hubungan ketidakteraturan makan dengan...

65
Annisa : Hubungan Ketidakteraturan Makan Dengan Sindroma Dispepsia Remaja Perempuan Di SMA Plus Al- Azhar Medan, 2009. HUBUNGAN KETIDAKTERATURAN MAKAN DENGAN SINDROMA DISPEPSIA REMAJA PEREMPUAN DI SMA PLUS AL-AZHAR MEDAN Oleh: A N N I S A 060100088 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009

Upload: dolien

Post on 02-Aug-2019

213 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: HUBUNGAN KETIDAKTERATURAN MAKAN DENGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14275/1/10E00003.pdf · Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna

Annisa : Hubungan Ketidakteraturan Makan Dengan Sindroma Dispepsia Remaja Perempuan Di SMA Plus Al-Azhar Medan, 2009.

HUBUNGAN KETIDAKTERATURAN MAKAN DENGAN

SINDROMA DISPEPSIA REMAJA PEREMPUAN

DI SMA PLUS AL-AZHAR MEDAN

Oleh:

A N N I S A 060100088

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2009

Page 2: HUBUNGAN KETIDAKTERATURAN MAKAN DENGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14275/1/10E00003.pdf · Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna

Annisa : Hubungan Ketidakteraturan Makan Dengan Sindroma Dispepsia Remaja Perempuan Di SMA Plus Al-Azhar Medan, 2009.

HUBUNGAN KETIDAKTERATURAN MAKAN DENGAN

SINDROMA DISPEPSIA REMAJA PEREMPUAN

DI SMA PLUS AL-AZHAR MEDAN

Karya Tulis Ilmiah

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Kelulusan

Sarjana Kedokteran

Oleh:

A N N I S A NIM: 060100088

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2009

Page 3: HUBUNGAN KETIDAKTERATURAN MAKAN DENGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14275/1/10E00003.pdf · Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna

Annisa : Hubungan Ketidakteraturan Makan Dengan Sindroma Dispepsia Remaja Perempuan Di SMA Plus Al-Azhar Medan, 2009.

LEMBAR PENGESAHAN

Hubungan Ketidakteraturan Makan dengan Sindroma Dispepsia Remaja

Perempuan di SMA Plus Al-Azhar Medan

Nama : A N N I S A

NIM : 060100088

Pembimbing Penguji

(dr. Dina Keumala Sari, M.Gizi, Sp.GK) (dr. Dedi Ardinata, M.Kes) NIP: 132303378 NIP: 132206387

(dr. Zulkifli, M.Si) NIP: 130675296

Medan, 1 Desember 2009

Dekan Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara

( Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH ) NIP: 19450220 198011 1 001

Page 4: HUBUNGAN KETIDAKTERATURAN MAKAN DENGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14275/1/10E00003.pdf · Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna

ii

ABSTRAK

Sindroma dispepsia merupakan keluhan gastrointestinal yang sangat umum di semua kalangan masyarakat, khususnya golongan remaja. Sindroma dispepsia menunjukkan adanya kelainan dalam proses cerna, baik organik maupun fungsional, mulai dari tingkat yang ringan sampai berbahaya. Namun pada kenyataannya, sindroma ini sering diabaikan dan dianggap sebagai keluhan biasa oleh masyarakat umum.

Sindroma dispepsia memiliki penyebab yang multifaktorial, dimana salah satu diantaranya adalah ketidakteraturan makan yang akan dibuktikan pada penelitian ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola keteraturan makan, angka kejadian dispepsia, dan hubungan antara ketidakteraturan makan dengan kejadian sindroma dispepsia pada remaja perempuan di SMA Plus Al-Azhar Medan. Desain penelitian ini adalah analitik cross-sectional. Responden penelitian adalah 73 orang remaja perempuan berusia 14-17 tahun yang bersekolah di SMA Plus Al-Azhar Medan. Responden diambil dengan menggunakan metode total sampling, dimana diambil keseluruhan responden yang telah memenuhi syarat dan telah menandatangani persetujuan. Selanjutnya data akan dianalisa dengan program SPSS 17. Peneliti memperoleh data jumlah responden yang pola makannya tidak teratur yaitu 39 orang (53,4%). Angka kejadian sindroma dispepsia dari keseluruhan responden yaitu 47 orang (64,4%). Hasil analisa data menunjukkan nilai P sebesar 0,017 dengan interpretasi lebih besar dari nilai α (0,05). Artinya, terdapat hubungan antara keteraturan makan dengan sindroma dispepsia remaja perempuan di SMA Plus Al-Azhar Medan. Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa besarnya angka kejadian sindroma dispepsia di SMA Plus Al-Azhar Medan ternyata sesuai dengan pola makan remaja perempuan yang tidak teratur. Saran bagi responden dan pihak sekolah adalah untuk berusaha menjaga kedisiplinan dalam mengatur pola makan. Kata kunci: ketidakteraturan makan, dispepsia, remaja perempuan

Page 5: HUBUNGAN KETIDAKTERATURAN MAKAN DENGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14275/1/10E00003.pdf · Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna

iii

ABSTRACT

Dyspepsia syndrome is a very common gastrointestinal problem in the society, especially the teenagers. Dyspepsia underlined phatologic changes in digestive process, whether it is structural or functional, ranging from mild to severe pathology. However, in most case this syndrome has always been neglectly treated as a very common and insignificant symptom by the society.

Dyspepsia syndrome has multifactorial causes, such one as taking meals irregulary which will be confirmed further in this study. The objectives of this study are to know the regularity of meal consumption, incidence of dyspepsia, and the association between dyspepsia syndrome and the irregular meal consumption on female teenagers in SMA Plus Al-Azhar Medan. The study used cross-sectional analytic method. Respondents of the study are 73 female teenagers age 14-17 years old, currently studying on SMA Plus Al-Azhar Medan. The respondents were taken using a total sampling method, where the whole qualified and consented respondents were taken as the subjects. The collected datas will be analyzed using SPSS 17 program. The study showed the pattern of irregular meal consumption for total of 39 respondents (53,4%). Dyspepsia syndrome occurred in 47 respondents (64,4%). The data analyzing result showed the P value 0,017, by interpretation means is larger than α value (0,05). It confirmed that there is an association between irregular meal consumption and dyspepsia syndrome on female teenagers in SMA Plus Al-Azhar Medan. The conclusion made based on the result of this study is, the high incidence of dyspepsia syndrome in SMA Plus Al-Azhar Medan is actually justified by the female teenagers’ irregular meal consumption. The suggestion for the respondents and the school is to try to maintain discipline in establishing regularity of meal consumption. Keywords: irregular meal, dyspepsia, female teenager

Page 6: HUBUNGAN KETIDAKTERATURAN MAKAN DENGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14275/1/10E00003.pdf · Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas nikmat dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian berjudul

“Hubungan Ketidakteraturan Makan dengan Sindroma Dispepsia Remaja

Perempuan di SMA Plus Al-Azhar Medan”.

Penelitian ini terlaksana berkat bimbingan dan arahan dari berbagai pihak

terutama pembimbing dan Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas (IKK)

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (FK USU) yang telah banyak

memberi masukan saran demi kesempurnaan pelaksanaan penelitian.

Ucapan terima kasih saya tujukan kepada Bapak Prof. dr. Gontar

Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku Dekan FK USU. Kepada dr. Dina

Keumala Sari, M. Gizi, Sp.GK sebagai pembimbing yang telah memberikan

petunjuk dan arahan dalam melaksanakan langkah-langkah penyusunan usulan

penelitian.

Terima kasih sebesar-besarnya kepada pihak SMA Plus Al-Azhar Medan,

Drs. Sariman Al-Faruq selaku kepala sekolah, dan Drs. Binawan Setia S.T. yang

telah memberikan izin menggunakan lokasi penelitian dan senantiasa mendukung

peneliti di lapangan dalam pengumpulan data. Terima kasih kepada seluruh adik-

adik responden yang telah bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini.

Terima kasih kepada orang tua, keluarga, sahabat, dan teman-teman yang

telah memberikan bantuan baik moril maupun materiil hingga penelitian ini

terselesaikan.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna.

Untuk itu penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang

membangun demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini. Semoga karya tulis ilmiah

ini dapat berguna bagi kita semua.

Medan, Nopember 2009

Penulis

Page 7: HUBUNGAN KETIDAKTERATURAN MAKAN DENGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14275/1/10E00003.pdf · Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna

v

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan…..………..…………………………………………. i Abstrak……………………………………………………………………. ii Abstract…………………………………………………………………… iii Kata Pengantar…………………………………………………………… iv Daftar Isi………………………………………………………………….. v Daftar Tabel………………………………………………………………. vii Daftar Gambar…………………………………………………………… viii Daftar Lampiran………………………………………………………… ix

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar

Belakang……………………………………………….. 1 1.2.

Rumusan Masalah……………………………………………. 2 1.3. Tujuan

Penelitian…………………………………………….. 2 1.4.

Manfaat Penelitian…………………………………………… 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dispepsia……………………………………………………… 4

2.1.1. Sekresi Asam Lambung..………………………………… 4 2.1.2. Defenisi Dispepsia……………………………………….. 7 2.1.3. Etiologi Dispepsia………………………………………... 7 2.1.4. Diagnosa Dispepsia………………………………………. 10 2.2. Pola Makan……………………………………………………. 10 2.2.1. Pola Makan Sehat………………………………………… 10 2.2.2. Pola Makan Remaja……………………………………… 11 2.3. Hubungan Ketidakteraturan Makan dengan Dispepsia……….. 12

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian…………………………………. 15 3.2. Definisi Operasional…………………………………………. 15 3.3. Hipotesis………………………………………………………. 16

BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Rancangan Penelitian………………………………………... 17 4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian……………………………….... 17 4.3. Populasi dan Sampel Penelitian…………………………….... 17 4.4. Teknik Pengumpulan Data……..…………………………….. 18 4.4.1. Uji Validitas dan Realibilitas…………………………… 18 4.5. Pengolahan dan Analisis Data..……………………………… 18

Page 8: HUBUNGAN KETIDAKTERATURAN MAKAN DENGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14275/1/10E00003.pdf · Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna

v

BAB 5 HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian……….……………………………………... 20 5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian……………………………. 20

Page 9: HUBUNGAN KETIDAKTERATURAN MAKAN DENGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14275/1/10E00003.pdf · Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna

vi

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden…………………….. 21 5.1.2.1. Kelas………………………………………………. 21 5.1.2.2. Umur………………………………………………. 21 5.1.3. Gambaran Ketidakteraturan Makan……………………. 21 5.1.3.1. Frekuensi Makan………………………………….. 22 5.1.3.2. Pola Makan……………………………………….. 23 5.1.3.2.1. Makan Pagi…………………………………… 23 5.1.3.2.2. Makan Siang………………………………….. 24 5.1.3.2.3. Makan Malam………………………………… 24 5.1.3.2.4. Makanan Tambahan………………………….. 25 5.1.3.3. Jeda Waktu Makan………………………………… 25 5.1.3.4. Tindakan Diet……………………………………… 26 5.1.4. Kejadian Sindroma Dispepsia………………………….. 26 5.1.4.1. Angka Kejadian Sindroma Dispepsia……………... 26 5.1.4.2. Gambaran Keluhan Sindroma Dispepsia….………. 27 5.1.5. Hubungan Ketidakteraturan Makan dengan Sindroma Dispepsia……………………………………………….. 28 5.2. Pembahasan……………….……………………………….... 29 5.2.1. Ketidakteraturan Makan……………………………….. 29 5.2.2. Kejadian Sindroma Dispepsia…………………………. 30 5.2.3. Hubungan Ketidakteraturan Makan dengan Sindroma Dispepsia………………………………………………. 31 BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan…..……….……………………………………... 34 6.2. Saran…………………………………………………………. 34

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………… 35

LAMPIRAN………………………………………………………………… 38

Page 10: HUBUNGAN KETIDAKTERATURAN MAKAN DENGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14275/1/10E00003.pdf · Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna

vii

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1. Penyebab Dispepsia……………………………………………….. 8

2.2. Hasil Pemeriksaan Esofagogastroduodenoskopi………………….. 8

4.1. Tabulasi Hasil Uji Validitas dan Reabilitas………………………. 18

5.1. Distribusi Responden Berdasarkan Kelas di SMA Plus Al-Azhar Medan……………………………………………………………… 21

5.2. Distribusi Sampel Responden Berdasarkan Usia di SMA Plus Al-Azhar Medan…………………………………………………… 21

5.3. Distribusi Ketidakteraturan Makan Responden di SMA Plus Al-Azhar Medan…………………………………………………… 22

5.4. Distribusi Pola Makan Responden Secara Keseluruhan di SMA Plus Al-Azhar Medan……………………………………………… 22

5.5. Distribusi Frekuensi Makan Responden di SMA Plus Al-Azhar Medan………………………………………………………………. 23

5.6. Distribusi Pola Makan Pagi Responden di SMA Plus Al-Azhar Medan……………………………………………………………... 23

5.7. Distribusi Pola Makan Siang Responden di SMA Plus Al-Azhar Medan……………………………………………………………... 24

5.8. Distribusi Pola Makan Malam Responden di SMA Plus Al-Azhar Medan…..…………………………………………………………. 24

5.9. Distribusi Pola Konsumsi Makanan Tambahan Responden di SMA Plus Al-Azhar Medan…………………………………………….. 25

5.10. Distribusi Jeda Waktu Makan Responden di SMA Plus Al-Azhar Medan…………………………………………………………….. 26

5.11. Distribusi Tindakan Diet Responden di SMA Plus Al-Azhar Medan 26

5.12. Distribusi Kejadian Sindroma Dispepsia Responden di SMA Plus Al-Azhar Medan tahun 2009………………………………………. 26

5.13. Distribusi Jumlah Keluhan Sindroma Dispepsia Pada Keseluruhan Responden di SMA Plus Al-Azhar Medan………………………… 27

5.14. Distribusi Responden Berdasarkan Keluhan Dispepsia di SMA Plus Al-Azhar Medan………..…………………………………….. 27

5.15. Tabulasi Silang Responden Berdasarkan Kejadian Dispepsia dan Ketidakteraturan Makan……………………………………………. 28

Page 11: HUBUNGAN KETIDAKTERATURAN MAKAN DENGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14275/1/10E00003.pdf · Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna

viii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1. Sekresi Asam Lambung…………………………………………. 5

2.2. Pertahanan Mukosa Lambung…………………………………... 5

2.3. Mekanisme Pembentukan Ulkus ……………………………….. 9

Page 12: HUBUNGAN KETIDAKTERATURAN MAKAN DENGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14275/1/10E00003.pdf · Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Daftar Riwayat Hidup

Kuesioner Penelitian

Lembar Pertetujuan (Informed Consent) Penelitian

Surat Izin Penelitian

Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian

Data Induk

Output SPSS Distribusi Frekuensi

Output SPSS Hasil Analisa Chi-Square

Output SPSS Hasil Uji Validitas dan Reabilitas

Page 13: HUBUNGAN KETIDAKTERATURAN MAKAN DENGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14275/1/10E00003.pdf · Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dispepsia adalah keluhan umum yang disampaikan oleh individu-individu dalam

suatu populasi umum yang mencari pertolongan medis. Berdasarkan penelitian

pada populasi umum didapatkan bahwa 15-30% orang dewasa pernah mengalami

hal ini dalam beberapa hari. Belum didapatkan data epidemiologi di Indonesia

(Djojoningrat, 2001).

