah kordinasi objek pembangunan. Kordinasi pembangunan ini tidak menjadi bagian pembangunan pemerintah
Pelaksanaan CSR merupakan kepedulian perusahaan. Pemerintah tidak dapat memaksa perusahaan untuk melaksanakan CSR. Pihak yang berwenang melakukan pengawasan CSR adalah akuntan publik.
Akan tetapi, menurut Ahmad perda tingkat Jawa Timur ini belum dapat
dilaksanakan. Pelaksanaan perda Jawa Timur membutuhkan perda tingkat
Kabupaten Pasuruan. Perda tingkat kabupaten masih dalam proses legislasi.
Pemerintah Kabupaten Pasuruan belum memiliki wewenang yang kuat untuk
melibatkan diri dalam CSR.
Pelaksanaan CSR di Kabupaten Pasuruan yang selama ini berjalan sebatas
kordinasi antara pemerintah dan swasta. Pemerintah tidak memiliki wewenang
untuk menindak tegas perusahaan yang tidak melaksanakan tanggung jawab
72 Pemerintah Provinsi Jawa Timur. 2011. Peraturan Daerah Jawa Timur Nomor Tahun 2011 Tentang Tanggung Jawab Sosial Perusahaan. Surabaya. Loc. Cit
102
sosial. Swasta memiliki kebijakan internal melakukan tanggung jawab sosial.
Tanggung jawab sosial merupakan kepedulian perusahaan. Kordinasi yang
dibangun antara bapeda dengan perusahaan berupa pembagian program sosial
perusahaan dengan program pemerintah. Pemerintah memberi kesempatan
perusahaan melakukan pembangunan dengan kordinasi objek pembangunan.
Ada pun pihak yang memiliki wewenang melakukan pengawasan kepada
perusahaan adalah akuntan publik. Akuntan publik merupakan pihak yang
memiliki wewenang melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan tanggung
jawab sosial atau CSR perusahaan. Dalam hal ini pemerintah Kabupaten Pasuruan
atau Bapeda tidak memiliki sangkut paut untuk melakukan pengawasan terhadap
palaksanaan CSR.
Maka perlu ditegaskan bahwa tanggung jawab sosial perusahaan atau
disebut CSR tidak menjadi bagian dalam proses kebijakan pemerintah Kabupaten
Pasuruan. Pemerintah memiliki prosedur sendiri untuk melaksanakan agenda
pembangunan dan perusahaan memiliki agenda sendiri untuk melaksanakan CSR.
Hubungan keduanya bersifat dapat saling mengisi dalam pelaksanaan di lapangan.
Pemerintah memberikan kesempatan perusahaan melakukan tanggung jawab
sosial. Perusahaan melakukan manajemen perencanaan, pelaksanaan dan
keuangan. Proses kebijakan tidak melibatkan keuangan swasta sebagai
penganggaran kebijakan. Pemerintah menganggarkan kebijakan dari sumber
pendapatan daerah.
103
Bersinggungan dengan perda Jawa Timur, Bapeda bersikap menunggu
perda tingkat Kabupaten Pasuruan untuk melaksanakan regulasi CSR.
5.2.3 Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Di Kabupaten Pasuruan
Tanggung jawab sosial perusahaan dalam kebijakan belum terselenggara
sebagaimana amanat perda Jawa Timur No. 4 Tahun 2011, regulasi tanggung
jawab sosial perusahaan di Kabupaten Pasuruan masih menunggu perda
Kabupaten. Selama ini pelaksanaan CSR belum memiliki aturan yang mengikat.
Pelaksanaan CSR belum dapat diatur oleh pemerintah Kabupaten Pasuruan.
Demikian pula dalam regulasi kebijakan, CSR tidak menjadi bagian kebijakan
pemerintah Kabupaten Pasuruan. Pelaksanaan tanggung awab sosial perusahaan
yang diwajibkan oleh UU tidak memiliki kekuatan untuk menegakkan aturan,
kecuali sebatas dianalisis oleh akuntan publik.
Keberadaan CSR yang belum menjadi bagian kebijakan bukan berarti
perusahaan di Kabupaten Pasuruan tidak menjalankan tanggung jawab sosial
perusahaan. Perusahaan memiliki program CSR. Secara tidak langsung program
CSR ini merupakan bagian dari pembangunan. Pembangunan di Kabupaten
Pasuruan melibatkan pemerintah, swasta dan masyarakat. Keterlibatan
pemerintah, swasta dan masyarakat dibuktikan dalam laporan tahunan Bapeda.
Berdasarkan hal ini menunjukkan pelaksanaan CSR di Kabupaten
Pasuruan turut menjalin kordinasi dengan pemerintah Kabupaten Pasuruan.
Pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan secara tidak langsung merupakan
bagian perencaan pembangunan. Ada pun pihak yang dianggap berkompeten
104
dalam pembangunan adalah Bapeda. Terlebih Bapeda merupakan pihak yang
berperan mengawal perencanaan pembangunan.
Menanggapi hal ini, Bapeda menyatakan bahwa instansi sudah menjalin
kerjasama dengan perusahaan. Pelaksanaan CSR menjadi tanggung jawab
perusahaan, akan tetapi dalam pelaksanaannya perusahaan turut berkordinasi
dengan Bapeda. Pada setiap tahunnya perusahaan melakukan kordinasi dengan
Bapeda. Kordinasi yang dibangun adalah Bapeda memberikan pemetaan wilayah,
sosial, pendidikan, ekonomi, budaya dan lain-lain. Perusahaan sendiri yang
memilih objek CSR. Bapeda hanya berkordinasi atau memberikan data-data.
Peran perusahaan dalam kordinasi ini turut memberikan data perencanaan dan
pelaksanaan CSR.
Pada pelaksanaan setiap tahunnya perusahaan bekerjasama dengan Tim
Kordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK). TKPK merupakan tim yang
dibentuk berdasarkan intruksi presiden. Tim ini beranggotakan LSM, perguruan
tinggi, swasta, perbankkan, perusahaan, dinas yang terkait dan lain-lain.
Keberadaan TKPK memiliki fungsi mempercepat pembangunan. TKPK
dalam menjalankan tugasnya membentuk kelompok kerja. Kelompok kerja ini
melibatkan unsur pemerintah, swasta dan masyarakat. Langkah sinergi ini
dibangun dengan sosialisasi yang dilakukan oleh Bapeda. Sosialisasi turut
mangajak perusahaan menjadi anggota TKPK. Melalui langkah ini perusahaan
memiliki kemudahan berkordinasi dengan dinas yang bersangkutan.
105
Terkait objek penelitian ini, PT Tirta Investama dulu kurang berkordinasi
dengan pemerintah. Akan tetapi saat ini, PT Tirta Investama selalu melakukan
kordinasi dengan pemerintah dalam pelaksanaan CSR tahunan.
Tabel 8 Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Di Kabupaten Pasuruan
Syaifudin Ahmad Selaku Sekretaris Bapeda Kabupaten Pasuruan Dalam hal kordinasi Bapeda dengan perusahaan, setiap tahunnya Bapeda memberikan pemetaan wilayah, sosial, pendidikan, ekonomi, budaya dan lain-lain. Perusahaan sendiri yang memilih objek CSR. Dan perusahaan turut memberikan laporan perencaan dan pelaksanaan CSR. Pelaksanaan CSR selama ini dilaksanakan melalui Tim Kordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK). Tim yang terdiri dari masyarakat, pemerintah dan swasta. Tujuannya adalah mempercepat pembangunan. Pelaksanaan CSR di Kabupaten Pasuruan sudah berjalan, akan tetapi disayangkan bahwa pelaksanaan CSR tidak memiliki tolok ukur keberhasilan, standart dan indikator keberhasilan PT Tirta Investama merupakan salah satu perusahaan yang melakukan kordinasi dengan Bapeda, akan tetapi Bapeda tidak memiliki data pelaksanaan CSR pada aspek lingkungan. Pada aspek sosial ekonomi perusahaan melakukan pemberdayaan masyarakat berupa daur ulang limbah dan lain-lain.
Pelaksanaan CSR di Kabupaten Pasuruan sudah berjalan, akan tetapi
disayangkan bahwa pelaksanaan CSR tidak memiliki tolok ukur keberhasilan,
standart dan indikator keberhasilan. Pelaksanaan CSR belum memiliki regulasi
yang mengatur kontrol perusahaan untuk menyeimbangkan eksploitasi alam,
kondisi sosial masyarakat dan perekonomian masyarakat. Pelaksanaan CSR hanya
berdasarkan kepedulian perusahaan. Pemerintah pun terbatas berkordinasi dan
mendorong melalui TKPK.
Pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan memiliki tanggung jawab
kepada aspek lingkungan dan sosial ekonomi masyarakat. Pelaksanaan tanggung
jawab ini mencakup tanggung jawab aspek manajemen internal dan eksternal
perusahaan. Ada pun pihak yang mengawasi pelaksanaan manajemen perusahaan
106
adalah akuntan publik, sedangkan pada aspek pelaksanaan lingkungan adalah
dilakukannya analisis dampak lingkungan. Analisis dampak lingkungan ini
dilakukan dua tahun lalu untuk mengetahui perkembangan perusahaan dan tahun
sebelumnya.
Hal ini menunjukkan; eksploitasi yang dilakukan oleh PT Tirta Investama
berdampak kepada adanya masalah kekhawatiran eksploitasi tanpa diimbangi
reboisasi. Dikhawatirkan keseimbangan eksploitasi dan perawatan lingkungan
tidak seimbang. Menaggapi hal ini mengundang pertanyaan langkah yang telah
dilakukan perusahaan untuk mengantisipasi. Bapeda menginformasikan bahwa
perusahaan telah melaksanakan tanggung jawab terhadap lingkungan. Bapeda pun
mendorong pelaksanaan CSR. Akan tetapi Bapeda tidak memiliki data
pelaksanaan CSR pada aspek lingkungan.
Pada aspek sosial ekonomi, PT Tirta Investama turut melaksanakan CSR
dengan tema transformasi ekonomi. PT Tirta Investama melakukan pemberdayaan
masyarakat berupa daur ulang limbah dan lain-lain.
Kesuksesan kordinasi dan pelaksanaan CSR dalam sosial ekonomi dan
lingkungan tidak lepas dari faktor pendukung dan penghambat. Faktor utama
pendukung pelaksanaan CSR di Kabupaten Pasuruan adalah banyaknya
perusahaan. Sedangkan faktor penghambat pelaksanaan CSR adalah perusahaan
tidak berkordinasi dengan TKPK. Perusahaan tidak melakukan CSR. Wewenang
CSR di tangan perusahaan, pemerintah belum mampu memberikan tindakan
secara tegas. Hal ini berdasarkan peraturan yang ada.
107
5.3 PT Tirta Investama
Peninjauan relevansi CSR PT Tirta Investama dilakukan kepada pihak
kordinator yaitu Fafit Rahmat Aji73. Peninjauan kepada PT Tirta Investama
penting untuk menggali alasan PT Tirta Investama memilih Dusun Jatianom
sebagai lokasi pendirian pabrik, cara PT Tirta Investama mengeksploitasi SDA,
mengetahui besaran eksploitsi PT Tirta Investama dan dampak yang dihasilkan.
Data eksploitasi PT Tirta Investama merupakan pertimbangan analisis CSR. CSR
turut membahas keseimbangan perusahaan dengan alam. Serta kordinasi swasta,
pemerintah dan masyarakat.
5.3.1 Eksploitasi
Perusahaan dalam menentukan lokasi eksploitasi tidak lepas dari
pertimbangan SDA, kondisi sosial, peluang ekonomi dan lain sebagainya.
Pertimbangan ini merupakan faktor utama untuk mendorong kesuksesan operasi
perusahaan. Terlebih orientasi perusahaan adalah profit. Orientasi bisnis adalah
memperoleh keuntungan.
Pihak yang menjadi objek penelitian ini adalah PT Tirta Investama yang
berada di Dusun Jatianom, Desa Karang Jati, Kecamatan Pandaan, Kabupaten
Pasuruan. Alasan perusahaan mendirikan perusahaannya di lokasi tersebut
menarik untuk diketahui. Orientasi perusahaan untuk memperoleh keuntungan di
lokasi tidak lepas dari adanya peluang. Keberadaan peluang, cara eksploitasi dan
73 Wawancara dilaksanakan pada 14 Mei 2012, pukul 14.05 sampai 15.02 WIB di Pabrik PT Tirta Investama kepada Fafit Rahmay Aji selaku Kordinator CSR PT Tirta Investama Pandaan, Jl. Raya Surabaya Malang 48,5 Desa Karangjati Kecamatan Pandaan, Kabuapten Pasuruan.
108
besaran eksploitasi menjadi pertimbangan keseimbangan kemanfaatan dan
eksploitasi perusahaan. Disinilah tolok ukur kelayakan CSR.
Perusahaan beroperasi sejak tahun 1984. Di lokasi ini perusahaan
mendirikan pabrik dan mendapatkan Izin dari pemerintah Kabupaten Pasuruan.
Aktivitas yang dilakukan perusahaan berupa mengeksploitasi SDA berupa air
bawah tanah. Sebelumnya, PT Tirta Investama melakukan penelitian terlebih
dahulu kurang lebih 2 tahun. Setelah penelitian lokasi telah memenuhi kriteria,
perusahaan melakukan pengeboran laipsan bumi dengan tingkat kedalaman
aquiefer 3.
Dari lapisan aquiefer 3 perusahaan melakukan eksploitasi air dengan
peralatan tekhnologi canggih. Perusahaan melakukan eksploitasi dengan
effektifitas dan efisiensi produksi. Hal yang menarik adalah penulis
mempertanyakan besaran ekspoitasi PT Tirta Investama. Besaran eksploitasi yang
dipertanyakan adalah liter per detik. Artinya berapa liter air yang diekploitasi
perusahaan dalam setiap detiknya! Pertanyaan ini cukup penting bahwa
perusahaan telah memenuhi standart perizinan. Dalam standart perizinan turut
mencantumkan besaran eksploitasi. Ketika penulis mempertanyakan besaran
tersebut, Bapeda tidak mengetahui. Maka cukup relevan untuk mengetahui
besaran eksploitasi perusahaan kepada pihak yang paling bersangkutan.
Tabel 9 Eksploitasi
Fafit Rahmat Aji Selaku Kordinator CSR Alasan perusahaan memilih Kecamatan Pandaan sebagai pabrik adalah adanya faktor pendukung berupa Sumber daya alam yang mendukung, hasil
Sejak 1984 PT Tirta Investama mendirikan perusahaannya di Dusun
109
penelitian dan pertimbangan kualitas dan kuantitas SDA.
Jatianom, perusahaan akan tetap beroperasi selama mendapatkan Izin dari pemerintah yang berwenang
PT Tirta Investama telah memenuhi standart perizinan yang diberikan pemerintah untuk berproduksi. Ada pun cara yang dilakukan perusahaan untuk mengeksploitasi adalah sebelum melakukan eksploitasi perusahaan melakukan penelitian kurang lebih selama 2 tahun dan mengeksploitasi SDA dengan cara mengebor lapisan bumi hingga aquiefer 3
Besaran ekslpoitasi PT Tirta Investama Pandaan dalam satuan liter/detik tidak diketahui oleh informan. Terlebih hal ini bersifat rahasia.
Alasan penting selanjutnya adalah pabrik ini telah beroperasi cukup lama,
pemerintah pun telah memberikan Izin cukup lama. Berdasarkan perspektif CSR,
kelangsungan lingkungan hidup dan sosial ekonomi menjadi tanggung jawab
pemangku kepentingan, yaitu pemerintah swasta dan masyarakat. Disinilah
peneliti sebagai bagian dari pemangku kepentingan memiliki peran untuk turut
melakukan kontrol.
Pertanyaan besaran eksploitasi SDA yang dilakukan PT Tirta Investama
pun dipertanyakan kepada Aji selaku kordinator CSR PT Tirta Investama di
Kecamatan Pandaan. Berdasarkan jawaban yang diberikan narasumber
menunjukkan bahwa besaran ekploitasi yang dilakukan perusahaan bersifat
rahasia. Bahkan narasumber pun tidak mengetahui besaran yang dilakukan
perusahaan. Narasumber bukan pihak yang membidangi dalam hal ini. Berkaitan
dengan pertanyaan peneliti, Aji tidak dapat memberikan jawaban. Ditegaskan, di
perusahaan sudah terdapat staf yang membidangi bidang masing-masing.
Di Dusun Jatianom inilah perusahaan melakukan produksi dan pemasaran
produk. Alasan perusahaan mendirikan perusahaan di Dusun Jatianom adalah
Dusun Jatianom memiliki sumber daya yang mendukung dan hasil penelitian yang
110
dilakukan oleh tim PT Tirta Investama menunjukkan lokasi memenuhi kriteria.
Penelitian yang dilakukan tim bersama perusahaan dilakukan kurang lebih selama
2 tahun. Penelitian ini dilakukan dengan waktu yang cukup panjang untuk
menghasilkan produk yang berkualitas.
Hasil pertimbangan lainnya yang cukup penting adalah kualitas dan
kuantitas SDA yang tersedia. Melalui pertibangan ini perusahaan menilai Dusun
Jatianom layak sebagai lokasi produksi. Tahapan yang panjang ini merupakan
bagian dari komitmen perusahaan memberikan produk unggulan untuk konsumen.
Selanjutnya peneliti mempertanyakan sampai kapan perusahaan
menghentikan produksinya di Dusun Jatianom. Pertanyaan ini dimaksudkan untuk
mengetahui adanya kriteria yang diberikan perusahaan untuk menghentikan
produksi pabrik. Alasan selanjutnya untuk mengetahui program berhentinya
eksploitasi perusahaan.
Menurut Aji, perusahaan akan tetap melakukan eksploitasi selama diberi
Izin oleh pemerintah yang bersangkutan. Selama ini perusahaan telah melakukan
perpanjangan dan perusahaan telah memenuhi aturan-aturan yang diberikan oleh
pemerintah.
Berdasarkan jawaban yang diberikan oleh Aji menunjukkan perusahaan
melakukan eksploitasi pada waktu yang tidak dapat diperediksi. Perusahaan akan
terus melakukan eksploitasi selama pemerintah meberikan Izin. Terlebih, hal
yang cukup kritis untuk dipertanyakan adalah besaran eksploitasi perusahaan.
111
Berdasarkan belum diketahui besaran tersebut, baik dari pemerintah maupun
pihak perusahaan.
5.3.2 Dampak Eksploitasi Dan Antisipasi
Eksploitasi yang dilakukan oleh perusahaan memiliki dampak yang
signifikan. Sebuah dampak memiliki pengaruh secara langsung maupun tidak
secara langsung. Dampak secara langsung dapat dibuktikan secara langsung
dengan panca indra manusia adanya fenomena yang mengganggu kenyamanan
lingkungan hidup. Sedangkan dampak tidak langsung adalah akibat yang diderita
oleh lingkungan hidup pada jangka waktu mendatang.
Tanggung jawab perusahaan berdasarkan perspektif CSR terbagi atas
profit, sosial people dan lingkungan planet74. Pada pembahasan ini peneliti hanya
mengambil pada aspek sosial ekonomi masyarakat dan lingkungan. Aspek ini
menjadi faktor yang mempengaruhi lingkungan hidup masyarakat Dusun
Jatianom. Aspek ini menjadi jembatan resolusi konflik antara perusahaan dan
masyarakat. Sedangkan profit menjadi otoritas perusahaan secara internal untuk
mendapatkan keuntungan secara maksimal.
Langkah yang dilakukan penulis di lapangan untuk menggali dampak
eksploitasi perusahaan adalah mempertanyakan hasil dari analisis dampak
lingkungan (Amdal) yang dilakukan oleh perusahaan dan pihak pemerintah. Aji
memberikan informasi bahwa perusahaan masih belum berada pada tahapan
Amdal. Bentuk tekhnis yang dilakukan perusahaan untuk memantau
74 John Elkington. Loc. Cit
112
perkembangan dampak operasi perusahaan adalah UKL UPL (Upaya Pengelolaan
Lingkungan Upaya Pemantauan Lingkungan). UKL UPL merupakan analisis
lingkungan yang memiliki tingkat akurasi di bawah Amdal.
Pelaksanaan UKL UPL dilaksanakan secara periodik kepada pemerintah
yang berwenang. Setiap 6 bulan, perusahaan melakukan UKL UPL. Pemerintah
yang berwenang mengontrol UKL UPL kepada PT Tirta Investama adalah Badan
Lingkungan Hidup dan Badan Perizinan Dan Penanaman Modal.
Selanjutnya, peneliti menanyakan dampak positif dan negatif yang sedang
terjadi pada persepektif sosial ekonomi dan lingkungan di Dusun Jatianom. Pada
aspek sosial ekonomi, perusahaan merasa memberikan manfaat kepada
masyarakat secara luas. Peran perusahaan di tengah-tengah masyarakat
memberikan peluang lapangan pekerjaan. Perusahaan melakukan penyerapan
tenaga kerja.
Keberadaan perusahaan pun mendorong perkembangan perekonomian
pada lingkup lokal Dusun Jatianom dan lingkup yang lebih luas.
Pada lingkup lokal, perusahaan berdampak terhadap tumbuhnya
perekonomian masyarakat. Banyaknya karyawan PT Tirta Investama turut
merangsang masyarakat Dusun Jatianom melihat adanya peluang ekonomi. Hal
ini dibuktikan dengan berkembangnya warung-warung di sekitar pabrik. Warung-
warung ini memenuhi kebutuhan karyawan PT Tirta Investama.
113
Dampak negatif pada perspektif sosial ekonomi tidak menunjukkan
adanya hal yang signifikan. Keberadaan perusahaan memberikan manfaat yang
besar kepada masyarakat.
Setelah mengetahui dampak yang dihasilkan perusahaan dalam sosial
ekonomi masyarakat, peneliti memperdalam perihal lingkungan. Peneliti
mempertanyakan dampak positif dan negatif dari operasi perusahaan. Dampak
yang dihasilkan perusahaan kepada lingkungan hidup sangat penting untuk
mengantisipasi dampak yang lebih besar.
Dampak negatif perusahaan sudah pasti telah terjadi. Dampak negatif
perusahaan yang utama adalah polusi udara dan polusi suara. Operasi perusahaan
menyisahkan gas dan suara yang dihasilkan dari operasi mesin produksi. Sebagai
wujud tanggung jawab, perusahaan telah membentuk tim penanggulangan
gangguan HO. Hasil kerja tim tersebut menunjukkan dampak negatif yang
dihasilkan perusahaan masih dapat ditoleransi masyarakat.
Tabel 10 Dampak Eksploitasi Dan Antisipasi
Fafit Rahmat Aji Selaku Kordinator CSR Dampak positif PT Tirta Investama di Dusun Jatianom adalah penyerapan tenaga kerja, dan pertumbuhan ekonomi lokal berupa warung.
Dampak negatif PT Tirta Investama di Dusun Jatianom adalah polusi suara dan polusi udara, akan tetapi perusahaan sudah membentuk tim penanggulangan. Melalui tim tersebut gangguan HO masih bisa diterima oleh masyarakat
PT Tirta Investama masih melaksanakan UKL UPL, belum mencapai tahapan amdal. Secara periodik 6 bulan berkordinasi dengan Badan Lingkungan Hidup dan Badan Perizinan Dan Penanaman Modal. Upaya yang dilakukan perusahaan untuk mengantisipasi kemungkinan yang tidak diharapkan pada 5 hingga 10 tahun mendatang adalah perusahaan memiliki komitmen memberikan dampak positif kepada masyarakat dan lingkungan. Sasaran utama CSR adalah ring 1, yaitu Dusun Jatianom. Selanjutnya perusahaan
114
memberikan dampak positif kepada lingkup yang lebih luas. Sedangkan dampak positif yang dihasilkan tidak teridetifikasi.
Narasumber menjelaskan adanya kelebihan dan kekurangan saling melengkapi
pada aspek lingkungan dan sosial ekonomi masyarakat.
Langkah utama yang dilakukan oleh perusahaan untuk memberikan
dampak positif pada jangka dekat dan jangka panjang adalah dilaksanakannya
program CSR. Program CSR ini memiliki komitmen memberikan dampak positif
kepada masyarakat dan lingkungan.
Sasaran kegiatan utama pelaksanaan CSR ini adalah menempatkan Dusun
Jatianom sebagai ring satu. Kegiatan CSR dimaksimalkan terlebih dahulu di
lingkungan ini. Setelah perusahaan mampu memaksimalkan kerja, perusahaan
melaksanakan kegiatan CSR pada lingkup yang lebih luas.
5.3.3 Kordinasi Pemangku Kepentingan
Pelaksanaan CSR tidak dapat lepas bersinggungan dengan aspek
pemerintah dan masyarakat. Alasan utama bersinggungannya perusahaan adalah
aktifitas CSR merupakan bagian pembangunan. Ranah ini membutuhkan
kordinasi dengan pemerintah. Pemerintah dan perusahaan membutuhkan kordinasi
untuk mensinergikan program. Baik pemerintah tingkat kota, maupun tingkat
lokal.
Alasan selanjutnya, perusahaan dan masyarakat sekitar perusahaan
membutuhkan kordinasi. Perusahaan dan masyarakat adalah pihak yang memiliki
kepentingan. Perusahaan membutuhkan dukungan lingkungan masyarakat yang
115
kondusif untuk melaksanakan produksi. Sedangkan masyarakat membutuhkan
kemanfaatan perusahaan kepada lingkungan dan masyarakat. Perusahaan dan
masyarakat saling membutuhkan untuk mencapai kepentingannya. Kordinasi ini
perlu dibangun untuk menjaga hubungan yang harmonis antara masyarakat,
perusahaan maupun pemerintah. Ketiganya memiliki peran penting mendorong
kemajuan.
Tabel 11 Kordinasi Pemangku Kepentingan
Fafit Rahmat Aji Selaku Kordinator CSR PT Tirta Investama telah berkordinasi dengan masyarakat dan pemerintah daerah dalam menjalankan aktivitasnya. Kordinasi dilaksanakan melalui CSR kolaboratif. Suatu program yang merangkap kebutuhan masyarakat yang bisa dibantu perusahaan
Perusahaan belum berkordinasi dengan TKPK. Kordinasi perusahaan dengan pemerintah pada pelaksanaan CSR langsung kepada instansi yang bersangkutan.
PT Tirta Investama sebagai perusahaan yang memiliki kepentingan di
Dusun Jatianom telah melaksanakan kordinasi dengan pemangku kepentingan.
Kordinasi ini dibangun melalui CSR kolaboratif. Sebuah program yang didesain
untuk merangkap kebutuhan masyarakat yang bisa dibantu perusahaan.
Perusahaan memberikan kemanfaatan kepada masyarakat melalui bantuan.
Program ini dilakukan untuk memberikan manfaat positif kepada masyarakat.
Bantuan diberikan perusahaan kepada masyarakat berdasarkan kebutuhan
masyarakat. Bantuan ini bersifat sukarela. Perusahaan memberikan bantuan
dengan kemampuan perusahaan.
Sedangkan kordinasi yang dibangun dengan pemerintah cukup menarik
untuk dicermati. Sebelumnya Bapeda Kabupaten Pasuruan menginformasikan
bahwa kordinasi yang dibangun oleh PT Tirta Investama dalam pelaksanaan CSR
116
dikordinasikan oleh tim TKPK. Kebenaran informasi menarik untuk dilakukan
crosscek kepada pihak yang bersangkutan.
Menanggapi informasi ini perusahaan menjelaskan bahwa selama ini
perusahaan dalam menjalankan aktifitas CSR belum berkordinasi dengan tim
TKP. Pelaksnaan CSR selama ini langsung berkordinasi dengan pemerintah yang
membidangi. Pelaksanaan CSR dilakukan secara independen oleh perusahaan,
dalam pelaksanaannya di lapangan, CSR berkordinasi dengan instansi yang
bersangkutan.
5.3.4 Kontrol Pemangku Kepentingan
Kordinasi antara pemerintah, swasta dan masyarakat merupakan upaya
menjaga hubungan yang harmonis. Masing-masing pihak memiliki kepentingan
untuk tidak saling terganggu. Keberadaan aspek lingkungan, hubungan
masyarakat, regulasi pemerintah dan aktifitas perusahaan berproduksi
membutuhkan kontrol masing-masing pihak untuk mendapatkan haknya. Masing-
masing pihak memiki kewajiban bertindak positif sesuai dengan ketetapan yang
ada. Kepincangan kewajiban antar pemangku berdampak kepada situasi dan
kondisi yang tidak kondusif.
Tabel 12 Kontrol Pemangku Kepentingan
Fafit Rahmat Aji Selaku Kordinator CSR PT Tirta Investama membangun kordinasi dengan pemangku kepentingan dengan
cara focus group discustion (FGD). Hal ini dilakukan untuk mencegah kesenjangan dan miss komunikasi dengan pemerintah dan masyarakat
Bentuk kordinasi yang dibangun antara masyarakat dan perusahaan adalah transformasi ekonomi.
117
Upaya yang dilakukan oleh PT Tirta Investama untuk merawat kordinasi
adalah dilaksanakannya Focus Group Discustion (FGD). FGD merupakan upaya
untuk mengkomunikasikan kepentingan. Melalui komunikasi ini, permasalahan
yang melibatkan ketiganya diselesaikan secara diplomasi.
