hubungan kausalitas nilai tukar suku bunga dan …
TRANSCRIPT
Volume 7(2), Desember 2018 http://[email protected]
Hubungan Kaualitas Nilai Tukar, Suku Bungan dan Indeks…..(Rosnawintang) | 29
HUBUNGAN KAUSALITAS NILAI TUKAR, SUKU BUNGA DAN INDEKS
HARGA SAHAM DI INDONESIA
Rosnawintang
Universitas Haluoleo, Kendari, Sulawesi Tenggara, 93231
ABSTRACT Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara nilai tukar, suku bunga SBI dan indeks
harga saham di Indonesia periode Januari 2006 – Oktober 2010. Jenis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data sekunder. Alat analisis yang digunakan adalah analisis kausalitas Granger
dengan metode Vector Auto Regression (VAR) dengan menggunakan bantuan program Eviews 6.0.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan kausalitas dua arah antara suku bunga
SBI dengan IHSG, terdapat hubungan kausalitas satu arah antara IHSG dengan nilai tukar dimana
IHSG yang memberikan pengaruh signifikan terhadap nilai tukar dan terdapat hubungan kausalitas
satu arah antara nilai tukar dengan suku bunga SBI dimana nilai tukar yang memberikan pengaruh
signifikan terhadap suku bunga SBI.
Key words : IHSG, Suku Bunga SBI dan Nilai Tukar
Kode Klasifikasi JEL; B27; C87; E44; F21
Pendahuluan
Pada era perdagangan bebas saat ini, pasar modal memiliki peran yang
strategis dalam penguatan ketahanan ekonomi suatu negara. Peran pasar modal
dalam pembangunan adalah sebagai salah satu lembaga dalam sumber
pembiayaan pembangunan di luar lembaga perbankan dan anggaran belanja
negara. Perkembangan pasar modal sangat dipengaruhi oleh variabel
makroekonomi diantaranya adalah nilai tukar dan suku bunga. Fluktuasi nilai tukar
rupiah terhadap mata uang asing khususnya dollar AS, akan sangat berpengaruh
terhadap iklim investasi dalam negeri. Ketika rupiah terapresiasi terhadap dollar
AS, akan memberikan dampak terhadap perkembangan pemasaran produk
Indonesia di luar negeri terutama dalam persaingan harga. Sementara itu ketika
rupiah terdepresiasi, akan mengakibatkan perusahaan-perusahaan yang go public
khususnya yang faktor produksinya masih relatif bergantung pada barang impor
Volume 7(2), Desember 2018 http://[email protected]
Hubungan Kaualitas Nilai Tukar, Suku Bungan dan Indeks…..(Rosnawintang) | 30
cenderung memperbesar biaya produksi, serta menurunkan laba perusahaan. Hal
ini akan berdampak pada penurunan harga saham. Perubahan pada tingkat suku
bunga juga akan berpengaruh terhadap pasar modal khususnya pada pasar
saham. Kenaikan tingkat suku bunga dapat meningkatkan beban perusahaan yang
kemudian dapat menurunkan harga saham.
Beberapa penelitian empiris tentang hubungan nilai tukar, suku bunga dan
indeks harga saham telah dilakukan, tetapi masih relatif belum tegas bentuk
hubungan keterkaitannya. Kenaikan harga saham agregat tidak berpengaruh
secara signifikan pada kurs mata uang domestik baik jangka pendek maupun
jangka panjang kecuali bagi Filipina (Asmila Denga, 2001). Tetapi penelitian
mengenai hubungan nilai tukar dan pasar saham oleh Untoro (2008) menemukan
bahwa pergerakan nilai tukar rupiah dipengaruhi oleh perkembangan bursa
saham regional dan bursa saham Hongkong. Budilaksono (2005) menyimpulkan
bahwa variabel nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika kurang signifikan
mempengaruhi pergerakan IHSG, Sedangkan Fikri (2009) menemukan bahwa nilai
tukar dan indeks saham global berpengaruh signifikan terhadap IHSG secara
parsial dan simultan.
Penelitian mengenai pengaruh Suku Bunga terhadap Indeks Harga Saham
oleh Lee dalam Octavia (2007) menyimpulan bahwa perubahan tingkat bunga
berpengaruh yang signifikan terhadap indeks harga saham. Tetapi, Gupta dalam
Octavia (2007) menemukan bahwa tidak ada hubungan kausalitas antara tingkat
bunga, nilai tukar, dan harga saham di Indonesia periode 1993-1997; Sadah dan
Panjaitan dalam Octavia (2007) bahwa tidak ada interaksi dinamis yang signifikan
antara harga saham dan nilai tukar. Penelitian ini bertolak belakang dengan
Sitinjak dan Kurniasari dalam Octavia (2007) yang menemukan bahwa nilai tukar
dan tingkat bunga SBI berpengaruh terhadap IHSG.
Berdasarkan uraian dan hasil penelitian terdahulu, dimana masih
menunjukkan hasil yang kontradiktif, maka masih penting dikaji lebih lanjut
mengenai keterkaitan variabel makro ekonomi yaitu: nilai tukar, suku bunga dan
IHSG di Indonesia khususnya periode 2006-2010.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka
permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah: “Apakah terdapat
hubungan kausalitas antara nilai tukar, suku bunga SBI dan indeks harga saham di
Indonesia periode Januari 2006 – Oktober 2010. Tujuan dalam penelitian ini
adalah untuk menganalisis hubungan antara nilai tukar, suku bunga SBI dan
indeks harga saham di Indonesia periode 2006-2010.
Tinjauan Teori
Hubungan Antara Nilai Tukar dan Harga Saham
Volume 7(2), Desember 2018 http://[email protected]
Hubungan Kaualitas Nilai Tukar, Suku Bungan dan Indeks…..(Rosnawintang) | 31
Nilai tukar mata uang suatu negara diukur dari value satu unit mata uang
terhadap mata uang negara lain. Apabila kondisi ekonomi suatu negara berubah,
maka nilai tukarnya pun akan berubah secara substansial. Penurunan atau
kenaikan dari mata uang biasa disebut depresiasi, dan pertambahan atau kenaikan
dari mata uang disebut apresiasi.
