i kata pengantar bab i...

75
i KATA PENGANTAR BAB I PENDAHULUAN

Upload: others

Post on 05-Feb-2021

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • i KATA PENGANTAR BAB I PENDAHULUAN

  • ii KATA PENGANTAR BAB I PENDAHULUAN

    KATA PENGANTAR

    Berdasarkan Peraturan Presiden R.I No. 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas

    Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara

    dan Reformasi Birokrasi No. 53 Tahun 2014 mewajibkan setiap unit yang merupakan entitas

    akuntabilitas kinerja atau Eselon I untuk menyusun dan menyajikan Laporan Kinerja atas

    prestasi kerja yang dicapai berdasarkan penggunaan anggaran yang telah dialokasikan.

    Laporan Kinerja tersebut disampaikan setiap tahun kepada Pimpinan Kementerian

    Perdagangan sebagai bentuk akuntabilitas unit dalam melaksanakan tugas dan pokok serta

    fungsinya untuk mencapai visi, misi, tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Laporan

    Kinerja Eselon I tersebut haruslah merupakan gabungan menyeluruh dari Laporan Kinerja

    Eselon-Eselon II di bawahnya.

    Sehubungan dengan hal tersebut, disusunlah Laporan Kinerja Tahun 2019 Eselon II ini

    yang berisi Perjanjian Kinerja yang sudah ditetapkan untuk tahun 2019 serta pencapaian

    kinerja atau realisasi pencapaian sasaran dan analisis terhadap pencapaian kinerja dari

    kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan Direktorat Barang Kebutuhan Pokok dan Barang

    Penting, yang merupakan unit Eselon II di bawah Eselon I Direktorat Jenderal Perdagangan

    Dalam Negeri.

    Ke depan, kami berharap agar Laporan Kinerja Tahun 2019 dapat menjadi acuan, bahan

    masukan serta umpan balik bagi Direktorat Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting

    untuk bekerja dengan lebih baik, efektif dan efisien dalam melayani masyarakat.

    Jakarta, 20 Januari 2020

    Direktur Barang Kebutuhan Pokok Dan Barang Penting

    Susy Herawaty

  • iii RINGKASAN EKSEKUTIF BAB I PENDAHULUAN

    RINGKASAN EKSEKUTIF

    Laporan Kinerja Direktorat Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting (Dit.

    Bapokting) sebagai salah satu sarana pemantauan dan Evaluasi atas kinerja pelaksanaan

    dokumen-dokumen Perencanaan yang disinkronisasi dan dituangkan dalam Perjanjian

    Kinerja. Berdasarkan Perjanjian Kinerja Direktorat Barang Kebutuhan Pokok dan Barang

    Penting Tahun 2018, terdapat 3 Sasaran Strategis yang diperjanjikan yang dapat diuraikan

    menjadi 3 indikator kinerja strategis sebagaimana tercantum pada tabel dibawah ini.

    Tabel 1 Ringkasan Realisasi Seluruh Indikator Kinerja pada Laporan Kinerja Dit.

    Bapokting Tahun 2019

    NO SASARAN PROGRAM INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI CAPAIAN

    (1) (2) (3) (4) (5) (6)

    1 Terjaganya deviasi harga barang kebutuhan pokok antar waktu

    i. Persentase provinsi yang harga barang kebutuhan pokoknya stabil antar waktu

    85% 90,77% 106,79%

    2 Terjaganya deviasi harga barang kebutuhan pokok antar wilayah

    ii. Persentase provinsi yang harga barang kebutuhan pokoknya stabil antar wilayah

    75% 71,5% 95,33%

    3 Terjaganya fluktuasi harga barang kebutuhan pokok dan barang penting

    iii. Jumlah kebijakan teknis bidang stabilitas harga barang kebutuhan pokok dan barang penting yang di setujui

    4 Kebijakan

    3 Kebijakan

    75%

    4 Penyelenggaraan tertib administrasi unit kerja

    Nilai WTA 70 82,69 118%

    Rata-rata 98,78%

    Sumber : Data TU Bapokting 2019

    Secara keseluruhan terdapat 3 indikator kinerja. Dari keseluruh IK tersebut, 3 indikator.

    Dua indikator yang tidak mencapai target adalah jumlah kebijakan teknis bidang stabilitas

    harga barang kebutuhan pokok dan barang penting 3 kebijakan atau 75% dan persentase

    provinsi yang harga barang kebutuhan pokoknya stabil antar wilayah (71,5%). Sedangkan

    indikator yang mencapai target adalah persentase provinsi yang harga barang kebutuhan

  • iv RINGKASAN EKSEKUTIF BAB I PENDAHULUAN

    pokoknya stabil antar waktu (90,77%) yang mana ketiganya dapat mencapai atau melampaui

    target yang ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja dan Rencana Aksi.

    Capaian deviasi harga barang kebutuhan pokok antar waktu tahun 2019 adalah sebesar

    90,77%, di atas target >=85%, realisasi pencapaian target Januari s/d Desember 2019 yaitu

    90,77%/85% = 106,79%. Dasar penentuan angka target minimum 85% atau 29 provinsi adalah

    untuk mengantisipasi kondisi 5 daerah non sentra produksi pangan yang akses distribusi dan

    logistiknya masih kurang memadai (Papua, Papua Barat, Maluku, Maluku Utara, NTT).

    Perhitungan deviasi antar waktu hanya dilakukan pada 2 periode, yaitu s/d Juni dan s/d

    Desember, karena toleransi harga yang tidak stabil hanya 2 bulan dalam satu tahun (rata-rata

    1 bulan setiap 6 bulan) dengan pertimbangan adanya 2 festive season (HBKN) yaitu pada

    Puasa-Lebaran dan Natal-Tahun Baru.

    Capaian deviasi harga barang kebutuhan pokok antar wilayah tahun 2019 (Januaris/d

    Desember) adalah sebesar 71,5%, di bawah target 75% Realisasi pencapaian target Januari

    s/d Desember: 71,5%/75% = 95,33%. Dasar penentuan angka target minimum 75% adalah

    melihat dari past performance rata-rata pencapaian deviasi harga bapok antar wilayah per

    TW tahun 2016-2018 adalah sekitar 73% serta realisasi pencapaian target kovar harga bapok

    antar wilayah tahun 2018 sekitar 93,87%. Tidak tercapainya target deviasi harga barang

    kebutuhan pokok antar wilayah tahun 2019 antara lain disebabkan tingginya disparitas harga

    jagung dan kedelai.

    Pedoman mekanisme operasi pasar adalah indikator yang diminta oleh Kantor Staf

    Presiden (KSP) untuk ditambahkan di Dit. Bapokting di tahun 2019. Hal ini dilakukan dalam

    rangka meningkatkan kualitas pelaksanaan operasi pasar yang mana pada akhirnya akan

    memperbaiki kinerja indikator lainnya yang terkait stabilitas harga barang kebutuhan pokok,

    yaitu indikator persentase provinsi yang harga barang kebutuhan pokoknya stabil antar

    waktu, persentase provinsi yang harga barang kebutuhan pokoknya stabil antar wilayah dan

    pedoman kebijakan teknis bidang stabilitas harga barang kebutuhan pokok dan barang

    penting.

    Terkait operasi pasar ini, kebijakan yang dikeluarkan di tahun 2019 adalah:

    1) Surat Mendag nomor 01 tanggal 11 Januari 2019 Tentang Perdagangan Gula Kristal

    Rafinasi.

    2) Surat Mendag nomor 08 tanggal 12 Februari 2019 Tentang Perubahan Atas Peraturan

    Menteri Perdagangan Nomor 59 Tahun 2018 Tentang Kewajiban Pencantuman Label

    Kemasan Beras.

    3) Surat mendag nomor 47 tanggal 19 Juni 2019 Tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan

    Menteri Perdagangan Nomor 44/M-DAG/PER/9/2009 Tentang Pengadaan, Distribusi

    dan Pengawasan Bahan Berbahaya.

    Secara umum realisasi anggaran Direktorat Barang Kebutuhan Pokok dan Barang

    Penting pada tahun 2019 sebesar 98,37%. Semula anggaran Direktorat Barang Kebutuhan

  • v BAB I PENDAHULUAN

    Pokok dan Barang Penting sebesar Rp.45.000.000.000 (dipa awal), kemudian terdapat

    penambahan anggaran yang di peruntukan untuk stabilisasi harga gula oleh perum bulog

    sebesar Rp.337.494.677.000, sehingga anggaran Direktorat Barang Kebutuhan Pokok dan

    Barang Penting menjadi Rp.382.494.677.000 dan berhasil direalisasikan sebesar

    Rp.376.263.756.949.

  • vi DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN

    DAFTAR ISI

    HALAMAN

    KATA PENGANTAR................................................................................................... ii

    RINGKASAN EKSEKUTIF............................................................................................ iii

    DAFTAR ISI............................................................................................................... vi

    DAFTAR GAMBAR.................................................................................................... viii

    DAFTAR TABEL........................................................................................................ ix

    BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................. 1

    A. Latar Belakang................................................................................................. 2

    B. Struktur Organisasi.......................................................................................... 3

    C. Aspek Strategis Organisasi.............................................................................. 8

    D. Isu Strategis Organisasi................................................................................... 11

    BAB II PERENCANAAN KINERJA............................................................................... 12

    A. PERENCANAAN STRATEGIS..................................................................................... 13

    Visi............................................................................................................................. 13

    Misi............................................................................................................................ 13

    1. Mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika,

    berbudaya, dan beradab berdasarkan falsafah Pancasila......................... 13

    2. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing.................................................. 14

    3. Mewujudkan masyarakat demokratis berlandaskan hukum..................... 14

    4. Mewujudkan Indonesia aman, damai, dan bersatu................................... 14

    5. Mewujudkan pemerataan pembangunan dan berkeadilan....................... 14

    6. Mewujudkan Indonesia asri dan lestari..................................................... 15

    7. Mewujudkan Indonesia menjadi negara kepulauan yang mandiri,

    maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional.................................. 15

  • vii BAB I PENDAHULUAN

    8. Mewujudkan Indonesia berperan penting dalam pergaulan

    dunia internasional.................................................................................... 15

    Sembilan Agenda Prioritas.................................................................... 15

    B. Rencana Kerja dan Anggaran Tahun 2019................................................................. 20

    C. Kontrak Kinerja Direktorat Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting............... 23

    BAB III AKUNTABILITAS KINERJA............................................................................. 26

    A. Capaian Kinerja Organisasi.............................................................................. 27

    B. Kinerja Anggaran............................................................................................. 47

    BAB IV PENUTUP..................................................................................................... 49

    LAMPIRAN.............................................................................................................. 53

  • viii BAB I PENDAHULUAN

    DAFTAR GAMBAR

    BAB I PENDAHULUAN

    Gambar 1 Struktur Organisasi Direktorat Barang Kebutuhan Pokok

    Dan Barang Penting......................................................................... 5

    Gambar 2 Komposisi Jumlah Pegawai Berdasarkan Golongan........................ 6

    Gambar 3 Komposisi Jumlah Pegawai Berdasarkan Pendidikan..................... 6

    Gambar 4 Komposisi Pegawai Dit. Bapokting Berdasarkan Usia.................... 7

    Gambar 5 Komposisi Pegawai Per SUBDIT..................................................... 8

    BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

    Gambar 1 Mendag Melakukan Pantauan Harga Menjelang Puasa

    Dan Lebaran................................................................................ 28

    Gambar 2 Pelaksanaan Pasar Murah Kemendag Dalam Rangka Hari

    Besar Keagamaan Nasional 2019 yang dilaksanakan

    Di Parkiran Kemendag................................................................... 35

    Gambar 3 Kemendag Luncurkan Kebijakan Minyak Goreng Wajib Kemas... 37

    Gambar 4 Pelaksanaan Pemantauan Harga dan Stock di Pasar Rakyat........ 38

    LAMPIRAN

    Gambar 1 Rencana Kerja Tahun 2019Eselon 1...................................... 54

