identifikasi potensi ekonomi kawasan perbatasan … · perbatasan suatu negara mempunyai peranan...
TRANSCRIPT
IDENTIFIKASI POTENSI EKONOMI KAWASAN PERBATASAN
(KASUS KABUPATEN KEPULAUAN TALAUD PROVINSI SULAWESI UTARA )
OLEH TITIEN KRISTININGSIH
H14094024
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
RINGKASAN TITIEN KRISTININGSIH. Identifikasi Potensi Ekonomi Kawasan Perbatasan (Kasus Kabupaten Kepulauan Talaud Provinsi Sulawesi Utara). Di bawah bimbingan YETI LIS PURNAMADEWI.
Kabupaten Kepulauan Talaud adalah salah satu kawasan perbatasan. Di
sebelah utara berbatasan langsung dengan negara Filipina. Terbatasnya sarana transportasi (darat, laut dan udara) dari ibukota provinsi dan daerah lainnya ke kabupaten ini menjadikan wilayah ini relatif tertinggal dan paling terisolasi dibanding kabupaten lainnya di Sulawesi Utara. Sebagai daerah yang tertinggal, kabupaten ini memerlukan perhatian dan investasi pada berbagai bidang dalam rangka pembangunan daerah ini sebagai kawasan perbatasan. Sumber daya lokal yang merupakan potensi ekonomi harus dapat dikembangkan secara optimal sehingga dapat memberikan kontribusi terhadap pembangunan ekonomi daerah. Oleh karena itu perlu adanya penelitian mengenai identifikasi potensi ekonomi kawasan perbatasan, yang dalam hal ini mengambil kasus di Kabupaten Kepulauan Talaud. Penelitian tentang identifikasi potensi ekonomi (sektor/subsektor) yang dapat dikembangkan di Kabupaten Kepulauan Talaud ini bertujuan untuk menganalisis sektor/subsektor yang potensial di Kabupaten Kepulauan Talaud sebagai kawasan perbatasan. Alat analisis yang digunakan adalah Analisis Location Quotient untuk menentukan sektor basis di daerah penelitian dan Analisis Shift-Share untuk menentukan sektor yang memiliki keunggulan kompetitif. Data yang digunakan adalah data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Kepulauan Talaud dan PDRB Provinsi Sulawesi Utara baik ADHB maupun ADHK dengan periode waktu antara tahun 2002 sampai tahun 2008.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara umum Kabupaten Kepulauan Talaud masih bercirikan ekonomi tradisional dimana sektor pertanian masih menjadi andalan daerah. Dilihat dari kontribusi tiap sektor/subsektor, sektor yang memberikan kontribusi terbesar pada PDRB Kabupaten Kepulauan Talaud adalah sektor pertanian. Subsektor penyumbang kontribusi sektor pertanian yang terbesar adalah subsektor perkebunan yang berkontribusi sebesar 39,74 persen di tahun 2008. Hasil analisis LQ pun menunjukkan hal serupa bahwa yang merupakan sektor basis di Kabupaten Kepulauan Talaud adalah sektor pertanian. Dan subsektor yang menjadi subsektor basis di Kabupaten Kepulauan Talaud adalah subsektor tanaman bahan makanan, subsektor perkebunan, subsektor perikanan dan subsektor bank. Hasil analisis Shift-Share Klasik menunjukkan bahwa secara umum sektor pertanian tidak memiliki keunggulan kompetitif. Dan dari keempat subsektor basis tersebut yang memiliki keunggulan kompetitif terbesar adalah subsektor perkebunan.
Kriteria sektor/subsektor yang potensial untuk dikembangkan di Kabupaten Kepulauan Talaud adalah sektor/subsektor yang memiliki pertumbuhan yang positif, sektor/subsektor basis dan sektor/subsektor yang memiliki keunggulan kompetitif. Berdasarkan kriteria sektor/subsektor yang potensial untuk dikembangkan di Kabupaten Kepulauan Talaud sebagai salah satu kawasan perbatasan, maka hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya subsektor perkebunan yang memenuhi kriteria tersebut.
IDENTIFIKASI POTENSI EKONOMI KAWASAN PERBATASAN
(KASUS KABUPATEN KEPULAUAN TALAUD PROVINSI SULAWESI UTARA )
OLEH
TITIEN KRISTININGSIH H14094024
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
pada Departemen Ilmu Ekonomi
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
Judul Skripsi : Identifikasi Potensi Ekonomi Kawasan
Perbatasan (Kasus Kabupaten Kepulauan
Talaud Provinsi Sulawesi Utara)
Nama : Titien Kristiningsih
NRP : H14094024
dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian
Bogor.
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Yeti Lis Purnamadewi, M.Sc. NIP. 19641018 199103 2 002
Mengetahui,
Ketua Departemen Ilmu Ekonomi
Dedi Budiman Hakim, Ph.D. NIP. 19641022 198903 1 003
Tanggal lulus:
PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH
BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH
DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA
PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Bogor, 16 September 2009
Titien Kristiningsih H14094024
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Titien Kristiningsih lahir pada tanggal 25 Mei 1980 di
Salatiga, Jawa Tengah. Penulis adalah anak ketujuh dari delapan bersaudara, dari
pasangan Soekarno (Alm.) dan Sutinah. Penulis menamatkan sekolah dasar pada
SD Kristen 1 Salatiga Jawa Tengah pada tahun 1992, selanjutnya menamatkan
jenjang SLTP pada SMP Negeri 3 Salatiga Jawa Tengah pada tahun 1995,
kemudian pada tahun tersebut penulis masuk ke SMU Negeri 1 Salatiga Jawa
Tengah dan tamat pada tahun 1998.
Setelah tamat SMU, penulis melanjutkan pendidikan ke Sekolah Tinggi
Ilmu Statistik pada tahun 1998 dan tamat pada tahun 2002 dengan gelar Sarjana
Sains Terapan. Pada tahun 2009 penulis melanjutkan pendidikan pada Sekolah
Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor Departemen Ekonomi Fakultas Ekonomi
dan Manajemen Institut Pertanian Bogor. Sebagai bagian syarat memasuki jenjang
strata dua (S-2) pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor,
maka penulis menyusun skripsi ini.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang
berjudul “Identifikasi Potensi Ekonomi Kawasan Perbatasan (Kasus
Kabupaten Kepulauan Talaud Provinsi Sulawesi Utara)” ini dengan baik.
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
pada Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut
Pertanian Bogor.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu penyelesaian penyusunan skripsi ini. Akhirnya, penulis berharap
semoga skripsi ini bermanfaat.
Bogor, Oktober 2009
Titien Kristiningsih H14094024
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur yang tiada hentinya penulis panjatkan kepada Tuhan atas
segala berkat, karunia, pimpinan dan penyertaanNya sampai akhirnya penulis
dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah berperan dalam penyelesaian skripsi ini,
khususnya kepada:
1. Dr. Rusman Heriawan, M.S. sebagai Kepala Badan Pusat Statistik, Drs. Nyoto
Widodo, ME sebagai Kepala Pusdiklat BPS, Drs. Jasa Bangun, MSi. sebagai
Kepala BPS Provinsi Sulawesi Utara, dan Kelengi Meliala, MA sebagai
Kepala Bidang Statistik Sosial BPS Provinsi Sulawesi Utara beserta seluruh
staf dan jajarannya yang telah memberikan kesempatan yang sangat berharga
kepada penulis melanjutkan studi ke IPB.
2. Dedi Budiman Hakim, Ph.D sebagai Ketua Departemen Ilmu Ekonomi
Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB beserta staf dan jajarannya atas semua
keramahtamahannya menerima penulis sebagai peserta didiknya.
3. Yeti Lis Purnamadewi, M.Sc. sebagai dosen pembimbing yang dengan
kesabarannya telah memberikan bimbingan baik secara teknis maupun teoritis.
4. Fifi Diana Thamrin, M.Si. sebagai dosen penguji dalam sidang skripsi.
Pertanyaan, kritik dan saran yang diberikan menyempurnakan skripsi ini.
5. Ibuku yang tak pernah putus-putusnya mendoakanku, juga seluruh keluarga
besarku yang selalu mendukungku.
6. Seluruh dosen dan staf pengajar selama matrikulasi yang membantuku
kembali memasuki dunia dan pola pikir seorang mahasiswa.
7. W, Budhe, Kis, Mbak Lia, Uwi, Dindin, Mas Bud, Mas Barudin, seluruh
teman-teman seperjuangan dan teman-teman kosku (Lustri, Dini, dan Deska).
Canda ceria dan kesatuan hati kuharap terus ada di tengah-tengah kita.
8. Seluruh sahabatku terkasih: V, Bon2, Yili, Qq, Burat, Papi, Dodo, DK, Bayu,
Winid, Eko, dan semua teman yang tak bisa kusebutkan satu persatu. Tanpa
doa dan dukungan kalian, skripsi ini tak akan pernah menjadi sempurna.
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN ............................................................................................... iii
KATA PENGANTAR .................................................................................. ix
DAFTAR ISI ................................................................................................. ix
DAFTAR TABEL ........................................................................................ x
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xii
I. PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2. Permasalahan .................................................................................. 12
1.3. Tujuan Penelitian ............................................................................. 13
1.4.. Kegunaan Penelitian ...................................................................... 14
1.5. Ruang Lingkup Penelitian .............................................................. 14
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ............. 15
2.1. Tinjauan Pustaka ............................................................................. 15
2.1.1. Landasan Teori ................................................................... 15
2.1.1.1. Teori Pertumbuhan Ekonomi Daerah .................... 15
2.1.1.2. Teori Basis Ekonomi ............................................ 18
2.1.2. Hasil Studi Sebelumnya ..................................................... 20
2.2. Kerangka Pemikiran Operasional ................................................... 22
III. METODE PENELITIAN .................................................................... 24
3.1. Jenis dan Sumber Data ................................................................... 24
3.2. Metode Analisis ............................................................................. 24
3.2.1. Analisis Location Quotient (LQ) ........................................ 24
x
3.2.2. Analisis Shift-Share Klasik ................................................. 26
3.3. Definisi Pengukuran Variabel ........................................................ 29
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 31
4.1. Gambaran Umum Kabupaten Kepulauan Talaud .......................... 31
4.1.1. Kondisi Geografis Kabupaten Kepulauan Talaud ............. 31
4.1.2. Kondisi Ekonomi Kabupaten Kepulauan Talaud ............... 34
4.1.2.1. Struktur Ekonomi ............................................... 34
4.1.2.2. Pertumbuhan Ekonomi ....................................... 38
4.2. Sektor/Subsektor Basis Berdasarkan pada Analisis Location Quotient (LQ) di Kabupaten Kepulauan Talaud ............................ 41
4.3. Sektor/Subsektor yang Memiliki Keunggulan Kompetitif Berdasarkan pada Analisis Shift-Share Klasik di Kabupaten Kepulauan Talaud .......................................................................... 45
4.4. Sektor/Subsektor Ekonomi Potensial di Kabupaten Kepulauan Talaud ............................................................................................. 51
V. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 56
5.1. Kesimpulan ..................................................................................... 56
5.2. Saran ............................................................................................. 57
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 58
LAMPIRAN ................................................................................................... 60
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1.1. Persentase Penduduk Miskin Menurut Kab/Kota Kepulauan dan Bukan Kepulauan Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2003-2007 ............ 8
1.2. Perkembangan Pendapatan Per kapita Penduduk Kabupaten Kepulauan
Talaud Tahun 2002-2008 ...................................................................... 9 4.1. Struktur Ekonomi Kabupaten Kepulauan Talaud Menurut Sektor dan
Sub Sektor Tahun 2000-2008 (dalam persen) ...................................... 37 4.2. Pertumbuhan Ekonomi (Atas Dasar Harga Konstan) Kabupaten
Kepulauan Talaud Tahun 2002-2008 (dalam persen) ........................... 40 4.3. Hasil Analisis Location Quotient (LQ) Kegiatan Ekonomi (Sektor/
Sub Sektor) Kabupaten Kepulauan Talaud Tahun 2002-2008 ............. 42 4.4. Hasil Analisis Shift-Share Klasik Kegiatan Ekonomi (Sektor/Sub
Sektor) Kabupaten Kepulauan Talaud Tahun 2002 – 2008 (000.000 Rp) ......................................................................................... 46
4.5. Pertumbuhan Ekonomi, Hasil Analisis LQ dan Keunggulan Kompetitif
menurut Kegiatan Ekonomi (Sektor/Sub Sektor) Kabupaten Kepulauan Talaud Tahun 2002 – 2008 ................................................................... 52
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1.1. Persentase PDRB Kabupaten Kepulauan Talaud Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun 2008 ................................... 10
1.2. Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Utara dan Kabupaten Kepulauan
Talaud Tahun 2003 – 2008 (dalam persen) .......................................... 11
2.2. Alur Kerangka Pemikiran ..................................................................... 23 4.1. Persentase Sektor Pertanian Provinsi Sulawesi Utara dan Kabupaten
Kepulauan Talaud Tahun 2002-2008 ................................................... 35
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Kepulauan Talaud Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun 2002 – 2008 (dalam Juta Rupiah) .............................................................................. 60
2. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Kepulauan Talaud Atas
Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha Tahun 2002 – 2008 (dalam Juta Rupiah) .............................................................................. 61
3. Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Sulawesi Utara Atas Dasar
Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun 2002 – 2008 (dalam Juta Rupiah) .......................................................................................... 62
4. Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Sulawesi Utara Atas Dasar
Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha Tahun 2002 – 2008 (dalam Juta Rupiah) .......................................................................................... 63
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia adalah negara kepulauan dengan 17.508 pulau, yang letaknya
secara geografis sangat strategis, karena berada pada posisi silang, yakni diantara
benua Asia dan Australia serta diantara Samudera Hindia dan Pasifik. Pulau-pulau
tersebut dihubung oleh laut-laut dan selat-selat di Nusantara yang merupakan laut
yuridiksi nasional sehingga membentuk sebuah negara kepulauan yang
panjangnya 5.110 Km dan lebarnya 1.888 Km, luas perairan sekitar 5.877.879
Km2, luas laut teritorial sekitar 297.570 Km2, perairan Zona Ekonomi Eksklusif
(ZEE) 695.422 Km2, panjang pantai 79.610 Km, yang dua pertiganya adalah laut
dan luas daratannya 2.001.044 Km2 (Pussurta TNI dalam Poetranto, 2005).
Indonesia berbatasan dengan banyak negara tetangga, baik di darat
maupun laut. Indonesia berbatasan langsung di daratan dengan tiga negara yaitu
Malaysia (Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur dengan Serawak dan Sabah),
Provinsi Papua dengan Papua New Guinea dan Nusa Tenggara Timur dengan
Timor Lorosae. Di wilayah laut, berbatasan dengan sepuluh negara yaitu India,
Thailand, Malaysia, Singapura, Vietnam, Philipina, Palau, Papua New Guinea,
Australia dan Timor Lorosae. Perbatasan negara merupakan manifestasi utama
kedaulatan wilayah suatu negara. Perbatasan suatu negara mempunyai peranan
penting dalam penentuan batas wilayah kedaulatan, pemanfaatan sumber
kekayaan alam, menjaga menjaga keamanan dan keutuhan wilayah (Poetranto,
2005).
2
Pembangunan wilayah perbatasan pada hakekatnya merupakan bagian
integral dari pembangunan nasional. Wilayah perbatasan mempunyai nilai
strategis dalam mendukung keberhasilan pembangunan nasional, hal tersebut
ditunjukkan oleh karakteristik kegiatan antara lain :
a. Mempunyai dampak penting bagi kedaulatan negara.
b. Merupakan faktor pendorong bagi peningkatan kesejahteraan sosial ekonomi
masyarakat sekitarnya.
c. Mempunyai keterkaitan yang saling mempengaruhi dengan kegiatan yang
dilaksanakan di wilayah lainnya yang berbatasan dengan wilayah maupun
antar negara.
d. Mempunyai dampak terhadap kondisi pertahanan dan keamanan, baik skala
regional maupun nasional (Sianturi dan Nafsiah, 2009).
Pembangunan daerah perbatasan merupakan bagian integral dari
pembangunan nasional. Pengelolaan daerah perbatasan menghendaki adanya
perhatian yang lebih fokus agar terjadi peningkatan kualitas pembangunan dan
kualitas penduduk di wilayah tersebut. Pembangunan daerah perbatasan
memerlukan kerangka penanganan yang menyeluruh meliputi berbagai sektor
pembangunan, koordinasi, serta kerja sama yang efektif mulai dari pusat sampai
ke tingkat kabupaten/kota, yang dijabarkan melalui kebijakan makro yang
pelaksanaannya bersifat strategis dan operasional dengan mempertimbangkan
aspek waktu yang ketat.
