eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5292/1/bab i-bab v.docx · web viewdefinisi reber ini...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia pada dasarnya adalah mahluk yang menyukai keindahan yang
diwujudkan dalam bentuk ekspresi. Ekspresi adalah penyaluran hasrat maupun
manifestasi dari imajinasi maupun tanggapan terhadap berbagai fenomena yang
terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Kemampuan seorang kartunis untuk
menertawakan dan mengecam, dapat menjadi sarana pelepas kelelahan masyarakat,
sehingga kartun dapat menjadi salah satu alternatif untuk melepaskan tekanan dari
rasa khawatir.
Kartun dalam seni rupa, termasuk salah satu bagian dari seni ilustrasi yang
lebih menekankan pada gambar dan tema yang bersifat jenaka. Kartun sarat akan
makna simbolik yang membutuhkan interpretasi dari pembaca, bahkan tidak sedikit
yang bersifat multiinterpretatif.
Kartun (cartoon) berasal dari bahasa Italia cartone yang artinya “kertas”. Pada
mulanya kartun adalah penamaan bagi sketsa pada kertas alot (stout paper) sebagai
rancangan atau desain untuk lukisan kanvas atau dinding. Pada saat ini kartun adalah
gambar yang bersifat dan bertujuan sebagai humor sindiran (Wijana, 2004: 4). Kartun
tidak hanya merupakan pernyataan rasa seni untuk kepentingan seni semata-mata,
melainkan mempunyai maksud melucu, bahkan menyindir, dan mengkritik
1
2
Tentang sifat kartun dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu: (1) kartun
editorial (editorial cartoon) yang digunakan sebagai visualisasi tajuk rencana pada
surat kabar atau majalah, kartun ini biasanya membicarakan masalah politik atau
peristiwa aktual sehingga sering disebut kartun politik (2) kartun murni (gag cartoon)
yang dimaksudkan sekedar sebagai gambar lucu atau olok-olok tanpa bermaksud
mengulas suatu permasalahan atau peristiwa aktual (3) kartun komik (comic cartoon)
biasanya terdiri dari tiga sampai enam kotak, isinya adalah komentar humoristis
tentang suatu peristiwa atau masalah aktual (Wijana, 2004: 11).
Gambar kartun sering mempunyai nilai humor sehingga membuat orang yang
membaca sekilas menjadi tertarik untuk memperhatikan dengan seksama dan
memikirkan pesan yang disampaikan melalui gambar tersebut. Kandungan humor
dalam kartun mempunyai kandungan pesan yang dalam dan serius serta dapat
‘menipu’ pembacanya, karena sering menggunakan distorsi visual dalam
penyampaian pesan-pesannya. Gambar kartun bisa sesuai dengan fenomena atau
kejadian yang ditanggapi melalui kartun tersebut, tetapi juga bisa mempunyai
perbedaan antara gambar dan fenomena yang sebenarnya tanpa kehilangan ciri khas
fenomena atau kejadian yang sebenarnya terjadi (Munir, 2009).
Kegiatan pembelajaran dimaksudkan untuk mentransfer pengetahuan, sikap,
dan keterampilan kepada peserta didik, kegiatan pembelajaran tersebut haruslah
efektif dan efisien. Salah satu cara untuk menjadikan pembelajaran itu efektif dan
efisien adalah melalui penerapan paket pembelajaran berdasarkan pendekatan
instruksional desain.
3
Penelitian dan pengembangan paket pembelajaran kartun ini dilaksanakan
untuk memberikan pemahaman kepada mahasiswa tentang seni kartun secara
sistematis dan jelas. Paket pembelajaran katun yang akan dikembangkan mengikuti
pola penelitian dan pengembangan secara ilmiah serta dapat dengan mudah diperoleh
untuk kegiatan pembelajaran bagi yang memerlukan.
Kesulitan yang dihadapi dosen dan mahasiswa selama ini dalam proses
pembelajaran kartun khususnya pada program studi pendidikan Seni Rupa Fakultas
Seni dan Desain Universitas Negeri Makassar adalah belum tersedianya buku paket
tentang kartun yang tersusun secara sistematis. Selain itu belum semua kegiatan
pembelajaran dirancang dalam bentuk paket pembelajaran. Untuk itulah sehingga
penelitian ini dilakukan yang pada akhirnya diharapkan dapat mengatasi kesulitan-
kesulitan tersebut, juga untuk memberikan kemudahan bagi mahasiswa dalam
memahami kartun.
Paket pembelajaran ini berisikan buku teks, petunjuk untuk dosen bagaimana
melaksanakan proses pembelajaran, dan petunjuk untuk mahasiswa, serta perangkat-
perangkat pendukung lainnya yang berupa contoh-contoh gambar kartun untuk
berbagai tujuan, dan power point yang berisikan sub-sub materi yang diajarkan.
Dalam penyusunan buku paket ini menggunakan pendekatan menyeluruh
yang berarti bahwa memperhatikan keseluruhan aspek-aspek yang terkait dengan
pembelajaran kartun berikut metode yang digunakan dalam proses pembelajaran.
Pendekatan menyeluruh memberi kemungkinan ditemukannya konsep-konsep baru
dalam memahami kartun dari berbagai segi, baik dari segi isi materi maupun metode
4
pembelajaran dengan memperhatikan kondisi-kondisi yang sifatnya situasional bagi
peserta ajar.
Paket pembelajaran ini dikembangkan berdasarkan prosedur pengembangan
desain instruksional yang menganut pendekatan sistem, yang artinya bahwa suatu
pendekatan yang memandang proses pembelajaran sebagai suatu sistem yang utuh,
dan hasil pendekatan sistem nantinya mengarah kepada peningkatan kualitas belajar
mahasiswa.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat di
rumuskan masalah dalam penelitian ini secara terperinci adalah: Bagaimana
mengembangkan paket pembelajaran kartun yang efektif dan praktis untuk
mahasiswa peserta mata kuliah seni ilustrasi program studi Pendidikan Seni Rupa
Fakultas Seni dan Desain Universitas Negeri Makassar.
C. Tujuan Penelitian
Secara terperinci, penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan paket
pembelajaran kartun untuk mahasiswa Program Studi Pendidikan Seni Rupa Fakultas
Seni dan Desain Universitas Negeri Makassar, yang terdiri dari komponen paket
pembelajaran sebagai berikut:
5
1. Petunjuk untuk Dosen
Petunjuk untuk dosen ini berfungsi untuk mengarahkan dosen dalam
mengelola kegiatan pembelajaran yang di dalamnya berisi: tujuan instruksional
umum, sasaran belajar, pokok bahasan/sub pokok bahasan, strategi, prosedur dan
evaluasi pembelajaran.
2. Petunjuk untuk Mahasiswa
Petunjuk untuk mahasiswa ini berfungsi untuk mengarahkan mahasiswa
dalam mengikuti kegiatan pembelajaran yang di dalamnya berisi: tujuan instruksional
umum, sasaran belajar, pokok bahasan dan sub pokok bahasan, prosedur
pembelajaran dan tugas-tugas yang harus dilaksanakan oleh mahasiswa.
3. Buku Teks Memahami Kartun
Buku teks ini menguraikan tentang bagaimana memahami seni kartun dan
juga berfungsi sebagai bahan referensi bagi dosen dan mahasiswa dalam kegiatan
proses pembelajaran.
4. Kumpulan Contoh Karya Kartun
Kumpulan contoh karya kartun ini berisikan foto kartun hitam putih dan
berwarna dalam berbagai tema dan jenis-jenis kartun. Kumpulan contoh karya kartun
dapat dipandang sebagai suplemen dari buku teks karena memuat contoh-contoh
karya kartun yang diciptakan oleh ilustrator/kartunis.
6
5. Power Point
Power Point ini berfungsi sebagai media bagi dosen untuk menjelaskan
ide/konsep tentang pemahaman seni kartun dan hal-hal tertentu yang dianggap
penting.
6. Test Untuk Mahasiswa
Test untuk mahasiswa terdiri atas pre test test dan post test. Pre test adalah test
awal dan bersifat formatif yang berfungsi untuk menjaring informasi awal sebelum
paket pembelajaran ini dibuat, sedangkan post test adalah test untuk menguji
keefektifan paket pembelajaran yang dikembangkan.
Bentuk paket yang menjadi tujuan pengembangan dalam penelitian ini adalah
sebuah paket pembelajaran tentang kartun yang siap disebarluaskan setelah
efektifitasnya diuji coba pada mahasiswa Program Studi Pendidikan Seni Rupa
Fakutas Seni dan Desain Universitas Negeri Makassar.
D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian ini, maka manfaat yang diharapkan dari
penelitian ini adalah
1. Bagi tenaga pengajar atau dosen pada program studi Pendidikan Seni
Rupa dan program studi Desain Komunikasi Visual, paket ini dapat
membantu dalam pelaksanaan proses pembelajaran di kelas secara praktis
dan efektif.
7
2. Bagi mahasiswa, paket pengembangan ini dapat dijadikan sumber bacaan,
dengan harapan dapat memperoleh informasi yang efektif tentang seni
kartun. Disamping itu dengan adanya paket pembelajaran kartun ini dapat
merangsang mahasiswa dalam membangkitkan kemampuan proses
berpikir dan proses belajar secara mandiri tentang pemahaman seni kartun.
3. Sebagai bahan masukan bagi Fakultas Seni dan Desain untuk dijadikan
model bagi pengasuh mata kuliah lain dalam mengembangkan paket
pembelajaran sesuai dengan mata kuliah yang diasuhnya.
4. Komponen paket pembelajaran yang berupa buku teks memahami kartun
dan kumpulan contoh karya kartun, dapat dijadikan koleksi perpustakaan
yang dapat dimanfaatkan oleh mahasiswa sebagai bahan referensi atau
bacaan.
5. Buku teks ‘memahami kartun’ dapat menjadi bahan informasi bagi
mahasiswa di perguruan tinggi lain yang berminat dan tertarik pada seni
kartun.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Belajar dan Pembelajaran
1. Pengertian Belajar
Untuk memperoleh pengertian yang objektif tentang belajar, perlu
dirumuskan secara jelas pengertian belajar. Pengertian belajar telah banyak
dikemukakan oleh para ahli psikologi, termasuk ahli psikologi pendidikan.
Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan dalam tingkah laku sebagai hasil dari intraksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan dinyatakan dalam seluruh aspek tingkah laku (Slameto, 1991:2).
Lebih lanjut Slameto (1991:2) mendefinisikan pengertian belajar sebagai
berikut: “Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.”
Kata belajar telah digunakan dalam berbagai konteks kehidupan oleh banyak
kalangan. Bukan hanya para guru yang berada dalam komunitas pendidikan, yang
selalu melakukan aktivitas belajar atau membuat siswa menjadi pembelajar, tetapi
dalam komunitas di luar sekolah pun istilah ini sudah familiar. Berkaitan dengan
rencana penelitian yang akan dilakukan, maka tinjauan tentang makna belajar
haruslah di batasi pada makna-makna yang sesuai dengan tujuan dari penelitian yang
akan dilaksanakan, walaupun tidak berarti akan mempersempit makna tersebut.
8
9
Pemahaman terhadap makna belajar sangat menentukan ketepatan pemilihan
aktivitas, metode, pendekatan, dan instrument untuk sampai pada tercapainya belajar
itu sendiri.
Beberapa ahli telah mengemukakan pemikirannya tentang belajar, antara lain:
“belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai
akibat latihan dan pengalaman. Dikatakan pula bahwa belajar ialah proses
memperoleh respon sebagai akibat adanya latihan khusus” Chaplin dalam Syah,
(2006:90). Senada dengan batasan tersebut, Witig dalam Syah, (2006:90),
memberikan batasan bahwa belajar adalah perubahan yang relatif menetap yang
terjadi dalam segala macam/keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai hasil
pengalaman.
Dalam bagian lain Reber dalam Syah, (2006:90) menyatakan bahwa,
belajar adalah: pertama, proses memperoleh pengetahuan, kedua, sebuah perubahan kemampuan bereaksi yang relatif langgeng sebagai hasil latihan yang diperkuat. Definisi Reber ini menampakkan unsur-unsur esensial, yakni adanya proses memperoleh pengetahuan, kemampuan bereaksi, relatif permanen, latihan yang diperkuat.
Pendapat lain dari Skinner dalam Syah (2006:90), bahwa belajar adalah
proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif.
Aspek definisi ini adalah adanya adaptasi atau penyesuaian tingkah laku, yang berarti
bahwa belajar sebagai suatu proses aktivitas individu untuk tercapainya tingkah laku
yang diharapkan sebagaimana tuntutan tingkah laku yang berlaku dalam konteks
tertentu.
10
Melihat ciri-ciri dari belajar yang telah dikemukakan di atas, maka dapat
dijelaskan bahwa belajar adalah sebuah aktifitas individu untuk mencapai
kemampuan perubahan diri dalam memenuhi konteks tertentu yang menghasilkan
pengetahuan, pengalaman, sikap, dan keterampilan yang permanen. Di samping itu,
belajar dapat pula diartikan adalah sebuah aktifitas individu baik secara fisik maupan
non fisik untuk mencapai hasil belajar yang diharapkan.
Pokok-pokok pengertian proses belajar di atas menjelaskan bahwa dalam
proses belajar terdapat: cara-cara atau langkah-langkah khusus, tercapainya hasil
belajar, tahapan perubahan perilaku kognitif, efektif, psikomotor yang dilakukan oleh
siswa sebagai pebelajar, menuju perubahan positif.
2. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran adalah setiap kegiatan yang dirancang untuk membantu
seseorang mempelajari suatu pengetahuan, keterampilan, sikap atau nilai yang baru.
Pembelajaran merupakan kegiatan untuk menjawab pertanyaan bagaimana agar
peserta didik mau dan mampu belajar. Untuk itu terdapat tiga komponen utama yang
saling berinteraksi yaitu: guru yang mengajar, peserta didik yang belajar, dan
kurikulum (materi) yang diajarkan. Jadi pembelajaran merupakan interaksi pendidik
dengan peserta didik melalui suatu rancangan kegiatan yang sistimatis untuk
menghasilkan luaran yang berkualitas (Pangewa, 2010: 2).
Kegiatan pembelajaran secara khusus dalam pendidikan formal dilakukan
dengan rekayasa guru dalam kegiatan pembelajaran di dalam kelas ataupun di luar
11
kelas. Dilihat dari prosesnya, kegiatan pembelajaran ini terjadi melalui intraksi antara
peserta didik dengan pendidik. Upaya ini dilakukan dengan sengaja oleh guru sebagai
orang dewasa terhadap siswa sebagai orang yang belum dewasa agar terjadi
kematangan dan kedewasaan (Sobandi, 2008: 152).
Lebih lanjut dijelaskan bahwa proses pembelajaran ini dilakukan secara
sistimatis dan terencana untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Kegiatan ini tidak
dibuat secara spontan, tetapi memerlukan perencanaan secara sistematis dan logis
berdasarkan perkembangan kebutuhan yang berkaitan dengan pengembangan ilmu,
perkembangan peserta didik, dan tuntutan masyarakat. Hal ini ditegaskan oleh Knirk
dan Gustafson dalam Sagala, (2003: 64) yang menjelaskan bahwa “Pembelajaran
adalah merupakan suatu proses yang sistimatis melalui tahapan rancangan,
pelaksanaan, dan evaluasi”.
3. Prinsip-prinsip Pembelajaran
Setiap teori belajar mempunyai prinsip-prinsip pembelajaran tersendiri, yang
mungkin sama atau berbeda dengan yang lain. Dalam pelaksanaan pembelajaran di
kelas seorang guru umumnya tidak hanya menggunakan satu pendekatan ataupun
metode metode mengajar, tetapi menggunakan beberapa metode (Pangewa, 2010:44).
Ibrahim & Syaodih dalam Pangewa, (2010:44) mengemukakan prinsip
pembelajaran yang secara relatif berlaku umum di antaranya adalah: (1) perinsip
perkembangan, (2) perinsip perbedaan individu, (3) perinsip minat dan kebutuhan
anak, (4) perinsip aktivitas, dan (5) perinsip motivasi.
12
4. Komponen-Komponen Pembelajaran
Sobandi (2008: 154) menjelaskan bahwa pelaksanaan proses pembelajaran
yang dilakukan di sekolah merupakan sistem dengan komponen-komponen yang
saling berhubungan satu sama lainnya. Proses pembelajaran terjadi dengan adanya
kerjasama antar komponen yang terorganisir yang saling berhubungan dalam
mencapai suatu tujuan.
Lebih lanjut dijelaskan oleh Sobandi (2008: 154), ada empat komponen utama
dari proses pembelajaran, yaitu:
1. Masukan mentah (row input), yaitu siswa sebagai faktor organisme
dengan karakternya yang memberi fasilitas maupun keterbatasannya atau
mungkin menjadi faktor motivasi atau stimulasi.
2. Masukan sarana (instrumental input), yaitu perlengkapan yang diperluka
bagi berlangsungnya proses pembelajaran, di dalamnya termasuk
kurikulum, guru, peralatan, dan ruangan kelas.
3. Masukan lingkungan (environemental input), yaitu situasi kondisi (letak,
iklim, alam, kebudayaan).
4. Keluaran yang diharapkan (expected output), yaitu tingkat kualifikasi
ukuran baku lulusan yang akan menjadi faktor daya tarik dan motivasi
maupun stimulasi dan sekaligus sebagai faktor respon.
Komponen-komponen dalam proses pembelajaran meliputi: tujuan belajar,
materi pelajaran, metode mengajar, sumber belajar, media untuk belajar, manajemen
13
interaksi belajar mengajar, evaluasi belajar, anak yang belajar, guru yang mengajar,
dan pengembangan dalam proses pembelajaran.
