identifikasi sumber mata air di lampung timur (skripsi)digilib.unila.ac.id/27678/3/skripsi tanpa bab...
TRANSCRIPT
IDENTIFIKASI SUMBER MATA AIR DI LAMPUNG TIMUR(Skripsi)
Oleh
RUDI HARI PERDANA
FAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2017
ABSTRAK
IDENTIFIKASI SUMBER MATA AIR DI LAMPUNG TIMUR
Oleh
RUDI HARI PERDANA
Air merupakan sumber bagi kehidupan. Bumi disebut sebagai planet biru,karena air menutupi tiga perempat permukaan bumi. Hanya saja sebagianbesar merupakan air laut (air asin). Secara umum kondisi sumber mata air diIndonesia mengalami penurunan dalam hal jumlah maupun debit, mengalamikerusakan pada daerah tangkapan air dan lingkungan sekitar. Penelitian iniadalah penelitian untuk mengidentifikasi sumber-sumber mata air dalammengetahui status sumber daya air tersebut.
Pengumpulan data primer dilakukan dengan mendata kondisi penutupanlahan pada daerah tangkapan air, kondisi mata air, kondisi penutupan lahanpada radius 200 m, kinerja sumber mata air, tingkat kekritisan daerahtangkapan air, tingkat kekritisan daerah tangkapan air, tingkat kekritisanradius 200 m, pemanfaatan sumber mata air, dan ketergantungan masyarakatterhadap sumber mata air. Sedangkan pengumpulan data sekunder didapatkandari BPLHD Kab. Lampung Timur berupa data kualitas air dari 12 sumbermata air. Analisa Kualitas Sumber Mata Air menggunakan WQI Malaysiadengan grafis hasil karya Dr. Gatot Eko Susilo, S.T., M.Sc.
Dari hasil perhitungan diperoleh nilai rata-rata WQI dari ke 12 sumbermata air tersebut adalah 95,1, artinya ke 12 sumber mata air tersebut sangatlayak digunakan oleh masyarakat baik untuk keperluan minum, mandi, masakdan lain-lain. Ke-12 Sumber Mata Air tersebut diantaranya di KecamatanBatanghari terdapat 5 sumber mata air, di Kecamatan Marga Tiga terdapat 5sumber mata air, di Kecamatan Sri Bawono terdapat 1 sumber mata air, dandi Kecamatan Jabung terdapat 1 sumber mata air.
Kata kunci: Air, Kualitas Air, Sumber Mata Air Lampung Timur, WaterQuality Index Malaysia
ABSTRACT
IDENTIFICATION OF SPRING IN EAST LAMPUNG
by
RUDI HARI PERDANA
Water is the source for life. Earth is called the blue planet, as water coversthree-quarters of Earth's surface. It's just that most of the sea water (salt water).Generally, the condition springs in Indonesia experienced a decline in the amountand debit, were damaged in the catchment area and the surrounding environment.To determine the existence of water resources, necessary to identify waterresources. This research is to identify the sources of springs in knowing the statusof water resources.
The primary data collection is done by identifying the condition of landcover in the catchment area, the condition of the springs, the condition of landcover in a radius of 200 m, the performance of the fountain, the critical level ofwater catchment areas, the critical level of water catchment areas, the critical levelof a radius of 200 m, utilization springs, and the dependence of communities onwater resources. While the collection of secondary data obtained from BPLHDKab. East Lampung in the form of water quality data from 12 springs. SpringWater Quality Analysis using WQI Malaysia with graphic works of Dr.GatotEkoSusilo, S.T., M.Sc.
From the calculations, the average value of the 12 WQI water source is95.1, meaning that all 12 springs are so richly used by people for drinking,bathing, cooking and others. The 12 water spring in the district of Batang Amongthem there are 5 springs, in the district of Marga Tiga there are 5 springs, in theDistrict of Sri Bawono there is one source of water, and in District Jabung there isone source of water.
Keywords: Water, Water Quality, East Lampung Spring Water, WaterQuality Index Malaysia
IDENTIFIKASI SUMBER MATA AIR DI LAMPUNG TIMUR
Oleh
RUDI HARI PERDANA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA TEKNIK
Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Lampung
FAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2017
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Serui, Papua, pada tanggal 8 Desember
1992, merupakan anak pertama dari pasangan Bapak
Subandi, S.H., dan Ibu Misnawati, S.Pd., Penulis memiliki
tiga saudara laki-laki bernama Rizky Fajar D.P., Agil
Nurchoiri (Alm), Rafi Aqila Wiratama.
Penulis menempuh Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SDN 2
Kampung Sawah Lama pada tahun 2004, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama
(SLTP) diselesaikan di SLTP Al-Kautsar Bandar Lampung pada tahun 2007 dan
Sekolah Menengah Atas (SMA) diselesaikan di SMAN 7 Bandar Lampung pada
tahun 2010.
Pada tahun 2010, penulis terdaftar sebagai Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Unila
melalui jalur SNMPTN. Selama menjadi mahasiswa penulis aktif di kegiatan
UKM-F FOSSI FT Universitas Lampung, Himpunan Mahasiswa Teknik Sipil
sebagai Kepala Divisi Komunikasi pada tahun 2012, Badan Eksekutif Mahasiswa
Fakultas Teknik sebagai Kepala Dinas Sosial Politik pada tahun 2012, Badan
Eksekutif Mahasiswa Universitas Lampung sebagai Menteri Aksi dan Propaganda
pada tahun 2013, dan hingga saat ini penulis sebagai Purna Paskibraka Indonesia
Propinsi Lampung, Judo Universitas Lampung, Aikido Lampung, dan Purna
Paskibraka Indonesia Kota Bandar Lampung. Kemudian telah dilakukannya
KKN (Kuliah Kerja Nyata) pengabdian kepada masyarakat di Desa Rejomulyo,
Lampung Utara selama 1 bulan, yakni pada bulan Juli - Agustus 2013. Kemudian
penulis juga melakukan kerja praktek di PT. Conbloc Infratecno selama 90 hari,
pada proyek Pembangunan dan Pelebaran Jalan Soekarno-Hatta Bypass A Bandar
Lampung yakni dari bulan Agustus - November 2013.
Kupersembahkan Skripsi Karyaku Ini Untuk
Allah SWT penguasa alam, yang selalu memberikan ridho dan barokahnyakepada penulis. Nabi Muhammad SAW, uswatun hasanah kaum
muslimin, yang membawa peradapan kearah yang lebih baik melalui suriteladannya.
Bapak Subandi S.H. dan Ibu Misnawati, S.Pd., tercinta,terbaik danterikhlas yang dengan sabar membimbing dan menyayangi dengan penuh
pengorbanan dan selalu mendoakan yang terbaik untuk penulis.
Adik yang selalu menjadi motivator, semangatdan selalu menjadikebanggaanku, Rizky Fajar DP, Rafi Aqila Wiratama, Agil Nurchoiri
dan Kinanti
Semua Keluarga Teknik Sipil Unila Khususnya Angkatan 2010.
Dosen-dosen yang telah membagi ilmu pengetahuan kepada penulis. SemogaAllah selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua. Amin ..
MOTO
Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan.(QS. Al Insyirah : 6)
Mengapa lelah? sementara Allah SWT selalu menyemangati dengan (Hayya ‘alal Falah) bahwa jarakkemenangan hanya berkisar antara kening dan sajadah.
Yakinlah ada sesuatu yang menantimu selepas banyak kesabaran (yang kau jalani) yang akan membuatmuterpana hingga kau lupa pedihnya rasa sakit.