Secara garis besar, permasalahan pembangunan daerah perbatasan
mencakup: permasalahan kondisi geografis dan topografi wilayah; permasalahan
3
yang berdimensi lokal berupa kemiskinan; permasalahan yang berdimensi
nasional berupa kegiatan ekonomi ilegal; dan permasalahan yang berdimensi
regional seperti kesenjangan sosial antara penduduk negeri sendiri dengan
penduduk negara tetangga, serta pergeseran garis tapal batas; dan permasalahan
berdimensi ekonomi, yaitu belum berkembangnya komoditas unggulan yang
sinergis dengan industri pengolahan sehingga mengakibatkan terjadinya
penyelundupan dan pemasaran yang berorientasi ke luar (LIPI, 2003).
Ditinjau dari aspek ekonomi, daerah perbatasan merupakan daerah
tertinggal (terbelakang) yang disebabkan antara lain :
1. Lokasinya yang relatif terisolir (terpencil) dengan tingkat aksesibilitas yang
rendah
2. Rendahnya tingkat pendidikan dan kesehatan masyarakat.
3. Rendahnya tingkat kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat daerah
perbatasan (jumlah penduduk miskin dan desa tertinggal).
4. Langkanya informasi tentang pemerintah dan pembangunan masyarakat di
daerah perbatasan (blank spot).
Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor penting dalam
peningkatan ketahanan di daerah perbatasan. Kualitas sumber daya manusia
ataupun tingkat kesejahteraan yang rendah akan mengakibatkan kerawanan
terutama dalam hal yang menyangkut masalah sosial dan pada gilirannya dapat
mengganggu stabilitas nasional secara keseluruhan. Oleh sebab itu perlu adanya
peningkatan taraf hidup masyarakat di daerah perbatasan. Sedangkan bentuk
4
usaha percepatan pertumbuhan perekonomian perbatasan yang berbasis
kerakyatan antara lain:
1. Penguatan kapasitas kelembagaan masyarakat adat/kelompok-kelompok
swadaya masyarakat yang sudah ada.
2. Pemberdayaan, pendampingan dan penguatan peran serta perempuan dalam
kegiatan perekonomian atau sosial.
3. Pengembangan wawasan kebangsaan masyarakat di kawasan perbatasan.
4. Menghidupkan peran lembaga keuangan mikro dalam peningkatan
pertumbuhan perekonomian.
5. Identifikasi potensi dan pengembangan sektor-sektor unggulan di daerah
perbatasan.
Sumber kekayaan alam di perbatasan perlu mendapatkan pengamanan/perhatian
serius yang meliputi potensi pertambangan umum/migas, potensi kehutanan,
potensi kehutanan/perkebunan, potensi perikanan (Sianturi dan Nafsiah, 2009).
Konsepsi pengembangan strategi pengamanan daerah perbatasan
diarahkan untuk membuka, mengembangkan dan mempercepat pembangunan
daerah di kawasan tersebut serta menyerasikan laju pertumbuhan daerah
perbatasan seperti daerah lainnya yang lebih dahulu berkembang. Dalam
pelaksanaannya disesuaikan dengan prioritas dan potensi daerah masing-masing
sehingga terwujud pola pembangunan yang merupakan perwujudan Wawasan
Nusantara, sehingga memperoleh dukungan dan kontribusi dari segenap
komponen masyarakat dalam keuletan dan ketangguhan di seluruh wilayah
perbatasan. Secara garis besar terdapat dua hal penting yang harus dilakukan yaitu
5
pembangunan daerah perbatasan dengan pendekatan kesejahteraan (prosperity
approach) untuk mengangkat taraf kehidupan masyarakat setempat dan
pendekatan keamanan (security approach) yang diperlukan guna terciptanya
stabilitas politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan keamanan sehingga
memungkinkan terwujudnya keserasian hidup berdampingan secara damai dengan
negara-negara tetangga di sepanjang daerah perbatasan. Penerapan kedua
pendekatan tersebut melandasi tujuan program-program pembangunan di wilayah
perbatasan secara terintegrasi dan berkelanjutan. Arah pembangunan daerah
perbatasan diprioritaskan untuk memacu pemerataan pembangunan dan hasil-
hasilnya ke seluruh pelosok daerah perbatasan guna meningkatkan kesejahteraan,
menggalakkan prakarsa dan peran serta aktif masyarakat di wilayah perbatasan
serta pendayagunaan potensi daerah secara optimal dan terpadu sesuai semangat
otonomi daerah yang dinamis, serasi dan bertanggung jawab sehingga pada
gilirannya dapat memberikan kontribusi untuk memperkuat persatuan dan
kesatuan bangsa (Poetranto, 2005).
Kabupaten Kepulauan Talaud adalah kawasan Indonesia paling utara,
daerah ini baru terbentuk tujuh tahun yang lalu yang merupakan hasil pemekaran
Kab. Sangihe Talaud (berdasarkan UU No.8 Tahun 2002). Talaud memiliki luas
wilayah sekitar 39.051,02 km2 yang meliputi luas daratan 1.251,02 km2, luas
lautan sekitar 37.800 km2, dan panjang garis pantai 367,7 km2. Sumber daya alam
di wilayah Talaud merupakan potensi untuk menunjang pembangunan. Akan
tetapi hingga saat ini potensi tersebut belum dimanfaatkan secara maksimal.
Berbagai faktor masih menjadi kendala dalam pemanfaatan potensi tersebut,
6
sehingga masih dirasakan bahwa pembangunan ekonomi masih tertinggal dengan
wilayah lainnya di Sulawesi Utara (Widayatun et al, 1997).
Disebelah utara Kepulauan Talaud berbatasan dengan negara Filipina,
sebelah timur berbatasan dengan Laut Sulawesi dan Pasifik, sebelah selatan
dengan Laut Maluku dan sebelah Barat dengan Laut Sulawesi. Talaud merupakan
gugusan 17 pulau. Empat pulau di antaranya termasuk kawasan pulau terluar dan
dari empat pulau tersebut dua diantaranya termasuk pulau paling rawan (dari sisi
keamanan) di Indonesia yaitu pulau Miangas dan Pulau Kakorotan. Pulau
Miangas dalam Peraturan Presiden No.78/2005 termasuk dalam 92 pulau kecil
terluar Indonesia. Ini berarti Pulau Miangas termasuk pulau dengan lokasi
geografis paling luar sekaligus batas kedaulatan Indonesia dengan negara-negara
tetangga, dalam hal ini Filipina. Pulau Miangas dan pulau-pulau kecil lainnya,
memiliki peran penting bagi Indonesia, dan ini berarti isu-isu terhadap pulau-
pulau kecil terluar Indonesia memiliki tingkat sensitivitas yang cukup tinggi
(Yuniar, 2009).
Sarana dan prasarana terutama transportasi dan komunikasi yang belum
memadai menjadikan daerah perbatasan relatif terisolir. Terbatasnya sarana
transportasi (darat, laut dan udara) dari ibukota provinsi dan daerah lainnya ke
kabupaten ini maupun sebaliknya menjadikan Kabupaten Kepulauan Talaud
relatif tertinggal dan paling terisolasi dibanding kabupaten lainnya di Sulawesi
Utara. Akses dari ibukota provinsi dapat dilakukan melalui transportasi laut
menggunakan kapal perintis dan kapal ferry dua kali dalam seminggu dengan
waktu tempuh 16 jam. Akses melalui udara menggunakan pesawat kecil dua kali
7
dalam seminggu. Jalur transportasi dari Manado menuju Kabupaten Kepulauan
Talaud sangat dipengaruhi oleh faktor cuaca. Transportasi melalui laut maupun
udara akan sangat terhambat apabila cuaca buruk dan ombak sedang membesar.
Demikian pula dengan jalur komunikasi. Komunikasi di daerah ini pun sangat
terbatas karena minimnya signal telepon selular, tidak ada lagi pelayanan
penambahan jaringan telepon, tidak ada lagi warung telekomunikasi, dan telepon
satelit di beberapa desa pun tidak berfungsi lagi. Terbatasnya akses ke wilayah ini
dan sebagai daerah perbatasan menjadikan wilayah ini banyak mendapat perhatian
beberapa tahun terakhir, dan sudah mulai mengejar ketertinggalannya dengan
daerah lain.
Seperti daerah kepulauan sekaligus daerah perbatasan pada umumnya,
persentase penduduk miskin di Talaud lebih tinggi dibandingkan kabupaten/kota
bukan kepulauan di Sulawesi Utara. Data terakhir BPS menunjukkan bahwa
jumlah penduduk miskin di Kabupaten Kepulauan Talaud pada tahun 2007
mencapai 15,77 persen, lebih tinggi daripada kabupaten/kota bukan kepulauan
yang hanya 10,67 persen. Tabel 1.1 menunjukkan bahwa walaupun fluktuatif,
persentase penduduk miskin memiliki kecenderungan yang terus meningkat pada
tahun 2003 sampai dengan tahun 2007.
8
Tabel 1.1. Persentase Penduduk Miskin Menurut Kab/Kota Kepulauan dan Bukan Kepulauan Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2003-2007
No Kabupaten/kota 2003 2004 2005 2006 2007
1 Kab/Kota bukan kepulauan 8,33 8,28 8,61 10,76 10,67
2 Kab. Kepulauan Sangihe 13,28 13,25 15,07 17,64 17,70
3 Kab. Kepulauan Talaud 14,42 14,03 12,94 15,55 15,77
4 Kab. Kep. Siau Tagulandang Biaro Gabung dengan Kep. Sangihe 16,14
Sulawesi Utara 9,00 8,94 9,34 11,54 11,42
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Utara.
Indikator lain yang dapat menggambarkan tingkat kemajuan
perekonomian suatu daerah adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per
kapita. PDRB per kapita dapat pula menggambarkan rata-rata pendapatan yang
dihasilkan oleh setiap penduduk selama satu tahun di suatu wilayah atau daerah.
Tabel 1.2 menunjukkan bahwa dari tahun 2002 sampai tahun 2008 PDRB per
kapita Kabupaten Kepulauan Talaud selalu meningkat. Pada tahun 2002 PDRB
per kapita atas dasar harga berlaku masyarakat di Kabupaten Kepulauan Talaud
hanya sebesar Rp. 4.420.543, enam tahun kemudian yaitu pada tahun 2008 telah
meningkat menjadi Rp. 7.609.171. Walaupun terus terjadi peningkatan, secara
rata-rata pendapatan pertahun yang dihasilkan oleh masyarakat di Kabupaten
Kepulauan Talaud lebih rendah bila dibandingkan dengan PDRB per kapita
masyarakat Provinsi Sulawesi Utara. Hal ini menunjukkan masih rendahnya
tingkat kemajuan perekonomian Kabupaten Kepulauan Talaud dibandingkan
dengan Provinsi Sulawesi Utara.
9
Tabel 1.2. Perkembangan Pendapatan Per kapita Penduduk Kabupaten Kepulauan Talaud Tahun 2002-2008
Tahun PDRB per kapita Kep. Talaud PDRB per kapita Sulawesi Utara
2002 4.420.543 6.384.721
2003 4.889.017 7.023.371
2004 5.622.393 7.693.647
2005 6.159.561 8.829.484
2006 7.024.196 9.895.045
2007 7.609.171 11.123.867
2008 8.110.856 12.743.146
Sumber: hasil pengolahan berdasarkan data PDRB ADHB Kab. Kep. Talaud.
Sama seperti kawasan perbatasan pada umumnya dimana sektor primer
masih menjadi sektor yang berkontribusi paling dominan, di Kabupaten
Kepulauan Talaud pun sektor pertanian masih menjadi sektor yang paling
dominan. Gambar 1.1 menunjukkan bahwa kontribusi sektor pertanian masih
sangat tinggi pada tahun 2008, yaitu sebesar 48,36 persen (BPS Kab. Kepulauan
Talaud, 2008). Tingginya kontribusi sektor pertanian sangat didukung oleh
potensi sumberdaya alam Kabupaten Kepulauan Talaud. Luasnya lahan pertanian
dan luasnya wilayah perairan di Kabupaten Kepulauan Talaud yang belum
dimanfaatkan secara optimal merupakan potensi alam potensial yang diharapkan
akan mampu meningkatkan perekonomian daerah ini dan mengejar
ketertinggalannya sebagai kawasan perbatasan di masa mendatang.
10
48,36
2,25
2,17
0,30
10,73
10,38
5,48
6,51
13,82
Pertanian
Pertambangan & Penggalian
Industri Pengolahan
Listrik, Gas & Air
Bangunan
Perdag., Hotel& Restoran
Pengangkutan&Komunikasi
Keu., Persewaan&Jasa Perush
Jasa-jasa
Gambar 1.1. Persentase PDRB Kabupaten Kepulauan Talaud Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun 2008
Selain memiliki masalah kemiskinan yang tinggi dan belum optimalnya
pemanfaatan sumber daya alam, Gambar 1.2 menggambarkan bahwa Kabupaten
Kepulauan Talaud memiliki pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah
dibandingkan Provinsi Sulawesi Utara (BPS, 2008). Hal ini menunjukkan bahwa
potensi ekonomi Kabupaten Kepulauan Talaud perlu dikembangkan dalam upaya
meningkatkan pertumbuhan perekonomian daerah. Dengan berkembangnya
perekonomian Kabupaten Kepulauan Talaud, maka akan mendorong keserasian
laju pertumbuhan perekonomian daerah ini dengan daerah lainnya yang
berkembang lebih dulu dan akan mendorong terjadinya pemerataan pembangunan
sampai ke seluruh pelosok daerah. Dengan optimalnya potensi Kabupaten
Kepulauan Talaud, maka diharapkan tidak ada lagi julukan untuk kawasan
perbatasan ini sebagai “daerah yang terisolir dan terbelakang”.
11
7,56
5,04
4,26
4,91
6,17 6,47
3,17
4,39 4,464,85
5,326,21
2003 2004 2005 2006 2007 2008
Sulawesi Utara Kep.Talaud
Gambar 1.2. Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Utara dan Kabupaten Kepulauan Talaud Tahun 2003 – 2008 (dalam persen)
Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah
daerah dan masyarakatnya mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada dan
membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta
untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan
kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah tersebut. Masalah
pokok dalam pembangunan daerah adalah terletak pada penekanan terhadap
kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan pada kekhasan daerah yang
bersangkutan dengan menggunakan potensi sumberdaya manusia, kelembagaan
dan sumberdaya fisik secara lokal/daerah (Arsyad, 1999). Sumberdaya lokal baik
sumberdaya alam maupun sumberdaya manusia merupakan pemegang kunci yang
sangat strategis dalam perekonomian suatu daerah. Sumberdaya lokal yang
merupakan potensi ekonomi harus dapat dikembangkan secara optimal sehingga
12
dapat memberikan kontribusi terhadap pembangunan ekonomi daerah (Pahlawan,
2002).
Suatu kebijakan pembangunan daerah yang ditekankan pada sumberdaya
lokal tentunya harus diprioritaskan pada sektor/subsektor yang potensial
mengingat keterbatasan dana yang dialokasikan oleh pemerintah daerah setempat.
Oleh karena itu dirasa perlu untuk mengadakan penelitian tentang identifikasi
potensi sektor/subsektor potensial yang dapat dikembangkan di Kabupaten
Kepulauan Talaud sehingga dapat diprioritaskan dalam perumusan kebijakan
pembangunan daerah Talaud.
1.2. Permasalahan
Sebagai kawasan perbatasan, Kabupaten Kepulauan Talaud memiliki
karakteristik yang hampir sama dengan kawasan perbatasan lainnya. Terbatasnya
sarana transportasi dan komunikasi yang menjadikan daerah ini terisolir, belum
optimalnya pemanfaatan sumber daya alam, rendahnya rata-rata pendapatan per
kapita yang dihasilkan oleh penduduk per tahun pertumbuhan ekonomi yang
rendah dan tingginya angka kemiskinan, merupakan masalah yang dihadapi oleh
Kabupaten Kepulauan Talaud yang menjadi objek penelitian dan sebagian besar
kawasan perbatasan di Indonesia.
Teori pembangunan ekonomi daerah menyatakan bahwa pemerintah
daerah dan masyarakatnya harus mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada.
Sumber daya lokal yang merupakan potensi ekonomi harus dapat dikembangkan
secara optimal sehingga dapat memberikan kontribusi terhadap pembangunan
ekonomi daerah. Sumberdaya lokal yang merupakan potensi ekonomi harus dapat
13
dikembangkan secara optimal sehingga dapat memberikan kontribusi terhadap
pembangunan ekonomi daerah. Pemusatan kebijakan pada sektor/subsektor yang
potensial di Kabupaten Kepulauan Talaud perlu dilakukan mengingat adanya
keterbatasan anggaran untuk kebijakan pembangunan daerah. Berdasarkan latar
belakang tersebut di atas, maka perlu adanya penelitian yang mampu menjawab
pertanyaan mengenai sektor/subsektor apa yang potensial untuk dikembangkan di
Kabupaten Kepulauan Talaud sehingga daerah ini tidak lagi disebut sebagai
daerah yang terisolir dan terbelakang seperti kawasan perbatasan pada umumnya.
1.3. Tujuan Penelitian
Sejalan dengan latar belakang dan uraian permasalahan yang telah
disebutkan di atas, maka secara spesifik tujuan-tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini adalah:
1. Mempelajari sektor/subsektor yang memberikan kontribusi terbesar terhadap
pertumbuhan ekonomi dan permasalahan pembangunan di Kabupaten
Kepulauan Talaud sebagai kawasan perbatasan.
