web viewhal ini terkait dengan program kesehatan dari pemerintah yang lebih menekankan ... decision...
TRANSCRIPT
![Page 1: Web viewHal ini terkait dengan program kesehatan dari pemerintah yang lebih menekankan ... decision maker dalam berbagai kebijakan pemerintah di sektor ... posyandu lansia](https://reader035.vdocuments.site/reader035/viewer/2022080204/5a70658f7f8b9ab6538be1c6/html5/thumbnails/1.jpg)
BAB 1
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
“Mencegah lebih baik dari pada mengobati” itu ungkapan yang sering
saya dengar beberapa tahun yang lalu. Tidak hanya mendengar, tapi implikasi
dari ungkapan itu juga ada. Sedangkan akhir-akhir ini, ungkapan itu hanya
sekedar ungkapan yang tanpa bukti. Hal ini terkait dengan program kesehatan
dari pemerintah yang lebih menekankan pada upaya pengobatan (curative)
dari pada upaya pencegahan (preventif) terhadap permasalahan kesehatan di
negeri ini.
Hal ini bisa dilihat dari program yang digalakkan pemerintah untuk
mengatasi masalah kesehatan di negeri ini. Hampir semua kebijakan arahnya
pada curative. Mulai dari Askeskin, jamkesmas, jamkesda, semua adalah
program yang mengarah ke curative. Padahal, efektivitas dari program itu
belum bisa dibuktikan. Masih banyak masyarakat tidak mampu yang berhak
untuk mendapatkan layanan itu belum terlayani. Yang mendapatkannya pun
masih merasa belum sepenuhnya terbantu. Mengingat untuk mengakses
fasilitas ini, masyarakat harus ke rumah sakit umum daerah yang jaraknya
jauh dari tempat tinggal dan membutuhkan biaya tambahan untuk itu.
Sedangkan, tidak semua orang mampu untuk memenuhinya. Pembangunan
rumah sakit-rumah sakit yang semakin digalakkan dari umum hingga
spesialis, seolah-olah, negara ini mempersiapkan bahwa warganya akan
banyak yang bakal menggunakan fasilitas ini. Padahal, jika program preventif
dan promotif digalakkan, pemerintah tidak perlu melaksanakan
pembangunan Rumah Sakit tersebut karena jumlah orang yang sakit bisa
dikurangi.
Bila merujuk dari maksud dan tujuannya, fungsi dan peran puskesmas
harusnya lebih menitik beratkan sebagai penggerak pembangunan
berwawasan kesehatan di kecamatan, menumbuhkan pemberdayaan
masyarakat dan keluarga di bidang kesehatan masyarakat. Namun, selama ini
puskesmas justru dijadikan Pusat ‘Kesakitan’ Masyarakat, dengan
menitikberatkan pada fungsi pengobatan.
1
![Page 2: Web viewHal ini terkait dengan program kesehatan dari pemerintah yang lebih menekankan ... decision maker dalam berbagai kebijakan pemerintah di sektor ... posyandu lansia](https://reader035.vdocuments.site/reader035/viewer/2022080204/5a70658f7f8b9ab6538be1c6/html5/thumbnails/2.jpg)
Mengapa peran dan fungsi puskemas kini jauh dari khittahnya, bila kita
kaji secara mendalam, penyebab utamanya adalah kita masih terbelenggu
dengan sebuah system yang mengedepankan ‘paradigma sakit’, dimana rezim
medis sebagai penguasanya. Rezim medis, yang dipelopori kalangan medis
konservatif telah menciptakan praktek dependensi pada masyarakat secara
berlebihan akan pelayanan medis. (Kompas, 4/12/98). Parahnya lagi, mereka
menguasai atau bahkan menjadi decision maker dalam berbagai kebijakan
pemerintah di sektor kesehatan.
Dalam pikiran paradigma sakit, cara pandang yang digunakan dalam
upaya kesehatan lebih mengutamakan upaya kuratif dan rehabilitatif.
Penanganan kesehatan penduduk menekankan pada penyelenggaraan
pelayanan model rumah sakit, penanganan penduduk yang sakit secara
individu dan spesialistis (Does Sampoerno, 1998).
Kebijakan akan lebih dirasakan jika kebijakan itu lebih dekat dengan
masyarakat. Memaksimalkan fungsi Puskesmas yang merupakan garda
terdepan bidang kesehatan adalah suatu pilihan yang patut dilakukan.
Peraturan yang sudah diberlakukan oleh depkes tentang BOK (bantuan
operasional kesehatan) patut untuk diapresiasi. Program tersebut dapat
membantu untuk memaksimalkan langkah promotif dan preventif yang
merupakan ranah puskemas untuk melakukan itu.
2
![Page 3: Web viewHal ini terkait dengan program kesehatan dari pemerintah yang lebih menekankan ... decision maker dalam berbagai kebijakan pemerintah di sektor ... posyandu lansia](https://reader035.vdocuments.site/reader035/viewer/2022080204/5a70658f7f8b9ab6538be1c6/html5/thumbnails/3.jpg)
BAB 2
Tinjauan Pustaka
2.1 Definisi Puskesmas
a. Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) adalah unit fungsional
pelayanan kesehatan terdepan sebagai unit pelaksana teknis dinas
kesehatan kota atau kabupaten yang melaksanakan upaya penyuluhan,
pencagahan dan penanganan kasus-kasus penyakit di wilayah
kerjanya,secara terpadu dan terkoordinasi.
b. Puskesmas adalah unit pelaksana teknis (UPT) dinas kesehatan
kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan
pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja.UPT adalah
menyelenggarakan sebagian tugas teknik Dinas Kesehatan.
