identifikasi miskonsepsi siswa pada materi...
TRANSCRIPT
IDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA
PADA MATERI SISTEM PEREDARAN DARAH MANUSIA
DENGAN MENGGUNAKAN CERTAINTY OF RESPONSE
INDEX (CRI) KELAS VIII SMPIT NIDAUL HIKMAH
SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2019/2020
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiaban dan Syarat Guna Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
TANTI RAHAYU
23060160085
PROGRAM STUDI TADRIS ILMU PEGETAHUAN ALAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2020
ii
iii
IDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA
PADA MATERI SISTEM PEREDARAN DARAH MANUSIA
DENGAN MENGGUNAKAN CERTAINTY OF RESPONSE
INDEX (CRI) KELAS VIII SMPIT NIDAUL HIKMAH
SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2019/2020
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiaban dan Syarat Guna Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
TANTI RAHAYU
23060160085
PROGRAM STUDI TADRIS ILMU PEGETAHUAN ALAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2020
iv
v
vi
vii
MOTTO
“ Hidup Ini Seperti Naik Sepeda, Agar Tetap Seimbang, Kau Harus Terus
Bergerak”.
(Albert Einstein)
“ Kamu Tidak Akan Pernah Mendapatkan Kata O Pada Kata Yesterday”.
(Tanra Avrili)
viii
PERSEMBAHAN
Segala puji syukur penulis panjatkan atas limpahan rahmat dan hidayah
Allah Swt, Serta sholawat serta salam senantiasa tercucurkan kepada Nabi Agung
Muhammad Saw.
Skripsi ini penulis persembahkan untuk:
1. Kedua orang tua Bapak Kusno dan Ibu Muslikah. Beliau adalah orang
yang selalu memberikan kasih sayang, doa, dan segala pengorbanannya,
sehingga saya bisa sampai pada titik ini.
2. Adik saya Ahmad Winanto yang selalu mengalah selama saya kuliah.
3. Mas Abdul Wahab yang menemani saya dan memotivasi saya untuk tetap
semangat dan tak pernah lelah membuat saya bahagia.
4. Seluruh keluarga besar penulis.
5. Bapak Mas’ud M.Pd. dan Ibu Desi Maria Ulfa S.Pd yang telah menjadi
bapak ibu saya disalatiga yang membimbing saya menjadi orang yang
lebih baik.
6. Ibu Dr. Peni Susapti. M.Pd yang selalu membantu dan memotivasi saya
untuk menyelesaikan skripsi ini.
7. Seluruh Dosen IAIN Salatiga yang telah memberikan ilmunya.
8. Ayah Fahsin M Fa’al dan Ibu Kholifatul Umma yang selalu menjadi
inspirator saya.
9. Seluruh sahabat saya dari bangku SD sampai dengan kuliah ini yang tidak
bisa saya sebutkan satu persatu
10. Keluarga besar Pondok Pesantren Manabi’ul Qur’an Melati Rahayuning
Budi.
11. Keluarga besar YBM BRI Kanwil Semarang.
ix
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr.wb.
Segala Puji Allah Swt, yang telah melimpahkan rahmat, nikmat, serta
hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai syarat guna
memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Program Studi Tadris Ilmu
Pengetahuan Alam (T.IPA) Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) IAIN
Salatiga. Sholawat dan salam tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad Saw,
yang telah membimbing kita dri zaman kegelapan menuju zaman yang terang
benerang yang kita nantikan syafaatnya kelak di hari akhir.
Setelah melalui berbagai proses yang harus ditempuh, akhirnya penulis
dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Identifikasi Miskonsepsi Siswa Pada
Materi System Peredaran Darah Manusia Menggunakan Certainty Of Response
Index (CRI) Kelas VIII SMPIT Nidaul Hikmah Salatiga Tahun Pelajaran
2019/2020.” dengan lancar. Untuk itu, penulis mengucapkan alhmdulillah sebagai
ungkapan rasa syukur atas segala nikmat Allah Swt, yang telah diberikan.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari tidak akan terlaksana
tanpa bantuan, dan arahan dari berbagai pihak. Maka dalam kemampuan ini
penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak
yang membantu dalam penulisan skripsi ini, khususnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Zakiyuddin Baidhawy, M.Ag. Selaku rektor IAIN
Salatiga.
2. Bapak Prof. Dr. Mansur, M.Ag. Selaku Dekan Fakultas dan Ilmu
Keguruan IAIN Salatiga.
3. Bapak Dr. Budiyono Saputro, M.Pd. Selaku Ketua Program Studi Tadris
IPA pada periode 2015-2019.
4. Ibu Dr. Eni Titikusumawati, M.Pd. Selaku Ketua Program Studi Tadris
IPA pada periode 2019--2023.
x
5. Ibu Dr. Peni Susapti, M.Pd. Selaku dosen pembimbing skripsi ini yang
dengan sabar mengarahkan dan membimbing saya sehingga dapat
menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya.
6. Bapak Muhammad Mas’ud, M.Pd. Selaku dosen pembimbing akademik.
7. Seluruh Dosen IAIN Salatiga yang telah memberikan ilmu kepada saya.
8. Ibu Arum, M.Pd. Selaku guru di SMPIT Nidaul Hikmah Salatiga yang
telah membantu saya melakukan penelitian.
Atas bantuan dari mereka, penulis berdo’a semoga segala amal ibadah mereka
mendapatkan balasan yang baik dari Allah Swt.
Penulis juga menyadari bahwa dalam melakukan penelitian maupum
penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna.
Untuk itu, penulis mengharapakan kritik dan saran yang membangun dari
berbagai pihak untuk bisa lebih baik dalam menulis sebuah karya ilmiah. Penulis
berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis, dan juga pendidik npada
umumnya.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
Salatiga, 13 Maret 2020
Penulis
Tanti Rahayu
NIM. 23060160085
xi
ABSTRAK
Rahayu, Tanti. 2020. Identifikasi Miskonsepsi Siswa Pada Materi Sistem
Peredaran Darah Manusia Menggunakan Certainty of Response
Index (CRI) Kelas VIII SMPIT Nidaul Hikmah Salatiga Tahun
Pelajaran 2019/2020. Skripsi. Program Studi Tadris Ilmu
Pengetahuan Alam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut
Agama Islam Negeri Salatiga. Dosen Pembimbing: Dr. Peni Susapti.
M.Pd.
Kata Kunci: Miskonsepsi, IPA, Sistem Peredaran Darah Manusia
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui miskonsepsi dan penyebab
miskonsepsi siswa yang terjadi pada materi Sistem Peredaran Darah Manusia
menggunakan Certainty of Response Index (CRI) pada kelas VIII SMPIT Nidaul
Hikmah Salatiga Tahun Pelajaran 2019/2020.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deskriptif. Teknik yang
digunakan untuk mengambil sampel pada penelitian ini ialah teknik purposive
sampling. Sampel yang digunakan adalah 2 kelas yaitu Kelas VIII A (20 Siswa)
dan VIII B (24 Siswa).
Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat miskonsepsi yang terjadi pada
siswa kelas VIII SMPIT Nidaul Hikmah pada materi sistem peredaran darah
manusia dengan menggunakan CRI, yaitu pada kelas VIII A persentase
miskonsepsi sebesar 18,25%, dan hanya mengalami penurunan miskonsepsi
sebanyak 6,25% sedangkan pada kelas VIII B persentase miskonsepsi sebesar
18,33% dan hanya mengalami penurunan sebesar 0,83%. Dan terdapat pula
penyebab miskonsepsi siswa pada materi sistem peredaran darah manusia yaitu,
minskonsepsi yang disebabkan karna guru, konteks mengajar dan dari siswa itu
sendiri.
xii
DAFTAR ISI
Halaman Sampul Luar..................................................................................... i
Halaman Berlogo IAIN Salatiga .................................................................... ii
Halaman Sampul Dalam ................................................................................ ii
Halaman Persetujuan Pembimbing ............................................................... iv
Halaman Pengesahan Kelulusan .................................................................... v
Halaman Pernyataan Keaslian Tulisan.......................................................... vi
Halaman Motto ............................................................................................ vii
Halaman Persembahan ................................................................................ viii
Kata Pengantar .............................................................................................. ix
Abstrak .................................................................................................... xi
Daftar Isi ................................................................................................... xii
Daftar Tabel ............................................................................................... xiv
Daftar Gambar ........................................................................................... xvi
Daftar Lampiran ......................................................................................... xvii
BAB I : PENDAHULUAN ........................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 9
C. Tujuan Penelitian ............................................................................. 10
D. Manfaat Penelitian ........................................................................... 11
1. Manfaat Teoretis ........................................................................ 11
2. Manfaat Praktis .......................................................................... 11
E. Definisi Operasional......................................................................... 12
F. Sistematika Penulisan ...................................................................... 14
BAB II : LANDASAN TEORI .................................................................... 16
A. Kajian Teori ..................................................................................... 16
1. Konsep ....................................................................................... 16
a. Definisi Konsep .................................................................... 16
b. Pembagian Konsep ............................................................... 17
2. Miskonsepsi ............................................................................... 18
a. Definisi Miskonsepsi ........................................................... 18
b. Cara Mendeteksi Miskonsepsi ............................................ 19
c. Penyebab Miskonsepsi ........................................................ 22
3. IPA Materi Sistem Peredaran Darah Manusia ........................... 24
a. Struktur dan Fungsi Sistem Peredaran Darah ..................... 25
b. Gangguan atau Kelainan pada Sistem Peredaran
Darah dan Upaya untuk Mencegah serta
xiii
Menanggulanginya ............................................................. 36
4. Certainty of Response Index (CRI) .......................................... 41
B. Kajian Pustaka .................................................................................. 46
C. Hipotesis Penelitian ......................................................................... 49
BAB III: METODE PENELITIAN ............................................................. 50
A. Jenis Penelitian ................................................................................ 50
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................... 51
C. Populasi dan Sampel ........................................................................ 51
D. Variabel Penelitian ........................................................................... 52
E. Instrumen Penelitian......................................................................... 53
F. Uji Coba Instrumen Penelitian ......................................................... 54
G. Metode Pengumpulan Data .............................................................. 58
H. Teknik Analisis Data ........................................................................ 59
BAB IV: DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA ......................................... 65
A. Deskripsi Data .................................................................................. 65
B. Analisis Data .................................................................................... 72
1. Uji Coba Instrumen .................................................................... 72
2. Analisis Data ............................................................................. 80
a. Tes ..................................................................................... 80
b. Nontes .................................................................................. 85
BAB V: PENUTUP ..................................................................................... 87
A. Kesimpulan ..................................................................................... 87
B. Saran .............................................................................................. 88
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 89
LAMPIRAN .............................................................................................. 93
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Golongan Darah ........................................................................... 30
Tabel 2.2 Perbedaan Arteri dan Vena .......................................................... 33
Tabel 2.3 Enam Skala CRI (Certainty of Response Index) .......................... 42
Tabel 2.4 Contoh Lembar Jawaban Untuk Soal Pilihan Ganda Beralasan
Yang Disertai Indeks CRI............................................................ 43
Tabel 2.5 Modifikasi Kategori Tingkatan Pemahaman ............................... 44
Tabel 3.1 Populasi penelitian ....................................................................... 51
Tabel 3.2 Sampel penelitian ......................................................................... 53
Tabel 3.3 Pedoman untuk memberikan interpretasi koefsien korelasi ........ 56
Tabel 3.4 Klasifikasi Daya Pembeda ........................................................... 57
Tabel 4.1 Hasil Nilai Prakonsepsi Kelas VIII A .......................................... 65
Tabel 4.2 Hasil Nilai Prakonsepsi Kelas VIII B .......................................... 67
Tabel 4.3 Hasil Nilai Miskonsepsi Kelas VIII A ......................................... 69
Tabel 4.4 Hasil Nilai Miskonsepsi Kelas VIII B ........................................ 70
Tabel 4.5 Katagori Validitas ....................................................................... 73
Tabel 4.6 Hasil Uji Validitas Butir Soal Pre-test Dengan SPSS 22. 0 ......... 73
Tabel 4.7 Hasil Uji Validitas Butir Soal Post-test Dengan SPSS 22. 0 ........ 74
Tabel 4.8 Tingkat Reliabel ......................................................................... 74
Tabel 4.9 Reliability Statistics (Pre-test) ..................................................... 75
Tabel 4.10 Reliability Statistics (Post-test) .................................................. 75
Tabel 4.11 Katagori Taraf Kesukaran .......................................................... 76
Tabel 4.12 Tingkat Kesukaran Butir Soal Pre-test....................................... 76
Tabel 4.13 Tingkat Kesukaran Butir Soal Post-test ..................................... 77
Tabel 4.14 Katagori Daya Pembeda............................................................. 78
xv
Tabel 4.15 Hasil Uji Daya Pembeda Soal Pre-test ....................................... 78
Tabel 4.17 Uji Normalitas Kelas VIII A dengan Kolmogorov-Smirnov
SPSS 22.0. .............................................................................. 81
Tabel 4.18 Uji Normalitas Kelas VIII B dengan Kolmogorov-Smirnov
SPSS 22.0. ................................................................................ 81
Tabel 4.19 Test of Homogeneity of Variance ............................................... 82
Tabel 4.20 Hasil Uji Independent Sample T-Test ........................................ 83
Tabel 4. 21 Paired Samples Correlations .................................................... 84
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Sel Darah ........................................................................ 27
Gambar 2.2 Bagian-bagian Jantung ............................................................ 31
Gambar 2.3 Peredaran Darah Manusia ....................................................... 34
Gambar 4.1 Hasil Angket Kelas VIII A ...................................................... 85
Gambar 4.2 Hasil Angket Kelas VIII B ...................................................... 86
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Lembar Konsultasi Skripsi .................................................... 94
Lampiran 2. Surat Penunjukan Dosen Pembimbing ................................... 95
Lampiran 3. Surat Pembimbing Skripsi ....................................................... 96
Lampiran 4. Surat Ijin Penelitian ................................................................. 97
Lampiran 5. Surat Keterangan Sekolah ...................................................... 98
Lampiran 6. Surat Pernyataan Kesedian Validator ...................................... 99
Lampiran 7. Lembar Validasi dan Verifikasi Soal Pre-test ....................... 101
Lampiran 8. Lembar Validasi dan Verifikasi Soal Post-test ...................... 107
Lampiran 9. Lembar Validasi Soal Angket Siswa ................................... 113
Lampiran 10. Lembar Validasi Soal Angket Guru ................................. 119
Lampiran 11. Kisi- kisi Soal Pre-test dan Post-test ................................... 125
Lampiran 12. Kisi- kisi Angket Siswa dan Angket Guru .......................... 128
Lampiran 13. Lembar Jawaban Pre-test ..................................................... 132
Lampiran 14. Lembar Soal Post-test .......................................................... 135
Lampiran 15. Lembar Jawaban Post-test .................................................. 139
Lampiran 16. Lembar Jawaban Angket Siswa ........................................... 141
Lampiran 17. Lembar Jawaban Angket Guru ............................................ 143
Lampiran 18. Kunci Jawaban Soal Pre-test dan Post-test .......................... 145
Lampiran 19. Rekapitulasi Nilai Pre-test ................................................. 149
Lampiran 20. Rekapitulasi Post-test .......................................................... 150
Lampiran 21. Dokumentasi ........................................................................ 152
Lampiran 22. SKK ..................................................................................... 154
Lampiran 23. Daftar Riwayat Hidup .......................................................... 158
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan yang berkualitas harus mampu meningkatkan potensi
siswa sehingga yang bersangkutan mampu menghadapi dan memecahkan
problema kehidupan yang dihadapinya. Dalam hal ini guru harus memiliki
pengetahuan yang luas mengenai model pembelajaran, kondisi siswa dan
cara melakukan pembelajaran yang efektif dan bermakna.
Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional menyatakan bahwa: “Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara” ( UURI, 2009: 3). Tujuan
pendidikan nasional dirumuskan dengan dasar misi dan visi pendidikan
sebagai berikut: pendidikan nasional bertujuan mengembangkan manusia
Indonesia sesuai dengan falsafah Pancasila, menjadi pribadi yang beriman
dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlaq mulia, menguasai
ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, memiliki kesehatan jasmani dan
rohani, memiliki ketrampilan hidup yang berharkat dan bermartabat,
memiliki jiwa yang mantap dan mandiri serta memiliki tanggung jawab
kemasyarakat dan rasa kebangsaan agar mampu mewujudkan kehidupan
2
bangsa yang cerdas ( Jumali, 2008: 61). Seperti yang dijelaskan dalam Al
Qur’an Surat Al-Mujadalah ayat 11 yang berbunyi sebagai berikut:
ه الذين امن وا منكم والذين اوتوا العل ت ي رفع الل م درج
Artinya :”Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan.” (QS.Al-
Mujadalah:11)
Ayat di atas menjelaskan bahwa, Allah akan mengangkat derajat
orang yang berilmu diantara kalian dengan kemuliaan di dunia dan pahala
di akhirat. Maka barangsiapa yang beriman dan memiliki ilmu maka Allah
akan mengangkat derajatnya dengan keimanannya itu dan mengangkat
derajatnya dengan ilmunya pula. Dari isi kandungan ayat diatas maka
pendidikan sangat penting bagi kita, bahwasanya Allah sudah berjanji
akan meninggikan derajat orang-orang yang mencari ilmu. Pada dasarnya
pendidikan merupakan proses interaksi antara pendidik dan anak didik
dalam upaya membantu anak didik mencapai tujuan-tujuan pendidikan.
Pendidikan sendiri banyak jenisnya, salah satu pelajaran yang ada dalam
pendidikan adalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
Ilmu pengetahuan alam merupakan ilmu yang diperoleh melalui
investigasi yang bersifat eksperimen dan eksplanasi teoritis atas fenomena-
fenomena yang terjadi di alam sekitar. Fenomena-fenomena alam tersebut
di pahami oleh para ilmuwan dalam bentuk konsepsi yang bersifat ilmiah.
3
Biologi merupakan cabang ilmu pengetahuan alam yang mengkaji
konsepsi-konsepsi ilmiah mengenai makhluk hidup (Andarini dkk, 2012).
Pemahaman konsep biologi merupakan salah satu tujuan penting
dalam tujuan pembelajaran biologi, yaitu memberikan pengertian bahwa
konsep-konsep yang diajarkan kepada siswa tidak hanya sekedar hafalan,
melainkan harus dipahami. Pemahaman konsep biologi juga merupakan
salah satu tujuan pembelajaran yang disampaikan oleh guru, karena guru
berperan sebagai pembimbing siswa selama pembelajaran untuk mencapai
konsep yang diharapkan.
Salah satu fokus fundamental dalam pembelajaran adalah
mengajarkan mengenai konsep-konsep ilmiah karena konsep inilah yang
akan menjadi fondasi bagi pengetahuan ilmiah. Namun demikian,
penelitian menunjukkan bahwa mereka yang mempelajari suatu konsep
pada awalnya memiliki pemahaman konsep yang berbeda dengan
pengetahuan ilmiah yang diterima pada saat ini. Konsep yang berbeda
dengan konsep pengetahuan ilmiah disebut sebagai alternative concept
(Kurniasih, 2017: 2).
