hubungan komunikasi dalam keluarga dengan tingkat kepercayaan diri pada siswa kelas viii smp...
TRANSCRIPT
1
I PENDAHULUAN
1.1.Latar belakang masalah
Sejak dilahirkan, setiap orang tumbuh dan berkembang menurut masa dan
irama perkembangan sendiri sendiri, membawa daya kemampuan kodratnya
sendiri, yang ditumbuhkembangkan lingkungannya sendiri pula, sehingga
hasilnya merupakan suatu yang kompleks dan unik yang seakan akan tidak
seorang pun ada persamaan dengan orang yang lain, dalam hal apapun.
Sebenarnya diantara manusia yang satu dengan yang lain ada persamaanya,
misalnya tentang masa-masa yang dilalui sepanjang hidupnya, sejauh
manusia berada didalam kehidupan yang normal. Tegasnya, setiap manusia
akan selalu bersama-sama melewati masa bayi, masa kanak-kanak, masa
sekolah, masa remaja, masa dewasa dan masa tua. Tiap masa mempunyai
tugas yang hampir bersamaan pula. Masa anak, bertugas mengembangkan diri
dengan belajar. Masa remaja, bertugas membekali diri untuk kehidupan yang
bahagia, dan masa dewasa bertugas membina keluarga dengan pekerjaan-
pekerjaan yang dapat mendatangkan hasil, guna mempertahankan hidup dan
kehidupan selanjutnya.
Untuk mempertahankan hidup dan menjalani kehidupan seorang harus
memiliki pribadi yang baik dan sehat. Menurut agus sujanto (2008:157) tanda
tanda seseorang memiliki kepribadian baik dan sehat adalah:
1. Kepercayaan yang mendalam kepada diri sendiri dan orang lain
2. Tidak malu-malu dan ragu-ragu tapi berani 3. Inisiatifnya berkembang dan tidak selalu merasa dirinya bersalah atau
berdosa
2
4. Tidak merasa harga diri kurang, tetapi memiliki semangat kerja
5. Bersikap jujur terhadap diri sendiri 6. Mampu berdedikasi 7. Senang mengadakan kontak dengan sesama
8. Integritas
Berdasarkan pendapat diatas bahwa seseorang yang memiliki keperibadian
yang sehat di antaranya memiliki rasa kepercayaan yang mendalam pada diri
sendiri dan orang lain. Orang yang memiliki kepercayaan pada diri sendiri
adalah orang yang mau menerima kelebihan dan kekurangan yang dimiliki
serta tidak selalu menggantungkan hidupnya kepada orang lain, memiliki
gagasan-gagasan positif dan juga memiliki kesadaran bahwa kehidupan ini
juga menawarkan kesulitan-kesulitan yang luar biasa.
Kepercayaan diri menurut gomelan (2003) (dalam Rissyo dan Aziza, 2006)
adalah:
Kesadaran yang kuat tentang harga diri dan kemampuan diri sendiri. Orang
dengan kecakapan ini akan berani tampil dengan keyakinan diri, berani menyatakan keberadaannya, berani menyuarakan pandangan yang tidak popular dan bersedia berkorban demi kebenaran serta tegas, mampu membuat
keputusan yang baik kendati dalam keadaan tidak pasti dan tertekan. (http://rac.uii.ac.id/server/document/publik/2008052303090201312307.pdf)
Kepercayaan diri merupakan salah satu kebutuhan penting bagi manusia dan
ini tidak dibawa sejak lahir namun dikembangkan melalui tiga lingkungan
pendidikan yaitu, keluarga, sekolah, dan masyarakat. Artinya, tiga pusat
pendidikan yang secara bertahap dan terpadu serta berkesinambungan
mengemban tangung jawab terhadap perkembangan kepribadian manusia
yang positif terutama adalah perkembangan kepercayaan diri.
3
Keluarga, yang menghadirkan anak ke dunia ini, secara kodrat bertugas
mendidik anak. Sejak kecil, anak hidup, tumbuh dan berkembang di dalam
keluarga. Orang tua dengan secara tidak sengaja atau direncanakan
menanamkan kebiasaan-kebiasaan yang diwarisi dari nenek moyang dan
pengaruh-pengaruh lain yang diterima dari masyaraakat. Anak menerima
dengan daya penirunya, dengan segala senag hati, sekalipun kadang-kadang
anak tidak menyadari benar apa maksud dan tujuan yang ingin dicapai dengan
pendidikan itu.
Keluarga adalah suatu kelompok individu yang terkait oleh ikatan perkawinan
atau darah, yang secara khusus mencakup ayah dan ibu (orang tua) serta anak
dan merupakan lembaga pendidikan yang diselenggarakan dan ditangani
langsung oleh kedua orang tuanya. (Yasin Mustofa, 2007:52)
Antar keluarga (dalam hal ini orang tua) dengan anak terdapat hubungan yang
sangat erat dibanding hubungan dengan pihak lain. Orang tua adalah pihak
yang paling berhak terhadap keberadaan sang anak dan yang paling
bertanggungjawab terhadap kehidupan anak disegenap aspeknya. Karena
melalui kehidupan orang tuanyalah seorang anak bisa lahir didunia, sehingga
orang tua menjadi pihak yang paling berhak atas keberadaaan anak. Dan
orang tua merupakan pihak yang menjadi salah satu penyebab kehadiran
seorang anak, maka orang tua menjadi pihak yang paling bertanggung jawab
atas pemeliharaan bagi perkembangan dan kehidupan anak disegenap
aspeknya. Disamping itu, orang tua juga merupakan bagian yang paling
4
penting dari jaringan sosial anak sebab orang tua adalah lingkungan pertama
dan utama bagi anak.
Suasana kehidupan keluarga yang kondusif sangat dibutuhkan oleh anak
dalam perkembangan sosialnya. Salah satu aspek penting yang dapat
membangun suasana keluarga yang baik adalah terjalinnya
interaksi/komunikasi antar anggota keluarga. Harmonis-tidaknya, intensif
tidaknya komunikasi antaranggota keluarga akan mempengatuhi
perkembangan sosial anak yang ada didalam keluarga. Situasi komunikasi
antar anggota keluarga, akan berpengaruh terhadap kondisi psikis anak. Bila
komunikasi yang dibangun antar anggota keluarga dilakukan dengan
demokratis maka anak akan menjadi aktif, bersahabat, ramah, mudah bergaul,
tidak akan menyalahkan diri sendiri, kreatif, luwes, tidak kaku dalam
menerapkan peraturan dan lebih berhasil dalam berkomunikasi serta
memberikan pendapat.
Untuk menciptakan pola komunikasi diatas, maka perlu dilakukan
komunikasi yang didasari rasa kehangatan, keakraban, kejujuran, kesenangan,
saling pengertian, dan tindakan positif serta hubungan interpersonal yang baik
antar anggota keluarga. Teknik komunikasi antaranggota keluarga yang perlu
dikembangkan adalah komunikasi interpersonal multi arah, sehingga anak
mampu mengidentifikasi peran dari dirinya sendiri dan juga anggota keluarga
lainnya, yang pada akhirnya akan menumbuhkan rasa percaya diri.
5
Berdasarkan prapenelitian yang penulis lakukan pada siswa kelas VIII SMP
Muhammadiyah 1 Pringsewu Kabupaten Pringsewu tahun pelajaran
2014/2015, dari hasil pengamatan dan wawancara dengan guru BK, diperoleh
informasi bahwa masih banyak siswa yang tingkat kepercayaan dirinya masih
rendah, hal ini ditunjukan dengan adanya beberapa gejala prilaku; tidak
berani mengemukakan pendapat, enggan mengajukan pertannyaan terhadap
materi pelajaran yang diberikan, jika bertanya tidak jelas dan bahasa sulit
dipahami, rasa kurang yakin akan kemampuan, cenderung diam, pasif dan
kurang mau membuka diri terhadap temannya, dan lain sebagainya.
Rendahnya tingkat kepercayaan diri dipengaruhi oleh berbagai faktor. Penulis
berasumsi salah satu faktor yang mempengaruhi kepercayaan diri pada siswa
tersebut adalah komunikasi interpersonal dalam keluarga.
1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latarbelakang masalah diatas, dapat dirumuskan
masalah penelitian ini sebagai berikut:
“Apakah ada hubungan komunikasi dalam keluarga dengan tingkat
kepercayaan diri pada siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah1 Pringsewu
Kabupaten Pringsewu tahun pelajaran 2014/2015
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka penulis tuangkan kedalam judul
penelitian yaitu:
HUBUNGAN KOMUNIKASI DALAM KELUARGA DENGAN TINGKAT
KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS VIII SMP
6
MUHAMMADIYAH 1 PRINGSEWU KABUPATEN PRINGSEWU
TAHUN PELAJARAN 2014/2015
1.3.Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian dibatasi sebagai berikut:
1. Objek penelitian adalah komunikasi dalam keluarga dengan tingkat
kepercayaan diri siswa
2. Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah
Pringsewu Kabupaten Pringsewu
3. Waktu Penelitian tahun pelajaran 2014/2015
1.4.Tujuan dan Manfaat penelitian
1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan:
Ingin mengetahui hubungan komunikasi dalam keluarga dengan tingkat
kepercayaan diri pada siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah1 Pringsewu
Kabupaten Pringsewu tahun pelajaran 2014/2015
2. Manfaat penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat:
a. Sebagai wacana ilmiah dalam rangka memperkuat dasar kerangka
konseptual strategi pengembangan bidang pendidikan, khususnya
pengembangan pendidikan dalam bidang bimbingan dan konseling
7
b. Sebagai bahan pertimbangan dan sumber data bagi guru BK agar dapat
memberikan layanan bimbingan dan konseling yang tepat terhadap
siswa-siswa yang memiliki tingkat kepercayaan diri rendah
c. Sebagai bahan rujukan bagi orang tua siswa (melalui konsultasi
dengan guru Bk) agar dapat membantu atau menolong siswa tersebut
mengoptimalkan kepercayaan dirinya sesuai dengan taraf
kemampuannya.
d. Sebagai bahan masukan bagi siswa agar mampu menerima keadaan
dirinya, mengetahui kelemahan dan kekuatan dirinya, mampu
menyesuaikan diri dengan lingkungannya serta dapat meningkatkan
kepercayaan dirinya.
8
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Kepercayaan Diri
1. Pengertian Kepercayaan Diri
Ada beberapa definisi kepercayaan diri menurut para ahli diantaranya
adalah: “ kepercayaan diri merupakan suatu keyakinan dalam jiwa
manusia bahwa tantangan hidup apapun harus dihadapi dengan berbuat
sesuatu”(Angelis,2003:http://www.ed.Psikologi/related/latin/Jakarta,html)
Menurut Aaron Lumpkin (2005:61) bahwa, “kepercayaan diri adalah
keyakinan akan diri sendiri untuk bisa melakukan apapun sesuai
kemampuan yang dimilikinya”. Kepercayaan diri menurut Gomelan
(dalam Rissyo Aziza, 2006) adalah “kesadaran yang kuat tentang harga
dan kemampuan dirisendiri. Orang dengan kecakapan ini akan berani
tampil dengan keyakinan sendiri, berani mengatakan keberadaannya,
berani menyuarakan pandangan yang tidak popular dan bersedia berkorban
demi kebenaran, serta tegas, mampu membuat keputusan yang baik
kendati dalam keadaan tidak pasti dan tertekan”.
