hubungan frekuensi mengkonsumsi junkfood dan …
TRANSCRIPT
Seminar Nasional Keperawatan “Tren Perawatan Paliatif sebagai Peluang Praktik Keperawatan Mandiri”
63
HUBUNGAN FREKUENSI MENGKONSUMSI JUNKFOOD DAN DURASI TIDUR
DENGAN OBESITAS PADA ANAK SEKOLAH DASAR DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS AUR DURI KOTA JAMBI TAHUN 2017
THE CORRELATION OF JUNKFOOD CONSUMING FREQUENCY AND SLEEP
DURATION PERIOD TO CHILDREN. OBESITY AMONG ELEMENTERY SCHOOL
STUDENTS IN AURDURI PUBLIC HEALTH CENTER, JAMBI PROVINCE.
1*Fadliyana Ekawaty, 2Firnaliza Rizona
1Program Studi Keperawatan Universitas Jambi 2Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya
*Email : [email protected]
Abstrak Obesitas pada anak menjadi perhatian utama, karena berisiko berlanjut sampai dewasa dan
berdampak panjang bagi kesehatan. RISKESDAS tahun 2013 Provinsi Jambi juga termasuk kedalam
15 provinsi dengan prevalensi obesitas di atas nasional yaitu sebesar 20%. Salah satu yang dapat
menyebabkan obesitas adalah mengkonsumsi junkfood dan durasi tidur. Asupan nutrisi yang tidak
seimbang yaitu lebih dari kebutuhan tubuh dapat memicu terjadinya obesitas. Kurang tidur juga akan
menyebabkan penurunan leptin dan peningkatan ghrelin, meningkatkan rasa lapar dan berkurangnya
kemampuan membakar lemak dalam tubuh sehingga memicu timbulnya obesitas. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui hubungan frekuensi mengkonsumsi junkfood dan durasi tidur dengan
obesitas pada anak sekolah dasar di wilayah kerja puskesmas Aur Duri Kota Jambi tahun 2017.
Desain penelitian ini adalah kasus kontrol. Sampel diambil dengan cara proportional random sampling
pada 2 sekolah dasar yaitu SDN 120 dan MI AL Munawaroh. Sampel terdiri dari 35 anak obesitas
dan 35 anak tidak obesitas. Variable independen adalah frekuensi mengkonsumsi junkfood dan durasi
tidur dengan mennggunakan kuesioner. Analisis data menggunakan uji chi square, somers’d, dan uji T
tidak berpasangan. Penelitian ini menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara mengkonsumsi
junkfood dengan kejadian obesitas P value 0,048 (<α0,05). Frekuensi mengkonsumsi junkfood paling
banyak pada kategori sering (75,7%), dan terdapat perbedaan frekuensi mengkonsumsi junkfood
responden obesitas dan tidak obesitas P value=0,000 (<α0,05). Untuk tidur terdapat 46 (65,7%) anak SD
memiliki durasi tidur pendek < 10 jam/hari, terdapat hubungan yang signifikan antara durasi tidur
dengan obesitas dengan P value < 0,05, rata-rata durasi tidur anak obesitas 1 jam lebih pendek daripada
anak yang tidak obesitas. Kesimpulan anak obesitas lebih banyak mengkonsumsi junkfood dengan jenis
junkfood yang banyak dikonsumsi adalah gorengan. Anak yang obesitas juga memiliki durasi tidur lebih
pendek daripada anak yang tidak obesitas.
Kata Kunci : obesitas, junkfood, durasi tidur
Abstract
Obesity in children is a major concern, because the risk of continuing into adulthood and having a long
impact on health. RISKESDAS in 2013 Jambi Province is also included in 15 provinces with obesity
prevalence above the national level of 20%. The main cause Of obesity is consuming junk food and sleep
duration. Unbalanced nutritional intake, which is more than the body's needs, can lead to obesity. Sleep
deprivation will also cause a decrease in leptin and an increase in ghrelin, increase hunger and reduce
the ability to burn fat in the body, which can lead to obesity. This study aims to determine the relationship
of junk food consumption frequency and sleep duration with obesity in elementary school children in the
work area of Aur Duri Public Health Center in Jambi City in 2017. The design of this study was case
control. Samples were taken by proportional random sampling in 2 elementary schools, namely SDN 120
and MI AL Munawaroh. The sample consisted of 35 obese children and 35 children not obese. The
independent variable is the frequency of consuming junk food and sleep duration by using a
questionnaire. Data analysis used chi square test, somers', and unpaired T test. This study shows a
significant relationship between consuming junk food with the incidence of obesity P value 0.048
(<α0.05). The frequency of consuming junk food is mostly in the frequent category (75.7%), and there are
differences in the frequency of consuming junk food for obese and non-obese respondents P value = 0,000
(<α0.05). For sleep there were 46 (65.7%) elementary school children having short sleep duration <10
Seminar Nasional Keperawatan “Tren Perawatan Paliatif sebagai Peluang Praktik Keperawatan Mandiri”
64
hours / day, there was a significant relationship between sleep duration with obesity and P value <0.05,
the average sleep duration of obese children 1 hour shorter than children who are not obese. Conclusion
Obese children consume more junk food with the type of junk food that is widely consumed is fried food.
Obese children also have shorter sleep duration than children who are not obese.
