hubungan tingkat religiusitas dengan...
TRANSCRIPT
HUBUNGAN TINGKAT RELIGIUSITAS DENGAN
TINGKAT DEPRESI LANSIA BERAGAMA ISLAM DI
PANTI TRESNA WERDHA BUDI MULIA 4 MARGAGUNA
JAKARTA SELATAN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan
(S.Kep)
Oleh
Runingga Andami Nafa
1111104000010
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS
KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM
NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2015 M/1436 H
iii
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE
SCHOOL OF NURSING
SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY JAKARTA
Thesis, July 2015
Runingga Andami Nafa, NIM: 1111104000010
The Relationship Between The Level Reliogiosity And Level Depression On
Elderly Moeslim In PSTW Budi Mulia 4 Margaguna South Jakarta
Xi + 87 pages + 11 tables + 1 chart + 13 attachment
ABSTRACT
One of the problem faced by elderly people is depression. Generally, elderly
people depression ranged from 20 % and in PSTW Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta
Selatan around 30 – 40 %. Depression caused various problem such as suicide, decrease
body function and accelerate of dead. One of handled for decrease of depression were
increased religious activities such as pray. The purpose of this research is to find out
relationship between religiosity level and depression level. This research has been
conducted at PSTW Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan. Research used
quantitative analytical research with cross sectional research design. Total of respondent
are 61 people used sampling purposive technic. . The data was taken by instruments
questionnaires Geriatric Depression Scale 30 items to measured depression level and
questionnaire religiosity to measured religiosity level. Data analyzed by univariat and
bivariat analysis ( Spearman Rank Correlation tested). The result of this research was
shown that religiosity11,0 % level is good category, 65.5% is medium category and
16.4 is low category. While for 60,7 % depression level including in normal category,
27,9 % is low depression and 11,5 % is heavy depression. There is relation between
religiosity level with depression level at PTSW Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta
Selatan (p value =0,000, r=0.558). It can used spirituality approach for decrease
depression value with assisting elderly people in terms spirituality and religious
foundations cooperation.
Keywords: Religiosity Level, Depression Level, Elderly
iv
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Skripsi, Juli 2015
Runingga Andami Nafa, NIM: 1111104000010
Hubungan Tingkat Religiusitas Dengan Tingkat Depresi Lansia Beragama Islam
Di Panti Tresna Werdha Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan
Ix + 87 Halaman + 10 Tabel + 1 Bagan + 13 Lampiran
ABSTRAK
Depresi salah satu masalah yang dialami lansia. Lansia didunia yang mengalami
depresi berkisar 20% dan depresi lansia di panti sebesar 30-40%. Depresi dapat
menimbulkan dampak seperti bunuh diri, penurunan fungsi tubuh, dan mempercepat
kematian. Penanganan untuk mengurangi depresi salah satunya dengan cara kegiatan
agama seperti beribadah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat
religiusitas dengan tingkat depresi. Penelitian ini dilaksanakan pada lansia di Panti
Tresna Werdha Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan. Penelitian ini menggunakan
pendekatan kuantitatif dengan desain penelitian cross sectional. Responden berjumlah
61 orang yang diambil menggunakan teknik purposive sampling. Instrumen yang
digunakan untuk mengukur tingkat depresi menggunakan kuesiener Geriatric
Depression Scale 30 item dan untuk mengukur tingkat religiusitas menggunakan
kuesioner religiusitas 22 item. Analisis data mengunakan analisis univariat dan bivariat
(uji Korelasi Spearman Rank). Hasil penelitian menunjukan bahwa untuk tingkat
religiusitas 11,0% termasauk ke dalam kategori baik, 65,6% kategori sedang dan 16,4%
kategori buruk. sedangkan untuk tingkat depresi, 60,7% termasuk ke dalam normal,
27,9% depresi ringan, dan 11,5% depresi berat. Ada hubungan antara tingkat religiusitas
dengan tingkat depresi lansia di PSTW Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan (p
value = 0,000, r = 0,558).
Kata Kunci: Tingkat Religiusitas, Tingkat Depresi, Lansia
Referensi: 53
viii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Runingga Andami Nafa
Tempat, tanggal Lahir : Pasaman Barat, 25 Juni 1992
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Alamat : Depan Simpang MAN Rambah Jorong Ampek
Koto Kinali Kabupaten Pasaman Barat
Sumatera Barat
HP : +6285210575615
Email : [email protected]
Fakultas/Jurusan : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan/
Program Studi Ilmu Keperawatan
PENDIDIKAN
1. Taman Kanak-Kanak Bakti V Rambah 1998-1999
2. Sekolah Dasar EL- MA‟ARIF Jambak Selatan 1999-2005
3. SMP Negeri 2 Kinali 2005-2008
4. SMA Negeri 1 Pasaman 2008-2011
5. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2011-Sekarang
ix
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya milik Allah Subhanahuwata‟ala, kita memuji, meminta
pertolongan dan memohon pengampunan kepada-Nya, dan kita berlindung
kepada Allah dari keburukan diri dan kejahatan amal perbuatan kita. Aku
bersaksi tidak ada Dzat yang berhak diibadahi kecuali Allah, dan aku bersaksi
bahwa Muhammad itu Rasulullah Shollallahu „alaihi wasalam.
Atas berkat rahmat, karunia, dan ridha-Nya penulis dapat menyelesaikan
proposal skiripsi yang berjudul “Hubungan Tingkat Religiusitas dengan Tingkat
Depresi Terhadap Lansia yang Beragama Islam di Panti Sosial Tresna Werdha
Budi Mulya 04 Margaguna Jakarta Selatan”.
Sesungguhnya banyak pihak yang telah memberikan dorongan dan
bantuan yang tak terhingga nilainya hingga skripsi ini dapat penulis selesaikan
tepat pada waktunya. Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. H. Arif Sumantri, SKM, M.Kes selaku Dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak dr. H. M. Djauhari Widjajakusumah, AIF., PFK selaku Wakil Dekan
Bidang Akademik Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan izin untuk penelitian di instansi
terkait.
3. Ibu Maulina Handayani, S.Kp, M.Sc selaku Ketua Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Ernawati, S.Kp, M.Kep, Sp.KMB selaku Sekretaris Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
5. Ibu Maulina Handayani, S.Kp, M.Sc selaku Dosen Pembimbing Akademik,
terima kasih sebesar-besarnya untuk beliau yang telah membimbing dan
memberi motivasi selama 4 tahun duduk di bangku kuliah.
6. Ibu Ns. Eni Nur‟aini Agustini, S.Kep, Msc dan Ibu Ns.Gusrina Komara,
x
S.Kep, MSN selaku Dosen Pembimbing, terima kasih sebesar-besarnya
untuk beliau yang telah meluangkan waktu serta memberi arahan dan
bimbingan dengan sabar kepada penulis selama proses pembuatan skripsi ini.
7. Bapak / Ibu dosen Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bekal ilmu
pengetahuan kepada penulis serta seluruh staf dan karyawan di lingkungan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
8. Orang tuaku, Ibu Asmi dan Bapak Rismanto yang telah mendidik,
mencurahkan semua kasih sayang tiada tara, mendo‟akan keberhasilan
penulis, serta memberikan bantuan baik moril maupun materil kepada
penulis selama proses menyelesaikan proposal skripsi ini. Abang, kakak
dan adik-adik penulis Riski Andami Nafa ,RoyaFitrah Andami Nafa, Raditya
Andami Nafa dan Iin Lidia Purtama Mursal, yang selalu memberikan
semangat, insiprasi, canda tawa selama penulis menyelesaikan proposal
skripsi ini.
9. Sahabat-sahabatku Deti Dwi Lestari, Anggita Puspita Delianty, Denok Ariska
yang memberikan masukan, tempat berbagi pendapat, yang telah menghibur,
menghilangkan kejenuhan, dan memberikan dukungan selama proses
menyelesaikan proposal skripsi ini.
10. Teman-teman PSIK 2011 yang selama 4 tahun ini yang sama- sama
berjuangan, berbagi pendapat selama ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna,
namun penulis harapkan semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi yang
memerlukannya.
Wassalamu’alaykum. Wr. Wb
Ciputat, Juli 2015
Runingga Andami Nafa
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL......................................................................................... I
LEMBAR PERNYATAAN..............................................................................
ABSTRACT......................................................................................................
ABSTRAK........................................................................................................
PERNYATAAN PERSETUJUAN..................................................................
DAFTAR RIWAYAT HIDUP.........................................................................
Ii
iii
iv
v
vi
KATA PENGANTAR...................................................................................... Vii
DAFTAR ISI.....................................................................................................
DAFTAR TABEL.............................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................
Vii
viii
ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................................. 7
C. Pertanyaan Penelitian........................................................................ 8
D. Tujuan Penelitian............................................................................... 8
1. Tujuan Umum................................................................................ 8
2. Tujuan Khusus............................................................................... 8
E. Manfaat Penelitian............................................................................ 9
1. Bagi Institusi Tempat Penelitian.................................................... 9
2. Bagi Pendidikan Keperawatan....................................................... 9
3. Bagi Peneliti................................................................................... 9
D. Ruang Lingkup................................................................................... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Depresi............................................................................................... 11
1. Pengertian Depresi........................................................................... 11
2. Etiologi Depresi............................................................................... 12
3. Tingkat Depresi............................................................................... 13
4. Gejala-Gejala Depresi..................................................................... 15
B. Lansia............................................................................................... 18
1. Pengertian Lansia........................................................................... 18
2. Perubahan-Perubahan Pada Lansia................................................ 18
3. Faktor-Faktor Pencetus Depresi Pada Lansia................................ 28
4. Dampak Depresi............................................................................. 29
5. Penatalaksanaan Depresi Pada Lansia........................................... 31
6. Pengukuran Tingkat Depresi.......................................................... 33
C. Religiusitas........................................................................................ 34
1. Pengertian Religiusitas.................................................................... 32
2. Dimensi Religiusitas....................................................................... 35
xii
3. Perspektif Islam Tentang Religiusitas............................................ 37
4. Konsep dari Dimensi-dimensi Religiusitas..................................... 39
5. Fungsi Religiusitas.......................................................................... 42
6. Faktor Yang Mempengaruhi Religiusitas....................................... 44
D. Kerangka Teori.................................................................................. 46
BAB III KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep.............................................................................. 47
B. Hipotesis Penelitian........................................................................... 48
C. Definisi Operasional......................................................................... 49
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian............................................................................... 52
B. Lokasi dan Waktu Penelitian............................................................ 52
C. Populasi dan Sampel......................................................................... 52
1. Populasi........................................................................................... 52
2. Sampel............................................................................................ 53
3. Besar Sampel.................................................................................. 54
D. Prosedur Pengumpulan Data............................................................ 54
1. Metode Pengambilan Data............................................................. 54
2. Instrumen Penelitian........................................................................ 55
3. Uji Instrumen.................................................................................. 56
a. Uji Validitas............................................................................... 56
b. Uji Reabilitas.............................................................................. 57
E. Pengolahan Data............................................................................... 58
F. Analisis Data..................................................................................... 60
G. Etika Penelitian................................................................................. 61
BAB V HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Lokasi Penelitian............................................................. 63
1. Sejarah Panti Werdha..................................................................... 63
B. Hasil Uji Validitas Konstruk Data.................................................... 64
C. Hasil Uji Normalitas......................................................................... 65
D. Hasil Analisis Univariat.................................................................... 66
1. Gambaran Demografi Lanjut usia di PSTW 4 Margaguna
JakartaSelatan.................................................................................. 67
2. Gambaran Tingkat Religiusitas Lanjut Usia di PSTW Budi
Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan................................................ 68
3. Gambaran Tingkat Depresi Lanjut Usia di PSTW Budi
Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan................................................ 70
E. Hasil Analisis Bivariat....................................................................... 72
xiii
BAB VI PEMBAHASAN
A. Pembahasan Univariat....................................................................... 74
1. Gambaran Demografi Lanjut Usia di PSTW Budi
Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan................................................ 74
2. Gambaran Tingkat Religiusitas Lanjut Usia di PSTW Budi
Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan............................................... 76
3. Gambaran Tingkat Depresi Lanjut Usia di PSTW Budi
Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan................................................ 78
B. Pembahasan Bivariat......................................................................... 82
C. Keterbatasan Penelitian..................................................................... 84
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan....................................................................................... 85
B. Saran................................................................................................. 86
1. Bagi Institusi Tempat Penelitian.................................................... 86
2. Bagi Keperawatan.......................................................................... 86
3. Bagi Peneliti.................................................................................... 86
Daftar Pustaka
Lampiran
xiv
Daftar Tabel
Halaman
Tabel 3.1 Definisi Operasional...............................................................................
Tabel 5.1 Tabel Hasil Analisis Kontruk Validitas Intrument
Tabel 5.1 Tabel Uji Normalitas..............................................................................
Tabel 5.2 Tabel Distribusi Frekuensi Usia Responden di PSTW Budi
Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan.........................................................................
Tabel 5.3 tabel distribusi Frekuensi Jenis Kelamin responden di PSTW
Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan................................................................
Tabel 5.4 Tabel Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan responden di
PSTW Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan....................................................
Tabel 5.5 Tabel Distribusi frekuensi Tingkat Religiusitas Responden di
PSTW Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan....................................................
Tabel 5.6 Tabel Presentase Jawaban Item Pernyataan Tingkat Religiusitas...........
Tabel 5.7 Tabel Distribusi Frekuensi Tingkat Depresi responden di PSTW
Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan..............................................................
Tabel 5.8 Tabel presentase jumlah jawaban item pertanyaan Tingkat Depresi......
Tabel 5.9 Tabel Analisis Univariat..........................................................................
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Lembar Informed Consent
Lampiran 2. Kuesioner Tingkat Religiusitas
Lampiran 3. Kuesioner Tingkat Depresi
Lampiran 4. Hasil Uji Validitas dan Uji Reabilitas Kuesioner Tingkat
Religiusitas
Lampiran 5. Hasil Uji Normalitas Data
Lampiran 6. Hasil Olahan Data Analisis Univariat
Lampiran 7. Hasil Olahan Data Analisis Bivariat
Lampiran 8. Presentase Jumlah Jawaban Item Pernyataan Tingkat Religiusitas
Lampiran 9. Presentase Jumlah Jawaban Item Pertanyaan Tingkat Depresi
Lampiran 10. Transkip Percakapan
Lampiran 11. Jadwal Wawancara
Lampiran 12. Surat Izin Penelitian
Lampiran 13. Surat Studi Pendahuluan
`1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 tahun 1998
lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun
keatas. Berdasarkan sumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2012
proporsi penduduk lansia dari tahun 1980 sampai tahun 2020 mengalami
perkembangan. Tahun 1980 proporsi penduduk lansia sebesar 5,45 %, tahun
1990 sebesar 6,29 %, tahun 2000 sebesar 7,18 %, tahun 2010 sebesar 9,77
dan tahun 2020 sebesar 11,34 %.hal tersebut merupakan cerminan dari
semakin tingginya rata-rata usia harapan hidup (UHH). Harapan hidup
meningkat dari tahun ke tahun. Tingginya UHH dijadikan sebagai indikator
keberhasilan pencapaian pembangunan dibidang kesehatan. Menurut Badan
Pusat Statistik (2013) harapan hidup penduduk Indonesia naik dari 70,1
tahun pada periode 2010-2015 menjadi 72,2 tahun pada periode 2030-2035.
Seiring dengan peningkatan harapan hidup pada lansia sesungguhnya
lansia menghadapi berbagai perubahan yaitu fisik, mental,dan psikososial.
Kesemua perubahan tersebut membutuhkan adaptasi yang pada
perjalanannya, proses adaptasi tersebut menimbulkan berbagai masalah.
Perubahan pada fisik meliputi penurunan massa otot dan densitas tulang yang
menyebabkan osteoporosis sehingga menyebabkan penurunan aktivitas atau
gerak, pada kulit terjadi penurunan elastisitas dan kekeringan sehingga
2
meningkat resiko cedera dan infeksi, penurunan produksi keringat dan
penurunan ketebalan lemak menyebabkan gangguan regulasi suhu, penurunan
peristaltik usus disertai hilangnya tonus lambung menyebabkan pengosongan
lambung menurun sehingga lansia akan meresa penuh setelah makan meski
dalam jumlah sedikit dan terjadinya konstipasi, penurunan fungsi kandung
kemih menyebabkan peningkatan frekuensi miksi, nuktoria dan retensi urine,
penurunan efisiensi kerja neuron reaction time akan melambat, perubahan
keseimbangan, perubuhan istirahat dan kognisi merupakan fungsi vital yang
mempengaruhi kemampuan pemenuhan ADL. Penurunan fungsi sensorik
seperti perubahan indera penglihatan menyebabkan terganggu pemenuhan
kebutuhan ADL, penurunan fungsi pendengaran, penurunan indera perasa
sehingga lansia tidak peka terhadap rasa (Dewi,2014).
Selain perubahan fisik lansia juga mengalami perubahan psikologis.
Perubahan psikologis short term memory, frustasi, kesepian, takut kehilangan,
takut menghadapi kematian, kecemasan dan depresi (Maryam et al,2008).
Lansia juga mengalami perubahan psikososial. Perubahan psikososial yang
paling umum adalah perubahan gaya hidup dan status sosial. Perubahan
meliputi pensiun, kematian pasangan pindahnya anak atau cucu dan pindah ke
lingkungan yang tidak dikenal. Kesedihan, kesepian, dan depresi bisa terjadi
akibat hal-hal diatas (Bastable,2002).
Perubahan-perubahan pada lansia menimbulkan berbagai masalah,
salah satu lansia banyak mengalami depresi. Menurut American Association
for Geriatric Psychiatric tahun 2008 prevalensi lansia di dunia yang
3
mengalami gangguan kesehatan mental berkisar 20% dan menurut Geriatric
Mental Helath Foundation tahun 2008 15-20% lansia diatas 65 tahun
mengalami depresi (CDC Health Program,2009). Adapun prevalensi depresi
pada lansia yang menjalani perawatan di RS dan panti perawatan sebesar 30-
40%. 5-15% pasien lanjut usia yang mengunjungi klinik diduga menderita
depresi (Santoso dan Ismail,2009).
Menurut World Health Organization (WHO) (2012) depresi adalah
gangguan mental yang umum, ditandai dengan kesedihan, kehilangan minat
atau kesenangan, perasaan bersalah atau harga diri yang rendah, susah tidur
atau nafsu makan, perasaan kelelahan, dan kurang konsentrasi. Depresi
menyerang hampir semua kelompok usia, kelas sosial ekonomi, ras, dan
budaya. Depresi terus menjadi masalah kesehatan mental yang serius pada
lansia meskipun pemahaman kita tentang penyebab dan perkembangan
pengobatan farmakologis dan psikoterapi sudah sedemikian maju
(Stanley&Gauntlett,2007).
Menurut Black (1990) dalam Tamher & Noorkasiani (2009) gejala
utama depresi terjadi pada sekitar 10 sampai 15% dari semua orang yang
berusia lebih dari 65 tahun yang tidak diinstitusikan. Gejala gejala depresif ini
sering berhubungan dengan penyesuaian yang terlambat terhadap kehilangan
dalam hidup dan stresor-stresor dan penyakit fisik. Angka depresi meningkat
secara drastis pada lansia yang berada diinstitusi sekitar 50 sampai 75%. Jadi
kejadian depresi lebih banyak terjadi di Panti Werdha.
4
Depresi banyak dialami oleh lansia dikarena beberapa faktor. Seiring
bertambahnya usia pada lansia, terjadi beberapa perubahan pada lansia,
seperti perubahan fisik, kehilangan pekerjaan karena pensiun, kehilangan
tujuan hidup, kehilangan teman, risiko terkena penyakit, terisolasi dari
lingkungan dan kesepian (Irawan,2013). Berdasarkan hasil penelitian Rezki
dkk (2014) pada 50 responden lansia tentang faktor-faktor mempengaruhi
tingkat depresi terhadap pasien lansia di panti sosial disimpulkan bahwa
kehilangan dan kecemasan menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi
tingkat depresi.
