ii. tinjauan pustaka a. ikan leleeprints.mercubuana-yogya.ac.id/122/3/bab ii.pdf · pada tabel 1....
TRANSCRIPT
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Ikan lele
Ikan lele (Clarias gariepinus) merupakan salah satu komoditas perikanan
yang cukup popular di masyarakat. Ikan ini berasal dari benua Afrika dan pertama
kali didatangkan ke Indonesia pada tahun 1984. Ikan lele atau ikan keli, adalah
sejenis ikan yang hidup di air tawar. Lele mudah dikenali karena tubuhnya yang licin,
agak pipih memanjang, serta memiliki "kumis" yang panjang, yang mencuat dari
sekitar bagian mulutnya (Andrianto, 2005).
Menurut Andrianto (2005) ikan lele memiliki kedudukan taksonomi
sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Pisces
Ordo : Ossariophyyci
Familia : Clariidae
Genus : Clarias
Spesies : Clarias gariepinus B.
Gambar 1. Ikan Lele
Sumber : Andrianto (2005)
5
Ikan lele merupakan salah satu bahan makanan bergizi yang mudah
dihidangkan sebagai lauk. Kandungan gizi ikan lele sebanding dengan daging ikan
lainnya. Beberapa jenis ikan, termasuk ikan lele mengandung protein lebih tinggi dan
lebih baik dibandingkan dengan daging hewan. Nilai gizi ikan lele meningkat apabila
diolah dengan baik. Kandungan gizi ikan (termasuk ikan lele) dan lele goreng
menurut hasil analisis komposisi bahan makan per 100 g (Abbas, 2001) disajikan
pada Tabel 1.
Tabel 1. Komposisi zat gizi ikan lele segar 100 g
Komposisi kimia Nilai gizi
Air 76,0 g
Protein 17,0 g
Lemak 4,5 g
Karbohidrat 0 g
Kalsium 20 mg
Fosfor 200 mg
Besi 1,0 mg
Vitamin A 150
Vitamin B1 0,05
Sumber : Direktorat Bina Gizi Masyarakat dan Puslitbang Depkes RI, 1991
Keunggulan ikan lele dibandingkan dengan produk hewan lainnya adalah
kaya akan leusin dan lisin. Leusin (C6H13NO2) merupakan asam amino esensial yang
sangat diperlukan untuk pertumbuhan anak-anak dan menjaga keseimbangan
nitrogen. Leusin juga berguna untuk perombakan dan pembentukan protein otot.
Sedangkan lisin merupakan salah satu dari 9 asam amino esensial yang dibutuhkan
untuk pertumbuhan dan perbaikan jaringan. Lisin termasuk asam amino yang sangat
6
penting dan dibutuhkan sekali dalam pertumbuhan dan perkembangan anak (Zaki,
2009).
Ikan lele adalah jenis ikan air tawar yang paling banyak diminati serta
dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Olahan ikan lele mempunyai rasa yang enak
dan kandungan gizinya cukup tinggi yang dibutuhkan oleh tubuh manusia seperti
sumber energi, protein, lemak, kalsium, fosfor, zat besi, tiamin. Pemanfaatan ikan lele
selain dijadikan produk olahan segar seperti ikan lele goreng dan bakar, ikan lele juga
dapat dijadikan produk olahan seperti keripik, abon dan nugget ikan lele (Azhar,
2006).
B. Kacang tunggak (vigna unguiculata (L.) walp)
Tanaman kacang tunggak atau kacang tolo berasal dari Afrika. Penduduk
Afrika Barat, memanfaatkan kacang tunggak sebagai bahan sayuran. Luas lahan
tanaman kacang tunggak di Indonesia sebesar 100.000 ha dipanen setiap tahunnya
dengan total produksi 50.000 ton. Pada umumnya, penanaman kacang tunggak
dilakukan di lahan kering (tegalan) dan pematang sawah sebagai tanaman
tumpangsari. Daerah potensial pengembangan kacang tunggak antara lain adalah
Pantai Utara Jawa, Kawasan Indonesia Timur dan Sulawesi Selatan (Rukmana dan
Oesman, 2000). Selain toleran terhadap kekeringan, kacang tunggak juga mampu
mengikat nitrogen dari udara (Anonim, 2006).
