iii. gambaran umum wilayah penelitian · moh. nazam, 2011_psl_sps_ipb 37 iii. gambaran umum wilayah...

20
Moh. Nazam, 2011_PSL_SPs_IPB 37 III. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 3.1. Letak Geografis Secara geografis Provinsi NTB terletak antara 08 o 10’ - 09 o 05’ Lintang Selatan dan 115 o 46’-119 o 05’ Bujur Timur. Di sebelah utara berbatasan langsung dengan Laut Jawa dan Laut Flores, di sebelah timur berbatasan dengan Selat Sape, di sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Hindia dan di sebelah barat berbatasan dengan Selat Lombok. Provinsi ini termasuk provinsi kepulauan dengan dua pulau utama, yaitu Pulau Lombok dan Sumbawa serta 332 pulau kecil yang mengelilinginya dengan panjang garis pantai 2.333 km. Di antara 332 pulau kecil tersebut, sekitar 282 pulau sudah memiliki nama. Secara administratif wilayah provinsi NTB terbagai atas delapan kabupaten dan dua kota, 116 kecamatan dan 910 desa/kelurahan. Kabupaten/kota di Pulau Lombok adalah Lombok Barat, Lombok Tengah, Lombok Timur, Lombok Utara dan Kota Mataram. Kabupaten Lombok Utara merupakan kabupaten termuda yang terbentuk pada tahun 2009. Kabupaten/kota di Pulau Sumbawa adalah Kabupaten Sumbawa, Sumbawa Barat, Dompu, Bima dan Kota Bima. Pembagian wilayah kecamatan dan desa/kelurahan menurut kabupaten/kota se Provinsi NTB, secara rinci disajikan pada Tabel 3.1. Tabel 3.1. Pembagian wilayah kecamatan dan desa/kelurahan menurut kabupaten/kota se NTB tahun 2009. No. Kabupaten/ Kota Kecamatan Desa/ Kelurahan Luas Wilayah (km 2 ) 1. Lombok Barat 10 88 2. Lombok Utara 5 33 1.863,40 3. Lombok Tengah 12 139 1.605,55 4. Lombok Timur 20 119 1.208,40 5. Kota Mataram 6 50 61,30 6. Sumbawa 24 164 6.643,98 7. Dompu 8 63 2.324,60 8. Bima 18 168 4.389,40 9. Sumbawa Barat 8 48 1.849,02 10. Kota Bima 5 38 207,50 Jumlah 116 910 20.153,15 Sumber: RPJMD Provinsi NTB 2009-2013. Tabel 3.1 memperlihatkan bahwa luas daratan NTB adalah 20.153,15 km 2 , daratan Pulau Lombok seluas 4.738,70 km 2 (23,51%) dan daratan Pulau Sumbawa seluas 15.414,50 km 2 (76,49%). Wilayah Kabupaten/Kota di Pulau Lombok rata-rata lebih sempit dibandingkan wilayah Kabupaten/Kota di Pulau

Upload: vuongkhuong

Post on 10-Mar-2019

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: III. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN · Moh. Nazam, 2011_PSL_SPs_IPB 37 III. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 3.1. Letak Geografis Secara geografis Provinsi NTB terletak antara 08o

Moh. Nazam, 2011_PSL_SPs_IPB

37

III. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

3.1. Letak Geografis

Secara geografis Provinsi NTB terletak antara 08o 10’ - 09o 05’ Lintang

Selatan dan 115o 46’-119o 05’ Bujur Timur. Di sebelah utara berbatasan

langsung dengan Laut Jawa dan Laut Flores, di sebelah timur berbatasan

dengan Selat Sape, di sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Hindia dan

di sebelah barat berbatasan dengan Selat Lombok. Provinsi ini termasuk provinsi

kepulauan dengan dua pulau utama, yaitu Pulau Lombok dan Sumbawa serta

332 pulau kecil yang mengelilinginya dengan panjang garis pantai 2.333 km. Di

antara 332 pulau kecil tersebut, sekitar 282 pulau sudah memiliki nama.

Secara administratif wilayah provinsi NTB terbagai atas delapan kabupaten

dan dua kota, 116 kecamatan dan 910 desa/kelurahan. Kabupaten/kota di Pulau

Lombok adalah Lombok Barat, Lombok Tengah, Lombok Timur, Lombok Utara

dan Kota Mataram. Kabupaten Lombok Utara merupakan kabupaten termuda

yang terbentuk pada tahun 2009. Kabupaten/kota di Pulau Sumbawa adalah

Kabupaten Sumbawa, Sumbawa Barat, Dompu, Bima dan Kota Bima.

Pembagian wilayah kecamatan dan desa/kelurahan menurut kabupaten/kota se

Provinsi NTB, secara rinci disajikan pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Pembagian wilayah kecamatan dan desa/kelurahan menurutkabupaten/kota se NTB tahun 2009.

No.Kabupaten/

KotaKecamatan

Desa/Kelurahan

Luas Wilayah(km2)

1. Lombok Barat 10 882. Lombok Utara 5 33

1.863,40

3. Lombok Tengah 12 139 1.605,554. Lombok Timur 20 119 1.208,405. Kota Mataram 6 50 61,306. Sumbawa 24 164 6.643,987. Dompu 8 63 2.324,608. Bima 18 168 4.389,409. Sumbawa Barat 8 48 1.849,02

10. Kota Bima 5 38 207,50Jumlah 116 910 20.153,15

Sumber: RPJMD Provinsi NTB 2009-2013.

Tabel 3.1 memperlihatkan bahwa luas daratan NTB adalah 20.153,15 km2,

daratan Pulau Lombok seluas 4.738,70 km2 (23,51%) dan daratan Pulau

Sumbawa seluas 15.414,50 km2 (76,49%). Wilayah Kabupaten/Kota di Pulau

Lombok rata-rata lebih sempit dibandingkan wilayah Kabupaten/Kota di Pulau

Page 2: III. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN · Moh. Nazam, 2011_PSL_SPs_IPB 37 III. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 3.1. Letak Geografis Secara geografis Provinsi NTB terletak antara 08o

Moh. Nazam, 2011_PSL_SPs_IPB

38

Sumbawa. Wilayah terluas adalah Kabupaten Sumbawa, yaitu 6.643,98 ha

(32,97%) dari luas NTB, diikuti Kabupaten Bima (21,78%), Dompu (11,53%),

Sumbawa Barat (9,17%), Lombok Tengah (7,97%), Lombok Timur (5,99%),

Lombok Barat dan Lombok Utara (9,25%).

3.2. Kondisi Iklim

3.2.1. Tipe Iklim

Iklim di wilayah Provinsi NTB mendapat pengaruh yang cukup besar dari

angin Monsun. Pada Oktober sampai dengan Maret, wilayah ini mendapat

pengaruh Monsun Samudera Pasifik melalui laut Jawa dan Samudera Indonesia.

Kedua lautan ini mempengaruhi karakteristik curah hujan di seluruh wilayah

Provinsi NTB, antara lain pola hujan yang tidak seragam, terutama di Pulau

Lombok. Tingginya suhu permukaan laut di kedua lautan tersebut mendorong

evaporasi yang intensif dan pembentukan awan pada musim angin barat. Ini

membuat curah hujan yang tinggi pada November sampai Februari. Sebaliknya

pada musim angin timur, suhu permukaan laut di Samudera Hindia menurun dan

mencapai suhu terendah pada bulan Agustus, menyebabkan terjadinya musim

kering dengan curah hujan yang sangat rendah.

