ii. kajian teoritis, kerangka pikir, dan …digilib.unila.ac.id/20139/4/bab ii.pdfmenurut borg and...

52
II. KAJIAN TEORITIS, KERANGKA PIKIR, DAN ASUMSI PEMGEMBANGAN 2.1 Teknologi Pembelajaran Association for Educational Communication and Technology (AECT) dengan paradigma 1994 mendefinisikan bahwa ”instructional technology is the theory and practice of design, development, utilization, management and evaluation of process and resources for learning.” (Seel and Richey, 1994:10). Definisi tersebut didasarkan atas lima kawasan yang menjadi kajian teknologi pembelajaran, yaitu kawasan desain, kawasan pengembangan, kawasan pemanfaatan, kawasan pengeloaan, dan kawasan evaluasi. Meskipun tiap kawasan berdiri sendiri tetapi dalam memberikan sumbangan pada teori dan praktik yang menjadi landasan profesi, kelima kawasan tersebut pada hakekatnya saling berkaitan. Lima kawasan teknologi pembelajaran secara lengkap terdapat pada gambar 1. Hubungan antar kawasan yang terdapat pada gambar 1 tidak linier. Gambar kawasan teknologi pembelajaran merupakan rangkuman tentang wilayah utama yang merupakan dasar pengetahuan bagi setiap kawasan. Hubungan antara kelima kawasan tersebut bersifat sinergistik yang terlihat pada gambar 2.

Upload: vanmien

Post on 17-May-2018

254 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: II. KAJIAN TEORITIS, KERANGKA PIKIR, DAN …digilib.unila.ac.id/20139/4/Bab II.pdfMenurut Borg and Gall (1983: ... model ini memiliki kesederhanaan dalam konsep, prinsip dan prosedur

II. KAJIAN TEORITIS, KERANGKA PIKIR,

DAN ASUMSI PEMGEMBANGAN

2.1 Teknologi Pembelajaran

Association for Educational Communication and Technology (AECT) dengan

paradigma 1994 mendefinisikan bahwa ”instructional technology is the theory

and practice of design, development, utilization, management and evaluation of

process and resources for learning.” (Seel and Richey, 1994:10). Definisi tersebut

didasarkan atas lima kawasan yang menjadi kajian teknologi pembelajaran, yaitu

kawasan desain, kawasan pengembangan, kawasan pemanfaatan, kawasan

pengeloaan, dan kawasan evaluasi. Meskipun tiap kawasan berdiri sendiri tetapi

dalam memberikan sumbangan pada teori dan praktik yang menjadi landasan

profesi, kelima kawasan tersebut pada hakekatnya saling berkaitan. Lima

kawasan teknologi pembelajaran secara lengkap terdapat pada gambar 1.

Hubungan antar kawasan yang terdapat pada gambar 1 tidak linier. Gambar

kawasan teknologi pembelajaran merupakan rangkuman tentang wilayah utama

yang merupakan dasar pengetahuan bagi setiap kawasan. Hubungan antara kelima

kawasan tersebut bersifat sinergistik yang terlihat pada gambar 2.

Page 2: II. KAJIAN TEORITIS, KERANGKA PIKIR, DAN …digilib.unila.ac.id/20139/4/Bab II.pdfMenurut Borg and Gall (1983: ... model ini memiliki kesederhanaan dalam konsep, prinsip dan prosedur

10

Teknologi Cetak

Teknologi Audio Visual

Teknologi Berbasis Komputer

Teknologi Terpadu

PENGEMBANGAN

Pemanfaatan Media

Difusi Innovasi

Implementasi dan

Instraksionalisasi

Kebijakan dan Regilulasi

PEMANFAATAN

Desain Sistem

Pembelajaran

Desain Pesan

Strategi

Pembelajaran

Karakteristik

Pembelajar

DESAIN

Analisis Masalah

Pengukuran Acuan Patokan

Evaluasi Formatif

Evaluasi Sumatif

PENILAIAN

Manajemen Proyek

Manajemen Sumber

Manajemen Sistem

Penyampaian

Manajemen Informasi

PENGELOLAAN

Gambar 1

Kawasan Teknologi Pembelajaran

(Seels dan Richey, 1994:28)

Gambar 2

Hubungan Antar Kawasan Dalam

Bidang (Seels dan Richey, 1994:29)

Page 3: II. KAJIAN TEORITIS, KERANGKA PIKIR, DAN …digilib.unila.ac.id/20139/4/Bab II.pdfMenurut Borg and Gall (1983: ... model ini memiliki kesederhanaan dalam konsep, prinsip dan prosedur

11

2.2 Kawasan Pengembangan

Pengembangan merupakan salah satu kawasan teknologi pembelajaran yang

mempunyai definisi sebagai proses penerjemahan spesifikasi desain ke dalam

bentuk fisiknya (Seels and Richey, 1994:35). Pada kawasan pengembangan,

spesifikasi desain pembelajaran mencakup berbagai variasi teknologi yang

diterapkan, hingga menjadi desain pembelajaran. Akan tetapi, variasi

berhubungan secara kompleks dengan teori yang mengendalikan desain pesan,

kemanfaatan, penataan, dan evaluasinya. Seels dan Rechey, (1994: 11)

menjelaskan bahwa ”di dalam kawasan pengembangan terdapat keterkaitan yang

kompleks antara teknologi dan teori yang mendorong baik desain pesan maupun

strategi pembelajaran. Pada dasarnya pengembangan dapat dijelaskan dengan

adanya pesan: pesan yang didorong oleh isi; strategi pembelajaran yang didorong

oleh teori; dan manifestasi fisik dari teknologi-perangkat keras, perangkat lunak

dan bahan pembelajaran.”

Dengan demikian pengembangan pada dasarnya dapat dideskripsikan dengan

pesan yang dikendalikan dengan desain menjadi desain pesan. Pengembangan

desain pesan sebagai setrategi pembelajaran dikendalikan oleh teori dan

kemanfaatannya serta kesemuanya memerlukan penataan dan evaluasi.

Manifestasi teknologi hasil pengembangan ini secara fisik berupa bahan

instruksional mata kuliah bahasa Inggris yang berisi pesan bahasa yang akan

dipelajari.

Page 4: II. KAJIAN TEORITIS, KERANGKA PIKIR, DAN …digilib.unila.ac.id/20139/4/Bab II.pdfMenurut Borg and Gall (1983: ... model ini memiliki kesederhanaan dalam konsep, prinsip dan prosedur

12

2.3 Penelitian dan Pengembangan (Research and Development)

2.3.1 Penelitian dan Pengembangan (Research and Development) Borg and

Gall

Penelitian Pendidikan dan pengembangan disebut juga dengan Edudcational

Research and Development (R & D) merupakan proses pengembangan dan

validasi suatu produk pendidikan seperti; material (silabus, buku teks, petunjuk

instruksional) dan prosedur and proses (metode pengajaran atau metode

instruksional) (Borg and Gall . 1983: 172) . R and D terdiri dari tahapan

penelitian (cycle) dimana suatu produk itu dikembangankan (developed),

diujicobakan di lapangan (field-tested), dan direfisi (revised) berdasarkan data-

data uji coba di lapangan.

Menurut Borg and Gall (1983: 775) setidaknya ada 10 tahapan (cycles) dalam R

& D yaitu: 1) Penelitian dan pengumpulan informasi, 2) Perencanaan,

3) Pengembangan produk awal , 4) Uji coba Produk, 5) Revisi produk, 6) Uji

Coba produk hasil revisi, 7) Revisi produk operasional, 8) Uji operasional produk,

9) Revisi terakhir produk, dan 10) Impementasi dan desiminasi.

a. Memilih Produk Pengembangan (Product selection)

Sebelum melakukan Reseach & Development perlu mendiskripsikan secara

spesifik mungkin produk pendidikan apa yang akan dikembangkan. Diskripsi

termasuk di dalamnya adalah:

1. Seluruh diskripsi produk yang diusulkan dalam bentuk narasi.

2. Garis besar yang bersifat tentatif yang memuat produk apa saja dan bagai

Page 5: II. KAJIAN TEORITIS, KERANGKA PIKIR, DAN …digilib.unila.ac.id/20139/4/Bab II.pdfMenurut Borg and Gall (1983: ... model ini memiliki kesederhanaan dalam konsep, prinsip dan prosedur

13

mana akan digunakan, penting dan tidaknya suatu produk.

3. Pernyataan yang spesifik dari tujuan untuk apa suatu produk dibuat atau

dikembangkan.

Suatu pengembangan produk harus mampu menjawab hal-hal seperti; apakah

tujuan pembuatan produk memang benar-benar diperlukan, apakan sumber daya

dan sumber dana memungkinkan, apakah personel yang mempunyai keahlian dan

pengalaman memadai dan menganggap perlu adanya pengembangan produk, dan

apakah suatu produk dapat dibaut dan dikembangan dengan waktu yang cukup.

b. Penelusuran Literatur (Literature Review)

Penelusuran literatur bertujuan untuk menggali informasi dan penemuan

penelitian lain yang mendukung rencana pengembangan. Pada penelitian terapan

(applied research), menelusuri literatur bertujuan untuk mengumpulkan

informasi/ keterangan atau pengetahuan tentang hal-hal (area) yang menjadi

objek penelitian pengembangan. Peneliti harus juga memikirkan bagaimana

pengetahuan tersebut diterapkan ke dalam wujud produk yang akan dibuat.

Interview dan pengamatan langsung sangat berguna dalam melengkapi koleksi

data dan informasi penelusuran literatur

c. Perencanaan (Planning)

Hal paling penting dalam hal perencanaan pada R & D adalah pernyataan tujuan

khusus (spesific objective) yang hendak dicapai atas produk yang akan

dikembangkan. Tujuan merupakan dasar (bases) dalam pengembangan program

instruksional asalkan tujuan tersebut dapat diujicobakan di lapangan hingga

Page 6: II. KAJIAN TEORITIS, KERANGKA PIKIR, DAN …digilib.unila.ac.id/20139/4/Bab II.pdfMenurut Borg and Gall (1983: ... model ini memiliki kesederhanaan dalam konsep, prinsip dan prosedur

14

mencapai tujuan yang harapkan. Selain tujuan dalam perencanaan estimasi atau

perkiraan biaya, sumber daya manusia, dan waktu yang digunakan adalah hal

penting yang tidak boleh diabaikan. Perencanaan yang baik akan membantu

peneliti menghindari pekerjaan, dana, dan waktu yang tidak efektif atau boros saat

pelakukan Research & Development.

d. Pengembangan Produk Awal (Preliminary Form of The Product)

Langkah selanjutnya setelah menyelesaikan rencana penelitan adalah

mengembangkan produk yang dapat diujicobakan di lapangan. Tahap awal

pengembangan prinsip paling penting adalah menyusun (to structure) produk

dimana memungkinkan untuk diberi umpan balik (feed back) saat diujicobakan.

Oleh sebab itu dalam tahap awal pengembangan produk harus banyak

menyertakan prosedur evaluasi lebih banyak dari pada tahap akhir produk.

Tahap pengembangan produk yang kelihatanya sederhana dan mudah untuk

dilaksanakan, sebenarnya sangat rumit dalam merealisasikan. Hal itu terjadi

karena umumnya pada tahap awal pengembangan produk pada pengembang

banyak melakukan kesalahan dan langsung mengadakan perbaikan produk baru.

Oleh sebab itu sebelum mengujicobakan produk awal, para pengembang harus

bekerja keras dalam menyiapkan produk secara lengkap.

e. Ujicoba Awal dan Revisi Produk (Preliminary Field Test and Product

Revision)

Tujuan melakukan ujicoba tahap awal produk adalah untuk mengevaluasi secara

kualitatif produk pengembangan yang telah dibuat. Hal tersebut dilakukan hampir

Page 7: II. KAJIAN TEORITIS, KERANGKA PIKIR, DAN …digilib.unila.ac.id/20139/4/Bab II.pdfMenurut Borg and Gall (1983: ... model ini memiliki kesederhanaan dalam konsep, prinsip dan prosedur

15

setiap tahapan peneliatan R & D (Research & Development). Oleh sebab itu

dalam mengujicobakan suatu produk pengembangan harus tepat sasaran baik

orang maupun tempatnya. Tempat uji coba awal harus mewakili tempat dimana

produk hasil pengembangan akan digunakan nantinya. Adapun jumlah subjek

dalam ujicoba awal sedikit antara 6 -12 orang (kelompok kecil) di 1 -3 sekolah.