(Imam Ali bin Abu Thalib AS)
Ketika satu pintu tertutup, pintu lain terbuka; namun terkadang kita melihat dan menyesali pintu tertutuptersebut terlalu lama hingga kita tidak melihat pintu lain yang telah terbuka.
Bersikaplah kukuh seperti batu karang yang tidak putus-putus-nya dipukul ombak. Ia tidak saja tetapberdiri kukuh, bahkan ia menenteramkan amarah ombak dan gelombang itu.
(Marcus Aurelius)
Jangan pernah menyerah, sekalipun itu tinggal akhir perjuanganmu,
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Robbil ‘Alamin, puji syukur diucapkan kehadirat Allah Subhana
Wa Ta’ala yang senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga
skripsi dengan judul IDENTIFIKASI SUMBER MATA AIR DI LAMPUNG
TIMUR dapat terselesaikan. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana Teknik Sipil di Universitas Lampung.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa pada penulisan skripsi ini masih banyak
terdapat kekurangan, oleh sebab itu penulis memohon maaf dan mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Suharno, M.Sc., selaku Dekan Fakultas Teknik, Universitas
Lampung
2. Bapak Gatot Eko Susilo, S.T., M.Sc., Ph.D. selaku Ketua Jurusan Teknik
Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Lampung dan selaku Pembimbing Utama
atas kesediannya untuk memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam proses
penyelesaian skripsi ini.
3. Ibu Yuda Romdania, S.T., M.T., selaku Pembimbing Kedua dan sekaligus
Pembimbing akademik, atas kesediaannya untuk memberikan bimbingan,
saran dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini, dan selama penulis
duduk di bangku kuliah.
4. Bapak Ir. G.Perangin Angin, M.T., selaku Penguji Utama pada ujian skripsi.
Untuk masukan dan saran dalam penelitian ini.
5. Seluruh Dosen Jurusan Teknik Sipil yang telah membimbing dan memberikan
ilmu yang bermanfaat.
6. Bapakku, Bapak Subandi, S.H., yang selalu memberikan semangat, doa,
dukungan materi dan moril.
7. Ibuku, Ibu Misnawati, S.Pd., yang selalu memberikan doa-doa terbaiknya,
semangat, dan dukungan.
8. Adik-Adikku Rizky Fajar D.P., Agil Nurchoiri (Alm), Rafi Aqila W., yang
telah memberikan doanya.
9. Seluruh teman seperjuangan Teknik Sipil 2010, teman-teman di FOSSI FT,
teman teman di BEM Universitas Lampung, teman-teman BEM-FT
Universitas Lampung, Pimpinan BEM-U Universitas Lampung, teman-teman
teknik yang telah mengisi hari-hari dengan semangat dan senantiasa menjadi
inspirasi.
10. Rhiki Sekti Utami yang selalu memberikan semangat dan support.
11. Semua pihak terkait dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat penulis
sebutkan satu per satu.
Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,
akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi
kita semua. Amin.
Bandar Lampung, 2017Penulis,
Rudi Hari Perdana
DDAAFFTTAARR IISSII
HalamanDAFTAR TABEL ............................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... x
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 11.2 Identifikasi Masalah ............................................................................ 21.3 Rumusan Masalah ................................................................................ 31.4 Maksud dan Tujuan Penelitian ........................................................... 31.5 Batasan Masalah .................................................................................. 31.6 Manfaat Penelitian ............................................................................... 4
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Air ........................................................................................................ 52.2 Sumber Air ........................................................................................... 52.3 Pengelolaan Sumber Mata Air .............................................................. 72.4 Kualitas Air .......................................................................................... 82.5 Penilaian Sumber Mata Air .................................................................. 162.6 Metode DOE WQI ............................................................................... 23
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Lokasi Penelitian................................................................................... 313.2 Data yang .............................................................................................. 323.3 Prosedur Penelitian .............................................................................. 32
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data kualitas lingkungan ..................................................................... 354.2 Data kualitas air .................................................................................... 474.3 Hasil Penelitian Sumber Mata Air berdasar kualitas lingkungan ........ 594.4 Hasil Penelitian Sumber Mata Air berdasarkan kualitas air ................. 604.5 Konservasi Sumber Mata Air ............................................................... 71
vii
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ........................................................................................... 74
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DDAAFFTTAARR TTAABBEELL
TTaabbeell Halaman1. Ion-ion yang terdapat di perairan .............................................................. 15
2. Penilaian Sumber Mata Air ........................................................... 22
3. Data Kualitas Lingkungan Sumber Mata Air Pager Wojo ............... 35
4. Data Kualitas Lingkungan Sumber Mata Air Rawa Cabang..................... 36
5. Data Kualitas Lingkungan Sumber Mata Rawa Cabang 2 ........................ 37
6. Data Kualitas Lingkungan Sumber Mata Air Rawa Cabang 3................. 38
7. Data Kualitas Lingkungan Sumber Mata Air Selo Nego .......................... 39
8. Data Kualitas Lingkungan Sumber Mata Bilik Elo................................... 40
9. Data Kualitas Lingkungan Sumber Mata Air Bilik Wedo......................... 41
10. Data Kualitas Lingkungan Sumber Mata Air Sumur Pitu ......................... 42
11. Data Kualitas Lingkungan Sumber Mata Air Gedung Liah ..................... 43
12. Data Kualitas Lingkungan Sumber Mata Air Way Kekit......................... 44
13. Data Kualitas Lingkungan Sumber Mata Air Danau Kemuning .............. 45
14. Data Kualitas Lingkungan Sumber Mata Air Umbangan ......................... 46
15. ...Data Kualitas Air Sumber Mata Air Pager Wojo..................................... 47
16. Data Kualitas Air Sumber Mata Air Rawa Cabang................................... 48
17. ...Data Kualitas Air Sumber Mata Air Rawa Cabang 2................................ 49
18. Data Kualitas Air Sumber Mata Air Rawa Cabang 3................................ 50
ix
19. Data Kualitas Air Sumber Mata Air Selo Nego. ....................................... 51
20. Data Kualitas Air Sumber Mata Air Bilik Elo........................................... 52
21. Data Kualitas Air Sumber Mata Air Bilik Wedok..................................... 53
22. Data Kualitas Air Sumber Mata Air Sumur Pitu. ...................................... 54
23. Data Kualitas Air Sumber Mata Air Gedung Liah .................................... 55
24. Data Kualitas Air Sumber Mata Air Way Kekit ....................................... 56
25. Data Kualitas Air Sumber Mata Air Danau Kemuning............................. 57
26. Data Kualitas Air Sumber Mata Air Umbangan........................................ 58
27. Rangkuman Penilaian Kualitas Lingkungan Sumber Mata Air .............. 59
28. Rangkuman Penilaian Kualitas Air Sumber Mata Air ............................. 60
DDAAFFTTAARR GGAAMMBBAARR
Gambar Halaman1. Grafik Hubungan DO dan SIDO .............................................................. 27
2. Grafik Hubungan BOD dan SIBOD.......................................................... 28
3. Grafik Hubungan COD dan SI COD ........................................................ 28
4. Grafik hubungan AN dan SI AN .............................................................. 29
5. Grafik Hubungan SS dan SI SS ................................................................ 29
6. Grafik Hubungan Ph dan SI pH................................................................. 30
7. Peta Kabupaten Lampung Timur ............................................................. 31
8. Bagan Alir Pelaksanaan Penelitian .......................................................... 33
9. Grafik Hubungan COD dan SI COD......................................................... 62
10. Grafik Hubungan AN dan SI AN ............................................................. 62
11. Grafik Hubungan pH dan SI pH ............................................................... 63
12. Grafik Hubungan BOD dan SI BOD ........................................................ 63
13. Grafik Hubungan TSS dan SI SS .............................................................. 64
14. Grafik Hubungan DO dan SIDO .............................................................. 64
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air merupakan sumber bagi kehidupan. Bumi disebut sebagai planet biru,
karena air menutupi tiga perempat permukaan bumi. Hanya saja sebagian
besar merupakan air laut (air asin). Air tawar pun penyebarannya tidak selalu
sama, jumlahnya antara daerah satu dengan daerah lainnya. Bukan suatu hal
yang asing jika di suatu daerah ketersediaan air demikian melimpah,
sedangkan di daerah lain kekurangan air. Tidak jarang orang mengalami
kesulitan mendapatkan air bersih, terutama saat musim kemarau. Di daerah-
daerah tertentu, air adalah barang langka. Di daerah pedesaan yang tandus
orang harus berjalan berkilo-kilo meter untuk mendapatkan air bersih.
