ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... pada saat pulau jawa dikuasai oleh inggris...

180

Upload: lyxuyen

Post on 30-Apr-2019

294 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan
Page 2: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

i

Page 3: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

ii

Page 4: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

iii

Page 5: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

iv

MengungkapAsalUsulNamaKelurahan di Kota Pekalongan

All right reserved @ 2017

Pengarah :

WalikotaPekalongan

PenanggungJawab :

ErliNufiati, S.E - KepalaDinasKearsipandanPerpustakaan

GufronFaza, S.E, M.Ec.Dev - KepalaBidangKearsipan

Tim Penulis/Pendukung :

Milono

Sri Utami

Alfiyah

Mujiyo

Nara Sumber

M. Dirhamsyah

ZainalMuhibin

RibutAchwandi

AgungTjahjana

Editor

AgungTjahjana

RibutAchwandi

Tata LetakdanPewajahan

Jumarno

Harry Febriatmoko

FotoGrafer

WisnuRizaSanjaya

Diterbitkanoleh :

DinasKearsipandanPerpustakaan Kota Pekalongan

Jl. Jetayu No. 2 Kota Pekalongan

HakCiptadilindungiundang – undang Dilarangmengutipataumemperbanyaksebagianatauseluruhisibukuinit

anpaijintertulisdari DinasKearsipandanPerpustakaan Kota Pekalongan

Page 6: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

v

Kata Pengantar

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan

rahmat dan karuniaNya, Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kota

Pekalongan dapat menerbitkan buku dengan judul “Mengungkap Asal Usul

Nama Kelurahan di Kota Pekalongan”, sebuah buku yang disusun

berdasarkan cerita tutur dan khazanah arsip yang dimiliki oleh Dinas

Kearsipan dan Perpustakaan, sebagai salah satu upaya menyelamatkan

sejarah lisan dan kearifan lokal yang menceritakan tentang kisah asal usul

nama kelurahan di Kota Pekalongan.

Buku ini ditulis berdasarkan hasil penelusuran Tim Penyusun yang di

susundarilombapenulisanasalusulnamakelurahan di Kota Pekalonganth

2016 termasukwawancaradenganbeberapa narasumber dan tokoh

masyarakat setempat yang dianggap mempunyai data dan informasi yang

memadai. Dengan buku ini masyarakat dapat mengetahui kisah asalusul

nama kelurahan di Kota Pekalongan. Nama Kelurahan yang ditulis adalah

nama kelurahan sebelum terbitnya Peraturan Daerah Kota Pekalongan

Nomor 8 Tahun 2013 Tentang Penggabungan Kelurahan di Lingkungan

Pemerintah Kota Pekalongan.

Pada edisi ini baru memuat kisah asal usul nama kelurahan di 17

Kelurahan di Kota Pekalongan. Belum semua nama kelurahan dapat

dimuat karena keterbatasan data dan informasi yang dihimpun oleh Dinas

Kearsipan dan Perpustakaan Kota Pekalongan.

Dengan diterbitkannya buku ini dimaksudkan selain sebagai upaya

melestarikan sejarah tentang asal usul nama kelurahan juga agar

masyarakat Indonesia pada umumnya dan masyarakat Kota Pekalongan

pada khususnya dapat mengetahui kisah yang menjadi latar belakang serta

dapat mengambil hikmah dari peristiwatersebut.

Semoga bermanfaat.

Pekalongan, 6 November 2017

Kepala dinas kearsipandan perpustakaan

Kota pekalongan

Erli Nufiati, SE

Page 7: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

vi

Page 8: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

vii

Daftar Isi

Kata Pengantar

Sambutan Walikota Pekalongan

Daftar Isi

I. Panjang

II. KandangPanjang

III. PanjangnWetan

IV. PanjangBaru

V. Bandengan

VI. Krapyak

VII. KrapyakKidul

VIII. KrapyakLor

IX. SugihWaras

X. Sampangan

XI. Kauman

XII. Keputran

XIII. Poncol

XIV. Dekoro

XV. Landungsari

XVI. Noyontaan

XVII. Kebulen

XVIII. Podosugih

XIX. Pringlangu

XX. Bumirejo

XXI. Pasirsari

PetaPekalongandaritahum 1892

Sekapur Sirih

Kontributor

Kepustakaan

………………………..

………………………..

………………………..

………………………..

………………………..

………………………..

………………………..

………………………..

………………………..

………………………..

………………………..

………………………..

………………………..

………………………..

………………………..

………………………..

………………………..

………………………..

………………………..

………………………..

………………………..

………………………..

………………………..

………………………..

………………………..

………………………..

………………………..

………………………..

v

vi

v

1

11

19

26

29

36

44

49

55

67

79

87

94

100

107

117

123

129

139

144

153

xiii

vi

ix

xiv

Page 9: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

viii

PetaPekalonganTahun 1892

Page 10: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

ix

PetaPekalonganTahun 1912

Page 11: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

x

PetaKota PekalonganTahun 2009

Page 12: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

xi

Sekapur Sirih

Tinjauan Sejarah Asal-Usul Pekalongan

Sampai dengan saat ini, masih muncul banyak pertanyaan, kapan

sebenarnya asal-usul dari wilayah Pekalongan mulai terbentuk?Apakah

pada era kerajaan Mataram di bawah Sultan Agung?Ataukah pada saat

garis pantai Pekalongan berada 20 – 30 km dari garis pantai yang sekarang

ini? Atau pula saat kondisi wilayah dan pemukiman penduduknya mulai

terbentuk atau pada saat masih berupa kawasan hutan belantara yang

dihuni banyak binatang liar?

Pada masa awal dari peradaban Hindu-Budha, wilayah Pekalongan

diduga kuat pernah menjadi wilayah karakryan/kerakaian atau setingkat

kerajaan vasal di bawah kekuasaan kerajaan Mataram Hindu. Beberapa

situs purbakala yang ditemukan di wilayah selatan Pekalongan, di

antaranya di Kecamatan Petungkriyono, Lebak barang, Talun, Doro,

Kajen, Karanganyar, Wonopringgo dan Kedungwuni menjadi bukti

keberadaan pemukiman masyarakat yang teratur dan terstruktur. Dari hasil

penelitian Reinout Willem Van Bemmelen dan Ir. Sutoto, perkembangan

geomorfologi Pekalongan Kuno berada di daerah pegunungan Selatan,

dimana wilayah Petungkriono dulunya sebagai pusat pemerintahan

Pekalongan kuno. Menurut Reinout Willem Van Bemmelen garis pantai

Pekalongan sejajar dengan Semarang dan Brebes, dengan kedalaman

pantai mencapai mencapai sekitar 150 meter.

Di wilayah Batang, ditemukan prasasti di desa Sojomerto,

Kecamatan Reban, yang disebut dengan Dapunta Saelendra oleh Prof.

Boechori disebut sebagai tokoh yang merupakan cikal-bakal dari raja-raja

Wangsa Sailendra yang berkuasa di Kerajaan Mataram Hindu.

Hingga masa Kerajaan Demak, wilayah yang sekarang disebut

Pekalongan belum ada namanya. Pada saat itu, Tome Pires seorang ahli

obat-obatan, dari Lisabon, Pertugal, melakukan perjalanan ke sejumlah

pelabuhan di Pesisir Pulau Jawa tahun 1511 – 1515. Dalam bukunya Suma

Oriental, Pires selamaperjalanan antara Teteguall (Tegal) dan Camaram

(Semarang) tidak menyebutkan nama Pekalongan. Kemungkinan pada

waktu itu memang menjadi daerah yang belum memiliki nama, hingga

Page 13: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

xii

dilakukannya babat Alas Gambiran oleh Joko Bahu atas perintah Raja

Mataram ke III.

Pires hanya menyebut bahwa wilayah Pesisir Barat, dari Demaa

hingga Locacry (Losari) sudah dikuasai oleh Pate Rodim atau Raden Patah

putra dari Arya Damar yang menikahi putri dari Champa. Arya Damar

sendiri merupakan anak dari Brawijaya V dari Majapahit. Pires juga

menyebut antara Teteguall dan Camaram merupakan daerah penghasil

beras, sedangkan wilayah Pekalongan dan Batang sebagian besar masih

berupa hutan yaitu Alas Gambiran dan Alas Roban. Tome

Piresmewartakan bahwa antara pedagang dan perkampungan di Demak

telah memiliki hubungan satu sama lainnya dengan Cirebon. Sehingga

berdirinya Kerajaan Cirebon dan peng-Islamannyatak lepas dari pengaruh

Kerajaan Demak. (Tome Pires , Suma Oriental, hal 256 - 260)

Pada Abad XVI, wilayah Pekalongan dan sekitarnya merupakan

daerah yang masih sedikit jumlah penduduknya, sebab sebagian besar

wilayahnya masih tertutup hutan belantara. Sementara di wilayah lainnya

seperti Demak, Jepara, Kudus, Pati telah berkembang menjadi daerah

penting. Wilayah Pantai Pekalongan berkembang setelah wilayah

pedalaman yang terletak di daerah perbukitan yang tumbuh menjadi

pedesaan yang makmur.

Pada awal era Mataram, Panembahan Senopati telah membangun

sebuah jalur Pantai Utara dari Plered ke arah Cirebon, melaui

Temanggung, Subah, Alas Roban, Alas Gambiran, Pemalang, Tegal hingga

Cirebon. Sementara W.Fruin Mees,dalam bukunya yang berjudul De

Geschiedenis van Java jilid II, sudah menyebut adanya rute perjalanan

yang ditempuh oleh para utusan VOC untuk bertemu dan beraudiensi

dengan Sultan Agung di Kerto yang merupakan pusat dari Ibukota kerajaan

Mataram. Dari Batavia para utusan VOC itu naik perahu dengan tujuan

pelabuhan Tegal dengan melewati Cirebon. Dari sana lalu mereka naik

kuda ke timur lewat Sumber, Tegal, Pemalang, Wiradesa, Pekalongan,

Batang, Subah. Kemudian masuk ke pedalaman Jawa Tengah, dengan

mendaki lereng Gunung Pakiswiring, Larangan, Tajem yang kemudian

turun menyusuri pinggir Kali Progo lewat Jumo, Pakis, Payaman, Tidar ,

Sukerwe, Turen, Ariapati, Minggir dan Pingit yang letaknya sekitar dua

jam perjalanan dari Kerto, Ibukota Mataram.

Pada abad XVII, saat Verenigde Oost Indische Compagnie (VOC)

berkuasa hingga pemerintahan Kolonial Hindia Belanda, sistem

Pemerintahan yang dilaksanakan oleh orang pribumi tetap dipertahankan.

Page 14: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

xiii

Dalam hal ini VOC menentukan segala kebijakan dan prioritas, sedangkan

untuk penguasa pribumi ini oleh Belanda diberi gelar Regent (Bupati).

Berdasarkan arsip di Arsip Nasional Republik Indonesia, menyebutkan

pada 23 Juli 1669, Regent Pekalongan R.M. Ngabehi Kartasura telah

berkirim surat pada Gubernur VOC Joan Maetsuycker. Hal ini

menunjukkan bahwa di Pekalongan telah ada pemerintahan.

Pada tahun 1789, Kota-kota dipesisir pulau Jawa masih merupakan

padang belantara, yang menurut catatan Residen Pekalongan F.

Rothenbuhler, jumlah populasi harimau dan badak lebih banyak dari pada

manusia (Bergsma, 1798). Penduduknya tinggal di kampung-kampung

kecil yang tersebar luas. Mereka mencari makan sebagai petani ladang dan

memanfaatkan hasil-hasil hutan maupun menangkap ikan di pesisir. Petani

ladang tersebutsecara politis berada dibawah kekuasaan bupati Pekalongan.

Mereka juga diwajibkan membayar pajak, wajib kerja dan menjadi militer

dibawah perintahBupati. (Boogaard, 1987, Nagtegaal, 1996, dan Pujo

Sumedi Hargo Yuwono 2002).

Keberhasilan VOC dalam menjalankan perdagangan

membutuhkan ekspedisi yang cepat untuk pengiriman surat dan barang.

Dokumen sejarah menyebutkan bahwa Gubernur Willem Baron Van

Imhof, 26 Agustus 1746 membangun rute pos pertama di Jawadengan

membangun Kantor Pos di Batavia dan Semarang. Rutenya melalui

Kerawang, Cirebon, dan Pekalongan. Ketiga daerah ini menjadi pos tunda,

sebagai tempat ganti kuda dari kereta yang membawa kiriman pesan

melalui pos.

Kata Pekalongan juga sudah disebut dalam dua lukisan Johannes

Rach, seorang anggota pasukan alteleri VOC asal Denmark yang datang ke

Pekalongan sekitar tahun 1770. Rach menyebutkan dalam lukisannya Fort

Pekalongan atau benteng Pekalongan.

Nama Pekalongan pernah tercatat dalam catatan perjalanan

Gubernur Pasisir UtaraWillem Hendrik van Ossenberg tahun 1764, dalam

laporannya ditulis kata Paccalongan in Tegal. Menurut Boombgaard,

Residen Ossenberg mengadakan perjalanan dari Semarang menuju ke

Tegal. Setelah berkunjung ke Kaliwunggu, Kendal dan Weleri. Ia lalu

datang ke Batang untuk mengunjungi pabrik gula milik Kapiten Cina dari

Semarang, Tan Janko. Setelah itu Ia pergi ke Pekalongan, Wiradesa dan

Ulujami. (ANRI, Pekalongan 40.3).

Pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Harmen Wiliam

Deandles dibangun Jalan Raya Pos atau Grote Post Weeg yang

Page 15: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

xiv

menghubungkan antara Anyer hingga Panarukan. Sesampainya di wilayah

Pekalongan pada tahun 1808, Deandles kehabisan dana. Untuk tetap bisa

melanjutkan pembangunan jalan hingga ke Panarukan. Daendels meminta

bantuan secara paksa pada para Bupati di Pesisir Pulau Jawa.

Para Bupati atau penguasa daerah dikumpulkan di Semarang dan

meminta supaya para Bupati membantu pembuatan jalan ini dan apabila

tidak bersedia maka akan diperangi. Dengan adanya jalan yang dibuat oleh

Deandles jarak tempuh dari arah Pekalongan menuju ke Semarang mejadi

lebih cepat dengan melalui Alas Roban.

Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada tahun 1811 –

1819, Karesidenan Pekalongan dijadikan satu dengan Kedu. Salah satu

informasi yang jarang diketahui adalah Kadipaten Wiradesa yang pada

waktu itu berdiri sendiridi hapuskan dan berada di bawah Bupati

Pekalongan.

Berdasarkan arsip ditemukan informasi bahwa sejak tahun 1846

Residensi Pekalongan telah dibagi per desa. Pada tahun 1869 telah

diterbitkan data stasistik tentang kependudukan yang dimaksudkan untuk

mengetahui peningkatan jumlah penduduk dari setiap desa. Dalam

perkembangannya pada tahun 1892, Residensi Pekalongan dibagi menjadi

beberapa distrik dan onderdistrik.

Desa-desa di Pekalongan sebagian besar telah muncul secara

alamiah sebelum adanya pemerintah Kabupaten Pekalongan. Desa-desa

tersebut memiliki nama dengan asal-usulnya masing-masing. Hampir

semua desa di Pekalongan memiliki latar belakang cerita yang sama yaitu

tokoh Bahurekso dan perjuangan Mataram dalam mengusir penjajah

Belanda. Legenda Pekalongan ini sangat membekas di hati masyarakat dari

semua sisi hidupnya sehingga memang sangat layak apabila menjadi pusat

dari cerita tutur yang mengisahkan awal dari perkembangan Pekalongan.

Selain dari masa Mataram awal, masa perang Jawa yang dipimpin

oleh Pangeran Diponegoro juga menjadi cerita yang menjadi asal usul dari

nama-nama desa. Keadaan alam dan peristiwa-peristiwa yang terjadi di

suatu wilayah turut pula menjadi penyumbang nama bagi suatu desa.

Dengan diterbitkannya Peraturan Daerah Kota Pekalongan Nomor

8 Tahun 2013 Tentang Penggabungan Kelurahan di Lingkungan

Pemerintah Kota Pekalongan, membuat kelurahan yang tadinya berdiri

sendiri berubah menjadi sebuah dusun bagi Kelurahan yang baru. Untuk

menjaga keberadaan cerita atau sejarah dari kelurahan sebelum terbitnya

Perda tersebut maka ditempuhi nisiatif untuk menuliskannya dalam bentuk

Page 16: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

xv

buku yang menggabungkan antara cerita tutur dengan sejarah yang

dibuktikan dalam arsip yang tersimpan di Lembaga Kearsipan Daerah Kota

Pekalongan.

Perjalanan sejarah yang panjang membuat tiada seorang pun yang

memahami pasti mengapa dan bagaimana suatu desa mendapatkan nama.

Kebenaran informasi yang tersaji dalam buku ini tidaklah mutlak.

Kebenaran hakiki adapada Allah swt.

Dari berbagai informasi yang tersaji selalua dan ilai-nilai luhur

kearifan yang tumbuh dan berkembang seiring dengan perkembangan

zaman. Kearifan masyarakat itulah mutiara kehidupan yang tersembunyi

dari kisah dibalik asal-usul nama kelurahan yang perlu untuk diketahui

oleh semua orang sebagai cermin kehidupan masyarakat Pekalongan dari

generasi kegenerasi.

Page 17: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

1

PANDJANG (Antara keramik lonjong, kandang dan perahu)

Page 18: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Mengungkap Asal - Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan 2

Gambar Wilayah Panjang

Page 19: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Mengungkap Asal - Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan 3

Page 20: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Mengungkap Asal - Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan 4

Panjang adalah wilayah yang paling terkenal di

Pekalongan. Keberadaannya hampir identik dengan Pekalongan

itu sendiri. Tak banyak memahami mengapa hal yang sedemikian

itu dapat terjadi. Beberapa sesepuh yang asli dari Panjang kini

sangat sulit ditemukan. Yang lebih memprihatinkan, putra-putra

mereka pun tidak begitu mempedulikan cerita dari orang tua

mereka sehingga ketika ditanyakan tentang daerahnya, sebagian

besar angkat bahu. Tidak tahu dan tidak paham.

Membaca buku Citra Pekalongan Dalam Arsip yang

diterbitkan oleh Arsip Nasional Republik Indonesia tahun 2016,

pada pertengahan masa kolonial ditemukan beberapa informasi

menarik tentang Panjang. Pada pembagian wilayah administrasi,

di Pekalongan dibagi menjadi beberapa distrik dan onder distrik.

Distrik dipimpin oleh seorang Wedono dan onder distrik dipimpin

oleh seorang Asisten Wedono. Seorang Asisten Wedono sangat

dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa.

Seten adalah penyebutan mudah dari kata asisten.

Pekalongan sendiri adalah sebuah distrik yang

membawahi empat onder distrik yaitu Pekalongan, Pandjang,

Tirto dan Boewaran. Onder distrik membawahi beberapa desa

sehingga dapat disetarakan dengan sebuah kecamatan di masa

kini. Dari peta administrasi wilayah Pandjang meliputi sungai

Pekalongan disebelah timur, Sapuro dan Bendan disebelah

selatan, Bremi ke utara menyusur aliran sungai kemudian kearah

barat laut sampai dengan sungai Pencongan. Merujuk dari

informasi diatas, dapat disimpulkan bahwa dulu Panjang adalah

sebuah ibukota onder distrik sehingga sangat layak apabila telah

memiliki kelengkapan sebagai unit pemerintahan yang cukup

memadai. Sampai dengan awal tahun 1990-an, orang-orang tua di

Panjang ini bila ke wilayah timur sungai baik ke pasar maupun ke

kabupaten tidak menyebut nama desa atau tempat tetapi lebih

sering menyebut ke Pekalongan.

Panjang menjadi makin ramai setelah adanya

desentralisasi dengan adanya rumah yang sekaligus menjadi

kantor Residen Pekalongan di bangun di wilayah ini. Sebagai

pusat pemerintahan kolonial maka Panjang dibuat semakin rapi

dan semakin lengkap. Dalam filosofi Jawa pusat pemerintahan

atau rumah penguasa memiliki halaman berupa lapangan rumput

yang luas yang disebut dengan alun-alun yang dikelilingi dengan

pengadilan atau jekso negoro, penjara, rumah ibadah, dan pasar.

Page 21: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Mengungkap Asal - Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan 5

Kantor Residen Pekalongan

Pemerintah gouvernment van Pekalongan membangun

alun-alun berupa taman dengan tanaman besar, palem, dan

hamparan rumput yang luas di depan dan sebelah utara rumah

residen yang disebut dengan Plein te Pekalongan/Square of

Pekalongan. Lapangan tersebut kini tinggal sedikit yang disebut

dengan taman Jetayu. Untuk mendekatkan dengan kebudayaan

masyarakat setempat maka diberikan pula kelengkapan

administrasi pemerintah berupa Landraat (Pengadilan) yang

dipimpin oleh seorang hoofdjaksa (hakim).

Plein te Pekalongan/Square of Pekalongan

Page 22: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Mengungkap Asal - Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan 6

Markas tentara yang tadinya berada di sebelah timur alun-

alun diubah menjadi gevangenis (penjara) sebagai tempat

menghukum penjahat maupun pemberontak. Pemerintah kolonial

memindahkan benteng di timur lapangan dengan membangun

tangsi atau barak militer di sebelah timur Wilheminaspark (kebun

rojo atau taman monumen 3 Oktober) yang kini digunakan

sebagai kantor Bakorwil III Jawa Tengah. Adapun pasar tidak

dibangun karena berdekatan dengan pasar Banjarsari yang hanya

dipisahkan oleh sungai Pekalongan.

Markas tentara Belanda

Sebagai rumah ibadah, dibangun gereja di sebelah utara

yang kini digunakan sebagai Gereja Kristen Indonesia. Disebelah

timur dibangun gedung pertemuan yang dipergunakan untuk

berkumpul dan berdansa dansi para warga eropa di Pekalongan

dengan nama Societet Huis/gedung sositet (rumah berkumpul) dan

gedung catatan sipil (department van binenlad bestuur). Hal ini

meneguhkan bahwa kekuasaan bupati pribumi sebenarnya sudah

tidak berarti lagi karena secara administrasi hampir seluruhnya

telah dilaksanakan oleh gouvernment van Pekalongan.

Page 23: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Mengungkap Asal - Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan 7

Gereja Kristen Indonesia

Selain pusat pemerintahan Panjang juga merupakan pusat

pendidikan. Diawali dari kinder garten (taman kanak-kanak), 1e

European School (Sekolah setingkat SD untuk orang Eropa) dan

Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) (sekolah setingkat

SMP) berada di Panjang.

Sketsa dan Surat Keterangan pembangunan taman kanak-

kanak

Page 24: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Mengungkap Asal - Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan 8

Informasi merupakan hal penting yang tak bisa

dipisahkan dari kehidupan. Sebagai penyampai informasi pada

masa tersebut surat merupakan sarana komunikasi yang dianggap

paling efektif dan efisien. Awal abad XX pos mencapai puncak

kejayaan karena belum ada sarana komunikasi yang lebih efektif.

Pada tahun 1918 Kantor Pos dibangun dengan megah dan indah

yang menunjukkan kejayaannya sekaligus untuk menambah

keindahan sekitar taman kota.

Gedung Kantor Pos

Salah satu hal yang menunjukkan bahwa di depan

karesidenan adalah pusat kota adalah adanya miylpall (penanda

titik nol). Titik nol inilah sebagai pengukur berapa kilo meter

jarak tempuh antar kota yang dipergunakan untuk menentukan

berapa besar biaya yang harus dibayar oleh pengguna jasa

angkutan antar kota maupun berapa besar harga perangkoo yang

harus dikeluarkan oleh pengirim surat. Sampai saat ini penanda ini

masih utuh dipertahankan sebagai salah satu benda pusaka

bersama-sama dengan bangunan sekitarnya yang menjadi

kawasan cagar budaya.

Page 25: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Mengungkap Asal - Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan 9

Gamabar miylpall (penanda titik nol)

Pada tahun 1923 ketika komoditas gula mencapai

puncaknya, Pekalongan merupakan pusat administrasi gula. Oleh

karena itu dibangunlah gedung administrasi gula (suiker huist)

yang sering disebut dengan gedung gula atau kamar gula.

Masyarakat banyak yang menyebutnya dengan kamar bola. Ada

pula yang menyebutkan bahwa kamar bola adalah nama sejenis

tanaman bunga. Bangunan ini di masa kemerdekaan dipergunakan

sebagai balai kota praja dan kini dipergunakan sebagai musem

batik.

Mengupas keberadaan Panjang memang sepanjang

namanya. Banyak informasi yang menyebutkan asal-usul kata

panjang tersebut. Beberapa cerita yang sempat terkumpul antara

lain sebagai berikut :

Keramik lonjong nan panjang.

Pada masa lalu di wilayah Panjang pernah ditemukan

barang-barang pecah belah berupa piring keramik dalam berbagai

ukuran. Salah satunya ada yang berbentuk lonjong dan ukurannya

cukup panjang. Piring yang panjang ini ditemukan cukup banyak

bahkan salah satunya kini ada yang disimpan di Museum

Nasional. Banyaknya piring panjang ini mengundang banyak

orang sehingga banyak menyebut dengan kata daerah tempat

piring panjang. Lambat laun hanya disebut dengan kata panjang.

Hal ini disebabkan tidak lengkapnya informasi yang diterima

karena adanya keterbatasan sarana komunikasi pada waktu itu.

Page 26: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Mengungkap Asal - Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan 10

Perahu panjang.

Sebagai kota pelabuhan Pekalongan tentu disinggahi oleh

banyak perahu. Mengingat perahu yang singgah sebagian besar

adalah perahu niaga skala besar maka bentuk perahunya pun

cukup panjang maka disebutlah sebagai panjang. Berkaitan

dengan perahu yang panjang ini ada pula kisah yang menceritakan

bahwa dulu pada masa Bahurekso akan menyerang Batavia

kapalnya sangat besar dan panjang. Disamping itu sebagai

panglima Bahurekso membawahi pasukan laut dari berbagai

daerah di nusantara hingga rangkaian perahu besar dan kecil

tersebut sangat panjang dari hilir sungai sampai dengan laut.

Kandang yang panjang

Letak Panjang yang berada pesisir pantai dengan tanah

yang subur menjamin suburnya rumput sebagai pakan ternak.

Banyak ternak ruminansia seperti kambing dan kerbau yang

dibudidayakan oleh masyarakat. Pemerintah Kolonial Belanda

pun menempatkan kandang-kandang kuda baik sebagai sarana

transportasi maupun pendukung pasukan kavaleri di sekitar ini.

Kandang-kandang tersebut berurutan hingga jarak yang sangat

panjang. Cerita ini pula yang menjadi salah satu dari asal usul

nama kelurahan Kandang Panjang.

Kini Panjang tidak lagi tunggal seperti dulu. Secara

administrasi Panjang dibagi menjadi tiga kelurahan yaitu

kelurahan Panjang Wetan, Kandang Panjang dan Panjang Baru.

(Kontributor : Agung Tjahjana)

Page 27: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Mengungkap Asal - Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan 11

KANDANG PANJANG

Kandang-kandang di Panjang sebelah barat

Page 28: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Mengungkap Asal - Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan 12

Gambar Peta Kelurahan Kandang Panjang

Page 29: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Mengungkap Asal - Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan 13

CERITA DI BALIK NAMA KANDANG PANJANG

Kandang panjang merupakan kelurahan yang padat penduduknya

dengan luas 150.150 Ha. Menurut data statistik monografi

Kelurahan Kandang Panjang memiliki jumlah penduduk sekitar

12.164 penduduk, dengan jumlah RW : 11 dan RT : 59 Sehingga

pada waktu Pekalongan ada Peraturan Daerah tentang marger

kelurahan, Kandang Panjang tidak mengalami penggabungan

karena sudah memiliki kepadatan penduduk, alhasil nama

kelurahan tersebut tetap “Kandang Panjang” tidak berubah seperti

kelurahan-kelurahan lain yang mengalami penggabungan.

“Ada ungkapan dari William Shakespeare, apalah arti sebuah

nama?”

Jika benar nama tidak mempunyai makna dan arti apa-

apa, mungkin di dunia ini akan banyak sesuatu yang tidak

mempunyai nama, tidak ada nama tempat, orang, hewan dsb. atau

bahkan Allah Swt tidak akan mengajarkan nama-nama kepada

manusia. tetapi tidak seperti itu, begitu pentingnya arti sebuah

nama sehingga Allah Swt sendirilah yang pertama kali

mengajarkan kepada manusia untuk mengenali nama, seperti

firman Allah s.w.t, dalam surah al-Baqarah ayat 31 yang artinya

“Dan telah diajarkan-Nya kepada Adam a.s. nama-nama

(benda-benda) seluruhnya, Kemudian mengemukakannya kepada

para malaikat lalu Dia berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama

benda-benda itu jika kamu memang benar orang-orang yang

benar”.

Menurut penulis makna dari ayat ini menjelaskan bahwa

manusia dianugerahi Allah s.w.t. dengan kemampuan untuk

mengenali nama dan makna dari nama tersebut. Karena Allah

memberikan suatu keistimewan kepada Nabi Adam as sebagai

manusia pertama, berupa akal dan daya pikir sehingga sejak dulu

sampai sekarang banyak nama-nama tempat yang mempunyai arti

bagi sejarah peradaban

Pemberian nama merupakan perihal yang sangat sakral,

apalagi hal ini mengenai pemberian nama suatu kelurahan,

biasanya nama pada suatu kelurahan menghubungkan dengan

sejarah di mana tempat tersebut pernah mengalami histori yang

perlu dikenang.

Page 30: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Mengungkap Asal - Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan 14

Asal-usul Nama Kelurahan Kandang Panjang

Gambar Kantor Kelurahan Kandang Panjang

Seperti Kelurahan Kandang Panjang, menurut penuturan

dari bapak Supa’at (Rt 09 Rw 05) sekarang masih menjabat

menjadi Kepala Kelurahan (lurah) Kandang Panjang, nama

Kelurahan Kandang Panjang diambil berdasarkan pengalaman

dari suatu sejarah pada waktu pemerintahan kolonial belanda.

“Kandang Panjang” diadopsi sebagai nama kelurahan karena pada

waktu itu tempat ini dijadikan lokasi kandang kuda oleh kolonial

Belanda yang kandangnya sangat panjang membentang ke utara,

lebih tepatnya saat ini berada dilokasi DKP sampai ke Gg celana

pasar krempyeng,

Menurut penuturan dari bapak Supardi (umur 78 tahun)

warga Rt 04 Rw 03 kelurahan Kandang Panjang yang sejak kecil

sampai sekarang tetap setia bermukim di Kelurahan Kandang

Panjang, menjelaskan dahulu karesidenan merupakan rumah dinas

Residen atau pejabat Belanda pada waktu itu dan Kantor pos

merupakan tempat yang dianggap sangat penting karena

merupakan pusat komunikasi yang dianggap paling baik pada

masa tersebut.

Kemudian dia menuturkan disebelah timur karesidenan

terdapat kandang kuda milik Belanda sehingga sampai sekarang

tempat tersebut dinamakan padukuhan gedokan yang mempunyai

arti kandang kuda. Kandang kuda pasukan belanda begitu banyak

Page 31: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Mengungkap Asal - Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan 15

sehingga kuda-kuda pemeliharaan belanda tersebut ada yang

ditempatkan di wilayah Kandang Panjang pada waktu itu

Selain kandang kuda milik belanda, menurut Bapak

Supardi, kelurahan Kandang Panjang dahulu terdapat banyak

kandang kerbau yang membentang ke utara, dari batas Gg. Celana

sampai ke pesisir pantai, lokasi tersebut dahulu merupakan

persawahan sehingga cocok dijadikan kandang kebo, selain itu

alasan utama memelihara kebo karena mayoritas warga

menjadikannya sebagai mata pencaharian.