B. Media Pembelajaran
1. Pengertian Media Pembelajaran
Proses belajar yang diselenggarakan secara formal di sekolah-sekolah, tidak
lain dimaksudkan untuk mengarahkan perubahan pada diri siswa secara terencana,
baik dalam aspek pengetahuan, keterampilan, maupun sikap. Perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi semakin mendorong upaya-upaya pembaharuan dalam
pemanfaatan hasil-hasil teknologi dalam proses belajar.
Di samping mampu menggunakan alat-alat yang tersedia, guru atau pendidik
dituntut untuk dapat mengembangkan keterampilan mengembangkan media
pembelajaran yang akan digunakan dalam proses belajar apabila media tersebut
belum tersedia.
“Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti
‘tengah’,’perantara’ atau ‘pengantar’. Dalam bahasa Arab, media adalah perantara
atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan” (Azhar, 2011: 3).
Selanjutnya Gerlach & Ely dalam Azhar (2011: 3) mengatakan bahwa media apabila
dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun
kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau
sikap. Dari pengertian tersebut di atas dapat dikatakan bahwa guru, buku teks, dan
lingkungan sekolah adalah merupakan media. Lebih khusus, pengertian media dalam
14
proses belajar mengajar cendrung diartikan sebagi alat-alat grafis, photografis, atau
elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual
atau verbal.
Batasan lain telah pula dikemukakan oleh para ahli yang sebagian di
antaranya sebagai berikut, AECT (Association of Education and Communication
Technology) memberi batasan tentang media sebagai segala bentuk dan saluran yang
digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi. Di samping sebagai sistem
penyampaian atau pengantar, media yang sering diganti dengan kata mediator
menurut Fleming dalam Azhar (2011: 3) adalah penyebab atau alat yang turut campur
tangan dalam dua pihak dan mendamaikannya. Dengan istilah mediator, media
menunjukkan fungsi atau perannya, yaitu mengatur hubungan yang efektif antara dua
pihak utama dalam proses belajar, siswa dan isi pelajaran. Di samping itu, mediator
dapat pula mencerminkan pengertian bahwa setiap sistem pembelajaran yang
melakukan peran mediasi, mulai dari guru sampai pada peralatan yang paling
canggih, dapat disebut media. Ringkasnya, media adalah alat yang menyampaikan
atau mengantarkan pesan-pesan pembelajaran.
Heinich, dkk (dalam Azhar, 2011: 4) mengemukakan istilah medium sebagai
perantara yang mengantar informasi kepada sumber dan penerima. Jadi seperti
televisi, radio, film, foto, rekaman audio, gambar yang diproyeksikan, bahan-bahan
cetakan, dan sejenisnya adalah media komunikasi. Apabila media itu membawa
pesan-pesan atau informasi yang bertujuan instruksional atau mengandung maksud-
maksud pengajaran maka media itu disebut media pembelajaran.
15
Sementara itu, Gagne & Briggs dalam Azhar (2011: 4) mengatakan bahwa:
media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pelajaran, yang terdiri dari antara lain buku, tape recorder, kaset, video kamera, video recorder, film, slide (gambar bingkai), foto, gambar, grafik, televisi dan komputer.
Dengan kata lain, media adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik
yang mengandung materi instruksional di lingkungan siswa yang dapat merangsang
siswa untuk belajar. Dilain pihak, National Education Association (NEA)
memberikan definisi media sebagai bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun
audio visual dan peralatannya; dengan demikian, media dapat dimanipulasi, dilihat,
didengar, atau dibaca.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat dikatakan bahwa media
pembelajaran adalah merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
menyampaikan informasi atau pesan-pesan dari guru kepada siswa agar dapat
merangsang pikiran, perhatian, dan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran.
2. Manfaat Media Pembelajaran
Dalam suatu proses belajar mengajar, dua unsur yang amat penting adalah
metode mengajar dan media pembelajaran. Kedua aspek ini saling berkaitan.
Pemilihan salah satu metode mengajar tertentu dapat mempengaruhi jenis media
pelajaran yang sesuai.
Berbagai manfaat media pembelajaran telah dibahas oleh banyak ahli.
Menurut Kemp & Dayton (1985: 3-4) dalam Azhar (2001:21-23) menjelaskan ada
beberapa manfaat dari penggunaan media pembelajaran, antara lain sebagai berikut:
16
(1) Penyampaian pelajaran menjadi lebih baku. (2) Pembelajaran bisa lebih menarik. (3) Pembelajaran menjadi lebih intraktif. (4) Lama waktu pembelajaran yang diperlukan dipersingkat karena kebanyakan media hanya memerlukan waktu singkat untuk mengantarkan pesan-pesan dan isi pelajaran. (5) Kualitas hasil belajar dapat ditingkatkan. (6) Pembelajaran dapat diberikan kapan dan di mana diinginkan atau diperlukan terutama jika media pembelajaran dirancang untuk penggunaan secara individu. (7) Sikap positif siswa terhadap apa yang mereka pelajari dan terhadap proses belajar dapat ditingkatkan. (8) Peran guru dapat berubah ke arah yang lebih positif, beban guru untuk penjelasan yang berulang-ulang mengenai isi pelajaran dapat dikurangi bahkan dihilangkan.
Sudjana & Rivai (1992: 2) dalam Azhar (2001: 24-25) juga mengemukakan
manfaat media pembelajaran dalam proses belajar siswa, yaitu:
(1) pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa, sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar, (2) bahan pelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa, (3) metode mengajar akan lebih bervariasi, sehingga siswa tidak bosan, (4) siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar.
Di bagian lain Hamalik (1994: 15) dalam Azhar (2001: 25) merincikan
manfaat media pembelajaran sebagai berikut:
(1) Memperbesar dasar-dasar yang kongkret untuk berpikir, oleh karena itu mengurangi verbalisme. (2) Memperbesar perhatian siswa. (3) Meletakkan dasar-dasar yang penting untuk perkembangan belajar. (4) Memberikan pengalaman nyata yang dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri di kalangan siswa. (5) Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan kontinyu, terutama melalui gambar hidup. (6) Membantu tumbuhnya pengertian yang dapat membantu perkembangan kemampuan berbahasa. (7) Memberikan pengalaman yang tidak mudah diperoleh dengan cara lain, dan membantu efesiensi dan keragaman yang lebih banyak dalam belajar.
Sejumlah uraian dan pendapat yang telah dikemukakan beberapa ahli diatas,
untuk itu dapatlah disimpulkan bahwa media pembelajaran dapat bermanfaat untuk
memperlancar interaksi antara guru dan siswa, merangsang dan menimbulkan
17
motivasi bagi siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dan pada akhirnya dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa. Manfaat ini diharapkan pula dapat terjadi pada
pembelajaran kartun pada mahasiswa program studi pendidikan seni rupa apabila
menggunakan paket pembelajaran kartun ini.
3. Pemilihan Media Pembelajaran
Manfaat yang dapat dirasakan oleh guru dan siswa dalam menggunakan
media pembelajaran sangat erat kaitannya dengan karakteristik media pembelajaran
yang digunakan pada masing-masing proses kegiatan belajar. Oleh karena itu, ada
banyak hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan media pembelajaran.
“Dasar pertimbangan dalam pemilihan media pembelajaran adalah dapat
terpenuhinya kebutuhan dan tercapainya tujuan pembelajaran, jika tidak sesuai
dengan kebutuhan dan tujuan maka media tersebut tidak digunakan” (Rudi S & Cepi
R, 2007: 68). Di bagian lain, Mc. M. Connel (1974) dengan tegas mengatakan “if
the medium fit use it” artinya jika media sesuai maka gunakanlah. Pernyataan dari
Mc. M. Connel di atas cukup sederhana, namun demikian dalam aplikasinya tidak
sesederhana itu, diperlukan suatu pengkajian yang mendalam untuk sampai pada
ketepatan dalam memilih media.
18
Lebih lanjut Rudi S & Cepi R (2007: 69) mengemukakan bahwa:
Ada beberapa kriteria umum yang perlu diperhatikan dalam pemilihan media, namun demikian secara teoritik bahwa setiap media memiliki kelebihan dan kekurangan yang akan memberikan pengaruh pada efektifitas program pembelajaran. Sejalan dengan hal ini, pendekatan yang ditempuh adalah mengkaji media sebagai bagian integral dalam proses pendidikan yang kajiannya akan sangat dipengaruhi beberapa kriteria umum, yaitu: (1) kesesuaian dengan tujuan, (2) kesesuaian dengan materi, (3) kesesuaian dengan karakteristik siswa, (4) kesesuaian dengan fasilitas, (5) kesesuaian dengan gaya belajar, dan (6) kesesuaian dengan teori.
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran yang
baik harus memenuhi beberapa syarat, media pembelajaran harus bisa meningkatkan
motivasi siswa, media pembelajaran juga harus merangsang siswa untuk dapat
mengingat apa yang telah dipelajari, media pembelajaran juga akan mengaktifkan
siswa dalam memberikan tanggapan, umpan balik, dan mendorong siswa untuk
melakukan hal-hal yang baru.
Selain itu media pembelajaran yang dikembangkan juga harus memiliki
kriteria-kriteria yang disyaratkan, yaitu; (1) valid, (2) praktis, (3) efektif. Masing-
masing kriteria tersebut ditetapkan berdasarkan:
1. Validitas. Validitas ditetapkan berdasarkan penilaian atau validasi dari ahli
dan praktisi terhadap rancangan bahan pengajaran yang telah disusun
sebelumnya.
2. Kepraktisan. Kepraktisan ditetapkan berdasarkan keterlaksanaan
pembelajaran yang merujuk pada model pembelajaran yang diginakan.
19
3. Keefektifan. Keefektifan ditetapkan berdasarkan pada kriteria keefektifan,
yaitu kemampuan pengajar dalam mengelola pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran yang relevan, ketercapaian tujuan
pembelajaran yang dapat dilihat dari adanya peningkatan prestasi belajar
siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran yang telah dirancang oleh pengembang.
Menurut Khabibah dalam Trianto (2007:8), untuk melihat tingkat validaitas
kelayakan suatu model pembelajaran untuk aspek validitas dibutuhkan ahli dan
praktisi untuk memvalidasi model pembelajaran yang dikembangkan. Sedangkan
untuk aspek kepraktisan dan efektifitas diperlukan suatu perangkat pembelajaran
untuk melaksanakan model pembelajaran yang dikembangkan. Sehingga untuk
melihat ketiga aspek tersebut perlu dikembangkan suatu perangkat pembelajaran
untuk satu pokok bahasan tertentu sesuai dengan model pembelajaran yang
dikembangkan.
5 Pengembangan Model Pembelajaran Berdasarkan Pendekatan Desain Instruksional
Model adalah sesuatu yang menggambarkan adanya pola berpikir. Sebuah
model biasanya menggambarkan keseluruhan konsep yang saling berkaitan. Model
juga dapat dipandang sebagai upaya untuk mengkonkritkan sebuah teori sekaligus
juga merupakan sebuah analogi dan representasi dari variabel-variabel yang terdapat
di dalam teori tersebut. “Model desain sistem instruksionaal biasanya
20
menggambarkan langkah-langkah atau prosedur yang perlu ditempuh untuk
menciptakan aktivitas pembelajaran yang efektif, efisien, dan menarik” (Trianto,
2007).
Beberapa ahli telah mengemukakan berbagai definisi pengembangan
instruksional, antara lain: Clarence Schauer (1971) menyebutnya sebagai
“perencanaan secara akal sehat untuk mengidentifikasi masalah belajar dan
mengusahakan pemecahan masalah tersebut dengan menggunakan suatu rencana
terhadap pelaksanaan, evaluasi, uji coba, umpan balik, dan hasilnya”. Hamreus
(1971) menyebutnya secara singkat sebagai “proses yang sistimatik untuk
meningkatkan kualitas kegiatan instruksional”, dan Buhl (1975) menyebutnya
sebagai “suatu set kegiatan yang bertujuan meningkatkan kondisi belajar bagi
mahasiswa” (Suparman, 1997: 30).
Twelker, (1972) dalam Suparman, (1997: 30) menjelaskan bahwa:
Pengembangan instruksional adalah cara yang sistematis dalam mengidentifikasi, mengembangkan, dan mengevaluasi seperangkat materi atau strategi yang diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Hasil akhir dari pengembangan instruksional ialah suatu sistem instruksional, yaitu materi dan strategi belajar mengajar yang dikembangkan secara empiris dan secara konsisten telah dapat mencapai tujuan instruksional tertentu
Di Indonesia, penerapan pengembangan instruksional mulai populer dengan
penggunaan Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional yang disingkat PPSI pada
permulaan tahun 1970, khususnya dalam mengiringi munculnya kurikulum 1975.
Sejak saat itu pengembangan instruksional menjadi kegiatan yang lebih menonjol,
21
tidak saja di tingkat sekolah dasar dan menengah, tetapi juga di perguruan tinggi dan
lembaga pendidikan dan latihan (Diklat).
Keragaman disain pembelajaran memunculkan pendekatan yang berbeda dari
setiap modelnya, berikut beberapa contoh dari model-model disain pembelajaran
yang akan diuraikan secara lebih jelas
a. Model Pengembangan Instruksional J.E Kemp
Menurut Kemp (1994), pengembangan perangkat pembelajaran merupakan
suatu lingkaran yang kontinum. Tiap-tiap langkah pengembangan berhubungan
secara langsung dengan aktivitas revisi. Pengembangan perangkat pembelajaran
dimulai dari kompetensi dasar yang terdapat dalam kurikulum.
Model pengembangan menurut Kemp terdiri dari delapan langkah yaitu:
1. Menentukan tujuan instruksional umum
2. Membuat analisis tentang karakteristik siswa
3. Menentukan tujuan instruksional secara spesifik, operasional, dan terukur.
4. Menentukan materi yang sesuai dengan TIK
5. Menetapkan penjajagan awal
6. Menentukan strategi belajar mengajar yang sesuai
7. Mengkoordinasi sarana penunjang yang diperlukan
8. Mengadakan evaluasi.
22
Bentuk model desain instruksional Kemp dapat dilihat pada Gambar 2.1
Gambar 2.1 Model Pengembangan Desain Instruksional Kemp(Sumber: Haling dkk, 2007: 34)
b. Model Pengembangan Instruksional Borg & Gall
Borg & Gall (1973) mengemukakan bahwa prosedur pengembangan pada
dasarnya terdiri dari dua tujuan utama, yaitu
1. mengembangkan produk
2. menguji keefektifan produk dalam mencapai tujuan.
Tujuan pertama disebut sebagai fungsi pengembangan dan tujuan kedua
disebut fungsi validasi.
Revisi
6Strategi kegiatan
B_M
1 TIU&
Pokok bahasan 2Karakteristik
siswa 8
Evaluasi
3TIK
7Pelajaran penunjang
4Isi/materi
5Tes awal
23
Lebih lanjut Borg & Gall (1973: 415-416) menyarankan sepuluh tahapan
dalam penelitian pengembangan, yaitu:
1. Melakukan penelitian dan pengumpulan informasi.
2. Melakukan perencanaan (jenis keterampilan yang dibutuhkan, perumusan
tujuan penelitian, menetapkan langkah-langkah dan mengujikannya dalam
skala kecil
3. Mengembangkan bentuk produk awal (membuat persiapan bahan
pelatihan, penyusunan buku pegangan, dan perlengkapan evaluasi.
4. Melakukan pengujian lapangan awal dengan subjek yang lebih banyak
daripada sebelumnya, kemudian dianalisis.
5. Melakukan revisi pada produk atau model utama sesuai dengan saran dari
hasil uji lapangan awal dan saran dari ahli.
6. Melakukan pengujian lapangan utama secara kuantitatif dan
mengevaluasi hasil sesuai dengan tujuan.
7. Merevisi produk atau model operasional sesuai saran dan hasil pengujian
serta saran pengembangan model dari ahli.
8. Melakukan pengujian lapangan operasional dengan subjek yang lebih
banyak lagi kemudian dianalisis.
9. Melakukan revisi pada tahap akhir berdasarkan temuan yang ada dan
saran dari ahli.
24
10. Mendiseminasikan dan mendistribusikan laporan produk pada pertemuan-
pertemuan atau pada jurnal-jurnal ilmiah, baik nasional maupun
internasional.
c. Model Pengembangan Instruksional Dick & Carey
Model pengembangan instruksional ini dikembangkan oleh Dick dan Carey
(dalam Ibrahim, 2003: 18). Model pengembangan ini mengemukakan sepuluh
tahapan dalam pengembangan pembelajaran yaitu:
1. Mengidentifikasi tujuan umum pembelajaran
2. Melaksanakan analisis pembelajaran
3. Mengidentifikasi tingkah laku masukan dan karakteristik siswa
4. Merumuskan tujuan performansi
5. Mengembangkan butir-butir tes acuan patokan
6. Mengembangkan strategi pembelajaran
7. Mengembangkan dan memilih materi pembelajaran
8. Mendesain dan melaksanakan evaluasi formatif
9. Merevisi bahan pembelajaran
10. Mendesain dan melaksanakan evaluasi sumatif
Model desain instruksional Dick & Carey dapat dilihat pada Gambar 2.2
25
Gambar 2.2 Model Pengembangan Desain Instruksional Dick & Carey (Sumber: Ibrahim, 2003: 19)
d. Model Pengembangan Instruksional Rita Richey
Rita Richey mengemukakan enam langkah dalam pengembangan desain
instruksional, sebagai berikut:
1. Penentuan kebutuhan peserta ajar
2. Perumusan tujuan pembelajaran
3. Pengembangan prosedur penilaian
4. Perencanaan dan pengembangan paket pembelajaran
5. Pelaksanaan uji coba paket
6. Penetapan paket
Identi-fikasi
tujuan
Menulis Tujuan Kinerja
Pengembangan Tes
Acuan Patokan
Pengembangan
Strategi Pengajaran
Pengembangan & memilih Perangkat Pengajaran
Merancang & melak-sanakan tes formatif
Identifikasi
Tingkah laku awal
Revisi
Pengajaran
Melakukan
Analisis PengajaranMerancang dan
melaksanakan tes sumatif
26
e. Model Pengembangan Pembelajaran Sistem Instruksional (PPSI)
PPSI merupakan singkatan dari Prosedur Pengembangan Sistem
instruksional.
