hubungan beberapa parameter hematologi ......dengan pendekatan cross sectional. sampel adalah 175...

73
HUBUNGAN BEBERAPA PARAMETER HEMATOLOGI DENGAN LAMA RAWAT INAP PASIEN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DEWASA DI RUMAH SAKIT UMUM (RSU) KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN 2014-2015 Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN OLEH: RAUDYA IWANA TUZZAHRA NIM: 1113103000004 PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PROFESI DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 H/2016 M

Upload: others

Post on 03-May-2020

24 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: HUBUNGAN BEBERAPA PARAMETER HEMATOLOGI ......dengan pendekatan cross sectional. Sampel adalah 175 pasien DBD dewasa yang menjalani rawat inap di RSU Kota Tangerang Selatan tahun 2014-2015

HUBUNGAN BEBERAPA PARAMETER

HEMATOLOGI DENGAN LAMA RAWAT INAP

PASIEN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)

DEWASA DI RUMAH SAKIT UMUM (RSU) KOTA

TANGERANG SELATAN TAHUN 2014-2015

Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA KEDOKTERAN

OLEH:

RAUDYA IWANA TUZZAHRA NIM: 1113103000004

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PROFESI DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1438 H/2016 M

Page 2: HUBUNGAN BEBERAPA PARAMETER HEMATOLOGI ......dengan pendekatan cross sectional. Sampel adalah 175 pasien DBD dewasa yang menjalani rawat inap di RSU Kota Tangerang Selatan tahun 2014-2015

ii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Laporan penelitian ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan

untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya

atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya

bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Ciputat, 18 Oktober 2016

Raudya Iwana Tuzzahra

Page 3: HUBUNGAN BEBERAPA PARAMETER HEMATOLOGI ......dengan pendekatan cross sectional. Sampel adalah 175 pasien DBD dewasa yang menjalani rawat inap di RSU Kota Tangerang Selatan tahun 2014-2015

iii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

HUBUNGAN BEBERAPA PARAMETER HEMATOLOGI DENGAN

LAMA RAWAT INAP PASIEN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)

DEWASA DI RUMAH SAKIT UMUM (RSU) KOTA TANGERANG

SELATAN TAHUN 2014-2015

Laporan Penelitian

Diajukan kepada Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter, Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

Sarjana Kedokteran (S.Ked)

Oleh:

Raudya Iwana Tuzzahra

NIM: 1113103000004

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PROFESI DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1438 H / 2016 M

Pembimbing 1

dr. Femmy Nurul Akbar, Sp.PD, KGEH

NIP. 19731005 200604 2 001

Pembimbing 2

dr. Silvia Dewi, Sp.PD

NIP. 19770403 200804 2 007

Page 4: HUBUNGAN BEBERAPA PARAMETER HEMATOLOGI ......dengan pendekatan cross sectional. Sampel adalah 175 pasien DBD dewasa yang menjalani rawat inap di RSU Kota Tangerang Selatan tahun 2014-2015

iv

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Penelitian berjudul HUBUNGAN BEBERAPA PARAMETER

HEMATOLOGI DENGAN LAMA RAWAT INAP PASIEN DEMAM

BERDARAH DENGUE (DBD) DEWASA DI RUMAH SAKIT UMUM

(RSU) KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN 2014-2015 yang diajukan

oleh Raudya Iwana Tuzzahra (NIM: 1113103000004), telah diujikan dalam

sidang di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan pada Oktober 2016. Laporan

Penelitian ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana

Kedokteran (S.Ked) pada Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter.

Ciputat, 18 Oktober 2016

DEWAN PENGUJI

Ketua Sidang

dr. Femmy Nurul Akbar, Sp.PD, K-GEH

NIP. 19731005 200604 2 001

PIMPINAN FAKULTAS

Pembimbing 1

dr. Femmy Nurul Akbar, Sp.PD, K-GEH

NIP. 19731005 200604 2 001

Pembimbing 2

dr. Silvia Dewi, Sp.PD

NIP. 19770403 200804 2 007

Penguji 1

dr. Sayid Ridho, Sp.PD, FINASIM

NIP. 19660629 199803 1 001

Penguji 2

dr. Mery Nitalia, Sp.PK

NIP. 19781230 200604 2 001

Dekan FKIK UIN

Prof. Dr. H. Arif Sumantri, M.Kes

NIP. 19650808 198803 1 002

Kaprodi PSKPD FKIK UIN

dr. Achmad Zaki, M. Epid, Sp.OT

NIP. 19780507 200501 1 005

Page 5: HUBUNGAN BEBERAPA PARAMETER HEMATOLOGI ......dengan pendekatan cross sectional. Sampel adalah 175 pasien DBD dewasa yang menjalani rawat inap di RSU Kota Tangerang Selatan tahun 2014-2015

v

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan

semesta alam yang atas ridho, rahmat, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “HUBUNGAN BEBERAPA

PARAMETER HEMATOLOGI DENGAN LAMA RAWAT INAP PASIEN

DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DEWASA DI RUMAH SAKIT

UMUM (RSU) KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN 2014-2015”

sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan jenjang program sarjana

kedokteran di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Penulis menyadari bahwa penelitian ini dapat terwujud karena adanya

dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, penulis ingin

menyampaikan penghargaan, rasa hormat, dan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. H. Arif Sumantri, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. dr. Achmad Zaki, M.Epid, SpOT, selaku Ketua Program Studi Kedokteran

dan Profesi Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. dr. Femmy Nurul Akbar, Sp.PD, KGEH selaku dosen pembimbing 1 yang

telah banyak menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan

dan membimbing penelitian sejak awal hingga terselesaikannya penelitian

ini.

4. dr. Silvia Dewi, Sp.PD selaku dosen pembimbing 2 yang telah banyak

menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan dan

membimbing penelitian sejak awal hingga terselesaikannya penelitian ini.

5. dr. Sayid Ridho, Sp.PD, FINASIM selaku dosen penguji yang telah

menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk menguji, mengarahkan

serta memberi masukan untuk penelitian ini.

Page 6: HUBUNGAN BEBERAPA PARAMETER HEMATOLOGI ......dengan pendekatan cross sectional. Sampel adalah 175 pasien DBD dewasa yang menjalani rawat inap di RSU Kota Tangerang Selatan tahun 2014-2015

vi

6. dr. Merry Nitalia, Sp.P.K selaku dosen penguji yang telah menyediakan

waktu, tenaga, dan pikiran untuk menguji, mengarahkan serta memberi

masukan untuk penelitian ini.

7. dr. Flori Ratna Sari, Ph.D selaku dosen penanggung jawab riset mahasiswa

Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter 2013.

8. Kedua orangtua penulis, H. Irwan Ruswandi dan Hj. Ai Kusmiati, yang

selalu mendoakan, memberi semangat dan motivasi, serta memberikan

dukungan baik moral maupun material, serta adik tercinta Maghfira Iwana

Aqilla yang selalu mendoakan dan menjadi motivasi terselesaikannya

penelitian ini.

9. Para dosen dan staf Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

10. Pihak RSU Kota Tangerang Selatan, Direktur rumah sakit beserta

jajarannya, Ibu Fina, dan seluruh staf rekam medis rumah sakit yang telah

membantu berlangsungnya penelitian ini.

11. Teman-teman seperjuangan riset, Ahmad Sisjufri M, Nur Hakimatul

Faizah, Rohman Sungkono, Azmi Jabbar Nasution, dan Charifa Sama

yang sejak awal hingga selesai selalu membantu dalam melewati berbagai

hal dalam penelitian ini.

12. Teman-teman sejawat Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter

angkatan 2013 yang ikut memberi dukungan dalam penelitian ini.

13. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.

Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga penelitian ini dapat memberi

banyak manfaat bagi kita semua.

