hubungan kekerabatan bahasa subrumpun … · disebutkan sumbernya, baik dalam naskah karangan dan...

20
HUBUNGAN KEKERABATAN BAHASA SUBRUMPUN HALMAHERA SELATAN-PAPUA BARAT DI HALMAHERA SELATAN DISERTASI Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Gelar Doktor Program Studi Ilmu Linguistik Minat Utama Linguistik Deskriptif Oleh BURHANUDDIN NIM T111408003 PROGRAM DOKTOR ILMU LINGUISTIK PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2017

Upload: nguyenanh

Post on 18-Mar-2019

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: HUBUNGAN KEKERABATAN BAHASA SUBRUMPUN … · disebutkan sumbernya, baik dalam naskah karangan dan daftar pustaka. Apabila ... tentang bahasa-bahasa daerah yang ada di Maluku Utara,

HUBUNGAN KEKERABATAN BAHASA

SUBRUMPUN HALMAHERA SELATAN-PAPUA BARAT

DI HALMAHERA SELATAN

DISERTASI

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Gelar Doktor

Program Studi Ilmu Linguistik

Minat Utama Linguistik Deskriptif

Oleh

BURHANUDDIN

NIM T111408003

PROGRAM DOKTOR ILMU LINGUISTIK

PASCASARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2017

Page 2: HUBUNGAN KEKERABATAN BAHASA SUBRUMPUN … · disebutkan sumbernya, baik dalam naskah karangan dan daftar pustaka. Apabila ... tentang bahasa-bahasa daerah yang ada di Maluku Utara,

i

HUBUNGAN KEKERABATAN BAHASA

SUBRUMPUN HALMAHERA SELATAN-PAPUA BARAT

DI HALMAHERA SELATAN

DISERTASI

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Gelar Doktor

Program Studi Ilmu Linguistik

Minat Utama Linguistik Deskriptif

Oleh

BURHANUDDIN

NIM T111408003

PROGRAM DOKTOR ILMU LINGUISTIK

PASCASARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2017

Page 3: HUBUNGAN KEKERABATAN BAHASA SUBRUMPUN … · disebutkan sumbernya, baik dalam naskah karangan dan daftar pustaka. Apabila ... tentang bahasa-bahasa daerah yang ada di Maluku Utara,

S

Page 4: HUBUNGAN KEKERABATAN BAHASA SUBRUMPUN … · disebutkan sumbernya, baik dalam naskah karangan dan daftar pustaka. Apabila ... tentang bahasa-bahasa daerah yang ada di Maluku Utara,

sz

Page 5: HUBUNGAN KEKERABATAN BAHASA SUBRUMPUN … · disebutkan sumbernya, baik dalam naskah karangan dan daftar pustaka. Apabila ... tentang bahasa-bahasa daerah yang ada di Maluku Utara,

iv

PERNYATAAN KEASLIAN DAN PERSYARATAN PUBLIKASI

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa:

1. Disertasi yang berjudul: “Hubungan Kekerabatan Bahasa Subrumpun Halmahera

Selatan-Papua Barat di Halmahera Selatan” ini adalah karya penelitian saya sendiri

dan tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk

memperoleh gelar akademik serta tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah

ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang tertulis dengan acuan yang

disebutkan sumbernya, baik dalam naskah karangan dan daftar pustaka. Apabila

ternyata di dalam naskah disertasi ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur plagiasi,

maka saya bersedia menerima sanksi, baik disertasi beserta gelar doktor saya

dibatalkan serta diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi disertasi pada jurnal atau forum ilmiah

harus menyertakan tim promoter sebagai autor dan PPs UNS sebagai institusinya.

Apabila saya melakukan pelanggaran dari ketentuan publikasi ini, maka saya

bersedia mendapatkan sanksi akademik yang berlaku.

Surakarta, 20 Agustus 2017

Mahasiswa,

Burhanuddin

T111408003

Page 6: HUBUNGAN KEKERABATAN BAHASA SUBRUMPUN … · disebutkan sumbernya, baik dalam naskah karangan dan daftar pustaka. Apabila ... tentang bahasa-bahasa daerah yang ada di Maluku Utara,

v

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur saya panjatkan ke hadirat Allah Yang Esa yang tanpa

kehendak-Nya naskah disertasi yang berjudul “Hubungan Kekerabatan Bahasa

Subrumpun Halmahera Selatan-Papua Barat” ini tidak mungkin terlihat wujudnya. Atas

rahmat dan kasih sayang-Nya, masalah-masalah yang saya hadapi dalam penyusunan

disertasi ini dimudahkan, hingga akhirnya dapat sampai ke tangan pembaca.

Naskah disertasi ini merupakan buah dari proses panjang dan sarat pengalaman,

yang sungguh penting artinya bagi diri pribadi dalam kerangka pembentukan karakter

bagi seorang kandidat doktor. Mulai penelurusan literatur selama tiga bulan untuk

menemukan topik dan celah penelitian (yang berbasis jurnal internasional dan nasional

mutakhir), telah mengantarkan saya pada topik penelitian ini. Pada tahap ini, saya

begitu menikmatinya, menyempatkan diri menghibur keluarga kecil saya yang mulai

agak terabaikan sejak studi doktoral ini dimulai. Ratusan literatur yang berhasil saya

himpun kemudian saya pilah dalam beberapa kategori berdasarkan tingkat relevansinya

dengan subbidang linguistik yang akan saya kaji, yaitu linguistik historis (Indonesia).

Penelahaan literatur mulai saya lakukan dengan memokuskan diri pada bahasa-bahasa

kawasan timur Indonesia, mulai dari Nusa Tenggara (Barat dan Timur), Kepulauan Aru-

Tanimbar (Maluku Tenggara), Kepulauan Maluku/Ambon, Kepulauan Buru-Sula,

hingga akhirnya pada bahasa-bahasa Kepulauan Maluku Utara (Ternate dan Halmahera)

dan beberapa wilayah bagian barat Papua. Hasil penelaahan literatur yang diwujudkan

dalam bentuk proposal, kemudian melalui proses pembimbingan yang intensif,

alhamdulillah akhirnya oleh Promotor dinyatakan layak untuk menempuh Seminar

Proposal, hingga bersama Tim Penguji saya dinyatakan lulus Ujian Komprehensif.