Keywords: obesity, junk food, sleep duration
PENDAHULUAN
Obesitas merupakan masalah gizi berlebih
karena asupan kalori (energi) yang melebihi
jumlah kalori yang dibakar melalui proses
metabolisme dalam tubuh Tidak semua
anak yang memiliki berat badan lebih
dikatakan obesitas maka harus ditemukan
gejala klinis obesitas dan pemeriksaan
antropometri (Sjarif, 2005). Menurut World
health organization (WHO) tahun 2014
prevalensi obesitas pada anak di dunia
diperkirakan mencapai 41 juta anak,
obesitas pada anak juga meningkat di
negara-negara berpenghasilan rendah dan
menengah khususnya di perkotaan.
Indonesia sendiri sebagai salah satu negara
berkembang tidak terhindar dari kejadian
obesitas pada anak (European environment
and health information system, 2009). Hasil
Riset kesehatan dasar (RISKESDAS) tahun
2007 prevalensi obesitas di Provinsi Jambi
sebesar 12% (Riskesdas, 2007).
Menurut
RISKESDAS tahun 2010 masalah obesitas
pada anak umur 6- 12 tahun di Provinsi
Jambi memiliki angka kejadian obesitas
sebesar 7% (Riskesdas, 2010).
Menurut
RISKESDAS tahun 2013 Provinsi Jambi
juga termasuk kedalam 15 provinsi dengan
prevalensi obesitas di atas nasional yaitu
sebesar 20% (Riskesdas, 2013).
Menurut data rekapitulasi hasil
penjaringan kesehatan peserta didik tingkat
sekolah dasar (SD) pada tahun 2015 jumlah
anak obesitas di Kota Jambi sebesar 230
anak. Angka obesitas paling besar terdapat
di wilayah kerja puskesmas Aur Duri
yaitu 83 anak anak SD tergolong obesitas,
dengan perbandingan 1:5 dari total
keseluruhan yang dijaring sebanyak 452
anak (Dinkes Jambi, 2015).
Obesitas pada anak menjadi perhatian
utama, bukan hanya karena dampak
kesehatan dan sosial yang timbul tetapi
juga karena obesitas pada masa anak akan
berisiko berlanjut sampai dewasa dan
berdampak panjang bagi kesehatan.
Obesitas dapat menyebabkan risiko
berbagai macam penyakit seperti penyakit
jantung koroner, penyakit serebrovaskular,
kanker kolorektal, hipertensi dan diabetes
melitus tipe 2 (Redinger, 2007).
Obesitas pada anak disebabkan oleh
multifactor pada umumnya disebabkan oleh
faktor genetik, gangguan hormonal, dan gaya
hidup seperti pola makan, jenis makanan,
kuantitas mengkonsumsi makanan dan juga
aktifitas fisik. Menurut soegih. R hampir
70% kejadian obesitas disebabkan oleh
pengaruh gaya hidup dan lingkungan.
Perubahan gaya hidup yang semakin
mengarah ke gaya hidup barat dan prilaku
masyarakat yang semakin konsumtif
berakibat pada perubahan pola makan tinggi
kalori, tinggi lemak dan tinggi garam yang
dapat menimbulkan mutu gizi yang tidak
seimbang, yang sering disebut junkfood
(makanan sampah) seperti fried chicken,
hamburger, kentang goreng, sosis (olahan
daging), mie instan, minuman manis
bersoda, bakso bakar dan gorengan (Soegih
& Wiramiharja, 2009; Sapna, Ramakant,
Poornima, 2012; Putriningsih, 2015).
Frekuensi makan dan jenis makanan juga
sangat berpengaruh terhadap terjadinya
obesitas karena kemampuan tubuh untuk
menyimpan makanan yang berupa karohidrat
dan protein secara terbatas. Jika
mengkonsumsi Makanan junkfood yang
mempunyai nilai indeks glikemik yang
tinggi, sebagian yang mengandung
karbohidrat akan disimpan sebagai glikogen
dan sisanya menjadi lemak, protein akan
dibentuk sebagai protein tubuh dan sisanya
adalah lemak, sumber energi yang digunakan
berasal dari glikogen (simpanan karbohidrat)
Seminar Nasional Keperawatan “Tren Perawatan Paliatif sebagai Peluang Praktik Keperawatan Mandiri”
65
sehingga lemak yang tertimbun tidak
terpakai. Apabila hal ini terulang terus
menerus, timbunan lemak akan semakin
menumpuk, menjadi abnormal dan
menyebabkan obesitas.9
Kenaikan berat badan terjadi karena
kombinasi antara mekanisme peningkatan
asupan makan, penurunan pengeluaran
energi dan perubahan hormonal yang
mengatur nafsu makan.
Hormon yang
mengatur nafsu makan yaitu ghlerin dan
leptin. Durasi tidur untuk anak usia sekolah
10 jam per hari. Kurang tidur (2-4 jam
sehari) akan mengganggu kestabilan
hormonal yang mengatur nafsu makan
sehingga nafsu makan bertambah kira–kira
sebesar 23–24%. Apabila leptin menurun
dan ghrelin meningkat dapat meningkatkan
rasa lapar sehingga metabolisme tubuh
melambat serta berkurangnya kemampuan
membakar lemak dalam tubuh yang
memicu terjadinya obesitas. Kurang tidur
juga dapat memicu timbulnya kelelahan
yang akan berdampak pada pengurangan
aktivitas fisik. Apabila aktivitas fisik
rendah maka kemungkinan terjadinya
obesitas akan meningkat (Putriningsih,
2015; Marks, 2015).