    Gambar 1.1 Rencana Kerja Tahun 2019 Eselon 2..................................... 56

    Gambar 2 Pengukuran Kinerja Program/Kegiatan

    Dan Realisasi Tahun 2019.............................................................. 61

    Gambar 3 Contoh Perhitungan IKU Antar Wilayah........................................ 62

    Gambar 4 Contoh Perhitungan IKU Antar Waktu........................................... 63

  • ix BAB I PENDAHULUAN

    DAFTAR TABEL

    BAB II PERENCANAAN KINERJA

    TABEL 1 Tujuan dan Sasaran Pengintegrasian dan Perluasan

    Pasar Dalam Negeri........................................................................ 17

    TABEL 2 Rencana Kinerja Direktorat Barang Kebutuhan Pokok

    Dan Barang Penting Tahun 2019...................................................... 21

    TABEL 3 Pagu Anggaran Dit. Bapokting Tahun 2019 Berdasarkan

    Program............................................................................................ 23

    TABEL 4 Rincian Kontrak Kinerja Direktorat Barang Kebutuhan Pokok

    Dan Barang Penting Tahun 2019...................................................... 25

    BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

    TABEL 1 Indikator Kinerja Kegiatan 1............................................................ 29

    Tabel 1.1 Indikator Kinerja Kegiatan 1........................................................... 29

    TABEL 2 Perkembangan Deviasi Harga Barang Kebutuhan Pokok

    Antar Waktu.................................................................................... 30

    TABEL 3 Indikator Kinerja Kegiatan 2............................................................ 40

    TABEL 3.1 Indikator Kinerja Kegiatan 2.......................................................... 40

    TABEL 4 Persentase Provinsi Yang Harga Barang Kebutuhan Pokoknya

    Stabil Antar Wilayah Periode Januari-Desember 2019................... 40

    TABEL 5 Jumlah Rekomendasi Kebijakan Barang Kebutuhan Pokok dan

    Barang Penting Tahun 2015-2018.................................................... 46

    TABEL 5.1 Jumlah Rekomendasi Kebijakan Barang Kebutuhan Pokok dan

    Barang Penting Tahun 2019............................................................. 46

    TABEL 6 Perincian Anggaran Direktorat Barang Kebutuhan Pokok

    Dan Barang Penting Tahun 2019.................................................... 48

    TABEL 7 Perincian Indikator Kinerja Kegiatan Direktorat Barang

  • x BAB I PENDAHULUAN

    Kebutuhan Pokok dan Barang Penting Menurut IKU

    Tahun 2019...................................................................................... 48

  • 1 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

    BAB I

    PENDAHULUAN

  • 2

    A. Latar Belakang

    Peran Direktorat

    Barang Kebutuhan

    Pokok dan Barang

    Penting sebagai

    Institusi Negara

    Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) adalah

    rangkaian sistematik dari berbagai aktivitas, alat, dan prosedur yang

    dirancang untuk tujuan penetapan dan pengukuran, pengumpulan

    data, pengklasifikasian, pengikhtisaran, dan pelaporan kinerja pada

    instansi pemerintah, dalam rangka pertanggungjawaban dan

    peningkatan kinerja instansi pemerintah. Penyelenggaraan SAKIP

    pada Kementerian Negara/Lembaga merupakan amanat dari

    Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan

    Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah yang dituangkan lebih

    lanjut dalam Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang

    Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Sebagai tindak

    lanjut dari penetapan Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014,

    tanggal 18 Agustus 2015 Kementerian Perdagangan telah

    menetapkan Pedoman Penyusunan Dokumen SAKIP di lingkungan

    Kementerian Perdagangan yang tertuang dalam Surat Keputusan

    Menteri Perdagangan Nomor Kepmendag No. 794/M-

    DAG/KEP/8/2015 tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Sistem

    Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) di lingkungan

    Kementerian Perdagangan (merupakan penyempurnaan dari

    Kepmendag Nomor 1011 Tahun 2012).

    Laporan

    Akuntabilitas

    Kinerja sebagai

    perwujudan

    kewajiban

    pelaporan dalam

    Sistem AKIP

    Salah satu tahapan dalam implementasi SAKIP adalah pengukuran

    kinerja. Dalam Kepmendag 794/2015 pengukuran Kinerja adalah

    proses sistematis dan berkesinambungan untuk menilai

    keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan

    program, kebijakan, sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan dalam

    mewujudkan visi, misi dan strategi, atau kegiatan manajemen yang

    membandingkan tingkat kinerja yang dicapai dengan standar,

    rencana, atau target sebagaimana indikator kinerja yang telah

    ditetapkan. Pengukuran (capaian) kinerja merupakan sebuah

    mekanisme pemantauan dan pengendalian pencapaian kinerja yang

    bermanfaat memberikan informasi bagi pimpinan tentang program

    dan kegiatan yang realisasi indikator kinerjanya masih di bawah

    target sehingga dapat segera ditindaklanjuti. Selanjutnya, hasil

    pengukuran kinerja dimanfaatkan sebagai bahan penyusunan

    Laporan Kinerja. Laporan Kinerja merupakan bentuk

    pertanggungjawaban akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan

    fungsi yang dipercayakan kepada kementerian atas penggunaan

    anggaran. Pelaporan kinerja di lingkungan Kementerian

  • 3

    Perdagangan diterapkan secara bertingkat mulai dari tingkat unit

    kerja eselon II/satuan kerja sampai dengan kementerian, serta

    dilaksanakan secara berkala dan berkelanjutan.

    B. Struktur Organisasi

    Reformasi

    Birokrasi

    Direktorat Barang

    Kebutuhan Pokok

    dan Barang

    Penting menuju

    tata kerja yang

    lebih baik

    Dalam visi-misinya, Presiden Jokowi dan Wapres Jusuf Kalla

    berkeyakinan bahwa salah satu cara untuk membawa Indonesia

    berdikari dalam ekonomi, negara harus mampu menempatkan

    rakyat sebagai pelaku utama dalam pembentukan produksi dan

    distribusi nasional. Melalui pencapaian berdikari ekonomi, Jokowi-JK

    ingin mengembangkan daya hidup bangsa dan membawa bangsa

    Indonesia dalam posisi sederajat dalam membangun kerjasama yang

    produktif dalam tataran pergaulan internasional. Untuk

    mewujudkan cita-cita berdikari ekonomi, Jokowi-JK kemudian

    menyusun langkah-langkah yang lebih detil melalui Sembilan

    Agenda Prioritas (Nawa Cita). Secara khusus, di dalam Nawa Cita ada

    tiga agenda yang dapat dikaitkan langsung dengan perwujudan

    Indonesia yang berdikari secara ekonomi, yaitu: agenda ketiga

    melalui pembangunan Indonesia dari pinggiran, agenda keenam

    melalui peningkatan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar

    internasional; serta agenda ketujuh melalui penggerakan sektor

    strategis ekonomi domestik. Maka selanjutnya adalah tugas dari

    pemerintah, dimana Kementerian Perdagangan merupakan bagian

    di dalamnya, untuk secara gotong-royong dan profesional

    mendorong perwujudan agenda prioritas Pemerintahan Jokowi-JK.

    Peran Kementerian Perdagangan dalam pelaksanaan Nawacita

    adalah meningkatkan produktivitas dan daya saing bangsa melalui

    peningkatan ekspor nonmigas dan jasa yang bernilai tambah tinggi,

    serta memperkuat pasar domestik melalui peningkatan efisiensi

    logistik dan distribusi nasional. Sasaran yang hendak dicapai dalam

    penguatan pasar domestik melalui peningkatan efisiensi logistik dan

    distribusi nasional yang akan dicapai terkait perdagangan dalam

    negeri pada tahun 2015-2019 adalah:

    1. Menurunkan rasio biaya logistik terhadap PDB sebesar 5,0

    persen per tahun sehingga menjadi 19,2 persen di tahun 2019.

    2. Menurunkan rata-rata dwelling time menjadi sebesar 3-4 hari.

    3. Terjaganya koefisien variasi harga barang kebutuhan pokok

    antarwaktu di bawah 9 persen dan koefisien variasi harga barang

  • 4

    kebutuhan pokok antar wilayah rata-rata di bawah 13,0 persen

    per tahun yang antara lain didukung melalui pembangunan

    dan/atau revitalisasi/rehabilitasi 5.000 pasar rakyat/pasar

    tradisional.

    Direktorat Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting, sebagai

    salah satu unit di dalam Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam

    Negeri Kementerian Perdagangan, memiliki peran penting dalam

    mendukung penguatan pasar dalam negeri dan pengamanan pasar

    dalam negeri, khususnya sasaran ketiga di atas yaitu terjaganya

    koefisien variasi harga barang kebutuhan pokok antar waktu dan

    antar wilayah. Hal ini sesuai dengan tugas Direktorat Barang

    Kebutuhan Pokok dan Barang Penting dalam Peraturan Menteri

    Perdagangan Nomor 08/M-DAG/PER/2/2016 tentang Organisasi dan

    Tata Kerja Kementerian Perdagangan, yaitu: melaksanakan

    perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma,

    standar, prosedur, dan kriteria serta pemberian bimbingan teknis

    dan supervisi, evaluasi, dan pelaporan di bidang barang kebutuhan

    pokok dan barang penting. Tugas tersebut dilaksanakan dengan

    menjalankan fungsi sbb: penyiapan perumusan kebijakan,

    penyiapan bahan pelaksanaan kebijakan, penyiapan penyusunan

    norma, standar, prosedur, dan kriteria, penyiapan bahan

    pelaksanaan pemberian bimbingan teknis dan supervisi, serta

    pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang barang kebutuhan

    pokok dan barang penting.

    Untuk mendukung pelaksanaan kebijakan tersebut Dit. Bapokting

    memiliki 5 (lima) unit Eselon III yaitu Subdit Barang Kebutuhan Pokok

    Hasil Pertanian dan Peternakan, Subdit Barang Kebutuhan Pokok

    Hasil Industri dan Perikanan Kelautan, Subdit Barang Penting, Subdit

    Informasi Pasar, Subdit Pengawasan dan Tata Usaha.

  • 5

    Gambar 1. Struktur Organisasi Direktorat Barang Kebutuhan Pokok

    dan Barang Penting

    Sumber: Data TU Dit. Bapokting 2019

    Dari struktur diatas Direktorat Barang Kebutuhan Pokok dan Barang

    Penting memiliki kekuatan dan jumlah personil/Sumber Daya

    Manusia (SDM) adalah sebagai berikut:

    A. Jabatan

    1. Direktur : 1 orang

    2. Kepala Sub Direktorat : 5 orang

    3. Kepala Seksi : 10 orang

    4. Kepala Sub Bagian : 1 orang

    5. Staf Pelaksana : 26 orang

    JUMLAH : 43 orang

    DIREKTORAT

    BARANG KEBUTUHAN POKOK DAN BARANG

    PENTING

    SUBDIT

    Barang Kebutuhan Pokok Hasil Pertanian

    dan Peternakan

    SEKSI Hasil Pertanian

    SEKSI

    Peternakan

    SUBDIT

    Barang Kebutuhan Pokok Hasil Industri

    dan Perikanan Kelautan

    SEKSI

    Hasil Industri

    SEKSI

    Hasil Perikanan dan Kelautan

    SUBDIT Barang Penting

    SEKSI Hasil Industri

    SEKSI Hasil Penunjang Pertanian dan Pertambangan

    SUBDIT

    Informasi Pasar

    SEKSI

    Informasi Harga

    SEKSI

    Informasi Stok

    SUBDIT Pengawasan Barang Kebutuhan Pokok dan Barang

    Penting

    SEKSI

    Pengawasan Barang Kebutuhan Pokok

    SEKSI

    Pengawasan Barang Penting

    Subbagian Tata Usaha

  • 6

    B. Golongan

    Gambar 2 Komposisi Jumlah Pegawai Berdasarkan Golongan

    C. Pendidikan

    Gambar 3 Komposisi Jumlah Pegawai Berdasarkan

    Pendidikan

    Dilihat dari jenjang Pendidikan yang dimiliki, pegawai direktorat

    barang kebutuhan pokok dan barang penting memiliki komposisi

    pegawai dengan tingkat pendidikan mulai dari SLTA s.d tingkat

    pendidikan S2. Persentase jumlah pegawai di setiap jenjang

    pendidikan berbeda-beda, untuk tingkat pendidikan SLTA mencapai

    2%, tingkat pendidikan D3 mencapai 2%, tingkat pendidikan S1

    mencapai 58% dan tingkat pendidikan S2 mencapai 40%.

