ibnu sina -...
TRANSCRIPT
IBNU SINA UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA
VOL. 26 No. 1, JANUARI – MARET 2018
1. UJI EFEKTIVITAS TEMULAWAK (CURCUMA XANTHORRHIZA ROXB)
SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR TERHADAP KADAR SGPT DAN SGOT PADA
SEL HEPAR MENCIT YANG DIINDUKSI ISONIAZID
Muhammad Sabri, Syahlis Irwandi, Surya Akbar ………………………………………… 1
2. HUBUNGAN DURASI PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL DENGAN KESTABILAN
EMOSI PADA MAHASISWA/I FK UISU ANGKATAN 2014
Siti Meili Herlianty, Meri Susanti, Ira Aini Dania………………………………………… 7
3. FAKTOR-FAKTOR KARAKTERISTIK YANG BERHUBUNGAN DALAM
PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI PADA PASANGAN USIA SUBUR DENGAN
FIQIH KEDOKTERAN DI PUSKESMAS MEDAN JOHOR
KOTA MEDAN TAHUN 2017
Dian indah lestari, Mayang Sari Ayu, Nanda Novziransyah………………………………. 16
4. HUBUNGAN ANTARA PEMAKAIAN JILBAB DENGAN KERONTOKAN RAMBUT
PADA MAHASISWI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM
SUMATERA UTARA TAHUN 2014-2015
Elsa Maulina, Budi Kurniawan, Syarifah Hararap…………………………………………… 26
5. HUBUNGAN TOILET TRAINING DENGAN ENURESIS PADA ANAK 3-5 TAHUN
DI PAUD KASIH IBU LUBUK PAKAM
Rizki Mayuri Saragih, Atan bestari, Rusdi Yunus………………………………………… 35
6. DETEKSI RHODAMIN B PADA JAJANAN ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI DI
KELURAHAN TEMBUNG KECAMATAN PERCUT SEI TUAN DELI SERDANG
TAHUN 2016
Dewi Pangestuti………………………………………………………………………………......43
7. HUBUNGAN CARPAL TUNNEL SYNDROME (CTS) DENGAN MASA KERJA DAN
DURASI KERJA PADA PEGAWAI BANK DI KOTA AEK NABARA TAHUN 2017
Putri Zelina Zein Harahap, Mayasari Rahmadhani, Saadatur Rizqillah Pasaribu…………..52
Deteksi Rhodamin B Pada Jajanan Anak Sekolah Dasar Negeri Di Kelurahan Tembung
43
IBNU SINA, Vol. 26 No. 1, Januari – Maret 2018
DETEKSI RHODAMIN B PADA JAJANAN ANAK SEKOLAH DASAR
NEGERI DI KELURAHAN TEMBUNG KECAMATAN PERCUT
SEI TUAN DELI SERDANG TAHUN 2016
Dewi Pangestuti*
*Dosen Fakultas KedokteranUniversitas Islam Sumatera Utara
Jl. STM No. 77 Medan, Sumatera Utara
E-mail : [email protected]
ABSTRACT
The use of these dyes are forbidden to food has been regulated in the Decree of the Minister
of Health of Republic Indonessia number. 239/Men.Kes/Per/V/85. However it is still common
misuse of non food dyes. For example synthetic dyes rhodamine B in food snacks. The
research objective is to determine rhodamin B levels of snacks and to know the type of
synthetic dyes in the samples examined. This study is a descriptive survey in which samples
were obtained qualitatively examined . The Qualitative identification of rhodamin B have
been done with Paper Chromatography in Health Laboratory Hall Of Medan .The sample in
this study is a snack food scattered around at Elementary School Village Tembung District
Percut Sei Tuan Deli Serdang by total sampling technique.
The results showed that all the samples were tested did not contain rhodamine B. But,
The resulted of Laboratory examination results showed that of 28 samples examined, 23
sampels used synthetic dyes. Twenty one samples using the banned dyes, allowed 18 sauce
samples contains orange RN and 3 jam samples contains ponceau 3R. while 2 samples using
synthetic dyes, allowed yellow RY. Suggested to the drug control agencies and the food
(BPOM) in medan, in order to conduct coaching, supervision and periodic evaluation of the
product. To know about artificial coloring agents usage in process of snacks production.
Key Word : Street Food, Dyes, Rhodamine B, Paper Chromatography
PENDAHULUAN
Warna dari suatu produk makanan ataupun
minuman merupakan salah satu ciri yang penting.
Warna merupakan salah satu kriteria dasar untuk
menentukan kualitas makanan, antara lain warna
dapat memberi petunjuk mengenai perubahan kimia
dalam makanan, seperti pencokelatan(1)
.
Menurut Peraturan Kepala Badan Pengawas
Obat Dan Makanan (2013), bahan tambahan
pangan berupa pewarna (colour) dapat berupa
pewarna alami dan pewarna sintetis, yang ketika di
tambahkan atau di aplikasikan pada pangan mampu
memberi atau memperbaiki warna(2)
.
Zat pewarna alami dapat diperoleh dari pigmen
tanaman, misalnya warna hijau yang didapat dari
klorofil dedaunan hijau dan warna oranye - merah
yang berasal dari karotenoid wortel. Sedangkan zat
pewarna sintetis merupakan zat pewarna yang
sengaja dibuat melalui pengolahan industri. Zat
pewarna sintetis biasanya digunakan karena
komposisinya lebih stabil, seperti sunset yellow fcf
yang memberi warna oranye, carmoisine untuk
warna merah, serta tartrazine untuk warna kuning.
