hubungan karakteristik dan keluhan dengan …
TRANSCRIPT
HUBUNGAN KARAKTERISTIK DAN KELUHAN DENGAN
GAMBARAN HISTOPATOLOGI PADA PENDERITA KISTA
OVARIUM DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN DAN RSUD
DR. PIRNGADI MEDAN TAHUN 2014 DAN 2015
OLEH :
TEGUH PANGESTU
130100136
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2016
Universitas Sumatera Utara
HUBUNGAN KARAKTERISTIK DAN KELUHAN DENGAN
GAMBARAN HISTOPATOLOGI PADA PENDERITA KISTA
OVARIUM DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN DAN RSUD
DR. PIRNGADI MEDAN TAHUN 2014 DAN 2015
SKRIPSI
Skripsi Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk
Memperoleh Kelulusan Sarjana Kedokteran
OLEH :
TEGUH PANGESTU
130100136
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2016
Universitas Sumatera Utara
i
Universitas Sumatera Utara
ii
ABSTRAK
Pendahuluan : Kista ovarium adalah suatu penyakit gangguan organ reproduksi
wanita dimana terdapat suatu kantong berisi cairan seperti balon berisi air yang
terdapat di ovarium. Kista ovarium merupakan salah satu tumor jinak ginekologi
yang paling sering di jumpai pada wanita di masa reproduksinya.
Objektif : Peneliti ini bertujuan untuk mengetahui hubungan karakteristik dan
keluhan dengan gambaran histopatologi pada penderita kista ovarium.
Metode : Penelitian ini menggunakan metode analitik dengan pendekatan sekat
lintang (cross sectional). Data penelitian ini diambil dari rekam medik di RSUP H.
Adam Malik Medan dan RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2014 dan 2015.
Penelitian ini digunakan teknik pengambilan sampel, yaitu consecutive sampling
dengan jumlah keseluruhan sampel 130 pasien. Data dikumpulkan dengan cara
melihat rekam medis. Data diolah dan dianalisis dengan uji statistic chi square
dengan p < 0,05.
Hasil : Berdasarkan penelitian didapatkan hasil beberapa variabel yang
berhubungan dengan gambaran gambaran histopatologi kista ovarium, yaitu Usia
(p=0,048), paritas (p=0,133), pembesaran perut (p=0,001), gangguan haid
(p=0,006), nyeri perut (p=0,001).
Kesimpulan : Dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara usia,
pembesaran perut, gangguan haid dan nyeri perut dengan gambaran histopatologi
kista ovarium. Sedangkan paritas tidak terdapat ada hubungan dengan gambaran
histopatologi kista ovarium.
Kata kunci : Kista ovarium, Karakteristik, histopatologi
Universitas Sumatera Utara
iii
ABSTRACK
Introduction : ovarian cyst is a female reproductive organ disorder which have a
bag filled with fluid, like balloon filled with water contained in the ovary. Ovarian
cyst is a benign gynecological tumor, most found in female on her reproductive
period.
Objective : This study aims to determine the relationship of the characteristics
and yelp of the patient with histopathological result in patient with ovarian cyst.
Method : This is an analitic study design with cross sectional method. The
research of the data was taken from the medical records in RSUP H. Adam Malik
Medan and RSUD Dr. Pirngadi Medan on 2014 and 2015. This study used a
consecutive sampling technic with 130 samples. Data collected from the medical
record. This data analyzed with chi square with p<0,05.
Result : Based on this study there are some variables which related with
histopathological result of ovarian cyst, the age (p=0,004), parity (p=0,133).
Abdomen enlargement (p=0,001), menstrual disorder (p=0,006), abdominal pain
(p=0,001).
Conclusion : the conclusion from this study, there is a relationship between the
age, abdominal pain, menstrual disorder and abdominal pain with the
histopathological result of the ovarian cyst. Meanwhile there is no relation
between parity and histopathological result.
Keywords : ovarian cyst, characteristic, histopathology
Universitas Sumatera Utara
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “ Hubungan
Karakteristik dan Keluhan dengan Gambaran Histopatologi pada Penderita
Kista Ovarium di RSUP H. Adam Malik Medan dan RSUD Dr. Pirngadi
Medan Tahun 2014 dan 2015 “. Skripsi ini merupakan syarat untuk memperoleh
kelulusan Sarjana Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Dalam menyelesaikan skripsi ini, saya banyak mendapat dorongan,
bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak dan akhirnya saya dapat
menyelesikan skripsi ini dengan sempurna dan tepat pada waktu. Saya ingin
menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Dr. dr. Aldy Safruddin Rambe, Sp.S (K), selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan kesempatan kepada saya
untuk melakukan penelitian.
2. dr. Muhammad Rusda, Sp.OG (K), selaku Dosen Pembimbing 1 dan dr. Sri
Amelia, M.Kes selaku Dosen Pembimbing 2, yang telah memberikan bantuan,
bimbingan dan dorongan untuk menyiapkan skripsi ini.
3. dr. Mustafa M. Amin, M.ked, KJ, Msc, Sp. KJ (K) selaku Dosen Penguji 1
dan dr. Muhammad Syahputra, M.Kes selaku Dosen Penguji 2, yang telah
banyak memberikan komentar yang bermanfaat, sehingga skripsi ini dapat
diselesaikan dengan lebih lengkap.
4. Rasa cinta dan terima kasih yang tidak terhingga saya persembahkan kepada
kedua orang tua saya, H. Sartiman SH dan Hj. Siti Sundari, beserta saudara
saya, Candra dan Vita, dan seluruh keluarga saya atas doa, perhatian dan
dukungan sebagai bentuk kasih saying kepada saya.
5. Sahabat dan teman seperjuangan saya di FK USU, Lily, Akbar Almaarij,
Jonatan Wibisana, Aziz Achmad, M. Khairul Akbar, M. Yakub Adira, M.
Rifqi Mafazi, M. Huda Wirautama, Yan Hasqi, M. Hafiz Mahruzza, Irfan
Julio, Akmal Ashrof, Teuku M. Syiva, Arie Fandy, Herman Ivan, Jason
Universitas Sumatera Utara
v
Affendy, Kevin Prathama, M. Rahman, M. Ridho, Fahdlul Ridho, M. Fikri
Ardinata, Fara Haura, Novy Soraya, Ibtisam Aulia, Natassya Sandra, Cut
Farah, Anggi Cantika, Cut Putri Astritd, Almira Wynona, Nadia Iftari, Avie
Hanindya, Rizky Ayuni, Farisa, Sabrina, Siti Utari, Fildzah Nasirah, Nahrira
Darwis, Muhammad Abror, Julitya, teman-teman seangkatan 2013 lainnya,
kelompok praktikum A-3, grup Bola Gembira dan teman-teman serta seluruh
staf pengajar dan civitas akademika Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara atas bantuan, dukungan, cerita, pengalaman dan keceriaan
selama tujuh semester menjalani pendidikan disini.
6. Teman-teman terdekat saya yang selalu mendukung Teuku Raja, Liza
Sebayang, Hera Ismayani, Ayu Pratiwi.
Akhir kata, saya berharap Tuhan membalas segala kebaikan semua pihak
yang telah membantu saya, semoga skripsi ini dapat diterima dan bermanfaat bagi
pengembangan ilmu selanjutnya.
Medan, 10 Januari 2017
Peneliti,
Teguh Pangestu
(NIM : 130100136)
Universitas Sumatera Utara
vi
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... i
ABSTRAK ...................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iv
DAFTAR ISI ................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL .......................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... ix
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................ x
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xi
BAB 1 PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1.Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2.Rumusan Masalah .......................................................................... 3
1.3.Tujuan Penelitian ........................................................................... 3
1.4.Manfaat Penelitian ......................................................................... 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 5
2.1. Ovarium ........................................................................................ 5
2.1.1. Anatomi ............................................................................... 5
2.1.2. Histologi ............................................................................. 6
2.2. Kista Ovarium ............................................................................... 8
2.2.1. Definisi ................................................................................. 8
2.2.2. Klasifikasi ............................................................................ 9
2.2.3. Epidemiologi ........................................................................ 14
2.2.4. Faktor Resiko ....................................................................... 15
2.2.5. Gejala Klinis......................................................................... 16
2.2.6. Pemeriksaan Fisik ................................................................ 17
2.2.7. Pemeriksaan Penunjang ....................................................... 18
2.2.7.1. Ultrasonografi .......................................................... 18
2.2.7.2. Foto rontgen ............................................................. 18
2.2.7.3. Pengukuran CA-125 ................................................. 18
2.2.7.4. Pemeriksaan Histopatologi ...................................... 19
2.2.8. Komplikasi ........................................................................... 19
2.2.9. Penatalaksanaan ................................................................... 20
2.2.9.1. Pada pasein asimptomatis ........................................ 20
2.2.9.2. Pasien dengan gejala ................................................ 21
2.2.10. Pencegahan ......................................................................... 23
2.2.10.1. Pencegahan primer ................................................. 23
2.2.10.2. Pencegahansekunder .............................................. 23
Universitas Sumatera Utara
vii
BAB 3 KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP DAN
HIPOTESA ................................................................................... 24
3.1.Kerangka Teori............................................................................... 24
3.2.Kerangka Konsep ........................................................................... 24
3.3.Hipotesa.......................................................................................... 25
BAB 4 METODE PENELITIAN .................................................................. 26
4.1.Rencana Penelitian ......................................................................... 26
4.2.Waktu dan Tempat Penelitian ........................................................ 26
4.2.1.Waktu .................................................................................... 26
4.2.2.Tempat penelitian .................................................................. 26
4.3.Populasi dan Sampel Penelitian ..................................................... 26
4.3.1. Populasi ................................................................................ 26
4.3.2. Sampel .................................................................................. 26
4.4.Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 28
4.5.Pengolahan dan Analisa Data......................................................... 28
4.5.1. Pengolahan Data................................................................... 28
4.5.2. Analisa Data ......................................................................... 28
4.6.Defenisi Operasional ...................................................................... 29
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 31
5.1.Deskripsi Lokasi Penelitian ........................................................... 31
5.2.Deskripsi Karakteristik Sampel / Individu .................................... 31
5.3.Deskripsi Bivariat .......................................................................... 34
5.4.Pembahasan ................................................................................... 39
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 44
6.1. Kesimpulan ................................................................................... 44
6.2. Saran .............................................................................................. 44
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 45
LAMPIRAN
Universitas Sumatera Utara
viii
DAFTAR TABEL
No. Judul Halaman
Tabel 2.1 Pemeriksaan Fisik Tumor Ovarium Jinak dan Ganas ................... 17
Tabel 2.2 Pemeriksaan Radiografi ................................................................ 18
Tabel 2.3 Pemeriksaan Histopatologi ............................................................ 18
Tabel 5.1 Karakteristik Pasien-Pasien Kista Ovarium .................................. 32
Tabel 5.2 Keluhan Pasien-Pasien Kista Ovarium ......................................... 33
Tabel 5.3 Gambaran Histopatologi Kista Ovarium ....................................... 33
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Jenis dan Klasifikasi Kista Ovarium............ 34
Tabel 5.5 Uji Chi-Square : Hubungan Usia dengan Gambaran
Histopatologi Kista Ovarium ........................................................ 34
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Jenis dan Klasifikasi Kista Ovarium
Berdasarkan Usia........................................................................... 35
Tabel 5.7 Uji Chi-Square : Hubungan Paritas dengan Gambaran
Histopatologi Kista Ovarium ........................................................ 35
Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Jenis dan Klasifikasi Kista Ovarium
Berdasarkan Paritas ....................................................................... 36
Tabel 5.9 Uji Chi-Square : Hubungan Pembesaran Perut dengan
Gambaran Histopatologi Kista Ovarium ....................................... 37
Tabel 5.10 Distribusi Frekuensi Jenis dan Klasifikasi Kista Ovarium
Berdasarkan Pembesaran Perut ..................................................... 37
Tabel 5.11 Uji Chi-Square : Hubungan Gangguan Haid dengan Gambaran
Histopatologi Kista Ovarium ........................................................ 38
Tabel 5.12 Distribusi Frekuensi Jenis dan Klasifikasi Kista Ovarium
Berdasarkan Gangguan Haid ......................................................... 38
Tabel 5.13 Uji Chi-Square : Hubungan Nyeri Perut dengan Gambaran
Histoptologi Kista Ovarium .......................................................... 39
Tabel 5.14 Distribusi Frekuensi Jenis dan Klasifikasi Kista Ovarium
Berdasarkan Nyeri Perut ............................................................... 39
Universitas Sumatera Utara
ix
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Halaman
Gambar 2.1. Anatomi Ovarium............................................................ 5
Gambar 2.2. Histologi Ovarium ........................................................... 7
Gambar 2.3. Histologi Ovarium ........................................................... 8
Gambar 3.1. Kerangka Teori Penelitian............................................... 24
Gambar 3.2. Kerangka Konsep Penelitian ........................................... 24
Universitas Sumatera Utara
x
DAFTAR SINGKATAN
BNO IVP Blaas Nier Oversight
CDC Centers for Disease Control and Prevention
CFR Cost and Freight
CT-Scan Computerized tomography scanner
LH Luteinizing Hormone
MRI Magnetic Resonance Imaging
PNS Pegawai Negrei Sipil
RSU Rumah Sakit Umum
RSUD Rumah Sakit Umum Daerah
RSUP Rumah Sakit Umum Pusat
T10 Thoracal 10
USG Ultrasonography
WHO World Health Organization
Universitas Sumatera Utara
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup
Lampiran 2 Hasil Pengolahan SPSS
Lampiran 3 Surat Ethic
Lampiran 4 Surat RSUP H. Adam Malik Medan
Lampiran 5 Surat RSUD Dr. Pirngadi Medan
Lampiran 6 Master Data
Universitas Sumatera Utara
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Negara Indonesia merupakan negara berkembang yang saat ini sedang dalam
proses pembangunan untuk menjadi negara yang makmur. Proses pembangunan
yang dilakukan diantaranya adalah pembangunan kesehatan yang bertujuan untuk
mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Dimana kesehatan itu adalah
keadaan sehat baik itu secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang
memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.1
Kesehatan memiliki berbagai macam ruang lingkup yang harus di penuhi.
