hubungan pengetahuan dengan sikap ibu post sectio …repository.poltekkes-kdi.ac.id/10/1/file ade...
TRANSCRIPT
HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP IBU POST SECTIO CAESAREA DALAM MOBILISASI DINI DI RSU
BAHTERAMAS PROVINSI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2017
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Pendidikan di Program Studi D-IV Kebidanan
Politeknik Kesehatan Kendari
OLEH
ADE NUR P00312016056
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
JURUSAN KEBIDANAN KENDARI
2017
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kahadirat Allah SWT karena berkat
karunia Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada
waktunya dengan judul “Hubungan pengetahuan dengan sikap ibu post
sectio caesarea dalam mobilisasi dini di RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi
Tenggara tahun 2017”.
Dalam penyusunan Skripsi ini, banyak kendala yang di hadapi namun
berkat dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak sehingga skripsi ini
dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan
terimakasih kepada ibu Halijah, SKM, M.Kes selaku pembimbing I dan ibu
Farming, SST, M.Keb selaku pembimbing II yang telah meluangkan
waktunya untuk memberikan bimbingan, motivasi serta arahan dalam
proses penyusunan skripsi ini selesai.
Selanjutnya penulis pun mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Askrening, SKM, M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kendari
dan selaku Penguji II.
2. Ibu Sultina Sarita, SKM, M.Kes selaku Ketua Jurusan Kebidanan
Politeknik Kesehatan Kendari.
3. Ibu Melania Asi, S.Si. T,M.Kes selaku ketua Prodi D-IV Kebidanan
Politeknik Kesehatan Kendari.
4. Ibu Sitti Aisa, AM.Keb, S.Pd, M.Pd selaku Penguji I dan Ibu Hj. Nurnasari,
SKM, M.Kes selaku Penguji III.
5. Bapak dan Ibu Dosen di lingkungan pendidikan Politeknik Kesehatan
Kendari Jurusan Kebidanan yang telah banyak membimbing dan
membagi ilmu selama penulis mengikuti proses belajar dibangku kuliah
beserta seluruh staf pegawai yang telah banyak membantu.
6. Teristimewa untuk kedua orang tuaku, dan kakakku , atas doa,
dukungan,bantuan, motivasi serta kasih sayang yang begitu besar kepada
penulis semoga kita semua selalu dalam lindunganNYA dan semoga
penulis bisa memberikan yang terbaik untuk kalian.
7. Seluruh staf Balitbang RSU. Bahtramas Prov. Sultra, yang telah memberi
izin penelitian.
8. Seluruh rekan – rekan seperjuanganku Politeknik Kesehatan Kendari
Prodi DIV Kebidanan angkatan 2016 khususnya teman-teman Alih
Jenjang. Terima kasih sudah mau berbagi semangat dan atas segala
dukungan serta kebersamaan kita.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan
baik isi, bahasa maupun materi yang ada di dalamnya oleh karena itu penulis
mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun dari para
pembaca demi kesempurnaan skripsi ini. Dan akhirnya penulis
mengucapkan terimakasih dan semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita
semua terutama dalam bidang ilmu Kebidan amin.
Kendari, Desember 2017
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN............................................................. ii
RIWAYAT HIDUP………………………………………………………
KATA PENGANTAR…....................................................................
iii
iv
DAFTAR ISI….................................................................................. vi
DAFTAR TABEL.............................................................................. viii
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................... ix
ABSTRAK........................................................................................ x
BAB I PENDAHULUAN................................................................... 1
A. Latar Belakang.......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................. 5
C. Tujuan Penelitian....................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian..................................................................... 6
E. Keaslian Penelitian.................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................... 7
A. Telaah Pustaka.......................................................................... 7
B. Landasan Teori.......................................................................... 31
C. Kerangka Teori.......................................................................... 34
D. Kerangka Konsep...................................................................... 35
E. Hipotesis Penelitian................................................................... 35
BAB III METODE PENELITIAN........................................................ 36
A. Jenis Penelitian............................................................................. 36
B. Tempat dan Waktu Penelitian................................................... 37
C. Populasi dan Sampel Penelitian................................................ 37
D. Variabel Penelitian………....................................................... 39
E. Definisi Operasional dan Kriteria Obyektif.................................. 39
F. Jenis dan Sumber Data............................................................... 40
G. Instrumen Penelitian.............................................................. 41
H. Rencana Pengolahan dan Analisis Data ................................... 42
I. Etika Penelitian.................................................. 44
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.......................... 45
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian.......................................... 45
B. Hasil Penelitian......................................................................... 48
C. Pembahasan............................................................................. 53
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN................................................. 59
A. Kesimpulan................................................................................ 59
B. Saran......................................................................................... 60
DAFTAR PUSTAKA......................................................................... 61
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Karakteristik Responden.................................................. 49
Tabel 4.2 Pengetahuan Ibu Post Sectio Caesarea tentang mobilisasi
dini di RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara..........
48
Tabel 4.3 Sikap Ibu Sectio Caesarea dalam Mobilisasi Dini di RSU
Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara.........................
49
Tabel 4.4 Hubungan pengetahuan dengan sikap ibu post sectio caesarea dalam mobilisasi dini di RSU Bahteramas Provinsi
Sulawesi Tenggara ……………………………………….…
50
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat izin penelitian dari Badan Riset Propinsi Sultra
Lampiran 2. Kuesioner
Lampiran 3. Surat keterangan telah melakukan penelitian
Lampiran 4. Master tabel
Lampiran 5. Output analisis data
ABSTRAK
HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP IBU POST SECTIO CAESAREA DALAM MOBILISASI DINI DI RSU BAHTERAMAS
PROVINSI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2017
Ade Nur1 Halijah
2 Farming
2
Mobilisasi dini adalah suatu upaya mempertahankan kemandirian sedini mungkin dengan cara membimbing penderita untuk mempertahankan fungsi fisiologis. Pada ibu post partum dengan sectio caesarea sering kali mengeluh nyeri
daerah operasi sehingga ibu enggan melakukan mobilisasi dini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap
ibu post sectio caesarea dengan pelaksanaan mobilisasi dini di RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik dengan rancangan Cross Sectional. Sampel penelitian adalah ibu dengan sectio caesarea di RSUD Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara yang berjumlah 42 orang. Teknik pengambilan sampel adalah purposive sampling. Instrumen pengumpulan data
berupa kuesioner untuk menilai pengetahuan dan sikap ibu nifas dalam mobilisasi dini. Data dianalisis dengan uji Chi-Square pada taraf α = 5%.
Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar ibu nifas memiliki pengetahuan yang berada pada kategori cukup, sebagian besar ibu nifas memiliki sikap yang negatif dalam mobilisasi dini dan ada hubungan pengetahuan dengan sikap ibu post sectio cesarea dalam mobilisasi dini di RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara (p=0,003; X2=11,408).
Kata kunci : Mobilisasi Dini, Pengetahuan, Sikap 1 Mahasiswa Prodi D-IV Kebidanan Poltekkes Kendari
2 Dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Kendari
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mobilisasi merupakan suatu kemampuan individu untuk bergerak
secara bebas, mudah dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi
kebutuhan aktivitas guna mempertahankan kesehatannya. Pada masa
nifas mobilisasi penting dilakukan baik pada ibu nifas normal maupun
pada ibu post Sectio Cesarea (SC). Mobilisasi dini adalah suatu upaya
mempertahankan kemandirian sedini mungkin dengan cara membimbing
penderita untuk mempertahankan fungsi fisiologis (Vivian, 2011).
Masa nifas (puerperium) adalah dimulai setelah plasenta lahir dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum
hamil. Masa nifas berlangsung kira-kira 6 minggu. Asuhan masa nifas
diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa kritis baik ibu
maupun bayinya. Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan
terjadi setelah persalinan, dan 50% kermatian masa nifas terjadi dalam 24
jam pertama (Rukiyah, 2011).
Menurut data WHO (World Health Organization), sebanyak 99%
kematian ibu akibat masalah persalinan atau kelahiran terjadi di Negara-
negara berkembang yaitu Negara yang masuk dalam ASEAN (Association
of South East Asian Nations) seperti Negara Indonesia. Rasio kematian di
Negara-negara berkembang merupakan yang tertinggi dengan 450
kematian ibu per 100.000 kelahiran bayi hidup, jika dibandingkan dengan
rasio kematian ibu disembilan Negara maju yaitu Jepang, Amerika Serikat,
Australia, Belanda, New Zealand, Kanada, Irlandia, Jerman, dan Swedia
(Wahyuni, 2012).
Di indonesia, bedah sesar hanya dilakukan atas dasar indikasi medis
tertentu dan kehamilan dengan komplikasi. Hasil Riskesdas 2013
menunjukkan kelahiran bedah sesar sebesar 9,8%. Proporsi persalinan
sesar di provinsi Jawa Timur sebesar 10,2% dari total persalinan
(Riskesdes, 2013).
Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 AKI (Angka
Kematian Ibu) di Indonesia 228 per 100.000 Kelahiran Hidup masih
tergolong tinggi diantara Negara Negara ASEAN lainnya, jika
dibandingkan dengan AKI Singapura adalah 6 per 100.000 kelahiran
hidup, AKI Malaysia mencapai 160 per 100.000 kelahiran hidup, bahkan
AKI Vietnam sama seperti Negara Malaysia, sudah mencapai 160 per
100.000 kelahiran hidup, AKI Filipina 112 per 100.000 kelahiran hidup,
AKI Brunei 33 per 100.000 kelahiran hidup. Dan SDKI 2012 AKI Indonesia
359 per 100.000 Kelahiran Hidup. Hal ini menunjukan angka kematian ibu
meningkat, sedangkan Target Millineum Development Goals (MDGS)
yang harus dicapai pada tahun 2015 harus mencapai 102 per 100.000
Kelahiran Hidup, Oleh karena itu pemerintah menekankan untuk
menurunkan AKI (Tando, 2013).
Persalinan merupakan kejadian fisiologis yang normal dialami oleh
seorang ibu berupa pengeluaran hasil konsepsi yang hidup di dalam
uterus melalui vagina ke dunia luar (David T.Y.Liu, 2007). Cara persalinan
ada dua yaitu persalinan normal dan persalinan operasi sectio caesarea
(SC). Persalinan dengan sectio caesarea memiliki resiko tinggi karena
dilakukan pembedahan dengan membuka dinding perut dan dinding
uterus atau insisi transabdominal uterus, pasien dengan post operasi
sectio caesarea akan merasakan rasa nyeri. Rasa nyeri merupakan
stresor yang dapat menimbulkan stress dan ketegangan dimana individu
dapat berespon secara biologis dan perilaku yang menimbulkan respon
fisik dan psikis. Respon fisik meliputi perubahan keadaan umum, wajah,
denyut nadi, pernafasan, suhu badan, sikap badan, dan apabila nafas
makin berat dapat menyebabkan kolaps kardiovaskuler dan syok,
sedangkan respon psikis akibat nyeri dapat merangsang respon stres
yang dapat mengurangi sistem imun dalam peradangan, serta
menghambat penyembuhan respon yang lebih parah akan mengarah
pada ancaman merusak diri sendiri (Corwin, 2006).
Faktor-faktor yang mempengaruhi mobilisasi antara lain gaya hidup
yang dipengaruhi oleh pendidikan dan pengetahuan, proses penyakit dan
injury, kebudayaan, tingkat energi, sectio caesarea usia dan status
perkembangan. Pada ibu post partum dengan sectio caesarea sering kali
mengeluh nyeri daerah operasi sehingga ibu enggan melakukan
mobilisasi dini. Selain itu, alasan tidak mau mobilisasi adalah karena takut
jahitan lepas sehingga ibu tidak berani merubah posisi. Pengetahuan
tentang mobilisasi dini yang kurang pada ibu post sectio caesarea dapat
mempengaruhi berlangsungnya pelaksanaan mobilisasi dini sehingga
dapat menyebabkan terjadinya resiko tirah baring lama seperti gangguan
sirkulasi darah (Apriani, 2014).