Pada produk pangan yang perlu dihindari adalah
penggunaan zat pewarna yang berlebihan, tidak
tepat, dan penggunaan zat pewarna berbahaya yang
tidak diperuntukkan untuk pangan karena dapat
memberikan dampak negatif terhadap kesehatan(3)
.
Penggunaan zat pewarna baik alami maupun
buatan serta batas maksimum penggunaannya
sebagai bahan tambahan makanan telah diatur
dalam Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan
Makanan Republik Indonesia Nomor 37 Tahun
2013(2)
.
Deteksi Rhodamin B Pada Jajanan Anak Sekolah Dasar Negeri Di Kelurahan Tembung
44
IBNU SINA, Vol. 26 No. 1, Januari – Maret 2018
Sedangkan zat warna yang dilarang digunakan
dalam pangan tercantum pada Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia
Nomor:239/Men.Kes/Per/V/85 tentang zat warna
tertentu yang dinyatakan sebagai bahan berbahaya.
Salah satu pewarna sintetis yang dilarang
digunakan sebagai bahan tambahan pangan adalah
rhodamin B(4)
.
Penggunaan rhodamin B dalam pangan
tentunya berbahaya bagi kesehatan. Adanya
produsen pangan yang masih menggunakan
rhodamin B pada produknya mungkin dapat
disebabkan oleh pengetahuan yang tidak memadai
mengenai bahaya penggunaan bahan kimia tersebut
pada kesehatan dan juga karena tingkat kesadaran
masyarakat yang masih rendah. Selain itu,
rhodamin B sering digunakan sebagai pewarna
makanan karena harganya relatif lebih murah
daripada pewarna sintetis untuk pangan, warna
yang dihasilkan lebih menarik dan tingkat stabilitas
warnanya lebih baik daripada pewarna alami(3)
.
Rhodamin B sering disalahgunakan pada
pembuatan kerupuk, terasi, cabe merah giling, agar-
agar, aromanis/kembang gula, manisan, sosis, sirup,
minuman, dan lain-lain. Ciri-ciri pangan yang
mengandung rhodamin B antara lain warnanya
cerah mengkilap dan lebih mencolok, terkadang
warna terlihat tidak homogen (rata), ada gumpalan
warna pada produk dan bila dikonsumsi rasanya
sedikit lebih pahit. Biasanya produk pangan yang
mengandung rhodamin B tidak mencantumkan
kode, label, merek, atau identitas lengkap lainnya(3)
.
Penggunaan zat pewarna terlarang rhodamin B
digunakan pada jajanan terutama jajanan yang
berwarna merah. Mulai dari warna merah muda
sampai merah cerah. Hasil uji analisa rhodamin B
pada jajanan yang dijual di pasar tradisional kota
Bandar Lampung dari 30 sampel jajanan, terdapat
15 sampel yang positif mengandung rhodamin B.
Jajanan yang mengandung rhodamin B adalah
kerupuk, kelanting, agar-agar, kembang
gula/permen, kue dan mutiara yang digunakan pada
campuran es(5)
.
Menurut Utami dan Suhendi (2009) dalam
merck index (2006) rhodamin B bersifat
karsinogenik sehingga dalam penggunaan jangka
panjang dapat menyebabkan kanker. Uji toksisitas
rhodamin B telah dilakukan terhadap mencit dan
tikus dengan injeksi subkutan dan secara oral.
Rhodamin B dapat menyebabkan karsinogenik pada
tikus ketika diinjeksi subkutan, yaitu timbul
sarcoma lokal. Sedangkan secara (Intravena) IV
didapatkan LD50 89,5mg/kg yang ditandai dengan
gejala adanya pembesaran hati, ginjal, dan limfa(6)
.
Badan Pengawasan Obat dan Makanan telah
melakukan pemeriksaan makanan jajanan pada
4.500 kantin Sekolah Dasar (SD) di seluruh
Indonesia selama tahun 2009. Dari hasil
pengawasan tersebut, diketahui adanya bahan
berbahaya yang terkandung pada makanan yang
dijual di lingkungan sekolah. Kerupuk merupakan
salah satu jajanan yang terdeteksi mengandung zat
pewarna berbahaya, antara lain mengandung
boraks, formalin, rhodamin B, methanil yellow, dan
zat pewarna tekstil/wantex(7)
.
Data World Health Organization (WHO)
menunjukkan 2,2 juta orang pertahun meninggal
diakibatkan penyakit yang bersumber dari
makanan, terutama makanan yang mengandung zat-
zat berbahaya dan beracun(8)
.
Pada penelitian sebelumnya mengenai analisis
rhodamin B pada jajanan anak sekolah dasar di
Kabupaten Labuhan Batu Selatan, Sumatera Utara
yang dilakukan oleh mahasiswa Universitas
Sumatera Utara (USU) yakni Jansen Silalahi dan
Fathur Rahman dari 28 sampel yang di periksa
terdapat tiga sampel yang positif mengandung
rhodamin B. Sampel yang mengandung rhodamin B
yaitu, es doger, kerupuk dan saos(9)
.
Dari penjelasan di atas dan hasil penelitian
sebelumnya peneliti merasa tertarik untuk
melakukan penelitian mengenai “Deteksi Rhodamin
B Pada Jajanan Anak Sekolah Dasar Negeri Di
Kelurahan Tembung Kecamatan Percut Sei Tuan
Deli Serdang Tahun 2016”.
RUMUSAN MASALAH
Apakah terdapat rhodamin B pada jajanan
yang di jual di Sekolah Dasar Negeri Kelurahan
Tembung?
