ii. tinjauan pustaka 2.1 konsep status sosial ekonomidigilib.unila.ac.id/13709/15/bab ii.pdf · dan...

24
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Status Sosial Ekonomi Untuk mengemukakan pengertian tentang status sosial ekonomi terlebihdahulu dikemukakan tentang status. Status Sosial menurut Soerjono Soekanto (1990: 265) adalah: "Menunjuk pada kedudukan sosial yang diartikan sebagai tempat seseorang secara umum dalam masyarakatnya sehubungan dengan orang-orang lain, dalam arti lingkungan pergaulannya". Pernyataan diatas memperlihatkan bahwa status sosial menunjuk kedudukan yang menempatkan seseorang pada posisi tertentu dalam suatu kelompok sosial. Dengan kata lain, kedudukan seseorang memilikihubungan dengan kedudukan orang-orang lain didalam kelompok sosial tersebut. Lebih lanjut FS. Chaplin (1982) dalam buku diferensiasi sosial memberikan pengertian Status Sosial Ekonomi sebagai berikut: "Status sosial ekonomi sebagai posisi yang ditempati individu atau keluarga berkenaan dengan ukuran rata-rata yang umum terjadi tentang pemilikan struktural, pendapatan efektif, pemilikan berang-barang dan partisipasi dalam aktivitas kelompok dalam komunitasnya". Kaare Svalastoga, 2005: 26). Dan menurut Hanasee Malo (1985: 75) berpendapat bahwa status sosial ekonomi adalah kedudukan suatu keluarga dalam struktur sosial masyarakat dilihat dari

Upload: vanhanh

Post on 03-Mar-2019

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

15

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Status Sosial Ekonomi

Untuk mengemukakan pengertian tentang status sosial ekonomi terlebihdahulu

dikemukakan tentang status.

Status Sosial menurut Soerjono Soekanto (1990: 265) adalah:

"Menunjuk pada kedudukan sosial yang diartikan sebagai tempat seseorang

secara umum dalam masyarakatnya sehubungan dengan orang-orang lain,

dalam arti lingkungan pergaulannya".

Pernyataan diatas memperlihatkan bahwa status sosial menunjuk kedudukan yang

menempatkan seseorang pada posisi tertentu dalam suatu kelompok sosial. Dengan

kata lain, kedudukan seseorang memilikihubungan dengan kedudukan orang-orang

lain didalam kelompok sosial tersebut.

Lebih lanjut FS. Chaplin (1982) dalam buku diferensiasi sosial memberikan

pengertian Status Sosial Ekonomi sebagai berikut:

"Status sosial ekonomi sebagai posisi yang ditempati individu atau keluarga

berkenaan dengan ukuran rata-rata yang umum terjadi tentang pemilikan

struktural, pendapatan efektif, pemilikan berang-barang dan partisipasi

dalam aktivitas kelompok dalam komunitasnya". Kaare Svalastoga, 2005:

26).

Dan menurut Hanasee Malo (1985: 75) berpendapat bahwa status sosial ekonomi

adalah kedudukan suatu keluarga dalam struktur sosial masyarakat dilihat dari

16

tingkat pendidikan dan pendapatan.Pendapat tersebut diatas juga dipertegas oleh

Duncan yang dikutip oleh Kaare Svalastoga dalam bukunya Diferensiasi Sosial

yakni di dalam skala status sosial ekonomi Duncan menggunakan dua komponen,

yakni Pendapatan dan Pendidikan (Kaare Svalastoga, 2005: 37).

Dari pengertian dan ruang lingkup status sosial ekonomi tersebut, maka yang

dimaksud status sosial ekonomi dalam penelltian ini adalah: Suatu Tempat atau

posisi sosial masyarakat. Tempat atau posisi sosial ekonomi tersebut diketahui

melalui tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan. Bagi seseorang atau golongan

yang mempunyai pemilikan atas sumber ekonomi dan tingkat pendidikan, maka ia

akan diperhitungkan dalam strata tertentu dalam masyarakat.

2.1.1 Pengertian Tingkat Pendidikan

A. Pengertian Pendidikan

Henurut Zahara Idris (1983: 11) Pendidikan adalah:

"Serangkaian kegiatan komunikasi yang bertujuan, antara manusia dewasa

dengan si anak secara tatap muka atau dengan menggunakan media dalam

rangka supaya menjadi manusia dewasa yang bertanggung jawab.Potensi

disini adalah potensi fisik, emosi, sosial, sikap moral, pengetahuan dan

keterampilan.

Menurut H. Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati (1991: 69) dalam bukunyaIlmu

Pendidikan mengatakan bahwa:

"Pendidikan adalah suatu kegiatan yang secara sadar dan disengaja serta

penuh tanggung jawab yang dilakukan oleh orang dewasa kepada anak

sehingga timbul interaksi dari keduanya agar anak tersebut mencapai

kedewasaan yang dicita-citakan.

17

Berdasarkan batasan-batasan tersebut diatas mengenai .pendidikan maka dapat

dislmpulkan bahwa pendidikan adalah:

Serangkaian kegiatan yang dilakukan secara sadar/interaksi yang disengaja, dengan

tujuan untuk meningkatkan pengetahuan serta pengalaman, keterampilan, dan

sikap individu sehingga terjadi perubahan jasmani dan rohani menuju

pengembangan kedewasaan. Proses pendewasaan ini berbeda satu dengan yang lain

karena pengaruh pendidikan itu, artinya semakin tinggi pendidikan saseorang akan

semakin tinggi pula pengetahuan keterampilan dan sikapnya.

