hubungan gaya kepemimpinan dengan kinerja … · hubungan gaya kepemimpinan dengan kinerja pegawai...
TRANSCRIPT
HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN KINERJA
PEGAWAI PEMERINTAH
(Kasus Suku Dinas Peternakan, Perikanan, dan Kelautan Kota
Administrasi Jakarta Utara)
SYAIFUL BAHRI
I34062108
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN
MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011
ABSTRACT
The purpose of this research was to study about the relationship between
leadership and the performance of government employees in some offices of
livestock, fishery, and marine resources in North Jakarta. This study used a
quantitative approach by using a census method and was supported by qualitative
data. An individual respondent was a civil servant who had been working there. It
focused on three points of analysis. They were a leadership type owned or used by
a leader, the employees performance, and the relation among them.
Based on the result of study, a dominant leadership type used was
participatory. Furthermore, a leader also used consultive and delegative
leadership type. They used several leadership types in various conditions and in
accordance with the character of employees. It indicated that most employees had
a good performance. There was a close relation between factor of leadership type
anad employees performance. At last, it could be concluded that a leadership type
used by a leader would improve the employees performance.
Keywords: leadership type, employees perfomance, relation between factors
RINGKASAN
SYAIFUL BAHRI. HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN
KINERJA PEGAWAI PEMERINTAH (Kasus Suku Dinas Peternakan Perikanan
dan Kelautan Jakarta Utara) (Di bawah bimbingan Dr. Ir. LALA M.
KOLOPAKING, MS).
Kepemimpinan adalah proses seseorang dalam mempengaruhi orang atau
sekelompok orang untuk mencapai suatu tujuan bersama. Peran pemimpin
birokrasi dan gaya kepemimpinannya kepada para pegawai menentukan
bagaimana hasil pencapaian tugas yang diberikan. Penelitian ini bertujuan
mengetahui gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh pemimpin dalam organisasi
setingkat Suku Dinas dalam cakupan wilayah Jakarta Utara. Selain itu, bertujuan
pula untuk mengetahui kinerja pegawai dalam organisasi setingkat Suku Dinas
dalam cakupan wilayah Jakarta Utara. Dari kedua tujuan tersebut kemudian
diteliti hubungan gaya kepemimpinan dengan kinerja pegawai dalam pencapaian
tujuan organisasi.
Penelitian dilaksanakan di Kantor Suku Dinas Peternakan, Perikanan dan
Kelautan Kota Administrasi Jakarta Utara yang dipilih secara sengaja. Waktu
penelitian dilakukan pada bulan Mei 2010 – Desember 2010. Pendekatan
penelitian adalah kuantitatif. Metode yang digunakan adalah kuantitatif dan
kualitatif. Jenis data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder.
Responden terdiri pegawai Suku Dinas Peternakan, Perikanan, dan Kelautan
(Sudin P2K) Kota Administrasi Jakarta Utara berjumlah 37 orang yang
berinteraksi langsung dengan Kepala Sudin. Selain itu di ambil pula persepsi
masyarakat mengenai kinerja pegawai sebagai penguat pendeskripsian mengenai
kinerja pegawai. Pengujian kolerasi antar variabel menggunakan rank spearman.
Hasil penelitian menemukan bahwa gaya kepemimpinan yang dominan
diterapkan Kepala Sudin adalah gaya kepemimpinan partisipatif. Terdapat dua
faktor yang berkaitan, yaitu faktor internal dan eksternal dari pemimpin. Faktor
internal merupakan karakteristik pribadi dari pemimpin tersebut, yaitu usia dan
status perkawinan, pendidikan yang ditempuh, pandangan/nilai-nilai kehidupan
yang dipegang, dan pengalaman karir pekerjaannya di pemerintah. Usia yang
matang, status pernikahan, pendidikan yang ditempuh, pandangan/nilai-nilai
kehidupan yang dipegang dan pengalaman karir pekerjaan Kepala Sudin berkaitan
dengan keputusan pemimpin dalam pengambilan suatu gaya kepemimpinan yang
tepat sesuai dengan kondisi. Faktor eksternal adalah karakteristik pegawai dan
situasi pekerjaan yang meliputi usia, status menikah, tingkat pendidikan dan lama
kerja pegawai. Usia yang matang, status menikah, tingkat pendidikan yang tinggi
dan lamanya waktu pegawai bekerja di Sudin disebut Kepala Sudin menjadi sebab
ia menerapkan gaya kepemimpinan partisipatif. Faktor situasi pekerjaan memiliki
pengaruh terhadap pemimpin dalam menetukan gaya kepemimpinannya. Jika
situasi pekerjaan yang kondusif maka cenderung pegawai mudah diarahkan. Oleh
karena itulah Kepala Sudin cenderung menerapkan gaya kepemimpinan
partisipatif. Sedangkan dalam kondisi yang kurang kondusif Kepala Sudin
cenderung menerapkan gaya kepemimpinan otoriter/instruktif. Pada tahap
pengambilan keputusan dan perencanaan, gaya kepemimpinan yang dominan
diterapkan Kepala Sudin adalah gaya kepemimpinan konsultatif. Sedangkan gaya
kepemimpinan partisipatif dominan diterapkan ketika pemimpin berhubungan
dengan pegawai dalam lingkungan kerja dan pada tahap pelaksanaan tugas. Pada
tahap evaluasi dan pembuatan laporan Kepala Sudin dominan menerapkan gaya
kepemimpinan delegatif.
Pegawai Sudin memiliki kinerja yang baik, yaitu sebesar 28 orang pegawai
(75,7 persen). Hal ini dapat diketahui berdasarkan kehadiran kerja yang baik
sebanyak 86,48 persen, memiliki ketepatan waktu yang baik dalam penyelesaian
tugas sebanyak 75,6 persen, dan ketepatan dan kebenaran pembuatan dan
penyampaian laporan pelaksanaan tugas sebanyak 78,4 persen. Selain itu dapat
diindikasikan pula dari 81,8 persen memiliki kemampuan yang baik dalam
menyampaikan data dan informasi dalam tugas, sebanyak 72,9 persen memiliki
kemampuan kerjasama yang baik dan sebanyak 89,18 persen pegawai Sudin
memiliki kemampuan kepemimpinan yang baik. Kemampuan kepemimpinan
tersebut, meliputi mengkoordinir tim kerja, membangun komunikasi dengan
berbagai pihak, motivasi yang baik, bertanggungjawab terhadap tugas yang
diberikan serta mampu melakukan pembagian tugas yang baik untuk
menyelesaikan pekerjaan yang diberikan.
Berdasarkan persepsi masyarakat yang mendapat pembinaan dari Suku
Dinas, diketahui kinerja pegawai cenderung baik. Berdasarkan hasil wawancara
masyarakat menilai cukup mudah mendapatkan informasi, cukup komunikatif,
dan cukup tanggap terhadap permasalahan di masyarakat. Masyarakat menilai
pegawai Sudin sangat sopan dalam melayani dan berhubungan dengan
masyarakat, cukup memiliki keahlian dan kemampuan dalam memberikan
pelayanan/pelaksanaan tugasnya, dan sangat mudah saat pembuatan surat izin
yang terkait dengan usaha atau penangkapan ikan. Dengan demikian, masyarakat
cukup nyaman dan puas terhadap pelayanan yang diberikan pegawai Sudin.
Berdasarkan uji korelasi terdapat hubungan gaya kepemimpinan dengan
kinerja pegawai. Hal ini dapat dilihat juga dari koefisien korelasi (rs) sebesar
0,525 memperlihatkan bahwa hubungan gaya kepemimpinan dengan kinerja
pegawai tergolong memiliki korelasi yang sedang. Gaya kepemimpinan
partisipatif memiliki hubungan nyata dengan korelasi sedang (p< 0,05) dengan
kinerja pegawai. Hasil uji korelasi gaya kepemimpinan konsultatif dengan kinerja
pegawai menunjukkan memiliki hubungan nyata dengan korelasi sedang (p<
0,05). Sedangkan gaya kepemimpinan delegatif berkorelasi kuat dengan kinerja
pegawai Sudin.
Kesimpulan penelitian ini bahwa gaya kepemimpinan partisipatif dan
konsultatif meningkatkan kinerja pegawai. Kinerja pegawai yang dominan baik
ketika kedua gaya kepemimpinan tersebut diterapkan oleh Kepala Sudin.
Sedangkan gaya kepemimpinan delegatif, dapat disimpulkan tidak meningkatkan
maupun menurunkan kinerja pegawai. Hal ini berdasarkan kinerja pegawai
dominan sedang dan masing-masing satu orang memiliki kinerja baik dan buruk.
Namun bukan berarti gaya kepemimpinan delegatif tidak perlu digunakan oleh
Kepala Sudin. Dalam beberapa kondisi gaya kepemimpinan delegatif perlu
diterapkan.
HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN KINERJA
PEGAWAI PEMERINTAH
(Kasus Suku Dinas Peternakan, Perikanan, dan Kelautan Kota
Administrasi Jakarta Utara)
SYAIFUL BAHRI
Skripsi
Sebagai Bagian Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
pada
Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
Judul : Hubungan Gaya Kepemimpinan dengan Kinerja Pegawai
Pemerintah (Kasus Suku Dinas Peternakan, Perikanan
dan Kelautan Kota Adiministrasi Jakarta Utara)
Nama Mahasiswa : Syaiful Bahri
Nomor Mahasiswa : I34062108
dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi dan
Pengembangan Masyarakat pada Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian
Bogor.
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Lala M. Kolopaking, MS
NIP. 19580827 198303 1 001
Mengetahui,
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Ketua
Dr. Ir. Soeryo Adiwibowo, MS
NIP. 19550630 198103 1 003
Tanggal Lulus Ujian:
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL
“HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN KINERJA PEGAWAI
PEMERINTAH (KASUS SUKU DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN
DAN KELAUTAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA)” BELUM
PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA
LAIN MANAPUN. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI
MERUPAKAN HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK
MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU
DITERBITKAN OLEH PIHAK/LEMBAGA LAIN KECUALI SEBAGAI
BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.
Bogor, Mei 2011
Syaiful Bahri
I34062108
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 20 November 1988 sebagai anak
terakhir dari dua bersaudara, putra pasangan Nurhimam, SH dan Darsih
Suprihatin, SH. Penulis telah menyelesaikan pendidikan formal di Sekolah Dasar
Muhammadiyyah 03 pada tahun 2000, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri
07 pada tahun 2003 serta Sekolah Menengah Umum Negeri 31 pada tahun 2006
yang ketiganya berada di Kota Jakarta Timur. Pada tahun 2006 penulis diterima
sebagai mahasiswa Insitut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Ujian Seleksi
Masuk IPB). Pada tahun 2007 memasuki Departemen Sains Komunikasi dan
Pengembangan Masyarakat setelah melalui seleksi mayor minor.
Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif mengikuti berbagai kegiatan di
kampus dalam Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia sebagai
staf Pengembangan Sumberdaya Manusia dan Kewirausahaan, Forum Syiar Islam
Fakultas Ekologi Manusia sebagai Ketua Divisi Pengembangan Sumberdaya
Manusia yang keduanya diikuti pada tahun selama tahun 2008-2009 dan aktif pula
dalam Dewan Perawakilan Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia sebagai staf
komisi internal. Selain itu penulis juga aktif dalam berbagai kepanitiaan, yaitu
kepanitiaan Open Houses Mahasiswa Baru IPB tahun 2007 sebagai staf divisi
acara, kepanitiaan Masa Perkenalan Mahasiswa Baru IPB sebagai Penanggung
Jawab Keluarga (PJK) tahun 2007, mengikuti kepanitiaan INDEX (Indonesian
Ecology Expo) sebagai staf konsumsi pada tahun 2008, kepanitiaan Masa
Perkenalan Fakultas Ekologi Manusia sebagai Penanggung Jawab Keluarga (PJK)
tahun 2008, kepanitiaan Masa Perkenalan Departemen sebagai staf konsumsi
tahun 2008 serta sebagai Ketua Panitia Penyambutan Mahasiswa Baru IPB
SALAM ISC tahun 2008.
Penulis aktif sebagai asisten praktikum pada mata kuliah Sosiologi Umum
dan asisten praktikum Pendidikan Agama Islam pada tahun 2009-2011. Penulis
pun aktif sebagai pembicara dan trainer outbond dalam beberapa kegiatan
organisasi kampus.
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT. yang senantiasa memberikan rahmat dan
hidayat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“Hubungan Gaya Kepemimpinan dengan Kinerja Pegawai Pemerintah (Kasus
Suku Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Jakarta Utara)”.
Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui gaya kepemimpinan yang
diterapkan oleh Kepala Suku Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Jakarta
Utara dalam memimpin organisasi. Skripsi ini juga bertujuan untuk mengetahui
kinerja pegawai Suku Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Jakarta Utara.
Selain itu, skripsi ini pun bertujuan untuk mengetahui hubungan gaya
kepemimpinan yang diterapkan oleh Kepala Suku Dinas dengan Kinerja Pegawai.
Akhirnya, penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat menjadi
masukan dan bermanfaat bagi pihak-pihak terkait.
Bogor, Mei 2011
Penulis
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT,
karena atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga skripsi yang berjudul “Hubungan
Gaya Kepemimpinan dengan Kinerja Pegawai Pemerintah (Kasus Suku Dinas
Peternakan, Perikanan dan Kelautan Kota Administrasi Jakarta Utara)” ini dapat
diselesaikan.
Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari berbagai pihak yang membantu
dalam berbagai hal dari masa awal penulisan hingga akhir penulisan. Untuk itu
ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada:
1. Allah SWT, karena hanya dengan izin dan ridho-Nya penulis dapat
menyelesaikan penulisan Skripsi.
2. Dr. Ir. Lala M. Kolopaking, MS sebagai dosen pembimbing yang telah
menyediakan waktunya untuk memberikan dorongan, bimbingan, arahan, dan
masukan sejak awal hingga akhir penulisan.
3. Ir Said Rusli, MA dan Iman Nawireja M.Si sebagai dosen penguji yang telah
memberikan banyak masukan dalam ujian sidang skripsi dan penulisan
skripsi
4. Ayah dan Ibu tercinta, Nurhimam, SH dan Darsih Suprihatin, SH atas
bantuan doa, keikhlasan dan perhatiaannya serta untuk kakakku Iim Za’imah,
Spsi yang senantiasa mengingatkan dan memberi dukungan semangat.
5. Bapak Edi sebagai Kepala Sudin Peternakan, Perikanan dan Kelautan Jakarta
Utara, Bapak Agus sebagai Kepala Seksi Wasdal, Bapak Ali sebagai Kepala
Seksi tata Usaha, Ibu Yuyun dan Ibu Endang Staf Perekonomian Jakarta
Utara serta Seluruh pegawai Suku Dinas Peternakan, Perikanan dan Keluatan
Jakarta Utara yang telah memberikan kesempatan dan bantuan kepada penulis
sehingga penulis dapat melakukan penelitian.
6. Keluarga Bapak Djun (Ibu Riza, Nisa, Dienel, Uca, Da’in, Ka Wulan dan
Keisha) yang membantu dalam setiap pengerjaan penelitian dan penulisan
skripsi, memberikan motivasi dan arahan.
7. Ibu Susi, Mba Maria, Mba Icha dan segenap staf Departemen Sains KPM
yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
8. Sahabat-sahabat IPB Hadi, Anom, Wirudy, Daniel, Dudung, Dimas, Eri,
Bayu, Kiki, Kindi, Awang, Damora, Vandra, Hanif, Fuad, Ary Santoso,
Hendra, Diki, Suci, Reti, Avi, Puspa, Lina, Anis, Pita, Fatimah, Jatil, Cipi,
Nida, Linda dan sahabat lainnya yang tiada habisnya memberikan semangat
kepada penulis sehingga penulisan skripsi dapat terselesaikan dengan baik.
9. Sahabat-sahabat KPM 43 (Reynaldi, Azis, Cecep, Parthogi, Elhaq, Rai,
Desni, Dya, Arlita Puji Widiameiga, Septiani, Indra, Aero dll) atas dukungan
semangat, perhatian, dan juga kenangan manis yang semoga tidak akan
terlupakan.
10. Sahabat-sahabat kostan Al Fath (Irfan, Mas Nono, Aan, Mas Jali, Gonggo,
Mas Ridwan, Mas Erick dan sahabat-sahabat Al Fath lainnya yang tidak
dapat disebutkan satu per satu) dan kontrakan balio No.23 (Dipa, Septian,
Adrian, Saiful, Anom, Rachmat dan Luthfi) atas dukungan do’a dan semangat
sehingga penulis terus bersemangat dalam pengerjaan skripsi.
11. Serta sejumlah pihak yang penulis tidak dapat sebutkan satu-persatu yang
telah membantu dalam hal apapun sehingga penulis dapat menyusun dan
menyelesaikan skripsi ini.
Bogor, Mei 2011
Penulis
viii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI .................................................................................................. viii
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xiii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Permasalahan .............................................................. 1
1.2 Perumusan Masalah .............................................................................. 4
1.3 Tujuan ................................................................................................... 5
1.4 Kegunaan .............................................................................................. 5
BAB II PENDEKATAN TEORITIS ........................................................ 6
2.1 Tinjauan Pustaka ................................................................................... 6
2.1.1 Definisi Pemimpin dan Kepemimpinan Birokrasi .................... 6
2.1.2 Gaya Kepemimpinan ................................................................ 8
2.1.3 Birokrasi Pemerintah ................................................................ 10
2.1.4 Pelayanan Masyarakat .............................................................. 11
2.1.5 Kinerja Birokrasi Pemerintah ................................................... 12
2.1.5.1 Kinerja Pegawai ............................................................ 12
2.1.5.2 Permasalahan Kepegawaian ......................................... 14
2.1.6 Hasil Penelitian : Keterkaitan Gaya Kepemimpinan
dengan Kinerja Anggota Organisasi ......................................... 15
2.2 Kerangka Pemikiran ............................................................................. 16
2.3 Hipotesis ............................................................................................... 17
2.4 Definisi Operasional ............................................................................. 17
BAB III METODE PENELITIAN .............................................................. 25
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................ 25
3.2 Pendekatan Penelitian ........................................................................... 25
3.3 Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 26
3.4 Teknik Penentuan Responden dan Informan ........................................ 26
3.5 Teknik Pengolahan dan Analisis Data .................................................. 26
BAB IV GAMBARAN UMUM SUKU DINAS
PETERNAKAN, PERIKANAN, DAN KELAUTAN
KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA ........................... 30
4.1 Deskripsi Umum Suku Dinas Peternakan, Perikanan, dan
Kelautan Kota Administrasi Jakarta Utara ........................................... 30
4.2 Visi, Tugas Pokok Fungsi (TUPOKSI) Suku Dinas Peternakan,
ix
Perikanan, dan Kelautan Kota Administrasi Jakarta Utara .................. 30
4.3 Struktur Organisasi Suku Dinas Peternakan, Perikanan, dan
Kelautan Kota Administrasi Jakarta Utara ........................................... 32
4.4 Sumber Daya Manusia/ Pegawai Suku Dinas Peternakan,
Perikanan, dan Kelautan Kota Administrasi Jakarta Utara ................. 34
4.5 Sarana dan Prasarana Suku Dinas Peternakan, Perikanan,
dan Kelautan Kota Administrasi Jakarta Utara .................................... 35
BAB V GAYA KEPEMIMPINAN YANG DITERAPKAN
KEPALA SUKU DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN,
DAN KELAUTAN KOTA ADMINISTRASI
JAKARTA UTARA ...................................................................... 38
5.1 Gaya Kepemimpinan Kepala Suku Dinas Peternakan,
Perikanan dan Kelautan Jakarta Utara ................................................. 38
5.2 Gaya Kepemimpinan yang Diterapkan Pada Setiap Situasi Pekerjaan 40
5.2.1 Gaya Kepemimpinan yang Diterapkan Pada Tahap
Perencanaan dan Pengambilan Keputusan ............................... 41
5.2.2 Gaya Kepemimpinan yang Diterapkan Pada
Hubungan Pemimpin dan Pegawai ........................................... 42
5.2.3 Gaya Kepemimpinan yang Diterapkan Pada
Tahap Evaluasi Pembuatan Laporan ........................................ 44
5.2.4 Gaya Kepemimpinan yang Diterapkan Pada Tahap
Pelaksanaan Tugas .................................................................... 45
5.3 Faktor-faktor yang berkaitan dengan Penerapan
Gaya Kepemimpinan Kepala Suku Dinas Peternakan,
Perikanan, dan Kelautan Jakarta Utara ................................................ 47
5.3.1 Pribadi Pemimpin ..................................................................... 47
5.3.2 Karakteristik Pegawai ............................................................... 48
5.3.3 Faktor Situasi/Kondisi Lingkungan Kerja ................................ 51
BAB VI KINERJA PEGAWAI SUKU DINAS PETERNAKAN,
PERIKANAN, DAN KELAUTAN KOTA
ADMINISTRASI JAKARTA UTARA ....................................... 53
6.1 Kinerja Pegawai Suku Dinas Peternakan, Perikanan,
dan Kelautan Jakarta Utara ................................................................... 53
6.2 Kinerja Pegawai Suku Dinas Peternakan, Perikanan,
dan Kelautan Jakarta Utara Pada Setiap Indikator Kinerja .................. 54
6.3 Kinerja Pegawai Menurut Masyarakat Binaan Suku Dinas
Peternakan, Perikanan, dan Kelautan Jakarta Utara ............................. 57
BAB VII HUBUNGAN DAYA KEPEMIMPINAN DENGAN
KINERJA PEGAWAI ................................................................ 59
x
7.1 Hubungan Penerapan Gaya Kepemimpinan
Kepala Suku Dinas Dengan Kinerja Pegawai ...................................... 59
7.2 Hubungan Setiap Gaya Kepemimpinan dengan Kinerja Pegawai ....... 60
BAB VIII PENUTUP ................................................................................. 64
8. 1 Kesimpulan .......................................................................................... 64
8. 2 Implikasi Hasil Penelitian ..................................................................... 66
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 68
LAMPIRAN ................................................................................................... 70
xi
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
Tabel 1 Tingkat Hubungan menurut Interval Koefisien untuk Interpretasi
Koefisien Korelasi .......................................................................... 28
Tabel 2 Jumlah Pegawai Sudin Peternakan, Perikanan, dan Kelautan
Jakarta Utara Berdasarkan Seksi dan Jenis Kelamin Tahun 2010 .. 34
Tabel 3 Jenis dan Jumlah Sarana, Prasarana Suku Dinas Peternakan,
Perikanan, dan Kelautan Jakarta Utara Tahun 2010 ....................... 35
Tabel 4 Jumlah dan Persentase Pegawai yang Mempersepsikan Gaya
Kepemimpinan yang diterapkan Kepala Sudin................................ 39
Tabel 5 Kualitas Kinerja Pegawai Sudin Peternakan, Perikanan, dan
Kelautan Jakarta Utara ..................................................................... 54
Tabel 6 Kualitas Kinerja Pegawai Sudin Peternakan, Perikanan, dan
Kelautan Jakarta Utara Berdasarkan Indikator Kerja ...................... 56
Tabel 7 Hubungan Gaya Kepemimpinan Kasudin dengan Kinerja Pegawai
Sudin Peternakan, Perikanan, dan Kelautan Jakarta Utara .............. 60
Tabel 8 Hubungan Setiap Gaya Kepemimpinan yang Diterapkan Kepala
Sudin dengan Kinerja Pegawai Sudin Peternakan, Perikanan,
dan Kelautan Jakarta Utara .............................................................. 60
xii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
Gambar 1 Kerangka Penelitian ....................................................................... 16
Gambar 2 Struktur Organisasi Suku Dinas Peternakan Perikanan dan
Kelautan Jakarta Utara .................................................................. 33
Gambar 3 Gaya Kepemimpinan yang Diterapkan Pada Tahap Perencanaan
dan Pengambilan Keputusan ......................................................... 42
Gambar 4 Gaya Kepemimpinan yang Diterapkan Pada Hubungan
Pemimpin dengan Pegawai ........................................................... 43
Gambar 5 Gaya Kepemimpinan yang Diterapkan Pada Tahap Evaluasi
Pembuatan Laporan ....................................................................... 45
Gambar 6 Gaya Kepemimpianan yang Diterapkan Pada Tahap Pelaksanaan
Tugas ............................................................................................. 46
Gambar 7 Sebaran Usia Pegawai Sudin Peternakan, Perikanan, dan
Kelautan Jakarta Utara .................................................................. 48
Gambar 8 Sebaran Status Penikahan Pegawai Sudin Peternakan,
Perikanan, dan Kelautan Jakarta Utara .......................................... 49
Gambar 9 Sebaran Tingkat Pendidikan Pegawai Sudin Peternakan,
Perikanan dan Kelautan Jakarta Utara .......................................... 50
Gambar 10 Sebaran Pengalaman Kerja Pegawai Sudin Peternakan,
Perikanan dan Kelautan Jakarta Utara ......................................... 51
Gambar 11 Situasi Kerja Suku Dinas Peternakan, Perikanan, dan Kelautan
Jakarta Utara ................................................................................... 52
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
Lampiran 1 Kuisioner Penelitian Hubungan Gaya Kepemimpinan Dengan
Kinerja Pegawai Pemerintah (Kasus Kantor Suku Dinas
Peternakan, Perikanan dan Kelautan Kota Administrasi
Jakarta Utara) ............................................................................ 71
Lampiran 2 Panduan Pertanyaan Penelitian (Kepala Sudin Peternakan
Perikanan dan Kelautan Jakarta Utara) .................................... 78
Lampiran 3 Panduan Pertanyaan Penelitian (Masyarakat Binaan
Sudin Peternakan, Perikanan, dan Kelautan Jakarta Utara) ..... 82
Lampiran 4 Daftar Responden Penelitian .................................................... 85
Lampiran 5 Kartu Inventaris Barang (KIB) Peralatan dan Mesin ............... 87
Lampiran 6 Peraturan Gubernur No. 215 Tahun 2009 Pegawai Negeri
Sipil (PNS) DKI Jakarta………………………………………. 90
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Permasalahan
Pemimpin adalah orang yang berperan sentral dalam menggerakkan
organisasi dan bertanggung jawab terhadap kelangsungan berjalannya organisasi
yang dipimpinnya. Pemimpin juga memastikan tujuan dari organisasi tersebut
tercapai dengan efektif dan efisien serta memiliki tanggung jawab pula terhadap
orang-orang yang dipimpinnya. Hal ini dilakukan agar kinerja mereka optimal
dalam mencapai tujuan dari organisasi tersebut. Kepemimpinan adalah suatu
proses dengan berbagai cara mempengaruhi orang atau sekelompok orang untuk
mencapai suatu tujuan bersama. Pembahasan tentang kepemimpinan menyangkut
tugas dan gaya kepemimpinan, cara mempengaruhi kelompok, yang
mempengaruhi kepemimpinan seseorang1. Sedangkan pengertian gaya
kepemimpinan adalah bagaimana pemimpin berhubungan dengan para pengikut
untuk pengambilan keputusan. Menurut Kaloh (2006) pada dasarnya, setiap
pemimpin memiliki ciri, sikap dan karakter yang berbeda-beda. Oleh karena itulah
setiap pemimpin memiliki suatu gaya kepemimpinan yang dominan ia terapkan.