TUJUAN PENELITIAN
1. Untuk mengetahui ada tidaknya rhodamin B
pada jajanan yang dijual di lingkungan
sekolah dasar negeri Kelurahan Tembung
2. Untuk mengetahui ada tidaknya zat warna
berbahaya selain rhodamin B yang terkandung
pada jajanan yang dijual di lingkungan
sekolah dasar negeri Kelurahan Tembung.
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode survei deskriptif dengan
pemeriksaan laboratorium, yaitu untuk mendeteksi
rhodamin B pada jajanan anak Sekolah Dasar
Negeri Di Kelurahan Tembung. Identifikasi
rhodamin B dilakukan dengan metode kromatografi
kertas.
Penelitian ini di lakukan di dua tempat yaitu,
pada saat pengambilan sampel dan pemeriksaan zat
warna rhodamin B.
a.Tempat pengambilan sampel:
a. SD N No 101770 (Jln. Balai umum No.20)
b. SD N No 105287 (Jln. Pendidikan pasar 3)
c. SD N No 106814 (Jln. Prima pasar VII)
d. SD N No 101769 (Jln. Beringin pasar 7)
Deteksi Rhodamin B Pada Jajanan Anak Sekolah Dasar Negeri Di Kelurahan Tembung
45
IBNU SINA, Vol. 26 No. 1, Januari – Maret 2018
e. SD N No 101767 (Jln. Besar tembung No
5)
f. SD N No 101768 (Jln. Besar tembung)
g. SD N No 101771 (Jln. Pasar 3 tembung)
h. SD N No 104205 Jln. Besar tembung,
gang pande besi)
b. Tempat pemeriksaan zat warna rhodamin B:
Pemeriksaan rhodamin B dilakukan di
Laboratorium Toksikologi Dinas Kesehatan
Provinsi Sumatera Utara, Jln.Willem Iskandar
pasar V Barat I/Jln. Balai POM No.4 Medan.
Dalam penelitian ini populasi adalah
keseluruhan objek peneliti atau objek yang akan
diteliti(10)
. Populasi dalam penelitian ini merupakan
seluruh jajanan yang ada di sekitar sekolah dasar
negeri di kelurahan tembung.
Sampel adalah bagian (subset) dari populasi
yang dipilih dengan cara tertentu hingga di anngap
dapat mewakili populasinya(11)
. Sampel yang
diambil dalam penelitian ini adalah jajananan yang
di identifikasi pewarnanya. Sampel yang diambil
dalam penelitian ini adalah jajanan yang berwarna
merah, belum memiliki label pangan, dan di jual di
sekitar Sekolah Dasar Negeri Kelurahan Tembung
tahun 2016. Peneliti menerapkan kriteria inklusi
dan eksklusi untuk memastikan apakah jajanan
yang diambil dapat memenuhi kriteria penelitian.
Ada pun kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:
1. Jajanan yang berwarna merah.
2. Jajanan yang belum memiliki label
pangan.
Ada pun kriteria eksklusi dalam penelitian ini
adalah:
1. Jajanan yang tidak berwarna merah.
2. Jajanan yang sudah memiliki label pangan.
Perhitungan jumlah sampel penelitian ini
adalah dengan menggunakan total sampling. Total
sampling adalah teknik penentuan sampel bila
semua anggota populasi digunakan sebagai
sampel(12)
. Sehingga didapatkan sampel jajanan
yang memenuhi kriteria sebanyak 28 sampel yang
terdiri dari saos, sosis dan selai roti.
Variable Penelitian
1. Variabel terikat (dependent variable) yaitu
jajanan yang di jual di Sekolah Dasar
Negeri di Kelurahan Tembung.
2. Variabel bebas (independent variable)
yaitu zat pewarna Rhodamin B.
Instrument penelitian:
Alat
- Baker glass
- Pemanas listrik
- Chamber
- Kertas Kromatografi
- Pipet mikro
Bahan
- sampel (jajanan)
- HCl
- H2SO4
- NaOH 10%,
- NH4OH 10%
Cara kerja - Sejumlah sampel (jajanan) 30-50 g ditimbang,
kemudian masukkan ke dalam gelas kimia 100
ml.
- Tambahkan 10 ml asam asetat 10 % kemudian
masukkan bulu domba, didihkan selama 30 menit
sambil diaduk.
- Bulu domba dipisahkan dari larutan dan dicuci
dengan air dingin berulang-ulang hingga bersih.
- Pewarna dilarutkan dari bulu domba dengan
penambahan ammonia 10% di atas penangas air
hingga sempurna.
- Larutan berwarna yang didapat dicuci lagi dengan
air hingga bebas amonia.
- Totolkan pada kertas kromatografi, juga totolkan
zat warna pembanding yang cocok.
- Jarak rambatan elusi 12 cm dari tepi bawah kertas.
- Elusi dengan eluen G (Encerkan 5 ml ammonia
pekat dengan air suling 100 ml,
tambahkan 2 gr tritanium sitrat dan larutkan).
- Keringkan kertas kromatografi di udara pada
suhuh kamar.
- Amati bercak-bercak yang timbul.
- Perhitungan zat pewarna dapat dilakukan dengan
cara mengukur nilai Rf (faktor retensi) dari
masing-masing bercak tersebut, dengan cara
membagi jarak gerak zat terlarut oleh jarak gerak
pelarut.
Rf = Jarak gerak zat terlarut
Jarak gerak zat pelarut
Teknik Pengambilan Data
Data Primer
Data yang dikumpulkan adalah data primer
yaitu jajanan anak sekolah dasar di kelurahan
tembung. Pengumpulan data ini dilakukan langsung
oleh peneliti. Tugas dari penenliti adalah
mengumpulkan sampel jajanan dari lingkungan
sekolah dasar di kelurahan tembung yang telah
memenuhi kriteria inklusi dan pemeriksaan zat
warna rhodamin B dilakukan di laboratorium.