Jakarta, Oktober 2016

Raudya Iwana Tuzzahra

Page 7: HUBUNGAN BEBERAPA PARAMETER HEMATOLOGI ......dengan pendekatan cross sectional. Sampel adalah 175 pasien DBD dewasa yang menjalani rawat inap di RSU Kota Tangerang Selatan tahun 2014-2015

vii

ABSTRAK

Raudya Iwana Tuzzahra. Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter.

Hubungan Beberapa Parameter Hematologi dengan Lama Rawat Inap

Pasien Demam Berdarah Dengue (DBD) Dewasa di Rumah Sakit Umum

(RSU) Kota Tangerang Selatan Tahun 2014-2015.

Latar Belakang: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara

jumlah trombosit, jumlah leukosit, dan nilai hematokrit dengan lama rawat inap

pasien DBD. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional

dengan pendekatan cross sectional. Sampel adalah 175 pasien DBD dewasa yang

menjalani rawat inap di RSU Kota Tangerang Selatan tahun 2014-2015. Data

diperoleh dari rekam medis pasien dengan teknik consecutive sampling. Uji

statistik menggunakan chi square dan uji fisher. Hasil: Tidak terdapat hubungan

bermakna antara jumlah trombosit dengan lama rawat inap (p=1,000). Tidak

terdapat hubungan bermakna antara jumlah leukosit dengan lama rawat inap

(p=0,393). Tidak terdapat hubungan bermakna antara nilai hematokrit dengan

lama rawat inap (p=0,630). Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan yang

bermakna antara jumlah trombosit, jumlah leukosit, dan nilai hematokrit dengan

lama rawat inap pasien DBD dewasa di RSU Kota Tangerang Selatan tahun 2014-

2015.

Kata Kunci: Demam berdarah dengue (DBD), trombosit, leukosit, hematokrit,

lama rawat inap.

ABSTRACT

Raudya Iwana Tuzzahra. School of Medicine. The Association of Several

Hematological Parameters with Length of Stay of Adult Patients with

Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) in General Hospital of South Tangerang

in 2014-2015.

Background: This study aims to determine the relationship between the number

of platelets, leukocyte count and hematocrit values with length of stay of patients

with DHF. Methods: This study was an observational analytic research with cross

sectional approach. Samples were 175 adult dengue patients were hospitalized in

General Hospital of South Tangerang in 2014-2015. Data was collected from

medical records of patients by used consecutive sampling technique. Chi square

and fisher test were used as the statistical test. Results: There was no significant

relationship between platelets count with length of stay (p = 1.000). There was no

significant relationship between leukocytes count with length of stay (p = 0.393).

There was no significant relationship between hematocrit value with length of stay

(p = 0.630). Conclusion: There was no significant relationship between the

number of platelets, leukocyte count and hematocrit values with length of stay of

adult dengue patients in General Hospital of South Tangerang in 2014-2015.

Keywords: Dengue hemorrhagic fever (DHF), platelets, leukocyte, hematocrit,

duration of hospital stay.

Page 8: HUBUNGAN BEBERAPA PARAMETER HEMATOLOGI ......dengan pendekatan cross sectional. Sampel adalah 175 pasien DBD dewasa yang menjalani rawat inap di RSU Kota Tangerang Selatan tahun 2014-2015

viii

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL .............................................................................................. i

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................ ii

LEMBAR PERSETUJUAM PEMBIMBING .................................................... iii

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ iv

KATA PENGANTAR ........................................................................................ v

ABSTRAK .......................................................................................................... vii

DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... x

DAFTAR TABEL ............................................................................................... xi

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xii

DAFTAR SINGKATAN .................................................................................... xiii

BAB 1: PENDAHULUAN ....................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 4

1.3 Hipotesis ......................................................................................... 4

1.4 Tujuan Penelitian ........................................................................... 4

1.4.1 Tujuan Umum ....................................................................... 4

1.4.2 Tujuan Khusus ...................................................................... 4

1.5 Manfaat Penelitian ......................................................................... 4

1.5.1 Manfaat Penelitian bagi Peneliti ........................................... 4

1.5.2 Manfaat Penelitian bagi RSU Kota Tangerang Selatan ........ 5

1.5.3 Manfaat Penelitian bagi Perguruan Tinggi ........................... 5

BAB 2: TINJAUAN PUSTAKA ............................................................. 6

2.1 Kerangka/Landasan Teori .............................................................. 6

2.1.1 Pengertian Demam Berdarah ................................................ 6

2.1.2 Etiologi .................................................................................. 6

2.1.3 Penularan Virus Dengue ....................................................... 8

2.1.4 Patogenesis ............................................................................ 9

2.1.5 Manifestasi Klinis ................................................................. 13

2.1.6 Diagnosis ............................................................................... 17

2.1.7 Pemeriksaan Penunjang ........................................................ 19

2.1.8 Penatalaksanaan .................................................................... 20

2.1.9 Pencegahan ............................................................................ 26

2.1.10 Kriteria Memulangkan Pasien ............................................. 26

2.1.11 Hubungan Jumlah Trombosit dengan Lama Rawat Inap .... 27

2.1.12 Hubungan Jumlah Leukosit dengan Lama Rawat Inap....... 29

2.1.13 Hubungan Nilai Hematokrit dengan Lama Rawat Inap ...... 30

2.6 Kerangka Teori............................................................................... 31

2.7 Kerangka Konsep ........................................................................... 32

2.8 Definisi Operasional....................................................................... 32

BAB 3: METODE PENELITIAN........................................................... 34

3.1 Desain Penelitian ............................................................................ 34

Page 9: HUBUNGAN BEBERAPA PARAMETER HEMATOLOGI ......dengan pendekatan cross sectional. Sampel adalah 175 pasien DBD dewasa yang menjalani rawat inap di RSU Kota Tangerang Selatan tahun 2014-2015

ix

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian ........................................................ 34

3.3 Populasi dan Sampel ...................................................................... 34

3.3.1 Populasi Target...................................................................... 34

3.3.2 Populasi Populasi Terjangkau ............................................... 34

3.3.3 Sampel ................................................................................... 34

3.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi .......................................................... 35

3.4.1 Kriteria Inklusi ...................................................................... 35

3.4.2 Kriteria Eksklusi.................................................................... 35

3.5 Besar Sampel .................................................................................. 36

3.6 Cara Kerja Penelitian ..................................................................... 36

3.7 Alur Penelitian ............................................................................... 37

3.8 Manajemen dan Analisis Data ....................................................... 37

BAB 4: HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................... 38

4.1 Deskripsi Sampel Penelitian .......................................................... 38

4.1.1 Distribusi Sampel Berdasarkan Lama Rawat Inap................ 38

4.1.2 Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin ..................... 39

4.1.3 Distribusi Sampel Berdasarkan Usia ..................................... 39

4.1.4 Distribusi Sampel Berdasarkan Derajat Penyakit DBD ........ 40

4.1.5 Distribusi Sampel Berdasarkan Jumlah Trombosit ............... 40

4.1.6 Distribusi Sampel Berdasarkan Jumlah Leukosit ................. 41

4.1.7 Distribusi Sampel Berdasarkan Nilai Hematokrit ................. 41

4.2 Analisis Bivariat ............................................................................. 42

4.2.1 Hubungan Jumlah Trombosit dengan Lama Rawat Inap ...... 42

4.2.2 Hubungan Jumlah Leukosit dengan Lama Rawat Inap......... 42

4.2.3 Hubungan Nilai Hematokrit dengan Lama Rawat Inap ........ 43

4.3 Pembahasan ................................................................................... 48

4.4 Keterbatasan Penelitian ................................................................. 49

BAB 5: SIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 50

5.1 Simpulan ........................................................................................ 50

5.2 Saran ............................................................................................... 50

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 52

LAMPIRAN ............................................................................................... 56

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................ 60

Page 10: HUBUNGAN BEBERAPA PARAMETER HEMATOLOGI ......dengan pendekatan cross sectional. Sampel adalah 175 pasien DBD dewasa yang menjalani rawat inap di RSU Kota Tangerang Selatan tahun 2014-2015