Perjalanan meraih derajat doktor ini terasa menanjak ketika pengumpulan data

lapangan mulai saya lakukan, dengan menghabiskan waktu kurang lebih tiga bulan di

Maluku Utara, yaitu April hingga Juni 2016. Suatu daerah yang bagi saya sangat asing,

karena secara faktual tidak ada satupun daerah yang menjadi sasaran penelitian ini

pernah saya kunjungi. Sebelum berangkat ke Maluku Utara, berbagai persiapan saya

lakukan dengan mencari beberapa informasi penting, mulai dari informasi cuaca,

kondisi wilayah, hingga bagaimana daerah-daerah pengamatan dapat diakses, untuk

kemudian saya rumuskan dalam skenario kegiatan lapangan. Pertama-tama, yang saya

lakukan adalah menetapkan Ternate sebagai base camp untuk menjangkau semua

daerah pengamatan yang telah saya tetapkan. Pengenalan daerah Maluku Utara di

lapangan mulai saya lakukan sedikit demi sedikit untuk memerifikasi skenario yang

telah saya tetapkan termasuk rencana kunjungan lapangan. Secara bertahap, kemudian

saya lakukan pengurusan ijin penelitian ke Pemerintah Provinsi Maluku Utara di Sofifi,

penelusuran literatur relevan, hingga desiminasi rencana penelitian (termasuk isu

mutakhir pengelompokan bahasa di kawasan Indonesia timur) di Fakultas Ilmu Budaya

(FIB) Universitas Khairun (Unkhair), Ternate. Meskipun usia Program Studi Sastra

Indonesia FIB Unkhair terbilang matang, tetapi studi-studi mahasiswa maupun dosen

tentang bahasa-bahasa daerah yang ada di Maluku Utara, entah itu studi yang sifatnya

sinkronis masih terhitung jari, apalagi studi yang bersifat diakronis.

Memahami realitas lapangan, skenario kunjungan lapangan yang telah saya

rencanakan pun harus saya kesampingkan karena sebagian besar daerah pengamatan

yang akan saya kunjungi hanya dapat diakses melalui laut dan sarana transportasi yang

tersedia pun terbatas. Meskipun daerah pengamatan yang telah ditentukan dapat diakses

Page 7: HUBUNGAN KEKERABATAN BAHASA SUBRUMPUN … · disebutkan sumbernya, baik dalam naskah karangan dan daftar pustaka. Apabila ... tentang bahasa-bahasa daerah yang ada di Maluku Utara,

vi

melalui transportasi udara seperti Raja Ampat dan Biak, karena keterbatasan dana, pun

harus saya akses melalui transportasi laut sehingga waktu kunjungannya harus

disesuaikan dengan jadwal keberangkatan kapal. Hanya wilayah berpenutur bahasa

Buli, Maba, Sawai, dan Asilulu, relatif mudah untuk diakses karena sarana transportasi

menuju ke daerah tersebut relatif lancar. Adapun, enam daerah penelitian lainnya (Gane,

Taba, Gebe, Sula, dan Biak) hanya dapat diakes melalui laut, itupun dengan jadwal

yang menentu dan sarana transportasi rakyat yang kurang memadai. Bahkan secara

umum waktu tempuh untuk mengakses daerah-daerah pengamatan tersebut, paling cepat

setengah hari dari Ternate. Untuk menuju wilayah tutur bahasa Gane saja misalnya

membutuhkan waktu setidaknya dua hari, itupun menggunakan kapal kayu milik

pengusaha lokal. Sungguh dibutuhkan tenaga, pikiran, semangat dan tekad yang kuat

untuk menyelesaikannya. Pada tahap ini, tantangan terasa mulai berat dan mustahil

rasanya pengumpulan data mampu saya selesaikan, apalagi dengan dukungan dana yang

terbatas. Keputusasaan itu muncul saat saya baru mampu menyelesaikan dua daerah

pengamatan, yakni Taba dan Gane. “Pulang dan menghentikan pengumpulan data”

karena medan penelitian yang begitu berat sempat muncul dalam pikiran saya.

“Menghentikan pengumpulan data berarti studi saya gagal”, menyadarkan saya dan

selalu berdoa kepada Allah Yang Mahakuasa agar senantiasa dianugrahi semangat dan

kekuatan untuk menjalaninya. Mandi dan makan menjadi hal biasa tidak pernah

terpikirkan untuk dilakukan secara normal selama perjalanan pengumpulan data. Yang

terpikirkan adalah dapat sampai ke daerah penelitian dengan selamat dan mendapatkan

data penelitian. Namun, setiba di daerah pengamatan pun, untuk mendapatkan informan

pun cukup sulit meskipun itu telah mendapat arahan dari kepala desa dan tokoh

masyarakat setempat. Informan begitu sulit meluangkan waktunya untuk diwawancara,

mereka harus ke kebun meskipun itu tidak ada hal mendesak dan penting untuk

dilakukan. Padahal, untuk mendapatkan data yang saya inginkan setidak-tidaknya

dibutuhkan dua atau tiga kali tatap muka dengan durasi 2-3 jam. Wawancara intensif

biasanya dapat dilakukan pada malam dan pagi hari. Hal ini mengingatkan saya pada

apa yang dikatakan Masinambow (1967) tentang kesulitannya mendapatkan informan

yang bersedia untuk diwawancara saat melakukan penelitian di Halmahera Tengah.

Akhirnya, berkat semangat, ikhtiar, dan kemudahan yang dianugerahi Allah Yang

Mahakuasa, saya mampu menyelesaikan fase-fase kritis tersebut.

Mulai Agustus 2016, data-data yang berhasil dikumpulkan mulai ditata dan

dianalisis sesuai dengan tujuan penelitian yang telah saya ditetapkan, hingga akhirnya

Desember 2016 dapat berwujud draf disertasi yang layak untuk masuk tahap

pembimbingan. Melalui proses pembimbingan Tim Promotor dan Tim Penguji,

alhamdulillah Seminar Hasil, Ujian Kelayakan, dan Ujian Tertutup dapat saya

lampauinya hingga akhirnya dinyatakan layak untuk Ujian Terbuka. Mengacu pada

pedoman yang ada, disertasi ini disusun atas lima bab, yaitu Bab I Pendahuluan, Bab II

Landasan Teori, Bab III Metode Penelitian, Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan,

dan Bab V Penutup disertai Daftar Pustaka dan Lampiran-lampiran. Bab I terdiri atas

Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, dan Manfaat Penelitian, Bab II

terdiri atas Tinjauan Pustaka, Kerangka Pikir, dan Hipotesis. Bab III terdiri atas Tempat

Penelitian, Data dan Sumber Data, serta Tahap dan Metode Penelitian. Bab IV terdiri

atas Hasil Penelitian dan Pembahasan, sedangkan Bab V terdiri atas Simpulan dan

Saran.

Terasa sekali dalam penyelesaian disertasi ini sungguh banyak sekali jasa dan

budi baik yang terlibat, yang tidak mungkin disebutkan satu per satu. Namun demikian,

Page 8: HUBUNGAN KEKERABATAN BAHASA SUBRUMPUN … · disebutkan sumbernya, baik dalam naskah karangan dan daftar pustaka. Apabila ... tentang bahasa-bahasa daerah yang ada di Maluku Utara,

vii

secara formal saya berkewajiban mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya

kepada sejumlah pihak.

1. Prof. Sunarpi, Ph.D., selaku Rektor Universitas Mataram yang telah berkenan

memberikan tugas belajar kepada saya. Tanpa ijin dan tugas belajar tersebut

mustahil studi ini dapat saya tempuh dan gelar doktoral ini dapat saya raih.