    0

    5

    10

    15

    20

    25

    30

    35

    IV III II

    Jumlah 7 35 1

    Komposisi Jumlah Pegawai Berdasarkan Golongan

    40%

    58%

    2%

    Komposisi Jumlah Pegawai Berdasarkan Pendidikan

    S2

    S1

    D3

  • 7

    Dengan persentase jumlah pegawai yang memiliki jenjang

    Pendidikan S1 cukup tinggi, yaitu 58%, maka dapat dinyatakan

    bahwa kualitas tingkat Pendidikan pegawai Direktorat Barang

    Kebutuhan Pokok dan Barang Penting cukup memadai. Persentase

    tersebut juga sudah dihitung sesuai komposisinya masing-masing

    dan kebutuhan di bagiannya masing-masing.

    Gambar 4 Komposisi Pegawai Dit. Bapokting Berdasarkan Usia

    Sumber: Data TU Dit. Bapokting 2019

    Dilihat dari komposisi umur, dapat dinyatakan bahwa cukup banyak

    pegawai yang akan menjelang pensiun (>50 tahun). Hal ini

    mengindikasikan perlunya ada segera regenarasi pegawai di

    Direktorat Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting supaya

    tetap dapat menjalankan tusinya dengan baik di kemudian hari.

    0

    5

    10

    15

    20

    20-30 30-40 40-50 >50

    Jumlah 8 16 9 10

    Komposisi Jumlah Pegawai Sesuai Usia

  • 8

    Gambar 5 Komposisi Pegawai Per SUBDIT

    Sumber: Data TU Dit. Bapokting 2019

    C. Aspek Strategis Organisasi

    Uraian Tugas

    Pokok dan Fungsi

    Direktorat Barang

    Kebutuhan Pokok

    dan Barang Penting

    Direktorat Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting mempunyai

    fungsi penting dalam mendukung tercapainya sasarn dan tujuan

    Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri. Dalam hal ini fungsi

    dalam menjaga ketersedian pasokan dan stabilitas harga barang

    kebutuhan pokok berfungsi mendukung peran Direktorat Jenderal

    Perdagangan Dalam Negeri dalam memenuhi agenda Nawa Cita.

    Mengacu pada agenda ketiga dalam Nawa Cita yaitu membangun

    Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan

    desa dalam kerangka negara kesatuan, ada peran yang bisa diambil

    oleh Ditjen PDN. Peran Ditjen PDN dalam hal ini adalah

    mengoptimalkan perdagangan antar pulau dengan cara melakukan

    pengelolaan stok dan logistik di daerah yang dianggap termarjinalkan.

    Langkah ini tentunya diukung oleh ketersediaan pasokan komoditi

    yang diperdagangkan seperti barang kebutuhan pokok. Dengan

    tersedianya pasokan, maka perdagangan akan lebih lancar dan

    dengan demikian membantu penyebaran barang kebutuhan pokok

    dan/atau barang penting di wilayah-wilayah terluar Indonesia.

    Peran pemerintah yang terkandung dalam agenda keenam untuk

    Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar

    internasional sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit

  • 9

    bersama bangsa-bangsa Asia lainnya. Dengan adanya peningkatan

    produktivitas bagi masyarakat sehingga rakyat indonesia siap dalam

    persaingan di pasar internasional. Semakin meningkat

    produktivitasnya maka meningkat juga kompetensi masyarakat untuk

    bersaing dengan bangsa-bangsa Asia lainnya. Hal ini dilakukan

    pemerintah agar masyarakat Indonesia menjadi peran penting di

    pasar Internasional.

    Disamping mendukung agenda ketiga, Direktorat Jenderal

    Perdagangan Dalam Negeri juga berperan untuk agenda ketujuh yaitu

    penggerakan sektor ekonomi domestik termasuk melalui penguatan

    iklim usaha sehingga terwujud kepastian berusaha serta penguatan

    dan pemberdayaan pelaku usaha. Hal ini dicapai dengan menjaga

    kestabilan harga komoditas barang kebutuhan pokok pada tingkat

    yang wajar yang diperdagangkan sehingga dapat memberikan insentif

    bagi pelaku usaha untuk meningkatkan usahanya. Dengan semakin

    kuatnya kapasitas dan kompetensi pelaku usaha domestik, mereka

    akan tetap mampu bertahan dan bahkan mampu melakukan ekspansi

    usaha yang pada akhirnya menggerakan perekonomian domestik.

    Disamping itu, Ditjen Perdagangan Dalam Negeri juga berperan

    meningkatkan penggunaan produk dalam negeri, sehingga dapat

    menekan laju impor khususnya barang-barang yang pada hakekatnya

    dapat diproduksi didalam negeri. Penguatan pelaku usaha yang

    dibarengi dengan peningkatan penggunaan produk dalam negeri

    akan berdampak pada bergeraknya perekonomian domestik. Hal ini

    dicapai dengan menjaga stabilitas harga komoditi barang kebutuhan

    pokok pada tingkat yang wajar di dalam negeri sehingga produsen

    memperoleh insentif yang cukup. Dengan demikian, jaminan

    ketersediaan pasokan dalam negeri dari produsen dalam negeri akan

    dapat ditingkatkan. Bergeraknya sektor ekonomi domestik juga

    berarti mendukung target inflasi

  • 10

    norma, standar, prosedur, dan kriteria serta pemberian bimbingan

    teknis dan supervisi, evaluasi dan pelaporan di bidang barang

    kebutuhan pokok dan barang penting.

    Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam pasal 201,

    Direktorat Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting

    menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:

    a. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang barang kebutuhan

    pokok dan barang penting;

    b. Penyiapan bahan pelaksanaan kebijakan di bidang barang

    kebutuhan pokok dan barang penting;

    c. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di

    bidang barang kebutuhan pokok dan barang penting;

    d. Penyiapan bahan pelaksanaan pemberian bimbingan teknis dan

    supervisi di bidang barang kebutuhan pokok dan barang penting;

    e. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang barang kebutuhan

    pokok dan barang penting; dan

    f. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat.

    Direktorat Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting terdiri atas:

    a. Subdirektorat Barang Kebutuhan Pokok Hasil Pertanian dan

    Peternakan;

    b. Subdirektorat Barang Kebutuhan Pokok Hasil Industri dan

    Perikanan Kelautan;

    c. Subdirektorat Barang Penting;

    d. Subdirektorat Informasi Pasar;

    e. Subdirektorat Pengawasan Barang Kebutuhan Pokok dan Barang

    Penting; dan

    f. Subbagian Tata Usaha.

  • 11

    D. Isu Strategis Organisasi

    Memastikan

    ketersediaan

    pasokan dan

    menjaga stabilitas

    harga barang

    kebutuhan pokok

    dan barang

    penting di daerah

    melalui

    peningkatan

    kelancaran

    distribusi

    Salah satu faktor yang mempengaruhi instabilitas harga pangan

    adalah faktor supply and demand. Oleh karena itu, data terkait

    ketersediaan bahan pangan harus selalu diawasi dan dilaporkan oleh

    Pemerintah Daerah kepada Pemerintah Pusat. Koordinasi menjadi

    kunci utama dalam memastikan ketersediaan barang dipasar, dan

    tidak hanya terbatas pada koordinasi pemerintah pusat dengan

    pemerintah daerah namun juga antara pemerintah dengan pelaku

    pasar.

    Disamping itu, pemantauan ke lapangan perlu untuk dilakukan dalam

    memastikan ketersediaan pasokan barang kebutuhan pokok serta

    mengantisipasi terjadinya lonjakan harga akibat pendistribusian yang

    tidak berjalan secara efektif dan efisien melalui kebijakan-kebijakan

    yang bersifat preventif. Pemerintah juga perlu untuk melakukan

    intervensi baik secara langsung maupun tidak langsung melalui

    kebijakan dalam rangka memastikan ketersediaan pasokan dan

    stabilitas harga barang kebutuhan pokok dan barang penting.

  • LKj DIREKTORAT BAHAN POKOK DAN BARANG STRATEGIS 2014

    BAB II PERENCANAAN KINERJA 12

    BAB II

    PERENCANAAN

    KINERJA

  • 13

    A. Perencanaan Strategis

    Rencana Strategik

    Direktorat

    Jenderal

    Perdagangan

    Dalam Negeri

    Tahun 2015 – 2019

    Visi

    Misi

    Visi dan Misi Pemerintah berdasarkan Peraturan Presiden

    Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana

    Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019

    adalah sebagai berikut:

    Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan

    Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong.

    Sementara visi pembangunan nasional adalah untuk mewujudkan

    INDONESIA YANG MANDIRI, MAJU, ADIL DAN MAKMUR, dengan

    penjelasan sebagai berikut:

    Mandiri: berarti mampu mewujudkan kehidupan sejajar dan

    sederajat dengan bangsa lain dengan mengandalkan pada

    kemampuan dan kekuatan sendiri.

    Maju: berarti tingkat kemakmuran yang tinggi disertai dengan

    sistem dan kelembagaan politik dan hukum yang mantap.

    Adil: berarti tidak ada pembatasan/diskriminasi dalam bentuk

    apapun, baik antarindividu, gender, maupun wilayah.

    Makmur: berarti seluruh kebutuhan hidup masyarakat

    Indonesia telah terpenuhi sehingga dapat memberikan makna

    dan arti penting bagi bangsa-bangsa lain.

    Visi tersebut diwujudkan melalui 8 (delapan) misi yaitu:

    1. Mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika,

    berbudaya, dan beradab berdasarkan falsafah Pancasila

    dengan memperkuat jati diri dan karakter bangsa melalui

    pendidikan yang bertujuan membentuk manusia yang

    bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, mematuhi aturan

    hukum, memelihara kerukunan internal dan antarumat

    beragama, melaksanakan interaksi antarbudaya,

    mengembangkan modal sosial, menerapkan nilai-nilai luhur

    budaya bangsa, dan memiliki kebanggaan sebagai bangsa

    Indonesia sebagai landasan spiritual, moral, dan etika

    pembangunan bangsa.

  • 14

    2. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing dengan membangun

    sumber daya manusia berkualitas dan berdaya saing;

    meningkatkan penguasaan dan pemanfaatan iptek melalui

    penelitian, pengembangan, dan penerapan menuju inovasi

    secara berkelanjutan; membangun infrastruktur yang maju;

    mereformasi bidang hukum dan aparatur negara; dan

    memperkuat perekonomian domestik berbasis keunggulan

    setiap wilayah, menuju keunggulan kompetitif dengan

    membangun keterkaitan sistem produksi, distribusi, dan

    pelayanan termasuk pelayanan jasa dalam negeri.

    3. Mewujudkan masyarakat demokratis berlandaskan hukum

    dengan memantapkan kelembagaan demokrasi yang lebih

    kokoh; memperkuat peran masyarakat sipil; memperkuat

    kualitas desentralisasi dan otonomi daerah; menjamin

    pengembangan media dan kebebasan media dalam

    mengkomunikasikan kepentingan masyarakat; dan

    membenahi struktur hukum, meningkatkan budaya hukum dan

    menegakkan hukum secara adil, konsekuen, tidak diskriminatif,

    dan memihak pada rakyat kecil.