Menurut Rukmana dan Oesman (2000) kedudukan tanaman kacang
tunggak dalam tatanan nama (taksonomi) tumbuhan diklasifikasikan sebagai berikut.
7
Kerajaan : Plantarum
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Angiospermae
Subkelas : Dicotyledonae
Bangsa : Leguminales
Suku : Leguminoceae (Papilionaceae)
Marga : Vigna
Jenis : Vigna unguiculata (L) Walp
Kacang tunggak mempunyai karakeristik morfologi, yaitu batang
tanaman pendek dan tidak membelit sehingga tidak memerlukan lanjaran lurus. Buah
(polong) berukuran ± 10 cm, kaku dan berwarna hijau. Biji berbentuk bulat panjang,
agak pipih dan bagian ujung agak lonjong dengan ukuran (4-6 mm) x (7-8 mm) dan
berwarna kuning kecoklatan seperti yang disajikan pada Gambar 2 (Samadi, 2003).
Gambar 2. Kacang Tunggak
Sumber : Samadi (2003)
8
Kacang tunggak telah lama ditanam di Indonesia namun masih jarang
dipergunakan sebagai produk komersial yang dibudidayakan secara intensif. Saat ini
terdapat 114 varietas kacang tunggak dan yang termasuk dalam varietas unggulnya
adalah KT-1 sampai KT-2 dan Nagara. Kacang tunggak memiliki kelebihan
dibandingkan dengan jenis kacang lainnya, selain mudah dibudidayakan juga tahan
terhadap kekeringan, cepat berproduksi serta tahan terhadap hama dan penyakit.
Kacang tunggak juga dapat digunakan sebagai sumber protein nabati dalam
kehidupan sehari-hari karena kandungan protein relarif tinggi. Komposisi kimia
kacang tunggak secara rinci disajikan pada Tabel 2 (Kanetro dan Hastuti, 2006).
Tabel 2. Kandungan gizi tiap 100 g kacang tunggak
Komposis gizi Proporsi
Air (g) 11,00
Protein (g) 22,90
Lemak (g) 1,40
Karbohidrat (g) 61,60
Mineral : Ca (mg)
P (mg)
Fe (mg)
77,00
449,00
6,50
Vitamin : A (SI)
B (mg)
C (mg)
30,00
0,92
2,00
Sumber : Anonim (1981) dalam Kanetro dan Hastuti, 2006
Keunggulan kacang tunggak adalah memiliki kadar lemak yang lebih
rendah sehingga dapat meminimalisasi efek negatif dari penggunaan produk pangan
berlemak. Kacang tunggak juga memiliki kandungan vitamin B1 lebih tinggi
dibandingkan kacang hijau (Anonim, 1979). Asam amino yang penting dari protein
9
kacang tunggak adalah kandungan asam amino lisin, asam aspartate dan glutamate
(Chavan, 1989 dalam Syarifah, 2002).
C. Nugget
1. Deskripsi nugget
SNI.01-6683-2002 mendefinisikan nugget ayam sebagai produk olahan
ayam yang dicetak, dimasak, dibuat dari campuran daging ayam giling yang diberi
bahan pelapis dengan atau tanpa penambahan bahan makanan lain dan bahan
tambahan makanan yang diizinkan (Anonim, 2002).
Nugget merupakan salah satu produk olahan daging beku. Produk ini
mempunyai daya simpan yang cukup lama, dengan penyimpanan dalam freezer bisa
mencapai 2 minggu. Daging yang digunakan sebelumnya harus digiling, sehingga
memudahkan untuk dibentuk pada tahapan berikutnya. Salah satu bahan utama yang
digunakan adalah ikan, yang akan memberikan tekstur produk yang diinginkan,
karena mempunyai kandungan protein myofibril (Soemarno, 2009). Nugget termasuk
produk setengah matang yang dibekukan untuk mempertahankan mutunya selama
penyimpanan. Pada umumnya bahan baku nugget adalah daging giling yang
ditambah bahan pengikat dan bahan pembantu (Elingosa, 1994).