Istilah sistem instruksional mengandung pengertian bahwa PPSI menggunakan pendekatan sistem, dimana pembelajaran adalah suatu kesatuan yang terorganisasi, yang terdiri dari seperangkat komponen yang saling berhubungan dan bekerjasama antara satu dengan yang lain secara fungsional dan terpadu dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan (Haling, dkk, 2007: 29).
Model pengembangan instruksional PPSI ini memiliki lima langkah pokok
yaitu:
1. Perumusan tujuan pembelajaran
2. Pengembangan alat penilaian
3. Merancang kegiatan pembelajaran
4. Menyusun program kegiatan pembelajaran
5. Pelaksanaan (penyajian, pre test, post test, analisis, dan hasil)
Dari beberapa uraian model pengembangan instruksional di atas maka dapat
disimpulkan bahwa, model-model tersebut mempunyai banyak perbedaan dan
persamaan. Perbedaan model-model tersebut terletak pada istilah yang dipakai,
urutan, dan kelengkapan langkah-langkahnya. Persamaannya adalah bahwa setiap
model mengandung kegiatan yang dapat digolongkan ke dalam tiga kategori pokok,
yaitu:
1. Kegiatan yang membantu menentukan masalah pendidikan dan
mengorganisasi alat untuk memecahkan masalah tersebut.
27
2. Kegiatan yang membantu menganalisis dan mengembangkan pemecahan
masalah.
3. Kegiatan yang melayani keperluan evaluasi pemecahan masalah tersebut.
Semua kegiatan tersebut antara satu dengan yang lainnya dihubungkan oleh
suatu sistem umpan balik yang terpadu dalam model bersangkutan. Adapun sistem
umpan balik tersebut memungkinkan adanya perbaikan-perbaikan atau revisi sistem
instruksional selama dikembangkan.
Secara visual pengembangan instruksional dapat digambarkan sebagai
berikut:
Gambar 2.3 Bagan Sederhana Pengembangan Instruksional (Sumber: Suparman, 1997: 10)
Pada penelitian pengembangan ini model pengembangan yang penulis
gunakan adalah model pengembangan yang dikemukakan oleh Rita Richey yang
terdiri dari enam langkah, yaitu penentuan kebutuhan peserta ajar, perumusan tujuan
pembelajaran, pengembangan prosedur penilaian, perencanaan dan pengembangan
paket pembelajaran (tahap awal), pelaksanaan uji coba paket (tahap uji coba),
Penentuan & Perorganisasian Pemecahannya
Evaluasi SistemAnalisis dan Pengembangan
Umpan Balik
28
penetapan paket (tahap revisi), dengan alasan karena model pengembangan ini lebih
jelas, lengkap, terarah, terstruktur, sistematis, dan menuntun pengembang dari awal
hangga akhir, sehingga jelas apa yang harus dilakukan tahap demi tahap.
C. Kartun sebagai Tema Pembelajaran
1. Pengertian Kartun
Istilah “kartun” sering dan hampir selalu kita sebut, namun kenyataannya ada
banyak orang yang belum memahaminya, termasuk mereka yang menggelutinya.
Sebagai salah satu bentuk komunikasi grafis, kartun merupakan suatu gambar
interpretatif yang menggunakan simbol untuk menyampaikan suatu pesan secara
cepat dan ringkas, atau suatu sikap tentang orang, situasi, atau kejadian-kejadian
tertentu dalam kehidupan masyarakat.
Kartun dalam seni rupa, termasuk salah satu bagian dari seni ilustrasi yang
pada dasarnya hanya bersifat menghibur karena lebih menekankan pada gambar dan
tema yang bersifat jenaka dan humor. Humor merupakan salah satu teknik yang
sering digunakan oleh para kartunis untuk mengemas visualisasi imajinasinya, inti
dari humor adalah kejutan yang dapat membuat pembaca berspekulasi dan
menawarkan perspektif yang baru atau tidak biasa. Humor dapat disajikan dalam
berbagai bentuk, seperti dongeng, teka-teki, puisi rakyat, nyanyian rakyat, karikatur,
kartun, dan lain-lain.
29
Kartun, sesuai dengan sifatnya akan mengungkapkan secara ringan dan lucu. Karena itu humor merupakan hal yang penting dalam kartun. Humor dianggap jembatan pertama membuka komunikasi. Kalau orang sudah tersenyum, Akan mudah bagi kita untuk mulai membuka pembicaraan (Priss, 99:33).
Jadi kartun tidak hanya merupakan pernyataan rasa seni untuk kepentingan
seni semata-mata, melainkan mempunyai maksud melucu, bahkan menyindir dan
mengkritik.
Lebih lanjut di jelaskan oleh Wijana (2004: 4), wahana kritik sosial atau
kartun sering kali ditemui di dalam berbagai media cetak, seperti surat kabar,
majalah, dan tabloid. Di dalam media ini kartun biasanya disajikan sebagai selingan
setelah para pembaca menikmati rubrik-rubrik atau artikel-artikel yang lebih serius,
dan dengan kartun para pembaca dibawa ke dalam situasi yang lebih santai.
Meskipun pesan-pesan di dalam kartun sama seriusnya dengan pesan-pesan yang
disampaikan lewat berita dan artikel, pesan-pesan kartun sering lebih mudah dicerna
atau dipahami sehubungan dengan sifatnya yang menghibur.
Definisi dari kartun dikemukakan oleh beberapa ahli, diantaranya, adalah:
“Kartun adalah setiap gambar yang dibuat untuk membuat orang tertawa,
apakah ia ditampilkan sebagai komentar sosial atau politik atau hanya sekedar
menghibur” (Salam, 1992: 29).
Anderson (1990) dalam Wijana, (2004: 5) mengemukakan bahwa:
kartun adalah alat untuk menciptakan kesadaran kolektif tanpa harus memasuki birokrasi atau berbagai bentuk kekuatan politik, seperti terlihat dalam kutipan berikut: Cartoons were a way of creating collective consciences by people without acces of bureaucratic or other institutionalized forms of political muscle.
30
Leksono dalam Sudarta, (2007: xiii) menjelaskan bahwa:
Kartun adalah gambar yang mudah diingat yang disertai dengan komentar satiris pendek yang sangat menghibur dan kaya dengan penafsiran. Dikatakan pula bahwa tujuan karikatur adalah untuk mendorong lahirnya pemikiran ulang dan penciptaan ulang realitas guna mendapatkan kehidupan yang lebih baik.
Selanjutnya Priss (1999: 53) mengemukakan:
Kartun dalam definisi sederhana dapat diartikan sebagai gambar garis yang menyampaikan pesan lucu. Secara teknis tidak ada ketentuan mengenai alat dan cara menggarap gambar, kecuali bahwa itu adalah gambar tangan yang menyajikan ungkapan lucu. Kartun bisa mengungkap kelucuan yang terjadi sehari-hari, bisa pula komentar mengenai issue, trend, fakta yang terjadi di masyarakat.
Kartunis Inggris, David Low (1976) dalam Setiawan, (2002: 33)
mengemukakan definisi kartun sebagai berikut:
A cartoon is a drawing, representational or symbolic, that makes a satirical, witty, or humorous point. It may or may not have a caption and may comprise more than one panel. Cartoons usually appear in periodical publication. Most frequently their targets are in the field or political or public affairs, but they may be social custom, fashions, or sports events or personalities.Artinya: kartun adalah sebuah gambar yang bersifat representasi atau simbolik, mengandung unsur sindiran, lelucon, atau humor. Kartun biasanya muncul dalam publikasi secara periodik, dan paling sering menyoroti masalah politik atau masalah publik. Namun masalah-masalah sosial kadang juga menjadi target, misalnya mengangkat kebiasaan hidup masyarakat, peristiwa olah raga, atau mengenai keperibadian seseorang.
Noerhadi (1989) di dalam artikelnya yang berjudul Kartun dan Karikatur
sebagai Wahana Kritik Sosial mendefinisikan kartun sebagai suatu bentuk tanggapan
lucu dalam citra visual. Dalam artikel ini konsep kartun dipisahkan sacara tegas
dengan karikatur. Tokoh-tokoh kartun bersifat fiktif yang dikreasikan untuk
menyajikan komedi-komedi sosial serta visualisasi jenaka. Sementara itu tokoh-tokoh
31
karikatur adalah tokoh-tokoh tiruan lewat pemiuhan (distortion) untuk memberikan
persepsi tertentu kepada pembaca, sehingga sering kali disebut potrait caricature
(Wijana, 2004:7).
Sibarani (2001: 25) menjelaskan bahwa:
Walau kartun sebenarnya juga memiliki titik satiris, namun titik satirisnya tidak ditekankan sebagai suatu yang dominan. Kartun juga tidak mengandung pengertian adanya distorsi seperti pada karikatur. Kartun bisa saja lepas dari distorsi pada pengubahan bentuk dalam pengolahan watak pada sebuah gambar yang diciptakan. Kartun tidak terlalu terikat pada distorsi, biasanya distorsinya bukan hal yang utama karena lebih mengutamakan humor dari pada satire
Untuk sederhananya, dapat dikatakan bahwa sebuah karikatur adalah sebuah
kartun, tapi sebuah kartun belum tentu merupakan sebuah karikatur. Dan untuk
memberikan kekhukusan tanpa mengurangi fungsi sebuah kartun, maka biasa disebut
adanya political cartoon atau editorial cartoon.
Dalam kamus Inggris – Indonesia karangan John M. Echols and Hasan
Sadily, di situ disebut: Cartoon Yaitu gambar lucu, sedangkan arti Caricature adalah
gambar sindiran. Kalau kamus tersebut dibuat pegangan, maka seorang kartunis
adalah seorang pembuat gambar lucu, sedangkan seorang karikaturis adalah seorang
pembuat gambar sindiran (Sibarani, 2001: 9).
Lebih lanjut dijelaskan oleh Sibarani (2001: 9-10) bahwa ada kekeliruan
kalau orang mengira, jika “kartun” itu hanya ada dalam pers atau persurat kabaran.
Di dunia fine art pun kartun juga berkembang. Juga dalam dunia seni patung, dalam
dunia seni cukil kayu atau woods cuts dan lain-lain. Dan baru pada abad XIX
merembes ke dunia pers. Yang dimaksud pers adalah dunia jurnalistik secara umum,
32
seperti di persuratkabaran dan penerbitan majalah. Tapi tidak pada dunia cetak
mencetak lainnya, sebab sebelumnya juga sudah ada seni cetak-mencetak yang
belum bisa disebut pers, Misalnya pembuatan gambar-gambar dengan memakai
“wood cuts” dan “cooper-plates untuk pembuatan poster-poster dan sebagainya,
untuk tujuan tertentu.
Jika sebuah karya kartun yang sederhana diberi “isi”, maka karya kartun
tersebut akan menjelma menjadi apa yang disebut kartun opini atau yang biasa
disebut karikatur.
Bagaimana kartun itu dilukiskan? Dengan kartun orang tidak selalu harus
memprotes, akan tetapi yang amat penting adalah bagaimana karikatur itu seefektif
mungkin berfungsi sebagai hiburan dan bisa memberikan pesan, tanpa banyak kata,
bahkan tanpa kata sekalipun. Sebab sebuah kartun sudah berarti seribu kata. “ A
picture means a thousand words”(Sibarani, 2001: 10).
2. Fungsi Kartun
Seperti yang telah diuraikan bahwa kartun tidak hanya bersifat mengejek dan
mengkritik, tetapi juga dapat menghibur. Meskipun kelihatan sederhana sebenarnya
kartun mempunyai fungsi yang cukup banyak. Ketika membaca koran atau majalah
terutama pada edisi-edisi tertentu selain artikel, pemuatan gambar jenis ini juga punya
daya tarik tersendiri, bahkan bisa menjadi ciri khas dari media tersebut.
33
Adapun fungsi kartun antara lain adalah:
a. Hiburan
Ketika membaca artikel atau berita di majalah dan koran orang sering merasa
bosan dan jenuh. Untuk menghilangkan rasa yang jenuh tersebut mereka selalu
melihat kartun yang ada untuk menyegarkan pikirannya kembali.
b. Kritik sosial atau kontrol sosial
Saat ini banyak orang yang merasa jenuh dengan kehidupan sosial atau
lingkungan di sekitarnya. Karena apa yang dilihatnya sering tidak sesuai dengan nilai
atau norma yang ada. Untuk melakukan protes atau sindiran terhadap situasi ini
beberapa orang membuat kartun sebagai sarana atau media untuk menggambarkan isi
hatinya serta secara tidak langsung membantu meluruskan apa yang dinilai salah dan
mengangkat masalah pada proporsi yang sebenarnya, secara humor.
c. Penyaluran hobi
Hal ini sering dilakukan terutama oleh orang yang gemar dengan kegiatan
melukis atau menggambar. Karena kartun memang dibuat dengan teknik melukis atau
menggambar.
d. Fungsi Pendidikan
Meningkatkan kemampuan berpikir dan perenungan bagi penikmatnya
meskipun medianya adalah kartun.
34
3. Kriteria Kartun yang Baik
Pada dasarnya kartun adalah gambar lucu. Apapun dan bagaimanapun bentuk
gambar yang penting memiliki sifat humor dan lucu itu bisa dikatakan gambar kartun.
Kartun terbentuk dari tiga unsur yang saling berkait satu sama lain, yaitu wawasan,
olah rupa dan humor. Wawasan sebagai perspektif kartunis dalam memandang
sebuah tema, olah rupa sebagai bentuk komunikasi visual dan humor adalah stimuli
psikologis penikmat kartun.
“Kartun yang baik antara lain adalah yang memiliki misi pendidikan, yaitu
yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir dan perenungan bagi penikmatnya,
meskipun medianya humor” (Pramono, 2000: 5).
Untuk melahirkan sebuah karya kartun yang baik, seorang kartunis haruslah
mempunyai keterampilan gambar dan wawasan yang luas, karena sebuah karya
kartun bukan semata hanya teknik gambar tetapi juga cara mengungkap masalah yang
sedang hangat di masyarakat.
Kartun yang baik menurut Sobur (2003: 139) mempunyai beberapa kriteria
antara lain:
a. Teknik yang Baik
Teknik gambar yang baik dan berkarakter adalah syarat mutlak untuk
membuat sebuah karya kartun. Untuk menciptakan sebuah gambar kartun yang baik
haruslah dibuat dengan tekun berlatih sehingga kita dapat menemukan jati diri kartun
buatan kita.
35
b. Informatif
Sebuah karya kartun haruslah berisi informasi yang aktual, faktual dan
mempunyai landasan informasi yang kuat. Seorang kartunis bisa disejajarkan dengan
pengamat politik jika informasi yang disajikan mudah diserap. Kartun merupakan
pendidikan politik bagi pemula, dan juga bisa menjadi cambuk yang dapat menampar
orang tanpa membuat orang tersebut sakit hati, tetapi malah tertawa.
c. Komunikatif
Penyampaian yang lugas, jelas dan mudah terserap adalah unsur komunikatif
dari sebuah karya kartun. Komunikasi tidak harus dengan dialog memakai balon kata,
namun dengan penggambaran yang detail dapat membuat orang mengerti pesan apa
yang akan kita sampaikan.
d. Memuat Kandungan Humor
Dalam pembuatan kartun, humor merupakan salah satu unsur penting yang
digunakan oleh para kartunis untuk mengemas visualisasi imajinasinya. Peranan
humor yang disalurkan oleh kartun bukanlah semata untuk mengolok-olok atau
mementingkan naluri mengkritik. Penampilan kartun yang kocak, membuat pesan
yang ingin disampaikan tersebut mudah dicernakan dan mudah dipahami serta selalu
siap untuk diuraikan lebih lanjut, sehingga membuat kartun menjadi “bahasa” dari
segala lapisan masyarakat. Dengan kemampuan bahasa gambarnya tersebut, kartun
mampu memperhalus pesan-pesan kritisnya tanpa mengurangi ketajamannya serta
36
memiliki keluwesan untuk dibuat sedemikian rupa sehingga mampu menghadirkan
fakta tersebut menjadi suatu pesan dalam bentuk opini maupun kritikan.
4. Jenis-Jenis Kartun
Secara sederhana kartun dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu kartun
verbal dan kartun non verbal. Kartun verbal adalah kartun-kartun yang
memanfaatkan unsur verbal, seperti kata, frasa, kalimat, wacana disamping gambar-
gambar jenaka untuk memancing tawa para pembacanya. Sementara itu kartun non
verbal adalah kartun yang semata-mata hanya memanfaatkan
gambar-gambar/visualisasi jenaka. Gambar-gambar yang disajikan dalam jenis kartun
ini adalah gambar-gambar yang memutar balikkan logika (Wijana, 2004: 8).
Jenis kartun berdasarkan fungsi dan sifatnya dibagi menjadi:
a. Kartun Murni (gag cartoon)
Adalah merupakan gambar kartun yang dimaksudkan hanya sekedar sebagai
gambar lucu atau olok-olok tanpa bermaksud mengulas suatu permasalahan atau
peristiwa. Kartun murni biasanya tampil pada halaman-halaman khusus humor yang
terdapat di surat kabar atau terbitan lainnya.
37
Gambar 2.4 Kartun, karya: Arief Sutristanto (2010)Sumber: Indonesian damn good cartoon (2010: 98)
Gambar 2.5 Kartun, karya: Romas Stapullonis (1993)Sumber: Majalah Humor, No. 64 (1993: 82)
38
Gambar 2.6 Kartun, karya: Jitet Koestana, (2008)Sumber: Indonesian damn good cartoon (2010: 97)
Gambar 2.7 Kartun, karya: Tarcisius Sutanto (1994)
39
Sumber: pameran kartun Asean-Jepang (1995: 15)
b. Kartun Editorial
Adalah kolom gambar sindiran di surat kabar yang mengomentari berita dan
issu yang sedang ramai dibicarakan. Kartun editorial merupakan visualisasi tajuk
rencana surat kabar atau majalah yang membincangkan masalah politik atau peristiwa
aktual, sehingga sering disebut kartun politik.