Dalam suatu rumah tangga, air bersih digunakan untuk berbagai keperluan,
seperti keperluan untuk minum, mandi, cuci, sanitasi, dan lainnya.
Sedangkan dalam industri air digunakan dalam berbagai proses industri
misalnya sebagai bahan cair utama, bahan pelarut, bahan pencampur,
pendingin mesin, dan lain-lain.
Sumber air adalah tempat atau wadah air alami maupun buatan yang terdapat
di atas ataupun di bawah permukaan tanah (UU no. 4 tahun 2004 tentang
sumber daya air).
2
Sebagai negara tropis dan memiliki hamparan hutan yang luas, Indonesia
memiliki enam persen dari persediaan air dunia atau sekitar 21% dari
persediaan air Asia Pasifik, namun pada kenyataannya dari tahun ketahun di
berbagai daerah selalu terjadi kelangkaan dan kesulitan air. Kecenderungan
konsumsi air naik secara eksponensial, sedangkan ketersediaan air bersih
cenderung berkurang akibat kerusakan dan pencemaran lingkungan yang
diperkirakan sebesar 15–35% per kapita per tahun. Oleh sebab itu maka
perlu melestarikan sumber daya air yang ada, dan memanfaatkan sumber
daya air yang dimiliki untuk kepentingan manusia.
1.2 Identifikasi Masalah
Secara umum kondisi sumber mata air di Indonesia mengalami penurunan
dalam hal jumlah maupun debit, mengalami kerusakan pada daerah
tangkapan air dan lingkungan sekitar, berada pada lokasi yang sulit dicapai
serta banyak yang dieksploitasi secara berlebihan untuk kepentingan bisnis.
Untuk mengetahui eksistensi sumber daya air, perlu dilakukan identifikasi
sumber daya air. Penelitian ini adalah penelitian untuk mengidentifikasi
sumber-sumber mata air dalam mengetahui status sumber daya air tersebut.
Lokasi studi pada penelitian ini adalah Kabupaten Lampung Timur.
3
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang ada, maka masalah
dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimanakah jumlah sumber mata air di Lampung Timur?
2. Bagaimana kondisi mata air tersebut ?
3. Bagaimana kualitas air di sumber mata air tersebut ?
1.4 Maksud Penelitian dan Tujuan Penelitian
Maksud penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi sumber mata air di
Kabupaten Lampung Timur dari segi kualitas dan kuantitas air. Adapun
tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jumlah sumber mata air
yang ada di Lampung Timur, mengetahui kondisi mata air yang ada di
Lampung Timur, serta mengetahui kualitas air yang ada di sumber mata air
tersebut.
1.5 Batasan Masalah
Masalah yang dibatasi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Lokasi studi di Lampung Timur
2. Sumber air yang dimaksud adalah sumber mata air.
3. Penentuan kondisi mata air dilakukan dengan metode standar kehutanan.
4. Klasifikasi kualitas air menggunakan Water Quality Index Malaysia
4
1.6 Manfaat Penelitian
1. Memberikan informasi kepada pihak-pihak terkait, seperti : pemerintah,
masyarakat dan penduduk lokal tentang klasifikasi kualitas air yang
bersumber dari mata air yang ada di Lampung Timur.
2. Sebagai bahan pertimbangan bagi berbagai pihak, khususnya bagi pembuat
kebijakan (Pemkab dan DPRD), peneliti atau perencana tentang
pemanfaatan air bersih dari hasil klasifikasi kualitas air yang ada.
3. Sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Air
Air adalah senyawa kimia yang merupakan hasil ikatan dari unsur hidrogen
(H2) yang bersenyawa dengan unsur oksigen (O) dalam hal ini membentuk
senyawa H2O. Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi
kehidupan makhluk hidup di bumi ini. Fungsi air bagi kehidupan tidak dapat
digantikan oleh senyawa lain. Penggunaan air yang utama dan sangat vital
bagi kehidupan adalah sebagai air minum. Hal ini terutama untuk mencukupi
kebutuhan air di dalam tubuh manusia itu sendiri. Air bersih adalah air yang
digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari yang kualitasnya
memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak terlebih
dahulu (Depkes RI, 2002).
2.2 Sumber Air
Sumber air merupakan komponen penting untuk penyediaan air bersih,
karena tanpa sumber air maka suatu sistem penyediaan air bersih tidak akan
berfungsi. Sumber-sumber air tersebut secara kuantitas harus cukup dan dari
segi kualitas harus memenuhi syarat untuk mempermudah proses pengolahan.
6
Secara umum air berasal dari sumber-sumber sebagai berikut:
2.2.1 Air Laut
Air laut sifatnya asin karena mengandung garam NaCl. Karena air laut
yang mempunyai kadar garam NaCl sampai 3% maka air laut tidak
memenuhi syarat untuk diminum.
2.2.2 Air Hujan
Air hujan adalah uap air yang sudah mengalami kondensasi, kemudian
jatuh ke bumi berbentuk air. Cara menjadikan air hujan sebagai air
minum hendaknya jangan saat air hujan baru mulai turun, karena
mengandung banyak kotoran. Air hujan juga mempunyai sifat agresif
terutama terhadap pipa-pipa penyalur maupun bak-bak reservoir sehingga
hal ini akan mempercepat terjadinya korosi atau karatan.
2.2.3 Air Permukaan
Air permukaan adalah air yang mengalir di permukaan bumi. Pada
umumnya air permukaan ini akan mengalami penurunan kualitas selama
pengalirannya, misalnya oleh lumpur, batang-batang kayu, daun-daun,
limbah industri kota dan sebagainya. Macam-macam air permukaan
yaitu air rawa/danau dan air sungai.
7
2.2.4 Air Tanah
Air tanah adalah air yang berada di bawah tanah didalam zona jenuh
dimana tekanan hidrostatiknya sama atau lebih besar dari tekanan
atmosfer (Suyono, 1993).
Air tanah dapat dibagi dalam beberapa jenis yaitu:
a. Air Tanah dangkal
Air tanah dangkal terjadi karena adanya proses peresapan air dari
permukaan tanah. Air tanah biasanya jernih tetapi lebih banyak
mengandung zat kimia (garam-garam yang terlarut) daripada air
permukaan.
b. Air Tanah Dalam
Air tanah dalam terdapat setelah lapisan rapat air yang pertama.
Pengambilan air tanah dalam tidak semudah pada air tanah dangkal.
Dalam hal ini harus digunakan bor dan memasukkan pipa kedalamnya
(biasanya kedalaman bor antara 10 - 100 m) akan didapat suatu
lapisan.
c. Mata Air
Mata air adalah air tanah yang keluar dengan sendirinya ke permukaan
tanah. Mata air yang berasal dari air tanah dalam hampir tidak
8
terpengaruh oleh musim dan kualitas/kuantitasnya sama dengan
keadaan air tanah dalam.