B. Bentuk-bentuk dan Tingkat Pendidikan

Menurut Philip Coombs yang dikutip oleh Zahara Idris (1983:58) dalam bukunya

dasar-dasar kependidikan menyatakan bahwa pendidikan itu dapat dibedakan

menjadi 3 bentuk yaitu:

1. Pendidikan Informal

Pendidikan Informal ialah proses pendidikan yang diperoleh seseorang dari

pengelaman sehari-hari dengan sadar atau tidak sadar, pada umumnya tidak teratur

dan tidak sistematis, sejak seorang lahir sampai mati seperti didalam keluarga,

tetangga, pekerjaan, didalam pergaulan sehari-hari.

2. Pendidikan Formal

Pendidikan Formal yang kita kenal dengan pendidikan sekolah, yang teratur,

sistematis, mempunyai jenjang dan yang dibagi dalam waktu-waktu tertentu yang

berlangsung dari Taman Kanak-kanak sampai Perguruan Tinggi.

18

3. Pendidikan Non Formal

Pendidikan Non Formal ini sering disebut juga dengan pendidikan diluar sekolah,

ialah pandidikan yang diperoleh seseorang secara teratur, terarah, disengaja, tetapi

tidak terlalu mengikuti "peraturan yang ketat.

Dalam pasal 12 Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (1989) menyatakan

bahwa:

"Tingkat pendidikan adalah jenjang atau tingkat dari suatu pendidikan yang

ada dinegara kita adalah pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan

pendidikan tinggi.Jenjang pendidikan yang termasuk jalur pendidikan dasar

terdiri dari (TK/SD), Pendidikan Menengah (SMP/SMA), dan Pendidikan

tinggi (Universitas/Akademi)”.

Berdasarkan pengertian diatas dalam penelitian ini tingkat pendidikan yang

dimaksud adalah jenjang pendidikan formal teraknir yang pernah ditempuh dan di

tamatkan oleh seseorang yang berijazah.

2.1.2 Pengertian Pendapatan

Pengertian pendapatan menurut Mulyanto sumardi dan Hans Dieter Evers (1982: 9)

yaitu:

"Pendapatan adalah jumlah penerimaan yang diperoleh suatu keluarga yang

bersumber dari pekerjaan pokok termasuk juga pekerjaan

tambahan.Pendapatan ini berkaltan erat dengan jenis pekerjaan seseorang,

karena pendapatan ini adalah merupakan imbalan atas pekerjaan yang telah

dilakukan seseorang.Jadi dapat dikatakan bahwa pekerjaan merupakan alat

untuk memperojeh pendapatan dan biasanya imbalan yang diberikan berupa

barang atau uang".

Menurut Masri Singarimbun dan Sofian Efendi (1987:24) mengatakan bahwa

pendapatan adalah gambaran yang paling tepat tentang posisi ekonomi keluarga

dalam masyarakat.

19

Menurut Winardi (1984:136) menyatakan bahwa pendapatan adalah berupa

equivalen (sederajat) dengan uang selama periode tertentu, yaitu berupa

penghasilan seseorang seperti gaji biaya sewa / honorarium.

Kemudian menurut Biro Pusat Statistik (2012), pengertian pendapatan dan

penerimaan dapat dibedakan 2 jenis:

1. Pendapatan Faktor yang Didistribusikan

Pendapatan faktor golongan ini dapat dibagi lagi menurut sumbernya menjadi:

a. Penghasilan sebagai upah.

b. Penghasilan dari usaha sendiri dan pekerjaan bebas.

c. Penghasilan dari pemilikan harta.

2. Transfer yang bersifat Redistributif

Golongan ini, terutama terdiri dari transfer pendapatan yang tidak bersifat mengikat

biasanya bukan merupakan imbalan atas penyerahan barang/jasa/harta milik.

A. Pengertian Tingkat Pendapatan

Adapun yang dimaksud dengan tingkat pendapatan adalah tingkat nidup yang

dinikmati oleh seseorang individu atau keluarga yang didasarkan atas penghasilan

mereka atas sumber-sumber penghasilan lainnya. (Winardi, 1984: 248)

Dari pendapatan tersebut dapat dinyatakan bahwa tingkat pendapatan adalah

jenjang penghasilan yang diterima atau diperoleh keluarga dalam satu bulan baik

berupa uang atau barang dimana yang berupa barang dikonversikan kedalam

rupiah, yang bersumber dari pekerjaan pokok dan pekerjaan tambahan dan dengan

melihat jumlah tanggungan keluarga.

