identifikasi fungsi-fungsi pemasaran beras semi organik di wilayah kerja upt balai penyuluhan...
TRANSCRIPT
IDENTIFIKASI FUNGSI-FUNGSI PEMASARAN
BERAS SEMI ORGANIK
DI WILAYAH KERJA UPT BALAI PENYULUHAN PERTANIAN
DESA SUMBERPORONG, KECAMATAN LAWANG
KABUPATEN MALANG
MAGANG KERJA
Oleh:
ILHAM NUGROHO
0910440101
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS PERTANIAN
JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
MALANG
2012
i
LEMBAR PERSETUJUAN
LAPORAN MAGANG KERJA
IDENTIFIKASI FUNGSI-FUNGSI PEMASARAN
BERAS SEMI ORGANIK
DI WILAYAH KERJA UPT BALAI PENYULUHAN PERTANIAN
DESA SUMBERPORONG, KECAMATAN LAWANG
KABUPATEN MALANG
Disetujui Oleh :
Pembimbing Lapang Pembimbing Utama
Koeshartono, SPt Nur Baladina, SP.MP
NIP. 19550619 197603 1 001 NIP. 19820214 20080120 2 012
Mengetahui,
Ketua Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian
Fakultas Pertanian
Universitas Brawijaya
Dr. Ir. Syafrial, MS
NIP. 19580529 198303 1 001
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN MAGANG KERJA
Mengesahkan,
Dosen Penguji
Penguji I Penguji II
Nur Baladina, SP.MP Dr. Ir. Suhartini, MP
NIP. 19820214 20080120 2 012 NIP. 19680401 200801 2 015
Tanggal Ujian: 21 Desember 2012
iii
RINGKASAN
ILHAM NUGROHO. 0910440101. Identifikasi Fungsi-Fungsi Pemasaran
Beras Semi Organik di Wilayah Kerja UPT Balai Penyuluhan Pertanian
Desa Sumberporong, Kecamatan Lawang Kabupaten Malang. Di bawah
bimbingan Nur Baladina, SP.MP sebagai Pembimbing Utama, dan
Koeshartono, SPt sebagai Pembimbing Lapang.
Dalam usaha mempertahankan kelangsungan hidupnya, manusia
berusaha memenuhi kebutuhan primer yaitu makanan. Nasi merupakan salah satu
bahan makanan pokok yang mudah diolah, mudah disajikan, enak dan nilai energi
yang terkandung didalamnya cukup tinggi sehingga berpengaruh besar terhadap
kesehatan. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan
makanan ini merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia.
Beras mengandung berbagai zat makanan antara lain karbohidrat, protein, lemak,
serat kasar, abu dan vitamin.
Provinsi Jawa Timur merupakan salah satu provinsi yang mempunyai
peranan penting terhadap produksi dan ketersediaan bahan pangan di Indonesia.
Kecamatan Lawang sebagai bagian dari Kabupaten Malang sangat terkenal
dengan bidang pertaniannya. Di wilayah ini juga terdapat instansi-instansi
pemerintah yang berperan dalam perkembangan pertanian di Kecamatan Lawang.
Salah satu instansi tersebut adalah UPT Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan
Lawang. Dalam wilayah kerja UPT BPP Kecamatan Lawang mempunyai daerah
binaan sekitar instansi.
Pada akhirnya, hasil panen dari budidaya tanaman padi semi organik
berupa beras akan dipasarkan hingga kekonsumen akhir. Dalam perjalanannya,
pemasaran hasil budidaya padi ini melalui beberapa tahap seperti saluran distibusi
dan fungsi pemasaran yang sangat berpengaruh akhirnya pada konsumen. Fungsi
pemasaran terdiri dari empat komponen penting antara lain fungsi penyimpanan,
fungsi transportasi, grading dan standarisasi serta periklanan.
Adapun tujuan dari pelaksanaan magang kerja yaitu (1)mahasiswa
mendapatkan ilmu pengalaman baru khususnya mengenai fungsi pemasaran
selama mengikuti kegiatan magang kerja serta membandingkan ilmu yang
didapatkan selama masa perkuliahan, (2)mengetahui dan memahami penerapan
fungsi pemasaran yang dilakukan petani atau pedagang hasil panen padi semi
organik,(3)mengetahui kendala-kendala yang dihadapi petani dan pedagang beras
semi organik dalam fungsi pemasaran yang berjalan serta upaya pemecahan
masalahnya di wilayah kerja UPT BPP Kecamatan Lawang,(4)melatih mahasiswa
untuk beradaptasi dengan lingkungan kerja dan memperoleh keterampilan
tambahan.
Kegiatan magang kerja ini dilaksanakan di UPT BPP Desa
Sumberporong Kecamatan Lawang dengan waktu pelaksanaan magang kerja
dimulai 8 Agustus 2012 - 8 November 2012. Pelaksanaan Magang Kerja di UPT
BPP Kecamatan Lawang dengan metode participation observation yaitu suatu
strategi lapangan yang secara simultan (serempak) mengkombinasikan analisis
dokumen, mewawancarai para responden dan informan-informan, observasi,
partisipasi serta studi pustaka yang berkaitan dengan kegiatan magang kerja.
iv
Berdasarkan hasil dan pembahasan pada kegiatan magang kerja di Desa
Sumberporong dapat diketahui bahwa lembaga pemasaran beras semi organik di
Desa Sumberporong meliputi petani sebagai produsen, tengkulak, pengumpul,
pedagang penggiling, pedagang besar dan pedagang pengecer. Penerapan fungsi
pemasaran beras semi organik tidak dilakukan seluruhnya oleh lembaga
pemasaran yang ada di Desa Sumberporong karena disesuaikan dengan fungsi
lembaga pemasaran itu sendiri. Fungsi pemasaran yang terlibat di Desa
Sumberporong meliputi kegiatan-kegiatan penjualan pembelian, pengolahan,
penyimpanan, penanggungan resiko, transportasi, grading/standarisasi dan
informasi pasar.
Adapun saran dari kegiatan magang kerja untuk mengatasi kendala yang
ada antara lain: (1)perlu adanya keterbukaan informasi pasar oleh pemerintah atau
instansi terkait bagi tingkat petani (2)perlu adanya penyuluhan mengenai
penghitungan biaya usahatani bagi petani agar dapat menghitung biaya usahatani
(3)perlu adanya pertimbangan petani dalam pengambilan keputusan untuk
menjual dengan sistem tebasan (4)dalam mengatasi potongan harga dari karung
oleh pedagang, petani dapat mempersiapkan karungnya sendiri untuk mengurangi
biaya potongan tersebut (5)perlu adanya penyuluhan di tingkat petani untuk
mengetahui fungsi pemasaran (6)menjaga kualitas beras, minimal dari tingkat
pedagang penggiling juga sudah melakukan grading dan standarisasi
(7)pembayaran tunai oleh pedagang ke petani harus sesuai dengan kesepakatan
antara kedua belah pihak, sehingga keterlambatan pembayaran dapat
dipertanggungjawabkan.
v
SUMMARY
ILHAM NUGROHO.0910440101.Identification of Market Functions Semi
Organic Rice In The Work Area UPT BPP, Sumberporong Village, Lawang
Subdistrict, Malang. Under The Guidance Nur Baladina, SP.MP as the Main
Supervisor, and Koeshartono, SPt as a Field Supervisor.
The primarily needed in human life when defend directness their life is
with food and the one important food is rice. Rice is one food that can be easy to
make, easy to dishes, delicious and have many energy can be influence to human
health. Paddy is ingredient of rice it is include in primarily food for Indonesian
people. Rice have nutrient contents which is carbohydrate, protein, fat, rough
fibrous, dust, and vitamins.
East Java province is one of province has important subject for
production and availability of food ingredients in Indonesia. Lawang subdistrict is
part of Malang regency with famous agriculture sector. In this region there are
also government agencies that play a role in the development of agriculture in the
District Lawang. One such agency is the Central Unit of Agricultural Extension
District Lawang. In the work area UPT BPP District Lawang have target areas
surrounding agencies.
Finally, harvest product of rice it is from paddy cultivation semi organic
that will be market to the last consumer. In the trip, market of paddy cultivation
with steps which is distribution access and market function that really influence to
the consumer. Market functions in this report have four important components
which is for storage function, the function of transportation, grading and
standardization as well as advertising.
The aim of this on the job training are (1) the students acquire knowledge
of new experiences particularly regarding marketing functions during the
internship activities and compare the knowledge gained during the course,
(2)know and understand the application market function of farmer or seller
product of harvest paddy cultivation product of semi organic, (3)to know the
obstacle of farmer and semi organic rice seller in market function with the solving
problem in Lawang subdistrict UPT BPP area, (4)to train student for adaptation
with work environments and to get addition skill.
On the job training in UPT BPP in Sumberporong village, Lawang
subdistrict is start on August 8, 2012 – November 8, 2012. On the job training in
UPT BPP in Sumberporong village, Lawang sub district is use participation
observation method that is a field strategy with simultaneous to combine
document analysis, interview the respondents, observation of informants,
participation observation and from reference that related on the job training.
Based on the result concerned and research on the job training in
Sumberporong village it can be know the rice semiorganic institution of market is
include farmer as a producer, tengkulak, collector, roll seller, distributor and retail
seller. Applied of market function in rice semi organic is not only from
Sumberporong village institution because it is appropriate with function of the
market institution. Function of market in Sumberporong village include in seller
product, process of saving, responsibility, transportation, grading or
standardization and market information.
vi
The suggestion of apprentice work to overcome the obstacles that exist
among others: (1)the need for transparency of market information by the
government or related agencies for the farmers (1) needed more of market
information from government or institution that relevance in farmer, (2) the need
for education on farming for farmers costing to calculate the cost of farming (3)
farmers need to take into account in the decision to sell the blow system (4) in
dealing with rebates from the sack by traders, farmers can prepare their own sack
to reduce the cost of the discount (5) the need for counseling at the farm level to
determine the function of marketing (6) maintain the quality of rice, a minimum
of level grinding merchants also have done grading and standardization,
(7)agreement of payment from seller to farmer because to solve late of payment
and has responsibility.
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT atas
segala rahmat dan karunia-Nya serta shalawat dan salam kepada junjungan kita
Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan sauri tauladan kepada kita semua
sehingga pada kesempatan yang berbahagia ini penulis mampu menyelesaikan
Laporan Magang kerja di Unit Pelaksana Teknis Balai Penyuluhan Kecamatan
Lawang dengan judul “Identifikasi Fungsi-Fungsi Pemasaran Beras Semi Organik
di Wilayah Kerja UPT Balai Penyuluhan Pertanian Desa Sumberporong
Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang”.
Dalam menyelesaikan penulisan laporan magang kerja ini, penulis tidak
bekerja sendirian melainkan dibantu oleh banyak pihak. Untuk itu penulis
mengucapkan banyak terima kasih kepada orang-orang yang telah membantu
penulisan laporan magang kerja ini sampai selesai. Penulis mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Bapak Dr.Ir.Syafrial, MS selaku Ketua Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian
Universitas Brawijaya;
2. Ibu Dr.Ir. Rini Dwiastuti, MS selaku Ketua Program Studi Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya;
3. Ibu Tatiek Koerniawati A, SP. MP selaku Ketua Kegiatan Magang Kerja
Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya;
4. Ibu Dr.Ir.Yayuk Yuliati, MS selaku Dosen Pembimbing Akademik penulis;
5. Ibu Nur Baladina,SP.MP selaku Dosen Pembimbing Utama & Dosen Penguji
I Magang Kerja;
6. Ibu Dr.Ir.Suhartini, MP selaku Dosen Penguji II Magang Kerja;
7. Bapak Koeshartono, SPt selaku Pembimbing Lapang Magang Kerja;
8. Bapak Drs.Sumengkar, SP selaku Kepala UPT Balai Penyuluhan Pertanian
Kecamatan Lawang beserta jajarannya;
9. Bapak Purwo Hariyanto selaku Kepala Desa Sumberporong Kecamatan
Lawang beserta jajarannya;
10. Bapak Mulyo Sri Antoro selaku Ketua Kelompok Tani Kertoraharjo Desa
Sumberporong beserta anggota;
11. Teman-teman Program Studi Agribisnis angkatan 2009, khususnya
mahasiswa Laboratorium Ekonomi Pertanian;
12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu atas segala
bantuannya.
viii
Penulis mohon maaf sebesar-besarnya jika masih banyak kekurangan
dalam laporan ini. Semoga laporan magang kerja ini dapat memberikan manfaat
baik bagi rekan-rekan mahasiswa, instansi pemerintah tempat penulis
melaksanakan magang kerja, masyarakat umum, serta berbagai pihak yang
lainnya sebagai bahan ilmu pengetahuan.
Malang, Desember 2012
Penulis
ix
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. ii
RINGKASAN .................................................................................................. iii
SUMMARY ..................................................................................................... v
KATA PENGANTAR .................................................................................... vii
DAFTAR ISI ................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xi
DAFRAR GAMBAR ....................................................................................... xii
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2. Tujuan Magang Kerja ....................................................................... 3
1.3. Sasaran Kompetensi yang Ditargetkan ............................................. 3
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Tentang Padi ...................................................................... 4
2.1.1.Ciri-Ciri Umum Padi................................................................. 4
2.1.2.Genetika & Pemuliaan .............................................................. 5
2.1.3.Keanekaragaman Budidaya ...................................................... 6
2.1.4.Keanekaragaman Tipe Beras/Nasi ............................................ 7
2.1.5.Aspek Budidaya ........................................................................ 7
2.1.6.Hama Penyakit Tanaman Padi .................................................. 8
2.1.7.Produksi & Perdagangan Padi .................................................. 9
2.2. Usahatani Semi Organik .................................................................... 11
2.3. Tinjuan Tentang Pemasaran .............................................................. 12
2.4. Fungsi Pemasaran .............................................................................. 12
2.4.1.Penyimpanan ............................................................................. 12
2.4.2.Transportasi............................................................................... 14
2.4.3.Grading & Standarisasi ............................................................. 15
2.4.4.Periklanan ................................................................................. 18
III. METODE PELAKSANAAN
3.1. Tempat Dan Waktu Pelaksanaan Magang Kerja .............................. 21
3.2. Metode Pelaksanaan Magang Kerja .................................................. 21
3.3. Jadwal Rencana Kegiatan Magang Kerja .......................................... 21
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Pelaksanaan Magang Kerja ...................................................... 22
4.1.1.Profil UPT BPP Kecamatan Lawang ........................................ 22
4.1.2.Kondisi Wilayah Kecamatan Lawang ...................................... 23
4.1.3.Kondisi Wilayah Desa Sumberporong...................................... 26
4.1.4.Profil Kelompok Tani Kertoraharjo .......................................... 29
4.1.5.Budidaya Tanaman Padi Sawah Semi Organik ........................ 30
x
4.1.6.Penyeleksian Tanaman Benih Padi ........................................... 38
4.1.7.Penghitungan Produksi Gabah Padi dengan Sampel ................ 39
4.1.8.Pelabelan dan Pengemasan Benih Padi..................................... 40
4.1.9.Pengemasan Beras Organik ...................................................... 41
4.1.10.Pembuatan Pupuk Azolla ........................................................ 42
4.1.11.Proses Pembuatan MOL & Pupuk Cair Paitan ....................... 43
4.1.12.Identifikasi Saluran & Lembaga Pemasaran Padi ................... 45
4.1.13.Log Book Kegiatan Magang Kerja Mingguan........................ 47
4.1.14.Deskripsi Kegiatan Magang Kerja .......................................... 49
4.2. Pembahasan........................................................................................ 54
4.2.1.Tingkat Petani ........................................................................... 54
4.2.2.Tingkat Tengkulak .................................................................... 57
4.2.3.Tingkat Pedagang Pengumpul .................................................. 58
4.2.4.Tingkat Pedagang Penggiling ................................................... 59
4.2.5.Tingkat Pedagang Besar ........................................................... 61
4.2.6.Tingkat Pedagang Pengecer ...................................................... 62
4.2.7.Kendala-Kendala Fungsi Pemasaran Beras .............................. 64
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan ........................................................................................ 66
5.2. Saran .................................................................................................. 66
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 68
LAMPIRAN .................................................................................................... 69
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.Produsen Padi Terbesar Tahun 2005 ...................................................... 9
Tabel 2.Luas Panen,Produktivitas,Produksi Tanaman Padi Indonesia ................. 10
Tabel 3.Luas Panen,Produktivitas,Produksi Tanaman Padi Provinsi Ja-Tim ....... 10
Tabel 4.Jumlah Berdasarkan Jenis Kelamin Desa Sumberporong........................ 27
Tabel 5.Jumlah Berdasarkan Agama Desa Sumberporong ................................... 27
Tabel 6.Contoh Pembagian Air Irigasi Sawah ...................................................... 33
Tabel 7.Log Book Kegaiatan Magang Kerja Mingguan ....................................... 47
Tabel 8.Fungsi Pemasaran yang dilakukan Lembaga Pemasaran ......................... 64
xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.Struktur Organisasi Penyuluh Kabupaten Malang .............................. 22
Gambar 2.Peta Desa Sumberporong ..................................................................... 29
Gambar 3.Proses Penyemaian Benih Padi ............................................................ 31
Gambar 4.Penyemaian Benih Padi ........................................................................ 31
Gambar 5.Proses Pengolahan Lahan ..................................................................... 31
Gambar 6.Pengolahan Lahan Sawah Padi ............................................................ 32
Gambar 7.Penanaman Bibit Padi .......................................................................... 32
Gambar 8.Perbaikan dan Pembagian Saluran Air ................................................. 33
Gambar 9.Penyiangan ........................................................................................... 34
Gambar 10.Pemupukan ......................................................................................... 35
Gambar 11.Pengendalian Hama Penyakit ............................................................. 36
Gambar 12.Perontokkan Gabah ............................................................................ 36
Gambar 13.Penjemuran Gabah ............................................................................. 37
Gambar 14.Penyimpanan Gabah ........................................................................... 37
Gambar 15.Pembersihan Gabah Kering ................................................................ 38
Gambar 16.Pengecekan Kadar Air ........................................................................ 38
Gambar 17.Penyeleksian Tanaman Benih Padi .................................................... 39
Gambar 18.Pengambilan Sampel .......................................................................... 40
Gambar 19.Pengemasan dan Pelabelan Benih Padi .............................................. 41
Gambar 20.Standar Kelulusan Kelas Benih .......................................................... 41
Gambar 21.Pembersihan ....................................................................................... 42
Gambar 22.Pengepresan & Pembuatan Lubang Angin ........................................ 42
Gambar 23.Jenis Menting Wangi & Jenis IR 64................................................... 42
Gambar 24.Bahan Pembuatan Pupuk Azolla ........................................................ 43
Gambar 25.Bahan Ares ......................................................................................... 44
Gambar 26.Proses Pembuatan MOL ..................................................................... 44
Gambar 27.Daun Paitan yang digantung .............................................................. 45
Gambar 28.Saluran Pemasaran Beras di Desa Sumberporong ............................. 46
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam usaha mempertahankan kelangsungan hidupnya, manusia
berusaha memenuhi kebutuhan primer yaitu makanan. Dalam sejarah hidup
manusia dari tahun ketahun mengalami perubahan yang diikuti pula oleh
perubahan kebutuhan bahan makanan pokok. Hal ini dibuktikan di beberapa
daerah yang semula makanan pokoknya ketela, sagu, jagung akhirnya beralih
makan nasi. Nasi merupakan salah satu bahan makanan pokok yang mudah
diolah, mudah disajikan, enak dan nilai energi yang terkandung di dalamnya
cukup tinggi sehingga berpengaruh besar terhadap kesehatan.
Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan
makanan ini merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia.
Meskipun padi dapat digantikan oleh makanan lainnya, namun padi memiliki nilai
tersendiri bagi orang yang biasa makan nasi dan tidak dapat dengan mudah
digantikan oleh bahan makanan yang lain.
Padi adalah salah satu bahan makanan yang mengandung gizi dan
penguat yang cukup bagi tubuh manusia, sebab di dalamnya terkandung bahan
yang mudah diubah menjadi energi. Oleh karena itu padi disebut juga makanan
energi. Menurut Collin Clark Papanek dalam Modul Budidaya Padi Dinas
Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bantul (2005) , nilai gizi yang diperlukan
oleh setiap orang dewasa adalah 1821 kalori yang apabila disetarakan dengan
beras maka setiap hari diperlukan beras sebanyak 0,88 kg. Beras mengandung
berbagai zat makanan antara lain: karbohidrat, protein, lemak, serat kasar, abu dan
vitamin. Di samping itu beras mengandung beberapa unsur mineral antara lain
kalsium, magnesium, sodium, fosphor dan lain sebagainya.
