hubungan learning organization, it capability dan ... persaingan yang semakin berkembang memicu...
TRANSCRIPT
Pengaruh Organizational Learning dan IT Capability Terhadap Financial Performance, dengan IT Capability Sebagai Variabel Antara
Oleh:Sadat Amrul S. alumnus Maksi Undip Semarang,
Eny Hardi alumnus Unbraw Surabaya
AbstractThis research test the influence organizational learning to financial
performance with IT Capability as intervening variable use multiple regression analysis extended with method path anayisis. Research population is go public manufacturing business which written in Indonesian Capital Market Directory 2005. Research sample is top manager, with respon rate equal to 35,3% from pulations amount of 150. Statistic analysis result indicated that organizational learning direct influence to financial performance, that way also organizational learning have an effect on to IT Capability. Result of this research also indicate that organizational learning have an direct effect to IT Capability, and IT Capability direct influence to financial performance. Is while IT Capability don't have an effect on direct to financial performance. That way also organizational learning variable don't have an effect on to financial performance through IT Capability.
Keywoods: organization learning, information technology capability, financial performance
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Konsep organizational learning pada saat ini merupakan suatu konsep yang
yang menarik perhatian baik peneliti, konsultan maupun praktisi Ada tiga alasan yang
mendasari pertama, banyak perusahaan besar yang mencoba mengembangkan struktur
dan sistem guna menyesuaikan pada perubahan lingkungan, kedua, perubahan
lingkungan meningkatkan ketidakpastian terhadap perusahaan, dengan demikian
meningkatkan kebutuhan perusahaan untuk belajar berbagai hal, ketiga, pembelajaran
(learning) memiliki nilai analisis yang luas karena merupakan suatu konsep yang
dinamis yang menyebabkan perusahaan mengalami perubahan secara terus menerus
(Dodgson, 1993). Lebih jauh Therin (2002) juga mengemukakan bahwa pengetahuan
(knowledge) merupakan sumber utama untuk mencapai keunggulan bersaing.
1
Lingkungan persaingan yang semakin berkembang memicu bisnis untuk
menambah produk dan jasa sehingga mampu mempertahankan dan meningkatkan nilai
kepada pelanggan (Levitt, dalam Slater & Narver, 1995). Perusahaan harus selalu lebih
cepat belajar dari para pesaingnya. Organizational learning sangat berguna karena
mampu memfokuskan bisnis pada pemahaman dan kepuasan konsumen melalui produk,
jasa, dan cara yang baru dalam melakukan bisnis (Day, Dickson, Sinkula, dalam Slater
& Narver, 1995). Menurut Slater & Narver (1995), organizational learning merupakan
pengembangan dari pengetahuan atau wawasan baru yang mempunyai potensi untuk
mempengaruhi perilaku (Slater & Narver, 1995).
Hubungan antara organizational learning dan kinerja telah lama diteliti, dan
hingga saat ini para peneliti terus mengkaji kearah yang lebih luas dengan memasukan
berbagai faktor lain yang mempengaruhinya baik langsung maupun tidak langsung.
Penelitian akhir-akhir ini sering mengaitkan organizational learning dengan teknologi
informasi (Information Technology/IT), dengan dua pemahaman yang berbeda
mengenai peranan teknologi informasi dalam mendukung pembelajaran (learning).
Pemahaman pertama menyebutkan bahwa teknologi informasi adalah suatu yang
memampukan (enabler) organizational learning (Anand, Manz dan Glick, 1998;
Davenvort De Long dan Beers, dalam Zhang & McCullough, 2002). Zhang &
McCullough (2002) menguji desain aplikasi teknologi informasi untuk mendukung
organizational learning berpendapat bahwa teknologi informasi dapat menjadi aset
yang sangat penting di dalam desain organizational learning dengan menyediakan suatu
infrastruktur untuk menyimpan, mengakses dan meninjau ulang beberapa elemen dari
memori organisasi. Sementara pemahaman lainnya menyatakan bahwa teknologi
informasi adalah suatu yang tidak memampukan (disabler) organizational learning
karena teknologi informasi mungkin melumpuhkan organizational learning dengan
didukung sistem yang kaku dan tidak mampu menyesuaikan perubahan kondisi dari
2
pengguna (Gill, dalam Zhang & McCullough, 2002). Teknologi informasi merupakan
suatu sumber daya yang dapat dengan mudah diduplikat pesaing sehingga dibutuhkan
kemampuan yang membedakan antara perusahaan dengan pesaingnya sebagai suatu
faktor kunci sukses (Day, 1994).
Penelitian ini mencoba menjelaskan konflik dari fungsi teknologi informasi
dalam organizational learning dengan sebuah konstruk yang disebut kemampuan
teknologi informasi (IT capability), yang oleh Bharadwaj (2000) didefinisikan sebagai
kemampuan perusahaan untuk memobilisasi dan menyebarkan sumber daya
berdasarkan teknologi informasi dalam kombinasi dan penggabungan dengan sumber
daya dan kemampuan lainnya. Penelitian ini juga merupakan kelanjutan dari beberapa
penelitian yang dilakukan oleh Goh & Ryan (2002), Zhang dan McCullough (2002),
Sadat (2004). Penelitian Goh & Ryan (2002) menguji hubungan antara learning
capability dampaknya pada kinerja perusahaan, baik kinerja keuangan (financial
performance), maupun kinerja bukan keuangan (non-financial performance) berupa
kepuasan kerja (job satisfaction). Zhang & McCullough (2002), Sadat (2004) menguji
pengaruh IT capability dengan organizational learning dan kinerja bisnis (business
performance) yaitu kinerja keuangan, kinerja strategik dan kepuasan atas usaha.
Penelitian ini menguji pengaruh antara organizational learning dan kinerja
keuangan berupa Return On Assets (ROA) dengan IT capability sebagai variabel
intervening. Obyek amatan adalah perusahaan manufaktur go public pada Bursa Efek
Jakarta dalam Indonesian Capital Market Directory 2005. Penggunaan perusahaan ini,
dengan pertimbangan bahwa perusahaan telah menggunakan teknologi informasi dalam
setiap bidang fungsionalnya (McLeod & Schell, 2001; Laudon & Laudon, 2005).
1.2 Rumusan Masalah
3
Berdasarkan uraian diatas, penelitian ini menguji kembali organizational
learning dan kinerja keuangan yang diukur dengan Return On Assets (ROA) dengan IT
capability sebagai variabel intervening yang dirumuskan kedalam pertanyaan berikut:
1. Apakah organizational learning berpengaruh langsung terhadap kinerja
keuangan?
2. Apakah organizational learning berpengaruh langsung terhadap kemampuan
teknologi informasi?
3. Apakah kemampuan teknologi informasi berpengaruh langsung terhadap
kinerja keuangan?
4. Apakah organizational learning berpengaruh tidak langsung terhadap
kinerja keuangan melalui kemampuan teknologi informasi?