Diplomasi yang dibangun oleh PT Tirta Investama ini telah berjalan
dengan cukup baik. Informan menjelaskan bahwa kontrol yang dibangun
melibatkan pemerintah dan masyarakat. Pemerintah telah menjalankan tugasnya
untuk mengontrol aktifitas perusahaan. Pihak pemerintah yang melakukan kontrol
adalah instansi yang terkait.
Sedangkan kontrol yang dilakukan masyarakat melibatkan kebutuhan
masyarakat. Kepentingan masyarakat adalah perusahaan dan masyarakat mampu
maju secara bersama-sama. Harapan ini mendapatkan respon yang positif oleh
perusahaan. Ada pun aspek yang menjadi kontrol masyarakat, khususnya
masyarakat Dusun Jatianom adalah transformasi sosial ekonomi.
Hubungan ini diwujudkan dengan kemitraan kerja, pemberdayaan dan
lain-lain. Sebagai contohnya masyarakat memiliki kesempatan membeli limbah
perusahaan berupa plastik, talat,dll. Perusahaan pun memberikan bantuan untuk
pendidikan masyarakat, tenaga bongkar, catering dan lain-lain. Aktifitas ini
dilakukan secara berkelanjutan untuk maju secara bersama-sama.
Ada pun pihak utama dari masyarakat yang dilibatkan dalam transformasi
ekonomi adalah Komunitas Wanita Jatianom (Wanjati), PKK dan karang taruna.
118
5.3.5 Peran Dalam Kebijakan
Pemangku kepentingan memiliki peran yang penting dalam menjalankan
hak dan kewajibannya. Hubungan antar pemangku kepentingan pula merupakan
aspek yang sangat penting bagi kelangsungan pemangku kepentingan. Cukup
relevan apabila para pemangku kepentingan melakukan tarik ulur
memperjuangkan kepentingannya.
Hubungan antar pemangku kepentingan ini membutuhkan regulasi.
Dibutuhkan aturan yang mencakup hak dan kewajiban. Regulasi yang sah dan
bersifat tegas adalah kebijkan.
PT Tirta Investama merupakan salah satu pihak yang terlibat dalam
tanggung jawab sosial perusahaan. Perusahaan memiliki kewajiban untuk
melaksanakan tanggung jawab sosial sebagai mana UU Perseroan Terbatas75.
Pelaksanaan tanggung jawab sosial harus memperhatikan sosial ekonomi
masyarakat untuk mendorong tumbuh dan berkembangnya persaingan usaha, serta
memperhatikan lingkungan hidup.
Pelaksanaan UU ini dibutuhkan peraturan di bawahnya; peraturan
pemerintah, perda provinsi dan perda tingkat kota atau kabupaten. Hal ini
dilakukan untuk mempertimbangkan situasi, kondisi, sosial budaya dan lain-lain
yang ada di masyarakat.
75 Mentri Hukum dan Hak Asasi Manusia. 2007. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas. Jakarta. Loc. Cit.
119
Tabel 13 Peran Dalam Kebijakan
Fafit Rahmat Aji Selaku Kordinator CSR Keberadaan Perda Jatim no. 4 Tahun 2011 tidak dapat dilaksanakan karena belum ada perda tingkat kabupaten. PT Tirta Investama belum memiliki agenda terlibat dalam proses kebijakan untuk memperjuangkan CSR. Walau Perda Jatim tidak dapat dilaksanakan, perusahaan memiliki komitmen untuk melaksanakan CSR. Keberadaan agenda pemerintah (RPJM) merupakan perihal yang dikordinasikan antara pemerintah dan PT Tirta Investama untuk melaksanakan kegiatan masing-masing. Tujuan kordinasi adalah tidak adanya tumpang tindih program.
Sebagai pemangku kepentingan CSR di tingkat Kabupaten Pasuruan, PT
Tirta Investama membutuhkan aturan yang sesuai dengan kepentingannya.
Langkah yang dilakukan PT Tirta Investama dalam kebijakan dipertanyakan
relevansinya. Melalui langkah ini dapat diketahui lebih jauh substansi kepentingan
PT Tirta Investama.
Menurut Aji hingga saat ini PT Tirta Investama belum memiliki agenda
terlibat dalam proses kebijakan. Perusahaan belum terlibat pembuatan perda
tingkat Kabupaten Pasuruan. Perusahaan menjalankan CSR dengan kordinasi
kepada pemerintah yang berwenang.
Walau saat ini telah terdapat perda tingkat Jawa Timur, regulasi yang ada
di dalamnya belum dapat dilaksanakan. Perusahaan menilai perda Jawa Timur
membutuhkan kekuatan hukum yang lebih kuat. Hal ini berkaitan dengan lingkup
dan pelaksanaan CSR perusahaan.
Pelaksanaan CSR di lingkup Kabupaten Pasuruan membutuhkan perda
tingkat Kabupaten Pasuruan. PT Tirta Investama menilai perda Jawa Timur tidak
dapat dilaksanakan dengan alasan belum adanya perda tingkat Kabupaten.
120
Walau pun regulasi tersebut belum dilegislasi, PT Tirta Investama telah
melaksanakan CSR. Perusahaan telah menjalankan tanggung jawab sosial
perusahaan. Perusahaan menilai CSR sebagai komitmen kepada masyarakat.
Regulasi yang dibuat dalam peraturan daerah dinilai PT Tirta Investama
sebagai pelaksanaan tekhnik. Peraturan ini dibuat untuk mensinergikan
pemerintah dengan perusahaan. CSR dalam substansinya adalah tanggung jawab
sosial perusahaan. Substansi ini dilaksanakan dalam regulasi maupun kordinasi.
Kordinasi yang disampaikan pihak perusahaan menimbulkan pertanyaan
penting untuk berkorelasi dengan program pemerintah. Program pemerintah yang
dimaksud adalah Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP), Rencana
Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) dan Rencana Tahunan. Apakah
kordinasi yang dibangun antara perusahaan dan pemerintah sudah bersinergi?
Menurut Aji, perusahaan dan pemerintah melakukan pembagian tugas
objek kebijakan. Terdapat ranah yang menjadi objek CSR. Objek ini diberikan
pemerintah kepada perusahaan. Melalui kordinasi ini, perusahaan dapat
melaksanakan CSR dengan turut mensukseskan program pemerintah. Walau di
sisi yang berbeda perusahaan memiliki agenda CSR. Perusahaan dan pemerintah
melakukan sinergi.
Tujuan kordinasi yang dibangun antara perusahaan dan pemerintah adalah
tidak adanya tumpang tindih program. Pemerintah dapat terbantu dalam
melaksanakan pembangunan. Pemerintah melaksanakan pembangunan pada aspek
121
yang telah direncanakan, sedangkan PT Tirta Investama turut melakukan
pembangunan pada bidang yang menjadi tujuan CSR perusahaan.
5.3.6 Konsep CSR
Konsep merupakan gagasan awal suatu program dirancang. Suatu program
membutuhkan aturan yang jelas untuk mendapatkan hasil yang diharapkan dan
sesuai dengan tujuan suatu program. Suatu program membutuhkan nilai-nilai dan
norma sebagai efektifitas kepentingan.
Konsep ini dapat dimaknai sebagai normatif, CSR adalah disiplin yang
belum tentu dilaksanakan di lapangan. Kondisi lapangan yang berubah-ubah
sering kali mengabaikan konsep awal suatu program. Kepentingan lapangan
merupakan realisasi konsep awal suatu program.
Pemahaman konsep sangat relevan dengan CSR PT Tirta Investama.
Gagasan yang dibangun oleh perusahaan menarik untuk dicermati. PT Tirta
Investama merupa perusahaan yang bergerak di bidang eksploitasi SDA. PT Tirta
Investama melakukan perdagangan air minum dalam kemasan. Perusahaan dalam
menjalankan produksi bersinggungan dengan aspek sosial ekonomi, budaya dan
lingkungan masyarakat. Konsep yang dibangun perusahaan hendaknya memiliki
korelasi terhadap aktifitas perusahaan. Konsep CSR merupakan gagasan utama
perusahaan memberikan manfaat kepada pemangku kepentingan. Gagasan awal
perusahaan merealisasikan program CSR dipengaruhi oleh pemahaman
perusahaan terhadap CSR, aspek utama berkorelasi terhadap aktifitas perusahaan
dan tolok ukur keberhasilan pelaksanaan CSR.
122
PT Tirta Investama memahami CSR sebagai bisnis seiring dengan sosial.
Aspek sosial dan ekonomi merupakan dua aspek yang saling mempengaruhi.
Kesuksesan ekonomi tidak lepas dari aspek sosial, demikian pula sebaliknya.
Kemajuan aspek ekonomi membutuhkan pembangunan bersama dengan kemajuan
sosial. Akan tetapi keberadaan sosial belum tentu siap maju dengan seiring
perkembangan ekonomi. Dibutuhkan dorongan pemangku kepentingan ekonomi
untuk menyeimbangkan keduanya. Disinilah kegiatan sosial, khususnya dalam
CSR dilaksanakan. Melalui kegiatan sosial terdapat harapan kondisi sosial yang
kondusif turut mendorong kemajuan ekonomi masyarakat. Sehingga perusahaan
dan masyarakat mampu bersaing dan seimbang. Bisnis dapat berjalan kondusif.
Aspek yang menjadi sasaran PT Tirta Investama mencakup konservasi,
pemberdayaan dan community development. Konservasi merupakan kegiatan yang
berorientasi kepada terpeliharanya lingkungan. Hal ini sangat berkorelasi dengan
aktfitas perusahaan yang melakukan eksploitasi SDA. Perusahaan memiliki
tanggung jawab kepada lingkungan.
Pemberdayaan merupakan pengembangan sosial dan ekonomi. Perusahaan
turut melaksanakan transformasi di masyarakat. Perusahaan melalui tim yang
dibentuk melaksanakan kegiatan sosial untuk medorong tumbuh berkembang dan
persaingan di lingku lokal. Hal ini dapat dilakukan melalui dorongan sosial dan
ekonomi masyarakat.
Community development merupakan aktifitas transformasi sosial ekonomi
perusahaan dengan melibatkan komunitas masyarakat. Pelaksanaan CSR tidak
123
berdasarkan kepentingan perusahaan semata. Perusahaan dan masyarakat secara
bersama memiliki agenda bersama melakukan perubahan.
Tabel 14 Konsep CSR
Fafit Rahmat Aji Selaku Kordinator CSR PT Tirta Investama memahami CSR sebagai bisnis seiring dengan sosial. Aspek yang menjadi sasaran PT Tirta Investama mencakup konservasi, pemberdayaan
dan community development Tolok ukur keberhasilan implementasi program CSR adalah perusahaan dan
masyarakat mampu berkembang sejajar Alasan PT Tirta Investama memilih aspek ini adalah memberikan
hubungan positif antara perusahaan dengan sesama manusia dan konservasi alam.
Perusahaan sebagai pihak yang melakukan eksploitasi memiliki kewajiban
memberikan dampak positif kepada pemangku kepentingan. Seperti yang telah
dijelaskan bahwa lingkungan dan sosial berpengaruh terhadap kelangsungan
aktifitas perusahaan. Kegiatan ini merupakan langkah untuk menjaga harmoni
diantranya.
Sebagai tolok ukur keberhasilan implementasi program CSR adalah
perusahaan dan masyarakat berkembang sejajar. Tidak adanya kesenjangan sosial
merupakan aspek yang dibutuhkan untuk menciptakan situasi yang kondusif.
5.3.7 Komitmen Perusahan
CSR merupakan upaya sungguh-sungguh perusahaan untuk memberikan
dampak positif. Pelaksanaan CSR merupakan suatu kewajiban. Kewajiban
pelaksanaan CSR menyangkut internal dan eksternal perusahaan. Internal
perusahaan melingkupi perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan segala pemangku
kepentingan yang berada di lingkungan perusahaan. CSR merupakan bagian
124
upaya manajemen perusahaan untuk menjaga situasi dan kondisi yang stabil.
Stabilitas merupakan salah satu kepentingan yang utama perusahaan untuk
melaksanakan kegiatan ekonomi.
Tabel 15 Komitmen Perusahan
Fafit Rahmat Aji Selaku Kordinator CSR Konsep internal yang menjadi disiplin perusahaan adalah complay regulasi, efisiensi energi, konservasi, ekulturasi
dan pemberdayaan
Aspek kebijakan eksternal, perusahaan mengacu pada konsep good
manufactory projech dan good coorporate governance
Demikian sebaliknya, pada aspek eksternal perusahaan melibatkan
masyarakat sekitar perusahaan, lingkungan dan lain-lain. Eksternal perusahaan
merupakan pemangku kepentigan pula yang tidak dapat diabaikan. Hubungan
perusahaan dengan eksternal perusahaan sangat mempengaruhi aktifitas
perusahaan. Perusahaan membutuhkan dukungan masyarakat sekitar untuk
aktifitas produksi. Masyarakat pun membutuhkan peran perusahaan sejalan
dengan perkembangan masyarakat.
Aspek internal dan eksternal perusahaan membutuhkan kebijakan
perusahaan untuk menjaga stabilitas situasi kondisi, mendorong hubungan positif,
menyelaraskan dinamika sosial dan terciptanya mutualisme. Perusahaan secara
sadar harus memenuhi kebutuhan sosial ini. Perusahaan dapat menerapkan
melalui program, peraturan perusahaan dan konsep CSR.
Menurut Aji, PT Tirta Investama memiliki konsep utama yang mengatur
regulasi perusahaan. Setiap peraturan mengacu kepada sebuah aturan. Konsep
internal yang menjadi disiplin perusahaan adalah complay regulasi, efisiensi
energi, konservasi, ekulturasi dan pemberdayaan.
125
Sedangkan pada aspek eksternal, perusahaan memberikan kebijakan
berupa good manufactory projech dan good coorporate governance. Perusahaan
melaksanakan kegiatan produksi dengan mempertimbangkan tanggung jawab
perusahaan. Perusahaan memiliki pemahaman bisnis sejalan dengan kegiatan
sosial. Melalui program-program yang dilaksanakan perusahaan, perusahaan
memiliki tujuan adanya keseimbangan antara masyarakat, perusahaan, lingkungan
dan pemangku kepentingan.
Pertimbangan perusahaan memberikan manfaat positif dibutuhkan
kepentingan manajemen perusahaan mengelolah perusahaan dengan bersih.
Perusahaan PT Tirta Investama mengelolah aktifitasnya dengan menjaga efisiensi
energi. Perusahaan turut mempertimbangkan prosedur produksi yang memenuhi
prosedur. Setelah perusahaan memulai proses produksi yang baik, perusahaan
mengembangkan manfaat positif kepada lingkup internal perusahaan dan lingkup
yang lebih luas lagi.
5.3.8 Konsep Pembangunan Sosial Ekonomi Dan Lingkungan
Pembangunan merupakan aspek utama yang melibatkan pemerintah,
masyarakat dan perusahaan. Secara bersama-sama pemangku kepentingan ini
memiliki kepentingan. Kepentingan yang yang dibangun adalah pemeliharaan
sarana prasarana yang ada, program pembangunan dan lain-lain. Hubungan
ketiganya dilaksanakan berkelanjutan. Selama perusahaan, masyarakat dan
pemerintah menjalankan aktifitasnya, masing-masing pihak memiliki peran dan
kepentingan.
126
Perusahaan sebagai salah satu pemangku kepetingan memiliki peran
pembangunan. Peran perusahaan melakukan pembangunan secara berkelanjutan
menjadi kewajiban dan sukarela. Pada aspek tertentu, perusahaan memiliki
kepentingan yang bersinggungan dengan pihak luar perusahaan. Perusahaan harus
melakukan pendekatan dan resolusi. Pada hal tertentu perusahaan memiliki hak
untuk mendorong hubungan yang harmonis dengan pemangku kepentingan.
Hubungan perusahaan dengan pemangku kepentingan tidak lagi dapat
dimaknai dengan kesukarelaan. Program-program perusahaan yang mendorong
terciptanya hubungan positif dan berkelanjutan menjadi kewajiban perusahaan.
Berdasarkan regulasi, perusahaan memiliki kewajiban melaksanakan CSR.
Kewajiban ini diatur dalam UU Penanaman Modal dan lain-lain.
Adanya kewajiban perusahaan melakukan program-program yang
bermanfaat untuk eksternal masyarakat, direspon perusahaan dengan positif.
Perusahaan menyadari perlunya membangun perubahan sosial dan ekonomi.
Perusahaan melaksanakan transformasi dan lingkungan untuk kepentingan jangka
panjang dan jangka pendek perusahaan.
Perusahaan memiliki langkah pendekatan kepada masyarakat. Harmonisasi
perusahaan dengan pemangku kepentingan yang paling dekat dengan perusahaan
dijaga. Kolaborasi perusahaan dan masyarakat dilaksanakan berkelanjutan.
Program-program perusahaan disambut positif dan dilaksanakan bersama dengan
perusahaan. Potensi yang mendorong peluang positif dalam pembangunan
dikordinasikan untuk maju bersama. Masyarakat diharapkan memiliki posisi yang
127
seimbang. Hubungan masyarakat dan perusahaan dibangun meminimalisir
kesenjangan sosial.
Tabel 16 Konsep Pembangunan Sosial Ekonomi Dan Lingkungan
Fafit Rahmat Aji Selaku Kordinator CSR Perusahaan melaksanakan transformasi sosial ekonomi dan lingkungan untuk
kepentingan jangkan panjang dan jangka pendek perusahaan. Hal ini dilakukan dengan kolaborasi perusahaan dan masyarakat secara berkelanjutan
Sosial Ekonomi Lingkungan Perusahaan memiliki program-program
yang bertujuan untuk mendorong kemadirian masyarakat
Di lingkungan Dusun Jatianom, PT Tirta Investama melakukan penanaman pohon berkordinasi dengan masyarakat
Perusahaan memiliki program-program yang bertujuan untuk mendorong
kemadirian masyarakat. Tidak terbatas perusahaan yang menjalankan aktifitas
profit, masyarakat diberdayakan untuk memiliki keahlian dan membangun usaha.
Langkah keswadayaan penting membangun kesejahteraan masyarakat. Pada aspek
sosial, langkah ini merupakan upaya untuk memelihara hubungan kedekatan
perusahaan dengan masyarakat.
Kegiatan transformasi sosial ekonomi dilaksanakan secara berkelanjutan
dengan kemitraan yang menjadi kepentingan bersama. Bukan terbatas masyarakat
yang memiliki kepentingan. Perusahaan dan masyarakat saling membutuhkan.
Kegiatan pembangunan turut menyentuh aspek lingkungan. Kebutuhan
lingkungan yang bersih dan sehat didorong melalui program PT Tirta Investama.
Di lingkungan Dusun Jatianom, PT Tirta Investama melakukan penanaman pohon
berkordinasi dengan masyarakat. Bahkan untuk menjaga kondisi alam, PT Tirta
Investama melakukan penanaman pohon di lereng Gunung Arjuna. Penanaman di
lereng Gunung Arjuna berdampak kepada lingkungan Dusun Jatianom.
128
Program-program ini akan terus dilaksanakan berkordinasi dengan
pemangku kepentingan.
5.3.9 Pelaksanaan CSR
Setelah PT Tirta Investama menetapkan prinsip-prinsip CSR, PT Tirta
Investama menetapkan lokasi, objek dan kegiatan. Lokasi utama pelaksanaan
CSR adalah Dusun Jatianom, Desa Karang Jati, Kecamatan Pandaan, Kabupaten
Pasuruan. Lingkup ini merupakan ring satu pelaksanaan CSR, artinya pelaksanaan
CSR difokuskan pada lokasi ini. Pelaksanaan CSR akan dilaksanakan kepada
lingkup yang lebih luas, setelah pelaksanaan CSR di ring satu dianggap sukses
dan terdapat pertimbangan lebih lanjut dari perusahaan. Alasan perusahaan
menetapkan Dusun Jatianom sebagai ring satu adalah perusahaan berada di Dusun
Jatianom. Perusahaan memberikan CSR pada masyarakat dan lingkungan yang
terdekat. Masyarakat merupakan pihak yang berperan terhadap produksifitas
perusahaan.
Tabel 17 Pelaksanaan CSR
Fafit Rahmat Aji Selaku Kordinator CSR Lokasi utama pelaksanaan CSR adalah Dusun Jatianom, Desa Karang Jati, Kecamatan Pandaan, Kabupaten Pasuruan. Objek CSR dibagi menjadi tiga
kelompok. Ketiga kelompok ini adalah karang taruna, Wanjati (Wanita Jatianom) dan masyarakat Dusun Jatianom secara luas.
Karang Taruna Karang taruna yang dimaksud adalah karang taruna RW 7, dikenal masyarakat sekitar dengan nama Jatianom kidul terdiri dari RT 4, 5 dan 6. Aktifitas yang
dilakukan oleh karang taruna adalah membeli limbah anfalan. Wanjati
Wanjati adalah Kelompok Ekonomi Produktif (KEP) berbasis sumberdaya lokal dari masyarakat di sekitar pabrik, khususnya Dusun Jatianom. Wanjati merupakan Lembaga Swadaya Ekonomi Masyarakat (LSEM) yang dibentuk oleh PT Tirta Investama.
129
Tujuan umum dibentukya Wanjati adalah “ meningkatkan pendapatan rumah tangga melalui pengembangan ekonomi produktif dan pengelolaan sampah terpadu “. Pihak utama yang dilibatkan dalam Wanjati adalah ibu-ibu rumah tangga. Kegiatan ini memiliki target dan indikator keberhasilahan sebagai evaluasi. Out put kegiatan bersama Wanjati adalah
a. Perumusan rencana induk pengelolaan sampah terpadu berbasis masyarakat dan rencana pemberdayaan KEP
b. Sosialisasi rencana induk pengelolaan sampah berbasis masyarakat dan pemberdayaan KEP ke seluruh pemangku kepentingan.
c. Workshop pengembangan kapasitas LSEM Wanjati d. Pelatihan pengembangan produk dan manajemen usaha kecil e. Studi banding pengelolaan usaha mikro & pengelolaan sampah terpadu
kepada ASPADIN f. Pengembangan kualitas produk dan desain kemasan produk KEP terdiri
dari 6 produk unggulan. g. Pengembangan LKM (Lembaga Keuangan Mikro) Syariah Wanjati h. Program "Bersih dan Penghijauan Kampung" bersama SKAWAN i. Pengembangan Pusat Pengelolaan Limbah Terpadu Komunitas.
Masyarakat Dusun Jatianom CSR yang dilakukan bersifat lepas, tidak terdapat ikatan antara perusahaan
dan komunitas masyarakat. Bentuk CSR yang dibangun antara persahaan dan masyarakat adalah
a. Perusahaan memberikan kesempatan kepada masyarakat Dusun Jatianom yang menawarkan cathring kepada karyawan perusahaan.
b. Perusahaan memberikan kesempatan kepada masyarakat sebagai tenaga bongkar muat. Masyarakat mendapatkan upah apabila membantu karyawan perusahaan sebagai tenaga kasar.
c. Rekruitmen karyawan memprioritaskan masyarakat sekitar perusahaan. Objek pelaksanaan CSR dibagi menjadi tiga kelompok. Ketiga kelompok
ini adalah karang taruna, Wanjati (Wanita Jatianom) dan masyarakat Dusun
Jatianom secara luas. Setiap kelompk memiliki kegiatan yang berbeda dengan
perusahaan.
Karang taruna yang dimaksud adalah karang taruna RW 7, dikenal
masyarakat sekitar dengan nama Jatianom kidul terdiri dari RT 4, 5 dan 6.
Aktifitas yang dilakukan oleh karang taruna adalah membeli limbah anfalan.
130
Limbah anfalan merupakan limbah produksi PT. Aqua. Limbah anfalan dapat
berbentuk plastik, jurigen, kertas dan lain-lain.
Sedangkan Wanjati adalah Kelompok Ekonomi Produktif (KEP) berbasis
sumberdaya lokal dari masyarakat di sekitar pabrik, khususnya Dusun Jatianom.
Wanjati merupakan Lembaga Swadaya Ekonomi Masyarakat (LSEM) yang
dibentuk oleh PT Tirta Investama. Tujuan umum dibentukya Wanjati adalah “
meningkatkan pendapatan rumah tangga melalui pengembangan ekonomi
produktif dan pengelolaan sampah terpadu “. Pihak utama yang dilibatkan dalam
Wanjati adalah ibu-ibu rumah tangga.
Tujuan khusus terbentuknya Wanjati yang adalah
“ pertama, terbentuknya Kelompok Ekonomi Produktif (KEP) berbasis sumberdaya lokal dari masyarakat di sekitar Pabrik Pandaan, khususnya Dusun Jatianom.
Kedua, terlibatnya warga Dusun Jatianom, pengurus dusun, pengurus LSEM Wanjati, termasuk karyawan Aqua, dalam kegiatan penataan lingkungan hidup di sekitar pabrik, melalui pengelolaan sampah terpadu dan penghijauan dusun “.
Melalui Wanjati, terdapat tujuan out put yang diharapkan dari kegiatan,
antara lain :
“Pertama, Adanya penguatan kapasitas Lembaga Sosial Ekonomi Masyarakat (LSEM) sebagai mitra dan pendamping lokal dalam pengembangan KEP dan pengelolaan sampah terpadu .
Kedua, Adanya peningkatan kualitas produk dan kemasan serta peningkatan keterampilan manajemen usaha kecil dari KEP.
Ketiga, Adanya rencana induk pengelolaan sampah terpadu berbasis masyarakat dan kegiatan penghijauan dusun yang melibatkan warga dusun, pengurus LSEM Wanjati, tokoh dan pengurus dusun serta tim SKAWAN Pandaan.”
131
Melalui Wanjati, ibu-ibu Dusun Jatianom memiliki kegiatan meningkatkan
keterampilan dan pemberdayaan. Kegiatan Wanjati dibawah payung PT Tirta
Investama memberi manfaat positif bagi pendidikan kredibilitas masyarakat,
mendorong perkembangan usaha di masyarakat, mengasah keterampilan dan
membaca peluang usaha.
PT Tirta Investama pun memiliki indikator atau target keberhasilan dalam
menjalankan CSR. Perusahaan menetapkan indikator keberhasilan CSR pada
bulan September 2011 sampai November 2012 di Dusun Jatianom sebagai berikut
Berdasarkan tujuan khusus terbentuknya Kelompok Ekonomi Produktif
(KEP) berbasis sumberdaya lokal dari masyarakat di sekitar Pabrik Pandaan,
khususnya Dusun Jatianom, PT Tirta Investama menetapkan indikator tumbuh
dan berkembangnya 15 KEP di komunitas sekitar Pabrik Pandaan, yang
memberikan manfaat kepada minimal 50 orang.
Berdasarkan tujuan khusus terlibatnya warga Dusun Jatianom, pengurus
dusun, pengurus LSEM Wanjati, termasuk karyawan Aqua, dalam kegiatan
penataan lingkungan hidup di sekitar pabrik pandaan, melalui pengelolaan sampah
terpadu dan penghijauan dusun. PT Tirta Investama menetapkan 2 indikator, yaitu
a. Terjadi peningkatan volume sampah yang dikelola LSEM Wanjati
minimal 50% dibandingkan volume saat ini, yang berasal dari minimal
40 rumah tangga di Dusun Jatianom.
132
b. Terlibat aktifnya tim SKAWAN Pandaan, warga dusun, pengurus
dusun dan pengurus LSEM Wanjati dalam kegiatan penanaman pohon
(penghijauan) di Dusun Jatianom, minimal 1 kali.
Sedangkan berdasarkan tujuan out put yang diharapkan, PT Tirta
Investama juga memiliki indikator pelaksanaan kegiatan. PT Tirta Investama
menetapkan keberhasilan kegiatan yang harus dicapai sebagai tolok ukur, yaitu
Berdasarkan tujuan out put; adanya penguatan kapasitas Lembaga Sosial
Ekonomi Masyarakat (LSEM) sebagai mitra dan pendamping lokal dalam
pengembangan KEP dan pengelolaan sampah terpadu . PT Tirta Investama
menetapkan indikator
a. terlaksananya satu kali workshop pengembangan kapasitas LSEM
Wanjati dan Studi banding pengelolaan sampah terpadu berbasis
komunitas.
b. berkembangnya unit pengelolaan sampah menjadi pusat pengelolaan
sampah terpadu dan mempekerjakan 2 orang sebagai kolektor sampah
dari warga Dusun Jatianom.
c. berdirinya LKM Syariah Wanjati untuk mengelola dan melayani
kebutuhan permodalan KEP.
Berdasarkan tujuan out put; adanya peningkatan kualitas produk dan
kemasan serta peningkatan keterampilan manajemen usaha kecil dari KEP. PT
Aqu menetapkan indikator
133
a. terlaksananya satu kali pelatihan untuk pengembangan produk dan
manajemen usaha kecil untuk 15 KEP.
b. 6 produk dari KEP terpilih untuk dikembangan kualitas dan
kemasannya.