    4. Mewujudkan Indonesia aman, damai, dan bersatu dengan

    membangun kekuatan Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang

    melampui kekuatan esensial minimum dan disegani di kawasan

    regional dan internasional; memantapkan kemampuan dan

    meningkatkan profesionalisme Polri untuk melindungi dan

    mengayomi masyarakat, mencegah tindak kejahatan, dan

    menuntaskan tindak kriminalitas; membangun kapabilitas

    lembaga intelijen dan kontra-intelijen negara dalam

    penciptaan keamanan nasional; serta meningkatkan kesiapan

    komponen cadangan dan komponen pendukung pertahanan

    dan kontribusi industri pertahanan nasional dalam sistem

    pertahanan semesta.

    5. Mewujudkan pemerataan pembangunan dan berkeadilan

    dengan meningkatkan pembangunan daerah; mengurangi

    kesenjangan sosial secara menyeluruh dengan meningkatkan

    keberpihakan kepada masyarakat, kelompok dan

    wilayah/daerah yang masih lemah; menanggulangi kemiskinan

    dan pengangguran secara drastis; menyediakan akses yang

    sama bagi masyarakat terhadap berbagai pelayanan sosial

  • 15

    Sembilan Agenda

    Prioritas

    serta sarana dan prasarana ekonomi; serta menghilangkan

    diskriminasi dalam berbagai aspek termasuk gender.

    6. Mewujudkan Indonesia asri dan lestari dengan memperbaiki

    pengelolaan pembangunan untuk menjaga keseimbangan

    antara pemanfaatan, keberlanjutan, keberadaan, dan

    kegunaan sumber daya alam dan lingkungan hidup dengan

    tetap menjaga fungsi, daya dukung, dan kenyamanan dalam

    kehidupan pada masa kini dan masa depan, melalui

    pemanfaatan ruang yang serasi antara penggunaan untuk

    permukiman, kegiatan sosial ekonomi, dan upaya konservasi;

    meningkatkan pemanfaatan ekonomi sumber daya alam dan

    lingkungan yang berkesinambungan; memperbaiki

    pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup untuk

    mendukung kualitas kehidupan, memberikan keindahan dan

    kenyamanan; serta meningkatkan pemeliharaan dan

    pemanfaatan keanekaragaman hayati sebagai modal

    pembangunan.

    7. Mewujudkan Indonesia menjadi negara kepulauan yang

    mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional

    dengan menumbuhkan wawasan bahari bagi masyarakat dan

    pemerintah; meningkatkan kapasitas sumber daya manusia

    yang berwawasan kelautan; mengelola wilayah laut nasional

    untuk mempertahankan kedaulatan dan meningkatkan

    kemakmuran; dan membangun ekonomi kelautan secara

    terpadu dengan mengoptimalkan pemanfaatan sumber

    kekayaan laut secara berkelanjutan.

    8. Mewujudkan Indonesia berperan penting dalam pergaulan

    dunia internasional dengan memantapkan diplomasi Indonesia

    dalam rangka memperjuangkan kepentingan nasional;

    melanjutkan komitmen Indonesia dalam pembentukan

    identitas dan pemantapan integrasi internasional dan regional;

    dan mendorong kerja sama internasional, regional dan bilateral

    antarmasyarakat, antarkelompok, serta antarlembaga di

    berbagai bidang.

    Untuk menunjukkan prioritas dalam jalan perubahan menuju

    Indonesia yang berdaulat secara politik, mandiri dalam bidang

    ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan, dirumuskan

  • 16

    sembilan agenda prioritas. Kesembilan agenda prioritas itu disebut

    NAWA CITA, yaitu:

    1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap

    bangsa dan memberikan rasa aman kepada seluruh warga

    negara.

    2. Membuat Pemerintah selalu hadir dengan membangun tata

    kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan

    terpercaya.

    3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat

    daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan.

    4. Memperkuat kehadiran negara dalam melakukan reformasi

    sistem dan penegakan hukum yang bebas korupsi,

    bermartabat, dan terpercaya.

    5. Meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat

    Indonesia.

    6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar

    Internasional sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit

    bersama bangsa-bangsa Asia lainnya.

    7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan

    sektor-sektor strategis ekonomi domestik.

    8. Melaksanakan revolusi karakter bangsa.

    9. Mempengaruhi kebhinekaan dan memperkuat restorasi sosial

    Indonesia.

    Selaras dengan visi, misi, dan sembilan agenda prioritas

    pembangunan Pemerintah, maka agenda prioritas Direktorat

    Jenderal Perdagangan Dalam Negeri adalah:

    1. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat

    daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan

    (NAWACITA 3).

    2. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar

    Internasional sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit

    bersama bangsa-bangsa Asia lainnya (NAWACITA 6).

    3. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan

    sektor-sektor strategis ekonomi domestik (NAWACITA 9).

  • 17

    Agenda tersebut pencapaiannya dinyatakan dalam tujuan dan

    sasaran strategis yang dinyatakan dalam Rencana Strategis

    (Renstra) Ditjen PDN sebagai dasar perencanaan strategis.

    Untuk Direktorat Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting,

    tidak mempunyai Rencana Strategis tersendiri, tetapi mengacu

    kepada Rencana Strategis (Renstra) Direktorat Jenderal

    Perdagangan Dalam Negeri (Ditjen PDN) sebagai pedoman untuk

    mencapai kinerja yang optimal selama 5 (lima) tahun ke depan.

    Dalam perencanaan strategis tersebut mencakup Tujuan Strategis,

    dan Sasaran Strategis Ditjen Perdagangan Dalam Negeri adalah

    sebagai berikut, sedangkan visi dan misi Ditjen Perdagangan

    Dalam Negeri sendiri mengacu pada visi dan misi pemerintah.

    Tabel 1 Tujuan dan Sasaran Pengintegrasian dan Perluasan Pasar Dalam Negeri

    Sumber: Data TU Dit. Bapokting 2019

    Tujuan 1:

    Pengintegrasian

    dan Perluasan

    Pasar Dalam

    Negeri

    Sasaran yang ingin dicapai:

    1) Meningkatnya pertumbuhan PDB sektor perdagangan. Indikator

    yang digunakan untuk mengukur kinerja meningkatnya

    pertumbuhan PDB sektor perdagangan adalah pertumbuhan

    PDB sub kategori Perdagangan Besar dan Eceran, bukan Mobil

    dan Sepeda Motor. Pertumbuhan PDB sektor perdagangan tidak

    MIS

    I TU

    JUA

    N

    SASA

    RA

    N

    6. Meningkatnya Konektivitas Distribusi dan

    Logistik Nasional

    7. Meningkatnya Konsumsi Rumah Tangga Nasional terhadap Produk Dalam

    Negeri

    11. Meningkatnya Pelayanan dan

    Kemudahan Berusaha

    9. Stabilisasi Harga Barang Kebutuhan Pokok

    dan Barang Penting

    8. Memperkecil Kesenjangan Harga Barang Kebutuhan Pokok

    dan Barang Penting Antar Daerah

    1.Pengintegrasian dan Perluasan Pasar Dalam

    Negeri

    2. Peningkatan Penggunaan dan Perdagangan Produk

    Dalam Negeri (PDN)

    3. Peningkatan Kelancaran Distribusi dan Jaminan

    Pasokan Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting

    4. Peningkatan Iklim Usaha dan Kepastian

    Berusaha

    5.Meningkatnya Pertumbuhan PDB Sektor

    Perdagangan

    Kontribusi PDB Sub Sektor Perdagangan terhadap PDB

    Nasional tanpa migas (5)

    Meningkatnya Kapasitas Logistik Perdagangan (6,10)

    Menurunnya Rasio Antara Deviasi Harga Provinsi-Provinsi dan Harga Rata-Rata Nasional untuk Barang Kebutuhan Pokok Hasil Industri (8)

    Menurunnya Rasio Antara Deviasi Harga Provinsi-Provinsi dan Harga Rata-Rata Nasional untuk Barang Kebutuhan

    Pokok Hasil Peternakan (8)

    Menurunnya Rasio Antara Deviasi Harga Provinsi-Provinsi dan Harga Rata-Rata Nasional untuk Barang Penting (8)

    Peningkatan kapasitas pelaku usaha dagang kecil menengah

    (7)

    Menurunnya Koefisien Variasi Harga Barang Kebutuhan Pokok

    Hasil Industri (9)

    Menurunnya Koefisien Variasi Harga Barang Kebutuhan Pokok

    Hasil Peternakan (9)

    Menurunnya Koefisien Variasi Harga Barang Penting (9)

    Kepastian hukum dalam berusaha di

    bidang perdagangan

    dalam negeri (11)

  • 18

    terlepas dari kondisi perekonomian nasional yang sangat

    dipengaruhi oleh berbagai hal, di antaranya adalah konsumsi

    masyarakat dan konsumsi pemerintah. Oleh karena itu,

    meningkatnya daya beli masyarakat dan pengeluaran

    pemerintah dapat mendorong laju pertumbuhan konsumsi

    nasional sehingga memacu pertumbuhan perekonomian

    nasional.

    2) Meningkatnya kualitas dan kuantitas sarana distribusi dan

    logistik nasional. Indikator yang digunakan untuk mengukur

    kinerja meningkatnya konektivitas distribusi dan logistik nasional

    adalah:

    a) Jumlah Pasar Rakyat Tipe A;

    b) Jumlah Pasar Rakyat Tipe B;

    c) Jumlah Pusat Distribusi Regional (PDR);

    d) Pertumbuhan omzet pedagang pasar rakyat Tipe A yang telah

    direvitalisasi.

    Tujuan 2:

    Peningkatan

    Penggunaan dan

    Perdagangan

    Produk Dalam

    Negeri

    Sasaran yang ingin dicapai adalah meningkatnya konsumsi produk

    dalam negeri dalam konsumsi rumah tangga nasional. Penetapan

    sasaran ini bertujuan untuk mendorong pertumbuhan produksi

    dalam negeri sehingga pada akhirnya dapat turut serta mendorong

    pertumbuhan ekonomi nasional. Selain itu, meningkatnya konsumsi

    masyarakat terhadap produk dalam negeri dapat membantu

    menguatkan daya saing dari produk nasional dan meningkatkan

    citra dari produk dalam negeri. Pada akhirnya, meningkatnya

    produksi dalam negeri, menguatnya daya saing produk nasional, dan

    meningkatnya citra dari produk dalam negeri dapat memberikan

    stimulus besar bagi lahirnya kemandirian ekonomi melalui

    keseimbangan, kemajuan dan kesatuan ekonomi.

    Sasaran dalam jangka panjang, Perencanaan Strategis Direktorat

    Penggunaan dan Pemasaran Produk Dalam Negeri Tahun 2019

    mengacu pada Rencana Strategis Jangka Panjang Direktorat

    Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Tahun 2015-2019 dengan

    sasaran program sebagai berikut:

    1) Meningkatnya kreativitas, kapasitas, dan kompetensi UMKM

    perdagangan serta penggunaan Produk Dalam Negeri.

  • 19

    2) Meningkatnya konsumsi produk dalam negeri dalam konsumsi

    rumah tangga nasional.

    Tujuan 3:

    Peningkatan

    Kelancaran

    Distribusi dan

    Jaminan Pasokan

    Barang

    Kebutuhan Pokok

    dan Barang

    Penting

    Sasaran yang ingin dicapai dalam pengamanan ketersediaan dan

    kelancaran distribusi barang kebutuhan pokok dan barang penting

    adalah:

    1) Memperkecil Kesenjangan Harga Barang Kebutuhan Pokok dan

    Barang Penting Antar Daerah;

    2) Stabilisasi Harga Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting;

    dan

    3) Meningkatnya Pengawasan Barang Beredar di Wilayah

    Perbatasan.

    Tujuan 4:

    Peningkatan Iklim

    Usaha dan

    Kepastian

    Berusaha

    Sasaran yang ingin dicapai dalam peningkatan iklim usaha dan

    kepastian berusaha bidang perdagangan dalam negeri adalah

    meningkatnya pelayanan dan kemudahan berusaha di bidang

    Perdagangan Dalam Negeri dan bidang Perdagangan Luar Negeri.

