identifikasi indeks kerentanan di kota pekanbaru terhadap...
TRANSCRIPT
Konferensi Nasional Teknik Sipil 12 Batam, 18-19 September 2018
ISBN: 978-602-60286-1-7 AR - 107
IDENTIFIKASI INDEKS KERENTANAN DI KOTA PEKANBARU
TERHADAP BENCANA BANJIR
Bambang Sujatmoko1, Rinaldi2 dan Yudha Andestian3
1Jurusan Teknik Sipil, Universitas Riau, Jl. HR Soebrantas, KM 12.5, Pekanbaru
Email: [email protected] 2Jurusan Teknik Sipil, Universitas Riau, Jl. HR Soebrantas, KM 12.5, Pekanbaru
Email: [email protected] 3Jurusan Teknik Sipil, Universitas Riau, Jl. HR Soebrantas, KM 12.5, Pekanbaru
Email: [email protected]
ABSTRAK
Kerentanan (vulnerability) merupakan rangkaian kondisi yang menentukan apakah suatu bahaya (baik
bahaya alam maupun bahaya buatan) yang terjadi akan menimbulkan bencana. Kerentanan merupakan
kondisi dari suatu masyarakat yang menyebabkan ketidakmampuan dalam menghadapi suatu bencana.
Semakin ‘rentan’ suatu kelompok masyarakat terhadap bencana, semakin besar kerugian yang
dialaminya. Kerentanan pada bencana banjir dapat berupa kerentanan fisik dan kerentanan sosial.
Penentuan Indeks Kerentanan (IK) yang dilakukan di kota Pekanbaru ditujukan untuk mengurangi
risiko terhadap bencana banjir. IK di kota Pekanbaru yang dihasilkan merupakan gabungan dari
beberapa parameter kerentanan yaitu kepadatan penduduk, kepadatan bangunan, rasio jenis kelamin dan
rasio kelompok umur. Parameter kerentanan diberi bobot sesuai tingkat kepentingan yang signifikan
terhadap tingkat kerentanan. Pemberian bobot untuk setiap parameter berdasarkan pengembangan dari
Peraturan kepala Badan Nasional Penganggulangan Bencana (Perka BNPB) No. 2 Tahun 2012.
Penyusunan indeks kerentanan di kota Pekanbaru berdasarkan pembobotan parameter dilakukan dengan
bantuan teknologi Sistem Informasi Geografis (SIG). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kota
Pekanbaru memiliki IK dengan kategori “Kurang Rentan”, terdapat 2 (dua) kelurahan dengan IK
kategori “sangat rentan”dan 3 (tiga) kelurahan dengan IK kategori “tidak rentan”. Peta Indeks
Kerentanan (IK) memberikan informasi berupa tingkat kerentanan masing-masing kelurahan di Kota
Pekanbaru berdasarkan parameter kepadatan penduduk, kepadatan bangunan, rasio jenis kelamin dan
rasio kelompok umur 15 tahun.
Kata kunci: indeks kerentanan, bencana banjir, resiko banjir, SIG
1. PENDAHULUAN
Wilayah Kota Pekanbaru yang dilintasi sungai Siak sangat berpotensi terjadinya banjir setiap tahun yaitu diwaktu
musim hujan dengan intensitas tinggi. Selain itu perubahan tata guna lahan yang terjadi di bantaran sungai Siak yang
dijadikan sebagai kawasan padat pemukiman menjadikan Kota Pekanbaru menjadi langganan banjir akibat kurangnya
daerah resapan air. Wilayah yang sering terjadi banjir adalah daerah yang terletak di tepian sungai Siak dan anak-anak
sungai Siak merupakan kawasan yang berpotensi banjir dan genangan. Secara topografi kawasan ini terletak pada
daerah yang relatif rendah dengan ketinggian elevasi antara 1,50 sampai 2,50 meter diatas permukaan air laut dan
setiap musim hujan mengalami banjir yang disebabkan oleh meluapnya sungai siak, tingginya curah hujan terutama
dibagian hulu dan pengaruh pasang surut.
Penduduk Kota Pekanbaru setiap tahunnya terus meningkat. Ini menandakan bahwa Kota Pekanbaru terus
berkembang dan maju sehingga menjadi daya tarik bagi penduduk lain untuk bermigrasi ke Kota Pekanbaru.