Ada pula masyarakat yang berpendapat bahwa karena ada

dua lokasi yang memiliki jumlah penduduk besar yakni kampung

Kandang Ayam dan kampung Panjang Kulon, maka

digabungkanlah kedua unsur nama kampung menjadi desa

Kandang Panjang.

Menurutnya nama padukuhan di Kandang Panjang juga

banyak yang memiliki cerita tersendiri. Beberapa diantaranya

adalah sebagai berikut :

1) Padukuhan Salam manis (RW06),

Dahulu terdapat sebuah pohon salam yang buahnya sangat

manis sehingga banyak masyarakat terutama anak-anak yang

mencari untuk mencicipinya;

2) Padukuhan Sejimat (RW05-04),

Dahulu ada sebuah pohon besar yang dijadikan warga sekitar

sebagai tempat ritual untuk mendapat keberkahan atau bisa

disebut jimat hidup;

3) Padukuhan Cangakan,

Dahulu terdapat Pohon Randu yang sangat besar, tinggi dan

rimbun yang dijadikan tempat bersarang burung cangak

(kuntul/camar);

4) Padukuhan Kandang ayam,

Dahulu di sekitar lokasi tersebut di jadikan tempat pasar

ayam atau tempat berkumpulnya para pedagang ayam untuk

menjajakan dagangannya.

Menurut Abu Al Mafachir (2008;72) Dalam Buku “

Pekalongan Inspirasi Indonesia” menjelaskan bahwa Pekalongan

memiliki banyak peninggalan sejarah yang berharga. Berdasarkan

keterangan diatas, penulis menyimpulkan bahwa salah satu

peninggalan sejarah berharga yang dimaksud tersebut salah

Page 32: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Mengungkap Asal - Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan 16

satunya adalah nama kelurahan Kandang Panjang dan

padukuhannya, karena hal tersebut termasuk mutiara sejarah

berharga yang terpendam di kelurahan Kandang Panjang.

Kearifan local

Hampir setiap budaya lokal di Nusantara dikenal dengan

kearifan lokalnya. kelurahan kandang panjang juga mempunyai

banyak kearifan lokal antara lain yang mengajarkan tentang nilai

seperti gotong royong dan toleransi antar umat beragama.

Dengan kearifan tradisi gotong royong, warga kandang

panjang dapat mengatasi permasalahan Rob dengan cara swadaya

untuk merapikan lingkungannya, tidak hanya sepenuhnya

bergantung dengan bantuan pemerintah.

Demikian juga dengan kearifan Toleransi antar umat

beragama, diketahui bahwa warga kandang panjang dihuni

berbagai agama seperti Islam, Katolik, dan Kong Hu Cu. Tetapi

warga tetap bisa hidup rukun dan saling gotong royong, itulah

salah satu mutiara dari kandang panjang. Selain itu, kelurahan

kandang panjang juga mempunyai budaya atau tradisi kearifan

lokal yang berhubungan dengan kesenian tari bernuansa magis

yang disebut sintren,

Sintren, merupakan kesenian tari bernuansa magis yang

dipopulerkan oleh warga kandang panjang, karena menurut

penuturan salah satu warga yang dulu ikut dalam grup sintren

bernama Bapak Muhadi warga padukuhan sejimat kandang

panjang menyatakan bahwa grup sintren pertama kali yang ada

dipekalongan berada di Kandang Panjang.

Menurut M. Dirhamsyah (2014), menjelaskan dalam

sejarah masyarakat pekalongan, kesenian sintren merupakan cerita

tragedi romantik layaknya cerita Romeo dan Juliet di Italia, yang

dipopulerkan oleh sastrawan legendaries Inggris, William

Shakespeare.

Kisah Sulasih dan Sulandono berlangsung pada abad 16.

Sulasih adalah anak petani miskin di sebuah wilayah di desa

Kalisalak yang sekarang menjadi wilayah Kabupaten Batang,

sedangkan Sulandono anak penguasa Pekalongan, Raden

Temenggung Bahurekso. Kisah keduanya tidak direstui oleh ayah

Sulandono. Karena ayah tidak setuju, Sulandono kemudian

mengadu kepada ibunya, Dewi Rantamsari; sang ibu kemudia

Page 33: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Mengungkap Asal - Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan 17

mencari tahu siapa sebenernya Sulasih, dan membantu

meyakinkan Tumenggung Bahurekso.

Namun, Bahurekso tetap tak bergeming sehingga

akhirnya R. Sulandono pergi bertapa dan Sulasih memilih menjadi

Penari. Meskipun demikian, pertemuan diantara keduanya masih

terus berlangsung melalui alam gaib. Pertemuan tersebut diatur

oleh Dewi Rantamsari yang memasukan roh bidadari ke tubuh

Sulasih, pada saat yang sama R. Sulandono yang sedang betapa

dipanggil oleh roh ibunya untuk menemui Sulasih dan terjadilah

pertemuan antara Sulasih dan R. Sulandono.

Sejak saat itulah, setiap diadakan pertunjukan sintren sang

penari pasti dimasuki roh bidadari oleh pawangnya, dengan

catatan sang penari masih dalam keadaan suci (masih perawan).

Sintren juga mempunyai keunikan tersendiri, bisa dilihat dari

panggung dan alat-alat musiknya

yang terbuat dari Tembikar atau

gembyung dan kipas dari bambu

yang ketika ditabuh dengan cara

tertentu menimbulkan suara yang

sangat khas.

Menurut Muhadi warga

Kandang Panjang yang juga

pemain sintren dibagian penabuh,

sekitar 30 tahun yang lalu sintren

sangat laris dijadikan tontonan

masyarakat, sehingga waktu

sehari-harinya dipenuhi dengan aktivitas pertunjukan sintren,

berdasarkan cerita dia sintren merupakan tradisi Pekalongan yang

dipelopori dan dipopulerkan oleh grup sintren miliknya bersama

alm. Ratiyem atau biasa dipanggil Mak Yem warga Kandang

Panjang padukuhan Sejimat RW 05 Rt 04, sebagai penggagas atau

perancang berdirinya Sintren di Kandang panjang.

Berdasarkan penuturan narasumber, Penulis mempunyai

hipotesa ada kemungkinan Sintren bernuansa magis yang menjadi

budaya sekaligus tradisi kesenian kota pekalongan dipelopori dan

di populerkan oleh kelompok Sintren asli Kelurahan Kandang

Panjang. Hipotesa ini dikuatkan juga oleh penulis terkenal kota

Pekalongan M. Dirhamsyah dalam bukunya (Pekalongan yang tak

Terlupakan, 2014, hlm. 90), menuliskan “Sintrenku sayang

sintrenku malang, begitulah nasib sintren, setidaknya itulah yang

Page 34: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Mengungkap Asal - Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan 18

dialami grup sintren kelurahan Kandang Panjang. Sintren yang

diakui sebagai kesenian asli masyarakat pesisiran itu kini

terancam punah, jika tidak ada perhatian serius dari pemerintah

setempat untuk melestarikannya”.

Dengan sudut pandang kacamata budaya, kesenian sintren

merupakan suatu budaya yang perlu dilestarikan keberadaannya,

karena menurut Prof. Dr. Rusmin Tumanggor, M.A menjelaskan,

Manusia mempunyai empat kedudukan terhadap kebudayaan,

yaitu sebagai 1) penganut kebudayaan; 2) pembawa kebudayaan;

3) manipulator kebudayaan; dan 4) pencipta kebudayaan. Dari

penjelasan sejarah diatas, penulis menyimpulkan bahwa kesenian

tari sintren perlu dibangkitkan kembali sebagai kearifan lokal

Kota Pekalongan pada umumnya dan kelurahan Kandang Panjang

pada khususnya dan kedudukan asal-usul nama kelurahan dan

kearifan lokalnya ada diantara ke empat faktor diatas, sehingga

inilah yang disebut mutiara sejarah Kelurahan Kandang Panjang.

(Kontributor : Miftahudin Al Azam, Ribut Achwandi)

Page 35: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Mengungkap Asal - Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan 19

PANJANG WETAN

Cerita di Panjang sebelah wetan

Page 36: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Mengungkap Asal - Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan 20

Gambar Peta Kelurahan Panjang Wetan

Page 37: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Mengungkap Asal - Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan 21

Panjang Wetan merupakan nama kelurahan di kecamatan

Pekalongan dengan luas wilayahnya 235,05 ha dan penduduk

21.379 jiwa (5.163 keluarga). Wilayah Panjang Wetan dimulai

dari jembatan sungai Loji sampai perbatasan pantai Pasir Kencana

atau biasa disebut dengan laut “Ngeboum”. Kata “Ngeboum”

sendiri sebenarnya merupakan kata serapan dari bahasa Belanda

“Boom” yang berarti Pelabuhan. Sedangkan kata “wetan” diambil

karena terletak di sebelah timur dari akhir daratan sungai Loji

yang membatasi dengan kelurahan Krapyak. Sehingga, kelurahan

yang berada di sebelah barat sungai Loji ini dinamakan kelurahan

“Panjang Wetan”.

Gambar Gedung Kelurahan Pajang Wetan

Kata wetan juga menjadi penanda bahwa dimungkinkan

pernah ada lawan katanya yakni kulon. Di sebelah kulon/barat

terdapat desa dengan Panjang pula sebagai namanya, namun kali

ini namanya adalah Panjang Kulon. Sebetulnya desa ini masih

wilayah Panjang Wetan. Namun, karena desa Panjang Kulon

banyak penduduk pendatang, maka perolehan voting nama desa

tersebut dimenangkan oleh pendatang. Sehingga, sekarang desa

itu dinamakan Panjang Kulon, yang akhirnya menjadi Kandang

Panjang. Mengapa disebut dengan Kandang Panjang? Konon

katanya, dahulu kala masyarakat setempat banyak yang menjual

kandang ayam dan wilayahnya panjang.

Page 38: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Mengungkap Asal - Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan 22

Kembali pada kelurahan Panjang Wetan, lalu bagaimana

dengan sejarah gang – gangnya? Tentunya penamaan gang di

kelurahan Panjang Wetan ini memiliki asal usul yang berbeda-

beda. Entah diambil dari keadaan alam yang tumbuh sebagai

pesona daerah tersebut ataupun dari masyarakat yang

mendudukinya. Ada 15 gang di kelurahan Panjang Wetan, dimulai

dari gang 1 yang menghubungkan Kandang Panjang, tepatnya di

jalan raya depan makam ”Beji” sampai menuju ke selatan. Dari

gang 1 semakin ke selatan maka semakin tua pula angkanya.

Berakhir di gang 15 sebelum gudang uyah/garam yang sekarang

sudah dibongkar oleh para arsitek dan disulap menjadi perumahan

elit “Jetayu Residen”.

Panjang Wetan memiliki kampung-kampung lawas yang

telah ada sejak dulu. Dimulai dari Bugisan, kampung kecil yang

tersembunyi dari mata lalu lalang kendaraan di jalan raya.

Kampung ini terletak di sudut timur wilayah komplek rumah

tahanan. Hanya berdiri satu gang saja dan tidak tembus ke gang-

gang yang lain kecuali dengan menggunakan getek(perahu

tambang untuk menyeberangi sungai) karena wilayah ini

dikelilingi oleh sungai. Kampung Bugisan ini ternyata memiliki

kehidupan besar didalamnya. Ada pabrik tekstil yang cukup

besar, pabrik roti “ TUTI” yang telah ada sejak masa kolonial dan

masih hidup hingga kini, Yang terakhir adalah perusahaan limun

oriental yang menjadi legenda karena telah ada sejak masa

kolonial. Di tepi sungai Pekalongan sebelah selatan di masa dulu

terdapat rumah hoofdjaksa Pekalongan.

Dinamakan kampung Bugisan, sejarahnya adalah bermula

dari hutan yang belum terdapat kehidupan. Setelah itu datanglah

orang-orang dari suku Bugis Makassar ke hutan tersebut. Orang-

orang Bugis itu kemudian tinggal dan menetap sampai dikaruniai

anak hingga keturunanya tinggal di desa tersebut. Tambah tahun

kampung itu penghunianya kian banyak, maka muncullah sedikit

demi sedikit penduduk baru. Hingga kini, kampung Bugisan

sudah padat penduduknya. Nama Bugisan sendiri diambil dari

penghuni pertama hutan tersebut, yakni orang-orang Bugis

Makassar, maka disebutlah kampung “Bugisan”

Di dalam kampung Bugisan sendiri dibagi menjadi tiga

bagian RT(Rukun Tetangga), yakni RT bagian kulon (barat), RT

bagian lor (utara), dan RT bagian wetan(timur) yang sering di

juluki RT “Kebonan” karena dahulunya hanya wilayah kebon

Page 39: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Mengungkap Asal - Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan 23

yang luas dan belum dihuni oleh penduduk. Kampung Bugisan ini

dari arah selatan berbatasan langsung dengan pabrik tekstil

Karmatek dan Lojitek, serta dari sebelah utara berbatasan dengan

sungai yang memisahkan kampung Bugisan dengan kelurahan

Krapyak.

Berangkat dari sungai Loji ke kampung Bugisan, setelah

penempatan gang-gang kelurahan Panjang Wetan dari 1 sampai

15, muncul gang-gang baru karena semakin bertambahnya

penduduk yang disebut dengan Kampung Baru. Di sebelah utara

Kampung Baru terdapat gang Awal. Mulanya, gang Awal ini

adalah bekas lontrong (semacam lorong jalan kecil). Semakin ke

selatan dari kampung Baru terdapat gang yang bernama Umbul,

nama ini diambil dari sumur Umbul yang berada di wilayah

tersebut.

Berlanjut ke arah utara kelurahan Panjang Wetan, terdapat

wilayah yang bernama Cikal Sari. Nama Cikal Sari tentunya tidak

asing lagi di telinga masyarakat Pekalongan, karena kini Cikal

Sari dijadikan nama dari rumah sakit paru-paru satu-satunya di

kelurahan Panjang Wetan ini. Nama Cikal Sari sendiri terdiri dari

dua kata, yakni kata “cikal” yang berarti pohon kelapa, dan “sari”

yang berarti asri, sejuk, nan indah pemandanganya. Selain Cikal

Sari, ada juga kampung yang bernama Boyong Sari, Pisang Sari,

dan Wonosari. “Boyong” berarti orang yang datang berbondong-

bondong, ”Pisang” berarti pohon pisang yang merajalela, dan

“Wono” yang berarti daerah sepi. Sedangkan nama “Sari”

dibelakangnya merupakan gambaran bahwa daerah tersebut asri

penuh kehijauan dan tampak indah dipandang mata. Entah

kenapa, masyarakat kelurahan Panjang Wetan suka dengan yang

sari-sari.

“Penamaan wilayah pada kelurahan Panjang Wetan ini

kebanyakan diambil dari keadaan alam ataupun masyarakat yang

mendudukinya pada saat pertama kali wilayah itu diberi nama”.

Ada nama Blandong karena berada di sekitar tempat

penyembelihan binatang. Kampung kerkop, nama ini jelas

merujuk dari bahasa belanda Kierk Hoff yang berarti kuburan bagi

orang yang beragama kristen. Ada pula nama kampung Jayengan,

dari namanya menunjukkan bahwa kampung ini merupakan

wilayah kekuasaan seseorang yang mungkin bergelar jaya

(menang) atau pula tempat yang berisi tentara yang sering menang

perang. Dimungkinkan pula kampung ini dulu merupakan tanah

Page 40: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Mengungkap Asal - Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan 24

milik sesorang yang memiliki nama “JAYA” atau bahkan

mungkin milik Adipati Djayadiningrat.

Ujar pak Lebe, salah satu pegawai kantor kelurahan

Panjang Wetan mengungkapkan bahwa di kelurahan ini terdapat

banyak pula tradisi-tradisi yang unik. Jika Krapyak memiliki

tradisi sywalan, kelurahan Panjang Wetan tidak kalah hebat

dengan memiliki tradisi sedekah laut. Tradisi ini sudah

berlangsung sejak jaman

dahulu. Letak kelurahan

Panjang Wetan yang

berbatasan langsung

dengan laut, menjadikan

mayoritas penduduknya

bermatapencaharian

nelayan sehingga hasil

panen ikan setiap harinya

menentukan nasib hidup mereka. Hal inilah yang menjadikan

masyarakat sadar akan rezeki yang diberikan Tuhan Yang Maha

Esa. Sehingga, dengan tradisi ini mereka berharap agar laut diberi

keberkahan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa. Tradisi ini dilakukan

setahun sekali dengan melepaskan makanan dan hasil bumi ke

laut “Ngeboum”.

Selain itu, masyarakat kelurahan Panjang Wetan memiliki

tradisi unik yang lain, yakni membuat balon udara raksasa setiap

tahunya. Pembuatan balon biasanya di lakukan di pertengahan

bulan Ramadhan yang mana akan dilepaskan pada saat hari raya

idul fitri, idul adha, dan syawalan tiba. Masyarakat kelurahan

Panjang Wetan memang dikenal ahli dalam membuat balon udara

raksasa.

Letak geografis kelurahan Panjang Wetan ini juga

membawa banyak kearifan yang muncul. Seperti adanya

pelabuhan TPI (Tempat Pelelangan Ikan) yang menjadi salah satu

maskotnya Kota Pekalongan. Dari tempat inilah orang-orang dari

luar jawa maupun luar negeri berdatangan di Pekalongan. Dari

segi ekonomi pelabuhan di kelurahan Panjang Wetan ini menjadi

salah satu pendorong terbesar dalam pembangunan ekonomi di

Pekalongan. Semakin berkembanganya ekonomi di Pekalongan,

terutama di kelurahan Panjang Wetan, muncullah berbagai macam

pabrik industri yang dibangun di kelurahan ini. Seperti pabrik teh,

Gambar Pesta Laut di

Kelurahan Panjang Wetan

Page 41: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Mengungkap Asal - Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan 25

pabrik es Along Jaya, pabrik Lojitek, pabrik Kismatek pabrik ikan

TRM, dan masih banyak lagi.

Selain dari potensi ekonomi yang dimiliki, kelurahan

Panjang Wetan juga memiliki seorang ulama atau sesepuh yang

mahsyur di kelurahan ini. Jika kelurahan Landungsari (sekarang

Noyontaansari) memiliki sosok mbah Landung yang begitu

terkenal, maka kelurahan Panjang Wetan juga memiliki sosok

yang begitu mahsyur di kalangan masyarakat, beliau bernama

mbah Singkil, makamnya terletak di belakang SDI 07 dan di

sebelah barat masjid Umi Solechah Junaid, Panjang Wetan

Pekalongan.

Tidak hanya soal tokoh, pendidikan pun sudah mulai

gencar di kelurahan Panjang Wetan, terbukti dengan banyaknya

sekolah-sekolah yang berdiri mulai dari sekolah dasar, sekolah

menengah pertama, sekolah menengah atas, sampai sekolah

tinggi. Selain itu, pondok-pondok pesantren juga sudah banyak

yang didirikan. Tentunya hal ini menjadi kebanggan tersendiri

bagi masyarakat kelurahan Panjang Wetan pada umumya.

(Kontributor : Mukhamad Bustomi Fajari, Ribut Achwandi)

Page 42: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Mengungkap Asal - Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan 26

PANJANG

BARU Yang baru diantara dua Panjang

Page 43: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Mengungkap Asal - Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan 27

Gambar Peta Panjang Baru

Page 44: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Mengungkap Asal - Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan 28

Seiring dengan perkembangan waktu, Kelurahan Panjang

Wetan terus berkembang hingga menjadikannya semakin padat.

Kebutuhan akan tempat tinggal memaksa untuk membuka

daerah-daerah yang selama ini hanya berupa sawah, tambak dan

belukar menjadi daerah pemukiman. Hal ini mengakibatkan

munculnya kampung-kampung yang relatif baru. Bahkan adanya

pengembang yang membuka daerah-daerah ini menjadikannya

semakin ramai dan terkonsentrasi di daerah baru.

Wilayah tersebut adalah kawasan perumahan Panjang

Indah yang dibangun antara tahun 1984. Perumahan Rumah

Sangat Sederhana (RSS) Korpri yang dibangun antara tahun 1990.

Perumahan Nelayan yang dikenal dengan nama Pantai Sari.

Disebut demikian karena terletak persis di tepi pantai dan

diharapkan menjadi tempat yang nyaman, damai dan tenteram.

Ada beberapa istilah nama kampung lain seperti nama Cangkring

dan Kesambi.

Munculnya kampung-kampung baru tersebut membuat

wilayah yang sepi menjadi ramai. Jumlah penduduk yang besar

membuat pelayanan administrasi publik menjadi kurang efektif

dan efisien. Pada tahun 2007 jumlah penduduk telah mencapai

21.223 jiwa sehingga melebihi jumlah maksimum efektivitas

pelayanan administrasi kepada masyarakat. Oleh karena itu perlu

untuk mengoptimalkan pelayanan dengan membentuk kelurahan

baru sebagai hasil pemekaran Kelurahan Panjang Wetan.

Setelah melalui berbagai diskusi yang melibatkan

berbagai elemen baik dari eksekutif, legislative maupun

masyarakat terkait maka ditetapkan bahwa Kelurahan Panjang

Wetan dimekarkan dengan nama kelurahan hasil pemekaran

adalah Kelurahan Panjang Baru. Secara yuridis formal Kelurahan

Panjang Baru ditetapkan melalui Keputusan Walikota Pekalongan

Nomor 136/313 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kelurahan

Baru Hasil Pemekaran Kelurahan Panjang Wetan Kecamatan

Pekalongan Utara Kota Pekalongan tanggal 13 Agustus 2007.

(Kontributor : Agung Tjahjana)

Page 45: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Mengungkap Asal - Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan 29

Bandengan Hadiah dari melati, padi, dan tambak

Page 46: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Mengungkap Asal - Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan 30

Gambar Peta Bandengan

Page 47: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Mengungkap Asal - Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan 31

Gambar Kelurahan Bandengan

Kelurahan Bandengan adalah salah satu kelurahan di

Kecamatan Pekalongan Utara. Pada awalnya Bandengan adalah

sebuah desa yang menjadi Wilayah Kabupaten Pekalongan.

Menjadi bagian dari Kota Pekalongan sejak tahun 1988

berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 1988 Tentang

Perubahan Batas Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II

Pekalongan, Kabupaten Daerah Tingkat II Pekalongan, dan

Kabupaten Daerah Tingkat II Batang.

Wilayah Kelurahan Bandengan berbatasan dengan desa

Jeruksari Kabupaten Pekalongan di sebelah barat, di sebelah

selatan berbatasan dengan Kelurahan Dukuh dan Kelurahan

Kandang Panjang. Di sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan

Kandang Panjang dan Kelurahan Panjang Baru, sedangkan di

sebelah utara berbatasan langsung dengan laut Jawa.

Wilayah pesisir menjadikan tanahnya cukup subur untuk

pertanian, dan sangat produktif untuk perikanan. Hal ini

menyebabkan sebagian besar wilayahnya adalah lahan pertanian

dan perikanan pantai berupa tambak. Wilayah permukiman

terkonsentrasi di sebelah selatan yang terbagi dalam dua dukuh

yaitu Dukuh Seturi di bagian Timur dan Dukuh Bandengan di

bagian Barat.

Page 48: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Mengungkap Asal - Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan 32

Bandengan

Keberadaan Bandengan dimasa lalu cukup

membanggakan. Masyarakatnya sebagian besar hidup

berkecukupan dari mata pencaharian sebagai petani padi, petani

tambak dan nelayan yang setiap hari berangkat melaut. Orang-

orang kaya banyak yang memiliki sawah, tambak dan binatang

ternak terutama kerbau. Hal ini menyebabkan mereka mampu

bekerja bahkan mempekerjakan masyarakat sekitarnya untuk

secara terus menerus. Setelah bertanam padi, mereka mengurus

tambak, mengurus ternak dan bagi yang tidak memiliki ternak

dapat berangkat melaut.

Dipinggir laut terdapat lahan hutan bakau yang cukup

lebat diantara tambak. Keberadaannya menjadi tempat pemijahan

yang baik untuk perkembangbiakan bandeng. Perkembangan

selanjtunya masyarakat memelihara bandeng dalam tambak.

Panen bandeng hampir selalu berlimpah dan mutu serta rasa

bandengnya enak sehingga disukai banyak orang

Terkenalnya bandeng tersebut mengakibatkan konsumen bandeng

Pekalongan dan daerah yang mendapatkan suplai berusaha

menanyakan dari daerah mana bandeng tersebut berasal.

Konsumen mendapatkan jawaban bahwa bahwa bandeng tersebut

berasal dari daerah yang memiliki banyak bandeng di sebelah

barat Panjang. Daerah bandeng itulah yang akhirnya disebut

dengan bandengan. Secara tata bahasa Jawa, bandengan berarti

nggon (tempat) bandeng, atau nggon sing akeh (Tempat yang

banyak) bandeng.

Seturi

Secara bahasa terutama bahasa Jawa sebagai bahasa ibu

masyarakat setempat kata seturi tidak memiliki arti. Apabila di

runut dalam tata bahasa jawa kata yang paling dekat dengan seturi

adalah kata TURI. Turi (Sesbania grandiflora) adalah nama

tumbuhan yang berdaun kecil sejenis alba yang termasuk keluarga

leguminocaae. Diceritakan oleh Bapak Slamet Abidin dan Bapak

Karibkin bahwa di masa lalu sepanjang pematang, jalan dan

kebun yang tidak termanfaatkan di wilayah tersebut banyak

ditumbuhi pohon turi.

Page 49: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Mengungkap Asal - Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan 33

Masyarakat setempat meyakini bahwa menanam pohon

turi dapat menjaga kesuburan tanah. Secara teori tumbuhan yang

kacang-kacangan atau berbunga kupu-kupu, memiliki akar yang

berbintil-bintil serta mampu menambat nitrogen dari udara. Hal

inilah yang menyebabkan tanah menjadi subur. Selain itu bunga

turi dapat dimanfaatkan untuk sayuran, dan daunnya dapat

dimanfaatkan untuk pakan ternak. Tak jarang turi dipergunakan

pula untuk pengobatan.

Lambang Sari.

Lambang sari adalah nama resmi Kelurahan sebelum

diubah menjadi Bandengan. Pada masa kolonial maupun awal

kemerdekaan nama desa masih Lambang Sari. Bapak Karibkin

menuturkan bahwa Lambang Sari bermakna tanda atau simbol

atau penanda dari inti, indah atau hakikat sebuah kesempurnaan.

Hal ini disebabkan kesejahteraan masyarakat setempat yang

mendapatkan karunia tanah yang subur sehingga panen padi selalu

melimpah, hasil tambak yang senantiasa bagus dan bandengnya

pun sangat enak masih ditambah di tanah Lambang Sari hasil

bunga melatinya berkualitas sangat bagus dan dipesan oleh pabrik

teh terbesar di Pekalongan dengan harga yang lebih tinggi

dibanding daerah lain. Kemasyhuran melati dari desa ini

menjadikan masyarakatnya menamai desa mereka dengan kata

sari bermakna tenteram, indah atau sempurna.

Dinamika pemerintahan dan perekonomian yang

senantiasa berubah akhirnya mempengaruhi pola pikir dan pola

hidup masyarakat. Usaha bandeng yang sangat dominan dan

menjadikan tetenger (ikon) dirasa lebih “menjual” dibandingkan

dengan Lambang Sari sebagai nama desanya maka diubah

menjadi Bandengan.

Kali Betingan

Kali Betingan adalah sebuah saluran irigasi yang melintas

di Bandengan. Dituturkan oleh Bapak Slamet Abidin bahwa

saluran ini dimasa lalu banyak hidup ikan keting (sejenis ikan lele

yang hidup di air payau). Ikan keting ini banyak diambil oleh

masyarakat setempat untuk dikonsumsi. Dari kata Keting inilah

Page 50: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Mengungkap Asal - Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan 34

masyarakat menamakan sungai tersebut dengan nama kali

betingan.

Kali Segrabyag

Hampir sama dengan kali Betingan, Segrabyag adalah

nama saluran irigasi besar yang melintasi wilayah utara

Bandengan. Saluran ini banyak dihuni oleh ikan-ikan sehingga

banyak orang yang mencari ikan. Disamping itu banyak pula

masyarakat petani mengalirkan air ke sawah mereka. Di masa lalu

masyarakat bergotong royong bersama-sama memelihara irigasi,

bertanam padi, maupun memanen ikan. Ketika melewati sungai

mereka mendengar suara grabyag-grubyug kaki melewati sungai.

Disamping itu istilah grabyag-grubyug juga menggambarkan

adanya rasa susah dan senang dipikul secara bersama-sama.

Identik dengan seturi, kata grabyak mendapatkan tambahan kata

“se” sehingga menjadi segrabyag.

Kisah Mbah Saringin.

Salah satu cerita yang berkembang di Bandengan adalah

Mbah Saringin yang merupakan Lurah Desa Setempat pada masa

pemerintahan Belanda. Diceritakan bahwa beliau adalah seorang

preman yang sakti, kejam, namun disegani pihak Belanda

sehingga diangkat menjadi pimpinan desa. Dia suka mengambil

wanita cantik untuk diperistri walaupun sudah menjadi istri orang.

Namun demikian terhadap setiap wanita yang dinikahinya selalu

diberikan nafkah dan rumah sebagai wujud tanggung jawabnya.

Walaupun sebagai seorang bandit, akan tetapi Mbah

Saringin sangat hormat pada ulama. Salah satu ulama yang

disegani adalah Kyai Yusuf. Dituturkan oleh Bapak Karibkin

bahwa Kyai Yusuf Sirodj pernah berujar kalau jadi bandit jangan

tanggung, jadilah seperti Saringin, bandit besar tetapi tetap hormat

pada ulama.

Bandengan yang dulu dikenal sangat asri dan subur kini

sedang menghadapi masalah sebagai akibat dari fenomena alam

yang sangat sulit untuk ditangani. Sebagian besar wilayahnya

digenangi oleh rob atau air pasang yang masuk ke daratan

sehingga kehidupan masyarakatnya menjadi tidak sesejahtera

Page 51: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Mengungkap Asal - Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan 35

dulu. Namun semua kearifan diharapkan untuk tetap hidup dan

terus menjadi karakter masyarakatnya.

(Kontributor : Agung Tjahjana)

Disarikan dari cerita nara sumber :

1. Bapak Slamet Abidin (Kepala Kelurahan Bandengan

Tahun 2015)

2. Bapak Drs. Karibkin Syarif (Tokoh Masyarakat, Kepala

Desa Tahun 1980 s/d 1990 dan tahun 1998 s/d 2002)

Page 52: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Mengungkap Asal - Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan 36

KRAPYAK Cirita diantara 2 Krapyak

Page 53: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Mengungkap Asal - Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan 37

Gambar Peta Krapyak

Page 54: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Mengungkap Asal - Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan 38

Krapyak adalah salah satu wilayah paling utara dari Kota

Pekalongan. Wilayahnya sangat luas hampir seluas wilayah

Panjang. Krapyak merupakan kawasan yang unik dan menarik

apabila dipelajari. Struktur masyarakatnya lengkap mulai dari

nelayan, petani, pengusaha, buruh dan pegawai, dan ulama ada di

sini. Kebudayaan masyarakatnya pun unik karena khas hingga

membedakannya dengan wilayah lain walaupun berdekatan.

Seperti biasanya daerah sekitar pantai dan pelabuhan

biasanya diselimuti dengan budaya minum-minuman keras atau

mabuk-mabukan. Akan tetapi di wilayah Krapyak justru

sebaliknya. Wilayah ini dikenal sangat kuat menjalankan ajaran

Islam.