Kelompok kecil tersebut harus mewakili kelompok besar secara karakternya.

Instrumen observasi dan kuisioner diberikan saat ujicoba awal. Hasil

pengumpulan data observasi dan kuisioner dianalisis untuk tujuan revisi produk

pengembangan tahap awal.

f. Ujicoba Lapangan dan Revisi Produk (Main Field Test and Product

Revision)

Dilakukannya uji coba di lapangan pada R & D (Research & Development )

bertujuan untuk mengetahui apakah produk pengembangan benar-benar sesuai

dengan tujuan (objective) pengembangan produk itu sendiri. Pada tahapan ujicoba

ini subjek yang dilibatkan lebih banyak dari pada tahap awal uji coba. Misalnya

30 sampai 100 subjek di 5-15 sekolah, ini lebih besar dibandingkan tahap ujicoba

awal yang hanya melibatkan 6-12 orang (kelompok kecil) di 1 -3 sekolah.

Mengacu pada tujuan uji coba lapangan diatas maka interview, observasi dan

pemberian kuisioner tetap dilakukan. Hasil interview, observasi dan kuisioner

dianalisis untuk dijadikan pertimbangan revisi produk pengembangan yang lebih

baik. Apabila hasil analisis berkesimpulan bahwa produk tidak dapat memenuhi

(match) dengan tujuan yang digariskan maka perlu direvisi kembali dan

Page 8: II. KAJIAN TEORITIS, KERANGKA PIKIR, DAN …digilib.unila.ac.id/20139/4/Bab II.pdfMenurut Borg and Gall (1983: ... model ini memiliki kesederhanaan dalam konsep, prinsip dan prosedur

16

diujicobakan dan direvisi secara terus menerus hingga mencapai tujuan minimal

yang telah ditetapkan dalam pengembangan produk.

g. Ujicoba Operasional Produk dan Revisi Terakhir (Operational Field

Test and Final Revision)

Ujicoba operasional produk bertujuan untuk mengetahui apakah produk yang

telah direvisi benar-benar telah siap dipakai di sekolah atau institusi tanpa

kehadiran pengembang produk atau stafnya. Oleh sebab itu produk harus betul-

betul lengkap dan telah diujicobakan. Dalam praktiknya ujicoba operasional

produk benar-benar mencerminkan kegiatan yang biasa terjadi (reguler) dimana

segala kegiatan atau aktifitas diatur oleh guru/staf yang menggunakan produk

tersebut.

Pengumpulan data dan informasi melalui interview dan kuisioner tetap dilakukan

pada tahapan ini. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui apakah produk benar-

benar komplit dan secara operasional dapat dikatakan efektif dan efisien.

Interview untuk mengumpulkan informasi difokuskan pada kegagalan dimana

sebagian produk tidak dapat degunakan sebagaimana harusnya.

Setelah data dan informasi tentang penggunaan produk secara operasional

diperoleh, langkah selanjutnya adalah menganalisis data tersebut dan

menjadikanya bahan pertimbangan dalam membuat revisi terakhir produk

pengembangan. Setelah revisi dilakukan produk diperbanyak secara masal untuk

digunakan secara luas.

Page 9: II. KAJIAN TEORITIS, KERANGKA PIKIR, DAN …digilib.unila.ac.id/20139/4/Bab II.pdfMenurut Borg and Gall (1983: ... model ini memiliki kesederhanaan dalam konsep, prinsip dan prosedur

17

h. Desiminasi dan Implemtasi (Desimination and Implementation)

Penelitian dan pengembangan atau R & D memang diakui sangat memakan waktu

yang tidak sedikit dan menelan banyak biaya. Desiminasi merupakan suatu proses

dimana pengembang produk membantu penggunanya dalam menggunakan produk

tersebut. Sedangkan implementasi merupakan proses yang mana pengembang

memberikan bantuan kepada pengadopsi produk R & D seperti apa yang

dikehendaki oleh pengembang.

Tahapan ini jarang dilakukan oleh para ilmuan dalam melakukan R & D sejak

tahun 1970an mengingat perhatian penelitan R & D sekarang lebih mengacu pada

konseptualisasi dan pengembangan produk kurikulum bersekala besar. (Borg and

Gall. 1983: 787)

2.3.2 MPI (Model Pengembangan Instruksional)

Model Pengembangan Instruksional (MPI) memiliki kelebihan sebagai berikut:

dimulai dengan langkah-langkah mengidentifikasi kebutuhan instruksional dan

menulis tujuan instruksional umum, dilanjutkan dengan melakukan analisis

instruksional dan mengidentifikasi perilaku dan karakteristik awal mahasiswa.

Langkah-langkah awal yang ditempuh tersebut sangat berperan dalam sebuah

upaya pengembangan bahan instruksional yang sudah atau pun yang belum

memiliki kurikulum. Model pengembangan Instruksional (MPI) cocok digunakan

untuk mengembangkan satu mata kuliah atau pelatihan secara sistematis. Selain

itu, model ini memiliki kesederhanaan dalam konsep, prinsip dan prosedur

sehingga mudah untuk diikuti.

Page 10: II. KAJIAN TEORITIS, KERANGKA PIKIR, DAN …digilib.unila.ac.id/20139/4/Bab II.pdfMenurut Borg and Gall (1983: ... model ini memiliki kesederhanaan dalam konsep, prinsip dan prosedur

18

Gambar 3. Model pengembangan instruksional (MPI)

(dalam Suparman, 2001: 13)

2.3.3 Model ADDIE

Model ADDIE adalah model pengembangan instruksional (instructional system

design /ISD) yang diawali dengan langkah menganalisis (analysis), membuat

desain (design), mengembangkan desain (development), menerapkan

(implementation) dan mengevaluasi (evaluation). Dibandingkan dengan model

lain model ADDIE sangat menghemat waktu dan dana mengingat bila masalah

ditemukan mudah dicarikan pemecahanya serta mudah pula diperbaiki baik saat

melakukan maupun sesudah pemgembangan.

Gambar 4. Model pengembangan instruksional (ADDIE)

1) Identifikasi

kebutuhan

instruksional

dan menulis

tujuan

instruksional

umum (TIU)

2) Melakukan

analisis

intruksional

3) Mengi

dentifikasi

perilaku dan

karakteristik

awal mhs

4)menulis tujuan

instruksional

khusus (TIK)

8) Menyu-

sun desain

dan me-

laksanakan

evaluasi

formatif

9) Sistem

instruksional

6) Menyusun

strategi

instruksional

7) Menge-

mbangkan

bahan in-

struksional

5) Menulis

tes acuan

patokan

Feedback

Feedback

Analysis

Design

Development

Implement

ation

Evaluation

Evaluation

Page 11: II. KAJIAN TEORITIS, KERANGKA PIKIR, DAN …digilib.unila.ac.id/20139/4/Bab II.pdfMenurut Borg and Gall (1983: ... model ini memiliki kesederhanaan dalam konsep, prinsip dan prosedur

19

2.3.4 Model Dick and Carey

Model ini diperkenalkan oleh Walter Dick and Lou Carey tahun 1978 dalam

bukunya yang berjudul The Systematic Design of Instruction. Dick and Carey

memberikan kontribusi yang besar dalam bidang desain intruksional. Menurut

Dick and Carey (1978) komponen seperti instruktur, siswa, material, aktifitas

instruksional, sistem penyampaian, belajar dan lingkungan saling berhubungan

satu dengan lainnya dalam mencapai tujuan belajar (learning outcomes).

According to Dick and Carey, "Components such as the instructor, learners,

materials, instructional activities, delivery system, and learning and performance

environments interact with each other and work together to bring about the

desired student learning outcomes"

Komponen yang saling berhubungan tersebut adalah;

1. Mengidentifikasi tujuan instruksional (identify Instructional goal)

2. Melakukan analisis instruksional (conduct Instructional analysis)

3. Menganalisis siswa dan konteks (analyze learners and contexts)

4. Menulis tujuan (write performance objectives)

5. Mengembangkan instrumen (develop assessment instruments)

6. Mengembangkan strategi instrusional (develop instructional strategy)

7. Mengembangkan dan memilih materi instrusional (develop and select

instructional materials)

8. Membuat dan melakukan evaluasi formatif terhadap materi instruksional

(design and conduct formative evaluation of instruction)

9. Merevisi instruksional (fevise instruction)

10. Membuat dan melakukan evaluasi sumatif (design and conduct summative

evaluation)

Page 12: II. KAJIAN TEORITIS, KERANGKA PIKIR, DAN …digilib.unila.ac.id/20139/4/Bab II.pdfMenurut Borg and Gall (1983: ... model ini memiliki kesederhanaan dalam konsep, prinsip dan prosedur

20

Gambar 5. Model Dick and Carey

2.4 Pembelajaran dan Penguasaan Bahasa Inggris

Bahasa merupakan bagian yang begitu penting dalam kehidupan manusia, hingga

tidak dapat dibayangkan suatu kehidupan tanpa adanya bahasa. Bahasa tidak

sekedar dalam ucapan saja, tetapi dalam pikiran pun kita menggunakan bahasa.

Kehidupan modern dan kemajuan ilmu dan teknologi memaksa kita untuk tidak

hanya menguasai bahasa nasional saja yaitu Indonesia tetapi tak kalah penting

adalah menguasa bahasa asing khususnya bahasa Inggris.

Bahasa Inggris sebagai bahasa asing (foreign language) telah diajarkan dari

tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Tujuan pembelajaran bahasa

Inggris adalah memberikan bekal kemampuan berkomunikasi dalam bahasa

Inggris secara aktif yang umumnya mencakup empat ketrampilan berbahasa yaitu

berbicara (speaking), mendengar (listening), membaca (reading) dan menulis

(writing).

Bahasa Inggris merupakan alat untuk berkomunikasi secara lisan dan tulisan.

Berkomunikasi adalah memahami dan mengungkapkan informasi, pikiran,

1) Identify

instructional

Goal(s)

2) Conduct

Instructional

Analysis

3) Analysis

learners and

contexts

4) Menulis

tujuan

instrusional

7) Develop

and Select

Instructional

Material

8) Design

and conduct

formatif

evaluation of

isntruction

5) Develop

Assesment

Instruments

6) Develop

Instructional

Strategy

Revise

Instruction

9) Design

and Conduct

summative

evaluation

Page 13: II. KAJIAN TEORITIS, KERANGKA PIKIR, DAN …digilib.unila.ac.id/20139/4/Bab II.pdfMenurut Borg and Gall (1983: ... model ini memiliki kesederhanaan dalam konsep, prinsip dan prosedur

21

perasaan serta mengembangkan bahasa Inggris ilmu pengetahuan, teknologi, dan

budaya dengan menggunakan bahasa tersebut. Kemampuan berkomunikasi dalam

pengertian yang utuh adalah kemampuan berwacana.

Dalam konteks pendidikan, bahasa Inggris berfungsi sebagai alat untuk

berkomunikasi dalam rangka mengakses informasi, dan dalam konteks sehari-

hari, sebagai alat untuk membina hubungan interpersonal, bertukar informasi serta

menikmati estetika bahasa dalam budaya Inggris.

Mata kuliah bahasa Inggris memiliki tujuan sebagai berikut:

1. Mengembangkan kemampuan berkomunikasi dalam bahasa tersebut, dalam

bentuk lisan dan tulis. Kemampuan berkomunikasi meliputi mendengarkan

(listening), berbicara (speaking), membaca (reading), dan menulis (writing).

2. Menumbuhkan kesadaran tentang hakikat dan pentingnya bahasa Inggris

sebagai salah satu bahasa asing untuk menjadi alat utama belajar.

3. Mengembangkan pemahaman tentang saling keterkaitan antar bahasa dan

budaya serta memperluas cakrawala budaya. Dengan demikian mahasiswa

memiliki wawasan lintas budaya dan melibatkan diri dalam keragaman budaya.

Ruang lingkup mata kuliah Bahasa Inggris meliputi; 1) keterampilan berbahasa,

yaitu mendengarkan (listening), berbicara (speaking), membaca (reading), dan

menulis (writing); 2) kompetensi yang meliputi kompetensi tindak bahasa,

linguistik (kebahasaan), sosiokultural, strategi, dan kompetensi wacana; 3)

pengembangan sikap yang positif terhadap bahasa Inggris sebagai alat

komunikasi.