(http://rac.uii.ac.id/server/document/public/200105230301020132307.2dt)
Rakhmat (2005:101) “ kepercayaan diri dapat diartikan sebagai suatu
kepercayaan terhadap diri sendiri yang dimiliki setiap orang dalam
kehidupannya serta bagaimana orang tersebut memandang dirinya secara
hutuh dengan mengacu pada konsep dirinya
9
Berdasarkan beberapa kutipan pendapat diatas maka dapat disimpulkan
bahwa kepercayaan diri adalah sikap seseorang yang memiliki keyakinan
akan kemampuan untuk bertingkah laku sesuai dengan yang diharapkan,
bertanggung jawab terhadap tindakannya dan terpengaruh oleh orang lain.
2. Karakteristik kepercayaan diri
Menurut Rini, 2002 (http://www.e-psikologi.com/118/0j/2010, TinaAfatin)
Menyebutkan beberapa karakteristik kepercayaan diri, yakni:
a. Percaya akan kompetensi/kemampuan diri, hingga tidak membutuhkan pujian, pengakuan, penerimaan, atau pun rasa hormat orang lain
b. Tidak terdorong untuk menunjukkan sikap konformis demi diterima
oleh orang lain atau kelompok c. Berani menerima dan menghadapi penolakan orang lain - berani
menjadi diri sendiri
d. Punya pengendalian diri yang baik (tidak moody dan emosinya stabil) e. Memiliki internal locus of control (memandang keberhasilan atau
kegagalan, tergantung dari usaha diri sendiri dan tidak mudah menyerah pada nasib atau keadaan serta tidak tergantung / mengharapkan bantuan orang lain)
f. Mempunyai cara pandang yang positif terhadap diri sendiri, orang lain dan situasi di luar dirinya
g. Memiliki harapan yang realistik terhadap diri sendiri, sehingga ketika harapan itu tidak terwujud, ia tetap mampu melihat sisi positif dirinya dan situasi yang terjadi.
Menurut Aaron Lumpkin (2005:82) keeprcayaan diri merupakan suatu
konsep yang menarik. Rasa percaya diri yang sejati berarti kita memiliki
beberapa hal yang meliputi: “integritas diri, wawasan pengetahuan,
keberanian, sudut pandang yang luas, dan harga diri yang positif”.
Seseorang bisa saja merasa percaya diri, tetapi sekaligus rendah diri,
Seseorang mungkin saja memiliki rasa percaya diri, tetapi tidak
mempunyai banyak pengaruh. Sebagai contoh: seorang pria dengan
10
pembawaan yang kasar mungkin saja meraasa percaya diri dengan
berbagai situasi tetapi ia akan merasa ketakutan setangah mati jika
berpidato dihadapan sekelompok orang. Berdasarkan contoh tersebut,
menujukkan bahwa kepercayaan diri pada setiap individu memiliki
karakteristik tertentu seperti yang telah disebutkan diatas.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepercayaan diri
Kepercayaan diri merupakan tekad atau kesediaan untuk melakukan
sesuatu, bukan orientasi kepada hasil. Hasil merupakan bagian akhir yang
tidak bisa ditebak oleh manusia. Oleh karena itu adanya kemauan dan
tekad yang kuat untuk menghadapi hidup adalah sikap kepercayaaan diri
yang kuat.
Kepercayaan diri bukanlah bawaan lahir, melainkan hasil belajar,.
Semenjak manusia mengenal lingkungan hidupnaya, sejak itupula manusia
belajar banyak hal tentang kehidupan. Berdasarkan pengalaman hidupnya,
seseorang akan menetapkan kepaercayaan dirinya berdasarkan factor.
Menurut EB. Hurlock (dalam Syamsu Yusuf dan Juntika Nurihsan,
2008:47), factor-faktor itu adalah: bentuk tubuh, cacat tubuh, pakaian,
nama dan julukan, intelegensi, kecerdasan, taraf aspirasi/cita-cata,
ekonomi keluarga, teman-teman, dan tokoh/orang yang berpengaruh.
Apabila berbagai factor kitu menimbulkan perasaan positif (bangga,
senang), maka muncullah kepercayaan diri yang positif. Pada masa kanak-
kanak, seseorang biasanya cenderung menganggap benar apa saja yang
11
dikatakan oleh orang lain. Jika seorang anak merasa diterima, dihargai,
dan mencintai dirinya (berkonsep kepercayaan diri positif). Sebaiknya,
jika orang-orang yang berpengaruh di sekelilingnya (orang tua, guru,
orang dewasa lainnya, atau teman-temannya) ternyata meremahkan,
merendahkannya, mempermalukannya, dan menolaknya, maka
pengalaman itu akan disikapi dengan negatif (memunculkan keercayaan
diri negatif)
4. Upaya meningkatkan kepercayaan diri
Menurut Rini (2002), agar seseorang dapat menumbuhkan atau
membangun kepercayaan dirinya, seseorang hendaknya mempunyai
kesadaran dan keyakinan akan kekuatan dan kemampuan diri sendiri
(dengan kata lain mempunyai rasa kepercayaan diri), diperlukan usaha
gigih yang kontinyu dan penuh kesadaran yang harus ditempuh uuntuk
membangun pilar-pilar atau sendiri-sendiri rasa percaya dirinya yang
kokoh.
Untuk meningkatkan kepercayaan diri, maka perlu dilakukan upaya
sebagai berikut:
a. Pemahaman diri bahwa manusia ciptaan tuhan
b. Mandiri c. Punya kelebihan d. Berpengalaman yang luas
e. Realistis f. Asertif
g. Dapat duduk dan berdiri tegak (Rini.2002:http//www.e-psikologi.com/dewe/160502.html)
12
Aspek-aspek indikator dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Pemahaman diri bahwa manusia ciptaan tuhan
Menyadari bahwa semua orang adalah ciptaan yang dikaruniai hak-hak
mendasar yang sama, yaitu hak hidup, hak untuk merdeka, dan hak
mencari kebahagiaan kita sendiri. Individu tidak perlu minder atau
kurang merasa percaya diri.
b. Mandiri
Dalam kehidupan sehari-hari, seseorang hendaknya mampu mengerti
diri, menempatkan diri dalam situasinya, mengambil sikap
menentukan dirinya, serta nasibnya ada ditangan sendiri. Pribadi yang
mandiri dan sehat memiliki kemampuan untuk membentuk pikiran
mencapai keputusan dan melaksanakan dorongan serta disiplin mereka
sendiri. Orang yang mandiri harus selalu kembali kepada diri sendiri
bukan berarti tidak butuh orang lain. Tetapi alam hal pengembangan
kepribadian, seseorang harus lebih mengandalkan diri sendiri dari pada
orang lain, seseorang harus mengenali kemampuan diri sendiri
daripada menguntungkan diri daripada orang lain/menjadi benalu pada
orang lain.
c. Punya kelebihan
Setiap orang pasti mempunyai kelebihan dan kekurangan. Tidak ada
orang di dunia ini yang tidak memiliki kelebihan sama sekali.
Mungkin kelebihan seseorang tidak sehebat yang dimiliki orang lain,
13
tetapi setiap orang harus memiliki keyakinan bahwa setiap orang pasti
mempunyai kelebihan/keunggulan. Untuk menumbuhkan rasa percaya
diri, seseorang harus berusaha menanamkan keunggulan atau
kelebihan diri dan kemudian mengembangkan dengan sungguh-
sungguh. Jika berhasil itu dapat mendongkrak rasa kepercayaan diri.
d. Berpengalaman luas
Pengetahuan adalah kekuatan, artinya orang yang berpengetahuan
yang luas makan menjadi kuat secara mental. Salah satu cara agar
memiliki pengetahuan yang luas adalah dengan rajin membaca. Selain
itu dengan memiliki rasa ingin tahu yang besar, mau mencari informasi
melalui internet dan tidak malu untuk bertanya. Semakin
berpengetahuan, semaki kuat, artinya seseorangn tidak mudah
menyerah dan kemudian diam seribu bahasa, tidak bisa berkata apapun
untuk mengimbangi pembicaraan. Dengan demikian pengetahuan yang
luas, seseorang lebih memiliki kepercayaan diri
e. Realistis
Orang tidak percaya diri akan merasa diirinya negative dari pada
positif. Orang semacam ini mendengar hal positif seperti bisakan,
sementara hal negative tentang dirinya terdengan seperti geledek
sehingga ia kaget dan takut. Kebanyakan orang tergoda untuk melihat
atau berfokus melihat yang negative yang berkaitan dengan dirinya
atau karyanya, sementara hal yang positif yang ada dirinya/karyanya
14
sering diremehkan, maka orang perlu belajar untuk selalu berfikir
seimbang karena pikiran yang seimbang itulah yang nyata dan realistis.
f. Asertif
Orang yang bersikap asertif akan tulus mengakui hak orang lain, tetapi
pada saat yang sama menegakkan haknya sendiri. Dengan kata lain,
ketika memperjuangkan haknya sendiri,dia tidak merampas atau
mengingkari hak orang lain. Sikap asertif penting untuk membangun
rasa kepercayaan diri. Tanpa sikap ini, seseorang akan mudah
dipermainkan oleh orang lain.
g. Dapat duduk dan berdiri tegak
Orang yang memiliki kepercayaan diri dapat menggunakan bahasa
verbar dan non verbar dengan tepat. Bahasa nonverbal memliputi
gerak mata atau arah pandang mata, tinggi rendahnya suara, cepat
lambatnya tempo suara, ekspresi wajah, gerak kepala, gerak tubuh,
gerak tangan, posisi duduk, berdiri dan jarak antara pembicaraan dan
pendengaran. Bahasa nonverbal biasanya otomatiss artinya orang tidak
perlu dengan sadar memilih atau memakai bahasa nonverbal, karena
ini akan muncul dengan sendirinya. Agar kepercayaan tumbuh dalam
diri, maka seseorang hendaknya menampilkan bahasa nonverbal
seperti berani memandang wajah dan mata orang lain yang sedang
diajak berbicara atau yang mengajaknya berbicara dan kontak ini
terjadi dalam waktu yang relatif lama
15
Selanjutnya, Aaron limpkin (2005:82) mengemukakan cara untuk
menumbuhkan rasa kepercayaan diri dengan membuat beberapa perubahan
mendasar pada diri individu, yaitu:
a. Mencobalah sesuatu yang baru untuk mempelajari keterampilan
baru, mengembangkan minat baru, teman baru dan sebagainya.
b. Mencoba untuk menempatkan diri pada jalur sama dengan orang
lain dan sekitarnya.
c. Mengembangkan pembawaan yang percaya diri
d. Bertindaklah lebih percaya diri
e. Haruslah menjadi diri sendiri
Berdasarkan kedua kutipan diatas, bahwa untuk menumbuhkan atau
membangun kepercayaan diri dapat ditempuh dengan berbagai tingkah
laku atau tindakan yang sesuai dengan kemampuan atau keunggulan yang
dimiliki individu seperti mencoba sesuatu yang baru, mencoba untuk
menempatkan diri pada jalur yang sama dengan yang lain, memahami diri
sendiri dengan bersikap cukup keras dan tegas, memiliki pendirian yang
kukuh dengan maksud tidak untuk mempertahankan diri secara emosional,
tidak menyepelekan orang lain, mengembangkan pembawaan percaya diri
dan berusaha menjadi diri sendiri. Banyak hal lain yang
dapamengembangkan kepercayaan diri selain yang telah disebutkan diatas.