Provinsi Jawa Timur merupakan salah satu provinsi yang mempunyai
peranan penting terhadap produksi dan ketersediaan bahan pangan di Indonesia.
Produksi dan kapasitas produksi padi di Jawa Timur mengalami kenaikan dan
penurunan karena berbagai sebab, antara lain luas lahan yang semakin berkurang,
akses penyediaan sarana produksi budidaya padi. Kabupaten Malang terkenal
dengan prospek agribisnis yang sangat mendukung perkembangan ekonomi
2
masyarakat sekitarnya. Pekerjaan mayoritas penduduk Kabupaten Malang adalah
bekerja sebagai petani.
Kecamatan Lawang sebagai bagian dari Kabupaten Malang sangat
terkenal dengan bidang pertaniannya seperti kebun teh, jagung, padi, dan tanaman
hortikultura lainnya. Di wilayah ini juga terdapat instansi-instansi pemerintah
yang berperan dalam perkembangan pertanian di Kecamatan Lawang. Salah satu
instansi tersebut adalah Unit Pelaksana Teknis Balai Penyuluhan Pertanian
Kecamatan Lawang.
Dalam wilayah kerja UPT Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan
Lawang mempunyai daerah binaan sekitar instansi. Salah satu bidang yang
didampingi adalah proses budidaya tanaman padi dengan sistem budidaya non
organik, semi organik dan organik. Sistem tersebut diharapkan dapat membantu
petani dalam berusahatani sehingga pendapatan maksimal dapat diperoleh. Salah
satu sistem yang paling banyak digunakan pada budidaya tersebut adalah sistem
budidaya dengan sistem semi organik, dimana mengkombinasikan sumber daya
organik dan non organik yang ada di lapangan.
Pada akhirnya, hasil panen dari budidaya tanaman padi semi organik
berupa beras akan dipasarkan hingga kekonsumen akhir. Pemasaran sendiri
merupakan proses yang sangat panjang dimana tujuannya adalah barang produksi
dapat dinikmati oleh konsumen. Dalam perjalanannya, pemasaran hasil budidaya
padi ini melalui beberapa tahap seperti saluran distibusi dan fungsi pemasaran
yang sangat berpengaruh akhirnya pada konsumen. Fungsi pemasaran terdiri dari
empat komponen penting antara lain fungsi penyimpanan, fungsi transportasi,
grading dan standarisasi serta periklanan. Melihat pentingnya kajian tersebut,
maka peserta magang ingin mengetahui bagaimana fungsi pemasaran yang telah
dilakukan para petani maupun pedagang di wilayah kerja Unit Pelaksana Teknis
Balai Penyuluhan Pertanian Desa Sumberporong Kecamatan Lawang.
3
1.2. Tujuan Magang Kerja
Adapun tujuan dari pelaksanaan magang kerja yaitu:
1. Mahasiswa mendapatkan ilmu pengalaman baru khususnya mengenai fungsi
pemasaran selama mengikuti kegiatan magang kerja serta membandingkan
ilmu yang didapatkan selama masa perkuliahan yang sebagian besar hanya
berupa teori.
2. Mengetahui dan memahami penerapan fungsi pemasaran meliputi fungsi
penyimpanan, fungsi transportasi, grading dan standarisasi serta periklanan
yang dilakukan petani atau pedagang hasil panen padi semi organik.
3. Mengetahui kendala-kendala yang dihadapi petani dan pedagang beras semi
organik dalam fungsi pemasaran yang berjalan serta upaya pemecahan
masalahnya di wilayah kerja UPT Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan
Lawang.
4. Melatih mahasiswa untuk beradaptasi dengan lingkungan kerja dan
memperoleh keterampilan tambahan sebagai bekal selepas memperoleh
gelar Sarjana untuk terjun ke masyarakat.
1.3. Sasaran Kompetensi yang Ditargetkan
Adanya kegiatan magang kerja ini, diharapkan mahasiswa dapat
mencapai kemampuan selepas magang antara lain:
1. Mampu merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi dan mengorganisasi
fungsi pemasaran yang baik dalam suatu sistem atau usaha agribisnis secara
berkelanjutan.
2. Mampu merencanakan dan merancang solusi-solusi alternatif untuk
mengatasi kendala-kendala dalam penerapan fungsi pemasaran agribisnis.
3. Mampu menerapkan dan mempraktikkan ilmu baik teoritis maupun praktis
yang telah diperoleh dari materi perkuliahan serta kegiatan magang kerja
mengenai fungsi pemasaran agribisnis.
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Tentang Padi
Padi (bahasa latin: Oryza sativa L.) merupakan salah
satu tanaman budidaya terpenting dalam peradaban. Padi diduga berasal
dari India atau Indocina dan masuk ke Indonesia dibawa oleh nenek moyang yang
migrasi dari daratan Asia sekitar 1500 SM. Produksi padi dunia menempati
urutan ketiga dari semua serealia, setelah jagung dan gandum. Namun demikian,
padi merupakan sumber karbohidrat utama bagi mayoritas penduduk
dunia.(Wikipedia,2012)
2.1.1. Ciri-Ciri Umum Padi
Padi termasuk dalam suku padi-padian atau POACEAE (GRAMINAE
atau GLUMIFLORAE). Terna semusim, berakar serabut, batang sangat pendek,
struktur serupa batang terbentuk dari rangkaian pelepah daun yang saling
menopang daun sempurna dengan pelepah tegak, daun berbentuk lanset, warna
hijau muda hingga hijau tua,berurat daun sejajar, tertutupi oleh rambut yang
pendek dan jarang, bagian bunga tersusun majemuk, tipe malai bercabang, satuan
bunga disebut FLORET yang terletak pada satu spikelet yang duduk pada
panikula, tipe buah bulir atau kariopsis yang tidak dapat dibedakan mana buah dan
bijinya, bentuk hampir bulat hingga lonjong,ukuran 3mm hingga 15mm, tertutup
oleh palea dan lemma yang dalam bahasa sehari-hari disebut sekam, struktur
dominan padi yang biasa dikonsuksi yaitu jenis ENDUSPERMIUM.
Dari segi reproduksi, padi merupakan tanaman berpenyerbukan sendiri,
karena 95% atau lebih serbuk sari membuahi sel telur tanaman yang sama. Setelah
pembuahan terjadi,zigot dan inti polar yang telah dibuahi segera membelah diri.
Zigot berkembang membentuk embrio dan inti polar menjadi endosperm. Pada
akhir perkembangan,sebagian besar bulir padi mengadung pati dibagian
endosperm. Bagi tanaman muda,pati dimanfaatkan sebagai sumber gizi.
(Wikipedia,2012)
5
2.1.2. Genetika & Pemuliaan
Satu set genom padi terdiri atas 12 kromosom. Karena padi adalah
tanaman diploid, maka setiap sel padi memiliki 12 pasang kromosom (kecuali sel
seksual). Padi merupakan organisme model dalam kajian genetika tumbuhan
karena dua alasan: kepentingannya bagi umat manusia dan ukuran kromosom
yang relatif kecil, yaitu 1.6~2.3 × 108 pasangan basa (base pairs, bp). Sebagai
tanaman model, genom padi telah disekuensing, seperti juga genom manusia.
Hasil sekuensing genom padi dapat dilihat di situs NCBI.
Perbaikan genetik padi telah berlangsung sejak manusia
membudidayakan padi. Dari hasil tindakan ini orang mengenal berbagai
macam ras lokal, seperti 'Rajalele' dari Klaten atau 'Pandanwangi' dari Cianjur di
Indonesia atau 'Basmati Rice' dari India utara. Orang juga berhasil
mengembangkan padi lahan kering (padi gogo) yang tidak memerlukan
penggenangan atau padi rawa yang mampu beradaptasi terhadap kedalaman air
rawa yang berubah-ubah. Di negara lain dikembangkan pula berbagai tipe padi.
Pemuliaan padi secara sistematis baru dilakukan sejak
didirikannya IRRI di Filipina sebagai bagian dari gerakan modernisasi pertanian
dunia yang dijuluki sebagai Revolusi Hijau. Sejak saat itu muncullah berbagai
kultivar padi dengan daya hasil tinggi untuk memenuhi kebutuhan pangan dunia.
Dua kultivar padi modern pertama adalah 'IR5' dan 'IR8' (di Indonesia diadaptasi
menjadi 'PB5' dan 'PB8'). Walaupun hasilnya tinggi tetapi banyak petani menolak
karena rasanya tidak enak (pera). Selain itu, terjadi wabah hama wereng
coklat pada tahun 1970-an.
Ribuan persilangan kemudian dirancang untuk menghasilkan kultivar
dengan potensi hasil tinggi dan tahan terhadap berbagai hama dan penyakit padi.
Pada tahun 1984 pemerintah Indonesia pernah meraih penghargaan
dari PBB (FAO) karena berhasil meningkatkan produksi padi hingga dalam waktu
20 tahun dapat berubah dari pengimpor padi terbesar dunia menjadi negara
swasembada beras. Prestasi ini tidak dapat dilanjutkan dan baru kembali pulih
sejak tahun 2007.
6
Hadirnya bioteknologi dan rekayasa genetika pada tahun 1980-an
memungkinkan perbaikan kualitas nasi. Sejumlah tim peneliti di Swiss
mengembangkan padi transgenik yang mampu memproduksi toksin bagi hama
pemakan bulir padi dengan harapan menurunkan penggunaan pestisida. IRRI,
bekerja sama dengan beberapa lembaga lain, merakit "Padi emas" (Golden Rice)
yang dapat menghasilkan provitamin A pada berasnya, yang diarahkan bagi
pengentasan defisiensi vitamin A di berbagai negara berkembang. Suatu tim
peneliti dari Jepang juga mengembangkan padi yang menghasilkan toksin
bagi bakteri kolera. Diharapkan beras yang dihasilkan padi ini dapat menjadi
alternatif imunisasi kolera, terutama di negara-negara berkembang.
Sejak tahun 1970-an telah diusahakan pengembangan padi hibrida, yang
memiliki potensi hasil lebih tinggi. Karena biaya pembuatannya tinggi, kultivar
jenis ini dijual dengan harga lebih mahal daripada kultivar padi yang dirakit
dengan metode lain.
Selain perbaikan potensi hasil, sasaran pemuliaan padi mencakup pula
tanaman yang lebih tahan terhadap berbagai organisme pengganggu
tanaman (OPT) dan tekanan (stres) abiotik (seperti kekeringan, salinitas, dan
tanah masam). Pemuliaan yang diarahkan pada peningkatan kualitas nasi juga
dilakukan, misalnya dengan perancangan kultivar mengandung karoten
(provitamin A). (Wikipedia,2012)
2.1.3. Keanekaragaman Budidaya
1. Padi Gogo
Di beberapa daerah tadah hujan orang mengembangkan padi gogo, suatu tipe
padi lahan kering yang relatif toleran tanpa penggenangan seperti di sawah.
Di Lombok dikembangkan sistem padi gogo rancah, yang memberikan
penggenangan dalam selang waktu tertentu sehingga hasil padi meningkat.
2. Padi Rawa
Padi rawa atau padi pasang surut tumbuh liar atau dibudidayakan di daerah
rawa-rawa. Selain di Kalimantan, padi tipe ini ditemukan di lembah Sungai
Gangga. Padi rawa mampu membentuk batang yang panjang sehingga dapat
7
mengikuti perubahan kedalaman air yang ekstrem musiman.
(Wikipedia,2012)
2.1.4. Keanekaragaman Tipe Beras/Nasi
1. Padi Pera
Padi pera adalah padi dengan kadar amilosa pada pati lebih dari 20%
pada berasnya. Butiran nasinya jika ditanak tidak saling melekat. Lawan dari
padi pera adalah padi pulen. Sebagian besar orang Indonesia menyukai nasi
jenis ini dan berbagai jenis beras yang dijual di pasar Indonesia tergolong
padi pulen. Penggolongan ini terutama dilihat dari konsistensi nasinya.
2. Ketan
Ketan (sticky rice), baik yang putih maupun merah/hitam, sudah dikenal sejak
dulu. Padi ketan memiliki kadar amilosa di bawah 1% pada pati berasnya.
Patinya didominasi oleh amilopektin, sehingga jika ditanak sangat lekat.
3. Padi Wangi
Padi wangi atau harum (aromatic rice) dikembangkan orang di beberapa
tempat di Asia, yang terkenal adalah ras 'Cianjur Pandanwangi' (sekarang
telah menjadi kultivar unggul) dan 'rajalele'. Kedua kultivar ini adalah
varietas javanica yang berumur panjang. Di luar negeri orang mengenal padi
biji panjang (long grain), padi biji pendek (short grain), risotto, padi susu
umumnya menggunakan metode silsilah. Salah satu tahap terpenting dalam
pemuliaan padi adalah dirilisnya kultivar 'IR5' dan 'IR8', yang merupakan
padi pertama yang berumur pendek namun berpotensi hasil tinggi. Ini adalah
awal revolusi hijau dalam budidaya padi. Berbagai kultivar padi berikutnya
umumnya memiliki 'darah' kedua kultivar perintis tadi. (Wikipedia,2012)
2.1.5. Aspek Budidaya
1. Budidaya padi sawah (Ing. paddy atau paddy field), diduga dimulai dari
daerah lembah Sungai Yangtse di Tiongkok.
2. Budidaya padi lahan kering, dikenal manusia lebih dahulu daripada budidaya
padi sawah.
8
3. Budidaya padi lahan rawa, dilakukan di beberapa tempat di
Pulau Kalimantan.
4. Budidaya gogo rancah atau disingkat gora, yang merupakan modifikasi dari
budidaya lahan kering. Sistem ini sukses diterapkan di Pulau Lombok, yang
hanya memiliki musim hujan singkat.
Setiap sistem budidaya memerlukan kultivar yang adaptif untuk masing-
masing sistem. Kelompok kultivar padi yang cocok untuk lahan kering dikenal
dengan nama padi gogo. Secara ringkas, bercocok tanam padi mencakup
persemaian, pemindahan atau penanaman, pemeliharaan (termasuk pengairan,
penyiangan, perlindungan tanaman, serta pemupukan), dan panen. Aspek lain
yang penting namun bukan termasuk dalam rangkaian bercocok tanam padi
adalah pemilihan kultivar, pemrosesan biji dan penyimpanan biji.
2.1.6. Hama Penyakit Tanaman Padi
1. Hama-hama penting
a. Penggerek batang padi putih ("sundep", Scirpophaga innotata)
b. Penggerek batang padi kuning (S. incertulas)
c. Wereng batang punggung putih (Sogatella furcifera)
d. Wereng coklat (Nilaparvata lugens)
e. Wereng hijau (Nephotettix impicticeps)
f. Lembing hijau (Nezara viridula)
g. Walang sangit (Leptocorisa oratorius)
h. Ganjur (Pachydiplosis oryzae)
i. Lalat bibit (Arterigona exigua)
j. Ulat tentara/Ulat grayak (Spodoptera litura dan S. exigua)
k. Tikus sawah (Rattus argentiventer)
2. Penyakit-penyakit penting
a. Blas (Pyricularia oryzae, P. grisea)
b. Hawar daun bakteri ("kresek", Xanthomonas oryzae pv. oryzae)
(Wikipedia,2012)
9
2.1.7. Produksi & Perdagangan Padi
Negara produsen padi terkemuka adalah Republik Rakyat Cina (31% dari
total produksi dunia), India (20%), dan Indonesia (9%). Namun hanya sebagian
kecil produksi padi dunia yang diperdagangkan antar negara (hanya 5%-6% dari
total produksi dunia). Thailand merupakan pengekspor padi utama (26% dari total
padi yang diperdagangkan di dunia) diikuti Vietnam (15%) danAmerika
Serikat (11%). Indonesia merupakan pengimpor padi terbesar dunia (14% dari
padi yang diperdagangkan di dunia) diikuti Bangladesh (4%), dan Brasil (3%).
Produksi padi Indonesia pada 2006 adalah 54 juta ton , kemudian tahun 2007
adalah 57 juta ton (angka ramalan III), meleset dari target semula yang 60 juta ton
akibat terjadinya kekeringan yang disebabkan gejala ENSO.
(Wikipedia,2012)
Tabel 1. Produsen Padi Terbesar Tahun 2005
10
Tabel 2. Luas Panen Produktivitas Produksi Tanaman Padi Indonesia
Negara J.T Thn
Luas
Panen(Ha)
Produktivitas(Ku/
Ha) Produksi(Ton)
Indonesia Padi 1993 10993920 43.78 48129321
Indonesia Padi 1994 10717734 43.48 46598380
Indonesia Padi 1995 11420680 43.52 49697444
Indonesia Padi 1996 11550045 44.2 51048899
Indonesia Padi 1997 11126396 44.34 49339086
Indonesia Padi 1998 11730325 41.97 49236692
Indonesia Padi 1999 11963204 42.52 50866387
Indonesia Padi 2000 11793475 44.01 51898852
Indonesia Padi 2001 11499997 43.88 50460782
Indonesia Padi 2002 11521166 44.69 51489694
Indonesia Padi 2003 11488034 45.38 52137604
Indonesia Padi 2004 11922974 45.36 54088468
Indonesia Padi 2005 11839060 45.74 54151097
Indonesia Padi 2006 11786430 46.2 54454937
Indonesia Padi 2007 12147637 47.05 57157435
Indonesia Padi 2008 12327425 48.94 60325925
Indonesia Padi 2009 12883576 49.99 64398890
Indonesia Padi 2010 13253450 50.15 66469394
Indonesia Padi 2011 13201316 49.8 65740946 Sumber:BPS Pusat,2012
Tabel 3. Luas Panen Produktivitas Produksi Tanaman Padi Provinsi Jawa Timur
Provinsi J.T Thn
Luas
Panen(Ha)
Produktivitas
(Ku/Ha) Produksi(Ton)
Jawa Timur Padi 2006 1750903 53.38 9346947
Jawa Timur Padi 2007 1736048 54.16 9402029
Jawa Timur Padi 2008 1774884 59.02 10474773
Jawa Timur Padi 2009 1904830 59.11 11259085
Jawa Timur Padi 2010 1963983 59.29 11643773
Jawa Timur Padi 2011 1926796 54.89 10576543 Sumber: BPS Pusat, 2012
Dilihat dari perkembangan produksi padi dunia, Indonesia merupakan
salah satu negara penyumbang beras bagi dunia. Namun, hingga saat ini Indonesia
mengalami penurunan dimana negara agraris ini mengimpor beras dari negara asia
lainnya seperti Vietnam. Kenaikan dan penurunan jumlah produksi padi terjadi
dikarenanakan beberapa sebab antara lain alih guna lahan, iklim, hama penyakit
tanaman, kebijakan pemerintah dan sebagianya. Provinsi Jawa Timur pun
11
mengalami penurunan luas lahan panen pada 2010 sebesar 1.963.983 Ha menjadi
1.926.796 Ha pada tahun 2011.
2.2. Usahatani Semi Organik
Akhir-akhir ini isu pertanian organik mencuat ke permukaan. Sebagian
orang mendukung gagasan pengembangan pertanian organik dan sebagian lainnya
tidak setuju, masing-masing dengan argumentasi yang sama-sama rasional.
Argumentasi kelompok pro pertanian organik bertitik tolak dari keprihatinannya
terhadap keamanan pangan, kondisi lingkungan pertanian dan kesejahteraan
petani secara mikro. Sementara kelompok yang kontra bertitik tolak dari
kekhawatirannya terhadap keberlanjutan ketahanan pangan nasional dan
kesejahteraan petani secara menyeluruh1.
Sutanto (2002) dalam Inayah Nurmala Sari (2011), pada tahap awal
penerapan pertanian organik masih perlu dilengkapi pupuk kimia atau pupuk
mineral, terutama pada tanah yang miskin hara. Pupuk kimia masih sangat
diperlukan agar supaya takaran pupuk organik tidak terlalu banyak yang nantinya
akan menyulitkan pada pengelolaannya. Sejalan dengan proses pembangunan
kesuburan tanah menggunakan pupuk organik, secara berangsur kebutuhan pupuk
kimia yang berkadar tinggi dapat dikurangi.
Salikin (2003) dalam Inayah Nurmala Sari (2011), sistem pertanian
berkelanjutan dilakasanakan dengan beberapa model sistem, salah satu
diantaranya yaitu dengan menggunakan sistem LEISA (Low External Input
Sustainable Agriculture), prinsipnya yaitu bahwa hasil produksi yang keluar dari
sistem harus diimbangi dengan tambahan unsur hara yang dimasukkan kedalam
sistem tersebut. Dengan model LEISA, kekhawatiran penurunan produktivitas
secara drastis dapat dihindari, sebab penggunaan input luar masih diperkenankan
dan masih menjaga toleransi keseimbangan antara pemakaian input internal dan
eksternal, misalnya penggunaan pupuk organik diimbangi dengan pupuk TSP.