Walaupun seorang pemimpin memiliki suatu gaya yang cenderung diterapkan, ia
juga harus bisa menerapkan gaya kepemimpinan yang beragam sesuai dengan
pegawai dan kondisi pekerjaan. Gaya seorang pemimpin yang cocok diterapkan
dalam suatu organisasi, belum tentu akan berhasil sama baiknya pada organisasi
yang lain. Pada organisasi pemerintahan, seperti birokrasi, seorang pemimpin juga
harus bisa menerapkan gaya kepemimpinan tertentu yang tepat demi pencapaian
tujuan organisasi.
Menurut Pasolong (2008) birokrasi adalah organisasi yang dipimpin oleh
pejabat pemerintah di bawah menteri yang memiliki tugas utama sebagai pemberi
pelayanan. Birokrasi yang dimaksudkan untuk penyelenggaraan bernegara,
penyelenggaraan pemerintahan termasuk di dalamnya penyelenggaraan pelayanan
umum dan pembangunan. Sedangkan menurut Morgan (1997) organisasi sektor
1 http://shelmi.wordpress.com/2009/06/09/kepemimpinan , diakses 4 desember 2009, pukul
14.40 wib
2
publik atau birokrasi, dapat dilihat dari dua sudut pandang. Sudut pandang
organisasi sebagai mesin menekankan pada perlunya kecepatan, ketelitian,
kejelasan, keteraturan, keandalan dan efisiensi yang dicapai dengan cara
membangun divisi-divisi, hierarki dan berbagai aturan sebagai bentuk pembagian
kerja yang tegas. Sedangkan sudut pandang organisasi sebagai makhluk hidup
memiliki cara pandang bahwa tidak ada satu jenis organisasi yang dapat
menjawab berbagai masalah dan cocok untuk semua kondisi sehingga organisasi
dapat terus beradaptasi terhadap lingkungannya yang dinamis. Sistem yang kaku
dan dibatasi dengan segala aturan dan prosedural serta tidak mampu pula menjadi
organisasi adaptif yang dapat menyesuaikan dengan kondisi yang berkembang.
Hal inilah yang menyebabkan pemerintah tidak mampu memberikan pelayanan
kepada masyarakat dengan optimal.
Dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya setiap orang yang bekerja di
pemerintah harus mengikuti segala prosedur yang telah ditetapkan. Hal ini karena
akar dari birokrasi adalah adanya pengawasan perilaku pegawai. Pengawasan ini
dilakukan karena setiap rupiah yang dikeluarkan adalah uang rakyat yang harus
dipertanggungjawabkan penggunaannya sehingga perlu diatur dengan prosedur
dan aturan yang ketat. Akibatnya sikap yang muncul adalah kinerja pegawai yang
terbatasi dengan berbagai macam prosedural yang ada. Oleh karena itulah muncul
kekakuan dalam melayani masyarakat karena adanya dilema antara meningkatkan
pelayanan dengan patuh dan takut terhadap prosedur serta pengawasan yang ketat.
Kekakuan prosedur pelayanan berakibat pada pelaku birokrasi yang terkadang
memperlambat proses yang ada padahal menurut Sinambela dalam Pasolong
(2008) birokrasi adalah organisasi yang ditujukan untuk memaksimumkan efisensi
dalam administrasi yang berarti bertujuan pencapaian tujuan organiasi yang cepat
dan tepat.
Pencapaian tujuan dari birokrasi tidak terlepas dari hasil pekerjaan yang
dilakukan oleh para pegawai pemerintah. Hasil kerja yang dilakukan dan dicapai
dengan baik dalam upaya memenuhi tujuan organisasi secara sendiri maupun
kelompok dengan mengikuti aturan yang telah ditetapkan disebut dengan kinerja
birokrasi (Pasolong, 2008). Peran pemimpin birokrasi dan gaya kepemimpinannya
yang tepat kepada para pegawainya akan menentukan bagaimana hasil
3
ketercapaian dari tugas dan pekerjaan yang diberikan dapat terlaksana dengan
baik. Walaupun tidak dapat dipastikan bahwa pemimpin adalah satu-satunya
faktor yang mempengaruhi kinerja pegawainya.
Oleh karena itulah dengan adanya permasalahan yang diuraikan pada
paragraf sebelumnya peran pemimpin dalam birokrasi pemerintah sangat penting.
Pemimpin berperan memastikan berjalannya fungsi dan tugas pegawai, seperti
pelayanan terhadap masyarakat. Pemimpin berperan pula untuk memastikan
lingkungan tempat kerja yang harmonis sehingga memotivasi karyawan dalam
menjalankan tugasnya. Namun hal yang harus dihindari dalam implementasi
peran kepemimpinan birokrasi adalah terbentuknya seorang pimpinan yang secara
struktural memegang posisi sebagai kepala/pemimpin tetapi secara fungsional
sangat jauh dari kriteria seorang pemimpin. Pimpinan tersebut tidak mampu
mengambil keputusan yang tepat, tidak mampu pula mengkondisikan lingkungan
kerja yang positif dan tidak mampu membangun komunikasi dengan pegawai
(gaya kepemimpinan) dengan baik sehingga mengakibatkan kinerja pegawai yang
tidak optimal dan tidak sesuai dengan tugas, fungsi dan targetan yang telah
ditetapkan. akhirnya menyebabkan fungsi pemerintah sebagai pelayan publik
menjadi tidak optimal.
Selayaknya sebuah organisasi pemerintah yang berbentuk birokrasi, Suku
Dinas Peternakan, Perikanan, dan Kelautan (Sudin P2K) Jakarta Utara memiliki
berbagai kondisi yang dinamis dalam menjalankan aktivitas organisasinya. Seperti
yang dikatakan Pasolong (2008) peran Kepala Sudin sebagai pemimpin birokrasi
adalah mempengaruhi para pegawai untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dan
mengarahkan organisasi agar lebih kompak dan kondusif dengan menerapkan
konsep, nilai, etika, karakter, pengetahuan dan keterampilan melalui wewenang
yang dimilikinya. Karakter pegawai yang beragam, tingkat pendidikan dan
pengetahuan serta pengalaman kerja menjadikan pegawai memiliki beragam
kondisi. Selain itu ditambah dengan beragamnya situasi dan pekerjaan yang
dihadapi. Oleh karena itulah Kepala Sudin memiliki berbagai macam cara dalam
menghadapi pegawainya dalam berbagai macam situasi yang terjadi. Hubungan
yang terbangun antara Kepala Sudin dan pegawai menjadi lebih dinamis dalam
mencapai tujuan organisasi. Cara Kepala Sudin berkomunikasi, memimpin dan
4
mengarahkan pegawainya adalah gaya kepemimpinan yang digunakannya dalam
memimpin Sudin. Oleh karena itulah mengetahui bagaimana cara Kepala Sudin
dalam memimpin dan mengarahkan pegawai menjadi menarik dikaji. Apakah
gaya kepemimpinan yang diterapkan dapat mempengaruhi kinerja pegawai dalam
bekerja menjadi sebuah pertanyaan utama dalam penelitian ini. Walaupun masih
terdapat faktor lain diluar gaya kepemimpinan yang dapat menentukan kinerja
pegawai.
1.2 Perumusan Masalah
Pemimpin adalah orang yang memberikan pencerahan bagi masa depan
organisasi yang dipimpinnya dengan menciptakan situasi dan kondisi kondusif
serta memungkinkan berlangsungnya proses-proses manajemen secara optimal
(Kaloh, 2006). Oleh karena itulah diperlukan cara yang dipergunakan oleh
seorang pemimpin dalam mempengaruhi, mengarahkan, mendorong dan
mengendalikan bawahannya dalam rangka pencapaian tujuan organisasi secara
efisien dan efektif. Pencapaian tujuan orgaisasi bergantung pada kepemimpinan
dan kinerja pada birokrasi tersebut. Sedangkan kinerja pemerintah sangat
dipengaruhi oleh kualitas dari anggota organisasi birokrasi pemerintah, yaitu
pegawai. Pemimpin Suku Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Jakarta
Utara perlu menerapkan gaya kepemimpinan yang tepat dalam mengarahkan
pegawainya. Hal ini disebabkan karena gaya kepemimpinan yang diterapkan
Pemimpin berhubungan dengan kinerja pegawainya. Seperti yang dikatakan oleh
Nordholty (1987), yaitu gaya kepemimpinan yang sesuai dengan kondisi pegawai
dibutuhkan. Hal ini dapat mempengaruhi peningkatan kinerja pegawai dalam
menyelesaikan tugas yang diberikan. Berdasarkan hal tersebut maka perumusan
masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh pemimpin dalam
organisasi setingkat Suku Dinas dalam cakupan wilayah kota ?
2. Bagaimana kinerja pegawai dalam Suku Dinas Peternakan, Perikanan, dan
Kelautan wilayah kota ?
3. Apakah terdapat hubungan gaya kepemimpinan dengan kinerja pegawai Suku
Dinas Peternakan, Perikanan, dan Kelautan wilayah Kota ?
5
1.3 Tujuan
Berdasarkan perumusan masalah di atas, penelitian ini
bertujuan:
1. Mengkaji gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh pemimpin dalam
organisasi setingkat Suku Dinas dalam cakupan wilayah kota
2. Mengkaji kinerja pegawai dalam Suku Dinas Peternakan, Perikanan, dan
Kelautan wilayah Kota
3. Mengkaji hubungan gaya kepemimpinan dengan kinerja pegawai Suku Dinas
Peternakan, Perikanan, dan Kelautan wilayah Kota
1.4 Kegunaan
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, khususnya bagi:
1. Bagi akademisi penelitian ini bermanfaat menjadi tambahan literatur
penelitian mengenai penerapan gaya kepemimpinan dalam birokrasi
pemerintah, faktor-faktor yang mempengaruhinya, gambaran kinerja pegawai
pemerintah dan hubungan antara gaya kepemimpinan dengan kinerja
pegawai.
2. Penelitian ini pun diharapkan dapat bermanfaat bagi instansi terkait, yaitu
Suku Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan sebagai masukan dalam
menjalankan organisasi terutama mengenai penerapan gaya kepemimpinan,
kinerja pegawai dan hubungan antara kepemimpinan dengan kinerja
pegawainya.
6
BAB II
PENDEKATAN TEORITIS
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Definisi Pemimpin dan Kepemimpinan Birokrasi
Menurut Pasolong (2008) pemimpin adalah orang yang mempunyai
kemampuan untuk mempengaruhi orang lain dalam rangka pencapaian tujuan
tertentu. Sedangkan menurut Kaloh (2006) pemimpin adalah orang yang
memberikan pencerahan bagi masa depan organisasi yang dipimpinnya dengan
menciptakan situasi dan kondisi kondusif serta memungkinkan berlangsungnya
proses-proses manajemen secara optimal. Seorang pemimpin pun harus
menyadari bahwa ia adalah mesin penggerak utama denyut jantung organisasi
untuk memfasilitasi seluruh anggota organisasi agar mereka bisa melaksanakan
tanggung jawab untuk mengembangkan organisasi sesuai dengan aturan main
organisasi.
Kepemimpinan adalah suatu proses untuk mempengaruhi para pelaku
organisasi agar mengerti dan bersepakat mengenai apa-apa yang harus dikerjakan
dan bagaimana melaksanakannya secara efektif (Yuki dalam Legino, 2009).
Sedangkan menurut Pasolong (2008) kepemimpinan adalah gaya yang digunakan
pemimpin dalam mempengaruhi pengikut atau bawahannya dalam melakukan
kerjasama mencapai tujuan yang telah ditentukan. Kepemimpinan birokrasi
adalah suatu proses mempengaruhi para pegawai untuk menyelesaikan suatu
pekerjaan dan mengarahkan organisasi agar lebih kompak dan kondusif dengan
menerapkan konsep, nilai, etika, karakter, pengetahuan dan keterampilan melalui
wewenang yang dimilikinya. Sebuah organisasi birokrasi seperti pemerintahan
membutuhkan kepemimpinan birokrasi yang profesional dalam hal ini cakap dan
cerdas dalam mengorganisir dan mengintegrasikan segenap potensi sumberdaya
yang dimiliki. Menurut Pasolong (2008) agar mencapai pelayanan publik yang
memuaskan, maka pemimpin birokrasi harus memiliki kapasitas mental-
intelektual yang hebat. Seorang pemimpin harus punya fokus tujuan dan etos kerja
tinggi pada diri sehingga terpancar aura yang bisa mempengaruhi bawahannya.
7
Oleh karena itulah Pasolong (2008) membagi tiga hal yang penting dipelajari
untuk menjadi pemimpin birokrasi, yaitu:
1. Memahami dan menghayati filosofi dari birokrasi sehingga visi dan misi
birokrasi akan menjadi karakter diri seorang pemimpin;
2. Mampu membaca situasi dan bertindak sesuai dengan kebutuhan; dan
3. Memiliki pengetahuan dan keterampilan teknis yang dibutuhkan dalam
bekerja, kemampuan menggerakkan pegawai secara efektif dan efisien,
memiliki pemahaman tentang orang-orang yang dipimpinnya secara
psikologis, dan pengetahuan teknologi.
Menurut Pasolong (2008) Dalam menjalankan organisasi birokrasi
pemerintah, seorang pemimpin memiliki peran khusus, yaitu:
1. Peran pengambilan keputusan
Pemimpin memiliki peran sebagai pengambil keputusan. Pengambilan
keputusan meliputi apa yang harus dilakukan, bagaimana melakukannya,
siapa yang mengerjakannya, dan kapan dilakukan. Hal ini bertujuan untuk
memastikan pengorganisasian unit kerja yang efisien, koordinasi kegiatan-
kegiatan, penggunaan sumberdaya secara efisien, dan adaptasi kemampuan
yang berubah-ubah.
2. Peran mempengaruhi
Pemimpin harus dapat mempengaruhi bawahannya sehingga bersedia
bekerjasama dalam merealisasikan suatu program kerja dengan menggunakan
wewenang sebagai seorang pemimpin. Pemimpin birokrasi dapat
memodifikasi kewenangan dan keunggulan sifat yang dimiliki oleh seorang
pemimpin. Beberapa hal yang harus diperhatikan agar peran mempengaruhi
bawahan dapat efektif, yaitu jujur dan adil terhadap semua anggota tanpa
pilih kasih; memberikan contoh dalam bekerja dan bertindak; arif dan
bijaksana terhadap anggota yang melanggar; melibatkan anggota dalam
berbagai kegiatan; menumbuhkan rasa percaya diri pada anggota bahwa
mereka memiliki kemampuan dan etos kerja yang tinggi; dan menghargai
anggota dengan menjadikan mereka sebagai rekan kerja.
3. Peran memotivasi
8
Pemimpin memberikan dorongan kepada anggota untuk bekerja lebih giat
dengan mempertimbangkan karakter anggota yang berbeda-beda dalam
kemampuan, pengetahuan dan perilaku.
4. Peran antar pribadi
Pemimpin sebagai tokoh yang cukup dihargai, menampilkan perilaku yang
baik, seperti etos kerja yang tinggi, disiplin dan sikap positif serta mampu
menempatkan diri sebagai penuntun, pemberdaya dan pemotivasi bagi
bawahannya.
5. Peran Informasional
Pemimpin berperan dalam menjelaskan rencana-rencana, kebijakan-
kebijakan, harapan-peran, instruksi tentang cara pekerjaan yang harus
dilakukan sebagai tanggung jawab bagi para anggota dan tujuan-tujuan
kinerja dan otorisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan tersebut.
Menurut Ndhara (1997) dalam Pasolong (2008), ada dua faktor yang
mempengaruhi perilaku kepemimpinan, yaitu kondisi yang datang dari luar
lingkungan dan kepentingan yang disadari dari dalam diri yang bersangkutan
(karakter individu pemimpin). Dalam penelitian yang dilakukan oleh Randhita
(2009) dinyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi seorang pemimpin dalam
menentukan gaya kepemimpinannya adalah karakteristik pemimpin, karakteristik
pegawai dan faktor situasi.
2.1.2 Gaya Kepemimpinan
Menurut Pasolong (2008) pengertian gaya kepemimpinan adalah suatu
cara yang dipergunakan oleh seorang pemimpin dalam mempengaruhi,
mengarahkan, mendorong dan mengendalikan bawahannya dalam rangka
pencapaian tujuan organisasi secara efisien dan efektif. Gaya kepemimpinan
adalah merupakan norma perilaku yang digunakan oleh seseorang pada saat orang
tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang lain (Thoha, 2004). Jenis-jenis
gaya kepemimpinan tersebut menurut Hersey dan Blanchard (1996) dalam
Pasolong (2008), yaitu:
1. Gaya kepemimpinan Instruktif
Peran pemimpin menginstruksikan bawahan tentang apa, bagaimana dan
dimana harus melakukan suatu tugas tertentu. Gaya kepemimpinan tersebut
9
diterapkan kepada bawahan yang memiliki tingkat kematangan yang rendah,
tidak mau dan tidak mampu dalam memikul tanggung jawab untuk
melaksanakan tugas. Anggota organisasi tidak memiliki atau kurang
pengalaman dan pengetahuan dalam melaksanakan tugas yang diberikan.
2. Gaya kepemimpinan konsultatif
Pemimpin melakukan pengarahan hampir seluruh keputusan dan tetap
menjalankan komunikasi dua arah berupa mencari saran dan jawaban atas
permasalahan yang ada. Komunikasi dua arah ini dilakukan untuk menjaga
motivasi anggota yang tinggi pada saat yang sama tanggung jawab dan
kontrol atas pembuatan keputusan tetap ada pada pimpinan. Diterapkan pada
anggota yang mempunyai tingkat kematangan rendah ke sedang, yaitu
memiliki keyakinan dan keinginan dalam memiliki tanggung jawab tetapi
tidak memiliki kemampuan yang memadai dalam menyelesaikannya.
3. Gaya kepemimpinan partisipatif
Pemimpin dan pengikut saling menukar ide dalam melaksanakan tugas.
Peran utama pemimpin pada gaya kepemimpinan ini adalah memberikan
fasilitas dan berkomunikasi. Gaya kepemimpinan ini diterapkan kepada
anggota yang yang memiliki tingkat kematangan dari sedang ke tinggi, yaitu
anggota memiliki kemampuan tetapi tidak memiliki kemauan untuk
melakukan tugas yang diberikan dikarenakan keyakinan dan motivasi yang
kurang dari anggota. Oleh karena itu pemimpin perlu membuka komunikasi
dua arah dengan anggota dan secara aktif mendengar serta mendukung
usaha-usaha bawahan untuk menggunakan kemampuan yang mereka miliki.
4. Gaya kepemimpinan delegatif
Pemimpin melakukan penunjukkan tugas dan kewajiban, pemberian
wewenang dan penciptaan tanggung jawab pada anggota. Diterapkan pada
bawahan yang memiliki kematangan yang tinggi baik dalam motivasi dan
keyakinan maupun kemampuan dalam melaksanakan tugas dan tanggung
jawab.
Dalam penerapan gaya kepemimpinan menurut Robbins (2006) dalam
Pasolong (2008) para pemimpin harus menyesuaikan gaya mereka dengan budaya
nasional yang beragam. Gaya kepemimpinan yang umum berlaku dalam suatu
10
negara belum tentu berlaku di negara lain dan budaya nasional mempengaruhi
gaya kepemimpinan. Seorang pemimpin tidak dapat memilih gaya kepemimpinan
mereka sesuai keinginan pribadi, mereka dibatasi oleh kondisi budaya yang
diharapkan pengikut.
2.1.3 Birokrasi Pemerintah
Dalam Etzioni (1985) organisasi yang disebut Weber sebagai birokrasi
menentukan norma-normanya sendiri yang harus dilaksanakan. Organisasi akan
berjalan dengan efektif apabila semua peraturan ditaati oleh anggota. Organisasi
dapat menggunakan kekuasaannya yang dimiliki dengan memberikan ganjaran
bagi yang taat atau hukuman bagi yang membangkang agar para anggota menaati
peraturan yang ada. Sedangkan menurut Pasolong (2008) birokrasi adalah
organisasi yang dipimpin oleh pejabat pemerintah di bawah menteri yang
memiliki tugas utama sebagai pemberi pelayanan. Birokrasi yang dimaksudkan
untuk penyelenggaraan bernegara, penyelenggaraan pemerintahan termasuk di
dalamnya penyelenggaraan pelayanan umum dan pembangunan, seringkali oleh
masyarakat diartikan dalam konotasi yang berbeda. Tugas pokok birokrasi adalah
secara profesional menindaklanjuti keputusan politik yang diambil pemerintah
dan mewujudkan pemerintahan yang efektif dan efisien. Menurut Morgan (1997)
organisasi sektor publik atau birokrasi, dapat dilihat dari dua sudut pandang.
Sudut pandang organisasi sebagai mesin menekankan pada perlunya kecepatan,
ketelitian, kejelasan, keteraturan, keandalan dan efisiensi yang dicapai dengan
cara membangun divisi-divisi, hierarki dan berbagai aturan sebagai bentuk
pembagian kerja yang tegas. Sedangkan sudut pandang organisasi sebagai
makhluk hidup memiliki cara pandang bahwa tidak ada satu jenis organisasi yang
dapat menjawab berbagai masalah dan cocok untuk semua kondisi sehingga
organisasi dapat terus beradaptasi terhadap lingkungannya yang dinamis.