Apabila pasar valuta asing ternyata leading terhadap pasar modal,
penekanan kebijakan pemerintah harus berada pada pengontrolan nilai tukar.
Kondisi sebaliknya, kebijakan ekonomi dalam negeri memprioritaskan dalam
menstabilkan pasar modal dalam hal pasar modal leading terhadap pasar valuta
asing. Dari sudut pandang mikroekonomi, perubahan nilai tukar mata uang asing
akan diikuti oleh perubahan-perubahan pada portofolio perusahaan-perusahaan
multinasional. Apresiasi dari mata uang domestik (local currency) cenderung akan
menurunkan keuntungan perusahaan-perusahaan multinasional. Apresiasi dari
mata uang domestik cenderung akan menurunkan keuntungan perusahaan-
perusahaan, berarti harga sahamnya. Dari perspektif makroekonomi, apresiasi nilai
tukar mata uang asing yang menganut nilai tukar fleksibel akan mengurangi daya
saing dari produknya dan akan menurunkan harga sahamnya. Dari dua sudut
pandang ini, perubahan nilai tukar mata uang akan diikuti dengan perubahan
harga saham dan hal ini dikenal sebagai pendekatan tradisional (traditional
approach).
Akan tetapi, pasar modal semakin berkembang, perubahan harga saham
dan nilai tukar mata uang lebih merefleksikan pergerakan arus modal. Poin
penting dari pendekatan portofolio adalah penurunan harga saham
mengakibatkan penurunan kekayaan para investor domestik dimana pada
gilirannya akan menggiring menurunnya permintaan uang dan hampir dipastikan
akan menurunkan suku bunga. Penurunan suku bunga akan mendukung pada
arus modal keluar (capital outflow) yang pada gilirannya akan menyebabkan
depresiasi mata uang. Nilai tukar mampu mempengaruhi pasar saham melalui
beberapa alur. depresiasi mata uang menyebabkan penurunan harga-harga
saham yang didorong adanya ekspektasi inflasi (Ajayani dan Mongoue dalam
Untoro, BEM: 343).
Hubungan Antara Suku Bunga dan Harga Saham
Suku bunga menurut Khawalty (2000:145) merupakan instrumen
konvensional untuk mengendalikan atau menekan laju pertumbuhan tingkat
inflasi. Suku bunga yang tinggi akan mendorong orang-orang untuk menanamkan
dananya di bank dari pada sektor produksi atau industri.
Tingkat suku bunga dapat mempengaruhi harga saham dengan berbagai
cara. Tingkat suku bunga dapat mempengaruhi persaingan dipasar modal antara
Volume 7(2), Desember 2018 http://[email protected]
Hubungan Kaualitas Nilai Tukar, Suku Bungan dan Indeks…..(Rosnawintang) | 32
saham dengan obligasi, apabila suku bunga naik maka investor akan menjual
sahamnya untuk ditukarkan dengan obligasi. Hal ini akan menurunkan harga
saham. Sebaliknya juga akan terjadi apabila tingkat bunga mengalami penurunan
maka investor akan mempertahankan sahamnya. Selain itu tingkat bunga
mempengaruhi laba perusahaan, dimana hal ini terjadi karena bunga merupakan
biaya, semakin tiggi suku bunga maka semakin rendah laba perusahaan. Dan
semakin rendah suku bunga, maka semakin tinggi laba perusahaan.
Suku bunga yang rendah akan menyebabkan biaya peminjaman yang lebih
rendah. Suku bunga yang rendah akan merangsang investasi dan aktivitas
ekonomi yang akan menyebabkan harga saham meningkat. Dalam dunia properti,
suku bunga berperan dalam meningkatkan aktivitas ekonomi sehingga
berdampak kuat pada kinerja perusahaan properti yang berakibat langsung pada
meningkatnya return saham. Suku bunga Sertifikat Bank Indonesia sering
diidentikan dengan aktiva yang bebas risiko artinya aktiva yang risikonya nol atau
paling kecil.
Hubungan Antara Nilai Tukar dan Suku Bunga
Hubungan variabel suku bunga dan variabel nilai tukar didasarkan pada
interest rate parity theory yang menyatakan bahwa interaksi antara pelaku pasar
dan negara akan mempegaruhi aliran modal antara negara. Kebijakan moneter
akan berpengaruh terhadap nilai tukar melalui perbandingan suku bunga
domestik dengan suku bunga internasional dan capital inflow.
Jika kebijakan moneter yang di ambil oleh otoritas moneter dalam hal ini
bank sentral, maka kebijakan itu akan mendorong suku bunga nominal domestik
meningkat dimana suku bunga internasional dianggap konstan, sehingga paritas
suku bunga akan meningkat yang pada akhirnya dapat menyebabkan aliran modal
masuk.
Dapat dikatakan bahwa semakin tinggi suku bunga akan mendorong aliran
modal masuk (capital inflow) sehingga menambah persediaan valuta asing (valas)
di dalam negeri. Akibatnya, nilai tukar mata uang domestik, misalnya rupiah akan
menguat. Sementara itu, jika suku bunga turun menjadi lebih rendah dibanding
suku bunga luar negeri, maka akan terjadi capital outflow, akibatnya rupiah akan
terdepresiasi. Hubungan suku bunga secara internasional dapat dilihat pada
berlakunya teori paritas suku bunga. Secara teoritis, transmisi suku bunga ke nilai
tukar dapat dijelaskan bahwa semakin tinggi suku bunga semakin sedikit
permintaan uang untuk tujuan spekulasi, sehingga nilai tukar uang domestik akan
mengalami apresiasi.