Pemahaman konsep yang rendah masih menjadi permasalahan di
dunia pendidikan. Padahal sebelum mempelajari keterampilan belajar yang
lain, siswa harus memahami konsep terlebih dahulu. Pemahaman konsep
salah dapat menyebabkan siswa mengalami miskonsepsi dan sulit
memahami konsep baru yang hampir serupa. Siswa dapat menemukan dan
menjelaskan kaitan konsep dengan konsep lain apabila paham konsep.
4
Siswa dapat menerapkan konsep yang telah dipelajari untuk
menyelesaikan permasalahan sederhana sampai kompleks.
Setiap siswa memiliki interpretasi berbeda terhadap ilmu yang
diterima. Interpretasi siswa disebut konsepsi. Konsepsi merupakan
perwujudan dari interpretasi seseorang terhadap suatu objek yang diamati
dan dipelajari sering bahkan selalu muncul sebelum pembelajaran.
Konsepsi pembelajaran dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu
prakonsepsi dan miskonsepsi (Zayyinah, 2018: 79).
Prakonsepsi merupakan konsepsi yang berdasarkan pengalaman
formal dalam kehidupan sehari-hari. Prakonsepsi dalam pembelajaran IPA
dibangun sendiri oleh siswa. Siswa masuk ke dalam lingkungan belajar
dengan prakonsepsi awal dan akan terbentuk kembali melalui interaksi
sosial dan fisik di kelas sebagai akibat dari pembelajaran (Huseyin &
Sabri, 2007: 101). Prakonsepsi siswa yang menjadi perhatian adalah
prakonsepsi siswa tidak sesuai dengan konsep para ahli ilmiah.
Prakonsepsi yang berbeda dari para ahli dapat menghambat proses
pembelajaran siswa terhadap suatu konsep.
Rendahnya penguasaan konsep merupakan salah satu kendala
dalam proses pembelajaran dan dapat berakibat pada rendahnya hasil
belajar. Salah satu penyebab rendahnya penguasaan konsep adalah adanya
miskonsepsi dan kondisi pembelajaran yang kurang memperhatikan
konsepsi awal (prakonsepsi) yang dimiliki siswa.
5
Setiap siswa memiliki konsepsi awal (prakonsepsi) yang berbeda.
Konsepsi yang dimiliki siswa terkadang tidak sesuai dengan konsepsi yang
dimiliki oleh para ilmuwan. Jika konsepsi yang dimiliki siswa sama
dengan konsepsi yang dimiliki para ilmuwan, maka konsepsi tersebut tidak
dapat dikatakan salah. Namun, jika konsepsi yang dimiliki siswa tidak
sesuai dengan konsepsi para ilmuwan, maka siswa tersebut dikatakan
mengalami miskonsepsi (Fitria, 2014: 47).
Miskonsepsi adalah ide atau pandangan yang keliru mengenai
suatu konsep yang dipahami oleh seseorang yang tidak sesuai dengan
konsep yang disepakati dan dianggap benar oleh para ahli, biasanya
pandangan yang berbeda (salah) bersifat resisten (sulit dirubah) dan
persisten (cenderung bertahan). Pandangan ini sulit diubah. (Suhermiati,
2015: 986). Miskonsepsi dipandang sebagai pengertian yang tidak akurat
akan konsep, penggunaan konsep yang salah, klasifikasi contoh-contoh
yang salah, kekacauan konsep-konsep yang berbeda, dan hubungan
hirarkis konsep-konsep yang tidak benar (Sugiyono. 2005: 5).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa miskonsepsi terjadi secara
universal di seluruh dunia bagaimanapun lingkungan sosial budaya,
bahasa, maupun etniknya. Konsepsi dan miskonsepsi siswa diduga kuat
terbentuk pada masa anak dalam interaksi otak dengan alam. Sejak kecil
anak berpengalaman dengan alam di sekitarnya, anak yang menggerakkan
mainan telah memperoleh pengalaman yang berhubungan dengan konsep
gaya, momentum, kecepatan, dan percepatan, walaupun istilah itu memang
6
belum digunakan. Maka di dalam otaknya sudah terbentuk konsepsi atau
miskonsepsi yang berhubungan dengan konsep-konsep tersebut (Berg,
1991 :13).
Miskonsepsi banyak dialami oleh siswa, mulai dari siswa Sekolah
Dasar (SD) sampai dengan tingkat perguruan tinggi. Miskonsepsi dapat
disebabkan oleh banyak hal, mulai dari siswa itu sendiri, guru, buku teks,
konteks dan cara mengajar. Penyebab dari siswa dapat disebabkan oleh
banyak hal yaitu: prakonsepsi, pemikiran asssosiatif, pemikiran
humanistik, reasoning yang tidak lengkap/salah, intuisi yang salah, tahap
perkembangan kognitif siswa, kemampuan siswa dan minat belajar siswa
(Suparno, 2005: 34). Begitu juga untuk penyebab yang lain, di mana
dalam suatu penyebab tersebut masih ada penyebab khusus yang membuat
siswa mengalami miskonsepsi.
Berdasarkan pengamatan pada tanggal 11 September 2019
terhadap siswa kelas VIII SMPIT Nidaul Hikmah Salatiga. Terdapat
beberapa kendala dalam proses pembelajaran IPA, di antaranya adalah (1)
Materi ipa yang diangggap susah oleh siswa, sehingga banyak siswa yang
tidak paham terhadap materi yang di ajarkan. 2) Penyampain guru yang
kurang jelas terhadap materi, sehingga membuat siswa bingung. Hal ini
jika dibiarkan terus menerus akan mengakibatkan tidak tercapainya tujuan
yang diharapkan. Nilai yang didapat siswa rata-rata dibawah KKM yaitu
70.
7
Hasil pengamatan di atas dapat di lihat bahwa terdapat banyak
siswa yang mengalami miskonsepsi, hal ini terlihat dari rendahnya prestasi
belajar IPA dan rendahnya penguasaan konsep IPA yang kurang baik. Hal
ini juga diperkuat melalui hasil wawancara dengan beberapa siswa kelas
VIII SMPIT Nidaul Hikmah Salatiga. Mereka mengatakan masih belum
memahami beberapa materi yang telah diajarkan. Materi yang dianggap
susah oleh siswa adalah materi biologi.
Membiarkan siswa meyakini konsep yang tidak tepat, dapat
mengganggu siswa dalam menerima pengetahuan berikutnya. Biasanya
salah konsep ini bersifat permanen serta sangat sulit diluruskan kembali.
Adanya miskonsepsi sangat menghambat proses penerimaan dan asimilasi
pengetahuan baru siswa, sehingga akan menghalangi keberhasilan siswa
dalam proses belajar (Tayubi, 2005: 4).
Miskonsepsi yang terjadi sebenarnya dapat diidentifikasi dengan
mengetahui miskonsepsi apa saja yang dialami oleh siswa dan penyebab
terjadinya miskonsepsi tersebut, maka dapat dengan lebih mudah dalam
membantu menangani miskonsepsi. Cara yang dapat digunakan untuk
mendeteksi miskonsepsi adalah dengan peta konsep, test pilihan gandan
dengan reasoning terbuka, test esai tertulis, wawancara diagnosis, diskusi
dalam kelas dan praktikum dengan Tanya jawab (Suparno, 2005: 121).
Usaha untuk mengidentifikasi miskonsepsi sudah banyak
dilakukan oleh peneliti sebelumnya Septiana (2014) dan Tayubi (2005).
Namun hingga saat ini masih terdapat kesulitan dalam membedakan antara
8
siswa yang mengalami miskonsepsi dengan yang tidak tahu konsep. Tanpa
dapat membedakan diantara keduanya, akan sulit untuk menentukan
langkah penanggulangan untuk mengatasi miskonsepsi. Sebab
penanggulangan siswa yang mengalami miskonsepsi akan berbeda dengan
siswa yang tidak tahu konsep. Sebagai salah satu alternative yang
digunakan untuk mengidentifikasi miskonsepsi adalah teknik Certainty of
Response Index (CRI) yang dikembangkan oleh Hasan dan Kelley pada
tahun 1999. Certainty of Response Index (CRI) adalah salah satu cara
untuk membedakan miskonsepsi dengan yang tidak tahu konsep.
CRI biasanya didasarkan pada suatu skala dan diberikan bersamaan
dengan setiap jawaban soal. Tingkat kepastian jawaban soal tercermin
dalam skala CRI yang diberikan, CRI yang rendah menandakan ketidak
yakinan konsep pada diri responden dalam menjawab pertanyaan, dalam
hal ini jawaban biasanya ditentukan atas dasar tebakan semata.
Sebaliknya CRI yang tinggi mencerminkan keyakinan dan
kepastian konsep yang tinggi pada diri responden, dalam hal ini unsur
tebakan sangat kecil. Seorang responden mengalami miskonsepsi atau
tidak tahu konsep dapat dibedakan secara sederhana dengan cara
membandingkan benar tidaknya jawaban suatu soal dengan tinggi
rendahnya indeks kepastian jawaban (CRI) yang diberikannya untuk soal
tersebut (Yusminah, 2018: 327).
Berdasarkan hasil penelitian terdahulu menunjukkan bahwa CRI
dapat digunakan untuk mengidentifikasi miskonsepsi pada siswa. Seperti
9
penelitian yang dilakukan oleh Setiawati, dkk (2014) Hasil penelitian ini
membahas secara mendalam tentang identifikasi miskonsepsi dalam materi
fotosintesis dan respirasi tumbuhan pada siswa kelas IX SMP di Kota
Denpasar.
Berdasarkan hasil uraian di atas maka, guru harus mengetahui
apakah siswa memamahami suatu konsep atau tidak dalam pembelajaran
yang telah dilakukan, untuk mengetahui apakah siswa memahami konsep,
tidak tahu konsep dan terjadi miskonsepsi, dapat dilakukan dengan test
pilihan ganda yang dilengkapi dengan alasan atau CRI. Oleh karena itu,
peneliti mencoba melakukan penelitian kuantitatif pada materi sistem
peredaran darah manusia karena materi ini cukup sulit bagi siswa sehingga
besar kemungkinan akan terjadi miskonsepsi, maka peneliti melakukan
penelitian yang berjudul “ Identifikasi Miskonsepsi Siswa Pada Meteri
Sistem Peredaran Darah Manusia Dengan Menggunakan Certainty of
Response Index (CRI) Kelas VIII SMPIT Nidaul Hikmah Salatiga
Tahun Pelajaran 2019/2020”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah
penelitian ini adalah:
1. Bagaimana prakonsepsi siswa yang terjadi pada materi Sistem
Peredaran Darah Manusia menggunakan Certainty of Response Index
(CRI) pada kelas VIII SMPIT Nidaul Hikmah Salatiga Tahun
Pelajaran 2019/2020?
10
2. Bagaimana miskonsepsi siswa yang terjadi pada materi Sistem
Peredaran Darah Manusia menggunakan Certainty of Response Index
(CRI) pada kelas VIII SMPIT Nidaul Hikmah Salatiga Tahun
Pelajaran 2019/2020?
3. Apa saja faktor yang mempengaruhi terjadinya miskonsepsi siswa
kelas VIII SMPIT Nidaul Hikmah Salatiga Tahun Pelajaran
2019/2020?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka tujuan dari
penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui prakonsepsi siswa yang terjadi pada materi Sistem
Peredaran Darah Manusia menggunakan Certainty of Response Index
(CRI) pada kelas VIII SMPIT Nidaul Hikmah Salatiga Tahun
Pelajaran 2019/2020.
2. Untuk mengetahui miskonsepsi siswa yang terjadi pada materi Sistem
Peredaran Darah Manusia menggunakan Certainty of Response Index
(CRI) pada kelas VIII SMPIT Nidaul Hikmah Salatiga Tahun
Pelajaran 2019/2020.
3. Untuk Mengetahui faktor yang mempengaruhi terjadinya miskonsepsi
siswa kelas VIII SMPIT Nidaul Hikmah Salatiga Tahun Pelajaran
2019/2020.
11
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah:
1. Secara Teoretis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
kepada dunia pendidikan bahawa evaluasi dapat sangat penting
dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman konsep atau
miskonsepsi yang gterjadi pada siswa.
b. Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu acuan dalam
menanggulangi miskonsepsi IPA di sektor pendidikan.
c. Menambah wawasan dalam bidang penelitian dan pembuatan karya
ilmiah dan memberikan sumbangan pemikiran bagi lembaga
pendidikan.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini dapat memberikan manfaat praktis bagi siswa, guru,
sekolah, perpustakaan dan peneliti.
a. Bagi Siswa
Memberikan refleksi terhadap pemahaman konsep IPA
tentang Sistem Peredaran Darah Manusia. dan dapat meningkatkan
pemahaman konsep IPA bagi siswa agar tidak tejadi miskonsepsi.
b. Bagi Guru
Hasil penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan untuk
mendalami lebih lanjut tentang realita munculnya miskonsepsi
12
siswa, sehingga dapat ditemukan cara meremidiasi miskonsepsi
siswa yang lebih efektif.
c. Bagi Sekolah
Dapat memberi masukan untuk mengoptimalkan proses
pembelajaran IPA dalam meningkatkan mutu dan kualitas sekoalah
agar tidak terjadinya miskonsepsi.
d. Bagi Perpustakaan
Dengan diadakan penelitian ini, maka hasil yang diperoleh
diharapkan dapat berguna untuk dijadikan bahan referensi
pendidikan sehingga dapat digunakan sebagai sumber belajar atau
bacaan bagi mahasiswa lainnya.
e. Bagi Peneliti
Dapat memberikan pengalaman baru, wawasan, dan bahan
masukan bagi peneliti sebagai calon guru untuk memahami konsep
pembelajaran yang dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa
agar tidak terjadi miskonsepsi.
E. Definisi Operasional
Istilah - istilah yang perlu didefinisikan secara operasional dalam
Identifikasi miskonsepsi pada materi Sistem Peredaran Darah Manusia
dengan menggunakan Certainty of Response Index (CRI) yaitu:
13
1. Identifikasi Miskonsepsi.
Identifikasi miskonsepsi yaitu melakukan kegiatan yang
didalamnya menetapkan ciri-ciri dari miskonsepsi sehingga diketahui
mana siswa yang miskonsepsi dan mana yang tidak.
2. Miskonsepsi
Miskonsepsi adalah pemahaman konsep yang tidak sesuai dengan
pengertian ilmiah atau pengertian yang diterima para ilmuwan biologi
mengenai suatu konsep. Siswa dikatakan miskonsepsi saat siswa
menjawab suatu pertanyaan, siswa yakin dengan jawaban yang
diberikannya sedangkan jawaban tersebut keliru dengan apa yang
dikemukakan oleh para ahli. (Murni, 2013: 205). Miskonsepsi tersebut
bisa diidentifikasi dari rendahnya nilai tes siswa dan tingginya nilai
indeks CRI untuk siswa yang menjawab salah setelah mempelajari
konsep tersebut.
3. CRI (Certainty of Response Index)
CRI (Certainty of Response Index) adalah teknik yang digunakan
untuk mengidentifikasi miskonsepsi pada siswa. merupakan ukuran
tingkat keyakinan/kepastian responden dalam menjawab setiap
pertanyaan (soal) yang diberikan. CRI biasanya didasarkan pada suatu
skala dan diberikan bersamaan dengan setiap jawaban suatu soal.
Tingkat kepastian jawaban tercermin dalam skala CRI yang diberikan,
CRI yang rendah menandakan ketidakyakinan konsep pada diri
14
responden dalam menjawab suatu pertanyaan, dalam hal ini jawaban
biasanya ditentukan atas dasar tebakan semata. (Tayubi, 2005: 5)
F. Sistematika Penulisan
1. Bagian Awal
Bagian awal laporan terdiri atas Sampul, Lembar berlogo,
Judul, Persetujuan pembimbing, Pengesahan kelulusan, Pernyataan
keaslian penelitian, Motto dan Persembahan, Kata pengantar, Daftar
isi, Daftar tabel, Daftar gambar, Daftar lampiran dan Abstrak.
2. Bagian Inti
a. BAB I : Pendahuluan, bagian pendahuluan ini berisi beberapa
bagian, yaitu latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional dan sistematika
penulisan.
b. BAB II : Landasan Teori, pada bab ini dibahas kajian teori tentang
teori - teori yang berhubungan dengan miskonsepsi siswa pada
materi sistem peredaran darah manusia dengan menggunakan
Certainty of Response Index (CRI). Pada bab ini juga dibahas
kajian pustaka tentang penelitian tentang miskonsepi dengan
menggunakan certainty of response index (CRI). Ada tiga
penelitian terdahulu sebagai acuan dan perbandingan hasil dari
penelitian ini. Kajian pustaka dari penelitian terdahulu menjadi
salah acuan untuk hasil dari penelitian ini karena penelitian ini
menggunakan lingkup mata pelajaran yang berbeda.
15
c. BAB III : Metode Penelitian, Pelaksanaan Penelitian, pada bab ini
berisi tentang Jenis penelitian, Lokasi dan waktu penelitian,
Populasi dan sempel, Variable penelitian, Instrumen penelitian, Uji
coba instrumen penelitian, Metode pengumpulan data, Teknik
Analisis data.
d. BAB IV : Deskripsi dan Analisis data, pada bab ini berisi tentang
Deskripsi data, Analisis data sendiri terdiri dari Uji coba Instrumen
dan Analisis data.
e. BAB V : Penutup, pada bab ini berisi tentang kesimpulan dan
saran.
3. Bagian Akhir
Pada bagian ini terdiri dari daftar pustaka, lampiran-lampiran, dan
riwayat hidup penulis.
16
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Konsep
a. Definisi Konsep
Konsep adalah sebuah kata yang berasal dari bahasa latin
Conceptus (kata benda) yang dibentuk dari kata conceptum yang
berasal dari kata kerja (konjugasi II) concipio. Kata concipio
berarti “mengambil” kedalam dirinya”, menerima, menghisap,
menampung, menyerap atau menangkap dan membayangkan
dalam pikiran. Jadi konsep adalah gambar atau bayangan dalam
pikiran yang merupakan hasil tangkapan akal budi terhadap suatu
entitas yang menjadi objek pikiran (Rapar, 1996: 27).
Konsep adalah suatu medium yang menghubungkan subjek
penahu dan objek yang diketahui, pikiran dan kenyataan.
(Sudarminta, 2002: 87). Konsep merupakan suatu ide atau gagasan
yang relative sempurna dan bermakna mengenai suatu objek.
Konsep juga merupakan produk membuat pengertian mengenai
objek-objek melalui pengalaman dan bahasanya sendiri (Kustiyah,
2007: 25).