Berdasarkan Atlas Sumber Daya Iklim Pertanian Indonesia skala 1 :

1.000.000, wilayah provinsi NTB termasuk ke dalam dua tipe iklim, yaitu tipe iklim

kering dan tipe iklim basah (Balitkilimat dan Hidrologi, 2003). Sebagian besar

wilayah provinsi NTB termasuk wilayah beriklim kering, sedangkan tipe iklim

basah hanya terdapat di sekitar kawasan Gunung Rinjani di Pulau Lombok.

3.2.2. Curah hujan

Tipe iklim kering di wilayah provinsi NTB termasuk ke dalam tiga pola curah

hujan, yaitu pola curah hujan IA, IIA dan IIC. Sedangkan tipe iklim basah dengan

dua pola curah hujan, yaitu pola curah hujan IIIA dan IIIC (Balitkilimat dan

Hidrologi, 2003), seperti disajikan pada Gambar 3.1.

Pola curah hujan IA dan IIA adalah yang paling dominan di NTB, terutama

di Pulau Sumbawa yang hanya terdiri dari dua pola ini. Sedangkan pola curah

hujan IIC, IIIA dan IIIC hanya terdapat di Pulau Lombok dengan wilayah sebaran

yang relatif sedikit.

Page 3: III. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN · Moh. Nazam, 2011_PSL_SPs_IPB 37 III. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 3.1. Letak Geografis Secara geografis Provinsi NTB terletak antara 08o

Moh. Nazam, 2011_PSL_SPs_IPB

39

Gambar 3.1. Peta wilayah hujan di Provinsi NTB: (a) Pulau Lombok dan sekitar-nya dan (b) Pulau Sumbawa dan sekitarnya (Balitklimat, 2003)

Pola curah hujan IA dicirikan oleh total curah hujan kurang dari 1000 mm

tahun-1 dengan pola curah hujan kurang dari 100 mm bulan-1 selama 7-10 bulan,

curah hujan 100-150 mm bulan-1 kurang dari 4 bulan; curah hujan 150-200 mm

bulan-1 kurang dari 3 bulan dan curah hujan di atas 200 mm bulan-1 kurang dari 2

bulan. Pola curah hujan IA sebagian besar tersebar di bagian utara Pulau

Sumbawa, yaitu pantai utara Kabupaten Sumbawa Besar, Pulau Moyo,

sepanjang pantai utara, timur dan selatan Kabupaten Bima.

(b)

(a)

Page 4: III. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN · Moh. Nazam, 2011_PSL_SPs_IPB 37 III. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 3.1. Letak Geografis Secara geografis Provinsi NTB terletak antara 08o

Moh. Nazam, 2011_PSL_SPs_IPB

40

Pola curah hujan IIA dicirikan oleh total curah hujan 1000 – 2000 mm

tahun-1 dengan pola curah hujan kurang dari 100 mm bul-1 selama 5-8 bulan,

curah hujan 100-150 mm bulan-1 kurang dari 3 bulan, curah hujan 150-200 mm

bulan-1 kurang dari 2 bulan dan curah hujan lebih dari 200 mm bulan-1 selama

kurang dari 4 bulan. Pola curah hujan IIA, tersebar di bagian selatan dan bagian

utara Pulau Lombok serta seluruh wilayah Pulau Sumbawa di luar pola curah

hujan IA.

Pola curah hujan IIC dicirikan oleh total curah hujan 1000 – 2000 mm

tahun-1 dengan pola curah hujan kurang dari 100 mm bulan-1 selama 5 bulan,

curah hujan 100-150 mm bulan-1 kurang dari 5 bulan, curah hujan 150-200 mm

bulan-1 kurang dari 6 bulan dan curah hujan lebih dari 200 mm bulan-1 selama

kurang dari 5 bulan. Pola curah hujan IIC, tersebar di bagian tengah Pulau

Lombok, mulai dari wilayah Narmada, Bonjeruk, Batukliang, dan Aikmel.

Pola curah hujan IIIA termasuk tipe iklim basah yang dicirikan oleh total

curah hujan 2000 – 3000 mm tahun-1 dengan pola curah hujan kurang dari 100

mm bulan-1 kurang dari 6 bulan, curah hujan 100-150 mm bulan-1 kurang dari 4

bulan, curah hujan 150-200 mm bulan-1 kurang dari 5 bulan dan curah hujan di

atas 200 mm bulan-1 selama kurang dari 6 bulan. Pola curah hujan IIIA, tersebar

di wilayah sekitar Sembalun, Kabupaten Lombok Timur.

Pola curah hujan IIIC termasuk tipe iklim basah yang dicirikan oleh total

curah hujan 2000 – 3000 mm tahun-1 dengan pola curah hujan kurang dari 100

mm bulan-1 kurang dari 4 bulan, curah hujan 100-150 mm bulan-1 kurang dari 4

bulan, curah hujan 150-200 mm bulan-1 kurang dari 5 bulan dan curah hujan di

atas 200 mm bulan-1 selama 6-8 bulan. Pola curah hujan IIIC, tersebar di sekitar

Gunung Rinjani, bagian utara Pulau Lombok.

Menurut klasifikasi Schmidt dan Fergusson, NTB tergolong wilayah dengan

tipe hujan C, D dan F, sedangkan menurut Koppen NTB termasuk wilayah

dengan tipe iklim Aw, yaitu tipe iklim hujan tropis dengan curah hujan bulan

terkering kurang dari 60 mm bulan-1 selama 6-9 bulan dan curah hujan tahunan

kurang dari 2.500 mm tahun-1.

Menurut peta Agroklimat Pulau Bali, NTB dan NTT yang disusun

berdasarkan jumlah bulan basah (curah hujan kurang 200 mm bulan-1) dan

jumlah bulan kering (curah hujan kurang dari 100 mm bulan-1), maka NTB

tergolong wilayah dengan zona agroklimat C3, D4 dan E4 (Oldeman et al., 1988).

Zone C3 dicirikan bulan basah 3-6 bulan, dan bulan kering 4-6 bulan. Zona D4

Page 5: III. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN · Moh. Nazam, 2011_PSL_SPs_IPB 37 III. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 3.1. Letak Geografis Secara geografis Provinsi NTB terletak antara 08o

Moh. Nazam, 2011_PSL_SPs_IPB

41

dicirikan bulan basah 3-4 bulan dan bulan kering 5-6 bulan, sedangkan zona E4

dicirikan bulan basah kurang dari 3 bulan dan bulan kering kurang dari 6 bulan.

Curah hujan tahunan selama 22 tahun (1987-2008) di Pulau Lombok yang

bersumber dari sembilan stasiun yang mewakili wilayah utara, tengah, dan

selatan Pulau Lombok, ditunjukkan pada Gambar 3.2.