    Indikator yang digunakan untuk mengukur kinerja meningkatnya

    kepastian dan kemudahan berusaha bidang perdagangan dalam

    negeri adalah:

    1) Terintegrasinya layanan perizinan perdagangan di daerah

    dengan Sistem Informasi Kementerian Perdagangan;

    2) Prosentase Kab/Kota yang dapat menerbitkan SIUP TDP

    maksimal 3 Hari.

    Dalam rangka mencapai visi misi, dan program prioritas Pemerintah

    serta tujuan yang tercantum dalam Rencana Strategis Kemendag

    2015-2019 tersebut maka Ditjen Perdagangan menyiapkan program

    Pengembangan Perdagangan Dalam Negeri yang didukung dengan

    kegiatan berupa: (1) Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas

    Teknis Lainnya; (2) Peningkatan Kelancaran Distribusi Bahan Pokok;

    (3) Pengembangan Kelembagaan dan Pelaku Usaha Perdagangan; (4)

    Pengembangan Kapasitas Logistik Perdagangan dan Sarana

    Perdagangan; (5) Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri

    dan Pemberdayaan Dagang Kecil dan Menengah; dan (6)

    Pengembangan Perdagangan Dalam Negeri Daerah. Program

    Pengembangan Perdagangan Dalam Negeri merupakan

    pencerminan tugas dan fungsi Direktorat Jenderal Perdagangan

    Dalam Negeri, sedangkan kegiatan mencerminkan tugas dan fungsi

    Unit Kerja Eselon II/Satuan Kerja atau penugasan tertentu di

    lingkungan Ditjen Perdagangan Dalam Negeri. Untuk Direktorat

  • 20

    Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting, kegiatannya adalah:

    Peningkatan Kelancaran Distribusi Bahan Pokok.

    Untuk Direktorat Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting,

    maka yang terkait adalah tujuan 3: “Peningkatan Kelancaran

    Distribusi dan Jaminan Pasokan Barang Kebutuhan Pokok dan

    Barang Penting”

    Hal tersebut yang kemudian diterjemahkan dan tugas dan fungsi

    serta dinyatakan dalam rencana kerja Direktorat Barang Kebutuhan

    Pokok dan Barang Penting yaitu berupa program kerja: Peningkatan

    Stabilitas Harga dan Pasokan Barang Kebutuhan Pokok dan Barang

    Penting” yang mempunyai 3 sasaran program dan masing-masing

    indikatornya sebagai berikut:

    1) Terjaganya deviasi harga barang kebutuhan pokok antar waktu

    Dinyatakan pencapaiannya dalam indikator sasaran:

    - Persentase provinsi yang harga barang kebutuhan pokoknya

    stabil antar waktu

    2) Terjaganya deviasi harga barang kebutuhan pokok antar wilayah

    Dinyatakan pencapaiannya dalam indikator sasaran:

    - Persentase provinsi yang harga barang kebutuhan pokoknya

    stabil antar wilayah

    3) Terjaganya fluktuasi harga barang kebutuhan pokok dan barang

    penting

    Dinyatakan pencapaiannya dalam indikator sasaran:

    - Jumlah kebijakan teknis bidang stabilitas harga barang

    kebutuhan pokok dan barang penting yang di setujui

    B. RENCANA KERJA DAN ANGGARAN TAHUN 2019

    Rencana Kerja

    Direktorat Barang

    Kebutuhan Pokok

    dan Barang

    Penting Tahun

    2019

    Rencana Kerja (Renja) Direktorat Barang Kebutuhan Pokok dan Barang

    Penting mendukung Rencana Kerja Direktorat Jenderal Perdagangan

    Dalam Negeri yang adalah dokumen rencana pembangunan

    perdagangan dalam negeri sebagai penjabaran dari tujuan, sasaran dan

    indikator kinerja yang telah ditetapkan dalam Rencana Strategis

    Kementerian Perdagangan, yang akan dilaksanakan selama satu tahun

    anggaran.

  • 21

    Tabel 2 Rencana Kinerja Direktorat Barang Kebutuhan Pokok dan

    Barang Penting Tahun 2019

    Sasaran

    Kegiatan Indikator Kinerja Target

    Satuan

    Target

    Terjaganya

    deviasi harga

    barang

    kebutuhan

    pokok antar

    waktu

    Persentase provinsi yang

    harga barang kebutuhan

    pokoknya stabil antar waktu

    85 %

    Terjaganya

    deviasi harga

    barang

    kebutuhan

    pokok antar

    wilayah

    Persentase provinsi yang

    harga barang kebutuhan

    pokoknya stabil antar wilayah

    75 %

    Terjaganya

    fluktuasi harga

    barang

    kebutuhan

    pokok dan

    barang penting

    Jumlah kebijakan teknis

    bidang stabilitas harga

    barang kebutuhan pokok dan

    barang penting yang di

    setujui:

    1. Permendag 01 Tahun

    2019 tanggal 11 Januari

    2019

    2. Permendag 08 Tahun

    2019 tanggal 12 Februari

    2019

    3. Permendag 47 Tahun

    2019 tanggal 19 Juni 2019

    4 Kebijakan

    Sumber: Renstra Ditjen Perdagangan Dalam Negeri 2019

    Secara detail kegiatan yang mendukung rencana kinerja tersebut di

    atas antara lain meliputi:

    1. Penyusunan dan penyempurnaan kebijakan di bidang bahan pokok

    dan barang penting.

    2. Peningkatan pemahaman dan kebijakan bahan pokok dan barang

    penting melalui pembinaan, pelatihan, dan bimbingan teknis.

  • 22

    3. Peningkatan pemahaman kebijakan informasi harga dan non harga

    melalui pelatihan petugas operasionalisasi SP2KP di pusat dan

    daerah, pelatihan petugas pemantau harga dan pasokan bawang

    dan cabe di pasar induk, bimbingan teknis operasionalisasi sistem

    informasi bawang merah, dan FGD identifikasi harga dan pasokan

    bahan pokok.

    4. Peningkatan kualitas dan ketersediaan data/informasi harga dan

    non harga melalui rapat koordinasi nasional dalam rangka

    menghadapi HBKN, Penetrasi Pasar, Operasi Pasar, Supervisi atas

    pengumpulan, pengolahan dan penyebaran informasi harga dan

    non harga, operasionalisasi dan optimalisasi Sistem Pemantauan

    Pasar Kebutuhan Pokok (SP2KP).

    5. Peningkatan kualitas dan ketersediaan data/informasi bahan

    pokok melalui pengamanan kelancaran distribusi komoditi bahan

    kebutuhan pokok, pelaksanaan pasar murah, penyusunan profil

    dan rapat koordinasi

    6. Peningkatan kualitas dan ketersediaan data/informasi barang

    penting di sentra distribusi

    7. Dukungan manajemen dan dukungan teknis lainnya.

    Rencana Kerja dan

    Anggaran (RKA)

    Untuk mendanai pelaksanaan program dan kegiatan Direktorat Barang

    Kebutuhan Pokok dan Barang Penting, disusunlah Rencana Kerja dan

    Anggaran (RKA) yang berisi rincian alokasi anggaran yang diperlukan

    dalam rangka pencapaian hasil (outcome) dan keluaran (output) yang

    terukur selama periode 1 (satu) tahun anggaran. Pada awal tahun 2019

    Direktorat Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting mendapat

    alokasi anggaran sebesar Rp. 45.000.000.000, namun setelah revisi

    terdapat tambahan transfer SABA-99 ke DIPA 90 Direktorat Bapokting

    sebesar Rp.337.494.667.000 yang di peruntuk untuk penggantian

    pengadaan gula dalam rangka CSHP oleh BULOG. Sehingga PAGU Dit.

    Bapokting menjadi Rp.382.494.677.000, dengan rincian sebagaimana

    tercantum dalam tabel dibawah ini.

  • 23

    Tabel 3 Pagu Anggaran Dit. Bapokting Tahun 2019 Berdasarkan

    Program

    No Satker/Unit Eselon II Nilai DIPA Awal Nilai DIPA Revisi

    (Akhir)

    1 2 3 4

    1 Peningkatan Stabilitas Harga Dan Pasokan Barang Kebutuhan Pokok Dan Barang Penting

    45,000,000,000 382,494,677,000

    2 Stabilisasi Harga Gula oleh perum Bulog 2019

    337,494,677,000

    Total 382,494,677,000

    Sumber: Data Dit. Bapokting 2019

    C. Kontrak Kinerja Direktorat Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting

    Kontrak Kinerja

    Direktorat Barang

    Kebutuhan Pokok

    dan Barang

    Penting Tahun

    2019

    Perjanjian Kinerja merupakan perwujudan kesepakatan antara

    atasan dan bawahan dalam menetapkan kinerja sesuai dengan

    tujuan dan sasaran dalam Rencana Strategis. Perjanjian Kinerja

    menggambarkan capaian kinerja yang akan diwujudkan oleh suatu

    instansi pemerintah dalam satu tahun anggaran dengan

    mempertimbangkan sumber daya yang dikelolanya. Dalam rangka

    mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan

    dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, Direktur Barang

    Kebutuhan Pokok dan Barang Penting telah menandatangani

    Perjanjian Kinerja Tahun 2019 yang mencakup Sasaran Strategis,

    Indikator Sasaran Strategis, Target, Program, dan Anggaran.

    Perjanjian Kinerja menjadi acuan dalam pengukuran capaian

    Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja (IK) dalam Pelaporan Kinerja

    Dit Bapokting tahun 2019, dimana secara keseluruhan terdapat 3

    Indikator Kinerja dari 3 Sasaran Program Direktorat Barang

    Kebutuhan Pokok dan Barang Penting yang telah ditetapkan pada

    tahun 2019 sebagai berikut:

    1. Sasaran program: Terjaganya deviasi harga barang kebutuhan

    pokok antar waktu. Sasaran ini menyatakan bahwa Dit. Bapokting

    ingin menjaga deviasi harga barang kebutuhan pokok antar

    waktu dengan pertimbangan adanya 2 festive season (HBKN)

    yaitu pada Puasa-Lebaran dan Natal-Tahun Baru yang dinyatakan

    dalam indikator sasaran sbb:

    Persentase provinsi yang harga barang kebutuhan pokoknya

    stabil antar waktu

  • 24

    Indikator ini mengukur stabilitas harga barang kebutuhan

    pokok antar waktu dari seluruh provinsi di Indonesia (untuk

    suatu selang waktu tertentu). Semakin baik stabilitas

    harganya, dinyatakan dalam nilai koefisien variasi yang

    semakin kecil. Untuk periode 2015-2019 targetnya adalah 9%;

    dengan target di 2019 adalah 85%.

    2. Sasaran program: Terjaganya deviasi harga barang kebutuhan

    pokok antar wilayah. Sasaran ini menyatakan bahwa Dit.

    Bapokting ingin menjaga deviasi harga barang kebutuhan pokok

    di seluruh wilayah Indonesia yang dinyatakan dalam indikator

    sasaran sbb:

    Persentase provinsi yang harga barang kebutuhan pokoknya

    stabil antar wilayah

    Indikator ini mengukur stabilitas harga barang kebutuhan

    pokok antar wilayah (provinsi) yang ada di Indonesia dalam

    selang waktu tertentu. Semakin baik stabilitas harganya,

    dinyatakan dalam nilai Deviasi harga yang semakin kecil.

    Untuk periode 2015-2019 targetnya adalah 14,2% s/d 13,0%;.

    3. Sasaran program: Terjaganya fluktuasi harga barang kebutuhan

    pokok dan barang penting. Sasaran ini menyatakan bahwa Dit.

