identifikasi aktivitas enzim pencernaan benih ikan … · pemeliharaan hewan uji dilakukan di...
TRANSCRIPT
IDENTIFIKASI AKTIVITAS ENZIM PENCERNAAN BENIH
IKAN SIDAT (Anguilla bicolor bicolor) PADA
WADAH TERKONTROL
ISMA MULYANI
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Identifikasi Aktivitas
Enzim Pencernaan Benih Ikan Sidat (Anguilla bicolor bicolor) pada Wadah
Terkontrol adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, September 2016
Isma Mulyani
NIM C251130051
RINGKASAN
ISMA MULYANI. Identifikasi Aktivitas Enzim Pencernaan Benih Ikan Sidat
(Anguilla bicolor bicolor) pada Wadah Terkontrol Dibimbing oleh RIDWAN
AFFANDI dan DYAH ISWANTINI P.
Ikan sidat (Anguilla bicolor bicolor) memiliki potensi sebagai komoditas
ekspor dalam bidang perikanan yang diminati dari tahun ke tahun. Hal ini
menyebabkan pengambilan benih dari alam terus meningkat, karena sampai saat ini
benih sidat untuk keperluan budidaya masih memanfaatkan hasil tangkapan dari
alam. Terjadinya eksploitasi terhadap benih sidat di alam, merupakan akibat dari
belum berhasilnya upaya pembenihan dan kelangsungan hidup (survival rate) yang
masih rendah pada masa pemeliharaan. Hal ini salah satunya dapat disebabkan oleh
ketidak tepatan dalam manajemen pemberian pakan. Manajemen pemberian pakan
yang tepat pada pemeliharaan benih ikan membutuhkan beberapa informasi dasar
antara lain perkembangan alat pencernaan dan pola aktivitas enzim pencernaan.
Pengetahuan mengenai pola aktivitas enzim pencernaan diharapkan dapat
digunakan dalam penentuan waktu pemberian pakan dan jenis pakan yang sesuai
dengan perkembangan aktivitas enzim pencernaan, sehingga diharapkan dapat
meningkatkan efektivitas pemanfaatan pakan dan tingginya tingkat kelangsungan
hidup pada pemeliharaan benih sidat.
Pemeliharaan hewan uji dilakukan di Laboratorium Fisiologi Hewan Air
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. Kegiatan ini
bertujuan untuk mendapatkan benih ikan sidat dari berbagai ukuran, untuk
keperluan analisis enzim pencernaan. Pada tahap ini juga dilakukan pengukuran
fisika-kimia air berupa suhu, pH, oksigen terlarut dan amonia. Analisis aktivitas
enzim pencernaan ikan sidat, dilakukan di Balai Penelitian Bioteknologi
Perkebunan Indonesia (BPBPI). Kegiatan ini bertujuan untuk mendapatkan
informasi tentang aktivitas enzim pencernaan dari berbagai ukuran atau umur
pemeliharaan. Analisis aktivitas enzim dilakukan setiap dua minggu sekali selama
71 hari waktu pemeliharaan. Sebelum menganalisis aktivitas enzim, maka
dilakukan preparasi sampel terlebih dahulu. Pada penelitian ini pengamatan atau
analisis protease dan amilase menggunakan metode spektrofotometri sedangkan
analisis lipase menggunakan metode titimetri.
Hasil penelitian menunjukan bahwa aktivitas protease, lipase dan amilase
sudah mulai ada sejak hari pertama pemeliharaan (glass eel). Namun untuk aktivitas
protease masih dalam skala yang kecil dibandingkan dengan aktivitas amilase dan
lipase di awal pengamatan pada hari pertama waktu pemeliharaan. Aktivitas
protease tertinggi sebesar 0,911 mU/g pada hari ke-71 waktu pemeliharaan,
sedangkan aktivitas amilase tertinggi sebesar 2834,45 mU/g dan aktivitas lipase
tertinggi sebesar 9,59 mU/g pada hari pertama waktu pemeliharaan. Secara umum
pada umur 42 hari waktu pemeliharaan aktivitas enzim pencernaan baik protease,
lipase dan amilase mulai meningkat. Untuk pemberian pakan buatan sudah dapat dilakukan mulai umur 42 hari waktu pemeliharaan. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa pada saat aktivitas enzim tinggi dan pencernaan mulai
berkembang, maka dapat dikatakan bahwa secara fisiologis, tubuh ikan telah
mampu memproses pakan yang diberikan dengan baik.
Kata kunci: amilase, enzim pencernaan, glass eel, lipase, protease
SUMMARY
ISMA MULYANI. Identification of Digestive Enzyme Activity of Indonesian
Shortfin Eel (Anguilla bicolor bicolor) Seed on Controlled Container. Supervised
by RIDWAN AFFANDI and DYAH ISWANTINI P.
Indonesian Shortfin Eel (Anguilla bicolor bicolor) has attracted tremendous
attention as an export commodity of fishery product. This increases the capture of
eel seeds from nature, since the eel seeds for cultivation is still obtained from nature.
The seed exploitation from nature is consequence of unsuccessful seeding and low
Survival Rate during rearing. This may correlate with poor feeding management.
In order to achieve proper feeding management, some basic information such as
development of the digestive tract and digestive enzyme activity patterns are
required. Profile of digestive enzyme activity is useful for determination of feeding
time and feed types, thus enhancing the feed effectiveness and survival rate.
The seed was reared in Laboratory of Aquatic Animal Physiology, Faculty
of Fishery and Marine Science, Bogor Agricultural University. This step aimed to
obtain eel seeds with several sizes, for the analysis of digestive enzymes. At this
stage, water quality parameters such as temperature, pH, DO were measured.
Ammonia content was analyzed in Laboratory of Aquatic Productivity and
Environment, Bogor Agricultural University. Digestive enzyme activity was
analyzed in Research Institute of Plantation Biotechnology (BPBPI). This step
aimed to gain insights related to the digestive enzyme activity of eel seeds from
various sizes, once every two weeks for 71 days of rearing. Prior to enzyme activity
analysis, the samples were prepared. In this study, analysis of protease and amylase
was performed using spectrophotometric method, while lipase was analyzed using
titimetric assay.
The activity of protease, lipase and amylase was initially detected at the first
day of maintenance (Glass eel). In this period, protease activity is lower compared
to amylase and lipase. The highest protease activity (0.911 mU/g) was observed at
day 71, while the highest activity of amylase (2834.45 mU/g) and lipase (9.59
mU/g) was observed at the first day of the maintenance period. In general, all
digestive enzymes increased at day 42, indicating that the structure of the digestive
system showed activities in accordance with the development of the digestive tract
function. The artificial feed could be applied from day 42 of maintenance period.
The results indicate that high enzyme activity and developing digestive tract are
physiologically proper stage for fish to properly digest the feed.
Keywords: Amylase, a digestive enzyme, glass eel, lipase, protease
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau
menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Perairan
IDENTIFIKASI AKTIVITAS ENZIM PENCERNAAN
BENIH IKAN SIDAT (Anguilla bicolor bicolor)
PADA WADAH TERKONTROL
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
ISMA MULYANI
Judul Tesis : Identifikasi Aktivitas Enzim Pencernaan Benih Ikan Sidat (Anguilla
bicolor bicolor) pada Wadah Terkontrol
Nama : Isma Mulyani
NIM : C251130051
Disetujui oleh
Komisi Pembimbing
Prof Dr Ir Ridwan Affandi, DEA
Ketua
Prof Dr Dyah Iswantini P, MScAgr
Anggota
Diketahui oleh
Ketua Program Studi
Pengelolaan Sumberdaya Perairan
Dr Ir Sigid Hariyadi, MSc
Dekan Sekolah Pascasarjana
Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr
Tanggal Ujian: 24 Agustus 2016
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul karya
ilmiah dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juli sampai dengan
September 2015 ini ialah Identifikasi Aktivitas Enzim Pencernaan Benih Ikan Sidat
(Anguilla bicolor bicolor) pada Wadah Terkontrol. Terima kasih penulis ucapkan
kepada:
1. Institut Pertanian Bogor yang telah memberikan kesempatan kepada penulis
untuk melanjutkan pendidikan pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya
Perairan, Sekolah Pascarasarjana IPB.
2. Beasiswa Pendidikan Pascasarjana Dalam Negeri (BPPDN) DIKTI yang telah
menjadi sponsor dana pendidikan dalam studi di Sekolah Pascarasarjana IPB.