Dalam sistem devisa bebas, suku bunga di suatu negara akan cenderung
sama dengan suku bunga di negara lain setelah diperhitungkan perkiraan laju
Volume 7(2), Desember 2018 http://[email protected]
Hubungan Kaualitas Nilai Tukar, Suku Bungan dan Indeks…..(Rosnawintang) | 33
depresiasi mata uang negara yang satu terhadap negara lain. Secara teoritis
depresiasi nilai tukar ditentukan oleh perbedaan antara suku bunga dalam negeri
dengan suku bunga luar negeri. Pandangan ini mengacu pada teori interest rate
parity relation yang menghubungkan antara perubahan tingkat suku bunga
dengan nilai tukar mata uang atau kurs.
Teori, dan Faktor Penentu Nilai Tukar
Menurut Mishkin, nilai tukar valuta asing dapat diartikan sebagai harga
suatu mata uang terhadap mata uang negara lain. Dari definisi tersebut di atas
dapat diartikan bahwa perdagangan valuta asing adalah suatu mekanisme untuk
mengukur nilai tukar mata uang suatu negara terhadap mata uang negara lain.
Sedangkan menurut (Mankiw 2003:123), kurs (exchange rate) antara dua negara
adalah tigkat harga yang disepakati penduduk kedua negara untuk saling
melakukan perdagangan.
Laju inflasi relatif
Dalam pasar valuta asing, perdagangan internasional baik dalam bentuk
barang atau jasa menjadi dasar yang utama dalam pasar valuta asing, sehingga
perubahan harga dalam negeri yang relatif terhadap harga luar negeri dipandang
sebagai faktor yang mempengaruhi pergerakan kurs valuta asing. Misalnya, jika
Amerika sebagai mitra dagang Indonesia mengalami tingkat inflasi yang cukup
tinggi maka harga barang Amerika juga menjadi lebih tinggi, sehingga otomatis
permintaan terhadap barang dagangan relatif mengalami penurunan.
Tingkat Pendapatan Relatif
Faktor lain yang mempengaruhi permintaan dan penawaran dalam pasar
mata uang asing adalah laju pertumbuhan riil terhadap harga-harga luar negeri.
Laju pertumbuhan riil dalam negeri diperkirakan akan melemahkan kurs mata
uang asing. Sedangkan pendapatan riil dalam negeri akan meningkatkan
permintaan valuta asing relatif dibandingkan dengan supply yang tersedia.
Suku Bunga Relatif
Kenaikan suku bunga mengakibatkan aktifitas dalam negeri menjadi lebih
menarik bagi para penanam modal dalam negeri maupun luar negeri. Terjadinya
penanaman modal cenderung mengakibatkan naiknya nilai mata uang yang
semuanya tergantung pada besarnya perbedaan tingkat suku bunga di dalam dan
di luar negeri, maka perlu dilihat mana yang lebih murah, di dalam atau di luar
negeri. Dengan demikian sumber dari perbedaan itu akan menyebabkan
terjadinya kenaikan kurs mata uang asing terhadap mata uang dalam negeri.
Volume 7(2), Desember 2018 http://[email protected]
Hubungan Kaualitas Nilai Tukar, Suku Bungan dan Indeks…..(Rosnawintang) | 34
Kontrol Pemerintah
Kebijakan pemerintah bisa mempengaruhi keseimbangan nilai tukar dalam
berbagai hal termasuk : (a) Usaha untuk menghindari hambatan nilai tukar valuta
asing. (b) Usaha untuk menghindari hambatan perdagangan luar negeri. (c)
Melakukan intervensi di pasar uang yaitu dengan menjual dan membeli mata
uang.
Ekspektasi
Faktor kelima yang mempengaruhi nilai tukar valuta asing adalah
ekspektasi atau nilai tukar di masa depan. Sama seperti pasar keuangan yang lain,
pasar valas bereaksi cepat terhadap setiap berita yang memiliki dampak ke
depan. Dan sebagai contoh, berita mengenai bakal melonjaknya inflasi di AS
mungkin bisa menyebabkan pedagang valas menjual Dollar, karena
memperkirakan nilai Dollar akan menurun di masa depan. Reaksi langsung akan
menekan nilai tukar Dollar dalam pasar.
Kemudian, untuk menentukan perubahan nilai tukar antar mata uang
suatu negara dipengaruhi oleh beberapa faktor yang terjadi di negara yang
bersangkutan yaitu selisih tingkat inflasi, selisih tingkat suku bunga, selisih tingkat
pertumbuhan GDP, intervensi pemerintah di pasar valuta asing dan expectations
(perkiraan pasar atas nilai mata uang yang akan datang). (Madura, dalam Citra
2010).
Teori Suku Bunga
Menurut Wardane (2003) dalam Oktavia (2007), suku bunga adalah
pembayaran yang dilakukan untuk penggunaan uang. Suku bunga adalah jumlah
bunga yang harus dibayar per unit waktu. Dengan kata lain, masyarakat harus
membayar peluang untuk meminjam uang. Menurut Samuelson dan Nordhaus
(1995:197) dalam Oktavia (2007), suku bunga adalah biaya untuk meminjam uang,
diukur dalam Dolar per tahun untuk setiap Dolar yang dipinjam.
Menurut Keynes, dalam Oktavia (2007) tingkat bunga ditentukan oleh
permintaan dan penawaran akan uang (ditentukan dalam pasar uang). Perubahan
tingkat suku bunga selanjutnya akan mempengaruhi keinginan untuk
mengadakan investasi, misalnya pada surat berharga, dimana harga dapat naik
atau turun tergantung pada tingkat bunga (bila tingkat bunga naik maka surat
berharga turun dan sebaliknya), sehingga ada kemungkinan pemegang surat
berharga akan menderita capital loss atau gain.