Salah satu ruang lingkup kesehatan adalah kesehatan reproduksi. Dimana
kesehatan reproduksi adalah keadaan sehat secara fisik, mental, dan sosial secara
utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan yang berkaitan dengan
sistem, fungsi, dan proses reproduksi baik pada laki-laki dan perempuan.1
Pada saat ini terjadi banyak masalah kesehatan reproduksi, diantaranya
penyakit yang berkaitan dengan sistem reproduksi adalah kista ovarium. Kista
ovarium adalah suatu penyakit gangguan organ reproduksi wanita. Kista ovarium
adalah suatu kantong berisi cairan seperti balon berisi air yang terdapat di
ovarium, kista ovarium merupakan salah satu tumor jinak ginekologi yang paling
sering di jumpai pada wanita di masa reproduksinya.2,3
Kista ovarium secara umum memiliki ukuran kurang dari 6 cm dan jenis kista
ovarium bisa bervariasi, ada yang berisi cairan jernih yang biasanya di sebut kista
fungsional, berisi darah seperti kista merah (rubrum), kista berisi gigi, rambut, dan
cairan lemak yang disebut kista dermoid, berisi jaringan ikat yang padat seperti
fibroma. Di antara kista ovarium ini ada yang bersifat neoplastik (memerlukan
operasi) dan ada yang bersifat non neoplastik (tidak memerlukan operasi).4
Lesi patologis didominasi yang bersifat jinak, borderline, dan ganas. Kista
jinak seperti kistoma ovari simpleks, kistadenoma ovari musinosum, kistadenoma
serosum, kista endometroid, kista dermoid. Sedangkan Kista ganas seperti
Universitas Sumatera Utara
2
kistadenokarsinoma serosum, kistadenokarsinoma musinosum dan karsinoma
mesonephroid. Kebanyakan lesi jinak ovarium terjadi pada kelompok usia subur
dan sering kistik, sedangkan tumor ganas lebih sering terjadi pada wanita lanjut
usia.5
Menurut WHO, di Amerika Serikat pada tahun 2001 diperkirakan jumlah
penderita kanker ovarium sebanyak 23.400 dengan angka kematian sebesar
13.900 orang (CFR = 59,4%). Angka kematian yang tinggi ini disebabkan karena
penyakit ini pada awal bersifat asimptomatik dan baru menimbulkan keluhan
apabila sudah terjadi metastase, sehingga 60% - 70% pasien datang pada stadium
lanjut sehingga penyakit ini disebut sebagai “silent killer”. Kanker ovarium adalah
penyebab utama kematian dari kalangan wanita Amerika Serikat dan memiliki
angka kematian tertinggi dari salah satu kanker ginekologi. Di seluruh dunia,
tahun 2007 terdapat 204.000 wanita yang terdiagnosa kanker ovarium dan
125.000 diantaranya meninggal.6
Menurut US Cancer Statistics (2004) kejadian dan laporan kematian, 20.095
perempuan di Amerika Serikat mengetahui bahwa mereka menderita kanker
ovarium, 6.600 wanita yang di diagnosis dengan kanker ovarium di Inggris setiap
tahun, sekitar 1.500 di Australia dan 2.300 di Kanada. Tingkat kematian untuk
penyakit ini tidak banyak berubah dalam 50 tahun terakhir.6 Di Malaysia, pada
tahun 2008 terdata 428 kasus penderita kista ovarium, dimana terdapat 20%
diantaranya meninggal dunia, 60% di antaranya adalah wanita karier yang telah
berumah tangga. Sedangkan pada tahun 2009 terdata 768 kasus penderita kista,
dan 25% di antaranya meninggal dunia, dan 70% di antaranya wanita karier yang
telah berumah tangga.7
Angka kejadian penyakit kista ovarium di Indonesia belum diketahui dengan
pasti karena pencatatan dan pelaporan yang kurang baik. Sebagai gambaran di RS.
Kanker Dharmais di temukan kira-kira 30 penderita setiap tahun. Di RSU Cipto
Mangunkusumo terdata pada tahun 2008 terdapat 428 kasus penderita kista
endometriosis, 20% diantaranya meninggal dunia dan 65% diantaranya adalah
wanita karier yang telah berumah tangga.7.Di RSUP H. Adam Malik Medan
terdapat jumlah seluruh penderita kista ovarium tahun 2008 – 2009 sebanyak 47
Universitas Sumatera Utara
3
orang.7 Di RSUD Dr. Pirngadi Medan dari bulan Januari 2010 sampai dengan
Oktober 2010 penderita kista ovarium pada wanita usia subur berjumlah 34 orang.
Kemudian di Rumah Sakit ST. Elisabeth Medan penderita kista ovarium dari
tahun 2008-2012 terdata sebanyak 116 kasus.8
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti ingin mengetahui hubungan
karakteristik dan keluhan dengan gambaran histopatologi pada penderita kista
ovarium di RSUP H. Adam Malik Medan dan RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun
2014 dan 2015.
1.2. Rumusan Masalah
Dengan memperhatikan latar belakang diatas. Maka peneliti merumuskan
masalah peneliti dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut: “Adakah
hubungan karakteristik dan keluhan dengan gambaran histopatologi pada
penderita kista ovarium di RSUP H. Adam Malik Medan dan RSUD Dr. Pirngadi
Medan tahun 2014 dan 2015”
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Peneliti ini bertujuan untuk mengetahui hubungan karakteristik dan keluhan
dengan gambaran histopatologi pada penderita kista ovarium di RSUP H. Adam
Malik Medan dan RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2014 dan 2015.
1.3.2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:
1. Mengetahui karakteristik pasien penderita kista ovarium
2. Mengetahui keluhan pasien penderita kista ovarium
3. Mengetahui histopatologi pasien penderita kista ovarium
Universitas Sumatera Utara
4
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk :
1. Hasil penelitian ini bisa dijadikan bahan data untuk mendiagnosa penyakit
kista ovarium.
2. Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan referensi dan menambah
pengetahuan tentang kejadian kista ovarium.
3. Dapat mengetahui secara langsung hubungan kejadian kista ovarium dengan
gambaran histopatologinya dan mempraktekkan ilmu yang di peroleh selama
pendidikan.
Universitas Sumatera Utara
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ovarium
2.1.1 Anatomi
Ovarium adalah sepasang organ berbentuk almond, dengan panjang sekitar
1,5 inc atau 4 cm, dilekatkan pada bagian belakang ligamentum yang luas oleh
mesovarium. Ovarium memiliki dua ligamentum lain, yaitu ligamentum
infundibulopelvikum, atau disebut juga ligamentum suspensorium ovarii, yang
merupakan tempat melintasnya pembuluh darah, pembuluh limfe dari dinding
pelvic, dan ligamentum ovari yang menghubungkan ovarium dan uterus.9 (Pada
gambar 2.1)
Ovarium menerima aliran darah dari arteri ovari yang berasal dari aorta pada
tingkat arteri renalis. Pada aliran darah balik, pada sisi kanan, menuju vena cava
inferior, sedangkan pada sisi kiri, menuju vena renalis kiri. Pembuluh limfe
ovarium melewati nodus aorticus pada tingkat yang sama dengan pembuluh darah
ginjal, mengikuti peraturan umum bahwa aliran pembuluhb limfe suatu organ
sama seperti aliran darah vena organ tersebut. Untuk persarafan, ovarium
menerima persarafan dari aortic plexus (T10).9 (Pada gambar 2.1)
Gambar 2.1. Anatomi Ovarium10
Dikutip dari Martini. Fundamentals of Anatomy and Physiology, 2012.
Universitas Sumatera Utara
6
2.1.2 Histologi
Setiap ovarium mempunyai bagian-bagian histologi sebagai berikut11 (Pada
gambar 2.2 dan gambar 2.3) :
1. Germinal Epithelium atau epitel germinativum adalah epitel selapis gepeng
atau selapis kuboid yang menutupi permukaan ovarium
2. Tunica albuginea atau tunika albuginea adalah selapis jaringan ikat padat yang
menyebabkan warna ovarium menjadi keputihan dan terletak di bawah epitel
germinativum
3. Ovarian Cortex atau daerah korteks terletak dibawah tunika albuginea,
merupakan daerah yang terutama ditempati folikel ovarium dan oositnya.
Folikel ini terbenam dalam jaringan ikat (stroma) di daerah korteks. Stroma ini
terdiri atas fibroblas berbentuk kumparan khas yang berespon dengan berbagai
cara terhadap rangsangan hormon dari fibroblas organ lain
4. Ovarian Medulla atau daerah medula yang terletak dibawah daerah korteks,
merupakan bagian terdalam ovarium. Tidak ada batas tegas antara daerah
korteks dan medulla, tetapi daerah medulla tersusun dari jaringan ikat longgar
dan berisi pembuluh darah, pembuluh limfe, dan saraf
5. Ovarian Follicles atau folikel ovarium terdapat di daerah korteks dan terdiri
atas oosit yang dikelilingi oleh satu atau lebih sel folikel, atau sel granulosa.
Ketika sel folikel membentuk selapis sel kuboid, folikel ini sekarang disebut
folikel primer unilaminar. Sel folikel terus berproliferasi dan membentuk
epitel folikel berlapis, atau lapisan granulosa, dengan sel-sel yang saling
berkomunikasi melalui taut rekah. Folikel ini kini disebut folikel primer
multilaminar atau preantrum. Sewaktu folikel tumbuh, terutama karena sel
granulosa bertambah besar dan bertambah banyak, folikel ini berpindah ke
daerah korteks yang lebih dalam. Cairan (liquor folliculi) mulai mengumpul di
antara sel-sel folikel. Celah-celah kecil yang mengandung cairan ini menyatu,
dan sel-sel granulosa mengatur diri membentuk rongga yang lebih besar, yaitu
antrum. Folikel ini sekarang disebut folikel sekunder atau folikel antrum
6. Mature (Graafian) Follicle atau folikel matang, pra-ovulasi, atau folikel
Graaf, sangat besar (berdiameter sekitar 2,5 cm) sehingga dapat menonjol dari
Universitas Sumatera Utara
7
permukaan ovarium dan dapat dideteksi dengan ultrasonografi. Folikel ini
merupakan folikel dominan yang dapat mengalami ovulasi dan biasanya
hanya satu untuk setiap siklus menstruasi. Sedangkan folikel lainnya
mengalami atresia
7. Corpus Luteum atau korpus luteum (badan kuning) merupakan folikel matang
setelah ovulasi. Korpus luteum menghasilkan progesterone, estrogen, relaxin,
dan inhibin akibat rangsangan LH (Luteinizing Horomone). Nasib korpus
luteum ditentukan oleh ada tidaknya kehamilan. Setelah dirangsang LH,
korpus luteum terprogram untuk bersekresi selama 10-12 hari. Jika tidak ada
rangsangan hormon lain dan tidak ada kehamilan, sel-sel korpus luteum akan
berdegenerasi melalui apoptosis. Fibroblas di dekatnya memasuki daerah ini
dan membentuk parut jaringan ikat padat yang disebut korpus albikans atau
badan putih (karena banyaknya kolagen)
Gambar 2.2. Histologi Ovarium12
Dikutip dari Tortora. Histologi Dasar: Teks & Atlas. Edisi 10. Jakarta.
Penerbit EGCC. 2014
Universitas Sumatera Utara
8
Gambar 2.3. Histologi Ovarium12
Dikutip dari Tortora. Histologi Dasar: Teks & Atlas. Edisi 10. Jakarta. Penerbit
EGCC. 2014
2.2 Kista Ovarium
2.2.1 Definisi
Kista ovarium merupakan salah satu tumor jinak ginekologi yang paling
sering di jumpai pada wanita di masa reproduksinya.2 Kista ovarium adalah
kantong yang berisi cairan seperti balon yang terdapat di ovarium.3
Kista ovarium adalah tumor ovarium yang bersifat neoplastik dan non
neoplastik. Kista ovarium merupakan suatu tumor, baik kecil maupun yang besar,
kistik atau padat, jinak atau ganas yang berada di ovarium. Dalam kehamilan
tumor ovarium yang paling sering di jumpai adalah kista dermoid, kista coklat
atau kista lutein. Tumor ovarium yang cukup besar dapat menyebabkan kelainan
letak janin dalam rahim atau dapat menghalangi masuknya kepala ke dalam
panggul.13
Kista ovarium adalah tumor jinak yang diduga timbul dari bagian ovum yang
normalnya menghilang saat menstruasi, asalnya tidak teridentifikasi dan terdiri
atas sel-sel embrional yang tidak berdiferensiasi, kista ini tumbuh lambat dan
ditemukan selama pembedahan yang mengandung material sebasea kental
berwarna kuning yang timbul dari lapisan kulit.14
Universitas Sumatera Utara
9
2.2.2 Klasifikasi
Berdasarkan tingkat keganasannya, kista terbagi dua, yaitu non neoplastik
dan neoplastik. Kista non neoplastik sifatnya jinak dan biasanya akan mengempis
sendiri setelah 2 hingga 3 bulan. Sementara kista neoplastik umumnya harus
dioperasi, namun hal itu pun tergantung pada ukuran dan sifatnya.4
Kista ovarium neoplastik jinak diantaranya15 :
1. Kistoma Ovarii Simplek
Kistoma ovarii simplek merupakan kista yang permukaannya rata dan halus,
biasanya bertangkai, sering kali bilateral, dan dapat menjadi besar. Dinding
kista tipis berisi cairan jernih yang serosa dan berwarna kuning.
Penatalaksanaan dengan pengangkatan kista dengan reseksi ovarium.
2. Kistadenoma Ovarii Musinosum
Bentuk kista multilokuler dan biasanya unilateral, dapat tumbuh menjadi
sangat besar. Gambaran klinis terdapat perdarahan dalam kista dan perubahan
degeneratif sehingga timbul perlekatan kista dengan omentum, usus-usus, dan
peritoneum parietal. Selain itu, bisa terjadi ileus karena perlekatan dan
produksi musin yang terus bertambah akibat pseudomiksoma peritonei.
Penatalaksanaan dengan pengangkatan kista in toto tanpa pungsi terlebih dulu
dengan atau tanpa salpingo-ooforektomi tergantung besarnya kista.
3. Kistadenoma Ovarii Serosum
Kista ini berasal dari epitel germinativum. Bentuk kista umumnya unilokular,
tapi jika multilokuller perlu dicurigai adanya keganasan. Kista ini dapat
membesar tetapi tidak sebesar kista musinosum. Selain teraba massa intra
abdominal juga dapat timbul asites. Penatalaksanaan umumnya sama dengan
kistadenoma ovarii musinosum.
4. Kista Dermoid
Kista dermoid adalah teratoma kistik jinak dengan struktur ektodermal
berdiferensiasi sempurna dan lebih menonjol dari pada mesoderm dan
entoderm. Bentuk cairan kista ini seperti mentega. Kandungan tidak hanya
berupa cairan tapi juga ada partikel lain seperti rambut, gigi, tulang, atau sisa-
sisa kulit. Dinding kista keabu-abuan dan agak tipis, konsistensi sebagian
Universitas Sumatera Utara
10
kistik kenyal dan sebagian lagi padat. Dapat menjadi ganas, seperti karsinoma
epidermoid. Kista ini di duga berasal dari sel telur melalui proses
parthenogenesis. Gambaran klinis adalah nyeri mendadak di perut bagian
bawah karena torsi tangkai kista dermoid. Dinding dapat ruptur sehingga isi
kista keluar di rongga peritoneum. Penatalaksanaan dengan pengangkatan
kista dermoid bersama seluruh ovarium.
5. Kista endometroid
Kista jenis ini terbentuk ketika jaringan endometrium (jaringan lapisan rahim)
hadir pada ovarium. Kista jenis ini biasa terjadi pada perempuan selama masa
reproduksinya. Kista jenis ini menyebabkan nyeri panggul yang kronis yang
berhubungan dengan menstruasi.
Kista neoplastik ganas diantaranya15 :
1. Kistadenokarsinoma Serosum
Merupakan jenis yang ganas dari kistadenoma serosum. Pada pemeriksaan
mikroskopis tampak gambaran seperti adenokarsinoma traktus digestivus
dengan sel-sel epitel dalam berbagai tingkat differensiasi. Pembentukan kista-
kista kecil dan pengeluaran musin berjalan terus.