3. Prof Dr Ir Ridwan Affandi, DEA dan Prof Dr Dyah Iswantini P, M.Sc Agr
selaku pembimbing dan orang tua selama menempuh pendidikan pascasarjana
atas segala bimbingan, ilmu, saran, arahan dan kesabaran yang diberikan.
4. Bapak Dr Ir Tatag Budiardi, MSi selaku dosen penguji atas masukkan dan
saran yang diberikan dalam penyempurnaan tesis ini.
5. Dr Ir Sigid Hariyadi, MSc selaku Kepala Program Studi Pengelolaan
Sumberdaya Perairan, Departemen Manajamen Sumberdaya Perairan atas
arahan selama penentuan rencana penelitian tesis ini.
6. Keluarga besar Pengelolaan Sumberdaya Perairan (Dosen, Staf TU, Laboran
dan teman- teman SDP 2013) yang telah memberikan dukungan, semangat dan
membantu penulis dalam menyelesaikan study dan karya ilmiah ini.
7. Ayah Ismail Iskandar dan almarhumah ibunda tercinta Murniati dan saudara-
saudaraku abang, unang dan Wahyu yang selalu memberikan do’a dan
dukungannya serta kasih sayangnya selama ini.
8. Teman-teman seperjuangan di SDP 2013, saudara-saudariku di HIMMPAS
IPB 2013, HIMMPAS IPB 2014, saudari-saudariku di Rumah Qur’an 2 IPB
dan saudari-saudari tercinta teman satu lingkaran ku selama di IPB.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, September 2016
Isma Muyani
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
1 PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 2
Tujuan Penelitian 3
Manfaat Penelitian 3
2 METODE 4
Waktu dan Tempat Penelitian 4
Pemeliharaan glass eel di Laboratorium 4
Analisis Aktivitas Enzim Pencernaan (Protease, Lipase dan Amilase)
Benih Ikan Sidat 4
Pengukuran Panjang dan Berat Benih Ikan Sidat
Pengukuran dan Analisis Parameter Fisika-Kimia Air 7
Analisis Data 7
4 HASIL DAN PEMBAHASAN 6
Hasil 6
Fisika-Kimia Air Selama Pemeliharaan 6
Aktivitas Protease Benih Ikan Sidat Selama Waktu Pemeliharaan 6
Aktivitas Lipase Benih Ikan Sidat Selama Waktu Pemeliharaan 7
Aktivitas Amilase Benih Ikan Sidat Selama Waktu Pemeliharaan 7
Perubahan Bobot Benih Ikan Sidat 8
Pembahasan 8
5 SIMPULAN DAN SARAN 11
Simpulan 11
Saran 11
DAFTAR PUSTAKA 12
LAMPIRAN 15
RIWAYAT HIDUP 25
DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka pemikiran 3
2 Aktivitas protease pencernaan benih ikan sidat 6
3 Aktivitas lipase pencernaan benih ikan sidat 7
4 Aktivitas amilase pencernaan benih ikan sidat 7
5 Perubahan bobot benih ikan sidat selama masa pemeliharaan 8
DAFTAR LAMPIRAN
1 Prosedur pengukuran aktivitas enzim protease (Bergmeyer et al. 1983)
16
2 Prosedur pengukuran aktivitas enzim lipase (Lienfield et al. 1884) 17
3 Prosedur pengukuran aktivitas enzim α- amilase (Bernfield 1955) 18
4 Pemeliharaan Benih Ikan Sidat 19
5 Perhitungan Aktivitas Protease 20
6 Perhitungan Aktivitas Amilase 21
7 Perhitungan Aktivitas Lipase 22
8 Pengukuran Fisika-Kimia Air 23
9 Pengukuran Panjang dan Berat Benih Sidat sesuai dengan umur
pemeliharaan 24
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ikan sidat (Anguilla bicolor bicolor) merupakan salah satu jenis ikan yang
laku di pasar internasional (Jepang, Hongkong, Belanda, Jerman, Italia dan
beberapa negara lain). Dengan demikian ikan ini memiliki potensi sebagai
komoditas ekspor. Tidak seperti halnya di negara lain (Jepang, dan negara- negara
Eropa), di Indonesia sumberdaya sidat belum banyak dimanfaatkan, padahal ikan
ini baik dalam ukuran benih maupun ukuran konsumsi jumlahnya cukup melimpah
(Affandi 2005).
Ikan sidat memiliki kandungan gizi yang tinggi berupa DHA dan EPA.
Dengan kandungan gizi yang tinggi itu, maka tidak heran jika ikan sidat ini jadi
primadona di pasar international (Shiraishi dan Crook 2015). Tingginya nilai gizi
ikan sidat dan rasanya yang lezat, mengakibatkan permintaan akan komoditas sidat
terus meningkat dari tahun ke tahun. Untuk memenuhi kebutuhan sidat saat ini
dipenuhi dari hasil tangkapan sidat di alam dan dari kegitan budidaya. Akhir ini
pasokan sidat dari kegitan budidaya cenderung meningkat. Kegiatan budidaya yang
terus meningkat mengakibatkan permintaan benih ikan sidat juga terus meningkat.
Sehingga menyebabkan pengeksploitasian benih dari alam terus meningkat, karena
sampai saat ini masih memanfaatkan benih dari alam. Pengambilan benih dari alam
yang terus-menerus mengancam kelestarian benih ikan sidat di alam (Affandi 2005).
Haryono (2008) menjelaskan bahwa, permintaan pasar lokal dan luar yang
semakin meningkat terhadap ikan sidat, menjadikan ikan sidat terus dieksploitasi.
Eksploitasi terhadap ikan sidat secara besar-besaran baik untuk diperdagangkan
maupun dikonsumsi sudah terjadi sejak lama. Sebagai konsekuensinya di beberapa
negara, saat ini populasi ikan sidat mengalami penurunan termasuk populasi A.
bicolor (Kuroki et al. 2014). Eksploitasi benih yang tinggi di alam merupakan
akibat dari belum berhasilnya upaya pembenihan dan survival rate (SR) yang masih
rendah pada masa pemeliharaan benih. Sampai saat ini teknik budidaya yang terkait
sidat barulah terbatas mengenai pemeliharaan pembesarannya, untuk kegiatan
tersebut pembudidaya ikan mengambil benih dari alam (Setijanto et al. 2003).
Upaya untuk menghasilkan benih ikan sidat secara massal terus dilakukan
walaupun masih menghadapi kendala dan masih pada tingkat penelitian
(Melianawati et al. 2010).
Kirkegaard (2010) menjelaskan bahwa sekitar 50% lebih kegagalan dalam
produksi benih terjadi akibat kematian pada stadia larva. Belum sempurnanya organ
tubuhnya glass eel (benih sidat yang masih transparan), khususnya pada sistem
pencernaan yang belum berfungsi dengan sempurna diyakini menjadi salah satu
penyebab terjadinya hal tersebut. Pada kegiatan budidaya ikan sidat, fase kritisnya
adalah pada saat pemeliharaan glass eel menjadi elver (fingerling). Kematian pada
pemeliharaan benih ini salah satu penyebabnya antara lain karena tidak tepatnya
manajemen dalam pemberian pakan. Manajemen pemberian pakan yang tepat pada
pemeliharaan benih ikan membutuhkan beberapa informasi dasar antara lain
perkembangan alat pencernaan dan enzim pencernaan. Enzim pencernaan merupakan protein dalam sistem pencernaan yang berfungsi untuk menghidrolisis
pakan sehingga menjadi bentuk yang sederhana dan dapat diserap oleh tubuh
2
(Audesirk dan Audesirk 1999). Gawlicka et al. (2000) menjelaskan bahwa,
keberadaan enzim pencernaan merupakan indikator biologis terhadap kemampuan
ikan untuk mencerna makanannya. Pada saat aktivitas enzim tinggi, maka dapat
diperkirakan bahwa secara fisiologis, tubuh ikan telah mampu mencerna pakan
yang diberikan dengan baik. Handayani (2006) memaparkan bahwa, perkembangan
struktur pencernaan diikuti oleh perkembangan kelenjar enzim pencernaan. Sistem
pencernaan dan fungsi enzim pencernaan pada stadia larva masih sangat sederhana
dan belum berkembang secara sempurna.