1Litbang Pertanian. http://pustaka.litbang.deptan.go.id/publikasi/wr273052.pdf. Diakses 28 Mei 2011
12
Pertanian organik meliputi dua definisi, yaitu pertanian organik dalam
definisi sempit dan pertanian organik dalam definisi luas. Dalam pengertian
sempit, pertanian organik adalah pertanian yang tidak menggunakan pupuk kimia
ataupun pestisida kimia, yang digunakan adalah pupuk organik, mineral dan
material alami. Sedangkan pertanian organik dalam arti luas adalah usahatani
yang menggunakan pupuk kimia pada tingkat minimum, dan dikombinasikan
dengan penggunaan pupuk organik dan bahan-bahan alami (Hong, 1994) dalam
Inayah Nurmala Sari (2011).
2.3. Tinjauan Tentang Pemasaran
Menurut Kotler (1997), pemasaran adalah suatu proses sosial dan
manajerial yang di dalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang
mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan
mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain. Sedangkan menurut
American Marketing Association dalam Assauri (1987), pemasaran adalah hasil
prestasi kerja kegiatan usaha yang berkaitan dengan mengalirnya barang dan jasa
dari produsen sampai ke konsumen. Definisi lain pemasaran menurut Willian J.
Stanton dalam Swastha (1979) adalah sistem keseluruhan dari kegiatan usaha
yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, dan
mendistribusikan barang dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan kepada
pembeli yang ada meupun pembeli potensial.
2.4. Fungsi Pemasaran
2.4.1. Penyimpanan
1. Jenis penyimpanan
Ada dua jenis penyimpanan yang dilakukan secara umum, yaitu :
a. Penyimpanan yang dilakukan untuk menyamakan produksi tahunan
dengan pola permintaan, misalnya penyimpanan beras atau gabah di
gudang Bulog.
b. Penyimpanan sepanjang waktu dalam saluran-saluran perdagangan yang
perlu untuk menjaga sistem pengoperasian beroperasi tanpa ada
gangguan. Jenis operasi penyimpanan ini, sebagian besar merupakan
13
inventaris atau stok yang dilakukan oleh berbagai produsen, penjual
grosir, pengecer dan sampai tingkatan terendah, para konsumen.
2. Tujuan penyimpanan
Tujuan utama penyimpanan adalah untuk membantu menyeimbangkan
persediaan dan konsumsi atau untuk menyeimbangkan periode melimpah
(panen) dan periode kalangkaa (paceklik). Ada empat alasan utama mengapa
produk-produk pertanian perlu dilakukan penyimpanan, yaitu :
a. Sifat musiman produksi.
b. Adanya permintaan untuk produk-produk yang berbeda sepanjang tahun
sehingga konsumen mau untuk membayar bagi penyimpanan agar
produk tersebut dapat tersedia sepanjang tahun.
c. Waktu yang diperlukan untuk melakukan berbagai layanan pemasaran.
d. Perlunya suatu stok persediaan ke musim berikutnya.
3. Tingkat penyimpanan
Penyimpanan sangat bervariasi antara produk yang satu dengan yang
lainnya cukup penting artinya. Pada umumnya, penyimpanan paling penting
dilakukan untuk komoditi yang dipanen dan dipasarkan dalam jangka waktu
pendek.
4. Tempat penyimpanan
Produk-produk bahan pangan sering kali disimpan oleh petani di daerah-
daerah produksi dan oleh pedagang di pusat-pusat pasar, serta di pusat-pusat
konsumsi. Secara umum, produk-produk yang bernilai rendah, atau yang
memiliki jumlah sisa yang besar yang harus dipindahkan sebelum dipasarkan,
akan menguntungkan disimpan atau di daerah-daerah produksi.
5. Biaya Penyimpanan
Ada tiga jenis biaya yang terlibat dalam penyimpanan produk makanan.
Tipe yang pertama mewakili biaya yang diperlukan untuk menyediakan dan
mempertahankan fasilitas-fasilitas fisik untuk penyimpanan dan untuk
memindahkan produk-produk ke dalam atau keluar penyimpanan. Biaya-
biaya ini meliputi perbaikan, depresiasi, asuransi terhadap kehilangan,
handling fee, sewa mesin pengangkat barang, konsumsi listrik untuk
container pendingin dan lain-lain.
14
Jenis penyimpanan yang kedua adalah tingkat bunga dari jumlah modal
yang diinvestasikan dalam produk yang disimpan. Jenis yang ketiga terdiri
atas penurunan kualitas, penyusutan selama penyimpanan, dan kerusakan
akibat serangga dan hewan pengerat. Kebanyakan komoditi biasanya
mengalami penurunan kualitas atau/dan penyusutan volume, seperti jagung.
6. Risiko Penyimpanan
Dalam penyimpanan, risiko bersumber dari kerusakan maupun hilang
barang serta risiko akibat perubahan harga. Risiko yang berasal dari
kerusakan atau kehilangan barang dapat bersumber dari kebakaran,
pencurian, dan penyebab alam. Risiko ini dapat diperkecil dengan
menggunakan asuransi.
7. Waktu penyimpanan
Ada tiga keadaan yang perlu dipertimbangkan pada waktu penyimpanan
yaitu:
a. Pada umumnya, menyimpan komoditi/produk yang mempunyai
permintaan inealastis lebih menguntungkan daripada produk yang
permintaannya relative elastic.
b. Suatu komoditi yang perishable (mudah rusak) dan permintaan yang
inelastic akan menguntungkan untuk disimpan apabila komoditi tersebut
jumlahnya kecil (a short crop) daripada komoditi yang junlahnya
berlimpah (a heavy crop large or large crop).
c. Pada umumnya lebih menguntungkan untuk menyimpan komoditi yang
digunakan untuk menyimpan komoditi yang digunakan untuk pakan
ternak ketika komoditi tersebut banyak daripada komoditi tersebut
sedikit.
(Ratya Anindita, 2004)
2.4.2. Transportasi
Biaya transportasi adalah biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam
rangka kegiatan transportasi. Biaya transportasi yang dipakai juga akan
mempengaruhi harga yang sampai pada konsumen. Tujuan utama dari transportasi
adalah untuk menjadikan produk-produk atau komoditi tersebut berguna dengan
15
memindahkan mereka dari pertanian atau tempat pemrosesan ke konsumen.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi biaya transportasi yaitu:
1. Lokasi produksi
2. Area Pasar yang Dilayani
3. Bentuk Produk yang Dipasarkan
4. Ukuran dan kualitas produk
5. Density (kepadatan)
6. Stowability (pemuatan)
7. Handling (perlakuan)
8. Liability (jaminan/asuransi)
9. Market factor (faktor pasar)
(Ratya Anindita, 2004)
2.4.3. Grading Dan Standarisasi
1. Pengertian Grading dan Standarisasi
Grading adalah penyortiran produk-produk ke dalam kesatuan-kesatuan
atau unit menurut salah satu atau lebih sifat kualitas mereka (Ratya A. ,2004).
Sedangkan pengertian dari standarisasi adalah prektek menjadika kualitas
grade seragam antara pembeli dan penjual dan antara 1 tempat dengan tempat
yang lain (Ratya A., 2004). Faktor-faktor kualitas yang umumnya digunakan
berbagai komoditi untuk mengelompokkan ke berbagai spesifikasi kualitas
(grade) adalah:
a. Ukuran
b. Berat
c. Bentuk
d. Warna
e. Aroma
f. Panjang
g. Diameter
h. Kekuatan
i. Tekstur
j. Keseragaman
16
k. Kandungan berbagai elemen
l. Kerusakan fisik
Dalam fungsi pemasaran yang kompleks, grading dan standarisasi
bertujuan untuk meminimalkan praktek-praktek kotor seperti penjualan
komoditi dengan yang tidak sesuai harapan. Selain itu grading dan
standarisasi berfungsi untuk menyederhankan dan mempermudah serta
meringankan biaya untuk pemindahan komoditi melalui saluran pemasaran.
(Ratya Anindita, 2004)
2. Potensi Keuntungan dan Keunggulan Untuk Produk Yang Seragam
Potensi hasil atau konsekuensi standart grade seragam dapat
dikelompokkan menurut kontribusinya terhadap efisiensi harga dan efisiensi
operasional.
a. Efisiensi Harga
Efisiensi harga di pasar dapat ditingkatkan melalui sistem grading yang
seragam di karenakan :
1) Dapat meningkatkan arti kutipan kutipan harga yang dilaporkan
dalam berita pasar
2) Dapat meningkatkan ketepatan proses formasi harga melalui
pengetahuan harga yang baik
3) Memungkinkan alokasi yang sistematis terhadap supply dari
komoditi ke berbagai pasar
4) Mempermudah pengumpulan informasi permintaan, penawaran dan
harga yang dapat dipercaya
b. Efisiensi Operasional
Efisiensi operasional memperhatikan hubungan antara input dan output.
Sistem grading yang standar dapat meningkatkan ratio output input
dalam pemasaran karena alasan sebagai berikut :
1) Mengurangi waktu dan biaya tawar menawar mengenai kualitas dan
harga dalam tiap transaksi
2) Meningkatkan kemampuan dan potensi untuk membeli dan menjual
berdasarkan diskripsi tentang grading yang seragam
3) Dapat mendorong spesialisasi fungsi-fungsi pemasaran
17
4) Dapat meningkatkan inovasi teknologi atau praktek-praktek
pemasaran yang mengurangi biaya. (Ratya Anindita, 2004)
3. Penentuan Standar
a. Tujuan Standar Ideal
Tujuan pokok dalam sebuah standar adalah untuk membantu
konsumen dalam memberitahu apa yang diinginkan terhadap suatu
produk tertentu. Standar ideal menyusun sebuah rangkaian rantai
informasi antara produsen dan konsumen. Hal ini dikarenakan untuk
memenuhi keinginan konsumen akan berbagai macam jenis produk.
b. Kriteria Standar yang Baik
Pengembangan sebuah sistem standar yang sempurna sangatlah tidak
mungkin. Ada beberapa hal yang dapat digunakan sebagai kriteria untuk
menilai apakah semua standar sudah memadai atau belum, antara lain :
1) Standar harus dibuat berdasarkan karaktristik yang menurut para
konsumen penting
2) Standar harus dibuat berdasarkan faktor-faktor yang dapat diukur
dan diinterpretasikan
3) Standar harus menggunakan faktor-faktor dan terminologi yang akan
membuat grade menjadi berguna bagi pengguna produk
4) Standar harus dibuat sedemikian rupa sehingga setiap klasifikasi
grade cukup hanya diproduksi rata-rata yang menjadi kategori yang
berarti di pasar
(Ratya Anindita, 2004)
4. Masalah Pengembangan dan Penggunaan Grade
Skema grading tidak mudah untuk diterapkan, karena penerapannya
dapat memberikan pengaruh terhadap ketiga partisipan utama dalam sistem
pemasarn, yaitu konsumen, petani dan perusahaan pemasaran. Dengan
menganggap semua partisipan pasar setuju dengan standar yang seragam
maka ada beberapa isu yang perlu diselesaikan, antara lain:
a. Jumlah klas dari kualitas atau grade
b. Terminologi kualitas
18
c. Penurunan kualitas
d. Karakteristik kualitas yang relevan (Ratya Anindita, 2004)
2.4.4. Periklanan
1. Pengertian Periklanan
Lingga Purnama (2001, hal. 156) menyatakan bahwa : “Periklanan
merupakan suatu bentuk presentasi nonpersonal atau massal dan promosi ide,
barang, dan jasa dalam media massa yang dibayar oleh suatu sponsor
tertentu”.
2. Tujuan Periklanan
Ada tujuan dalam pemasaran produk-produk pertanian, yaitu :
a. Untuk menginformasikan pada konsumen apa yang tersedia untuk dibeli.
b. Pemasangan iklan adalah untuk mengubah permintaan atas produk.
c. Membujuk konsumen untuk membeli produk tersebut.
d. Meyakinkan konsumen pada produk tersebut.
3. Keuntungan dan Kerugian Periklanan
Dalam periklanan terdapat keuntungan dan kerugian. Keuntungan dari
periklanan adalah :
a. Rendahnya biaya dalam tiap pemunculan iklan (law cost per exposure),
b. Media yang bervariasi (Surat Kabar, Majalah, Televisi, Radio dan
sebagainya),
c. Adanya kemampuan mengendalikan tiap pemunculan iklan (control of
exposure),
d. Isi pesan yang konsisten, dan kesempatan untuk mendesain pesan yang
kreatif.
e. Selain itu, daya tarik dan pesan dapat disesuaikan bila tujuan komunikasi
berubah.
Kerugian periklanan adalah tidak terjadinya interaksi secara langsung
dengan pembeli dan mungkin saja tidak berhasil menarik perhatian pemirsa.
Disamping itu, isi pesan juga cenderung tetap selama periode atau durasi
tertentu.
19
5. Masalah Periklanan Produk-produk Pertanian
Karakteristik ini mempunyai fungsi tertentu dalam mempengaruhi daya
beli konsumen yang dituju melalui iklan. Oleh sebab itu, periklanan pada
produk pertanian mempunyai beberapa masalah, yaitu :
a. Banyak produk-produk makanan yang harus diproses dahulu sebelum
dikonsumsi, dengan cara demikian identitas produk-produk itu hilang.
b. Produk-produk makanan merupakan barang-barang yang tidak tahan
lama atau mudah busuk.
c. Permintaan sebagian besar produk adalah inelastis dan semakin inelastis
sepanjang tahun.
d. Sudah diketahui bahwa bermacam-macam produk pertanian banyak
dikonsumsi oleh masyarakat namun konsumen tidak terpaku pada satu
produk.
e. Produk pertanian memiliki sedikit daya tarik emosional.
f. Sulitnya mendapatkan dana untuk membuat suatu program iklan untuk
produk atau komoditi pertanian.
6. Efektivitas Periklananan untuk Produk Pertanian
Masalah-masalah-yang muncul dalam periklanan untuk produk-produk
pertanian adalah efektivitas dari program periklanan itu sendiri. Ada beberapa
kriteria yang mungkin bisa membantu petani atau peminat iklan dalam
memutuskan iklan untuk produk-produk mereka. Saat ini mungkin ide ini
terlihat seperti dibuat-buat tetapi untuk masa yang akan datang para petani
bisa memutuskan untuk menggunakan strategi ini dalam rangka
mempengaruhi permintaan pada produk mereka agar harga dan keuntungan
mereka meningkat, yaitu :
a. Secara umum usaha untuk promosi akan lebih sukses pada produk-
produk yang spesifik daripada produk-produk yang generik merek.
Identifikasi regional juga sangat penting dalam membedakan produk-
produk pertanian. Semakin banyak barang subtitusi dari komoditi /
produk yang ada, semakin efektif mengiklankan.
b. Produksi dan pemasaran produk-produk harus ditangani oleh sekelompok
petani, hal ini sangat penting untuk mendapatkan dukungan keuangan
20
pada program promosi dan juga untuk mencegah perluasan suplai yang
terlalu cepat sebagai respon dari harga dan keuntungan yang lebih tinggi.
c. Program iklan harus terkoordinasi dengan aktivitas pemasaran yang lain.
Periklanan sangat terkoordinasi dengan pengontrolan kualitas, saluran
pemasaran, harga, pengembangan produk, dan lain-lain.
d. Di negara maju seperti Amerika Serikat telah diamati bahwa iklan untuk
produk pertanian yang paling sukses adalah untuk komoditi segar yang
sampai di konsumen dengan perubahan identitas yang paling kecil (
tahan lama ).
e. Dalam menentukan efektivitas periklanan perlu diketahui sampai
seberapa besar jumlah uang yang diperoleh dari promosi atau
pemasangan iklan.
f. Pertimbangan lain dalam usaha promosi bagi petani adalah karena
sebagian besar makanan itu saling subtitusi maka program iklan yang
meningkatkan permintaan suatu produk akan dapat mengurangi
permintaan suatu produk akan dapat mengurangi permintaan produk lain
yang tidak diiklankan.
(Ratya Anindita, 2004)
21
III. METODE PELAKSANAAN
3.1. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Magang Kerja
Kegiatan ini dilaksanakan di Unit Pelaksana Teknis Balai Penyuluhan
Pertanian Desa Sumberporong Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang karena
merupakan instansi yang memberikan penyuluhan kepada masyarakat petani
budidaya padi di daerah tersebut. Waktu pelaksanaan magang kerja dimulai 8
Agustus 2012 - 8 November 2012.
3.2. Metode Pelaksanaan Magang Kerja
Pelaksanaan Magang Kerja di Unit Pelaksana Teknis Balai Penyuluhan
Pertanian Kecamatan Lawang dengan metode participation observation yaitu
suatu strategi lapangan yang secara simultan (serempak) mengkombinasikan
analisis dokumen, mewawancarai para responden dan informan-informan,
observasi, partisipasi serta studi pustaka yang berkaitan dengan kegiatan magang
kerja. Selain mencari informasi serta belajar bekerja secara professional, peserta
magang melaporkan kegiatan magang kerja secara periodik yaitu setiap minggu
kepada dosen pembimbing magang selama kegiatan di lapang berlangsung.
3.3. Jadwal Rencana Kegiatan Magang Kerja
Dalam pelaksanaan magang kerja perlu adanya rencana kegiatan yang
disusun guna memperlancar kegiatan di wilayah kerja Unit Pelaksana Teknis
Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Lawang, Desa Sumberporong yang tersaji
di lampiran 1.
22
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Pelaksanaan Magang Kerja
4.1.1. Profil Unit Pelaksana Teknis Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan
Lawang
Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Lawang sudah berdiri sekitar
tahun 1970an, dimana kantor pusat berada di Kantor Kecamatan Lawang. Balai
penyuluhan pertanian berada di bawah koordinasi Badan Ketahanan Pangan dan
Pelaksana Penyuluhan Kabupaten Malang. Perubahan nama instansi Balai
Penyuluhan Pertanian menjadi Unit Pelaksana Teknis Balai Penyuluhan Pertanian
pada tahun 2008. Saat ini kantor UPT BPP Kecamatan Lawang terletak di Jalan
Wali Songo Dukuh Lowok, Desa Ketindan Kecamatan Lawang.
UPT BPP Kecamatan Lawang dipimpin oleh Ketua Balai yang dilantik
oleh Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Kabupaten Malang.
Penyuluh pertanian dibagi wilayah kerja sesuai dengan kemampuan dan
keterampilan yang ada di desa.
Gambar 1. Struktur Organisasi Penyuluh Kabupaten Malang
Badan Ketahanan Pangan & Pelaksana Penyuluhan (BKP3)
Gabungan Kelompok Tani
Kelompok Tani
Petani
Kelompok Tani
Petani
Gabungan Kelompok Tani
Kelompok Tani
Petani
Kelompok Tani
Petani
Unit Pelaksana Teknis Balai Penyuluhan
Pertanian Kec.Lawang (UPT BPP)
23
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan
Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (SP3K) mengamanatkan bahwa
penyelenggaraan penyuluhan menjadi wewenang dan tanggung jawab pemerintah
dan pemerintah daerah. Wewenang dan tanggung jawab pemerintah tersebut
diwujudkan antara lain dengan menyelenggarakan Revitalisasi Penyuluhan
Pertanian yang meliputi aspek-aspek penataan kelembagaan, ketenagaan,
penyelenggaraan, sarana dan prasarana, serta pembiayaan penyuluhan.
Program penyuluhan pertanian diharapkan dapat menghasilkan kegiatan
penyuluhan pertanian spesifik yang strategis dan mempunyai daya ungkit yang
tinggi terhadap peningkatan produktifitas komoditas unggulan daerah dan
pendapatan petani. Dengan demikian, kegiatan-kegiatan yang tercantum dalam
program penyuluhan pertanian akan mampu merespon kebutuhan pelaku utama
dan pelaku usaha dan memberikan dukungan terhadap program-program prioritas
dinas/instansi terkait.