Angka kejadian dispepsia di masyarakat luas tergolong tinggi. Berdasarkan

penelitian yang dilakukan pada suatu komunitas selama 6 bulan, tingkat keluhan

dispepsia mencapai 38% (Jones dkk, 1989), dimana pada penelitian tersebut

dinyatakan bahwa keluhan dispepsia banyak didapatkan pada usia yang lebih

muda. Penelitian pada komunitas lain yang dilakukan oleh peneliti yang sama

selama 6 bulan mendapatkan angka keluhan dispepsia 41% (Jones dkk, 1990).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada remaja usia 14-17 tahun,

remaja perempuan lebih banyak menderita dispepsia dibandingkan dengan remaja

laki-laki, yaitu 27% dan 16% (Reshetnikov, 2001).

Penyebab timbulnya dispepsia diantaranya adalah faktor diet dan

lingkungan, sekresi cairan asam lambung, fungsi motorik lambung, persepsi

viseral lambung, psikologi, dan infeksi Helicobacter pylori (Djojoningrat, 2001).

Berdasarkan penelitian tentang gejala gastrointestinal, jeda antara jadwal makan

yang lama dan ketidakteraturan makan berkaitan dengan gejala dispepsia

(Reshetnikov, 2007).

Pola makan yang tidak teratur umunya menjadi masalah yang sering timbul

pada remaja perempuan. Aktivitas yang tinggi baik kegiatan disekolah maupun di

luar sekolah menyebabkan makan menjadi tidak teratur (Sayogo, 2006). Selain

itu, pola diet banyak dilaporkan secara konsisten pada remaja wanita yang

mencoba untuk melakukan diet. Pada survey nasional di sebuah sekolah

menengah atas, 44% remaja perempuan dan 15% remaja laki-laki mencoba untuk

menurunkan berat badan. Sebagai tambahan, 26% remaja perempuan dan 15%

Page 14: HUBUNGAN KETIDAKTERATURAN MAKAN DENGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14275/1/10E00003.pdf · Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna

2

remaja laki-laki dilaporkan mencoba menjaga agar berat badan mereka tidak

bertambah (Robert, 2000).

Penelitian dilakukan di SMA Plus Al-Azhar Medan yang terletak di jalan

Pintu Air IV, Kwala Bekala, Padang Bulan Medan. Alasan penentuan lokasi

penelitian antara lain adalah untuk menjaga homogenitas dari sampel. SMA Plus

Al-Azhar merupakan SMA yang menggunakan fasilitas asrama, sehingga hal ini

dapat menyingkirkan faktor-faktor lain yang secara umum dapat mempengaruhi

kejadian sindroma dispepsia seperti aktivitas, konsumsi alkohol, dan rokok. Selain

itu, belum ada penelitian serupa yang pernah dilakukan di SMA Plus Al-Azhar

Medan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan

pertanyaan penelitian sebagai berikut:

Apakah ada hubungan antara ketidakteraturan makan dengan terjadinya

sindroma dispepsia remaja perempuan SMA Plus Al-Azhar?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Mencari hubungan antara ketidakteraturan makan dengan kejadian

sindroma dispepsia remaja perempuan SMA Plus Al-Azhar Medan.

1.3.2. Tujuan Khusus

Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:

1. Diketahuinya ketidakteraturan makan remaja perempuan SMA

Plus Al-Azhar Medan

2. Diketahuinya angka kejadian sindroma dispepsia remaja

perempuan SMA Plus Al-Azhar Medan

Page 15: HUBUNGAN KETIDAKTERATURAN MAKAN DENGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14275/1/10E00003.pdf · Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna

3

1.4. Manfaat Penelitian

1. Bidang penelitian:

Hasil penelitian diharapkan dapat dipakai sebagai data dasar untuk

penelitian lebih lanjut tentang sindroma dispepsia.

2. Bidang pendidikan:

Penelitian ini diharapkan sebagai sarana untuk melatih berfikir secara logis

dan sistematis serta mampu menyelenggarakan suatu penelitian

berdasarkan metode yang baik dan benar.

3. Bidang pelayanan masyarakat:

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi yang

benar bagi masyarakat tentang ketidakteraturan makan dan sindroma

dispepsia pada remaja perempuan.

Page 16: HUBUNGAN KETIDAKTERATURAN MAKAN DENGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14275/1/10E00003.pdf · Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Dispepsia

Dispepsia umumnya terjadi akibat adanya masalah pada bagian lambung dan

duodenum. Penyakit yang memiliki sindroma seperti dispepsia seperti gastro-

esophageal reflux disease dan irritable bowel syndrome yang melibatkan esofagus

dan bagian saluran cerna lainnya tidak dimasukkan ke dalam bagian dispepsia

(Djojoningrat, 2001).

2.1.1. Sekresi Asam Lambung

Lambung melaksanakan 3 fungsi utama. Fungsi utama lambung yang paling

penting adalah menyimpan makanan yang telah dicerna hingga makanan tersebut

dapat dikosongkan kedalam usus halus pada kecepatan normal untuk proses cerna

dan absorpsi. Lambung akan mensekresikan asam hidroklorida (HCl) dan enzim

untuk memulai pencernaan protein. Lambung memiliki motilitas khusus untuk

gerakan pencampuran antara makanan yang dicerna dan cairan lambung untuk

membentuk cairan padat yang dinamakan kimus. Seluruh isi lambung harus

diubah menjadi kimus sebelum dikosongkan ke duodenum (Sheerwood, 2007).

Sel-sel lambung mensekresikan sekitar 2500 ml cairan lambung setiap

hari. Cairan lambung ini mengandung bermacam-macam zat, diantaranya adalah

HCl dan pepsinogen (Gambar 2.1.). HCl yang disekresikan oleh kelenjar di

korpus lambung membunuh sebagian besar bakteri yang masuk, membantu

pencernaan protein, menghasilkan pH yang diperlukan pepsin untuk mencerna

protein, serta merangsang aliran empedu dan cairan pankreas. Asam ini cukup

pekat untuk dapat menyebabkan kerusakan jaringan, tetapi pada orang normal

muksa lambung tidak mengalami iritasi atau tercerna karena sebagian cairan

lambung juga mengandung mukus (Ganong, 2003).

Page 17: HUBUNGAN KETIDAKTERATURAN MAKAN DENGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14275/1/10E00003.pdf · Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna

5

Gambar 2.1. Sekresi Asam Lambung

Sumber: Color Atlas of Pathophysiology, 2000

Lambung memiliki mekanisme protektif sendiri, diantaranya adalah mukus

yang melapisi permukaan mukosa lambung (Gambar 2.2). Mukus ini berperan

sebagai pelindung dari berbagai macam kerusakan potensial pada mukosa

lambung dengan sifat lubrikasinya untuk mencegah kerusakan mekanis. Mukus

juga membantu melindungi mukosa lambung agar tidak mencerna dirinya sendiri

dengan menginhibisi pepsin saat bersentuhan dengan lapisannya. Sebagai

substansi alkali, mukus juga membantu mekanisme perlindungan mukosa dari

kerusakan akibat asam dengan menetralisir HCl di sekitarnya tanpa

mempengaruhi HCl pada lumen (Sheerwood, 2007).

Motilitas dan sekresi lambung diatur oleh mekanisme persarafan dan

humoral. Komponen saraf adalah otonom lokal yang melibatkan neuron-neuron

kolinergik dan ilmpuls-impuls dari SSP melalui nervus vagus. Pengaturan

fisiologik sekresi lambung biasanya dibahas berdasarkan pengaruh otak (sefalik),

lambung, dan usus (Ganong, 2003).

Gambar 2.2. Pertahanan Mukosa Lambung Sumber: Color Atlas of Pathophysiology, 2000

Page 18: HUBUNGAN KETIDAKTERATURAN MAKAN DENGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14275/1/10E00003.pdf · Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna

6

Pengaruh sefalik adalah respon yang diperantarai oleh nervus vagus dan

diinduksi oleh aktivitas di SSP. Adanya makanan dalam mulut secara refleks akan

merangsang sekresi lambung. Serat-serat eferen untuk refleks ini adalah nervus

vagus. Pada manusia, melihat, mencium, dan memikirkan makanan akan

meningkatkan sekresi lambung. Peningkatan ini disebabkan oleh refleks bersyarat

saluran cerna yang telah berkembang sejak awal masa kehidupan. Rangsang

hipotalamus anterior dan bagian-bagian korteks frontalis orbital disekitarnya

meningkatkan aktivitas eferen vagus dan sekresi lambung. Pengaruh otak

menentukan sepertiga sampai separuh dari asam yang disekresikan sebagai respon

terhadap makanan normal (Ganong, 2003).

Pengaruh lambung terutama adalah respon-respon refleks lokal dan respon

terhadap gastrin. Adanya makanan dalam lambung mempercepat peningkatan

sekresi lambung yang disebabkan oleh penglihatan, bau makanan, dan adanya

makanan di mulut. Reseptor di dinding lambung dan mukosa berespon terhadap

peregangan dan rangsang kimia, terutama asam-asam amino dan produk

pencernaan terkait lain. Produk-produk pencernaan protein juga menyebabkan

peningkatan sekresi gastrin, dan hal ini meningkatkan aliran asam (Ganong,

2003).

Pengaruh usus adalah efek umpan balik hormonal dan refleks pada sekresi

lambung yang dicetuskan dari mukosa usus halus. Walaupun di mukosa usus

halus dan lambung terdapat sel-sel yang berisi gastrin, pemberian asam amino

langsung ke dalam duodenum tidak akan meningkatkan kadar gastrin dalam

darah. Sekresi asam lambung meningkat bisa sebagian besar usus halus diangkat,

sehingga sumber hormon-hormon yang menghambat sekresi asam menghilang

(Ganong, 2003).

Sekresi lambung akan menurun secara bertahap ketika makanan mulai

masuk dari lambung menuju usus halus. Mekanisme penurunan sekresi lambung

ada 3 jenis. Saat makanan mulai dikosongkan ke duodenum secara bertahap,

stimulus utama yang merangsang sekresi lambung, yaitu protein, telah ditarik.

Setelah makanan meninggalkan lambung, cairan lambung akan terus terakumulasi

hingga pH lambung akan menurun sangat rendah dan akhirnya akan merangsang

Page 19: HUBUNGAN KETIDAKTERATURAN MAKAN DENGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14275/1/10E00003.pdf · Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna

7

somatostatin sebagai pemberi respon balik negatif untuk menghambat sekresi

lambung. Penurunan motilitas lambung juga akan menurunkan sekresi asam

lambung (Sheerwood, 2007).

2.1.2. Defenisi dispepsia

Dispepsia adalah sebuah turunan kata bahasa Yunani yang artinya indigestion atau

kesulitan dalam mencerna. Semua gejala-gejala gastrointestinal yang berhubungan

dengan masukan makanan disebut dispepsia, contohnya mual, heartburn, nyeri

epigastrium, rasa tidak nyaman, atau distensi (Davidson, 1975).

Prevalensi dispepsia bervariasi antara 3% hingga 40%. Variasi dalam

angka prevalensi ini berkaitan dengan perbedaan dalam defenisi dispepsia pada

penelitian-penelitian tersebut (Yasser, 2004).

Dispepsia merupakan kumpulan gejala atau sindrom yang terdiri dari nyeri

ulu hati, mual, kembung, muntah, rasa penuh, atau cepat kenyang, dan sendawa.

Keluhan ini sangat bervariasi, baik dalam jenis gejala maupun intensitas gejala

tersebut dari waktu ke waktu (Djojoningrat, 2001).