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

3500

4000

4500

1987

1988

1989

1990

1991

1992

1993

1994

1995

1996

1997

1998

1999

2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

Tahun

Cura

hH

uja

n(m

m/t

h)

Min Max Rerata Stasiun: Santong, Keru, Kuripan, Mantang, Janapria

Sengkol, Prian, Pringgabaya dan Sapit

Gambar 3.2. Curah hujan tahunan di Pulau Lombok 1987-2008(Sumber: BMKG, St. Klimatologi Kedri, NTB 2009)

Curah hujan tahunan selama 22 tahun (1987-2008) di Pulau Sumbawa

yang bersumber dari enam stasiun yang mewakili wilayah barat, tengah, dan

timur Pulau Sumbawa, ditunjukkan pada Gambar 3.3.

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

3500

4000

4500

5000

5500

6000

1987

1988

1989

1990

1991

1992

1993

1994

1995

1996

1997

1998

1999

2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

Tahun

Cura

hH

uja

n(m

m/t

h)

Min Max Rerata Stasiun: Tepas, Taliw ang, Semongkat, Utan Rhee,

Rasanae, dan Sape

Gambar 3.3. Curah hujan tahunan di Pulau Sumbawa 1987-2008(Sumber: BMKG, St. Klimatologi Kediri NTB, 2009)

Page 6: III. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN · Moh. Nazam, 2011_PSL_SPs_IPB 37 III. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 3.1. Letak Geografis Secara geografis Provinsi NTB terletak antara 08o

Moh. Nazam, 2011_PSL_SPs_IPB

42

Gambar 3.2 dan 3.3 memperlihatkan kondisi curah hujan yang sangat

berbeda antara Pulau Lombok dan Sumbawa. Curah hujan tahunan di Pulau

Lombok relatif lebih tinggi di bandingkan dengan di Pulau Sumbawa. Curah

hujan tertinggi di Pulau Lombok terjadi pada tahun 1989 dan tahun 1999 dan

terendah terjadi pada tahun 1987, 1994 dan 2004, 2005. Curah hujan tertinggi di

Pulau Sumbawa terjadi pada tahun 2000 dan 2008, terendah pada tahun 1994.

Gejala El Nino berpengaruh terhadap intensitas hujan di NTB. Rata-rata

hari hujan dalam 10 tahun terakhir berkisar antara 4 – 11 hari bulan-1. Curah

hujan rata-rata antara 53 - 277 mm bulan-1. Bulan kering (curah hujan kurang dari

60 mm bulan-1) terjadi selama 4-5 bulan, yaitu mulai bulan Mei sampai dengan

bulan September, sedangkan bulan basah (curah hujan di atas 200 mm bulan-1)

terjadi selama 5 bulan, yaitu mulai Nopember sampai dengan Maret.

3.2.3. Suhu

Provinsi NTB termasuk salah satu wilayah yang menghadapi konsekuensi

serius dari perubahan iklim karena posisinya yang terletak di sebelah selatan

garis khatulistiwa. Kondisi demikian menyebabkan suhu dan kelembaban udara

selalu tinggi, sehingga dikategorikan sebagai daerah beriklim humid tropic yang

isothermik dan beberapa daerah beriklim mirip semi arid dengan curah hujan dan

kelembaban udara yang relatif rendah.

Berdasarkan data statistik dari Badan Meteorologi Klimatologi dan

Geofisika (BPS, 2009), temperatur maksimum pada tahun 2008 berkisar antara

30,2oC – 32,7oC, dan temperatur minimum berkisar antara 21,3oC – 24,7oC.

Temperatur tertinggi terjadi pada bulan Oktober dan terendah pada bulan Juli.

Sebagai daerah tropis, provinsi NTB mempunyai rata-rata kelembaban yang

relatif tinggi, yaitu antara 75-85%.

Ciri komponen iklim yang optimal untuk pertumbuhan padi adalah suhu

relatif tinggi, musim pertanaman (growing season) sedang sampai panjang,

cahaya matahari cukup, air terdistribusi rata hampir sepanjang musim

pertanaman, suhu kering pada periode pengisian sampai kematangan gabah

(Huke, 1976 dalam Las et al., 2008). Idealnya, kondisi seperti ini dapat

berlangsung terus menerus dari tahun ke tahun.

3.3. Topografi

Ketinggian tempat wilayah NTB bervariasi mulai dari 0 sampai dengan

3.726 m di atas permukaan laut (dpl) di Pulau Lombok dan dari 0 sampai dengan

Page 7: III. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN · Moh. Nazam, 2011_PSL_SPs_IPB 37 III. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 3.1. Letak Geografis Secara geografis Provinsi NTB terletak antara 08o

Moh. Nazam, 2011_PSL_SPs_IPB

43

2.755 m dpl di Pulau Sumbawa. Berdasarkan ketinggian wilayah, fisiografi NTB

diklasifikasikan atas datar, landai, bergelombang sampai bergunung. Di Pulau

Lombok terdapat jajaran Gunung Rinjani, Mareje, Timanuk, Nangi, Perigi,

Plawangan, dan Baru, sedangkan di Pulau Sumbawa terhampar deretan Gunung

Batulanteh, Tukan, Jaran Pusang, Soromandi/Donggo, Tambora, Dadu, Pajo dan

Sambi.

3.4. Tanah

3.4.1. Klasifikasi Tanah

Berdasarkan hasil pengamatan tanah di lapangan dan didukung oleh hasil

analisis laboratorium, tanah-tanah di wilayah penelitian dapat diklasifikasikan

menurut Soil Taxonomy (Soil Survey Staff, 1998) ke dalam lima ordo, yaitu

Entisols, Andisols, Inceptisols, Mollisols, dan Vertisols (BPTP NTB, 2005).

Entisols

Entisols merupakan tanah-tanah muda, yang belum mempunyai

perkembangan profil, dengan susunan horison A-C atau A-C-R, atau A-R. Tanah

ini terbentuk dari bahan aluvium, aluvium-marin, marin, dan volkan. Umumnya

terbentuk pada landform dataran, fluvio-marin, dan volkan. Penampang tanah

bervariasi, tekstur lempung berpasir sampai pasir berlempung, dan berlapis-lapis

(stratified) atau berselang seling. Adanya perbedaan tekstur berlapis-lapis

tersebut menunjukkan proses pengendapan dari limpasan sungai yang berulang;

sebagian mengandung kerikil di dalam penampang tanah. Warna tanah coklat

tua sampai gelap, drainase buruk sampai cepat, struktur lepas sampai masif,

konsistensi gembur dan keras pada kondisi kering. Reaksi tanah umumnya agak

netral (pH 7), kadar C organik sangat rendah sampai sedang, kadar P2O5 dan

K2O potensial sedang sampai tinggi, basa-basa dapat tukar rendah sampai tinggi

dan didominasi oleh Ca dan Mg. KTK tanah rendah, tetapi kejenuhan basanya

tinggi. Penggunaan lahan bervariasi. Klasifikasi tanah pada tingkat subgrup

termasuk Typic Hydraquents, Typic Endoaquents, Typic Ustifluvents, Typic

Ustipsamments, Lithic Ustorthents, Vitrandic Ustorthents, dan Typic Ustorthents.