Berdasarkan rekam medik RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi
Tenggara tahun 2015 terdapat 450 (36,02%) persalinan normal dengan
jumlah total persalinan sebanyak 1249, tahun 2016 sebanyak 455
(33,48%) persalinan normal dengan jumlah total persalinan sebanyak
1359. dan tahun 2017 sebanyak 353 (47,06%) dengan jumlah total
persalinan sebanyak 780. Sedangakan persalinan dengan kasus post
sectio caesarea pada tahun 2015 terdapat 315 (25,22%) persalinan sectio
caesarea dengan jumlah total persalinan sebanyak 1249, tahun 2016
sebanyak 501 (36,86%) dengan jumlah total persalinan sebanyak 1359
persalinan dan pada tahun 2017 periode Januari-Juni sebanyak 427
(54,74%) kasus sectio caesarea.
Studi pendahuluan yang dilakukan di RSU Bahteramas Provinsi
Sulawesi Tenggara bahwa masih didapatkan ibu yang belum
melaksanakan mobilisasi dini pada persalinan post SC. Pada studi
pendahuluan dari 5 ibu post SC yang diamati semuanya belum
melaksanaka mobilisasi dini dengan alasan ketidaktahuan dan
kekhawatiran. Hal ini terjadi karena pengetahuan ibu yang beranggapan
bahwa ibu merasa khawatir terhadap luka jahitan, jika melakukan gerakan.
Melihat pentingnya mobilisasi dini pada ibu post partum dengan
sectio caesarea maka peran seorang petugas sangat diperlukan dalam
membantu pasien pasca operasi sectio caesarea adalah untuk
memberikan penjelasan dan motivasi, mendampingi serta membimbing
pasien pasca operasi sectio caesarea untuk melakukan mobilisasi sedini
mungkin, berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “Hubungan pengetahuan dengan sikap
ibu post sectio caesarea dalam mobilisasi dini di RSU Bahteramas
Provinsi Sulawesi Tenggara”.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan
pengetahuan dengan sikap ibu post sectio caesarea dalam mobilisasi dini
di RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara ?.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan sikap ibu post
sectio caesarea tentang mobilisasi dini di RSU Bahteramas Provinsi
Sulawesi Tenggara.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengidentifikasi pengetahuan ibu post sectio caesarea
tentang mobilisasi dini di RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi
Tenggara.
b. Untuk mengetahui hubungan sikap ibu post sectio caesarea dalam
mobilisasi dini di RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara.
c. Untuk menganalisis hubungan pengetahuan dengan sikap ibu post
sectio caesarea dalam mobilisasi dini di RSU Bahteramas Provinsi
Sulawesi Tenggara.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat praktis
a. Bagi RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara, Sebagai bahan
acuan dan tambahan informasi untuk mengambil langkah-langkah
kebijakan di masa akan datang dalam rangka upaya pelaksanaan
mobilisasi dini.
b. Bagi Masyarakat, menambah pengetahuan dan informasi sehingga
dapat dijadikan sebagai acuan upaya penanganan mobilisasi dini.
2. Manfaat bagi peneliti
a. Peneliti dapat mengaplikasikan ilmu dan sebagai proses
pembelajaran dan befikir ilmiah dalam memahami dan menganalisis
serta meningkatkan upaya pencegahan pada masalah kesehatan
yang ada.
b. Bagi peneliti lain, menambah mengetahuan dan pengalaman khusus
dalam melakukan penelitian ilmiah terhadap beberapa faktor yang
berhubungan dengan mobilisasi dini.
E. Keaslian Penelitian
Sulistiani dan Sari (2015) dengan judul Gambaran Pengetahuan
Ibu Post Partum Dengan Sectio Caesarea Tentang Mobilisasi Dini di
RSU Wates Kulon Progo. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif
dengan rancangan survey dengan variabel penelitian yaitu pengetahuan.
Perbedaan dengan penelitian sebelumnya yaitu jenis penelitian, metode
penelitian dan variabel penelitian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
1. Sectio Caesaria (SC)
a. Pengertian
Sectio Caesaria (SC) adalah suatu tindakan untuk melahirkan
bayi per abdominal dengan melalui insisi pada dinding abdomen dan
dinding uterus interior, biasanya yang sering dilakukan insisi segmen
bawah tranversal (Farrer, 2005). Sectio caesarea juga didefinisikan
sebagai suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui
suatu insisi pada dinding perut rahim dengan saraf rahim dalam
keadaan utuh serta berat di atas 500 gram (Mitayani, 2009).
Tindakan Sectio caesarea digunakan bilamana diyakini bahwa
penundaan persalinan pervaginam tidak mungkin dilangsungkan
secara aman (Cunningham, 2006).
b. Tipe-tipe Sectio Caesaria
Menurut Farrer (2006), tipe-tipe sectio Caesaria adalah:
1) Segmen bawah: insisi melintang
Pada bagian segmen bawah uterus dibuat insisi melintang yang
kecil, luka ini dilebarkan ke samping dengan jari-jari tangan dan
berhenti didekat daerah pembuluh-pembuluh darah uterus. Kepala
janin yang pada sebagian besar kasus terletak dibalik insisi
diekstraksi atau didorong, diikuti oleh bagian tubuh lainnya dan
kemudian plasenta serta selaput ketuban.
2) Segmen Bawah : Insisi Membujur
Cara membuka abdomen dan menyingkapkan uterus sama
seperti pada insisi melintang. Insisi membujur dibuat dengan
skapel dan dilebarkan dengan gunting tumpul untuk menghindari
cidera pada bayi.
3) Sectio Caesaria klasik
Insisi longitudinal digaris tengah dibuat dengan skapel ke dalam
dinding anterior uterus dan dilebarkan ke atas serta ke bawah
dengan gunting berujung tumpul. Diperlukan luka insisi yang lebar
karena bayi dilahirkan dengan presentasi bokong dahulu, janin
atau plasenta dikeluarkan dan uterus ditutup dengan jahitan tiga
lapis.
4) Sectio Caesaria Ekstra Peritoneal
Pembedahan ekstra peritoneal dikerjakan untuk menghindari
perlunya histerektomi pada kasus-kasus yang mengalmi infeksi
luas dengan mencegah peritonitis generalisasi yang sering
bersifat fatal.
c. Etiologi
Manuaba (2010) indikasi ibu dilakukan sectio caesarea adalah
ruptur uteri iminen, perdarahan antepartum, ketuban pecah dini.
Sedangkan indikasi dari janin adalah fetal distres dan janin besar
melebihi 4.000 gram. Penyebab Sectio caesarea sebagai berikut:
1) Chepalo Pelvik Disproportion/CPD
CPD adalah ukuran lingkar panggul ibu tidak sesuai dengan
ukuran lingkar kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak
dapat melahirkan secara alami. Tulang-tulang panggul merupakan
susunan beberapa tulang yang membentuk rongga panggul yang
merupakan jalan yang harus dilalui oleh janin ketika akan lahir
secara alami. Bentuk panggul yang menunjukkan kelainan atau
panggul patologis juga dapat menyebabkan kesulitan dalam
proses persalinan alami sehingga harus dilakukan tindakan
operasi. Keadaan patologis tersebut menyebabkan bentuk rongga
panggul menjadi asimetris dan ukuran-ukuran bidang panggul
menjadi abnormal.
2) Pre-Eklamsi Berat/PEB
Pre-eklamsi dan eklamsi merupakan kesatuan penyakit yang
langsung disebabkan oleh kehamilan, sebab terjadinya masih
belum jelas. Setelah perdarahan dan infeksi, pre-eklamsi dan
eklamsi merupakan penyebab kematian maternal dan perinatal
paling penting dalam ilmu kebidanan. Karena itu diagnosa dini
amatlah penting, yaitu mampu mengenali dan mengobati agar
tidak berlanjut menjadi eklamsi.
3) KPD (Ketuban Pecah Dini)
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum
terdapat tanda persalinan dan ditunggu satu jam belum terjadi
inpartu. Sebagian besar ketuban pecah dini adalah hamil aterm di
atas 37 minggu, sedangkan di bawah 36 minggu.
4) Bayi Kembar
Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara caesar. Hal
ini karena kelahiran kembar memiliki resiko terjadi komplikasi yang
lebih tinggi dari pada kelahiran satu bayi. Selain itu, bayi kembar
pun dapat mengalami sungsang atau salah letak lintang sehingga
sulit untuk dilahirkan secara normal.
5) Faktor Hambatan Jalan Lahir
Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir
yang tidak memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor dan
kelainan bawaan pada jalan lahir, tali pusat pendek dan ibu sulit
bernafas.
6) Kelainan Letak Janin
a. Kelainan pada letak kepala
1) Letak kepala tengadah bagian terbawah adalah puncak
kepala, pada pemeriksaan dalam teraba Ubun-Ubun Besar
(UUB) yang paling rendah. Etiologinya kelainan panggul,
kepala bentuknya bundar, anaknya kecil atau mati,
kerusakan dasar panggul.
2) Presentasi muka Letak kepala tengadah (defleksi), sehingga
bagian kepala yang terletak paling rendah ialah muka. Hal ini
jarang terjadi, kira-kira 0,27-0,5 %.
3) Presentasi dahi Posisi kepala antara fleksi dan defleksi, dahi
berada pada posisi terendah dan tetap paling depan. Pada
penempatan dagu, biasanya dengan sendirinya akan
berubah menjadi letak muka atau letak belakang kepala.
d. Patofisiologi
Sectio Caesarea merupakan tindakan untuk melahirkan bayi
dengan berat di atas 500 gr dengan sayatan pada dinding uterus
yang masih utuh. Indikasi dilakukan tindakan ini yaitu distorsi kepala
panggul, disfungsi uterus, distorsia jaringan lunak, placenta previa
untuk ibu. Sedangkan untuk janin adalah gawat janin. Janin besar
dan letak lintang setelah dilakukan Sectio Caesarea ibu akan
mengalami adaptasi post partum baik dari aspek kognitif berupa
kurang pengetahuan. Akibat kurang informasi dan dari aspek
fisiologis yaitu produk oxsitosin yang tidak adekuat akan
mengakibatkan ASI yang keluar hanya sedikit, luka dari insisi akan
menjadi port de entris bagi kuman. Oleh karena itu perlu diberikan
antibiotik dan perawatan luka dengan prinsip steril. Nyeri adalah
salah utama karena insisi yang mengakibatkan gangguan rasa
nyaman.
Sebelum dilakukan operasi pasien perlu dilakukan anestesi
bisa bersifat regional dan umum. Namun anestesi umum lebih
banyak pengaruhnya terhadap janin maupun ibu anestesi janin
sehingga kadang-kadang bayi lahir dalam keadaan apnoe yang tidak
dapat diatasi dengan mudah. Akibatnya janin bisa mati, sedangkan
pengaruhnya anestesi bagi ibu sendiri yaitu terhadap tonus uteri
berupa atonia uteri sehingga darah banyak yang keluar. Untuk
pengaruh terhadap nafas yaitu jalan nafas yang tidak efektif akibat
sekret yan berlebihan karena kerja otot nafas silia yang menutup.
Anestesi ini juga mempengaruhi saluran pencernaan dengan
menurunkan mobilitas usus.
Seperti yang telah diketahui setelah makanan masuk lambung
akan terjadi proses penghancuran dengan bantuan peristaltik usus.