2. Karsinoma Mesonephroid
Berasal dari mesotelium ovarium, bentuknya solid atau kistik. Warna sawo
matang atau keabu-abuan dengan diameter 10-20 cm, disebut juga clear
carcinoma karena mengandung sel-sel pucat di tengah stroma.
3. Kistadenokarsinoma Musinosum.
Ini merupakan prototype keganasan dari kistadenoma musinosum. Hanya
kurang lebih 5% dari jenis kista ini yang menjadi ganas. Perubahan ini dapat
mengenai sebagian kista tetapi pada umumnya mengenai seluruh jaringan
ovarium.
Universitas Sumatera Utara
11
Kista non neoplastik terdiri dari4 :
1. Kista Folikel
Kista ini berasal dari folikel de graaf yang tidak sampai berovulasi, namun
tumbuh terus menjadi kista folikel, atau dari beberapa folikel primer yang
setelah tumbuh di bawah pengaruh estrogen tidak mengalami proses atresia
yang lazim, melainkan membesar menjadi kista. Bisa didapati satu kista atau
lebih, dan besarnya biasanya dengan diameter 1-1,5cm. Kista folikel ini bisa
menjadi sebesar jeruk nipis. Bagian dalam dinding kista yang tipis yang
terdiri atas beberapa lapisan sel granulosa, akan tetapi karena tekanan di
dalam kista, maka terjadilah atrofi pada lapisan ini. Cairan dalam kista
berwarna jernih dan sering kali mengandung estrogen. Oleh sebab itu, kista
kadang-kadang dapat menyebabkan gangguan haid. Kista folikel dapat
mengecil dan menghilang spontan, atau bisa terjadi ruptur dan kista pun
menghilang. Umumnya, jika diameter kista tidak lebih dari 5 cm, maka dapat
ditunggu dahulu karena kista folikel biasanya dalam waktu 2 bulan akan
menghilang sendiri
2. Kista Korpus Luteum
Dalam keadaan normal korpus luteum dapat mengecil dan menjadi korpus
albikans. Kadang-kadang korpus luteum mempertahankan diri (korpus luteum
persistens), perdarahan yang sering terjadi di dalamnya menyebabkan
terjadinya kista, berisi cairan berwarna merah coklat karena darah tua.
Frekuensi kista korpus luteum lebih jarang dari pada kista folikel. Dinding
kista terdiri atas lapisan berwarna kuning, terdiri atas sel-sel luteum yang
berasal dari sel-sel teka. Kista korpus luteum dapat menimbulkan gangguan
haid, berupa amenorea diikuti oleh perdarahan tidak teratur. Adanya kista
dapat pula menyebabkan rasa berat di perut bagian bawah dan perdarahan
yang berulang dalam kista dapat menyebabkan ruptur. Rasa nyeri di dalam
perut yang mendadak dengan adanya amenorea sering menimbulkan
kesulitan dalam diagnosis diferensial dengan kehamilan ektopik yang
terganggu. Jika dilakukan operasi, gambaran yang khas kista korpus luteum
memudahkan pembuatan diagnosis. Penanganan kista korpus luteum ialah
Universitas Sumatera Utara
12
menunggu sampai kista hilang sendiri. Dalam hal dilakukan operasi atas
dugaan kehamilan ektopik terganggu, kista korpus luteum diangkat tanpa
mengorbankan ovarium.
3. Kista Lutein
Pada mola hidatidosa, koriokarsinoma, dan kadang-kadang tanpa adanya
kelainan tersebut, ovarium dapat membesar dan menjadi kistik. Kista
biasanya bilateral dan bisa menjadi sebesar ukuran tinju. Pada pemeriksaan
mikroskopik terlihat luteinisasi sel-sel teka. Sel-sel granulosa dapat pula
menunjukkan luteinisasi, akan tetapi seringkali sel-sel menghilang karena
atresia. Tumbuhnya kista ini ialah akibat pengaruh hormon
koriogonadotropin yang berlebihan, dan dengan hilangnya mola atau
koriokarsinoma, ovarium mengecil spontan.
4. Kista Inklusi Germinal
Kista ini terjadi karena invaginasi dan isolasi bagian-bagian kecil dari epitel
germinativum pada permukaan ovarium. Kista ini lebih banyak terdapat pada
wanita yang lanjut umurnya, dan besarnya jarang melebihi diameter 1 cm.
Kista ini biasanya secara kebetulan ditemukan pada pemeriksaan histologik
ovarium, dindingnya terdiri atas satu lapisan epitel kubik atau torak rendah,
dan isinya cairan jernih dan serus.
5. Kista Endometriosis
Kista yang terbentuk dari jaringan endometriosis (jaringan mirip dengan
selaput dinding rahim yang tumbuh di luar rahim) menempel di ovarium dan
berkembang menjadi kista. Kista ini sering di sebut juga sebagai kista coklat
endometriosis karena berisi darah coklat-kemerahan. Kista ini berhubungan
dengan penyakit endometriosis yang menimbulkan nyeri haid dan nyeri
senggama. Kista ini berasal dari sel-sel selaput perut yang disebut
peritoneum. Penyebabnya bisa karena infeksi kandungan menahun, misalnya
keputihan yang tidak ditangani sehingga kuman-kumannya masuk kedalam
selaput perut melalui saluran indung telur. Infeksi tersebut melemahkan daya
tahan selaput perut, sehingga mudah terserang penyakit. Gejala kista ini
sangat khas karena berkaitan dengan haid. Seperti diketahui, saat haid tidak
Universitas Sumatera Utara
13
semua darah akan tumpah dari rongga rahim ke liang vagina, tapi ada yang
memercik ke rongga perut. Kondisi ini merangsang sel-sel rusak yang ada di
selaput perut mengidap penyakit baru yang dikenal dengan endometriosis.
Karena sifat penyusupannya yang perlahan, endometriosis sering di sebut
kanker jinak.
6. Kista Stein-Leventhal
Ovarium tampak pucat, membesar 2 sampai 3 kali, polikistik, dan
permukaannya licin. Kapsul ovarium menebal. Kelainan ini terkenal dengan
nama sindrom stein-leventhal dan kiranya disebabkan oleh gangguan
keseimbangan hormonal. Umumnya pada penderita terhadap gangguan
ovulsi, oleh karena endometrium hanya dipengaruhi oleh estrogen,
hiperplasia endometri sering ditemukan.
Menurut Nugroho, klasifikasi kista terdiri dari16 :
1. Tipe Kista Normal
Tipe kista yang termasuk dalam kista normal adalah kista fungsional. Kista
tersebut merupakan jenis kista ovarium yang paling banyak ditemukan. Kista
ini berasal dari sel telur dan korpus luteum, terjadi bersamaan dengan siklus
menstruasi yang normal. Kista fungsional akan tumbuh setiap bulan dan akan
pecah pada masa subur, untuk melepaskan sel telur yang pada waktunya siap
dibuahi oleh sperma. Setelah pecah, kista fungsional akan menjadi kista
folikuler dan akan hilang saat menstruasi. Kista fungsional terdiri dari kista
folikel dan kista luteum. Keduanya tidak mengganggu, tidak menimbulkan
gejala dan dapat menghilang dengan sendiri dalam waktu 6-8 minggu.
2. Tipe Kista Abnormal
Jenis kista yang termasuk pada kista abnormal adalah kistadenoma, kista
coklat (endometrioma), kista dermoid, kista endometriosis, kista hemorrhage,
dan kista lutein.
Kistadenoma merupakan kista yang berasal dari bagian luar sel indung telur.
Biasanya bersifat jinak, tetapi dapat membesar dan dapat menimbulkan nyeri.
Kista coklat merupakan endometrium yang tidak pada tempatnya. Kista ini berisi
Universitas Sumatera Utara
14
timbunan darah yang berwarna coklat kehitaman. Kista dermoid merupakan kista
yang berisi berbagai jenis bagian tubuh seperti kulit, kuku, rambut, gigi dan
lemak. Kista dapat ditemukan di kedua bagian indung telur. Biasanya berukuran
kecil dan tidak menimbulkan gejala. Kista endometriosis merupakan kista yang
terjadi karena ada bagian endometrium yang berada diluar rahim. Kista ini
berkembang bersamaan dengan tumbuhnya lapisan endometrium setiap bulan
sehingga menimbulkan nyeri hebat. Kista hemorrhage merupakan kista fungsional
yang disertai perdarahan sehingga menimbulkan nyeri di salah satu sisi perut
bagian bawah.
Kista lutein merupakan kista yang sering terjadi saat kehamilan. Beberapa
tipe kista lutein antara lain kista granulosa lutein merupakan kista yang terjadi di
dalam korpus luteum ovarium yang fungsional. Kista yang timbul pada permulaan
kehamilan ini dapat membesar akibat dari penimbunan darah yang berlebihan saat
menstruasi dan bukan akibat dari tumor. Diameternya yang mencapai 5-6 cm
menyebabkan rasa tidak enak di daerah panggul. Jika pecah, akan terjadi
perdarahan di rongga perut. Pada wanita yang tidak hamil, kista ini menyebabkan
menstruasi terlambat, diikuti perdarahan yang tidak teratur. Kemudian kista theca
lutein merupakan kista yang berisi cairan benign dan berwarna seperti jerami.
Timbulnya kista ini berkaitan dengan tumor ovarium dan terapi hormonal. Dan
kista polikistik ovarium merupakan kista yang terjadi karena kista tidak dapat
pecah dan melepaskan sel telur secara kontiniu. Biasanya terjadi setiap bulan.
Ovarium akan membesar karena bertumpuknya kista ini. Untuk kista polikistik
ovarium yang menetap (persisten), operasi harus dilakukan untuk mengangkat
kista tersebut agar tidak menimbulkan gangguan dan rasa sakit.
2.2.3 Epidemiologi
Angka kejadian kista sering terjadi pada wanita berusia produktif. Jarang
sekali di bawah umur 20 maupun di atas 50 tahun.17
Kista ovarium ditemukan pada hampir semua wanita premenopause dan pada
18% wanita post menopause. Insiden yang sering terjadi pada wanita usia 30-50
tahun dan yang paling tinggi adalah wanita dengan kulit putih.17 Di Indonesia
Universitas Sumatera Utara
15
sekitar 25-50% kematian wanita usia subur disebabkan oleh masalah yang
berkaitan dengan kehamilan, persalinan, serta penyakit mengenai sistem
reproduksi misalnya kista ovarium.18
Di Amerika insiden kista ovarium semua ras adalah 12,5 kasus per 100.000
populasi pada tahun 1988 sampai 1991 sebagian besar kista adalah kista
fungsional dan jinak. Di Amerika karsinoma ovarium di diagnosa pada kira-kira
22.000 wanita, kematian sebanyak 16.000 orang.19
Berdasarkan data yang diperoleh CDC di Amerika pada tahun 2011 insiden
kanker ovarium tertinggi terjadi di kota New York, Columbia dan Washington
dengan interval 12,5-14,9 per 100.000 penduduk. Dan yang paling rendah terjadi
di kota Hawai, Virginia, dan Louisiana dengan interval 7,5-10,4 per 100.000
penduduk.20
Di RSUP H. Adam Malik Medan di dapati jumlah seluruh penderita kista
ovarium tahun 2008-2009 sebanyak 47 orang. Di RSUD Dr. Pirngadi Medan dari
bulan Januari 2010 – Oktober 2010 penderita kista ovarium pada wanita usia
subur terdata sebanyak 34 kasus.7 Kemudian Di RS ST. Elisabeth Medan
penderita kista ovarium dari tahun 2008-2012 terdata sebanyak 116 kasus.8
2.2.4 Faktor Resiko
Penyebab pasti dari penyakit kista Ovarium belum diketahui secara pasti.
Akan tetapi salah satu pemicunya adalah faktor hormonal. Penyebab terjadinya
kista ovarium ini dipengaruhi oleh banyak faktor yang saling berhubungan.
Beberapa faktor resiko yang mempengaruhi terjadinya kista ovarium adalah:
1. Pasien yang memiliki riwayat menderita kista ovarium sebelumnya atau
riwayat keluarga pasien yang pernah menderita kista ovarium.13
2. Penderita kanker payudara yang pernah menjalani kemoterapi (tamoxifen)
Tamoxifen dapat menyebabkan kista ovarium fungsional jinak yang biasanya
menyelesaikan penghentian pengobatan tersebut.17
3. Gaya hidup yang tidak sehat
Gaya hidup yang tidak sehat dapat memicu terjadinya penyakit kista ovarium.
Resiko kista ovarium fungsional meningkat dengan merokok, resiko dari
Universitas Sumatera Utara
16
merokok mungkin meningkatkan lebih lanjut dengan indeks massa tubuh
menurun. Selain dikarenakan merokok, pola makan yang tidak sehat seperti
konsumsi tinggi lemak, rendah serat, konsumsi zat tambahan pada makanan,
konsumsi alkohol dapat juga meningkatkan resiko penderita kista ovarium.
Pada wanita yang sudah menopause kista fungsional tidak terbentuk karena
menurunnya aktivitas indung telur.18
4. Gangguan siklus haid
Gangguan siklus haid yang sangat pendek atau lebih panjang harus
diwaspadai. Menstruasi di usia dini yaitu 11 tahun atau lebih muda
merupakan faktor resiko berkembangnya kista ovarium wanita dengan siklus
haid tidak teratur juga merupakan faktor resiko kista ovarium.18
5. Pemakaian alat kontrasepsi hormonal
Wanita yang menggunakan alat kontrasepsi hormonal juga merupakan faktor
resiko kista ovarium, yaitu pada wanita yang menggunakan alat kontrasepsi
hormonal berupa implant, akan tetapi pada wanita yang menggunakan alat
kontrasepsi hormonal berupa pil cenderung mengurangi resiko untuk terkena
kista ovarium.22
2.2.5 Gejala Klinis Kista Ovarium
Kista ovarium sering kali tanpa gejala, terutama bila ukuran kistanya masih
kecil. Kista yang jinak baru memberikan rasa tidak nyaman apabila kista semakin
membesar, sedangkan pada kista yang ganas kadangkala memberikan keluhan
sebagai hasil infiltasi atau metastasis kejaringan sekitar.23 Pemastian penyakit
tidak bisa dilihat dari gejala-gejala saja karena mungkin gejalanya mirip dengan
keadaan lain seperti endometriosis, radang panggul, kehamilan ektopik (di luar
rahim) atau kanker ovarium. Meski demikian, penting untuk memperhatikan
setiap gejala atau perubahan ditubuh untuk mengetahui gejala mana yang serius.