Teori Paritas Suku Bunga
Volume 7(2), Desember 2018 http://[email protected]
Hubungan Kaualitas Nilai Tukar, Suku Bungan dan Indeks…..(Rosnawintang) | 35
Analisis hubungan antara variabel suku bunga dan variabel nilai tukar
didasarkan pada interest rate parity theory. Teori ini berlaku pada negara yang
menganut sistem ekonomi terbuka, dimana interaksi antara pelaku pasar antar
negara akan mempengaruhi aliran modal antar negara. Secara teoritis dikatakan
bahwa kebijakan moneter berpengaruh terhadap nilai tukar/kurs melalui interest
rate differential dan capital inflow. Uraiannya berawal dari tindakan bank sentral
dalam mempengaruhi suku bunga jangka pendek melalui perubahan instrumen
suku bunga bank sentral yang berpengaruh terhadap paritas suku bunga (Maurice
dalam Natsir (2009:20). Jika bank sentral menjalankan kebijakan moneter yang
kontraktif, maka kebijakan ini akan mendorong suku bunga nominal domestik
meningkat. Jika pada saat yang sama suku bunga international (SIBOR)
diasumsikan konstan, maka paritas suku bunga meningkat yang pada akhirnya
dapat mendorong aliran modal masuk.
Hubungan tingkat suku bunga dan kurs tersirat bahwa semakin tinggi suku
bunga akan mendorong aliran modal masuk (capital inflow) sehingga menambah
persediaan valuta asing (valas) di dalam negeri. Akibatnya, nilai tukar mata uang
domestik, misalnya rupiah akan menguat. Sementara itu, jika suku bunga turun
menjadi lebih rendah dibanding suku bunga luar negeri, maka akan terjadi capital
outflow, akibatnya rupiah akan terdepresiasi. Hubungan suku bunga secara
internasional dapat dilihat pada berlakunya teori paritas suku bunga. Secara
teoritis, transmisi suku bunga ke nilai tukar dapat dijelaskan bahwa semakin tinggi
suku bunga semakin sedikit permintaan uang untuk tujuan spekulasi, sehingga
nilai tukar uang domestik akan mengalami apresiasi.
Konsep Indeks Harga Saham
Indeks harga saham adalah harga saham yang dinyatakan dalam angka
indeks. Indeks saham digunakan untuk tujuan analisis dan menghindari dampak
negatif dari penggunaan harga saham dalam rupiah (Mohamad Samsul 2006:179).
IHSG merupakan ukuran yang didasarkan pada perhitungan statistik untuk
mengetahui perubahan-perubahan harga saham dari seluruh perusahaan yang
terdaftar di BEI. IHSG dipakai sebagai indikator untuk mengukur situasi umum
perdagangan saham, apakah dalam keadaan bearish atau dalam keadaan bullish.
Kebijakan Moneter
kebijakan moneter pada umumnya bertujuan untuk menjaga dan
memelihara kestabilan nilai uang dan mendorong kelancaran produksi dan
pembangunan guna meningkatkan taraf hidup rakyat. Melihat keterkaitan antara
moneter dan sektor riil atau dengan perekonomian secara makro, boleh dikatakan
kebijakan moneter merupakan salah satu bagian penting dari kebijakan ekonomi
Volume 7(2), Desember 2018 http://[email protected]
Hubungan Kaualitas Nilai Tukar, Suku Bungan dan Indeks…..(Rosnawintang) | 36
makro. Untuk mencapai tujuannya, kebijakan moneter diarahkan kepada
pengaturan jumlah uang beredar dalam masyarakat yang sejalan dengan
perkembangan seluruh sektor ekonomi. Dengan mengatur pertambahan jumlah
uang beredar di masyarakat, otoritas moneter akan dapat mempengaruhi nilai
uang dan suku bunga sedemikian rupa sehingga perkembangannya akan mampu
mendorong perekonomian ke arah yang diinginkan sesuai dengan tujuan
pembangunan nasional.
Instrumen Kebijakan Moneter
Instrumen kebijakan moneter merupakan alat-alat atau media
pengendalian operasi moneter yang dapat digunakan oleh bank sentral dalam
mempengaruhi sasaran operasional dan sasaran akhir yang ditetapkan bank
sentral atau pemerintah. Secara umum, instrumen pengendalian moneter dapat
digolongkan (Natsir. 2009 :83).
Instrumen langsung adalah instrumen pengendalian moneter yang dapat
secara langsung mempengaruhi sasaran operasional yang diinginkan oleh bank
sentral. Dalam instrumen ini terdapat hubungan korespondensi (one-to-one)
antara instrumen dan sasaran operasional. Misalnya, penetapan pagu kredit dapat
langsung mempengaruhi jumlah kredit domestik yang dapat disalurkan oleh
perbankan yang pada gilirannya dapat mempengaruhi jumlah uang beredar.
Sedangkan instrumen tidak langsung merupakan usaha untuk
mengendalikan variabel moneter dengan cara mempengaruhi neraca bank sentral.
Bank sentral mempengaruhi posisi base money atau bank reserve yang pada
akhirnya mempengaruhi kredit dan penawaran uang. Melalui instrumen ini bank
sentral dapat mencapai atau mewujudkan sasaran kebijakan dengan cara
mempengaruhi kondisi pasar uang melalui salah satu fungsinya sebagai institusi
yang berwenang untuk mengedarkan uang, yakni dengan cara mempengaruhi
kondisi yang mendasari permintaan dan penawaran uang.
Instrumen kebijakan moneter dapat dikelompokkan sebagai : (1) Instrumen
kebijakan moneter yang bersifat kuantitatif, terdiri dari : (i) Operasi pasar terbuka
(open market operation), (ii) Fasilitas diskonto (discount rate policy), (iii) Giro wajib
minimum (reserve requirement) dan (2) Instrumen kebijakan moneter yang bersifat
non-kuantitatif, yakni himbauan moral (moral suasion).
Jalur Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter
Ada enam jalur (channel) mekanisme transmisi kebijakan moneter yang
sering dikemukakan dalam teori moneter kontemporer. Keenam jalur tersebut
meliputi jalur moneter langsung (direct monetary channel), jalur suku bunga
(interes rate channel), jalur harga asset (asset price channel), jalur nilai tukar
Volume 7(2), Desember 2018 http://[email protected]
Hubungan Kaualitas Nilai Tukar, Suku Bungan dan Indeks…..(Rosnawintang) | 37
(exchange rate channel), jalur kredit (credit channel) dan jalur ekspektasi
(expectation channel).