20

2.2 Pengertian Tindak Kejahatan

Menurut J.E Sahetapy dan Mardjono Reksodipuroi menyatakan bahwa:

“Kejahatan adalah setiap perbuatan (termasuk kelaiaian) dilarang oleh

hukum publik untuk melindungi masyarakat dan diberi sanksi berupa

pidana oleh negara.Perbuatan tersebut diberi hukum pidana penjara karena

perbuatan tersebut meianggar norma-norma masyarakat, yaitu harapan

masyarakat mengenai tingkah laku yang patut dari seseorang warga

negaranya". (AbdulSyani, 1989: 12)

Selanjutnya W.A Bonger (1981) mengatakan bahwa:

“Kejahatan adalah perbuatan yang sangat anti sosiai yang memperoleh

tantangan dengan sadar dari negara berupa pemberian penderitaan (hukum

atau tindakan)”.(AbdulSyani, 1989: 12)

Dari pendapat-pendapat tersebut diatas maka dapat dikatakan bahwa tindakan

kejahatan, merupakan perbuatan yang menyimpang dari ketentaan-ketentuan

umum, atau suatu perbuatan itu menyimpang jika perbuatan itu bertentangan

dengan hukum, dan norma masyarakat. Tindakan Kejahatan dapat ditinjau dari

beberapa aspek sebagai berikut:

1. Kejahatan ditinjau dari aspek yuridis yaitu: Jika seseorang melanggar

peraturan atau undang-undang pidana dan ia dinyatakan bersalah oleh

pengadilan serta dijatuhi hukuman. Dalam hal ini jika seseorang belum dijatuhi

hukuman, berarti orang tersebut belum dikatakan sebagai penjahat.

2. Kejahatan ditinjau dari aspek sosial ialah: Jika seseorang mengalami kegagalan

dan menyesuaikan diri atau berbuat menyimpang densen sadar atau tidak sadar

dari norma-norma yang berlaku didalam masyarakat sehingga perbuatannya

tidak dibenarkan oleh masyarakat yang bersangkutan.

21

3. Kejahatan ditinjau dari aspek ekonomis ialah: Jika seseorang atau lebih

dianggap merugikan orang lain dengan membebankan kepentingan

ekonominya kepada orang lain/ masyarakat sekelilingnya sehingga ia dianggap

sebagai penghambat atas kebahagian pihak lain. (AbdulSyani, 1989: 12)

Selain aspek-aspek tersebut diatas, masih banyak lagi aspek lain seperti aspek

intelegensia, aspek agama, aspek fiisafat, dan sebagainya. Ini menunjukkan kepada

kita bahwa betapa rumit dan kompleksnya tindakan kejahatan. (AbdulSyani: 1989:

12) Menurut Djamaludin Nurdin Hamid dalam makalahnya yang berjudul "Peran

Legislatif Mengawasi dan Ikut Menanggulangi Kriminalitas, Prostitusi, dan

Perjudian" menyatakan Bahwa"Penyebab tindakan kejahatan antara lain adalah :

1. Anomali moral (kelainan moral) atau degenarasi ethis/susila adanya relasi

antara proses degenarasi dengan kriminalitas.

2. Kemiskinan dan Kesengsaraan.

3. Pengaruh Eksternal yang jahat.

4. Lingkungan Sosial yang buruk.

5. Situasi dan kondisi kenegarain dan pemerintah.

Selanjutnya AbdulSyani menyatakan bahwa faktor-faktor yang dapat menimbulkan

tindakan kejahatan terdiri atas dua bagian yaitu faktor bersumber dari luar diri

individu (ekstern). Faktor-faktor yang bersumber dari dalam diri individu:

1. Sifat khusus dalam diri individu, ini ada hubungannya dengan keadaan

psikologis diri individu. Adapun sifat-sifat khusus yang dapat menimbulkan

tindakan kejahatan antara lain :

22

A. Sakit Jiwa

B. Daya Emosional

C. Rendahnya Mental

D. Anomi

2. Sifat umum dalam diri individu.

Sifat umum dapat dikatagorikan atas beberapa macam, yaitu:

A. Umur

B. Sex

C. Kedudukan individu didalam masyarakat

D. Masalah rekreasi atau hlburan individu

Faktor-faktor yang bersumber dari luar diri individu:

1. Faktor ekonomi

A. Tentang perubahan-perubahan harga

B. Pengangguran

C. Urbanisasi

D. Faktor agama

E. Faktor film (termasuk televisi)(Abdul Syani, 1989:44)

Sejalan dengan pendapat tersebut diatas, Robert K. Merton dalam teori Anominya

mengemukakan:

"Anomiterjadi dimana penekanan berlebihan diletakan pada satu pilihan

dengan pengorbanan lainnya, penekanan pada hal yang berlebihan

menyebabkan "orang mengambil cara apapun syah maupun tidak".

23

2.2.1 Pengertian Tindak Kejahatan Pencurian

Pengertian dan ketentuan mengenai kejahatan pencurian diatur dalam buku kedua

Bab XXII Undang-undang Hukum Pidana yaitu sebagai berikut:

1. Pencurian dalam bentuk yang pokok

2. Pencurian dalam bentuk pemberatan

3. Pencurian ringan

4. Pencurian dalam keluarga

1. Pencurian Dalam Bentuk Yang Pokok

Pencurian dalam bentuk yang pokok ini diatur dalam pasal 362Kitab

Undang-undang Hukum Pidana sebagai berikut:

Barang siapa mengambil barang sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian

kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk dimiliki secara melawan

hukum, diancam karena pencurian dengan pidana penjara paling lama lima

tahun atau denda paling banyak enam puluh rupiah", (Moeljatna: 1992:154)

Dari pengertian diatas terdapat unsur-unsur:

Subyektif:

Mengambil

Barang sesuatu

Sifat status benda itu:

Seluruh kepunyaan orang lain

Sebagian kepunyaan orang lain

Obyektif

Maksud

Memiliki secara melawan hukum

24

2. Pencurian Dengan Pemberatan

Pencurian dengan pemberatan adalah perbuatan pencurian yang memiliki

unsur-unsur pencurian dalam bentuk yang pokok karena ditambah unsur-unsur

yang lain sehingga hukumannya diperberat. Pencurian dengan pemberatan ini

diatur dalam pasal 363 dan 365 Kitab Undang-undang Hukum Pidana.