Sedangkan berdasarkan tujuan out put; adanya rencana induk pengelolaan
sampah terpadu berbasis masyarakat dan kegiatan penghijauan dusun yang
melibatkan warga dusun, pengurus LSEM Wanjati, tokoh dan pengurus dusun
serta tim SKAWAN Pandaan. PT Tirta Investama menetapkan indikator
keberhasilan kegiatan dengan
a. rencana induk pengelolaan sampah terpadu telah disusun dengan
melibatkan perwakilan warga dusun, pengurus LSEM Wanjati,
pengurus dusun, tokoh informal dan perwakilan Aqua (SKAWAN).
b. terlaksananya penanaman dan pemeliharaan minimal 500 pohon di
Dusun Jatianom.
Melalui laporan pertanggung jawaban kegiatan yang disampaikan oleh Aji,
menunjukkan PT Tirta Investama telah melaksanakan CSR pada pada bulan
September 2011 sampai November 2012 berupa
a. Perumusan rencana induk pengelolaan sampah terpadu berbasis
masyarakat dan rencana pemberdayaan KEP. PT Tirta Investama
melakukan kordinasi dengan SII (Social Invetsment Indonesia)
Foundation mengkonsep pendampingan dan pemberdayaan KEP yang
ada di Dusun Jatianom. Agenda utama dalam pemberdayaan ini adalah
134
program pengelolahan sampah yang dihasilkan masyarakat.
Diharapkan sampah tersebut diolah menjadi barang yang bernilai lebih.
b. Sosialisasi rencana induk pengelolaan sampah berbasis masyarakat dan
pemberdayaan KEP ke seluruh pemangku kepentingan. Pabrik PT
Tirta Investama memberikan tugas kepada tim yang telah dibentuk
yaitu SKAWAN (Sukarelawan Karyawan). SKAWAN memiliki tugas
mensosialisasikan program PT Tirta Investama kepada pemangku
kepentingan yang ada di Dusun Jatianom. Sosialisasi ini dilakukan
dengan alasan membangun kordinasi dan mendapatkan dukungan dari
masyarakat luas. Program ini dilakukan bukan terbatas kepentingan PT
Tirta Investama, program ini dilakukan untuk kepentingan bersama.
c. Workshop pengembangan kapasitas LSEM Wanjati. Setelah PT Tirta
Investama berhasil mendirikan Wanjati, PT Tirta Investama
melakukan pengembangan sumber daya manusia. Melalui
pengembangan diharapkan Wanjati menjadi pendorong perkembangan
sosial ekonomi. Para pengrus dan anggota Wanjati mendapatkan
pendidikan mengembangkan potensi usaha. Di lingkup Dusun
Jatianom ini keberadaan Wanjati bertujuan berkembang mandiri ke
lingkup yang lebih luas. Ada pun pihak yang turut dilibatkan dalam
workshop adalah Badan Perencanaan Daerah, Badan Lingkungan
Hidup dan Pemerintah Daerah Kabupaten Pasuruan.
d. Pelatihan pengembangan produk dan manajemen usaha kecil. Kegiatan
ini dilakukan untuk mempraktikkan pembelajaran yang telah diterima.
135
Wanjati terdiri dari pengurus dan anggota mengolah bahan yang
potensi memiliki nilai lebih.
e. Studi banding pengelolaan usaha mikro & pengelolaan sampah
terpadu. Wanjati sebagai lembaga yang dipayungi PT Tirta Investama
melakukan studi banding kepada ASPADIN (Asosiasi Perusahaan Air
Minum Dalam Kemasan Indonesia). Studi banding ini dilakukan untuk
mengetahui pengelolahan usaha mikro dan proses pengelolahan
sampah terpadu. Studi banding ini bertujuan memberikan inovasi
kepada Wanjati.
f. Pengembangan kualitas produk dan desain kemasan produk KEP.
Wanjati berkordinasi melibatkan tokoh masyarakat melakukan
peningkatan hasil produksi berupa kemasan. Produksi ini dilakukan
untuk meningkatkan kualitas barang. Produksi Wanjati terdiri dari 6
produk unggulan.
g. Pengembangan LKM (Lembaga Keuangan Mikro) Syariah Wanjati.
PT Tirta Investama mendorong tumbuh dan berkembangnya
perekonomian masyarakat dengan LKM Syariah di lingkup Dusun
Jatianom. Ada pun pihak yang terlibat dalam kegiatan ini adalah Pusat
Pelatihan Kewirausahaan Sampoerna (PPK Sampoerna).
h. Program "Bersih dan Penghijauan Kampung" bersama SKAWAN. PT
Tirta Investama berkordinasi dengan masyarakat dan Wanjati
melakukan penghijauan di Dusun Jatianom. PT Tirta Investama
melakasanakan penanaman 500 pohon di Dusun Jatianom.
136
i. Pengembangan Pusat Pengelolaan Limbah Terpadu Komunitas. PT
Tirta Investama dan Wanjati menetapkan lokasi yang menjadi base
camp pengelolahan limbah.
j. Pemantauan perkembangan program secara partisipatif.
k. Stakeholders convening, pertanggungjawaban program kepada
pemangku kepentingan.
l. Dalam kegiatan Wanjati, SII melakukan pendampingan secara intensif.
Program CSR selanjutnya ditujukan kepada kelompok masyarakat Dusun
Jatianom secara luas. Kegiatan CSR yang dilakukan tidak bersifat berkelanjutan.
CSR yang dilakukan bersifat lepas, tidak terdapat ikatan antara perusahaan dan
komunitas masyarakat. Bentuk CSR yang dibangun antara persahaan dan
masyarakat adalah
d. Perusahaan memberikan kesempatan kepada masyarakat Dusun
Jatianom yang menawarkan cathring kepada karyawan perusahaan.
e. Perusahaan memberikan kesempatan kepada masyarakat sebagai
tenaga bongkar muat. Masyarakat mendapatkan upah apabila
membantu karyawan perusahaan sebagai tenaga kasar.
f. Rekruitmen karyawan memprioritaskan masyarakat sekitar perusahaan
Kegiatan CSR ini dilakukan sebagai komitmen internal dan eksternal
perusahaan. Perusahaan dan masyarakat memiliki hubungan yang saling
mempengaruhi. Kedua belah pihak diharapkan memberikan manfaat untuk
kelangsungan dalam jangka panjang dan dekat.
137
5.3.10 Out Put CSR
Program CSR yang dilakukan oleh PT Tirta Investama di Dusun Jatianom
melewati proses yang panjang. Perusahaan terlebih dahulu memiliki niatan
menjalankan komitmen untuk lingkup internal dan eksternal perusahaan. Setelah
niatan tersebut ada, perusahaan menetapkan konsep CSR. Aspek lingkungan,
sosial dan transformasi ekonmi tidak lepas sebagai sasaran CSR. Bahkan
perusahaan memiliki indikator keberhasilan maupun target-target yang harus
dipenuhi.
Program CSR yang telah dipersiapkan dengan detail dengan segala
pertimbangannya menarik diketahui relevansinya dengan pelaksanaan di
lapangan. Pada tahapan ini peneliti menggali lebih jauh out put yang dihasilkan
dari pelaksanaan CSR yang selama ini dilakukan. Peneliti pun menggali lebih jauh
manfaat yang diperoleh perusahaan dengan masyarakat.
Menurut Aji, program CSR yang dilakukan oleh PT Tirta Investama telah
berjalan dengan baik. Out put kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan telah
memenuhi target. Sebagai contohnya dalam program penghijauan, perusahaan
bersama masyarakat telah menjalankan program bersama-sama.
Melalui kegiatan ini terdapat manfaat yang dapat diambil, baik masyarakat
maupun pihak yang bersangkutan. Manfaat yang diperoleh dari kegiatan ini
sebagai berikut!
Tabel 18 Out Put CSR
Fafit Rahmat Aji Selaku Kordinator CSR
138
a. kerjasama dengan masyarakat saling menguntungkan. b. CSR membutuhkan jangka panjang, dalam hal ini membutuhkan kerjasama
dengan masyarakat. c. terdapat banyak manfaat yang diperoleh dari kegiatan.
5.3.11 Pendukung Dan Penghambat
Hasil evaluasi pelaksanaan kegiatan CSR merupakan faktor yang cukup
penting bagi perkembangan kegiatan selanjutnya. Pada tahapan ini merupakan
tahapan yang penting bagi penyelenggara kegiatan untuk melanjutkan atau
menghentikan kegiatan.
Berdasarkan hasil evaluasi sebagian telah dibahas. Out put kegiatan dan
manfaat kegiatan menunjukkan hasil yang positif. Suatu kegiatan layak menjadi
program yang berkelanjutan. Akan tetapi sebuah program perlu untuk mengetahui
faktor pendukung dan faktor penghambat yang ditemui di lapangan. Faktor ini
digunakan untuk mengetahui peluang dan ancaman kegiatan.
Faktor pendukung kegiatan ini terbagi menjadi tiga yaitu
a. Sumber Daya Alam (SDA). Keberadaan SDA mendukung perusahaan
untuk beroperasi di Dusun Jatianom. Segala persyaratan yang
ditetapkan oleh perusahaan dapat dipenuhi oleh potensi lingkungan.
b. Dana. Program CSR merupakan kegiatan yang memberikan
kemanfaatan bagi pemangku kepentingan di Dusun Jatianom. Dalam
rangka memenuhi tujuan mulia ini, perusahaan mendukung secara
moril dan materi. Perusahaan memiliki dana kuat untuk dialokasikan
kepada program CSR.
139
c. Dukungan masyarakat. Kepentingan masyarakat dan perusahaan maju
secara bersama-sama dirasa perlu oleh kedua belah pihak. Masyarakat
dan perusahaan memiliki harapan hidup berdampingan dan saling
memberikan manfaat. Tujuannya adalah perusahaan dapat menalankan
aktifitas produksi, sedangkan masyarakat tidak tertinggal untuk
mencapai kesejahteraan. Kedua kepentingan ini dapat disinergikan
melalui program CSR.
Tabel 19 Pendukung Dan Penghambat
Fafit Rahmat Aji Selaku Kordinator CSR Pendukung Penghambat
Sumber Daya Alam (SDA) Pelaksanaan tekhnis Dana Kurangnya pengetahuan masyarakat
terhadap CSR berdampak kepada proses sosialisasi dan penjaringan KEP
Dukungan Masyarakat Awal pelaksanaan CSR masyarakat lebih menghendaki uang dari pada
program CSR Selain adanya faktor pendukung, kegiatan ini mengalami hambatan untuk
mencapai tujuan program CSR. Faktor penghambat ini menjadi hasil evaluasi
yang dipertimbangkan bagi pelaksanaan CSR selanjutnya. Ada pun faktor
penghambat pelaksanaan CSR terdiri dari tiga faktor, yaitu
a. Pelaksanaan tekhnis. Pelaksanaa tekhnis erat kaitannya dengan
kordinasi yang dibangun tim penyelenggara. Terdapat pertimbangan
SDM, sosialisasi dan lain-lain yang harus disesuaikan. Situasi dan
kondisi di lapangan sangat mempengaruhipelaksanaan tekhnis.
b. Kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap CSR. Kurangnya
pengetahuan masyarakat terhadap CSR berakibat kepada proses
140
pelaksanaan CSR. Kebutuhan masyarakat terhadap sosialisasi CSR
merupakan langkah pertama yang harus dilakukan oleh tim pelaksana
CSR. Selanjutnya, tim melakukan penjaringan pihak masyarakat yang
memiliki konpetensi sebagai KEP binaan PT Tirta Investama.
c. Awal pelaksanaan CSR masyarakat lebih menghendaki uang dari pada
program CSR. Saat ini mulai terdapat kesadaran pentingnya CSR.
Pemahaman masyarakat terhadap kepentingan pragmatis cukup tinggi
terhadap kedatangan perusahaan kepada masyarakat. Terdapat kesan
perusahaan membagi-bagikan hadiah. Hal ini juga dipengaruhi oleh
minimnya pengetahuan masyarakat terhadap CSR. Seiring dengan
proses sosialisasi dan pemahaman pentingnya CSR, masyarakat
memahami adanya kepentingan kedua belah pihak.
5.4 Cross Chek Dusun Jatianom
Setelah peneliti meninjauan pemerintah, peneliti memperdalam kepada
pihak yang bersangkutan. Sangat penting mengetahui relevansi informasi yang
telah diberikan oleh informan dengan cara snowballing sampling.
Sebelumnya perlu diketahui bahwa pihak yang bersangkutan dalam
penelitian ini berdasarkan informasi informan sebelumnya dalah Wanjati dan
karang taruna yang membeli limbah
5.4.1 Profil Informan
141
Informan pertama yang dianggap mendalami fokus penelitian ini adalah
Wanjati, singkatan Wanita Jatianom. Wanjati merupakan suatu LSM yang
bergerak dalam bidang pemberdayaan perempuan Dusun Jatianom. Wanjati
memiliki hubungan yang erat dengan perusahaan PT Tirta Investama. Wanjati
merupakan LSM yang berada dibawah binaan PT Tirta Investama Kecamatan
Pandaan.
Tabel 20 Profil Informan
Wanita Jatianom Karang Taruna RW 7 LSEM yang berada dibawah binaan PT Tirta Investama. LSEM yang memiliki tujuan memperjuangkan ibu-ibu Dusun Jatianom untuk berkarya
Representasi masyarakat Dusun Jatianom yang membeli limbah PT Tirta Investama dan mengadvokasi kepentingan warga
Danu Kepala Dusun Penerima CSR kambing bergulir dari PT Tirta Investama
Pihak yang dianggap mengetahui program-program CSR PT Tirta Investama
Wanjati beralamatkan kantor di RT 2, RW 6 Dusun Jatianom, Desa
Karang Jati, Kecamatan Pandaan, Kabupaten Pasuruan. Wanjati memiliki ruang
lingkup pemberdayaan tingkat nasional. Ada pun visi Wanjati adalah “ Senyaman
Hakreda “. Sedangkan misi Wanjati adalah
a) Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan sumber daya manusia
melalui pendidikan yang membebaskan dan mencerdaskan.
b) Mendayagunakan potensi sumberdaya alam, sosial, ekonomi dan
lingkungan guna memberikan kemanfaatan bersama.
c) Membangun jejaring dan kemitraan dengan perusahaan, pemerintah dan
LSM serta pihak lain yang mempunyai kepedulian terhadap
142
peningkatan pembangunan pendidikan, ekonomi, lingkungan dan
kesehatan.
d) Menciptakan, mendorong dan menumbuhkan kewirausahaan
lingkungan yang berbasis pada potensi sumber daya lokal secara
berkelanjutan.
e) Melakukan pemberdayaan dan pendampingan masyarakat untuk
mengembangkan segala potensi yang dimiliki menuju kesejahteraan
masyarakat.
f) Melakukan tata kelola organisasi, yang partisipatif, terbuka dan
bertanggungjawab serta demokratis.
Wanjati memiliki sistem keanggotaan dengan memprioritaskan kearifan
lokal. Wanjati bersifat memperjuangkan kemajuan perekonomian masyarakat
Dusun Jatianom, khususnya kaum perempuan. Perjuangan ini dilakukan dengan
meningkatkan potensi SDM, SDA, good governance dan lain-lain. Secara
mendetail keanggotaan Wanjati sebagai berikut!
a) Wanjati kini beranggotakan 36 anggota, terdiri dari perwakilan masing-
masing 3 warga tingkat RT, RW dan Ketua dusun.
b) Keanggotaan khsusus untuk perempuan Dusun Jatianom, siapa saja
dapat mendaftarkan diri untuk menjadi anggota.
c) Sementara waktu Wanjati tidak membuka open recruitment dengan
alasan pembenahan internal organisasi.
143
Informasi lainnya yang penting untuk diketahui adalah susunan pengurus.
Susunan pengurus memiliki peran yang menentukan program dan aktifitas
organisasi. Susunan pengurus Wanjati terdiri dari ketua hingga divisi kordinator,
yaitu :
a. Ketua : Yuliasih
b. Wakil : Jubaidah Anis
c. Sekretaris : Andriani
d. Bendahara : Karyawati
e. Divisi kordinator kambing : Khamid
f. Divisi kordinator penghijauan : Sudarsono
g. Divisi kordinator produksi jamur, tempe, jamu, kripik pisang, kopi
wanjati : Sulastri
h. Divisi kordinator jamur : Galeh
i. Divisi kordinator produksi sabun lidah buaya : Nanik
j. Divisi kordinator produksi tas : Bu Budi
k. Divisi kordinator sipan pinjam : Jubidah Anis
l. Divisi kordinator produksi pupuk : Yuliasih
m. Divisi kordinator paud/kepala sekolah paud : Solikah
n. Divisi kordinator packing : Yuliasih
o. Divisi kordinator pelepah pisang : Yuliasih
Sejarah berdirinya Wanjati tidak lepas dari peran ibu-ibu PKK, perangkat
warga dan perusahaan PT Tirta Investama. Sebelum terbentuk Wanjati terdapat
kelompok ibu-ibu PKK, khususnya di RW 6. Ibu-ibu PKK ini menarik perhatian
144
PT Tirta Investama. Pada tanggal 3 April 2010 dilakukan penunjukan ibu-ibu dari
masing-masing RT berjumlah 3 orang. Awal pertemuan ini dilaksanakan di rumah
bapak kepala dusun, Kamit. Di rumah tersebut PT Tirta Investama
mempresentasikan program CSR. Akan tetapi terdapat kendala ibu-ibu lebih
menghendaki uang dari pada program CSR.
Pada tanggal 7 April 2010, PT Tirta Investama membentuk komunitas
sebagai cikal bakal Wanjati. PT Tirta Investama memsosialisasikan konsep
Wanjati.
Pada 10 april 2010, Wanjati disahkan berdiri dibentuk oleh PT Tirta
Investama. Tujuan pembentukan komunitas ini sebagai bentuk pelaksanaan CSR
di lingkungan sekitar perusahaan atau ring 1. Awal berdiri terdiri dari 20 anggota.
Pembentukan Wanjati berdasarkan pertimbangan jumlah pengangguran sedikit,
laki-laki yang menganggur di lingkungan Dusun Jatianom sekitar 10%, terlebih
didominasi manula. Sedangkan pihak perempuan banyak menganggur, hak ini
mendorong upaya penekanan angka pengangguran.
Wanjati sempat pasif dengan alasan regulasi PT Tirta Investama. Beberapa
aktifitas dan program Wanjati sangat dipengaruhi oleh dukungan perusaaan. PT
Tirta Investama melanjutkan program CSR setelah melakukan evaluasi program
CSR yang telah dilaksanakan.
Bidang yang ditekuni oleh Wanjati sebagai komitmen mencapai visi dan
missi oraganisasi adalah melaksanakan program secara konsisten. Ada pun
program yang konsisten dilaksanakan menjadi fokus kegiatan Wanjati yaitu
145
a) Pengelolahan sampah organik (menjadi pupuk) dan non organik
(menjadi kerajiinan).
b) Pendidikan pengembangan diri.
c) Pembinaan 6 Usaha Kecil Menengah (UKM) berupa kripik tempe,
pelepah pisang, budi daya jamur, jamu instan, kopi jati dan packing.
d) Koperasi UKM Jatianom.
e) Pendirian PAUD.
Out put yang dihasilkan dari kegiatan Wanjati secara umum adalah mampu
memasarkan produk-produk Wanjati. Akan tetapi pemasaran yang dilakukan
masih terbatas penjajakan kepada pasar. Laba produksi belum dapat dikategorikan
untuk kepentingan profit, masih bersifat kepentingan sosial. Bahkan program-
program Wanjati masih belum dapat berjalan secara menyeluruh. Hal yang perlu
diapresiasi sebagai langkah awal transformasi ekonomi adalah keberadaan
Wanjati merintis pembinaan minat masyarakat untuk mengembangkan diri. Aspek
non materi ini merupakan modal awal pengembangan masyarakat Dusun
Jatianom76.
Informan kedua adalah Teguh Soekarno selaku representasi karang taruna
RW 7 Dusun Jatianom. Karang taruna ini merupakan organisasi yang digerakkan
murni oleh masyarakat RW 7. Organisasi karang taruna memiliki karakteristik
kearifan lokal masyarakat. Eksistensi karang taruna dipengaruhi oleh kedekatan
antar masyarakat.
76 Wawancara kepada Wanjati dilaksanakan pada 21 Mei 2012, sejak pukul 04.30 sampai 05.45 WIB di kantor Wanjati. Informan wawancara ini adalah Yuliasih selaku Kordinator Wanjati.
146
Karang taruna merupakan salah satu lembaga sosial di masyarakat,
keberadaannya sebagai wadah pemuda untuk mengembangkan diri di masyarakat.
Melalui karang taruna pemuda bersosialisasi, berkembang dengan menjunjung
tanggung jawab untuk bergerak dalam kesejahteraan sosial di lingkup desa atau
kelurahan. Secara detail karang taruna diatur dalam “ PERATURAN MENTERI
SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 77 / HUK / 2010 TENTANG
PEDOMAN DASAR KARANG TARUNA “ atau disingkat “ Permen 77/2010 “.
Karang taruna merupakan wadah bagi pemuda. Hal ini diatur dalam
Permen 77/2010, karang taruna diperuntukkan untuk anggota masyarakat yang
berusia 13 tahun hingga 45 tahun. Melalui karang taruna pemuda dapat
berpartisipasi mengelolah potensi sumber daya yang memberikan dampak positif
terhadap masyarakat sekitar di lingkungan kelurahan atau desa; yaitu
kesejahteraan sosial. Kesejahteraan sosial yang dimaksud adalah terpenuhinya
kekayakan kebutuhan hidup berupa materi, spiritual dan sosial. Hal ini tidak lepas
dengan menjaga sinergi antara masyarakat, pemerintah dan masyarakat lainnya
untuk menjaga dan membina generasi muda ke arah positif. Eksistensi karang
taruna diharapkan menjadikan forum pendorong perkembangan ekonomi, kearifan
lokal, memelihara kesatuan bangsa, rehabilitasi pemuda dan lain-lain.
Organisasi karang taruna didasarkan karakterstik domisili. Organisasi ini
berdasarkan lingkup lokal berkordinasi terdiri dari tingkatan Rukun Tetangga
(RT), Rukun Warga (RW) dan Kelurahan. Terdapat suatu hirarki kepengurusan
yang mewakili tingkatan ini.
147
Soekarno menyatakan bahwa lingkup aktifitas organisasi yang ia tekuni
hanya terbatas pada RW 7 Dusun Jatianom, Desa Karang Jati, Kecamatan
Pandaan, Kebupaten Pasuruan. Di lingkup ini Soekarno bersama rekan-rekan
karang taruna melakukan advokasi kesejahteraan masyarakat. Pihak yang
memiliki peran penting menjalankan karang taruna sebagai adalah
a. Ketua karang taruna : Suherman
b. Wakil 1 : Teguh Soekarno
c. Wakil 2 : Danu
d. Skretaris 1 : Nadi
e. Skretaris 2 : Ngali
f. Bendahara 1 : Samsul arifin
g. Bendahara 2 : Candra Gunawan
h. Pelindung : Sueb Rizal
i. Pembina : Kamto
j. Penanggung jawab pembelian limbah anfalan : Sueb Rizal, Teguh
Soekarno, Suherman dan Nurhadi
Keanggotaan karang taruna ini memiliki lingkup yang kecil. Keanggotaan
karang taruna RW 7 adalah pemuda-pemudi, bapak-bapak dan partisipasi warga
yang berda di dusun Jatianom RW 7 Desa Karang Jati, Kecamatan Pandaan,
Kebupaten Pasuruan.
Sejarah berdirinya organisasi karang taruna memiliki korelasi dengan
keberadaan pabrik PT Tirta Investama. Keberadaan organisasi yang berbasiskan
148
kepada kearifan lokal bersentuhan dengan kedatangan perusahaan yang memiliki
tujuan profit. Disinilah awal perjuangan karang taruna melakukan advokasi bagi
kesejahteraan warganya.
Eksisteni karang taruna berdiri dimulai sejak tahun 1988. Tujuan awal
karang taruna adalah memfasilitasi hobi pemuda untuk olah raga sepak bola.
Organisasi sepak bola bernama Sentana di bawah PSSI Persekap Pasuruan.
Kegiatan karang taruna ini tidak lepas dari finansial. Kebutuhan finansial
mendorong karang taruna bertindak kreatif. Ini adalah awal mula karang taruna
memanfaatkan potensi sekitar untuk memenuhi kebutuhan organisasi.
Dalam perkembangannya, karang taruna memiliki peran memerjuangkan
tanggung jawab sosial dan lingkungan kepada masyarakat sekitar. Hal ini
dipengaruhi oleh keprihatinan beberapa tokoh masyarakat dan pengurus karang
taruna atas kondisi sosial ekonomi dan lingkungan. Di lingkungan RW 7,
masyarakat banyak yang tidak bekerja dan masyarakat kesulitan mendapatkan air
saat musim kemarau.
PT Tirta Investama berdiri sejak tahun 1985. Sejak awal berdirinya
perusahaan hingga tahun 2005 atau 2006, perusahaan dianggap Soekarno tidak
memberikan banyak manfaat kepada masyarakat. Kesenjangan sosial antara
perusahaan dan masyarakat cukup tampak.
Pada tahun 2001 hingga 2005, karang taruna memperjuangkan tiga
tuntutan masyarakat yaitu
149
a. Air bersih untuk masyarakat
b. Rekruitmen masyarakat sebagai karyawan PT Tirta Investama
c. Kesempatan karang taruna membeli limbah anfalan untuk menunjang
kegiatan karang taruna
Akan tetapi selama 2001 hingga 2005, usaha karang taruna
memperjuangkan kesenjangan sosial dianggap buntu. Perusahaan tidak
memberikan tanggung jawab sosial kepada masyarakat. Dalam beberapa aksi
memperjuangkan kepentingan warga, Soekarno bersama masyarakat sempat
demo. Hingga pada tahun 2006, PT Tirta Investama memberikan tanggung jawab
sosial kepada masyarakat.
Sejarah karang taruna memiliki pengaruh yang besar terhadap kemitraan
antara masyarakat dan perusahaan pada tahun-tahun selanjutnya.
Hingga saat ini kegiatan karang taruna terus berkembang. Organisasi
karang taruna memiliki kegiatan rutin untuk menjaga solidaritas antar warga,
memperkuat tali silaturahmi, pendidikan masyarakat dan lain-lain. Kegiatan
warga ini dibagi menjadi dua karakteristik, yaitu kegiatan fisik dan kegiatan non
fisik. Kegiatan fisik yang dimaksud adalah
a) Pembangunan pemeliharaan lingkungan (jalan, pipa dan penampungan
air, dll)
b) Perjuangan penyerapan tenaga kerja dari masyarakat sekitar
c) Sepak bola Sentana
d) Pembangunan masjid
150
e) Kegiatan partisipasi warga
f) Jual-beli anfalan dari PT Tirta Investama
Sedangkan kegiatan non fisik yang dilakukan oleh karang taruna bersama
warga adalah kegiatan rutinitas. Masyarakat dan karang taruna saling membaur,
menunjang kegiatan warga. Bentuk kegiatan non fisik yang dimaksud yaitu
a) Santapan rohani setiap hari kamis malam
b) Pengajian setiap 35 hari sekali
c) Tahlil
d) Arisan karang taruna
Melalui kegiatan-kegiatan warga, karang taruna bersama warga
menghasilkan manfaat bagi kepentingan masyarakat RW 7. Karang taruna sebagai
salah satu penggerak warga mampu mendorong perjuangan warga secara kompak.
Masyarakat memiliki kepedulian yang tinggi terhadap pembangunan di
lingkungan RW 7. Solidaritas masyarakat terhadap sosial dan lingkungan
memiliki manfaat yang dapat dinikmati oleh warga. Ada pun bentuk hasil
solidaritas tersebut yaitu
a) Minimnya pengangguran karena banyak masyarakat sekitar yang
terserap menjadi karyawan PT Tirta Investama.
b) Tetap berjalannya sepak bola Sentana
c) Rutin melakasanakan jual beli anfalan
d) Distribusi PT Tirta Investama terhadap air bersih untuk warga
e) Terpeliharanya infrastruktur
151
f) Berdirinya masjid
g) Pendidikan non fisik yang berkelanjutan
h) Terisinya kas karang taruna dari hasil usaha jual beli anfalan
i) Kuatnya gotong royong masyarakat
Kerjasama antara warga dan karang taruna tidak lepas dari adanya nilai
dan norma berdasarkan kearifan lokal. Suatu nilai dan norma pada suatu
kelompok masyarakat, belum tentu dimiliki oleh kelompok masyarakat lainnya.
Demikian halnya dengan warga RW 7 Dusun Jatianom memiliki pandangan yang
unik. Masyarakat memiliki gagasan dalam mengisi pembangunan di
lingkungannya. Gagasan ini merupakan landasan dasar untuk memperkuat
solidaritas masyarakat. Ada pun gagasan yang dimaksud yaitu
a) Masyarakat Dusun Jatianom memiliki gairah melakukan kegiatan sosial
dan melakukan transformasi ekonomi.
b) Masyarakat alergi terhadap dana APBD dan APBN. Kepercayaan
masyarakat terhadap kontrak politik dan program-program pemerintah
berkurang. Masyarakat memiliki inisiatif memperjuangkan kepentingan
warga melalui gotong royong.