Andisols

Andisols merupakan tanah-tanah muda, yang belum sampai sedikit

mempunyai perkembangan profil, dengan susunan horison A-C, A-C-R. Tanah ini

terbentuk dari bahan abu volkan (debu, pasir, dan kerikil). Umumnya terbentuk

Page 8: III. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN · Moh. Nazam, 2011_PSL_SPs_IPB 37 III. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 3.1. Letak Geografis Secara geografis Provinsi NTB terletak antara 08o

Moh. Nazam, 2011_PSL_SPs_IPB

44

pada landform volkanik. Penampang tanah dangkal sampai dalam, tekstur

lempung berpasir sampai pasir berlempung. Warna tanah coklat tua sampai

coklat tua kekuningan, drainase sedang, struktur lepas sampai masif, konsistensi

gembur dan keras pada kondisi kering. Reaksi tanah umumnya netral, kadar C

organik sangat rendah sampai sedang, kadar P2O5 dan K2O potensial sedang

sampai tinggi, basa-basa dapat tukar rendah dan didominasi oleh Ca dan Mg.

KTK tanah rendah sampai sedang, tetapi kejenuhan basanya tinggi. Umumnya

Klasifikasi tanah pada tingkat subgrup termasuk Lithic Ustivitrands dan Typic

Ustivitrands.

Inceptisols

Tanah-tanah yang sudah menunjukkan adanya perkembangan profil,

dengan susunan horison A-Bw-C pada lahan kering dengan drainase baik, atau

susunan horison A-Bg-C pada lahan basah dengan drainase terhambat. Tanah

terbentuk dari berbagai macam bahan induk, yaitu tuf volkan masam, tuf volkan

intermedier (andesitik), tufa pasiran, dan granodiorit serta skis. Tanah ini

mempunyai penyebaran paling luas, menempati grup landform dataran volkan,

perbukitan volkan, dan dataran tektonik.

Tanah dari bahan volkan intermedier berwarna coklat kemerahan, tekstur

lempung berliat sampai liat, penampang dalam, dan struktur cukup baik,

konsistensi gembur sampai teguh. Reaksi tanah netral, kadar C dan N organik

sangat rendah sampai sedang, kadar P dan K potensial sedang sampai tinggi.

Kadar basa-basa dapat tukar didominasi oleh Ca dan Mg. KTK tanah rendah,

KTK liat rendah sampai tinggi, dan kejenuhan basa tinggi.

Pada landform dataran volkan, sifat tanah dipengaruhi oleh bahaninduknya. Tanah penampang cukup dalam, berwarna coklat kekuningan sampaikemerahan, drainase baik, tekstur halus sampai agak halus, konsistensi gembursampai teguh, dan reaksi tanah agak masam sampai masam. Tanahdiklasifikasikan dalam subgrup: Fluvaquentic Endoaquepts, Typic Endoaquepts,Typic Halaquepts, Aquic Haplustepts, Fluventic Haplustepts, Lithic Haplustepts,Vitrandic Haplustepts, Vertic Haplustepts, dan Typic Haplustepts.

Mollisols

Mollisols tergolong tanah-tanah yang mempunyai perkembangan profil

dengan susunan horison ABC dengan lapisan atas horison mollic,

memperlihatkan struktur cukup kuat. Tanah berkembang dari bahan induk batuan

sedimen (batugamping), menempati landform perbukitan Karst volkan dengan

penyebarannya sempit. Penampang tanah cukup dalam, warna coklat

Page 9: III. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN · Moh. Nazam, 2011_PSL_SPs_IPB 37 III. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 3.1. Letak Geografis Secara geografis Provinsi NTB terletak antara 08o

Moh. Nazam, 2011_PSL_SPs_IPB

45

kemerahan, tekstur agak halus sampai agak kasar, struktur cukup kuat gumpal

bersudut, konsistensi gembur sampai teguh dan reaksi tanah netral (kejenuhan

basa tinggi). Tanah diklasifikasikan kedalam subgrup Typic Haplustolls.

Vertisols

Vertisols tergolong tanah-tanah yang mempunyai perkembangan profil

dengan susunan horison ABC atau AC, memperlihatkan struktur baji yang

biasanya retak-retak di musim kemarau dan mengembang di musim hujan.

Tanah berkembang dari bahan induk aluvium dan aluvio-koluvium dengan

penyebarannya sempit. Penampang tanah cukup dalam, warna coklat

kekelabuan, tekstur agak halus sampai halus, struktur cukup kuat gumpal

bersudut, konsistensi gembur sampai teguh dan reaksi tanah netral (kejenuhan

basa tinggi). Tanah diklasifikasikan kedalam subgrup Typic Haplusterts.

3.4.2. Sifat Kimia dan Fisika Tanah

Berdasarkan hasil analisis kimia contoh tanah yang diperoleh dari tiga

wilayah pewakil, yaitu Lombok Tengah, Sumbawa Barat dan Kabupaten Bima,

diperoleh informasi bahwa kesuburan tanah di wilayah penelitian tergolong

rendah sampai sedang, seperti ditunjukkan pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2. Keragaan unsur kimia dan fisika tanah di tiga wilayah penelitian

pHN

Total P Pot K PotC

Orgnk Tekstur (%)Lokasi/

KabupatenH2O KCL % mg/100 gr % Pasir Debu Liat

min 6,33 5,00 0,01 2,70 16,46 0,04 15,00 2,00 1,00

max 7,86 6,52 0,64 80,90 280,73 4,69 97,00 55,00 69,00

LombokTengah

(n = 147) rerata 6,97 6,04 0,11 27,79 93,91 1,04 40,67 29,46 29,87

min 5,37 4,03 0,02 2,90 18,75 0,12 10,00 5,00 2,00

max 7,85 6,36 8,97 76,00 294,03 5,34 92,00 83,00 66,00Sumbawa

Barat(n = 152) rerata 6,47 5,62 0,11 30,12 120,98 1,58 33,19 43,50 23,12

min 5,60 4,01 0,01 3,80 1,83 0,05 7,00 10,00 1,00

max 8,36 7,94 0,57 248,45 428,57 5,74 89,00 74,33 62,00Kabupaten

Bima(n = 142) rerata 6,68 5,68 0,14 49,10 73,86 1,34 41,93 36,10 21,86

min 5,77 4,35 0,01 3,13 12,35 0,07 10,67 5,67 1,33

max 8,02 6,94 3,39 135,12 334,44 5,26 92,67 70,78 65,67NTB

(N = 441)rerata 6,71 5,78 0,12 35,67 96,25 1,32 38,59 36,35 24,95

Sumber: Data primer dan sekunder, diolah n = jumlah sampel/contoh tanah

pH tanah

Page 10: III. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN · Moh. Nazam, 2011_PSL_SPs_IPB 37 III. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 3.1. Letak Geografis Secara geografis Provinsi NTB terletak antara 08o

Moh. Nazam, 2011_PSL_SPs_IPB

46

Salah satu sifat kimia tanah yang berperan penting dalam menentukan

status kesuburan tanah adalah pH (potential of hydrogen). Sifat kimia tanah ini

menunjukan perimbangan konsentrasi kation hidrogen (H+) dan anion hidroksida

(OH-) dalam tanah. Tanah yang kandungan kation H+ tinggi dikatagorikan

sebagai tanah masam, sedangkan tanah yang kandungan anion OH- tinggi

dikatagorikan sebagai tanah basa. Tanah dengan pH di bawah 5,5 atau di atas

7, unsur hara makro (N, P, K, Ca, Mg, Na, dan S) dan unsur mikro (Cu, Zn, Mn,

B, Fe, dan lain-lain) tidak tersedia secara optimal, karena sebagian unsur hara

tersebut mengalami fiksasi (terikat). Dalam kehidupan tanaman, pH tanah dapat

digunakan sebagai indikator kesuburan tanah. Tanah yang subur akan

memberikan daya dukung yang tinggi terhadap pertumbuhan tanaman. Hasil

analisis tanah menunjukkan bahwa reaksi tanah di NTB bersifat netral dengan

pH tanah (H2O) rata-rata 6,71 dan pH (KCl) rata-rata 5,78. Berdasarkan indikator

tersebut bila dikaitkan dengan persyaratan penggunaan lahan untuk

pertumbuhan tanaman padi sawah dapat dikategorikan sebagai lahan sawah

dengan kelas kesesuaian S1 (Djaenuddin et al., 2003).