Pembatasan terhadap eksploitasi sumberdaya ikan sidat di alam perlu
dilakukan, untuk menjaga agar ikan sidat di alam tetap lestari. Eksploitasi benih
sidat dari alam dapat diatasi jika para pembudidaya melakukan penghematan dalam
penggunaan benih pada kegiatan budidaya. Hal ini dapat dicapai bila pada
pemeliharaan benih, pembudidaya mampu menekan mortalitas benih, antara lain
melalui manajeman pemberian pakan yang baik. Pemberian pakan yang tepat perlu
didasarkan antara lain pada informasi tentang aktivitas enzim pada benih ikan sidat,
karena informasi tentang pencernaan khususnya pada benih ikan sidat masih sangat
terbatas maka penelitian ini perlu dilakukan.
Perumusan Masalah
Ikan sidat merupakan sumberdaya ikan yang terancam punah, karena saat
ini benihnya banyak dieksploitasi untuk kegiatan budidaya dan habitatnya banyak
mengalami kerusakan. Penelitian mengenai identifikasi pola aktivitas enzim
pencernaan benih ikan sidat perlu dilakukan. Hal ini berguna dalam manajemen
pemberian pakan pada pemeliharaan benih ikan sidat ukuran glass eel secara tepat.
Dengan demikian tingkat kelangsungan hidup benih pada pemeliharaan glass eel
tinggi, sehingga efesiensi dalam penggunaan benih pada kegiatan budidaya dapat
tercapai dan ketersediaan benih untuk kegiatan restocking dapat terpenuhi.
Efesiensi dalam penggunaan benih pada kegiatan budidaya ini merupakan salah
satu langkah tepat dalam mengurangi tingkat eksploitasi benih (glass eel) dari alam.
Kegiatan restocking benih ke perairan umum bertujuan agar terjadi pemacuan stok
di alam. Pengurangan tingkat eksploitasi dan pemacuan stok di alam bertujuan agar
ketersediaan sumberdaya ikan sidat di alam tetap terjaga dengan baik (Gambar 1).
Untuk melestarikan sumberdaya yang terancam punah tersebut perlu upaya
pemacuan stok di alam melalui restocking dan upaya penghematan benih pada
kegitan budidaya. Penghematan benih pada kegiatan budidaya dapat di lakukan
melalui upaya meningkatkan SR khususnya pada pemeliharaan benih (glass eel).
Manajemen pemberian pakan yang baik adalah salah satu upaya untuk
meningkatkan kelangsungan hidup (survival rate) benih. Untuk dapat melakukan
manajemen pemberian pakan benih sidat yang baik dibutuhkan informasi antara
lain pola aktivitas enzim pencernaannya (Gambar 1).
3
Gambar 1. Kerangka pemikiran upaya pelestarian sumberdaya sidat
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pola aktivitas enzim pencernaan
pada benih ikan sidat pada saat glass eel awal ditangkap dari alam hingga hingga
hari ke 71 waktu pemeliharaan.
Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah diperolehnya informasi
mengenai pola aktivitas enzim pencernaan, yang dapat digunakan dalam penentuan
waktu pemberian pakan dan jenis pakan yang sesuai dengan aktivitas enzim
pencernaan. Diharapkan hasil penelitian ini dapat meningkatkan efektivitas
pemanfaatan pakan dan tingginya tingkat kelangsungan hidup pada pemeliharaan
benih sidat.
Efisiensi penggunaan benih
pada kegiatan budidaya
Peningkatan populasi sidat di
alam (restocking)
Ketersediaan sumberdaya ikan
sidat tetap terjaga (lestari)
Ketersedian benih untuk
pemacuan stock ikan sidat di alam
Pengurangan tingkat ekspoitasi
benih di alam
Informasi tentang aktivitas enzim pencernaan
Manajemen pemberian pakan pada
pemeliharaan glass eel (benih) ikan sidat secara
tepat
Sintasan (SR) benih pada
pemeliharaan glass eel tinggi
4
2 METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai September 2015.
Pengamatan dan pemeliharaan hewan uji dilakukan di Laboratorium Fisiologi
Hewan Air FPIK-IPB. Analisis kadar amonia dilakukan di Laboratorium
Produktivitas Lingkungan FPIK-IPB. Pengukuran aktivitas enzim dilakukan di
Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia (BPBPI).
Pemeliharaan Glass eel di Laboratorium
Kegiatan pemeliharaan glass eel ini berujuan untuk mendapatkan benih ikan
sidat dari berbagai ukuran untuk keperluan analisis enzim pencernaan.
1. Akuarium disiapkan sebanyak 3 unit ukuran 60x40x30 cm3 lengkap dengan
sistem aerasi dan filter internal.
2. Air yang digunakan untuk media pemeliharaan ikan sidat diendapkan terlebih
dahulu di dalam sebuah bak penampungan air (tandon) selama 2-3 hari dan
diaerasi sehingga ketersediaan oksigen dalam kolom perairan tetap terjaga. Air
dari tandon dimasukkan kedalam akuarium percobaan sebanyak 50 liter,
didiamkan dan diberi aerasi selama 2-3 jam.
3. Benih ikan sidat disiapkan sebanyak 300-400 ekor atau 6-8 ekor/ liter untuk
setiap aquariumnya. Pada hari pertama pemeliharaan, benih ikan dipuasakan
terlebih dahulu selama 24 jam dan juga sehari sebelum dilakukannya
pengamatan aktivitas enzim.
4. Pakan diberikan dua kali dalam sehari, yakni pada pukul 08.00 dan pukul
16.00. Persentase yang banyak diberikan pada pukul 16.00 dikarenakan sifat
nokturnal ikan sidat yang aktif makan pada malam hari. Pakan diberikan setiap
hari secara kontinu tanpa jeda, kecuali di hari pergantian air 100%.
5. Pakan yang digunakan adalah pakan alami yaitu pada umur 1-7 hari diberi
naupli artemia, umur 7-14 diberi kutu air atau daphnia dan 14-71 hari diberi
cacing sutra.
6. Penyifonan air dilakukan setiap hari setiap selesai pemberian makanan.
Penyifonan dilakukan untuk menjaga kualitas air dalam media pemeliharaan.
Sebanyak 25% volume air dari akuarium dikeluarkan bersama kotoran yang
ada pada air di akuarium, kemudian air tandon ditambahkan kembali ke dalam
akuarium hingga volume semula.
7. Kemudian setiap dua minggu sekali selama 71 hari waktu pemeliharaan,
pencernaan benih ikan diambil untuk keperluan analisis aktivitas enzim.
Analisis Aktivitas Enzim Pencernaan (Protease, Lipase dan Amilase) Benih
Ikan Sidat
Kegiatan ini bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang aktivitas
enzim pencernaan benih ikan sidat dari berbagai umur pemeliharaan selama enam
minggu pengamatan. Untuk pengamatan aktivitas enzim dilakukan pengambilan
sampel secara periodik selama penelitian berlangsung. Sebelum ikan di bawa ke
laboratorium BPBPI untuk dianalisis aktivitanya, maka sampel yang telah diambil
5
dibekukan terlebih dahulu dalam freezer dengan suhu -20˚C selama 2 jam.
Kemudian sampel yang telah beku dibawa dengan menggunakan cool box. Hal ini
bertujuan agar enzim yang ada pada pencernaan benih ikan sidat tidak mengalami
kerusakan ataupun mengalami penurunan aktivitas yang tinggi.
Aktivitas protease diukur dengan menggunakan kasein sebagai substrat dan
tirosin sebagai standar (Bergmeyer et al. 1983) (Lampiran 1). Aktivitas lipase
diukur dengan menggunakan minyak nabati sebagai substrat (Linfield et al. 1984)
(Lampiran 2). Aktivitas amilase diukur menggunakan starch sebagai substrat dan
maltosa sebagai standar (Bernfield 1955) (Lampiran 3).
Pengukuran Panjang dan Berat Benih Ikan Sidat
Untuk pengamatan panjang dan berat benih ikan sidat digunakan minimal
10 ekor benih ikan sidat sebagai sampel. Pengambilan sampel dilakukan dengan
menggunakan tangguk kecil dengan luas permukaan 15x25 cm. Sebelum benih ikan
sidat ditimbang dan diukur beratnya, benih sidat dibekukan terlebih dahulu.
Tujuannya agar mudah dalam pengukuran panjang dan berat dari setiap benih ikan
sidat yang akan diamati. Selanjutnya sampel benih ikan sidat yang telah beku siap
untuk di ukur panjangnya dengan menggunakan mistar dengan panjang 30 cm dan
ditimbang dengan menggunakan timbangan digital, ketelitian 0,001-500 gram.