Data Sekunder
Data sekunder meliputi data yang
berhubungan dengan substansi yang diperoleh dari
literatur-literatur serta data terkait zat pewarna
Deteksi Rhodamin B Pada Jajanan Anak Sekolah Dasar Negeri Di Kelurahan Tembung
46
IBNU SINA, Vol. 26 No. 1, Januari – Maret 2018
sintetis dari BPOM yang menjadi bahan masukan
bagi penulis dan sangat relevan untuk mendukung
penelitian.
Pengolahan Data
Analisa Data
Sesuai dengan jenis penenlitian, maka analisa
terhadap data yang terkumpul dilakukan secara
deskriptif yang di sertai dengan tabel, narasi dan
pembahasan serta diambil kesimpulan apakah
jajanan yang dijual di lingkungan sekitar sekolah
dasar negeri di kelurahan tembung mengandung zat
warna berbahaya sesuai dengan Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor:
239/Men.Kes/Per/V/85 tentang zat warna tertentu
yang dinyatakan sebagai bahan berbahaya.
HASIL PENILITIAN
Gambaran Lokasi Penelitian
Kelurahan Tembung Kecamatan Percut Sei
Tuan memiliki luas 5,35 km2 dengan batas
wilayahnya:
- Sebelah Utara : Kelurahan Bandar
Khalipah.
- Sebelah Selatan : Perkebunan PTPN IX
Bandar Klippa.
- Sebelah Barat : Kecamatan Medan
Tembung.
- Sebelah Timur : Kelurahan Bandar Klippa.
Kelurahan Tembung Kecamatan Percut Sei
Tuan memiliki 8 Sekolah Dasar Negeri (SDN) yang
pada masing-masing Sekolah Dasar terdapat
penjual jajanan yang menjual jajanan dengan
berbagai macam warna yang mencolok, diantaranya
jajanan yang berwarna merah.
Sampel yang di ambil dari penjual jajanan
tersebut adalah sebanyak 28 sampel jajanan
berwarna merah yang tediri dari 20 sampel saos, 5
sosis dan 3 selai roti, sebagai berikut :
1. SDN No 101770 sebanyak 3 sampel, yaitu
saos sebanyak 2 sampel dan 1 sampel
sosis.
2. SDN No 105287 sebanyak 3 sampel, yaitu
saos sebanyak 2 sampel dan 1 sampel
sosis.
3. SDN No 106814 sebanyak 4 sampel, yaitu
saos sebanyak 3 sampel dan 1 sampel selai
roti.
4. SDN No 101769 sebanyak 4 sampel, yaitu
saos sebanyak 3 sampel dan 1 sampel selai
roti.
5. SDN No 101767 sebanyak 4 sampel, yaitu
saos sebanyak 2 sampel, 1 sampel sosis
dan 1 sampel selai roti.
6. SDN No 101768 sebanyak 3 sampel, yaitu
saos sebanyak 3 sampel.
7. SDN No 101771 sebanyak 4 sampel, yaitu
saos sebanyak 3 sampel dan 1 sampel
sosis.
8. SDN No 104205 sebanyak 3 sampel, yaitu
saos sebanyak 2 sampe dan 1 sampel sosis.
Identifikasi Pewarna
Dalam analisa ini disajikan dengan
menggunakan tabel distribusi frekuensi dari
variabel yang akan diteliti. Analisa ini bertujuan
untuk mengetahui gambaran dari variabel yang
akan diteliti meliputi gambaran hasil analisa
rhodamin B serta zat warna terlarang dalam jajanan
anak Sekolah Dasar Negeri di Kelurahan Tembung.
Dua puluh delapan sampel yang telah dikumpulkan,
di uji dalam uji kromatografi kertas karena peneliti
tidak mengetahui jenis zat warna yang ada di dalam
jajanan tersebut.
Tabel 4.1 Sampel Jajanan Anak Sekolah Dasar
Negeri Di Kelurahan Tembung Yang Diuji
Kode sampel Jajanan yang
di uji
Warna
jajanan
A1 Saos kojek Merah
A2 Saos sosis Merah
A3 Sosis Merah
B1 Saos kojek Merah
B2 Saos sosis Merah
B3 Sosis Merah
C1 Saos kojek Merah
C2 Saos gorengan Merah
C3 Saos mie
goreng
Merah
C4 Selai roti bakar Merah
D1 Soas kojek Merah
D2 Saos kojek Merah
D3 Selai roti bakar Merah
D4 Saos gorengan Merah
E1 Saos bakso
goreng
Merah
E2 Sosis Merah
E3 Selai roti bakar Merah
E4 Saos mie goring Merah
F1 Saos kojek Merah
F2 Saos gorengan Merah
F3 Saos gorengan Merah
G1 Saos kojek Merah
G2 Saos bakso
goreng
Merah
G3 Sosis Merah
G4 Soas mie
goreng
Merah
H1 Saos bakso
goreng
Merah
H2 Saos bakso
bakar
Merah
H3 Sosis Merah
Deteksi Rhodamin B Pada Jajanan Anak Sekolah Dasar Negeri Di Kelurahan Tembung
47
IBNU SINA, Vol. 26 No. 1, Januari – Maret 2018
Gambaran Hasil Identifikasi Rhodamin B
Untuk melihat gambaran hasil identifikasi
pewarna rhodmain B dalam jajanan anak Sekolah
Dasar Negeri di Kelurahan Tembung di lakukan uji
dengan metode kromatografi kertas. Pada kertas
kromatografi, sampel jajanan yang mengandung
rhodamin B harus memberikan visualisasi warna
merah muda terang dan terbentuk fluoresensi di
bawah sinar UV 254 nm maupun 366 nm(13)
.