Gejala-gejala yang paling sering antara lain: pembesaran perut, kembung, mual,
gangguan nafsu makan, siklus menstruasi tidak teratur dan sering nyeri, nyeri
perut bagian bawah yang menetap atau kambuhan yang dapat menyebar ke
punggung bawah dan paha, nyeri senggama, luas permukaan dinding
Universitas Sumatera Utara
17
endometrium menebal, dan pembengkakan tungkai bawah yang tidak disertai rasa
sakit. Kadang-kadang kista dapat memutar pada pangkalnya, mengalami infark
dan robek, sehingga menyebabkan nyeri tekan perut bagian bawah yang akut
sehingga memerlukan penanganan kesehatan segera.24
2.2.6 Pemeriksaan Fisik
Penyakit keganasan lanjut dapat dihubungkan dengan cachexia dan
kehilangan berat badan, lymphadenopathy di leher, sesak nafas dan tanda-tanda
efusi pleura. Kista yang besar dapat diraba pada pemeriksaan abdominal. Asites
yang tampak dapat mengkaburkan palpasi massa di intra-abdominal. Meskipun
ovarium normal dapat diraba pada pemeriksaan pelvic pada pasien premenopause
yang kurus, perabaan ovarium harus disadari abnormal pada wanita
postmenopause. Jika pasien gemuk, palpasi kista dalam ukuran apapun juga akan
sulit dibuktikan. Kadang-kadang, gambaran alami kistik dari kista ovarium
mungkin terjadi, dan ini harus hati-hati di palpasi. Servik dan uterus mungkin
dapat terdorong ke satu arah. Massa lain dapat dipalpasi, termasuk fibroid dan
nodul pada ligament uterosakral mengarah pada keganasan atau endometriosis.25
Penemuan klinis untuk dapat membedakan tumor adneksa jinak atau
ganas26,27 (Pada tabel 2.1)
Tabel 2.1 Pemeriksaan Fisik Tumor Ovarium Jinak dan Ganas26,27
Jinak Ganas
Unilateral
Kistik
Mobile
Permukaan rata
Tidak ada asites
Pertumbuhan lambat
Bilateral
Padat
Terfiksir
Permukaan berbonjol-bonjol
Dijumpai asites
Pertumbuhan cepat
Universitas Sumatera Utara
18
2.2.7 Pemeriksaan Penunjang
2.2.7.1 Ultrasonografi
Pemeriksaan USG menjadi pilihan utama untuk mendeteksi adanya kista dan
membantu untuk menentukan apakah kista tersebut jinak atau ganas. Dengan
pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas tumor, apakah tumor berasal dari
uterus, ovarium, atau kandung kemih, apakah tumor kistik atau padat. USG lebih
sensetif dari pada pemeriksaan panggul untuk mendeteksi adanya tumor ovarium.
USG resolusi tinggi memberikan sensitivitas yang lebih besar dalam membedakan
lesi jinak dan ganas.28 (Pada tabel 2.2)
Tabel 2.2 Pemeriksaan Radiografi29
Jinak Ganas
Kista sederhana dengan ukuran kurang
dari 10 cm
Tumor solid (padat) atau campuran
Tebal sekat (dinding) kurang dari
3mm
Banyak sekat dan tebal sekat (dinding)
lebih dari 3mm
1 sisi 2 sisi
Tidak membentuk massa di perut Membentuk massa di perut
2.2.7.2 Foto Rontgen
Berguna untuk menentukan adanya hidrothoraks.25 BNO-IVP digunakan
untuk evaluasi letak ureter dan kelainan bentuk kandung kemih serta dapat juga
mengetahui adanya massa tumor tersebut.
2.2.7.3 Pengukuran serum CA-125
Tes darah dilakukan dengan mendeteksi zat yang dinamakan CA-125, kadar
CA-125 pada seorang penderita kanker ovarium umumnya tinggi. Namun tidak
semua peningkatan CA-125 disebabkan oleh kanker ovarium. Terdapat
kemungkinan disebabkan oleh penyakit radang panggul, endometriosis, atau
fibroid rahim.
Universitas Sumatera Utara
19
2.2.7.4 Pemeriksaan Histopatologi
Tabel 2.3 Pemeriksaan Histopatologi30
Jinak Ganas
Tidak ada perlekatan sehingga mudah
digerakkan
Ada perlekatan sehingga sulit
digerakkan ( fixed )
Kapsul ( pembungkus ) kista utuh Kapsul (pembungkus ) kista tidak utuh
/ pecah / rupture
2.2.8 Komplikasi
Salah satu hal yang paling ditakutkan dari penyakit kista ovarium ini ialah
kista tersebut berubah menjadi ganas dan banyak terjadi komplikasi. Komplikasi
dari kista ovarium yang dapat terjadi ialah4:
1. Perdarahan ke dalam kista.
Biasanya terjadi sedikit-sedikit hingga berangsur-angsur menyebabkan kista
membesar, pembesaran luka dan hanya menimbulkan gejala-gejala klinik
yang minimal, akan tetapi jika perdarahan terjadi dalam jumlah yang banyak
akan terjadi distensi yang cepat dari kista yang menimbulkan nyeri di perut.
Kista berpotensi untuk pecah, tidak ada patokan mengenai besarnya kista
yang berpotensi pecah. Pecahnya kista bisa menyebabkan pembuluh darah
robek dan menimbulkan terjadinya perdarahan.
2. Torsio (Putaran tangkai).
Terjadi pada tumor bertangkai dengan diameter 5cm atau lebih, torsi meliputi
ovarium, tuba fallopi atau ligamentum rotundum pada uterus. Jika
dipertahankan torsi ini dapat berkembang menjadi infark peritonitis dan
kematian. Torsi biasanya unilateral dan dikaitkan dengan kista, karsinoma
TOA, masa yang tidak melekat atau yang dapat muncul pada wanita usia
reproduksi. Gejalanya meliputi nyeri mendadak dan hebat dikuadrat abdomen
bawah, mual dan muntah dapat terjadi demam leukositosis.
3. Perubahan keganasan
Setelah tumor diangkat perlu dilakukan pemeriksaan mikroskopis yang
sesama terhadap kemungkinan perubahan keganasannya, adanya asites dalam
hal ini mencurigakan masa kista ovarium berkembang setelah masa
menopause sehingga bisa kemungkinan untuk berubah menjadi kanker.
Universitas Sumatera Utara
20
4. Robek dinding kista
Terjadi pada torsi tangkai, akan tetapi dapat pula terjadi akibat trauma, seperti
jatuh atau pukulan pada perut, dan lebih sering pada waktu melakukan
bersetubuh, jika robekan kista disertai hemoragi yang timbul secara akut,
maka perdarahan bebas berlangsung ke uterus ke dalam rongga peritoneum
dan menimbulkan rasa nyeri terus-menerus, disertai tanda-tanda akut.
2.2.9 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan tergantung beratnya gejala, usia pasien dan adanya resiko
keganasan dan keinginan untuk mendapatkan anak berikutnya.30,32,33,34
2.2.9.1 Pada pasien asimptomatis
Pada usia >50 tahun jauh lebih besar kemungkinan suatu keganasan dan
penenganan konservatif mempunyai sedikit keuntungan bila diameter tumor lebih
dari 5 cm. Pada kelompok usia ini, hanya 29-50% dari semua kista ovarium akan
menjadi ganas.8,32,33,35
Kriteria untuk tindakan konservatif pada pasien tanpa gejala27,32,35 :
1. Tumor unilateral
2. Kista unilokuler tanpa elemen padat
3. Wanita premenopause dengan diameter 3-10 cm
4. Wanita postmenopause dengan diameter 2-6 cm
5. Ca-125: normal
6. Asites ( - )
Kista folikuler membesar sampai 3 cm tidak memerlukan pemeriksaan lebih
lanjut. Kista unilokuler yang jelas ukurannya 3-10 cm yang diidentifikasi melalui
USG harus diulangi pemeriksaan USG 3 bulan mendatang. Jika kista menetap,
maka pasien harus di evaluasi dengan USG 6 bulan lagi dan diukur Ca-125.32,35
Pemakaian kontrasepsi oral kombinasi tidak mungkin mencapai resolusi dari
kista fungsional dan pengobatan hormonal pada endometriosis tidak selalu
bermanfaat pada endometrioma. Jika kista membesar merupakan indikasi untuk
laparoskopi atau laparatomi. 26,33,35,
Universitas Sumatera Utara
21
Tumor ovarium neoplastik membutuhkan tindakan operasi, sedangkan tumor
non neoplastik tidak. Tumor dengan diameter < 5 cm, tidak dilakukan operasi,
namun di observasi 2-3 bulan berikutnya untuk membuktikan tumor makin kecil
atau makin besar. Jika ukuran menetap atau membesar berarti tumor bersifat
neoplastik, maka perlu tindakan operasi.26,27,28
Indikasi operasi suatu tumor adneksa adalah26,27,28 :
1. Kista ovarium >5 cm, setelah diobservasi 6-8 minggu tidak mengecil.
2. Adanya lesi pada ovarium.
3. Adanya lesi ovarium dengan pertumbuhan papil pada dinding kista.
4. Adanya tumor adneksa >10 cm.
5. Adanya massa di adneksa pada premenarche atau postmenopause.
6. Torsi atau rupture kista.
Tindakan operasi pada tumor ovarium jinak berupa reseksi pada bagian
ovarium yang mengandung tumor. Tetapi bila tumornya besar atau ada
komplikasi perlu dilakukan salfingooforektomi. Bila dijumpai keraguan, perlu
dilakukan frozen section, dan jika ternyata ganas operasi yang tepat adalah
histerektomi total + bisalfingooforektomi + omentektomi + limfadenektomi
selektif pada kelenjar getah bening pelvis dan aorta.26,27,28
2.2.9.2 Pasien dengan Gejala
Jika pasien timbul gejala nyeri akut, berat dan ada tanda-tanda pendarahan
intra peritoneal maka dilakukan laparoskopi atau laparatomi segera.33
1. Laparoskopi
Laparoskopi dilakukan jika asal pelvic dari pelvic mass belum dapat
dipastikan sehingga dapat menghindari laparotomi jika tidak ada kontra
indikasi dan memiliki ukuran kista yang sesuai untuk laparoskopi. Pasien
harus dijelaskan kemungkinan untuk dilakukan laparotomi pada kasus-kasus
keganasan atau komplikasi laparoskopi yang tidak diharapkan.25,30
Keuntungan laparoskopi secara umum : nyeri post operasi berkurang, masa
rawatan di RS pendek, untuk segera kembali beraktifitas lebih cepat, lebih
kecil resiko untuk terjadinya perlengketan dibanding laparotomi. Kerugian :
Universitas Sumatera Utara
22
bisa tertinggal isi kista, namun hal ini tergantung kepada keahlian dari
operator sendiri, eksisi tidak komplit pada dinding kista dan diagnosis
histologik keganasan yang tidak diharapkan. Operasi laparoskopi pada kista
yang tidak di obati tidak adekuat maka kesempatan untuk menjadi tumor
ovarium ganas hingga 83%.25,30
Kista dermoid lebih baik diangkat melalui laparatomi karena konsekuensi
yang serius dari isi kista yang dapat menimbulkan perlengketan. Operasi
laparoskopi bisa dilakukan pada semua usia dimana kemungkinan penyakit
keganasan kecil dan lebih penting lagi untuk mempertahankan jaringan
ovarium.25,30
2. Laparatomi
Diagnosis klinis tidak dapat dilakukan tanpa laparatomi dan kemudian
pemeriksaan histologik penting untuk menarik kesimpulan diagnosis yang
meyakinkan. Frozen section jarang dilakukan, pada keadaan ini diperlukan
untuk menyingkirkan suatu keganasan.25,30,33
Jika ada kemungkinan penyakit invasif, insisi kulit longitudinal harus
dilakukan untuk melihat abdomen bagian atas. Sampel cairan dan bilasan
peritoneum harus dikirim untuk pemeriksaan sitologi pada durante operasi dan
sangat penting untuk memeriksa seluruh abdomen dan memeriksa kedua
ovarium.25,30,33
Pada wanita < 35 tahun dengan tumor ovarium sangat jarang menjadi ganas.
Jika massa merupakan keganasan ovarium primer, mungkin berasal dari germ
cell tumor yang respon terhadap kemoterapi. Kistektomi ovarium atau
unilateral oophorektomi adalah pengobatan yang cocok pada kelompok umur
ini. Ovarium yang kontra lateral harus diangkat dan dikirim untuk
pemeriksaan histologi pada kasus-kasus tumor ovarium ganas. Bila lesi terjadi
maka harus diupayakan untuk mempertahankan jaringan ovarium. 25,30,33
Kanker ovarium yang berasal dari epitel sering dijumpai pada usia > 44 tahun
dengan massa ovarium unilateral, dianjurkan untuk total abdominal
histerektomi–bisalpyngo–oophorektomi.25,30
Universitas Sumatera Utara
23
2.2.10 Pencegahan
Belum ada tindakan khusus agar terhindar dari penyakit kista ovarium. Akan
tetapi pencegahan ditujukan untuk menurunkan angka insidensi kista ovarium dan
secara tidak langsung akan mengurangi angka kematian akibat kista ovarium.
2.2.10.1 Pencegahan primer
Pencegahan primer pada kista ovarium dilakukan pada orang sehat yang
sudah memiliki faktor resiko untuk terkena kista ovarium. Pencegahan primer
dapat dilakukan melalui upaya menghindarkan diri dari keterpaparan berbagai
faktor resiko dan melaksanakan pola hidup sehat seperti tidak merokok,
menkonsumsi makanan yang kaya serat dan mengandung zat anti oksidan yang
tinggi, serta hindari zat kimia tambahan yang berbahaya pada makanan.
2.2.10.2 Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder ditujukan untuk mengobati para penderita dan
mengurangi akibat-akibat yang lebih serius dari penyakit kista ovarium melalui
diagnosa, pemeriksaan dini dan bekala kemudian pengobatan yang tepat.36
Universitas Sumatera Utara
24
Karakteristik :
- Umur - Paritas
Keluhan :
- Pembesaran perut - Gangguan haid - Nyeri perut
Gambaran histopatologi
kista ovarium
Gejala / Keluhan :
- Pembesaran perut
- Gangguan haid - Nyeri perut
BAB III
KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESA
3.1 Kerangka Teori Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian diatas maka kerangka konsep dalam penelitian
ini adalah :
3.2 Kerangka Konsep Penelitian
Variabel Independen Variabel Dependen
Kista Ovarium
Faktor Resiko :
- Keturunan - Siklus menstruasi - Pemakaian obat
kemoterapi - Kontrasepsi
hormonal - Gaya hidup
Karakteristik
berdasarkan :
- Usia - Paritas - Status perkawinan - Pendidikan
Hasil
pemeriksaan
histopatologi
Jinak Ganas
Universitas Sumatera Utara
25
3.3 Hipotesa
Ada hubungan antara karakteristik dan keluhan dengan gambaran
histopatologi pada penderita kista ovarium di RSUP H. Adam Malik Medan dan
RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2014 dan 2015
Universitas Sumatera Utara
26
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Rencana Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian yang bersifat analitik, dengan studi jenis cross
sectional, untuk mengetahui hubungan karakteristik dan keluhan dengan
gambaran histopatologi pada penderita kista ovarium di RSUP H. Adam Malik
Medan dan RSUD DR. Pirngadi Medan Tahun 2014 dan 2015.
4.2 Waktu dan Tempat Penelitian
4.2.1 Waktu
Penelitian ini dirancang pada bulan April – November 2016. Waktu
pengambilan data direncanakan selama bulan Agustus – November 2016.
4.2.2 Tempat penelitian
Penelitian ini dilakukan di RSUP H. Adam Malik Medan dan di RSUD Dr.
Pirngadi Medan.
4.3 Populasi dan Sampel Penelitian
4.3.1 Populasi
Populasi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh penderita
Kista Ovarium di RSUP H. Adam Malik Medan dan RSUD Dr. Pirngadi Medan.
4.3.2 Sampel
Sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh penderita
kista ovarium di RSUP H. Adam Malik Medan dan RSUD Dr. Pirngadi Medan
Tahun 2014 dan 2015. Metode yang digunakan adalah metode random sampling.