Konsep merupakan sesuatu yang tergambar dalam pikiran,
suatu pemikiran, gagasan, atau suatu pengertian. Jadi konsep ini
merupakan sesuatu yang telah melekat dalam hati seseorang dan
17
tergambar dalam pikiran, gagasan, atau suatu pengertian. Orang
yang telah memiliki konsep, berarti orang tersebut telah memiliki
pemahaman yang jelas tentang suatu konsep atau citra mental
tentang sesuatu tersebut. Sesuatu tersebut dapat berupa objek
konkrit ataupun gagasan yang abstrak (Susanto, 2013: 8).
Pembentukan konsep meruapakan dua kegiatan
mengkatagori yang berbeda yang menuntun proses berfikir yang
berbeda pula. Seluruh kegiatan mengkatagori meliputi:
mengidentifikasi dan menempatkan contoh-contoh (objek-objek
atau peristiwa-peristiwa) kedalam kelas dengan mengguanakan
dasar kriteria tertentu. Dengan demikian, konsep memungkinkan
kita menangkap lebih luas dari informasi yang diberikan.
(Atkinson, 2001: 505)
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa konsep
adalah gagasan atau abstraksi mengenai suatu objek, kejadiaan atau
hubungan yang digeneralisasikan sehingga mudah dipahami dan
memiliki makna.
b. Pembagian Konsep
Konsep dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
1) Konsep konkret adalah pengertian yang menunjukkan pada
objek-objek dalam lingkungan fisik. Konsep ini mewakili
benda tertentu seperti almari, lampu, meja dan lain sebagainya.
18
2) Konsep yang didefinisikan adalah konsep yang mewakili
realitas hidup, tetapi tidak langsung menunjuk pada realitas
dalam lingkup hidup fisik, karna realitas itu tidak berbadan.
Hanya dirasakan melalui proses mental.
Selama menuntut ilmu siswa dituntut untuk menguasai
konsep tertentu. Sebab dengan menguasai konsep, maka akan
diperoleh pengertian atas suatu materi yang dipelajari. Seseorang
yang tidak menguasai konsep maka akan mengalami kesulitan
dalam memahami sesuatu yang dibaca (Mahardika, 2014: 9).
2. Miskonsepsi
a. Definisi Miskonsepsi.
Miskonsepsi merupakan struktur kognitif (pemahaman)
yang berbeda dari pemahaman yang lebih ada dan diterima di
lapangan, dan struktur kognitif ini mengganggu penerimaan ilmu
pengetahuan yang baru (Hasan, 1999: 294). Sedangakn menurut
Kustiyah (2007: 25), miskonsepsi adalah kesalahan dalam
memahami suatu konsep yang ditunjukkan dengan kesalahan
menjelaskan dalam bahasnya sendiri.
Miskonsepsi dapat dipandang sebagai suatu konsepsi atau
struktur kognitif yang melekat dengan kuat dan stabil dibenak
siswa yang sebenarnya menyimpang dari konsepsi yang
dikemukakan para ahli, yang dapat menyesatkan para siswa dalam
19
memahami fenomena alamiah dan melakukan eksplanasi ilmiah
(Tayubi, 2005: 5). Sejalan dengan hal tersebut Suparno (2005: 4),
mendefinisikan miskonsepsi sebagai suatu interprestasi konsep -
konsep dalam suatu pernyataan yang tidak dapat diterima.
Miskonsepsi dipandang sebagai pengertian yang tidak akurat akan
konsep, penggunaan konsep yang salah, klasifikasi contoh-contoh
yang salah, kekacauan konsep-konsep yang berbeda, dan hubungan
hirarkis konsep-konsep yang tidak benar.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan
bahwa miskonsepi adalah suatu konsep yang tidak sesuai dengan
konsep yang diakui oleh para ahli dalam konsep tersebut atau bisa
dikatakan sautu pemahaman konsep yang salah dan tidak sesuai
dengan konsep pada aslinya.
b. Cara Mendeteksi Miskonsepsi
Siswa mengalami miskonsepsi dalam kegiatan belajar yang
dialaminya. Tidak mudah mengetahui siapa saja siswa yang
mengalami miskonsepsi. Untuk itu, diperlukan cara-cara yang
dapat digunakan untuk mendeteksi miskonsepsi. Dengan demikian,
kita dapat mengetahui lebih dahulu miskonsepsi apa saja yang
dipunyai siswa dan apa penyebabnya, sehingga kita dapat
membantu mengatasinya. Berikut ini adalah beberapa alat deteksi
20
yang dapat digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya miskonsepsi
(Suparno, 2005: 121) yaitu:
1) Peta Konsep
Peta konsep adalah peta yang menggambarkan
hubungan antara konsep-konsep yang ada dalam suatu materi,
menekankan pada gagasan-gagasan pokok yang disusun secara
hirarkis. Peta konsep dapat digunakan untuk mendeteksi
miskonsepsi siswa, melalui identifikasi atau melihat apakah
hubungan antara konsep-konsep yang telah digambarkan siswa
itu benar atau salah. Agar dapat lebih mengetahui tentang
miskonsepsi yang dialami siswa, penggunaan peta konsep ini
dapat dipadukan dengan wawancara klinis.
2) Tes Multiple Choice dengan Reasoning Terbuka
Tes pilihan ganda adalah suatu alat ukur yang
digunakan yang terdiri atas satu kalimat pernyataan atau
kalimat pertanyaan dan beberapa pilihan jawaban. Amir (dalam
Suparno, 2005: 123) menggunakan tes pilihan ganda dengan
pertanyaan terbuka di mana siswa harus menjawab dan menulis
mengapa ia mempunyai jawaban seperti itu.
3) Tes Esai Tertulis
21
Tes esai adalah tes yang berbentuk suatu pertanyaan
atau perintah, biasanya dalam kalimat pendek, yang menuntut
siswa untuk memberikan jawaban yang terurai (Azwar, 2013:
106). Guru dapat mempersiapkan suatu tes esai yang memuat
beberapa konsep yang memang hendak diajarkan atau yang
sudah diajarkan. Melalui tes terbuka tersebut dapat diketahui
miskonsepsi yang dialami siswa dan dalam bidang apa.
4) Wawancara Diagnosis
Wawancara dilakukan untuk melihat ada tidaknya
miskonsepsi siswa. Guru memilih beberapa konsep yang
diperkirakan sulit dimengerti siswa, atau konsep-konsep yang
telah diajarkan. Setelah itu guru bertanya mengenai beberapa
konsep yang telah ia pilih, kemudian mengajak siswa untuk
mengekspresikan atau mengungkapkan gagasan-gagasan
mereka mengenai konsep-konsep tersebut. Dari wawancara
inilah dapat diketahui miskonsepsi yang dialami siswa dan
bagaimana ia mendapatkan konsep tersebut.
5) Diskusi dalam Kelas
Diskusi adalah kegiatan mengungkapkan ide, pendapat
atau gagasan yang dimiliki seseorang kepada orang lain. Dalam
kelas, siswa diminta untuk mengungkapkan gagasan mereka
tentang konsep yang sudah diajarkan atau yang hendak
22
diajarkan. Dari diskusi inilah dapat dideteksi apakah gagasan
yang mereka sampaikan itu sudah tepat atau tidak.
6) Metode CRI
Metode ini dapat menggambarkan keyakinan responden
terhadap kebenaran alternatif jawaban yang direspon. Dengan
metode CRI (Certainty of Response Index) responden diminta
untuk merespon setiap pilihan pada masing-masing item tes
pada tempat yang telah disediakan, sehingga siswa yang
mengalami miskonsepsi dan tidak paham konsep dapat
dibedakan (Mahardika, 2014: 18)
c. Penyebab Miskonsepsi
Miskonsepsi yang dialami setiap siswa dalam satu kelas
dapat berbeda dan penyebabnya pun berbeda-beda pula.
Miskonsepsi yang terjadi disebabkan oleh beberapa hal, yaitu
siswa, guru, buku teks, konteks, dan metode mengajar (Suparno,
2005: 29).
1) Siswa
Miskonsepsi yang terjadi pada siswa dapat disebabkan
oleh siswa itu sendiri.
23
2) Guru
Miskonsepsi siswa terjadi bukan hanya disebabkan oleh
siswa itu sendiri, tetapi dapat juga disebabkan oleh guru. Guru
yang tidak menguasai bahan atau memahami konsep dengan
baik akan menyebabkan siswa mengalami miskonsepsi. Selain
itu bisa juga disebabkan oleh guru bukan lulusan dari bidang
ilmu yang diajarkan, tidak membiarkan siswa mengungkapkan
gagasan/ide, serta relasi yang kurang baik yang terjadi antara
guru dengan siswa. Sebelum mengajarkan konsep kepada
siswa, guru sebaiknya harus memahami konsep tersebut dengan
benar dan menjelaskan konsepnya dengan benar kepada siswa.
3) Buku teks
Buku teks juga dapat menyebabkan miskonsepsi. Hal
itu disebabkan oleh penjelasan yang keliru/salah, bahasanya
sulit dipahami, terjadinya salah tulis terutama dalam hal rumus,
tingkat kesulitan penulisan buku yang terlalu tinggi bagi siswa,
siswa tidak tahu membaca buku teks, buku fiksi sains kadang-
kadang konsepnya menyimpang demi menarik pembaca, serta
gambar kartun yang sering memuat miskonsepsi.
4) Konteks
Miskonsepsi juga disebabkan oleh pengalaman siswa.
Dari pengalaman yang dialami siswa, mereka dapat
24
menyimpulkan hal/konsep tertentu, namun konsep tersebut
masih salah/keliru, sehingga terjadilah miskonsepsi. Selain
pengalaman, bahasa sehari hari yang digunakan oleh siswa juga
turut menjadi penyebab terjadinya miskonsepsi. Misalnya
konsep tentang suhu dan panas. Dalam bahasa sehari-hari siswa
tidak pernah membedakan pengertian antara suhu dan panas,
mereka menganggap keduanya mempunyai arti yang sama. Hal
yang menyebabkan terjadinya miskonsepsi dari segi konteks
yang lainnya adalah teman lain dan keyakinan/ajaran agama.
Keduanya berpengaruh pada pemahaman mereka, dan sering
kali menyebabkan miskonsepsi.
5) Metode mengajar
Beberapa metode mengajar yang digunakan guru dapat
memunculkan miskonsepsi siswa. Misalnya metode ceramah,
dimana guru hanya menjelaskan materi dan siswa hanya
mendengarkan seringkali meneruskan dan menumpuk
miskonsepsi, karna pembelajaran yang di anggap
membosankan terlebih pada siswa yang kemampuan
kognitifnya kurang.
3. IPA Materi Sistem Peredaran Darah Manusia
Ilmu Pengetahuan Alam atau sains adalah upaya sistematis
untuk menciptakan, membangun, dan mengorganisasikan pengetahuan
25
tentang gejala alam (Kemendikbud, 2017: 5). Menurut Abdullah
menyatakan bahwa “IPA merupakan pengetahuan teoritis yang
diperoleh atau disusun dengan cara yang khas atau khusus, yaitu
dengan melakukan observasi, eksperimentasi, penyimpulan,
penyusunan teori, eksperimentasi, observasi dan demikian seterusnya
kait-mengkait antara cara yang satu dengan cara yang lain”
(Wulandari, 2017: 31). Cara Berpikir IPA meliputi: Percaya (Believe),
Rasa Ingin Tahu (Curiosity), Imajinasi (Imagnation), Penalaran
(Reasoning), Koreksi Diri (Self Examination) (Wisudawati, 2017: 24-
25).
Cara berfikir IPA yang meliputi percaya, rasa ingin tahu,
imajinasi, penalaran, dan koreksi diri merupakan hal yang sangat
diperlukan dalam proses pembelajaran IPA. Ilmu Pengetahuan Alam
merupakan ilmu yang dinamis sehingga cara berpikir IPA di atas perlu
diterapkan ketika mengikuti proses pembelajaran IPA.
a. Struktur dan Fungsi Sistem Peredaran Darah
Darah merupakan jaringan ikat yang berwujud cair dan
tersusun atas dua komponen utama yaitu plasma dan elemen
seluler. Darah pada tubuh manusia berfungsi untuk mengangkut
nutrisi, oksigen, hormon, dan senyawa kimia lain ke seluruh sel-sel
tubuh serta mengangkut karbon dioksida dan sisa metabolisme
untuk dikeluarkan dari tubuh. Selain itu, darah juga berfungsi
untuk menjaga tubuh kita dari serangan penyakit. Proses ini
26
berlangsung terus menerus selama kehidupan manusia. Untuk
melakukan fungsi tersebut melibatkan berbagai organ dalam tubuh
(Syaifuddin, 2001: 142).
Sistem peredaran darah manusia terdapat banyak bagian
yang memiliki fungsi yang berbeda beda. Berikut adalah bagian
atau komponen dari sistem peredaran darah manusia.
1) Komponen Darah
a) Plasma Darah
Plasma darah merupakan cairan ekstraseluler yang
mengandung zat-zat terlarut, sedangkan elemen seluler
tersusun atas sel-sel darah. Apabila darah yang terdapat di
dalam tabung reaksi disentrifugasi (diputar) dengan
kecepatan tertentu, sel-sel darah akan berada pada bagian
dasar sedangkan plasma berada pada bagian atas.
Darah tersusun atas 55% plasma darah dan 45% sel-
sel darah. Secara normal, lebih dari 99% sel-sel darah
tersusun atas sel darah merah (eritrosit) dan sisanya
tersusun oleh sel darah putih (leukosit) dan keping darah
(trombosit). Plasma darah tersusun atas 91,5% air (H2O)
dan 8,5% zat-zat terlarut. Zat-zat terlarut tersebut tersusun
atas protein dan zat zat lain. Protein-protein yang terlarut
dalam plasma antara lain albumin, fibrinogen, dan globulin
yang sering disebut sebagai protein plasma. Zat-zat lain
27
yang terlarut dalam plasma darah antara lain sari makanan,
mineral, hormon, antibodi, dan zat sisa metabolisme (urea
dan karbon dioksida) (Kemendikbud, 2017: 257).
Gambar 2.1 Sel Darah
(Sumber: Syaifuddin, 2001: 145)
b) Sel Darah Merah (Eritrosit)
Sel darah merah berbentuk bulat pipih dengan
bagian tengahnya cekung (bikonkaf). Sel darah merah tidak
memiliki inti sel. Warna merah pada sel darah merah
disebabkan adanya hemoglobin (Hb) dalam sel darah
merah. Hemoglobin merupakan suatu protein yang
mengandung unsur besi. Sel darah merah paling banyak
terdapat dalam darah, 1 mm3 (kurang lebih sekitar satu
tetes) darah terdiri atas 4-5 juta sel darah merah. Fungsi sel
darah merah adalah mengikat oksigen dari paru-paru untuk
diedarkan keseluruh jaringan tubuh dan mengikat karbon
28
dioksida dari jaringan tubuh untuk dikeluarkan melalui
paru-paru (Syaifuddin, 2001: 144).
c) Sel Darah Putih (Leukosit)
Berbeda dengan sel darah merah, sel darah putih
memiliki bentuk yang tidak tetap atau bersifat ameboid dan
mempunyai inti. Jumlah sel darah putih tidak sebanyak
jumlah sel darah merah, setiap 1 mm3 darah mengandung
sekitar 8.000 sel darah putih. Fungsi utama dari sel darah
putih adalah melawan kuman/bibit penyakit yang masuk ke
dalam tubuh. Apabila di dalam darah terjadi peningkatan
jumlah leukosit, maka kemungkinan terjadi infeksi di
bagian tubuh. Jika jumlah leukosit sampai di bawah 6.000
sel per 1 mm3 darah disebut sebagai kondisi leukopenia.
Jika jumlah leukosit melebihi normal (di atas 9.000 sel per
1 mm3) disebut leukositosis (Kemendikbud, 2017: 258).
d) Keping Darah (Trombosit)
Bentuk trombosit beraneka ragam, yaitu bulat, oval,
dan memanjang. Trombosit tidak berinti dan bergranula.
Jumlah sel pada orang dewasa sekitar 200.000–500.000 sel
per 1 mm3 darah. Umur dari keping darah cukup singkat,
yaitu 5 sampai 9 hari.
Keping darah sangat berhubungan dengan proses
mengeringnya luka, sehingga tidak heran jika ada yang
29
menyebut keping darah dengan sel darah pembeku. Sesaat
setelah bagian tubuh terluka, trombosit akan pecah karena
bersentuhan dengan permukaan kasar dari pembuluh darah
yang luka. Di dalam trombosit, terdapat enzim
trombokinase atau tromboplastin. Enzim tromboplastin
akan mengubah protrombin (calon trombin) menjadi
trombin karena pengaruh ion kalsium dan vitamin K dalam
darah. Trombin akan mengubah fibrinogen (protein darah)
menjadi benang-benang fibrin. Benang-benang fibrin ini
akan menjaring sel-sel darah sehingga luka tertutup dan
darah tidak menetes lagi (Tim Grasindo, 2016: 412).
e) Golongan Darah
Karl Landsteiner menggolongkan darah menjadi 4
kelompok, yaitu golongan darah A, B, AB, dan O. Dasar
yang ia gunakan adalah kandungan jenis antigen pada
eritrosit dan zat antibodi (agglutinin) pada serum.
Secara teori, golongan darah O mampu diberikan
kesemua golongan darah tanpa digumpalkan oleh darah
resipien sehingga disebut donor universal. Hal ini
disebabkan golongan darah O tidak mengandung
aglutinogen. Sementara itu, golongan darah AB disebut
resipen universal, karena secara teori dapat menerima
transfuse darah dari golongan apa saja. Hal ini disebabkan
30
golongan AB tidak mengandung agglutinin sehingga tidak
akan menggumpalkan darah jenis apapun dari donor.
Tabel 2.1 Golongan Darah
Golongan Darah Aglutinogen Aglutinin
A A
B B
AB A dan B -
O -
(Sumber: Syaifuddin, 2001: 147)
2) Jantung dan Pembuluh Darah
a) Jantung
Darah dapat mengalir ke seluruh tubuh karena di
dalam tubuh kita terdapat organ yang berperan sebagai
pemompa darah yang disebut dengan jantung. Jantung
terdiri atas 4 ruangan, yaitu serambi (atrium) kiri dan
serambi (atrium) kanan serta bilik (ventrikel) kiri dan bilik
(ventrikel) kanan. Serambi jantung terletak pada bagian
atas, sedangkan bilik jantung terletak di sebelah bawah.
Jantung memiliki tiga katup yang berfungsi menjga agar
darah tidak mengalir kembali keruang sebelumnya yaitu, 1)
katup vena seminulair, terletak pada pangkal aorta. 2) katup
valvula bikuspidalis, terletak antara bilik kiri dan serambi
kiri. 3) katup valvula trikuspidalis, terletak antara bilik
kanan dan serambi kanan (Tim Grasindo, 2016: 413).
