ikma10fkmua.files.wordpress.com file · web viewemosi adalah perasaan intens yang ditujukan kepada...
TRANSCRIPT
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Setiap orang yang bekerja mengharapkan akan memperoleh kepuasan
dari tempatnya bekerja. Pada dasarnya, kepuasan kerja merupakan hal yang
bersifat individual karena setiap individu akan memiliki tingkat kepuasan
yang berbeda antar satu dengan lainnya. Hal ini sesuai dengan berbagai nilai
yang berlaku dalam diri setiap individu, nilai yang dimaksud merupakan
beberapa tujuan yang ingin dicapai dalam melakukan tugas pekerjaan. Nilai
tersebut harus sesuai atau membantu pemenuhan berbagai kebutuhan dasar,
semakin banyak aspek dalam pekerjaan yang telah tercapai sesuai dengan
keinginan individu, maka semakin tinggi tingkat kepuasan yang dirasakan.
Salah satu sarana penting pada manajemen sumber daya manusia
dalam sebuah organisasi adalah terciptanya kepuasan kerja para pekerja
karena didalam organisasi perhatian terhadap hasil produksi bukan hanya
pada keuntungan yang didapat tetapi perhatian terhadap tenaga kerja
diperlukan untuk menjalankan organisasi dengan baik. Umumnya, pekerja
yang puas dengan berbagai hal yang diperolehnya dari perusahaan akan
memberikan berbagai hal yang lebih dari segala sesuatu yang diharapkannya
dan pekerja akan terus berusaha memperbaiki kinerjanya.
Kenyataannya, kepuasan kerja pekerja tidak mutlak dipengaruhi oleh
kompensasi semata. Banyak faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja
pekerja, diantaranya adalah kesesuaian pekerjaan, kebijaksanaan organisasi
termasuk kesempatan untuk berkembang, lingkungan kerja dan perilaku
1
atasan. Emosi dan sikap juga merupakan faktor yang cukup penting dalam
terciptanya kepuasan kerja. Sikap itu sendiri memiliki dua jenis yaitu sikap
positif dan sikap negatif dimana sikap positiflah yang dapat mempengaruhi
besar nya kepuasan kerja dari seseorang.
1.2 Rumusan Masalah :
1. Apa definisi dari emosi terhadap kerja?
2. Apa definisi dari sikap kerja?
3. Apa definisi dari kepuasan kerja?
4. Apa hubungannya emosi, sikap dan kepuasan terhadap kerja?
1.3 Tujuan :
1. Untuk mengetahui definisi dari emosi terhadap kerja
2. Untuk mengetahui definisi dari sikap kerja
3. Untuk mengetahui definisi dari kepuasaan kerja.
4. Untuk mengetahui hubungannya emosi, sikap dan kepuasaan kerja.
1.4 Manfaat
1. Mahasiswa dapat mengetahui definisi dari emosi, sikap dan kepuasan
kerja.
2. Mahasiswa dapat mengetahui hubungannya emosi, sikap dan kepuasaan
kerja.
2
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Emosi
a. Definisi Emosi
Emosi adalah perasaan intens yang ditujukan kepada seseorang
atau sesuatu. Emosi adalah reaksi terhadap seseorang atau
kejadian. Emosi dapat ditunjukkan ketika merasa senang mengenai
sesuatu, marah kepada seseorang, ataupun takut terhadap sesuatu.
Kata "emosi" diturunkan dari kata bahasa Perancis, émotion,
dari émouvoir, 'kegembiraan' dari bahasa Latin emovere, dari e-
(varian eks-) 'luar' dan movere 'bergerak'Kebanyakan ahli yakin bahwa
emosi lebih cepat berlalu daripada suasana hati. Sebagai contoh, bila
seseorang bersikap kasar, manusia akan merasa marah. Perasaan
intens kemarahan tersebut mungkin datang dan pergi dengan cukup
cepat tetapi ketika sedang dalam suasana hati yang buruk, seseorang
dapat merasa tidak enak untuk beberapa jam. Terdapat aspek emosi
yang fundamental yang harus dipertimbangkan, diantaranya:
1. Biologi emosi
Semua emosi berasal dari sistem limbik otak yang kira-kira
berukuran sebesar sebuah kacang walnut dan terletak di batang
otak Orang-orang cenderung merasa bahagia ketika sistem limbik
mereka secara relatif tidak aktif. Sistem limbik orang tidaklah
sama. Sistem limbik yang lebih aktif terdapat pada orang-orang
3
yang depresi, khususnya ketika mereka memperoleh informasi
negatif.