Depresi pada lansia dapat membawa dampak yang serius, seperti
bunuh diri, penurunan fungsi keseharian yang dapat mempercepat kematian,
dan peningkatan penggunaan pelayanan kesehatan (Blazer,1983 dalam
Arjadi,2012). Penanganan yang dilakukan untuk mengatasi dampak tersebut
yaitu mendorong aktvitas-aktivitas seperti aktivitas keagamaan, melakukan
interaksi sosial atau hubungan baru, mengkomunikasikan perhatian,
modalitas kelompok dan penanganan dengan terapi obat
(Stanley&Guantlett,2007).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sehanto (2013) tentang
tingkat depresi pada lansia di Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur
Kabupaten Semarang disimpulkan bahwa lansia dengan interaksi sosial
kurang mengalami depresi berat sejumlah 71,4% sedangkan lansia dengan
interaksi sosial sedang mengalami depresi berat sejumlah 31,4%, dan lansia
dengan interaksi sosial baik mengalami depresi berat sejumlah 12,5%. Ini
5
menunjukan bahwa semakin baik lansia dalam interaksi sosial maka semakin
kecil kemungkinannya mengalami depresi berat. Syukra (2012) melakukan
penelitian tentang religiusitas dan depresi di PSTW Sabai Nan Aluih Sicincin
Kabupaten Padang Pariaman dengan 50 responden. Penelitian ini mengukur
depresi dengan kuesioner GDS 15 item dan religiusitas menggunakan skala
religiusitas yang disesuaikan dengan ajaran agama islam. Hasil penelitian
menyatakan bahwa ada hubungan antara tingkat religiusitas seseorang dengan
tingkat depresi. Semakin tinggi religiusitas seseorang maka akan semakin
rendah depresi, sebaliknya semakin rendah religiusitas maka depresi yang
dialami semakin meningkat (tinggi).
Religiusitas adalah sebuah ekpresi spritual seseorang yang berkaitan
dengan sistem keyakinan, nilai, hukum yang berlaku dan ritual. Religiulitas
berasal dari bahasa latin religio yang akar katanya religure yang berarti
mengikat (Driyarkara,1978 dalam Ismail,2009). Ini mengandung makna
bahwa dalam religi atau agama pada umumnya memiliki aturan-aturan dan
kewajiban-kewajiban yang harus dipatuhi dan dilaksanakan oleh pemeluknya
dan semua itu berfungsi untuk mengikat seseorang atau sekelompok orang
dalam hubungan dengan Tuhan, sesama manusia dan alam sekitarnya.
Religiusitas menunjukan pada tingkat keterikatan individu terhadap
agamanya. Hal ini menunjukan bahwa individu telah menghayati dan
menginternalisikan ajaran agamanya sehingga berpengaruh dalam segala
tindakan dan pandangan hidupnya (Ismail, 2009). Dimensi religiusitas
menurut Stark and Glock (1968) terdapat lima dimensi religiusitas adalah
6
dimensi: dimensi keyakinan, praktik keagamaan, pengalaman religiusitas,
dimensi pengetahuan, dan dimensi konsekuensial (Ancok,2004).
Menurut Stanley & Gauntlett (2007) religiusitas adalah derajat dan
jenis ekspresi dan partisipasi religius dari lansia. Kehilangan fungsi tubuh dan
kapasitas mental sering kali tidak diseimbangkan oleh pencapaian sosial dan
spiritual yang baik. Kebanyakan lansia menderita sedikitnya satu penyakit
kronis dan bahkan banyak di antaranya yang menderita lebih dari satu. Hal-
hal tersebut menyebabkan angka depresi, ansietas, alkohol, dan bunuh diri
banyak terjadi di kalangan lansia dengan berbagai ketidakmampuan fisik.
Berduka, nyeri, dan kontrol kehilangan kendali mempengaruhi integritas
lansia. Dampak ini dapat di netralisir atau dihilangkan dengan kehidupan
spritual yang kuat (Stanley dan Gauntlett,2007).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Park & Roh tahun 2013
pada 200 responden lansia korea tentang pengalaman spritual, dukungan
sosial dan depresi mengatakan bahwa kehidupan spiritual penting untuk
mengurangi tingkat depresi pada lansia. Ji-Eun, et al juga melakukan
penelitian tahun 2013 pada 284 pasien dengan kanker payudara tentang
agama, depresi dan kualitas hidup disimpulkan bahwa religuisitas memainkan
peran penting dalam keadaan emosional dan kualitas hidup wanita Korea
dengan kanker payudara. Dari kedua penelitian disimpulkan religiusitas dapat
mengurangi tingkat depresi pada lansia maupun terhadap wanita yang
mengalami cancer.
7
Dilihat dari latar belakang ada banyak faktor pencetus terjadi depresi
pada lansia seperti kehilangan, kesepian, interaksi sosial dan lain lain dan
memiliki dampak yang serius pada lansia. Salah satu penanganan nya yaitu
lansia melakukan aktivitas-aktivitas bermanfaat termasuk akitivitas
keagamaan. Untuk itu perawat dapat melakukan asuhan keperawatan
spritualitas atau religiulitas pada lansia yang dapat membantu
mempertahankan serta memperbesar semangat hidup klien lansia termasuk
kesehatan mental depresi. Untuk itu peneliti tertarik melakukan penelitian
tentang “Hubungan Tingkat Religiusitas Dengan Tingkat Depresi pada Lansia
di Panti Sosial Tresna Werdha“
B. Rumusan Masalah
Depresi merupakan salah satu masalah yang dialami lansia. menurut
Geriatric Mental Health Foundation (2008) 15-20% lansia mengalami depresi
dan 50-75% lansia mengalami depresi di panti. Depresi pada lansia
menimbulkan dampak serius seperti bunuh diri, penurunan fungsi tubuh, dan
mempercepat kematian. Penanganan yang dilakukakan untuk mengurangi
depresi seperti melakukan interaksi sosial, mengkomunikasikan perhatian,
modalitas kelompok, terapi obat dan mendorong aktivitas-aktivitas
keagamaan.
Dilihat dari penelitian Syukra (2012) semakin tinggi religiusitas
seseorang maka semakin rendah tingkat depresi. Park dan Roh (2013) juga
melakukan penelitian mengatakan bahwa kehidupan spiritual penting untuk
mengurangi tingkat depresi pada lansia.
8
Dari uraian tersebut diatas, penulis terdorong melakukan penelitian
dengan metode ukuran, tempat dan jumlah responden yang berbeda dengen
penelitian sebelumnya untuk mengetahui lebih jauh “apakah ada hubungan
antara tingkat religiusitas dengan tingkat depresi pada lansia beragama islam
di PSTW Budi Mulya 4 Margaguna ”.
C. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana gambaran tingkat religiulitas pada lansia di Panti Sosial Tresna
Werdha?
2. Bagaimana gambaran tingkat depresi pada lansia di Panti Sosial Tresna
Werdha ?
3. Adakah hubungan tingkat religiusitas pada lansia dengan tingkat depresi
yang dialami?
D. Tujuan penelitian
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui hubungan antara tingkat religiusitas dengan
tingkat depresi pada lansia yang beragama islam.
2. Tujuan khusus
a. Melihat gambaran tingkat religiusitas pada lansia di Panti Sosial
Tresna Werdha
b. Melihat gambaran tingkat depresi pada lansia di Panti Sosial
Tresna Werdha
c. Mengidentifikasi hubungan tingkat religiusitas pada lansia dengan
tingkat depresi yang dialami
9
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Intitusi tempat penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi refernsi tentang
penanganan depresi pada lansia dari segi religiusitas baik bagi keluarga
maupun lansia itu sendiri.
2. Bagi Pendidikan Keperawatan
Hasil penelitian diharapkan diharapkan dapat menambahkan referensi
terkait dengan keperawatan gerontik terutama dalam memberikan asuhan
keperawatan dalam hal ini terkait dengan depresi.
3. Bagi peneliti
Merupakan hal yang sangat menarik bagi peneliti, karena yang
dihadapi yaitu lansia yang memerlukan perawatan yang komprehensif dan
dapat menambah wawasan tentang pengetahuan dan sikap lansia tentang
asuhan yang tepat pada lansia tentang masalah depresi pada lansia.
F. Ruang Lingkup
Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswa Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat
religiusitas dengan tingkat depresi pada lansia yang beragama islam di
panti sosial tresna werdha Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan. Jenis
penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan studi korelasi dan
menggunakan uji Sperman Rank. Metode pengambilan data dengan
menyebarkan kuesioner yang terdiri dari kuesioner tingkat religiuisitas 22
10
item pernyataan dan kuesioner depresi menggunakan Geriatric Depression
Scale (GDS) 30 item. Subjek yang diteliti adalah lanjut usia Panti Tresna
Werdha Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan. Waktu penelitian
berkisar antara bulan Maret sampai Juni.
11
BAB II
TINJUAN PUSTAKA
A. Depresi1. Pengertian Depresi
Depresi adalah reaksi psikologis terhadap hilangnya kesehatan,
orang yang dicintai, atau rasa harga diri seseorang (Semiun,2010).
Menurut Francis Bacon depresi adalah keadaan menyedihkan dari
pikiran untuk memiliki sedikit hal diinginkan, dan banyak hal ditakuti.
depresi adalah kondisi kesehatan yang tersebar luas. Depresi
merupakan masalah sosial dan pribadi yang signifikan (McKay dan
DinkMeyer,2008). Depresi termasuk dari kelainan afektif. Istilah
kelainan afektif mencakup penyakit-penyakit dengan gangguan afek
(mood) sebagai gejala primer, semua gejala lain bersifat sekunder.
Afek bisa terus menerus depresi atau gembira (dalam mania) dan
kedua episode ini bisa timbul pada orang yang sama, karena itu
dinamai “psikosis manik depresf”. Penyakit hanya dengan satu jenis
serangan dinamai unipolar , dan jika episode manik dan depresif
keduanya ada disebut bipolar. Semua gejala ini adalah depresi primer.
Depresi sekunder bisa mengikuti kelainan psiaktri lain atau penyakit
fisik (Ingram,Timbury dan ,Mowbray 1995).
Depresi termasuk salah satu diantara gangguan-gangguan hati
(mood). Gangguan mood merupakan gangguan yang terjadi pada
keadaan emosional atau mood seseorang. Orang dapat mengalami
12
gangguan ini dalam bentuk depresi yang ekstrem. Karakteristik utama
gangguan depresi adalah individu merasa dysphoria atau kesedihan
yang berlebihan. Untuk memahami dasar dari gangguan mood, hal
yang penting untuk memahami konsep dari sebuah episode, periode
waktu yang terbatas ketika simtom gangguan yang spesifik dan kuat
terjadi. Pada beberapa kesempatan, suatu episode dapat terjadi dalam
waktu yang lama, mungkin dua tahun atau lebih (Halgin dan
Whitbourne,2010).
2. Etiologi depresi
Depresi tidak memiliki penyebab tunggal. Sebaliknya, tampaknya
disebabkan oleh kombinasi faktor genetik, biologi, lingkungan, dan
psikologis.
a. Faktor genetik yang diturunkan dari orang tua ke anak melalui gen.
Para ilmuwan telah menemukan variasi genetik pada kromosom yang
mungkin memainkan peran dalam depresi. Setiap variasi dengan
sendirinya menganugerahkan hanya sedikit resiko. Depresi tampaknya
hasil dari efek gabungan dari beberapa gen yang bertindak dalam
konser dengan lingkungan dalam jangka pendek, baik nature dan
nurture (Andrews,2010).
b. Faktor psikologis memiliki dampak besar pada depresi. Sebuah gaya
berfikir tidak rational negatif tampaknya menjadi inti penyakit. Gaya
seperti kepribadian tertentu sebagai ketergantungan yang berlebihan
13
atau mengkritik diri sendiri juga mempengaruhi orang untuk
mengalami depresi (Andrews,2010).
c. Faktor biologis adanya ketidakseimbangan zat-kimia di otak
menyebabkan sel-sel otak tidak berfungsi dengan baik. Ada keluarga
dan orang tertentu yang yang lebih rentan terhadap zat-zat kimia ini
sehingga pada kondisi tertentu mereka cenderung mengalami depresi.
Pada saat-saat tertentu depresi ini gampang kambuh. Biasanya
kekambuhan berikutnya tidak memerlukan pemicu sebanyak
sebelumnya. Oleh karena itu, kemungkinan faktor turunan atau genetik
dianggap sebagai penyebabnya (Hana&Ismail,2009).
d. Faktor psikososial kegagalan seseorang untuk menyesuaikan diri
terhadap berbagai perubahan atau kehilangan pada saat lanjut usia akan
menjadi pencetus. Perubahan status ekonomi, struktur keluarga yang
cepat berubah, cenderung kehilangan dukungan anak, menantu, cucu,
dan juga teman-teman. Kurang berfungsinya sistem pendukung
keluarga dan lingkungan teaman dapat mempermudah timbulnya
depresi. Berbagai jenis kehilangan sebagai bagian dari proses menua
dapat menimbulkan depresi. Masalah sosial yang dihadapi pada masa
tua biasa biasanya rumit, kompleks, dan saling berkaitan
(Hana&Ismail,2009).
3. Tingkat depresi
Menurut Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ)
tahun 2001 – III depresi dibagi atas beberapa tingkatan yaitu:
14
1. Depresi ringan, ciri-cirinya sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3
gejala utama depresi seperti tersebut diatas, ditambah sekurang-
kurangnya 2 dari gejala lainnya, tidak boleh ada gejala berat
diantaranya, lamanya seluruh episode berlangsung sekurang-
kurangya sekitar 2 minggu, hanya sedikit kesulitan dalam
pekerjaan dan kegiatan sosial yang biasa dilakukan.
2. Depresi sedang, ciri-cirinya sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3
gejala utama depresi seperti pada depresi ringan, ditambah
sekurang-kurangnya 3 (dan sebaiknya 4) dari gejala lainnya, lama
nya seluruh episode berlangsung minimum sekitar 2 minggu,
menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan sosial,
pekerjaan dan urusan rumah tangga.
3. Depresi berat atas dua jenis:
1) Depresi berat tanpa gejala psikotik ciri-cirinya semua gejala
utama harus ada, ditambah sekurang-kurangnya 4 dari gejala
lainnya, dan beberapa diantaranya harus berintensitas berat,
bila ada gejala penting ( misalnya agitasi atau reterdasi
psikomotor) yang mencolok, maka pasien tidak mau atau tidak
mampu untuk melaporkan banyak gejala secara rinci.Dalam hal
demikian, penilaian secar menyeluruh terhadap depresif berat
masih dapat dibenarkan, episode depresi biasanya berlangsung
sekurang-kurangnya 2 minggu, akan tetapi bila gejalanya amat
berat dan beronset sangat cepat, maka masih dibenarkan untuk
15
menegakan diagnosis dalam kurun waktu kurang dari 2
minggu, sangat tidak mungkin pasien akan mampu meneruskan
kegiatan sosial, pekerjaan atau urusan rumah tangga, kecuali
pada taraf yang sangat terbatas.
2) Depresi berat dengan gejala psikotik ciri-cirinya sama dengan
depresi berat tanpa gejala psikotik, diserttai waham, halusinasi,
atau stupor depresif. Waham biasanya melibatkan ide tentang
dosa, kemiskinan atau malapetaka yang mengancam, dan
pasien merasa bertanggung jawab atas hal itu, halusinasi
audotorik atau olfatorik biasanya berupa suara menghina atau
menuduh, atau bau kotoran atau daging membusuk, retardasi
psikomotor yang berat dapat memicu pada stupor, jika
diperlukan waham atau halusinasi dapat ditentukan sebagai
serasi atau tidak serasi dengan afek.
4. Gejala-gejala Depresi
Menurut PPDGJ – III (2001) depresi mempunyai beberapa gejala
yang akan dijadikan pedoman diagnostik, yaitu:
1. Gejala Utama pada derajat ringan, sedang, dan berat meliputi (1)
afek depresif, (2) kehilangan minat dan kegembiraan,
(3)berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan
mudah lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan
menurunya aktivitas.
16
2. Gejala lainnya meliputi (1)konsentrasi dan perhatian berkurang,
(2)harga diri dan kepercayaan diri berkurang, (3)gagasan tentang
rasa bersalah dan tidak berguna, (4)pandangan masa depan yang
suram dan pesimistis, (4)gagasan atau perbuatan membahayakan
diri atau bunuh diri, (5)tidur terganggu, (6)nafsu makan berkurang.
Gejala-gejala depresi meliputi:
a) gambaran emosi yaitu mood depresi, sedih atau murung,
iritabilitas, ansietas, anhedonia, kehilangan minat,
kehilangan semangat, ikatan emosi berkurang, menarik diri
dari hubungan interpersonal, preokupasi dengan kematian.
b) Gambaran kognitif yaitu mengkritik diri-sendiri, perasaan
tidak berharga, rasa bersalah, pesimis,tidak ada harapan,
putus asa, perhatiannya mudah teralih, konsentrasi buruk,
tidak pasti dan ragu-ragu, berbagai obsesi, keluhan
somatik(terutama pada lansia), gangguan memori, waham
dan halusinasi.
c) Gambaran vegetatif yaitu lesu, tidak ada tenaga, insomnia
atau hipersomnia, anoreksia atau hipereksia, penurunan
berat badan atau penambahan berat badan, retardasi
psikomotor, libido terganggu, variasi diurnal yang sering.
Tanda- tanda depresi yaitu berhenti dan lambat
bergerak,wajah sedih dan selalu berlinang air mata, kulit
dan mulut kering dan konstipasi.
17
Menurut Nevid dkk (2005) dalam buku Psikology Abnormal ciri-
ciri umum dari depresi meliputi :
1. Perubahan pada kondisi emosional yaitu perubahan pada
mood, penuh dengan air mata atau menangis, meningkatkan
iritaabilitas (mudah tersinggung), kegelisahan, atau
kehilangan kesabaran.
2. Perubahan dalam motivasi yaitu perasaan tidak termotivasi,
atau memiliki kesulitan untuk memulai kegiatan di pagi
hari atau soe bahkan sulit untuk bangun dari tempat tidur,
menurunnya tingkat partisipasi sosial atau minat pada
aktivitas sosial, kehilangan kenikmatan atau minat dalam
aktivitas menyenangkan, menurunya minat seks, gagal
untuk berespon pada pujian atau reward.
3. Perubahan dalam fungsi dan perilaku motorik yaitu
bergerak atau berbicara dengan perlahan dari pada
biasanya, perubahan dalam kebiasaan tidur, perubahan
dalam selera makan (makan terlalu banyak atau terlalu
sedikit), perubahan dalam berat badan, berfungsi secara
kurang efektif daripada biasanya ditempat kerja atau
sekolah.
4. Perubahan kognitif yaitu kesulitan berkonsentrasi atau
berfikir jernih, berfikir negatif mengenai diri sendiri dan
18
masa depan, perasaan bersalah atau menyesal mengenai
kesalahan di masa lalu, kurangnya self-esteem atau merasa
tidak adekuat, berfikir akan kematian atau bunuh diri.
B. Lansia
1. Pengertian Lansia
Berdasarkan definisi secara umum, seseorang dikatakan lanjut usia
(lansia) apabila usianya 65 tahun ke atas (Setianto, 2004). Lansia bukan
suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses
kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk
beradaptasi dengan stress lingkungan (Pudjiastuti, 2003). Lansia adalah
keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk mempertahankan
kesimbangan terhadap kondisi stres fisiologi. Menurut Hawari (2001)
dalam Efendi&Makhfudli (2009) kegagalan pada lansia, ini berkaitan
dengan penurunan daya kemampuan untuk hidup serta peningkatan
kepekaan secara individual.
Menurut WHO, klasifikasi lansia adalah usia pertengahan 45-59
tahun, lansia (elderly) 60-74 tahun, lansia tua 75-90 tahun, dan lansia
sangat tua di atas 90 tahun. Menurut Undang-Undungan Nomor 13 Tahun
1998 dalam Bab 1 Pasal 1 Ayat 2 yang berbunyi “Lanjut usia adalah
seseorang yang mencapai usia 60 (enam puluh) tahun ke atas”.
19
2. Perubahan- Perubahan pada Lansia
Menurut Stanley dan Gauntlett (2007) lansia mengalami penuaan
pada semua sistem tubuh lansia seperti pada sensori, integumen,
muskuloskeletal, neurologis, kardiovaskular, pulmonal, endokrin, renal
dan urinaria, gastroinstestinal, dan pada reproduksi.
a. Penuaan pada Sistem Sensoris
Banyak lansia mempunyai masalah sensoris yang berhubungan
dengan perubahan normal akibat penuaan. Perubahan sensoris dan
permasalahan yang ditimbulkan mungkin merupakan faktor yang turut
berperan paling kuat dalam perubahan gaya hidup yang bergerak
kearah ketergantungan yang lebih besar dan persepsi negatif tentang
kehidupan.
Perubahan dalam penglihatan dan fungsi mata yang dianggap
normal dalam proses penuaan termasuk penurunan kemampuan untuk
melakukan akomodasi, kontriksi pupil akibat penuaan, dan perubahan
warna serta kekeruhan lensa mata (katarak). Lansia harus didorong
untuk menggunakan lampu yang terang dan tidak menyilaukan.