Dispepsia dapat muncul meskipun tidak ada perubahan struktural pada

saluran cerna, yang biasanya dikenal sebagai ‘fungsional’ dan gejalanya dapat

berasal dari psikologis ataupun akibat intoleransi terhadap makanan tertentu. Di

sisi lain, dispepsia dapat merupakan gejala dari gangguan organik pada saluran

cerna, dan dapat juga disebabkan oleh gangguan di sekitar dari saluran cerna,

misalnya pankres, kandung empedu, dan sebagainya (Davidson, 1975).

2.1.3. Etiologi dispepsia

Sebagai suatu gejala ataupun sindrom, dispepsia dapat disebabkan oleh berbagai

penyakit, baik yang bersifat organik, maupun yang fungsional. Berdasarkan

konsensus terakhir (kriteria Roma) gejala heartburn atau pirosis, yang diduga

karena penyakit refluks gastroesofageal, tidak dimasukkan dalam sindrom

dispepsia (Djojoningrat, 2001).

Page 20: HUBUNGAN KETIDAKTERATURAN MAKAN DENGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14275/1/10E00003.pdf · Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna

8

Tabel 2.1. Penyebab Dispepsia Dalam lumen saluran cerna Pankreas - Tukak peptik - Pankreatritis - Gastritis - Keganasan - Keganasan Keadaan sistemik Gastroparesis - Diabetes melitus Obat-obatan - Penyakit tiroid - Anti inflamasi non steroid - Gagal ginjal - Teofilin - Kehamilan - Digitalis - Penyakit jantung - Antibiotik iskemik Hepato-bilier Gangguan fungsional - Hepatitis - Dispepsia fungsional - Kolesistitis - Sindrom kolon iritatif - Kolelitiasis - Keganasan - Disfungsi sphincter Odli Sumber: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam , 2001 Berdasarkan hasil pemeriksaan esofagogastroduodenoskopi pada 591

kasus dispepsia di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta, ditemukan adanya

lesi pada esophagus, gastritis, gaster, duodeni, dan lain-lain. Sebagian besar

ditemukan kasus dispepsia dengan hasil esofagogastroduodenoskopi yang normal

(Djojoningrat, 2001).

Tabel 2.2. Hasil Pemeriksaan Esofagogastroduodenoskopi pada 591

Kasus Dispepsia di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta

Lesi Jumlah Kasus % Normal 168 28,43 Esofagitis 35 5,91 Gastritis 295 49,91 Ulkus gaster 13 2,20 Ulkus duodeni 21 3,55 Turnor esofagus 1 0,16 Turnor gaster 6 1,01 Lain-lain 52 8,83 Keterangan: Data Subbagian Gastroenterologi RSCM tahun 1994 Sumber: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, 2001

Page 21: HUBUNGAN KETIDAKTERATURAN MAKAN DENGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14275/1/10E00003.pdf · Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna

9

Gastritis adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa

lambung. Secara histopatologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel-sel

radang pada daerah tersebut. Berdasarkan pada manifestasi klinis, gastritis dapat

dibagi menjadi akut dan kronik, tetapi keduanya tidak saling berhubungan

(Djojoningrat, 2001).

Gastritis akut dapat terjadi tanpa diketahui penyebabnya. Kira-kira 80-90%

pasien yang dirawat di ruang intensif menderita gastritis akut erosif yang sering

disebut gastritis akut stress. Penyebab lain adalah obat-obatan. Obat yang sering

dihubungkan dengan gastritis erosive adalah aspirin dan sebagian besar obat anti

inflamasi non steroid (NSAID) (Hirlan, 2001).

Ulkus peptikum ialah suatu istilah untuk menunjuk kepada suatu

kelompok penyakit ulserativa saluran makanan bagian atas yang melibatkan

terutama bagian proksimal duodenum dan lambung, yang mempunyai patogenesis

yang sama-sama melibatkan asam-pepsin (Gambar 2.3.). Bentuk utama ulkus

peptikum adalah ulkus duodeni dan ulkus lambung. Ulkus peptikum terjadi bila

efek-efek korosif asam dan pepsin lebih banyak daripada efek protektif

pertahanan mukosa lambung atau mukosa duodenum (McGuigan, 1995).

Dispepsia dengan temuan penyebab organik ataupun adanya kelainan

sistemik yang jelas akan berdampak pada pengobatan yang defenitif perdasarkan

parogenesis yang ada. Dalam kenyataan sehari-hari didapatkan keluhan dispepsia

yang tidak ada kelainan sistemik yang mendasarinya, pemeriksaan radiologi

dalam batas normal dan pada pemeriksaan endoskopi tidak dijumpai lesi mukosa.

Hal inilah yang melahirkan istilah dispepsia non-ulkus atau dispepsia fungsional.

Gambar 2.3. Mekanisme Pembentukan Ulkus

Sumber: Color Atlas of Pathophysiology, 2000

Page 22: HUBUNGAN KETIDAKTERATURAN MAKAN DENGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14275/1/10E00003.pdf · Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna

10

2.1.4. Diagnosa dispepsia

Berdasarkan kriteria diagnosa Roma III, sindroma dispepsia didiagnosa dengan

gejala rasa penuh yang mengganggu, cepat kenyang, rasa tidak enak atau nyeri

epigastrium, dan rasa terbakar pada epigastrium. Pada kriteria tersebut juga

dinyatakan bahwa dispepsia ditandai dengan adanya satu atau lebih dari gejala

dispepsia yang diperkirakan berasal dari daerah gastroduodenal (Chang, 2006).

Kriteria dispepsia memiliki utilitas terbatas dan dibagi atas 2 kelompok

berdasarkan bukti yang tersedia, yaitu kelompok yang berhubungan dengan

makanan, dan kelompok yang berhubungan dengan nyeri. Pada klinis,

pengelompokan ini tidak dipergunakan, dan kriteria dispepsia tetap diaplikasikan.

Mual dan muntah juga memiliki kriteria sendiri dalam kelompok lain yang

berbedadiluar dari dispepsia (Chang, 2006).

Untuk menegakkan diagnosa, diperlukan data dan pemeriksaan penunjang

untuk melihat adanya kelainan organik/struktural, ataupun mengesklusinya untuk

menegakkan diagnosa dispepsia fungsional. Adanya keluhan tambahan yang

mengancam seperti penurunan berat badan, anemia, kesulitan menelan,

perdarahan, dan lain-lainnya, mengindikasikan agar dilakukan eksplorasi

diagnostik secepatnya. Selain radiologi, pemeriksaan yang bisa dilakukan

diantaranya adalah laboratorium, endoskopi, manometri esofago-gastro-

duodenum, dan waktu pengosongan lambung (Djojoningrat, 2001).

2.2. Pola Makan

2.2.1. Pola makan sehat

Ada dua hal yang terkandung dalam pola makan yang sehat, yaitu makanan yang

sehat dan pola makannya. Makanan yang sehat yaitu makanan yang di dalamnya

terkandung zat-zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh (Hardani, 2002). Zat-zat yang

dibutuhkan untuk tubuh, khususnya untuk remaja telah dibahas pada tinjauan

sebelumnya.

Pada Pedoman Umum Gizi Seimbang dari direktorat gizi masyarakat RI,

terdapat 13 pesan dasar, yaitu:

1. Makanlah aneka ragam makanan

Page 23: HUBUNGAN KETIDAKTERATURAN MAKAN DENGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14275/1/10E00003.pdf · Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna

11

2. Makanlah makanan untuk memenuhi kecukupan energi

3. Makanlah makanan sumber karbohidrat setengah dari kebutuhan

energi

4. Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kebutuhan

energi

5. Gunakan gara beryodium

6. Makanlah makanan sumber zat besi

7. Berikan ASI saja kepada bayi sampai umur empat bulan

8. Biasakan makan pagi

9. Minumlah air bersih, aman yang cukup jumlahnya

10. Lakukan kegiatan fisik dan olah raga secara teratur

11. Hindari minum minuman beralkohol

12. Makanlah makanan yang aman bagi kesehatan

13. Bacalah label pada makanan yang dikemas

Sedangkan pada masyarakat Jepang, ada beberapa anjuran kesehatan oleh

departemen kesehatan Jepang yang tidak jauh berbeda dengan yang telah

dikemukakan diatas. Hal yang penting diantaranya adalah memakan makanan tiga

kali sehari dengan porsi yang seimbang, makan jangan berlebihan, jangan lupa

makan pagi, dan setelah makan jangan langsung tidur (Hardani, 2002).

2.2.2. Pola makan remaja

Pertumbuhan yang pesat, perubahan psikologis yang dramatis serta peningkatan

aktivitas yang menjadi karakteristik masa remaja, menyebabkan peningkatan

kebutuhan zat gizi, dan terpenuhi atau tidak terpenuhinya kebutuhan ini akan

mempengaruhi status gizi (Sayogo, 2006).

Pada remaja awal, konsep diri remaja ditandai dengan adanya peningkatan

kesadaran diri secara eksponen dalam tanggapannya terhadap transformasi

somatis pubertas. Kesadaran pada usia ini cenderung untuk berpusat pada

karakteristik luar yang berbeda dengan introspeksi pada remaja akhir. Normal

pada remaja awal untuk memperhatikan dengan teliti penampilannya dan

Page 24: HUBUNGAN KETIDAKTERATURAN MAKAN DENGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14275/1/10E00003.pdf · Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna

12

merasakan bahwa orang lain sedang memandangi mereka juga. Gangguan citra

tingkat ringan pada usia ini bersifat universal. Gangguan citra tubuh yang serius

seperti anoreksia nervosa, juga cenderung muncul pada usia ini (Nelson, 2000).

Saat mencapai puncak kecepatan pertumbuhan, remaja biasanya makan

lebih sering dan lebih banyak. Sesudah masa growth spurt biasanya mereka akan

lebih memperthatikan penampilan dirinya, terutama remaja putri. Mereka sering

kali terlalu ketat dalam pengaturan pola makan dalam menjaga penampilannya

sehingga dapat mengakibatkan kekurangan zat gizi (Sayogo, 2006).

Pengembangan sebuah gambaran tentang fisik pribadi yang menyangkut

bentuk tubuh dewasa adalah suatu gabungan antara kerja intelektual dan

emosional yang berkaitan dengan isu nutrisi. Remaja umumnya merasa tidak

nyaman dengan perubahan yang pesat pada bentuk tubuh mereka. Pada waktu

yang bersamaan, mereka sangat dipengaruhi oleh dunia luar, seperti

kesempurnaan yang dimiliki teman sebaya ataupun idola mereka. Remaja bisa

menginginkan suatu bagian tubuh lebih kecil ataupun lebih besar, ingin tumbuh

lebih cepat ataupun lebih lambat. Perasaan-perasaan seperti ini dapat

mengarahkan mereka kepada percobaan untuk mengubah bentuk tubuh dengan

memanipulasi pola makan mereka (Robert, 2000).

2.3. Hubungan keteraturan makan terhadap dispepsia

Salah satu faktor yang berperan pada kejadian dispepsia diantaranya adalah pola

makan dan sekresi cairan asam lambung (Djojoningrat, 2001). Selain jenis-jenis

makanan yang dikonsumsi, ketidak teraturan makan seperti kebiasaan makan yang

buruk, tergesa-gesa, dan jadwal yang tidak teratur dapat menyebabkan dispepsia

(Eschleman, 1984).

Berdasarkan penelitian tentang gejala gastrointestinal yang dilakukan oleh

Reshetnikov kepada 1562 orang dewasa, jeda antara jadwal makan yang lama dan

ketidakteraturan makan berkaitan dengan gejala dispepsia. Pada penelitian ini juga

ditemukan perbedaan antara pola makan dan pengaruhnya terhadap gejala

gastrointestinal pada pria dan wanita (Reshetnikov, 2007).

Page 25: HUBUNGAN KETIDAKTERATURAN MAKAN DENGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14275/1/10E00003.pdf · Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna

13

Mendukung hasil penelitian diatas, berdasarkan penelitian yang dilakukan

oleh Ervianti pada 48 orang subyek tentang faktor yang berhubungan dengan

kejadian sindroma dispepsia, didapatkan salah satu faktor yang berhubungan

dengan kejadian sindroma dispepsia adalah keteraturan makan (Ervianti, 2008).

Remaja putri sering kali terlalu ketat dalam pengaturan pola makan dalam

menjaga penampilannya sehingga dapat mengakibatkan kekurangan zat gizi.

Tindakan remaja ini mencakup manipulasi jadwal makan dan menyebabkan

terjadi jeda waktu yang panjang antara jadwal makan (Sayogo, 2006).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada 449 siswa usia 14-17 tahun, remaja

perempuan lebih banyak menderita dispepsia dibandingkan dengan remaja laki-

laki, yaitu 27% dan 16% (Reshetnikov, 2001).

Selain itu, pola diet banyak dilaporkan secara konsisten pada remaja wanita

yang mencoba untuk melakukan diet. Pada survey nasional di sebuah sekolah

menengah atas, 44% remaja perempuan dan 15% remaja laki-laki mencoba untuk

menurunkan berat badan. Sebagai tambahan, 26% remaja perempuan dan 15%

remaja laki-laki dilaporkan mencoba menjaga agar berat badan mereka tidak

bertambah (Robert, 2000).

Penyebab timbulnya dispepsia diantaranya adalah faktor diet dan lingkungan,

serta sekresi cairan asam lambung (Djojoningrat, 2001). Asam lambung adalah

cairan yang dihasilkan lambung dan bersifat iritatif dengan fungsi utama untuk

pencernaan dan membunuh kuman yang masuk bersama makanan (Redaksi,

2009).