2. TELAAH LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
2.1 Organizational Learning
Organizational learning berbeda dengan learning organization. Menurut
Dodgson (1993), learning organization dapat dilihat sebagai organisasi yang
mengadopsi struktur-struktur dan strategi-strategi untuk mendorong learning. Menurut
Marquardt (2002) organizational learning didefinisikan sebagai peningkatan intelektual
dan kemampuan produktif yang diperoleh melalui komitmen dan kesempatan untuk
perbaikan berkesinambungan di organisasi. Goh dan Ryan (2002) berpendapat
organizational learning berhubungan dengan pengalaman dan tindakan dari anggota
organisasi. Selanjutnya Sinkula, Baker & Noordewier (1997) menetapkan tiga nilai
organisasi yang berkaitan dengan kecenderungan perusahaan untuk belajar yaitu
commitment to learning atau budaya pembelajaran (learning culture) (Sinkula, Baker,
Noordewier, 1997), open-mindedness suatu nilai organisasi yang menyebabkan
terjadinya usaha-usaha unlearning (Sinkula, Baker, Noordewier, 1997), dan shared
vision merupakan arah bagi individu-individu tentang komitmen dan kesesuaian dengan
4
tujuan perusahaan atau pandangan masing-masing individu yang berbeda diselaraskan
untuk mencapai interpretasi bersama (Sinkula, Baker, Noordewier, 1997).
Berdasarkan ketiga nilai organisasi tersebut, penelitian ini menggunakan nilai
organisasi pertama yaitu commitment to learning. Hal ini dikarenakan commitment to
learning memegang nilai sangat mendasar pada organizational learning (Sinkula,
Baker, Noordewier, 1997; Zhang & McCullough, 2002). Galer dan Van Der Heijden
(1992), Garrat, Tobin dalam Sinkula, Baker, Noordewier (1997). Commitment to
learning diukur menggunakan empat ukuran yaitu: 1) kemampuan untuk belajar sebagai
kunci keunggulan bersaing, 2) pembelajaran (learning) sebagai kunci untuk
berkembang, 3) pembelajaran karyawan (employee learning) merupakan investasi dan
4) pembelajaran (learning) kunci yang menjamin perusahaan untuk mampu bertahan.
2.2 Kemampuan Teknologi Informasi (IT Capability)
2.3 Bharadwaj (2000) mendefinisikan kemampuan teknologi informasi sebagai suatu
kemampuan perusahaan untuk memobilisasi dan menyebarkan sumber daya yang
berdasarkan teknologi informasi dalam kombinasi atau penggabungan dengan
sumber daya dan kemampuan-kemampuan lain. Kemampuan teknologi informasi
juga didefinisikan sebagai kemampuan atau kompetensi dari sebuah perusahaan
yang mampu menciptakan, mengatur dan menyebarkan sumber daya teknologi
informasi (Richardson, Subramani, Zmud, 2003). Kemampuan teknologi informasi
dipandang sebagai sesuatu yang melekat di dalam proses dan rutinitas organisasi
yang memungkinkan perusahaan untuk menciptakan nilai dari asetnya (Teece,
Pisano & Shuen, dalam Richardson, Subramani & Zmud, 2003). Selanjutnya
Bharadwaj (2000) memisahkan sumber daya berdasarkan teknologi informasi ke
dalam tiga kategori yaitu: 1) sumber daya berwujud (tangible resource) terdiri dari
komponen-komponen fisik infrastruktur teknologi informasi, 2) sumber daya
teknologi informasi manusia (human IT resources) terdiri dari keahlian teknik dan
5
manajerial teknologi informasi, 3) sumber daya tidak berwujud teknologi informasi
(intangible IT-enabled resources) terdiri dari aset pengetahuan, orientasi pelanggan
dan sinergi. King & Teo (1996) mengemukakan dimensi IT drivers yang dianggap
sebagai fasilitator dari penggunaan strategik teknologi informasi. Zhang &
McCullough (2002) menggunakan dimensi IT drivers sebagai ukuran untuk
kemampuan teknologi informasi.
2.3 Kinerja Keuangan
Kinerja dari suatu bisnis, dapat diukur melalui keuangan dan konsekuensi
ekonomi dari keputusan manajemen di masa lalu yang membentuk investasi, operasi,
dan pembiayaan sepanjang waktu (Helfert, 2003:107). Untuk mengukur kinerja
keuangan dan konsekuensi ekonomi tersebut diperlukan rasio-rasio dan pengukuran-
pengukuran. Pengukuran kinerja dalam penelitian ini mengadopsi pengukuran kinerja
dari penelitian Goh & Ryan (2002) yang menggunakan rasio keuangan berupa Return
on Assets. Goh & Ryan (2002) menguji pengaruh antara learning capability dan faktor-
faktor organisasi (organization factors) terhadap kinerja perusahaan dengan
menggunakan dua ukuran kinerja keuangan (financial) berupa Return on Equity (ROE)
dan Return on Assets (ROA). Penggunaan Return On Assets sebagai ukuran kinerja
keuangan dalam hubungannya dengan organizational learning dan kemampuan
teknologi informasi pada penelitian ini didasarkan pertimbangan bahwa 1) Return On
Assets telah digunakan oleh peneliti-peneliti organizational learning dan kemampuan
teknologi informasi (IT capability) terkait dengan pengukuran kinerja keuangan
(Bharadwaj, 2000; Ellinger, Yang, Ellinger, 2000; Goh & Ryan, 2002; Santhanam &
Hartono, 2003; Bhatnagar, 2006), 2) Return On Assets telah luas digunakan dalam
literatur nilai bisnis teknologi informasi (IT business value) sebagai ukuran profitabilitas
perusahaan (Cron & Sobol, Hitt & Brynjolfsson, Strassman, dalam Bharadwaj, 2000;
Weill, 1992), 3) Return On Assets merupakan rasio yang mengukur kemampuan
6
perusahaan menghasilkan laba bersih dengan menggunakan total aset yang dipunyai
perusahaan tersebut (Hanafi & Halim, 2005:86), 4) Return On Assets dihitung dengan
formula (Pearce & Robinson, 2000:233; Bharadwaj, 2000; Helfert, 2003:126; Fraser &
Ormiston, 2004:175) yaitu Profit after Tax dibagi Total Assets.
2.4 Organizational Learning dan Kinerja Keuangan
Slater & Narver (1995) berpendapat bahwa organizational learning secara
langsung dapat meningkatkan kesuksesan perusahaan seperti kesuksesan dalam hal
produk dan pelanggan yang pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan dan
profitabilitas. Goh & Ryan (2002) menguji hubungan antara learning capability dan
kinerja keuangan (financial performance) berupa Return On Assets (ROA) dan Return
On Equity (ROE). Goh & Ryan (2002) menemukan tidak ada hubungan antara learning
capability dan kinerja keuangan berupa Return On Assets dan Return On Equity.
Tippins dan Sohi (2003) menguji hubungan antara organizational learning dan kinerja
perusahaan berupa profit, Return On Investment (ROI), customer retention, dan sales
growth. Dalam penelitian ini dijelaskan bahwa ada hubungan yang positif dan
signifikan antara organizational learning dan kinerja perusahaan berupa profit, Return
On Investment (ROI), customer retention, dan sales growth.