Page 14: II. KAJIAN TEORITIS, KERANGKA PIKIR, DAN …digilib.unila.ac.id/20139/4/Bab II.pdfMenurut Borg and Gall (1983: ... model ini memiliki kesederhanaan dalam konsep, prinsip dan prosedur

22

2.5 Pembelajaran Bahasa Inggris di Perguruan Tinggi

Pembelajaran bahasa Inggris di perguruan tinggi (PT) di Indonesia dikelompokan

ke dalam mata kuliah pengembangan kepribadian (MPK) yang bertujuan untuk

pengembangan manusia Indonesia yang beriman and bertaqwa terhadap Tuhan

Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, berkepribadian mantap dan mandiri

serta mempunyai rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan

(Kepmendiknas. No.232. 2000).

Politeknik Negeri Lampung (Polinela) sebagai lembaga pendidikan tinggi vokasi

(vocational higher education) dan pendidikan profesional bertujuan untuk

menyiapkan perserta didik atau mahasiswa menjadi anggota masyarakat yang

memiliki kemampuan profesional dalam menerapkan, mengembangkan, dan

menyebarluaskan teknologi dan atau kesenian serta mengupayakan penggunanya

untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat dan memperkaya budaya

nasional (Kepmendiknas. No.232. 2000).

Polinela sebagai lembaga pendidikan vokasi bertujuan mempersiapkan lulusannya

dengan berbagai bekal ilmu (knowledge), keterampilan (skills) dan akhlak

(attitude). Untuk menghasilkan lulusan yang cerdas, kreatif, dan kompetitif

proses belajar mengajar (PBM) harus berkualitas. Selain membekali pengetahuan,

keterampilan dan attitude yang baik bagi mahasiswa dibekali keterampilan

tambahan seperti komputer dan bahasa asing yang sangat diperlukan di era

persaingan kerja.

Page 15: II. KAJIAN TEORITIS, KERANGKA PIKIR, DAN …digilib.unila.ac.id/20139/4/Bab II.pdfMenurut Borg and Gall (1983: ... model ini memiliki kesederhanaan dalam konsep, prinsip dan prosedur

23

Pengajaran bahasa Inggris di hampir seluruh perguruan tinggi di Indonesia

umumnya diselenggarakan dalam bentuk mata kuliah umum (MKU) dengan

jumlah mahasiswa 30 hingga 100 orang. Dalam mengikuti kuliah bahasa Inggris

mahasiswa dikelompokan menurut program studinya (PS) atapun jurusan. Hal ini

dilakukan mengingat keterbatasan ruang belajar, fasilitas dan jumlah dosen bahasa

Inggris yang jumlahnya tidak memadai.

2.6 Pendekatan, Metode dan Teknik Pengajaran Bahasa Inggris

Pengajaran bahasa Inggris setelah perang dunia pertama banyak mengalami

perubahan dari mulai pendekatan, metodologinya dan teknik-teknik

pengajarannya. Pendekatan bahasa (linguistic approach) adalah seperangkat

asumsi mengenai sifat alami bahasa, belajar dan pengajaran. Metode merupakan

diskripsi seluruh perencanaan yang sistematik bagaimana bahasa diajarkan sesuai

pendekatan yang diambil. Sedangkan teknik adalah aktifitas khusus atau spesifik

yang dimanifestasikan di kelas sesuai dengan metode dan pendekatan pengajaran

bahasa (Brown, 2001. 14).

2.6.1 Pendekatan Pembelajaran Bahasa Inggris

Pendekatan pembelajaran mata kuliah bahasa Inggris (approach to language

teaching) sangat menentukan keberhasilan dalam meningkatkan penguasaan

bahasa Inggris. Banyak pendekatan pengajaran bahasa yang telah diterapkan

dalam peningkatan penguasaan bahasa Inggris antara lain; grammar translation

approach, aural oral approach, structural approach, communicative approach,

task-based approach dan lexical approach.

Page 16: II. KAJIAN TEORITIS, KERANGKA PIKIR, DAN …digilib.unila.ac.id/20139/4/Bab II.pdfMenurut Borg and Gall (1983: ... model ini memiliki kesederhanaan dalam konsep, prinsip dan prosedur

24

2.6.1.1 Grammar Translation Approach

Pendekatan ini adalah pendekatan pembelajaran bahasa Inggris yang paling tua.

Di pertengahan abad ke-19 para ahli bahasa berpendapat bahwa bahasa

merupakan kumpulan tata bahasa (a set of grammar). Para ahli menggolongkan ke

dalam grammar translation karena dalam pembelajarrannya banyak melakukan

latihan-latihan grammar atau tata bahasa dan diterjemahkan dalam bahasa pertama

(first language). Mereka percaya bahwa cara belajar bahasa para siswa adalah

dengan mempelajari pola-pola bahasa dan menterjemahkannya dalam bahasa

mereka.

2.6.1.2 Aural Oral Approach

Di Amerika pendekatan aural oral merupakan pendekatan paling tua dalam

pengajaran bahasa Inggris. Aural artinya mendengar dan oral artinya berbicara.

Para ahli bahasa saat itu percaya bahwa bahasa merupakan komunikasi lisan (oral

communication). Para siswa belajar bahasa dengan cara mendengarkan dan

menirukan kata, prase atau kalimat yang diucapkan oleh penutur aslinya (native

speaker) dengan keras baik secara individu maupun kelompok. Aktifitas ini

dilakukan secara terus menerus hingga para siswa mampu mengucapkan kata,

prase atau kalimat dengan benar seperti penutur asli baik pengucapan, intonasi

maupun logat (accent) bahasa.

2.6.1.3 Structural Approach

Para ahli bahasa berpendapat bahwa bahasa merupakan struktur sistem tata bahasa

yang memuat sub-sub sistem tata bahasa. Jika dianalisa bahasa terdiri dari

kalimat, kalimat terdiri dari kata, dan kata terdiri dari suara. Para ahli percaya

Page 17: II. KAJIAN TEORITIS, KERANGKA PIKIR, DAN …digilib.unila.ac.id/20139/4/Bab II.pdfMenurut Borg and Gall (1983: ... model ini memiliki kesederhanaan dalam konsep, prinsip dan prosedur

25

bahwa siswa (learners) harus mempelajari bahasa berdasarkan pada perbedaan

antara struktur tata bahasa yang dipelajari (target language) dengan bahasa ibu

(mother language).

2.6.1.4 Communicative Approach

Pendekatan ini mulai dikenal sejak tahun 1980an. Para ahli bahasa percaya bahwa

fungsi bahasa adalah sebagai alat untuk berkomunikasi (means of

communication). Penekanan pendekatan dalam pengajaran adalah bagaimana

siswa mampu untuk menggunakan fungsi bahasa yaitu berkomunikasi.

Pendekatan ini muncul karena ketidakpuasan hasil belajar bahasa asing dengan

menggunakan audio-lingual dan grammar-translation method. Para ahli bahasa

beranggapan bahwa siswa tidak belajar secara realistis. Mereka tidak tahu

bagaimana berkomunikasi secara tepat yang susuai dengan kultur sosial (social

culture) , bahasa tubuh (gestures) dan ekspresi bahasa (expressions). Dengan

menggunakan pendekatan ini siswa dapat berkomunikasi dengan menggunakan

bahasa asing serara rill.

2.6.1.5 Natural Approach

Pendekatan pengajaran bahasa ini dikembangkan oleh Krashen’s dan Terrell

(1983) dimana keduanya berpendapat bahwa pembelajar bahasa akan berhasil bila

belajar dengan rileks di dalam kelas. Pendekatan ini lebih memfokuskan pada

kemampuan berkomunikasi secara personal (personal communication) seperti

percakapan sehari hari yang sesuai dengan situasi, berbelanja, mendengarkan

radio dan lain-lain.

Page 18: II. KAJIAN TEORITIS, KERANGKA PIKIR, DAN …digilib.unila.ac.id/20139/4/Bab II.pdfMenurut Borg and Gall (1983: ... model ini memiliki kesederhanaan dalam konsep, prinsip dan prosedur

26

Setidaknya ada tiga tahapan dalam pendekatan ini pertama, pra produksi

(preproduction) yang mengembangkan ketrampilan mendengarkan. Kedua, awal

produksi (early production) yang ditandai dengan berbagai kesalahan (error)

dalam mengucapkan bahasa. Pada tahapan ini guru memfokuskan pada makna

(meaning) bukan pada kesalahan yang dibuat siswa. Ketiga, pengembangan

produksi bahasa (extending production) dimana siswa belajar menggunakan

bahasa dalam bentuk game, bermain peran (role play), dialog, diskusi, dan

kelampok kecil.

2.6.1.6 Lexical Approach

Pendekatan ini dipopulerkan oleh Michael Lewis. Ia berpendapat bahwa bahasa

bukanlah berisi grammar dan kosa kata saja tetapi berupa bermacam-macam

bagian kata (multi-word prefabricated chunk). Dengan menggunakan pendekatan

lexical (penguasaan kosa kata), siswa diajarkan untuk mengetahui makna kata,

frase atau ucapan sehingga mampu mengunakan bahasa yang dipelajari untuk

berkomunikasi secara aktif.

2.6.2 Metode Pembelajaran Bahasa Inggris

Keberhasilan dalam pengajaran sangat tergantung pada kesempurnaan metode

pengajaran yang diterapkan. Banyak metode pengajaran bahasa telah digunakan

untuk peningkatan penguasaan bahasa Inggris. Metode tersebut antara lain;

2.6.2.1 Grammar Translation Method

Grammar Translation Method yang disingkat GTM disebut-sebut sebagai metode

paling tua dan paling klasik (classical method) dalam pembelajaran bahasa asing

Page 19: II. KAJIAN TEORITIS, KERANGKA PIKIR, DAN …digilib.unila.ac.id/20139/4/Bab II.pdfMenurut Borg and Gall (1983: ... model ini memiliki kesederhanaan dalam konsep, prinsip dan prosedur

27

(Brown, H Douglas. 2001:18). Metode GTM dikembangkan dengan tujuan untuk

membantu para siswa membaca dan menterjemahkan berbagai literatur kuno.

Mereka berkeyakinan bahwa dengan mengajarkan tata bahasa (grammar), siswa

akan mampu membiasakan diri (familiar) untuk berbicara dan menulis bahasa

asing yang diajarkan.

Karakteristik yang menonjol dari metode GTM adalah :

1. Bahasa pengantar di kelas adalah bahasa ibu, dan sedikit bahasa asing

yang akan dipelajari.

2. Mengajarkan banyak kosa kata dalam bentuk daftar kata.

3. Memberikan penjelasan yang detail dan panjang tentang tata bahasa

(grammar).

4. Pengajaran tata bahasa dilengkapi dengan peraturan bagaimana meletakan

kata secara bersama dengan memfokuskan pada pola dan perubahannya.

5. Membaca teks yang sulit didahulukan.

6. Sedikit memperhatikan isi teks bacaan karena lebih menitikberatkan pada

analisa tata bahasa (grammar analysis).

7. Sering latihan mengulang ulang (drilling) dalam menterjemahkan kalimat

bahasa asing yang dipelajari ke dalam bahasa ibu.

8. Sedikit memperhatikan dalam pelafalan kata (pronunciation).

2.6.2.2 Direct Method

Dasar pemikiaran dari metode ini adalah bahwa pembelajaran bahasa kedua

(second language) harus seperti belajar bahasa ibu (first language). Direct method

Page 20: II. KAJIAN TEORITIS, KERANGKA PIKIR, DAN …digilib.unila.ac.id/20139/4/Bab II.pdfMenurut Borg and Gall (1983: ... model ini memiliki kesederhanaan dalam konsep, prinsip dan prosedur

28

(metode langsung) memasukan interaksi lisan (oral interaction), sepontanitas

penggunaan bahasa, tidak menterjemahkan bahasa kedua ataupun bahasa ibu dan

sedikit bahkan tidak membahas tentang tata bahasa (grammar rules). Prinsip

direct metode menurut Brown (2001:21) sebagai berikut:

1. Instruksi diberikan dalam bahasa asing.

2. Hanya kosa kata sehari-hari yang diajarkan.

3. Ketrampilan berkomunikasi secara lisan dibangun dengan hati-hati

menggunakan teknik guru bertanya dan siswa menjawab.

4. Tata bahasa (grammar) diajarkan dari hal yang khusus ke umum

(deductively).

5. Poin penting dalam pembelajaran dilakukan dengan memberikan model

dan praktik.

