ikatan logam
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Atom – atom di alam cenderung bergabung dengan atom yang lain
membentuk molekul atau membentuk ion-ion kecuali golongan gas mulia. Pada
proses penggabungan atom tersebut terdapat gaya yang bekerja, sehingga antara
atom – atom atau ion – ion tersebut dapat terikat satu sama lain. Gaya yang
bekerja pada gabungan atom atau ion disebut ikatan kimia.
1.1. KESTABILAN ATOM
Atom – atom yang sukar mengalami perubahan disebut atom stabil. Oleh
karena itu untuk bergabung atom harus berubah dahulu, maka atom – atom stabil
sukar bergabung dengan atom yang lain.
Atom tersusun dari inti atom yang sangat kesil dan terletak di pusat atom
yang di kelilingi elekton – elektron. Jadi pada saat atom – atom bergabung yang
berubah hanyalah elektron – elektronnya.
Oleh karena pada dasarnya elektron mempunyai sifat yang sama, maka
dapat disimpulkan bahwa kestabilan satu atom ditentukan oleh konfigurasi
elektron atom tersebut.
Dari konfigrasi elektron Kossel dan Lewis membuat kesimpulan bahwa
konfigrasi elektron atom – atom akan stabil bila elekton terluarnya 2 ( duplet) dan
8 (oktet).
Untuk mencapai keadaaan stabil seperti gas mulia , maka atom – atom
membentuk konfigurasi elektron seperti gas mulia . untuk membentuk konfigurasi
gas mulia dapat dilakukan dengan cara membentuk ion dan menggunakan
pasangan elektron bersama.
1.2. JENIS-JENIS IKATAN KIMIA
Ikatan kimia terbagi atas 6 yaitu :
a. Ikatan ionik
1
Pada umumnya ikatan ion di definisikan sebagai ikatan yang terjadi antara
ion positif (+) dengan ion (-) melalui gaya elektrostatik.
b. Ikatan kovalen
Pada umumnya ikatan kovalen di defenisikan sebagai ikatan kimia
diantara dua atom atau lebih melalui penggunaan bersama pasanga
elektron.
c. Ikatan logam
Ikatan logam adalah ikatan yang terbentuk akibat adanya gaya tarik –
menarik antara muatan positif dari ion – ion logam dengan muatan negatif
dari elektron – elektron bebas bergerak dalam logam tersebut.
d. Ikatan hidrogen
Iktan Hidrogen merupakan ikatan antar molekul yang memiliki atom H
yang terikat pada atom yang memiliki elektronegatifitas tinggi.
e. Gaya van der Waals
Gaya van der Waals yaitu gaya antar molekul yang memiliki dipol – dipol,
jika polnya muncul sesaat akibat gerakan elektron (gaya London)
f. Gaya London
Disebut gaya London katena pada saat kedua molekul membentuk dipol
sesaat akibat garakan elektron yang kemudian terjadi gaya van der Waals
berupa tarik menarik antar dipol sesaat .
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. DEFINISI IKATAN LOGAM
Logam mempunyai beberapa sifat yang unik seperti mengkilat,
menghantarkan arus listrik atau panas, dapat ditempa, ditarik, dan dibengkokkan.
Sifat – sifat logam tersebut tidak dapat di jelaskan dengan menggunakan teori
ikatan ionik dan ikatan kovalen.
Logam tersusun secara teratur dalam suatu kisi kristal yang terdiri dari ion
– ion positif logam di dalam lautan elektron. Lautan elektron tersebut merupakan
elektron valensi dari masing – masing atom yamg saling tumpang tindih. Masing
– masing elektron valensi tersebut dapat bergerak bebas mengelilingi inti atom
yang ada dalam Kristal tersebut dan tidak hanya terpaku pada salah satu inti atom.
Gaya tarik inti atom – atom logam dengan lautan elektron mengakibatkan
terjadinya ikatan logam.
Pada ikatan logam terdapat elektron yang bebas mengeliling inti , inti
tersusun secara teratur dikelilingi elektron – elektron. Elektron bebas yang
mengelilingi inti itu tidak terikat pada salah satu inti, hingga mudah pindah –
pindah ke tempat – tempat yang energinya rendah. Dengan adanya elektron yang
tidak terikat secara khusus pada inti tertentu, maka ikatan logam itu kuat dan
logam tersebut mudah menghantarkan listrik.