Adapun manfaat penyuluhan bagi petani antara lain meningkatkan
pengetahuan, ketrampilan petani serta mencari solusi pemecahan permasalahan
yang dihadapi petani dalam skala prioritas yang mendukung peningkatan
produktifitas dan kualitas pertanian
4.1.2. Kondisi Wilayah Kecamatan Lawang
1. Geografi
Kecamatan Lawang terletak pada jarak 18 km di sebelah utara Kota
Malang, dengan ketinggian daerah antara 250-500 meter di atas permukaan
laut (dpl). Kecamatan Lawang terdiri dari 2 kelurahan dan 10 desa dengan
luas wilayah 6.823 ha, dan berbatasan dengan:
Sebelah Utara : Kabupaten Pasuruan
Sebelah Timur : Kabupaten Pasuruan
Sebelah Selatan : Kecamatan Singosari
Sebelah Barat : Kecamatan Singosari
Kecamatan Lawang terletak antara 112.17.10.90” sampai dengan
112.57.00” Bujur Timur dan 7.44.55.11” sampai dengan 8.26.35.45” Lintang
Selatan.
24
2. Topografi
Kecamatan Lawang terletak di dataran tinggi dengan ketinggian rata-rata
antara 250 sampai dengan 500 meter di atas permukaam laut dengan
kemiringan rata-rata 2% sampai 15% untuk wilayah Kecamatan Lawang
bagian tengah, sedangkan pada bagian timur merupakan wilayah perbukitan
dengan kemiringan antara 15% - 40% dan sebagian kecil di atas 40%.
Adapun wilayah bagian barat mempunyai kemiringan 2% - 15% dan sebagian
kecil kemiringan 15% - 40%. Dengan kondisi seperti ini kecamatan Lawang
memerlukan adanya penyesuaian terhadap penggunaan lahan dalam upaya
pelestarian sumberdaya untuk meningkatkan produktifitas lahan yang tinggi
dengan prospek pasar yang ada.
3. Tanah dan Batuan
Jenis tanah di Kecamatan Lawang adalah Mediteran dan asosiasi Litosol
Coklat serta Regosol Kelabu. Jenis tanah tersebut mempunyai kedalaman
efek olah sekitar 60 – 90 cm, bertekstur halus (List) di wilayah tengah dan
timur. Di wilayah barat sedang/lempung dengan warna kehitam – hitaman
dengan tingkat kesuburan sedang.
Tingkat kesesuaian jenis lahan tersebut adalah rendah hingga sedang,
yaitu tanaman pangan dan tanaman perkebunan dengan faktor pembatas
topografi, kedalaman efektif dan teksur tanah. Dengan demikian penanganan
jenis tanah ini adalah dengan terasering dan pemupukan.
4. Hidrologi
Kecamatan Lawang merupakan dataran tinggi yang dibatasi sungai-
sungai sedang dan kecil serta terdapat juga sumber air yang dapat
dimanfaatkan untuk keperluan tanaman pertanian maupun rumah tangga.
Karena kondisi topografi wilayah Kecamatan Lawang yang heterogen maka
pengembangan pertanian harus didukung oleh sistem irigasi yang baik. Pada
saat ini sistem irigasi yang digunakan adalah jaringan irigasi teknis, setengah
teknis, dan irigasi sederhana. Agar kebutuhan irigasi bisa lestari harus
didukung oleh penghijauan dan pemeliharaan sumber-sumber air yang ada.
25
5. Klimatologi
Curah hujan sekitar 2.795 mm dan dengan banyak hari hujan 168 hari per
tahun, maka wilayah Kecamatan Lawang dapat dikelompokkan sebagai
daerah yang paling tinggi curah hujannya di Kabupaten Malang. Hal ini
dikarenakan Kecamatan Lawang terletak di kaki gunung Arjuno. Tipe hujan
seperti ini, maka di Kecamatan Lawang dapat dikembangkan berbagai jenis
tanaman yang mempunyai nilai ekonomis tinggi.
6. Aspek Sosial
Masyarakat Kecamatan Lawang sebagian besar bersifat homogen dan
kegiatannya juga mencirikan kegiatan agribisnis dimana penduduknya masih
mengandalkan sektor pertanian sebagai mata pencahariannya. Kondisi
tersebut juga dicirikan dengan rasa kebersamaan penduduk yang masih tinggi,
sifat kegotong-royongan sangat menonjol dan rasa kekeluargaan yang erat.
7. Aspek Ekonomi
Perkembangan kegiatan perekonomian suatu daerah pada dasarnya dapat
terjadi karena perkembangan fungsi daerah dan perkembangan penduduk.
Kedua hal tersebut sangat mempengaruhi perkembangan wilyah kecamatan
Lawang. Perkembangan kegiatan perekonomian Kecamatan Lawang
dipengaruhi oleh kegiatan yang menunjang antara lain : perdagangan, jasa,
industri, pertanian, sarana dan prasarana yang mendukung perkembangan
kegiatan perekonomian.
8. Kegiatan Penduduk
Kegiatan penduduk di wilayah Kecamatan Lawang secara umum
diintegrasikan menjadi dua bagian, yaitu kegiatan yang berorientasi pada
sektor pertanian dan kegiatan yang mengarah pada sektor non pertanian.
Kegiatan penduduk dalam melakukan aktifitas kehidupan ini erat kaitannya
dengan mata pencaharian.
Kegiatan penduduk di wilayah Kecamatan Lawang hampir merata, baik
sektor pertanian maupun non pertanian. Prosentasi penduduk menurut mata
pencaharian antara lain : sebagai buruh tani 37,02 %, pertanian sendiri /
petani 0,15 % dan sisanya bekerja di sektor non pertanian (perdagangan, jasa,
industri, dan lain sebagainya).
26
Dari jumlah penduduk yang ada di wilayah Kecamatan Lawang sebesar
90.887 orang, ternyata yang bergerak dalam bidang pertanian rata-rata
pendidikannya masih rendah. Mata pencaharian di bidang pertanian
jumlahnya tidak terlalu besar yang antara lain :
a. Petani tanaman pangan sejumlah 9.497 orang
b. Petani tanaman perkebunan sejumlah 5.563 orang
Sesuai dengan agroklimat yang ada, maka komoditas yang
dibudidayakan meliputi : komoditi yang utama yaitu padi ± 1.299,6 ha /
tahun, jagung ± 3.516,3 ha / tahun, tebu ± 8232,2 ha / tahun, kopi rakyat
seluas 82 ha. Untuk komoditas alternatif meliputi : ketela pohon, semangka,
pete, adpokat, durian, serta mina padi / keramba.
Dari jumlah penduduk yang ada di wilayah kecamatan Lawang sebesar
90.887 orang, ternyata yang bergerak dalam bidang pertanian rata – rata
pendidikannya masih rendah. Mata pencaharian di bidang pertanian
jumlahnya tidak terlalu besar yang antara lain:
a. Petani tanaman pangan sejumlah 9.497 orang
b. Petani tanaman perkebunan sejumlah 5.563 orang
4.1.3. Kondisi Wilayah Desa Sumberporong
1. Kondisi Geografis
Desa Sumberporong merupakan salah satu dari 10 Desa yang ada di
Kecamatan Lawang dengan batas-batas :
a. Sebelah Utara : Desa Sentul Kacamatan Purwodadi
b. Sebelah Timur : Desa Sumber Ngepoh
c. Sebelah Barat : Desa Turi Rejo
d. Sebelah Selatan : Desa Mulyoarjo
Struktur tanah Desa Sumberporong merupakan jenis tanaman mangga,
sedangkan topografinya merupakan daratan dengan ketinggian 229 meter
diatas permukaan laut, memiliki kemiringan kurang dari 15 % serta bersuhu
rata-rata 22º C Luas Wilayah Desa 229,05 Km² .
27
Di Desa Sumberporong, sumber daya alam yang ada dan yang paling
Pokok adalah Pertanian (sawah) sebagai sektor penghasil beras untuk
menyanggah kebutuhan masyarakat Sumberporong pada khususnya
Kecamatan Lawang pada Umumnya.
Segi Administratif Pemerintahan Desa Sumberporong, terbagi atas 3
Dukuh yaitu :
a. Dukuh Krajan Utara : 3 RW , 9 RT
b. Dukuh Krajan Selatan : 6 RW , 16 RT
c. Dukuh Krajan Timur : 6 RW , 22 RT
2. Kondisi Demografis
a. Jarak dari Pusat Pemerintahan Kecamatan : 3 Km
b. Jarak dari Pusat Pemerintahan Kabupaten : 10 Km
c. Jarak dari Pusat Pemerintahan Propinsi : 100 Km
d. Jarak dari ibu Kota Negara : 900 Km
Sampai akhir Desember 2011 jumlah penduduk Desa tercatat 7.543 jiwa atau
2.014 KK dengan perincian sebagai berikut :
Tabel 4. Jumlah berdasarkan jenis kelamin
Jenis Kelamin Jumlah
Laki-laki 3.166 Jiwa
Perempuan 3.301 Jiwa
Sumber: Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa Sumberporong,2011
Tabel 5. Jumlah berdasarkan agama
Agama Jumlah
Islam 7.218 Jiwa
Khatolik 94 Jiwa
Kristen 273 Jiwa
Hindhu 33 Jiwa
Budha -
Sumber: Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa Sumberporong,2011
28
3. Bidang Hukum
a. Di Desa Sumberporong kebijakan bidang hukum menganut sistem yang
ditentukan oleh pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah
daerah, mengingat Desa Sumberporong adalah bagian dari wilayah Negara
RI. Di samping itu adat istiadat masyarakat desa masalah hukum masih
berpegang teguh pada norma-norma sosial keagamaan yang kuat.
b. Permasalahan dan Upaya Pemecahannya
Apabila timbul permasalahan di Desa yang berhubungan dengan hukum
diselesaikan secara kekeluargaan dan secara musyawarah sehingga tidak
menimbulkan konflik yang berkepanjangan, yang penyelesaiannya
melibatkan unsur-unsur tokoh agama dan pejabat di Desa.
4. Bidang Aparatur Pemerintahan
Struktur dan Nama-nama Pejabat Perangkat Desa :
a. Kepala Desa : Purwo Hariyanto
b. Carik : --
c. Kaur Umum : Burhanudin R H
d. Kaur Keuangan : Silvy Puspita Dewi
e. Kasun Krajan Timur : Parid
f. Kasun Krajan Selatan : Mariadi
g. Kasun Krajan Utara : Dayat Catur Rangga P.
h. Kebayan : M. Zainal Abidin
i. Kepetengan : Sutrisno
j. Kuwowo : Muhamad Ma’ruf
k. Kaur Kesra : Budi Santoso
29
Gambar 2. Peta Desa Sumberporong
4.1.4. Profil Kelompok Tani Kertoraharjo
Pembentukan kelompok tani di Desa Sumberporong sejak 13 Oktober
2007 yang beralamatkan di Jalan Albetwarokah RT.02 RW.06 No.552
Sumberporong. Awal mula pembentukan kelompok tani ini hanya terdapat satu
kelompok tani di Desa Sumberporong, ketika itu diketuai oleh Bapak Heri yang
kala itu menjabat sebagai ketua kelompok tani selama satu tahun. Ketika ada
kegiatan SLPHT yang merujuk pada Desa Sumberporong, Bapak Mulyo Sri
Antoro selaku wakil ketua kelompok tani ditugaskan untuk menghandle kegiatan
tersebut. Kegiatan SLPHT akan dapat dilaksanakan apabila dalam satu desa
tersebut terdapat lebih dari satu Kelompok Tani sehingga di Desa Sumberporong
dibentuklah dua Kelompok Tani yaitu Kelompok Tani Kerto Raharjo I dan II.
Mulai dari kegiatan inilah Pak Toro berperan aktif dalam kegiatan kelompok tani
sehingga beliau ditunjuk untuk menggantikan Bapak Heri menjadi Ketua
Kelompok Tani di Desa Sumberporong hingga sekarang.
Kegiatan yang dilakukan kelompok tani di Desa Sumberporong secara
rutin dilaksanakan pada hari jumat minggu kedua setiap bulannya. Kegiatan ini
selain mempererat kelompok tani juga membicarakan tentang semua hal tentang
pertanian, baik teknologi baru dalam pertanian, sistem irigasi, pupuk. Sebelum
kegiatan rutin ini dilakukan para pengurus kelompok tani melakukan koordinasi
30
terlebih dahulu, sehingga ketika kegiatan rutin kelompok tani memiliki agenda-
agenda yang bermanfaat bagi anggotanya. Saat ini di Desa Sumberporong
memiliki anggota kurang lebih 90 orang dengan luas lahan yang dimiliki dengan
total sekitar 80 Ha dimana mayoritas berkomoditi tanaman padi semi organik.
Guna mendukung kegiatan kelompok tani juga terdapat kas kelompok
tani, sistem penyimpanan kas adalah ketika setelah para petani melakukan panen.
Setiap petak area pertanian yang mereka miliki diwajibkan untuk menyisihkan
untuk kas kelompok tani sebesar Rp10.000,00. Hasil dari terkumpulnya uang kas
tersebut dipergunakan untuk penyewaan alat mesin pertanian, pembangunan
saluran air untuk irigasi sawah. Dalam satu tahun para petani padi di Desa
Sumberporong ini memiliki masa musim tanam tiga kali. Pada bulan September
hingga Oktober merupakan masa istirahat atau tidak dilakukan penanaman di area
pertanian.
4.1.5. Budidaya Tanaman Padi Sawah Semi Organik
Pertanian semi organik adalah sistem pertanian yang mengkombinasikan
bahan organik dan non organik dalam penerapannya. Budidaya padi sawah di
Desa Sumberporong yang memiliki total luas lahan ±80 Ha, menggunakan sistem
semi organik. Petani menggunakan sistem budidaya ini, dikarenakan petani
semakin memahami bahawa lingkungan harus diperbaiki dan dijaga agar masa
depan pertanian dapat berlanjut. Penerapan sistem budidaya tanaman semi organik
di Desa Sumberporong dapat dilihat dari penggunaan pupuk organik granular,
pupuk daun, pembuatan mikroorganisme lokal, pengendalian hama secara
manual/mekanik dan pembuatan pupuk organik lainnya seperti pupuk cair daun
paitan. Berikut ini akan dijelaskan tahapan budidaya sawah semi organik tersebut.
1. Penyemaian benih padi
Penyemaian benih dilakukan dengan cara mengolah lahan dengan halus
dan diairi. Setelah lahan siap, maka benih disebar merata di lahan semai.
Semai yang disebar sekitar ±25-30 kg untuk luasan lahan 10.000 m2. Varietas
yang digunakan petani di Desa Sumbeporong adalah mikongga, IR64,
Cibogo, Sintanur.
31
Gambar 3. Proses Penyemaian Benih Padi
2. Pengolahan lahan
Sebelum melakukan penanaman padi, maka langkah awal yang harus
dilakukan adalah pengolahan lahan. Perendaman lahan selama 2 hari perlu
dilakukan sebelum pembajakan lahan. Pembajakan lahan di Desa
Sumberporong dilakukan dengan pembajakan menggunakan hand traktor
dengan sistem sewa alat. Pembajakan dilakukan dengan membalik tanah
sedalam sekitar 20-30 cm guna mempermudah akar tanaman nantinya
tumbuh. Pembajakan selesai dilanjutkan dengan pembuatan pematang sawah,
penggaruan, perataan.
Setelah pengolahan lahan sampai tahap perataan selesai, maka perlu
dilakukan pembuatan jarak tanam yang disebut warga sekitar dengan
penggaretan. Jarak tanam petani yang sering digunakan adalah 18x18cm,
Pembajakan lahan semai
Tanah diinjak-injak Perataan lahan
Perendaman lahan selama 2 hari
Penyemaian Benih yang telah diperlakuan
(ungkep) selama 24 jam
Lama penyemaian sekitar 12-15 Hari
Gambar 4. Penyemaian Benih Padi
32
20x20cm, 25x25cm dengan cara menarik alat ukur seperti garu yang sudah
diukur sesuai ukuran jarak tanam.
Gambar 5. Proses Pengolahan Lahan
3. Penanaman
Persiapan sebelum tanam telah selesai, maka selanjutnya adalah
pencabutan bibit tanaman padi yang telah disemai terlebih dahulu dengan
cara menarik bibit tanaman padi beserta akar tanah dengan tangan yang
berumur 12-15 hari. Penanaman dilakukan dengan setiap lubang tanam
dengan menggunakan 2 bibit perlubang tanam.
Perendaman lahan selama 1 hari (24 jam)
Pembajakan Tanah
Pembuatan pematang
sawah Penggaruan
Diistirahatkan selama 3 hari
Perataan Pembuatan jarak tanam
Gambar 6. Pengolahan Lahan Sawah Padi
Gambar 7. Penanaman Bibit Padi
33
4. Pemeliharaan
a. Pengairan
Budidaya padi sawah tidak lepas dari dukungan sumberdaya yang
adalah satunya ketersediaan air di lahan budidaya. Sumber air yang
digunakan di Desa Sumberporong berasal dari DAM Mulyoarjo. Karena luas
lahan sawah yang ada di Desa Sumberporong termasuk luas sekitar 80 ha,
maka perlu adanya pengaturan air di antara petani. Pengaturan ini sendiri
dipimpin oleh Ketua kelompok Tani beserta anggotanya dengan tujuan semua
petani dapat mendapatkan pengairan dilahannya masing-masing secara adil.
Pengaturan pengairan di Desa Sumberporong dilakukan dengan cara
membagi pada masing-masing blok. Blok ini adalah saluran air utama yang
mengairi. Dalam tiga blok saluran air mempunyai enam pintu air. Pada
pelaksanaannya pengairan dilakukan secara bergantian, Desa Sumber porong
mendapat giliran setiap dua hari satu kali. Ketika mendapatkan aliran air di
Desa Sumberporong membagi dalam tiga sesi waktu, yaitu pagi; siang; dan
malam.
Tabel 6. Contoh pembagian air irigasi sawah
Pembagian pengairan di Desa Sumberporong dilakukan dengan cara
menutup dan membuka pintu air, dimana memotong beberapa kayu pengatur
air serta menaruh beberpa bagian batu sebagai pembantu pengaturan air.
Hari Desa Pembagian Pintu Air
Senin Sumberporong No 1-3
Selasa Mulyorejo -
Rabu Sumberporong No 4-6
Dst dst Dst
Gambar 8. Perbaikan dan Pembagian Saluran Air
34
b. Penyulaman & Penyiangan
Kegiatan penyulaman yang bertujuan untuk mengganti tanaman yang
mati atau hilang sehingga populasi tanaman tetap sama. Penyiangan bertujuan
untuk mengurangi tanaman gulma yang merugikan tanaman utama/padi agar
pertumbuhanan tanaman utama menjadi maksimal. Penyiangan awal
dilakukan pada tanaman padi berumur 10-15 Hari Setelah Tanam.
Penyiangan dilakukan dengan cara mencabut tanaman gulma menggunakan
teknik manual dan mekanik (alat). Selain melakukan penyiangan, dilakukan
juga penggemburan tanah sekitar tanaman agar tanah menjadi gembur dan
memudahkan tanaman berkembang.
Penyiangan tanaman padi yang berumur 24-29 HST. Penyiangan
gulma kali ini menggunakan teknik mekanik yaitu alat. Alat ini biasa disebut
oleh warga sekitar dengan sebutan landak dan pencong. Alat ini bekerja
dengan cara mendorong dan menarik alat tersebut yang bertujuan agar gulma
yang ada dapat terangkat/tercabut dan menggemburkan tanah sekitar
tanaman. Cara lain selain teknik mekanik, dilakukan pula teknik manual,
yaitu mencabut gulma dengan tangan/secara langsung.
c. Pemupukan
1) Pemupukan Tanaman Padi I
Pemupukan pertama dilakukan pada umur tanaman 3-4 HST. Pupuk
yang digunakan adalah 600 kg/ha untuk pupuk organik granular.
Gambar 9. Penyiangan
35
2) Pemupukan Tanaman Padi II
Pemupukan tahap kedua dimulai setelah penyiangan pertama. Pupuk
yang digunakan adalah pupuk Urea. Kebutuhan pupuk yang digunakan
adalah 200 kg/ha.
3) Pemupukan Tanaman Padi III
Pemupukan tahap kedua dimulai setelah penyiangan pertama. Pupuk
yang digunakan adalah pupuk ZA. Kebutuhan pupuk yang digunakan
adalah 200 kg/ha.
Selain memupuk di tanah, petani di Sumberporong memupuk ke
bagian daun tanaman atau sering disebut dengan pupuk daun. Pemberian
pupuk daun dilakukan pada 1 minggu HST dengan kebutuhan 4,3 liter/ha.
d. Pengendalian Hama & Penyakit
Salah satu pemeliharaan tanaman padi guna mempertahankan jumlah
produktivitas tanaman padi adalah pemasangan penghalau hama burung.