Peningkatan pertumbuhan penduduk tidak berbanding dengan kesiapan dalam penanggulangan banjir, sehingga
peningkatan pembukaan lahan baru tidak diiringi dengan peningkatan kapasitas tampungan air. Sehingga pada saat
musim hujan sering terjadi beberapa spot genangan yang dapat merugikan masyarakat, bukan hanya berupa kerusakan
rumah dan harta benda, tetapi juga wabah penyakit dan trauma selama dan pasca banjir
Maka dengan itu perlu adanya tinjauan mengenai identifikasi tingkat kerentanan terhadap dampak banjir di Kota
Pekanbaru. Informasi tentang tingkat kerentanan sangat penting dalam upaya mengurangi risiko terhadap suatu
bencana banjir. Penyajian informasi tentang kebencanaan secara spasial sangat menguntungkan karena dengan
menggunakan data tersebut penduduk dapat langsung mengenali kondisi lingkungannya. Selain itu, data dengan
format spasial disajikan dalam bentuk peta untuk memudahkan interpretasi secara spasial.
AR - 108
ISBN: 978-602-60286-1-7
Analisis Indeks Kerentanan
Kerentanan (vulnerability) merupakan rangkaian kondisi yang menentukan apakah suatu bahaya (baik bahaya alam
maupun bahaya buatan) yang terjadi akan dapat menimbulkan bencana (disaster). Kerentanan dalam ilmu sosial
merupakan kebalikan dari ketangguhan (resilience), kedua konsep tersebut laksana dua sisi mata uang. Kerentanan
pada bencana banjir dapat berupa : (1) kerentanan fisik seperti pemukiman penduduk yang terpapar bencana, kondisi
sungai yang dangkal, berkelok-kelok dan sempit serta kondisi saluran drainase ; (2) kerentanan sosial dan ekonomi
seperti jumlah kepadatan penduduk, mata pencaharian dan kondisi perekonomian. Menurut Kusuma et.al, (2010),
penentuan parameter indeks kerentanan berdasarkan bobot dan kriteria indeksnya sesuai tingkat kepentingan yang
signifikan terhadap kerentanan. Indeks kerentanan (IK) disusun berdasarkan indeks dari tiap parameter dengan
menggunakan hubungan berikut :
IK = Indeks Parameter 1 (bobot persentase) + Indeks Parameter 2 (bobot persentase) + Indeks
parameter 3 (bobot persentase) + ... + Indeks Parameter n (bobot persentase). (1)
Menurut Utomo, B.B. dan Supriharjo, R.D. (2012) semakin tinggi tingkat kepadatan penduduk dan semakin tinggi
tingkat laju pertumbuhan penduduk, maka semakin rentan terhadap bencana banjir bandang. Laju pertumbuhan
penduduk yang tinggi akan berkorelasi searah dalam meningkatkan potensi korban terdampak banjir dan
merepresentasikan tingginya keresahan masyarakat akan bencana banjir (Rachmat et.al. 2014). Secara arimatik,
perhitungan kepadatan penduduk menggunakan persamaan :
)(km wilayah Luas
(jiwa)ah satu wilaypenduduk Jumlah Pendudukepadatan K
2 (2)
Pengaruh kepadatan bangunan yang cenderung meningkat akibat penetapan kawasan sebagai kawasan pemukiman
terpadu, berdampak kepada masyarakat dan lingkungan. Peningkatan ini mendesak keberadaan sungai dan saluran
drainase, dan daerah resapan air menjadi semakin kecil, tutupan lahan akan perkerasan semakin luas, sehingga
berpotensi timbulnya genangan air dan banjir (Rachmat et.al, 2014).