Kandungan nitrogen, fosfor dan kalium tanah

Nitrogen, fosfor dan kalium merupakan unsur hara yang sangat penting

keberadaanya di dalam tanah. Unsur hara N, P dan K sangat besar pengaruhnya

terhadap pertumbuhan tanaman padi, baik untuk pertumbuhan vegetatif maupun

generatif. Hasil analisis memperlihatkan bahwa rata-rata kandungan nitrogen

tanah di NTB berstatus rendah (0,12%), sedangkan kandungan P dan K

menunjukkan status dengan kategori tinggi, yaitu rata-rata 35,67% dan 96,25%.

Kandungan bahan organik tanah

Bahan organik merupakan komponen kimia yang penting di dalam koloid

tanah. Bahan organik berperan dalam beberapa hal yakni pembentukan agregat

tanah, sumber hara potensial bagi tanah, pembentukan pori-pori tanah, salah

satu bagian dari kompleks pertukaran kation dan anion dalam tanah, sebagai

media bagi kehidupan mikrobiologi tanah dan beberapa peranan penting lainnya

di dalam tanah. Pengamatan kandungan bahan organik tanah melalui

pengukuran kandungan karbon (C) organik pada sempel-sempel tanah dari areal

studi menunjukan bahwa kandungan C organik tanah tergolong rendah yaitu

rata-rata 1,32% atau kurang dari 1,5%. Tanah dengan kandungan C organik

kurang dari 1,5% tergolong kelas kesesuaian lahan S2 dan S3 untuk tanaman

Page 11: III. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN · Moh. Nazam, 2011_PSL_SPs_IPB 37 III. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 3.1. Letak Geografis Secara geografis Provinsi NTB terletak antara 08o

Moh. Nazam, 2011_PSL_SPs_IPB

47

padi (Djaenuddin et al., 2003). Kandungan C organik tanah di Pulau Sumbawa

relatif lebih tinggi dibandingkan dengan di Pulau Lombok.

Tekstur tanah

Tekstur tanah menunjukkan komposisi partikel penyusun tanah (sparat)

yang dinyatakan sebagai perbandingan proporsi (%) relatif antara fraksi pasir

(sand) (berdiameter 2,00-0,2 mm atau 2000-200 µm), debu (silt) (berdiameter

0,20-0,002 mm atau 200-2 µm) dan liat (clay) (berdiameter (< 0,002 m atau <2

µm). Untuk menentukan kelas tekstur suatu tanah maka dilakukan analisis

tekstur di laboratorium yang disebut analisa mekanik tanah. Hasil analisis

diketahui bahwa fraksi butiran tanah di wilayah penelitian berupa fraksi pasir

halus, fraksi debu dan fraksi liat berturut-turut adalah 38,59%. 36,35% dan

24,95% atau dikategorikan sebagai tanah berstektur sedang. Tanah dengan

kategori tekstur sedang untuk tanaman padi termasuk dalam kelas kesesuaian

S1 dan S2. Berdasarkan tekstur tersebut, maka tanah dikategorikan sebagai

kelas tekstur liat (clay), lempung berpasir (sandy loam), lempung liat berdebu

(silty clay loam) dan lempung berliat (clay loam).

Kapasitas tukar kation

Kapasitas Tukar Kation (KTK) suatu tanah merupakan gambaran dari

kemampuan misel tanah untuk mempertukarkan kation-kation dalam tanah.

Komponen sifat kimia tanah ini berperan terhadap kemampuan tanah untuk

mengikat unsur hara. Hasil analisis di tiga wilayah penelitian ditunjukkan pada

Tabel 3.3.

Tabel 3.3. Kapasitas Tukar Kation (KTK) tanah di tiga wilayah penelitian

Kation-dd (me/100 gr)Lokasi/Kabupaten

K Na Ca Mg

KTK(me/100 gr)

min 0,05 0,17 1,56 0,10 4,40

max 0,50 1,40 6,22 1,94 59,20Lombok Tengah

(n = 147)rerata 0,24 0,60 3,69 0,92 23,43

min 0,06 0,37 0,27 0,21 5,60

max 2,41 34,65 3,28 8,36 95,20Sumbawa Barat

(n = 152)rerata 0,71 1,55 1,50 3,61 26,45

min 0,02 0,06 1,56 0,28 5,45

max 4,84 80,35 66,16 21,86 88,00Kabupaten Bima

(n = 142)rerata 0,56 2,02 9,46 2,78 27,97

min 0,04 0,20 1,13 0,20 5,15

max 2,58 38,80 25,22 10,72 80,80NTB

(N = 441)rerata 0,50 1,39 4,88 2,43 25,95

Sumber: Data primer dan sekunder diolah

Page 12: III. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN · Moh. Nazam, 2011_PSL_SPs_IPB 37 III. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 3.1. Letak Geografis Secara geografis Provinsi NTB terletak antara 08o

Moh. Nazam, 2011_PSL_SPs_IPB

48

Status kesuburan tanah

Kesuburan tanah adalah kemampuan atau potensi suatu tanah untuk

menyediakan unsur hara dalam jumlah yang cukup dan berimbang dalam

memenuhi kebutuhan tanaman. Tanah yang dikatagorikan subur apabila secara

fisik, kimia dan biologi memberikan kondisi yang baik bagi pertumbuhan tanaman

dan tanaman berproduksi secara optimal.

Secara alami tanah yang belum terganggu oleh aktivitas manusia, pada

umumnya berada pada kondisi subur dan apabila diusahakan biasanya pada

tahap awal pengelolaan relatif tidak memerlukan input luar seperti pemupukan,

karena unsur hara yang tersedia masih cukup tinggi dan kondisi lingkungan

rhizosfirnya umumnya berada dalam keadaan seimbang.

Hasil analisis tanah di wilayah penelitian menunjukkan bahwa KTK, KB, C-

organik, P2O5 dan K2O pada masing-masing parameter cukup bervariasi baik di

dalam wilayah maupun antar wilayah yakni dari rendah hingga sedang. Unsur-

unsur penting tersebut rata-rata berada dalam kondisi kurang optimal. Sebagai

contoh unsur C-organik rata-rata berada di bawah 1,5% dan tergolong kurang

optimal untuk pertumbuhan tanaman padi sawah. Berdasarkan hasil evaluasi

status kesuburan tanah, kondisi sifat kimia tanah di wilayah penelitian

dikatagorikan mempunyai status kesuburan tanah rendah sampai sedang. Tanah

yang mempunyai tingkat kesuburan rendah, daya dukungnya terhadap tanaman

yang diusahakan juga rendah. Oleh karena itu untuk meningkatkan status

kesuburannya agar tanaman yang diusahakan memberikan respon secara

optimal perlu ditambahkan pupuk, baik pupuk organik maupun anorganik.