Masyarakat RW 7 Dusun Jatianom memiliki kebersamaan yang kuat.
Masyarakat banyak yang mengenal antara yang satu dengan yang lain, bahkan
pada jarak rumah yang jauh77.
77 Wawancara mendalam kepada Teguh Soekarno dilaksanakan pada dua sesi. Sesi pertama dilaksanakan pada 24 Maret 2012, pukul 11.10 sampai 14.00 WIB. Sesi kedua dilaksanakan pada
152
Informan ketiga adalah Danu. Danu merupakan warga RT 5 RW 7 Dusun
Jatianom, Desa Karang Jati, Kecamatan Pandaan, Kebupaten Pasuruan yang
pernah memiliki peran dalam CSR PT Tirta Investama.
Latar belakang history keterlibatan Danu dalam CSR tidak diketahui
waktunya secara pasti. Danu sebagai bagian masyarakat Dusun Jatianom pernah
mengusulkan suatu program kepada Wanjati. Secara pribadi Danu mengusulkan
adanya CSR untuk masyarakat tidak mampu dalam bentuk kambing bergulir.
Usulan Danu direspon positif oleh Wanjati, selanjutnya Wanjati berkordinasi
dengan SII. Hasil kordinasi Wanjati dengan SII direspon positif oleh PT Tirta
Investama. PT Tirta Investama merealisasikan program kambing bergulir. Sejak
saat itu Danu menjadi kordinator kambing bergulir dari lima kelompok.
Secara mendalam peneliti memperdalam pertanyaan kepada identitas pihak
yang menjadi bagian kelompok dan pola pengelolahan kambing bergulir tersebut.
Akan tetapi informan tidak mampu memberikan informasi secara lugas, runtut dan
terperinci. Hasil wawancara menunjukkan pihak yang terlibat dalam pengelolahan
kambing bergulir adalah Danu, Handoko, Bualim dan Qoirul.
Sistem pengelolahan kambing bergulir yang dilaksanakan adalah setiap
kelompok diberi dua ekor kambing betina untuk dirawat dan diternak. Terdapat
pula satu kambing jantan yang digunakan secara bergantian untuk membuahi
kambing betina yang ada.
25 Maret 2012, pukul 13.35 sampai 15.13 WIB. Pelaksanaan wawancara dilaksanakan di kediaman Teguh Soekarno, Dusun Jatianom RT 5, RW 7 Desa Karang Jati, Kecamatan Pandaan.
153
Setelah kambing beranak, dari masing-masing kelompok memberikan satu
ekor kambing kepada pihak Wanjati. Pemberian anak kambing diberikan setiap
kambing selesai beranak. Hal ini berdasarkan pertimbangan setiap satu ekor
kambing mampu beranak lebih dari satu ekor. Artinya, terdapat sistem bagi hasil.
Program ini diharapkan mampu bergulir kepada masyarakat lainnya yang
tidak mampu. Program tidak terhenti kepada pihak pertama yang menerima
bantuan. Melalui sebelas kambing diharapkan masyarakat yang tidak mampu
berkesempatan memelihara kambing dan beternak. Sehingga bantuan kambing
yang dikeluarkan PT Tirta Investama mampu mendorong pertumbuhan ekonomi.
Melalui program CSR, Danu bersama kawan-kawan memiliki bentuk
kegiatan pemeliharaan kambing bergulir. Pengelolahan kambing dimulai sejak
Februari 2011, Danu menerima kambing bergulir yang diberikan oleh PT Tirta
Investama. Kegiatan pengelolahan kambing bergulir ini berlangsung hingga April
201278.
Out put yang dihasilkan dari pengelolahan kambing bergulir tidak berjalan
sesuai yang diharapkan. Penanggung jawab berhadapan dengan kendala yang
tidak mampu diselesaikan. out put yang dihasilkan dari pengelolahan kambing
bergulir antara Februari 2011 hingga April 2012 yaitu
a. Pengelolahan kambing bergulir tidak dapat dilanjutkan. Pengelolahan
kambing tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan.
78 Danu turut merekomendasi wawancara turut diajukan kepada pihak Kepala Dusun (kasun). Kasun dianggap sebagai pihak yang memantau pelaksanaan CSR di Dusun Jatianom.
154
b. Terdapat pengurus kambing yang tidak bersedia atau sanggup
memelihara kambing. Sehingga kambing diberikan kepada kordinator.
c. Terdapat kambing betina yang mandul tidak dapat beranak.
d. Terdapat masalah antara penanggung jawab kambing dengan Wanjati.
Hal ini disebabkan masalah waktu pemeliharaan anak kambing di
pihak penggembala untuk diberikan kepada pihak Wanjati, serta
kurangnya kordinasi dalam penjualan kambing.
e. PT Tirta Investama menarik kembali kambingnya.
f. Para penggembala kambing mendapatkan anak kambing dari hasil
peranakan.79.
Informan terakhir dari penelitian ini adalah Kamit. Kamit merupakan
seorang Kepala Dusun Jatianom (kasun). Kasun merupakan jabatan perangkat
warga di tingkat Dusun Jatianom. Aktifitas yang dilakukan mencakup beberapa
wilayah RT dan RW. Ada pun tugas Kamit berada di RW 7 dan RW 6, RW 7
terdiri dari RT 4, 5 dan 6. Sedangkan RW 6 terdiri dari RT 1, 2 dan 380.
Khusus di wilayah Dusun Jatianom, kasun membantu kinerja Kepala Desa
(kades) Karang Jati. Kamit dipercaya menjadi kasun oleh masyarakat berdasarkan
sikap kritis dan ingin tahu terhadap pembangunan di wilayah dusunnya. Dalam
jabatan pemerintahan tingkat desa, kasun bertugas sebagai unsur pelaksana kades
di wilayahnya, yaitu
79 Wawancara dilaksanakan pada 27 Maret 2012, sejak pukul 13.10 sampai 14.050 WIB di kediaman informan, Dusun Jatianom RT 5, RW 7 Desa Karang Jati, Kecamatan Pandaan. 80 Iinforman tidak menjawab pertanyaan dengan lugas, terperinci dan berurutan. Hal ini dipengaruhi oleh jenjang pendidikan kasun berada di bawah tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA).
155
a. melaksanakan kegiatan pemerintahan desa.
b. pelaksana kegiatan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan
di desanya.
c. pelaksana keputusan dan kebijakan kepala desa.81.
5.4.2 Bentuk-Bentuk CSR
Hasil peninjauan kepada Wanjati menunjukkan terdapat beberapa bentuk
CSR yang diberikan PT Tirta Investama kepada pihak Wanjati dan masyarakat.
Bentuk CSR yang diketahui oleh Wanjati yaitu
a) Pengolahan sampah organik dan non organik
b) Penghijauan Dusun Jatianom berkordinasi dengan Wanjati dan
masyarakat
c) Pembinaan 6 Usaha Kecil Menengah (UKM) berupa kripik tempe,
pelepah pisang, budi daya jamur, jamu instan, kopi jati dan packing
d) Koperasi Simpan Pinjam Jatianom
e) Alokasi air besih ke rumah tangga. Pada awalnya 100% diberikan oleh
PT Tirta Investama, kini berbagi dengan PT AMDK Amsil
f) Recruitment tenaga bongkar
g) Pemberian beasiswa untuk anak karyawan
h) Pemberian sembako kepada keluarga miskin menjelang lebaran
81 Wawancara kepada kasun dilaksanakan pada 29 Mei 2012 di kediaman informan, alamat informan adalah Dusun Jatianom RW 6, RT 3. Wawancara dilakukan mulai pukul 16.00 hingga 17.30 WIB.
156
i) Pendidikan pengembangan diri anggota Wanjati (workshop, studi
banding, dll)
j) Pengaspalan jalan di lingkungan RT 4, 5, 6, RW 7, di sekitar
perusahaan
k) Bantuan ternak kambing bergulir
l) Perdagangan limbah PT Tirta Investama dengan karang taruna RW 7
m) Pemberian 300 tong sampah dan 515 kantong tong sampah pada 30 Mei
2012 untuk menunjang program pengelolahan sampah.
n) Rencana program pemberian limbah Yakult kepada Wanjati untuk daur
ulang.
o) Pendirian PAUD Wanjati
p) Rekruitmen tenaga kerja lokal menjadi karyawan PT Tirta Investama
Hasil informan selanjutnya menunjukkan bahwa Teguh Sekarno
mengetahui bentuk-bentuk CSR PT Tirta Investama yaitu
a) Pengaspalan Jalan sepanjang 400 Meter oleh PT Tirta Investama
b) Perekrutan tenaga kerja dari masyarakat di lingkungan sekitar
perusahaan.
c) Keberadaan tenaga bongkar muat
d) Alokasi air bersih perusahaan kepada masyarakat di tandon induk.
Pihak yang menerima suplay air bersih kurang lebih 102 keluarga dan
200 keluarga.
e) Beasiswa untuk anak karyawan yang tidak mampu.
157
f) Kesempatan karang taruna untuk membeli limbah anfalan sekitar 7
sampai 8% seluruh limbah secara berkelanjutan.
g) Program penghijauan di Dusun Jatianom
h) Pembentukan Wanjati
i) Bantuan pembangunan masjid di Dusun Jatianom
Danu menunjukkan terdapat beberapa bentuk CSR PT Tirta Investama.
Secara singkat Danu menyebutkan bentuk-bentuk CSR PT Tirta Investama, yaitu
a. Alokasi air bersih perusahaan kepada masyarakat
b. Kesempatan karang taruna untuk membeli limbah anfalan
c. Program penghijauan di Dusun Jatianom
d. Pembentukan Wanjati
e. Bantuan pembangunan masjid
f. Bantuan Kambing.
g. Wanjati melakukan budi daya jamur
h. Wanjati melakukan budi daya camilan kripik tempe
i. Wanjati melakukan pengolahan limbah
Kamit pun mengetahui beberapa bentuk CSR PT Tirta Investama yang
telah dilaksanakan maupun yang masih bersifat rencana. Bentuk CSR yang
diketahui oleh Kamit, yaitu
a. Pembinaan 6 Usaha Kecil Menengah (UKM) berupa kripik tempe,
pelepah pisang, budi daya jamur, jamu instan, kopi jati dan packing
158
b. Alokasi air besih ke rumah tangga. Pada awalnya 100% diberikan oleh
PT Tirta Investama, kini berbagi dengan PT AMDK Amsil
c. Pendirian PAUD Wanjati
d. Pengolahan sampah organik dan non organik
e. Program penghijauan di Dusun Jatianom
f. Pendidikan pengembangan diri ibu-ibu Dusun Jatianom (workshop,
studi banding, dll)
g. Pemberian 300 tong sampah dan 515 kantong tong sampah pada 30
Mei 2012 untuk menunjang program pengelolahan sampah.
h. Koperasi Simpan Pinjam Jatianom
i. Pemberian limbah mizon untuk pupuk pertanian
j. Bantuan ternak kambing bergulir
k. Rekruitmen karyawan perusahaan memprioritaskan masyarakat Dusun
Jatianom
5.4.3 Kapasitas Penerima CSR
Pelaksanaan CSR telah mempertimbangkan pihak utama yang terlibat
dalam pekerjaan ini. Suatu program CSR sangat penting menetapkan pihak yang
berkapasitas dan bertanggung jawab. Pelaksanaan CSR di lapangan tidak terbatas
menjadi tanggung jawab perusahaan. Praktik CSR melibatkan pemangku
kepentingan untuk bersinergi. Keberadaan pemerintah, swasta dan masyarakat
dibutuhkan untuk mendorong perubahan di masyarakat secara bersama-sama.
159
Pelaksanaan CSR di Dusun Jatianom menunjukkan banyaknya program-
program CSR yang digulirkan di lingkup masyarakat. Hal ini memiliki
konsekuensi adanya kepercayaan perusahaan kepada masyarakat yang menjadi
kordinator dan pelaksana lapangan. Cukup penting untuk diketahui perwakilan
dari masyarakat yang dipercaya oleh PT Tirta Investama untuk melakukan
transformasi.
Mengetahui kapasitas pihak yang dipercaya oleh PT Tirta Investama
bertujuan mengetahui pihak yang dianggap mampu mengkordinasikan antara PT
Tirta Investama dengan masyarakat Dusun Jatianom.
Wanjati menyampaikan bahwa Wanjati merupakan LSM yang berada di
bawah kordinasi PT Tirta Investama. Wanjati dipercaya oleh PT Tirta Investama
untuk melakukan pemberdayaan masyarakat Dusun Jatianom. Ada pun bentuk-
bentuk CSR yang dipercayakan PT Tirta Investama kepada Wanjati selaku
penanggung jawab CSR yaitu
a. Pengolahan sampah organik dan non organik
b. Pembinaan 6 Usaha Kecil Menengah (UKM berupa kripik tempe,
pelepah pisang, budi daya jamur, jamu instan, kopi jati dan packing
makanan ringan)
c. Koperasi Simpan Pinjam Jatianom atau LKM Syariah Wanjati
d. Pendidikan pengembangan diri anggota Wanjati (workshop, studi
banding, dll)
e. Bantuan ternak kambing bergulir
160
f. Pemberian 300 tong sampah dan 515 kantong tong sampah pada 30
Mei 2012 untuk menunjang penegelolahan sampah masyarakat Dusun
Jatianom
g. Pendirian PAUD Wanjati
h. Pemberian limbah Yakult
Pernyataan Wanjati diperkuat oleh kasun. Menurut kasun, PT Tirta
Investama telah memberikan program CSR kepada Wanjati sebagaimana tertera
diatas. Program ini secara eksklusif digerakkan dan dikembangkan oleh PT Tirta
Investama melalui Wanjati. Sedangkan pada beberapa program CSR lainnya,
Wanjati turut mensukseskan program CSR berkordinasi dengan masyarakat
Dusun Jatianom dan birokrasi yang berwenang.
Program CSR lainnya yang melibatkan Wanjati sebagai corong utama PT
Tirta Investama diperkuat dengan informasi yang diberikan oleh Danu. Menurut
Danu, bentuk program CSR yang dimaksud yaitu
a. Pengelolahan sampah organik dan non-organik
b. Bantuan kambing bergulir
c. Pembinaan UKM (budi daya jamur dan kripik tempe)
Data yang disampaikan oleh informan di lapangan memperkuat relevansi
laporan pelaksanaan CSR PT Tirta Investama yang dilakukan pada Februari 2011
hingga April 2012. Pelaksanaan CSR yang melibatkan Wanjati sebagai LSEM
yaitu
161
a. Sosialisasi rencana induk pengelolaan sampah berbasis masyarakat dan
pemberdayaan KEP ke seluruh pemangku kepentingan
b. Pendidikan kepada anggota dan pengurus Wanjati. Kegialan yang
dilakukan mencakup pengembangan SDM, whorkshop, pelatihan dan
pengembangan produk dan manajemen usaha kecil, Studi banding
pengelolaan usaha mikro & pengelolaan sampah terpadu kepada
ASPADIN (Asosiasi Perusahaan Air Minum Dalam Kemasan
Indonesia), serta pengembangan kualitas produk dan desain kemasan
produk KEP
c. Pengembangan 6 produk unggulan Wanjati
d. Pengembangan LKM (Lembaga Keuangan Mikro) Syariah Wanjati
e. Pengembangan Pusat Pengelolaan Limbah Terpadu Komunitas
Terdapat bentuk CSR lainnya yang diberikan PT Tirta Investama kepada
karang taruna RW 7. Pengelolahan CSR yang diberikan atas dasar kapasitas
karang taruna RW selaku pemangku kepentingan. Pihak karang taruna, PT Tirta
Investama, Wanjati dan Danu menunjukkan bahwa PT Tirta Investama memberi
kesempatan kepada karang taruna untuk membeli limbah anfalan.
Tabel 21 Kapasitas Penerima CSR
Bentuk CSR Yang Diberikakan PT Tirta Investama Kepada Wanjati Versi Wanjati Dan Kasun
Versi PT Tirta Investama Versi Danu
a. Pengolahan sampah organik dan non organik
b. Pembinaan 6 Usaha
a. Sosialisasi rencana induk pengelolaan sampah berbasis masyarakat dan pemberdayaan KEP ke
a. Pengelolahan sampah organik dan non-
162
Kecil Menengah (UKM berupa kripik tempe, pelepah pisang, budi daya jamur, jamu instan, kopi jati dan packing makanan ringan)
c. Koperasi Simpan Pinjam Jatianom atau LKM Syariah Wanjati
d. Pendidikan pengembangan diri anggota Wanjati (workshop, studi banding, dll)
e. Bantuan ternak kambing bergulir
f. Pemberian 300 tong sampah dan 515 kantong tong sampah pada 30 Mei 2012 untuk menunjang penegelolahan sampah masyarakat Dusun Jatianom
g. Pendirian PAUD Wanjati
h. Pemberian limbah Yakult secara gratis
seluruh pemangku kepentingan
b. Pendidikan kepada anggota dan pengurus Wanjati. Kegialan yang dilakukan mencakup pengembangan SDM, whorkshop, pelatihan dan pengembangan produk dan manajemen usaha kecil, Studi banding pengelolaan usaha mikro & pengelolaan sampah terpadu kepada ASPADIN (Asosiasi Perusahaan Air Minum Dalam Kemasan Indonesia), serta pengembangan kualitas produk dan desain kemasan produk KEP
c. Pengembangan 6 produk unggulan Wanjati
d. Pengembangan LKM (Lembaga Keuangan Mikro) Syariah Wanjati
e. Pengembangan Pusat Pengelolaan Limbah Terpadu Komunitas
organik b. Bantuan
kambing bergulir
c. Pembinaan UKM (budi daya jamur dan kripik tempe)
Bentuk CSR Yang Diberikan PT Tirta Investama Kepada Karang Taruna RW 7
Versi Karang Taruna Versi PT Tirta Investama, Wanjati, Danu
Karang taruna diberi kesempatan oleh perusahaan untuk membeli limbah
perusahaan 7% sampai 8% dari limbah yang dikeluarkan perusahaan. Bentuk limbah yang dibeli antara lain anfalan, jurigen,
palet, dll.
Karang taruna diberi kesempatan oleh perusahaan untuk membeli
limbah perusahaan. Bentuk limbah yang dibeli antara lain
anfalan, jurigen, palet, dll.
Bentuk CSR Yang Diberikan PT Tirta Investama Kepada Masyarakat Dusun Jatianom
Versi Karang Taruna Versi Kasun a. penanaman 500 pohon di Dusun Jatianom b. Pengaspalan Jalan sepanjang 400 Meter oleh PT
Tirta Investama c. Perekrutan karyawan dari masyarakat di lingkungan
a. penanaman 500 pohon di Dusun Jatianom
b. Perekrutan
163
sekitar perusahaan. d. masyarakat diberi kesempatan menjadi tenaga
bongkar muat e. Alokasi air bersih perusahaan kepada masyarakat di
tandon induk. Pihak yang menerima suplay air bersih kurang lebih 102 keluarga dan 200 keluarga.
f. Beasiswa untuk anak karyawan yang tidak mampu. g. Bantuan pembangunan masjid h. Program penghijauan di Dusun Jatianom
karyawan dari masyarakat di lingkungan sekitar perusahaan.
c. Alokasi air besih ke rumah tangga
Versi Wanjati Versi PT Tirta Investama
Versi Danu
a. penanaman 500 pohon di Dusun Jatianom
b. Alokasi air besih ke rumah tangga.
c. Pemberian beasiswa untuk anak karyawan
d. Pemberian sembako kepada keluarga miskin menjelang lebaran
e. Pengaspalan jalan di lingkungan RT 4, 5, 6, RW 7, di sekitar perusahaan
f. Rekruitmen tenaga kerja lokal menjadi karyawan PT Tirta Investama
g. Masyarakat diberi kesempatan menjadi tenaga bongkar muat
a. penanaman 500 pohon di Dusun Jatianom
b. perusahaan memberi kesempatan kepada masyarakat yang menitipkan catring di perusahaan
c. masyarakat diberi kesempatan menjadi tenaga bongkar muat
d. Perekrutan karyawan dari masyarakat di lingkungan sekitar perusahaan.
a. penanaman 500 pohon di Dusun Jatianom sebagai program penghijauan
b. Alokasi air bersih perusahaan kepada masyarakat
c. Bantuan pembangunan masjid
Catatan Kasun sempat memberi informasi PT Tirta Investama pernah memberikan limbah Mizon untuk pertanian di Dusun Jatianom. Akan tetapi tidak dilanjutkan karena limbah memiliki bau yang tidak enak, walau memiliki dampak yang baik untuk lahan pertanian.
Sementara bentuk CSR lainnya diberikan perusahaan kepada masyarakat
Dusun Jatianom. Menurut kasun, CSR yang diberikan kepada perusahaan yaitu
a. penanaman 500 pohon di Dusun Jatianom
b. Perekrutan karyawan dari masyarakat di lingkungan sekitar perusahaan.
c. Alokasi air besih ke rumah tangga
164
Ditambahkan oleh Wanjati, perusahaan memberikan CSR dalam bentuk
program. Program yang diberikan perusahaan yaitu
a. Pemberian beasiswa untuk anak karyawan
b. Pemberian sembako kepada keluarga miskin menjelang lebaran
c. Pengaspalan jalan di lingkungan RT 4, 5, 6, RW 7, di sekitar
perusahaan
d. Masyarakat diberi kesempatan bekerja sebagai tenaga bongkar muat
secara lepas
Soekarno selaku pengurus karang taruna menambahkan adanya CSR
dalam bentuk bantuan pembangunan masjid di lingkungan Dusun Jatianom.
Sementara Danu hanya mengetahui tiga bentuk CSR yang diberikan perusahaan
kepada masyarakat secara luas yaitu
a. penanaman 500 pohon di Dusun Jatianom sebagai program penghijauan
b. Alokasi air bersih perusahaan kepada masyarakat
c. Bantuan pembangunan masjid
Pihak perusahaan dalam memberikan informasi CSR sangat sediki, bila
dibandingkan dengan informan snoballing sampling. PT Tirta Investama hanya
memberikan data, yaitu
a. penanaman 500 pohon di Dusun Jatianom
b. perusahaan memberi kesempatan kepada masyarakat yang menitipkan
catring di perusahaan
165
c. masyarakat diberi kesempatan menjadi tenaga bongkar muat
d. Perekrutan karyawan dari masyarakat di lingkungan sekitar perusahaan
5.4.4 Sebab CSR
Sebab kebijakan CSR diketahui dari beberapa perspektif dan pandangan.
Hal ini sangat dipengaruhi oleh informasi yang diberikan oleh nara sumber. Peran
masyarakat dan perusahaan memiliki hubungan yang penting untuk mendorong
hubungan yang positif dan berinergi. Tindakan-tindakan yang diambil oleh kedua
belah pihak merupakan hasil kepentingan.
Wawancara yang dilakukan kepada pihak PT Tirta Investama
menunjukkan bahwa CSR merupakan suatu kebutuhan. Perusahaan memiliki
komitmen memberikan dampak positif kepada masyarakat dan lingkungan. Faktor
penting yang menjadikan sebab perusahaan mengambil kebijakan ini adalah bisnis
sejalan dengan sosial. Kondisi sosial sangat mempengaruhi stabilitas dunia usaha.
Perusahaan mampu beraktifitas dengan stabil bila kondisi sosial di masyarakat
menunjang. Keberadaan kesenjangan diantara keduanya berdampak kepada
terganggunya kepentingan masing-masing pihak.
Kebutuhan yang demikian mendorong PT Tirta Investama untuk
berkomitmen kepada aspek internal perusahaan berupa complay regulasi, efisiensi
energi, konservasi, ekulturasi dan pemberdayaan. Sedangkan kebijakan eksternal
perusahaan khususnya di lingkup Dusun Jatianom, perusahaan berkomitmen
untuk menjalankan bisnis dengan mengacu kepada konsep good manufactory
projech dan good coorporate governance.
166
Sebab kebijakan CSR PT Tirta Investama di Dusun Jatianom menurut
Teguh Soekarno selaku perwakilan karang taruna sangat dipengaruhi kepentingan
warga dan perusahaan. Kebijakan CSR melalui proses yang panjang dan di mulai
sejak tahun 1988. Pada tahun ini dimulai sebagai tolok ukur aktifitas karang
taruna RW 7. Karang taruna mendirikan tim sepak bola Sentana, sebuah tim sepak
bola dibawah kordinasi PSSI Persekab Pasuruan. Aktifitas olah raga pemuda-
pemudi ini tidak lepas dari uang. Aktifitas organisasi ini membutuhkan konsumsi,
transportasi, dan lain-lain. Kondisi yang demikian mendorong karang taruna
mencari sponsor dan menggali potensi di lingkungan sekitar.
Disisi yang berbeda kondisi masyarakat Dusun Jatianom dinilai informan
cukup mengenaskan. Pada saat itu banyak masyarakat yang tidak bekerja, sumur
mengering saat musim kemarau dan jalan makadam di sekitar RW 7 perlu
mendapatkan perhatian.
Potensi pendorong perubahan dirasa infoman adalah PT Tirta Investama.
PT Tirta Investama berdiri di Dusun Jatianom sejak tahun 1985 dianggap tidak
memberikan manfaat kepada masyarakat di sekitar perusahaan. Masyarakat
merasa terdapat kesenjangan sosial. Masyarakat menilai perusahaan mendapatkan
kesejahteraan dengan mengeksploitasi SDA di lingkungan RW 7 dan mendirikan
pabrik besar, sementara masyarakat setempat berada pada kondisi yang
mengenaskan.
Kesenjangan sosial di Dusun Jatianom mendorong karang taruna RW 7
menuntut adanya tanggung jawab sosial perusahaan. Sejak tahun 2001, karang
167
taruna menuntut alokasi air bersih kepada masyarakat, rekruitmen karyawan dari
masyarakat di sekitar perusahaan dan kesempatan karang taruna RW 7 membeli
limbah anfalan. Karang taruna pun sempat melakukan aksi dengan cara demo dan
berkordinasi dengan perangkat warga.
Hingga pada tahun 2005, PT Tirta Investama mengabulkan tuntutan warga
berupa rekruitmen karyawan dengan memprioritaskan masyarakat Dusun
Jatianom, masyarakat RW 7 mendapatkan alolasi air bersih dan karang taruna RW
7 membeli limbah anfalan sebanyak 7 sampai 8% dari setiap pengambilan. Jenis
barang yang dibeli karang taruna antara lain adalah jurigen 5 liter atau 20 liter,
tali plastik, pelet kayu dan rol hitam. Pada tahun 2007 RW 6 turut menerima
alokasi air bersih dari PT Tirta Investama. Alokasi air bersih ini dapat digunakan
sebagai air minum dan kebutuhan rumah tangga.
Tabel 22 Sebab CSR
Fafit Rahmat Aji Danu PT Tirta Investama memahami CSR sebagai bisnis seiring dengan sosial
Danu mengajukan program kambing bergulir kepada pengurus Wanjati. Hal ini direspon positif oleh perusahaan.
Yuliasih Teguh Soekarno a. Pembelian limbah anfalan,
rekruietmen tenaga kerja lokal dan alokasi air bersih merupakan hasil tuntutan masyarakat.
b. Program Wanjati merupakan hasil pemberdayaan PT Tirta Investama.
c. Informan tidak mengetahui sebab CSR lainnya menjadi kebijakan perusahaan
a. Pembelian limbah anfalan, rekruietmen tenaga kerja lokal, pengaspalan jalan sepanjang 400 meter dan alokasi air bersih merupakan hasil tuntutan masyarakat.
b. Sejak tahun 2005, PT Tirta Investama bersikap peduli terhadap masyarakat dan lingkungan sekitar. Hal ini mendorong kegiatan CSR.
Kebijakan perusahaan memberikan perubahan yang positif bagi
masyarakat sekitar. Masyarakat Dusun Jatianom, khususnya laki-laki bekerja di
168
PT Tirta Investama. Jumlah pengangguran di Dusun Jatianom berkurang. Hal ini
menjadikan masyarakat menganggap PT Tirta Investma sebagai berkah. Terlebih
karang taruna RW 7. Karang taruna RW 7 sebagai representasi masyarakat RW 7
melakukan pembelian limbah sebanya 7 hingga 8% dari seluruh limbah
perusahaan. Pembelian ini memberi manfaat kesempatan masyarakat sekitar
mandiri dalam bidang sosial ekonomi. Pihak-pihak yang terlibat dalam pembelian
limbah tersebut mendapatkan upah tenaga kerja. Sedangkan laba bersih swadaya
masyarakat diperuntukkan untuk kas warga RW 7.
Manfaat yang diperoleh dari alokasi air bersih kepada rumah tangga
adalah masyarakat tidak kesulitan mencari air bersih saat musim kemarau.
Masyarakat pun menggunakan air bersih untuk kebutuhan rumah tangga yaitu
masak, mandi, minum dan lain-lain. Masyarakat menerima program ini dengan
terbuka.