2. Prof. Dr. Ravik Karsidi, M.A, selaku Rektor Universitas Sebelas Maret yang telah

berkenan mempercayakan saya untuk menempuh studi di lembaga tercinta ini,

hingga saya dapat menyelesaikan studi ini tepat waktu.

3. Prof. Dr. Muhammad Furkan Hidayatullah, M.Pd., selaku Direktur Pascasarjana

Universitas Sebelas Maret sekaligus Ketua Tim Penguji Ujian Tertutup. Beliau

bukan hanya telah memercikkan beberapa buah pikirannya bagi penyempurnaan

naskah disertasi ini, tetapi apresiasi beliau agar saya dapat menempuh masa studi

tepat waktu dengan mempercepat Ujian Terbuka sungguh di luar ekspektasi,

sekaligus mengobati segala jeri payah yang telah saya lakukan. Suatu hal yang

sungguh sulit untuk saya lupakan. Beliau tidak hanya mampu merasakan relung

hati dan kondisi civitas akademika yang dipimpinnya, tetapi mampu berbuat yang

terbaik. Bahkan, pengumpulan data lapangan dapat berjalan lancar karena

dukungan beasiswa yang selalu tepat waktu, tidak lepas dari peran Beliau selaku

Direktur Pascasarjana.

4. Prof. Drs. Riyadi Santosa, M.Ed., Ph.D., selaku Tim Penguji sekaligus Dekan

Fakultas Ilmu Budaya dalam Ujian Terbuka, melalui kecendikiawan beliau telah

mengokohkan hal-hal substansial yang sepatutnya dikandung oleh disertasi

sebagai suatu karya akademik tertinggi, sehingga naskah disertasi ini menjadi

lebih paripurna.

5. Prof. Dr. Djatmika, M.A. selaku Kepala Program Studi S3 Linguistik yang telah

memberikan banyak kemudahan kepada saya selama menempuh studi. Karakter

beliau yang baik, selalu cepat, jelas, dan tepat dalam bertindak sungguh menjadi

teladan bagi pembentukan karakter saya untuk menjadi seorang kandidat doktor.

Sebagai Tim Penguji sejak Tahap Ujian Komperehensif, secara praktis gagasan-

gagasan beliau telah mengurangi beban saya sebelum terjun ke lapangan karena

pada tahap awal sasaran penelitian ini terlampai luas. Berkat sumbangan

pemikiran beliau pulalah, artikel yang menjadi produk disertasi ini menjadi lebih

terstandar sehingga layak untuk dipublikasi pada jurnal bereputasi internasional

terindeks skopus, sehingga akhirnya dinyatakan accepted.

6. Prof. Dr. Sumarlam, M.S. selaku Promotor yang telah mengajarkan banyak hal

kepada saya. Sejak awal penyusunan rencana penelitian, tidak henti-hentinya

beliau mengokohkan kemampuan teoritis-metodologis bidang kajian yang saya

geluti, mulai dari Seminar Proposal hingga Ujian Tertutup, dengan harapan karya

akademik yang saya hasilkan dapat dipertanggungjawabkan keilmiahannya. Guna

lebih memartabatkan calon doktor di bidang ilmu bahasa dipromotori, kesalahan-

kesalahan kecil yang seharusnya tidak perlu terjadi secara konsisten dan kontinyu

beliau mengoreksinya dengan penuh ketekunan dan kecermatan. Selama proses

pembimbingan, beliau mampu menjadikan diri sebagai promotor sekaligus

kolega, sehingga interaksi antara saya dengan beliau menjadi pintu untuk meretas

berbagai permasalahan yang saya hadapi, hingga akhirnya disertasi ini

terselesaikan.

7. Prof. Dr. Mahsun, M.S., selaku Kopromotor I, sumbangan pemikiran beliau tidak

hanya telah mematangkan rencana penelitian, tetapi telah “membentuk” naskah

disertasi ini sehingga secara substantif layak untuk diujikan. Selama

Page 9: HUBUNGAN KEKERABATAN BAHASA SUBRUMPUN … · disebutkan sumbernya, baik dalam naskah karangan dan daftar pustaka. Apabila ... tentang bahasa-bahasa daerah yang ada di Maluku Utara,

viii

pembimbingan, terasa sekali beliau menularkan ilmu pengetahuannya setetes demi

setetes. Apabila ditinjau dari perspektif pemikiran beliau, sungguh naskah

disertasi ini masih jauh dari kesempurnaanya. Beliau adalah sosok yang disiplin

dan berpendirian teguh dalam memegang prinsip pengetahuan yang dianutnya.

Sifat demokratis yang selalu dikedepankan selama pembimbingan, dengan

membiarkan saya berkreatifitas sejauh gagasan itu dapat dipertanggungjawabkan

secara akademik dengan tetap meluruskan kekeliruan substantif diibaratkan dua

sisi dari sekeping mata uang logan sebagai dua karakter yang patut dimiliki oleh

seorang calon ilmuan.

8. Dr. Inyo Yos Fernandez, selaku Kopromotor II, wawasan dan pandangan beliau

yang luas tentang linguistik historis Austronesia sangat membantu saya untuk

menata kembali gagasan yang saya tuangkan dalam disertasi saya. Keikhlasan dan

keramahan beliau telah menyemangati dalam menyelesaikan naskah disertasi ini.

Tidak sedikit kemudahan yang beliau berikan kepada saya sehingga naskah

disertasi ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang direncanakan.

9. Prof. Dr. Wakit Abdullah, M.Hum., selaku Tim Penguji, keramahan dan kebaikan

beliau selama proses penyempurnaan naskah disertasi ini sulit untuk saya lupakan.

Pentingnya pengenalan medan penelitian dan penguasaan konsep dasar dalam

studi linguistik historis Austronesia menyadarkan saya bahwa kini saya adalah

calon doktor yang ahli di bidang ahli linguistik historis.

10. Prof. Dr. Kisyani Laksono, M.Hum., selaku Tim Penguji, sumbangan pemikiran

beliau yang komprehensif sejak Ujian Kelayakan sungguh membanggakan saya

karena telah menjadikan naskah disertasi ini menjadi sosok yang sebenarnya. Di

tengah-tengah kesibukan, beliau berkesempatan menyumbangkan pemikiran

terbaik, bahkan kemudahan-kemudahan yang beliau berikan turut membantu

mempercepat studi ini. Sifat beliau yang rendah hati, seolah-olah mampu

merasakan apa yang saya alami sehingga tiap tahapan yang saya lalui berjalan

dengan lancar.