2. Menganalisis sektor/subsektor basis berdasarkan analisis LQ di Kabupaten
Kepulauan Talaud sebagai kawasan perbatasan.
3. Menganalisis sektor/subsektor yang memiliki keunggulan kompetitif
berdasarkan analisis Shift-Share Klasik di Kabupaten Kepulauan Talaud
sebagai kawasan perbatasan.
4. Menganalisis sektor/subsektor yang potensial yang diharapkan mampu
meningkatkan perekonomian daerah.
14
1.4. Kegunaan Penelitian
1. Sebagai sumbangan bagi pemerintah daerah Kabupaten Kepulauan Talaud,
khususnya kepada pembuat kebijakan dan strategi pengembangan
sektor/subsektor ekonomi yang potensial untuk dikembangkan di kawasan
perbatasan.
2. Sebagai acuan dalam perencanaan pembangunan kawasan perbatasan
selanjutnya.
3. Sebagai bahan acuan untuk penelitian-penelitian serupa selanjutnya.
1.5. Ruang Lingkup Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di Kabupaten Kepulauan Talaud yang
merupakan salah satu wilayah Indonesia yang berbatasan langsung dengan negara
lain. Ruang lingkup penelitian di Kabupaten Kepulauan Talaud akan dilihat
keterbandingannya dalam ruang lingkup Provinsi Sulawesi Utara. Objek
penelitian adalah sektor/subsektor ekonomi potensial yang diamati selama 7
(tujuh) tahun, yaitu dari tahun 2002 sampai dengan tahun 2008. Kurun waktu
selama tujuh tahun ini dilandasi oleh awal terbentuknya Kabupaten Kepulauan
Talaud pada tahun 2002 dan tersedianya data hasil perhitungan PDRB Kabupaten
Kepulauan Talaud dan data PDRB Provinsi Sulawesi Utara dari tahun 2002
sampai dengan tahun 2008.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Teori Pertumbuhan Ekonomi Daerah
Kebijakan pembangunan ekonomi daerah pada umumnya ditujukan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam arti seluas-luasnya. Pembangunan
ekonomi dikatakan dapat meningkat apabila ada pertumbuhan ekonomi. Pada
umumnya teori-teori tentang pembangunan ekonomi membahas tentang metode
dalam menganalisis perekonomian suatu negara/daerah dan teori tentang berbagai
macam faktor yang dapat menentukan pertumbuhan ekonomi nasional/regional
(Sobriadi, 2001). Pertumbuhan ekonomi adalah proses dimana terjadi kenaikan
produk nasional bruto riil atau pendapatan nasional riil, pengertian lainnya adalah
bahwa pertumbuhan ekonomi terjadi bila ada kenaikan output per kapita (Wijaya,
1992).
Todaro dan Smith (2006) menyebutkan bahwa ada tiga faktor atau
komponen utama dalam pertumbuhan ekonomi di setiap negara, yaitu akumulasi
modal, pertumbuhan penduduk dan kemajuan teknologi. Akumulasi modal
meliputi semua jenis investasi baru yang ditanamkan pada tanah, peralatan fisik
dan modal sumberdaya. Akumulasi modal akan terjadi apabila sebagian dari
pendapatan ditabungkan (diinvestasikan) kembali dengan tujuan untuk
memperbesar output atau pendapatan di kemudian hari. Pertumbuhan penduduk
(angkatan kerja) secara tradisional dianggap sebagai salah satu faktor positif yang
memacu pertumbuhan ekonomi, ini berarti jumlah tenaga kerja yang lebih besar
akan menambah jumlah produktivitas, selain itu pertumbuhan penduduk yang
16
lebih besar berarti ukuran pasar domestiknya juga akan semakin besar, namun
positif atau negatifnya pertambahan penduduk bagi upaya pembangunan ekonomi
sepenuhnya tergantung pada kemampuan sistem perekonomian yang
bersangkutan untuk menyerap dan secara produktif memanfaatkan penambahan
jumlah angkatan kerja. Kemajuan teknologi merupakan sumber pertumbuhan
ekonomi yang penting, ini berarti bahwa kemajuan teknologi terjadi karena
ditemukannya cara baru atau perbaikan cara lama dalam menangani pekerjaan
tradisional.
Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah
daerah dan masyarakatnya mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada dan
membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta
untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan
kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah tersebut. Masalah
pokok dalam pembangunan daerah adalah terletak pada penekanan terhadap
kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan pada kekhasan daerah yang
bersangkutan (endogeneus development) dengan menggunakan potensi
sumberdaya manusia, kelembagaan dan sumberdaya fisik secara lokal/daerah
(Arsyad, 1999).
Pertumbuhan ekonomi daerah merupakan proses kenaikan pendapatan per
kapita daerah tersebut dalam jangka panjang. Teori basis ekonomi menyatakan
bahwa faktor utama yang menentukan pertumbuhan ekonomi daerah adalah
adanya permintaan barang dan jasa dari luar daerah tersebut, sehingga
sumberdaya lokal akan dapat menghasilkan kekayaan daerah sekaligus dapat
17
menciptakan peluang kerja di daerah. Hal ini berarti bahwa sumberdaya lokal baik
sumberdaya alam maupun sumberdaya manusia merupakan pemegang kunci yang
sangat strategis dalam perekonomian suatu daerah. Sumberdaya lokal yang
merupakan potensi ekonomi harus dapat dikembangkan secara optimal sehingga
dapat memberikan kontribusi terhadap pembangunan ekonomi daerah (Pahlawan,
2002).
Untuk mendorong terjadinya pertumbuhan ekonomi daerah, perlu
ditentukan prioritas pembangunan daerah. Salah satu kebijakan yang perlu
diambil adalah mengusahakan semaksimal mungkin agar prioritas pembangunan
daerah sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh daerah yang bersangkutan. Hal
ini perlu diusahakan karena potensi pembangunan yang dihadapi oleh masing-
masing daerah beraneka ragam. Apabila prioritas pembangunan tidak disesuaikan
dengan potensi yang dimiliki oleh masing-masing daerah, maka sumberdaya yang
ada belum digali atau kurang dapat dimanfaatkan secara maksimal. Keadaan
tersebut mengakibatkan lambatnya proses pertumbuhan ekonomi daerah yang
bersangkutan, yang pada akhirnya dapat mengakibatkan timbulnya kepincangan
pembangunan dan tertinggalnya pembangunan daerah tersebut dibandingkan
dengan wilayah yang lain (Sjafrizal, 1997).
Strategi pembangunan ekonomi daerah seharusnya didasarkan pada
prinsip keuntungan kompetitif. Keuntungan kompetitif ini lebih didasarkan pada
unsur kreatifitas, teknologi dan kualitas sumberdaya manusia yang
dikombinasikan untuk menghasilkan produk yang mempunyai daya saing tinggi.
Dengan menggunakan konsep keuntungan kompetitif tersebut sebagai dasar,
18
prioritas pembangunan ekonomi daerah haruslah diletakkan pada sektor-sektor
yang mempunyai keuntungan kompetitif tinggi yang tidak hanya didasarkan pada
kandungan sumberdaya alam yang dimiliki, tetapi juga memperhatikan teknologi
dan kualitas sumberdaya manusia yang dimiliki oleh sektor yang bersangkutan.
Dengan demikian, produk yang dihasilkan oleh suatu daerah akan mempunyai
daya saing cukup tinggi karena didukung oleh potensi spesifik yang dimiliki
daerah bersangkutan. Keadaan tersebut selanjutnya akan dapat mendorong
pertumbuhan ekonomi daerah dan peningkatan pendapatan masyarakat karena
produk yang dihasilkan akan dapat menguasai pasar sehingga kegiatan produksi
dapat berkembang dengan baik (Sjafrizal, 2001).
2.2. Teori Basis Ekonomi
Glasson dalam Anapaku (2002) menyatakan bahwa teori basis ekonomi
menyederhanakan suatu perekonomian regional dan membaginya menjadi dua
sektor, yaitu sektor basis (sektor ekspor) dan sektor kedua yaitu sektor bukan
basis (sektor lokal). Sektor basis adalah sektor ekonomi yang selain mampu
memenuhi permintaan akan barang dan jasa dari dalam daerah itu sendiri, juga
mampu memenuhi permintaan akan barang dan jasa dari luar daerahnya. Dengan
demikian berarti daerah tersebut mampu untuk mengekspor barang dan jasa yang
dihasilkan oleh sektor tersebut kedaerah lain. Sektor bukan basis adalah sektor
ekonomi yang hanya mampu memenuhi permintaan akan barang dan jasa bagi
daerah itu sendiri. Jika dilihat dari satu sektor ekonomi, maka berarti sektor
ekonomi tersebut hanya mampu memenuhi permintaan akan apa yang diproduksi
oleh sektor tersebut dari daerah itu sendiri, akibatnya daerah tersebut belum
19
mampu mengekspor ke daerah-daerah lainnya. Bertambah banyaknya kegiatan
basis dalam suatu daerah tersebut menambah permintaan akan barang dan jasa
didalamnya dan menimbulkan kenaikan volume kegiatan bukan basis. Sebaliknya
berkurangnya kegiatan basis akan mengakibatkan berkurangnya pendapatan yang
mengalir masuk ke daerah yang bersangkutan dan turunnya permintaan terhadap
produk dan kegiatan bukan basis. Dengan demikian maka kegiatan basis
mempunyai peranan penggerak pertama dimana setiap perubahan mempunyai
efek multiplier terhadap perekonomian regional.
Karena sektor basis menghasilkan barang dan jasa, maka sektor tersebut
akan menciptakan arus pendapatan ke daerah itu, dan secara berantai akan
meningkatkan konsumsi dan akhirnya meningkatkan investasi, yang berarti
meningkatkan kesempatan kerja baru. Kenaikan pendapatan di daerah itu akan
meningkatkan permintaan terhadap hasil sektor basis. Sektor basis memegang
peranan penting sebagai penggerak utama dalam meningkatkan dinamika
perekonomian daerah melalui efek multiplier yang ditimbulkan oleh setiap
kegiatan dan perubahan yang terjadi pada sektor basis.
Asumsi teoritis tersebut selanjutnya digunakan sebagai landasan yang
memberi arah bagi pembangunan ekonomi Kabupaten Kepulauan Talaud Provinsi
Sulawesi Utara. Hal ini berkaitan dengan penelitian ini yang bertujuan untuk
mengetahui sektor/subsektor yang memberikan kontribusi terbesar pada
pertumbuhan perekonomian dan menganalisis sektor yang potensial dalam upaya
peningkatan pembangunan perekonomian Kabupaten Kepulauan Talaud.
20
2.3. Hasil Studi Sebelumnya
Hasil penelitian Widayatun et al (1997) di Kabupaten Kepulauan Sangihe
Talaud sebagai kawasan perbatasan menunjukkan bahwa sektor pertanian masih
merupakan sektor terpenting untuk dikembangkan di wilayah Kabupaten
Kepulauan Sangihe Talaud. Subsektor perkebunan masih menduduki peringkat
pertama dalam kontribusi terhadap perekonomian wilayah Kabupaten Kepulauan
Sangihe Talaud, tetapi pola perkebunan di wilayah ini masih merupakan pola
perkebunan rakyat yang dikelola secara tradisional. Rendahnya kualitas
sumberdaya manusia yang bekerja pada sektor pertanian dan terbatasnya lahan
untuk mengembangkan sektor pertanian (khususnya perkebunan) dapat
mengurangi produktifitas. Berkurangnya kemampuan produksi ini akan berakibat
pada makin kecilnya sumbangan sektor pertanian terhadap PDRB. Hasil
penelitian juga menunjukkan bahwa subsektor perikanan adalah subsektor yang
potensial untuk dikembangkan di daerah Sangihe Talaud. Namun sektor ini
belum dimanfaatkan secara optimal untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk
lokal.
Pahlawan (2002) melakukan penelitian di Kabupaten Deli Serdang
Provinsi Sumatra Utara yaitu mengidentifikasi potensi ekonomi (sektor dan
subsektor unggulan). Berdasarkan penelitiannya dengan menggunakan analisis
LQ, ada dua sektor yang menjadi sektor basis di Kabupaten Deli Serdang yaitu
sektor pertanian dan sektor industri pengolahan. Subsektor yang menjadi
subsektor basis ada tujuh subsektor yaitu subsektor tanaman bahan makanan,
21
tanaman perkebunan, peternakan, penggalian, industri tanpa migas, lembaga
keuangan tanpa bank dan jasa penunjang keuangan.
Anapaku (2002) mengidentifikasi unggulan subsektor pertanian dalam
penelitiannya di Kabupaten Sumba Timur. Alat analisis yang digunakan adalah
LQ. Anapaku mengidentifikasikan bahwa Kabupaten Sumba Timur dapat
memenuhi kebutuhan daerah sendiri dan bahkan mampu mengekspor hasil
pertanian karena memiliki dua subsektor basis dengan nilai LQ>1, yaitu subsektor
peternakan dan perikanan. Dan subsektor peternakan adalah subsektor yang
potensial atau dominan pada sektor pertanian.
Sobriadi (2001) melakukan penelitian tentang kegiatan ekonomi potensial
yang dapat dikembangkan dan mengidentifikasi sektor/subsektor unggulan dalam
upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Provinsi Lampung dengan
menggunakan analisis Shift Share Klasik dan LQ. Hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa hanya terdapat dua sektor yang dapat digolongkan sebagai
sektor basis yang dapat dikembangkan di Provinsi Lampung di masa yang akan
datang, yaitu sektor pertanian dan sektor bangunan. Dan ada sembilan subsektor
yang dapat dikategorikan sebagai subsektor basis, yaitu subsektor perkebunan,
peternakan, perikanan, tanaman bahan makanan, sewa bangunan, pemerintahan
umum, perdagangan besar dan eceran, penggalian serta pengangkutan.
Alat analisis dalam penelitian ini sama dengan alat analisis yang
digunakan oleh Pahlawan (2002), Anapaku (2002) dan Sobriadi (2001) dalam
penelitian mereka. Namun hal yang membedakan penelitian ini adalah perbedaan
objek dan lokasi penelitian. Penelitian ini lebih memfokuskan pada identifikasi
22
potensi ekonomi kawasan perbatasan, yang dalam hal ini mengambil kasus di
salah satu kawasan perbatasan yaitu Kabupaten Kepulauan Talaud. Penelitian ini
berbeda pula dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Widayatun et al (1997).
Widayatun et al melakukan penelitian di Kabupaten Kepulauan Sangihe Talaud
pada tahun 1997 saat Kabupaten Kepulauan Talaud masih menjadi bagian dari
Kabupaten Kepulauan Sangihe Talaud. Metode penelitian yang dilakukan oleh
Widayatun et al menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif yaitu dengan
wawancara mendalam dan partisipasi observasi, sedangkan penelitian ini
menggunakan data sekunder dan menggunakan alat analisis LQ dan Shift-Share
Klasik.
2.1. Kerangka Pemikiran Operasional
Kerangka pemikiran berawal dari kawasan perbatasan yang dalam hal ini
mengambil kasus di Kabupaten Kepulauan Talaud Provinsi Sulawesi Utara. Pada
umumnya, kawasan perbatasan memiliki permasalahan yang klasik yaitu
merupakan daerah yang tertinggal/terisolir, memiliki potensi sumberdaya alam
yang belum dimanfaatkan secara optimal, PDRB per kapita yang masih rendah,
terbatasnya sarana transportasi dan komunikasi, dan tingginya angka kemiskinan.
Sebagai salah satu cara untuk mengatasi permasalahan yang ada tersebut perlu
adanya perbaikan perekonomian dengan menggunakan potensi yang ada di
kawasan perbatasan. Oleh karena itu perlu diidentifikasi sektor/subsektor yang
berpotensi untuk dikembangkan di Kabupaten Kepulauan Talaud dengan
menggunakan alat analisis LQ dan Shift-Share Klasik. Hasil identifikasi
23
diharapkan dapat dijadikan dasar strategi kebijakan perencanaan pembangunan di
kawasan perbatasan, khususnya di Kabupaten Kepulauan Talaud.
Gambar 2.2. Alur Kerangka Pemikiran
Kawasan Perbatasan (Kasus Kab. Kepulauan Talaud)
Permasalahan: 1. Daerah tertinggal/ terisolir 2. Potensi SDA belum optimal 3. PDRB per kapita rendah 4. Pertumbuhan ekonomi rendah 5. Terbatasnya sarana transportasi&komunikasi 6. Kemiskinan
Memperbaiki Perekonomian
Potensi Ekonomi (Sektor/Subsektor)
Analisis LQ Analisis Shift-Share Klasik
Implikasi Kebijakan
III. METODE PENELITIAN
3.1. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Kepulauan Talaud Provinsi Sulawesi Utara
dan PDRB Provinsi Sulawesi Utara berdasarkan lapangan usaha (sektor dan
subsektor) yang dihitung berdasarkan pendekatan produksi yang dikelompokkan
menjadi sembilan sektor dan dua puluh subsektor dengan tahun dasar 2000.