Pada kasus pengaspalan jalan sepanjang 400 meter di wilayah RW 7, CSR
pun muncul dari tuntutan masyarakat RW 7 beserta karang taruna. Tidak
diketahui secara detail waktu pemicu konflik terjadi. Sebelumnya masyarakat
telah membangun jalan dengan cara makadam. Jalan dibuat masyarakat dengan
cara mnyususun batu. Pada pelaksanaannya, truk-truk PT Tirta Investama turut
menggunakan jalan umum ini. Aktifitas truk-truk ini berakibat kepada rusaknya
jalan umum. Hal ini mendorong masyarakat melakukan tuntutan. Masyarakat
melakukan demo, memblokir jalan yang dilalui oleh truk dan menuntut
perusahaan untuk bertanggung jawab.
169
Pada tahun 2009, sejalan dengan terpilihnya Bahrul Alam sebagai anggota
dewan terdapat respon dari anggota dewan untuk meresolusi kasus ini. Bahrul
Alam mendatangi pimpinan PT Tirta Investama yang berada di Jakarta. Hasil
pertemuan ini menghasilkan pengaspalan jalan sepanjang 400 meter di wilayah
RW 7 Dusun Jatianom.
Tahun 2005 merupakan era kesadaran PT Tirta Investama terhadap
masyarakat dan lingkungan sekitar. Perusahaan banyak melakukan kordinasi
dengan pemangku kepentingan. Pelaksanaan CSR lainnya yang mendapatkan
respon positif dari masyarakat adalah perusahaan turut membangun masjid.
Perusahaan memberikan bantuan material pembangunan masjid. Kordinasi ini
dibangun antara masyarakat dan perusahaan, keduanya membangun masjid secara
bersama-sama. Program-progam ini turut disusul dengan program Wanita
Jatianom, penghijauan dan lain-lain.
Informasi yang disampaikan oleh Teguh Soekarno tidak berbeda jauh dari
yang disampaikan oleh Yuliasih. Yuliasih menceritakan bahwa dulu sejak PT
Tirta Investama berdiri pada tahun 1985 tidak memberikan kemanfaatan kepada
masyarakat. Disisi yang berbeda kondisi masyarakat Dusun Jatianom berada pada
kondisi kekurangan materi. Terdapat kesenjangan antara masyarakat dan
perusahaan. Hal ini mendorong karang taruna berkordinasi dengan masyarakat
untuk mengajukan tuntutan air bersih, pembelian limbah anfalan dan perekrutan
tenaga kerja masyarakat setempat.
170
CSR lainnya yang sangat penting untuk diketahui adalah program-program
yang digalakkan oleh Wanjati. Program-program dibawah wanjati merupakan
hasil pemberdayaan yang dilakukan oleh PT Tirta Investama. Melalui wanjati ini
perusahaan menggalakkan program pemberdayaan berupa pengolahan sampah
organik dan non organik, Pembinaan 6 Usaha Kecil Menengah (UKM) berupa
kripik tempe, pelepah pisang, budi daya jamur, jamu instan, kopi jati, packing,
koperasi simpan pinjam Jatianom, pendidikan pengembangan diri, pemberian
limbah Yakult kepada Wanjati untuk daur ulang, diberi 300 tong sampah dan 515
kantong tong, pendirian PAUD dan bantuan wirausaha ternak kambing.
Pada program penghijauan di Dusun Jatianom, Yuliasih tidak mengetahui
sebab dilaksanakannya program tersebut. Yuliasih hanya mengetahui program
tersebut disosialisasikan kepada masyarakat dan Wanjati. Kegiatan yang
dilaksankan adalah penanaman 250 matoa dan 150 durian. Sedangkan CSR dalam
bentuk tenaga bongkar, perekrutan tenaga kerja, pemberian beasiswa untuk anak
karyawan, pemberian sembako kepada keluarga miskin dan pengaspalan jalan di
lingkungan RT 4, 5, 6, RW 7 tidak diketahui oleh informan secara mendetail.
Informan hanya mengatahui program tersebut dari mulut ke mulut.
Danu sebagai pihak penerima CSR turut memiliki pengetahuan sebab
dikeluarkannya CSR. Danu selaku penerima CSR kambing bergulir
menyampaikan bahwa Danu mengajukan program tersebut kepada pengurus
Wanjati. Proram tersebut mendapatkan respon positif dari perusahaan. Perusahaan
memberikan bantuan kambing bagi keluarga yang tidak mampu.
171
5.4.5 Sistem Pengelolahan CSR
Peran masyarakat dan PT Tirta Investama dalam bersinergi merupakan
wujud tanggung jawab masing-masing pihak untuk mendorong perubahan.
Hubungan keduanya mempengaruhi komitmen masing-masing pihak kepada
program-program selanjutnya. Salah satu sarana evaluasi dan praktik sinergi CSR
adalah sistem kerja sama dan out put.
Hasil wawancara peneliti kepada PT Tirta Investama tidak menjelaskan
sistem yang dibangun pada masing-masing bentuk CSR. Aji hanya menjelaskan
bahwa CSR dikordinasikan dengan pemangku kepentingan. Pada tingkat
kabupaten, perusahaan berkordinasi dengan instansi. Pada tingkat dusun,
perusahaan berkordinasi dengan perangkat desa dan perangkat dusun.
Informasi ini dianggap belum jelas menjelaskan sistem pengelolahan CSR.
Informasi digali lebih jauh kepada Teguh Soekarno, Yuliasih, Danu dan Kamit.
Teguh Soekarno menjelaskan CSR pada pembelian anfalan. Karang taruna
RW 7 memiliki divisi yang bergerak dalam pengolahan limbah, terdiri dari Sueb
Rizal (Pembina), Suherman (Ketua Karang Taruna), Teguh Soekarno (Wakil
Satu) dan Nurhadi (Operasional Lapangan). Empat orang tersebut yang
bertanggung jawab membeli limbah PT Tirta Investama sebanyak 7 sampai 8%
dari keselurahan limbah per pengambilannya. Harga limbah ditentukan oleh
perusahaan. Modal awal diperoleh oleh penanggung jawab dengan cara hutang
kapada bank. Barang yang diperjual belikan berupa jurigen 5 liter atau 20 liter, tali
172
plastik, pelet kayu dan rol hitam. Selanjutnya limbah dijual kembali oleh empat
orang tersebut.
Keempat orang tersebut mendapatkan keuntungan dari beban tenaga kerja.
Laba bersih yang diperoleh dari penjualan disetorkan kepada karang taruna.
Pada kasus pembangunan jalan sepanjang 400 meter ditegaskan bahwa
sebelumnya jalan telah dibagun masyarakat berupa makadam. Sistem kerja sama
yang dibangun tidak diketahui oleh Teguh Soekarno secara mendetail. Perusahaan
hanya memenuhi tuntutan masyarakat dengan cara mengaspal.
CSR dalam bentuk tenaga bongkar muat merupakan kesempatan kerja
yang diberikan perusahaan kepada masyarakat dengan tidak mengikat. Perusahaan
memberi kesempatan masyarakat bekerja secara free land. Masyarakat bekerja
tanpa terikan hubungan kerja. Ada pun bentuk pekerjaan tersebut memindahkan
barang.
Alokasi air bersih yang diberikan PT Tirta Investama kepada masyarakat
adalah program yang bersifat merata bagi masyarakat Dusun Jatianom.
Perusahaan mensuplai air bersih kepada tandon induk dengan volume 8000 liter.
Selanjutnya, air didistribusikan kepada tandon tersier dengan volume 1000 liter
dan didistribusikan kepada rumah warga. Pihak yang menerima suplai air bersih
kurang lebih 102 keluarga dan 200 keluarga. Masyarakat menerima bantuan air
bersih secara gratis. Masyarakat memiliki kewajiban untuk merawat instrumen
alokasi air, berupa tandon, pipa dan lain-lain.
173
Penghijauan di Dusun Jatianom dipelopori oleh PT Tirta Investama.
Perusahaan melakukan kordinasi dengan perangkat warga untuk menjalankan
kegiatan. Masyarakat turut terlibat menanam pohon di lingkungan Dusun
Jatianom. Diharapkan masyarakat turut merawat pohon yang ditanam di
lingkungan sekitar.
Perekrutan tenaga kerja dari masyarakat sekitar perusahaan merupakan
bagian dari CSR. Program yang berkelanjutan ini turut dipengaruhi oleh tuntan
masyarakat sekitar. Perekrutan tenaga kerja ini turut menyeleksi warga secara
rasional. Kemampuan dan keterampilan warga menentukan seseorang bekerja di
PT Tirta Investama.
Pembangunan masjid di Dusun Jatianom merupakan gagasan warga.
Proses pembangunan masjid melibatkan PT Tirta Investama sebagai pihak yang
turut berperan. Warga meminta perusahaan membantu pembangunan masjid.
Perusahaan pun memberi bantuan setelah pondasi dan dinding masjid berdiri.
Perusahaan membantu sebagian proses pendirian masjid.
Bentuk kegiatan CSR yang berada dibawah kordinasi Wanjati berbeda
dengan kegiatan yang dilaksanakan oleh karang taruna RW 7. Wanjati merupakan
hasil pemberdayaan PT Tirta Investama, sedangkan karang taruna merupakan
inisiatif atau kemandirian golongan.
Program pengolahan limbah yang dilakukan Wanjati dibagi menjadi dua
yaitu limbah organik dan limbah non organik. Limbah organik merupakan limbah
yang berasal dari sisah makanan, daun, dan lain-lain. Limbah organik memiliki
174
karakteristik dapat mengurai. Pengelolahan sampah organik diperoleh dari sampah
rumah tangga yang dikumpukan. Limbah organik dikelolah menjadi pupuk.
Pengelolahan limbah ini sering kali dilaksanakan di rumah Yuliasih atau di kantor
wanjati. Waktu pelaksanaan kegiatan dilaksanakan dengan mempertimbangkan
kesempatan pengurus.
Sedangkan pengolahan limbah non organik merupakan aktifitas merubah
benda yang tidak dapat diuraikan untuk memiliki nilai lebih. Aktifitas yang
dilakukan adalah mengubah limbah non oranik menjadi tas dan dompet. Bahan
dasar sampah non organik adalah plastik bungkus makanan, deterjen dan lain-
lain.
Wacana pengelolahan limbah mendapatkan banyak pertimbangan dari
pemangku kepentingan untuk meningkatkan kegiatan. Hal yang menghambat
pengelolahan limbah, khususnya limbah non organik adalah tempat pengelolahan
dan proses penguraian. Faktor produksi limbah memiliki dampak terhadap
lingkungan. Upaya mencari solusi terus dilakukan untuk mendorong efektifitas
produksi.
Tabel 23 Sistem Pengelolahan CSR
PT Tirta Investama CSR dikordinasikan dengan pemangku kepentingan
Wanjati Kepala Dusun a. Pengelolahan sampah organik
diperoleh dari sampah rumah tangga yang dikumpukan. Limbah organik dikelolah menjadi pupuk
b. Aktifitas pengelolahan limbah non
a. Pernah adanya limbah mizon secara gratis untuk lahan pertanian Dusun Jatianom.
b. Tidak menjelaskan pengelolahan kambing, hanya menyatakan banyak
175
organik adalah mengubah limbah non oranik menjadi tas, dompet dan lain-lain.
c. Masyarakat Dusun Jatianom turut terlibat menanam 250 matoa dan 150 durian pohon di lingkungan Dusun Jatianom
d. Pembinaan 6 Usaha Kecil Menengah (UKM) berupa kripik tempe, pelepah pisang, budi daya jamur, jamu instan, kopi jati, packing dikerjakan di masing-masing rumah kepala divisi dan anggota yang bersangkutan.
e. Koperasi syariah UKM Jatianom diperuntukkan untuk masyarakat Dusun Jatianom di bawah Wanjati. Dana diperoleh dari PT Tirta Investama dengan turun berangsur-angsur
f. Perusahaan berkordinasi dengan perangkat warga melakukan pendataan terhadap warganya yang tidak mampu untuk mendapatkan sembako saat bulan ramadan
g. kegiatan pengembangan diri Wanjati berbentuk diskusi, pelatihan, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi kegiatan dan studi banding.
h. Setiap terdapat peranakan kambing, Wanjati meminta 1 ekor anak kambing dari setiap 1 kordinator
i. Pemberian 300 tong sampah dan 515 kantong tong sampah secara gratis dilaksankan pada 30 Mei 2012
j. PT Tirta Investama turut memberi Wanjati limbah Yakult secara gratis
kambing yang mati. c. Penghijauan dilaksanakan bersama
masyarakat Dusun Jatianom d. Produksi tempe dulu dikelola Heru,
saat ini produksi tempe berhenti selama 3 bulan.
e. Informasi CSR lainnya memiliki kesamaan dengan informasi yang diberikan oleh Wanjati
Danu Terdapat 10 kambing betina diberikan kepada 5 kelompok, setiap kelompok memperoleh 2 ekor kambing. 10 kambing betina ditambah 1 ekor kambing jantan untuk bergantian membuahi. Setiap peranakan kambing, Wanjati meminta 1 ekor anak kambing. Tempo pemeliharaan anak kambing dikehendaki Wanjati 10 bulan, sedangkan para penggembala kambing menginginkan 5 bulan saja Karang Taruna RW 7 a. karang taruna diberi kesempatan
membeli limbah anfalan. Pembelian mengunakan uang pengurus. Pengurus menerima upah sebagai tenaga angkut. Sisah keuangan diberikan kepada kas karang taruna
b. Perusahaan mengaspal jalan sepanjang 400 meter
c. Sistem yang CSR tenaga bongkar muat adalah tidak mengikat. Pihak yang bersedia menjadi tenaga bonngkar mendapatkan upah.
d. Alokasi air bersih diberikan dengan gratis oleh perusahaan. Masyarakat memiliki kewajiban merawat infrastruktur
Aktifitas produksi dilakukan secara sukarela dan kebersamaan. Tidak
terdapat disiplin waktu produksi. Produksi dapat dilakukan di rumah ibu-ibu.
Proses produksi dapat dilakukan secara berpencar. Hasil kerajinan ini dipasarkan
melalui pameran tingkat kota maupun provinsi.
176
Penghijauan di Dusun Jatianom dipelopori oleh PT Tirta Investama.
Perusahaan melakukan kordinasi dengan perangkat warga dan Wanjati untuk
menjalankan kegiatan. Masyarakat turut terlibat menanam 250 matoa dan 150
durian pohon di lingkungan Dusun Jatianom. Diharapkan masyarakat turut
merawat pohon yang ditanam di lingkungan sekitar.
Pembinaan 6 Usaha Kecil Menengah (UKM) berupa kripik tempe, pelepah
pisang, budi daya jamur, jamu instan, kopi jati, packing dikerjakan di masing-
masing rumah kepala divisi dan anggota yang bersangkutan. Hasil produksi
berupa jamur dijual kepada langganan, hasil produksi jamu instan dan kopi jati
dijual dipasarkan dibeberapa kantin perusahaan. Hasil produksi dipasarkan di
pameran-pameran.
Koperasi syariah UKM Jatianom diperuntukkan untuk masyarakat Dusun
Jatianom di bawah Wanjati. Dana diperoleh dari PT Tirta Investama dengan turun
berangsur-angsur. Besaran dana ditetapkan oleh PT Tirta Investama. Tujuan
kegiatan ini adalah mendorong kegiatan perekonomian masyarakat Dusun
Jatianom.
Alokasi air bersih diterima masyarakat dengan gratis. Sistem distribusi PT
Tirta Investama bekerjasama dengan PT Amsil. Melalui hubungan kedua
perusahaan, masyarakat memiliki kemudahan mencukupi kebutuhan rumah
tangga.
Perusahaan turut melakukan pemberian sembako kepada keluarga miskin
dilaksanakan saat bulan ramadan. PT Tirta Investama melakukan kordinasi
177
dengan perangkat warga. Perangkat warga melakukan pendataan terhadap
warganya yang tidak mampu.
Pendidikan pengembangan diri dilaksanakan dengan disesuaikan dengan
program kerja dan bersifat melengkapi kegiatan Wanjati. Ada pun kegiatan
pengembangan diri lainnya berbentuk diskusi, pelatihan, perencanaan,
pelaksanaan, evaluasi kegiatan dan studi banding.
Bantuan ternak kambing merupakan program yang diberikan oleh PT Tirta
Investama melalui Wanjati. Terdapat sistem pembagian bagi hasil. Setiap terdapat
peranakan, Wanjati meminta 1 ekor anak kambing dari setiap 1 kordinator. Pada
sistem ini induk kambing yang diberi Wanjati merupakan aset PT Tirta Investama
yang diamanatkan dibawah Wanjati.
Pemberian 300 tong sampah dan 515 kantong tong sampah secara gratis
dilaksankan pada 30 Mei 2012. Tujuan pemberian ini adalah menunjang aktifitas
pemberdayaan pengolahan sampah Wanjati. Perusahaan memberi secara gratis.
Distribusi tong sampah disampaikan kepada perangkat warga dan Wanjati.
PT Tirta Investama turut memberi Wanjati limbah Yakult secara gratis.
Kegiatan ini memiliki tujuan menunjang pemberdayaan pengelolahan sampah non
organik. Limbah Yakut memiliki potensi dikelolah menjadi barang dengan nilai
lebih.
Pengembangan Wanjati berkembang dengan pesat. Wanjati turut
mendirikan PAUD. Lembaga pendidikan anak usia dini dilaksanakan di balai
178
dusun. Belum terdapat tempat yang memadai sebagai sekolah PAUD. Aktifitas
PAUD mendapat perhatian banyak pihak, hal ini terbukti dengan banyaknya siswa
PAUD. Masyarakat mempercayakan pendidikan kepada PAUD Wanjati.
Danu sebagai penerima CSR turut menjelaskan sistem pengelolahan
kambing bergulir. Sebelumnya program ini diusulkan oleh Danu untuk warga
yang tidak mampu, khususnya warga yang tidak memiliki lahan. PT Tirta
Investama pun memberikan bantuan kambing melalui Wanjati. Terdapat 10
kambing betina diberikan kepada 5 kelompok, setiap kelompok memperoleh 2
ekor kambing. 10 kambing betina ditambah 1 ekor kambing jantan untuk
bergantian membuahi. Setiap terjadi peranakan kambing, Wanjati mendapatkan 1
ekor kambing, sisahnya diberikan kepada yang memelihara. Awal pemberian
kambing belum ada kesepakatan yang jelas rentang waktu pemeliharaan anak
kambing. Dalam perkembangannya, terdapat himbauan dari Wanjati untuk
memberikan anak kambing dalam tempo 10 bulan, sedangkan para penggembala
kambing menginginkan 5 bulan saja.
Kamit selaku kepala Dusun turut menjelaskan sistem pengelolahan CSR.
Pada pengelolahan kambing bergulir dan penghijauan, Kamit tidak menjelaskan
sistem pengelolahannya. Kamit hanya mengatakan kambing dan tanaman banyak
yang mati. Tidak terdapat penjelasan alasan tanaman dan kambing mati. Sistem
penanaman pohon dilaksanakan bersama-sama dengan masyarakat.
CSR Wanjati yang sedang berkembang adalah pengelolahan limbah.
Selama ini pengelolahan limbah organik belum berjalan. Faktor penghambatnya
179
adalah masih banyak hal yang perlu dikordinasikan, khususnya dalam proses
produksi. Proses pembuatan pupuk ini masih bersifat percobaan. Sedangkan
pengelolahan sampah non organik sudah berjalan. Kegiatan UKM ini
dilaksanakan di rumah ibu-ibu. Ibu-ibu diberikan pembekalan mengubah sampah
kering menjadi tas, dompet dan lain-lain. Selanjutnya hasil kerajinan dipasarkan.
Pemasaran produk ini bersifat percobaan. Belum terdapat orientasi profit secara
menyeluruh, demikian halnya dengan 6 UKM lainnya.
Produksi jamur sudah berjalan. Produksi dilakukan di rumah RW 6,
Sudarsono. Selama ini produksi dipasarkan ke pasar terdekat. Skala produksi
bersifat mikro. Sedangkan pada produksi tempe dulu dikelola Heru, saat ini
produksi tempe berhenti. Tidak diketahui secara pasti alasan produksi tempe
berhenti selama tiga bulan. Pada pengelolahan jamu diproduksi di rumah Rojak.
Pengelolahan jamu telah mendapat izin dari Departemen Kesehatan. Hanya ini
informasi yang diketahui Kamit.
Hal yang menarik dari pelaksanaan CSR adalah pemberian limbah mizon82
kepada lahan pertanian di sekitar Dusun Jatianom. Kamit hanya menyanpaikan
pemberian secara gratis.
Informasi pelaksanaan CSR lainnya yang diberikan oleh Kamit memiliki
kesamaan dengan informasi yang diberikan Yuliasih.
5.4.6 Out Put CSR
82 Proses wawancara tidak berhasil mengidentifikasi mekanisme pengelolahannya. Sayangnya, sistem pelaksanaan CSR tidak disampaikan secara jelas
180
Out put yang dihasilkan dari CSR merupakan hasil kordinasi antara
masyarakat, perusahaan dan pemerintah. Terdapat peran masing-masing pihak
mendorong perubahan di Dusun Jatianom. Kontek CSR di Dusun Jatianom
memiliki korelasi dengan Wanjati, karang taruna RW 7 dan masyarakat Dusun
Jatianom secara keseluruhan.
Yuliasih selaku kordinator Wanjati menjelaskan relevansi pelaksanaan
program-program CSR. Pengolahan sampah organik hingga kini diolah menjadi
tas atau dompet. Hasil produksi dipasarkan di pameran-pameran. Hasil penjualan
belum mencapai tahapan profit. Hingga kini laba kegiatan masih belum
mencukupi untuk memberi upah pekerja. Bila terdapat laba yang lebih diberikan
sebagai upah kepada pihak yang menjaga pemasaran. Pemasaran kerajinan masih
bersifat percobaan dan merintis pasar. Hal yang menggembirakan adalah adanya
permintaan produk kerajinan Wanjati dari beberapa kota.
Pengolahan sampah non organik masih belum dapat dipasarkan. Hasil
produksi dikonsumsi warga sekitar dan sebagai uji coba. Terdapat banyak hal
yang menjadi pertimbangan dalam proses produksi.
Penghijauan Dusun Jatianom yang dilakukan oleh PT Tirta Investama
berkordinasi dengan masyarakat dan perangkat warga cenderung gagal. Banyak
tanaman yang telah mati akibat kurangnya perawatan. Tindakan perawatan kurang
digalakkan oleh masyarakat atau perusahaan.
Pembinaan 6 Usaha Kecil Menengah (UKM) berupa kripik tempe, pelepah
pisang, budi daya jamur, jamu instan, kopi jati, packing. Hasil produksi
181
dipasarkan di beberapa koperasi perusahaan di wilayah Kecamatan Pandaan,
sedangkan hasil budi daya jamur dipasarkan kepada langganan dan pasar
tradisional. Terkadang hasil produksi turut dipasarkan di pameran. Hasil penjualan
belum mencapai tahapan profit. Hingga kini laba kegiatan masih belum
mencukupi untuk memberi upah pekerja.
Koperasi UKM Simpan Pinjam Jatianom atau koperasi syariah atau
koperasi Wanjati tetap berjalan dan menunggu bantuan dana susulan. Peran
koperasi turut menunjang kegiatan Wanjati dan kepentingan rumah tangga
masyarakat sekitar.
Tabel 24 Out Put CSR
Wanjati Karang Taruna RW 7 a. 6 produk unggulan Wanjati atau
UKM dan pengelolahan sampah organik menjadi pupuk masih belum berjalan sebagai usaha mandiri. Aktifitas usaha bersifat sosial dan percobaan.
b. Koperasi Wanjati menunjang kegiatan Wanjati dan masyarakat sekitar.
c. Pendidikan diri Wanjati melengkapai aktifitas Wanjati.
d. Alokasi air bersih berjalan memenuhi kebutuhan rumah tangga masyarakat.
e. Pemberian sembako diberikan kepada keluarga miskin saat menjelang hari raya Idul Fitri.
f. Recruitment tenaga bongkar, dan pemberian beasiswa untuk anak karyawan tidak diketahui secara pasti, terdapat asumsi tetap berjalan.
g. Pengaspalan jalan sepanjang 400 meter di wiayah RW 7 memberikan manfaat kepada masyarakat secara
a. Pembelian limbah memberikan manfaat pemberian lapangan kerja, pembangunan pemeliharaan lingkungan (jalan, pipa dan penampungan air, dll), sepak bola Sentana, kegiatan warga, santapan rohani setiap hari kamis, pengajian 35 hari sekali, tahlil dan arisan karang taruna.
b. Pembangunan jalan sepanjang 400 meter dapat digunakan masyarakat secara luas.
c. Program rekruitmen karyawan lokal berdampak 2% pengangguran di Dusun Jatianom.
d. Alokasi air besih ke rumah tangga tetap berjalan dan tidak terdapat permasalahan
e. Beasiswa untuk anak karyawan yang tidak mampu mendorong rata-rata pendidikan terendah warga Dusun Jatianom adalah tingkat SMA dan sederajat.
f. Pembangunan masjid dapat
182
luas. h. Perdagangan limbah antara
perusahaan dan karang taruna RW 7 berjalan secara berkelanjutan.
i. Pemberian 300 tong sampah dan 515 kantong tong sampah pada 30 Mei 2012 untuk pengolahan sampah campur dan pemberian limbah Yakult kepada Wanjati untuk daur ulang belum berjalan. Pendirian PAUD Wanjati menarik banyak siswa. Proses pembelajaran dilaksanakan di balai Dusun Jatianom.
j. Program rekruitmen tenaga kerja lokal sebagai karyawan perusahaan memberantas pengangguran di Dusun Jatianom.
digunakan sebagai tempat ibadah oleh masyarakat.
g. Penghijauan berjalan kurang sukses, banyak pohon yang mati.
Danu a. Program kambing bergulir tidak
berkelanjutan, jutru berujung permasalahan antar pengurus. Kambing pun ditarik kembali oleh PT Tirta Investama.
b. Progam penghijauan gagal karena tanaman kurang terawat.
c. Pembangunan masjid sudah jadi, dapat digunakan sebagai tempat ibadah.
Kepala Dusun a. Pemberian pupuk dari limbah mizon tidak berkelanjutan karena limbah cair ini
memiliki aroma yang tidak bersahabat b. Pengelolahan kambing bergulir tidak berlanjut karena banyak kambing yang
mati. c. Hasil pengembangan KEP berupa tempe telah berhenti selama 3 bulan dengan
alasan yang tidak jelas. d. 6 progam KEP Wanjati belum dapat digunakan sebagai kebutuhan profit. e. Pengetahuan pelaksanaan CSR lainnya memiliki kesamaan dengan informasi
yang diberikan oleh Wanjati.
Pendidikan pengembangan diri tetap berjalan dengan bentuk diskusi,
pelatihan, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi kegiatan dan studi banding.
Pendidikan pengembangan diri sangat dipengaruhi oleh kegiatan Wanjati.
Pendidikan diri berjalan melengkapi dari aktifitas Wanjati.
Alokasi air besih ke rumah tangga tetap berjalan. Tidak terdapat
permasalahan. Kebutuhan masyarakat berupa air bersih untuk keperluan rumah
tangga terpenuhi.
183
Recruitment tenaga bongkar, dan pemberian beasiswa untuk anak
karyawan tidak diketahui secara pasti, terdapat asumsi tetap berjalan. Aktifitas ini
disinyalir bersifat musiman. Informan tidak memantau kegiatan secara langsung.
Informan hanya mengetahui dari mulut ke mulut. Pemberian sembako diberikan
kepada keluarga miskin saat menjelang hari raya Idul Fitri.
Pengaspalan jalan sepanjang 400 meter di wiayah RW 7 memberikan
manfaat kepada masyarakat secara luas. Pengguna jalan dapat berkendara dengan
nyaman dan tidak membahayakan keselamatan.
Perdagangan limbah antara perusahaan dan karang taruna RW 7 berjalan
secara berkelanjutan. Informan tidak mengetahui informasi lebih jauh. Informan
mengetahui perdagangan limbah dari mulut ke mulut.
Pemberian 300 tong sampah dan 515 kantong tong sampah pada 30 Mei
2012 untuk pengolahan sampah campur dan pemberian limbah Yakult kepada
Wanjati untuk daur ulang belum berjalan. Hal ini masih proses pembahasan
regulasi dan menentukan keputusan.
Pendirian PAUD Wanjati berjalan dengan baik. PAUD mendapatkan
respon masyarakat positif. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya siswa yang
mendaftar sebagai siswa PAUD Wanjati. Sayangnya, PAUD belum memiliki
kedung untuk beraktifitas. Proses pembelajaran dilaksanakan di balai Dusun
Jatianom.
184
Program rekruitmen tenaga kerja lokal sebagai karyawan perusahaan
memiliki dampak positif bagi kesejahteraan masyarakat Dusun Jatianom.
Sebagian besar laki-laki Dusun Jatianom bekerja di pabrik. Prosentase
pengangguran pada kriteria usia produktif sangat sedikit. Pengangguran banyak
dipengaruhi oleh faktor usia senja.
Hasil kegiatan karang taruna, khususnya dalam pembelian limbah anfalan
memiliki dampak yang besar terhadap warga RW 7. Pembelian limbah anfalan
terus berjalan, keuntungan bersih penjualan limbah dikelolah menjadi kas karang
taruna RW dan warga. Kegiatan warga RW 7 ditunjang oleh pembelian limbah.