31
Darah dari seluruh tubuh, akan masuk pertama kali
ke serambi kanan, sehingga darah dalam serambi kanan
banyak mengandung CO2. Dari serambi kanan, darah akan
melewati katup trikuspidalis menuju bilik kanan. Katup ini
berfungsi agar darah tidak dapat kembali ke serambi kanan.
Darah yang ada dalam bilik kanan, dipompa oleh bilik
kanan melewati arteri pulmonalis menuju paru-paru agar
CO2 dalam darah terlepas dan terjadi pengikatan O2. Darah
dari paru – paru mengalir melalui vena pulmonalis menuju
serambi kiri, sehingga darah dalam serambi kiri banyak
mengandung O2. Darah dari serambi kiri turun melalui
katup bikuspidalis menuju bilik kiri. Bilik kiri akan
memompa darah ke seluruh tubuh melalui pembuluh aorta.
Gambar 2.2 Bagian-bagian Jantung
(Sumber: Kemedikbud, 2017: 264)
32
b) Pembuluh Darah
Pembuluh darah dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu
pembuluh nadi (arteri), pembuluh balik (vena), dan
pembuluh kapiler. Arteri merupakan pembuluh darah yang
mengalirkan darah keluar jantung, sedangkan vena
mengalirkan darah masuk ke dalam jantung ( Arteri berisi
darah yang mengandung oksigen, kecuali pembuluh arteri
pulmonalis. Vena berisi darah yang banyak mengandung
karbon dioksida, kecuali vena pulmonalis. Ujung arteri dan
vena bercabang-cabang menjadi pembuluh-pembuluh kecil
yang disebut pembuluh kapiler. Pada pembuluh kapiler
inilah terjadi pertukaran gas oksigen dan gas karbon
dioksida antara darah dengan jaringan tubuh
(Kemendikbud, 2017: 265)
33
Tabel 2.2 Perbedaan Arteri dan Vena
Pembeda Pembuluh Nadi (Arteri) Pembuluh Balik (Vena)
Letak Tersembunyi, agak kedalam Dekat kulit, tampak kebiruan
Dinding
pembuluh
Tebal, kuat dan elastis Tipis, tidak elastis
Denyut Terasa Tidak terasa
Aliran darah Dari jantung Menuju jantung
Katup Hanya satu di dekat jantung Banyak di sepanjang
pembuluh
Bila terluka Darah memancar kuat Darah hanya menetes
(Sumber: Syaifuddin, 2001: 152)
3) Peredaran Darah Manusia
Peredaran darah manusia termasuk peredaran darah
tertutup karena darah selalu beredar di dalam pembuluh darah.
Setiap beredar, darah melewati jantung dua kali sehingga
disebut peredaran darah ganda. Pada peredaran darah ganda
tersebut dikenal peredaran darah kecil dan peredaran darah
besar. Peredaran darah kecil merupakan peredaran darah yang
dimulai dari jantung (bilik kanan) menuju ke paru-paru
kemudian kembali lagi ke jantung (serambi kiri). Pada gambar
berikut, peredaran darah besar adalah peredaran darah dari
jantung (bilik kiri) ke seluruh tubuh kemudian kembali ke
jantung lagi (serambi kanan). Perhatikan gambar 1 pada nomor
6 sampai 10.10
34
Gambar 2.3 Peredaran Darah Manusia
(Sumber: Kemendikbud, 2017: 267)
4) Frekuensi Denyut Jantung
Ada beberapa faktor yang memengaruhi frekuensi
denyut jantung di antaranya adalah jenis kelamin dan aktivitas
tubuh, dan beberapa hal berikut.
a) Kegiatan atau Aktivitas Tubuh
Orang yang melakukan aktivitas memerlukan lebih
banyak sumber energi berupa glukosa dan oksigen
dibandingkan dengan orang yang tidak melakukan aktivitas
seperti duduk santai atau tiduran. Untuk memenuhi
35
kebutuhan sumber energi dan oksigen tersebut, jantung
harus memompa darah lebih cepat.
b) Jenis Kelamin
Pada umumnya perempuan memiliki frekuensi
denyut jantung yang lebih tinggi daripada laki-laki. Pada
kondisi normal, denyut jantung perempuan berkisar antara
72-80 denyutan/menit, sedangkan denyut jantung laki-laki
berkisar antara 64-72 denyutan/menit.
c) Suhu Tubuh
Semakin tinggi suhu tubuh maka semakin cepat
frekuensi denyut jantung. Hal ini terjadi karena adanya
peningkatan proses metabolisme, sehingga diperlukan
peningkatan pasokan O2 dan pengeluaran CO2. d) Umur
Pada janin, denyut jantung dapat mencapai 140-160
denyutan/menit. Semakin bertambah umur seseorang,
semakin rendah frekuensi denyut jantung. Hal ini
berhubungan erat dengan makin berkurangnya proporsi
kebutuhan energinya.
d) Komposisi Ion
Berdenyutnya jantung secara normal, tergantung
pada keseimbangan komposisi ion di dalam darah.
Ketidakseimbangan ion, dapat menyebabkan bahaya bagi
jantung (Kemendikbud, 2017: 271).
36
b. Gangguan atau Kelainan pada Sistem Peredaran Darah dan
Upaya untuk Mencegah serta Menanggulanginya
1) Jantung Koroner
Penyakit jantung koroner merupakan salah satu
penyebab utama terjadinya kematian. Penyakit jantung koroner
terjadi jika arteri koronaria tidak dapat menyuplai darah yang
cukup ke otot-otot jantung. Arteri koronaria merupakan
pembuluh darah yang menyuplai nutrisi dan oksigen ke otot-
otot jantung. Kondisi ini dapat terjadi karena arteri koronaria
tersumbat oleh lemak atau kolesterol. Jika otot-otot jantung
tidak mendapatkan nutrisi dan oksigen, maka otot jantung tidak
dapat berkontraksi, sehingga jantung tidak dapat berdenyut.
Gejala dari penyakit jantung koroner antara lain dada terasa
sakit, sakit pada bagian lengan dan punggung, napas pendek
dan kepala pusing. Berikut upaya mencegah jantung coroner.
a) Melakukan olahraga dan istirahat yang teratur
b) Menjaga pola makan sehari-hari
c) Menghindari minuman beralkohol
d) Menghentikan kebiasaan merokok
e) Menghindari stres berlebih
f) Menjaga berat badan dalam kondisi ideal (Kemendikbud,
2017: 274).
37
2) Stroke
Stroke merupakan suatu penyakit yang terjadi karena
kematian pada jaringan di otak yang disebabkan karena
kurangnya asupan oksigen di otak. (Tim Grasindo, 2016: 415)
Hal ini terjadi karena pembuluh darah pada otak tersumbat oleh
lemak atau kolesterol ataupun salah satu pembuluh darah di
otak pecah. Karena penyebab penyakit stroke sama dengan
penyebab penyakit jantung, maka usaha yang dapat kita
lakukan untuk mengurangi risiko terkena stroke juga sama
dengan usaha yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko
terkena penyakit jantung coroner (Kemendikbud, 2017: 275).
3) Varises
Varises adalah suatu keadaan di mana pembuluh darah
balik (vena) mengalami pelebaran dan terpuntir. Gangguan ini
biasanya terjadi di daerah kaki. Beberapa cara untuk
menghindari varises yaitu:
a) Ketika kamu tidur sebaiknya tungkai dinaikkan (kurang
lebih 15-20 cm). Aktivitas ini sebaiknya dilakukan setelah
kamu melakukan perjalanan jauh atau melakukan aktivitas
yang melelahkan..
b) Menghindari berat badan berlebih.
c) Menghindari berdiri terlalu lama.
38
d) Berolahraga secara teratur seperti berjalan, berenang, dan
senam.
e) Menghindari memakai sepatu dengan hak tinggi. Kamu
tetap boleh memakai sepatu dengan hak tinggi, asalkan
aktivitas yang kamu lakukan tidak terlalu berat dan dalam
waktu yang lama (Kemendikbud, 2017: 275).
4) Anemia
Anemia merupakan gangguan yang disebabkan karena
kekurangan hemoglobin atau kekurangan sel darah merah.
Apabila kadar hemoglobin dalam darah rendah dapat
menyebabkan tubuh kekurangan oksigen sehingga tubuh akan
terasa lesu, kepala pusing, dan muka pucat. (Tim Grasindo,
2016: 415) Anemia dapat terjadi akibat terganggunya produksi
eritrosit. Kondisi ini terjadi karena tubuh kekurangan zat besi.
Anemia juga dapat disebabkan karena terjadinya pendarahan
yang hebat.
Bagi kamu yang perempuan, anemia dapat terjadi pada
saat kamu sedang mengalami menstruasi. Setiap terjadi
menstruasi tubuh akan kehilangan darah dalam jumlah cukup
banyak, yaitu sebanyak 50 – 80 mL dan zat besi sebesar 30 –
50 mg. Oleh karena itu, agar tidak mengalami anemia,
sebaiknya selama masa menstruasi kamu mengonsumsi
makanan yang mengandung zat besi, mengonsumsi makanan
39
bergizi, dan jika diperlukan mengonsumsi suplemen penambah
zat besi (Kemendikbud, 2017: 276).
5) Hipertensi dan Hipotensi
Hipertensi disebut juga tekanan darah tinggi, terjadi jika
tekanan darah di atas 120/80 mmHg. Gejala penderita
hipertensi antara lain sakit kepala, kelelahan, pusing,
pendarahan dari hidung, mual, muntah, dan sesak napas.
Hipertensi dapat disebabkan karena arteriosklerosis
(pengerasan pembuluh darah), obesitas (kegemukan), kurang
olahraga, stres, mengonsumsi minuman beralkohol atau yang
banyak mengandung garam, lemak, dan kolesterol. Penderita
hipertensi yang disebabkan karena obesitas harus menurunkan
berat badannya, sehingga mencapai berat badan ideal, hindari
mengonsumsi minuman beralkohol dan makanan berlemak dan
mengandung kolesterol tinggi, berolahraga secara teratur,
hindari kebiasaan merokok, dan hindari faktor-faktor yang
dapat menyebabkan stres.
Berbeda dengan hipertensi, hipotensi terjadi apabila
tekanan darah kurang dari 120/80 mmHg. Hipotensi disebut
juga dengan tekanan darah rendah. Orang yang mengalami
tekanan darah rendah umumnya akan mengeluhkan keadaan
sering pusing, sering menguap, penglihatan terkadang
dirasakan kurang jelas (berkunang–kunang) terutama sehabis
40
duduk lama lalu berjalan, keringat dingin, merasa cepat lelah
tak bertenaga, detak/denyut nadi lemah, dan tampak pucat.
Berikut ini ada beberapa cara untuk mengatasi hipotensi
yaitu minum air putih dalam jumlah yang cukup banyak antara
8 hingga 10 gelas per hari, mengonsumsi minuman yang dapat
meningkatkan tekanan darah, misalnya kopi, mengonsumsi
makanan yang cukup mengandung garam, dan berolahraga
dengan teratur (Kemendikbud, 2017: 277).
6) Talesemia
Pada penyakit ini, bentuk sel darah merahnya tidak
beraturan. Hal ini menyebabkan daya ikat sel darah merah
terhadap oksigen dan karbon dioksidanya berkurang. Usaha-
usaha pencegahan terhadap gangguan alat peredaran darah
ialah dengan melakukan pola hidup sehat. Pola hidup sehat itu
di antaranya:
a) Makan makanan yang bergizi
b) Olahraga yang teratur
c) Tidur dan istirahat yang cukup.
7) Leukemia (kanker darah)
Penyakit ini disebabkan sel-sel darah putih yang
memperbanyak diri tanpa terkendali yang mengakibatkan sel
darah putih ini memakan sel darah merah.
41
8) Hemofilia
Gangguan ini disebabkan adanya kelainan yang
menyebabkan darah sulit membeku jika terjadi luka. Penyakit
ini merupakan penyakit keturunan (Tim Grasindo, 2016: 415)
4. Certainty Of Response Index (CRI)
Metode Certainty of Response Index ini merupakan metode
yang diperkenalkan oleh Saleem Hasan, Diola Bagayoko, dan Ella L.
Kelley untuk mengukur suatu miskonsepsi yang tengah terjadi.
Dengan metode CRI, responden diminta untuk memberikan tingkat
kepastian dari kemampuan mereka sendiri dengan mengasosiasikan
tingkat keyakinan tersebut dengan pengetahuan, konsep, atau hukum.
Metode CRI ini meminta responden untuk menjawab
pertanyaan disertai dengan pemberian derajat atau skala (tingkat)
keyakinan responden dalam menjawab pertanyaan tersebut. Untuk
memudahkan peserta didik dalam menentukan skala CRI, dalam
penelitian ini diterapkan pengoperasionalan enam skala CRI tersebut.
Dengan cara mencantumkannya pada lembar jawaban peserta didik.
Berdasarkan petunjuk soal, peserta didik diminta untuk merespon satu
skala dari enam skala CRI yang disebut enam skala (0-5) pada masing-
masing item tes. Langkah-langkah yang digunakan dalam penelitian
menggunakan CRI ini adalah sebagai berikut:
42
a. Pertama, menentukan nilai CRI berdasarkan pada skala yang
disusun oleh Salem Hasan (Tillah, 2017: 26). Adapun skala dapat
dilihat dalam tabel 2.3
Tabel 2.3 Enam Skala CRI (Certainty of Response Index)
CRI Kriteria Katagori
B S
0
(Totally guessed answer): jika menjawab soal 100%
ditebak TP TP
1
(Almost guess) jika menjawab soal persentase unsur
tebakan antara 75%-99% TP TP
2
(Not sure) jika menjawab soal persentase unsur tebakan
antara 50%-74% TP TP
3
(Sure) jika menjawab soal persentase unsur tebakan
antara 25%-49% P M
4
(Almost certain) jika menjawab soal persentase unsur
tebakan antara 1%-24 P M
5
(Certain) jika menjawab soal tidak ada unsur tebakan
sama sekali (0%) P M
(Sumber: Tillah, 2017: 26)
Angka 0 menandakan ketidak tahuan konsep sama sekali,
menandakan ketidaktahuan hukum dan metode untuk menjawab
pertanyaan, sementara angka 5 menandakan kepercayaan diri yang
tinggi terhadap hukum dan metode yang digunakan untuk menjawab
pertanyaan dan tidak ada unsur menebak sama sekali. Dengan kata
KETERANGAN
TP Tidak Paham
P Paham
M Miskonsepsi
43
lain ketika siswa diminta menentukan CRI bersama jawabannya,
sebenarnya peneliti juga ingin mengetahui kepercayaan
responden/siswa terhadap konsep pada materi apa yang dipelajari
(Tayubi, 2005: 8).
Jika nilai CRI rendah (0-2) berarti tebakan memainkan peranan
yang signifikan dalam jawaban siswa, terlepas jawaban itu
benar/salah. Nilai CRI tinggi (3-5) berarti siswa memiliki keyakinan
yang tinggi terhadap jawaban dan konsep metode yang dipelajari, jika
jawaban siswa benar, maka keyakinannya terhadap konsep dan
metode yang digunakan untuk menjawab soal sudah teruji, sedangkan
jika jawaban salah, berarti ada indikator siswa mengalami
miskonsepsi (Tayubi, 2005: 9).
Tabel 2.4 Contoh Lembar Jawaban Untuk Soal Pilihan Ganda Beralasan
Yang Disertai Indeks CRI
No
Soal
Pilihan
Jawaban
Alasan
Tingkat Keyakinan
CRI
A B C D 0 1 2 3 4 5
1 A B C D 0 1 2 3 4 5
2 A B C D 0 1 2 3 4 5
3 A B C D 0 1 2 3 4 5
4 A B C D 0 1 2 3 4 5
5 A B C D 0 1 2 3 4 5
44
Keterangan Tingkat Keyakinan (CRI) :
0 = Tidak tahu
2 = Tidak yakin
3 = yakin
1 = Agak tahu
4 = Agak yakin
5 = Sangat yakin
b. Kedua, menentukan kategori tingkatan pemahaman siswa
berdasarkan CRI dan alasan siswa terhadap pilihan jawaban.
Kategori tingkatan pemahaman ini didasarkan pada kategori
tingkatan pemahaman yang dimodifikasi oleh Aliefman (2012)
dalam Yaqin (2017: 3).
Tabel 2.5 Modifikasi Kategori Tingkatan Pemahaman
Jawaban Alasan Nilai
CRI Deskripsi Kode
Benar Benar > 2,5 Memahami konsep dengan baik PK
Benar Benar < 2,5 Memahami konsep tetapi kurang
yakin PKKY
Benar Salah > 2,5 Miskonsepsi M
Benar Salah < 2,5 Tidak Tahu Konsep TTK
Salah Benar > 2,5 Miskonsepsi M
Salah Benar < 2,5 Tidak Tahu Konsep TTK
Salah Salah > 2,5 Miskonsepsi M
Salah Salah < 2,5 Tidak Tahu Konsep TTK
45
c. Ketiga, melakukan penghitungan persentase tiap soal terhadap
keempat hasil penilaian ditingkat strata dengan rumus :
Keterangan:
P = Angka persentase kelompok
f = Jumlah siswa pada setiap kelompok
N = Jumlah individu (jumlah seluruh siswa yang menjadi
subjek penelitian)
d. Dibuat rekapitulasi persentase rata-rata tingkatan pemahaman
seluruh siswa.
e. Menganalisis letak miskonsepsi siswa pada butir soal dengan
persentase miskonsepsi siswa tertinggi. Hasil pengolahan data
selanjutnya akan mengarahkan pada kesimpulan.
Jadi, seorang siswa mengalami miskonsepsi atau tidak paham
konsep dapat dibedakan dengan cara sederhana yaitu dengan
membandingkan benar atau tidaknya jawaban suatu soal dengan tinggi
rendahnya indeks kepastian jawaban (CRI) yang diberikan untuk soal
tersebut (Mahardika, 2014: 20)
Berdasarkan hasil tabulasi data setiap siswa dengan
berpedoman kombinasi jawaban yang benar dan salah serta
berdasarkan tinggi rendahnya nilai CRI, kemudian data diagnosis
dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu siswa yang paham akan
46
materi, miskonsepsi, dan sama sekali tidak paham. Adapun fungsi
metode CRI yaitu:
a. Alat menilai kepantasan/sesuai tidaknya penekanan suatu konsep
di beberapa sesi.
b. Alat diagnostik yang memungkinkan guru memodifikasi cara
pengajarannya
c. Alat penilai suatukemajuan/sejauh mana suatu pengajaran efektif.
d. Alat membandingkan keefektifan suatu metode pembelajaran
termasuk teknologi, strategi, pendekatan yang diintegrasikan di
dalamnya. Apakah mampu meningkatkan pemahaman dan
menambah kecakapan siswa dalam memecahkan masalah (Listiani,
2017: 36).
B. Kajian Pustaka
Penelitian yang dilakukan oleh Aprilyani dkk (2016) menunjukkan
bahwa dengan menngunakan CRI dapat mengidentifikasi miskonsepsi.