Metode Penelitian
Adapun yang menjadi obyek dalam penelitian ini adalah hubungan antara
nilai tukar, suku bunga SBI dan indeks harga saham di Indonesia. Variabel-variabel
yang digunakan meliputi nilai tukar rupiah terhadap US Dollar (ER), suku bunga
SBI dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).Jenis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data sekunder yaitu data hasil olahan instansi terkait yang
berhubungan dengan penelitian (bulanan), yang terdiri dari: (1) Nilai tukar rupiah
terhadap US Dollar, (2) suku bunga SBI dan (3) Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG).Sumber data penelitian diperoleh dari : (1)Kantor Bank Indonesia (BI) Kendari dan
(2) Website Bank Indonesia
Metode pengumpulan data menggunanakan metode dokumentasi, yaitu
metode pengumpulan data dengan mengambil data-data sekunder yang
disediakan oleh instansi-instansi yang terkait dan juga studi literatur yang relevan
dengan penelitian ini.
Alat analisis yang digunakan untuk mengetahui adanya hubungan dua arah
(causality) antara nilai tukar, suku bunga SBI dan IHSG yakni dengan
menggunakan analisis Kausalitas Granger dan Vector Auto Regression (VAR). VAR
pada dasarnya adalah suatu teknik time series yang cukup fleksibel untuk
memasukkan ciri-ciri dari model-model persamaan simultan konvensional, seperti
restriksi-restriksi pada bentuk-bentuk yang dikuranginya untuk mengidentifikasi
hubungan-hubungan struktural dalam model tersebut. Aplikasi VAR yang standar
biasanya mencakup analisis tentang hasil-hasil : (1) uji kausalitas Granger; (2)
impulse response function. (Natsir.2009)
Dalam penelitian ini, hubungan kausalitas antar beberapa variabel yang
mempunyai hubungan dengan IHSG, akan diuji satu persatu, dari hasil tersebut
diharapkan dapat menggambarkan secara jelas pola hubungan kausalitasnya.
Selanjutnya untuk melihat hubungan kausal dinamis antara variable dalam
penelitian digunakan model VAR (Vector Auto regression). Sebelum estimasi
dilakukan terhadap model tersebut, terlebih dahulu dilakukan beberapa pengujian
yaitu: (1) uji stasionaritas data dengan menggunakan uji akar unit ADF (Augmented
Dickey-Fuller Test); dan (2) Uji Kointegrasi, Secara umum dapat dikatakan bahwa
jika data time series Y dan X tidak stasioner pada tingkat level tetapi menjadi
stasioner pada diferensi (difference) yang sama maka kedua data adalah
terkointegrasi. Dengan kata lain uji kointegrasi hanya bisa dilakukan ketika data
yang digunakan dalam penelitian berintegrasi pada derajat yang sama. Untuk
48
Volume 7(2), Desember 2018 http://[email protected]
Hubungan Kaualitas Nilai Tukar, Suku Bungan dan Indeks…..(Rosnawintang) | 38
melakukan uji kointegrasi terlebih dahulu dilakukan estimasi regresi terhadap
model yang diteliti.
Hasil
Analisis Hubungan Antara IHSG, Nilai Tukar dan Suku Bunga SBI
Untuk melihat hubungan antara variabel IHSG, nilai tukar dan suku bunga
SBI di Indonesia dalam penelitian ini maka di gunakan Ganger Causality. Adapun
langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut.
Uji Stasioneritas
Uji stasioneritas data dilakukan dengan pengujian akar unit (unit root test)
untuk melihat apakah data tersebut stasioner atau tidak. Dalam pengujian ini, data
dikatakan tidak stasioner apabila absolut tes statistik Augumented Dickey Fuller
(ADF) lebih kecil dari pada nilai kritis MC Kinnon. Sebaliknya data dikatakan
stasioner apabila nilai absolut tes statistik ADF lebih besar dari pada nilai kritis MC
Kinnon. Jika hasil dari pengujian pertama diperoleh data mengalami masalah atau
tidak stasioner, maka dilakukan first difference. Namun apabila dari hasil uji
ternyata data first difference masih belum stasioner, dilakukan second differnce.
Langkah ini dilakukan sampai diperoleh data yang stasioner.
Dilihat dari hasil uji stasioner yang menunjukkan bahwa pada uji akar unit
terhadap IHSG (-0.577367), rSBI (-1.732087) dan Nilai Tukar (-1.567091) tidak
signifikan pada tingkat level dimana nilai ADF-nya lebih kecil dari critical value α =
1% (-3.552666), α = 5% (-2.914517), α = 10% (-2.595033). Selanjutnya uji akar unit
terhadap IHSG (-5.573419), rSBI (-6.093898) dan Nilai Tukar (-6.169409) stasioner
pada tingkat first difference dengan tingkat kepercayaan 95%, dimana nilai ADF-
nya lebih besar dari critical value α = 1%, α = 5%, α = 10%. Untuk itu seluruh
variabel diuji pada tingkat stasioner yang sama yaitu pada tingkat first difference
sehingga seluruh data valid digunakan dalam pengujian kointegrasi.
Uji Kointegrasi
Setelah dilakukan tahapan pengujian stasioneritas terhadap variabel
penelitian, selanjutnya dilakukan uji kointegrasi, hal ini dilakukan disebabkan
ketiga variabel stasioner pada first difference. Tujuan dari uji kointegrasi adalah
untuk melihat apakah variabel tersebut memiliki kointegrasi dan hubungan
keseimbangan jangka panjang dengan variabel lainnya, dimana pasangan variabel
tersebut mempuyai hubungan jangka panjang. Sebagaimana pendapat Granger
yang menyatakan bahwa jika variabel-variabel yang diamati memiliki derajat
integrasi yang sama, maka variabel-variabel tersebut telah berkointegrasi atau
memiliki hubungan jangka panjang. Namun untuk lebih meyakinkan mengenai hal
Volume 7(2), Desember 2018 http://[email protected]
Hubungan Kaualitas Nilai Tukar, Suku Bungan dan Indeks…..(Rosnawintang) | 39
tersebut maka dilakukan pengujian kointegrasi dengan menggunakan metode
Johansen (Natsir. 2008).