2. Intensitas
Setiap orang memberikan respon yang berbeda - beda
terhadap rangsangan pemicu emosi yang sama Dalam sejumlah
kasus, kepribadian menjadi penyebab perbedaan tersebut.pada saat
lain, perbedaan tersebut timbul sebagai hasil dari persyaratan-
persyaratan pekerjaan
3. Frekuesi dan durasi
Suksesnya pemenuhan tuntutan emosional seorang karyawan
dari suatu pekerjaan tidak hanya bergantung pada emosi-emosi
yang harus ditampilkan dan intensitasnya tetapi juga pada seberapa
sering dan lamanya mereka berusaha menampilkannya
4. Rasionalitas dan emosi
Emosi adalah penting terhadap pemikiran rasional karena
emosi memberikan informasi penting mengenai pemahaman
terhadap dunia sekitar. Dalam suatu organisasi, kunci pengambilan
keputusan yang baik adalah menerapkan pemikiran
dan perasaan dalam suatu keputusan.
b. Fungsi emosi
Dalam ”The Expression of the Emotions in Man and
Animals”, Charles Darwin menyatakan bahwa emosi berkembang
seiring waktu untuk membantu manusia memecahkan masalah. Emosi
sangat berguna karena ‘memotivasi’ orang untuk terlibat dalam
4
tindakan penting agar data bertahan hidup –tindakan-tindakan seperti
mengumpulkan makanan, mencari tempat berlindung, memilih
pasangan, menjaga diri terhadap pemangsa, dan memprediksi
perilaku. Emosi sangat berpengaruh terhadap tingkah laku
manusia. manusia lain.
Kerja emosional adalah situasi saat seorang karyawan
mengekspresikan emosi-emosi yang diinginkan secara organisasional
selama transaksi antarpersonal di tempat kerja. Konsep kerja
emosional muncul dari penelitian-penelitian atas pekerjaan terkait
pelayanan, contohnya sebuah maskapai penerbangan mengharapkan
pramugari mereka untuk gembira. Tetapi kerja emosional dapat
relevan untuk semua jenis pekerjaan. Sebagai contoh,
seorang manajer mengharapkan bawahannya untuk bersikap sopan
dalam interaksi dengan rekan-rekan kerja. Tantangan sebenanrnya
adalah ketika para karyawan harus menunjukkan satu emosi sementara
pada saat yang bersamaan mengalami emosi yang lain. Perbedaan ini
disebut disonansi emosional. Jika dibiarkan, perasaan terkungkung
dari frustasi, kemarahan, dan kebencian akhirnya dapat menyebabkan
kelelahan emosional dan kejatuhan mental.
c. Management emosi
Dengan management emosi yang buruk, niscaya orang tersebut
akan jauh dari yang namanya kesuksesan. Nah, sekarang bagaimana
5
cara kita untuk bisa mengelola emosi. Ada beberapa cara untuk
mengelola emosi kita:
1. Berempati dengan keadaan orang lain. Dalam artian disini
adalah membayangkan dan mencoba merasakan ketika orang
lain menjadi korban kemarahan kita yang tidak mendidik
sehingga orang lain tidak merasakan manfaat ketika menerima
kemarahan dari atasan atau rekan kerja.
2. Tenangkan Hati Di Tempat Yang Nyaman Jika sedang marah
alihkan perhatian kita pada sesuatu yang kita sukai dan lupakan
segala yang terjadi. Tempat yang sunyi dan asri seperti taman,
pantai, kebun, ruang santai, dan lain sebagainya mungkin tempat
yang cocok bagi kita. Jika emosi agak memuncak mungkin
rekreasi untuk penyegaran diri sangat dibutuhkan.
3. Mencari Kesibukan Yang Disukai. Untuk melupakan kejadian
atau sesuatu yang membuat emosi dan kemarahan kita
memuncak, kita membutuhkan sesuatu yang mengalihkan
amarah dengan melakukan sesuatu yang menyenangkan dan
dapat membuat kita lupa akan masalah yang dihadapi. Antara
lain mendengarkan musik, membaca buku atau pergi bersama
teman menonton film yang disukai.