PDRB yang digunakan adalah PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) dan
PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) tanpa migas. Seluruh data tersebut
diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Kepulauan Talaud baik yang
berasal dari publikasi Kabupaten Kepulauan Talaud dalam Angka 2008 maupun
data hasil kompilasi yang dipublikasikan oleh BPS Provinsi Sulawesi Utara.
3.2. Metode Analisis
3.2.1. Analisis Location Quotient (LQ)
Model analisis yang digunakan untuk menentukan sektor basis adalah
Location Quotient. Subsektor basis ditunjukkan oleh koefisien LQ lebih besar dari
satu (LQ>1), sedangkan sektor non basis ditunjukkan oleh koefisien LQ kurang
dari satu (LQ<1). Koefisien LQ>1 memberikan indikasi bahwa subsektor yang
bersangkutan melebihi kebutuhan daerah Kabupaten Kepulauan Talaud.
25
Bentuk rumus analisis LQ adalah sebagai berikut Bendavid dalam
Anapaku (2002):
jij
tit
vvvvLQ =
Dimana :
LQ = Location Quotient subsektor di Kabupaten Kepulauan Talaud
itv = Nilai tambah bruto subsektor i di Kabupaten kepulauan Talaud
(Rupiah)
tv = PDRB Kabupaten kepulauan Talaud (Rupiah)
ijv = Nilai tambah bruto subsektor i di Sulawesi Utara (Rupiah)
jv = PDRB Provinsi Sulawesi Utara (Rupiah)
Kriteria pengukuran model tersebut yaitu:
a) Jika nilai LQ > 1, berarti sektor tersebut merupakan sektor basis, yang
menunjukkan suatu sektor mampu melayani pasar baik di dalam maupun di
luar Kabupaten Kepulauan Talaud.
b) Jika nilai LQ < 1, berarti sektor tersebut bukan merupakan sektor basis, yang
menunjukkan suatu sektor belum mampu melayani pasar di Kabupaten
Kepulauan Talaud.
c) Jika nilai LQ = 1, berarti suatu sektor hanya mampu melayani pasar di
Kabupaten Kepulauan Talaud saja atau belum dapat memasarkan hasil sektor
tersebut ke luar daerah lain.
26
Analisis yang didasarkan atas LQ ini memiliki beberapa kekurangan yaitu:
1. Mengasumsikan adanya permintaan yang seragam/sama (yakni pola konsumsi
daerah/lokal dan provinsi acuannya adalah sama), padahal penduduk memiliki
selera yang berbeda.
2. Asumsi produktivitas adalah sama antar daerah, adalah menyesatkan, oleh
karena itu, bila dipakai data tingkat upah, asumsi produktivitas konstan dapat
diperbaiki mengingat tingkat upah dapat berbeda di berbagai daerah.
3. Masalah produk mix, produk dari merek yang satu diekspor, sementara
produk-produk yang sama dengan merek lain diimpor dan; ketidakmampuan
untuk menerangkan keterkaitan antar industri.
4. Metode LQ bergantung pada tingkat agregasi data, misalnya dengan LQ
ternyata industri makanan dan minuman di satu wilayah termasuk suatu
industri non basis, tetapi setelah dirinci, industri minuman merupakan industri
basis, karena di wilayah itu terdapat kantor pusat sebuah pabrik minuman
terkenal. Pendekatan LQ yang telah dipakai para analis regional lebih dari 40
tahun sampai sekarang memiliki keunggulan besar yakni tidak mahal, di
samping itu LQ memberikan kepada analis peluang untuk memperoleh
wawasan ke dalam.
3.2.2. Analisis Shift-Share Klasik
Shift-Share merupakan suatu alat analisis yang sangat berguna dalam
menganalisis perubahan struktur perekonomian suatu kabupaten yang
dibandingkan dengan perekonomian provinsi. Analisis ini dapat dilakukan untuk
27
menentukan kinerja atau produktivitas perekonomian daerah kabupaten dengan
membandingkannya dengan daerah yang lebih besar (regional atau nasional).
Mengacu pada analisis Shift-Share Klasik, maka untuk menganalisis
sektor i di wilayah j digunakan persamaan:
Dij = Nij + Mij + Cij
Jika analisis ini diterapkan pada Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB), maka:
Dij = E*ij - Eij
Nij = Eij . rn
Mij = Eij (rin - rn)
Cij = Eij (rij - rin)
Dimana:
Dij = Perubahan variabel sektor i di Kabupaten Kepulauan Talaud (Rupiah)
Nij = Pertumbuhan nasional sektor i di Kabupaten Kepulauan Talaud
(Rupiah)
Mij = Bauran industri sektor i di Kabupaten Kepulauan Talaud (Rupiah)
Cij = Keunggulan kompetitif sektor i di Kabupaten Kepulauan Talaud
(Rupiah)
rij = Laju pertumbuhan pada sektor i di Kabupaten Kepulauan Talaud
(persen)
rin = Laju pertumbuhan pada sektor i di Provinsi Sulawesi Utara (persen)
rn = Laju pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sulawesi Utara (persen)
Dalam penentuan rij, rin, dan rn digunakan persamaan:
28
rin = (E*ij - Eij)/Eij
rin = (E*in - Ein)/Ein
rin = (E*n – En)/En
Dengan:
Eij = PDRB sektor i di Kabupaten Kepulauan Talaud
Ein = PDRB sektor i di Provinsi Sulawesi Utara
En = PDRB Provinsi Sulawesi Utara
Analisis Shift-Share memiliki keterbatasan-keterbatasan sebagai berikut:
1. Analisis Shift-Share tidak lebih daripada suatu teknik pengukuran atau
prosedur baku untuk mengurangi pertumbuhan suatu variabel wilayah menjadi
komponen-komponen. Persamaan Shift-Share hanyalah suatu definisi, jadi
tidak mempunyai implikasi-implikasi keperilakuan.
2. Komponen pertumbuhan nasional secara implisit mengemukakan bahwa
setiap industri di suatu wilayah hendaknya tumbuh pada laju nasional atau
dibebani laju pertumbuhan yang ekuivalen dengan laju pertumbuhan nasional.
Selain terlalu sederhana, gagasan demikian dapat membuat kabur sebab-sebab
pertumbuhan wilayah.
3. Arti ekonomi dari dua komponen Shift tidak dikembangkan dengan baik.
Keduanya berkaitan dengan prinsip-prinsip ekonomi yang sama. Perilaku
ekonomi yang melandasi kedua macam Shifts tidak mudah dapat dipisahkan
dan dibedakan. Kedua komponen (industry-mix effect dan competitive effect)
berkaitan dengan hal-hal sama yakni, perubahan penawaran dan permintaan,
perubahan teknologi, dan perubahan lokasi.
29
4. Teknik analisis Shift-Share secara implisit mengambil asumsi bahwa semua
barang dijual secara nasional. Padahal tidak semua demikian. Bila pasar suatu
barang bersifat lokal, maka barang itu tidak bersaing dengan wilayah-wilayah
lain yang menghasilkan barang yang sama atau tidak dapat berharap untuk
memperoleh bagian dari kenaikan permintaan agregat.
3.3. Definisi Pengukuran Variabel
Beberapa istilah yang dipergunakan dalam penulisan ini antara lain:
1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ditinjau dari segi pendekatan ada
tiga konsep yaitu pendekatan produksi, pendekatan pengeluaran, dan
pendapatan. Dari tiga konsep tersebut, yang relevan dengan tulisan ini adalah
pendekatan dari segi produksi. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai
unit produksi didalam suatu daerah/regional dalam jangka waktu tertentu.
2. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku maupun Atas
Dasar Harga Konstan merupakan nilai produksi barang dan jasa akhir dalam
kurun waktu tertentu. Pada penelitian ini menggunakan periode data satu
tahunan. Dinamakan bruto karena masih memasukkan komponen penyusutan.
Disebut domestik karena menyangkut batas wilayah. Disebut konstan karena
harga yang digunakan mengacu pada tahun tertentu (tahun dasar = 2000) dan
dinamakan berlaku karena menggunakan harga tahun berjalan. PDRB juga
sering disebut dengan NTB (Nilai Tambah Bruto)
3. PDRB per kapita merupakan salah satu gambaran tingkat kemajuan
perekonomian suatu daerah. Biasanya indikator ini digunakan sebagai salah
30
satu tolok ukur untuk melihat tingkat kemakmuran sosial ekonomi penduduk.
Data tersebut diperoleh dengan cara membagi nilai nominal PDRB dengan
jumlah penduduk pada pertengahan tahun. PDRB per kapita dapat pula
digunakan sebagai gambaran rata-rata pendapatan yang dihasilkan oleh setiap
penduduk selama satu tahun di suatu wilayah atau daerah.
4. Pertumbuhan ekonomi adalah proses dimana terjadi kenaikan produk
kabupaten atau pendapatan kabupaten riil.
5. Laju pertumbuhan ekonomi merupakan perubahan Produk Domestik Regional
Bruto yang terjadi dari tahun ke tahun observasi.
6. Keunggulan kompetitif adalah bila suatu daerah dalam menghasilkan produk
mempunyai keunggulan bersaing dengan produk yang sejenis disebabkan oleh
biaya produksi yang rendah, harga murah, dan sebagainya.
7. Sektor/subsektor potensial, adalah kegiatan perekonomian yang mampu
melayani baik pasar domestik maupun pasar luar daerah (pasar ekspor),
pertumbuhannya positif dan memiliki keunggulan kompetitif.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4. 1. Gambaran Umum Kabupaten Kepulauan Talaud
4.1.1. Kondisi Geografis Kabupaten Kepulauan Talaud
Kabupaten Kepulauan Talaud merupakan pemekaran dari Kabupaten
Kepulauan Sangihe berdasarkan Undang-Undang No. 8 Tahun 2002. Sebagai
daerah kepulauan, Kabupaten Kepulauan Talaud merupakan daerah bahari dengan
luas lautnya sekitar 37.800 km2 dan luas wilayah daratan 1.251,02 Km2.
Kabupaten Kepulauan Talaud merupakan bagian integral dari Provinsi Sulawesi
Utara, beribukota Melonguane yang berjarak sekitar 271 mil laut dari Ibukota
Provinsi Sulawesi Utara yaitu Manado, terletak antara 3º 38’ 00” - 5º 33’ 00”
Lintang Utara dan 126° 38’ 00” - 127° 10’ 00” Bujur Timur.
Pada awal pembentukannya di tahun 2002, Kabupaten Kepulauan Talaud
hanya memiliki 7 kecamatan, yaitu Kecamatan Nanusa, Kecamatan Essang,
Kecamatan Rainis, Kecamatan Beo, Kecamatan Melonguane, Kecamatan Lirung,
dan Kecamatan Kabaruan dengan ibukota kabupaten berkedudukan di
Melonguane. Saat ini Kabupaten Kepulauan Talaud memiliki 18 kecamatan, 142
desa dan 11 kelurahan. Disebelah utara Kepulauan Talaud berbatasan dengan
negara Filipina, sebelah timur berbatasan dengan Laut Sulawesi dan Pasifik,
sebelah selatan dengan Laut Maluku dan sebelah Barat dengan Laut Sulawesi.
Karena berbatasan langsung dengan Filipina, maka Kabupaten Kepulauan Talaud
disebut daerah perbatasan.
32
Kabupaten Kepulauan Talaud merupakan gugusan 17 pulau. Terdapat tiga
pulau utama di Kabupaten Kepulauan Talaud, yaitu Pulau Karakelang, Pulau
Salibabu, dan Pulau Kabaruan. Empat pulau di antaranya termasuk kawasan pulau
terluar dan dari empat pulau tersebut dua diantaranya termasuk pulau paling
rawan (dari sisi keamanan) di Indonesia yaitu pulau Miangas dan Pulau
Kakorotan. Jarak antara Miangas dan Melonguane sebagai ibukota kabupaten
adalah 129 mil laut. Sedangkan untuk menuju General Santos Filipina hanya
berjarak sekitar 50,4 mil laut dan ini hanya membutuhkan waktu dua sampai tiga
jam perjalanan dengan menggunakan pumpboat atau motor tempel. Kondisi ini
tentunya lebih mudah dan lebih murah daripada menuju Manado, ibukota Provinsi
Sulawesi Utara, dimana waktu yang dibutuhkan mencapai 2 hari perjalanan laut
karena jarak Miangas ke Manado adalah 274 mil laut dengan ongkos kapal yang
tentunya lebih mahal. Kondisi ini mempermudah dan membuka peluang yang
lebih lebar dalam interaksi ekonomi antara penduduk di Miangas dengan Filipina
dibandingkan bila melakukan interaksi ekonomi dengan Melonguane maupun
Manado sebagai ibukota Provinsi Sulawesi Utara.
Akses dari Manado menuju Melonguane dapat dilakukan melalui
transportasi laut menggunakan kapal perintis dan kapal ferry dua kali dalam
seminggu dengan waktu tempuh 16 jam. Akses melalui udara menggunakan
pesawat kecil dua kali dalam seminggu. Interaksi perdagangan dari Manado ke
Kabupaten Kepulauan Talaud maupun sebaliknya pun dilakukan dengan
menggunakan transportasi laut. Namun jalur transportasi dari dan ke Kabupaten
Kepulauan Talaud sangat dipengaruhi oleh faktor cuaca. Transportasi melalui laut
33
maupun udara akan sangat terhambat apabila cuaca buruk dan ombak sedang
membesar. Bila cuaca buruk, maka bendera hitam sebagai tanda bahwa ombak
sedang membesar akan dikibarkan di semua pelabuhan di Provinsi Sulawesi Utara
dan itu menandakan bahwa tidak ada kapal yang boleh berlayar menuju dan dari
Kabupaten Kepulauan Talaud. Jalur penerbangan pun akan lebih terhambat bila
cuaca sedang buruk. Dengan jenis pesawat C-212 dan kondisi alam yang tidak
memungkinkan, selama berminggu-minggu tidak akan ada pesawat yang
beroperasi dari dan menuju Kabupaten Kepulauan Talaud.
Jalan merupakan prasarana pengangkutan darat yang penting untuk
memperlancar kegiatan perekonomian. Dengan makin meningkatnya usaha
pembangunan maka akan menuntut peningkatan pembangunan jalan untuk
memudahkan mobilitas penduduk dan memperlancar lalulintas barang dari satu
daerah ke daerah lain. Panjang jalan nasional di Kabupaten Kepulauan Talaud
pada tahun 2007 mencapai 92 Km. Menurut jenis permukaan, panjang jalan ini
terdiri dari 87,9 km jalan aspal dan 4,1 km jalan tanah. Dilihat dari kondisinya
42,4 km atau 46 persen dalam kondisi rusak berat. Kondisi ini berakibat pada
mahal dan langkanya sarana transportasi antar kabupaten maupun antar
kecamatan. Kendala besar ini tentunya berdampak pada terhambatnya mobilitas
penduduk dan lalulintas barang ke dan dari Kabupaten Kepulauan Talaud, yang
tentunya akan memperlambat kegiatan perekonomian secara umum.
Terbatasnya sarana transportasi (darat, laut dan udara) dari ibukota
provinsi dan daerah lainnya ke Kabupaten Kepulauan Talaud maupun sebaliknya
berdampak pula pada terhambatnya pembangunan di kabupaten ini dalam
34
berbagai bidang. Hal ini menjadikan kabupaten ini relatif tertinggal dan paling
terisolasi dibanding kabupaten lainnya di Sulawesi Utara.
4.1.2. Kondisi Ekonomi Kabupaten Kepulauan Talaud
4.1.2.1. Struktur Ekonomi
Struktur ekonomi biasanya dilihat dengan pendekatan makro sektoral,
yaitu berdasarkan kontribusi sektor ekonomi terhadap pembentukan PDRB.
Secara makro sektoral, perekonomian Provinsi Sulawesi Utara dan Kabupaten
Kepulauan Talaud masih mengandalkan potensi sektor pertanian. Sektor pertanian
masih merupakan kontributor terbesar dalam perekonomian Provinsi Sulawesi
Utara maupun Kabupaten Kepulauan Talaud. Namun dari tahun 2002 sampai
tahun 2008 terus terjadi penurunan persentase di sektor pertanian baik di Provinsi
Sulawesi Utara maupun di Kabupaten Kepulauan Talaud. Gambar 4.1
menunjukkan pada tahun 2002 kontribusi sektor pertanian di Provinsi Sulawesi
Utara sebesar 22,34 persen, kemudian terus menurun hingga mencapai 19,77
persen di tahun 2008. Pola kecenderungan yang menurun pada peran sektor
pertanian juga terjadi di Kabupaten Kepulauan Talaud dimana pada tahun 2002
kontribusinya sebesar 53,88 persen dan terus menurun hingga mencapai 48,36
persen di tahun 2008. Kebasisan sektor pertanian di Kabupaten Kepulauan Talaud
menurun dipengaruhi salah satunya oleh turunnya kontribusi sektor ini di Provinsi
Sulawesi Utara.