Selain faktor asam, efek proteolitik pepsin sesuai dengan sifat korosif

asam lambung yang disekresikan merupakan komponen integral yang

menyebabkan cedera jaringan. Kebanyakan agen yang merangsang sekresi asam

lambung juga meningkatkan sekresi pepsinogen. Walaupun sekresi asam lambung

dihambat, sekretin tetap merangsang sekresi pepsinogen (Harrison, 2000).

Produksi asam lambung berlangsung terus-menerus sepanjang hari

(Redaksi, 2009). Penghasilan asam lambung diantaranya dipengaruhi oleh

pengaturan sefalik, yaitu pengaturan oleh otak. Adanya makanan dalam mulut

secara refleks akan merangsang sekresi lambung. Pada manusia, melihat dan

Page 26: HUBUNGAN KETIDAKTERATURAN MAKAN DENGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14275/1/10E00003.pdf · Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna

14

memikirkan makanan dapat merangsang sekresi asam lambung (Ganong, 2003).

Selain pengaruh sefalik, sekresi asam lambung interdigestif atau basal dapat

dipertimbangkan untuk menjadi tahapan sekresi. Tahap ini tidak berhubungan

dengan makan, mencapai puncaknya sekitar tengah malam dan titik terendahnya

kira-kira pukul 7 pagi (Harrison, 2000).

Peningkatan sekresi asam lambung yang melampaui akan mengiritasi

mukosa lambung, dimana efek-efek korosif asam dan pepsin lebih banyak

daripada efek protektif pertahanan mukosa (McGuigan, 1995). Karena itu,

tindakan remaja melaparkan diri salah satunya dapat mencetuskan sekresi asam

lambung, dimana bila dilakukan berulang-ulang akan dapat mengiritasi mukosa

lambung sendiri. Hal-hal demikian dapat menyebabkan terjadinya rasa tidak

nyaman yang berakhir pada sindroma dispepsia.

Page 27: HUBUNGAN KETIDAKTERATURAN MAKAN DENGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14275/1/10E00003.pdf · Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna

BAB 3

KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini

adalah:

Variabel Independen Variabel Dependen

3.2. Definisi Operasional

Subyek penelitian: Subyek penelitian adalah remaja perempuan yang aktif secara

akademik di SMA plus Al-Azhar Medan.

Ketidakteraturan makan: Hitungan pola konsumsi makanan per hari yang

diukur berdasarkan frekuensi dan penilaian cara konsumsi dengan menggunakan

angket.

Penilaian terhadap variabel ketidakteraturan makan yaitu dengan

melakukan skoring. Skor terendah adalah 7 dan skor tertinggi adalah 28.

Apabila responden menjawab:

(a) Skornya adalah 4

(b) Skornya adalah 3

(c) Skornya adalah 2

(d) Skornya adalah 1

Dari skor tersebut terbagi dalam tiga kategori

- Skor 22-28 : Baik

- Skor 15-21 : Sedang

- Skor 7-14 : Buruk

Page 28: HUBUNGAN KETIDAKTERATURAN MAKAN DENGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14275/1/10E00003.pdf · Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna

16

Penilaian ketidakteraturan makan:

- Teratur : kategori baik

- Tidak teratur : kategori sedang dan buruk

Sindroma dispepsia: sindroma dispepsia merupakan kumpulan yang terdiri dari

nyeri ulu hati, mual, kembung, muntah, rasa penuh, atau cepat kenyang dan

sendawa. Pengukuran dilakukan dengan metode angket sesuai keluhan spesifik

yang terpapar pada kriteria diagnosa dispepsia fungsional berdasarkan Rome

Criteria III.

Penilaian sindroma dispepsia positif adalah: Terdapatnya jawaban (Ya)

pada 1 atau lebih dari pertanyaan 1-4 ataupun 2 atau lebih dari seluruh pertanyaan.

3.3. Hipotesis

Ada hubungan antara ketidakteraturan makan dengan sindroma dispepsia

pada remaja perempuan di SMA Al-Azhar Medan.

Page 29: HUBUNGAN KETIDAKTERATURAN MAKAN DENGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14275/1/10E00003.pdf · Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Rancangan Penelitian

Penelitian merupakan penelitian analitik dengan desain cross-sectional.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di SMA Plus Al-Azhar Medan yang terletak di jalan Pintu

Air IV, Kwala Bekala, Padang Bulan Medan. Pengumpulan data akan

dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan bulan Agustus tahun 2009,

dilanjutkan dengan pengolahan dan analisis data sampai bulan November tahun

2009.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian

4.3.1. Populasi

Populasi penelitian adalah semua remaja perempuan yang bersekolah di SMA

plus Al-Azhar Medan.

4.3.2. Sampel

Sampel penelitian adalah subyek yang diambil dari populasi yang memenuhi

kriteria penelitian yang diambil dengan metode total sampling, dan secara tertulis

telah menyatakan bersedia ikut serta dalam penelitian dan telah menandatangani

lembar persetujuan.

Kriteria inklusi :

1. Remaja perempuan yang masih bersekolah di SMA Plus Al-Azhar

2. Berusia antara 14-17 tahun

3. Telah menandatangani lembar persetujuan.

Page 30: HUBUNGAN KETIDAKTERATURAN MAKAN DENGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14275/1/10E00003.pdf · Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna

18

Besar sampel ditentukan dengan metode total sampling, dimana terdapat jumlah

populasi kurang dari 100 orang, sehingga seluruh populasi dijadikan sampel

(Notoatmodjo, 2005).

4.4. Teknik Pengumpulan Data

Data ketidakteraturan makan: diperoleh dengan menggunakan kuesioner berupa

angket yang dibagikan kepada sampel penelitian, seperti yang tertera pada

lampiran.

Data sindroma dispepsia: diperoleh dengan menggunakan kuesioner berupa

angket yang dibagikan kepada sampel penelitian, sepertinya yang tertera pada

lampiran.

Telah dilakukan uji validitas dan reabilitas terhadap instrumentasi penelitian

sebagai berikut:

Tabel 4.1. Tabulasi Hasil Uji Validitas dan Reabilitas

Variabel Nomor pertanyaan

Total Pearson

Correlation

Status Alpha Status

Ketidakteraturan Makan

1 0,574 Valid 0,685 Reliabel 2 0,739 Valid Reliabel 3 0,525 Valid Reliabel 4 0,707 Valid Reliabel 5 0,393 Valid Reliabel 6 0,559 Valid Reliabel 7 0,421 Valid Reliabel

4.5. Metode Analisis Data

Pengolahan dan analisis data pada penelitian ini akan SPSS sebagai database dan

program analisis data.

Setelah dilakukan validasi dan pengelompokan data penelitian yang

diperoleh, hasil pengamatan akan disusun dalam tabel 2 x 2. Kemudian

Page 31: HUBUNGAN KETIDAKTERATURAN MAKAN DENGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14275/1/10E00003.pdf · Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna

19

berdasarkan data akan dicari rasio prevalens untuk mengetahui pengaruh faktor

resiko terhadap efek, dan dilakukan uji hipotesis.

EFEK

YA TIDAK JUMLAH YA A B A + B

FAKTOR RISIKO

TIDAK C D C + D

Tabel 2 x 2 menunjukkan hasil pengamatan pada studi cross sectional.

Rumus rasio prevalens:

RP = A / (A + B) : C / (C + D)

Interpretasi hasil:

1. Bila rasio prevalens = 1 berarti variabel yang diduga merupakan faktor

risiko tersebut tidak ada pengaruhnya untuk terjadinya efek, dengan kata

lain bersifat netral.

2. Bila rasio prevalens > 1 berarti variabel tersebut merupakan faktor risiko

timbulnya penyakit tertentu.

Penentuan uji hipotesis berdasarkan rancangan penelitian:

Langkah Jawaban Menentukan variabel yang dihubungkan

Variabel yang dihubungkan adalah ketidak teraturan makan (kategorik) dengan sindroma dispepsia (kategorik)

Menentukan jenis hipotesis Komparatif Menentukan masalah skala variabel

Kategorik

Menentukan pasangan/tidak berpasangan

Tidak berpasangan

Menentukan jenis table B x K 2 x 2 Kesimpulan: Jenis tabel pada soal ini adalah 2 x 2. Uji yang digunakan adalah uji Chi-Square bila memenuhi syarat. Bila tidak memenuhi syarat uji Chi-Square digunakan uji alternatifnya yaitu uji Fisher.

Page 32: HUBUNGAN KETIDAKTERATURAN MAKAN DENGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14275/1/10E00003.pdf · Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Perguruan Al-Azhar didirikan tanggal 16 Juli 1993 yang ditandai dengan

pembukaan Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Sekolah

Menengah Atas (SMA) Plus Al-Azhar Medan berstatus swasta yang didirikan

pada tahun 1984 terletak di jalan Pintu Air No.214 Medan.

Nomor Data Sekolah (NDS) : GI7061007

Nomor Statistik Sekolah (NSS) : 104076008073

Jarak ke Pusat Kecamatan : ± 3 Km

Jarak ke Pusat Kota : ± 7 Km

Nama Kepala Sekolah : Drs. Sariman Al-Faruq

SMA Plus Al-Azhar Medan memiliki berbagai fasilitas yang terdiri dari:

- 9 buah

ruangan belajar (XA, XB, XIA, XIB, XIIA, XIIB, XAksel, XIIAkselA,

XIIAkselB)

- 5 buah

laboratorium (Fisika, Biologi, Kimia, Komputer, Bahasa)

- Perpusta

kaan

- Aula

dan Sanggar Kesenian

- Masjid

- Ruang Audio Visual

- 6 buah lapangan (Sepak Bola, Basket, Badminton, Voli, Takraw, Upacara)

- Area Parkir

- Kantin

- Asrama Siswa

Page 33: HUBUNGAN KETIDAKTERATURAN MAKAN DENGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14275/1/10E00003.pdf · Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna
Page 34: HUBUNGAN KETIDAKTERATURAN MAKAN DENGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14275/1/10E00003.pdf · Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna

22

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden

5.1.2.1. Kelas

Responden penelitian ini adalah seluruh siswa kelas I, II, III, dan akselerasi III

yang seluruhnya berjenis kelamin perempuan.

Tabel 5.1. Distribusi Responden Berdasarkan Kelas di SMA Plus Al-Azhar

Medan

Kelas Jumlah (orang) Persentase (%) X XI XII

XIIAksel Total

15 21 26 11 73

20.5 28.8 35.6 15.1 100

Dari tabel 5.1 diatas terlihat bahwa jumlah responden tertinggi berasal

dari kelas XII dengan jumlah 26 orang (35,6%), dan yang paling sedikit adalah

kelas XIIAksel dengan jumlah 11 orang (15,1%).

5.1.2.2. Umur

Responden penelitian berumur antara 14 sampai 17 tahun dengan presentase umur

tertinggi adalah 16 tahun sebanyak 34,2%, dengan perincian sebagai berikut:

Tabel 5.2. Distribusi Sampel Responden Berdasarkan Usia di SMA Plus Al-Azhar

Medan

Umur (tahun) Jumlah (orang) Persentase (%) 14 15 16 17

Total

12 19 25 17 73

16.4 26.0 34.2 23.3 100

5.1.3. Gambaran Pola Makan

Berdasarkan hasil pengumpulan data dari 73 responden yang dikumpulkan dengan

kuesioner penilaian keteraturan makan, maka diperoleh gambaran keteraturan

makan sebagai berikut:

Page 35: HUBUNGAN KETIDAKTERATURAN MAKAN DENGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14275/1/10E00003.pdf · Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna

23

Tabel 5.3. Distribusi Ketidakteraturan Makan Responden di SMA Plus Al-Azhar

Medan

Jumlah (orang) Persentase (%) Tidak teratur

Teratur Total

39 34 73

53.4 46.6 100

Berdasarkan tabel 5.3 dapat dilihat bahwa distribusi remaja perempuan di

SMA Plus Al-Azhar Medan yang pola makannya tidak teratur lebih tinggi

daripada yang teratur, dengan jumlah 39 orang (53,4%).

Tabel 5.4. Distribusi Pola Makan Responden Secara Keseluruhan di SMA Plus

Al-Azhar Medan

Jumlah (orang) Persentase (%) Baik

Sedang Buruk Total

34 39 0

73

46.6 53.4

0 73

Berdasarkan tabel 5.4 terlihat bahwa remaja perempuan yang memiliki

pola makan baik (46,6%), lebih rendah daripada remaja perempuan dengan pola

makan rendah dan buruk. Remaja perempuan dengan pola makan yang buruk

tidak ada sama sekali (0%).

Ketidakteraturan makan dan penilaian pola makan secara kategorik

dinilai berdasarkan frekuensi makan, pola makan, jeda waktu makan, dan

tindakan diet.

5.1.3.1. Frekuensi Makan

Penilaian frekuensi makan didapatkan dengan kuesioner dengan pertanyaan

tentang frekuensi makan responden sehari-harinya. Dari kuesioner tersebut

didapatkan data sebagai berikut:

Page 36: HUBUNGAN KETIDAKTERATURAN MAKAN DENGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14275/1/10E00003.pdf · Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna

24

Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Makan Responden di SMA Plus Al-Azhar Medan

Dari tabel 5.5 terlihat bahwa persentase frekuensi makan responden

paling tinggi adalah 3 kali perhari dengan jumlah 48 orang (65,8%). Persentase

frekuensi makan responden paling rendah adalah 2 kali perhari dengan jumlah 6

orang (8,2%). Tidak ada responden yang makan 1 kali perhari (0%).