Elektron yang paling luar pada sebagian besar logam biasanya mempunyai
hubungan yang tidak erat dengan ini karena letaknya yang jauh dari muatan
positif inti. Semua elektron valensi logam-logam bergabung membentuk lautan
elektron yang bergerak bebas di antara inti atom. Elektron yang bergerak bebas
beraksi sebagai ikatan terhadap ion bermuatan positif. Ikatan logam tidak
mempunyai arah. Akibatnya, ikatan tidak rusak ketika logam ditempa.
Skema ikatan logam dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Elektron
valensi menjadi terdisosiasi dengan inti atomnya dan membentuk lautan elektron.
3
Gambar 2.1. Skema ikatan Logam
Pada umumya Ikatan logam adalah ikatan yang terbentuk akibat adanya
gaya tarik – menarik antara muatan positif dari ion – ion logam dengan muatan
negatif dari elekton – elektron yang bebas bergerak dalam logam tersebut.
Berdasarkan pernyataan dan penjelasan diatas maka defenisi ikatan logam dapat
di kembangkan sebagai berikut :
1. Ikatan logam adalah ikatan yang disebabkan oleh adanya elektron valensi
suatu logam yang tidak terarah . Misalnya pada logam Li memiliki struktur
1s2 2s1. Elektron 1s2 terdapat dalam orbital yang terarah sedangkan
elektron dalam 2s1 terdapat pada orbital tidak terarah. Elektron 2s inilah
yang akan membentuk ikatan.
2. Ikatan logam adalah ikatan yang disebabkan oleh tumpang tindih orbital
valensi dari atom-atom logam. Akibatnya elektron-elektron yang ada pada
orbitalnya dapat berpindah ke orbital valensi atom tetangganya.
3. Ikatan logam adalah ikatan antara inti positif unsur logam di dalam lautan
elektron yang dihasilkan oleh elektron valensi unsur logam yang
bersangkutan.
Contoh ikatan logam pada logam Natrium
Natrium memiliki konfigurasi elektron 1s2 2s2 2p6 3s1. Tiap atom Natrium
tersentuh oleh delapan atom natrium yang lainnya dan terjadi pembagian (sharing)
antara atom tengah dan orbital 3s di semua delapan atom yang lain. Dan tiap atom
yang delapan ini disentuh oleh delapan atom natrium lainya secara terus menerus
hingga diperoleh seluruh atom dalam bongkahan natrium. Semua orbital 3s dalam
semua atom saling tumpang tindih untuk memberikan orbital molekul dalam
jumlah yang sangat banyak yang memeperluas keseluruhan tiap bagian logam.
4
Elektron dapat bergerak dengan leluasa diantara orbital-orbital molekul
tersebut, dan karena itu tiap elektron menjadi terlepas dari atom induknya. Logam
terikat bersamaan melalui kekuatan daya tarik yang kuat antara inti positif dengan
elektron yang terdelokalisasi.
Gambar 2.2. ikatan anatar ion – ion Na+ dengan elektron terdelokalisasi
2.2. KLASIFIKASI IKATAN LOGAM
Berdasarkan golongannya ikatan logam dapat di klasifikasikan menjadi
ikatan logam pada logam golongan utama dan ikatan logam pada logam golongan
transisi .
1. Ikatan logam pada logam golongan utama
Ikatan logam pada unsur golongan utama relatif lebih lemah
dibandingkan dengan dengan unsur golongan transisi. Contohnya
kristal besi lebih kuat dibandingkan dengan kristal logam magnesium.
2. Ikatan logam pada logam golongan transisi
Logam transisi cenderung memiliki titik leleh dan titik didih yang
tinggi. Alasannya adalah logam transisi dapat melibatkan elektron 3d
yang ada dalam kondisi delokalisasi seperti elektron pada 4s. Lebih
banyak elektron yang dapat terlibat, kecenderungan daya tarik akan
semakin lebih kuat. Contoh ikatan logam pada unsur transisi transisi
adalah Ag, Fe, Cu dan lain-lain.
Berdasarkan unsur penyusunnya ikatan logam terbagi 2 yaitu :
1. Ikatan logam antar unsur sejenis
Misalnya Ikatan antara unsur litium dengan unsur litium yang lainnya.