4. Mencurahkan isi hati atau kekesalah kepada Orang Lain Yang
Bisa Dipercaya Menceritakan segala sesuatu yang terjadi pada
diri kita mungkin dapat sedikit banyak membantu mengurangi
beban yang ada di hati. Oleh karena itu, anda dapat bercerita
6
kepada orang yang dapat dipercaya agar mereka tidak
menyebarluaskan hal yang anda ceritakan misalnya orang tua,
sahabat ataupun kekasih
5. Mencari Penyebab dan Mencari Solusi. Ketika pikiran kita
mulai tenang, cobalah untuk mencari sumber permasalahan dan
bagaimana untuk menyelesaikannya dengan cara terbaik. Kita
bisa memilih jalan keluar terbaik dalam menyelesaikan setiap
masalah yang ada. Mungkin itu semua akan secara signifikan
mengurangi beban pikiran anda.
6. Berpikir Rasional Sebelum Bertindak. Sebelum marah kepada
orang lain cobalah kita memikirkan dulu apakah dengan
masalah tersebut kita layak marah pada suatu tingkat
kemarahan. Oleh karena itu, disepelekan.
7. Kendalikan Emosi Dan Jangan Mau Diperbudak Amarah Orang
yang mudah marah dan cukup membuat orang di sekitarnya
tidak nyaman sudah tentu sangat tidak baik. Kehidupan sosial
orang tersebut akan buruk. Ikrarkan dalam diri untuk tidak
mudah marah. Santai saja dan cuek terhadap sesuatu yang tidak
penting. Tujuan hidup kita adalah yang paling penting. Anggap
kemarahan yang tidak terkendali adalah musuh besar kita dan
jika perlu mintalah bantuan orang lain untuk mengatasinya.
7
2.2 Sikap
a. Definisi Sikap
Sikap (attitude) didefinisikan oleh Robbins (2007) sebagai
pernyataan evaluatif, baik yang menyenangkan maupun tidak
menyenangkan terhadap objek, individu, atau peristiwa. Hal ini
mencerminkan bagaimana perasaan seseorang tentang sesuatu.
Sementara Kreitner dan Kinicki (2005) mendefinisikan sikap sebagai
kecenderungan merespon sesuatu secara konsisten untuk mendukung
atau tidak mendukung dengan memperhatikan objek tertentu.
Gibson (2003), menjelaskan sikap sebagai perasaan positif atau
negatif atau keadaan mental yang selalu disiapkan, dipelajari dan
diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh khusus pada
respon seseorang terhadap orang, obyek ataupun keadaan. Sikap lebih
merupakan determinan perilaku sebab, sikap berkaitan dengan
persepsi, kepribadian dan motivasi.
Dari paparan definisi di atas maka sikap dapat diartikan sebagai
respon seseorang dalam hal ini adalah orang dalam dalam suatu
organisasi baik berupa tindakan positif maupun negatif. Sikap dapat di
ubah dan dipengaruhi, sikap positif seseorang atau kelompok dalam
suatu organisasi bisa dibina sehingga semakin meningkatkan
produktivitas organisasi. Sikap negatif seseorang atau kelompok bisa
dipengaruhi sehingga menjadi sikap positif misalnya dari tidak loyal
menjadi loyal, yang tadinya antipati menjadi simpati, dan seterusnya.
8
b. Komponen Sikap
1. Komponen kognitif (komponen perseptual), yaitu komponen
yang berkaitan dengan pengetahuan, pandangan, keyakinan,
yaitu hal-hal yang berhubungan dengan bagaimana orang
mempersepsi terhadap obyek sikap.
2. Komponen afektif (komponen emosional), yaitu komponen yang
berhubungan dengan rasa senang atau tidak senang terhadap
obyek sikap. Rasa senang merupakan hal yang positif,
sedangkan rasa tidak senang adalah hal negatif.
3. Komponen psikomotor (komponen perilaku, atau action
component), yaitu komponen yang berhubungan dengan
kecenderungan bertindak atau berperilaku terhadap obyek sikap
Ketiga komponen tersebut sangat berkaitan. Secara khusus, dalam
banyak cara antara kesadaran dan perasaan tidak dapat dipisahkan. Sebagai
contoh, seorang karyawan tidak mendapatkan promosi yang menurutnya
pantas ia dapatkan, tetapi yang malah mendapat promosi tersebut adalah
rekan kerjanya. Sikap karyawan tersebut terhadap pengawasnya dapat
diilustrasikan sebagai berikut : opini, (karyawan tersebut berpikir ia pantas
mendapat promosi itu), perasaan (karyawan tersebut tidak menyukai
pengawasnya), dan perilaku (karyawan tersebut mencari pekerjaan lain).
