ilmu kesehatan masyrakat_gangguan paru
TRANSCRIPT
HUBUNGAN ANTARA MASA KERJA DENGAN GANGGUAN KAPASITAS
VITAL PARU (KVP) PADA PEKERJA BAGIAN PENGAMPLASAN
DI INDUSTRI MEUBEL PT. KOTA JATI FURINDO
DI DESA SUWAWAL KECAMATAN MLONGGO
KABUPATEN JEPARA
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat
Untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
Oleh :
Wakhdatun Ni’matul Khusna
6450404124
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2009
1
2
ABSTRAK
Wakhdatun Ni’matul Khusna. 2009. Hubungan Antara Masa Kerja dengan Gangguan Kapasitas Vital Paru (KVP) pada Pekerja Bagian Pengamplasan di Industri Meubel PT. Kota Jati Furindo di Desa Suwawal Kecamatan Mlonggo Kabopaten Jepara. Skripsi. Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing: I. Drs. Herry Koesyanto, MS, II. Dra. ER. Rustiana, M.Si.
Kata kunci : Masa Kerja dan Gangguan Kapasitas Vital Paru (KVP)
Pekerja industri meubel kayu mempunyai resiko yang sangat besar untuk penimbunan debu-debu pada saluran pernafasan. Absorbsi dari partikel-partikel debu kayu terjadi hanya lewat paru-paru melalui mekanisme pernafasan. Lingkungan industri meubel yang banyak mengandung debu, dapat menyebabkan penyakit terutama penyakit yang berhubungan dengan paru. Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah adakah hubungan antara masa kerja dengan gangguan Kapasitas Vital Paru (KVP) pada pekerja bagian pengamplasan industri meubel PT. Kota Jati Furindo di desa Suwawal, kecamatan Mlonggo, kabupaten Jepara. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adakah hubungan dan seberapa besar hubungan antara masa kerja dengan kapasitas Vital Paru (KVP) pada pekerja bagian pegamplasan industri meubel PT. Kota Jati Furindo di desa Suwawal, kecamatan Mlonggo, kabupaten Jepara.
Jenis penelitian ini adalah penelitian expplanatory research dengan menggunakan metode pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah pekerja meubel PT. Kota Jati Furindo, khususnya bagian pengamplasan. Teknik pengambilan sampel dengan cara restriksi dan di dapatkan jumlah sampel sebesar 31 responden. Instrumen dalam penelitian ini adalah kuesioner, spirometer hutchinson, timbangan badan, mikrotoice. Data primer diperoleh dengan cara pengamatan, wawancara, pengukuran kapasitas vital paru. Data sekunder diperoleh dari dokumen perusahaan PT. Kota Jati Furindo. Analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat (menggunakan uji fisher p vulue kurang dari α(0.05)).
Dari hasil penelitian berdasarkan masa kerja didapatkan bahwa 16.1% responden memiliki masa kerja baru, 48.4% responden memiliki masa kerja sedang, dan 35.5% memiliki masa kerja lama. Hasil penelitian pemeriksaan kapasitas vital paru didapatkan 22.6% responden normal, 25.8% responden mengalami restriksi ringan, 41.9% restriksi mengalami sedang, dan 9.7% responden mengalami restriksi berat. Dan uji statistik didapatkan p value sebesar 0.018.
Kesimpulan penelitian ini adalah ada hubungan yang bermakna antara masa kerja dengan gangguan kapasitas vital paru pada pekerja bagian pengamplasan di industri meubel PT. Kota Jati Furindo di desa Suwawal kecamatan Mlonggo kabupaten Jepara. Saran bagi perusahaan hendaknya perusahaan melakukan rolling atau shif tempat kerja pada pekerja yang sudah lama bekerja dibagian pengamplasan ke bagian yang kadar debunya kecil. Dan jika memungkinkan perusahaan melakukan pemeriksaan berkala, untuk mengetahui status kesehatan pekerja sedini mungkin. Bagi pekerja bagian pengamplasan, hendaknya para pekerja menggunakan alat pelindung diri pernafasan dengan benar.
3
ABSTRACT
Khusna, Wakhdatun Ni’matul. 2009. The Correlation between the Period of Work and the Disturbance of Lunges’ Vital Capacity (LVC) on the Workers of Scouring Section in the Furniture Industry PT. Kota Jati Furindo in Sumawal Village, Subdistrict of Mlonggo, Jepara Regency. Final Project. Public Health Science Department, Sport Faculty, Semarang State University. First Advisor: Drs. Herry Koesyanto, MS. Second Advisor: Dra. ER. Rustiana, M.Si.
Keywords : the Period of Work and Lunges’ Vital Capacity (LVC) Wooden furniture industrial workers have a big risk for the accumulation of dust on their respiration’s gutter. Absorption from the wooden dust’s particles occurs only through lunges by the way of the respiration’s mechanism. Furniture’s industrial environment which contains a lot of dust can cause many diseases especially which are related to the lunges. The problem that is analyzed in the study is whether any corrleation between the period of work and the disturbance of Lunges’ Vital Capacity (LVC) on the workers of scouring section in the furniture industry PT. Kota Jati Furindo in Sumawal village, subdistrict of Mlonggo, Jepara regency. The aim of the study is to find out whether any and how much the correlation between the period of work and the disturbance of Lunges’ Vital Capacity (LVC) on the workers of scouring section in furniture industry PT. Kota Jati Furindo in Sumawal village, subdistrict of Mlonggo, Jepara regency. Kind of this research is an explanatory research by using cross sectional approach. The population in this research is the furniture’s workers in PT. Kota Jati Furindo, especially in the scouring section. The technique in collecting the samples was by means of restriction and it got a number of 31 respondents. The instruments in this research were questionnaire, hutchinson’s spirometer, weight scales, and microtoice. The primary data were collected by means of observation, interview, and measuring lunges’ vital capacity. While the secondary data were gained from the company’s documents of PT. Kota Jati Furindo. The process of analyzing the data was conducted univariately and bivariately (using fisher’s test p value was less than α(0.05)).
From the data analysis, based on the period of work, it was obtained that 16.1% respondents have a new period of work, 48.4% respondents have a medium period of work, and 35,5% have a long period of work. From the result of the research toward the lunges’ vital capacity’s examination, it got 22.6% normal respondents, 25.8 respondents suffer from a low degree restriction, 41.8% suffer from a medium degree restriction, and 9.7% suffer from a high degree restriction. Meanwhile, from the statistical examination, it gained p value amounted to 0.018. From the data analysis and disscussion, it can be concluded that there is a significant correlation between the period of work and the disturbance of lunges’ vital capacity on the workers of scouring section in furniture industry PT. Kota Jati Furindo in Sumawal village, subdistrict of Mlonggo, Jepara regency. For the company, it is suggested to do rolling or job shift. For those who have worked for a long time in the scouring section to turn into a section whose lower degree of dust. If it is possible, the company should do periodical check up toward the workers to get the information of their physical health’s status as early as possible. For the workers of scouring section, they are suggested to use the exhalation’s protector well.
4
PENGESAHAN
Skripsi yang berjudul “Hubungan Antara Masa Kerja dengan
Gangguan Kapasitas Vital Paru (KVP) pada Pekerja Bagian Pengamplasan
di Industri Meubel PT. Kota Jati Furindo di Desa Suwawal Kecamatan
Mlonggo Kabupaten Jepara” telah dipertahankan di hadapan Sidang Panitia
Ujian skripsi Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang.
Pada hari : Senin
Tanggal : 23 Februari 2009
Panitia Ujian
Ketua Panitia, Drs. H. Harry Pramono, M. Si NIP. 131 469 638
Sekretaris,
dr. Mahalul Azam, M. KesNIP. 132 297 151
Dewan Penguji,
1. Eram Tunggul Pawenang, S.KM, M. Kes. (Ketua) NIP. 132 303 558
2. Drs. Herry Koesyanto, MS. (Anggota) NIP. 131 571 549
3. Dra. E.R. Rustiana, M.Si (Anggota) NIP. 131 472 346
5
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
“Bersyukur berarti mengintrospeksi, merenung, menimbang, dan menerima
dengan lapang dada. Ia akan menjadi energi positif dalam segala hal. Dengan
bersyukur, kita telah memberi payung pelindung dari hujan dan terik matahari
dalam kehidupan kita untuk memperbaiki dan berbuat lebih baik dari pada
sebelumnya” (Ida Ari Murti).
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan skripsi ini untuk :
1. Ayah (A. Baderut Tamam) dan Ibu (Dahrul
Susilowati) terimakasih atas kasih sayang, do’a,
motivasi dan kesabarannya.
2. Adik-adikku, Tita dan Puspa terimakasih atas
dukungan dan do’anya.
3. Almamaterku UNNES.
6
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur hanya bagi Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya,
karena dengan ijin serta petunjuk-Nyalah peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan judul “ Hubungan Antara Masa Kerja dengan Gangguan Kapasitas
Vital Paru (KVP) pada Pekerja Bagian Pengamplasan di Industri Meubel
PT. Kota Jati Furindo di Desa Suwawal Kecamatan Mlonggo Kabupaten
Jepara” Segala hambatan, tantangan dan kemudahan merupakan nikmat
tersendiri yang dianugrahkan kepada peneliti sebagai pengalaman batin yang tak
terkira.
Dalam penelitian skripsi ini peneliti banyak menerima bantuan dari berbagai
pihak. Untuk itu pada kesempatan ini, perkenankanlah peneliti untuk
menyampaikan rasa terima kasih sedalam-dalamnya kepada :
1. Drs. Harry Pramono, M.Si. Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas
Negeri Semarang.
2. Pembantu Dekan Bidang Akademik Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas
Negeri Semarang, Drs. Moh. Nasution, M.Kes, Atas ijin penelitian yang
diberikan
3. Ketua Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan,
Universitas Negeri Semarang, dr. Mahalul Azam, M.Kes, atas segala arahan
dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.
7
4. Sekretaris jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan,
Universitas Negeri Semarang, Irwan Budiono, S.KM, M.Kes, atas
kebijaksanaannya sehingga ujian skripsi dapat terlaksana dengan lancar.
5. Pembimbing I. Drs. Herry Koesyanto, M.S, atas arahan dan bimbingan dalam
penyusunan skripsi ini.
6. Pembimbing II. Dra. ER. Rustiana, M. Si, atas arahan dan bimbingan dalam
penyusunan skripsi ini.
7. Bapak Yusak Setiawan, Ibu Euniqe Leni Silas, Bapak Eko Sulistyo, SH, serta
para staff PT. Kota Jati Furindo atas segala bantuan dan dukungannya.
8. Pekerja bagian pengamplasan PT. Kota Jati Furindo yang telah bersedia
menjadi responden dan meluangkan waktunya untuk pemeriksaan kapasitas
vital paru dan pengisian kuesioner.
9. Bapak dan Ibu dosen IKM yang telah memberikan ilmu dan pengetahuannya
selama ini.
10. Ibuku tersayang (Dahrul Susilowati S.Pd), yang selalu memberikan kasih
sayang, dorongan, semangat, dan do’a-do’anya dimalam hari. Terimakasih
Ibu, kesabaran dan ketabahanmu akan selalu jadi panutanku. Ayahku yang
telah memberi suatu pelajaran berharga buatku dalam menatap masa depan.
11. Adik-adikku Tita dan Puspa, terimakasih atas do’a, semangat, kasih sayang
dan kesabarannya. Mbak sayang kalian...
8
12. Sahabat-sahabatku Tyas, Ika Siswi, dan Astri, terimakasih atas
kebersamaannya selama ini, maaf aku duluan ya. Dan anak-anak IKM
angkatan ’04, tetap semangat!
13. Teman-teman kos Kawulo Alit (Nelly, Dina, Nita, Indri, Ida, Atik, Legi,
Sami, dan yang tidak bisa disebutkan satu persatu), berkat kalian semua hari-
hariku menjadi indah.
14. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini, yang tidak
dapat disebutkan satu persatu.
Semoga bantuan yang telah diberikan mendapatkan pahala sebesar-besarnya
dari Tuhan YME. Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih kurang sempurna,
namun harapan peneliti semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang
memerlukannya.