Semua proses di atas tidak mungkin saya lalui dengan gemilang tanpa dukungan

penuh dan tulus dari istriku tercinta Martia Tri Purwanti, S. Pd. Ia tidak hanya

mengikhlaskan diri untuk selalu ditinggal tetapi telah sepenuh hati menjadi “single

parent” bagi anak-anak kami tercinta untuk beberapa waktu lamanya. Anak pertama

saya, Dea Alya Muthia Fakhirah yang selalu taat sehingga turut membantu meringankan

beban ibundanya dalam melayani adik-adiknya, semoga kelak menjadi anak sholeh dan

dambaan orang tuanya. Anak kedua saya, Dea Atiyah Nasya Syahirah yang selalu ingin

dimanja, menyiratkan agar disertasi ini terselesaikan tepat waktu sehingga suasana

kebersamaan terus tercipta. Dan anak bungsuku tersayang, Dea Alisah yang sejak dalam

buaian selalu ditinggal, dan kelucuannya semakin mengokohkan saya agar selalu bisa

bermain bersamanya. Semoga dengan terselesaikannya naskah disertasi ini mereka

mendapat perhatian yang lebih berimbang sehingga kelak menjadi anak-anak solehah

yang memiliki wawasan yang luas dan benar dalam Islam.

Ibunda tercinta, Haja Hendon yang tiada henti-hentinya mendoakan anaknya agar

mendapatkan yang terbaik, semoga di usianya yang senja selalu dianugrahi keafiatan

dan kebahagiaan. Pencapaian ini juga merupakan hadiah buat Ayahanda tercinta Haji

Muhammad Ali (almarhum) atas doa terbaik untuk anaknya selama hidupnya, semoga

Beliau dianugrahi tempat terbaik di sisi-Nya. Mertuaku Muhammad Darmawan, S.Pd.

dan Baiq Puriati, yang tidak hanya selalu mendoakan saya, tetapi telah mengorbankan

waktunya untuk menghibur cucu kesayangannya di kala mereka harus saya tinggal.

Page 10: HUBUNGAN KEKERABATAN BAHASA SUBRUMPUN … · disebutkan sumbernya, baik dalam naskah karangan dan daftar pustaka. Apabila ... tentang bahasa-bahasa daerah yang ada di Maluku Utara,

ix

Kakakku Hermansyah, M.M., yang selalu memantau perkembangan studi saya dan

menghibur dengan berita-berita kampung halaman. Kakakku Rohana dan Wahidin,

M.M., dengan penuh keihlasan telah memberikan bantuan terbaiknya sehingga studi

yang saya tempuh dapat berjalan lancar. Saudaraku Mulyatini, Adikku Syatiawati,

S.Pd., dan Adikku Wahyul Firman, M.Pd., kebaikan budi dan bantuan memiliki andil

dalam penyelesaian studi ini. Kakakku Wahyu Ika Purnami, doa-doa dan bantuan yang

telah diberikan sulit rasanya untuk dilupakan karena tidak semua orang mampu

melakukannya. Saudaraku kandidat doktor di Universitas Leicester, Inggris,

Muhammad Arsyad Arrafii, M.Ed. dan istrinya Lidya Ratna Dewi, S.Pd., yang tanpa

bantuan dan doa mereka, Ujian Terbuka sulit untuk terwujud.

Teman-temanku yang melebihi hubungan sebagai saudara, yang sejak awal

sebelum studi ini saya tempuh, mereka dengan penuh keihlasan telah bersedia

memberikan dukungan terbaik mereka. Saudaraku Dr. Sukardi, M.Pd, yang baik dan

setiap saat selalu siap memberikan bantuan dikala saya membutuhkan. Lalu Aliwardana,

M.Ed, yang tidak hanya dukungan material tetapi juga telah membantu saya

menyiapkan naskah awal sebelum artikel saya submitted di jurnal internasional

terindeks skopus. Saudariku Hj. Supiatin, M.Ak., yang dengan sepenuh hati membantu

saya selama studi, bantuan yang diberikan begitu banyak sehingga saya mampu meretas

simpul-simpul masalah yang saya hadapi. Saudaraku Syaiful Musaddat, M.Pd., Hapipi,

M.Sc. dan Eka Junaidi, M.Si., atas perhatian dan kesediaan memberikan bantuan

kapanpun.

Mbaq Angga Cahyaningsih Utami, M.Hum., staf administrasi Program Studi S3

Linguistik yang selalu saya ganggu dikala saya membutuhkan pelayanan. dan Mbaq Aji

Adhitya Ardanareswari, M.Hum., yang telah membuka jalan sehingga saya

mendapatkan bukti accepted dari Jurnal Dialectologia Universitas Barcelona, Spanyol.

Mbaq Nita Triana Dewi, S.E., Pegawai Akademik Pascasarjana yang baik hati, yang

tanpa diminta siap memberikan bantuan atas permasalahan akademik yang saya hadapi.

Pak Agung Nugroho, S.Sos., Kepala Tata Usaha Pascasarjana dengan penuh

keramahan, memudahkan saya segala urusan akademik saya.

Bapak Iskandar, Kantor Bappeda Provinsi Maluku Utara yang telah membantu

saya sehingga pengurusan ijin penelitian dapat terselesaikan. Kepala Desa Buli, Maba,

Gebe, Gane, Taba, Maya, Sorido, dan Sula, yang telah menfasilitasi dengan tokoh

masyarakatnya untuk menjadi informan. Tanpa bantuan mereka, data yang dibutuhkan

penelitian ini rasanya sulit untuk didapatkan. Pak Abdullah Saleh, Here Nemus

Takelum, dan Yulius Burnama, penutur bahasa Sawai yang telah dengan senang hati

menemani saya untuk diwawancara sehingga semua yang saya inginkan terselesaikan

tepat pada waktunya. Kepada semua pihak yang turut membantu saya selama studi,

semoga Allah swt membalas segala budi baik dan bantuan yang diberikan dengan yang

setimpal.

Meskipun banyak sekali dukungan dan bantuan yang diberikan kepada saya, tetapi

apa yang saya tulis dalam naskah disertasi ini merupakan tanggung jawab saya. Sebagai

manusia, dengan penuh kerendahan hati, apa yang saya tuangkan dalam naskah disertasi

ini tidak luput dari kekhilafan sehingga saran dari semua pihak sangat saya harapkan.

Akhirnya, semoga gagasan hasil penelitian yang saya tulis dalam naskah disertasi ini

dapat bermanfaat bagi banyak pihak. Amin, yarabbal alamin.