Asal usul pemberian nama “Krapyak” ada beberapa versi.

Secara etimologi krapyak memiliki arti kandang menjangan atau

apabila pengertiannya lebih luas dapat diartikan sebagai tempat

yang banyak menjangan atau kijang. Hal ini sangat

memungkinkan karena ada banyak cerita yang menyebutkan

bahwadi masa lalu daerah ini merupakan hutan yang lebat.

Krapyak tidak hanya ada di Pekalongan. Di Semarang

desa Krapyak dulu adalah daerah sabana yang banyak dengan

menjangan. Wilayah ini pun dimasa lalu langsung berbatasan

dengan laut. Di Yogyakarta juga ada kampung yang bernama

sama. Diceritakan bahwa dulu di Krapyak inilah Sultan

Hanyokrowati, ayah dari Sultan Agung Hanyokrokusumo tewas

pada waktu berbutu karena tertusuk oleh tanduk menjangan yang

terkena panahnya.

Di era Kasultanan setelah Mataram dipecah menjadi dua

melalui perjanjian Giyanti, Krapyak dikaitkan dengan wilayah

garis lurus atau sumbu spiritual yaitu gunung merapi, tugu putih,

keraton, panggung krapyak dan laut selatan. Di wilayah Krapyak

di Yogyakarta lingkungan masyarakatnya sangat agamis di masa

lalu karena ada pondok pesantren yang besar. Oleh keraton

dibangun panggung Krapyak yang merupakan tempat sarana

bertemunya antara penguasa keraton dengan laut penguasa laut

selatan, Sangat tidak menutup kemungkinan bahwa pemberian

istilah Krapyak di Pekalongan adalah upaya menyamai unsur

spiritual tersebut dengan garis lurus laut utara, Krapyak,

kabupaten dan ke selatan di Petung Kriyono atau gunung Prau

sebagai daerah mata air sungai Kupang. Salah satu yang

Page 55: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Mengungkap Asal - Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan 39

menguatkan adalah adanya kampung Setembok yang menjadi

perujuk adanya bangunan tembok dimasa yang lalu.

Versi lain menyebutkan bahwa “Krapyak” berasal dari

suara deru ombak air laut di pesisir laut utara. Bunyi “Krupyak-

krupyak” air laut sehingga daerah di dekat laut tersebut

dinamakan Desa Krapyak.

Gambar Kantor Kelurahan Krapyak

Menurut cerita seorang sesepuh desa Krapyak yang

berusia 60 tahun, Ibu Alifah (Tammimsyafii, 2014) mengisahkan

bahwa nama “Krapyak” asal muasalnya dari air hujan yang turun

begitu deras dan membanjiri daerah tersebut. Saat itu belum ada

lantai atau keramik seperti sekarang, yang ada hanyalah alas

rumah dari tanah. Ketika warga berjalan di genangan air banjir,

timbullah bunyi “Krupyuk-Krupyuk”. Sebab itulah kemudian

daerah itu dinamakan “Krapyak”.

Sumber lain menyebutkan bahwa desa “Krapyak” berasal

dari kata “Krap” atau dalam bahasa Jawa “Kerep” artinya sering

dan “Pyak” yang diartikan sebagian warga “bersatu”. Apabila

digabungkan secara harfiah berarti “sering bersatu”. Penamaan ini

bersumber dari cerita setempat yang mengkisahkan tentang awal

daerah desa Krapyak ini dibuka.

Konon dahulu kala Raja Mataram memerintahkan seorang

ulama sakti untuk membuka daerah di pesisir pantai utara. Ulama

sakti tersebut bernama Mbah Abdul Filis. Terdapat kerajaan jin di

Page 56: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Mengungkap Asal - Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan 40

daerah pesisir tersebut sehingga sulit bagi Mbah Abdul Filis untuk

membuka daerah tersebut sendirian. Mbah Abdul Filis lalu

meminta mengumpulkan bantuan dari beberapa ulama sakti

lainnya yaitu Mbah Losari, Mbah Jatruno, Mbah Rachmadi, dan

Mbah Banyu Tawa guna membuka daerah tersebut.

Gambar Makam Mbah Abdul Filis

Kelima orang tersebut bersama-sama berdoa dan meminta

kepada Tuhan Yang Maha Esa agar mereka dapat membuka

daerah pesisir utara itu. Atas usaha doa mereka, raja jin dan jin-jin

lainnya menyerah sehingga daerah tersebutberhasil dibuka.

Keberhasilan bersama kelima ulama

inilah yang menjadi dasar penamaan Krapyak yaitu

“Krap” dan “Pyak” yaitu “sering bersatu” karena berkat persatuan

dan kebersamaan merekalah daerah pesisir utara tersebut berhasil

dibuka dan dihuni manusia.

Raja Mataram memberikan hadiah berupa sebidang tanah

perdikan (bebas pajak) atas keberhasilan Mbah Abdul Filis

membuka daerah tersebut. Tanah tersebut kini dikenal dengan

daerah “Sembawan”. Mbah Abdul Filis juga dipercaya Raja untuk

memimpin desa Krapyak. Kepemimpinan Mbah Abdul Filis yang

cerdas, adil, dan bijaksana membuahkan hasil. Wilayah desa

Krapyak bertambah luas sehingga beliau memutuskan bahwa

sebaiknya desa Krapyak dibagi menjadi dua Krapyak Lor (utara)

dan Krapyak Kidul (selatan). Desa Krapyak Lor merupakan

daerah yang cenderung lebih dekat ke lautan.

Page 57: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Mengungkap Asal - Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan 41

Krapyak memiliki tradisi unik yaitu syawalan. Sekitar

tahun 1885, Kyai Haji Abdullah Sirodj pertama kali mengadakan

tradisi Krapyakan atau disebut juga Syawalan. Tradisi ini

dilakukan dalam rangka menyebarkan ajaran agama Islam, di

mana dalam agama Islam disunahkan melaksanakan puasa Syawal

yaitu 6 hari pada bulan Syawal yang biasanya dimulai pada

tanggal 2 sampai 7 Syawal. Lalu pada tanggal 8 Syawal itulah

tradisi Syawalan ini dilakukan. Tradisi Syawalan merupakan

bentuk penghormatan kepada orang-orang yang menjalankan

puasa Syawal. Di desa Krapyak, Syawalan dianggap sebagai

“Lebarannya orang yang puasa Syawal”. Pada saat syawalan ini

pulalah keluarga besar masyarakat yang berasal dari Krapyak

berkumpul dan bertemu dari berbagai generasi.

Pada tradisi Krapyakan ini dibuat makanan khas yaitu

lopis. Lopis merupakan semacam kudapan yang terbuat dari ketan

(M.Dirhamsyah, 2014). Salah satu keunikan dalam tradisi

Syawalan di Krapyak yaitu adanya lopis raksasa. Pembuatan lopis

dengan ukuran yang lebih besar oleh penduduk Krapyak Kidul

dimulai sejak tahun 1955 dan upacara pemotongan lopis baru

dilaksanakan pada tahun 1956 oleh Bapak Rohmat, yang saat itu

menjabat sebagai kepala desa.1 Menurut penuturan sesepuh

berusia 80 tahun, Muhammad Zein (Tammimsyafii, 2014), lopis

besar pertama kali dibuat tahun 1980 di Desa Krapyak Lor.

Semenjak saat itu pembuatan lopis besar selalu dilestarikan

walaupun sempat terhenti pada tahun 1997 dan 1998.

Pembuatan lopis raksasa bertujuan untuk diberikan

kepada tamu atau pengunjung yang datang ke Krapyak, guna

mempererat tali silahturahmi antarwarga Krapyak dan sekitarnya.

Menurut penduduk Krapyak, tradisi Syawalan dan pembuatan

lopis raksasa melambangkan keberkahan untuk masyarakat

sekitar. Tradisi Syawalan ini sejatinya juga merupakan bentuk

penghormatan dan keramahtamahan warga desa Krapyak kepada

para tamu atau keluarga yang tinggal diluar Krapyak. Selain itu

1Syafi’i Tammim, “Rehabilitasi Sungai Pekalongan untuk Kehidupan”

(Pekalongan, 2014), http://tammimsyafii.blogspot.com, Diakses 1

januari 2014

Page 58: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Mengungkap Asal - Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan 42

juga menjadi perekat tali silaturahmi

kepada para tamu dari desa lainnya.

Terkandung makna filosofi

dari makanan lopis ini. Lopis ini

dibuat dari bahan dasar ketan yang

mana setelah matang makanan ini

meskipun awalnya berupa butiran-

butiran ketan setelah dimasak sampai

matang akan saling rekat satu sama

lain. Hal ini menggambarkan harapan

akan persatuan dan kesatuan dari

warga desa Krapyak. Lopis dibungkus

dengan menggunakan daun pisang.

Pohon pisang tidak akan mati sebelum

meninggalkan buah dan tunas. Dapat diartikan bahwa para

sesepuh tidak akan pergi sebelum meninggalkan jasa atau

memiliki generasi yang mampu menjadi penerus para sesepuh.

Garis benang nilai filosofi dari lopis adalah harapan akan

kesatuan, persatuan, kebersamaan, dan keberlangsungan warga

desa Krapyak yang tidak dapat dinilai dengan materi.

Krapyak memiliki suatu legenda unik yang mengajarkan

akan nilai luhur sebuah kejujuran yakni lebenda Mbah Wayah.

Legenda ini sebenarnya merupakan suatu tradisi yang terjadi di

sebuah makam yang diyakini merupakan makam dari seorang

ulama yang perilakunya sangat baik sehingga sangat dihromati di

masa hidupnya. Berbagai cerita mengatakan bahwa beliau adalah

orang yang sering menolong sak wayah-wayah (sewaktu-waktu)

pada saat ada orang yang meminta pertolongan. Kebaikan dan

kerendahan hatinya sesuai dengan perilaku dan ucapannya. Beliau

dikenal sangat jujur.

Setelah meninggal makamnya sering dipergunakan untuk

mengucapkan sumpah. Apabila orang yang bersumpah adalah

orang yang benar, maka tidak akan terjadi apa-apa, akan tetapi

apabila yang bersumpah adalah penipu atau orang mengada-ada

maka akan terjadi malapetaka baginya. Malapetaka yang dialami

tersebut adalah sesuai yang diucapkan dalam sumpahnya.

Krapyak juga dikenal sebagai sentra produksi Batik. Salah

satu motif yang sangat terkenal adalah Batik Jlamprang. Motif

Batik Jlamprang diyakini sebagai motif batik asli Pekalongan.

Motif ini lahir dari pengrajin batik keturunan Arab yang beragama

Page 59: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Mengungkap Asal - Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan 43

Islam. Adanya larangan dalam Islam menggambar binatang

maupun manusia, mendorong pengrajin Batik Pekalongan

menciptakan motif hias geometris. Motif Jlamprang menurut

peneliti ini termasuk motif nitik dan tergolong sebagai ragam hias

geometris. Oleh karena itulah jalan utama di wilayah Krapyak

diberi nama Batik Jlamprang.

Kini secara administrasi tidak ada lagi kelurahan Krapyak Lor dan

Krapyak Kidul karena telah dilebur menjadi kelurahan Krapyak

namun tidak ada salahnya bila kita mengulik kisah keberadaannya

sebagai pengetahuan.

(Kontributor : Amiroh, SE, Bagus Rachman, Karto Susilo, Agung

Tjahjana)

Page 60: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Mengungkap Asal - Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan 44

KRAPYAK KIDUL

Cerita dari selatan

Page 61: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Mengungkap Asal - Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan 45

Gambar Peta Krapyak KIdul

Page 62: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Mengungkap Asal - Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan 46

Sebagaimana telah disebutkan dalam Al Qur’an surat

Ar Rum ayat 21, sudah menjadi kodrati bahwa di dunia ini

diciptakan berpasangan. Manusia sering kali memberikan

penanda untuk membedakan sesuatu yang sejenis adalah

dengan nama atau istilah dari pasangannya. Begitu pula

dengan masyarakat Jawa yang suka tinggal secara

berkelompok atau bergerombol seringkali menyebut nama

kelompok lainnya dengan secara berpasangan. Begitu pula

dengan wilayah di Krapyak ada dua kelompok masyarakat

yang cukup besar berada di utara dan selatan maka

disebutlah dengan nama Krapyak Lor dan Krapyak Kidul.

Tidak ada yang tahu pasti kapan Krapyak Kidul

secara pasti terbentuk. Berdasar peta tahun 1800-an sudah

disebutkan adanya Krapyak Lor dan Krapyak Kidul. Yang

pasti Krapyak Kidul berada di sebelah selatan dari pada

Krapyak Lor dengan lingkungan yang lebih padat.

Krapyak Kidul memiliki beberapa kampung yang

memiliki kisah sebagai latar belakang namanya.

Sembawan

Kampung Sembawan adalah wilayah yang meliputi

Krapyak Kidul RT 1 – 6 / Rw 15. Kampung ini merupakan

kampung yang padat penduduknya. Terletak di tepi timur

sungai Pekalongan dan dilalui jalan yang menghubungkan

antara kota dengan wilayah pesisir. Penataan di wilayah ini

masih berkesan semrawut sehingga menunjukkan bahwa

wilayah ini tumbuh tanpa pengaturan sebagai wilayah

modern yang biasanya dibangun oleh pihak kolonial.

Nampak bahwa wilayah ini berkembang pesat secara

kekerabatan.

Berdasarkan keterangan nara sumber istilah sembawan

bisa muncul disebabkan pada awalnya di daerah ini banyak

orang-orang dari Sumbawa yang tinggal atau sekedar

singgah di daerah ini. Pada masa lalu kuda merupakan alat

pengangkutan dan perhubungan yang paling efektif. Baik

Page 63: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Mengungkap Asal - Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan 47

kaum bangsawan pribumi, maupun orang kaya berusaha

untuk memilikinya. Dengan munculnya jalur pos yang

dibangun oleh pihak kolonial maka pertumbuhan

penggunaan kuda sebagai sarana transportasi semakin besar.

Di pulau Jawa pada masa itu ada kuda lokal yang oleh

penduduknya disebut dengan kapal. Mengingat populasi

kuda tidak terlalu pesat dan kebutuhan meningkat maka

didatangkan kuda dari pulau Sumbawa yang memang

terkenal sebagai penghasil kuda. Sebagian besar perahu

pembawa kuda bersandar di sekitar Sembawan dan kuda

diturunkan di seberang Sembawan di tempat yang kini

dikenal dengan nama Gudang Garam/Gudang Uyah wilayah

Panjang Wetan. Kuda-kuda tersebut selanjuntya dipelihara

di kampung Gedogan dan Kandang Panjang untuk

dijinakkan dan dilatih sebagai kuda tunggang maupun

sebagai penarik gerobak sebelum dijual kepada peminatnya.

Datangnya kuda-kuda tersebut tentu diiringi pula oleh

orang Sumbawa yang tinggal atau beraktivitas bongkar

muat barang. Komunitas Sumbawa ini jumlahnya cukup

besar dan mendominasi wilayah tersebut, sehingga

penduduk pribumi menyebutnya dengan Sumbawan yang

berarti daerah yang banyak dihuni orang Sumbawa. Kata

sembawan merupakan perubahan dialek lidah yang

mengubah lafal um menjadi em seperti kata sumrambah

menjadi semrambah dan sebagainya.

Cokrah

Dalam bahasa Jawa lama cokrah (congkrah) memiliki

makna bertengkar/berselisih/ bersengketa. Biasanya

masyarakat yang tinggal didaerah yang bernama cokrah

merupakan pemukim baru yang memisahkan diri dari

kelompoknya karena adanya perselisihan/sengketa.

Masyarakat ini berpindah karena kalah dalam perselisihan

atau sengaja berpindah untuk menghindari perselisihan.

Cokrah juga memiliki makna sebagai sulit diatur. Sikap

melawan aturan inilah yang sering mengakibatkan cokrah.

Page 64: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Mengungkap Asal - Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan 48

Sehingga tidak menutup kemungkinan pengasingan tersebut

sengaja dilakukan oleh penguasa untuk menempatkan orang-

orang yang sulit diatur agar dapat tindakan yang tidak

diinginkan dapat dilokalisasi karena secara teknis mudah

didalam pengawasan dan penanganan karena lingkupnya

terbatas.

Salah satu hal yang menarik dari beberapa kampung

cokrah di desa atau daerah lain adalah letaknya yang hampr

selalu berada di pinggir sawah sehingga cokrah pun

diartikan sebagai kampung yang paling dekat dengan sawah.

Kampung cokrah ini biasanya terpencil atau terpinggirkan.

Struktur ekonominya pun lebih rendah dari kampung

lainnya. Namun kini keberadaan masyarakatnya tidak ada

lagi perbedaan dengan warga lainnya sekarang berada di

wilayah Rt / Rw 15.

(Kontributor : Amiroh, SE, Bagus Rachman, Karto Susilo)

Page 65: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Mengungkap Asal - Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan 49

KRAPYAK LOR Cerita dari Utara

Page 66: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Mengungkap Asal - Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan 50

Gambar Peta Krapyak Lor

Page 67: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Mengungkap Asal - Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan 51

Krapyak Lor memiliki wilayah yang lebih luas dari Kidul.

Kampungnya pun lebih banyak dan dimasa lalu berbentuk

grumbul atau kampung yang berpencaran. Ada beberapa kisah

maupun makna yang menjadi nama dari kampung antara lain :

Pagirikan

Secara etimologi, kata pagirikan dapat diperoleh dari

beberapa kata. Girik adalah kata dari bahasa sansekerta yang

berarti kupon, karcis atau tanda yang dipergunakan untuk masuk

ke suatu tempat atau untuk mendapatkan jatah barang, uang atau

hasil jasa lainnya. Penambahan awalan dan akhiran pa-an

menunjukkan bahwa kata pagirikan berarti tempat pembagian,

penyerahan atau dapat pula berarti penukaran girik tersebut

dengan hal-hal yang mereka butuhkan.

Penamaan ini mungkin disebabkan pada masa lalu

Pemerintah Hindia Belanda membangun pelabuhan samudra yang

berada diujung muara sungai dan menggunakan tempat di

seberang sungai sebagai tempat tinggal atau peristirahatan dari

para pekerja yang sebagian besar adalah kaum pribumi. Apabila

dipelajari dari penataan wilayah oleh pemerintah kolonial hampir

selalu a menempatkan penguasa berseberangan dengan kaum

pribumi. Para pekerja ini mendapatkan bayaran dengan kupon

untuk ditukarkan dengan uang sebagai penghasilan mereka.

Hal yang mungkin pula terjadi adalah bahwa wilayah

Slamaran kini dulu adalah perkebunan kelapa milik pemodal

asing. Para pekerja atau buruh pribumi bekerja untuk pemodal dan

mendapatkan girik sebagai identitas pekerja sehingga mereka

dapat memasuki perkebunan atau pada saat tertentu girik tersebut

digunakan untuk ditukarkan dengan uang atau bentuk penghasilan

lainnya di tempat berkumpul di sekitar pintu masuk wilayah

perkebunan.

Wilayah disekitar tempat pembagian/penerimaan girik ini

pula yang akhirnya menjadi tempat tinggal bagi para pekerja yang

akhirnya diberi nama sebagai Pagirikan.

Pagirikan dapat pula berasal dari kata igir yang dalam bahasa

jawa lama/kuno berarti pinggiran/tebing. Apabila kita amati,

wilayah ini memang berada di sekitar sungai sehingga pagirikan

dapat diartikan sebagai tempat di pinggiran sungai.

Page 68: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Mengungkap Asal - Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan 52

Informasi tentang Pagirikan ini sangat sedikit. Hampir tidak

ada informasi yang menyebut tentang tokoh ataupun kegiatan

yang signifikan tentang Pagirikan. Namun tempat ini telah disebut

dalam peta perkebunan Hindia Belanda sejak akhir tahun 1800 an

wilayah ini sekarang berada di Rt 3/ Rw 1.

Slamaran

Nama slamaran ini telah disebut dalam peta awal tahun 1900

an dengan sebutan Sela-maran (sampang tiga). Informasi yang

didapat hanyalah bahwa slamaran adalah perkebunan kelapa.

Hampir tak ada yang mengetahui mengapa disebut nama

slamaran.

Bapak Ahmad Ilyas, seorang penduduk asli Krapyak, dalam

wawancara pribadi mengungkapkan bahwa Slamaran dulu adalah

hutan pantai yang sangat rapat, angker atau sulit untuk dilewati.

Hutan ini dikenal sebagai Alas Rondho (hutan janda). Disebut

demikian karena bila ada seorang laki-laki yang beristri masuk ke

dalamnya sering kali tidak kembali lagi sehingga istrinya menjadi

janda. Cerita ini menguatkan betapa angker dan berbahayanya

hutan tersebut. Begitu pula dengan orang Belanda yang masuk

daerah tersebut banyak yang tersesat atau bahkan hilang.

Tidak menutup kemungkinan untuk membuka daerah

tersebut menjadi perkebunan pemilik modal yang orang eropa

menggunakan tenaga kasar dari pribumi. Mereka khawatir jika

mengalami kesulitan, keruwetan atau kesusahan karena ditinggal

pergi kerabatnya. Dalam kamus bahasa Belanda ada kata slameur

berarti keruwetan, kesusahan atau pekerjaan kasar. Karena sering

mengalami kesulitan atau harus menggunakan tenaga kasar inilah

maka orang Belanda sering menyebutnya setiap membicarakan

wilayah ini.

Dialek kata bahasa Belanda tersebut sulit diucapkan oleh

lidah pribumi sehingga disebut dengan slamar. Karena menyebut

suatu wilayah maka ditambahkan akhiran -an menjadi Slamaran

sebagai penunjuk suatu tempat (daerah slamar). Sekarang berrada

di wilayah Rt 5 / Rw 2

Page 69: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Mengungkap Asal - Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan 53

Tembok atau Setembok

Kata tembok dalam bahasa sansekerta memiliki arti dinding

yang dibuat dari batu atau bata yang disusun dengan cara

direkatkan. Kesimpulannya pengertian ini sama dengan

pengertian masyarakat saat ini.

Berdasarkan penuturan Bapak Ahmad Ilyas, apabila

pengertian Krapyak adalah penduplikasian dari wilayah keraton di

pusat Negara (Yogyakarta) maka sangat mungkin di Krapyak

Pekalongan pernah ada bangunan yang menyerupai panggung

atau benteng dengan tembok yang kuat dan tebal. Akan tetapi

karena wilayahnya yang telah dekat dengan lautan maka struktur

bangunannya tidak sekuat dengan di wilayah pedalaman hingga

akhirnya bangunan ini mudah roboh sehingga tiada lagi

peninggalannya.

Mungkin pula dapat diartikan karena wilayah kampung ini

masyarakatnya sudah banyak yang membangun dengan rumah

tembok. Informasi tentang nama tembok ini telah ditunjukkan

oleh peta Hindia Belanda akhir tahun 1800 an sekarang berada di

Rt 4/ Rw I.

Ampel Gading

Istilah ampel gading ini adalah nama sejenis bambu yang

berwarna kuning dengan struktur bambu tebal. Di daerah

Semarang, Ungaran dan Demak bambu ini memiliki potensi yang

ekonomi yang besar karena rebung bambunya menjadi bahan

lumpia, makanan khas yang terkenal dari Semarang. Akan tetapi

pada umumnya ampel gading atau yang dikenal sebagai bambu

kuning ini lebih banyak menyimpan mistis sebagai sarana untuk

menolak balak, atau sebaliknya sering menjadi tempat tinggal

mahluk halus.

Di kampung Ampel Gading pada awalnya adalah sebuah

jembatan yang di dekatnya terdapat banyak rumpun bambu

kuning. Di sekelilingnya masih terdapat tanah lapang dengan

rumput yang lebat sehingga digunakan sebagai tempat

menggembala kerbau. Penduduk yang bermukim didekat tempat

tersebut pada waktu itu belum begitu banyak karena rata-rata

hanya petani atau penggembala. Karena keberadaan bambu ampel

gading itulah maka disebut sebagai jembatan ampel gading.

Page 70: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Mengungkap Asal - Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan 54

Setelah ramai oleh pemukim mereka menyebutnya wilayah

tersebut dengan ampel gading, letak ini sebenarnya berada di

perbatasan/nama jembatan antara setembok dengan slamaran .

Jatrunan

Salah satu tokoh awal yang turut babat alas hingga muncul

Desa Krapyak adalah Mbah Jatruno. Tokoh ini sama seperti tokoh

pendiri lainnya mendapatkan wilayah tempat tinggal bersama

dengan pengiringnya. Dan sebagai penanda wilayah kepemilikan

disebut dengan nama pemiliknya dengan pemberian akhiran –an

menjadi Jatrunan yang berarti wilayah mbah Jatruno sekarang

berada di wilayah RT 5 / Rw 2.

(Kontributor : Amiroh, SE)

Page 71: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Mengungkap Asal - Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan 55

Sugihwaras Makna dari semua orang kaya

Page 72: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Mengungkap Asal - Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan 56

Page 73: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Mengungkap Asal - Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan 57

Gambar Peta Sugihwaras

Gambar Kelurahan Sugihwaras

Sugih Waras adalah nama salah satu Kelurahan yang

berada di wilayah Kecamatan Pekalongan Timur Kota Pekalongan

sebelum adanya penggabungan tahun 2014. Kini Sugih Waras

menjadi bagian dari Kelurahan Kauman Kecamatan Pekalongan

Timur. Wilayah Sugih Waras sebelah barat dan utara dibatasi

oleh Sungai Kupang. Sebelah timur dibatasi oleh Kelurahan

Klego dan Kelurahan Poncol. Sedangkan sebelah selatan dibatasi

oleh Kelurahan Sampangan.

Sugihwaras merupakan pusat wilayah bisnis atau

perniagaan di Pekalongan. Di seberang barat wilayah ini terdapat

pasar Banjarsari yang merupakan pasar induk Pekalongan dan

pasar Pati Unus yang merupakan pusat perdagangan buah.

Banyak orang-orang tua yang bertutur bahwa di sekitar

jembatan Kali Loji di masa lalu banyak kapal-kapal yang

bersandar di tepinya. Dapat dipastikan bahwa kawasan pasar Pati

Unus ini adalah bagian dari Pelabuhan Pekalongan yang

dikuatkan dengan adanya peta yang menerangkan adanya tempat

bongkar muat barang.

Mata pencaharian penduduknya sebagian besar adalah

pedagang, sedikit pegawai dan buruh dari perniagaan. Wilayah ini

Page 74: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Mengungkap Asal - Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan 58

merupakan kawasan multi etnis yang kompleks. Ada etnis

pribumi Jawa, Cina dan Arab yang mendiaminya. Bahkan di

wilayah ini terdapat banyak warga yang merupakan asimilasi dari

ketiga etnis tersebut.

Penamaan Sugihwaras sebagai nama wilayah sudah pasti

bukan tanpa makna. Sugih dalam bahasa Jawa memiliki arti kaya

atau berkecukupan. Sedangkan Waras berarti sehat, tidak sakit

atau tidak gila. Pemberian nama Sugihwaras memiliki

pengharapan bahwa masyarakat yang tinggal di wilayah tersebut

menjadi orang yang sugih dan waras. Berdasarkan penelusuran

dalam peta Belanda, sampai dengan tahun 1923 belum

menyebutkan nama Sugihwaras. Yang disebut dengan jelas adalah

Banjarsih.

Bersama dengan Kelurahan Sampangan, sebagian Poncol

dan Klego, kawasan ini merupakan wilayah yang mendapat

sentuhan penataan dari Pemerintah Kolonial. Oleh karenanya

penduduk yang tinggal di kawasan tersebut adalah orang-orang

tertentu. Masyarakat di lingkungan Sugihwaras pada masa awal

terbentukanya desa ini diperkirakan memiliki status yang lebih

bila dibandingkan dengan pribumi biasa baik yang disebabkan

oleh kekayaan maupun karena politik Belanda. Oleh karenanya

kehidupan mereka terlihat lebih sejahtera dan lebih sehat. Pribumi

yang berasal dari luar dari kawasan ini pun mengungkapkan

sebagai daerah tempat wong sugih dan waras dalam dialek

Pekalongan disebut sebagai nggon wong sing sugih lan waras, wis

sugih waras pisan (tempat orang yang kaya sehat pula).

Sugih Waras memiliki beberapa kampung yang memiliki

cerita tersendiri diantaranya adalah sebagai berikut :

Banjarsih

Menyebut kata banjar maka yang terbersit dalam benak

kita adalah suku Banjar yang berada di Kalimantan. Hal ini bisa

saja terjadi karena perdagangan yang terjadi di Pekalongan tidak

hanya bersifat lokal namun juga bersifat nasional bahkan

internasional. Hal ini ini dibuktikan adanya unsur etnis Tionghwa,

Arab, Bugis, Madura, Sumbawa dan lainnya. Oleh karenanya

salah satu penyebab keberadaan orang Banjar yang tinggal di

Pekalongan adalah akibat hubungan perniagaan dan cerita sejarah

klasih panglima perang Mataram Tumengguna Bahurekso yang

Page 75: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Mengungkap Asal - Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan 59

prajuritnya berasal dari seluruh penjuru nusantara dan salah

satunya adalah kelompok pasukan dari Banjar.

Dari pengertian bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia

diartikan sebagai jajar atau deret. Dalam pengertian lain banjar

dapat diartikan sebagai kelompok, barisan atau dikumpulkan

menjadi satu dengan diikat (bouquette). Orang jawa lebih sering

menyebutnya dengan banjaran. Kata-kata ini masih sering

digunakan oleh para petani di pedalaman.

Sebutan kata banjar dimungkinkan karena pada waktu itu

wilayah Banjarsih dan Banjarsari (wilayah Kelurahan

Sampangan) ini memiliki keteraturan dalam lingkungan

masyarakat. Hal ini dapat dilihat bagaimana struktur

perkampungan di wilayah ini lebih teratur dan lebih rapi bila

dibandingkan dengan kampung pribumi lainnya. Peran

pemerintah kolonial sangat terasa dalam mengatur lingkungan

disini.

Rumah orang Arab ditata bederet dengan wilayah

tertentu. Begitu pula dengan penduduk etnis Cina dan pribumi

pendatang yang melaksanakan perniagaan. Penduduk pribumi asli

justru sedikit yang bertempat di daerah ini dan penempatannya

berada ditengah dengan dikelilingi deretan penduduk timur asing.

Pengaturan penduduk berdasarkan ras ini adalah karakteristik

pemerintah Belanda yang menerapkan politik apartheid yaitu

memberikan perbedaan kasta berdasarkan ras. Penempatan ras

asing disekitar tempat ini adalah dengan pertimbangan adanya

benteng diseberang kali Pekalongan sehingga pengawasan

terhadap mereka menjadi mudah.

Disamping itu kedua ras ini mendapatkan prioritas dari

pemerintah kolonial sehingga apabila mereka melawan maka

dengan mudah diusir dari wilayah tersebut dan berhadapan

langsung dengan pribumi. Disamping itu pihak pemerintah

kolonial juga mendapatkan manfaat karena mereka dapat

digunakan sebagai “pertahanan” jika sewaktu-waktu ada

perlawanan dari pihak pribumi yang dipimpin oleh penguasa

pribumi dalam hal ini adalah Bupati Pekalongan.

Kita ketahui bersama bahwa bangsa Arab dan Cina adalah

bangsa ulet dan tekun dalam berniaga. Kehidupan mereka sebagai

pedagang mengakibatkan struktur ekonomi mereka lebih tinggi

bila dibandingkan dengan pribumi yang bermatapencaharian

sebagai petani ataupun nelayan.