Masyarakat Indonesia banyak yang mengkonsumsi nugget sebagai bahan
pangan alternatif pengganti lauk. Nugget adalah suatu bentuk produk olahan daging
giling dan diberi bumbu-bumbu serta dicampur dengan bahan pengikat, kemudian
dicampur dan dicetak dalam bentuk-bentuk tertentu selanjutnya dilumuri dengan
10
tepung roti (coating) dan digoreng agar kandungan air di dalamnya ditekan seminimal
mungkin. Nugget merupakan produk makanan baru yang dibekukan, rasanya lezat,
gurih dan dapat dihidangkan dengan cepat karena hanya digoreng setelah itu dapat
langsung dimakan. Pada umumnya nugget berbentuk persegi panjang dan ketika
digoreng menjadi kekuningan dan kering. Hal yang terpenting dari nugget adalah
penampakan produk akhir yaitu warna, tekstur dan aroma (Ratnaningsih, 1999). Salah
satu nugget yang diminati oleh kalangan masyarakat adalah nugget ikan lele. Sebagai
pedoman standar karakteristik nugget ikan lele mengacu pada SNI 01-6638-2002
(BSN, 2002) yang membahas tentang standar kualitas nugget ayam. Persyaratan mutu
dan karakteristik nugget ayam disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Syarat mutu nugget ayam SNI 01-6683-2002
No. Kriteria uji Satuan Persyaratan
1. Keadaan kenampakan :
a. Aroma
b. Rasa
c. Tekstur
-
-
-
Normal
Normal
Normal
2. Benda asing - Tidak boleh
3. Air % b/b Maks 60,0
4. Protein % b/b Min 12,0
5. Lemak % b/b Maks 20,0
6. Karbohidrat % b/b Maks 25,0
7. Kalsium (Ca) mg/100 g Maks 30,0
8. Bahan makanan tambahan :
a. Pengawet
b. Pewarna
-
-
Sesuai dengan SNI
01-0222-1995
9. Cemaran logam :
a. Timbal (Pb)
b. Tembaga (Cu)
c. Seng (Zn)
d. Timah (Sn)
e. Raksa (Hg)
mg/kg
mg/kg
mg/kg
mg/kg
mg/kg
Maks 2,0
Maks 20,0
Maks 40,0
Maks 0,03
Maks 1,0
11
10. Cemaran arsen (As) mg/kg Maks 1,0
11. Cemaran mikrobia :
a. Angka total lempeng
b. Coliform
c. Escherichia coli
d. Salmonella
e. Staphylococcus aureus
Koloni/g
APM/g
APM/g
Koloni/25 g
Koloni/g
Maks 5x104
Maks 10
< 3
Negatif
Maks 1x102
Sumber : Badan Standar Nasional (2002)
2. Bahan baku
Guna meningkatkan mutu dan daya terima produk olahan ikan lele
menjadi nugget memerlukan penambahan bahan lain. Bahan pengikat biasanya
ditambahkan ke dalam suatu adonan untuk membentuk struktur yang stabil pada
produk akhir. Bahan pengikat tersebut dapat berupa terigu, tepung beras, tapioka dan
maizena (Koswara, 1992). Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kualitas
nugget adalah jumlah bahan pengikat yang ditambahkan serta bahan pembantu yang
diperlukan dalam pembuatan nugget ikan diantaranya adalah garam, telur, bumbu-
bumbu meliputi bawang putih dan merica (Azwar, 1995). Bahan-bahan yang
digunakan dalam proses pembuatan nugget ikan lele diantaranya
a. Tepung terigu
Tepung terigu merupakan tepung yang berasal dari bahan dasar gandum
yang diperoleh dengan cara penggilingan gandum yang banyak digunakan
dalam industri pangan. Komponen yang terbanyak dari tepung terigu adalah
pati, sekitar 70% yang terdiri dari amilosa dan amilopektin. Besarnya
kandungan amilosa dalam pati ialah sekitar 20% dengan suhu gelatinisasi 56 -
62 (Belitz dan Grosch, 1987). Tepung terigu diperoleh dari penggilingan biji
12
gandum yang baik yang telah dibersihkan. Tepung terigu hasil penggilingan
harus bersifat mudah tercurah, kering, tidak boleh menggumpal bila ditekan,
warna putih, bebas dari kulit partikel, tidak berbau asing seperti busuk,
berjamur atau bebas dari serangga, kotoran dan kontaminasi lainnya (Sunaryo,
1985). Tepung terigu merupakan bahan dasar dalam pembuatan roti dan mie.