35
53,88 53,12 52,73 51,93 51 49,77 48,36
22,34 20,39 20,14 19,7719,8320,4020,53
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
Sulawesi Utara Kep. Talaud
Gambar 4.1. Persentase Sektor Pertanian Provinsi Sulawesi Utara dan Kabupaten
Kepulauan Talaud Tahun 2002-2008
Tabel 4.1 menunjukkan secara lebih jelas lagi mengenai pola
kecenderungan sektor pertanian di Kabupaten Kepulauan Talaud yang terus
menurun (BPS). Pada tahun 2002, sektor pertanian mampu menyumbang 53,88
persen PDRB agregat dan kemudian terus menurun sampai tahun 2008 menjadi
48,36 persen. Pergeseran dominasi sektor pertanian secara perlahan yang mulai
terjadi dari tahun 2002 tersebut berimplikasi pada peningkatan kontribusi sektor
ekonomi lainnya. Sektor kedua yang paling berperan dalam penciptaan PDRB
Kabupaten Kepulauan Talaud adalah sektor jasa-jasa. Peran sektor ini cenderung
stabil dari tahun 2002 ke tahun 2008.
Peran sektor bangunan dalam penciptaan PDRB terus meningkat dari
tahun ke tahun. Pada tahun 2002 sektor bangunan hanya menyumbang sebesar
6,42 persen PDRB agregat namun dari tahun ke tahun terus meningkat hingga
mencapai 10,73 persen pada tahun 2008. Pembangunan kantor, Puskesmas,
sekolah dan sarana umum lainnya terus dilakukan di beberapa kecamatan seiring
dengan terus meningkatnya jumlah kecamatan dan desa/kelurahan. Naiknya peran
36
sektor bangunan seiring dengan naiknya sektor pertambangan dan penggalian.
Kedua sektor tersebut berkaitan erat karena pembangunan memerlukan pasir dan
batu yang diambil dari pantai-pantai yang ada di Kabupaten Kepulauan Talaud.
Terus meningkatnya kontribusi sektor bangunan merupakan implikasi sebagai
kabupaten yang relatif masih baru, Kabupaten Kepulauan Talaud masih terus
membangun.
Sektor lain yang juga berperan cukup besar dalam penciptaan PDRB
Kabupaten Kepulauan Talaud adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran. Pada
awal pembentukan Kabupaten Kepulauan Talaud (2002) sektor ini menyumbang
sebesar 9,37 persen pada PDRB agregat dan terus mengalami kenaikan hingga
mencapai 10,38 persen pada tahun 2008. Arus perdagangan yang menggunakan
jasa angkutan laut menyebabkan pusat-pusat perdagangan pun mulai tumbuh di
beberapa kecamatan, terutama kecamatan yang memiliki pelabuhan (Kecamatan
Lirung, Kecamatan Melonguane dan Kecamatan Beo).
Jika dilihat menurut subsektor, maka kondisi perekonomian di Kabupaten
Kepulauan Talaud tidak menunjukkan perbedaan jika dibandingkan secara
sektoral. Berdasarkan subsektor maka subsektor yang dominan adalah subsektor
perkebunan yang mampu menyumbang 40,36 persen dalam pembentukan PDRB
di Kabupaten Kepulauan Talaud tahun 2002. Walaupun perannya dalam
pembentukan PDRB Kabupaten Kepulauan Talaud dari tahun ke tahun selalu
mengalami penurunan, subsektor perkebunan tetap merupakan subsektor yang
berperan paling besar dalam penciptaan PDRB di Kabupaten Kepulauan Talaud.
37
Tanaman kelapa, pala dan cengkih adalah tanaman yang paling banyak
diusahakan oleh rakyat dari tahun ke tahun dan merupakan komoditi unggulan.
Tabel 4.1. Struktur Ekonomi Kabupaten Kepulauan Talaud Menurut Sektor dan Subsektor Tahun 2002-2008 (dalam persen)
Lapangan Usaha Tahun
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
1. Pertanian 53,88 53,12 52,73 51,93 50,56 49,77 48,36 a. Tanaman Bahan Makanan 6,43 6,19 6,32 6,19 6,02 5,92 5,90 b. Tanaman Perkebunan 40,36 39,74 38,77 37,60 36,11 35,77 34,63 c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 1,52 1,50 1,47 1,48 1,43 1,39 1,36 d. Kehutanan 0,11 0,12 0,12 0,14 0,15 0,17 0,19
e. Perikanan 5,45 5,57 6,05 6,50 6,84 6,51 6,28 2. Pertambangan dan Penggalian 1,90 1,91 2,09 2,09 2,09 2,17 2,25 c. Penggalian 1,90 1,91 2,09 2,09 2,09 2,17 2,25 3. Industri Pengolahan 2,03 2,03 1,95 1,99 2,10 2,13 2,17 b. Industri Tanpa Migas 2,03 2,03 1,95 1,99 2,10 2,13 2,17 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 0,19 0,20 0,23 0,27 0,31 0,31 0,30 a. Listrik 0,17 0,18 0,21 0,25 0,30 0,29 0,29 c. Air Bersih 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 5. Bangunan 6,42 6,99 7,99 8,31 9,21 9,98 10,73 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 9,37 9,43 9,56 9,73 10,01 10,11 10,38 a. Perdagangan Besar & Eceran 8,39 8,48 8,62 8,77 9,06 9,16 9,41 b. Hotel 0,13 0,14 0,14 0,15 0,15 0,16 0,16 c. Restoran 0,85 0,81 0,80 0,81 0,80 0,80 0,81 7. Pengangkutan dan Komunikasi 6,20 6,04 5,73 5,80 5,59 5,48 5,48 a. Pengangkutan 6,02 5,82 5,50 5,56 5,34 5,23 5,22 b. Komunikasi 0,17 0,22 0,23 0,24 0,24 0,25 0,26 8. Keuangan, Persewaan&$Jasa Perush. 6,08 6,21 5,96 6,10 6,29 6,36 6,51 a. Bank 3,94 3,97 3,70 3,73 3,87 3,91 4,00 b. Lembaga Keuangan tanpa Bank 0,05 0,04 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05 d. Sewa Bangunan 2,00 2,10 2,12 2,24 2,28 2,31 2,38 e. Jasa Perusahaan 0,09 0,09 0,09 0,09 0,09 0,09 0,09 9. Jasa-Jasa 13,93 14,06 13,78 13,79 13,83 13,68 13,82 a. Pemerintahan Umum 10,24 10,40 10,26 10,28 10,56 10,51 10,71 b. Swasta 3,70 3,66 3,52 3,51 3,28 3,17 3,11 PDRB Tanpa Migas 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Sumber: hasil pengolahan berdasarkan data PDRB ADHB Kab. Kep. Talaud.
Subsektor yang menempati posisi terbesar kedua pada penciptaan PDRB
Kabupaten Kepulauan Talaud adalah subsektor pemerintahan umum. Subsektor
ini cenderung stabil pada persentase sekitar 10 sampai 11 persen dari tahun 2002
38
sampai tahun 2008. Sebagai kabupaten baru, belanja pemerintah masih berperan
cukup besar dalam perekonomian Kabupaten Kepulauan Talaud.
Subsektor lain yang turut berperan penting dalam perekonomian
Kabupaten Kepulauan Talaud adalah subsektor bangunan. Subsektor perdagangan
juga turut berperan besar dalam pembentukan PDRB Kabupaten Kepulauan
Talaud. Kontribusi subsektor ini mendekati persentase 10 persen di tahun 2008.
Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan meningkatnya konsumsi
masyarakat di Kabupaten Kepulauan Talaud, maka peran subsektor ini terus
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Kontribusi subsektor ini dalam
pembentukan PDRB Kabupaten Kepulauan Talaud sebesar 8,39 persen di tahun
2002 dan terus meningkat hingga mencapai 9,41 persen di tahun 2008.
Dominasi kegiatan ekonomi pada subsektor perdagangan dan subsektor
tanaman perkebunan memiliki keterkaitan yang erat. Keterkaitan ini dapat
dijelaskan bahwa meningkatnya peran perdagangan di Kabupaten Kepulauan
Talaud tidak terlepas dari peningkatan peran pengusahaan tanaman perkebunan,
karena input terbesar dalam penghitungan Nilai Tambah Bruto subsektor
perdagangan di Kabupaten Kepulauan Talaud adalah output dari sektor pertanian.
Oleh karena itu kegiatan pertanian di Kabupaten Kepulauan Talaud memiliki
“forward linkages” yang besar bagi subsektor perdagangan.
4.1.2.2. Pertumbuhan Ekonomi
Selama kurun waktu dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2007
perekonomian Kabupaten Kepulauan Talaud menunjukkan kinerja yang baik. Hal
ini ditunjukkan oleh pertumbuhan ekonomi yang meningkat dari 4,39 persen di
39
tahun 2003 menjadi 6,21 persen di tahun 2007. Namun dari tahun 2007 ke tahun
2008 terjadi pelambatan pertumbuhan ekonomi sebesar 1,17 persen yang
menyebabkan pertumbuhan ekonomi di tahun 2008 menjadi sebesar 5,04 persen.
Tabel 4.2 menunjukkan pertumbuhan ekonomi lebih rinci secara sektoral.
Pada tahun 2008, sektor yang mengalami pertumbuhan paling pesat adalah sektor
bangunan yang tumbuh sebesar 12,32 persen, kemudian disusul oleh sektor
perdagangan, hotel dan restoran yang tumbuh sebesar 8,57 persen dan sektor
pertambangan dan penggalian yang tumbuh sebesar 8,03 persen. Jika dirinci
menurut subsektor, maka subsektor yang pertumbuhannya paling pesat pada tahun
2008 adalah subsektor kehutanan, yaitu sebesar 15,04 persen, kemudian disusul
oleh subsektor bangunan sebesar 12,32 persen. Subsektor lain yang mampu
tumbuh cukup signifikan di Kabupaten Kepulauan Talaud adalah subsektor
perdagangan yang tumbuh 8,71 persen per tahun dan subsektor sewa bangunan
yang tumbuh sebesar 9,04 persen per tahun. Subsektor lainnya memiliki
pertumbuhan ekonomi di bawah 10 persen.
Tingginya laju pertumbuhan subsektor bangunan terkait erat dengan
tingginya laju pertumbuhan subsektor kehutanan dan subsektor penggalian di
Kabupaten Kepulauan Talaud pada tahun 2008. Proses pembangunan memerlukan
kayu, sehingga penebangan kayu untuk bahan bangunan terus meningkat.
Penggalian pasir dan batu untuk bahan bangunan pun terus meningkat sehingga
mendorong pesatnya laju pertumbuhan subsektor penggalian.
40
Tabel 4.2. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Kepulauan Talaud Tahun 2002-2008 (dalam persen)
Lapangan Usaha Tahun Rata-
rata 2003 2004 2005 2006 2007 2008
1. Pertanian 3,76 3,77 3,72 3,12 4,03 1,83 3,37 a. Tanaman Bahan Makanan 4,07 5,23 3,94 3,81 4,29 4,58 4,32 b. Tanaman Perkebunan 3,61 3,27 3,72 3,41 4,36 1,31 3,28 c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 4,93 5,20 2,81 0,18 1,04 1,75 2,65 d. Kehutanan 19,10 6,41 29,45 16,34 16,19 15,04 17,09
e. Perikanan 3,79 5,33 3,07 0,41 1,44 1,83 2,64 2. Pertambangan dan Penggalian 6,98 11,95 7,15 9,16 9,38 8,03 8,77
a. Penggalian 6,98 11,95 7,15 9,16 9,38 8,03 8,77 3. Industri Pengolahan 5,68 4,58 4,77 7,14 6,77 6,97 5,99 a. Industri Tanpa Migas 5,68 4,58 4,77 7,14 6,77 6,97 5,99 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 3,30 4,54 4,08 6,88 4,22 2,53 4,26 a. Listrik 3,35 4,14 4,05 6,96 4,06 2,34 4,15 b. Air Bersih 2,56 10,00 4,55 5,76 6,26 5,02 5,69 5. Bangunan 6,67 9,41 8,03 14,64 14,56 12,32 10,94 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 4,29 5,00 6,03 6,92 8,43 8,57 6,54 a. Perdagangan Besar & Eceran 4,04 5,11 6,09 6,91 8,53 8,71 6,57 b. Hotel 16,49 6,29 7,97 8,89 10,16 8,06 9,65 c. Restoran 4,53 3,97 5,22 6,63 7,24 7,47 5,84 7. Pengangkutan dan Komunikasi 6,87 5,40 7,86 6,63 6,86 6,93 6,76 a. Pengangkutan 6,04 5,25 7,60 6,28 6,89 6,94 6,50 b. Komunikasi 35,85 9,47 14,62 15,44 6,31 6,57 14,71 8. Keuangan, Persewaan&$Jasa Perush. 5,02 3,05 5,63 7,41 7,88 7,89 6,15 a. Bank 4,89 2,27 4,59 6,97 7,35 7,41 5,58
b. Lembaga Keuangan tanpa Bank 2,38 4,65 4,44 6,06 5,11 5,08 4,62 c. Sewa Bangunan 5,45 4,63 8,05 8,47 9,12 9,04 7,46 d. Jasa Perusahaan 3,65 5,13 3,45 5,83 6,48 6,04 5,10 9. Jasa-Jasa 3,83 3,36 4,62 5,34 6,47 6,86 5,08 a. Pemerintahan Umum 3,99 3,34 5,08 5,95 7,26 7,90 5,59 b. Swasta 3,32 3,41 3,18 3,40 3,87 3,35 3,42 Pertumbuhan Kab. Kep. Talaud 4,39 4,46 4,85 5,32 6,21 5,04 5,04
Sumber: hasil pengolahan berdasarkan data PDRB ADHK Kab. Kep. Talaud
Dilihat dari rata-rata pertumbuhan dari tahun 2002 sampai tahun 2008,
Kabupaten Kepulauan Talaud mengalami pertumbuhan ekonomi dengan laju rata-
rata sebesar 5,04 persen per tahun. Selama periode tersebut, sektor yang memiliki
rata-rata pertumbuhan tertinggi adalah sektor bangunan yaitu sebesar 10,94
persen. Dan subsektor yang memiliki rata-rata pertumbuhan paling pesat
41
dibanding subsektor lainnya adalah subsektor kehutanan (17,09 persen) dan
subsektor komunikasi (14,71 persen). Tingginya rata-rata pertumbuhan subsektor
komunikasi didukung salah satunya oleh penggunaan telepon genggam yang
semakin bertambah. Hal ini dikarenakan semakin terjangkaunya harga telepon
genggam dan semakin murahnya pulsa.
4. 2. Sektor/Subsektor Basis Berdasarkan pada Analisis Location Quotient (LQ) di Kabupaten Kepulauan Talaud
Alat analisis Location Quotient (LQ) digunakan untuk mengidentifikasi
sektor/subsektor basis dalam perekonomian daerah. Sektor basis merupakan
sektor unggulan yang dianggap dapat menghasilkan barang dan jasa baik untuk
pasar di daerah maupun pasar di luar daerah (ekspor). Dasar pemikiran
perhitungan LQ ini adalah economic base theory, yang bertujuan untuk melihat
akibat suatu industri menghasilkan barang dan jasa baik untuk pasar di daerah
maupun untuk pasar di luar daerah, yang mengakibatkan arus pendapatan akan
mengalir ke daerah yang bersangkutan. Arus pendapatan ini menyebabkan
kenaikan konsumsi maupun kenaikan produksi/investasi di daerah yang pada
akhirnya akan menaikkan lagi pendapatan dan kesempatan kerja. Jika di suatu
daerah terdapat pengangguran, maka kesempatan kerja yang baru tersebut akan
dapat menampungnya. Dan jika daerah tersebut tidak terdapat pengangguran,
maka daerah tersebut akan mempunyai daya tarik bagi pencari kerja dari luar
daerah.
Menurut kriteria analisis LQ, sektor/subsektor yang memiliki koefisien
LQ>1 disebut sektor/subsektor basis yang berarti sektor ini dapat menjadi andalan
42
daerah untuk dikembangkan karena berpotensi dapat meningkatkan pertumbuhan
ekonomi Kabupaten Kepulauan Talaud. Dengan demikian sektor dan subsektor
yang selama periode penelitian memiliki nilai LQ>1 dapat dikatakan mempunyai
kemampuan meningkatkan perekonomian daerah walaupun dengan potensi yang
berbeda-beda.