Surakarta, Agustus 2017

Penulis,

Page 11: HUBUNGAN KEKERABATAN BAHASA SUBRUMPUN … · disebutkan sumbernya, baik dalam naskah karangan dan daftar pustaka. Apabila ... tentang bahasa-bahasa daerah yang ada di Maluku Utara,

x

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PENGESAHAN ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN TERBUKA iii

PERNYATAAN KEASLIAN iv

KATA PENGANTAR v

DAFTAR ISI x

DAFTAR TABEL xii

DAFTAR GAMBAR xiii

DAFTAR BAGAN xiv

DAFTAR LAMPIRAN xv

DAFTAR SINGKATAN xvi

DAFTAR LAMBANG xvii

ABSTRAK xviii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Masalah 11

1.3 Tujuan Penelitian 11

1.4 Manfaat Penelitian 12

BAB II LANDASAN TEORI 21

2.1 Tinjauan Pustaka 21

2.1.1 Penelitian Relevan 21

2.1.2 Landasan Teori 32

2.1.2.1 Perubahan Bahasa dan Bunyi Bahasa 32

2.1.2.2 Pengelompokan Bahasa 36

2.1.2.3 Rekonstruksi Bahasa Purba 40

2.1.2.4 Teori Migrasi Bahasa 43

2.2 Kerangka Pikir 47

2.3 Hipotesis 50

BAB III METODE PENELITIAN 52

3.1 Tempat Penelitian 52

3.2 Data dan Sumber Data 56

3.2.1 Wujud Data dan Objek Penelitian 56

3.2.2 Sumber Data 59

3.3 Tahapan dan Metode Penelitian 61

3.3.1 Metode Pengumpulan Data 62

3.3.2 Metode Analisis Data 64

3.3.3 Metode Pemeriksaan Keabsahan Data 72

3.3.4 Metode Penyajian Hasil Penelitian 73

Page 12: HUBUNGAN KEKERABATAN BAHASA SUBRUMPUN … · disebutkan sumbernya, baik dalam naskah karangan dan daftar pustaka. Apabila ... tentang bahasa-bahasa daerah yang ada di Maluku Utara,

xi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 76

4.1 Hasil Penelitian 76

4.1.1 Hubungan Bahasa Halmahera Selatan dengan Kelompok

Lain Sesubrumpun dan Beda Subrumpun

77

4.1.1.1 Hubungan Bahasa Halmahera Selatan dengan

Kelompok Lain yang Sesubrumpun

79

4.1.1.2 Hubungan Bahasa Halmahera Selatan dengan

Kelompok Lain yang Beda Subrumpun

92

4.1.1.3 Bukti Keberadaan Kelompok Halmahera Selatan 99

4.1.2 Tingkat Kekerabatan Bahasa Kelompok Halmahera Selatan 134

4.1.2.1 Sistem Fonologi Bahasa Kelompok Halmahera

Selatan

135

4.1.2.1.1 Sistem Fonologi Bahasa Buli 135

4.1.2.1.2 Sistem Fonologi Bahasa Maba 138

4.1.2.1.3 Sistem Fonologi Bahasa Sawai 141

4.1.2.1.4 Sistem Fonologi Bahasa Gebe 144

4.1.2.1.5 Sistem Fonologi Bahasa Gane 147

4.1.2.1.6 Sistem Fonologi Bahasa Taba 150

4.1.2.2 Bukti Kuantitatif 153

4.1.2.3 Bukti Kualitatif 159

4.1.2.3.1 Keberadaan Kelompok Halmahera-

Timur-Tengah-Selatan dan Halmahera

Selatan-Selatan

165

4.1.2.3.2 Keberadaan Subkelompok Buli-Maba-

Sawai

197

4.1.2.3.3 Keberadaan Subkelompok Buli-Maba 221

4.1.3 Rekonstruksi Proto-Halmahera Selatan 269

4.1.3.1 Rekonstruksi Fonem Proto-Halmahera Selatan 274

4.1.3.2 Rekonstruksi Etimon Proto-Halmahera Selatan 329

4.1.3.3 Refleks PAN pada PHS 348

4.2 Pembahasan 371

4.2.1 Hubungan Kelompok Halmahera Selatan dengan

Kelompok Lain Sesubrumpun dan Beda Subrumpun

371

4.2.2 Tingkat Kekerabatan Bahasa Kelompok Halmahera Selatan 377

4.2.3 Rekonstruksi Proto-Halmahera Selatan 386

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 404

A. Simpulan 404

B. Saran 406

DAFTAR PUSTAKA 408

LAMPIRAN 420

Page 13: HUBUNGAN KEKERABATAN BAHASA SUBRUMPUN … · disebutkan sumbernya, baik dalam naskah karangan dan daftar pustaka. Apabila ... tentang bahasa-bahasa daerah yang ada di Maluku Utara,

xii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1

Contoh Inovasi Bersama secara Fonologis pada Bahasa Melayu,

Batak, Madura, Formusa, Tagalog, Bisaya, Dayak, dan Tombulu

65

Tabel 3.2 Konversi Hasil Perhitungan Leksikostatistik 69

Tabel 3.3

Persentase Kekerabatan Sembilan Bahasa di Flores Berdasarkan

Perhitungan Leksikostatistik 200 Kosakata Dasar

69

Tabel 3.4 Data Bahasa Sasak dan Bahasa Sumbawa 71

Tabel 3.5

Analisis Bentuk Berkerabat dalam Bahasa Sasak dan Bahasa

Sumbawa

71

Tabel 3.6 Rekonstruksi Etimon Protobahasa Sasak-Sumbawa 72

Tabel 4.1

Bukti Kuantitatif dan Kualitatif Hubungan Kekerabatan Bahasa

Halmahera Selatan dengan Kelompok Lain yang Sesubrumpun

dan Beda Subrumpun

99

Tabel 4.2

Bukti Kuantitatif dan Kualitatif Keberadaan Subkelompok

Halmahera Selatan

134

Tabel 4.3 Sistem Vokal Bahasa Buli 135

Tabel 4.4 Sistem Konsonan Bahasa Buli 135

Tabel 4.5 Sistem Vokal Bahasa Maba 138

Tabel 4.6 Sistem Konsonan Bahasa Maba 138

Tabel 4.7 Sistem Vokal Bahasa Sawai 141

Tabel 4.8 Sistem Konsonan Bahasa Sawai 141

Tabel 4.9 Sistem Vokal Bahasa Gebe 144

Tabel 4.10 Sistem Konsonan Bahasa Gebe 145

Tabel 4.11 Sistem Vokal Bahasa Gane 147

Tabel 4.12 Sistem Konsonan Bahasa Gane 148

Tabel 4.13 Sistem Vokal Bahasa Taba 150

Tabel 4.14 Sistem Konsonan Bahasa Taba 150

Tabel 4.15

Persentase Tingkat Kekerabatan Bahasa Subkelompok Halmahera

Selatan

153

Tabel 4.16 Bukti Kualitatif Mengenai Kedudukan Bahasa Gebe 165

Tabel 4.17 Bukti Kualitatif Mengenai Keberadaan Sub-subkelompok

Halmahera Selatan

269

Tabel 4.18 Sistem Vokal Proto-Halmahera Selatan 271

Tabel 4.19 Sistem Konsonan Proto-Halmahera Selatan 271

Tabel 4.20 Perubahan PAN ke PHS 369

Tabel 4.21 Temuan Aspek Pertama Penelitian 376

Tabel 4.22 Temuan Aspek Kedua Penelitian 385

Tabel 4.23 Temuan Aspek Ketiga Penelitian 403

Page 14: HUBUNGAN KEKERABATAN BAHASA SUBRUMPUN … · disebutkan sumbernya, baik dalam naskah karangan dan daftar pustaka. Apabila ... tentang bahasa-bahasa daerah yang ada di Maluku Utara,

xiii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1

Distribusi Geografi Cabang Utama Rumpun Austronesia Menurut

Blust (2013)