Kemudian diserap untuk metabolisme sehingga tubuh memperoleh
energi. Akibat dari mortilitas yang menurun maka peristaltik juga
menurun. Makanan yang ada di lambung akan menumpuk dan
karena reflek untuk batuk juga menurun. Maka pasien sangat
beresiko terhadap aspirasi sehingga perlu dipasang pipa
endotracheal. Selain itu motilitas yang menurun juga berakibat pada
perubahan pola eliminasi yaitu konstipasi (Saifuddin, Mansjoer &
Prawirohardjo, 2002).
e. Komplikasi Sectio Caesarea
1. Nyeri pada daerah insisi,
2. Perdarahan primer sebagai akibat kegagalan mencapai
homeostatis karena insisi rahim atau akibat atonia uteri yang
dapat terjadi setelah pemanjangan masa persalinan,
3. Sepsis setelah pembedahan, frekuensi dari komplikasi ini lebih
besar bila Sectio Caesaria dilaksanakan selama persalinan atau
bila terdapat infeksi dalam rahim,
4. Cidera pada sekeliling struktur usus besar, kandung kemih yang
lebar dan ureter,
5. Infeksi akibat luka pasca operasi,
6. Bengkak pada ekstremitas bawah,
7. Gangguan laktasi,
8. Penurunan elastisitas otot perut dan otot dasar panggul,
9. Potensi terjadinya penurunan kemampuan fungsional (Farrer,
2006)
2. Mobilisasi Dini
a. Pengertian
Menurut Carpenito (2009), mobilisasi dini merupakan suatu
aspek yang terpenting pada fungsi fisiologis karena hal itu esensial
untuk mempertahankan kemandirian. Dari definisi tersebut dapat
disimpulkan bahwa mobilisasi dini adalah suatu upaya mempertahan
kan kemandirian sedini mungkin dengan cara membimbing penderita
untuk mempertahankan fungsi fisiologis. Konsep mobilisasi mula-mula
berasal dari ambulasi dini yang merupakan pengembalian secara
berangsur-angsur ke tahap mobilisasi sebelumnya untuk mencegah
komplikasi.
Mobilisasi mengacu pada kemampuan seseorang untuk
bergerak dengan bebas dan imobilisasi mengacu pada ketidak
mampuan seseorang untuk bergerak dengan bebas. Mobilisasi dan
imobilisasi berada pada suatu rentang dengan banyak tingkatan
imobilisasi parsial. Beberapa klien mengalami kemunduran dan
selanjutnya berada di antara rentang mobilisasi-imobilisasi, tetapi pada
klien lain, berada pada kondisi imobilisasi mutlak dan berlanjut sampai
jangka waktu tidak terbatas.
Mobilisasi sangat penting dalam percepatan hari rawat dan
mengurangi resiko-resiko karena tirah baring lama seperti terjadinya
dekubitus, kekakuan/penegangan otot-otot di seluruh tubuh dan
sirkulasi darah dan pernapasan terganggu, juga adanya gangguan
peristaltik maupun berkemih. Sering kali dengan keluhan nyeri, klien
tidak mau melakukan mobilisasi ataupun tidak berani merubah posisi.
Disinilah peran perawat sebagai edukator dan motivator kepada klien
sehingga klien tidak mengalami suatu komplikasi yang tidak diinginkan.
b. Tujuan Mobilisasi
Menurut Fitriyahsari (2009) tujuan dari mobilisasi adalah untuk
Mempertahankan fungsi tubuh, memperlancar peredaran darah,
membantu pernafasan menjadi lebih baik, Memperlancar eliminasi urin,
mengembalikan. Tujuan dari mobilisasi adalah untuk Mempertahankan
fungsi tubuh, memperlancar peredaran darah, membantu pernafasan
menjadi lebih baik, Memperlancar eliminasi urin, mengembalikan
aktifimas tertentu, sehingga pasien dapat kembali normal dan dapat
memenuhi kebutuhan gerak harian, memberikan kesempatan perawat
dan pasien berinteraksi atau komunikasi.
Mobilisasi dini adalah suatu pergerakan dan posisi yang akan
melakukan aktifitas atau kegiatan. Mobilisasi merupakan kemampuan
seseorang untuk bergerak dengan bebas dan merupakan faktor yang
menonjol dalam mempercepat pemulihan pasca bedah, mobilisasi dini
merupakan suatu aspek yang terpenting pada fungsi fisiologis karena
hal ini esensial untuk mempertahankan kemandirian. Dengan demikian
mobilisasi dini adalah suatu upaya mempertahankan kemandirian
sedini mungkin dengan cara membimbing penderita untuk
mempertahankan fungsi fisiologi. Bahwa mobilisasi dini adalah
kebijaksanaan untuk selekas mungkin membimbing penderita keluar
dari tempat tidurnya dan membimbing selekas mungkin berjalan
(Wirnata, 2010)
Menurut Vivian, (2011) Perawatan mobilisasi dini mempunyai
keuntungan, Menglancarkan pengeluaran lokhea, mengurangi infeksi
puerperium, mempercepat involusi uteri, melancarkan fungsi alat
grastrointestinal dan alat kelamin, meningkatkan kelancaran perdaran
darah sehingga mempercepat fungsi ASI dan pengeluaran sisa
metabolisme, kesempatan yang baik untuk mengajar ibu memeliha
atau merawat anaknya
c. Tahap-Tahap Mobilisasi
Mobilisasi dini dilakukan secara bertahap. Tahap-tahap mobilisasi
dini pada ibu post partum operasi secsio caesarea (Kasdu, 2002). 6 jam
pertama Ibu post secsio caesarea istirahat tirah baring, mobilisasi dini
yang bisa dilakukang adalah menggerakkan lengan, tangan,
menggerakkan ujung jari kaki dan memutar pergelangan kaki,
mengangkat tumit, menegakkan otot betis serta menekuk dan
menggeser kaki.
Ibu diharuskan untuk dapat miring kekiri dan kekanan mencegah
trombosis dan trombo emboli. Makan dan minum di bantu, mengangkat
tangan, mengangkat kaki, menekuk lutut, menggeser badan. Setelah
24 jam Ibu dianjurkan untuk dapat mulai belajar untuk duduk. Dapat
mengangkat tangan setinggi mungkin, balik kekiri dan kekanan tanpa
bantuan, latihan pernafasan serta makan dan minum tanpa dibantu.
Setelah ibu dapat duduk, dianjurkan ibu belajar berjalan.
d. Pelaksanaan Mobilisasi
Menurut Aliahani (2010) pelaksanaan mobilisasi dini pada ibu post
partum secsio caesarea terdiri dari:
a. Hari ke 1:
1. Berbaring miring kekanan dan kekiri yang dapat dimulai sejak 6 -
10 jam setelah ibu sadar.
2. Latihan pernafasan dapat dilakukan ibu sambil tidur terlentang
sedini mungkin setelah sadar.
b. Hari ke 2 :
1. Ibu dapat duduk 5 menit dan minta untuk bernafas dalam-dalam
lalu menghembuskannya disertai batuk-batuk kecil yang gunanya
untuk melonggarkan pernafasan dan sekaligus menumbuhkan
kepercayaan pada diri ibu bahwa ia mulai pulih.
2. Kemudian posisi tidur terlentang dirubah menjadi setengah duduk
3. Selanjunya secara berturut- turut, hari demi hari ibu yang sudah
melahirkan dianjurkan belajar duduk selama sehari.
c. Hari ke 3 sampai ke 5 :
1. Belajar berjalan kemudian berjalan sendiri pada hari setelah
operasi
2. Mobolisasi secara teratur dan bertahap serta diikuti dengan
istirahat dapat membantu penyembuhan luka.
Sedangkan menurut (Handiyani, 2009) prosedur pelaksanaan
mobilisasi terdiri dari:
1. Hari 1 – 4
a. Membentuk lingkaran dan meregangkan telapak tangan
Ibu berbaring di tempat tidur, kemudian bentuk gerak
lingkaran dengan telapak tangan kaki satu demi satu. Gerakan ini
seperti sedang menggambar sebuah lingkaran dengan ibu jari kaki
ke satu arah, lalu kearah lainnya. Kemudian regangkan masing-
masing telapak kaki dengan cara menarik jari-jari kaki ibu ke arah
betis, lalu balikkan ujung telapak kaki kearah sebaliknya sehingga
ibu merasakan otot betisnya berkontraksi. Lakukan gerakan ini
dua atau tiga kali sehari.
b. Bernafas dalam-dalam
Berbaring dan tekukkan kaki sedikit. Tempatkan kedua
tangan ibu di bagian dada atas dan tarik nafas. Arahkan nafas ke
arah tangan ibu, lalu tekanlah dada saat ibu menghembus nafas.
Kemudian tarik nafas sedikit lebih dalam. Tempatkan kedua
tangan diatas tulang rusuk, sehingga ibu dapat merasakan paru-
paru mengembang, lalu hembuskan nafas seperti sebelumnya.
Cobalah untuk bernafas lebih dalam sehingga mencapai perut .
hal ini akan merangsang jaringan-jaringan disekitar bekas luka.
Sanggah insisi ibu dengan cara menempatkan kedua tangan
secara lembut diatas daerah tersebut. Kemudian, tarik dan
hembuskan nafas yang lebih dalam lagi beberapa kali. Ulangi
sebanyak tiga atau empat kali (Handiyani, 2009).
c. Duduk tegak
Tekuk lutut dan miring kesampin,putar kepala ibu dan
gunakan tangan- tangan ibu untuk membantu dirinya ke posisi
duduk. Saat melakukan gerakan yang pertama, luka akan tertarik
dan terasa sangat tidak nyaman, namun teruslah berusaha
dengan bantuan lengan samapai ibu berhasil duduk. Pertahankan
posisi itu selama beberapa saat. Kemudian, mulailah
memindahkan berat tubuh ke tangan, sehingga ibu dapat
menggoyangkan pinggul kearah belakang. Duduk setegak
mungkin dan tarik nafas dalam-dalam beberapa kali. Luruskan
tulang punggung dengan cara mengangkat tulang-tulang rusuk.
Gunakan tangan ibu untuk menyangga insisi. Cobalah batuk 2
atau 3 kali (Handiyani, 2009).
d. Bangkit dari tempat tidur
Gerakkan tubuh ke posisi duduk. Kemudian gerakkan kaki
pelan-pelan kesisi tempat tidur. Gunakan tangan ibu untuk
mendorong kedepan dan perlahan turunkan telapak kaki ke lantai.
Tekanlah sebuah bantal dengan ketat diatas bekas luka ibu untuk
menyangga. Kemudian cobalah bagian atas tubuh ibu. Cobalah
meluruskan seluruh tubuh lalu luruskan kaki-kaki ibu (Aliahani,
2010).
e. Berjalan
Dengan bantal tetap tertekan diatas bekas luka, berjalanlah
kedepan. Saat berjalan usahakan kepala tetap tegak, bernafas
lewat mulut. Teruslah berjalan selama beberapa menit sebelum
kembali ke tempat tidur (Handiyani, 2009).
f. Berdiri dan meraih
Duduklah dibagian tepi tempat tidur, angkat tubuh hingga
berdiri.Pertimbangkanlah untuk mengontraksikan otot-otot
punggung agar dada mengembang dan merenggang, cobalah
untuk mengangkat tubuh, mulai dari pinggang perlahan-lahan,
melawan dorongan alamiah untuk membungkuk, lemaskan tubuh
kedepan selama satu menit (Handiyani, 2009).
g. Menarik perut
Berbaringlah ditempat tidur dan kontraksikan otot-otot dasar
pelvis, dan cobalah untuk menarik perut. Perlahan-lahan letakkan
kedua tangan diatas bekas luka dan berkontraksilah untuk
menarik perut menjauhi tangan ibu, lakukan 5 kali tarikan dan
lakukan 2 kali sehari.
h. Saat menyusui
Tarik perut sembari menyusui. Kontraksikan otot-otot perut
selama beberapa detik lalu lemaskan.lakukan 5 sampai 10 kali
setiap kali ibu menyusui (Alihani, 2010).