5
2. Ikatan logam antar unsur yang berbeda jenis (aloi).
Bahan-bahan logam yang bukan hanya dibuat dari satu jenis unsur logam
tetapi telah dicampur atau ditambah dengan unsur-unsur lain disebut aloi
atau sering disebut lakur atau paduan. Misalnya logam Baja Stainless steel
yang terdiri dari logam Besi 72%, logam Krom 18% dan logam Nikel 8% .
Aloi terbentuk apabila leburan dua atau lebih macam logam
dicampur atau leburan suatu logam dicampur dengan unsur-unsur
nonlogam yang campuran tersebut tidak saling bereaksi serta masih
menunjukan sifat sebagai logam setelah didinginkan.
Aloi dibagi menjadi dua macam yaitu aloi selitan dan aloi
substitusi. Disebut aloi selitan bila jari-jari atom unsur yang dipadukan
sama atau lebih kecil dari jari-jari atom logam. Sedangkan aloi substitusi
terbentuk apabila jari-jari unsur yang dipadukan lebih besar dari jari-jari
atom logam.
2.3. FAKTA EKSPERIMEN
Sifat fisika ikatan pada logam tidak dapat di jelaskan dengan teori ikatan
ionik dan ikatan kovalen. Untuk menjelaskan sifat fisika ikatan logam , di
kemukakan beberapa teori yang sejalan dengan perkembangan teori mengenai
struktur atom dan teori ikatan utuk senyawa kovalen.
2.3.1. Teori Awan Elektron
Teori inin dikemukakan oleh Drude dan Lorentz pada awal abad ke-20.
Menurut teori ini , didalam Kristal logam , setiap atom melepaskan elektron
valensinya sehingga terbentuk awan elektron dan ion bermuatan positif yang
tersusun rapat dalam awan elektron awan tersebut. Karena elektron valensi tidak
terikat pada salah satu ion logam, tetapi terdelokalisasi terhadap semua ion logam,
maka elektron valensi tersebut bebas bergerak keseluruh bagian dari kristal logam,
sama halnya dengan molekul gas yang dapat bergerak bebas dalam ruangan
tertentu.
6
Gambar 2.3. Ikatan logam menurut Teori Awan Elektron
Misalnya logam magnesium yang memiliki 2 elektron valensi.
Berdasarkan model awan elektron, logam magnesium dapat dianggap terdiri dari
ion positif Mg2+ yang tersusun secara teratur, berulang dan disekitarnya terdapat
awan atau lautan elektron yang dibentuk dari elektron valensi magnesium.
Gambar 2.4. ikatan logam pada Logam Magnesium
Maka, teori awan atau lautan elektron pada ikatan logam itu didefinisikan
sebagai gaya tarik antara muatan positif dari ion-ion logam (kation logam) dengan
muatan negatif yang terbentuk dari elektron-elektron valensi dari atom-atom
logam. Jadi logam yang memiliki elektron valensi lebih banyak akan
menghasilkan kation dengan muatan positif yang lebih besar dan awan elektron
dengan jumlah elektron yang lebih banyak atau lebih rapat. Hal ini menyebabkan
logam memiliki ikatan yang lebih kuat dibanding logam yang tersusun dari atom-
atom logam dengan jumlah elektron valensi lebih sedikit.
Teori lautan atau awan elektron ini dapat menjelaskan berbagai sifat fisika
dari logam.
1. Logam dapat ditempa, dapat dibengkokkan, direntangkan dan tidak
rapuh
Hal ini disebabkan atom-atom logam tersusun secara teratur dan
rapat sehingga ketika diberi tekanan atom-atom tersebut dapat
tergelincir di atas lapisan atom yang lain
.
Gambar 2.5. Sifat fisika logam dapat dibegkokkan dan ditempa
7
2. Sifat Mengkilap
Di dalam ikatan logam, terdapat elektron-elektron bebas. Sewaktu
cahaya jatuh pada permukaan logam, maka elektron-elektron bebas
akan menyerap energi cahaya tersebut. Elektron-elektron akan
melepas kembali energi tersebut dalam bentuk radiasi
elektromagnetik dengan frekuensi yang sama dengan frekuensi
cahaya awal. Oleh karena frekuensinya sama, maka kita
melihatnyta sebagai pantulan cahaya yang datang. Pantulan cahaya
tersebut memberikan permukaan logam tampak mengkilap.
Bila Cahaya tampak jatuh pada permukaan logam, sebagian
elektron valensi yang mudah bergerak tersebut akan tereksitasi.