Burung dikatakan hama jika telah memakan bagian biji padi. Biasanya hama
burung mulai menyerang tanaman padi semenjak tanaman padi sudah mulai
mengeluarkan malai hingga masa sebelum panen. Salah satu cara guna
menghalau hama burung adalah memakai tali plastik alumunium foil dengan
membentangkannya disekitar lahan tanaman padi. Kilauan dari tali tersebut
dapat menghalau hama burung yang ingin hinggap di tanaman padi. Selain
memakai tali, hama burung dikendalikan dengan menggunakan ketapel dan
bunyi-bunyian yang terbuat dari bambu. Pengendalian serangga dilakukan
dengan menggunakan insektisida.
Gambar 10. Pemupukan
36
5. Pemanenan
Cara pemanenan dengan cara memotong tanaman yang siap panen
dengan menggunakan sabit. Ciri tanaman siap panen adalah bulir padi dan
daun berwarna kekuning-kuningan. Umur tanaman yang dipanen tergantung
dari varietas yang dibudidayakan. Umur tanaman yang dipanen di Desa
Sumberorong berkisar 90-100 hari setelah tanam. Setelah pemotongan,
dilakukan perontokkan, dimana bertujuan memisahkan bulir padi dengan
batang padi. Perontokkan juga dilakukan dengan menggunakan mesin
perontok.
6. Pasca panen
a. Penjemuran gabah padi
Gabah padi hasil panen harus dijemur untuk mengurangi kadar air
yang ada digabah. Kadar air yang rendah akan memudahkan dalam proses
penjualan dan pada saat penggilingan. Penjemuran dilakukan dengan cara
Gambar 11. Pengendalian Hama dan Penyakit
Gambar 12. Perontokkan Gabah
37
meratakan gabah padi di lapangan semen selama 2 hari dengan membaliknya
setiap waktu.
Gambar 13. Penjemuran Gabah
b. Penyimpanan gabah
Setelah melakukan penjemuran selama tiga hari, maka dilakukan
penyimanan gabah kering yang bertujuan untuk menghindari penyusutan
gabah dan tidak termakan oleh hama. Gabah yang telah kering dimasukkan
dalam karung berukuran 50 kg.
c. Pembersihan gabah kering
Gabah kering yang telah dikeringkan dan disimpan, langkah
selanjutnya adalah melakukan penyortiran dan pembersihan. Gabah kering
dipisahkan dari kotoran gabah dan gabah kosong menggunakan alat yang
bernama blower.
Gambar 14. Penyimpanan Gabah
38
d. Pengecekan kadar air gabah kering
Guna menjaga mutu dari kualitas hasil beras yang diinginkan, salah
satu faktor penting yang harus diperhatikan adalah kadar air dalam gabah
kering. Batas maksimal kadar air gabah kering adalah 13%. Adapun alat yang
dipakai adalah tester. Alat ini bekerja dengan cara memasukkan beberapa
sampel gabah kering ke dalam alat dan ditekan hingga menunjukkan angka
kadar air gabah tersebut.
4.1.6. Penyeleksian Tanaman Benih Padi
Fakta di lapangan, beberapa petani juga ada yang membudidayakan padi
sebagai benih bukan dijadikan beras. Seleksi tanaman benih dilakukan guna
menjaga kualitas dari benih yang dihasilkan. Penyeleksian didasarkan berdasarkan
ketentuan antara lain tinggi yang di atas normal rata-rata serta kondisi bulir yang
berbeda dengan yang lainnya.
Gambar 15. Pembersihan Gabah Kering
Gambar 16. Pengecekan Kadar Air
39
Gambar 17. Penyeleksian Tanaman Benih Padi
4.1.7. Penghitungan Produksi Gabah Padi dengan Sampel
Perhitungan ini bertujuan untuk mengetahui perkiraan produksi gabah
dari perluasan lahan yang ada di lapangan. Adapaun cara penghitungannya dengan
memulai memilih sebuah kotak sampel lahan. Penentuan sampel lahan dilakukan
secara acak dengan minimal tiga sampel lahan. Jarak minimal sampel dari tepi
pematang adalah satu meter. Luas kotak sampel yang digunakan adalah 6.25 m2
atau ukuran persegi 2,5mx2,5m. Setelah lokasi sampel ditentukan, maka padi
dipanen untuk ditimbang. Berdasarkan pengamatan pada tiga sampel yang dipilih
didapat hasil gabah kering antara lain:5,5 kg, 5,3 kg, dan 6 kg. Sehingga hasil
rata-rata dari tiga sampel tersebut adalah 5,6 kg. Luas lahan yang diambil sampel
secara keseluruhan adalah 0,25ha/2500 m2.
Sehingga perkiraan gabah yang
dihasilkan sebagai berikut: 2500 m2/6,25 m
2= 400x5,6 kg=2240 kg=2.24 Ton
Luas lahan tidak hanya ditanami tanaman padi melainkan juga adanya
lahan yang digunakan irigasi atau jalan pemeliharaan yang diperkiraan sekitar
15% dari keseluruhan lahan, sehingga produksi real gabah dilapangan adalah
2,24x15/100=0,336 Ton. 2,24 Ton-0,336 Ton=1,904 Ton/2500 m2. Perhitungan
ini memperlihatkan produksi gabah diperkiran sebesar 7,6 Ton/Ha.
40
4.1.8. Pelabelan dan Pengemasan Benih Padi
Proses sertfikasi benih padi dimulai dari beberapa kali penyeleksian
tanaman benih padi saat hidup. Setelah panen, maka gabah benih kering sawah
harus dijemur sekitar 2 hari untuk menghendaki kadar air gabah maksimal 12%.
Pengeringan gabah telah usai, dilanjutkan dengan pembersihan gabah kering
untuk memisahkan gabah kosong dan kotoran lainnya. Jika dari tingkat petani
penangkar benih telah selesai, maka gabah siap dikirimkan ke perusahaan mitra
petani benih untuk diuji kembali. Selain perusahaan mitra, peran pemerintah
melalui Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman dan Hortikultura akan
menguji benih tersebut agar dapat diketahui layak tidaknya untuk diberikan
sertifikasi benih.
Gambar 19. Standar Kelulusan/Kelas Benih
Gambar 18. Pengambilan Sampel
41
Gabah yang telah disortir, uji lab, dan lolos sertifikasi maka akan
dilakukan pengemasan. Pengemasan dilakukan dengan ukuran 10 kg/kemasan.
Tak lupa didalamnya diselipkan label benih padi yang akan dijual. Labeh benih
meliputi nomor pendaftaran, nama produsen benih, alamat produsen benih, jenis
tanaman, varietas, nomor kelompok, berat bersih, tanggal selesai pengujian,
tanggal akhir berlakunya label, kadar air benih dan keterangan lainnya mengenai
benih tersebut.
4.1.9. Pengemasan Beras Organik
Pengemasan beras organik ini dilakukan di Desa Sumberngepoh,
tepatnya di kediamana bapak Soeroto selaku Ketua Kelompok Tani Sumber
Makmur I. Desa Sumberngepoh merupakan salah satu sentra penghasil beras
organik yang ada di Kecamatan Lawang. Sebelum menginjak ke pengemasan, ada
beberapa hal yang dilakukan antara lain:
1. Penimbangan beras bertujuan agar bobot setiap kemasan mempunyai bobot
yang sama. Beras organik ditimbang sebesar 5 Kg setiap kemasannya.
2. Pembersihan bertujuan beras yang telah ditimbang bebas dari kotoran seperti
batu kecil, ataupun kotoran lainnya sehinggan kepuasan konsumen terjaga.
Gambar 21. Pembersihan
Gambar 20. Pengemasan dan Pelabelan Benih Padi
42
3. Tahap akhir yaitu pengepresan, dimana bertujuan agar merapikan kemasan
dan tidak tumpah. Dalam tahap ini juga kemasan yang telah dipres diberi
lubang angin dengan cara menusukkan jarum suntik. Lubang angin diberikan
dengan jumlah sesuai bulan pengemasan. Contoh, bulan September, maka
lubang angin berjumlah sembilan. Padi yang dikemas adalah varietas Mentik
Wangi dan IR 64 Organik.
Harga jual dari produsen di Desa Sumberngepoh untuk padi jenis Menting
Wangi adalah Rp 9500,-/kg dan padi jenis IR 64 adalah Rp 9000,-/kg. Harga
tersebut belum termasuk harga kirim.
Gambar 23. Jenis Menting Wangi (Kiri) & Jenis IR 64 (Kanan)
4.1.10. Pembuatan Pupuk Azolla
Tanaman Azolla merupakan jenis tanaman pakuan air. Seperti halnya
tanaman leguminosae/kacang-kacangan, azolla mampu menambah N (nitrogen)
yang baik untuk kesuburan tanah. Manfaat Azolla selain sebagai pengikat N dapat
digunakan sebagai pupuk organik, pakan ikan, mengurangi penggunaan pupuk
Gambar 22. Pengepresan & Pembuatan Lubang Angin
43
urea, mengendalikan gulma dan pakan ternak unggas. Selain langsung dapat
digunakan pada saat keadaan segar, Azolla dapat diolah menjadi pupuk organik
yang tidak digunakan sawah saja. Sehingga, pupuk Azolla dapat dimanfatkan
untuk kebutuhan yang lainnya seperti tanaman pekarangan.
Bahan yang digunakan antara lain azolla, sekam bakar, EM4, tetes tebu,
air. Komposisi pupuk antara lain adalah 1 kg azolla, ½ kg sekam bakar, 10 cc
EM4 dan 10 cc tetes tebu. Semua bahan dicampur menjadi satu hingga rata.
Bahan yang telah dicampur dimasukkan dalam karung beberapa lapis guna
menghindari udara masuk sehingga fermentasi sempurna dapat terjadi.
4.1.11. Proses Pembuatan MOL & Pembuatan Pupuk Cair Paitan
Larutan MOL adalah larutan hasil fermentasi yang berbahan dasar dari
berbagai sumberdaya yang tersedia setempat. Larutan MOL mengandung unsur
mikro dan makro dan juga mengandung bakteri yang berpotensi sebagai
perombak bahan organik, perangsang tumbuhan, dan sebagai agens pengendali
hama dan penyakit tanaman, sehingga MOL dapat digunakan baik sebagai
pendekomposer pupuk hayati dan sebagai pestisida organik. Pembuatan MOL
oleh petani di Desa Sumberporong merupakan hasil penyuluhan dari Balai
Penyuluhan dan memberikan hal yang positif, dimana petani dapat memanfaatkan
MOL tersebut untuk budidaya padi di sawah.
Kegiatan pembuatan MOL diawali dengan mencari bahan-bahan yang
akan digunakan. Salah satu bahan yang dicari padi hari tersebut adalah Ares,
bagian inti batang pohon pisang, air cucian beras, buah pisang dan gula.
Gambar 24. Bahan Pembuatan Pupuk Azolla
44
Gambar 25. Bahan Ares
Komposisi pada pembuatan MOL normalnya adalah 10 Liter air cucian
beras, 10 cm Ares, 10 cm bagian pisang dan gula. Namun, pada proses pembuatan
kali ini, proses pembuatan MOL dilakukan dengan ukuran komposisi air cucian
beras 7 liter, 7 cm ares, 1 buah pisang dan dua sendok gula putih. Semua bahan
tersebut dimasukkan dalam jirigen dan ditutup rapat hingga fermentasi selesai
sekitar dua minggu.
Gambar 26. Proses Pembuatan MOL
Daun paitan merupakan tanaman yang mempunyai kandungan N yang
sangat tinggi. Petani di Desa Sumberporong merasa bahwa pupuk paitan sangat
berguna bagi petani karena memberikan dampak positif bagi daun tanaman padi
yang lebih hijau. Pupuk cair paitan berbahan dasar daun paitan yang banyak ada
di sekitar sawah Desa Sumberporong. Daun paitan dimasukkan dalam karung dan
digantung miring. Penggantungan bertujuan agar getah daun paitan jatuh di wadah
yang telah disediakan. Penggantungan ini dilakukan selama 3-4 hari.
45
Gambar 27. Daun Paitan
4.1.12. Identifikasi Saluran & Lembaga Pemasaran Padi
Menurut Limbong dan Sitorus (1987) dalam Dessy Susanti (2000),
saluran pemasaran adalah saluran yang digunakan untuk menyalurkan produknya
dari titik produsen sampai ke konsumen tingkat akhir. Saluran pemasaran yang
dilalui oleh barang dan jasa akan sangat menentukan nilai keuntungan dari suatu
produk dan akan berpengaruh pada pembagian penerimaan yang diterima oleh
masing-masing lembaga pemasaran yang terlibat di dalamnya.
Desa Sumberporong merupakan salah satu desa pembudidaya tanaman
padi. Hasil panen padi berupa gabah kering sawah dan gabah kering gudang
dipasarkan dalam bentuk non olahan, langsung dijual ke tengkulak, pengumpul,
pedagang penggiling. Daerah pemasaran hasil panen padi petani Desa
Sumberporong hingga tingkat Kabupaten dan Kota Malang.
Proses pemasaran sampai ketangan konsumen, hasil panen yang
diproduksi di Desa Sumberporong banyak melibatakan lembaga pemasaran.
Dalam rangka memperlancar arus barang maka petani sebagai produsen bisa
memilih saluran pemasaran yang paling pendek dengan harapan harga yang
diterima lebih tinggi, karena biaya operasional pemasaran dan tingkat laba yang
diambil semakin kecil. Lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran hasil
panen di Desa Sumberporong adalah tengkulak, pengumpul, pedagang penggiling,
pedagang besar pedagang pengecer.
46
Gambar 28. Saluran Pemasaran Beras di Desa Sumberporong
Adapun masing-masing lembaga tersebut mempunyai peranan yang
berbeda-beda, yaitu :
1. Tengkulak, berperan dalam mengumpulkan gabah padi yang dihasilkan petani
yang secara geografis lokasinya tersebar. Tengkulak di Desa Sumberporong
beberapa masih melakukan pembelian dengan system tebas, dimana membeli
gabah sebelum panen dan setelah panen.
2. Pedagang pengumpul berperan sebagai penampung gabah padi yang dibeli
oleh tengkulak, biasanya pengumpul ini sudah mempunyai gudang dan
melakukan kegiatan pengeringan.
3. Pedagang penggiling, merupakan pedagang yang membeli dari tengkulak,
pengumpul atau petani langsung yang melakukan kegiatan penggilingan dan
pengemasan.
4. Pedagang besar, merupakan pedagang yang membeli beras dari penggilingan
padi yang bertugas mendistribusikan kepada pedagang pengecer atau
pedagang besar lainnya.
5. Pedagang pengecer, merupakan pedagang di pasar-pasar atau warung
kecil/kelontongan yang menjual beras ke tangan konsumen.
Petani/produsen (1,2,3,4)
Tengkulak (1,4)
Pedagang pengumpul (1,2)
Pedagang penggiling (1,2,3,4)
Pedagang besar (1,2,3,4)
Pedagang pengecer (1,2,3,4)
Konsumen (1,2,3,4)
2
3
Keterangan:
1 = Jenis saluran pemasaran 1
2 = Jenis saluran pemasaran 2
3 = Jenis saluran pemasaran 3
4 = Jenis saluran pemasaran 4
4
47
4.1.13. Log Book Kegiatan Magang Kerja Mingguan
Berdasarkan uraian hasil di atas, dapat disusun ringkasan kegiatan
magang kerja selama di Desa Sumberporong Kecamatan Lawang yang disajikan
pada tabel 7 di bawah ini.
Tabel 7. Log Book Kegiatan Magang Kerja Mingguan
Minggu Kegiatan
Minggu I
- Serah terima dari pihak jurusan/panitia
kegiatan magang kerja ke pihak UPT BPP
Lawang, Malang
- Pengarahan Koordinasi lapang & koordinasi
kelompok dengan pembimbing lapang
- Pengenalan wilayah kerja UPT BPP
Kec.Lawang
- Pengambilan data profil Desa Sumberporong
- Pelaksanaan survei lapang
- Pengenalan Ketua Kelompok Tani
Minggu II
- Pengenalan Profil UPT BPP Kecamatan
Lawang
- Koordinasi dan konsultasi dengan
pembimbing lapang
- Pengenalan profil dan kegiatan kelompok tani
- Pelaksanaan penanaman padi di Desa
Sumberporong
Minggu III Libur Hari Raya Idul Fitri
Minggu IV
- Halal Bihalal
- Pengairan/Pengaturan Irigasi Sawah
- Penyiangan& Penggemburan
- Konsultasi bersama pembimbing lapang
- Kunjugan lapang keDesa Sri Gading
- Kunjungan lapang di desa sumberngepoh
- Pembersihan lahan dan pembuatan saluran air
- Pengolahan lahan
- Pemanenan
Minggu V
- Penyiangan & Penggemburan Tanaman Padi
II
- Penyulaman
- Identifikasi Gulma
- Penyiangan Tanaman Padi II (Lanjutan)
- Pemupukan Tanaman Padi
- Pemanenan padi ( Desa Sumberngepoh)
- Pengemasan Beras Organik ( Desa
Sumberngepoh)
- Proses pembuatan MOL & Pembuatan Pupuk
Paitan
48
Tabel 7. Log Book Kegiatan Magang Kerja Mingguan (Lanjutan)
Minggu Kegiatan
Minggu VI
- Persiapan Media Tanam Sayur organik
dalam Polybag
- Penyemaian Benih Salada & Sawi
- Kunjungan PT.Pertani di Desa Sumberporong
- Melanjutkan pengisian media tanam sayur
organic dalam organik
- Pertemuan dengan mantri tani
Minggu VII
- Pemasangan penghalau hama burung
- Penyemaian ulang tanaman sawi dan salada
- Pengecekan kadar air gabah kering
- Pemantauan penghalau hama burung
- Persiapan pembuatan pupuk azolla
- Pemasangan penghalau hama burung
- Penyeleksian tanaman benih padi
- Pemeliharaan persemaian salada dan sawi
- Pembuatan pupuk azolla
- Pengamatan kondisi hulu pengairan sawah
- Penyeleksian tanaman benih padi
Minggu VIII
- Transplanting tanaman sayur polybag
- Pemasangan tiang penghalau burung
- Penyulaman tanaman sayur polybag
- Konsultasi kepada pembimbing lapang di
UPT BPP Kec.Lawang
- Penghitungan produksi gabah padi dengan
sampel
- Perbaikan penghalau burung
- Perawatan tanaman sayur polybag
Minggu IX
- Perbaikan penghalau burung
- Pemanenan tanaman benih padi
- Pemanenan & Perontokkan gabah
- Transplanting Sayuran Polybag
- Penyemaian benih padi
- Identifikasi saluran pemasaran padi
- Penjemuran gabah padi
- Pengendalian hama burung
Minggu X
- Identifikasi saluran pemasaran
- Penyimpanan gabah
- Pembersihan gabah kering
- Penggalian data
- Pengemasan benih padi dan pelabelan
- Pemasangan penghalau burung
- Wawancara petani
49
Tabel 7. Log Book Kegiatan Magang Kerja Mingguan (Lanjutan)
Minggu Kegiatan
Minggu XI
- Pengambilan sampel air
- Konsultasi ke pembimbing UPT BPP
Wawancara petani
Minggu XII
- Wawancara petani
- Wawancara tengkulak
- Persiapan pelaksanaan penyuluhan
Minggu XIII
- Pemberian penyuluhan
- Pelepasan magang kerja di Desa
Sumberporong
4.1.14. Deskripsi Kegiatan Magang Kerja
Kegiatan magang kerja yang dilakukan pada minggu pertama adalah
kegiatan serah terima antara pihak Jurusan Sosial Ekonomi/perwakilan panitia
magang kerja dengan pihak UPT Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Lawang,
Malang. Serah terima ini dihadiri oleh Kepala UPT BPP Kecamatan Lawang
beserta seluruh jajarannya dimana diantaranya adalah para pembimbing lapang
kegiatan magang kerja. Selain itu perwakilan dari Jurusan/Panitia Magang Kerja
2012 dihadiri Ibu Tatiek Koerniawati, SP., MP. Selesainya acara serah terima,
dilanjutkan dengan koordinasi dengan masing-masing pembimbing lapang. Pada
hari kedua kegiatan magang kerja ini, peserta magang kerja mengenal wilayah
kerja dari UPT BPP Kec.Lawang. UPT BPP Kec.Lawang memiliki delapan
wilayah desa, namun untuk kegiatan magang kerja ini, peserta hanya akan berada
di wilayah kerja empat desa seseuai topik yang ada. Setelah mengetahui wilayah
kerja desa, peserta magang kerja di Desa Sumberporong menuju Balai Desa
bersama pembimbing lapang guna perkenalan dengan kepala desa serta perangkat
desa. Kegiatan magang kerja pada hari ketiga adalah pengenalan profil Ketua
Kelompok Tani Kerto Raharjo 1. Kelompok tani yang diketuai Bapak Toro,
sekarang dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok tani Kerto Raharjo 1 dan
Kerto Raharjo 2.