Sensitivitas terhadap cahaya sering terjadi, menyebabkan lansia sering
mengedipkan mata terhadap cahaya yang terang.
Katarak juga mengakibatkan gangguan dalam persepsi
kedalaman, yang menyebabkan masalah dalam menilai ketinggian.
Lansia harus diajarkan cara menggunakan tangan mereka sebagai
pemandu dalam pada tegangan tangga. Perubahan dalam persepsi
20
warna terjadi sering dengan terbentuknya katarak sehingga warna-
warna yang muncul tumpul dan tidak jelas.
Perubahan pada pendengaran adalah masalah kesehatan kedua
yang paling umum yang mempengaruhi lansia. Kehilangan
pendengaran pada lansia disebut presbikusis. Perubahan dalam
pengecapan dialami ketika seseorang telahg bertambah tua karena
jumlah kuncup-kuncup perasa pada lidah mengalami pengurangi,
kerusakan yang menurunkan sensitivitas terhadap rasa.Perubahan
pada penciuman terjadi selama usia pertengahan, dan untuk sebagian
orang, hal tersebut akan berkurang.
b. Penuaan pada Sistem Integumen
Secara struktural kulit terdiri dari epidermis, dermis dan
subkutis. Penuaan pada kulit terlihat pada kulit seperti atropi, keriput,
dan kulit yang kendur. Perubahan kulit pada lapisan epidermis seperti
waktu penggantian sel meningkat yang mengakibatkan waktu
penyembuhan luka lambat, penurunan melanosit mengakibatkan
perlindungan dari sinar ultraviolet berkurang, penurunan sel
langerhans mengakibatkan respon terhadap pemeriksaan kulit
berkurang, pendataran rete ridge mengakibatkan kulit mudah terpisah
dan mengalami kerusakan, kerusakan pada nukleus keratinosit
mengakibatkan kulit kecendurungan kearah pertumbuhan yang
abnormal.
21
Perubahan-perubahan pada dermis adalah penurunan elastisitas
yang mengakibatkan kulit kurang lentur, kolagen kurang terorganisir
mengakibatkan kulit kehilangan turgor, vaskularisasi berkurang
mengakibatkan kulit terlihat pucat dan hilangnya termoregularasi,
penurunan unsur-unsur sel makrofag, fibroblas, sel batang yang
mengakibatkan respon imun yang lemah.
Perubahan-perubahan yang pada subkutis seperti resorpsi
lemak tubuh yang mengakibatkan peningkatan resiko hipertermia,
redistribusi kembali lemak tubuh dari ekstermitas keabdomen yang
mengakibatka terjadi peningkatan resiko cedera dan perubahan citra
tubuh. Perubahan-perubahan lain yang terjadi seperti hilangnya
melanosit sehingga rambut berubah, hilangnya folikel rambut
mengakibatkan penipisan rambut pada kepala, perubahan jenis dan
distribusi rambut, pertumbuhan kuku berkurang sehingga kuku lunak,
rapuh, dan kurang berkilau, penurunan korpus meissener sehingga
penurunan sensasi raba, penurunan korpus pacinii sehingga dapat
menurunkan sensasi tekan, penurunan kelenjar keringat
mengakibatkan kulit kering dan penurunan termoregulasi, penurunan
kelenjar apokrin sehingga terjadi penurunan bau badan.
Pada lansia juga terjadi penurunan kekuatan imun. Perubahan
kompetensi imun mencerminkan perubahan dalam imunitas sel, seprti
penurunan fungsi dan jumlah sel T dan B. Kecendurangan lansia
mengalami kanker kulit juga akibat dari gangguan imun. Peningkatan
22
kerentanan terhadap virus perkutan dan infeksi jamur adalah
konsekuensi lain dari penurunan kompetensi imun lansia.
c. Penuaan pada Sistem Muskoskeletal
Perubahan pada sistem muskoluskeltal pada lansia dapat
dilihat dari penurunan tinggi badan yang progresif yang disebabkan
oleh penyempitan diskus interverbrata sehingga postur tubuh lansia
bungkuk dengan penampilan barrel-chest. Kekakuan rangka tulang
dada pada keadaan mengembang mengakibatkan lansia rawan
terhadap resiko jatuh. Penurunan fungsi tulang kortikal dan trabular
mengakibatkan peningkatan resiko fraktur. Penurunan massa otot
dengan kehilangan lemak subkutan sehingga kontur tubuh lansia
tajam, pengkajian status dehidrasi sulit, penurunan kekuatan otot.
Waktu kontraksi dan relaksasi muskular memanjang sehingga
perlambatan waktu untuk bereaksi. Kekakuan ligament dan sendi
mengakibatkan peningkatan risiko cedera.
d. Penuaan pada Sistem Neurologis
Perubahan struktural yan paling terlihat terjadi pada otak itu
sendiri, walaupun bagian lain dari SSP juga terpengaruh. Perubahan
ukuran otak yang diakibatkann oleh atrofi girus dan dilatasi sulkus dan
ventrikel otak. Korteks serebral adalah daerah otak yang paling besar
dipengaruhi oleh kehilangan neuron. Perubahan dalam sistem
neurologis dapat termasuk kehilangan dan penyusutan neuron, denga
potensial 10% kehilangan yang diketahui pada usia 80 tahun.
23
Distribusi neuron kolinergik, norepineprin, dan dopamin yang tidak
seimbang, dikompensasi oleh hilangnya sel-sel, menghasilkan sedikit
penurunan intelektual.
Ada beberapa perubahan norma sisitem neurologis akibat
penuaan seperti konduksi saraf perifer yang lebih lambat akibatnya
refleks tendon dalam yang lebih lambat dan meningkatnya waktu
reaksi. Peningkatan lipofusin sepanjang neuron-neuron
mengakibatkan vasokontriksi dan vasodilatsi yang tidak sempurna.
Termoregulasi oleh hipotalamus kurang efektif sehingga
menimbulkan bahaya kehilangan panas tubuh.
e. Penuaan pada Sistem Kardiovaskular
Meningkatnya usia, jantung dan pembuluh darah mengalami
perubahan baik struktural maupun fungsional. Penurunan yang terjadi
berangsur-angsur ini sering terjadi ditandai dengan penurunan tingkat
aktivitas, yang mengakibatkan penurunan kebutuhan darah yang
teroksigenasi. Perubahan normal pada sistem kardiovaskular akibat
penuaan seperti ventrikel kiri menebal dan membentuk penonjolan hal
ini menyebabkan penurunan kekuatan kontraktil dan gangguan aliran
darah melalui katup. Jumlah pacemaker menurun umumnya terjadi
distrimia. Arteri menjadi kaku dan tidak lurus pada kondisi dilatasi
akibatnya penumpulan respon baroresptor dan penumpulan respon
terhadap panas dan dingin. Vena mengalami dilatasi, katup-katup
24
menjadi tidak kompeten mengakibatkan edema pada ekstermitas
bawah dengan penumpukan darah.
f. Penuaan pada Sistem Pulmonal
Perubahan anatomi yang terjadi dengan penuaan turut berperan
terhadap perubahan fungsional pulmonal. Perubahan anatomis seperti
penurunan komplikasi paru dan dinding dada turut berperan dalam
peningkatan kerja pernapasan. Atrofi otot-otot pernapasan dan
penurunan kekuatan otot-otot pernapasan dapat meningkatkan risiko
perkembannya keletihan otot-otot pernapasan pada lansia. Perubahan-
perubahan tersebut turut berperan dalam penurunan konsumsi oksigen
maksimum. Perubahan-perubahan pada intertisium parenkim dan
penurunan pada daerah permukaan alveolar dapat menghasilkan
penurunan difusi oksigen. Implikasi klinis dari perubahan pada sistem
repirasi sangat banyak. Perubahan struktural, perubahan fungsi
pulmonal dan perubahan sistem imun mengakibatkan suatu
kerentanan untuk mengalami kegagalan respirasi akibat infeksi,
kanker paru, emboli pulmonal, dan penyakit kronis seperti asma dan
penyakit paru obtruksi kronis.
g. Penuaan pada Sistem Endrokin
Menurunnya produksi ACTH, TSH, FSH, dan LH, aktivitas
tiroid, basal metabolik rate (BMR), daya pertukaran gas, produksi
aldosteron, serta sekresi hormon kelamin seperti progesteron,
esterogen, dan testoteron.
25
h. Penuaan pada Sistem Renal dan Urinaria
Sejumlah perubahan dalam penuan nefron dan sistem sirkulasi
yang mempengaruhi proses pertukaran telah diketahui. Dalam nefron,
perubahan terjadi dalam glomerulus dan sistem tubular. Dalam
glomerulus, membrana basalis mengalami penebalan,ditemukan
skelorosis pada area fokal, dan total permukaan glomerulus menurun,
mengakibatkan filtrasi darah yang kurang efesien. Keseimbangan
cairan menjadi lebih sulit pada lansia karena berbagai alasan.
Kemampuan nefron untuk memekatkan urine pada lansia mengalami
gangguan, respon terhadap sekresi ADH tidak efesien, dan sensasi
haus mungkin berkurang atau bahkan tidak ada. Karena faktor-faktor
ini, kondisi yang memicu kehilangan cairan yang melebihi yang
berlebihan dapat mengganggu hemeostatis pada lansia dapat secara
cepat menjadi serius karena mekasnisme kompensasi tidak efisien
dam efektif.
i. Penuaan Sistem Gastrointestinal
Penuaan terlihat pada rongga mulut dimana gigi yang mulai
tanggal akibat hilangnya tulang penyokong pada permukaan periosteal
dan peridontal. Mukosa mulut tampak merah dan berkilat akibat dari
atrofi. Pada esofagus, lambung, dan usus mengalami penuaan seperti
dilatasi pada esofagus, sfingter esofagus bagian bawah kehilangan
tonus sehingga peningkatan resiko aspirasi pada lansia.
26
Selain penuaan pada sistem tubuh, lansia juga mengalami
perubahan pada psikososiologis. Ada beberapa teori yang mengemukan
perubahan psikososiologis. Teori psikososiologis memusatkan
perhatian pada perubahan sikap dan perilaku.
a. Teori kepribadian
Jung mengembangkan suatu teori pengembangan kepribadian
orang dewasa yang memandang kepribadiaan sebagai ekstrovert atau
introvert. Dengan menurunya tanggung jawab dan tuntuntan dari
keluarga dan ikatan sosial, yang sering terjadi di kalangan lansia
sehingga menjadi intorvert
b. Teori Tugas Perkembangan
Tugas perkembangan adalah adalah aktivitas dan tantangan
yang harus dipenuhi oleh seseorang pada tahap-tahap spesifik dalam
hidupnya untuk mencapai penuaan yang sukses. Erickson menguraikan
tugas utama lansia adalah mampu melihat kehidupan seseorang sebagai
kehidupan yang dijalani dengan integritas. Pada kondisi tidak adanya
pencapaian perasaan maka lansia mengalami resiko untuk disibukan
dengan rasa penyesalan atau putus asa.
c. Teori Disengagement
Teori ini menggambarkan penarikan diri oleh lansia dari peran
masyarakat dan tanggung jawabnya.
27
d. Teori Aktivitas
Teori ini dikemukan oleh Havighurst. Dia menuliskan bahwa
pentingnya tetap aktif secara sosial sebagai alat untuk penyesuaian diri
yang sehat untuk lansia. Kesempatan untuk turut berperan dengan cara
yang penuh arti bagi kehidupan seseorang yang penting bagi dirinya
merupakan suatu komponen kesejahteraan yang penting bagi lansia.
hilangnya fungsi peran pada lansia secara negatif memengaruhi
kepuasan hidup.
e. Teori Kontinuitas
Teori ini menekankan pada kemampuan koping individu
sebelumnya dan kepribadian sebagai dasar untuk memprediksi
bagaimana seseorang akan dapat menyesuaikan diri terhadap
perubahan akibat penuaan. Ketika perubahan gaya hidup dibebankan
pada lansia oleh perubahan sosial ekonomi atau faktor kesehatan,
permasalahan mungkin akan timbul.
f. Perubahan Psikologis
Ada beberapa perubahan psikologis normal yang mengikuti proses
penuaan. Lansia biasanya tidak melakukan aktivitas sebanyak orang
muda. Hal ini mungkin disebabkan oleh kesehatan, pendapatan,
pensiun yang kurang atau berkurangnya dorongan dan ambisi.
Kemahiran mereka dalam keterampilan yang baru dan respon mereka
terhadap situasi yang baru tidak sebaik sebelumnya (Hibbert
dkk,2009).
28
Pensiun menjadi pengalaman yang sangat membuat stress.
Terdapat kehilangan pendapatan, rutinitas, tantangan, perusahaan dan
status. Kemudian terjadi kehilangan lebih lanjut, seperti kehilangan
seseorang, dan hilangnya kesehatan dan kebugaran dengan
meningkatnya usia (Hibbert dkk,2009).
Penyakit psikiatrik pada usia lanjut sering berkaitan erat dengan
penyakit fisik dan kecacatan, atau pengobatan medis mereka. Oleh
karena itu, banyak terdapat stressor dalam penuaan yang dapat
mencetuskan penyakit psikatrik. Namun, baik orang itu mengalami
penyakit psikiatrik atau tidak, akan bergantung pada sifat kepribadian
mereka, strategi mereka mengatasi masalah dan dukungan yang
mereka peroleh. Depresi sangat sering terjadi pada lansia, mereka
mungkin tidak menyadari bahwa mereka sedang depresi (Hibbert
dkk,2009)
3. Faktor- faktor Pencetus terjadinya Depresi pada Lansia
Ada beberapa faktor pencetus depresi pada lansia dalam Stanley dan
Gauntlett (2007)
1. Menurut Erickson tentang perkembangan psikososial, lansia yang
tidak berhasil menyelesaikan tahap-tahap perkembangan yang
diperlukan dan tidak berada pada tingkat kohesi, kedamaian di
dalam diri, dan kepuasan hidup berisiko mengalami keputusaan
2. Bagi lansia yang menghadapi banyak stresor, sering kali
kumulatif, yang dapat mencetuskan depresi. Stresor-stresor
29
tersebut dapat berupa stresor ekonomi, sosial, fisik, dan emosional
dan kehilangan aktivitas.
3. Ahli teori psikoanalisis mengemukan bahwa kehilangan objek,
agresi ke dalam, dan kehilangan harga diri merupakan faktor-
faktor kritis dalam awitan gejala depresif.
4. Teori-teori kognitif mengemukakan bahwa pengaturan kognitif
negatif lansia dan distorsi interpretasi terhadap diri dan
lingkungan menyebabkan dan memperkuat depresi.
5. Ketidakberdayaan akibat stimuli yang tidak menyenangkan dan
yang menyebabkan hukuman merupakan dasar terjadinya depresi.
6. Neurotransmiter keempat dan disregulasi dan malfungsi
neuroendokrin merupakan penyebab depresi.
7. Beberapa penyakit fisik yang sering terjadi pada lansia dapat
menyebabkan gejala-gejala depresi
4. Dampak Depresi Pada Lansia
Depresi pada lansia dapat membawa dampak sebagai berikut (Blazer,
1982 dalam Arjadi,2012):
a. Bunuh diri
Sama seperti dampak depresi yang dapat muncul pada populasi
lain, lansia juga dapat melakukan aksi bunuh diri akibat tekanan
depresi. Depresi pada lansia seringkali tidak dapat dideteksi dan
diantisipasi sejak dini. Keluarga para lansia depresi yang melakukan
aksi bunuh diri melaporkan bahwa mereka tidak terlihat ataupun
30
mengatakan keinginan untuk bunuh diri. Faktor resiko yang dapat
membuat lansia depresi memutuskan bunuh diri antara lain adanya
penyakit fisik yang mereka alami, ditinggalkan pasangan karena
kematian, merasa kesepian, dan mengkonsumsi alkohol secara
berlebihan.
b. Penurunan fungsi keseharian yang dapat mempercepat kematian
Lansia yang mengalami depresi biasanya akan mengalami
penurunan fungsi keseharian karena mereka tidak bersemangat untuk
beraktivitas. Kondisi ini akan semakin menggangu fungsi keseharian
mereka karena lansia yang depresi dan malas beraktivitas biasanya
mengisi kesehariannya dengan kegiatan-kegiatan yang tidak
menyenangkan. Penurunan fungsi keseharian yang terjadi secara terus
menerus dapat berdampak buruk bagi kondisi lansia tersebut
selanjutnya, termasuk dapat mempercepat kematian.
c. Peningkatan penggunaan pelayanan kesehatan
Depresi pada lansia meningkatkan kebutuhan penggunaan
pelayanan kesehatan, termasuk penggunaan obat-obatan anti-depresan.
Selain untuk menangani depresi itu sendiri, para lansia pun biasanya
membutuhkan pelayanan kesehatan karena masalah kesehatan lain
yang muncul terkait depresi yang mereka alami. Misalnya saja depresi
dapat memperparah kondisi kesehatan lansia.
31
5. Penatalaksanaan Depresi pada Lansia
Menurut Stanley dan Gauntlett (2007) lansia banyak menghadapi
depresi karena berbagai stesor. Intervensi yang tepat untuk mengatasi
depresi pada lansia dengan mengarahkan kembali minat-minat
mereka, mendorong aktivitas-aktivitas, termasuk melakukan aktivitas
keagamaan dan hubungan baru yang penuh makna. Selain itu
intervensi lain juga dapat dilakukan yaitu:
a. Mengkomunikasi perhatian
Perawat harus terus sensitif terhadap perasaan lansia yang
mengalami depresi dan mengetahui stigma yang melekat pada
berbagai bentuk penyakit mental. Klien harus diberitahu bahwa
perawat peduli terhadap mereka. Ada banyak cara mudah untuk
mengkomunikasikan penerimaan terhadap lansia depresi dan
permasalahannya, seperti bersikap tidak menghakimi dan tidak
menghukum, menyampaikan ketertarikan,dan mengisinkan mereka
mengungkapan emosi-emosi yang kuat.
b. Membantu klien menyadari bahwa mereka mengalami kesedihan
yang tidak wajar.Perawat membantu klien depresi meyadari bahwa
mereka mengalami kesedihan yang tidak wajar dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang membantu mereka mengidentifikasi
hal-hal yang mereka sedihkan, seperti kehilangan dan duka cita
yang mereka alami. Mengungkapkan kenangan dan tinjauan hidup
terbimbing yang berfokus terhadap pada kejadian-kejadian di masa
32
lalu ( mis. kunjungan keluarga, hobi dan aktivitas-aktivitas yang
menyenangkan) juga membantu orang depresi melihat hal-hal
terjadi tidak sedemikian buruk. Seringkali perawat perlu
menunjukan hal-hal positif yang mereka lihat pada diri klien
depresi yang memperkuat pemikiran bahwa mereka masih berarti.
c. Memberikan informasi tentang depresi
Klien berhak mendapatkan informasi yang akurat tentang depresi,
termasuk fakta bahwa depresi dapat terjadi di semua golongan usia.
Lansia depresi perlu mengetahui bahwa gejala-gejala adalah bagian
dari depresi dan dapat hilang jika teratasi
d. Memodifikasi lingkungan fisik dan sosial
Sejumlah strategi lingkungan dapat digunakan untuk lansia depresi.
Contohnya antara lain meningkatkan input sensori dengan
menyalakan lampu, meningkatkan sentuhan dan pijatan.
Memberikan struktur, keamanan, dan konsistensi dengan
menjelaskan rutinitas institusi dengan jelas meningkatkan rasa
aman pada diri klien. Perawat harus mendorong partisipasi klien
depresi dalam perawatan diri dan aktivitas-aktivitas lain serta
meningkatkan konsep dirinya dengan memberikan kesempatan
kepada klien untuk melakukan sesuatu dan melakukan dengan
benar.
33
e. Penatalaksanaan pengobatan
Menggunakan obat antidepresi dan perawat harus mendorong
lansia meminum obat sesuai resep, mengingatkan mereka
f. Modalitas kelompok
Terapi kelompok sering berhasik digunakan di antara lansia
karena bersama dengan orang lain merupakan hal yang penting
dalam proses asuhan dan rehabilitasi depresi berkelanjutan.
Berbagai jenis terapi rehabilitatif sosial mungkin dilakukan: terapi
yang berfokus pada aktivitas dan meningkatkan rasa keterkaitan
dengan orang lain, terapi yang mendorong ingatan atau tinjauan
hidup dan oleh karena itu membantu penyelesaian masalah-
masalah yang sama dan meningkatkan identifikasi dengan
pencapaian dimasa lalu, terapi yang mengajarkan tentang
penatalaksanaan kesehatan dan stres, terapi yang menstimulasi rasa
dan perbaikan respon terhadap lingkungan, terapi yang membantu
memenuhi kebutuhan akan mencintai dan di cintai.