Keistimewaan terigu diantara serealia lain adalah adanya gluten yang
merupakan protein yg menggumpal, elastis serta mengembang bila dicampur
dengan air. Gluten digunakan sebagai bahan tambahan untuk mempertinggi
kandungan protein dalam roti. Biasanya mutu terigu yang dikehendaki adalah
terigu yang memiliki kadar air 14%, kadar protein 8 - 12%, kadar abu 0,25 –
0,60% dan gluten basah 24–36% (Astawan, 2004). Adapun komposisi kimia
dari tepung terigu disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Komposisi kimia tepung terigu dalam 100 g
Komposisi Jumlah
Kalori (kal) 365
Protein (g) 8,9
Lemak (g) 1,3
Karbohidrat (g) 77,3
Kalsium (mg) 16
Fosfor (mg) 106
Besi (mg) 1,2
Nilai Vitamin A (SI) 0
Vitamin B1 (mg) 0,12
Vitamin C (mg) 0
Air (g) 12,0
b.d.d (%) 100
Sumber : Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI, 1996
13
Adanya kandungan tepung terigu tersebut maka fungsi tepung terigu
membentuk jaringan dan kerangka dari roti sebagai akibat dari pembentukan
gluten. Protein yang ada di dalam tepung terigu yang tidak larut dalam air akan
menyerap air dan ketika diaduk/diulen akan membentuk gluten yang akan
menahan gas CO2 hasil reaksi ragi dengan pati di dalam tepung. Gluten
merupakan kompleks protein yang tidak larut dalam air, berfungsi sebagai
pembentuk struktur kerangka produk. Gluten terdiri atas komponen gliadin dan
glutenin yang menghasilkan sifat-sifat viskoelastis. Kandungan tersebut
membuat adonan mampu dibuat lembaran, digiling, ataupun dibuat
mengembang (Pomeranz and Meloan, 1971). Sunaryo (1985) dalam Ratnawati
(2003) menambahkan bahwa gliadin akan menyebabkan gluten bersifat elastis,
sedangkan glutenin menyebabkan adonan menjadi kuat menahan gas dan
menentukan struktur pada produk yang dibakar. Struktur kimia gluten dapat
dilihat pada Gambar 3 (Anonim, 2012
a).
Gambar 3. Struktur Gluten
Sumber : Anonim (2012a).
14
b. Tepung panir
Tepung panir atau tepung roti adalah tepung yang dbuat dari roti yang
dikeringkan.Tepung roti yang tercampur roti manis akan cepat gosong pada saat
digoreng. Tepung roti memiliki warna yang terang dan cream pucat. Tepung
panir adalah jenis tepung yang terbuat dari remah-remah roti, teksturnya kasar
jika dibandingkan jenis tepung lain. Biasanya digunakan untuk membuat
tekstur makanan menjadi lebih renyah, dan makanan yang digoreng lebih cepat
matang tanpa perlu menyerap banyak minyak. Tepung panir biasanya
digunakan untuk melapisi nugget, kroket dan sebagainya digunakan dalam
pembuatan kue kering atau bika ambon. Tepung panir halus berfungsi untuk
memberikan tekstur sedikit berpasir pada nugget, sedangkan tepung panir kasar
berfungsi untuk melindungi zat-zat gizi dari kontak langsung dengan minyak
selama proses penggorengan, mengurangi susut masak, mencegah kehilangan
juiceness selama pengolahan, serta meningkatkan nilai gizi produk (Matz,
1992).
c. Garam
Garam (NaCl) adalah senyawa yang berwarna putih, berbentuk kristal
padat yang berfungsi sebagai penyedap rasa yang tertua. Garam khususnya
garam dapur (NaCI) merupakan komponen bahan makanan yang penting.