Berikut ini akan disajikan hasil Uji Kointegrasi terhadap variabel yang diteliti
yang terangkum pada Tabel 1 sebagai berikut :
Tabel 1
Hasil Uji Cointegration Test : Johansen IHSG, rSBI dan Nilai Tukar
Hypothesize
d Trace 5 Percent 1 Percent
No. of CE(s) Eigenvalue Statistic
Critical
Value
Critical
Value
None * 0.291562 33.91540 29.68 35.65
At most 1 * 0.269125 17.02546 15.41 20.04
At most 2 0.033376 1.663354 3.76 6.65
Trace test indicates 2 cointegrating equation(s) at the 5% level
Trace test indicates no cointegration at the 1% level
*(**) denotes rejection of the hypothesis at the 5%(1%) level
Sumber : Hasil olahan dengan E-Views 6.0.
Dari tabel 1 diatas dapat dilihat hubungan kointegrasi antara IHSG, rSBI dan
Nilai Tukar kointergrasi yang signifikan atau terjadi hubungan kestabilan jangka
panjang terhadap IHSG, rSBI dan Nilai Tukar karena berkointegrasi pada level 5%.
Lag Optimal
Langkah pertama adalah menentukan terlebih dahulu pada lag optimal
berapa Ganger Causality Test akan dilakukan. Lag optimal merupakan jumlah lag
yang memberikan pengaruh atau respon yang signifikan. Isu tentang penentuan
panjang lag optimal semakin penting seiring dengan anggapan bahwa penentuan
lag yang tepat akan menghasilkan residual yang bersifat Gaussian, yaitu residul
yang terbebas dari permasalahan autokorelasi dan heterokedastisitas.
Adapun hasil perhitungan lag optimal yang terangkum dalam Tabel 1
Bahwa model VAR yang digunakan dalam penelitian ini adalah model VAR dengan
panjang lag 2.
Volume 7(2), Desember 2018 http://[email protected]
Hubungan Kaualitas Nilai Tukar, Suku Bungan dan Indeks…..(Rosnawintang) | 40
Tabel 6.3
Kriteria Seleksi Lag yang digunakan dalam Granger Causality Test
Lag LogL LR FPE AIC SC HQ
0 -905.0361 NA 1.53e+11 34.26551 34.37704 34.30840
1 -749.4879
287.617
4 6.06e+08 28.73539 29.18149* 28.90694
2 -733.4770
27.792
44*
4.67e+08
* 28.47083* 29.25151 28.77104*
3 -725.1679
13.4827
5 4.84e+08 28.49690 29.61216 28.92578
4 -716.7585
12.6933
7 5.03e+08 28.51919 29.96903 29.07673
5 -708.7945
11.1195
3 5.38e+08 28.55828 30.34270 29.24448
Hasil perhitungan yang terangkum pada Tabel 4.6 Menunjukkan bahwa
kriteria dalam penentuan lag optimal mereferensikan lag 2 (dua) sebagai lag
optimal dengan melihat nilai terkecil berdasarkan krieria FPE, AIC, HQ. Sedangkan
SC mereferensikan lag optimal pada lag 1. Dengan demikian analisis model
hubungan kausal (Granger Causality) dan model VAR dalam penelitian ini adalah
model dengan panjang lag 2.
Estimasi Model VAR (Vector Auto Regression)
Dalam model VAR tidak ditemukan nilai probabilty untuk Uji-t, sehingga itu
perlu melihat Tabel t sebagai pembanding untuk menentukan hasil uji hipotesis
terhadap koefisiennya atau dapat menggunakan nilai kritis rule-of-thumb sebesar
dua untuk sampel yang besar digunakan sebagai standar tolak hipotesis yaitu jika
nilai mutlak Uji-t (nilai yang ada dalam tanda kurung […] mendekati atau lebih
besar dari (2). Nilai kritis yang tepat yang tentu saja harus disesuaikan dengan
derajat bebas dari error dan tingkat kepercayaan yang di gunakan (Natsir, 2008:
148-149).
Uji Kausalitas Granger
Berdasarkan hasil uji dengan menggunakan Granger Causality Test dengan
lag 2 diperoleh hasil bahwa terdapat hubungan dua arah (causality) antara tingkat
suku bunga SBI dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), sedangkan
hubungan antara suku bunga SBI dengan nilai tukar adalah hubungan satu arah,
sedangkan hubungan antara IHSG dengan nilai tukar adalah hubungan satu arah .
Hal ini dapat dilhat dari hasil Granger Causality ebagai berikut : terlihat bahwa
Volume 7(2), Desember 2018 http://[email protected]
Hubungan Kaualitas Nilai Tukar, Suku Bungan dan Indeks…..(Rosnawintang) | 41
pada pengujian pertama terdapat hubungan dua arah (causality) antara IHSG
dengan suku bunga SBI. Hal ini terlihat dari nilai probabilitasnya yang lebih kecil
dari critical value (α) = 5%. Pada lag optimal 2 IHSG mempengaruhi rSBI pada
tingkat kepercayaan 95% dimana nilai probabilitasnya (0,0456) lebih kecil dari (α)
= 5%. Sedangkan rSBI juga mempengaruhi IHSG pada tingkat kepercayaan 95%
dengan nilai probabilitas (0,0168).