Semarang, Maret 2009
Peneliti
9
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...................................................................................... i ABSTRAK ..................................................................................................... ii PENGESAHAN ............................................................................................. iv MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................. v KATA PENGANTAR ................................................................................... vi DAFTAR ISI.................................................................................................. ix DAFTAR TABEL.......................................................................................... xii DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xiii DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................. xiv BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 4 1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................... 4 1.4 Manfaat Hasil Penelitian .................................................................... 5 1.5 Keaslian Penelitian............................................................................. 6 1.6 Ruang Lingkup Penelitian.................................................................. 8
BAB II LANDASAN TEORI ........................................................................ 9 2.1 Landasan Teori................................................................................... 9 2.1.1 Kapasitas Vital Paru.................................................................. 9 2.1.1.1 Pengertian Kapasitas Vital Paru .................................. 9 2.1.1.2 Kegunaan Pemeriksaan Fungsi Paru............................. 11
2.1.1.3 Cara Pengukuran Kapasitas Paru.................................. 11 2.1.2 Sistem Pernafasan Manusia ...................................................... 12
2.1.2.1 Anatomi Saluran Pernafasan......................................... 12 2.1.2.2 Fisiologi Saluran Pernafasan ........................................ 14 2.1.2.3 Pathofisiologi Saluran Pernafasan ................................ 15 2.1.2.4 Penyakit Parenkim paru ................................................ 16
2.1.3 Pengertian Debu........................................................................ 17 2.1.4 Sifat-sifat Debu ......................................................................... 17 2.1.5 Macam-macam Debu ................................................................ 19 2.1.6 Efek Debu Terhadap Fungsi Pernafasan................................... 20 2.1.7 Akibat Partikel Debu Terhadap Paru-paru................................ 21 2.1.8 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kapasitas Vital Paru ......... 21
2.2 Kerangka Teori ................................................................................. 27 BAB III METODE PENELITIAN ................................................................ 28
3.1 Kerangka Konsep............................................................................... 28 3.2 Hipotesis Penelitian............................................................................ 29 3.3 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran...................................... 30 3.4 Jenis dan Rancangan Penelitian ......................................................... 30 3.5 Populasi dan Sampel Penelitian ......................................................... 31 3.6 Instrumen Penelitian .......................................................................... 32 3.7 Teknik Pengambilan Data .................................................................. 33 3.8 Teknik Pengolahan dan Analisa Data ................................................ 34
BAB IV HASIL PENELITIAN ..................................................................... 36
10
4.1 Hasil Penelitian .................................................................................. 36 4.1.1 Analisis Univariat ..................................................................... 36 4.1.2 Analisis Bivariat ....................................................................... 43
BAB V PEMBAHASAN ............................................................................... 45 5.1 Analisis Univariat .............................................................................. 45
5.1.1 Masa Kerja................................................................................ 45
5.1.2 Gangguan Kapasitas Vital Paru................................................ 46
5.2 Analisis Bivariat................................................................................. 48 5.2.1 Hubungan Antara Masa Kerja dengan Gangguan Kapasitas Vital
Paru (KVP)............................................................................... 48
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN............................................................. 50 6.1 Simpulan ............................................................................................ 50 6.2 Saran .................................................................................................. 50
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 52 LAMPIRAN................................................................................................... 54
11
DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Keaslian Penelitian ...................................................................... 6 Tabel 2.1 Kriteria Gangguan Fungsi Paru Menurut ATS ............................ 11 Tabel 2.2 Kategori Ambang Batas IMT untuk Indonesia ............................ 25 Tabel 3.3 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel.................. 30 Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur .................... 37 Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Bedasarkan Masa Kerja ............ 40 Tabel 4.3 Hasil Pemeriksaan “Forced Vital Capacity” Paru Responden...... 42 Tabel 4.4 Hubungan Masa Kerja dengan Kapasitas Vital Paru .................... 43
12
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.2 Kerangka Teori.............................................................................. 27 Gambar 3.1 Kerangka Konsep ........................................................................... 28 Gambar 4.1 Grafik Frekuensi Responden berdasarkan Umur ........................... 38 Gambar 4.2 Grafik Frekuensi Responden berdasarkan Masa Kerja .................. 41 Gambar 4.3 Grafik Pemeriksaan Kapasitas Vital Paru (KVP) .......................... 42
13
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 : Surat Keputusan Dosen Pembimbing.......................................54
Lampiran 2 : Surat Keputusan Dosen Penguji ...............................................55
Lampiran 3 : Surat Permohanan Ijin Penelitian .............................................56
Lampiran 4 Surat Keterangan Telah Melakukan penelitian ..........................57
Lampiran 5 : Kuesioner Penjaringan Sampel.................................................58
Lampiran 6 : Formulir Hasil Pengukuran KVP .............................................61
Lampiran 7 : Rekapitulasi Uji Validitas.........................................................62
Lampiran 8 : Hasil Uji Validitas ....................................................................63
Lampiran 9: Identitas Responden .................................................................64
Lampiran 10: Data Mentah Data pekerjaan ...................................................65
Lampiran 12: Data Mentah Pemakaian APD.................................................67
Lampiran 13: Data Mentah Hasil Pemeriksaan KVP ...................................68
Lampiran 14: Hasil Uji Statistik ....................................................................69
Lampiran 15: Sertifikat Kalibrasi Spirometer Hutchinson ............................72
Lampiran 16: Surat Permohonan Ijin Observasi............................................74
Lampiran 17: Surat Permohonan Ijin Pengambilan Data ..............................75
Lampiran 18: Data Laporan 10 Besar Penyakit Rawat Jalan.........................76
Lampiran 19: Dokumentasi Penelitian...........................................................77
14
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam melakukan pekerjaan apapun, sebenarnya manusia berisiko untuk
mendapat gangguan kesehatan atau penyakit yang ditimbulkan oleh pekerjaan
tersebut. Era globalisasi menuntut pelaksanaan kesehatan dan keselamatan kerja
di setiap tempat kerja, termasuk sektor informal. Untuk itu perlu dikembangkan
dan ditingkatkan upaya promosi dan pencegahan dalam rangka menekan serendah
mungkin resiko penyakit yang timbul akibat pekerjaan atau lingkungan kerja.
Dalam pelaksanaan pekerjaan sehari-sehari pekerja diberbagai sektor akan
terpajan dengan resiko penyakit akibat kerja. Resiko ini bervariasi mulai dari yang
paling ringan sampai yang paling berat, tergantung dari jenis pekerjaannya (Anies,
2005:01)
Produktifitas tenaga kerja juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan
dan manusia itu sediri. Lingkungan kerja yang manusiawi dan lestari akan
menjadi pendorong bagi kegairahan dan efisiensi kerja. Lingkungan kerja yang
melebihi toleransi kemampuan manusia tidak saja merugikan produktifitas
kerjanya, tetapi juga menjadi sebab terjadinya penyakit atau kecelakaan kerja.
Hanya lingkungan kerja yang aman, selamat dan nyaman merupakan prasarat
penting untuk terciptanya kondisi bekerja didalamnya atau sekitarnya (Tjandra
Yoga, 2002:58).
15
Pembangunan dibidang industri terutama industri kayu semakin
meningkat, hal ini sesuai dengan kondisi alam Indonesia dengan hutan tropisnya
yang memiliki keanekaragaman pohon. Salah satu industri kayu adalah pengrajin
meubel yang memproduksi meja, kursi, almari, dan lain-lain. Pada proses
penyuguhan dan pengamplasan banyak dihasilkan debu dari kayu yang dapat
mengganggu lingkungan kerja.
Lingkungan industri meubel yang banyak mengandung debu, dapat
menyebabkan penyakit terutama penyakit yang berhubungan dengan paru.
Penyakit paru yang diderita oleh pekerja salah satu diantaranya dalah
pneumokoniosis. Pneumokoniosis adalah segolongan penyakit yang disebabkan
oleh penimbunan debu dalam paru-paru. Berdasarkan dari hasil survei
pendahuluan melalui pengamatan pada tanggal 15 April 2008 terhadap 39 orang,
diketahui bahwa masih ada dari para pekerja yang menggunakan alat pelindung
diri pernafasan tidak sesuai dengan fungsinya. Saat melakukan komunikasi
dengan pekerja lain, masker yang mereka kenakan ditarik ke arah bawah,
sehingga masker tidak menutup hidung. Oleh karena itu para pekerja saat menarik
nafas, udara yang mengandung debu masuk ke dalam paru-paru. Apa yang terjadi
dengan debu itu, sangat tergantung dari pada besarnya ukuran debu. Debu
berukuran di antara 5-10 mikron akan ditahan oleh jalan pernafasan bagian atas,
sedangkan yang berukuran 3-5 mikron ditahan oleh bagian tengah pernafasan.
Partikel-partikel yang besarnya di antara 1 dan 3 mikron akan ditempatkan
langsung kepermukaan alveoli paru-paru (Suma’mur P.K., 1996: 126).
16
Laporan ILO (International Labour Organization) tahun 1991 tentang
penyakit akibat kerja, dan diantara semua penyakit akibat kerja 10-30% adalah
penyakit paru. ILO telah mendeteksi sekitar 40.000 kasus pneumokoniosis terjadi
diseluruh dunia setiap tahun. Sebagian besar penyakit paru akibat kerja
mempunyai akibat yang serius. Lebih dari 3% kematian akibat penyakit paru
kronik di New York adalah berhubungan dengan pekerjaan. Dari data tahun 1996,
juga ditemukan 3300 kasus baru penyakit paru yang berhubungan dengan
pekerjaan. Tetapi di Indonesia belum ada data resmi tentang berapa banyak angka
kejadian kasus penyakit paru akibat kerja (Mukhtar Ikhsan, 2002:73)
Berdasarkan data yang diperoleh dari pelayanan kesehatan di Puskesmas
Mlonggo yang terletak disekitar lingkungan kerja PT. Kota Jati Furindo, dapat
diketahui bahwa penyakit yang berhubungan dengan paru merupakan salah satu
masalah kesehatan utama. Selain itu berdasarkan dari hasil wawancara pada
tanggal 15 April 2008, terhadap 39 orang pekerja bagian pengamplasan dapat
diketahui bahwa sebagian besar dari para pekerja yang sakit lebih memilih untuk
memanfaatkan layanan kesehatan di Puskesmas Mlonggo. Walaupun hasil
wawancara tersebut tidak bisa dijadikan sebagai kesimpulan yang valid, tetapi hal
tersebut bisa memberikan gambaran bahwa sebagian besar pekerja yang bekerja di
PT. Kota Jati memilih untuk menggunakan layanan kesehatan di Puskesmas
Mlonggo. Dan berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas Mlonggo pada
bulan Januari-Desember 2008, penyakit ISPA (non Pneumonia) menduduki
peringkat pertama pada daftar 10 besar penyakit yaitu sebanyak 2058 kasus
(Puskesmas Mlonggo, 2009)
17
Para pekerja bagian pengamplasan lebih sering terpapar debu
dibandingkan dengan pekerja dibagian lain, dimana pada proses pengamplasan
adalah proses untuk menghaluskan permukaan-permukaan kasar yang tentunya
banyak menghasilkan debu. Dimana masa kerja karyawan berkisar antara 1-10
tahun, dengan jam kerja rata-rata 8 jam per hari dari hari Senin sampai Sabtu,
sehingga mempunyai potensi pemaparan debu kayu terhadap kapasitas vital paru.
Berdasarkan wawancara terhadap 4-5 orang pekerja, dari para pekerja tersebut
mengakui adanya keluhan-keluhan yang berhubungan dengan bagian pernapasan.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik melakukan penelitian
tentang adanya hubungan antara Masa kerja dengan gangguan Kapasitas Vital
Paru (KVP) pada pekerja bagian pengamplasan industri meubel PT. Kota Jati
Furindo di desa Suwawal, kecamatan Mlonggo, kabupaten Jepara.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasar latar belakang tersebut, maka permasalahan yang diangkat peneliti
adalah ” Adakah hubungan antara masa kerja dengan gangguan Kapasitas Vital
Paru (KVP) pada pekerja bagian pengamplasan di industri meubel PT. Kota Jati
Furindo di desa Suwawal Kecamatan Mlonggo Kabupaten Jepara? “
1.3. Tujuan Penelitian
Mengetahui apakah ada hubungan dan seberapa besar hubungan antara
masa kerja dengan gangguan Kapasitas Vital Paru (KVP) pada pekerja bagian
pengamplasan di industri meubel PT. Kota Jati Furindo di desa Suwawal,
kecamatan Mlonggo, kabupaten jepara.
18
1.4. Manfaat Hasil Penelitian
1.4.1 Bagi Instansi
Memberikan masukan untuk meningkatkan kesehatan para pekerja
khususnya pada bagian pengamplasan dan merupakan sumbangan pemikiran,
serta memberi kejelasan kepada pekerja khususnya pada bagian bagian
pengamplasan mengenai bahaya dan penyakit akibat kerja
1.4.2 Bagi Masyarakat
Memberikan informasi mengenai efek debu yang dihasilkan dari
pengolahan kayu yang dapat mengganggu kesehatan
1.4.3 Bagi IKM UNNES
Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai acuan dan referensi untuk
penelitian selanjutnya.
1.4.4 Bagi Peneliti
Merupakan sarana untuk melatih diri bagi penulis mengenai cara dan
proses berfikir ilmiah secara praktis dan mengaplikasikan teori yang telah didapat
dari bangku kuliah pada keadaan yang sebenarnya dilapangan.
19
1.5. Keaslian Penelitian
Tabel 1.1
Keaslian Penelitian
No Judul/Peneliti/Lokasi Penelitian Tahun Rancangan
penelitian Variabel
Penelitian Hasil
Penelitian (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1.