Pembangunan kesehatan maksudnya adalah penyelenggara upaya
kesehatan. Pertanggungjawaban secara keseluruhan ada di Dinas
Kesehatan dan sebagian ada di Puskesmas.
c. Menurut Depkes 1991, Puskesmas adalah suatu kesatuan organisasi
fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan
masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat disamping
memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu
kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok.
Dari definisi tersebut, maka Puskesmas secara umum mengandung
pengertian sebagai berikut :
1. Puskesmas sebagai pusat pembangunan kesehatan berfungsi dalam
pengembangan dan pembinaan kesehatan masyarakat serta
menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang terdepan dan
terdekat dengan masyarakat dalam bentuk kegiatan pokok yang
menyeluruh dan terpadu di wilayah kerjanya.
2. Puskesmas sebagai unit organisasi fungsional merupakan unit yang
bekerja secara professional dalam melakukan upaya pelayanan
kesehatan dasar dengan menggunakan peran serta masyarakat
3
![Page 4: Web viewHal ini terkait dengan program kesehatan dari pemerintah yang lebih menekankan ... decision maker dalam berbagai kebijakan pemerintah di sektor ... posyandu lansia](https://reader035.vdocuments.site/reader035/viewer/2022080204/5a70658f7f8b9ab6538be1c6/html5/thumbnails/4.jpg)
secara aktif untuk dapat memberikan pelayanan secara menyeluruh
dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya.
3. Puskesmas mengkoordinasikan semua bentuk pelayanan kesehatan
yang dilaksanakan oleh unit-unit usaha dan masyarakat, termasuk
swasta.
4. Dalam meningkatkan peran serta masyarakat, upaya kesehatan
melalui puskesmas menggunakan pendekatan pengembangan dan
pembinaan PKMD.
2.2 Fungsi Puskesmas
Salah satu tujuan bangsa Indonesia yang tercantum dalam Pembukaan
UUD 1945 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk mencapai tujuan
tersebut diselenggarakan program pembangunan nasional secara
berkelanjutan, berencana, terarah dan terpadu. Pusat Kesehatan Masyarakat
(PUSKESMAS) adalah sarana unit fungsional kesehatan terdepan yang
memberikan pelayanan kesehatan dasar kepada masyarakat di wilayah
kerjanya. Puskesmas mempunyai fungsi utama menjalankan upaya pelayanan
kesehatan untuk menanggulangi masalah kesehatan masyarakat, terutama
menggerakkan pogram promosi kesehatan, penanggulangan dan pencegahan
penyakit menular (P2M).
Menurut rangkuman dari berbagai sumber informasi, ada 3 (tiga) fungsi
utama yang diemban puskesmas dalam melaksanakan pelayanan kesehatan
dasar (PKD) kepada seluruh target sasaran masyarakat di wilayah kerjanya,
yakni sebagai berikut :
1. Pusat Penggerak Pembangunan Berwawasan Kesehatan
Puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memantau
penyelenggaraan pembangunan lintas sektor termasuk oleh masyarakat dan
dunia usaha di wilayah kerjanya, sehingga berwawasan serta mendukung
pembangunan kesehatan. Di samping itu Puskesmas aktif memantau dan
melaporkan dampak kesehatan dari penyelenggaraan setiap program
pembangunan di wilayah kerjanya. Khusus untuk pembangunan kesehatan,
upaya yang dilakukan Puskesmas adalah mengutamakan pemeliharaan
4
![Page 5: Web viewHal ini terkait dengan program kesehatan dari pemerintah yang lebih menekankan ... decision maker dalam berbagai kebijakan pemerintah di sektor ... posyandu lansia](https://reader035.vdocuments.site/reader035/viewer/2022080204/5a70658f7f8b9ab6538be1c6/html5/thumbnails/5.jpg)
kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan
penyakit dan pemulihan kesehatan.
Fungsi “pusat pembangunan berwawasan kesehatan “ indikatornya adalah
IPTS (Indeks Potensi Tatanan Sehat), yaitu tatanan sekolah, tatanan tempat
kerja, tatanan tempat-tempat umum seperti tempat ibadah, rumah makan,
pasar, dll. Masing-masing tatanan dikembangkan IPTS yang mencakup
indicator lingkungan sehat (air bersih, jamban, dll) dan perilaku sehat (tidak
merokok, buang samaph pada tempatnya, dll)
2. Pusat Pemberdayaan Masyarakat
Puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka
masyarakat, keluarga dan masyarakat termasuk dunia usaha memiliki
kesadaran, kemauan dan kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat
untuk hidup sehat, berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan
kesehatan termasuk sumber pembiayaannya, serta ikut menetapkan,
menyelenggarakan dan memantau pelaksanaan program kesehatan.
Pemberdayaan perorangan, keluarga dan masyarakat ini diselenggarakan
dengan memperhatikan kondisi dan situasi, khususnya sosial budaya
masyarakat setempat.
Indikator dari fungsi “pusat pemberdayaan masyarakat” ada 2 yaitu :
UKBM (Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat), dilihat jumlahnya, cukup
atau tidak dan tingkat perkembangannya, baik atau tidak.
IPKS (Indeks Potensi Keluarga Sehat), sebuah paket indikator sederhana yang
meliputi indikator lingkungan sehat dan perilaku sehat
3. Pusat Pelayanan Kesehatan Strata Pertama
Puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan
tingkat pertama secara menyuluruh, terpadu dan berkesinambungan.
Pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menjadi tanggung jawab
Puskesmas meliputi:
a. Pelayanan Kesehatan Perorangan:
5
![Page 6: Web viewHal ini terkait dengan program kesehatan dari pemerintah yang lebih menekankan ... decision maker dalam berbagai kebijakan pemerintah di sektor ... posyandu lansia](https://reader035.vdocuments.site/reader035/viewer/2022080204/5a70658f7f8b9ab6538be1c6/html5/thumbnails/6.jpg)
Pelayanan kesehatan perorangan adalah pelayanan yang bersifat pribadi
(private goods) dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit dan
pemulihan kesehatan perorangan, tanpa mengabaikan pemeliharaan
kesehatan dan pencegahan penyakit. Pelayanan perorangan tersebut
adalah rawat jalan dan untuk puskesmas tertentu ditambah dengan rawat
inap.
b. Pelayanan Kesehatan Masyarakat:
Pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang bersifat publik
(Public Goods) dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan
kesehatan serta mencegah penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan
penyakit dan pemulihan kesehatan. Pelayanan kesehatan masyarakat
tersebut antara lain adalah promosi kesehatan, pemberantasan penyakit,
penyehatan lingkungan, perbaikan gizi, peningkatan kesehatan keluarga,
keluarga berencana, kesehatan jiwa masyarakat serta berbagai program
kesehatan masyarakat lainnya.
Indikator dari fungsi ini adalah IPMS (Indikator Potensi Masyarakat
Sehat). Indicator ini merupakan gabungan dari cakupan dan kualitas
pelayanan kesehatan dari semua upaya kesehatan yang dilakukan puskesmas,
baik upaya kesehatan wajib maupun upaya kesehatan penunjang.
Melihat fungsi puskesmas yang sangat strategis sebagai penggerak
pembangunan kesehatan terdepan di tengah masyarakat, maka diperlukan
kebijakan umum seperti dukungan dana, anggaran, sarana dan tenaga yang
berkompeten, dari para penentu kebijakan berwenang yang dapat
memberdayakan pelayanan puskesmas secara maksimal. Bila ketiga fungsi
puskesmas dijalankan dengan baik, maka akan terjadi perbaikan lingkungan
yang lebih sehat, pergeseran perilaku menjadi perilaku sehat, cakupan
kualitas pelayanan kesehatan yang lebih baik, sehingga insidens dan
kegawatan penyakit menurun dan derajat kesehatan masyarakat akan semakin
baik.
6
![Page 7: Web viewHal ini terkait dengan program kesehatan dari pemerintah yang lebih menekankan ... decision maker dalam berbagai kebijakan pemerintah di sektor ... posyandu lansia](https://reader035.vdocuments.site/reader035/viewer/2022080204/5a70658f7f8b9ab6538be1c6/html5/thumbnails/7.jpg)
BAB 3
Isi dan Pembahasan
3.1 Bukti Kurang Optimalnya Fungsi Pertama dan Kedua Puskesmas
Berikut ini adalah contoh mengenai kurang optimalnya fungsi pertama dan
kedua puskesmas serta solusinya untuk lebih meningkatkan fungsi
puskesmas.
a. Pusat Penggerak Pembangunan Berwawasan Kesehatan
Indikatornya adalah IPTS (Indeks Potensi Tatanan Sehat), yaitu tatanan
sekolah, tatanan tempat kerja, tatanan tempat-tempat umum seperti tempat
ibadah, rumah makan, pasar, dll. Masing-masing tatanan dikembangkan IPTS
yang mencakup indikator lingkungan sehat (air bersih, jamban, dll) dan
perilaku sehat (tidak merokok, buang sampah pada tempatnya, dll). Bukti
berikut merupakan indikator lingkungan sehat yang belum tercapai. Belum
tercapainya lingkungan sehat membuktikan bahwa funsi puskesmas sebagai
Pusat Penggerak Pembangunan Berwawasan Kesehatan belum optimal.
Oleh GAUNG NTB pada 7 Mei 2011, 05:43
Dewan Nilai Lingkungan Puskesmas Plampang Tidak Sehat
Sumbawa Besar, Gaung NTB – Selayaknya sarana kesehatan dapat
menciptakan lingkungan yang sehat sehingga dapat memberikan dampak
positif bagi masyarakat selaku penerima manfaat pelayanan kesehatan.
Namun kondisi ini tidak terlihat di Puskesmas Plampang dalam kunjungan
komisi IV DPRD Sumbawa belum lama ini, terlihat tumpukan sampah
berceceran di dalam lingkungan puskesmas. Selain terlihat kotor, bau
sampah cukup menyengat, padahal tempatnya berada sekitar 10 meter dari
ruang perawatan pasien. “Kami menemukan lingkungan puskesmas tidak
sehat karena tumpukan sampah berada di dekat kamar perawatan,”kata H
Ilham Mustami, S.Ag, Sekretaris komisi IV DPRD kepada Gaung NTB,
Kamis (5/5). Keadaan ini ungkap Haji Ilham, sangat mengganggu dan
7
![Page 8: Web viewHal ini terkait dengan program kesehatan dari pemerintah yang lebih menekankan ... decision maker dalam berbagai kebijakan pemerintah di sektor ... posyandu lansia](https://reader035.vdocuments.site/reader035/viewer/2022080204/5a70658f7f8b9ab6538be1c6/html5/thumbnails/8.jpg)
kerap dikeluhkan pasien karena dianggap sebagai pemicu timbulnya
penyakit terutama semakin banyaknya nyamuk di ruang perawatan.
“Keadaan ini membuat pasien tidak nyaman, dan bisa jadi akan
memperburuk kondisi kesehatan pasien yang mengharapkan
penyembuhan,” ujarnya.
Dari hasil komunikasi dengan jajaran setempat yang kebetulan saat itu
kepala puskesmasnya tidak berada di tempat, ungkap Haji Ilham, ternyata
jarang sekali dilakukan kegiatan gotong-royong untuk membersihkan
lingkungan. Hal ini juga terlihat dari banyaknya sarang nyamuk dan sarang
laba-laba di beberapa ruangan yang menambah tidak representatifnya
sarana tersebut. Kondisi lainnya yang ditemukan Komisi IV tambah Haji
Ilham, adalah kurangnya daya listrik yang ada sehingga alat kesehatan
dalam menunjang pelayanan pasien tidak dapat difungsikan secara
maksimal.