Tabel 4.3. Hasil Analisis Location Quotient (LQ) Kegiatan Ekonomi (Sektor/Subsektor) Kabupaten Kepulauan Talaud Tahun 2002-2008
Lapangan Usaha Tahun
Rata2 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
1. Pertanian 2,49 2,53 2,46 2,43 2,43 2,36 2,40 2,44 a. Tanaman Bahan Makanan 1,05 1,04 1,04 1,02 1,02 1,01 0,99 1,02 b. Tanaman Perkebunan 4,77 5,09 4,91 4,96 4,90 4,62 5,01 4,89 c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 0,85 0,86 0,84 0,78 0,77 0,72 0,71 0,79 d. Kehutanan 0,25 0,29 0,31 0,45 0,51 0,59 0,68 0,44 e. Perikanan 1,12 1,09 1,06 1,02 1,03 1,01 1,00 1,05 2. Pertambangan & Penggalian 0,29 0,34 0,39 0,43 0,44 0,45 0,45 0,40 a Penggalian 0,58 0,57 0,60 0,60 0,62 0,62 0,62 0,60 3. Industri Pengolahan 0,21 0,21 0,23 0,23 0,23 0,23 0,24 0,22 a. Industri Tanpa Migas 0,21 0,21 0,23 0,23 0,23 0,23 0,24 0,22 4. Listrik, Gas& Air Bersih 0,26 0,26 0,26 0,24 0,25 0,24 0,24 0,25 a. Listrik 0,32 0,32 0,33 0,29 0,29 0,29 0,28 0,30 b. Air Bersih 0,07 0,07 0,08 0,08 0,08 0,08 0,08 0,08 5. Bangunan 0,44 0,44 0,45 0,46 0,50 0,53 0,55 0,48 6. Perdag., Hotel dan Restoran 0,66 0,64 0,63 0,63 0,63 0,63 0,64 0,64 a. Perdagangan Besar & Eceran 0,70 0,68 0,68 0,67 0,68 0,68 0,69 0,68 b. Hotel 0,13 0,14 0,13 0,14 0,12 0,13 0,11 0,13 c. Restoran 0,75 0,72 0,68 0,68 0,70 0,72 0,73 0,71 7. Pengangkuatan dan Komunikasi 0,64 0,65 0,64 0,64 0,64 0,65 0,64 0,64 a. Pengangkutan 0,68 0,69 0,68 0,68 0,69 0,70 0,70 0,69 b. Komunikasi 0,20 0,24 0,23 0,23 0,24 0,24 0,22 0,23 8. Keuangan, Persewaan &Jasa Perush. 0,10 0,09 0,08 0,08 0,07 0,07 0,07 0,08 a. Bank 1,30 1,96 2,11 2,32 2,62 2,69 2,48 2,21 b. Lembaga Keuangan tanpa Bank 0,90 0,90 0,88 0,88 0,86 0,88 0,91 0,89 c. Sewa Bangunan 0,84 0,84 0,83 0,85 0,88 0,91 0,95 0,87 d. Jasa Perusahaan 0,13 0,13 0,13 0,12 0,12 0,12 0,12 0,13 9. Jasa-Jasa 0,84 0,83 0,83 0,85 0,86 0,89 0,93 0,86 a. Pemerintahan Umum 0,86 0,86 0,87 0,90 0,93 0,99 1,04 0,92 b. Swasta 0,76 0,74 0,72 0,70 0,69 0,68 0,67 0,71
Sumber: hasil pengolahan berdasarkan data PDRB ADHK Kab. Kep. Talaud.
Hasil analisis Location Quotient (LQ) Kabupaten Kepulauan Talaud tahun
2002-2008 menunjukkan bahwa hanya ada satu sektor yang dapat digolongkan
43
sebagai sektor basis yang dapat dikembangkan di masa yang akan datang, yaitu
sektor pertanian. Dari mulai berdirinya kabupaten ini (2002), sektor pertanian
telah menjadi sektor basis dengan nilai LQ sebesar 2,49. Pada tahun 2008, nilai
LQ sektor pertanian sebesar 2,44. Hal ini berarti dilihat dari pendekatan produksi
barang dan jasa sektor pertanian di Kabupaten Kepulauan Talaud dapat dikatakan
surplus.
Berdasarkan Tabel 4.2 tersebut di atas dapat diidentifikasi bahwa
subsektor perkebunan dapat dikategorikan sebagai subsektor yang paling basis
yaitu memiliki nilai LQ sebesar 4,89. Tingginya nilai LQ pada subsektor
perkebunan disebabkan oleh kontribusi subsektor ini dalam perekonomian
Kabupaten Kepulauan Talaud yang sangat dominan. Dari keseluruhan luas lahan
sawah dan bukan sawah di Kabupaten Kepulauan Talaud, lahan yang paling besar
digunakan adalah untuk lahan perkebunan. Luas lahan perkebunan sebesar
2.649,5 Ha mendukung potensi subsektor ini menjadi subsektor basis. Komoditi
perkebunan yang banyak diusahakan oleh rakyat dari tahun ke tahun dan menjadi
komoditi unggulan di Kabupaten Kepulauan Talaud adalah kelapa, pala dan
cengkih. Dan komoditi perkebunan yang menjadi komoditi penunjang adalah
kakao, kopi dan vanili. Perkebunan di Kabupaten Kepulauan Talaud masih
merupakan perkebunan rakyat, hal ini terbukti sampai tahun 2008 belum ada
pengusahaan perkebunan besar di kabupaten ini.
Subsektor yang memiliki nilai LQ terbesar kedua setelah subsektor
perkebunan adalah subsektor bank,yaitu memiliki nilai LQ rata-rata sebesar 2,21.
Hal ini berarti subsektor bank juga merupakan subsektor basis di Kabupaten
44
Kepulauan Talaud. Selain subsektor bank, subsektor tanaman bahan makanan pun
menjadi subsektor basis di kabupaten ini. Nilai LQ subsektor ini dari tahun 2002
sampai tahun 2007 lebih dari 1. Namun pada tahun 2008 nilai LQ subsektor ini
sebesar 1,00, hal ini berarti di tahun 2008 subsektor tanaman bahan makanan
hanya mampu untuk memenuhi kebutuhan di kabupaten ini dan tidak mampu
untuk mengekspornya ke daerah lain. Namun bila melihat rata-rata LQ selama
periode penelitian dari tahun 2002 sampai tahun 2008 subsektor tanaman bahan
makanan memiliki nilai LQ sebesar 1,02. Hal ini berarti secara rata-rata subsektor
ini mampu memenuhi kebutuhan di dalam daerah ini dan mampu untuk
mengekspor hasil tanaman bahan makanannya ke daerah lain.
Sama halnya dengan subsektor tanaman bahan makanan, subsektor
perikanan mampu menjadi subsektor basis hanya dari tahun 2002 sampai tahun
2007 saja. Di tahun 2008 subsektor ini memiliki nilai LQ sebesar 1,00, yang
berarti bahwa subsektor perikanan hanya mampu memenuhi kebutuhan
Kabupaten Kepulauan Talaud saja dan tidak mampu mengekspor ke daerah lain.
Namun bila dilihat secara rata-rata dari tahun 2002 sampai tahun 2008 subsektor
perikanan memiliki nilai LQ rata-rata sebesar 1,05. Hal ini berarti secara rata-rata
subsektor perikanan mampu menjadi subsektor basis selama periode penelitian.
Wilayah laut di Kabupaten Kepulauan Talaud yang lebih dari 90 persen dari
seluruh wilayah Kabupaten Kepulauan Talaud menjadikan subsektor perikanan
berrpotensi untuk berkembang lebih optimal lagi. Namun sama halnya dengan
subsektor perkebunan, subsektor perikanan di Kabupaten Kepulauan Talaud pun
masih merupakan perikanan tradisional. Data terakhir dari publikasi BPS
45
Kabupaten Kepulauan Talaud menunjukkan bahwa sebagian besar nelayan masih
menggunakan perahu jukung (tanpa motor) dan pump boat (motor tempel).
Bahkan sebagian besar rumah tangga perikanan tidak menggunakan perahu dalam
menangkap ikan. Subsektor perikanan di Kabupaten Kepulauan Talaud meliputi
penangkapan ikan di laut dan budidaya ikan di laut. Secara umum tampak bahwa
perekonomian Kabupaten Kepulauan Talaud masih bercirikan ekonomi
tradisional dimana sektor pertanian masih menjadi andalan di daerah.
4.3. Sektor/Subsektor yang Memiliki Keunggulan Kompetitif Berdasarkan Analisis Shift-Share Klasik di Kabupaten Kepulauan Talaud
Alat analisis Shift-Share dipergunakan untuk mengetahui sektor/subsektor
yang berkembang di Kabupaten Kepulauan Talaud dibandingkan dengan
perkembangan ekonomi Sulawesi Utara. Analisis ini bertujuan untuk mengurai
pertumbuhan atau perubahan suatu variabel daerah menjadi tiga pengaruh yang
mengukur perbedaan-perbedaan pertumbuhan antar daerah. Pengaruh yang
pertama adalah pengaruh laju pertumbuhan daerah acuan atau share (Kabupaten
Kepulauan Talaud). Asumsinya adalah apabila laju pertumbuhan daerah tingkat
atasnya lebih tinggi akan daerah tingkat bawahnya akan ikut menikmati. Dalam
hal ini Kabupaten Kepulauan Talaud dipengaruhi oleh Komponen Pertumbuhan
Provinsi Sulawesi Utara (Nij).
Pengaruh yang kedua adalah pengaruh bauran industri (Mij), yaitu daerah
yang lebih kecil (Kabupaten Kepulauan Talaud) dipengaruhi oleh daerah yang
lebih luas atau daerah yang menjadi acuannya (Provinsi Sulawesi Utara). Apabila
nilainya lebih besar maka lebih proporsional, membuat industri daerah tersebut
46
dapat menggeser kedudukan industri daerah acuannya. Apabila sama dengan
daerah acuannya maka proporsional, membuat industri suatu daerah didukung
oleh industri daerah acuannya. Apabila lebih kecil maka tidak proporsional
sehingga industri suatu daerah dengan daerah acuannya tidak saling
mempengaruhi.
Tabel 4.4. Hasil Analisis Shift-Share Klasik Kegiatan Ekonomi (Sektor/Subsektor) Kabupaten Kepulauan Talaud Tahun 2002 – 2008 (000.000 Rp)
Sektor/Subsektor Komponen Perubahan Total
(Dij) Pertumbuhan Nasional (Nij)
Bauran Industri (Mij)
Keunggulan Kompetitif (Cij)
1. Pertanian 56.646 (12.054) (11.102) 33.490 a. Tanaman Bahan Makanan 6.942 343 (1.894) 5.392 b. Tanaman Perkebunan 42.583 (22.045) 3.902 24.440 c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 1.750 272 (1.228) 795 d. Kehutanan 116 (128) 494 482 e. Perikanan 5.255 (401) (2.473) 2.381 2. Pertambangan & Penggalian 2.066 (1.582) 3.156 3.639 a. Penggalian 2.066 1.218 356 3.639 3. Industri Pengolahan 1.846 (548) 772 2.070 a. Industri Tanpa Migas 1.846 (548) 772 2.070 4. Listrik, Gas& Air Bersih 197 30 (77) 150 a. Listrik 184 63 (111) 136 b. Air Bersih 13 (6) 6 14 5. Bangunan 6.882 2.875 6.158 15.915 6. Perdag., Hotel dan Restoran 9.485 4.267 (1.984) 11.768 a. Perdagangan Besar & Eceran 8.294 2.828 (784) 10.338 b. Hotel 149 272 (127) 294 c. Restoran 1.042 263 (169) 1.136 7. Pengangkutan dan Komunikasi 7.302 2.911 (782) 9.431 a. Pengangkutan 7.100 1.740 (78) 8.762 b. Komunikasi 202 402 65 669 8. Keuangan, Persewaan &Jasa Perush. 5.903 1.357 (450) 6.811 a. Bank 3.973 1.068 (941) 4.099 b. Lembaga Keuangan tanpa Bank 47 16 (24) 39 c. Sewa Bangunan 1.774 81 714 2.570 d. Jasa Perusahaan 109 55 (63) 102 9. Jasa-Jasa 14.873 (5.315) 4.259 13.817 a. Pemerintahan Umum 11.253 (6.014) 6.400 11.639 b. Swasta 3.619 464 (1.906) 2.177 T O T A L 105.200 (8.059) (50) 97.090
Sumber: hasil pengolahan berdasarkan data PDRB ADHK Kab. Kep. Talaud
47
Pengaruh yang ketiga adalah pengaruh kedudukan persaingan atau
keunggulan kompetitif (Cij) dengan melakukan perbandingan antara data awal
periode dengan akhir periode. Bila positif pada akhir periode berarti ada
persaingan yang disebabkan industri-industri daerah tumbuh lebih cepat daripada
industri yang sama di daerah acuannya. Pengaruh persaingan yang positif terjadi
karena industri yang cepat berkembang itu mempunyai akses terhadap pasar dan
terhadap input bagi tiap aktivitas.
Hasil analisis shift-share pada Tabel 4.4 menunjukkan bahwa secara
keseluruhan selama periode 2002 – 2008 terjadi peningkatan PDRB Kabupaten
Kepulauan Talaud sebesar Rp. 97.090 juta. Peningkatan terbesar terjadi pada
sektor pertanian yaitu sebesar Rp. 33.490 juta, kemudian diikuti oleh sektor
bangunan sebesar Rp. 15.915 juta, sektor jasa-jasa Rp 13.817 juta, sektor
perdagangan, hotel dan restoran sebesar Rp. 11.768 juta, sektor pengangkutan dan
komunikasi Rp. 9.431 juta, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan Rp.
6.811 juta, sektor pertambangan dan penggalian Rp. 3.639 juta, sektor industri
pengolahan Rp. 2.070 juta, dan terendah adalah sektor listrik, gas dan air Rp. 150
juta.
Dari hasil analisis dapat diketahui pula bahwa pertumbuhan PDRB
Kabupaten Kepulauan Talaud dipengaruhi secara positif oleh pertumbuhan
provinsi Sulawesi Utara. Pengaruh pertumbuhan Provinsi Sulawesi Utara
terhadap perekonomian Kabupaten Kepulauan Talaud sebesar Rp. 105.200 juta.
Pengaruh pertumbuhan Sulawesi Utara secara berturut-turut dari yang terbesar
adalah sektor pertanian sebesar Rp. 56.646 juta, sektor jasa-jasa Rp. 14.873 juta,
48
sektor perdagangan, hotel dan restoran Rp. 9.485 juta, sektor pengangkutan dan
komunikasi Rp. 7.302 juta, sektor bangunan sebesar Rp. 6.882 juta, sektor
keuangan, persewaan dan jasa perusahaan Rp. 5.903 juta, sektor pertambangan
dan penggalian Rp. 2.066 juta, sektor industri pengolahan Rp.1.846 , dan terendah
adalah sektor listrik, gas dan air sebesar Rp. 197 juta. Besarnya pengaruh
pertumbuhan ekonomi di sektor pertanian terutama disumbang oleh subsektor
tanaman perkebunan, yaitu Rp. 42.583 juta.
Bauran industri (Mij) secara umum memberikan pengaruh yang negatif
sebesar Rp. 8.059 juta terhadap peningkatan PDRB Kabupaten Kepulauan Talaud.
Hal ini berarti dampak bauran industri menyebabkan menurunnya PDRB
Kabupaten Kepulauan Talaud sebesar Rp. 8.059 juta. Sektor ekonomi Kabupaten
Kepulauan Talaud yang paling besar memperoleh imbas positif bauran industri
dari Provinsi Sulawesi Utara adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran yaitu
sebesar Rp. 4.267 juta. Sektor bangunan dan sektor pengangkutan dan komunikasi
juga memperoleh imbas positif dari bauran industri masing-masing sebesar Rp.
2.875 juta dan Rp.2.911 juta. Jika dilihat menurut subsektor, maka subsektor yang
memperoleh imbas bauran industri positif yang cukup kuat adalah subsektor
perdagangan besar dan eceran sebesar Rp. 2.828 juta, subsektor pengangkutan Rp.
1.740 juta, dan subsektor bank Rp. 1.068 juta.
Keunggulan kompetitif (Cij) secara total mempengaruhi secara negatif
perekonomian Kabupaten Kepulauan Talaud sebesar Rp. 50 juta. Hal ini berarti
secara total keunggulan kompetitif mengurangi pertumbuhan perekonomian
Kabupaten Kepulauan Talaud sebesar Rp. 50 juta. Negatifnya keunggulan
49
kompetitif sektor maupun subsektor pada pertumbuhan perekonomian Kabupaten
Kepulauan Talaud sangat dipengaruhi juga dengan terbatasnya infrastruktur,
terutama jalan dan sarana transportasi. Jalan merupakan prasarana pengangkutan
darat yang penting untuk memperlancar kegiatan perekonomian. Dengan makin
meningkatnya usaha pembangunan maka akan menuntut peningkatan
pembangunan jalan untuk memudahkan mobilitas penduduk dan memperlancar
lalulintas barang dari satu daerah ke daerah lain. Dengan kondisi masih ada 4,1
km jalan tanah dan 46 persen dari seluruh panjang jalan nasional di Kabupaten
Kepulauan Talaud berada dalam kondisi rusak berat, tentunya akan sangat
mempengaruhi biaya produksi. Hal ini karena jalur transportasi yang tidak lancar
mengakibatkan waktu akan terbuang lebih lama dan biaya produksi menjadi
tinggi. Ditambah lagi belum adanya industri pengolahan berkapasitas besar
dengan teknologi yang canggih mengakibatkan hasil alam dari Kabupaten
Kepulauan Talaud masih dijual dalam bentuk bahan mentah, yang tentunya
kemudian berimbas pada rendahnya harga jual dan pendapatan yang diterima.