    Bapokting ingin menjaga fluktuasi harga barang kebutuhan pokok

    dan barang penting yang dinyatakan dalam indikator sasaran

    sbb:

    Jumlah kebijakan teknis bidang stabilitas harga barang

    kebutuhan pokok dan barang penting yang di setujui

    Indikator ini mengukur jumlah mekanisme operasi pasar yang

    dihasilkan. Untuk tahun 2019, targetnya adalah 4 kebijakan.

  • 25

    Tabel 4 Rincian Kontrak Kinerja Direktorat Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting

    Tahun 2019

    PROGRAM

    UTAMA KEGIATAN SASARAN

    INDIKATOR KINERJA ANGGARAN (Rp)

    URAIAN SATUAN TARGET

    Pengembangan

    Perdagangan

    Dalam Negeri

    Peningkatan

    Stabilitas

    Harga dan

    Pasokan

    Barang

    Kebutuhan

    Pokok dan

    Barang

    Penting

    Persentase provinsi

    yang harga barang

    kebutuhan pokoknya

    stabil antar waktu

    Persentase

    Provinsi

    % 85

    370,944,796,000 Persentase provinsi

    yang harga barang

    kebutuhan pokoknya

    stabil antar wilayah

    Persentase

    Provinsi

    % 75

    Jumlah kebijakan

    teknis bidang

    stabilitas harga

    barang kebutuhan

    pokok dan barang

    penting yang di

    setujui

    Jumlah

    Kebijakan

    Kebijakan 4

    6,647,160,000

    Penyelenggaraan

    Tertib Administrasi

    Unit Kerja

    Nilai WTA Nilai 70

    4,902,721,000

    Sumber: Data Dit. Bapokting 2019

  • LKj DIREKTORAT BAHAN POKOK DAN BARANG STRATEGIS 2014

    26

    BAB III

    AKUNTABILITAS

    KINERJA

  • LKj DIREKTORAT BAHAN POKOK DAN BARANG STRATEGIS 2014

    27

    A. Capaian Kinerja Organisasi

    Realisasi IKU

    Direktorat

    Barang

    Kebutuhan

    Pokok dan

    Barang Penting

    tahun 2019

    Pencapaian Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) pada Laporan Kinerja

    Direktorat Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting tahun 2019

    secara umum di bagi 3 sasaran, yaitu Terjaganya deviasi harga barang

    kebutuhan pokok antar waktu, Terjaganya deviasi harga barang

    kebutuhan pokok antar wilayah dan Terjaganya fluktuasi harga barang

    kebutuhan pokok dan barang penting yang masing-masing sasaran

    memiliki indikator yang dapat diuraikan sebagai berikut:

    Sasaran 1

    Terjaganya

    Deviasi Harga

    Barang

    Kebutuhan

    Pokok Antar

    Waktu

    INDIKATOR 1 : “Persentase Provinsi Yang Harga Barang Kebutuhan

    Pokoknya Stabil Antar Waktu”

    Sasaran kedua dari peningkatan kelancaran distribusi dan jaminan

    pasokan barang kebutuhan pokok adalah stabilisasi harga barang

    kebutuhan pokok. Sasaran ini menggambarkan bahwa harga komoditi

    barang kebutuhan pokok secara nasional dalam satu tahun tidak

    mengalami fluktuasi harga yang ekstrim.

    Indikator yang digunakan untuk mengukur kinerja stabilisasi harga

    barang kebutuhan pokok adalah menurunnya koefisien variasi harga

    barang kebutuhan pokok antar waktu. Target dari koefisien dimaksud

    sepanjang tahun 2015-2019 sesuai dengan target dari RPJMN 2015-

    2019 adalah kurang dari 9%. Adapun komoditi barang kebutuhan pokok

    dan barang penting yang menjadi target pengukuran indikator sasaran

    ini adalah 10 (sepuluh) komoditi barang kebutuhan pokok. Semakin

    kecilnya deviasi harga barang kebutuhan pokok dapat mengindikasikan

    stabilitas harga barang kebutuhan pokok secara nasional yang

    terkendali, atau dengan kata lain rata-rata harga barang kebutuhan

    pokok secara nasional tidak mengalami fluktuasi harga yang ekstrim.

  • 28

    Gambar 1 Mendag Melakukan Pantauan Harga Menjelang Puasa dan Lebaran

    Sumber : Foto Aplikasi SIPEG

    Capaian Deviasi

    Harga Barang

    Kebutuhan

    Pokok Antar

    Waktu Tahun

    2019

    Capaian deviasi harga barang kebutuhan pokok antar waktu tahun

    2019 adalah sebesar 90,77%, di atas target >=85%, realisasi pencapaian

    target Januari s/d Desember 2019 yaitu 90,77%/85% = 106,79%. Dasar

    penentuan angka target minimum 85% atau 29 provinsi adalah untuk

    mengantisipasi kondisi 5 daerah non sentra produksi pangan yang

    akses distribusi dan logistiknya masih kurang memadai (Papua, Papua

    Barat, Maluku, Maluku Utara, NTT). Perhitungan deviasi antar waktu

    hanya dilakukan pada 2 periode, yaitu s/d Juni dan s/d Desember,

    karena toleransi harga yang tidak stabil hanya 2 bulan dalam satu tahun

    (rata-rata 1 bulan setiap 6 bulan) dengan pertimbangan adanya 2

    festive season (HBKN) yaitu pada Puasa-Lebaran dan Natal-Tahun Baru.

    Pada Indikator Kinerja Tahun 2015-2018 yaitu koefisien variasi harga

    barang kebutuhan pokok antar waktu merupakan Indikator yang sama

  • 29

    dengan masing-masing nilai target pada tahun 2015 sebesar

  • 30

    Tabel 2 Perkembangan Deviasi Harga Barang Kebutuhan Pokok Antar Waktu

    2019 Persentase Provinsi yang Harganya Stabil Antar

    Waktu

    Januari s/d Juni Januari s/d Desember

    BERAS 94,1% 100%

    GULA 76,5% 88,2%

    JAGUNG 85,3% 91,2%

    KEDELAI 93,3% 90%

    TEPUNG TERIGU 97,1% 97,1%

    MINYAK GORENG 100,0% 100,0%

    SUSU 94,1% 97,1%

    DAGING AYAM 67,6% 58,8%

    DAGING SAPI 100,0% 100,0%

    TELUR 91,2% 85,3%

    RATA-RATA 89,92% 90,77%

    Sumber : Data Dit. Bapokting

    Tercapainya Persentase Provinsi yang Harganya Stabil Antar Waktu

    meliputi perhitungan deviasi antar waktu yang hanya dilakukan pada 2

    periode, yaitu periode Januari s/d Juni dan Januari s/d Desember, karena

    toleransi harga yang tidak stabil hanya 2 bulan dalam satu tahun (rata-

    rata 1 bulan setiap 6 bulan) dengan pertimbangan adanya 2 festive

    season (HBKN) yaitu pada Puasa-Lebaran dan Natal-Tahun Baru.

    Catatan komoditas yang mempengaruhi capaian indikator kinerja tahun 2019

    BERAS Pada komoditi beras memiliki disparitas harga yang stabil pada tahun

    2019 selama 12 bulan atau sebesar 100% Provinsi yang harganya stabil.

    GULA Pada komoditi gula terjadi disparitas harga yang mengalami ketidak

    stabilan harga antar waktu yaitu pada daerah Kupang, Pontianak,

    Banjarmasin, dan Banten selama 12 bulan atau sebesar 88,2% Provinsi

    yang harganya stabil.

    JAGUNG Pada komoditi jagung terjadi disparitas harga yang mengalami ketidak

    stabilan harga antar waktu yaitu pada daerah Banda Aceh, Semarang,

    dan Jayapura selama 12 bulan atau sebesar 91,2% Provinsi yang

    harganya stabil.

    KEDELAI Pada komoditi kedelai terjadi disparitas yang mengalami ketidak

    stabilan harga antar waktu yaitu pada daerah Samarinda, Maluku

  • 31

    Utara, dan Tanjung Selor selama 12 bulan atau sebesar 90% Provinsi

    yang harganya stabil.

    TEPUNG TERIGU Pada komoditi tepung terigu terjadi disparitas harga yang mengalami

    ketidak stabilan harga antar waktu yaitu pada daerah Tanjung Pinang

    selama 12 bulan atau sebesar 97,1% Provinsi yang harganya stabil.

    MINYAK

    GORENG

    Pada komoditi minyak goreng memiliki disparitas harga yang stabil

    pada tahun 2019 selama 12 bulan atau sebesar 100% Provinsi yang

    harganya stabil.

    SUSU Pada komoditi susu terjadi disparitas harga yang mengalami ketidak

    stabilan harga antar waktu yaitu pada daerah Bangka Belitung selama

    12 bulan atau sebesar 97,1% Provinsi yang harganya stabil.

    DAGING AYAM Pada komoditi daging ayam terjadi disparitas harga yang mengalami

    ketidak stabilan harga antar waktu yaitu pada daerah Banda Aceh,

    Medan, Pekanbaru, Jambi, Bangkulu, Kupang, Gorontalo, Pontianak,

    Palangkaraya, Banjarmasin, Palu, Makassar, Bangka Belitung, dan

    Tanjung Selor selama 12 bulan atau sebesar 58,8% Provinsi yang

    harganya stabil.

    DAGING SAPI Pada komoditi daging sapi harga stabil.

    TELUR AYAM

    RAS

    Pada komoditi telur ayam terjadi disparitas harga yang mengalami

    ketidak stabilan harga antar waktu yaitu pada daerah Banda Aceh,

    Pontianak, Palu, Maluku Utara, dan Manokwari selama 12 bulan atau

    sebesar 85,3% Provinsi yang harganya stabil.

    Perhitungan tabel 2 untuk masing-masing komoditi tersebut diatas diperoleh

    berdasarkan rumusan sebagai berikut:

    Perhitungan capaian tersebut diperoleh dari membandingkan target dan

    realisasi dengan rumus sebagai berikut:

    % Capaian = {∑ % 𝒓𝒆𝒂𝒍𝒊𝒔𝒂𝒔𝒊

    ∑ % 𝒕𝒂𝒓𝒈𝒆𝒕} x100%

    Cara Perhitungan:

    1. Hitung batas atas = rata-rata harga selama 1 tahun dalam satu provinsi

    dalam 1 komoditi dikalikan 9% nilai koefisien variasi antar waktu.

    2. Hitung jumlah bulan yang selisih harganya diatas batas atas, jika kurang

    dari 2 bulan yang harganya diatas harga rata-rata tahunan maka stabil.

    3. Hitung jumlah provinsi yang stabil tiap komoditi dibagi jumlah provinsi

    dikali 100%.

    4. Hitung rata-rata persentase harga provinsi yang stabil dibagi jumlah

    komoditi.

  • 32

    Contoh: Komoditi Beras

    Beras untuk wilayah Banda Aceh (tabel terlampir) :

    1. Batas atas = jumlah rata-rata dikali 9%, maka nilai rata-rata sebesar

    9.942 dikali 9% maka batas atasnya menjadi 894,76.

    2. Dari Januari-Desember 2019 selisih harga bulanan dibandingkan batas

    atas tidak ada lebih besar dari batas atas maka nilai masing-masing

    bulan yang selisih harganya dibawah batas atas seluruhnya bernilai

    nol dan jika dijumlahkan selama satu tahun menghasilkan nilai nol

    atau dibawah dua, maka wilayah Banda Aceh untuk komoditi beras

    dinyatakan stabil.

    3. Lakukan nomor 1-2 untuk seluruh provinsi, lalu hitung berapa provinsi

    yang stabil berbanding dengan jumlah provinsi dikalikan 100% =

    capaian komoditi.

    Lakukan proses 1-3 untuk seluruh komoditi, lalu hitung jumlah

    capaian komoditi tersebut dibagi jumlah komoditi. (Rincian tabel

    terlampir di lampiran halaman 72).