Pengukuran dan Analisis Parameter Fisika-Kimia Air
Parameter Fisika dan kimia air yang di ukur pada percobaan ini adalah suhu
air di ukur dengan menggunakan thermometer, Oksigen terlarut (DO) air diukur
menggunakan DO-meter dan pH air diukur menggunakan pH-meter. Untuk
menentukan banyaknya konsentrasi amonia dalam air contoh digunakan prinsip
spektrofotomerik yang dilakukan di labortorium. Sedangkan faktor fisika dari
parameter kualitas air yang sudah ditentukan yaitu berupa suhu yang diukur
menggunakan termometer.
Pengukuran fisika-kimia air DO dan pH dilakukan setiap seminggu sekali,
sedangkan suhu diamati dua kali sehari yaitu sebelum pemberian pakan (08.00 dan
16.00).
Parameter Satuan Alat ukur
Suhu oC Termometer
Oksigen terlarut mg L-1 DO-meter
Ph
Amonia (NH3)
-
mg L-1
pH meter
Spektrofotometer
Analisis Data
Analisis data yang digunakan pada penelitian ini meliputi analisis aktivitas
enzim pencernaan benih ikan sidat pada periode yang telah ditetapkan selama 71
hari waktu pemeliharaan. Data yang diperoleh dari hasil pengukuran dianalisis secara deskriptif kuantitatif dan ditampilkan dalam bentuk grafik histogram antara
umur pemeliharaan dan variabel pengamatan. Analisis parameter fisika-kimia air
media pemeliharaan benih ikan sidat meliputi pengukuran suhu, pH, oksigen
terlarut dan amonia yang disajikan dalam bentuk tabel dan dianalisis secara
deskriptif.
6
3 HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Fisika-Kimia Air Selama Pemeliharaan
Hasil pengukuran parameter Fisika-Kimia air selama pemeliharaan benih
ikan sidat disajikan pada Tabel 1.
Berdasarkan Tabel 1 tampak bahwa nilai pengukuran suhu, oksigen terlarut,
pH dan amonia masih berada pada kisaran yang optimal untuk menunjang
kelangsungan hidup dan pertumbuhan benih ikan sidat.
Aktivitas Protease Benih Ikan Sidat Selama Waktu Pemeliharaan
Pengukuran aktivitas protease didasarkan pada kemampuan ekstrak kasar
enzim untuk menguraikan substrat kasein menjadi peptida dan asam amino. Data
hasil pengukuran aktivitas protease disajikan pada Gambar 2. Pada gambar tersebut
terlihat bahwa pola aktivitas protease yang terbentuk terus meningkat. Aktivitas
protease yang terdeteksi pada awal pemeliharaan masih dalam skala yang kecil dan
aktivitas enzim ini terus meningkat sejalan dengan bertambahnya waktu
pemeliharaan.
Tabel 1 Parameter Fisika-Kimia Air Media Pemeliharaan Benih Ikan Sidat
Parameter Satua
n
Alat ukur Nilai Kisaran
optimum
Suhu oC Termometer 27–30 26–301)
Oksigen terlarut mg L-1 DO-meter 5.3–6.2 5–62)
pH
Amonia (NH3)
-
mg L-1
pH meter
Spektrofotometer
6–7
0.00012–0.0079
6–83)
<0,12)4)
1) Chang et al. (2004), 2) Bhatnagar dan Devi (2013) dan 3) Ritonga (2014)
4) Tseng dan Wu (2004)
Gambar 2 Aktivitas protease pencernaan benih ikan sidat
-0,0200
0,0000
0,0200
0,0400
0,0600
0,0800
0,1000
0,1200
1 14 28 42 56 71
Ak
tivit
as
enzi
m p
rote
ase
(mU
/g)
Waktu pemeliharaan (hari)
7
Aktivitas Lipase Benih Ikan Sidat Selama Waktu Pemeliharaan
Data hasil pengukuran aktivitas lipase disajikan pada Gambar 3.
Pengukuran aktivitas lipase dilakukan berdasarkan asam lemak bebas yang
terbentuk. Pola aktivitas lipase pada benih ikan sidat sejak awal pemeliharaan sudah
terlihat tinggi, walaupun mengalami penurunan pada pertengahan waktu
pemeliharaan. Terjadinya penurunan aktivitas lipase dapat disebabkan oleh
komposisi makanan yang dimakan oleh benih ikan sidat yang semakin kompleks,
menjadikan benih ikan sidat sulit dalam mencerna makanannya.
Aktivitas Amilase Benih Ikan Sidat Selama Waktu Pemeliharaan
Aktivitas amilase ditentukan dengan cara mengukur hasil degradasi pati,
yang diukur dari penurunan kadar pati yang larut atau maltosa yang dihasilkan. Data
hasil pengukuran aktivitas amilase disajikan pada Gambar 4. Pola aktivitas amilase
pada benih ikan sidat menunjukkan penurunan dan kemudian meningkat kembali
pada hari 56 dan 71 waktu pemeliharaan. Aktivitas amilase terendah berada pada
hari ke 42 waktu pemeliharaan, sedangkan aktivitas amilase tertinggi terdeteksi
pada hari pertama umur pemeliharaan.
Gambar 3 Aktivitas lipase pencernaan benih ikan sidat
0,00
2,00
4,00
6,00
8,00
10,00
12,00
1 14 28 42 56 71
Ak
tivit
as
enzi
mli
pase
(mU
/g)
Waktu pemeliharaan (hari)
Gambar 4 Aktivitas amilase pencernaan benih ikan sidat
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
1 14 28 42 56 71
Ak
tivit
as
enzi
m a
mil
ase
(mU
/g)
Waktu pemeliharaan (hari)
8
Perubahan Bobot Benih Ikan Sidat
Data perubahan bobot benih ikan sidat selama masa pemeliharaan disajikan
pada Gambar 4. Bobot benih ikan sidat selama masa pemeliharaan terus mengalami
peningkatan yang signifikan, terutama setelah benih ikan berumur 42 hari.
Perubahan bobot ini semakin meningkat tajam setelah benih ikan sidat berumur 56
hari dengan berat-rata lebih dari 1 gram.
Pembahasan
Hasil pengukuran parameter suhu, DO, pH dan amonia menunjukan bahwa
media pemeliharaan benih ikan sidat masih berada dalam kondisi optimal. Kisaran
DO pada setiap media pemeliharaan berkisar 5.3-6.2 ppm, pH mencapai 6-7,
sedangkan suhu berkisar 27-30˚C dan kadar amonia berkisar 0.00012–0.0079 mg
L-1. Hal ini menunjukan bahwa parameter fisika-kimia air selama pemeliharaan
memenuhi persyaratan sebagai media pemeliharaan benih ikan sidat. Kualitas air
yang tidak mendukung dalam media pemeliharaan akan berakibat pada
terganggunya aktivitas enzim pencernaan, karena suhu dan pH dapat memberikan
pengaruh pada aktivitas dari enzim. Suhu rendah yang mendekati titik beku
biasanya tidak merusak enzim, oleh karena itu sebelum dilakukan pengamatan
aktivitas enzim, sampel dibekukan terlebih dahulu. Pada suhu optimum reaksi
berlangsung paling cepat dan apabila suhu dinaikkan terus, maka jumlah enzim
yang aktif akan berkurang karena mengalami denaturasi (Wuryanti 2004).
Pengetahuan tentang perkembangan aktivitas enzim-enzim pencernaan
pada benih ikan sidat merupakan hal yang sangat penting dalam memahami
mekanisme kelangsungan hidup dan pertumbuhan pada benih ikan. Hal ini
berkaitan dengan pencernaan ikan pada umumnya mengalami perubahan yang
sangat cepat, baik morfologi maupun fungsinya selama ontogeni sehingga
mempengaruhi kelangsungan hidup benih selama pemeliharaan. Taki et al. (1985)
menjelaskan bahwa pada sidat jepang dewasa, aktivitas protease cukup tinggi, hal
ini berkaitan dengan semakin sempurnanya struktur alat pencernaan pada ikan
dewasa. Terdeteksinya aktivitas protease pada awal pemeliharaan menunjukan
Gambar 5 Perubahan bobot benih ikan sidat selama masa pemeliharaan
-0,5
0
0,5
1
1,5
2
2,5
0 14 28 42 56 70 84
Bob
ot
rata
-rata
(gra
m)
Umur pemeliharaan (hari)
9
bahwa benih ikan sidat pada awal umur pemeliharaan sudah mampu menghidrolisis
makanan yang mengandung protein, namun kinerja dari protease belum optimal
karena kinerja dari sistem alat pencernaan yang belum sempurna. Hal ini diperkuat
dengan pernyataan Murtini (2015), bahwa ketika di alam glass eel ikan sidat
mengkonsumsi pakan alami berupa fitoplankton. Fitoplankton ini mengandung
protein nabati yang tinggi namun protein dari tumbuhan lebih sulit dicerna ikan
karena terbungkus selulosa, oleh karena itu aktivitas dari protease pada awal
pemeliharaan juga terdeteksi walaupun hanya dalam skala yang kecil (Erlina et al.