2. Hari 4 – 7
a. Menekuk pelvis
Kontraksikan abdomen dan tekan punggung bagian bawah
ketempat tidur. Jika dilakukan dengan benar pelvis akan menekuk.
Lakukan 4 hingga 8 tekukkan selama 2 detik.
b. Meluncurkan kaki
Berbaring dengan lutut ditekuk dan bernafaslah secara
normal. Lalu luncurkan kaki diatas tempat tidur, menjauhi tubuh
.Seraya mendorong tumit, ulurkan kaki, sehingga ibu akan
merasakan sedikit denyutan disekitar insisi. Lakuakan 4 kali
dorongan untuk satu kaki.
c. Sentakan pinggul
Berbaringlah di atas tempat tidur, tekukkan kaki keatas dan
rentangkan kaki yang satu lagi. Lakukan gerakan menunjuk ke
arah jari-jari kaki. Dorong pinggul pada sisi yang sama dengan
kaki yang tertekuk ke arah bahu,lalu lemaskan. Dorong kaki
menjauhi kaki menjauhi tubuh dengan lurus. Lakuakn 6 hingga 8
pengulangan untuk masing-masing tubuh.
d. Menggulingkan lutut
Berbaring ditempat tidur, kemudian letakkan tangan
disamping tubuh untuk menjaga keseimbangan. Perlahan- lahan
gerakkan kedua lutut ke satu sisi. Gerakkan lutut hingga bisa
merasakan tubuh ikut berputar. Lakukan 3 kali ayunan lutut
kemasing-masing sisi. Akhiri dengan meluruskan kaki.
e. Posisi jembatan
Berbaringlah diats tempat tidur dengan kedua lutut tertekuk.
Bentangkan kedua tangan ke bagian samping untuk
keseimbangan. Tekan telapak kaki kebawah dan perlahan- lahan
angkat pinggul dari tempat tidur. Rasakan tulang tungging
terangkat. Lakukan gerakan ini lima kali sehari.
f. Posisi merangkak
Perlahan-lahan angkat tubuh dengan bertopang kedua
tangan dan kaki diatas tempt tidur. Saat ibu mempertahankan
posisi merangkak tanpa merasa tidak nyaman sedikitpun ibu
dapat menambah beberpa gerakan dalam rangkaian ini. Tekan
tangan dan kaki di tempat tidur dan cobalah untuk melakukan
gerakan yang sama dengan sentakan pinggul, sehingga pinggul
terdorong kearah bahu. Jika melakukan gerakan ini dengan benar,
ibu akan merasa seolah-olah menggoyang-goyangkan ekor.
Lakukan gerakan ini 5 kali sehari.
3. Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari suatu proses pembelajaran
seseorang terhadap sesuatu baik itu yang didengar maupun yang
dilihat (Fitriani, 2011).
1) Tingkat pengetahuan di dalam domain kognitif :
a) Tahu (know)
Tahu berarti seseorang tersebut dapat mengingat kembali
materi yang pernah dipelajari sebelumnya dengan cara
menyebutkan, menguraikan, dan sebagainya.
b) Memahami (comprehension)
Memahami yaitu mampu untuk dapat menjelaskan sesuatu
yang telah dipelajari sebelumnya dengan jelas serta dapat
membuat suatu kesimpulan dari suatu materi.
c) Aplikasi (application)
Aplikasi berarti seseorang mampu untuk dapat menerapkan
materi yang telah dipelajari ke berdasarkan sebuah tindakan yang
nyata.
d) Analisis (analysis)
Analisis merupakan tahap dimana seseorang telah dapat
menjabarkan masing-masing materi, tetapi masih memiliki kaitan
satu sama lain. Dalam menganalisis, seseorang bias
membedakan atau mengelompokkan materi berdasarkan kriteria
yang sudah ditentukan.
e) Sintesis (synthetis)
Sintesis adalah kemampuan seseorang dalam membuat
temuan ilmu yang baru berdasarkan ilmu lama yang sudah
dipelajari sebelumnya.
f) Evaluasi (evaluation)
Tingkatan pengetahuan yang paling tinggi adalah evaluasi.
Dari hasil pembelajaran yang sudah dilakukan, seseorang dapat
mengevaluasi seberapa efektifnya pembelajaran yang sudah ia
lakukan. Dari hasil evaluasi ini dapat dinilai dan dijadikan acuan
untuk meningkatkan strategi pembelajaran baru yang lebih efektif
lagi.
2) Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Faktor-faktor pengetahuan menurut Wawan & Dewi (2011)
dibedakan menjadi faktor internal dan faktor eksternal:
a) Faktor internal
(1) Pendidikan
Pendidikan dapat mempengaruhi perilaku seseorang
terhadap pola hidup terutama dalam motivasi sikap. Semakin
tinggi pendidikan seseorang, maka semakin mudah untuk
penerimaan informasi.
(2) Pekerjaan
Menurut Thomas yang dikutip oleh Nursalam (2010)
pekerjaan merupakan suatu cara mencari nafkah yang
membosankan, berulang, dan banyak tantangan. Pekerjaan
dilakukan untuk menunjang kehidupan pribadi maupun
keluarga. Bekerja dianggap kegiatan yang menyita waktu.
(3) Umur
Usia adalah umur individu yang terhitung mulai dari
dilahirkan sampai berulang tahun (Elisabeth BH, dikutip dari
Nursalam, 2010). Semakin cukup umur, tingkat kematangan
dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir.
b) Faktor eksternal
(1) Faktor lingkungan
Lingkungan tempat tinggal dapat mempengaruhi
perkembangan dan perilaku individu maupun kelompok. Jika
lingkungan mendukung ke arah positif, maka individu maupun
kelompok akan berperilaku positif, tetapi jika lingkungan
sekitar tidak kondusif, maka individu maupun kelompok
tersebut akan berperilaku kurang baik.
(2) Sosial budaya
Sistem sosial budaya yang ada dalam masyarakat juga
mempengaruhi sikap dalam penerimaan informasi.
4. Sikap
Reaksi yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus
disebut sikap. Sikap belum merupakan suatu tindakan nyata, tetapi
masih berupa persepsi dan kesiapan seseorang untuk bereaksi
terhadap stimulus yang ada di sekitarnya. Sikap dapat diukur secara
langsung dan tidak langsung. Pengukuran sikap merupakan pendapat
yang diungkapkan oleh responden terhadap objek (Notoatmodjo, 2010).
Menurut Azwar S (2012) struktur sikap dibedakan atas 3
komponen yang saling menunjang, yaitu:
1) Komponen kognitif merupakan representasi apa yang dipercayai
oleh individu pemilik sikap, komponen kognitif berisi kepercayaan
stereotype yang dimiliki individu mengenai sesuatu dapat
disamarkan penanganan (opini) terutama apabila menyangkut
masalah isu atau problem yang kontroversal.
2) Komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek
emosional. Aspek emosional inilah yang biasanya berakar paling
dalam sebagai komponen sikap dan merupakan aspek yang paling
bertahan terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin adalah
mengubah sikap seseorang komponen afektif disamakan dengan
perasaan yang dimiliki seseorang terhadap sesuatu.
3) Komponen konatif merupakan aspek kecenderungan berperilaku
tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang. Dan berisi
tendensi atau kecenderungan untuk bertindak/ bereaksi terhadap
sesuatu dengan cara-cara tertentu dan berkaitan dengan objek yang
dihadapinya adalah logis untuk mengharapkan bahwa sikap
seseorang adalah dicerminkan dalam bentuk tendensi perilaku.
Secara garis besar sikap terdiri dari komponen kognitif (ide yang
dipelajari), komponen perilaku (berpengaruh terhadap respon sesuai
atau tidak sesuai), dan komponen emosi (menimbulkan respon-respon
yang konsisten) (Wawan & Dewi, 2011). Berikut akan disajikan skema
terbentuknya sikap dan reaksi.
Gambar 2.1 Proses terbentuknya sikap dan reaksi
4) Tingkatan sikap menurut Fitriani, 2011:
a) Menerima (receiving): seseorang mau dan memperhatikan
rangsangan yang diberikan.
b) Merespons (responding): memberi jawaban apabila ditanya,
menyelesaikan tugas yang diberikan sebagai tanda seseorang
menerima ide tersebut.
c) Menghargai (valuing): tingkatan selanjutnya dari sikap adalah
menghargai. Menghargai berarti seseorang dapat menerima ide
dari orang lain yang mungkin saja berbeda dengan idenya sendiri,
kemudian dari dua ide yang berbeda tersebut didiskusikan
bersama antara kedua orang yang mengajukan ide tersebut.
Stimulus
Rangsangan
Proses Stimulus
Reaksi
Tingkah laku
(terbuka)
Sikap (Tertutup)
d) Bertanggung jawab (responsible): mampu mempertanggung
jawabkan sesuatu yang telah dipilih merupakan tingkatan sikap
yang tertinggi.
5) Fungsi sikap menurut Wawan & Dewi, 2011:
a) Fungsi instrumental atau fungsi manfaat atau fungsi penyesuaian
Disebut fungsi manfaat karena sikap dapat membantu
mengetahui sejauh mana manfaat objek sikap dalam pencapaian
tujuan. Dengan sikap yang diambil oleh seseorang, orang dapat
menyesuaikan diri dengan baik terhadap lingkungan sekitar, disini
sikap berfungsi untuk penyesuaian.
b) Fungsi pertahanan ego
Sikap tertentu diambil seseorang ketika keadaan dirinya atau
egonya merasa terancam. Seseorang mengambil sikap tertentu
untuk mempertahankan egonya.
c) Fungsi ekspresi nilai
Pengambilan sikap tertentu terhadap nilai tertentu akan
menunjukkan sistem nilai yang ada pada diri individu yang
bersangkutan.
d) Fungsi pengetahuan
Jika seseorang mempunyai sikap tertentu terhadap suatu
objek, itu berarti menunjukkan orang tersebut mempunyai
pengetahuan terhadap objek sikap yang bersangkutan.
6) Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap menurut Wawan & Dewi
(2011) adalah:
a) Pengalaman pribadi
Pengalaman pribadi harus meninggalkan kesan yang kuat
agar dapat dijadikan sebagai dasar pembentukan sikap yang baik.
Sikap akan lebih mudah terbentuk jika pengalaman pribadi yang
terjadi melibatkan faktor emosional.
b) Pengaruh orang lain yang dianggap penting Individu cenderung
mempunyai sikap yang searah dengan orang yang dianggapnya
penting karena dimotivasi oleh keinginan untuk menghindari
konflik dengan orang yang dianggapnya penting tersebut.
c) Pengaruh kebudayaan dimana Kebudayaan memberi corak
pengalaman individu-individu masyarakat asuhannya sehingga
kebudayaan yang dianut menjadi salah satu faktor penentu
pembentukan sikap seseorang.
d) Media massa dimana Media massa yang harusnya disampaikan
secara objektif cenderung dipengaruhi oleh sikap penulis sehingga
berpengaruh juga terhadap sikap konsumennya.
e) Lembaga pendidikan dan lembaga agama Konsep moral dan
ajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga agama sangat
menentukan system kepercayaan sehingga konsep ini akan ikut
mempengaruhi pembentukan sikap.
f) Faktor emosional yaitu Sikap merupakan pernyataan yang
didasari oleh emosi sebagai bentuk pertahanan egonya.