    Upaya Ditjen

    PDN dalam

    Mencapai

    Target

    Berbagai upaya dilakukan oleh Kemendag dalam melakukan stabilisasi

    harga barang kebutuhan pokok antar waktu sehingga mampu

    mencapai target yang telah ditetapkan antara lain melalui:

    1) Hal utama yang berperan penting dalam pencapaian target deviasi

    harga barang kebutuhan pokok antar waktu ini adalah

    dilakukannya kegiatan Penetrasi Pasar menjelang puasa/lebaran

    dan Natal/Tahun Baru sehingga menjaga stabilitas harga barang

    kebutuhan pokok pada kedua waktu tersebut yang mana biasanya

    berpotensi timbul gejolak harga berdasarkan data-data historikal

    yang ada.

    2) Kegiatan Penetrasi Pasar ini dilakukan dalam bentuk pemantauan

    langsung di pasar-pasar rakyat di berbagai wilayah di seluruh

    Indonesia dan bekerjasama dengan Perum Bulog dan pelaku usaha

    bapok yang ada di daerah tersebut (distributor) untuk memasok

    barang kebutuhan pokok yang tampak naik harganya di pasar

    tersebut pada waktu itu.

    3) Penetapan kebijakan harga acuan barang kebutuhan pokok.

    Sebagaimana surat No. 58 tahun 2018 telah diterbitkan Permendag

    tentang Penetapan Harga Acuan Pembelian di Petani dan Harga Acuan

    Penjualan di Konsumen. Terdapat 10 komoditi yang ditetapkan

    harganya yaitu beras, gula, jagung, kedelai, tepung terigu, minyak

  • 33

    goreng, susu, daging sapi, daging ayam ras dan telur ayam ras.

    Perhitungan harga acuan melibatkan Kementerian/ Lembaga terkait

    serta para pelaku usaha di masing-masing komoditi. Penetapan harga

    acuan dilakukan dengan mempertimbangkan struktur biaya yang wajar,

    mencakup antara lain biaya produksi, biaya distribusi, keuntungan

    pelaku usaha, dan biaya-biaya lainnya.

    Harga acuan dipakai oleh Perum BULOG dan/atau BUMN lainnya yang

    mendapat penugasan pemerintah dalam melakukan pembelian barang

    kebutuhan pokok di petani dan penjualan di konsumen. Dalam

    melaksanakan pembelian dan penjualan tersebut, Perum BULOG

    dan/atau BUMN lain dapat bekerjasama dengan BUMN, BUMD,

    koperasi, dan/atau swasta.

    Harga acuan merupakan kebijakan harga yang dilakukan dalam kondisi

    normal, sementara sesuai Perpres 71/2015, dalam “kondisi tertentu”,

    yaitu apabila terjadi gangguan kegiatan perdagangan nasional,

    gangguan pasokan, dan kondisi harga berada di atas/di bawah harga

    acuan, Kemendag dapat menetapkan kebijakan lain sebagai berikut:

    1) Kebijakan Harga khusus (saat festive season atau saat terjadi

    gejolak harga); Harga eceran tertinggi dalam rangka Operasi Pasar;

    dan Harga subsidi.

    2) Pengelolaan stok dan logistik melalui optimalisasi perdagangan

    antar pulau/daerah; pengawasan stok di gudang/pelabuhan; dan

    koordinasi penyediaan stok pemerintah.

    3) Pengelolaan ekspor impor.

    Penugasan Operasi Pasar kepada Perum BULOG dan kerjasama

    dengan pelaku usaha dalam upaya stabilisasi pasokan dan harga

    beras.

    Kemendag akan terus mengoptimalkan peran BULOG sebagai

    penyangga dan stabilisator harga beras melalui penugasan untuk

    melakukan Operasi Pasar di daerah-daerah yang mengalami gejolak

    harga. Melalui Permendag No. 57/M-DAG/PER/8/2017 tanggal 24

    Agustus 2017, Kemendag menugaskan Perum BULOG untuk

    melaksanakan Operasi Pasar di titik-titik yang mengalami kenaikan

    harga, dengan harga penjualan di gudang BULOG Rp. 8.100/kg dan

    harga penjualan di tingkat eceran maksimal Rp. 10.250/kg.

    Terkait operasi pasar ini, maka kebijakan yang terakhir dikeluarkan

    adalah surat mendag nomor 569/M-DAG/SD/5/2018 tanggal 08 Mei

    2018 tentang ketersediaan pasokan dan stabilisasi harga beras medium

    dengan menggunakan CBP untuk menambah pasokan beras medium di

    seluruh Indonesia bersama Perum BULOG. Dengan harapan Mendag

    agar tahun ini OP beras berlangsung lebih baik.

  • 34

    Kemendag juga mengaktifkan peran asosiasi dan BUMD seperti

    PERPADI, Pasar Induk Beras Cipinang, PD Pasar Jaya, dan para

    pedagang beras untuk menjaga harga pada tingkat harga acuan dan

    tidak melakukan penimbunan.

    1) Penyediaan alternatif pasokan daging yang lebih murah ke pasar

    Daging yang beredar di pasar sebagian besar merupakan daging

    segar yang harganya relatif mahal. Karena itu, Kemendag

    membuka distribusi daging beku yang harganya relatif lebih murah

    ke pasar rakyat yang memliki fasilitas rantai dingin agar masyarakat

    dapat memperoleh alternatif pasokan daging yang lebih murah.

    Selain itu, Kemendag juga membuka impor daging kerbau dari

    India yang disalurkan ke wilayah Jabodetabek oleh Perum BULOG

    bekerjasama dengan distributor daging. Daging beku dijual dengan

    harga maksimal Rp.80 ribu/kg, lebih murah dibanding rata-rata

    harga daging segar di kisaran Rp.98-105 ribu/kg.

    2) Kegiatan Bazar Ramadhan atau Pasar Murah telah dilaksanakan

    selama total 10 (sepuluh) hari kerja di 4 (empat) lokasi yaitu:

    a) Kantor Pusat Pengembangan Sumber Daya Kemetrologian

    (PPSDK) Cihanjuang Bandung pada 16-17 Mei 2019, adapun

    barang-barang yang dijual, 85 persennya meliputi bapok yang

    dibutuhkan masyarakat seperti beras, gula pasir, tepung terigu,

    minyak goreng, daging sapi, daging ayam, telur ayam, cabai,

    bawang, dan komoditas pangan pokok lainnya. Sedangkan 15

    persen lainnya diisi oleh produk UKM.

    b) Kantor Pusdiklat Perdagangan Depok pada 20 – 21 Mei 2019.

    c) Kantor Direktorat Standardisasi dan Pengendalian Mutu pada

    23–24 Mei 2019.

    d) Kantor Pusat Kementerian Perdagangan pada 27-29 Mei 2019.

    e) Barang kebutuhan pokok pada Bazar Ramadan dijual dibawah

    harga acuan/HET yang ditetapkan untuk beberapa komoditi,

    antara lain minyak goreng dijual dengan harga Rp.10.000/liter,

    daging sapi beku Rp.78.000/kg, daging kerbau beku

    Rp.60.000/kg, daging ayam Rp.28.000/ekor, bawang putih

    Rp.20.000/kg, cabai merah keriting Rp.20.000/kg, serta beras

    premium Rp.10.000/kg. Bazar inidiikuti sekitar 31 pelaku usaha

    yang terdiri dari 14 pelaku usaha pangan pokok, 4 pelaku usaha

    pangan olahan, 5 pelaku usaha ritel anggota Aprindo, serta 7

    UKM binaan Kementerian Perdagangan.

    3) Kegiatan Sosialisasi Minyak Goreng Wajib Kemas, kebijakan wajib

    kemas minyak goreng merupakan bagian dari program strategis

    pemerintah yaitu program peningkatan penggunaan produk dalam

  • 35

    negeri. Kebijakan ini untuk mendorong masyarakat agar

    mengonsumsi minyak goreng kemasan karena lebih terjamin mutu

    dan keamanannya. Program ini telah dilakukan sejak 2014 melalui

    penerbitan kebijakan Minyak Goreng Kemasan yang mulai

    diberlakukan pada 1 April 2017. Namun, implementasi kebijakan

    ditunda dikarenakan belum siapnya produsen minyak goreng

    untuk memperluas unit pengemasan dan menumbuhkan industri

    pengemasan di daerah.

    Gambar 2 Pelaksanaan Pasar Murah Kemendag Dalam Rangka Hari Besar Keagamaan

    Nasional 2019 yang dilaksanakan di Parkiran Kemendag

    Sumber : Foto dari Aplikasi SIPEG

  • 36

    4) Melakukan Pemantauan Harga dan Stok

    a) Melakukan pemantauan harga di 108 pasar 34 Ibu Kota

    Propinsi yang bekerjasama dengan Dinas Perdagangan Propinsi

    dan Perum Bulog.

    b) Melakukan pemantauan harga di 90 pasar 57 Kabupaten Kota.

    c) Melakukan serangkaian kegiatan pemantauan harga dan

    stok/pasokan bawang merah di 20 Pasar Induk Perdagangan

    Utama bawang merah asal Brebes.

    d) Pemantauan stok/pasokan beras di Pasar Induk beras Cipinang.

    e) Pemantauan harga dan stok/pasokan produk Altikultura di

    Pasar Induk Keramat Jati.

    5) Penetrasi Pasar Tahun 2019

    a) Memastikan terlaksananya HET barang kebutuhan pokok

    terutama: beras medium, gula pasir, minyak goreng kemasan

    sederhana, bawang putih, dan daging beku (Permendag Nomor

    96/M-DAG/PER/9/2018).

    b) Memastikan kecukupan stok di gudang Bulog, gudang

    Distributor pada daerah lokasi penetrasi pasar.

    c) Memastikan pasokan barang kebutuhan pokok oleh Divre

    Bulog, Produsen/Importir/Distributor ke para Pedagang di

    Pasar pantauan BPS cukup dan lancar tanpa kendala.

  • 37

    Gambar 3 Kemendag Luncurkan Kebijakan Minyak Goreng Wajib Kemas

  • 38

    Gambar 4 Pelaksanaan Pemantauan Harga dan Stock di Pasar Rakyat

    Sumber : Foto dari Aplikasi SIPEG

  • 39

    Sasaran 2

    Terjaganya

    Deviasi Harga

    Barang

    Kebutuhan

    Pokok Antar

    Wilayah

    INDIKATOR 2 : “Persentase Provinsi Yang Harga Barang Kebutuhan

    Pokoknya Stabil Antar Wilayah”

    Indikator yang digunakan untuk mengukur kinerja memperkecil

    kesenjangan harga barang kebutuhan pokok antar provinsi adalah

    Persentase provinsi yang harga barang kebutuhan pokoknya stabil

    antar wilayah. Pada tahun 2019, target dari deviasi dimaksud sesuai

    dengan Renstra PDN adalah 75%. Hal ini dapat diartikan bahwa pada

    tahun 2019 perbedaan harga suatu komoditi di suatu daerah terhadap

    harga rata-rata nasional adalah 75%.

    Indikator ini menggambarkan kondisi perbedaan/deviasi harga barang

    kebutuhan pokok antar daerah. Adapun barang kebutuhan pokok yang

    akan menjadi target untuk pengukuran sasaran memperkecil

    kesenjangan harga barang kebutuhan pokok antar daerah dan

    stabilisasi harga barang kebutuhan pokok terdiri dari 10 (sepuluh)

    komoditi barang kebutuhan pokok yaitu: (1) beras; (2) gula; (3) jagung

    (4) kedelai; (5) terigu; (6) minyak goreng; (7) susu; (8) daging ayam; (9)

    daging sapi; (10) telur ayam. Dengan menurunnya disparitas harga

    antar daerah untuk barang kebutuhan pokok menunjukkan distribusi

    barang kebutuhan pokok semakin baik dan diharapkan kesenjangan

    daya beli masyarakat di satu daerah dengan daerah lain semakin kecil.

    Dengan kata lain, pasar kebutuhan pokok diharapkan semakin efisien.

    Dengan kata lain, pasar kebutuhan pokok diharapkan semakin

    efisien.