Hubungan Antara Masa Kerja Dengan Kapasitas Fungsi Paru pada Pengemudi Bus Perum Damri Unit Kota Semarang Jalur Terboyo-Mangkang/ Yuli Setiyani Zaenal/ Semarang
2005 Metode Survei Analitik
Variabel Bebas: Masa Kerja pengemudi bus perum Damri unit kota Semarang jalur Terboyo-Mangkang. Vasriabel Terikat: Kapasitas fungsi paru pada pengemudi bus perum Damri unit kota Semarang jalur Terboyo-Mangkang
Masa kerja mempunyai hubungan dengan kapasitas fungsi paru untuk yang FEV1 dan FVC tidak mempunyai hubungan antara masa kerja dengan fungsi paru.
2. Pengaruh Pemakaian APD Pernafasan Terhadap Kapasitas Fungsi Paru Petani Sayuran Pengguna Pestisida Semprot/ Lambang Satria Hummawan/ Dusun Duren Desa Duren Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang.
2005 Metode Survei Analitik, Dengan Pendekatan Cross Sectional.
Variabel Bebas: Pemakaian APD Pernafasan. Varibel Terikat: Kapasitas Fungsi Paru.
Ada pengaruh antara pemakaian Alat Pelindung Pernafasan dengan kapasitas fungsi paru petani sayuran pengguna pestisida semprot.
20
No Judul/Peneliti/Lokasi Penelitian Tahun Rancangan
penelitian Variabel
Penelitian Hasil
Penelitian (1) (2) (3) (4) (5) (6) 3. Hubungan Antara
Masa Kerja dengan Gangguan Kapasitas Vital Paru (KVP) pada Pekerja Bagian Pengamplasan di Industri Meubel PT. Kota Jati Furindo di Desa Suwawal Kecamatan Mlonggo Kabupaten Jepara/ Wakhdatun Ni’matul Khusna/ Jepara
2009 Pendekatan Cross Sectional
Varabel Bebas: Masa Kerja. Variabel Terikat: Gangguan Kapasitas Vital Paru (KVP)
Ada Hubungan Antara Masa Kerja dengan Gangguan Kapasitas Vital Paru (KVP)
Penelitian yang dilakukan sebelumnya terdapat beberapa perbedaan
dengan penelitian yang dilakukan sekarang. Perbedaan tersebut terdapat pada
variabel, tahun penelitian, rancangan penelitian, dan tempat penelitian. Penelitian
Yuli Setiyani Z melakukan penelitian tentang, hubungan masa kerja dengan
kapasitas vital paru pada pengemudi bus Perum Damri unit kota Semarang jalur
Terboyo-Mangkang, tahun 2005. Dengan rancangan penelitian metode survei
analitik, dan tempat penelitian di Semarang. Sedangkan perbedaan penelitian ini
dengan Lambang Satria H adalah meneliti tentang, pengaruh pemakaian APD
pernafasan terhadap kapasitas fungsi paru petani sayuran pengguna pestisida
semprot, tahun 2005. Dengan rancangan penelitian metode survei analitik dengan
pendekatan cross sectional, dan tempat penelitian di Semarang.
21
1.6. Ruang Lingkup Penelitian
1.6.1 Ruang Lingkup Tempat
Penelitian yang akan dilakukan peneliti bertempat di PT. Kota Jati Furindo
di desa Suwawal, kecamatan Mlonggo, Kabupaten Jepara, khususnya pada
bagian pengamplasan
1.6.2 Ruang Lingkup Waktu
Penelitian ini dimulai pada awal bulan Mei 2008 sampai selesai
1.6.3 Ruang Lingkup Materi
Materi dalam penelitian ini mengenai K3 (Kesehatan dan Keselamatan
Kerja ), yang mencakup antara masa kerja dan gangguan Kapasitas Vital
Paru (KVP).
22
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Kapasitas Vital Paru
2.1.1.1 Pengertian Kapasitas vital Paru
Kapasitas vital paru adalah jumlah udara maksimal yang dapat dikeluarkan
dari paru, setelah udara dipenuhi secara maksimal (Jan Tambayong, 2001: 84).
Kapasitas paru adalah suatu kombinasi peristiwa-peristiwa sirkulasi paru atau
menyatakan dua atau lebih volume paru yaitu volume alun nafas, volume
cadangan ekspirasi dan volume residu (Guyton, 1997:604)
Dalam penguraian peristiwa-peristiwa sirkulasi paru, kadang-kadang
diperlukan untuk menyatukan dua volume atau lebih. Kombinasi seperti itu
disebut sebagai kapasitas paru. Kapasitas paru dapat dibedakan menjadi kapasitas
total dan kapasitas vital.
1) Kapasitas total yaitu jumlah udara yang dapat mengisi paru pada inspirasi
sedalam-dalamnya. Dalam hal ini angka yang didapat tergantung dari
beberapa hal yaitu kondisi paru, umur, sikap, dan bentuk seseorang.
2) Kapasitas vital yaitu jumlah udara yang dapat dikeluarkan setelah ekspirasi
secara maksimal (Syaifuddin, 1997:90).
Menurut Guyton (1997:604) kapasitas paru dapat dibedakan menjadi empat, yaitu:
1) Kapasitas inspirasi
23
Kapasitas sama dengan volume tidak ditambah dengan volume cadangan
inspirasi yaitu jumlah udara (kurang lebih 3500 ml) yang dapat dihirup oleh
seseorang dimulai tiap ekspirasi normal dan pengembangan paru sampai jumlah
maksimal.
2) Kapasitas residu fungsional
Yaitu jumlah udara yang tersisa dalam paru pada akhir ekspirasi normal
(kurang lebih 2300 ml).
3) Kapasitas paru vital
Kapasitas vital sama dengan volume cadangan inspirasi dan volume
cadangan ekspirasi, yaitu jumlah udara maksimum yang dapat dikeluarkan
seseorang dari paru setelah terlebih dahuli mengisi paru secara maksimum dan
kemudian mengeluarkan sebanyak-banyaknya (kurang lebih 4600 ml).
4) Kapasitas paru total
Kapasitas paru total merupakan volume maksimum pengembangan paru
dengan usaha inspirasi sebesar mungkin dengan inspirasi paksa (kurang lebih
5800 ml).
Kapasitas vital paru rata-rata pria dewasa kira-kira 4.8 liter dan wanita
dewasa 3.1 liter (Jan Tambayong, 2001:86).
Kriteria gangguan fungsi paru menurut ATS (American Thoracis Society)
adalah sebagai berikut:
24
Tabel 2.1
Kriteria Gangguan Fungsi Paru menurut ATS
KVP (%) Kategori ≥ 80% Normal
60-79% Retriksi Ringan 51-59% Retriksi Sedang ≤ 50% Retriksi Berat
(Sumber: Mukhtar Ikhsan, 2002:82)
2.1.1.2 Kegunaan Pemeriksaan Fungsi Paru
Pemeriksaan fungsi paru pada pekerja berguna untuk :
1) Mengidentifikasi penyakit paru, gangguan pernafasan sebelum bekerja
untuk menentukan penyakit secara dini dan memperbaiki perjalanan
penyakit.
2) Menilai bahaya dengan spirometer yang ada di tempat kerja dan mendapat
standar bahaya tersebut.
3) Pemeriksaan fungsi paru juga dapat digunakan untuk diagnosis dan
menentukan derajat kelainan paru, mengidentifikasi jenis gangguan fungsi
pernafasan, dan mengidentifikasi atau menyingkirkan penyakit respiratorius
sesak nafas.
2.1.1.3 Cara Pengukuran Kapasitas Paru
Dengan menggunakan spirometer
Bagian-bagian yang ada pada spirometer :
1) Floating drum yaitu tabung tempat ruang udara
2) Air
3) Drum tempat penampungan air
25
4) Ruang oksigen (udara pernafasan)
5) Tempat mulut untuk menghirup
Cara pengukurannya adalah:
1) Masukkan air pada tabung hutchinson sebatas garis merah
2) Sesuaikan kleb batas dengan suhu air yang terbaca di termometer
3) Lakukan inspirasi maksimal
4) Masukkan udara melalui selang karet, maka tabung akan naik
5) Baca hasilnya pada skala penunjuk (Herry Koesyanto dkk, 2005 : 45)
2.1.2 Sistem Pernafasan Manusia
2.1.2.1 Anatomi Saluran Pernafasan
1. Hidung (Nasal)
Hidung merupakan saluran udara yang pertama, mempunyai dua lubang
(kavum nasi), dipisahkan oleh sekat hidung (septum nasi). Didalamnya terdapat
bulu-bulu yang berguna untuk menyaring udara, debu dan kotoran-kotoran yang
masuk ke dalam lubang hidung.
2. Tekak (Faring)
Merupakan tempat persimpangan antara jalan pernafasan dan jalan makan.
Terdapat didasar tengkorak, dibelakang rongga hidung dan mulut sebelah depan
ruas tulang leher. Rongga tekak, dibagi dalam tiga bagian:
1) Bagian sebelah atas yang sama tingginya dengan koana yang disebut
nasofaring.
2) Bagian tengah yang sama tingginya dengan Istmus Faisum disebut
Orofaring
26
3) Bagian bawah sekali dinamakan Laringofaring
3. Pangkal tenggorok (Laring)
Merupakan saluran udara dan bertindak sebagai pembentukan suara terletak
didepan bagian faring sampai ketinggian vertebra servikalis dan masuk ke dalam
trakhea bawahnya.
Laring terdiri dari lima tulang rawan antara lain :
1) Kartilago tiroid (1 buah) depan jakun (Adam’s apple) sangat jelas terlihat
pada pria.
2) Kartilago ariteanoid (2 buah) yang berbentuk beker.
3) Kartilago krikoid (1 buah) yang berbentuk cincin.
4) Kartilago epiglolis (1 buah)
4. Batang tenggorok (Trakea)
Merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16 sampai dengan 20
cincin yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang berbentuk seperti kuku kuda
(huruf C). Panjang trakea 9-11cm dan dibelakang terdiri dari jaringan ikat yang
dilapisi oleh otot polos.
5. Cabang tengorok (Bronkus)
Merupakan lanjutan dari trakhea ada dua buah yang terdapat pada
ketinggian vertebra torakalis ke IV dan ke V. Bronkus-bronkus itu berjalan ke
bawah dan ke samping ke arah tampuk paru-paru, bronkus kanan lebih pendek
dan lebih besar dari pada bronkus kiri, terdiri dari 6-8 cincin, mempunyai 3
cabang. Bronkus kiri lebih panjang dan lebih ramping dari yang kanan, terdiri dari
9-12 cincin mempunyai 2 cabang.
27
6. Paru-paru
Paru-paru adalah sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari
gelembung-gelembung (gelembung hawa=alveoli). Gelembung-gelembung
alveoli ini terdiri dari sel-sel epitel dan endotel. Banyaknya gelembung paru-paru
ini kurang lebih 700.000.000 buah (paru-paru kiri dan kanan) (Syaifuddin,
1997:87).
2.1.2.2 Fisiologi Saluran Pernafasan
Pernafasan paru merupakan pertukaran oksigen dan karbon dioksida yang
terjadi pada paru. Fungsi paru adalah tempat pertukaran gas oksigen dan karbon
dioksida pada pernafasan melalui paru atau pernafasan eksterna, oksigen dipungut
melalui hidung dan mulut, pada waktu bernafas, oksigen masuk melaui trakea dan
pipa Bronchial ke alveoli, dan dapat erat berhubungan darah di dalam kapiler
pulmonalis.
Proses pernafasan dibagi empat peristiwa :
1) Ventilasi pulmonal yaitu masuk keluarnya udara dari atmosfer ke bagian
alveoli paru-paru
2) Difusi oksigen dan karbondioksida di udara masuk ke pembuluh darah yang
disekitar alveoli
3) Transpor oksigen dan karbondioksida di darah ke sel
4) Pengaturan ventilasi (Guyton, 1995:342)
2.1.2.3 Pathofisiologi saluran pernafasan
Penyakit paru yang terjadi pada perusahaan mebel kayu adalah terjadinya
efek pathofisiologis dan bersifat fibrosis pada paru sehingga alveoli mengalami
28
kekuatan yang berakibat terjadinya penurunan elastisitas dan pengembangan paru
sehingga alveoli mengalami beban kerja pernafasan yang sangat kuat. Sehingga
untuk mengatasi daya elastisitas alat pernafasan diperlukan nafas cepat dan
dangkal. Pernafasan ini mengakibatkan hipoventuilasi alveolar dan
ketidakmampuan mempertahankan gas dalam normal. Setiap penurunan
pengembangan paru akan menyebabkan pengurangan kapasitas vital paru.