Hasil survei pendahuluan pada anak SD di
Aur Duri didapatkan bahwa hampir
seluruhnya makanan yang ditawarkan oleh
kantin–kantin sekolah berupa makanan
junkfood seperti mie goreng, pangsit, sosis,
gorengan, friedchicken, minuman manis dan
permen. Selain itu 7 dari 10 anak obesitas
memiliki durasi tidur kurang dari 10 jam
per hari. Tidak ada larangan khusus dari
orang tua terhadap kebiasaan tidur anak.
Terdapat 5 dari 10 anak yang jarang tidur
siang karena memilih bermain dengan
teman-temannya. Anak memiliki kebiasaan
menonton TV (televisi), bermain game
online, bermain bersama adik/kakak dan
mengerjakan pekerjaan rumah sebelum tidur
sehingga jam tidur anak menjadi
berkurang.
Berdasarkan kejadian tersebut, maka
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
tentang “Hubungan durasi tidur dengan
obesitas pada anak sekolah dasar di
wilayah kerja puskesmas Aur Duri kota
Jambi tahun 2017”.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
hubungan frekuensi mengkonsumsi junkfood
dan durasi tidur dengan obesitas pada
anak sekolah dasar di wilayah kerja
puskesmas Aur Duri Kota Jambi tahun
2017.
METODE
Jenis penelitian ini merupakan penelitian
survey analitik dengan pendekatan kasus
kontrol. Penelitian ini dilakukan di 3
sekolah dasar yang ada di wilayah kerja
puskesmas Aur Duri Kota Jambi yaitu
SDN 120/IV dan MI Al-Munawaroh.
Populasi pada penelitian ini yaitu seluruh
murid SDN 120/IV, MI Al-Munawaroh
dan SDN 220 Kota Jambi. Sampel pada
penelitian ini terdiri dari 35 anak obesitas
sebagai kasus dan 35 anak tidak obesitas
sebagai kontrol. Sampel diambil dengan
cara proportional random sampling.
Kriteria penentuan obesitas menggunakan
standar antropometri anak dengan
menghitung nilai z score. Nilai z score >
2SD dikategorikan obesitas. Setelah
didapatkan data anak obesitas kemudian
dilakukan random sampling pada setiap
kuota masing-masing sekolah hingga
jumlah sampel kasus tercukupi. Sampel
kasus dicarikan pasangan teman sekelas
yang memiliki berat badan normal
sebagai kontrolnya. Proses matching pada
penelitian ini yaitu kelompok kontrol
harus memiliki jenis kelamin dan usia yang
sama dengan kelompok kasus. Data
dikumpulkan dengan menggunakan
kuesioner. Data durasi tidur
dikumpulkan menggunakan lembar
observasisleep diary selama 7 hari kemudian
dirata-ratakan sedangkan data obesitas
didapatkan dari perhitungan z score
dengan mengukur tinggi badan dan berat
badan.
Seminar Nasional Keperawatan “Tren Perawatan Paliatif sebagai Peluang Praktik Keperawatan Mandiri”
66
HASIL
Karakteristik Responden
Tabel 1.
Distribusi Frekuensi Karateristik Usia Responden di Wilayah Kerja Puskesmas Aur Duri Kota
Jambi Usia anak sekolah Status Total
Obesitas Tidak obesitas
6-8 tahun 3 (4,3%) 3 (4,3%) 6 (8,6%)
9-12 tahun 32 (45,7%) 32 (45,7%) 64 (91,4%)
Total 35 (50%) 35 (50%) 70 (100%)
Berdasarkan tabel 1. dapat diketahui
karakteristik usia responden dalam
penelitian ini sebagian besar berusia 9-12
tahun yaitu sebanyak 64 anak (91,4%) dan
6 anak (8,6%) lainnya berusia 6-8 tahun.
Pada kelompok kasus (obesitas) sebanyak
32 anak (45,7%) berusia 9-12 tahun dan 3
anak (4,3%) lainnya berusia 6-8 tahun,
begitu juga kelompok kontrol (tidak
obesitas)
Tabel 2.
Distribusi Frekuensi Anak Sekolah Dasar yang Mengalami Obesitas di Wilayah Kerja
Puskesmas Aur Duri Kota Jambi
No Nama Sekolah Jumlah anak obesitas
1 MI Al Munawaroh 15
2 SDN 120 20
Total 35
Berdasarkan tabel 2. jumlah responden pada
kelompok obesitas memiliki proporsi
masing-masing setiap SD.
Proporsi tertinggi pada SDN 120 yaitu
sebanyak 20 anak sedangkan di MI Al
Munawaroh jumlahnya sebanyak 15 anak
Tabel 3.
Gambaran Perhitungan Antropometri pada Anak Obesitas di Wilayah Kerja Puskesmas Aur
Duri Kota Jambi Jenis Nilai terendah Nilai tertinggi Rata -rata
Z Score 2,02 SD 7,88 SD 3,74 SD
Berdasarkan tabel 3. dapat diketahui, dari
35 anak obesitas yang dilakukan analisis
menurut perhitungan antropometri status
gizi anak usia sekolah menggunakan Z-
score. Telah diketahui bahwa nilai Z-score
>2SD termasuk kategori obesitas.