2004). Adanya aktivitas protease yang tinggi berkaitan dengan peran pankreas
dalam sekresi enzim yang bekerja saat ikan mulai dewasa (Chakrabarti dan Rathore
2009). Dengan demikian ketika ikan mengkonsumsi fitoplankton dan naupli
artemia di awal pemeliharaan merupakan indikasi bahwa pada umur pemeliharaan
yang lebih muda respons aktivitas amilase terhadap naupli artemia cukup tinggi
dikarenakan makan yang dimakan mampu menghidrolisis dan glass eel baru
mampu mengkosumsi makanan yang sesaui dengan ukuran bukaan mulutnya dan .
Menurut Moguel et al (2013), pada awal perkembangan larva ikan kakap
memiliki kemampuan untuk mencerna protein, lemak, dan karbohidrat yang
terdapat pada kantong kuning telur dan oil globule. Selain itu peningkatan aktivitas
enzim protease ini diduga juga disebabkan adanya substrat makanan yang dimakan
oleh benih ikan terutama kontribusi enzim endogenous dari pakan alami yang
dikonsumsi terhadap peningkatan aktivitas enzim tersebut di dalam pencernaan.
Terdeteksinya aktivitas lipase yang cukup tinggi di hari pertama pemeliharaan
benih ikan sidat awal pengamatan menunjukan bahwa struktur alat pencernaan
sudah mulai berfungsi, walaupun pada kondisi yang masih sangat terbatas.
Melinawati dan Pratiwi (2011) menjelaskan bahwa proses hidrolisis yang
melibatkan aktivitas amilase dan lipase ini juga terjadi pada larva ikan kerapu
macan pada hari pertama yang masih memiliki kantong kuning telur sebagai
makanan cadangan.
Secara keseluruhan pola aktivitas amilase dan lipase cenderung mengalami
penurunan di hari ke 42 waktu pemeliharaan, hal ini berkaitan dengan semakin
berbedanya jenis pakan yang diberikan sehingga berpengaruh pada sistem alat
pencernaan terutama usus. Khojasteh (2012) menjelaskan, bahwa pertumbuhan
panjang usus ikan karnivora dapat dipengaruhi oleh jenis dan ukuran makanannya.
Tingginya aktivitas amilase pada awal pengamatan, menunjukkan bahwa
tingginya respons tubuh terhadap konsumsi pakan berupa fitoplankton (Murtini
2015). Faktor utama yang menyebabkan tingginya aktivitas enzim pada awal
pengamatan aktivitas enzim pencernaan yaitu struktur jenis pakan alami yang
dikonsumsi oleh benih ikan yang mudah dicerna. Effendie et al. (2006)
menjelaskan bahwa larva ikan patin pada awal pengamatan, memiliki aktivitas
enzim amilase yang lebih tinggi dibandingkan dengan aktivitas pada umur 10
hingga umur 15 hari waktu pemeliharaan.
Penelitan Ribeiro et al. (1999) pada ikan senegal (Solea senegalensis) dan
Buchet et al. (2000) pada ikan red drum (Sciaenops ocellatus) menunjukan bahwa
aktivitas amilase puncaknya terjadi ketika umur larva masih muda. Effendie et al.
(2006) pada larva ikan patin (Pangasius hypophthalmus) menyatakan, bahwa
kontribusi aktivitas amilase pada larva yang diberi lebih tinggi dari pada aktivitas
protease dan lipase. Ketika ikan mengkonsumsi fitoplankton dan naupli artemia
di awal pemeliharaan merupakan indikasi bahwa pada umur pemeliharaan yang
10
lebih muda respon aktivitas amilase terhadap naupli artemia cukup tinggi.
Gawlicka et al. (2000) juga menjelaskan bahwa pemberian pakan jenis tertentu
berpotensi mempengaruhi kegiatan aktivitas enzim pencernaan pada setiap ikan.
Pola aktivitas protease dan amilase pada benih ikan sidat terlihat bahwa di
hari ke 14 waktu pemeliharaan, aktivitasnya cenderung menurun. Adanya
penurunan aktivitas yang terjadi diduga karena pakan yang diberikan pada benih
ikan sidat belum mampu dicerna dengan baik dan memiliki struktur pakan yang
berbeda, sehingga proses hidrolisis pada pencernaan benih ikan sidat berjalan
lambat yang mengakibatkan aktivitas enzim yang teridentifikasi rendah. Aktivitas
lipase pada benih ikan sidat pada hari ke 14 waktu pemeliharaan meningkat, yang
berarti bahwa proses hidrolisis lemak lebih tinggi dibandingkan dengan proses
hidrolisis protein dan karbohidrat. Pola aktivitas enzim yang terdekteksi pada hari
ke 56 waktu pemeliharaan pada benih ikan sidat baik protease, lipase dan amilase
cenderung mengalami peningkatan. Ferraris et al. (1987) menjelaskan bahwa
peningkatan terjadi disebabkan oleh semakin kompleksnya jaringan penyusun
struktur tubuh, termasuk jaringan penghasil enzim. Pada umumnya secara
keseluruhan pola aktivitas protease, amilase dan lipase cenderung mengalami
penurunan di hari ke 42 waktu pemeliharaan. Hal ini berkaitan dengan semakin
berbedanya struktur pakan yang diberikan sehingga berpengaruh pada sistem alat
pencernaan terutama usus. Hal ini sesuai dengan pendapat Melinawati dan Pratiwi
(2011), penurunan aktivitas enzim dapat disebabkan oleh struktur makanan yang
berbeda dengan struktur tubuh dari larva ikan sehingga proses hidrolisis berjalan
lambat berakibat pada aktivitas enzim yang terdeteksi menjadi rendah. Kandungan
lemak yang rendah dalam pakan juga dapat mengakibatkan rendahnya aktivitas
lipase yang terjadi pada benih ikan sidat. Buwono (2000) dalam penelitiannya
memaparkan bahwa, kandungan lemak pada tubifex berkisar 13.77% lebih rendah
dibandingkan kandungan protein yang berkisar 54.72% dan karbohidrat 22.25%.
Sejak glass eel mulai ditangkap sampai berat 1 gram merupakan fase kritis
dari benih ikan sidat, maka benih ikan sidat harus diberikan pakan alami yang
mengandung enzim. Dengan aktivitas protease yang rendah pada awal
pemeliharaan hingga ikan sidat mencapai berat 1 gram maka benih ikan sidat
mutlak harus diberi makanan yang mengandung enzim. Makanan yang
mengandung enzim ini adalah berupa pakan hidup (live food). Semakin
meningkatnya aktivitas protease pada awal pemeliharaan hingga umur benih
mencapai 71 hari, karena pada rentang umur tersebut pencernaan dari benih ikan
sidat sudah mulai mengalami perkembangan dan struktur jaringan penyusun dari
benih ikan sidat sudah mulai sempurna. Hal ini sesuai dengan penelitian Murtini
(2015) yang menjelaskan bahwa otot lambung benih ikan sidat yang berukuran 6
cm masih sangat sederhana berbeda dengan ikan sidat yang berukuran lebih dari 14
cm yang memiliki bentuk yang lebih kompleks dan sudah dapat dibedakan antara
otot sikular dengan otot longitudinal. Semakin kompleksnya penceraan benih ikan
sidat dan kinerja dari fungsi masing-masing organ pencernaan sudah mulai bekerja
dengan baik maka semakin mudahnya makanan untuk dicerna dan semakin
tingginya aktivitas enzim yang terbentuk.
Simon (2007) menjelaskan bahwa pertumbuhan ikan sidat di alam relatif
lambat, rata-rata pertumbuhan ikan sidat Eropa adalah 4,5 cm per tahun. Faktor
lambatnya laju pertumbuhan ini sangat ditentukan pada kualitas pakan yang
diberikan, sehingga untuk memacu pertumbuhan ikan sidat perlu disediakan pakan
11
berprotein hewani yang tinggi karena sifatnya yang karnivora (Kamil et al. 2000).