Jadi, opini atau kesadaran menimbulkan perasaan yang kemudian
menghasilkan perilaku ,dan pada kenyataannya komponen-komponen ini
berkaitan dan sulit untuk dipisahkan.
9
c. Sikap Kerja
Sikap kerja berisi evaluasi positif atau negatifyang dimiliki oleh
karyawan tentang aspek-aspek lingkungan kerja mereka , aspek-aspek
lingkungan kerja meliputi tiga sikap, yaitu:
1. Sikap kepuasan kerja (job satisfaction), yaitu sebagai suatu
perasaan positif tentang pekerjaan seseorang yang merupakan
hasil dari sebuah evaluasi karakteristiknya. Seseorang memiliki
tingkat kepuasan kerja yang tinggi, berarti memiliki perasaan
positif tentang pekerjaan itu.
2. Sikap keterlibatan pekerjaan (job involvement), yaitu
keterlibatan pekerjaan yang mengukur tingkatan sampai mana
individu secara psikologis memihak pekerjaan mereka dan
menganggap penting tingkat kinerja yang dicapai sebagai bentuk
penghargaan diri. Tingkat keterlibatan pekerjaan dan pemberian
wewenang yang tinggi benar-benar berhubungan dengan
organisasional dan kinerja pekerjaan., dan telah diketahui bahwa
keterlibatan pekerjaan yang tinggi berhubungan dengan
ketidakhadiran yang lebih sedikit dan angka pengunduran diri
yang lebih rendah. Karyawan yang memiliki tingkat keterlibatan
pekerjaan yang tinggi sangat memihak dan benar-benar peduli
dengan bidang pekerjaan yang mereka lakukan.
3. Sikap Komitmen Organisasional (organizational commitment),
yaitu suatu keadaan dimana seorang karyawan memihak
organisasi tertentu serta tujuan-tujuan dan keinginannya untuk
10
mempertahankan keanggotaan dalam organisasi tersebut. Jadi
keterlibatan pekerjaan yang tinggi berarti memihak pada
pekerjaan tertentu seorang individu, sementara komitmen
organisasional yang tinggi berarti memihak organisasi yang
merekrut individu tersebut.
2.3 Kepuasan Kerja
a. Pengertian Kepuasan Kerja
Sebuah pekerjaan menuntut interaksi dengan rekan kerja dan
atasan-atasan, mengikuti peraturan dan kebijaksanaan-kebijaksanaan
organisasional, memenuhi standar-standar kinerja, menerima kondisi-
kondisi kerja yang acapkali kurang ideal dan sebagainya. Jadi
penilaian seorang karyawan tentang seberapa ia merasa puas atau
tidak puas dengan pekerjaan merupakan penyajian yang rumit dari
sejumlah elemen pekerjaan yang berlainan.
Newstrom mengemukakan bahwa “job satisfaction is the
favorableness or unfavorableness with employes view their work”.
Kepuasan kerja berarti perasaan mendukung atau tidak mendukung
yang dialami pegawai dalam bekerja.
Wexley dan Yukl mengartikan kepuasan kerja sebagai “the way
an employee feels about his or her job”. Artinya bahwa kepuasan
kerja adalah cara pegawai merasakan dirinya atau pekerjaannya.
Kepuasan kerja adalah perasaan yang menyokong atau tidak
11
menyokong dalam diri pegawai yang berhubungan dengan pekerjaan
maupun kondisi diri.
Menurut Tiffin (1958) dalam Moch. As’ad (1995: 104)
kepuasan kerja berhubungan erat dengan sikap dari pegawai terhadap
pekerjaannya, situasi kerja, kerjasama antara pimpinan dengan
pegawai.
Dari batasan mengenai kepuasan kerja, dapat disimpulkan
secara sederhana bahwa kepuasan kerja adalah perasaan seseorang
terhadap pekerjaannya. Hal ini berarti bahwa konsepsi kepuasan kerja
terlihat sebagai hasil interaksi manusia terhadap lingkungan kerjanya.
Di samping itu, perasaan seseorang terhadap pekerjaan sekaligus
merupakan refleksi dari sikapnya terhadap pekerjaan.