Kelainan pada saluran pernafasan dapat berupa opstrusi aliran darah
pulmonal dan insufisiensi pernafasan. Kelainan saluran secara garis besar terdiri
dari tiga bagian, yaitu :
1) Ventilasi yang tidak memadahi alveoli
2) Pengurangan difusi gas melalui membran pernafasan
3) Berkurangnya oksigen jaringan
2.1.2.4 Penyakit parenkim paru
1) Pneumokoniosis
Pneumokoniosis adalah segolongan penyakit yang disebabkan oleh
penimbunan debu-debu dalam paru-paru. Penyakit akibat inhalasi ini sangat
terkait erat dengan kesehatan kerja. Jenis debu terinspirasi dapat mempengaruhi
paru-paru, beberapa debu jika terhirup dalam paru-paru akan menimbulkan
fibrosis, diantaranya silika akan menimbulkan silikosis, besi menimbulkan
siderosis, batu bara akan menimbulkan paru-paru hitam, asbes menimbulkan
asbestosis dan berilium menimbulkan berrilosis (Suma’mur, 1996:126).
Gejala-gejala yang muncul antara lain batuk-batuk kering, sesak nafas
kelelahan umum, berat badan turun, banyak dahak dan lain-lain. Gambaran
29
rongent paru-paru, baik noduler ataupun lain-lainnya. Pemeriksaan tempat kerja
harus menunjukkan adanya debu yang diduga menjadi sebab penyakit
pneumokoniosis itu.
Diagnosis pneumokoniosis adalah sukar, sebab sesungguhnya tak
seorangpun manusia yang tidak menimbun debu-debu dalam paru-parunya. Lebih-
lebih kehidupan di kota atau di tempat kerja yang berdebu. Makin tua umur berarti
makin banyak pula debu yang tertimbun dalam paru-paru sebagai hasil
penghirupan debu sehari-hari. Lebih-lebih pneumokoniosis tingkat permulaan
sngat sukar dipastikan diagnosanya (Suma’mur, 1996:128)
2) Fibrosis Paru
Fibrosis paru bukan merupakan penyakit tetapi istilah patologis yang
menyatakan adanya jaringan pengikat dalam jumlah yang berlebihan. Fibrosis
timbul akibat proses penyakit paru-paru yang menimbulkan peradangan atau
nekrosis.
2.1.3 Pengertian Debu
Debu adalah istilah yang digunakan dalam industri untuk menguraikan
bagian-bagian padat yang berada diudara yang biasanya besarnya antara 0.1
sampai 25 um (1um: 10-6m ). Debu yang besarnya lebih dari 25 um biasanya tidak
cukup lama mengudara dan tidak menjadi suatu masalah penghirupan udara. Debu
dengan ukuran yang besarnya kurang dari 5 um disebut debu yang dapat dihirup
(respirable dust) (ILO, 1991:71).
Debu yaitu partikel-partikel zat padat, yang disebabkan oleh kekuatan-
kekuatan alami atau mekanis seperti pengolahan, penghancuran, pelembutan,
30
pengepakan yang cepat, peledakan, dan lain-lain dari bahan-bahan baik organik,
maupun anorganik. Misalnya batu, butir-butir zat, dan sebagainya (Suma’mur,
1996:104).
2.1.4 Sifat-Sifat Debu
1. Sifat pengendapan
Adalah sifat debu yang cenderung selalu mengendap karena gaya grafitasi
bumi. Namun karena kecilnya ukuran debu, kadang-kadang debu ini relatif tetap
berada di udara. Debu yang mengendap dapat mengganggu proporsi partikel yang
lebih dari pada yang ada di udara.
2. Sifat permukaan basah
Sifat permukaan debu akan cenderung basah, dilapisi oleh lapisan air yang
sangat tipis. Sifat ini penting dalam pengendalian dalam tempat kerja.
3. Sifat penggumpalan
Oleh karena permukaan debu yang selalu basah, sehingga dapat menempel
satu sama lain dan dapat menggumpal. Turbelensi udara meningkatkan
pembentukan penggumpalan debu. Kelembaban di dawah saturasi, kecil
pengaruhnya terhadap penggumpalan debu.
4. Sifat listrik statis
Debu mempunyai sifat listrik statis yang dapat menarik partikel lain yang
berlawanan. Dengan demikian, partikel dalam larutan debu mempercepat
terjadinya proses penggumpalan.
5. Sifat optis
31
Debu atau partikel basah atau lembab lainnya dapat memancarkan sinar
yang dapat terlihat dalam kamar gelap.
Pembagian debu yang didasarkan pada efeknya secara garis besar, ada tiga
macam debu yaitu sebagai berikut:
1) Debu organik seperti debu kapas, debu daun-daunan tembakau dan
sebagainya.
2) Debu mineral yang merupakan senyawa komplek seperti silikon dioksida
dan sebagainya.
3) Debu metal, seperti timah hitam, mercury, Cd, aseton, dan lain-lain (Depkes
RI, 2003:45).
2.1.5 Macam-Macam Debu
Macam-macam debu menurut Harington (2003:154), yaitu:
1) Debu batu bara
Terbentuk akibat pembusukan bahan vegetasi sejak zaman prasejarah.
2) Debu silika
Merupakan senyawa keras mirip batu, dapat pecah menjadi partikel halus.
3) Debu Asbestos
4) Secara alamiah berupa silika serat serpetin (chrysotile), amfibol (crocidolite,
amosite, anthothyllite).
5) Debu mineral buatan manusia dibuat dengan jalan penarikan, peniupan,
sentrifugasi, dan penipisan dengan nyala api pada suhu yang sangat tinggi
dengan menggunakan berbagai bahan mentah dan menghasilkan berbagai
serabut dengan berbagai diameter dan sifat.
32
6) Debu kapas.
7) Debu yang dihasilkan oleh tanaman kapas melalui suatu proses pemisahan
biji dan bahan lainnya dari kapas mentah.
8) Debu yang lain
2.1.6 Efek Debu Terhadap Fungsi Pernafasan
Proses penimbunan debu terhadap paru-paru dapat terjadi melalui proses
inspirasi yang mengandung debu. Penimbunan debu tergantung dari besarnya
debu, apabila debu itu berukuran dintara 5-10 mikron akan ditahan oleh jalan
pernafasan bagian atas, sedangkan yang berukuran 3-5 mikron ditahan oleh bagian
tengah jalan pernafasan. Partikel yang ukurannya diantara 1 dan 3 mikron akan
ditempatkan langsung kepermukaan alveoli paru-paru. Dan yang berukuran 0.1-1
mikron tidak begitu gampang hinggap dipermukaan alveoli, karena debu-debu
ukuran demikian tidak mengendap. Debu yang partikel-partikelnya berukuran
kurang dari 0.1 mikron bermassa terlalu kecil, sehingga tidak hinggap
dipermukaan alveoli atau selaput lendir (Suma’mur 1996:126). Partikel-partikel
ini oleh karena gerakan brown, ada kemungkinan membentur permukaan alveoli
dan tertimbun disana. Bila debu masuk di alveoli, maka alveoli akan mengeras
(Fibrosis). Bila 10% mengeras akibatnya mengurangi elastisitasnya dalam
menampung volume udara, sehingga kemampuan mengikat oksigen menurun.
Penyebab hinggap dan tertimbunnya debu dalam paru-paru adalah sifat
pengendapan dan sifat permukan basah partikel debu yang bergerak pada saat
udara membelok, sehingga partikel berukuran besar menumbuk selaput lendir dan
33
hinggap ditempat tersebut. Proses ini dinamakan sedimentasi yaitu pada
bronchioli tekanan udara sangat kurang, kira-kira 1cm/detik oleh karena gerakan
grafitasi bumi sehingga partikel-partikel debu tersebut akan mengendap
(Suma’mur, 1996:127).
2.1.7 Akibat Partikel Debu Terhadap Paru-Paru
1) Fibrosis paru mineral
Fibrosis paru dapat berwujud nodulasi dan difus (fibrosis ringan) berapa
tidak elastisnya jaringan paru.
2) Fibrosis paru ekstensi
Fibrosis paru ekstensif berupa nodulus ekstensif dan fibrosis paru yang
jelas.
3) Peradangan dan perlukaan
Fibrosis pada paru-paru merangsang terjadinya peradangan atau perlukaan
pada saluran pernafasan.
4) Keracunan sistemis
Absorbsi aerosol berakibat timbulnya reaksi toksis patologis.
5) Alergi
Pembengkakan membran dapat meningkatkan secret (lendir) di hidung,
nafas berat, dan kapasitas vital menurun.
6) Reaksi demam
Reaksi demam merupakan kompensasi tubuh terhadap proses peradangan.
2.1.8 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kapasitas Vital Paru
Faktor yang mempengaruhi volume dan kapasitas vital paru antara lain :
34
2.1.8.1 Pemakaian Alat Pelindung Diri
Alat Pelindung Diri (APD) adalah seperangkat alat yang digunakan tenaga
kerja untuk melindungi sebagian atau seluruh tubuhnya dari adanya potensi
bahaya atau kecelakaan kerja (A. M. Sugeng Budiono, dkk, 2003:329). Yang
dimaksud disini adalah Alat Pelindung Diri (APD) pernafasan yang berguna untuk
melindungi pernafasan terhadap gas, uap, debu, atau udara yang terkontaminiasi
di tempat kerja yang dapat bersifat racun, korosi ataupun rangsangan. Alat
pelindung diri harus memenuhi persyaratan yaitu, APD haruslah enak dipakai,
tidak mengganggu kerja, memberikan perlindungan yang efektif terhadap bahaya
(Suma’mur, 1996:217).
Alat pelindung pernafasan dapat dibedakan menjadi dua (A.M. Sugeng
Budiono, 2003: 332), yaitu:
1. Masker
Untuk melindungi debu atau partikel-patikel yang lebih besar yang masuk ke
dalam pernafasan, dapat terbuat dari kain dengan ukuran pori-pori tertentu.
2. Respirator
Berguna untuk melindungi pernafasan dari debu, kabut, uap logam, asap dan
gas. Alat ini dapat dibedakan atas:
1) Respirator pemurni udara
Membersihkan udara dengan cara menyaring atau menyerap kontaminan
dengan toksinitas rendah sebelum memasuki sistem pernafasan.
2) Respirator penyalur udara
35
Memberikan aliran udara yang tidak terkontaminasi secara terus-menerus.
Udara dapat dipompakan dari sumber yang jauh (dihubungkan dengan selang
tahan tekanan) atau dari persediaan portabel (seperti tabung yang berisi udara
bersih atau oksigen). Jenis ini biasa dikenal dengan SCBA (Self Contained
Breathing Apparatus)
2.1.8.2 Umur
Umur berhubungan dengan proses penuaan atau bertambahnya umur,
semakin tua usia seseorang maka semakin besar kemungkinan terjadi penurunan
fungsi paru (Joko Suyono, 2001:218). Menurut Sugeng Hariadi (2003:45), Usia
produktif seseorang yaitu 18-40 tahun. Kebutuhan zat tenaga terus meningkat
sampai akhirnya menurun setelah usia 40 tahun berkurangnya kebutuhan tenaga
tersebut dikarenakan telah menurunnya kekuatan fisik.
Dalam keadaan normal, usia juga mempengaruhi frekuensi pernapasan dan
kapasitas paru. Frekuensi pernapasan pada orang dewasa antara 16-18 kali
permenit, pada anak-anak sekitar 24 kali permenit. Walaupun pada orang dewasa
frekuensi pernapasan lebih kecil dibanding dengan anak dan bayi. Dalam kondisi
tertentu hal ini tersebut akan berubah misalnya akibat dari suatu penyakit,
pernapasan bisa bertambah cepat dan sebaliknya (Syaifudin, 1997:105).
2.1.8.3 Jenis Kelamin
Jenis kelamin mempunyai kapasitas paru yang berbeda. Volume dan
kapasitas paru pada wanita kira-kira 20-25% lebih kecil daripada pria
(Guyton,1997:605). Dan menurut Jan Tambayong (2001:86) kapasitas vital paru
rata-rata pada pria dewasa kira-kira 4.8 liter dan wanita dewasa 3.1 liter.
36
2.1.8.4 Riwayat Penyakit
Kapasitas vital paru akan berkurang pada penyakit paru-paru, jantung
(yang menimbulkan kongesti paru-paru) dan kelemahan otot paru (Guyton,
1997:608).
2.1.8.5 Status Gizi
Gizi kerja adalah nutrisi atau kalori yang diperlukan oleh tenaga kerja
untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan jenis pekerjaannya (A.M. Sugeng
Budiono, 2003:154). Tenaga kerja memerlukan makanan yang bergizi untuk
pemeliharaan tubuh, untuk memperbaiki sel-sel dan jaringan, untuk pertumbuhan
sampai masa-masa tertentu untuk melakukan kegiatan, termasuk pekerjaan guna
mencapai produktifitas kerja yang setinggi-tingginya. Status gizi seseorang dapat
mempengaruhi kapasitas vital paru, orang kurus panjang biasanya kapasitas vital
paksanya lebih besar dari orang gemuk pendek (I Dewa Nyoman S, 2001:32).