2.5 Organizational Learning dan Kemampuan Teknologi Informasi
Organizational learning mewakili suatu tingkatan baru dari kemampuan
(capability). Lingkungan bisnis sekarang ini menyadari pentingnya teknologi informasi
sebagai kunci utama dalam keseluruhan strategi bisnis (Barnett & Raja, 2002). Lebih
jauh Zhang & McCullough (2002) dalam penelitiannya menemukan bahwa
organizational learning memiliki pengaruh terhadap kemampuan teknologi informasi
(IT capability). Bharadwaj (2000) menyatakan bahwa ada tiga komponen dari
kemampuan teknologi informasi terkait dengan pembelajaran (learning). Ketiga
komponen tersebut adalah IT infrastructure, human IT resources, dan IT-enabled
7
intangibles. Komponen pertama yaitu IT infrastructure merupakan sumber-sumber dari
tercapainya competitive advantage (keunggulan bersaing). Komponen kedua yaitu
human IT resources meliputi technical IT skills dan managerial skills. Technical IT
skills meliputi programming, system analysis dan design serta kompetensi dalam
teknologi. Managerial skills meliputi kemampuan manajemen yang efektif dalam
fungsi-fungsi sistem informasi, koordinasi, interaksi dengan komunitas pemakai (user),
keahlian manajemen proyek dan kepemimpinan. Komponen ketiga adalah IT enabled
intangibles yang meliputi orientasi pada pelanggan, aset pengetahuan dan sinergi. Kunci
untuk berorientasi pada pelanggan adalah adanya kemampuan untuk menelusuri dan
memprediksi keinginan dari pelanggan yang berubah-ubah. Aset pengetahuan
diwujudkan dalam keahlian dan pengalaman dari para karyawan. Sinergi terkait dengan
saling berbagi sumber daya dan kemampuan antar divisi-divisi dalam organisasi. Untuk
membangun orientasi pada pelanggan, aset pengetahuan dan sinergi, perusahaan juga
membutuhkan waktu dan usaha untuk belajar (learn).
2.6 Kemampuan Teknologi Informasi dan Kinerja Keuangan
Bharadwaj (2000) dalam penelitiannya menemukan bahwa kemampuan
teknologi informasi mampu mendorong kinerja perusahaan menjadi lebih baik. Dengan
mengembangkan kemampuan teknologi informasi, perusahaan dapat menciptakan
keunggulan bersaing yang akan meningkatkan kinerja. Kinerja yang digunakan sebagai
dasar pengukuran oleh Bharadwaj (2000) dalam penelitiannya ini adalah rasio-rasio
keuangan yaitu Return On Assets (ROA), Return On Sales (ROS), Operating Income to
Assets Ratio (OI/A), Operating Income to Sales Ratio (OI/S), dan Operating Income to
Employees Ratio (OI/E).
Santhanam dan Hartono (2003) meneliti rata-rata profit ratio pada perusahaan
dengan kemampuan teknologi informasi yang tinggi. Profit ratio ini terdiri dari Return
On Sales (ROS), Return On Assets (ROA), Operating Income to Assets (OI/A),
8
Operating Income to Sales (OI/S), dan Operating Income to Employees (OI/E).
Santhanam dan Hartono (2003) menemukan bahwa rata-rata profit ratio pada
perusahaan dengan kemampuan teknologi informasi yang tinggi lebih baik
dibandingkan rata-rata profit ratio perusahaan lain dalam industri.
2.7 Organizational Learning, Kemampuan Teknologi Informasi, dan Kinerja
Keuangan
Slater dan Narver (1995) berpendapat bahwa organizational learning dapat
meningkatkan profitabilitas perusahaan melalui pemahaman yang baik tentang produk-
produk baru dan peningkatan pelayanan terhadap pelanggan. Slater dan Narver (1995),
Hurley dan Tomas (1998) juga mengemukakan bahwa organizational learning dapat
meningkatkan kinerja melalui beberapa mediasi penting seperti kepuasan pelanggan,
produk baru yang sukses, inovasi dan teknologi informasi. Selanjutnya Sadat (2004)
menggunakan kemampuan teknologi informasi sebagai variabel intervening untuk
menguji adanya pengaruh tidak langsung organizational learning terhadap kinerja
bisnis yang terdiri dari kinerja keuangan, kinerja strategi dan kepuasan terhadap hasil
ekspor perusahaan ekspor.
2.8 Rerangka Konseptual, Model dan Hipotesis Penelitian
2.8.1 Rerangka Konseptual Penelitian
Levitt dan March (1988), Miller (dalam Zhang dan McCullough, 2002)
menyimpulkan bahwa organizational learning tidak selalu menyebabkan peningkatan
efektifitas atau kinerja yang lebih baik bila organisasi belajar perilaku yang tidak sesuai
dari organisasi lain, yang disebut dengan competency traps. Selanjutnya Slater dan
Narver (1995) berpendapat bahwa organizational learning secara langsung dapat
meningkatkan kesuksesan perusahaan seperti kesuksesan dalam hal produk dan
pelanggan yang pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan dan profitabilitas.
Sedangkan Zhang dan McCullough (2002) dalam pengujiannya menemukan bahwa
9
organizational learning memiliki pengaruh terhadap kemampuan teknologi informasi
(IT capability). Bharadwaj (2000) dalam penelitiannya menemukan bahwa kemampuan
teknologi informasi mampu mendorong kinerja perusahaan berupa kinerja keuangan
menjadi lebih baik. Dengan mengembangkan kemampuan teknologi informasi,
perusahaan dapat menciptakan keunggulan bersaing yang akan meningkatkan kinerja.
Demikian pula Slater dan Narver (1995), Hurley dan Tomas (1998) berpendapat bahwa
organizational learning dapat meningkatkan profitabilitas melalui beberapa mediator
yang penting seperti kepuasan pelanggan, kesuksesan produk baru, inovasi dan
teknologi informasi. Berdasarkan hubungan antar variabel seperti yang telah diuraikan
maka dapat digambarkan rerangka konseptual dari penelitian ini yaitu sebagai berikut:
Gambar 1: Kerangka Konseptual Penelitian
Keterangan:
: Variabel terukur (measures variables/observed variables).
: Pengaruh langsung
: Pengaruh tidak langsung
2.8.2 Persamaan Penelitian
Metode yang digunakan untuk analisis data adalah metode jalur (path analysis)
dengan bantuan program SPSS 11.0. Koefisien jalur dihitung dengan membuat dua
model penelitian. Model penelitian adalah persamaan regresi yang menunjukkan
hubungan dihipotesiskan (Ghozali, 2005:161). Persamaan penelitian yang digunakan
sebagai berikut:
10
H2 H3
H1
H4
ORGANIZATIONAL LEARNING
KINERJA KEUANGAN
KEMAMPUANTEKNOLOGIINFORMASIH4
KTI = β1OL + e1 ......................................................................................(persamaan 1)
H2
KK= β1OL + β2KTI + e2 .........................................................................(persamaan 2)
H1 H3
Total pengaruh OL terhadap KK sama dengan koefisien standar pengaruh langsung OL
terhadap KK ditambah koefisien standar pengaruh tidak langsung OL terhadap KK
melalui KTI. Pengaruh tidak langsung diperoleh dengan mengalikan koefisien standar
pengaruh langsung OL terhadap KTI dengan koefisien standar pengaruh langsung KTI
terhadap KK.