Dari 35 anak obesitas didapatkan nilai Z
score terendah sebesar 2,02 SD dan
nilai tertinggi 7,88 SD. Kemudian dari
35 anak obesitas tersebut didapatkan
pula rata-rata nilai Z-score mereka sebesar
3,74 SD.
Seminar Nasional Keperawatan “Tren Perawatan Paliatif sebagai Peluang Praktik Keperawatan Mandiri”
67
Tabel 4.
Distribusi Frekuensi Mengkonsumsi Junkfood Frekuensi mengkonsumsi junkfood Kasus
Obesitas
Kontrol
Tidak obesitas
Total
N % N % N %
Sangat sering 3 4,2 1 1,3 4 5,7
Sering 30 43 23 33 53 75,7
Jarang 2 2,8 11 15,7 13 18,8
Total 35 50,0 35 50,0 70 100,0
Berdasarkan Tabel 4 diketahui sebanyak
75,7 % sampel sering mengkonsumsi
junkfood terutama pada anak obesitas
(43%).
Tabel 5.
Distribusi Frekuensi Durasi Tidur Anak Sekolah Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Aur Duri
Kota Jambi Durasi tidur Frekuensi (f) Persentase (%)
Durasi tidur pendek 46 65.7
Durasi tidur panjang 24 34.3
Total 70 100
Berdasarkan tabel 5. diketahui bahwa dari
seluruh responden yang berjumlah 70 anak,
didapatkan 46 anak (65,7%) memiliki
durasi tidur yang pendek <10 jam/hari.
Sementara itu 24 anak lainnya (34,3%)
memiliki durasi tidur panjang yaitu >10
jam/hari.
Tabel 6.
Distribusi Frekuensi Durasi Tidur Anak Obesitas di Wilayah Kerja Puskesmas Aur Duri
Kota Jambi Durasi tidur Frekuensi (f) Persentase (%)
Durasi tidur pendek 31 44.3
Durasi tidur panjang 4 5.7
Total 35 50
Berdasarkan tabel 6. dari 35 anak obesitas
(kelompok kasus), sebanyak 31 anak
obesitas (44,3%) memiliki durasi tidur
pendek <10 jam/hari dan 4 anak obesitas
(5,7%) memiliki durasi tidur panjang >10
jam/hari.
Tabel 7.
Distribusi Frekuensi Durasi Tidur Anak Tidak Obesitas Di Wilayah Kerja Puskesmas
Aur Duri Kota Jambi Durasi tidur Frekuensi (f) Persentase (%)
Durasi tidur pendek 15 21.4
Durasi tidur panjang 20 28.6
Total 35 50
Berdasarkan tabel 7. dari 35 anak tidak
obesitas (kelompok kontrol) sebanyak 15
anak tidak obesitas (21,4%) memiliki
durasi tidur pendek <10jam/hari dan
sebagian besar anak tidak obesitas yaitu 20
anak (28,6%) memiliki durasi tidur yang
panjang >10jam/hari
Seminar Nasional Keperawatan “Tren Perawatan Paliatif sebagai Peluang Praktik Keperawatan Mandiri”
68
Tabel 8.
Hubungan Frekuensi Mengkonsumsi Junkfood dengan Kejadian Obesitas
Frekuensi
mengkonsumsi
junkfood
Obesitas
Tidak
obesitas
Total
P value
N % N % N %
Sangat sering 3 4,2 1 1,3 4 5,7
Sering 30 43 23 33 53 75,7 0,048
Jarang 2 2,8 11 15,7 13 18,8
Total 35 50,0 35 50,0 70 100,0
Berdasarkan hasil uji statistic chi-square
hubungan antara frekuensi mengkonsumsi
junkfood terhadap kejajian obesitas
diperoleh nilai p adalah 0,048. Karena
p<0,05 maka secara statistik terdapat
hubungan yang bermakna antara frekuensi
mengkonsumsi junkfood dengan kejadian
obesitas pada anak SD di wilayah kerja
puskesmas Aur Duri kota Jambi.
Tabel 9.
Hubungan Durasi Tidur dengan Obesitas Pada Anak Sekolah Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas
Aur Duri Kota Jambi
No Durasi tidur anak Status Gizi Total p-value
Obesitas Tidak obesitas
1 Durasi tidur pendek 31 (44,3%) 15 (21,4%) 46 (65,7%)
2 Durasi tidur panjang 4 (5,7%) 20 (28,6%) 24 (34,3%) 0,000
Total 35 (50%) 35 (50%) 70 (100%)
Dari hasil analisis hubungan antara durasi
tidur dengan obesitas pada anak usia
sekolah didapatkan bahwa responden pada
kelompok obesitas yang memiliki durasi
tidur pendek sebanyak 31 orang (44,3%)
dan yang memiliki durasi tidur panjang
sebanyak 4 orang (5,7%). Namun, pada
kelompok tidak obesitas yang memiliki
durasi tidur pendek sebanyak 15 orang
(21,4%) dan yang memiliki durasi tidur
panjang sebanyak 20 orang (28,6%).