5.1.3.2. Pola Makan

Pola makan responden sehari-hari dinilai dari bagaimana responden makan pagi,

makan siang, makan malam, dan mengkonsumsi makanan tambahan sehari-

harinya.

5.1.3.2.1. Makan Pagi

Dari penilaian ini dapat diketahui pola makan pagi masing-masing responden

setiap harinya.

Tabel 5.6. Distribusi Pola Makan Pagi Responden di SMA Plus Al-Azhar Medan

Dari tabel 5.6 dapat dilihat bahwa pola makan pagi rutin setiap hari

adalah pola makan pagi yang paling tinggi dengan jumlah orang 41 (56,2%),

sementara yang paling rendah berjumlah 10 orang (13,7%) dimana responden

Frekuensi Makan (kali/hari)

Jumlah (orang) Persentase (%)

3 2 1

Kalau lapar Total

48 6 0

19 73

65.8 8.2 0

26.0 100

Pola Makan Pagi Jumlah (orang) Persentase (%) Rutin setiap hari Kalau ke sekolah

Kalau lapar Tidak pernah sama sekali

Total

41 10 22 0

73

56.2 13.7 30.1

0 100

Page 37: HUBUNGAN KETIDAKTERATURAN MAKAN DENGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14275/1/10E00003.pdf · Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna

25

hanya makan pagi bila pergi ke sekolah. Tidak ada responden yang rutin tidak

pernah makan pagi setiap harinya (0%).

5.1.3.2.2. Makan Siang

Dari penilaian ini dapat diketahui pola makan siang masing-masing responden

setiap harinya.

Tabel 5.7. Distribusi Pola Makan Siang Responden di SMA Plus Al-Azhar Medan

Dari tabel 5.7 dapat dilihat bahwa pola makan siang rutin setiap hari

adalah pola makan siang yang paling tinggi dengan jumlah orang 40 (54,8%),

sementara yang paling rendah berjumlah 6 orang (8,2%) dimana responden hanya

makan siang bila pergi ke sekolah. Tidak ada responden yang rutin tidak pernah

makan siang setiap harinya (0%).

5.1.3.2.3. Makan Malam

Dari penilaian ini dapat diketahui pola makan malam masing-masing responden

setiap harinya.

Tabel 5.8. Distribusi Pola Makan Malam Responden di SMA Plus Al-Azhar

Medan

Pola Makan Pagi Jumlah (orang) Persentase (%) Rutin setiap hari Kalau ke sekolah

Kalau lapar Tidak pernah sama sekali

Total

40 6 27 0 73

54.8 8.2

37.0 0

100

Pola Makan Pagi Jumlah (orang) Persentase (%) Rutin setiap hari Kalau ke sekolah

Kalau lapar Tidak pernah sama sekali

Total

27 0

44 2

73

37.0 0

60.3 2.7 100

Page 38: HUBUNGAN KETIDAKTERATURAN MAKAN DENGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14275/1/10E00003.pdf · Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna

26

Dari tabel 5.8 dapat dilihat bahwa pola makan malam tertinggi adalah

pola makan dimana responden hanya makan malam bila ia lapar, dengan jumlah

orang 44 (60,3%), sementara yang paling rendah berjumlah 2 orang (2,7%)

dimana responden tidak pernah makan malam sama sekali. Tidak ada responden

yang makan malamnya dipengaruhi apakah ia ke sekolah atau tidak (0%).

5.1.3.2.4. Makanan Tambahan

Dari penelitian ini dapat diketahui bagaimana pola konsumsi makanan tambahan

seperti susu atau camilan lain pada responden sehari-harinya.

Tabel 5.9. Distribusi Pola Konsumsi Makanan Tambahan Responden di SMA

Plus Al-Azhar Medan

Dari tabel 5.9 dapat dilihat bahwa pola konsumsi makanan tambahan

tertinggi adalah 76,7%, dimana responden hanya kadang-kadang mengkonsumsi

makan tambahan tersebut. Hasil terendah adalah 1,4% dengan jumlah 1 orang

responden, dimana responden tersebut tidak pernah mengkonsumsi makanan

tambahan sama sekali.

5.1.3.3. Jeda Waktu Makan

Dari penelitian ini dapat diketahui berapa lama jeda waktu makan antara jadwal

makan satu dengan lainnya yang biasa dilakukan responden sehari-hari.

Didapatkan persentase jeda waktu makan yang paling tinggi adalah 6-7 jam

(64.4%). Hasil terendah adalah >10 jam dengan 2 orang responden (2.7%) seperti

yang tertera pada tabel berikut:

Konsumsi makanan Tambahan

Jumlah (orang) Persentase (%)

Rutin setiap hari Kadang-kadang

Hanya bila ada kegiatan Tidak pernah

Total

13 56 3 1 73

17.8 76.7 4.1 1.4 100

Page 39: HUBUNGAN KETIDAKTERATURAN MAKAN DENGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14275/1/10E00003.pdf · Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna

27

Tabel 5.10. Distribusi Jeda Waktu Makan Responden di SMA Plus Al-Azhar

Medan

5.1.3.4. Tindakan Diet

Data menunjukkan bahwa 22 responden (30,1%) dengan sengaja kadang-kadang

menghindari makan untuk berdiet. Angka tertinggi perilaku diet yang ditunjukkan

adalah 65,8%, dimana 48 orang responden tidak ada kesengajaan untuk

melakukan tindakan diet seperti yang ditunjukkan tabel berikut:

Tabel 5.11. Distribusi Tindakan Diet Responden di SMA Plus Al-Azhar Medan

5.1.4. Kejadian Sindroma Dispepsia

5.1.4.1. Angka Kejadian Sindroma Dispepsia

Dari hasil penentuan diagnosa awal dispepsia dengan menggunakan Rome

Criteria III, didapatkan angka kejadian dispepsia sebagai berikut:

Tabel 5.12. Distribusi Kejadian Sindroma Dispepsia Responden di SMA Plus Al-

Azhar Medan tahun 2009

Jeda waktu makan (jam)

Jumlah (orang) Persentase (%)

4-5 6-7 8-9 >10

Total

20 47 4 2

73

27.4 64.4 5.5 2.7 100

Tindakan Diet Jumlah (orang) Persentase (%) Tidak diet

Diet program kesehatan Menghindari makan

Diet ketat Total

48 3 22 0 73

65.8 4.1

30.1 0

100

Jumlah (orang) Persentase (%) Dispepsia

Tidak dispepsia Total

47 26 73

64.4 35.6 100

Page 40: HUBUNGAN KETIDAKTERATURAN MAKAN DENGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14275/1/10E00003.pdf · Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna

28

Dari tabel 5.12 terlihat bahwa dari keseluruhan responden di SMA Plus

Al-Azhar Medan, lebih banyak yang memiliki keluhan dan memenuhi kriteria

dispepsia daripada yang tidak dispepsia. Responden dengan keluhan dispepsia

berjumlah 47 orang (64,4%), dan yang tidak dispepsia 26 orang (35,6%).

Tabel 5.13. Distribusi Jumlah Keluhan Sindroma Dispepsia Pada Keseluruhan

Responden di SMA Plus Al-Azhar Medan

5.1.4.2. Gambaran Keluhan Sindroma Dispepsia

Tabel 5.14. Distribusi Responden Berdasarkan Keluhan Dispepsia di SMA Plus

Al-Azhar Medan

Dari tabel 5.14 dapat dilihat bahwa keluhan yang paling banyak diderita

oleh responden adalah nyeri epigastrium, yaitu 38 orang (52,1%). Keluhan yang

paling sedikit adalah keluhan muntah, yaitu 5 orang (6,8%).

Jumlah keluhan Jumlah (orang) Persentase (%) 0 1 2 3 4 5 6 7

Total

25 5 15 13 7 6 2 0 73

34.2 6.8

20.5 17.8 9.6 8.2 2.7 0

100

Keluhan Jumlah (orang) Persentase (%) Nyeri epigastrium

Rasa terbakar di dada Kembung

Porsi makan menurun Mual

Muntah Sendawa

38 9

24 34 15 5

20

52.1 12.3 32.9 46.6 20.5 6.8

27.4

Page 41: HUBUNGAN KETIDAKTERATURAN MAKAN DENGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14275/1/10E00003.pdf · Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna

29

5.1.5. Hubungan Ketidakteraturan Makan dengan Sindroma Dispepsia

Tabel 5.15. Tabulasi Silang Responden Berdasarkan Kejadian Dispepsia dan

Ketidakteraturan Makan

Dispepsia Total Positif Negatif

Keteraturan Tidak teratur Count 30 9 39

Expected count 25.1 13.9 39.0

teratur Count 17 17 34

Expected Count 21.9 12.1 34.0

Total Count 47 26 73

Expected count 47.0 26.0 73.0

Tabel 5.15 menggambarkan deskripsi masing-masing sel untuk nilai

observed dan expected. Nilai observed untuk sel a, b, c, d, masing-masing 30, 9,

17, 17 sedangkan nilai expectednya masing-masing 25.1, 13.9, 21.9, dan 12.1.

Setelah dimasukkan kedalam rumus perhitungan rasio prevalens,

didapatkan hasil sebesar 1.53. Nilai perhitungan lebih besar dari satu, yang

interpretasinya menyatakan bahwa variabel tersebut merupakan faktor risiko

timbulnya penyakit tertentu. Artinya, ketidakteraturan makan merupakan faktor

risiko timbulnya kejadian sindroma dispepsia.

Uji hipotesa penelitian ini menggunakan metode Chi-Square. Tabel 2 x 2

ini layak diuji dengan Chi-Square karena tidak ada nilai expected yang kurang

dari lima.

Pada hasil uji Chi-Square, nilai yang dipakai adalah nilai pada Pearson

Chi-Square. Nilai significancy-nya adalah 0,017. Confidence interval yang

digunakan adalah 95%. Karena faktor peluang kurang dari 5%, maka hasil

tersebut bermakna. Artinya Ho ditolak, terdapat hubungan antara ketidakteraturan

makan dengan sindroma dispepsia.

Page 42: HUBUNGAN KETIDAKTERATURAN MAKAN DENGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14275/1/10E00003.pdf · Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna

30

5.2. Pembahasan

5.2.1. Ketidakteraturan Makan

Dari penelitian yang telah disajikan pada lembar sebelumnya tentang gambaran

pola makan di SMA Plus Al-Azhar Medan, ternyata diperoleh bahwa sebagian

responden memiliki pola makan yang tidak teratur yaitu 53,4%. Responden yang

memiliki pola makan teratur hanya 46,6% (tabel 5.3).

Ketidakteraturan makan diantaranya dinilai berdasarkan frekuensi makan

sehari-hari, dimana responden sebagian besar menjawab mereka makan dengan

rutin sebanyak 3 kali sehari (tabel 5.5). Namun untuk keteraturan makan pagi,

siang, dan malam, kebanyakan responden mengatakan bahwa mereka hanya

makan apabila lapar, khususnya makan malam (60,3%). Selain itu, jeda waktu

makan responden bervariasi (tabel 5.10), umumnya 6-7 jam (64,4%), bahkan ada

yang diatas 10 jam (2,7%). Hal ini menunjukkan bahwa meskipun dari segi

frekuensi makan responden sebagian besar menjawab rutin 3 kali sehari, namun

dari segi keteraturan, responden tetap tidak menunjukkan pola yang sesuai.

Penyebab dari ketidakteraturan makan umumnya multifaktorial. Salah satu

penyebab yang paling sering adalah perubahan pola makan pada remaja putri.

Remaja putri sering kali terlalu ketat dalam pengaturan pola makan dalam

menjaga penampilannya sehingga dapat mengakibatkan kekurangan zat gizi

(Sayogo, 2006).

Berdasarkan data penelitian (tabel 5.11), didapatkan hasil bahwa 30,1%

responden menghindari makan untuk berdiet, dan hanya sekitar 4,1% yang

melakukan diet dengan panduan kesehatan. Hal ini juga dapat dilihat pada

penelitian lain yaitu pada survey nasional di sebuah sekolah menengah atas,

dengan presentase sebesar 44% remaja perempuan mencoba untuk menurunkan

berat badan, dan sebagai tambahan 26% remaja perempuan dilaporkan mencoba

menjaga agar berat badan mereka tidak bertambah (Robert, 2000).

5.2.2. Kejadian Sindroma Dispepsia

Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada suatu komunitas selama 6 bulan,

tingkat keluhan dispepsia mencapai 38% (Jones dkk, 1989), dimana pada

Page 43: HUBUNGAN KETIDAKTERATURAN MAKAN DENGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14275/1/10E00003.pdf · Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna

31

penelitian tersebut dinyatakan bahwa keluhan dispepsia banyak didapatkan pada

usia yang lebih muda. Penelitian pada komunitas lain yang dilakukan oleh peneliti

yang sama selama 6 bulan mendapatkan angka keluhan dispepsia 41% (Jones dkk,

1990).

Dari hasil penelitian, didapatkan angka kejadian sindroma dispepsia

sebesar 64,4% di SMA Plus Al-Azhar Medan (tabel 5.12). Angka ini tergolong

cukup besar, dan dapat dikatakan bahwa hampir semua atau sebagian besar remaja

perempuan di SMA Plus Al-Azhar Medan mengalami sindroma dispepsia.