Pasal 363 (1) diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun:

Ke-1.

Ke-2.

Ke-3.

Ke-4.

Ke-5.

Pencurian Ternak

Pencurian pada waktu ada kebakaran, letusan gempa bumi atau gempa

laut,banjir, gunung meletus, kapal karam, kapal terdampar, kecelakaan

kereta api, huru hara, pemberontakan atan banyak perang.

Pencurian diwaktu malam dalam sebuah rumah atau pekarangan tertutup

yang ada rumahnya, yang dilakukan oleh orang yang ada disitu tidak

diketahui atau tidak dikehendaki oleh yang berhak.

Pencurian yang dilakukan oleh dua orang atau lebih denganbersekutu,

Pencurian yang untuk masuk ketempat melakukan kejahatan atauuntuk

sampai pada barang yang diambil dilakukan dengan marusak, memotong

atau memanjat atau dengan memakai anak kunci palsu, perintah palsu

atau pakaian jabatan palsu.

Pasal 362 (2) Jika pencurian yang diterangkan dalam ke-3 disertai dengan salah

satu tersebut ke-4 dan ke-5 maka dikenakan pidana paling lama sembilan tahun.

Pasal 365 (1) Diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun,

pencurian yang didahului, disertai atau diikuti dengan kekerasan atan ancaman

kekerasan, terhadap orang dengan maksud untuk mempersiap atau mernpermudah

pencurlan atau dalam hal tertangkap tangan, untuk memungkinkan melarikan diri

sendiri atau peserta lainnya atau untuk tetap menguasai barang yang dicurinya. (2).

Diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun:

25

Ke-1.

Ke-2.

Ke-3.

Ke-4.

(3).

(4).

Jika perbuatan dilakukan pada waktu malam dalam sebuah rumahatau

pekarangan tertutup yang ada rumahnya, dijalan umum atau dalam kereta

api atau trem yang sedang berjalan.

Jika perbuatan dilakukan oleh dua orang atau lebih denganbersekutu.

Jika masuknya ketempat melakukan kejahatan, dengan merusakatau

memargat atau dengan memakai anak kunci palsu, perintah palsu atau

pakaian jabatan palsu.

Jika perbuatan mengaklbatkan luka-luka berat.

Jika perbuatan mengakibatkan mati, maka dikenakan pidana

penjarapaling lama lima belas tahun.

Diancam dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup

atauselama waktu tertentu paling lama dua puluh tahun, jika perbuatan

mengakibatkan mati atau luka berat dan dilakukan oleh dua orang atau

lebih dengan bersekutu, pula disertai oleh salah satu hal yang diterangkan

dalam no. 1 dan 3

3. Pencurian Ringan

Pencurian ringan adalah: perbuatan pencurian yang memiliki uiisur-unsur

pencurian dalam bentuk yang pokok karena ditambah unsur-unsur yang lain

sehingga hukumannya diperingan. Pencurian ringan ini diatur dalam pasal 364

Kitab Undang-undang Kukum Pidana.

Pasal 364. Perbuatan yang diterangkan dalam pasal 362 dan pasal 363 Ke- 4

begitupun perbuatan yang diterangkan dalam pasal 363 Ke- 5, Apabila tidak

dilakukan dalam sebuah rumah atau pekarangan tertutup yang ada rumahnya, jika

harga barang yang dicuri tidak lebih dari dua puluh lima rupiah, dikenai karena

pencurian ringan, pidana penjara paling lama tiga bulan atau denda paling banyak

enam puluh rupiah.

4. Pencegahan Kriminalitas

A. Alasan mengutamakan pencegahan kriminalitas

Sebelum dilakukan pembahasan masalah pencegahan kriminalitas dan

penyimpangan lain, maka ingin terlebih dahulu diajukan beberapa alasan mengapa

26

mencurahkan perhatian yang lebih besar pada pencegahan sebelum kriminalitas

dan penyimpangan lain dilakukan.

Adapun alasannya adalah antara lain sebagai berikut:

1. Tindakan pencegahan adalah lebih baik daripada tindakan represif dan koreksi.

Usaha pencegahan tidak selalu memerlukan suatu organisasi yang rumit dan

birokrasi, yang dapat menjurus ke arah birokratisme yang merugikan

penyalahgunaan kekuasaan/wewenang. Usaha pencegahan adalah lebih

ekonomis bila dibandingkan dengan usaha represif dan rehabilitasi. Untuk

melayani jumlah orang yang lebih besar jumlahnya tidak diperlukan banyak

dan tenaga seperti pada usaha represif dan rehabilitasi menurut perbandingan.

Usaha pencegahan juga dapat dilakukan secara perorangan sendiri-sendiri dan

tidak selalu memerlukan keahlian seperti pada usaha represif dan rehabilitasi.

Misalnya menjaga diri jangan sampai menjadi korban kriminalitas, tidak lalai

mengunci rumah/kendaraan, memasang lampu di tempat gelap dan lain-lain.

2. Usaha pencegahan tidak perlu menimbulkan akibat yang negatif seperti antara

lain; stigmatisasi (pemberian cap pada yang dihukum/dibina), pengasingan,

penderitaan-penderitaan dalam berbagai bentuk, pelanggaran hak asasi,

permusuhan/kebencian terhadap satu sama lain yang dapat menjurus ke arah

residivisme. Viktimisasi struktural (penimbulan korban struktur tertentu dapat

diku-rangi dengan adanya usaha pencegahan tersebut, misalnya korban suatu

sistem penghukuman, peraturan tertentu sehingga dapat mengalami

penderitaan mental, fisik dan sosial).