Berdasarkan hasil uji statistic Chi-square
diperoleh nilai p-value sebesar 0,000. Hal
ini menunjukkan bahwa ada hubungan
yang signifikan antara durasi tidur dengan
obesitas pada anak sekolah dasar di
wilayah kerja Puskesmas Aur Duri Kota
Jambi tahun 2017.
PEMBAHASAN
Gambaran Obesitas pada Anak Sekolah
Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas
Aur Duri Kota Jambi Nilai Z score SD (standar deviasi)
digunakan untuk mengetahui klasifikasi
status gizi seseorang dengan kriteria yang
ditetapkan antara lain tinggi badan, berat
badan, umur dan IMT (Indeks Masa
Tubuh). Nilai Z score tertinggi pada anak
obesitas yaitu 8,46 SD dan terendah 2,28
SD. Responden kelompok obesitas pada
penelitian ini diproporsikan setiap SD yaitu
SDN 120 sebanyak 20 anak, dan MI Al
Munawaroh sebanyak 15 anak.
Seminar Nasional Keperawatan “Tren Perawatan Paliatif sebagai Peluang Praktik Keperawatan Mandiri”
69
Karakteristik anak obesitas sebagian besar
dalam rentang usia 9-12 tahun. Jumlah
anak perempuan lebih banyak mengalami
obesitas dibandingkan anak laki-laki.
Terdapat 18 anak perempuan obesitas dan
17 anak laki-laki obesitas.
Gambaran Frekuensi Mengkonsumsi
Junkfood pada Anak Sekolah Dasar (SD)
di Wilayah kerja Aur Duri kota Jambi
Junkfood didefinisikan sebagai makanan
tinggi kalori, tinggi lemak, kaya natrium,
dan gula tetapi rendah nutrisi, serat dan
vitamin. Junkfood disebut juga makanan
sampah. Makanan yang termasuk junkfood
seperti pizza, hamburger, friedchicken, chips
(keripik dari umbi-umbian yang digoreng
dengan minyak dan ditambah dengan garam
dan penyedap), gorengan yang digoreng
dengan mengunakan minyak goreng bekas
atau minyak yang digunakan lebih dari 1
kali, mie instan, sosis, bakso bakar yang
menggunakan pengawet, minuman manis
yang dingin ataupun tidak seperti pop ice,
minuman berkarbonasi seperti cocacola,
sprit, fanta, cokelat, dan soft drink.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui
bahwa frekuensi mengkonsumsi junkfood
pada responden paling banyak dalam
kategori sering 30 orang (43%)
dibandingkan dengan kategori sangat sering
atau jarang. Hasil penelitian ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Putri
Ningsih D tahun 2015 dimana konsumsi
junk food paling banyak pada anak sekolah
dasar adalah kategori sering sebanyak 30
responden (43%) dibandingkan kategori
kategori jarang sebanyak 10 responden
(14,1%) (Anugrah, 2014).
Beberapa faktor penyebab seringnya
frekuensi konsumsi junk food pada siswa
Sekolah Dasar menurut penelitian yang
dilakukan oleh Amalia NR antara lain
pengaruh dari lingkungan, baik itu
lingkungan keluarga, sekolah, ataupun
lingkungan sekitar (Anugrah, 2014). Dilihat
dari lingkungan sekolah yang dijadikan
tempat penelitian pada lingkungan sekitar
SD banyak terdapat makanan junkfood dan
dari hasil yang didapatkan saat pengisian
kuisioner banyak anak SD yang mengaku
bahwa beberapa makanan junkfood mudah
didapatkan sebagian karena dekatnya
lingkungan rumah dengan tempat penjualan
makanan junkfood selain itu dari hasil
wawancara awal dan saat melakukan
penelitian beberapa anak yang sering
mengkonsumsi junkfood mengatakan bahwa
beberapa junkfood sangat mudah di
dapatkan di sekitar rumah karena banyak
orang yang berjualan makanan junkfood
tersebut di dekat rumah mereka.
Gambaran Durasi Tidur pada Anak
Sekolah Dasar di Wilayah Kerja
Puskesmas Aur Duri Kota Jambi
Dari hasil penelitian diketahui bahwa anak sekolah dasar yang memiliki durasi
tidur pendek lebih banyak daripada durasi
tidur panjang. Dari 70 responden 46
diantaranya memililiki durasi tidur pendek.
Hasil penelitian ini menunjukkan durasi tidur
terpendek anak sekolah dasar selama 6,9
jam/hari, sedangkan durasi tidur terpanjang
selama 10,64 jam/hari. Rata-rata durasi tidur
anak sekolah dasar di wilayah kerja
Puskesmas Aurduri Kota Jambi selama
9,5jam/hari. Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian sebelumnya oleh Marfuah dkk
(2013) yang berjudul Durasi Dan Kualitas
Tidur Hubungannya dengan Obesitas pada
Anak Sekolah Dasar Di Kota Yogyakarta
Dan Kabupaten Bantul. Rata-rata jam tidur
anak sekolah dasar di Kota Yogyakarta dan
Kabupaten Bantul lebih pendek dari anjuran
National Sleep Foundation tahun 2015. Dari
488 responden 379 diantaranya memiliki
durasi tidur yang pendek. Anak obesitas
juga mempunyai kualitas tidur yang buruk
2,23 kali lebih besar dibandingkan anak
yang tidak obesitas (Marfuah, Hadi, Huriyati,
2013).