Secara ekonomi hal ini dapat dijelaskan bahwa dalam jangka pendek rSBI
mengalami peningkatan, maka hal tersebut selanjutnya akan berpengaruh pada
penurunan IHSG. Disaat Bank Indonesia sebagai otoritas moneter cenderung
melakukan kebijakan moneter yang bersifat kontraktif yakni dengan tujuan untuk
mengendalikan inflasi dengan menyerap likuiditas uang yang berlebih
dimasyarakat dengan berbagai instrumen moneter salah satunya adalah suku
bunga. Dengan menaikan tingkat suku bunga sebagai upaya mengendalikan
inflasi maka hal ini berdampak pada harga saham. Tingkat suku bunga dapat
mempengaruhi persaingan dipasar modal antara saham dengan obligasi, apabila
suku bunga naik maka insvetor akan menjual sahamnya untuk ditukarkan dengan
obligasi. Hal ini tentunya akan menurunkan harga saham. Selain itu tingkat suku
bunga akan mempengaruhi laba perusahaan dimana hal ini terjadi karena bunga
merupakan biaya, semakin tinggi suku bunga maka semakin rendah laba
perusahaan demikian juga sebaliknya. Dengan tidak terkendalinya suku bunga
dapat mengakibatkan turunnya return saham, karena kenaikan tingkat suku bunga
akan berdampak negatif terhadap harga saham (hal ini sesuai dengan penemuan
granger (dalam Thobarry 2009) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh
negatif antara suku bunga dan harga saham. Kenaikan tingkat suku bunga
menyebabkan investor lebih memilih menanamkan dananya di pasar uang dari
pada di pasar modal karena lebih memberikan tingkat keuntungan yang lebih
tinggi dan akibatnya harga saham pun akan menjadi turun. Dengan menurunnya
harga saham suatu perusahaan otomatis akan mempengaruhi IHSG dimana IHSG
juga akan menurun.
Demikian pula sebaliknya, dengan menurunnya tingkat suku bunga akan
berdampak positif terhadap harga-harga saham. Penurunan tingkat suku bunga
membuat investor akan memilih menanamkan dananya di pasar modal dari pada
di pasar uang, akibatnya harga-harga saham akan naik. Naiknya harga saham
otomatis akan meningkatkan IHSG. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori Keynes
tentang suku bunga dan sejalan dengan hasil penelitian Ilen Tan dan Irene
Betanny (2009) dan yang menyimpulkan bahwa terdapat hubungan dua arah
antara suku bunga SBI dengan IHSG.
Pada pengujian berikutnya yakni hubungan antara IHSG dengan nilai tukar
dapat dijelaskan bahwa hubungan kedua variabel ini adalah hubungan searah
Volume 7(2), Desember 2018 http://[email protected]
Hubungan Kaualitas Nilai Tukar, Suku Bungan dan Indeks…..(Rosnawintang) | 42
dimana hanya IHSG yang memberikan pengaruh signifikan kepada nilai tukar. Ini
dibuktikan dengan nilai probabilitasnya yang lebih kecil dari critical value (α) = 5%
yaitu (0.0032). Hasil ini memberikan penjelasan yang selaras dengan pendekatan
portofolio balance, dimana pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
akan berpengaruh terhadap nilai tukar atau kurs rupiah terhadap US Dollar. Hal ini
berarti perkembangan pasar saham akan menyebabkan apresiasi nilai tukar yang
diakibatkan karena meningkatnya permintaan terhadap aset domestik yang secara
langsung meningkatkan tingkat suku bunga domestik. Hal inilah yang mendorong
apresiasi dalam nilai tukar rupiah karena modal luar negeri untuk masuk (capital
inflow). Poin penting dari pedekatan portofolio adalah penurunan harga saham
mengakibatkan penurunan kekayaan para investor domestik dimana pada
gilirannya akan mengiring menurunnya permintaan uang dan hampir dipastikan
akan menurunkan suku bunga. Penurunan suku bunga akan mendukung arus
modal keluar (capital inflow) yang pada gilirannya akan menyebabkan depresiasi
mata uang.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Citra Giatri (2010) yang
menyimpulkan bahwa terdapat hubungan kausalitas searah antara IHSG dengan
nilai tukar dimana dalam penelitiannya konsisten dengan teori pendekatan
portofolio balance yang menyatakan bahwa harga saham mempengaruhi nilai
tukar.
Pada pengujian berikutnya yaitu hubungan antara rSBI dengan nilai tukar
dapat dijelaskan bahwa hubungan kedua variabel ini juga menunjukkan hubungan
searah, dimana nilai tukar yang memberikan pengaruh signifikan kepada rSBI
dengan nilai prbobalitasnya yang yang lebih kecil dari critical value (α) = 5% yaitu
(0.004). Hal ini menunjukkan bahwasanya fluktuasi nilai tukar khususnya rupiah
per US Dollar mempengaruhi suku bunga domestik, dalam hal ini suku bunga SBI.
Fluktuasi atau perubahan terhadap nilai tukar akibat masuknya arus modal masuk
asing khususnya portofolio ke pasar keuangan akan berdampak pada perubahan
terhadap suku bunga SBI.
Hasil ini sesuai dengan interest rate parity teory yang menyatakan bahwa
interaksi antara pelaku pasar dan negara akan memepengaruhi aliran modal antar
negara. Kebijakan moneter akan berpengaruh terhadap nilai tukar melalui
perbandingan suku bunga domestik dengan suku bunga internasional dan capital
inflow
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai analisis hubungan
kausalitas nilai tukar, suku bunga SBI dan harga saham di Indonesia periode
Januari 2006 – Oktober 2010, dapat dikemukakan beberapa kesimpulan sebagai
Volume 7(2), Desember 2018 http://[email protected]
Hubungan Kaualitas Nilai Tukar, Suku Bungan dan Indeks…..(Rosnawintang) | 43
berikut : (1) Hubungan antara suku bunga SBI dan Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG) adalah dua arah dimana suku bunga SBI memberikan pengaruh signifikan
kepada IHSG, demikian juga sebaliknya IHSG memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap suku bunga SBI. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori Keynes
tentang suku bunga, (2) Hubungan antara IHSG dengan nilai tukar adalah
hubungan searah dimana IHSG yang memberikan pengaruh signifikan kepada
nilai tukar. Hasil ini konsisten dengan pendekatan portofolio balance yaitu
penurunan harga saham mengakibatkan penurunan kekayaan para investor
domestik dimana pada gilirannya akan menurunkan permintaan uang dan
selanjutnya akan menurunkan suku bunga. (3)Hubungan antara nilai tukar dengan
suku bunga SBI adalah hubungan searah dimana nilai tukar yang memberikan
pengaruh signifikan kepada suku bunga SBI. Hasil ini sesuai dengan interest rate
parity teory yang menyatakan bahwa interaksi antara pelaku pasar dan negara
akan memepengaruhi aliran modal antar negara. Kebijakan moneter akan
berpengaruh terhadap nilai tukar melalui perbandingan suku bunga domestik
dengan suku bunga internasional dan capital inflow
Adapun saran yang direkomendasikan oleh penulis berdasarkan hasil dari
penelitian adalah : (1) Bank Indonesia selaku otoritas moneter senantiasa tetap
menjaga kestabilan tingkat suku bunga khususnya suku bunga SBI serta fluktuasi
nilai tukar rupiah khususnya terhadap US Dollar, hal ini dikarenakan investor masih
menganggap tingkat suku bunga sebagai salah satu pertimbangan mereka pada
pilihan menginvestasikan modal mereka pada pasar modal atau pasar uang di
Indonesia. Selain itu juga pemerintah dan Bank Indonesia senantiasa menjaga agar
nilai kurs rupiah terhadap US Dollar tetap terjaga pada posisi yang aman.