)(km wilayah Luas
(jiwa)ah satu wilaybangunan Jumlah Bangunanepadatan K
2 (3)
Menurut Enarson (2000) bahwa perempuan dan anak perempuan merupakan bagian dari kelompok masyarakat yang
berada pada daftar kelompok dengan risiko tinggi terhadap bencana. Menurut K. Ikeda, berdasarkan studi kasus
bencana alam di Banglades, pola kematian akibat bencana dipengaruhi oleh relasi gender yang ada, meskipun ini tidak
selalu konsisten. Pola ini menempatkan perempuan lebih berisiko karena keterbatasan mobilitas secara fisik dalam
situasi emergency. Untuk menghitung rasio jenis kelamin dapat menggunakan persamaan berikut :
perempuan berkelaminpenduduk umlah J
laki-laki berkelaminpenduduk Jumlah Kelamin Jenis atioR (4)
Analisa tingkat kerentanan berdasarkan rasio jenis kelamin adalah untuk mengetahui di wilayah tersebut lebih
dominan laki-laki atau perempuan berdasarkan perbandingan jumlah laki-laki dan perempuan. Kerentanan sosial
menggunakan komponen sosial atau demografi yang dianggap menggambarkan kerapuhan sosial daerah yang
terancam, salah satunya adalah persentase usia tua dan balita. Persentase penduduk usia tua dan balita menggunakan
rasio beban tanggungan (DR). Kelompok penduduk umur 0-14 tahun dianggap sebagai kelompok penduduk belum
produktif secara ekonomis. Kelompok penduduk umur 15-64 sebagai kelompok produktif. Kelompok penduduk umur
65 tahun ke atas sebagai kelompok penduduk tidak produktif. Dalam penelitian ini, data diperoleh dari BPS Kota
Pekanbaru (BPS, 2014) adalah kelompok umur 0-15 tahun, sehingga persamaan untuk menghitung Rasio kelompok
umur 0-15 tahun, yakni :
pendudukJumlah Total
tahun 15-0umur penduduk Jumlah murKelompok U atioR (5)
2. METODOLOGI PENELITIAN
Deskripsi Wilayah Study
Kota Pekanbaru merupakan ibu kota Propinsi Riau. Kota Pekanbaru terdiri dari 12 Kecamatan dan 58 Kelurahan
dengan luas 632,26 km2 (BPS (2014). Kota Pekanbaru secara administrasi dapat dilihat pada Gambar 1.
AR - 109
ISBN: 978-602-60286-1-7
Kota Pekanbaru secara administrasi berbatasan langsung dengan daerah Kabupaten. Sebelah Utara berbatasan dengan
Kab. Siak dan Kab. Kampar, sebelah Selatan berbatasan dengan Kab. Kampar dan Kab. Pelalawan, sebelah Timur
berbatasan dengan Kab. Siak dan Kab. Pelalawan dan sebelah Barat berbatasan dengan Kab. Kampar.
Gambar 1. Peta administrasi Kota Pekanbaru
Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, pengumpulan data sekunder dilakukan dengan metode survei instansional. Data instansional
berupa data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Pekanbaru tahun 2014.
Metode Analisis
Kerentanan merupakan kondisi dari suatu masyarakat yang menyebabkan ketidakmampuan dalam menghadapi suatu
bencana. Semakin ‘rentan’ suatu kelompok masyarakat terhadap bencana, semakin besar keruguan yang dialaminya.
Dalam analisis indeks kerentanan berdasarkan 4 (empat) parameter dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Parameter indeks kerentanan
No Parameter Keterangan
1. Kepadatan Penduduk Komp. Kerentanan Sosial
2. Kepadatan Bangunan Komp. Kerentanan Fisik
3. Rasio Jenis Kelamin Komp. Kerentanan Sosial
4. Rasio Kelompok Umur Komp. Kerentanan Sosial Sumber : BNPB No.2 Tahun 2012
Parameter-parameter tersebut kemudian diberi bobot sesuai tingkat kepentingan yang signifikan terhadap tingkat
kerentanan (Kusuma et.al, 2009). Pemberian bobot untuk setiap parameter berdasarkan pengembangan dari Peraturan
kepala Badan Nasional Penganggulangan Bencana (Perka BNPB) No. 2 Tahun 2012. Berdasarkan Perka BNPB
(2012) untuk indeks kerentanan bencana banjir dibagi menjadi 4 (empat) kerentanan yaitu : kerentanan sosial,
kerentanan ekonomi, kerentanan fisik dan kerentanan lingkungan. Untuk masing-masing kerentanan diberi bobot
sebesar 40% untuk kerentanan sosial, 25% untuk kerentanan ekonomi dan fisik, dan 10% untuk kerentanan
lingkungan.
Pada penelitian ini, data yang diperoleh hanya kerentanan sosial dan kerentanan fisik, sehingga dalam penentuan
pembobotan parameter-parameter kerentanan dilakukan modifikasi dimana kerentanan sosial diberi bobot 75% dan
kerentanan fisik 25%.