Jika dilihat per sektor, maka hanya sektor pertambangan dan penggalian,
sektor industri pengolahan, sektor bangunan, serta sektor jasa-jasa yang memiliki
keunggulan kompetitif. Secara berturut-turut pengaruh positif keunggulan
kompetitif sektor-sektor tersebut pada perekonomian Kabupaten Kepulauan
Talaud sebagai berikut: sektor pertambangan dan penggalian berpengaruh sebesar
Rp. 3.156 juta, sektor industri pengolahan sebesar Rp. 772 juta, sektor bangunan
sebesar Rp. 6.158 juta dan sektor jasa-jasa berpengaruh sebesar Rp. 4.259 juta.
Pengaruh keunggulan kompetitif pada sektor jasa-jasa tidak terlepas dari peran
50
subsektor pemerintahan umum yang telah meningkatkan PDRB sebesar Rp. 6.400
juta. Kompetitifnya subsektor pemerintahan umum di Kabupaten Kepulauan
Talaud disebabkan oleh agresifnya pemerintah kabupaten dalam melakukan
penataan dan pembangunan di hampir semua lini. Hal tersebut bertujuan untuk
mengejar ketertinggalan pembangunan Kabupaten Kepulauan Talaud
dibandingkan kabupaten lain di Provinsi Sulawesi Utara yang lebih maju.
Subsektor lain yang memiliki keunggulan kompetitif adalah subsektor bangunan
yang berpengaruh sebesar Rp. 6.158 juta, subsektor tanaman perkebunan sebesar
Rp. 3.902 juta, subsektor industri tanpa migas sebesar Rp. 772 juta, subsektor
sewa bangunan sebesar Rp. 714 juta, subsektor kehutanan Rp. 494 juta, subsektor
penggalian Rp. 356 juta, subsektor komunikasi Rp. 65 juta, dan subsektor air
bersih sebesar Rp. 6 juta.
Sektor pertanian yang merupakan satu-satunya sektor basis ternyata tidak
memiliki keunggulan kompetitif. Keunggulan kompetitif di sektor pertanian
menurunkan PDRB Kabupaten Kepulauan Talaud sebesar Rp. 11.102 juta. Dari
keempat subsektor yang menjadi subsektor basis pun hanya subsektor perkebunan
yang memiliki keunggulan kompetitif. Hasil analisis Shift-Share Klasik
menunjukkan bahwa walaupun subsektor perkebunan bukan merupakan subsektor
yang paling kompetitif, dan kompetitifnya subsektor perkebunan mampu
menambah nilai PDRB Kabupaten Kepulauan Talaud sebesar Rp. 3.902 juta.
4.4. Sektor/Subsektor Ekonomi Potensial di Kabupaten Kepulauan Talaud
Dalam menentukan sektor dan subsektor ekonomi yang berpotensi untuk
dikembangkan di Kabupaten Kepulauan Talaud menggunakan hasil analisis LQ
51
dan hasil analisis Shift-Share (keunggulan kompetitif). Pertumbuhan ekonomi dan
hasil analisis LQ yang dipergunakan adalah nilai rata-rata selama tahun penelitian
dari tahun 2002 sampai tahun 2008. Sektor maupun subsektor yang
pertumbuhannya positif, surplus dan memiliki keunggulan kompetitif adalah
sektor maupun subsektor yang berpotensi untuk dikembangkan dalam
peningkatan perekonomian Kabupaten Kepulauan Talaud. Tabel 4.5 menunjukkan
pertumbuhan setiap sektor dan subsektor beserta kontribusi dan keunggulan
kompetitifnya.
Tabel 4.5. Pertumbuhan Ekonomi, Hasil Analisis LQ dan Keunggulan Kompetitif Menurut Kegiatan Ekonomi (Sektor/Subsektor) Kabupaten Kepulauan Talaud Tahun 2002 – 2008
Sektor/Subsektor Pertumbuhan Ekonomi (dalam persen) LQ Keunggulan Kompetitif
(000000 Rp)
1. Pertanian 3,37 2,44 -11.102 a. Tanaman Bahan Makanan 4,32 1,02 -1.894 b. Tanaman Perkebunan 3,28 4,89 3.902 c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 2,65 0,79 -1.228 d. Kehutanan 17,09 0,44 494 e. Perikanan 2,64 1,05 -2.473 2. Pertambangan & Penggalian 8,77 0,40 3.156 a. Penggalian 8,77 0,60 356 3. Industri Pengolahan 5,99 0,22 772 a. Industri Tanpa Migas 5,99 0,22 772 4. Listrik, Gas& Air Bersih 4,26 0,25 -77 a. Listrik 4,15 0,30 -111 b. Air Bersih 5,69 0,08 6 5. Bangunan 10,94 0,48 6.158 6. Perdag., Hotel dan Restoran 6,54 0,64 -1.984 a. Perdagangan Besar & Eceran 6,57 0,68 -784 b. Hotel 9,65 0,13 -127 c. Restoran 5,84 0,71 -169 7. Pengangkutan dan Komunikasi 6,76 0,64 -782 a. Pengangkutan 6,50 0,69 -78 b. Komunikasi 14,71 0,23 65 8. Keuangan, Persewaan &Jasa Perush. 6,15 0,08 -450 a. Bank 5,58 2,21 -941 b. Lembaga Keuangan tanpa Bank 4,62 0,89 -24 c. Sewa Bangunan 7,46 0,87 714 d. Jasa Perusahaan 5,10 0,13 -63 9. Jasa-Jasa 5,08 0,86 4.259 a. Pemerintahan Umum 5,59 0,92 6.400 b. Swasta 3,42 0,71 -1.906 T O T A L 5,04 -50
Sumber: hasil pengolahan berdasarkan data PDRB ADHK Kab. Kep. Talaud.
52
Seluruh sektor dan subsektor di Kabupaten Kepulauan Talaud memiliki
pertumbuhan yang positif. Sektor yang pertumbuhannya paling besar adalah
sektor bangunan. Sektor bangunan juga merupakan sektor yang memiliki
keunggulan kompetitif yang ditunjukkan dari nilai Cij yang positif. Namun sektor
ini bukan sektor basis karena hanya memiliki nilai LQ sebesar 0,48. Peranan
sektor ini tidak mampu memenuhi kebutuhan di Kabupaten Kepulauan Talaud.
Kondisi ini sama dengan kondisi yang terjadi pada sektor pertambangan dan
penggalian, sektor industri pengolahan, dan sektor jasa-jasa. Dengan pertumbuhan
yang positif dan memiliki keunggulan kompetitif, sektor-sektor ini ternyata tidak
mampu memenuhi kebutuhan daerah (nilai LQ<1).
Bila dilihat menurut subsektor, subsektor kehutanan dan subsektor
komunikasi pun memiliki nilai pertumbuhan yang tinggi dan memiliki
keunggulan kompetitif. Dengan pertumbuhan masing-masing sebesar 17,09 untuk
subsektor kehutanan dan 14,71 untuk subsektor komunikasi, keunggulan
kompetitif yang dimiliki subsektor kehutanan menyumbang sebesar Rp 494 juta
dan subsektor komunikasi menyumbang sebesar Rp 65 juta per tahun pada
pertumbuhan PDRB Kabupaten Kepulauan Talaud. Namun dengan nilai
pertumbuhan yang tinggi dan keunggulan kompetitif yang dimilikinya belum
mampu membuat kedua subsektor ini berpotensi untuk dikembangkan karena
kedua subsektor ini juga belum mampu untuk memenuhi kebutuhan di Kabupaten
Kepulauan Talaud. Subsektor yang memiliki kondisi yang serupa dengan sektor-
sektor tersebut adalah subsektor penggalian, subsektor industri tanpa migas,
53
subsektor air bersih, subsektor sewa bangunan, dan subsektor pemerintahan
umum.
Lain halnya dengan kondisi yang terjadi di sektor pertanian. Sektor ini
memiliki pertumbuhan yang positif dan rendah, sektor basis, namun tidak
memiliki keunggulan kompetitif. Subsektor tanaman bahan makanan turut
berperan dalam ketidak-kompetitifnya sektor pertanian. Subsektor ini memiliki
pertumbuhan yang positif dan merupakan subsektor basis, namun tidak memiliki
keunggulan kompetitif. Salah satu faktor penyebab subsektor tanaman bahan
makanan bukan merupakan subsektor yang memiliki keunggulan kompetitif
adalah karena luas areal lahan tanaman bahan makanan di Kabupaten Kepulauan
Talaud lebih kecil dibanding luas lahan tanaman bahan makanan di
kabupaten/kota bukan kepulauan. Tidak saja dibandingkan kabupaten/kota lain,
luas areal penanaman tanaman bahan makanan di Kabupaten Kepulauan Talaud
lebih kecil dibanding luas areal untuk perkebunan dan kehutanan. Hal ini tentu
saja menimbulkan efek rendahnya volume produksi. Metode pengelolaan dan
teknologi yang dipakai pun masih sederhana, sehingga kualitas hasil pertanian
tanaman bahan makanan relatif lebih rendah sehingga harga jual pun lebih rendah.
Hasil produksi yang juga selalu dikirim ke ibukota Provinsi Sulawesi Utara, yaitu
Manado untuk diolah lebih lanjut menjadikan biaya proses produksi dan biaya
transportasi lebih tinggi dibandingkan hasil pertanian tanaman dari
Kabupaten/Kota lain yang lebih dekat ke Manado.
Luasnya wilayah perairan di Kabupaten Kepulauan Talaud yang juga
dilalui oleh arus Kuroshio (arus panas) menjadikan Talaud sebagai daerah yang
54
sangat kaya akan hasil perikanan laut dan menjadikan subsektor perikanan sebagai
subsektor basis. Namun subsektor perikanan pun memiliki kondisi yang sama
dengan subsektor tanaman bahan makanan. Walaupun subsektor basis dan
pertumbuhannya positif, subsektor perikanan belum kompetitif. Hal ini
dikarenakan perikanan yang dilakukan oleh masyarakat di Kabupaten Kepulauan
Talaud adalah perikanan tradisional. Perahu yang digunakan juga masih
merupakan perahu tanpa motor dan perahu motor tempel. Ikan yang melimpah di
perairan Kabupaten Kepulauan Talaud justru diambil oleh pihak lain. Kapal-kapal
besar penangkap ikan dari Kota Bitung datang ke perairan Kepulauan Talaud
untuk mengambil ikan dan dibawa kembali ke Kota Bitung dan Surabaya untuk
dipasok ke industri-industri pengalengan ikan maupun dijual ke masyarakat.
Demikian pula halnya dengan kapal-kapal penangkap ikan dari Maluku Utara pun
melakukan hal yang sama. Pencurian ikan di kawasan perairan oleh kapal-kapal
penangkap ikan dari negara asing pun masih marak terjadi. Masalah pencurian
sumberdaya alam tersebut merupakan masalah yang umum terjadi di kawasan
perbatasan yang lainnya. Kegiatan tersebut tentunya tidak memberi nilai tambah
bagi perekonomian Kabupaten Kepulauan Talaud. Potensi perikanan yang begitu
besar belum dimanfaatkan secara optimal untuk meningkatkan perekonomian
Kabupaten Kepulauan Talaud.
Walaupun sektor pertanian secara umum tidak mampu dijadikan sektor
yang berpotensi untuk dikembangkan di Kabupaten Kepulauan Talaud, subsektor
perkebunan mampu menjadi subsektor yang potensial untuk dikembangkan.
Dengan pertumbuhan ekonomi yang positif, surplus dan memiliki keunggulan
55
kompetitif, subsektor perkebunan menjadi satu-satunya subsektor yang mampu
memenuhi kriteria untuk menjadi subsektor potensial yang diharapkan dapat
mempercepat laju pertumbuhan perekonomian Kabupaten Kepulauan Talaud.
Peningkatan perekonomian dengan berorientasi pada kebijakan dan penekanan
pada sektor ekonomi yang potensial, yaitu subsektor perkebunan, akan mampu
membangun Kabupaten Kepulauan Talaud ke arah yang lebih baik dan mengejar
ketertinggalan serta melepaskan julukan “terisolir” seperti kawasan perbatasan
pada umumnya.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5. 1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari dua analisis yang digunakan dalam penelitian ini
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Kontribusi terbesar pada perekonomian Kabupaten Kepulauan Talaud adalah
sektor pertanian dan sub sektor perkebunan.
2. Berdasarkan analisis LQ, sektor pertanian adalah sektor basis yang mampu
memenuhi kebutuhan daerah dan juga mampu mengekspor ke daerah lain.
Subsektor yang menjadi subsektor paling basis adalah subsektor perkebunan.
Subsektor lain yang juga adalah subsektor basis adalah subsektor tanaman
bahan makanan, subsektor perikanan dan subsektor bank.
3. Analisis Shift-Share Klasik menunjukkan bahwa sektor bangunan memiliki
keunggulan kompetitif yang terbesar. Subsektor yang memiliki keunggulan
kompetitif terbesar adalah subsektor pemerintahan umum. Subsektor terbesar
kedua adalah subsektor bangunan dan subsektor terbesar ketiga adalah
subsektor tanaman perkebunan.
4. Subsektor perkebunan merupakan subsektor basis yang kompetitif dan
tumbuh. Oleh sebab itu maka subsektor perkebunan dapat dijadikan sektor
yang potensial untuk mengembangkan perekonomian di Kabupaten
Kepulauan Talaud sebagai salah satu kawasan perbatasan yang tertinggal.
57
5. 2. Saran
1. Pemerintah daerah Kabupaten Kepulauan Talaud perlu melakukan identifikasi
terhadap masalah-masalah yang dihadapi oleh sektor/subsektor perkebunan
sebagai satu-satunya subsektor yang berpotensi untuk dikembangkan dalam
upaya peningkatan perekonomian di daerah ini.
2. Sarana transportasi baik darat, laut maupun udara hendaknya dibangun lebih
baik supaya kelancaran transportasi mampu mendukung pengembangan
sektor/subsektor potensial yang mampu mengembangkan daerah.
3. Pengembangan kebijakan pada sektor/subsektor potensial hendaknya
diarahkan kepada kemampuan kebijakan tersebut untuk memecahkan
masalah-masalah yang menjadi masalah klasik kawasan perbatasan.
4. Pemerintah daerah Kabupaten Kepulauan Talaud perlu melakukan perhatian
lebih pada sektor bangunan supaya sektor ini tidak hanya menjadi sektor yang
paling kompetitif saja, namun juga mampu menjadi sektor basis di masa
mendatang.
5. Perlu adanya peningkatan kualitas sumber daya manusia dalam rangka
mendukung pembangunan wilayah ini supaya tidak lagi menjadi daerah yang
terisolir dan tertinggal. Peningkatan kualitas sumber daya manusia akan
mampu meningkatkan produktifitas setiap sektor yang akan dikembangkan di
Kabupaten Kepulauan Talaud.
DAFTAR PUSTAKA
Anapaku, Arto Jenner. 2002. “Identifikasi Unggulan Sub Sektor Pertanian dan Produktifitas Tanaman Pangan di Kabupaten Sumba Timur”, Tesis. Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Arsyad. 1999. “Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi Daerah”.
Edisi Pertama. BPFE Yogyakarta. Badan Pusat Statistik. 2004. “Data dan Informasi Kemiskinan Tahun 2004”. BPS,
Jakarta. Badan Pusat Statistik. 2005. “Data dan Informasi Kemiskinan Tahun 2005”. BPS,
Jakarta. Badan Pusat Statistik. 2006. “Data dan Informasi Kemiskinan Tahun 2006”. BPS,
Jakarta. Badan Pusat Statistik. 2007. “Data dan Informasi Kemiskinan Tahun 2007”. BPS,
Jakarta. Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Utara. 2008. “Produk Domestik Regional
Bruto Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2008” (draft Publikasi). BPS, Manado.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Kepulauan Talaud. 2008. “Produk Domestik
Regional Bruto Kabupaten Kepulauan Talaud Tahun 2008”. BPS, Melonguane.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Kepulauan Talaud. 2008. “Kabupaten
Kepulauan Talaud Dalam Angka Tahun 2008”. BPS, Melonguane. LIPI. 24 Januari 2003. “Workshop Pembangunan Daerah Perbatasan Indonesia”.
http://www.lipi.go.id. Pahlawan, Harry. 2002. “Identifikasi Potensi Ekonomi (Sektor dan Subsektor
Unggulan) Kabupaten Deli Serdang Propinsi Sumatera Utara”, Tesis. Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Poetranto, Tri. 2005. “Bagaimana Mengatasi Permasalahan di Daerah
Perbatasan”. http://buletinlitbang.dephan.go.id. Diakses pada tanggal 15 September 2009.
Sianturi, Eddy MT. dan Nafsiah. 2009. “Strategi Pengembangan Perbatasan
Wilayah Kedaulatan NKRI”. http://buletinlitbang.dephan.go.id. Diakses pada tanggal 15 September 2009.