3. Usaha pencegahan dapat pula mempererat persatuan, kerukunan dan

meningkatkan rasa tanggung jawab terhadap sesama anggota masyarakat.

27

Dengan demikian usaha pencegahan dapat membantu orang mengembangkan

orang bernegara dan bermasyarakat lebih baik lagi, Oleh karena mengamankan

dan mengusahakan stabilitas dalam masyarakat, yang diperlukan demi

pelaksanaan pembangunan Nasional untuk mencapai masyarakat yang adil dan

makmur. Usaha pencegahan kriminalitas dan penyimpangan lain dapat

merupakan suatu usaha menciptakan kesejahteraan mental, fisik dan sosial

seseorang.

B. Arti Pencegahan

Dalam usaha pencegahan kriminalitas, kata pencegahan dapat berarti antara lain

mengadakan usaha perubahan yang positif. Sehubungan dengan pemikiran ini,

maka dalam rangka merubah perilaku kriminal, kita harus merubah lingkungan

(abstrak dan kongkrit) dengan mengurangi hal yang mendukung perbuatan kriminal

yang ada dan menambah risiko yang dikandung pada suatu perbuatan

kriminal(tidak merehabilitasi si pelaku kriminil). Usaha pencegahan kriminalitas

bergantung pada dua aspek perbaikan lingkungan tersebut di atas, terutama yang

pertama. Ilmu pengetahuan dan tekonologi sehubungan dengan perilaku akan

dikembangkan sampai suatu titik di mana perilaku menyimpang yang utama dapat

diawasi. Nilai yang sesungguhnya dari ilmu pengetahuan tadi adalah apabila ia

dapat mendesain suatu lingkungan di mana orang dapat berkembang sedemikian

rupa, sehingga tidak terjadi perilaku menyimpang (dikuatkan).

Dikatakan bahwa manusia itu adalah suatu hasil dari lingkungannya. Menurut

pandangan seorang biolog susunan fisik seseorang adalah suatu adaptasi terhadap

pengaruh lingkungan.

28

Seorang psikolog menunjukkan pentingnya pengkondisian lingkungan. Para

sosiolog dan antropolog telah merifer pada kultur dan masyarakat sebagai respons

adaptasi dari situasi lingkungan. Dapat dikatakan perilaku kriminaladalah suatu

perilaku yang beradaptasi pada atau hasil kondisi lingkungan tertentu. Dengan

demikian kita sampai pada perhatian adaptasi pada suatu lingkungan sebagai suatu

proses yang menentukan. Dikatakan bahwa perilaku kriminalitu mengandung

beberapa unsur lain seperti:

a. Unsur pendukung pada suatu perbuatan kriminil,

b. Risiko yang dikandung dalam pelaksanaan suatu kriminalitas,

c. Masa lampau yang mengkondisikan seorang individu terlibat,

d. Struktur kemungkinan untuk melakukan suatu kriminalitas.

Unsur yang terakhir kemungkinan/kesempatan untuk melakukan kriminalitas juga

ada hubungannya dengan pola-pola respons yang berbeda-beda karena seorang

individu tidak akan berlaku kriminaldan menimbulkan korban sampai ada suatu

ke-sempatan untuk berbuat kriminalmuncul dengan sendirinya dalam suatu

lingkungan. Lokasi kriminalitas ada pada suatu lingkungan dan tidak ada pada

seorang individu. Suatu sturuktur lingkungan yang yang sesuai bagi seorang akan

memungkinkan orang tersebut menjadi kriminalatau tidak kriminil. Misalnya:

Sistem pengawasan lemah dan lingkungan yang sepi, gelap, berdesak-desakan.

Perilaku adalah suatu proses penentuan keputusan, didasarkan pada pengalaman

masa lampau dan kini, seseorang yang dipergunakan untuk beradaptasi pada

lingkungan yang akan datang dengan merubah lingkungan. Perilaku adalah suatu

hasil interaksi suatu organisme dan lingkungan. Organisme itu dibentuk

sedemikian rupa untuk dapat menerimatanda-tandaatau pesan-pesan dari

29

lingkungan dan untuk berrespons terhadap tanda-tanda ini melalui perilaku.

Perilaku adalah suatu proses yang menghubungkan atau merupakan sarana suatu

organisme menyesuaikan diri atau beradaptasi pada suatu lingkungan. Jadi perilaku

adalah adaptasi suatu organisme pada suatu lingkungan. Organisme manusia

merupakan suatu input-output proses yang mempunyai tiga aspek hakiki yaitu:

1. Input atau reseptor

2. Organisasi atau koneksi,

3. Output atau efektor.

Perilaku suatu organisme adalah hasil dari kondisi-kondisi lingkungan masa

lampau dan kondisi masa depan yang diubah oleh atau sebagai akibat suatu

perilaku. Titik beratnya adalah pada akibat masa depan perilaku dan tidak pada

yang dari masa lampau. Perilaku dilihat sebagai suatu proses adaptif pada

kondisi-kondisi lingkungan. Perilaku berorientasi pada masa dan tidak pada masa

lampau, Untuk merubah perilaku yang menyimpang kita harus secara langsung

menghilangkan lingkungan pendukungnya yang mempertahankan perilaku

kriminaltersebut. Dengan demikian pengertian pencegahan itu dapat berarti luas

dan memperhitungkan perkembangan hidup manusia yang berhubungan erat

dengan lingkungan (yang abstrak dan kongkrit) dengan titik berat pada hari ini dan

hari kemudian seseorang.