Masalah kekurangan dan kelebihan gizi pada orang dewasa (usia 18 tahun
keatas) merupakan masalah penting, karena selain mempunyai resiko penyakit-
penyakit tertentu, juga mempengaruhi produktivitas kerja. Oleh karena itu,
pemantauan keadaan tersebut perlu dilakukan secara berkesinambungan. Salah
satu caranya adalah dengan mempertahankan berat badan yang ideal dan normal (I
Dewa Nyoman S, 2002:59)
Status gizi diukur menggunakan Indeks Massa Tubuh (IMT) yang
merupakan alat sederhana untuk memantau status gizi. Rumus IMT adalah
sebagai berikut:
37
IMT = )()(
2 mTBkgBB
Tabel 2.2
Kategori Ambang Batas IMT untuk Indonesia
Kategori IMT IMT
Kurus Kekurangan BB tingkat berat
Kekurangan BB tingkat rendah
< 17
17.0-18.5
Normal > 18.5 - 25.00
Gemuk Kelebihan BB tingkat ringan
Kelebihan BB tingkat berat
25.00-27.0
>27.0
(Sumber: I Dewa Nyoman Supriasa, 2001:61)
2.1.8.6 Masa kerja
Masa kerja adalah jangka waktu orang sudah bekerja dari pertama mulai
masuk hingga sekarang masih bekerja. Masa kerja dapat diartikan sebagai
sepenggalan waktu yang agak lama dimana seseorang tenaga kerja masuk dalam
satu wilayah tempat usaha sampai batas waktu tertentu (Suma’mur, 1995 : 71).
Menurut teori dari A.M. Sugeng Budiono, dkk (2003:03), yaitu ketentuan
waktu kerja yang wajib dilaksanakan adalah pada 7 jam sehari atau 40 jam
seminggu untuk 6 hari kerja dalam seminggu. Sedangkan 8 jam sehari atau 40 jam
seminggu untuk 5 hari kerja dalam seminggu. Memperpanjang waktu kerja lebih
dari kemampuan tersebut biasanya tidak disertai efisiensi yang tinggi, bahkan
biasanya terlihat penurunan produktivitas serta kecenderungan untuk timbulnya
kelelahan, penyakit dan kecelakaan. Semakin lama seseorang dalam bekerja maka
semakin banyak dia telah terpapar bahaya yang ditimbulkan oleh lingkungan kerja
tersebut (Suma’mur, 1996 : 193).
38
Pengusaha yang mempekerjakan pekerja atau buruh, wajib memberikan
istirahat atau cuti . Istirahat mingguan 1 hari untuk 6 hari kerja dalam seminggu
atau 2 hari untuk 5 hari kerja dam seminggu, dan untuk waktu lembur paling
banyak 3 jam dalam sehari dan 14 jam dalam seminggu (A.M Sugeng Budiono,
2003:04).
39
2.2 Kerangka Teori
Faktor Internal - APD Pernafasan - Umur
Faktor Eksternal - Sifat Debu - Ukuran Debu - Macam –Macam
Debu - Pelayanan
Kesehatan - Lingkungan
Gangguan Kapasitas Vital Paru (KVP)
- Jenis Kelamin - Riwayat Penyakit- Status Gizi - Masa Kerja - Perilaku - Genetik
Gambar 2.1. Kerangka Teori
Sumber: Hasil smodifikasi dari daftar pustaka ”Suma’mur (1996:71), Guyton (1997:604), Syaifudin (1997:104), A.M Sugeng Budiono (2003:329), Joko Suyono (2001:276), I Dewa Nyoman S (2001:32)”.
40
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Kerangka Konsep
Variable Bebas:
Masa Kerja
Variable Terikat:
Gangguan
Kapasitas Vital
Paru (KVP)
Variabel Perancu:
1. APD Pernafasan
2. Umur
3. Jenis Kelamin
4. Riwayat Penyakit
5. Status Gizi
6. Perilaku
7. Genetik
: dikendalikan
Gambar 3.1 Kerangka Konsep
Keterangan:
Cara mengendalikan variabel:
1) Alat Pelindung Diri Pernafasan
Pemakaian alat pelindung diri pernafasan dikendalikan dengan cara
memilih responden yang memakai alat pelindung diri pernafasan.
41
2) Umur
Variabel umur dikendalikan dengan cara memilih responden yang
yang berusia produktif, yaitu berumur 18-40 tahun.
3) Jenis Kelamin
Variabel jenis kelamin dikendalikan dengan cara memillih responden
yang berjenis kelamin wanita.
4) Riwayat Penyakit
Variabel penyakit dikendalikan dengan cara memilih responden yang
tidak memiliki riwayat penyakit paru.
5) Status Gizi
Variabel status gizi dikendalikan dengan memilih responden yang
memiliki status gizi normal.
6) Perilaku
Variabel perilaku dikendalikan dengan memilih responden yang selalu
memeriksakan diri di pelayanan kesehatan waktu mengalami sakit pada
gangguan pernafasan.
7) Genetik
Variabel genetik dikendalikan dengan memilih responden yang tidak
mempunyai riwayat genetik penyakit paru.
3.2 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan landasan teori diatas, hipotesis penelitian sebagai berikut, ada
hubungan antara masa kerja dengan gangguan Kapasitas Vital Paru (KVP) pada
42
pekerja meubel bagian pengamplasan di industri meubel PT. Kota Jati Furindo
desa Suwawal, kecamatan Mlonggo, kabupaten Jepara.
3.3 Definisi Operasional dan Skala pengukuran Variabel
No. Variabel Definisi operasional Cara Pengukuran
Kategori Skala
1. Masa Kerja
Lama pekerja terpapar
debu di lingkungan
kerja yang dimaksud
dalam penelitian ini
adalah lamanya pekerja
(tahun) bekerja disuatu
tempat kerja.
Kuesioner
• Baru
(>6 th)
• Sedang
(6-10 th)
• Lama
(>10 th)
Ordinal
2. Gangguan
Kapasitas
Vital Paru
(KVP)
Kapasitas vital paru
adalah jumlah udara
maksimal yang dapat
dikeluarkan dari paru,
setelah udara dipenuhi
secara maksimal. Jika
hasil test dibawah
standart, berarti pekerja
mengalami gangguan
fungsi paru.
Spirometer
Hutchinson
(Rotari
Spirometer)
• Normal ≥80%
• Ringan
60-79%
• Sedang
51-59%s
• Berat ≤ 50%
Ordinal
3.4 Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian expplanatory research dengan
menggunakan pendekastan cross sectional. Hal ini dikarenakan dalam penelitian
ini menjelaskan hubungan antara masa kerja dengan gangguan kapasitas vital paru
43
pada tenaga kerja dari populasi pada bagian pengamplasan di PT. Kota Jati
Furindo pada satu periode.
3.5 Populasi dan Sampel Penelitian
3.5.1 Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti
(Soekidjo Notoatmodjo, 2005:79). Dalam penelitian ini populasi yang diambil
adalah pekerja meubel PT. Kota Jati Furindo. Populasi dalam penelitian ini di
khususkan pada bagian pengamplasan yang berjumlah 39 orang.
3.5.2 Sampel peneitian adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan obyek
yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Soekidjo Notoatmodjo,
2005:79). Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah restriksi. Restriksi adalah penerapan kriteria pembatasan dalam memilih
subyek penelitian (Bhisma Murti, 1997:79). Alasan peneliti menggunakan teknik
sampel restriksi bertujuan untuk mengontrol variabel perancu.
Sampel yang diteliti menggunakan kriteria ini, adalah:
1. Kriteria inklusi meliputi:
1) Pekerja yang menggunakan APD pernafasan
2) Umur pekerja di usia produktif (18-40 tahun)
3) Jenis kelamin perempuan
4) Pekerja yang tidak mempunyai riwayat penyakit
5) Status Gizi pekerja normal
6) Pekerja yang selalu memeriksakan diri di pelayanan kesehatan waktu
mengalami sakit gangguan pernafasan.
7) Pekerja yang tidak mempunyai riwayat genetik penyakit paru.
44
2. Kriteria Eksklusi meliputi:
1) Responden menolak untuk dijadikan sample penelitian
2) Responden yang pada saat dilakukan penelitian tidak masuk kerja atau
sedang cuti.
3) Responden yang pada saat dilakukan penelitian tidak ada di tempat kerja
atau lokasi.
Berdasarkan kriteria diatas didapat sebanyak 31 orang yang dijadikan
sampel dalam penelitian ini.
3.6 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk pengumpulan
data (Soekidjo Notoadmodjo, 2005:48). Instrumen dalam penelitian ini adalah:
3.6.1 Kuesioner
Kuesioner yaitu daftar pertanyaan yang sudah tersusun dengan baik, sudah
matang, dimana responden (dalam hal angket) dan interviewer (dalam hal
wawancara) tinggal memberikan jawaban atau dengan memberikan tanda-tanda
tertentu (Soekidjo Notoadmodjo, 2005:116).
Dalam penelitian ini angket yang digunakan adalah angket langsung tertutup
(multiple choice) yang berupa pertanyaan dimana responden harus memilih
jawaban yang tersedia.
Kuesioner dalam penelitian ini diberi daftar pertanyaan tentang data umum
(nama, alamat, jenis kelamin, umur, berat badan, tinggi badan), dan data khusus
(masa kerja dan hasil pemeriksaan KVP). Dalam angket ini disediakan dua
45
alternatif jawaban dalam tiap itemnya, dengan maksud untuk menghindari
kecenderungan responden memilih jawaban netral.
3.6.2 Spirometer Hutchinson
Spirometer dapat digunakan untuk mengetahui adanya gangguan faal
pernafasan, evaluasi pengaruh penyakit terhadap faal pernafasan dan menilai
kemajuan prognotis faal paru penderita yang dirawat. Dalam penelitian ini
digunakan spirometer jenis Hutchinson (Rotari Spirometer).
3.6.3 Formulir Pengukuran KVP
Formulir ini digunakan untuk mencatat hasil pengukuran Kapasitas Vital
Paru (KVP).
3.6.4 Timbangan Badan
Timbangan badan (One Med) digunakan untuk mengukur berat badan pekerja.
3.6.5 Mikrotoice
Mikrotoice digunakan untuk mengukur tinggi badan pekerja.
3.7 Teknik Pengambilan Data
Pada penelitian ini pengambilan data disesuaikan dengan jenis data sebagai
berikut :
3.7.1 Data primer
Data primer yaitu bila pengumpulan data dilakukan langsung oleh peneliti
(Eko Budiarto, 2001:05). Data primer dalam penelitian ini diperoleh dengan cara
sebagai berikut:
46
1. Pengamatan adalah suatu prosedur yang berencana, yang antara lain meliputi
melihat dan mencatat jumlah dan taraf aktivitas tertentu yang ada
hubungannya dengan masalah yang diteliti.
2. Wawancara adalah suatu metode yang dipergunakan untuk mengumpulkan
data, dimana peneliti mendapatkan keterangan atau pendirian secara lisan
dari seseorang sasaran penelitian (responden), atau bercakap-cakap
berhadapan muka dengan orang tersebut (face to face). Jadi data tersebut
diperoleh langsung dari responden melalui suatu pertemuan atau
percakapan.
3. Pengukuran Kapasitas Vital Paru (KVP), dengan menggunakan alat
Spirometer Hutchinson
3.7.2 Data Sekunder
Diperoleh melalui dokumen-dokumen yang ada pada perusahaan meubel
PT. Kota Jati Furindo. Data yang diperoleh adalah data tentang jumlah pekerja
bagian pengamplasan dan waktu bekerja.
3.8 Teknik Pengolahan dan Analisis Data
3.8.1 Teknik Pengolahan
Data yang telah diperoleh kemudian dikumpulkan, diolah sesuai dengan
tujuan dan kerangka konsep penelitian. Setelah data terkumpul, kemudian
dilakukan pengolahan data. Pengolahan data dilakukan melalui tahap-tahap
sebagai berikut:
1. Editing : Memeriksa kelengkapan data yang diperoleh melalui kuesioner
2. Koding : Memberi kode masing-masing jawaban untuk mempermudah
47
pengolahan data
3. Tabulasi : Mengelompokkan data sesuai dengan tujuan penelitian, kemudian
dimasukkan dalam tabel yang sudah disiapkan
4. Data : Proses pemindahan data kedalam media komputer
3.8.2 Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan dua cara, yaitu:
1. Analisa Univariat
Yaitu analisa yang dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian.
Pada
umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan persentase dari
tiap variabel.
2. Analisa Bivariat
Analisis bivariat ini merupakan analisis hasil dari variabel yang diteliti
(variabel bebas), yang diduga mempunyai hubungan dengan variabl terikat.
Adapun dalam analisis ini digunakan tabulasi silang dari masing-masing data
mnggunakan uji chi square dengan tabel 3x4, namun jika persyaratan untuk uji
chi square tidak terpenuhi seperti yaitu tidak ada sel yang mempunyai nilai
expected kurang dari 5, maksimal 20% dari jumlah sel, maka dapat digunakan uji
alternatif dengan penggabungan sel untuk tabel selain 2x2 dan 2xK sehingga
terbentuk tabel B kali K yang baru. Jika p lebih kecil dari 0.05 maka hipotesis nol
(Ho) ditolak, begitu pula sebaliknya jika p lebih besar dari 0.05 maka Ho diterima.