7) Cara pengukuran sikap
a) Skala Thurstone (Method of Equel-Appearing Intervals)
Teknik ini disusun oleh Thurstone yang didasarkan pada
asumsi nilai skala yang berasal dari rating para penilai tidak
dipengaruhi oleh sikap penilai terhadap isu. Metode ini
menempatkan sikap seseorang pada rentangan kontinum dari
yang sangat unfavorable sampai yang sangat favorable terhadap
suatu objek sikap. Caranya yaitu dengan memberikan orang
tersebut beberapa item sikap yang telah ditentukan derajat
favorabilitasnya.
Pembuat skala perlu membuat sampel pernyataan sikap
sekitar 100 buah atau lebih, kemudian pernyataan-pernyataan
tersebut diberikan kepada beberapa orang penilai untuk
menentukan derajat favorabilitasnya. Rentang favorabilitas dari 1
sampai 11. Median dari penilaian antar penilai terhadap item ini
dijadikan sebagai nilai skala masing-masing item. Pembuat skala
menyusun item dari skala terendah sampai tertinggi, kemudian
memilih item untuk kuesioner skala sikap yang sesungguhnya dan
selanjutnya diberikan kepada responden untuk menunjukkan
seberapa besar kesetujuan atau ketidaksetujuannya pada masing-
masing item (Wawan & Dewi, 2011).
b) Skala Likert (Method of Summateds Ratings)
Item dalam skala Likert dibagi menjadi kelompok favorable
dan unfavorable. Untuk item favorable, jawaban sangat setuju
nilainya 5, sedangkan jawaban sangat tidak setuju nilainya 1. Item
unfavorabel, nilai untuk jawaban sangat setuju adalah 1,
sedangkan jawaban untuk sangat tidak setuju diberi nilai 5. Skala
Likert disusun dan diberi skor sesuai dengan skala interval sama
(Riyanto, 2011).
c) Skala Guttman
Pengukuran dengan menggunakan skala Guttman hanya
akan ada dua jawaban, yaitu “ya-tidak”, “benar-salah”, “pernah-
tidak pernah”, “setuju-tidak setuju”, dan lain-lain. Skala Guttman
digunakan apabila ingin mendapatkan jawaban yang tegas
tentang permasalahan yang dipertanyakan. Penilaian pada skala
Guttman untuk jawaban setuju diberi skor 1 dan jika tidak setuju
diberi skor 0 (Sugiyono, 2009). Sikap dikatakan positif
(mendukung) bila hasil mean lebih besar daripada rata-rata,
sedangkan dikatakan negative (tidak mendukung) bila hasil mean
lebih rendah daripada ratarata.
d. Praktik (Practice)
Praktik merupakan tindakan nyata dari adanya suatu respon
(Notoatmodjo, 2010). Sikap dapat terwujud dalam tindakan nyata
apabila tersedia fasilitas atau sarana dan prasarana. Tanpa
adanya fasilitas, suatu sikap tidak dapat terwujud dalam tindakan
nyata.
B. Landasan Teori
Mobilisasi dini adalah suatu pergerakan dan posisi yang akan
melakukan aktifitas atau kegiatan. Mobilisasi dini dilakukan secara
bertahap. Tahap-tahap mobilisasi dini pada ibu post partum operasi
secsio caesarea yaitu pada 6 jam pertama Ibu post secsio caesarea
istirahat tirah baring, mobilisasi dini yang bisa dilakukang adalah
menggerakkan lengan, tangan, menggerakkan ujung jari kaki dan
memutar pergelangan kaki, mengangkat tumit, menegakkan otot betis
serta menekuk dan menggeser kaki.
Pengetahuan dapat membentuk suatu sikap dan menimbulkan
suatu perilaku di dalam kehidupan sehari-hari (Notoatmodjo, 2010).
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari
seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap mempunyai
berbagai tingkatan yaitu : menerima (Receiving), merespon
(Responding), menghargai (Valuing) dan bertanggung jawab
(Responsible).
Tingkat pengetahuan ibu tentang mobilisasi dini dapat membentuk
sikap positif ibu dalam mobilissasi dini pasca SC. Tanpa adanya
pengetahuan maka para ibu post SC akan bersifat negatif dengan
merasa khawatir untuk melakukan mobilisasi dini pasca SC.
Pengetahuan tentang mobilisasi dini akan berdampak pada sikap dalam
mobilisasi dini pasca SC. Tingkat pengetahuan seseorang banyak
mempengaruhi perilaku individu, dimana semakin tinggi tingkat
pengetahuan seorang ibu tentang mobilisasi dini, maka semakin tinggi
pula tingkat kesadaran untuk melakukan mobilisasi dini pasca SC tanpa
merasa khawatir. Pengetahuan tentang mobilisasi dini yang rendah akan
menyebabkan rendahnya tingkat kesadaran ibu untuk melakukan
mobilisasi.
C. Kerangka Teori
Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dijabarkan, kerangka teori
dari penelitian ini adalah:
Gambar 2.2. Kerangka Teori
Sumber : Modifikasi Lawrence Green dalam Notoadmodjo (2010)
D. Kerangka Konsep
Adapun kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
Faktor Internal
a. Umur b. Pendidikan c. Pekerjaan d. Jumlah kehamilan
Faktor Eksternal
a. Lingkungan b. Sosial Budaya c. Sumber Informasi
Pengetahuan tentang
Mobilisasi dini
Sikap dalam mobilisasi dini
Post SC
Variabel Independent Variabel Dependent
Gambar 2.3. Kerangka Konsep Penelitian
Keterangan:
Variabel bebas : Pengetahuan
Variabel terikat : Sikap ibu post section caesarea dalam mobilisasi dini
E. Hipotesis Penelitian
Ada hubungan pengetahuan dengan sikap ibu post sectio caesarea dalam
mobilisasi dini di RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara.
BAB III
METODE PENELITIAN
Pengetahuan Sikap Ibu post sectio
caesarea dalam Mobilisasi Dini
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik yang bertujuan untuk
mengetahui hubungan pengetahuan, dengan sikap ibu post sectio
caesarea dalam mobilisasi dini di RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi
Tenggara, dengan rancangan crossectional yaitu pengambilan data primer
dan skunder dilakukan pada waktu yang sama.
Berikut skema rancangan penelitian.
Gambar 3.2 : Skema Rancangan Penelitian Cross Sectional
B. Waktu dan Tempat Penelitian
1. Waktu
Ibu Post SC
Pengetahuan (Baik)
Pengetahuan (Cukup)
Sikap (Positif)
Sikap (Negatif)
Sikap (Negatif)
Sikap (Positif)
Pengetahuan (Kurang)
Sikap (Positif)
Sikap (Negatif)
Waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai
dengan Desember tahun 2017.
2. Tempat
Penelitian ini dilaksanakan di RSU Bahteramas Provinsi
Sulawesi Tenggara.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu dengan sectio
caesarea di RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara periode
Januari-Maret 2017 sebanyak 140 orang.
2. Sampel
Sampel penelitian ini adalah ibu dengan sectio caesarea di RSU
Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara yang, yang memenuhi kriteria
eksklusi dan inklusi. Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini
adalah purposive sampling.
Sampel dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan kriteria inklusi
dan eksklusi.
Kriteria inklusi:
1. Pasien yang komunikatif
2. Pasien yang bersedia menjadi responden dalam penelitian ini
Kriteria eksklusi
1. Pasien yang tidak komunikatif
2. Pasien yang tidak bersedia menjadi responden dalam penelitian ini
Jumlah sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan
menggunakan rumus (Notoadmodjo, 2010)
n =
(Rumus Quota Sampling) (Nursalam, 2008)
Keterangan :
n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
p = estimator proporsi populasi (jika tidak diketahui dianggap 50%)
q = 1-p (100%-p)
Z2 = 1.96 (harga kurva normal yang terhantung dari harga alpha)
d = 0.05 (tolerasnsi kesalahan yang dipilih)
Sehingga didapatkan:
n =
n =
n =
n =
n = 42,5042567125 ≈ 42 orang
D. Variabel Penelitian
. Variabel penelitian ini terdiri dari:
1. Variabel independent (variabel bebas/hubungan)
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah pengetahuan ibu.
2. Variabel dependent (terikat)
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah sikap ibu post
sectio caesarea dalam mobilisasi dini.
E. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif
1. Mobilisasi dini
Mobilisasi dini adalah suatu pergerakan dan posisi yang akan
melakukan aktifitas atau kegiatan yang dilakukan ibu post sectio
caesarea secara bertahap yaitu pada 6 jam pertama Ibu istirahat tirah
baring, mobilisasi dini yang bisa dilakukang adalah menggerakkan
lengan, tangan, menggerakkan ujung jari kaki dan memutar
pergelangan kaki, mengangkat tumit, menegakkan otot betis serta
menekuk dan menggeser kaki.
2. Pengetahuan
Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui oleh responden
sehubungan dengan mobilisasi dini.
Kriteria objektif :
a. Kategori baik, jika persentase jawaban benar 76% -100% atau jika
skor jawaban responden 8 – 10
b. Kategori cukup, jika persentase jawaban benar 56% -75% atau jika
skor jawaban responden 6 – 7
c. Kategori kurang, jika persentase jawaban benar < 55% atau jika
skor jawaban responden 0 – 5 (Notoadmodjo, 2010)
2. Sikap dalam mobilisasi dini
Sikap dalam mobilisasi dini adalah bentuk ibu post post sectio
caesarea menerima dan merespon dengan menyatakan nantinya
akan melakukan mobilisasi dini, baik respon positif maupun respon
negatif.
Kriteria Obyektif :
a. Positif : Skor > 50% atau jika skor jawaban responden 26 – 50
b. Negatif : Skor < 50% atau jika skor jawaban responden 10 – 25
(Azwar, 2012)
F. Jenis dan Cara Pengumpulan Data
1. Data Primer
Data primer adalah data yang langsung diambil atau diperoleh dari
responden baik dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner)
maupun observasi dan wawancara langsung kepada responden.
2. Data Sekunder
Data yang diperoleh dari instansi terkait yang ada hubungannya
dengan penelitian ini. Dalam hal ini data yang diperoleh dari Dinas
Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara, Kota Kendari dan RSU
Bahteramas.
G. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian ini menggunakan Kuesioner. Kuesioner yang
digunakan merupakan kuesioner tertutup atau closedended dengan
variasi dichotomous choice yang terdiri dari masing-masing 10 pertanyaan
sehubungan dengan pengetahuan ibu dan sikap ibu post section cesarean
dalam mobilisasi dini. Kuisioner pengetahuan menggunakan alternatif
jawaban “benar” dan “salah”, kriteria pernyataan positif dan negatif.
Dimana pertanyaan positif pada kuesioner mendapat skor 1 jika menjawab
benar dan skor 0 jika menjawab salah. Sedangkan pernyataaan negatif
pada kuesioner mendapat skor 0 jika menjawab benar dan skor 1 jika
menjawab salah. Kuisioner sikap menggunakan 5 alternatif pilihan yaitu
sangat setuju (SS), setuju (S), ragu-ragu (RR), tidak setuju (TS) dan
sangat tidak setuju (STS) kriteria pernyataan positif dan negatif. Dimana
skor pertanyaan positif untuk SS (5), S (4), RR (3), TS (2) dan STS (1).
Sedangkan skor pernyataaan negatif untuk SS (1), S (2), RR (3), TS (4)
dan STS (5). Adapun pengisian kuesioner dengan memberikan tanda
centang (√) pada lembar kuesioner yang sudah disediakan.