Keterangan:
H1 = Hipotesis 1 (pengaruh langsung OL terhadap KK pada persamaan 2)
H2 = Hipotesis 2 (pengaruh langsung OL terhadap KTI pada persamaan 1)
H3 = Hipotesis 3 (pengaruh langsung KTI terhadap KK pada persamaan 2)
H4 = Hipotesis 4 (pengaruh tidak langsung OL terhadap KK melalui KTI)
OL = Organizational Learning, KTI =Kemampuan Teknologi Informasi, KK =
Kinerja Keuangan dan β1, β2 = koefisien standar, e1, e2 = residual
2.8.3 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, telaah teoritis, dan rerangka konseptual hipotesis
penelitian sebagai berikut:
H1: Organizational learning berpengaruh langsung terhadap kinerja keuangan
H2: Organizational learning berpengaruh langsung terhadap kemampuan teknologi
informasi
H3: Kemampuan teknologi informasi berpengaruh langsung terhadap kinerja
keuangan
H4: Organizational learning berpengaruh tidak langsung terhadap kinerja keuangan
melalui kemampuan teknologi informasi
3. METODE PENELITIAN
3.1 Populasi, dan Teknik Pengambilan Data
11
Populasi penelitian adalah perusahaan manufaktur go public terdaftar di Bursa
Efek Jakarta yang tercantum dalam Indonesian Capital Market Directory 2005
berjumlah 150 perusahaan. Sedangkan responden yang menjadi sampel adalah para
manajer puncak (top managers). Beradasarkan hasil penelitian respon rate adalah
sebesar 35,33 % atau 53 perusahaan, dengan rincian 1,9% wanita dan 98,1% pria,
umumnya responden berumur antara 47-51 tahun. Responden yang memegang jabatan
direktur perusahaan sebanyak 20,8% dan memegang jabatan wakil direktur perusahaan
79,2%. Pengukuran variabel organizational learning nilai rata-rata jawaban responden
berkisar 6, hal ini menunjukkan bahwa para manajer puncak mempersepsikan setuju
terhadap adanya komitmen pelaksanaan organizational learning di perusahaan,
demikian pula rata-rata jawaban responden variabel kemampuan teknologi informasi
mendekati skala 6 (setuju), yang menunjukkan para manajer puncak cenderung
mempersepsikan kemampuan teknologi informasi di perusahaannya baik.
3.2 Definisi Operasional Variabel
3.2.1 Organizational Learning (=OL)
Variabel organizational learning diukur dengan empat butir pertanyaan diadopsi
dari penelitian Sinkula, Baker & Noordewier dalam Zhang & McCullough (2002),
dengan rentang Jawaban tujuh skala likert: jawaban 1 (sangat tidak setuju), 2 (tidak
setuju), 3 (agak tidak setuju), 4 (netral), 5 (agak setuju), 6 (setuju), 7 (sangat setuju).
Skala 1 berarti organizational learning rendah, skala 7 organizational learning tinggi.
3.2.2 Kemampuan Teknologi Informasi (=KTI)
Kemampuan teknologi informasi menggunakan delapan butir pertanyaan
diadopsi dari penelitian King & Teo dengan alternatif Jawaban tujuh skala likert
dengan rincian: 1 (sangat tidak setuju), 2 (tidak setuju), 3 (agak tidak setuju), 4 (netral),
5 (agak setuju), 6 (setuju), 7 (sangat setuju). Skala 1 berarti kemampuan teknologi
informasi rendah, skala 7 berarti kemampuan teknologi informasi tinggi.
12
3.2.3 Kinerja Keuangan (=KK)
Kinerja keuangan diukur menggunakan Return On Assets (Pearce & Robinson,
2000:233; Bharadwaj, 2000; Helfert, 2003:126; Fraser & Ormiston, 2004:175):
Profit after Tax ROA =
Total Assets
Data profit after tax dan total assets diperoleh dari laporan keuangan perusahaan
manufaktur go public dalam Indonesian Capital Market Directory 2005. Return On
Assets dirata-ratakan selama periode 3 tahun yaitu 2002, 2003, 2004 (Floyd dan
Wooldridge, 1990; Goh & Ryan, 2002; Andersen & Segars, 2001).
3.3 Uji Kualitas Data
Hasil pengujian instrumen variabel organizational learning dan kemampuan
teknologi informasi menunjukkan semua skor butir pertanyaan memiliki korelasi
dengan skor total lebih besar dari 0,3 sehingga instrumen dinyatakan valid. Pengujian
reliabilitas instrumen dengan nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0,8673 dan 0,9140 (>0,7,
Nunally 1994) dengan demikian intrumen adalah reliabel.
Pengujian data sekunder variabel kinerja keuangan dilakukan dengan uji
normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov. Berdasarkan hasil pengujian One-
Sample Kolmogorov-Smirnov variabel kinerja keuangan dalam penelitian ini memiliki
nilai signifikansi sebesar 0,339 (Sig. p>0,05), maka disimpulkan bahwa variabel kinerja
keuangan berdistribusi normal dan dapat digunakan lebih lanjut pada penelitian ini.
3.4 Pengujian Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi yang diperluas
dengan metode analisis jalur untuk pengujian pengaruh variabel intervening. Analisis
jalur dalam bentuk persamaan adalah sebagai berikut:
KTI= 0,604OL + e1 .................................................................................(persamaan 1)
13
KK = -0,405OL + 0,135KTI + e2 ............................................................(persamaan 2)
Tabel 1: Uji Hipotesis pengaruh langsung dan tidak langsung
Hipotesis Koefisien Standar TNilai Sig nifikansi Keterangan
H1 OL → KK -0,405 -2,429 0,019 signifikanH2 OL → KTI 0,604 5,412 0,000 signifikanH3 KTI → KK 0,135 0,807 0,424 Tidak signifikanH4 OL → KTI → KK 0,604 × 0,135 = 0,082Total Pengaruh OL terhadap KK
-0,405 + 0,082 = -0,323
Sumber: Data olahan 2006,
3.4.1 Pengujian Hipotesis 1: Organizational Learning Berpengaruh Langsung
terhadap Kinerja Keuangan
Berdasarkan tabel 1, nilai koefisien standar organizational learning terhadap
kinerja keuangan adalah -0,405 dan sig. pada p=0,019 (p<0,05). Koefisien regresi yang
mengukur pengaruh langsung organizational learning terhadap kinerja keuangan
negatif signifikan menunjukan organizational learning terbukti berpengaruh langsung
terhadap kinerja keuangan, dengan demikian hipotesis 1 diterima. Arah hubungan yang
negatif dan signifikan menunjukan bahwa semakin tinggi organizational learning maka
semakin turun kinerja keuangan. Hubungan negatif dan signifikan menunjukan adanya
“competency traps” pada perusahaan manufaktur go public di Indonesia. Competency
traps adalah fenomena di mana suatu perusahaan belajar (learn) dari pengalaman masa
lalu yang tidak sesuai lagi dengan permasalahan yang dihadapi di masa sekarang.