Makanan yang mengandung kurang dari 0,35 natrium akan terasa hambar
sehingga tidak disenangi (Winarno, 2004). Garam merupakan komponen bahan
makanan yang ditambahkan dan digunakan sebagai penegas cita rasa dan bahan
15
pengawet. Penggunaan garam tidak boleh terlalu banyak karena akan
menyebabkan terjadinya penggumpalan (salting out) dan rasa produk menjadi
asin. Garam biasanya terdapat secara alamiah dalam makanan atau ditambahkan
pada waktu pengolahan dan penyajian makanan. Makanan yang mengandung
kurang dari 0,3% garam akan terasa hambar dan tidak disukai. Konsentrasi
garam yang ditambahkan biasanya berkisar 2 sampai 3% dari berat daging yang
digunakan (Azwar, 1995).
d. Bawang putih
Bawang putih (Allium sativum L) adalah herbal semusim berumpun
yang mempunyai ketinggian sekitar 60 cm. Tanaman ini banyak ditanam di
ladang-ladang di daerah pegunungan yang cukup mendapat sinar matahari.
Batangnya batang semu dan berwarna hijau. Bagian bawahnya bersiung-siung,
bergabung menjadi umbi besar berwarna putih. Tiap siung terbungkus kulit
tipis dan kalau diiris baunya sangat tajam. Daunnya berbentuk pita (pipih
memanjang), tepi rata, ujung runcing, beralur, panjang 60 cm dan lebar 1,5 cm,
berakar serabut, bunganya berwarna putih, bertangkai panjang dan bentuknya
payung (Syamsiah dan Tajudin, 2003). Bawang putih (Allium sativum L)
berfungsi sebagai penambah aroma serta untuk meningkatkan cita rasa produk.
Bawang putih merupakan bahan alami yang ditambahkan ke dalam bahan
makanan guna meningkatkan selera makan serta untuk meningkatkan daya awet
bahan makanan. Bau yang khas dari bawang putih berasal dari minyak volatil
16
yang mengandung komponen sulfur (Palungkun dan Budiarti,1992). Kadar zat
gizi pada umbi bawang putih disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5. Kadar zat gizi umbi bawang putih per 100 g
No Uraian Nilai gizi Keterangan
1 Protein 4,50 gram Bagian yang dapat dimakan
80% 2 Lemak 0,20 gram
3 Hidrat arang 23,10 gram
4 Kalsium 42 mg
5 Fosfor 134 mg
6 Besi 1 mg
7 Vitamin B1 0,22 mg
8 Vitamin C 15 mg
9 Air 71 mg
10 Kalori 95 Al
Sumber: Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI, 1979
e. Telur
Menurut Suryani (2003), telur merupakan produk peternakan yang
memberikan sumbangan terbesar bagi tercapainya kecukupan gizi masyarakat.
Dari sebutir telur didapatkan gizi yang cukup sempurna karena mengandung
zat–zat gizi yang sangat baik & mudah dicerna. telur mempunyai
kandunganprotein tinggi dan mempunyai susunan protein yang lengkap, akan
tetapi lemak yang terkandung didalamnya juga tinggi.
f. Minyak goreng
Minyak goreng merupakan salah satu bahan yang termasuk dalam
lemak, baik yang berasal dari lemak tumbuhan maupun dari lemak hewan.