Pembagian bobot untuk setiap parameter berdasarkan Perka BNPB (2012) dimana untuk parameter kepadatan
penduduk diberi 60%, rasio jenis kelamin dan rasio kelompok umur 10 % dari total kerentanan sosial sedangkan
parameter kepadatan bangunan 40% dari total kerentanan fisik. Berdasarkan persentase tersebut didapatkan bobot
untuk tiap-tiap parameter dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Penentuan bobot parameter
No. Parameter Pembobotan
1. Kepadatan Penduduk 45%
2. Kepadatan Bangunan 25%
3. Rasio Jenis Kelamin 15%
4. Rasio Kelompok Umur 15% Sumber : Modifikasi BNPB No.2 Tahun 2012
AR - 110
ISBN: 978-602-60286-1-7
Pada pembobotan modifikasi, parameter kepadatan penduduk diberi bobot 45% berdasarkan tingkat kerentanan yang
paling dominan terhadap bencana banjir. Semakin padat penduduk yang terpapar akibat bencana, sekakin besar tingkat
kerentanannya.
Parameter kepadatan bangunan diberi bobot 25 % karena parameter tersebut memiliki tingkat kerentanan kedua.
Parameter kepadatan bangunan berhubungan langsung dengan proses evakuasi korban bencana, dimana jika
kepadatannya tinggi maka akan sulit untuk melakukan akses evakuasi dalam skala besar.
Sedangkan untuk parameter rasio jenis kelamin dan kelompok umur diberi bobot 15% karena parameter tersebut tidak
memiliki dampak yang terlalu besar terhadap tingkat kerentanan. Namun, bukan berarti kedua parameter tersebut
diabaikan. Semakin tinggi rasio jenis kelamin laki-laki, maka sekamin rendah tingkat kerentanannya dan sebaliknya
semakin tinggi rasio kelompok umur maka semakin tinggi tingkat kerentanannya.
Ke-empat parameter tersebut dibagi menjadi 5 (lima) klasifikasi. Pembagian menjadi 5 (lima) klasifikasi agar
mempermudah dalam analisis tingkat kerentanan dan lebih spesifik informasi yang didapatkan. Pembagian klasifikasi
berdasarkan nilai maksimum dan minimum yang terdapat diwilayah studi dan kemudian dianalisis dengan metoda
Natural Break (Jenks) dari Quantum GIS 2.2 Valmiera.
Metode Natural Break (Jenks) adalah salah satu metode yang terdapat di Quantum GIS 2.2 Valmiera yaitu metode
klasifikasi standar (Athan, 2011). Metode ini menentukan titik pada data dengan melihat pengelompokkan dan pola
data. Data yang digunakan mempunyai jangkauan dari yang terkecil sampai terbesar, kemudian data tersebut dibagi
dalam kelas-kelas dengan batas-batas yang ditentukan berdasarkan nilai jangkauan terbesar. Penentuan klasifikasi
dengan Quantum GIS 2.2 Valmiera dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Penentuan klasifikasi untuk parameter kepadatan penduduk menggunakan Natural
Break (Jenks) pada QGIS 2.2 Valmiera
Pada QGIS 2.2 Valmiera, klasifikasi dapat dibagi menjadi beberapa kelas sesuai dengan keperluan. Pada penelitian
ini kelas klasifikasi dibagi menjadi 5 kelas. Masing-masing kelas akan mendapatkan nilai intervalnya. Data yang telah
diperoleh kemudian dikelompokkan berdasarkan kelas interval yang sudah didapatkan dari QGIS 2.2 Valmiera.
Selanjutnya dilakukan penentuan skor untuk masing-masing kelurahan se-kota Pekanbaru dengan menggunakan
teknologi Field Calculator yang terdapat pada Quantum GIS 2.2 Valmiera. Untuk penentuan skoring dapat dilihat
pada Gambar 3.
Gambar 3. Penentuan skoring kepadatan penduduk dengan menggunakan Field Calculator
pada Quantum GIS 2.2 Valmiera
Penentuan skoring dapat menggunakan function list “Conditionals” yang terdapat pada Field Calculator. Penentuan
skoring tersebut berdasarkan 5 (lima) kelas interval hasil analisis dengan metode Natural Break (Jenks). Setelah semua
AR - 111
ISBN: 978-602-60286-1-7
parameter dilakukan skoring, selanjutnya penentuan indeks kerentanan (IK). Penentuan indeks kerentanan
berdasarkan persamaan sederhana (Persamaan 1) dengan menjumlahkan semua skor dengan bobot masing-masing
parameter (Tabel 2) dengan 4 parameter yaitu kepadatan penduduk, kepadatan bangunan, rasio jenis kelamin dan rasio
kelompok umur < 15 tahun.