Misalnya perusahaan untuk meningkatkan customer satisfaction dengan memproduksi
produk yang beraneka ragam. Memproduksi produk yang beraneka tanpa adanya usaha
identifikasi pada keinginan pelanggan hanya akan memperbesar biaya, yang pada
akhirnya memperkecil keuntungan. Penyebab lain yang terjadi pada perusahaan
manufaktur di Indonesia adalah budaya yang tidak fleksibel (Marquardt, 2002: 95).
14
Misal adanya sikap yang tidak ingin berubah. Sikap ini dapat menjadi kendala dalam
penerapan hasil-hasil pembelajaran karena cenderung mempertahankan keadaan yang
ada. Kalau terjadi penolakan maka organizational learning tidak dapat terjadi bahkan
dapat menurunkan kinerja keuangan perusahaan. Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian Goh & Ryan (2002) yang menyatakan bahwa learning capability memiliki
arah hubungan negatif dengan kinerja keuangan, demikian pula hasil penelitian Levitt &
March (1988) dan Miller (1993) yang menyatakan bahwa organizational learning tidak
selalu menyebabkan peningkatan efektivitas dan kinerja karena disebabkan adanya
competency traps.
3.4.2 Pengujian Hipotesis 2: Organizational Learning Berpengaruh Langsung
terhadap Kemampuan Teknologi Informasi
Nilai koefisien standar organizational learning terhadap kemampuan teknologi
informasi adalah positif signifikan pada p=0,604 (p< 0,05), berarti bahwa
organizational learning bepengaruh langsung dan searah terhadap kemampuan
teknologi informasi, dengan demikian hipotesis 2 diterima. Tanda positif dan signifikan
pada koefisien standar menunjukan bahwa semakin tinggi organizational learning,
maka semakin tinggi pula kemampuan teknologi informasi. Untuk dapat meningkatkan
kemampuan di bidang teknologi informasi diperlukan proses belajar (learn) yang
berkesinambungan. Kemampuan teknologi informasi adalah salah satu sumber daya
yang tidak dapat ditiru oleh perusahaan pesaing karena kemampuan yang baik hanya
dapat diperoleh jika anggota perusahaan melakukan proses belajar yang
berkesinambungan. Hasil penelitian ini pula sejalan dengan hasil penelitian Zhang &
McCullough (2002) yang menyatakan bahwa organizational learning positif
berpengaruh terhadap kemampuan teknologi informasi. Lebih jauh Bharadwaj (2000)
menyatakan bahwa kemampuan teknologi informasi dipengaruhi oleh organizational
learning dengan tiga komponen terkait yaitu IT infrastructure, human IT resources
15
meliputi technical IT skills dan managerial skills dan IT enabled intangibles yang
meliputi orientasi pada pelanggan, aset pengetahuan dan sinergi. Untuk membangun
ketiga hal tersebut perusahaan membutuhkan waktu dan usaha untuk belajar (learn).
3.4.3 Pengujian Hipotesis 3: Kemampuan Teknologi Informasi Berpengaruh
Langsung terhadap Kinerja Keuangan
Nilai koefisien standar kemampuan teknologi informasi terhadap kinerja
keuangan adalah 0,135 tidak signifikan p=0,424 (p>0,005). Hal ini berarti kemampuan
teknologi informasi tidak terbukti berpengaruh langsung terhadap kinerja keuangan,
dengan demikian hipotesis 3 ditolak. Ketidaksignifikanan pengaruh langsung
kemampuan teknologi informasi terhadap kinerja keuangan mungkin disebabkan
perusahaan manufaktur yang go public di Indonesia sumber daya manusia di bidang
teknologi informasi masih rendah dalam hal mutu. Hal ini sejalan dengan pendapat
Aryani (2006) yang menyatakan bahwa para praktisi di Indonesia kurang memiliki
keahlian yang ini sangat diperlukan seperti keahlian teknis, kemampuan mengadopsi
perkembangan teknologi, kemampuan nalar yang baik dan terlatih, serta kemampuan
melakukan kerjasama tim. Hal ini menyebabkan laju perkembangan teknologi informasi
tidak diimbangi dengan kemampuan di bidang teknologi informasi itu sendiri. Sejalan
hasil penelitian tersebut Santoso (2003) berpendapat bahwa perusahaan manufaktur go
public di Indonesia masih adanya fenomena manajer puncak yang tidak paham
teknologi informasi dan hanya bertumpu pada modal besar saja akibatnya manajer
puncak beranggapan bahwa yang bertanggung jawab dalam hal teknologi informasi
adalah bagian teknologi informasi saja sehingga komitmen dari anggota perusahaan
yang lain diabaikan. Hal ini mengakibatkan kemampuan teknologi informasi di
perusahaan itu sendiri tidak dapat berkembang secara maksimal untuk meningkatkan
kinerja keuangan perusahaan.
16
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Bharadwaj (2000) di negara
maju Amerika Serikat, yang menemukan bukti bahwa terdapat hubungan antara
kemampuan teknologi informasi dengan kinerja perusahaan yang diukur berdasarkan
rasio profitabilitas dan rasio biaya.
3.4.4 Pengujian Hipotesis 4: Organizational Learning Berpengaruh Tidak
Langsung terhadap Kinerja Keuangan melalui Kemampuan Teknologi
Informasi
Nilai koefisien standar pengaruh tidak langsung organizational learning terhadap
kinerja keuangan melalui kemampuan teknologi informasi sebagai variabel intervening
adalah sebesar 0,082. Nilai koefisien standar pengaruh langsung organizational
learning ke kinerja keuangan adalah sebesar -0,405. Nilai koefisien standar pengaruh
tidak langsung lebih kecil daripada nilai koefisien standar pengaruh langsung. Hal ini
berarti pengaruh langsung lebih baik digunakan daripada pengaruh tidak langsung
(intervening). Koefisien standar organizational learning terhadap kemampuan teknologi
informasi adalah 0,604 (signifikan) tetapi koefisien standar kemampuan teknologi
informasi terhadap kinerja keuangan adalah 0,135 (tidak signifikan). Hasil ini
menunjukkan bahwa kemampuan teknologi informasi tidak signifikan menjadi variabel
intervening. Penyebabnya adalah kemampuan teknologi informasi pada perusahaan
manufaktur go public di Indonesia tidak dapat secara signifikan meningkatkan kinerja
keuangan. Praktisi di bidang teknologi informasi memang cukup banyak akan tetapi
mutunya masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari kurangnya kemampuan para praktisi di
Indonesia dalam hal keahlian teknis, kemampuan mengadopsi perkembangan teknologi,
kemampuan nalar, serta kemampuan melakukan kerjasama tim (team work). Selain itu,
organizational learning dan kemampuan teknologi informasi pada perusahaan di
Indonesia rata-rata masih berada pada tahap awal dan sejajar (Sadat, 2004) sehingga
masih terus dilakukan inisiatif-inisiatif untuk meningkatkan kemampuan teknologi
informasi melalui kegiatan pembelajaran. Tingkat kemampuan penguasaan teknologi
17
industri manufaktur Indonesia juga tertinggal dibandingkan negara-negara lain. Hal
tersebut dikarenakan beberapa alasan seperti kurangnya pengeluaran untuk riset
pengembangan, dan transfer teknologi dari negara-negara industri maju yang umumnya
merupakan teknologi usang yang di negara asalnya sudah tidak dipakai lagi sehingga
tidak banyak menawarkan keunggulan kompetitif jangka panjang (Samhadi, 2006).