Penggunaan minyak goreng berfungsi sebagai medium penghantar panas,
17
menambah rasa gurih, menambah nilai gizi dan kalori dalam makanan. Minyak
goreng tersusun dari beberapa senyawa seperti asam lemak dan trigliserida
(Ketaren, 1986).
g. Es batu
Air es penting dalam pembuatan nugget untuk mempertahankan suhu
adonan agar tetap dingin. Adonan nugget yang panas cenderung merusak
protein, sehingga tekstur rusak. Es juga berfungsi untuk mempertahankan
stabilitas emulsi dan kelembaban adonan nugget sehingga adonan tidak kering
selama pencetakan maupun selama perebusan. Es batu berfungsi untuk menjaga
suhu daging ayam selama penggilingan, karena pada saat penggilingan, mixer
atau food processing akan menjadi naik suhunya dan es batu disini berperan
agar suhu daging ayam tidak naik dan tetap stabil (Wibowo, 1995).
h. Merica
Merica atau lada (Paperningrum) sering ditambahkan dalam bahan
pangan. Tujuan penambahan merica adalah sebagai penyedap masakan dan
memperpanjang daya awet makanan. Merica sangat digemari karena memiliki
dua sifat penting yaitu rasa pedas dan aroma khas. Rasa pedas merica
disebabkan oleh adanya zat piperin dan piperanin, serta chavicia yang
merupakan persenyawaan dari piperin dengan alkaloida (Rismunandar, 2003).
3. Cara pembuatan nugget ikan
Bahan pembuatan nugget ikan yang menurut Surawan (2007) adalah
setiap pengolahan ½ kg ikan tuna, ditambahkan tepung terigu 40% dari berat ikan,
18
susu skim 0,0869%, telur 4 butir, bawang putih halus 0,0261%, bawang bombay
0,0869%, merica bubuk 0,0087%, dan garam halus 0,0226% dari berat total ikan dan
tepung yang ditambahkan. Selain itu juga ditambahkan 3 butir telur dan tepung roti
untuk memanir. Fillet ikan yang telah digiling, kemudian dibuat adonan dengan
penambahan tepung dan bumbu. Adonan yang telah dicetak selanjutnya dikukus,
dipotong sesuai selera, dipanir, dan selanjutnya digoreng setengah matang. Nugget
yang telah digoreng selanjutnya dikemas dan dibekukan. Fish nugget yang paling
disukai panelis adalah fish nugget ikan tuna yang dibuat dengan menggunakan
tepung terigu pada taraf penambahan 40% yakni dengan kekerasan obyektif 5,5333
mm/dt (penentuan dengan penetrometer menggunakan beban 50 g).
Proses pembuatan nugget secara rinci mencakup beberapa tahapan, yaitu
1. Penimbangan bahan
Semua bahan yang digunakan dalam proses pembuatan nugget ikan lele
ditimbang dengan benar agar tidak terjadi kesalahan dalam pembuatan nugget.
2. Penyortiran
Ikan lele yang telah ditimbang, kemudian disortir dengan tujuan
memisahkan daging ikan lele dari duri, kotoran, dan kepala ikan setelah itu
dilakukan pencucian.
3. Penggilingan
Penggilingan dilakukan untuk memperkecil ukuran daging ikan lele.
Proses penggilingan pada pembuatan nugget dilakukan dengan menggunakan
alat penggilingan dan ditambahkan air es untuk mencegah kerusakan pada saat
19
penghalusan (Alamsyah, 2008). Penggilingan daging diusahakan pada suhu di
bawah 15ºC, yaitu dengan menambahkan es pada saat penggilingan daging.
Pendinginan ini bertujuan untuk mencegah denaturasi protein aktomiosin oleh
panas. Denaturasi protein adalah proses perubahan struktur lengkap dan
karakteristik bentuk protein akibat dari gangguan interaksi sekunder, tersier,
dan kuaterner struktural. Karena fungsi biokimia protein tergantung pada tiga
dimensi bentuknya atau susunan senyawa yang terdapat pada asam amino.
Hasil denaturasi adalah hilangnya aktivitas biokimia yang terjadi didalam
senyawa protein itu sendiri. Denaturasi protein juga tidak mempengaruhi
kandungan struktur utama protein yaitu C, H, O, dan N. Meskipun beberapa
protein mengalami kemungkinan untuk kehilangan kandungan senyawa mereka
karakteristik struktural saat Denaturasi. Namun, kebanyakan protein tidak akan
mengalami hal tersebut, hanya saja tidak menutup kemungkinan juga protein
akan berubah struktur kecil didalamnya saat proses denaturasi terjadi.