Persentase rata-rata siswa yang masuk dalam kategori miskonsepsi pada
sistem peredaran darah manusia lebih besar daripada kategori lainnya,
yaitu sebesar 79.05%. Persentase rata-rata siswa paham konsep sebesar
15.26%, siswa tidak paham konsep sebesar 5,71%, dan tidak ditemukan
siswa dalam kategori paham konsep tetapi tidak yakin dengan jawabannya.
Miskonsepsi terjadi pada semua topik atau konsep, namun miskonsepsi
tertinggi terjadi pada topik atau konsep jantung. Penyebab miskonsepsi
pada penelitian ini adalah siswa, metode pembelajaran dan guru.
47
Senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Yaqin dkk (2017)
menunjukkan bahwa dengan menggunakan CRI dapat mengidentifikasi
miskonsepsi Pemamahan Konsep Fisika Terhadap Pokok Bahasan
Termodinamika Pada Siswa SMA. Persentase pemahaman konsep paling
tinggi yaitu siswa SMAN Arjasa yakni sebesar 47,78% dengan
Miskonsepsi sebesar 15,74%, Paham Konsep tetapi Kurang Yakin sebesar
5,56%, dan Tidak Tahu Konsep sebesar 30,93%. Berdasarkan aspek
pemahaman konsep, siswa SMAN Arjasa berada pada aspek interpretasi
yakni sebesar 72,97%. Tertinggi kedua yaitu SMAN Kalisat yakni sebesar
11,17% dengan Miskonsepsi sebesar 22,88%, Paham Konsep tetapi
Kurang Yakin sebesar 1,98%, dan Tidak Tahu Konsep sebesar 63,96%.
Berdasarkan aspek pemahaman konsep, siswa SMAN Kalisat berada pada
aspek ekstrapolasi yakni sebesar 25,16%. Sedangkan SMAN Pakusari
memiliki tingkat pemahaman konsep terendah yakni sebesar 9,03%,
dengan Miskonsepsi sebesar 32,90%, Paham Konsep tetapi Kurang Yakin
sebesar 2,58%, dan Tidak Tahu Konsep sebesar 55,48%. Berdasarkan
aspek pemahaman konsep, siswa SMAN Pakusari berada pada aspek
ekstrapolasi yakni sebesar 25,41%.
Sejalan dengan Aprilyani dkk (2016) dan Yaqin dkk (2017)
Kurniasih (2017) juga melakukan penelitian mengenai Analisis
Miskonsepsi Mahasiswa dengan Menggunakan Certainty of Response
Index (CRI) Pada Materi Anatomi Tubuh Manusia. Hasil penelitian ini
membahas secara mendalam miskonsepsi tertinggi terdapat pada materi
48
sistem ekskresi dengan persentase 42,22 % dan sistem regulasi sebanyak
40,00 %. Secara keseluruhan persentase miskonsepsi mahasiswa pada
materi anatomi tubuh manusia adalah 27,62 %. Miskonsepsi yang terjadi
secara garis besar menyangkut struktur, posisi, warna dan ukuran organ.
Faktor pencetus miskonsepsi yang terungkap dalam penelitian ini adalah
kesalahan pengalaman belajar terdahulu yaitu faktor guru dan buku teks.
Berdasarkan ketiga penelitian di atas, metode Certainty of
Response Index (CRI) adalah Identifikasi miskonsespsi dengan meminta
keyakinan atau kepercayaan siswa atas pilihan jawabannya. Peneliti
sependapat dengan penelitian yang dilakukan oleh Aprilyani (2016) yang
mana hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa miskonsepsi pada sistem
peredaran darah manusia lebih besar daripada kategori lainnya. Yang
membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah
penelitian ini mendiskripsikan miskonsepsi siswa pada materi sistem
peredaran darah manusia, sedangakan penelitian yang dilakukan oleh
Aprilyani (2016) penelitiannya pada materi anotomi tubuh manusia
jadilebih menyeluruh. Peneliti berasumsi bahwa penggunaan Certainty of
Response Index (CRI) dapat mengidentifikasi adanya miskonsepsi materi
sistem peredaran darah manusia pada siswa kelas VIII di SMPIT Nidaul
Hikmah Salatiga Tahun Pelajaran 2019/2020.
49
C. Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Ho : Tidak ada miskonsepsi siswa menggunakan Certainty of
Response Index (CRI)
Ha : Ada miskonsepsi siswa menggunakan Certainty of Response
Index (CRI)
50
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deskriptif.
Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang hasilnya berupa angka-angka
dan dianalisis secara statistik. Metode penelitian kuantitatif adalah metode
penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk
meneliti pada populasi atau sampel tertentu pengumpulan data
menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif,
dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.
Penelitian kuantitatif deskriptif adalah metode yang digunakan
untuk mendiskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul
sebagaimana adanya tanpa membuat kesimpulan yang lebih luas.
Penyajian data penelitian kuantitatif diskriptif dapat berupa tabel, grafik,
diagram lingkaran, perhitungan modus, median, desil, presentil,
perhitungan penyebaran data melalui perhitungan rata-rata dan standar
deviasi dan perhitungan prosentase.
Ciri khas dari penelitian deskriptif adalah proses pencarian
jawaban atas pertanyaan penelitian dengan menggunakan presentase atas
jawaban-jawaban responden, kemudian adanya analisis sederhana untuk
statistik deskriptif berupa pencarian nilai frekuensi. Sementara itu,
51
penelitian ini dikatakan kuantitatif karena hasil penelitian ini berupa
angka-angka dan dianalisis secara statistik menggunakan program SPSS.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi
a. Tempat : SMPIT Nidaul Hikmah Salatiga
b. Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam
c. Mater Pokok : Sistem Peredaran Darah Manusia
d. Kelas/Semester : VIII / Genap
2. Waktu
Waktu Pelaksanaan penelitian ini adalah mulai tanggal 11
November 2019 sampai selesai pada semester 2 Tahun Pelajaran
2019/2020.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kelas VIII SMPIT
Nidaul Hikmah Salatiga yang terdiri dari 3 kelas. Populasi penelitian
untuk selengkapnya dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut ini:
Tabel 3.1 Populasi penelitian
Kelas Populasi
VIII A 20
VIII B 24
VIII C 24
Total 68
52
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa populasi terdiri
dari 3 kelas di SMPIT Nidaul Hikmah Salatiga. Dari 3 kelas tersebut
maka jumlah populasi seluruhnya ada 68.
2. Sampel
Teknik yang digunakan untuk mengambil sampel pada
penelitian ini ialah teknik purposive sampling, yaitu teknik penentuan
sampel dengan pertimbangan tertentu. Dalam hal ini, penulis
mengambil sampel berdasarkan pengamatan terhadap nilai peserta
didik pada semester ganjil. Penulis mengambil 2 sampel dalam
penelitian yaitu kelas VIII A dan Kelas VIII B, karena nilai rata-rata
kelas ini tinggi. Sehingga penulis ingin mengidentifikasi apakah masih
terjadi miskonsepsi pada materi sistem peredaran darah manusia.
Tabel 3.2 Sampel penelitian
Kelas Sampel
VIII A 20
VIII B 24
Total 40
D. Variabel Penelitian
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah miskonsepsi.
Sementara itu, variabel bebas (independent variable) adalah variabel yang
(mungkin) menyebabkan, memengaruhi, atau berefek pada hasil
53
penelitian. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah faktor yang menjadi
penyebab terjadinya miskonsepsi. Jadi penelitian ini ingin melihat
seberapa besar miskonsepsi yang terjadi dan mencari tahu faktor apa yang
menjadi penyebab terjadinya miskonsepsi pada siswa kelas VIII SMPIT
Nidaul Hikmah Salatiga semester 2.
E. Instrumen Penelitian
Untuk mendapatkan data yang diinginkan dalam penelitian ini
digunakan beberapa instrumen penelitian yang dilakukan terhadap peserta
didik sebagai data penunjang. Untuk lebih jelasnya diuraikan sebagai
berikut :
1. Tes
Tes yang akan diberikan merupkan tes tertulis yang berbentuk
pilihan ganda yang dilengkapi dengan metode CRI (Certainty of
Response Index) digunakan untuk menganalisis peserta didik yang
mengalami miskonsepsi, sekaligus membedakannya dengan peserta
didik yang tidak paham konsep.
Jumlah soal yang diujikan terdiri dari 10 soal pretest untuk
mendapatkan data prakonsepsi dan 20 soal posttest untuk mendapatkan
data miskonsepsi. Sebelum tes dilaksanakan, soal diuji cobakan pada
kelas IX-A terlebih dahulu untuk mengetahui validitas, reliabelitas,
tingkat kesukaran dan daya pembedanya.
54
2. Nontes
Instrument nontes yang digunakan berupa angket untuk
mengetahui penyebab miskonsepsi siswa dalam pembelajaran IPA
mengenai materi sistem peredaran darah manusia. Angket yang
digunakan dalam penelitian ini terdiri dari angket terbuka dan angket
tertutup Angket guru dalam penelitian ini bersifat angket terbuka,
bertujuan untuk mengetahui identitas guru, metode mengajar, pendapat
guru mengenai materi dan indikator sebab-sebab terjadinya
miskonsepsi siswa. Angket siswa yang digunakan adalah angket
tertutup, angket siswa menggunakan skala Guttman, siswa
memberikan respon terhadap pertanyaan-pertanyaan dengan dua
alternatih jawaban, yaitu “Ya dan Tidak”.
F. Uji Coba Instrumen Penelitian
Uji coba instrumen dilakukan kepada siswa yang tidak dijadikan
sebagai subjek penelitian. Hasil uji coba instrumen kemudian diolah
datanya berdasarkan:
1. Instrumen Tes
a. Uji Validitas
Rumus yang digunakan untuk uji validitas menggunakan
teknik korelasi product moment, yaitu:
∑ ∑ ∑
√{ ∑ ∑ } { ∑ ∑ }
55
Keterangan :
r = Koefisien korelasi product moment
Xi = Variabel independen (variable bebas)
Yi = Variabel dependen (variable terikat)
n = Jumlah responden (sampel)
∑ = Jumlah perkalian variable bebas dan variable terikat
Suatu instrumen penelitian (soal) dikatakan valid, bila :
a. Koefisien korelasi product moment melebihi 0,3
b. Koefisien korelasi product moment > r-tabel (α; n-2), n
=jumlah sampel.
c. Nilai Sig.≤ α
b. Uji Reliabilitas
Pada penelitian ini akan menggunakan Teknik Alpha
Cronbach (α) dengan menggunakan program Statistical Product
and Service Solution (SPSS).
Rumus yang digunakan pada Teknik Alpha Cronbach (α), yaitu:
(
∑
)
56
Keterangan :
= Koefisien reliabilitas
k = Jumlah item pertanyaan yang diuji
∑ = Jumlah varian skor tiap item
= Varian total
Kriteria untuk menentukan tinggi rendahnya reliabilitas
sebuah perangkat tes, dapat dilihat pada rentangan koefesien
korelasi sebagai berikut :
Tabel 3.3 Pedoman untuk memberikan interpretasi koefsien korelasi
Interval Koevisien Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199 Sangat Rendah
0,20 – 0,399 Rendah
0,40 – 0.599 Sedang
0,60 – 0,799 Kuat
0,80 – 1,000 Sangat Kuat
c. Daya Beda
Adapun rumus daya pembeda adalah sebagai berikut:
57
Keterangan:
= Banyaknya peserta kelompok atas
= Banyaknya peserta kelompok bawah
= Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar
= Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab benar
= Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar (P sebagai
indeks kesukaran)
= Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
Tabel 3.4 Klasifikasi Daya Pembeda
Klasiikasi Daya Pembeda
0,00 – 0,20 Jelek
0,21 – 0,40 Cukup
0,41 – 0,70 Baik
0,71 – 1,00 Baik Sekali
Dapat juga dengan cara perhitungan menggunakan r hitung
pada nilai pearson correlation pada uji validitas. Untuk menentukan
daya pembeda, maka nilai perhitungan yang digunakan adalah
rhitung pada SPSS yang dibandingkan dengan kriteria :
0.40 – 1.00 = Soal Baik
0,30 – 0.39 = Soal diterima dan diperbaiki
58
0.20 – 0.29 = Soal Diperbaiki
0,0 – 0.19 = Soal ditolak
d. Tingkat Kesukaran
Rumus ini dipergunakan untuk soal obyektif. Rumusnya
sebagai berikut:
Klasifikasi tingkat kesukaran soal dapat dicontohkan seperti
berikut ini.
0,00 - 0,30 = Soal Tergolong Sukar
0,31 - 0,70 = Soal Tergolong Sedang
0,71 - 1,00 = Soal Tergolong Mudah
G. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah:
1. Angket (Kuesioner)
Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara memberi seprangkat pertanyaan tertulis kepada responden
untuk dijawabnya. Dalam menggunakan angket bisa menggunakan
rentang nilai dalam bentuk huruf (A,B,C,D) atau (4,3,2,1) sedangkan
59
rentangan katagori bisa tinggi, sedang, rendah, atau baik, sedang dan
kurang atau bisa dengan jawaban “YA atau Tidak”.
2. Tes
Tes digunakan untuk mengidentifikasi tingkat pemahaman
siswa terhadap Materi Sistem Peredaran Darah Manusia . Tes pilihan
ganda merupakan pilihan yang tepat dan efektif untuk mengukur
tingkat miskonsepsi siswa. Tes pilihan ganda adalah suatu butir soal
yang alternatif jawabannya lebih dari dua. Multiple choice terdiri atas
bagian keterangan (stem) dan bagian kemungkinan jawaban atau
alternatif (options). Kemungkinan jawaban opsi terdiri atas satu
jawaban yang benar yaitu kunci jawaban dan beberapa pengecoh
(distractor).
H. Teknik Analisis Data
1. Analisis Data Tes
a. Uji Normalitas
Uji normalitas ini digunakan untuk mengetahui apakah
sampel yang di teliti berasal dari populasi yang terdistribusi normal
atau tidak. Rumus yang digunakan untuk uji normalitas adalah
rumus Kolmogorv-Smirnov.
√
60
Keterangan:
KS = harga Kolmogorv-Smirnov yang dicari
N1 = jumlah sampel yang diobservasikan/diperoleh
N2 = jumlah sampel yang diharapkan
Uji normalitas ini menggunakan bantuan progam
komputer SPSS 22. Caranya adalah menentukan terlebih
dahulu hipotesis pengujiannya, yaitu:
Ho : Tidak ada miskonsepsi siswa menggunakan Certainty of
Response Index (CRI)
Ha : Ada miskonsepsi siswa menggunakan Certainty of
Response Index (CRI)
1) Nilai Sig. atau signifikasi atau nilai probabilitas < 0,05
maka distribusinya adalah tidak normal.
2) Nilai Sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05
maka distribusinya adalah normal.
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk memperlihatkan bahwa
dua atau lebih kelompok data sampel berasal dari populasi yang
memiliki variasi yang sama. Uji homogenitas dikenakan pada data
hasil miskonsepsi dari 2 kelas. Untuk mengukur homogenitas
61
varians dari dua kelompok data, digunakan rumus uji F sebagai
berikut:
Taraf signifikan yang digunakan adalah Uji
homogenitas menggunakan SPSS 22 One Way Anova dengan
kriteria yang digunakan untuk mengambil kesimpulan apabila
lebih besar dari maka memiliki varian yang
homogen. Akan tetapi apabila lebih besar dari , maka
varian tidak homogen.
c. Uji Kesamaan Dua Varians
Uji kesamaan dua rata-rata dapat dilakukan berdasarkan
kriteria kenormalan dan kehomogenan data skor posttest. Kedua
kelas berdistribusi normal dan bervariansi homogen, maka
pengujian hipotesis dilakukan dengan uji-t atau Independent
Sample T-Test pada SPSS 21.9. Hipotesisnya dirumuskan dalam
bentuk hipotesis statistik (uji dua pihak). Menurut Sugiyono
(0216:120), sebagai berikut:
: =
:
Keterangan :
: Rata-rata miskonsepsi siswa materi sistem peredaran darah
manuia kelas VIII A
62
: Rata-rata miskonsepsi siswa materi sistem peredaran darah
manuia kelas VIII B
Kriteria pengujian hipotesis menurut Sugiyono (2016:120) :
1) Ho ditolak apabila nilai signifikasi < 0,05
2) Ho diterima apabila nilai signifikasi ≥ 0,05
d. Uji Hipotesis
1) Uji-t
Uji-t dilakukan untuk mengetahui perbedaan
miskonsepsi siswa berdasarkan kelas. Uji-t dilakukan untuk
membandingkan miskonsepsi dua kelompok/variabel, yaitu
kelompok siswa kelas VIII A dan kelompok siswa kelas VIII
B. Pengujian ini dilakukan menggunakan data persentase
miskonsepsi siswa kelas VIII A dan kelas VIII B. Dengan
bantuan SPPS 22.0. Adapun hipotesis penelitian yang diuji
dalam penelitian ini adalah:
H0 = Tidak terdapat perbedaan miskonsepsi siswa yang
signifikan berdasarkan kelas
H1 = Terdapat perbedaan miskonsepsi siswa yang signifikan
berdasarkan kelas (Suryaningtyas, 2016: 33).
Namun, jika tidak terdistribusi normal, dapat
menggunakan uji Spearman, yaitu uji non prametrik dimana
tidak memerlukan persyarat data terdistribusi normal. Uji
63
korelasi dilaakukan dengan bantuan progam SPSS 21.0.
Berdasarkan nilai signifikasi sig. (2-tailed): jika nilai sig. (2-
tailed) < 0,05 maka terdapat korelasi antara variable yang
dihubungkan dan sebaliknya.
2. Analisis Data Nontes
Dalam penelitian ini, analisis data instrument nontes
menggunakan teknik analisis data deskriptif.
a. Angket
Penggunaan angket ini untuk mengetahui penyebab
misonsepsi siswa pada pelajaran IPA. Angket ini digunakan
untuk mendeteksi penyebab miskonsepsi yang terjadi apakah
dari guru, siswa, materi ajar atau bahan ajar. Jumlah pernyataan
yang akan diberikan dalan angket siswa ini ada 25 pernyataan
yang terdiri dari dua pilihan jawaban, yaitu “Ya” dan “Tidak”.
Dan angket gurunya terdiri dari 10 pernyataan dengan jawaban
terbuka.
Untuk memperoleh persentase skor pada tiap butir
pertanyaan digunakan rumus yang menurut Ali (1992: 186)
sebagai berikut:
% =
X 100
64
Keterangan :
N = skor maksimal
n = skor per butir pertanyaan
% = persentase tiap butir pertanyaan
Setelah diperoleh persentase tiap butir pertanyaan
kemudian dihitung persentase tiap indikator dengan cara
menjumlahkan persentase tiap butir pertanyaan kemudian
dibagi dengan jumlah butir pertanyaan yang ada dalam setiap
indikator. Selanjutnya menentukan faktor penyebab
miskonsepsi pada SMPIT Nidaul Hikmah Salatiga, yaitu faktor
guru, konteks mengajar, dan faktor siswa, berdasarkan hasil uji
angket siswa.