Kegiatan magang kerja yang dilakukan pada hari pertama minggu kedua
adalah masih dalam pengenalan beberpa instansi yang menaungi kegiatan kami,
salah satunya adalah pengenalan lebih detail kondisi dan profil UPT BPP
Kecamatan Lawang. Secara umum UPT BPP Kecamatan Lawang memiliki
50
manfaat sebagai fasilitator pedoman pelaksanaan kegiatan penyuluh pertanian
guna peningkatan pengetahuan dan ketrampilan petani. Kegiatan magang kerja
pada hari kedua di minggu kedua adalah pengenalan profil kelompok tani serta
kegiatan rutin maupun kegiatan yang biasanya dilakukan untuk menunjang
aktivitas pertanian di kelompok tani Desa Sumberporong. Pada hari ketiga peserta
magang melakukan penanaman padi, maka langkah yang harus dilakukan adalah
pengolahan lahan, pembuatan jarak tanam dan penanaman.
Minggu ketiga kegiatan magang kerja tidak dilakukan, karena bertepatan
dengan libur Hari Raya Idul Fitri. Kegiatan minggu keempat diawali dengan
silaturahmi peserta magang di institusi terkait dengan pelaksanaan magang kerja
antara lain di UPT Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Lawang, Balai Desa
Sumberporong dan Ketua Kelompok Petani beserta keluarga. Pada hari kedua,
peserta magang kerja melakukan pengaturan air di sawah Desa Sumberporong.
Pengaturan pengairan di Desa Sumberporong dilakukan dengan cara membagi
pada masing-masing blok. Hari ketiga, peserta magang melakukan penyiangan
tanaman. Penyiangan dilakukan dengan cara mencabut tanaman gulma
menggunakan teknik manual dan mekanik. Selain melakukan penyiangan,
dilakukan juga penggemburan tanah sekitar tanaman agar tanah menjadi gembur
dan memudahkan tanaman berkembang. Kegiatan magang kerja hari kamis
minggu ke-4 adalah konsultasi dengan pembimbing lapang yaitu Pak Koeshartono
dan kunjungan ke Desa Sri Gading yang pada saat itu melaksanakan sekolah
lapang. Kegiatan magang hari Sabtu minggu keempat ini yaitu berkunjung kedesa
Sumberngepoh untuk melakukan kegiatan pembersihan lahan, membuat saluran
air, dan pengolahan lahan serta pemenenan padi organik.
Kegiatan minggu kelima diawali dengan penyiangan tanaman padi yang
berumur 22 HST. Selain melakukan kegiatan penyiangan, dilakukan pula kegiatan
penyulaman yang bertujuan untuk mengganti tanaman yang mati atau hilang
sehingga populasi tanaman tetap sama. Kegiatan lainnya adalah identifikasi gulma
dilakukan guna mengetahui jenis gulma yang ada dilahan tersebut sehingga petani
dapat mengetahui cara mengatasinya. Pada selasa, dilanjutkan kembali pada
penyiangan di lahan yang sama. Penyiangan kali ini dikhususkan pada lahan yang
tidak terkena pengairan air sawah. Penyiangan kali ini juga menggunakan alat
51
bantu yang sering disebut oleh warga petani sekitara dengan nama
pencong/wangkil. Setelah penyiangan diselesaikan, adapun kegiatan lainnya
adalah pemupukan di lahan lainnya. Pemupukan kali ini adalah pemupukan tahap
kedua dengan umur tanaman padi berkisar 40an HST. Pada Rabu, kegiatan
pemanenan dilakukan di Desa Sumbengepoh dengan varietas padi IR 64 Organik.
Selain pemanenan, dilakukan pengemasan beras organik antara lain penimbangan
beras, pembersihan dan tahap akhir yaitu pengpresan. Sebagai apresiasi terhadap
kemerdakaan Republik Indonesia yang ke 67, Desa Sumberngepoh mengadakan
kegiatan dilingkungannya. Dalam hal ini, peserta magang diberi kesempatan
untuk mengisi acara pada kegiatan tersebut. Hari Kamis, peserta magang
membuat Mikroorganisme Lokal dan pembuatan pupuk cair paitan serta
kunjungan kepada anggota/pengurus Kelompok Tani Kerto Raharjo.
Minggu keenam diawali dengan budidaya sayur organik yang diawali
dengan beberapa persiapan antara lain yaitu penyiapan media tanam dan
penyemaian benih. Pada hari senin, selain persiapan budidaya sayur, adanya
kunjungan PT.Pertani kepada Ketua kelompok tani di Desa Sumberporong selaku
salah satu mitra PT.Pertani untuk budidaya padi. Maka dari itu, PT.Pertani selaku
pemberi bantuan mengadakan tinjauan lapang mengenai kondisi yang ada di
lapangan. Pada selasa, budidaya sayur dilanjutkan dengan pengisian media tanam
serta bertemu dengan mantri tani untuk membahas kegiatan magang, beliau
memberi pengetahuan tentang kondisi pertanian khususnya di daerah Lawang.
Minggu ketujuh hari pertama, peserta magang melakukan pemeliharaan
tanaman padi dengan melakukan pemasangan penghalau hama burung. Salah satu
cara guna menghalau hama burung adalah menggunakan tali plastik alumunium
foil dengan membentangkannya disekitar lahan tanaman padi. Kilauan dari tali
tersebut dapat menghalau hama burung yang ingin hinggap di tanaman padi. Pada
Selasa, dilakukan juga pengujian kualitas gabah yang baik dengan memperhatikan
kadar air dalam gabah kering. Batas maksimal kadar air gabah kering adalah 13%
yang menggunakan alat tester. Pada Rabu, peserta magang melakukan
penyeleksian tanaman benih padi guna menjaga kualitas dari benih yang
dihasilkan. Penyeleksian didasarkan berdasarkan ketentuan antara lain tinggi yang
di atas normal rata-rata serta kondisi bulir yang berbeda dengan yang lainnya.
52
Selain melakukan penyeleksian beinh, peserta magang melakukan pemeliharaan
persemaian tanaman polybag dengan menyiramani benih agar kondisi sekitar
persemaian lembab dan memudahkan benih untuk berkecambah. Pada kamis
dilakukan pula pembuatan pupuk azolla yang sering dilakukan oleh petani di Desa
Sumberporong. Bahan yang digunakan antara lain azolla, sekam bakar, EM4, tetes
tebu, air.
Minggu kedelapan diawali dengan melakukan transplanting bibit sayur.
Transplanting sayur dilakukan pada saat bibit tanaman sudah mencapai umur satu
minggu atau berdaun dua. Cara pemindahan adalah membasahi media semai agar
pada saat pencabutan bibit tidak rusak. Media tanam di polybag disiram guna
media lembab. Setiap media tanam polybag diberi 2 lubang dengan satu lubang
dua bibit tanaman. Bibit tanaman yang baru dipindah, disiram kembali agar lebih
lembab serta pemeliharaan yang lebih rutin. Pada Selasa, peserta magang
melakukan kegiatan pemasangan tiang penghalau burung dengan menancapkan
tiang penghalu di antar ujung lahan dan tengah serta penyulaman tanaman sayur
polybag. Penyulaman dilakukan pada tanaman yang mengalami mati atau
abnormal agar segera diganti dengan bibit tanaman yang baru. Penghitungan
produksi gabah padi dengan sampel juga dilakukan untuk mengetahui perkiraan
produksi gabah dari perluasan lahan yang ada di lapangan. Adapaun cara
penghitungannya dengan memulai memilih sebuah kotak sampel lahan, memanen
padi yang siap penen, dan penimbangan serta yang terakhir penghitungan taksiran
total jumlah panen. Berdasarkan pemeliharaan sebelumnya, tanaman sayur di
polybag mengalami banyak kematian, sehingga perlu adanaya penggantian media
tanam agar tanaman yang akan dipindah dapat tumbuh dengan maksimal.
Penggantian media diawali dengan membongkar tanah di polybag dan
mengayaknya sehingga media tanam yang didapatkan halus.
Minggu kesembilan diawali dengan melakukan perbaikan penghalau
burung. Tujuan perbaikan agar kondisi pengahalau burung agar berfungsi dengan
baik. Cara memperbaiki memasang kembali tali yang putus atau merubah posisi
tiang tali yang ditancapkan. Selaian perbaikan penghalau burung, peserta magang
melakukan pemanenan tanaman benih padi. Umur tanaman padi yang dapat
dipanen sekitar 90-100 hari setelah tanam di lapang dengan melihat kondisi fisik
53
tanaman antara lain warna bulir yang menguning, daun menguning, adanya bulir
yang jatuh. Padi yang telah dipanen perlu dirontokkan agar hasil panen yang
diinginkan berupa gabah dapat terpenuhi. Perontokkan kali ini menggunakan
mesin perontok yang bermesin diesel. Berdasarkan pemeliharaan sebelumnya,
tanaman sayur di polybag mengalami banyak kematian, sehingga perlu adanya
penggantian media tanam agar tanaman yang akan dipindah dapat tumbuh dengan
maksimal. Penggantian media diawali dengan membongkar tanah di polybag dan
mengayaknya sehingga media tanam yang didapatkan halus. Selain mengganti
media, penyulaman tanaman juga dilakukan di lapangan.
Pada Rabu, dilakukan pula penyemaian benih dilakukan dengan cara
mengolah lahan dengan halus dan diairi. Setelah lahan siap, maka benih disebar
merata di lahan semai. Identifikasi saluran pemasaran dilakukan di Desa
Sumberngepoh dengan mewawancarai pelaku yang termasuk dalam saluran
pemasaran. Secara umum hasil panen langsung dijual kepada tengkulak atau
pemilik penggilingan dimana setelah itu diteruskan ke pedagang besar hingga ke
pengecer yang berujung ke konsumen langsung. Gabah padi hasil panen harus
dijemur untuk mengurangi kadar air yang ada digabah. Penjemuran dilakukan
dengan cara meratakan gabah padi di lapangan semen selama 2 hari dengan
membaliknya setiap waktu. Selain penjemuran, dilakukan pula pengendalian
hama burung dan serangga. Hama burung dikendalikan dengan menggunakan
ketapel dan bunyi-bunyian yang terbuat dari bamboo. Pengendalian serangga
dilakukan dengan menggunakan insektisida.
Minggu kesepuluh, peserta magang masih melakukan identifikasi saluran
pemasaran. Saluran pemasaran yang terjadi ada beberapa yang menuju ke pasar.
Salah satu pasar yang terlibat di kalangan petani adalah pasar lawang, sehingga
peserta magang survei ke pasar lawang tersebut. Selaian identifikasi saluran
pemasaran, maka dilakukan penyimanan gabah kering yang bertujuan untuk
menghindari penyusutan gabah dan tidak termakan oleh hama. Gabah yang telah
kering dimasukkan dalam karung berukuran 50 kg. Pada Rabu, pembersihan
gabah kering dilakukan yang bertujuan untuk menyortir dan membersihan gabah.
Gabah kering dipisahkan dari kotoran gabah dan gabah kosong menggunakan alat
yang bernama blower. Selain melakukan pembersihan, dilakukan pula penggalian
54
data kepada ketua kelompok tani. Data yang ditanyakan antara lain biaya usaha
tani, kendala selama berusaha tani serta pemasaran gabah padi. Pengemasan benih
padi dan pelabelan juga dilakukan di Desa Sumberporong. Gabah yang telah
disortir dan diuji lab, maka dilakukan pengemasan. Pengemasan dilakukan dengan
ukuran 10 kg/kemasan. Tak lupa didalamnya diselipkan label benih padi yang
akan dijual.
Minggu kesebelas, peserta magang kembali melakukan penggalian data.
Penggalian data petani dilakukan pada di Desa Sumberporong. Penggalian data
meliputi biaya usahatani hingga pemasaran. Pengambilan sampel air juga
dilakukan yang bertujuan mengetahui kandungan air yang berada di desa
Sumberporong yang selanjutnya akan di uji laboratorium. Pada Rabu, peserta
magang berkonsultasi mengenai kegiatan magang bersama pembimbing lapang di
UPT BPP Kecamatan Lawang. Minggu keduabelas, peserta magang banyak
melakukan penggalian data petani di Desa Sumberporong serta melakukan
persiapan penyuluhan kepada petani di Desa Sumberporong mnegenai pembuatan
pupuk organik. Minggu terakhir, sebagai penutup kegiatan magang kerja di Desa
Sumberporong dengan memberikan penyuluhan mengenai manfaat tanaman
azolla dan pengolahan tanaman azolla yang bertujuan agar petani dapat
memanfaatkannya. Pada Jum’at minggu terakhir magang kerja, diadakan
pelepasan magang kerja. Pelepasan dilakukan di Desa Sumberporong yang
dihadiri oleh aparat desa, kelompok tani dan masyarakat sekitar desa. Penutupan
ini bertujuan guna mempererat tali silaturahmi warga masyarakat dengan peserta
magang.
4.2. Pembahasan
Cramer dan Jensen (1979) dalam Dessy Susanti (2000) mengkategorikan
fungsi pemasaran ke dalam tiga bentuk antara lain : 1) fungsi pertukaran, yang
terjadi dari penjualan dan pembelian, 2) fungsi fisik terdiri dari dari fungsi
pengolahan, penyimpanan dan transportasi, dan 3) fungsi fasilitas yang terdiri dari
standarisasi, penanggungan resiko dan informasi pasar, sedangkan Ratya Anindita
(2004) mengemukakan fungsi pemasaran meliputi penyimpanan, transportasi,
grading, standarisasi dan perikalanan.
55
Fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan oleh lembaga-lembaga
pemasaran beras di Desa Sumberporong ini, meliputi kegiatan-kegiatan penjualan
pembelian, pengolahan, penyimpanan, penanggungan resiko, transportasi,
grading/standarisasi dan informasi pasar.
4.2.1. Tingkat Petani
1. Fungsi penjualan & transportasi
Penjualan dilakukan oleh petani menjelang panen dan setelah panen.
Rata-rata petani banyak menjual pada tengkulak, pedagang pengumpul dan
pedagang penggiling. Cara penjualan gabah yang dilakukan petani ada dua
macam yaitu sistem tebasan dan dengan sistem timbang. Sistem tebasan
adalah penebas akan menaksir total nilai dari hasil panen dikalikan dengan
harga yang diharapkan pada saat panen. Dalam sistem tebasan petani tidak
melakukan kegiatan pemanenan, petani hanya tinggal menerima uang dari
hasil penjualan kegiatan pemanenan. Biaya pemanenan pada sistem tebas
sepenuhnya dibayar oleh tengkulak/pedagang yang lainnya. Sedangkan cara
penjualan dengan sistem timbang adalah cara penjualan yang dilakukan
dengan menimbang gabah yang akan dijual dan petani melakukan kegiatan
pemanenan.
Penentuan harga jual ditentukan oleh tengkulak/pedagang sedangkan
petani hanya bertindak sebgai penerima harga. Penjualan dengan sistem
tebasan ini memiliki keuntungan dan kerugian bagi petani. Apabila hasil
melebihi taksiran, maka akan merugikan petani. Hal ini karena kelebihan
panen dari hasil taksiran yang seharusnya bernilai jual dan dapat
menghasilkan pendapatan menjadi hilang dan menjadi tengkulak/pedagang
lainnya. Sebaliknya, apabila hasil panen kurang dari taksiran maka akan
menguntungkan petani. Hal ini karena tengkulak/pedagang akan melakukan
pembelian terhadap gabah yang sebenarnya tidak ada, sehingga petani tetap
menerima pendapatan dari gabah yang sebenarnya tidak ada tersebut.
Keuntungan sistem penjualan dengan cara ditimbang adalah petani
dapat menyisakan gabah di sawah untuk dijadikan konsumsi atau benih
selanjutnya tergantung dari jenis kelas benih sebelumnya yang ditanam.
56
Kerugiannya adalah petani yang menanggung biaya penen dan juga akan
dikenakan potongan sebesar 5% oleh tengkulak/pedagang. Potongan ini
menurut petani karena biaya transportasi dan karung ditanggung oleh
tengkulak/pedagang. Alat transportasi disediakan oleh tengkulak/pedagang
yang pada umumnya mempunyai kendaraan pribadi seperti jenis pick up.
Namun, ada juga petani yang mempunyai modal lebih tinggi, maka gabah
yang dijual akan langsung dijual kepada tengkulak/pedagang dengan
menyewa kendaraan sendiri, sehingga biaya transportasi ditanggung
sepenuhnya oleh petani.
2. Fungsi Pengolahan (Penjemuran)
Kegiatan penjemuran merupakan salah satu proses pengolahan.
Kegiatan ini dilakukan oleh petani dalam jumlah yang terbatas. Petani
umumnya bertujuan untuk dapat disimpan sebagai makanan pokok sehari-hari
dan juga dapat dijual sedikit demi sedikit. Gabah padi hasil panen harus
dijemur untuk mengurangi kadar air yang ada digabah. Kadar air yang rendah
akan memudahkan dalam proses penjualan dan pada saat penggilingan.
Penjemuran dilakukan dengan cara meratakan gabah padi di lapangan semen
selama 2 hari dengan membaliknya setiap waktu.
3. Fungsi Penyimpanan
Penyimpanan dilakukan oleh petani untuk simpanan jika ada kebutuhan
yang mendesak agar bisa dijual atau untuk dikonsumsi pribadi. Penyimpanan
dilakukan pada saat masih berbentuh gabah kering yang telah dikeringkan
sebelumnya. Waktu penyimpanan biasanya tidak lebih dari 3 bulan.
Penyimpanan gabah dilakukan di rumah pribadi petani sendiri.
4. Fungsi Grading (Penentuan Kualitas)
Beberapa petani di Desa Sumberporong melakukan grading gabah
kering sebelum dijual kepada tengkulak/pedagang. Penentuan kualitas gabah
kering dimaksudkan untuk meingkatkan harga jual gabah itu sendiri. Grading
gabah menggunakan mesin blower (pemisah), mesin ini bekerja memisahkan
antara gabah kering yang berisi, gabah yang tidak berisi dan kotoran.
Selain membersihkan gabah, hal lainnya adalah melakukan pengecekan
kadar air gabah yang menentukan kualitas gabah itu sendiri. Batas maksimal
57
kadar air gabah kering adalah 13%. Adapun alat yang dipakai adalah tester.
Alat ini bekerja dengan cara memasukkan beberapa sampel gabah kering ke
dalam alat dan ditekan hingga menunjukkan angka kadar air gabah tersebut.
4.2.2. Tingkat Tengkulak
1. Fungsi Pembelian, Penjualan & Informasi Pasar
Pada tengkulak, fungsi pertukaran meliputi pembelian dan penjualan.
Tengkulak membeli gabah kering pada petani di sawah dengan sistem tebas
dan timbangan yang sebelumnya sudah dijelaskan pada saat penjualan di
tingkat petani. Tengkulak yang melakukan sistem tebasan dalam pembelian
gabah pada petani, umumnya didasari atas pengalaman tengkulak itu sendiri
dalam menaksir hasil panen gabah. Sistem tebasan dilakukan keada petani
yang menginginkan dengan sistem penjualan tersebut, sedangkan sebagian
besar tengkulak membeli gabah kering dengan sistem timbangan. Rata-rata
tengkulak membeli gabah kering petani dengan kisaran harga Rp 380.000,00-
Rp 390.000,00/kwintal.
Pada saat penjualan, tengkulak akan menjualnya kepada dua lembaga
antara lain pedagang pengumpul dan pedagang penggiling. Penjualan kepada
pedagang pengumpul, tengkulak menjualnya dengan mempertimbangkan
harga beli dari pengumpul. Tengkulak mendapatkan informasi pasar dari
pengumpul dan pedagang penggiling. Jika persediaan gabah kering sedikit
pada tengkulak, biasanya langsung dijual kepada pedagang penggiling.
Mengetahui perkembangan harga yang terjadi di tingkat produsen dan
konsumen, serta mencari petani yang akan panen dan menjual hasil panennya,
merupakan salah satu bentuk fungsi informasi pasar yang dilakukan
tengkulak.