Page 76: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Mengungkap Asal - Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan 60

Wilayah inilah yang dikenal sengan sebutan kampung

Banjarsih. Kata Banjarsih memiliki makna yang hampir sama

dengan Banjarsari. Imbuhan sih menunjukkan bahwa

tempat/banjar ini mendapatkan kasih atau perhatian. Artinya

banjar yang dapat menarik perhatian. Wilayah Banjarsih berada

didepan pasar Banjarsari.

Cowekan/Pecowekan

Kampung ini terletak disebelah timur dari wilayah Sugih

Waras tepatnya dibelakang kantor Eks Kelurahan Sugihwaras.

Pecowekan berasal dari kata Cowek yang mendapatkan imbuhan

pe-an. Cowek adalah alat yang dipergunakan untuk menghaluskan

bumbu ataupun membuat sambal yang berbahan batu ataupun

tanah liat yang

dibakar seperti

gerabah. Cowek

yang dibuat di

wilayah ini

sebagian besar

terbuat dari tanah

liat.

Sebenarny

a yang dijual tidak

hanya cowek tetapi

juga periuk dan

bahan gerabah lainnya. Hal ini mungkin dihubungkan dengan

permintaan para pedagang di pasar karena pada masa itu

kebutuhan memasak masih menggunakan peralatan tradisional.

Tidak menutup kemungkinan pula para nelayan yang pada waktu

itu berlabuh di pelabuhan hilir membutuhkannya tuntuk dibawa

berlayar.

Derpowangsan

Menyebut kata derpowangsan seperti pada umumnya

daerah di Jawa menunjukkan bahwa tempat tersebut merupakan

wilayah yang dikuasai seseorang yang bernama Derpowongso.

Nama Derpowongso adalah nama tua atau nama gelar yang

Page 77: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Mengungkap Asal - Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan 61

diberikan oleh penguasa. Derpowangsan memang suatu wilayah

yang berada di sekitar makam mbah Derpowongso. Beliau

diperkirakan adalah seorang prajurit dari Pangeran Diponegoro

yang tidak kembali lagi ke daerah asal namun menetap di

Pekalongan.

Kampung Arab

Sebagaimana namanya, Kampung Arab dihuni oleh

masyarakat keturunan Arab. Kesuksesan perniagaan dan

berkembangnya syiar Islam pada masa itu membuat banyak warga

Arab yang memilih

tinggal di

Pekalongan. Mereka

dapat diterima

dengan baik oleh

penguasa baik oleh

penguasa pribumi

maupun penguasa

kolonial.

Hampir

disetiap kota besar

ataupun kota-kota di daerah pesisir memiliki kampung Arab.

Salah satu yang unik adalah mereka senantiasa tinggal disekitar

masjid besar, karena sebagian besar mereka muslim dan taat

beribadah sehingga menempatkan masjid sebagai unsur utama

dalam kehidupan mereka. Hal ini agak berbeda dengan di

Pekalongan. Kampung Arab terletak agak jauh dari masjid besar.

Nampak bahwa pemilihan lokasi ini disebabkan oleh karena

lokasi pasar sebagai tempat perniagaan cukup jauh dari masjid

besar atau memang sengaja ditempatkan disana oleh penguasa

dengan maksud tertentu.

Di sini juga terdapat masjid yang besar yang dibuat oleh

masyarakat Arab yang diberi nama masjid Wakaf. Sekilas hampir

tak nampak perbedaan dengan masjid masjid di kota-kota lainnya.

Namun terdapat keunikan dari masjid ini yaitu tidak dipergunakan

untuk sholat Jumat. Menurut informasi kebijakan tidak

menggunakan masjid ini untuk sholat Jumat adalah sebagai wujud

penghargaan kepada masjid Jami Kauman Pekalongan yang

Page 78: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Mengungkap Asal - Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan 62

merupakan masjid resmi milik penguasa pribumi. Hal ini

menunjukkan adanya sikap yang sangat bijaksana antara

pemerintah pribumi dengan masyarakat arab walaupun mereka

memiliki kemampuan ekonomi yang lebih tinggi dibanding

pribumi.

Gambar Masjid Wakaf

Kampung Abraham

Menilik dari kata Abraham ini menunjukkan sedikit

keanehan karena di daerah yang rata-rata penduduknya muslim

tentu sangat tidak lazim mengucap kata tersebut. Abraham adalah

sebutan orang-orang Eropa untuk menyebut kata Ibrahim.

Perbedaan dialek ini menjadi menarik apabila dapat kita telusuri

asal muasalnya.

Dari beberapa informasi, kata Abraham berasal dari nama

seorang penjual roti beragama Yahudi yang berjualan di mulut

gang. Roti jualannya sangat laris hingga pembelinya dari banyak

kalangan, baik pribumi maupun orang asing. Karena berjualan di

mulut gang, maka penduduk kampung yang berada didalamnya

menjadikan nama abraham sebagai penanda (ancer-ancer (jawa)).

Lambat laun orang mengenal kampung di gang tersebut dengan

sebutan kampung Abraham.

Pedalangan

Page 79: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Mengungkap Asal - Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan 63

Menyebut kata pedalangan dapat disimpulkan bahwa kata

dasarnya adalah dalang yang berarti orang yang menjalankan

wayang kulit atau orang yang mengatur jalannya suatu cerita

pewayangan ataupun ketoprak. Dalang dalam bahasa jawa juga

merupakan akronim (jarwo dosok (singkatan bebas)) dari kata

ngudal pawulang yang berarti memberi pengajaran. Sehingga

yang diberikan oleh adalang berupa petuah, petunjuk atau contoh-

contoh akan perilaku. Kini orang lebih sering menyamakan

dalang dengan sutradara karena sama sama mengatur laku dalam

setiap adegan drama. Pedalangan menunjukkan suatu lokasi yang

menjadi tempat tinggal atau keberadaan dalang.

Dari beberapa narasumber maupun literasi, diceritakan

bahwa di kampung ini dulu pernah ada seorang dalang yang

sangat masyhur di wilayah Pekalongan. Dalam setiap tempilannya

selalu mendapatkan banyak penonton. Diceritakan pula bahwa

dalang tersebut memiliki kemampun linuwih untuk dimintai

pertolongan.

Kepatihan

Patih merupakan julukan kepada pejabat yang menangani

administrasi dalam suatu pemerintahan pada masa kerajaan. Kini

jabatan patih dapat disejajarkan dengan wakil bupati ataupun

seorang sekretaris daerah. Sampai dengan tahun 1950 an, jabatan

sekretaris daerah masih disebut dengan patih.

Kepatihan merupakan tempat patih tersebut tinggal

ataupun tempatnya menjalankan tugas. Terakhir rumah patih atau

kepatihan terletak disebelah timur alun-alun Pekalongan. Ada

yang menyebutkan bahwa dulu rumah patih berada disebelah

utara alun-alun didekat rumah gadai. Bahkan jalan Hayam Wuruk

disebelah timur jembatan sampai dengan berbelok di sekitar jalan

Wahid Hasyim dulu bernama jalan Kepatihan.

Sebagai sebuah jabatan yang tinggi, maka masyarakat

menjadikannya sebagai ikon penanda suatu wilayah. Oleh

karenanya masyarakat yang tinggal di sekitar rumah patih disebut

dengan masyarakat kepatihan.

Page 80: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Mengungkap Asal - Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan 64

Penawangan

Penawangan dalam bahasa Jawa berasal dari kata dasar

tawang atau sering juga dikatakan dengan trawang. Kata tawang

bermakna langit, memandang pada jarak yang jauh atau

memandang dengan sungguh-sungguh. Adapun trawang lebih

difokuskan untuk mencari lubang atau perbedaan dengan bantuan

sinar atau cahaya. Perubahan fonetik dari tawang menjadi nawang

adalah untuk menyangatkan atau lebih menekankan terhadap

suatu tindakan sehingga membedakannya dari kata tawang

sebagai kata benda dengan kata tawang sebagai kata kerja.

Kampung ini terletak di dekat Kepatihan dan Pedalangan

yang kemungkinan sering terdapat tanggapan wayang. Cerita

wayang yang sarat dengan pitutur atau petuah luhur yang

menggambarkan kehidupan manusia untuk menjadi lebih baik.

Untuk mendapatkan manfaat dari cerita wayang tersebut

diperlukan penawangan, atau perhatian yang sungguh-sungguh

agar dapat memahami benar nilai-nilai yang disampaikan oleh

dalang untuk dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Ngabangan

Ngabangan berasal dari kata abang dalam bahasa Jawa

yang berarti merah. Sebutan kata abang ini ada berbagai pendapat.

Ada yang mengungkapkan bahwa abangan merupakan masyarakat

Jawa yang telah memeluk agama Islam namun masih sangat

kental dalam menjalankan ritual ajaran leluhurnya yang dikenal

dengan kejawen. Banyak yang menyebut bahwa ajaran seperti ini

adalah pengikut dari Syeh Siti Jenar (Syeh Lemah Abang) yang

pada masa kerajaan Demak berselisih faham dengan Wali Songo.

Keberadaan kampung ini berada didekat diantara

masyarakat Arab yang sudah dipastikan tidak bersentuhan dengan

budaya Jawa. Dimasa lalu di beberapa daerah diluar Pekalongan

ada yang menyebut dengan Islam Putihan karena dianggap

menjalankan ajaran dengan murni tidak ada sinkretisme dengan

kejawen. Oleh karenanya masyarakat yang masih melaksanakan

ajaran kejawen disebut dengan abangan atau baru sekedar

mengikuti karena pengetahuannya masih terbatas. Untuk

memudahkan penyebutan kata sekaligus sebagai penanda tempat

maka lebih dikenal dengan Ngabangan.

Page 81: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Mengungkap Asal - Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan 65

Dombenggalan

Merunut kata dombenggalan dari bahasa aslinya memang

agak susah. Ada beberapa kata dasar dalam bahasa Jawa yang

memungkinkan munculnya kata tersebut diantaranya menggolo

(manggala), begal/benggal dan benggol. Menggolo berasal dari

kata manggolo yang berarti komandan. Disekitar jalan

Hasanuddin sekarang, di masa yang lampau ada perwira

berpangkat kapiten sehingga rumahnya disebut dengan kapitenan.

Dapat dimengerti bahwa bila dengan pangkat tersebut maka

mereka adalah menggolo atau komandan. Keberadaan para

komandan inilah yang akhirnya menjadi ungkapan “podo

menggolo” (para komandan). Sesuai kebiasaan maka dipersingkat

menjadi do menggolo. Adapun wilayahnya disebut dengan

domenggalan.

Jalan Hasanuddin adalah jalan utama menuju ke pasar.

Setiap pedagang dapat dipastikan membawa dagangannya

melewati jalan ini. Pada masa lalu pedagang yang membawa

barang untuk dijual sering bertemu dengan begal/benggal. Begal

ini tidak berkonotasi sepenuhnya negatif. Pengertian begal adalah

orang yang mengalihkan arah utama menuju ke arah yang ia

inginkan. Membegal dapat diartikan sebagai membajak contohnya

membajak pesawat terbang. Mbegal banyu (membegal air) adalah

tindakan mengalihkan air dari saluran yang sebenarnya untuk

diambil sebagian atau seluruhnya sebelum sampai ke tempat yang

semestinya dan sebagainya.

Membegal disini adalah mbegal adol artinya mengalihkan

penjualan. Seorang pedagang dicegat untuk bertransaksi sebelum

sampai di pasar. Kedua pihak dapat bertransaksi tanpa tekanan

dan tanpa merugikan salah satu pihak. Pihak pembegal berharap

atas harga yang lebih murah dari harga didalam pasar sehingga

mereka dapat menjual barang yang dibelinya didalam pasar

dengan harga yang sedikit lebih tinggi, sedangkan pedagang yang

dibeli barangnya tidak terlalu kesulitan menawarkan barang yang

akan dijualnya.

Benggol dapat diartikan sebagai jagoan atau tukang

pukul. Mengingat wilayah ini dekat dengan keplekan (daerah

tempat berjudi) maka tidak menutup kemungkinan banyak jagoan

yang berada di sekitar tempat tersebut.

Page 82: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Mengungkap Asal - Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan 66

Ada pendapat yang mengungkapkan bahwa

Dombenggalan berasal dari kata domino sebagai sarana untuk

berjudi dan dugal (jengkel), karena masyarakat disekitarnya

merasa jengkel akibat perjudian.

Salah satu Rumah Kapitenann Jalan Hasanuddin

(Kontributor : Agung Tjahjana)

Page 83: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Mengungkap Asal - Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan 67

SAMPANGAN Arti nama kelurahan sampangan

Page 84: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Mengungkap Asal - Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan 68

Gambar Peta Keputran

Page 85: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Mengungkap Asal - Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan 69

Gambar Kelurahan Sampangan

Kelurahan Sampangan berada di wilayah Kecamatan

Pekalongan Timur Kota Pekalongan sebelum adanya

penggabungan tahun 2014. Kini Sampangan menjadi bagian dari

Kelurahan Kauman Kecamatan Pekalongan Timur. Wilayah

Sampangan sebelah barat dan utara dibatasi oleh Sungai Kupang.

Sebelah timur dibatasi oleh Sugihwaras. Sedangkan sebelah

selatan dibatasi oleh Kelurahan Kauman.

Seperti Sugihwaras wilayah ini merupakan pusat bisnis

atau perniagaan di Pekalongan. Di wilayah ini terdapat pasar

Banjarsari yang merupakan pasar induk Pekalongan.

Mata pencaharian penduduknya sebagian besar adalah

pedagang, pegawai dan buruh dari perniagaan. Wilayah ini

merupakan kawasan multi etnis yang kompleks. Ada etnis

pribumi Jawa, Cina dan Arab yang mendiaminya.

Tidak diketahui persis mengapa disebut dengan

Sampangan. Merujuk dari kata sampangan, dapat diuraikan

menjadi kata sampang dan akhiran an. Beberapa narasumber

mengungkapkan bahwa Sampangan berasal dari kata Sampang

yang merupakan suatu daerah di Madura. Di masa lalu masyarakat

asal Sampang banyak bermukim di sekitar tempat ini sehingga

masyarakat pribumi menyebutnya dengan “nggon wong sampang

(tempat orang Sampang)” yang dipersingkat dengan kata

Sampangan.

Page 86: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Mengungkap Asal - Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan 70

Lalu bagaimana masyarakat Sampang bisa berada di

Pekalongan? Hampir semua orang mengerti bahwa orang Madura

adalah pelaut ulung dan pedagang yang ulet. Ketekunan dan kerja

kerasnya dibuktikan dengan keberadaannya hampir di semua

tempat di Nusantara. Mereka berniaga hingga tempat-tempat yang

jauh dari kampung halamannya walaupun harus menyeberang

lautan. Sebagian dari mereka bermukim di Pekalongan mengingat

daerah ini dianggap memiliki prospek ekonomi yang menjanjikan.

Selain dari perdagangan, di masa lalu Madura juga

memiliki ulama-ulama dengan tingkat keilmuan maupun

kesalihan yang tinggi. Banyak ulama-ulama besar dari daerah

Arab yang menjadi penyebar agama Islam berdatangan bahkan

berdiam di sana. Salah satu ulama besar tersebut ada yang

berpindah dari Madura ke Pekalongan dan berdiam di

Sampangan.

Berdasarkan cerita dari orang tua, di masa lalu ada

seorang tokoh penyebar agama Islam yang disebut dengan Wali

atau Waliyullah dengan sebutan Syeh Wali Sampang. Seperti

nama Sunan Kudus yang berasal dari Kudus atau Sunan

Gunungjati dari Gunungjati Cirebon, sebelum bermukim di

Pekalongan beliau lebih dulu lama bermukim di Sampang

Madura. Nama beliau adalah

Habib Abdullah Syamsuddin

keturunan dari Hadramaut

Yaman. Tidak diketahui dengan

jelas tahun berapa beliau

bermukim dan berdakwah di

Pekalongan namun namun

nama sampang itu sangat

terkenal hingga diabadikan

menjadi nama tempat dimana beliau bermukim. Makamnya

diperkirakan berada di halaman rumah seorang keturunan Cina di

Sampangan gang V. Namun ada pula yang berpendapat bahwa

makam wali tersebut berada di daerah Jaratan.

Selain kedua cerita tersebut, keberadaan orang Sampang

di Pekalongan juga dikaitkan dengan legenda utama Pekalongan

yaitu Tumenggung Baurekso yang dikenal sebagai panglima

perang Mataram yang mampu memimpin tentara dengan pasukan

dari berbagai daerah di nusantara. Salah satu brigade yang

dimiliki oleh Bahurekso adalah padukan dari Sampang Madura

Makam Wali

Sampang

Page 87: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Mengungkap Asal - Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan 71

yang dikenal sangat gagah berani dan tidak takut mati. Sebelum

berangkat ke Batavia seluruh pasukan berkumpul di Pekalongan

untuk menyusun strategi dalam penyerangan. Pasukan dibagi

menjadi dua pasukan darat dan pasukan laut. Ketika perkumpul di

Pekalongan di daerah Samapangan itulah pasukan dari Sampang

makuwon atau bermarkas sebelum bersama-sama berangkat ke

Batavia.

Selain menjadi nama kelurahan, Sampangan juga menjadi

nama kampung yang pada masa lalu paling banyak dihuni oleh

penduduk di wilayah tersebut. Kampung Sampangan terletak

disebelah selatan Jalan Krimunan (Jl Salak) sampai dengan

kampung Medelan, tepatnya pada Sampangan Gang 7, 6, 5.

Selain kampung Sampangan ada beberapa kampung yang dulu

sering disebut sebagai berikut :

Medelan

Kampung ini terletak di bagian paling selatan disebelah

utara Jalan Kepatihan (sekarang Jalan Hayam Wuruk sebelah

timur sungai) meliputi Sampangan Gang 10, 9, 8. Medelan (huruf

e dibaca seperti ketika membaca kedelai) berasal dari kata medel

yang berarti memberi warna pada batik. Istilah medel kini sudah

jarang dipakai. Medel menjadi mata pencaharian masyarakat di

kampung tersebut pada masa lalu. Banyaknya masyarakat yang

melakukan pekerjaan medel mengakibatkan kampung tersebut

mendapatkan julukan Medelan.

Kampung Medelan

Page 88: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Mengungkap Asal - Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan 72

Pecinan

Menilik dari kata dasarnya, Pecinan dapat diartikan

sebagai tempat bermukimnya orang-orang Cina. Kawasan ini

cukup luas karena meliputi wilayah Sampangan sampai sebagian

Sugihwaras. Dimulai dari sebelah timur dan utara sungai Kupang

sampai dengan Jalan Salak (Jalan Krimunan) dan sepanjang jalan

Sultan Agung sampai dengan Jalan Hasanudin sampai jalan

Kepatihan. Ada beberapa kampung dikawasan ini antara lain

Keplekan, Ketandan, Banjarsari dan Pintu Dalam.

Dalam Staatblad Pemerintah Kolonial Hindia Belanda

disebutkan bahwa kawasan ini memang diperuntukkan bagi kaum

timur asing. Disebelah barat untuk masyarakat Cina dan sebelah

timur untuk masyarakat Arab. Rumah-rumah ditata berbanjar rapi

seperti pada umumnya kawasan pecinan diberbagai kota lainnya

Keplekan

Keplekan adalah daerah disekitar Jalan Krimunan

(sekarang Jalan Salak). Keplek dalam bahasa Jawa berarti judi,

sehingga dapat keplekan

dapat diartikan sebagai

senang berjudi atau

tempat berjudi. Dalam

konteks ini dapat kita

amati bahwa kawasan

ini berada di daerah

pecinan dimana

masyarakatnya memiliki

budaya berjudi yang

kuat. Berbagai macam media judi digunakan, salah satunya adalah

domino.

Imbas dari adanya kawasan perjudian ini adalah

banyaknya orang - orang yang berkerumun (krimum / krumun) di

sepanjang jalan tersebut. Oleh karena itu jalan tersebut diberi

nama jalan krimunan yang berarti berkerumun. Rumah-rumah

disekitar jalan disebut dengan kampung krimunan.

Sudah menjadi kebiasaan bahwa pada setiap perjudian

sering terjadi keributan. Pada waktu itu aparat keamanan

bertindak untuk menangkap orang-orang yang membuat

Page 89: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Mengungkap Asal - Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan 73

keributan. Orang-orang yang dicari menyamar menjadi bagian

dari kerumunan orang yang ke pasar agar tidak mudah dikenali.

Pintu dalam/pintu dalem

Kawasan pintu dalam/dalem adalah disepanjang Jalan

Belimbing setelah melewati pertigaan dengan Jalan Jeruk.

Sebutan sebagai pintu

dalem disebabkan dialek

melayu yang bercampur

dengan dialek Belanda

menyebutnya dengan

dalem untuk

mengucapkan kata dalam.

Pada masa itu kawasan

ini adalah paling

eksklusif. Sampai kini kita dapat melihat bangunan yang ada di

situ sebagian besar adalah rumah yang bagus dan kokoh. Jalan

blimbing di depan perumahan tersebut diberi pintu selebar

dengan jalan. Pada waktu-waktu tertentu pintu dibuka dan ditutup.

Dapat kita bayangkan betapa ekslusifnya kawasan tersebut.

Pada sekitar akhir abad XVIII di Belanda dilanda wabah

penyakit yang disebabkan oleh air sungai di Amterdam yang kotor

dan tercemar. Kerajaan Belanda membuat peraturan melarang

rumah membelakangi sungai. Hal ini diikuti oleh pemerintah

kolonial. Di Pekalongan rumah-rumah di sepanjang kali Kupang

membuat pintu rumah menghadap ke sungai namun untuk akses

jalan darat tetap melalui Jalan Pintu Dalam ini.

Ketandan

Kawasan ini terletak

disebelah selatan kali

Kupang tepatnya di sekitar

gereja Khatolik Santo Petrus.

Tidak ada keterangan pasti

mengapa mendapat nama

ketandan. Namun apabila

Page 90: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Mengungkap Asal - Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan 74

menilik dari makna katanya, ketandan berarti mendapatkan atau

menjadi tanda atau secara luas dapat diartikan mendapatkan

fasilitas yang lebih. Keberadaan kawasan ini memang menjadi ciri

spesifik didaerah setempat yaitu adanya kelenteng, adanya gapura

pecinan, gaya bangunan yang khas cina dan yang terakhir adalah

adanya gereja tempat peribadatan orang Belanda yang beragama

Khatolik. Kawasan ini sekarang menjadi daerah cagar budaya

Kota Pekalongan

Banjarsari

Mirip dengan Banjarsih di seberangnya, Banjarsari

memiliki makna banjar yang indah, permai atau damai. Ulasan

mengenai pemberian nama banjar diungkap lebih lengkap pada

Banjarsih di wilayah kelurahan Sugihwaras.

Yang menarik dari kawasan ini adalah pemberian nama

yang sangat Jawa walaupun berada di kawasan pecinan. Hal ini

mungkin disebabkan karena kawasan ini sudah ada sebelum

penataan oleh pemerintah kolonial, atau mungkin karena adanya

rasa toleransi yang tinggi antara masyarakat pecinan dengan

masyarakat pribumi. Keberadaan pasar Banjarsari sebagai pusat

ekonomi yang didalamnya melibatkan berbagai kalangan terutama

kaum pribumi memungkinkan sebagai pendorong adanya toleransi

tersebut sehingga kawasan ini benar-benar menjadi kawasan yang

sari/damai dari berbagai etnis yang bertemu.

Kawasan ini seringkali disebut dengan kawasan Sentiling.

Pasar Banjarsari pun disebut dengan Pasar Sentiling. Beberapa

narasumber menyebutkan istilah sentiling ini muncul sekitar tahun

1920-an. Berdasarkan beberapa arsip kolonial yang menyebut

adanya kegiatan pasar malam yang dipusatkan di sekitar pasar

Banjarsari. Kegiatan ini bertepatan dengan adanya peringatan 25

tahun Wilhelmina menjadi raja tahun 1923. Dalam bahasa

Belanda pasar malam disebut dengan Teentoonsteeling. Istilah

tersebut mudah disebutkan oleh orang Belanda akan tetapi sulit

bagi pribumi sehingga berubah istilah menjadi sentiling. Istilah

sentiling ini muncul juga di beberapa daerah lain seperti Jakarta,

Semarang dan Magelang yang dulu pernah menjadi tempat pasar

malam.

Page 91: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Mengungkap Asal - Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan 75

Pasar Sentiling/Pasar Banjarsari

Kebon Klapa

Kebon klapa terletak didaerah pinggiran sungai kupang

sebelah barat kawasan Sampangan dan Medelan. Dapat dikatakan

bahwa kawasan ini sebenarnya adalah bantaran sungai kupang.

Karena kawasan ini banyak ditumbuhi pohon kelapa maka

masyarakat menamainya dengan kebon klapa.

Jaratan/Pejaratan

Kawasan ini berada ditengah kampung Sampangan.

Sesuai dengan namanya Jaratan berasal dari kata Pejaratan berarti

tempat peristirahatan atau kuburan. Pada masa lalu di kawasan ini

merupakan kuburan masyarakat kuno. Kini kuburan ini telah

beralih menjadi kawasan pemukiman, Madrasah Salafiyah

Islamiyah Sampangan

dan kantor eks

Kelurahan Sampangan.

Tidak diketahui pasti

apakah kuburan ini

dipindahkan (tulang

belulang jasad) ke

kuburan yang resmi

atau langsung

dijadikan pemukiman.

Page 92: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Mengungkap Asal - Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan 76

Dengan diterbitkannya Besluit van den Resident van

Pekalongan tanggal 25 Maret 1892 yang mengatur tentang

Penguburan Pribumi dan Arab di Wilayah Pekalongan, disebutkan

bahwa kuburan untuk muslim di kawasan perkotaan adalah

kuburan Beji di Panjang dan kuburan di Sapuro. Sejak saat itu

dimungkinkan banyak kuburan desa yang tidak dipergunakan lagi

dan dialih fungsikan.

Bioskop Irama

Kini masih banyak orang membicarakan tentang bioskop

Irama namun tidak banyak orang yang memahami di mana

bioskop ini berada. Bioskop ini

merupakan salah satu ikon Kota

Pekalongan di masa lalu.

Terletak di pinggir sebelah

timur Kali Kupang disebelah

utara Jalan Kepatihan. Kini

bioskop ini tiada lagi dan

menjadi rumah tinggal pribadi.

Bioskop Gloria

Bioskop ini terletak di sekitar jembatan gambaran

tepatnya didepan Perusahaan Listrik Negara (PLN) Distribusi

Pekalongan. Entah mengapa gedung ini tidak pernah memberikan

manfaat yang sempurna. Bioskop pada masa lalu sering disebut

dengan gambar sorot. Keterangan ini pula salah satu yang

mengakibatkan jembatan sungai Kupang di dekatnya disebut

dengan jembatan gambaran. Bioskop ini hanya beroperasi

sebentar dan kemudian tutup lalu dipergunakan sebagai sekolah

Cina. Kini gedung ini telah rusak parah dan pemanfaatannya juga

berkesan semrawut.

Page 93: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Mengungkap Asal - Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan 77

ANIEM

Aniem adalah sebuah singkatan dari Algemene

Netherlands Indische Elektriciteit Maskapij yaitu perusahaan

listrik Hindia Belanda. Bangunan Aniem kini telah berubah

menjadi PLN. Dulu setiap kali waktu berbuka, aniem turut serta

memberikan tanda dengan membunyikan sirine yang suaranya

dapat didengar hingga hamper seluruh kota.

Yayasan Pendidikan Satya Wiguna

Sebagai daerah yang multi etnis, setiap etnis memiliki

peran tersendiri dalam keikutsertaannya membangun Pekalongan.

Pada tahun 1924 etnis Tiong Hwa mendirikan yayasan pendidikan

Satya Wiguna. Yayasan ini memiliki bangunan sekolah sendiri

yang masih eksis sampai sekarang.

Klenteng Po An Tiang

Klenteng ini adalah satu-satunya di Pekalongan.

Merupakan salah satu bangunan tua yang menjadi cagar budaya.

Klenteng ini walaupun menjadi tempat beribadah Tri dharma

namun dalam pengelolaannya tidak terbatas pada agama yang

hidup dan berkembang di lingkungan Tiong Hwa. Pengurus

menyampaikan bahwa pernah ada beberapa pengurusnya adalah

muslim. Ada cerita bahwa air dari sumur klenteng ini bertuah

Page 94: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Mengungkap Asal - Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan 78

sehingga banyak orang dari berbagai etnis dan agama yang

memanfaatkannya untuk pengobatan.

Demikianlah keadaan Sampangan, walaupun kecil

merupakan daerah yang kompleks dengan berbagai kelebihan

dalam membangun kebersamaan. Kerukunan dan kebersamaan

masyarakatnya dapat dijaga dan diteruskan hingga kini.

Gambar Klenteng Po An Tiang

(Kontributor : Drs. Abdul Fatah bin Yasran, Agung Tjahjana)

Page 95: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Mengungkap Asal - Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan 79

Kauman Lingkungan Kaum Sekitar Masjid

Page 96: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Mengungkap Asal - Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan 80

Gambar Peta Kauman

Page 97: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Mengungkap Asal - Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan 81

Gambar Kelurahan Kauman

Kelurahan Kauman berada di wilayah Kecamatan

Pekalongan Timur Kota Pekalongan sebelum adanya

penggabungan tahun 2014. Kini Kelurahan Kauman menjadi lebih

luas karena merupakan gabungan dengan Kelurahan Sugihwaras,

Sampangan dan Keputran. Wilayah Kauman sebelah barat

dibatasi oleh Sungai Kupang, sebelah utara dibatasi oleh Jalan

Hayam Wuruk dan Kelurahan Sampangan. Sebelah timur dan

Selatan dibatasi oleh Kelurahan Keputran.

Seperti di daerah lainnya, Kauman merupakan daerah

pusat muslim atau kawasan beragama Islam yang taat. Kawasan

Kauman biasanya memiliki point of interest berupa sebuah masjid

besar yang menjadi pusat aktivitas dakwah dan keagamaan

lainnya.

Kauman memiliki kata dasar kaum adalah kata-kata

umum yang diserap dari bahasa Arab “Qoum” yang berarti

kelompok, golongan atau umat. Dialek Jawa mengubahnya

menjadi kaum. Masyarakat Jawa memberikan julukan kaum

kepada orang-orang yang memiliki ilmu agama Islam atau orang-

orang yang taat menjalankan ajaran agama Islam. Orang kaum

mendapatkan tempat yang sedikit istimewa dibanding dengan

masyarakat biasa. Dari sisi religi mereka memiliki kewajiban

untuk menegakkan dan menyebarkan agama. Disisi lain

masyarakat disekitarnya menganggap mereka merupakan orang-

orang terpilih yang memiliki kelebihan.

Page 98: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Mengungkap Asal - Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan 82

Di lingkungan masyarakat umum, kawasan kaum

terbentuk sebagai karena adanya seorang ulama atau tokoh

masyarakat yang menuntut ilmu agama Islam kemudian

mengajarkannya kepada lingkungannya. Dari hal inilah maka ada

istilah Kyai bagi sang guru dan santri bagi murid-muridnya.

Biasanya mereka mendirikan masjid sebagai tempat sholat

berjamaah sekaligus tempat untuk menyiarkan agama

Salah satu ciri spesifik pusat permerintahan Jawa adalah

adanya filosofi Sedulur papat lima pancer dimana terdapat unsur

berupa bangunan pusat pemerintahan (kraton/kabupaten yang

ditandai dengan siti hinggil untuk kraton dan pendopo untuk

kabupaten) dan kantor administrasi yang disebut dengan

kepatihan, pusat peribadatan berupa masjid, pusat perekonomian

berupa pasar dan lembaga peradilan yang dilengkapi dengan

penjara. Sebagai pusatnya adalah sebuah lapangan yang luas yang

disebut dengan alun-alun.