Sementara itu Kepala Puskesmas Plampang, Zulkarnaen, S.KM, yang
dihubungi Gaung NTB, Kamis (5/5) mengakui jika sampah dibuang di
dalam lingkungan puskesmas. Namun penampungan sampah tersebut
hanya bersifat sementara karena akan dimusnahkan dengan cara dibakar.
“Kami terpaksa buang sampah di lingkungan puskesmas karena memang
tidak ada lagi tempat lain. Apalagi tempat sampah ini berada di tempat
yang tersembunyi,“ katanya. Mengenai adanya nyamuk, Zulkarnaen
menyatakan tidak ada korelasinya dengan sampah tersebut, sebab nyamuk
berkembang biak di air yang tergenang bukan sampah,” jelasnya.
Banyaknya nyamuk ungkapnya, karena memang kecamatan Plumpung
adalah daerah endemis. “Yang jelas tidak ada hubungan nyamuk dengan
sampah,”jelasnya. Sedangkan kebersihan lingkungan termasuk ruangan
diakui Zulkarnaen, tetap terjaga karena setiap hari Jumat dilakukan gotong
royong. Mengenai kekurangan daya listrik saat itu, dia tidak
membantahnya. Namun saat ini sudah teratasi dengan adanya penambahan
daya dari 1.300 menjadi 2.500. “Listrik sudah tidak ada masalah,”
tandasnya.
8
![Page 9: Web viewHal ini terkait dengan program kesehatan dari pemerintah yang lebih menekankan ... decision maker dalam berbagai kebijakan pemerintah di sektor ... posyandu lansia](https://reader035.vdocuments.site/reader035/viewer/2022080204/5a70658f7f8b9ab6538be1c6/html5/thumbnails/9.jpg)
Meski demikian secara umum keadaan infrastruktur Puskesmas Plampang
sudah tidak representatif lagi dan sangat mendesak untuk direhab. Dengan
kondisi saat ini masyarakat merasa tidak nyaman dalam menerima
pelayanan kesehatan mengingat ruangan yang ada sangat terbatas. Hal ini
pernah terjadi ketika warga terserang diare, pasien membludak sehingga
terpaksa menggunakan ruang IGD dan lorong-lorong puskesmas untuk
melayani pasien yang rawat inap. Pihaknya sudah pernah mengusulkan
dan dinas terkait telah turun untuk melakukan pengukuran namun hingga
kini belum terealisasi yang menurut informasi dipending dalam waktu
yang belum ditentukan. Selain itu belum lama ini pihaknya juga telah
mengusulkan rehab puskesmas melalui Musrembang dan berharap dapat
diakomodasi dalam APBD.
b. Pusat Pemberdayaan Masyarakat
Indikator dari fungsi “pusat pemberdayaan masyarakat” ada 2 yaitu :
UKBM (Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat), dilihat jumlahnya, cukup
atau tidak dan tingkat perkembangannya, baik atau tidak.
IPKS (Indeks Potensi Keluarga Sehat), sebuah paket indikator sederhana
yang meliputi indikator lingkungan sehat dan perilaku sehat.
Bukti berikut merupakan belum optimalnya pemberdayaan masyarakat karena
IPKS nya rendah terbukti dengan perilaku sehat yang rendah dan kurangnya
peran posyandu.
Gizi Buruk Masih terjadi di KSB
BY BY GAUNG NTB AT 6 NOVEMBER, 2010, 3:33 PM
Taliwang, Gaung NTB Kasus gizi buruk dan kurang gizi belum bisa
sepenuhnya dientas di KSB. Di Kecamatan Jereweh, kasus gizi buruk yang
hingga sekarang masih ditangani sebanyak 3 kasus. Sementara untuk gizi
kurang mencapai 8 persen dari total sebanyak 920 orang balita di kecamatan
terkait. “Tetapi kasus gizi buruk yang terjadi tidak disertai dengan gejala klinis
(tanpa penyakit), sehingga balita penderita tetap sehat,” jelas Rokhimin S.Km,
9
![Page 10: Web viewHal ini terkait dengan program kesehatan dari pemerintah yang lebih menekankan ... decision maker dalam berbagai kebijakan pemerintah di sektor ... posyandu lansia](https://reader035.vdocuments.site/reader035/viewer/2022080204/5a70658f7f8b9ab6538be1c6/html5/thumbnails/10.jpg)
Koordinator Promosi Kesehatan (Promkes) Puskesmas Jereweh, kepada
Gaung NTB Kamis.
Ia menjelaskan, untuk kasus gizi kurang, berat badan penderita berada di
bawah garis merah (di bawah standart sesuai usia balita) pada buku KIA yang
datanya diperbarui rutin setiap bulan di Posyandu. Kasus gizi buruk dan
kurang gizi, tidak memandang status ekonomi keluarga balita, karena faktanya
banyak keluarga mampu yang justru balitanya menderita kurang gizi. Selain
faktor ekonomi keluarga, faktor yang banyak mempengaruhi terjadinya kasus
gizi buruk dan gizi kurang adalah faktor sosial budaya, pengetahuan ibu
(orang tua) yang terbatas tentang kebutuhan gizi, pola makan yang buruk dan
kepedulian orang tua dalam mengasuh anaknya.
Sementara berdasarkan data pada Dinas Kesehatan KSB, Tahun 2010 gizi
buruk terjadi sebanyak 14 kasus. Saat ini 7 penderita dinyatakan sudah pulih,
5 dalam masa pemulihan dan 2 balita masih ditangani. “Angka ini menurun
dari Tahun 2009 sebanyak 17 kasus,” ujar Thuwo, S.Ap Kabid Pelayanan
Kesehatan Dikes KSB.