Bagaimanapun, untuk perubahan denaturasi secara umum, prosesnya sama dan
tidak dapat diubah (Stoker, 2010). Adapun struktur kimia denaturasi protein
disajikan pada Gambar 4 (Anonim, 2012
a).
20
Penggilingan jenis pangan sumber protein dilakukan berfungsi untuk
menghaluskan jenis pangan sumber protein agar mudah tercampur dalam
adonan (Tanoto, 1994). Penggilingan yang berlebihan akan menyebabkan
terjadinya pemecahan emulsi. Hal ini disebabkan diameter partikel lemak
semakin kecil dan luas permukaan lemak semakin besar sehingga protein tidak
cukup untuk menyelubungi semua partikel lemak, sehingga lemak yang
terselubungi akan keluar dari emulsi sehingga akan terbentuk kantong lemak
(Tauber, 1977).
4. Pencampuran bahan
Pencampuran semua bahan dalam pembuatan nugget meliputi bahan
utama yaitu daging ikan lele dan bahan tambahan seperti bumbu-bumbu serta
tepung sebagai bahan pengikat, kemudian dilakukan pengadukan hingga
adonan tercampur rata atau homogen.
Gambar 4. Struktur denaturasi protein
Sumber : Anonim (2012a).
21
5. Pengukusan
Adonan dimasukkan kedalam loyang kotak dan dilakukan pengukusan.
Pengukusan bertujuan membuat bahan makanan menjadi masak dengan uap air
mendidih. Ada 2 cara pengukusan ialah uap panas langsung terkena bahan
makanan atau uap panas tidak langsung kontak dengan makanan (Maryati,
2000). Pengukusan adalah proses pemanasan yang bertujuan menonaktifkan
enzim yang akan merubah warna, cita rasa dan nilai gizi. Pengukusan dilakukan
dengan menggunakan suhu air lebih besar dari 66oC dan lebih rendah dari 82
oC.
pengukusan dapat mengurangi zat gizi namun tidak sebesar perebusan.
Pemanasan pada saat pengukusan terkadang tidak merata karena bahan
makanan dibagian tepi tumpukan terkadang mengalami pengukusan yang
berlebihan dan bagian tengah mengalami pengukusan lebih sedikit (Laily,
2010). Pengukusan menyebabkan terjadinya pengembangan granula– granula
pati yang disebut gelatinisasi. Gelatinisasi merupakan peristiwa pengembangan
granula pati sehingga granula tersebut tidak dapat kembali seperti keadaan
semula (Winarno, 1997). Mekanisasi gelatinisasi, diawali oleh granula pati
akan menyerap air yang memecah kristal amilosa dan memutuskan ikatan–
ikatan struktur heliks dari molekul tersebut. Penambahan air dan pemanasan
akan menyebabkan amilosa berdifusi keluar granula, sehingga granula tersebut
hanya mengandung sebagian amilopektin dan akan pecah membentuk suatu
matriks dengan amilosa yang disebut ge. Pengukusan dilakukan dengan waktu
22
30 menit dengan maksud agar adonan menjadi padat sehingga mudah dipotong
kecil-kecil (1x1x6 cm) (Winarno, 1997).
6. Pemaniran
Pemaniran merupakan proses yang harus dilakukan dalam pembuatan
nugget yang mempunyai dua tahapan yaitu pencelupan adonan nugget yang
sudah dipotong pada putih telur dan pelumuran tepung roti. Tahapan yang
pertama merupakan pencelupan nugget yang sudah dipotong pada putih telur
dengan tujuan agar tepung roti dapat menempel pada nugget. Pelumuran tepung
roti menjadi tahapan yang kedua dan merupakan bagian yang paling penting
dalam proses pembuatan produk pangan beku dan industri pangan yang lain.
Pelumuran tepung roti dapat membuat produk menjadi renyah, enak dan lezat.