Filosofi ini dimaksudkan untuk mengingatkan kepada

penguasa untuk senantiasa menjadi pemimpin yang bertakwa, adil

dalam menerapkan hukum serta berusaha untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakatnya. Sebagai pemimpin maka ada istilah

bagi seorang raja adalah Kalifatollah Sayidin Panotogomo, yang

berarti wakil Tuhan pemimpin dan penata/penegak agama. Oleh

karena itulah masjid menjadi unsur yang sangat penting dalam

lingkaran kehidupan pemerintahan.

Masyarakat berkewajiban untuk melaksanakan agama,

bertindak sesuai dengan aturan hukum baik hukum agama

maupun pemerintah dengan konsekuensi apabila mereka

melanggar maka ada sanksi berupa hukuman penjara, serta

masyarakat memiliki kesempatan berusaha dibidang

perekonomian dengan melaksanakan perniagaan di pasar. Pada

intinya terdapat keseimbangan antara hubungan manusia dengan

Tuhan dan manusia dengan manusia, antara rakyat dengan

pemerintah.

Kewajiban menegakkan agama inilah maka penguasa

menempatkan aparatur penata agama seperti imam, khotib,

penghulu dan lainnya disekitar masjid. Mengingat Islam di Jawa

menganut mahzab Syafii dimana untuk sholat Jumat hendaknya

diikuti oleh 40 orang jamaah, maka setiap masjid yang dibangun

sedikitnya harus diikuti oleh 40 orang muslimin. Orang-orang

inilah yang disebut dengan kaum. Adapun wilayah tersebut

Page 99: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Mengungkap Asal - Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan 83

akhirnya disebut dengan kauman. Di masa lalu di zaman kerajaan,

pimpinan kaum disebut dengan lurah kaum karena mereka

merupakan aparatur negara. Sedangkan untuk pemimimpin

spiritualnya disebut dengan ulama negara.

Kelurahan Kauman di Pekalongan diperkirakan ada

seiring dengan dibangunnya masjid Jami Pekalongan antara tahun

1852. Masjid ini dibangun oleh arsitek Jawa yang sekaligus

Bupati Pekalongan bernama Raden Tumenggung Wiryo

Adinegoro yang memerintah antara tahun 1850 s/d 1878. Beliau

merancang bangunan masjid tanpa meninggalkan bentuk asli dari

masjid kuno Sapuro. Pembangunan ini merupakan pertimbangan

untuk mendekatkan antara masjid dan kaum dengan kabupaten

karena sebelumnya masjid kuno Sapuro berada di sebelah barat

sungai sehingga setiap kali sholat berjamaah harus menyeberangi

sungai lebih dahulu.

Masjid Jami’ Kauman

Kelurahan Kauman memiliki beberapa dukuh atau

kampung antara lain sebagai berikut :

Kampung Kajen

Kampung ini sekarang menjadi RW 6 kelurahan kauman.

Merunut dari makna katanya Kajen berarti terhormat atau

dihormati. Kajen berasal dari kata aji yang berarti

Page 100: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Mengungkap Asal - Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan 84

berharga/bernilai. Apabila didasari dari kata ini dapatlah

dikatakan bahwa orang-orang yang tinggal di daerah ini pada

masa lalu ada orang-orang yang dihormati atau dianggap lebih

tinggi statusnya dibanding sekitarnya. Bisa para penghulu, imam,

kyai atau pemuka agama lainnya.

Kajen bisa pula berasal dari kata kaji yang berarti haji.

Runtutan katanya adalah ka-haji-an dan orang Jawa

menjingkatnya dengan kajen Bila mengambil dari kata ini dapat

diartikan bahwa di kampung ini pernah tinggal seorang atau

beberapa orang yang telah menunaikan ibadah haji. Pada masa itu

begitu sulit untuk menjadi seorang haji maka penghormatan

terhadap seorang haji sangatlah besar. Adanya haji inilah akhirnya

menjadi penunjuk wilayah yang disebut dengan kajen yang berarti

tempat dimana ada haji.

Kampung Godang/Gudang

Lokasi yang berdekatan dengan pasar dan pemerintahan

menjadikan daerah Kauman sebagai kawasan ekslusif pribumi

pada masa itu. Selain sebagai daerah alim ulama, Kauman juga

merupakan tempat hunian bagi para pengusaha pribumi. Mata

pencaharian mereka rata-rata adalah pengusaha atau juragan kain

dan batik, mengingat pada masa tersebut sandang adalah

kebutuhan pokok yang untuk memenuhinya harus ada produksi

dengan tenaga khusus dibidangnya. Dibutuhkan modal besar

untuk setiap prosesnya.

Keberhasilan pengusaha kain di Kauman menjadikan

perekonomian masyarakatnya berjalan dengan baik sehingga

secara rata-rata diatas kaum pribumi yang menjadi petani.

Pengusaha yang berhasil menginspirasi masyarakat lainnya untuk

turut mengembangkan perniagaan mereka sehingga perusahaan

kain dan batik menjadi makin besar. Pada masa tersebut banyak

pengusaha yang menimbun bahan dan hasil produksinya di

gudang.

Ada salah satu pengusaha yang berhasil dan sangat kaya.

Orang kaya tersebut memiliki gudang yang besar yang digunakan

untuk menyimpan kapuk (kapas), benang dan kain. Gudang

Page 101: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Mengungkap Asal - Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan 85

tersebut merupakan bangunan paling besar di gang tempatnya

berada. Akhirnya masyarakat menyebut gang tersebut dengan

gang gudang atau kampung Gudang. Dialek masyarakat setempat

menyebutnya dengan Nggodang.

Disekitar gudang tersebut pada masa lalu banyak tumbuh

pohon sawo. Akibatnya banyak masyarakat yang menyebutnya

dengan Nggodang sawo. Kampung ini sekarang menjadi RT 3

RW 6 kelurahan Kauman.

Gang/kampung Madura

Kampung ini terletak diujung barat dan utara Kelurahan

Kauman lama. Berada di sebelah selatan Jembatan Hayam Wuruk

yang sekarang menjadi RT 1 dan 2 Cerita tentang gang/kampung

Madura ini tentu ada kaitannya dengan keberadaan orang Madura

di wilayah tersebut. Tidak banyak informasi yang menyampaikan

tentang kapan asal muasal komunitas tersebut. Beberapa

narasumber menyebutkan bahwa komunitas tersebut telah ada

sejak dulu. Apabila merunut dari pendapat ini maka

keberadaannya dimungkinkan sudah ada sejak zaman Bahurekso

atau bersamaan dengan Sampangan, Bugisan dan lainnya.

Adapula pendapat yang menyampaikan bahwa masyarakat

Madura tersebut ada karena perniagaan terutama sate. Semua

orang sudah memahami bahwa sate ayam adalah makanan khas

Madura yang disukai oleh semua orang. Penjualan sate ada

hampir di semua tempat di nusantara tak terkecuali di Pekalongan.

Pada masa lalu sekitar awal abad ke XX banyak penjual sate yang

datng ke Pekalongan. Mereka menjajakannya dengan cara dipikul.

Mereka berkeliling ke seluruh penjuru kota. Di kampung inilah

hampir seluruh penjual sate di Pekalongan pada masa itu tinggal.

Yang pasti keberadaan komunitas orang Madura inilah yang

membuat kampung ini disebut dengan kampung Madura.

Cerita Nyah Getuk

Getuk adalah makanan khas Jawa yang terbuat dari singkong.

Pada masa lalu makanan ini menjadi kesukaan hampir tiap orang

pribumi. Di jalan Kepatihan (kini di sebelah RM Wong Solo) ada

seorang pedagang getuk yang sangat terkenal dengan pembelinya

Page 102: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Mengungkap Asal - Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan 86

yang cukup banyak. Bahkan diceritakan bahwa banyak orang dari

jauh yang meluangkan waktu untuk membeli secara langsung ke

warung tersebut.

Satu hal yang menjadi keunikan adalah getuk tersebut dibuat

oleh orang Tiong Hwa. Tidak diketahui pasti siapa nama aslinya

akan tetapi sebagaimana lazimnya orang memanggil perempuan

Cina atau Eropa yang sudah berumur dengan sebutan nyonya atau

yang dipersingkat dengan nyah. Nah karena berjualan getuk maka

dipanggil dengan sebutan “Nyah Getuk”. Bahkan gang I Kauman

tersebut dikenal dengan sebutan gang Nyah Getuk.

Kelurahan Kauman kini adalah gabungan dari empat

kelurahan, akan tetapi perlu diketahui bahwa dari luas wilayah,

Kelurahan Kauman lama adalah yang memiliki luas wilayah

terkecil. Penggunaan nama kauman merupakan salah satu kearifan

yang mengindikasikan adanya harapan sekaligus untuk

menunjukkan bahwa wilayah tersebut merupakan wilayah dengan

pendu.

(Kontributor : Agung Tjahjana)

Page 103: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Mengungkap Asal - Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan 87

KEPUTRAN Di balik nama kelurahan keputran

Page 104: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Mengungkap Asal - Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan 88

Gambar Peta Keputran

Page 105: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Mengungkap Asal - Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan 89

Keputran adalah salah satu Kelurahan yang berada di

wilayah Kecamatan Pekalongan Timur Kota Pekalongan sebelum

adanya penggabungan tahun 2014 dan menjadi bagian dari

Kelurahan Kauman Kecamatan Pekalongan Timur. Wilayah

Keputran sebelah barat dan utara dibatasi oleh Sungai Kupang dan

Kelurahan Kauman. Sebelah timur dibatasi oleh Poncol dan

Kelurahan Noyontaan, sebelah selatan dibatasi oleh Kelurahan

Landungsari. Sedangkan sebelah Utara dibatasi oleh Kelurahan

Sugihwaras.

Pada masa lalu kawasan Keputran merupakan pusat dari

Pemerintahan Kabupaten Pekalongan, karena di sinilah tempat

bupati Pekalongan tinggal dan melaksanakan tugasnya. Mata

pencaharian penduduknya sebagian besar adalah pedagang,

pegawai dan buruh dari perniagaan.

Secara etimologi, Keputran berasal dari kata putra yang

mendapatkan awalan ke dan akhiran an. Putra dalam bahasa Jawa

berarti anak, terutama anak laki-laki karena untuk anak

perempuan disebut dengan putri. Keberadaan imbuhan ke-an

menerangkan bahwa keputran merupakan tempat. Sehingga dapat

diartikan sebagai tempat dimana putra atau anak laki-laki tinggal

dan bermain. Pemberian nama Keputran ini sebenarnya adalah

untuk lingkungan keraton.

Berdasarkan dari pakem budaya keraton Jawa baik

Surakarta maupun Yogyakarta, Keputran terletak disebelah kanan

rumah tinggal raja. Para pangeran baik putra dari permaisuri

maupun selir berkumpul dan bermain di tempat ini. Sedangkan

bagi para anak perempuan raja dan saudaranya berada di sebelah

kiri yang disebut dengan keputren. Adanya pakem inilah akhirnya

para bupati andahan atau bawahan raja yang biasanya juga berasal

dari keluarga istana membawanya ke tempat dimana mereka

berkuasa.

Begitu pula dengan di Pekalongan Keputran berada

disebelah kanan dari rumah tinggal bupati. Namun secara

administrasi meluas hingga disebelah selatan kabupaten.

Keberadaannya yang dekat dengan Kabupaten menjadikannya

sebagai tempat yang eksklusif. Pada masa lalu sentono atau

keluarga bupati, pejabat-pejabat kabupaten dan para nayaka praja

(pegawai administrasi) dan abdi dalem tinggal di wilayah ini.

Lingkungannya teratur dan terdapat rumah-rumah besar

kuno yang merupakan sisa dari masa lalu. Dapat dikatakan kini

Page 106: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Mengungkap Asal - Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan 90

tidak lagi seteratur dulu karena rumah-rumah tersebut telah

beralih tangan dari pemilik aslinya. Ada yang telah diwariskan

kepada anak keturunannya kemudian dijual kepada pendatang,

atau dibongkar dan dibagi-bagi kepada ahli waris lainnya.

Kemudian mereka membangun kembali rumah sesuai dengan

kebutuhan mereka. Pertambahan penduduk inilah yang membuat

lingkungan Keputran tidak serapi yang dulu.

Merujuk dari uraian diatas dapat dikatakan bahwa

keberadaan nama Keputran adalah seiring dengan adanya

Kabupaten Pekalongan. Namun resmi sebagai sebuah desa dengan

administrasi tersendiri belum dapat diungkap secara pasti.

Kelurahan Keputran memiliki beberapa kampung antara lain

Kampung Kwijan, Kanjengan, Magersaren, Grogolan, Ledok dan

Keputran.

Kampung Kwijan

Menyebut kata Kwijan, sebagian besar informasi

menyampaikan bahwa kata ini berasal dari nama bupati

Pekalongan pertama yang bernama Tan Kwi Djan. Beliau adalah

seorang pendekar Cina Muslim yang memiliki pencaharian

sebagai pedagang dan mendapatkan penghargaan dari Mataram

karena jasanya. Tan Kwi Djan dianggap sangat berjasa karena

dialah orang yang mampu menghancurkan kelompok-kelompok

perampok di wilayah pesisiran.

Jasa yang besar lainnya adalah kemampuannya

menjalankan tugas dari Raja Mataram untuk membangunkan

Bahurekso, seorang pemuda sakti yang sedang bertapa di hutan

gambiran di wilayah Pekalongan. Bahurekso dibangunkan karena

sangat dibutuhkan Mataram untuk menjadi panglima dalam

pengusiran VOC di Batavia.

Cerita antara Tan Kwi Djan dengan Bahurekso ini telah

tumbuh dan mengakar di masyarakat Pekalongan. Namun

nampaknya kita masih membutuhkan banyak kajian untuk

mendapatkan kebenarannya. Salah satu hal yang menjadi

perdebatan adalah adanya kurun waktu yang berbeda antara masa

hidup dan kiprah dari Bahurekso dengan Adipati Tan Kwi Djan.

Setelah menyelesaikan tugasnya tersebut Tan Kwi Djan

mendapatkan izin untuk berdagang di wilayah pesisiran bahkan

diangkat menjadi Adipati Pekalongan dengan gelar Raden

Page 107: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Mengungkap Asal - Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan 91

Tumenggung Djayadiningrat I. Walaupun menjadi bupati

penguasa wilayah, Tan Kwi Djan tidak menggantungkan diri pada

jabatannya dan berambisi untuk menyerahkan kepada

keturunannya. Dapat dikatakan bahwa Tan Kwi Djan adalah

enterpreneur yang kemudian menjadi bupati sehingga

kekayaannya berasal dari usahanya berniaga bukan dari gajinya

sebagai bupati. Dirinya menyadari bahwa bukan merupakan

sentana raja sehingga perlu untuk mempersiapkan masa depannya.

Oleh karena itu dia membeli tanah yang luas disebelah timur

kadipaten yang dipergunakan untuk masa tuanya sekaligus untuk

diwariskan kepada keturunannya. Tanah luas yang menjadi tempat

tinggal pribadi Tan Kwi Djan tersebut lambat laun menjadi

perkampungan dan dikenal dengan nama Kampung Kwijan. Kini

kampung ini menjadi RT 5 RW 1.

Kanjengan

Secara etimologi kanjengan berasal dari kata kanjeng atau

yang lebih tepat lagi kang jeng yang berarti yang mulia atau yang

terhormat. Merujuk dari kata dasar tersebut dapat dimaknai bahwa

yang disebut dengan kanjeng adalah orang yang paling

dimuliakan. Mendapatkan akhiran an menjadikannya bermakna

tempat sehingga kanjengan dapat diartikan sebagai tempat dimana

sang kanjeng berada. Status tertinggi pada lingkup kabupaten

tentu saja adalah bupati, dengan demikian kanjengan adalah

tempat dimana bupati tinggal.

Kanjengan ini terletak didalam kawasan pagar kabupaten

Pekalongan. Kini kawasan ini menjadi aset kabupaten

Pekalongan.

Magersaren

Kampung Magersaren ini terletak di dalam lingkungan

kadipaten, sehingga masyarakat umum diluar lingkungan

kadipaten jarang mendengarnya. Hanya masyarakat di dekat

lingkungan kadipaten saja yang mengetahui karena masyarakat

umum lebih mengenal kanjengan dari pada istilah ini.

Magersaren berasal dari kata magersari, sedangkan kata

aslinya adalah pager dan sari yang berarti pagar yang indah.

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia magersari berarti

Page 108: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Mengungkap Asal - Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan 92

orang-orang yang tinggal diatas tanah orang lain atau orang-orang

yang tinggal diatas tanah Negara. Pada waktu dulu penguasa

wilayah diberikan tanah yang luas untuk tempat tinggal. Sudah

pasti sebagai penguasa mereka membutuhkan orang-orang untuk

membantu kehidupannya. Orang-orang ini diberikan izin

menggunakan tanah untuk dibangun rumah dan dijadikan tempat

tinggal. Lingkungan ini seringkali dikelilingi dan dibatasi oleh

benteng atau tembok yang tinggi. Orang-orang yang tinggal di

kawasan inilah yang diistilahkan dengan magersari. Biasanya

mereka ini adalah hamba sahaya atau abdi yang setia di

lingkungan raja ataupun adipati. Sehingga magersaren merupakan

kawasan tempat dimana abdi dalem tersebut tinggal.

Kawasan ini berada di dalam lingkungan kadipaten

sehingga masyarakat umum kurang mengenalnya. Masyarakat

umum lebih mengenal kanjengan karena memang tempat

keberadaan adipati sekaligus merupakan pusat dari pemerintahan.

Grogolan

Grogolan adalah wilayah paling selatan dari Kelurahan

Keputran. Tidak banyak informasi yang didapat tentang asal usul

kata grogolan. Beberapa narasumber menyebutkan bahwa

Grogolan berasal dari kata grogol yang berarti tidak rata atau tidak

halus. Kemungkinan munculnya istilah Grogolan ini adalah jalan

Kartini sekarang atau jalan Setiabudi pada waktu itu jalannya

masih pating grogol, banyak lubang, makadam atau tidak rata

sehinga tidak nyaman bila dilalui.

Wilayah Grogolan ini dilewati jalan kuno yang memiliki

perempatan utama jalan dari arah Semarang ke barat ke arah

Ponolawen, ke utara arah kabupaten dan pasar serta ke arah

selatan yang menuju ke wilayah Kuripan dan Bandar Sedayu di

Batang. Jalan ini merupakan jalur perekonomian sehingga sangat

ramai pada waktu itu. Kondisi tempat yang tak rata inilah yang

membuat orang menjadikannya sebagai penanda dengan nama

grogolan yang berarti wilayah yang jalannya pating grogol.

Kampung Ledok

Kampung ini merupakan kawasan paling barat dari

wilayah Keputran yang meliputi RT 3 s/d RT 6 RW 3. Dari

Page 109: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Mengungkap Asal - Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan 93

berbagai narasumber hampir semuanya memberikan informasi

yang sama. Ledok dalam bahasa Jawa adalah tanah yang landai

atau berada lebih rendah dari pada tanah disekitarnya.

Kemungkinan penyebabnya adalah tanah ini merupakan bantaran

sungai Kupang sehingga karena pasang surut maka kondisinya

tidak stabil dan lebih rendah dari tanah disekelilingnya.

Mengingat kebutuhan akan tanah untuk tempat tinggal, maka

masyarakat memberanikan diri untuk tinggal di tempat ini.

Mereka akhirnya mendirikan kampung yang dikenal dengan

sebutan kampung Ledok.

Keputran juga memiliki kawasan pecinan yaitu di sekitar

Grogolan. Tidak terlalu banyak memang namun sangat mewarnai

keragaman penduduk mengingat kawasan ini dulu diperuntukkan

bagi bumiputra. Dari dulu hingga kini Keputran dikenal sebagai

kawasan pendidikan selain Panjang, hal ini disebabkan adanya

sekolah Hollands inlandsh school ( SD untuk bumi putra yang

memiliki keturunan bangsawan atau orang kaya) dan 2e inlandsh

school (sekolah setingkat SMP untuk bumi putra). Kini terkenal

karena adanya sekolah favorit yaitu SMAN 1 dan SMPN 6 serta

Dinas Pendidikan Kota Pekalongan.

(Kontributor : Agung Tjahjana)

Page 110: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Mengungkap Asal - Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan 94

Poncol Cerita dar tanah yang menjorok

Page 111: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Mengungkap Asal - Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan 95

Peta Kelurahan Poncol

Page 112: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Mengungkap Asal - Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan 96

Dari hutan belantara yang terkenal angker, Desa Poncol

menjelma menjadi suatu kawasan strategis di Kota Pekalongan

dengan luas daerah mencapai 62,2 hektar dan total penduduk

sebanyak 12.900 jiwa pada tahun 2014.

Desa Poncol sudah dikenal sejak abad ke-16 pada masa

Kerajaan Mataram. Ketika itu, para pasukan di bawah pimpinan

Senopati Bahureksa tengah gencar mengejar para perompak

hingga memasuki hutan belantara. Ketika para perompak berhasil

terkejar, terjadilah pertempuran sengit antar kedua belah pihak.

Dalam peristiwa itu, beberapa prajurit gugur di atas tanah moncol.

Tanah moncol yaitu semacam tanah yang menjulang lebih tinggi

dari dataran lain. Peristiwa gugurnya para prajurit kontan

membuat Senopati Bahureksa semakin murka, beliau lantas

memerintahkan pasukan yang tersisa untuk menangkap para

perompak yang berhasil melarikan diri. Senopati Bahureksa lantas

berseru, “Kelak, jika keadaan sudah aman tentram, tanah moncol

ini akan menjadi Desa Poncol.”

Gambar Kelurahan Poncol

Saat sinar sang fajar mulai redup dan menghilang di ufuk

barat, Senopati Bahureksa dan pasukannya memutuskan untuk

beristirahat sejenak, menghentikan pengejaran. Saat tengah

melepas lelah, Senopati Bahureksa bertemu dengan seorang kakek

Page 113: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Mengungkap Asal - Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan 97

yang masih genen atau menghangatkan tubuh dengan api unggun

sambil makan jagung bakar. Senopati Bahureksa lalu bertanya

pada kakek, “Apa nama dukuh ini?” Kakek itu menjawab bahwa

ia tidak tahu, karena di sekitar tanah itu masih tertutupi hutan

lebat. Akhirnya Senopati Bahureksa kembali berujar, “Kelak,

apabila tanah ini menjadi dukuh, berilah nama dukuh Sorogenen.”

Konon, pada waktu itu Poncol dibagi menjadi beberapa

dukuh, antara lain : Dukuh Sorogenen, Poncol, Kuroijo,

Pesantren, Kolekturan dan Bonjongan. Namun, seiring

berjalannya waktu, dukuh-dukuh itu lalu digabungkan menjadi

satu dengan nama Desa Poncol. Lurah Desa Poncol yang pertama

adalah Tirtoatmojo. Di sekeliling area tanah moncol akhirnya

dikenal sebagai daerah angker dan membuat warga sekitar enggan

untuk datang ke area itu. Namun, setelah puluhan tahun berlalu,

area tanah moncol tersebut berubah menjadi pemukiman padat

penduduk yang dikenal dengan nama Gang Gumuk. Di tempat itu

juga terdapat pohon jati tua yang tidak pernah mati, sementara di

bawah pohonnya banyak batu nisan berserakan. Untuk Sorogenen

sendiri, dulunya pernah dijadikan sebagai makam orang-orang

China sehingga warga sekitar sering menyebutnya dengan Bong.

Gang Gumuk

Berbagai peristiwa tak terlupakan pernah menorehkan

sejarah tersendiri bagi Desa Poncol, diantaranya seperti kejadian

kebakaran besar yang nyaris menghanguskan separuh desa pada

siang hari tanggal 27 September 1961. Dalam waktu beberapa

jam, sekitar 500 rumah warga ludes dilahap si jago merah. Para

korban kebakaran akhirnya diungsikan ke dekat kompleks

Page 114: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Mengungkap Asal - Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan 98

perkantoran Kecamatan Pekalongan Timur. Mereka mendapat

bantuan berupa rumah sederhana dari pemerintah setempat.

Tempat pengungsian tersebut diberi nama Poncol Baru.

Sementara itu, kehidupan masyarakat Poncol di tengah

hingar bingar modernisasi seperti sekarang ini sebenarnya tidak

jauh berbeda dengan masyarakat Pekalongan pada umumnya.

Kesederhanaan, keramahan dan semangat gotong royong masih

terasa kental mewarnai setiap sendi kehidupan masyarakat Poncol.

Beragam tradisi adat Jawa juga masih terjaga

kelestariannya hingga sekarang. Tradisi tersebut dimulai dari

tradisi mempersiapkan kelahiran sang bayi yang disebut dengan

tradisi tingkeban atau mitoni, di mana tradisi ini dilakukan saat

seorang wanita mencapai usia kehamilan tujuh bulan, dalam ritual

ini biasanya juga dibagikan bubur lolos dan rujak. Bubur lolos

bermakna agar proses kelahiran diberi kelancaran, sedangkan

untuk rujak, masyarakat percaya bahwa apabila rujaknya terasa

pedas maka yang akan terlahir adalah bayi laki-laki, sebaliknya

kalau rujak tidak terasa pedas, yang akan terlahir adalah bayi

perempuan. Setelah itu, ada pula tradisi puputan yang dilakukan

ketika tali pusar sang bayi telah lepas atau puput. Orang tua sang

bayi juga sekalian memberi nama untuk bayi tercinta dalam tradisi

ini. Kemudian, setelah bayi berusia sekitar 7 bulan atau bayi

pertama kali menginjak tanah diadakan tradisi lagi bernama

tedhak siten. Dalam tradisi tersebut juga dibagikan makanan

srintil, agar sang bayi jalannya bisa semrintil atau lincah.

Kemudian, tradisi yang paling digemari oleh anak-anak

Poncol adalah tradisi udik-udikan. Tradisi ini merupakan tradisi

membagi-bagikan uang receh dengan cara dilempar, yang

kemudian akan diperebutkan oleh para warga dari anak-anak dari

orang tua. Semua bergembira ria menyambut acara semacam ini.

Masyarakat Poncol senang sekali mengadakan udik-udikan

sebagai bentuk rasa syukur kepada sang pencipta. Tradisi ini

biasa dilakukan pada acara sunatan, rabu pungkasan, menyambut

kedatangan sang bayi dari klinik bersalin atau rumah sakit serta

pada acara puputan.

Tradisi lain yang masih bisa dijumpai di kelurahan Poncol

adalah tradisi dalam proses pembangunan rumah atau biasa

disebut dengan munggah molo. Munggah molo berarti menaikkan

molo atau memasang bagian rumah yang paling tinggi. Tradisi ini

dilakukan dengan memasang bendera merah putih ukuran sedang

Page 115: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Mengungkap Asal - Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan 99

di bagian tengah blandar. Lalu, ditambahkan juga dengan

berbagai sesajen seperti sesisir pisang ambon, seonggok padi yang

telah menguning dan seikat tebu, semua itu diikat dan

digantungkan pada blandar. Sebelum proses munggah molo

dilaksanakan, digelar acara selamatan terlebih dahulu dengan

mengundang tetangga sekitar rumah. Tradisi semacam ini

bertujuan agar rumah serta para penghuninya senantiasa diberi

perlindungan dari sang kuasa.

Sedangkan, pada setiap malam 17 Agustus dalam rangka

memperingati hari kemerdekaan Republik Indonesia, kampung-

kampung di Kelurahan Poncol akan semarak dengan tradisi

tirakatan yang digelar di jalanan dengan dihadiri seluruh warga

kampung. Pada awal acara, terdengar kumandang merdu lagu

Indonesia Raya. Setelah itu, dilanjutkan dengan pidato dari ketua

RT setempat, memutar berbagai video perjuangan bangsa

Indonesia melawan para penjajah dan diakhiri dengan makan

bersama.

Berbagai tradisi yang masih terjaga eksistensinya di

tengah masyarakat Poncol memiliki filosofi tersendiri

menyangkut tahapan kehidupan manusia. Sebagian besar

mengajarkan tentang rasa syukur kepada sang pencipta dan

pentingnya mempertahankan kerukunan antar warga agar tidak

tergerus oleh terjangan gelombang teknologi dan sikap

individualisme.

(Kontributor : Husna Karimah, Moh. Riza Rahmat Syah)

Page 116: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Mengungkap Asal - Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan 100

Dekoro Kisah antara Madukoro dan Mandek Perkoro

Page 117: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Mengungkap Asal - Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan 101

Gambar Peta Dekoro

Page 118: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Mengungkap Asal - Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan 102

Gambar Peta Kelurahan Dekoro

Kelurahan Dekoro terletak di Kecamatan Pekalongan

Timur, terdiri dari dua dukuh yaitu Dukuh Dekoro dan Dukuh

Setono, dengan batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan

Kelurahan Degayu, sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan

Gamer, sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Karang

Malang dan sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Poncol

Baru yang dibatasi dengan Kali Banger. Sebelumnya wilayah

Kelurahan Dekoro yang meliputi Dekoro dan Setono masih

merupakan bagian dari wilayah Kabupaten Batang, kemudian

sekitar tahun 1991 Kelurahan Dekoro masuk dalam wilayah Kota

Pekalongan tepatnya masuk dalam Kecamatan Pekalongan Timur.

Sejarah atau history Kelurahan Dekoro tidak bisa lepas

dari dua kelurahan yaitu Kelurahan Karang Malang dan

Kelurahan Dekoro serta Dukuh Setono itu sendiri. Kelurahan

Dekoro merupakan kelurahan tertua di Kota Pekalongan bahkan

jauh sebelum adanya babat Kota Pekalongan atau bisa dikatakan

Dekoro lebih tua dari Pekalongan.

Babat Kota Pekalongan bermula ketika sebelum Mataram

menyerang VOC di Batavia pada sekitar tahun 1610 an. Dalam

rangka menyerang VOC di Batavia tersebut armada laut Mataram

membutuhkan dukungan logistik dipesisir utara jawa. Sehingga

Ki Ageng Cempaluk mendapat tugas dari kesultanan Mataram

untuk membuka kawasan dipesisir utara Jawa tersebut. Kemudian

Ki Ageng Cempaluk memerintahkan anaknya yaitu Joko Bahu

Page 119: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Mengungkap Asal - Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan 103

atau yang lebih dikenal dengan Ki Bahu Rekso untuk membuka

kawasan hutan gambiran di pesisir utara Jawa yang sekarang

menjadi wilayah Kota Pekalongan.

Sebelum Mataram menyerang VOC di Batavia tersebut atau

sebelum adanya babat Kota Pekalongan, Dekoro sudah

mempunyai wilayah lebih dulu yang di kuasai oleh Ki Madukoro.

Ki Madukoro adalah seorang penguasa yang sakti dan mempunyai

ilmu beladiri hebat. Namun kesaktiannya sering digunakan untuk

hal kejahatan seperti penjarahan dan perampasan. Sedangkan

Karang Malang dikuasai oleh Ki Ageng Karang Malang. Ki

Ageng Karang Malang juga seorang penguasa yang sakti dan

kejam serta senang menjarah harta benda warga seperti layaknya

Ki Madukoro.

Suatu ketika terjadi perselisihan antara Ki Madukoro dan Ki

Ageng Karang Malang dalam merebutkan luas dan batas wilayah

kekuasaan masing masing. Dalam perselisihan tersebut yang

tidak kunjung usai, datanglah seorang pendakwah yang bernama

Mbah Duk. Mbah Duk adalah seorang pendakwah yang bijaksana

dan sering memberikan arahan/ nasihat kepada masyarakat

sehingga mendapat julukan Mbah Dakwah. Dengan usahanya

beliau berhasil menghentikan perselisihan antara Ki Madukoro

dan Ki Ageng Karang Malang.