16
5. Aspek-aspek Tingkat Kepercayaan Diri
Kepercayaan diri merupakan sikap atau keyakinan atas kemampuan diri
sendiri sehingga tindak-tindakkannya sesuai keinginan dan tanggung
jawab atas perbuatannya sendiri serta tidak tergantung pada orang lain.
Berdasarkan tinjauan pustaka dan pendapat rini, 2002: (http://www.e-
psikologi.com/118/0j/2010, TinaAfatin), maka yang menjadi aspek-aspek
tingkat kepercayaan diri pada penelitian ini antara lain:
a. Merasa yakin akan kemampuan pribadi
b. Bersikap tegas dan teguh pada pendidikan sendiri
c. Bertanggung jawab dalam tugas
d. Dapat tampil bebas dalam situuasi social
e. Memiliki harapan realistis terhadap diri sendiri
Aspek-aspek tingkat, kepercayaan diri yang dikemukakan di atas dapat
dijelaskan sebagai berikut:
a. Merasa yakin akan kemampuan pribadi
Memikirkan gagasan-gagasan positif merupakan aspek utama dalam
mengembangkan kepercayaan diri yang sehat. Individu harus sadar
bahwa kehidupan tidak selalu menawarkan gagasan yang positif, tetapi
juga kesulitan-kesulitan yang dapat kiita mengalami tekanan sehingga
menimbulkan masalah pribadi. Berbagai usaha perlu dilakukan untuk
mengatasi berbagai persoalan besar tanpa harus memaksakan
17
kehendaknya kepada orang lain. Bila semua ini dilakukan maka dalam
diri individu telah memiliki tingkat kepercayaan diri tinggi/positif.
b. Bersikap tegas dan teguh pada pendirian sendiri
Seseorang memiliki tingkat kepercayaan tinggi terindikasi dari
sikapnya yang tegas dan teguh pendiriannya dalam melakukan
tindakan, tidak terpengaruh tindakan-tindakan yang dilakukan oleh
orang lain. Siap mempertahankan pendiriannya bila itu memang benar
dan bertindak tegas tanpa kompromis bila sesuatu itu dianggap salah
atau menyimpang dari ketentuan yang berlaku. Disamping itu, mau
mengataakan yang sebenarnya tanpa harus malu atau takut
mendapatkan kritikan atau teguran dari orang lain.
c. Bertanggung jawab dalam tugas
Individu yang bertanggung jawab dalam tugas adalah individu yang
memiliki kesanggupan menyelesaikan persoalan atau pekerjaan yang
dibebankannya dan dapat menyelesaikannya dengan baik, tepat waktu,
serta berani mengambil resiko untuk setiap keputusan yang dibuat atau
tindakan yang dilakukan. Tidak pernah melemparkan kesalahan yang
dibuatnya kepada orang lain. Irang yang memiliki tanggungjawab juga
memiliki sikap tegas dan teguh dalam mempertahankan
pendapat,gagasan atau ide-ide yang dianggap benar tanpa harus
melaksanakan kehendaknya kepada orang lain. Bila semua ini
18
dilakukan maka dalam diri individu telah memiliki tingkat
kepercayaan diri tinggi/positif.
d. Dapat tampil bebas dalam situasi sosial
Seseorang yang memiliki rasa percaya diri positif adalah orang yang
dapat tampil bebas dalam situasi sosial, misalnya dalam rapat, diskusi,
atau mengemukakan pendapatnya tanpa harus malu, ragu-ragu atau
merasa tidak mampu melaksanakannya seperti gugup, takut,cemas, dan
lain-lainnya. Bila saat tertentu diberikan kesempatan untuk tampil
dalam suatu kegiatan dengan penuh keyakinan melaksanakan
kesempatan tersebut dengan sebaik-baiknya.
e. Memiliki harapan realistis terhadap diri sendiri
Dalam menghadapi kehidupan ini individu memiliki harapan, cita-cita,
tujuan hidup yang realistis sesuai dengan keadaan diri sendiri tanpa
harus membandingkan atau melihat orang lain. Ketika harapan tersebut
tidak menjadi kenyataan, ia tetap menaggapi secara positif terhadap
harapan, cita-cita dan tujuan yang ingin dicapai dengan memahami
sepenuhnya terhadap situasi yang dihadapi saat ini. Ia mampu untuk
membangkitkan semangat lebih baik dalam meraih harapan, cita-cita,
dan tujuan hidupnya tanpa mempersilahkan diri sendiri atau situasi
yang menjadi penyebab tidak terpenuhinya harapan tersebut.
19
2.2.Komunikasi Dalam Keluarga
1. Pengertian Komunikasi Dalam Keluarga
Setiap pribadi manusia akan selalu berada dan mengalami
perkembangan dalam ketiga lembaga pendidikan (keluarga, sekolah,
dan masyarakat).
Berdasarkan reality dan peranan ketiga lembaga ini, oleh ahli
pendidikan Indonesia Ki Hajar Dewantara menganggap ketiga
lembaga pendidikan sebagai tripusat pendidikan.Artinya, tiga pusat
pendidikan yang secara bertahap dan terpadu mengemban tanggung
jawab bagi generasi mudanya. Orientasi kelembagaan tripusat
pendidikan bersifat wajar (alamiah) sesuai dengan kenyataandalam
tata kehidupan dan kebudayaan manusia:
Salah satu tripusat pendidikan yang terbentuk berdasar kan rasa suka
rela dan cinta-kasih yang asasi antara dua subjek manusia (suami-
istri). Merurut Abu Ahmadi (2002:234), "Keluarga adalah merupakan
satu kesatuan sosial yang terdiri dari suami, istri, dan anak-anak yang
belum dewasa yang terikat dalam perkawinan", Yasin Musthofa
.(2007:52) mengatakan "Keluarga adalah sebagai suatu kelompok
individu yang terkait oleh ikatan perkawinan atau darah yang secara
khusus mencakup ayah dan ibu (orang tua) serta anak". Dikemukakan
pula oleh prayitno (2004:245), bahwa "Keluarga merupakan satuan
persekutuan hidup antara dua individu (suami-iitri) yang terikat oleh
perkawinan yang sah yang paling mendasar merupakan pangkal
20
kehidupan bermasyarakat". Menurut Undang-Undang Perkawinan Bab
II Tentang DasarDasar Perkawinan Pasal 2 Tahun 1974 dijelaskan,
"Perkawinan menurut hukum Islam adalah pernikahan yaitu akad yang
sangat kuat atau miitsaaaqon gholiidhan untuk"mentaati perintah
Alloh dan bertujuan mewujudkan rumah tangga yang sakinah,
mawadah, dan rahmah".
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa
keluarga adalah unit sosial yang terkecil terdiri dari suarni-istri dan anak
yang terkait perkawinan yang sah dan merupakan pangkal kehidupan
bermasyarakat.
Adapun beberapa pengertian komunikasi dapat dikemukakan sebagai-
berikut.Menurut Jalaludin Rakhmat (2005:4), bahwa ada enam
pengertian komunikasi, yaitu:
a) Penyampaian, perubahan energi dari satu tempat ke tempat yang lain seperti daidm sistem syaraf atau penyampaian gelombang-gelombang suara;
b) Penyampaian atau penerimaan signal atau pesan oleh organisme; c) Pesan yang disampaikan;
d) Proses yang dilakukan satu sistem untuk mempengaruhi sistem yang lain melalui pengaturan signal-signal yang disampaikan;
e) Pengaruh satu wilayah persona pada wilayah persona yang lain
sehingga perubahan selain satu wilayah menimbulkan perubahan yang berkaitan pada wilayah lain;
f) Pesan pasien,kepada pemberi terapi dalam psikoterapis
Husaini Usman (2006:346) mengatakan "Komunikasi adalah proses
penyampaian atau penerimaan pesan dari satu orang kepada orang lain,
baik langsung maupun tidak langsung, secara tertulis, lisan maupun bahasa
isyarat".
21
Dikemukakan oleh Onong Uchjana Effendy (2007:14) bahwa
"Komunikasi adalah keterlibatan dua orang atau lebih dalam suatu
interaksi, komunikator menjadi suatu pesan, lalu menyampaikan kepada
kornunikan, dan kornunikan mengawasandi pesan tersebut".
Komunikasi mengacu pada tindakan, oleh satu orang atau lebih, yang
mengirim dan menerima pesan yang terdistorsi oleh gangguan (noise),
terjadi dalam satu konteks tertentu, mempunyai pengaruh tertentu dan ada
kesempatan untuk melakukan umpan balik (Joseph A. Derito 1991:23.)
Dijelaskan pula oleh Agus M Hardjana, (2003:11). Komunikasi dapat
didefinisikan sebagai proses penyampain makna dalam benttuk gagasan
atau informasi dari seeorang kepada orang lain melalui media tertentu.
Berdasarkan beberapa pengertian komunikasi dan keluarga yang telah
dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa komunikasi dalam
keluarga adalah proses interaksi atau proses pengiriman pesan antar
anggota keluarga (ayah, ibu, dan anak) baik secara verbal maupun
nonverbal yang terlibat langsung, multi arah guna menciptakan lingkungan
keluarga yang kondusif dan terwujudnya keselarasan hubungan dalam
keluarga.
2. Tujuan dan Fungsi Komunikasi dalam Keluarga
Menurut Husaini Usman (2006:346), tujuan komunikasi dalarn
keluarga,antara lain:
22
a. Meningkatkan kemampuan manajerial dan hubungan sosial
b. Menyampaikan atau menerima informasi c. Menyampailkan dan menjawab pertanyaan d. Mengubah pikiran (pola pikir), perasaan, dan tindakan
e. Mengubah keadaan sosial f Ada dua hal yang dapat mengubah perilaku dan keadaan sosial adalah
komunikasi dan pengambilan keputusan. Berdasarkan kutipan di atas, bahwa komunikasi dalam keluarga memiliki
tujuan yang kompleks, di antaranya meningkatkan kemampuan menajerial
dan hubungan social, ` menyampaikan, menerima informasi, dan
menjawab pertanyaan, mengubah pola pikir, keadaan sosial, dan
pengambilan keputusan.
Adapun fungsi komunikasi dalam keluarga, di antaranya:
a. Membantu perkembangan intelektual dan sosial; b. Identitas atau jati diri terbentuk dalam dan lewat komunikasi dengan
anggota keluarga.
c. Mengembangkan kesehatan mental d. Pengakuan atau tanggapan dari anggota keluarga
e. Untuk mendukung dan Baling menolong antaranggota keluarga, f. Memecahkan konflik dan bentuk masalah-masalah pribadi dalam
keluarga;
g. Membina keakraban dan saling membutuhkan antaranggota keluarga (Supratiknya, 2001:9).
Dari kutipan di atas, fungsi komunikasi keluarga adalah membina
hubungan antar anggota keluarga untuk mencapai kebahagiaan hidup
dalam keluarga.