Dinkes telah membentuk pusat pemeliharaan gizi masyarakat di Puskesmas
Taliwang untuk penanganan dan mengantisipasi terjadinya kasus. Selain itu,
melaksanakan tindakan penanganan selama 90 hari berupa pemberian
makanan tambahan untuk pemulihan bagi balita penderita gizi buruk. “Kasus
gizi buruk masuk dalam prioritas 100 persen harus ditangani,” timpalnya.
Pembinaan Kader Posyandu Kelurahan Korumba
Tanggal : 16 June 2010 | Oleh : Putu Sudayasa | Skip ke Komentar |
Sesuai surat undangan yang diterima, kami menghadiri pertemuan pembinaan
kader posyandu, di kantor kelurahan Korumba, Kecamatan Mandonga,
Kendari. Pertemuan tersebut diselenggarakan pada hari Selasa,
10
![Page 11: Web viewHal ini terkait dengan program kesehatan dari pemerintah yang lebih menekankan ... decision maker dalam berbagai kebijakan pemerintah di sektor ... posyandu lansia](https://reader035.vdocuments.site/reader035/viewer/2022080204/5a70658f7f8b9ab6538be1c6/html5/thumbnails/11.jpg)
15 Juni 2010, yang diprakarsai oleh Lurah Korumba bersama Ketua Tim
Penggerak PKK Kelurahan Korumba, sebagai kelanjutan hasil diskusi kader
posyandu.
Dalam pembukaan acara tersebut, Lurah Korumba mengharapkan ada
pengarahan dari Kepala Puskesmas Perumnas, kepada para kader posyandu di
kelurahan Korumba. Kesempatan yang sangat spesial ini kami manfaatkan
untuk menjelaskan makna kader dan bagaimana peranan kader dalam
menggerakkan posyandu. Berikut catatan hasil pertemuan disertai diskusi
dengan para kader.
Jumlah posyandu yang ada di kelurahan Korumba sebanyak 7 posyandu,
balita dan 1 posyandu lansia. Nama posyandu balita antaralain: Elang Merah,
Anawaraka (Ari), Asoka Putih, Sanggula, Taurus, Mustika, Seruni. Masing-
masing posyandu, rerata memiliki 5 kader yang aktif memberikan pelayanan
kepada masyarakat.
Dari hasil diskusi terungkap, permasalahan yang sering dihadapi oleh para
kader antara lain:
11
![Page 12: Web viewHal ini terkait dengan program kesehatan dari pemerintah yang lebih menekankan ... decision maker dalam berbagai kebijakan pemerintah di sektor ... posyandu lansia](https://reader035.vdocuments.site/reader035/viewer/2022080204/5a70658f7f8b9ab6538be1c6/html5/thumbnails/12.jpg)
1. Masih kurangnya kunjungan balita dan ibu yang datang ke setiap
posyandu.
2. Terbatasnya dukungan sarana-prasarana posyandu, seperti: buku, alat
tulis, meja dan kursi.
3. Kurang aktifnya beberapa kader dalam menggerakkan sasaran
pelayanan di posyandu.
4. Tidak optimalnya dana transport atau insentif khusus kepada para kader
posyandu
Menyimak permasalahan ini, Kepala Puskesmas Perumnas bersama tim
petugas puskesmas, mengusulkan beberapa alternatif solusi, kepada Ketua
Tim Penggerak PKK, selanjutnya perlu ditindaklanjuti oleh Lurah Korumba.
Beberapa poin usulan tersebut antara lain :
1. Perlu pendataan ulang terhadap jumlah sasaran riil setiap posyandu
2. Penggerakan peran swadaya masyarakat dan kerjasama lintas sektoral
3. Penunjukan kader baru sebagai tenaga penggerak, dengan Surat
Keputusan Lurah Korumba.
4. Pengusulan dana insentif khusus kader melalui berbagai sumber anggaran
di kelurahan.
Sangat besar harapan semua kader, dengan ditindaklanjutinya hasil pertemuan
ini, semoga bisa meningkatkan cakupan pelayanan posyandu, dan derajat
kesehatan masyarakat.
3.2 Solusi untuk Memaksimalkan Fungsi Pertama dan Kedua Puskesmas
Beberapa cara yang dapat diambil dalam rangka mengoptimalisasi fungsi
pembangunan berwawasan kesehatan dan pemberdayaan masyarakat agar
seimbang dengan fungsi curative Puskesmas antara lain:
a. Desentralisasi permasalahan dari tingkat nasional ketingkat daerah.
Permasalahan kesehatan di tingkat nasional ke daerah merupakan inovasi
yang patut disambut dengan baik untuk menanggulangi berbagai masalah
kesehatan seperti disparitas pelayanan kesehatan yang masih tinggi,
rendahnya kualitas kesehatan penduduk miskin, rendahnya kondisi
12
![Page 13: Web viewHal ini terkait dengan program kesehatan dari pemerintah yang lebih menekankan ... decision maker dalam berbagai kebijakan pemerintah di sektor ... posyandu lansia](https://reader035.vdocuments.site/reader035/viewer/2022080204/5a70658f7f8b9ab6538be1c6/html5/thumbnails/13.jpg)
kesehatan lingkungan, birokratisasi pelayanan Puskesmas, dan minimnya
kesadaran masyarakat untuk terlibat dalam kesehatan.
b. Memperbaiki sistem informasi pada semua tingkatan pemerintah.
c. Peningkatan jumlah dan kualitas tenaga kesehatan, kader Puskesmas.
d. Melakukan pengorganisasian komunitas yang terpadu.
Revitalisasi Puskesmas melalui strategi pengorganisasian masyarakat
mempunyai misi untuk mengoptimalkan fungsi dan kinerja Puskesmas.