Pada dasarnya, kepuasan kerja merupakan hal yang bersifat
individual. Setiap individu akan memiliki tingkat kepuasan yang
berbeda sesuai dengan sistem nilai yang berlaku dalam dirinya. Hal ini
disebabkan, karena adanya perbedaan pada tiap individu. Semakin
banyak aspek dalam pekerjaan yang sesuai dengan keinginan individu
maka akan semakin tinggi tingkat kepuasan yang dirasakan, dan
begitu pula sebaliknya.
b. Faktor Yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja
Kepuasan kerja adalah indikator setiap individu yang melakukan
kegiatan produksi atau produktif pada bidangnya. Status kerja yang
rendah dan pekerjaan yang rutin akan banyak memungkinan
mendorong pekerja untuk mencari pekerjaan lain, berarti dua faktor
12
tersebut dapat menyebabkan ketidakpuasan kerja dan pekerja yang
memiliki ketertarikan dengan tantangan kerja akan lebih merasa puas
dengan hasil kerjanya apabila mereka dapat menyelesaikan dengan
maksimal (Baron & Byrne.1994). Terdapat dua kelompok faktor
yang mempengaruhi kepuasan kerja.
a. Faktor pertama yaitu faktor organisasi yang berisi kebijaksanaan
perusahaan dan iklim kerja, seperti:
1) Kondisi Kerja
Kondisi kerja disini meliputi kondisi tempat, kenyamanan
pada waktu bekerja, ventilasi, penyinaran, kantin dan
tempat parkir. Hal ini sangat penting dan harus
diperhatikan.
2) Mutu Pengawasan
Hubungan antarpekerja dan pihak pimpinan sangat penting
artinya dalam menaikkan produktivitas kerja. Kepuasan
dapat ditingkatkan melalui perhatian dan hubungan yang
baik dari pimpinan kepada bawahan, sehingga pekerja
akan merasa bahwa dirinya merupakan bagian penting dari
organisasi kerja (sense of belonging). Bagi pekerja,
supervisor dianggap sebagai figur ayah sekaligus atasan.
Supervisi yang buruk dapat berakibat absensi dan turn
over.
3) Keamanan Kerja
13
Faktor ini sering disebut sebagai penunjang kepuasan
kerja, baik bagi pekerja pria maupun wanita. Keadaan
yang aman sangat mempengaruhi perasaan pekerja selama
bekerja.
4) Fasilitas
Fasilitas rumah sakit, cuti, dana pensiun, atau perumahan
merupakan standar suatu jabatan, apabila dapat dipenuhi
akan menimbulkan rasa puas.
Indikator yang menimbulkan kepuasan kerja akan dapat
dipahami sikap individu terhadap pekerjaan yang dilakukan karena
setiap individu akan memiliki tingkat kepuasan yang berbeda sesuai
dengan sistem nilai yang berlaku pada dirinya.
b. Faktor Individual atau Karakteristik Pekerja
Pada faktor individual terdapat dua prediksi penting
terhadap kepuasan kerja, yaitu status dan senioritas. Faktor yang
menimbulkan kepuasan kerja pada individu, yaitu:
1) Gaji
Sebagian pekerja menganggap bahwa gaji yang tinggi
bukan merupakan suatu kepuasan kerja, namun tidak
sedikit yang menganggap bahwa pekerja merasa memiliki
kepuasan kerja apabila telah menerima gaji sesuai dengan
keinginannya.
2) Teman Sekerja (Partner)
14
Teman sekerja merupakan faktor hubungan antara
bawahan dengan atasan atau pekerja dengan partnernya
baik yang sama maupun yang berbeda jenis pekerjaan.
3) Umur
Kepuasan kerja berhubungan erat dengan aspek seperti
umur, tingkat pekerjaan dan ukuran organisasi perusahaan
(Jewell dan Siegall, 1998). Ada kecenderungan
pegawaiyang lebih tua lebih merasa puas dari pegawaiyang
berumur relatif lebih muda. Hal ini diasumsikan bahwa
pegawaiyang lebih tua telah berpengalaman sehingga ia
mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan pekerjaan,
sedangkan pegawaiusia muda biasanya mempunyai
harapan yang ideal tentang dunia kerjanya, sehingga
apabila harapannya dengan realita kerja terdapat
kesenjangan, atau ketidakseimbangan dapat meyebabkan
mereka menjadi tidak puas.
4) Kesempatan untuk Maju
Dalam hal ini berhubungan dengan ada atau tidaknya
kesempatan untuk memperoleh pengalaman dan
peningkatan kemampuan selama kerja.