Hasil analisa pada kelompok obesitas, 31
anak memiliki durasi tidur pendek.
Artinya sebagian besar anak obesitas
memiliki durasi tidur yang pendek
<10jam/hari. Durasi tidur terpendek anak
obesitas selama 6,95 jam/hari dan durasi
tidur terpanjang selama 10,64 jam/hari.
Karena durasi tidur pendek perasaan anak
saat bangun pagi sangat tegang, kesadaran
Seminar Nasional Keperawatan “Tren Perawatan Paliatif sebagai Peluang Praktik Keperawatan Mandiri”
70
anak kurang, anak masih mengantuk dan
kualitas tidurnya buruk. Durasi tidur juga
mempengaruhi kualitas tidur. Durasi tidur
pendek dikaitkan dengan kelelahan yang
dapat mengurangi aktivitas fisik, sehingga
kalori yang terbuang berkurang dan
menimbulkan obesitas.Meskipun demikian,
pada penelitian ini juga ditemukan 4
anak yang memiliki durasi tidur panjang
tetapi mengalami obesitas. Anak-anak
tersebut tidur dengan cukup yaitu 10
jam/hari. Obesitas yang terjadi disebabkan
karena pola makan anak yang berbeda
dengan anak-anak seusianya yaitu 2-4 kali
sehari. Orang tua juga memberikan
beberapa suplemen dan vitamin yang
dapat meningkatkan nafsu makan anak
sehingga anak sering makan dan
menimlbulkan obesitas.
Hasil analisa pada kelompok tidak obesitas
terdapat 20 anak yang memiliki durasi tidur
panjang. Artinya sebagian besar anak
tidak obesitas memiliki durasi tidur yang
panjang. Kebutuhan tidur anak tercukupi,
tidur yang cukup akan menjaga
keseimbangan neurohormonal terutama
hormon yang mengatur rasa lapar dan
nafsu makan Sehingga peningkatan nafsu
makan tidak terjadi, anak makan dengan
porsi yang sesuai 1-3 kali sehari dan
mengurangi risiko terjadinya. Sebanyak 15
anak tidak obesitas memiliki durasi tidur
yang pendek. Kebutuhan tidur anak tidak
tercukupi dan peningkatan nafsu makan
terjadi namun anak tidak mengalami
obesitas. Hal ini terjadi karena adanya
kontrol dari orang tua dalam menjaga
asupan makan anak. Anak dibiasakan
sarapan dirumah dan tidak jajan
sembarangan. Anak juga tidak dibiarkan
mengemil dirumah sehingga obesitas dapat
dihindari. Anak laki-laki mencegah
terjadinya peningkatan berat badan dengan
melakukan aktivitas sedang hingga berat
setiap harinya selama 1 jam/hari seperti
bermain sepeda, bermain bola kaki dan
jogging. Durasi tidur terpendek anak tidak
obesitas selama 9,07 jam/hari dan durasi
tidur terpanjangnya mencapai 10,64
jam/hari. Didapatkan nilai rata-rata durasi
tidur anak tidak obesitas selama 10,01
jam/hari.
Penyebab jam tidur anak berkurang
karena adanya latensi tidur yaitu anak
membutuhkan waktu yang cukup lama dari
awal naik ke tempat tidur hingga bisa
tertidur nyenyak. Anak naik ke tempat
tidur pukul 09.00 tetapi bisa tertidur
nyenyak pukul 09.30. Anak juga terbangun
tengah malam untuk buang air kecil, mimpi
buruk dan ketidaknyamanan seperti udara
yang panas, suara yang berisik. Setelah
terbangun beberapa anak akan tertidur
kembali dalam waktu 1-5 menit. Namun
anak terkadang kesulitan untuk tertidur
kembali. Dalam hal ini kenyamanan
memiliki peran yang cukup mempengaruhi
seberapa lama anak bisa tertidur dengan
nyenyak dimalam hari.
Hubungan Frekuensi mengkonsumsi
junkfood dengan kejadian obesitas pada
anak sekolah dasar di wilayah kerja
puskesmas Aur Duri kota Jambi
Berdasarkan hasil uji statistic chi-square
hubungan antara frekuensi mengkonsumsi
junkfood terhadap kejadian obesitas
diperoleh nilai p adalah 0,048. Karena
p<0,05 maka secara statistik terdapat
hubungan yang bermakna antara frekuensi
mengkonsumsi junkfood dengan kejadian
obesitas pada anak SD di wilayah kerja
puskesmas Aur Duri kota Jambi.
Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh tambunan NA yang
mendapat kan hasil bahwa kelompok
obesitas lebih sering mengkonsumsi
junkfood dari pada kelompok yang tidak
obesitas. Berdasarkan hasil analisis statistik
dengan analisis chi-square dalam
penelitiannya diperoleh nilai p dalah 0,003
(p<0,05) yang menyatakan adanya hubungan
konsumsi makanan junkfood dengan obesitas
pada siswa kelas V dan VI SD Shaffiyatul
Amaliyyah Medan. Beberapa penelitian yang
pernah dilakukan sebelumnya yaitu oleh
Anugrah 2014 yang meneliti pengaruh
mengkonsumsi junkfood terhadap obesitas
pada anak sekolah di SD meranti
mengemukakan bahwa anak yang sering
mengkonsumsi junkfood ( >3x per minggu)
Seminar Nasional Keperawatan “Tren Perawatan Paliatif sebagai Peluang Praktik Keperawatan Mandiri”
71
menyebabkan terjadinya obesitas pada anak
(Marks dan Landaira, 2015). Dua penelitian
lain yang dilakukan oleh Putriningsih tahun
2014 terhadap kebiasaan mengkonsumsi
junkfood pada anak di Sekolah Dasar Mardi
Rahayu Ungaran menyebutkan bahwa rata-
rata konsumsi junkfood anak obesitas adalah
≥2x dalam seminnggu, lebih tinggi dari pada
anak yang tidak obesitas. Penelitian yang
dilakukan oleh Astuti tahun 2014 pada anak
53 orang anak SD di Surakarta yang
mengkategorikan anak sering
mengkonsumsi junkfood > 5x/minggu dan
jarang 1-2x/minggu menunjukkan hasil
bahwa anak yang sering mengkonsumsi
junkfood 42 orang dikategorikan obesitas
dan 11 orang di kategorikan tidak obesitas.
Dari hasil penelitian ini juga di dapatkan
bahwa asupan kalori Junkfood rata-rata
responden per hari adalah 780,42 kalori
dengan konsumsi kalori paling tinggi
(maksimum) pada responden adalah 1513
kalori dan konsumsi kalori paling rendah
(minimum) adalah 148 kalori, asupan kalori
ini hampir memenuhi sepertiga dari Angka
kebutuhan gizi anak sekolah dasar anak
sekolah dasar yaitu Menurut KEMENKES
RI tahun 2014 usia 7-9 tahun membutuhkan
energi sebanyak (1850 kkal) dan usia 10-12
pada anak laki-laki membutuhkan energi
sebanyak (2100 kkal) dan anak perempuan
(2000 kkal) (Soegih & Kunkun, 2009).
Hubungan durasi tidur dengan obesitas
pada Anak Sekolah Dasar di Wilayah
Kerja Puskesmas Aur Duri Kota Jambi. Berdasarkan hasil uji statistik Chi- square
diperoleh nilai p-Value sebesar 0,000
yang berarti terdapat hubungan yang
bermakna antara durasi tidur dengan
obesitas pada anak sekolah dasar di
wilayah Kerja Puskesmas Aur Duri
didukung dengan penelitian yang dilakukan
oleh Nahla M. Bawazeer berjudul Sleep
Duration and Quality Associated With
Obesity Among Arab Children menemukan
hasil terdapat hubungan antara durasi tidur
pendek dan kualitas tidur yang buruk
dengan kejadian obesitas pada anak-anak di
Arab.
Sebuah penelitian berjudul Sleep
Duration, Quality, Or Stability And Obesity
In An Urban Family Medicine Center
ditemukan hubungan yang signifikan
antara durasi tidur dengan obesitas, hasil p-
Value sebesar 0,03 (Logue & Scoot, 2015).
Durasi tidur yang pendek pada anak akan
meningkatkan resiko terjadinya overweight
dan obesitas. Durasi tidur yang pendek
berhubungan dengan neuroendokrin dan
modifikasi metabolism termasuk
penurunan leptin, toleransi glukosa dan
sensitifitas insulin kemudian peningkatan
level ghrelin, rasa lapar dan nafsu makan.
Hal tersebut terjadi karena adanya interaksi
neurohormonal dan jalur metabolisme
sebagai komponen dasar (Redinger, 2007).
Kurangnya tidur (2-4 jam sehari) dapat
mengakibatkan kehilangan 18% leptin dan
meningkatkan 28% ghrelin yang dapat
menyebabkan bertambahnya nafsu makan
kira-kira 23-24%. Leptin adalah protein
hormon yang diproduksi jaringan lemak
yang berfungsi mengendalikan cadangan
lemak dan mempengaruhi nafsu makan,
sedangkan ghrelin adalah hormon yang
dapat mempengaruhi rasa lapar dan
kenyang. Apabila leptin menurun dan
ghrelin meningkat, dapat meningkatkan rasa
lapar dan membuat metabolisme melambat
serta berkurangnya kemampuan membakar
lemak dalam tubuh. Jumlah jam tidur juga
termasuk faktor penting untuk mengontrol
berat badan dan metabolisme nutrisi. Uji
laboratorium menunjukkan, durasi tidur
pendek bisa meningkatkan kadar ghrelin
dan menurunkan kadar leptin pada tubuh
manusia, yang menimbulkan kebiasaan
makan dan menjadi faktor predisposisi
kenaikan berat badan serta obesitas
dikemudian hari (Putriningsih, 2015).
Berkurangnya jam tidur selama 1 jam juga
akan meningkatkan rasa lapar dan
menyebabkan peningkatan berat badan
sebesar 0,7 kg. Kurang tidur menyebabkan
perubahan masa lemak tubuh dan
peningkatan berat badan (Logue & Scott,
2015).
Seminar Nasional Keperawatan “Tren Perawatan Paliatif sebagai Peluang Praktik Keperawatan Mandiri”
72
KESIMPULAN
1. Terdapat hubungan yang bermakna
antara frekuensi mengkonsumsi
junkfood dengan kejadian obesitas pada
anak SD di wilayah kerja puskesmas
Aur Duri kota Jambi dengan p value
0.048..