Peningkatan kinerja dari protease, amilase dan lipase akan berkolerasi dengan
peningkatan kinerja dari sistem pencernaan serta meningkatnya bobot benih ikan
sidat. Hal ini berkaitan dengan semakin berkembangnya sistem pencernaan maka
aktivitas enzime akan semakin meningkat maka proses pencernaan dan penyerapan
nutrisi akan berjalan lebih optimal, hal ini tentu akan memberikan pengaruh
terhadap pertambahan bobot dari benih ikan sidat.
Pola peningkatan aktivitas enzim pencernaan yang sejalan dengan
pertambahan umur benih ini juga terjadi pada ikan kerapu lumpur Epinephelus
coides (Eusebio et al 2004), ikan kerapu batik Epinephelus microdon (Jayadi 2004)
dan benih ikan sidat jepang Anguilla japonica (Kurokawa et al 2002).
Aktivitas enzim pencernaan benih ikan sidat yang terdiri dari protease, lipase
dan amilase cenderung meningkat sejalan dengan pertambahan umur, walaupun
pada pertengahan pemeliharaan mengalami penurunan. Murtini (2015)
menjelaskan bahwa pada tunika mukosa lambung benih ikan sidat ukuran 6 cm
sudah memiliki beberapa lapisan epitel yang bentuknya masih bervariasi dan masih
belum kompleks. Tunika mukosa pada lambung ini merupakan penghasil enzim
pemecah protein. Dalam hal ini produksi enzim pencernaan berfungsi dalam
perkembangan sistem pencernaan (Dabrowski 1977). Peningkatan aktivitas ini
nampak sejalan dengan semakin kompleksnya dan sempurnanya perkembangan
struktur sistem pencernaan dalam tubuh benih ikan sidat dan dengan semakin
meningkatnya umur dari benih ikan sidat. Kenaikan aktivitas enzim pada benih ikan
sidat rata-rata terjadi saat ikan berumur 42 hari waktu pemeliharaan. Dimana pada
umur 42 hari waktu pemeliharaan, benih ikan sidat memiliki panjang rata-rata 6 cm.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Aktivitas protease, lipase dan amilase sudah mulai terdekteksi sejak hari
pertama pemeliharaan (Glass eel). Aktivitas protease meningkat sejalan dengan
meningkatnya umur pemeliharaan. Aktivitas lipase dan amilase cenderung tinggi di
awal pemeliharaan, kemudian menurun dan aktivitasnya meningkat pada usia diatas
42 hari waktu pemeliharaan. Secara umum pada 42 hari waktu pemeliharaan
aktivitas enzim pencernaan baik protease, lipase dan amilase mulai meningkat.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa alat pencernaan mulai bekerja secara
efektif sesuai dengan perkembangan fungsi pencernaannya pada umur 42 hari
waktu pemeliharaan.
Saran
Pada masa pemeliharaan benih sidat (glass eel sampai elver), benih mutlak
harus diberi pakan hidup (live food) hingga umur pemeliharaan 42 hari sejak glass
eel dan pada umur pemeliharaan selanjutnya elver sudah dapat diberi pakan buatan.
12
DAFTAR PUSTAKA
Affandi R. 2005. Strategi Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Sidat, Anguilla spp. di
Indonesia. Jurnal Iktiologi Indonesia. 5 (2): 77-81.
Audesirk T, Audesirk G. 1999. Biology life on earth. Open Library (5) [Internet].
[diunduh 2015 Des 15] America (US): Prentice-Hall. Tersedia pada
https://archive.org/stream/biologylifeonear00aude_0#page/n5/mode/2up
Bhatnagar A, Devi P. 2013. Water quality guidelines for the management of pond
fish culture. International Journal of Environtmental Sciences. 3: 1.980–
2.009.
Bergmeyer HU, Grassl M, Walter HE. 1983. Methods of Enzymatic Analysis.
Volume 2. New York (US): Academic Press.
Bernfield P. 1955. Amylase α and β In: Methods in enzymology. New York (US):
Academic Press.
Buchet V, Zambonino IJL, Cahu CL. 2000. Effect of lipid level in a compound diet
on the development of red drum (Sciaenops ocellatus) larvae. Aquaculture.
184: 339-347.
Buwono ID. 2000. Kebutuhan Asam Amino Esensial dalam Ransum Ikan.
Yogyakarta (ID): Kanisius.
Chang SL, Kou GH, Liao IC. 2004. Temperature Adaptation of the Japanese Eel
(Anguilla japonica) in its Early Stages. Zoological Studies. 43(3): 571-
579.
Chakrabarti R, Rathore RM, Mittal P, Kumar S. 2006. Functional changes in
digestive enzymes and characterization of proteases of silver carp (♂)
and bighead carp (♀) hybrid, during early ontogeny. Aquaculture. 253:
694–702.
Dabrowski K, Glogowski J. 1979. Studies on the role of exogenous proteolytic
enzymes in digestion processes in fish. Hidrobiologia 54 (2): 129-134.
Effendi I, Augustine D, Widanarni. 2006. Perkembangan enzim pencernaan larva
ikan patin, Pangasius hypophthalmus. Jurnal Akuakultur Indonesia. 5:
41−49.
Erlina A, Amini S, Endrawati H, Zainuri M, 2004. Kajian nutritif phytoplankton
pakan alami pada sistem kultivasi massal. Ilmu Kelautan. 9(4): 206-210.
Eusebio PS, Toledo JD, Mamaung REP, Bernas MJG. 2004. Digestive enzyme
activity in developing grouper (Epinephelus coioides) larvae. Advances in
grouper aquacultur. Canberra. 35-40.
Ferraris RP, Tan JD, Cruz MC. 1987. Development of the digestive tract of milkfish,
Chanos (Forsskal): Histology and histochemistry. Aquaculture. 61 (3-4):
241-257.
Gawlicka A, Brigitte P, Horn MH, Neil R, Ingergjerd O, Ole JT. 2000. Activity
of Digestive Enzyme in Yolk-sac Larvae of Atlantic Halibut
(Hippoglossus hippoglossus): Indication of Readiness for First Feeding.
Aquaculture. 184: 303-314.
Handayani S. 2006. Studi efisiensi pemanfaatan karbohidrat pakan bagi pertumbuhan ikan gurame (Osphronemus gouramy Lac.) sejalan dengan
perubahan enzim pencernaan dan insulin [Disertasi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
13
Haryono. 2008. Sidat, belut bertelinga: Potensi dan aspek budidaya. Fauna
Indonesia. 8 (1):22-26.
Jayadi. 2004. Aspek biologi dan fisiologi serta kebutuhan lingkungan dan larva ikan
kerapu batik (Epinephelus microdon). Program Pacasarjana Universitas
Hasanuddin. Makasar. 105.
Kamil MT, Affandi R, Mokognita I, Jusadi D. 2000. Pengaruh kadar asam lemak
O 6 yang berbeda pada kadar asam lemak O 3 tetap dalam pakan terhadap
pertumbuhan ikan sidat (Anguilla bicolor bicolor). Jurnal Central
Kalimantan Fisheries. 1(1): 34-40.
Khojasteh B. 2012. The Morphology of the post gastric alimantary canal in teleost
fish. Int J Aqua Sci. 3(2):71-88.
Kirkegaard E. 2010. European Eel and Aquaculture. National Institute of Aquatic
Resources. DTU Aqua Report No 229.
Kurokawa T, Suzuki T, Ohta H, Kagawa H, Tanaka H, Unuma T. 2002. Expression
of pancreatic enzyme genes during the early larval stage of Japanese eel
Anguilla japonica.
Kuroki M, Righton D, Walker AM. 2014. The importance of Anguillids: a cultural
and bhistorical perspective introducing papers from the World Fisheries
Congress. Ecology of Freshwater Fish. 23: 2.
Lesmana, Satyani D. 2005. Kualitas Air Untuk Ikan Hias Air Tawar. Penebar
Swadaya: Jakarta. 88 hal.
Linfield WM, Barangkas RA, Sivieri L, Serosta S, Stevenson RW. 1984. Enzymatic
fat and Synthesis. JAOCS. 18(2):78-87.
Melianawati R, Andamari R, Setyadi I. 2010. Identifikasi Profil Aktivitas Enzim
Pencernaan Untuk Optimasi Pemanfaatan Pakan Dalam Usaha Budidaya
Ikan Kerapu Bebek (Cromileptes altivelis). Balai Besar Riset Perikanan
Budidaya Laut Pusat Penelitian Dan Pengembangan Perikanan. Jakarta
(ID): Dewan Riset Nasional.