Kemudian, dilakukan perhitungan nilai Rf sampel
dan membandingkannya dengan Rf baku
pembanding. Perhitungan nilai Rf dilakukan dengan
cara menghitung jarak yang di tempuh solut dengan
jarak yang di tempuh fase gerak. Jarak yang di
tempuh solut di presentasikan sebagai x dan di
hitung dari titik awal penotolan sampai bercak yang
timbul. Sedangkan y adalah jarak yang di tempuh
fase gerak yang di hitung dari titik awal penotolan
sampai dengan titik akhir pengembangan(14)
.
Tabel 4.2 Perhitungan Nilai Rf Baku Pada Uji
Rhodamin B
Rhodamin B
Rf baku
Nilai x
(cm)
Nilai y
(cm)
Nilai Rf
baku
7,5
12
0,62
Setelah melihat perhitungan nilai Rf baku
dan diketahui nilainya, maka diperlukan nilai Rf
sampel. Selanjutnya nilai Rf sampel dengan Rf
baku pembanding di bandingkan. Selisih nilai Rf
sampel dan Rf baku adalah ≤ 0,02(15)
. Perhitungan
Rf sampel dapat dilihat pada (lampiran I).
Dari perhitungan nilai Rf sampel yang tertera
dalam lampiran, ternyata nilai Rf sampel tidak sama
atau tidak mendekati nilai Rf baku. Maka dari itu,
sampel dinyatakan negatif atau tidak mengandung
rhodamin B. Sampel juga tidak memberikan
visualisasi warna merah muda terang dan tidak
terbentuk fluoresensi di bawah sinar UV 254 nm
maupun 366 nm. Sampel yang dinyatakan positif
mengandung rhodamin B harus memberikan
visualisasi warna merah muda terang dan terbentuk
fluoresensi di bawah sinar UV 254 nm maupun 366
nm dan memiliki nilai Rf yang sama dengan nilai
Rf baku atau memiliki selisih nilai Rf ≤ 0,02.
Gambaran Hasil Identifikasi Pewarna Sintetik
Untuk mengetahui zat warna yang
terkandung dalam sampel tersebut, dilakukan
pembandingan terhadap nilai Rf sampel dengan
nilai Rf zat warna lainnya sesuai dengan Standar
Industri Indonesia (SII). Sehingga bisa di ketahui
zat warna apa yang sesungguhnya terdapat dalam
sampel tersebut. Pembandingan nilai rf sampel
disesuaikan berdasarkan warna yang terkandung
dalam sampel.
Tabel 4.3 Nilai Rf Zat Warna Sintetik
No Warna Nilai Rf Jenis Zat Warna
1 Merah 0,57 Ponceau 4R
2 Merah 0,46 Red 2G
3 Merah 0,11 Ponceau 3R
4 Jingga 0,28 Orang RN
5 Kuning 0,76 Yellow 2G
6 Kuning 0,27 Yellow RY
Sumber: Standar Industri Indonesia (SII)
Departemen Perindustrian Republik Indonesia
Tabel 4.4 Hasil Analisa Uji Zat Warna Sintetik
Pada Jajanan Anak Sekolah Dasar Negeri Di
Kelurahan Tembung Kecamatan Percut Sei
Tuan
Kode
Sampel
Warna Pada
Kertas
Kromatografi
Hasil Analisa Kriteria
Menurut
Permenkes
No 239
Tahun
1985
Nilai
Rf
Jenis
Zat
Warna
A1 Jingga
Merah
0,28
0,57
Orange
RN
Ponceau
4R
Tidak Di
Izinkan
Diizinkan
A2 Jingga
Merah
0,28
0,57
Orange
RN
Ponceau
4R
Tidak
Diizinkan
Diizinkan
A3 - 0 - -
B1 Jingga
Merah
0,26
0,55
Orange
RN
Ponceau
4R
Tidak
Diizinkan
Diizinkan
B2 Jingga
Merah
0,26
0,45
Orange
RN
Red 2G
Tidak
Diizinkan
Diizinkan
B3 - 0 - -
C1 Jingga
Merah
0,27
0,57
Orange
RN
Ponceau
4R
Tidak
Diizinkan
Diizinkan
C2 Jingga
Merah
0,27
0,55
Orange
RN
Ponceau
4R
Tidak
Diizinkan
Diizinkan
C3 Jingga
Merah
0,26
0,45
Orange
RN
Red 2G
Tidak
Diizinkan
Diizinkan
C4 Merah 0,1 Ponceau
3R
Tidak
Diizinkan
D1 Jingga 0,27 Orange Tidak
Deteksi Rhodamin B Pada Jajanan Anak Sekolah Dasar Negeri Di Kelurahan Tembung
48
IBNU SINA, Vol. 26 No. 1, Januari – Maret 2018
Merah 0,46 RN
Red 2G
Diizinkan
Diizinkan
D2 Kuning 0,25 Yellow
RY
Diizinkan
D3 Merah 0,1 Ponceau
3R
Tidak
Diizinkan
D4 Jingga
Merah
0,27
0,46
Orange
RN
Red 2G
Tidak
Diizinkan
Diizinkan
E1 Jingga
Merah
0,26
0,46
Orange
RN
Red 2G
Tidak
Diizinkan
Diizinkan
E2 - 0 - -
E3 Merah 0,09 Ponceau
3R
Tidak
Diizinkan
E4 Kuning 0,26 Yellow
RY
Diizinkan
F1 Jingga
Merah
Kuning
0,26
0,46
0,75
Orange
RN
Red 2G
Yellow
2G
Tidak
Diizinkan
Diizinkan
Diizinkan
F2 Jingga
Merah
0,26
0,44
Orange
RN
Red 2G
Tidak
Diizinkan
Diizinkan
F3 Jingga
Merah
0,28
0,46
Orange
RN
Red 2G
Tidak
Diizinkan
Diizinkan
G1 Jingga
Merah
0,26
