13eprints.unisnu.ac.id/1432/2/bab ii.pdf · menjelaskan perpustakaan sebagai sebuah ruang, ......
TRANSCRIPT
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kualitas Fasilitas Perpustakaan
1. Pengertian Fasilitas
Untuk mengemukakan pengertian tentang fasilitas, penulis dapat sajikan
beberapa batasan dari para ahli. Menurut Zakiah Daradjat “fasilitas adalah segala
sesuatu yang dapat mempermudah upaya dan memperlancar kerja dalam rangka
mencapai suatu tujuan.
Sedangkan menurut Suryo Subroto “ fasilitas adalah segala sesuatu yang
dapat memudahkan dan memperlancar pelaksanaan suatu usaha dapat berupa
benda-benda maupun uang.
Lebih luas lagi tentang pengertian failitas Suhairsimi irikonto berpendapat,
“fasilitas dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat memudahkan dan
memperlancar pelaksanaan segala sesuatu usaha. Adapun yang dapat
memudahkan dan melancarkan usaha ini dapat berupa benda-benda maupun uang,
jadi dalam hal ini fasilitas dapat disamakan dengan sarana yang ada di sekolah13.
Secara umum fasilitas merupakan alat atau segala sesuatu yang
dipergunakan untuk mempermudah dan memperlancar suatu usaha atau pekerjaan.
Fasilitas disekolah memiliki peran yang sangat penting dalam membantu siswa
memahami materi pelajaran. Oleh sebab itu hendaknya pihak sekolah tidak
mengabaikan peranan fasilitas belajar disekolah yang sangat penting artinya bagi
siswa, dengan begitu pihak sekolah yang memegang peranan utama dalam
13 -fasilitas, diunduh bulan Februari 2017
15
16
pengadaan fasilitas belajar di sekolah telah membantu siswa dalam meningkatkan
prestasi belajar yang baik, karena secara langsung keberadaan fasilitas merupakan
salah satu cara mempermudah siswa memahami pelajaran dengan baik.
Menurut The Liang Gie (2006:22) Fasilitas adalah segenap kebutuhan
yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan dalam suatu usaha
kerja sama manusia.
Lebih lanjut Suyanto (2008) menyatakan bahwa, Fasilitas adalah segala
sesuatu yang dapat memudahkan dan memperlancar pelaksanaan suatu usaha
dapat berupa benda-benda maupun uang.
Selain itu Mulyarto dalam artikelnya menjelaskan bahwa dengan adanya
perlengkapan yang memadai pasti akan membantu kelancaran belajar dan
sekaligus akan mendorong siswa agar lebih rajin dan lebih bersungguh-sungguh
belajar.14
Fasilitas adalah segala sesuatu yang dapat memudahkan dan melancarkan
pelaksanaan suatu usaha. Sesuatu yang dapat memudahkan dan melancarkan suatu
usaha tersebut biasanya berupa benda – benda atau uang.
Fasilitas dapat dibedakan menjadi dua yaitu fasilitas fisik dan fasilitas
uang.
Fasilitas fisik adalah segala sesuatu yang berupa benda atau yang dapat
dibendakan, yang mempunyai peranan dapat memudahkan dan
melancarkan suatu usaha. Fasilitas fisik dapat disebut juga dengan fasilitas
materiil. Karena fasilitas ini dapat memberi kemudahan dan kelancaran
14 (http://sobatbaru.blogspot.com/2008/10/pengertian-fasilitas-belajar.html).
17
bagi suatu usaha dan biasanya diperlukan sebelum suatu kegiatan
berlangsung maka dapat pula disebut sebagai saran materiil. Apabila
dikaitkan dengan pendidikan maka fasilitas materiil meliputi: perabot
ruang kelas, perabot kantor TU, perabot laboratorium, perpustakaan dan
ruang praktek, alat pelajaran, media pendidikan, dll.
Fasilitas uang adalah segala sesuatu yang dapat memberi kemudahan suatu
kegiatan sebagai akibat dari “nilai uang’. Fasilitas uang akan dibicarakan
dalam bab tersendiri yaitu manajemen keuangan atau manajemen sumber
dana.
Dari beberapa pendapat yang dirumuskan oleh para ahli mengenai
pengertian fasilitas dapat dirumuskan bahwa fasilitas berarti segala sesuatu yang
bersifat fisik maupun material, yang dapat memudahkan terselenggaranya dalam
proses belajar mengajar, misalnya dengan tersedianya tempat perlengkapan
belajar di kelas, alat-alat peraga pengajaran, buku pelajaran, perpustakaan,
berbagai perlengkapan pratikum loboratorium dan segala sesuatu yang menunjang
terlaksananya proses belajar mengajar.
1.1. Pengertian Perpustakaan
Pengertian perpustakaan Sekolah Perpustakaan berasal dari kata dasar
“Pustaka” yang berarti buku atau kitab. Perpustakaan berarti segala sesuatu yang
berhubungan atau berkaitan dengan pustaka, atau lembaga yang pekerjaannya
menghimpun pustaka dan menyediakan sarana agar orang dapat memanfaatkan
pustaka yang dihimpunnya15.
15 Surayin, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Bandung: Yrama Widya, 2001), hal. 467
18
Sebenarnya pengertian perpustakaan itu sudah ada sejak lama, hanya saja
pengertian perpustakaan yang dulu tidak sama dengan pengertian perpustakaan
zaman sekarang. Kalau dulu perpustakaan hanya sebagai kumpulan buku semata.
Pengertian perpustakaan berkembang sejajar dengan perkembangan manusia
sendiri. Menurut Supriyadi, pengertian perpustakaan sesuai dengan perkembangan
masa kini adalah unit kerja berupa tempat mengumpulkan, menyimpan dan
memelihara koleksi bahan pustaka yang dikelola dan diatur secara sistematis
dengan cara tertentu, untuk digunakan secara kontinyu oleh pemakainya sebagai
sumber informasi16.
Perpustakaan memuat koleksi yang terdiri dari bahan-bahan tulis, atau
grafis lainnya seperti film, slide, piringan hitam dalam ruangan atau gudang yang
diatur dan diorganisasikan dengan system tertentu agar dapat digunakan untuk
studi penelitian, ruang baca, dan tempat pengembangan ilmu pengetahuan17.
Pengertian lain mengenai perpustakaan diungkapkan oleh Basuki,
menjelaskan perpustakaan sebagai sebuah ruang, bagian sebuah gedung, ataupun
gedung itu sendiri yang digunakan untuk menyimpan buku dan terbitan lainnya
yang biasanya yang disimpan menurut tata susunan tertentu untuk digunakan
pembaca, bukan untuk dijual. Dalam pengertian buku dan terbitan lainnya,
termasuk didalamnya semua bahan cetak, buku, majalah, laporan, pamphlet,
manuskrip (naskah), lembaran musik, berbagai karya audio visual serta film, slide,
kaset piringan hitam, bentuk mikro seperti mikro film18.
16 Supriyadi, Modul Pengelolaan Perpustakaan Sekolah, (Malang: IKIP, 1998), hal. 317 Sumardji, Perpustakaan Organisasi dan Tata Kerjanya, (Yogyakarta: Kanisius, 1991), hal. 318 Basuki, Pengantar Ilmu Perpustakaan, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka, 1991), hal. 3
19
Lebih jauh, menurut Basuki, secara umum definisi perpustakaan selalu
mencakup unsure koleksi, menyimpan dan memakai. Perpustakaan yang efektif
adalah suatu lembaga yang mendukung pendidikan dan secara implisit ataupun
eksplisit memiliki tujuan budaya, seperti minat baca19.