2. Fungsi Pengolahan
Fungsi pengolahan yang dilakukan oleh tengkulak adalah melakukan
proses penjemuran. Penjemuran dilakukan karena gabah kering yang dibeli
pada petani tidak semuanya sudah mengalami penjemuran di tingkat petani
karena beberapa tengkulak membeli di sawah pada saat panen dan sistem
tebasan yang mengharuskan tengkulak melakukan penjemuran. Penjemuran
58
dilakukan dengan menjemur di bawah sinar matahari selama 2-3 hari
tergantung dari cuaca.
3. Fungsi Transportasi
Tengkulak melibatkan transportasi untuk kebutuhan dalam pembelian
kepada petani dengan sistem gabah maupun sistem timbangan. Selain dalam
kegiatan pembelian, transportasi juga menjadi tanggungan tengkulak dalam
proses penjualan kepada pengumpul atau pedagang penggiling. Biaya
transportasi yang dikeluarkan berdasarkan jarak tempuh lokasi beli/jual.
Sebagai contoh biaya yang harus dikeluarkan untuk menjual gabah kering ke
pedagang penggiling yang berdekatan dengan desa adalah Rp
60.000,00/sekali angkut dengan menggunakan mobil pick up. Kendaraan ini
dapat memuat gabah kering sekitar 2,5 ton/mobil.
4. Penanggungan Resiko
Resiko yang terjadi ditanggung oleh tengkulak, terutama jika dalam
sistem tebasan apabila mengalami salah taksir dalam pembelian.
4.2.3. Tingkat Pedagang Pengumpul
1. Fungsi Pembelian dan Penjualan
Pada tingkat pengumpul, pembelian dilakukan kepada petani atau
tengkulak. Sebagian besar di Desa Sumberporong petani menjual langsung ke
pengumpul karena harga yang lebih tinggi dibandingkan dengan tengkulak
dengan selisih Rp 1.000,00/kg. pengumpul juga membeli dari tengkulak yang
disesuaikan dengan kondisi di lapang.
Penjualan juga dilakukan pengumpul, dimana pengumpul menjual
kepada pedagang penggiling dengan sesuai permintaan penggiling. Harga
yang dijual dari pengumpul berkisar Rp 390.000,00 – Rp 400.000,00/kwintal
atau disesuaikan dengan harga pasar.
2. Fungsi Pengolahan
Fungsi pengolahan yang dilakukan oleh pengumpul adalah melakukan
proses penjemuran, sama halnya yang dilakukan oleh tengkulak. Penjemuran
dilakukan karena gabah kering yang dibeli pada petani tidak semuanya sudah
mengalami penjemuran di tingkat petani dan untuk menjaga kualitas gabah
59
yang kan dijual lagi. Lama penjemuran sekitar 2-3 hari di bawah sinar
matahari atau disesuaikan kondisi yang ada.
3. Fungsi Penyimpanan
Pengumpul mempunyai gudang yang lebih besar, maka dilakukan juga
fungsi penyimpanan yang bertujuan menyimpan gabah sampai ada pesanan
atau disesuaikan dengan kondisi permintaan pedagang penggiling. Umumnya
para pengumpul tidak terlalu lama menyimpan gabah kering mereka. Lama
penyimpanan, biaanya dilakukan maksimal hingga 2 bulan.
4. Fungsi Transportasi
Transportasi juga tidak lepas dari kinerja pengumpul yang melakukan
fungsinya. Pengumpul melibatkan transportasi untuk kebutuhan dalam
pembelian kepada petani dan penjualan ke pedagang penggiling. Biaya
transportasi yang dikeluarkan berdasarkan jarak tempuh lokasi beli/jual.
Biaya transportasi yang dikeluarkan oleh pengumpul untuk melakukan
pembelian gabah di petani berkisar Rp 50.000,00/angkut dengan mobil pick
up, sedangkan untuk penjualan ke pedagang pengumpul terkadang
pengumpul harus mengeluarkan biaya transportasi sebesar Rp 125.000,00/2,5
ton.
5. Penanggungan Resiko
Resiko juga ditanggung oleh pengumpul, dimana gabah yang
disimpan juga mengalami penyusutan selama penyimpnan. Resiko lainnya
adalah pengendalian hama pengerat yang menyerag gudang penyimpanan.
6. Informasi Pasar
Pengumpul dapat mengetahui harga pasar berdasarkan harga di
pedagang penggiling dan harga di tingkat konsumen. Sehingga pada saat
membeli ke tengkulak, pengumpul dapat menawarkan harga tertentu pada
saat penawaran.
4.2.4. Tingkat Pedagang Penggiling
1. Fungsi Pembelian dan Penjualan
Pada tingkat pedagang pengumpul, pembelian dilakukan kepada
pengumpul. Pedagang penggiling biasanya membeli kepada pengumpul
60
dengan kisaran harga Rp 390.000,00 – Rp 400.000,00/kw tergantung jenis
gabah dan kondisi pasar yang ada. Penjualan juga dilakukan pedagang
penggiling, dimana pedagang penggiling menjual tidak gabah lagi, melainkan
menjual beras. Harga beras yang dijual oleh pedagang penggiling berkisar
antara Rp 7.200,00 – Rp 8.000,00/kg.
2. Fungsi Pengolahan
Fungsi pengolahan yang dilakukan oleh pedagang penggiling adalah
melakukan proses penjemuran, penggilingan, pengemasan. Penjemuran
dilakukan untuk mengurangi kadar air gabah yang telah dibeli pada
pengumpul, sehingga kualitas beraspun dapat baik. Lama penjemuran sekitar
2 hari di bawah sinar matahari atau disesuaikan kondisi cuaca yang ada.
Penggilingan gabah padi menjadi beras dilakukan tidak setiap hari.
Penggilingan dilakukan jika ada pemesanan dari pedagang besar. Lama
penggilingan gabah adalah sekitar 2 jam/kwintal. Jumlah gabah kering
minimal jika harus melakukan penggilingan adalah sebesar 3 kwintal. Berat
gabah kering yang digiling menjadi beras akan susut sebesar 50-60%. Setelah
penggilingan selesai, maka dilakukan pengemasan beras dengan
menggunakan karung berukuran 50 kg. Pada proses pengemasan ini, ada
beberapa yang mengemas dengan ukuran 25 kg, dan 5 kg dengan label
tertentu.
3. Fungsi Penyimpanan
Pedagang penggiling mempunyai gudang untuk meyimpan gabah dan
berasnya. Penyimpanan gabah bertujuan untuk menjaga persediaan gabah
untuk digiling agar kebutuhan permintaan tetap stabil. Persediaan gabah yang
harus disimpan untuk menjaga persediaan adalah 1 Kwintal dan lamanya
penyimpanan maksimal 2 bulan. Penyimpanan beras juga dilakukan tidak
boleh lama, karena mengingat kondisi beras jika terlalu lama disimpan akan
menjadi tepung dan tidak laku di pasaran. Maka dari itu, para pedagang
penggiling melakukan penggilingan berdasarkan permintaan pedagang besar
atau menggiling dengan jumlah sedikit untuk berjaga-jaga.
61
4. Fungsi Transportasi
Transportasi yang digunakan oleh pedagang penggiling adalah mobil
jenis pick up, carry dan truck kecil. Biaya angkut dari pengumpul dan
mengantar pesanan beras adalah Rp 50.000,00 sekali angkut ke Pasar
Lawang.
5. Penanggungan Resiko
Resiko juga ditanggung oleh pedagang penggiling, dimana gabah
yang disimpan juga mengalami penyusutan selama penyimpanan. Resiko
lainnya adalah pengendalian hama pengerat yang menyerang gudang
penyimpanan. Beras yang tidak segera terjual, maka akan menjadi tepung,
sehingga dapat mengakibatkan kerugian serta pembayaran dari pedagang
besar yang terkadang lambat dalam melakukan pembayaran.
6. Informasi Pasar
Pedagang penggiling dapat mengetahui harga pasar berdasarkan harga
di pedagang besar dan harga di tingkat konsumen. Sehingga pada saat
membeli ke pengumpul, pedagang penggiling dapat menawarkan harga
tertentu pada saat penawaran.
4.2.5. Tingkat Pedagang Besar
1. Fungsi Pembelian dan Penjualan
Pada tingkat pedagang besar, pembelian dilakukan kepada pedagang
penggiling sebgai produsen beras. Pedagang besar biasanya membeli kepada
pedagang penggiling dengan kisaran harga antara Rp 7.200,00 – Rp
8.000,00/kg tergantung dari jenis beras yang dijual.
2. Fungsi Pengolahan & Grading
Fungsi pengolahan yang dilakukan oleh pedagang besar adalah
melakukan proses pengemasan. Pengemasan dilakukan untuk memberi label
dan ukuran per kemasan sesuai jenis beras seperti beras wangi atau tidak
wangi. Ukuran kemasan beras di pedagang besar adalah ukuran 25 kg dan 5
kg dengan harga jual antara Rp 7.300,00 – Rp 8.200,00/kg. Selain melakukan
pengemasan, sebelumnya dilakukan grading beras. Grading beras bertujuan
62
membersihkan beras dari kotoran seperti batu kerikil kecil atau menir yang
masih terikut diberas tersebut.
3. Fungsi Penyimpanan
Pedagang besar mempunyai gudang untuk meyimpan berasnya.
Penyimpanan beras bertujuan untuk menjaga persediaan beras bagi pedagang
besar lainnya atau pedagang pengecer. Namun penyimpanan beras di
pedagang besar tidakalah lama, maksimal 4 bulan.
4. Fungsi Transportasi
Transportasi yang digunakan oleh pedagang besar adalah mobil jenis
pick up dan truck kecil. Biaya angkut dari pengumpul dan mengantar pesanan
beras adalah Rp 50.000,00 sekali angkut antar dalam Kecamatan Lawang.
5. Penanggungan Resiko
Resiko juga ditanggung oleh pedagang besar, dimana beras yang
disimpan juga dapat mengalami kerusakan yang diakibatkan oleh serangan
hama beras seperti kutu beras dan tikus.
6. Informasi Pasar
Pedagang besar dapat mengetahui harga pasar berdasarkan harga di
tungkat pedagang penggiling, tingkat konsumen dan aturan harga dari
pemerintah.
4.2.6. Tingkat Pedagang Pengecer
1. Fungsi Pembelian dan Penjualan
Pada tingkat pedagang pengecer, pembelian dilakukan kepada
pedagang besar. Pedagang pengecer biasanya membeli kepada pedagang
besar dengan kisaran harga antara Rp 7.300,00 – Rp 8.200,00/kg tergantung
dari jenis beras yang dijual. Sedangkan pedagang pengecer dapat menjualnya
dengan kisaran harga Rp 7.500,00 – Rp 8.500,00/kg.
2. Fungsi Penyimpanan
Pedagang pengecer tidak mempunyai gudang yang besar untuk
meyimpan berasnya, dikarenakan jumlah beras yang disimpan pun tidak
begitu besar. Penyimpanan beras bertujuan untuk menjaga persediaan beras
bagi konsumen.
63
3. Fungsi Transportasi
Transportasi yang digunakan oleh pedagang pengecer adalah mobil
jenis pick up dan sepeda motor karena tidak terlalu banyak mengangkut
beras. Biaya angkut berkisar Rp 50.000,00 sekali angkut antar dalam
Kecamatan Lawang.
4. Penanggungan Resiko
Resiko juga ditanggung oleh pedagang pengecer, dimana beras yang
dijual tidak semuanya dapat cepat terjual, sehingga pada saat penyimpanan
dapat mengalami kerusakan yang diakibatkan oleh serangan hama beras
seperti kutu beras dan tikus.
5. Informasi Pasar
Pedagang pengecer dalam menentukan harga berdasarkan pedagang
besar dan hanya mengambil beberapa bagian dari harga jual ke konsumen
untuk mengambil keuntungannya.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disusun ringkasan fungsi pmasaran yang
dilakukan oleh setiap lembaga. Ringkasan fungsi pemasaran tersebut disajikan
pada Tabel 8 di bawah ini.
Tabel 8. Fungsi Pemasaran yang dilakukan Lembaga Pemasaran Beras di Desa
Sumberporong
Fungsi-Fungsi
Pemasaran
Lembaga Pemasaran
Petani Tengkulak Pengumpul Pedagang
Penggiling
Pedagang
Besar
Pedagang
Pengecer
Penjualan X X X X X X
Pembelian - X X X X X
Pengolahan X X X X X -
Penyimpanan X - X X X X
Transportasi X X X X X X
Grading X - - - X -
Penanggungan
Resiko - X X X X X
Informasi
Pasar - X X X X X
Keterangan: X = Melakukan fungsi pemasaran
= Tidak melakukan fungsi pemasaran
64
4.2.7. Kendala-Kendala Fungsi Pemasaran Beras di Desa Sumberporong
Kegiatan fungsi pemasaran beras di Desa Sumberporong tidaklah lepas
dari beberapa kendala yang menghadapinya antara lain:
1. Keterbukaan Informasi Pasar Pada Tingkat Petani yang Terbatas
Pada tingkat petani, keterbukaan informasi pasar sangatlah susah,
bahkan petani terkadang tidak tahu harga pasar. Permasalahan ini juga
dipengaruhi oleh sistem informasi yang menyangkut pengetahuan harga
pasar. Petani juga tidak bisa membuat harga, karena sudah terbiasa dengan
sistem penjualan yang diterapkan tengkulak atau pedagang pengumpul.
Sehingga, petani seakan menerima saja harga yang ditawarkan oleh tengkulak
atau pedagang pengumpul. Jika petani dapat menghitung biaya usahatani,
maka petani dapat menentukan harga jual kepada tengkulak atau pedagang
pengumpul.
2. Kerugian dalam Sistem Tebasan di Tingkat Petani
Petani yang menjual dengan sistem tebasan terkadang mengalami
kerugian karena ketidaktahuan harga pasar atau hasil yang akan dipanen.
Kerugian ini bisa disebabkan oleh harga gabah yang ada di pasaran dapat
mengalami kenaikan harga. Harga inilah yang banyak dari petani yang tidak
dapat menikmati kenaikan harga tersebut. Di sisi lain, tengkulak atau
pedagang pengumpul yang menikmatinya.
3. Potongan Harga Gabah di Tingkat Petani
Petani mengeluhkan potongan harga yang sering diberikan oleh
pedagang. Potongan ini diberikan karena karung atau tempat pengemasan
gabah berasal dari tengkulak atau pedagang pengumpul. Namun, potongan
harga tersebut dirasakan oleh petani Desa Sumberporong terlalu tinggi atau
mahal.
4. Perlakuan Grading dan Standarisasi yang Tidak Merata di Lembaga
Pemasaran
Tidak semuanya petani di Desa Sumberporong melakukan grading dan
standarisasi gabah yang akan dijual, begitu juga dengan pedagang yang
terlibat di saluran pemasaran yang sedikit melakukan grading & standarisasi
untuk beras. Alasan dari beberapa petani yang tidak melakukan perlakuan
65
grading dan standarisasi karena biaya yang dikeluarkan akan bertambah
seperti penyewaan mesin pembersih. Pada di tingkat tengkulak atau pedagang
pengumpul tidak banyak melakukan grading dan standarisasi karena
langsung dijual, sehingga tidak ada perlakuan tambahan tersebut.
5. Pembayaran Tunai yang Terkadang Telat dibayarkan Oleh Pedagang di
Tingkat Petani
Hal ini sering dikeluhkan oleh petani karena kebutuhan petani sehari-
hari hanya bisa dipenuhi oleh hasil panen gabah yang mereka jual.
Terkadang, pelunasan pembayaran oleh tengkulak atau pedagang dibayar
dengan jangka waktu sampai 2-3 bulan. Dengan alasan, gabah baru dapat
terjual dengan jangka waktu tersebut.
66
66
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
1. Lembaga pemasaran beras semi organik di Desa Sumberporong meliputi
petani sebagai produsen, tengkulak, pengumpul, pedagang penggiling,
pedagang besar dan pedagang pengecer.
2. Saluran pemasaran beras semi organik sangat berpengaruh kepada fungsi
pemasaran yang diterapkan pada setiap lembaga pemasaran.
3. Penerapan fungsi pemasaran beras semi organik tidak dilakukan seluruhnya
oleh lembaga pemasaran yang ada di Desa Sumberporong karena
disesuaikan dengan fungsi lembaga pemasaran itu sendiri.
4. Fungsi pemasaran yang terlibat di Desa Sumberporong meliputi kegiatan-
kegiatan penjualan pembelian, pengolahan, penyimpanan, penanggungan
resiko, transportasi, grading/standarisasi dan informasi pasar.
5. Pada tingkat petani, fungsi pemasaran yang dilakukan adalah fungsi
pertukaran, pengolahan, penyimpanan, transportasi dan grading pada gabah
kering. Sedangkan pada tingkat tengkulak, hanya penyimanan dan grading
yang tidak termasuk dalam fungsi pemasarannya.
6. Pengumpul dan pedagang penggiling melibatkan hampir semua fungsi
pemasarannya, kecuali grading yang tidak terlibat.
7. Pedagang besar melakukan semua fungsi pemasaran yang ada, karena
pedagang ini mempunyai informasi pasar yang cukup luas. Sedangkan di
tingkat pengecer, fungsi pengolahan dan grading tidak dilakukan oleh
pedagang karena jumlah beras yang dibeli dan dijual tidak begitu besar.
5.2. Saran
1. Perlu adanya keterbukaan informasi pasar oleh pemerintah atau instansi
terkait bagi petani di desa agar tidak mengalami kerugian pada saat
penjualan gabah kering
2. Perlu adanya penyuluhan mengenai penghitungan biaya usahatani bagi
petani agar dapat menghitung biaya usahatani. Penyuluhan ini bertujuan
67
agar petani dapat mengetahui dan paham dalam penetapan harga gabah saat
ingin dijual.
3. Perlu adanya pertimbangan petani dalam pengambilan kepurtusan untuk
menjual dengan sistem tebasan yang terkadang mengalami kerugian karena
ketidaktahuan harga pasar atau hasil yang akan dipanen.
4. Dalam mengatasi potongan harga dari karung oleh pedagang, petani dapat
mempersiapkan karungnya sendiri untuk mengurangi biaya potongan
tersebut.
5. Perlu adanya penyuluhan di tingkat petani untuk mengetahui fungsi
pemasaran khususnya masalah grading dan standarisasi untuk menaikkan
harga jual gabah kering itu sendiri.
6. Menjaga kualitas beras, minimal dari tingkat pedagang penggiling juga
sudah melakukan grading dan standarisasi, sehingga kepuasan konsumen
terjaga.
7. Pembayaran tunai oleh pedagang ke petani harus sesuai dengan kesepakatan
antara kedua belah pihak, sehingga keterlambatan pembayaran dapat
dipertanggungjawabkan.
68
DAFTAR PUSTAKA
Anindita, Ratya.2004.Pemasaran Hasil Pertanian.Papyrus:Surabaya.Hal:150-
152, 166-173, 176-181
Assauri, Sofjan.1987.Manajemen Pemasaran.Rajawali Pers.Jakarta
Badan Litbang Pertanian.2010.Sudah Perlukah Padi Organik.
http://pustaka.litbang.deptan.go.id/publikasi/wr273052.pdf. Diakses
28 Mei, 2011.
Badan Pusat Statistik.2012.Perkembangan Luas Lahan, Produksi Padi.
http://www.bps.go.id/tnmn_pgn.php?kat=3. Verified 17 Juni 2012.
Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bantul.2005.Modul Budidaya
Padi.Dinas Pertanian & Kehutanan Kab.Bantul.Bantul
Kotler, Philip. 1997.Manajemen Pemasaran (Jilid 1).PT. Prenhallindo.Jakarta
Sari, Inayah Nurmala. 2011.Analisis Ekonomi Usahatani Padi Semi Organik dan
Anorganik Pada Petani Penggarap (Studi Kasus Desa Ciburuy dan
Desa Cisalada, Kecamatan Cigombong, Kabupaten
Bogor).Departemen Ekonomi Sumberdaya Dan Lingkungan. Fakultas
Ekonomi Dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Bogor
Susanti, Dessy. 2000.Analisis Usahatani dan Efisiensi Pemasaran Wortel (Kasus di
Desa Cipendawa, Kecamatan Pavet, Kabupaten Cianjur).Jurusan Ilmu-
Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian
Bogor. Bogor
Swastha, Basu. 1979. Azas-Azas Marketing (Edisi 2).Akademi Keuangan dan
Bisnis (AKB).Yogyakarta
Wikipedia.2012.Padi. http://id.wikipedia.org/wiki/Padi.Verified 17 Juni 2012.