Perhitungan Indeks Kerentanan (IK) untuk setiap kelurahan se-Kota Pekanbaru dapat menggunakan Field Calculator
yang terdapat pada Quantum GIS 2.2 Valmiera. Perhitungan tersebut dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Penentuan Indeks Kerentanan (IK) dengan menggunakan field calculator pada
Quantum GIS 2.2 Valmiera
Tabel 3. Tingkat kerentanan berdasarkan nilai Indeks Kerentanan (IK)
IK Interval Tingkat Kerentanan
1 1,00 – 1,80 Tidak Rentan
2 1,81 – 2,60 Kurang Rentan
3 2,61 – 3,40 Cukup Rentan
4 3,41 – 4,20 Rentan
5 4,21 – 5,00 Sangat Rentan
Setelah didapatkan nilai Indeks Kerentanan (IK) untuk masing-masing kelurahan, selanjutnya dapat diketahui
tingkatan kerentanan setiap kelurahan berdasarkan klasifikasi tingkat kerentanan yang telah ditentukan. Klasifikasi
tingkat kerentanan dengan 5 kelas interval dapat dilihat pada Tabel 3.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Analisis.
Data yang telah diperoleh dari survei instansional dianalisis berdasarkan masing-masing parameter (4 parameter) yaitu
kepadatan penduduk, kepadatan bangunan, rasio jenis kelamin dan rasio kelompok umur < 15 tahun.
(a) Parameter kepadatan penduduk.
Analisis kepadatan penduduk dilakukan untuk mengetahui tingkat kerentanan penduduk terpapar bencana. Semakin
tinggi tingkat kepadatan penduduk maka semakin tinggi tingkat kerentanannya. Hal ini berkaitan dengan jiwa yang
terpapar bencana. Peta sebaran indeks kepadatan penduduk dengan interval sesuai Tabel 4 ditunjukkan Gambar 6.
Gambar 6. Peta indeks kepadatan penduduk Kota Pekanbaru
AR - 112
ISBN: 978-602-60286-1-7
Berdasarkan peta sebaran kepadatan penduduk yang ditunjukkan pada Gambar 6, selanjutnya dilakukan proses
pengelompokan jumlah kelurahan berdasarkan klasifikasi kepadatan penduduk dengan 5 (lima) interval kelas sesuai
Tabel 4. Jumlah kelurahan berdasarkan klasifikasi kepadatan penduduk di kota Pekanbaru dapat dilihat pada Gambar
7.
Tabel 4. Klasifikasi indeks kepadatan penduduk
Kelas Interval Indeks Kategori
I 40 - 3852 jiwa/km2 1 Sangat Rendah
II 3852 - 7861 jiwa/km2 2 Rendah
III 7861 - 12732 jiwa/km2 3 Cukup Rendah
IV 12732 - 18.982 jiwa/km2 4 Tinggi
V 18982 - jiwa/km2 5 Sangat Tinggi
Gambar 7. Jumlah kelurahan berdasarkan klasifikasi kepadatan penduduk.
Berdasarkan Gambar 7 dapat dilihat bahwa 5 kategori klasifikasi jumlah Kelurahan berdasarkan kepadatan penduduk
di Kota Pekanbaru, ditunjukkan bahwa jumlah kelurahan yang termasuk kategori sangat tinggi terdiri dari 3 (tiga)
kelurahan (5%), kategori tinggi 5 (lima) kelurahan (9%), kategori sedang 11 (sebelas) kelurahan (19%), kategori
rendah 12 (dua belas) kelurahan (21%) dan kategori sangat rendah 27 (dua puluh tujuh) kelurahan (46%).
(b) Parameter kepadatan bangunan.