Hingga saat ini kegiatan karang taruna terus berkembang. Organisasi
karang taruna memiliki kegiatan rutin untuk menjaga solidaritas antar warga,
memperkuat tali silaturahmi, pendidikan masyarakat dan lain-lain. Kegiatan
warga ini dibagi menjadi dua karakteristik, yaitu kegiatan fisik dan kegiatan non
fisik. Kegiatan fisik yang dimaksud adalah
a. Pembangunan pemeliharaan lingkungan (jalan, pipa dan penampungan
air, dll)
b. Sepak bola Sentana
c. Kegiatan warga
Sedangkan kegiatan non fisik yang dilakukan oleh karang taruna bersama
warga adalah kegiatan rutinitas. Masyarakat dan karang taruna saling membaur,
menunjang kegiatan warga. Bentuk kegiatan non fisik yang dimaksud yaitu
185
a. Santapan rohani setiap hari kamis malam
b. Pengajian setiap 35 hari sekali
c. Tahlil
d. Arisan karang taruna
Pengaspalan Jalan sepanjang 400 Meter di RW 7 telah dilaksanakan.
Masyarakat secara luas dapat menikmati penggunaan jalan. Pembangunan
infrastruktur jalan memberikan manfaat secara menyeluruh. Demikian pula
dengan CSR rekruitmen karyawan lokal dan tenaga bongkar muat memberikan
manfaat positif bagi warga Dusun Jatianom. Sebagian besar laki-laki dan pemuda
Dusun Jatianom bekerja di PT Tirta Investama. Jumlah pengangguran pada usia
produktif sangat sedikit. Jumlah pengangguran banyak didominasi oleh usia senja
dan ibu-ibu, laki-laki yang tidak bekerja kurang lebih sebesar 2%. Rata-rata
pendapatan karyawan sebesar 1,4 sampai 1,6 juta. Adanya pekerjaan tenaga
bongkar muat menjadi sasaran penghasilan tambahan warga.
Alokasi air besih ke rumah tangga tetap berjalan dan tidak terdapat
permasalahan. Kebutuhan masyarakat berupa air bersih untuk keperluan rumah
tangga terpenuhi.
Beasiswa untuk anak karyawan yang tidak mampu mendorong masyarakat
Dusun Jatianom peduli kepada pendidikan. Rata-rata pendidikan terendah warga
Dusun Jatianom adalah tingkat SMA dan sederajat.
Pembangunan masjid telah diselesaikan secara bersama-sama oleh
masyarakat dan perusahaan. Masjid dapat digunakan sebagai tempat ibadah oleh
186
masyarakat. Sedangkan program penghijauan di lingkungan Dusun Jatianom tidak
berjalan dengan sukses. Banyak pohon yang mati akibat tidak terawat.
Hasil wawancara kepada Danu menunjukkan bahwa februari 2011 Danu
menerima kambing. Syarat pemberian kambing untuk warga yang kurang mampu
dan tidak memiliki lahan bertani. Kambing diberikan PT Tirta Investama melalui
Wanjati kepada 5 kelompok. Setiap kelompok menerima 2 ekor kambing bentina,
dan terdapat 1 ekor kambing jantan untuk membuahi kambing betina.
Selanjutnya, terdapat satu pengurus yang tidak sanggup memilihara
kambing. Kedua kambing ini diserahkan kepada Danu. Kelompok pengelolah
kambing menjadi 4 yaitu Danu, Handoko, Bualim dan Qoirul.
Pengelolahan kambing ini mengalami 2 masalah. Masalah yang pertama
adalah terdapat kambing Danu yang mandul. Hal ini menjadikan Danu meminta
Wanjati menjual kambing pada bulan Idu Ad’ha. Akan tetapi kambing mandul
dijual setelah Idul Ad’ha, hal ini berdampak kepada kerugian Danu.
Permasalahan kedua adalah terdapat perjanjian setiap terjadi peranakan
kambing, Wanjati mendapatkan 1 ekor kambing, sisahnya diberikan kepada yang
memelihara. Awal pemberian kambing belum ada kesepakatan yang jelas rentang
waktu pemeliharaan anak kambing. Dalam perkembangannya, terdapat himbauan
dari Wanjati untuk memberikan anak kambing dalam tempo 10 bulan, sedangkan
para penggembala kambing menginginkan 5 bulan saja. Hal ini menjadikan
konflik antar penggembala kambing dan pengurus Wanjati. Hingga pada bulan
187
April 2012, kambing dicabut oleh perusahaan. Pengembala kambing mendapatkan
anak kambing, sedangkan Wanjati turut menerima 4 ekor anak kambing.
Pada pembangunan masjid kini sudah dapat dinikmati oleh masyarakat
secara bersama-sama. Tetapi pada progam penghijauan tidak berjalan sukses.
Banyak pohon yang mati karena tidak terawat.
Kepada Kepala Dusun menjelaskan bahwa pemberian pupuk dari limbah
mizon tidak berkelanjutan karena limbah cair ini memiliki aroma yang tidak
bersahabat. Banyak petani dan masyarakat yang mengeluhkan baunya, walau pun
hasil pertanian cukup memuaskan.
Pengelolahan lahan pertanian tetap berjalan, tetapi kepedulian masyarakat
terhadap pertanian berkurang karena masyarakat lebih banyak yang bekerja
sebagai karyawan perusahaan. Kini lahan pertanian lebih banyak menggunakan
tenaga buruh tani dari daerah lainnya.
Laporan pengelolahan kambing bergulir hanya disampaikan oleh Kamit
bahwa banyak kambing yang mati karena kurnang terawat. Demikian halnya
dengan penghijauan yang dilakukan di Dusun Jatianom, banyak tanaman yang
mati karena kurang perawatan.
Hasil pengembangan KEP berupa tempe telah berhenti selama 3 bulan
dengan alasan yang tidak jelas. Pihak yang sebelumnya aktif sebagai kordinator
adalah Heru. Hal ini bersangkutan dengan 6 progam KEP Wanjati. Progam
pemberdayaan masyarakat ini masih bersifat merintis, belum dapat digunakan
188
sebagai kebutuhan profit. Kegiatan kelompok LSEM Wanjati lebih banyak
bersifat kegiatan sosial. Pengetahuan pelaksanaan CSR lainnya memiliki
kesamaan dengan informasi yang diberikan oleh Wanjati.
189
BAB VI
IMPLEMENTASI TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN
6.1 Eksploitasi Tak Terkontrol
Keberadaann PT Tirta Investama di tengah-tengah Dusun Jatianom, Desa
Karang Jati, Kecamatan Pandaan bukanlah secara tiba-tiba. Perusahaan melalui
proses yang panjang untuk mendirikan perusahaannya. Pihak utama yang
berwenang memberikan izin pendirian pabrik adalah Badan Perizinan Dan
Penanaman Modal (Bapenam), masyarakat Dusun Jatianom dan pejabat yang
berwenang lainnya. Keberadaann Bapenam dan masyarakat Dusun Jatianom
adalah pihak yang sangat rentan terhadap dampak aktifitas perusahaan.
Masyarakat bersinggungan langsung dengan perusahaan yang berada di
lingkungan warga. Sedangkan Bapenam memiliki kewajiban mengatur regulasi
untuk menstabilkan pemangku kepentingan.
Aspek yang sangat fital dalam pendirian, aktifitas dan masa depan
kelangsungan perusahaan adalah lingkungan. Aspek lingkungan memiliki
pengaruh terhadap masyarakat, pemerintahan, stabilitas sosial ekonomi dan lain-
lain. Aspek lingkungan merupakan aspek yang sangat penting untuk diperhatikan.
Lingkungan menjadi kebutuhan banyak pihak. Setiap pemangku kepentingan
memiliki hak untuk mengetahui apa yang terjadi dan prediksi yang akan terjadi.
Hal ini berkaitan erat dengan aktifitas PT Tirta Investama. Terlebih perusahaan ini
mengeksploitasi SDA di Dusun Jatianom. Aktifitas PT Tirta Investama layak
untuk diketahui pemangku kepentingan, publik berhak untuk melakukan kontrol
190
dan terlibat dalam pengambilan keputusan. Secara tekhnik, hubungan pemangku
kepentingan dilaksanakan melalui kordinasi dan sosialisasi.
Sebelumnya terdapat peran Bapenam sebagai pihak yang mengizinkan
perusahaan melakukan eksploitasi. Secara prosedur perizinan, menurut Sugeng
Hari Utomo selaku bidang penanaman modal menjelaskan bahwa terdapat 16 Izin
yang dapat diberikan oleh Bapenam. Mengacu kepada Keputusan Bupati Nomor :
503/4/HK/431.012/2009 terdapat 16 jenis Standart Operasi Pelayanan (SOP). Izin
yang memiliki korelasi kuat dengan eksploitasi PT Tirta Investama adalah Izin
Gangguan (HO), Izin Pengeboran (SIP) dan Izin Penggunaan Air Tanah (SIPA).
Pola aktifitas perusahaan penting untuk diketahui antara lain pola perusahaan
mengeksploitasi SDA, besaran eksploitasi, dampak eksploitasi dan peran
pemangku kepentingan.
Setiap jenis izin yang diberikan Bapenam memiliki syarat administrasi,
baik pada masa memulai usaha mau pun memperpanjang usaha. Ada pun sebagian
syarat penting yang harus dipenuhi untuk memulai izin pengambilan air tanah
adalah gambar penampang litologi/bantuan dan hasil rekaman loggin sumur,
gambar bagan penampang penyelesaian kontruksi sumur bor, berita acara
pengawasan kontruksi sumur bor, laporan uji pemompaan, hasil analisis fisika dan
kimia air bawah tanah, site plan, neraca penggunaan air, dokumen UKL/URL
perusahaan dan informasi mengenai rencana pengeboran air bawah tanah
terlampir”83.
83 Lock cit. hlm. 31
191
Sedangkan sebagian syarat yang harus dipenuhi untuk izin pengambilan
air bawah tanah (SIPA) Baru (untuk yang sudah melakukan pengeboran) adalah
Dokumen UKL/UPL Air Tanah, Foto Copy IMB, HO, Surat pernyataan Kontruksi
dan Pumping Tes dan syarat lainnya telah disebutkan.
Syarat-syarat yang diberikan oleh Bapenam kepada perusahaan yang
mengeksploitasi SDA air dapat diketahui dengan jelas. Demikian halnya dengan
syarat berdiri dan perpanjangan PT Tirta Investama di Dusun Jatianom. Sebelum
PT Tirta Investama melaksanakan pendirian dan perpanjangan izin usaha
memiliki kewajiban memenuhi adminsitrasi Bapenam. Menurut Utomo,
perusahaan yang melanggar akan ditindak oleh Satpol PP. Ditegaskan oleh
Endang Sri Harijati bahwa perusahaan yang melanggar akan mendapat peringatan,
teguran dan pencabutan izin usaha. Wewenang Bapenam sangat besar untuk
mempengaruhi kelangsungan PT Tirta Investama. Pemenuhan regulasi PT Tirta
Investama kepada Bapenam merupakan suatu keharusan yang tidak dapat ditawar.
Akan tetapi terdapat kejanggalan bagi Bapenam untuk menjalankan
tugasnya. Kedisiplinan Bapenam untuk menertibkan PT Tirta Investama
diragukan untuk menjawab “ sejak kapan dan sampai kapan PT Tirta Investama
akan terus beroperasi? ” . Beni Susatyo tidak mengetahui sejak kapan PT Tirta
Investama mulai mendirikan perusahaannya di Kecamatan Pandaan. Operasi
perusahaan akan terus berjalan setelah tiga tahun sekali mengurus SIPA. Disini
menunjukkan adanya disiplin administrasi setiap tiga tahun sekali. Terdapat
syarat-syarat laporan eksploitasi perusahaan terhadap SDA. Dalam hal ini Beni
belum menjelaskan ambang batas stardart besaran eksploitasi dalam satuan
192
liter/detik. Sehingga masih kurang jelasnya indikator fenomena yang berdampak
teguran hingga pencabutan izin operasi perusahaan. Melalui pola ini memberikan
gambaran Bapenam akan terus memberikan izin operasi perusahaan selama tertib
prosedur administrasi. Substansi besaran eksploitasi, ambang batas eksploitasi,
standart eksploitasi dan dampak eksploitasi kurang mendapatkan perhatian.
Menurut Aji perusahaan telah mendirikan pabrik di Dusun Jatianom sejak
tahun 1984. Perusahaan akan terus beroperasi selama mendapatkan izin dari
pemerintah yang berwenang.
Tabel 25 Eksploitasi Tak Terkontrol
a. Meragukan kedisiplinan Bapenam karena kurangnya data yang diberikan pada peneliti dan terdapat perbedaan versi antara Bapenam, PT Tirta Investama dan masyarakat.
b. Ambang batas, indikator dan stardart besaran eksploitasi dalam satuan liter/detik tidak dijawab Beni. Hal ini menunjukkan kurang jelasnya indikator fenomena yang berdampak teguran hingga pencabutan izin operasi perusahaan.
c. Besan eksploitasi dalam satuan liter/detik harus disampaikan kepada publik oleh PT Tirta Investama dan Bapenam. Hal ini menyangkut hajat publik.
d. Rahasia besan eksploitasi dalam satuan liter/detik diperkuat oleh kurangnya keterbukaan PT Tirta Investama dan Bapenam, dan kepedulian masyarakat.
e. Hal ini mengambarkan eksploitasi PT Tirta Investama tidak terkontrol
Menurut Teguh Soekarno, perusahaan telah beroperasi sejak tahun 1985,
sedangkan Yuliasih tidak mampu memberikan jawaban secara akurat. Soekarno
dan Yuliasih tidak memiliki pemikiran akhir operasi PT Tirta Investama di Dusun
Jatianom. Masyarakat akan mendukung operasi perusahaan, selama perusahaan
memberikan manfaat.
Kejanggalan selanjutnya adalah besaran eksploitasi PT Tirta Investama.
Beni kembali mengatakan tidak mengetahui. Beni menambahkan tata pengaturan
193
air diatur dalam PP 22 Tahun 1982 dan Kepmen Energi Dan Sumber Daya
Mineral Tentang Pedoman Tekhnis Penyelenggaraan Tugas Pemerintah Di
Bidang Pengelolahan Air Bawah. Sayangnya, Fafit Rachmat Aji turut tidak
mengetahui besaran eksploitasi SDA air dalam satuan liter/detik dan perihal ini
bersifat rahasia perusahaan.
Bahkan masyarakat di sekitar pabrik tidak mengetahui besaran eksploitasi.
Teguh Soekarno dan Yuliasih tidak mempersoalkan dan peduli besaran eksploitasi
PT Tirta Investama dalam satuan liter/detik. Masyarakat lebih memilih mendapat
kemanfaatan praktis. Bagi sebagian masyarakat, selama masyarakat mendapatkan
keuntungan tidak menjadi permasalahan. Masyarakat pun tidak tidak berfikir
dampak yang terjadi pada beberapa tahun mendatang. Sedangkan Aji menjelaskan
bahwa perusahaan akan terus berkomitmen memberikan dampak positif terhadap
masyarakat dan lingkungan pada masa depan, pada 5 hingga 10 tahun lagi dan
jangka yang lebih panjang.
Pada hal sebelum melakukan eksploitasi perusahaan melakukan penelitian
kurang lebih selama 2 tahun dan mengeksploitasi SDA dengan cara mengebor
lapisan bumi hingga aquiefer 3. Adanya prosedur melalui tahapan yang panjang
tidak mampu untuk menyampaikan besaran eksploitasi dalam satuan liter/detik.
Kejanggalan selanjutnya adalah analisis dampak lingkungan (amdal)
operasi perusahaan. Beni menyatakan bahwa hasil amdal PT Tirta Investama di
Dusun Jatianom baik. Menanggapi adanya isu penurunan permukaan air tanah,
Beni menjelaskan bahwa itu adalah isu politik.
194
Sedangkan Aji menyatakan bahwa pihak PT Tirta Investama belum
melaksanakan uji kelayakan amdal. Pihak perusahaan masih melaksanakan uji
kelayakan hingga tahapan UKLUPL (Upaya Pengelolaan Lingkungan Upaya
Pemantauan Lingkungan). Menurut Aji UKLUPL merupakan tindakan kontrol
terhadap aktifitas perusahaan dengan level dibawah amdal. Keseriusan pihak
Bapenam menjalankan tugasnya mengontrol aktifitas PT Tirta Investama bersifat
longgar. Padahal kordinasi pelaksanaan UKLUPL dilaksanakan setiap 6 bulan
sekali. PT Tirta Investama berkordinasi dengan Badan Lingkungan Hidup dan
Badan Perizinan Dan Penanaman Modal.
Kejanggalan selanjutnya adalah dampak aktifitas produksi PT Tirta
Investama. Beni menjelaskan bahwa aktifitas PT Tirta Investama tidak memiliki
dampak lingkungan, tidak terdapat polusi. Sedangkan Aji selaku kordinator CSR
menjelaskan bahwa dampak aktifitas pabrik terhadap lingkungan ada 2 macam
yaitu polusi suara dan polusi udara, akan tetapi perusahaan sudah membentuk tim
penanggulangan. Melalui tim tersebut gangguan HO masih bisa diterima oleh
masyarakat.
Soekarno menjelaskan bahwa eksploitasi PT Tirta Investama memiliki
dampak terhadap lingkungan. Debit air yang terkandung di dalam tanah akan
berkurang dengan eksploitasi dalam jumlah besar. Seiring dengan banyaknya
pembangunan, industri dan PT Tirta Investama mengurangi jumlah pepohonan
dan debit air.
195
Soekarno menceritakan bahwa antara tahun 1986 sampai 1990, Dusun
Jatianom memiliki jumlah persawahan dan pepohonan yang banyak. Pada tahun
1990-an industri memasuki lingkungan Dusun Jatianom. Dampak aktifitas ini
adalah berkurangnya lahan persawahan dan penebangan pohon untuk pabrik,
terlebih dengan eksploitasi yang tidak diimbangi reboisasi. Dampak nyata
berkurang industrialisasi adalah debit air sumur. Debit air sumur berkurang pada
setiap tahunnya.
Hal ini diperkuat oleh informan yang tidak bersedia disebutkan namanya
bahwa debit air sumur di Dusun Jatianom telah berkurang.
Kejanggalan-kejanggalan ini menunjukkan lemahnya kontrol pemangku
kepentingan terhadap lingkungan. Pemangku kepentingan dari pemerintah dalam
hal ini adalah Bapenam. Bapenam merupakan pihak utama yang mengawasi dan
memberikan izin perusahaan beroperasi, akan tetapi Bapenam memiliki data yang
lemah untuk disampaikan kepada pemangku kepentingan lainnya.
Kepedulian dan sikap kritis masyarakat terhadap eksploitasi perusahaan
adalah kontrol yang sangat vital. Sayangnya masyarakat Dusun Jatianom kurang
memperdulikan aktifitas operasi perusahaan. Keterlibatan masyarakat untuk
mengambil keputusan dalam jangka waktu panjang sangat kurang dalam aspek
lingkungan. Bahkan masyarakat lebih senang menerima manfaat yang diterima
secara praktis. Masyarakat memiliki anggapan selama merasa mendapatkan
keuntungan saat ini, perusahaan dipersalahkan beroperasi.
196
Sedangkan PT Tirta Investama sendiri merahasiakan aspek vital operasi
perusahaan yaitu besaran eksploitasi dalam satuan liter/detik, hal ini dianggap
sebagai rahasia. Kerahasiaan ini diperkuat dengan kinerja Bapenam dan kekritisan
masyarakat. Justru sebenarnya, tindakan perusahaan ini mendorong terciptanya
bom waktu. Minimnya transparansi sangat berpotensi terhadap pembangunan
yang tidak diharapkan. Saat puncak masalah terjadi, akan melibatkan banyak
pihak untuk meminta pertanggung jawaban.
Secara etika, sikap perusahaan ini tidak tepat. Aktifitas perusahaan
mengeksploitasi menjadi kepentingan publik. Menjadi pertanyaan penting
terhadap keseimbangan antara kegiatan CSR dan banyaknya SDA yang
dieksploitasi. Keberadaann perusahaan memiliki pengaruh terhadap sosial,
ekonomi, lingkungan, pasar, kelayakan CSR dan lain-lain.
6.2 Hukum Lemah
Dulu CSR merupakan kemurahan perusahaan kepada masyarakat dan
lingkungan. Tidak terpat kewajiban dan sangsi bagi perusahaan yang tidak
melaksanakan CSR. Perkembangan menunjukkan, CSR dikaji penting untuk
masyarakat dan lingkungan, termasuk perusahaan itu sendiri. CSR pun berubah
menjadi kewajiban setelah disahkan melalui perundangan. “(1) Perseroan yang
menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya
alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan.”84
84 Mentri Hukum dan Hak Asasi Manusia. Lock.Cit.
197
Tidak saja perusahaan yang diwajibkan melaksanakan CSR, pemerintah
pun memiliki kewajiban mengawal pelaksanaan CSR. Kewajiban pelaksanaan
CSR menjadi suatu sinergi secara bersama-sama antara masyarakat, perusahaan
dan pemerintah.
“Pasal 13
(1) Pemerintah wajib menetapkan bidang usaha yang dicadangkan untuk usaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi serta bidang usaha yang terbuka untuk usaha besar dengan syarat harus bekerja sama dengan usaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi.
(2) Pemerintah melakukan pembinaan dan pengembangan usaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi melalui program kemitraan, peningkatan daya saing, pemberian dorongan inovasi dan perluasan pasar, serta penyebaran informasi yang seluas-luasnya.85”
Perkembangan CSR berkembang pesat mendapatkan banyak perhatian.
Pada lingkup Provinsi Jawa Timur, CSR telah dirumuskan lebih detail. Konsep
CSR yang dibangun banyak berkordinasi dengan pemerintah. Peraturan Jawa
Timur No. 4 Tahun 2011 Tentang Tanggungg Jawab Sosial Perusahaan
menyebutkan peran pemerintah dalam CSR.
Pada pasal 16 memiliki substansi pemerintah daerah menyampaikan
program skala prioritas kepada forum TSP sebagai program pelaksanaan TSP.
Selanjutnya forum memiliki kewajiban melaporkan perencaaan, pelaksanaan dan
evaluasi pelaksanaan masing-masing anggota TSP kepada pemerintah daerah.
Selanjutnya pemerintah provinsi melaporkan pelaksanaan TSP kepada DPRD86
85 Mentri Hukum dan Hak Asasi Manusia. Lock.Cit. 86 Pemerintah Provinsi Jawa Timur.Lock. Cit.
198
Setelah kebijakan telah incrah, penegakan kebijakan membutuhkan
kawalan seluruh lapisan masyarakat. Akan tetapi dalam hal ini, pihak yang
bersentuhan langsung dan memiliki peran penting menegakkan kebijakan adalah
pemerintah.
Bentuk penindakan kewajiban CSR dapat diketahui dari tindakan aparat
pemerintah yang berada di tingkat bawah. Menurut Sugeng Hari Utomo dari
Bapenam, aktifitas penanaman modal di Kabupaten Pasuruan harus sesuai dengan
Perda No. 12 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW). Perda
ini mengatur adanya kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi oleh perusahaan
dalam menjalankan aktifitasnya menanam modal. Perda ini mengatur hubungan
perusahaan dengan lingkungan dan masyarakat. Terkait dengan pelaksanaan CSR,
perda RTRW mampu mencakup CSR.
Selanjutnya, penanam modal di Kabupaten Pasuruan memiliki kewajiban
melaporkan aktifitas penanaman modal. Pelaporan penanaman modal merupakan
sebagian kontrol pelaksanaan CSR menurut UU 40 Tahun 2007 karena
perusahaan memiliki kewajiban menyisihkan sebagian keuntungannya untuk
tanggung jawab sosial. Menurut Utomo, pelaporan penanaman modal dilaporkan
kepada kepada Badan Kordinas Penanaman Modal (BKPM). Bapenam bukan
pihak yang memiliki tugas utama mengawasi penanaman modal. Bapenam
memiliki tugas dalam hal prosedur perijinan dan berkordinasi dengan instansi
lainnya atau masyarakat untuk mengawasi aktifitas perusahaan.
199
Ditambahkan oleh Endang Sri Harijati terkait Penanaman Modal Asing
(PMA) Izin Usaha Industri (IUI) dan Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) harus
berkordinasi dengan Badan Kordinas Penanaman Modal (BKPM). Bagi investasi
di luar tanah dan bangunan mencapai 10 Milyar berada di bawah kewenangan
pemerintahan kota/kabupaten. Sedang modal diatas 10 milyar menjadi
kewenangan pemerintah provinsi.
Bapenam tidak memiliki wewenang jauh untuk menegakkan kewajiban
penanam modal sebagaimana kebijakan UU 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman
Modal. Bapenam hanya menjalankan prosedur pemerintah daerah. Bapenam tidak
memiliki kontrol menindak perusahaan yang tidak melaksanakan CSR.
Kepada Bapeda, peneliti kembali menanyakan penegakan CSR di tingat
Kabupaten Pasuruan. Terlebih telah disahkan Peraturan Jawa Timur No. 4 Tahun
2011 Tentang Tanggungg Jawab Sosial Perusahaan.
Syaifudin menyatakan bahwa Perda Jatim No. 4 Tahun 2011 Tentang
Tanggung Jawab Sosial Perusahaan tidak dapat dilaksanakan dengan alasan masih
dibutuhkannya perda tingkat kabupaten. Saat wawancara berlangsung, perda
tingkat Kabupaten Pasuruan berada pada tahapan legislasi. Hal ini turut diperkuat
oleh Aji selaku kordinator CSR PT Tirta Investama. Aji menyatakan hal yang
serupa, Perda Jatim No. 4 Tahun 2011 Tentang Tanggung Jawab Sosial
Perusahaan belum dapat dilaksanakan. Peraturan di tingkat Kabupaten Pasuruan
belum disahkan.
200
Sedangkan dalam aspek penegakan kewajiban perusahaan melaksanakan
CSR, Bapeda tidak memiliki kewenangan untuk memaksa perusahaan. CSR
merupakan kemurahan dan kepedulian perusahaan. Bapeda hanya bersifat
kordinasi dengan perusahaan yang ada untuk menunjang pelaksanaan CSR. Ada
pun pihak berwenang dalam hal pengawasan CSR adalah akuntan publik. Akuntan
publik merupakan pihak yang mengontrol pengggunaan anggaran perusahaan.
Penegakan kebijakan wajib CSR sebagaimana disahkan oleh perundangan,
peraturan pemerintah dan peraturan daerah tingkat provinsi belum mampu
dilaksanakan. Telah banyak perundangan yang berisi substansi tanggung jawab
sosial perusahaan, akan tetapi bersifat tumpul untuk dilaksanakan. Instansi
pemerintah yang sangat bersinggungan tidak memiliki kewenangan mengontrol
CSR. Pemerintah tidak hanya mengandalkan kesadaran perusahaan untuk
melaksanakan CSR.
Kesadaran perusahaan di Kabupaten Pasuruan dalam CSR hanya bersifat
kordinasi dengan pemerintah. Menurut Sugeng Hari Utomo, selama ini kordinasi
yang dibangun oleh pemerintah dan swasta adalah temu usaha. Suatu kegiatan
yang dipimpin langsung oleh Bupati bersama para pengusaha untuk membangun
kesadaran kepada masyarakat.
Pernyataan ini mendorong sebuah pertanyaan tentang relevansi UU
Penanaman Modal terhadap aktivitas PT Tirta Investama di Pandaan. Dengan
singkat Utomo menyatakan bahwa “ Sudah sesuai dengan Laporan Penanaman
Pelaksanaan Kegiatan Penanaman Modal “. PT Tirta Investama telah
201
melaksanakan pemberdayaan kepada masyarakat sekitar. Perusahaan turut
melaksanakan CSR pada usaha kecil, menengah dan koperasi. Bahkan bentuk
CSR lainnya adalah dilibatkannya masyarakat sekitar sebagai karyawan dan
kegiatan sosial. Akan tetapi Utomo tidak mengetahui kebenaran PT Tirta
Investama mendorong persaingan swasta dan masyarakat di sekitar perusahaan.
Pernyataan terakhir ini merupakan substansi UU Penanaman Modal.
Sebelumnya dengan singkat Utomo menyatakan bahwa PT Tirta Investama “
Sudah sesuai dengan Laporan Penanaman Pelaksanaan Kegiatan Penanaman
Modal “. Terlebih Utomo mengetahui kegiatan CSR PT Tirta Investama, akan
tetapi Utomo tidak mengetahui kebenaran PT Tirta Investama mendorong
persaingan swasta dan masyarakat di sekitar perusahaan. Hal ini menunjukkan
adanya kejanggalan pemahaman Utomo terhadap UU Penanaman modal.