Kartun editorial (politik) lebih mengedepankan pesan dan situasi
penggambaran kartun daripada figur atau tokoh yang dimunculkan. Kandungan kritik
dalam kartun editorial yang sering lugas, tegas kadangkala pedas, dipengaruhi oleh
situasi dalam menyikapi kebijakan atau peristiwa yang sedang terjadi
Contoh kartun editorial adalah kartun Oom Pasikom karya GM Sudarta
seperti yang dapat dilihat pada Gambar 2.8 dan Gambar 2.9.
Gambar 2.8 Kartun karya: GM. Sudarta (2009)Sumber: Harian Kompas (2009: 6)
40
Gambar 2.9 Kartun karya: Jitet Koestana (2009)Sumber: Harian Kompas (2009: 6)
c. Kartun Komik (comic cartoon)
Adalah merupakan susunan gambar bercerita yang biasanya terdiri dari tiga
atau enam kotak. Isinya adalah komentar humoristis tentang suatu peristiwa atau
masalah aktual.
Kartun komik ini biasa disebut komik potongan atau komik strip, dan
biasanya ditampilkan dalam harian atau mingguan disebuah surat kabar, majalah,
maupun tabloid/buletin. Penyajian isi cerita dapat berupa humor atau cerita
Contoh kartun komik yang terkenal di Indonesia adalah kartun Panji Koming
dan kartun Benny and Mice, yang ditampilkan pada harian Kompas setiap minggu,
seperti yang dapat dilihat pada Gambar 2.10 dan Gambar 2.11.
41
Gambar 2.10 Kartun Panji Koming, karya: Dwi Koendoro (2009)Sumber: Harian Kompas (2009: 34)
Gambar 2.11 Kartun Benny & Mice (2007)Sumber: Jakarta Luar Dalam (2007: 43)
42
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian dan pengembangan paket pembelajaran kartun ini mengikuti
pendekatan metodologis penelitian, yakni pengembangan yang memiliki ciri yang
berpola pada tata kerja yang sistematis, praktis, dan efisien.
Berikut ini diuraikan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan metode
penelitian yang digunakan:
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang ini adalah pengembangan paket pembelajaran kartun
pada mahasiswa program studi pendidikan seni rupa di perguruan tinggi dengan fokus
perhatian pada aspek strategi atau prosedur pembelajaran, bahan dan isi
pembelajaran, bentuk fisik paket, dan efektifitas penggunaan paket.
Model penelitian pengembangan paket pembelajaran yang digunakan dalam
penelitian ini mengacu pada model penelitian yang dikembangkan oleh Rita Richey
(Richey, 1986: 96) dalam Salam (1993: 15). Richey mengemukakan enam langkah
dalam pengembangan desain instruksional, sebagai berikut:
1. Penentuan kebutuhan peserta ajar
2. Perumusan tujuan pembelajaran
3. Pengembangan prosedur penilaian
4. Perencanaan dan pengembangan paket pembelajaran
42
43
5. Pelaksanaan uji coba paket.
6. Penetapan paket.
Berikut ini langkah-langkah pengembangan paket pembelajaran yang
diterapkan dalam penelitian ini
Model Richey Penerapannya pada penelitian dan Pengembangan paket
Langkah pertama:Penentuan kebutuhan peserta ajar
Langkah kedua:Perumusan tujuan pembelajaran
Langkah ketiga: Perencanaan dan pengembanganPengembangan prosedur penilaian paket (tahap awal) Langkah keempat:PengembanganPaket pembelajaran
Langkah kelima: Pelaksanaa uji coba untuk meneliti Pelaksanaan uji-coba paket efektifitas buku paket pembelajaran kartun
Langkah keenam: Pelaksanaan revisi paket pembelajaran Penetapan paket kartun berdasarkan masukan selama uji-coba
Model pengembangan paket Rita & Richey (1986:96)Sumber: Salam (1993: 16)
44
B. Prosedur Pengembangan
Prosedur pengembangan merupakan penjabaran dari model pengembangan,
oleh karena itu prosedur pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
prosedur pengembangan yang diadaptasi dari model pengembangan Rita Richey.
Sesuai dengan model pengembangan yang telah dijelaskan di atas, maka
prosedur pengembangan paket pembelajaran kartun ini meliputi beberapa tahapan
yakni:
1. Perencanaan dan pengembangan paket pembelajaran kartun (tahap awal).
2. Pelaksanaan uji coba untuk meneliti efektifitas paket pembelajaran kartun.
3. Pelaksanaan revisi paket pembelajaran kartun berdasarkan masukan-
masukan selama uji coba
Penjelasan tentang masing-masing langkah pengembangan tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Perencanaan dan Pengembangan Paket Tahap Awal
Pengumpulan data untuk pengembangan paket tahap awal dilaksanakan
melalui studi kepustakaan dan studi lapangan. Studi pustaka dilakukan untuk mencari
informasi tentang mata kuliah apa diprogram studi Pendidikan Seni Rupa yang dirasa
perlu untuk dibuatkan sebuah media pembelajaran. Dari studi pustaka tersebut
diperoleh data tentang mata kuliah Ilustrasi yang dirasa sangat membutuhkan sebuah
media pembelajaran, khususnya pada materi tentang kartun.
45
Studi lapangan dilakukan untuk melihat keadaan di kampus yaitu dengan cara
menggali informasi dari pihak yang terkait dengan mata kuliah ilustrasi dan
mahasiswa mengenai pemahaman tentang seni kartun sebagai tema paket. Data yang
dikumpulkan ini nantinya akan dijadikan bahan untuk penyusunan paket tahap awal
hingga siap untuk diuji coba. Paket pembelajaran yang dikembangkan ini berdasarkan
kurikulum, silabus mata kuliah dan tujuan instruksional umum.
2. Uji Coba Paket
Paket yang telah dikembangkan kemudian diuji cobakan pada mahasiswa
yang menjadi subjek penelitian. Uji coba paket ini terbagi dalam tiga tahapan uji
coba, yaitu:
1. Uji coba perorangan atau uji coba satu-satu adalah uji coba yang
melibatkan mahasiswa untuk merevisi hasil dari paket pembelajaran yang
sedang dikembangkan. Dalam uji coba ini mahasiswa diminta untuk
memberikan tanggapan, komentar, dan saran terhadap paket pembelajaran
yang sedang dikembangkan.Jumlah mahasiswa yang digunakan dalam uji
coba satu-satu ini adalah tiga orang. Suparman (1997: 213) menyatakan
bahwa uji coba satu-satu ini dilaksanakan dengan dua atau tiga orang
siswa secara individual. Ketiga mahasiswa yang dipilih berasal dari
mahasiswa yang mempunyai prestasi belajarnya tinggi, prestasi belajarnya
sedang, dan prestasi belajarnya rendah. Maksud dari uji coba ini adalah
untuk mengidentifikasi dan mengurangi kesalahan-kesalahan yang
46
terdapat dalam paket pembelajaran, serta untuk mendapatkan komentar
dari mahasiswa tentang isi atau materi pelajaran.
2. Uji coba kelompok kecil, adalah uji coba yang dilakukan dengan
melibatkan sekelompok kecil mahasiswa Program Studi Pendidikan Seni
Rupa yang terdiri dari 6 orang. Kelompok kecil mahasiswa ini harus
representatif untuk mewakili populasi sasaran yang sebenarnya. Uji coba
satu-satu ini bertujuan untuk menghasilkan saran revisi lebih lanjut, selain
itu adalah untuk mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan dari paket
pembelajaran yang sedang dikembangkan untuk memperoleh hasil yang
lebih baik sebelum masuk pada tahap final, serta untuk mengukur
efektifitas paket pembelajaran setelah direvisi dari tahap pertama. Alat
atau instrumen yang digunakan dalam uji coba ini berupa buku teks hasil
revisi tahap pertama, tes, dan angket. Hasil dari uji coba ini digunakan
untuk merevisi paket pembelajaran sebelum uji coba kelompok besar atau
uji coba lapangan.
3. Uji coba dalam kelompok besar atau uji coba lapangan, adalah uji coba
yang dilakukan terhadap paket pembelajaran yang telah selesai
dikembangkan tetapi masih membutuhkan atau memungkinkan untuk
direvisi akhir. Uji lapangan ini bertujuan untuk mengidentifikasi
kekurangan dari paket pembelajaran yang yang akan digunakan pada
kondisi sebenarnya. Suparman (1997: 216) menjelaskan bahwa perbedaan
yang mendasar dari uji coba lapangan ini dengan uji coba sebelumnya
47
adalah produk, lingkungan pelaksanaan, dan pelaksanaan uji coba dibuat
semirip mungkin dengan keadaan dan populasi sampel. Jumlah mahasiswa
yang digunakan dalam uji coba ini adalah 20 orang karena dengan jumlah
ini akan representatif dengan target populasi yakni jumlah mahasiswa
yang dipandang ideal untuk sebuah kelas.
4. Pelaksanaan pre test dan post test. Pre test adalah tes awal yang diberikan
kepada mahasiswa dan bersifat formatif yang berfungsi untuk mengetahui
kemampuan mahasiswa dalam memahami seni kartun pada mata kuliah
seni ilustrasi sebelum diberikan perlakuan (treatment) melalui instrumen
penelitian yang sebelumnya telah dibuat. Sedangkan post test adalah tes
yang diberikan kepada mahasiswa yang berfungsi untuk mengetahui
kemampuan mahasiswa dalam memahami seni kartun setelah diberikan
perlakuan (treatment). Efektfitas dari paket pembelajaran yang
dikembangkan nantinya dapat diukur dari skor akhir dari pre test dan post
test yang telah diberikan.
3. Revisi Paket
Bersamaan dengan uji coba paket, isi paket direvisi oleh dua orang ahli yang
terdiri dari satu orang ahli materi dan satu orang ahli media. Ahli materi memberikan
penilaiannya terhadap aspek pembelajaran dan isi materi, sedangkan ahli media
memberikan penilaiannya terhadap aspek-aspek yang terkait dengan rancangan
48
pembelajaran yang meliputi kapasitas analisis tugas, kejelasan dan kelengkapan
tujuan pembelajaran, serta kesesuaian strategi dan media yang digunakan.
Saran dari dua orang ahli ini digunakan sebagai bahan pertimbangan revisi
yang dapat meningkatkan kualitas dari paket pembelajaran yang ingin dihasilkan dan
hasil dari kegiatan revisi ini kemudian dijadikan bahan pertimbangan untuk
pengembangan paket pembelajaran.
Gambar 3.1. Prosedur Pengembangan Paket Pembelajaran Kartun
49
C. Subjek dan Tempat Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa Program Studi Pendidikan Seni
Rupa Fakultas Seni dan Desain Universitas Negeri Makassar angkatan 2009,
sebanyak 20 orang mahasiswa yang memprogramkan mata kuliah ilustrasi, dimana
dalam mata kuliah ilustrasi tersebut terdapat sub pokok bahasan tentang kartun. Para
mahasiswa ini diberikan kegiatan pembelajaran untuk memberikan pemahaman
tentang kartun dengan menggunakan paket yang sedang dikembangkan.
Tempat penelitian ini berlokasi di Program Studi Pendidikan Seni Rupa
Fakultas Seni dan Desain Universitas Negeri Makassar.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Angket untuk Mahasiswa
Angket untuk mahasiswa ini dibuat untuk menjaring informasi mengenai
pendapat, komentar, dan saran dari mahasiswa dari beberapa aspek, yaitu: aspek
pembelajaran serta aspek tampilan dan isi terhadap paket yang sedang dikembangkan.
2. Angket Untuk Dosen
Angket untuk dosen dibuat untuk menjaring informasi mengenai pendapat
dosen yang menggunakan paket yang sedang dikembangkan mengenai tujuan
pembelajaran, sasaran belajar, prosedur pembelajaran, alokasi waktu dan media
50
pembelajaran yang berupa buku teks, kumpulan contoh karya kartun, dan power
point serta komentar tambahan yang dipandang perlu untuk merevisi paket.
3. Angket untuk Pengkaji Paket
Angket untuk pengkaji paket dibuat untuk menjaring informasi tentang
pendapat seorang ahli materi dan ahli media tentang paket pembelajaran kartun yang
sedang dikembangkan yang meliputi aspek pembelajaran, aspek isi, dan bentuk fisik
paket.
4. Test untuk Mahasiswa
Test untuk mahasiswa terdiri atas pre test test dan post test. Pre test adalah test
awal dan bersifat formatif yang berfungsi untuk menjaring informasi awal sebelum
paket pembelajaran ini dibuat, sedangkan post test adalah test untuk menguji
keefektifan paket pembelajaran yang dikembangkan.
5. Observasi
Observasi dilaksanakan dalam kegiatan uji coba dengan fokus pengamatan.
Observasi dilaksanakan oleh peneliti, dan sebagai sebagai bahan acuan observasi
digunakan buku petunjuk untuk dosen dan mahasiswa.
6. Dokumentasi
Dokumentasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah mengumpulkan
dokumen-dokumen yang terkait dengan pembelajaran kartun.
51
E. Teknik Analisis Data
Data yang telah diperoleh melalui angket dari ahli media dan ahli materi,
angket untuk dosen dan mahasiswa, dan test untuk mahasiswa, dianalisis secara
deskriptif kualitatif. Analisis data mencakup seluruh kegiatan dengan
mengklarifikasi, menganalisa, dan menarik kesimpulan dari semua data yang
terkumpul dalam proses validasi dan uji coba. Dengan demikian diharapkan dapat
mempermudah memahami data untuk proses analisis selanjutnya.
Data kuantitatif yang diperoleh, dianalisis secara deskriptif kuantitatif
kemudian dikonversikan ke data kualitatif dengan menggunakan skala 5, seperti yang
dapat dilihat pada Tabel 3.1
Tabel 3.1 Koversi skor nilai pada skala 5 (Sumber: Sukarjo, 2005:53)
Nilai Interval Skor Data Kualitatif
5 X > xi + 1,80 Sbi Sangat bagus
4 xi + 0,60 Sbi < X ≤ xi + 1,80 Sbi Bagus
3 xi - 0,60 Sbi < X ≤ xi + 0,60 Sbi Cukup
2 xi - 1,80 Sbi < X ≤ xi - 0,60 Sbi Kurang
1 X ≤ xi + 1,80 Sbi Sangat Kurang
Keterangan:
xi (rerata skor ideal) = ½ (skor mak ideal + skor min ideal)
Sbi (simpangan baku ideal) = 1/6 (skor mak ideal – skor min ideal)
X = skor empiris
52
Berdasarkan rumus yang digunakan tersebut, kemudian untuk mengubah data
kuantitatif ke data kualitatif, pedoman konversi yang digunakan dapat dilihat pada
tabel 3.2
Tabel 3.2 Pedoman Konversi Data Kuantitatif ke Data Kualitatif Pada Skala 5
Nilai Interval Skor Data Kualitatif
5 X > 4,21 Sangat bagus
4 3,36 < X ≤ 4,21 Bagus
3 2,64 < X ≤ 3,40 Cukup
2 1,92 < X ≤ 2,60 Kurang
1 X ≤ 1,79 Sangat Kurang
Pedoman konversi di atas digunakan untuk menentukan kriteria layak
tidaknya paket yang dikembangkan. Paket pembelajaran kartun untuk mahasiswa
Program Studi Pendidikan Seni Rupa di Fakultas Seni dan Desain dikatakan sudah
layak digunakan sebagai media pembelajaran, apabila hasil penilaian pada uji coba
lapangan minimal termasuk dalam kriteria bagus dan jelas.
Berikut ini penjelasan dalam bentuk nilai angka data kualitatif dari angka
yang berupa review dari ahli materi, ahli media, dan tanggapan mahasiswa:
1. Hasil review dari ahli materi dan mahasiswa:
1). Sangat jelas = 5
2). Jelas = 4
53
3). Cukup jelas = 3
4). Tidak jelas = 2
5). Sangat tidak jelas = 1
2. Hasil review dari ahli media dan mahasiswa:
1). Sangat bagus = 5
2). Bagus = 4
3). Cukup = 3
4). Kurang = 2
5). Sangat kurang = 1
54
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Pengembangan Paket Tahap Awal
a. Penentuan kebutuhan belajar
Kebutuhan belajar mahasiswa yang menjadi titik tolak dari pengembangan
paket pembelajaran ini adalah kebutuhan mahasiswa untuk memperoleh pengetahuan
dan sikap yang positif dalam memahami seni kartun.
Dipilihnya kartun sebagai tema yang dikembangkan didasari oleh karena
masih kurangnya pemahaman dan pengetahuan mahasiswa tentang seni kartun. Oleh
karena itulah maka kebutuhan mahasiswa untuk mempelajari seni kartun sebagai
salah satu bagian dari mata kuliah ilustrasi dipandang perlu.
b. Perumusan tujuan pembelajaran
Agar supaya kebutuhan belajar dapat dilaksanakan secara lebih terarah, maka
dirumuskanlah tujuan pembelajaran dan dijabarkan ke dalam beberapa sasaran belajar
sebagai berikut: Setelah mahasiswa mengikuti pembelajaran, mahasiswa diharapkan
untuk dapat: (1) Memilih pernyataan yang tepat untuk menggambarkan karakteristik
kartun; (2) Mengidentifikasi secara tepat fungsi dari kartun; (3) Mengidentifikasi
secara tepat jenis-jenis kartun berdasarkan fungsi dan sifatnya; (4) Memilih
pernyataan yang tepat untuk menggambarkan perbedaan antara kartun dan karikatur;
54
55
(5) Menunjukkan dengan tepat tugas dan keahlian seorang kartunis dalam rangka
menjalankan profesinya; (6) Menilai kriteria yang tepat untuk digunakan dalam
menentukan kriteria kartun yang baik; (7) Mengidentifikasi secara tepat sejarah dan
perkembangan kartun; (8) Mengidentifikasi secara tepat pekembangan kartun di
Indonesia.
c. Pengembangan prosedur penilaian
Setelah merumuskan sasaran belajar, kegiatan selanjutnya adalah
mengembangkan prosedur penilaian yang relevan dengan sasaran belajar. Penetapan
prosedur penilaian ini didasarkan atas pertimbangan yaitu pengembang paket dapat
menyusun item penilaian yang secara langsung mengacu pada sasaran belajar dan
menghindarakan dikembangkannya prosedur penilaian yang lebih mengukur isi
pembelajaran dari pada mengukur perubahan yang terjadi pada peserta ajar.
d. Perencanaan dan pengembangan paket
Untuk memudahkan mahasiswa dalam mencapai sasaran belajar, maka
disusunlah strategi pembelajaran. Bahan pembelajaran yang tercantum pada strategi
pembelajaran terdiri atas tiga sub pokok bahasan yaitu: definisi dan fungsi kartun,
sejarah perkembangan kartun, dan jenis-jenis kartun.