Sumber daya manusia yang ada di Puskesmas selain menguasai teknis
mengenai penanganan permasalahan kesehatan sebaiknya juga dibekali
dengan penguasaan keterampilan untuk melakukan pengorganisasian
komunitas.
Pengorganisasian masyarakat merupakan proses untuk membangun
kekuatan komunitas dengan melibatkan anggota masyarakat sebanyak
mungkin melalui proses menemukan modal sosial, problematika,
merumuskan alternatif pemecahan masalah –dalam hal ini kesehatan- serta
membangun institusi sosial yang demokratis, berdasarkan aspirasi, keinginan,
kekuatan dan potensi yang tumbuh dalam komunitas. Tujuan proses
pengorganisasian komunitas dalam merevitalisasi peran Puskesmas antara
lain:
a) Membangun kekuatan masyarakat: Pengorganisasian masyarakat
bertujuan untuk mendorong secara efektif modal sosial masyarakat
agar mempunyai kekuatan untuk menyelesaikan permasalahan dalam
hal kesehatan secara mandiri. Melalui proses pengorganisasian,
masyarakat diharapkan mampu belajar untuk menyelesaikan
ketidakberdayaannya dan mengembangkan potensinya dalam
mengontrol kesehatan lingkungannya dan memulai untuk menentukan
sendiri upaya-upaya strategis di masa depan;
b) Memperkokoh kekuatan komunitas basis: Pengorganisasian
masyarakat bertujuan untuk membangun dan menjaga keberlanjutan
kelompok-kelompok kesehatan (Posyandu, Polindes, Dokter Kecil dan
lainnya) yang kokoh yang dapat memberikan pelayanan terhadap
permasalahan-permasalahan dan memfasilitasi aspirasi tentang
13
![Page 14: Web viewHal ini terkait dengan program kesehatan dari pemerintah yang lebih menekankan ... decision maker dalam berbagai kebijakan pemerintah di sektor ... posyandu lansia](https://reader035.vdocuments.site/reader035/viewer/2022080204/5a70658f7f8b9ab6538be1c6/html5/thumbnails/14.jpg)
permasalahan kesehatan di aras komunitas basis. Organisasi di aras
komunitas dapat menjamin tingkat partisipasi, pada saat bersamaan,
mengembangkan dan memperjumpakan dengan organisasi atau
kelompok lain untuk semakin memperkokoh kekuatan komunitas;
c) Membangun aliansi: Puskesmas dan kelompok kesehatan di aras
komunitas harus membangun dan tergabung dalam aliansi-aliansi
strategis untuk menambah proses pembelajaran dan menambah
kekuatan diri.
Adapun langkah yang menjadi kompas dalam melakukan pengorganisasian
kesehatan di masyarakat antara lain:
a) INTEGRASI
Sebuah proses dimana seorang penggerak kesehatan masyarakat
terlibat bersama di aras komunitas dan menjalin komunikasi serta
relasi dengan cara belajar dari budaya yang berkembang di
masyarakat. Akan lebih baik jika seorang penggerak kesehatan
masyarakat tinggal bersama dengan komunitas untuk membangun
kepercayaan dan mempelajari segala potensi dan permasalahan yang
dihadapi oleh komunitas;
b) INVESTIGASI MODAL SOSIAL MASYARAKAT
Investigasi modal sosial merupakan sebuah proses pembelajaran dan
analisa yang sistematis mengenai struktur sosial-budaya dan kekuatan
atau potensi yang terdapat di target masyarakat yang diorganisir. Dari
proses ini diharapkan menghasilkan data terolah yang mampu
menggambarkan potret masyarakat yang diorganisir misalnya seperti
community leader (pemimpin lokal di aras komunitas basis), potensi
kelompok swadaya, tingkat kesehatan, dan lainnya.
c) MEMBANGUN RENCANA DAN STRATEGI
Perencanaan merupakan sebuah proses untuk mengidentifikasi tujuan
dan menterjemahkan tujuan tersebut ke dalam kegiatan yang
nyata/konkrit dan spesifik. Perencanaan akhir dan pengambilan
keputusan akhir dilakukan oleh komunitas yang diorganisir;
d) GROUNDWORK
14
![Page 15: Web viewHal ini terkait dengan program kesehatan dari pemerintah yang lebih menekankan ... decision maker dalam berbagai kebijakan pemerintah di sektor ... posyandu lansia](https://reader035.vdocuments.site/reader035/viewer/2022080204/5a70658f7f8b9ab6538be1c6/html5/thumbnails/15.jpg)
Proses penajaman dari langkah pengorganisasian, merupakan proses
dialogis dan transformatif. Pendekatan yang dilakukan bukan lagi
orang per orang tetapi sudah dengan melakukan kelompok-kelompok
kecil dengan melakukan dialog mengenai pandangan, impian, analisis,
kepercayaan, perilaku yang berkaitan dengan isu/persoalan yang
dikeluhkan oleh komunitas. Proses ini bertujuan untuk memastikan
keterlibatan kelompok dalam melakukan analisa, pemecahan masalah,
dan aksi bersama untuk memecahkan permasalahan tersebut.
e) MOBILISASI
Merupakan sebuah langkah aksi dari komunitas untuk mencoba
menyelesaikan permasalahan yang muncul. Bekaitan dengan isu yang
diangkat mungkin ini bisa berupa negosiasi dan atau dialog disertai
dengan tip dan trik yang telah dipersiapkan. Terkait dengan
permasalahan ini bisa berupa tindakan mobilisasi anggota dalam
komunitas untuk berpartisipasi dalam memulai kegiatan-kegiatan yang
dapat menyelesaikan permasalahan mereka. Misalnya kampanye
operasi jentik nyamuk, orasi kesehatan dan lainnya;
f) EVALUASI
Sebuah proses dimana anggota kelompok kesehatan mempunyai
keterampilan untuk menilai tentang proses pembelajaran apa yang
mereka dapat dari serangkaian kegiatan yang dilakukan, apa yang
tidak diraih terkait dengan indikator/hasil yang ditetapkan dalam
perencanaan, apa kelebihan dan kelemahan dari proses pelaksanaan
aksi yang telah dilakukan dan bagaimana cara meminimalkan segala
kelemahan dan kesalahan yang telah dilakukan;
g) PELEMBAGAAN KELOMPOK KESEHATAN
Tujuan dari pengorganisasian kesehatan komunitas salah satunya
adalah membangun organisasi rakyat yang kokoh sehingga mampu
menjadi media yang dapat menjembatani segala persoalan dan aspirasi
yang ada di aras komunitas. Contohnya adalah pembentukan
Kelompok Kader Posyandu.