Penyebab lain tidak signifikannya hasil penelitian kemampuan teknologi informasi
dalam meningkatkan kinerja keuangan adalah adanya fenomena bahwa manajer puncak
tidak memahami teknologi informasi dan menyerahkan tanggung jawab teknologi
informasi sepenuhnya pada bagian teknologi informasi saja (Santoso, 2003). Hasil
penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian dari Slater & Narver (1995), Hurley
& Tomas (1998) yang berpendapat bahwa organizational learning dapat meningkatkan
profitabilitas melalui beberapa mediator yang penting seperti kepuasan pelanggan,
kesuksesan produk baru, inovasi dan teknologi informasi. Hal ini disebabkan karena
Slater & Narver (1995), Hurley & Tomas (1998) melakukan penelitian di Amerika dan
sudah memiliki kemampuan teknologi informasi yang tinggi.
4. SIMPULAN, KETERBATASAN dan IMPLIKASI
4.1 Simpulan
Penelitian ini menguji pengaruh langsung variabel organizational learning
terhadap kinerja keuangan dan pengaruh tidak langsung melalui kemampuan teknologi
informasi. Pengaruh langsung organizational learning terhadap kinerja keuangan
negatif dan signifikan berarti organizational learning berpengaruh langsung terhadap
kinerja keuangan. Pengaruh langsung organizational learning terhadap kemampuan
teknologi informasi positif dan signifikan. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa
organizational learning berpengaruh langsung terhadap kemampuan teknologi
informasi. Selanjutnya pengaruh langsung kemampuan teknologi informasi terhadap
kinerja keuangan positif dan tidak signifikan, menunjukan kemampuan teknologi
18
informasi tidak berpengaruh langsung terhadap kinerja keuangan. Sedangkan variabel
organizational learning tidak berpengaruh tidak langsung terhadap kinerja keuangan
melalui kemampuan teknologi informasi.
Penelitian ini hanya menggunakan rasio keuangan Return on Assets (ROA).
Diharapkan bagi penelitian selanjutnya dapat lebih memperluas tinjauan pengukuran
keuangan melalui sales growth, average productivity, cost reduction seperti yang
disarankan Prieto & Revilla (2006). Penelitian selanjutnya juga dapat memperluas
penilaian melalui pengukuran bukan keuangan dalam hubungannya dengan
organizational learning dan kemampuan teknologi informasi (IT capability).
Pengukuran bukan keuangan dapat dinilai melalui customer’s satisfaction, customer’s
growth, employee satisfaction, quality in products and services, organizational
reputation (Prieto & Revilla, 2006).
4.2 Keterbatasan
Penelitian ini hanya menggunakan periode waktu 3 tahun, penelitian selanjutnya
diharapkan menggunakan periode waktu pengukuran rasio keuangan lebih dari 3 tahun
periode. Periode waktu pengukuran yang lebih lama diharapkan mampu melihat
hubungan organizational learning, kemampuan teknologi informasi dan kinerja
keuangan dengan lebih akurat lagi.
4.3 Implikasi
Hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran bahwa Manajer puncak (top
manager) sebaiknya lebih memahami lagi konsep organizational learning sehingga
mampu menciptakan budaya pembelajaran di dalam perusahaan. Manajer puncak juga
sebaiknya memahami bahwa perusahaan tidak hanya membutuhkan investasi teknologi
informasi saja akan tetapi perusahaan perlu meningkatkan kemampuan teknologi
informasi (IT capability). Hal ini dikarenakan teknologi informasi dapat diduplikat oleh
pesaing tetapi kemampuan teknologi informasi tidak dapat diduplikat begitu saja karena
19
dibutuhkan pembelajaran untuk meningkatkannya. Diharapkan dengan pemahaman
yang baik, manajer puncak dapat mengarahkan implementasi organizational learning
dan kemampuan teknologi informasi di perusahaannya. Implementasi yang baik dari
kedua konsep tersebut dapat meningkatkan profitabilitas perusahaan dan membantu
perusahaan mencapai keunggulan kompetitif dalam lingkungan persaingan global
sekarang ini.
20
DAFTAR PUSTAKA
Andersen TJ, Segars AH, 2001. The Impact of IT on Decision Structure and Firm Performance: Evidence from the Textile and Apparel Industry. Information & Management 39: 85-100.
Aryani SN, 2006. Prospek Pekerja TI di Indonesia. http://aufklarung.wordpress.com.
Barnett W, Raja MK, 2002. An Initial Study of the Learning Organization Model for Evaluating Information Technology-based Process Improvement Project Potential. IACIS: 35-41.
Bharadwaj AS, 2000. A Resource-based Perspective on Information Technology Capability and Firm Performance: An Empirical Investigation. MIS Quarterly 24 (1): 169-196.
Bhatnagar J, 2006. Measuring Organizational Learning Capability in Indian Managers and Establishing Firm Performance Linkage. The Learning Organization Vol. 13, No. 5: 416-433.
Day GS, 1994. The Capabilities of Market-Driven Organizations. Journal of Marketing 58 (October): 37-52.
Dodgson M, 1993. Organizational Learning: A Review of Some Literatures. Organization Studies 14(3): 375-394.
Ellinger AD, Yang B, Ellinger AE, 2000. Is the Learning Organization for Real? Examining the Impacts of the Dimensions of te Learning Organization on Organizational Performance. 2000 AERC Proceedings.
Floyd SW, Wooldridge B, 1990. Path Analysis of the Relationship between Competitive Strategy, Information Technology, and Financial Performance. Journal of Management Information Systems Vol. 7, No. 1: 47-64.
Fraser LM, Ormiston A, 2004. Understanding Financial Statements. 7th ed. New Jersey: Pearson Education, Inc.
Galer G, Van Der Heijden K, 1992. The Learning Organization: How Planners Create Organizational Learning. Marketing Intelligence and Planning 10 (6): 5-12.
Ghozali I, 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Edisi 3. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Goh SC, Ryan PJ, 2002. Learning Capability, Organization Factors and Firm Performance. Third European Conference on Organizational Knowledge, Learning and Capabilities, Athens, Greece, April 5-6.
Hanafi MM, Halim A, 2005. Analisis Laporan Keuangan. Edisi Kedua. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.
21
Helfert EA, 2003. Techniques of Financial Analysis. 11th ed. New York: The McGraw-Hill Companies, Inc.
Hurley RF, Tomas MH, 1998. Innovation, Market Orientation, and Organizational Learning: An Integration and Empirical Examination. Journal of Marketing 62 (July): 42-54.
Indonesian Capital Market Directory 2005. 16th edition. Institute for Economic and Financial Research.
King W, Teo T, 1996. Key Dimensions of Facilitors and Inhibitors for the Strategic Use of Information Technology. Journal of Management of Information Systems 12 (4):35-53.
Laudon KC, Laudon JP, 2004. Management Information Systems. Ed 8, Prentice-Hall International, Inc.