6. Pengukuran tingkat depresi
Geriatric Depression Scale di tulis oleh Yesvage et al pada tahun
1983. Geriatric Depression Scale (GDS) dirancang untuk lansia, untuk
menilai gejala depresi dan termasuk berbagai pertanyaan tentang
suasana hati . GDS cepat dan handal dan menghindari kelebihan
pertanyaan dari gejala fisik(Cress,2007). GDS adalah instrument yang
telah digunakan secara luas pada klinik dan penelitian sejak
34
kemunculanya pertama kali lebih dari 20 tahun lalu. GDS adalah skala
depresi primer pertama yang telah digunakan sebagai instrument
skreening yang didesain secara spesifik untuk populasi geriatrik.GDS
menjadi terkemuka pada literatur gerontological. Itu telah
direkomendasikan sebagai standar pengukuran depresi pada lansia
untuk memfasilitasi perbandingan penelitian dan pada pendidikan.
GDS terdiri dari 30 item skala penilaian yang dirancang untuk
memperbaiki beberapa masalah yang diklaim dalam skrining untuk
depresi lansia(Davis,2008). Jawaban pada instrument ini dinyatakan
dalam ya/tidak dengan score Ya=1 dan tidak-0. Skor dalam kisaran 0-
9 dianggap normal, 10-19 menunjukan depresi ringan, dan 20-30
sedang sampai berat (Lam et al,2005).
C. Religiusitas
1. Pengertian religiusitas
Menurut Hardjana (2009) , religiusitas berasal dari kata latin
“religiosos” yang merupakan kata sifat dari kata benda”religio”. Kata
religio mempunyai 3 unsur yaitu: pertama, unsur memilih kembali ke
sesuatu yang sebetulnya sudah ada, tapi dengan berjalannya waktu
menjadi terlupakan. Kedua, unsur mengikat diri kembali pada sesuatu
yang dapat dipercaya dan diandalkan, yang sebelumnya sudah ada tapi
telah putus atau tidak di sadari. Ketiga, ketika sudah memilih kembali
mengikat diri, manusia secara terus menurus berpaling pada sesuatu itu.
35
2. Dimensi religiusitas
Keberagamaan atau religiusitas diwujudkan dalam berbagai sisi
kehidupan manusia. Aktivitas beragama bukan hanya terjadi ketika
seseorang melakukan perilaku ritual (beribadah), tapi juga ketika
melakukan aktivitas lain yang didorong oleh kekuatan supranatural.
Bukan hanya yang berkaitan dengan aktivitas yang tampak dan dapat
dilihat mata, tapi juga aktivitas yang tak tampak dan terjadi dalam hati
seseorang. Karena itu, keberagamaan seseorang akan meliputi
berbagai macam sisi atau dimensi. Dengan demikian, agama adalah
sebuah sistem berdimensi banyak. Agama dalam pengertian Glock &
Stark (1966), adalah sistem simbol, sistem keyakinan, sistem nilai,
dan sistem perilaku yang terlembagakan, yang semuanya itu berpusat
pada persoalan-persoalan yang dihayati sebagai yang paling maknawi
(ultimate meaning)
Menurut Glock & Stark dalam Ancok (2004) , ada lima macam
dimensi keberagamaan yaitu:
a. Pertama,dimensi keyakinan.
Dimensi ini berisi pengharapan-pengharapan di mana orang
religius berpegang teguh pandangan teologis tertentu dan mengakui
kebenaran doktrin-doktrin tersebut. Setiap agama mempertahankan
seperangkat kepercayaan di mana para penganut diharapkan akan taat.
Walaupun demikian, isi dan ruang lingkup itu bervariasi tidak hanya
36
di antara agama-agama, tetapi seringkali juga di antara tradisi-tradisi
dalam agama yang sama.
b. Dimensi praktik agama.
Dimensi ini mencakup perilaku pemujaan , ketaatan, dan hal-hal
yang dilakukakan orang untuk menunjukan komitmen terhadap agama
yang dianut.
c. dimensi pengalaman.
Dimensi ini berisikan dan memperhatikan fakta bahwa semua
agama mengandung pengharapan-pengharapan tertentu, meski tidak
tepat jika dikatakan bahwa seseorang yang beragama dengan baik
pada suatu waktu akan mencapai pengetahuan subjektif dan langsung
mengenai kenyataan terakhir (kenyataan terakhir bahwa ia akan
mencapai suatu kontak dengan kekuatan supranatural). Seperti yang
telah kita kemukan, dimensi ini berkaitan dengan pengalaman
keagamaan, perasaan-perasaan, persepsi-persepsi dan sensasi-sensasi
yang dialami seseorang atau didefinisikan oleh suatu kelompok
keagamaan( atau masyarakat) yang melihat komunikasi, walaupun
kecil, dalam suatu esensi ketuhanan, yaitu dengan Tuhan, kenyataan
terakhir, dengan otoritas transdental.
d. Dimensi pengetahuan agama.
Dimensi ini mengacu kepada harapan bahwa orang-orang yang
beragama paling tidak memiliki sejumlah minimal pengetahuan
mengenai dasar-dasar, keyakinan, ritus-ritus, kitab suci dan tradisi-
37
tradisi. Walaupun demikian, keyakinan tidak perlu tidak perlu diikuti
oleh syarat pengetahuan, juga semua pengetahuan agama tidak selalu
bersandar pada keyakinan. Lebih jauh, seseorang dapat berkeyakinan
bahwa kuat tanpa benar-benar memahami agamanya, atau
kepercayaan bisa kuat atas dasar pengetahuan yang amat sedikit.
e. Dimensi pengalaman atau konsekuensi.
Dimensi ini mengacu pada identifikasi akibat-akibat
keyakinan keagamaan, pratik, pengalaman, dan pengetahuan
seseorang dari hari ke hari. Istilah kerja dalam pengertian teologis
digunakan disini. Walaupun agama banyak menggariskan
bagaimana pemeluknya seharusnya berpikir dan bertindak dalam
kehidupan sehari-hari, tidak sepenuhnya jelas sebatas mana
konsekuensi-konsekuensi agama merupakan bagian dari komitmen
keagamaan atau semata-mata berasal dari agama.
3. Perspektif Islam tentang Religiusitas
Untuk memahami Islam dan umat islam , konsep yang tepat
adalah konsep yang mampu memahami adanya beragam dimensi dalam
Islam. Menurut Djamaludin Ancok (2004) rumusan Glock & Stark yang
membagi keberagamaan menjadi lima dimensi dalam tingkat tertentu
mempunyai kesesuaian dalam Islam.
Walaupun tak sepenuhnya sama, dimensi keyakinan dapat
disejajarkan dengan akidah, dimensi praktik agama disejajarkan dengan
syariah dan dimensi pengalaman disejajarkan dengan akhlak.
38
Dimensi keyakinan atau akidah islam menunjukan seberapa
tingkat keyakinan muslim terhadap kebenaran ajaran-ajaran agamanya,
terutama terhadap ajaran-ajaran yang bersifat fundamental dan dogmatik.
Di dalam keberislaman, isa dimensi keimanan menyangkut keyakinan
tentang Allah, para malaikat, Nabi/Rasul, kitab-kitab Allah, surga dan
neraka , serta qadha dan qadar.
Dimensi peribadatan (atau praktek agama) atau syariah
menunjukan pada seberapa tingkat kepatuhan muslim dalam
mengerjakan kegiatan-kegiatan ritual sebagaimana disuruh dan
dianjurkan oleh agamanya. Dalam keberislaman, dimensi peribadatan
menyangkut pelaksanaan shalat,puasa, zakat ,haji, membaca Al-quran,
doa, zikir,ibadah kurban, iktikaf di masjid di bulan puasa, dan
sebagainya.
Dimensi pengalaman atau akhlak menunjuk pada seberapa
tingkatan muslim berperilaku dimotivasi oleh ajaran-ajaran agamanya,
yaitu bagaimana individu berelasi dengan dunianya, terutama dengan
manusia lain. Dalam keberislaman, dimensi ini meliputi perilaku suka
menolong, bekerjasama, berderma, menyejahterakan orang lain,
menegakkan keadilan dan kebenaran, berlaku jujur , memaafkan,
menjaga lingkungan hidup, menjaga amanat, tidak mencuri dan
mematuhi norma-norma islam dalam perilaku.
39
4. Konsep-konsep dari dimensi-dimensi religiusitas
a. Konsep Aqidah
Kata ‘aqidah diambil dari al-‘aqdu, yaitu ar-rabth (ikatan), al-
ibraam (pengesahan), al-ihkaam (penguatan), at-tawatsuq (menjadi
kokoh, kuat), asy-syaddu biquwwah (Pengikatan dengan kuat), at-
tamaasuk (berpegangan/komitmen pada sesuatu), al- muraashshah
(pengokohan) dan al-itsbaat (penetapan). ‘Aqidah artinya ketetapan
yang tidak ada keraguan pada orang yang mengambilan keputusan.
Sedangkan pengertian ‘aqidah dalam agama maksudnya berkaitan
dengan keyakinan, bukan perbuatan, seperti ‘aqidah dengan adanya
Allah dan diutusnya para Rasul. Jadi kesimpulannya, apa yang telah
menjadi ketetapan hati seseorang secara pasti adalah ‘aqidah; baik itu
benar ataupun salah (Al-Atsari,2006).
Pengertian ‘aqidah secara terminologi yaitu, perkara wajib
dibenarkan oleh hati dan jiwa menjadi tentram karenya sehingga
menjadi suatu keyakinan yang teguh dan kokoh, yang tidak tercampuri
oleh keraguan dan kebimbangan. Dengan kata lain, keimanan yang
pasti tidak terkandung suatu keraguan apa pun pada orang yang
meyakininya. Selain itu, harus sesuai dengan kenyataannya; yang
tidak menerima keraguan atau pra-sangka. Jika hal tersebut tidak
sampai pada tingkat keyakinan yang kokoh, maka tidak dinamakan
‘aqidah. Dinamakan ‘aqidah, karena orang itu mengikat hatinya di
atas hal tersebut(Al-atsari,2006).
40
b. Konsep Ihsan
Makna kata ihsan yaitu kebaikan. Begitu banyak ayat Alquran
yang berbicara tentang ihsan. Sebagaimana didefinisikan oleh Nabi
SAW., ihsan adalah beribadah dengan penuh kerendahan dan
kehadiran hati (khudu dan khusyuk), seolah-olah kita melihat allah
dan sadar bahwa Dia melihat (Kabbani,2007).
Ihsan adalah ajaran tentang penghayatan yang pekat akan
hadirnya Tuhan dalam hidup, melalui penghayatan diri sebagai sedang
menghadapi dan berada di depan hadirat-Nya ketika beribadah. Ihsan
adalah pendidikan atau latihan untuk mencapai makfirat dalam arti
sesungguhnya. Sehingga ihsan adalah puncak tertingga keagamaan
manusia. Ihsan adalah manusia yang sudah selalu berada dalam
perbuatan kebajikan, dan tidak mudah untuk berbelok kembali dari
jalan lurus tersebut (Sholikhin,2010).
c. Konsep Ilmu
Islam sangat memperhatikan, menghormati, dan menjunjung tinggi
martabat ilmu dan orang yang memiliki ilmu, sebagaimana firman
Allah SWT:
“....niscaya Allah akan meninggikan derajat orang-orang yang
beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat..” (Al Mujaadilah: 11)
41
Berdasarkan ayat itu dapat dikemukan bahwa dalam ajaran islam
pengertian ilmu bukan hanya didasarkan pada jumlah ilmu yang
dipelajarinya. Tetapi ilmu yang benar adalah ilmu yang dapat
dirasakan manfaatnya oleh manusia pada umumnya, sebagaimana
halnya ilmu menyempurnakan hikmah bagi pemiliknya hingga
menjadi suatu sikap dan sifat yang menyatu dalam dirinya juga
perilakunya tanpa ada paksaan. Di samping itu, ilmu dapat menjadi
cahaya yang menerangi jalan dalam mencapai petunjuk dan kebaikan.
d. Konsep Ibadah
Ibadah berasal dari kata al-ibadah yang secara bahasa berarti
pengabdian, penyembahan, ketaatan, menghina/merendahkan diri, dan
doa adalah perbuatan yang dilakukan sebagai usaha menghubungkan
dan mendekatkan diri kepada Allah SWT sebagai Tuhan yang
disembah. Ulama fikih mendefinisikan ibadah sebagai ketaatan yang
disertai dengan ketundukan dan kerendahan diri kepada Allah SWT.
Redaksi lain menyebutkan bahwa ibadah adala semua yang dilakukan
atau disembahkan untuk mencapai keridhaan Allah SWT dan
mengharap imbalan pahala-Nya di akhirat kelak (Surur,2009).
d. Konsep Akhlak
Secara etimologis akhlak berarti “perbuatan” dan ada sangkut
pautnya dengan kata khalik “pencipta”, dan Makhluk yang diciptakan.
Pada garis besarnya akhlak Islam mencakup beberapa hal( Al-
atsari,2006):
42
1. Akhlak manusia terhadap khalik.
2. Akhlak manusia terhadap makhluk.
3. Makhluk bukan manusia, flora, fauna, dan lain-lain.
4. Makhluk manusia
Kata “akhlak” menunjukan sejumlah sifat tabiat fitri (asli) pada
manusia dan sejumlah sifat yang diusahakan hingga seolah-olah fitrah
akhlak ini memiliki dua bentuk, pertama bersifat batiniyah(kejiwaan),
dan yang kedua bersifat zahiriyah yang terwujud dalam perilaku.
Inilah pengertian akhlak secara garis besar sebagaimana tersebut
dalam beberapa kamus. Jadi akhlak ialah sejumlah mabda’ (prinsip)
dan nilai yang mengatur perilaku seorang muslim, yang dibatasi oleh
wahyu untuk mengatur kehidupan manusia dan menetapkan pedoman
baginya demil merealisasikan tujuan keberadaannya di muka bumi,
yaitu beribadah kepada Allah SWT, untuk meraih kebahagian di dunia
dan akhirat (Mahmud,1996).
5. Fungsi religiusitas
Fungsi religiusitas menurut Jalaaludin, 2004 dalam Widiana, 2013 adalah:
a. Berfungsi sebagai edukatif
Dalam agama terdapat ajaran-ajaran agama yang harus dipatuhi
oleh penganutnya. Ajaran tersebut mengandung unsur suruhan dan
larangan mempunyai latarbelakang mengarahkan bimbingan agar
43
pribadi penganutnya menjadi baik dan terbiasa dengan baik
menurut ajaran agama masing-masing.
b. Berfungsi sebagai penyelamat
Agama mengajarkan kepada manusia untuk menyembah Tuhan.
Hal tersebut dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk sesuai ajaran
agama masing. Dan Tuhan memberikan keselamatan baik di dunia
maupun diakhirat.
c. Berfungsi sebagai pendamaian
Melalui agama seseorang yang bersalah atau berdosa dapat
mencapai kedamaian bathin melalui tuntunan agama. Rasa berdosa
dan bersalah akan segera hilang ketika kita menebusnya dengan
cara bertobat.
d. Berfungsi sebagai sosial kontrol
Para penganut agama sesuai dengan ajaran agama yang dipeluknya
terikat batin kepada tuntunan ajaran tersebut, baik secara pribadi
maupun secara kelompok. Ajaran agama oleh penganutnya
dianggap sebagai norma, sehingga agama dapat berfungsi sebagai
pengawas sosial secara individu maupun kelompok.
e. Fungsi sebagai pemupuk rasa solidaritas
Para penganut agama yang sama secara psikologis akan merasa
memiliki kesamaan dalam satu kesatuan, yaitu iman dan
kepercayaan. Rasa ini akan membina rasa solidaritas dalam
kelompok.
44
f. Fungsi transformatif
Ajaran agama dapat mengubah kepribadian seseorang menjadi
kehidupan baru sesuai ajaran agama yang dianut. Kehidupan baru
yang diterima berdasarkan agama yang dipeluk kadang mampu
mengubah kesetiaanya kepada adat atau norma kehidupan yang
dianut nya sebelum itu.
g. Fungsi Kreatif
Ajaran agama mendorong dan mengajak para penganutnya untuk
bekerja produktif bukan saja untuk kepentingan diri sendiri, tetapi
juga untuk kepentingan orang lain. Penganutan agama bukan saja
disuruh bekarja secara rutin dalam pola hidup yang sama, akan
tetapi juga dituntut untuk melakukan inovasi dan penemuan baru.
h. Fungsi sublimatif
Ajaran agama mengkuduskan segala usaha manusia, bukan saja
yang bersifat agama ukhrawi melainkan juga yang bersifat
duniawi. Segala usaha manusia selama tidak bertentangan dengan
norma-norma agama bila tidak dilakukan atas niat yang tulus,
karena dan untuk Allah merupakan ibadah.
6. Faktor yang mempengaruhi religiusitas
Menurut Thouless (1992) dalam Widiana, (2013) faktor-faktor
yang mempengaruhi sikap keagamaan adalah:
a. Pengaruh pendidikan atau pengajaran dan berbagai tekanan
sosial(faktor sosial) ini mencakup semua pengaruh sosial dalam
45
perkembangan sikap keagamaan itu, termasuk pendidikan dari
orang tua, tradisi-tradisi sosial, tekanan-tekanan lingkungan sosial
untuk menyesuaikan diri dengan berbagai pendapat dan sikap yang
disepakati oleh lingkungan.
b. Berbagai pengalaman yang dialami oleh seseorang dalam
membentuk sikap keagamaan terutama pengalaman-pengalaman
seperti: keindahan, keselarasan dan kebaikan di dunia lain (faktor
alamiah) seperti menjalin hubungan baik pada sesama dengan
saling tolong menolong, adanya konflik moral seperti mendapatkan
tekanan-tekanan dari lingkungan dan pengalaman emosional
keagamaan (faktor efektif) seperti perasaan mendapat peringatan
atau pertolongan dari Tuhan.
c. Faktor-faktor yang seluruhnya atau sebagian timbul dari
kebutuhan-kebutuhan yangtidak terpenuhi terutama kebutuhan
terhadap keagamaan, cinta kasih, harga diri dan ancaman kematian.
d. Berbagai proses pemikiran verbal atau proses intelektual dimana
faktor ini juga dapat mempengaruhi religiusitas individu. Manusia
adalah makhluk yang dapat berfikir, sehinga manusia akan
memikirkan tentang keyakinan –keyakinan dan agama yang
dianutnya.
46
D. Kerangka Teori
Bagan 2.1 Kerangka Teori
Lansia
Perubahan Fisik
(Stanley &Gauntlett,2008)
Perubahan Psikologis
(Hibbert,2009)
Depresi
Tingkat depresi
Normal
Ringan
Sedang
(Geriatric DepressionScale,1983)
Faktor yang pencetus depresipada lansia
-perkembanganpsikososial(Teori erickson)
-berbagai stresor-stresor
-kehilangan objek ,harga diri(teori psikoanalisa)
-teori kognitif
-ketidakberdayaan akibat stimuliyang tidak menyenangkan
-penyakit-penyakit fisik
(buckwalter,1990 dalam Stanley& Gauntlett,2008)
Dampak Depresi
Bunuh diri
Penurunan fungsi keseharianyang dapt mempercepatkematian
Peningkatan penggunaanpelayan kesehatan
Blazer,1982
Penanganan depresi
Mengembalikan minat, melakukanaktivitas-aktivitas ( termasukkeagamaan), menjalin hubungansosial,modalitas kelompok, terapiobat
(Stanley&Gauntlett,2007)
Religiusitas
1.Dimensi ideologi (aqidah)
2.Dimensi eksperiental(Ihsan)
3.Dimensi intelektual (Ilmu)
4.Dimensi ritual (ibadah)
5.Dimensi konsekuensial(amal dan akhlak)
(Glock & Stark ,1966)
PerubahanPsikososiologis
(Stanley &Gauntlett,2008)
47
BAB III
KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DAN DEFINISI OPERASIONAL
A. Kerangka konsep
Kerangka konsep merupakan justifikasi ilmiah terhadap penelitian yang
dilakukan dan memberikan landasan kuat terhadap topik yang dipilih sesuai
dengan identifikasi masalahnya (Hidayat,2008). Berdasarkan kerangka teori
yang dibuat diatas, maka peneliti akan meneliti hubungan religiusitas dengan
tingkat depresi, dimana variabel independennya adalah religiusitas dan variabel
dependen adalah tingkat depresi dan diperoleh kerangka konsep seperti dibawah
ini:
variabel Independen variabel Dependen
Religiusitas
1. Dimensi ideologi(aqidah)
2. Dimensi eksperiental(Ihsan)
3. Dimensi intelektual(Ilmu)
4. Dimensi ritual (ibadah)5. Dimensi konsekuensial
(amal dan akhlak)
Tingkat depresi
Normal Ringan berat
48
B. Hipotesis
Ho ( Hipotesis nol) diartikan sebagai tidak adanya hubungan atau perbedaan
antara dua fenomena yang diteliti ( Setiadi,2007).