H. Pengolahan Data, Analisis data dan Penyajian Data
1. Pengolahan Data
Data yang diperoleh dari hasil pengamatan langsung di lapangan
dengan menggunakan kuesioner, diolah dengan menggunakan
komputer dalam program Statistical Package for the Social Sciences
(SPSS) versi 20, 0 dan kalkulator kemudian hasilnya disajikan dalam
bentuk tabel.
2. Analisis Data
Analisis data adalah analisis deskriptif yang menggambarkan
pengetahuan, sikap dan perilaku hasil skrining kegiatan mobilisasi dini.
a. Analisis Univariat
Analisis univariat digunakan untuk mengetahui distribusi dan
proposi (persentase) dari variabel bebas (pengetahuan, sikap dan
perilaku) terhadap variable terikat ibu post sectio caesarea dengan
Pelaksanaan Mobilisasi Dini
DenganRumus:
Keterangan;
P = Persentase
f = Frekuensi
N = Jumlah Subjek
100 = Bilangan tetap (konstanta)
b. Analisis Bivariat
P= X 100
Analisis bivariat dilakukan bertujuan menguji hubungan variabel
bebas dan variable terikat. Analisis bivariat dilakukan yaitu:
1) Uji Chi Square
Untuk mengetahui hubungan yang signifikan antara masing-
masing variable bebas dan variable terikat. Dasar pengambilan
keputusan penerimaan hipotesis penelitian berdasarkan tingkat
signifikan (nilai p) dengan program computer SPSS 16.00 adalah:
A. Jikanilai p > α 0,05 maka hipotesis penelitian ditolak
B. Jikanilai p < α 0,05 maka hipotesis penelitian diterima
Statistik uji shisquare :
Dimana:
= Frekuensi teruji
= Frekuensi harapan
∑ = Sigma/Jumlah
3. Penyajian Data
Data yang telah diolah dan dianalisis, disajikan dalam bentuk tabel
distribusi frekuensi disertai dengan penjelasan.
=
I. Etika Penelitian
Setelah mendapat persetujuan peneliti melakukan penelitian dengan
menekankan masalah etika yang meliputi:
1. Informed consent
Lembar persetujuan ini diedarkan sebelum penelitian
dilaksanakan agar responden mengetahui maksud dan tujuan
penelitian. Jika responden bersedia diteliti mereka harus
menandatangani lembar persetujuan tersebut dan jika tidak maka
peneliti harus menghormati hak-hak responden.
2. Anonimiti
Untuk menjaga kerahasiaan identitas respondent, peneliti tidak
akan mencantumkan nama subyek pada lembar pengumpulan data
yang diisi oleh subyek, lembar tersebut hanya akan diberi kode tertentu.
3. Conidentiality
Kerahasian informasi yang telah dikumpul dari subyek dijamin
kerahasiaanya.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Letak geografis
Sejak bulan Oktober 2012, Rumah Sakit Umum Bahteramas
Provinsi Sulawesi Tenggara telah mencapai lokasi baru di jalan P.
Tandean Kecamatan Baruga Kota Kendari. Lokasi ini angat strategis
karena mudah dijangkau dengan kendaraan. Adapun batas-batas
RSU Bahteramas Sultra secara administrative sebagai berikut :
a. Sebelah Utara : Kelurahan Wundudopi
b. Sebelah Timur : Kelurahan Lepo-Lepo
c. Sebelah Selatan : Kecamatan Baruga
d. Sebelah Barat : Kelurahan Watunbangga (RSU Bahtramas, 2017)
2. Sarana dan Prasarana
RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara berdiri di atas
tanah dengan luas mencapai 170.000 m2. Sarana dan prasarana yang
berupa bangunan fisik seluas 54.127 m2 sedangkan selebihnya belum
terealisasi atau belum selesai dibangun. Namun semua bangunan
yang telah dioperasikan memiliki tingkat aktivitas yang sangat tinggi
(RSU Bahteramas,2017).
Sebagian sarana fisik termasuk sarana pelayanan pasien telah
direhabilitasi namun masih ada beberapa sarana fisik lain yang
memerlukan rehabilitasi dan renovasi. Sarana kesehatan terdiri dari
pelayanan rawat jalan, rawat inap, instalasi, dan pelayanan penunjang
medic. Pelayanan rawat jalan terdiri: poliklinik penyakit dalam,
poliklinik kesehatan anak, poliklinik bedah, poliklinik mata, poliklinik
kulit dan kelamin, poliklinik kesehatan gigi dan mulut, poliklinik
neurologi, poliklinik kebidanan dan penyakit kandungan,poliklinik
jantung dan kardiovaskuler dan poliklinik gizi (RSU Bahteramas, 2017)
Sedangkan pelayanan rawat inap terdiri dari: ruangan
perawatan penyakit dalam, kesehatan anak, bedah, THT, Mata, Kulit
dan kelamin, gigi dan mulut, neurologi, penyakit kandungan,
perawatan intensif, prenatologi. Sedangkan instalasi terdiri dari
instalasi gawat darurat dan instalasi rehabilitasi medic. Pelayanan
penunjang antara lain terdiri dari: patologik klinik, patologi anatomi,
radiologi, farmasi, dan pelayanan lain seperti binatu, ambulance dan
perawatan serta pengatur jenazah (RSU Bahteramas, 2017)
3. Visi dan Misi RSU Bahteramas Provinsi Sultra
Visi pembangunan Pemerintah Sulawesi Tenggara adalah “
Mewujudkan Sulawesi Tenggara Sejahtera, Mandiri dan berdaya
saing tahun 2013-2018”. RSU Bahteramas Provinsi Sultra dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat mengacu pada visi dan
misi pemerintah daerah dan visi pembangunan kesehatan Provinsi
Sulawesi Tenggara. Visi RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi
Tenggara adalah “Rumah Sakit Unggulan dalam pelayanan
Kesehatan Rujukan, Pendidikan dan pelatihan di Sulawesi tenggara
tahun 2018”.
Untuk mewujudkan visi tersebut, maka misi yang diemban oleh
RSU Bahteramas Provinsi Sultra adalah :
a. Meningkatkan pelayanan kesehatan prima berlandaskan etika
profesi.
b. Menyelenggarakan profesi dokter, ppendidikan kesehatan
lainnya serta pelatihan dalam penelitian
c. Pengembangan sarana dan prasarana untuk menunjang rumah
sakit pendidikan
d. Meningkatkan Profesionalisme sumber daya manusia dan
kesejahteraan karyawan (RSU Bahteramas, 2017).
Moto RSU Bahteramas Provinsi adalah “melayani dengan hati
dan senyum “ (RSU Bahteramas, 2017).
4. Tugas Pokok dan Fungsi Rumah Sakit
Tugas pokok dan fungsi RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi
Tenggara mengacu pada perda nomor 3 tahun 2008 tentang susunan
organisasi dan tata kerja lembaga teknis daerah RSU Bahteramas
Provinsi Sulawesi Tenggara dan pola tata kelola RSU Bahteramas
Provinsi Sulawesi Tenggara yakni “ Melaksanakan upaya kesehatan
secara berdaya guna dan berhasil guna mengutamakan
penyembuhan penyakit dan pemulian kesehatan yang dilaksanakan
secara serasi dan terpadu melalui upaya peningkatan, pencegahan
dan pelaksanaan upaya rujukan” (RSU Bahteramas, 2017).
Untuk melaksanakan tugas popok sebagaimana tersebut
diatas, RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara mempunyai
fungsi yaitu menyelenggarakan pelayanan medic, menyelenggarakan
pelayanan penunjang medic, menyelenggarakan pelayanan dan
asuhan keperawatan, menyelenggarakan pelayanan rujukan,
menyelenggarakan pendidikan dan pelatihaan, menyelenggarakan
penelitian dan pengembangan kesehatan, menyelenggarakan upaya
promotif dan preventif (RSU Bahteramas, 2017).
5. Tenaga Kesehatan
Tenaga Kesehatan di RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi
Tenggara hingga 31 desember 2015 berhumlah 789 orang pegawai
negeri sipil (PNS) terdiri atas tenaga medis sebanyak 78 orang,
paramedic perawatan sebanyak 365 orang, paramedic non perawatan
sebanyak 218 orang dan non medis sebanyak 128 orang. Sedangkan
tenaga kontrak sebanyak 74 orang (RSU Bahteramas, 2017).
6. Hasil Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui hubungan pengetahuan
dengan sikap ibu post sectio caesarea dalam mobilisasi dini di RSU
Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara. Data yang telah terkumpul diolah
dan dianalisis menggunakan SPSS versi 20. Data yang telah dianalisis
disajikan dalam bentuk tabel yang disertai penjelasan.
1. Analisi Univariat
Analisis univariat merupakan analisis yang dilakukan untuk
memperoleh gambaran setiap variabel, distribusi frekuensi berbagai variabel
yang diteliti baik variabel terikat maupun variabel bebas, kemudia ditampilkan
dalam bentuk distribusi frekuensi. Analisis univariabel pada penelitian ini,
yaitu analisis pengetahuan, dan sikap ibu post sectio caesarea dalam
mobilisasi dini.
a. Karakteristik Responden
karakteristik responden yang disajikan dalam penelitian ini adalah
karakteristik yang berkaitan dengan umur dan tingkat pendidikan responden.
secara umum disajikan dalamtabel 4.1 berikut.
Tabel 4.1 Karakteristik Responden
Karakteristik F %
Umur (tahun)
17 – 25 17 40,48
26 – 35 17 40,48
36 – 45 8 19,05
Total 42 100
Pendidikan
SD 11 26,19
SMP 15 35,71
SLTA 10 23,81
PT 6 14,29
Total 42 100
sumber: Olahan Data Primer
Berdasarkan tabel 4.1 diperoleh keterangan bahwa mayoritas
responden berumur 17 – 35 tahun yaitu 34 orang (80,96 %). Sedangkan
tingkat pendidikan responden mayoritas setingkat SMP yakni sebanyak 15
orang (35,71%). Responden dengan pendidikan setingkat perguruan tinggi
hanya 6 orang (14,29%)
b. Deskripsi Pengetahuan Ibu Post Sectio Caesarea tentang
Mobilisasi Dini
Setelah mengumpulkan data, deskripsi pengetahuan Ibu Post Sectio
Caesarea tentang mobilisasi dini di RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi
Tenggara di sajikan pada tabel 4.2 berikut.
Tabel 4.2
Pengetahuan Ibu Post Sectio Caesarea tentang mobilisasi dini di RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara
Pengetahuan f %
Baik 15 35,71
Cukup 20 47,62
Kurang 7 16,67
Total 42 100
Sumber: olahan data primer
Berdasarkan tabel 4.2 di atas dapat dilihat bahwa mayoritas
responden memiliki pengetahuan yang kurang tentang mobilisasi dini post
sectio caesarea, dimana dari jumlah responden sebanyak 42 orang terdapat
20 orang (47,62%) yang memiliki pengetahuan pada ketegori cukup, 15
orang (35,71%) memiliki pengetahuan pada kategori baik, dan hanya 7 orang
(16,67%) yang berada pada kategori kurang.
c. Deskripsi Sikap Ibu Sectio Caesarea dalam Mobilisasi Dini
Secara umum, deskripsi Sikap Ibu Sectio Caesarea dalam Mobilisasi
Dini di RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara di sajikan pada tabel
4.3 berikut.
Tabel 4.3
Sikap Ibu Sectio Caesarea dalam Mobilisasi Dini di RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara
Sikap f %
Positif 19 45,24
Negatif 23 54,76
Total 42 100
Sumber: olahan data primer
Berdasarkan tabel 4.3 di atas dapat dilihat bahwa mayoritas
responden memiliki sikap yang negatif dalam mobilisasi dini post sectio
caesarea, dimana dari jumlah responden sebanyak 42 orang terdapat 23
orang (54,76%) memiliki sikap pada kategori negatif, dan 19 orang (45,24%)
memiliki sikap positif dalam mobilisasi dini post sectio caesarea.