65
BAB IV
DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA
A. Deskripsi Data
1. Data Prakonsepsi
a. Data Prakonsepsi Kelas VIII A
Tabel 4.1 Hasil Nilai Prakonsepsi Kelas VIII A
No Indikator Soal Katagori (%)
PK PKKY M TTK
1 Menjelaskan fungsi darah (trombosit) 15 20 35 30
2 Mengidentifikasi proses pembekuan
darah 5 35 10 50
3 Menunjukkan bagian jantung berdasarkan
fungsinya 0 15 15 70
4 Mendeskripsikan vena 15 10 40 35
5 Menjelaskan fungsi vena 15 10 20 55
6 Mengidentifikasi golongan darah 0 10 30 60
7 Mengidentifikasi proses transfusi darah 20 15 20 45
8 Menjelaskan proses peredaran darah 35 20 25 20
9 Menyebutkan faktor perbedaan denyut
jantung 30 10 45 15
10 Menyebutkan gangguan dan kelainan pada
sistem peredaran darah 55 20 5 20
Rata – rata 19 16,5 24,5 40
Sumber: Data Peneliti
66
Berdasarkan Tabel 4.1 nilai rata- rata prakonspsi kelas VIII
A pada katogori Paham Konsep (PK) sebesar 19 %, Paham Konsep
Tapi Kurang Yakin (PKKY) sebesar 16, 5 %, Miskonsepsi (M)
sebesar 24,5 % dan Tidak Tahu Konsep (TTK) dengan persentase
sebesar 40%. Dari data diatas dapat disimpulkan bahwasannya
sudah terdapat miskonsepsi siswa sebelum pembelajaran
(Prakonsepsi) dengan persentase 24,5% dengan persentase
miskonsepsi tertinggi terdapat pada soal no 9 mengenai materi
frekuensi denyut jantung dengan presentase sebesar 45%. Dan
persentase miskonsepsi terendah terdapat pada soal no 10 tentang
materi Gangguan dan kelainan pada sistem peredaran darah dan
upaya untuk mencegah dan mengatasinya dengan persentase
sebesar 5%.
67
b. Data Prakonsepsi Kelas VIII B
Tabel 4.2 Hasil Nilai Prakonsepsi Kelas VIII B
No Indikator Soal Katagori (%)
PK PKKY M TTK
1 Menjelaskan fungsi darah (trombosit) 29,16 33,33 8,33 29,16
2 Mengidentifikasi proses pembekuan
darah 8,33 29,16 12,5 50
3 Menunjukkan bagian jantung
berdasarkan fungsinya 8,33 16,66 16,66 58,33
4 Mendeskripsikan vena 8,33 16,667 37,5 37,5
5 Menjelaskan fungsi vena 0 20,83 20,83 58,33
6 Mengidentifikasi golongan darah 0 0 33,33 66,66
7 Mengidentifikasi proses transfusi darah 4,16 25 16,66 54,16
8 Menjelaskan proses peredaran darah 50 29,16 12,5 8,33
9 Menyebutkan faktor perbedaan denyut
jantung 41,66 20,83 12,5 25
10 Menyebutkan gangguan dan kelainan
pada sistem peredaran darah 50 12,5 20,83 16,66
Rata –rata 20 20,41 19,16 40,41
Sumber: Data Peneliti
Berdasarkan Tabel 4.2 nilai rata- rata prakonspsi kelas VIII
B pada katogori Paham Konsep (PK) sebesar 20 %, Paham Konsep
Tapi Kurang Yakin (PKKY) sebesar 20,41 %, Miskonsepsi (M)
sebesar 19,16 % dan Tidak Tahu Konsep (TTK) dengan persentase
sebesar 40,41%. Dari data diatas dapat disimpulkan bahwasannya
sudah terdapat miskonsepsi siswa sebelum pembelajaran
68
(Prakonsepsi) dengan persentase 19,16% dengan persentase
miskonsepsi tertinggi terdapat pada soal no 6 mengenai materi
Penggolongan darah dengan persentase sebesar 33,33%. Dan
persentase miskonsepsi terendah terdapat pada soal no 2,8 dan 9
dengan persentase sebesar 12,5%.
Berdasarkan data prakonsepsi kedua kelas di atas dapat
disimpulkan bahwa terdapat miskonsepsi sebelum pembelajaran
(prakonsepsi), prakonsepsi tertinggi adalah kelas VIII A dengan
persentase sebesar 24,5%. Namun jika dilihat dari katagori
pemahaman konsep, maka prensentase rata-rata paling tinggi
adalah Tidak Tahu Konsep (TTK), hal ini menunjukkan bahwa
siswa masih banyak yang tidak tahu konsep mengenai materi
sistem peredaran darah pada manusia.
2. Data Miskonsepsi
a. Data Miskonsepsi Kelas VIII A
69
Tabel 4.3 Hasil Nilai Miskonsepsi Kelas VIII A
No Indikator Soal Katagori (%)
PK PKKY M TTK
1 Menjelaskan peran darah (trombosit) 15 25 30 30
2 Menjelaskan ciri eritrosit 5 10 50 35
3 Mengidentifikasi penyakit pada sel
darah 20 20 25 35
4 Mengidentifikasi Fungsi sel darah 25 15 15 45
5 Mendeskripsikan sel darah merah dan
putih 15 15 10 60
6 Menunjukkan bagian jantung
berdasarkan fungsinya 40 20 20 20
7 Menjelaskan tekanan sistole dan distole 5 25 5 65
8 Menunjukkan bagian-bagian jantung 25 25 10 40
9 Mengidentifikasi letak katup
trikuspidalis 45 10 20 25
10 Mendeskripsikan vena 15 45 10 30
11 Mengidentifikasi fungsi vena pulmonalis 15 20 20 45
12 Menjelaskan fungsi pembuluh limfa 5 15 10 70
13 Menjelaskan sistem penggolongan darah 55 20 10 15
14 Mendeskripsikan terjadinya
penggumpalan darah 10 20 35 35
15 Menyebutkan organ sistem transportasi 10 25 10 55
16 Menunjukkan proses peredaran darah
besar 40 25 5 30
17 Menjelaskan peredaran darah kecil 35 10 15 40
18 Mengidentifikasi perhitungan denyut
nadi 55 20 10 15
19 Mendiskripsikan gangguan dan kelainan
pada sistem peredaran darah 25 15 40 20
20 Menyebutkan gangguan dan kelainan
pada sistem peredaran darah 35 25 15 25
Rata - rata 24,75 20,25 18,25 36,75
70
Berdasarkan Tabel 4.3 nilai rata- rata miskonsepsi kelas
VIII A pada katogori Paham Konsep (PK) sebesar 24,75%, Paham
Konsep Tapi Kurang Yakin (PKKY) sebesar 20,25%, Miskonsepsi
(M) sebesar 18,25% dan Tidak Tahu Konsep (TTK) dengan
persentase sebesar 36,75%. Dari data diatas dapat disimpulkan
bahwasannya masih terdapat miskonsepsi siswa dengan presentase
18,25% dengan persentase miskonsepsi tertinggi terdapat pada soal
no 2 mengenai materi Darah dengan persentase sebesar 50%. Dan
persentase miskonsepsi terendah terdapat pada soal no 7 dan 16
dengan presentase sebesar 5%. Namun persentase miskonsepsi
pada kelas VIII A ini terjadi penurunan sebesar 6,25%.
b. Data Miskonsepsi Kelas VIII B
Tabel 4.4 Hasil Nilai Miskonsepsi Kelas VIII B
No Indikator Soal Katagori (%)
PK PKKY M TTK
1 Menjelaskan peran darah (trombosit) 8,33 20,83 0 70,83
2 Menjelaskan ciri eritrosit 12,5 12,5 25 50
3 Mengidentifikasi penyakit pada sel
darah 0 12,5 12,5 75
4 Mengidentifikasi Fungsi sel darah 8,33 20,83 16,66 54,16
5 Mendeskripsikan sel darah merah dan
putih 12,5 25 16,66 45,83
6 Menunjukkan bagian jantung
berdasarkan fungsinya 37,5 16,66 25 20,83
7 Menjelaskan tekanan sistole dan
diastole 0 29,16 8,33 62,5
71
8 Menunjukkan bagian-bagian jantung 20,83 29,16 12,5 37,5
9 Mengidentifikasi letak katup
trikuspidalis 8,33 25 25 41,66
10 Mendeskripsikan vena 20,83 41,66 12,5 25
11 Mengidentifikasi fungsi vena
pulmonalis 12,5 12,5 8,33 66,66
12 Menjelaskan fungsi pembuluh limfa 4,16 29,16 8,33 58,33
13 Menjelaskan sistem penggolongan
darah 20,83 12,5 33,33 33,33
14 Mendeskripsikan terjadinya
penggumpalan darah 4,16 12,5 41,66 41,66
15 Menyebutkan organ sistem
transportasi 16,66 16,66 12,5 54,16
16 Menunjukkan proses peredaran darah
besar 62,5 25 4,16 8,33
17 Menjelaskan peredaran darah kecil 37,5 20,83 16,66 25
18 Mengidentifikasi perhitungan denyut
nadi 45,83 20,83 16,66 16,66
19 Mendiskripsikan gangguan dan
kelainan pada sistem peredaran darah 12,5 8,33 45,83 33,33
20 Menyebutkan gangguan dan kelainan
pada sistem peredaran darah 25 29,16 25 20,83
Rata - rata 18,54 21,04 18,33 42,08
Sumber: Data Peneliti
Berdasarkan Tabel 4.4 nilai rata- rata miskonsepsi kelas
VIII B pada katogori Paham Konsep (PK) sebesar 18,54%, Paham
Konsep Tapi Kurang Yakin (PKKY) sebesar 21,04%, Miskonsepsi
(M) sebesar 18,33% dan Tidak Tahu Konsep (TTK) dengan
persentase sebesar 42,08%. Dari data diatas dapat disimpulkan
bahwasannya masih terdapat miskonsepsi siswa dengan persentase
18,33% dengan persentase miskonsepsi tertinggi terdapat pada soal
72
no 19 mengenai materi Darah dengan persentase sebesar 45,83%.
Dan persentase miskonsepsi terendah terdapat pada soal no 16
dengan persentase sebesar 4,16%. Namun persentase prakonsepsi
dan miskonsepsi pada kelas VIII B ini terjadi penurunan sebesar
0,83%..
Berdasarkan data miskonsepsi kedua kelas diatas dapat
disimpulkan bahwa masih terdapat miskonsepsi. Miskonsepsi
tertinggi adalah kelas VIII B dengan persentase sebesar 18,33%.
Dan hanya mengalami penurunan miskonsepsi sedikit yaitu sebesar
0,83%. Namun jika dilihat dari katagori pemahaman konsep, maka
persentase rata-rata paling tinggi adalah Tidak Tahu Konsep
(TTK), hal ini menunjukkan bahwa siswa masih banyak yang tidak
tahu konsep mengenai materi sistem peredaran darah pada manusia
walaupun sudah diajarkan.
B. Analisis Data
1. Uji Coba Instrumen
a. Test
1) Validitas
Kriteria validnya soal ditentukan dari banyaknya
validitas masing-masing soal. Apabila jumlah
maka dikatakan “valid”, tetapi apabila maka
73
tergolong “tidak valid” dengan taraf signifikansi 5%. Berikut
tabel katagori menurut Arikunto (2011, 75):
Tabel 4.5 Katagori Validitas
Katagori
0,81 – 1,00 Sangat Tinggi
0,61 – 0,80 Tinggi
0,41 – 0,60 Cukup
0,21 – 0,40 Rendah
0,00 – 0,20 Sangat rendah
(Sumber: Arikunto, 2011, 75)
Berdasarkan uji validitas soal yang diujikan pada kelas
IX dengan menggunakan SPSS 22. 0 Didapatkan hasil sebagai
berikut:
Tabel 4.6 Hasil Uji Validitas Butir Soal Pre-test Dengan SPSS 22. 0
Tingkat Kevalidan Nomor Soal Total
Valid 1,2,3,4,6,8,9,11,12,14 10
Tidak Valid 5,7,10,13,15 5
Jumlah 15
Berdasarkan Tabel 4.6 terdapat 10 soal yang valid dan
5 soal yang tidak valid. Namun peneliti hanya mengambil 10
soal karena sudah mencapai indikator. Sepuluh soal tersebut
digunakan untuk Pre-test pada kelas VIII A dan VIII B.
74
Sedangkan data post-testnya bisa dilihat pada tabel dibawah
ini:
Tabel 4.7 Hasil Uji Validitas Butir Soal Post-test Dengan SPSS 22. 0
Tingkat Kevalidan Nomor Soal Total
Valid 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,13,14,15,18,
20,21,23,25,29,30
20
Tidak Valid 11,12,16,19,22,24,26,27,28 10
Jumlah 30
Berdasarkan Tabel 4.6 terdapat 20 soal yang valid dan
10 soal yang tidak valid. Namun peneliti hanya mengambil 20
soal karena sudah mencapai indikator. Duapuluh soal tersebut
digunakan untuk Post-test pada kelas VIII A dan VIII B.
2) Reliabilitas
Istrumen dikatakan reliabel jika mempunyai nilai
koefisien alpha, maka digunakan untuk kemantapan alpha
yang diinterpretasikan sebagai berikut (Sugiyono, 2015: 192):
Tabel 4.8 Tingkat Reliabel
No Nilai Alpha Cronbach’s Tingkat Reliabel
1 0,00 – 0,19 Sangat Rendah
2 0,20 – 0,39 Rendah
3 0,40 – 0.59 Sedang
4 0,60 – 0,79 Kuat
5 0,80 – 1,00 Sangat Kuat
Sumber: Desain Peneliti
75
Berikut hasil uji reliabilitas data Pre-test menggunakan SPSS 22.0
Tabel 4.9 Reliability Statistics (Pre-test)
Cronbach's
Alpha
Cronbach's
Alpha Based
on
Standardized
Items N of Items
,849 ,849 15
Sumber: SPSS 22.0
Berdasarkan tabel 4.9, diperoleh nilai Alpha
Cronbach’s sebesar 0,849, nilai ini kemudian dibandingkan
dengan nilai . dicari pada signifikasi 0,05 dengan
uji 2 sisi dan jumlah data (n) = 25, maka didapat sebesar
0,396. Oleh karena itu = , 0,849 0,396.
Menurut Sugiyono (2015: 192) dapat disimpulkan bahwa soal-
soal tersebut reliabel.
Sedangkan hasil uji reliabilitas data Post-test
menggunakan SPSS 22.0 sebagai berikut:
Tabel 4.10 Reliability Statistics (Post-test)
Cronbach's
Alpha
Cronbach's
Alpha Based
on
Standardized
Items N of Items
,860 ,865 30
Sumber: SPSS 22.0
Berdasarkan Tabel 4.10 diperoleh nilai Alpha
Cronbach’s sebesar 0,860, nilai ini kemudian dibandingkan
dengan nilai . dicari pada signifikasi 0,05 dengan
76
uji 2 sisi dan jumlah data (n) = 25, maka didapat sebesar
0,396. Oleh karena itu = , 0,860 0,396.
Menurut Sugiyono (2015: 192) dapat disimpulkan bahwa soal-
soal tersebut reliabel.
3) Tingkat Kesukaran
Dalam tingkat kesukaran tes, jika banyak subjek peserta
test yang dapat menjawab benar maka taraf kesukaran test
tersebut tinggi, apabila hanya sedikit dari subjek yang
menjawab benar maka taraf kesukarannya rendah (Arikunto,
2011: 210).
Tabel 4.11 Katagori Taraf Kesukaran
Tingkat Kesukaran Katagori
0,00 - 0,30 Sukar
0,31 - 0,70 Sedang
0,71 - 1,00 Mudah
(Sumber: Arikunto, 2011: 210)
Berikut hasil uji taraf kesukaran soal dengan
menggunakan SPSS 22.0.
Tabel 4.12 Tingkat Kesukaran Butir Soal Pre-test
Tingkat Kesukaran Nomoe Soal Total
Sukar 10,14 2
Sedang 1,2,4,7,9,12 6
Mudah 3,5,6,8,11,13,15 7
Jumlah 15
Sumber: Data Peneliti
77
Berdasarkan Tabel 4.12 dapat disimpulkan bahwa
sebanyak 2 butir soal (13,33%) dikatakan sukar, 6 butir soal
(40%) dikatakan Sedang dan 7 butir soal (46,66%) dikatakan
mudah. Sedangkan hasil uji taraf kesukaran soal post-test
dengan menggunakan SPSS 22.0 sebagai berikut:
Tabel 4.13 Tingkat Kesukaran Butir Soal Post-test
Tingkat Kesukaran Nomoe Soal Total
Sukar 4,19,23,26,28 5
Sedang 2,7,9,10,11,13,16,20,30 9
Mudah 1,3,5,6,8,12,14,15,17,21,
22,24,25,27 15
Jumlah 30
Sumber: Data Peneliti
Berdasarkan Tabel 4.13 dapat disimpulkan bahwa
sebanyak 5 butir soal (16,66%) dikatakan sukar, 9 butir soal
(30%) dikatakan Sedang dan 7 butir soal (50%) dikatakan
mudah.
4) Daya Pembeda
Menurit Arikunto (2016: 177), yang dimaksud dengan
daya pembeda test adalah kemampuan test tersebut dalam
memisahkan antara subjek yang pandai dan subjek yang kurang
pandai.
78
Tabel 4.14 Katagori Daya Pembeda
Daya Pembeda Katagori
0,00 – 0,20 Buruk
0,21 – 0,40 Cukup
0,41 – 0,70 Baik
0,71 – 1,00 Baik Sekali
(Sumber: Arikunto, 2016: 177)
Tabel 4.15 Hasil Uji Daya Pembeda Soal Pre-test
No
Soal rhitung
Daya
Pembeda
1 0,909 Sangat Baik
2 0,744 Sangat Baik
3 0,685 Baik
4 0,545 Baik
5 0,285 Cukup
6 0,78 Sangat Baik
7 0,318 Cukup
8 0,601 Baik
9 0,537 Baik
10 0,207 Cukup
11 0,909 Sangat Baik
12 0,512 Baik
13 0,496 Baik
14 0,545 Baik
15 0,422 Baik
Sumber: Data Peneliti
Berdasarkan Tabel 4.15, dapat disimpulkan bahwa
terdapat 4 butir soal (26,66%) yang bisa dikatakan sangat baik,
8 butir soal (53,33%) baik dan 2 butir soal yang cukup baik.