6. Kosa kata yang bersifat konkret diajarkan melalui demonstrasi, objek dan

gambar sedangkan yang bersifat abstrak diajarkan dengan cara

mengasosiasikan ide-ide.

7. Ketrampilan berpidato dan memahami bacaan diajarkan.

8. Pelafalan secara benar dan tata bahasa ditekankan.

2.6.2.3 Audiolingual Method

Metode audiolingual (ALM) disebut juga sebagai metode tentara (army method)

karena dikembangkan pada program khusus bagi tentara Amerika saat perang

dunia ke II yaitu ASTP (Army Specialized Training Program). Dalam metode ini

interaksi lisan sangat ditekankan dalam bentuk drilling (mengulang-ulang) dan

praktik percakapan.

Page 21: II. KAJIAN TEORITIS, KERANGKA PIKIR, DAN …digilib.unila.ac.id/20139/4/Bab II.pdfMenurut Borg and Gall (1983: ... model ini memiliki kesederhanaan dalam konsep, prinsip dan prosedur

29

Karakteristik dari ALM menurut Prator dan Celce-Murcia (1979) dalam Brown

(2001:23) adalah sebagai berikut:

1. Materi baru disajikan dalam bentuk dialog.

2. Ketergantungan pada menirukan (mimicry) dan mengingat (memorization)

frase pada saat belajar.

3. Tata bahasa diajarkan berurutan dengan cara membandingkan perbedaanya

dan diajarkan pada saat bersamaan atau satu waktu.

4. Pola tata bahasa diajarkan dengan menggunakan pengulangan (repetitive

drills).

5. Sedikit bahkan tidak ada penjelasan tentang tata bahasa. Grammar

diajarkan dengan cara analogi hal umum.

6. Kosa kata diajarkan terbatas pada saat pelafalan.

7. Banyak menggunakan tape, lab bahasa dan alat media visual.

8. Hal penting adalah menyantelkan pelafalan kata

9. Keberhasilan merespon adalah penguatan langsung .

10. Penggunaan bahasa ibu oleh guru sangat sedikit yang diperbolehkan.

11. Sedikit kesalahan yang dilakukan oleh siswa.

2.6.2.4 Community Language Learning

Community Language Learning (CLL) adalah suatu pendekatan dimana siswa

belajar bersama untuk mengembangkan aspek bahasa yang ingin mereka pelajari.

CLL dikembangkan oleh Charles (1972) seorang profesor di bidang phisikologi

dari universitas Loyola. Dalam metode ini terbagi menjadi dua peran utama yaitu

guru (teacher/knower) dan siswa (learner). Metode ini juga desebut bimbingan

konseling (councelling-Learning) karena guru berperan sebagai pembimbing

(councellor) dan murid sebagai klien (client). Atau dengan kata lain Guru

Page 22: II. KAJIAN TEORITIS, KERANGKA PIKIR, DAN …digilib.unila.ac.id/20139/4/Bab II.pdfMenurut Borg and Gall (1983: ... model ini memiliki kesederhanaan dalam konsep, prinsip dan prosedur

30

mempunyai peran sebagai pembimbing (counceller) dan pengurai kata

(paaraphraser) sedangkan siswa sebagai teman kerjasama (collaborator).

Setidaknya ada 5 langkah dalam mengembangkan metode ini yaitu:

1. Membangun perasaan aman dan rasa memiliki,

2. Saat kemampuan siswa bertambah, siswa dapat mencapai kemandirian,

3. Siswa dapat berbicara secara bebas (independently),

4. Siswa merasa cukup aman dan nyaman untuk menerima kritik dan koreksi,

5. Siswa anak-anak/remaja menjadi dewasa dan berpengetahuan.

2.6.2.5 Suggestopedia

Suggestopedia adalah metode pengajaran yang dikembangkan oleh Lozanov

(1970) seorang psykoterapi dari Bulgaria. Metode ini telah dikembangkan

diberbagai bidang keilmuan tetapi yang paling populer dibidang pemelajaran

bahasa asing. Lozanov mengklaim bahwa dengan menggunakan metode yang ia

kembangkan seseorang dapat mengajar bahasa dengan tingkat keberhasilan tiga

sampai lima kali dibandingkan metode konvensional.

Fisik lingkungan dan atmosfer di dalam kelas merupakan faktor utama untuk

membuat siswa merasa nyaman dan percaya diri. Penggunaan berbagai variasi

teknik pengajaran seperti seni dan musik juga bertujuan untuk mendukung

terciptanya rasa nyaman siswa dalam belajar. Ada tiga fase yang dikembangkan

dalam metode suggestopedia yaitu:

Page 23: II. KAJIAN TEORITIS, KERANGKA PIKIR, DAN …digilib.unila.ac.id/20139/4/Bab II.pdfMenurut Borg and Gall (1983: ... model ini memiliki kesederhanaan dalam konsep, prinsip dan prosedur

31

1. Deciphering (penjelasan) adalah tahapan dimana guru memperkenalkan

tata bahasa dan kosa kata atau istilah (lexis) dari materi yang diajarkan

kepada siswa.

2. Concert session (aktif dan pasif) yaitu sesi aktif, guru membaca teks pada

kecepatan normal, terkadang melantunkan beberapa kata, dan siswa

mengikutinya. Sesi pasif siswa rileks dan mendengarkan bacaan guru

dengan tenang dan musik menjadi background.

Elaboration adalah siswa menyelesaikan apa yang mereka telah pelajari dalam

bentuk drama, lagu dan permainan atau games.

2.6.2.6 Silent Way

Silent way seperti halnya suggestopedia lebih memfokuskan kemampuan kognitif

dari pada afektifnya. Metode in didasari pada pendekatan problem solving

(pemecahan masalah) dalam belajar. Richards and Rogers (1986) dalam Brown H

Douglas (2001:28) membuat kesimpulan tentang teori belajar yang melatar

belakangi metode silent way yaitu:

1. Belajar dapat terfasilitasi bila siswa menemukan atau membuat tidak

hanya sekedar mengingat dan mengulang apa yang dipelajari.

2. Belajar dapat terfasilitasi dan berhasil bila disertakan objek media

fisiknya.

3. Belajar dapat terfasilitasi dengan pemecahan masalah (problem solving)

yang disertakan atau dimasukan kedalam materi yang dipelajari.

Metode silent way ditandai dengan prosedur penemuan belajar (discovery

learning). Gattegno dalam Brown (2001:29) menyatakan bahwa siswa harus

Page 24: II. KAJIAN TEORITIS, KERANGKA PIKIR, DAN …digilib.unila.ac.id/20139/4/Bab II.pdfMenurut Borg and Gall (1983: ... model ini memiliki kesederhanaan dalam konsep, prinsip dan prosedur

32

mengembangkan kemandirian, otonomi, dan tanggung jawab. Pada waktu yang

bersamaan siswa juga harus bekerjasama dengan siswa lain dalam memecahkan

permasalahan belajar bahasa. Guru yang memberi stimulus (stimutator) lebih

banyak diam (silent) sehingga metode ini disebut silent way.

2.6.2.7 Total Physical Response (TPR)

Guru bahasa secara intuitif telah mengenal bagaimana bahasa sangat berhubungan

(association) dengan aktifitas fisik. James (1977) mengembangkan pembelajaran

bahasa berdarkan ide tersebut yaitu Total Physical Response atau TPR (respon

bahasa secara fisik). Untuk mengembangkan metode TPR James juga memasukan

konsep perolehan bahasa pada anak. Ia percaya bahwa proses belajar harus

banyak melakukan kegiatan membaca dan mendengarkan.

Metode ini otak kanan mempunyai peran penting sebagai sumber dan motor suatu

aktifitas.

Kegiatan siswa dalam kelas dengan menggunakan metode TPR banyak

melakukan aktifitas mendengarkan (listening) dan akting. Guru sebagai sutradara

dalam pertunjukan dan siswa sebagai aktornya. Kegiatan semacam ini dinyakini

dapat mengurang stress siswa dan dapat mendorong siswa belajar.

2.6.2.8 Communicative Language Teaching

Metode Communicative Language Teaching (CLT) berkembang tahun 1970 -

1980. Scholars berpendapat bahwa tidak ada suatu metode yang berdiri sendiri

yang dapat memuaskan siswa dalam belajar bahasa. Dengan kata lain, untuk dapat

berkomunikasi dalam situasi yang rill diperlukan kemampuan bahasa baik

Page 25: II. KAJIAN TEORITIS, KERANGKA PIKIR, DAN …digilib.unila.ac.id/20139/4/Bab II.pdfMenurut Borg and Gall (1983: ... model ini memiliki kesederhanaan dalam konsep, prinsip dan prosedur

33

productive (produksi) dan receptive (menerima) yang juga dinamakan pendekatan

penggabungan (integrative approach).

Prinsip pengajaran dengan menggunakan metode communicative language

teaching adalah sebagai berikut:

1. Bahasa otentik harus diperkenalkan/diajarkan.

2. Aktifitas untuk memperoleh bahasa (acquisition activities) dapat

membantu siswa belajar.

3. Seluruh kegiatan belajar diisi dengan tugas parktik

Isi kegiatan belajar:

Tujuan Siswa dapat berkomunikasi dalam bahasa

asing/Inggris

Peran guru Sebagai fasilitator

Peran siswa Sebagai komunikator

Karakteristik Menggunakan bahasa yang otentik dan

berkomunikasi dengan benar

Interaksi Guru mengawali tetapi juga menciptakan

interaksi antar siswa

Ketrampilan berbahasa Mendengar, berbicara, membaca dan menulis

Peran penutur asli Tidak ada

Pandangan bahasa Bahasa adalah untuk komunikasi

Fungsi bahasa ditekankan pentuk bentuk

/formula

Pandangan budaya Gaya hidup sehari-hari

Evaluasi Tidak ada bentuk baku dalam evaluasi

Berdasarkan kemampuan siswa (keakuaratan

(accuracy) dan kelancaran (fluency)

Kesalahan (error) Ditoleransi saat aktifitas yang menekankan

kelancaran

Mencatat kesalahan saat aktifitas sepanjang

proses belajar berjalan secara alami

Page 26: II. KAJIAN TEORITIS, KERANGKA PIKIR, DAN …digilib.unila.ac.id/20139/4/Bab II.pdfMenurut Borg and Gall (1983: ... model ini memiliki kesederhanaan dalam konsep, prinsip dan prosedur

34

2.6.2.9 Notional-Functional Syllabus

Notional-Functional Syllabus adalah cara bagaimana mengorganisasikan

kurikulum pemelajaran bahasa Inggris dan tidak hanya metode atau pendekatan

dalam pengajaran saja. Metode ini dikembangkan oleh Van Ek dan Alexander

pada 1975. Notional-Functional Syllabus menggunakan instruksi tidak dalam

bentuk grammar atau struktur tata bahasa seperti dalam metode Audio Lingual

Method (ALM) tetapi dalam bentuk pola kalimat (notion) dan fungsi bahasa

(function). Dalam hal ini notion adalah suatu konteks tertentu dimana orang

berkomunikasi sedangkan function adalah tujuan khusus seseorang yang diberikan

dalam konteks. Misalnya ketika berbelanja (shopping) memerlukan beberapa

fungsi bahasa misalya menanyakan tentang harga atau fitur sebuah produk dan

menawarnya.

2.6.3 Teknik Pembelajaran Bahasa Inggris

Teknik adalah aktifitas khusus yang dilakukan di kelas dan konsisten terhadap

metode dan pendekatan dalam pembelajaran bahasa (Brown.2001:14). Aktifitas

adalah segala tindakan yang dilakukan dalam kelas baik yang dilakukan guru

maupun siswa saat proses belajar berlangsung. Umumnya aktifitas diawali oleh

guru yang memberikan petunjuk atau intruksi apa yang akan dilakukan di kelas

dan siswa malaksanakan intruksi tersebut. Aktifitas di dalam kelas dapat berupa

bermain peran (role-play), mengulang-ulang (drills), game, mengedit berpasangan

(peer-editing), kelompok kecil mencari informasi yang berbeda (small-group

information-gap excercise), diskusi, bertanya dan menjawab (question and

answer) dan lain-lain.