Ketika elektron yang tereksitasi tersebut kembali kepada keadaan
dasarnya, maka energi cahaya dengan panjang gelombang tertentu
akan dipancarkan kembali. Peristiwa ini dapat menimbulkan sifat
kilap yang khas pada logam.
3. Daya hantar listrik
Di dalam ikatan logam, terdapat elektron valensi yang bebas
(mudah bergerak) yang dapat membawa muatan listrik. Jika diberi
suatu beda tegangan, maka elektron-elektron ini akan bergerak dari
kutub negatif menjadi kutub positif
4. Daya hantar panas
Elektron-elektron yang bergerak bebas di dalam kristal logam
memiliki energi kinetik. Jika dipanaskan, elektron-elektron akan
memperoleh energi kinetik yang cukup untuk dapat
bergerak/bervibrasi dengan cepat. Dalam pergerakannya, elektron-
elektron tersebut akan bertumbukkan dengan elektron-elektron
lainnya. Hal ini menyebabkan terjadinya transfer energi dari bagian
bersuhu tinggi ke bagian bersuhu rendah.
8
Gambar 2.6 Sifat logam menghantarkan panas
5. Titik didih dan titik leleh tinggi
Pada logam, Ikatan logam tidak sepenuhnya putus sampai logam
mendidih ini menunjukkan bahwa ikatan logam memiliki titik
didih yang tinggi. Hal ini dikarenakan atom-atom logam terikat
oleh ikatan logam yang kuat. Untuk mengatasi ikatan tersebut,
diperlukan energi dalam jumlah yang besar.
2.3.2. Teori Pita
Dikenal logam yang tidak begitu baik menghantarkan listrik yang disebut
semikonduktor, di samping logam yang menghantarkan listrik dengan baik yaitu
konduktor. Sifat logam konduktor, semikonduktor dapat dijelaskan melalui Teori
Pita. Teori Pita yang menggunakan pendekatan Teori Orbital Molekul, mulai
dikembangkan pada tahun 1970. Melelui pendekatan tersebut dianggap orbital
atom logam dalam kisi kristalnya, membentuk orbital molekul berupa pita.
Misalnya kisi kristal Li dalam satu dimensi. Konfigurasi elektron Liadalah
1s22s1 . pada pemebentukan rantai Li – Li – Li .......Li – Li – Li, 2atom Li
membentuk Li2, 3 atom Li membentuk Li3 dan seterusnya. Pembentukan Li2 ,
orbital 2s dari masing – masing atom Li menghasilkan sebuah orbital bonding dan
sebuah orbital anti bonding. Elektron – elektron yang berasal dari orbital 2s kedua
atom Li , akan menempati orbital molekul bonding sedangkan orbital molekul anti
bonding tidak ditempati elektron. Pada pembentukan Li3 dihasilkan 1 orbital
molekul bondingyang ditempati 2 elektron , 1 orbital anti bonding dimana
terdapat sebuah elektron dan 1 orbital molekul anti bonding yang masih kosong.
Pada pembentukan Li4 dihasilkan 2 orbital molekul bonding yang masing –
9
masing ditempati 2 elektron dan 2 orbital molekul anti bonding yang masih
kosong.
Kita dapat bayangkan bahwa N atom Li yang terdapat dalam kisi Kristal
Li dapat membentuk N/2 orbital molekul bonding dan N/2 orbital molekul anti
bonding. N/2 orbital molekul bonding yang terbentuk mempunyai tingkat energy
yang sama dan menempati ruang yang sangat berdekatan sehingga menjadi
kontinu. Hal sama juga terjadi pada N/2 orbital molekul anti bonding yang
kontinu menyerupai pita.
2.4. FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IKATAN LOGAM
1. Titik leleh dan titik didih
Logam-logam cenderung memiliki titik leleh dan titik didih yang
tinggi karena kekuatan ikatan logam. Kekuatan ikatan berbeda antara
logam yang satu dengan logam yang lain. Titik leleh dan titik didih logam
berkaitan langsung dengan kekuatan ikatan logamnya. Titik didih dan titik
leleh logam makin tinggi bila ikatan logam yang dimiliki makin kuat.
Contohnya pada logam alkali semakin kebawah titik didih semakin rendah
sehingga ikatan logamnya akan semakin lemah.