2.3 Pengolaan sumber mata air
Pengelolaan sumberdaya air adalah upaya merencanakan, melaksanakan,
memantau dan mengevaluasi penyelenggaraan konservasi sumber daya air,
pendayagunaan sumber daya air dan pengendalian daya rusak air.
Pengelolaan sumber daya air mencakup kepentingan lintas sektoral dan lintas
wilayah yang memerlukan keterpaduan untuk menjaga dan memanfaatkan
sumber air. Pengelolaan sumber daya air dilakukan melalui koordinasi antara
pemerintah daerah dan masyarakat.
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 907/MENKES/SK/VII/2002,
bahwa setiap pengelola sumber daya air diwajibkan melakukan pengelolaan
dan pengawasan sumber mata air, dengan cara :
1. Menjamin air yang diproduksi memenuhi syarat-syarat kesehatan, dengan
melakukan pemeriksaan secara berkala terhadap kualitas air yang
diproduksi.
2. Melakukan pengamanan terhadap sumber air baku yang dikelola dari
segala bentuk pencemaran sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku. Dalam melakukan pengelolaan terhadap sumber air yang
memperoleh pengawasan dari pemerintah dan instansi terkait (Dinas
Kesehatan).
9
2.4 Kualitas Air
1. Persyaratan Fisik
Menurut Kusnaedi (2004), syarat-syarat sumber mata air yang bisa
digunakan sebagai air bersih adalah sebagai berikut :
a. Kekeruhan
Kekeruhan menggambarkan sifat optik air yang ditentukan
berdasarkan banyaknya cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh
bahan-bahan yang terdapat di dalam air. Kekeruhan disebabkan
adanya bahan organik dan anorganik yang tersuspensi dan terlarut
(misalnya lumpur dan pasir halus), maupun bahan anorganik dan
organik yang berupa plankton dan mikroorganisme lain. Zat
anorganik yang menyebabkan kekeruhan dapat berasal dari
pelapukan batuan dan logam, sedangkan zat organik berasal dari
pelapukan hewan dan tumbuhan. Bakteri dapat dikategorikan
sebagai materi organik tersuspensi yang menambah kekeruhan air.
Padatan tersuspensi berkolerasi positif dengan kekeruhan. Semakin
tinggi nilai padatan tersuspensi, semakin tinggi nilai kekeruhan.
Akan tetapi, tingginya padatan terlarut tidak selalu diikuti dengan
tingginya kekeruhan. Tingginya nilai kekeruhan dapat mempersulit
usaha penyaringan dan mengurangi efektivitas desinfeksi pada
proses penjernihan air. Secara optis, kekeruhan merupakan suatu
10
kondisi yang mengakibatkan cahaya dalam air didispersikan atau
diserap dalam suatu contoh air. (Santika, 1987).
b. Tidak berwarna
Air sebaiknya tidak berwarna untuk alasan estetika dan untuk
mencegah keracunan dari berbagai zat kimia maupun
mikroorganisme yang berwarna. Warna dapat menghambat
penetrasi cahaya ke dalam air. Warna pada air disebabkan oleh
adanya partikel hasil pembusukan bahan organik, ion-ion metal alam
(besi dan mangan), plankton, humus, buangan industri, dan tanaman
air. Adanya oksida besi menyebabkan air berwarna kemerahan,
sedangkan oksida mangan menyebabkan air berwarna kecoklatan
atau kehitaman. Kadar besi sebanyak 0,3 mg/l dan kadar mangan
sebanyak 0,05 mg/l sudah cukup dapat menimbulkan warna pada
perairan (peavy et al., 1985 dalam Effendi, 2003). Kalsium karbonat
yang berasal dari daerah berkapur menimbulkan warna kehijauan
pada perairan. Bahan-bahan organik, misalnya tanin, lignin, dan
asam humus yang berasal dari dekomposisi tumbuhan yang telah
mati menimbulkan warna kecoklatan.
Dalam penyediaan air minum, warna sangat dikaitkan dengan segi
estetika. Warna air dapat dijadikan sebagai petunjuk jenis
pengolahan yang sesuai. Berdasarkan zat penyebabnya, warna air
dapat dibedakan menjadi :
11
- Warna Sejati (true color)
Warna sejati disebabkan adanya zat-zat organik dalam bentuk
koloid. Warna ini tidak akan berubah walaupun mengalami
penyaringan dan sentrifugasi. Pada penentuan warna sejati,
bahan-bahan tersuspensi yang dapat menyebabkan kekeruhan
dipisahkan terlebih dahulu. Filtrasi (penyaringan) bertujuan
menghilangkan materi tersuspensi dalam air tanpa mengurangi
keaslian warna air. Sentrifugasi mencegah interaksi warna
dengan material penyaring. Warna sejati tidak dipengaruhi oleh
kekeruhan. Contoh dari warna sejati antara lain : warna air teh,
warna air buangan industri tekstil, serta warna akibat adanya asam
humus, plankton, atau akibat tanaman air yang mati.
- Warna Semu (apparent color)
Warna semu disebabkan oleh adanya partikel-partikel tersuspensi
dalam air. Warna ini akan mengalami perubahan setelah disaring
atau disentrifugasi serta dapat mengalami pengendapan. Warna
semu akan semakin pekat bila kekeruhan air meningkat.
Warna dapat diamati secara visual (langsung) ataupun diukur
berdasarkan skala platinum kobalt (dinyatakan dengan satuan
PtCo) dengan cara membandingkan warna contoh air dengan
warna standar. Air yang memiliki nilai kekeruhan rendah
biasanya memiliki warna yang sama dengan warna standar
12
(APHA, 1976; Davis dan Cornwell, 1991 dalam Effendi, 2003).
Intensitas warna cenderung meningkat dengan meningkatnya nilai
pH (Sawyer dan McCarty, 1978).
Visual Comparison Method dapat diaplikasikan hampir pada
seluruh contoh air yang dapat diminum. Prinsip dari metode ini
adalah membandingkan contoh air dengan warna larutan standar
yang sudah diketahui konsentrasinya. Larutan standar diletakkan
dalam tabung Nessler dan harus terlindung dari debu serta
penguapan. Tabung Nessler yang digunakan harus memiliki
warna, ketebalan, ketinggian cairan, dan diameter tabung yang
sama. Untuk segi estetika, warna air sebaiknya tidak melebihi 15
PtCo. Sumber air untuk kepentingan air minum sebaiknya
memiliki nilai warna antara 5 – 50 PtCo. Contoh air dengan
warna kurang dari 70 unit diteliti dengan cara perbandingan
langsung menggunakan larutan standard. Bila kandungan warna
contoh air lebih tinggi daripada warna standar yang tersedia,
dilakukan pengenceran terhadap contoh air menggunakan
aquadest. Batas waktu maksimum pengukuran adalah 48 jam
dengan cara didinginkan pada suhu 4 oC untuk pengawetan.
c. Rasanya
Air minum biasanya tidak memberikan rasa (tawar). Air yang berasa
menunjukkan kehadiran berbagai zat yang dapat membahayakan
kesehatan. Efek yang dapat ditimbulkan terhadap kesehatan manusia
13
tergantung pada penyebab timbulnya rasa. Berdasarkan Keputusan
Menteri Kesehatan RI Nomor 907/MENKES/SK/VII/2002,
diketahui bahwa syarat air minum yang dapat dikonsumsi manusia
adalah tidak berasa.
d. Tidak berbau
Air yang berbau, selain tidak estetis juga tidak disukai oleh
masyarakat. Bau air dapat memberi petunjuk terhadap kualitas air,
misalnya bau amis dapat disebabkan oleh adanya algae dalam air
tersebut. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
907/MENKES/SK/VII/2002, diketahui bahwa syarat air minum yang
dapat dikonsumsi manusia adalah tidak berbau.
e. Temperaturnya normal
Suhu air sebaiknya sejuk atau tidak panas, agar tidak terjadi
pelarutan zat kimia pada saluran/pipa yang dapat membahayakan
kesehatan, menghambat reaksi-reaksi biokimia di dalam
saluran/pipa, mikroorganisme patogen tidak mudah berkembang
biak, dan bila diminum dapat menghilangkan dahaga.