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat merupakan analisis lanjutan dari analisis univariat.
Analisis bivariat bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara
variabel independen (kategorik) dengan variabel dependent (kategorik).
Anlisis bivariat dalam penelitian ini dilakukan dengan uji Chi Square untuk
melihat ada atau tidak adanya hubungan pengetahuan dengan sikap ibu post
sectio caesarea dalam mobilisasi dini di RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi
Tenggara. Hasil analisis disajikan pada tabel 4.4 berikut.
Tabel 4.4
Hubungan pengetahuan dengan sikap ibu post sectio caesarea dalam mobilisasi dini di RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara
Pengetahuan Ibu
Sikap Ibu
p X2hitung Positif Negatif
n % n %
Baik 12 28,57 3 7,14
0,003 11,408 Cukup 5 11,90 15 35,71
Kurang 2 4,76 5 11,90
Sumber: olahan data primer
Table 4.4 menunjukkan bahwa ibu di RSU Bahteramas Provinsi
Sulawesi Tenggara yang memiliki pengetahuan yang cukup tentang
mobilisasi dini post sectio caesarea mayoritas memiliki sikap negatif dalam
mobilisasi dini post sectio caesarea, yakni dari 20 orang, terdapat 15 orang
(35,71%) yang memiliki sikap negatif dan hanya 5 orang (11,90%) yang
memiliki sikap positif dalam mobilisasi dini post sectio caesarea. Demikian
pula ibu nifas yang memiliki pengetahuan kurang mayoritas memiliki sikap
negatif, yakni dari 7 orang, terdapat 5 orang (11,90%) yang bersikap
negative dan hanya 2 orang (4,76%) yang bersikap positif. Sedangkan ibu
yang memiliki pengetahuan baik terdapat 12 orang (28,57%) yang bersikap
positif, dan hanya 3 orang (7,14%) yang bersikap negatif dalam mobilisasi
dini post sectio caesarea.
Adapun hubungan antara kedua variable yang ditinjau secara statistic
dengan analisis Chi Square (X²) pada tingkat kemaknaan 95% menunjukan
nilai p=0,003 dengan X²hitung = 11,408. Jika dibandingkan dengan nilai
signifikan α=0,05 Nilai p ini lebih kecil sehingga hipotesis diterima berarti
dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara pengetahuan
dengan sikap ibu post sectio caesarea dalam mobilisasi dini di RSU
Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara.
B. Pembahasan
1. Pengetahuan Pengetahuan Ibu tentang Mobilisasi Dini Pasca Sectio
Caesarea
Distribusi frekuensi responden penelitian memperlihatkan tingkat
pengetahuan tentang mobilisasi mayoritas memiliki pengetahuan yang cukup
tentang Mobilisasi Dini Pasca Sectio Caesarea , yakni dari 42 responden,
sebanyak 20 orang (47,62%) memiliki pengetahuan pada kategori cukup.
Hasil penelitian menggambarkan bahwa mayoritas responden
berpengetahuan cukup, hal ini karena mayoritas responden belum
memahami informasi dengan benar tentang mobilisasi dini post SC.
Informasi adalah sesuatu yang dapat diketahui.
Menurut Notoadmodjo (2010) pengetahuan adalah merupakan hasil
dari tahu yang menjadi telaah seseorang setelah melakukan pengindraan
terhadap obyek tertentu. Pengetahuan diperoleh melalui belajar yang
merupakan suatu proses mencari tahu yang tadinya tidak tahu menjadi tahu,
konsep mencari tahu mencakup berbagai metode dari konsep, baik melalui
proses pendidikan maupun pengalaman.
Pengetahuan adalah sebagian ingatan atas bahan-bahan yang telah
dipelajari, mengingat kembali sekumpulan bahan yang luas dari hal-hal
terperinci untuk teori tetapi apa yang diberikan telah menggunakan ingatan
akan keterangan yang sesuai. Pengalaman responden melahirkan dengan
cara sectio caesarea merupakan hal yang belum pernah dilakukan
sebelumnya dapat berpengaruh terhadap pengetahuan respoden dalam
mobilisasi pasca sectio caesarea, seperti manfaat melakukan mobilisasi,
tahap–tahap yang dilakukan dalam gerakan mobilisasi. Oleh karena tidak
memiliki pengalaman melahirkan secara sectio caesarea, maka dapat
mempengaruhi tingkat pengetahuan responden tentang manfaat mobilisasi
pasca sectio caesarea. Ditinjau dari faktor pendidikan, diketahui bahwa
mayoritas responden berpendidikan setingkat SMP yakni sebanyak 15 orang
(35,71%) sedangkan responden yang berpendidikan setingkat PT hanya 6
orang (14,29%).
Dari penjelasan diatas didapatkan bahwa pengetahuan dipengaruhi
oleh tingkat pendidikan. Hal ini di dukung oleh Suliha (2002) yang
menyatakan bahwa, faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan salah
satunya adalah tingkat pendidikan. Pendidikan responden akan berpengaruh
terhadap tingkat pengetahuan tentang kesehatan khususnya tentang
mobilisasi dini dan sikap tentang mobilisai dini pasca sectio caesarea.
Selama menempuh pendidikan formal akan terjadi hubungan baik secara
sosial atau interpersonal yang akan berpengaruh terhadap wawasan
seseorang. Sedangkan pada tingkat pendidikan yang rendah interaksi
tersebut berkurang, informasi yang didapat juga berkurang. Sehingga
semakin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah menerima informasi
dan semakin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya.
2. Sikap Ibu Post SC dalam Mobilisasi Dini
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap responden dalam
mobilisasi dini post SC mayoritas bersikap negatif. Hal ini merupakan salah
satu akibat dari pengetahuan yang kurang tentang mobilasasi. Pendidikan
adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok
dan juga usaha mendewasakan seseorang melalui upaya pengajaran dan
pelatihan baik di sekolah ataupun di luar sekolah. Makin tinggi pendidikan,
makin mudah seseorang menerima pengetahuan (Notoatmodjo, 2010).
Tingkat pendidikan juga mempengaruhi persepsi seseorang untuk lebih
menerima ide-ide dan teknologi baru. Pendidikan juga merupakan salah
satu faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang. Karena dapat
membuat seseorang untuk lebih mudah mengambil keputusan dan
bertindak. Mereka tidak mengenal bahaya atau ancaman kesehatan yang
mungkin terjadi terhadap diri mereka. Oleh karena itu adanya pengetahuan
yang masih kurang pada responden dapat menjadikan sikap dalam
mobilisasi dini post sectio caesarea juga menjadi kurang baik. Hal ini di
sebabkan masih sedikitnya informasi yang didapatkan tentang banyaknya
manfaat melakukan mobilisasi dini post SC.
3. Hubungan pengetahuan dengan Sikap Ibu Post SC dalam Mobilisasi
Dini
Analisis Bivariat Berdasarkan hasil perhitungan dengan uji Chi Square
menggunakan bantuan program SPSS 20.00 for windows diperoleh nilai X2 =
11,408 dengan nilai signifikansi p = 0,003 nilai ini lebih kecil dari level of
significance (α) sebesar 0,05. Ini berarti ada hubungan bermakna antara
pengetahuan dengan sikap ibu post SC dalam mobilisasi dini di RSU
Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara. Hasil ini memberikan gambaran
bahwa ada kontribusi pengetahuan ibu dalam pembentukan sikap dalam
mobilisasi Dini. semakin baik pengetahuan ibu tentang mobilisasi sectio
caesarea semakin baik sikap ibu dalam melakukan mobilisasi post sectio
caesarea. Pentingnya mobilasi dini bagi responden dengan operasi sectio
caesarea juga merupakan bagian dari bagian mobilisasi dini ibu selama
perawatan nifas
Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa dari 15 orang yang
memiliki tingkat pengetahuan yang baik, 12 diantaranya memiliki sikap positif
terhadap mobilisasi dini, sebaliknya dari 20 orang ibu yang memiliki
pengetahuan yang cukup, terdapat 15 orang diantaranya memiliki sikap
negatif terhadap mobilisasi dini, serta dari 7 orang ibu yang memiliki
pengetahuan yang kurang 5 diantaranya memiliki sikap negatif terhadap
mobilisasi dini. Jika kita mencermati kondisi tersebut, sikap ibu yang
mayoritas negatif disebabkan oleh tingkat pengetahuan yang cukup (15
orang) dan pengetahuan yang kurang (5 orang). Pengetahuan menyebabkan
orang berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki, maka sudah
seharusnya jika seseorang memiliki pengetahuan yang baik tentang
mobilisasi dini juga akan melakukan tindakan mobilisasi dini post sectio
caesarea yang sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa semakin tinggi tingkat pengetahuan ibu
tentang mobilisasi dini, maka semakin baik sikap ibu tersebut dalam
melakukan mobilisasi dini.
Banyaknya responden (7 orang) dengan pengetahuan yang kurang, di
sebabkan masih sedikit informasi yang didapatkan ibu-ibu pasca sectio
caesarea tentang manfaat mobilisasi dini pasca sectio caesarea. Kerugian
apabila tidak dilakukan mobilisasi dini pasca sectio caesarea adalah
peningkatan suhu tubuh karena adanya involusi uterus yang tidak baik
sehingga sisa darah tidak dapat dikeluarkan dan menyebabkan infeksi dan
salah satu dari gejala infeksi adalah peningkatan suhu tubuh; perdarahan
yang abnormal, dengan mobilisasi dini kontraksi uterus akan baik sehingga
fundus uteri keras, maka resiko perdarahan yang abnormal dapat
dihindarkan, karena kontraksi membentuk penyempitan pembuluh darah
yang terbuka; involusi uterus yang tidak baik, tidak dilakukan mobilisasi
secara dini akan menghambat pengeluaran darah dan sisa plasenta
sehingga menyebabkan terganggunya kontraksi uterus (Varney, 2002).
Oleh karena itu, penting bagi seorang ibu untuk mengembangkan
pengetahuan tentang mobilisasi dini Pasca Sectio Caesarea, hal tersebut
dapat dilakukan dengan memanfaatkan perkembangan jaman dan
banyaknya informasi yang didapatkan bahwa tindakan mobilisasi dini pasca
sectio caesarea akan mempercepat penyembuhan luka operasi pasca sectio
caesarea dan tidak khawatir akan merusak luka operasi apabila dilakukan
sesuai tahapannya. Mochtar (2005) menyatakan manfaat mobilisasi dini bagi
ibu post operasi pasca sectio caesarea Penderita merasa lebih sehat dan
kuat dengan early ambulation. Dengan bergerak, otot-otot perut dan panggul
akan kembali normal sehingga otot perutnya menjadi kuat kembali dan dapat
mengurangi rasa sakit dengan demikian ibu merasa sehat dan membantu
memperoleh kekuatan dan mempercepat kesembuhan.
Kondisi lain yang ditemukan dalam penelitian ini bahwa Terdapat 5
responden dengan pengetahuan yang cukup tentang mobilasasi dini namun
bersikap positif terhadap mobilisasi dini, serta 2 orang yang berpengetahuan
kurang tetapi bersikap positif terhadap mobilisasi dini. Kondisi tersebut
menunjukkan bahwa meskipun pengetahuan rendah, namun adanya
komunikasi teraupetik yang dilakukan oleh perawat pasca sectio caesarea
mengenai apa saja yang seharusnya responden lalukan untuk mempercepat
kesembuhan post operasi. Adanya komunikasi yang dibangun oleh perawat
secara baik menimbulkan sikap yang baik. Komunikasi antara perawat dan
pasien termasuk dalam komnukasi teraupetik. Menurut Purwanto (2006)
komunikasi terapeutik merupakan hubungan interpesonal antara
bidandengan pasien, dalam hubungan ini bidan dan pasien memperoleh
pengalaman belajar bersama dalam rangka memperbaiki pengalaman
emosional pasien
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang diperoleh dari penellitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Mayoritas ibu post SC di RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara
memiliki pengetahuan yang cukup tentang mobilisasi dini, yakni dari 42
orang terdapat 20 orang (47,62%) yang memiliki pengetahuan pada
kategori cukup, 15 orang (35,71%) memiliki pengetahuan yang baik, dan
7 orang (16,67%) memiliki pengatahuan kurang.