Metode atau bentuk pembelajaran yang dipilih pada strategi pembelajaran,
yaitu: (1) Pengantar dan pemberian penjelasan singkat oleh dosen; (2) Penjelasan dan
tanya jawab mengenai materi pembelajaran; (3) Pemberian tugas individu; (4)
Penutup.
56
Komponen-komponen paket yang dikembangkan, dirancang untuk
mendukung pelaksanaan strategi pembelajaran terdiri dari dari: (1) Petunjuk untuk
dosen, berisi tentang prosedur dan hal-hal yang akan memudahkan dosen dalam
menjalankan fungsinya sebagai fasilitator pembelajaran; (2) Petunjuk untuk
mahasiswa, dibuat untuk menjadi acuan mahasiswa dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran; (3) Buku teks memahami kartun, menguraikan tentang kartun yang
sejalan dengan pokok bahasan yang tercantum dalam strategi pembelajaran; (4)
Kumpulan contoh karya kartun, berisi foto karya kartun yang sistimatika
penyusunannya mengikuti pembagian bidang-bidang kartun pada buku teks; (5)
Power point, berisi informasi yang akan disajikan pada pembelajaran serta
rangkuman hasil pembelajaran.
e. Evaluasi dosen
Setelah keseluruhan dari komponen paket pembelajaran telah dikembangkan,
tahap selanjutnya adalah tahap evaluasi dari dosen. Pada penelitian pengembangan
ini, dosen yang menjadi fasilitator adalah Dr. Abdul Aziz Ahmad, M.Pd, sebagai
penanggung jawab mata kuliah ilustrasi II yang menilai keseluruhan dari komponen
paket yang dikembangkan. Ada dua aspek yang dinilai oleh dosen terhadap paket
yang dikembangkan ini, yaitu: aspek pembelajaran, yang merujuk pada buku
petunjuk untuk dosen, serta aspek tampilan dan isi yang merujuk pada media
pembelajaran.
57
Berikut ini adalah hasil penilaian dosen fasilitator terhadap paket:
1) Aspek pembelajaran
Aspek pembelajaran dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana penilaian
dosen yang menjadi fasilitator mengenai aspek pembelajaran yang merujuk pada
buku petunjuk untuk dosen.
Tabel 4.1 Skor Penilaian Dosen Fasilitator pada Aspek Pembelajaran
No Indikator skor
keterangan
a. Tujuan pembelajaran
1 Ketepatan penjabaran tujuan pembelajaran ke sasaran belajar
5 Sangat Bagus
2 Ketepatan jumlah sasaran belajar dengan alokasi waktu 4 Bagus3 Kejelasan rumusan sasaran belajar 5 Sangat Bagus4 Kesesuaian sasaran belajar dengan kemampuan mahasiswa 5 Sangat Bagus
b. Prosedur pembelajaranKejelasan prosedur pembelajaran 5 Sangat Bagus
6 Kemudahan pelaksanaan dari prosedur pembelajaran 5 Sangat Bagus7 Ketepatan urutan dari prosedur pembelajaran 4 Bagus8 Ketepatan pembagian waktu dari prosedur pembelajaran 4 Bagus c. Penilaian pembelajaran9 Kejelasan petunjuk pos test 5 Sangat Bagus10 Kejelasan item pos test 5 Sangat Bagus11 Tingkat kesulitan pos test 4 Bagus12 Kemampuan pos test dalam mengukur tercapainya sasaran
belajar 5 Sangat Bagus
13 Alokasi waktu pelaksanaan post test 4 Bagus
14 Keterkaitan antara pos test dengan sasaran belajar 4 BagusJumlah 63
Sangat BagusRerata 4.56
Nilai A
58
Berikut ini disajikan tabel frekuensi penilaian pembelajaran oleh ahli materi.
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Penilaian Aspek Pembelajaran oleh Dosen
Kriteria Penilaian
Frekuensi %
Sangat Bagus 7 53.84Bagus 6 46.15Cukup 0 0Kurang 0 0Sangat Kurang 0 0Jumlah 13 100
Gambar 4.1 Diagram Batang Penilaian Aspek Pembelajaran oleh Dosen Fasilitator
59
2) Aspek tampilan dan isi
Aspek tampilan dan isi dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana penilaian
dosen yang menjadi fasilitator mengenai berbagai hal tentang aspek tampilan dan isi
yang merujuk pada media pembelajaran yang dikembangkan. Hasil penilaian tersebut
dapat dilihat pada Tabel 4.3
Tabel 4.3 Skor Penilaian Dosen pada Aspek Tampilan dan Isi
No
Indikator skor
keterangan
1Sistimatika perorganisasian:
- Buku teks 5 Sangat Bagus- Kumpulan contoh karya kartun 5 Sangat Bagus- Petunjuk untuk mahasiswa 4 Bagus- Power point 4 Bagus
2 Kejelasan isi:Sangat Bagus- Buku teks 5
- Kumpulan contoh karya kartun 5 Sangat Bagus- Petunjuk untuk mahasiswa 4 Bagus
- Power point 4 Bagus
3 Kesesuaian media dengan sasaran belajar 5 Sangat Bagus
4 Kesesuaian tingkat kesukaran media dengan 5 Sangat BagusTingkat perkembangan mahasiswa
5 Kemudahan penggunaan media:- Buku teks 5 Sangat Bagus- Kumpulan contoh karya kartun 5 Sangat Bagus- Petunjuk untuk mahasiswa 4 Bagus
- Power point 4 Bagus
Jumlah 64Sangat BagusRerata 4.57
Nilai A
60
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Penilaian Aspek Tampilan dan Isi oleh Dosen Fasilitator
Kriteria Penilaian Frekuensi %
Sangat Bagus 8 57.14
Bagus 6 42.86
Cukup 0 0
Kurang 0 0
Sangat Kurang 0 0
Jumlah 14 100
Gambar 4.2 Diagram Batang Penilaian Aspek Tampilan dan Isi oleh Dosen Fasilitator
Dari hasil penilaian dosen fasilitator terhadap paket pembelajaran yang
dikembangkan dapat diketahui bahwa setiap item yang dinilai dari aspek
pembelajaran serta aspek tampilan dan isi termasuk dalam kriteria bagus dan sangat
bagus. Jumlah rerata aspek pembelajaran adalah 4,56 dan jumlah rerata aspek
tampilan dan isi adalah 4,57. Setelah dikonversikan pada skala 5 maka aspek
pembelajaran serta aspek tampilan dan isi keduanya masuk dalam kriteria “sangat
61
bagus”. Diagram batang hasil penilaian dosen fasilitator terhadap paket yang
dikembangkan dapat dilihat pada Gambar 4.3 berikut ini:
Gambar 4.3 Diagram Batang Penilaian Dosen Fasilitator
Walaupun kedua aspek yang dinilai masuk dalam kriteria sangat baik namun
untuk meningkatkan kualitas paket yang dikembangkan, penulis masih melakukan
revisi terhadap paket sesuai dengan saran dan masukan dari dosen fasilitator. Adapun
Saran dan masukan dari dosen fasilitator adalah:
1. Perlu mempertimbangkan alokasi waktu yang digunakan dalam dalam
pembelajaran.
2. Memperhatikan urutan materi pembelajaran yang diberikan, misalnya
menerangkan dahulu pengertian kartun dan sejarah perkembanganya sebelum
memasuki materi yang lain.
62
3. Sebelum menayangkan media power point sebaiknya mengadakan apersepsi
guna kesinambungan materi kuliah sebelumnya dengan materi yang akan
diberikan.
4. Berikan identitas yang jelas pada setiap contoh karya yang ada pada buku
kumpulan contoh karya kartun.
5. Perlu perimbangan jumlah contoh karya kartun pada buku kumpulan contoh
karya kartun.
6. Perlu dijelaskan lebih rinci perbedaan antara kartun dan karikatur pada buku
teks memahami kartun.
Dari saran dan masukan dari dosen fasilitator tersebut, penulis melakukan
revisi paket sebelum diuji cobakan pada tahap selanjutnya.
2. Pengembangan Paket Tahap Uji Coba
a. Proses dan hasil pengembangan paket tahap uji coba
1) Validasi ahli
a) Validasi ahli media. Ahli media yang menjadi validator pada penelitian
pengembangan ini adalah Drs. Muhammad Thamrin Mappalahere, M.Pd. Ia adalah
dosen pada Fakultas Seni dan Desain Universitas Negeri Makassar. Data dari ahli
media diperoleh dengan cara memberikan angket yang mencakup aspek bentuk fisik
dari paket yang dikembangkan. Selanjutnya jika ada beberapa hal yang masih perlu
diperbaiki atau direvisi, ahli media memberikan saran dan komentar terhadap paket
63
yang dikembangkan. Validasi oleh ahli media dilaksanakan sejak bulan Mei sampai
bulan Juni 2011, dan berakhir pada tanggal 6 juni 2011 bertempat di Fakultas Seni
dan Desain Universitas Negeri Makassar. Hasil validasi oleh ahli media dapat dilihat
pada Tabel 4.5 berikut ini:
Tabel 4.5 Skor Penilaian Aspek Bentuk Fisik Paket
No. IndikatorAhli Media
Skor Keterangan1 Proporsional layout (tata letak teks dan gambar) 5 Sangat Bagus2 Kesesuaian pemilihan jenis huruf 5 Sangat Bagus3 Kesesuaian pemilihan Ukuran huruf 5 Sangat Bagus4 Kemenarikan ilustrasi gambar 5 Sangat Bagus5 Kemenarikan desain cover/sampul 4 Bagus6 Kejelasan ketikan/cetakan 5 Sangat Bagus7 Kejelasan gambar/ilustrasi 5 Sangat Bagus8 Daya tarik lay out paket 5 Sangat Bagus9 Daya tarik bentuk fisik paket 5 Sangat Bagus10 Kelengkapan informasi 5 Sangat Bagus11 Kejelasan contoh gambar yang disertakan 5 Sangat Bagus12 Kejelasan informasi pada ilustrasi gambar 5 Sangat Bagus
Jumlah 59Sangat BagusRerata 4.91
Nilai A
Hasil data yang diperoleh dari penilaian ahli media ditinjau dari aspek bentuk
fisik paket menunjukkan bahwa item-item yang dinilai pada aspek ini adalah bagus
dan sangat bagus. Jumlah skor yang diperoleh 59 dan rerata skor 4,91 Setelah
dikonversikan ke dalam skala 5, skor ini masuk dalam kriteria sangat bagus.
64
Berikut ini disajikan tabel frekuensi penilaian aspek bentuk fisik paket oleh
ahli media.
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Penilaian Aspek Bentuk Fisik Paket oleh Ahli Media
Kriteria Penilaian Frekuensi %
Sangat Bagus 11 93.3Bagus 1 6.67Cukup 0 0Kurang 0 0Sangat Kurang 0 0 Jumlah 12 100
Gambar 4.4 Diagram Batang Penilaian Aspek Bentuk Fisik Paket oleh Ahli Media
65
b) Validasi ahli materi. Ahli materi yang menjadi validator dalam penelitian
pengembangan ini adalah Dr. Aziz Ahmad, M.Pd. Ia adalah dosen pada Fakultas Seni
dan Desain Universitas Negeri Makassar dan Kepala Pusat Sumber Belajar
Universitas Negeri Makassar. Data ini diperoleh dengan cara memberikan angket
yang mencakup aspek pembelajaran dan aspek isi. Selanjutnya jika ada beberapa hal
yang masih perlu perbaikan atau revisi, ahli materi memberikan saran dan komentar
terhadap paket yang dikembangkan. Validasi oleh ahli materi dilaksanakan sejak
bulan Mei sampai bulan Juni 2011, dan berakhir pada tanggal 10 Juni 2011, di
Fakultas Seni dan Desain Universitas Negeri Makassar. Hasil validasi oleh ahli
materi dapat digambarkan sebagai berikut:
(1) Aspek pembelajaran
Aspek pembelajaran dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana penilaian ahli
materi mengenai berbagai hal yang menyangkut aspek pembelajaran pada paket yang
dikembangkan. Hasil penilaian tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.7
66
Tabel 4.7 Skor Penilaian Aspek Pembelajaran oleh Ahli Materi
No. IndikatorAhli Materi
Skor Kriteria1 Kesesuaian dengan sasaran kompetensi belajar 5 Sangat Jelas
2 Kejelasan rumusan sasaran belajar 5 Sangat Jelas
3 Ketepatan jumlah sasaran belajar dengan alokasi waktu 5 Sangat Jelas
4 Pengorganisasian materi paket 5 Sangat Jelas
5 Kesesuaian dengan sasaran belajar 5 Sangat Jelas
6 Kejelasan petunjuk belajar 5 Sangat Jelas
7 Ketepatan urutan prosedur pembelajaran 5 Sangat Jelas
8Ketepatan pembagian waktu dari prosedur pembelajaran 5 Sangat Jelas
9Kemudahan pelaksanaan dari prosedur pembelajaran 5 Sangat Jelas
10 Daya tarik dari materi yand disajikan 5 Sangat Jelas
11Keterkaitan antara pos test dengan kompetensi belajar 5 Sangat Jelas
12 Kemampuan pos test dalam mengukur tercapainya kompetensi belajar 5 Sangat Jelas
13 Kejelasan petunjuk pos test 5 Sangat Jelas
14 Kejelasan item pos test 4 Jelas
15 Tingkat kesulitan pos test 4 Jelas
Jumlah 73Sangat JelasRerata 4.87
Nilai A
Dari hasil penilaian ahli materi pada aspek pembelajaran terhadap paket yang
dikembangkan, maka dapat diketahui bahwa jumlah skor pada setiap item masuk
dalam kriteria jelas dan sangat jelas. Jumlah skor secara keseluruhan 73, rerata skor
67
4,87 setelah dikonversikan pada skala 5, maka jumlah rerata skor yang diperoleh
masuk dalam kriteria sangat jelas.
Berikut ini disajikan tabel frekuensi penilaian pembelajaran oleh ahli materi.
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Penilaian Aspek Pembelajaran oleh Ahli Materi
Gambar 4.5 Diagram Batang Penilaian Aspek Pembelajaran oleh Ahli Materi
Kriteria Penilaian Frekuensi %Sangat Jelas 13 86.7Jelas 2 13.3Cukup Jelas 0 0Tidak Jelas 0 0Sangat Tidak jelas 0 0Jumlah 15 100
68
(2) Aspek isi
Aspek dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana penilaian ahli materi
mengenai berbagai hal yang menyangkut aspek isi pada paket yang telah
dikembangkan. Hasil penilaian tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.9
Tabel 4.9 Skor Penilaian Aspek Isi oleh Ahli Materi
No. Indikator
Ahli MateriSkor Kriteria
1 Cakupan (keluasan dan kedalaman) isi materi 4 Jelas
2 Kejelasan isi materi 5 Sangat Jelas
3 Struktur organisasi/urutan isi materi 4 Jelas
4 Ketepatan penggunaan istilah 4 Jelas
5 Penggunaan bahasa baku 4 Jelas
6 Kejelasan bahasa yang digunakan 5 Sangat Jelas
7 Kesesuaian bahasa dengan sasaran pengguna 5 Sangat Jelas
8 Daya tarik gaya bahasa 5 Sangat Jelas
9Kesesuaian tingkat kesukaran bahasa dengan kemampuan bahasa mahasiswa 5 Sangat Jelas
10 Kemanfaatannya bagi mahasiswa 5 Sangat Jelas
11 Kejelasan informasi pada ilustrasi gambar 5 Sangat Jelas
12 Kecakupan contoh gambar yang disertakan 5 Sangat Jelas
13 Kesesuaian latihan/test dengan kompetensi 5 Sangat Jelas
14Keseimbangan proporsi latihan soal/test dengan materi 5 Sangat Jelas
15 Runtutan soal yang disajikan 5 Sangat JelasJumlah 71
Sangat JelasRerata 4.73
Nilai A
69
Dari hasil penilaian dari ahli materi pembelajaran terhadap paket yang
dikembangkan dapat diketahui bahwa item-item yang dinilai menunjukkan kriteria
jelas dan sangat jelas. Jumlah rerata aspek pembelajaran adalah 4,87 dan jumlah
rerata aspek isi adalah 4,73 setelah dikonversi pada skala 5, maka jumlah rerata skor
yang diperoleh masuk dalam kriteria sangat jelas.
Berikut ini disajikan tabel frekuensi penilaian aspek isi oleh ahli materi.
Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Penilaian Aspek Isi oleh Ahli Materi
Gambar 4.6 Diagram Batang Penilaian Aspek Isi oleh Ahli Materi
Kriteria Penilaian Frekuensi %Sangat Jelas 11 73.3Jelas 4 26.7Cukup Jelas 0 0Tidak Jelas 0 0Sangat Tidak jelas 0 0Jumlah 15 100
70
Diagram batang hasil penilaian ahli materi terhadap paket yang dikembangkan
dapat dilihat pada Gambar 4.7
Hasil Penilaian Ahli Materi
Gambar 4.7 Diagram Batang Penilaian oleh Ahli Materi
Walaupun kedua aspek yang dinilai yaitu aspek pembelajaran dan aspek isi
menunjukkan kriteria sangat jelas, namun untuk meningkatkan kualitas paket yang
dikembangkan, pengembang masih melakukan revisi produk sesuai dengan saran dari
ahli materi pembelajaran.
Dari hasil diskusi dari ahli materi, ada beberapa saran atau masukan yang
diberikan untuk lebih meningkatkan kualitas paket yang dikembangkan, yaitu:
1. Perlu mempertimbangkan alokasi waktu yang digunakan dalam pembelajaran
teori pada buklet petunjuk untuk dosen dan mahasiswa, demi menjaga
kontinuitas perhatian mahasiswa terhadap materi yang diberikan.
71
2. Memperhatikan urutan materi pembelajaran yang diberikan pada buku teks
memahami kartun, misalnya menerangkan dahulu pengertian kartun dan
sejarah perkembangannya sebelum memasuki materi yang lainnya (fungsi dan
jenis-jenis kartun).
3. Tambahkan tentang biografi beberapa kartunis senior Indonesia pada buku
teks memahami kartun. Hal ini dimaksudkan untuk menambah wawasan
mahasiswa tentang bagaimana suka duka dan perjuangan seorang kartunis.
4. Perlu diperjelas contoh gambar kartun komik pada halaman 29 pada buku teks
memahami kartun.
Dari saran dan masukan dari ahli materi tersebut di atas maka penulis
melakukan revisi produk untuk meningkatkan kualitas paket yang dikembangkan.
2) Uji coba satu-satu
Uji coba satu-satu dilaksanakan untuk mengidentifikasi permasalahan awal
yang akan muncul ketika paket diujicobakan ke tahap selanjutnya. Uji coba
dilaksanakan pada tanggal 22 juni 2011 di Fakultas Seni dan Desain Universitas
Negeri Makassar. Pada uji coba satu-satu ini dipilih 3 orang mahasiswa, masing-
masing dari kelompok yang prestasi belajarnya tinggi, sedang, dan rendah.
Data yang diperoleh dari hasil uji coba satu-satu meliputi data kualitas paket
pembelajaran kartun yaitu dilihat dari aspek pembelajaran, aspek tampilan dan isi.
Data ini dikaji untuk mengetahui tanggapan mahasiswa terhadap paket yang
dikembangkan sebelum paket ini diujicobakan pada uji coba kelompok kecil.
72
a. Hasil Uji Coba Satu-satu pada Aspek Pembelajaran
Tabel 4.11 Skor Penilaian Aspek Pembelajaran pada Uji Coba Satu-satu
No. IndikatorMahasiswa
Jml Rerata Keterangana b c1 Ketepatan penjabaran tujuan
pembelajaran ke sasaran belajar 4 4 3 11 3.6667 Jelas
2 Kejelasan rumusan sasaran belajar 5 4 3 12 4 Jelas3 Ketepatan jumlah sasaran belajar
dengan alokasi waktu 4 3 4 11 3.6667 Jelas
4 Kesesuaian dengan sasaran belajar 4 4 4 12 4 Jelas5 Kejelasan petunjuk belajar 5 4 4 13 4.3333 Sangat Jelas6 Ketepatan urutan prosedur
pembelajaran 4 4 4 12 4 Jelas
7 Ketepatan pembagian waktu dari prosedur pembelajaran 4 4 3 11 3.6667 Jelas
8 Kemudahan pelaksanaan dari prosedur pembelajaran 5 3 4 12 4 Jelas
Jumlah 35 30 29 94 31.333JelasRerata 4.38 3.75 3.63 3.91
Nilai A B B B
Item yang dinilai pada aspek pembelajaran masuk dalam kriteria jelas. Secara
keseluruhan jumlah skor aspek pembelajaran 94 dan rerata skor 3, 91 setelah
dikonversikan pada skala 5, maka jumlah rerata skor yang diperoleh masuk dalam
kriteria jelas. Tabel frekuensi penilaian aspek pembelajaran dari uji coba satu-satu
dapat dilihat pada Tabel 4.12
73
Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Penilaian Aspek Pembelajaran dari Uji Coba Satu-satu
Kriteria Penilaian Frekuensi %Sangat Bagus 1 12.5Bagus 7 87.5Cukup 0 0Kurang 0 0Sangat Kurang 0 0Jumlah 8 100
Gambar 4.8 Diagram Batang Penilaian Aspek Pembelajaran pada Uji Coba Satu-satu
74
b. Hasil Uji Coba Satu-satu pada Aspek Tampilan dan Isi
Tabel 4.13 Skor Penilaian Aspek Tampilan dan Isi pada Uji Coba Satu-satu
No. IndikatorMahasiswa
Jml Rerata Keterangana b c
1 Sistimatika perorganisasian a. Buku teks 4 4 3 11 3.66 Jelas
b. Kumpulan contoh karya kartun 4 3 4 11 3.66 Jelas c. Power point 4 4 4 12 4 Jelas
2 Kejelasan isi a. Buku teks 5 4 3 12 4 Jelas
b. Kumpulan contoh karya kartun 4 4 3 11 3.66 Jelas c. Power point 4 3 4 11 3.66 Jelas
3 Daya tarik media a. Buku teks 5 5 4 14 4.66 Sangat Jelas
b. Kumpulan contoh karya kartun 4 3 3 10 3.33 Jelas c. Power point 4 4 4 12 4 Jelas
4 Cakupan kedalaman isi materi 4 4 4 12 4 Jelas5 Kemenarikan desain cover/sampul 5 3 4 12 4 Jelas
6 Kemenarikan ilustrasi gambar 5 4 4 13 4.33 Sangat Jelas7 Kejelasan petunjuk pos test 4 4 4 12 4 Jelas
8 Kejelasan item pos test 4 3 3 10 3.33 Jelas9 Tingkat kesulitan soal/test 4 3 4 11 3.66 Jelas
Jumlah 64 55 55 174 58JelasRerata 4.27 3.67 3.67 3.86
Nilai B B B B
Setelah dikonversikan dalam skala 5, rerata skor pada setiap item yang dinilai
pada aspek isi termasuk dalam kriteria jelas dan sangat jelas. Jumlah skor yang
diperoleh pada aspek isi adalah 58 dan rerata skor 3,86 skor ini masuk dalam kriteria
jelas. Oleh karena itu walaupaun item-item yang dinilai dalam aspek ini masuk dalam
kriteria cukup jelas, jelas dan sangat jelas, namun rerata skor secara keseluruhan
75
masuk dalam kriteria jelas. Berikut ini disajikan tabel frekuensi penilaian aspek
tampilan dan isi pada uji coba satu-satu
Tabel 4.14 Distribusi Frekuensi Penilaian Aspek Tampilan dan Isi pada Uji Coba Satu-satu
Kriteria Penilaian Frekuensi %Sangat Jelas 2 13,3Jelas 13 86,7Cukup Jelas 2
Tidak Jelas 0 0Sangat Tidak jelas 0 0Jumlah 15 100
Gambar 4.9 Diagram Batang Penilaian Aspek Tampilan dan Isi pada Uji Coba Satu-satu
76
Diagram batang hasil penilaian pada uji coba satu-satu terhadap paket yang
dikembangkan dapat dilihat pada Tabel 4.14.
Tabel 4.15 Distribusi Frekuensi Penilaian Hasil Uji Coba Satu-satu
Kriteria Penilaian
Frekuensi % Rerat
a
Pembelajaran 31.33 35.07 3.91
Tampilan dan Isi 58 64.93 3.86
Jumlah 89.33 100 7.78Rerata 3.89Nilai B
Gambar 4.10 Diagram Batang Hasil Penilaian Uji Coba Satu-satu
Walaupun secara keseluruhan aspek yang dinilai dari hasil uji coba satu-satu
masuk dalam kriteria jelas, namun sebelum diujicobakan ke tahap selanjutnya, paket
77
ini terlebih dahulu direvisi sesuai dengan saran dan masukan dari mahasiswa. Saran
dan masukan yang diberikan oleh mahasiswa antara lain contoh gambar pada buku
teks disarankan untuk ditambah, kalimat yang digunakan sebaiknya tidak terlalu
monoton atau terlalu formal tetapi sebaiknya kalimat yang santai tapi menarik,
tampilan pada sampul buku sebaiknya direvisi agar lebih menarik. Dari saran dan
komentar tersebut, penulis melakukan revisi untuk meningkatkan kualitas paket yang
dikembangkan.
3) Uji coba kelompok kecil
Uji Coba kelompok kecil masih mengidentifikasi masalah-masalah yang
mungkin muncul ketika nantinya paket ini diujicobakan pada pada tahap uji coba
lapangan. Uji coba dilaksanakan pada tanggal 30 juni 2011 di Fakultas Seni dan
Desain Universitas Negeri Makassar. Dalam uji coba kelompok kecil ini dipilih 6
orang mahasiswa yaitu dua orang mahasiswa dari kelompok prestasi belajarnya
tinggi, dua orang mahasiswa dari kelompok belajarnya sedang, dan dua orang
mahasiswa dari kelompok prestasi belajarnya rendah.
Data yang diperoleh dari hasil uji coba kelompok kecil sama dengan data
yang diperoleh dari uji coba satu-satu, meliputi data kualitas paket pembelajaran
kartun yang dilihat dari aspek pembelajaran serta aspek tampilan dan isi.
78
Berikut ini adalah data hasil dari uji coba kelompok kecil
a. Hasil Uji Coba kelompok kecil pada Aspek Pembelajaran
Tabel 4. 16 Skor Penilaian Aspek Pembelajaran Pada Uji Coba Kelompok Kecil
No. Indikator Jm
lRerat
aKeteranga
n1 Ketepatan penjabaran tujuan pembelajaran
ke sasaran belajar 25 4.16 Jelas
2 Kejelasan rumusan sasaran belajar 24 4 Jelas3 Ketepatan jumlah sasaran belajar dengan
alokasi waktu 22 3.66 Jelas
4 Kesesuaian dengan sasaran belajar 25 4.16 Jelas5 Kejelasan petunjuk belajar 25 4.16 Jelas6 Ketepatan urutan prosedur pembelajaran 27 4.5 Sangat Jelas7 Ketepatan pembagian waktu dari prosedur
pembelajaran 23 3.83 Jelas
8Kemudahan pelaksanaan dari prosedur pembelajaran 21 3.5 Jelas
Jumlah 192 32JelasRerata 4
Nilai B
Dari Tabel 4.16 dapat diketahui bahwa item yang dinilai untuk aspek
pembelajaran pada uji coba kelompok kecil adalah masuk dalam kriteria jelas dan
sangat jelas. Secara keseluruhan jumlah skor yang diperoleh adalah 32 dan rerata skor
adalah 4,00 Setelah dikonversi pada skala 5 skor ini termasuk dalam kriteria jelas.
79
Berikut ini disajikan tabel frekuensi penilaian aspek pembelajaran dari uji
coba satu-satu
Tabel 4.17 Distribusi Frekuensi Penilaian Aspek Pembelajaran dari Uji Coba Kelompok Kecil
Kriteria Penilaian Frekuensi %Sangat Bagus 1 12.5Bagus 7 87.5Cukup 0 0Kurang 0 0Sangat Kurang 0 0Jumlah 8 100
Gambar 4.11 Diagram Batang Penilaian Aspek Pembelajaran dari Uji Coba Kelompok Kecil
80
b. Hasil Uji Coba Kelompok Kecil pada Aspek Tampilan dan Isi
Tabel 4.18 Skor Penilaian Aspek Tampilan dan Isi Pada Uji Coba Kelompok Kecil
No. Indikator Jml Rerata Kriteria
1 Sistimatika perorganisasian a. Buku teks 26 4.33 Sangat Jelas b. Kumpulan contoh karya kartun 27 4.5 Sangat Jelas c. Power point 22 3.66 Jelas
2 Kejelasan isi a. Buku teks 26 4.33 Sangat Jelas b. Kumpulan contoh karya kartun 23 3.83 Jelas c. Power point 27 4.5 Sangat Jelas
3 Daya tarik media a. Buku teks 27 4.5 Sangat Jelas b. Kumpulan contoh karya kartun 26 4.33 Sangat Jelas c. Power point 25 4.16 Jelas
4 Cakupan kedalaman isi materi 28 4.66 Sangat Jelas5 Kemenarikan desain cover/sampul 24 4 Jelas6 Kemenarikan ilustrasi gambar 22 3.66 Jelas7 Kejelasan petunjuk pos test 22 3.66 Jelas8 Kejelasan item pos test 26 4.33 Sangat Jelas9 Tingkat kesulitan soal/test 21 3.5 Jelas
Jumlah 372 62JelasRerata 4.13
Nilai B
Tabel di atas menunjukkan bahwa kriteria pada item yang dinilai pada aspek
tampilan dan isi masuk dalam kriteria jelas dan sangat jelas. Secara keseluruhan
81
jumlah skor yang diperoleh adalah 62 dan rerata skor adalah 4,13. Setelah dikonversi
pada skala 5, maka jumlah rerata skor tersebut masuk dalam kriteria jelas.
Berikut ini disajikan tabel frekuensi penilaian aspek tampilan dan isi dari uji
coba satu-satu
Tabel 4.19 Distribusi Frekuensi Penilaian Aspek Tampilan dan Isi dari Uji Coba Kelompok Kecil
Kriteria Penilaian Frekuensi %Sangat Bagus 8 53.3Bagus 7 46.7Cukup 0 0Kurang 0 0Sangat Kurang 0 0Jumlah 15 100
Gambar 4.12 Diagram Batang Penilaian Aspek Tampilan dan Isi pada Uji Coba Kelompok Kecil
82
Dari aspek yang dievaluasi pada uji coba kelompok kecil, dapat diketahui
bahwa setiap item yang dinilai dari aspek pembelajaran serta aspek tampilan dan isi
termasuk dalam kriteria jelas, sangat jelas. Jumlah rerata skor aspek pembelajaran
adalah 32 jumlah rerata aspek tampilan dan isi adalah 62. Setelah dikonversi ke skala
5, maka aspek pembelajaran masuk dalam kriteria jelas, aspek tampilan dan isi masuk
dalam kriteria jelas. Berikut ini disajikan tabel frekuensi penilaian dari uji coba
kelompok kecil:
Tabel 4.20 Distribusi Frekuensi Penilaian Hasil Uji Coba Kelompok Kecil
Kriteria Penilaian Frekuensi % RerataPembelajaran 32 34 4Tampilan dan Isi 62 66 4.13Jumlah 94 100 8.13Rerata 4.06Nilai B
Secara keseluruhan ketiga aspek yang dinilai dari hasil uji coba kelompok
kecil termasuk dalam kriteria jelas dan proses evaluasi pada tahap berikutnya dapat
dilanjutkan. Diagram batang hasil penilaian uji coba kelompok kecil terhadap paket
yang dikembangkan, dapat dilihat pada Gambar 4.12
83
Gambar 4.13 Diagram Batang Hasil Penilaian pada Uji Coba Kelompok Kecil
Walaupun aspek yang dinilai pada uji coba kelompok kecil masuk ke dalam
kriteria jelas dan sangat jelas, namun sebelum diujicobakan ke tahap selanjutnya,
paket yang dikembangkan masih direvisi sesuai komentar, saran, dan masukan, dari
mahasiswa. Saran yang diberikan oleh mahasiswa pada uji coba ini anyara lain adalah
sebaiknya materi tentang sejarah dan perkembangan kartun ditempatkan dibagian
awal pembahasan pada buku paket memahami kartun.
Selain saran yang diberikan oleh mahasiswa, adapula komentar dari
mahasiswa yang pada umumnya menilai buku paket ini sudah bagus dan menarik
setelah direvisi sebelumnya. Dari saran dan komentar mahasiswa tersebut penulis
melakukan revisi demi meningkatkan kualitas paket yang dikembangkan sebelum
diujicobakan pada ujicoba kelompok besar atau uji coba lapangan.
4) Uji coba kelompok besar
Uji coba kelompok besar atau uji coba lapangan merupakan uji coba utama
yang bertujuan untuk mengukur baik tidaknya paket pembelajaran yang telah
84
dikembangkan. Uji coba ini dilaksanakan pada tanggal 7 juli 2011 di Fakultas Seni
dan Desain Universitas Negeri Makassar yang melibatkan 20 orang mahasiswa.
Dengan uji coba ini, diharapkan akan diketahui bagian-bagian mana dari paket
pembelajaran ini yang masih perlu direvisi dan bagian-bagian mana yang tidak perlu
direvisi lagi.
Tanggapan mahasiswa mengenai kualitas paket yang dikembangkan
didapatkan dengan menggunakan angket skala likert seperti halnya data yang dijaring
dari uji coba sebelumnya. Informasi yang akan diambil dalam angket tersebut
meliputi aspek pembelajaran serta aspek tampilan dan isi. Hasil uji coba lapangan
dapat dilhat pada tabel berikut ini:
a. Hasil Uji Coba Kelompok Besar pada Aspek Pembelajaran
Tabel 4.21 Skor Penilaian Aspek Pembelajaran Pada Uji Coba Kelompok Besar
No. Indikator Jm
lRerat
aKeteranga
n1 Ketepatan penjabaran tujuan pembelajaran ke
sasaran belajar 83 4.1 Jelas
2 Kejelasan rumusan sasaran belajar 78 3.9 Jelas3 Ketepatan jumlah sasaran belajar dengan alokasi
waktu 78 3.9 Jelas
4 Kesesuaian dengan sasaran belajar 80 4 Jelas5 Kejelasan petunjuk belajar 82 4.1 Jelas6 Ketepatan urutan prosedur pembelajaran 88 4.4 Sangat Jelas7 Ketepatan pembagian waktu dari prosedur
pembelajaran 78 3.9 Jelas
8
Kemudahan pelaksanaan dari prosedur pembelajaran 82 4.1 Jelas
Jumlah 649 32.45 Jelas
85
Rerata 4.05 Nilai B
Tabel 4.21 menunjukkan bahwa item-item yang dinilai dalam aspek
pembelajaran masuk kriteria sangat jelas. Secara keseluruhan jumlah skor yang
diperoleh adalah 32,5 dan rerata skor adalah 4,05. Setelah dikonversikan ke dalam
skala 5, skor ini masuk dalam kriteria jelas.