Ho: Tidak ada hubungan antara tingkat religiusitas dengan tingkat depresi
Ha ( Hipotesis alternatif) menyatakan adanya hubungan antara dua variabel atau
lebih, bisa juga menyatakan adanya perbedaan dalam hal tertentu pada
kelompok berbeda (Setiadi,2007).
Ha: Ada hubungan antara tingkat religiusitas dengan tingkat depresi
47
C. Definisi Operasional
Tabel 3.1Definsi Operasional
No Variabel Definsi operasional Cara ukur Alat ukur Hasil ukur skala1 Religiusitas Keadaan yang dialami
individu meyakiniajaran-ajaranTuhannya,merasakankehadiran tuhan dalamhidupnya, dan mampumengaplikasikannyadalam kegiatan sehari-hari dalam hidupnya.
Wawancara Kuesioner Baik = X> mean + standar deviasi(SD)Sedang= mean-SD≤X≤mean + SDBuruk= X<mean – SD(Riwidikdo,2009)
ordinal
Dimensiaqidah
Menjelaskan sejauhmana hubunganmanusia dengankeyakinannya terhadaprukun iman
Wawancara Kuesioner Baik = X> mean + standar deviasi(SD)Sedang= mean-SD≤X≤mean + SDBuruk= X<mean – SD(Riwidikdo,2009)
ordinal
DimensiEksperiental(Ihsan)
Ihsan atau penghayatanmerupakan dimensiyang menjelaskansejauh mana seseorangmerasa dekat dan lihitoleh Allah dalammelakukan kegiatan
Wawancara Kuesioner Baik = X> mean + standar deviasi(SD)Sedang= mean-SD≤X≤mean + SDBuruk= X<mean – SD(Riwidikdo,2009)
ordinal
50
sehari-hariDimensiritual(ibadah)
Menjelaskan sejauhmana tingkat kepatuhanseseorang dalammenjalankan kegiatanritual-ritual sesuaisengan agama islam
Wawancara Kuesioner Baik = X> mean + standar deviasi(SD)Sedang= mean-SD≤X≤mean + SDBuruk= X<mean – SD(Riwidikdo,2009)
ordinal
Dimensikonsekuensi(amal danakhlak)
Menjelaskan seseorangyang beragama harusmerealisasikan ajaran-ajaran agama yang telahdipelajarainya dalamkehidupan sehari-hari
Wawancara Kuesioner Baik = X> mean + standar deviasi(SD)Sedang= mean-SD≤X≤mean + SDBuruk= X<mean – SD(Riwidikdo,2009)
ordinal
Dimensiintelektual(ilmu)
Sejauh mana seseorangmengetahui danmemahami ajaranagamanya terutamayang terdapat dalamkitab suci
Wawancara Kuesioner Baik = X> mean + standar deviasi(SD)Sedang= mean-SD≤X≤mean + SDBuruk= X<mean – SD(Riwidikdo,2009)
Ordinal
51
2 Tingkatdepresi
Gangguan Wawancara Lembarquisioner
0-9 = normal10-19=depresi ringan20-30=depresi berat
ordinal
52
52
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif,
karena data yang diperoleh merupakan data langsung yang dapat dihitung atau
dikelola dengan data statistik. Dengan desain penelitian crossectional
pengambilan data terhadap beberapa variabel penelitian dilakukan pada satu
waktu. Hal ini bertujuan untuk melihat hubungan variabel (Dharma,2011). Pada
penelitian peneliti melihat hubungan antara tingkat religiusitas dengan tingkat
depresi pada lansia beragama islam.
B. Waktu dan Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian berada di Panti Werdha Budi Mulia 4 Margaguna
Jakarta Selatan. Alasan peneliti melakukan penelitian di panti werdha karena
tingkat depresi pada lansia di panti cukup tinggi dibandingkan lansia di
komunitas (Tamher & Noorkasiani,2009). Waktu penelitian efektif dilakukan
selama 1 minggu, mulai tanggal 07 - 14 Mei 2015.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti
tersebut (Notoadmojo,2010). Populasi dalam penelitian ini adalah lansia
yang berusia 60 tahun keatas beragama Islam, mandiri, tidak ada gangguan
psikotik yang berada di panti werdha Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta.
Jumlahnya yang ada adalah 72 orang.
53
2. Sampel
Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh
populasi (Notoatmojdo,2010). Sampel pada penelitian ini adalah lansia yang
berumur 60 tahun keatas, beragama islam, dan tidak mengalami gangguan
psikotik. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah teknik
purposive sampling.
Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh
setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel
(Notoatmodjo,2010). Kriteria inklusi dari sampel:
1) Lansia berusia >60 tahun
2) Lansia yang bertempat tinggal di Panti werdha Budi Mulia 4
Margaguna
3) Lansia yang berada di ruang mandiri
4) Lansia beragama islam
5) Sehat jasmani dan rohani
6) Memahami bahasa Indonesia
7) Mau diwawancara
Kriteria eksklusi adalah kriteria yang tidak boleh ada atau kriteria
yang tidak boleh dimiliki sampel yang akan digunakan untuk penelitian .
Kriteria eksklusi dari sampel:
1) Beragama non islam
2) Mengalami gangguan psikotik
54
3. Besar Sampel
Penghitungan jumlah sampel menggunakan rumus Slovin(Siregar,2013)
n = N
1+Nα2
Keterangan
n= jumlah sampel yang dibutuhkan
N= jumlah populasi
Nα2=taraf signifikan
Jadi
n= 72
1+72.0,0025
=61,01
D. Pengumpulan data
1. Metode Pengambilan Data
Sebelum melakukan pengambilan data, penelitian mengajukan izin terlebih
dahalu ke ketua Panti Trisna Werdha Budi Mulia 4 Margaguna untuk
melakukan survei jumlah lansia yang ada dipanti, lalu menyeleksi calon
responden sesuai yang telah dibuat penelitian. Setelah mendapatkan responden
sesuai dengan kriteria yang telah di tentuakan, peneliti melakukan pendekatan
dengan mendatangi calon responden dan memilih responden sesuai kriteria
inklusi.
Peneliti menggunakan kuesioner sebagai instrumen penelitian untuk
mendapatkan data dari responden. Kuesioner ini telah di susun secara
55
struktural yang berisi pernyataan-pernyataan yang harus di jawab oleh
responden.
2. Instrumen Penelitian
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner. Kuesioner
dapat diisi langsung oleh responden atau tanyakan secara lisan kepada
responden melalui wawancara dan yang mengisi kuesioner itu adalah
interviewer berdasarkan jawaban lisan dari responden (Notoatmodjo,2010).
Instrument yang digunakan pengumpulan data adalah :
1. Mengukur tingkat depresi pada lansia menggunakan Geriatric Depression
Scale oleh Yesvage et al pada tahun 1983 yang terdiri dari 30 item skala
penilaian. Jawaban pada instrument ini dinyatakan dalam ya/tidak dengan
nilai skor jika jawaban responden tidak sesuai dengan jawaban maka skor
1 dan jika jawaban responden sesuai dengan jawaban maka skor 0. Skor
dalam kisaran 0-9 dianggap normal, 10-19 menunjukan depresi ringan, dan
20-30 sedang sampai berat (Lam et al,2005).
2. Instrument penelitian yang digunakan untuk mengukur tingkat religiusitas
menggunakan kuesioner yang pembuatannya dibantu oleh Prof.DR H.M
Ridwan Lubis, M.A, Prof. Dr. Hamdani Anwar dan DR.H.Ahmad Tholabi
Kharlie, yang berisi 22 item pernyataan positif yang terdiri dari 6
pernyataan dimensi aqidah (pernyataan no 1-6), 4 pernyataan dimensi
ihsan, amal, dan akhlak (pernyataan no 7-10), 5 pernyataan dimensi ilmu(
pernyataan no 11-15) dan 7 pernyataan dimensi ibadah (pernyataan no 16-
56
22). Penilaian kuesioner tingkat religiusitas ini menggunakan skala likert
yaitu: Selalu: 4, Sering: 3, Jarang: 2, Tidak Pernah: 1
3. Uji Instrumen
a. Uji Validitas
Uji instrument dilakukan untuk apakah instrumen yang digunakan oleh
peneliti sesuai digunakan untuk untuk responden.. Uji instrument penelitian
yang dilakukan peneliti adalah uji face validity. Face validity adalah validitas
yang menunjukan apakah instumen penelitian dari segi rupanya nampak
mengukur apa yang ingin diukur. Instrumen ini umumnya ditentukan
berdasarkan pendapat responden tentang item pertanyaan apakah sudah
mengukur apa yang seharusnya diukur (Dharma,2011).
Uji validitas instrumen ini dilakukan dengan meminta pendapat kepada
tiga ahli dibidangnya yaitu Prof.DR H.M Ridwan Lubis, M.A, Prof. Dr.
Hamdani Anwar dan DR.H.Ahmad Tholabi Kharlie. Prof.DR.HM Ridwan
Lubis, M.A beliau adalah salah satu Professor dan Guru Besar di Fakultas
Ushuluddin UIN Jakarta dengan latar belakang pendidikan Pemikiran Islam.
Prof. Dr. Hamdani Anwar beliau adalah Professor dan Guru Besar di pasca
sarjana Fakultas Ushuluddin UIN Jakarta dengan latar belakang pendidikan
mengambil gelar Sarjana Strata 1 (S1) sampai Sarjana Strata 3 (S3) di IAIN
Jakarta( UIN Jakarta dan keahlian di bidang tafsir. DR.H.Ahmad Tholabi
Kharlie beliau adalah dosen di Fakultas Syariah dan Hukum UIN Jakarta
dengan latar belakang pendidikan mengambil gelar S1 sampai S3 di IAIN
Jakarta (UIN Jakarta).
57
Uji validitas dilakukan dengan cara, pertama peneliti menemui Prof.DR
H.M Ridwan Lubis untuk meminta pendapat beliau tentang ciri-ciri dari
religiusitas, hasil wawancara dari Prof Ridwan peneliti mendapatkan
indikator-indikator dari religiusitas. Indikator-indikator tersebut di
klarifikasikan kepada Prof.Dr.Hamdani Anwar. Beliau berpendapat ada
sedikit tambahan dari indikator tersebut. Terakhir peneliti melakukan
klarifikasi kepada DR.H.Ahmad Tholabi Kharlie, dan beliau memberikan
sedikit pendapat dari indikator-indikator tersebut. Hasil wawancara dengan
ketiga narasumber terlampir dalam bentuk transkip percakapan.
b. Uji Reabilitas
Reabilitas adalah tingkat konsistensi dari suatu pengukuran. Reabilitas
menunjukan apakah pengukuran menghasilkan data yang konsisten jika
instrumen digunakan kembali secara berulang (Dharma,2011). Jenis
pengujian reabilitas isntrumen yang digunakan yaitu dengan Alpha
Cronbach dimana menganalisi reabilitas alat ukur dari satu kali pengukuran.
Hasil uji reabilitas dikatakan reliable jika nilai Alpha Cronbach > 0,6
(Siregar,2013).
Pada penelitian ini, didapatkan hasil uji reabilitas kuesioner tingkat
religiusitas dengan nilai a=0,830 jadi intrumen ini reliabel.
E. Pengolahan Data
Penelitian ini menggunakan media elektronik komputer dalam proses
pengolahan datanya. Adapun langkah-langkah dalam pengolahan data dengan
komputer dalam Notoatmodjo (2010) adalah sebagai berikut:
58
1. Editing (penyunting Data)
Hasil wawancara, angket, atau pengamatan dari lapangan harus
dilakukan penyunting (editing) terlebih dahulu. Secara umum editing
merupakan kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian atau kuesioner
tersebut:
1) Apakah lengkap, dalam artian semua pertanyaan sudah terisi.
2) Apakah jawaban atau tulisan masing-masing pertanyaan cukup jelas
atau terbaca.
3) Apakah jawabannya relevan dengan pertanyaannya.
4) Apakah jawaban-jawaban pertanyaan konsiste dengan jawaban
pertanyaan.
Apabila ada jawaban yang belum lengkap, kalau memungkinkan perlu
dilakukan pengambilan data ulang untuk melengkapi jawaban tersebut.
Tetapi apabila tidak memungkinkan, maka pertanyaan yang jawabnya tidak
lengkap tidak diolah atau dimasukan dalam pengolahan “data missing”
2. Coding
Setelah semua kuesioner di edit atau disunting, selanjutnya dilakukan
peng”kodean” atau “coding”, yakni mengubah data berbentuk kalimat atau
huruf menjadi data angka atau bilangan. Koding atau pemberian kode ini
sangat berguna dalam memasukkan data (data entry.
3. Memasukan data (data Entry) atau Processing
59
Data, yakni jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang
dalam bentuk “kode” (angka atau huruf) dimasukan ke dalam program atau
“software” komputer. Software yang digunakan dalam entri data adalah
paket program SPSS for Window. Dalam proses ini juga dituntut ketelitian
dari orang yang melakukan”data entry” ini. Apabila tidak maka akan terjadi
bias, meskipun hanya memasukan data saja.
4. Pembersihan data (Cleaning)
Apabila semua data dari setisp sumber data atau responden selesai
dimasukkan, perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan-kemungkinan
adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan, dan sebagainya,
kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi. Proses ini disebut
pembersihan data (data cleaning). Cara yang dilakukan dalam proses ini
adalah membuat distribusi frekuensi masing-masing variabel untuk
mengetahui adanya data yang hilang (missing) dan mendeteksi apakah data
yang dimasukin benar atau salah.
F. Analisis Data
Analisis data suatu penelitian, biasanya melalui prosedur bertahap antara
lain:
1. Analisis Univariate ( Analisis Deskriptif )
Analisis Univariate adalah suatu prosedur pengolahan data dengan
menggambarkan dan meringkas data dengan cara ilmiah dalam bentuk tabel
atau grafik (Setiadi,2007). Analisis univariat pada penelitian menghasilkan
60
distribusi frekuensi dan persentase data demografi, tingkat religiusitas dan
tingkat depresi.
2. Analisis Bivariat
Apabila telah dilakukan analisis univariate tersebut diatas, hasilnya
akan diketahui karakteristik atau distribusi setiap variabel, dan dapat
dilanjutkan analisis bevariate (Notoatmodjo,2010). Analisis ini diperlukan
untuk menjelaskan hubungan dua variabel yaitu antara variabel bebas
dengan variabel terikat (Budiharto,2008). Analisis bivariat pada penelitian
ini untuk mengetahui hubungan antara tingkat religiusitas dengan tingkat
depresi pada lansia. Pada penelitian ini , peneliti sudah melakukan uji
normalitas dan didapatkan hasil untuk untuk tingkat religiuisitas data yang
didapat berdistribusi normal sedangkan tingkat depresi didapat data
berdistribusi tidak normal. Pada penelitian ini uji yang digunakan adalah uji
non parametrik dimana uji non parametrik digunakan untuk menganalisis
data berskala nominal atau ordinal (Dharma,2011).Teknik yang digunakan
untuk analisis bivariat ini adalah uji Spearman Rank. Uji Sperman Rank
digunakan untuk menguji hubungan antara variabel independen dan
dependen berskala ordinal untuk data non parametrik (Dharma,2011).
G. Etika Penelitian
Etika penelitian merupakan hal yang sangat penting dalam pelaksanaan
sebuah penelitian mengingat penelitian keperawatan akan berhubungan langsung
dengan manusia, maka segi etika penulisan harus diperhatikan karena manusia
mempunyai hak asasi dalam penelitian (hidayat,2003).
61
Masalah dalam etika keperawatan:
1. Lembar Persetujuan (informed consent)
Merupakan cara persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian
dengan memberikan lembar persetujuan. Informed consent tersebut
diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar
persetujuan untuk menjadi responden. Pemberian lembar ini agar subjek
bersedia, mereka harus menandatangani lembar persetujuan dan jika
responden tidak bersedia maka peneliti harus menghormati hak mereka.
2. Tanpa nama ( Anonimity )
Merupakan masalah etika dalam penelitian keperawatan dengan cara
tidak memberikan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya
menuliskan kode pada lembar pengumpulan data.
3. Kerahasian ( Confidentially )
Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan
kerahasian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua
informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiannya oleh peneliti,
hanya kelompok data tertentu yang dihasilkan pada kelompok riset.
62
BAB V
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Lokasi Penelitian
1. Sejarah Panti Werdha
Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4 merupakan unit pelaksana teknis
bidang kesejahteraan sosial lanjut usia Dinas Bintal Dan Kesos Provinsi DKI
Jakarta. Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 4 beralamat di jalan
Margaguna 1 No.1 Jakarta Selatan. PSTW Budi Mulia 4 berdiri pada tanggal
12 Juli 2002 dengan luas tanah 17952 M2, luas bangunan 1320 M2. PSTW
Budi Mulia 4 berkapasitas 200 orang. PSTW Budi Mulia 4 berlandasan hukum
Undang-undang No. 1 Thaun 1998 Tentang Lanjut Usia. Keputusan Gubenur
Provinsi DKI Jakarta No.41 tahun 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Dinas Bina Mental Spiritual dan Kesejakteraan Sosial Provinsi DKI Jakarta.
Keputusan Gubenur Provinsi DKI Jakrta No.163 tahun 2002 tentang
Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksanaan Teknis di
Lingkungan Bina Mental Spiritual dan Kesejahteraan Sosial Provinsi DKI
Jakarta.
PSTW Budi Mulia 4 Margaguna berpenghuni sebanyak 230 lansia yang
sebenarnya kapasitas hanya 200 lansia. para lansia kebanyakan masuk karena
terkena razia. Sebelum di tempatkan di panti, lansia ditampung dulu di Panti
Sosial Bina Insani dan baru dirujuk ke panti-panti. PSTW Budi Mulia 4
Margaguna memiliki beberapa ruangan untuk warga binaan sosial (WBS).
WBS dibagi bagi atas mandiri, setengah renta, dan renta. Ruangan yang
63
digunakan oleh peneliti yaitu ruangan mandiri( Melati, Mawar, Merpati,
Cendrawasih, Tulip, Lily, dan Ruangan Subsidi Silang). Adapun kegiatan-
kegiatan yang dilakukan oleh warga binaan sosial di PSTW Budi Mulia 4
adalah bimbingan rohani, olahraga, senam lansia, bimbingan keterampilan,
pelayanan kesehatan, kesenian, rekreasi dan penyaluran.
B. Hasil Uji Konstruk Validitas Intrument Religiusitas
Tabel 5.1Hasil Uji Konstruk Instrumen
NoItem
Item variabel Komponen AlphaCronbach
1 2 3 4 517. Saya melaksanakan sholat
sunah.781
.772
15. Menurut saya belajarmerupakan bagian dari ajaranagama
.733
11. Saya memiliki rasa ingin tahuterhadap ilmu agama
.683
19. Saya rutin membaca Al-quran .56813. Saya suka mengikuti ceramah
agama atau pengajian.470
20. Selesai sholat sayamelaksanakan dzikir danberdoa
.464
10. Saya rendah hati sehinggamemiliki banyak teman
.748
.749
9. Saya hormat kepadapemimpin panti
.742
6. Saya sabar dalammenghadapi penyakit
.655
4. Saya selalu tenang dalamsholat
.571
7. Saya suka membantu teman .4681. Saya yakin kalau rezeki
diatur oleh Allah.418
16. Saya selalu melaksanakansholat tepat waktu
.820.704
18. Saya suka melaksanakansholat berjemaah
.806
64
22. Saya selalu memperhatikanhal-hal yang membatalkanpuasa
.900
21. Saya selalu mengerjakanpuasa ramadhan
.855
2. Saya memiliki kemauanuntuk bekerja
.791
8. Saya menghargai temannon muslim melaksanakanibadah
.769
Dari hasil diatas pertanyaan no.22,21,2,8 didapatkan hasil uji kontruk
validitas intrument didapat data nya tidak valid karena tidak masuk kedalam
komponen mana pun. Pernyataan tersebut juga tidak valid untuk responden
peneliti karena faktor usia lansia yang tidak bisa melakukan kegiatan diatas. Jadi
ada 14 pertanyaan yang valid.