(2)Mengingat berbagai keterbatasan dalam penulisan ini seperti tidak
dimasukannya beberapa variabel makro ekonomi lainnya antara lain Pertumbuhan
Ekonomi dan inflasi serta variabel lain ke dalam penelitian maka penulis
menyarankan bagi peneliti selanjutnya untuk memasukkan variabel-variabel
makro ekonomi lainnya.
Daftar Pustaka
Anoraga, Panji dan Piji Pakarti. (2001). Pengantar Pasar Modal. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.
Arsanul, Irsan Muh. (2011). Analisis Hubungan Kausalitas Nilai Tukar, Suku Bunga
dan Indeks Harga Saham di Indonesia, Skripsi S1, (tidak dipublikasi), FE
Unhalu, Kendari.
Art Thobarry, Achmad. (2009). Analisis Pengaruh Nilai Tukar, Suku Bunga Laju
Inflasi dan Pertumbuhan GDP Terhadap Indeks Harga Saham Properti
(Kajian Empiris Pada Bursa Efek Indonesia Periode Pengamatan Tahun
Volume 7(2), Desember 2018 http://[email protected]
Hubungan Kaualitas Nilai Tukar, Suku Bungan dan Indeks…..(Rosnawintang) | 44
2000-2008). Tesis. Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro.
Semarang.
Bank Indonesia. (2006-2009). Laporan Perekonomian Indoesia Berbagai Edisi
Penerbitan. Jakarta. BI
Budilaksono, Agung. (2005). Analisis Pengaruh Nilai Tukar Rupiah, Kepemilikan
Saham oleh Investor Asing dan SBI terhadap Pergerakan Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Jakarta (BEJ).
Citra Giatri. (2010). Analisis Kausalitas dan Kointegrasi Anatara Nilai Tukar Mata
Uang dan Indeks Harga Saham Gabungan di Pasar Modal Indonesia.
Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Medan
Fikri Hasibuan, Ali. (2009). Pengaruh Mata Uang dan Indeks Harga Saham Global
Terhadap Pergerakan IHSG. Tesis. Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
Medan.
Khawalty, Tajul. (2000). Inflasi dan Solusinya. Jakarta. Rajawali Pers
Maskie, Ghozali dan Dimas Satria. 2004. Analisis Asosiasi Kurs dan Harga Saham :
Pendekatan Error Correction Model (periode 2000 – 2003).Economic
Review. No. 1
Mankiw, N Gregory. (2003). Teori Makro Ekonomi Edisi Kelima. Jakarta. Penerbit
Erlangga
Ming, The Fei. (2001). Day Trading Valuta Asing. Jakarta. Alex Media Komputindo.
M. Natsir. 2009. Ekonomi Moneter, Teori, Kebijakan dan Kajian Empiris. Malang:
Tunggal Mandiri Publishing
Mohamad Samsul. (2006). Pasar Modal dan Management Portofolio. Jakarta.
Penerbit Erlangga.
Nasution, Asmila Denga. (2001). Analisis Hubungan Antara Saham dan Nilai Tukar
(Kurs). Tesis. Program Pasca Sarjana Universitas Indonesia Program Studi
Ilmu Ekonomi. Depok
Octavia, Ana. (2007). Analisis Pengaruh Nilai Tukar Rupiah/US$ dan Tingkat Suku
Bunga SBI Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Jakarta.
Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang. Semarang.
Rosnawintang. (2002). Analisis Hubungan Kausal dan Interaksi Dinamis Antara
Nilai Tukar, Inflasi dan Suku Bunga di Indonesia, Lembaga Penelitian
Unhalu, Kendari (tidak dipublikasikan).
Rosnawintang. (2005). Peranan Kondisi Moneter dan Indeks Kondisi Moneter
Terhadap Pelaksanaan Kebijakan Moneter di Indonesia. Jurnal Penelitian
Mimbar Akademik Unhalu, ISSN 0853-5361, edisi 22 Tahun XVI, Mei.
Sarwoto, Hartadi dan Perry Warjino. 1998. Mencari Paradigma Baru Manajemen
Moneter dalam Sistem Nilai Tukar Fleksibel. Makalah SESPIBI XXII
Volume 7(2), Desember 2018 http://[email protected]
Hubungan Kaualitas Nilai Tukar, Suku Bungan dan Indeks…..(Rosnawintang) | 45
Untoro, Priyo R Widodo. (2008). Mengkaji Perubahan Nilai Tukar Rupiah dan Pasar
Saham. Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan Volume 10 Nomor 4
April 2008.
Tan, Ilen dan Ireni Betanny. (2009). Analisis Hubungan Tingkat Suku Bunga
Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Inflasi, dan Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG) Tahun 1994-2008. Skripsi S1 Fakultas Ekonomi Universitas Kristen
Petra Surabaya. Surabaya.
Widaryono, Agus. (2007). Ekonometrika Untuk Ekonomi dan Bisnis. Ekonisia:
Yogyakarta.