Page 27: II. KAJIAN TEORITIS, KERANGKA PIKIR, DAN …digilib.unila.ac.id/20139/4/Bab II.pdfMenurut Borg and Gall (1983: ... model ini memiliki kesederhanaan dalam konsep, prinsip dan prosedur

35

Menurut Brown (2001:128) dalam mendesain sebuah teknik pengajaran bahasa

Inggris setidaknya ada dua hal penting yang harus menjadi pertimbangan guru

yaitu prinsip pengajaran (principled teaching) dan konteks belajar (contexts of

learning). Prinsip pengajaran menjadi pertimbangan karena guru harus tahu dan

memahami secara keseluruhan pendekatan pengajaran misalnya bagaimana siswa

belajar dan bagaimana guru memfasilitasi dalam proses belajar terebut. Konteks

belajar adalah memahami siapa siswa yang diajar, berapa usianya, bagaimana

kemapuannya, apa tujuan belajar bahasa Inggris dan factor social politik apa yang

mempengaruhi kesuksesan mereka.

Teknik pengajaran bahasa Inggris dikategorikan menjadi dua yaitu teknik

pengajaran yang terkontrol (controlled techniques) dan teknik pengajaran bahasa

yang bebas (free techniques).

Controlled Free

Teacher-centered Student-centered

Manipulative Communicative

Structure Open-ended

Predicted students responses Unpredicted responses

Pre-planned objectives Negotiated objectives

Set curriculum cooperative curriculum

Brown (2001:133)

Pendekatan, metode dan teknik pengajaran bahasa Inggris sangat berpengaruh

terhadap keberhasilan pembelajaran bahasa Inggris mahasiswa. Penggunaan

pendekatan, metode dan teknik pembelajaran yang tepat maka proses

pembelajaran akan lebih efektif dan efisien. Untuk keefektifan hasil belajar

pemilihan pendekatan, metode dan teknik perlu disesuaikan dengan karakteristik

mahasiswa Polinela dimana umumnya mahasiswa kurang mempunyai

kemampuan awal komunikasi bahasa Inggris yang memadai saat masuk di

Page 28: II. KAJIAN TEORITIS, KERANGKA PIKIR, DAN …digilib.unila.ac.id/20139/4/Bab II.pdfMenurut Borg and Gall (1983: ... model ini memiliki kesederhanaan dalam konsep, prinsip dan prosedur

36

perguruan tinggi Polinela. Pendekatan yang paling sesuai untuk mahasiswa yang

mempunyai karakteristik tersebut adalah pendekatan komunikatif (communicative

approach). Sedangkan untuk metode dan teknik pengajaran dapat digunakan

metode campuran (integrated method) begitu pula teknik pengajaran yang harus

bervariasi mengingat tidak ada satupun metode dan teknik paling baik.

2.7 Pembelajaran Bahasa Inggris Spesifik (English for Specific Purposes)

Pembelajaran bahasa Inggris akan lebih efektif bila berdasarkan pada kebutuhan

siswa. Setidaknya ada dua junis pengajaran bahasa Inggris yaitu general English

atau bahasa Inggris umum dan English for Specific Purposes (ESP) yaitu

pengajaran bahasa Inggris dengan tujuan khusus. ESP sebernarnya untuk

menjawab kebutuhan siswa pada bidang tertentu seperti kesehatan/kedokteran,

engeneering, sipil, ekonomi, hukum, jurnalistik, science, perhotelan, restoran,

perhubungan dan bidang tertentu lainnya. Bidang tertentu mempunyai istilah dan

kosa kata tertentu.

Pendekatan pembelajaran bahasa Inggris khusus (ESP) di mulai tahun 1970an

bermula dari analisis register bahasa (formal dan informal) dan analisis discourse

(percakapan). Diketahui bahwa masing-masing bidang pekerjaan mempunyai

istilah bahasa dan kosa kata tertetu misalnya kedokteran, mesin, dan science

(Richards. 2001: 30). ESP lebih memfokuskan pada pengajaran bahasa Inggris

dalam konteks yang sebenarnya daripada membahas tentang grammar atau tata

bahasa. Konteks nyata seperti penggunaan bahasa Inggris komputer akuntasi,

pariwisata, dan bisnis manajemen.

Page 29: II. KAJIAN TEORITIS, KERANGKA PIKIR, DAN …digilib.unila.ac.id/20139/4/Bab II.pdfMenurut Borg and Gall (1983: ... model ini memiliki kesederhanaan dalam konsep, prinsip dan prosedur

37

ESP diberikan pada siswa berdasarkan pada analisis kebutuhan. Sangat berbeda

dengan general english yang mana seluruh ketrampilan berbahasa seperti

berbicara (speaking), mendengarkan (listening), membaca (reading) dan menulis

(writing) mempunyai bobot pengajaran yang sama. ESP diajarkan berdasarkan

pada kebutuhan siswa dimana setiap orang mempunyai kelebihan dan kekurangan.

Bila kekurangan berbahasanya adalah speaking dalam bidang bisnis maka materi

pengajaran disesuaikan dengan bidang bisis. Begitu pula bidang yang lain seperti

turis, perhotelan, kesehatan dan lain sebagainya.

2.8 Pembelajaran Bahasa Inggris Bisnis

Pembelajaran bahasa Inggris bisnis (Business English) menurut Frendo (2005: 1-

2) harus memperhatikan kategori pemelajar. Pembelajaran dapat dikelompokan

berdasarkan pengalaman, kedudukan dalam perusahaan atau jabatan, kultur

budaya bangsa, kebutuhan dan tingkat kemampuan bahasa Inggrisnya. Hal ini

untuk memudahkan tercapainya tujuan pebelajaran bahasa Iggris bisnis yang

mempunyai tingkat kompleksitas materi bisnis yang cukup tinggi seperti

komersial, keuangan dan industri. Secara specifik ketrampilan berbahasa Inggris

bisnis yang diperlukan dalam pembelajaran antara lain kerjasama (cooperation),

negosiasi (negotiation), pendekatan dan pengertian (persuading and

understanding), memecahkan masalah (problem solving), menelpon

(telephoning), pembicaraan bisnis (small talk), pertemuan (meeting), transaksi

barang dan jasa (transaction) dan presentasi bisnis (business presentation).

Selain pengelompokan pemelajar (learner) sebelum pembelajaran dilakukan

perlu adanya penelusuran minat dan analisis kebutuhan (assesing needs and

Page 30: II. KAJIAN TEORITIS, KERANGKA PIKIR, DAN …digilib.unila.ac.id/20139/4/Bab II.pdfMenurut Borg and Gall (1983: ... model ini memiliki kesederhanaan dalam konsep, prinsip dan prosedur

38

preferences). Analisis kebutuhan dapat dapat dilakukan dengan cara memberikan

kuisioner dan melakukan interview kepada pemelajar. Analisis kebutuhan juga

ditujukan untuk mengetahui sejauh mana kompetensi berbahasa pemelajar dengan

cara memberikan palcement test atau test penempatan (Frendo.2005:20).

Secara garis besar pengajaran bahasa Inggis bisnis setidaknya harus

memperhatikan beberapa aspek tahapan dalam pembelajaran antara lain

melakukan analisis kebutuhan, medesain atau merancang kegiatan membelajaran

(designing courses) yang meliputi penetapan tujuan dan rancangan silabus

pembelajaran, dan memilih serta mengembangkan materi ajar seperti coursebook

atau tailor-made material.

2.9 Analisis Kebutuhan (Needs Analysis)

Pengembangan kurikulum dan silabus harus berdasarkan pada analisis kebutuhan

siswa (learners) yaitu prosedur untuk mengumpulkan informasi tentang

kebutuhan siswa (Richards. 2001:51). Analisis kebutuhan muncul setelah

banyaknya permintaan pengajaran bahasa Inggris secara khusus (English for

Spesific Purposes) di tahun 1080an. Secara detail tujuan analisis kebutuhan siswa

adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui keahlian berbahasa apa yang dibutuhkan oleh siswa untuk

melakukan peran tertentu seperti manager penjualan, tour guide, atau

mahasiswa

b. Untuk membantu menentukan apakah pelajaran (course) sebelumnya sudah

cukup memenuhi kebutuhan yang diharapkan oleh siswa.

c. Untuk menentukan siswa yang mana (dalam grup) yang sangat memerlukan

Page 31: II. KAJIAN TEORITIS, KERANGKA PIKIR, DAN …digilib.unila.ac.id/20139/4/Bab II.pdfMenurut Borg and Gall (1983: ... model ini memiliki kesederhanaan dalam konsep, prinsip dan prosedur

39

training/pelatihan khusus .

d. Untuk mengidentifikasi perubahan tujuan seseorang atau siswa yang

memerlukan.

e. Untuk mengidentifikasi perbedaan (gap) kemampuan siswa, apa yang sudah

mampu untuk mengerjakan sesuatu dan kebutuhan apa untuk mengerjakannya.

f. Untuk mengumpulkan informasi tentang masalah tertentu yang dihadapi oleh

siswa.

2.9.1 Langkah-langkah dalam melakukan analisis kebutuhan (Needs

analysis)

Richards Jack C (2002:60) memberikan alternatif langkah-langkah kegiatan

dalam melakukan analisis kebutuhan siswa (learner) dalam pengajaran bahasa

Inggris. Langkah-langkah kegiatan tersebut antara lain:

a.Memberikan kuisioner

Pemberian kuisioner kepada mahasiswa diperlukan untuk mengetahui kebutuhan

terhadap bahasa, kesulitan berkomunikasi, tipe atau gaya belajar, aktifitas yang

disukai dalam kelas, prilaku dan pendapat (beliefs) terhadap bahasa. Informasi

lain dari pemberian kuisioner adalah mengetahui tingkat kemampuan berbahasa

Inggris mahasiswa (language proficiency level).

b. Self- Rating

Kegiatan ini merupakan bagian dari pemberian kuisioner dimana mahasiwa

mengukur dan menentukan sendiri tingkat kemampuanya dalam berkomunikasi

bahasa Inggris.

Page 32: II. KAJIAN TEORITIS, KERANGKA PIKIR, DAN …digilib.unila.ac.id/20139/4/Bab II.pdfMenurut Borg and Gall (1983: ... model ini memiliki kesederhanaan dalam konsep, prinsip dan prosedur

40

c. Interview

Interview dilakukan terhadap sample populasi mahasiswa untuk menghimpun

informasi data yang mungkin belum tercover dalam kuisioner dan sebagai cross

check tingkat kemampuan mahasiswa dalam berkomunikasi bahasa Inggris baik

secara lisan maupun tulis.

d. Observasi

Observasi dilakukan untuk melihat langsung kegiatan pengajaran bahasa Inggris

di kelas yang meliputi metode, teknik dan aktifitas belajar. Hasil observasi

digunakan untuk menentukan jenis metode dan teknik pengajaran bahasa yang

tepat bagi mahasiswa.

e. Mengumpulkan data sample kemampuan berbahasa siswa (Collecting

learner language sample)

Pengumpulan data dan informasi kemampuan berbahasa siswa dimaksudkan

untuk mengetahui sejauh mana kemampuan siswa dalam pekerjaan aktifitas

tertentu. Misalnya menulis surat bisnis, interview, menelpon dan bernegosiasi.

Lebih dari itu pengumpulan data dan informasi juga bertujuan untuk mengetahui

masalah yang dihadapi oleh siswa seperti kelemahan apa saja yang dimiliki oleh

siswa.

Menurut Richards (2001:62) untuk mengumpulkan informasi atau data

kemampuan dan masalah bahasa siswa bisa dilakukan dengan cara sebagai

berikut:

1. Written or oral task; memberikan tugas atau tes baik tertulis maupun lisan

dan dikumpulkan atau diportopoliokan,

Page 33: II. KAJIAN TEORITIS, KERANGKA PIKIR, DAN …digilib.unila.ac.id/20139/4/Bab II.pdfMenurut Borg and Gall (1983: ... model ini memiliki kesederhanaan dalam konsep, prinsip dan prosedur

41

2. Simulation or role plays; siswa diminta melakukan simulasi atau bermain peran

dengan menggunakan bahasa Inggris kemudian diobservasi atau direkam.

3. Achievement test; memberikan test tertulis atau lisan pada kemampuan

berbahasa tertentu,

4. Performance test; siswa ditest pada hal atau bidang yang berhubungan dengan

tugas atau pekerjaan tertentu misalnya wawancra pekerjaan (job interview).