69
LAMPIRAN
Lampiran 1. Rencana Kegiatan Magang Kerja
Lampiran 2. Log Book Kegiatan Magang Kerja Setiap Hari
Minggu I
Hari/ Tanggal/ Tahun Kegiatan
Rabu, 8 Agustus 2012 - Serah terima dari pihak jurusan/panitia
kegiatan magang kerja ke pihak UPT BPP
Lawang, Malang
- Pengarahan Koordinasi lapang & koordinasi
kelompok dengan pembimbing lapang
Kamis, 9 Agustus 2012 - Pengenalan wilayah kerja UPT BPP
Kec.Lawang
- Pengambilan data profil Desa Sumberporong
Jumat, 10 Agustus 2012 - Pelaksanaan survey lapang
- Pengenalan Ketua Kelompok Tani
- Perencanaan jadwal dengan ketua kelompok
tani
Minggu II
Senin, 13 Agustus 2012 - Pengenalan Profil UPT BPP Kecamatan
Lawang
- Koordinasi dan konsultasi dengan
pembimbing lapang
Selasa, 14 Agustus 2012 - Pengenalan profil dan kegiatan kelompok tani
- Perencanaan kegiatan penanaman padi
Rabu, 15 Agustus 2012 - Pelaksanaan penanaman padi di Desa
Sumberporong
- Perencanaan kegiatan minggu berikutnya.
Kamis-Jum’at, 16-17
Agustus 2012
- Libur Idul Fitri
Minggu III
Senin s.d Jumat,
20-24 Agustus 2012
Libur Hari Raya Idul Fitri
Minggu IV
Senin, 27 Agustus 2012 - Halal Bihalal
Selasa, 28 Agustus 2012 - Pengairan/Pengaturan Irigasi Sawah
Rabu, 29 Agustus 2012 - Penyiangan& Penggemburan
Kamis, 30 Agustus 2012 - Konsultasi bersama pembimbing lapang
- Kunjugan lapang keDesa Sri Gading
Jum’at, 31 Agustus 2012 - Libur
Sabtu, 01 September 2012 - Kunjungan lapang di desa sumberngepoh
- Pembersihan lahan dan pembuatan saluran air
- Pengolahan lahan
- Pemanenan
Lampiran 2. Log Book Kegiatan Magang Kerja Setiap Hari (Lanjutan)
Minggu V
Senin, 03 September 2012 - Penyiangan & Penggemburan Tanaman Padi
II
- Penyulaman
- Identifikasi Gulma
Selasa, 04 September
2012
- Penyiangan Tanaman Padi II (Lanjutan)
- Pemupukan Tanaman Padi
Rabu, 05 September 2012 - Pemanenan padi ( Desa Sumberngepoh)
- Pengemasan Beras Organik ( Desa
Sumberngepoh)
- Peringatan HUT RI Ke 67 (Desa
Sumberngepoh
Kamis, 06 September
2012
- Proses pembuatan MOL & Pembuatan Pupuk
Paitan
- Kunjungan kepada Anggota/Pengurus
Kelompok Tani Kerto Raharjo Desa
Sumberporong
Jum’at, 07 September
2012
- Proses Pembuatan MOL (Lanjutan)
Sabtu, 08-09 September
2012
- Libur
Minggu VI
Senin, 10 September 2012 - Persiapan Media Tanam Sayur organic dalam
Polybag
- Penyemaian Benih Salada & Sawi
- Kunjungan PT.Pertani di Desa Sumberporong
Selasa, 11 September
2012
- Melanjutkan pengisian media tanam sayur
organic dalam organik
- Pertemuan dengan mantri tani
Kamis-Jum’at, 12-14
September 2012
- Perizinan KRS di FP UB
Sabtu-Minggu, 15-16
September 2012
- Libur
Minggu VII
Senin, 17 September 2012 - Pemasangan penghalau hama burung
- Penyemaian ulang tanaman sawi dan salada
Selasa, 18 September
2012
- Pengecekan kadar air gabah kering
- Pemantauan penghalau hama burung
- Persiapan pembuatan pupuk azolla
Rabu, 19 September 2012 - Pemasangan penghalau hama burung
- Penyeleksian tanaman benih padi
- Pemeliharaan persemaian salada dan sawi
Kamis, 20 September
2012
- Pembuatan pupuk azolla
- Pengamatan kondisi hulu pengairan sawah
Lampiran 2. Log Book Kegiatan Magang Kerja Setiap Hari (Lanjutan)
Minggu VII
Jum’at, 21 September
2012
- Penyeleksian tanaman benih padi
Sabtu-Minggu, 22-23
September 2012
- Libur
Minggu VIII
Senin, 24 September 2012 - Transplanting tanaman sayur polybag
Selasa, 25 September
2012
- Pemasangan tiang penghalau burung
- Penyulaman tanaman sayur polybag
Rabu, 26 September 2012 - Konsultasi kepada pembimbing lapang di
UPT BPP Kec.Lawang
Kamis, 27 September
2012
- Penghitungan produksi gabah padi dengan
sampel
- Perbaikan penghalau burung
Jum’at, 28 September
2012
- Perawatan tanaman sayur polybag
Sabtu-Minggu, 29-30
September 2012
- Libur
Minggu IX
Senin, 01 Oktober 2012 - Perbaikan penghalau burung
- Pemanenan tanaman benih padi
Selasa, 02 Oktober 2012 - Pemanenan & Perontokkan gabah
Rabu, 03 Oktober 2012 - Transplanting Sayuran Polybag
- Penyemaian benih padi
Kamis, 04 Oktober 2012 - Identifikasi saluran pemasaran padi
Jum’at, 05 Oktober 2012 - Penjemuran gabah padi
- Pengendalian hama burung
Sabtu-Minggu, 06-07
Oktober 2012
- Libur
Minggu X
Senin, 08 Oktober 2012 - Libur
Selasa, 09 Oktober 2012 - Identifikasi saluran pemasaran
- Penyimpanan gabah
Rabu, 10 Oktober 2012 - Pembersihan gabah kering
- Penggalian data
Kamis, 11 Oktober 2012 - Pengemasan benih padi dan pelabelan
- Wawancara petani
Jum’at, 12 Oktober 2012 - Izin Tes Beasiswa
Sabtu, 13 Oktober 2012 - Wawancara petani
Minggu, 14 Oktober 2012 - Pemasangan penghalau burung
- Wawancara petani
Lampiran 2. Log Book Kegiatan Magang Kerja Setiap Hari (Lanjutan)
Minggu XI
Senin, 15 Oktober 2012 - Wawancara petani
Selasa, 16 Oktober 2012 - Pengambilan sampel air
- Konsultasi ke pembimbing UPT BPP
Rabu, 17 Oktober 2012 - Libur
Kamis, 18 Oktober 2012 - Wawancara petani
Jum’at, 19 Oktober 2012 - Libur
Sabtu-Minggu, 20-21
Oktober 2012
- Libur
Minggu XII
Senin, 22 Oktober 2012 - Wawancara petani
Selasa, 23 Oktober 2012 - Wawancara tengkulak
Rabu, 24 Oktober 2012 - Persiapan pelaksanaan penyuluhan
Kamis-Minggu, 25-28
Oktober 2012
- Libur Idul Adha
Minggu XIII
Senin, 29 Oktober 2012 - Pemberian penyuluhan
Selasa, 30 Oktober 2012 - Libur
Rabu, 31 Oktober 2012 - Libur
Kamis, 01 November
2012
- Libur
Jum’at, 02 November
2012
- Pelepasan magang kerja di Desa
Sumberporong
Sabtu-Minggu, 03-04
November 2012
- Libur
Lampiran 3. Profil Kecamatan Lawang
Penyebaran komoditas yang dibudidayakan saat ini di beberapa desa
sesuai dengan spesifikasi desa masing – masing serta dengan agroklimat desa
setempat. Untuk produktifitas komoditas utama rata-rata masih di bawah produksi
potensial, karena faktor pengetahuan dan penerapan teknologi budidaya yang
dimiliki oleh petani. Hal tersebut dapat digambarkan seperti tabel berikut:
Tabel 1. Prosentase penguasaan pengtahuan dan ketrampilan budidaya dan pasca
panen pada berbagai komoditas di Kecamatan Lawang.
No Komoditas Budidaya (%) Pasca Panen (%)
P K P K
1 Padi 85 80 80 75
2 Jagung 85 80 80 75
3 Tebu 75 75 75 70
4 Kopi 65 70 65 70
5 Kambing 75 80 75 70
6 Sapi 75 75 70 65
7 Lele / nila 70 75 70 65
Keterangan : P = Pengetahuan
K = Keterampilan
Dari jumlah penduduk yang ada di wilayah kecamatan Lawang sebesar
90.887 orang, ternyata yang bergerak dalam bidang pertanian rata – rata
pendidikannya masih rendah.
Mata pencaharian di bidang pertanian jumlahnya tidak terlalu besar yang antara
lain:
1. Petani tanaman pangan sejumlah 9.497 orang
2. Petani tanaman perkebunan sejumlah 5.563 orang
Sesuai dengan agroklimat yang ada, maka komoditas yang dibudidayakan
meliputi: komoditi yang utama yaitu padi kurang lebih 1299,6 ha/tahun, jagung
kurang lebih 3516,3 ha/tahun, tebu kurang lebih 823,2 ha/tahun, kopi rakyat
seluas ha. Untuk komoditas alternatif meliputi: ketela pohon, semangka, pete,
alpukat, durian, serta mina padi/keramba.
Penyebaran komoditas yang dibudidayakan saat ini di beberapa desa sesuai
dengan spesifikasi desa masing – masing serta dengan agroklimat desa setempat.
Untuk produktifitas komoditas utama rata-rata masih di bawah produksi potensial,
karena faktor pengetahuan dan penerapan teknologi budidaya yang dimiliki oleh
petani. Hal tersebut dapat digambarkan seperti tabel berikut:
Tabel 1. Presentase penguasaan pengetahuan dan ketrampilan budidaya dan pasca
panen pada berbagai komoditas di Kecamatan Lawang
No Komoditas Budidaya(%) Pasca Panen (%)
P K P K
1 Padi 85 80 80 75
2 Jagung 85 80 80 75
3 Tebu 75 75 75 70
4 Kopi 65 80 65 70
5 Kambing 75 80 75 70
6 Sapi 75 75 70 65
7 Lele/nila 70 75 70 65
Keterangan : P = Pengetahuan
K = Keterampilan
A. Luas Lahan Menurut Ekosistem
Tabel 2. Data Luas Lahan Menurut Ekosistem Kecamatan Lawang, Kabupaten
Malang
No Desa
Luas Lahan (Ha)
Total irigasi Sawah
Tadah
Hujan
Pasang
Surut
Iklim
Basah
Iklim
Kering
1 Sidoluhur 53,0 0,0 0,0 0,0 1046,0 1099,0
2 Srigading 22,5 0,0 0,0 0,0 929,2 951,7
3 Sidodadi 72,5 0,0 0,0 0,0 0,0 72,5
4 Bedali 62,5 0,0 0,0 0,0 62,5 125,0
5 Kalirejo 80,0 0,0 0,0 0,0 315,0 395,0
6 Mulyorejo 108,0 0,0 0,0 0,0 39,6 147,6
7 Sumberngepoh 126,5 0,0 0,0 0,0 40,0 166,5
8 Sumberporong 80,0 0,0 0,0 0,0 0,0 80,0
9 Turirejo 23,0 0,0 0,0 0,0 250,2 273,2
10 Lawang 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0
Tabel 2. Data Luas Lahan Menurut Ekosistem Kecamatan Lawang, Kabupaten
Malang (Lanjutan)
No Desa
Luas Lahan (Ha)
Total irigasi Sawah
Tadah
Hujan
Pasang
Surut
Iklim
Basah
Iklim
Kering
11 Ketindan 21,8 0,0 0,0 0,0 382,0 403,8
12 Wonorejo 0,0 0,0 0,0 0,0 451,8 451,8
Jumlah 649,8 0,0 0,0 0,0 3516,3 4166,1
Keterangan : *) tidak termasuk sawah pasang surut
B. Komoditas Utama Menurut Subsektor
Tabel 3. Data komoditas utama menurut sub sektor Kecamatan Lawang,
Kabupaten Malang
Sub Sektor Luas Tanam Luas Panen Produksi
Tanaman Pangan
- Padi 1299,6 Ha 1299,6 Ha 7,0 ton/Ha
- Jagung 3516,3 Ha 3516,3 Ha 4,5 ton/Ha
- Ketela Pohon 114,0 Ha 114,0 Ha 18,0 ton/Ha
Perkebunan
- Kopi 82,0 Ha 82,0 Ha 2,0 kw. Oce krg/Ha
- Kelapa 31,0 Ha 31,0 Ha -
- Tebu 471,5 Ha 471,5 Ha 60,0 ton/Ha
Peternakan
- Sapi potong 5798 ekor 5798 ekor -
- Kambing 7823 ekor 7823 ekor -
- Ayam buras 107,726 ekor 107,726 ekor -
Perikanan
- Lele 2 Ha 2 Ha -
- Nila 2 ha 2 ha -
C. Sumber Daya Manusia (Jumlah Penduduk)
Tabel 4. Data Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia
No Desa Jumlah Penduduk (jiwa)
Dibawah 15th
15-60 th Diatas 60 th Jumlah
1 Sidoluhur 1281 3403 443 5127
2 Srigading 729 3168 208 4105
3 Sidodadi 1839 5129 410 7378
4 Bedali 3542 8920 756 13218
5 Kalirejo 3259 7573 987 11819
6 Mulyorejo 2966 8363 1173 12502
7 Sumberngepoh 1451 3582 430 5463
8 Sumberporong 1562 2395 254 4211
9 Turirejo 1255 3968 227 5450
10 Lawang 2140 5427 327 7894
11 Ketindan 2015 4332 542 6889
12 Wonorejo 1883 4496 452 6831
Jumlah 23992 60756 6209 90887
Sumber: Kecamatan Lawang Dalam Angka Tahun 2009
Tabel 6. Data Jumlah Penduduk berdasarkan pekerjaan
No. Desa Petani Pedagang PNS/TNI/Polri Jasa
1 Sidoluhur 1.000 401 12 26
2 Srigading 511 512 12 27
3 Sidodadi 146 676 40 38
4 Bedali 11 1.875 1.484 216
5 Kalirejo 15 1.667 1.319 144
6 Lawang 9 5.513 1.346 151
7 Mulyoarjo 374 689 112 28
8 Sumberngepoh 250 461 39 161
9 Sumberporong 145 502 880 60
10 Turirejo 415 715 287 100
11 Ketindan 312 814 2.231 39
12 Wonorejo 2.235 693 41 14
Jumlah 5.423 14.518 7.803 1.004
Sumber : Kecamatan Lawang Dalam Angka Tahun 2009
Tabel 7. Data jumlah penduduk berdasarkan pendidikan
No. Desa Tidak
Tamat
SD
Tamat
SD
SLTP SLTA Diploma Sarjana S2
1 Sidoluhur 41 258 180 285 22 18 0
2 Srigading 120 429 66 227 64 51 0
3 Sidodadi 225 953 0 375 70 51 0
4 Bedali 481 435 132 667 113 102 3
5 Kalirejo 380 620 0 571 178 117 2
6 Lawang 989 917 2.362 745 184 171 4
7 Mulyoarjo 56 642 0 269 101 78 2
8 Sumberngepoh 58 605 145 339 84 31 0
9 Sumberporong 286 647 1.353 351 198 91 0
10 Turirejo 142 254 0 599 96 74 3
11 Ketindan 127 390 0 415 66 33 0
12 Wonorejo 223 633 719 230 70 54 0
Jumlah 3.128 6.783 4.957 5.073 1.246 871 14
Sumber : Kecamatan Lawang Dalam Angka Tahun 2009
Lampiran 4. Profil Desa Sumberporong
A. Kondisi Demografis
Mobilitas / perubahan penduduk di Desa Sumberporong sampai
Desember tahun 2011 sebagai berikut :
1. Lahir : 61 Jiwa
2. Mati : 32 Jiwa
3. Pindah : 103 Jiwa
4. Datang : 77 Jiwa
B. Kondisi Ekonomi
Mata pencaharian Penduduk Desa Sumberporong, terdiri dari :
1. Pegawai Negeri Sipil : 610 Jiwa
2. TNI : 40 Jiwa
3. POLRI : 12 Jiwa
4. Karyawan Swasta : 1.200 Jiwa
5. Petani : 21 Jiwa
6. Buruh Tani : 53 Jiwa
7. Pedagang : 50 Jiwa
8. Peternak : 10 Jiwa
9. Transportasi : 42 Jiwa
10. Wiraswasta : 250 Jiwa
11. Pensiunan : 325 Jiwa
12. Lain-lain : 2.182 Jiwa
C. Potensi Sumber Daya Alam Desa
1.Potensi Sumber Daya Alam Desa Sumberporong terdiri dari :
a. Sumber dan Telaga : Dukuh Krajan Timur
b. Sumber Poterot : Dukuh Krajan Timur
c. Sumber Kali Babat : Dukuh Krajan Selatan
d. Sumber Kali Klampok : Dukuh Krajan Selatan
e. Sumber Kali Cembirit : Dukuh Krajan Selatan
f. Sumber Kali Cebuk : Dukuh Krajan Utara
2. Status Tanah
a. Sertifikasi : 5372 bidang 103 Ha
b. Tanah Kas Desa
- Tanah Bengkok : 9 bidang 5,350 Ha
3. Peruntukan Tanah
a. Jalan : 5 Km
b. Sawah : 80 Ha
c. Bangunan Umum : 199 Ha
d. Perkuburan : 2 Ha
e. Lain – Lain : 3 Ha
4. Penggunaan Tanah
a. Industri : -
b. Pertokoan : 500 M2
c. Perkantoran : 1 Ha
d. Tanah Wakaf : 1300 M2
5. Tanah Kering
a. Pekarangan : 3 Ha
D. Bidang Aparatur Pemerintahan
Di Desa telah terbentuk Badan Perwakilan Desa (BPD) dan jumlah
anggotanya 7 orang. Proses pemilihan BPD telah sesuai dengan
permusyawaratan dan peraturan per Undang-undangan yang berlaku dengan
berpedoman pada Perda Kabupaten Malang No.14 Tahun 2006, wakil dari
masing-masing RW, Ormas dan Tokoh Masyarakat. Tugas pokok dan
fungsinya telah dilaksanakan dalam kedudukannya sebagai mitra pemerintah
desa dalam satu kesatuan pemerintah Desa Sumberporong.
1. Struktur dan nama-nama anggota :
a. Aris Munandar : Ketua
b. Tri Wahyudi Widodo : Wakil Ketua
c. Helmi. J.W : Sekretaris
d. Mariyono : Anggota
e. Eko Bri Purnomo : Anggota
f. H. Muchtar : Anggota
g. Aluys Budi. S : Anggota
E. Permasalahan dan Upaya Pemecahannya
Selama ini dalam melaksanakan pemerintahan di Desa tidak ada masalah
dalam pelaksanaannya berpedoman kepada peraturan daerah dan beberapa
keputusan BPD dan keputusan Kepala Desa antara lain :
1. Pembuatan Tata Tertib BPD
Perdes dan Keputusan Kepala Desa :
a. Peraturan Kepala Desa No.1 Tahun 2011 Tentang Anggaran
b. Surat Keputusan Kepala Desa Nomor : 188.45/1/421.631.006/2011
Tentang Penunjukan Pelaksana Alokasi Dana Desa
c. Surat Keputusan Kepala Desa Nomor : 2 Tahun 2011 Tentang
Pembentukan Tim Penyelenggara Musrenbang Desa
d. Surat Keputusan Kepala Desa Nomor : 469/03/421.631.006/2011
Tentang Penugasan Sebagai Sub PPKBD Desa Sumberporong
e. Surat Keputusan Kepala Desa Nomor : 469/06/421.631.006/2011
Tentang Pengangkatan RT dan RW 01 Desa Sumberporong.
f. Surat Keputusan Kepala Desa Nomor : 469/07/421.631.006/2011
Tentang Pengangkatan RT dan RW 06 Desa Sumberporong.
g. Surat Keputusan Kepala Desa Nomor : 143/08/421.631.006/2011
Tentang Penunjukan Panitia Pelaksana Sewa Tanah Kas Desa
Sumberporong
h. Surat Keputusan Kepala Desa Nomor : 469/09/421.631.006/2011
Tentang Pengangkatan RT dan RW 04 Desa Sumberporong.
i. Surat Keputusan Kepala Desa No.469/08/421.631.006/2009 Tentang
Pengangkatan sebagai Juru Kunci Krajan Timur.
j. Pembentukan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa
Lampiran 5. Struktur Pengurus Kelompok Tani Kertoraharjo
15