Analisis kepadatan bangunan dilakukan untuk mengetahui tingkat kerentanan fisik. Wilayah yang memiliki tingkat
kepadatan bangunan yang tinggi akan sangat rentan terhadap dampak bencana. Tingkat kepadatan bangunan
berbanding lurus dengan tingkat kepadatan penduduk. Peta sebaran indeks kepadatan bangunan sesuai interval pada
Tabel 5 dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8. Peta indeks kepadatan bangunan Kota Pekanbaru
Tabel 5. Klasifikasi indeks kepadatan bangunan
Kelas Interval Indeks Kategori
I 7,53 – 29,68 % 1 Sangat Rendah
II 29,68 – 54,08 % 2 Rendah
III 54,08 – 72,03 % 3 Cukup Rendah
IV 72,03 – 88,68 % 4 Tinggi
V 88,68 – 100 % 5 Sangat Tinggi
AR - 113
ISBN: 978-602-60286-1-7
Berdasarkan peta sebaran indeks kepadatan bangunan yang ditunjukkan pada Gambar 8, selanjutnya dilakukan proses
pengelompokan jumlah kelurahan berdasarkan klasifikasi kepadatan bangunan dengan 5 (lima) interval kelas sesuai
dengan Tabel 5. Jumlah kelurahan berdasarkan klasifikasi kepadatan bangunan di kota Pekanbaru dapat dilihat pada
Gambar 9.
Gambar 9. Jumlah kelurahan berdasarkan klasifikasi kepadatan bangunan.
Berdasarkan Gambar 9 dapat dilihat bahwa 5 kategori klasifikasi jumlah Kelurahan berdasarkan kepadatan bangunan
di Kota Pekanbaru, ditunjukkan bahwa jumlah kelurahan yang termasuk kategori sangat tinggi terdiri dari 21
(duapuluh satu) kelurahan (36%), kategori tinggi 20 (duapuluh) kelurahan (35%), kategori sedang 10 (sepuluh)
kelurahan (17%), kategori rendah 3 (tiga) kelurahan (5%) dan kategori sangat rendah 4 (empat) kelurahan (7%).
(c) Parameter rasio jenis kelamin.
Perbedaan antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan adalah cara bertahan hidup maupun menjalani masa recovery
pasca bencana. Perempuan dan anak perempuan merupakan bagian kelompok masyarakat yang berada pada daftar
kelompok dengan risiko tinggi terhadap bencana. Peta sebaran indeks rasio jenis kelamin sesuai interval pada Tabel
6 dapat dilihat pada Gambar 10.
Tabel 6. Klasifikasi indeks rasio jenis kelamin laki-laki
Kelas Interval Indeks Kategori
I 1,334 – 1,575 1 Sangat Rendah
II 1,097 – 1,334 2 Rendah
III 0,991 – 1,097 3 Cukup Rendah
IV 0,780 – 0,991 4 Tinggi
V 0,742 – 0,780 5 Sangat Tinggi
Gambar 10. Peta sebaran rasio indeks jenis kelamin di Kota Pekanbaru
Gambar 11. Jumlah kelurahan berdasarkan klasifikasi ratio jenis kelamin.
AR - 114
ISBN: 978-602-60286-1-7
Berdasarkan peta sebaran indeks ratio jenis kelamin pada Gambar 10, selanjutnya dilakukan proses pengelompokan
jumlah kelurahan berdasarkan klasifikasi ratio jenis kelamin dengan 5 (lima) interval kelas sesuai Tabel 6. Jumlah
kelurahan berdasarkan klasifikasi rasio jenis kelamin di Pekanbaru dapat dilihat pada Gambar 11.
Berdasarkan Gambar 11 dapat dilihat bahwa 5 kategori klasifikasi jumlah Kelurahan berdasarkan indeks rasio jenis
kelamin di Kota Pekanbaru, ditunjukkan bahwa jumlah kelurahan yang termasuk kategori sangat tinggi terdiri dari 2
(dua) kelurahan (3%), kategori tinggi 17 (tujuh belas) kelurahan (29%), kategori sedang 29 (dua puluh sembilan)
kelurahan (50%), kategori rendah 9 (sembilan) kelurahan (16%) dan kategori sangat rendah 1 (satu) kelurahan (2%).
(d) Parameter rasio kelompok umur 15 tahun.
Kelompok umur 0-14 tahun dianggap sebagai kelompok belum produktif secara ekonomis. Sedangkan kelompok
umur 65 tahun keatas sebagai kelompok penduduk tidak produktif. Dalam penelitian ini, data yang diperoleh
berdasarkan BPS kota Pekanbaru adalah 0-15 tahun. Peta sebaran indeks ratio kelompok umur sesuai interval pada
Tabel 7 dapat dilihat pada Gambar 12.