0,46
Orange
RN
Red 2G
Tidak
Diizinkan
Diizinkan
G2 Jingga
Merah
0,27
0,45
Orange
RN
Red 2G
Tidak
Diizinkan
Diizinkan
G3 - 0 - -
G4 Jingga
Merah
0,28
0,46
Orange
RN
Red 2G
Tidak
Diizinkan
Diizinkan
H1 Jingga
Merah
0,28
0,56
Orange
RN
Ponceau
4R
Tidak
Diizinkan
Diizinkan
H2 Jingga
Merah
0,27
0,44
Orange
RN
Red 2G
Tidak
Diizinkan
Diizinkan
H3 - 0 - -
Dari hasil pembandingan nilai Rf baku dengan
nilai Rf sampel, di dapatkan sejumlah zat warna
sintetik. Terdapat 6 sampel saos yang mengandung
orange RN dan ponceau 4R, 11 sampel saos
mengandung orange RN dan red 2G, 1 sampel saos
mengandung orange RN, red 2G dan yellow 2G, 2
sampel saos mengandung yellow RY, 3 sampel selai
roti mengandung ponceau 3R, sedangkan 5 sampel
sosis tidak mengandung pewarna sintetik. Menurut
Permenkes RI No 239/Men.Kes/Per/V/85 orange
RN dan ponceau 3R merupakan zat warna yang
dilarang penggunaannya dalam pangan. Sedangkan
ponceau 4R, red 2G, yellow RY dan yellow 2G
merupakan zat warna yang diizinkan
penggunaannya dalam pangan.
PEMBAHASAN
Identifikasi Pewarna
Analisa yang dilakukan di laboratorium adalah
analisa kualitatif yaitu identifikasi pewarna pangan
yang terdapat pada sampel. Identifikasi pewarna
dilakukan dengan menggunakan eluen G sesuai
dengan Standar Industri Indonesia. Kandungan
eluen G ialah 5 ml ammonia pekat yang telah di
encerkan dengan air suling 100 ml, kemudian di
tambahkan 2 gr tritanium sitrat lalu dilarutkan.
Tahap pertama dalam uji kualitatif adalah
ekstraksi. Ekstraksi zat warna sampel pada
makanan tidak dapat dilakukan secara langsung
dengan harapan zat warna dapat langsung di tarik
dengan bulu domba, melainkan harus di preparasi
terlebih dahulu. Sampel di timbang sebanyak 50 mg
kemudian di tambahkan larutan asam asetat 10%
sebanyak 10 ml dan kemudian di tambahkan bulu
domba. Setelah itu, di uapkan di atas penangas air.
Pada penelitian ini, ekstraksi dilakukan pada
suasana asam dengan menggunakan asam asetat
10% serta pada suasana basa menggunakan
ammonia 10%, dengan isolasi dan absorpsi oleh
bulu domba.
Pekatan zat warna yang telah diisolasi pada
preparasi contoh jajanan, di totolkan pada jarak ± 2
cm dari ujung bawah kertas kromatografi. Jumlah
sampel yang ditotolkan kurang lebih 1µl, dengan
menggunakan mikropipet. Tetesan sampel harus
diusahakan sekecil mungkin dengan meneteskan
berulang kali, di biarkan mengering sebelum
totolan berikutnya. selanjutnya kertas kromatografi
yang telah di totoli sampel di celupkan ke dasar
bejana kromatografi yang terlebih dahulu sudah di
jenuhkan dengan uap elusi untuk proses
pengembangan. Proses pengembangan dilakukan
dengan searah atau satu dimensi(16)
.
Hasil Uji Analisa Rhodamin B
Hasil uji analisa pada 28 sampel tidak di
temukan adanya penggunaan rhodamin B pada
jajanan anak Sekolah Dasar Negeri di Kelurahan
Tembung Kecamatan Percut Sei Tuan Deli
Serdang. Hal ini juga sesuai dengan penelitian-
penelitian lain. Seperti pada penelitian yang
Deteksi Rhodamin B Pada Jajanan Anak Sekolah Dasar Negeri Di Kelurahan Tembung
49
IBNU SINA, Vol. 26 No. 1, Januari – Maret 2018
dilakukan di Sekolah Dasar Kelurahan Timbang
Deli Kecamatan Medan Amplas dari 6 sampel
jajanan yang diperiksa yaitu 2 sampel saos, somboi,
kerupuk berwarna merah, tahu bakar dan es
berwarna merah, tidak satu pun sampel yang
diperiksa mengandung rhodamin B(17)
.
Pada penelitian yang dilakukan di Sekolah
Dasar Negeri Kompleks Mangkura Kota Makasar
dari 3 sampel jajanan yang di uji (saos nugget, saos
bakso dan bumbu bubuk tela-tela) tidak terdapat
jajanan yang mengandung rhodamin B (Pertiwi,
2013). Sementara penelitian yang di lakukan di
Sekolah Dasar Lariangbangi Makasar, juga tidak
terdapat rhodamin B pada 6 sampel jajanan yang di
periksa. Sampel jajanan yang di periksa ialah saos
nugget, saos bakso goreng dan saos bakwan(18)
.