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar

2.1 Skema Virion Dengue ................................................................................... 7

2.2 Hipotesis Infeksi Sekunder ........................................................................... 11

2.3 Gambaran Respon Antibodi Pada Infeksi Primer dan Infeksi Sekunder ...... 12

2.4 Perjalanan Penyakit Dengue ......................................................................... 14

2.5 Skema Manifestasi Klinis Infeksi Dengue .................................................... 15

2.6 Skema Observasi dan Pemberian Cairan Suspek DBD Dewasa

Tanpa Renjatan di Unit Gawat Darurat ......................................................... 22

2.7 Skema Tatalaksana DBD dengan Peningkatan Ht > 20% ............................ 23

2.8 Skema Tatalaksana Perdarahan Spontan pada DBD Dewasa ....................... 24

2.9 Tatalaksana Sindroma Syok Dengue pada Dewasa ...................................... 25

2.10 Gambaran pembentukan sel darah (hematopoiesis) .................................... 28

2.11 Hematokrit (angka-angka yang disajikan adalah untuk pria) ..................... 30

Page 11: HUBUNGAN BEBERAPA PARAMETER HEMATOLOGI ......dengan pendekatan cross sectional. Sampel adalah 175 pasien DBD dewasa yang menjalani rawat inap di RSU Kota Tangerang Selatan tahun 2014-2015

xi

DAFTAR TABEL

Tabel

2.1 Klasifikasi WHO 2011 untuk derajat penyakit infeksi DBD ........................ 19

4.1 Distribusi sampel berdasarkan lama rawat inap ............................................ 38

4.2 Distribusi sampel berdasarkan jenis kelamin ................................................ 39

4.3 Distribusi sampel berdasarkan usia ............................................................... 39

4.4 Distribusi sampel berdasarkan derajat penyakit ............................................ 40

4.5 Distribusi sampel berdasarkan jumlah trombosit .......................................... 40

4.6 Distribusi sampel berdasarkan jumlah leukosit............................................. 41

4.7 Distribusi sampel berdasarkan nilai hematokrit ............................................ 41

4.8 Hubungan jumlah trombosit dengan lama rawat inap ................................... 42

4.9 Hubungan jumlah leukosit dengan lama rawat inap ..................................... 42

4.10 Hubungan nilai hematokrit dengan lama rawat inap .................................. 43

Page 12: HUBUNGAN BEBERAPA PARAMETER HEMATOLOGI ......dengan pendekatan cross sectional. Sampel adalah 175 pasien DBD dewasa yang menjalani rawat inap di RSU Kota Tangerang Selatan tahun 2014-2015

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil Analisis Data ........................................................................ 56

Lampiran 2. Surat Izin Penelitian ....................................................................... 59

Lampiran 3. Daftar Riwayat Hidup .................................................................... 60

Page 13: HUBUNGAN BEBERAPA PARAMETER HEMATOLOGI ......dengan pendekatan cross sectional. Sampel adalah 175 pasien DBD dewasa yang menjalani rawat inap di RSU Kota Tangerang Selatan tahun 2014-2015

xiii

DAFTAR SINGKATAN

DD : Demam dengue

DBD : Demam berdarah dengue

SSD : Sindrom syok dengue

DF : Dengue fever

DHF : Dengue haemorraghic fever

DSS : Dengue shock syndrome

ADE : Antibody dependent enchancement

PAF : Platelet activating factor

FDP : Fibrin degradation product

VD : Virus dengue

ADP : Adenosin Difosfat

PF4 : Platelet factor 4

CRT : Capillary refill time

RNA : Ribonucleic acid

RT-PCR : Reverse transcription polymerase chain reaction

PT : Prothrombin time

APTT : Activated partial thromboplastin time

HI-test : Haemagglutination inhibition test

Ht : Hematokrit

SGOT : Serum glutamic oxaloacetic transaminase

SGPT : Serum glutamic pyruvic transaminase

KID : Koagulasi intravaskular diseminata

PRC : Packed red cells

FFP : Fresh frozen plasma

Page 14: HUBUNGAN BEBERAPA PARAMETER HEMATOLOGI ......dengan pendekatan cross sectional. Sampel adalah 175 pasien DBD dewasa yang menjalani rawat inap di RSU Kota Tangerang Selatan tahun 2014-2015

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang

banyak terjadi di daerah tropis dan sub-tropis. Di Indonesia, DBD sudah menjadi

masalah kesehatan masyarakat sejak tahun 1968. Menurut WHO, terhitung sejak

tahun 1968 hingga tahun 2009, Indonesia adalah negara dengan jumlah kasus

DBD tertinggi di Asia Tenggara. Pada tahun 1968 tercatat 58 kasus DBD, dan

pada tahun 2009 terjadi peningkatan menjadi 158.912 kasus. Data dari seluruh

dunia menunjukan bahwa Asia merupakan benua dengan jumlah penderita DBD

terbanyak setiap tahunnya.1

Indonesia merupakan negara yang padat dengan jumlah populasi mencapai

245 juta penduduk. Pulau Jawa adalah daerah dengan angka kejadian infeksi DBD

tertinggi, karena merupakan pulau terpadat di Indonesia dengan hampir 60%

penduduk Indonesia menetap di pulau Jawa.2 Untuk pertama kalinya pada tahun

1972 kasus DBD dilaporkan terjadi diluar pulau Jawa yaitu di Sumatera Barat dan

Lampung.3

Kasus DBD terus meningkat dan penyebarannya semakin meluas

disebabkan oleh banyak faktor diantaranya adalah perpindahan penduduk yang

tinggi, perkembangan dan pembangunan kota, serta perubahan iklim yang

berpengaruh terhadap curah hujan, suhu, kelembaban dan arah udara yang

mendukung ekosistem untuk perkembangbiakan vektor penyakit.1,2 Diketahui

dalam lima tahun terakhir yaitu sejak tahun 2005-2009 terdapat 5 provinsi dengan

angka insiden tinggi yaitu DKI Jakarta, Kalimantan Timur, Bali, Sulawesi Utara,

dan Kepulauan Riau. Diantara kelimanya yaitu DKI Jakarta yang selalu tercatat

memiliki angka insiden tertinggi.1

Data Direktorat Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonosis

Kementerian Kesehatan RI menyebutkan hingga akhir Januari tahun 2016,

kejadian luar biasa (KLB) penyakit DBD dilaporkan ada di 9 kabupaten dan 2

Page 15: HUBUNGAN BEBERAPA PARAMETER HEMATOLOGI ......dengan pendekatan cross sectional. Sampel adalah 175 pasien DBD dewasa yang menjalani rawat inap di RSU Kota Tangerang Selatan tahun 2014-2015

2

kota dari 7 provinsi di Indonesia. Wilayah KLB tersebut antara lain: 1) Kabupaten

Tangerang, Provinsi Banten; 2) Kota Lubuklinggau, Provinsi Sumatera Selatan; 3)

Kota Bengkulu, Provinsi Bengkulu; 4) Kota Denpasar dan Kabupaten Gianyar,

Provinsi Bali; 5) Kabupaten Bulukumba, Pangkep, Luwu Utara, dan Wajo,

Provinsi Sulawesi Selatan; 6) Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo; serta 7)