Melianawati R, Pratiwi R. 2011. Pola Aktivitas Enzim Pencernaan Larva Ikan
Kerapu Macan (Epinephelus fuscogutattus Forsskal 1775). J Ris
Akuakultur. 6(1): 51-61.
Murtini S. 2015. Makanan alami dan perkembangan anatomi saluran pencernaan
ikan sidat (Anguilla bicolor bicolor McClelland 1844) dari Muara Sungai
Cimandiri Pelabuhan Ratu Jawa Barat [Tesis]. Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Moguel H I, Pena R, Nolasco SH, Dumas S, Zavala LI. 2013. Development of
digestive enzyme activity in spotted rose snapper, Lutjanus guttatus
(Steindachner, 1869) larvae. Fish Physiol Biochem. DOI 10.1007/ s10695-
013-9890-7.
Ribeiro L, Zambonino JLI, Cahu C, Dinis MT. 1999. Development of digestive
enzymes in larvae of Solea senegalensis Kaup 1858. Aquaculture.
179:465-473.
Ritonga T. 2014. Respons benih ikan sidat (Anguilla bicolor bicolor) terhadap
derajat keasaman (pH) [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Setijanto, Yuwono E, Sulistyo I, Sukardi P. 2003. Study on feeding behaviour of
eels and the larvae occurrence in Segara Anakan. Prosiding Sumberdaya
Perikanan Sidat Tropik, UPT Baruna Jaya, BPPT, hal 41–45.
14
Suitha IM. 2008. Teknik Pendederan Glass Eel/Elver Ikan. Makalah yang
disampaikan dalam Indonesian Aquaculture 2008 Tanggal 17-20
November 2008 di Hotel Inna Garuda, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Departemen Kelautan dan Perikanan.
Simon, J. 2007. Age, growth, and condition of European eel (Anguilla anguilla)
from six lakes in the River Havel system (Germany). ICES Journal of
Marine Science. (64): 1414–1422.
Shiraishi H, Crook V. 2015. Eel market dynamics: an analysis of Anguilla
production, trade and consumption in East Asia. TRAFFIC. Tokyo, JAPAN
Takii K, Shimeno S, Takeda M. 1985. Changes in digestive enzyme activities in eel
after feeding. Bull J Soc Sci Fish. 51:2027-2031.
Tseng KF, Wu KL. 2004. The ammonia removal cycle for a submerged biofilter
used in a recirculating eel culture system. Aquacultural Engineering. 31:
17–30.
Wuryanti. 2004. Isolasi dan Penentuan Aktivias Spesifik Enzim. JKSA. Vol. VII.
No.3. Universitas Diponegoro. Semarang.
16
Lampiran 1. Prosedur pengukuran aktivitas enzim protease (Bergmeyer et al 1983)
Asam amino dipisahkan dari substrat yang tersisa dengan penambahan TAC
atau asam perklorat. Penambahan TAC ini sekaligus untuk menginaktifkan
protease. Asam amino yang terbentuk akan larut dalam TAC, seangkan protein
yang tidak terhidrolisis akan mengendap dengan adanya TAC. Asam- asam amino
yang telah diisolasi dapat langsung diukur absorbansinya pada 280 nm atau
diwarnai terlebih dahulu dengan pereaksi folin agar dapat dilakukan pembacaan
pada daerah sinar tampak 578 nm. Aktivitas protease ditentukan dengan mengukur
kemampuan enzim tersebut untuk menghidrolisis protein, sehingga dihasilkan
tirosin. Tirosin yang dibebaskan diukur secara kalorimetrik menggunakan
spektrofotometer dengan panjang gelombang 578 nm. Penentuan aktivitas protease
modifikasi metode dari Bergmeyer et al. (1983), dengan prosedur sebagai berikut
yaitu
1. Ekstrak sampel pencernaan sebanyak 50 µL dicampurkan dengan
substrat casein sebanyak 350 µL lalu
2. Tambahkan 150 µL buffer fosfat pH 7.5
3. Campuran reaksi diinkubasi selama 30°C selama 30 menit.
4. Tambahkan 1 ml TCA, diamkan selama 10 menit. Sampel di sentrifuge,
5. Ambil supernatan lalu tambahkan 1,7 ml NaOH dan 0.5 ml reagen Folin,
6. Diamkan selama 15 menit. Baca absorbannya di λ 578 nm.
Perhitungan aktivitas protease
Aktivitas enzim (U/g) = Kosentrasi Tirosin x Faktor pengencer x V. Buffer (ml)
T x W x W Molekul
17
Lampiran 2. Prosedur pengukuran aktivitas enzim lipase (Lienfield et al. 1884)
Aktivitas lipase dihitung menggunakan emulsi minyak zaitun sebagai
substrat dan Tris-HCl. Penentuan aktivitas lipase modifikasi metode dari Linfield
et al. (1955). Uji enzim ini dilakukan dengan prosedur sebagai berikut yaitu
1. 3 gram CPO atau minyak goreng dan 1 gram polivinil alkohol
dilarutkan ke dalam 40 ml buffer fosfat pH 5.0,
2. tambahkan 0,5 gr sampel
3. Inkubasi pada suhu 30°C selama 30 menit,
4. tambahkan 20 ml aseton dan etanol
5. Tambahkan 1-2 tetes indikator pp
6. kemudian titrasi dengan NaOH 1N.
7. Untuk perlakuan blanko dilakukan dengan cara yang sama kecuali
sampel ekstrak enzim kasar dimasukkan ke dalam sistem uji setelah
inkubasi 6-jam dan segera sebelum dititrasi.
Satu unit aktivitas enzim lipase (U) didefinisikan sebagai volume 0,01 N
NaOH diperlukan untuk menetralkan asam lemak yang dilepas selama inkubasi 6-
jam dari substrat dan setelah dikoreksi dengan blanko yang sesuai.
Perhitungan aktivitas lipase
Aktivitas enzim (U/g) = V NaOH X N NaOH
W sampel x t (menit)
18
Lampiran 3. Prosedur pengukuran aktivitas enzim α- amilase (Bernfield 1955)
Aktivitas enzim diukur dengan menggunakan metoda DNS. Penentuan
aktivitas amilase modifikasi metode dari Bernfield et al. (1955), dengan prosedur
sebagai berikut yaitu
1. Sebanyak 500 µL sampel ditambahkan dengan 500 µL dalam buffer
fosfat sitrat pH 7
2. Dimasukan kedalam tabung reaksi Lalu ditambah 1 ml substrat berupa
1% substrat starch
3. Kemudian diinkubasi lagi selama 30 menit pada suhu 30ºC
4. Tambahkan reagen DNS sebanyak 1 ml
5. Panaskan di air mendidih selama 15 menit
6. Kemudian didinginkan dalamair es selama 10 menit
7. Tambahkan aquades sebanyak 9 ml, baca ABS absorbansinya pada
panjang gelombang 540 nm.
8. Hal yang sama juga dilakukan pada standar dan blanko. Nilai absorbansi
campuran tersebut diukur dengan spektrofotometer pada panjang
gelombang 540 nm.
Jumlah maltosa yang dilepas dari pengujian ini ditentukan dari kurva standar.
Satu unit aktivitas enzim didefinisikan sebagai jumlah amilase yang diperlukan
untuk menghidrolisis 1 μg maltosa per menit. Pengukuran aktivitas enzim amilase
berpedoman pada metode Bernfeld (1955). Substrat yang digunakan adalah pati
dengan buffernya sitrat (pH 5,7). Aktivitas enzim amilase diekspresikan sebagai mg
maltosa yang dibebaskan dari pati dalam waktu 30 menit pada suhu 30°C. Maltosa
yang dihasilkan diukur dengan menggunakan spektrofotometer pada panjang
gelombang 540 nm.