Berdasarkan penelitian lain yang dilakukan di sebuah sekolah dengan metode

yang sama pada remaja berusia 14-17 tahun, didapatkan remaja perempuan yang

menderita dispepsia sebanyak 27% (Reshetnikov, 2001).

Angka ini menunjukkan perbedaan presentase dispepsia yang sangat

tinggi. Hal ini bisa disebabkan oleh penyebab dispepsia yang multifaktorial,

sehingga dapat menyebabkan lebih tingginya tingkat kejadian di tempat yang satu

dengan yang lain. Selain itu, perbedaan operasional berdasarkan jumlah

responden juga dapat mempengaruhi hasil penelitian pada presentase akhirnya.

Dari data penelitian diatas, dapat dilihat bahwa sindroma dispepsia

memiliki variasi, baik dari segi jumlah keluhan (tabel 5.13), maupun dari jenis

keluhan, yaitu nyeri ulu hati, rasa terbakar di dada, kembung, cepat kenyang,

mual, muntah, dan sendawa (tabel 5.14). Hal ini sesuai dengan pernyataan pada

buku penyakit dalam yang menyatakan bahwa dispepsia merupakan kumpulan

gejala atau sindrom yang terdiri dari nyeri ulu hati, mual, kembung, muntah, rasa

penuh atau cepat kenyang, dan sendawa, dimana keluhan ini sangat bervariasi,

baik dalam jenis gejala maupun intensitas gejala tersebut dari waktu ke waktu

(Djojoningrat, 2001).

Berdasarkan data penelitian (tabel 5.14), didapatkan jenis keluhan

terbanyak yaitu nyeri epigastrium sebanyak 50,1%, dan keluhan yang paling

sedikit adalah muntah sebanyak 6,8%. Variasi keluhan serupa juga didapatkan

pada penelitian Ervianti (2008), dimana didapatkan sekitar 88% keluhan nyeri

epigastrium sebagai keluhan terbanyak, dan 40% keluhan muntah sebagai keluhan

yang paling sedikit.

Page 44: HUBUNGAN KETIDAKTERATURAN MAKAN DENGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14275/1/10E00003.pdf · Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna

32

5.2.3. Hubungan Ketidakteraturan Makan dengan Sindroma Dispepsia

Dari hasil analisis data penelitian, didapatkan adanya hubungan antara

ketidakteraturan makan dengan dispepsia. Hasil penelitian ini juga didukung oleh

hasil penelitian tentang gejala gastrointestinal yang dilakukan oleh Reshetnikov

(2007) kepada 1562 orang dewasa, jeda antara jadwal makan yang lama dan

ketidakteraturan makan berkaitan dengan gejala dispepsia. Dan berdasarkan

penelitian lain yang dilakukan oleh Ervianti (2008) pada 48 orang subyek tentang

faktor yang berhubungan dengan kejadian sindroma dispepsia, didapatkan salah

satu faktor yang berhubungan dengan kejadian sindroma dispepsia adalah

keteraturan makan.

Salah satu faktor yang berperan pada kejadian dispepsia diantaranya

adalah pola makan (Djojoningrat, 2001). Selain jenis-jenis makanan yang

dikonsumsi, ketidak teraturan makan seperti kebiasaan makan yang buruk,

tergesa-gesa, dan jadwal yang tidak teratur dapat menyebabkan dispepsia

(Eschleman, 1984). Hal ini juga dapat dilihat dari data penelitian yang

menggambarkan pola makan 53,4% remaja perempuan di SMA Plus Al-Azhar

yang menunjukkan ketidakteraturan makan (tabel 5.3).

Selain faktor makanan, salah satu penyebab terjadinya dispepsia adalah

sekresi cairan asam lambung (Djojoningrat, 2001). Asam lambung adalah cairan

yang dihasilkan lambung dan bersifat iritatif dengan fungsi utama untuk

pencernaan dan membunuh kuman yang masuk bersama makanan (Redaksi,

2009). Peningkatan sekresi asam lambung yang melampaui akan mengiritasi

mukosa lambung, dimana efek-efek korosif asam dan pepsin lebih banyak

daripada efek protektif pertahanan mukosa (McGuigan, 1995). Hal ini akan

menyebabkan terjadinya sindroma dispepsia.

Produksi asam lambung berlangsung terus-menerus sepanjang hari

(Redaksi, 2009). Penghasilan asam lambung diantaranya dipengaruhi oleh

pengaturan sefalik, yaitu pengaturan oleh otak. Adanya makanan dalam mulut

secara refleks akan merangsang sekresi lambung. Pada manusia, melihat dan

memikirkan makanan dapat merangsang sekresi asam lambung (Ganong, 2003).

Page 45: HUBUNGAN KETIDAKTERATURAN MAKAN DENGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14275/1/10E00003.pdf · Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna

33

Berdasarkan pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa jeda waktu makan

yang lama dapat mengakibatkan sindroma dispepsia.

Jeda waktu makan yang baik berkisar antara 4-5 jam (Iping, 2004). Dari

data penelitian didapatkan 72,6% responden memiliki jeda waktu makan diatas 6

jam, dimana 2,7% diantaranya bahkan memiliki jeda waktu lebih dari 10 jam

(tabel 5.10).

Selain sekresi akibat adanya respon terhadap makanan, ada tahapan

sekresi asam lambung yang tidak berhubungan dengan makan, dimana tahapan ini

mencapai puncaknya sekitar tengah malam dan titik terendahnya kira-kira pukul 7

pagi (Harrison, 2000). Berdasarkan pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa

kebiasaan tidak makan malam dapat mengakibatkan terjadinya sindroma

dispepsia. Hal ini sesuai dengan temuan pada penelitian, dimana hanya 37%

responden yang makan malam dengan teratur, dan sisa 63% lainnya tidak pernah

makan malam sama sekali, atau hanya makan bila merasa lapar.

Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan diatas,

dapat dilihat bahwa besarnya angka kejadian sindroma dispepsia remaja

perempuan di SMA Plus Al-Azhar Medan ternyata sesuai dengan pola makannya

yang sebagian besar tidak teratur.

Penelitian ini memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan. Dalam

menganalisis hubungan pola makan, kelebihan dari penelitian ini salah satunya

adalah dari segi homogenitas responden penelitian. Responden memiliki latar

belakang yang mayoritas sama, diantaranya adalah memiliki kegiatan yang sama

dalam program pendidikan dan bertempat tinggal di asrama, sehingga pola hidup

diperkirakan cukup seimbang antar responden. Responden yang diambil juga

memiliki tingkat pendidikan yang cukup untuk dapat mengerti pertanyaan dalam

kuesioner penelitian, hal ini dapat mengurangi terjadinya bias dalam menjawab

pertanyaan untuk membedakan keluhan-keluhan dalam sindroma dispepsia.

Kekurangan dalam penelitian ini salah satunya terletak pada aplikasinya.

Penyebab sindroma dispepsia adalah multifaktorial, dan pada penelitian ini hanya

dinilai ketidakteraturan makan dengan anggapan adanya homogenitas antar

responden dalam aktivitas dan menu konsumsi tanpa mempertimbangkan faktor

Page 46: HUBUNGAN KETIDAKTERATURAN MAKAN DENGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14275/1/10E00003.pdf · Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna

34

psikologis responden yang kemungkinan bervariasi. Selain itu, penelitian ini

hanya melibatkan satu instansi untuk mempersempit lapangan penelitian, hal ini

dapat menyebabkan keterbatasan aplikasi karena ada kemungkinan penelitian

pada lokasi lain akan memberikan hasil yang berbeda disebabkan adanya

pengaruh faktor lain. Namun sejauh ini hasil penelitian ini masih menunjukkan

hasil yang sesuai dengan penelitian-penelitian lainnya.

Page 47: HUBUNGAN KETIDAKTERATURAN MAKAN DENGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14275/1/10E00003.pdf · Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

1. Pada remaja perempuan di SMA Plus Al-Azhar Medan lebih banyak

dijumpai ketidakteraturan makan.

2. Persentase kejadian sindroma dispepsia remaja perempuan di SMA Al-

Azhar Medan cukup tinggi, dan gejala yang paling umum dikeluhkan adalah

nyeri epigastrium.

3. Pada penelitian ini terdapat hubungan antara ketidakteraturan makan

dengan sindroma dispepsia. Besarnya angka kejadian sindroma dispepsia

remaja perempuan di SMA Plus Al-Azhar Medan ternyata sesuai dengan

pola makannya yang sebagian besar tidak teratur.

6.2. Saran

Peneliti menyarankan agar responden lebih memperhatikan pola makannya dan

lebih disiplin dalam mengatur jadwal makan sehari-hari. Bagi para responden

yang ingin melakukan tindakan diet untuk penurunan berat badan, peneliti

merekomendasikan panduan diet berdasarkan pedoman kesehatan.

Peneliti juga menyarankan kepada pihak asrama sekolah agar lebih

memperhatikan pola makan siswa-siswi dan membantu mereka agar lebih disiplin

dalam menjaga kesehatan secara aktif.

Bagi pelayanan kesehatan, diharapkan untuk memasukkan siswa siswi

SMA sebagai salah satu target promosi kesehatannya. Kegiatan yang dapat

disarankan untuk dilakukan adalah penyuluhan tentang dispepsia dan penyuluhan

tentang pola makan.

Page 48: HUBUNGAN KETIDAKTERATURAN MAKAN DENGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14275/1/10E00003.pdf · Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna

35

DAFTAR PUSTAKA Chang L, 2006. The Rome Criteria for the Functional GI Disorders. Medscape.

Available from: http://www.medscape.com/viewarticle/533460. [Accessed 2 February 2009]

Dahlan, M.S., 2008. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. 3rd ed. Jakarta:

Salemba Medika, 122-125.

Davidson S.S., Passmore R, Brock J.R., Truswell A.S., 1975. Human Nutrition and Dietetics. 6th ed. Edinburgh: Churchill Livingstone, 466-467.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006. Pedoman Umum Gizi Seimbang. Direktorat Gizi Masyarakat. Available from: http://www.depkes.go.id/index.php?option=news&task =viewarticle&sid=2272&Itemid=.

[Accessed 2 February 2009]

Djojoningrat D, 2001. Dispepsia Fungsional. In: Suyono, S.H., Buku Ajar: Ilmu Penyakit Dalam. 3rd ed. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 153-155.

Ervianti M, 2008. Faktor Yang Berhubungan dengan Kejadian Sindroma Dispepsia pada Supir Truk: Studi di PT. Varia Usaha. Available from: http:adln.lib.unair.ac.id/go.php?id=gdlhub-gdl-sl-2008-erviantime-8434.

[Accessed 3 March 2009]

Eschleman, M.M., 1984. Introductory Nutrition and Diet Therapy. Pennsylvania: Lippincott Company, 345-346.

Floyd, A.F., Mimms, S.E., Yelding, C., 2003. Personal Health: Perspective and Lifestyle. 3rd ed. USA: Wadsworth, 291-292.

Ganong, W.F., 2000. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran: Review of Medical Physiology. 20th ed. Jakarta: EGC, 450, 473-477.

Hardani R, 2002. Pola Makan Sehat. Kharisma Woman and Education. Available from: kharisma.de/files/home/makalah_rika.pdf

. [Accessed 2 February 2009]

Hirlan, 2001. Gastritis. In: Suyono, S.H., Buku Ajar: Ilmu Penyakit Dalam. 3rd ed. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 127-131.

Page 49: HUBUNGAN KETIDAKTERATURAN MAKAN DENGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14275/1/10E00003.pdf · Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna

36

Iping S, 2004. Metode Makan Kualitatif Cara Mutakhir Untuk Langsing dan Sehat. Jakarta: Puspa Swara, 17-18.

Jones P.F., Brunt P.W., Gowat N.A., 1985. Integrated Clinical Science:

Gatroenterology. London: William Heinemann Medical Books, 70-71.

Jones R, Lydeard S, 1989. Prevalence of symptoms of Dyspepsia in the Community, Department of Primary Medical Care, University of Southhampton. Available from: http:lib.bioinfo.pl/meid:98367

. [Accessed 27 February 2009]

Jones R.H., Lydeard S.E., Hobbs F.D., Kenkre J.E., Williams E.I., Jones S.J., Repper J.A., Caldlow .J.L., Dunwoodle W.M., Bottomley J.M., 1990. Dyspepsia in England and Scotland, Department of Primary Medical Care, University of Southhampton. Available from: http:lib.bioinfo.pl/meid:98367

. [Accessed 27 February 2009]

McGuigan J.E., 1995. Ulkus Peptikum dan Gastritis. In: Isselbacher J.K., Braunwald E, Wilson J.D., Martin J.B., Fauci A.S., Kasper D.L., Harrison: Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam vol 4. 13th ed. Jakarta: EGC,1532-1534.

Nelson W.E., Behrman R.E, Kliegman R, Arvin A.M., 2000. Nelson Ilmu Kesehatan Anak Vol 1. 15th ed. Jakarta: EGC, 75-78.

Notoatmodjo S, 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta, 92.

Pratomo, H. dan Sudarti, 1966. Pedoman Pembuatan Usulan Penelitian Bidang

Kesehatan Masyarakat dan Keluarga Berencana atau Kependudukan. Jakarta, Unit Pelaksana Proyek Pengembangan FKM di Indonesia.

Redaksi, 2009. Mengatasi Gangguan Penyakit Maag. Yogyakarta: Banyu Media, 25-26.