Setelah perselisihan antara Ki Madukoro dan Ki Ageng

Karang Malang usai, ternyata keributan tidak berhenti sampai

disitu. Kebijaksanaan Mbah Duk dalam berdakwah dan memberi

nasihat membuat masyarakat tertarik untuk menjadi murid beliau

termasuk anak buah Ki Madukoro juga ikut berpindah menjadi

murid Mbah Duk. Hal ini membuat Ki Madukoro sangat murka

terhadap Mbah Duk sehingga terjadi pertikaian antara Mbah Duk

dengan Ki Madukoro.

Tatkala pertikaian antara Mbah Duk dengan Ki Madukoro

yang tak kunjung usai, datanglah seorang wali yang dikenal

dengan Syekh Maulana Maghribi. Wali tersebut dapat memahami

pertikaian yang terjadi antara Mbah Duk dengan Ki Madukoro

dan menyelesaikan pertikaian mereka berdua, kemudian beliau

berkata :

“Ngger.. mandekko anggonmu luru perkoro, aku reti opo

seng siro loron karepke. Siro loron bakal tak dadekake penguasa

ing wilayah mriki”

Page 120: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Mengungkap Asal - Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan 104

(Nak., berhentilah mencari masalah, saya tau apa yang kalian

berdua inginkan. Kalian berdua akan saya jadikan penguasa di

wilayah ini)

Sehingga pertikaian dapat dihentikan dengan pembagian

wilayah sebelah selatan dikuasai Ki Madukoro dan wilayah

sebelah utara dikuasai Mbah Duk/Dakwah.

Dari kata-kata “mandekko anngonmu luru perkoro” tersebut

kemudian dimaknai dalam dua suku kata yaitu Dek dan Koro.

Dek dari asal kata jawa Mandek yang artinya Berhenti, sedangkan

Koro dari asal kata Jawa Perkoro yang artinya Masalah. Sehingga

digabung menjadi DEKORO (mandek perkoro/ berhenti

bermasalah).

Sedikit yang mungkin terlupakan bahwa dalam dialek Jawa

huruf u yang berada diantara dua konsonan sering berubah

menjadi e. Sebagai contoh kata Sumbawan berubah menjadi

sembawan, gumampang menjadi gemampang. Tidak menutup

kemungkinan kata Dekoro sebenarnya berasal dari nama Ki Gede

Madukoro atau Ki Dukoro itu sendiri.

Pemberian Nama Setono (dukuh dikelurahan dekoro)

Setelah pertikaian antara Ki Madukoro dengan Mbah Duk

usai dengan pembagian wilayah masing-masing, kemudian Mbah

Duk kembali berdakwah sambil meluaskan wilayahnya yang

masih terkenal angker dengan dibantu teman-temannya antara lain

Mbah Taman, Mbah Tabah dan Mbah Salas. Di wilayah kekuasan

Mbah Duk tersebut ternyata ada sebuah wilayah berbentuk seperti

Pulau Kecil yang bernama Pulau Seto. Pulau Seto tersebut dihuni

oleh pendakwah yang bernama Syekh Seto. Dari nama tersebut

kemudian wilayah kekuasaan Mbah Duk/Mbah Dakwah

dinamakan Setono.

Sampai sekarang pulau Seto tersebut masih ada dan dijadikan

sebagai salah satu tempat pemakaman tokoh dan warga kelurahan

dekoro. Pulau Seto berlokasi ditengah Sawah tepatnya dibelakang

Kantor Kelurahan Dekoro.

Kalibanger

Sejarah kali banger bermula ketika terjadi pertarungan

Berdarah antara Ki Surantoko, putra Ki Ageng Dukoro atau Ki

Page 121: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Mengungkap Asal - Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan 105

Madukoro, penguasa wilayah santri Dekoro melawan kawanan

perampok yang dipimpin Joko Bondan putra penguasa wilayah

Karangmalang Ki Ageng Karang Malang. Keangkaramurkaan

Joko Bondan dan kawanannya membuat warga kelaparan dan

kehilangan harta benda mereka. Suatu ketika Ki Surontoko

bertarung melawan Joko Bondan untuk menghentikan

kejahatannya kepada warga sekitar. Namun Ki Surontoko terluka

parah oleh Joko Bondan. Ayahnya yang pandai mengobati

penyakit kemudian menyembuhkannya dan atas perintah sang

ayah (Ki Ageng Dukoro) Ki Surontoko melawan lagi kekejaman

Joko Bondan dan akhirnya menang. Joko Bondan dan prajuritnya

berhasil dikalahkan. Ki Ageng Karangmalang (ayah Joko Bondan)

mengetahui putranya tewas di tangan Ki Surontoko, Ki Ageng

Karang Malang mendatangi Ki Ageng Dukoro dan Ki Surantoko

untuk membalas dendan atas kematian putranya. Namun Ki

Ageng Karang Malang dihadapan Ki Ageng Dukoro takluk dan

ingin menjadi pengikut, permintaan itupun dikabulkan oleh Ki

Ageng Dukoro. sedangkan Joko Bondan yang telah tewas

mayatnya dibuang ke sungai sambil mengatakan: "suro diro jaya

ningrat lebur dening pangastuti sing becik ketitik sing ala ketara,

yen ono ramening jaman kali iki sinebut kali banger"

Sejak saat itu sungai tersebut dikenal dengan Kali banger.

Gambar Kali Banger

Page 122: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Mengungkap Asal - Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan 106

Surontakan

Telah diceritakan sebelumnya tentang kiprah Ki

Surantoko yang telah berhasil mengalahkan Joko Bondan. Setelah

peristiwa tersebut maka Ki Surantoko hidup dan tinggal di suatu

wilayah yang terletak antara Dekoro dan Karang Malang.

Dimungkinkan Ki Surantoko hidup sebagai seorang penyebar

agama Islam dan hidup sebagai petani. Sudah menjadi kelaziman

bahwa disekitar tempat yang dikuasai oleh tokoh tersebut maka

diberikan tanda sesuai namanya. Begitu pula dengan wilayah

kekuasaan Ki Surantoko ini setelah beliau mangkat maka daerah

disekitarnya disebut dengan Surontakan atau Srontakan.

Dekoro sebagai suatu Kelurahan justru tidak begitu

terkenal. Hal ini disebabkan adanya koperasi yang berkembang

pesat di kisaran tahun 1950 hingga tahun 1970 yang

menggunakan nama Koperasi Batik Setono. Kini Kelurahan

Dekoro telah tiada lagi dan digabung dengan Kelurahan Karang

Malang dengan nama Kelurahan Setono.

Koperasi Batik Setono

(Kontributor : Ribut Achwandi, Rusanti)

Page 123: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Mengungkap Asal - Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan 107

Landungsari Dari Karomah Mbah Landung

Page 124: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Mengungkap Asal - Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan 108

Gambar Peta Kelurahan Landungsari

Page 125: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Mengungkap Asal - Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan 109

Gambar Kelurahan Landungsari ( Sekarang Noyontaansari)

Noktah wilayah itu bernama Landungsari. Sebuah nama

perdukuhan masa silam. Muasalnya, dinisbahkan dari asma tokoh

manikam lokal. Yaitu seorang penghuni pusara bernisan delapan.

Dia adalah Mbah Landung. Siapakah sebenarnya Mbah Landung?

Pada akhir abad ke-17, terdapatlah seorang kyai perantau

dari daerah Demak yang bernama Ki Jajarsari bin Hasan bin

Malik yang sedang melakukan perjalanan ke arah barat yang

masih berupa hutan belantara. Singgah di daerah yang masih

dipenuhi pepohonan, disitulah beliau membabat alas (membuka

hutan), membuat gubuk sebagai tempat peristirahatannya,

bercocok tanam, dan menata lingkungannya hingga menjadi asri,

kini pemukiman tersebut dikenal dengan nama Landungsari.

Beliau pulalah yang mengajarkan kepada masyarakat untuk

bercocok tanam secara berjajar rapi hingga hasilnya dirasakan

lebih baik dari pola tanam yang asal tebar. Pola tanam berjajar

tersebut membuatnya dikenal dengan nama Jajarsari.

Adapun sosok Mbah Landung menurut penuturan warga

sekitar dan tokoh masyarakat lainnya yang sering ditemui secara

gaib, diketemukanlah cerita yang senada, yaitu Mbah Landung

merupakan seorang Jawa dengan tinggi sedang, berpakaian khas

Jawa (seringnya wulung ), dan memakai ikat berwarna wulung.

Page 126: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Mengungkap Asal - Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan 110

Warna wulung ini adalah sebutan untuk menyebut warna gelap

antara biru, hijau dan ungu yang mengarah mendekati hitam.

Menurut penuturan mbah Azam (alm) pemilik tanah

lingkungan Mbah Landung, bahwa Mbah Landung seorang kyai

mumpuni, keturunan wali yang memiliki wilayah dari Gringsing

sampai Petarukan Pemalang, sering memberikan wangsit kepada

orang yang dikehendakinya. Beliau berikat wulung dan sering

berbusana adat Jawa.

Cerita tersebut diperkuat oleh penuturan sesepuh warga

bernama Mbah Warmat yang lahir tahun 1942, warga

Landungsari Rt 03 Rw 01, yang sering ditemui Mbah Landung

secara gaib maupun di alam mimpi. Gambaran Mbah Landung

sama yaitu khas ikat wulung bercorak maupun polos berwarna

hitam yang tak pernah ketinggalan. Dari pertemuan secara gaib

itulah sesepuh Warmat diwariskan tiga barang peninggalan Mbah

Landung yang berupa ikat dari kain, Al Quran Istanbul yang

berukuran supermini, dan sebuah batu akik berwarna perak.

Barang-barang tersebut dapat disaksikan hingga sekarang,

meskipun terkadang salah satu barang tersebut sering hilang dan

kembali dengan sendirinya.

Ki Jajarsari/Mbah Landung yang berilmu tinggi

mempunyai nama sandang Ki Ageng Nugroho. Jejak yang dapat

disaksikan hingga sekarang di Landungsari adalah sebuah

kompleks pemakaman/petilasan yang berada di gang 1 C

Landungsari (letaknya di dalam kompleks rumah warga). Di

komplek tersebut ada empat pasang batu nisan yang berjajar.

Ada dua versi yang beredar mengenai isi makam tersebut.

Dari arah timur, makam pertama berisi pusaka (gaman), makam

kedua adalah tempat petilasan Mbah Landung, makam ketiga

berisi kitab-kitab, dan makam keempat atau makam paling barat

berisi pakaian/ageman beliau. Hal inilah yang dituturkan oleh

seorang sesepuh warga Mbah Warmat yang mengaku titisan Kaki

Cengis.

Menurut penuturan Mbah Warmat, jasad Mbah Landung /

Ki Jajarsari bin Hasan bin Malik sebenarnya dimakamkan di

Demak. Sedangkan makam nomor dua dari timur tersebut adalah

petilasan. Namun ada juga versi lain yang menyebutkan bahwa

dari arah timur yaitu makam istri Mbah Landung, makam kedua

adalah makam jasad Mbah Landung, dan yang ketiga dan keempat

adalah makam pengikutnya.

Page 127: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Mengungkap Asal - Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan 111

Gambar Makam Mbah Landung

Ada kisah menarik yang muncul dari makam Mbah

Landung ini. Peristiwa pembunuhan masal yang dilakukan

pasukan Jepang di depan gedung Kompetai tanggal 3 Oktober

1945 menjadikan warga kota Pekalongan kalang kabut, berlarian

meninggalkan kota ke arah selatan. Selang beberapa hari mereka

kembali menyaksikan gemuruh suara tank-tank Jepang menuju

arah Semarang. Kendaraan-kendaraan tersebut berhenti di tugu

perbatasan Pekalongan-Batang, tepatnya di wilayah Cerme

(sebelah barat Kalibanger sampai tikungan Posis). Dentuman

tank-tank pasukan Jepang meluluhlantakkan pepohonan wilayah

utara jalan. Beberapa kali moncong kendaraan itu di arahkan ke

selatan namun tidak terjadi apa-apa, padahal di wilayah selatan

terdapat beberapa rumah penduduk yang dipadati oleh para

pengungsi. Dari peristiwa tersebut muncul rumor atas keramatnya

Kyai Landung menyelamatkan wilayahnya dari gempuran tank

pasukan Jepang, karena di situlah terdapat makam Kyai Landung /

Mbah Landung.

Cerita di atas merupakan salah satu pengalaman sejarah

yang dituturkan beberapa warga sekitar makam yang hidup

semasa itu dan diwariskan turun temurun kepada anak cucunya.

Masih terdapat beberapa cerita lain dari sumber-sumber yang

berbeda namun relevan mengenai keramatnya wilayah

Landungsari, terutama kawasan sekitar makam Mbah Landung

yang dulu terkenal angker.

Lingkungan makam dahulu dikelilingi tambak ikan yang

airnya tak pernah kering walau musim kemarau. Namun di akhir

tahun 1970, lingkungan telah berubah. Sebelah utara kini telah

berdiri bangunan toko-toko sehingga tidak nampak lagi dari jalan

raya, kanan kirinya telah berdiri bangunan-bangunan, hingga

Page 128: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Mengungkap Asal - Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan 112

apabila peziarah ingin menuju komplek makam, maka harus

melewati lorong kecil. Kini kompleks pemakaman tersebuthanya

tersisa tanah 15m x 10m dengan bangunan 4m x 8m dengan

empat makam yang sudah dipaving.

Konon menurut penuturan warga sekitar komplek makam,

yang membuat tempat itu angker dan keramat adalah berbagai

pengalaman gaib yang sering terjadi. Sebelum makam tersebut

dipugar pada masa lurah Saminto, masih sering terjadi hal-hal

gaib.

Dikatakan oleh mbah Azam yang merupakan pensiunan

baret hijau Siliwangi tersebut bahwa sekitar tahun 1965-1971

seorang Pastur ahli pengobatan dari Solo, setiap melewati

Pekalongan sering bermalam di makam mbah Landung, padahal

waktu itu menurut kesaksian warga kondiisi makam kurang

terurus. Bangunan makam terdiri bari batu merah setinggi 1 meter

dan pagar bambu setinggi 1 ½ meter, semi terbuka dan beratap

genteng, dengan kondisi lantai yang rusak berukuran 4 x 6 m,

sementara disebelah utara dan selatan makam terdapat tambak

yang tak pernah kering walau dimusim kemarau. Sebelah timur

berupa semak belukar, hanya ada jalan setapak menuju makam

dan disebelah barat 5m dari makam terdapat tembok tua, pagar

rumah warga keturunan Tiong Hoa. Meski kondisinya demikian

sang pastur sering menziarahi makam tesebut.

Warga lingkungan menuturkan bahwa Mbah Landung

memiliki pusaka tongkat. Tongkat tersebut sering menampakkan

diri dan berjalan. Bahkan ada beberapa warga tahun 1970-an yang

sering menyaksikan.

Selain itu, sebelum kompleks pemakaman tersebut diberi

atap, burung yang terbang di atasnya akan terjatuh. Riwayat

lainnya mengatakan bahwa wilayahnya dijaga oleh ular buntung.

Kalau ada orang yang mengganggu makamnya, ular tersebut

menampakkan diri.

Muncul pula beberapa pantangan yang dianut oleh warga

pada saat itu. Diantaranya adalah warga Landungsari dilarang

mengadakan pertunjukan wayang. Tatkala ada beberapa orang

yang melanggarnya maka orang tersebut mendapat celaka.

Wallohu a’lam.

Landungsari memiliki beberapa dukuh yang kini sudah jarang

disebut oleh masyarakat. Beberapa diantaranya adalah :

Page 129: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Mengungkap Asal - Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan 113

Panempen/Penempen

Kampung ini terletak di gang 1 Landungsari tepatnya di

depan Super Market Ramayana kini. Dikisahkan oleh Bapak

Isnaini, bahwa di masa lalu ada seorang pengusaha tempe yang

usahanya begitu besar dan terkenal. Tempenya disukai oleh

masyarakat sehingga sangat laris. Walaupun hanya seorang

namun membuat orang dari luar maupun masyarakat Landungsari

menandainya dengan sebutan penempen ang berarti tempat

pembuatan tempe.

Klandungan

Terletak di gang 2 Landungsari dan sekarang menjadi Jl.

Ki hajar Dewantoro. Di masa lalu sebelum menjadi

perkampungan, sebelah kiri dan kanan gang ini merupakan kebun

milik masyarakat. Di sebelah barat melewati kebun, terletak

makam Mbah Landung. Karena setiap melewati jalan ini dapat

melihat makam maka kampung di sekitar gang ini disebut dengan

klandungan.

Pulo

Menyebut kata kata ini mengingatkan kita pada kata baku

pulau yaitu sebuah daratan yang dikelilingi oleh perairan. Gang 4

terletak di sebelah utara jalan raya Jend Sudirman disebelah barat

jalan RA. Kartini sampai ke pinggir sungai Kupang. Kampung ini

adalah satu-satunya wilayah Landungsari yang berada di sebelah

utara Jalan Jendral Sudirman. Hal ini terjadi karena dulu jalan

raya tersebut hanya sebuah jalan kecil. Setelah menjadi jalan raya

maka kampung ini menjadi terpisah seperti tepencil dari wilayah

Landungsari lainnya. Letaknya yang terpencil itulah akhirnya

diidentikan dengan sebuah pulau sehingga disebut dengan

kampung pulo.

Grogolan Pasar.

Disebelah selatan perempatan grogolan, di sebelah barat

Jl HOS Cokroaminoto sampai dengan tahun 1995 ada pasar

Grogolan yang ramai pengunjung. Walaupun kecil, pasar ini

Page 130: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Mengungkap Asal - Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan 114

cukup lengkap. Kini pasar tersebut telah dipindahkan ke selatan

dan sekarang hanya menjadi lorong kecil dengan beberapa ruko.

Disebelah selatan pasar grogolan ini ada Gang 5 Landungsari

yang kampungnya disebut dengan Pasar Grogolan.

Rao

Pada tahun 1965 dengan dipelopori oleh lurah Abdul

Rahman yang menjabat lebih dari 20 tahun, gang 6 Landungsari

menjadi markas dari sebuah kelompok sepak bola dengan nama

Rukun Agawe Oetomo yang disingkat dengan RAO. Pemain-

pemain intinya tinggal di gang ini sehingga akhirnya disebut

dengan kampung Rao.

Penderesan

Tidak banyak yang memahami mengapa gang 7

Landungsari ini diberi nama Kampung Penderesan (diucapkan pe

seperti mengucapkan kata seperti, deres diucapkan seperti waktu

mengucapkan e pada huruf N). Informasi yang ada adalah sampai

dengan akhir tahun 1970 an di wilayah ini banyak pohon kelapa,

dan tanah yang lapang yang digunakan untuk menjemur kain.

Dalam bahasa Jawa, Nderes memiliki dua makna yaitu menyadap

legen/nira kelapa atau atau nira dari kolang-kaling dan memberi

warna. Pewarna pada masa lalu disebut dengan teres/deres/sumba.

Dimungkinkan di daerah ini dulu banyak masyarakat

yang biasa menyadap nira jika dikaitkan dengan pohon kelapa.

Tidak menutup kemungkinan pula banyak masyarakat yang mahir

mengolah warna sehingga wilayahnya disebut dengan penderesan.

Pondok

Kata pondok dapat diartikan sebagai sebuah gubug atau

tempat untuk beristirahat. Di masa lalu pondok menjadi tempat

berkumpul untuk berbagai ilmu atau pengetahuan. Lambat laun

pondok menjadi tempat menetap seseorang yang memiliki ilmu

lebih atau dituakan disebut dengan guru atau kyai untuk

mengajarkan ilmu kepada muridnya yang disebut dengan Cantrik

atau santri. Pendidikan melalui pondok ini adalah pendidikan khas

Indonesia terutama untuk memperdalam pengetahuan agama

Page 131: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Mengungkap Asal - Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan 115

Islam yang disebut dengan Pondok Pesantren. Ciri spesifik sebuah

pondok pesantren adalah adanya masjid yang menjadi pusat

kegiatan.

Di gang 9 dan 10 wilayah Landungsari terdapat beberapa

Pondok Pesantren tradisional dan yang cukup besar yaitu Pondok

Pesantren Ribatul Muta’alimin. Masyarakat yang tinggal di

sekeliling masjid tempat tersebut akhirnya menyebut wilayahnya

dengan Kampung Pondok.

Pandean

Berada di gang 12 pada awal tahun 1900 an ada seorang

pande besi yan terkenal. Banyak masyarakat yang membeli

peralatan berupa pisau, sabit, cangkul dan golok disini.

Keberadaannya akhirnya diabadikan menjadi nama kampung

bernama Pandean.

Brajang Ayam

Kampung yang terletak di gang 19 tengah dan 20 A timur

ini pada masa lalu terkenal karena masyarakatnya suka

memelihara ayam dan menyabung ayam istilah Mbrajang berarti

mengadu atau menyabung.

Gubugan

Pada pertengahan tahun 1900-an gang 15 ini masih

merupakan kebun dan ilalang dengan wilayah yang luas.

Penduduknya sebagian besar adalah pendatang. Mereka

membangun gubuk untuk tempat tinggal. Gubuk yang dibangun

cukup banyak sehingga akhirnya disebut dengan gubugan.

Gang Canting

Batik yang menjadi mata pencaharian sebagian besar

penduduk Pekalongan tentu membutuhkan berbagai peralatan.

Peralatan utama pembuatan batik adalah canting. Di masa lalu

gang 18 ini ditinggali oleh para ahli membuat canting baik

konvensional maupun canting cap.

Page 132: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Mengungkap Asal - Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan 116

Punden

Kampung yang kini menjadi gang 20 ini asal usul

namanya belum diketahui. Dulu masyarakatnya dikenal kurang

agamis namun kini masyarakat yang tinggal di wilayah ini dikenal

sangat agamis.

(Kontributor : Naela Khikmiah, Slamet Riyadi, Sumali Sudarja,

Ust. Isnaini)

Page 133: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Mengungkap Asal - Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan 117

Noyontaan Babat Alas Sang Prajurit Mataram Hingga Akhir Hayat

Page 134: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Mengungkap Asal - Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan 118

Gambar Peta Noyontaan

Page 135: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Mengungkap Asal - Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan 119

Menurut letak geografisnya, daerah pedesaan pekalongan

pada masa pemerintahan jawa kuno, desa di pekalongan kuno

sudah mulai berkembang sejak masa neolithik hingga masa hindu

klasik, kurang lebih pada abad VII masehi. Dalam pemerintahan

Jawa, eranya di bagi menjadi dua yaitu pemerintahan Jawa kuno

(Pekalongan kuno) pada masa hindu budha sedangkan

pemerintahan Jawa baru (Pekalongan baru) yaitu pada masa

islam.

Pekalongan bukan mrupakan kota baru, Pekalongan

adalah kota tua. Dapat dikatakan Pekalongan termasuk kota tertua

di Jawa karena sudah ada sejak pemerintahan Jawa kuno. Di Jawa

ada tiga kota tua; Jeporo, Pekalongan dahulu lebih dikenal Plelen

atau Alasroban dan Lasem. Plelen itu mulai dari pantai utara

Pekalongan sampai Weleri disebut Alasroban. Alasroban itu

bukan berarti hanya Waleri Banyu Putih dari Subah sampai pantai

utara itu disebut Alasroban. Dijaman sebelum wali 9, Pekalongan

sudah ada. Bukti-bukti untuk menunjukkan bahwa Pekalongan itu

kota tua bisa dilihat dari bukti-bukti peninggalan sejarah terutama

makam-makam tua yang ada di Pekalongan, Batang dan

sekitarnya.

Diceritakan bahwa di Pekalongan ini masih terpengaruh

sebagian budaya Jawa Barat dan sebagian budaya Jawa Timur.

Karena perbatasan Mangkang itu wilayah Majapahit terus kebarat

ikut Pajajaran kuno. Pekalongan sendiri terpengaruh bahasa-

bahasa sunda seperti ada nama tempat, Cikoneng Cibeo di daerah

sragi.

Sebelum wali 9 yang masyhur itu, seperti Sunan Ampel,

Sunan Giri Sunan, Kali Jogo dll, itu sudah ada wali 7 seperti

lembaga wali 9 jamannya Sunan Ampel itu. Lembaga wali 7 itu

seperti Wali Abdal, Wali Abdal itu ada 7. Wafat satu akan ada

yang menggantikannya, wafat satu ganti, wafat satu ganti dan

seterusnya. Jumlahnya tidak lepas dari 7. Nah wali 9 pun

demikian. Pada waktu di pimpin oleh seorang Bupati yang

namanya Adipati Tanja Ningrat beliau meninggal pada tahun

1127 H, yang mana dimakamkan di Sapuro juga sejaman dengan

Kiyai Gede Noyontoko. Pada waktu itu ada seorang kiyai yang

menyebarkan dakwahnya di sebuah desa tertentu, beliau adalah

seorang kiyai yang sangat terkenal dan berilmu tinggi pada waktu

pemerintahan Bupati Adipati Tanja Ningrat. Desa temapat ki

Kede Noyontoko berdakwah ini akhirnya dikenal dengan Desa

Page 136: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Mengungkap Asal - Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan 120

Noyontaan sebagai penanda wilayah kekuasaan maupun sebagai

penghargaan jasa beliau yang membuka hutan atau “babad

Alas”(istilah orang Jawa).

Kiyai Gede Noyontoko meninggal pada tahun 1660 M.2

Akan tetapi, hingga saat ini belum diketahui secara pasti di mana

makam Kiyai Gede Noyontoko. Menurut keterangan Sekretaris

Kelurahan Noyontaansari, terdapat dua versi makam Kiyai Gede

Noyontoko. Versi pertama, menurut Bapak Zili, makam Kiyai

Gede Noyontoko berada di Jl. Dr. Wahidin yang saat ini

digunakan sebagai “Toko Diana”. Versi kedua, menurut Syaikh

Al Habib Muhammad Lutfi bin Ali bin Hasyim bin Yahya (Habib

Lutfi) dan Bapak Moelyoredjo makam Kiyai Gede Noyontoko

berada di Noyontaan Gang VII. Tepatnya berada di Eks-kediaman

Bapak Soetekwo yang sudah dibeli oleh Habib Lutfi.3

Terlepas dari benar dan salah mengenai sejarah maupun

letak makam Kiyai Gede Noyontoko, pada akhirnya Desa

Noyontaan telah berkembang dengan baik. Sampai Desember

2013 tercatat 7.994 orang bermukim di Desa Noyontaan, yang

tersebar dalam 7 Rukun Warga.4 Penduduk Desa Noyontaan

cukup beragam. Berbagai etnis seperti Jawa, Arab dan Cina hidup

berdampingan tanpa ada batasan yang menghalangi kehidupan

sosial mereka.

Serta Noyontaan sendiri menurut artinya adalah tanah

yang tinggi (gumuk). Seperti yang di ungkapkan bapak Zyli yang

telah menjadi ketua RT sejak tahun 1982 dan ketua RW sejak

tahun 1996 sampai sekarang, beliau mengungkapkan bahwa

“makam yang ada di belakang mushola gang 16 Noyontaan

adalah makam Ki Gede Noyontoko” karena makam itu sudah ada

sejak buyut beliau, yang menjadi lurah pertama kali di desa

Noyontaan. Yang jadi pertanyaan adalah “Siapakah ki Gede

Noyontoko itu ?”, beliau adalah seorang salah satu komandan dari

prajurit dari kerajaan Mataram yang di tugaskan untuk melawan

2http://gus-umam.blogspot.com/2010/07/profil-singkat-habib-

abu-bakar-bin.html, diakses pada 27 Maret 2015. 3Wawancara dengan Sekretaris Kelurahan Noyontaansari Arif

Sudiarto, pada 27 Maret 2015. 4http://pekalongankota.or.id/kelnoyontaan/template/page/1268/pr

ofil-kecamatan, diakses pada 27 Maret 2015

Page 137: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Mengungkap Asal - Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan 121

belanda di Batavia yang invansinya di pimpin oleh senopati

kerajaan Mataram yang bernama Bahurekso.

Karena kelicikan tentara Belanda, yang bukannya

melawan pasukan perang kerajaan Mataram mereka malah

menghancurkan dan membakar habis persediaan makanan

pasukan kerajaan Mataram dan oleh sebab itu semua pasukan dari

kerajaan Mataram menjadi “kocar – kacir” dan akhirnya kerajaan

mataram menyuruh pasukannya untuk mundur, sedangkan Ki

Gede Noyontoko sendiri berhenti di sebuah hutan dan kemudian

mendirikan gubug di situ, yang sekarang ini menjadi desa

Noyontaan.

Gambar Kelurahan Noyontaan

Dalam sumber versi lain ada yang mengatakan bahwa

desa Noyontaan bukan berasal dari nama kiyai yang waktu itu

menyebarkan dakwahnya yaitu Ki Gede Noyontoko. Melainkan di

ambil dari peperangan antara Senopati Baurekso, yang di pihak

pasukan kerajaan mataram melawan para perompak yang di

pimpin oleh Raja Tunjung Maya, saat itu pada tahun 1613 – 1645

peperangan tersebut di menangkan oleh pasukan kerajaan

Mataram kemudian tempat peperangan tersebut di namakan

Noyontaan yang artinya “Ulat mati”. Selanjutnya dengan

perkembangan zaman maka jadilah sebuah Desa Noyontaan yang

terdiri dari beberapa kampung seperti dukuh Sipelem karena di

wilayah ini banyak ditumbuhi pohon pelem/mangga, Cokrah

karena lokasinya yang terpencil di pinggir sawah.

Page 138: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Mengungkap Asal - Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan 122

Mipitan, kampung ini memiliki beberapa cerita menarik

salah satunya adalah diambil dari terdesaknya Ki Noyontoko dan

Ki Surantoko yang terdesak (kepepet/terjepit) dalam tugasnya

menjaga lumbung pangan waktu penyerangan kedua Mataram ke

Batavia, mereka lari ke daerah Pekalongan dan memberikan

tetenger (tanda) dengan nama Mipitan yang berarti terdesak. Ada

pula kampung Cerme yang berlokasi di sekitar Terminal lama

atau yang kini telah menjadi mall Ramayana. Dikisahkan bahwa

kampung ini dulu banyak tumbuh pohon cerme.

Di sekitar Puskesmas Noyontaan kearah utara sampai

mendekati rel kereta api dulu dinamai dengan Kampung Bon

Sayur (Kebun Sayur). Di lokasi tersebut terdapat tanah kosong

yang ditanami dengan sayur-sayuran. Ada pula beberapa nama

kampung yang tidak diketahui mengapa diberikan nama

sedemikian rupa. Beberapa kampung tersebut seperti Pambaan,

Regiman, Karang Guga dan Kemrisen. Pada akhirnya menjadi

Desa Noyontaan dipimpin oleh Lurah pertama ialah Bapak Usman

sedang Sekretaris desa dipegang oleh Bapak Noyojoyo.

Sebagaimana masih sama dengan adat istiadat masyarakat

Jawa, adapun adat istiadat yang telah di tinggalkan masyarakat

setempat seperti Sedekah Bumi. Kegitan Sedekah Bumi adalah

kegiatan semacam upacara atau ritual yang di adopsi pada masa

kejayaan hindhu budha yang bertujuan sebagai rasa syukur

terhadap apa yang telah di berikan oleh sang pencipta. Seperti

yang di ungkapkan oleh warga setempat yang asli pribumi

Noyontaan “bahwa jaman dulu setiap berapa tahun sekali ada

upacara sedekah bumi”, entah sekarang kegiatan semacam itu

telah tiada. Banyak di desa Nonyotaan yang berbeda suku dan

agama, akan tetapi itu bukan menjadi permasalahan akan tetapi

sebagai kelebihan. Masyarakat Noyontaan hidup dengan sejahtera

dan tenggang rasa yang tinggi mulai dari gotong royong, dan

saling membantu satu sama lain tidak membedakan mana itu

Cina, Jawa, Arab, Islam, Kristen dan lain – lain.