3. Hambatan-hambatan dalam Komunikasi
Ada beberapa hal yang menjadi penghambat atau penghalang dalam proses
komunikasi. Penghambat tersebut dikenal dengan istilah barrier, noises,
atau bottle neck communication. Dalam komunikasi dikenal hambatan
23
psikologis seperti minat, sikap, pendapat, kepercayaan, intelegensi, dan
pengetahuan. Hambatan fisik misalnya kelelahari, sakit, keterbatasan
panca indera atau cacat tubuh.
Komunikasi bisa juga dihambat oleh kultur/budaya seperti perbedaan adat
istiadat, norma-norma sosial, kepercayaan, dan nilai-nilai panutan.Tanda
setuju di Indonesia dengan menganggukan kepada. Sebaliknya, di India
menanggukkan kepala berarti tidak setuju (Husaini Usman, 2006:353),
Menurut Massa (1998) (dalam Husaini Usman, 2006:353) mengatakan
hambatan-hambatan dalam berkomunikasi, antara lain:
a. Komunikator menggunakan bahasa yang sukar dipahami;
b. Perbedaan persepsi akibat perbedaan latar belakang; c. Terjemahan yang salah;
d. Kegaduhan; e. Reaksi emosional seperti selalu bertahan (depensif) dan terlalu
menyerang (agressif)
f. Gangguan fisik (tuli,bisu,dan buta); g. Pesan bermakna ganda (semantik);
h. Belum berbudaya baca dan tulis serta budaya diam; i. Kecurigaan; j. Teknik bertanya yang buruk;
k. Teknik menjawab yang buruk; l. Tidak jujur
m. Tertutup, n. Destruktif; o. Kurang dewasa;
p. Kurang respek; q. Kurang menguasai materi;
r. Kurang persiapan; s. Kebiasaari menjadi pembicara dan pendengar yang buruk.
Menurut Johnson (dalam Supratiknya, 2001:42)„ ada beberapa kesalahan
umum yang sering dilakukan dalam berkomunikasi, antara lain:
a. Sebagai pengirim pesan
1) Cepat-cepat berbicara, tanpa menyusun pikiran kita terlebih dahulu;
24
2) Menjejalkan terlalu benyak gagasan dalam pesan kita, apalagi gagasan
itu kadang-kadang sering tidak saling berhubungan; 3) Atau sebaliknya, merumuskan pernyataan-pernyataan terlalu pendek; 4) Mengabaikan jumlah informasi tentang pokok pesan yang sudah
dimiliki oieh penerima; 5) Tidak menyesuaikan perumusan pesan kita dengan sudut pandang
penerima.
b. Sipenerima:
1) Tidak menaruh perhatian kepada pengirim;
2) Sudah merumuskan jawaban sebelum mendengarkan semua yang hendak dikatakan oleh pengirim;
3) Cenderung mendengarkan detail-detail, seperti kata, intonasi, dan
sebagainya, bukan mendengarkan pesan secara keseluruhan; 4) Memberikan penilaian benar atau salah, sebelum memahami
sepenuhnya pesan yang dikirim. Cara mendengarkan dan menanggapi lawan bicara sangat penting dalam
berkomunikasi. Agar komunikasi kita menjadi lebih intim dan personal,
kita perlu mengkomunkasikan kepada lawan bicara kita bahwa kita telah
mendengarkan dan memahaminya. Komunikasi disebut impersonal apabila
penerima mengkomunikasikan kepada pengirim bahwa ia tidak
mendengarkan dan tidak memahaminya. Hal ini jelas menghambat
komunikasi.
Hambatan lain untuk membangun komunikasi yang intim dan personal
adalah kecenderungan untuk menilai, menghakimi, membenarkan atau
sebaliknya, menyalahkan pernyataan-pernyataan yang disampaikan oleh
pengirim.
4. Keterampilan Dasar dalam Berkomunikasi
Pada umumnya selaras dengan pengertian komunikasi di atas, komunikasi
yang paling banyak terjadi dan mudah dilihat adalah komunikasi antar
25
manusia. Namun, tidak menutup kemungkinan komunikasipun bisa dilakukan
dengan objek yang lain. Kumunikasi termasuk bentuk kebutuhan alamiah
manusia. Manusia membutuhkan dan melakukan komunikasi terhadap diri
sendiri, orang lain, makhluk hidup lainnya, dan kepada Tuhan.
Ketika manusia menimbang dan ingin mengambil suatu keputusan tertentu
yang selaras dengan nuraninya, berarti is sedang berkomunikasi dengan diri
sendiri. Proses pertimbangan dan perenungan diri sebelum mengambil sikap
atas keputusan adalah bentuk komunikasi pribadi.
Komunikasi secara luas adalah sebagai bentuk tingkah laku seseorang, baik
verbal maupun nonverbal yang ditanggapi oleh orang lain, tidak sekedar
pertukaran kata atau sejumlah menerima melalui tingkah laku tersebut dengan
sadar dimaksudkan untuk mempengaruhi tingkah laku atau sikap dan
mengubah opini atau pandangan orang lain. Dalam setiap bentuk komunikasi,
orang saling mengirimkan lambang-lambang yang memiliki makna tertentu,
bersifat verbal yang berupa kata-kata atau nonverbal berupa ekspresi dan
gerak tubah.
Proses komunikasi adalah proses alamiah yang dilakukan oleh manusia
namun, agar setiap komunikasi dapat efektif maka dibutuhkan beberapa
keterampilan dasar. Agar mampu memulai, mengembangkan, dan memiliki
komunikasi yang akrab, hangat, dan produktif dengan orang lain, maka perlu
memiliki sejumlah keterampilan dasar berkomunikasi. Beberapa keterampilan
dasar yang dimaksud antara lain;
a. Harus mampu saling memahami;
26
b. Harus mampu mengkomunikasikan pikiran dan perasaan kits secara tepat
dan jelas; c. Harus mampu saling menerima dan memberi dukungan atau saling
menolong;
d. Harus mampu memecahkan konflik (Jhonson dalam Supratiknya.2001:11).
Lebih jelas bentuk-beptuk keterampilan dasar yang dikemukakan di atas dapat
diuraikan sebagai berikut:
a. Harus mampu saling memahami
Secara rinci, kemampuan ini mencakup beberapa sub kemampuan yaitu
sikap percaya, pembukaan diri, keinsyafan, dan penerimaan diri. Agar
dapat saling memahami, pertama-tama harus saling percaya, sesudah
saling percaya harus saling membuka diri, yakni saling mengungkapkan
tanggapan terhadap situasi yang sedang dihadapi, termasuk kata-kata yang
ducapkan atau perbuatan yang dilakukan oleh lawan komunikati. Untuk
membuka diri seperti itu, tentu raja sebelumnya individu harus menginsafi
diri sendiri, yakni menyadari perasaan-perasaan maupun tanggap-
tanggapan batin lainnya. Namun, untuk sampai- pada keinsafan diri
semacam itu, individu perlu menerima diri, menerima dan mengakui
pikiran perasaannya, bukan menyangkal, menekan, atau
menyembunyikannya. Selain itu, tentu saja individu harus mampu
mendengarkan orang lain. Membuka diri kepada orang lain dan
mendengarkan dengan penuh perhatian ketika orang lain sedang membuka
diri kepada individu adalah cara yang jitu untuk memulai dan memelihara
komunikasi.
27
b. Harus mampu mengkornuiiikasikan pikiran dan perasaan secara tepat dan
jelas
Kemampuan ini juga harus disertai kemampuan menunjukkan sikap
hangat dan rasa senang serta kemampuan mendengarkan dengan Cara
yang akan menunjukkan bahwa individu memahami lawan
komunikasinya. Dengan saling mengungkapkan pikiran-pikiran dan
perasaan serta saling mendengarkan, individu memulai, mengembangkan,
dan memelihara komunikasi dengan orang lain.
c. Harus mampu saling menerima dan saling memberikan dukungan atau
saling menolong
Individu harus mampu menanggapi keluhan orang lain dengan cara-cara
bersifat menolong, yaitu menunjukkan sikap memahami dan bersedia
menolong sambil memberikan bimbingan dan contoh seperlunya agar
orang tersebut mampu mengemukakan pemecahan-pemecahan yang
konstruktif terhadap masalahnya yaitu melalui komunikasi antar individu.
d. Harus mampu memecahkan konflik
Individu harus manpu memecahkan konflik dan bentuk-bentuk masalah
antarpribadi lain yang mungkin muncul dalam komunikasi individu
dengan orang lain, melalui cara-cara yang konstruktif (membangun).
Artinya, dengan cara-cara yang semakin mendekatkan individu dengan
lawan komunikasi dan menjadikan komunikasi individu itu semakin
tumbuh dan berkembang. Kemampuan ini sangat penting untuk
mengembangkan dan menjaga perasaan serta kelangsungan komunikasi
28
individu. Kemampuan memecahkan konflik merupakan langkah yang
tepat bagi individu karena tanpa kemampuan ini, komunikasi antarpribadi
tidak berjalan lancar dan efektif. Di samping itu, proses penerimaan pesan
oleh komunikator tidak sesuai dengau harapannya.
5. Aspek-aspek Koimunikasi dalam Keluarga
Kelahiran dan kehadiran seorang anak dalam keluarga secara alamiah
memberikan adanya tanggung jawab dari pihak orang tua. Tanggung jawab
ini didasarkan atas motivasi cinta kasih, yang pada hakikatnya juga dijiwai
oleh tanggung jawab moral. Secara sadar orang tua mengemban kewajiban
untuk memelihara dan membina anaknya sampai ia mampu berdiri sendiri
(dewasa) baik secara fisik, sosial-ekonomi maupun moral. orang tua
meletakkan dasar-dasar untuk mandiri.
Untuk menciptakan pola seperti di atas, perlu dilakukan komunikasi yang
menimbuikan kehangatan, keakraban, pengertian dan tindakan positif serta
hubungan baik antara seluruh anggota keluarga melalui komunikasi antara
anggota keluarga (komunikasi interpersonal).Teknik komunikasi_dalam
keluarga yang perlu dikembangkan adalah komunikasi multi arah, sehingga
anak mampu mengidentifikasi peran dari dirinya sendiri dan juga anggota
keluarga yang lain. Adapun aspek-aspek komunikasi dalam keluarga yang
diperlukan untuk menumbuhkan komunikasi interpersonal yang baik, di
antaranya:
a. Keakraban
b. Kesenangan
29
c. Sikap terbuka
d. Kejujuran
e. Memuaskan
(Jalaludin Rakhmat, 2005:1.29).
Untuk lebih jelas, aspek-aspek komunikasi dalam keluarga di atas dapat
dikemukakan sebagai berikut:
a. Keakraban
Salah satu indikasi proses komunikasi dalam keluarga adalah adanya
unsur keakraban. Keakraban antaranggota keluarga terlihat adanya rasa
aman dan nyaman bila antara anak dan anggota keluarga (orang tua).