59
Sjafrizal. 1997. “Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan Regional Wilayah Indonesia Bagian Barat”. Prisma. Volume XXVI. Nomor 3, 27-38.
Sjafrizal. 2001. “Strategi dan Perencanaan Pembangunan Ekonomi Daerah
dalam Era Otonomi”. Jurnal Penelitian Andalas: 13 (36)2001: 1-26. Sobriadi. 2001. “Sektor Unggulan yang Dapat Dikembangkan dalam
Pembangunan Ekonomi di Propinsi Lampung”, Tesis. Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Todaro, Michael & Stephen C. Smith. 2006. “Pembangunan Ekonomi”. Edisi
Kesembilan, Jilid I. Penerbit Erlangga. Jakarta. Widayatun, Bayu Setiawan, Aswatini dan Suko Bandiyono. 1997. “Mobilitas
Penduduk dan Pembangunan Daerah Perbatasan : kasus Kabupaten Sangihe Talaud, Daerah Perbatasan Indonesia-Filipina”: laporan penelitian. Puslitbang Kependudukan dan Ketenagakerjaan LIPI. Jakarta.
Wijaya, Faried. 1992. “Pengantar Ekonomi Makro”. Edisi Ketiga. BPFE_UGM.
Yogyakarta. Yuniar, Farid. 14 Februari 2009. “Masalah Perbatasan Pulau Miangas”.
http://batasmaritim. wordpress. com/.
Lampiran 1. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Kepulauan Talaud Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun 2002 – 2008 (dalam Juta Rupiah)
Lapangan Usaha 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
1. Pertanian 175.581,87 189.775,04 218.787,52 238.361,45 265.132,73 283.231,43 293.752,42 a. Tanaman Bahan Makanan 20.964,54 22.122,40 26.236,71 28.431,00 31.585,55 33.714,72 35.810,50 b. Tanaman Perkebunan 131.541,91 141.964,10 160.857,47 172.593,24 189.353,50 203.541,43 210.351,49 c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 4.959,13 5.342,69 6.105,92 6.816,00 7.513,29 7.927,66 8.283,68 d. Kehutanan 345,29 433,85 488,42 664,31 805,76 973,69 1.156,25 e. Perikanan 17.771,00 19.912,00 25.099,00 29.856,90 35.874,63 37.073,92 38.150,51 2. Pertambangan dan Penggalian 6.206,81 6.837,07 8.659,87 9.586,31 10.967,41 12.367,34 13.693,30 a. Penggalian 6.206,81 6.837,07 8.659,87 9.586,31 10.967,41 12.367,34 13.693,30 3. Industri Pengolahan 6.620,00 7.250,00 8.084,00 9.114,60 11.025,62 12.133,55 13.158,44 a. Industri Tanpa Migas 6.620,00 7.250,00 8.084,00 9.114,60 11.025,62 12.133,55 13.158,44 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 609,52 708,58 937,41 1.221,06 1.633,31 1.750,56 1.835,45 a. Listrik 569,47 660,81 879,08 1.156,09 1.561,62 1.672,47 1.750,96 b. Air Bersih 40,05 47,77 58,33 64,97 71,68 78,08 84,50 5. Bangunan 20.921,41 24.981,27 33.141,40 38.132,15 48.320,70 56.795,06 65.162,20 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 30.537,46 33.699,47 39.666,45 44.664,25 52.499,78 57.538,54 63.045,67 a. Perdagangan Besar & Eceran 27.342,52 30.289,63 35.765,89 40.267,81 47.523,92 52.101,12 57.131,67 b. Hotel 421,86 499,52 597,65 690,47 786,35 886,57 980,06 c. Restoran 2.773,08 2.910,31 3.302,91 3.705,96 4.189,51 4.550,84 4.933,94 7. Pengangkutan dan Komunikasi 20.191,94 21.578,90 23.765,88 26.611,81 29.304,87 31.212,10 33.288,78 a. Pengangkutan 19.623,32 20.787,83 22.822,76 25.515,07 28.021,10 29.777,30 31.697,01 b. Komunikasi 568,62 791,07 943,13 1.096,74 1.283,77 1.434,80 1.591,76 8. Keuangan, Persewaan&$Jasa Perush. 19.815,44 22.188,53 24.708,34 28.021,94 33.003,90 36.206,32 39.537,57 a. Bank 12.846,67 14.199,16 15.356,85 17.109,05 20.302,28 22.275,49 24.271,91 b. Lembaga Keuangan tanpa Bank 147,00 154,00 188,00 218,89 257,27 271,73 290,68 c. Sewa Bangunan 6.515,00 7.511,00 8.802,00 10.291,07 11.979,00 13.155,61 14.436,36 d. Jasa Perusahaan 306,78 324,36 361,49 402,93 465,35 503,49 538,61 9. Jasa-Jasa 45.411,22 50.211,84 57.153,65 63.315,43 72.538,14 77.824,59 83.964,42 a. Pemerintahan Umum 33.360,00 37.139,00 42.549,00 47.198,47 55.361,04 59.802,51 65.070,71 b. Swasta 12.051,22 13.072,84 14.604,65 16.116,96 17.177,10 18.022,08 18.893,71
PDRB TANPA MIGAS 325.895,66 357.230,69 414.904,52 459.029,00 524.426,46 569.059,46 607.438,25
60
Lampiran 2. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Kepulauan Talaud Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha Tahun 2002 – 2008 (dalam Juta Rupiah)
Lapangan Usaha 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
1. Pertanian 152.322,82 158.046,79 164.006,29 170.103,83 175.404,09 182.468,54 185.812,94 a. Tanaman Bahan Makanan 18.668,00 19.427,61 20.444,37 21.250,57 22.059,74 23.006,58 24.059,91 b. Tanaman Perkebunan 114.507,00 118.645,00 122.526,00 127.081,09 131.414,57 137.150,08 138.946,97 c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 4.707,00 4.939,00 5.196,00 5.341,90 5.351,69 5.407,31 5.501,77 d. Kehutanan 310,82 370,17 393,92 509,93 593,27 689,34 793,01 e. Perikanan 14.130,00 14.665,00 15.446,00 15.920,33 15.984,82 16.215,23 16.511,27 2. Pertambangan dan Penggalian 5.555,00 5.943,00 6.653,00 7.128,52 7.781,26 8.510,91 9.193,99 a. Penggalian 5.555,00 5.943,00 6.653,00 7.128,52 7.781,26 8.510,91 9.193,99 3. Industri Pengolahan 4.963,00 5.245,00 5.485,00 5.746,90 6.157,29 6.574,22 7.032,50 a. Industri Tanpa Migas 4.963,00 5.245,00 5.485,00 5.746,90 6.157,29 6.574,22 7.032,50 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 529,41 546,87 571,68 595,02 635,94 662,77 679,55 a. Listrik 493,70 510,25 531,40 552,91 591,40 615,44 629,85 b. Air Bersih 35,70 36,62 40,28 42,11 44,54 47,33 49,70 5. Bangunan 18.507,00 19.741,00 21.599,00 23.334,40 26.751,45 30.647,17 34.421,64 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 25.506,36 26.601,66 27.931,98 29.616,74 31.665,37 34.333,37 37.274,51 a. Perdagangan Besar & Eceran 22.301,96 23.204,05 24.388,77 25.874,75 27.663,00 30.023,99 32.639,55 b. Hotel 401,46 467,67 497,09 536,72 584,45 643,85 695,77 c. Restoran 2.802,94 2.929,94 3.046,12 3.205,27 3.417,92 3.665,53 3.939,19 7. Pengangkutan dan Komunikasi 19.636,00 20.985,00 22.118,00 23.856,08 25.438,41 27.184,45 29.067,28 a. Pengangkutan 19.092,00 20.246,00 21.309,00 22.928,78 24.367,92 26.046,46 27.854,48 b. Komunikasi 544,00 739,00 809,00 927,30 1.070,49 1.137,99 1.212,79 8. Keuangan, Persewaan&$Jasa Perush. 15.874,21 16.670,34 17.179,15 18.145,69 19.490,77 21.025,67 22.685,05 a. Bank 10.683,13 11.205,52 11.459,70 11.985,19 12.820,58 13.762,68 14.782,61 b. Lembaga Keuangan tanpa Bank 126,00 129,00 135,00 141,00 149,54 157,18 165,17 c. Sewa Bangunan 4.771,00 5.031,00 5.264,00 5.688,00 6.169,83 6.732,25 7.341,16 d. Jasa Perusahaan 294,08 304,82 320,45 331,50 350,82 373,56 396,11 9. Jasa-Jasa 39.993,00 41.523,00 42.917,00 44.899,90 47.296,00 50.354,79 53.809,61 a. Pemerintahan Umum 30.260,00 31.467,00 32.518,00 34.169,70 36.201,41 38.830,31 41.899,18 b. Swasta 9.733,00 10.056,00 10.399,00 10.730,20 11.094,59 11.524,48 11.910,42
PDRB TANPA MIGAS 325.895,66 357.230,69 414.904,52 459.029,00 524.426,46 569.059,46 607.438,25
61
Lampiran 3. Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Sulawesi Utara Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun 2002 – 2008 (dalam Juta Rupiah)
Lapangan Usaha 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
1. Pertanian 2.927.252 2.972.826 3.250.568 3.847.891 4.328.030 4.774.117 5.504.678 a. Tanaman Bahan Makanan 858.881 892.651 951.650 1.177.995 1.526.071 1.700.696 1.909.981 b. Tanaman Perkebunan 1.051.586 1.005.527 1.075.881 1.117.511 1.251.529 1.452.584 1.744.008 c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 285.732 305.691 348.563 391.481 409.720 461.958 534.941 d. Kehutanan 52.183 54.537 56.249 60.873 69.212 70.687 79.293 e. Perikanan 678.869 714.421 818.226 1.100.029 1.071.499 1.088.192 1.236.454 2. Pertambangan dan Penggalian 851.930 808.735 791.805 781.259 912.975 1.028.739 1.220.085 a. Pertambangn Tanpa Migas 434.499 329.251 263.695 199.454 235.923 272.329 311.365 b. Penggalian 417.431 479.484 528.109 581.805 677.052 756.409 908.720 3. Industri Pengolahan 1.122.062 1.325.427 1.466.543 1.725.785 1.858.008 2.062.800 2.249.069 a. Industri Tanpa Migas 1.122.062 1.325.427 1.466.543 1.725.785 1.858.008 2.062.800 2.249.069 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 96.605 110.917 115.287 166.679 189.007 200.874 225.256 a. Listrik 73.461 83.289 88.099 134.757 153.814 162.914 183.755 b. Air Bersih 23.144 27.628 27.188 31.922 35.194 37.959 41.501 5. Bangunan 1.828.599 2.211.189 2.370.900 3.036.467 3.271.590 4.179.547 5.062.405 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 1.752.491 1.985.932 2.332.091 2.771.901 3.181.923 3.746.998 4.522.099 a. Perdagangan Besar & Eceran 1.462.835 1.640.484 1.932.897 2.296.317 2.609.001 3.114.750 3.750.052 b. Hotel 124.897 152.051 171.965 219.226 277.424 309.027 421.498 c. Restoran 164.759 193.397 227.229 256.359 295.498 323.222 350.550 7. Pengangkutan dan Komunikasi 1.574.146 1.962.256 2.162.724 2.325.747 2.615.682 2.820.075 3.189.373 a. Pengangkutan 1.448.682 1.790.095 1.956.667 2.132.328 2.333.061 2.516.033 2.866.917 b. Komunikasi 125.464 172.161 206.057 193.419 282.621 304.042 322.455 8. Keuangan, Persewaan&$Jasa Perush. 812.018 892.278 966.993 1.047.651 1.263.436 1.388.949 1.563.068 a. Bank 437.278 474.003 515.559 542.114 704.324 761.544 860.860 b. Lembaga Keuangan tanpa Bank 39.469 44.271 49.062 57.506 65.108 70.604 81.744 c. Sewa Bangunan 242.418 269.931 287.864 309.042 347.205 384.829 419.485 d. Jasa Perusahaan 92.853 104.073 114.509 138.988 146.800 171.971 200.980 9. Jasa-Jasa 2.118.372 2.286.854 2.663.217 3.016.301 3.569.389 3.850.038 4.274.508 a. Pemerintahan Umum 1.553.915 1.664.783 1.930.399 2.193.947 2.649.841 2.854.038 3.105.398 b. Swasta 564.457 622.071 732.818 822.353 919.548 995.999 1.169.110
PDRB TANPA MIGAS 13.083.475 14.556.415 16.120.128 18.719.681 21.190.040 24.052.136 27.810.540
62
Lampiran 4. Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Sulawesi Utara Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan
Usaha Tahun 2002 – 2008 (dalam Juta Rupiah)
Lapangan Usaha 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 1. Pertanian 2.434.175,03 2.452.815,42 2.616.084,17 2.744.211,96 2.849.440,93 3.065.102,74 3.146.766,90 a. Tanaman Bahan Makanan 708.961,64 735.953,37 771.340,10 815.564,56 855.204,28 907.496,44 985.653,51 b. Tanaman Perkebunan 955.047,23 915.317,27 978.199,56 1.005.529,51 1.061.722,91 1.176.101,62 1.126.343,80 c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 220.727,91 224.656,87 243.460,65 267.047,71 274.817,54 296.535,98 315.560,16 d. Kehutanan 49.613,72 49.573,04 49.787,13 44.379,41 45.908,37 46.643,50 47.683,02 e. Perikanan 499.824,52 527.314,87 573.296,73 611.690,76 611.787,84 638.325,20 671.526,42 2. Pertambangan dan Penggalian 735.763,77 671.534,87 646.052,07 621.943,16 671.599,85 730.697,66 799.795,26 a. Pertambangn Tanpa Migas 356.044,51 264.417,68 209.319,72 157.565,64 172.339,47 185.315,72 195.634,39 b. Penggalian 379.719,26 407.117,19 436.732,35 464.377,51 499.260,38 545.381,94 604.160,86 3. Industri Pengolahan 955.079,56 994.555,07 955.399,75 999.728,27 1.067.044,13 1.134.494,52 1.204.806,58 a. Industri Tanpa Migas 955.079,56 994.555,07 955.399,75 999.728,27 1.067.044,13 1.134.494,52 1.204.806,58 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 81.143,15 83.131,35 85.118,03 95.377,66 102.097,36 107.870,03 115.990,03 a. Listrik 61.111,34 62.627,99 64.121,82 73.894,13 80.253,88 85.077,34 91.654,09 b. Air Bersih 20.031,81 20.503,36 20.996,21 21.483,53 21.843,48 22.792,69 24.335,94 5. Bangunan 1.656.227,79 1.779.366,78 1.887.518,00 1.992.326,41 2.123.139,35 2.284.240,60 2.529.409,15 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 1.545.559,85 1.626.194,53 1.729.764,86 1.848.895,27 1.989.021,18 2.145.417,81 2.378.855,80 a. Perdagangan Besar & Eceran 1.274.372,28 1.334.586,12 1.407.758,22 1.508.919,74 1.607.480,21 1.747.368,08 1.909.881,28 b. Hotel 122.574,16 132.612,32 147.459,98 154.998,42 187.732,44 195.300,63 251.175,30 c. Restoran 148.613,41 158.996,08 174.546,67 184.977,10 193.808,53 202.749,10 217.799,22 7. Pengangkutan dan Komunikasi 1.217.159,47 1.273.780,50 1.360.321,64 1.470.983,35 1.572.641,11 1.666.570,87 1.850.220,78 a. Pengangkutan 1.109.774,39 1.151.582,18 1.220.177,81 1.314.465,29 1.392.658,77 1.475.322,17 1.623.634,77 b. Komunikasi 107.385,08 122.198,32 140.143,83 156.518,05 179.982,34 191.248,71 226.586,01 8. Keuangan, Persewaan&$Jasa Perush. 698.107,55 729.253,30 768.589,96 811.961,76 896.557,68 947.855,34 1.017.415,46 a. Bank 351.855,62 364.226,19 381.719,04 402.789,93 460.077,53 483.587,49 517.883,28 b. Lembaga Keuangan tanpa Bank 34.506,29 36.854,91 39.181,13 41.915,97 44.653,09 48.030,05 51.695,68 c. Sewa Bangunan 225.133,60 236.468,50 249.721,57 262.410,28 277.219,66 292.734,71 312.699,59 d. Jasa Perusahaan 86.612,04 91.703,70 97.968,21 104.845,58 114.607,40 123.503,09 135.136,90 9. Jasa-Jasa 1.903.285,75 1.971.334,10 2.026.414,17 2.082.862,94 2.178.004,48 2.236.903,95 2.358.142,83 a. Pemerintahan Umum 1.394.685,48 1.436.114,54 1.461.955,85 1.485.581,29 1.538.496,83 1.562.141,44 1.636.165,74 b. Swasta 508.600,27 535.219,56 564.458,32 597.281,65 639.507,65 674.762,51 721.977,09
PDRB TANPA MIGAS 11.226.501,91 11.581.965,92 12.075.262,64 12.668.290,77 13.449.546,06 14.319.153,53 15.401.402,78
63