Logam Titik lebur (°C) Titik didih (°C)
Li 180 1330
Na 97,8 892
K 63,7 774
Rb 38,9 688
Cs 29,7 690
Tabel 2.1. Titik Lebur dan Titik Didih Logam Alkali
Titik didih dan titik leleh berhubungan dengan sifat periodik unsur
yaitu sifat jari-jari atomnya. Semakin besar jari-jari atomnya maka
semakin kecil titik didih dan titik lelehnya sehingga mengakibatkan ikatan
lebih lemah.
10
2. Jari-jari atom
Logam Jari-jari atom logam (pm)
Kation logam Jari-jari kation logam (pm)
Li 157 Li+ 106Na 191 Na+ 132K 235 K+ 165Rb 250 Rb+ 175Cs 272 Cs+ 188
Dalam sistem periodik unsur, pada satu golongan dari atas
kebawah, ukuran kation logam dan jari-jari atom logam makin besar. Hal
ini menyebabkan jarak antara pusat kation-kation logam dengan awan
elektronnya semakin jauh, sehingga gaya tarik elektrostatik antara kation-
kation logam dengan awan elektronnya semakin lemah.
Tabel 2.2 Jari-Jari Atom Logam Alkali
3. Jumlah elektron valensi (elektron yang terdelokalisasi)
Logam-logam golongan 1 seperti natrium dan kalium memiliki
ikatan logam yang relatif rendah karena tiap atomnya hanya memiliki satu
elektron untuk dikontribusikan pada ikatan. Sedangkan pada logam
golongan II seperti magnesium memiliki dua elektron untuk
dikontribusikan pada ikatan sehingga logam golongan II memiliki ikatan
yang relatif lebih kuat dibanding logam golongan 1.
4. Bilangan koordinasi
Logam natrium dikelilingi oleh delapan logam natrium yang
lainnya, sedangkan logam magnesium dikelilingi oleh dua belas logam
magnesium lainnya. Hal ini menyebabkan ikatan logam pada magnesium
lebih besar dibandingkan dengan ikatan logam pada natrium.
11
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
1. Ikatan logam merupakan salah satu jenis ikatan kimia yang tak dapat
dijelaskan secara teori ikatan ionik dan ikatan kovalen.
2. Ikatan logam adalah ikatan yang terbentuk akibat adanya gaya tarik –
menarik antara muatan positif dari ion – ion logam dengan muatan negatif
dari elekton – elektron yang bebas bergerak dalam logam tersebut.
3. Sifat Fisika dari logam seperti dapat ditempa, menghantarkan arus listrik,
mengkilap, dan titik didih yang tinggi dapat dijelaskan dengan teori awan
elektron, dan teori pita.
4. Ikatan logam dapat dibagi menjadi 2 bagian berdasarkan golongan yaitu
ikatan logam pada golongan utama dan ikatan logam pada golongan
transisi dan berdasarkan unsure penyusunnya ikatan logam juga dibagi 2
yaitu ikatan logam antar unsur sejenis dan ikatan logam antar unsure yang
berbeda.
5. Teori awan elektron atau teori elektron bebas, ikatan logam terdapat antara
ion logam bermuatan positif dan elektron yang mudah bergerak dalam
lautan elektron.
6. Teori pita dapat menjelaskan mengenai sifat logam sebagai konduktor,
semikonduktor dan isolator.
7. Faktor-faktor yang mempengaruhi kuatnya ikatan logam adalah: titik
didih dan titik leleh, jari-jari atom, jumlah elektron valensi yang
terdelokalisasi, dan bilangan koordinasi.
12
DAFTAR PUSTAKA
Jahro, Iis S. 2014. Ikatan Kimia. Medan : Jurusan Kimia FMIPA UNIMED
Petrucci, Ralph H. 1987. Kimia Dasar . Jakarta: Erlangga
Sukardjo. 1990. Ikatan Kimia. Jakarta: Rineka Cipta
Sukardjo. 1997. Kimia Fisika. Jakarta : Rineka Cipta
Syarifuddin, Nuraini. 2002. Ikatan Kimia. Jakarta: Universitas Terbuka
http://www.ilmukimia.org/2013/01/ikatan-logam.html
http://www.chem-is-try.org/?s=ikatan+logam
http://hildajunandaharahap.wordpress.com/2012/05/31/ikatan-logam-10/
13