Mereka memiliki rasa saling ketergantungan/saling membutuhkan antara
satu dengan lainnya. Biasanya anak dan orang tua selalu ada waktu untuk
mengemukakan pendapat, suka bercanda di saat bersama-sama di rumah
dan akan merasa kesepian bila salah satu anggota keluarga tidak ada di
rumah dan antara anak dengan anak (kakak-adik) saling berbagi
pengalaman atau bermain-main bersama dan ini nampak sekali kearaban
antar anggota keluarga.
b. Kesenangan
Di samping adanya unsur keakraban antaranggota keluarga dalam
menjalin hubungan di rumah dan di luar rumah juga ada hubungan
kesenangan. Anak dan anggota keluarga juga betah di rumah, merasa
senang belajar bersama-sama dengan adik dan kakak serta orang tua bila
pada saat bersamaan sedang berkumpul. Di samping itu, orang tua
30
biasanya memahami apa yang menjadi kebutuhan anak dan keluarga dan
akan selalu berusaha memenuhinya melalui bekerja, baik di rumah
maupuh di luar rumah. Orang tua juga selalu melindungi, merawat dan
menjaga keamanan dan kasih sayang sepenuhnya kepada anak karena
biasanya anak menjadikan sumber inspirasi dan motivasi tersendiri bagi
orang tua untuk memenuhi kebutuhan. Di samping itu, diberikan pula
kesempatan untuk saling memahami, saling memperhatikan, dan adanya
penghargaan anak terhadap orang yang lebih tua dalam keluarga tersebut
serta bisa juga memberikan kesempatan kepada seluruh anggota
keluarga untuk berhubungan dengan orang lain di luar lingkungan
rumahnya.
c. Sikap terbuka
Sikap terbuka besar pengaruhnya dalam menumbuhkan komunikasi dalam
keluarga, Adapun karakteristik sikap terbuka dalam komunikasi keluarga,
antara lain:
1) Menilai pesan secara objektif dengan menggunakan data dan keajegan
logika; 2) Membedakan dengan mudah, melihat nuansa dan sebagainya; 3) Berorientasi pada isi;
4) Lebih bersifat profesional dan bersedia mengubah kepercayaannya; 5) Mencari pengertian pesan yang tidak sesuai dengan rangkaian
kepercayaannya (Rakhmat, 2005:136). Agar komunikasi dalam keluarga melahirkan hubungan interpersonal yang
efektif, dogmatisme harus diganti dengan sikap terbuka.
Melalui sikap terbuka, sikap percaya, dan sikap suportif mendorong
timbulnya saling pengertian, saling menghargai, dan paling penting saling
31
mengembangkan kualitas hubungan interpersonal antaranggota
keluarga.Bila anggota keluarga memahami bagaimana perasaan dan
pandangan saya, tanpa berkeinginan untuk menganalisis atau menilai saya,
barulah saya dapat tumbuh dan berkembang pada iklim kondusif dalam
kehidupan saya (keluarga).
d. Kejujuran
Kejujuran adalah aspek ketiga yang menumbuhkan sikap terbuka dalam
komunikasi antara anggota keluarga, menerima dan empati mungkin saja
dipersepsi oleh orang tua/anggota keluarga positif. Komunikasi seperti ini
tercermin adanya sikap bersahabat, saling memperhatikan, empati
ditanggapi anggota keluarga dengan baik, sehingga antar anggota
keluarga tidak menyembunyikan isi hatinya atau membungkus pendapat
dan sikap dengan lambang-lambang verbal dan nonverbal. Kejujuran
menyebabkan perilaku anggota keluarga dapat diduga. Ini mendorong
orang lain dalam keluarga percaya pada anggotanya serta saling
memperhatikannya.
e. Memuaskan
Komunikasi dalam keluarga yang memuaskan akan terlihat dari orang tua
dalam memberikan rasa aman dan nyaman setiap saat pada anak dan
keluarga. Orang tua menanamkan disiplin moral dari baik terhadap anak
dan keiuarga melalui kebasaan-kebiasaan yang dilakukan anggota
keluarga. Di sini orang tua, memenuhi kebutuhan lahir dan batin terhadap
anak dan keluarga, orang tua menghargai setiap kelebihan dan kelemahan
32
yang ada pada anak dan anggota kelurga dan akan menjaga dengan sebaik-
baiknya pola interaksi yang dilakukan di dalam rumah, sehingga orang lain
menganggap keluarga ini harmonis atau adanya kesejahteraan di rumah.
2.3.Kerangka Pikir dan Hipotesis
1. Kerangka pikir
Sesuai dengan tinjauan pustaka dan variabel yang diteliti maka penulis
dapat menjelaskan kerangka pemikiran penelitian ini sebagai berikut:
Suasana harmonis dalam keluarga merupakan syarat mutlak untuk
berkembangnya watak dan kepribadian anak menjadi positif. Suasana
ini akan tercemin dalam menjalin komunikasi interpersonal antar
anggota keluarga. Pola atau suasana komunikasi yang baik dalam
keluarga ditandai oleh adanya sikap keakraban, kesenangan, sikap
terbuka, kejujuran dan memuaskan.
Komunikasi dalam keluarga yang baik akan memberikan rasa aman
dan menumbuhkan serta mengembangkan rasa percaya diri. Rasa
percaya diri ini akan tumbuh dalam diri individu yang tercermin dari
adanya keyakinan akan kemampuan pada diri sendiri, bersikap tegas
dan teguh pendirian, bertanggung jawab terhadap tugas yang
diberikan, dapat tampil bebas dalam situasi sosial, dan memiliki
harapan yang realistis terhadap diri sendiri.
33
Berdasarkan uraian diatas, secara teoritis akan dijelaskan tentang
hubungan komunikasi dalam keluarga dengan tingkat keparcayaan diri
pada siswa dalam skema kerangka pikir berikut ini:
Gambar 1. Skema Kerangka Pikir
Komunikasi dalam Keluarga
(X)
a. Keakraban
b. Kesenangan
c. Sikap terbuka
d. Kejujuran
e. Memuaskan
2. Hipotesis
“Hipotesis adalah merupakan jawaban sementara terhadap rumusan
masalah penelitian, oleh karena itu perlu dilakukan penlitian secara
empirik” (Sugiyono,2008:13)
Berdasarkan pernyataan diatas, penulis mengajukan hipotesis penelitian
ini sebagai berikut:
“Ada hubungan komunikasi dalam keluarga dengan tingkat
kepercayaan diri pada siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 1
Pringsewu Tahun pelajaran 2014/2015”
Tingkat kepercayaan diri
(Y)
a. Merasa yakin akan kemampuan
pribadi
b. Bersiakp tegas dan teguh
pendirian
c. Bertanggung jawab dalam tugas
d. Dapat tampil bebas dalam situasi
sosial
e. Memiliki harapan realistis
terhadap diri sendiri
34
III. METODE PENELITIAN
3.1.Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional adalah semacam petunjuk pelaksanaan cara mengukur
variabel. Adapun definisi operasional variabel sebagai berikut:
3. Variabel bebas; Komunikasi dalam Keluarga (X) adalah proses interaksi
antar anggota keluarga baik secara verbal maupun non verbal yang
terlibat langsung, multi arah guna menciptakan lingkungan keluarga
kondusif dan keselarasan hubungan.
Secara operasional indikator- indikator variabel bebas meliputi:
a. Keakraban adalah rasa aman dan nyaman serta rasa saling
ketergantungan, saling membutuhkan antara satu dengan lainnya
b. Kesenangan adalah adanya saling memaharni dan penghargaan antara
individu anggota keluarga
c. Sikap terbuka adalah mau menerima dan diterima antar anggota
keluarga tanpa dipaksa atau merasa terpaksa
d. Kejujuran adalah tidak ada unsur-unsur yang ditutupi, apa adanya
sesuai apa yang diperbuat dan dikatakannya
e. Memuaskan adalah rasa aman dan nyaman antara kebutuhan dan
pemenuhannya pada setiap anggota keluarga
4. Variabel terikat; Tingkat Kepercayaan Diri (Y) adalah sikap seseorang
yang memiliki keyakinan akan kemampuan untuk bertingkah laku sesuai
35
dengan yang diharapkan, bertanggung jawab terhadap tindakannya dan
tidak terpengaruh oleh orang lain.
Secara operasional indikator- indikator tingkat kepercayaan diri meliputi:
a. Merasa yakin akan kemampuan pribadi adalah kesanggupan mengatasi
berbagai persoalan tanpa memaksakan kehendaknya kepada orang lain
b. Bersikap tegas dan teguh pendirian adalah tidak terpengaruh terhadap
tindakan yang dilakukan orang lain dan memiliki keyakinan yang mampu
dipertahankan kebenarannya
c. Bertanggung jawab dalam tugas adalah dapat melaksanakan tugas secara
baik sesuai yang dibebankan kepadanya
d. Dapat tampil bebas dalam situasi sosial adalah tidak merasa malu, ragu-
ragu atau cemas melaksanakan kegiatan bersama orang lain
e. Memiliki harapan realistis terhadap diri sendiri adalah memiliki
keyakinan akan kemampuan, cita-cita, dan keinginan sesuai keadaan diri
sendiri.
3.2.Instrumen Penelitian
Pengumpulan data dalam penelitian ini akan menggunakan metode
dokumentasi dan angket. Setelah data terkumpul kemudian diadakan
pengukuran sesuai instrument yang telah disiapkan.
Jenis instrument yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah angket
tertutup, yaitu angket yang langsung diberikan kepada responden dengan
jumlah butir soal masing-masing variabel sebanyak 24 item dan setiap
36
pertanyaan terdapat lima alternatif jawaban yang dengan kriteria penskoran
sebagai berikut:
Rentang skor positif adalah 5,4,3,2,1 dengan alternatif jawaban sebagai
berikut:
a. Jika pertanyaan dijawab selalu (SL), Artinya aktivitas dalam pernyataan
tersebut selalu dilakukan setiap waktu diberi skor 5
b. Jika pertanyaan dijawab sering (SR) Artinya aktivitas dalam pernyataan
tersebut sering dilakukan setiap waktu diberi skor 4
c. Jika pertanyaan dijawab jarang (JR) Artinya aktifitas dalam pernyataan
tersebut Jarang dilakukan setiap waktu diberi skor 3
d. Jika pertanyaan dijawab kadang-kadang (KD) Artinya aktifitas dalam
pernyataan tersebut kadang-kadang dilakukan setiap waktu diberi skor 2
e. Jika pertanyaan dijawab tidak pernah (TP) Artinya aktifitas dalam
pernyataan tersebut tidak pernah dilakukan setiap waktu diberi skor 1
Berdasarkan kriteria pengukuran yang telah ditetapkan, secara teoritis
diperoleh skor tertinggi 120 dan sekor terendah 24 pada masing-masing
variabel. Kemudian variabel komunikasi dalam keluarga akan
dikelompokan dalam tiga kategori yaitu komunikasi baik, cukup baik, dan
kurang baik. Variabel kepercayaan diri akan dikelompokkan pada
katagori, kepercayaan diri tinggi, sedang dan rendah. Penetapan Skala
interval menggunkan ketentuan berikut:
37
i = 𝑁𝑇 −𝑁𝑅
𝐾
= 110 −22
3
= 29
Keterangan:
I : interval NT : Nilai Tertinggi
NR : Nilai Terendah K : Kategori (Sutrisno Hadi, 1986:283)
Dengan interval (i=26), maka diperoleh:
a. Pengkatagorian komunikasi dalam keluarga sebagai berikut:
- Skor 24-55, komunikasi dalam keluarga berkategori kurang baik
- Skor 56-87, komunikasi dalam keluarga berkategori cukup baik
- Skor 88-120, kepercayaan diri berkategori Baik
b. Pengkatagorian tingkat kepercayaan diri sebagai berikut:
- Skor 24-55, tingkat kepercayaan diri berkategori Rendah
- Skor 56-87, tingkat kepercayaan diri berkategori Sedang
- Skor 88-120, tingkat kepercayaan diri berkategori Tinggi
Selanjutnya, sebelum alat ukur digunakan pada sampel penelitian, perlu
dilakukan ujicoba (try out) yang dikenakan pada 10 responden di luar
sampel. Tujuan ujicoba ini adalah untuk mengetahui validitas dan
reliabilitas alat ukur .
a. Validitas Alat Ukur
Suharsimi Arikunto dalam Riduwan (2009:109) menjelaskan,
"Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kesahihan
38
atau keandalan suatu alat ukur." Sedangkan Sugiyono (2008:172)
mengemukakan, "Intrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan
untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti
instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur ana yang
seharunya diukur".