Kabupaten Kaimana, Papua Barat. Sepanjang bulan Januari, kasus DBD yang

terjadi di wilayah tersebut tercatat sebanyak 492 orang dengan jumlah kematian

25 orang.4

Telah diketahui angka insiden DBD terus meningkat dari tahun ke tahun,

namun angka kematian pada pasien DBD terlihat mengalami penurunan. Pada

awal tahun penyebaran DBD angka kematian pasien di Indonesia terhitung sangat

tinggi, tercatat 41,4% pada tahun 1968. Angka tersebut kemudian berangsur turun

hingga tahun 2009 tercatat 0,89%. Angka kematian nasional telah berhasil

mencapai angka kurang dari 1%, tetapi angka kematian dibeberapa provinsi di

Indonesia masih tinggi diatas 1%. Provinsi Bangka Belitung pada tahun 2009

memiliki angka kematian tertinggi yaitu (4, 58%), Bengkulu (3,08%), Gorontalo

(2,2%), DKI Jakarta (0,11%) dan yang terendah adalah provinsi Sulawesi Barat

(0%).1

Angka kematian pasien DBD yang semakin berkurang menunjukan bahwa

program & upaya penanganan pasien DBD oleh petugas kesehatan telah berhasil

di beberapa provinsi di Indonesia. Data telah memperlihatkan bahwa provinsi

dengan angka insiden tinggi berbeda dengan provinsi yang memiliki angka

kematian pasien DBD tinggi. Kemungkinan ini terjadi disebabkan oleh perbedaan

dari pelayanan medis, akses pasien ke pelayanan kesehatan, dan tingkat

pengetahuan mengenai DBD di masyarakat. Faktor lain juga yang perlu

diperhatikan yaitu pelatihan manajemen kasus bagi petugas kesehatan, penyediaan

sarana dan prasarana untuk deteksi dini dan penanganan dengan tepat dan cepat.1

Indikasi rawat inap pasien DBD yaitu jika ditemukan tanda bahaya, keluhan

dan tanda hipotensi, perdarahan, gangguan organ, kenaikan hematokrit pada

pemeriksaan kedua, dan memiliki faktor komorbiditas (kehamilan, diabetes

Page 16: HUBUNGAN BEBERAPA PARAMETER HEMATOLOGI ......dengan pendekatan cross sectional. Sampel adalah 175 pasien DBD dewasa yang menjalani rawat inap di RSU Kota Tangerang Selatan tahun 2014-2015

3

mellitus, hipertensi).1 Menurut protokol 1 yang telah dibuat oleh Perhimpunan

Dokter Ahli Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) pasien DBD harus dirawat inap,

pertama jika Hb, Ht normal, dengan kadar trombosit <100.000, dan kedua jika

Hb,Ht meningkat, dengan trombosit normal atau turun.5

Pasien DBD berasal dari berbagai kalangan usia, bahkan cenderung

mengenai usia-usia produktif dan tidak memandang jenis kelamin, karena kedua

jenis kelamin memiliki risiko yang sama terkena DBD.1,6 Dari berbagai kasus

yang telah dilaporkan, Depkes RI telah mendata kasus rawat inap DBD di RS dari

tahun 2004-2008 yang menunjukan tingginya pasien rawat inap DBD dirumah

sakit, serta terlihat peningkatan dari tahun 2004 yang berjumlah 49.741 menjadi

90.466 di tahun 2008.1

Pasien DBD rata-rata menghabiskan waktu rawat inap di rumah sakit

dengan manajemen standar selama 4,2 ± 1,5 hari.7 Menurut penelitian yang

dilakukan di RSUD Tarakan pada tahun 2004 pasien dirawat di rumah sakit rata-

rata 4 hari, dengan variasi antara 1 sampai 10 hari.8 Berdasarkan penelitian yang

dilakukan oleh Mayetti (2010) yang menyatakan bahwa jumlah trombosit,

hematokrit, dan leukosit merupakan faktor risiko syok pada DBD.9 Pada

penelitian Hasri Nopianto menyatakan bahwa terdapat pengaruh bermakna antara

jumlah trombosit (p=0,036) dan jumlah leukosit (p=0,003) terhadap lama rawat

inap, dan tidak terdapat pengaruh bermakna antara usia (p=0,162), jenis kelamin

(p=0,169), dan nilai hematokrit (p=0,697) terhadap lama rawat inap.10 Penelitian

Nikodemus Siregar (2010) menyatakan terdapat hubungan yang sangat lemah

(tidak bermakna) antara jumlah trombosit dengan lama rawat inap (r=0,262).11

Pada penelitian yang dilakukan oleh Ita Perwira (2011) menyatakan bahwa jumlah

trombosit (p=0.013, OR=2.585, 95% CI 1.220-5.478) dan jumlah

leukosit(p=0.024, OR=1.624, 95% CI 1.065-2.475) memiliki hubungan bermakna

dengan lama rawat inap pasien yang terinfeksi virus dengue.12

Oleh karena itu perlu diketahui faktor yang dapat memperkirakan lama

rawat inap pasien DBD di rumah sakit. Pada penelitian ini variabel yang akan

diteliti yaitu jumlah trombosit, leukosit, dan nilai hematokrit.

Page 17: HUBUNGAN BEBERAPA PARAMETER HEMATOLOGI ......dengan pendekatan cross sectional. Sampel adalah 175 pasien DBD dewasa yang menjalani rawat inap di RSU Kota Tangerang Selatan tahun 2014-2015

4

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah dari penelitian ini

adalah apakah terdapat hubungan antara beberapa parameter hematologi dengan

lama rawat inap pasien DBD dewasa di RSU Kota Tangerang Selatan?

1.3 Hipotesis

Terdapat hubungan antara beberapa parameter hematologi dengan lama

rawat inap pasien DBD dewasa di RSU Kota Tangerang Selatan.

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan beberapa parameter hematologi dengan lama

rawat inap pasien DBD dewasa di RSU Kota Tangerang Selatan.

1.4.2 Tujuan Khusus

a. Untuk mendapatkan gambaran hasil pemeriksaan trombosit hari pertama

masuk rumah sakit pada pasien DBD rawat inap di RSU Kota Tangerang

Selatan.

b. Untuk mendapatkan gambaran hasil pemeriksaan leukosit hari pertama

masuk rumah sakit pada pasien DBD rawat inap di RSU Kota Tangerang

Selatan.

c. Untuk mendapatkan gambaran hasil pemeriksaan hematokrit hari pertama

masuk rumah sakit pada pasien DBD rawat inap di RSU Kota Tangerang

Selatan.

d. Untuk mengetahui hubungan jumlah trombosit, jumlah leukosit, dan nilai

hematokrit hari pertama pasien masuk rumah sakit dengan lama rawat inap

pasien DBD rawat inap di RSU Kota Tangerang Selatan.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Penelitian bagi Peneliti

a. Menjadi sarana belajar bagi peneliti untuk melakukan penelitian.

b. Sebagai salah satu syarat untuk mendapat gelar Sarjana Kedokteran.

Page 18: HUBUNGAN BEBERAPA PARAMETER HEMATOLOGI ......dengan pendekatan cross sectional. Sampel adalah 175 pasien DBD dewasa yang menjalani rawat inap di RSU Kota Tangerang Selatan tahun 2014-2015

5

c. Melatih cara berpikir analisis dan sistematis dalam mengidentifikasi dan

menyelesaikan masalah.

d. Mengembangkan daya nalar, minat, dan kemampuan dalam penelitian.

1.5.2 Manfaat Penelitian bagi RSU Kota Tangerang Selatan

Membantu petugas kesehatan dalam memperkirakan lama rawat

inap pasien DBD.

1.5.3 Manfaat Penelitian bagi Perguruan Tinggi

a. Sebagai realisasi dari tridarma perguruan tinggi dalam melaksanakan

fungsinya sebagai lembaga penyelenggara pendidikan, penelitian, dan

pengabdian masyarakat.

b. Menambah referensi penelitian di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

di bidang kedokteran.

c. Menjadi dasar untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai

hubungan jumlah trombosit, jumlah leukosit, dan nilai hematokrit dengan

lama rawat inap pasien DBD di masa depan.