Paparan di atas adalah pengertian perpustakaan secara umum, sedangkan
pengertian perpustakaan sekolah menurut Supriyadi, adalah perpustakaan yang
diselenggarakan di sekolah untuk menunjang kegiatan belajar mengajar dilembaga
formal dari tingkat sekolah dasar, tingkat lanjutan pertama, lanjutan atas, baik
umum maupun kejuruan20. Sedangkan Carter (dalam Bafadal), menjelaskan
bahwa perpustakaan sekolah merupakan koleksi yang diorganisasikan di dalam
suatu ruang agar dapat digunakan oleh murid-murid dan guru-guru. didalam
penyelenggaraannya, perpustakaan sekolah tersebut diperlukan seorang
pustakawan yang bisa diambil dari salah seorang guru21.
Perpustakaan sekolah menyediakan informasi dan ide-ide agar siswa bisa
eksis di dalam masyarakat yang berbasis informasi dan teknologi, seperti yang
terjadi sekarang ini. Perpustakaan sekolah membekali siswa dengan keterampilan
belajar seumur hidup (life long learning) dan membangun imajinasi,
mempersiapkan siswa agar bisa menjadi warga Negara yang bertanggung jawab22.
Perpustakaan sebagai pusat informasi,. Dalam Al-Qur’an surat Al-Baqoroh ayat 2
juga menegaskan hal tersebut:
19 Dewi, Hanifah Dwi Ratna, Coursepack on School/Teacher Librarieanship, (Yogyakarta: UINSunan Kalijogo, 2006), hal. 5820 Supriyadi, Modul Pengelolaan Perpustakaan Sekolah, (Malang: IKIP, 1998), hal. 521 Bafadal, Ibrahim, Pengelolaan Perpustakaan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), hal. 422 Dewi, Hanifah Dwi Ratna, Coursepack on School/Teacher Librarieanship, (Yogyakarta: UINSunan Kalijogo, 2006), hal. 9
20
ااا ا ااا اا ااا
Artinya: “Kitab (Al Quran) Ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi merekayang bertaqwa23.”
Dan dalam surat Al-Qoshos ayat 43 yang berbunyi:
ا اا ا ا ا ا ا اا اا ا
ااا ا اا
Artinya: “Dan Sesungguhnya Telah kami berikan kepada Musa Al-Kitab (Taurat)sesudah kami binasakan generasi-generasi yang terdahulu, untuk menjadi Pelitabagi manusia dan petunjuk dan rahmat, agar mereka ingat24.”
Dari ayat-ayat tersebut dijelaskan bahwa kitab adalah sebagai petunjuk
bagi si pembaca, dari membaca tersebut maka seseorang akan mengetahui apa-apa
yang tidak diketahuinya. Dikaitkan dengan adanya perpustakaan sebagai pusat
informasi, karena di perpustakaan terdapat berbagai macam buku, kitab, majalah
dan lain sebagainya, yang dapat diakses bagi si pengguna.
Definisi menurut International Association of School (IAS) bahwa
“Perpustakaan sekolah adalah hal utama untuk memenuhi tujuan pembelajaran
dan tujuan sekolah. Dan perpustakaan sekolah mencapai tujuan ini dengan
program terencana untuk mengadakan dan mengelola teknologi informasi dan
persebaran informasi untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif bagi
23 Depag, Al Qur’an dan Tarjamah, (Bandung: CV. Penerbit J-ART, 2005), hal. 224 Ibid hal. 39
21
siswa. Program pembelajaran yang melibatkan guru kelas dan pendidik lain
merupakan bagian penting program perpustakaan sekolah. Perpustakaan
menyediakan berbagai sumber, baik cetak maupun non cetak, termasuk media
elektronik dan akses terhadap data yang memungkinkan siswa bisa memahami
kebudayaan lain25.”
1.2. Fungsi Perpustakaan Sekolah
Perpustakaan mempunyai fungsi sebagai pelayanan yang diharapkan
mampu menyediakan bahan pustaka atau referensi yang memadai sesuai dengan
tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kebutuhan pemakai
perpustakaan, baik jumlah maupun ragam disiplin keilmuannya. Dalam kamus
umum bahasa indonesia fungsi berarti kegunaan atau manfaat26. Menurut
Soatminah (dalam Suryobroto) bahwa fungsi pelayanan informasi perpustakaan
menghasilkan empat macam manfaat, yaitu:
a) Sebagai sumber belajar
Perpustakaan menyediakan tempat untuk belajar dan membaca bahan
pustaka. Dengan menggunakan perpustakaan secara tepat guna siswa
dapat memperdalam pemilikan dan penghayatan pengetahuan yang
telah disampaikan.
b) Sebagai sumber informasi
lewat perpustakaan, siswa maupun guru dapat memperoleh tambahan
ilmu pengetahuan dan keterampilan dari bahan pustaka yang tersedia.
25 Dewi, Hanifah Dwi Ratna, Coursepack on School/Teacher Librarieanship, (Yogyakarta: UINSunan Kalijogo, 2006) hal. 4026 Surayin, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Bandung: Yrama Widya, 2001), hal. 142
22
c) Sebagai Sumber Ilmu Pengetahuan
lewat perpustakaan, siswa maupun guru dapat memperoleh tambahan
ilmu pengetahuan dan keterampilan dari bahan pustaka yang tersedia.
d) Sumber Rekreasi
Hal ini nampak dalam fungsinya memberikan koleksi ringan dan segar,
sehingga memberikan keselarasan, keserasian dan keseimbangan
perkembangan pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap hidup baik
guru maupun siswa27.
Pemaparan Soeatminah juga termanifestasikan dalam fungsi perpustakaan
menurut Supriyadi, yang meliputi 3 hal, yaitu:
a) Fungsi Edukatif.
Fungsi ini merupakan gabungan antara fungsi sebagai pusat belajar dan
pusat ilmu pengetahuan karena perpustakaan merupakan fungsi edukatif
bila mampu menyediakan koleksi yang sesuai dengan ruang lingkup
kurikulum, mampu mengembangkan interes, dan apresiasi siswa.
Memberikan bimbingan cara menggunakan dan memelihara koleksi secara
efektif dan menyediakan ruang baca dengan cukup.
b) Fungsi Informatif.
Fungsi ini tampak dalam kemampuan mengadakan koleksi secara cukup
memadai, berkualitas, menarik, serta penempatan koleksi secara terbuka
mudah ditemukan kembali untuk digunakakan siswa dan guru.
c) Fungsi administrative.
27 Suryosubroto, Proses Belajar-Mengajar di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), hal
23
d) Fungsi ini tampak dalam tugas sehari-hari dari perpustakaan dengan
kegiatan pencatatan dan penyelesaian koleksi serta penyelenggaraan tata
laksana pengembalian buku kepada siswa maupun guru28.