Selain itu, sampel yang di ambil harus memenuhi kriteria inklusi dan tidak masuk
dalam kriteria eksklusi selama berlangsungnya penelitian, dengan besar sampel
dihitung memakai rumus:
Universitas Sumatera Utara
27
𝑛 = (𝑧𝛼√2𝑃𝑄 + 𝑧𝛽√𝑃₁𝑄₁ + 𝑃₂𝑄₂
𝑃₁ − 𝑃₂)
2
Keterangan :
n = besar sampel
zα = nilai standar alpha 5%, yaitu 1,96
zβ = nilai standar beta 20%, yaitu 0,84
P₁ = proporsi pajanan pada kelompok kasus berdasarkan penelitian
sebelumnya sebesar 0,3
Q₁ = 1 − P₁ = 1 − 0,3 = 0,7
P₁ − P₂ = selisih proporsi pajanan yang dianggap bermakna, ditetapkan
sebesar 0,15
P₂ = proporsi pajanan pada kelompok kontrol, (P₁ − 0,15=0,15)
Q₂ = 1 − P₂ = 1 − 0,15 = 0,85
P = (P₁ + P₂)/2 = (0,3 + 0,15)/2 = 0,225
Q = 1 – P = 1 – 0,225 = 0,775
Apabila seluruh nilai di atas dimasukkan ke dalam rumus akan diperoleh sebagai
berikut :
𝑛 = (1,96√2𝑥0,225𝑥0,775 + 0,84√0,3𝑥0,7 + 0,15𝑥0,85
0,3 − 0,15)
2
Dari perhitungan rumus sampel, didapatkan hasil sebanyak 120,1. Maka
diperlukan jumlah sampel minimal sebanyak 120 orang. Karena didapatkan hasil
keseluruhan sampel sebesar 130, maka peneliti ingin memasukkan keseluruhan
sampel tersebut.
Kriteria inklusi dan eksklusi dalam penelitian sampel ini adalah :
1. Kriteria inklusi
a. Pasien yang didiagnosa kista ovarium yang memiliki hasil dari
pemeriksaan histopatologi yang di catat dalam rekam medik
b. Tidak ada tumor ginekologi lainnya
Universitas Sumatera Utara
28
2. Kriteria eksklusi
a. Pasien yang tidak memiliki catatan rekam medik lengkap meliputi
karakteristik yang akan di ambil
b. Pasien kista ovarium dengan kehamilan
c. Pasien yang belum mendapatkan haid
4.4 Teknik Pengumpulan Data
Jenis data yang digunakan adalah data sekunder, yaitu peneliti mengambilnya
dari data rekam medik di RSUP H. Adam Malik Medan dan RSUD DR. Pirngadi
Medan Tahun 2014 dan 2015.
4.5 Pengolahan dan Analisa Data
4.5.1 Pengolahan data
Pengolahan data yang telah terkumpul dilakudilakukan dengan langkah-
langkah sebagai berikut : (1) editing, dilakukan untuk memeriksa ketepatan dan
kelengkapan data; (2) coding,data yang telah terkumpul dikoreksi, kemudian
diberi kode oleh peneliti secara manual sebelum diolah dengan komputer; (3)
entry, data tersebut dimasukkan ke dalam program komputer; (4) cleaning data,
pemeriksaan semua data yang telah dimasukkan ke dalam komputer guna
menghindari terjadinya kesalahan dalam pemasukan data; (5) saving,
penyimpanan data untuk siap dianalisis ; (6) analisa data.
4.5.2 Analisa data
Data kemudian diolah dengan menggunakan perangkat lunak komputer dan
disajikan dalam bentuk tabel dengan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui
hubungan antara karakteristik dan keluhan dengan gambaran histopatologi pada
penderita kista ovarium. Analisa data yang dimaksud adalah analisis bivariat
dengan menggunakan uji Chi-Square
Universitas Sumatera Utara
29
4.6 Definisi Operasional
1. Gambaran histopatologi kista ovarium
a. Hasil pemeriksaan histopatologi kista ovarium yang diperiksa di lab
patologi anatomi.
b. Cara ukur: Mengambil data dari rekam medis
c. Alat ukur: Rekam medis
d. Hasil ukur: - Jinak :
• Kistoma ovarii simplek
• Kistadenoma ovarii musinosum
• Kistadenoma ovarii serosum
• Kista dermoid
• Kista endometroid
- Ganas :
• Kistadenokarsinoma Serosum
• Kistadenokarsinoma Musinosum.
• Karsinoma Mesonephroid
e. Skala ukur: Nominal
2. Umur
a. Usia wanita yang didiagnos menderita kista ovarium.
b. Cara ukur: Mengambil data dari rekam medis
c. Alat ukur: Rekam medis
d. Hasil ukur: - Usia reproduksi (15-49 tahun)
- Usia tidak reproduksi (≥50 tahun)
e. Skala ukur: Ordinal
3. Paritas
a. Berapa kali penderita kista ovarium sudah pernah melahirkan.
b. Cara ukur: Mengambil data dari rekam medis
c. Alat ukur: Rekam medis
d. Hasil ukur: - Tidak pernah (0 kali)
- Paritas rendah (1-5 kali)
- Paritas tinggi (≥6 kali)
Universitas Sumatera Utara
30
e. Skala ukur: Ordinal
4. Pembesaran perut
a. Pasien kista ovarium yang memiliki keluhan pembesaran perut yang
tercatat di rekam medis.
b. Cara ukur: Mengambil data dari rekam medis
c. Alat ukur: Rekam medis
d. Hasil ukur: - Ya
- Tidak
e. Skala ukur: Nominal
5. Gangguan haid
a. Pasien kista ovarium yang memiliki keluhan gangguan haid yang
tercatat di rekam medis.
b. Cara ukur: Mengambil data dari rekam medis
c. Alat ukur: Rekam medis
d. Hasil ukur: - Ya
- Tidak
e. Skala ukur: Nominal
6. Nyeri perut
a. Pasein kista ovarium yang memiliki keluhan nyeri perut yang tercatat
di rekam medis.
b. Cara ukur: Mengambil data dari rekam medis
c. Alat ukur: Rekam medis
d. Hasil ukur: - Ya
- Tidak
e. Skala ukur: Nominal
Universitas Sumatera Utara
31
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Deskripsi Lokasi Penelitian
Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik merupakan rumah sakit kelas A
sesuai dengan SK Menkes No. 335/Menkes/SK VII/ 1990 yang berlokasi di Jl.
Bunga Lau No. 17 Medan Tuntungan Kota Medan Provinsi Sumatera Utara.
Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan merupakan pusat rujukan
wilayah pembangunan A yang meliputi Provinsi Sumatera Utara, Nanggroe Aceh
Darusalam, Sumatera Barat, dan Riau. Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi
Medan merupakan rumah sakit milik pemerintah. Rumah sakit ini dikelola oleh
pemerintah pusat bersama dengan Pemerintah Daerah Kota Medan. Rumah sakit
ini terletak pada Jalan Prof. H.M. Yamin, S.H. No. 47 Medan Indonesia. Rumah
Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan merupakan Rumah Sakit tipe B sesuai
dengan SK Menkes RI No. 433 / Menkes/SK/2007 pada tanggal 10 April 2007.
5.2 Deskripsi Karakteristik Sampel / Individu
Dalam Penelitian ini, responden yang di butuhkan adalah sebanyak 130
orang. Dari keseluruhan responden, gambaran karakteristik responden meliputi
usia, paritas, pembesaran perut, gangguan haid, nyeri perut, dan hasil pemeriksaan
histopatologi pada penderita kista ovarium
Universitas Sumatera Utara
32
Tabel 5.1 Karakteristik Pasien – Pasien Kista Ovarium di RSUP. H. Adam
Malik Medan dan RSUD. Dr. Pirngadi Medan.
Karakteristik Pasien Jumlah %
Kelompok Usia
Reproduktif 101 77,7
Non Reproduktif 29 22,3
Paritas
Tidak Pernah 44 33,8
Paritas Rendah 82 63,1
Paritas Tinggi 4 3,1
Status Pernikahan
Menikah 105 80,8
Belum Menikah 25 19.2
Pendidikan
Tidak Tamat SD 6 4,6
Tamat SD 12 9,2
Tamat SMP 24 18,5
Tamat SMA 83 63,8
Tamat Sarjana 5 3,8
Pada penelitian ini dilibatkan 130 responden penderita Kista Ovarium.
Distribusi sampel terbanyak berada pada kelompok usia reproduktif yaitu
sebanyak 101 orang, diikuti oleh kelompok usia non reproduktif sebanyak 29
orang. Pada penelitian dijumpai jumlah responden yang paritas rendah sebanyak
82 orang, tidak pernah melahirkan sebanyak 44 orang, sedangkan paritas yang
tinggi sebanyak 4 orang. Pada penelitian ini dijumpai pasien yang sudah menikah
sebanyak 105 orang, sedangkan yang belum menikah sebanyak 25 orang. Menurut
riwayat pendidikan dijumpai yang tidak tamat SD sebanyak 6 orang, tamat SD
sebanyak 12 orang, tamat SMP sebanyak 24 orang, tamat SMA sebanyak 83
orang, dan yang tamat sarjana sebanyak 5 orang.
Universitas Sumatera Utara
33
Tabel 5.2 Keluhan Pasien – Pasien Kista Ovarium RSUP. H. Adam Malik
Medan dan RSUD. Dr. Pirngadi Medan.
Keluhan Pasien Jumlah %
Pembesaran perut
Ya 87 66,9
Tidak 43 33,1
Gangguan Haid
Ya 46 35,4
Tidak 84 64,6
Nyeri Perut
Ya 79 60,8
Tidak 51 39,2
Pada penelitian ini dilibatkan 130 responden penderita Kista Ovarium.
Pembesaran perut dijumpai pada 87 responden sedangkan 43 responden tidak
mengalami pembesaran perut. Penelitian ini mendapatkan data gangguan haid
pada 46 orang, sedangkan 84 orang tidak mengalami gangguan haid. Nyeri perut
di jumpai pada 79 orang, sedangkan 51 orang tidak mengalami nyeri perut.
Tabel 5.3 Gambaran Histopatologi Kista Ovarium
Histopatologi Jumlah %
Ganas 39 30
Jinak 91 70
Pada penelitian ini dilibatkan 130 responden penderita Kista Ovarium.
Gambaran histopatologi ganas di jumpai pada 39 orang, sedangkan gambaran
histopatologi jinak di jumpai pada 91 orang.
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Jenis dan Klasifikasi Kista Ovarium
Histopatologi Jenis Kista Ovarium Jumlah
Ganas Kistadenokarsinoma serosum 16
Kistadenokarsinoma musinosum 15
Karsinoma mesonephroid 8
Jinak Kistoma ovarii simplek 10
Kistadenoma ovarii musinosum 25
Kistadenoma ovarii serosum 23
Kista dermoid 23
Kista endometroid 10
Total 130
Universitas Sumatera Utara
34
5.3 Deskripsi Bivariat
5.3.2 Hubungan usia dengan gambaran histopatologi kista ovarium
Tabel 5.5 Uji Chi Square : Hubungan Usia dengan Gambaran Histopatologi
Kista Ovarium.
Usia Histopatologi
Total P Value Ganas % Jinak %
Reproduktif 26 25,7 75 74,3 101
0,048 Non Reproduktif 13 44,8 16 55,2 29
Total 39 30 91 70 130
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa wanita yang berumur
reproduktif yang mengalami kista ovarium ganas sebanyak 26 orang (25,7%), dan
yang mengalami kista ovarium jinak sebanyak 75 orang (74,3%). Wanita yang
berumur non reproduktif dan mengalami kista ovarium ganas sebanyak 13 orang
(44,8%), dan yang mengalami kista ovarium jinak sebanyak 16 orang (55,2%).
Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi Jenis dan Klasifikasi Kista Ovarium
Berdasarkan Usia.
Usia Histopatologi
Total Ganas Jumlah Jinak Jumlah
Reproduktif Kistadenokarsinoma
serosum
12 Kistoma ovarii
simplek
10 101
Kistadenokarsinoma
musinosum
9 Kistadenoma
ovarii
musinosum
17
Karsinoma
mesonephroid
5 Kistadenoma
ovarii serosum
18
Kista dermoid 20
Kista
endometroid
10
Non
Reproduktif
Kistadenokarsinoma
serosum
4 Kistoma ovarii
simplek
0 29
Kistadenokarsinoma
musinosum
6 Kistadenoma
ovarii
musinosum
8
Karsinoma
mesonephroid
3 Kistadenoma
ovarii serosum
5
Kista dermoid 3
Kista
endometroid
0
Total 39 91 130
Universitas Sumatera Utara
35
5.3.3. Hubungan paritas dengan gambaran histopatologi kista ovarium
Tabel 5.7. Uji Chi Square : Hubungan Paritas dengan Gambaran
Histopatologi Kista Ovarium.
Paritas
Histopatologi
Total P Value Ganas % Jinak %
Tidak pernah 12 27,2 32 72,8 44
0,133 Paritas rendah 24 29,2 58 70,8 82
Paritas tinggi 3 75 1 25 4
Total 39 30 91 70 130
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa wanita yang tidak pernah
melahirkan dan mengalami kista ovarium ganas sebanyak 12 orang (27,2%), dan
yang mengalami kista ovarium jinak sebanyak 32 orang (72,8%). Wanita dengan
paritas rendah dan mengalami kista ovarium ganas sebanyak 24 orang (29,2%),
dan yang mengalami kista ovarium jinak sebanyak 58 orang (70,8%). Sedangkan
wanita yang paritas tinggi dan mengalami kista ovarium ganas sebanyak 3 orang (
75%), dan yang mengalami kista ovarium jinak jinak sebanyak 1 orang (25%).
Universitas Sumatera Utara
36
Tabel 5.8. Distribusi Frekuensi Jenis dan Klasifikasi Kista Ovarium
Berdasarkan Paritas.
Paritas Histopatologi
Total Ganas Jumlah Jinak Jumlah
Tidak
pernah
Kistadenokarsinoma
serosum
4 Kistoma ovarii simplek 5 44
Kistadenokarsinoma
musinosum
6 Kistadenoma ovarii
musinosum
8
Karsinoma mesonephroid 2 Kistadenoma ovarii
serosum
8
Kista dermoid 7
Kista endometroid 4
Paritas
rendah
Kistadenokarsinoma
serosum
10 Kistoma ovarii simplek 5 82
Kistadenokarsinoma
musinosum
8 Kistadenoma ovarii
musinosum
17
Karsinoma mesonephroid 6 Kistadenoma ovarii
serosum
15
Kista dermoid 15
Kista endometroid 6
Paritas
tinggi
Kistadenokarsinoma
serosum
2 Kistoma ovarii simplek 0 4
Kistadenokarsinoma
musinosum
1 Kistadenoma ovarii
musinosum
0
Karsinoma mesonephroid 1 Kistadenoma ovarii
serosum
0
Kista dermoid 1
Kista endometroid 0
Total 39 91 130
5.3.4. Hubungan Pembesaran Perut Dengan Gambaran Histopatologi Kista
Ovarium
Tabel 5.9. Uji Chi Square : Hubungan Pembesaran Perut dengan Gambaran
Histopatologi Kista Ovarium
Pembesaran
perut
Histopatologi Total P Value
Ganas % Jinak %
Ya 18 20,7 69 79,3 87
0,001 Tidak 21 48,8 22 51,2 43
Total 39 30 91 70 130
Dapat dilihat pada tabel di atas menunjukkan bahwa wanita yang
mengeluhkan pembesaran perut dan mengalami kista ovarium ganas sebanyak 18
Universitas Sumatera Utara
37
orang (20,7%), dan yang mengalami kista ovarium jinak sebanyak 69 orang
(79,3%). Wanita yang tidak mengeluhkan pembesaran perut dan mengalami kista
ovarium ganas sebanyak 21 orang (48,8%), dan yang mengalami kista ovarium
jinak sebanyak 22 orang (51,2%).