1

Gambar 1.2

Distribusi Geografi Subrumpun HSPB Menurut Blust (2013) dan

Lewis dkk (2015)

2

Gambar 3.1 Distribusi Bahasa-bahasa Halmahera Selatan 53

Gambar 3.2 Lokasi Penelitian 56

Gambar 4.1

Persentase Kekerabatan Bahasa-bahasa Halmahera Selatan dengan

Kelompok Lain Sesubrumpun dan Beda Subrumpun

78

Gambar 4.2

Heterogenitas Wilayah Tutur Bahasa-bahasa Halmahera-Selatan

Berdasarkan Hasil Pengelompokan

385

Gambar 4.3

Retensi PAN dan PSH dalam Bahasa Gebe dan Keterperubahannya

dalam Bahasa-bahasa Halmahera Selatan yang Lain

399

Gambar 4.4

Dugaan Tanah Asal dan Proses Migrasi Penutur Austronesia

Halmahera Selatan

402

Gambar 4.5

Proses Migrasi Penutur Austronesia Halmahera Selatan dari Teluk

Cenderawasih

403

Page 15: HUBUNGAN KEKERABATAN BAHASA SUBRUMPUN … · disebutkan sumbernya, baik dalam naskah karangan dan daftar pustaka. Apabila ... tentang bahasa-bahasa daerah yang ada di Maluku Utara,

xiv

DAFTAR BAGAN

Halaman

Bagan 2.1 Kerangka Pikir 49

Bagan 3.1 Hubungan Kekerabatan Sembilan Bahasa di Flores 70

Bagan 4.1 Pohon Kekerabatan Bahasa Kelompok Halmahera Selatan 154

Bagan 4.2 Tingkat Kekerabatan Bahasa Kelompok Halmahera Selatan 156

Bagan 4.3

Hubungan Kekerabatan Tingkat Superstock Bahasa Melayu

Polinesia Tengah Menurut Hughes (1987)

157

Bagan 4.4

Hubungan Kekerabatan Bahasa Banda, bahasa Tanimbar, dan

bahasa Aru Menurut Hughes (1978)

158

Bagan 4.5 Hubungan Kekerabatan Keluarga Bahasa Aru menurut Hughes

(1978)

159

Bagan 4.6 Pencabangan Kelompok Halmahera Selatan menurut Kamholz

(2014a)

160

Bagan 4.7 Pencabangan Kelompok Halmahera Selatan menurut Kamholz

(2014b)

160

Bagan 4.8 Bahasa-bahasa Halmahera Selatan sebagai Satu Nenek Moyang 269

Bagan 4.9 Pohon Kekerabatan Protobahasa Halmahera Selatan 270

Bagan 4.10 Konsep Perhitungan Tahap Perubahan Fonem 388

Page 16: HUBUNGAN KEKERABATAN BAHASA SUBRUMPUN … · disebutkan sumbernya, baik dalam naskah karangan dan daftar pustaka. Apabila ... tentang bahasa-bahasa daerah yang ada di Maluku Utara,

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Cabang Utama Rumpun Austronesia Menurut Blust (2013) 420

Lampiran 2. Sistem Fonologi AN dan Korespondensi Fonologi Cabang

Utama AN Menurut Blust (2013)

421

Lampiran 3. Hipotesis Protofonem HSPB Berdasarkan Rekonstruksi Blust

(2013) tentang Sistem Fonem PAN, MP, MPTTmr, MPTmr, dan

Os

422

Lampiran 4. Tiga dari Lima Belas Cabang AN Menurut Dyen (1965) pada

Wilayah SHSPB-nya Blust (1993 dan 2013)

423

Lampiran 5. Pembagian Subrumpun Halmahera Selatan-Papua Barat Menurut

Berg (2009)

424

Lampiran 6. Pembagian Subrumpun Halmahera Selatan-Papua Barat Menurut

Kamholz (2014)

425

Lampiran 7. Pencabangan Subrumpun HSPB Menurut Kamholz (2014) 426

Lampiran 8. Instrumen Penelitian 427

Lampiran 9. Surat Ijin Penelitian 430

Lampiran 10. Identitas Informan 436

Lampiran 11. Realisasi 200 Kosakata Dasar dan Hasil Penilaian

Leksikostatistik serta Kosakata Budaya dalam Bahasa-bahasa

Halmahera Selatan

450

Lampiran 12. Artikel Prosiding Seminar Internasional Prasasti 2016: Urgensi

Studi Linguistik Historis Bahasa Subrumpun Halmahera Selatan-

Papua Barat

455

Lampiran 13. Artikel Prosiding Seminar Internasional Migrasi Bahasa

Austronesia 2016: Kedudukan Bahasa Gebe di Halmahera

Tengah Maluku Utara: Studi Awal Linguistik Historis

461

Lampiran 14. Artikel untuk Jurnal Oceanic Linguistics (Internasional

terskopus, University of Hawai’i): Relasi Kesejarahan Bahasa-

Bahasa Halmahera Selatan (Submitted)

469

Lampiran 15. Artikel untuk Jurnal Dialectologia (Internasional terskopus,

Universitat de Barcelona): Kompleksitas Perubahan Bunyi

Bahasa-Bahasa Halmahera Selatan (Accepted)

485

Lampiran 16. Artikel untuk Jurnal Paramita (Nasional Terakreditasi

Menristekdikti, Universitas Negeri Semarang): Saling Pengaruh

Antara Austronesia di Halmahera Selatan dalam Cerminan

Bahasa Perspektif Linguistik Historis (Accepted)

497

Lampiran 17. Artikel untuk Jurnal Mozaik Humaniora (Nasional Terakreditasi

Menristekdikti, UP2, Universitas Airlangga): Inovasi Internal

Bahasa Taba: Kajian Linguistik Historis (submitted)

507

Lampiran 18. Artikel untuk Jurnal History of Pacifics (Internasional

terskopus), Departemen Sejarah Pasifik Universitas Nasional

Australia): Tanah Asal dan Proses Migrasi Penutur Austronesia

Halmahera Selatan (submitted)