3.4.3. Kelas Kesesuaian Lahan Sawah

Tanaman padi memiliki persyaratan tumbuh tertentu yang harus dipenuhi

agar dapat tumbuh dengan baik. Apabila persyaratan tumbuh dimaksud dapat

dipenuhi secara baik, maka tanaman akan tumbuh secara baik dengan produksi

yang maksimum. Tanah sebagai media tumbuh tanaman terdiri atas berbagai

jenis yang memiliki karakteristik yang berbeda antara satu tempat dengan tempat

lain, baik sifat fisik, seperti tekstur, struktur tanah maupun sifat kimia tanah yang

akan menentukan kesuburan tanah.

Karakteristik tanah di suatu tempat/wilayah apakah sangat sesuai atau

tidak sesuai untuk pertumbuhan tanaman padi sawah, ditentukan melalui

evaluasi lahan. Evaluasi lahan dilakukan dengan membandingkan atau

Page 13: III. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN · Moh. Nazam, 2011_PSL_SPs_IPB 37 III. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 3.1. Letak Geografis Secara geografis Provinsi NTB terletak antara 08o

Moh. Nazam, 2011_PSL_SPs_IPB

49

mempertemukan (matching) antara persyaratan tumbuh tanaman padi sawah

dengan karakteristik lahan baik fisik maupun ekonomi dengan menggunakan

perangkat program Automatic Land Evaluation System-ALES (CSR/FAO, 1983).

Persyaratan penggunaan/karakteristik lahan untuk pertumbuhan tanaman padi

sawah mengacu pada Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan untuk Komoditas

Pertanian, Balai Penelitian Tanah dan Agroklimat, Bogor (Djaenudin et al., 2003).

Sedangkan karakteristik lahan secara fisik menggunakan hasil pengamatan dan

analisis contoh tanah di laboratorium yang dilakukan oleh Balai Pengkajian

Teknologi Pertanian (BPTP) NTB, 2005.

Peta kelas kesesuaian lahan untuk padi sawah di Kabupaten Lombok

Tengah, Sumbawa Barat dan Bima mengacu pada hasil evaluasi lahan secara

fisik yang telah dilakukan Nazam et al. (2005; 2006), disajikan dalam Peta

Kesesuaian Lahan Untuk Padi Sawah pada Gambar 3.4; 3.5 dan 3.6.

Gambar 3.4. Peta kesesuaian lahan untuk padi sawah di Kabupaten LombokTengah, NTB (Nazam et al., 2005).

Page 14: III. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN · Moh. Nazam, 2011_PSL_SPs_IPB 37 III. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 3.1. Letak Geografis Secara geografis Provinsi NTB terletak antara 08o

Moh. Nazam, 2011_PSL_SPs_IPB

50

Gambar 3.5. Peta kesesuaian lahan untuk tanaman padi sawah di KabupatenSumbawa Barat (Nazam et al., 2006).

Gambar 3.6. Peta kesesuaian lahan untuk tanaman padi sawah di KabupatenBima (Nazam et al., 2005).

LEGENDA

Page 15: III. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN · Moh. Nazam, 2011_PSL_SPs_IPB 37 III. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 3.1. Letak Geografis Secara geografis Provinsi NTB terletak antara 08o

Moh. Nazam, 2011_PSL_SPs_IPB

51

Hasil evaluasi lahan berdasarkan kelas kesesuaian lahan (Gambar 3.4,

3.5 dan 3.6) menunjukkan bahwa sekitar 23,78% lahan sawah di NTB

dikategorikan sangat sesuai (S1), sekitar 41% lahan cukup sesuai (S2), dan

sisanya tergolong dalam kelas sesuai marginal (S3). Faktor penghambat utama

adalah bahaya erosi/ longsor (eh), media perakaran (rc) dan retensi hara (nr).

Erosi tanah dapat disebabkan oleh aktivitas manusia. Pengolahan tanah pada

sistem persawahan dapat menyebabkan hilangnya tanah dan hara mengingat

aktivitas pengolahan tersebut biasanya dilakukan pada saat air dialirkan.

Aktivitas lain yang juga mempengaruhi penghanyutan tanah dan hara menurut

Kundarto et al.(2003) adalah kegiatan-kegiatan penanaman, penyiangan,

pemupukan dan pemanenan.

Dalam penilaian kesesuaian lahan, parameter kualitas lahan yang

dipertimbangkan untuk dievaluasi dengan tipe penggunaan lahan input sedang

adalah bahaya erosi (eh), media perakaran (rc), dan rejim suhu udara (tc),

sedangkan parameter lainnya seperti ketersediaan air (wa), retensi hara (nr),

dan ketersediaan hara (na) dipertimbangkan pada penilaian lahan input rendah.

Di antara parameter kualitas lahan tersebut, media perakaran, rejim suhu udara

relatif lebih sulit untuk diatasi. Kualitas lahan bahaya erosi bisa tidak

dipertimbangkan mengingat sebagian besar lahan sawah berada pada wilayah

dengan kelerengan di bawah 8% dan lahan sawah memiliki pematang untuk

menahan laju aliran air permukaan (run off).

Penambahan hara pada sistem persawahan terutama terjadi pada

aktivitas pemupukan dan hara terlarut dalam air irigasi. Selain diserap oleh

tanaman dan tanah, hara akan hilang melalui proses penguapan dan pelindian

(leaching). Pelindian dapat berupa peresapan langsung ke dalam profil tanah

berupa infiltrasi/perkolasi maupun hara terlarut dalam air drainase. Asdak (1995)

dalam Kundarto et al. (2003), menyatakan bahwa proses kehilangan hara dapat

disebabkan oleh banyak faktor. Empat faktor utama yang berpengaruh dalam

proses kehilangan hara adalah mekanisme yang memungkinkan hara untuk larut

yang diperankan oleh air, kontak langsung dengan tanah, gravitasi dan waktu.

3.5. Infrastruktur dan Air Irigasi

3.5.1. Infrastruktur Transportasi Darat, Laut dan Udara

Ruas-ruas jalan di Provinsi NTB, terdiri atas ruas-ruas jalan nasional dan

jalan provinsi. Berdasarkan SK Menteri PU No. 631/Kpts/M/2009, panjang jalan

Page 16: III. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN · Moh. Nazam, 2011_PSL_SPs_IPB 37 III. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 3.1. Letak Geografis Secara geografis Provinsi NTB terletak antara 08o

Moh. Nazam, 2011_PSL_SPs_IPB

52

nasional di Provinsi NTB sekitar 632.174 km2, sedangkan panjang jalan provinsi

sesuai Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 376/Kpts/M/

2004 adalah 2.367,60 km2.