C. Hasil Uji Normalitas
Sebelum dilakukan analisis univariat dan bivariat, kenormalan data
terlebih dahulu diuji. Uji normalitas ini digunakan untuk melihat apakah data
berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas pada penelitian ini
menggunakan uji Kolmogorov Smirnov karena jumlah sampel besar (>50)
dengan nilai kemaknaan p >0,05. Berikut ini adalah hasil uji normalitas pada
masing-masing variabel penelitian:
Tabel 5.2Tabel Uji Normalitas
Variabel Kolmogorov Smirnov Distribusi Data
Tingkat Religiusitas 0,064 Normal
Tingkat Depresi 0,000 Tidak Normal
65
Dari tabel diatas untuk variabel tingkat religiusitas distribusi data
normal dan untuk variabel tingkat religiusitas distribusi data tidak normal.
D. Hasil Analisis Univariat
Analisis univariat pada penelitian ini dilakukan secara deskriptif, yaitu
menampilkan tabel distribusi frekuensi data tingkat religiusitas dan tingkat
depresi di PSTW Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan.
1. Gambaran Distribusi Frekuensi Demografi Responden
a. Gambaran Distribusi Frekuensi Usia Responden PSTW Budi Mulia
4 Margaguna Jakarta Selatan
Pengkategorian usia responden menurut WHO yaitu klasifikasi lansia
60-74 tahun, lansia tua 75-90 tahun, dan lansia sangat tua diatas 90 tahun.
Tabel 5.3Distribusi Frekuensi Usia Responden PSTW Budi Mulia 4 Margaguna
Jakarta Selatan
Usia Frekuensi Presentase(%)Lansia (60-74 tahun) 44 72,1
Lansia Tua (75-90 tahun) 17 27,9Total 61 100
Dari tabel diatas menunjukan hasil responden kategori lansia (60-74)
paling banyak yaitu sebesar 44 responden.
66
b. Gambaran Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden PSTW
Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan
Tabel 5.4Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden PSTW Budi Mulia 4
Marguna Jakarta Selatan
Jenis Kelamin Frekuensi Presentase (%)Pria 19 31,1
Wanita 42 68,9Total 61 100
Dilihat dari tabel 5.3 diatas sebagian besar responden penelitian
berjenis kelamin wanita sebanyak 42 reponden atau 68,9%.
c. Gambaran Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Responden
PSTW Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan
Tabel 5.5Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Responden PSTW Budi Mulia
4 Margaguna Jakarta Selatan
TingkatPendidikan
Frekuensi Presentase (%)
Tidak Sekolah 27 44,3SD 19 31,1
SMP 10 16,4SMA 3 4,9
Perguruan Tinggi 1 1,6Total 61 100
Dari tabel 5.4 diatas disimpulkan bahwa sebagian besar tingkat
pendidikan responden penelitian adalah tidak sekolah yaitu sebesar 27
responden atau 44,3%.
2. Gambaran Tingkat Religiusitas Lanjut Usia di PSTW Budi Mulia 4
Margaguna Jakarta Selatan
67
Pengkategorian tingkat religiusitas responden menggunakan nilai
mean dan standar deviasi (SD) dikarenakan data terdistribusi normal
(p>0,005), dimana nilai mean adalah 65,46 dan nilai standar deviasi
adalah 8,449. Responden yang dikategorikan memiliki tingkat
religiusitas baik adalah yang mempunyai skor > mean + SD atau yang
mempunyai skor > 73,91 , yang dikategorikan memiliki tingkat
religiusitas sedang adalah yang mempunyai skor mean – SD ≤ X ≤ mean
+ SD atau yang mempunyai skor 57,01 ≤ X ≤ 73,91 , dan yang
dikategorikan buruk adalah yang mempunyai skor X < mean – SD atau
yang mempunyai skor X < 57,01 .Berikut ini distribusi frekuensi tingkat
religiusitas responden pada penelitian
Tabel 5.6Tabel Distribusi Frekuensi Tingkat Religiusitas Responden PSTW
Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan (n=61)
Tingkat Religiusitas(Mean & SD)
Frekuensi Presentase(%)
Baik (>73,91) 11 18,0Sedang (57,01≤ x ≤ 73,91) 40 65,6
Buruk (< 57,01) 10 16,4Total 61 100
Tabel 5.2 diatas menunjukan sebagian besar tingkat religiusitas
responden di PSTW Budi Mulia 4 adalah sedang sebesar 40 dari 61
orang responden (65%) .
Presentase item pertanyaan tingkat religiusitas yang dijawab oleh
responden dapat dilihat pada tabel
68
Tabel 5.7Frekuensi Jawaban Item Pernyataan Tingkat Religiusitas (n=61)
No Item Pertanyaan Selalu Sering Jarang TidakPernah
1. Saya yakin kalau rezeki sudah diaturoleh Allah SWT
30 31 0 0
2. Saya memiliki kemauan untuk bekerja 12 32 14 33. Saya tidak lekas putus asa 11 34 10 64. Saya selalu tenang dalam sholat 28 30 3 05. Saya tenang ketika di timpa musibah 8 36 12 56. Saya sabar dalam menghadapi
penyakit13 43 5 0
7. Saya suka membantu teman- teman 10 33 15 38. Saya menghargai teman-teman non
muslim melaksanakan ibadah13 31 10 7
9. Saya hormat kepada pemimpin panti 25 35 1 010. Saya rendah hati sehingga saya
memiliki banyak teman14 39 7 1
11. Saya memiliki rasa ingin tahu terhadapilmu agama
15 25 8 3
12. Saya suka mendengarkan radio ataumenyaksikan siaran tv tentangceramah agama
14 19 19 9
13. Saya suka mengikuti ceramah ataupengajian
32 23 4 2
14. Saya membaca buku tentang agama 5 10 20 2615. Menurut saya belajar merupakan
bagian dari ajaran agama8 44 6 3
16. Saya selalu melaksanakan sholat tepatwaktu
33 19 7 2
17. Saya melaksanakan sholat sunah 19 10 18 1418. Saya suka melaksanakan sholat
berjamaah24 16 17 4
19. Saya rutin membaca Al-quran setiaphari
16 14 18 13
20. Selesai sholat saya melaksanakandzikir dan berdoa
26 25 4 6
21. Saya selalu mengerjakan puasaramadhan
30 23 5 3
22. Saya selalu memperhatikan hal-halyang membatalkan puasa baik yangharam dan makruh
18 33 6 4
69
Dari tabel diatas disimpulkan bahwa pernyataan yang
jawabannya selalu paling banyak adalah pernyataan nomor 16 sebanyak
33 responden, pernyataan yang jawabannya sering paling banyak adalah
pertanyaan nomor 15 sebanyak 44 responden, pernyataan yang
jawabannya jarang dan tidak pernah paling banyak adalah pernyataan
nomor 14 sebanyak 20 dan 26 responden.
3. Gambaran Tingkat Depresi Lanjut Usia di PSTW Budi Mulia 4
Margaguna Jakarta Selatan
Berikut distribusi frekuensi tingkat depresi responden pada penelitian
Tabel 5.8Tabel Distribusi Frekuensi Tingkat Depresi Responden PSTW Budi
Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan (n=61)
Tingkat Depresi Frekuensi Presentase (%)Normal(0-9) 37 60,7
Depresi Ringan(10-19) 17 27,9Depresi Berat(20-30) 7 11,5
Total 61 100
Dilihat dari tabel 5.4 diatas menunjukan bahwa sebagian besar
tingkat depresi responden di PSTW Budi Mulia 4 Margaguna adalah
normal dengan frekuensi 37 dari 61 responden (60,7%).
Jumlah item pertanyaan yang dijawab oleh responden dapat
dilihat pada tabel di bawah
70
Tabel 5.9Frekuensi Jumlah Jawaban Item Pertanyaan Tingkat
Depresi (n=61)
No Item Pertanyaan Iya Tidak1. Merasa puas dengan kehidupan yang dijalani? 53 82. Banyak meninggalkan kesenangan/minat dan
aktifitas anda?20 41
3. Merasa bahwa kehidupan anda hampa ? 21 404. Sering merasa bosan? 23 385. Penuh pengharapan akan masa depan? 15 466. Mempunyai semangat yang baik setiap waktu? 45 167. Diganggu oleh pikiran-pikiran yang tidak dapat
diungkapkan?18 43
8. Merasa bahagia disebagian besar waktu? 44 179. Merasa takut sesuatu akan terjadi pada anda? 9 5210. Sering kali merasa tidak berdaya? 21 4011. Sering merasa gelisah dan gugup? 18 4312. Memilih tinggal dikamar dari pada pergi
melakukan sesuatu yang bermanfaat di panti?18 43
13. Sering kali merasa khawatir akan masa depan? 11 5014. Merasa mempunyai lebih banyak masalah
dengan daya ingat dibandingkan orang lain?25 36
15. Berfikir bahwa hidup ini sangat menyenangkansekarang?
39 22
16. Sering kali merasa merana ? 21 4017. Merasa kurang bahagia? 21 4018. Sangat khawatir terhadap masa lalu? 14 4719. Merasa hidup ini sangat menggairahkan? 44 1720. Merasa berat untuk memulai sesuatu yang baru? 15 4621. Merasa dalam keadaan penuh semangat ? 42 1922. Berfikir bahwa keadaan anda tidak ada harapan? 12 4923. Berfikir bahwa banyak orang yang lebih baik
daripada anda?22 39
24. Sering kali merasa menjadi kesal dengan halyang sepela?
24 37
25. Sering kali merasa ingin menangis? 22 3926. Merasa sulit untuk berkonsentrasi? 23 3827. Menikmati tidur? 43 1828. Memilih menghindar dari perkumpulan sosial? 43 1829. Mudah mengambil keputusan? 34 2730. Mempunyai pikiran yang jernih? 51 10
71
Dari hasil tabel diatas pertanyaan yang jawaban benar paling banyak adalah
pertanyaan nomor 1 sebesar 53 responden.
E. Analisis Uji Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk menganalisis data dari dua variabel
yang berbeda. Analisis bivariat pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
hubungan antara tingkat religiusitas dengan tingkat depresi lansia di PSTW
Budi Mulia 4 Margaguna. Analisis bivariat pada penelitian ini menggunakan
uji Korelasi Spearman Rank (Rho). Berikut hasil analisis hubungan antara
tingkat religiusitas dengan tingkat depresi pada penelitian:
Tabel 5.10Tabel Analisis Univariat (n=61)
Tingkatreligiusitas
Tingkat depresi Total p-Value
r
Normal Ringan BeratN % N % N % N %
0,000 -0,558
Baik 11 100 0 0 0 0 11 100Sedang 23 57,5 13 32,5 4 10 40 100Buruk 3 30 4 40 3 30 10 100Total 37 60,7 17 27,9 7 11,5 61 100
Dari tabel diatas hasil uji statistik didapatkan nilai p-value = 0,000. Hal
tersebut menunjukan bahwa ada hubungan antara variabel tingkat religiusitas
dengan tingkat depresi (p< 0,05). Sedangkan hasil koefisien korelasi
didapatkan nilai koefisien korelasi atau nilai r - 0,558 hal itu berarti hubungan
antara variabel tingkat religiusitas dengan tingkat depresi merupakan hubungan
yang kuat karena berada pada rentang koefisien korelasi antara 0,41-0,70.
Sementara itu, koefisien korelasi dalam penelitian ini bernilai negatif (-), yang
72
artinya bahwa hubungan antara variabel tingkat religiusitas dengan tingkat
depresi merupakan hubungan berbanding terbalik, dimana jika variebel tingkat
religiusitas meningkat maka variebel depresi akan mengalami penurunan,
begitu juga sebaliknya.
73
BAB VI
PEMBAHASAN
Bab ini menguraikan pembahasan dari hasil penelitian yang meliputi
interpretasi dan diskusi hasil yang membahas kesenjangan maupun kesesuaian
antara hasil penelitian yang dilakukan dengan hasil penelitian terkait disertai teori
yang mendasarinya. Selain itu, juga dibahas tentang keterbatasan yang ada dalam
penelitian ini.
A. Analisis Univariat
Analisis univariat yang akan dibahas pada penelitian ini adalah variabel
independen yaitu tingkat religiusitas dan variabel dependen adalah tingkat
depresi.
1. Gambaran Demografi responden di PSTW Budi Mulia 4 Margaguna
Jakarta Selatan
a. Usia
Usia responden pada penelitian ini berkisar antara 60-90 tahun.
Pengkategorian usia responden berdasarkan WHO. Dari hasil analisis
didapat jumlah lansia yang kategori lansia (60-74) sebanyak 72,1 % dan
lansia tua (75-90) sebanyak 27,9%. Pada lansia mengalami perubahan-
perubahan seperti perubahan fisik, mental, dan psikologis. Perubahan fisik
terjadi disemua organ dan sistem tubuh lansia(Dewi,2014). Lansia juga
mengalami perubahan psikologis dan psikososial (Maryam
dkk,2008)(Bastble,2002).
74
Perubahan-perubahan tersebut dapat memicu berbagai masalah pada
lansia termasuk depresi jika tidak diikuti adaptasi yang baik dan ditambah
dengan dukungan sosial yang buruk, perpisahan (Maryam dkk,2008).
Menurut penelitian Wulandari (2011) mengatakan bahwa proporsi lanjut
usia yang mengalami depresi meningkat seiring bertambahnya usia.
b. Jenis Kelamin
Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar lansia berjenis
kelamin perempuan, yaitu sebesar 68,9%, sedangkan responden laki-laki
sebesar 31,1%. Hal ini menggambarkan bahwa terdapat perbedaan proporsi
antara lansia perempuan dan laki-laki. Hal ini dikarenakan lebih tingginya
usia harapan hidup perempuan daripada laki-laki yaitu sebesar 8,2 %
perempuan dan 6,9 % laki-laki. Tidak ada proses penerimaan antara lansia
laki-laki dan perempuan. Menurut pihak panti lansia diterima dari operasi
yang dilakukan oleh satpol PP dan di bawa ke panti. Di panti dilakukan
proses registrasi dan penempatan di panti.
c. Tingkat Pendidikan
Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagaian besar tingkat pendidikan
responden adalah tidak sekolah yaitu sebesar 44,3%. Dari hasil wawancara
responden mengatakan ilmu agama mereka dapat sewaktu kecil.
2. Variabel Tingkat Religiusitas
75
Religiusitas adalah sebuah ekpresi spritual seseorang yang berkaitan
dengan sistem keyakinan, nilai, hukum yang berlaku dan ritual
(Driyarkara,1978 dalam Ismail,2009). Keberagamaan atau religiusitas
diwujudkan dalam berbagai sisi kehidupan manusia. Aktivitas beragama bukan
hanya terjadi ketika seseorang melakukan perilaku ritual, tapi juga ketika
melakukan aktivitas lain yang terdorong oleh kekuatan
supranatural(Ancok,2004).
Thouless (1992) dalam Widiana (2013) berpendapat bahwa ada
beberapa faktor yang mempengaruhi sikap keagamaan(religiusitas) seseorang.
Faktor tersebut antara lain: 1) pengaruh pendidikan atau pengajaran dan
berbagai tekanan sosial (faktor sosial) seperti pendidikan dari orang tua,
tradisi-tradisi sosial, tekanan-tekanan sosial, 2) pengalaman yang dialami
seseorang dalam membentuk sikap keagamaan terutama pengalaman kebaikan,
keindahan dan juga pengalaman peringatan atau pertolongan dari Tuhan, 3)
faktor yang timbul dari kebutuhan-kebutuhan yang tidak terpenuhi seperti
kebutuhan terhadap keagamaan, cinta kasih, ancaman kematian,) berbagai
proses pemikiran verbal atau proses intelektual.
Hasil penelitian menunjukan bahwa mayoritas tingkat religiusitas lanjut
usia sedang yaitu sebanyak 40 responden (65,6%), dibandingkan dengan
tingkat religiusitas baik yaitu sebanyak 11 responden (18%) dan buruk
sebanyak 10 responden (16,4%). Trisnawati (2011) juga melakukan penelitian
tentang aktivitas religi dan depresi pada 100 orang responden lansia
mendapatkan hasil 51,1 % baik, 20% cukup, dan 28,9% kurang. Tingkat
76
religisusitas ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah pengaruhi
pendidikan dan berbagai tekanan sosial (faktor sosial), pengalaman yang
pernah dialami yang mempengaruhi sikap keagamaan seperti perasaan
mendapatkan peringatan dari atau pertolongan dari Tuhan, faktor kebutuhan
dan proses pemikiran atau intelektual (Thouless, 1992 dalam Widiana, 2013).
Dari segi pengaruh pendidikan, 44,3% tingkat pendidikan responden di
PSTW Budi 4 tidak lulus Sekolah Dasar. Berdasarkan wawancara dengan
responden, pengetahuan agama mereka dapat dari orangtua. Menurut Nafis
(2003) dalam pengetahuan agama bertujuan untuk membersihkan,
mengingatkan, dan menggugah, serta mengaktifkan kembali fitrah manusia,
sehingga fitrah itu mampu mempengaruhi dan mengarahkan pola pikir dan
perbuatan/tindakan seseorang(FIP-UPI,2011). PSTW Budi Mulia 4 Margaguna
memiliki jadwal khusus dalam kegiatan keagamaan. Hal ini sejalan dengan
penelitian Trisnawati (2011) mengatakan bahwa sebagian besar aktivitas religi
dari responden baik ini dikarenakan para lansia melaksanakan sholat, puasa,
zakat, berdoa dan berdzikir.
Tingkat religiusitas lansia berbagai hal, dilihat dari analisis item
pernyataan, terlihat yang jawabannya selalu paling banyak adalah pernyataan
nomor 16 yaitu pernyataan saya selalu melaksanakan sholat tepat waktu. Disini
terlihat bahwa lansia selalu melaksanakan sholat tepat waktu, hal tersebut
dikarenakan lansia melaksanakan sholat berjemaah lima waktu. Pihak panti
juga memfasilitasi kegiatan sholat berjemaahan untuk lansia, dimana pihak
panti menjadi imam disetiap sholat.
77
Item pernyataan yang jawabannya selalu juga banyak yaitu item
penyataan nomor 13 yaitu pernyataan saya suka mengikuti ceramah atau
pengajian. Pihak panti memfasilitasi lansia dengan mengadakan kegiatan
ceramah agama mingguan dan bulanan dengan mendatangkan penceramah
agama. Lansia juga mengikuti pengajian yang diadakan panti dimana guru
mendatangi kamar-kamar lansia.
Terlihat juga pada item pernyataan yang jawabannya jarang dan tidak
pernah tertinggi terdapat pada pernyataan nomor 14 yaitu saya suka membaca
buku tentang agama. di lihat dari jawaban jarang dan tidak pernah hal tersebut
disebabkan kurangnya fasilitas dari panti untuk menyediakan bahan bacaan
agama dan ditambah juga ada lansia tidak bisa membaca. Sehingga sumber
ilmu lansia hanya didapat dari ceramah agama.
Hal yang mempengaruhi religiusitas seseorang salah satunya adalah
pengalaman yang pernah dialami baik itu pengalaman pertolongan atau
peringatan dari Allah SWT (Thouless,1996). Berdasarkan wawancara,
responden mengatakan hidup sebatang kara atau tidak memiliki keluarga
ataupun anak, mereka yang mengatakan pasrah dengan kehidupan di panti dan
hal ini merupakan pertolongan dari Allah SWT sehingga mereka mempunyai
tempat tinggal dan keluarga di panti, jika tidak mereka sudah terlunta-lunta di
jalan Walaupun sebagian yang tidak terima di bawa ke panti dan menginginkan
untuk keluar.
78
Religiusitas mempunyai fungsi yaitu berfungsi sebagai edukatif,
berfungsi sebagai penyelamat, berfungsi sebagai pendamaian, berfungsi
sebagai kontrol sosial, berfungsi sebagai pemupuk rasa solidaritas dan
berfungsi sebagai fungsi transformatif(Jalaaudin,1995 dalam Widiana, 2013).
Dilihat dari hasil wawancara pada para responden, sebagaian responden
memiliki bawaan tenang, ketika ditanya apakah suka sedih atau putus asa,
mereka menjawab tidak karena semua sudah diatur oleh Allah. Hal ini sejalan
dengan fungsi dari religiusitas yaitu fungsi kedamaian dimana ketenangan
bathin didapat melalui tuntunan agama. Mereka juga meyakini jika kita
menjalankan semua perintah Allah SWT, kehidupan dunia dan akhirat akan
selamat. Hal ini terlihat dari item pernyataan jawaban seringnya cukup tinggi
yaitu pernyataan nomor 5 dan yang pernyataannya saya tenang ditimpa
musibah.
3. Variabel Tingkat Depresi
Tingkat depresi di ukur menggunakan skala pengukuran Geriatric
Depression Scale (GDS). GDS di tulis oleh Yesvage et al pada tahun 1983.