Suhu suatu badan air dipengaruhi oleh musim, lintang (latitude),
ketinggian dari permukaan laut (altitude), waktu, sirkulasi udara,
penutupan awan, aliran, serta kedalaman. Perubahan suhu
mempengaruhi proses fisika, kimia, dan biologi badan air. Suhu
berperan dalam mengendalikan kondisi ekosistem perairan.
14
Peningkatan suhu mengakibatkan peningkatan viskositas, reaksi
kimia, evaporasi, volatilisasi, serta menyebabkan penurunan
kelarutan gas dalam air (gas O2, CO2, N2, CH4, dan sebagainya)
(Haslam, 1995 dalam Effendi, 2003). Peningkatan suhu juga
menyebabkan terjadinya peningkatan dekomposisi bahan organik
oleh mikroba. Kisaran suhu optimum bagi pertumbuhan
fitoplankton di perairan adalah 20 oC – 30 oC.
Pada umumnya, suhu dinyatakan dengan satuan derajat Celcius (oC)
atau derajat Fahrenheit (oF). Berdasarkan Keputusan Menteri
Kesehatan RI Nomor 907/MENKES/SK/VII/2002.
Diketahui bahwa temperatur maksimum yang diperbolehkan dalam
air minum sebesar ± 3 oC. Pengukuran suhu pada contoh air air
dapat dilakukan menggunakan thermometer.
f. Tidak mengandung zat padatan
Zat padat merupakan materi residu setelah pemanasan dan
pengeringan pada suhu 103 oC – 105 oC. Residu atau zat padat yang
tertinggal selama proses pemanasan pada temperatur tersebut adalah
materi yang ada dalam contoh air dan tidak hilang atau menguap
pada 105 oC. Dimensi zat padat dinyatakan dalam mg/l atau g/l, %
berat (kg zat padat/kg larutan), atau % volume (dm3 zat padat/liter
larutan).
15
Dalam air alam, ditemui dua kelompok zat yaitu zat terlarut (seperti
garam dan molekul organis) serta zat padat tersuspensi dan koloidal
(seperti tanah liat dan kwarts). Perbedaan pokok antara kedua
kelompok zat ini ditentukan melalui ukuran/diameter partikel-
partikelnya. Analisa zat padat dalam air digunakan untuk
menentukan komponen-komponen air secara lengkap, proses
perencanaan, serta pengawasan terhadap proses pengolahan air
minum maupun air buangan. Karena bervariasinya materi organik
dan anorganik dalam analisa zat padat, tes yang dilakukan secara
empiris tergantung pada karakteristik materi tersebut. Metode
Gravimetry digunakan hampir pada semua kasus.
Jumlah dan sumber materi terlarut dan tidak terlarut yang terdapat
dalam air sangat bervariasi. Pada air minum, kebanyakan
merupakan materi terlarut yang terdiri dari garam anorganik, sedikit
materi organik, dan gas terlarut. Total zat padat terlarut dalam air
minum berada pada kisaran 20 – 1000 mg/L.
Padatan terlarut total (Total Dissolved Solid atau TDS) merupakan
bahan-bahan terlarut (diameter < 10-6 mm) dan koloid (diameter 10-6
mm – 10-3 mm) yang berupa senyawa-senyawa kimia dan bahan-
bahan lain, yang tidak tersaring pada kertas saring berdiameter 0,45
µm (Rao, 1992 dalam Effendi, 2003). Materi ini merupakan residu
zat padat setelah penguapan pada suhu 105 oC. TDS terdapat di
dalam air sebagai hasil reaksi dari zat padat, cair, dan gas di dalam
16
air yang dapat berupa senyawa organik maupun anorganik.
Substansi anorganik berasal dari mineral, logam, dan gas yang
terbawa masuk ke dalam air setelah kontak dengan materi pada
permukaan dan tanah. Materi organik dapat berasal dari hasil
penguraian vegetasi, senyawa organik, dan gas-gas anorganik yang
terlarut. TDS biasanya disebabkan oleh bahan anorganik berupa ion-
ion yang terdapat di perairan. Ion-ion yang biasa terdapat di perairan
ditunjukkan dalam Tabel 2.1.
Tabel 1. Ion-ion yang Terdapat di Perairan
Ion Utama (Major Ion)(1,0 – 1000 mg/liter)
Ion Sekunder (Secondary Ion)(0,01 – 10 mg/liter)
1. Sodium (Na) 1. Besi2. Kalsium (Ca) 2. Strontium (Sr)3. Magnesium (Mg) 3. Kalium (K)4. Bikarbonat (HCO3) 4. Karbonat (CO3)5. Sulfat (SO4) 5. Nitrat (NO3)6. Klorida (Cl) 6. Fluorida (F)
7. Boron (B)8. Silika (SiO2)
Sumber : Todd, 1970 dalam Effendi, 2003.
TDS tidak diinginkan dalam badan air karena dapat menimbulkan
warna, rasa, dan bau yang tidak sedap. Beberapa senyawa kimia
pembentuk TDS bersifat racun dan merupakan senyawa organik
bersifat karsinogenik. Akan tetapi, beberapa zat dapat memberi rasa
segar pada air minum.
Kesadahan dan kekeruhan akan bertambah seiring dengan semakin
banyaknya TDS. Analisis TDS biasanya dilakukan dengan
penentuan Daya Hantar Listrik (DHL) air. TDS terdiri dari ion-ion
17
sehingga kadar TDS sebanding dengan kadar DHL air. Penentuan
jumlah materi terlarut dan tidak terlarut juga dapat dilakukan dengan
membandingkan jumlah yang terfiltrasi dengan yang tidak. Analisa
TDS dapat digunakan untuk menentukan derajat keasinan dan faktor
koreksi, misal untuk diagram kesadahan Caldwell – Lawrence.
2.5 Penilaian Sumber Mata Air
Kriteria penilaian sumber mata air adalah sebagai berikut:
1. Kinerja sumber mata air
Salah satu indikator untuk menilai kinerja sumber mata air adalah
kemampuan sumber mata air untuk menyediakan/mengalirkan air dalam
rangka memenuhi berbagai kebutuhan oleh masyarakat, yaitu :
Baik, bila debit air yang mengalir lebih besar dari jumlah kebutuhan air
(surplus), meskipun masyarakat menggantungkan kebutuhan air dari
sumber mata air.
Agak baik, bila debit air yang mengalir sama dengan jumlah kebutuhan
air (seimbang), masyarakat tidak sepenuhnya menggantungkan
kebutuhan air dari sumber mata air.
Jelek, bila debit air yang mengalir lebih kecil dari jumlah kebutuhan air,
meskipun masyarakat tidak selalu menggantungkan kebutuhan air dari
sumber mata air.