Tidak teridentifikasinya rhodamin B pada
sampel jajanan, bukan berarti tidak di perlukan
sikap kehati-hatian dalam mengkonsumsi jajanan
berwarna yang di jual pedagang di sekolah-sekolah.
Menurut WHO, rhodamin B berbahaya bagi
kesehatan manusia karena sifat kimia dan
kandungan logam beratnya. Rhodamin B
mengandung senyawa klorin (Cl). Senyawa klorin
merupakan senyawa halogen yang berbahaya dan
reaktif. Jika tertelan, maka senyawa ini akan
berusaha mencapai kestabilan dalam tubuh dengan
cara mengikat senyawa lain dalam tubuh, hal inilah
yang bersifat racun bagi tubuh. Selain itu, rhodamin
B juga memiliki senyawa pengalkilasi (CH3-CH3)
yang bersifat radikal sehingga dapat berikatan
dengan protein, lemak, dan DNA dalam tubuh(3)
.
Hasil Uji Analisa Pewarna Sintetik
Hasil uji analisa zat warna, menunjukkan
terdapat beberapa sampel yang memiliki campuran
warna lebih dari satu. Sampel yang mengandung zat
warna lebih dari satu ialah sampel saos. Umumnya
warna yang terkandung dalam sampel saos yang di
periksa ialah orange RN dan ponceau 4r serta,
orange RN dan red 2G, ada juga saos yang
mengandung orange RN, red 2G dan yellow 2G,
kemudian 2 sampel saos lainnya menggunakan
pewarna yellow RY. Selanjutnya sampel selai roti
yang di periksa mengandung ponceau 3R.
Sedangkan sampel sosis yang di periksa tidak
mengandung pewarna sintetis. Menurut Permenkes
RI No 239/Men.Kes/Per/V/85, orange RN dan
ponceau 3R merupakan zat warna yang di larang
penggunaannya pada makanan. Sedangkan, red 2G,
ponceau 4R, yellow 2G dan yellow RY merupakan
zat warna yang di iziinkan. Hal ini juga sesuai
dengan penelitian-penelitian lainnya(4)
.
Pada pemeriksaan zat pewarna terhadap saos
yang beredar di Pasar Pancur Batu Kabupaten Deli
Serdang dari tiga sampel yang diperiksa, ketiga
sampel tersebut mengandung zat pewarna
berbahaya seperti orange RN dan ponceau 3R(19)
.
Selanjutnya pada pemeriksaan yang dilakukan
pada selai buah yang tidak bermerek yang dijual di
beberapa pasar tradisional kota Medan, dari 15
sampel yang diperiksa 1 sampel positif
mengandung ponceau 3R (20)
.
Kemudian pemeriksaan zat warna yang
dilakukan pada minuman sirup yang dijual di
Sekitar Sekolah Dasar Kelurahan Lubuk Pakam III
Kecamatan Lubuk Pakam, terdapat 2 sampel
minuman sirup yang positif mengandung ponceau
3R dari 20 sampel minuman sirup yang di
periksa(21)
. Sedangkan penelitian yang dilakukan
pada sirup yang di jual di Pasar Aksara Medan
menunjukkan bahwa dari 10 sampel yang di periksa
2 sampel positif mengandung ponceau 3R(22)
.
Orange RN merupakan pewarna orange yang
mempunyai nomor indeks 15970. Dalam percobaan
terhadap babi, tikus, dan mencit, Orange RN
menunjukkan dampak yang parah terhadap sistem
pembentukan sel darah dan hati. Sedangkan
ponceau 3R, Ponceau SX, Ponceau 6R adalah zat
berbentuk butiran atau serbuk warna merah hingga
merah tua dan mempunyai sifat tidak berbau. Selain
itu zat tersebut mudah larut dalam air, dalam
gliserol P, serta sukar larut dalam etanol P. Zat ini
banyak dijumpai dalam minuman ringan bahkan
beberapa produk sirup dan juga produk
kosmetik(23)
. Ponceau 3r merupakan zat warna yang
memiliki sifat karsinogenik, penyebab kanker pada
manusia(24)
. Kelompok Ponceau yang dilarang
sebagai pewarna makanan, minuman dan kosmetik
seperti Ponceau 3R yang biasa disebut Acid Red,
Ponceau SX (Food Red 1, FD dan C Red no. 4),
dan Ponceau 6R(23)
.
KESIMPULAN
1. Tidak terdapat rhodamin B pada 28 sampel
jajanan yang di periksa.
2. Terdapat pewarna sintetik yang tidak di
izinkan menurut Permenkes RI No
239/Men.Kes/Per/V/85 pada sampel
jajanan yang di periksa. Diantaranya 3
sampel selai roti yang mengandung
ponceau 3R dan 18 sampel saos yang
mengandung Orange RN.
3. Terdapat 2 sampel saos yang
menggunakan pewarna sintetik yang di
izinkan yakni yellow RY.
4. Tidak di temukan pewarna sintetik pada 5
sampel sosis yang di periksa.
SARAN
Bagi Sekolah
1. Memperketat pengawasan jajanan sekolah
yang belum mempunyai label.
2. Memberikan edukasi bagi anak sekolah
tentang pewarna sintetis dan bahayanya
terhadap kesehatan.
Deteksi Rhodamin B Pada Jajanan Anak Sekolah Dasar Negeri Di Kelurahan Tembung
50
IBNU SINA, Vol. 26 No. 1, Januari – Maret 2018
Bagi Badan Pengawas Obat Dan Makanan
1. Memperketat pengawasan peredaran
jajanan khususnya jajanan anak sekolah
yang belum mempunyai label.
2. Memberi edukasi pedagang jajanan agar
lebih memahami tentang pewarna sintetis
dan bahayanya terhadap kesehatan.