5) Komunikasi
Komunikasi yang lancar antarpekerja dengan pihak
manajemen banyak dipakai alasan untuk menyukai
jabatannya. Dalam hal ini, adanya kesediaan pihak atasan
15
untuk mendengar, memahami dan mengakui pendapat
ataupun prestasi pekerja sangat berperan dalam
menimbulkan kepuasan kerja.
Beberapa faktor ini disebabkan adanya perbedaan persepsi
pada tiap individu. Semakin banyak aspek dalam pekerjaan yang
sesuai dengan keinginan individu tersebut maka semakin tinggi
tingkat kepuasan yang dirasakan. Oleh karena itu, sumber
kepuasan seorang pekerja secara subyektif menentukan
kepuasan kerja. Meskipun batasan kepuasan kerja belum dapat
diseragamkan, dapat dikatakan bahwa tidak ada prinsip
ketetapan kepuasan kerja yang mengikat.
c. Dampak Kepuasan Kerja
Berikut adalah hasil yang lebih spesifik dari kepuasan dan
ketidakpuasan kerja :
1. Kepuasan Kerja dan Kinerja.
Menurut mitos, pekerjaan yang bahagia cenderung lebih
produktif, meskipun sulit untuk mengatakan kemana arah
hubungan sebab akibat tersebut, akan tetapi beberapa peneliti
percaya bahwa hubungan antara kepuasan kerja dan kinerja
pekerjaan adalah sebuah mitos manajemen. Hal ini terlihat pada
penelitian ketika kita pindah dari tingkat individual ketingkat
orgnisasi, kita juga menemukan dukungan untuk hubungan
kepuasan kerja. Ketika data produktivitas dan kepuasan kerja
keseluruhan dikumpulkan untuk organisasi, kita menemukan
16
bahwa organisasi yang mempunyai karyawan lebih puas
cenderung lebih efektif bila dibandingkan organisasi yang
mempunyai karyawan yang kurang puas.
2. Kepuasan Kerja dan OCB (organizational citizenship behavior).
Karyawan yang puas cenderung berbicara secara positif
tentang organisasi, membantu individu lain, dan melewati
harapan normal dalam pekerjaan mereka. Selain itu karyawan
yang puas mungkin lebih mudah berbuat lebih dalam pekerjaan
karena mereka igin merespon pengalaman positif mereka. Bukti
terbaru menunjukkan bahwa kepausan mempengaruhi OCB,
tetapi melalui persepsi-persepsi keadilan. Terdapat hubungan
keseluruhan yang sederhana antara kepuasan kerja dan OCB,
tetapi kepuasan tidak berkaitan dengan OCB ketika keadilan
diperhitugkan karena kepuasan kerja tergantung pada gambaran
mengenai hasil, perlakuan, dan prosedur-prosedur yang adil.
Kepuasan anda cenderung menurun dan tidak signifikan ketika
anda tidak merasa bahwa pengawas anda, prosedur organisasi
atau kebijaksanaan bayaran tidak adil.
3. Kepuasan Kerja dan Kepuasan pelanggan.
Bukti menunjukkan bahwa karyawan yang puas bisa
meningkatkan kepuasan dan kesetiaan pelanggan, karena dalam
organisasi, jasa pemeliharaan dan peninggalan pelanggan sangat
bergantung pada bagaimana karyawan garis depan berhubungan
dengan pelanggan. Karyawan yang merasa puas cenderung lebih
17
ramah, ceria, dan responsif yang dihargai oleh para pelanggan,
karena karyawan yang puas tidak mudah berpindah kerja, dan
pelanggan akan menemui wajah-wajah yang familiar dan
menerima layanan yang berpengalaman. Kualitas ini
membangunkepuasan dan kesetian pelanggan. Hubungan tersebut
juga dapat diterapkan sebaliknya, pelanggan yang tidak puas bisa
meningkatkan ketidakpuasan kerja seorang karyawan.
Karyawan yang mempunyai hubungan tetap dengan
pelanggan melaporkan bahwa pelanggan yang kasar, tidak
mempertimbangkan orang lain, atau menuntut dengan tidak
masuk akal akan mempengaruhi kepuasan kerja karyawan.
Contohnya terlihat pada perusahaan yang berorientasi jasa,
sepertiFedEx, Southwest Airlaines, Four Seasons Hotels,
American Express, dan Office Depot, terobsesi untuk
menyenangkan pelanggan mereka. Perusahaan ini berusaha
mempekerjakan karyawan yang ceria dan ramah, melatih
karyawan demi kepentingan layanan pelanggan, menghargai
layanan pelanggan, memberikan suasana kerja yang positif, dan
memantau kepuasan karyawan secara tetap melalui survei-survei
sikap.