Tujuan pencegahan kriminalitas akan mempengaruhi penentuan kebijaksanaan

pelaksanaannya. Adapun tujuan dari suatu usaha pencegahan kriminalitas adalah

antara lain mencapai masyarakat yang adil dan makmur (material dan spiritual).

Dengan demikian maka tujuan tadi dapat meliputi:

30

1) Pemeliharan kelestarian hidup bersama manusia,

2) Penjaminan kepastian hidup dan rasa aman tentram setiap warganegara,

3) Mempertahankan ketertiban dan keamanan masyarakat,

4) Pengurangan penyimpangan perilaku warga negara dan yang berkuasa (politis,

ekonomis, religius).

Usaha pencegahan kriminalitas yang disamping memperhatikan perbaikan

lingkungan juga memperhitungkan pembinaan mental dapat dianggap sebagai satu

cara yang paling baik, meskipun pemantapannya adalah tidak mudah dan makan

waktu. Tetapi apabila berhasil, ini akan merupakan pemberian perlengkapan hidup,

yang dapat membantu orang mampu berdiri sendiri dalam menghadapi tantangan

hidup yang negatif dan yang menjurus kepada melakukan hal-hal yang negatif.

Pemberian kelengkapan hidup ini akan lebih berhasil lagi apabila para anggota

suatu masyarakat certentu dapat mendukung dan memberikan kesempatan pada

yang telah dibina tersebut, mengembangkan dan mencapai cita-citanya untuk

memenuhi keperluan fisik, mental dan sosiainya secara halal, dan agar selanjutnya

dapat menolong orang lain dan mengabdi pada masyarakat.

Misalnya; orang yang selesai mengalami hukuman penjara setelah dibina di

Lembaga Pemasyarakatan dan ditolong oleh anggota masyarakat atau suatu

organisasi pembinaan kemudianmenolong sesamanya dan meniadi orang yang

berguna bagi masyarakat di kemudian hari.

31

5. Pencurian Dalam Keluarga

Pencurian dalam keluarga ini diatur dalam pasal 367

(1).

(2).

(3).

Jika pembuat atau pembantu dari salah satu kejahatan dalam bab ini adalah

suami (istri) dari orang yang terkena kejahatan, dan tidak terpisah meja dan

tempat tidur atau terpisah harta kekayaan, maka terhadap pembuat atau

pembantu itu, tidak mungkin diadakan tuntutan pidana.

Jika dia adalah suami (istri) yang terpisah meja dan tempat tidur atau

terpisah harta kekayaan, atau jika dia keluarga sedarah atau semanda, baik

dalam garis lurus, maupun garis menyimpang dari derajat kedua, maka

terhadapnya hanya mungkin diadakan penuntutan jika pengaduan yang

terkena kejahatan.

Jika menurut lembaga matriarikhal, kekuasaan bapak dilakukan oleh orang

lain daripada bapak kandungnya maka aturan tersebut ayat diatas, berlaku

bagi orang itu.

Dari pendapat diatas maka dapat disimpulkan tindak kejahatanpencurian pada

penelitian ini adalah jika seseorang/sekelompok orang mengambil barang atau

sesuatu kepunyaan/milik orang lain dengan maksud untuk memiliki secara

melawan hukum dan perbuatannya telah diputuskan oleh hakim.

6. Pencegahan Kriminalitas

A. Alasan mengutamakan pencegahan kriminalitas

Sebelum dilakukan pembahasan masalah pencegahan kriminalitas dan

penyimpangan lain, maka ingin terlebih dahulu diajukan beberapa alasan mengapa

mencurahkan perhatian yang lebih besar pada pencegahan sebelum kriminalitas

dan penyimpangan lain dilakukan.

Adapun alasannya adalah antara lain sebagai berikut:

4. Tindakan pencegahan adalah lebih baik daripada tindakan represif dan koreksi.

Usaha pencegahan tidak selalu memerlukan suatu organisasi yang rumit dan

birokrasi, yang dapat menjurus ke arah birokratisme yang merugikan

penyalahgunaan kekuasaan/wewenang. Usaha pencegahan adalah lebih

32

ekonomis bila dibandingkan dengan usaha represif dan rehabilitasi. Untuk

melayani jumlah orang yang lebih besar jumlahnya tidak diperlukan banyak

dan tenaga seperti pada usaha represif dan rehabilitasi menurut perbandingan.

Usaha pencegahan juga dapat dilakukan secara perorangan sendiri-sendiri dan

tidak selalu memerlukan keahlian seperti pada usaha represif dan rehabilitasi.

Misalnya menjaga diri jangan sampai menjadi korban kriminalitas, tidak lalai

mengunci rumah/kendaraan, memasang lampu di tempat gelap dan lain-lain.