2. Terdapat hubungan yang bermakna
antara durasi tidur pendek dengan
obesitas pada anak sekolah dasar di
wilayah kerja Puskesmas Aur Duri Kota
Jambi tahun 2017 dengan p value 0,000
DAFTAR PUSTAKA
Sjarif, D.R. (2005). Obesitas pada anak
dan permasalahannya (dalam:
Trihono PP, Purnamawati S, Sjarif
DR, Hegar B, Gunardi H, Oswari H,
et al), ed. Hot topics in pediatrics
II. Jakarta: FKUI. 2005. p.219-27.)
European environment and health
information system. (2009).
Prevalence of overweight and obesity
in children and adolescents (online).
Diunduh dari URL:obesity-
EDITED_layouted_V3.pdf; 2009
(diakses 9 Juli 2016).
Riskesdas. ( 2007). Data prevalensi
obesitas tahun 2007. Hasil Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas).
Diakses 9 Agustus 2016). hal 46.
Diunduh dari URL:
Riskesdas. (2010). Data prevalensi
obesitas tahun 2010. Hasil Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas).
Diakses 15 September 2016). hal
45-41. Diunduh dari URL
http://labdata.litbang.depkes.go.id/i
mages/download/laporan/RKD/201
0/lp_rkd2010.pdf.
Riskesdas. (2013). Data prevalensi
obesitas tahun 2013. Hasil Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas).
D iakses 9 Agustus 2016. hal 218.
Diunduh dari URL:
http://www.depkes.go.id/resources/
download/general/Hasil%20Riskes
das%202013.pdf.
Dinas Kesehatan Kota Jambi. (2015).
Rekapitulasi hasil penjaringan
kesehatan peserta didik tingkat
SD/MI tahun 2015.
Redinger R.N. (2007). The
Pathophysiology of Obesity and Its
Clinical Manifestations. Gastroenterol
hepatol (serial online) 2007 Nov
(diakses 20 Desember 2016);
3(11);863-856. Diunduh dari URL:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/
articles/PMC3104148/
Soegih, R. & Wiramihardja K. (2009).
Obesitas permasalahan dan terapi
Praktis. Jakarta: CV Sagung seto
Sapna, J., & Ramakant, S., Poornima, S.
(2012). Nutritional Analysis Of Junk
Food.
Putriningsih, D. (2015). Hubungan antara
kebiasaan konsumsi junkfood dengan
kejadian obesitas pada siswa kelas iv-
vi di SD Mardi Rahayu Ungaran
Program studi kesehatan masyarakat
Sekolah tinggi ilmu kesehatan Ngudi
Waluyo. Diakses 5 januari 2016 dari
URL:
http://ejournalnwu.ac.id/article/view/1
459410388
Marks, R., Landaira, M. (2015). Sleep,
Disturbances of Sleep, Stress and
Obesity: A Narrative Review.
Journal of obesity & eating disorder.
Diakses 9 september 2016;
1(2:2);(5). Diunduh dari URL:
http://obesity.imedpub.com/sleep-
disturbances-of-sleep-stress-and-
obesity-a-narrative-review.pdf
.
Anugrah, D.W. (2014). Pengaruh junk food
terhadap obesitas anak usia Sekolah
Dasar di SD meranti, kecamatan senen
jakarta pusat. Skripsi. Jakarta: Fakultas
kedokteran Unversitas trisakti.
Garaulet M, Ortega FB, Ruiz JR, Rey-
Seminar Nasional Keperawatan “Tren Perawatan Paliatif sebagai Peluang Praktik Keperawatan Mandiri”
73
Lo´pez JP, Be´ghin L, Manios Y, et
al. (2011). Short sleep duration is
associated with increased obesity
markers in European adolescents:
effect of physical activityand
dietary habits. International Journal
of Obesity. Diakses 9
september 2016; 35:1317-1308.
Diunduh dari URL:
http://www.helenastudy.com/files/0
1_Garaulet-IJO-2011.pdf.
Soegih, R.R., & Kunkun, K.W. ( 2 0 0 9 ) .
Obesitas permasalahan dan terapi
praktis. Jakarta: CV Sagung Seto
Marfuah, D., Hadi, H., Huriyati, E.
(2013) . Durasi dan kualitas tidur
hubungannya dengan obesitas pada
anak sekolah dasar di Kota
Yogyakarta dan Kabupaten Bantul.
Jurnal gizi dietetic Indonesia. Diakses
7 september 2016; 1(2); 101-93.
Diunduh dari URL:
ejournal.almaata.ac.id/index.php/IJ
ND/article/download/44/43
Marfuah, D. (2015). Anak Obes
Mempunyai Durasi Tidur Lebih
Pendek Dibandingkan Anak Tidak
Obes. Jurnal Profesi Diakses 20 Mei
2017; 12(2):6
Logue, E.E., Scott, E.D. (2015). Sleep
Duration, Quality, or Stability and
Obesity in an Urban Family Medicine
Center. Journal of Clinical Sleep
Medicine Diakses 20 Mei 2017.
Seminar Nasional Keperawatan “Tren Perawatan Paliatif sebagai Peluang Praktik Keperawatan Mandiri”
74