48
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Analisis Univariat
Hasil analisa univariat berupa penggunaan alat pelindung diri masker,
karakteristik responden berdasarkan kelompok umur, Jenis Kelamin, Riwayat
Penyakit, Status Gizi, Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja,
Pemeriksaan Kapasitas Vital Paru.
1. Penggunaan Alat Pelindung Diri Masker
Alat Pelindung Diri (APD) adalah seperangkat alat yang digunakan tenaga
kerja untuk melindungi sebagian atau seluruh tubuhnya dari adanya potensi
bahaya atau kecelakaan kerja (A. M. Sugeng Budiono, dkk, 2003:329). APD
tidaklah secara sempurna dapat melindungi tubuh, tetapi dapat mengurangi tingkat
keparahan yang mungkin terjadi. Dalam penelitian ini alat pelindung diri berupa
penutup hidung atau masker sangat bermanfaat untuk mereduksi debu yang masuk
ke dalam sistem pernafasan.
Pemakaian alat pelindung diri masker pada penelitian ini dikendalikan
dengan memilih responden yang menggunakan alat pelindung diri masker. Dari
31 responden semuanya (100%) menggunakan alat pelindung diri masker.
2. Karakteristik Responden Berdasarkan Kelompok Umur
Umur berhubungan dengan proses penuaan atau bertambahnya umur,
semakin tua usia seseorang maka semakin besar kemungkinan terjadi penurunan
49
fungsi paru (Joko Suyono, 2001:218). Usia produktif seseorang yaitu 18-40 tahun
(Sugeng Hariadi, 2003:45). Kebutuhan zat tenaga terus meningkat sampai
akhirnya menurun setelah usia 40 tahun berkurangnya kebutuhan tenaga tersebut
dikarenakan telah menurunnya kekuatan fisik.
Penelitian mengenai hubungan antara masa kerja dengan gangguan
kapasitas vital paru menggunakan 31 responden pada pekerja bagian
pengamplasan di industri meubel PT. Kota Jati Furindo, dengan karakteristik
responden yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur
No Umur Responden Frekuensi Persentase (%)
1 18-24 2 6.5
2 25-31 9 29
3 32-40 20 64.5
Total 31 100,00
Sumber : Data primer, 2008
Berdasarkan kategori umur diatas, frekuensi terbanyak terdapat pada
golongan umur 32-40 tahun yaitu sebanyak 20 responden, dengan persentase
64.5%. Sedangkan pada umur 25-31 tahun yaitu sebanyak 9 responden dengan
persentase 29 %, dan pada umur 18-24 tahun yaitu sebanyak 2 responden dengan
persentase 6.5%.
Dan dapat dilihat dari grafik dibawah ini.
50
Grafik 4.1
Frekuensi Responden Berdasarkan Umur
Sumber : Data primer, 2008 3. Jenis Kelamin
Volume dan kapasitas paru pada setiap jenis kelamin berbeda-beda, dimana
volume dan kapasitas seluruh paru pada wanita kira-kira 20-25% lebih kecil dari
pada pria (Guyton, 1997:605). Sehingga dengan volume dan kapasitas paru yang
lebih kecil dari pria, maka wanita lebih rentan terkena gangguan kapasitas vital
paru.
Jenis kelamin responden pada penelitian ini dikendalikan dengan memilih
responden dengan jenis kelamin wanita. Dari 31 responden semuanya (100%)
mempunyai jenis kelamin wanita.
4. Riwayat Penyakit
Riwayat penyakit mempunyai pengaruh terhadap kesehatan pekerja,
apabila seorang pekerja telah memiliki riwayat penyakit maka dia akan lebih
mudah terpapar dari efek pekerjaannya. Kapasitas vital paru akan berkurang pada
51
penyakit paru-paru, jantung (yang menimbulkan kongesti paru-paru) dan
kelemahan otot paru (Guyton, 1997:608). Riwayat penyakit paru yang dimaksud
dalam penelitian ini adalah sesak nafas (asma) sebelum bekerja pada bagian
pengamplasan.
Riwayat penyakit dalam penelitian ini dikendalikan dengan memilih
responden yang tidak mempunyai riwayat penyakit paru. Dari 31 responden
semuanya (100%) tidak mempunyai riwayat penyakit paru.
5. Status Gizi
Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang
dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi,
penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk
mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ,
serta menghasilkan energi. Status gizi seseorang dapat mempengaruhi kapasitas
vital paru, orang kurus panjang biasanya kapasitas vital paksanya lebih dari orang
gemuk pendek. Masalah kekurangan gizi pada orang dewasa (usia 18 tahun
keatas) merupakan masalah penting, karena selain mempunyai risiko penyakit-
penyakit tertentu, juga dapat mempengaruhi produktivitas kerja dan mempunyai
risiko terhadap penyakit infeksi (I Dewa Nyoman S, 2002:59).
Status gizi dalam penelitian ini dikendalikan dengan memilih responden
yang mempunyai status gizi normal. Dari 31 responden semuanya (100%)
mempunyai status gizi normal.
52
6. Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja
Masa kerja adalah jangka waktu orang sudah bekerja dari pertama mulai
masuk hingga sekarang masih bekerja, penghitungan masa kerja dilakukan pada
semua responden yang bekerja dibagian pengamplasan, dihitung mulai dia bekerja
sebagai pengamplas sampai penelitian ini berlangsung. Masa Kerja dikategorikan
menjadi tiga yaitu, lama bekerja kategori baru <6 tahun, lama bekerja kategori
sedang 6 - 10 tahun, dan lama bekerja kategori lama >10 tahun.
Berdasarkan penelitian, didapatkan kondisi masa kerja responden seperti
terlihat pada tabel 4.2 di bawah ini:
Tabel 4.2
Distribusi frekuensi responden berdasarkan masa kerja
No Masa kerja Frekuensi Persentase (%)
1 Baru (<6 tahun) 5 16.1
2 Sedang (6-10 tahun) 15 48.4
3 Lama (>10 tahun) 11 35.5
Total 31 100,00
Sumber : Data primer, 2008
Pada tabel 4.2 diatas dapat terlihat bahwa frekuensi masa kerja responden
paling banyak pada masa kerja sedang yaitu sebanyak 15 responden, dengan
prosentase 48.4%. Pada masa kerja baru yaitu sebanyak 5 responden, dengan
prosentase 16.1%. Sedangkan pada masa kerja lama yaitu sebanyak 11 responden,
dengan prosentase 35.5%. Dan dapat dilihat dari grafik di bawah ini
53
Grafik 4.2
Frekuensi Responden Berdasarkan Masa Kerja
Sumber : Data primer, 2008
7. Pemeriksaan Kapasitas Vital Paru
Tenaga kerja yang bekerja pada tempat yang berdebu beresiko mengalami
penurunan fungsi paru, sehingga perlu dilakukan pemeriksaan kapasitas vital paru.
Pemeriksaan ini digunakan untuk mengetahui jumlah udara terbesar yang dapat
dikeluarkan dari paru-paru setelah inspirasi maksimal, pemeriksaan KVP disini
menggunakan alat Spirometer Hutchinson. Menurut standart kapasitas dengan
gangguan fungsi paru menurut American Thoracis Society (ATS), kategori
kapasitas vital paru dibedakan dalam 4 kategori, yaitu ≥ 80%, 60-79%, 51-59%,
dan 50%. ≤
Berdasarkan hasil pengukuran kapasitas vital paru pada pekerja bagian
pengamplasan, didapatkan hasil seperti terlihat pada tabel 4.3 di bawah ini:
54
Tabel 4.3
Hasil pemeriksaaan “Forced Vital Capacity” paru responden
No Kriteria Frekuensi Persentase (%)
1 Normal ( >80% ) 7 22.6
2 Restriksi ringan ( 60-79% ) 8 25.8
3 Restriksi sedang ( 51-59% ) 13 41.9
4 Restriksi berat ( <50% ) 3 9.7
Total 31 100
Sumber : Data primer, 2008
Hasil penelitian menunjukkan frekuensi terbanyak pada kategori restriksi
sedang yaitu sebanyak 13 responden, dengan prosentase 41.9%. Pada tingkat
normal yaitu 7 responden dengan persentase 22.6%, restriksi ringan 8 responden
dengan persentase 25.8%. Sedangkan pada restriksi berat ditemui sebanyak 3
responden denga persentase 9.7%. Dan dapat dilihat dari grafik dibawah ini:
Grafik 4.3
Frekuensi Responden Berdasarkan Hasil pemeriksaan KVP
Sumber : Data primer, 2008
55
4.1.2 Analisis Bivariat
4.1.2.1 Hubungan Antara Masa Kerja Dengan Gangguan Kapasitas Vital
Paru
Penelitian tentang hubungan antara masa kerja dengan gangguan kapasitas
vital paru pada pekerja bagian pengamplasan pada industri meubel PT. Kota Jati
Furindo yang dilakukan pada 31 responden, menggunakan skala data ordinal (non
parametris), sehingga tidak dilakukan uji normalitas data. Selanjutnya untuk uji
hipotesis dilakukan uji Chi Square. Syarat uji Chi Square adalah tidak ada sel
yang mempunyai expected kurang dari 5 maksimal 20% dari jumlah sel, jika
syarat uji Chi Square tidak terpenuhi maka dilakukan penggabungan sel
(Sopiyudin Dahlan,2004:18).
Tabulasi silang yang dilakukan terhadap masa kerja dengan gangguan
kapasitas vital paru pada pekerja pengamplasan tidak layak untuk diuji Chi Square
karena nilai expected yang kurang dari 5 ada 91,7% karena crosstab untuk tabel
3x4 tidak memenuhi syarat maka dilakukan penggabungan sel menjadi tabel 2x2,
dan bila crosstab untuk tabel 2x2 tidak memenuhi syarat lagi maka dilakukan uji
alternatifnya yaitu uji Fisher. Hasil Crosstab 2x2 dapat dilihat pada tabel dibawah
ini:
Tabel 4.4
Hubungan Masa Kerja Dengan Kapasitas Vital Paru
Variabel bebas
Variabel terikat
KVP normal Sedang Total
p Value
Masa Kerja
Frekuensi % Frekuensi % Frekuensi % Baru 5 100 0 0 5 16.1 Lama 10 38.5 16 61.5 26 83.9
Total 31 100
0.018
Sumber : Data primer, 2008
56
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa dari 5 responden yang masa
kerjanya baru, ada sebanyak 5 (100%) responden yang memiliki kapasitas vital
paru normal. Dari 26 responden yang masa kerjanya lama, ada sebanyak 10
(38.5%) memiliki kapasitas vital paru normal, dan sebanyak 16 (61.5%)
responden yang memiliki kapasitas vital paru sedang.
Dari hasil uji Fisher yang dilakukan, maka didapatkan P value sebesar 0.018.
Hasil pengambilan keputusan untuk uji hipotesis adalah P value kurang dari α
(0.05) (Sopiyudin Dahlan,2004:18). Berarti Ha diterima, yaitu ada hubungan
antara masa kerja dengan gangguan kapasitas vital paru pada pekerja bagian
pengamplasan di industri meubel PT. Kota Jati Furindo di desa Suwawal
kecamatan Mlonggo kabupaten Jepara.
57
BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Analisis Univariat
5.1.1 Masa Kerja
Dari hasil penelitian yang dilakukan di PT Kota Jati Furindo bagian
pengamplasan pada 31 responden, didapat responden yang mempunyai masa kerja
baru (<6 tahun) sebanyak 5 responden dengan prosentase 16.1%, pada masa kerja
sedang (6-10 tahun) yaitu sebanyak 15 responden dengan prosentase 48.4%. Masa
kerja lama (>10 tahun) sebanyak 11 responden dengan prosentase 35.5%.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden
memiliki masa kerja sedang yaitu antara 6-10 tahun sebanyak 15 responden. Hal
ini menunjukkan bahwa para pekerja pada bagian pengamplasan PT. Kota Jati
Furindo, sudah terpapar debu yang dihasilkan dari proses pengamplasan.
Masa kerja seorang pekerja menentukan faktor resiko terpapar bahaya yang
ditimbulkan oleh lingkungan kerja. Suma’mur (1995:193) menyatakan bahwa,
semakin lama seseorang bekerja maka semakin banyak pekerja terpapar bahaya
yang ditimbulkan oleh lingkungan kerja. Oleh karena itu, pekerja pada bagian
pengamplasan di PT. Kota Jati Furindo mempunyai faktor resiko terpapar bahaya
yang ditimbulkan oleh lingkungan kerja yang banyak mengandung debu.
Pekerja PT. Kota Jati Furindo bekerja dengan waktu kerja 6 hari per minggu,
dengan jam kerja 8 jam per hari. Sedangkan menurut teori dari A.M. Sugeng
Budiono (2003:03), yaitu ketentuan waktu kerja yang wajib dilaksanakan adalah
pada 7 jam sehari atau 40 jam seminggu untuk 6 hari kerja dalam seminggu,
58
sedangkan 8 jam sehari atau 40 jam seminggu untuk 5 hari kerja dalam seminggu.