2.10 Analisis Situasi (Situation Analysis)

Keberhasilan suatu kurikulum program belajar sangat dipengaruhi oleh banyak

faktor baik yang bersifat internal dan eksternal. Faktor internal berasal dari siswa

misalnya motivasi dan strategi belajarnya. Sedangkan faktor eksternal datang dari

luar siswa seperti lingkungan situasi belajar. Begitu juga dalam konteks

kurikulum program belajar bahasa yang sangat berbeda dimana variabel tertentu

dan situasi tertentu sangat berperan dalam kesuksesan peningkatan kemampuan

berbahasa (Richards. 2001: 90). Oleh sebab itu melakukan analisis situasi sangat

diperlukan dalam menyusun suatu program belajar.

Analisis situasi adalah menganalisis faktor-faktor dalam konteks perencanaan atau

kurikulum yang dibuat dan digunakan saat ini untuk mengetahui sejauhmana

pengaruh dan hubungannya terhadap program yang akan dikembangkan

(Richards. 2001: 91). Faktor-faktor berpengaruh antara lain politik, sosial,

ekonomi, dan institusi atau lembaga. Oleh sebab itu analisis situasi mempunyai

fungsi untuk melengkapi inforamasi dan data yang telah diperoleh dari kegiatan

analisis kebutuhan (need analysis).

Page 34: II. KAJIAN TEORITIS, KERANGKA PIKIR, DAN …digilib.unila.ac.id/20139/4/Bab II.pdfMenurut Borg and Gall (1983: ... model ini memiliki kesederhanaan dalam konsep, prinsip dan prosedur

42

Kelengkapan informasi dan data dalam kegiatan analisis situasi tidak hanya hal-

hal atau faktor yang berhubungan dengan kurikulum, silabus, materi ajar, dan

kebijakan institusi, tetapi juga faktor lain seperti guru, murid, waktu saat

mengadopsi kurikulum, silabus dan materi yang baru. Tentunya informasi

pendukung seperti bagimana dan seperti apa kurikulum, silabus dan materi selama

ini digunakan untuk pengajaran bahasa, bagaimana kebijakan institusi dalam

mensuport pembelajaran tersebut, metode dan teknik pembelajar apa yang

digunakan oleh guru dalam pembelajaran, bagaimana sosial, politik dan kebijakan

pemerintah dalam peningkatan penguasaan bahasa asing, dan bagaimana strategi

pelaksanaan pergantian dan pengadopsian kurikulum, silabus dan materi yang

baru sangat diperlukan untuk kesempurnaan pembuatan program belajar.

2.11 Silabus

2.11.1 Pengertian Silabus

Istilah silabus dapat didefinisikan sebagai ”Garis besar, ringkasan, ihktisar, atau

pokok-pokok isi atau materi pelajaran” (Salim, 1987:98). Istilah silabus

digunakan untuk menyebut suatu produk pengembangan kurikulum berupa

penjabaran lebih lanjut dari standar kompetensi dan kemampuan dasar.

Silabus juga dapat diartikan sebagai rencana pembelajaran pada suatu dan/atau

kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi,

kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator

pencapaian kompetensi untuk penilaian, penilaian, alokasi waktu, dan sumber

belajar (Depdiknas, Sosialisasi KTSP. 2007). Silabus adalah suatu ungkapan

pendapat tentang sifat alamiah bahasa dan pembelajaran. Hal ini bisa berupa

Page 35: II. KAJIAN TEORITIS, KERANGKA PIKIR, DAN …digilib.unila.ac.id/20139/4/Bab II.pdfMenurut Borg and Gall (1983: ... model ini memiliki kesederhanaan dalam konsep, prinsip dan prosedur

43

pedoman bagi guru dan murid untuk mencapai tujuan belajar (Rabbini. 2002).

Hutchinson dan Waters (1987) mendifinisikan silabus sebagai berikut:

At its simplest level a syllabus can be described as a statement of what is to be

learnt. It reflects of language and linguistic performance.

Pada tingkatan yang paling sederhana silabus dapat digambarkan sebagai

pernyataan apa yang akan dipelajari. Hal tersebut merupakan refleksi bahasa dan

performa atau penyelenggaraan pembelajaran bahasa.

Silabus juga dapat dilihat sebagai ringkasan isi tentang apa yang akan dipelajari

oleh siswa (Yalden. 1987:87). Silabus dilihat sebagai perkiraan materi yang akan

diajarkan dan tentunya tidak dapat diperkirakan secara akurat apa yang akan

dipelajari.

Silabus bermanfaat sebagai pedoman dalam pemgembangan pembelajaran lebih

lanjut, seperti pembuatan rencana pembelajaran, pengelolaan kegiatan

pembelajaran, dan pengembangan sistem penilaian. Silabus merupakan sumber

pokok dalam penyusunan rencana pembelajaran, baik rencana pembelajaran untuk

satu standar kompetensi maupun satu kompetensi dasar. Silabus juga bermanfaat

sebagai pedoman untuk merencanakan pengelolaan kegiatan pembelajaran,

misalnya kegiatan belajar secara klasikal, kelompok kecil, atau pembelajaran

secara individual.

2.11.2 Prinsip-prinsip Pengembangan Silabus

Silabus merupakan salah satu produk pengembangan kurikulum dan pembelajaran

yang berisikan garis-garis besar materi pembelajaran. Beberapa prinsip yang

Page 36: II. KAJIAN TEORITIS, KERANGKA PIKIR, DAN …digilib.unila.ac.id/20139/4/Bab II.pdfMenurut Borg and Gall (1983: ... model ini memiliki kesederhanaan dalam konsep, prinsip dan prosedur

44

mendasari pengembangan silabus antara lain: ilmiah, memperhatikan

perkembangan dan pertumbuhan siswa, sistematis, relevansi, konsisten dan

kecukupan (Mardapi. 2004).

Pertama, silabus disusun berdasarkan prinsip-prinsip ilmiah. Mengingat silabus

berisikan garis-garis besar isi (GBPP) atau materi pembelajaran yang akan

dipelajari oleh siswa, maka materi keilmuan yang disajikan dalam silabus harus

benar. Untuk mencapai kebenaran ilimiah tersebut, dalam penyusunan silabus

dilibatkan para pakar di bidang keilmuan masing-masing mata pelajaran. Hal ini

dimaksudkan agar materi pelajaran yang disajikan dalam silabus sahih (valid).

Kedua, yang melandasi penyusunan silabus adalah perkembangan dan kebutuhan

siswa. Cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran, dan urutan penyajian materi dalam

silabus disesuaikan dengan tingkat perkembangan fisik dan psikologi siswa.

Adanya perkembangan fisik dan psikologi tersebut maka materi pembelajaran

yang diberikan kepada siswa yang duduk di kelas yang berbeda SD, SMP, SMA

dan universitas hurus berbeda. Perbedaan tersebut mencakup masalah kedalaman

materi, tingkat kesulitan, cakupan dan urutan penyajiannya.

Prinsip yang ketiga adalah sistematis. Sesuai dengan konsep dan prinsip sistem,

silabus dipandang sebagai sebuah sistem. Oleh sebab itu penyusunan silabus harus

disusun secara sistematis. Sebagi sistem silabus mempunyai satu kesatuan yang

mempunyai tujuan, terdiri dari bagian-bagian atau komponen yang satu dengan

yang lainnya saling berhubungan untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Komponen silabus meliputi standar kompetensi, kompetensi dasar dan materi

pokok pembelajaran. Kompetensi dasar yang akan dicapai dalam pembelajaran

Page 37: II. KAJIAN TEORITIS, KERANGKA PIKIR, DAN …digilib.unila.ac.id/20139/4/Bab II.pdfMenurut Borg and Gall (1983: ... model ini memiliki kesederhanaan dalam konsep, prinsip dan prosedur

45

bahasa Inggris adalah kemampuan/kompetensi berkomunikasi aktif baik secara

lisan maupun terulis. Kompetensi dasarnya adalah kemampuan untuk

menyampaikan salam (greeting), memperkenalkan diri (introduction) dan

menceritakan kejadian yang telah lampau (past tense). Sedangkan untuk

komponen materi pokok pembelajaran bisa berupa dialog yang berisi tentang

menyapaikan salam, memperkenalkan diri dan menceritakan kejadian dimasa lalu.

Keempat, dalam penyusunan silabus adalah prinsip relevansi, konsistensi, dan

kecukupan antara standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok/

pembelajaran, pengalaman belajar siswa, sistem penilaian, dan sumber lain.

Relevan berarti ada keterkaitan, misalnya standar kompetensi yang diharapkan

dikuasai siswa berupa kemampuan ”mamahami struktur dan fungsi kalimat past

tense”. Kemampuan dasar yang relevan dengan standar kompetensi tersebut

adalah: mengindentifikasi pola atu struktur kalimat past tense dan fungsinya; (2)

menceritakan kembali kejadian dimasa lampau (past activity).

Konsisten berarti taat azas. Hubungan antara komponen-komponen silabus harus

taat azas. Sebagai contoh mengajarkan bahasa Inggris dengan game ”Find some

one who...”. pengalaman belajar yang konsisten dengan materi pembelajaran

tersebut adalah ”siswa menanyai teman sekelasnya dengan membawa angket

untuk menemukan seseorang yang dicari”.

Adequate berarti cukup atau memadai. Prinsip adekuasi menyaratkan agar

cakupan atau ruang lingkup materi yang dipelajari siswa cukup memadai untuk

menunjang tercapainya tujuan penguasaan kompetensi dasar yang pada akhirnya

Page 38: II. KAJIAN TEORITIS, KERANGKA PIKIR, DAN …digilib.unila.ac.id/20139/4/Bab II.pdfMenurut Borg and Gall (1983: ... model ini memiliki kesederhanaan dalam konsep, prinsip dan prosedur

46

membantu tercapainya standar kompetensi. Cukup, mengandung makna tidak

terlalu sedikit dan juga tidak terlalu banyak.

2.12 Pengembangan Modul Pembelajaran Bahasa Inggris Bisnis

Dalam memilih dan mengembangkan materi pembelajaran bahasa Inggris bisnis

guru (dosen) harus mecari dan memilih materi yang benar-benar cocok atau sesuai

dengan kebutuhan dan tujuan siswa (Frendo.2005:43). Hal tersebut menjadi

sangat penting dalam proses pembelajaran mengingat kebutuhan siswa yang

sangat bervarisasi belum tentu dapat terpenuhi dengan mengunakan materi

(coursebook) yang sudah ada di toko buku atau perpustakaan. Bila perlu dosen

dapat duduk bersama dengan siswa dalam memilih buku atau materi yang cocok

untuk belajar.

Menentukan satu pilihan buku yang akan digunakan dalam proses belajar belum

tentu seluruh kebutuhan siswa dapat terpenuhi. Oleh sebab itu guru dapat mencari

cara lain dalam mengembangkan materi dengan cara memilih materi yang sesuai

kebutuhan spesifik siswa dan mengadaptasi materi tersebut (tailor-made material)

sehingga materi yang diberikan dalam betul-betul dapat memenuhi kebutuhan

siswa (students needs). Tailor-made material bisa berupa handout, modul dan

buku ajar yang merupakan kumpulan materi yang telah diadaptasi sedemikian

rupa dan disesuaikan dengan kebutuhan dan tingkat kemampuan siswa.

2.12.1 Prinsip-Prinsip Membuat Modul atau Bahan Ajar

Ada tiga prinsip yang diperlukan dalam penyusunan bahan ajar (Zulkarnain.2009).

Ketiga prinsip itu adalah relevansi, konsistensi, dan kecukupan. Relevansi artinya

Page 39: II. KAJIAN TEORITIS, KERANGKA PIKIR, DAN …digilib.unila.ac.id/20139/4/Bab II.pdfMenurut Borg and Gall (1983: ... model ini memiliki kesederhanaan dalam konsep, prinsip dan prosedur

47

keterkaitan atau berhubungan erat. Konsistensi maksudnya ketaatazasan atau

keajegan – tetap. Kecukupan maksudnya secara kuantitatif materi tersebut

memadai untuk dipelajari.

Prinsip relevansi atau keterkaitan atau berhubungan erat, maksudnya adalah

materi pembelajaran hendaknya relevan dengan pencapaian standar kompetensi

dan kompetensi dasar. Jika kemampuan yang diharapkan oleh menghafalkan

fakta, materi yang disajikan adalah fakta. Kalau kompetensi dasar meminta

kemampuan melakukan sesuatu, materi pelajarannya adalah prosedur atau cara

melakukan sesuatu. Begitulah seterusnya.