Dari hasil penelitian ini diperoleh bahwa lanjut usia yang tingkat depresi
normal sebanyak 37 dari 61 responden (60,7%), depresi ringan sebanyak 17
dari 61 responden dan depresi berat sebanyak 7 dari 61 responden ( 11,5%).
Dari hasil penelitian tersebut sebagian besar lanjut usia memiliki depresi
normal sebanyak 37 orang. Tapi hampir dari setengah jumlah responden
mengalami depresi. Pradnyandari dan Diniari (2013) melakukan penelitian
tentang perbandingan status depresi pada 70 responden lansia didapatkan hasil
79
sebanyak 11,4 % lansia mengalami depresi ringan dan 11,4 % juga mengalami
depresi berat.
Depresi adalah reaksi psikologis terhadap hilangnya kesehatan, orang yang
dicintai, atau rasa harga diri seseorang(Semiun, 2010). Menurut Bacon depresi
adalah keadaan menyedihkan dari pikiran untuk memiliki sedikit hal
diinginkan, dan banyak hal ditakuti(McKay dan DinkMeyer,2008). Faktor-
faktor pencetus depresi pada lansia menurut Ericson karena tidak berhasilnya
menyelesaikan tahap-tahap perkembangannya, bagi lansia banyak menghadapi
stressor ekonomi, sosial, fisik, dan emosinal, menurut ahli psikoanalisis karena
kehilangan objek, pengaturan kognitif negatif, ketidakberdayaan, malfungsi
endrokin dan beberapa penyakit fisik menyebabkan lansia mengalami depresi.
(Stanley&Gauntlett,2007).
Lansia yang mengalami depresi di PSTW 4 Budi Mulia yaitu depresi
ringan sebanyak 17 dari 61 responden dan depresi berat sebanyak 7 dari 61
responden ( 11,5%) disebabkan oleh berbagai faktor. Menurut penelitian yang
dilakukan Rezki dkk (2014) pada 50 responden lansia tentang faktor-faktor
yang mempengaruhi depresi mengatakan bahwa depresi dipengaruhi beberapa
yang saling berkaitan seperti faktor kehilangan dan faktor kecemasan. Menurut
teori faktor-faktor yang menyebabkan depresi salahsatunya faktor kehilangan
objek (Stanley & Guanttley 2007). Depresi dapat terjadi karena faktor
kehilangan pada lansia yang tidak dapat beradaptasi dengan baik. Kehilangan
objek disini seperti kehilangan pekerjaan, kehilangan pasangan, dan kehilangan
80
keluarga (Bastable,2002). Dari hasil wawancara responden mengatakan rindu
kepada anak dan cucu dan ingin kembali ke keluarga.
Hasil penelitian didapat 60,7 % tingkat depresi lansia adalah normal.
Analisis dari item pertanyaan sebanyak 53 lansia merasa puas dengan
kehidupan yang dijalani sekarang. Hasil pengamatan saat dilakukan penelitian
lansia terlihat senang tinggal di panti, mengikuti semua kegiatan panti mulai
dari senam, karaoke, kesenian dll. Sebanyak 44 lansia merasa bahagia di
sebagian besar waktu. Tidak terlihat wajah sedih, murung pada lansia di panti
karena lansia bersosialisasi dengan baik. Wulandari (2011) melakukan
penelitian tentang kejadian tingkat depresi pada lansia dengan 52 responden di
panti dan 50 responden di komunitas disimpulkan bahwa berbagai faktor yang
menyebabkan terjadinya depresi pada lansia yaitu partisipasi sosial kurang dan
gangguan fungsional.
Lansia yang mengalami depresi sebanyak 39,4% Analisis item pertanyaan
yang menunjukan lansia mengalami depresi yaitu sebanyak 23 lansia yang
sering merasa bosan dan 21 lansia merasa hidup ini hampa. Dari hasil
pengamatan lansia yang mengalami depresi terlihat lebih banyak menyendiri
dikamar, tidak mengikuti aktivitas, terlihat murung, sedih. Dari analisis item
jawaban, 18 orang lansia mengatakan lebih memilih tinggal di kamar dari pada
mengikuti kegiatan dan menghindari perkumpulan sosial. Diantara lansia yang
mengalami depresi, 11,5 % atau 7 orang lansia mengalami depresi berat. Gejala
yang terlihat dari hasil pengamatan, lansia yang mengalami depresi berat
81
terlihat sangat murung, menangis ketika diwawancara, mengatakan hidupnya
tidak bahagia, dan tidak mau bersosialisasi sesama lansia.
Menurut Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ)
tahun 2001 menguraikan ciri-ciri dari depresi ringan, sedang dan berat. Ciri-
ciri dari depresi ringan adalah sekurang-kurang nya memiliki 2 dari 3 gejala
utuma depresi, ditambah sekurang-kurang 2 dari gejala lain dan tidak ada
gejala depresi berat. Ciri-ciri depresi sedang meiliki 2 gejala utama depresi,
ditambah sekurang-kurangnya 3 gejala lain. Ciri-ciri depresi berat harus
memiliki semua gejala utama ditambah sekurang-kurangnya 4 gejala lainnya.
Gejala utama meliputi afek depresif, kehilangan minat/kegembiraan, dan
berkurangnya energi sehingga mudah lelah/menurunnya aktivitas. Gejala lain
meliputi konsentrasi dan perhatian berkurang, harga diri dan kepercayaan diri
berkurang, gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna, pandangan tentang
masa depan yang suram,perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri, tidur
terganggu dan nafsu makan berkurang.
Dilihat dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Wulandari (2011) tentang
kejadian depresi di panti werdha dan komunitas dengan jumlah responden 52
lanjut usia di panti werdha dan 50 lanjut usia dikomunitas disimpulkan bahwa
tingkat depresi di panti werdha sebanyak 38,5%. Hasil penelitian yang
dilakukan oleh Sari (2012) tentang gambaran tingkat depresi di panti werdha
dengan jumlah responden 143 responden didapatkan 40,6 % lansia mengalami
depresi. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Pradnyandari dan Diniari (2013)
tentang perbandingan kejadian depresi lanjut usia di keluarga dengan di panti
82
dengan jumlah responden 35 lanjut usia di panti dan 35 lanjut usia di
komunitas didapatkan hasil 22,8 % jumlah lansia yang mengalami depresi di
panti. Hasil dari tiga penelitian tersebut menyatakan masih banyak lanjut usia
yang mengalami depresi di panti sama halnya dengan hasil penelitian peneliti
dimana lanjut usia yang mengalami depresi sebanyak 39,4 % yang disebabkan
berbagai faktor.
Hal yang dilakukan panti untuk penanganan depresi pada para lansia yaitu
mengadakan kegiatan-kegiatan yang dapat diikuti oleh lansia. kegiatan tersebut
adalah olahraga senam yang diadakan 2 kali seminggu, bimbingan
keterampilan (menjahit, membuat keset, membuat bunga), kegiatan kesenian.
Menurut Stanley & Gauntley (2007) salah satu penanganan depresi yang dapat
dilakukan pada lansia adalah memodifikasi lingkungan fisik dan sosial. Lansia
dianjurkan untuk mengikuti aktivitas-aktivitas yang bermanfaat untuk
meningkatkan konsep diri lebih baik.
B. Analisis Bivariat
1. Hubungan Tingkat Religiusitas dengan Tingkat depresi
Hasil uji statistik menunjukan hasil nilai p-value = 0,000 , r = - 0,558
yang membuktikan bahwa ada hubungan yang kuat antara tingkat
religiusitas dengan tingkat depresi pada lanjut usia di PSTW 4 Budi Mulia
Margaguna Jakarta Selatan. Sementara itu, koefisien korelasi dalam
penelitian ini bernilai negatif (-), yang artinya bahwa hubungan antara
tingkat religiusitas dengan tingkat depresi merupakan berbanding terbalik,
83
dimana jika variabel tingkat religiusitas meningkat maka variebel tingkat
depresi akan mengalami penurunan, begitu juga sebaliknya.
Dari hasil pengamatan terlihat lansia yang rajin dalam melaksanakan
sholat, sholat berjemaah, mengikuti ceramah agama, mengikuti pengajian
lebih tenang dalam menjalani kegiatan sehari-hari. Mereka lebih rajin
mengikuti kegiatan di panti, bersosialisasi dengan sesama penghuni panti.
Hal sebalik nya, lansia yang tidak melaksanakan perintah agama lebih
terlihat murung, sedih, menangis dan tidak mau bersosialisasi dengan
sesama penghuni panti.
Hubungan yang kuat antara tingkat religiusitas dengan tingkat
depresi sejalan juga dengan teori, dimana fungsi religiusitas menurut
Jalaaludin (2004) yaitu fungsi edukatif, fungsi penyelamat, fungsi
perdamaian, fungsi sosial kontrol, fungsi solidaritas, fungsi transformatif,
fungsi kreatif dan fungsi sublimatif. Salah satu fungsi nya yaitu fungsi
perdamaian dimana melalui agama seseorang yang bersalah atau berdosa
dapat mencapai kedamaian bathin dengan bertobat melalui tuntunan agama.
sehingga gangguan hati, pikiran seperti depresi. Menurut Prof Hamdani
Anwar, M.A (2015) dalam kutipan wawancara mengatakan jika religiusitas
tinggi depresi yang dialami akan minim karena ketika ditimpa masalah
langsung menghadapa ke Allah dengan doa, dzikir, sholat dan jadi lebih
tenang. Beliau juga menambahkan keyakinan bahwa Allah maha kuasa
selalu menjaga hati dan ketika seseorang berserah diri kepada Allah maka
Allah akan memberikan anugerahNya.
84
Penanganan depresi pada lansia dapat dilakukan dengan cara
mengkomunikasikan perhatian, membantu klien menyadari bahwa mereka
mengalami kesedihan yang tidak wajar, mengajukan pertanyaan-pertanyaan
yang membantu mereka mengidentifikasi hal-hal yang mereka sedihkan,
memberikan informasi tentang depresi, memodifikasi lingkungan fisik dan
sosial, penatalaksanaan pengobatan, modalitas kelompok dan melakukan
aktifitas keagamaan(sholat, dzikir kepada Allah, berbuat baik, membaca Al-
Quran) (Stanley&Guantley,2007). Sehingga depresi dapat berkurang dengan
melakukan penanganan-penanganan termasuk mendekatkan diri kepada
Allah SWT dengan cara melakukan semua perintahNya dan meninggalkan
semua laranganNya.
Firman Allah dalam surat Ar-Ra’d(13):28 yang artinya:
“Yaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram
dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati
menjadi tentram”
Ayat diatas melihat hanya dengan mengingat Allah SWT hati akan
menjadi tentram. Cara mengingat Allah tentunya dengan mengerjakan
sholat wajib maupun sunat, memperbanyak membaca Al-quran,
memperbanyak dzikir. Depresi merupakan gangguan psikologis (kejiwaan)
manusia, menurut Francis Bacon dalam McKay dan DinkMeyer tahun 2008
mengatakan depresi adalah keadaan menyedihkan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan terdahulu seperti penelitian
Trisnawati (2011) tentang aktivitas religi dan depresi dengan jumlah
85
responden lanjut usia 100 orang mengatakan ada hubungan aktivitas religi
dengan tingkat depresi. Juga pada penelitian Gupta et al (2011) tentang
hubungan religiusitas dan psikopatologi pada pasien depresi dengan jumlah
responden 60 orang mengatakan pada pasien depresi, putus asa dan niat
bunuh diri berbanding terbalik dengan tingkat religiusitas.
C. Keterbatasan Penelitian
Dalam melaksanakan penelitian terdapat keterbatasan penelitian yaitu
Peneliti menyadari adanya kekurangan dalam pelaksanaan penelitian ini.
1. Responden sedikit susah untuk dimintai wawancara karena sehingga
peneliti harus berusaha melakukan pendekatan kepada responden.
2. Pada saat pengambilan data, peneliti bentrok dengan kegiatan di panti
seperti pengajian dan setelah pengajian para responden kebanyakan
langsung tidur.
3. Waktu wawancara menjadi memanjang karena saat diwawancara lansia
ada yang menangis sehingga peneliti menggunakan komunikasi
teraupetik yang baik.
4. Kuesioner hanya berupa self report karena kuesioner menilai aktifitas
religi secara subjektif, sehingga aktifitas religi secara objektif tidak
ternilai.
86
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil uraian penelitian yang telah dikemukan pada bab
sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai hasil dari keseluruhan
temuan dan pengujian hasil penelitian sebagaian berikut:
1. Gambaran tingkat religiusitas lanjut usia di PSTW 4 Budi Mulia
Margaguna Jakarta Selatan yaitu lanjut usia yang memiliki tingkat
religiusitas baik sebesar 11 orang (18,0%), lanjut usia yang memiliki
tingkat religiusitas sedang 40 orang (65,6%) dan lanjut usia yang
memiliki tingkat religiusitas buruk sebesar 10 orang (16,4%).
2. Gambaran tingkat depresi lanjut usia di PSTW 4 Budi Mulia Margaguna
Jakarta Selatan yaitu lanjut usia yang tingkat depresi normal sebesar 37
orang (60,7%). Lanjut usia yang tingkat depresi ringan sebesar 17 orang
(27,9%) dan lanjut usia yang tingkat depresi berat sebesar 7 orang
(11,5%).
3. Hasil uji statistik di peroleh p-value sebesar 0,000 dan nilai r sebesar -
0,558 maka H0 ditolak, artinya ada hubungan yang signifikan antara
tingkat religiusitas denga tingkat depresi lanjut usia di PSTW 4 Budi
Mulia Margaguna Jakarta Selatan.
87
B. Saran
1. Bagi Institusi tempat penelitian
Panti sebagai tempat dilakukan penelitian sudah bagus dalam
mengadakan kegiatan-kegiatan kerohanian, mungkin lebih dimodifikasi
agar lansia tidak merasa cepat merasa bosan. Panti juga bisa melakukan
pendekatan spiritualitas untuk mengurangi angka depresi dengan cara
mendampingan lansia dari segi spritualitas dan bekerjasama dengan
yayasan-yayasan keagamaan.
2. Bagi Keperawatan
Perawat perlu meningkatkan peran untuk dapat memberikan
asuhan keperawatan dan memberikan intervensi keperawatan islami yang
tepat dalam menangani depresi.
3. Bagi peneliti
Bagi penelitian selanjut nya diharapkan dapat melakukan
penelitian lebih dalam lagi seperti di bidang religi melihat sholat yang
dilakukan, membaca Al-guran, dan etiologi-etiologi lain yang
menyebabkan depresi sehingga dapat dilakukan penanganan yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Atsari, Abdullah bin Abdil Hamid. Intisari Aqidah Ahlussunnah Wal Jama’ah. Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi’i, 1973.
Alimul, Hidayat. Riset keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah Edisi.Jakarta: Salemba Medika, 1975.
Ancok,Djamaludin dan Fuat Nashori Suroso. Psikologi Islam SolusiIslam Atas Problem-Problem Psikologi. Yogyakarta: PustakaPelajar, 2004.
Andrews, Linda Wasmer. Enyclopedia of Depression, Greenwood, USA:Publishing Group, 2010.
Arjadi,Retha. ”Terapi Kognitif-Perilaku untuk Menangani Depresi PadaLanjut Usia.” Skripsi Program Megister Profesi Psikologi.Universitas Indonesia, 2012.
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. Proyeksi Penduduk Indonesia2010-2035. Jakarta: Badan Pusat Stastik, 2013.
Bappenas. “Angka Harapan Hidup Penduduk Indonesia.” Di akses tanggal03 November 2014 dari http://www.bappenas.go.id/berita-dan-siaran-pers/berita/tahun-2025-angka-harapan-hidup-penduduk-indonesia-737-tahun/.
Bastable, Susan B. Perawat Sebagai Pendidik:Prinsip-PrinsipPengajaran dan Pembelajaran. Jakarta: EGC, 2002.
BKKBN. “Penduduk Indonesia Tahun 2010,” Dikutip pada tanggal 22Maret 2015dari http://www.bkkbn.go.id/kependudukan/default.aspx
Budiharto. Metodologi Peneltian Kesehatan. Jakarta: EGC, 2008.
Cress,Jo Cathy. Handbook of Geriatric Care Management Second Edition.USA: Malloy, 2007.
Davis,E Tommy. “The Effectiveness of the Geriatris Depression Scale toDsitinguish Apathy from depression in alzheimer’s disease andrelated dementias.” Dissertation, Doctor Programme, university ofnorth texas, 2008.
Dewi, Sofia Rhosma. Buku Ajar Keperawatan Gerontik, Yogyakarta:Deepublish, 2014.
Dharma, Kelana Kusuma. Metedologi Penelitian Keperawatan PanduanMelaksanakan dan Menerapkan Hasil Penelitian, Jakarta: TransInfo Media, 2011.
Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial . Di akses tanggal 23 Januari 2015.http://rehsos.kemsos.go.id/modules.php?name=News&file=article&sid=1594
Direktur Jendral Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial. Kebijakan danProgram Pelayanan Sosial Lanjut Usia di Indonesia. Jakarta:Departemen Sosial RI, 2003.
Efendi, Ferry dan Makhfudli. Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teoridan Praktik dalam Keperawatan, Jakarta: Salemba Medika, 2009.
FIP-UPI. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan, Bandung: IMTIMA, 2007.
Gupta et al. “Relationship Between Religiosity and psychopatologyin patien with Depression, Indian J Psychiatry, 53(4) (2011), 330
335
Halgin,P Richard dan Susan Krauss Whitbourne. Psikologi AbnormalPerspektif Klinis Pada Gangguan Psikologis Ed.6 Buku 2.Jakarta:Salemba Humanika, 2010.
Hibbert,Allison dkk. Rujukan Cepat Psikiatri.Jakarta:EGC, 2009.
Hidayat, A. Aziz Alimul. Metode Penelitian Keperawatan dan TeknikAnalisa Data. Jakarta: Salemba Medika, 2008.
Ingram,I.M et al. Pskiatri:Catatan Kuliah. Jakarta: EGC, 1995.
Ismail,Wahyuni. “Analisis Komparatif Perbedaan Tingkat ReligiusitasSiswa di lembaga Pendidikan Pesantren, MAN , danSMU.”,Lentera Pendidikan.12(1) (2009) ,87-102
Jang, Ji-Eun, et al. “Religiosity, Depression, and quality of life in KoreaPatiens with breast cancer: a I-year prospective longtudinal study”,Psycho-Oncology, 22 (2012) ,h.922-929.
Kabbani, Syekh Muhammad Hisyam. Encyclopedia of Islam Dictrine Vol.5. Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2007.
Keliat, Budi Anna. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa Edisi 1. Jakarta:EGC, 1999.
Lam et al. Assesment Scales in Depression, Mania and Anxiety. USA:Inform Healthcare, 2005.
Maryam, Siti dkk. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatanya. Jakarta:Salemba Medika, 2008.
Maslim, Rudi. Diagnosis Gangguan Jiwa,Rujukan Ringkas PPDGJ-III.Jakarta: Bagian Ilmu Kedoktern Jiwa FK Unika Atma Jaya, 2001.
Nevid,Jeffrey S et al. Psikologi Abnormal, Diterjamahkan oleh tim alihbahasa Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Jakarta : PenerbitErlangga, 2005.
Notoatmodjo, Soekidjo. Metedologi Penelitian Kesehatan. Jakarta:Rineka Cipta, 2010.
Nurhidayah,Siti dan Rini Agistini. ”Kebahagian Lansia ditinjau DariDukungan Sosial dan Spirutualitas.” Jurnal Soul 5(2)(2011), h.16-32.
Park, Jisung and Soonhee Roh. “Daily spiritual experiences, socialsupport, and depression among elderly Korean immigrants.” Aging& Mental Health 17(1)(2013), h.102-107.
Pradnyandari, Ni Ketut Dita dan Diniari, Ni Ketut Sri. “PerbandinganKejadian dan Status Depresi Lansia yang Tinggal BersamaKeluarga dengan yang Tinggal di Panti Sosial Tresna WerdhaWana Seraya Denpasar Bali.” Skripsi Program Strata 1Universitas Udayana Fakultas Kedokteran, 2013.
Rezki,Ezi ,Murtiani, dan Ilyas. “Faktor-Faktor Yang MempengaruhiTingkat Depresi Terhadap pasien lansia Di panti sosial TresnaWerdha Gau Mabaji Gowa.” Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis5(1)(2014), h. 20-27.
Riwidikdo,Handoko. Statistik Kesehatan Belajar Mudah TeknikAnalisis Data dalam Penelitian Kesehatan. Jogyakarta: MitraCendikia Press, 2009.