Adapun daya pembeda soal post-test sebagai berikut:
79
Tabel 4.16 Hasil Uji Daya Pembeda Soal Post-test
No
Soal Rhitung
Daya
Pembeda
No
Soal rhitung
Daya
Pembeda
1 0,83 Sangat Baik 16 0,466 Baik
2 0,726 Sangat Baik 17 0,319 Cukup
3 0,633 Baik 18 0,562 Baik
4 0,535 Baik 19 0,142 Buruk
5 0,455 Baik 20 0,534 Baik
6 0,774 Sangat Baik 21 0,673 Baik
7 0,481 Baik 22 0,408 Baik
8 0,693 Baik 23 0,689 Baik
9 0,7 Baik 24 0,044 Buruk
10 0,633 Baik 25 0,594 Baik
11 0,297 Cukup 26 0,429 Baik
12 0,093 Buruk 27 0,434 Baik
13 0,641 Baik 28 0,332 Cukup
14 0,653 Baik 29 0,67 Baik
15 0,594 Baik 30 0,782 Sangat Baik
Sumber: Data Peneliti
Berdasarkan Tabel 4.16, dapat disimpulkan bahwa
terdapat 4 butir soal (13,33%) yang bisa dikatakan sangat baik,
20 butir soal (66,66%) baik, 3 butir soal (10%) yang cukup
baik.dan 3 butir soal (10%) yang buruk.
b. Nontes
Pengujian kelayakan instrumen nontes berupa angket
dilakukan oleh para ahli yaitu Dosen Pembimbing (Ibu Dr. Peni
Susapti. M. Si), Dosen IAIN Salatiga (Bapak Eskatur Nanang P.U,
M. Pd. Dan Bapak Sigit Ari Wibowo. M. Pd.). instrumen nontes
dapat dilihat pada lampiran.
80
2. Analisis Data (Test)
a. Uji Normalitas
Uji Normalitas digunakan untuk menguji apakah data yang
digunakan dalam penelitian tersebut berdistriusi normal atau tidak
Data normal merupakan syarat mutlak sebelum dilakukan analisis
statistik parametrik (uji paired sample t-test dan uji independent
sample t-test). Uji Normalitas ini menggunakan SPSS 22.0.
Caranya adalah menentukan hipotesis pengujiannya yaitu:
Ho : Tidak ada miskonsepsi siswa menggunakan Certainty Of
Response Index (CRI)
Ha : Ada miskonsepsi siswa menggunakan Certainty Of
Response Index (CRI)
Dasar Pengambilan Keputusan dalam Uji Normalitas
Kolmogorov-Smirnov ( Sugiyono, 2007:159).
1) Jika nilai signifikansi (Sig.) lebih besar dari 0,05 maka
penelitian berdistribusi normal.
2) Jika nilai signifikansi (Sig.) lebih kecil dari 0,05 maka
penelitian tidak berdistribusi normal.
Berikut hasil uji normalitas dengan menggunakan
Kolmogorov-Smirnov SPSS 22.0.
81
Tabel 4.17 Uji Normalitas Kelas VIII A dengan Kolmogorov-Smirnov SPSS
22.0.
Katagori_CRI
Kolmogorov-Smirnova
Statistic Df Sig.
Post_test_Kelas_
VIII_A
Paham Konsep ,178 20 ,098
Paham Konsep Kurang
yakin ,223 20 ,010
Miskonsepsi ,205 20 ,057
Tidak Tahu Konsep ,144 20 ,200*
Sumber: SPSS 22.0
Tabel 4.18 Uji Normalitas Kelas VIII B dengan Kolmogorov-
Smirnov SPSS 22.0.
Katagori_CRI
Kolmogorov-Smirnova
Statistic Df Sig.
Post_test_Kelas
_VIII_B
Paham Konsep ,195 20 ,045
Paham Konsep Kurang
yakin ,149 20 ,200
*
Miskonsepsi ,206 20 ,056
Tidak Tahu Konsep ,113 20 ,200*
Sumber: SPSS 22.0
Berdasarkan Tabel 4. 17 dan 4.18, dapat disimpulkan
bahwa semua data dari kelas VIII A dan VIII B terdistribusi
normal.
b. Uji Homogenitas
Uji Homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah suatu
varians (keberagaman) data dari dua atau lebih kelompok bersifat
homogen atau tidak. Data yang homogen merupakan salah satu
82
syarat dalam uji Independent sample t-test dan Anova. Dasar
pengambilan keputusan adalah (Sugiyono, 2013: 276).
1) Jika nilai signifikansi 0,05 maka terdistribusi homogen
2) Jika nilai signifikansi 0,05 maka tidak terdistribusi homogen
Berikut hasil uji homogenitas dengan menggunakan SPSS 22.0.
Tabel 4.19 Test of Homogeneity of Variance
Post-test
Kelas
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
VIII A 4,205 3 76 ,08
VIII B 4,549 3 76 ,06
Sumber: SPSS 22.0
Berdasarkan Tabel 4.19, nilai signifikansi untuk kelas VIII
A yaitu 0,08 0,05 dan kelas VIII B yaitu 0,06 0,05 maka dapat
disimpulkan bahwa data terdistribusi homogen.
c. Uji Kesamaan Dua Varian
Uji ini digunakan untuk mengetahui kesamaan antara dua
varian. Kriteria pengujian menurut Sugiyono (2016: 120):
1) Ho ditolak apabila nilai signifikansi 0,05.
2) Ho diterima apabila nilai signifikansi 0,05.
Berikut uji Independent Sample T-Test dengan menggunakan SPSS
22.0
83
Tabel 4.20 Hasil Uji Independent Sample T-Test
Levene's Test for Equality of
Variances
F Sig.
Miskonsepsi Equal variances
assumed ,004 ,949
Equal variances not
assumed
Sumber: SPSS 22.0
Berdasarkan Tabel 4.20 diketahui bahwa F hitung dengan
Equal variances assumed adalah 0,04 dengan probabilitas 0,949.
Karena probabilitas 0,05 maka kedua varian adalah sama dan Ho
diterima.
d. Uji Hipotesis
Setelah data dinyatakan berdistribusi normal dan homogen,
langkah selanjutnya adalah melakukan analisis perbedaan
persentase miskonsepsi untuk mengetahui apakah terdapat
perbedaan miskonsepsi siswa berdasarkan kelas. Analisis yang
dilakukan ada dua jenis, yaitu uji-t.
1) Uji-t
Uji-t dilakukan untuk mengetahui perbedaan
miskonsepsi siswa berdasarkan kelas. Uji-t dilakukan untuk
membandingkan miskonsepsi dua kelompok/variabel, yaitu
kelompok siswa kelas VIII A dan kelompok siswa kelas VIII
B. Pengujian ini dilakukan menggunakan data persentase
84
miskonsepsi siswa kelas VIII A dan kelas VIII B. Dengan
bantuan SPPS 22.0. Adapun hipotesis penelitian yang diuji
dalam penelitian ini adalah:
H0 = Tidak terdapat perbedaan miskonsepsi siswa yang
signifikan berdasarkan kelas
H1 = Terdapat perbedaan miskonsepsi siswa yang signifikan
berdasarkan kelas
Dasar pengambilan keputusan menurut Suryaningtyas (2016:
33) untuk uji-t digunakan kriteria sebagai berikut:
a) Jika nilai signifikansi (sig.) > 0,05, maka H0 diterima
b) Jika nilai signifikansi (sig.) < 0,05, maka H0 ditolak
Tabel 4. 21 Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Pair 1 Miskonsepsi_VIIIA
Miskonsepsi_VIIIb
20 ,506 ,023
Sumber: SPSS 22.0
Berdasarkan Tabel 4.21 dapat dilihat dari nilai sig uji t-test
Paired Samples Correlations sebesar 0,023, karena probabilitas
0,05 yaitu 0,023 0,05 maka Ho ditolak. Artinya tidak ada
miskonsepsi siswa yang signifikan berdasarkan kelas.
85
3. Analisis Data (Nontes)
a. Angket
Berikut hasil angket siswa kelas VIII A
Gambar 4.1 Hasil Angket Kelas VIII A
Sumber: Data Peneliti
Berdasarkan hasil Gambar 4.1 bahwa angket siswa pada
kelas VIII A, didapatkan persentase indikator mengenai penyebab
miskonsepsi karna guru sebesar 55%, persentase indikator konteks
belajar sebesar 57% dan persentase indikator siswa sebesar 40%.
Jadi dapat disimpulkan bahwa penyebab miskonsepsi pada kelas
VIII A berasal dari guru, konteks belajar dan siswa, namun
penyebab miskonsepsi yang paling banyak terjadi pada indikator
siswa.
0
10
20
30
40
50
60
Guru Konteks Mengajar Siswa
86
Berikut hasil angket siswa kelas VIII B
Gambar 4.2 Hasil Angket Kelas VIII B
Sumber: Data Peneliti
Berdasarkan hasil Gambar 4.2 bahwa angket siswa pada
kelas VIII B, didapatkan presentase indikator mengenai penyebab
miskonsepsi karna guru sebesar 68,3%, persentase indikator
konteks belajar sebesar 72% dan persentase indikator siswa sebesar
62%. Jadi dapat disimpulkan bahwa penyebab miskonsepsi pada
kelas VIII B berasal dari guru, konteks belajar dan siswa, tidak
jauh beda dengan kelas VIII A, Penyebab miskonsepsi tertinggi
juga terdapat pada inikator siswa.
56
58
60
62
64
66
68
70
72
74
Guru Konteks Mengajar Siswa
87
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis data dan hasil penelitian yang telah dilakukan,
dapat disimpulkan bahwa:
1. Terdapat miskonsepsi yang terjadi pada siswa sebelum pembelajaran
(prakonsepsi) pada materi sistem peredaran darah manusia, yaitu pada
kelas VIII A presentase prakonsepsi sebesar 24,5%, pada kelas VIII B
presentase prakonsepsi sebesar 19,16%,
2. Terdapat miskonsepsi yang terjadi pada siswa kelas VIII SMPIT
Nidaul Hikmah pada materi sistem peredaran darah manusia dengan
menggunakan CRI, yaitu pada kelas VIII A persentase miskonsepsi
sebesar 18,25%, dan hanya mengalami penurunan miskonsepsi
sebanyak 6,25% dari miskonsepsi sebelumnya, sedangkan pada kelas
VIII B persentase miskonsepsi sebesar 18,33% dan hanya mengalami
penurunan sebesar 0,83% dari miskonsepsi sebelumnya.
3. Ada penyebab miskonspsi siswa pada pada materi sistem peredaran
darah manusia yaitu, miskonsepsi yang disebabkan karena guru,
konteks mengajar dan dari siswa itu sendiri.
88
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan berikut beberapa saran
yang dapat diberikan:
1. Bagi guru, sebaiknya guru membuat instrument soal berdasarkan
kesalahan yang dilakukan siswa pada saat pembelajaran berlangsung
sehingga dapat mendeteksi miskonsepsi siswa.
2. Memperbaiki miskonsepsi yang terjadi pada siswa agar tidak terjadi
secara permanen.
3. Untuk meminimalisir miskonsepsi sebaiknya guru menggunakan
metode pembelajaran yang benar, sehingga dapat membantu siswa
yang tepat, dalam memahami konsep.
4. Bagi peniliti selanjutnya akan lebih baik jika tidak hanya
mendiskripsikan miskonsepsi saja, tetapi menganalisis satu persatu
indicator soal yang terjadi miskonsepsi.
89
DAFTAR PUSTAKA
Ali, M. 1992. Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi. Jakarta: Angkasa
Andarini, T.M. dkk. 2013. Pembelajaran Biologi Menggunakan Pendekatan Ctl
(Contextual Teaching And Learning) Melalui Media flipchartdan Video
Ditinjau Dari Kemampuan Verbal Dan Gaya Belajar. Jurnal Bioedukasi
ISSN:1693-2654 Volume 6, Nomor 2 Halaman 102-119.
Aprilyani, Dian, dkk. 2016. Penerapan Teknik CRI Termodifikasi Untuk
Mengidentifikasi Miskonsespsi Siswa. Prosiding Seminar Nasional II
Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat
Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas
Muhammadiyah Malang.
Arikunto, Suharsimi. 2011. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Edisi
Revisi VII. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2016. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta.
Atkinson, R. L, and C. Richard. Tanpa tahun. Pengantar Psikologi Jilid Satu.
Terjemahan oleh Widjaja kusuma. 2001. Tanggerang Selatan:
Interaksara
Azwar, S. 2013. Tes Prestasi Fungsi Pengembangan Pengukuran Prestasi
Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Berg, Van den. 1991. Miskonsepsi Fisika dan Remediasi. Salatiga : UKSW.
Fitria, Analisa. 2014. Miskonsepsi Mahasiswa Dalam Menentukan Grup Pada
Struktur Aljabar Menggunakan Certainty Of Response Index (CRI) Di
Jurusan Pendidikan Matematika Iain Antasari. JPM IAIN Antasari, Vol.
01 No. 2 Januari – Juni 2014, h. 45-60.
90
Hasan, Saleem, Diola Bagayoko dan Ella L.K. 1999. Misconception and The
Certainly of Response Index (CRI). Journal Physics Education. 34(5):
294-299.
Huseyin, & Sabri. 2007. Secondary School Students' Misconceptions About
Simple Electric Circuits. Journal of Tourkish Science Education. 04(01).
Jumali. 2008. Landasan Pendidikan. Surakarta : Muhammadiyah University Press
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2017. Ilmu Pengetahuan Alam
SMP/MTs Kelas VIII Semester I. Jakarta: Kemendikbud.
Kurniasih, Dewi Mike. 2017. Analisis Miskonsepsi Mahasiswa dengan
Menggunakan Certainty of Response Index (CRI) Pada Materi Anatomi
Tubuh Manusia. Jurnal Pendidikan Sains & Matematika, ISSN: 2580-
3247 Vol.5 No.1.
Kustiyah. 2007. Miskonsepsi difusi dan osmosis pada siswa MAN Model. Jurnal
Ilmiah Guru Kanderang Tingang. Vol. 1.
Listiani, Hanida. 2017. Analisis Miskonsepsi Peserta Didik Sma Menggunakan
Certainty Of Response Index (Cri) Pada Materi Dunia Hewan Di Sma
Negeri 12 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2016/2017. Skripsi. Lampung:
Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung
Mahardika, Ria. 2014. Analisis Miskonsepsi Siswa Menggunakan Certainty Of
Response Index (CRI) Dan Wawancara Diagnosis Pada Konsep Sel.
Skripsi. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Murni, Dewi. 2013. Identifikasi Miskonsepsi Mahasiswa Pada Konsep Substansi
Genetika Menggunakan Certainty of Response Index (CRI). Prosiding
Semirata FMIPA Universitas Lampung.
Rapar, Jan, Hendrik. 1996. Pengantar Logika, Penalaran Asas – Asas Sistematis.
Yogyakarta: Kanisius
91
Setiawati, Gusti, dkk. 2014. Identifikasi Miskonsepsi Dalam Materi Fotosintesis
Dan Respirasi Tumbuhan Pada Siswa Kelas IX SMP Di Kota Denpasar.
Jurnal Bakti Saraswati Vol.03 No.02. ISSN : 2088-2149.
Sudarminta, J. 2002. Epistimologi dasar pengantar Filsafat Pengetahuan.
Yogyakarta: Kanisius
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Kombinasi (Mix Methods). Bandung:
Alfabeta.
Sugiyono. 2016. Metode Penelitian pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suhermiati, Ita. 2015. Analisis Miskonsepsi Siswa Pada Materi Pokok Sintesis
Protein Ditinjau Dari Hasil Belajar Biologi Siswa. BioEdu Berkala
Ilmiah Pendidikan Biologi. Vol. 4 No. 3 ISSN: 2302-9528.
Sulamtina, Putri. 2017. Identifikasi Miskonsepsi Siswa Smp Negeri Kelas VIII
Sekecamatan Jatiagung Lampung Selatan Pada Materi Fotosintesis Dan
Respirasi Tumbuhan Tahun Ajaran 2015/2016. Skripsi. Lampung:
Universitas Lampung.
Suparno, Paul. 2005. Miskonsepsi dan Perubahan Konsep dalam Pendidikan
Fisika. Jakarta: PT Grasindo.
Suryaningtyas, Hanna. 2016. Profil Miskonsepsi Siswa Sma Di Kota Cimahi Pada
Materi Asam Basa Menggunakan Tes Diagnostik Two-Tier Multiple
Choice Berbasis Piktorial. Universitas Pendidikan Indonesia
Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar Dan Pembelajaran Di Sekolah Dasar Edisi
Pertama. Jakarta: Prenadamedia Group
92
Syaifuddin, Amk. 2001. Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Tayubi, Yuyu R. 2005. Identifikasi Miskonsepsi Pada Konsep-Konsep Fisika
Menggunakan Certainty of Response Index (CRI). Jurnal Mimbar
Pendidikan, No. 3/XXIV/2005.
Tillah, Rahmia. 2017. Identifikasi Miskonsepsi Konsep Evolusi Menggunakan
Certainty Of Response Index (Cri) Pada Siswa Sma Kelas XII. Skripsi.
Universitas Pendidikan Indonesia.
Tim Grasindo. 2016. Rangkuman Terlengkap Teori Dan Rumus Matematika Dan
IPA SMP/MTs. Jakarta: PT. Gramedia
Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional. 2009. Jakarta: Sinar Grafinda
Wisudawati, Asih Widi & Eka Sulistyowati. 2017. Metodologi Pembelajaran
IPA. Jakarta: Bumi Aksara.
Wulandari, Ria. 2017. Berpikir Ilmiah Siswa dalam Pembelajaran IPA untuk
Meningkatkan Literasi Sains. Jurnal Science Education. No. 1 (1), Mei
2017, 29-35.
Yaqin, M. Khairul, dkk. 2017. Identifikasi Pemamahan Konsep Fisika Terhadap
Pokok Bahasan Termodinamika Pada Siswa SMA. Seminar Nasional
Pendidikan Fisika 2017. ISSN : 2527 – 5917, Vol.2
Yusminah, Hala. 2018. Identifikasi Miskonsepsi Siswa Kelas Xii Ipa Pada
Konsep Genetika Dengan Metode Certainty Of Response Index (CRI).
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Biologi. ISBN: 978-602-61265-
2-8
Zayyinah, dkk. 2018. Identifikasi Miskonsepsi Siswa SMP Dengan Certainty Of
Response Index (CRI) Pada Konsep Suhu Dan Kalor. Science Education
National Conference.