Tabel 7. Klasifikasi indeks rasio kelompok umur ≤ 15 tahun
Kelas Interval Indeks Kategori
I 0,175 – 0,229 1 Sangat Rendah
II 0,229 – 0,285 2 Rendah
III 0,285 – 0,336 3 Cukup Rendah
IV 0,336 – 0,422 4 Tinggi
V 0,422 – 0,525 5 Sangat Tinggi
Berdasarkan peta sebaran indeks ratio kelompok umur ≤ 15 tahun yang ditunjukkan pada Gambar 12, selanjutnya
dilakukan proses pengelompokan jumlah kelurahan berdasarkan klasifikasi ratio kelompok umur dengan 5 (lima)
interval kelas sesuai interval Tabel 7. Jumlah kelurahan berdasarkan klasifikasi rasio kelompok umur ≤ 15 tahun di
kota Pekanbaru dapat dilihat pada Gambar 13.
Gambar 12. Peta indeks rasio kelompok umur ≤ 15 tahun Kota Pekanbaru
Gambar 13. Jumlah kelurahan berdasarkan klasifikasi ratio kelompok umur≤ 15 tahun.
Berdasarkan Gambar 13 terdapat 5 kategori klasifikasi jumlah Kelurahan berdasarkan indeks rasio kelompok umur di
Kota Pekanbaru, ditunjukkan bahwa jumlah kelurahan yang termasuk kategori sangat tinggi terdiri dari 2 (dua)
kelurahan (3%), kategori tinggi 16 (enam belas) kelurahan (28%), kategori sedang 16 (enam belas) kelurahan (28%),
kategori rendah 13 (tiga belas) kelurahan (22%) dan kategori sangat rendah 11 (sebelas) kelurahan (19%).
AR - 115
ISBN: 978-602-60286-1-7
Penentuan Indeks Kerentanan (IK).
Setelah semua parameter dihitung dan dianalisis, selanjutnya dilakukan analisis Indeks Kerentanan (IK) untuk setiap
parameter. Adapun tabulasi perhitungan penentuan Indeks Kerentanan (IK) masing-masing kelurahan di setiap
kecamatan di Kota Pekanbaru dapat dilihat pada Tabel 8. Sebaran nilai Indeks Kerentanan berdasarkan kelurahan di
kota Pekanbaru dapat dipetakan menggunakan aplikasi Quantum GIS 2.2 Valmiera dengan batasan interval sesuai
dengan Tabel 3 dan peta sebaran Indeks Kerentanan di Kota Pekanbaru terhadap bencana banjir dapat dilihat pada
Gambar 14.
Tabel 8. Indeks Kerentanan (IK) per kelurahan di Kota Pekanbaru
No. Kelurahan
Parameter
Total Indeks
Kep
ad
ata
n
Pen
du
du
k
Kep
ad
ata
n
Ba
ngu
nan
Ra
sio
Gen
der
Ra
sio
Um
ur
45% 25% 15% 15%
1. Kecamatan Limapuluh
1.1 Rintis 3 4 3 1 2,95 3
1.2 Sekip 3 4 4 2 3,25 3
1.3 Tanjung Rhu 2 4 2 4 2,80 3
1.4 Pesisir 3 4 4 1 3,10 3
. . . . . . .
. . . . . . .
. . . . . . .
12. Kecamatan Tampan
12.1 Simpang baru 1 5 4 3 2,75 3
12.2 Sidomulyo Barat 1 4 3 4 2,50 2
12.3 Tuah Karya 2 4 2 4 2,80 3
12.4 Delima 1 4 3 4 2,50 2
Gambar14. Peta indeks kerentanan Kota Pekanbaru
Gambar 15. Jumlah kelurahan berdasarkan klasifikasi indeks kerentanan di Pekanbaru
AR - 116
ISBN: 978-602-60286-1-7
Berdasarkan peta sebaran Indeks Kerentanan di Kota Pekanbaru yang ditunjukkan pada Gambar 14, selanjutnya
dilakukan proses pengelompokan jumlah kelurahan berdasarkan klasifikasi Indeks Kerentanan dengan 5 (lima)
interval kelas sesuai interval Tabel 3. Jumlah kelurahan berdasarkan klasifikasi Indeks Kerentanan di kota Pekanbaru
terhadap banjir dapat dilihat pada Gambar 15.