Tabel 5.10. Distribusi Frekuensi Jenis dan Klasifikasi Kista Ovarium
Berdasarkan Pembesaran Perut.
Pembesaran
perut
Histopatologi Total
Ganas Jumlah Jinak Jumlah
Ya Kistadenokarsinoma
serosum
8 Kistoma ovarii
simplek
8 87
Kistadenokarsinoma
musinosum
6 Kistadenoma
ovarii musinosum
19
Karsinoma
mesonephroid
4 Kistadenoma
ovarii serosum
20
Kista dermoid 17
Kista endometroid 5
Tidak Kistadenokarsinoma
serosum
8 Kistoma ovarii
simplek
2 43
Kistadenokarsinoma
musinosum
9 Kistadenoma
ovarii musinosum
6
Karsinoma
mesonephroid
4 Kistadenoma
ovarii serosum
3
Kista dermoid 6
Kista endometroid 5
Total 39 91 130
5.4.5. Hubungan Gangguan Haid Dengan Gambaran Histopatologi Kista
Ovarium
Tabel 5.11. Uji Chi Square : Hubungan Gangguan Haid dengan Gambaran
Histopatologi Kista Ovarium
Gangguan
haid
Histopatologi Total P Value
Ganas % Jinak %
Ya 7 15,2 39 84,8 46
0,006 Tidak 32 38,1 52 61,9 84
Total 39 30 91 70 130
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa wanita yang mengeluhkan
gangguan haid dan mengalami kista ovarium ganas sebanyak 7 orang (15,2%),
dan yang mengalami kista ovarium jinak sebanyak 39 orang (84,8%). Wanita
Universitas Sumatera Utara
38
yang tidak mengeluhkan gangguan haid dan mengalami kista ovarium ganas
sebanyak 32 orang (38,1%), dan yang mengalami kista ovarium jinak sebanyak 52
orang (61,9%).
Tabel 5.12. Distribusi Frekuensi Jenis dan Klasifikasi Kista Ovarium
Berdasarkan Gangguan Haid.
Gangguan
haid
Histopatologi Total
Ganas Jumlah Jinak Jumlah
Ya Kistadenokarsinoma
serosum
4 Kistoma ovarii
simplek
6 46
Kistadenokarsinoma
musinosum
2 Kistadenoma
ovarii musinosum
9
Karsinoma
mesonephroid
1 Kistadenoma
ovarii serosum
8
Kista dermoid 12
Kista endometroid 4
Tidak Kistadenokarsinoma
serosum
12 Kistoma ovarii
simplek
4 84
Kistadenokarsinoma
musinosum
13 Kistadenoma
ovarii musinosum
16
Karsinoma
mesonephroid
7 Kistadenoma
ovarii serosum
15
Kista dermoid 11
Kista endometroid 6
Total 39 91 130
5.5.6. Hubungan nyeri perut dengan gambaran histopatologi kista ovarium
Tabel 5.13. Uji Chi Square : Hubungan Nyeri Perut dengan Gambaran
Histopatologi Kista Ovarium.
Nyeri perut Histopatologi
Total P Value Ganas % Jinak %
Ya 35 44,3 44 55,7 79
0,001 Tidak 4 7,8 47 92,2 51
Total 39 30 91 70 130
Dapat dilihat pada tabel diatas bahwa wanita yang mengeluhkan nyeri perut
dan menngalami kista ovarium ganas sebanyak 35 orang (44,3%), dan yang
mengalami kista ovarium jinak sebanyak 44 orang (55,7%). Wanita yang tidak
mengeluhkan nyeri perut dan mengalami kista ovarium ganas sebanyak 4 orang
(7,8%), dan yang mengalami kista ovarium jinak sebanyak 47 orang (92,2%).
Universitas Sumatera Utara
39
Tabel 5.14. Distribusi Frekuensi Jenis dan Klasifikasi Kista Ovarium
Berdasarkan Nyeri Perut.
Nyeri
perut
Histopatologi Total
Ganas Jumlah Jinak Jumlah
Ya Kistadenokarsinoma
serosum
14 Kistoma ovarii
simplek
0 79
Kistadenokarsinoma
musinosum
14 Kistadenoma
ovarii musinosum
14
Karsinoma
mesonephroid
7 Kistadenoma
ovarii serosum
13
Kista dermoid 14
Kista endometroid 3
Tidak Kistadenokarsinoma
serosum
2 Kistoma ovarii
simplek
10 51
Kistadenokarsinoma
musinosum
1 Kistadenoma
ovarii musinosum
11
Karsinoma
mesonephroid
1 Kistadenoma
ovarii serosum
10
Kista dermoid 9
Kista endometroid 7
Total 39 91 130
5.4. Pembahasan
5.4.1. Karakteristik
Pada penelitian yang dilakukan, dapat dilihat bahwa mayoritas responden
berusia reproduktif, yaitu sebanyak 101 orang (77,7%), diikuti oleh kelompok
usia non reproduktif sebanyak 29 orang (22,3%). Hasil yang sama di jumpai pada
penelitian Elicia di RS Vita Insani Pematang Siantar yang menunjukan hasil usia
reproduktif sebanyak 104 orang (83,8%) dengan total sampel 124 orang.37 Hasil
yang sama juga ditemukan pada penelitian Pudasaini di Nepal yang menunjukkan
hasil usia reproduktif sebanyak (27,5%)38. Kista ovarium ditemukan paling
banyak pada kelompok wanita usia subur dimana organ reproduksi wanita seperti
ovarium sudah matang dan dapat berfungsi dengan baik. Hal ini juga tidak lepas
dari peran hormon yang mempengaruhi proses yang terjadi di ovarium seperti :
pertumbuhan folikel, atresia folikel sampai proses ovulasi. Kelainan yang terjadi
pada tahapan-tahapan ini, seperti : folikel graaf yang tidak ruptur, pembentukan
Universitas Sumatera Utara
40
berlebihan androgen, kadar LH yang tinggi, kadar FSH yang rendah dapat
menyebabkan terbentuknya kista ovarium.39
Dalam penelitian ini, didapatkan pasien yang paritas rendah sebanyak 82
orang (63,1%), sedangkan paritas tinggi sebanyak 4 orang (3,1%). Dari hasil
penelitian Dian di RSUP H Adam Malik didapati hasil tidak ada paritas sebanyak
47 orang (51,6%) dengan total sampel 91 orang.39 Hasil ini sesuai dengan teori
yang menyatakan bahwa faktor resiko terjadinya kista ovarium termasuk
nuliparitas dan paritas yang rendah. Pada wanita hamil, suatu sinyal disampaikan
oleh embrio yang berimplantasi ke korpus luteum dengan sel-sel trofoblas
menyekresi hormon disebut human chorionic gonadotropin (HCG). Kerja HCG
serupa dengan LH yaitu melindungi korpus luteum dari degeneras serta
merangsang progesteron yang akan mempertahankan mukosa uterus selama
kehamilan. Sebaliknya, apabila tidak ada kehamilan maka sel-sel korpus luteum
akan berdegenerasi melalui apoptosis sehingga menyebabkan konsentrasi steroid
darah menurun dan FSH dilepaskan, yang akan merangsang pertumbuhan folikel
lain. Oleh karena itu, wanita yang belum pernah melahirkan mempunyai faktor
resiko mendapatkan kista ovarium lebih tinggi dibandingkan mereka yang sudah
pernah melahirkan karena lebih banyak mengalami proses perkembangan folikel
sampai ovulasi dimana terjadinya kista ovarium dikarenakan kelainan pada
tahapan-tahapan ini.39
Tingkat pendidikan responden terbanyak adalah tamatan SMA, yaitu
sebanyak 83 orang (63,8%) , sedangkan yang tamat sarjana sebanyak 5 orang
(3,8%). Hasil yang sama dijumpai pada penelitian Elicia di RS Vita Insani
Pematang Siantar yang mendapatkan hasil Tamat SMA sebanyak 88 orang (71%)
dari 124 orang.37
Jumlah pasien kista ovarium lebih banyak yang sudah menikah, yaitu
sebanyak 105 orang (80,8%), sedangkan yang belum menikah sebanyak 25 orang
(19,2%). Pada penelitian Elicia di RS Vita Insani Pematang Siantar mendapatkan
hasil yang sudah menikah sebanyak 112 orang (90,3%) dari 124 orang.37 Hasil
yang serupa juga dijumpai pada penelitian yang dilakukan Hasan S. Abdul jabar
Universitas Sumatera Utara
41
di Jeddah, Arab Saudi. Dijumpai hasil angka kista ovarium pada orang yang sudah
menikah sebanyak 165 orang(67,4%) dari 244 orang.40
Terdapat lebih banyak pasien yang mengalami pembesaran perut, sebanyak
87 orang (66,9%), sedangkan yang tidak mengalami pembesaran perut sebanyak
43 orang (33,1%). Hasil yang berbeda didapatkan pada penelitian Elicia di RS
Vita Insani Pematang Siantar dengan pasien yang tidak mengalami pembesaran
perut 108 orang (87,1%). Hal ini dikarenakan adanya massa berisi cairan di
kavitas abdomen. Pembesaran perut bisa di jumpai baik pada tumor jinak atau
ganas tetapi pada tumor ganas lebih cepat di jumpai karena daari sifat sel tumor
yang pembelahannya cepat dan invasif .41
Dari penelitian ini didapati hasil yang tidak mengalami gangguan haid lebih
banyak, yaitu sebanyak 84 orang (64,6%), diikuti yang mengalami gangguan haid,
yaitu sebanyak 46 orang (35,4%). Hal yang serupa dijumpai pada penelitian Elicia
di RS Vita Insani Pematang Siantar didapati persentase yang tidak mengalami
gangguan haid sebesar 87 orang (70,2%). Berdasarkan suatu literatur, gangguan
haid jarang di temukan pada folikuler cyst tetapi sering ditemukan pada corpus
luteum cyst.42
Hasil yang didapat dari penelitian bahwa pasien yang mengeluhkan nyeri
perut lebih banyak, yaitu 79 orang (60,8%), sedangkan yang tidak mengeluhkan
nyeri perut, yaitu 51 orang (39,2%). Hasil yang sama dijumpai pada penelitian
Elicia di RS Vita Insani Pematang Siantar yang mendapatkan hasil adanya nyeri
perut sebanyak 99 orang (79,8%) dari 124 orang.37 Hal ini disebabkan oleh
terplintirnya tubafalopi, terganggunya aliran darah ke ovarium ataupun perdarahan
yang terjadi karena kista ovarium tersebut.42
Ditemukan bahwasanya gambaran histopatologi yang jinak lebih tinggi, yaitu
sebanyak 91 orang (70%), sedangkan gambaran histopatologi yang ganas, yaitu
sebanyak 39 orang (30%). Hal ini serupa dengan penelitian yang dilakukan Elicia
di RS Vita Insani Pematang Siantar yang mendapatkan hasil kista ovarium jinak
sebanyak 102 orang (82,3%) dari 124 orang.37 hal yang serupa juga dijumpai pada
penelitian Pudasini di Nepal yang mendapatkan hasil kista ovarium jinak
sebanyak 89 kasus (87,3%).38 Menurut Profesor Doktor Dokter Sarwono
Universitas Sumatera Utara
42
Prawirohardjo, SpOG, di Indonesia kista ovarium jinak lebih banyak di temukan
daripada ganas. Kistadenoma ovari musinosum dan kistadenoma ovari serosum
ditemukan kira-kira 60% dari seemua jenis kita ovarium.43
5.4.2 Hubungan Karakteristik Dan Keluhan Dengan Gambaran
Histopatologi Kista Ovarium
Berdasarkan tabel 5.5 menunjukkan bahwa mayoritas wanita yang berumur
reproduktif adalah yang mengalami kista ovarium jinak sebanyak 75 orang (74,3%).
Sedangkan mayoritas wanita yang berumur non reproduktif adalah yang mengalami
kista ovarium jinak sebanyak 16 orang (55,2%). Hal ini didukung oleh penelitian yang
dilakukan oleh Mary C. White di U.S yang menyatakan bahwa keganasan lebih sering
di jumpai pada orang usia reproduktif dibanding dengan usia non reproduktif karena
pada usia reproduktif aktivitas seseorang lebih tinggi sehingga resiko terpapar dengan
bahan bahan karsinogen lebih tinggi.44 Hal ini juga di dukung dengan beberapa ahli
yang mengungkapkan bahwa usia reproduktif sering dihubungkan dengan masa subur.
Dimana panca indera berperan baik, menstruasi dengan ovulasi, tanda seks sekunder
matang dan siap untuk berfungsi, namun pada masa ini paling sering di terjadi masalah-
masalah kesehatan terutama yang berhubungan dengan alat kandungan, dikarenakan
pada usia ini merupakan usia produktif wanita dalam menapak karier yang penuh
kesibukan diluar rumah, sehingga masalah-masalah kesehatan kerap timbul dan wanita
mengabaikannya.18 Dapat disimpulkan bahwasanya terdapat hubungan antara usia
dengan gambaran histopatologi kista ovarium. Dapat dilihat pada tabel 5.6 mengenai
jenis klasifikasi kista ovarium reproduktif dan non reroduktif.
Berdasarkan tabel 5.7 menunjukkan bahwa wanita terbanyak yang tidak pernah
melahirkan adalah yang mengalami kista ovarium jinak sebanyak 32 orang (72,8%).
Wanita terbanyak dengan paritas rendah adalah yang mengalami kista ovarium jinak
sebanyak 58 orang (70,8%). Sedangkan wanita terbanyak yang paritas tinggi dan
mengalami kista ovarium ganas sebanyak 3 orang ( 75%). Dapat disimpulkan
bahwasanya tidak terdapat hubungan antara paritas dengan gambaran histopatologi
kista ovarium. Keterangan yang lebih lengkap mengenai jenis kista ovarium
berdasarkan paritas dapat dilihat pada tabel 5.8
Universitas Sumatera Utara
43
Dapat dilihat pada tabel 5.9 menunjukkan bahwa wanita dominan yang
mengeluhkan pembesaran perut adalah yang mengalami kista ovarium jinak
sebanyak 69 orang (79,3%). Wanita dominan yang tidak mengeluhkan
pembesaran perut adalah yang mengalami kista ovarium jinak sebanyak 22 orang
(51,2%). Pembesaran perut bisa di jumpai baik pada tumor jinak atau ganas tetapi
pada tumor ganas lebih cepat di jumpai karena daari sifat sel tumor yang
pembelahannya cepat dan invasif.41 Dapat disimpulkan bahwasanya terdapat
hubungan antara pembesaran perut dengan gambaran histopatologi kista ovarium.