Perpustakaan sekolah tak terpisahkan dengan proses pendidikan. Hal-hal
berikut ini penting untuk mengembangkan keberaksaraan (baca dan tulis29),
information literacy, pembelajaran, dan budaya yang merupakan inti dari layanan
perpustakaan sekolah, seperti:
a) Meningkatkan dan mendukung tercapainya tujuan pendidikan, seperti
disebutkan dalam misi kurikulum sekolah.
b) Menanamkan dan mengembangkan dalam diri anak-anak kebiasaan dan
kesenangan membaca dan belajar, dan menggunakan perpustakaan
sepanjang hayat.
c) Memberikan kesempatan untuk memperoleh pengalaman dalam
menciptakan dan menggunakan informasi dalam segala bentuk, format
atau media, termasuk kepekaan terhadap perkembangan komunikasi di
dalam masyarakat.
d) Menyediakan akses kepada sumber-sumber informasi dunia, nasional,
regional, maupun lokal, dan memberikan kesempatan bagi siswa untuk
bisa mengekspresikan ide, pengalaman, dan opini yang berbeda.
e) Mengadakan kegiatan yang membangkitkan kesadaran dan kepekaan
sosial dan budaya.
28 Supriyadi. Pengantar Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan Sekolah, (Malang: IKIP,1985), hal. 729 Surayin, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Bandung: Yrama Widya, 2001), hal. 8
24
f) Bekerjasama dengan para siswa, guru, staf administrasi dan orang tua
siswa untuk mencapai misi sekolah.
g) Memperkenalkan konsep kebebasan intelektual dan akses ke informasi
yang penting untuk mempersiapkan warga negara yang bertanggung jawab
dan partisipasi dalam demokrasi.
h) Mempromosikan budaya membaca, bahan pustaka dan layanan
perpustakaan sekolah kepada anggota sekolah dan masyarakat30.
Perpustakaan sekolah menjalankan fungsi tersebut diatas dengan membuat
kebijakan dan memberikan layanan, menyeleksi dan mengadakan bahan pustaka,
menyediakan akses secara fisik maupun intelektual kesumber-sumber informasi
yang tepat, menyediakan fasilitas pengajaran, dan mempekerjakan staf yang
terlatih. Untuk menyelenggarakan fungsi-fungsi tersebut perpustakaan
menyediakan, memelihara, mengelola, memberi pelayanan dan pendayagunaan
bahan pustaka atau referensi. Selain itu juga melaksanakan urusan tata usaha
perpustakaan.
1.3. Tujuan Perpustakaan Sekolah
Siswa mempunyai banyak kesempatan untuk aktif berusaha
mengembangkan daya fikir dan kreasinya, mengembangkan semua jenis bakat
yang ada dan membiasakan siswa memperkaya pengetahuan serta memperluas
informasi secara mandiri dengan memanfaatkan alternative sumber belajar yang
tersedia. Menurut Supriyadi, tujuan perpustakaan secara umum adalah untuk
30 Dewi, Hanifah Dwi Ratna, Coursepack on School/Teacher Librarieanship, (Yogyakarta: UINSunan Kalijogo, 2006), hal. 10-11
25
menyimpan, mengelola, melestarikan, dan menyebarkan informasi kepada
pemakai perpustakaan31. Sedangkan tujuan perpustakaan sekolah adalah:
a) menimbulkan kecintaan terhadap membaca dan menanamkan kebiasaan
membaca.
b) membimbing dan mempercepat proses penguasaan teknik membaca
sehingga perhatian siswa dalam membaca lebih ditekankan pada
penangkapan isi arti bacaan. Hal tersebut secara berangsur-angsur akan
merubah kebiasaan dari “learning to read” menjadi “reading to learn”.
c) memperluas, memperdalam dan memperkaya pengalaman belajar siswa.
d) membantu mengembangkan kecakapan bahasa, daya fikir siswa
e) membimbing siswa agar dapat menggunakan dan memelihara bahan
pustaka secara efektif dan efisien.
f) memberikan dasar-dasar kemampuan penelusuran informasi. memberikan
dasar-dasar studi mandiri32.
Penyelenggaraan perpustakaan sekolah bukan hanya untuk mengumpulkan
dan menyimpan bahan-bahan pustaka, tetapi dengan adanya penyelenggaraan
perpustakaan sekolah diharapkan dapat membantu murid-murid dan guru.
Disamping itu, perpustakaan juga bertujuan untuk memenuhi kegiatan kurikuler
dan ekstrakurikuler, merangsang keinginan dan membangkitkan minat, serta
kebiasaan membaca guna memperkaya ilmu pengetahuan dan membantu
mengembangkan bakat. Perpustakaan sekolah dinegara berkembang memiliki
31 Ibid 7832 Ibid. Hal. 9
26
berbagai tujuan, yaitu menggalakkan keberaksaraan, mendukung kurikulum,
pendidikan secara umum dan pengembangan minat baca33.
Dari berbagai pendapat diatas ditegaskan bahwa perpustakaan memiliki
tujuan untuk menyimpan, mengelola, melestarikan dan meningkatkan kebiasaan
membaca untuk pengembangan pendidikan dan ilmu pengetahuan.
B. Kualitas Media Pembelajaran
1. Pengertian Kualitas
Menurut istilah, kata kualitas berarti mutu, yaitu tingkat baik buruknya
sesuatu34. Akan tetapi banyak pakar dan organisasi yang mencoba mendefinisikan
kualitas (mutu) berdasarkan sudut pandangnya masing-masing seperti yang terurai
di bawah ini:
a) Menurut Joseph Juran, kualitas adalah kesesuaian untuk penggunaan
(fitness for use), ini berarti bahwa suatu produk atau jasa hendaklah sesuai
dengan apa yang diperlukan atau diharapkan oleh pengguna.
b) Menurut Edward Deming, suatu tingkat yang dapat diprediksi dari
keseragaman dan kebergantungan pada biaya rendah dan sesuai dengan
pasar35.
c) Welch Jr mengatakan bahwa kualitas adalah jaminan kesetiaan pelanggan,
pertahanan terbaik melawan saingan dari luar, dan satu- satunya jalan
menuju pertumbuhan dan pendapatan yang langgeng.
33 Dewi, Hanifah Dwi Ratna, Coursepack on School/Teacher Librarieanship, (Yogyakarta: UINSunan Kalijogo, 2006), hal. 1512 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,2002), 60335 Uhar Suharsaputra, Administrasi Pendidikan, (Bandung: Refika Aditama, 2010), 226-227
27
d) Menurut ISO 2000, kualitas adalah totalitas kerakteristik suatu produk
(barang dan jasa) yang menunjang kemampuannya untuk memuaskan
kebutuhan yang dispesifikan atau ditetapkan.
e) Menurut Soewarso Hardjosudarmo, bahwa yang dimaksud kualitas adalah
penilaian subyektif daripada “costumer” penentuan ini ditentukan oleh
persepsi “costumer” terhadap produk dan jasa.
Dari beberapa pendapat tokoh di atas, terdapat beberapa kesamaan yaitu
dalam elemen-elemen sebagai berikut:
1. Kualitas meliputi usaha memenuhi atau melebihi harapan pelanggan.
2. Kualitas menyangkut produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan.
3. Kualitas merupakan kondisi yang selalu berubah (misalnya apa yang
dianggap kualitas saat ini, mungkin dianggap kurang berkualitas pada
masa mendatang).