Perhitungan aktivitas amilase
Aktivitas enzim (U/g) = Kosentrasi Maltosa x Faktor pengencer x V. buff
t (menit) x W sampel x W Molekul
19
Lampiran 4. Pemeliharaan Benih Ikan Sidat
Media Pemeliharaan Benih Sidat
Penyiponan Sisa Makanan
Sisa makanan yang tidak
termanfaatkan
Media Pemeliharaan Cacing Sutera
Air yang Mengandung Kadar Garam
Media Pemeliharaan Naplius Artemia
Lampiran 5 Perhitungan Aktivitas Protease
Hari Ulangan bobot Abs
FP ∆ Abs
konsentrasi (μM) Akt. Enzim Rata-
Rata (gr)
0 menit 30 menit
y = 0.917x + 0.001 (mU/g)
0 1 0,1415 0,0300 0,0483 4 0,0183 0,0189 0,0178
0,0114 2 0,1324 0,0323 0,0378 4 0,0055 0,0049 0,0049
14 1 0,1537 0,0938 0,0984 5,5 0,0046 0,0039 0,0047
0,0065 2 0,1511 0,0638 0,0711 5,5 0,0073 0,0069 0,0083
28 1 0,3070 0,0360 0,0616 5,5 0,0256 0,0268 0,0641
0,0397 2 0,3096 0,0390 0,0459 5,5 0,0069 0,0064 0,0152
42 1 0,3096 0,0767 0,087 5,5 0,0103 0,0101 0,0240
0,0232 2 0,3070 0,0588 0,0684 5,5 0,0096 0,0094 0,0224
56 1 0,3186 0,0551 0,0754 5,5 0,0203 0,0210 0,0484
0,0889 2 0,3356 0,0557 0,1110 5,5 0,0553 0,0592 0,1294
71 1 0,3477 0,0343 0,0701 5,5 0,0358 0,0379 0,0800
0,0911 2 0,3265 0,0785 0,1212 5,5 0,0427 0,0455 0,1021
20
Lampiran 6 Perhitungan Aktivitas Amilase
Hari Ulangan Bobot
(gr) Abs
FP ∆ Abs konsentrasi (ppm) Akt. Enzim
Rata-rata 0 menit 3 menit y = 0.0008x - 0.020 (U/g)
0 1 0,2508 0,0128 0,0216 10 0,0088 36,0000 2,6558
2,8345 2 0,2272 0,0218 0,0314 10 0,0096 37,0000 3,0131
14 1 0,2209 0,0007 0,0046 10 0,0039 24,8750 2,0835
1,9579 2 0,2171 0,0007 0,0019 10 0,0012 21,5000 1,8323
28 1 0,3081 0,0353 0,0425 10 0,0072 29,0000 1,7415
1,8611 2 0,3001 0,0242 0,0339 10 0,0097 32,1250 1,9806
42 1 0,3106 0,1223 0,1351 5 0,0128 41,0000 1,2212
1,2326 2 0,3142 0,1354 0,1492 5 0,0138 42,2500 1,2440
56 1 0,3289 0,0424 0,0484 10 0,0060 32,5000 1,8283
1,8423 2 0,3289 0,0424 0,0488 10 0,0064 33,0000 1,8564
71 1 0,3431 0,0393 0,0676 5 0,0283 60,3750 1,6279
2,1170 2 0,3248 0,1278 0,1810 5 0,0532 91,5000 2,6061
21
2
Lampiran 7 Perhitungan Aktivitas Lipase
Hari Ulangan Bobot vol. blanko vol.
penitar Vp-Vb Np akt.enzim lipase Rata-rata
(gr) (ml) (ml) (U/g) (mU/g)
0 1 0,5389 16,8 18,2 1,4 0,1107 0,00959 9,5862
9,81 2 0,5520 16,8 18,3 1,5 0,1107 0,01003 10,0272
14 1 0,5055 16,6 17,3 0,7 0,1107 0,00511 5,1098
4,75 2 0,5046 16,6 17,2 0,6 0,1107 0,00439 4,3876
28 1 0,5081 16,7 17,1 0,4 0,1107 0,00290 2,9049
2,53 2 0,5115 16,7 17,0 0,3 0,1107 0,00216 2,1642
42 1 0,5144 20,0 20,2 0,2 0,1107 0,00143 1,4347
1,44 2 0,5078 20,0 20,2 0,2 0,1107 0,00145 1,4533
56 1 0,5648 19,8 20,5 0,7 0,1107 0,00457 4,5733
4,28 2 0,5548 19,8 20,4 0,6 0,1107 0,00399 3,9906
71 1 0,5362 19,9 20,5 0,6 0,0963 0,00359 3,5919
3,36 2 0,5116 19,9 20,4 0,5 0,0963 0,00314 3,1372
22
Lampiran 8 Pengukuran Fisika-Kimia Air
Waktu Akuarium
Suhu DO pH
1 2
Senin/06/072015
1 28 28 6,2 7
2 30 30 5,6 7
3 29 29 5,5 7
Senin/13/072015
1 28 28 6 7
2 30 30 5,7 7
3 30 30 5,8 7
Senin/20/072015
1 27 28 5,8 7
2 30 30 5,6 7
3 30 30 5,6 7
Senin/27/072015
1 28 27 6 7
2 30 30 5,6 7
3 30 30 5,6 7
Rabu/05/08
1 28 28 5,9 7
2 30 30 5,7 6
3 29 29 5,9 7
Senin/10/08
1 28 28 6,1 7
2 30 30 5,3 6
3 30 30 5,6 7
Senin/17/08
1 29 29 5,7 7
2 30 30 5,9 7
3 30 28 6,1 7
Jum'at/28/08
1 30 30 5,9 7
2 30 30 6,0 7
3 30 30 6,0 7
Selasa/01/09
1 30 30 5,7 6
2 29 30 5,9 7
3 30 30 5,4 6
Selasa/09/09
1 30 30 5,7 7
2 29 29 5,8 7
3 30 30 5,6 7
Selasa/15/09
1 30 30 6,0 6
2 30 30 6,0 6
3 30 30 5,9 6
23
Lampiran 9 Pengukuran Panjang dan Berat Benih Sidat sesuai dengan umur pemeliharaan
Umur 1 hari Umur 14 hari Umur 28 hari
No Berat Panjang No Berat Panjang No Berat Panjang
1 0,05 4 1 0,13 4,8 1 0,21 5
2 0,05 4,1 2 0,15 5 2 0,2 5,2
3 0,07 5 3 0,1 4,7 3 0,19 5
4 0,06 5,2 4 0,15 5 4 0,19 5,1
5 0,04 4 5 0,14 4,8 5 0,25 5,3
6 0,05 4 6 0,15 5 6 0,21 5,3
7 0,05 4,8 7 0,13 4,7 7 0,14 5,6
8 0,06 5 8 0,16 4,9 8 0,18 5,6
9 0,06 5 9 0,11 4,5 9 0,27 5,1
10 0,05 4,5 10 0,12 4,5 10 0,27 5,8
Umur 42 hari Umur 56 hari Umur 71 hari
No Berat Panjang No Berat Panjang No Berat Panjang
1 0,47 7,1 1 0,79 7,9 1 1,56 10
2 0,29 6,4 2 0,79 8 2 2,14 14
3 0,31 6,7 3 0,9 8,5 3 1,73 11,1
4 0,24 6 4 1,01 8,7 4 1,87 11,7
5 0,39 6,1 5 0,98 8,5 5 1,87 11,5
6 0,4 6,9 6 1,12 9 6 1,62 10,5
7 0,32 6,5 7 0,85 8,1 7 1,82 11,4
8 0,41 7,5 8 1,07 8,7 8 2,02 12,8
9 0,33 6,8 9 0,87 8,1 9 1,76 11,2
10 0,31 6,4 10 0,93 8,6 10 2,31 14,3
24
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Pariaman Sumatera Barat tanggal 04 April 1988 dari
ayah Ismail Iskandar dan Ibu Murniati (Almrh). Penulis adalah putri ketiga dari
empat bersaudara.
Pada tahun 2007 penulis lulus dari Sekolah Menengah Atas Negeri 01 Nan
Sabaris Pariaman. Gelar Sarjana Perikanan diraih pada tahun 2012 lulus dari
jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Riau. Mendapat beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik (PPA) dari
DIKTI (2007-2011).
Penulis pernah bekerja sebagai asisten praktikum matakuliah Ikhtiologi,
Biologi Perairan dan Fisiologi Hewan Air (2009-2012), Departemen Manajemen
Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Riau.
Pada tahun 2013, penulis mendapat Beasiswa Pendidikan Pascasarjana
Dalam Negeri (BPPDN) dari DIKTI dan melanjutkan program Magister Sains (S2)
pada program pascasarjana program studi Pengelolaan Sumberdaya Perairan
Fakultas Perikanan, Institut Pertanian Bogor. Tesis ini telah dipublikasikan dalam
jurnal yang berjudul “Identification of Digestive Enzyme of Anguilla bicolor
bicolor During Seed Eel Phase In Controlled Container”.