18
2. Kondisi kekritisan wilayah radius 200 meter dan daerah resapan air
Untuk melestarikan simpanan air tanah (baseflow), tingkat infiltrasi hujan
ke dalam tanah merupakan factor yang penting, dimana semakin besar
tingkat resapan (infiltrasi) maka semakin kecil tingkat run-off, aliran
dasar (base-flow) naik dengan demikian cadangan air tanahnya akan
meningkat. Selanjutnya dilakukan identifikasi sebagai berikut :
Indentifikasi kekritisan areal 200 meter dan daerah resapan air dapat
dilakukan dengan metode tumpang tindih peta (map overlay).
Kriteria kekritisan areal 200 meter dan daerah resapan air adalah curah
hujan yang tinggi, struktur tanah dan bentuk geomorfologi yang
mampu meresapkan air hujan yang besar.
3. Teknik penentuan klasifikasi tingkat kritis.
Aspek-aspek yang perlu terlebih dahulu disajikan dalam bentuk peta-
peta, kemudian diklasifikasikan sesuai dengan kategori yang ditetapkan,
yaitu: peta penyebaran hujan, peta jenis tanah, peta kemiringan lereng,
peta penggunaan lahan, peta geomorfologi. Peta penyebaran hujan, peta
jenis tanah atau batuan, peta kemiringan lereng dan peta geomorfologi
masing-masing kemudian ditransformasikan dalam bentuk peta potensi
infiltrasi.
Ketika aspek ini memberikan indeks tingkat infiltrasi potensi yang alami.
Bentuk penggunaan lahan merupakan aspek di bawah pengaruh kegiatan
manusia, mempunyai implikasi yang berbeda terhadap infiltrasi. Jika
19
aspek alamiah mencerminkan kondisi potensial, maka aspek penggunaan
lahan mencerminkan kondisi aktual. Dengan cara menumpang tindihkan
resultante (yang sudah ditransformasi dalam bentuk nilai tingkat
infiltrasi) aspek alami dan aspek aktual (pengaruh manusia), maka dapat
dibuat peta hasil overlay yang baru. Cara lain adalah mengkombinasikan
aspek-aspek tersebut, maka daerah-daerah yang rawan atau kritis dan
daerah yang tidak kritis dapat teridentifikasi. Komponen lingkungan
yang dipakai untuk pengkajian daerah reasapan terdiri dari kemiringan
lereng, jenis tanah/batuan, hujan dan penggunaan lahan. Keempat
komponen ini dijadikan dasar dalam menilai daerah resapan yang dalam
hal ini ditransform terlebih dahulu ke dalam nilai-nilai tingkat infiltrasi
potensial dan nilai tingkat infiltrasi aktualnya. Besarnya nilai
transformasi dapat dinyatakan secara kuantitatif atau kualitatif sebagai
berikut :
Topografi
Tanah
Curah hujan
Tipe/jenis penggunaan lahan
Tingkat kekritisan
Dengan memanfaatkan data dan informasi yang telah terkumpul maka
selanjutnya ditentukan kriteria untuk penilaian sumber mata air sebagai
berikut :
20
1. Kondisi mata air.
a. Mengalirkan air sepanjang tahun .
b. Mengalirkan air pada musim hujan.
c. Tidak mengalirkan air/mati.
2. Kondisi penutupan lahan pada radius 200 meter.
a. Berhutan (mempunyai strata tanaman dengan jenis tanaman
heterogen).
b. Tanaman tahunan lebat (jenis tanaman heterogen/homogen) dengan
kerapatan tanaman di atas 400 pohon/hektar.
c. Tanaman tahunan jarang (jenis tanaman heterogen/homogen)
dengan kerapatan tanaman di bawah 400 pohon/hektar.
d. Tanaman semusim/lahan kosong (lahan yang ditumbuhi tanaman
semusim atau lahan kosong).
3. Kondisi penutupan lahan pada daerah tangkapan air
a. Berhutan (mempunyai strata tanaman dengan jenis tanaman
heterogen).
b. Tanaman tahunan lebat (jenis tanaman heterogen/homogen)
dengan kerapatan tanaman di atas 400 pohon/hektar.
c. Tanaman tahunan jarang (jenis tanaman heterogen/homogen)
dengan kerapatan tanaman di bawah 400 pohon/hektar.
d. Tanaman semusim/lahan kosong (lahan yang ditumbuhi tanaman
semusim atau lahan kosong).
21
4. Kinerja Sumber Mata Air
a. Baik (bila debit air yang mengalir lebih besar dari jumlah
kebutuhan).
b. Agak baik (bila debit air yang mengalir sama dengan jumlah
kebutuhan).
c. Jelek (bila debit air yang mengalir lebih kecil dari jumlah
kebutuhan).
5. Tingkat kekritisan Daerah Tangkapan Air
a. Kelas I dan II (baik dan normal alami).
b. III dan IV (mulai kritis dan agak kritis).
c. Kelas V (kritis).
d. Kelas VI (sangat kritis).
6. Tingkat kekritisan radius 200 meter
a. Kelas I dan II (baik dan normal alami).
b. Kelas III dan IV (mulai kritis dan agak kritis).
c. Kelas V (kritis).
d. Kelas VI (sangat kritis).
7. Pemanfaatan Sumber Mata Air
a. Dimanfaatkan untuk keperluan rumah tangga.
b. Dimanfaatkan untuk keperluan rumah tangga dan pertanian.
c. Dimanafaatkan untuk pertanian saja.
22
d. Tidak dimanfaatkan.
8. Ketergantungan masyarakat terhadap Sumber Mata Air.
a. Masyarakat sangat tergantung kepada sumber mata air.
b. Masyarakat tidak terlalu tergantung dengan sumber mata air (ada
sumber lain).
c. Masyarakat tidak tergantung sama sekali.
Berdasarkan kriteria di atas maka selanjutnya dilakukan penilaian
terhadap sumber mata air. Untuk penilaian sumber mata air ditentukan
nilai maupun bobot untuk setiap kriteria sumber mata air yang telah
ditetapkan, dengan demikian untuk penilaian sumber mata air didasarkan
pada tabel sebagai berikut:
23
Tabel 2. Penilaian Sumber Mata Air
DAFTAR PENILAIAN MATA AIRDESA : :KECAMATAN :
Untuk penilaian sumber mata air selanjutnya mengikuti rumus sebagai berikut
............................................................................... (1)
Dimana:
TN = Total nilai sumber mata air
DESA :KECAMATAN :
No. Kriteria Deskripsi Nilai Bobot N x Ba. Tanaman semusim/tanah kosong 1
b. Tanaman tahunan jarang 3
c. Tanaman tahunan lebat 4
d. Berhutan 5
a. Tidak mengalirkan air/mati 1b. Mengalirkan air pada musim hujansaja
3
c. Mengalirkan air sepanjang tahun 5
a. Tanaman semusim/tanah kosong 1
b. Tanaman tahunan jarang 3
c. Tanaman tahunan lebat 4
d. Berhutan 5
a. Jelek 1
b. Agak baik/ sedang 3
c. Baik 5a. Sangat kritis 1b. Kritis 3c. Mulai kritis dan agak kritis 4d. Baik dan normal alami 5a. Sangat kritis 1b. Kritis 3c. Mulai kritis dan agak kritis 4d. Baik dan normal alami 5a. Tidak ada pemanfaatan 1b. Dimanfaatkan untuk pertanian saja 3c. Dimanfaatkan untuk keperluanrumah tangga
4
d. Dimanfaatkan untuk keperluanrumah tangga dan pertanian
5
a. Masyarakat tidak tergantung samasekali
1
b. Masyarakat tidak terlalu tergantung(ada sumber lain)
3
c. Masyarakat sangat tergantung 5TOTAL
DAFTAR PENILAIAN MATA AIR
7. Pemanfaatansumber Mata Air
15
8. KetergantunganMasyarakatterhadap SumberMata Air
10
5. TingkatKekritisanDaearahTangkapan Air
15
6. Tingkat kekritisanradius 200 meter
10
3. Kondisipenutupan lahanpada radius 200meter
15
4 Kinerja SumberMata Air
10
1. Kondisipenutupan lahanpada DaerahTangkapan Air
10
2. Kondisi Mata Air 15
24
Nilai = Nilai mata air untuk masing-masing kriteria
Nilai maksimal = Nilai maksimal tiap kriteria = 5
n = Jumlah kriteria = 8
Total nilai maksimal adalah 100. Semakin besar nilai semakin baik kondisi
sumber mata air.