4. Kepuasan Kerja dan Ketidakhadiran.
Karyawan yang tidak puas cenderung melalaikan pekerjaan
dan factor-faktor lain memiliki pengaruh pada hubungan tersebut
dan mengurangi koefisien korelasi. Sebagai contoh, organisasi
18
yang memberikan tunjangan cuti sakit secara bebas berupaya
membesarkan hati semua karyawan mereka, termasuk mereka
yang merasa sangat puas untuk mengambil cuti. Anggap saja
bahwa seorang karyawan mempunyai sejumlah minat yang
beragam, karyawan itu merasa kerja tersebut memuaskan namun
masih meninggalkan kerja untuk menikmati tamasya akhir pekan
selama tiga hari tanpa sanksi. Sebuah penelitian di Chicago
menunjukkanbahwa pekerja yang mempunyai skor kepuasan
tinggi memiliki kehadiran yang jauh lebih tinggi dari pada mereka
yang mempunyai tingkat kepuasan yang lebih rendah. Penemuan
ini benar-benar apa yang kita harapkan apabila kepuasan
berhubungan secara negative dengan ketidakhadiran.
5. Kepuasan Kerja dan Perputaran Karyawan.
Bukti menunjukkan bahwa sebuah pengait penting dari
hubungan kepuasan perputaran karyawan adalah tingkat kinerja
karyawan, khususnya tingkat kepuasan tidak begitu penting dalam
memprediksi perputaran karyawan untuk pekerja-pekerja ulung.
Organisasi biasanya melakukan banyak upaya untuk
mempertahankan orang-orang ini, mereka mendapatkan
kenaikkan bayaran, pujian, pengakuan, peluang promosi yang
meningkat dan lain-lain. Hal sebaliknya terjadi pada pekerja yang
tidak baik, organisasi hanya mengerahkan sedikit usaha untuk
memelihara mereka, bahkan mungkin ada tekanan-tekanan halus
untuk mendorong mereka keluar. Oleh karena itu kita akan
19
berharap bahwa kepuasan kerja lebih penting dalam memengaruhi
pekerja yang tidak baik untuk tinggal bila dibandingkan dengan
pekerja-pekerja ulung. Tanpa memerhatikan tingkat kepuasan,
yang terakhir memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk
tinggal dengan organisasi karena pengakuan, pujian dan
penghargaan-penghargaan lain memberi mereka lebih banyak
alasan untuk tinggal.
6. Kepuasan Kerja dan Perilaku Menyimpang di Tempat Kerja.
Para peneliti berpendapat bahwa perilaku adalah indicator
sebuah sindrom yang lebih luas, yang disebut perilaku
menyimpang di tempat kerja (penarikan diri karyawan). Kuncinya
adalah apabila karyawan tidak menyukai lingkungan kerja
mereka, entah bagaimana mereka akan merespons, dan tidak
selalu mudah untuk meramalkan dengan pasti bagaimana mereka
akan merespons. Seorang pekerja mungkin akan keluar, tetapi
untuk pekerja yang lain mungkin merespons dengan
menggunakan jam kerja untuk menjelajahi internet, membawa
pulang persediaan ditempat kerja untuk penggunaan pribadi, dan
sebagainya. Apabila para pemberi kerja ingin mengendalikan
konsekuensi yang tidak diinginkan dari ketidakpuasan kerja,
mereka lebih baik menyelesaikan sumber masalahnya, dan
ketidakpuasannya daripada berusaha mengendalikan respons
respons yang berbeda.
20
2.4 Hubungan Emosi Sikap dan Kepuasan Kerja
Emosi merupakan perasaan yang ditunjukkan atas reaksi terhadap seseorang
atau suatu kejadian. Karyawan atau pekerja tentunya mempunyai emosi
tersendiri sebagai bentuk reaksi atas lingkungan kerjanya. Emosi positif akan
mendorong karyawan bersikap positiif pula terhadap lingkungan kerjanya.
Namun tidak jarang karyawan memiliki emosi negatif terhadap lingkungan
kerjanya. Hal ini dipengaruhi oleh berbagai hal baik internal maupun eksternal.
Emosi negatif ini harus diubah agar tidak merugikan. Mengubahnya dengan
cara memperkecil penyebab yang membentuk emosi negatif atau dengan
mengubah sudut pandang karyawan agar lebih bisa menerima keadaan secara
positif.