Menurut Jeddawi (2009) birokrasi disusun sebagai hierarki otoritas yang
terelaborasi, yang mengutamakan pembagian kerja secara terperinci, yang
dilakukan sistem administrasi, khususnya oleh aparatur pemerintah. Ciri utama
dari struktur birokrasi adalah adanya prinsip pembagian kerja, struktur hierarkis,
aturan dan prosedur, prinsip netral dan tidak memihak, penempatan berdasarkan
karier dan birokrasi murni. Dengan adanya paradigma baru, birokrasi memiliki
11
ciri-ciri tambahan, yaitu mengarahkan, memberdayakan, dan menciptakan
persaingan dalam pelayanan publik. Menurut Tamin (2004), terdapat empat fungsi
yang diemban sebuah birokrasi negara, yaitu:
1. Fungsi instrumental, yaitu menjabarkan kebijakan perundang-undangan dan
kebijaksanaan publik dalam kegiatan-kegiatan rutin untuk memproduksi jasa,
pelayanan, komoditi, atau mewujudkan situasi tertentu.
2. Fungsi politik, yaitu memberi input berupa saran, informasi, fisik, dan
profesionalisme untuk mempengaruhi sosok kebijaksanaan.
3. Fungsi katalis public interest, yaitu mengartikulasikan aspirasi dan
kepentingan publik dan mengintegrasikan ke dalam kebijaksanaan dan
keputusan pemerintah.
4. Fungsi entrepreneurial, yaitu memberikan inspirasi bagi kegiatan-kegiatan
inovatif, mengaktifkan sumber-sumber potensial yang ideal dan menciptakan
resource-mix yang optimal untuk mencapai tujuan.
2.1.4 Pelayanan Masyarakat
Menurut Randhita (2009) pelayanan masyarakat adalah segala bentuk
kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah di pusat, di
daerah, dan di lingkungan badan usaha milik negara/daerah dalam bentuk barang
atau jasa dalam rangka pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka
pelaksanaan ketentuan peraturan dan perundang-undangan. Pengertian lain
pelayanan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sebagai usaha melayani
kebutuhan orang lain. Sedangkan melayani adalah membantu menyiapkan
(mengurus) apa yang diperlukan seseorang.
Pasuraman dkk (1985) mengatakan bahwa konsumen dalam melakukan
penilaian terhadap kualitas jasa ada lima dimensi, yaitu:
1. Tangible atau ketampakan fisik, yaitu meliputi fasilitas fisik, perlengkapan
pegawai dan sarana komunikasi.
2. Responsivenes atau responsivitas adalah kerelaan untuk menolong
customers/pelanggan dan menyelenggarakan pelayanan secara ikhlas. Hal ini
meliputi keinginan para staf untuk membantu para pelanggan/masyarakat dan
memberikan pelayanan dengan tanggap.
12
3. Reliability atau reliabilitas adalah kemampuan organisasi untuk
menyelenggarakan pelayanan yang dijanjikan secara akurat dan terpercaya.
Hal tersebut meliputi memberikan pelayanan yang dijanjikan dengan segera,
akurat, handal dan memuaskan.
4. Assurance atau kepastian adalah pengetahuan dan kesopanan para pekerja
serta kemampuan mereka dalam memberikan kepercayaan kepada
pelanggan/masyarakat. Hal tersebut mencakup pengetahuan, kemampuan,
kesopanan, dan sifat yang dapat dipercaya yang dimiliki oleh staf.
5. Empathy adalah perlakuan dan perhatian pribadi yang diberikan kepada
pelanggan/masyarakat, yaitu meliputi kemudahan dalam melakukan
hubungan, komunikasi yang baik, perhatian pribadi dan memahami
kebutuhan pelanggan.
2.1.5 Kinerja Birokrasi Pemerintah
2.1.5.1 Kinerja Pegawai
Kinerja birokrasi adalah hasil kerja yang dilakukan dan dicapai dengan
baik dalam upaya memenuhi tujuan organisasi secara sendiri maupun kelompok
dengan mengikuti aturan yang telah ditetapkan (Pasolong, 2008). Kinerja
birokrasi pemerintah sangat dipengaruhi oleh kualitas dari anggota organisasi
birokrasi pemerintah, yaitu pegawai. Menurut Sedarmayanti (2001) kinerja
diartikan sebagai prestasi kerja, pelaksanaan kerja, pencapaian kerja atau hasil
kerja atau unjuk kerja atau penampilan kerja. Pengertian tersebut menunjukkan
bagaimana seorang pekerja dalam menjalankan pekerjaannya. Mitchell dalam
Sedarmayanti (2001) menyatakan bahwa terdapat lima aspek kinerja, yaitu:
1. Quality of work (kualitas pekerjaan)
2. Prompines (kecepatan dan ketepatan hasil kerja)
3. Initiative (kemampuan mengambil inisiatif)
4. Capability (kesanggupan atau kemampuan untuk melaksanakan pekerjaaan)
5. Communication (kemampuan berkomunikasi dengan lingkungan)
Handoko (2001) mengemukakan penilaian kinerja atau prestasi kerja
(performance appraisal) adalah proses suatu organisasi mengevaluasi atau
menilai prestasi kerja pegawai. Kegiatan dapat mempengaruhi keputusan-
keputusan personalia dan memberikan umpan balik kepada para pegawai tentang
13
pelaksanaan kerja mereka. Adapun kegunaan penilaian kerja adalah sebagai
berikut:
1. Mendorong orang atau pegawai agar berperilaku positif atau memperbaiki
tindakan mereka yang dibawah standar.
2. Sebagai bahan penilaian bagi manajemen terkait kualitas kerja pegawai.
3. Memberikan dasar yang kuat bagi pembuatan kebijakan peningkatan
organisasi .
Ranupandojo dan Husnan (2000) menjelaskan dengan rinci beberapa
aspek mengenai ukuran-ukuran kinerja pegawai, yaitu:
1. Kualitas kerja adalah mutu hasil kerja yang didasarkan pada standar yang
diterapkan. Kualitas kerja diukur dengan indikator ketepatan, ketelitian,
keterampilan dan keberhasilan kerja.
2. Kuantitas kerja adalah banyaknya hasil kerja sesuai dengan waktu kerja yang
ada. Hal yang perlu diperhatikan bukan hasil rutin tetapi seberapa cepat
pekerjaan dapat terselesaikan. Kuantitas kerja meliputi output. Perlu
diperhatikan pula tidak hanya output yang rutin saja, tetapi juga seberapa
cepat dia menyelesaikan pekerjaan ekstra.
3. Dapat tidaknya diandalkan termasuk dalam beberapa hal, yaitu mengikuti
instruksi, inisiatif, rajin dan sikap hati-hati.
4. Sikap, yaitu sikap terhadap pegawai perusahaan dan pekerjaan serta
kerjasama.
Terdapat standar kinerja yang telah ditetapkan pada Peraturan Gubernur
No.215 tahun 2009 Pegawai Negeri Sipil (PNS) DKI Jakarta. Standar kinerja PNS
bernama Tunjangan Kinerja Daerah (TKD), yaitu tunjangan yang diberikan
kepada PNS dan Calon PNS dikaitkan dengan penilaian kehadiran dan kinerja.
Penilaian tersebut meliputi Bidang Hasil Utama (BHU) dan Bidang Perilaku
Utama (BPU). Penilaian kinerja TKD menurut pergub 215 pasal 1 ayat 18 adalah
proses penilaian terhadap tingkat atau tampilan kerja PNS dan CPNS yang
didasarkan pada kehadiran kerja, Bidang Hasil Utama (BHU) dan Bidang Perilaku
Utama (BPU). Bidang hasil utama adalah hasil pekerjaan yang telah diselesaikan
oleh pegawai, meliputi:
1. ketepatan waktu dalam menyelesaikan pekerjaan
14
2. kebenaran hasil pekerjaan
3. ketepatan dan kebenaran dalam pembuatan laporan pelaksanaan tugas
4. ketepatan dan kebenaran dalam penyampaian laporan pelaksanaan tugas
Bidang perilaku utama adalah pola tingkah laku pegawai dalam menjalankan,
menyelesaikan dan memecahkan tugas/masalah yang diberikan, meliputi:
1. kebenaran menyampaikan data dan informasi dalam tugas
2. kemampuan bekerja sama dalam tim kerja
3. kepemimpinan
2.1.5.2 Permasalahan Kepegawaian
Terdapat permasalahan pada kepegawaian di Indonesia yang
mempengaruhi buruknya kinerja birokrasi pemerintah sehingga melahirkan
birokrat yang moralnya rusak dan minimnya kemampuan dalam melakukan tugas
dan tanggunggjawab. Saat ini pun pemerintah belum memprioritaskan perbaikan
kualitas kepegawaian negara dari agenda reformasi birokrasi. Hal inilah yang
mengakibatkan kualitas dan kinerja birokrasi dalam memberikan pelayanan
kepada masyarakat belum optimal yang mengakibatkan prosedur pelayanan
berbelit-belit. Kenyataan yang terlihat sekarang adalah obsesi para birokrat dan
politisi untuk menjadikan birokrasi sebagai lahan pemenuhan hasrat dan
kekuasaan, sehingga kekecewaan masyarakat terhadap birokrasi terus terjadi
(Pasolong, 2008). Menurut Jeddawi (2009) akar permasalahan dari kepegawaian
di Indonesia, yaitu persoalan internal sistem kepegawaian negara dan persoalan
eksternal yang mempengaruhi kinerja pegawai. Terdapat beberapa permasalahan
yang terjadi dalam kepegawaian. Berikut adalah permasalahan tersebut dilengkapi
dengan solusinya, yaitu:
1. Proses rekrutmen yang tidak dilakukan secara profesional karena banyak
praktik korupsi, kolusi dan nepotisme yang terjadi. Solusinya adalah adanya
proses perekrutan yang dilakukan oleh lembaga profesional yang independen
sedangkan pemerintah hanya menjadi pengawas dan regulator saja.
2. Sistem penggajian pegawai yang menyebabkan tingkat kesejahteraan pegawai
rendah. Hal inilah yang mempengaruhi kinerja dan perilaku pegawai.
Solusinya dengan jenjang penggajian yang didasarkan pada kinerja pegawai,
15
pelatihan yang telah diikuti, kompetensi yang dimiliki, pengalaman dan
produktivitas pegawai.
3. Dampak dari kedua permasalahan dua poin di atas adalah disiplin pegawai
yang rendah. Solusinya dengan penguatan pengawasan kode etik dan perilaku
pegawai yang dilakukan oleh lembaga pengawas profesional dan independen
dan substansi pengawasan yang meliputi harta dan kekayaan, kode etik,
pengawasan penerimaan hadiah dan pengawasan bagi yang sudah pensiun.
2.1.6 Hasil Penelitian: Keterkaitan Gaya Kepemimpinan dengan Kinerja
Anggota Organisasi
Berdasarkan beberapa penelitian yang dilakukan gaya kepemimpinan
memiliki keterkaitan dengan kinerja pegawainya. Menurut Oktaviani (2007)
kepemimpinan dalam birokrasi pemerintah yang partisipatif dapat membawa
pencapaian pembangunan yang positif bagi kemajuan desa. Pemimpin selalu
mengajak para pegawai untuk terlibat aktif menyelesaikan tugas yang ada
sehingga dalam kinerjanya pegawai terpacu dalam penyelesaian tugas yang cepat
dan tepat karena pegawai tersebut merasa bertanggung jawab atas tugas yang
diberikan oleh pemimpinnya. Menurut Sari (2007) gaya kepemimpinan yang baik
akan mencerminkan demokrasi dalam masyarakat yang baik. Selain itu Nordholty
(1987) menyatakan bahwa peran pemimpin dalam birokrasi pemerintah adalah
melayani masyarakat dan pemimpin harus lebih mementingkan kepentingan
masyarakat dibandingkan kepentingannya sendiri serta keluarganya sehingga gaya
kepemimpinan yang sesuai dengan kondisi pegawai dibutuhkan. Hal ini dapat
mempengaruhi peningkatan kinerja pegawai dalam menyelesaikan tugas yang
diberikan.
Menurut Liddle (1984) seorang pemimpin birokrasi pun tidak dapat
memaksakan kekuasaannya dalam menjalankan organisasi birokrasi pemerintah
karena pemaksaan kekuasaan yang dilakukan sebenarnya bukan untuk
mensejahterakan masyarakat tetapi untuk menyelamatkan kekuasaannya saja dan
mengakibatkan lingkungan kerja yang tidak kondusif karena ada rasa
keterpaksaan dalam menjalankan tugas. Oleh karena itulah gaya kepemimpinan
akan berpengaruh terhadap kondisi lingkungan kerja dan berakibat pada kinerja
pegawai. Gaya kepemimpinan merupakan suatu cara yang dimiliki oleh seseorang
16
dalam mempengaruhi anggotanya untuk bekerjasama dan berdaya upaya dengan
penuh semangat serta keyakinan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Artinya, gaya kepemimpinan dapat menuntun pegawai untuk bekerja lebih giat,
lebih baik, lebih jujur, dan bertanggung jawab penuh atas tugas yang diembannya
sehingga pekerjaan dapat diselesaikan dengan baik. Hubungan pimpinan dan
bawahan dapat diukur melalui penilaian pekerja terhadap gaya kepemimpinan
para pemimpin dalam mengarahkan dan membina para bawahannya untuk
melaksanakan pekerjaan (Hadari, 2003).
2.2 Kerangka Pemikiran
Peran pemimpin sangat penting terhadap berjalannya organisasi,
memastikan tujuan dari organisasi tersebut tercapai dengan efektif dan efisien,
yaitu dengan mengoptimalkan kinerja pegawai. Cara pemimpin dalam
berkomunikasi atau berhubungan antara pimpinan dengan anggotanya dalam
mempengaruhi, mengarahkan, mendorong dan mengendalikan bawahannya dalam
rangka pencapaian tujuan organisasi secara efisien dan efektif disebut gaya
kepemimpinan. Oleh karena itulah pemilihan gaya kepemimpinan yang tepat
mempengaruhi kinerja pegawai dan pencapaian tujuan organisasi.
Keterangan: Hubungan Korelasi (asosiatif)
Gambar 1 Kerangka Penelitian
Faktor Situasi/ Lingkungan
Karakteristik
Pemimpin
Karakteristik
pegawai
Gaya Kepemimpinan :
1. Gaya kepemimpinan Instruktif
2. Gaya kepemimpinan konsultatif
3. Gaya kepemimpinan Partisipatif
4. Gaya kepemimpinan Delegatif
Tujuan Birokrasi Pemerintah : Pelayanan kepada Masyarakat
Kinerja Pegawai : Standar penilaian Tunjangan kerja
daerah pegawai Pemerintah DKI Jakarta (Pergub 215
tahun 2009) :
• Kehadiran kerja
• Bidang hasil utama
• Bidang perilaku utama
17
Terdapat empat gaya kepemimpinan, yaitu gaya kepemimpinan instruktif,
gaya kepemimpinan konsultatif, gaya kepemimpinan partisipatif dan gaya
kepemimpinan delegatif. Setiap pemimpin memiliki ciri, sikap dan karakter yang
berbeda-beda yang mempengaruhinya dalam memilih gaya kepemimpinan. Selain
itu beragamnya kondisi pekerjaan dan pegawai juga berpengaruh terhadap gaya
kepemimpinan yang dipilih. Gaya kepemimpinan berkaitan dengan faktor
situasi/lingkungan kerja, karakteristik pemimpin dan karakteristik dari anggota
organisasi/pegawai. Kinerja pegawai pemerintah dalam hal ini adalah kinerja
pegawai berdasarkan peraturan yang telah ditetapkan gubernur dan menjadi
standar penilaian kinerja pegawai pemerintah yang ada di seluruh DKI Jakarta
yang meliputi kehadiran kerja, bidang hasil utama dan bidang perilaku utama.
Gaya kepemimpinan memiliki hubungan dengan kinerja pegawai. Pencapaian
tujuan organisasi disebabkan oleh kinerja pegawai. Jika kinerja pegawai baik
maka tujuan organisasi pemerintah/birokrasi, yaitu pelayananan terhadap
masyarakat akan tercapai secara efektif dan efisien.
2.3 Hipotesis
Hipotesis pengarah dalam penelitian ini, yaitu:
1. Diduga terdapat gaya kepemimpinan tertentu yang diterapkan oleh pemimpin
dalam organisasi setingkat Suku Dinas dalam cakupan wilayah Jakarta Utara
2. Diduga terdapat keragaman kinerja pada pegawai pemerintah
Sementara itu, hipotesis uji pada penelitian ini adalah diduga terdapat hubungan
gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh Kepala Suku Dinas Peternakan,
Perikanan, dan Kelautan Kota Administrasi Jakarta Utara dengan kinerja
pegawainya.
2.4 Definisi Operasional
1. Kepemimpinan Birokrasi
Suatu proses komunikasi yang digunakan pemimpin dalam sebuah organisasi
birokrasi pemerintah untuk mempengaruhi pegawai untuk menyelesaikan
suatu pekerjaan dan mengarahkan organisasi agar lebih kompak dan kondusif
18
dengan menerapkan konsep, nilai, etika, karakter, pengetahuan dan
keterampilan melalui wewenang yang dimiliki.
2. Gaya kepemimpinan
Suatu cara berkomunikasi yang digunakan oleh seorang pemimpin dalam
mempengaruhi, mengarahkan, mendorong dan mengendalikan bawahannya
dalam rangka pencapaian tujuan organisasi secara efisien dan efektif. Gaya
kepemimpinan dibedakan menjadi empat kategori, yaitu :
a. gaya kepemimpinan instruktif
pemimpin berperan menginstruksikan pegawai tentang apa, bagaimana,
dan dimana harus melakukan suatu tugas tertentu.
b. gaya kepemimpinan konsultatif
pemimpin berperan mengarahkan hampir seluruh keputusan dan
membangun pula komunikasi dua arah untuk mencari saran dan jawaban
atas permasalahan yang ada.
c. gaya kepemimpinan partisipatif
pemimpin dan pegawai saling tukar menukar ide dalam melaksanakan
tugas yang ada dan memecahkan masalah.
d. gaya kepemimpinan delegatif
pemimpin menunjuk pegawai langsung dalam mengerjakan tugas dan
memecahkan masalah yang ada.
Penentuan gaya kepemimpinan yang diterapkan pemimpin dilakukan
berdasarkan Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No.87 Tahun 2009,
sebagai berikut:
a. dalam bidang pengambilan keputusan/pemecahan masalah
b. memimpin dan mengoordinasikan pelaksanaan tugas dan fungsi suku
dinas serta mengkoordinasikan pelaksanaan tugas Subbagian, seksi, dan
Subkelompok jabatan fungsional;
c. melaksanakan kerjasama dan koordinasi dengan Satuan Kerja Perangkat
Daerah, Unit Kerja Perangkat Daerah, dan/atau instansi
pemerintah/swasta, dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsi suku
dinas;
19
d. melaporkan dan mempertanggung jawabkan pelaksanaan tugas dan fungsi
suku dinas;
Pernyataan kuesioner untuk mengukur persepsi pegawai mengenai gaya
kepemimpinan yang diterapkan oleh kepala suku dinas berjumlah 16 buah.
Masing-masing kriteria gaya kepemimpinan diwakilkan oleh 4 pertanyaan
yang dalam tiap indikatornya. Pada masing-masing komponen pada indikator
akan terdapat pernyataan yang dibagi dalam empat kategori dengan bobot 1-
4, yaitu:
• Selalu (S), skor = 4
• Sering (SR), skor =3
• Kadang-kadang (KK), skor =2
• Tidak Pernah (TP), skor = 1
Jumlah skor berkisar antara 4 hingga 16. Gaya kepemimpinan yang
diterapkan Kepala Sudin berdasarkan persepsi masing-masing responden
dengan melihat dari nilai yang terbesar hasil dari penjumlahan masing-
masing situasi kerja. Gaya kepemimpinan yang paling banyak teridentifikasi
dari jawaban responden merupakan gaya kepemimpinan yang paling dominan
diterapkan oleh pemimpin suku dinas, yang dibagi dalam tiga kategori:
• Selalu diterapkan, skor = 13-16
• Sering diterapkan, skor = 9-12
• Jarang diterapkan, skor = 4-8
Sedangkan dalam penilaian gaya kepemimpinan tiap situasinya dilihat dari
nilai total skor gaya kepemimpinan dari tiap poin indikator/pertanyaan, yang
dibagi dalam tiga kategori yaitu:
• Selalu diterapkan, skor = 112-148
• Sering diterapkan, skor = 74-111
• Jarang diterapkan, skor = 37-73
3. Karakteristik pemimpin
Kondisi diri pribadi seorang pemimpin yang berpengaruh dalam
melaksanakan kepemimpinannya saat memimpin organisasi, yaitu:
a. usia adalah umur responden sampai dengan penelitian ini dilakukan
dengan pembulatan ke ulang tahun terdekat. Dikategorikan menjadi (1)
20
sangat muda < 20 tahun (2) muda 20-30 tahun (3) baya/sedang 30-50
tahun (4) tua > 50 tahun;
b. jenis kelamin adalah identitas biologis responden yang dikategorikan
menjadi (1) laki-laki dan (2) perempuan;
c. tingkat pendidikan adalah pendidikan terakhir yang diselesaikan oleh
responden. Dikategorikan dengan (1) SMA (2)Strata 1 (3) Strata 2 (4)
Strata 3;
d. status perkawinan adalah hubungan antara laki-laki dan perempuan yang
disahkan menurut hukum agama dan pemerintah serta undang-undang
yang mengatur. Dikategorikan sebagai (1) sudah menikah (2) belum
menikah;
e. pengetahuan terkait pekerjaan adalah wawasan dan pemahaman mengenai
pekerjaan yang dijalani/menjadi tugas responden;
f. kemampuan berkomunikasi adalah kemampuan responden dalam
berkomunikasi terkait dengan pekerjaan agar dapat dimengerti orang lain;
g. pengalaman adalah kejadian nyata yang dialami oleh reponden terkait
dengan pekerjaan/tugas yang dijalani;
h. nilai-nilai dalam pandangan hidup/prinsip hidup adalah
prinsip/ideologi/filosofi yang dipegang teguh sebagai acuan dalam
menjalani kehidupan (terutama terkait dengan pekerjaan).
4. Situasi
Kondisi dalam lingkungan organisasi yang tercipta hasil interaksi antara
pemimpin dengan anggotanya. Indikator dalam penilaian situasi dalam
lingkungan kerja, yaitu:
a. Persepsi pegawai mengenai situasi yang kondusif
b. Persepsi pegawai mengenai kemampuan Kepala Sudin dalam menciptakan
situasi yang kondusif
c. Persepsi pegawai mengenai hubungan interaksi yang terjalin antara Kepala
Sudin dengan pegawai
d. Persepsi pegawai mengenai hubungan interaksi sesama pegawai
e. Persepsi pegawai mengenai pengaruh lingkungan kerja terhadap
kepemimpinan Kepala Sudin
21
pada masing-masing komponen pada indikator akan terdapat pernyataan
untuk mengukur situasi pada Sudin Peternakan, Perikanan dan Kelautan yang
tiap pernyataannya dibagi dalam empat kategori dengan bobot 1-4, yaitu:
• Selalu (S), skor = 4
• Sering (SR), skor =3
• Kadang-kadang (KK), skor =2
• Tidak Pernah (TP), skor = 1
Jumlah skor berkisar antara 5 hingga 20 yang dikategorikan sebagai berikut.
• Situasi kerja kondusif/ baik, skor 15-20
• Situasi kerja sedang, skor 10-14
• Situasi kerja buruk, skor 5-9
Sedangkan penilaian situasi kerja dilihat dari tiap poin indikatornya dapat
dihitung dari kumulatif nilai total tiap poin indikatornya yang berjumlah 37
responden, yang dikategorikan sebagai berikut:
• Situasi kerja kondusif 111-148
• Situasi kerja sedang, skor 74-110
• Situasi kerja buruk, skor 37-73
5. Pegawai
Seseorang yang bekerja pada organisasi pemerintahan/anggota organisasi
birokrasi pemerintah.