2. Mayoritas ibu post SC di RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara
memiliki sikap negatif dalam mobilisasi dini yakni dari 42 orang terdapat
23 orang (54,76 %) yang memilikisikap positif dan hanya 19 orang
(45,24%) yang memiliki sikap positif.
3. Ada hubungan pengetahuan dengan sikap ibu post SC dalam mobilisasi
dini di RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara.
B. Saran
Adapun saran yang dapat diajukan berdasarkan hasil penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Petugas kesehatan khususnya bidan/perawat yang merawat ibu Post SC
agar lebih giat memberikan informasi-informasi dan penyuluhan tentang
manfaat mobilisasi dini pada ibu post SC.
2. Sebaiknya di Rumah Sakit disediakan brosur atau poster tentang
tahapan mobilisasi dini pada ibi post SC dalam bentuk gambar-gambar
yang disertai dengan keterangan.
3. Diharapkan bagi ibu-ibu nifas khususnya ibu post SC agar lebih rajin dan
aktif mencari informasi-informasi tentang mobilisasi dini.
DAFTAR PUSTAKA
Aliahani, 2010. Mobilisasi Dini Pada Ibu Post Sectio Caesaria, http://honey72.wordpress.com, diakses tanggal 28 Oktober 2017.
Arikunto, 2010 .Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta. Bumi Aksara: Jakarta.
Apriani, 2014.Asuhan Kebidanan Nifas. Mitra Cendikia: Yogyakarta.
AzwarA,2012. Metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat.Bina rupa Aksara:Jakarta.
Carpenito (2009. Pengantar kebutuhan dasar manusia: Aplikasi dan proses keperawatan.salmba medika: Jakarta
Cunningham, F. Gary, et al, 2006Obstertri Williams edisi 21.Penerbit EGC. Ed. 21. Jakarta: x +904 hlm
Corwin, E.J. 2006.Patofisiologi. EGC: Jakarta.
Farrer, H. 2005. Perawatan Maternitas.YasminAsih. vii + 267 hlm.Jakarta.
Fitriani, 2011.Promosi Kesehatan. GrahaIlmu: Yogyakarta
Handiyani, 2009. Asuhan Kebidanan Ibu Masa Nifas.Gosyen Publishing:Yogjakarta.
Kemenkes RI, 2011, Profil Kesehatan Indonesia 2010, Kementerian Kesehatan RI:Jakarta.
Manuaba, 2010.Buku Ajar Patologi Obstetri untuk Mahasiswa Kebidanan.EGC:Jakarta.
Mitayani, 2009.Asuhan Keperawatan Maternitas. Salemba Medika: Jakarta
Nursalam, 2010. Konsep dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan. Salemba Medika: Jakarta.
Notoatmodjo, 2010.Metodologi Penelitian Kesehatan . PT Rineka Cipta: Jakarta.
Riyanto, 2011. Kapitaselekta Kuisioner Pengetahuan dan Sikap dalam penelitian Kesehatan. Salemba Medika: Jakarta.
Rukiyah, 2011.Asuhan kebidanan I (Kehamilan). Trans Info Media: Jakarta.
Sarwono. 2006. Ilmu kebidanan. PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo:Jakarta.
Saifuddin, A.B. (2010). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo: Jakarta.
Sugiyono, 2009.Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung:Alfabeta.
Sunaryo, 2008. Metodologi penelitian kebidanan.Mitra Cendikia Press:Yogyakarta.
Tando, N.M. 2013. Mutu pelayanan kebidanan dan kebijakan kesehatan. IN Media: Jakarta.
Vivian, 2011. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas,Salemba: Jakarta.
Wahyuni, 2012.Angka Kematian Ibu tinggi menurut World Organization Health (http://midwifecate.com/health/read(Diaksespada28 Oktober 2017Jam 09.20 wita).
Wawan&Dewi (2011.Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas.Penerbit Salemba Medika. viii + 198 hlm:Jakarta.
Wirnata, F. 2010. Hubungan antara penggunaan metode breed dengan uji mastitis IPB-1 untuk diagnose mastitis subklinis (skripsi). Bogor: Fakultas Kedokteran.Bogor
World Health Organization.(2012).Mediacentre.Diaksespadatanggal 15April 2015, darihttp://who.int
Lampiran 1
LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Kepada Yth. Calon Responden Di tempat
Dengan hormat,
Saya sebagai mahasiswa program DIV Kebidanan Politeknik
Kesehatan Kendari, bahwa saya mengadakan penelitian ini untuk
menyelesaikan tugas akhir program DIV Kebidanan Politeknik Kesehatan
Kendari
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Untuk mengetahui
hubungan pengetahuan dengan sikap ibu post sectio caesarea dengan
dalam Mobilisasi Dini di RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara.
Sehubungan dengan hal diatas saya mengharapkan kesediaan anda
untuk memberikan jawaban terhadap pertanyaan yang ada pada angket
sesuai dengan pendapat anda sendiri tanpa dipengaruhi oleh pihak lain
sesuai dengan petunjuk. Saya menjamin kerahasiaan pendapat anda.
Identitas dan informasi yang anda berikan hanya digunakan untuk
mengembangkan ilmu kebidanan dan tidak digunakan untuk maksud lain.
Partisipasi anda dalam penelitian ini bersifat bebas. Anda bebas ikut atau
tidak tanpa sanksi apapun. Atas perhatian dan kesediaannya saya
sampaikan terimakasih.
Hormat saya, Peneliti
Ade Nur POO312016.056
Lampiran 2
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Judul Penelitian : Hubungan pengetahuan dengan sikap ibu post sectio caesarea dalam Mobilisasi Dini di RSUD Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017
Nama Peneliti : Ade Nur
Nim : POO312016.056
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama :
Alamat :
Saya bersedia menjadi responden pada penelitian. Saya mengerti bahwa
saya menjadi bagian dari penelitian ini yang bertujuan untuk mengetahui hubungan
mobilisasi dini post sectio caesarea
Saya telah diberitahukan bahwa partisipasi atau penolakan ini tidak merugikan
saya dan saya mengerti bahwa tujuan dari penelitian ini akan sangat bermanfaat
bagi saya maupun bagi dunia kesehatan.
Demikian secara sukarela dan tidak ada unsur paksaan dari siapapun, saya
bersedia berperanserta dalam penelitian ini.
Kendari, November 2007
Peneliti Responden
Ade Nur (……………………..)
Lampiran 2
KUISIONER
HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP IBU POST SECTIO CAESAREA DALAM MOBILISASI DINI DI RSU BAHTERAMAS PROVINSI SULAWESI
TENGGARA TAHUN 2017
A. Petunjuk Pengisian
1. Isilah biodata anda
2. Pililah jawaban dengan cara member tanda ckek list (√) pada jawaban yang
anda pilih dan mengisi pada tempat yang tersedia sesuai dengan keadaan
saat ini.
B. Data Demografi
No. respomden :…………………(diisi oleh peneliti)
Tanggal :
1. Nama :
2. Umur :
3. Pendidikan :
F Tidak Sekolah
SD
SLTP
CC SLTA
Akademi/Perguruan Tinggi
4. Pekerjaan:
IRT
Petani
PNS
Swasta
Lampiran 3
Lembar Kuisioner Pengetahuan Ibu Post Sectio Caesarea tentang Mobilisasi Dini
A. Pengetahuan Petunjuk : beri tanda (√) pada jawaban yang dipilih
Keterangan jawaban :
B = Benar
S = Salah
No Pertanyaan Jawaban
B S
1 Mobilisasi dini adalah suatu pergerakan yang dilakukan pasien setelah operasi sectio caesar yang dimulai dengan latihan tarik
nafas dalam.
2 Latihan lengan setelah operasi sectio caesar dapat
memperlancar peredaran darah.
3 Melakukan mobilisasi dini setelah operassi section caesar
dapat membuat luka operasi terbuka kembali.
4 Mobilisasi dini setelah operasi sectio caesar dapat
menyebabkan infeksi pada luka.
5 Melakukan latihan tangan dan jari juga merupakan salah satu mobilisasi dini
6 Setelah melakukan mobilisasi dini pasien merasa nyaman dan rileks
7 Latihan jari kaki dilakukan dalam mobilisasi dini setelah operasi sectio caesar.
8 Melakukan mobilisasi dini dengan latihan duduk pada hari kedua dapat mempercepat proses kesembuhan
9 Mobilisasi dini dapat melenturkan otot-otot pada tubuh
10 Mobilisasi dini dapat mengakibatkan luka operasi terasa sakit
Lampiran 4
Lembar Kuisioner Sikap Ibu Post Sectio Caesarea dalam Mobilisasi Dini
B. Sikap
Petunjuk : beri tanda (√) pada jawaban yang dipilih
Keterangan jawaban :
SS = Sangat Setuju
S = Setuju
RR = Ragu-Ragu
TS = Tidak Setuju STS = Sangat Tidak Setuju
No Pertanyaan Sikap Ibu
SS S RR TS STS
1 Menurut ibu, setelah operasi SC miring ke kanan dan kiri dapat dilakukan pada 6 jam setelah persalinan.
2 Ibu nifas post sc mengangkat tangan dan kaki setelah bisa miring ke kiri dan kanan.
3 Ibu nifas post sc mulai menekuk lutut tanpa bantuan
4 Ibu nifas post sc bisa menggeser badan pada 10 jam setelah persalinan
5 Ibu nifas post sc belum latihan duduk pada 24 jam setelah persalinan
6 Ibu nifas post sc belum latihan berdiri saat sudah bisa duduk dan tidak terasa pusing
7 Ibu nifas post sc belum latihan berjalan pada hari kedua setelah persalinan.
8 Pada 10 jam setelah persalinan, Ibu nifas post sc sudah mencoba menggeser badan.
9 Pada 24 jam setelah persalinan, Ibu nifas post sc belum mencoba duduk
10 Pada 24 jam setelah persalinan, Ibu nifas post sc masih pusing dan belum mencoba berdiri.
OUTPUT HASIL SPSS
Statistics
PENGETAHUA
N
SIKAP
N Valid 42 42
Missing 0 0
PENGETAHUAN
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
KURANG 7 16.7 16.7 16.7
CUKUP 20 47.6 47.6 64.3
BAIK 15 35.7 35.7 100.0
Total 42 100.0 100.0
SIKAP
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
NEGATIF 23 54.8 54.8 54.8
POSITIF 19 45.2 45.2 100.0
Total 42 100.0 100.0
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
PENGETAHUAN * SIKAP 42 100.0% 0 0.0% 42 100.0%
PENGETAHUAN * SIKAP Crosstabulation
Count
SIKAP Total
NEGATIF POSITIF
PENGETAHUAN
KURANG 5 2 7
CUKUP 15 5 20
BAIK 3 12 15
Total 23 19 42
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 11.408a 2 .003
Likelihood Ratio 11.962 2 .003
Linear-by-Linear
Association 7.836 1 .005
N of Valid Cases 42
a. 2 cells (33.3%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is 3.17.
LAMPIRAN