Berdasarkan kedua pendapat tersebut maka dapat dijelaskan bahwa
validitas adalah alat ukur yang mampu mengukur dengan tepat sesuai
yang dikehendaki si pembuatnya. Kemudian pada umumnya, validitas
alat ukur dapat dibedakan menjadi 5 (lima) macam, yaitu:
1. Validitas tampang/lahir (face validity),
2. Validitas logis (logical validity)
3. Validitas isi (content validity),
4. Validitas faktor (factorial validity )
5. Validitas empiris (empercal validity)
Pada penelitian ini, validitas yang digunakan adalah validitas isi yang
ditempuh melalui konsep pembuatan kisi-kisi dengan berdasarkan pada
konsep-konsep teoritis yang ada.
b. Reliabilitas Alat Ukur Menurut Arikunto mengatakan, "Reliabilitas
suatu test adalah taraf sejauhmana test itu sama dengan dirinya sendiri
atau keajegan suatu test", Sedangkan Kartini Kartono (2001:111)
menjelaskan, "Masalah reliabilitas pengukuran itu berkaitan dengan
stabilitas dan kematangan (konstansi) hasil pengukuran".
39
Berdasarkan kedua pendapat di atas dapat disimpulkan, bahwa
reliabilitas test adalah stabilitas dan kejegan sebuah test hasil
pengukuran.Lebih lanjut, Kartini Kartono (2001:112) menjelaskan,
untuk mengukur reliabilitas alat ukur dapat dilakukan dengan tiga cara
pengujian, yaitu: 1) teknik uiangan, 2) teknik bentuk paralel atau
sejajar, 3) teknik belah dua"
Sependapat pertanyaan di atas, pada penelitian ini teknik yang
digunakan untuk mengukur reliabilitas alat ukur dilakukan dengan
teknik belah dua dengan sistem ganjil genap. Maksudnya, membagi
skor yang ada menjadi dua bagian/ belahan.Untuk belahan pertama (X)
adalah kelompok skor item bernomor ganjil dan belah kedua (Y)
adalah kelompok skor item bernomor genap. Kemudian kedua data ini
dimasuk ke dalam rumus statistik Korelasi Product Moment",yakni:
𝑟𝑥𝑦 =𝑁. ∑ 𝑋𝑌 − (∑𝑋)(∑𝑌)
√{𝑁. ∑ 𝑋2 − ( ∑ 𝑋)2}{𝑁. ∑ 𝑋2 − ( ∑ 𝑋)2}
Dimana:
rXy = Koefisien korelasi antara X dan Y
XY = Hasil kali antara X dan Y
N = Jumlah data (Riduwan, 2009:110).
Kemudian untuk mengetahui reliabilitas alat ukur secara keseluruhan,
maka nilai rxy dimasukkan ke dalam rumus Spearman Brown di bawah
ini.
40
𝑟11 =2(𝑟𝑏)
1 + 𝑟𝑏
Dimana:
r11 = Reluabuitas interna seiuruh hem
rb = Korelasi product moment antara belahan (ganjil-genap) atau
(akhir-awal) (Riduwan, 2009:113).
3.3.Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP
muhammadiyah 1 Pringsewu Kabupaten Pringsewu Tahun Pelajaran
2014/2015 seperti pada tabel berikut :
Tabel 1. Data Siswa Kelas VIII SMP muhammadiyah 1 Pringsewu Tahun
Pelajaran 2014/2015
No. Kelas Jenis Kelamin
Jumlah L P
1. VIII.1 15 11 26
2. VIII.2 14 15 29
3 VIII.3 21 6 27
Jumlah 50 32 82
Sumber: Data siswa SMP muhammadiyah 1 Pringsewu Tahun Pelajaran
2014/2015
Berdasarkan tabel di atas, populasi penelitian ini berjumlah 82 siswa yaitu
seluruh siswa kelas VIII SMP muhammadiyah 1 Pringsewu Kabupaten
Pringsewu Tahun Pelajaran 2014/2015.
41
2. Sampel
"Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti" (Arikunto,
2006:08), Untuk menetapkan besarnya sampel, penulis berpedoman pada
pendapat Arikunto (2006:110) mengatakan "Untuk sekedar ancer-ancer
apabila jumlah subjeknya kurang dari 100 lebih baik diambil
semuanya, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi.
Selanjutnya, jika subjeknya besar dapat diambiI antara 10-15% atau 20-
25% atau lebih..."
Berpedoman pendapat di atas, sampel dalam penelitian ini adalah
seluruh siswa SMP Muhammadiyah I Pringsewu kelas VIII yang
berjumlah 82 siswa termasuk didalamnya sampel try out. Dengan
demikian penelitian ini disebut juga dengan penelitian total sampling
karena seluruh populasi ditetapkan sebagai sampel penelitian.
3.4.Teknik Analisis Data
Berdasarkan tujuan dan hipotesis yang diajukan serta data berbentuk
interval, maka teknik analisis data digunakan.statistik dengan uji korelasi
Product Moment berikut ini:
𝑟𝑥𝑦 =𝑁. ∑ 𝑋𝑌 − (∑ 𝑋)(∑ 𝑌)
√{𝑁. ∑ 𝑋2 − ( ∑ 𝑋)2}{𝑁. ∑ 𝑋2 − ( ∑ 𝑋)2}
Dimana:
rXy = Koefisien korelasi antara X dan Y
XY = Hasil kali antara X dan Y
N = Jumlah data (Riduwan, 2009:110).
42
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Penyajian dan Analisis Data
1. Pelaksnaan Ujicoba (Try Out)
Sebelum alat ukur digunakan untuk penelitian, perlu diuji cobakan dengan
tujuan mengetahui validitas dan reliabilitas alat ukur. Pengujian
Reliabilitas dan validitas alat ukur ditempuh dengan langkah-langkah
sebagai berikut :
a. Validitas Alat Ukur
Sebuah alat ukur dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang
diinginkan. Sebuah alat ukur dikatakan valid apabila mengungkap data
dari variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnnya validitas alat
ukur menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak
menyimpang dari gambaran tentang validitas yang dimaksud.
Validitas yang penulis gunakan pada penelitian ini adalah validitas isi,
yaitu untuk menentukan validitas ditinjau dari isi-isi yang spesifik
sesuai variabel yang diukur. Untuk membuktikan validitas isi yaitu
ditempuh menguraikan variabel menjadi sub-sub variabel atau
indikator . Kemudian dari indikator-indikator dikembangkan atau
dijabarkan kembali ke dalam butir-butir item sesuai luas dan
sempitnya indikator variabel tersebut.
Melalui langkah-langkah yang diteliti maka peneliti berharap
mendapatkan validitas isi yang tinggi. Untuk membuktikan validitas isi
ini di tempuh dengan membuat kisi-kisi angket yang merupakan
43
pedoman operasional penyusunan angket. Kisi-kisi angket pada
penelitian ini dapat dilihat pada halaman lampiran skripsi.
b. Reliabilitas Alat Ukur Komunikasi dalam Keluarga Untuk mengetahui reliabilitas alat ukur komunikasi dalam keluarga
dilaksanakan ujicoba (tryout) yang dikenakan pada 10 responden siswa
kelas VIII SMP Muhammadiyah 1 Pringsewu Tahun Pelajaran
2014/2015, yang diambil secara acak dalam enam kelas di luar sampel
namun dalam populasi.
Hasil pelaksanaan ujicoba (tryout) didapatkan skor dan skor tersebut
kemudian dikelompokkan menjadi dua bagian/belahan. Untuk belahan
pertama (X) adalah kelompok skor items bernomor ganjil dan belahan
kedua (Y) adalah kelompok skor items bernomor genap. Kemudian
data dari kedua belahan tersebut dimasukkan ke dalam tabel kerja
berikut ini.
Tabel 2. Tabel Kerja Untuk Mencari Koefisien Korelasi Antara
Skor Items Bernomor Ganjil (X) Dengan Skor Items
Bernomor Genap (Y) pada 10 Responden Ujicoba
No X Y X² Y² XY
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 53 53 2809 2809 2809
2 57 56 3249 3136 3192
3 49 51 2401 2601 2499
4 50 57 2500 3249 2850
5 51 41 2601 1681 2091
6 51 46 2601 2116 2346
7 60 60 3600 3600 3600
8 55 57 3025 3249 3135
9 45 51 2025 2601 2295
10 44 47 1936 2209 2068
44
Jumlah 515 519 26747 27251 26885
Sumber : analisis data hasil ujicoba
Berdasarkan tabel di atas didapatkan nilai-nilai sebagai berikut :
N = 10 ΣX = 515 ΣX² = 26747
ΣY = 519 ΣY² = 27251
ΣXY = 26885
Kemudian nilai-nilai tersebut dimasukkan ke dalam rumus statistik
korelasi Product Moment berikut ini.
rxy = ∑ 𝑥𝑦 –
(∑ 𝑥) (∑ 𝑦)
𝑁
√{(∑ 𝑥2− (∑ 𝑥)²
𝑁)}{(∑ 𝑦2−
(∑ 𝑦)²
𝑁)}
= 26885−
(515)(519)
10
√{(26747)−(515)²
10)}{(27251)−
(519)²
10)}
= 26885−26728,5
√(26747−26522,5)(27251−26936,1)
= 156,5
√(224,5)(314,9)
= 156,5
√70695.05
= 156,5
265,8854 = 0,589
Hasil perhitungan di atas didapatkan nilai koefisien korelasi masing-
masing belahan sebesar (rxy = 0,589). Kemudian untuk mengetahui
45
reliabilitas alat ukur secara keseluruhan maka nilai tersebut
dimasukkan ke dalam rumus Spearman Brown sebagai berikut :
2(r1 2⁄ 1 2⁄ ) r11 =
1 + r1 2⁄ 1 2⁄
2(0,589) =
1 + 0,589
1,178
= = 0,741 1,589
Nilai reliabilitas alat ukur secara penuh sebesar (r11=0,741). Nilai ini
bila dikonsultasikan dengan tabel interpretasi harga r terletak pada
interval 0,600 - 0,799 dengan interpretasi berkorelasi tinggi. Lebih
jelasnya table interpretasi harga r tertera di bawah ini :
- 0,800 – 1,000 : korelasi sangat tinggi - 0,600 - 0,799 : korelasi tinggi - 0,400 - 0,599 : korelasi cukup
- 0,200 - 0,399 : korelasi rendah - 0,000 - 0,199 : korelasi sangat rendah
( Riduwan, 2005 : 98 )
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa alat ukur komunikasi dalam
keluarga memiliki relibialitas tinggi dan dapat dipergunakan sebagai
alat ukur penelitian ini.
c. Reliabilitas Alat Ukur Tingkat Kepercayaan Diri
46
Untuk mengetahui relibialitas alat ukur tingkat kepercayaan diri
dilaksanakan ujicoba (tryout) yang dikenakan pada 10 siswa kelas VIII
SMP Muhammadiyah 1 Pringsewu tahun pelajaran2014/2015.