6. Karakteristik pegawai
Kondisi diri pribadi seorang pegawai yang berpengaruh terhadap
kepemimpinan pemimpinnya dan kinerjanya sendiri, yaitu:
a. usia adalah umur responden sampai dengan penelitian ini dilakukan
dengan pembulatan ke ulang tahun terdekat. Dikategorikan menjadi (1)
sangat muda < 20 tahun (2) muda 20-30 tahun (3) baya/sedang 30-50
tahun (4) tua > 50 tahun
b. jenis kelamin adalah identitas biologis responden yang dikategorikan
menjadi (1) laki-laki dan (2) perempuan
c. tingkat pendidikan adalah pendidikan terakhir yang diselesaikan oleh
responden. Dikategorikan dengan (1) SLTP&SMA (2) Diploma (3) Strata
1 (4) Strata 2
22
d. status perkawinan adalah hubungan antara laki-laki dan perempuan yang
disahkan menurut hukum agama dan pemerintah serta undang-undang
yang mengatur. Dikategorikan sebagai (1) sudah menikah (2) belum
menikah
e. lama bekerja adalah lama pengalaman bekerja responden menjadi
pegawai di Suku Dinas Peternakan, Perikanan, dan Kelautan Kota
Administrasi Jakarta Utara. Dikategorikan menjadi (1) < 1 tahun tidak
berpengalaman (2) 1-5 tahun kurang berpengalaman (3) 5-10 tahun
berpengalaman (4) >10 tahun sangat berpengalaman
f. seksi/subbagian dalam pekerjaan adalah posisi responden dalam
organisasi Suku Dinas Peternakan, Perikanan, dan Kelautan Kota
Administrasi Jakarta Utara. Dikategorikan menjadi (1) Tata Usaha (2)
Peternakan (3) Perikanan, dan (4) Pengawasan Dampak Lingkungan
(wasdal)
g. golongan kepegawaian adalah golongan atau jenjang karir pekerjaan
responden berdasarkan peraturan dan ketetapan kepegawaian negeri sipil
Indonesia. Dikategorikan menjadi (1) IV/b atau IV/a (2) III/d atau III/c (3)
III/b atau III/a (4) II/d atau II/c
7. Kinerja pegawai
Hasil kerja yang dilakukan dan dicapai oleh pegawai dalam upaya memenuhi
tujuan organisasi secara sendiri maupun kelompok dengan mengikuti aturan
yang telah ditetapkan oleh pemerintah DKI Jakarta dan sesuai dengan
wewenang dan tanggung jawab pegawai itu sendiri dalam posisi/jabatannya
di Suku Dinas Peternakan, Perikanan, dan Kelautan Kota Administrasi
Jakarta Utara. Peraturan yang menjadi acuan dalam menilai kinerja pegawai
berdasarkan standar penilaian Tunjangan Kerja Daerah pegawai Pemerintah
DKI Jakarta (Peraturan gubernur 215 tahun 2009) yang secara lebih rinci
dapat dilihat pada lampiran enam. Berdasarkan peraturan tersebut Indikator
standar penilaiannya, yaitu:
a. kehadiran kerja responden dalam keseharian di kantor untuk
menyelesaikan tugas dan memecahkan permasalahan yang ada, meliputi:
1. kehadiran kerja
23
2. perizinan kehadiran kerja
3. ketepatan waktu hadir di kantor
4. kehadiran pada apel pagi tiap hari senin
5. ketepatan waktu kehadiran apel
6. pengambilan cuti dalam satu tahun
b. bidang hasil utama adalah hasil pekerjaan yang telah diselesaikan oleh
responden, meliputi:
1. ketepatan waktu dalam menyelesaikan pekerjaan
2. kebenaran hasil pekerjaan
3. ketepatan dan kebenaran dalam pembuatan laporan pelaksanaan tugas
4. ketepatan dan kebenaran dalam penyampaian laporan pelaksanaan
tugas
c. bidang perilaku utama adalah pola tingkah laku responden dalam
menjalankan, menyelesaikan dan memecahkan tugas/masalah yang
diberikan, meliputi:
1. kebenaran menyampaikan data dan informasi dalam tugas
2. kemampuan bekerja sama dalam tim kerja
3. kepemimpinan
pada masing-masing komponen pada indikator akan terdapat pernyataan
untuk mengukur kinerja pegawai yang tiap pernyataannya dibagi dalam
empat kategori dengan bobot 1-4, yaitu:
• Selalu (S), skor = 4
• Sering (SR), skor =3
• Kadang-kadang (KK), skor =2
• Tidak Pernah (TP), skor = 1
Jumlah skor berkisar antara 30 hingga 120 yang dikategorikan sebagai
berikut.
• Kinerja pegawai baik, skor 90-120
• Kinerja pegawai sedang, skor 60-89
• Kinerja pegawai buruk, skor 30-59
Kinerja pegawai juga dinilai pada masing-masing indikatornya, yaitu
indikator kehadiran kerja, bidang hasil utama dan bidang perilaku utama.
24
Untuk indikator kehadiran kerja dan Bidang Perilaku Utama (kepemimpinan)
terdapat 6 pertanyaan untuk mengukur kinerja, jumlah skor berkisar antara 6
hingga 26 yang dikategorikan sebagai berikut, yaitu (a) Kinerja pegawai
buruk, skor 6-11, (b) Kinerja pegawai sedang, skor 12-17, (c) Kinerja
pegawai baik, skor 18-24.
Untuk indikator Bidang Perilaku Utama (ketepatan waktu penyelesaian
pekerjaan dan kebenaran hasil pekerjaan) dan Bidang Perilaku Utama
(kemampuan kerja sama tim) terdapat 5 pertanyaan untuk mengukur kinerja,
jumlah skor berkisar antara 5 hingga 20 yang dikategorikan sebagai berikut,
yaitu (a) Kinerja pegawai buruk, skor 5-9, (b) Kinerja pegawai sedang, skor
10-14, (c) Kinerja pegawai baik, skor 15-20.
Untuk indikator Bidang Perilaku Utama (kebenaran dalam menyampaikan
data dan informasi) terdapat 3 pertanyaan untuk mengukur kinerja, jumlah
skor berkisar antara 3 hingga 12 yang dikategorikan sebagai berikut, yaitu (a)
Kinerja pegawai buruk, skor 3-5, (b) Kinerja pegawai sedang, skor 6-8, (c)
Kinerja pegawai baik, skor 9-12.
8. Pelayanan masyarakat
Tujuan utama dari organisasi birokrasi pemerintahan, yaitu pelayanan
terhadap masyarakat berupa segala bentuk kegiatan pelayanan yang
dilaksanakan oleh instansi pemerintah di pusat, di daerah, dan di lingkungan
badan usaha milik negara/daerah dalam bentuk barang atau jasa dalam rangka
pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan
ketentuan peraturan dan perundang-undangan.
25
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yaitu penelitian
tentang data yang dikumpulkan dan dinyatakan dalam bentuk angka-angka, dan
data kualitatif sebagai pendukungnya, seperti kata-kata, dan kalimat hasil
konsultasi atau wawancara antara peneliti dan informan. Penelitian kuantitatif
mengambil jarak antara peneliti dengan objek yang diteliti. Penelitian kuantitatif
menggunakan instrumen-instrumen formal, standar dan bersifat mengukur
(Sukmadinata, 2006). Sesuai permasalahan yang diangkat pada penelitian ini
adalah permasalahan asosiatif, yaitu suatu pertanyaan peneliti yang bersifat
menghubungkan dua variabel atau lebih. Hubungan variabel dalam penelitian
adalah hubungan kausal, yaitu hubungan yang bersifat sebab akibat. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif dan kualitatif. Metode kuantitatif
dilakukan dengan metode sensus dengan menggunakan instrumen penelitian
kuesioner. Sedangkan metode kualitatif menggunakan wawancara mendalam
dengan panduan pertanyaan sebagai alat bantunya.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Kantor Suku Dinas Peternakan, Perikanan dan
Kelautan Kota Administrasi Jakarta Utara. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan
secara sengaja. Hal ini didasarkan karena organisasi yang menjadi fokus
penelitian adalah birokrasi pemerintah dan bergerak di bidang pertanian dalam arti
luas. Selain itu menjadi menarik karena organisasi tersebut berada di Kota Jakarta
Utara yang merupakan kota metropolitan dan jauh dari daerah pedesaan yang
identik dengan daerah pertanian. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Mei
2010 – Desember 2010. Penelitian yang dimaksud mencakup waktu semenjak
penulis intensif berada di lapangan hingga pengolahan data.
26
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data
primer penelitian diperoleh dari responden dan informan. Data responden berasal
dari pengisian kuesioner dan hasil dari wawancara. Data kuantitatif berasal dari
kuesioner yang dibagikan kepada pegawai. Sedangkan data kualitatif diperoleh
dari hasil wawancara mendalam terhadap informan yang telah ditentukan. Data
sekunder merupakan data yang berasal dari dokumen-dokumen tertulis, baik
berupa tulisan ilmiah maupun dokumen laporan yang diterbitkan oleh pihak
terkait.
3.4 Teknik Penentuan Responden dan Informan
Responden dalam penelitian ini adalah pegawai Suku Dinas Peternakan,
Perikanan, dan Kelautan (Sudin P2K) Kota Administrasi Jakarta Utara berjumlah
37 orang yang bertugas di kantor Sudin dan berinteraksi langsung dengan Kepala
Sudin. Pegawai yang menjadi responden penelitian dapat dilihat lebih rinci pada
daftar responden penelitian yang dimuat dalam lampiran empat. Informan dalam
penelitian ini adalah Kepala Suku Dinas Peternakan, Perikanan, dan Kelautan
Kota Administrasi Jakarta Utara, Kepala Seksi yang menjabat, beberapa pegawai
dan masyarakat binaan Sudin yang dipilih secara purposive. Pengambilan
informan masyarakat digunakan sebagai penguat deskripsi mengenai kinerja
pegawai.
3.5 Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Hasil kuesioner diolah secara kuantitatif, data kuantitatif akan diolah dan
disajikan dalam bentuk tabel frekuensi dan tabulasi silang. Kemudian dilakukan
masing-masing variabel akan dijelaskan secara eksplanatory, yaitu mengenai gaya
kepemimpinan yang diterapkan, faktor yang mempengaruhi gaya kepemimpinan
dan keragaman kinerja pegawai dijabarkan melalui data hasil penelitian yang
didapat dan ditelaah lebih lanjut oleh peneliti. Pengujian kolerasi antar variabel
menggunakan Rank Spearman dan dianalisis untuk mengetahui hubungan gaya
kepemimpinan dengan kinerja pegawai pemerintah. Pengolahan data masing-
27
masing menggunakan Microsoft Office Excel 2007 dan Software SPSS 15.0 for
Windows.
Hipotesis diuji dengan menggunakan teknik statistik non parametrik sesuai
dengan data ilmu sosial dan digunakan untuk skor non eksak (angka), serta cocok
untuk pengujian sampel berukuran kecil untuk mengetahui bentuk hubungan dan
derajat keeratan antara variabel-variabel yang diteliti dengan menggunakan
analisis korelasi Rank Spearman.
Penulis menggunakan teknik pengujian koefisien korelasi Rank Spearman,
dengan alasan menggunakan tekhnik pengujian ini merupakan ukuran asosiasi
yang menurut kedua variabel di ukur sekurang-kurangnya dalam skala ordinal
sehingga objek-objek atau individu-individu yang dipelajari dapat dirangking
dengan dua rangkaian berturut-turut (Siegel 1997:250).
Langkah-langkah penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Analisis korelasi Rank Spearman sebagai berikut :
rs = 6ΣD2
N(N2 – 1)
Keterangan :
rs = Koefisiens Korelasi Rank Spearman
N = Jumlah sampel
ΣD2
= Jumlah perbedaan rangking pada setiap pasangan yang telah
dikuadratkan.
Bila perhitungan hasil terdapat skor yang sama untuk masing-masing
variabel maka perlu ada faktor korelasi dengan perhitungan rs. Untuk
kondisi ini dapat dihitung harga korelasi Rank Spearman dengan rumus
sebagai berikut :
rs = Σx2 + Σy
2 - Σdi
2
2 Σx
2 . Σy
2
Dengan ketentuan sebagai berikut :
Σx2 = N
3 – N - ΣTx
12
28
Σy2
= N3 – N - ΣTy
12
dimana : T = t3
– t
12
t = banyaknya observasi yang berangka sama pada suatu rangking tertentu
Pengujian signifikansi koefisien korelasi yang digunakan adalah dengan uji t
yang rumusnya sebagai berikut:
t = 2rs-1
2-nrs
t = Nilai uji t
rs = Koefisien korelasi Rank Spearman
n = Banyaknya sample
2. Pengujian Hipotesis
Menurut Sugiyono (2009) pengujian signifikasi suatu koefisien
korelasi Rank Spearman yang didapat dari perhitungan (rs hitung), kemudian
dibandingkan dengan rs tabel. Jika rs hitung > rs tabel maka Ho ditolak yang
berarti terdapat hubungan antara gaya kepemimpinan dengan kinerja
pemerintah. Tetapi jika diperoleh rs hitung < rs tabel maka Hi diterima yang
berarti tidak terdapat hubungan antara gaya kepemimpinan dengan kinerja
pemerintah. Untuk mengetahui hubungan antara variabel X dan variabel Y
dapat diketahui penafsiran koefisien korelasi. Setelah melalui pengujian dan
hasilnya signifikan, maka untuk menentukan keeratan hubungan bisa
digunakan Guilford Criteria, yaitu :
Tabel 1. Tingkat Hubungan Menurut Interval Koefisien untuk Interpretasi
Koefisien Korelasi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199 Sangat rendah
0,20 – 0,399 Rendah
0,40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0,799 Kuat
0,80 – 1,000 Sangat kuat
Sumber : Metode Penelitian adminisrasi (Sugiono, 2001)
29
Hasil data kualitatif berupa hasil wawancara di analisis dan diolah dengan
mereduksi data, yaitu menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu
dan mengorganisasikan data sehingga didapatkan data-data kualitatif yang sesuai
dengan kebutuhan pertanyaan penelitian. Data hasil wawancara yang relevan
dengan fenomena yang dianalisis, disajikan dalam bentuk kutipan-kutipan. Hasil
analisis data kualitatif dipadukan dengan interpretasi data kuantitatif.
BAB IV
GAMBARAN UMUM SUKU DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN
KELAUTAN JAKARTA UTARA
4.1 Deskripsi Umum Suku Dinas Peternakan, Perikanan dan
Kelautan Kota Administrasi Jakarta Utara
Suku Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Kota Administrasi
Jakarta Utara atau disingkat Sudin P2K Jakarta Utara ini berada di bawah
koordinasi Dinas Kelautan dan Pertanian DKI Jakarta pada tingkat provinsi. Pada
setiap wilayah Kota Administrasi di DKI Jakarta terdapat beberapa Sudin yang
dibawah koordinasi Dinas Kelautan dan Pertanian, karena kondisi lingkungan,
masyarakat dan topografi masing-masing daerah yang berbeda-beda. Jakarta Utara
adalah satu-satunya Kota Administrasi yang memiliki kawasan laut dan potensi
perikanan yang besar. Oleh karena itulah terdapat Sudin P2K di Jakarta Utara.
Sedangkan di Kota Administrasi yang lain tidak terdapat Sudin yang memiliki
tugas dalam bidang kelautan kecuali Kabupaten Pulau Seribu.
Selain hubungan dengan Dinas Kelautan dan Pertanian, Sudin P2K Jakarta
Utara secara strukur organisasi dan kerja juga memiliki hubungan operasional
dengan Pemerintahan Kota Administrasi Jakarta Utara. Oleh karena itulah
penempatan kantor Sudin P2K Jakarta Utara tersebut bergabung dengan Gedung
Pemerintahan Kota Administrasi Jakarta Utara. Letak kantor Sudin P2K Jakarta
Utara di Jalan Yos Sudarso 27-29, Kebon Bawang, Tanjung Priok, Jakarta Utara
tepatnya di lantai 11.
4.2 Visi, Tugas Pokok dan Fungsi (TUPOKSI) Suku Dinas
Peternakan, Perikanan dan Kelautan Kota Administrasi
Jakarta Utara
Visi dari seluruh Suku Dinas yang berada di Provinsi DKI Jakarta sama
dengan Visi Dinas Kelautan dan Pertanian. Hal ini dikarenakan agar terwujudnya
kesatuan tujuan dari seluruh elemen yang terkait dari Dinas sampai Suku Dinas
pada masing-masing Kota dan Kabupaten Administrasi di Provinsi DKI Jakarta.
31
Oleh karena itulah Sudin P2K Jakarta Utara yang dibawah koordinasi langsung
dari Dinas Kelautan dan Perikanan DKI Jakarta memiliki Visi yang sama. Hanya
saja dalam tujuan dan pelaksanaan yang lebih detail diperjelas dalam Tugas,
Pokok dan Fungsi (TUPOKSI).
Visi Suku Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Jakarta Utara adalah
“Terwujudnya Masyarakat Sejahtera Melalui Pengelolaan Sumberdaya Pertanian,
Peternakan, Perikanan, Kelautan dan Kehutanan yang Berbasis Agribisnis,
Berwawasan Lingkungan Secara Berkelanjutan”. Dalam menjalankan tugas dan
tujuan organisasi Suku Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan Jakarta Utara
memiliki Tugas Pokok dan Fungsi (TUPOKSI) yang diatur melalui Peraturan
Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 87 tahun 2009, Bagian keempat belas,
Pasal 72, yaitu:
1. Suku Dinas Peternakan, Perikanan, dan Kelautan Kota Administrasi
mempunyai tugas melaksanakan pelayanan bidang peternakan, perikanan dan
kelautan di wilayah Kota Administrasi Jakarta Utara.
2. Untuk melaksanakan tugas sebagaimana pada ayat (1), Suku Dinas
Peternakan, Perikanan dan Kelautan Kota Administrasi mempunyai fungsi:
a. Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen
Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas;
b. Pelaksanaan Dokumen Pelaksaan Anggaran (DPA) Suku Dinas;
c. Pelaksanaan bimbingan, konsultasi dan fasilitasi kegiatan dan usaha
peternakan, perikanan dan kelautan;
d. Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian kegiatan dan usaha
peternakan, perikanan, dan kelautan pada lingkup Kota Administrasi;
e. Pelaksanaan pemeriksaan kesehatan hewan, hasil perikanan, bahan asal
hewan dan hasil bahan asal hewan;
f. Pemberian, pengawasan, pengendalian dan evaluasi
perizinan/rekomendasi/sertifikasi di bidang peternakan, perikanan dan
kelautan;
g. Pelaksanaan pengembangan peran serta masyarakat dalam peternakan,
perikanan dan kelautan;
32
h. Penghimpunan, pengolahan dan penyajian data dan informasi peternakan,
perikanan dan kelautan pada lingkup kota administrasi;
i. Pelaksanaan supervisi pelaksanaan tugas Seksi Peternakan, Perikanan,
dan Kelautan Kecamatan;
j. Pelaksanaan pemungutan, penatausahaan, penyetoran, pelaporan dan
pertanggungjawaban penerimaan retribusi pelayanan peternakan dan
perikanan;
k. Pelaksanaan koordinasi peternakan, perikanan, dan kelautan pada lingkup
Kota Administrasi;
l. Penyelenggaraan ketatausahaan, pengelolaan kepegawaian, keuangan,
barang Suku Dinas;
m. Pembinaan dan pendayagunaan pesisir dan pantai;
n. Penyediaan, penatausahaan, penggunaan, pemeliharaan, dan perawatan
prasarana dan sarana kerja Suku Dinas;
o. Penyusunan bahan laporan Dinas Kelautan dan Pertanian dan Kota
Administrasi yang terkait dengan tugas dan fungsi Suku Dinas; dan
p. Pelaksanaan pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan
fungsi Suku Dinas;
3. Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi Suku Dinas
Peternakan, Perikanan, dan Kelautan Kota Administrasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf p, untuk teknis dan administrasi disampaikan
oleh Kepada Suku Dinas kepada Kepala Dinas dan untuk operasional
disampaikan Kepala Suku Dinas kepada Walikota.
4.3 Strukur Organisasi Suku Dinas Peternakan, Perikanan dan
Kelautan Kota Administrasi Jakarta Utara
Sama dengan organisasi lainnya, Suku dinas Peternakan, Perikanan dan
Kelautan Jakarta Utara memiliki struktur organisasi yang telah ditetapkan.
Adanya pembagian struktur dalam memudahkan penyelesaian tugas pokok dan
fungsi yang telah ditetapkan/tujuan organisasi secara efektif dan efisien. Dapat
dilihat pada gambar Struktur Organisasi Suku Dinas Peternakan, Perikanan dan
Kelautan Jakarta Utara sebagai berikut:
33
Kepala Suku Dinas
Seksi Peternakan Seksi Pengawasan dan Dampak Lingkungan
Seksi Perikanan dan Kelautan
Seksi Kecamatan
Sub Bagian Tata Usaha
Seksi kecamatan
Koja Cilincing Penjaringan Pademangan Kelapa Gading
Gambar 2 Struktur Organisasi Suku Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan
Jakarta Utara
Struktur Organisasi Suku Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan
Jakarta Utara, yaitu terdiri dari Kepala Suku Dinas beserta satu Subbagian Tata
Usaha (TU), Seksi Peternakan, Seksi Perikanan dan Kelautan, Seksi Pengawasan
dan Dampak Lingkungan dan Seksi Kecamatan. Seksi Kecamatan sendiri terbagi
kembali menjadi enam wilayah kecamatan di Jakarta Utara, yaitu Kecamatan
Koja, Kecamatan Cilincing, Kecamatan Tanjung Priok, Kecamatan Pademangan
Barat, Kecamatan Kelapa Gading dan Kecamatan Penjaringan. Selain itu terdapat
penanggungjawab di tiga tempat pelelangan ikan (TPI) yang terdapat di Kota
Administrasi Jakarta Utara, yaitu TPI Cilincing, Kali Baru dan Kamal Muara.
Penanggung Jawab tiga TPI tersebut tidak langsung dimasukkan pada struktur
organisasi yang terdapat di Sudin tetapi dibawah koordinasi Seksi Kecamatan.
Pada Struktur Organisasi Sudin posisi Sub Bagian Tata Usaha lebih di atas
dibandingkan seksi yang lain. Hal ini menandakan bukan secara jabatan
34
Subbagian TU lebih tinggi dari seksi yang lain, tetapi secara wewenang dan
koordinasi Subbagian TU harus mengatur tugas-tugas administrasi, baik
perencanaan hingga pelaporan kegiatan semua seksi yang ada. Sedangkan posisi
Seksi Kecamatan ada sturuktur organisasi lebih dibawah karena Seksi Kecamatan
hanya memiliki garis koordinasi dengan Sudin terkait dengan tugas-tugas di
kecamatan, jarang secara langsung dan kurang intens dalam berkomunikasi
dengan Kepala Sudin.
4.4 Sumber Daya Manusia/Pegawai Suku Dinas Peternakan,
Perikanan dan Kelautan Kota Adninistrasi Jakarta Utara
Pegawai Sudin P2K Jakarta Utara berjumlah 34 orang termasuk Kepala
Sudin. Jumlah pegawai laki-laki 20 orang sedangkan pegawai perempuan tiga
belas orang. Kemudian selain pegawai utama di atas terdapat tenaga tambahan
honorer Sudin P2K Jakarta Utara sebanyak empat orang. Total pegawai sudin
yang berinteraksi langsung dengan Kasudin berjumlah 37 orang, seperti yang
dilampirkan pula pada lampiran 4 mengenai daftar pegawai/ responden. Berikut
Rincian Pegawai Sudin P2K Jakarta Utara dilihat dari pembagian di masing-
masing Bagian atau Seksi. Seksi kecamatan tidak memiliki intensitas yang tinggi
dalam berkomunikasi dengan Kepala Sudin karena kantor Seksi Kecamatan
berada di kecamatan masing-masing.