Akan tetapi Menurut Permadi, mutu jasa pendidikan bersifat relative
(sesuai dengan kebutuhan pelanggan), dan bukan bersifat absolute. Dengan kata
lain, mutu pendidikan akan baik dan memuaskan jika sesuai atau melebihi
kebutuhan para pelanggan yang bersangkutan. Dalam pendidikan, yang dimaksud
dengan pelanggan atau klien (client) dibagi menjadi dua, yakni pelanggan internal
dan pelanggan eksternal.
a. Pelanggan internal (internal custeomer) adalah orang-orang yang berada
dalam organisasi sekolah, yaitu guru, staf tata usaha, pesuruh (office boys)
cleaning service, pelayan teknis dan komponen lainnya.
28
b. Pelanggan eksternal (eksternal costumer) adalah orang-orang yang berada
di luar organisasi sekolah yang memperoleh layanan dari sekolah.
Pelayanan eksternal dibagi menjadi dua macam, yakni:
1) Pelanggan primer (primary costumer) adalah pelanggan utama, yakni
orang-orang yang langsung bersentuhan dengan jasa-jasa pendidikan yang
diberikan oleh sekolah, seperti peserta didik.
2) Pelanggan sekunder (secondary costumer) adalah pihak-pihak lain yang
secara tidak langsung terimbas dari layanan pendidikan yang diberikan
oleh sekolah, yaitu orang tua siswa, masyarakat, pemerintah dan dunia
usaha dan industri sebagai pengguna tenaga kerja36.
2. Indikator kualitas
Seperti jelaskan di atas, bahwa para pakar telah mendefinisikan kualitas
secara beragam menurut pendapatnya masing-masing, begitu juga dengan
indikator kualitas. David A Gavin mengemukakan delapan dimensi atau ketegori
kritis dari kualitas, yaitu:
a) Performance (kinerja). Karakteristik kenerja utama produk.
b) Feature (profil). Aspek sekunder dari kinerja, atau kinerja tambahan dari
suatu produk.
c) Reliability (dapat dipercaya). Kemungkinan produk malfungsi atau tidak
berfungsi dengan baik, dengan konteks ini produk atau jasa dapat
dipercaya dalam menjalankan fungsinya.
36Nanang Hanafiah Dan Cucu Suhana, Konsep Strategi Pembelajaran, (Bandung: RafiaAditama, 2009), 81-83
29
d) Conformance (kesesuaian). Kesesuaian atau cocok dengan keinginan atau
kebutuhan konsumen.
e) Durability (daya tahan). Daya tahan produk atau masa hidup produk, baik
secara ekonomis maupun teknis.
f) Serviceability (kepelayanan). Kecepatan, kesopanan, kompetensi, mudah
diperbaiki.
g) Aesthetics (keindahan). Keindahan produk dalam desain, rasa, suara atau
bau dari produk, dan ini bersifat subyektif.
h) Perceived quality (kualitas yang dipersepsi). Kualitas dalalm pandangan
pelangan atau konsumen37.
Menurut Nanang Hanifah dan Cucu Suhana dalam bukunya konsep
strategi pembelajaran, bahwa indikator dalam suatu pendidikan adalah mencakup
input, proses dan output pendidikan. Input pendidikan adalah segala sesuatu yang
harus tersedia karena dibutuhkan untuk berlangsungnya proses. Sesuatu yang
dimaksud berupa sumber daya dan perangkat lunak serta harapan-harapan sebagai
pemandu bagi berlangsungnya proses. Seperti terurai berikut ini:
1) Input sumber daya, meliputi sumber daya manusia (kepala sekolah, guru
termasuk guru BP, karyawan, siswa) dan sumber daya lainnya (peralatan,
perlengkapan, uang dan bahan).
2) Input perangkat lunak, meliputi struktur organisasi sekolah, peraturan
perundang-undagan, deskripsi tugas, rencana dan program.
37 Uhar Suharsaputra, Administrasi Pendidikan., 228
30
3) Input harapan-harapan, berupa visi, misi, tujuan, dan sasaran-saran yang
ingin dicapai oleh sekolah.
Kesiapan input sangat diperlukan agar proses dapat berlangsung dengan
baik. Oleh karena itu tinggi rendahnya suatu input dapat diukur dari tingkat
kesiapan. Proses dapat dikatakan bermutu tinggi jika pengkoordinasian dan
penyerasian serta pemaduan input sekolah (guru, siswa, kurikulum, uang dan
peralatan) dilakukan secara harmonis sehingga mampu menciptakan situasi
pembelajaran yang menyenangkan (enjoyable learning), mampu mendorong
motivasi dan minat belajar dan benar-benar mampu memberdayakan peserta
didik.
Evaluasi pun harus menjadi proses yang berkelanjutan dan tidak boleh
ditinggal sampai akhir studi. Hasilnya harus dibicarakan dengan murid dengan
tujuan untuk melengkapi hasil evaluasi. Sifat melibatkan seluruh elemen akan
sangat membantu dalam membangun kecakapan analitis para pelajar. Kualitas
dalam kontek pendidikan adalah mengacu pada prestasi yang dicapai oleh anak
didik atau sekolah pada setiap kurun waktu tertentu. Prestasi yang dicapai atau
hasil pendidikan (student achievement) dapat berupa hasil tes kemampuan
akademis, (misalnya ulangan umum, UAS, EBTA dan UNAS). Dapat pula
prestasi dibidang lain, seperti prestasi disuatu cabang olahraga, seni atau
ketrampilan tanbahan tertentu38.
Sedangkan menurut PP No. 19 tahun 2005 disebutkan bahwa pendidikan
di Indonesia mengunakan delapan standar yang menjadi acuan dalam membangun
38 Nanang Hanifah Dan Cucu Suhana, Konsep Strategi Pembelajaran..., 83-86
31
dan meningkatkan kualitas pendidikan. Standar Nasional Pendidikan merupakan
kriteria minimal setelah sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara
Kesatuan Republik Indonesia, adapun delapan standar yang menjadi kriteria
minimal tersebut yaiut:
a. Standar isi,
b. Standar proses,
c. Standar kompetensi lulusan,
d. Standar pendidik dan tenaga kependidikan,
e. Standar sarana prasarana,
f. Standar pengelolaan,
g. Standar pembiayaan,
h. Standar penilaian pendidikan.
Standar Nasional Pendidikan bertujuan menjamin kualitas pendidikan
nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat (PP 19/2005 Pasal 4)39.
3. Prinsip-prinsip Kualitas
Pinsip kualitas adalah sejumlah asumsi yang dinilai dan diyakini memiliki
kekuatan untuk mewujudkan mutu. Akan hal ini, beberapa ahli dan organisasi
mencoba merumuskan prinsip-prinsip yang paling tepat untuk mewujudkan
kualitas dalam organisasi atau kelembagaan.