Reshetnikov O.V., Kurilovich S.A., Denisova D.V., Zavyalova L.G., Tereshonok I.N., 2001. Prevalence of Dyspepsia and Irritable Bowel Syndrome Among Adolescent of Novosibirsk, Institute of Internal Medicine Russia. Int. J Circumpolar Health 60 (2): 253. Available from: http:// www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/11507978[Accessed 27 February 2009]

.

Page 50: HUBUNGAN KETIDAKTERATURAN MAKAN DENGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14275/1/10E00003.pdf · Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna

36

Reshetnikov O.V., Kurilovich S.A., 2007. Population-Based Study: Mode of Dieting and Dyspepsia. PubMed 76 (4): 35.

Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/17802773. [Accessed 27 February 2009]

Roberts W.B., Williams S.R., 2000. Nutrition Throughout the Life Cycle. 4th ed. Singapore: McGraw Hill, 262-267, 272, 294.

Sayogo S, 2006. Gizi Remaja Putri, Yayasan Pengembangan Medik Indonesia. Jakarta: FKUI, 42-47.

Sheerwood L, 2007. Human Physiology: From Cells to Systems. 6th ed. China: Thomson Brooks, 590-602.

Sastroadmodjo S, Ismael S, 1995. Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta: Binarupa Aksara, 68-71

Shaib Y, Serag H.B., 2004. The Prevalence and Risk Factors of Functional Dyspepsia in a Multiethnic Population in the United States. Am. J. Gastroenterol 99 (11): 2210-2216.

Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/15555004. [Accessed 28 February 2009]

Silbernagl S, 2000. Color Atlas of Pathophysiology. NY: Thieme, 139-145.

Wardlaw G.M., Kessel M.W., 2002. Perspective in Nutrition. 5th ed. New York: McGraw Hill, 696-697.

Page 51: HUBUNGAN KETIDAKTERATURAN MAKAN DENGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14275/1/10E00003.pdf · Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna

LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : A N N I S A

Tempat/Tanggal Lahir : Medan/13 Agustus 1990

Agama : Islam

Alamat : Jl. Tangguk Bongkar X No.23 Medan

Riwayat Pendidikan : 1. Tahun 1996 lulus Taman Kanak-Kanak Al-Azhar Medan

2. Tahun 2002 lulus Sekolah Dasar Swasta Harapan I Medan

3. Tahun 2004 lulus Sekolah Menengah Pertama Akselerasi Swasta Harapan II Medan

4. Tahun 2006 lulus Sekolah Menengah Atas Akselerasi Swasta Al-Azhar Medan

Riwayat Pelatihan : 1. Tahun 2003 Upper Advanced-English Language Course di International Language Centre

2. Tahun 2004 Training and Workshop on Biological Research Microscope PT Fajar Mas Murni

3. Tahun 2004 Internet Application di Growth Centre Medan

4. Tahun 2004 Microsoft Office Application di Growth Centre Medan

5. Tahun 2008 Pelatihan Enumerator di Yayasan Kanker Indonesia Cabang Sumatera Utara

Page 52: HUBUNGAN KETIDAKTERATURAN MAKAN DENGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14275/1/10E00003.pdf · Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna

6. Tahun 2009 Pelatihan Penulisan Karya Tulis Mahasiswa dan Artikel Populer oleh Unit Bina Kokurikuler Sahiva Universitas Sumatera Utara

Riwayat Organisasi : 1. Pengurus Panitia Hari Besar Islam Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara Periode 2007-2008

2. Personalia Badan Pers Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara 2008-2009

3. Personalia Standing Committee on Research Exchange Badan Eksekutif Mahasiswa Pemerintahan Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara 2007-2008

Page 53: HUBUNGAN KETIDAKTERATURAN MAKAN DENGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14275/1/10E00003.pdf · Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna

KUESIONER PENELITIAN Hubungan Ketidakteraturan Makan dengan Sindroma Dispepsia Remaja Perempuan SMA Plus Al-Azhar

Terima kasih atas kesediaannya..

1. Berapa kali anda makan dalam satu hari?

Kuesioner Keteraturan Makan

(a) 3 kali (b) 2 kali (c) 1 kali (d) Kalau lapar

2. Bagaimana saudara sarapan pagi

setiap harinya? (a) Rutin setiap hari (b) Kalau ke sekolah (c) Kalau lapar (d) Tidak pernah sama sekali

3. Bagaimana saudara makan siang

setiap harinya? (a) Rutin setiap hari (b) Kalau ke sekolah (c) Kalau lapar (d) Tidak pernah sama sekali

4. Bagaimana saudara makan malam

setiap harinya? (a) Rutin setiap hari (b) Kalau ke sekolah (c) Kalau lapar (d) Tidak pernah sama sekali

5. Berapa lama jeda antara waktu

makan anda biasanya? (a) 4-5 jam (b) 6-7 jam (c) 8-9 jam (d) > 10 jam

6. Apakah saudara sering meng-

konsumsi makanan tambahan seperti susu atau cemilan lain sebagai tambahan? (a) Ya, rutin setiap hari (b) Ya, kadang-kadang (c) Ya, kalau hanya ada kegiatan (d) Tidak pernah

7. Apakah anda sedang dalam

percobaan penurunan berat badan/ diet? (a) Tidak, saya tetap makan

dengan disiplin setiap harinya (b) Ya, saya dalam program diet

dengan panduan kesehatan (c) Ya, saya kadang-kadang meng-

hindari makan untuk berdiet. (d) Ya, saya diet ketat dan

membatasi makanan seminimal mungkin.

Page 54: HUBUNGAN KETIDAKTERATURAN MAKAN DENGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14275/1/10E00003.pdf · Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna

KUESIONER PENELITIAN Hubungan Ketidakteraturan Makan dengan Sindroma Dispepsia Remaja Perempuan SMA Plus Al-Azhar

Terima kasih atas kesediaannya..

1. Dalam 3 bulan terakhir, adakah kamu merasakan sakit atau rasa tidak enak di ulu hati / bagian perut selama beberapa kali dalam seminggu?

Kuesioner Sindroma Dispepsia

a. Ya b. Tidak

2. Dalam 3 bulan terakhir, adakah kamu

merasakan adanya rasa panas terbakar yang tidak nyaman/nyeri terbakar di dada selama beberapa kali dalam seminggu?

a. Ya b. tidak

3. Dalam 3 bulan terakhir, adakah kamu

merasa kembung setelah makan makanan porsi normal/biasa selama beberapa kali dalam seminggu?

a. Ya b. Tidak

4. Dalam 3 bulan terakhir, adakah kamu

merasa cepat kenyang atau tidak sanggup menghabiskan makanan dengan porsi normal/biasa selama beberapa kali dalam seminggu?

a. Ya b. Tidak

5. Dalam 3 bulan terakhir, adakah kamu

merasa mual selama beberapa kali dalam seminggu?

a. Ya b. Tidak

6. Dalam 3 bulan terakhir, adakah kamu

mengalami keluhan muntah selama beberapa kali dalam seminggu?

a. Ya b. Tidak

7. Dalam 3 bulan terakhir, adakah kamu

mengalami keluhan sering sendawa selama beberapa kali dalam seminggu?

a. Ya b. Tidak

ngkonsumsi obat-obatan antasid

Page 55: HUBUNGAN KETIDAKTERATURAN MAKAN DENGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14275/1/10E00003.pdf · Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna

INFORMED CONSENT

Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Umur/Tgl Lahir : / Kelas : I / II / III

Dengan ini menyatakan SETUJU/MENOLAK untuk menjawab pertanyaan yang tertera pada kuesioner-kuesioner yang tertera untuk disertakan ke dalam data penelitian

Medan, 2009 Peneliti, Yang membuat pernyataan, (Annisa) (……………………………) *Coret yang tidak perlu

Assalamu’alaikum Wr.Wb. Selamat siang kepada saudari-saudari sekalian. Peneliti : Annisa NIM : 060100088 Fak/Jurusan : Kedokteran / Pendidikan Dokter Saya selaku mahasiswa dan peneliti dari Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara akan melakukan penelitian yang berjudul “Hubungan Ketidakteraturan Makan dengan Sindroma Dispepsia Remaja Perempuan di SMA Plus Al-Azhar Medan”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kejadian sindroma dispepsia pada remaja perempuan, mengetahui keteraturan makan remaja perempuan, dan mengetahui hubungan antara ketidakteraturan makan dengan kejadian sindroma dispepsia.

Oleh karena itu, peneliti meminta kesediaan saudari untuk mengisi pertanyaan-pertanyaan yang tertera pada kuesioner terlampir untuk disertakan dalam data penelitian. Adapun data individu dalam penelitian ini tidak akan dipublikasikan.

Page 56: HUBUNGAN KETIDAKTERATURAN MAKAN DENGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14275/1/10E00003.pdf · Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna

Nama

DATA INDUK Kelas Umur Dispepsia K1 K2 K3 K4 K5 K6 K7 JK p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7 TP Pola

Makan Keteraturan

R 01 satu 14 negatif tidak tidak tidak tidak tidak tidak tidak 0 4 4 4 2 3 4 3 24 baik teratur

R 02 satu 14 positif ada tidak tidak tidak tidak tidak tidak 1 1 3 2 2 1 3 4 16 sedang tidak teratur

R 03 satu 15 negatif tidak tidak tidak tidak tidak tidak tidak 0 4 4 4 4 2 4 4 26 baik teratur

R 04 satu 14 positif ada tidak tidak tidak tidak tidak ada 2 4 2 4 4 2 4 4 24 baik teratur

R 05 satu 14 positif ada tidak tidak ada tidak tidak tidak 2 3 2 4 2 3 3 4 21 sedang tidak teratur

R 06 satu 15 positif tidak ada tidak tidak tidak tidak ada 2 4 4 4 4 3 3 4 26 baik teratur

R 07 satu 14 positif ada tidak tidak ada tidak tidak tidak 2 4 4 2 4 4 4 4 26 baik teratur

R 08 satu 14 positif ada ada tidak tidak tidak tidak tidak 2 1 3 4 2 4 3 2 19 sedang tidak teratur

R 09 satu 15 positif ada tidak ada ada tidak tidak ada 4 1 2 2 4 4 3 4 20 sedang tidak teratur

R 10 satu 15 positif tidak tidak ada ada tidak tidak tidak 2 1 4 2 2 4 3 4 20 sedang tidak teratur

R 11 satu 15 positif ada tidak ada ada tidak tidak ada 4 1 2 2 4 4 3 4 20 sedang tidak teratur

R 12 satu 14 positif ada tidak tidak ada tidak tidak tidak 2 3 3 4 2 3 3 2 20 sedang tidak teratur

R 13 satu 15 negatif tidak tidak tidak tidak tidak tidak tidak 0 4 4 4 2 3 3 2 22 baik teratur

R 14 satu 15 positif ada tidak tidak ada tidak tidak tidak 2 1 2 2 2 2 3 4 16 sedang tidak teratur

R 15 satu 14 positif tidak ada tidak tidak tidak tidak tidak 1 1 2 4 2 3 4 3 19 sedang tidak teratur

R 16 dua 16 positif ada tidak ada ada tidak tidak tidak 3 4 2 2 2 3 3 4 20 sedang tidak teratur

R 17 dua 16 positif tidak ada tidak ada tidak tidak ada 3 4 4 4 4 4 4 4 28 baik teratur

R 18 dua 16 positif tidak tidak ada ada tidak tidak tidak 2 4 4 4 4 3 3 4 26 baik teratur

R 19 dua 16 negatif tidak tidak tidak tidak tidak tidak tidak 0 1 3 2 2 3 3 2 16 sedang tidak teratur

R 20 dua 16 positif ada ada ada ada ada tidak tidak 5 4 3 2 1 3 3 2 18 sedang tidak teratur

R 21 dua 16 positif ada tidak ada ada ada tidak ada 4 4 4 2 2 3 3 2 20 sedang tidak teratur

R 22 dua 14 negatif tidak tidak tidak tidak tidak tidak tidak 0 4 2 2 2 3 3 4 20 sedang tidak teratur

R 23 dua 15 positif ada tidak ada ada ada tidak tidak 4 4 4 2 2 2 3 4 21 sedang tidak teratur

R 24 dua 16 positif ada tidak tidak tidak tidak tidak ada 2 1 4 3 2 4 3 4 21 sedang tidak teratur

R 25 dua 15 positif ada tidak tidak tidak tidak tidak tidak 1 4 4 2 4 1 2 4 21 sedang tidak teratur

R 26 dua 16 positif ada tidak ada ada tidak tidak tidak 3 1 4 2 2 4 3 4 20 sedang tidak teratur

Page 57: HUBUNGAN KETIDAKTERATURAN MAKAN DENGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14275/1/10E00003.pdf · Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna

R 27 dua 15 positif ada tidak tidak ada tidak tidak tidak 2 1 2 3 2 4 3 4 19 sedang tidak teratur

R 28 dua 16 negatif tidak tidak tidak tidak tidak tidak tidak 0 1 2 2 2 3 3 4 17 sedang tidak teratur

R 29 dua 15 positif ada ada ada tidak ada ada ada 6 4 4 2 2 3 3 4 22 baik teratur

R 30 dua 16 positif ada tidak ada ada ada tidak tidak 4 4 4 2 2 4 3 2 21 sedang tidak teratur

R 31 dua 16 positif ada tidak ada ada tidak tidak tidak 3 4 4 3 2 3 3 2 21 sedang tidak teratur

R 32 dua 15 negatif tidak tidak tidak tidak tidak tidak tidak 0 4 4 4 4 3 3 4 26 baik teratur

R 33 dua 17 positif ada tidak ada tidak tidak tidak ada 3 1 2 3 2 3 3 2 16 sedang tidak teratur