516

Page 17: HUBUNGAN KEKERABATAN BAHASA SUBRUMPUN … · disebutkan sumbernya, baik dalam naskah karangan dan daftar pustaka. Apabila ... tentang bahasa-bahasa daerah yang ada di Maluku Utara,

xvi

DAFTAR SINGKATAN

Am : Bahasa Amber

As : Bahasa Asilulu

Bl : Bahasa Buli

Bk : Bahasa Biak

Br : Bahasa Buru

Gb : Bahasa Gebe

Gn : Bahasa Gane

AN : Austronesia

HS : Halmahera Selatan

HSPB : Halmahera Selatan-Papua Barat

Mb : Bahasa Maba

MP : Melayu Polinesia

MPB : Melayu Polinesia Barat

MPT : Melayu Polinesia Tengah

MPTmr : Melayu Polinesia Timur

MPTTmr : Melayu Polinesia Tengah Timur

My : Bahasa Maya

NAN : Non-Austronesia

Os : Oseania

PAN : Proto-Austronesia

PHS : Proto-Halmahera Selatan

PHSPB : Proto-Halmahera Selatan-Papua Barat

PMP : Proto-Melayu-Polinesia

PMPB : Proto-Melayu-Polinesia Barat

PMPB : Proto-Melayu-Polinesia Barat

PMPT : Proto-Melayu-Polinesia Tengah

PMPTmr : Proto-Melayu-Polinesia Timur

PMPTTmr : Proto-Melayu-Polinesia Tengah Timur

PPB : Proto-Papua Barat

PRA : Proto-Raja Ampat

RAN : Rumpun Austronesia

SHSPB : Subrumpun Halmahera Selatan-Papua Barat

SIL : Summer Institute of Linguistics.

Sl : Bahasa Sula

Sw : Bahasa Sawai

Tb : Bahasa Taba

Page 18: HUBUNGAN KEKERABATAN BAHASA SUBRUMPUN … · disebutkan sumbernya, baik dalam naskah karangan dan daftar pustaka. Apabila ... tentang bahasa-bahasa daerah yang ada di Maluku Utara,

xvii

DAFTAR LAMBANG

[ ] : menunjukkan ejaan fonetis

/ / : menunjukkan ejaan fonemis

/ : pada lingkungan

{ } : Menunjukkan satuan morfem

( ) : menunjukkan unsur yang di dalamnya dapat dipilih salah satu, khusus dalam

rekonstruksi protobahasa

* : bentuk bahasa purba

> : berubah menjadi

< : berasal dari

# : batas kata

/ø/ : zero (kosong)

/i/ : vokal tinggi depan

/u/ : vokal tinggi belakang

/o/ : vokal tengah-belakang-tertutup

/ɔ/ : vokal tengah-belakang-terbuka

/e/ : vokal tengah-depan-tertutup

/ǝ/ : shwa

/ɛ/ : vokal tengah-depan-terbuka

/ŋ/ : konsonan nasal dorsovelar

/Ɉ/ : konsonan hambat-palatal-bersuara

/Ɂ/ : glotal

/ɲ/ : konsonan nasal alveolar

K : konsonan

#V-V# : antarvokal

V : vokal

#K- : silabe penultima

-K# : silabe ultima

/#- : posisi awal

/-# : posisi akhir

/#xK# : sebelum konsonan

/#Kx# : sesudah konsonan

Page 19: HUBUNGAN KEKERABATAN BAHASA SUBRUMPUN … · disebutkan sumbernya, baik dalam naskah karangan dan daftar pustaka. Apabila ... tentang bahasa-bahasa daerah yang ada di Maluku Utara,

xviii

ABSTRAK

Burhanuddin. T111408003. Hubungan Kekerabatan Bahasa Subrumpun Halmahera Selatan-

Papua Barat di Halmahera Selatan. Disertasi. Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret.

Surakarta. Promotor: Prof. Dr. Sumarlam, M.S.; Kopromotor I: Prof. Dr. Mahsun, M.S.; dan

Kopromotor II: Dr. Inyo Yoz Fernandez.

Ada tiga tujuan yang ingin dijelaskan dalam penelitian ini. Pertama, hubungan bahasa-

bahasa Subrumpun Halmahera Selatan-Papua Barat (HSPB) di Halmahera Selatan (HS) dengan

kelompok lain yang sesubrumpun dan beda subrumpun. Hal ini disebabkan: (a) cabang utama

Austronesia (AN) (termasuk HSPB) yang dianut sebagian besar ahli linguistik historis Austronesia

yang digagas Blust (1978, 1983/84, 1993, 2009, dan 2012) hingga kini masih diperdebatkan

Nothofer (1992), Adelaar (2005), Grimes dan Donohue (2008), dan Schapper (2011); (b) terdapat

ketidaksepahaman ciri HSPB yang diajukan Adriani dan Kryut (1914), Blust (1978), Ross (1994),

dan Kamholz (2014); dan (c) ketidakjelasan batasan Subkelompok HS. Kedua, tingkat kekerabatan

bahasa-bahasa HS. Hal ini disebabkan: (a) ketidaktuntasan pengelompokan yang dilakukan Blust

(1978) dan Kamholz (2014); dan (b) bukti tingkat kekerabatan bahasa-bahasa HS yang diajukan

Blust (1978) dan Kamholz (2016) tidak memadai. Ketiga, rekonstruksi Proto-Halmahera Selatan

(PHS). Hal ini disebabkan: (a) etimon PHS belum menggambarkan yang sebenarnya; (b) bahasa-

bahasa HS sebagai anggota AN belum dijelaskan, termasuk tipe perubahan bunyinya; dan (c) tanah

asal bahasa-bahasa HS belum ditentukan secara spesifik, termasuk bukti linguistiknya. Untuk

mencapai tujuan tersebut, telah dikumpulkan data menggunakan metode wawancara dan

pengamatan dengan instrumen 200 kosa kata dasar dan 800 kosa kata budaya pada bahasa Buli,

Maba, Sawai, Gebe, Gane, Taba, Maya, Biak, Sula, dan Asilulu. Data dianalisis menggunakan

metode leksikostatistik dan inovasi bersama untuk menjawab dua masalah pertama, sedangkan

masalah ketiga menggunakan pendekatan bottom-up dan top-down, metode padan intralingual

teknik hubung-banding.

Hasil penelitian menunjukkan, pertama secara kuantitatif bahasa-bahasa HS lebih erat

hubungannya dengan kelompok beda subrumpun dibandingkan dengan yang sesubrumpun, tetapi

secara kualitatif memperlihatkan sebaliknya. Dengan demikian, hipotesis Blust (1978, 1983/84,

1993, 2009, dan 2012) dapat dibenarkan termasuk mengenai keberadaan HSPB. Hanya saja

menempatkan bahasa-bahasa tersebut lebih erat dengan Oseania perlu diuji kebenarannya. Kedua,

ciri-ciri Subrumpun HSPB yang diajukan Adriani dan Kruyt (1914), Blust (1978), Ross (1994), dan