Menurut Deming ada empat belas prinsip kualitas yang harus dilakukan jika
menghendaki tercapainya suatu kualitas, yaitu:
39 Uhar Suharsaputra, Administrasi Pendidikan..., 232-233
32
a) Menciptakan konsistensi tujuan untuk pengembangan produk dan jasa
dengan adanya tujuan suasana bisnis yang kompetentif.
b) Adopsi filosofi baru.
c) Menghentikan ketergantungan pada adanya dengan upaya pencapaian
kualitas.
d) Menghentikan anggapan bahwa penghargaan dalam bisnis adalah terletak
pada harga.
e) Peningkatan sistem produksi dan layanan secara terus menerus guna
peningkatan kualitas dan produktivitas.
f) Pelatihan dalam pekerjaan.
g) Kepemimpinan kelembagaan.
h) Menghilangkan rasa takut
i) Menghilangkan penghalang antar departemen.
j) Mengurangi slogan peringatan-peringatan dan terget, dan menganti dengan
pemantapan metode-metode yang dapat meningkatkan kualitas kerja.
k) Kurangi standar kerja yang menentukan kuota berdasarkan jumlah.
l) Hilangkan penghambat yang dapat menghilangkan hak asasi manusia
untuk merasa bangga terhadap kecakapan kerjanya.
m) Lembagakan suatu program pendidikan dan peningkatan diri yang penuh
semangat.
n) Setiap orang dalam perusahaan bekerja sama dalam mendukung proses
transformasi.
33
Josep Juran berpendapat bahwa ada 10 prisip dalam suatu kualitas, yaitu:
1) Build awarenes of opportunites to improve (membangun kepedulian untuk
perbaikan atau peningkatan).
2) Set goals for improvement (menentukan tujuan-tujuan untuk peningkatan).
3) Organizw to reach goals (mengorganisasi untuk pencapaian tujuan).
4) Provide training (menyelengarakan pelatihan).
5) Carry out projects to solve problems (mendorong pembangunan
pemecahan masalah)
6) Report progress (melaporkan perkembangan)
7) Give recognition (memberikan pengakuan)
8) Communicate result (mengkonsumsikan hasil-hasilnya)
9) Keep score
10) Maintain momentum by making improvement part of the regular systems
and processes of the company (menjaga momentum dengan membuat
peningkatan tahunan sebagai bagian dari sistem dan proses regular
perusahaan).
Sedangkan menurut philip crosby, ada empat prinsip kualitas, yaitu:
a. Kesesuaian dengan tuntutan
b. Pencegahan terhadap mutu rendah dengan pengawasan, bukan penilaian
atau koreksi.
c. Standar performa adalah tidak ada kesalahan, bukan “hal itu hamper
mendekati”
d. Pengukuran kualitas
34
Akan tetapi menurut versi ISO,terdapat delapan prisip kualitas yaitu:
1) Costumer focused organisation (orientasi pelanggan).
2) Leadership (kepemimpinan),
3) Involvement of people (keterlibatan orang-orang),
4) Process aproach (pendekatan proses),
5) System aproach to management (penggunaan pendekatan sistem pada
manajemen),
6) Continual improvement (perbaikan secara berkelanjutan),
7) Factual Aproach to decision making (pendekatan faktual dalam
pembuatan keputusan).
8) Matually beneficial supplier relationship (hubungan yang saling
menguntungkan dengan supplier)40.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas
Kualitas yang dicapai oleh siswa atau suatu pendidikan dipengaruhi oleh
faktor-faktor yang datang dari dalam maupun dari luar, faktor-faktor tersebut
antara lain:
a) Sumber daya; sekolah harus mempunyai fleksibilitas dalam mengatur
semua sumberdaya sesuai dengan kebutuhan setempat. Selain pembiayaan
operasional atau administrasi, pengelelolaan keuangan harus ditujukan
untuk:
40 Tim Dosen Administrasi Pendidikan UPI, Manajemen Pendidikan, (Bandung: Alfabeta,2009), 296-302
35
1. Memperkuat sekolah dalam menentukan dan mengisolasikan dana
sesuai dengan skala prioritas yang telah ditetapkan untuk proses
peningkatan kualitas.
2. Pemisahan antara biaya yang bersifat akademis dari proses
pengadaannya.
3. Pengurangan kebutuhan birokrasi pusat.
b) Pertanggung jawaban (accuantability); sekolah dituntut memiliki
akuntabilitas baik kepada masyarakat maupun pemerintah. Hal ini
merupakan perpaduan antara komitmen terhadap standar keberhasilan dan
harapan atau tuntutan orang tua atau masyarakat. Pertanggung jawaban ini
bertujuan untuk meyakinkan bahwa dana masyarakat digunakan sesuai
dengan kebijakan yang telah ditentukan dalam rangka meningkatkan
kualitas pendidikan dan jika mungkin untuk menyajikan informasi
mengenai apa yang sudah dikerjakan. Untuk itu setiap sekolah harus
memberikan laporan pertanggung jawaban dan mengomunikasikannya
dengan orang tua atau masyarakat dan pemerintah, dan melaksanakan kaji
ulang secara komprehensif terhadap pelaksanaan program prioritas sekolah
dalam proses peningkatan kualitas pendidikan.
c) Kurikulum; berdasarkan standar kurikulum yang telah ditentukan secara
nasional, sekolah bertanggung jawab untuk mengembangkan kurikulum
baik dari standar materi (content) dan proses penyampaiannya. Melalui
penjelasan bahwa materi tersebut ada manfaat dan relevansinya terhadap
siswa, sekolah harus menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan
36
melibatkan semua indra dan lapisan otak serta menciptakan tantangan agar
siswa tumbuh dan berkembang secara intelektual dengan menguasai ilmu
pengetahuan, ketrampilan, memiliki sikap arif dan bijaksana, karakter dan
memiliki kematangan emosional. Ada tiga yang harus diperhatikan dalam
hal ini yaitu:
1. Pengembangan kurikulum tersebut harus memenuhi kebutuhan siswa.
2. Bagaimana mengembangkan ketrampilan pengelolaan untuk
menyajikan kurikulum tersebut kepada siswa sedapat mungkin secara
efektif dan efisien dengan memperhatikan sumber daya yang ada.
3. Mengembangkan berbagai pendekatan yang mampu mengatur
perubahan sebagai fenomena alamiah di sekolah.
c. Personil sekolah; sekolah bertanggung jawab dan terlibat dalam proses
perekrutan (dalam arti menentukan jenis guru yang diperlukan) dan
pembinaan struktural staf sekolah (kepala sekolah, wakil kepala sekolah,
guru dan staf lainnya). Sementara itu pembinaan profesional dalam rangka
pembangunan kapasitas atau kemampuan kepala sekolah dan pembinaan
ketrampilan guru dalam pengimplementasian kurikulum termasuk staf
kependidikan lainnya dilakukan secara terus menerus atas inisiatif sekolah.
Untuk itu birokrasi diluar sekolah berperan untuk menyediakan wadah dan
instrumen pendukung. Dalam konteks ini pengembangan profesional harus
menunjang peningkatan mutu dan penghargaan terhadap prestasi perlu
dikembangkan41.
41 Ibid., 306-307
37
C. Prestasi Belajar Siswa
1. Pengertian Prestasi
Dalam pengertian yang umum atau lebih popular, belajar adalah
mengumpulkan sejumlah pengetahuan. Pengetahuan tersebut diperoleh dari
seseorang yang lebih tahu atau sekarang ini dikenal dengan guru, dalam belajar
pengetahuan tersebut dikumpulkan sedikit demi sedikit hingga akhirnya menjadi
banyak. Orang yang banyak pengetahuannya diidentifikasi sebagai orang yang
banyak belajar, sementara orang yang sedikit pengetahuannya diidentifikasi
sebagai orang yang sedikit belajar, dan orang yang tidak berpengetahuan
dipandang sebagai orang yang tidak belajar.