Tabel 2. Jumlah Pegawai Sudin Peternakan, Perikanan, dan Kelautan Jakarta
Utara berdasarkan Seksi dan Jenis Kelamin Tahun 2010
No. Bagian/Seksi Jumlah Jenis Kelamin
Laki-laki Perempuan
1 Kepala Suku Dinas 1 1 -
2 Sub Bagian Tata Usaha 12 6 6
3 Seksi Perikanan dan
Kelautan
11 7 4
4 Seksi Peternakan 4 2 2
5 Seksi Pengawasan dan
Dampak Lingkungan
6 5 1
Jumlah Total 34 21 13
Sumber: Hasil Wawancara Kepala Sub Bagian Tata Usaha Sudin P2K Jakarta Utara Tahun 2010
35
4.5 Sarana dan Prasarana Suku Dinas Peternakan, Perikanan,
dan Kelautan Kota Administrasi Jakarta Utara
Dalam menunjang pelaksanaan dan penyelesaian tugas secara efektif dan
efisien Sudin P2K Jakarta Utara memiliki berbagai sarana dan prasarana yang
telah tersedia. Secara umum terdapat sembilan sarana yang dimiliki oleh Sudin
P2K Jakarta Utara, yaitu Alat transportasi kendaraan bermotor, alat tulis kantor
(ATK), alat ukur, meubel, peralatan dokumentasi, peralatan dapur, alat
komunikasi, papan informasi data, dan hiasan ruangan. Sebagai penunjang
penyuluh ketika harus turun ke lapang/masyarakat adalah alat transportasi berupa
kendaraan roda dua maupun roda empat, peralatan dokumentasi dan alat ukur
untuk membantu menunjang tugas penyuluh secara teknis. Alat tulis kantor yang
digunakan pegawai sebagai penunjang tugas administratif di dalam kantor.
Telepon, meubel, peralatan dapur dan hiasan ruangan digunakan sebagai prasarana
dalam menunjang kenyamanan bekerja di dalam kantor Sudin P2K Jakarta Utara.
Selain itu terdapat papan informasi yang berkaitan strukur Sudin P2K Jakarta
Utara dan data lapang peternakan, perikanan dan kelautan sebagai hasil pelaporan
penyuluh dari lapang. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel dibawah
ini.
Tabel 3. Jenis dan Jumlah Sarana, Prasarana Suku Dinas Peternakan, Perikanan,
dan Kelautan Jakarta Utara Tahun 2010
No Sarana Jenis Barang Jumlah
1 Alat Transportasi Roda dua 20 buah
Roda empat 9 buah
2 ATK Filling Cabinet 55 buah
Brand Kas 6 buah
Wereless 2 buah
Overhead Projector 5 buah
Mesin Penghancur Kertas 4 buah
Mesin Tik Manual 7 buah
AC Ruangan 2 buah
Printer 5 buah
Komputer 25 buah
Laptop 4 buah
Televisi 2 buah
36
No Sarana Jenis Barang Jumlah
Mesin Tik Brather 1 buah
Scaner 4 buah
Slide Projector 1 buah
Power 6 buah
Rol Kabel 8 buah
Stabilizer 6 buah
Locker 2 buah
LCD Projector 1 buah
Gambar Pejabat 3 buah
Foto Walikota 1 buah
Peta Tanjung Priok 1 buah
Megaphone 3 buah
3 Alat Ukur Alat Ukur Kadar Air 1 set
Alat Ukur Ph Daging 1 buah
4 Meubel Meja Kerja 36 buah
Meja Komputer 13 buah
Meja Kursi Sofa 3 set
Kursi Kerja Staff 54 buah
Kursi Kerja Kasie 22 buah
Kursi Lipat 5 buah
Lemari Obat 1 buah
Lemari Perpus 2 buah
Buppet 4 buah
Meja Rapat 1 buah
Rak Buku 6 buah
Rak Arsip 4 buah
Kursi Sofa 3 buah
Rak Leaflet 2 buah
5 Alat Dapur Frezeer 2 buah
Lemari es 5 buah
Dispencer 4 buah
Rice Cooker 1 buah
Mixer 1 buah
6 Alat Dokumentasi Handycam 2 buah
Kamera Dijital 8 buah
7 Papan Informasi Papan Data IUP P2K 1 buah
37
No Sarana Jenis Barang Jumlah
Struktur Organisasi Sudin P2K 1 buah
Data Potensi P2K 1 buah
Data Produksi P2K 1 buah
Papan data informasi 8 buah
Papan Penangkapan Ikan 5 buah
8 Alat Komunikasi Telepon 4 buah
9 Hiasan Ruangan Aquarium 2 buah
Sumber : Data Kartu Inventais Barang (KIB) Peralatan dan Mesin, Subbaggian Tata Usaha
Sudin Peternakan, Perikanan, dan kelautan Jakarta Utara (Lampiran 5)
38
BAB V
GAYA KEPEMIMPINAN YANG DITERAPKAN KEPALA SUKU DINAS
PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN KOTA ADMINISTRASI
JAKARTA UTARA
5.1 Gaya Kepemimpinan Kepala Suku Dinas Peternakan,
Perikanan dan Kelautan Jakarta Utara
Gaya kepemimpinan adalah suatu cara yang digunakan oleh seorang
pemimpin dalam mempengaruhi, mengarahkan, mendorong dan mengendalikan
bawahannya dalam rangka pencapaian tujuan organisasi secara efektif dan efisien.
Terdapat empat gaya kepemimpinan, yaitu gaya kepemimpinan instruktif, gaya
kepemimpinan konsultatif, gaya kepemimpinan partisipatif dan gaya
kepemimpinan delegatif,. Seorang pemimpin yang baik adalah pemimpin yang
mampu menerapkan setiap gaya kepemimpinan dalam situasi yang tepat dan
sesuai dengan karakteristik pegawai. Namun cenderung pemimpin memiliki
sebuah gaya kepemimpinan yang paling sering diterapkan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada organisasi Suku Dinas
Peternakan, Perikanan dan Kelautan Jakarta Utara gaya kepemimpinan yang
dominan diterapkan Kepala Sudin P2K Jakarta Utara adalah gaya kepemimpinan
partisipatif. Responden (Pegawai Sudin P2K Jakarta Utara) dominan memilih
gaya kepemimpinan partisipatif, yaitu sebanyak 17 orang dengan persentase 45,9
persen. Sedangkan sebanyak 12 orang responden memilih gaya kepemimpinan
konsultatif dengan persentase 32,4 persen. Hal ini berarti Kepala Sudin P2K
Jakarta Utara membangun interaksi yang terbuka antara pimpinan dengan
pegawai dengan saling tukar menukar ide dalam melaksanakan tugas. Kepala
Sudin juga ikut berperan bersama dengan pegawai dalam menyelesaikan segala
pekerjaan yang ada. Kepala Sudin membuka komunikasi dua arah dengan anggota
dan secara aktif mendengar serta mendukung usaha-usaha bawahan untuk
menggunakan kemampuan yang mereka miliki. Selain itu Kepala Sudin juga
menjalankan komunikasi dua arah berupa mencari saran dan jawaban atas
permasalahan yang ada. Komunikasi dua arah ini dilakukan untuk menjaga
motivasi anggota yang tinggi pada saat yang sama tanggung jawab dan kontrol
39
atas pembuatan keputusan tetap ada pada pimpinan. Gaya kepemimpinan yang
diterapkan oleh Kasudin P2K Jakarta Utara dikuatkan oleh pernyataan dari salah
seorang pegawai, yaitu OS (58 tahun)
“Bapak Kasudin cenderung menerapkan gaya kepemimpinan partispatif dan gaya
kepemimpinan yang di terapkan sudah tepat”.
Dikatakan pula oleh bapak Sh (pegawai Sudin)
“Gaya kepemimpinan partisipatif yang cenderung diterapkan oleh Bapak Kasudin
sudah tepat walaupun yang sebaiknya diterapkan oleh beliau adalah gaya
kepemimpinan konsultatif”.
Selain itu menurut pegawai Sudin yang lain Nk
“Gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh Bapak Edi adalah gaya kepemimpinan
delegatif, konsultatif dan partisipatif tergantung dari situasi pekerjaan dan gaya
kepemimpinan yang diterapkan oleh Bapak Edi sudah tepat. Sebaiknya gaya
kepemimpinan yang diterapkan oleh Bapak Edi adalah delegatif dalam hal
pelaksanaan tugas sedangkan pada perencaanaan dan pengambilan keputusan
menerapkan gaya kepemimpinan konsultatif dan partisipatif.”
Gaya kepemimpinan yang paling sedikit dipilih adalah gaya kepemimpinan
delegatif, yaitu sebanyak delapan responden dengan persentase sebesar 21,6
persen. Sementara itu, tidak ada satu pun pegawai Sudin yang memilih gaya
kepemimpinan instruktif.
Tabel 4. Jumlah dan Persentase Pegawai yang Mempersepsikan Gaya
Kepemimpinan yang diterapkan Kepala Sudin
No. Gaya Kepemimpinan Jumlah Responden pemilih
(orang)
Persentase (%)
1 Instruktif - 0
2 Konsultatif 12 32,4
3 Partisipatif 17 45,9
4 Delegatif 8 21,6
Total 37 100
40
Pada kondisi ketika komunikasi dua arah dan penyelesaian bersama antara
Kepala Sudin dengan pegawai tidak dibutuhkan maka gaya kepemimpinan
delegatif diperlukan. Gaya kepemimpinan delegatif diterapkan hanya pada
beberapa kondisi saja. Dalam menerapkannya Kepala Sudin melakukan
penunjukkan tugas dan kewajiban, pemberian wewenang dan penciptaan
tanggung jawab pada anggota. Hal ini diterapkan Kepala Sudin kepada bawahan
yang memiliki kematangan yang tinggi baik dalam motivasi dan keyakinan
maupun kemampuan dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab. Hal ini
dikuatkan oleh pendapat Ri (42 tahun, pegawai Sudin)
“Gaya kepemimpinan delegatif yang diterapkan oleh Bapak Kasudin adalah
delegatif sudah tepat dan memang sebaiknya gaya kepemimpinan tersebutlah yang
diterapkan karena tidak semua tugas dapat dilaksanakan oleh Kasudin.”
Selain itu menurut Kasudin sendiri, Es (54 tahun)
“Gaya kepemimpinan yang saya terapkan tergantung dengan situasi yang ada. Jika
menghadapi pegawai yang belum memahami mengenai tugas dan kinerja pasif maka
akan menggunakan gaya kepemimpinan yang agak otoriter/tegas. Sedangkan jika
situasi kerja dan pegawai yang kondusif lebih cenderung menggunakan gaya
kepemimpinan partisipatif. Tapi sebenarnya Saya lebih senang menggunakan
membangun hubungan komunikasi yang dekat dan melibatkan pegawai dalam
pengambilan keputusan dan pelaksanaan tugas.”
Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa Kepala Sudin P2K Jakarta Utara
menerapkan gaya kepemimpinan sesuai dengan karakter pegawai. Namun Kepala
Sudin pun mengakui bahwa ia lebih senang menerapkan gaya kepemimpinan
partisipatif dibandingkan gaya kepemimpinan lainnya.
5.2 Gaya Kepemimpinan yang Diterapkan Pada Setiap situasi
Pekerjaan
Gaya kepemimpinan yang diterapkan pada setiap situasi pekerjaan
berbeda-beda walaupun secara keseluruhan gaya kepemimpinan yang dominan
diterapkan adalah gaya kepemimpinan partisipatif. Pembagian situasi pekerjaan
dapat dilihat lebih jelas pada lampiran 1 kuesioner penelitian. Diketahui bahwa
situasi pekerjaan dibagi menjadi empat situasi, yaitu tahap perencanaan dan
41
pengambilan keputusan, hubungan pemimpin dan pegawai, tahap evaluasi
pembuatan laporan dan tahap pelaksanaan tugas.
5.2.1 Gaya Kepemimpinan yang Diterapkan Pada Perencanaan dan
Pengambilan Keputusan
Pada tahap perencanaan dan pengambilan keputusan gaya kepemimpinan
yang dominan diterapkan Kepala Sudin P2K Jakarta Utara adalah gaya
kepemimpinan konsultatif. Terlihat dari skor total gaya kepemimpinan konsultatif
yang tertinggi dibandingkan dengan gaya yang lainnya, yaitu 120. Hal ini
menandakan bahwa Kepala Sudin P2K Jakarta Utara meminta saran dan mencari
jawaban atas permasalahan yang ada dengan cara membangun komunikasi dua
arah dengan kepala seksi dan pegawai lainnya untuk melakukan pengarahan
perencanaan suatu kebijakan dan pengambilan keputusan dalam rapat.
Hal ini diakui oleh Es (54 tahun, Kasudin P2K Jakarta Utara)
“Kepala seksi lebih memiliki pengetahuan dan pengalaman dalam bidang
pekerjaannya masing-masing dibandingkan saya”
Kemudian dikuatkan pula oleh pendapat Sr, Kepala Seksi Perikanan
“Seorang Kasudin tidak harus menguasai seluruh permasalahan, oleh karena itulah
adanya pembagian tugas yang lebih spesifik di bidangnya masing-masing, tetapi
tetap Kasudin yang punya otoritas dalam memutuskan.”
Komunikasi dua arah ini dilakukan untuk menjaga motivasi pegawai agar
tetap tinggi. Pada saat yang bersamaan tanggung jawab dan kontrol atas
pembuatan keputusan tetap ada pada pimpinan. Pada tahap ini kepala Sudin
memerlukan pendapat dari Kepala Seksi dan pegawai yang lain dalam
memutuskan dan merencanakan suatu keputusan.
42
Gambar 3 Gaya Kepemimpinan yang Diterapkan Pada Tahap Perencanaan dan
Pengambilan Keputusan
Sedangkan skor gaya kepemimpinan terkecil yang menyatakan gaya
kepemimpinan yang paling jarang dilakukan pimpinan adalah gaya kepemimpinan
instruktif. Hal ini berarti dalam perencanaan dan pengambilan keputusan, Kepala
Sudin tidak hanya mempertimbangkan pendapat pribadi dalam perencanaan dan
pengambilan keputusan. Jika Kasudin hanya mempertimbangkan pendapat pribadi
dan instruktif dalam merencanakan dan memutuskan suatu hal maka tidak akan
mendapatkan hasil/solusi yang menyeluruh terkait suatu permasalahan. Hal ini
akan mengakibatkan pelaksanaan tugas pun tidak akan berjalan dengan optimal
karena perencanaan yang jauh dari pertimbangan yang menyeluruh dari berbagai
pihak.
5.2.2 Gaya Kepemimpinan yang Diterapkan Pada Hubungan Pemimpin
dan Pegawai
Gaya kepemimpinan yang dominan dan lebih sering diterapkan pada
situasi hubungan pemimpin dan pegawai menurut pegawai Sudin P2K Jakarta
Utara adalah gaya kepemimpinan partisipatif. Terlihat dari skor total gaya
kepemimpinan partisipatif yang terbesar dibandingkan dengan gaya
kepemimpinan yang lainnya, yaitu 127. Hubungan yang dibangun Kepala Sudin
P2K Jakarta Utara dengan pegawainya terjalin dengan baik dalam suasana saling
percaya dan penuh persahabatan. Hal ini menandakan bahwa Kepala Sudin dan
0
20
40
60
80
100
120
140
Instruktif Konsultatif Partisipatif Delegatif
Sk
or
Ta
ha
p P
ere
nca
na
an
da
n
Pe
ng
am
bil
an
Ke
pu
tusa
n
Gaya Kepemimpinan
43
pegawai mampu membangun hubungan yang kondusif sehingga saling tukar
menukar ide dalam melaksanakan tugas dapat berjalan dengan baik.
Komunikasi yang terjalin antara Kasudin dengan pegawai tidak hanya
dalam hal pekerjaan. Namun Kasudin juga berkomunikasi dengan pegawai
mengenai hal-hal diluar pekerjaan. Hal ini dilakukan pada waktu santai dan
istirahat. Hal ini terlihat oleh penulis ketika sedang melakukan penelitian di kantor
Sudin P2K Jakarta Utara, yaitu ketika waktu istirahat dan jam pulang kantor.
Biasanya Kasudin berkeliling ke meja pegawai dan mengobrol dan bersendagurau
dengan pegawai. Berdasarkan hasil wawancara dengan Es (54 tahun, Kasudin
P2K Jakarta Utara)
“Pembicaraan santai antara saya dengan pegawai pun sering dilakukan. Biasanya
membicarakan kabar keluarga dirumah dan topik-topik ringan yang ada di televisi”.
Hasil observasi wawancara di atas menjadi penguat bahwa Kepala Sudin
melakukan komunikasi yang interaktif dan terbuka dengan pegawai. Kasudin
melakukan hal tersebut untuk mendekatkan hubungannya dengan pegawai tidak
hanya terpaku dengan pekerjaan sehingga pegawai nyaman dalam bekerja.
Strategi inilah yang dilakukan Kasudin dalam mengarahkan pegawai dalam
bekerja.
Gambar 4 Gaya Kepemimpinan yang Diterapkan Pada Hubungan Pemimpin
dengan Pegawai
0
20
40
60
80
100
120
140
Instruktif Konsultatif Partisipatif DelegatifSk
or
Hu
bu
ng
an
Pe
mim
pin
da
n P
eg
aw
ai
Gaya Kepemimpinan
44
Sedangkan skor gaya kepemimpinan terkecil dalam hubungan pemimpin
dan pegawai adalah gaya kepemimpinan instruktif dengan jumlah skor sebesar 55.
Hal ini berarti gaya kepemimpinan yang cenderung paling jarang dilakukan
adalah gaya kepemimpinan instruktif. Kasudin tidak berkomunikasi satu arah
dengan pegawai dan tidak kaku dalam hal pekerjaan saja. Apabila gaya
kepemimpinan instruktif diterapkan dalam hubungan pemimpin dengan pegawai
maka akan berakibat pada minimnya intensitas komunikasi dan suasana menjadi
kaku. Pegawai menjadi tidak nyaman karena pemimpin tidak mampu membangun
komunikasi yang interaktif. Hal ini yang dapat mengakibatkan kinerja pegawai
menurun. Oleh karena itulah kasudin menyadari bahwa komunikasi menjadi hal
penting dalam membangun motivasi pegawai, suasana kerja dan akhirnya mampu
meningkatkan kinerja pegawai.
5.2.3 Gaya Kepemimpinan yang Diterapkan Pada Tahap Evaluasi
Pembuatan Laporan
Menurut pegawai Sudin P2K Jakarta Utara gaya kepemimpinan yang
dominan dan lebih sering diterapkan pemimpin dalam pembuatan laporan adalah
gaya kepemimpinan delegatif. Hal ini dapat dilihat dari skor total gaya
kepemimpinan delegatif terbesar dibandingkan dengan gaya kepemimpinan yang
lainnya dengan jumlah skor sebesar 115. Kepala Sudin P2K Jakarta Utara
cenderung mendelegasikan kepegawainya dalam pembuatan laporan. Hal ini
menandakan bahwa Kepala Sudin melakukan penunjukkan tugas dan kewajiban,
pemberian wewenang dan penciptaan tanggung jawab kepada pegawai ketika
pembuatan laporan. Kepala Sudin menerapkan gaya kepemimpinan tersebut
karena percaya bahwa pegawai telah memiliki kematangan yang tinggi, baik
dalam motivasi dan keyakinan maupun kemampuan dalam mengerjakan laporan.
Hal ini dikuatkan oleh pernyataan Es (54 tahun, Kasudin P2K Jakarta Utara)
“Ketika pegawai sudah paham medan maka mudah diarahkan dalam menyelesaikan
tugasnya dengan mandiri.”
45
Gambar 5 Gaya Kepemimpinan yang Diterapkan Pada Tahap Evaluasi Pembuatan
Laporan
Sedangkan skor gaya kepemimpinan terkecil pada tahap evaluasi dan
pembuatan laporan adalah gaya kepemimpinan instruktif, yaitu jumlah skornya
sebesar 88. Hal ini berarti gaya kepemimpinan yang cenderung paling jarang
dilakukan bahkan tidak pernah dilakukan adalah gaya kepemimpinan instruktif.
Kepala Sudin tidak langsung menginstruksikan bawahan dalam pembuatan
laporan tentang apa, bagaimana dan dimana harus melakukan sesuatu tugas
tertentu. Kasudin meyakini bahwa dalam tahap evaluasi dan pembuatan laporan
pegawai tidak perlu diarahkan dengan sedemikian detail. Kasudin percaya
pegawai telah memiliki kemampuan dalam melakukan tugasnya secara mandiri.
Selain itu pegawai merasa Kasudin tidak perlu sampai turun tangan langsung
dalam evaluasi pembuatan laporan. Pegawai juga merasa sudah cukup memiliki
kemampuan dalam menyelesaikan tugasnya. Hal ini dikuatkan oleh Gn pegawai
Sudin, bahwa
“Dalam pengerjaan laporan tidak perlu melibatkan Kepala Sudin cukup jauh
kami pun cukup.”
5.2.4 Gaya Kepemimpinan yang Diterapkan Pada Tahap Pelaksanaan
Tugas
Menurut pegawai Sudin P2K Jakarta Utara gaya kepemimpinan yang
dominan dan lebih sering diterapkan dalam hal pelaksanaan tugas adalah gaya
kepemimpinan partisipatif. Terlihat dari skor total gaya kepemimpinan partisipatif
0
20
40
60
80
100
120
140
Instruktif Konsultatif Partisipatif Delegatif
Sk
or
Ta
ha
p E
va
lua
si d
an
Pe
mb
ua
tan
La
po
ran
Gaya Kepemimpinan
46
yang memiliki skor paling tinggi dibandingkan dengan gaya kepemimpinan yang
lainnya, yaitu 111. Kepala Sudin P2K Jakarta Utara cenderung saling tukar
menukar ide dalam melaksanakan tugas dengan peran pemimpin yang utama
memberikan fasilitas dan berkomunikasi. Alasan Kepala Sudin menerapkan gaya
kepemimpinan tersebut karena pegawai telah memiliki kemampuan yang baik
dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan bidangnya masing-masing. Selain
itu, kepala Sudin juga terus memberikan motivasi kepada pegawai dalam
pelaksanaan tugas yang diberikan agar pegawai terus temotivasi dalam
penyelesaian tugas sesuai dengan target yang diberikan.
Gambar 6 Gaya Kepemimpinan yang Diterapkan Pada Tahap Pelaksanaan Tugas
Sedangkan skor gaya kepemimpinan terkecil pada tahap pelaksanaan tugas
adalah gaya kepemimpinan instruktif, yaitu jumlah skornya sebesar 88. Hal ini
berarti gaya kepemimpinan yang cenderung paling jarang dilakukan adalah gaya
kepemimpinan instruktif. Kepala Sudin tidak langsung menginstruksikan bawahan
dalam pelaksanaan tugas tentang apa, bagaimana dan dimana harus melakukan
sesuatu tugas tertentu. Kepala Sudin menilai pegawai telah memiliki kemampuan
yang cukup dalam pelaksanaan tugas yang diberikan. Ketika Kasudin menerapkan
gaya kepemimpinan instruktif dalam pelaksanaan tugas maka akan
mengakibatkan pegawai merasa terbatasi kreatifitasnya dalam melaksanakan
tugas. Padahal pegawai telah memiliki pengetahuan dan kemampuan yang baik
85
90
95
100
105
110
115
Instruktif Konsultatif Partisipatif Delegatif
Ta
ha
p P
ela
ksa
na
an
Tu
ga
s
Gaya Kepemimpinan
47
dalam melaksanakan tugasnya masing-masing. Hal ini bisa mengakibatkan
menurunnya kinerja pegawai.
5.3 Faktor-faktor yang berkaitan dengan Penerapan Gaya
Kepemimpinan Kepala Suku Dinas Peternakan, Perikanan
dan Kelautan Jakarta Utara
Berdasarkan penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Ndhara (1997)
dalam Pasolong (2008), ada dua faktor yang mempengaruhi perilaku
kepemimpinan, yaitu kondisi yang datang dari luar lingkungan dan kepentingan
yang disadari dari dalam diri yang bersangkutan (karakter individu pemimpin).
Selain itu dalam penelitian yang dilakukan oleh Randhita (2009) dinyatakan
bahwa faktor yang mempengaruhi seorang pemimpin dalam menentukan gaya
kepemimpinannya adalah karakteristik pemimpin, karakteristik pegawai dan
faktor situasi. Dengan demikian dalam penelitian ini, dikaji tiga faktor yang
mempengaruhi pemimpin dalam menerapkan gaya kepemimpinannya, yaitu faktor
pribadi pemimpin, faktor karakteristik pegawai dan faktor situasi. Pada panduan
pertanyaan kepada informan, yaitu Kasudin yang dimuat dalam lampiran 2 di
jelaskan lebih rinci mengenai tiga faktor tersebut.