5. Usaha pencegahan tidak perlu menimbulkan akibat yang negatif seperti antara

lain; stigmatisasi (pemberian cap pada yang dihukum/dibina), pengasingan,

penderitaan-penderitaan dalam berbagai bentuk, pelanggaran hak asasi,

permusuhan/kebencian terhadap satu sama lain yang dapat menjurus ke arah

residivisme. Viktimisasi struktural (penimbulan korban struktur tertentu dapat

diku-rangi dengan adanya usaha pencegahan tersebut, misalnya korban suatu

sistem penghukuman, peraturan tertentu sehingga dapat mengalami

penderitaan mental, fisik dan sosial).

6. Usaha pencegahan dapat pula mempererat persatuan, kerukunan dan

meningkatkan rasa tanggung jawab terhadap sesama anggota masyarakat.

Dengan demikian usaha pencegahan dapat membantu orang mengembangkan

orang bernegara dan bermasyarakat lebih baik lagi, Oleh karena mengamankan

dan mengusahakan stabilitas dalam masyarakat, yang diperlukan demi

pelaksanaan pembangunan Nasional untuk mencapai masyarakat yang adil dan

makmur. Usaha pencegahan kriminalitas dan penyimpangan lain dapat

merupakan suatu usaha menciptakan kesejahteraan mental, fisik dan sosial

seseorang.

33

B. Arti Pencegahan

Dalam usaha pencegahan kriminalitas, kata pencegahan dapat berarti antara lain

mengadakan usaha perubahan yang positif. Sehubungan dengan pemikiran ini,

maka dalam rangka merubah perilaku kriminil, kita harus merubah lingkungan

(abstrak dan kongkrit) dengan mengurangi hal yang mendukung perbuatan

kriminalyang ada dan menambah risiko yang dikandung pada suatu perbuatan

criminal (tidak merehabilitasi si pelaku kriminil). Usaha pencegahan kriminalitas

bergantung pada dua aspek perbaikan lingkungan tersebut di atas, terutama yang

pertama. Ilmu pengetahuan dan tekonologi sehubungan dengan perilaku akan

dikembangkan sampai suatu titik di mana perilaku menyimpang yang utama dapat

diawasi. Nilai yang sesungguhnya dari ilmu pengetahuan tadi adalah apabila ia

dapat mendesain suatu lingkungan di mana orang dapat berkembang sedemikian

rupa, sehingga tidak terjadi perilaku menyimpang (dikuatkan).

Dikatakan bahwa manusia itu adalah suatu hasil dari lingkungannya. Menurut

pandangan seorang biolog susunan fisik seseorang adalah suatu adaptasi terhadap

pengaruh lingkungan

Seorang psikolog menunjukkan pentingnya pengkondisian lingkungan. Para

sosiolog dan antropolog telah merifer pada kultur dan masyarakat sebagai respons

adaptasi dari situasi lingkungan. Dapat dikatakan perilaku criminal adalah suatu

perilaku yang beradaptasi pada atau hasil kondisi lingkungan tertentu. Dengan

demikian kita sampai pada perhatian adaptasi pada suatu lingkungan sebagai suatu

proses yang menentukan. Dikatakan bahwa perilaku kriminalitu mengandung

beberapa unsur lain seperti:

34

e. Unsur pendukung pada suatu perbuatan kriminil,

f. Risiko yang dikandung dalam pelaksanaan suatu kriminalitas,

g. Masa lampau yang mengkondisikan seorang individu terlibat,

h. Struktur kemungkinan untuk melakukan suatu kriminalitas.

Unsur yang terakhir kemungkinan/kesempatan untuk melakukan kriminalitas juga

ada hubungannya dengan pola-pola respons yang berbeda-beda karena seorang

individu tidak akan berlaku kriminaldan menimbulkan korban sampai ada suatu

kesempatan untuk berbuat criminal muncul dengan sendirinya dalam suatu

lingkungan. Lokasi kriminalitas ada pada suatu lingkungan dan tidak ada pada

seorang individu. Suatu sturuktur lingkungan yang yang sesuai bagi seorang akan

memungkinkan orang tersebut menjadi criminal atau tidak kriminil. Misalnya:

Sistem pengawasan lemah dan lingkungan yang sepi, gelap, berdesak-desakan.

Perilaku adalah suatu proses penentuan keputusan, didasarkan pada pengalaman

masa lampau dan kini, seseorang yang dipergunakan untuk beradaptasi pada

lingkungan yang akan datang dengan merubah lingkungan. Perilaku adalah suatu

hasil interaksi suatu organisme dan lingkungan. Organisme itu dibentuk

sedemikian rupa untuk dapat menerimatanda-tandaatau pesan-pesan dari

lingkungan dan untuk berrespons terhadap tanda-tanda ini melalui perilaku.

Perilaku adalah suatu proses yang menghubungkan atau merupakan sarana suatu

organisme menyesuaikan din atau beradaptasi pada suatu lingkungan. Jadi perilaku

adalah adaptasi suatu organisme pada suatu lingkungan. Organisme manusia

merupakan suatu input-output proses yang rriempunyai tiga aspek hakiki yaitu:

35

1. Input atau reseptor

2. Organisasi atau koneksi,

3. Output atau efektor.

Perilaku suatu organisme adalah hasil dari kondisi-kondisi lingkungan masa

lampau dan kondisi masa depan yang diubah oleh atau sebagai akibat suatu

perilaku. Titik beratnya adalah pada akibat masa depan perilaku dan tidak pada

yang dari masa lampau. Perilaku dilihat sebagai suatu proses adaptif pada

kondisi-kondisi lingkungan. Perilaku berorientasi pada masa dan tidak pada masa

lampau, Untuk merubah perilaku yang menyimpang kita harus secara langsung

menghilangkan lingkungan pendukungnya yang mempertahankan perilaku

kriminaltersebut. Dengan demikian pengertian pencegahan itu dapat berarti luas

dan memperhitungkan perkembangan hidup manusia yang berhubungan erat

dengan lingkungan (yang abstrak dan kongkrit) dengan titik berat pada hari ini dan

hari kemudian seseorang.