3. Menarik peredaran jajanan yang
mengandung pewarna sintetis yang
dilarang.
Bagi peneliti lain
1. Melanjutkan penelitian ini dengan
menggunakan metode lain .
2. Dapat dijadikan referensi untuk penelitian
serupa.
*) dr. Dewi Pangestuti, M.Biomed : Dosen
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera
Utara, Medan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Azizahwati, dkk., 2007. Analisa Zat Warna
Sintetik Terlarang Untuk Makanan yang
Beredar di Pasaran. Majalah Ilmu
Kefarmasian, Vol.IV (I) : 7-25.
2. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan
Makanan Republik Indonesia Nomor 37
Tahun 2013 Tentang Batas Maksimum
Penggunaan Bahan Tambah Pangan
Pewarna
3. Sentra Infomasi Keracunan, 2015. Bahaya
Rhodamin B Sebagai Pewarna Pada
Pangan. Direktorat Jendral Pengawasan
Obat Dan Makanan
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor:239/Men.Kes/Per/85 Tentang Zat
Warna Tertentu Yang Dinyatakan Sebagai
Bahan Berbahaya
5. Permatasari, A., dkk., 2014. Karya Tulis Ilmiah
Identifikasi Zat Pewarna Rhodamin B
Dalam Jajanan yang Dipasarkan di Pasar
Tradisional Kota Bandar Lampung.
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
6. Utami, W., Suhendi, A., 2009. Analisa Rhodamin
B Dalam Jajanan Pasar Dengan Metode
Kromatografi Lapis Tipis. Jurnal Penelitian
Sains & Teknologi, Vol 10 : 148-155
7. Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
2010. Anak dengan Gizi Baik Menjadi Aset
dan Investasi Bangsa di Masa Depan.
Direktorat Jendral Kesehatan Masyarakat
8. Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
2010. Mobil Laboratorium Keliling Awasi
Jajanan di Sekolah. Direktorat Jendral
Kesehatan Masyarakat
9. Silalahi, J., Rahman, F., 2011. Analisa Rhodamin
B Pada Jajanan Anak Sekolah Dasar Di
Kabupaten Labuhan Batu Selatan,
Sumatera Utara. J Indon Med Assod, Vol
61 : 7
10. Notoatmodjo, S., 2012. Metodologi Penelitian
Kesehatan. Jakarta: Rineks Cipta: 115
11. Sastroasmoro, S., 2013. Dasar-Dasar
Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta: CV
Bamboedoea Communication : 85
12. Sugiyono., 2014. Metode Penelitian Pendidikan
Pendekatan Kuantitatif,Kualitatif dan
R&D. Bandung: Alfabet: 85.
13. Pertiwi, D., dkk., 2013. Karya Tulis Ilmiah
Analisa Kandungan Zat Pewarna Sintetik
Rhodamin B dan Methanil Yellow Pada
Jajanan Anak di SDN Komplek Mangkura
Kota Makassar. Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Hasanuddin
14. Akbari, I., 2012. Identifikasi Jajanan Anak
Sekolah Dasar Kencana Jakarta Pusat
yang Mengandung Rhodamin B dan
Methanil Yellow Tahun 2012. Skripsi.
Jakarta: Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia
15. Khopkar, S.M., 2008. Konsep Dasar Kimia
Analitik.Jakarta : UI-Press
16. Sumarlin, L.O., 2010. Identifikasi Pewarna
Sintetis Pada Produk Pangan yang
Beredar di Jakarta dan Ciputat. Jurnal
Valensi 1 (6)
17. Situmorang, H.F., 2013. Higiene Sanitasi
Pemeriksaan Escherichia Coli dan
Rhodamin B Pada Makanan Jajanan di
Sekolah Dasar (SD) Kelurhan Timbang
Deli Kecamatan Medan Amplas Tahun
2013. Skripsi. Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara
18. Karimah, F.A,. dkk., 2014. Karya Tulis Ilmiah
Analisa Zat Pewarna Sintetik Pada
Pangan Jajanan di SD Lariangbangi
Makassar. Skripsi. Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Hasanuddin
19. Astuti, A.P., 2015. Identifikasi Zat Warna Pada
Saus yang Beredar di Pasar Pancur Batu
Kabupaten Deli Serdang Secara
Kromatografi Kertas. Skripsi. Fakultas
Farmasi Universitas Sumatera Utara
20. Mashithoh, N., 2016. Analisa Kandungan Zat
Pemanis, Zat Pewarna Dan Zat Pengawet
Pada Selai Buah Yang Tidak Bermerek
Yang Dijual Di Beberapa Pasar
Tradisional Kota Medan Tahun 2016.
Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara
Deteksi Rhodamin B Pada Jajanan Anak Sekolah Dasar Negeri Di Kelurahan Tembung
51
IBNU SINA, Vol. 26 No. 1, Januari – Maret 2018
21. Purba, E.R., 2009. Analisa Zat Pewarna pada
Minuman Sirup yang Dijual di Sekolah
Dasar Kelurahan Lubuk Pakam III
Kecamatan Lubuk Pakam. Skripsi :
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara
22. Kautsar, M.A,. 2010. Analisa Penggunaan Zat
Pewarna Buatan Pada Sirup yang Dijual
di Pasar Tradisional Aksara Kota Medan
Tahun 2010. Skripsi. Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara
23. Syah, D., dkk., 2007. Manfaat Dan Bahaya
Bahan Tambah Pangan. Bogor. Himpunan
Alumni Fakultas Teknologi Pertanian
24. Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
2017. Bahan Tambahan yang di Larang
Digunakan dalam Produk Pangan.
Direktorat Standardisasi Produk Pangan