2.6 Metode DOE WQI
Metode ini melibatkan 6 parameter air dalam perhitungan indeks kualitas air.
Parameter-parameter tersebut adalah:
Dissolved Oxygen (DO) dalam satuan %.
Biological Oxygen Demand (BOD) dalam satuan mg/l.
Chemical Oxygen Demand (COD) dalam satuan mg/l.
Ammoniacal Nitrogen (AN) dalam satuan mg/l.
Suspended Solid (SS) dalam satuan mg/l.
pH tanpa satuan.
Indeks kualitas air (WQI) dalam metode ini dapat dihitung dengan rumus:
WQI = 0.22SIDO+0.19SIBOD+0.16SICOD+0.15SIAN+0.16SISS
+0.12SIpH ....................................................................................... (2)
Dimana:
SIDO = Sub-index DO
SIBOD = Sub-index BOD
SICOD = Sub-index COD
SIAN = Sub-index NH3N
25
SISS = Sub-index SS
SIpH = Sub-index pH
Setiap sub-index dihitung dengan rumus sebagai berikut:
SIDO
SIDO = 0 untuk x < 8
SIDO = 100 untuk x > 92
SIDO = -0.395 + 0.030*x2 - 0.00020*x3 for 8 < x < 92................... (3)
SIBOD
SIBOD = 100.4 - 4.23*x untuk x ≤ 5 .................................................. (4)
SIBOD = 108 * exp(-0.055*x) - 0.1*x untuk x > 5 ............................ (5)
SICOD
SICOD = -1.33*x + 99.1 untuk x ≤ 20................................................ (6)
SICOD = 103*exp (-0.0157*x) - 0.04*x untuk x > 20 ....................... (7)
SIAN
SIAN = 100.5 – 105*x untuk x ≤ 0.3 ............................................... (8)
SIAN = 94*exp (-0.573*x) - 5 * x׀ - ׀2 untuk 0.3 < x < 4 ............... (9)
SIAN = 0 untuk x ≥ 4
26
SISS
SISS = 97.5*exp (-0.00676*x) + 0.05*x untuk x ≤ 100 ................... (10)
SISS = 71*exp (-0.0061*x) - 0.015*x untuk 100 < x < 1000 ........... (11)
SISS = 0 for x ≥ 1000
SIpH
SIpH = 17.2 - 17.2*x + 5.02*x2 untuk x ≤ 5.5................................... (12)
SIpH = -242 + 95.5x - 6.67*x2 untuk 5.5 < x < 7 .............................. (13)
SIpH = -181 + 82.4x -6.05*x2 untuk 7 ≤ x < 8.75 ............................. (14)
SIpH = 0536 - 77.0x + 2.76*x2 untuk x ≥ 8.75................................. (15)
Nilai WQI dengan metode ini juga akan berkisar dari 0 sampai dengan 100
dengan interpretasi sebagai berikut:
Untuk penggunaan air secara umum
0 ≤ x < 60 = air tercemar berat
60 ≤ x < 80 = air tercemar ringan
x ≥ 80 = air bersih
Untuk pembagian kelas air
0 ≤ x < 40 = Class V
40 ≤ x < 50 = Class IV
60 ≤ x < 80 = Class III
80 ≤ x < 90 = Class II
27
x ≥ 90 = Class I
Untuk public water supply
0 ≤ x < 40 = tidak boleh untuk public water supply
40 ≤ x < 50 = hanya alternatif untuk public water supply
60 ≤ x < 80 = memerlukan treatment yang mahal untuk public water
supply
80 ≤ x < 90 = memerlukan treatment yang murah untuk public water
supply
x ≥ 90 = tidak memerlukan treatment untuk public water supply
Untuk rekreasi air
0 ≤ x < 20 = tidak boleh untuk rekreasi air.
20 ≤ x < 30 = belum boleh untuk rekreasi air.
30 ≤ x < 40 = boleh digunakan hanya untuk berperahu.
40 ≤ x < 50 = tidak boleh untuk berenang.
50 ≤ x < 70 = boleh untuk berenang tapi memerlukan pemeriksaan
rutin.
x ≥ 70 = boleh untuk semua jenis rekreasi air.
Untuk perikanan
0 ≤ x < 30 = tidak boleh untuk perikanan.
30 ≤ x < 40 = hanya untuk ikan-ikan yang dapat beradaptasi secara
baik.
28
40 ≤ x < 50 = hanya untuk ikan peliharaan.
50 ≤ x < 60 = meragukan untuk ikan-ikan yang sensitive.
60 ≤ x < 70 = meragukan untuk ikan-ikan yang sangat sensitive.
x ≥ 70 = boleh untuk semua jenis ikan.
Untuk navigasi
0 ≤ x < 30 = tidak boleh digunakan sebagai jalur navigasi.
30 ≤ x < 40 = hampir tidak boleh digunakan sebagai jalur navigasi.
x ≥ 50 = boleh digunakan sebagai jalur navigasi.
Untuk transportasi
0 ≤ x < 10 = tidak boleh digunakan untuk transportasi air.
x ≥ 10 = boleh digunakan untuk transportasi air.
Perhitungan DOE WQI dapat juga dilakukan secara grafis > Dengan cara ini
rumus untuk menghitung WQI berubah menjadi:
WQI = SIDO’+SIBOD’+SICOD’+SIAN’+SISS’+SIpH’ ....................... (16)
Dimana:
SIDO’ = Sub-index aksen DO
SIBOD’ = Sub-index aksen BOD
SICOD’ = Sub-index aksen COD
SIAN’ = Sub-index aksen NH3N
SISS’ = Sub-index aksen SS
29
SipH’ = Sub-index aksen
Nilai-nilai sub-index aksen didapat dari grafik-grafik di bawah ini.
Gambar 1. Grafik hubungan DO dan SIDO’.
Gambar 2. Grafik hubungan BOD dan SI BOD’.
30
Gambar 3. Grafik hubungan COD dan SI COD’.
Gambar 4. Grafik hubungan AN dan SI AN’.
Gambar 5. Grafik hubungan SS dan SI SS’.
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Lokasi Penelitian
Lokasi sumber mata air yang dijadikan sebagai objek penelitian adalah
Kabupaten Lampung Timur.
Gambar 7. Peta Kabupaten Lampung Timur
KABUPATEN LAMPUNG TIMUR
SKALA 1 : 1.000.000Asahan
Tanjung Sari
Bunut
Talang Ali
Jabung
Warna
Pugung RaharjoSp. Kemuning
LAUT JAWA
Labuhan Maringgai
Kibang
KABUPATENLAMPUNG TIMUR
Sp. Sribawono
Sp. Tanjung Kari
Sri Bawono
Raman Utara
Raman Raya
Sp. Gn. Kemala
Penawar SUKADANA
Purbolinggo
Sadewa
U
Jatimulyo
33
3.2 Data yang diperlukan
Data yang diperlukan pada penelitian ini adalah data sekunder dan data
primer. Data sekunder merupakan data yang didapat dari perusahaan atau
tidak secara langsung. Data primer yang didapatkan langsung, berupa data
kondisi penutupan lahan pada daerah tangkapan air, kondisi mata air, kondisi
penutupan lahan pada radius 200 m, kinerja sumber mata air, tingkat
kekritisan daerah tangkapan air, tingkat kekritisan daerah tangkapan air,
tingkat kekritisan radius 200 m, pemanfaatan sumber mata air, dan
ketergantungan masyarakat terhadap sumber mata air. Data sekunder didapat
dari lab BPLHD Kabupaten Lampung Timur berupa data kualitas air.