Maka dapat disimpulkan bahwa jam kerja para pekerja bagian pengamplasan di
PT. Kota Jati Furindo tidak sesuai dengan ketentuan waktu kerja yang wajib
dilaksanakan, atau lebih lama dari waktu kerja yang ditentukan.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, semakin lama seseorang bekerja
pada bagian pengamplasan maka semakin lama pekerja terpapar debu yang dapat
menyebabkan gangguan kapasitas vital paru. Masa kerja juga berdampak positif
dan negatif pada kinerja pekerja. Dampak positifnya adalah seorang pekerja
pengamplas akan semakin terbiasa dengan pekerjaannya, sehingga dia akan lebih
cepat menyalesaikan pekerjaannya dengan baik. Sedangkan dampak negatifnya
adalah karena melakukan pekerjaan yang sama berulang-ulang, maka
kemungkinan akan timbul kejenuhan.
5.1.2 Gangguan Kapasitas Vital Paru (KVP)
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di PT. Kota Jati Furindo bagian
pengamplasan pada 31 responden, sebagian besar dari responden masuk dalam
kategori restriksi sedang yaitu sebanyak 13 responden (41.9%). Pada restriksi
ringan sebanyak 8 responden (25.8%), pada kategori normal yaitu sebanyak 7
responden (22.6%), sedangkan pada restriksi berat yaitu sebanyak 3 responden
(9.7%).
Gangguan paru yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kelainan paru
yang disebabkan oleh debu yang tertimbun dalam paru, atau yang lazim disebut
pneumokoniosis. Penimbunan debu yang terjadi pada penelitian ini adalah
59
penimbunan debu kayu, sehingga dapat menyebabkan gangguan dalam kapasitas
vital paru. Alat yang digunakan untuk mengukur gangguan kapasitas vital paru
(KVP) dalam penelitian ini adalah Spirometer Hutchinson.
Beberapa mekanisme dapat dikemukakan sebagai sebab hinggap dan
tertimbunnya debu dalam paru-paru. Salah satu mekanisme itu adalah inertia atau
kelembaban dari partikel-partikel yang bergerak, yaitu pada waktu udara
membelok ketika melalui jalan pernafasan yang tidak lurus, maka partikel-partikel
debu yang bermasa cukup besar tidak dapat membelok mengikuti aliran udara,
melainkan terus lurus dan akhirnya menumbuk selaput lendir dan menumbuk
disana.
Mekanisme lain adalah sedimentasi, yang terutama benar untuk bronchi
sangat kecil dan bronchioli, sebab ditempat itu kecepatan udara pernafasan sangat
kurang kira-kira 1 cm per detik. Sehingga daya tarik bumi dapat bekerja terhadap
kepada partikel-partikel debu dan mengendapkannya. Mekanisme lain adalah
gerakan brown, terutama untuk partikel-partikel yang berukuran sekitar atau
kurang dari 0.1 mikron. Partikel-partikel yang kecil ini oleh gerakan brown tadi
ada kemungkinan membentur permukaan alveoli dan tertimbun disana.
5.2 Analisis Bivariat
5.2.1 Hubungan Antara Masa Kerja Dengan Gangguan Kapasitas Vital Paru
(KVP)
Berdasarkan hasil uji Fisher yang dilakukan, maka didapatkan p value
sebesar 0.018. Dengan Hasil pengambilan keputusan untuk uji hipotesis adalah p
value kurang dari α (0.05) (Sopiyudin Dahlan, 2004:18). Berarti Ha diterima,
60
yaitu ada hubungan antara masa kerja dengan gangguan kapasitas vital paru pada
pekerja bagian pengamplasan di industri meubel PT. Kota Jati Furindo di desa
Suwawal kecamatan Mlonggo kabupaten Jepara.
Dampak dari masa kerja yang dirasakan oleh responden antara lain, gangguan
kapasitas vital paru yang dapat dilihat dari hasil penelitian yang dilakukan di PT.
Kota Jati Furindo pada 31 responden. Didapatkan bahwa dari 5 responden yang
masa kerjanya baru, ada sebanyak 5 (100%) responden yang memiliki kapasitas
vital paru normal. Dari 26 responden yang masa kerjanya lama, ada sebanyak 10
(38.5%) memiliki kapasitas vital paru normal, dan sebanyak 16 (61.5%)
responden yang memiliki kapasitas vital paru sedang.
Masa kerja yang dimaksud dalam penelitian ini adalah jangka waktu orang
sudah bekerja dari pertama mulai bekerja sebagai pengamplas hingga sekarang
masih bekerja. Proses produksi khususnya pada bagian pengamplasan yang
banyak menghasilkan debu, dapat memberikan dampak buruk bagi kesehatan.
Dan gangguan kesehatan akibat pemaparan debu kayu umumnya menimbulkan
reaksi fibrosis pada jaringan paru. Diketahui bahwa fibrosis paru merupakan salah
satu penyebab utama berkurangnya compliance yaitu menyebabkan bertambahnya
kekakuan paru dan rongga dada serta membatasi pengembangan paru.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Yuli Setiani
Zaenal pada tahun 2005 yang menunjukkan adanya hubungan bermakna antara
masa kerja dengan kapasitas fungsi paru, yaitu semakin lama bekerja maka
semakin besar pula kemungkinan terjadinya gangguan paru. Hal ini juga didukung
oleh teori Suma’mur (1995:193) yang menyatakan bahwa, semakin lama
61
seseorang bekerja maka semakin banyak pekerja terpapar bahaya yang
ditimbulkan oleh lingkungan kerja tersebut. Dalam penelitian ini semakin lama
pekerja bekerja pada bagian pengamplasan di PT. Kota Jati Furindo, maka
semakin lama pekerja terpapar debu yang dihailkan dari proses pengamplasan.
Sehingga semakin besar pula resiko pekerja tersebut mengalami gangguan
kapasitas vital paru.
62
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan
Ada hubungan bermakna antara masa kerja dengan gangguan kapasitas vital
paru pada pekerja bagian pengamplasan di industri meubel PT. Kota Jati Furindo
di desa Suwawal, kecamatan Mlonggo, kabupaten Jepara. Berarti semakin lama
masa kerja seorang pekerja pada bagian pengamplasan di PT. Kota jati Furindo,
maka semakin besar juga resiko pekerja mengalami gangguan kapasitas vital paru.
6.2 Saran
6.2.1 Bagi Perusahaan
Hendaknya perusahaan melakukan rolling atau shif tempat kerja
pada pekerja yang sudah lama bekerja dibagian pengamplasan ke bagian
yang kadar debunya kecil, misalnya pada bagian pengepakan. Dan jika
memungkinkan perusahaan melakukan pemeriksaan berkala, untuk
mengetahui status kesehatan pekerja sedini mungkin. Hal ini digunakan
untuk mencegah timbulnya penyakit akibat kerja, yang dapat mengganggu
kesehatan pekerja.
6.2.2 Bagi Pekerja Bagian Pengamplasan
Mengingat bahaya yang ditimbulkan dari paparan debu yang
dihasilkan dari proses pengamplasan, hendaknya para pekerja
menggunakan alat pelindung diri pernafasan dengan benar.
63
6.2.3 Bagi Peneliti Berikutnya
Untuk peneliti selanjutnya, diharapkan dapat meneliti antara masa
kerja dengan stres kerja.
64
DAFTAR PUSTAKA
Anies, 2005, Berbagai Penyakit Akibat Lingkungan Kerja dan Upaya Penanggulangannya, Jakarta: PT Elex Media Korputindo.
Bhisma Murti, 1996, Penerapan Metode Statistik Non-Parametik dalam Ilmu-Ilmu Kesehatan, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Darmanto Djojodibroto, 1999, kesehatan Kerja di Perusahaan, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Depkes RI, 2003, Modul Penelitian Bagi Fasilitas Kesehatan Kerja, Jakarta.
Depnaker RI, 1996, Modul Kursus Bagi Dokter Hiperkes Pusat Pelayanan Ergonomi Kesehatan Kerja, Jakarta.
Eko Budiarto, 2001, Biostatistik untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat, Jakarta: EGC.
Guyton C Arthur, 1995, Fisiologi Manusia dan Mekanisme penyakit, Alih Bahasa: Petrus Adrianto, Jakarta: EGC.
Hall John E dan Arthur C. Guyton, 1997, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Jakarta : EGC.
Horrington Hill, 2003, Buku Saku Kesehatan Kerja, Jakarta: EGC.
I Dewa Nyoman S, dkk, 2001, Penilaian Status Gizi, Jakarta: EGC.
, 2002, Penilaian Status Gizi, Jakarta: EGC.
ILO, 1991, Dasar-Dasar Keselamatan Kerja Bidang Kimia dan Pengendalian Bahaya Besar, Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Joko Suyono, 1996, Deteksi Dini Penyakit Akibat Kerja, Jakarta : EGC.
Mukhtar Ikhsan, 2002, Penatalaksanaan Penyakit Paru Akibat Kerja, Jakarta: UI Press.
Puskesmas Mlonggo, 2009, Laporan 10 Besar Penyakit Puskesmas Mlonggo, Puskesmas Mlonggo, Jepara.
Soekidjo Notoadmojo, 2005, Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta: PT Rineka Cipta.
65
Sopiyudin Dahlan, 2004, Statistika Kedokteran dan Kesehatan Uji Hipotesis dengan Program SPSS 12, Jakarta: Bina Mitra Press.
Sugeng Budiono A. M., dkk, 2003. Bunga Rampai HIPERKES & KK, Semarang:
Universitas Diponegoro.
Sugeng Hariyadi, 2003, Psikologi Perkembanga, Semarang: UNNES Press.
Suharsimi Arikunto, 1998, Prosedur Penelitian, Jakarta: PT Rineka Cipta.
Suma’mur P. K, 1995, Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja, Jakarta: PT. Gunung Agung.
, 1996, Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja, Jakarta: PT Gunung Agung.
Syaifuddin, 1997, Anatomi Fisiologi untuk Siswa Perawat, Jakarta: Kedokteran
EGC.
Tambayong Jan, 2001, Anatomi Fisiologi untuk Keperawatan, Jakarta: Rineka Cipta.
Tjandra Yoga A, dkk, 2002, Kesehatan dan Keselamatan Kerja, Jakarta: UI.
Tulus M. A., 1992, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Gramedia Pustaka.
66
KUESIONER PENJARINGAN
HUBUNGAN ANTARA MASA KERJA DENGAN GANGGUAN KAPASITAS
VITAL PARU (KVP) PADA PEKERJA BAGIAN PENGAMPLASAN DI
INDUSTRI MEUBEL PT. KOTA JATI FURINDO DI DESA SUWAWAL,
KECAMATAN MLONGGO KABUPATEN JEPARA
Petunjuk Pengisian angket:
1) Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan sebenar-benarnya dan sejujur-
jujurnya
2) Jawablah secara urut, singkat dan jelas
3) Isilah pertanyaan tersebut dengan menyilang (X) disesuaikan dengan jawaban
saudara
4) Selamat mengisi dan terima kasih
A. Data Umum
No responden :
Nama :
Alamat :
Jenis Kelamin :
Umur :
Berat Badan :
Tinggi Badan :
67
B. Data khusus
B1. Data Pekerjaan
1. Sebelum bekerja di PT. Kota Jati Furindo, apakah anda pernah bekerja
pada bagian pengamplasan pada di perusahaan lain?
a. Ya b. Tidak
2. Jika ya, berapa lama anda bekerja di perusahaan tersebut? ..... Tahun
a. < 6 tahun b. 6-10 tahun c. > 10 tahun
3. Sudah berapa lama anda bekerja pada bagian pengamplasan di PT. Kota
Jati Furindo? ..... Tahun
a. < 6 tahun b. 6-10 tahun c. > 10 tahun
4. Anda sudah bekerja sebagai pengamplas sudah berapa lama? ..... Tahun
a. < 6 tahun b. 6-10 tahun c. > 10 tahun
B2. Data Riwayat Paru
1. Apakah anda pernah menderita sesak napas sebelum anda bekerja di bagian pengamplasan?
a. Ya b. Tidak
2. Apakah anda pernah mengalami sesak napas setelah anda bekerja di bagian pengamplasan?
a. Ya b. Tidak
3. Jika ya, apakah gangguan tersebut hilang ketika anda tidak bekerja (dapat libur) atau anda selesai bekerja?
a. Ya b. Tidak
4. Pada saat mengalami sesak napas, apakah anda memeriksakan diri di pelayanan kesehatan?
a. Ya b. Tidak
b.