Levitt B, March JG, 1998. Organizational Learning. Annual Review of Sociology. 319-340.
Marquardt MJ, 2002. Building the Learning Organization. 2nd ed, USA: Davies-Black Publishing, Inc.
Mcleod R, Schell G, 2001. Sistem Informasi Manajemen. Ed 8, Jakarta: PT INDEKS.
Miller D, 1993. The Architecture of Simplicity. Academy of Management Review. 18 (1): 116-138.
Pearce JA, Robinson RB, 2000. Strategic Management. 7th ed, New York: The McGraw-Hill Companies, Inc.
Prieto IM, Revilla E, 2006. Learning capability and Business Performance: A Non-Financial and Financial Assessment. The Learning Organization Vol. 13, No. 2:166-185.
Richardson VJ, Subramani M, Zmud RW, 2003. Benefiting from Information Technology Investments: the Role of IT Conversion Capability. Second Round Review at MIS Quarterly.
Sadat A, 2005. Hubungan Learning Organization dan IT Capability terhadap Kinerja Bisnis, dengan IT capability sebagai Variabel Intervening, Jurnal Manajemen Akuntansi & Sistem Informasi, MAKSI, Program Studi Magister Sains Akuntansi, Semarang.
Samhadi SH, 2006. Tudingan Pelarian Modal. http://www.google.com.
Santhanam R, Hartono E, 2003. Issues in Linking Information Technology Capability to Firm Performance. MIS Quarterly Vol. 27, No. 1:125-153.
Santoso H, 2003. Menyingkirnya CEO Gaptek. Majalah Warta Ekonomi, Januari 2003.
22
Sinkula JM, 1994. Market Information Processing and Organizational Learning. Journal of Marketing 58 (January): 35-45.
Sinkula JM, Baker WE, Noordewier T, 1997. A Framework for Market-based Organizational Learning: Linking Values, Knowledge and Behaviour. Journal of the Academy of Marketing Science: 305-318.
Slater SF, Narver JC, 1995. Market Orient and the Learning Organization. Journal of Marketing 59 (July): 63-74.
Solimun, 2002. Structural Equation Modelling Lisrel dan Amos. Cet 1, Malang: Fakultas MIPA UNIBRAW.
Therin F, 2002. Organizational Learning and Innovation in High-Tech Small Firms. Proceedings of the 36th Hawaii International Conference on System Sciences.
Tippins MJ, Sohi RS, 2003. IT Competency and Firm Performance: Is Organizational Learning A Missing Link? Strategic Management Journal 24: 745-761.
Weill P, 1992. The Relationship between Investment in Information Technology and Firm Performance: A Study of the Valve Manufacturing Sector. Information Systems Research 3: 307-333.
Zhang M, McCullough J, 2002. Effect of Learning and Information Technology Capability on Business Performance. http://blake-montclair.edu
23
Lampiran 2
Deskriptif Responden
UMUR
1 1.9 1.9 1.98 15.1 15.1 17.0
21 39.6 39.6 56.619 35.8 35.8 92.54 7.5 7.5 100.0
53 100.0 100.0
4748495051Total
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
JN_KLMN
52 98.1 98.1 98.11 1.9 1.9 100.0
53 100.0 100.0
LAKI-LAKIPEREMPUANTotal
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
JABATAN
11 20.8 20.8 20.842 79.2 79.2 100.053 100.0 100.0
DirekturWakil DirekturTotal
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
24
Lampiran 3
Deskriptif VariabelDescriptive Statistics
53 4.00 7.00 6.0566 .6910253 4.00 7.00 6.0000 .7844653 3.00 7.00 6.0189 .8658253 4.00 7.00 6.1321 .7081353 4.00 7.00 5.6415 .8342353 4.00 7.00 5.7547 .7045453 3.00 7.00 5.6038 .8844753 3.00 7.00 5.7736 .8237253 3.00 7.00 5.6604 .9794753 3.00 7.00 5.5660 .8881653 3.00 7.00 5.6604 .8758253 4.00 7.00 5.7547 .8749953 -46.89 21.72 6.1543 9.6088853 -1.57 93.80 7.8057 13.3883453 -1.49 28.55 7.5083 6.7269653
OL1OL2OL3OL4KTI1KTI2KTI3KTI4KTI5KTI6KTI7KTI8KK1KK2KK3Valid N (listwise)
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
OL1
1 1.9 1.9 1.98 15.1 15.1 17.0
31 58.5 58.5 75.513 24.5 24.5 100.053 100.0 100.0
NetralAgak SetujuSetujuSangat SetujuTotal
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
OL2
1 1.9 1.9 1.913 24.5 24.5 26.424 45.3 45.3 71.715 28.3 28.3 100.053 100.0 100.0
NetralAgak SetujuSetujuSangat SetujuTotal
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
25
OL3
1 1.9 1.9 1.91 1.9 1.9 3.8
10 18.9 18.9 22.625 47.2 47.2 69.816 30.2 30.2 100.053 100.0 100.0
Agak Tidak SetujuNetralAgak SetujuSetujuSangat SetujuTotal
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
OL4
1 1.9 1.9 1.97 13.2 13.2 15.1
29 54.7 54.7 69.816 30.2 30.2 100.053 100.0 100.0
NetralAgak SetujuSetujuSangat SetujuTotal
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
KTI1
4 7.5 7.5 7.519 35.8 35.8 43.422 41.5 41.5 84.98 15.1 15.1 100.0
53 100.0 100.0
NetralAgak SetujuSetujuSangat SetujuTotal
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
KTI2
2 3.8 3.8 3.815 28.3 28.3 32.130 56.6 56.6 88.76 11.3 11.3 100.0
53 100.0 100.0
NetralAgak SetujuSetujuSangat SetujuTotal
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
KTI3
1 1.9 1.9 1.94 7.5 7.5 9.4
17 32.1 32.1 41.524 45.3 45.3 86.87 13.2 13.2 100.0
53 100.0 100.0
Agak Tidak SetujuNetralAgak SetujuSetujuSangat SetujuTotal
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
26
KTI4
1 1.9 1.9 1.92 3.8 3.8 5.7
13 24.5 24.5 30.229 54.7 54.7 84.98 15.1 15.1 100.0
53 100.0 100.0
Agak Tidak SetujuNetralAgak SetujuSetujuSangat SetujuTotal
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
KTI5
3 5.7 5.7 5.72 3.8 3.8 9.4
13 24.5 24.5 34.027 50.9 50.9 84.98 15.1 15.1 100.0
53 100.0 100.0
Agak Tidak SetujuNetralAgak SetujuSetujuSangat SetujuTotal
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
KTI6
1 1.9 1.9 1.95 9.4 9.4 11.3
16 30.2 30.2 41.525 47.2 47.2 88.76 11.3 11.3 100.0
53 100.0 100.0
Agak Tidak SetujuNetralAgak SetujuSetujuSangat SetujuTotal
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
KTI7
1 1.9 1.9 1.93 5.7 5.7 7.5
17 32.1 32.1 39.624 45.3 45.3 84.98 15.1 15.1 100.0
53 100.0 100.0
Agak Tidak SetujuNetralAgak SetujuSetujuSangat SetujuTotal