3.3 Prosedur Penelitian
a. Kajian pustaka
Kajian pustaka pada penelitian ini memakai berbagai macam sumber
diantaranya jurnal hasil penelitian Gatot Eko Susilo, S.T., M.Sc.,
Ph.D., pada tahun 2011, tentang penentuan WQI menggunakan grafis
dan Standar Kementerian Kehutanan tentang penentuan kualitas
lingkungan Sumber Mata Air .
b. Desain penelitian
Dalam tahap ini dilakukan desain penelitian yang dituangkan dalam
bagan alir pelaksanaan sebagai berikut :
34
Gambar 8. Bagan Alir Pelaksanaan Penelitian
Mulai
Studi Literatur
Analisa Datao Penilaian sumber mata air melalui kualitas
lingkungan.o Penilaian sumber mata air melalui kualitas
airnya.- .
Kesimpulan dan rekomendasi
Selesai
Pengolahan Data
- Penilaian sumber mata air menggunakan metodeIdentifikasi sumber mata air dari departemenkehutanan
- Klasifikasi sumber mata air menggunakan WQIMalaysia
Pengambilan Data
Data sekunder,datadiperolehdariBPLHDKabupaten Lampung Timur
Pengambilan Data
Data Primer : data kualitaslingkungan,kondisi mata air .Data Sekunder : data kualitasair,yang didapat dari Lab BPLHD .
35
c. Teknik pengumpulan data
1. Data Primer
Data Primer merupakan data yang didapatkan melalui pengamatan
langsung berupa data kondisi lingkungan sumber mata air.
2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh langsung dari instansi yang ada di Lampung
Timur. Adapun data sekunder yang diperlukan antara lain:
Data kualitas sumber mata air yang berada di Kabupaten
Lampung Timur dari BPLHD Kabupaten Lampung Timur.
d. Analisis data
Data yang diperoleh adalah data Primer. Analisis yang dilakukan
adalah sebagai berikut :
1. Penilaian sumber mata air melalui kualitas lingkungan berupa
kondisi sumber mata air menggunakan standar kehutanan.
2. Penilaian sumber mata air melalui kualitas airnya menggunakan
Water Quality Index Malaysia.
e. Hasil dan pembahasan
Dalam Bab IV dilakukan pembahasan terhadap hasil analisa kualitas air
dari sumber mata air yang ada di Lampung Timur.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan data dan hasil penelitian saya dalam penelitian tentang sumber
mata air di Lampung Timur dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Lampung Timur memiliki 12 sumber mata air, terletak di beberapa
kecamatan di Lampung Timur, diantaranya: di Kecamatan Batanghari
terdapat 5 sumber mata air, di Kecamatan Marga Tiga terdapat 5 sumber
mata air, di Kecamatan Sri Bawono terdapat 1 sumber mata air, dan di
Kecamatan Jabung terdapat 1 sumber mata air.
2. Berdasarkan data yang ada dari penelitian ke 12 sumber mata air yang
ada di Lampung Timur, terdapat beberapa sumber mata air yang perlu di
konservasi karena hasil penilaian sumber mata air nya di bawah 65,
diantaranya : Sumber Mata Air Rawa Cabang 2 Kecamatan Batanghari,
Sumber Mata Air Rawa Cabang 1 Kecamatan Batanghari dan Sumber
Mata Air Way Kekit Desa Negeri Tua Kecamatan Marga Tiga.
3. Nilai rata-rata WQI dari ke 12 sumber mata air tersebut adalah 95,1,
Artinya ke 12 sumber mata air tersebut sangat layak untuk digunakan
oleh masyarakat baik untuk keperluan minum, mandi, masak dan lain-
76
lain. Nilai WQI tertinggi terdapat di Desa Sri Basuki Kecamatan
Batanghari, sedangkan nilai WQI terendahnya terdapat di Desa Selo
Nego Kecamatan Batanghari. Dan dari data kualitas air, sumber mata air
yang memiliki WQI terbesar terdapat di sumber mata air Pager Wojo
Desa Sri Basuki, Kecamatan Batanghari dengan nilai WQI sebesar 98,67,
sedangkan WQI terendah terdapat di Sumber Mata Air Selo Nego Desa
Selorejo, Kecamatan Batang hari dengan nilai WQI sebesar 85,75.
4. Berdasarkan pada kualitas lingkungan sumber mata air, kondisi mata air
terbaik dimiliki oleh sumber mata air selo nego dengan nilai penilaian
sumber mata air 80, sedangkan sumber mata air terburuk dimiliki oleh
sumber mata air Rawa Cabang 2 dengan penilaian sumber mata air 40.
5. Bambu merupakan alat konservasi yang paling efektif untuk digunakan
di semua sumber mata air di Lampung Timur, berdasarkan topografi
wilayahnya.
5.2 Saran
1. Ketelitian dan kecermatan dalam pengambilan data sangat diperlukan
dalam penelitian seperti ini, karena sangat mempengaruhi hasil yang
didapatkan.
2. Perlu adanya penelitian lebih lanjut dengan metode lain sebagai
pembanding hasil kualitas air sehingga hasil yang didapatkan lebih
maksimal.
77
3. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai rujukan dalam pengambilan
kebijakan lebih lanjut dari pemerintah tentang Pemanfaatan Sumber Mata
Air di Lampung Timur
DAFTAR PUSTAKA
Alaerts, G dan Santika, SS.1987. Metoda Penelitian Air. Usaha Nasional,Surabaya
Anonim, (2002), Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.907/MENKES/SK/VII/2002, tentang Syarat-syarat dan PengawasanKualitas Air Minum.
Departemen Kehutanan Republik Indonesia. 2007. Identifikasi Sumber Mata Airdi Provinsi Lampung. Paoran Proyek.
DOE (Department of Environment Malaysia). (2001). Malaysia EnvironmentalQuality Report 2000. Department of Environment, Ministry of Science,Technology and Environment Malaysia, pg 86. Maskha Sdn. Bhd: KualaLumpur.
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumber Daya danLingkungan Perairan. Cetakan Kelima. Yogjakarta : Kanisius.
Kusnaedi. 2004. Mengolah Air Gambut dan Air Kotor untuk Air Minum, Jakarta :Puspa Swara. p 1-6.
Rahman, Z.A., “Water Quality Management in Malaysia”, Department ofEnvironment Malaysia. Article retrieved in 2002 from internet website:http://www.iges.or.jp/jp/ltp/pdf/fr2.pdf.
Sari I. and W.M.M. Omar, 2008. “Assessing The Water Quality Index of Air ItamDam, Penang, Malaysia”, Proceeding of International Conference onEnvironmental Research and Technology (ICERT), pp: 601-605.
Sawyer, C.N. and Mc Carty, PL 1978. Chemistry For Environmental Engineering.Third Edition McGraw-Hill Book Company. Tokyo.532 p.
Shuhaimi-Othman, M., Lim, E. C., & Mushrifah, I. (2007). Water quality changesin Chini Lake, Pahang, West Malaysia. Environ. Monit. Assess., 131: 279-292.