Page 19: HUBUNGAN BEBERAPA PARAMETER HEMATOLOGI ......dengan pendekatan cross sectional. Sampel adalah 175 pasien DBD dewasa yang menjalani rawat inap di RSU Kota Tangerang Selatan tahun 2014-2015

6

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kerangka/Landasan Teori

2.1.1 Pengertian Demam Berdarah

Demam dengue/DD (dengue fever, DF) adalah penyakit infeksi yang

disebabkan oleh virus dengue dan merupakan peyakit yang mengenai anak-anak

dan orang dewasa. Penyakit ini memiliki gejala klinis yaitu demam secara tiba-

tiba, yang disertai sakit kepala berat, nyeri pada pergerakan bola mata, nyeri otot,

nyeri sendi, gangguan gastrointestinal, leukopenia, ruam, dan trombositopenia

yang perlu observasi terutama jika disertai tanda perdarahan. Tanda perdarahan

ringan yang mungkin ditemukan seperti petekie, epistaksis, dan perdarahan pada

gusi.13 Demam berdarah dengue/DBD (dengue haemorraghic fever, DHF)

merupakan salah satu dari klasifikasi derajat penyakit yang disebabkan oleh virus

dengue.5,13

DBD adalah suatu penyakit yang parah dan sering bersifat fatal, dan

merupakan penyakit dengan manifestasi demam yang disebabkan oleh virus

dengue.14 Pada DBD memperlihatkan semua gejala yang dialami oleh pasien DD,

namun disertai tanda perdarahan (tes tourniquet positif dan perdarahan spontan),

trombositopenia, tanda yang menunjukan peningkatan permeabilitas vaskular

(hemokonsentrasi atau efusi cairan di rongga dada dan perut), abnormalitas

hemostasis. Pada kasus yang parah, pasien dengan sindrom renjatan (dengue

shock syndrome, DSS) dapat mengalami kehilangan protein yang didasari oleh

mekanisme imunopatologis.13,14

2.1.2 Etiologi

DBD disebabkan oleh virus dengue genus flavivirus, yang termasuk

kedalam group B Arthropod Borne Viruses (Arbovirus).5,15 Flavivirus merupakan

virus dengan diameter 30 nm terdiri dari asam ribonukleat rantai tunggal dengan

berat molekul 4x106. Virionnya terdiri dari nukleokapsid dengan bentuk kubus

simetris dan terbungkus oleh amplop lipoprotein. Rangkaian kromosom virus

Page 20: HUBUNGAN BEBERAPA PARAMETER HEMATOLOGI ......dengan pendekatan cross sectional. Sampel adalah 175 pasien DBD dewasa yang menjalani rawat inap di RSU Kota Tangerang Selatan tahun 2014-2015

7

dengue berukuran panjang sekitar 11.000 dan terbentuk dari tiga protein struktural

yaitu nukleokapsid atau protein core (C), membrane-associated protein (M), dan

suatu protein envelope (E), serta gen protein non struktural (NS).16

Gambar 2.1 Skema Virion Dengue18

Virus dengue memiliki 4 serotipe yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan

DEN-4 yang semuanya dapat menyebabkan DD dan DBD.5 Keempat serotipe

virus ini telah di temukan di berbagai daerah di Indonesia. Penelitian di Indonesia

menunjukan DEN-3 merupakan serotipe yang banyak ditemukan dan

menyebabkan kasus yang berat.15

Infeksi dengue ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti meskipun

dapat juga ditularkan oleh nyamuk Aedes albopictus yang hidup dikebun. Kedua

jenis nyamuk ini terdapat hampir diseluruh pelosok di Indonesia, kecuali

ditempat-tempat dengan ketinggian lebih dari 1000 meter diatas permukaan laut.15

Viremia diawali oleh demam persisten, dalam jangka waktu yang lama. Virus

dengue ditemukan di daerah tropis seperti India, Asia Tenggara, Kepulauan

Pasifik, Kepulauan Karibia, Amerika Selatan, Afrika dan Timur Tengah. Wabah

dengue terjadi ketika serotipe baru menginfeksi komunitas atau individu dalam

jumlah besar sehingga menyebabkan daerah tersebut menjadi endemis.17

Indonesia merupakan wilayah endemis dengan sebaran diseluruh daerah di

Indonesia.5

Page 21: HUBUNGAN BEBERAPA PARAMETER HEMATOLOGI ......dengan pendekatan cross sectional. Sampel adalah 175 pasien DBD dewasa yang menjalani rawat inap di RSU Kota Tangerang Selatan tahun 2014-2015

8

2.1.3 Penularan Virus Dengue

Seseorang yang didalam darahnya mengandung virus dengue merupakan

sumber penularan DBD. Virus dengue berada dalam darah selama 4-7 hari mulai

1-2 hari sebelum demam. Bila penderita DBD digigit oleh nyamuk penular, maka

virus yang ada pada darah penderita akan ikut terisap masuk kedalam lambung

nyamuk, kemudian virus akan memperbanyak diri dan tersebar diseluruh jaringan

tubuh nyamuk termasuk di kelenjar liurnya. Nyamuk tersebut siap menularkan ke

orang lain kira-kira satu minggu setelah menghisap darah penderita (masa

inkubasi ekstrinsik). Virus akan tetap berada dalam tubuh nyamuk sepanjang

hidupnya, oleh karena itu nyamuk Aedes aegypti yang telah menghisap virus

dengue akan menjadi penular (infektif). Penularan ini terjadi karena sebelum

menghisap darah, nyamuk akan mengeluarkan air liur melalui saluran alat

tusuknya (proboscis) agar darah yang diisap tidak membeku.15

Peningkatan kasus setiap tahunnya berkaitan dengan sanitasi lingkungan,

yaitu dengan tersedianya tempat perindukan bagi nyamuk betina seperti bejana

yang berisi air jernih (bak mandi, kaleng bekas, dan tempat penampungan air

lainnya). Beberapa faktor diketahui berkaitan dengan transmisi virus dengue

yaitu:5

1. Vektor: perkembangbiakan vektor, kebiasaan vektor menggigit, kepadatan

vektor dilingkungan, transportasi vektor dari satu tempat ke tempat lain.

2. Pejamu: terdapat penderita di lingkungan/keluarga, mobilisasi dan paparan

terhadap nyamuk, dan usia serta jenis kelamin.

3. Lingkungan: curah hujan, suhu, sanitasi dan kepadatan penduduk.

Nyamuk betina menyukai darah karena diperlukan untuk mematangkan

telur jika dibuahi oleh sperma jantan telur dapat menetas. Biasanya nyamuk betina

mencari mangsa pada siang hari. Aktivitas mengigitnya mulai pagi hingga petang,

dengan 2 puncak aktivitas antara pukul 09.00-10.00 dan 16.00-17.00. Setelah

menghisap darah, nyamuk ini hinggap di dalam atau kadang-kadang di luar rumah

berdekatan dengan tempat perkembangbiakannya. Biasanya di tempat yang agak

Page 22: HUBUNGAN BEBERAPA PARAMETER HEMATOLOGI ......dengan pendekatan cross sectional. Sampel adalah 175 pasien DBD dewasa yang menjalani rawat inap di RSU Kota Tangerang Selatan tahun 2014-2015