Adapun tujuan inti dalam proses belajar mengajar adalah untuk
mengetahui sejauh mana kemajuan peserta didik. Oleh karena itu, evaluasi sangat
penting. Evaluasi dapat diartikan “penilaian terhadap tingkat keberhasilan siswa
mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah program”42. Jadi fungsi dari
evaluasi adalah agar guru dapat mengetahui sampai sejauh mana kemampuan para
siswa dan siswi dalam menerima ilmu pengetahuan yang disampaikan oleh guru.
Dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah, proses kegiatan belajar dan
mengajar merupakan suatu kegiatan yang paling pokok, karena berhasil tidaknya
pencapaian tujuan pendidikan tergantung pada proses belajar mengajar yang
dialami oleh siswa. Oleh karena itu, prestasi erat kaitannya dengan belajar.
Pada dasarnya belajar merupakan proses yang mengakibatkan perubahan-
perubahan. Proses tersebut dilakukan baik secara formal maupun informal. Secara
42 Muhibbin Syam, Pisikologi Pendidikan dengan Pendekataan Baru, (Bandung: PT RemajaRosdakarya, 2010), Cet 15, h. 139
38
formal, berarti seseorang melalui tahapan belajar pada suatu lembaga tertentu
yang secara resmi dikelola oleh manusia tertentu dan mengikuti suatu model
pembelajaran tertentu pula.
Menurut S. Nasution prestasi belajar adalah suatu perubahan individu yang
belajar, perubahan tidak hanya mengenai pengetahuan juga membentuk
kecakapan, kebiasaan diri pribadi individu yang belajar43.
Dari beberapa pengertian diatas dapatlah disimpulkan bahwa prestasi belajar
adalah suatu hasil yang diperoleh setelah proses belajar berlangsung, yaitu dengan
cara penguasaan pengetahuan dan keterampilan yang dibuktikan dalam tes belajar
dan hasil akhirnya dalam bentuk nilai.
Adapun pengertian belajar adalah yang berproses dan merupakan unsur
yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang
pendidikan. sebagian orang beranggapan bahwa belajar adalah semata-mata
mengumpulkan atau menghafalkan fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk
informasi atau materi pelajaran. Menurut beberapa ahli mendefinisikan belajar
ialah:
Alisuf Sabri mengemukakan bahwa, belajar adalah “Proses perubahan
tingkah laku sebagai akibat pengalaman atau latihan”44.
M. Dalyono, berpendapat belajar adalah “perubahan-perubahan lahir dan
batin, tidak hanya perubahan-perubahan yang tidak dapat diamati, perubahan yang
positif, yaitu perubahan yang menuju ke arah kemajuan atau kearah perbaikan45.”
43 S. Nasution, Didaktik Dasar-dasar Mengajar, (Bandung: Jemmars, 1995), h. 25.44 M. Alisuf Sabri, Pisikologi Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), Cet II, h. 55
39
Menurut Syaiful Bahri Djamarah belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman
individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kongnitif,
afektif, dan pisikomotorik46.
Menurut Ngalimi Purwanto belajar merupakan suatu perubahan dalam
tingkah laku, dimana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang
lebih baik, tetapi juga ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih
buruk47.
Menurut Chalidjah Hasan belajar ialah suatu aktivitas mental/psikis yang
berlangsung dalam interaksi aktif dalam lingkungan yang menghasilkan
perubahan dalam pengetahuan, sikap dan keterampilan48.
Sedangkan menurut Zikri Neni Iska belajar adalah proses perubahan dari belum
mampu menjadi sudah mampu, terjadi dalam jangka waktu tertentu49.
Jadi dapat disimpulkan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baik secara
keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri maupun dalam interaksi dengan
lingkungan.
2. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Prestasi belajar yang dicapai seorang individu merupakan hasil interaksi
antara berbagai faktor yang mempengaruhi baik dari dalam diri (factor internal)
45 M. Dalyono, Pisikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), Cet IV, h. 210.46 Syaiful Bahri Djamarah, Pisikologi Belajar, edisi II, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h.1347 Ngalimi Purwanto, Pisikologi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), Cet 23, h. 8548 Chalidjah Hasan, Pisikologi Pendidikan, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1994), Cet 1, h. 84.49 Zikri Neni Iska, Pisikologi:Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan, (Jakarta: KiziBrother’s, 2008), Cet II, h. 82
40
maupun dari luar individu (faktor eksternal). Pengenalan terhadap faktor-faktor
yang mempengaruhi prestasi belajar penting sekali artinya dalam rangka
membantu murid dalam mencapai prestasi belajar yang sebaik-baiknya.
Prestasi belajar merupakan suatu hasil dari proses belajar mengajar,
dimana didalamnya terdapat beberapa faktor yang saling mempengaruhi.
selajutnya tinggi rendahnya, besar kecilnya prestasi belajar dipengaruhi oleh
faktor-faktor tersebut.
Faktor yang mempengaruhi belajar menurut H.M.Alisuf Sabri mengatakan
“bahwa ada berbagai faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa yang secara
garis besar dibagi menjadi dua, yaitu faktor internal dan eksternal”.
a. Faktor Internal Siswa (yang berasal dari dalam diri)
1) Faktor fisikologis siswa, seperti kondisi kesehatan dan kebugaran fisik,
serta kondisi panca indranya terutama penglihatan dan pendengaran.
2) Faktor psikologis siswa, seperti minat, bakat, intelegensi, motivasi, dan
kemampuan-kemapuan kognitif seperti kemampuan kemampuan
kognitif seperti kemampuan pengetahuan (bahan apersepasi) yang
dimiliki siswa.
b. Faktor Eksternal Siswa (yang berasal dari luar diri)
Faktor lingkungan siswa, Faktor ini terbagi dua, yaitu pertama factor
lingkungan alam atau non sosial seperti keadaan suhu, kelembaban udara,
waktu, letak sekolah, dan sebagainya. kedua faktor lingkungan sosial
seperti, manusia dan budayanya50.
50 M. Alisuf Sabri, Pisikologi Pendidikan, h. 59-60
41
Untuk melengkapi rumusan di atas tentang faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi prestasi belajar siswa, disini penulis mengutip rumusan dari
Sumandi Suryabrata dalam bukunya “Psikologi Pendidikan”, dan Muhibbin Syam
dalam bukunya “Psikologi Pendidikan dengan pendekatan baru”.
1. Faktor Internal (yang berasal dari dalam diri siswa) Faktor internal adalah
faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar mencakup faktor
fisikologis dan psikologis.
a. Faktor fisikologis yang terdiri dari kondisi jasmani pada umumnya
terutama fungsi-fungsi panca indra.
1) Jasmani pada umumnya ini dapat dikatakan melatar belakangi
aktifitas belajar; keadaan jasmani yang segar akan lain
pengaruhnya dengan keadaan jasmani yang kurang segar. Jika
fisiknya tidak sehat maka belajarnyapun akan terganggu karena
tidak konsentrasi.
2) Panca indra adalah bagian-bagian tubuh yang berfungsi untuk
menerima rangsangan sesuai dengan modalitas masing-masing.