Prinsip konsistensi adalah ketaatazasan dalam penyusunan bahan ajar. Misalnya

kompetensi dasar meminta kemampuan siswa untuk menguasai tiga macam

konsep, materi yang disajikan juga tiga macam. Umpamanya kemampuan yang

diharapkan dikuasai siswa adalah menyusun paragraf deduktif, materinya

sekurang-kurangnya pengertian paragraf deduktif, cara menyusun paragraf

deduktif, dan cara merevisi paragraf deduktif. Artinya, apa yang diminta itulah

yang diberikan.

Prinsip kecukupan, artinya materi yang disajikan hendaknya cukup memadai

untuk mencapai kompetensi dasar. Materi tidak terlalu sedikit dan tidak terlalu

banyak. Jika materi terlalu sedikit, kemungkinan siswa tidak akan dapat mencapai

kompetensi dasar dengan memanfaatkan materi itu. Kalau materi terlalu banyak

akan banyak menyita waktu untuk mempelajarinya.

Page 40: II. KAJIAN TEORITIS, KERANGKA PIKIR, DAN …digilib.unila.ac.id/20139/4/Bab II.pdfMenurut Borg and Gall (1983: ... model ini memiliki kesederhanaan dalam konsep, prinsip dan prosedur

48

Menurut Zulkarnain (2009) ada beberapa prosedur yang harus diikuti dalam

penyusunan bahan ajar. Prosedur itu meliputi: (1) memahami standar isi dan

standar kompetensi lulusan, silabus, program semeter, dan rencana pelaksanaan

pembelajaran; (2) mengidentifikasi jenis materi pembelajaran berdasarkan

pemahaman terhadap poin (1); (3) melakuan pemetaan materi; (4) menetapkan

bentuk penyajian; (5) menyusun struktur (kerangka) penyajian; (6) membaca

buku sumber; (7) mendraf (memburam) bahan ajar; (8) merevisi (menyunting)

bahan ajar; (9) mengujicobakan bahan ajar; dan (10) merevisi dan menulis akhir

(finalisasi).

Rosid (2010) menyatakan bahwa dalam penyusunan modul belajar mengacu pada

kompetensi yang terdapat di dalam tujuan yang ditetapkan. Terkait dengan hal

tersebut dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Analisis Kebutuhan Modul

Analisis kebutuhan modul merupakan kegiatan menganalisis kompetensi/ tujuan

untuk menentukan jumlah dan judul modul yang dibutuhkan untuk mencapai

suatu kompetensi tersebut. Penetapan judul modul didasarkan pada kompetensi

yang terdapat pada garis-garis besar program yang ditetapkan. Analisis kebutuhan

modul bertujuan untuk mengidentifikasi dan menetapkan jumlah dan judul modul

yang harus dikembangkan. Analisis kebutuhan modul dapat dilakukan dengan

langkah sebagai berikut:

a. Tetapkan kompetensi yang terdapat di dalam garis-garis besar program

pembelajaran yang akan disusun modulnya;

b. Identifikasi dan tentukan ruang lingkup unit kompetensi tersebut;

c. Identifikasi dan tentukan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang

Page 41: II. KAJIAN TEORITIS, KERANGKA PIKIR, DAN …digilib.unila.ac.id/20139/4/Bab II.pdfMenurut Borg and Gall (1983: ... model ini memiliki kesederhanaan dalam konsep, prinsip dan prosedur

49

dipersyaratkan;

d. Tentukan judul modul yang akan ditulis

e. Kegiatan analisis kebutuhan modul dilaksanakan pada periode awal

pengembangan modul

2. Penyusunan Draft

Penyusunan draft modul merupakan proses penyusunan dan pengorganisasian

materi pembelajaran dari suatu kompetensi atau sub kompetensi menjadi satu

kesatuan yang sistematis. Penyusunan draft modul bertujuan menyediakan draft

suatu modul sesuai dengan kompetensi atau sub kompetensi yang telah

ditetapkan. Penulisan draft modul dapat dilaksanakan dengan mengikuti langkah-

langkah sebagai berikut:

a. Tetapkan judul modul

b. Tetapkan tujuan akhir yaitu kemampuan yang harus dicapai oleh peserta didik

setelah selesai mempelajari satu modul

c. Tetapkan tujuan antara yaitu kemampuan spesifik yang menunjang tujuan akhir

d. Tetapkan garis-garis besar atau outline modul

e. Kembangkan materi pada garis-garis besar

f. Periksa ulang draft yang telah dihasilkan

Kegiatan penyusunan draft modul hendaknya menghasilkan draft modul yang

sekurang-kurangnya mencakup:

a. Judul modul; menggambarkan materi yang akan dituangkan di dalam modul;

b. Kompetensi atau sub kompetensi yang akan dicapai setelah menyelesaikan

Page 42: II. KAJIAN TEORITIS, KERANGKA PIKIR, DAN …digilib.unila.ac.id/20139/4/Bab II.pdfMenurut Borg and Gall (1983: ... model ini memiliki kesederhanaan dalam konsep, prinsip dan prosedur

50

mempelajari modul;

c. Tujuan terdiri atas tujuan akhir dan tujuan antara yang akan dicapai peserta

didik setelah mempelajari modul;

d. Materi pelatihan yang berisi pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus

dipelajari dan dikuasai oleh peserta didik;

e. Prosedur atau kegiatan pelatihan yang harus diikuti oleh peserta didik untuk

mempelajari modul;

f. Soal-soal, latihan, dan atau tugas yang harus dikerjakan atau diselesaikan oleh

peserta didik;

g. Evaluasi atau penilaian yang berfungsi mengukur kemampuan peserta didik

dalam menguasai modul;

h. Kunci jawaban dari soal, latihan dan atau pengujian

3. Uji Coba

Uji coba draft modul adalah kegiatan penggunaan modul pada peserta terbatas,

untuk mengetahui keterlaksanaan dan manfaat modul dalam pembelajaran

sebelum modul tersebut digunakan secara umum. Uji coba draft modul bertujuan

untuk;

a. mengetahui kemampuan dan kemudahan peserta dalam memahami dan

menggunakan modul;

b. mengetahui efisiensi waktu belajar dengan menggunakan modul; dan

c. mengetahui efektifitas modul dalam membantu peserta mempelajari dan

menguasai materi pembelajaran.

Page 43: II. KAJIAN TEORITIS, KERANGKA PIKIR, DAN …digilib.unila.ac.id/20139/4/Bab II.pdfMenurut Borg and Gall (1983: ... model ini memiliki kesederhanaan dalam konsep, prinsip dan prosedur

51

Untuk melakukan uji coba draft modul dapat diikuti langkah-langkah sebagai

berikut;

a. Siapkan dan gandakan draft modul yang akan diuji cobakan sebanyak peserta

yang akan diikutkan dalam uji coba.

b. Susun instrumen pendukung uji coba.

c. Distribusikan draft modul dan instrumen pendukung uji coba kepada peserta uji

coba.

d. Informasikan kepada peserta uji coba tentang tujuan uji coba dan kegiatan yang

harus dilakukan oleh peserta uji coba.

e. Kumpulkan kembali draft modul dan instrumen uji coba.

f. Proses dan simpulkan hasil pengumpulan masukan yang dijaring melalui

instrumen uji coba.

Dari hasil uji coba diharapkan diperoleh masukan sebagai bahan penyempurnaan

draft modul yang diuji cobakan. Terdapat dua macam uji coba yaitu uji coba

dalam kelompok kecil dan uji coba lapangan. Uji coba kelompok kecil adalah uji

coba yang dilakukan hanya kepada 2 - 4 peserta didik, sedangkan uji coba

lapangan adalah uji coba yang dilakukan kepada peserta dengan jumlah 20 – 30

peserta didik.

4. Validasi

Validasi adalah proses permintaan persetujuan atau pengesahan terhadap

kesesuaian modul dengan kebutuhan. Untuk mendapatkan pengakuan kesesuaian

tersebut, maka validasi perlu dilakukan dengan melibatkan pihak praktisi yang

ahli sesuai dengan bidang-bidang terkait dalam modul. Validasi modul bertujuan

Page 44: II. KAJIAN TEORITIS, KERANGKA PIKIR, DAN …digilib.unila.ac.id/20139/4/Bab II.pdfMenurut Borg and Gall (1983: ... model ini memiliki kesederhanaan dalam konsep, prinsip dan prosedur

52

untuk memperoleh pengakuan atau pengesahan kesesuaian modul dengan

kebutuhan sehingga modul tersebut layak dan cocok digunakan dalam

pembelajaran. Validasi modul meliputi: isi materi atau substansi modul;

penggunaan bahasa; serta penggunaan metode instruksional.

Validasi dapat dimintakan dari beberapa pihak sesuai dengan keahliannya masing-

masing antara lain;

a. ahli substansi dari industri untuk isi atau materi modul;

b. ahli bahasa untuk penggunaan bahasa; atau

c. ahli metode instruksional untuk penggunaan instruksional guna mendapatkan

masukan yang komprehensif dan obyektif.

Untuk melakukan validasi draft modul dapat diikuti langkah-langkah sebagai

berikut;

a. Siapkan dan gandakan draft modul yang akan divalidasi sesuai dengan

banyaknya validator yang terlibat.

b. Susun instrumen pendukung validasi.

c. Distribusikan draft modul dan instrumen validasi kepada peserta validator.

d. Informasikan kepada validator tentang tujuan validasi dan kegiatan yang harus

dilakukan oleh validator.

e. Kumpulkan kembali draft modul dan instrumen validasi.

f. Proses dan simpulkan hasil pengumpulan masukkan yang dijaring melalui

instrumen validasi.

Page 45: II. KAJIAN TEORITIS, KERANGKA PIKIR, DAN …digilib.unila.ac.id/20139/4/Bab II.pdfMenurut Borg and Gall (1983: ... model ini memiliki kesederhanaan dalam konsep, prinsip dan prosedur

53

Dari kegiatan validasi draft modul akan dihasilkan draft modul yang mendapat

masukkan dan persetujuan dari para validator, sesuai dengan bidangnya.

Masukkan tersebut digunakan sebagai bahan penyempurnaan modul.

5. Revisi

Revisi atau perbaikan merupakan proses penyempurnaan modul setelah

memperoleh masukan dari kegiatan uji coba dan validasi. Kegiatan revisi draft

modul bertujuan untuk melakukan finalisasi atau penyempurnaan akhir yang

komprehensif terhadap modul, sehingga modul siap diproduksi sesuai dengan

masukkan yang diperoleh dari kegiatan sebelumnya, maka perbaikan modul harus

mencakup aspek-aspek penting penyusunan modul di antaranya yaitu;

a. pengorganisasian materi pembelajaran;

b. penggunaan metode instruksional;

c. penggunaan bahasa; dan

d. pengorganisasian tata tulis dan perwajahan.

Mengacu pada prinsip peningkatan mutu berkesinambungan, secara terus menerus

modul dapat ditinjau ulang dan diperbaiki.

2.13 Adaptasi Materi Pembelajaran Bahasa Inggris

Kebanyakan dosen bukan seorang pembuat materi ajar yang baik (good creator)

tetapi seorang penyedia (providers) materi yang baik. Dudley-Evan dan St. John

(1998) dalam Richard ( 2007: 260) menyatakan bahwa untuk menjadi penyedia

materi yang baik guru harus dapat; 1) menyeleksi materi yang tersedia, 2) kreatif,

3) memodifikasi materi sesuai dengan kebutuhan siswa, dan 4) memperkaya

(supplement) materi dengan kegiatan atau aktifitas tambahan.

Page 46: II. KAJIAN TEORITIS, KERANGKA PIKIR, DAN …digilib.unila.ac.id/20139/4/Bab II.pdfMenurut Borg and Gall (1983: ... model ini memiliki kesederhanaan dalam konsep, prinsip dan prosedur

54

Materi yang ada di pasaran tidak serta merta dapat digunakan dalam proses

pembelajaran, oleh sebab itu perlu adanya berbagai adaptasi. Mengadaptasi materi

menurut Richards ( 2007: 260) dengan cara memodifikasi, menambah atau

membuang, menyusun kembali, memodifikasi latihan dan menambahkanya.

2.14 Desain Instruksional dan Informasi Teks

Mendesain sebuah buku teks seperti buku atau ajar modul harus memperhatikan

beberapa hal seperti lebar kertas, marjin, lebar kolom, tipe huruf, penulisan huruf

(besar, tebal, dan miring), warna, spasi, dan struktur teks seperti; judul, simpulan

(summaries) , garis besar (outline), heading, pertanyaan, urutan informasi

(sequencing information), daftar item, dan angka dalam teks.