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
KTI8
6 11.3 11.3 11.310 18.9 18.9 30.228 52.8 52.8 83.09 17.0 17.0 100.0
53 100.0 100.0
NetralAgak SetujuSetujuSangat SetujuTotal
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
27
-60
-40
-20
0
20
40
60
80
100
120
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37 39 41 43 45 47 49 51 53
roa 2002roa 2003roa 2004
Nilai Return On Assets
0
5
10
15
20
25
30
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37 39 41 43 45 47 49 51 53
Perusahaan
Nila
i
Series1
28
Lampiran 4Uji Validitas dan Reliabilitas
ReliabilityR E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A)
N of Cases = 53.0Item-total Statistics
Scale Scale Corrected Mean Variance Item- Squared Alpha if Item if Item Total Multiple if Item Deleted Deleted Correlation Correlation Deleted
OL1 18.1509 4.1691 .7298 .5978 .8285OL2 18.2075 3.8215 .7399 .6102 .8215OL3 18.1887 3.5791 .7257 .5577 .8318OL4 18.0755 4.1865 .6964 .5212 .8398
Reliability Coefficients 4 items
Alpha = .8673 Standardized item alpha = .8702
Reliability
R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A)
N of Cases = 53.0
Item-total Statistics
Scale Scale Corrected Mean Variance Item- Squared Alpha if Item if Item Total Multiple if Item Deleted Deleted Correlation Correlation Deleted
KTI1 39.7736 23.2170 .7114 .5955 .9035KTI2 39.6604 24.1132 .7259 .6026 .9036KTI3 39.8113 22.6560 .7356 .6009 .9014KTI4 39.6415 23.7729 .6450 .5259 .9088KTI5 39.7547 21.6502 .7704 .6254 .8986KTI6 39.8491 22.9383 .6941 .5763 .9050KTI7 39.7547 22.4964 .7666 .6452 .8987KTI8 39.6604 22.8824 .7148 .5481 .9032
Reliability Coefficients 8 items
Alpha = .9140 Standardized item alpha = .9150
29
Lampiran 5Uji Normalitas
Test of Homogeneity of Variances
KK
.306 2 156 .737
LeveneStatistic df1 df2 Sig.
Tests of Normality
.129 53 .027 .903 53 .000KK_RTStatistic df Sig. Statistic df Sig.
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Lilliefors Significance Correctiona.
KK_RTNPar Tests
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
537.1572
5.81165.129.123
-.129.941.339
NMeanStd. Deviation
Normal Parameters a,b
AbsolutePositiveNegative
Most ExtremeDifferences
Kolmogorov-Smirnov ZAsymp. Sig. (2-tailed)
KK_RT
Test distribution is Normal.a.
Calculated from data.b.
30
Lampiran 6Regresi Persamaan 1
Descriptive Statistics
5.6798 .68022 536.0519 .64740 53
KTIOL
Mean Std. Deviation N
Correlations
1.000 .604.604 1.000
. .000.000 .
53 5353 53
KTIOLKTIOLKTIOL
Pearson Correlation
Sig. (1-tailed)
N
KTI OL
Variables Entered/Removedb
OLa . EnterModel1
VariablesEntered
VariablesRemoved Method
All requested variables entered.a.
Dependent Variable: KTIb.
Model Summaryb
.604a .365 .352 .54743 1.825Model1
R R SquareAdjustedR Square
Std. Error ofthe Estimate
Durbin-Watson
Predictors: (Constant), OLa.
Dependent Variable: KTIb.
ANOVAb
8.777 1 8.777 29.286 .000a
15.284 51 .30024.060 52
RegressionResidualTotal
Model1
Sum ofSquares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), OLa.
Dependent Variable: KTIb.
Coefficientsa
1.839 .714 2.578 .013.635 .117 .604 5.412 .000 1.000 1.000
(Constant)OL
Model1
B Std. Error
UnstandardizedCoefficients
Beta
StandardizedCoefficients
t Sig. Tolerance VIFCollinearity Statistics
Dependent Variable: KTIa.
31
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: KTI
Observed Cum Prob
1.00.75.50.250.00
Exp
ecte
d C
um
Pro
b
1.00
.75
.50
.25
0.00
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test (Persamaan OLterhadap KTI)
53.0000000
.54214226.092.078
-.092.671.758
NMeanStd. Deviation
Normal Parameters a,b
AbsolutePositiveNegative
Most ExtremeDifferences
Kolmogorov-Smirnov ZAsymp. Sig. (2-tailed)
Unstandardized Residual
Test distribution is Normal.a.
Calculated from data.b.
Scatterplot Uji Heteroskedastisitas
Dependent Variable: KTI
Regression Standardized Predicted Value
210-1-2-3-4
Reg
ress
ion
Stan
dard
ized
Res
idua
l
3
2
1
0
-1
-2
-3
32
Lampiran 7
Regresi Persamaan 2Descriptive Statistics
7.1572 5.81165 536.0519 .64740 535.6798 .68022 53
KKOLKTI
Mean Std. Deviation N
Correlations
1.000 -.324 -.110-.324 1.000 .604-.110 .604 1.000
. .009 .216.009 . .000.216 .000 .
53 53 5353 53 5353 53 53
KKOLKTIKKOLKTIKKOLKTI
Pearson Correlation
Sig. (1-tailed)
N
KK OL KTI
Variables Entered/Removedb
KTI, OLa . EnterModel1
VariablesEntered
VariablesRemoved Method
All requested variables entered.a.
Dependent Variable: KKb.
Model Summaryb
.341a .116 .081 5.57123 2.024Model1
R R SquareAdjustedR Square
Std. Error ofthe Estimate
Durbin-Watson
Predictors: (Constant), KTI, OLa.
Dependent Variable: KKb.
ANOVAb
204.383 2 102.192 3.292 .045a
1551.931 50 31.0391756.314 52
RegressionResidualTotal
Model1
Sum ofSquares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), KTI, OLa.
Dependent Variable: KKb.
33
Coefficientsa
22.635 7.721 2.932 .005-3.637 1.497 -.405 -2.429 .019 .635 1.5741.150 1.425 .135 .807 .424 .635 1.574
(Constant)OLKTI
Model1
B Std. Error
UnstandardizedCoefficients
Beta
StandardizedCoefficients
t Sig. Tolerance VIFCollinearity Statistics
Dependent Variable: KKa.
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: KK
Observed Cum Prob
1.00.75.50.250.00
Exp
ecte
d C
um
Pro
b
1.00
.75
.50
.25
0.00
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test (Persamaan 2 OL, KTIterhadap KK)
53.0000000
5.46304162.113.113
-.096.819.513
NMeanStd. Deviation
Normal Parameters a,b
AbsolutePositiveNegative
Most ExtremeDifferences
Kolmogorov-Smirnov ZAsymp. Sig. (2-tailed)
Unstandardized Residual
Test distribution is Normal.a.
Calculated from data.b.
Scatterplot Uji Heteroskedastisitas
Dependent Variable: KK
Regression Standardized Predicted Value
43210-1-2
Reg
ress
ion
Sta
ndar
dize
d R
esid
ual 4
3
2
1
0
-1
-2
34