68
B3. Pemakaian Alat Pelindung Diri (Masker)
1. Apakah anda selalu menggunakan alat pelindung diri masker, setiap bekerja?
a. Ya b. Tidak
2. Apakah anda merasa nyaman saat bekerja dengan menggunakan masker?
a. Ya b. Tidak
3. Apakah ada anjuran dari perusahaan untuk menggunakan masker?
a. Ya b. Tidak
4. Apakah ada sanksi tertentu dari perusahaan bila anda tidak menggunakan masker?
a. Ya b. Tidak
C. Hasil pengukuran dengan Spirometer: …….
69
IDENTITAS RESPONDEN
No Nama Alamat Jenis Kelamin
Umur (th) BB (kg) TB
(cm) Status Gizi
1 Tumirah Slagi Perempuan 40 60 160 Normal
2 Riza U Suwawal Timur Perempuan 22 50 160 Normal
3 Musronatun Lebak Perempuan 30 52 162 Normal 4 Sulastri Kaliaman Perempuan 26 42 150 Normal 5 Rochmi Mambak Perempuan 29 49 158 Normal 6 Muntiatin Sekuro Perempuan 35 60 160 Normal 7 Firdausiyah Slagi Perempuan 28 49 150 Normal 8 Siti Aminah jambu Barat Perempuan 38 60 159 Normal 9 Turipah Jambu Timur Perempuan 29 60 160 Normal
10 Ngatemi Slagi Perempuan 33 49 155 Normal 11 Sunarti Suwawal Perempuan 34 48 160 Normal 12 Sridah Mororejo Perempuan 34 45 155 Normal 13 Inawati Dewi Sekuro Perempuan 39 47 155 Normal 14 Yuliati Jambu Perempuan 36 50 152 Normal 15 Chomariyah Jambu Perempuan 40 52 157 Normal 16 Jamiati Jambu Perempuan 37 50 158 Normal 17 Dariyati Tubanan Perempuan 33 47 157 Normal 18 Kastimah Nglebak Perempuan 40 47 159 Normal 19 Darikah Sinanggul Perempuan 36 50 159 Normal 20 Yusrotun Sinanggul Perempuan 23 50 157 Normal
21 Marlin Suwawal Timur Perempuan 40 55 155 Normal
22 Sriyati Mambak Perempuan 40 50 160 Normal 23 Senirah Jambu Timur Perempuan 27 37 140 Normal 24 Rikah Srobyong Perempuan 32 50 160 Normal 25 Utami Jeruk Wangi Perempuan 29 45 150 Normal 26 Musfi'ah Demeling Perempuan 32 46 150 Normal 27 Asrowiyah Suwawal Perempuan 35 50 160 Normal 28 Sri Astutik Demeling Perempuan 33 45 150 Normal 29 Asmanah Demeling Perempuan 30 45 155 Normal 30 Wari Suwawal Perempuan 30 58 160 Normal 31 Ngatipah Demeling Perempuan 34 47 151 Normal
70
DATA MENTAH HASIL PENELITIAN
Data Pekerjaan
No.Resp NAMA Bekerja
di tempat
lain
jika ya, lama kerja
bekerja di PT.KOTA
masa kerja total keterangan
R-1 Tumirah 1 0 2 2 Sedang R-2 Riza U 1 0 1 1 Baru R-3 Musronatun 2 2 3 3 Lama R-4 Sulastri 1 0 1 1 Baru R-5 Rochmi 2 1 1 1 Baru R-6 Muntiatin 2 2 1 2 Sedang R-7 Firdausiyah 1 0 2 2 Sedang R-8 Siti Aminah 2 1 3 3 Lama R-9 Turipah 1 0 2 2 Sedang
R-10 Ngatemi 2 1 2 3 Lama R-11 Sunarti 1 0 2 2 Sedang
R-12 Sridah 1 0 2 2 Sedang
R-13 Inawati Dewi 2 1 2 3 Lama
R-14 Yuliati 2 1 2 3 Lama R-15 Chomariyah 2 2 2 3 Lama R-16 Jamiati 1 0 2 2 Sedang R-17 Dariyati 2 2 2 3 Lama R-18 Kastimah 2 1 2 2 Sedang R-19 Darikah 1 0 3 3 Lama R-20 Yusrotun 1 0 1 1 Baru R-21 Marlin 1 0 2 2 Sedang R-22 Sriyati 2 1 2 3 Lama R-23 Senirah 1 0 2 2 Sedang R-24 Rikah 2 1 1 2 Sedang R-25 Utami 2 1 2 3 Lama R-26 Musfi'ah 1 0 2 2 Sedang R-27 Asrowiyah 1 0 2 2 Sedang R-28 Sri Astutik 1 0 2 2 Sedang R-29 Asmanah 1 0 1 1 Baru R-30 Wari 1 0 2 2 Sedang R-31 Ngatipah 1 0 3 3 Lama
71
Keterangan: Bekerja di tempat kerja, Score 1 = “Tidak” 2 = ”Ya” Lama kerja di tempat lain, Score 0 = ”Loncat (Tidak pernah bekerja di tempat lain)” 1 = ”<6 tahun” 2 = ”6-10 tahun” 3 = ”>10 tahun” Bekerja di PT. Kota Jati, Score 1 = ”<6 tahun” 2 = “6-10 tahun” 3 = “>10 tahun” Masa Kerja, Score 1 = “<6 tahun” 2 = “6-10 tahun” 3 = “>10 tahun” Jam istirahat, Score 1 = “Tidak” 2 = “ya”
72
DATA MENTAH HASIL PENELITIAN Pemakaian Alat Pelindung Diri (Masker)
No.Responden Menggunakan Masker
Nyaman meng- gunakan Masker
Anjuran Perusahaan Sanksi keterangan
R-1 2 2 2 1 M R-2 2 2 2 1 M R-3 2 2 2 1 M R-4 2 2 2 1 M R-5 2 2 2 1 M R-6 2 2 2 1 M R-7 2 2 2 1 M R-8 2 2 2 1 M R-9 2 2 2 1 M
R-10 2 2 2 1 M R-11 2 2 2 1 M R-12 2 2 2 1 M R-13 2 2 2 1 M R-14 2 2 2 1 M R-15 2 2 2 1 M R-16 2 2 2 1 M R-17 2 2 2 1 M R-18 2 2 2 1 M R-19 2 2 2 1 M R-20 2 2 2 1 M R-21 2 2 2 1 M R-22 2 2 2 1 M R-23 2 1 2 1 M R-24 2 1 2 1 M R-25 2 2 2 1 M R-26 2 1 2 1 M R-27 2 2 2 1 M R-28 2 2 2 1 M R-29 2 2 2 1 M R-30 2 2 2 1 M R-31 2 2 2 1 M
Keterangan : M = Memakai APD Masker Score : 1 = ”Tidak” 2 = ”Ya”
73
DATA HASIL PEMERIKSAAN KVP
No. Nama Pemeriksaan
KVP I Pemeriksaan
KVP II Pemeriksaan
KVP III
Nilai maksimum
KVP KVP (%) Kesimpulan
R-1 Tumirah 2100 1800 2400 2400 95,2 Normal
R-2 Riza Umami 2800 3400 3400 3400 121,4 Normal
R-3 Musronatun 1400 1300 1400 1400 51,8 Sedang
R-4 Sulastri 1900 1800 1900 1900 68,8 Ringan
R-5 Rochmi 2000 2300 2200 2300 84,8 Normal
R-6 Muntiatin 1500 1500 1500 1500 56,8 Sedang
R-7 Firdausiyah 2000 1800 1900 2000 73,5 Ringan
R-8 Siti Aminah 1100 1600 1700 1700 67,4 Ringan
R-9 Turipah 3000 3100 2900 3100 114,4 Normal
R-10 Ngatemi 1800 1900 1800 1900 71,9 Ringan
R-11 Sunarti 1200 1400 1500 1500 56,8 Sedang
R-12 Sridah 1700 1500 1800 1800 68,2 Ringan
R-13 Inawati Dewi 1500 1500 1400 1500 59,5 Sedang
R-14 Yuliati 1100 1400 1300 1400 55,5 Sedang
R-15 Chomariyah 1400 1200 1600 1600 63,4 Ringan
R-16 Jamiyati 1100 1100 1400 1400 55,5 Sedang
R-17 Dariyati 1200 1100 1100 1200 45,4 Berat
R-18 Kastimah 1200 1300 1300 1300 51,5 Sedang
R-19 Darikah 1100 1000 1100 1100 43,6 Berat
R-20 Yusrotun 2000 2300 2500 2500 89,6 Normal
R-21 Marlin 1400 1100 1600 1600 63,4 Ringan
R-22 Sriyati 1200 1400 1500 1500 59,5 Sedang
R-23 Senirah 1400 1600 1200 1600 58,3 Sedang
R-24 Rikah 1700 1800 1900 1900 71,9 Ringan
R-25 Utami 1500 1600 1500 1600 59,0 Sedang
R-26 Musfiah 1300 1200 1500 1500 56,8 Sedang
R-27 Asrowiyah 1000 1100 1100 1100 41,6 Berat
R-28 Sri Astutik 2000 2200 1900 2200 83,3 Normal
R-29 Asmanah 1800 2000 2200 2200 81,4 Normal
R-30 Wari 1000 1500 1400 1500 55,5 Sedang R-31 Ngatipah 1300 1400 1400 1400 51,8 Sedang
Keterangan: Normal : Tidak ada gangguan kerja pada fungsi paru Ringan : Diprediksi ada penyumbatan & penyempitan pada saluran nafas (kelainan terjadi di bronkus) pada tingkat ringan Sedang : Diprediksi ada penyumbatan & penyempitan pada saluran nafas (kelainan terjadi di bronkus) pada tingkat
sedang Berat : Diprediksi adanya penyumbatan & penyempitan pada saluran nafas serta adanya gangguan pada parenkim
paru (misalnya : fibrosis)
74
Frequencies
Statistics
31 310 0
ValidMissing
NMasa Kerja
KapasitasVital Paru
Frequency Table
Masa Kerja
5 16.1 16.1 16.115 48.4 48.4 64.511 35.5 35.5 100.031 100.0 100.0
BaruSedangLamaTotal
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
Kapasitas Vital Paru
7 22.6 22.6 22.68 25.8 25.8 48.4
13 41.9 41.9 90.33 9.7 9.7 100.0
31 100.0 100.0
NormalRinganSedangBeratTotal
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
Umur Responden
Frequency Percent Valid
Percent Cumulative
Percent Valid 18-24 2 6.5 6.5 6.5 25-31 9 29.0 29.0 35.5 32-40 20 64.5 64.5 100.0 Total 31 100.0 100.0
75
Crosstabs 3 X 4
Case Processing Summary
31 100.0% 0 .0% 31 100.0%Masa Kerja *Kapasitas Vital Paru
N Percent N Percent N PercentValid Missing Total
Cases
Masa Kerja * Kapasitas Vital Paru Crosstabulation
4 1 0 0 51.1 1.3 2.1 .5 5.0
80.0% 20.0% .0% .0% 100.0%3 4 7 1 15
3.4 3.9 6.3 1.5 15.020.0% 26.7% 46.7% 6.7% 100.0%
0 3 6 2 112.5 2.8 4.6 1.1 11.0
.0% 27.3% 54.5% 18.2% 100.0%7 8 13 3 31
7.0 8.0 13.0 3.0 31.022.6% 25.8% 41.9% 9.7% 100.0%
CountExpected Count% within Masa KerjaCountExpected Count% within Masa KerjaCountExpected Count% within Masa KerjaCountExpected Count% within Masa Kerja
Baru
Sedang
Lama
MasaKerja
Total
Normal Ringan Sedang BeratKapasitas Vital Paru
Total
Chi-Square Tests
13.948a 6 .03015.904 6 .014
10.078 1 .002
31
Pearson Chi-SquareLikelihood RatioLinear-by-LinearAssociationN of Valid Cases
Value dfAsymp. Sig.
(2-sided)
11 cells (91.7%) have expected count less than 5. Theminimum expected count is .48.
a.
76
Crosstabs 2 X 2 (Setelah Pengabungan sel)
Crosstabs
Case Processing Summary
31 100.0% 0 .0% 31 100.0%Masa Kerja *Kapasitas Paru
N Percent N Percent N PercentValid Missing Total
Cases
Masa Kerja * Kapasitas Paru Crosstabulation
5 0 52.4 2.6 5.0
100.0% .0% 100.0%10 16 26
12.6 13.4 26.038.5% 61.5% 100.0%
15 16 3115.0 16.0 31.0
48.4% 51.6% 100.0%
CountExpected Count% within Masa KerjaCountExpected Count% within Masa KerjaCountExpected Count% within Masa Kerja
baru
lama
MasaKerja
Total
normal sedangKapasitas Paru
Total
Chi-Square Tests
6.359b 1 .0124.134 1 .0428.296 1 .004
.018 .018
6.154 1 .013
31
Pearson Chi-SquareContinuity Correctiona
Likelihood RatioFisher's Exact TestLinear-by-LinearAssociationN of Valid Cases
Value dfAsymp. Sig.
(2-sided)Exact Sig.(2-sided)
Exact Sig.(1-sided)
Computed only for a 2x2 tablea.
2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.42.
b.
77
DOKUMENTASI PENELITIAN
Peneliti sedang mendampingi responden mengisi kuesioner
Peneliti sedang menimbang beat badan responden
78
Pelaksanaan pengukuran spirometer
Pelaksanaan pengukuran spirometer