Kordinasi pemerintah dan masyarakat turut disampaikan oleh Syarifudin
dari Bepeda. Kordinasi yang dibangun antara swasta dan Bapeda adalah kordinasi
objek pembangunan. Bapeda membantu swasta untuk melakukan pemetaan
kegiatan CSR. Bapeda memberi data-data yang dibutuhkan oleh perusahaan untuk
melakukan CSR. Data yang diberikan Bapeda antra lain sosial, ekonomi, budaya,
pendidikan dan lain-lain. Perusahaan sendiri yang menentukan objek CSR, bukan
Bapeda. Sebagai konsekuensinya perusahaan memberikan laporan perencanaan
dan pelaksanaan kegiatan CSR kepada Bapeda. Tujuan kordinasi ini adalah
menghindari tumpang tindih pembangunan pemerintah dan kegiatan CSR
perusahaan.
202
Perlu dipertegas bahwa kordinasi CSR bukan bagian pembangunan
pemerintah. CSR dilaksanakan independen oleh swasta. Agenda pembangunan
pemerintah yang diwujudkan dalam RPJM dan RPJMP tidak dapat menekan
kebijakan CSR perusahaan. Program perusahaan memiliki ranah terlepas dari
intervensi pemerintah.
Kebenaran informasi yang disampaikan Syaifudin menarik untuk
diketahui. Peneliti pun mempertanyakan laporan perlaksaan CSR. Syaifudin pun
menyatakan bahwa laporan CSR pada aspek lingkungan tidak diketahui. Bapeda
tidak memiliki data pelaksanaan CSR pada aspek lingkungan. Sedangkan pada
aspek sosial ekonomi terdapat pengelolahan limbah dan lain-lain.
Jawaban yang disampaikan oleh pihak Bapeda menunjukkan kurangnya
laporan pelaksanaan CSR yang dilaksanakan PT Tirta Investama. Hal ini
dibuktikan dengan hasil penelitian di lapangan bahwa PT Tirta Investama
memiliki program CSR yang banyak. Artinya, kordinasi yang dibangun antara PT
Tirta Investama dengan Bapeda belum sesuai dengan yang diharapkan.
Tabel 26 Hukum Lemah
a. Perundangan terkait CSR sulit untuk diterapkan karena birokrasi tidak memiliki kewenangan menegakkan perundangan.
b. Kewajiban CSR tidak dapat dilaksanakan, CSR tetap berdasarkan kesadaran perusahaan. Kewajiban CSR dalam UU dan perda masih lemah dalam prosedur dan substansi.
c. Pernyataan Utomo terkait Relevansi UU Penanaman Modal terhadap aktivitas PT Tirta Investama di Pandaan patut diragukan karena terdapat indikasi pemahaman Utomo terhadap UU dan data lapangan kurang. Hal ini dibuktikan dengan Utomo tidak mengetahui kebenaran PT Tirta Investama mendorong persaingan swasta dan masyarakat di sekitar perusahaan, pada hal Utomo menyatakan CSR PT Tirta Investama adalah usaha kecil, menengan dan koperasi.
203
d. Substansi kordinasi Bapeda dan PT Tirta Investama lemah karena sebelumnya terdapat konsekuensi pelaopran perencanaan dan pelaksanaan CSR PT Tirta Investama. Pada kenyataannya Bapeda tidak memiliki data pelaksanaan CSR pada aspek lingkungan. Sedangkan pada aspek sosial ekonomi terdapat pengelolahan limbah dan lain-lain. Data yang disampaikan Bapeda sangat sedikit.
e. Kordinasi TKPK tidak diakui oleh Aji. PT Tirta Investama melakukan kordinasi melalui proggram yang digalang independen oleh perusahaan sendiri, CSR kolaboratif.
f. Kordinasi pemerintah dan swasta, khususnya PT Tirta Investama sangat lemah. Sebagai langkah praktis, Bapeda mensinergikan kegiatan CSR melalui
TKPK (Tim Kordinasi Penanggulangan Kemiskinan). Sebuah kelompok kerja
terdiri dari unsur masyarakat, swasta dan pemerintah. Anggota TKPK terdiri dari
perguruan tinggi, LSM, birokrasi dan lain-lain. TKPK merupakankelompok kerja
yang dibentuk oleh intruksi presiden. Tujuannya adalah mendorong percepatan
pembangunan pada masyarakat miskin.
Keunggulan dari TKPK adalah program yang dijalankan memiliki
kemudahan akses kepada instansi yang terkait. Kordinasi progam TKPK saling
menunjang dengan pemerintah.
TKPK memiliki potensi disinergikan dengan program CSR. Terdapat
kesamaan unsur independen. TKPK terjun langsung kepada masyarakat.
Syaifudin menyatakan bahwa CSR PT Tirta Investama pun turut bersinergi dalam
TKPK. PT Tirta Investama turut bersinergi bersama TKPK mendorong percepatan
pertumbuhan perekonomian masyarakat. Kegiatn CSR PT Tirta Investama turut
berkordinasi dengan instnsi dinas terkait.
Sayangnnya, Aji selaku kordinator CSR menyatakan tidak tergabung
dalam TKPK. Aji membetulkan pelaksanaan CSR PT Tirta Investama di Dusun
204
Jatianom berkordinasi dengan pemerintah melalui birokrasi. Kordinasi
dilaksankan secara langsung kepada instansi yang berwenang. Kordinasi yang
dibangun antara pemerintah dan masyarakat adalah menghindari tumpang tindih
program pemerintah dan perusahaan. Selebihnya, pemerintah dan PT Tirta
Investama memiliki program masing-masing.
Program CSR yang dibangun untuk mensinergikan pemerintah, swasta dan
masyarakat adalah CSR kolaboratif. Sebuah program yang dilaksanakan
independen oleh PT Tirta Investama. Program CSR kolaboratif adalah program
yang digagas oleh PT Tirta Investama, bukan pihak eksternal perusahaan.
Tujuannya, merangkap kebutuhan masyarakat yang dapat dipenuhi oleh
perusahaan. Secara teknis, program CSR kolaboratif turut dilaksanakan dengan
cara focus group discustion (FGD). FGD dilaksanakan untuk menghindari
kurangnya informasi stakeholder.
Penegakan CSR sebagai kewajiban tidak dapat dilaksanakan, walau pun
telah disahkan oleh UU dan perda. Sebab tumpulnya penegakan kewajiban CSR
kepada setiap perusahaan di Kabupaten Pasuruan adalah tidak ditunjangnya
prosedur dan substansi CSR. CSR tetap menjadi kemurahan perusahaan.
Peran pemerintah dengan kondisi yang demikian menjadikan pelaksanaan
CSR sebagai kordinasi. Pemerintah mendorong, terbatas memberikan data
pemetaan wilayah untuk pembangunan dan dibentuknya kelompok kerja. Pada
implementasinya kordinasi yang dibangun masih bersifat prosedur. Terdapat
pernyataan-pernyataan yang bertentangan antra pemerintah dan swaasta. Bahkan,
205
sebagian birokrasi memiliki kecendrungan kurangnya pemahaman aturan hukum
dan relevansi lapangan.
6.3 CSR Merupakan Dinamisator
Konsep CSR PT Tirta Investama adalah PT Tirta Investama memahami
CSR sebagai bisnis seiring dengan sosial. Aspek yang menjadi sasaran PT Tirta
Investama mencakup konservasi, pemberdayaan dan community development.
Pemberdayaan memiliki perhatian yang besar kepada masyarakat. Kepentingan
masyarakat dianggap menjadi bagian kepentingan perusahaan. Terdapat
kepentingan yang tidak dapat dipisahkan dari perusahaan. Konsep CSR ini
diperkuat dengan indikator keberhasilan perusahaan yaitu perusahaan dan
masyarakat mampu berkembang sejajar.
Langkah yang diambil perusahaan untuk mencapai konsep ini adalah
dikeluarkannya kebijakan internal dan eksternal perusahaan. Pada aspek internal,
perusahaan berkomitmen menjaga complay regulasi, efisiensi energi, konservasi,
ekulturasi dan pemberdayaan. Sedangkan kebijakan eksternal, perusahaan
mengacu pada konsep good manufactory projech dan good coorporate
governance.
Menurut Aji, program CSR dilaksanakan untuk kepentingan jangka
pendek dan jangka panjang. Terdapat kepentingan yang memfasilitasi hubungan
perusahaan dan masyarakat. Program-program ini dirancang sebagai kolaborasi
perusahaan dan masyarakat maju secara bersama-sama. Kegiatan-kegiatan CSR
dilaksanakan oleh perusahaan melalui community development.
206
Bentuk CSR yang dilakukan pada aspek lingkungan adalah melakukan
penanaman pohon dengan cara berkordinasi dengan masyarakat. Transformasi
ekonomi yang dilakukan oleh perusahaan kepada masyarakat memiliki tujuan
mendorong kemandirian masyarakat. Aspek sosial ekonomi dan lingkungan
merupakan aspek yang menjadi perhatian perusahaan melalui CSR.
Lokasi utama pelaksanaan CSR di Kecamatan Pandaan adalah Dusun
Jatianom, Desa Karang Jati; ring satu. Lokasi ini merupakan tempat berdirinya
pabrik PT Tirta Investama. Perusahaan memberikan CSR kepada lingkungan yang
terdekat, selanjutnya CSR diberikan kepada lingkungan yang lebih luas.
Berdasarkan data yang diberikan Aji selaku kordinator CSR, terdapat tiga
golongan penerima CSR di Dusun Jatianom. Ketiga kelompok ini adalah karang
taruna RW 7, Wanjati (Wanita Jatianom) dan masyarakat Dusun Jatianom secara
luas. Pelu diketahui ketiga kelompok ini memiliki latar belakang pendirian.
Karang taruna RW 7 merupakan kelompok masyarakat yang berdiri berdasarkan
keorganisasian domisili warga, berdiri dan beraktifitas secara bebas aktif.
Kelompok ini memiliki peran memperjuangkan kepentingan masyarakat RW 7
dan mendorong kegiatan keorganisasian. Dalam aktifitasnya karang taruna RW 7
turut bermitra dengan perusahaan.
Kelompok selanjutnya Wanjati merupakan LSM yang dibentuk oleh PT
Tirta Investama. Keanggotaan Wanjati berdasarkan penunjukan. Wanjati memiliki
latar belakang keanggotaan dari ibu-ibu PKK yang diberdayakan oleh PT Tirta
Investama. Dalam aktifitasnya Wanjati beraada dibawah binaan PT Tirta
207
Investama. Wanjati merupakan salah satu bentuk transformasi ekonomi.
Sedangkan kelompok selanjutnya adalah masyarakat Dusun Jatianom secara
umum. Masyarakat Dusun Jatianom merupakan masyarakat yang berdomisili di
Dusun Jatianom. Masyarakat ini mendapatkan perhatian dari PT Tirta Investama
karena memiliki hubungan geografi yang sangat dekat.
Menurut Aji out put kegiatan CSR ini positif yaitu kerjasama dengan
masyarakat saling menguntungkan. CSR membutuhkan jangka panjang, dalam hal
ini membutuhkan kerjasama dengan masyarakat. Serta, terdapat banyak manfaat
yang diperoleh dari kegiatan.
Terdapat faktor pendukung dan penghambat dalam kegiatan CSR ini.
Faktor pendukung kegiatan CSR adalah SDA, dana dan dukungan masyarakat.
Sedangkan, faktor penghambat adalah pada awalnya masyarakat kurang
memahami CSR, hal ini berdampak pada sosialisasi, penjaringan KEP dan
pelaksanaan tekhnis. Pada awal program, masyarakat lebih menghendaki uang
dari pada program transformasi ekonomi.
Akan tetapi berdasarkan informasi yang diberikan oleh informan lainnya,
CSR tidak dikeluarkan perusahaan dengan sendirinya. Terdapat proses yang
panjang melibatkan masyarakat melakukan gugatan.
Menurut Danu, program CSR pada bentuk kambing merupakan hasil
usulan dirinya. Program tersebut direspon positif oleh perusahaan sebagai
transformasi ekonomi. Dalam hal ini telah terdapat kemitraan antara masyarakat
208
dan perusahaan. Perusahaan dan masyarakat melakukan komunikasi. Kedua belah
pihak saling terbuka untuk mendorong perubahan positif di Dusun Jatianom.
Menurut Yuliasih sebagian progam CSR merupakan tuntutan masyarakat
kepada perusahaan, sebagian merupakan kepedulian perusahaan kepada
masyarakat dan sebagian program tidak diketahui informan.
Sedangkan menurut Soekarno, CSR melalui tahap perubahan. Pada
awalnya, sekitar tahun 1985 CSR menjadi tuntutan warga. Perusahaan dianggap
tidak memberikan manfaat positif terhadap masyarakat. Terdapat kesenjangan
sosial yang mendorong tuntutan masyarakat kepada perusahaan. Pada masa-masa
awal ini CSR kurang mendapatkan perhatian dari perusahaan. Kepedulian
perusahaan kepada lingkungan dan masyarakat menjadi kepentingan utama
masyarakat. Pada perkembangannya sejak tahun 2005, perusahaan memperhatikan
masyarakat sekitar perusahaan. Terdapat perubahan prilaku perusahaan kepada
masyarakat dan lingkungan. CSR tidak lagi sebatas kebutuhan masyarakat,
perusahaan cukup memertimbangkan keberadaann masyarakat sebagai pemangku
kepentingan. Hal ini mendorong hubungan positif antara masyarakat dan
perusahaan.
Hal ini menunjukkan terjalinnya tangung jawab sosial perusahaan kepada
lingkungan dan masyarakat (CSR) dipelopori oleh karang taruna RW 7 bersama
masyarakat. Terbangunnya hubungan positif dan saling menunjang hadir dari
kepentingan masyarakat. Melalui tekanan masyarakat, perusahaan menjadikan
CSR sebagai kewajiban. CSR memiliki konsekuensi stabilitas sosial di lingkungan
209
pabrik. Tidak dapat disangkal situasi merupakan salah satu faktor pendukung
produksi. Keberadaann konflik menghambat proses produksi dan pemasaran.
Bisnis turut harus memperhatikan pemangku kepentingan di sekitar
perusahan. Kesenjangan sosial merupakan faktor pendorong adanya pihak yang
dipersalahkan. Adanya sebuah kesalahan yang menyangkut hajat hidup orang
banyak atau publik akan berdampak kepada pihak utama yang menonjol. Segala
konsekuensi aktifitas, resiko dan kemungkinan terburuk akan ditanggung PT Tirta
Investama bila terdapat diskomunikasi.
Berbeda dengan tanggung jawab sosial yang melibatkan masyarakat di
sekitar perusahaan. Kelangsungan sosial ekonomi dan masa depan lingkungan
dipahami adanya peran masyarakat dan perusahaan. CSR merupakan kebutuhan
masyarakat dan perusahaan. Tanggung jawab sosial ekonomi dan masa depan
lingkungan ditanggung bersama. Segala konsekuensi dan keuntungannya
dirasakan bersama.
Pemahaman persoalan ini sangat relevan dengan konsep CSR PT Tirta
Investama yaitu PT Tirta Investama memahami CSR sebagai bisnis seiring
dengan sosial. Pandangan ini memiliki makna keberadaann perusahaan
merupakan bagian dari masyarakat, demikian sebaliknya. Kepentingan perusahaan
dan masyarakat menjadi bagian yang cukup mempengaruhi. Perusahaan mau pun
masyarakat memiliki peran mendorong kemajuan satu dengan lainnya.
Pandangan ini terbukti dengan kasus yang terjadi dengan pendirian
Wanjati. Pendirian Wanjati dipengaruhi oleh banyaknya ibu-ibu yang tidak
210
bekerja. Kepentingan masyarakat mendapatkan perhatian oleh perusahaan. Kini
perusahaan berperan mendorong perubahan positif dengan dibentuknya LSEM.
Kasus lainnya terbukti dengan tuntutan warga adanya perhatian air bersih,
pekerjaan dan pembelian anfalan. Melalui kegiatan ini memunculkan hubungan
sinergi antara kedua belah pihak. Keduanya menikmati manfaat keberadaann
perusahaan. Perusahaan pun mendapatkan situasi yang stabil, operasi perusahaan
berkelanjutan.
Program-program CSR PT Tirta Investama telah terbukti sesuai dengan
kebijakan internal dan eksternal perusahaan. Perusahaan menerapkan complay
regulasi, efisiensi energi, konservasi, ekulturasi, pemberdayaan, good
manufactory projech dan good coorporate governance. Perusahaan mampu
bersinergi dengan pemerintah dan masyarakat. Program-program CSR
mendapatkan terbukti didukung oleh masyarakat, masyarakat dan perusahaan
mendapatkan banyak hal dan memberikan harapan jangka panjang sebagai
pemelihara sinergi. Pemeliharanaan sinergi ini adalah program-program CSR
yang dijalankan secara bersama.
Harapan yang terbangun kedua belah pihak pada aspek sosial ekonomi
adalah masyarakat sejajar dengan perusahaan dan mandiri dalam hal ekonomi.
Sedangkan aspek lingkungan yang dibangun adalah melakukan penghijauan
bersama masyarakat. Penghijauan merupakan upaya melestarikan lingkungan dan
mengantisipasi dampak beberapa tahun mendatang. Lingkungan merupakan
bagian yang tidak terpsisahkan dari kehidupan masyarakat.
211
CSR pada aspek sosial ekonomi dan lingkungan merupakan hal yang
penting dan memiliki manfaat kelangsungan perusahaan. Sosial ekonomi dan
lingkungan mendorong perusahaan mendapatkan dukungan dari pemangku
kepentingan.
CSR pada aspek lingkungan memiliki peran penting menjaga
kelangsungan aktifitas perusahaan. PT Tirta Investama merupakan perusahaan
yang bergerak dalam bidang SDA. Aktifitas perusahaan mengeksploitasi air dari
dalam bumi. Produk perusahaan adalah air. Kelestarian lingkungan dimaksudkan
menjaga ketersediaan air berbanding dengan jumlah produksi. Keberadaann
lingkungan turut menyangkut hajat hidup oranng banyak. Sumber profit PT Tirta
Investama adalah mengeksploitasi air dari dalam bumi. Aktifitas ini memiliki
konsekuensi terhadap kelangsungan hidup masyarakat di sekitar pabrik.
Sumber profit PT Tirta Investama dibuktikan dengan faktor pendukung
pelaksanaan CSR yaitu SDA, dana dan dukungan masyarakat. Ketersediaan
lingkungan menjadi kepentingan bagi masyarakat dan perusahaan dalam tempo
jangka panjang dan jangka pendek. Pada jangka pendek, perusahaan dan
masyarakat tetap mampu memperoleh air. Sedangkan pada jangka panjang adalah
mengantisipasi kerusakan lingkungan.
Demikian halnya dengan CSR pada aspek sosial ekonomi. Kegiatan ini
dilakukan untuk menberikan kemanfaatan kepada Karang taruna RW 7, Wanjati
dan masyarakat umum Dusun Jatianom. Program CSR dibangun memiliki sifat
berkelanjutan. Terdapat program yang dilakukan dalam waktu dekat untuk
212
memelihara stabilitas sosial dan terdapat program dalam tempo jangka panjang
untuk memiliki tujuan bersama. Kegiatan sosial ekonomi memiliki tujuan
kemanfaatan yang besar terhadap stabilitas jangka pendek dan jangka panjang.
Kemanfaatan yang diterima masyarakat pada program jangka pendek
adalah adanya daya tarik masyarakat terhadap program yang digalakkan oleh
perusahaan, adanya manfaat yang langsung dirasakan oleh masyarakat pada
program dan terperliharanya hubungan sinergi perusahaan dan masyarakat.
Program sosial ekonomi ini berkaitan erat dengan keberadaann pelaksana CSR
yaitu Wanjati, Karang taruna RW 7 dan masyarakat Dusun Jatianom. Melalui
hubungan sosial ekonomi ini memfasilitasi komunikasi perusahaan dan
masyarakat. Terdapat tarik ulur kepentingan untuk saling memberi kemanfaatan.
Tujuan jangka penjang program sosial ekonomi adalah konsep CSR PT
Tirta Investama. Masyarakat mampu sejajar dengan perusahaan. Masyarakat
mampu berkembang secara mandiri. Program ini memberikan harapan bagi
masyarakat dan perusahaan.
Tabel 23 CSR Merupakan Dinamisator
Tangung jawab sosial perusahaan kepada lingkungan dan masyarakat (CSR) dipelopori oleh karang taruna RW 7 bersama masyarakat. Pemahaman konsep CSR PT Tirta Investama yaitu PT bisnis seiring dengan sosial, berimplikasi kepada kelangsungan peran masyarakat dan perusahaan. Perusahaan mampu menerapkan complay regulasi, efisiensi energi, konservasi, ekulturasi, pemberdayaan, good manufactory projech dan good coorporate governance. Hal ini berdampak pada stabilitas aktifitas perusahaan. CSR menjadi kebutuhan masyarakat dan perusahaan. Alasan pentingnya perhatian perusahaan lingkungan pada jangka pendek adalah sebagai sumber profit PT Tirta Investama dan sumber kemanfaatan bagi masyarakat. Sedangkan pada jangka panjang memiliki tujuan menjaga kelestarian lingkungan.
213
Kemanfaatan program sosial ekonomi pada jangka pendek adalah adanya daya tarik masyarakat terhadap program yang digalakkan oleh perusahaan, adanya manfaat yang langsung dirasakan oleh masyarakat pada program dan terperliharanya hubungan sinergi perusahaan dan masyarakat. Sedangkan pada jangka panjang memberikan harapan kemandirian masyarakat dalam ekonomi.
Kemanfaatan jangka penjang dan pedek diperkuat dengan bukti yang
disampaikan oleh Aji. Menurut Aji, out put yang dihasilkan dari program CSR
adalah kerjasama dengan masyarakat saling menguntungkan, terdapat banyak
manfaat yang diperoleh dari kegiatan dan kerjasama masyarakat dan perusahaan
untuk menggapi jangka panjang.
6.4 Pranata Sosial Terhadap Pengaruh Perusahaan
Implikasi merupakan penjelasan adanya perubahan setelah terdapat suatu
fenomena, dalam hal ini perubahan di Dusun Jatianom setelah mendapatkan CSR.
Sebelumya perlu diketahui nilai dan norma yang melekat di masyarakat.
Dibutukan pengetahuan masyarakat yang berkorelasi dengan CSR.
Soekarno dan Yuliasih menjelaskan faktor pendorong perubahan di Dusun
Jatianom, faktor ini turut menjadi faktor pendorong perubahan sosial. Sejak tahun
1990-an, perindustrian memasuki Kecamatan Pandaan. Sebelumnya sebagian
besar masyarakat bekerja sebagai petani. Berdirinya pabrik-pabrik turut mendorng
lapangan kerja, masyarakat sekitar banyak yang beralih profesi menjadi karyawan
perusahaan. Bahkan hal ini memicu perpindahan penduduk. Banyak masyarakat
yang berdomisili menjadi warga Kecamatan Pandaan, termasuk Dusun Jatianom.
Domisili dipengaruhi tempat kerja.
214
Masyarakat luar yang menjadi warga Dusun Jatianom dapat membaur
dengan penduduk lama. Hubungan antar warga tidak menunjukkan adanya faktor
primodial. Warga saling membahu dan bekerjasama. Bahkan warga baru ini
cenderung mnyesuaikan diri dengan budaya masyarakat sekitar.
Masyarakat Dusun Jatianom memiliki karakteristk pluralis, kebersamaan
dan menjunjung nasionalisme. Fakor ini merupakan faktor pendorong kerjasama
antar warga dan hubungan antara warga dengan perangkatnya.
Masyarakat Dusun Jatianom, khususnya RW 7 menurut Teguh Soekarno
memiliki kebersamaan dan gotong royong yang kuat. Masyarakat memiliki
kekompakan dan respon yang positif terhadap permasalahan sosial. Terdapat
ikatan emosional antar warga. Kekompakan ini terjaga dengan rutinitas kegiatan
warga berupa santapan rohani setiap hari kamis malam, pengajian setiap 35 hari
sekali, tahlil, arisan karang taruna dan kegiatan sepak bola untuk pemuda.
Respon positif terhadap permasalahan sosial di lingkungan turut
diwujudkan dengan kepedelulian pendidikan, ketenaga kerjaan, hubungan
kemanfaatan dengan PT Tirta Investama. Hasil kepedulian masyarakat adalah
sebagian besar pemuda memiliki tingkat pendidikan minimal SMP, selebihnya
berpendidikan lebih tinggi. Pada tingkat kesejahteraan, sebagian besar masyarakat
bekerja sebagai karyawan perusahaan dengan gaji antara 1,4 sampai 1,6 juta.
Tingkat pengangguran pemuda sekitar 2 %. Hasil ini tidak lepas dari peran
masyarakat berkordinasi dengan PT Tirta Investama.
215
Akan tetapi masyarakat kurang memiliki kepedulian terhadap dampak
eksploitasi perusahaan dan resiko yang diambil pada waktu yang akan
datang.Masyarakat kurang kritis masa depan eksploitasi PT Tirta Investama.
Masyarakat mengendaki manfaat praktis yang diterima. Sesuatu yang dirasakan
dan diterima masyarakat menjadi kebutuhan bersama warga.
Berbeda dengan yang disampaikan Yuliasih bahwa masyarakat, khususnya
RW 6 memiliki kepedulian yang kurang terhadap isu lingkungan dan isu sosial.
Masyarakat memiliki ikatan emosial yang stabil terhadap isu. Mobilitas sosial
masyarakat sangat dipengaruhi perangkat warga.
Kepeduliam masyarakat terhadap pendidikan pun cukup tinggi. Setelah
pemuda lulus sekolah, banyak yang menjadi karyawan perusahaan di sekitar
Dusun Jatianom. Warga pun banyak yang bekerja sebagai karayawan perusahaan.
Tingkat pengangguran sangat minim bagi laki-lakinya, berbeda dengan
perempuan.
Terhadap keberadaann PT Tirta Investama, masyarakat cenderung
bersikap pragmatis. Masyarakat mengendaki manfaat praktis yang diterima.
Sesuatu yang dirasakan dan diterima masyarakat menjadi kebutuhan bersama
warga. Selama memberikan manfaat, masyarakat menerima dengan terbuka.
Hal ini diperkuat oleh Danu dan Kepala Dusun. Menurut Danu warga RW
7 lebih memiliki kekompakan bila dibandingkan dengan warga RW 6.
216
Menurut Kamit tingkat kekompakan masyarakat RW 6 kurang, bila
dibandingkan masyarakat RW 7. Menurutnya, di RW ini bapak-bapak yang
mudah digerakkan adalah bapak-bapak RT 3, memiliki kekompakan. Faktor yang
mengurangi kekompakan di RW 6 adalah tingkat kesibukan masyarakat bekerja.
Disisi yang berbeda PT Tirta Investama memiliki konsep CSR berupa
konservasi, community development dan pemberdayaan. Terlebih, perusahaan
telah menetapkan standart perusahaan dan masyarakat mampu hidup sejajar.
Terdapat kebutuhan secara bersama-sama antara perusahaan dan masyarakat.
Pendekatan perusahaan telah didukung oleh pranata sosial masyarakat
Dusun Jatianom. Masyarakat memiliki kordinasi yang kuat dengan perangkat
warga. Walau pada lingkup tertentu terdapat perbedaan kekompakan. Terdapat
pengaruh positif terhadap program-program yang digalakkan PT Tirta Investama.
Perusahaan mampu memobilisasi masyarakat dengan mudah.
Tabel 26 Pranata Sosial Terhadap Pengaruh Perusahaan
a. Pranata sosial mendukung program community development. b. Program CSR memperkuat pengaruh perusahaan kepada perusahaan. c. Kurangnya sifat kritis masyarakat terhadap ekploitasi perusahaan menciptakan
situasi yang stabil Program-program CSR akan berjalan sukses apabila mendapatkan
dukungan masyarakat. Melalui pranata sosial ini perusahaan memiliki peluang
melakukan pendekatan kepada masyarakat secara berkelanjutan. Kordinasi ini
memperkuat sinergi perusahaan dan masyarakat. Pembinaan program jangka
panjang dan jangka dekat dapat terkordinasi secara merata. Sehingga terjaga
hubungan yang stabil antara perusahaan dan masyarakat.
217
Terlebih masyarakat kurang kritis mengetahui besaran eksploitasi
perusahaan, masyarakat lebih menghendaki manfaat praktis jangka pendek dan
kurang kritis masa depan ekploitasi perusahaan. Bahkan masyarakat tidak
mempedulikan sampai kapan perusahaan terus beroperasi. Hal ini memperkuat
peran perusahaan di tengah-tengah masyarakat Dusun Jatianom. PT Tirta
Investama memiliki pengaruh yang besar kepada masyarakat Dusun Jatianom.
Terdapat manfaat yang diterima pada jangka dekat dan terdapat harapan positif di
masa mendatang.
6.5 Membutuhkan Sinergi Masyarakat, Perusahaan Dan Pemerintah
Dusun Jatianom memiliki fasilitas infrastruktur yang cukup memadai
untuk failitas umum. Keberadaann listrik, sekolah, sarana transportasi, jaringan
komunikasi dan lain-lain dapat diperoleh dengan cukup mudah. Fasilitas ini
menunjang kemudahan masyarakat dalam menjalankan aktifitasnya, termasuk
dalam kegiatan perekonomian.