5.3.1 Pribadi Pemimpin
Menurut Kasudin, gaya kepemimpinan yang diterapkannya dalam
memimpin Sudin P2K Jakarta Utara berkaitan dengan berbagai faktor, yaitu
karakteristik pribadi pemimpin, karakteristik pegawai dan situasi/kondisi
lingkungan kerja. Karakteristik pribadi pemimpin terbagi beberapa hal, yaitu usia
dan status perkawinan, pendidikan yang ditempuh, pandangan/nilai-nilai
kehidupan yang dipegang, dan pengalaman karir pekerjaannya di pemerintah.
Menurut Es (54 tahun, Kepala Sudin)
“Ketika berkeluarga dan usia yang cukup matang saya memiliki kemampuan lebih
memahami karakter orang lain, lebih stabil, mapan dan bijak sehingga dalam
menghadapi orang lain pun dapat diterapkan. Dalam memimpin di Sudin P2K Jakarta
Utara pendidikan S1 di Peternakan tidak cukup, karena fokus Sudin P2K lebih kepada
Perikanan dan Kelautan sebagai potensi utama Jakarta Utara. Namun ketika menempuh
pendidikan S2, saya mendapatkan banyak ilmu manajemen organisasi sehingga
membantu saya dalam memimpin organisasi. Tugas yang ada bisa di kelola bersama
dengan pegawai yang mempunyai kemampuan dalam bidangnya masing-masing. Nilai-
nilai pandangan hidup yang mempengaruhi saya dalam memimpin dan menerapkan gaya
48
kepemimpinan adalah pendekatan kekeluargaan dan kepercayaan, membahas
permasalahan mengenai pekerjaan bersama-sama dan membangun partisipasi dari
Kepala Seksi dan staf. Selain itu memacu pegawai lebih leluasa dalam bergerak dan
menggali potensi yang ada karena pegawai lebih memahami medan pekerjaannya serta
membangun komunikasi yang baik sehingga permasalahan mudah diselesaikan.
Pengalaman pekerjaan sangat berkaitan karena dengan mengenal medan pekerjaan akan
lebih mudah dalam mengelola organisasi pemerintahan. Hal inilah yang membuat saya
lebih bijak dalam memilih cara dalam mengarahkan pegawai.”
Dari pernyataan Kasudin, karakteristik pemimpin yang meliputi, usia dan status
perkawinan, pendidikan yang ditempuh, pandangan/nilai-nilai kehidupan yang
dipegang, dan pengalaman karir pekerjaannya di pemerintah berkaitan dengan
keputusan pemimpin dalam pengambilan suatu gaya kepemimpinan tertentu.
Kasudin merasa lebih bijak dalam menentukan gaya kepemimpinan yang tepat
digunakan dalam kondisi pekerjaan dan sesuai dengan karakter dan pemahaman
pegawai. Selain itu berdasarkan hasil wawancara, faktor karakterisktik pribadi
yang menjadi alasan Kepala Sudin cenderung menggunakan gaya kepemimpinan
partisipatif.
5.3.2 Karakteristik Pegawai
Faktor yang kedua adalah karakteristik pegawai yang terbagi dalam
beberapa hal, yaitu karakter umum pegawai, usia dan status perkawinan, tingkat
pendidikan pegawai dan pengalaman kerja pegawai. Sebaran usia pegawai Sudin
P2K Jakarta Utara menunjukkan lebih banyak yang berusia sedang/baya, yaitu 30-
50 tahun, sebanyak 20 orang (54,1 persen) Pegawai yang berusia tua, yaitu > 50
tahun berjumlah 12 orang (32,4 persen). Kemudian yang paling kecil jumlahnya
pegawai yang muda berusia 20-30 Tahun (13,5 persen).
Gambar 7 Sebaran Usia Pegawai Sudin Peternakan, Perikanan, dan Kelautan
Jakarta Utara
0
5
10
15
20
25
sebaran usia pegawai
Jum
lah
Pe
ga
wa
i
20 tahun s/d 30
tahun (muda)
30 s/d 50 tahun
(sedang/ baya)
> 50 tahun
49
Sedangkan untuk status menikah terdapat 33 orang pegawai (89,2 persen)
yang telah berkeluarga dan hanya empat orang pegawai (10,8 persen) yang belum
berkeluarga.
Gambar 8 Sebaran Status Pernikahan Pegawai Sudin Peternakan, Perikanan, dan
Kelautan Jakarta Utara
Adanya keterkaitan antara faktor karakteristik pegawai, yaitu karakter umum
pegawai, usia dan status perkawinan dengan pemilihan gaya kepemimpinan
dikuatkan pula oleh pendapat Es (54 tahun, Kepala Sudin P2K Jakarta Utara),
bahwa
“Secara umum pegawai Sudin P2K Jakarta Utara baik, disiplin, kreatif, memiliki
etos kerja yang baik dan pengalaman mumpuni di bidang pekerjaan masing-masing.
Usia dan status menikah seorang pegawai membuat seseorang lebih stabil dan bijak
dalam menghadapi berbagai permasalahan yang ada termasuk pekerjaan.”
Karakteristik pegawai kedua adalah tingkat pendidikan. Tingkat
pendidikan pegawai Sudin P2K Jakarta Utara cenderung tinggi. Terlihat dari
sebaran tingkat pendidikan pegawai Sudin P2K Jakarta Utara yang paling
dominan adalah Strata 1, yaitu 14 orang pegawai (37,8 persen). Kemudian SMA
sebanyak 11 orang pegawai (29,7 persen). Untuk pegawai yang menempuh
sampai diploma terdapat delapan orang pegawai (21,6 persen). Sedangkan
pegawai yang telah menempuh hingga Strata 2 sebanyak tiga orang (8,1 persen)
dan yang terakhir yang menempuh pendidikan hanya sampai SMP satu orang (2,7
persen).
0
5
10
15
20
25
30
35
40
status pernikahan
Jum
lah
Pe
ga
wa
i
Belum Menikah
Sudah Menikah
50
Gambar 9 Sebaran Tingkat Pendidikan Pegawai Sudin Peternakan, Perikanan, dan
Kelautan Jakarta Utara
Hal ini pun dikuatkan oleh Es (54 tahun, Kepala Sudin P2K Jakarta Utara)
“Tingkat pendidikan pegawai sangat berkaitan dengan cara memilih gaya
kepemimpinan yang tepat untuk pegawai tersebut, karena dengan adanya
pendidikan yang bagus berarti pegawai memiliki kemampuan teknologi yang
lebih sehingga akan lebih mudah dalam mengarahkan dan memberi tugas”.
Pada karakteristik pegawai selanjutnya, yaitu pengalaman kerja pegawai.
Pegawai Sudin P2K Jakarta Utara dominan sangat berpengalaman karena terdapat
30 orang (81,1 persen) telah bekerja lebih dari sepuluh tahun. Sedangkan yang
bekerja 1-5 tahun sebanyak empat orang (10,8 persen). Kemudian yang bekerja 5-
10 tahun hanya dua orang (5,4 persen). Hanya terdapat satu orang pegawai (2,7
persen) yang pengalaman kerjanya kurang dari satu tahun.
0
2
4
6
8
10
12
14
16
Tingkat Pendidikan
jum
lah
Pe
ga
wa
i
SMP
SMA
Diploma
Strata 1
Strata 2
51
Gambar 10 Sebaran Pengalaman Kerja Pegawai Sudin Peternakan, Perikanan, dan
Kelautan Jakarta Utara
Berdasarkan deskripsi data dan hasil wawancara terhadap Kasudin diketahui
bahwa pegawai Sudin karakteristik yang baik, usia yang matang dalam bekerja
dan mayoritas sudah menikah. Tingkat pendidikan pegawai pun mayoritas tinggi.
Selain itu pegawai sudin memiliki pengalaman kerja yang cukup lama. Hal inilah
yang menyebabkan pegawai Sudin cenderung mudah diarahkan dalam
melaksanakan tugasnya. Kasudin pun menegaskan bahwa ia akan lebih mudah
dalam mengarahkan pegawai dalam melaksanakan tugasnya. Oleh karena itulah
Kasudin cenderung memilih gaya kepemimpinan partisipatif ketika menghadapi
pegawai yang mudah diarahkan. Kemudian dikuatkan oleh hasil wawancara
terhadap Es (54 tahun, Kepala Sudin P2K Jakarta Utara)
“Pengalaman pekerjaan pegawai pun mempengaruhinya dalam memilih gaya
kepemimpinan yang diterapkan kepada pegawai, jika seorang pegawai lebih
memahami medan dan berpengalaman dalam pekerjaannya maka pegawai tersebut
akan lebih mudah dalam penyelesaian tugasnya sehingga dalam mengarahkan
pegawai dalam menyelesaikan pekerjaan akan lebih mudah.”
5.3.3 Faktor Situasi/Kondisi Lingkungan Kerja
Faktor yang ketiga adalah situasi/kondisi lingkungan pekerjaan. Secara
umum situasi kerja di Sudin P2K Jakarta Utara baik/kondusif. Terlihat 36 orang
pegawai (97,3 persen) menilai situasi kerja di Sudin P2K Jakarta Utara
0
5
10
15
20
25
30
35
Pengalaman Kerja
Jum
lah
Pe
ga
wa
i
< 1 tahun (tidak
berpengalaman)
1 s/d 5 tahun (kurang
berpengalaman)
5 s/d 10 tahun
(berpengalaman)
>10 (sangat
berpengalaman)
52
baik/kondusif dan hanya satu orang pegawai (2,7 persen) yang menilai situasi
kerja sedang.
Gambar 11 Situasi Kerja Suku Dinas Peternakan, Perikanan, dan Kelautan
Jakarta Utara
Berdasarkan wawancara kepada Es (54 tahun, Kepala Sudin P2K Jakarta Utara)
mengenai Lingkungan pekerjaan Sudin P2K Jakarta Utara, yaitu
“Kondisi lingkungan pekerjaan di Sudin kondusif, kebersamaan dan kekeluargaan
antara sesama pegawai.” Hubungan saya dengan Kepala Seksi terjalin dengan
baik, yaitu dalam rapat koordinasi kamunikasi terjalin baik, saling menerima
masukan dan saya memberikan keleluasaan Kepala Seksi dalam berpendapat dan
melakukan tugasnya. Sedangkan antara saya dengan pegawai yang lain terjalin
pula hubungan baik. Suasana kekeluargaan, kebersamaan, informal dan santai pun
terbangun dengan saya menanyakan kabar kepada pegawai dan makan siang
bersama ketika istirahat, karena situasi kebersamaan, kekeluargaan dan santai
terbangun, antara seksi satu dengan yang lain pun saling membantu dalam
penyelesaian pekerjaan walaupun begitu tetap serius dalam bekerja.”
Berdasarkan deskripsi data dan hasil wawancara terhadap Kasudin bahwa
situasi kerja di Sudin P2K Jakarta Utara tergolong baik. Hal inilah yang
mempengaruhi Kasudin dalam memilih gaya kepemimpinan, yaitu jika kondisi
yang kondusif dan pegawai mudah diarahkan dalam bekerja maka dalam
menerapkan gaya kepemimpinan partisipatif. Sedangkan dalam kondisi yang
kurang kondusif maka lebih cenderung menerapkan gaya kepemimpinan
otoriter/instruktif.
0
5
10
15
20
25
30
35
40
Situasi Kerja
Jum
lah
Pe
ga
wa
i
Situasi Kerja Baik
Situasi Kerja Sedang
BAB VI
KINERJA PEGAWAI SUKU DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN, DAN
KELAUTAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA
6.1 Kinerja Pegawai Suku Dinas Peternakan, Perikanan dan
Kelautan Jakarta Utara
Kinerja adalah hasil kerja yang dilakukan dan dicapai dengan baik dalam
upaya memenuhi tujuan organisasi secara individu maupun kelompok dengan
mengikuti aturan yang telah ditetapkan. Kinerja sangat dipengaruhi oleh kualitas
dari anggota organisasi birokrasi pemerintah, yaitu pegawai. Sedangkan
pengertian lain dari kinerja adalah prestasi kerja, pelaksanaan kerja, pencapaian
kerja atau hasil kerja atau unjuk kerja atau penampilan kerja.
Kinerja pegawai suku dinas dinilai berdasarkan aturan yang telah
ditetapkan oleh pemerintah DKI Jakarta berdasarkan standar penilaian Tunjangan
Kerja Daerah pegawai Pemerintah DKI Jakarta yang dimuat lebih rinci pada
lampiran 6 (Peraturan Gubernur 215 tahun 2009). Hal ini meliputi kehadiran kerja
pegawai dalam keseharian di kantor untuk menyelesaikan tugas dan memecahkan
permasalahan yang ada, bidang hasil utama merupakan hasil pekerjaan yang telah
diselesaikan oleh pegawai, dan bidang perilaku utama, yaitu pola tingkah laku
responden dalam menjalankan, menyelesaikan dan memecahkan tugas/masalah
yang diberikan.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, kinerja pegawai pemerintah
secara keseluruhan dinilai memiliki beragam kinerja. Secara umum kebanyakan
pegawai Sudin P2K Jakarta Utara memiliki kinerja baik, yaitu sebesar 28 orang
pegawai (75,7 persen). Sebanyak delapan orang pegawai (21,6 persen) dinilai
memiliki kinerja sedang. Sedangkan hanya satu orang pegawai (2,7 persen) yang
dinilai memiliki kinerja buruk.
54
Tabel 5. Kualitas Kinerja Pegawai Sudin Peternakan, Perikanan, dan Kelautan
Jakarta Utara
Kinerja pegawai Sudin P2K Jakarta Utara yang mayoritas baik disebabkan
oleh penerapan gaya kepemimpinan yang tepat oleh kepala sudin dalam berbagai
kondisi pekerjaan. Oleh karena itulah Kepala Sudin tidak hanya menerapkan satu
gaya kepemimpinan, tetapi tiga dari empat gaya kepemimpinan diterapkan dalam
berbagai kondisi pekerjaan. Hal inilah yang nanti akan dibahas pada bab
selanjutnya. Kinerja pegawai yang dominan baik mengakibatkan optimalnya
tujuan organisasi, yaitu pelayanan publik. Walaupun kinerja pegawai yang
dominan baik bukanlah satu-satunya sebab optimalnya tujuan organisasi Sudin
P2K Jakarta Utara. Selain itu terdapat satu orang yang memiliki kinerja buruk.
Jika dilihat dari karakteristik pegawai, ternyata ditemukan bahwa pegawai
tersebut memiliki tingkat pendidikan yang paling rendah. Walaupun terdapat
faktor lain yang dapat pula menyebabkan kinerja pagawai tersebut rendah.
6.2 Kinerja Pegawai Suku Dinas Peternakan, Perikanan dan
Kelautan Jakarta Utara Pada setiap Indikator Kinerja
Kinerja pegawai Sudin P2K Jakarta Utara dapat dideskripsikan
berdasarkan tiga indikator seperti yang dijelaskan pada kuesioner penelitian
pegawai pada lampiran 1, yaitu indikator kehadiran kerja, bidang hasil utama dan
bidang perilaku utama. Kehadiran kerja pegawai suku dinas tergolong baik.
Terdapat 32 pegawai yang memiliki kehadiran kerja baik (86,48 persen). Pegawai
yang memiliki kehadiran kerja sedang sebanyak empat orang (10,8 persen).
Sedangkan hanya satu orang pegawai (2,7 persen) yang memiliki kehadiran kerja
buruk. Hal ini menandakan bahwa mayoritas pegawai Sudin memiliki komitmen
dalam kehadiran ke kantor dan ketepatan waktu hadir ke kantor. Selain itu
No. Kinerja Jumlah Pegawai
(orang)
Persentase(%)
1 Kinerja Buruk 1 2,7
2 Kinerja Sedang 8 21,6
3 Kinerja Baik 28 75,7
55
mayoritas pegawai Sudin juga memiliki komitmen yang tinggi untuk meminta izin
kepada pimpinan ketika berhalangan hadir ke kantor. Pegawai Sudin juga
memiliki komitmen hadir tepat waktu dalam apel pagi dan pengambilan cuti yang
sesuai dengan jatah yang diberikan dalam satu tahun.
Pada indikator bidang hasil utama meliputi dua hal, yaitu ketepatan waktu
penyelesaian tugas dan kebenaran hasil pekerjaan, ketepatan dan kebenaran dalam
pembuatan dan penyampaian laporan pelaksanaan tugas. Sebanyak 28 pegawai
suku dinas (75,6 persen) memiliki ketepatan waktu yang baik, delapan orang (21,6
persen) memiliki ketepatan waktu yang sedang dan satu orang (2,7 persen)
memiliki ketepatan waktu yang buruk. Hal ini menandakan kebanyakan pegawai
memiliki ketepatan waktu yang baik dalam membuat rancangan kerja anggaran,
dokumen pelaksanaan anggaran, pelaksanaan tugas, dan pembuatan laporan.
Sedangkan untuk penilaian kebenaran hasil pekerjaan, ketepatan dan kebenaran
dalam pembuatan dan penyampaian laporan pelaksanaan tugas pegawai Sudin
memiliki kinerja baik sebanyak 29 pegawai (78,4 persen), kinerja sedang tujuh
pegawai (18,9 persen) dan kinerja yang buruk hanya satu orang (2,7 persen).
Deskripsi data tersebut menjelaskan bahwa mayoritas pegawai memiliki
kesungguhan dalam mengerjakan tugasnya dengan benar.
Penilaian kinerja pegawai Sudin P2K Jakarta Utara pada indikator bidang
perilaku utama, meliputi kebenaran dalam menyampaikan data dan informasi
dalam tugas, kemampuan kerjasama tim dan kepemimpinan. Sebanyak 30 orang
pegawai (81,8 persen) memiliki kemampuan yang baik dalam menyampaikan data
dan informasi dalam tugas. Sedangkan terdapat enam orang pegawai (16,2 persen)
yang memiliki kemampuan cukup/kinerja dan hanya satu orang pegawai (2,7
persen) yang memiliki kinerja buruk dalam menyampaikan data dan informasi
dalam tugas. Penilaian kinerja pegawai berdasarkan kemampuan kerjasama
pegawai dengan pegawai lain, yaitu terdapat 27 pegawai (72, 9 persen) yang
memiliki kerjasama tim yang baik, sembilan orang (24,3 persen) yang memiliki
kemampuan kerja tim yang cukup sedangkan hanya satu orang yang memiliki
kemampuan kerjasama tim yang buruk. Hal ini berarti dominan pegawai dapat
membangun kerjasama yang baik dalam seksinya masing-masing. Pegawai
mampu bekerjasama dengan pegawai lain dengan baik dalam menyelesaikan
56
pekerjaannnya, yaitu membuat rancangan kerja anggaran, menyusul dan
melaksanakan dokumen pelaksanaan anggaran, melaksanakan tugas hingga pada
tahap evaluasi dan pembuatan laporan pekerjaan.
Kemampuan kepemimpinan pegawai suku dinas pun mayoritas baik.
Sebanyak 33 pegawai (89,18 persen) memiliki kemampuan kepemimpinan yang
baik. Sedangkan hanya terdapat tiga orang (8,1 persen) yang memiliki kinerja
kepemimpinan sedang dan satu orang (2,7 persen) yang kepemimpinannya buruk.
Tabel 6. Kualitas Kinerja Pegawai Sudin Peternakan, Perikanan, dan Kelautan
Jakarta Utara Berdasarkan Indikator Kerja
No. Indikator Kerja Baik Sedang Buruk
1 Kehadiran kerja 32 4 1
2 Ketepatan waktu
penyelesaian pekerjaan
28 8 1
3 Kebenaran hasil
pekerjaan
29 7 1
4 Kebenaran
menyampaikan data dan
hasil pekerjaan
30 6 1
5 Kerjasama Tim 27 9 1
6 Kepemimpinan 33 3 1
Pegawai yang memiliki kemampuan kepemimpinan yang baik,
menandakan bahwa pegawai mampu mengkoordinir tim kerja dan mampu
membangun komunikasi yang baik dengan berbagai pihak baik pimpinan maupun
sesama pegawai. Dalam pelaksanaan tugas, pegawai mampu melakukan
pembagian tugas yang baik untuk menyelesaikan pekerjaan yang diberikan. Selain
itu pegawai yang memiliki motivasi yang baik dalam bekerja dan mampu
memotivasi pegawai lain dan bertanggungjawab terhadap tugas yang diberikan.
57
6.3 Kinerja Pegawai menurut Masyarakat Binaan Suku Dinas
Peternakan, Perikanan dan Kelautan Jakarta Utara
Kinerja pegawai selain dinilai berdasarkan indikator yang ditetapkan oleh
peraturan kepegawaian (Tunjangan Kinerja Daerah) juga dinilai oleh masyarakat.
Pada panduan pertanyaan penelitian yang terdapat pada lampiran tiga terdapat
delapan hal yang menjadi penilaian kinerja pegawai menurut masyarakat, yaitu
kemudahan dalam mendapatkan informasi, kemampuan komunikasi
penyuluh/pegawai Sudin, kepekaan penyuluh/pegawai Sudin terhadap
permasalahan di masyarakat, kesopanan penyuluh/pegawai Sudin dalam melayani
dan berhubungan dengan masyarakat, keahlian dan kemampuan
penyuluh/pegawai Sudin dalam memberikan pelayanan/ pelaksanaan tugasnya,
kemudahan dalam pembuatan surat izin usaha atau penangkapan ikan,
kenyamanan dan kepuasan masyarakat terhadap pelayanan. Berdasarkan hasil
wawancara, kinerja pegawai Sudin P2K Jakarta Utara menurut masyarat tergolong
baik. Masyarakat menilai cenderung cukup mudah mendapatkan informasi.
Menurut Am (56 tahun, usaha makan olahan)
“Informasi mah tergantung binaan yang pro aktif, asal kita jemput bola
Sementara itu terdapat pula masyarakat yang merasa sulit mendapatkan
informasi. Menurut masyarakat yang sulit mendapatkan informasi, yaitu Kh (68
tahun, usaha makanan olahan)
“Koneksi dekat dengan pegawai sudin yang lebih diutamakan dalam
mendapatkan informasi.”
Selain itu terdapat pula pernyataan dari Mk (42 tahun, Nelayan)
“Ada pegawai Sudin yang kurang transparan dalam memberikan informasi,
misalnya pembagian mesin perahu tidak diberitahukan kesemuanya.”
Hal ini terjadi karena kemudahan mendapatkan informasi belum merata ke semua
masyarakat binaan Sudin P2K Jakarta Utara. Mayoritas masyarakat binaan yang
58
mudah mendapatkan informasi karena memiliki hubungan dekat dengan pegawai
sudin.
Berdasarkan penilaian masyarakat binaan Sudin, masyarakat cenderung
menilai pegawai cukup komunikatif ketika berhubungan dengan masyarakat.
Penilaian masyarakat binaan cenderung pegawai dinilai cukup tanggap terhadap
permasalahan di masyarakat. Dalam hal kesopanan dalam melayani dan
berhubungan dengan masyarakat, pegawai Sudin cenderung dinilai sangat sopan.
Sedangkan penilaian masyarakat terhadap pegawai Sudin cenderung cukup
memiliki keahlian dan kemampuan dalam memberikan pelayanan/ pelaksanaan
tugasnya. Pada pembuatan surat izin yang terkait dengan usaha atau penangkapan
ikan, cenderung masyarakat binaan menilai sangat mudah dalam proses
pembuatannya. Penilaian kenyamanan masyarakat terhadap pelayanan yang
diberikan didapatkan bahwa cenderung masyarakat cukup nyaman. Dalam hal
kepuasan masyarakat terhadap pelayanan yang diberikan penyuluh/ pegawai
Sudin, masyarakat cenderung cukup puas walaupun terdapat pegawai yang “cuek”
dalam melayani masyarakat. Hal ini dikuatkan oleh pendapat masyarakat binaan
Sudin Hf (40 tahun, usaha olahan makanan)
“Pelayanan yang diberikan pegawai Sudin sudah cukup bagus tetapi beberapa
pegawai masih ada yang santai/ cuek. Ya tergantung personal tiap pegawai si.”