15
![Page 16: Web viewHal ini terkait dengan program kesehatan dari pemerintah yang lebih menekankan ... decision maker dalam berbagai kebijakan pemerintah di sektor ... posyandu lansia](https://reader035.vdocuments.site/reader035/viewer/2022080204/5a70658f7f8b9ab6538be1c6/html5/thumbnails/16.jpg)
BAB 4
Penutup
4.1 Kesimpulan
Puskesmas sebagai Unit Pelayanan Teknis Dinas Kesehatan tingkat
kecamatan yang menjalankan fungsi pembangunan kesehatan, pemberdayaan
masyarakat, dan pelayanan kesehatan strata pertama dinilai kurang optimal
dam mejalankan beberapa fungsinya oleh masyarakat. Salah satunya
Puskesmas dewasa ini lebih menitik beratkan pada fungsi ketiga, yaitu pada
fungsi pengobatan. Merujuk pada banyaknya kendala dalam menjalankan
fungsi tersebut, sudah seharusnya Puskesmas mengambil tindakan guna
menyelesaikan problem tersebut.
Salah satu penyebab fungsi pelayanan kesehatan lebih menonjol adalah
Puskesmas mendapat pemasukan dari fungsi ketiga. Dengan adanya
masyarakat yang berobat maka Puskesmas akan mendapat profit dari
pengobatan itu. Ditambah dengan adanya target pendapatan SPM (Standart
Pelayanan Minimum), maka semakin menonjollah fingsi pengobatan tersebut.
Pelaksanaan fungsi ketiga dalam hal pelayanan tidak serumit pelaksanan
fungsi pertama dan kedua yang harus membuat program. Fungsi Pelayanan
kesehatan strata pertama termasuk kedalam upaya kesehatan perorangan yang
mengusung konsep private services. Hal ini tentu tidak serumit tata laksana
fungsi pembangunan kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang
mengusung konsep public programme dan membutuhkan perencanaan yang
matang, pelaksanaan, evaluasi, dan tentunya memakan waktu yang lama dan
tidak pasti keberhasilan programnya.
Anggapan masyarakat bahwa Puskesmas memang untuk tempat berobat
bagi masyarakat kurang mampu, tanpa mengetahui kedua fungsi lainnya,
shingga fungsi pertama dan kedua terpinggirkan oleh fungsi ketiga. Menurut
referensi dari koran yang didapat kesimpulan bahwa persepsi mayoritas
masyarakat menganggap bahwa puskesmas adalah pusat pengobatan yang
murah. Maka ada kecenderungan masyarakat yang tidak mampu untuk
berobat ke Puskesmas jika ada anggota keluarga yang sakit, dan mereka
menganggap program-program preventif, promotif untuk menghindarkan diri
16
![Page 17: Web viewHal ini terkait dengan program kesehatan dari pemerintah yang lebih menekankan ... decision maker dalam berbagai kebijakan pemerintah di sektor ... posyandu lansia](https://reader035.vdocuments.site/reader035/viewer/2022080204/5a70658f7f8b9ab6538be1c6/html5/thumbnails/17.jpg)
dari penyakit dan meningkatkan status kesehatan tidak terlalu penting untuk
dilakukan.
Persepsi masyarakat masih bertolak pada paradigma sakit, bukan
paradigma sehat. Dalam pikiran paradigma sakit, cara pandang yang
digunakan dalam upaya kesehatan lebih mengutamakan upaya kuratif dan
rehabilitatif. Penanganan kesehatan penduduk menekankan pada
penyelenggaraan pelayanan model rumah sakit, penanganan penduduk yang
sakit secara individu dan spesialistis (Does Sampoerno, 1998).
Paradigma Sehat yang berarti penanganan kesehatan penduduk
dititikberatkan pada pembinaan kesehatan bangsa, bukan sekedar
penyembuhan penyakit, namun termasuk pencegahan penyakit, perlindungan
keselamatan, dan promosi kesehatan. Namun pada prakteknya hingga kini,
paradigma sehat hanya sebatas teks. Hal itu membuktikan, rezim medis masih
berkuasa, termasuk diantaranya penerapan konsep puskesmas. Sudah
seharusnya ada sosialisasi dan kampanye untuk merubah persepsi masyarakat
dari persepsi sakit menuju persepsi sehat.
4.2 Saran
Beranjak dari titik utama penyebab jauhnya peran dan fungsi puskesmas
tersebut, maka perlu ada sebuah ‘revolusi’ untuk mengembalikan puskesmas
pada khittahnya. Hal-hal yang mestinya dilakukan antara lain:
Pertama: Pelayanan puskesmas, harus diambil garis jelas antara fungsi
public health dan medical services. Selama ini, puskesmas memiliki fungsi
ganda, dari sisi program fungsipublic health mestinya lebih banyak. Namun,
pada prakteknya justru fungsi medical serviceslebih dominan. Tidak ada lagi
waktu kunjungan ke masyarakat, pemberian penyuluhan dan lain-lain. Semua
sibuk melayani orang sakit yang berobat ke puskesmas.