Berdasarkan Gambar 15 dapat dilihat bahwa 5 kategori klasifikasi jumlah Kelurahan berdasarkan Tingkat Kerentanan
bahaya banjir di Kota Pekanbaru, ditunjukkan bahwa jumlah kelurahan yang termasuk kategori sangat rentan terdiri
dari 2 (dua) kelurahan (3%), kategori rentan 9 (sembilan) kelurahan (16%), kategori cukup rentan 19 (sembilan belas)
kelurahan (33%), kategori kurang rentan 25 (duapuluh lima) kelurahan (43%) dan kategori tidak rentan 3 (tiga)
kelurahan (5%).
Kelurahan dengan Indeks Kerentanan (IK) “sangat rentan” terdapat di kelurahan Kota Baru dan Tanah Datar di
kecamatan Pekanbaru Kota. Sedangkan kelurahan dengan Indeks Kerentanan (IK) “tidak rentan” terdapat di kelurahan
Tebing Tinggi Okura di kecamatan Rumbai Pesisir, kelurahan Sail di kecamatan Tenayan Raya dan Muara Fajar di
kecamatan Rumbai.
4. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis, diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Secara umum, kelurahan di Kota Pekanbaru memiliki Indeks Kerentanan terhadap banjir klasifikasi II dengan
kategori “Kurang Rentan”, mendominasi (43%) dengan jumlah kelurahan sebanyak 25 (dua puluh lima) kelurahan
dari 58 (limapuluh delapan) kelurahan yang ada di Kota Pekanbaru.
2. Terdapat 2 (dua) kelurahan yang memiliki Indeks Kerentanan dengan kategori “sangat rentan” yaitu kelurahan
Kota Baru dan Tanah Datar di kecamatan Pekanbaru Kota dan 3 (tiga) kelurahan yang memiliki kategori “tidak
rentan” yaitu kelurahan Tebing Tinggi Okura di kecamatan Rumbai Pesisir, kelurahan Sail di kecamatan Tenayan
Raya dan Muara Fajar di kecamatan Rumbai.
3. Peta Indeks Kerentanan (IK) memberikan informasi berupa tingkat kerentanan masing-masing kelurahan di Kota
Pekanbaru berdasarkan parameter kepadatan penduduk, kepadatan bangunan, rasio jenis kelamin dan rasio
kelompok umur.
DAFTAR PUSTAKA
Athan, T. dan Blazek, R. (2011). Quantum GIS, User Guide, Version 2.2.0, Wroclow.
Badan Pusat Statistik Kota Pekanbaru (BPS). (2014). Kecamatan Dalam Angka 2014. BPS, Pekanbaru
BNPB. (2012). Peraturan Kepala Badan Nasional Penganggulangan Bencana No.2 Tahun 2012, Pedoman Umum
Pengkajian Risiko Bencana, Perka-BNPB, Jakarta
Enarson, E. (2000). “Gender Equality, Work, and Disaster Reduction: Making The Connection”. Prepared for the
ILO InFocus Programme on Crisis Response and Reconstruction. USA
Kusuma, M.S.B., Rahayu, H.P., Farid, M., Adityawan, M.B., Setiawati, T., dan Silasari, R., (2010), “Studi
Pengembangan Peta Indeks Resiko Banjir pada Kelurahan Bukit Duri Jakarta”, Jurnal Teknik Sipil, Bandung.
Vol. 17 No. 2 Agustus 2010
Rachmat, A.R. dan Pamungkas, A. (2014). “Faktor Kerentanan yang Berpengaruh Terhadap Bencana Banjir di
Kecamatan Manggala Kota Makassar”. Jurnal Teknik POMITS, Vol. 3 No. 2, hlm: 178-183.
Sujatmoko, B., Andestian, Y., Rinaldi dan Hendri, A. (2016). “Pembuatan Peta Indeks Resiko Banjir pada Kawasan
Drainase Kecamatan Sukajadi Pekanbaru”. Prosiding Annual Civil Engineering Seminar (ACES), Pekanbaru,
hlm:243-250
Utomo, B.B. dan Supriharjo, R.D. (2012). “Peningkatan Risiko Bencana Banjir Bandang di Kawasan Sepanjang Kali
Sampean, Kabpaten Bondowoso”. Jurnal Teknik ITS, Vol. 1 No. 1, hlm: 58-62