59
BAB VII
HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN KINERJA PEGAWAI
7.1 Hubungan Penerapan Gaya Kepemimpinan Kepala Suku
Dinas dengan Kinerja Pegawai
Uji hubungan antara gaya kepemimpinan dengan kinerja pegawai Sudin
P2K Jakarta Utara menggunakan rumus Rank Spearman menunjukkan bahwa
terdapat hubungan sangat nyata (p<0,01) antara gaya kepemimpinan dengan
kinerja pegawai Sudin P2K Jakarta Utara. Hal ini dapat dilihat juga dari koefisien
korelasi (rs) sebesar 0,525 memperlihatkan hubungan gaya kepemimpinan dengan
kinerja pegawai tergolong memiliki korelasi yang sedang. Dapat dilihat pula pada
nilai sig(1-tailed) adalah 0,00 maka Ho ditolak atau dapat diartikan hipotesis uji
pada penelitian ini, yaitu diduga terdapat hubungan gaya kepemimpinan yang
diterapkan oleh Kasudin Peternakan, Perikanan, dan Kelautan Kota Administrasi
Jakarta Utara dengan kinerja pegawainya adalah benar. Selain itu nilai koefisien
korelasi (rs) adalah positif, hal ini berarti dengan diterapkannya gaya
kepemimpinan di Sudin P2K Jakarta Utara maka meningkatkan kinerja pegawai
Sudin P2K Jakarta Utara. Beberapa gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh
Kasudin P2K Jakarta Utara, yaitu gaya kepemimpinan partisipatif, konsultatif dan
delegatif dalam berbagai situasi dan karakteristik pegawai mampu meningkatkan
kinerja pegawai. Hasil penelitian ini pun sejalan dengan penelitian-penelitian yang
dilakukan sebelumnya, seperti pada penelitian Nordholty (1987) bahwa gaya
kepemimpinan yang sesuai dengan kondisi pegawai dibutuhkan. Hal ini dapat
mempengaruhi peningkatan kinerja pegawai dalam menyelesaikan tugas yang
diberikan. Dikuatkan pula dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Oktaviani
(2007) gaya kepemimpinan dalam birokrasi pemerintah yang partisipatif dapat
membawa pencapaian pembangunan yang positif bagi kemajuan desa. Pemimpin
selalu mengajak para pegawai untuk terlibat aktif menyelesaikan tugas yang ada
sehingga dalam kinerjanya pegawai terpacu dalam penyelesaian tugas yang cepat
dan tepat karena pegawai tersebut merasa bertanggung jawab atas tugas yang
diberikan oleh pemimpinnya.
60
Tabel 7. Hubungan Gaya Kepemimpinan Kasudin dengan Kinerja Pegawai
Sudin Peternakan Perikanan dan Kelautan Jakarta Utara
Gaya
Kepemimpinan
Kinerja
Pegawai
Spear
man's
rho
Gaya Kepemimpinan Correlation Coefficient
1.000 .525(**)
Sig. (1-tailed) . .000
N 37 37
Kinerja Correlation Coefficient .525(**) 1.000
Sig. (1-tailed) .000 .
N 37 37
** Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
7.2 Hubungan Setiap Gaya Kepemimpinan dengan Kinerja
Pegawai
Hasil analisis dengan menggunakan uji korelasi Rank Spearman pada
setiap gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh Kasudin dengan kinerja pegawai
menunjukkan bahwa setiap gaya kepemimpinan yang diterapkan, yaitu gaya
kepemimpinan partisipatif, gaya kepemimpinan konsultatif dan gaya
kepemimpinan delegatif memiliki hubungan dengan kinerja pegawai.
Tabel 8. Hubungan Setiap Gaya Kepemimpinan yang Diterapkan Kepala Sudin
dengan Kinerja Pegawai Sudin Peternakan, Perikanan dan Kelautan
Jakarta Utara
*Correlation is significant at the 0.05 level (1-tailed)
Gaya
Kepemimpinan
Kinerja
Baik Sedang Buruk Koefisien
Korelasi
Sig. (1-tailed)
Partisipatif 15 (40,5%) 2(5,4%) - 0,449* 0,035
Konsultatif 12 (32,4%) - - 0,521* 0,041
Delegatif 1(2,7%) 6(16,2%) 1(2,7%) 0,788* 0,01
61
Gaya kepemimpinan partisipatif memiliki hubungan nyata (p< 0,05)
dengan kinerja pegawai. Nilai koefisien korelasi (rs) hasil uji korelasi antara gaya
kepemimpinan partisipatif dengan kinerja pegawai adalah 0,449. Hal ini berarti
gaya kepemimpinan partisipatif berkorelasi sedang dengan kinerja pegawai Sudin.
Kinerja pegawai dominan baik pada penerapan gaya kepemimpinan partisipatif,
yaitu 15 pegawai (40,5 persen), dua orang kinerja sedang dan tidak ada yang
memiliki kinerja buruk. Kemudian Nilai koefisien korelasi (rs) adalah positif,
berarti semakin sering menerapkan gaya kepemimpinan partisipatif maka akan
semakin meningkat pula kinerja pegawai.
Gaya kepemimpinan partisipatif yang diterapkan Kasudin membuka
kesempatan saling tukar menukar ide dalam melaksanakan tugas dengan peranan
pemimpin yang utama memberikan fasilitas dan berkomunikasi dengan pegawai.
Hal inilah yang memotivasi pegawai dalam mengerjakan tugas karena pegawai
juga diberikan kesempatan dalam berkreativitas dalam pelaksanaan tugas. Selain
itu perhatian dari pemimpin pun membuat pegawai menjadi percaya diri dalam
melaksanakan tugas, apabila terdapat kesalahan maka ia tidak akan takut salah
karena pelaksaan tugas tersebut dilakukan bersama-sama dengan pemimpin.
Pegawai merasa lebih nyaman dengan cara pemimpin dalam mengarahkan mereka
baik pada pelaksanaan tugas. Pemimpin mampu membangun komunikasi yang
interaktif dengan pegawai baik dalam hal pekerjaan maupun di luar pekerjaan.
Suasana yang kondusif dan nyaman terbangun di dalam Kantor Sudin P2K Jakarta
Utara. Pegawai tidak merasa kaku dalam berkomunikasi dengan Kasudin, begitu
juga sebaliknya. Oleh karena itulah dominan kinerja pegawai baik, sebagian kecil
kinerja pegawai sedang dan tidak ada yang kinerjanya buruk.
Hasil uji korelasi gaya kepemimpinan konsultatif dengan kinerja pegawai
menunjukkan memiliki hubungan nyata (p< 0,05). Nilai koefisien korelasi (rs)
hasil uji korelasi antara gaya kepemimpinan konsultatif dengan kinerja pegawai
adalah 0,521 berarti hubungan korelasi antara kedua variabel tersebut tergolong
sedang. Kinerja pegawai pada penerapan gaya kepemimpinan konsultatif,
sebanyak 12 pegawai (32,4 persen). Kemudian nilai koefisien korelasi (rs) adalah
positif, berarti semakin sering menerapkan gaya kepemimpinan konsultatif maka
62
akan semakin meningkat pula kinerja pegawai. Hal ini dikuatkan oleh data pada
tabel 8 bahwa kinerja pegawai semuanya baik, tidak ada yang sedang ataupun
yang buruk. Gaya kepemimpinan konsultatif yang diterapkan oleh Kasudin
dengan cara membangun komunikasi dua arah untuk melakukan pengarahan
perencanaan suatu kebijakan dan pengambilan keputusan dalam rapat.
Komunikasi dua arah ini dilakukan untuk menjaga motivasi pegawai agar tetap
tinggi. Pada saat yang sama tanggung jawab dan kontrol atas pembuatan
keputusan tetap ada pada pimpinan. Ketika motivasi pegawai dapat dibangun
dengan baik maka kinerja pegawai pun akan baik karena akan bersemangat dalam
melaksanakan setiap tugas.
Sedangkan gaya kepemimpinan delegatif memiliki hubungan nyata (p<
0,05) dengan kinerja pegawai. Nilai koefisien korelasi (rs) hasil uji korelasi antara
gaya kepemimpinan delegatif dengan kinerja pegawai adalah 0,788. Hal ini
berarti gaya kepemimpinan delegatif berkorelasi kuat dengan kinerja pegawai
Sudin. Pada penerapan gaya kepemimpinan delegatif kinerja pegawai cenderung
lebih beragam dan dominan kinerjanya sedang, yaitu enam orang (16,2 persen).
Pada gaya kepemimpinan delegatif, Kasudin memberikan wewenang dan
penciptaan tanggung jawab pada anggota. Pegawai diberikan kesempatan untuk
berkreatifitas dan mengoptimalkan kemampuan dalam merencanakan dan
melaksanakan tugas. Kasudin menerapkan gaya kepemimpinan delegatif kepada
pegawai karena merasa pegawai telah memiliki pemahaman yang baik mengenai
pekerjaannya, memiliki kematangan yang tinggi baik dalam motivasi dan
keyakinan. Hal ini pun dikuatkan oleh pendapat Es (54 tahun, Kasudin P2K
Jakarta Utara)
“Ketika pegawai sudah paham medan maka mudah diarahkan dalam menyelesaikan
tugasnya dengan mandiri.”
Dengan demikian seharusnya gaya kepemimpinan delegatif diterapkan
pada pegawai yang memiliki kinerja baik karena memiliki pemahaman yang baik
dalam pekerjaannya. Namun kenyataan yang terjadi berdasarkan hasil penelitian
kinerja pegawai ketika Kasudin menerapkan gaya kepempimpinan delegatif
dominan sedang, dan satu orang memiliki kinerja buruk bahkan hanya terdapat
63
satu orang pegawai yang memiliki kinerja baik. Hal ini berarti walaupun terdapat
korelasi antara gaya kepemimpinan delegatif dengan kinerja, tetapi penerapan
gaya kepemimpinan delegatif tidak mengakibatkan kinerja pegawai menjadi baik
ataupun buruk. Pegawai memang memiliki kemampuan dalam bidang
pekerjaannya tetapi kinerja pegawai kurang baik. Hal ini dapat disebabkan
persepsi pegawai kurang baik mengenai gaya kepemimpinan delegatif dalam
beberapa situasi pekerjaan sehingga kinerjanya tidak optimal. Dengan demikian
walaupun pegawai memiliki pemahaman yang baik mengenai pekerjaannya tetapi
tidak optimal dalam pelaksanaan tugas dan penyelesaian tanggung jawab
pekerjaan. Dalam beberapa situasi pekerjaan, pegawai membutuhkan keterlibatan
aktif Kasudin. Kasudin tidak melepaskan tanggungjawab begitu saja kepada
pegawai. Pada tahap evaluasi pembuatan laporan Kasudin dapat menyerahkan
tanggungjawab penuh kepada pegawai. Pada tahap itupun Kasudin tetap perlu
memonitoring pekerjaan dan memperhatikan pegawai sehingga pegawai
merasakan kepedulian Kasudin kepada pegawainya. Dikuatkan pula oleh
pendapat Ri (42 tahun, pegawai Sudin)
“Gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh Bapak Kasudin adalah delegatif sudah
tepat dan memang sebaiknya gaya kepemimpinan tersebutlah yang diterapkan
karena tidak semua tugas dapat dilaksanakan oleh Kasudin.”
Dengan demikian penerapan gaya kepemimpinan delegatif tetap
diperlukan dalam situasi pekerjaan tertentu dengan tetap mempertimbangkan
pemahaman pegawai mengenai pekerjaannya. Gaya kepemimpinan delegatif
perlu diterapkan untuk memberikan keleluasaan kepada pegawai dalam
melaksanakan tugasnya. Sedangkan pada situasi pekerjaan yang lain dan
hubungan Kasudin dengan pegawai, keterlibatan aktif Kasudin diperlukan. Hal
ini berkaitan dengan penerapan gaya kepemimpinan konsultatif dan partisipatif
pada beberapa situasi pekerjaan.
64
BAB VIII
PENUTUP
8.1 Kesimpulan
Hasil penelitian hubungan gaya kepemimpinan dengan kinerja pegawai
pemerintah dapat disimpulkan dalam beberapa hal, yaitu:
1. Gaya kepemimpinan yang dominan diterapkan Kepala Sudin P2K Jakarta
Utara adalah gaya kepemimpinan partisipatif. Kasudin membangun hubungan
komunikasi yang dekat dan melibatkan pegawai dalam pelaksanaan tugas.
Kepala Sudin P2K Jakarta Utara menerapkan beberapa gaya kepemimpinan
dalam situasi berbeda-beda. Pada situasi pekerjaan perencanaan dan
pengambilan keputusan gaya kepemimpinan yang dominan adalah gaya
kepemimpinan konsultatif. Gaya kepemimpinan yang dominan diterapkan pada
situasi hubungan pemimpin dan pegawai adalah gaya kepemimpinan
partisipatif. Gaya kepemimpinan yang dominan diterapkan pemimpin dalam
pembuatan laporan adalah gaya kepemimpinan delegatif. Sedangkan gaya
kepemimpinan yang dominan dan lebih sering diterapkan dalam hal
pelaksanaan tugas adalah gaya kepemimpinan partisipatif. Kasudin cenderung
saling tukar menukar ide dalam melaksanakan tugas dengan peranan pemimpin
yang utama memberikan fasilitas dan berkomunikasi.
2. Kinerja pegawai pemerintah secara keseluruhan memiliki kinerja yang baik.
Hal ini dapat dilihat dari pegawai yang memiliki kehadiran kerja baik
sebanyak 32 pegawai (86,48 persen). Sebanyak 28 pegawai Sudin (75,6
persen), empat orang (10,8 persen). Sedangkan untuk penilaian kebenaran hasil
pekerjaan, ketepatan dan kebenaran dalam pembuatan dan penyampaian
laporan pelaksanaan tugas pegawai Sudin memiliki kinerja baik sebanyak 29
pegawai (78,4 persen). Sebanyak 30 orang pegawai (81,8 persen) memiliki
kemampuan yang baik dalam menyampaikan data dan informasi dalam tugas.
Penilaian kinerja pegawai berdasarkan kemampuan kerjasama terdapat 27
pegawai (72, 9 persen) yang memiliki kerjasama tim yang baik. Sebanyak 33
pegawai (89,18 persen) memiliki kemampuan kepemimpinan yang baik.
Kinerja pegawai dinilai oleh masyarakat dalam hal kemudahan dalam
65
mendapatkan informasi, kemampuan komunikasi penyuluh/pegawai Sudin,
kepekaan penyuluh/pegawai Sudin terhadap permasalahan di masyarakat,
kesopanan penyuluh/pegawai Sudin dalam melayani dan berhubungan dengan
masyarakat, kenyamanan masyarakat terhadap pelayanan, keahlian dan
kemampuan penyuluh/pegawai Sudin dalam memberikan
pelayanan/pelaksanaan tugasnya, kemudahan dalam pembuatan surat izin
usaha atau penangkapan ikan, dan kepuasan masyarakat terhadap pelayanan.
Berdasarkan delapan hal tersebut kinerja pegawai sudin P2K Jakarta Utara
menurut masyarat cenderung tergolong baik.
3. Terdapat hubungan sangat nyata antara gaya kepemimpinan dengan kinerja
pegawai Sudin P2K Jakarta Utara dan hubungan gaya kepemimpinan dengan
kinerja pegawai tergolong memiliki korelasi yang sedang. Gaya kepemimpinan
partisipatif dan konsultatif memiliki hubungan nyata dengan kinerja pegawai.
Kinerja pegawai dominan baik pada penerapan gaya kepemimpinan partisipatif
dan konsultatif. Kemudian Nilai koefisien korelasi (rs) adalah positif, berarti
semakin sering menerapkan kedua gaya kepemimpinan maka akan semakin
meningkat pula kinerja pegawai. Kinerja pegawai yang baik pun dipicu oleh
beberapa faktor, yaitu tingkat pendidikan pegawai yang tinggi, pengalaman
kerja yang baik, usia yang matang, status pernikahan dan situasi pekerjaan
yang kondusif. Faktor-faktor yang telah disebutkan pada kalimat sebelumnya
menyebabkan pegawai cenderung mudah di atur sehingga pemimpin pun dapat
dengan mudah mengarahkan pegawai dalam penyelesaian tugas. Sedangkan
pada penerapan gaya kepemimpinan delegatif kinerja pegawai cenderung lebih
beragam dan dominan kinerjanya sedang, yaitu enam orang (16,2 persen).
Pegawai memang memiliki kemampuan dalam bidang pekerjaannya tetapi
kinerja pegawai kurang baik. Hal ini dapat disebabkan persepsi pegawai
kurang baik mengenai gaya kepemimpinan delegatif dalam beberapa situasi
pekerjaan sehingga kinerjanya tidak optimal. Dengan demikian walaupun
pegawai memiliki pemahaman yang baik mengenai pekerjaannya tetapi tidak
optimal dalam pelaksanaan tugas dan penyelesaian tanggung jawab pekerjaan.
Penerapan gaya kepemimpinan delegatif tetap diperlukan dalam situasi
66
pekerjaan tertentu dengan tetap mempertimbangkan pemahaman pegawai
mengenai pekerjaannya.
8.2 Implikasi Hasil Penelitian
Kepala Sudin telah mampu menerapkan gaya kepemimpinan yang tepat
dalam Sudin P2K Jakarta Utara. Hal ini dapat diketahui dengan melihat kinerja
pegawai Sudin P2K Jakarta Utara secara umum sudah baik. Hanya sebagian
sangat kecil saja yang kinerjanya buruk. Oleh karena itulah hasil dari penelitian
yang penulis lakukan menghasilkan beberapa implikasi sebagai masukkan,
sebagai berikut:
1. Diharapkan Kepala Sudin P2K Jakarta Utara dapat melakukan pendekatan
personal dalam memperbaiki kinerja pegawai yang masing buruk. Seperti
yang telah dijelaskan di atas gaya kepemimpinan partisipatif tepat dilakukan
dalam membangun hubungan interpersonal antara pemimpin dengan pegawai.
2. Perlu dikaji dalam penelitian selanjutnya mengenai faktor lain yang mungkin
mempengaruhi kinerja pegawai selain gaya kepemimpinan, seperti adanya
sistem kompensasi yang diterapkan Pemerintah DKI Jakarta kepada seluruh
pegawai negeri sipil, yaitu penerapan sistem Tunjangan Kinerja Daerah
(TKD).
3. Kinerja pegawai dalam berhubungan dalam masyarakat pun perlu di
tingkatkan. Terutama dalam hal kemudahan dalam beberapa hal sebagai
berikut:
a. mendapatkan informasi jangan sampai pegawai hanya memberikan
kemudahan pada masyarakat binaan Sudin P2K Jakarta Utara yang dekat
secara personal dengan pegawai
b. Pegawai pun lebih meningkatkan kepekaannya terhadap permasalahan di
masyarakat binaan Sudin P2K Jakarta Utara terutama masyarakat yang
baru awal bergabung menjadi binaan
c. Dalam hal keahlian dan kemampuan penyuluh/pegawai Sudin dalam
memberikan pelayanan/pelaksanaan tugasnya, yaitu penempatan pegawai
yang tepat dalam pekerjaannya disesuaikan dengan keahlian dan
kemampuan keilmuan dan pengalamannya. Hal yang harus dihindari
67
adalah perubahan posisi pegawai dalam tugas sehingga pegawai harus
terus beradaptasi dari awal dengan tugasnya yang baru
d. Walaupun pada proses pembuatannya sudah mudah, persyaratan
pembuatan surat izin usaha atau penangkapan ikan terutama untuk
persyaratan pengusaha home industry dapat lebih dipermudah.
68
DAFTAR PUSTAKA
Etzioni, A. 1985. Organisasi-Organisasi Modern. Jakarta : UI Press.
Hadari, N. 2003. Kepemimpinan Mengefektifkan Organisasi. Yogyakarta : Gajah
Mada University Press.
Handoko, T. H. 2001. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia.
Jakarta: PT Gramedia.
Jeddawi, M. 2009. Mengefektifkan Peran Birokrasi Untuk Memangkas Perilaku
Korupsi. Yogyakarta : Total Media.
Kaloh, J. 2006. Pemimpin, Antara Keberhasilan dan Kegagalan. Jakarta : Kata
Hasta Pustaka.
Legino, S. 2009. Menjawab Tantangan Reformasi Birokrasi: Kepemimpinan
Transformasional dan Organisasi Lateral. Jakarta: Indonesia Press.
Liddle, R. W. 1984. Kepemimpinan dalam Dimensi Sosial. Evolusi dari Atas:
Pemimpin Nasional dan Pembangunan Nasional. Jakarta : LP3ES.
Morgan, G. 1997. Images of organization. Thousan oaks. California : Sage
Publication.
Nordholty, N. S. 1987. Kepemimpinan Lokal dalam Pembangunan Pedesaan.
Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.
Oktaviani, D. R. 2007. Pola Kepemimpinan Kepala Desa dan Pengaruhnya
Terhadap Pembangunan Desa (Kasus Desa Cikarawang, Kecamatan
Dramaga, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat). Skripsi Sarjana (tak
diterbitkan), Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Parasuraman, Valarie Z, Berry and Leonard. 1985. “ A Conceptual Model of
Service Quality and Implication for Future Research”. Journal of
Marketing. 49 (Fall)p.41-50.
Pasolong, H. 2008. Kepemimpinan Birokrasi. Bandung : Alfabeta.
Randhita, R. 2009. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Kinerja Pegawai
Dalam Organisasi Pemerintahan Kelurahan (Kasus Keluarga Ciparigi,
Kecamatan Bogor Utara). Skripsi Sarjana ( tidak diterbitkan), Fakultas
Ekologi Manusia, Bogor.
Ranupandojo, H dan Suad H. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia.
Yogyakarta : BPFE UGM.
69
Sari, D. M. 2007. Dinamika Politik dan Kepemimpinan Lokal di Pedesaan Jawa
(Studi Kasus Desa Gading Sari, Kecamatan Bantul, Propinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta). Skripsi Sarjana (tak diterbitkan), Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Sedarmayanti. 2001. Dasar-Dasar Pengetahuan Tentang Manajemen
Perkantoran. Bandung : Mandar Maju.
Siegel, S. 1997. Alih Bahasa: Suyuti, Z., & Simatupang, L. Metode Statistika
Nonparametrik untuk Ilmu Sosial. Jakarta : Gramedi Pustaka Utama.
Sugiyono. 2009. Metodologi Pendidikan : Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan
R&D. Bandung : Alfabeta.
Sukmadinata, N. S. 2006. Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rosda
Tamin, F. 2004. Reformasi Birokrasi : Analisis Pendayagunaan Aparatur Negara.
Jakarta : Belantika.
Thoha, M. 2004. Kepemimpinan Dalam Manajemen. Jakarta : PT Raja Grafindo.
Peraturan
Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No.87 tahun 2009 Tentang Organisasi
dan Tata Kerja Dinas Kelautan dan Pertanian.
Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No.215 tahun 2009 tentang Standar
Tunjangan Kerja Pegawai Negeri Sipil.
LAMPIRAN
71
Lampiran 1
KUESIONER PENELITIAN
HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN KINERJA PEGAWAI
PEMERINTAH
(Kasus Kantor Suku Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan
Kota Administrasi Jakarta Utara )
No. responden :
Hari/ Tanggal pengisian :
A. Karakteristik Responden/ Pegawai
a. Nama :
b. Usia :
c. Jenis kelamin :
d. Pendidikan Terakhir :
e. Status perkawinan :
f. Lama bekerja :
g. seksi/ subbagian :
h. golongan :
Bapak/ Ibu yang terhormat,
Saya Syaiful Bahri, Mahasiswa Departemen Sains Komunikasi dan
Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian
Bogor., bermaksud untuk melakukan penelitian yang berjudul Hubungan
Gaya Kepemimpinan dengan Kinerja Pegawai Pemerintah. Demi
tercapainya tujuan penelitian ini, peneliti berharap Bapak/ Ibu berkenan
mengisi kuesioner ini dengan lengkap dan jujur. Identitas dan jawaban
Bapak/ Ibu dijamin kerahasiaannya dan semata-mata hanya akan digunakan
untuk kepentingan penulisan skripsi ini.