Dapat dilihat pada tabel 5.10 jenis-jenis kista ovarium berdasarkan ada tidaknya
pembesaran perut.
Berdasarkan tabel 5.11 menunjukkan bahwa mayoritas wanita yang
mengeluhkan gangguan haid adalah yang mengalami kista ovarium jinak
sebanyak 39 orang (84,8%). Mayoritas wanita yang tidak mengeluhkan gangguan
haid adalah yang mengalami kista ovarium jinak sebanyak 52 orang (61,9%). Hal
ini disebabkan oleh terganggunya fungsi fisiologis hormon estrogen pada folikel
de graaf di ovarium sehingga bisa mengakibatkan gangguan saat meanstruasi.43
Dapat disimpulkan bahwasanya terdapat hubungan antara gangguan haid dengan
gambaran histopatologi kista ovarium. Keterangan yang lebih lengkap mengenai
jenis kista ovarium berdasarkan gangguan haid dapat dilihat pada tabel 5.12.
Dapat dilihat pada tabel 5.13 bahwa wanita terbanyak yang mengeluhkan
nyeri perut adalah yang mengalami kista ovarium jinak sebanyak 44 orang
(55,7%). Wanita terbanyak yang tidak mengeluhkan nyeri perut adalah yang
mengalami kista ovarium jinak sebanyak 47 orang (92,2%). Nyeri perut dapat
dijumpai pada tumor yang jinak maupun ganas. Hal ini dikarenakan massa, baik
jinak maupun ganas, dapat menyebabkan kompresi pada ovarium tetapi pada
tumor ganas biasanya nyerinya lebih hebat dikarenakan massa dapat bermetastasis
ke organ di sekitar dan dikarenakan pertumbuhan sel yang lebih cepat sehingga
massa menjadi lebih besar dan ovarium lebih tertekan ataupun terpuntir.41 Dapat
disimpulkan bahwasanya terdapat hubungan antara nyeri perut dengan gambaran
histopatologi kista ovarium. Dapat dilihat pada tabel 5.14. tentang jenis kista
ovarium berdasarkan ada tidaknya keluhan nyeri perut.
Universitas Sumatera Utara
44
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan analisa data dan pembahasan yang diperoleh dari penelitian ini,
maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut:
1. Ada hubungan antara usia dengan gambaran histopatologi kista ovarium
dengan nilai signifikansi sebesar 0,048.
2. Tidak ada hubungan antara paritas dengan gambaran histopatologi kista
ovarium, dengan nilai 0,133.
3. Ada hubungan antara pembesaran perut dengan gambaran histopatologi kista
ovarium, yaitu sebesar 0,001.
4. Ada hubungan antara gangguan haid dengan gambaran histopatologi kista
ovarium, dengan nilai signifikansi sebesar 0,006.
5. Ada hubungan antara nyeri perut dengan gambaran histopatologi kista
ovarium, dengan nilai 0,001.
6. Ada hubungan antara karakteristik dan keluhan dengan gambaran
histopatologi kista ovarium.
6.2. Saran
1. Bagi dokter dan tenaga kesehatan lain agar melakukan pendekatan diagnostik
yang lebih tepat dan akurat pada pasien kista ovarium.
2. Pencatatan rekam medis mengenai riwayat penyakit pasien sebaiknya ditulis
secara lengkap. Hal ini dapat membantu para peneliti yang khususnya
menggunakan data rekam medis pada penelitiannya.
3. Agar masyarakat mengenali tanda-tanda umum dari kista ovarium, jika di
temukan tanda-tanda seperti yang ada pada penelitian ini, yitu perut
membesar, gangguan haid dan nyeri perut, segeralah memeriksakannya ke
dokter.
Universitas Sumatera Utara
45
DAFTAR PUSTAKA
1. Kementrian kesehatan republik Indonesia. Undang-undang tentang kesehatan.
Ketentuan umum. Pasal 1. No 36, Tahun 2009, h. 2
Available from:
http://www.depkes.go.id/downloads/UU_No._36_Th_2009_ttg_Kesehatan.pd
f
Diakses tanggal 15 Maret 2016
2. Kementrian kesehatan republik Indonesia. Kista Ovarium. 2011
Available from:
http://www.medinuc.com
Diakses tanggal 15 Maret 2016
3. Owen, E. Panduan Kesehatan Bagi Wanita. Memahami kesehatan reproduksi
wanita edisi ke-2 Jakarta: PT. Prestasi Pustakaraya 2005.
4. Surya IGP. Penyakit infeksi. Dalam Saifuddin AB (ed). Ilmu kebidanan
Prawiroharjo S. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2010.
h. 903-20
5. Forae, G. D. A histopathological overview of ovarian lesions in Benin City.
International Journal of Medicine and Public Health. Vol 4. Issue 3. 2014. p.
265-7
6. Harwono PA. Kista Ovarium tidak menyebabkan kanker. 2011. Available
from:
http://health.detik.com/read/2011/08/25/145008/1711110/763/kista-ovarium-
tidak-menyebabkan-kanker Diakses tanggal 15 Maret 2016.
7. Fitrani A, Management asuhan kebidanan dengan post operasi kista ovarium.
Karya tulis ilmiah studi kebidanan STikes YAPIKA Makasar 2012.
8. Siringo D, Hiswani, Jemadi. Karakteristik penderita kista ovarium yang
dirawat inap di RS ST Elisabeth Medan. Karya tulis ilmiah Fakultas
kedokteran Masyarakat Universitas Sumatera Utara 2013.
9. Ellis H. Clinical Anatomy Applied anatomy for Students. The ovary 11th ed.
USA: Blackwell Publishing. 2006. p.145
10. Martini, F.H., Nath, J.L., Bartholomew, E.F. Fundamentals of Anatomy and
Physiology. The reproductive system. 9th ed. Benjamin Cummings. 2012
11. Junqueira, L.C., Carneiro J. Histologi Dasar: Teks & Atlas. Edisi 10. Jakarta.
Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2004. h.134-148.
Universitas Sumatera Utara
46
12. Tortora, G.J., Derrickson, B. The Reproductive System. Histology of the
ovary .Principles of Anatomy and Physiology. 12th Ed. USA: John Wiley &
Sons, Inc. 2009. p. 1098
13. Wiknjosastro,H. Ilmu Kebidanan. Ed 3rd Jakarta Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo. 2005. h. 281-300.
14. Smeltzer, S, C, Bare, B,G. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Vol. 2. 8th
Ed. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2002. p. 60-75.
15. Mansjoer, et al. Ilmu kebidanan dan Kandungan. Kapita Selekta Kedokteran.
Edisi ketiga . Jilid 1. Jakarta : Media Aesculapius. 2000. h.565
16. Nugroho, T. Kista Karsinoma Endometrium. Buku Ajar Ginekologi.
Yogyakarta : Nusa Medika. 2010. h. 102.
17. William H., C. American Collage of Obstetricians and Gynecologists Ovarian
Cysts. 2007.
Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/255865-overview
Diakses tanggal 18 Maret 2016
18. Manuaba,I.A.C., & Manuaba, I.B.G. Tumor Jinak Alat Genitalia Wanita.
Buku Ajar Penuntun Kuliah Ginekologi. Edisi pertama. Jakarta: Penerbit CV.
Trans Ino Media. 2010. h. 459.
19. Sanfilippo JS, Rock JA. Surgery of benign disease of the ovary. In: Rock JA,
Thompson JD (eds) Te Linde’d Operative Gynecology. 8th Ed. Philadelphia:
Lippincott Raven Publishers, 1997. p. 630-633
20. Centers for Disease Control and Prevention, 2013. Ovarian Cancer Rates by
State.
Available from:
http://www.cdc.gov/cancer/ovarian/statistics/state.htm
Diakses 17 Maret 2016
21. Llewellyn J. Derek. Dasar-dasar Obstetri dan Ginekologi. Edisi 6 cetakan 1.
Jakarta: Hipokrates 2001. h. 278-279
22. Henderson,C. Jones K. . Buku Ajar Konsep Kebidanan. Edisi ketiga Jakarta :
EGC. 2005. h.341.
23. Wells M, Traktus Genitalis Wanita. In: J.C.E. Underwood, M.D.,
F.R.C.Path., Patologi Umum dan Sistemik, Edisi 2. Vol.2. Jakarta: EGC. H.
578-580
Universitas Sumatera Utara
47
24. Moore,J.G. Essensial Obstetri dan Ginekologi. Edisi 2. Jakarta : Hipokrates
2001. h. 379-385.
25. Govan AD et.al. Disease of the Ovary and Fallopi Tube. In Gynecology
Illustrated, 4thEd, 1993 p. 289-313
26. Rian K.J. Berkowitz R.S, Barbieri Disorder of The Ovary, Ovarian
Neoplasma in Kistner’s Gynecology Principles and Practice, 6th Ed, Mosby-
Year Book, Inc, USA, 1995. p. 192-218
27. Soutter P, Girling J, Haidopoulus D. Benign tumours of the ovary in shaw
RW, Soutter P, Stanton SL: Gynaecology, 3rd Ed. London, Churchill Living
Stone. 2003. p. 665
28. Wheeler J.E. Woodruff J.D Benign Disorder of The Ovaries & Oviducts in
Current Obstetrics & Gynecology Diagnosis & Treartment, 8th Ed, Prentice
Hall International inc, Connecticut, 1994. p. 744-53
29. Neto FA, et al, Ultrasonography of adnexal masses: imaging finding, Radio
Bras, Vol. 44. No 1.2011.
Available from:
http://www.scielo.br/scielo.php?pid=S0100-
39842011000100014&script=sci_arttext&tlng=en
Diakses 17 Maret 2016
30. Jones D.L. Benign Ovarian Cyst and Tumors in Fundamentals of Obstetric
and Gynecology, 6th Ed.Mosby,London, 1994. p. 271-73
31. Endjudin JJ. Panduan Pemeriksaan Ultrasonografi Dasar Obstetri.
Ultrasonografi Dasar Obstetri Ginekologi, Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, Jakarta: Balai Penerbit FK UI. 2007. h. 53-60
32. Berek J.S, Adashi E.y, Hillard P.A. Benign Disease of The Female
Reproductive Tract Symtoms and Sing in Novak’s Gynecology, 12th Ed,
William & Wilkins, USA, 1996. p.361-377
33. Schorge JO. Ovarian germ cell and sex cord-stromal tumors. In: Schorge JO
et al, editors: Williams Gynecology, 1st ed. New York, Mc Graw Hill. 2008.
p. 716.
34. Scully R, Sabin L. Histological typing of ovarian tumours, Volume no 9. New
York Springer 1999
35. Campbell S, Monga A. Benign Disease of The Ovary in Gynecology by Ten
Teachers 17thEd. ELST, London, 2000. p.131-141
Universitas Sumatera Utara
48
36. Budiarto, E. Pengantar Epidemiologi. Edisi ke 2 Jakarta: Penerbit EGC. 2002.
h.59.
37. Fadhilah, E. Karakteristik Wanita Penderita Kista Ovarium di RS Vita Insani
Pematang Siantar Tahun 2011-2013. KTI FKM USU 2015
38. Pudasaini S, Lakhey M, Hirachand S, Akthter J, Thapa B. A Study of Ovarian
Cyst in A Teritiary Hospital of Kathmandu Valley. Nepal med coll J. Vol
13(1) 2011 p. 39-41
39. Rianti D. Prevalensi Kista Ovarium di RSUP Haji Adam Malik Medan
Periode Januari 2012 – Desember 2013. 2016 October. p. 37
40. Abduljabbar Hassan S, Bukhari Y A, Alhachim E G, Amer A A, Shaikhoon
M M, Khojah M I. Review of 244 cases of ovarian cysts. 2015 jul; 36(7):
834-838
41. Aziz M F, Andrijono, Saifudin A B. Buku Acuan Nasional Onkologi
Ginekologi. 1st ed. Jakarta: yayasan bina pustaka Sarwono Prawirohardjo;
2006. p. 474-475
42. Medline Plus. Ovarian cyst. Medline Plus; 2016.
43. Prawirohardjo S, Wiknjosastro H. Ilmu Kandungan. 2nd ed. Jakarta: PT
BINA PUSTAKA SARWONO PRAWIROHARDJO; 2008. Hal. 35, 14
44. White M C, Holman D M, Boehm J E, Peipins L A, Grossman M, Henley S J.
Age and Cancer Risk. 2014 Mar;46(301): p. 7-15
Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN 1
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Teguh Pangestu
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat dan Tanggal Lahir : Selatpanjang, 25 Oktober 1995
Warga Negara : Indonesia
Agama : Islam
Alamat : Jl.Suka Eka No. 51 Medan
Nomor Telepon : 081263441911
Email : [email protected]
Riwayat Pendidikan :
1. TK Hadiyaksa Selatpanjang 2000-2001
2. SD Negeri 1 Selatpanjang 2001-2007
3. SMP Negeri 1 Selatpanjang 2007-2010
4. SMA Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Medan 2010-2013
5. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara 2013- sekarang
Riwayat Pelatihan :
1. Peserta PMB (Penerimaan Mahasiswa Baru) FK USU 2013
2. Peserta seminar sirkumsisi SCOPH FK USU
3. Panitia PM (Pengabdian Masyarakat ) SCOPH FK USU
4. Panitia PKKMB (Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru)
FK USU 2016
Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN 2
Tabel 5.1. Karakteristik Pasien – Pasien Kista Ovarium di
RSUP. H. Adam Malik Medan dan RSUD. Dr. Pirngadi Medan.
usia
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
reproduktif 101 77,7 77,7 77,7
nonreproduktif 29 22,3 22,3 100,0
Total 130 100,0 100,0
paritas
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Tidak pernah 44 33,8 33,8 33,8
Paritas rendah 82 63,1 63,1 96,9
Paritas tinggi 4 3,1 3,1 100,0
Total 130 100,0 100,0
statuspernikahan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
menikah 105 80,8 80,8 80,8
belum menikah 25 19,2 19,2 100,0
Total 130 100,0 100,0
pendidikan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Tidak Tamat SD 6 4,6 4,6 4,6
Tamat SD 12 9,2 9,2 13,8
Tamat SMP 24 18,5 18,5 32,3
Tamat SMA 83 63,8 63,8 96,2
Tamat Sarjana 5 3,8 3,8 100,0
Total 130 100,0 100,0
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.2. Keluhan Pasien – Pasien Kista Ovarium RSUP. H.