R 34 dua 15 positif ada tidak ada ada tidak tidak tidak 3 4 4 3 2 3 3 2 21 sedang tidak teratur

R 35 dua 16 positif tidak ada tidak tidak tidak tidak ada 2 4 4 4 4 3 3 4 26 baik teratur

R 36 dua 16 negatif tidak tidak tidak tidak tidak tidak tidak 0 4 4 4 4 3 4 4 27 baik teratur

R 37 tiga 17 negatif tidak tidak tidak tidak tidak tidak tidak 0 4 4 4 4 3 3 4 26 baik teratur

R 38 tiga 16 negatif tidak tidak tidak tidak tidak tidak tidak 0 3 2 4 2 3 3 2 19 sedang tidak teratur

R 39 tiga 17 positif ada tidak tidak ada ada tidak tidak 3 4 4 2 2 3 4 4 23 baik teratur

R 40 tiga 16 positif ada tidak ada ada tidak tidak tidak 3 4 2 4 4 3 3 4 24 baik teratur

R 41 tiga 17 positif ada tidak ada ada ada ada ada 6 1 4 2 2 4 3 2 18 sedang tidak teratur

R 42 tiga 16 positif ada tidak tidak ada ada ada tidak 4 4 2 4 2 3 3 2 20 sedang tidak teratur

R 43 tiga 17 positif ada tidak ada ada ada ada tidak 5 4 4 2 4 3 3 4 24 baik teratur

R 44 tiga 16 negatif tidak tidak tidak tidak tidak tidak tidak 0 4 4 4 2 4 4 4 26 baik teratur

R 45 tiga 17 negatif tidak tidak tidak tidak tidak tidak tidak 0 4 4 2 2 3 4 2 21 sedang tidak teratur

R 46 tiga 17 positif ada tidak ada ada tidak tidak tidak 3 4 4 4 4 3 3 4 26 baik teratur

R 47 tiga 17 positif tidak tidak tidak ada ada tidak tidak 2 4 2 4 2 4 3 4 23 baik teratur

R 48 tiga 16 positif ada tidak ada ada ada tidak ada 5 1 2 2 2 3 3 4 17 sedang tidak teratur

R 49 tiga 16 positif tidak tidak ada ada tidak tidak ada 3 4 2 2 2 4 3 2 19 sedang tidak teratur

R 50 tiga 17 negatif tidak tidak tidak tidak tidak tidak tidak 0 4 4 4 2 3 3 4 24 baik teratur

R 51 tiga 17 positif ada tidak tidak tidak ada tidak ada 3 4 3 3 2 3 2 4 21 sedang tidak teratur

R 52 tiga 16 negatif tidak tidak tidak tidak tidak tidak tidak 0 4 4 4 4 3 4 4 27 baik teratur

R 53 tiga 16 negatif tidak tidak tidak tidak tidak tidak tidak 0 3 3 4 2 4 3 4 23 baik teratur

R 54 tiga 16 positif ada tidak ada ada ada tidak ada 5 4 3 4 2 3 3 2 21 sedang tidak teratur

R 55 tiga 17 positif ada tidak tidak ada tidak tidak ada 3 4 4 4 4 3 3 2 24 baik teratur

Page 58: HUBUNGAN KETIDAKTERATURAN MAKAN DENGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14275/1/10E00003.pdf · Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna

R 56 tiga 16 negatif tidak tidak tidak tidak tidak tidak tidak 0 4 4 4 2 3 4 4 25 baik teratur

R 57 tiga 17 negatif tidak tidak tidak tidak tidak tidak tidak 0 1 4 4 2 4 3 2 20 sedang tidak teratur

R 58 tiga 17 positif ada ada ada ada tidak tidak ada 5 4 4 4 4 3 3 4 26 baik teratur

R 59 tiga 16 negatif tidak tidak tidak tidak tidak tidak tidak 0 4 4 2 2 3 4 4 23 baik teratur

R 60 tiga 17 negatif tidak tidak tidak tidak tidak tidak ada 1 4 4 4 4 4 3 4 27 baik teratur

R 61 tiga 17 positif tidak ada ada tidak tidak ada tidak 3 3 2 2 1 4 3 3 18 sedang tidak teratur

R 62 tiga 17 positif ada tidak tidak ada tidak tidak tidak 2 4 3 4 2 3 3 4 23 baik teratur

R 63 aksel 14 positif ada tidak tidak ada tidak tidak tidak 2 4 2 4 2 3 3 2 20 sedang tidak teratur

R 64 aksel 14 negatif tidak tidak tidak tidak tidak tidak tidak 0 4 4 4 4 3 3 4 26 baik teratur

R 65 aksel 17 negatif tidak tidak tidak tidak tidak tidak tidak 0 4 4 4 4 3 3 4 26 baik teratur

R 66 aksel 15 negatif tidak tidak tidak tidak tidak tidak tidak 0 4 2 4 4 3 3 4 24 baik teratur

R 67 aksel 15 negatif tidak tidak tidak tidak tidak tidak tidak 0 4 2 4 4 3 1 4 22 baik teratur

R 68 aksel 14 negatif tidak tidak tidak tidak tidak tidak tidak 0 1 2 2 2 3 3 4 17 sedang tidak teratur

R 69 aksel 16 negatif tidak tidak tidak tidak tidak tidak tidak 0 3 3 4 2 3 2 4 21 sedang tidak teratur

R 70 aksel 15 positif ada tidak tidak tidak tidak tidak tidak 1 1 4 2 4 3 3 4 21 sedang tidak teratur

R 71 aksel 15 positif ada tidak tidak ada ada tidak ada 4 4 4 4 4 3 3 2 24 baik teratur

R 72 aksel 15 negatif tidak tidak tidak tidak tidak tidak tidak 0 1 4 4 2 4 3 2 20 sedang tidak teratur

R 73 aksel 15 positif ada tidak ada ada ada tidak ada 5 4 4 4 4 4 3 2 25 baik teratur

Page 59: HUBUNGAN KETIDAKTERATURAN MAKAN DENGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14275/1/10E00003.pdf · Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna

Karakteristik Kelas

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid satu 15 20.5 20.5 20.5

dua 21 28.8 28.8 49.3

tiga 26 35.6 35.6 84.9

aksel 11 15.1 15.1 100.0

Total 73 100.0 100.0

Karakteristik Umur

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 14 12 16.4 16.4 16.4

15 19 26.0 26.0 42.5

16 25 34.2 34.2 76.7

17 17 23.3 23.3 100.0

Total 73 100.0 100.0

Keteraturan Makan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid tidak teratur 39 53.4 53.4 53.4

teratur 34 46.6 46.6 100.0

Total 73 100.0 100.0

Tingkatan Pola Makan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid sedang 39 53.4 53.4 53.4

baik 34 46.6 46.6 100.0

Total 73 100.0 100.0

Page 60: HUBUNGAN KETIDAKTERATURAN MAKAN DENGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14275/1/10E00003.pdf · Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna

Frekuensi Makan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1 19 26.0 26.0 26.0

3 6 8.2 8.2 34.2

4 48 65.8 65.8 100.0

Total 73 100.0 100.0

Makan Pagi

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 2 22 30.1 30.1 30.1

3 10 13.7 13.7 43.8

4 41 56.2 56.2 100.0

Total 73 100.0 100.0

Makan Siang

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 2 27 37.0 37.0 37.0

3 6 8.2 8.2 45.2

4 40 54.8 54.8 100.0

Total 73 100.0 100.0

Makan Malam

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 1 2 2.7 2.7 2.7

2 44 60.3 60.3 63.0

4 27 37.0 37.0 100.0

Total 73 100.0 100.0

Page 61: HUBUNGAN KETIDAKTERATURAN MAKAN DENGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14275/1/10E00003.pdf · Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna

Jeda Waktu Makan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 1 2 2.7 2.7 2.7

2 4 5.5 5.5 8.2

3 47 64.4 64.4 72.6

4 20 27.4 27.4 100.0

Total 73 100.0 100.0

Makanan Tambahan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 1 1 1.4 1.4 1.4

2 3 4.1 4.1 5.5

3 56 76.7 76.7 82.2

4 13 17.8 17.8 100.0

Total 73 100.0 100.0

Tindakan Diet

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 2 22 30.1 30.1 30.1

3 3 4.1 4.1 34.2

4 48 65.8 65.8 100.0

Total 73 100.0 100.0

Jumlah Keluhan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0 25 34.2 34.2 34.2

1 5 6.8 6.8 41.1

2 15 20.5 20.5 61.6

3 13 17.8 17.8 79.5

4 7 9.6 9.6 89.0

5 6 8.2 8.2 97.3

6 2 2.7 2.7 100.0

Total 73 100.0 100.0

Page 62: HUBUNGAN KETIDAKTERATURAN MAKAN DENGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14275/1/10E00003.pdf · Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna

Keluhan Dispepsia

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid positif 47 64.4 64.4 64.4

negatif 26 35.6 35.6 100.0

Total 73 100.0 100.0

Nyeri Epigastrium

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid ada 38 52.1 52.1 52.1

tidak 35 47.9 47.9 100.0

Total 73 100.0 100.0

Rasa Terbakar

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid ada 9 12.3 12.3 12.3

tidak 64 87.7 87.7 100.0

Total 73 100.0 100.0

Kembung

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid ada 24 32.9 32.9 32.9

tidak 49 67.1 67.1 100.0

Total 73 100.0 100.0

Porsi Makan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid ada 34 46.6 46.6 46.6

tidak 39 53.4 53.4 100.0

Total 73 100.0 100.0

Mual

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid ada 15 20.5 20.5 20.5

tidak 58 79.5 79.5 100.0

Total 73 100.0 100.0

Page 63: HUBUNGAN KETIDAKTERATURAN MAKAN DENGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14275/1/10E00003.pdf · Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna

Muntah

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid ada 5 6.8 6.8 6.8

tidak 68 93.2 93.2 100.0

Total 73 100.0 100.0

sendawa

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid ada 20 27.4 27.4 27.4

tidak 53 72.6 72.6 100.0

Total 73 100.0 100.0

keteraturan * dispepsia Crosstabulation

dispepsia

Total positif negatif

keteraturan tidak teratur Count 30 9 39

Expected Count 25.1 13.9 39.0

teratur Count 17 17 34

Expected Count 21.9 12.1 34.0

Total Count 47 26 73

Expected Count 47.0 26.0 73.0

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 5.742a 1 .017

Continuity Correctionb 4.628 1 .031

Likelihood Ratio 5.802 1 .016

Fisher's Exact Test .027 .015

Linear-by-Linear Association 5.663 1 .017

N of Valid Cases 73

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12,11.

b. Computed only for a 2x2 table

Page 64: HUBUNGAN KETIDAKTERATURAN MAKAN DENGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14275/1/10E00003.pdf · Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna

Hasil Uji Validasi

Correlations

p1 p2 p3 p4 p5 p8 p10 ptotal

p1 Pearson Correlation 1 .327 .262 .490** .274 .322 -.122 .574**

Sig. (2-tailed) .078 .161 .006 .143 .083 .519 .001

N 30 30 30 30 30 30 30 30

p2 Pearson Correlation .327 1 .359 .474** .214 .367* .222 .739**

Sig. (2-tailed) .078 .051 .008 .256 .046 .239 .000

N 30 30 30 30 30 30 30 30

p3 Pearson Correlation .262 .359 1 .675** -.056 .182 .160 .525**

Sig. (2-tailed) .161 .051 .000 .767 .335 .397 .003

N 30 30 30 30 30 30 30 30

p4 Pearson Correlation .490** .474** .675** 1 -.059 .283 .051 .707**

Sig. (2-tailed) .006 .008 .000 .759 .129 .788 .000

N 30 30 30 30 30 30 30 30

p5 Pearson Correlation .274 .214 -.056 -.059 1 .011 .365* .393*

Sig. (2-tailed) .143 .256 .767 .759 .954 .047 .032

N 30 30 30 30 30 30 30 30

p8 Pearson Correlation .322 .367* .182 .283 .011 1 .106 .559**

Sig. (2-tailed) .083 .046 .335 .129 .954 .576 .001

N 30 30 30 30 30 30 30 30

p10 Pearson Correlation -.122 .222 .160 .051 .365* .106 1 .421*

Sig. (2-tailed) .519 .239 .397 .788 .047 .576 .020

N 30 30 30 30 30 30 30 30

ptotal Pearson Correlation .574** .739** .525** .707** .393* .559** .421* 1

Sig. (2-tailed) .001 .000 .003 .000 .032 .001 .020

N 30 30 30 30 30 30 30 30

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.685 7

Page 65: HUBUNGAN KETIDAKTERATURAN MAKAN DENGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14275/1/10E00003.pdf · Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

p1 3.1000 1.32222 30

p2 2.9000 1.06188 30

p3 3.3333 .99424 30

p4 3.3333 .95893 30

p5 3.1333 .81931 30

p8 3.2000 .76112 30

p10 3.4667 .93710 30

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item

Deleted

Scale Variance if

Item Deleted

Corrected Item-

Total Correlation

Cronbach's

Alpha if Item

Deleted

p1 19.3667 11.206 .428 .647

p2 19.5667 11.564 .561 .600

p3 19.1333 12.533 .457 .633

p4 19.1333 11.913 .590 .596

p5 19.3333 14.713 .216 .691

p8 19.2667 14.064 .367 .660

p10 19.0000 14.621 .173 .705

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items

22.4667 16.740 4.09148 7