Peneliti mengucapkan terimakasih atas kesediaan Bapak/ Ibu yang
72
B. Gaya Kepemimpinan
Pilihlah salah satu pernyataan yang menurut anda paling tepat dengan
memberikan tanda checklist (V) pada kolom yang tersedia
Keterangan :
Kasudin = Kepala Suku Dinas
Sudin = Suku Dinas
S = Selalu
SR = Sering
KK = Kadang-Kadang
TP = Tidak Pernah
No. Pernyataan Jawaban
Responden
Perencanaan dan Pengambilan keputusan TP KK SR S
1 Kasudin melibatkan aktif pegawai dalam
pengambilan keputusan dalam rapat
2 Kasudin mendengarkan saran pegawai dalam
pengambilan keputusan dalam rapat
3 Kasudin menyerahkan kepada pegawai dalam
pengambilan keputusan dalam rapat
4 Kasudin hanya mempertimbangkan pendapat pribadi
dalam pengambilan keputusan dalam rapat
Hubungan pemimpin dan pegawai TP KK SR S
5 Hubungan Kasudin dengan pegawai terjalin dengan
baik dalam suasana saling percaya dan penuh
persahabatan
6 Hubungan Kasudin dengan pegawai terjalin dengan
baik bagi kedua belah pihak untuk melakukan
konsultasi
7 Hubungan Kasudin dan bawahan hanya satu arah
terkait dengan pekerjaan
8 Intensitas komunikasi pemimpin dan pegawai rendah
Pembuatan laporan TP KK SR S
9 Kasudin bersama pegawai terlibat aktif dalam
membuat laporan pertanggungjawaban pelaksanaan
tugas dan fungsi suku dinas
10 Kasudin berkonsultasi dengan pegawai dalam
73
membuat laporan pertanggungjawaban pelaksanaan
tugas dan fungsi suku dinas
11 Kasudin mendelegasikan kepada pegawai dalam
membuat laporan pertanggungjawaban pelaksanaan
tugas dan fungsi suku dinas
12 Kasudin menginstruksikan langsung kepada pegawai
dalam membuat laporan pertanggungjawaban
pelaksanaan tugas dan fungsi suku dinas
Pelaksanaan tugas TP KK SR S
13 Kasudin terlibat aktif bersama pegawai dalam
pelaksanaan tugas dan fungsi di suku dinas
14 Kasudin berkonsultasi dengan pegawai dalam
mengkoordinasikan pelaksanaan tugas dan fungsi di
suku dinas
15 Kasudin mendelegasikan kepada pegawai dalam
pelaksanaan tugas dan fungsi suku dinas
16 Kasudin menginstruksikan langsung kepada pegawai
dalam pelaksanaan tugas dan fungsi suku dinas
C. Faktor Situasi
Pilihlah salah satu pernyataan yang menurut Anda paling tepat dengan
memberikan tanda checklist (V) pada kolom yang tersedia
Keterangan :
S = Selalu
SR = Sering
KK = Kadang-Kadang
TP = Tidak Pernah
No. Pernyataan TP KK SR S
1 Hubungan interaksi yang baik terjalin antara Kepala
Sudin dengan pegawai yang lain
2 Hubungan interaksi yang baik terjalin antara sesama
pegawai
3 Situasi lingkungan kerja di Sudin Peternakan,
Perikanan, dan Kelautan kondusif
4 Kepala Sudin mampu menciptakan situasi
lingkungan kerja yang kondusif
5 Situasi lingkungan kerja yang kondusif berpengaruh
positif terhadap kepemimpinan dalam organisasi
74
D. Kinerja Pegawai
Pilihlah salah satu pernyataan yang menurut Anda paling tepat dengan
memberikan tanda checklist (V) pada kolom yang tersedia
Keterangan :
S = Selalu
SR = Sering
KK = Kadang-Kadang
TP = Tidak Pernah
Standar Penilaian Kinerja Pegawai Negeri Sipil DKI Jakarta (Pergub 215
tahun 2009)
1. Indikator Kehadiran Kerja
No. Pernyataan TP K
K
SR S
1 Saya datang ke kantor
2 Saya datang ke kantor tepat waktu
3 jika berhalangan masuk kantor, Saya izin terlebih
dahulu
4 Saya hadir pada apel pagi
5 Saya hadir apel pagi tepat waktu
6 *Saya mengambil cuti melebihi jatah yang diberikan
dalam satu tahun
2. Indikator Bidang Hasil Utama
a. Ketepatan waktu penyelesaian pekerjaan
No. Pernyataan TP K
K
SR S
1 Saya tepat waktu dalam menyusun dan menyelesaikan
Rencana Kerja Anggaran (RKA) dan Dokumen
Pelaksanaan Anggaran (DPA) sesuai dengan lingkup
tugas Subbagian/ seksi
2 Saya tepat waktu dalam melaksanakan Dokumen
Pelaksanaan Anggaran (DPA) sesuai dengan lingkup
tugas Subbagian/ seksi
3 Saya tepat waktu dalam melaksanakan dan
menyelesaikan tugas/ fungsi sesuai dengan lingkup
tugas Subbagian/ seksi masing-masing*
4 Saya tepat waktu dalam menyiapkan bahan laporan
pertanggungjawaban yang terkait dengan tugas
75
masing-masing Subbagian/ Seksi
5 Saya tepat waktu dalam melaporkan dan
mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas masing-
masing Subbagian/ Seksi
b. Kebenaran hasil pekerjaan, ketepatan dan kebenaran dalam pembuatan
dan penyampaian laporan pelaksanaan tugas
No. Pernyataan TP K
K
SR S
1 Saya menyusun dan menyelesaikan Rencana Kerja
Anggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksanaan
Anggaran (DPA) dengan benar sesuai dengan harapan
dan lingkup tugas Subbagian/ seksi
2 Saya melaksanakan Dokumen Pelaksanaan Anggaran
(DPA) dengan benar sesuai dengan harapan dan
lingkup tugas Subbagian/ seksi
3 Saya melaksanakan dan menyelesaikan tugas/ fungsi
dengan benar sesuai dengan harapan dan lingkup tugas
Subbagian/ seksi masing-masing*
4 saya menyiapkan bahan laporan pelaksanaan tugas
dengan benar sesuai dengan harapan dan lingkup tugas
masing-masing Subbagian/ Seksi
5 saya melaporkan dan mempertanggungjawabkan
dengan benar pelaksanaan tugas masing-masing
Subbagian/ Seksi
3. Indikator Bidang Perilaku Utama
a. Kebenaran dalam menyampaikan data dan informasi dalam tugas
No. Pernyataan TP K
K
SR S
1 Saya menyampaikan data dan informasi dengan benar
terkait dengan penyelesaian Rencana Kerja Anggaran
(RKA) dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA)
sesuai dengan harapan dan lingkup tugas masing-
masing Subbagian/ seksi
2 Saya menyampaikan data dan informasi terkait
pekerjaan dengan benar agar tugas masing-masing
dapat terselesaikan dan terkoordinasikan dengan baik
3 Saya menyampaikan data dan informasi untuk
penyelesaian laporan pelaksanaan tugas masing-
masing Subbagian/ seksi dengan benar sesuai dengan
harapan dan limgkup tugas
76
b. Kemampuan kerjasama dalam Tim kerja
No. Pernyataan TP K
K
SR S
1 Saya bekerjasama dengan tim di Subbagian/ seksi
dalam menyusun dan menyelesaikan Rencana Kerja
Anggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksanaan
Anggaran (DPA) sesuai dengan lingkup tugas
Subbagian/ Seksi
2 Saya bekerjasama dengan tim di Subbagian/ seksi
dalam melaksanakan Dokumen Pelaksanaan Anggaran
(DPA) sesuai dengan lingkup tugas Subbagian/ Seksi
3 Saya bekerjasama dengan tim di Subbagian/ seksi
dalam melaksanakan dan menyelesaikan tugas/ fungsi
sesuai dengan lingkup tugas Subbagian/ Seksi masing-
masing*
4 Saya bekerjasama dengan tim di Subbagian/ Seksi
dalam menyiapkan dan menyelesaikan laporan Suku
Dinas yang terkait dengan tugas masing-masing
Subbagian/ Seksi
5 Saya bekerjasama dengan tim di Subbagian/ seksi
dalam melaporkan dan mempertanggungjawabkan
pelaksanaan tugas masing-masing Subbagian/ Seksi
c. Kepemimpinan
No. Pernyataan TP K
K
SR S
1 Saya mengkoordinir tim kerja di Subbagian/ Seksi
dalam melaksanakan dan menyelesaikan tugas/ fungsi
sesuai dengan lingkup tugas Subbagian/ Seksi masing-
masing
2 Saya berkomunikasi dengan baik dalam melaksanakan
dan menyelesaikan tugas/ fungsi sesuai dengan
lingkup tugas Subbagian/ Seksi masing-masing
3 Saya memotivasi diri sendiri dalam melaksanakan dan
menyelesaikan tugas/ fungsi sesuai dengan lingkup
tugas Subbagian/ Seksi masing-masing
4 Saya memotivasi pegawai yang lain dalam
melaksanakan dan menyelesaikan tugas/ fungsi sesuai
dengan lingkup tugas Subbagian/ Seksi masing-
masing
5 Saya bertanggungjawab dalam melaksanakan dan
77
menyelesaikan tugas/ fungsi sesuai dengan lingkup
tugas Subbagian/ Seksi masing-masing
6 Saya melakukan pembagian tugas dengan baik di
Subbagian/ Seksi dalam melaksanakan dan
menyelesaikan tugas/ fungsi sesuai dengan lingkup
tugas Subbagian/ Seksi masing-masing
78
Lampiran 2
Panduan Pertanyaan Penelitian (Kepala Sudin Peternakan, Perikanan, dan
Kelautan Jakarta Utara)
PANDUAN PERTANYAAN PENELITIAN
HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN KINERJA PEGAWAI
PEMERINTAH
(Kasus Kantor Suku Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan
Kota Administrasi Jakarta Utara )
Saya Syaiful Bahri, Mahasiswa Departemen Sains Komunikasi dan
Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor,
bermaksud untuk melakukan penelitian yang berjudul Hubungan Gaya
Kepemimpinan dengan Kinerja Pegawai Pemerintah. Demi tercapainya tujuan
penelitian ini, peneliti berharap Bapak berkenan menjawab pertanyaan-pertanyaan
wawancara yang akan di ajukan oleh peneliti. Identitas dan jawaban Bapak
dijamin kerahasiaannya dan semata-mata hanya akan digunakan untuk
kepentingan penulisan skripsi ini. Peneliti mengucapkan terimakasih atas
kesediaan Bapak yang telah meluangkan waktu menjawab pertanyaan-pertanyaan
wawancara yang diajukan dan tidak lupa peneliti memohon maaf apabila terdapat
pertanyaan yang kurang berkenan.
Hari/ Tanggal Wawancara :
Profil Kepala Suku Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Kota
Administrasi Jakarta Utara
h. Nama :
i. Usia :
j. Jenis kelamin : (a) laki-laki (b) perempuan
k. Pendidikan Terakhir : (a)Strata 1 (b) Strata 2 (c) Strata 3
l. Riwayat pendidikan :
(a) SD :
79
(b) SMP :
(c) SMA :
(d) Perguruan Tinggi :
m. Status perkawinan :
n. Lama bekerja di Sudin :
o. golongan :
Keterangan :
Gaya kepemimpinan adalah suatu cara berkomunikasi yang dipergunakan
oleh seorang pemimpin dalam mempengaruhi, mengarahkan, mendorong dan
mengendalikan bawahannya dalam rangka pencapaian tujuan organisasi
secara efisien dan efektif. Gaya komunikasi dibedakan menjadi empat
kategori, yaitu :
e. gaya kepemimpinan instruktif
pemimpin berperan menginstruksikan pegawai tentang apa, bagaimana,
dan dimana harus melakukan suatu tugas tertentu
f. gaya kepemimpinan konsultatif
pemimpin berperan mengarahkan hampir seluruh keputusan dan
membangun pula komunikasi dua arah untuk mencari saran dan jawaban
atas permasalahan yang ada
g. gaya kepemimpinan partisipatif
pemimpin dan pegawai saling tukar menukar ide dalam melaksanakan
tugas yang ada dan memecahkan masalah
h. gaya kepemimpinan delegatif
Pemimpin menunjuk pegawai langsung dalam mengerjakan tugas dan
memecahkan masalah yang ada.
Menurut Ndhara (1997) dalam Pasolong (2008), terdapat dua faktor yang
mempengaruhi perilaku kepemimpinan, yaitu kondisi yang datang dari luar
lingkungan dan kepentingan yang disadari dari dalam diri yang bersangkutan
80
(karakter individu pemimpin). Kemudian dalam penelitian yang dilakukan oleh
Randhita (2009) bahwa faktor yang mempengaruhi seorang pemimpin dalam
menentukan gaya kepemimpinannya adalah karaktersistik pemimpin, karakteristik
pegawai dan faktor situasi.
Dalam penerapan gaya kepemimpinan menurut Robbins (2006) dalam
Pasolong (2008) para pemimpin harus mengadaptasikan gaya mereka dengan
budaya nasional yang berbeda. Apa yang berlaku dalam suatu negara belum tentu
berlaku di negara lain dan budaya nasional mempengaruhi gaya kepemimpinan
menurut cara pengikut. Para pemipin tidak dapat memilih gaya kepemimpinan
mereka sesuai keinginannya, mereka dibatasi oleh kondisi budaya yang
diharapkan pengikutnya.
Pertanyaan wawancara
A. Faktor karakteristik pribadi pemimpin
1. Mohon izin Bapak, Bagaimana pengalaman kerja Bapak di Sudin P2
Kelautan ?
2. Mohon izin Bapak, Apakah bapak sudah sangat memahami seluk beluk
terkait dengan pekerjaan (tugas dan fungsi) di Suku Dinas P2 Kelautan ?
3. Mohon izin Bapak, Apa nilai-nilai pandangan hidup yang menjadi acuan
Bapak dalam memimpin di Sudin P2 Kelautan ?
4. Menurut Bapak, Apakah usia, jenis kelamin dan status perkawinan
mempengaruhi bapak dalam menentukan Gaya Kepemimpinan yang
Bapak terapkan di Sudin P2 Kelautan ?
5. Menurut Bapak, Apakah keahlian keilmuan pada pendidikan terakhir
Bapak mempengaruhi dan membantu Bapak dalam menentukan gaya
kepemimpinan (memutuskan dan menyelesaikan permasalahan) di Sudin
P2 Kelautan ?
6. Menurut Bapak, Apakah lama kerja dan pengalaman kerja mempengaruhi
bapak dalam memimpin dan menentukan Gaya Kepemimpinan yang
Bapak terapkan di Sudin P2 Kelautan ?
B. Faktor karakteristik pegawai
81
7. Menurut Bapak, Bagaimana karakter dan sifat para pegawai di Sudin P2
Kelautan secara umum?
8. Menurut Bapak, bagaimana kinerja pegawai dalam Suku Dinas P2
Kelautan secara umum ?
9. Menurut Bapak, apakah faktor usia dan jenis kelamin pegawai
mempengaruhi Bapak dalam menentukan gaya kepemimpinan di Suku
Dinas P2 Kelautan?
10. Menurut Bapak, apakah faktor tingkat pendidikan mempengaruhi Bapak
dalam menentukan gaya kepemimpinan di Suku Dinas P2 Kelautan?
11. Menurut Bapak, apakah faktor lama bekerja dan pengalaman kerja
pegawai mempengaruhi Bapak dalam menentukan gaya kepemimpinan di
Suku Dinas P2 Kelautan?
C. Faktor situasi/ lingkungan kerja
12. Menurut Bapak, bagaimana situasi/ lingkungan kerja di Sudin P2 Kelautan
secara umum ?
13. Mohon izin Bapak, Bagaimana Bapak membangun hubungan interaksi dan
komunikasi dengan Kepala Subbagian/ Kepala seksi di Sudin P2 Kelautan
?
14. Mohon izin Bapak, Bagaimana Bapak membangun hubungan interaksi dan
komunikasi dengan pegawai di Sudin P2 Kelautan ?
15. Menurut Bapak, Bagaimana hubungan interaksi dan komunikasi yang
terbangun pada sesama pegawai di Sudin P2 Kelautan ?
16. Menurut Bapak, Apakah hubungan komunikasi tersebut mempengaruhi
Bapak dalam memimpin di Sudin P2 Kelautan ?
17. Menurut Bapak, Apakah kondisi situasi lingkungan kerja di sudin
mempengaruhi Bapak dalam memilih gaya kepemimpinan di Sudin P2
Kelautan ?
82
Lampiran 3
Panduan Pertanyaan Penelitian (Masyarakat Binaan Sudin Peternakan, Perikanan,
dan Kelautan Jakarta Utara)
PANDUAN PERTANYAAN PENELITIAN MASYARAKAT
HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN KINERJA PEGAWAI
PEMERINTAH
(Kasus Kantor Suku Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan
Kota Administrasi Jakarta Utara )
Hari/ Tanggal pengisian :
Karakteristik Responden
a. Nama :
b. Usia :
c. Jenis kelamin :
d. Pendidikan Terakhir :
e. Status perkawinan :
f. Jenis Pekerjaan :
(1) Nelayan
(2) Peternak Unggas/ Ruminansia/ Ikan budi daya tawar
(3) Usaha di bidang makanan olahan
Bapak/ Ibu yang terhormat,
Saya Syaiful Bahri, Mahasiswa Departemen Sains Komunikasi dan
Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Saya
bermaksud untuk melakukan penelitian yang berjudul Hubungan Gaya Kepemimpinan
dengan Kinerja Pegawai Pemerintah. Demi tercapainya tujuan penelitian ini, peneliti
berharap Bapak/ Ibu berkenan mengisi kuesioner ini dengan lengkap dan jujur. Identitas
dan jawaban Bapak/ Ibu dijamin kerahasiaannya dan semata-mata hanya akan digunakan
untuk kepentingan penulisan skripsi ini.
83
(4) usaha penjualan ikan/ ternak
g. Intensitas pertemuan :
dengan Pegawai
Sudin/ Penyuluh
(1) > 10 kali/ bulan
(2) 8-10 kali/ bulan
(3) 4-8 kali/ bulan
(4) < 4 kali / bulan
Kinerja Pegawai/ Penyuluh Suku Dinas Penilaian Masyarakat
Jawab pertanyaan dengan jawaban paling tepat menurut Bapak/ Ibu dengan tanda
silang (X)
1. Apakah Bapak/ Ibu merasa mudah dalam mendapatkan informasi yang
dibutuhkan dari penyuluh/ pegawai Sudin berhubungan dengan pekerjaan
Bapak/ Ibu?
a. Sangat mudah
b. Cukup mudah
c. Sulit
d. Sangat sulit
2. Apakah penyuluh/ pegawai Sudin memiliki kemampuan komunikasi yang
baik ketika berhubungan dengan Bapak/ Ibu dalam menjalankan
pekerjaannya?
a. Sangat komunikatif
b. Cukup komunikatif
c. Kurang komunikatif
d. Tidak komunikatif
3. Apakah penyuluh/ pegawai Sudin peka/ tanggap terhadap permasalahan
yang terkait dengan pekerjaan bapak/ ibu sesuai dengan tugas/ fungsi yang
seharusnya dijalani?
a. Sangat tanggap
b. Cukup tanggap
c. Kurang tanggap
d. Tidak tanggap
4. Apakah penyuluh/ pegawai Sudin sopan dalam melayani dan berhubungan
dengan Bapak/ Ibu terkait dengan tugas yang dilaksanakan ?
a. Sangat sopan
b. Cukup sopan
c. Kurang sopan
84
d. Tidak sopan
5. Apakah Bapak/ Ibu merasa nyaman terhadap pelayanan yang diberikan
penyuluh/ pegawai Sudin dalam melaksanakan tugasnya ?
a. Sangat nyaman
b. Cukup nyaman
c. Kurang nyaman
d. Tidak nyaman
6. Apakah penyuluh/ pegawai Sudin memiliki keahlian dan kemampuan
dalam melaksanakan tugasnya dan memberikan pelayanan kepada
masyarakat ?
a. Sangat memiliki keahlian dan kemampuan
b. Cukup memiliki keahlian dan kemampuan
c. Kurang memiliki keahlian dan kemampuan
d. Tidak memiliki keahlian dan kemampuan
7. Apakah penyuluh/ pegawai Sudin memberikan kemudahan dalam
pengajuan izin/ pembuatan surat izin yang berkaitan dengan usaha atau
pekerjaan Bapak/ Ibu ?
a. Sangat mudah
b. Cukup mudah
c. Kadang-kadang mudah
d. Sulit
8. Apakah Bapak/ Ibu puas terhadap pelayanan yang diberikan penyuluh/
pegawai Sudin dalam melaksanakan tugasnya ?
a. Sangat puas
b. Cukup puas
c. Kurang puas
d. Tidak puas
Terimakasih atas waktu Bapak/ Ibu dalam mengisi kuesioner ini
85
Lampiran 4
Daftar Responden
No. Nama No.Responden Tanggal
Responden
Keterangan
Subbagian Tata Usaha
1 Bp Ali 16 Selasa, 24 Agustus
2010
V
2 Ibu Asnita 17 Selasa, 24 Agustus
2010
V
3 Bp Dedi 29 Rabu, 25 Agustus
2010
V
4 Ibu Siti Nurhayati 27 Rabu, 25 Agustus
2010
V
5 Ibu Siti R 31 Rabu, 25 Agustus
2010
V
6 Bp Sukirman 10 Senin, 23 Agustus
2010
V
7 Ibu Nurmatuti 26 Rabu, 25 Agustus
2010
V
8 Bp Undang Ruhyat 13 Senin, 23 Agustus
2010
V
9 Bp Supono 8 Senin, 23 Agustus
2010
V
10 Bp Didik 30 Rabu, 25 Agustus
2010
V
11 Ibu Subiyanti 14 Senin, 23 Agustus
2010
V
12 Ibu Cisilia P 12 Senin, 23 Agustus
2010
V
Seksi Perikanan Kelautan
1 Ibu Sri Haryati 37 Kamis, 26 Agustus
2010
V
2 Bp Damiel S 21 Rabu, 25 Agustus
2010
V
3 Bp Untung 3 Senin, 23 Agustus
2010
V
4 Bp Sahero 6 Senin, 23 Agustus
2010
V
5 Ibu Purnamawati 19 Selasa, 24 Agustus
2010
V
6 Bp Suneb 11 Senin, 23 Agustus
2010
V
7 Bp Risnadi 2 Senin, 23 Agustus V
86
2010
8 Ibu Sahera 20 Selasa, 24 Agustus
2010
V
9 Bp Ramdhi 15 Senin, 23 Agustus
2010
V
10 Bp Kurniawan 18 Selasa, 24 Agustus
2010
V
11 BP Nurkholik 5 Senin, 23 Agustus
2010
V
12 Ibu Andi Besse 4 Senin, 23 Agustus
2010
V
13 Bp H.Ade 7 Senin, 23 Agustus
2010
V
14 Bp Toni S 24 Rabu, 25 Agustus
2010
V
15 Ibu Gonti 25 Rabu, 25 Agustus
2010
V
Seksi Peternakan
1 Ibu drh. Arifiana 36 Kamis, 26 Agustus
2010
V
2 Bp Oso S 1 Senin, 23 Agustus
2010
V
3 Ibu Suwiliarti 28 Rabu, 25 Agustus
2010
V
4 Bp Agus U 22 Rabu, 25 Agustus
2010
V
Seksi Pengawasan dan Lingkungan
1 Bp Agus P 32 Kamis, 26 Agustus
2010
V
2 Bp Luki W 23 Rabu, 25 Agustus
2010
V
3 Bp Sutaryo 35 Kamis, 26 Agustus
2010
V
4 Bp Sudirman 33 Kamis, 26 Agustus
2010
V
5 Ibu Ruwaidah 9 Senin, 23 Agustus
2010
V
6 Bp Irin 34 Kamis, 26 Agustus
2010
V
87
Lam
piran
5
Kartu
Inv
entaris B
arang (K
IB) P
eralatan d
an M
esin
88
89
90
Lampiran 6
Peraturan Gubernur No.215 tahun 2009 Pegawai Negeri Sipil (PNS) DKI Jakarta
91