Hartley (2010) berpendapat bahwa pertimbangan dalam topografi desain teks

adalah ukuran halaman (page size). International Standard Organisation (ISO)

telah menentukan ukuran lebar kertas untuk dokumen atau buku yaitu seri A (A0 -

A10).

Tabel 2. The ISO A Series of Trimmed Paper Sized

Designation Size (mm) Designation Size (mm)

A0

A1

A2

A3

A4

A5

841 X 1.189

594 X 841

420 X 594

297 X 420

210 X 297

148 X 210

A6

A7

A8

A9

A10

105 X 148

74 X 105

52 X 74

37 X 52

26 X 37

Menentukan margin dalam teks disesuaikan dengan fungsinya tidak hanya seni

(aesthetic). Margin bisa berukuran 10mm untuk batas bawah dan atas. Hartley

menyarankan margin samping kanan dan kiri sebesar 25mm untuk kepentingan

Page 47: II. KAJIAN TEORITIS, KERANGKA PIKIR, DAN …digilib.unila.ac.id/20139/4/Bab II.pdfMenurut Borg and Gall (1983: ... model ini memiliki kesederhanaan dalam konsep, prinsip dan prosedur

55

penjilidan dan pengkopian teks. Sedangkan untuk jumlah dan lebar kolom

tergantung pada ukuran kertas yang digunakan. Jumlah kolom normalnya bisa

satu atau dua bahkan tiga untuk bentuk kertas landscape atau horizontal (Gambar

6). Untuk pengetikan ukuran huruf untuk buku teks adalah 19, 11, 12 atau yang

lebih kecil 6 atau 8 (legal document). Untuk penulisan huruf kapital digunakan

untuk permulaan kalimat atau judul (heading). Sedangkan untuk pemakaian warna

pada teks bisa berbagai cara tetapi umumnya judul mempunyai warna yang

berbeda supaya lebih kelihatan.

Gambar 6. Layout pada kertas standar ISO.

2.15 Sistem Dasar-Cetakan (Print-Based System)

Aspek teknologi cetak yang diterapkan diadaptasi dari sistem dasar-cetakan

(Print-based System) model Leshin, Pollock, and Reigeluth (1992:275) yaitu (a)

desain pesan, (b) kemenarikan, dan (c) penggunaan alat untuk memusatkan

perhatian. Selain itu, terdapat 6 (enam) elemen yang harus dipertimbangkan dalam

rancangan print-based system yaitu: konsistensi, format, pengorganisasian,

Page 48: II. KAJIAN TEORITIS, KERANGKA PIKIR, DAN …digilib.unila.ac.id/20139/4/Bab II.pdfMenurut Borg and Gall (1983: ... model ini memiliki kesederhanaan dalam konsep, prinsip dan prosedur

56

kemenarikan, ukuran ketikan (bentuk dan besar huruf), dan bidang kosong (leshin,

1992:275).

Secara lengkap elemen-elemen dan preskripsi desain pesan dalam sistem dasar

cetakan sebagai berikut:

Tabel 3. Elemen-elemen dan preskripsi desain pesan dalam sistem dasar cetakan

(print-based system)

Elemen-elemen Preskripsi

Konsistensi Gunakan format yang konsisten dalam setiap halaman

Ukuran spasi yang digunakan usahakan untuk selalu

konsisten. Gunakan spasi yang sama antar dua headline.

Format Untuk paragraf yang panjang gunakan satu kolom. Jika

paragraf singkat-singkat format dua kolom lebih tepat

Tampakkan pemisahan dan penandaan untuk penggalan

yang berbeda dari content.

Tampakkan pemisahan dan penandaan untuk taktik

pembelajaran yang berbeda.

Pengorganisasian Jagalah pembaca agar memperoleh pengalaman secara

langsung. Para pembaca haruslah secara mudah dapat

melihat secara sekilas pandang bagian yang mereka baca.

Organisasikan teks untuk membuat informasi mudah

ditemukan.

Gunakan pengotakan untuk suatu salinan ynag dimasukan

ke dalam teks..

Kemenarikan Perkenalkan setiap bagian yang baru (awalan: Cover dan

bagian yang baru) dengan suatu cara yang khusus agar

siswa mau mempelajarinya.

Ukuran Ketikan Sesuaikan ukuran ketikan dengan audien, pesan, dan

pemerhati di sekitarnya. Ukuran yang baik untuk suatu

manual adalah 10-12 point.

Gunakan huruf kapital untuk bacaan yang sukar.

Bidang kosong Untuk pengontrasan gunakan secara bebas bidang kosong

(while space) untuk teks atau seni.

Penyelesaian spasi garis untuk mengimprovisasikan

perwajahan dan untuk memudahkan membaca teks.

Diadaptasi dari Guidlines, Massage Design in Print-Based Systen (Leshin,

Pollock, dan Reigeluth, 1992:277 dalam Suyanto, 1999:20)

Page 49: II. KAJIAN TEORITIS, KERANGKA PIKIR, DAN …digilib.unila.ac.id/20139/4/Bab II.pdfMenurut Borg and Gall (1983: ... model ini memiliki kesederhanaan dalam konsep, prinsip dan prosedur

57

Adapun desain print-based system yang menarik meliputi 1) chunking, 2)

individual learner analysis, 3) learner response analysis, 4) self-pase learning, 5)

program variation (Leshin, 1992:279). Desain print-based system untuk hal

kemenarikan diantaranya dengan memacu mahasiswa mempelajari sendiri isi

pesan, mudah dalam menganalisis, mudah untuk merespon dan memberikan

variasi, pemberian bidang kosong sehingga tidak menimbulkan kejenuhan.

Penggunaan warna, bentuk, ukuran huruf dan penebalan huruf, pengotakan serta

garis juga diperlukan untuk memperjelas isi pesan. Sebagimana Lesin, Pollack,

and Regeluth, (1992:280) menguraikan tentang alat-alat yang digunakan untuk

dapat menciptakan focus perhatian pembaca berikut ini:

Tabel 4. Alat-alat yang digunakan untuk pemusatan perhatian

Peralatan Preskripsi Pemakaian

Warna Gunakan warna sebagai alat petuntuk untuk memberikan

perhatian langsung terhadap suatu hal yang penting.

Selalu konsisten dalam menggunakan warna ketika

memberikan penekanan terhadap kata kunci atu butir-butir

yang penting.

Font Style Gunakanlah huruf yang menarik perhatian mata, huruf

miring, atau huruf tebal untuk memberikan penekanan pada

kata kunci atau penamaan. Penggunaan hruf miring lebih

disarankan.

Kotak dan Garis Lakukan pengotakan untuk mengelilingi informasi yang

penting.

Jangan menggunakan garis bawah sebagi alat petunjuk; ini

membuat kata-kata menjadi lebih sulit untuk dibaca.

Catatan: Hindarkan penggunakan peralatan yang berlebihan sebagai alat

penunjuk.

Diadaptasi dari Guidelines, Using Tools For Emphasis (Leshin, Pollock dan

Reigeluth, 1992:280 dalam Suyanto, 1992:21)

Gafur (1986:5) dalam Pujiati. 2004:122) menguraikan bahwa:

Page 50: II. KAJIAN TEORITIS, KERANGKA PIKIR, DAN …digilib.unila.ac.id/20139/4/Bab II.pdfMenurut Borg and Gall (1983: ... model ini memiliki kesederhanaan dalam konsep, prinsip dan prosedur

58

“menyampaikan pembelajaran sesuai dengan konsep tekonologi pendidikan

dan pembelajaran pada hakekatnya merupakan kegiatan menyampaikan

pesan kepada mahasiswa oleh nara sumber dengan menggunakan bahan,

alat, teknik, dan dalam lingkungan tertentu. Agar penyampaian pesan

tersebut efektif, diperhatikan beberapa prinsip desan pesan pembelajaran

meliputi prinsip kesiapan dan motivsi, penggunaan alat pemusat perhatian,

partisipasi aktif mahasiswa, perulangan dan umpan balik.”

Dengan demikian, dalam pengembangan materi ajar desain pesan sangat penting

dan perlu diperhatikan agar bahan ajar tersebut bermanfaat dalam upaya

meningkatkan kualitas pembelajaran.

2.16 Kerangka Pikir

Kemampuan berhasa Inggris mahasiswa Polinela dapat dikatakan kurang baik

(uraian Bab I). Banyak faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi kurang

baiknya kemampuan berbahasa Inggris tersebut. Faktor internal yang

mempengaruhi kemampuan mahasiswa dalam penguasaan bahasa Inggris antara

lain kemampuan mahasiswa memahami dan mempraktikan bahasa, minat,

motivasi, strategi dan sikap mahasiswa terhadap mata kuliah bahasa Inggris.

Faktor eksternal antara lain modul pembelajaran, metode, teknik, kurikulum,

silabus dan materi ajar yang diberikan oleh dosen dalam menyampaikan mata

kuliah, media pembelajaran, iklim atau situasi pengajaran mata kuliah bahasa

Inggris.

Diasumsikan bahwa kualitas modul pembelajaran menentukan kelangsungan

proses pembelajaran bahasa Inggris bisnis, sehingga hal tersebut dapat

berpengaruh pula pada pencapaian kemampuan penguasaan bahasa Inggris bisnis

dan tingkat kelulusan mahasiswa pada mata kuliah tersebut. Diasumsikan dengan

Page 51: II. KAJIAN TEORITIS, KERANGKA PIKIR, DAN …digilib.unila.ac.id/20139/4/Bab II.pdfMenurut Borg and Gall (1983: ... model ini memiliki kesederhanaan dalam konsep, prinsip dan prosedur

59

merancang modul pembelajaran dengan baik maka proses pembelajaran semakin

baik. Semakin baik proses pembelajaran mata kuliah bahasa Inggris bisnis maka

semakin baik pula kemampuan penguasaan bahasa Inggris bisnis mahasiswa

tingkat kelulusan mahasiswa pada mata kuliah bahasa Inggris bisnis.

Pengembangan modul pembelajaran yang baik yang disesuaikan dengan

kebutuhan mahasiswa, kemampuan mahasiswa dan karakteristiknya akan

membantuk efektifitas proses pembelajaran. Proses pembelajaran bahasa Inggris

bisnis akan semakin aktif, motivasi mahasiswa meningkat dengan menerapkan

material pembelajaran yang tersusun dan terprogram dengan baik. Sebaiknya bila

modul pembelajaran kurang baik dan kurang sesuai dengan kebutuhan mahasiswa

diasumsinkan akan berpengaruh pula terhadap kelancaran dan keberhasilan proses

pembelajaran.

Adapun bagan kerangka pikir adalah sebagai berikut:

Gambar 7. Bagan Kerangka Pikir

2.17 Asumsi Pengembangan

1) Hasil pengembangan modul pembelajaran akan digunakan sebagai bahan

untuk kegiatan perkuliahan mata kuliah bahasa Inggris bisnis di Polinela.

Pengembangan modul

pembelajaran mata kuliah bahasa

Inggris Bisnis I

Kemampuan penguasaan Bahasa

Inggris binis

Page 52: II. KAJIAN TEORITIS, KERANGKA PIKIR, DAN …digilib.unila.ac.id/20139/4/Bab II.pdfMenurut Borg and Gall (1983: ... model ini memiliki kesederhanaan dalam konsep, prinsip dan prosedur

60

2) Pengembangan modul pembelajaran ini dikembangkan dengan asumsi akan

tersedia alat atau perangkat pembelajaran bahasa Inggris bisnis yang sesuai

dengan kebutuhan mahasiswa.

3) Pengembangan modul pembelajaran ini dikembangkan dengan asumsi bahwa

proses pembelajaran bahasa Inggris bisnis I akan lebih efektif dan menarik.

4) Pengembangan modul pembelajaran ini dilakukan dengan berpijak bahwa

pengembangan modul pembelajaran yang baik, semakin baik pula proses

pembelajaran mata kuliah bahasa Inggris bisnis. Semakin baik proses

pembelajaran mata kuliah bahasa Inggris bisnis semakin baik pula

kemampuan penguasaan bahasa Inggris bisnis.

5) Produk pengembangan modul pembelajaran matakuliah bahasa Inggris bisnis

ini diasumsikan dapat digunakan sebagai contoh untuk mengembangkan mata

kuliah bahasa Inggris untuk program studi tertentu di Politeknik Negeri

Lampung.