93
LAMPIRAN
94
LAMPIRAN 1
95
LAMPIRAN 2
96
LAMPIRAN 3
97
LAMPIRAN 4
98
LAMPIRAN 5
99
LAMPIRAN 6
100
LAMPIRAN 6
101
LAMPIRAN 7
102
LAMPIRAN 7
103
LAMPIRAN 7
104
LAMPIRAN 7
105
LAMPIRAN 7
106
LAMPIRAN 7
107
LAMPIRAN 8
108
LAMPIRAN 8
109
LAMPIRAN 8
110
LAMPIRAN 8
111
LAMPIRAN 8
112
LAMPIRAN 8
113
LAMPIRAN 9
114
LAMPIRAN 9
115
LAMPIRAN 9
116
LAMPIRAN 9
117
LAMPIRAN 9
118
LAMPIRAN 9
119
LAMPIRAN 10
120
LAMPIRAN 10
121
LAMPIRAN 10
122
LAMPIRAN 10
123
LAMPIRAN 10
124
LAMPIRAN 10
125
LAMPIRAN 11
KISI – KISI SOAL PRE – TEST SISTEM PEREDARAN DARAH MANUSIA
KD MATERI INDIKATOR NO
SOAL
RANAH
KOGNITIF
BENTUK
SOAL
3.7 Menganalisis
sistem peredaran
darah pada
manusia dan
memahami
gangguan pada
sistem peredaran
darah, serta upaya
menjaga
kesehatan sistem
peredaran darah
Darah Menjelaskan fungsi darah
(trombosit)
1 C1 PG
Mengidentifikasi proses
pembekuan darah
2 C1 PG
Jantung Menunjukkan bagian
jantung berdasarkan
fungsinya
3 C2 PG
Pembuluh darah Mendeskripsikan vena 4 C1 PG
Menjelaskan fungsi vena 5 C1 PG
Penggolongan
darah dan
transfusi
Mengidentifikasi golongan
darah
6 C1 PG
Mengidentifikasi proses
transfusi darah
7 C2 PG
Sistem
peredaran darah
Menjelaskan proses
peredaran darah
8 C1 PG
Frekuensi
denyut jantung
Menyebutkan faktor
perbedaan denyut jantung
9 C1 PG
Gangguan dan
kelainan pada
sistem peredaran
darah dan upaya
untuk mencegah
dan
mengatasinya
Menyebutkan gangguan dan
kelainan pada sistem
peredaran darah
10 C1 PG
126
LAMPIRAN 11
KISI – KISI SOAL POST – TEST SISTEM PEREDARAN DARAH MANUSIA
KD MATERI INDIKATOR NO
SOAL
RANAH
KOGNITIF
BENTUK
SOAL
3.7 Menganalisis
sistem peredaran
darah pada
manusia dan
memahami
gangguan pada
sistem peredaran
darah, serta upaya
menjaga
kesehatan sistem
peredaran darah
Darah Menjelaskan peran darah
(trombosit)
1 C1 PG
Menjelaskan ciri eritrosit 2 C1 PG
Mengidentifikasi penyakit
pada sel darah
3 C4 PG
Mengidentifikasi Fungsi sel
darah
4 C4 PG
Mendeskripsikan sel darah
merah dan putih
5 C1 PG
Jantung Menunjukkan bagian
jantung berdasarkan
fungsinya
6 C2 PG
Menjelaskan tekanan sistole
dan distole
7 C1 PG
Menunjukkan bagian-bagian
jantung
8 C4 PG
Mengidentifikasi letak katup
trikuspidalis
9 C2 PG
Pembuluh darah Mendeskripsikan vena 10 C1 PG
Mengidentifikasi fungsi
vena pulmonalis
11 C4 PG
Menjelaskan fungsi 12 C3 PG
127
pembuluh limfa
Penggolongan
darah dan
transfusi
Menjelaskan sistem
penggolongan darah
13 C1 PG
Mendeskripsikan terjadinya
penggumpalan darah
14 C3 PG
Sistem
peredaran darah
Menyebutkan organ sistem
transportasi
15 C2 PG
Menunjukkan proses
peredaran darah besar
16 C3 PG
Menjelaskan peredaran
darah kecil
17 C2 PG
Frekuensi
denyut jantung
Mengidentifikasi
perhitungan denyut nadi
18 C4 PG
Gangguan dan
kelainan pada
sistem peredaran
darah dan upaya
untuk mencegah
dan
Mendiskripsikan gangguan
dan kelainan pada sistem
peredaran darah
19 C3 PG
Menyebutkan gangguan dan
kelainan pada sistem
peredaran darah
20 C1 PG
128
LAMPIRAN 12
KISI – KISI INSTRUMEN ANGKET SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA
Indikator Sub Indikator Soal Butir
Soal No
Miskonsepsi
disebabkan
guru
Tingkat
Keterarahan
guru dalam
proses
pembelajaran
1. Guru sering menyampaikan tujuan
pembeljaran sebelum pelajaran dimulai
2. Guru mengaitkan pembelajaran hari ini
dengan pembelajaran yang lalu
3. Materi yang disampaikan setiap
pertemuan tidak berkaitan
1, 2, 3
Penggunaan
metode ceramah
1. Guru sering mengajar dengan cara yang
menarik
2. Guru sering membawa alat peraga saat
pembelajaran
3. Guru selalu memberikan catatan dan
penjelasan langsung saat pembelajaran
4, 5, 6
Tingkat
Intensitas
interaksi antara
guru dengan
siswa
1. Guru mendengarkan pendapat anda di
kelas
2. Sering terjadi pertukaran pendapat antara
guru dengan siswa
3. Pendapat anda ditanggapi dengan baik
7, 8, 9
Pembahasan
tugas rumah
1. Tugas rumah yang diberikan guru tidak
pernah dibahas di kelas
2. Guru membagikan tugas rumah anda
3. Guru membahas tugas rumah yang telah
diberikan
10, 11,
12
Miskonsepsi
disebabkan
kesalahan
konteks
Pengalaman
siswa
menyebabkan
terjadinya
1. Guru memberikan pengalaman baru
setiap pembelajaran.
2. Guru selalu mencatat dan menjelaskan
materi sehingga membuat Anda bosan.
13, 14,
15
129
mengajar miskonsepsi 3. Guru menggunakan metode yang kreatif
dan inovatif dalam proses pembelajaran.
Bahasa sehari
hari
1. Siswa sulit memahami bahasa yang guru
gunakan
2. Guru menjelaskan dengan jelas
3. Anda kurang dapat menyimak penjelasan
guru dengan baik
16, 17,
18
Keterkaitan
pembelajaran
dengan
pembelajaran
sebelumnya
1. Saat guru menjelaskan materi baru, Anda
membayangkan kejadian yang pernah
anda alami terkait materi
2. Anda sering menjawab pertanyaan guru
dengan apa yang Anda temukan di
kehidupan nyata, bukan hanya dari buku
dan penjelasan guru
3. Pelajaran IPA hanya pelajaran hafalan
yang tidak ada kaitannya dengan
kehidupan nyata
19, 20,
21
Miskonsepsi
disebabkan
faktor yang
berasal dari
siswa
Siswa memiliki
minat yang
tinggi dalam
pembelajaran
1. Anda menyimak pelajaran dengan baik
saat kegiatan pembelajaran IPA
berlangsung
2. Menurut anda IPA adalah mata pelajaran
yang membosankan
3. Anda merasa tidak senang saat belajar
IPA
4. Anda belajar dirumah sebelum mengikuti
pembelajaran IPA
22, 23,
24, 25
130
LAMPIRAN 12
KISI – KISI INSTRUMEN ANGKET GURU DALAM PEMBELAJARAN IPA
Indikator Sub Indikator Soal Butir
Soal No
Miskonsepsi
salah satu
penyebabnya
berasal dari
guru
Kompetensi
professional
guru
1. Guru bukan lulusan dari Pendidikan
IPA
2. Guru mendapatkan sertifikasi
3. Guru belum pernah mengikuti pelatihan
dalam bidang IPA
Identitas
Guru
Tidak
membiarkan
siswa
mengungkap
kan gagasan/ide
1. Bagaimana situasi belajar yang
Bapak/Ibu ciptakan saat di kelas ?
2. Apakah siswa menanggapi dengan
baik dan aktif saat pembelajaran
berlangsung?
1dan 2
Relasi guru
dengan siswa
1. Bagaimanakah cara Bapak/Ibu berusaha
menjalin hubungan yang baik dengan
siswa baik dalam pembelajaran maupun
di luar kelas?
3
Guru
memahami
miskonsepsi
dan cara
remediasinya
1. Apa yang bapak/ibu ketahui tentang
miskonsepsi siswa dalam bidang IPA?
2. Menurut Bapak/Ibu, adakah
miskonsepsi yang terjadi pada siswa
dalam materi sistem peredaran darah
manusia?
3. Bagaimana cara Bapak/Ibu
menanggulangi miskonsepsi yang
terjadi pada siswa?
4, 5, 6
Guru tidak
menguasai
bahan materi
1. Saat mengajarkan siswa mengenai
materi sistem peredaran darah manusia
apa saja konsep utama mengenai sistem
7 dan 8
131
sistem peredaran
darah manusia
peredaran darah manusia yang Anda
jelaskan pada siswa? Tuliskan minimal
2!
2. Adakah submateri dari sistem peredaran
darah manusia yang sulit untuk
dijelaskan ke pada siswa? tuliskan!
Metode yang
digunakan guru
tidak dapat
memfasilitasi
siswa untuk
menkonstruk
sendiri
pengetahuannya
1. Metode pembelajaran seperti apa yang
Bapak/Ibu gunakan untuk menjelaskan
materi sistem peredaran darah manusia?
9
Media
pembelajaran
yang digunakan
guru tidak
sesuai dengan
model
pembelajaran
yang digunakan
1. Media pembelajaran seperti apa yang
Bapak/Ibu gunakan dalam menagjar
materi sistem peredaran darah manusia?
10
132
LAMPIRAN 13
133
LAMPIRAN 13
134
LAMPIRAN 13
135
LAMPIRAN 14
136
LAMPIRAN 14
137
LAMPIRAN 14
138
LAMPIRAN 14
139
LAMPIRAN 15
140
LAMPIRAN 15
141
LAMPIRAN 16
142
LAMPIRAN 16
143
LAMPIRAN 17
144
LAMPIRAN 17
145
LAMPIRAN 18
KUNCI JAWABAN
SOAL PRE-TEST
No
Soal
Kunci
Jawaban Skor
1 A Benar 1
Salah 0
2 B Benar 1
Salah 0
3 C Benar 1
Salah 0
4 C Benar 1
Salah 0
5 B Benar 1
Salah 0
6 A Benar 1
Salah 0
7 C Benar 1
Salah 0
8 A Benar 1
Salah 0
9 B Benar 1
Salah 0
10 C Benar 1
Salah 0
146
LAMPIRAN 18
KUNCI JAWABAN
SOAL POST-TEST
No
Soal
Kunci
Jawaban
Alasan Skor
1 C Trombosit yang telah mati akan dihancurkan oleh limpa,
kemudian dirombak oleh hati.
Benar 1
Salah 0
2 A
Warna merah berasal dari sub unit protein yang dikenal dengan
'heme' yang mengikat besi pada hemoglobin. Oksigen kemudian
terikat pada zat besi, dan interaksi antara unit (gugus) heme dan
oksigen inilah yang membuat darah berwarna merah.
Benar 1
Salah 0
3 D
Berdasarkan tabel terlihat bahwa terdapat penurunan jumlah
trombosit. Penurunan trombosit merupan ciri penyakit demam
berdarah
Benar 1
Salah 0
4 D Gambar A : trombosit, berperan dalam proses pembekuan
Benar 1
Salah 0
5 B Sel darah merah bentuknya pipih dan tidak mempunyai inti
Sel darah putih bentuknya tidak tetap dan mempunyai inti
Benar 1
Salah 0
6 A
Jantung manusia memiliki empat bagian sebagai berikut.
Serambi kanan, berperan menerima darah yang kaya
CO2 dari seluruh tubuh
Serambi kiri, berperan menerima darah yang kaya O2
langsung dari paru-paru
Bilik kanan, berperan memompa darah yang kaya CO2
ke paru-paru
Bilik kiri, berperan memompa darah yang kaya O2 ke
Benar 1
Salah 0
147
seluruh tubuh
7 D
Tekanan sistolik adalah tekanan darah pada saat terjadi kontraksi
otot jantung. Istilah ini secara khusus digunakan untuk merujuk
pada tekanan arterial maksimum saat terjadi kontraksi pada lobus
ventrikular kiri dari jantung. Rentang waktu terjadinya kontraksi
disebut systole.
Benar 1
Salah 0
8 C
1 = vena cava superior 2 = vena cava inferior 3 = ventrikel (bilik)
kiri
Benar 1
Salah 0
9 C
Katup trikuspidalis pada jantung terletak antara Atrium kanan dan
ventrikel kanan
Benar 1
Salah 0
10 A
Darah yang mengalir dalam vena tidak dpt mengalir ke bagian
sebelumnya karena di sepanjang vena terdapat katup. Katup ini
berfungsi agar darah tetap mengalir satu arah. Dengan adanya
katup tersebut, aliran darah tetap mengalir menuju jantung.
Benar 1
Salah 0
11 D
Pembuluh darah yang mengalirkan darah ke jantung dengan
membawa oksigen dan zat makanan adalah vena pulmonalis.
Benar 1
Salah 0
12 B
Sistem pembuluh limfa merupakan sistem peredaran terbuka
Sistem peredaran terbuka artinya cairan bergerak tidak selalu di
dalam pembuluh
Benar 1
Salah 0
13 C
Masing-masing golongan darah memiliki antigen dan antibodinya
masing-masing. Antigen dan antibodi ini saling bertolak
belakang.
Benar 1
Salah 0
14 A
Golongan darah A mempunyai aglutinogen A dan aglutinin β,
sedangkan golongan darah B mempunyai aglutinogen B. Ketika
darah ini bertemu maka aglutinogen B akanbereaksi dengan
aglutini β yang mengakibatkan aglutinasi.
Benar 1
Salah 0
15 D Jantung, pembuluh limfa dan vena porta hepatic Benar 1
148
Salah 0
16 B
Peredaran darah besar yaitu melalui Jantung (Vertikel Kiri) -
Aorta - Arteri - Kapiler Organ seluruh tubuh (Kecuali paru-paru)
- Vena Cava - Jantung (Atrium kanan)
Benar 1
Salah 0
17 A
Peredaran darah kecil dimulai saat darah yang mengandung
CO2 di bilik kanan dipompa dan dialirkan oleh pembuluh arteri
pulmonalis menuju paru-paru. Di paru-paru, terjadi difusi gas
yang pada akhirnya mengubah kandungan CO2 di dalam darah
sehingga menjadi O2 saat keluar dari paru-paru. Darah ini
selanjutnya dialirkan oleh vena pulmonalis menuju serambi kiri.
Benar 1
Salah 0
18 B Peningkatan denyut nadi terjadi setelah melakukan aktivitas.Jadi,
denyut nadi dipengaruhi oleh aktivitas.
Benar 1
Salah 0
19 B Pucat, tubuh lesu, dan tingginya jumlah leukosit sedangkan
eritrosit amat rendah merupakan gejala penyakit leukimia.
Benar 1
Salah 0
20 C
Pada penyakit ini, bentuk sel darah merahnya tidak beraturan. Hal
ini menyebabkan daya ikat sel darah merah terhadap oksigen dan
karbon dioksidanya berkurang.
Benar 1
Salah 0
149
LAMPIRAN 19
REKAPITULASI NILAI PRE-TEST
Persentase Data Prakonsepsi Kelas VIII A
No Katagori (%)
PK PKKY M TTK
1 15 20 35 30
2 5 35 10 50
3 0 15 15 70
4 15 10 40 35
5 15 10 20 55
6 0 10 30 60
7 20 15 20 45
8 35 20 25 20
9 30 10 45 15
10 55 20 5 20
Rata-Rata 19 16,5 24,5 40
Persentase Data Prakonsepsi Kelas VIII B
No Katagori (%)
PK PKKY M TTK
1 29,16667 33,33333 8,333333 29,16667
2 8,333333 29,16667 12,5 50
3 8,333333 16,66667 16,66667 58,33333
4 8,333333 16,66667 37,5 37,5
5 0 20,83333 20,83333 58,33333
6 0 0 33,33333 66,66667
7 4,166667 25 16,66667 54,16667
8 50 29,16667 12,5 8,333333
9 41,66667 20,83333 12,5 25
10 50 12,5 20,83333 16,66667
Rata -
rata 20 20,41667 19,16667 40,41667
150
LAMPIRAN 20
REKAPITULASI NILAI POST-TEST
Persentase Data Miskonsepsi Kelas VIII A
No Katagori (%)
PK PKKY M TTK
1 15 25 30 30
2 5 10 50 35
3 20 20 25 35
4 25 15 15 45
5 15 15 10 60
6 40 20 20 20
7 5 25 5 65
8 25 25 10 40
9 45 10 20 25
10 15 45 10 30
11 15 20 20 45
12 5 15 10 70
13 55 20 10 15
14 10 20 35 35
15 10 25 10 55
16 40 25 5 30
17 35 10 15 40
18 55 20 10 15
19 25 15 40 20
20 35 25 15 25
Rata -
rata 24,75 20,25 18,25 36,75
151
LAMPIRAN 20
Persentase Data Miskonsepsi Kelas VIII B
No Katagori (%)
PK PKKY M TTK
1 8,333333333 20,83333 0 70,83333
2 12,5 12,5 25 50
3 0 12,5 12,5 75
4 8,333333333 20,83333 16,66667 54,16667
5 12,5 25 16,66667 45,83333
6 37,5 16,66667 25 20,83333
7 0 29,16667 8,333333 62,5
8 20,83333333 29,16667 12,5 37,5
9 8,333333333 25 25 41,66667
10 20,83333333 41,66667 12,5 25
11 12,5 12,5 8,333333 66,66667
12 4,166666667 29,16667 8,333333 58,33333
13 20,83333333 12,5 33,33333 33,33333
14 4,166666667 12,5 41,66667 41,66667
15 16,66666667 16,66667 12,5 54,16667
16 62,5 25 4,166667 8,333333
17 37,5 20,83333 16,66667 25
18 45,83333333 20,83333 16,66667 16,66667
19 12,5 8,333333 45,83333 33,33333
20 25 29,16667 25 20,83333
Rata -
rata 18,54166667 21,04167 18,33333 42,08333
152
LAMPIRAN 21
DOKUMENTASI
Penelitian Kelas VIII A
Pengarahan pada saat penelitian
Suasana pengerjaan soal penelitian
Foto bersama dengan kelas VIII A
153
LAMPIRAN 21
DOKUMENTASI
Penelitian Kelas VIII B
Pengarahan pada saat penelitian
Suasana pengerjaan soal penelitian
Foto bersama dengan kelas VIII A
154
LAMPIRAN 22
155
LAMPIRAN 22
156
LAMPIRAN 22
157
LAMPIRAN 22
158
LAMPIRAN 23
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Tanti Rahayu
Tempat/Tgl Lahir : Jepara, 04 September 1997
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Dusun Ngancar Rt 01/04 Desa Kenteng, Toroh, Grobogan
No HP : 085713991755
Hobi : Traveling dan Memasak
Pendidikan Terakhir : SMK Pariwisata
Motto : Kamu tidak akan mendapatkan kata O pada kata yesterday
Salatiga, 13 Maret 2020
Hormat Saya
Tanti Rahayu