Jika panca indranya terdapat kekurangan maka itu akan
mempengaruhi dirinya dalam belajar karena akan mengalami
kesulitan51.
51 Sumandi Suryabrata, Pisikologi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Garafindo, 1998), Cet IX, h. 235-236
42
b. Faktor psikologis menurut muhibbin syam, yang terdiri dari
kecerdasan siswa, sikap siswa, bakat siswa, minat siswa, dan motivasi
siswa.
1) Kecerdasan atau intelegensi adalah suatu kemampuan mental yang
melibatkan proses berfikir secara rasional, oleh karena itu
kecerdasan tidak dapat di amati secara langsung melainkan harus
disimpulkan dari berbagai tindakan nyata yang merupakan
menifestasi dari proses berfikir rasional.
2) Sikap siswa adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa
kecendrungan untuk mereaksi atau merespon dengan cara yang
relative tetap terhadap objek orang, barang dan sebagainya, baik
secara positif maupun negative.
3) Bakat adalah kemampuan yang spesifik yang diberikan pada
individu pada suatu kondisi yang memungkinkan tercapainya
pengetahuan, kecakapan atau keterampilan tertentu melalui suatu
latihan.
4) Minat adalah keinginan atau kegairahan yang tinggi terhadap
sesuatu, faktor ini muncul biasanya dari sesuatu yang digemari atau
disukai.
5) Motivasi adalah keadaan dalam diri individu atau organisme yang
mendorong prilaku kerah tujuan. Oleh karena itu motivasi
mempunyai dua aspek yaitu: (1) motivasi intristik ialah hal dan
keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat
43
mendorongnya melakukan tindakan belajar , (2) motivasi ekstrinsik
ialah hal dan keadaan yang datang dari luar individu siswa yang
juga mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar. Contohnya
pujian dan hadiah52.
2. Faktor Eksternal Siswa (yang berasal dari luar diri siswa). Seperti faktor
internal siswa, faktor eksternal siswa juga terdiri atas dua macam, yakni:
faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan nonsosial.
a. Lingkungan yang terdiri dari alam dan social
1) Lingkungan alam
Maksudnya adalah keadaan cuaca yang mempengaruhi minat
belajar anak misalnya pada musim hujan anak-anak malas untuk
pergi ke sekolah karena jalan menuju sekolah mereka banjir.
2) Lingkungan nonsosial
3) Muhibbin Syah merumuskan bahwa yang dimaksud factor
lingkungan non sosial terdiri dari tiga, yaitu: lingkungan sekolah,
masyarakat, dan lingkungan keluarga.
Lingkungan masyarakat dan teman-teman sepermainan disekitar tempat
tinggal siswa. kondisi gedung sekolah, dan letaknya, rumah tempat tinggal
keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar
siswa yang digunakan siswa. Menurut syam Faktor-faktor ini turut menentukan
tingkat keberhasilan belajar siswa. Lingkungan yang sangat mempengaruhi
kegiatan belajar adalah orang tua dan keluarga-keluarga siswa itu sendiri, sifat-
52 Muhibbin Syam, Pisikologi Pendidikan dengan Pendekataan Baru, h. 132-136
44
sifat orang tua, praktek pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga dan letak
demograsi keluarga (letak rumah) semua akan memberikan dampak baik atau
buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang dicapai siswa53.
Secara singkat penulis dapat menyimpulkan bahwa factor yang
mempengaruhi prestasi belajar yaitu faktor diri sendiri dan faktor yang berasal
dari lingkungan.
3. Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar
Prestasi belajar siswa merupakan kelanjutan dari pembahasan tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa. Karena keberhasilan
belajar siswa sangat tergantung pada bagaimana keadaan atau kondisi faktor-
faktor itu meliputi dirinya. Apakah faktor-faktor itu berada pada kondisi yang
positif (cukup, baik atau tepat) ataukah dalam kondisi yang negatif. Menurut
mulyana dalam upaya meningkatkan prestasi belajar, “keadaan jasmani, keadaan
sosial emosional, lingkungan, memulai pelajaran, membagi pekerjaan, control,
sikap optimis, mengunakan waktu, cara mempelajari buku, dan mempertinggi
kecepatan membaca peserta didik”54.
Kondisi faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar yang baik,
diperlukan jasmani yang sehat, dalam keadaan jasmani yang sehat apabila jasmani
dalam keadaan sakit, kurang gizi, kurang istirahat maka tidak dapat belajar dengan
efektif. Keadaan sosial emosional, peserta didik yang mengalami kegoncangan
emosi yang kuat, atau mendapat tekanan jiwa, demikian pula anak yang tidak
53 Muhibbin Syam, Pisikologi Pendidikan dengan Pendekataan Baru, h. 135.54 Mulyasa, Implemntasi Kurikulum 2004 Panduan Pembelajaran KBK, (Bandung: PT RemajaRosdakarya, 2006), Cet IV, h. 195
45
disuka temannya tidak dapat belajar secara efektif, karena kondisi ini sangat
mempengaruhi konsentrasi pikiran, kemauan dan perasaan.
Kondisi positif, baik faktor internal, eksternal maupun faktor pendekatan
belajar maka seorang siswa dapat dipastikan akan memperoleh keberhasilan
dalam belajarnya dan menjadi siswa yang berprestasi tinggi. Sebaliknya jika
faktor-faktor tersebut dalam kondisi yang negatif didapati oleh siswa maka dapat
dipastikan siswa tersebut akan menemui banyak masalah dalam belajarnya dan
tidak akan memperoleh keberhasilan yang baik dalam belajarnya.
Kondisi dimana faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa
dalam kondisi negatif sehingga menyebabkan siswa tersebut mengalami
kegagalan dalam belajar disebut kesulitan belajar. Kesulitan belajar bukan berarti
bermasalahnya seluruh faktor yang mempengaruhi belajar pada siswa, tetapi bisa
jadi yang bermasalah hanya satu atau beberapa faktor saja, misalnya anak yang
memiliki intelegensi yang tinggi bisa menjadi anak yang tidak berprestasi
dibidang akademiknya jika lingkungannya tidak mendukung.
Fenomena kesulitan belajar siswa biasanya nampak jelas dari menurunnya
kinerja akademik atau prestasi belajarnya, namun kesulitan belajar juga dapat
dibuktikan dengan munculnya kelainan prilaku siswa seperti berteriak-teriak
didalam kelas, mengusik teman, sering tidak masuk sekolah55.
Banyak langkah-langkah yang dapat ditempuh guru, antara lain agar kesulitan
belajar siswa dapat ditanggulangi maka seorang pendidik atau orang tua perlu
melakukan beberapa hal yang baik dan menggembirakan antara lain:
55 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, h . 170.
46
a. Kasih sayang yang ikhlas.
b. Perhatian dan pengertian yang besar.
c. Bimbingan arahan yang kontinyu.
d. Bijaksana dalam menghadapi kesukaran belajar.
Berdasarkan uraian diatas, penulis berkesimpulan bahwa hal yang
mendorong prestasi belajar itu dipengaruhi oleh faktor-faktor yang datang dari
dalam dirinya sendiri. dan faktor dari luar diri sendiri. kedua faktor tersebut akan
selalu berinteraksi, sehingga secara langsung ataupun tidak langsung akan
mempengaruhi prestasi belajarnya.