Adam Malik Medan dan RSUD. Dr. Pirngadi Medan.
pembesaranperut
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
ya 87 66,9 66,9 66,9
tidak 43 33,1 33,1 100,0
Total 130 100,0 100,0
gangguanhaid
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
ya 46 35,4 35,4 35,4
tidak 84 64,6 64,6 100,0
Total 130 100,0 100,0
nyeriperut
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
ya 79 60,8 60,8 60,8
tidak 51 39,2 39,2 100,0
Total 130 100,0 100,0
Tabel 5.3. Gambaran Histopatologi Kista Ovarium
histopatologi
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
ganas 39 30,0 30,0 30,0
jinak 91 70,0 70,0 100,0
Total 130 100,0 100,0
Universitas Sumatera Utara
Tabel. 5.4. Uji Chi Square : Hubungan usia dengan gambaran histopatologi
kista ovarium
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
usia * histopatologi 130 100,0% 0 0,0% 130 100,0%
Chi-Square Tests
Value Df Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 3,908a 1 ,048 Continuity Correctionb 3,052 1 ,081 Likelihood Ratio 3,723 1 ,054 Fisher's Exact Test ,065 ,043
N of Valid Cases 130 a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8,70. b. Computed only for a 2x2 table
usia * histopatologi Crosstabulation Count
Histopatologi Total
ganas jinak
Usia reproduktif 26 75 101
nonreproduktif 13 16 29 Total 39 91 130
Tabel 5.5. Uji Chi Square : Hubungan paritas dengan gambaran
histopatologi kista ovarium
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
paritas * histopatologi 130 100,0% 0 0,0% 130 100,0%
paritas * histopatologi Crosstabulation Count
histopatologi Total
ganas jinak
Paritas
Tidak pernah 12 32 44
Paritas rendah 24 58 82
Paritas tinggi 3 1 4 Total 39 91 130
Universitas Sumatera Utara
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 4,034a 2 ,133 Likelihood Ratio 3,618 2 ,164
N of Valid Cases 130 a. 2 cells (33,3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,20.
Tabel 5.6. Uji Chi Square : Hubungan pembesaran perut dengan gambaran
histopatologi kista ovarium
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
pembesaranperut * histopatologi
130 100,0% 0 0,0% 130 100,0%
pembesaranperut * histopatologi Crosstabulation Count
histopatologi Total
Ganas jinak
Pembesaranperut ya 18 69 87
tidak 21 22 43 Total 39 91 130
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 10,857a 1 ,001 Continuity Correctionb 9,558 1 ,002 Likelihood Ratio 10,529 1 ,001 Fisher's Exact Test ,002 ,001
N of Valid Cases 130 a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12,90. b. Computed only for a 2x2 table
Tabel 5.7. Uji Chi Square : Hubungan gangguan haid dengan gambaran
histopatologi kista ovarium
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
gangguanhaid * histopatologi
130 100,0% 0 0,0% 130 100,0%
gangguanhaid * histopatologi Crosstabulation
Count
Universitas Sumatera Utara
histopatologi Total
ganas jinak
gangguanhaid ya 7 39 46
tidak 32 52 84 Total 39 91 130
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 7,408a 1 ,006 Continuity Correctionb 6,359 1 ,012 Likelihood Ratio 7,949 1 ,005 Fisher's Exact Test ,009 ,005
N of Valid Cases 130 a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 13,80. b. Computed only for a 2x2 table
Tabel 5.8. Uji Chi Square : Hubungan nyeri perut dengan gambaran
histopatologi kista ovarium.
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
nyeriperut * histopatologi 130 100,0% 0 0,0% 130 100,0%
nyeriperut * histopatologi Crosstabulation Count
histopatologi Total
ganas jinak
nyeriperut ya 35 44 79
tidak 4 47 51 Total 39 91 130
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 19,619a 1 ,000 Continuity Correctionb 17,921 1 ,000 Likelihood Ratio 22,293 1 ,000 Fisher's Exact Test ,000 ,000
N of Valid Cases 130 a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 15,30. b. Computed only for a 2x2 table
Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN 3
Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN 4
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN 5
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN 6
MASTER DATA
No Usia Paritas P.
Perut G.
Haid N.
Perut Histopat Status Pendidikan
1 reproduktif Tidak pernah
tidak tidak ya ganas belum menikah
Tamat SMA
2 reproduktif Paritas rendah
tidak ya ya ganas menikah Tamat SMP
3 reproduktif Tidak pernah
tidak tidak ya ganas belum menikah
Tamat SMP
4 reproduktif Paritas rendah
tidak ya ya ganas menikah Tamat SMP
5 reproduktif Tidak pernah
tidak tidak ya ganas belum menikah
Tamat SMP
6 nonreproduktif Paritas tinggi
tidak ya ya ganas menikah Tamat SD
7 nonreproduktif Paritas rendah
tidak tidak ya ganas menikah Tamat SMP
8 reproduktif Paritas rendah
tidak ya ya ganas menikah Tamat SD
9 reproduktif Tidak pernah
ya tidak ya jinak belum menikah
Tamat SMA
10 reproduktif Paritas rendah
ya tidak ya ganas menikah Tamat SMP
11 reproduktif Tidak pernah
ya tidak ya ganas belum menikah
Tamat SMA
12 reproduktif Paritas rendah
ya tidak ya ganas menikah Tamat SMA
13 nonreproduktif Paritas rendah
ya tidak tidak jinak menikah Tamat SD
14 reproduktif Paritas rendah
ya ya ya jinak menikah Tamat SMA
15 reproduktif Paritas rendah
tidak tidak ya ganas menikah Tamat SMP
16 reproduktif Paritas rendah
ya tidak ya jinak menikah Tamat SMA
17 reproduktif Paritas rendah
ya tidak ya jinak menikah Tamat SMP
18 reproduktif Paritas rendah
ya ya tidak jinak menikah Tamat SD
19 reproduktif Paritas rendah
ya tidak tidak ganas menikah Tamat SMA
20 reproduktif Tidak pernah
ya tidak tidak ganas menikah Tamat SMA
21 reproduktif Paritas rendah
ya ya ya jinak menikah Tamat SMA
22 reproduktif Paritas rendah
tidak tidak ya ganas menikah Tamat Sarjana
Universitas Sumatera Utara
23 reproduktif Paritas rendah
ya tidak ya jinak menikah Tamat SMP
24 reproduktif Paritas rendah
ya ya ya jinak menikah Tamat SMA
25 reproduktif Tidak pernah
ya tidak tidak jinak belum menikah
Tidak Tamat SD
26 reproduktif Tidak pernah
ya tidak ya jinak belum menikah
Tamat SMA
27 nonreproduktif Paritas rendah
tidak tidak ya ganas menikah Tamat SMA
28 nonreproduktif Paritas rendah
tidak tidak ya jinak menikah Tamat SMA
29 reproduktif Paritas rendah
tidak ya tidak jinak menikah Tamat SMA
30 nonreproduktif Paritas rendah
ya tidak ya ganas menikah Tamat SMA
31 reproduktif Tidak pernah
ya tidak tidak jinak belum menikah
Tamat SMP
32 nonreproduktif Tidak pernah
ya tidak ya ganas menikah Tamat SMA
33 reproduktif Tidak pernah
ya ya tidak jinak menikah Tamat SD
34 reproduktif Paritas rendah
tidak tidak ya jinak menikah Tamat SMP
35 nonreproduktif Paritas rendah
ya tidak tidak jinak menikah Tamat SD
36 reproduktif Tidak pernah
ya tidak tidak jinak menikah Tamat Sarjana
37 reproduktif Tidak pernah
ya ya ya jinak belum menikah
Tamat SMA
38 nonreproduktif Paritas rendah
tidak tidak ya ganas menikah Tamat SMA
39 reproduktif Tidak pernah
ya ya tidak jinak menikah Tamat SMA
40 reproduktif Tidak pernah
ya tidak tidak ganas belum menikah
Tidak Tamat SD
41 reproduktif Paritas rendah
tidak ya ya jinak menikah Tamat SMA
42 nonreproduktif Paritas rendah
ya tidak tidak jinak menikah Tamat SMA
43 reproduktif Tidak pernah
tidak ya ya jinak belum menikah
Tamat SMP
44 nonreproduktif Tidak pernah
ya ya tidak jinak menikah Tamat SD
45 nonreproduktif Paritas rendah
ya tidak tidak jinak menikah Tidak Tamat SD
46 reproduktif Tidak pernah
ya ya tidak jinak belum menikah
Tamat SD
47 reproduktif Paritas rendah
tidak tidak ya jinak menikah Tamat SMA
Universitas Sumatera Utara
48 reproduktif Paritas rendah
ya tidak ya jinak menikah Tidak Tamat SD
49 reproduktif Paritas rendah
tidak ya ya jinak menikah Tamat SD
50 nonreproduktif Paritas rendah
ya tidak ya jinak menikah Tidak Tamat SD
51 reproduktif Tidak pernah
ya tidak tidak jinak menikah Tamat SD
52 nonreproduktif Paritas rendah
ya ya tidak jinak menikah Tamat SD
53 reproduktif Paritas rendah
ya ya tidak jinak menikah Tamat SMA
54 reproduktif Paritas rendah
ya tidak tidak jinak menikah Tamat SMA
55 nonreproduktif Paritas tinggi
ya tidak ya ganas menikah Tamat SMA
56 reproduktif Tidak pernah
ya tidak ya jinak belum menikah
Tamat SMA
57 reproduktif Paritas rendah
tidak tidak ya jinak menikah Tamat SMA
58 reproduktif Paritas rendah
ya ya tidak jinak menikah Tidak Tamat SD
59 reproduktif Paritas rendah
ya ya tidak jinak menikah Tamat SMA
60 reproduktif Paritas rendah
ya ya tidak jinak menikah Tamat SMA
61 reproduktif Paritas rendah
ya ya tidak jinak belum menikah
Tamat SMA
62 reproduktif Tidak pernah
tidak tidak ya jinak belum menikah
Tamat SMA
63 reproduktif Paritas rendah
ya tidak ya ganas menikah Tamat SD
64 reproduktif Tidak pernah
ya ya ya jinak belum menikah
Tamat SMP
65 reproduktif Paritas rendah
ya tidak tidak jinak menikah Tamat SMA
66 nonreproduktif Paritas rendah
ya tidak ya ganas menikah Tamat SMP
67 reproduktif Paritas rendah
ya ya tidak jinak menikah Tamat SMA
68 nonreproduktif Tidak pernah
ya ya tidak jinak menikah Tamat SMA
69 reproduktif Tidak pernah
tidak tidak ya jinak menikah Tamat SMA
70 reproduktif Tidak pernah
ya ya tidak jinak menikah Tamat SMP
71 nonreproduktif Paritas rendah
ya ya ya jinak menikah Tamat SMA
72 nonreproduktif Paritas rendah
ya tidak ya jinak menikah Tamat SMA
Universitas Sumatera Utara
73 reproduktif Paritas rendah
ya tidak tidak jinak menikah Tamat SMA
74 reproduktif Paritas rendah
ya tidak tidak jinak menikah Tamat SMA
75 reproduktif Paritas rendah
ya ya tidak jinak menikah Tamat SMP
76 nonreproduktif Paritas rendah
ya tidak ya ganas menikah Tamat SMA
77 reproduktif Paritas rendah
ya tidak tidak jinak menikah Tamat SMA
78 reproduktif Paritas rendah
ya ya tidak jinak menikah Tamat SMA
79 nonreproduktif Tidak pernah
tidak tidak ya jinak menikah Tamat Sarjana
80 reproduktif Paritas rendah
ya ya ya ganas menikah Tamat SMP
81 reproduktif Paritas rendah
tidak tidak tidak ganas menikah Tamat SMA
82 reproduktif Tidak pernah
tidak tidak ya ganas menikah Tamat Sarjana
83 reproduktif Paritas tinggi
ya ya tidak jinak menikah Tamat SMA
84 reproduktif Tidak pernah
tidak tidak ya jinak belum menikah
Tamat SMA
85 nonreproduktif Paritas rendah
tidak tidak ya ganas menikah Tamat SMA
86 reproduktif Paritas rendah
ya tidak ya jinak menikah Tamat SMA
87 nonreproduktif Paritas rendah
ya ya tidak jinak menikah Tamat SMP
88 nonreproduktif Paritas rendah
ya tidak tidak jinak menikah Tamat SMA
89 reproduktif Tidak pernah
ya tidak ya ganas belum menikah
Tamat SMA
90 reproduktif Tidak pernah
tidak tidak ya jinak menikah Tamat SMA
91 reproduktif Paritas rendah
tidak ya ya jinak menikah Tamat SMA
92 reproduktif Paritas rendah
tidak ya ya jinak menikah Tamat SMA
93 reproduktif Paritas rendah
ya tidak tidak jinak menikah Tamat SMA
94 reproduktif Paritas rendah
ya ya tidak jinak menikah Tamat SMA
95 reproduktif Paritas rendah
ya tidak ya jinak menikah Tamat SMA
96 reproduktif Paritas rendah
tidak tidak ya ganas menikah Tamat SMA
97 nonreproduktif Paritas rendah
ya tidak tidak jinak menikah Tamat SMP
Universitas Sumatera Utara
98 nonreproduktif Paritas rendah
ya tidak tidak jinak menikah Tamat SMP
99 nonreproduktif Paritas rendah
ya tidak ya ganas menikah Tamat SMP
100 reproduktif Tidak pernah
ya ya ya jinak menikah Tamat Sarjana
101 reproduktif Paritas rendah
tidak ya ya jinak menikah Tamat SMA
102 reproduktif Tidak pernah
ya tidak tidak jinak belum menikah
Tamat SMA
103 reproduktif Tidak pernah
ya tidak ya jinak menikah Tamat SMA
104 reproduktif Paritas rendah
tidak tidak ya jinak menikah Tamat SMA
105 reproduktif Paritas rendah
tidak ya ya jinak menikah Tamat SMA
106 reproduktif Tidak pernah
ya ya tidak jinak menikah Tamat SMA
107 reproduktif Paritas rendah
ya tidak tidak jinak menikah Tamat SMA
108 reproduktif Tidak pernah
ya tidak ya jinak menikah Tamat SMA
109 reproduktif Paritas rendah
ya tidak tidak jinak menikah Tamat SMA
110 reproduktif Tidak pernah
tidak tidak ya ganas belum menikah
Tamat SMA
111 reproduktif Paritas rendah
ya tidak ya ganas menikah Tamat SMA
112 reproduktif Paritas rendah
ya ya tidak jinak menikah Tamat SMA
113 reproduktif Paritas rendah
ya ya ya jinak menikah Tamat SMA
114 nonreproduktif Tidak pernah
tidak tidak ya ganas menikah Tamat SMA
115 reproduktif Tidak pernah
tidak ya tidak jinak belum menikah
Tamat SMA
116 reproduktif Paritas rendah
ya tidak ya jinak menikah Tamat SMA
117 reproduktif Tidak pernah
tidak tidak ya jinak menikah Tamat SMA
118 reproduktif Paritas rendah
ya tidak ya jinak belum menikah
Tamat SMA
119 nonreproduktif Paritas tinggi
tidak tidak ya ganas menikah Tamat SMA
120 reproduktif Paritas rendah
ya tidak tidak jinak menikah Tamat SMA
121 reproduktif Tidak pernah
tidak tidak tidak jinak belum menikah
Tamat SMA
122 reproduktif Paritas rendah
ya tidak ya ganas menikah Tamat SMP
Universitas Sumatera Utara
123 reproduktif Tidak pernah
tidak tidak ya jinak menikah Tamat SMA
124 reproduktif Paritas rendah
tidak ya ya ganas menikah Tamat SMA
125 reproduktif Tidak pernah
ya tidak ya jinak menikah Tamat SMA
126 reproduktif Paritas rendah
ya tidak tidak jinak menikah Tamat SMP
127 reproduktif Paritas rendah
ya tidak ya jinak menikah Tamat SMP
128 reproduktif Tidak pernah
ya tidak ya ganas belum menikah
Tamat SMA
129 reproduktif Paritas rendah
tidak ya ya ganas menikah Tamat SMA
130 reproduktif Tidak pernah
ya ya tidak jinak belum menikah
Tamat SMA
Universitas Sumatera Utara