Seperti yang sudah dibahas sebelumnya emosi merupakan bagian dari sikap
yaitu merupakan komponen afektif. Jadi emosi yang dirasakan dan ditunjukkan
oleh karyawan mendasari bagaimana karyawan bersikap. Jika emosi karyawan
bersifat emosi positif, misalnya dia menyukai pekerjaan, mempunyai hubungan
yang baik dengan atasan, maka sikap karyawan dalam menyikapi pekerjaannya
juga positif, misalnya dia melihat tanggung jawab dan masalah dalam
pekerjaan bukan sebagai beban kerja yang memberatkan.
Sikap yang penting adalah sikap yang mencerminkan nilai-nilai
fundamental, minat diri, atau identifikasi dengan individu atau kelompok yang
dihargai oleh seseorang. Sikap-sikap yang dianggap penting oleh individu
cenderung menunjukkan yang kuat dengan perilaku. Semakin khusus sikap
tersebut maka semakin khusus perilaku tersebut , dan semakin kuat hubungan
antara keduanya.
21
Emosi positif mendorong sikap seseorang untuk menjadi positif pula. Emosi
dan sikap positif membentuk persepsi karyawan terhadap pekerjaan. Keduanya
mendorong kinerja dan perilaku karyawan. Sifat positif dari kesemuanya akan
mendorong karyawan mencapai kepuasan kerjanya. Layaknya sebuah
perputaran karyawan yang mencapai kepuasan kerja emosi positifnya akan
meningkat dan sikap dan perilaku akan lebih baik.
Hal terpenting yang bisa dilakukan para manajer untuk meningkatkan
kepuasan karyawan adalah berfokus pada bagian-bagian intrinsic pekerjaan,
seperti membuat kerja tersebut menjadi menantang dan menarik. Intinya adalah
mengubah cara pandang dan cara bersikap karyawan dalam menjalankan
pekerjaannya. Apabila karyawan diharuskan terlibat dalam aktivitas-aktivitas
yang tampaknya tidak konsisten dengan mereka atau yang berlawanan dengan
sikap mereka, tekanan-tekanan untuk mengurangi ketidaksesuaian berkurang
ketika karyawan merasa bahwa ketidaksesuaian tersebut dibebankan secara
eksternal dan berada di luar kendali mereka atau apabila penghargaan-
penghargaan tersebut cukup signifikan untuk mengimbangi katidaksesuaian
tersebut.
Gambar 1 :Alur hubungan antara emosi , sikap dan kepuasan kerja
22
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Emosi adalah perasaan intens yang ditujukan kepada seseorang atau
sesuatu. Emosi dapat ditunjukkan ketika merasa senang mengenai sesuatu,
marah kepada seseorang, ataupun takut terhadap sesuatu. Aspek emosi yang
fundamental yang harus dipertimbangkan Frekuesi dan durasi, Intensitas, Biologi
emosi dan rasionalitas.
Sikap (attitude) dapat diartikan sebagai respon seseorang dalam hal ini
adalah orang dalam dalam suatu organisasi baik berupa tindakan positif
maupun negative. Komponen sikap terdiri dari komponen kognitif, afektif,
dan psikomotor .
Kepuasan kerja berarti perasaan mendukung atau tidak mendukung
yang dialami pegawai dalam bekerja. Semakin banyak aspek dalam
pekerjaan yang sesuai dengan keinginan individu maka akan semakin tinggi
tingkat kepuasan yang dirasakan, dan begitu pula sebaliknya. Pada faktor
individual terdapat dua prediksi penting terhadap kepuasan kerja, yaitu
status dan senioritas.
Emosi, Sikap dan Kepuasan Kerja saling berhubungan, karyawan atau
pekerja tentunya mempunyai emosi tersendiri sebagai bentuk reaksi atas
lingkungan kerjanya. Emosi positif akan mendorong karyawan bersikap
positiif pula terhadap lingkungan kerjanya. Emosi dan sikap positif
membentuk persepsi karyawan terhadap pekerjaan. Keduanya mendorong
kinerja dan perilaku karyawan. Sifat positif dari kesemuanya akan
23
mendorong karyawan mencapai kepuasan kerjanya. Layaknya sebuah
perputaran karyawan yang mencapai kepuasan kerja emosi positifnya akan
meningkat dan sikap dan perilaku akan lebih baik
24