Nugget termasuk salah satu produk yang pembuatannya menggunakan proses
pemaniran. Tepung roti yang digunakan sebaiknya tidak tengik, wadahnya
masih dalam keadaan baik, memiliki bau khas tepung, dan waktu kadaluarsanya
masih lama (Yuyun, 2007).
7. Penggorengan
Penggorengan merupakan proses termal yang umum dilakukan orang
dengan menggunakan minyak atau lemak pangan. Bahan pangan yang digoreng
mempunyai permukaan luar berwarna coklat keemasan. Warna yang muncul
disebabkan karena reaksi pencoklatan (maillard) (Ketaren, 1986). Reaksi
maillard terjadi antara protein, asam amino, dan amin dengan gula aldehida dan
keton, yang merupakan penyebab terjadinya pencoklatan selama pemanasan
23
atau penyimpanan dalam waktu yang lama pada bahan pangan berprotein.
Adapun struktur kimia rekasi maillard disajikan pada Gambar 5 (Anonim,
2012a).
Penggorengan awal (pre-frying) adalah langkah yang terpenting dalam
proses aplikasi pemaniran. Tujuan penggorengan awal adalah untuk
menempelkan perekat tepung pada produk sehingga dapat diproses lebih lanjut
dengan pembekuan selanjutnya didistribusikan kepada konsumen.
Penggorengan awal akan memberikan warna pada produk, membentuk kerak
pada produk setelah digoreng, memberikan penampakan goreng pada produk
serta berkontribusi terhadap rasa produk (Fellow, 2000). Penggorengan awal
dilakukan dengan menggunakan minyak mendidih (180-195°C) sampai
setengah matang. Suhu penggorengan jika terlalu rendah, pelapis produk
Gambar 5. Struktur kimia reaksi maillard
Sumber : Anonim (2012a).
24
menjadi kurang matang. Jika suhu terlalu tinggi, pelapis produk akan berwarna
gelap dan gosong. Waktu untuk penggorengan awal adalah sekitar 30 detik.
Penggorengan awal dilakukan karena penggorengan pada produk akhir hanya
berlangsung sekitar 4 menit, atau tergantung pada ketebalan dan ukuran produk
(Tanoto, 1994).
8. Pembekuan
Agar tahan lama produk nugget disimpan pada suhu beku. Produk
nugget apabila dikonsumsi dapat langsung digoreng. Pembekuan yang baik
biasanya dilakukan pada suhu -12 sampai -24oC. pembekuan yang cepat (quick
freezing) dilakukan pada suhu -24 sampai -40oC. Pendinginan biasanya akan
mengawetkan bahan pangan selama beberapa hari atau minggu tergantung dari
bahan pangannya contohnya bahan pangan yang kandungan airnya tinggi akan
lebih cepat rusak. Penyimpanan produk beku bisa selama sebulan atau kadang-
kadang beberapa tahun (Winarno, 1980). Ada dua pengaruh pendinginan
terhadap makanan yaitu : 1) penurunan suhu akan mengakibatkan penurunan
proses kimia mikrobiologi dan biokimia yang berhubungan dengan kelayuan
(senescene), kerusakan (decay), dan pembusukan, 2) pada suhu dibawah 0OC
air akan membeku dan terpisah dari larutan pembekuan es, yang mirip dalam
hal air yang diuapkan pada pengeringan (Buckle, 1987). Pengawetan pangan
dalam pembekuan melibatkan dua metode pengendalian pertumbuhan
mikroorganisme : 1) laju reaksi mikroorganisme dikurangi oleh suhu rendah,
juga laju pertumbuhan kimia yang tidak dikehendaki, berkuanrang pada suhu
25
rendah. 2) sejumlah besar air bebas dalam pangan diubah menjadi es, sehingga
tidak dapat dipergunakan oleh mikroorganisme (Gaman dan Sherrington,
1994).
D. Hipotesis
Variasi tingkat substitusi tepung kacang tunggak terhadap tepung terigu
sebagai bahan pengikat pada pembuatan nugget ikan lele diduga berpengaruh pada
sifat fisik, kimia dan tingkat kesukaan nugget ikan lele yang dihasilkan.