Kamholz (2014) harus direvisi. Ketiga, bahasa Buli, Maba, Sawai, Gebe, Gane, dan Taba baik

secara kuantitatif maupun kualitatif membentuk subkelompok tersendiri, yang disebut

subkelompok Halmahera Selatan. Keempat, bahasa-bahasa HS pertama-tama pecah menjadi dua,

yaitu Proto-Halmahera Timur-Tengah-Selatan (PHTTS) (terdiri atas Buli, Maba, Sawai, dan Gebe)

dan Proto-Halmahera Selatan-Selatan (PHSS) (terdiri atas Gane dan Taba), yang disatupisahkan

oleh empat inovasi bersama teratur, 26 tidak teratur, dan 37 inovasi bersama leksikal. Proto-HTTS

terbagi menjadi Gebe dan Proto-Buli-Maba-Sawai (PBMS), yang disatupisahkan oleh enam inovasi

bersama teratur, 26 tidak teratur, dan 66 inovasi bersama leksikal. Akhirnya, PBMS terpisah

menjadi Sawai dan Proto-Buli-Maba, yang disatupisahkan oleh sepuluh inovasi bersama teratur, 39

tidak teratur, dan 85 inovasi bersama leksikal. Kelima, penerapan metode inovasi bersama dalam

pengelompokan bahasa-bahasa HS harus secara cermat karena dibutuhkan pengetahuan tipe

perubahan bunyi tentang bahasa-bahasa tersebut. Keenam, Proto-Halmahera Selatan, memiliki

enam vokal (/i, u, e, ě, o, dan a) dan 20 konsonan (/p, b, d, t, g, k, j, c, m, n, ŋ, ñ, q, h, f, s, r, l, w, y/.

Ketujuh, perubahan bunyi yang terjadi dalam bahasa-bahasa HS relatif kompleks baik dalam hal

tahapan maupun alternatif perubahannya. Kedelapan, berdasarkan bukti fonologi, Pulau Gebe

diduga menjadi tanah asal bahasa-bahasa HS. Dari Pulau Gebe kemudian bermigrasi ke Patani dan

Gane. Migrasi ke Patani kemudian menyebar ke wilayah Maba-Buli dan Weda-Sawai, sedangkan

migrasi ke Gane kemudian bermigrasi ke Pulau Kayoa dan Makian (Timur) di mana penutur

bahasa Taba bermukim.

Kata kunci: hubungan kekerabatan, Subrumpun Halmahera Selatan-Papua Barat,

Halmahera Selatan, leksikostatistik, inovasi bersama.

Page 20: HUBUNGAN KEKERABATAN BAHASA SUBRUMPUN … · disebutkan sumbernya, baik dalam naskah karangan dan daftar pustaka. Apabila ... tentang bahasa-bahasa daerah yang ada di Maluku Utara,

xix

ABSTRACS

Burhanuddin. T111408003. Historical Relationship of South Halmahera-West New Guinea

Languages in South Halmahera. Disertation. Program S3 Linguistik Pascasarjana Universitas

Sebelas Maret. Surakarta. Promotor: Prof. Dr. Sumarlam, M.S.; Kopromotor I: Prof. Dr. Mahsun,

M.S.; dan Kopromotor II: Dr. Inyo Yoz Fernandez.

This research aims to explains three issues. Firstly, it seeks to clarify the linguistic relations

held among the South Halmahera-West New Guinea (SHWNG) in the area of Southern Halmahera

with other groups which has sub-cluster as well as those which donot have subcultural relationship.

This is due to: (a) the main branch of Austronesian (AN) (including SHWNG) which the majority

of Austronesian historical linguists proposed by Blust (to date is still debatable in Nothofer (1992),

Adelaar (2005), Grimes and Donohue (2008), and Schapper (2011); (b) there still remains

characteristic differences between the SHWNG as proposed by Adriani and Kryut (1914), Blust

(1978), Ross (1994), and Kamholz (2014); and (c) and the borderline of the SH subgroups

themselves is still undistinct. Second, the historical relationship of South Halmahera languages.

The problems surface due to: (a) the grouping conducted by Blust (1978) and Kamholz (2014) is

not comprehensive; and (b) the evidences on the level of family relations among South Halmahera

(SH) languages are considered less sufficient. The third, the reconstruction of the Proto-South

Halmahera (PSH). This is caused by: (a) the PSH etymons do not represent the reality; (b) The

status of SH languages as the members of AN has not been comprehensively explained, including

the type of their phonological changes; and (c) the areal origins of SH language has not been

specifically determined, including their linguistic proofs. In order to achieve those purposes, the

research has conducted data gathering by applying interview and observatory methods with

instrument containing 200 basic words and some 800 cultural basic words in Buli, Maba, Sawai,

Gebe, Gane, Taba, Maya, Biak, Sula, and Asilulu. The data gathered are then analysed using

lexicostatistic and shared innovation method in order to answer the first two problems, while the

third are elaborated using bottom-up and top-down approaches, correspondence method with an

intralingual correlation-comparative technique.

The findings show that, firstly, the SH languages are quantitatively closer to the groups with

different sub-cluster than to those of the same sub-clusters, but qualitatively the relation goes to the

opposite direction. In this way, Blust’s hypothesis (1978, 1983/84, 1993, 2009, and 2012) holds

true including his hypothesis on the SHWNG family ties. However, further scrutinized studies are

required with regards to the classifying of those languages as closer to the Oceanic family. Second,

The SHWNG properties proposed by Adriani and Kruyt (1914), Blust (1978), Ross (1994) and

Kamholz (2014) require revision. Third, Buli, Maba, Sawai, Gebe, Gane, and Taba languages have

their own separate subgrouping either qualitative or quantitatively, called SH subgroup. Forth, The

SH languages firstly split in two branches, the Proto-Central-Eastern South Halmahera (PCESH)

(including Buli, Maba, Sawai, and Gebe) and The Proto-Southern-South Halmahera (PSSH)

(covering Gane and Taba), which were disunified by 4 regular shared innovations, 26 irregular

innovations, and 37 lexical shared innovations. The PCESH is divided into Gebe and Buli-Maba-

Sawai (PBMS) which is disunified by 6 regular shared innovation, 26 non regular ones, and some

66 lexical shared innovation. Finally, PBMS is further separated into Sawai and Proto Buli-Maba,

which are disunified by ten regular shared innovation, 39 non-regular, and 85 belong to lexical

shared innovation. Fifth,the application of shared innovation method in grouping SH languages

must be carefully conducted because expertise on the type of phonological changes about those

language is highly required. Sixth, PSH has six vowel phoneme system (/i, u, e, ě, o, and a/) and 20

consonant (/p, b, d, t, g, k, j, c, m, n, ŋ, ñ, q, h, f, s, r, l, w, y/). Seventh, the sound change taking

place in SH languages is relatively complex both in it stages as well as in its change alternatives.

Eighth, based on phonological evidences, Gebe Island is assumed to be the land of origin of SH

languages. From there, the migration extended further to Patani and Gane. The migration to Patani

extended further to Maba-Buli and Weda-Sawai, wile the migration to Gane derived further to

Kayoa Island and Makian (East) where the speakers of Taba language reside.

Key Words: Historical relationship, South Halmahera-West New Guinea, South Halmahera,

Lexicostatistics, shared innovation.