Hasil pelaksanaan ujicoba didapatkan skor dan skor tersebut kemudian
dikelompokkan menjadi dua belahan. Untuk belahan pertama (X)
adalah kelompok skor items bernomor ganjil, dan belahan kedua (Y)
adalah kelompok skor items bernomor genap. Kemudian data kedua
kelompok/belahan tersebut dimasukkan ke dalam tabel kerja berikut
ini.
Tabel 3. Tabel Kerja Untuk Mencari Koefisien Korelasi Antara
Skor Item Bernomor Ganjil (X) Dengan Skor Item
Bernomor Genap (Y) Tingkat Kepercayaan Diri pada 10
Responden Ujicoba
No X Y X² Y² XY
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 49 47 2401 2209 2303
2 51 56 2601 3136 2856
3 49 47 2401 2209 2303
4 49 50 2401 2500 2450
5 50 50 2500 2500 2500
6 45 42 2025 1764 1890
7 57 59 3249 3481 3363
8 48 48 2304 2304 2304
9 44 54 1936 2916 2376
10 35 33 1225 1089 1155
Jumlah 477 486 23043 24108 23500
Sumber : analisis data hasil ujicoba
Berdasarkan tabel di atas didapatkan nilai-nilai sebagai berikut :
N = 10 ΣX = 477 ΣX² = 23043
47
ΣY = 486 ΣY² = 24108
ΣXY= 23500
Kemudian nilai-nilai tersebut dimasukkan ke dalam rumus statistik
korelasi Product Moment berikut ini.
rxy = ∑ 𝑥𝑦 –
(∑ 𝑥) (∑ 𝑦)
𝑁
√{(∑ 𝑥2− (∑ 𝑥)²
𝑁)}{(∑ 𝑦2−
(∑ 𝑦)²
𝑁)}
= 23500−
(477)(486)
10
√{(23043)−(477)²
10)}{(24108)−
(486)²
10)}
= 23500−23182,2
√(23043−22752,9)(24108−23619,6)
= 317,8
√(290,1)(488,4)
= 317,8
√141684,84
= 317,8
376,41 = 0,844
Hasil perhitungan di atas didapatkan nilai koefisien korelasi masing-
masing belahan sebesar (rxy = 0,844). Kemudian untuk mengetahui
reliabilitas alat ukur secara keseluruhan maka nilai tersebut
dimasukkan ke dalam rumus Spearman Brown sebagai berikut :
2(r1 2⁄ 1 2⁄ ) r11 =
1 + r1 2⁄ 1 2⁄
48
2(0,844) =
1 + 0,844
1,688
= = 0,915 1,844
Nilai reliabilitasalat ukur secara penuh sebesar (r11=0,915). Nilai ini bila
dikonsultasikan dengan tabel interpretasi harga r terletak pada interval
0,800 – 1,000 dengan interpretasi berkorelasi sangat tinggi. Dengan
demikian, alat ukur Tingkat Kepercayaan Diri memiliki relibialitas sangat
tinggi dan dapat digunakan sebagai alat ukur penelitian.
2. Pengumpulan dan Penyajian Data
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan melalui penyebaran angket
tentang Komunikasi dalam keluarga (X) dan Tingkat Kepercayaan diri (Y)
pada 72 siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 1 Pringsewu tahun
pelajaran 2014/2015 di dapatkan data sebagai berikut.
Tabel 4. Rekapitulasi Skor Hasil Angket Komunikasi dalam Keluarga
(X) dan Tikat Kepercayaan Diri (Y) pada 72 Siswa kelas VIII
SMP Muhammadiyah 1 Pringsewu Tahun Pelajaran
2014/2015
No Nama Siswa X Y Kategori
(1) (2) (3) (4) (5)
1 HARDI YANSYAH 107 110 B
T
2 HERIANSYAH 114 116 B
T
3 KHOIRUM MIFTAHUL JANAH 114 117 B
T
4 KRISNA ADE MAHENDRA 103 116 B
T
49
5 LABIBAH LINA FITRIANA 85 87 C
S
6 M. FAHRI AZIS 103 104 B T
7 MOCHAMAD ILHAM EFENDI 115 110 B T
8 MUHAMMAD RIVALDI FIRMANSYA 112 110 B T
9 MUHAMMAD ZIDAN MULTAZAM 115 92 B T
10 NADA SALSABILA 115 106 B T
11 NISA FAMILIA 110 116 B T
12 PAP SILVIA ARINI 111 112 B T
13 RAHMAN FALAH 112 103 B T
14 REFA AISOLEHA 110 112 B T
15 REZA ARDI WIRATAMA 113 117 B T
16 WULAN APRILIANA WINANDA P 113 118 B T
17 ALDA SAFITRI 108 113 B T
18 ALITA GITA SAFITRI 102 109 B T
19 ARINDA TRIANA 113 114 B T
20 ARUM MARSELANI 100 104 B T
21 ARYO BINTANG SADEWO 105 103 B T
22 DAVID SETIAWAN 111 112 B T
23 EVINA DAMAYANTI 104 106 B T
24 FENI ASTUTI 77 81 S S
25 GILANG SETIA PUTRA 100 102 B T
26 INTAN KOMALASARI 100 103 B T
27 LILIS INDAH SAFITRI 100 104 B T
28 M. SAIF FURQON 102 106 B T
50
29 MIKA HAKIKI 96 100 B T
30 MUNANDAR PURBONINGRAT 84 87 S S
31 NOPRI SANJAYA 103 108 B T
32 NUR HSANAH 105 116 B T
33 PANGGIH ARYANTO 105 107 B T
34 REFTA APRIANTI 104 106 B T
35 RIO PRAYUDA ASMORO 101 103 B T
36 SAHRUL RAMADHAN 84 87 C S
37 SILVIA MEGA TIARA 93 108 B T
38 SITI MALIKHATUN 112 116 B T
39 SOFIAN NASUTION 97 99 B T
40 THERESIA PERMATA 90 109 B T
41 ADAM RISKY ANANDA 99 102 B T
42 YOGA PRATAMA 86 88 C S
43 YUSUF AKHSAN 93 100 B T
44 CAHYA ALUSINA 90 95 B T
45 M. BAGUS IRVANSYAH 96 99 B T
46 AMMARULLOH KHOIRI 101 107 B T
47 ANDIKA BAGAS RAMADHAN 110 112 B T
48 ANDRI KURNIAWAN 110 114 B T
49 ARYA KUSUMA DEWA 101 102 B T
50 DIMAS KUKUH WIJAYA 93 100 B T
51 DIO ALFANDY 109 110 B T
52 GARA ANUGRAG ADAM 108 116 B T
51
53 GILANG PUTRA DINANTI 106 103 B T
54 HARFI RAMADHAN ABIMANYU 105 108 B T
55 INDRA WIJAYA 96 103 B T
56 M. REVA RUBBYANTO LUKMAN 109 111 B T
57 MAULANA RIJALUL GHOLIB 105 107 B T
58 MUHAMMAD VIERI ASHARI 102 104 B T
59 MUHAMMAD ZIDAN AGESTA 115 117 B T
60 MUTIARA INDAH PRATIWI 109 101 B T
61 POPY VIONA MELATI RAHMAH 108 111 B T
62 RAFI KURNIAWAN 76 93 C T
63 RAFLI AMARDA 102 104 B T
64 RAHMAN HIDAYAT 98 102 B T
65 RAMADHAN LUCKY SAPUTRA 101 104 B T
66 REDA NURIYAN 108 110 B T
67 SRI HANDAYANI 96 102 B T
68 VINKA NADIA PUTRI 97 109 B T
69 WAISY AL QORNI 95 112 B T
70 WULAN SUNDARI SUGI SINEMA 107 108 B T
71 AHMAD NOFAL YASIN 115 116 B T
72 MAISAROH KUSMALA DEWI 95 97 B T
Sumber : hasil analisa data penelitian
Keterangan :
X = Komunikasi dalam Keluarga Y = Tingkat Kepercayaan Diri B = Baik
C = Cukup Baik
52
K = Kurang Baik
T = Tinggi S = Sedang R = Rendah
3. Analisis Data
Berdasarkan tabel 4 tersebut maka dapat dianalisis data tentang
Komunikasi dalam keluarga (X) dan Tingkat Kepercayaan diri (Y) pada
72 sampel siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 1 Pringsewu tahun
pelajaran 2014/2015, sebagai berikut :
a. Hasil Angket Komunikasi dalam Keluarga
Berdasarkan penyebaran angket tentang Komunikasi dalam Keluarga
(X) pada 72 siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 1 Pringsewu tahun
pelajaran 2014/2015, sebagai berikut :
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Komunikasi dalam Keluarga (X)
pada 72 Siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 1
Pringsewu Tahun Pelajaran 2014/2015
No Komunikasi dalam Keluarga (X) Jumlah Persentase
(1) (2) (3) (4)
1. Baik 66 91,66%
2. Cukup Baik 6 8,33%
3. Kurang Baik 0 0%
Jumlah 72 100%
Sumber : analisis data penelitian
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi di atas bahwa yang menyatakan
Komunikasi dalam Keluarga dalam kategori Baik berjumlah 66 siswa
(91,33%), kategori cukup Baik berjumlah 6 siswa (8,33%) dan
kategori kurang Baik 0 siswa (0%).
b. Hasil Angket Tingkat Kepercayaan Diri
53
Berdasarkan penyebaran angket tentang tingkat kepercayaan diri (Y)
pada 72 siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 1 Pringsewu tahun
pelajaran 2014/2015 didapatkan analisis data sebagai berikut :
Tabel 6. Distribusi Frekuensi Tingkat Kepercayaan Diri (Y) pada
72 siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 1 Pringsewu
tahun pelajaran 2014/2015.