Fasilitas infrastruktur bukan satu-satunya faktor pendorong dan perubahan
transformasi ekonomi, khususnya program CSR yang digalakkan PT Tirta
Investama. Terdapat faktor sosial yang turut mempengaruhi kesuksesan program-
program kemasyarakatan. Potensi lainnya untuk mendorong program-program
kemasyarakatan adalah kelembagaan sosial. Menurut Teguh Soekarno terdapat
keorganisasian yang turut memiliki peran terhadap perkembangan di masyarakat,
antara lain karang taruna, pejabat lokal, tokoh masyarakat, Wanjati, sekumpulan
ibu-ibu yang malakukan simpan pinjan di RT5 dan 6, RW 7 dan PKK. Turut
218
ditambahkan Yuliasih, yaitu PMPN, Koperasi Wanita Desa, BKM, Kelompok
Tahlil, Kelompok Yasin, UP2K pinjaman bergulir dan Kepala Desa.
Faktor lainnya yang memiliki peran penting dalam kemasyarakatan di
Dusun Jatianom adalah sinergi perangkat warga dengan masyarakat dan
perusahaan. Sinergi memiliki fungsi dalam komunikasi kepentingan, sosialisasi
dan mediasi.
Dusun Jatianom turut memiliki potensi yang kurang mendapatkan
perhatian oleh masyarakat sekitar. Menurut Soekarno persawahan dan pekarangan
warga merupakan potensi yang belum dimaksimalkan sebagai progam CSR.
Ditambahkan Yuliasih, pemanfaatan pengolahan sampah kering dan basah dan
lidah buaya masih belum terlaksana dengan maksimal.
Penghambat keberhasilan transfromasi ekonomi sangat dipengaruhi oleh
rendahnya minat individu dalam masyarakat untuk melakukan wiraswasta.
Menurut Soekarno masyarakat lebih memilih beralih profesi menjadi karyawan
dari pada petani. Prilaku ini berdampak kepada minimnya kreatifitas masyarakat.
Ditambahkan Yuliasih, masyarakat lebih menghendaki usaha yang langsung
memberi manfaat, belum memiliki kehendak membangun usaha dalam jangka
panjang. Perihal ini sangat dipengaruhi oleh SDM yang kurang dan masyarakat
belum dapat membaca peluang sosial ekonomi.
Kondisi yang demikian berdampak kepada keterbatasan membangun rantai
nilai sosial ekonomi. Masyarakat selaku objek transfromasi ekonomi memiliki
kekurangan etos membangun sistem ekonomi. Pihak yang tampak membangun
219
rantai sosial ekonomi adalah karang taruna RW 7. Secara mandiri karang taruna
membangun hubungan kemitraan dengan perusahaan dan berjalan dengan
mandiri. Kreatifitas dan inovasi individu dalam masyarakat sebagai pelopor
membangun mitra kerja dengan perusahaan rendah.
Akan tetapi pola prilaku masyarakat sangat berbeda apabila melibatkan
masyarakat secara keseluruhan. Adanya kordinasi dari perangkat warga, kegiatan
warga dan mobilitas warga memiliki dampak yang berbeda. Hal ini termasuk
sebagai faktor pendorong CSR. Menurut Soekarno masyarakat memiliki karakter
integritas, gotong royong dan saling membahu. Ditambahkan oleh Yuliasih
masyarakat memiliki karakter ikut-ikutan, kompak, kebersamaan, loyalitas, saling
mendukung, koperatif dan masyarakat aktif berorganisasi. Sehingga kegaiatan
community development dapat terlaksana.
Fenomena ini menjelaskan bahwa program transformasi harus
dilaksanakan dengan melibatkan peran perangkat warga dan organisasi
pendukung yang berada di Dusun Jatianom untuk memobiliasasi masyarakat
secara keseluruhan. Program CSR dengan sasaran individu atau rumah tangga
kurang didukung karakter masyarakatnya.
Fenomena ini dibuktikan dengan program penghijauan yang tidak
mendapatkan pengawalan secara berkelanjutan. Program penghijauan melibatkan
sinergi secara bersama-sama mendapatkan perhatian masyarakat. Akan tetapi
dalam hal perawatan diserahkan kepada individu. Tanaman pun banyak yang mati
karena tidak terawat. Demikian halnya dengan program kambing bergulir,
220
tanggung jawab penggembala sebagai kurang bertanggung jawab. Menurut Danu
terdapat penggembala yang tidak sanggup merawat. Diperkuat oleh Kasun,
banyak kambing yang mati.
Tabel 27 Membutuhkan Sinergi Masyarakat, Perusahaan Dan Pemerintah
a. Kreatifitas dan inovasi individu dalam masyarakat sebagai pelopor membangun mitra kerja dengan perusahaan rendah.
b. program transformasi harus dilaksanakan dengan melibatkan peran perangkat warga dan organisasi pendukung yang berada di Dusun Jatianom untuk memobiliasasi masyarakat secara keseluruhan dan terus mendapatkan pengawasan.
c. Program CSR dengan sasaran individu atau rumah tangga kurang didukung karakter masyarakatnya. Dibuktikan dalam program penghijauan dan kambing bergulir.
d. Persawahan merupakan CSR yang harus didorong karena masyarakat dulu telah membidangi dan mengelolah secara mandiri
Potensi persawahan, pekarang, sampah kering dan basah dan lidah buaya
merupakan potensi yang harus dipertimbangkan. Sebelum berkembangnya
perusahaan di Dusun Jatianom, masyarakat bermata pencaharian sebagai petani.
Setelah berdirinya perusahaan, masyarakat beralih profesi. Sangat disayangkan
apabila terdapat potensi ekonomi yang kurang terawat dan menurunnya kreatifitas
masyarakat. Persawahan merupakan CSR yang harus didorong, terdapat
pertimbangan masyarakat telah membidangi dan mengelolah secara mandiri.
Demikian halnya dengan pekarangan, sampah kering, lidah buaya dan
lain-lain hasus memberikan harapan mendorong kreatifitas masyarakat.
221
6.6 Relevansi Teori Dan Konsep
6.6.1 Relevansi Teori Good Governance
“ Good governance disini diartikan sebagai mekanisme, praktik dan tata
cara pemerintah dan warga mengatur sumber daya serta memecahkan masalah-
masalah publik 87“. Good governance menjelaskan sistem pemerintahaan yang
memfasilitasi pemangku kepentingan. Sistem ini dimaksudkan untuk
mensinergikan kebijakan dengan melibatkan pemangku kepentingan.
“ Ada tiga komponen yang terlibat dalam governance, yaitu pemerintah,
dunia usaha ( swasta comercial society ) dan masyarakat pada umumnya
(termasuk partai politik)88 “. Ketiga komponen ini merupakan pihak yang tidak
dapat terpisahakan dalam pengambilan kebijakan. Setiap komponen memiliki
peran penting. Bahkan keberadaann masing-masing pihak dapat berperan sebagai
kontrol kebijakan pemerintah.
Good governance merupakan kepastian suatu atau tolok ukur
pemerintahan yang sehat. Terdapat asas yang harus dipenuhi untuk
mengkategorikan suatu pemerintahan berjalan dengan baik. Menurut Komite
Nasional Kebijakan Governance terdapat asas yang harus menjadi kepastian
dalam Good Public Governance disetiap aspek pelaksanaan fungsinya yaitu
demokrasi, transparansi, akuntabilitas, budaya hukum dan kesewajaran dan
87 Sumarto.Loc. Cit. 88 Komite Nasional Kebijakan Governance. Loc. Ciit.
222
kesetaraan89. Pemangku kepentingan memiliki hak untuk menggunakan asas ini
kepada kemangku kepentingan lainnya.
Pada kenyataannya, pemahaman good governance dilaksanakan untuk
memecahkan permasalahan publik. Pada studi kasus CSR menunjukkan bahwa
CSR merupakan upaya memenuhi kebutuhan perusahaan dan masyarakat. Ada
pun pihak yang dilibatkan dalam hal ini adalah pemerintah. Sugeng Hari Utomo
selaku pejabat Bapenam menginformasikan bahwa Bapenam turut menggalang
CSR melalui kegiatan temu usaha bersama pengusaha dengan dipimpin langsung
oleh Bupati. Demikian hanya dalam kewajiban, Bapenam merupakan pihak yang
mengizinkan perusahaan beroperasi. Bapenam memiliki tugas dan wewenang
mengontrol aktifitas perusahaan. Adanya aktifitas yang merugikan masyarakat
dan lingkungan akan ditindak oleh Bapenam.
Pelaksanaan CSR turut berkordinasi dengan Bapeda. Setiap tahunnya
Bapeda memberikan pemetaan wilayah, sosial, pendidikan, ekonomi, budaya dan
lain-lain. Perusahaan sendiri yang memilih objek CSR. Perusahaan turut
memberikan laporan perencaan dan pelaksanaan CSR.
Perusahaan pun sebaliknya, perusahaan melakukan kordinasi kepada
instansi yang bersangkutan dalam menjalankan CSR. Hal ini dilakukan untuk
menghindari tumpang tindih agenda.
Hubungan perusahaan, masyarakat dan pemerintah lokal atau perangkat
turut berkordinasi. Sebagai wujud kordinasi pemangku kepentingan lokal adalah
89 Komite Nasional Kebijakan Governance. Loc. Ciit.
223
keberadaan karang taruna RW 7, Wanjati dan masyarakat Dusun Jatianom secara
umum. Program CSR merupakan komunikasi banyak pihak.
Dalam hal ini pemerintah telah menetapkan mekanisme, praktik dan tata
cara memecahkan masalah publik. Pemerintah mensinergikan hubungan
pemerintah, swasta dan masyarakat melalui kordinasi. Akan tetapi ketetapan ini
belum memecahkan permasalahan publik pada aspek substansi. Terlebih,
kenyataan lapangan yang dibangun belum sesuai dengan asas good publik
governance yaitu demokrasi, transparansi, akuntabilitas, budaya hukum dan
kesewajaran dan kesetaraan90.
Kenyataan lapangan menunjukkan pemerintah, swasta dan masyarakat
belum menyusun agenda bersama dalam pelaksanaan CSR. Agenda bersama dan
kordinasi memiliki pemahaman berbeda. Dalam hal kordinasi belum terdapat
kesepakatan atau pun regulasi yang mengikat untuk mencapai suatu tujuan.
Pemerintah, swasta dan masyarakat masih berjalan sendiri-sendiri. Belum
mencerminkan pembangunan berkelanjutan yang melibatkan pemerintah, swasta
dan masyarakat dalam aspek CSR.
Pemerintah pun belum menetapkan hak, kewajiban dan sanksi pemangku
kepentingan, standart keberhasilan pelaksanaan CSR, beserta petunjuk tekhnis
pelaksanaan CSR. Bentuk sinergi yang dibangun masih bersifat tumpang tindih.
Belum terdapat hukum positif yang mengatur secara sistematis.
90 Komite Nasional Kebijakan Governance. Loc. Ciit.
224
Lemahnya aspek hukum positif turut mempengaruhi demokrasi,
kesewajaran, kesetaraan dan akuntabilitas pemangku kepentingan CSR.
CSR masih menjadi otoritas perusahaan menyisihkan sebagian
keuntungannya untuk kepentingan seluruh pemangku kepentingan. Belum
terdapat sanksi dan kontrol yang jelas bagi perusahaan yang tidak melaksanakan
CSR. Pemerintah dan masyarakat pun tidak dapat memaksa perusahaan
melaksanakan CSR. Kebijakan CSR sangat ditentukan oleh kemurahan
perusahaan. Posisi pengambilan keputusan objek CSR, pada dasarnya ditentukan
oleh perusahaan. Hal ini menunjukkan kesetaraan dalam pengambilan keputusan
belum terlaksana pada aspek substansi.
Demokrasi dalam CSR tidaklah dapat dilaksanakan bila tidak terdapat
aturan yang jelas dan adanya kepastian hukum yang sehat. Kebijakan yang belum
jelas, terbukti belum menghasilkan kesetaraan untuk membangun agenda
bersama.
Permasalahan ini tentu tidak wajar dalam pengawalan kebijakan CSR.
Terdapat wewenang yang kabur dan kekuasaan yang tidak setara antara pemangku
kepentingan. Kebijakan tidak dapat dihasilkan dengan sehat bila tidak terdapat
kesetaraan dan kesewajaran.
Kejanggalan-kejanggalan ini dapat dibuktikan melalui transparansi dan
akuntabilitas lapangan sebagai asas pelaksanaan pemerintahan yang baik.
225
Transparansi perusahaan dan pemerintah untuk mengetahui besaran
eksploitasi perusahaan merupakan hak publik mengetahui. Masyarakat merupakan
pihak yang berkepentingan. Masyarakat memiliki hak mengetahui segala aktifitas
yang berada di lingkungan sekitarnya. Masyarakat memiliki hak untuk
mengontrol untuk mengantisipasi kemungkinan negatif.
Berdasarkan alasan ini menunjukkan teori pemerintahan yang baik tidak
sesuai pada studi kasus implementasi tanggung jawab sosial PT Tirta Investama di
Dusun Jatianom.
Tabel 28 Relevansi Teori Good Governance
Teori pemerintahan yang baik tidak sesuai dengan relevansi studi kasus implementasi tanggung jawab sosial PT Tirta Investama di Dusun Jatianom karena belum terdapat kebijakan pemerintah untuk menyelesaikan substansi permasalahan.
Akuntabilitas informasi yang disampaikan pejabat dan perusahaan kurang
dapat dipertanggung jawabkan. Terdapat pernyataan yang tidak sesuai dengan
kenyataan lapangan dan tidak dibenarkan oleh pihak yang bersangkutan. Hal ini
terbukti dengan kejanggalan-kejanggalan yang ada. Sebagai contohnya, Pejabat
Bapeda menyampaikan PT Tirta Investama bekerjasama dengan TKPK. Setelah
Kordinator CSR PT Tirta Investama dikonfirmasi, menyatakan tidak tergabung
dalam TKPK.
Contoh lainnya yang menunjukkan lemahnya akuntabilitas pemerintah
dalam melaksanakan pemerintahan yang baik adalah terkait polusi PT Tirta
Investama. Pejabat Bapenam menyampaikan tidak adanya dampak eksploitasi
226
perusahaan, sedangkan kordinator CSR menyampaikan adanya dampak polusi
suara dan polusi udara dan terdapat contoh lainnya.
6.6.2 Relevansi Konsep Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
CSR dipahami sebagai “ Upaya ungguh-sungguh dari entitas bisnis untuk
meminimalisir dampak negatif dan memaksimalkan dampak positif operasinya
seluruh terhadap pemangku kepentingan dalam ranah ekonomi, sosial dan
lingkungan agar mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan “91. Berdasarkan
pemahaman ini menunjukkan unsur-unsur yang harus dipenuhi oleh pelaku usaha.
Unsur-unsur ini merupakan menganalisis relevansi CSR di lapangan dengan
konsep yang disampaikan Lingkar Studi CSR Indonesia.
Pada studi kasus di Dusun Jatianaom, PT Tirta Investama telah
menunjukkan adanya upaya meminimalisir dampak negatif dan memaksimalkan
dampak positif. Hal ini dapat diketahui dari bentuk-bentuk CSR yang dikeluarkan
perusahaan. Perusahaan memberikan CSR kepada masyarakat Dusun secara
keseluruhan, karang taruna RW 7 dan Wanjati. Perusahaan pun telah memahami
CSR sebagai bisnis seiring dengan sosial. Aspek yang menjadi sasaran PT Tirta
Investama mencakup konservasi, pemberdayaan dan community development.
Perusahaan telah menetapkan sasaran programnya kepada ranah ekonomi, sosial
dan lingkungan.
91 Lingkar Studi Indonesia dalam Rachman, Nurdizal M., Asep Efendi dan Emir Wicanasana. Loc. Cit. Hlm. 17.
227
Tujuan program CSR ini diperuntukkan kepada masyarakat Dusun
Jatianom dalam jangka panjang. CSR dilaksanakan dengan kordinasi yang
berkesinambungan dan melibatkan masyarakat secara luas.
Ada pun pemangku kepentingan yang terlibat dalam CSR pada setiap
unsur kebijakan adalah pemerintah, masyarakat dan perusahaan.
Hal ini menunjukkan konsep Tanggung Jawab Sosial Perusahaan telah
sesuai dengan studi kasus di Dusun Jatianom.
228
BAB VII
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
7.1 Kesimpulan
7.1.1 Pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan PT Tirta Investama
Di Dusun Jatianom, Desa Karang Jati, Kecamatan Pandaan, Kabupaten
Pasuruan.
Pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan PT Tirta Investama di
Dusun Jatianom terikat dalam komitmen internal dan eksternal perusahaan. Segala
bentuk tanggung jawab sosial perusahaan mengacu kepada komitmen tersebut.
Sasaran tanggung jawab sosial perusahaan mencakup konservasi,
pemberdayaan dan community development. Dalam setiap pelaksanaan tanggung
jawab sosial perusahaan, PT Tirta Investama berkordinasi dengan pemerintah dan
masyarakat untuk mengawal kegiatan.
Hasil kerja tanggung jawab sosial perusahaan telah diterima oleh tiga
golongan, yaitu Karang taruna RW 7, LSEM Wanita Jatianom dan masyarakat
Dusun Jatianom secara keseluruhan.
7.1.2 Implementasi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan PT Tirta Investama
Di Dusun Jatianom, Desa Karang Jati, Kecamatan Pandaan, Kabupaten
Pasuruan
229
Implementasi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan PT Tirta Investama di
Dusun Jatianom dalam perspektif teori good governance belum terlaksana dengan
sukses. Implementasi tanggung jawab sosial perusahaan belum sesuai dengan
kriteria yang tertera dalam teori good governance.
Pemerintah, masyarakat dan swasta telah menjalin mekanisme, praktik dan
tata cara mengawal tanggung jawab sosial perusahaan melalui kordinasi. Akan
tetapi cara tersebut belum memecahkan permasalahan publik pada substansinya.
Hubungan pemangku kepentingan belum sinergi untuk mengawal
pembangunan berkelanjutan. Belum adanya agenda bersama antara pemerintah,
swasta dan masyarakat. Tanggung jawab sosial masih menjadi otoritas perusahaan
perusahaan. Pemerintah dan masyarakat tidak memiliki kapasitas yang jelas untuk
terlibat dalam pengambilan keputusan.
Berdasarkan regulasi sebagai hukum positif, belum ada ketetapan
kapasitas, kordinasi, prosedur, hak, kewajiban, standart pelaksanaan CSR dan
sanksi bagi pemangku kepentingan. Hukum positif bersifat formalitas, lemah dan
tidak dapat diterapkan.
Hal ini menjadikan tidak adanya kesetaraan. Kekuasaan antara pemerintah,
swasta dan masyarakat terbukti tidak seimbang. Hubungan ketiganya tidak
memiliki kejelasan wewenang.
230
Kaburnya wewenang dan ketidak setaraan kekuasaan menunjukkan
ketidak wajaran dalam pengawalan tanggung jawab sosial. Tanggung jawab sosial
belum menjadi hak pemerintah dan masyarakat secara utuh.
Konsekuensinya, transparansi dan akuntabilitas belum dapat diaplikasikan
secara menyeluruh oleh pemangku kepentingan.
Lemahnya kepastian hukum atau budaya hukum, kurang adanya
kesetaraan, tidak terlaksananya kewewajaran, kurang transparansi dan lemahnya
akuntabilitas menunjukkan tidak terlaksananya praktik demokrasi dalam
implementasi tanggung jawab sosial perusahaan.
7.2 Rekomendasi
7.2.1 Rekomendasi Kepada Pemerintah
CSR telah menjadi kewajiban bagi perusahaan. CSR menjadi kebutuhan
masyarakat, pemerintah dan perusahaan yang bersangkutan. Keberadaan UU
Perseroan Terbatas dan Peraturan Pemerintah yang ada belum mumpuni untuk
mengatur regulasi dan teknis CSR. Hingga pada tingkat Jawa Timur telah
disahkan peraturan daerah. Melalui perda ini telah diatur regulasinya. Tapi
sayangnya, perda ini belum ditunjang oleh perda tingkat Kabupaten Pasuruan.
Kewajiban CSR menjadi mentah, pemerintah daerah tidak memiliki kuasa
menindak tegas perusahaan.
Peran pemerintah daerah dengan melibatkan pemangku kepentingan harus
mampu mendorong terciptanya perda CSR tingkat Kabupaten Pasuruan.
231
Pemerintah harus menetapkan prosedur, stadart, tekhnis dan lain-lain terkait CSR.
Melalui kegiatan ini akan mendorong pembangunan berbagai kalangan.
Kepada pemerintah Kabupaten Pasuruan hekdaknya meningkatkan
kualitas kinerja birokrasinya. Pemerintah harus meninjau ke lapangan meneliti
pelaksanaan CSR. Hal ini dilakukan untuk mengetahui situasi dan kondisi di
lapangan. Simpang siur informasi dan minimnya data yang diberikan instansi
pemerintah menunjukkan pemerintah cenderung bekerja pada tahapan prosedural,
pemerintah belum maksimal menguasai permasalahan lapangan. Pemerintah harus
mampu mempertanggung jawabkan kinerjanya kepada publik.
Hal yang paling substansial adalah keterbukaan. Instansi pemerintah
belum mampu memberikan informasi besaran eksploitasi PT Aqua. Bahasan ini
merupakan kepentingan publik mengontrol kinerja pemerintah dan perusahaan.
Kerahasiaan dalam instansi pemerintah merupakan indikasi yang tidak sehat.
Pemerintah harus terbuka untuk mendorong partisipasi masyarakat dalam
pembangunan.
7.2.2 Rekomendasi Kepada PT Tirta Investama
Pelaksanaan CSR di Dusun Jatianom menunjukkan perkembangan positif.
CSR harus lebih ditingkatkan untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Peran
perusahaan membuka pintu pasar produk warga Dusun Jatianom harus
dilaksankan. Masyarakat memiliki kebutuhan untuk memasarkan hasil
produksinya. Perusahaan tidak cukup hanya memberi keterampilan, memotifasi,
memberi modal dan memberi peralatan.
232
Perusahaan pun harus terbuka dengan besaran eksploitasi. Masyarakat
harus mengetahui keuntungan dan resiko yang ditanggung. Adanya kerahasiaan
berpotensi adanya konflik. Kemungkinan terburuk, adanya dampak akibat
eksploitasi berpotensi menjadi ancaman bagi perusahaan.
7.2.3 Rekomendasi Kepada Masyarakat Dusun Jatianom
Masyarakat Dusun Jatianom sebaiknya banyak belajar dari kasus-kasus
CSR. Masyarakat membutuhkan banyak referensi mengembangkan potensi
pembangunan dan mengantisipasi permasalahan antara pemerintah dan
perusahaan. CSR merupakan kebutuhan secara berkelanjutan.
Masyarakat pun harus banyak peduli, berpartisipasi dan bersifat kritis
terhadap permasalahan yang ada di lingkungan lokal, nasional dan lingkup yang
lebih besar. Kepedulian masyarakat akan mendorong dan mempercepat
pembangunan yang lebih sehat.
233
DAFTAR PUSTAKA
Abraham, Rhonda dan Alice La Planter. 2010. Passion to Profit: Panduan Sukses
Bisnis Bagi Pengusaha Muda diterjemahkan oleh Kusnandar. Jakarta: Azkia
Publisheer
Asy’ari, Hasan. 2009. Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR)
Sebagai Modal Sosial PT Newmont. Tesis Magister Ilmu Hukum, Program Pasca
sarjana Universitas Diponegoro, Semarang
Badan Pelayanan Perizinan Dan Penanaman Modal Kabupaten Pasuruan. 2011.
Standar Pelayanan Publik. Pemerintah Kabupaten Pasuruan
Bungin, Burhan. 2009. Penelitian Kualitatif. Jakarta : Kencana
Denzin, N.K. 1989 dalam Norman K. Denzin dan Yvonna S. Lincoln. 2009.
Handbook Of Qualitative Research diterjemahkan Dariyatno, Badrus Samsul
Fata, Abi dan john Rinaldi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Gordon, I., J. Lewis dan K. Young. 1977. Perspektives on Policy Analysis Dalam
Wayne Parson (ed).2005. Public Policy: Pengantar Teori dan Praktik Analisis
Kebijakan diterjemahkan oleh Tri Wibowo Budi Santoso. Jakarta: Kencana
Prenada Media group
http//www.runet.edu/-wkovarik/hist1/timeline.news.html 29 September 2011
http://bataviase.co.id/node/506395 24 Desember 2010
http://bataviase.co.id/node/506395 24 Desember 2010
234
http://flawisperfect.blogspot.com/2012/05/perusahaan-dengan-prospek-vital-
di.html 28 Mei 2012
http://visitpandaan.com/pandaan-adalah/ 29 September 2010
http://www.beritajatim.com/detailnews.php/1/Ekonomi/2011-02-
15/92834/Inilah_Pemberdayaan_Masyarakat_lewat_CSR_ala_PT Aqua 15
Februari 2011
http://www.forplid.net/artikel/41-PT Aqua-dan-kejahatan-konspirasi-.html 29
September 2010
http://www.PT Aqua.com/kebaikanalam/hadiahberharga 29 September 2010
http://www.PT Aqua.com/kebaikanalam/mataairterpilih 29 September 2010
http://www.waspada.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=767
25:danone-PT Aqua-sediakan-dana-rp12-m-untuk-program-
csr&catid=13&Itemid=26 29 September 2010
John Elkington. 1998 dalam Nor Hadi. 2011. Corporate Social Responsibility.
Yogyakarta: Graha Ilmu
Johnson and Johnson.2006 dalam Nor Hadi. 2011. Corporate Social
Responsibility. Yogyakarta: Graha Ilmu
Komite Nasional Kebijakan Governance. 2008. Public Governance: Proceeeding
Diskusi Panel dan Workshop Konsep Pedoman Umum. Jakarta: Penerbit Salemba
235
Lingkar Studi Indonesia dalam Rachman, Nurdizal M., Asep Efendi dan Emir
Wicanasana. 2011. Panduan Lengkap Penyusunan CSR. Jakarta: Penebar
Swadaya
Lord Holme and Richard Watts. 2006 dalam Nor Hadi. 2011. Corporate Social
Responsibility. Yogyakarta: Graha Ilmu
Maxwell, Joseph. 1992 dalam Norman K. Denzin dan Yvonna S. Lincoln. 2009.
Handbook Of Qualitative Research diterjemahkan Dariyatno, Badrus Samsul
Fata, Abi dan john Rinaldi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Mentri Hukum dan Hak Asasi Manusia. 2007. Undang-undang Republik
Indonesia Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal. Jakarta
Mentri Hukum dan Hak Asasi Manusia. 2007. Undang-undang Republik
Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas. Jakarta
Mentri Hukum Dan Hak Asasi Manusia. 2012. Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 47 Tahun 2012 Tentang Tanggung Jawab Sosial Dan
Lingkungan Perseroan Terbatas. Jakarta : Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 89
Mentri Hukum Dan Hak Asasi Manusia. Undang-Undang Repubik Indonesia
Nomor 4o Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas. Jakarta: Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 106
Pemerintah Provinsi Jawa Timur. 2011. Peraturan Daerah Jawa Timur Nomor
Tahun 2011 Tentang Tanggung Jawab Sosial Perusahaan. Surabaya.
236
Rachman, Nurdizal M., Asep Efendi dan Emir Wicanasana. 2011. Panduan
Lengkap Penyusunan CSR. Jakarta: Penebar Swadaya
Ripley, Randal B. 1985. Policy Analysis in Political Science. Nelson-Hall
Publisher, Chicago, Chapter 1-4
Self, P. 1993. Government by The Market: The Politic of Public Choice. London:
Miacmilan
Solichah, Amilatus. 2010. Peran PT. Tirta Investama Keboncandi Terhadap
Perubahan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Warga Dusun Kalongan Melalui
Program Corporate Social Responsibility (CSR) ‘Kampoeng Sehat Danone’.
Skripsi Sarjana. Fakulta Psikologi Universitas Islam Negri Malang Maulana
Malik Ibrahim, Malang
Stake, Robert E. dalam Norman K. Denzin dan Yvonna S. Lincoln. 2009.
Handbook Of Qualitative Research diterjemahkan Dariyatno, Badrus Samsul
Fata, Abi dan john Rinaldi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Sumarto, Hetifah Sj., 2003. Inovasi, Participatory dan Good Governance: 20
Pemrakarsa Inovatif dan Partisipatif di Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia
Vysser, Wyne, Dirk Matten, Manfred Pohl and Nick Tolhrust. 2010. The A – Z of
Cooperate Social Responcibility. Great Britain: Chippenham, Wiltshire
Winarno, Budi. 2009. Pertarugan Negara Vs Pasar. Yogyakarta: Media Pressindo
237
Lampiran
Lampiran 1 Foto-foto
Masjid yang mendapatkan CSR Lingkunan pabrik PT Aqua
Pabrik PT Aqua dari depan Pintu samping pabrik yang berada di RW 7
Peneliti di ruang tunggu pabrik Peneliti meninjau produk Wanjati
238
Kepala Bapenam Kab. Pasuruan,Yuli Hari Sekretaris Bapeda, Syaifudin Ahmad
Pengelolah Kambing Bergulir, Danu Pengurus Karang Taruna RW 7
Teguh Soekarno Peneliti bersama Wanjati & SII
239
Kordinator CSR (biru), Kasun, Kades PAUD Wanjati