(Kontributor : Dain Santoso, Setyaningsih)

Page 139: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Mengungkap Asal - Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan 123

Kebulen Dari Kebul – Kebul Pinggir Kalen ?

Page 140: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Mengungkap Asal - Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan 124

Gambar Peta Kebulen

Page 141: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Mengungkap Asal - Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan 125

Menyebut nama Kelurahan Kebulen mungkin sudah tidak

asing lagi ditelinga masyarakat Pekalongan dan sekitarnya.

Karena memang Kelurahan Kebulen merupakan salah satu

kelurahan yang ada di Kecamatan Pekalongan Barat. Berdasarkan

data dari Kelurahan Kebulen, wilayah ini memiliki luas 33,50

kilometer persegi. Dimana sebelah Timur berbatasan dengan

Landungsari, sisi utara berbatasan dengan Sapuro, dan sebelah

Selatan berbatasan dengan Kelurahan Jenggot. Sementara sebelah

Barat berbatasan dengan Kelurahan Medono.

Biasanya dalam penamaan sebuah kelurahan, diambil dari

para tokoh setempat atau aktivitas yang menjadi ciri khas dari

wilayah itu sendiri, termasuk juga penamaan untuk Kelurahan

Kebulen ini.

Gambar 2. Kantor Kelurahan Kebulen

Menurut cerita dari orang orang yang tinggal dikelurahan

tersebut, bahwa dulu banyak warga setempat yang bermata

pencaharian sebagai pembuat batu bata. Dimana dalam pembuatan

batu bata ini ada proses pembakaran, yang menyebabkan asap

mengepul kemana kemana. Dan lokasi pembuatan batu bata itu

berdekatan dengan sungai yang ada di wilayah itu.

“Yang saya tahu dari orang tua dulu itu, karena disini

tempatnya orang bikin boto (batu bata) dipinggir kali, kebul kebul

ning jejer kalen (banyak asap didekat sungai), sehingga

dinamakan KEBULEN ”, kata warga dan sekaligus kyai di

Kelurahan Kebulen yang bernama Zamruddin.

Sementara itu,warga asli Kebulen mbah Maghfud atau

masyarakat sekitar memanggilnya Maghpul juga membenarkan,

Page 142: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Mengungkap Asal - Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan 126

bahwa dulu mata pencaharian warga Kebulen adalah membuat

batu bata. Bahkan kesohoran batu bata asal Kebulen cukup

terkenal. Pembelinya juga datang sendiri untuk mengambilnya.

‘‘Lha kae pabrik es, kota kabeh, omah cino cino kae

njuguke boto dek kene kabeh, Kebulen kabeh sing nggawe awit

simbahe aku’’(Artinya pabrik pabrik yang ada di Kota Pekalongan

rumah rumah orang Cina di Kota semua membelinya dari

Kebulen, karena memang dulu pembuatan batu bata sudah ada

sejak kakek saya)

Mbah Maghfud atau Maghpul yang kini usianya sudah 73

tahun itu juga menjelaskan, bahwa dirinya dulu juga mempunyai

lahan untuk membuat batu bata sendiri. Namun tempat pembuatan

batu bata atau linggan yang dimilikinya kini digunakan untuk

berkebun namun linggannya saat ini juga masih ada, yaitu di

dekat tempat tinggalnya.

Sampai dengan saat ini lokasi pembuatan batu bata atau

masyarakat sekitar menyebutnya ‘linggan’ masih bisa dijumpai di

kelurahan tersebut, tepatnya berada di Kebulen Gang 12 dekat

Pondok Pesantren Al Iman.

Kini meskipun sudah tidak banyak aktifitas pembuatan

batu bata, karena masyarakatnya sudah beralih profesi di

meubeler dan pembuatan kain dengan alat tenun bukan mesin

(ATBM), tetapi setidaknya lokasi ini menguatkan asal usul

penamaan Kelurahan Kebulen.

Page 143: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Mengungkap Asal - Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan 127

Masih berkaitan dengan cerita diatas, ada cerita yang

menyebutkan bahwa pada intinya di wilayah ini dulu tertutup

dengan kebul (asap) sehingga disebut dengan kekebulan yang

akhirnya dipersingkat dengan kata kebulan. Nah dari kata kebulan

inilah dialek masyarakat Pekalongan sering mengucapkan huruf a

dengan sedikit mendekati huruf e akhirnya berubah menjadi

Kebulen.

Selain dengan kedua cerita diatas ada nara sumber yang

menyebutkan bahwa Kebulen sebenarnya adalah untuk

mengenang kepala desa pertama yang berasal dari wilayah

kampung Kebulen yang kini menjadi wilayah Kertoharjo.

Diceritakan bahwa tidak ada warga yang mampu atau cakap untuk

menjadi kepala desa kecuali jika orang tersebut adalah warga dari

Desa Kebulen Watujoyo. Akhirnya diangkatlah seorang

pemberani dari Kebulen Watujoyo untuk menjadi lurah pertama

desa Kebulen.

Kebulen memiliki cerita lain yang cukup menarik untuk

diungkap yakni cerita tentang kampung Sogaten. Kampung ini

terletak di sebelah utara Jalan Jendral Sudirman berhadapan

dengan kantor Kelurahan. Nama Sogaten berasal dari Kyai Sogati,

seorang tokoh yang diperkirakan adalah pengikut dari Pangeran

Diponegoro. Beliau terpaksa lari hingga Pekalongan untuk

menghindari kejaran dari tentara Belanda. Di Pekalongan beliau

tetap berjuang namun tidak seperti ketika bersama Diponegoro

hingga akhirnya oleh pihak Belanda tidak dianggap

membahayakan sampai akhirnya meninggal dan di kuburkan di

Page 144: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Mengungkap Asal - Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan 128

Kebulen. Wilayah sekitar tempat tinggalnya disebut dengan

Sogaten.

Namun kini mana kelurahan Kebulen sudah tidak ada

lagi, karena awal tahun 2015 ada kebijakan Pemerintah Kota

Pekalongan melakukan penggabungan kelurahan. Yang mana

Kebulen digabung dengan Sapuro , sehingga kini namanya

menjadi kelurahan Sapuro Kebulen.

Berdasarkan data dari Kelurahan setempat, jumlah warga Kebulen

yang tercatat ada 5.840 jiwa. Dan kini, sejak digabung dengan

Kelurahan Sapuro, data hingga April 2015, jumlahnya bertambah

menjadi 11.836 jiwa.

( Kontributor : Laela)

Page 145: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Mengungkap Asal - Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan 129

Podosugih Suri Tauladan Dari Orang Kaya Sejati

Page 146: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Mengungkap Asal - Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan 130

Gambar Peta Podosugih

Page 147: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Mengungkap Asal - Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan 131

Gambar Kelurahan Podosugih

Diceritakan secara turun temurun dan kakek buyut ke

anak cucu bahwa sebelum menjadi Desa Podosugih dulunya

adalah Desa Sengon. Mengingat desa ini akhirnya menjadi dukuh

dari Desa Podosugih menjadi Dukuh Sengon. Disebut Dukuh

Sengon karena pada waktu itu terdapat dua pohon sengon kecil

yang dulu terletak di Makam Sikembang dan sengon yang besar di

sebelah kiri Gang Haji Palal. Di sekitar Dukuh Sengon juga

terdapat beberapa dukuh, di antaranya Dukuh Ponolawen, dan

Kebon Terong. Warga yang hidup di luar Dukuh Sengon dalam

kehidupan sehari-harinya biasa-biasa saja, bahkan banyak yang

miskin serba kekurangan. Namun begitu mereka hidup senang

karena berdampingan dengan warga Dukuh Sengon.

Kebetulan di Dukuh Sengon terdapat dua orang kaya yang

sangat dermawan yaitu Bapak Haji Palal, Bapak Haji Syukur, dan

beberapa orang kaya lain. Mereka adalah orang kaya yang sudah

menunaikan ibadah baji. Di sekitar Dukuh Sengon juga ada

beberapa orang kaya, seperti Haji Asikin, Haji Bawon, Haji

Chamin, Haji Nuh dan Hajjah Sum. Adapun profesinya

Page 148: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Mengungkap Asal - Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan 132

kebanyakan juragan batik. Selain bidang batik, mereka juga

mempunyai lahan pertanian yang ketika panen sawah (sabin/pari)

atau padi mampu memberikan Pajak Hasil Bumi yang cukup

besar ke Pemerintah Daerah pada waktu itu.

Kebanyakan juragan batik di Dukuh Sengon ini terkenal

baik hati, suka menolong, dan tidak sombong. Hal ini dapat dilihat

dari hubungan antara juragan dengan pengopeng/buruh sangat

harmonis. Keharmonisan ini dapat dilihat dari tidak ada gap/jarak

di antara mereka. Tidak ada masalah upah kurang bagi para buruh.

Para buruh merasa hidup cukup dalam kesehariannya. Terlebih

bila mendekati hari raya, pasti ada persenan atau tunjangan

tambahan penghasilan dalam menyambut hari raya yang diberikan

sehingga dapat mencukupi kebutuhan keluarganya.

Kekayaan dan kedermawanan Haji Palal dan Haji Syukur

ditambah haji-haji lainnya terkenal jauh sampai ke luar Dukuh

Sengon. Selain dermawan juga gampangan (mudah) dalam

memberikan bantuan pada orang lain yang rnembutuhkan.

Sehingga banyak orang terutama dari dukuh tetangga sering

meminta bantuan kepada mereka. Bentuk bantuan yang sering

dilakukan kepada masyarakat adalah bantuan meminjamkan

gerobak sapi/kerbau yang dimiliki kedua haji ini dan haji lainnya.

Bantuan gerobak inidi masa lalu memang sangat

dibutuhkan warga sekitar karena merupakan alat transportasi yang

sering dipakai dan tidak semua orang mampu memilikinya. Pada

waktu itu, gerobak diperlukan sebagai sarana transportasi untuk

membawa kayu dan bambu, barang dagangan, basil panen, punya

gawe atau hajatan, bahkan pindahan rumah. Selain gerobak

sapi/kerbau, juga memberikan bantuan meminjamkan dokar bagi

warga yang sedang membutuhkan.

Kedekatan antara juragan dengan buruhnya ternyata

bukan hanya bidang ekonomi saja. Namun mereka juga kompak

dalam mendukung Kemerdekaan Republik Indonesia. Ketika

Presiden Republik Indonesia pertama Ir. Soekarno

memproklamirkan Kemerdekaan Indonesia, orang-orang Dukuh

Sengon sepakat membuat Bendera Sang Saka Merah Putih

sebagai Lambang Kemerdekaan Republik Indonesia. Dengan

dipelopori juragan batik bernama Haji Palal dan Haji Sultan

Makruf / SM, mereka membuat Bendera Merah Putih yang

pertama di Pekalongan. Salah satu bukti peran serta juragan batik

di sini terdapat pada Bendera Merah Putih yang proses

Page 149: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Mengungkap Asal - Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan 133

pembuatannya sama sekali tanpa jahitan. Karena proses

pembuatannya dengan mencelup sebagian bahan kain putih

dengan warna merah. Ukuran Bendera Merah Putih tersebut

adalahpanjang 2,4 cm dan lebar 1,2 cm.

Bendera Merah Putih ini diarak ke pusat keramaian

(sekarang Monumen Perjuangan - Masjid Syuhada). Ternyata

penjajah Belanda pun tak tinggal diam memburu orang-orang

yang membawa Bendera

Merah Putib ini. Bendera

ini beberapa kali pindah

tangan dan pindah tempat

agar tidak tertangkap

penjajah Belanda karena

kalau sampai tertangkap,

penjajah Belanda tidak

segan-segan menembak

orang-orang yang

membawanya.

Padamasa Presiden RI pertama Ir. Soekarno, Dukuh

Sengon masih dipimpin Lurab Pak Gimin sekitar tahun 1945.

Dilanjutkan sekitar tahun 1950 dijabat Lurah Pak Rambat.

Kemudian pada masa kepemimpinan Lurah Pak Rambat, Dukuh

Sengon mendapat bantuan dari Pemenintah Daerah. Bantuan itu

berupa danauntuk kebutuhan masyarakat yang kurang mampu.

Pada waktu itu dukuh-dukuh di Pekalongan semua mendapat

bantuan dana karena hampir semua dukuh mengalami kekurangan

akibat stabilitas negara yang terganggu sehingga berdampak pada

masalah ekonomi yang diderita rakyat Indonesia.

Ketika Pemerintah Daerah akan memberikan bantuan

dana ke Dukuh Sengon. Para juragan batik mengajak Pemerintah

Daerah dan warga untuk berkumpul bermusyawarah

membicarakan dana itu. Akhirnya para juragan dan warga sepakat

untuk menolak bantuan dana itu dengan cara halus. Mereka

mengatakan kepada wakil Pemerintah Daerah bahwa sebenarnya

mereka tidak menolak aliran dana ini. Namun karena banyak

orang di luar Dukuh Sengon yang masih sangat membutuhkan

dana itu maka lebih balk diberikan kepada yang lebih berhak

menerima. Mendengar penuturan dari orang Dukuh Sengon yang

menolak halus bantuan dana itu, Pemerintah Daerah dan orang-

orang di luar Dukuh Sengon pun berdecak kagum. Urusan

Bendera Merah Putih

tanpa Jahitan

Page 150: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Mengungkap Asal - Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan 134

Pemerintah Daerah mengatakan, “Berarti orang-orang sini ajib,

wonge podo sugih-sugih, sugih donya Ian sugih ati, jadi tidak

memerlukan bantuan Pemerintah, bahkan menyarankan untuk

memberikan bantuan danaini ke dukuh-dukuh lain yang lebih

membutuhkan”. Orang-orang Dukuh Sengon pun hanya

tersenyum saja sambil mengamini.

Setelah acara kumpul musyawarah warga dengan

Pemerintah Daerah, entah awalnya dan siapa yang memulai, ada

yang mengusulkan agar Dukuh Sengondiganti saja menjadi Desa

Podosugih. Karena arti Podosugih lebih bermakna daripada

Sengon. Secara etimologi Podo berasal dari bahasa Jawa berarti

sama atau ketika menjelaskan kata ikutannya berarti semua. Sugih

berarti kaya sehingga Podosudih dapat diartikan sebagai

semuanya kaya atau tempat orang-orang kaya. Kalau Podosugih

berarti orang-orangnya kaya tapi kalau Sengon artinya hanya

sekedar pohon sengon. Lama-lama usulan ini meluas dan

diketahui semua warga Dukuh Sengondan sekitarnya.

Dulu sebelum menjadi Podosugih, Ponolawen adalah

sebuah desa yang wilayahnya ada di sekitar perempatan

Ponolawen Jalan Wilis. Demikian pula dengan Kebon Terong

yang berada di sekitar MasjidMusholin. Hingga pada akhirnya

masyarakat Dukuh Ponolawen dan Dukuh Kebon Terong

dengansenang hati setuju bergabung dengan desa yang banyak

juragan batiknya yakni DesaPodosugih sampai sekarang ini.

Dulu masyarakat Dukuh Ponolawen dan Dukuh Kebon

Terong butuh bantuan apapun selalu diberi bantuan dengan

senang hati oleh para juragan terutama Bapak Haji Palal dan

Bapak Haji Syukur dari Dukuh Sengon. Ketika Desa Sengon

Page 151: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Mengungkap Asal - Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan 135

mengganti nama menjadi Podosugih maka merupakan kesempatan

yang baik untuk bergabung menjadi satu. Mereka berharap

dengan bergabung dan menganti namadesanya menjadi Desa

Podosugih akan ikut menjadi sugih/kaya. Satu keinginan luhur

adalah jika nanti sudahsugih/kaya masih tetap ringan tangan

seperti yang telah dilakukan parajuragan batik dari Desa

Podosugih an warganya.

Mereka meneladani Bapak Haji Palal, Bapak Haji Syukur

dan haji-haji lain yang Podo-podo/sama-sama Sugih/kaya.

Walaupun berlimpah harta mereka tidak lupa diri hingga menjadi

sombong dan pelit tetapi justru baik hati dan suka menolong orang

lain yang membutuhkan bantuan. Kebaikan-kebaikan ini bahkan

ditiru warganya dengan menolak bantuan dana dari Pemerintah

Daerah. Warga Dukuh Ponolawen dan Dukuh Kebon Terong

merasa segan terutama dengan kebaikan para haji ini dan

warganya.

Pada periode sekitar tahun 1960-1975 Podo sugih

dipimpin oleh Kepala Desa yang bernama Bapak Tasjid Rono.

Pada tahun 1975-1980 dilanjutkan Kepala Desa Abdul Salam

hingga terjadi pergantian Desa Otonom Podosugih menjadi

Kelurahan Administrasi yakni Kelurahan Podosugih.

Adapun peninggalan sejarah Desa Podosugih dari sang

tokoh Bapak Haji Palal antara lain:

1. Adanya makam Sikembang dulunya diawali

penanamantanah wakaf oleh Bapak Haji PaIal yang

kemudian diikuti oleh orang-orang di sekitar area

pemakaman hingga akhirnya Makam Sikembang menjadi

seperti sekarang ini. Perlu diketahui, Bapak Haji Palal

meninggal tahun 1949 dan dikebumikan di tengah-tengah

Makam Sikembang.

Di area Makam Sikembang dulunya disebut dengan

Sengon Cilik (terletak di Pedukuhan Sengon) karena

karena di area tersebut memang terdapat Sengon cilik

yang tumbuh di situ. Sedangkan dinamakan Makam

Sikembang karena di area makam terdapat pohon kenanga

yang sangat besar dikelilingi banyak pohon kamboja.

Sering pohon-pohon ini bunganya berkembang bersamaan

makanya dinamakan makam Sikembang (bunga yang

berkembang).

Page 152: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Mengungkap Asal - Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan 136

2. Adanya gang/jalan yang diberi nama Gang/Jalan Haji

Palal yang terletak di dekat Jalan Urip Sumoharjo.

Sebutan gang/Jalan Haji Palal dimulai tahun 1970 sebagai

balasan warga Desa Podosugih untuk mengenang jasa-

jasa kebaikan Bapak Haji Palal.

Sedangkan hal-hal lain yang menarik dan Desa Podosugih

antara lain:

1. Konon katanya sebelurn ada Balai Kelurahan Podosugih,

Pasar, Lapangan, dan bangunan lain temyata sudah ada

Jalan Kurinci. Tapi masyarakat sekitar sangat takut

melewati jalan tersebut walaupun masih Asyar karena

terkenal angker. Namun sekarang karena Islam sudah

berkembang pesat dan banyak orang yang berdomisili di

sekitarnya, nuansa angkernya berkurang bahkan tidak

terasa.

Page 153: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Mengungkap Asal - Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan 137

2. Dari dulu sampai sekarang masyarakat Kelurahan

Podosugih terkenal hidup guyub, rukun, dan damai.

Jarang terjadi masalah yang terjadi pada masyarakat

Kelurahan Podosugih. Konon katanya hal ini terkait

adanya Petilasan Makom Mbah Kumpul (pria). Adapun

letak Petilasan Makom Mbah Kumpul berada di sebelah

selatan Jalan Wilis tepatnya dekat WC umum. Namanya

juga Mbah Kumpul, kata orang dulu beliau mempunyai

kemampuan untuk mengumpulkan orang-orang agar tidak

terjadi permusuhan/permasalahan di sekitamya. Ada yang

berpendapat Petilasan Makom Mbah Kumpul membawa

aura positif. Konon dulu pernah ada orang mau kencing di

sekitar petilasan, orangnya dilempar di luar petilasan oleh

sosok yang tak kasat mata. Pernah juga ada orang yang

mau minta togel/nomor buntut, orangnyajuga dilempar ke

luar petilasan. Waaliahu’alain.Keterangan ini berasal

cerita turun temurun bersumber dari almarhum Mbah

Marsyad yang dulunya diperoleh ketika selesai shulat

istiharoh (Mbah Marsyad adalah Bapak dari Slamet

Hanianto sesepuh Desa Podosugih)

Dari kisah Sejarah Desa Podosugih terkandung nilai-nilai

kehidupan yang patut kita teladani berupa nilai agama/religi,

budaya/kebiasaan, sosial/kemanusian, perjuangan, dan kerukunan

serta kebersamaan. Sehingga dapat kita petik hikmah dari sejarah

Kelurahan Podosugih bahwa kepentingan umum lebih utama

daripada kepentingan pribadi atau golongan. Hidup bermasyarakat

jangan mengantungkan pada bantuan pemerintah, tapi

bekerjasama dan tolong menolong akan memberikan jalan yang

lebih baik. Seperti menolak bantuan dana yang dirasa bukan pada

tempatnya tapi berikanlah kepada yang lebih berhak. Menjadi

orang hendaknya mempunyai solidaritas yang tinggi terhadap

sesama.

Dari tokoh Pak haji Palal kita belajar keteladanan bahwa

tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah. Sebagaimana

diajarkan bahwa sebaik-baiknya manusia adalab orang yang

berguna bagi orang lain. Kita tidak boleh menyombongkan

kekayaan yang kita miliki. Kekayaan akan memberi manfaat

ketika kita menggunkannya untuk membantu orang lain yang

membutuhkan. Apapun yang kita miliki termasuk kekayaan hanya

Page 154: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Mengungkap Asal - Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan 138

sekedar titipan Allah yang sewaktu-waktu akan dimintai tanggung

jawab, darimana asalnya dan digunakan untuk apa saja.

Dari warga Desa Podosugih, kita mendapat pelajaran tengang

bagaimana hidup rukun, damai, sejahtera dengan tetangga atau

orang lain dengan saling hormat-menghormati dan

tolongmenolong. Walaupun orang biasa tapi ikhlas mengalah

dengan memberikan hak kita kepada yang lebih membutuhkan

karena berpedoman bahwa memberi lebih baik daripada

menerima. Akhirnya, semua mengajarkan kepada kita untuk

menjadi orang yang Podosugih yaitu kaya semuanya, kaya harta

dan kaya hati yang dipenuhi dengan kepedulian terhadap

masyarakat dan lingkungannya. Semoga kita menjadi orang yang

kaya harta dan kaya hail agar mendapatkan kehidupan yang lebih

baik di dunia dan akhirat. Amiiin.

(Kontributor : Muh. Agus Arifuddin, S. Pd)

Page 155: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Mengungkap Asal - Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan 139

Pringlangu Buaya Dan Rumpun Bambu

Page 156: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Mengungkap Asal - Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan 140

Gambar Peta Pringlangu

Page 157: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Mengungkap Asal - Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan 141

Gambar Kelurahan Pringlangu

Pringlangu adalah salah satu kelurahan yang menjadi

wilayah dari Kota Pekalongan sejak adanya pemekaran tahun

1987. Wilayahnya tidak terlalu luas, di selatan berbatasan dengan

Kelurahan Kradenan dan Kelurahan Buaran. Di sebelah timur dan

utara berbatasan dengan kelurahan Medono, di sebelah barat

berbatasan dengan kelurahan Tegalrejo dan Bumi Rejo. Kini

ketiga kelurahan ini telah menjadi satu dengan nama Pringrejo.

Pringlangu memiliki dua dusun yang cukup besar yaitu

dusun Papringan dan dusun Boyolangu. Wilayah Papringan

wilayahnya meliputi sebelah masjid besar ke selatan sampai

dengan Pringlangu Gang 8 kearah barat sampai dengan Perbatasan

Bumirejo dan ke timur sampai dengan Kradenan. Adapun dusun

Boyolangu berada di sebelah utara masjid dari gang 1 ke arah

barat sampai dengan Bumirejo dan Tegalrejo serta ke arah timur

sampai dengan perbatasan Medono.

Boyolangu berasal dari dua kata boyo yang berarti buaya

dan langu yang berarti anyir atau berbau busuk. Sehingga apabila

dipersatukan dapat diartikan dengan buaya yang berbau langu atau

anyir. Beberapa narasumber yang rata-rata usianya telah sepuh

menceritakan bahwa di masa lalu di sebelah selatan pabrik

Page 158: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Mengungkap Asal - Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan 142

Pringgading (sekarang pabrik Perban), ada tanah cekungan seperti

rawa yang cukup luas. Rawa tersebut ditinggali oleh buaya.

Sebagai hewan pemakan daging, setiap kali memakan mangsanya

seringkali tidak sampai habis. Akibatnya rawa dan sekitarnya

timbul bau langu, seperti busuk bangkai yang tak kunjung hilang.

Dikisahkan bahwa dulu masyarakat sekitar pada awalnya

tidak mengetahui bahwa dalam rawa tersebut ada buayanya. Suatu

saat ada penggembala binatang yang setiap pulang binatangnya

hilang namun tidak ada yang mencuri. Lama kelamaan semakin

jarang orang menggembala di sekitar rawa tersebut. Ada yang

bercerita bahwa karena tidak ada lagi makanan, maka buaya

tersebut pergi ke darat dan memangsa seorang anak yang sedang

bermain sehingga akhirnya diketahui adanya buaya ganas didalam

rawa.

Seiring dengan berjalannya waktu ada beberapa versi

tentang hilangnya buaya tersebut. Ada yang menyebutkan bahwa

buaya yang ada di rawa adalah buaya siluman yang bermaksud

untuk menyerang masjid di dekatnya. Masjid ini mungkin adalah

Masjid Jami Pringlangu tetapi karena ketaatan dan ketulusan para

santri dan kyai dalam beribadah maka buaya tersebut akhirnya

hilang dengan sendirinya karena tidak kuat melawan kekhusyukan

orang beribadah. Versi lain menyebut bahwa setelah memangsa

manusia maka diadakan perburuan untuk membunuh buaya. Ada

pula yang menyebut tidak ada yang tahu mengapa rawa tersebut

mengering dan kemana perginya buaya-buaya yang tinggal di

dalamnya.

Di sebelah selatan dari

rawa berbuaya, ada

perkampungan yang dikelilingi

dengan rumpun bambu yang

lebat. Bahkan di waktu itu

rumpun bambu yang ada

membuat tempat dibawahnya

gelap seperti di dalam ruangan.

Banyaknya rumpun bambu yang

hampir satu kampung luasnya

itulah yang akhirnya menjadi

penanda. Setiap orang

menyebutnya dengan papringan

Page 159: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Mengungkap Asal - Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan 143

atau tempat yang ditumbuhi banyak bambu. Oleh karena itulah

maka desa itu disebut dengan Papringan.

Pada tahun 1920 sampai dengan 1930 pemerintah

kolonial menyederhanakan pemerintahan desa. Antara tahun

tersebut desa Papringan dilebur dengan desa Boyolangu menjadi

Pringlangu yang merupakan distrik Buaran.

Di Desa Pringlangu ada sebuah Masjid Jami yang sangat

dikenal oleh masyarakat Pekalongan. Masjid ini didirikan oleh

K.H. Abdul Majid yang merupakan orang tua dari Bapak K.H.

Syafii. Dulu masjid ini hanya berukuran 11 x 11 meter. Para

keturunannya memberi nama masjid tersebut dengan nama

masjid Asy Syafii katena banyak yang tidak mengenal K.H.

Abdul Majid, akan tetapi lebih mengenal K.H. Syafii walaupun

keduanya adalah pengasuh masjid Tersebut.

Masjid Asy Syafii

Keduanya pula yang memberi nama Pabrik Pringgading

karena letaknya di Pringlangu dan didepannya ditanami bambu

ampil gading atau yang disebut pring gading. Pada waktu itu

pabrik tersebut miliki Koperasi Pembatikan Buaran (KPB) kini

setelah usahanya menurun telah beralih tangan menjadi milik

perorangan.

(Kontributor : )

Page 160: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Mengungkap Asal - Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan 144

Bumirejo Dari Rowoyoso, Kanyaran, dan Bumirejo

Page 161: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Mengungkap Asal - Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan 145

Gambar Peta Bumirejo

Page 162: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Mengungkap Asal - Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan 146

MISTERI DESA BUMIREJO

( dibalik cerita asal-usul nama Kelurahan Bumirejo)

Gambar Kelurahan Bumirejo

Pada pertengahan abad XIX di perbatasan distrik Tirto dan

Buaran terdapat suatu kawasan yang berbentuk genangan air

(rawa) dan ditumbuhi tumbuhan liar yang bernama bulung

(nipah), kawasan ini disebut Rowoyoso. Kawasan ini tidak bisa

diolah sebab tergenang air setinggi pusar orang dewasa dimusim

hujan dan menyusut setinggi lutut dimusim kemarau.

Tersebutlah seorang bernama Klidin yang berasal dari desa

Wonoyoso memilih tanah yang agak tinggi, membersihkan dan

mendirikan tempat tinggal dalam beberapa tahun hal ini diikuti

oleh banyak orang sehingga membentuk suatu perkampungan.

Dikarenakan dalam membuat tempat tinggal ini tidak ada

yang mengatur maka tata letak rumah-rumah ini sembarangan saja

seperti biji yang jatuh dari pohonnya. Keadaan ini menjadikan

perkampungan ini disebut Mijen (berasal dari kata me-wiji-an).

Klidin selaku orang pertama yang datang pertama kali diangkat

sebagai pimpinan disitu dan disebut Ki Klidin. Kawasan ini masih

menjadi wilayah Buaran dan Banyurip Alit.

Disebutkan bahwa pemerintah Hindia Belanda mengadakan

sayembara bagi siapa saja yang bisa mengeringkan Rowoyoso

hingga bisa diolah akan dijadikan asisten-wedono (ndoro Asten).

Sayembara ini diterima oleh Warijah putera Ki Klidin. Dalam

Page 163: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Mengungkap Asal - Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan 147

melaksanakan sayembara ini Ki Warijah membuat saluran air dari

Desa Coprayan, Desa Paweden, Desa Banyuurip-ageng, Desa

Banyuurip-alit, Desa Buaran, Rowoyoso dan Desa Samborejo

sepanjang kurang lebih 5 km dan kemudian bergabung dengan

kali Sambo (Kali meduri).

Setelah pembuatan saluran selesai Ki Warijah menghadap

ke guverment (Karasidenan) untuk menagih janji. Karena Ki

Warijah pendidikannya tidak mencukupi permintaannya ditolak.

Dirinya hanya akan diberi kedudukan sebagai demang yang

membawahi desa-desa yang terkait dengan saluran yang sudah

dibuatnya dan Rowoyoso akan dibentuk desa baru Ki Warijah

sebagai kepala desanya.

Tawaran ini diterima oleh Ki Warijah dan diadakan

pemberkasan untuk diajukan ke tingkat lebih tinggi. Namun

setelah Ki Warijah pulang istrinya bernama Nini Kayi tidak mau

menerima kesepakatan itu Ki Warijah diumpat (dipaido (jawa))

dengan kata-katanya antara lain “wong lanang kecing karo londo

bekok wedi podo-podo anak menungso kok ora wani” (Laki-laki

lawan belanda kok takut, sama-sama manusia kok tidak berani)

Mendengar ucapan itu Ki Warijah panas hatinya dan

kembali menghadap guverment membatalkan kesepakatan dan

menuntut janji semula. Dengan kelicikannya pemerintah hindia

Belanda menguji kesaktian Ki Warijah apabila kuat menjalani

ujian bisa menjadi ndoro Asten.

Ki Warijah siap menjalani ujian apa saja yang diberikan

pemerintah hindia belanda. Pelaksanaannya Ki Warijah

dimasukan kedalam tong bundar seperti drum yang diberi banyak

paku dari luar menembus kedalam. Tong ditutup lalu digulingkan

dari halaman kantor guverment sampai pantai diharapkan supaya

terbunuh. Sesampainya dipantai ternyata Ki Warijah masih hidup.