9

gelap dan lembab. Di tempat-tempat ini nyamuk menunggu proses pematangan

telurnya.15

2.1.4 Patogenesis

Virus dengue setelah masuk kedalam tubuh manusia akan menuju ke

beberapa organ sasaran yang merupakan sel-sel yang termasuk kedalam sistem

retikuloendotelial, yaitu sel kupffer di hepar, sel mesangial di ginjal, sel mikroglia

di otak, limpa, nodus limpatikus, sumsum tulang, serta paru.6,18 Pada beberapa

penelitian menunjukan bahwa sel monosit dan makrofag memiliki peran pada

infeksi, dimulai dengan menempel dan masuknya genom virus kedalam sel

dengan bantuan organel sel dan membentuk komponen perantara dan komponen

struktur virus.6

Berdasarkan data yang ada, mekanisme imunopatologis berperan kuat

dalam proses terjadinya demam berdarah dengue (DBD) dan sindrom renjatan

dengue. Respon imun yang diketahui berperan dalam patogenesis terjadinya DBD

adalah:5

a. Respon humoral berupa pembentukan antibodi yang berperan dalam

proses netralisasi virus, sitolisis yang dimediasi oleh komplemen dan

sitotoksisitas yang dimediasi oleh antibodi. Antibodi terhadap virus

dengue berperan dalam mempercepat replikasi virus pada monosit dan

makrofag, hipotesis ini disebut antibody dependent enhancement (ADE)

b. Limfosit T baik T-helper (CD4) dan T sitotoksik (CD8) berperan dalam

respon imun seluler terhadap virus dengue. Diferensiasi T-helper yaitu

TH1 akan memproduksi interferon gamma, IL-2 dan limfokin. Sedangkan

TH-2 memproduksi IL-4, IL-5, IL-6, dan IL-10.

c. Monosit dan makrofag berperan dalam fagositosis virus dengan opsonisasi

antibodi. Namun proses fagositosis ini meningkatkan replikasi virus dan

sekresi sitokin oleh makrofag.

d. Aktivasi komplemen oleh kompleks imun menyebabkan terbentuknya C3a

dan C5a.

Page 23: HUBUNGAN BEBERAPA PARAMETER HEMATOLOGI ......dengan pendekatan cross sectional. Sampel adalah 175 pasien DBD dewasa yang menjalani rawat inap di RSU Kota Tangerang Selatan tahun 2014-2015

10

Infeksi virus dengue menyebabkan reaksi imunitas protektif terhadap

serotipe virus yang menginfeksi, namun tidak ada cross protective terhadap

serotipe virus lain.6 Teori secondary heterologous infection yang diungkapkan

oleh Halstead pada tahun 1973, menyatakan bahwa DBD/DHF akan terjadi bila

seseorang terinfeksi ulang virus dengue dengan serotipe yang berbeda.5 Pada

infeksi sekunder, jumlah sel terinfeksi dari sistem retikuloendotelial lebih banyak

dari infeksi primer, dan karena itu jumlah virion dalam tubuh juga akan lebih

banyak.18

Pada tahun 1994 Kurane dan Ennis merangkum pendapat Halstead dan

penelitian lain, menyatakan bahwa infeksi virus dengue menyebabkan aktivasi

makrofag yang memfagositosis kompleks virus-antibodi non nentralisasi sehingga

virus bereplikasi di makrofag. Terjadinya infeksi makrofag menyebabkan aktivasi

T-helper dan T Sitotoksik sehingga diproduksi limfokin dan interferon gamma.

Interferon gamma akan mengaktivasi monosit sehingga disekresikan mediator

inflamasi seperti TNF-α, IL-1, platelet activating factor (PAF), IL-6, dan

Histamin yang meyebabkan disfungsi endotel dan kebocoran plasma. Peningkatan

Ca3 dan Ca5 terjadi melalui aktivasi kompleks virus-antibodi juga menyebabkan

kebocoran plasma.5

Page 24: HUBUNGAN BEBERAPA PARAMETER HEMATOLOGI ......dengan pendekatan cross sectional. Sampel adalah 175 pasien DBD dewasa yang menjalani rawat inap di RSU Kota Tangerang Selatan tahun 2014-2015

11

Gambar 2.2 Hipotesis Infeksi Sekunder5

Pada infeksi primer, antibodi yang pertama kali terbentuk adalah antibodi

netralisasi yang terbentuk pada hari kelima minggu pertama sampai dengan

minggu keempat untuk kemudian turun dengan lambat dan keberadaannya akan

bertahan seumur hidup, antibodi ini sifatnya spesifik untuk tipe virus yang

menyerang. Antibodi kemudian muncul pada beberapa hari setelahnya yaitu

antibodi hambatan hemaglutinasi yang timbul dan naik titernya sejajar dengan

kenaikan titer antibodi netralisasi untuk kemudian kadarnya turun lebih cepat dari

antibodi netralisasi dan bertahan dalam tubuh bertahun-tahun. Antibodi hambat

hemaglutinasi sangat bereaksi silang dengan virus dengue tipe lain dan anggota

flavivirus lainnya.18

Antibodi ketiga yang muncul yaitu antibodi pengikat komplemen, yang

timbul mulai minggu kedua sampai minggu ketiga dan titernya naik cepat hampir

Infeksi dengue sekunder dengan serotipe berbeda

Replikasi virus Respon antibodi

Komplek antigen virus-antibodi

Agregasi platelet Aktivasi

komplemen

Aktivasi

kaskade

koagulasi Pengeluaran

platelet factor

III

Gangguan

fungsi

trombosit

Konsumtifitas

Faktor

pembekuan

FDP

Reaksi

anafilatoksis

Peningkatan

permeabilitas

vaskular

Syok

Aktivasi

faktor

hageman

Kinin

Kini

Eliminasi

trombosit

oleh RES

Trombositopenia

Page 25: HUBUNGAN BEBERAPA PARAMETER HEMATOLOGI ......dengan pendekatan cross sectional. Sampel adalah 175 pasien DBD dewasa yang menjalani rawat inap di RSU Kota Tangerang Selatan tahun 2014-2015

12

sejajar dengan kenaikan titer antibodi hambatan hemaglutinasi dan mencapai titer

maksimum setelah satu hingga dua bulan atau setelah penyakitnya hilang.

Kemudian antibodi ini akan hilang dari tubuh dalam 1-3 tahun. Antibodi pengikat

komplemen juga akan mengalami reaksi silang dengan anggota flavivirus lain.18

Antibodi yang muncul umumya adalah IgG dan IgM, pada infeksi primer

antibodi ini pertama kali dibentuk, selanjutnya pada infeksi sekunder kadarnya

semakin meningkat. Pada infeksi primer kadar antibodi IgG meningkat pada

demam hari ke-14 sedangkan pada infeksi sekunder antibodi IgG meningkat pada

hari kedua.6

Gambar 2.3 Gambaran respon antibodi pada infeksi primer dan infeksi sekunder21

Timbulnya gejala (hari)

Deteksi NS1

Virus RNA isolasi deteksi

IgM Sekunder

IgM Primer

IgG Sekunder

IgG infeksi sekunder

Viremia

Page 26: HUBUNGAN BEBERAPA PARAMETER HEMATOLOGI ......dengan pendekatan cross sectional. Sampel adalah 175 pasien DBD dewasa yang menjalani rawat inap di RSU Kota Tangerang Selatan tahun 2014-2015

13

Trombositopenia pada infeksi virus dengue terjadi melalui mekanisme:5

1. Supresi sumsum tulang. Gambaran sumsum tulang pada fase awal infeksi

(< 5 hari) menunjukan hiposeluler dan supresi megakariosit. Setelah

keadaan nadir tercapai maka terjadi peningkatan hematopoiesis dan

megakariopoiesis. Pada tombositopenia kadar trombopoietin mengalami

peningkatan, hal ini menunjukan stimulasi trombopoiesis sebagai

kompensasi trombositopenia.

2. Destruksi dan pemendekan masa trombosit. Destruksi trombosit terjadi

melalui pengikatan fragmen C3g, terdapatnya antibodi VD, konsumsi

trombosit selama proses koagulopati dan sekuestrasi perifer. Gangguan

fungsi trombosit terjadi melalui mekanisme gangguan pelepasan ADP,

peningkatan kadar b-tromboglobulin, dan PF4 yang merupakan petanda

degranulasi trombosit.