Santoso, Hana dan Ismail, Andar. Memahami Krisis Lanjut Usia: UraianMedis Dan Padogogi-Pastoral. Jakarta: Gunung Mulia, 2009.
Sari, Kartika. Gambaran Tingkat Depresi Pada Lanjut Usia DiPanti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 01 dan 03 Jakarta Timur,Skripsi, Program Strata 1, Universitas Indonesia Fakultas IlmuKeperawatan, 2013.
Sehanto dkk. Hubungan Interaksi Sosial dengan Tingkat DepresiPada Lanjut Usia Di Desa Leyangan,Skripsi,Program Strata1,STIKES Ngudi Waluyo Ungaran, 2013.
Semiun, Yustinus. Kesehatan Mental 2, Yogyakarta: Kanisius, 2010.
Setiadi. Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan, Yogyakarta: ANDI,2007.
Sholikhin,Muhammad. Menyatu Diri dengan Ilahi, Yogyakarta: Narasi,2010.
Siti , R. Maryam dkk. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya, Jakarta:Salemba Medika, 2008.
Stanley, Mickey dan Patricia Gauntlett Beare. Buku Ajar KeperawatanGerontik Edisi 2, Jakarta: EGC, 2007.
Surur, Misbahus.Dasyatnya Shalat Tasbih.Jakarta:QultumMedia, .2009.
Sykura,Anita. Hubungan antara religiusitas dengan kejadian Depresi padalansia di Panti sosial tersna wredha(PSTW) sabai aluih sicincinkabupaten Padang pariaman, Skripsi, Program Strata 1, UniversitasAndalas, 2010.
Tamber,S dan Noorkasiani. Kesehatan Usia Lanjut dengan PendekatanAsuhan Keperawatan, Jakarta: Salemba Medika,2009.
Trisnawati,Dewi. Hubungan Aktivitas Religi dengan TingkatDepresi Pada Lanjut Usia Di Panti Tresna Werdha Unit Budi LuhurYogyakarta, Jurnal KesMaDasKa 2(2):1-5, 2011.
WHO.http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs369/en/. Di aksestanggal 17 Januari 2015, 2012.
Widiana,Nina.Hubungan Antara Kadar Religiusitas Dengan KesehatanMental(Studi Pada Mahasiswa Program Studi PAI Semester 6STAIN Salatiga Tahun 2013),Skripsi,Program Strata 1,STAI, 2013.
Wulandari,Ayu Fitri. Kejadian Tingkat Depresi Pada Lanjut Usia:Studi Perbandingan di Panti Werdha dan Komunitas, ArtikelPenelitian Ilmiah. Universitas Diponegoro Fakultas Kedokteran,2011.
Yosep,Iyus.Keperawatan Jiwa, Bandung: Refika Aditama, 2007.
Lampiran 1
Uji Reabilitas
NoItem
Scale Mean if Item
Deleted
Scale Variance if Item
Deleted
Corrected Item-Total
Correlation
Cronbach's Alpha if
Item Deleted
p1 61.97 67.166 .480 .822
p2 62.59 66.513 .333 .825
p3 62.64 64.801 .430 .821
p4 62.05 65.581 .573 .818
p5 62.69 70.818 -.003 .839
p6 62.33 67.191 .449 .823
p7 62.64 65.968 .390 .823
p8 62.64 65.168 .370 .824
p9 62.07 68.562 .293 .827
p10 62.38 66.405 .438 .822
p11 62.44 63.884 .567 .816
p12 62.84 66.306 .249 .831
p13 62.07 63.396 .613 .814
p14 63.56 68.417 .129 .836
p15 62.52 65.120 .552 .818
p16 62.10 64.423 .480 .819
p17 62.90 62.390 .416 .823
p18 62.48 64.254 .396 .823
p19 62.92 63.243 .394 .824
p20 62.30 60.778 .668 .809
p21 62.15 66.028 .348 .825
p22 62.39 66.143 .346 .825
Lampiran 2
Uji Normalitas Data
Kolmogorov-Smirnova
Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
tingkat rekigi .110 61 .064 .968 61 .109
tingkat depresi .167 61 .000 .898 61 .000
Lampiran 3
Hasil Analisis Univariat
jenis kelamin
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Pria 19 31.1 31.1 31.1
wanita 42 68.9 68.9 100.0
Total 61 100.0 100.0
tingkat pendidikan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid tidak sekolah/SR 27 44.3 45.0 45.0
SD 19 31.1 31.7 76.7
SMP 10 16.4 16.7 93.3
SMA 3 4.9 5.0 98.3
Kuliah 1 1.6 1.7 100.0
Total 60 98.4 100.0
Missing System 1 1.6
Total 61 100.0
usia responden
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Lansia 44 72.1 72.1 72.1
lansia tua 17 27.9 27.9 100.0
Total 61 100.0 100.0
tingkat religi
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Baik 11 18.0 18.0 18.0
Sedang 40 65.6 65.6 83.6
Buruk 10 16.4 16.4 100.0
Total 61 100.0 100.0
tingkat depresi
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid normal 37 60.7 60.7 60.7
depresi ringan 17 27.9 27.9 88.5
depresi berat 7 11.5 11.5 100.0
Total 61 100.0 100.0
Lampiran 4
Hasil nilai mean dan standar deviasi tingkat religiusitas
tingkat rekigi
N Valid 61
Missing 0
Mean 65.46
Std. Deviation 8.449
Lampiran 5
Hasil Analisis Bivariat
Correlations
tingkat rekigi tingkat depresi
Spearman's rho tingkat rekigi Correlation Coefficient 1.000 -.558**
Sig. (2-tailed) . .000
N 61 61
tingkat depresi Correlation Coefficient -.558**
1.000
Sig. (2-tailed) .000 .
N 61 61
tingkat religi * tingkat depresi Crosstabulation
tingkat depresi
Totalnormal depresi ringan depresi berat
tingkat religi baik Count 11 0 0 11
% within tingkat religi 100.0% .0% .0% 100.0%
sedang Count 23 13 4 40
% within tingkat religi 57.5% 32.5% 10.0% 100.0%
buruk Count 3 4 3 10
% within tingkat religi 30.0% 40.0% 30.0% 100.0%
Total Count 37 17 7 61
% within tingkat religi 60.7% 27.9% 11.5% 100.0%
Lampiran 6
Frekuensi Jumlah Item Pernyataan Kuesioner
Presentase Jawaban Item Pernyataan Tingkat Religiusitas (n=61)
No Item Pertanyaan Selalu Sering Jarang TidakPernah
1. Saya yakin kalau rezeki sudah diaturoleh Allah SWT
30 31 0 0
2. Saya memiliki kemauan untuk bekerja 12 32 14 33. Saya tidak lekas putus asa 11 34 10 64. Saya selalu tenang dalam sholat 28 30 3 05. Saya tenang ketika di timpa musibah 8 36 12 56. Saya sabar dalam menghadapi
penyakit13 43 5 0
7. Saya suka membantu teman- teman 10 33 15 38. Saya menghargai teman-teman non
muslim melaksanakan ibadah13 31 10 7
9. Saya hormat kepada pemimpin panti 25 35 1 010. Saya rendah hati sehingga saya
memiliki banyak teman14 39 7 1
11. Saya memiliki rasa ingin tahu terhadapilmu agama
15 25 8 3
12. Saya suka mendengarkan radio ataumenyaksikan siaran tv tentangceramah agama
14 19 19 9
13. Saya suka mengikuti ceramah ataupengajian
32 23 4 2
14. Saya membaca buku tentang agama 5 10 20 2615. Menurut saya belajar merupakan
bagian dari ajaran agama8 44 6 3
16. Saya selalu melaksanakan sholat tepatwaktu
33 19 7 2
17. Saya melaksanakan sholat sunah 19 10 18 1418. Saya suka melaksanakan sholat
berjamaah24 16 17 4
19. Saya rutin membaca Al-quran setiaphari
16 14 18 13
20. Selesai sholat saya melaksanakandzikir dan berdoa
26 25 4 6
21. Saya selalu mengerjakan puasaramadhan
30 23 5 3
22. Saya selalu memperhatikan hal-hal 18 33 6 4
yang membatalkan puasa baik yangharam dan makruh
Presentase Jumlah Jawaban Item Pertanyaan TingkatDepresi (n=61)
No Item Pertanyaan Benar salah1. Merasa puas dengan kehidupan yang dijalani? 53 82. Banyak meninggalkan kesenangan/minat dan
aktifitas anda?41 20
3. Merasa bahwa kehidupan anda hampa ? 40 214. Sering merasa bosan? 38 235. Penuh pengharapan akan masa depan? 46 156. Mempunyai semangat yang baik setiap waktu? 45 167. Diganggu oleh pikiran-pikiran yang tidak dapat
diungkapkan?43 18
8. Merasa bahagia disebagian besar waktu? 44 179. Merasa takut sesuatu akan terjadi pada anda? 52 910. Sering kali merasa tidak berdaya? 40 2111. Sering merasa gelisah dan gugup? 43 1812. Memilih tinggal dikamar dari pada pergi
melakukan sesuatu yang bermanfaat di panti?43 18
13. Sering kali merasa khawatir akan masa depan? 50 1114. Merasa mempunyai lebih banyak masalah
dengan daya ingat dibandingkan orang lain?36 25
15. Berfikir bahwa hidup ini sangat menyenangkansekarang?
39 22
16. Sering kali merasa merana ? 40 2117. Merasa kurang bahagia? 40 2118. Sangat khawatir terhadap masa lalu? 47 1419. Merasa hidup ini sangat menggairahkan? 44 1720. Merasa berat untuk memulai sesuatu yang baru? 46 1521. Merasa dalam keadaan penuh semangat ? 42 1922. Berfikir bahwa keadaan anda tidak ada harapan? 49 1223. Berfikir bahwa banyak orang yang lebih baik
daripada anda?39 22
24. Sering kali merasa menjadi kesal dengan halyang sepela?
37 24
25. Sering kali merasa ingin menangis? 39 2226. Merasa sulit untuk berkonsentrasi? 38 2327. Menikmati tidur? 43 1828. Memilih menghindar dari perkumpulan sosial? 43 1829. Mudah mengambil keputusan? 34 2730. Mempunyai pikiran yang jernih? 51 10
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Sum Std. Deviation
Merasa puas dengan
kehidupan yang dijalani?61 0 1 8 .340
Banyak meninggalkan
kesenangan/minat dan
aktifitas anda?
61 0 1 20 .473
Merasa bahwa kehidupan
anda hampa ?61 0 1 21 .479
Sering merasa bosan? 61 0 1 23 .489
Penuh pengharapan akan
masa depan?61 0 1 15 .434
Mempunyai semangat yang
baik setiap waktu?61 0 1 16 .444
Diganggu oleh pikiran-pikiran
yang tidak dapat
diungkapkan?
61 0 1 18 .460
Merasa bahagia disebagian
besar waktu?61 0 1 17 .452
Merasa takut sesuatu akan
terjadi pada anda?61 0 1 9 .358
Sering kali merasa tidak
berdaya?61 0 1 21 .479
Sering merasa gelisah dan
gugup?61 0 1 18 .460
Memilih tinggal dikamar dari
pada pergi melakukan
sesuatu yang bermanfaat di
panti?
61 0 1 18 .460
Sering kali merasa khawatir
akan masa depan?61 0 1 11 .388
Merasa mempunyai lebih
banyak masalah dengan
daya ingat dibandingkan
orang lain?
61 0 1 25 .496
Berfikir bahwa hidup ini
sangat menyenangkan
sekarang?
61 0 1 22 .484
Sering kali merasa merana ? 61 0 1 21 .479
Merasa kurang bahagia? 61 0 1 21 .479
Sangat khawatir terhadap
masa lalu?61 0 1 14 .424
Merasa hidup ini sangat
menggairahkan?61 0 1 17 .452
Merasa berat untuk memulai
sesuatu yang baru?61 0 1 15 .434
Merasa dalam keadaan
penuh semangat ?61 0 1 19 .467
Berfikir bahwa keadaan anda
tidak ada harapan?61 0 1 12 .401
Berfikir bahwa banyak orang
yang lebih baik daripada
anda?
61 0 1 22 .484
Sering kali merasa menjadi
kesal dengan hal yang
sepela?
61 0 1 24 .493
Sering kali merasa ingin
menangis?61 0 1 22 .484
Merasa sulit untuk
berkonsentrasi?61 0 1 23 .489
Menikmati tidur? 61 0 1 18 .460
Memilih menghindar dari
perkumpulan sosial?61 0 1 18 .460
Mudah mengambil
keputusan?61 0 1 27 .501
Mempunyai pikiran yang
jernih?61 0 1 10 .373
Valid N (listwise) 61
Lampiran 7
Nilai Mean Tingkat Religiusitas
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Saya yakin kalau rezeki
sudah diatur oleh Allah SWT61 3 4 3.49 .504
Saya selalu tenang dalam
sholat61 2 4 3.41 .588
Saya hormat kepada
pemimpin panti61 2 4 3.39 .525
Saya suka mengikuti
ceramah atau pengajian61 1 4 3.39 .759
Saya selalu melaksanakan
sholat tepat waktu61 1 4 3.36 .817
Saya selalu mengerjakan
puasa ramadhan61 1 4 3.31 .827
Selesai sholat saya
melaksanakan dzikir dan
berdoa
61 1 4 3.16 .934
Saya sabar dalam
menghadapi penyakit61 2 4 3.13 .532
Saya rendah hati sehingga
saya memiliki banyak teman61 1 4 3.08 .640
Saya selalu memperhatikan
hal-hal yang membatalkan
puasa baik yang haram dan
makruh
61 1 4 3.07 .814
Saya memiliki rasa ingin tahu
terhadap ilmu agama61 1 4 3.02 .764
Saya suka melaksanakan
sholat berjamaah61 1 4 2.98 .975
Menurut saya belajar
merupakan bagian dari
ajaran agama
61 1 4 2.93 .655
Saya memiliki kemauan
untuk bekerja61 1 4 2.87 .785
Saya tidak lekas putus asa 61 1 4 2.82 .847
Saya menghargai teman-
teman non muslim
melaksanakan ibadah
61 1 4 2.82 .904
Saya suka membantu
teman- teman61 1 4 2.82 .764
Saya tenang ketika di timpa
musibah61 1 4 2.77 .783
Saya suka mendengarkan
radio atau menyaksikan
siaran tv tentang ceramah
agama
61 1 4 2.62 1.003
Saya melaksanakan sholat
sunah61 1 4 2.56 1.162
Saya rutin membaca Al-
quran setiap hari61 1 4 2.54 1.104
Saya membaca buku tentang
agama61 1 4 1.90 .961
Valid N (listwise) 61
Lampiran 8
Hasil Uji Validitas Konstruk
Lampiran 1
Pattern Matrixa
Component
1 2 3 4 5
Saya melaksanakan sholat
sunah.781 -.203 .046 .167 -.154
Menurut saya belajar
merupakan bagian dari
ajaran agama
.733 -.053 -.015 -.145 .280
Saya memiliki rasa ingin
tahu terhadap ilmu agama.683 .211 -.304 -.051 .294
Saya rutin membaca Al-
quran setiap hari.568 -.006 .091 -.087 -.082
Saya suka mengikuti
ceramah atau pengajian.470 -.144 .373 .249 .089
Selesai sholat saya
melaksanakan dzikir dan
berdoa
.464 -.003 .393 .159 .083
Saya rendah hati sehingga
saya memiliki banyak teman.007 .748 -.166 .133 .142
Saya hormat kepada
pemimpin panti-.265 .742 .093 .177 -.072
Saya sabar dalam
menghadapi penyakit.193 .655 .126 -.279 -.075
Saya selalu tenang dalam
sholat.493 .571 .056 -.020 -.289
Saya suka membantu
teman- teman-.279 .468 .307 -.035 .448
Saya yakin kalau rezeki
sudah diatur oleh Allah SWT.354 .418 .002 .107 -.080
Saya selalu melaksanakan
sholat tepat waktu-.025 .083 .820 .147 -.029
Saya suka melaksanakan
sholat berjamaah.102 .026 .806 -.259 .064
Saya selalu memperhatikan
hal-hal yang membatalkan
puasa baik yang haram dan
makruh
.061 -.039 -.072 .900 .075
Saya selalu mengerjakan
puasa ramadhan-.052 .182 .003 .855 -.014
Saya memiliki kemauan
untuk bekerja.069 -.190 .154 -.042 .791
Saya menghargai teman-
teman non muslim
melaksanakan ibadah
.029 .105 -.128 .133 .769
Lampiran 9
Kuesioner Penelitian
Petunjuk pengisian :
1. Bacalah dengan teliti pertanyaan terlebih dahulu.
2. Jawablah semua pertanyaan dengan cara memberikan tanda checklist (√) pada
pilihan jawaban yang paling benar.
Kode Responden :............................ (Diisi oleh peneliti)
Tanggal Pengambilan data :............................
A. Data Demografi
1. Usia : ..........Tahun
2. Jenis Kelamin : 1. Pria ( ) 2. Wanita ( )
3. Agama: ...........
4. Pendidikan : 1. Tidak sekolah/tidak tamat SD ( )
2. SD ( )
3. SMP ( )
KUESIONER PENELITIAN
Hubungan Tingkat Religiusitas dengan Tingkat Depresi Lansia
Beragama Islam di PSTW Budi Mulya 04 Margaguna
4. SMA ( )
5. Perguruan Tinggi ( )
B. Kuesioner Tingkat Religiusitas
No Pernyataan Selalu Sering Jarang Tidak
Pernah
1. Saya yakin kalau rezeki sudah diatur oleh
Allah SWT
2. Saya memiliki kemauan untuk bekerja
3. Saya tidak lekas putus asa
4. Saya selalu tenang dalam sholat
5. Saya tenang ketika di timpa musibah
6. Saya sabar dalam menghadapi penyakit
7. Saya suka membantu teman- teman
8. Saya menghargai teman-teman non
muslim melaksanakan ibadah
9. Saya hormat kepada pemimpin panti
10. Saya rendah hati sehingga saya memiliki
banyak teman
11. Saya memiliki rasa ingin tahu terhadap
ilmu agama
12. Saya suka mendengarkan radio atau
menyaksikan siaran tv tentang ceramah
agama
13. Saya suka mengikuti ceramah atau
pengajian
14. Saya membaca buku tentang agama
15. Menurut saya belajar merupakan bagian
dari ajaran agama
16. Saya selalu melaksanakan sholat tepat
waktu
17. Saya melaksanakan sholat sunah
18. Saya suka melaksanakan sholat
berjamaah
19. Saya rutin membaca Al-quran setiap hari
20. Selesai sholat saya melaksanakan dzikir
dan berdoa
21. Saya selalu mengerjakan puasa ramadhan
22. Saya selalu memperhatikan hal-hal yang
membatalkan puasa baik yang haram dan
makruh
C. Kuesioner Tingkat Depresi
No Apakah Bapak/Ibu dalam SATU MINGGU TERAKHIR Iya Tidak
1. Merasa puas dengan kehidupan yang dijalani?
2. Banyak meninggalkan kesenangan/minat dan aktifitas
anda?
3. Merasa bahwa kehidupan anda hampa ?
4. Sering merasa bosan?
5. Penuh pengharapan akan masa depan?
6. Mempunyai semangat yang baik setiap waktu?
7. Diganggu oleh pikiran-pikiran yang tidak dapat
diungkapkan?
8. Merasa bahagia disebagian besar waktu?
9. Merasa takut sesuatu akan terjadi pada anda?
10. Sering kali merasa tidak berdaya?
11. Sering merasa gelisah dan gugup?
12. Memilih tinggal dikamar dari pada pergi melakukan
sesuatu yang bermanfaat di panti?
13. Sering kali merasa khawatir akan masa depan?
Ya Tidak
14. Merasa mempunyai lebih banyak masalah dengan daya
ingat dibandingkan orang lain?
15. Berfikir bahwa hidup ini sangat menyenangkan sekarang?
16. Sering kali merasa merana ?
17. Merasa kurang bahagia?
18. Sangat khawatir terhadap masa lalu?
19. Merasa hidup ini sangat menggairahkan?
20. Merasa berat untuk memulai sesuatu yang baru?
21. Merasa dalam keadaan penuh semangat ?
22. Berfikir bahwa keadaan anda tidak ada harapan?
23. Berfikir bahwa banyak orang yang lebih baik daripada
anda?
24. Sering kali merasa menjadi kesal dengan hal yang sepela?
25. Sering kali merasa ingin menangis?
26. Merasa sulit untuk berkonsentrasi?
27. Menikmati tidur?
28. Memilih menghindar dari perkumpulan sosial?
29. Mudah mengambil keputusan?
30. Mempunyai pikiran yang jernih?