No Tingkat Kepercayaan Diri (Y) Jumlah Persentase
(1) (2) (3) (4)
1. Tinggi 67 93,05%
2. Sedang 5 6,94%
3. Rendah 0 0%
Jumlah 72 100%
Sumber : analisis data penelitian
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi tersebut didapatkan bahwa
tingkat kepercayaan diri berkategori tinggi berjumlah 67 siswa
(93,05%), tingkat kepercayaan diri berkategori sedang berjumlah 5
siswa (6,94%) dan tingkat kepercayaan diri berkategori rendah
berjumlah 0 siswa (0%).
c. Analisis Data Hubungan Komunikasi dalam Keluarga (X) dengan
Tingkat keperdayaan diri (Y)
Berdasrkan penyebaran angket tentang Komunikasi dalam keluarga
(X) dan tingkat keperdayaan diri (Y) pada siswa kelas VIII SMP
Muhammadiyah 1 Pringsewu tahun pelajaran 2014/2015 dapat
dianalisis sebagai berikut :
Tabel 7. Tabel Kerja Untuk Mencari Koefisien Korelasi Antara
Skor Komunikasi dalam Keluarga (X) dengan Skor
Tingkat Kepercayaan Diri (Y) pada 72 Sampel
No X Y X² Y² XY
54
(1) (2) (3) (4) (5) (5)
1 107 110 11449 12100 11770
2 114 116 12996 13456 13224
3 114 117 12996 13689 13338
4 103 116 10609 13456 11948
5 85 87 7225 7569 7395
6 103 104 10609 10816 10712
7 115 110 13225 12100 12650
8 112 110 12544 12100 12320
9 115 92 13225 8464 10580
10 115 106 13225 11236 12190
11 110 116 12100 13456 12760
12 111 112 12321 12544 12432
13 112 103 12544 10609 11536
14 110 112 12100 12544 12320
15 113 117 12769 13689 13221
16 113 118 12769 13924 13334
17 108 113 11664 12769 12204
18 102 109 10404 11881 11118
19 113 114 12769 12996 12882
20 100 104 10000 10816 10400
21 105 103 11025 10609 10815
22 111 112 12321 12544 12432
23 104 106 10816 11236 11024
24 77 81 5929 6561 6237
25 100 102 10000 10404 10200
26 100 103 10000 10609 10300
27 100 104 10000 10816 10400
28 102 106 10404 11236 10812
29 96 100 9216 10000 9600
30 84 87 7056 7569 7308
31 103 108 10609 11664 11124
32 105 116 11025 13456 12180
33 105 107 11025 11449 11235
34 104 106 10816 11236 11024
35 101 103 10201 10609 10403
36 84 87 7056 7569 7308
55
37 93 108 8649 11664 10044
38 112 116 12544 13456 12992
39 97 99 9409 9801 9603
40 90 109 8100 11881 9810
41 99 102 9801 10404 10098
42 86 88 7396 7744 7568
43 93 100 8649 10000 9300
44 90 95 8100 9025 8550
45 96 99 9216 9801 9504
46 101 107 10201 11449 10807
47 110 112 12100 12544 12320
48 110 114 12100 12996 12540
49 101 102 10201 10404 10302
50 93 100 8649 10000 9300
51 109 110 11881 12100 11990
52 108 116 11664 13456 12528
53 106 103 11236 10609 10918
54 105 108 11025 11664 11340
55 96 103 9216 10609 9888
56 109 111 11881 12321 12099
57 105 107 11025 11449 11235
58 102 104 10404 10816 10608
59 115 117 13225 13689 13455
60 109 101 11881 10201 11009
61 108 111 11664 12321 11988
62 76 93 5776 8649 7068
63 102 104 10404 10816 10608
64 98 102 9604 10404 9996
65 101 104 10201 10816 10504
66 108 110 11664 12100 11880
67 96 102 9216 10404 9792
68 97 109 9409 11881 10573
69 95 112 9025 12544 10640
70 107 108 11449 11664 11556
71 115 116 13225 13456 13340
72 95 97 9025 9409 9215
Jumlah 7389 7616 764257 810328 785704
Sumber : hasil analisis data
56
Dari tabel diatas didapatkan nilai-nilai sebagai berikut
N = 72 ΣX = 7389 ΣX² = 764257
ΣY = 7616 ΣY² = 810328
ΣXY = 785704
Langkah selanjutnya, nilai-nilai tersebut dimasukkan kedalam rumus
statistik Korelasi Product Moment dibawah ini:
rxy = ∑ 𝑥𝑦 –
(∑ 𝑥) (∑ 𝑦)
𝑁
√{(∑𝑥2− (∑ 𝑥)²
𝑁)}{(∑𝑦2−
(∑ 𝑦)²
𝑁)}
= 785704−
(7389) (7616 )
72
√{764257 − (7389)²
72}{810328−
(7616 )²
72}
= 785704− 781592
√{764257− 758296 ,125}{810328−805603 ,5556 }
= 4112
√{5960 ,875}{4724 ,444444}
= 4112
√28161822,78
= 4112
5306,771 = 0,77
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan rumus korelasi
Product Moment didapatkan sebesar (rxy = 0,77). Nilai ini bila
dikonsultasikan dengan tabel interprestasi harga r terletak pada
interval 0,600 – 0,799 dengan interprestasi berkorelasi sangat tinggi.
Dengan demikian dapat sisimpulkan, bahawa “ Ada hubungan yang
tinggi antara Komunikasi dalam keluarga dengan Tingkat
Kepercayaan diri siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 1
Pringsewu Kabupaten pringsewu tahun pelajaran 2014/2015.
57
4.2. Pembahasan
Berdasarkan analisis data didapatkan nilai koefisien korelasi product
moment sebesar (rxy=0,77). Nilai ini bila dikonsultasikan dengan tabel
interpretasi harga r terletak pada interval 0,600-0,700 dengan interpretasi
tinggi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa “Ada hubungan yang
tinggi antara komunikasi dalam keluarga dengan tingkat kepercayaan diri
siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 1 Pringsewu Kabupaten pringsewu
tahun pelajaran 2014/2015”.
Tingkat keeratan hubungan antara komunikasi dalam keluarga dengan
tingkat kepercayaan diri berada pada interval tinggi. Hal ini berarti, ada
keterkaitan yang tinggi atau erat antara komunikasi dalam keluarga dengan
tingkat kepercayaan diri pada siswa. Ini menunjukkan bila komunikasi
dalam keluarga baik maka tingkat kepercayaan diri siswa tinggi dan
sebaliknya, bila komunikasi dalam keluarga tidak baik maka tingkat
kepercayaan diri siswa pun rendah.
Melalui komunikasi seseorang dapat memenuhi kebutuhan emosional dan
meningkatkan kesehatan mental. Manusia belajar makna cinta, kasih
sayang, keintiman, simpati, rasa hormat, rasa bangga bahkan rasa percaya
diri, kebencian dan iri hati. Melalui komunikasi, dapat memahami kualitas
perasaan itu dan membandingkannya antara perasaan yang satu dengan
yang lainnya. Lewat umpan balik orang lain, kita memperoleh informasi
bahwa kita merupakan orang yang sehat secara jasmani dan rohani, bahkan
58
kita merasa berharga terutama sekali dalam keluarga khususnya kedua
orang tua kita. Antara keluarga (dalam hal ini orang orang tua) dengan
anak terdapat hubungan yang sangat erat dibandingkan dengan pihak lain.
Orang tua adalah pihak yang paling berhak terhadap keberadaan anak
disegenap aspeknya, sehingga orang tua harus mampu menumbuhkan rasa
percaya diri pada anak melalui komunikasi interpersonal yang dapat
dilakukan setiap saat.
Yasin Mustofa (2007 : 73) Menjelaskan bahwa “ orang tua merupakan
jaringan yang paling penting dari jaringan sosial anak sebab orang tua
adalah lingkungan pertama dan utama bagi anak” Sebagai jaringan sosial
yang pertama dan utama bagi anak, maka orang tua mempunyai peranan
penting dalam menumbuhkan tingkat percaya diri pada anak yang
dilakukan dengan menumbuhkan hubungan komunikasi interpersonal
dalam komunikasi interpersonal. Karna pola komunikasi interpersonal
mempunyai efek yang berlainan pada hubungan interpersonal. Tidak benar
anggapan bahwa makin sering orang melakukan komunikasi interpersonal
dengan orang lain, maka hubungan mereka akan menjadi baik. Yang jadi
soal bukanlah berapa kali komunikasi dilakukan tetapi bagaimana
komunikasi dilakukan. Bila orang tua dengan anak berkembang sikap
percaya, saling terbuka, dan sikap suportif dalam berkomunikasi maka
besar kemungkinan siswa akan memiliki kepercayaan diri tinggi dan
sebaliknya bila ketika unsur yang menumbuhkan komunikasi interpersonal
tidak terpenuhi maka tingkat percaya diri pada siswa atau anak pun
59
kurang. Hal ini telah dibuktikan dari penelitian yang telah penulis lakukan
bahwa komunikasi dalam keluarga berkaitan atau berhubungan erat
dengan tingkat kepercayaan diri pada siswa.
60
V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
Berdasarkan analisis data dapat disimpulkan “Ada hubungan yang tinggi
antara komunikasi dalam keluarga dengan tingkat kepercayaan diri siswa
kelas VIII SMP Muhammadiyah 1 Pringsewu Kabupaten pringsewu tahun
pelajaran 2014/2015”. Yang ditunjukkan dengan nilai koefisien korelasi
sebesar (rxy = 0,77) terletak pada interval 0,600 – 0,799 dengan interpretasi
berkorelasi tinggi.
5.2. Saran-saran
Berdasarkan simpulan di atas maka penulis memberikan saran-saran sebagai
berikut :
1. Diharapkan orang tua agar dapat secara aktif melakukan komunikasi
dengan anggota keluarga sehingga memungkinkan anak memiliki tingkat
kepercayaan diri tinggi.
2. Diharapkan kapada guru atau tenaga kerja kependidikan lainnya senantiasa
mengusahakan agar siswa memiliki tingkat kepercayaan tinggi melalui
peningkatan pembinaan hubungan komunikasi interpersonal didalam dan
diluar lingkungan sekolah
3. Diharapkan kepada sekolah untuk dapat mengoptimalkan fungsi dan
peran guru bimbingan dan konseling untuk meningkatkan layanan
bimbingan dan konseling secara efektif khususnya layanan bimbingan
pribadi-sosial.
61
DAFTAR PUSTAKA
Abu Ahmadi, 2002. Psikologi Sosial. Jakarta : Rineka Cipta.
Agus M. Hardjana, 2003. Komunikasi Antar Personal dan interpersonal.
Yogyakarta: Kanisius
Agus Sujanto. 2008. Psikologi Kepribadian. Jakarta : Bina Aksara.
Angelis, 2003. Psikologi Pendidikan. (http://www.pendidikan.net/Artikel.html.
(10/11/2010)
Aron lumpkin. 2005. Positive, Confident and Courageous, Jakarta: Erlangga.
Husaini Usman, 2006. Manajemen: Teori, praktek, dan riset Pendidikan. Jakarta:
Bumi Aksara.
Jalaludin Rakhmat. 2007. Psikologi Komunikasi. Bandung : Rosdakarya.
Joseph A. Devito. 1997. Komunikasi Antar Manusia. Jakarta Indonesia :
Proffesional Books.
Kartini Kartono. 2001. Pengantar Metodologi Riset Sosial. Bandung : Alumni.
Onong Unchjana Effendy, 2007. Ilmu Komunikasi. Bandung: Alumni.
Prayitno. 2004. Dasar dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: rineka cipta.
Riduwan. 2009. Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung: alfabeta.
Rini. 2002. Pesikologi Remaja. (http://www.e.psikologi.com/dewa/160502.html.)
(20/12/2014)
Risso Azizah. 2006. (Psikologi kepribadian. http://rac.uii.ac.id./server/ducument.
public/ 20090523030/0201312307,pdf)
Sugiyono. 2008. Metodologi Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.
Supratiknya. 2005. Komunikasi antar Pribadi; Tinjauan Psikologis. Yogyakarta:
kanisius.