Koagulopati terjadi sebagai akibat dari interaksi virus dengan endotel yang

menyebabkan disfungsi endotel. Berbagai penelitian menunjukan terjadinya

koagulopati konsumtif pada demam berdarah dengue stadium III dan IV. Aktivasi

koagulasi pada demam berdarah dengue terjadi melalui aktivasi jalur ekstrinsik

(tissue factor pathway). Jalur intrinsik juga berperan melalui aktivasi faktor XIa

namun tidak melalui aktivasi kontak (kalikrein CI-inhibitor complex).5

2.1.5 Manifestasi Klinis

Seseorang yang terinfeksi virus dengue dapat bersifat asimtomatik atau

simtomatik dan manifestasi klinis yang timbul dapat bervariasi mulai dari demam

tidak khas (infeksi virus), demam dengue (DD), demam berdarah dengue (DBD)

dan sindrom syok dengue (SSD). Gambaran klinis bergantung pada beberapa

faktor seperti umur, kondisi imun host, strain virus dan infeksi primer atau infeksi

sekunder.19,20

Pada umumnya pasien mengalami fase demam selama 2-7 hari, yang

diikuti oleh fase kritis selama 2-3 hari. Pada waktu fase ini pasien sudah tidak

demam, akan tetapi memiliki risiko untuk terjadi renjatan jika tidak memperoleh

Page 27: HUBUNGAN BEBERAPA PARAMETER HEMATOLOGI ......dengan pendekatan cross sectional. Sampel adalah 175 pasien DBD dewasa yang menjalani rawat inap di RSU Kota Tangerang Selatan tahun 2014-2015

14

pengobatan adekuat. Masa inkubasi dalam tubuh manusia sekitar 4-6 hari (rentang

3-14 hari), timbul gejala prodormal yang tidak khas seperti: nyeri kepala, nyeri

tulang belakang, dan perasaan lelah.5

Infeksi virus dengue adalah penyakit sistemik dan bersifat dinamis.

Penyakit ini memiliki spektrum klinis yang luas termasuk manifestasi klinis yang

berat dan tidak berat. Setelah periode inkubasi, penyakit ini dimulai secara tiba-

tiba dan diikuti oleh tiga fase yaitu: fase demam, fase kritis, dan fase pemulihan.

Triase, perawatan yang tepat, dan pegambilan keputusan yang tepat dimana

penanganan harus diberikan (di fasilitas kesehatan atau di rumah) dipengaruhi

oleh klasifikasi dari dengue.21

Gambar 2.4 Perjalanan penyakit dengue21

Pada waktu penurunan suhu tubuh dalam kisaran temperatur suhu menjadi

37,5-38oC atau kurang dibawahnya, biasanya pada hari ke 3-7 penyakit,

peningkatan permeabilitas kapiler secara pararel dengan peningkatan kadar

Hari sakit

Suhu tubuh

Masalah klinis potensial

Perubahan nilai laboratorium

Serologi dan virologi

Perjalanan penyakit: Demam Kritis Fase pemulihan

Viremia IgM/IgG

Hematokrit

Trombosit

Kerusakan organ

Kelebihan

reabsorpsi

cairan

Perdarahan

Syok Dehidrasi

Page 28: HUBUNGAN BEBERAPA PARAMETER HEMATOLOGI ......dengan pendekatan cross sectional. Sampel adalah 175 pasien DBD dewasa yang menjalani rawat inap di RSU Kota Tangerang Selatan tahun 2014-2015

15

hematokrit mungkin terjadi. Ini merupakan tanda awal dari fase kritis. Periode

kebocoran plasma yang signifikan secara klinis biasanya berlangsung 24-48 jam.

Leukopenia progresif diikuti dengan penurunan cepat jumlah trombosit biasanya

mendahului kebocoran plasma. Pasien yang tidak mengalami peningkatan

permeabilitas kapiler akan mengalami perbaikan, tetapi pada pasien yang

mengalami peningkatan permeabilitas kapiler dapat menjadi lebih buruk sebagai

akibat hilangnya volume plasma. Tingkat kebocoran plasma bervariasi. Efusi

pleura dan asites dapat terdeteksi secara klinis tergantung derajat kebocoran

plasma dan volume terapi cairan. X-ray dada dan USG abdomen dapat digunakan

sebagai alat diagnosis. Tingkat kenaikan hematokrit diatas kadar awal sering

mencerminkan keparahan kebocoran plasma.21

Gambar 2.5 Skema manifestasi klinis infeksi virus dengue19

Infeksi virus dengue

Asimtomatik Simtomatik

Demam dengue

(DD)

Undifferentiated

fever (viral

syndrome

Expanded dengue

syndrome/Isolated

organopathy

(unusual

manifestation)

Demam berdarah

dengue (DBD)

(dengan kebocoran

plasma)

Dengan

perdarahan

Tanpa

perdarahan

DBD non-

syok

DBD dengan

syok/Sindrom

syok dengue

(SSD)

Page 29: HUBUNGAN BEBERAPA PARAMETER HEMATOLOGI ......dengan pendekatan cross sectional. Sampel adalah 175 pasien DBD dewasa yang menjalani rawat inap di RSU Kota Tangerang Selatan tahun 2014-2015

16

Manifestasi klinis dari infeksi virus dengue:19

a. Undifferentiated Fever (viral syndrome)

Bayi, anak, dan orang dewasa yang terinfeksi virus dengue, terutama yang

baru terinfeksi pertama kali (infeksi primer), mungkin akan mengalami demam

yang tidak berbeda dengan infeksi virus lainnya. Ruam makulopapular mungkin

menyertai demam, atau timbul selama suhu tubuh kembali normal. Gejala umum

pada saluran pernafasan atas dan gastrointestinal sering muncul.

b. Demam Dengue

Demam dengue (DD) lebih sering pada anak, remaja, dan orang dewasa.

Gejala umumnya demam akut, dan sewaktu-waktu demam bifasik dengan sakit

kepala, nyeri otot, nyeri sendi, ruam, leukopenia, dan trombositopenia mungkin

juga perlu diobservasi. Meskipun demam dengue bersifat tidak mengancam

nyawa, namun dapat menjadi penyakit yang melumpuhkan dengan sakit kepala

yang berat, nyeri otot, sendi dan tulang (demam tulang), terutama pada orang

dewasa. Kadang perdarahan yang tidak biasa dapat terjadi seperti perdarahan

gastrointestinal, hypermenorrhea, dan epistaksis. Di daerah endemis demam

berdarah, wabah DD jarang terjadi pada orang lokal.

c. Demam Berdarah Dengue

Demam berdarah dengue (DBD) sering terjadi pada anak yang berusia

kurang dari 15 tahun di area hiperendemis, dan berkaitan dengan infeksi yang

berulang. Pada orang dewasa kejadian DBD meningkat. DBD ditandai oleh onset

akut dari demam tinggi dan berhubungan dengan tanda dan gejala yang mirip

dengan DD di fase awal demam. Ada tanda perdarahan umum seperti positif tes

tourniquet (TT), petekie, mudah memar, dan perdarahan gastrointestinal pada

kasus yang parah. Pada akhir masa demam, ada kecenderungan untuk berkembang

menjadi sindrom syok dengue (SSD) akibat kebocoran plasma.

Adanya tanda-tanda waspada yang mendahului seperti muntah, nyeri

perut, letargi atau gelisah, atau perasaan sensitif dan oliguria penting diketahui

Page 30: HUBUNGAN BEBERAPA PARAMETER HEMATOLOGI ......dengan pendekatan cross sectional. Sampel adalah 175 pasien DBD dewasa yang menjalani rawat inap di RSU Kota Tangerang Selatan tahun 2014-2015

17

untuk intervensi SSD. Hemostasis abnormal dan kebocoran plasma adalah

patofisiologi utama terjadinya DBD. Trombositopenia dan peningkatan

hematokrit/hemokonsentrasi selalu ditemukan sebelum demam turun/onset dari

syok.

d. Expanded Dengue Syndrome

Manifestasi yang tidak biasa dari pasien dengan keterlibatan organ yang

berat seperti hepar, ginjal, otak atau jantung yang berkaitan dengan infeksi dengue

telah dilaporkan meningkat pada DBD dan juga pada pasien dengue yang tidak

terbukti mengalami kebocoran plasma. Manifestasi yang tidak biasa ini mungkin

berkaitan dengan koinfeksi, komorbiditas, dan komplikasi dari syok yang

berkepanjangan. Penyelidikan lengkap harus dilakukan pada kasus ini.