Berikut ini disajikan tabel frekuensi penilaian aspek pembelajaran dari uji
coba kelompok besar.
Tabel 4.22 Distribusi Frekuensi Penilaian Aspek Pembelajaran Dari uji coba kelompok besar
Kriteria Penilaian Frekuensi %Sangat Bagus 1 12.5Bagus 7 87.5Cukup 0 0Kurang 0 0Sangat Kurang 0 0Jumlah 8 100
86
Gambar 4.14 Diagram Batang Penilaian Aspek Pembelajaran Uji Coba Kelompok Besar
b. Hasil Uji Coba Kelompok Besar pada Aspek Tampilan dan Isi
Tabel 4.23 Skor Penilaian Aspek Tampilan dan Isi Pada Uji Coba Kelompok Besar
No. Indikator Jml Rerat
a Keterangan
1 Sistimatika perorganisasian a. Buku teks: 79 3.95 Jelas b. Kumpulan contoh karya kartun 88 4.4 Sangat Jelas c. Power point 84 4.2 Jelas
2 Kejelasan isi: a. Buku teks 92 4.6 Sangat Jelas b. Kumpulan contoh karya kartun 93 4.65 Sangat Jelas c. Power point 89 4.45 Sangat Jelas
3 Daya tarik media: a. Buku teks 91 4.55 Sangat Jelas b. Kumpulan contoh karya kartun 82 4.1 Jelas c. Power point 83 4.15 Jelas
87
4 Cakupan kedalaman isi materi 92 4.6 Sangat Jelas5 Kemenarikan desain cover/sampul 93 4.65 Sangat Jelas6 Kemenarikan ilustrasi gambar 89 4.45 Sangat Jelas7 Kejelasan petunjuk pos test 81 4.05 Jelas8 Kejelasan item pos test 82 4.1 Jelas9 Tingkat kesulitan soal/test 91 4.55 Sangat Jelas
Jumlah 1309 65.4Sangat JelasRerata 4.36
Nilai A
Tabel di atas menunjukkan bahwa kriteria pada item yang dinilai dalam aspek
tampilan dan isi adalah sangat jelas dan jelas, jumlah skor yang diperoleh adalah 65,4
dan rerata skor adalah 4,36. Setelah dikonversikan pada skala 5, skor tersebut masuk
dalam kriteria sangat jelas.
Berikut ini disajikan tabel frekuensi penilaian aspek tampilan dan isi pada uji
coba kelompok besar.
Tabel 4.24 Distribusi Frekuensi Penilaian Aspek Tampilan dan Isi Pada uji coba kelompok besar
Kriteria Penilaian Frekuensi %Sangat Jelas 9 60Jelas 6 40Cukup Jelas 0 0Tidak Jelas 0 0Sangat Tidak jelas 0 0Jumlah 15 100
88
Gambar 4.15 Diagram Batang Penilaian Aspek Tampilan dan Isi Uji Coba Kelompok Besar
Dari aspek yang dievaluasi pada tahap uji coba kelompok besar, dapat
diketahui bahwa item yang dinilai dari aspek di atas termasuk dalam kriteria jelas,
dan sangat jelas. Setiap aspek memperoleh jumlah rerata skor berbeda, jumlah rerata
aspek pembelajaran adalah 4, 05 jumlah rerata aspek tampilan dan isi adalah 4, 36.
Setelah dikonversikan pada skala 5, maka ketiga aspek tersebut termasuk dalam
kriteria “jelas”. Dari jumlah rerata setiap aspek tersebut, penulis menyimpulkan
bahwa secara umum kualitas paket pembelajaran yang dikembangkan sudah layak
digunakan.
Berikut ini disajikan tabel frekuensi penilaian dari uji coba kelompok besar:
Tabel 4.25 Distribusi Frekuensi Penilaian Hasil Uji Coba Kelompok Besar
89
Kriteria Penilaian Frekuensi % RerataPembelajaran 32.45 33.1 4.05
Tampilan dan Isi 65.45 66.9 4.36Jumlah 97.9 100 8.41Rerata 4.20Nilai B
Secara keseluruhan aspek yang dinilai dari hasil uji coba kelompok besar
termasuk dalam keriteria jelas. Diagram batang hasil penilaian pada uji coba
kelompok besar terhadap paket yang dikembangkan dapat dilhat pada Gambar 4.16
Gambar 4.16 Diagram Batang Hasil Penilaian Uji Coba Kelompok Besar
Paket pembelajaran masih akan direvisi berdasarkan saran dan komentar dari
mahasiswa pada uji coba tahap ini. Saran dan masukan mahasiswa antara lain:
Gambar yang ditampilkan sebaiknya berwarna agar tampilannya lebih menarik,
penempatan materi yang dibahas sebaiknya berurut dan materinya diperluas.
90
Hasil observasi menunjukkan bahwa komentar mahasiswa tentang paket ini
pada tahap uji coba kelompok besar sama dengan komentar mahasiswa pada tahap uji
coba sebelumnya, yang pada umumnya mahasiswa menilai paket ini sudah baik dan
menarik setelah direvisi sebelumnya. Untuk lebih meningkatkan kualitas paket yang
dikembangkan, maka penulis melakukan revisi berdasarkan saran dan masukan dari
mahasiswa.
5) Data Hasil Test Mahasiswa
Pengambilan data pada tahap ini adalah dengan melaksanakan tes awal atau
pre-test, yang dilaksanakan pada tanggal 23 Juni 2011 di Fakultas Seni dan Desain
Universitas Negeri Makassar, tujuannya adalah untuk mengetahui kemampuan
mahasiswa dalam memahami kartun sebelum diberikan pembelajaran melalui sebuah
produk yang telah dikembangkan. Setelah mendapatkan data dari pre-test, langkah
selanjutnya adalah memberikan pembelajaran dengan menggunakan produk paket
yang dikembangkan. Setelah itu untuk mengetahui kemampuan mahasiswa terhadap
materi kartun yang diberikan, maka dilakukan post test untuk mengukur keefektifan
dari paket yang dikembangkan. Post test pada dilaksanakan pada tanggal 7 Juli 2011
di Fakultas Seni dan Desain Universitas Negeri Makassar, mahasiswa yang dilibatkan
sebanyak 20 orang. Pengumpulan data hasil pre test dan post test diperoleh dengan
cara melakukan pengujian. Pengujian yang dilakukan adalah desain one group pre
test-pos test, yaitu pengujian yang dilaksanakan terhadap satu kelas tanpa kelas
91
pembanding dengan memberikan tes awal (pre-test) lalu kemudian diberikan lagi tes
akhir (post-test).
Setelah diberikan pre test dan pos test maka diperoleh dua skor untuk
dianalisis. Skor diberikan sesuai jumlah item soal yang dapat dikerjakan dengan
benar oleh mahasiswa. Hasil penilaian pre test dan post test pada mahasiswa, dapat
dilihat pada Tabel 4.26
Tabel 4.26 Hasil Pre-Test dan Post-Test dari Mahasiswa
No. Nim Nama Pre
TestPost Test Skor
1 098 104 003 Muslimin Sar 50 70 202 098 104 007 Rifki Aswan 55 80 253 098 104 009 Hengki Susanto 50 90 404 098 104 012 Agus Lias Tari 70 90 205 098 104 014 Awaluddin 45 90 456 098 104 015 Akmal Razak 40 75 357 098 104 016 Muh. Asri Akasah 50 75 258 098 104 017 Arham 35 75 409 098 104 020 Nur Siti Irmayanti 70 90 2010 098 104 021 Salahuddin 55 85 3011 098 104 023 Hadji 60 90 3012 098 104 024 Agus Firdaus 35 75 4013 098 104 025 Sulmadi 50 70 2014 098 104 027 Rahmat Idil 30 80 5015 098 104 033 Kikiy Riski 55 90 3516 098 104 034 Nurhikmah 30 85 5517 098 104 035 Edy Semara Putera 35 90 5518 098 104 037 Yusriadi 50 75 2519 098 104 039 Riswandi Idris 60 85 2520 098 104 043 Mustika Syarifuddin 65 75 10 Jumlah 990 1635 645 Rata-rata 49.5 81.75 32.25
92
Pengujian pre-test dan post-test dilakukan untuk mengetahui efektifitas
penggunaan paket pembelajaran yang dikembangkan terhadap peningkatan prestasi
dan pengetahuan pada pokok bahasan memahami kartun pada peserta mata kuliah
Seni Ilustrasi Program Studi Pendidikan Seni Rupa.
Pada Tabel 4.26 dapat dilihat bahwa rerata skor dari hasil pre test adalah 49, 5
dan rerata skor dari hasil post test adalah 81,75. Dari hasil penilaian dan analisis
ditemukan adanya perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor pre-test dengan
rata-rata skor post-test, yaitu terjadi peningkatan skor dengan rata-rata 32, 25 (dapat
dilihat pada Gambar 4.17). Dengan adanya peningkatan skor dari hasil test tersebut
maka dapat dikatakan bahwa paket pembelajaran yang dikembangkan sudah efektif
digunakan sebagai media pembelajaran.
Gambar 4.17 Diagram Batang Hasil Pre Test dan Post Test
3. Pembahasan Hasil Pengembangan Paket Tahap Uji Coba
93
a. Validasi ahli
1) Validasi ahli media
Data yang diperoleh dari hasil evaluasi ahli media pembelajaran dianalisis
dan dijadikan sebagai pijakan untuk mengadakan revisi paket. Data yang dikaji dari
ahli media ini adalah aspek bentuk fisik dari paket.
Hasil data yang diperoleh dari penilaian ahli media menunjukkan bahwa item-
item yang dinilai pada aspek ini adalah bagus dan sangat bagus. Dari 12 item yang
dinilai,Jumlah skor yang diperoleh 59 dan rerata skor 4,91 Setelah dikonversikan ke
dalam skala 5, skor ini masuk dalam kriteria” sangat bagus”. Rincian dari 12
indikator yang dinilai adalah 11 item atau 93,3 % dinilai sangat bagus, dan 1 item
atau 6,67 % yang dinilai bagus.
Walaupun jumlah rerata aspek tersebut termasuk ke dalam kriteria sangat
baik, ahli media memberikan saran atau masukan agar paket yang dikembangkan
dapat lebih sempurna sebelum melanjutkan ketahap uji coba selanjutnya. Saran dan
masukan yang diberikan oleh ahli media adalah ukuran font pada sampul buku teks
disarankan jangan terlalu besar, ilustrasi gambar pada sampul buku teks disarankan
diberi warna agar lebih menarik, jenis tampilan font pada halaman daftar isi
disarankan diganti, ulasan tentang sejarah perkembangan kartun disarankan
didahulukan. Dari saran dan masukan dari ahli media tersebut, maka penulis
melakukan revisi.
2) Validasi ahli materi
94
Data yang diperoleh dari hasil evaluasi dari ahli materi terdiri dari penilaian
terhadap aspek pembelajaran dan aspek isi. Aspek pembelajaran terdiri dari 15 item
indikator, dari hasil penilaian diketahui bahwa jumlah skor keseluruhan adalah 73 dan
rerata skor adalah 4,87. Setelah dikonversikan ke dalam skala 5 maka jumlah rerata
skor yang diperoleh masuk dalam kriteria “sangat jelas”. Rincian dari 15 indikator
yang dinilai adalah 13 item atau 86,7 % dinilai sangat bagus, dan 2 item atau 13,3 %
yang dinilai bagus.
Aspek isi sebanyak 15 item indikator, dari hasil penilaian diketahui bahwa
jumlah skor keseluruhan adalah 71 dan rerata skor adalah 4,73. Setelah dikonversikan
ke dalam skala 5 maka jumlah rerata skor yang diperoleh masuk dalam kriteria
“sangat jelas”. Rincian dari 15 indikator yang dinilai adalah 11 item atau 86,7 %
dinilai sangat jelas, dan 4 item atau 26,7 % yang dinilai jelas.
Walaupun kedua aspek yang dinilai yaitu aspek pembelajaran dan aspek isi
menunjukkan kriteria sangat jelas, namun untuk meningkatkan kualitas paket yang
dikembangkan, pengembang masih melakukan revisi produk sesuai dengan saran dari
ahli media dan ahli materi.
b. Uji coba satu-satu
Data yang diperoleh dari hasil uji coba satu-satu meliputi data dari aspek
pembelajaran serta aspek tampilan dan isi. Aspek pembelajaran terdiri dari 8 item
indikator, secara keseluruhan jumlah skor yang diperoleh adalah 94 dan rerata skor
adalah 3,91. Setelah dikonversikan ke dalam skala 5 maka jumlah rerata skor yang
95
diperoleh masuk dalam kriteria “ jelas”. Rincian dari 8 indikator yang dinilai adalah 1
item atau 12,5 % dinilai sangat jelas, dan7 item atau 87,5 % dinilai jelas.
Aspek tampilan dan isi terdiri dari 15 item indikator, secara keseluruhan
jumlah skor yang diperoleh adalah 58 dan rerata skor adalah 3,86. Setelah
dikonversikan ke dalam skala 5 maka jumlah rerata skor yang diperoleh masuk dalam
kriteria “ jelas”. Rincian dari 15 indikator yang dinilai adalah 2 item atau 13,3 %
dinilai sangat jelas, dan 13 item atau 86,7 % dinilai jelas.
c. Uji coba kelompok kecil
Data yang diperoleh dari uji coba kelompok kecil sama dengan data yang
diperoleh dari uji coba satu-satu yang meliputi data dari aspek pembelajaran serta dari
aspek tampilan dan isi. Aspek pembelajaran terdiri dari 8 item indikator, secara
keseluruhan jumlah skor yang diperoleh adalah 32 dan rerata skor adalah 4,00.
Setelah dikonversikan ke dalam skala 5 maka jumlah rerata skor yang diperoleh
masuk dalam kriteria “ jelas”. Rincian dari 8 indikator yang dinilai adalah 1 item atau
12,5 % dinilai sangat jelas, dan7 item atau 87,5 % dinilai jelas.
Aspek tampilan dan isi terdiri dari 15 item indikator, secara keseluruhan
jumlah skor yang diperoleh adalah 62 dan rerata skor adalah 4,13. Setelah
dikonversikan ke dalam skala 5 maka jumlah rerata skor yang diperoleh masuk dalam
kriteria “ jelas”. Rincian dari 15 indikator yang dinilai adalah 8 item atau 53,3 %
dinilai sangat jelas, dan 7 item atau 46,7 % dinilai jelas.
d. Uji coba kelompok besar
96
Uji coba ini dilakukan untuk mendapatkan tanggapan mahasiswa tentang baik
tidaknya paket pembelajaran yang dikembangkan. Data yang dikumpulkan diperoleh
dari aspek pembelajaran serta aspek tampilan dan isi. Aspek pembelajaran terdiri dari
8 item indikator, secara keseluruhan jumlah skor yang diperoleh adalah 32.4 dan
jumlah rerata skor adalah 4,05. Setelah dikonversikan ke dalam skala 5 maka jumlah
rerata skor yang diperoleh masuk dalam kriteria “ sangat jelas”. Rincian dari 8
indikator yang dinilai adalah1 item atau 12,5 % dinilai sangat jelas, dan 7 item atau
47,5 % dinilai jelas. Aspek tampilan dan isi terdiri dari 15 item indikator, secara
keseluruhan jumlah skor yang diperoleh adalah 65,4 dan rerata skor adalah 4,36.
Setelah dikonversikan ke dalam skala 5 maka jumlah rerata skor yang diperoleh
masuk dalam kriteria “ sangat jelas”. Rincian dari 15 indikator yang dinilai adalah 9
item atau 60 % dinilai sangat jelas, dan 6 item atau 40 % dinilai jelas.
4. Revisi Paket
Revisi produk pengembangan paket pembelajaran ini dilakukan berdasarkan
masukan, saran, dan tanggapan dari ahli media, ahli materi, dan mahasiswa.
Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam penyajian data uji coba di atas, bahwa
tahap evaluasi dan revisi dalam pengembangan paket pembelajaran ini meliputi 4
tahapan, yaitu validasi dari ahli media dan ahli materi, uji coba satu-satu, uji coba
kelompok kecil, dan uji coba kelompok besar. Berikut ini adalah tahapan revisi dari
hasil evaluasi pengembangan paket pembelajaran:
a. Revisi paket dari ahli media
97
Revisi paket dari ahli media ini adalah revisi yang didasarkan dari masukan
dan saran dari ahli media. Semua saran, komentar, dan masukan dijadikan acuan
untuk memperbaiki paket pembelajaran yang dikembangkan. Berikut ini adalah
uraian saran, komentar, dan masukan dari ahli media beserta perbaikan paket yang
telah dilakukan. Saran dari ahli media adalah: ukuran huruf pada sampul buku teks
disarankan jangan terlalu besar, ilustrasi gambar pada sampul buku teks disarankan
berwarna agar tampilannya lebih menarik, jenis tampilan huruf pada halaman daftar
isi disarankan diganti, ulasan tentang sejarah perkembangan kartun disarankan
didahulukan, contoh gambar gag kartun pada halaman tiga buku teks disarankan
diganti dengan contoh gambar kartun yang lebih mudah dicerna oleh pembaca. Dari
saran dan masukan dari ahli media tersebut maka penulis melakukan revisi paket,
yaitu sebagai berikut:
1) Tampilan pada sampul buku teks
Gmbar 4.18 Tampilan sampul depan dan belakang sebelum revisi
98
Gmbar 4.19 Tampilan sampul depan dan belakang setelah revisi
2) Contoh gambar kartun pada halaman 3 buku teks
Gambar 4.20 Gambar 4.21 Gambar pada Halaman 3 Gambar pada Halaman 3 Sebelum revisi Setelah revisi
99
3) Ulasan tentang sejarah perkembangan kartun disarankan didahulukan, baru
kemudian pengertian dan fungsi kartun.