Jalur penyeberangan lintas provinsi sebanyak lima buah, terdiri atas dua

jalur penyeberangan NTB – Bali, yaitu Lembar – Padang Bai dan Ampenan -

Karangasem; satu jalur penyeberangan NTB - Sulawesi Selatan, yaitu Bima -

Takalar; dan dua jalur penyeberangan NTB ke NTT, yaitu Sape – Waikelo dan

Sape – Labuhan Bajo. Jalur penyeberangan lintas Kabupaten/Kota sebanyak

tiga buah, yaitu Labuhan Kayangan (Lombok Timur) – Poto Tano (Sumbawa

Barat); Labuhan Telong-Elong (Lombok Timur) – Benete (Sumbawa Barat);

Calabai (Dompu) – Pulau Moyo (Sumbawa). Jalur pelayaran Provinsi sebanyak

11 buah, yaitu (1) Labuhan Haji – Benete; (2) Labangka - Cempi; (3) Cempi –

Waworada; (4) Waworada – Sape; (5) Telong-Elong – Benete, (6) Benete –

Labangka, (7) Labuhan Lombok – Badas, (8) Calabai – Bima, (9) Badas –

Kempo, (10) Kempo – Calabai, dan (11) Bima – Sape.

Di NTB juga terdapat empat buah bandara, yaitu Selaparang (Kota

Mataram), Brang Biji (Sumbawa), M. Salahuddin (Bima) dan Sekongkang

(Sumbawa Barat). Saat ini sedang dibangun Bandara bertaraf Internasional,

yaitu Bandara Tanak Awu yang direncanakan beroperasi mulai 2011.

3.5.2. Jaringan Telekomunikasi

Jaringan telekomunikasi yang tersedia di NTB terdiri atas (1) jaringan mikro

digital perkotaan (meliputi seluruh kota kabupaten/kota), (2) situs internet

(meliputi Kota Mataram, Sumbawa Besar, Sumbawa Barat, Dompu dan Bima),

(3) teknologi seluler (meliputi 10 kabupaten/kota), (4) telepon otomat (meliputi 10

kabupaten/kota), (5) jaringan multimedia terpusat di Kota Mataram dengan

distribusi Tanjung, Gerung, Praya, Selong, Taliwang, Sumbawa Besar, Dompu,

Woha, Bima, (6) jaringan televisi lokal menjangkau siaran ke seluruh wilayah

NTB, dan (7) radio lokal menjangkau siaran ke seluruh wilayah NTB.

3.5.2. Sumber, Debit dan Jaringan irigasi

Kondisi sumber dan debit air irigasi di NTB menunjukkan penurunan yang

signifikan. Berdasarkan data pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Daerah NTB 2009 – 2013, menunjukkan bahwa dalam kurun waktu 15 tahun

sejak 1985-2000 teridentifikasi sebanyak 440 titik mata air yang hilang. Saat ini

jumlah titik mata air yang tersisa sekitar 230 titik. Jika laju kerusakan hutan NTB

Page 17: III. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN · Moh. Nazam, 2011_PSL_SPs_IPB 37 III. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 3.1. Letak Geografis Secara geografis Provinsi NTB terletak antara 08o

Moh. Nazam, 2011_PSL_SPs_IPB

53

semakin tidak terkendali, maka jumlah sumber mata air yang ada akan terus

mengalami pengurangan.

Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi NTB (RTRW 2009 –

2029), daerah irigasi yang terdapat di Provinsi NTB tercatat seluas 65.964 ha,

tersebar di Kabupaten Lombok Barat (5.144 ha), Lombok Utara (1.807 ha),

Lombok Tengah (13.942 ha), Lombok Timur ( 22.825 ha), Sumbawa Barat (6.416

ha), Sumbawa (11.192 ha), Dompu (7.953 ha), dan Bima (6.080 ha). Sementara

itu jumlah bendungan (waduk/dam) irigasi hingga saat ini sebanyak 11 buah, di

antaranya 2 buah terdapat di Pulau Lombok, yaitu Bendungan Batujai (7.126 ha)

dan Dam Pengga (3.589 ha) dan sisanya terdapat di Pulau Sumbawa, yaitu Dam

Mamak (3.884 ha), Lebok Taliwang (1.406 ha), Kalimantong I (1.550 ha),

Kalimantong II (2.500 ha), Tiu Kulit (1.877 ha), Batu Bulan (4.955 ha), Gapit

(1.300 ha), Pelaparado (3.834 ha), dan Sumi (1.977 ha).

Kondisi dan jangkauan jaringan irigasi di NTB masih sangat terbatas, selain

karena sumber air yang terbatas, pembangunan infrastruktur berjalan sangat

lambat dan pemeliharaan kurang baik. Diperkirakan sekitar 30% jaringan irigasi

telah rusak atau tidak berfungsi sebagaimana mestinya, serta banyaknya

jaringan irigasi yang terkonversi mengikuti konversi lahan sawah.

Penggunaan air untuk keperluan non pertanian cenderung meningkat

terutama untuk keperluan rumah tangga, aktivitas industri dan aktivitas ekonomi

lainnya, sehingga ketersediaan air irigasi untuk pertanian semakin berkurang.

Faktor ketersediaan air terutama di wilayah beriklim kering sering menjadi faktor

pembatas untuk meningkatkan produksi padi sawah. Pada musim kemarau debit

air menurun hingga lima kali lipat. Terjadinya variabilitas iklim menyebabkan

kondisi iklim menjadi tidak menentu, dan kondisi ekstrim lebih sering terjadi.

Kejadian-kejadian ekstrim, seperti banjir, longsor, musim hujan yang singkat dan

musim kemarau yang lebih panjang dari biasanya sering menimbulkan

ketidakpastian (uncertainty) dan berakibat penurunan produktivitas dan bahkan

pada kegagalan panen atau puso. Menurut Sosiawan dan Subagyono (2007),

pada umumnya potensi ketersediaan air di dam mengalami penurunan sekitar

20-30% dibandingkan dengan potensi yang direncanakan pada saat

pembangunan dam tersebut, yang disebabkan oleh berubahnya kapasitas

tampung dam sebagai akibat sedimentasi.

Page 18: III. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN · Moh. Nazam, 2011_PSL_SPs_IPB 37 III. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 3.1. Letak Geografis Secara geografis Provinsi NTB terletak antara 08o

Moh. Nazam, 2011_PSL_SPs_IPB

54

3.6. Kondisi Sosial Ekonomi

Penduduk NTB pada tahun 2008 berjumlah 4.363.756 jiwa, terdiri atas

2.084.364 jiwa laki-laki dan 2.279.392 jiwa perempuan dengan rasio jenis

kelamin 109,36. Perkembangan jumlah penduduk NTB tahun 2001 – 2008,

seperti terlihat pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4. Perkembangan penduduk NTB tahun 2001-2008

Laki-Laki Perempuan JumlahTahun

………………(jiwa)……………..Rasio jeniskelamin (%)

Laju Pertum-buhan (%)

2001 1.889.101 1.973.753 3.862.854 104,48 -2002 1.896.761 2.033.013 3.929.774 107,18 1,732003 1.932.242 2.073.118 4.005.360 107,29 1,922004 1.940.875 2.135.165 4.076.040 110,01 1,762005 1.999.820 2.143.472 4.143.292 107,18 1,652006 2.043.458 2.213.848 4.257.306 108,34 2,752007 2.043.689 2.248.802 4.292.491 110,04 0,832008 2.084.364 2.279.392 4.363.756 109,36 1,66

Sumber: BPS NTB (2001-2008), diolah 2010.