    Pada Indikator Kinerja Tahun 2015-2018 yaitu koefisien variasi harga

    barang kebutuhan pokok antar wilayah merupakan Indikator yang

    sama dengan masing-masing nilai target pada tahun 2015 sebesar

  • 40

    Tabel 3. Indikator Kinerja Kegiatan 2

    Indikator Kinerja Kegiatan

    2015 2016 2017 2018 Targe

    t Realis

    asi Capai

    an (%)

    Target

    Realisasi

    Capaian (%)

    Target

    Realisasi

    Capaian (%)

    Target

    Realisasi

    Capaian (%)

    IKK ii: Menurunnya koefisien variasi harga barang kebutuhan pokok antar wilayah

  • 41

    JULI 71.4%

    AGUSTUS 71.1%

    SEPTEMBER 71.5%

    OKTOBER 70.9%

    NOVEMBER 72.1%

    DESEMBER 74.2%

    Sumber : Data Dari Dit. Bapokting (2019)

    Dari tabel diatas bahwa Indikator Kinerja IK 2 tidak tercapainya target

    deviasi harga barang kebutuhan pokok antar wilayah tahun 2019 antara

    lain disebabkan tingginya disparitas harga jagung dan kedelai antar

    wilayah khususnya antara sentra produksi dengan sentra konsumsi.

    Capaian deviasi harga barang kebutuhan pokok antar wilayah tahun 2019

    adalah sebesar 71,5%, di bawah target 75% Realisasi pencapaian target

    Januari s/d Desember: 71,5%/75% = 95,33%. Dasar penentuan angka

    target minimum 75% adalah melihat dari past performance rata-rata

    pencapaian deviasi harga bapok antar wilayah per TW tahun 2016-2018

    adalah sekitar 73% serta realisasi pencapaian target kovar harga bapok

    antar wilayah tahun 2018 sekitar 93,87%.

    Tidak tercapainya IKK 2 ini dipengaruhi oleh fluktuasi harga antar wilayah

    sebagai berikut:

    BERAS Pada komoditi beras terjadi fluktuasi harga, fluktuasi harga tersebut

    terjadi di beberapa daerah seperti di daerah Pekanbaru, Jambi,

    Palembang, Pontianak, Banten, Manokwari dan Tanjung selor pada

    bulan Desember.

    KEDELAI Pada komoditi kedelai terjadi fluktuasi harga, fluktuasi harga tersebut

    terjadi di beberapa daerah seperti di daerah Jambi, Bangkulu, Jakarta,

    Semarang, Kupang, Pontianak, Palangkaraya, Banjarmasin, Manado,

    Makassar, Ambon, Jayapura, Maluku Utara, Mamuju dan Manokwari

    pada bulan Desember.

    JAGUNG Pada komoditi jagung terjadi fluktuasi harga, fluktuasi harga tersebut

    terjadi di beberapa daerah seperti di daerah Medan, Padang,

    Pekanbaru, Palembang, Bandar Lampung, Jakarta, Bandung, Semarang,

    Mataram, Kupang, Gorontalo, Pontianak, Palangkaraya, Makassar,

    Kendari, Jayapura, Banten, Mamuju, Manokwari dan Tanjung Pinang

    pada bulan Desember.

  • 42

    GULA Pada komoditi gula terjadi fluktuasi harga, fluktuasi harga tersebut

    terjadi di daerah Kupang dan Manokwari pada bulan Desember.

    MINYAK

    GORENG

    Pada komoditi minyak goreng terjadi fluktuasi harga, fluktuasi harga

    tersebut terjadi di beberapa daerah seperti di daerah Jambi, Gorontalo,

    Ambon, Jayapura, Maluku Utara, dan Manokwari pada bulan

    Desember.

    TERIGU Pada komoditi terigu terjadi fluktuasi harga, fluktuasi harga tersebut

    terjadi di beberapa daerah seperti di daerah Pekanbaru, Jambi,

    Bengkulu, Bandung, Semarang, Pontianak, Palangkaraya, Ambon,

    Maluku Utara, Mamuju, Manokwari, dan Tanjung Selor pada bulan

    Desember.

    DAGING SAPI Pada komoditi daging sapi terjadi fluktuasi harga, fluktuasi harga

    tersebut terjadi di beberapa daerah seperti di daerah Denpasar,

    Kupang, Makassar, Ambon, Jayapura, Tanjung Pinang dan Tanjung

    Selor pada bulan Desember.

    DAGING AYAM Pada komoditi daging ayam terjadi fluktuasi harga, fluktuasi harga

    tersebut terjadi di beberapa daerah seperti di daerah Pekanbaru,

    Pontianak, Samarinda, Bangka Belitung, Maluku Utara, Mamuju,

    Manokwari dan Tanjung Selor pada bulan Desember.

    TELUR AYAM Pada komoditi telur ayam terjadi fluktuasi harga, fluktuasi harga

    tersebut terjadi di beberapa daerah seperti di daerah Banda Aceh,

    Medan, Padang, Bengkulu, Kupang, Palangkaraya, Jayapura, Maluku

    Utara, Manokwari dan Tanjung Selor pada bulan Desember.

    SUSU Pada komoditi susu terjadi fluktuasi harga, fluktuasi harga tersebut

    terjadi di beberapa daerah seperti di daerah Banda Aceh, Jakarta,

    Denpasar, Palu dan Tanjung Selor pada bulan Desember.

    Perhitungan capaian tersebut diperoleh dari membandingkan target dan realisasi dengan rumus sebagai berikut:

    % Capaian = {∑ % 𝒓𝒆𝒂𝒍𝒊𝒔𝒂𝒔𝒊

    ∑ % 𝒕𝒂𝒓𝒈𝒆𝒕} x100%

    Cara Perhitungan:

    1. Hitung rata-rata nasional = total rata-rata harga di tiap provinsi.

    2. Hitung nilai mutlak (ABS) = nilai harga dikurang nilai rata-rata nasional.

    3. Hitung Batas Atas = nilai rata-rata nasional dikali 13.8%.

    4. Hitung persentase = Jumlah provinsi dibagi dengan Provinsi.

    5. Hitung rata-rata per bulan = nilai rata-rata seluruh persentase pada

    komoditi antar wilayah.

  • 43

    Contoh: Komoditi Jagung

    1. Rata-rata nasional = jumlah rata-rata harga di seluruh provinsi, maka

    nilai rata-rata nasional sebesar 7,927.

    2. Nilai mutlak (ABS) = nilai harga di tiap provinsi dikurangi dengan nilai

    rata-rata nasional.

    3. Lakukan perhitungan nomor 2 untuk seluruh provinsi ditiap komoditi

    perbulan, lalu hitung Nilai batas atas = nilai rata-rata nasional

    dikalikan 13,8%, maka nilai batas atas komoditi jagung sebesar

    1,094.

    4. Lakukan perhitungan nomor 2-3 untuk seluruh provinsi ditiap

    komoditi perbulan, lalu hitung persentase = jumlah provinsi dibagi

    dengan total jumlah provinsi maka nilai persentase untuk komoditi

    jagung sebesar 41,2%.

    5. Lakukan perhitungan 2-4 untuk seluruh provinsi ditiap komoditi

    perbulan, lalu hitung rata-rata perbulan = total nilai rata-rata

    persentase pada komoditi antar wilayah maka nilai persentase untuk

    seluruh komoditi pada bulan Desember sebesar 71,5%. (Rincian

    tabel terlampir di halaman 73).

    Upaya

    Direktorat

    Barang

    Kebutuhan

    Pokok dan

    Barang Penting

    dalam Mencapai

    Target

    Dalam rangka menurunkan deviasi harga barang pokok antar wilayah,

    Dit. Bapokting melakukan berbagai program/kegiatan yang menunjang

    Indikator Kinerja Koefisien variasi harga barang kebutuhan pokok antar

    wilayah sebagai berikut:

    1) Pemantauan Harga dan Pengawasan

    Melakukan pemantauan harga harian di 34 propinsi di 198 pasar,

    dan dipublikasikan melalui website:

    https:/ews.kemendag.go.id/Login.aspx

    2) Peningkatan Kelancaran Pendistribusian Barang Pokok

    Bekerjasama dengan Stakeholder Terkait di Pusat dan Daerah

    a) Operasi pasar di daerah-daerah yang kekurangan pasokan atau

    harganya lebih tinggi dari harga acuan dalam Permendag

    27/2017.

    b) Bekerjasama dengan SATGAS Pangan untuk pengamanan

    distribusi dan pencegahan aksi spekulasi melalui

    penimbunan/penundaan pengeluaran komoditi bapok (misal

    beras) dari tempat penyimpanan/gudang.

    c) Program tol laut/gerai maritim untuk meningkatkan pasokan

    ke daerah-daerah pelosok yang jauh dari pusat distribusi.

    http://ews.kemendag.go.id/

  • 44

    3) Penetapan Kebijakan

    a) Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 96/M-

    DAG/PER/9/2018 tanggal 19 September 2018 tentang Harga

    Acuan Pembelian di Tingkat Petani dan Harga Acuan Penjualan

    di Tingkat Konsumen untuk komoditas pangan seperti beras,

    jagung ,kedelai, gula, Minyak Goreng, bawang merah, Daging di

    bagi menjadi 2 yaitu: daging sapi dan Daging Beku, Daging

    Ayam Ras dan Telur Ayam Ras. Harga acuan ini akan berlaku

    selama empat bulan dan akan dievaluasi sesuai kondisi yang

    berkembang. Berikut ini rincian harga acuan penjualan tujuh

    komoditas pangan di tingkat konsumen, yang mulai berlaku

    September 2018 hingga empat bulan ke depan. Harga beras,

    Rp. 9.500,- per kilogram, Jagung Rp. 4.000,- per kilogram

    (Curah), Harga Kedelai ke perajin tahu/tempe Rp. 9.200,- per kg

    (Lokal) dan Rp. 6.800,- per kg (Impor). Gula Rp. 12.500,- per kg,

    Minyak Goreng Rp. 10.500,- per Liter (Curah) dan Rp. 11.000,-

    per Liter (Kemasan Sederhana). Bawang Merah Rp. 32.000,- per

    kg. Daging Sapi Rp. 50.000,-per kg (tetelan) hingga Rp.

    105.000,- (paha belakang) untuk daging segar dan Rp. 80.000,-

    (Sapi) per kg untuk daging beku. Daging Ayam Ras Rp. 32.000

    per kg dan Telur Ayam Ras Rp. 22.000 per kg.

    b) Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 20/M-

    DAG/PER/3/2017 tanggal 30 Maret 2017 tentang Pendaftaran

    Pelaku Usaha Distribusi Barang Kebutuhan Pokok. Dalam

    permendag ini, pelaku usaha distributor harus melakukan

    resgistrasi melalui SIPT online dengan mengisi formulir yang

    tersedia secara lengkap dan benar. Untuk pengumpulan berkas

    dapat dilakukan dengan cara scan berkas lalu di unggah ke web

    SIPT online, berkas yang diperlukan adalah:

    i. Tanda Daftar Perusahaan (TDP);

    ii. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP); dan

    iii. Kartu Tanda Penduduk atau Paspor Penanggung Jawab

    Perusahaan;

    Setelah persyaratan registerasi sudah lengkap dan jika sudah di

    approve melalui SIPT online maka surat perizinan akan di

    proses. Setelah itu pelaku usaha diwajibkan untuk melaporkan

    pergerakan stok yang dimilikinya (diperoleh dari mana dan

    disalurkan ke mana sejumlah berapa) dan Peraturan Menteri

    Perdagangan ini masih berlaku sampai adanya kebijakan baru.

    c) Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 57/M-

    DAG/PER/8/2017 tanggal 24 Agustus 2017 tentang Penetapan

  • 45

    Harga Eceran Tertinggi Beras Medium yang sebesar Rp.

    9.450/kg (wilayah Jawa, Lampung, Sumsel, Bali, NTB) sampai Rp

    10.250/k