- Telah direvisi sesuai saran dari ahli media.
4) jenis tampilan huruf pada halaman daftar isi disarankan diganti.
- Telah diganti sesuai saran dari ahli media.
b. Revisi paket dari ahli materi
Revisi paket dari ahli materi ini adalah revisi yang didasarkan pada masukan
dari ahli materi. Semua saran, komentar dan masukan dijadikan acuan untuk
memperbaiki paket pembelajaran yang dikembangkan. Berikut ini adalah uraian
saran, komentar dan masukan dari ahli materi yaitu:
1. Perlu mempertimbangkan alokasi waktu yang digunakan dalam
pembelajaran teori pada buklet petunjuk untuk dosen dan mahasiswa, demi
menjaga kontinuitas perhatian mahasiswa terhadap materi yang diberikan.
- Telah direvisi sesuai saran dari ahli materi
2. Memperhatikan urutan materi pembelajaran yang diberikan pada buku teks
memahami kartun, misalnya menerangkan dahulu pengertian kartun dan
sejarah perkembangannya sebelum memasuki materi yang lainnya (fungsi
dan jenis-jenis kartun).
100
- Telah direvisi sesuai saran dari ahli materi
3. Tambahkan tentang biografi beberapa kartunis senior Indonesia pada buku
teks memahami kartun. Hal ini dimaksudkan untuk menambah wawasan
mahasiswa tentang bagaimana suka duka dan perjuangan seorang kartunis
- Telah ditambahkan sesuai saran dari ahli materi
4. Perlu diperjelas contoh gambar kartun komik pada halaman 29 pada buku
teks memahami kartun
- Telah direvisi sesuai saran dari ahli materi, seperti yang tampak pada
Gambar 4.22 dan Gambar 4.23
Gambar 4.22 Gambar pada halaman 29 Sebelum revisi
101
Gambar 4.23 Gambar pada halaman 29 Setelah revisi
c. Revisi paket dari uji coba satu-satu
Revisi paket tahap uji coba satu-satu adalah revisi yang didasarkan pada
masukan dari mahasiswa yang mengikuti uji coba satu-satu. Ada tiga saran yang
diberikan oleh mahasiswa pada tahap uji coba ini dan semua saran dan masukan yang
diberikan akan dijadikan acuan untuk memperbaiki paket yang dikembangkan.
Berikut ini adalah saran dan masukan yang diberikan oleh mahasiswa serta revisi
yang telah dilakukan:
1. Contoh ilustrasi kartun pada buku teks harus lebih banyak lagi.
- Telah ditambahkan seuai saran dan masukan dari mahasiswa.
2. Kalimat yang disampaikan sebaiknya tidak terlalu monoton atau terlalu
formal tapi kalimat yang santai namun menarik.
- Telah direvisi sesuai saran dari mahasiswa
3. Sampul buku teks direvisi lagi agar lebih menarik
- Telah direvisi sesuai saran dari mahasiswa dan ahli media di atas.
102
d. Revisi paket dari uji coba kelompok kecil
Revisi paket tahap uji coba kelompok kecil adalah revisi yang didasarkan
pada masukan dari mahasiswa yang mengikuti uji coba kelompok kecil. Pada uji coba
kelompok kecil ini komentar dan saran yang diberikan oleh mahasiswa pada
umumnya hampir sama dengan saran dan komentar yang diberikan pada uji coba
satu-satu. Pada umumnya mahasiswa sangat antusias dan senang dengan paket yang
dikembangkan. Selain komentar adapula saran yang diberikan. yaitu sebaiknya materi
tentang sejarah dan perkembangan kartun ditempatkan pada bagian awal. Sesuai
dengan saran dari mahasiswa tersebut, penulis telah merevisi untuk meningkatkan
kualitas dari paket yang dikembangkan.
e. Revisi paket dari uji coba kelompok besar
Revisi paket tahap uji coba kelompok kecil adalah revisi yang didasarkan
pada masukan dari mahasiswa yang mengikuti uji coba kelompok kecil. Pada uji coba
kelompok besar ini komentar yang diberikan oleh mahasiswa pada umumnya
menganggap paket ini sudah cukup baik setelah direvisi pada uji coba sebelumnya.
Selain dari komentar tersebut mahasiswa memberikan beberapa saran, yaitu:
1. Gambar ilustrasi kartun yang ditampilkan pada buku teks disarankan gambar
yang berwarna agar tampilannya lebih menarik
- Telah direvisi sesuai saran dari mahasiswa
103
2. Sebaiknya ditampilkan juga gambar tokoh kartunis Indonesia dan logo
PAKARTI (Persatuan Kartunis Indonesia) pada materi perkembangan kartun
di Indonesia.
- Telah ditampilkan sesuai saran dari mahasiswa.
B. Pembahasan
Pengembangan paket pembelajaran kartun untuk mahasiswa Program Studi
Pendidikan Seni Rupa yang dibuat telah selesai dikembangkan, divalidasi, dievaluasi
dan telah direvisi, dengan melibatkan satu orang dosen sebagai fasilitator, dua orang
ahli yaitu satu orang ahli media dan satu orang ahli materi, serta melibatkan tiga
orang mahasiswa pada uji coba satu-satu, enam orang mahasiswa pada uji coba
kelompok kecil, dan dua puluh orang mahasiswa pada uji coba lapangan. Pendapat,
saran, dan masukan yang diterima dari hasil tes, validasi dan uji coba yang
dilaksanakan menjadi bahan untuk merevisi dan pengembangan paket.
Tahap pertama yang dilaksanakan dalam pengembangan paket ini adalah
tahap penentuan kebutuhan belajar yang dilakukan dengan cara mencermati
kebutuhan, memilih dan menetapkan materi yang akan dikembangkan. Pada tahap ini
104
ditetapkan perlunya dibuat sebuah paket pembelajaran tentang kartun. Dipilihnya
kartun sebagai tema yang dikembangkan didasari oleh karena masih kurangnya
pemahaman dan pengetahuan mahasiswa tentang seni kartun.
Tahap desain dilaksanakan dengan cara mengidentifikasi tujuan pembelajaran
dan kompetensi belajar, merumuskan indikator keberhasilan, serta mengembangkan
materi dan strategi pembelajaran.
Tahap produksi dilakukan dengan membuat komponen-komponen
pembelajaran seperti petunjuk untuk dosen, petunjuk untuk mahasiswa, buku teks
tentang bagaimana memahami kartun, kumpulan contoh karya kartun, power point,
dan pos test untuk mahasiswa.
Tahap uji coba dan revisi dilaksanakan dengan cara melakukan validasi dari
ahli materi dan ahli media, uji coba satu-satu, uji coba kelompok kecil, dan uji coba
kelompok besar. Di setiap akhir tahapan evaluasi dilakukan analisis data dan revisi
produk berdasarkan data yang sudah didapat.
Tahap akhir adalah tahap dimana paket yang sudah dikembangkan, sudah
layak untuk diimplementasikan dan didesiminasi, maka paket tersebut siap diproduksi
dan disebarluaskan pada mahasiswa.
Paket pembelajaran kartun yang dikembangkan ini telah melewati beberapa
kali revisi berdasarkan masukan dari ahli media, ahli materi, uji coba satu-satu, uji
coba kelompok kecil dan uji coba kelompok besar serta komentar mahasiswa dalam
beberapa kali tahapan uji coba. Berdasarkan analisis data hasil uji coba, paket
pembelajaran kartun ini dapat dikatakan praktis dan layak menjadi produk akhir yang
105
dapat dimanfaatkan dan disebarluaskan kepada mahasiswa Program Studi Pendidikan
Seni Rupa di Fakultas Seni dan Desain Universitas Negeri Makassar.
Kepraktisan dan kelayakan paket pembelajaran kartun ini dapat dilihat dari
rata-rata penilaian yang didapatkan masuk dalam keriteria “jelas” pada semua
tahapan uji coba. Kriteria layak tidaknya sebuah paket yang dikembangkan telah
ditetapkan pada bab sebelumnya yaitu sebuah produk paket pengembangan dapat
dikatakan sudah layak sebagai media pembelajaran apabila hasil penilaian uji coba
lapangan minimal termasuk dalam keriteria “jelas”.
Berdasarkan komentar dari ahli media dan ahli materi serta komentar dari
mahasiswa disetiap tahapan uji coba, maka dapat disimpulkan bahwa mahasiswa
sangat merespon dan sangat senang dengan adanya paket yang dikembangkan.
Produk paket pembelajaran kartun dari hasil pengembangan ini memiliki
beberapa kelebihan antara lain:
1. Paket pembelajaran kartun ini efektif digunakan karena telah memberikan
peningkatan terhadap prestasi belajar mahasiswa. Ini dapat dilihat dari
hasil skor rata-rata dari pemberian pre test dan post test kepada
mahasiswa.
2. Mampu memberikan pemahaman yang mendalam bagi mahasiswa oleh
karena sifatnya memudahkan dan memperlancar proses pemahaman
mahasiswa terhadap kartun.
3. Proses pembelajaran akan jadi lebih mudah karena paket pembelajaran
yang dikembangkan ini terdiri dari buku petunjuk untuk dosen, petunjuk
106
untuk mahasiswa, buku teks, dan kumpulan contoh karya kartun, yang
dapat mengarahkan dosen dan mahasiswa dalam kegiatan pembelajaran.
4. Sebagai bagian dari komponen paket pembelajaran, buklet kumpulan
contoh karya kartun dapat menjadi referensi dan bahan bacaan bagi
mahasiswa untuk lebih mengenal jenis karya kartun.
5. Buku teks memahami kartun dapat menjadi bahan informasi bagi
mahasiswa dan masyarakat umum yang berminat dan senang terhadap seni
kartun.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Penelitian dan pengembangan paket pembelajaran kartun bagi mahasiswa
Program Studi Pendidikan Seni Rupa ini dilaksanakan dalam rangka memenuhi
kebutuhan akan suatu paket pembelajaran yang bertujuan untuk memudahkan
mahasiswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran kartun pada mata kuliah seni
ilustrasi.
Paket pembelajaran yang dikembangkan dalam penelitian ini berupa program
pembelajaran kartun bagi mahasiswa untuk satu unit pertemuan tatap muka , yang
terdiri dari komponen: Petunjuk untuk Dosen, Petunjuk untuk Mahasiswa, Buku teks
Memahami Kartun, Kumpulan Contoh Karya Kartun, Power point, dan Post test. Dari
107
hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa pengembangan paket pembelajaran kartun
ini telah dilaksanakan melalui tiga tahapan, yaitu: tahap mendesain pembelajaran,
tahap mengembangkan produk, dan tahap evaluasi.
Tahap desain pembelajaran yaitu tahap merumuskan tujuan pembelajaran dan
kompetensi belajar, mengembangkan tes acuan, menetapkan materi pembelajaran,
menyusun stratergi pembelajaran, menetapkan sistem penilaian, dan merancang
evaluasi. Tahap pengembangan paket mencakup beberapa tahapan, yaitu: membuat
dan menetapkan materi pembelajaran, membuat komponen-komponen dari paket
pembelajaran.
Tahap evaluasi adalah tahap dimana paket awal yang dikembangkan
dievaluasi yang terdiri dari lima tahapan evaluasi,yaitu: evaluasi dari ahli media,
evaluasi dari ahli materi, evaluasi dari uji coba satu-satu (3 orang mahasiswa), uji
coba kelompok kecil (6 orang mahasiswa), uji coba kelompok besar (20 0rang
mahasiswa). Setelah proses evaluasi dan revisi selesai, maka dihasilkanlah sebuah
produk akhir yang efektif dan praktis serta layak untuk digunakan sebagai media
pembelajaran apabila hasil evaluasi tersebut sesuai dengan kriteria yang telah
ditentukan.
Dari ketiga aspek yang dinilai pada tahap uji coba lapangan yaitu aspek
pembelajaran serta aspek tampilan dan isi, dapat diketahui bahwa setiap item yang
dinilai termasuk dalam kriteria jelas, sangat jelas, dan sangat bagus. Setiap aspek
mempunyai jumlah rerata skor berbeda. Pada aspek pembelajaran, secara keseluruhan
jumlah skor yang diperoleh adalah 32,4 masuk dalam kriteria “sangat jelas”. Pada
106
108
aspek tampilan dan isi jumlah skor yang diperoleh adalah 65,4 skor ini masuk dalam
kriteria “sangat jelas”. Keseluruhan paket pembelajaran yang dinilai dari hasil uji
coba lapangan masuk dalam kategori nilai A dengan rerata 4,36, yakni “Sangat Jelas”
Secara umum kesimpulan yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah; (1)
paket pembelajaran kartun yang dikembangkan dapat dikatakan efektif digunakan
karena telah dapat memberikan peningkatan terhadap prestasi belajar mahasiswa, ini
dapat dilihat dari hasil skor rata-rata dari pemberian pre test dan post test kepada
mahasiswa; (2) Paket pembelajaran yang dikembangkan dapat dikatakan praktis
setelah diadakan revisi berdasarkan masukan, saran dan komentar dari berbagai pihak
yang terlibat dalam penelitian ini; (3) Paket pembelajaran kartun yang dikembangkan
dikatakan valid berdasarkan hasil validasi dari ahli media dan ahli materi.
B. Saran
1. Mata kuliah ilustrasi adalah mata kuliah praktek maka sebaiknya perlu ada
penelitian pengembangan lebih lanjut yaitu yang berkaitan dengan materi yang
harus menampilkan proses pembuatan karya ilustrasi atau karya kartun sehingga
proses pembelajaran dapat lebih maksimal.
2. Sebaiknya ada penelitian lebih lanjut untuk mengukur efektifitas dan efesiensi
dari paket pengembangan pembelajarn kartun yang dikembangkan ini, misalnya
dengan penelitian tindakan kelas ataupun penelitian eksperimen lainnya.
109
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad. A. 2011. Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.
Borg, W. R. & Gall, M. D. 1973. Educational Reseach : An Introduction. New York: David Mc. Kay Company. Inc.
Cahyono, G. E. 2001. Kumpulan Karikatur Politik. Jakarta: PT Penebar Swadaya
Direktur Program Pascasarjana UNM, 2010. Pedoman Penulisan Tesis dan Disertasi, Makassar: Program Pascasarjana Universitas Negeri Makassar.
FNS & Pakarti. 2000. Kartun untuk Demokrasi. Jakarta: Fredrich-Nauman-Stiftung.
Haling, A., Salam, A. & Arnidah. 2007. Perencanaan Pembelajaran. Makassar: Badan Penerbit Universitas Negeri Makassar.
Hasnawati. 2006. Pengembangan Media Pembelajaran Berbantuan Komputer Untuk Mata Pelajaran Fotografi di SMK Seni Rupa. Tesis. Tidak diterbitkan.Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Ibrahim, M, 2003. Pembelajaran Berbasis Masalah. Surabaya: UNESA University Press.
110
Koendoro, D. 4 Oktober, 2009. Kartun Panji Koming. Kompas, 6
Koestana, J. 1 Juli, 2009. Opini. Kompas, 6.
Munir, M. 2009. Karikatur: Sarana Penyampaian Kritik Sosial. Jurnal Peduli Pendidikan, (Online), Vol. 1, No. 1, (http://munirmisbakhul.blogspot.com, Diakses 16 Maret 2011).
Pangewa, M. 2010. Perencanaan Pembelajaran. Makassar: Badan Penerbit Universitas Negeri Makassar.
Pramono, 1981. Karikatur- Karikatur. Jakarta: Sinar Harapan.
Pramoedjo, P. R. 1996. Indonesiaku, Duniaku. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Rachmadi, B & Misrad, M. 2007. Kartun Benny & Mice: Jakarta Luar Dalam. Jakarta: Nalar.
Rudi, S & Cepi, R. 2007. Media Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima.
Romas, S. Mei, 1993. Konvoi kartun. Majalah Humor, 82.
Salam, S. 2001. Pendidikan Seni Rupa di Sekolah Dasar. Makassar: Universitas Negeri Makassar.
________1993. Paket Pembelajaran Apresiasi Seni Ilustrasi Bagi Mahasiswa Program Studi Seni Rupa di Perguruan Tinggi: Buku Paket Apakah Ilustrasi itu: Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Ujung Pandang.
Setiawan, M. N. 2002. Menakar Panji Koming. Jakarta: Kompas.
Sibarani, A. 2001. Karikatur dan Politik, Jakarta: Garba Budaya. Institut Studi Arus Informasi.
Sudarta, GM. 2000. Reformasi. Jakarta: PT Gramedia.
___________2007. 40 Tahun Oom Pasikom. Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara.
__________ 1980. Indonesia 1967-1980. Jakarta: PT Gramedia
__________ 20 Mei, 2009. Oom Pasikom. Kompas, 6.
109
111
Sukmadinata, N. S. 2007. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Sutristanto. A., Didie. S., Koestana. J., Thomdean. 2010. Indonesian Damn Good Cartoon, Kumpulan Kartun Juara. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Sobandi, B. 2008. Model Pembelajaran Kritik dan Apresiasi Seni. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.
Sobur. A. 2003. Semiotika Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Slameto. 1991. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Syah, M. 2006. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Suparman, A. 1997. Desain Instruksional. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Sutanto, T. 1995. Pameran Kartun Asean dan Jepang. Jakarta: The Japan Foundation.
Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.
______, 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.
Wijana, I. D.P. 2004. Kartun: Studi Tentang Permainan Bahasa. Jakarta: Ombak.
112