Secara agregat laju pertumbuhan penduduk NTB dalam kurun 2001-2008

relatif tinggi, yaitu 1,67%. Laju pertumbuhan tersebut lebih tinggi dari

pertumbuhan rata-rata nasional sebesar 1,3%. Laju pertumbuhan penduduk

tertinggi terjadi pada tahun 2006 sebesar 2,75% dan yang terendah pada tahun

2007, yaitu 0,83%. Angka beban tanggungan (dependency ratio/DR) penduduk

NTB pada tahun 2008 adalah 54,86%. DR dihitung berdasarkan jumlah

tanggungan (penduduk usia <15 tahun + penduduk usia >65 tahun) dibagi

penduduk usia produktif 15-65 tahun dikalikan 100%. Pada tahun 2008, jumlah

penduduk usia <15 tahun sebanyak 1.375.208 jiwa dan usia >65 tahun sebanyak

170.688 jiwa, sedangkan penduduk usia produkstif 15-65 tahun sebanyak

2.817.860 jiwa. Jumlah rumah tangga sebanyak 1.189.019 kepala keluarga (KK)

dengan rata-rata anggota rumah tangga sebanyak 3,67 jiwa.

Tingkat pendidikan penduduk NTB secara umum tergolong rendah. Hal ini

dapat dilihat dari persentase jumlah penduduk yang tidak pernah sekolah dan

atau yang tidak atau hanya tamat SD sederajat, diperlihatkan pada Tabel 3.5.

Tabel 3.5 memperlihatkan bahwa jumlah penduduk NTB yang tidak pernah

sekolah hingga tamat SD/MI mencapai 64%. Jumlah penduduk yang

berpendidikan SLTP dan SLTA sekitar 29% dan hanya 7% yang berpendidikan

akademi dan sarjana. Kenyataan tersebut diduga sebagai salah satu faktor yang

menyebabkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) NTB yang tergolong sangat

rendah. Hasil perhitungan IPM pada tahun 2006 dan 2007, menempatkan NTB

Page 19: III. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN · Moh. Nazam, 2011_PSL_SPs_IPB 37 III. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 3.1. Letak Geografis Secara geografis Provinsi NTB terletak antara 08o

Moh. Nazam, 2011_PSL_SPs_IPB

55

sebagai daerah dengan IPM dengan skor 63,74, sehingga ranking secara

nasional berada pada urutan ke 32 dari 33 provinsi atau setingkat di atas Papua

(RPJMD NTB, 2009-2013).

Tabel 3.5. Persentase penduduk NTB usia 10 tahun ke atas menurut pendidikantertinggi yang ditamatkan tahun 2008.

Jenis KelaminLaki-Laki Perempuan

Rata-RataTingkat Pendidikan

……………………%........................... Tidak/Belum Pernah Sekolah 10,35 20,03 15,19 Tidak/Belum Tamat SD 25,97 21,53 23,75 SD/MI 24,95 24,93 24,94 SLTP/MTs 15,47 14,02 14,75 SLTA/MA 16,47 11,54 14,01 Akademi/Diploma 1,93 1,44 1,69 Universitas 4,86 6,51 5,69Jumlah 100,00 100,00 100,00

Sumber: BPS NTB, 2009

Ditinjau dari mata pencaharian penduduk NTB hingga saat ini masih

didominasi oleh sektor pertanian, akan tetapi dalam kurun waktu 2004-2008

menunjukkan kecenderungan menurun, sementara pada sektor lain meningkat,

ditunjukkan pada Tabel 3.6.

Tabel 3.6. Sumber mata pencaharian penduduk NTB menurut sektor 2004-2008

Angkatan Kerja (%) Perubahan (%)Sektor

2004 2006 2008 2004-2006 2006-20081. Pertanian 50,94 46,90 45,50 -7,92 -2,992. Pertambangan dan

Penggalian 1,47 2,30 2,18 56,88 -5,173. Industri 10,40 10,42 11,02 0,16 5,764. Listrik, Gas dan Air 0,15 0,05 0,25 -63,12 361,735. Konstruksi 4,40 3,05 5,09 -30,68 66,996. Perdagangan 15,62 19,16 17,14 22,68 -10,557. Angkutan dan

Komunikasi 5,68 5,31 6,44 -6,53 21,258. Keuangan 0,46 0,71 0,85 52,30 20,129. Jasa 10,88 12,09 11,53 11,10 -4,65

Jumlah 100,00 100,00 100,00

Sumber: BPS NTB (2001-2008), diolah 2010.

Tabel 3.6 memperlihatkan bahwa pada periode 2004-2008 terjadi

perubahan atau pergeseran sumber mata pencaharian penduduk di sektor

pertanian. Pada periode 2004 jumlah penduduk NTB yang bekerja di sektor

pertanian mencapai 50,94%, pada tahun 2006 turun menjadi 46,90% atau turun

7,92%, dan pada tahun 2008 menjadi 45,50% atau terjadi penurunan 2,99%.

Page 20: III. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN · Moh. Nazam, 2011_PSL_SPs_IPB 37 III. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 3.1. Letak Geografis Secara geografis Provinsi NTB terletak antara 08o

Moh. Nazam, 2011_PSL_SPs_IPB

56

Pada sektor lain secara agregat terjadi peningkatan yang cukup signifikan,

misalnya sektor perdagangan meningkat 22,68% (2004-2006), meskipun terjadi

penurunan 10,55% (2006-2008). Sektor industri meningkat 5,96%, sektor jasa

meningkat 5,97%, dan sektor perdagangan meningkat 9,73%.

Jumlah penduduk miskin di NTB hingga saat ini masih cukup tinggi.

Meskipun telah menunjukkan penrurunan dalam 10 tahun terakhir, akan tetapi

penurunannya berjalan sangat lambat seperti ditunjukkan Gambar 3.7.

3,8

1

3,8

6

3,9

3

4,0

1

4,0

8

4,1

4 4,2

6

4,2

9

4,3

6 4,5

0

28

,13

30

,43

29

,14

26

,33

25

,31

27

,43

27

,16

26

,06

24

,76

23

,37

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

Tahun

Populasi Penduduk (Juta Jiwa)

Penduduk Miskin (%)

Gambar 3.7. Perkembangan jumlah penduduk dan persentase pendudukmiskin di NTB tahun 2000-2009

Gambar 3.7. memperlihatkan fluktuasi penduduk miskin yang masih tinggi

dengan kecenderungan penurunan yang lambat. Pada tahun 2000, jumlah

penduduk miskin mencapai 28,13%, kemudian turun menjadi 25,31% pada tahun

2004, dan menurun menjadi 23,37% pada tahun 2009. Meskipun persentase

penduduk miskin menunjukkan angka yang menurun, akan tetapi secara absolut

jumlah penduduk miskin meningkat sejalan dengan pertumbuhan penduduk.

Berdasarkan indeks kedalaman kemiskinan per provinsi tahun 2004, NTB

tergolong salah satu provinsi dengan indeks kedalaman kemiskinan terburuk ke

enam di Indonesia dengan nilai indeks 4,35 jauh dari rata-rata nasional 2,89.