D. Penelitian Terkait
Untuk memperkuat latar belakang dan landasan teori yang telah
dipaparkan sebelumnya, maka terdapat penelitian yang relevan sebagai berikut:
1. Enny Nurbiyanti (2008) Pengaruh Fasilitas Perpustakaan dan Kinerja
Pustakawan terhadap Minat Baca Siswa SMK Negeri 2 Blora.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa kualitas fasilitas perpustakaan
mempunyai pengaruh lebih besar terhadap minat baca siswa. Hasil uji
parsial nilai variabel kualitas fasilitas perpustakaan 4,091 dengan sig.
0,000 ~ 0,05.
Variabel bebas Penelitian terdahulu: fasilitas perpustakaan dan kinerja
pustakawan. Penelitian ini: kualitas fasilitas perpustakaan dan kualitas
media pembelajaran. Sama-sama menggunakan regresi linier berganda
dan teknik pengambilan sampel dengan proportional random
sampling.
47
2. Pri Utami, Bakhtaruddin (2012), Peranan Perpustakaan Sekolah dalam
Meningkatkan Minat Baca SDIT IQRA’ Kota Solok. Penelitian ini
termasuk penelitian kualitatif menyimpulkan bahwa kendala yang ada
di sekolah tersebut antaranya terbatasnya koleksi perpustakaan, tenaga
profesional yang belum tetap, dan ruang perpustakan yang jauh dari
gambaran dari perpustakaan yang ideal. Jenis penelitian, Penelitian
terdahulu termasuk penelitian kualitatif. Penelitian ini termasuk
penelitian kuantititif. Sama-sama terbatasnya koleksi/buku di
perpustakaan, tenaga profesional, dan ruangan yang masih jauh dari
gambaran perpustakaan yang ideal.
3. Warsito Adi Nugroho (2011), Pengaruh Fasilitas Perpustakaan dan
Kinerja Pustakawan terhadap Minat Baca Siswa SMA Negeri 2 Pati.
Hasil penelitian ini menunjukan terdapat pengaruh yang signifikan
mengenai kualitas fasilitas perpustakaan, kinerja pustakawan terhadap
minat baca siswa SMA Negeri 2 Pati. Minat membaca mempunyai
tingkat signifikansi dan korelasi yang kuat dan variabel fasilitas
memiliki pengaruh lebih besar terhadap minat baca dengan perhitungan
sebesar 57,2%. Variabel bebas Penelitian terdahulu: fasilitas
perpustakaan dan kinerja pustakawan. Penelitian ini: kualitas fasilitas
perpustakaan dan kualitas media pembelajaran. Hasil regresi Penelitian
terdahulu: variabel fasilitas perpustakaan yang memiliki pengaruh lebih
besar yaitu 57,2%. Penelitian ini: variabel pelayanan memiliki pengaruh
lebih besar 28,73%.
48
4. Rudi Irianto (2017), Pengaruh Fasilitas Perpustakaan dan Kinerja
Pustakawan terhadap Minat Baca Siswa SMK N 9 Semarang 20
14/2017. Hasil penelitian menunjukan di peroleh uji Fhitung 188,745
dengan probabilitas sebesar 0,000<0,05. Besarnya pengaruh secara
simultan antara kualitas fasilitas perpustakaan dan kinerja pustakawan
terhadap minat baca yaitu 58% yang menunjukan bahwa kualitas
fasilitas perpustakaan dan kinerja pustakawan berpengaruh secara
simultan terhadap minat baca siswa SMK Negeri 9 Semarang. Variabel
bebas Penelitian terdahulu: fasilitas perpustakaan dan kinerja
pustakawan. Penelitian ini: kualitas fasilitas perpustakaan dan kualitas
media pembelajaran. Sama-sama menggunakan regresi linier berganda.
Besarnya pengaruh simultan Penelitian terdahulu: 58%. Penelitian ini
55,1%.
E. Kerangka Berfikir
Pendidikan dapat berlangsung di sekolah dan diluar sekolah. Pada
umumnya lembaga sekolah adalah tempat yang memungkinkan seseorang untuk
meningkatkan pengetahuan melalui proses belajar mengajar. Dalam proses
belajar, siswa tidak harus selalu bergantung pada guru, tetapi harus berusaha
mencari sendiri pengetahuan yang lebih luas diantaranya dengan cara banyak
membaca buku.
Buku merupakan salah satu sumber untuk memperkaya pengetahuan. Di
lembaga pendidikan, koleksi buku biasanya disimpan ditempat khusus atau
dikenal dengan perpustakaan, keduanya mempunyai misi yang sama yaitu
49
mencerdaskan kehidupan bangsa. Keberadaan perpustakaan pada suatu sekolah
menduduki posisi yang sangan penting. Kehadiran perpustakaan sangat besar
peranannya dalam usaha pelestarian budaya, pengembangan kecerdasan bangsa
dan ilmu pengetahuan.
Keberhasilan perpustakaan dalam menunjang proses belajar mengajar
siswa dapat diukur berdasarkan tinggi rendahnya kemampuan perpustakaan dalam
melaksanakan fungsinya sebagai pusat kegiatan belajar, pusat pelayanaan
informasi, penelitian dan rekreasi.
Prestasi belajar adalah hasil perubahan dari proses interaksi berbagai
macam faktor didalam aktifitas belajar yang dilakukan melalui pengukuran dan
penilaian dalam hal pengetahuan dan kecakapan serta keterampilan terhadap mata
pelajaran yang biasanya dapat diamati dan diukur dengan nilai test dan angka.
Walaupun prestasi belajar secara umum mewakili segi kognitif namun bukan
berarti hanya mentransfer pengetahuan melainkan lebih dari itu, yakni
mengandung unsur normatif didalamnya terdapat nilai sehingga siswa tidak hanya
mendapatkan kemajuan dari bidang ilmu pengetehuan saja tetapi juga kecakapan
dan keterampilan. Keberhasilan siswa dalam belajar tidak terlepas dari peran guru
dan perpustakaan sekolah.
Dengan demikian peneliti membuat sementara bahwa, untuk menghasilkan
prestasi siswa yang tinggi maka perlu kiranya memanfaatkan perpustakaan
sekolah dengan menanamkan kepada siswa sifat gemar membaca, karena dengan
membaca akan memperluas wawasan dan cakrawala berfikir siswa.
50
F. Hipotesis
Hipotesis adalah suatu jawaban sementara terhadap suatu permasalahan
sampai terbukti melalui data yang terkumpul56. Berdasarkan landasan teori dan
kerangka berfikir di atas, hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
H1 : Ada pengaruh kualitas fasilitas perpustakaan dan kualitas media
pembelajaran terhadap prestasi belajar fiqh siswa MTs Daru’l Hikam Kota
Cirebon.
H2 : Ada pengaruh kualitas fasilitas perpustakaan terhadap prestasi belajar fiqh
siswa MTs Daru’l Hikam Kota Cirebon.
H3 : Ada pengaruh kualitas media pembelajaran terhadap prestasi belajar fiqh
siswa MTs Daru’l Hikam Kota Cirebon.
56 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, edisi VI, (Jakarta: RinekaCipta, 2006), Cet. 13, h. 71
51