Tujuan pencegahan kriminalitas akan mempengaruhi penentuan kebijaksanaan

pelaksanaannya. Adapun tujuan dari suatu usaha pencegahan krimii, litas adalah

antara lain mencapai masyarakat yang adil dan makmur (material dan spiritual).

Dengan demikian maka tujuan tadi dapat meliputi:

5) Pemeliharan kelestarian hidup bersama manusia,

6) Penjaminan kepastian hidup dan rasa aman tentram setiap warganegara,

7) Mempertahankan ketertiban dan keamanan masyarakat,

8) Pengurangan penyimpangan perilaku warga negara dan yang berkuasa (politis,

ekonomis, religius).

36

Usaha pencegahan kriminalitas yang disamping memperhatikan perbaikan

lingkungan juga memperhitungkan pembina-an mental dapat dianggap sebagai satu

cara yang paling baik, meskipun pemantapannya adalah tidak mudah dan makan

waktu. Tetapi apabila berhasil, ini akan merupakan pemberian perlengkapan hidup,

yang dapat membantu orang mampu berdiri sendiri dalam menghadapi tantangan

hidup yang negatif dan yang menjurus kepada melakukan hal-hal yang negatif.

Pemberian kelengkapan hidup ini akan lebih berhasil lagi apabila para anggota

suatu masyarakat tertentu dapat mendukung dan memberikan kesempatan pada

yang telah dibina tersebut, mengembangkan dan mencapai cita-citanya untuk

memenuhi keperluan fisik, mental dan sosiainya secara halal, dan agar selanjutnya

dapat menolong orang lain dan mengabdi pada masyarakat.

Misalnya; orang yang selesai mengalami hukuman penjara setelah dibina di

Lembaga Pemasyarakatan dan ditolong oleh anggota masyarakat atau suatu

organisasi pembinaan kemudianmenolong sesamanya dan menjadi orang yang

berguna bagi masyarakat di kemudian hari.

2.3 Hubungan Antara Status Sosial Ekonomi Dengan Tindak Kejahatan

Pencurian

Berdasarkan pendapat H. Hari Saherodji yang dikutip oleh Abdul Syani (1989)

menyatakan bahwa:

"Faktor-faktor yang mempengaruhi kejahatan ada dua yaitu faktor dari luar

diri individu dan faktor dari dalam diri individu.Faktor dari dalam diri

individu ini termasuk didalamnya pendidikan individu, karena hal ini

mempengaruhi tingkah laku, terutama intelegensinya".

37

Dari pendapat tersebut diatas, pendidikan berpengaruh terhadap kejahatan, karena

akan mempengaruhi tingkah laku terutama intelegensianya, Jika seseorang

intelegensianya rendah maka cakrawala pandang mereka sempit dan didalam

bertindak lebih didominasi oleh dorongan nafsu serta cenderung spekulatif tanpa

berpikir dalam tentang kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi yang dapat

merugikan oranglain bahkan diri sendiri, sehingga mereka yang kurang mendapat

pendidikan formal, canderung tidak segan-segan melakukan kejahatan. Begitu pula

halnya dengan pendapatan, jika kebutuhan hidup cukup banyak sedangkan tingkat

pendapatan rendah/ekonomi lemah maka, akan mempengaruhi seseorang untuk

melakukan kejahatan pencurian.

Kemajuan zaman yang diikuti dengan perkembangan dibidang ekonomi dewasa ini

mengakibatkan persaingan bebas serta dengan adanya iklan-iklan diberbagai media

dan sebagainya membuat orang cenderung ingin memiliki uang/barang

sebanyak-banyaknya bagi yang berpenghasilan hingga tidak menjadi suatu

persoalan, tapi bagi yang berpenghasilan keci1/ekonominya lemah menjadi suatu

persoalan karena mereka cenderung mencari jalan pintas dengan mengambil

barang/sesuatu milik orang lain tanpa memikirkan dan memperhitungkan akibat

dari perbuatan tersebut.Dari uraian tersebut diatas, maka dapat disimpulkan bahwa

tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan yang merupakan tindak kejahatan

pencurian. Karena intelegensinya rendah, kondisi miskin akan mempengaruhi

seseorang untuk melakukan pemenuhan kebutuhan mereka melalui cara-cara yang

dianggap mereka lebih praktis.

38

Skematika Hubungan Antar Variabel

2.4 Hipoteis

Menurut Sutrisno Hadi. Hipotesis merupakan dugaan sementara yang perlu

dibuktikan kebenarannya, bias benar atau salah.Dapat diterima jika benar dan

ditolak bila salah melalui penyelidikan data yang dikumpulkan.

Berdasarkan pengertian diatas maka untuk mengetahui jawaban yang benar untuk

dinyatakan kebenarannya, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

Ha : Ada hubungan antara Status Sosial Ekonomi denganTindak

Kejahatan Pencurian.

H0 : Tidak ada hubungan antara Status Sosial Ekonomi denganTindak

Kejahatan Pencurian.

STATUS SOSIAL EKONOMI

Y

Tindak Kejahatan Pencurian