Kedepan fungsi public health atau pendekatan yang bersifat
kemasyarakatan lebih diprioritaskan. Sementara fungsi medical services,
dilakukan sebagai layanan pertama bagi masyarakat yang membutuhkan
pengobatan. Bila, dibutuhkan tindakan lanjutan, maka harus dirujuk ke RS.
17
![Page 18: Web viewHal ini terkait dengan program kesehatan dari pemerintah yang lebih menekankan ... decision maker dalam berbagai kebijakan pemerintah di sektor ... posyandu lansia](https://reader035.vdocuments.site/reader035/viewer/2022080204/5a70658f7f8b9ab6538be1c6/html5/thumbnails/18.jpg)
Hal ini tentu mensyaratkan adanya system rujukan yang terkoordinasi dengan
baik, termasuk sarana dan fasilitasnya harus dipenuhi.
Telah terbukti, pelayanan kuratif di puskesmas berjalan tidak optimal serta
hanya membuat masyarakat lebih tergantung kepada tenaga medis dan
menambah beban biaya bagi masyarakat. Masyarakat tidak pernah dirangsang
bagaimana harus menjaga kesehatan agar tidak sakit.
Banyak hal yang dapat dilakukan bila program kemasyarakatan berjalan.
Sebagai penggerak pembangunan berwawasan kesehatan di kecamatan,
menumbuhkan pemberdayaan masyarakat dan keluarga di bidang kesehatan
masyarakat, para petugas puskesmas memiliki tugas yang luhur. Karena di
peran merekalah, masyarakat lebih memiliki pengetahuan bagaimana mereka
harus menjaga kesehatannya.
Hal kedua yang perlu direvolusi adalah capacity building tenaga
kesehatan. Untuk mewujudkan langkah pertama, harus didukung sepenuh hati
oleh para petugas kesehatan puskesmas. Mustahil akan berhasil bila
petugasnya sendiri tidak mendukung kebijakan tersebut. Dalam budaya
paternalistic yang masih kental, factor sikap petugas memegang peranan
penting.
Untuk itu, para petugas perlu di brain washing bahwa peran dan fungsi
puskesmas adalah menitikberatkan pada program kemasyarakatan. Para
petugas puskesmas perlu dilengkapi dengan kemampuan ilmu sosiologi dan
psikologi massa. Selain itu, kemampuan analisa perencanaan partisipatif serta
analisa terhadap berbagai budaya masyarakat setempat, agar lebih memahami
kebiasaan dan budaya local suatu daerah (atau yang lebih dikenal dengan
kearifan local). Jalinan kemitraan dengan kelompok masyarakat akan lebih
memudahkan intervensi petugas untuk bisa diterima oleh masyarakat.
Untuk mendukung hal tersebut, distribusi tenaga kesehatan di puskemas
mesti lebih didukung dengan tenaga kesehatan yang berbasis masyarakat,
seperti ahli gizi, dan sanitarian, epidemiolog dan lain-lain.
Ketiga; karena saat ini, wewenang bidang kesehatan ada pada daerah,
perlu didorong agar daerah memiliki perhatian khusus serta memprioritaskan
kesehatan dalam pembangunan daerahnya. Harus diakui, selama ini,
18
![Page 19: Web viewHal ini terkait dengan program kesehatan dari pemerintah yang lebih menekankan ... decision maker dalam berbagai kebijakan pemerintah di sektor ... posyandu lansia](https://reader035.vdocuments.site/reader035/viewer/2022080204/5a70658f7f8b9ab6538be1c6/html5/thumbnails/19.jpg)
Pemahaman visi kesehatan dari DPRD masih ‘terbelakang’. Selama ini
dirasakan bahwa sektor kesehatan masih dipandang dari sisi pelayanan kuratif
saja, dan anggaran sektor kesehatan belum mendapat proporsi yang memadai.
Untuk itu, urgensi adanya forum kesehatan kota/kabupaten disetiap daerah
yang terdiri dari pakar kesehatan dan tokoh masyarakat perlu dibentuk
sebagai sparing partner bagi pemerintah daerah dan DPRD. Setidaknya untuk
mendesak agar puskesmas tidak menjadi sumber PAD, melainkan sebagai
kegiatan investasi dalam meningkatkan kualiats penduduknya. Kalau hanya
sekedar mengejar PAD dan profit, secara tidak langsung Puskesmas
menginginkan masyarakat untuk terus-menerus sakit agar mendapatkan profit
dari biaya berobat mereka.
Dari uraian diatas, bisa disimpulkan bahwa esensi puskesmas adalah pusat
kesehatan masyarakat, bukan sebaliknya hanya menunggu masyarakat sakit
yang berobat ke puskesmas. Bila langkah-langkah revolusi diatas
dilaksanakan dengan riil maka harapan akan optimalnya kinerja Puskesmas
akan tercapai.
19
![Page 20: Web viewHal ini terkait dengan program kesehatan dari pemerintah yang lebih menekankan ... decision maker dalam berbagai kebijakan pemerintah di sektor ... posyandu lansia](https://reader035.vdocuments.site/reader035/viewer/2022080204/5a70658f7f8b9ab6538be1c6/html5/thumbnails/20.jpg)
Daftar Pustaka
Trihono, 2005, MANAJEMEN PUSKESMAS Berbasis Paradigma Sehat, Jakarta:
Sagung Seto
Depkes RI, 1997, Sistem Informasi dan Manajemen Puskesmas, Jakarta
http://mutiara.sdm-iptek.org
http://ilmukeperawatan.net/index.php/artikel/13-kesehatan-masyarakat/17-konsep-
puskesmas.html
http://wikimedya.blogspot.com/2/011/03/defini-fungsi-tujuan-dan-tugas.html
20