Lalu tong tersebut dibawa keterangan laut Jawa dan dibuang

disana.

Menurut kata orang Ki Warijah ditemukan oleh nelayan di

pantai sebuah pulau di kepulauan Karimun Jawa selanjutnya

hidup disana dan mendirikan perkampungan yang disebut

kampung Pekalongan.

Sementara itu di Rowoyoso pembentukan desa baru tetap

dilaksanakan. Ketika diminta untuk memberi nama untuk desa

yang akan dibentuk Ki Klidin memberi nama KENYARAN yang

berarti sengsara, berasal dari kesengsaraan yang dialami Ki

Page 164: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Mengungkap Asal - Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan 148

Warijah (putranya). Pengajuan nama ini ditolak dan ubah menjadi

KANYARAN yang bisa diartikan sesuatu yang baru. Selanjutnya

nama Kanyaran yang dipakai.

Desa kanyaran diberi wilayah seluas 52,048 Ha yang

berasal dari perkampungan Mijen dan rawa yang sudah

dikeringkan dan masuk wilayah distrik Tirto. Ki CARMAT (putra

Ki Warijah) diangkat menjadi lurahnya. Warga yang bertempat

tinggal diakui sebagai warga Kanyaran. Tanah darat yang

ditempati disahkan sebagai tanah yasan masing-masing dan setiap

keluarga diberi tanah garapan berupa sawah seluas 2 iring (1 iring

seluas kira-kira 1.600 m2) sebagai tanah yasan (dalam buku

catatan leter C diberi tanda Ys) seluas kurang lebih 6,75 Ha

digunakan untuk bengkok 0,55 ha untuk cadangan (grantungan).

Sisa sawah lainnya dicetak dengan satuan begenan (dalam catatan

leter C diberi tanda PI). Semua tanah sawah disewakan oleh

semacam BUMN milik pemerintah Belanda untuk ditanami tebu.

Ki Klidin meninggal dunia dimakamkan di dekat bekas

perbatasan distrik Tirto dan Buaran lalu makam ini dijadikan

pemakaman umum Kanyaran seluas lebih kurang 2.770 m2.

Makam Ki Klidin dibangun pada tahun 1962 dan diberi nama

makam Kyai Klidin.

Tanah playangan akan diberikan kepada warga dengan

syarat harus ditebus dengan kerja bakti pada pemerintah Hindia

Belanda selama dua tahun. Kerjaan itu diantaranya menggali batu

di Wonopringgo untuk dibawa ke kota guna membangun kantor-

kantor dan fasilitas pemerintah.

Dalam pelaksanaan kerja bakti ini semua warga kanyaran

tidak punya dana untuk biaya hidup hingga terpaksa harus

berhutang. Mereka banyak berhutang pada orang-orang

Banyuurip ageng, Banyuurip alit, Paweden, dan sekitarnya. Saat

kerja bakti selesai mereka tidak bisa mengembalikan hutangnya

lalu sawah yang baru didapat digunakan untuk membayar hutang

tersebut. Maka dalam buku leter C tahun 1939 terdapat nama-

nama orang Banyuurip Alit, Banyuurip Ageng, Paweden dan

sekitarnya sebagai pemilik sawah playangan.

Lurah Ki Carmat meninggal dunia lalu diganti oleh

RATIBAN sebagai lurah sementara. Kemudian diadakan

pemilihan kepala desa yang dimenangkan oleh calon Dorahman

(Putra Ki Carmat) setelah mengalahkan Suryadi.

Page 165: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Mengungkap Asal - Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan 149

Setelah dorahman meninggal diganti oleh Suryadi sebagai

lurah sementara. Pada tahun 1941 diadakan pilihan kepala desa

dengan calon Tasripin (putra Dorahman), Rahmadi, Datram.

Dalam pemilihan ini dimenangkan oleh Tasripin.

Pada waktu Jepang berkuasa (tahun 1941) penanaman tebu

dihentikan. Sawah dikembalikan pada pemilik. Semua peralatan

penanaman tebu diambil oleh Jepang. Warga diwajibkan tanam

padi dan hasilnya sebagian besar harus disetor ke pemerintah

Jepang, sehingga masyarakat kurang pangan dan kelaparan terjadi

di semua desa.

Pada tahun 1945 Jepang kalah perang dan digantikan

pemerintah Republik Indonesia. Pada tahun 1946 belanda datang

kembali. Rakyat Kanyaran menolak pemerintah Belanda Lurah

Tasripin mau ditangkap lalu melarikan diri ke daerah Dieng.

Disana bergabung dengan TRI (tentara rakyat Indonesia) dan

dikemudian hari karena kejadian ini bapak Tasripin termasuk

dalam daftar veteran.

Karena ada kekosongan kepemimpinan pemerintah Belanda

menunjuk seorang bernama Carmun untuk menjadi lurah. Setelah

3 tahun berada di pengungsian Bapak Tasripin kembali ke

Kanyaran dan menjabat kembali menjadi lurah pada tahun 1949.

Beliau mulai membenahi Desa Kanyaran bersama dengan warga

diantaranya adalah mendirikan mushola dihalaman rumah Bapak

Carban dan menunjuk Bapak Carban selaku imam mushola

tersebut dan dipanggil Kyai Carban (dikemudian hari tanah itu

diwakafkan dan Mushola tersebut direnovasi, kemudian diberi

nama Mushola Al Hikmah yang berlokasi di Rt 05 Rw 19).

Melihat kehidupan masyarakat Kanyaran yang serba

kekurangan, maka lurah Tasripin bermaksud meminta kembali

tanah Playangan yang dimiliki oleh orang-orang Banyuurip dan

sekitarnya. Kemudian bersama dengan warga Kanyaran

mengajukan gugatan perdata ke pengadilan Negeri Pekalongan

dengan alasan pembeliannya dahulu tidak sah karena hanya

diambil sebagai pembayaran hutang. Untuk mendukung gugatan,

maka nama Kanyaran diganti menjadi BUMIREJO (bumi artinya

betah/cumbu, rejo artinya sejahtera). Penggantian nama ini terjadi

pada tahun 1955. Namun pihak banyuurip mengadakan

perlawanan yang diwakili oleh Lurah Ratif (Lurah Banyuurp

Alit).

Page 166: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Mengungkap Asal - Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan 150

Setelah melalui berkali-kali sidang, masalah sengketa ini

dimenangkan oleh pihak Bumirejo pada tahun 1956 namun

dengan syarat harus membeli (mengganti kepada pihak

Banyuurip) dan bisa dicicil selama 2 tahun dengan 4 kali cicilan.

Tanah tersebut oleh bapak Tasripin dicetak ulang dengan

satuan iringan dan didaftarkan ke Agraria tegal kemudian terbitlah

buku catatan leter C tahun 1960.

Setelah menyelesaikan dua kali cicilan pihak Banyuurip

berubah pikiran, Lurah Ratif diberhentikan dari ketua kelompok

tersebut dan diganti oleh bapak H. Machali yang kemudian

menolak cicilan berikutnya. Bapak H. Machali mengajukan

gugatan kembali ke Pengadilan Negeri Pekalongan tapi ditolak

dengan jawaban perkara perdata itu sudah diselesaikan pada tahun

1956. Pengajuan ini dilakukan oleh Hj. Machali secara berkala

setiap 4 tahun dan mendapat jawaban yang sama.

Pada tahun 1962 Bapak Rachmadi dan warga sekitarnya

mendirikan mushola di halaman rumahnya. Kemudian beliau

menjadi imamnya dengan panggilan Bapak Kyai Rachmadi.

Selanjutnya tanah itu diwakafkan, mushola tersebut direnovasi

dan diberi nama Mushola Nurul Yaqin. Sehingga di Desa

Bumirejo sudah memiliki 2 bangunan Mushola.

Mengingat di Desa Bumirejo belum ada sarana pendidikan,

maka bapak Tasripin bersama warga bermaksud mendirikan

sekolah dimulai dari mengumpulkan anak didik dan meminta

bantuan tenaga pengajar (guru) dari Dinas Pendidikan dan

Kebudayaan (P&K) hingga kemudian diberi guru Bapak

Muhammad Nuh. Dikarenakan belum ada gedung sekolah, maka

kegiatan belajar mengajar dilaksanakan di pranggok (semacam

rumah yang biasa dipergunakan seperti bengkel atau tempat kerja)

milik Bapak Nitiharjo.

Pembangunan sekolah dilaksanakan pada tahun 1965 diatas

tanah milik Tasripin, Wastri, Raidah dan 2 bidang lainnya yang

dibeli dengan menggunakan uang iuran warga. Pada tahun 1967

sekolah tersebut mulai bisa digunakan, namun hanya miliki 2

ruang kelas. Tahun 1969 tanah dan bangunan tersebut dihibahkan

ke Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (P&K) supaya menjadi

sekolah dasar negeri kemudian diberi nama SDN Bumirejo.

Selanjutnya pengelolaan dan pengembangan dilakukan oleh Dinas

Pendidikan dan Kebudayaan.

Page 167: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Mengungkap Asal - Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan 151

Tahun 1985 Lurah Tasripin meminta tanah grantungan

untuk didirikan masjid. Permintaan tersebut dipenuhi dan setelah

dilakukan tukar menukar dengan warga maka tanah itu dibangun

masjid dengan nama Nurul Huda sebagai pengurusnya diangkat

Bapak H. N. Eddy Yusuf sebagai ketua yayasan Al Warijah.

Dengan adanya perda tentang peremajaan aparatur desa,

maka lurah Tasripin mundur dari jabatannya dan diadakan

pilkades pada tahun 1989. Ada 3 calon yaitu: Bpk. Suripto, Ibu

Urifah, dan Ibu Muktiati dan dimenangkan oleh Bapak Suripto.

Dengan adanya perluasan wilayah kota madya Pekalongan,maka

pada tahun 1990 Desa Bumirejo masuk wilayah kota madya

(Kodya) Pekalongan. Pada tahun 1994 Bapak Suripto

mengundurkan diri dan digantikan Bapak Sri Kuncoro S.p,B.A

selaku pejabat sementara. Diadakan pemilihan lurah lagi pada

tahun 1995 dengan calon Mohammad Danu dan Roghibah yang

dimenangkan Bapak Mohammad Danu.

Bersamaan dengan itu pihak banyuurip yang diwakili oleh

H. Ikhsan menggugat tanah playanan ke pengadilan tinggi di

Semarang. Pada tahun 1996 dikeluarkan putusan tanah tersebut

harus dikembalikan kepada pemilik yang terdaftar pada buku leter

C tahun 1939 dan bapak Tasripin harus mengembalikan hasil

panen dari sawah tersebut selama 40 tahun.

Bapak Tasripin tidak terima dengan keputusan tersebut,

kemudian beliau mengajukan kasasi ke Mahkamah Agung di

Jakarta. Permasalahan tersebut selesai pada tahun 1999 dengan

keputusan tanah tersebut dikembalikan kepada pemilik sesuai

dengan buku leter C namun tidak ada pengembalian hasil panen.

Dengan adanya penghapusan desa menjadi kelurahan maka

bapak Muhammad Danu diberhentikan dari jabatannya sebagai

kepada desa dan diangkat menjadi PLT Lurah Bumirejo pada

tahun 2003 sampai masa kerjanya habis pada tahun 2005.

Kemudian diganti oleh bapak Amaryadi,S.H.

Keputusan Mahkamah Agung eksekusinya dilaksanakan

tahun 2006 terjadilah ketegangan antara para pemilik terdaftar di

buku leter C tahun 1960 dan pemilik terdaftar buku leter C tahun

1939. Setelah terjadi berulangkali peretemuan musyawarah, maka

disepakati tanah tersebut menjadi milik bersama, dijual bersama-

sama hasil penjualannya dibagi masing-masing 50% setelah

dikurangi biaya operasional. Tanah tersebut ditawarkan ke banyak

pengembang, hingga akhirnya dibeli oleh PT.Aji Saka untuk

Page 168: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Mengungkap Asal - Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan 152

dibuat perumahan dan akan diberi nama Perumahan Bumirejo

Damai. Setelah diurug dan dibangun diresmikan dengan nama

BRD Residence.

Salah satu petuah dari orang bijak menyebutkan bahwa

keberhasilan tidak datang dengan sendirinya. Keberhasilan harus

diupayakan dengan segala cara meskipun harus dengan

pengorbanan yang besar. Para pendiri desa Bumirejo telah

mengajarkan betapa kerja keras, kebijaksanaan dan kesabaran

telah membawanya kepada keberhasilan tersebut.

(Kontributor : Kharisma Putri, Suripto, Alimil Ghoib)

Page 169: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Mengungkap Asal - Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan 153

Pasirsari Berubah Citra Dengan Ahlussunah Waljama’ah

Page 170: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Mengungkap Asal - Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan 154

Gambar Peta Pasirsari

Page 171: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Mengungkap Asal - Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan 155

Gambar Kelurahan Pasirsari

Sebuah desa pasti memiliki kenangan tersendiri dihati

penduduknya, entah itu kenangan terindah maupun kenangan

terburuk sekalipun. Tempat tinggal merupakan sebuah cikal bakal

dimana seseorang terus tumbuh berkembang dan mampu

menentukan arah hidupnya. Sebagai tempat dimana seseorang

pertama kali terlahir didunia, tempat tinggal atau desa pasti

memiliki daya tarik tersendiri untuk sesekali dikunjungi ketika

sesorang sudah sekian lama meninggalkan desanya untuk

berbagai kepentingan. Terus mengingat tempat tinggalnya

merupakan hal yang baik dalam rangka mensyukuri keadaan

hidupnya kini.

Karakter dari sebuah desa terwujuddalamgaya dan ciri

khasmasing-masing. Baik itu yang terlihat maupun yang tak

terlihat, biasanya orang bisa menebak asal tempat tinggal

seseorang hanya dengan dari gaya logat bicaranya danatau apapun

yang menurutnya itu khas membedakannyadari yang lain. Tatanan

kehidupan, norma-norma yang mereka miliki itulah yang menjadi

dasar kehidupan sosial dalam lingkungan mereka, sehingga dapat

membentuk suatu kelompok manusia yang memiliki ciri

kehidupan yang khas.5

5Drs. H. M. Arifin Noor, 1999, Ilmu Sosial Dasar, Pustaka Setia,

Bandung, hlm 85.

Page 172: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Mengungkap Asal - Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan 156

Kebudayaan pun tak akan pernah lepas dari suatu tatanan

masyarakat tersebut. Karena telah kita ketahui bahwa masyarakat

dan kebudayaan merupakan satu kesatuan yang tak dapat

dipisahkan. Kita akan sulit bicara tentang masyarakat tanpa

kebudayaan, begitupun sebaliknya. Dengan demikian dapat

dikatakan suatu kebudayaan tidak akan lahir tanpa adanya

masyarakat.

Demikian pula dengan Pasirsari, sebuah nama kelurahan

sebelum dimerger bersama dengan Kelurahan Kraton Kidul dan

Kelurahan Kramatsari menjadi Pasir Kraton Kramat. Pasirsari

adalah sebuah kelurahan kecil dipojok kota Pekalongan yang

memiliki segudang masa lalu, nostalgia dan kenangan-kenangan

zaman dahulu yang tak bisa dilupakan begitu saja dibenak para

orang tua. Pasirsari, sebuah kelurahan kecil dengan luas 107,9865

Ha yang terdiri dari 8 Rukun Warga dan 42 Rukun Tetangga ini

sebelah barat berbatasan langsung dengan Desa Karangjompo,

kabupaten Pekalongan, sebelah timur berbatasan dengan

Kelurahan Kramatsari, sebelah utara berbatasan langsung dengan

Desa Tegaldowo, kabupaten Pekalongan dan sebelah selatan

berbatasan langsung dengan kelurahan Tirto.

Kelurahan dengan jumlah Kepala Keluarga 2.129, kini

tumbuh berkembang selaras dengan perkembangan zaman. Segala

bentuk pembangunan terus dilaksanakan disetiap sudutnya. Baik

itu berstatus milik pribadi maupun umum. Hal ini dapat dilihat

dari 1 buah masjid yang berdiri kokoh, 23 mushola, 657 rumah

permanen, 1.033 rumah semi permanen, 52 rumah non permanen,

2 lapangan bulu tangkis, 4 lapangan tenis meja, dan 2 lapangan

tenis.

Tatanan masyarakat yang rukun dan satu kesatuan yang

kuat, sikap gotong royong dan saling peduli satu sama lain

menjadi nafas sehari-hari dalam menjalani kehidupan. Kesesuaian

segala aspek berjalan beriringan dengan indah tanpa adanya

perselisihan yang nyata. Aman dan nyaman bagi para

penduduknya. Tempat bermain dan berkeluh kesah bagi mereka

yang lelah dan anak-anak yang tak berdosa. Hal tersebut sangat

jauh berbeda dengan keadaan puluhan tahun yang lalu. Menurut

cerita dari Bapak Mathlub (77)6, dahulu Pasirsari ini terkenal

6Sesepuh dan tokoh masyarakat setempat, warga asli kelurahan Pasirsari

RT. 03 RW. 04 kelahiran tahun 1938. Masa kecil beliau pernah melihat

Page 173: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Mengungkap Asal - Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan 157

sebagai desa yang memiliki citra tidak baik, banyak orang yang

saling membunuh untuk alasan apapun. Sehingga mayoritas

penduduknya pun juga tidak dikenal baik oleh tetangga-tetangga

desa sekitar. Padahal agama Islam sudah berkembang pesat dan

banyak pula yang sudah fanatik terhadap satu paham tertentu.

Nahdlatul Ulama’sebagai salah satu organisasi terbesar di

Indonesia saat itu sudah berkembang begitu pesat di tanah

Pasirsari. Paham Ahlussunnah wal Jama’ah inilah yang

menjadikan banyak budaya dan tradisi ada di Pasirsari,

diantaranya tradisi pembacaan kitab maulid Albarzanji, Yasinan,

tahlilan dan masih banyak lagi. Bersamaan dengan itulah sekitar

tahun 1955 dan 1960-an peran ulama terasasangat kuat. Ulama

Pasirsari dahulu yang terkenal diantaranya Alm. H. Hanafi, Alm.

Ma’sum, Alm. Sijan, Alm. Abdul Salam. Alm. Mbah Shaleh dan

Alm. H. Mashuri.

Kemudian dalam aspek ekonomi, sejak dahulu penduduk

Pasirsari sudah memiliki jiwa berwirausaha, diantara usahanya

adalah berdagang batik dan terasi. Sehingga sangat sedikit sekali

warganya yang merantau ke luar kota. Hal ini sudah bisa dilihat

dari warganya yang sekarang banyak yang sudah menjadi

pengusaha batik, terbukti dengan adanya 136 industri kecil dan 20

industri Rumah Tangga menurut Laporan Monografi per Juli s/d

Desember 2014.7

Sistem Pemerintahan dari dulu pun sudah tertata

sedemikian rapinya. Bapak Mathlub ingat betul bagaimana dahulu

lurah-lurah memimpin Pasirsari ini, diantaranya adalah Lurah

Samin yang berjaya sekitar tahun 1930-an dan Lurah Duryani

yang berjaya sekitar tahun 1935an. Namun konon dahulu

namanya bukan Kelurahan Pasirsari, melainkan Kelurahan

“Geblak” yang masyarakat biasa menyebutnya dengan Desa

“Ngablak-ablak”. Dikatakan demikian karena dahulu kondisinya

bengisnya kekejaman para PKI tahun 1965 di tanah Pasirsari. Beliau

terkadang aktif menjadi Imam di Mushala Karomatul Amin. Kini diusia

senjanya, beliau sering sakit-sakitan dan hanya berdiam diri dirumah,

aktivitasnya hanya beribadah demi untuk mendekatkan diri pada sang

pencipta. 7Laporan Monografi adalah himpunan data yang dilaksanakan oleh

Lurah Desa / Pemerintah yang tersusun secara sistematis, lengkap,

akurat dan terpadu dalam rangka penyelenggaraan pemerintah terkait

dengan pelaksanaan pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan.

Page 174: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Mengungkap Asal - Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan 158

masih sangat jarang ada rumah penduduk dan masih banyak tanah

yang kosong, sehingga sesuatu yang berada jauh dalam radius

berapa kilometer pun masih bisa terlihat tanpa adanya penghalang

mata apapun. Kemudian nama tersebut perlahan-lahan berubah

menjadi “Pasirsari”, asal usul yang melatarbelakangi pemberian

nama tersebut adalah keadaan topografinya yang berbentuk pantai

sehingga banyak pasirnya, makna “sari” sendiri berarti patisari

yang merupakan sebuah cikal bakal. Bapak Mathlub juga

menyakini bahwa nama “Pasirsari” ini lebih dulu ada dibanding

dengan nama “Pekalongan”.

Berikut ini nama-nama tempat di kelurahan Pasirsari yang

memiliki nilai-nilai sejarah dan masih ada hingga sekarang.

1. Pohon Kepuh

Pohon kepuh atau yang masyarakat Pasirsari biasa

menyebutnya dengan “wit kepuh” ini merupakan pohon

terbesar di Kelurahan Pasirsari. Batang pohon ini berukuran

kurang lebih 10 meter dengan akar yang menjalar kemana-

mana. Pohon kepuh ini erat kaitannya dengan cerita

waliyullah Syekh Syamsidin yang makamnya tepat berada di

bawah pohon tersebut. Pohon kepuh ini bisa dijumpai di jalan

Sutan Syahrir Gang 13 atau yang biasa disebut dengan Gang

Kepuh.

2. Makam Mbah Demung

Mbah Demung merupakan salah satu tokoh wali

penyebar agama Islam di tanah Pasirsari. Makamnya terdapat

di Kelurahan Pasirsari jalan KH Samanhudi Gang 6 dan

khaulnya selalu diperingati setiap bulan Sya’ban.

3. Makam Syekh Syamsidin

Seperti yang sudah diuraikan diatas, makam dari Syekh

Syamsidin ini berada tepat dibawah pohon kepuh. Setiap

tahun selalu diadakan Khaulatau peringatan hari wafatnya

Syekh Syamsidin tepatnya pada bulan Asyuro. Syekh

Syamsidin ini juga salah satu tokoh wali penyebar agama

Islam di tanah Pasirsari. Konon dahulu Syekh Syamsidin ikut

berjuang dalam peperangan yang dipimpin oleh Pangeran

Diponegoro. Beliau istirahat di tanah Pasirsari dan akhirnya

menetap sekaligus mensyiarkan agama Islam sampai beliau

wafat. Subhanallah.

Page 175: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Mengungkap Asal - Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan 159

4. Brug Sabrang (Jembatan Sabrang)

Kata “sabrang” maksudnya adalah “seberang”, artinya

suatu tempat yang dipisahkan oleh sesuatu, misalnya sungai,

laut jalan dan sebagainya. Adapun Brugadalah kata serapan

dari bahasa Belanda yang berarti jembatan atau dengan

pengertian tempat atau alat untuk membawa seseorang

menuju tempat lainnya. Brug Sabrang ini berada di ujung

utara jalan Sutan Syahrir yang langsung berbatasan dengan

Desa Tegaldowo Kabupaten Pekalongan. Masyarakat

Pasirsari Utara sudah sangat akrab dan paham betul dengan

sebutan “sabrang”. Pada malam hari sabrang biasanya

digunakan anak muda sekitar sebagai tempat untuk

berkumpul. Asal muasal penamaan “sabrang” sudah muncul

sejak dahulu oleh para pendahulu. Konon dahulu diujung

utara jalan Sutan Syahrir tersebut ada sawah dan sungai yang

mengalir, ditengah-tengah sawah tersebut ada jembatan

untuk menyebrang ke sungai, sehingga jembatan tersebut

disebut “jembatan/brug sabrang”.

5. Kali/ Sungai Bremi

Kali Bremi adalah sebuah kali yang mengalir di sebelah

timur Kelurahan Pasirsari dengan 3 buah jembatan besar

yang membentang. Yaitu jembatan di jalan Angkatan 66,

jalan Teuku Umar dan jalan Pramuka.Alirannya cukup jauh,

yakni dari Jalan Gajah Mada sampai ujung utara Pasirsari.

Kata Bremi sendiri berasal dari Bahasa Jawa kuno yaitu

“Bermi” yang menurut sesepuh setempat artinya “saling

menyangkut satu sama lain dan saling berhubungan”. Melihat

keadaan dan kondisi Kali Bremi sekarang sangat

memprihatinkan, banyak tumbuhan enceng gondok dan

sampah. Warna airnya pun tak pernah jernih. Berubah-

berubah warna sesuai dengan warna limbah batik yang

dibuang pada hari itu juga. Dahulu apapun musimnya, baik

itu musim kemarau maupun musim panas, tidak pernah

terjadi banjir, namun sekarang banjir sepertinya tidak

mengenal musim, Kali Bremi sering meluap apabila debit air

penuh, sehingga musim panas saja pun terkadang banjir.

Padahal curah hujan setiap tahunnya tidak terlalu banyak,

hanya 2,5 mm/tahun dengan suhu udara rata-rata 32° C/ 33°

C. Mungkin karena bentuk topografinya pantai jadi sering

banjir. Sungguh mengkhawatirkan. Tentunya dahulu keadaan

Page 176: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Mengungkap Asal - Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan 160

kali ini tidak demikian. Inilah perbuatan dari tangan-tangan

manusia yang tidak bisa menjaga kejernihan alam yang ada.

Demikianlah semua yang tertulis tentang Pasirsari,

sekarang sudah tiada lagi karena adanya merger atau

penggabungan kelurahan dari Pemerintah Kota. Kini hanya

tinggalah sebuah nama. Segala kenangan tak akan pernah

mudah terlupakan begitu saja, jati diri yang utuh dan tak

terganti akan senantiasa tetap ada dihati penduduknya.

( Kontributor : Vienna Viergo, Nur Daningsih, Ribut Achwandi)

Page 177: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

i

Kontributor

Kharisma Putri, Asal Usul Bumi Rejo

Suripto, AlimilGhoib, Kronologi Desa Bumirejo

SaifulBahri,Dekoro Kelurahan Tertua Di Kota Pekalongan

Miftahudin al azam,Menggali Mutiara Sejarah Yang Tenggelam di

Kelurahan Kandang Panjang

Laela , Sejarah Kelurahan Kebulen

Amiroh, SE,asal usul dan tradisi Desa krapyak lor

Bagus Rachman, Asal-usul dan keaneka ragaman kelurahan Krapyak

Karto Susilo, Asal Usul Krapyak Pekalongan Dan Tradisi Islam

Naela Khikmiah,Mengungkap Keramat Wilayah Landungsari

Slamet Riyadidi Balik Nama Landungsari

Sumali Sudarja,Mbah Landung Namaku

Dain Santoso, Jati Diri Desa Noyontaan

Setya Ningsih, Noyontaan: Dulu Dan Kini

Mukhamad Bustomi Fajari, Ketika Kelurahan Panjang Wetan Berbicara

Nur Daningsih, Asal Usul Nama Desa Pasirsari

Vienna Viergo, Mengenal Jati Diri Kelurahan

Husna Karimah, Jejak Sejarah Kelurahan Poncol

Moh. Riza Rahmat Syah,Poncol

Abdul Fatah, Napak TilasMasa Leluhur Kami

Dyan Shinta, Sorogenen

Muh. Agus Arifuddin, S. Pd,Sejarah Desa Podosugih

Page 178: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

ii

Kepustakaan

Alang – Alang Kumintir “Mulat Satria Tansah Elinglan Waspada” Kamus

Sansekerta – Indonesia Oleh : Dr. Purwadi, M. Humdan Eko Priyo

Purnomo, SIP

Babad Tanah Jawi, Sudibjo Z.H, Penerbit Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan Jakrta, 1980

Batik Belanda 1840 – 1940, Pengaruh Belanda pada Batik dari Jawa

Sejarah dan Kisah – kisah di sekitarnya, Harmen C. Veldhuisen

Batik Pekalongan Dalam Lintas Sejarah, KusninAsa, Paguyuban Pencinta

Batik Pekalongan, 2006

Citra Kota Pekalongan dalam Arsip, Arsip Nasional Republik Indonesia,

2016

Fabric of Enchantment Batik from the North Coast of Java, RensHeringa,

Harmen C. Veldhuisen, January 1997

Ilmu Sosial Dasar, Aripin Noor, H, M, Drs, PustakaSetia, Bandung, 1999

Kamus PraktisB elanda – Indonesia, Sugeng Riyanto – Dini Saraswati,

GrahaI lmu 2011

Menelusuri berdirinya Kota Pekalongan Rasa Swarga Gapuraning Bumi,

Oethomo, Ms, Bambang Adiwahyu Danu saputra, 1986

Pekalongan Yang (tak) Terlupakan Sebuah Catalog Warisan Budaya

Pekalongan, Dirhamsyah, M, Penerbit; Kantor Perpustakaan dan Arsip

Daerah Kota Pekalongan , 2014

Verzameling Van Reglementen, Keuren Van Politie En Verschillende

Andere Politiebepalingen Vorr De Residentie Pekalongan, W.F.

ENGELBERT VAN BEVERVOORDE, 1905

http://alangalangkumitir.wordpress.com/kamus-sansekerta-indonesia

http://kamuslengkap.com

http://kamuslengkap.com/kamus/kawi-indonesia

http://globe.com

http://id.wikipedia.org/wiki/wiktionary:Kamus_bahsa_jawa

https://id.wiktionary.org/wiki/Wiktionary:Kamus_bahasa_Jawa_%E2%80

%93_bahasa_Indonesia

http://kbbi.web.id

http://kamusbesar.com

http://sansekerta.org/kamus-sansekerta/

Page 179: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan
Page 180: ii usul nama kelurahan... · jam perjalanan dari ... Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada ... dikenal dengan sebutan “NDORO SETEN” dalam bahasa Jawa. Seten adalah penyebutan

Membicarakan cerita tentang asal usul nama suatu daerah atau

wilayah adalah hal yang menarik. Kita sering mendengar dari para

pendahulu tentang dongeng yang menceritakan terbentuknya suatu daerah

atau pemberian nama suatu wilayah. Uniknya seringkali kita justru

mendapatkan cerita yang diluar logika .

Dibalik pemberian nama suatu wilayah, tak jarang terselip kisah­

kisah yang sesungguhnya mampu memberikan inspirasi atau motivasi bagi

pendengarnya. Bagi generasi muda cerita tentang asal-usul dapat menjadi

pel~aran tentang kerja keras dan kearifan masyarakatnya. Bagi generasi

tua dapat menjadi nostalgia yang dulu pernah mendapatkan ceerita ketika

masih kanak-kanak.

Kini budaya bertutur semakin luntur tergerus oleh kemajuan

teknologi yang membuat orang lebih individualis dan apatis terhadap

lingkungan. Alih-alih memahami sejarah daerah sendiri, masyarakat kini

justru lebi h memahami sejarah tentang luar negeri yang dianggap lebih

baik, melupakan sejarah daerahnya, melupakan sejarah bangsanya yang

sesungguhnya memil iki nilai-nilai luhur sebagai karakter yang

membedakannya dengan bangsa lain.

Asal-usul nama Kelurahan di Kota Pekalongan temyata sangat

menarik untuk dikenalkan kepada semua khalayak . Oleh karen any a sebagai

wuj ud kepedulian untuk membangkitkan kembali semangat cinta terhadap

sejarah daerah, Pemerintah Kota Pekalongan melalui Dinas Kearsipan dan

Perpustakaan menerbitkan buku "Mengungkap Asal Usul Nama Kelurahan

di Kota Pekalongan".

Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kota Pekalongan ISBN m - b02-701'6 - 3-b

JIIIJl!J~JIIIIII!!Il~JJIIII