Kebanyakan dari pasien DBD yang memiliki manifestasi tidak biasa adalah akibat

dari syok yang berkepanjangan dengan kerusakan organ atau pasien dengan

komorbiditas dan koinfeksi.

2.1.6 Diagnosis

Menurut WHO tahun 2011 diagnosis infeksi dengue dapat ditegakan

melalui kriteria berikut:19

Demam Dengue (DD)

Demam akut disertai minimal 2 dari tanda berikut:

o Sakit kepala

o Nyeri retro-orbital

o Nyeri otot

o Nyeri sendi

o Ruam

o Manifestasi perdarahan

o Leukopenia ≤ 5000 sel/mm3

o Trombositopenia ≤150.000 sel/mm3

o Peningkatan hematokrit 5-10%

Page 31: HUBUNGAN BEBERAPA PARAMETER HEMATOLOGI ......dengan pendekatan cross sectional. Sampel adalah 175 pasien DBD dewasa yang menjalani rawat inap di RSU Kota Tangerang Selatan tahun 2014-2015

18

Dan disertai 1 dari tanda berikut:

o Tes serologi positif

o Terdapat kasus DBD di waktu dan lokasi tempat tinggal yang sama

dengan pasien

Demam Berdarah Dengue (DBD)

Semua tanda dibawah ini:

o Demam akut 2-7 hari

o Manifestasi perdarahan: tes tourniquet positif, petekie, ekimosis

atau purpura, atau perdarahan mukosa, perdarahan saluran cerna,

dan lainnya.

o Hitung tombosit ≤100.000 sel/mm3

o Tanda kebocoran plasma: peningkatan hematokrit/hemokonsentrasi

≥20%, efusi pleura, asites, atau hipoproteinemia/albuminemia

Sindrom Syok Dengue

Kriteria demam berdarah dengue seperti diatas dengan tanda-tanda syok

dibawah ini:

o Takikardia, akral dingin, CRT > 2 detik, nadi lemah, dan letargi

o Tekanan nadi ≤20 mmHg dengan peningkatan tekanan diastolik,

contoh 100/80 mmHg

o Hipotensi berdasarkan usia. Tekanan sistolik < 80 mmHg untuk

usia dibawah 5 tahun atau < 80-90 untuk anak yang lebih tua dan

orang dewasa.

Page 32: HUBUNGAN BEBERAPA PARAMETER HEMATOLOGI ......dengan pendekatan cross sectional. Sampel adalah 175 pasien DBD dewasa yang menjalani rawat inap di RSU Kota Tangerang Selatan tahun 2014-2015

19

Tabel 2.1 Klasifikasi WHO 2011 untuk derajat penyakit infeksi DBD19

DD/DBD Derajat Tanda dan Gejala Laboratorium

DD Demam dengan 2 gejala dibawah

yang menyertai:

o Sakit kepala

o Nyeri retro-orbital

o Nyeri otot

o Arthtralgia/nyeri tulang

o Ruam

o Gelaja perdarahan

o Tidak ada bukti kebocoran

plasma

o Leukopenia (wbc ≤

5000 sel/mm3)

o Trombositopenia (<

150.000 sel/mm3)

o Peningkatan

hematokrit (5-10%)

o Tidak ada bukti

kebocoran plasma

DBD I Demam dan gejala perdarahan

(tourniquet test +) dan bukti

kebocoran plasma.

Trombositopenia < 100.000

sel/mm3, peningkatan Ht ≥

20%.

DBD II Gejala seperti derajat I diatas diserta

perdarahan spontan.

Trombositopenia < 100.000

sel/mm3, peningkatan Ht ≥

20%.

DBD# III Gejala seperti derajat I dan II

ditambah kegagalan sirkulasi (Nadi

lemah, tekanan nadi sempit (≤ 20

mmHg), hipotensi, dan gelisah).

Trombositopenia < 100.000

sel/mm3, peningkatan Ht ≥

20%.

DBD# IV Gejala seperti derajat III ditambah

syok berat dengan tekanan darah dan

nadi tidak terukur.

Trombositopenia < 100.000

sel/mm3, peningkatan Ht ≥

20%.

#: DBD III dan IV adalah SSD

2.1.7 Pemeriksaan Penunjang

Diagnosis pasti untuk menegakan infeksi virus dengue dapat diperoleh

dari hasil isolasi virus dengue (cell culture) ataupun deteksi antigen virus RNA

dengue dengan teknik RT-PCR (Reverse Transcriptase Polymerase Chain

Reaction), namun karena teknik yang lebih rumit, saat ini tes serologi yang

mendeteksi adanya antibodi spesifik terhadap dengue berupa antibodi total, IgM

dan IgG. Parameter laboratoris yang dapat diperiksa adalah:5

Leukosit: jumlah dapat normal atau menurun. Mulai hari ke-3 dapat

ditemui limfositosis relatif (> 45% dari total leukosit) diserta adanya

limfosit plasma biru (LPB) > 15% dari jumlah total leukosit yang pada

fase syok akan meningkat.

Trombosit: umumnya akan trombositopenia pada hari ke 3-8.

Page 33: HUBUNGAN BEBERAPA PARAMETER HEMATOLOGI ......dengan pendekatan cross sectional. Sampel adalah 175 pasien DBD dewasa yang menjalani rawat inap di RSU Kota Tangerang Selatan tahun 2014-2015

20

Hematokrit: kebocoran plasma dibuktikan dengan ditemukan peningkatan

hematokrit ≥ 20% dari hematokrit awal, umumnya dimulai pada hari ke-3

demam.

Hemostasis: dilakukan pemeriksaan PT, APTT, Fibrinogen, D-Dimer, atau

FDP pada keadaan yang dicurigai perdarahan atau kelainan pembekuan

darah.

Protein/albumin: dapat terjadi hipoproteinemia akibat kebocoran plasma.

SGOT/SGPT: dapat meningkat.

Ureum dan kreatinin: bila didapat gangguan fungsi ginjal.

Elektrolit: sebagai parameter pemantauan pemberian cairan.

Golongan darah dan cross match: bila akan diberikan transfusi darah atau

komponen darah.

Imunoserologi dilakukan dengan pemeriksaan IgM dan IgG

IgM: Terdeteksi mulai hari ke 3-5, meningkat hingga minggu ke-3,

menghilang setelah 60-90 hari.

IgG: Pada infeksi primer, IgG mulai terdeteksi pada hari ke-14, pada

infeksi sekunder IgG mulai terdeteksi pada hari ke-2.

Haemagglutination Inhibition Test (HI)

HI paling sering digunakan dimasa lalu untuk diagnosis serologi rutin

infeksi dengue. Uji ini sensitif dan mudah dilakukan, membutuhkan

peralatan minimal, dan sangat akurat jika dilakukan dengan benar. Karena

antibodi HI bertahan lama (hingga lebih dari 50 tahun), tes ini baik untuk

studi sero-epidemiologi.19

2.1.8 Penatalaksanaan

Prinsip utama penatalaksanaan demam dengue adalah terapi suportif.

Dengan terapi suportif yang adekuat angka kematian dapat diturunkan hingga

kurang dari 1%. Pemeliharaan volume cairan sirkulasi merupakan tindakan yang

paling penting dalam penanganan kasus DBD. Perhimpunan Dokter Ahli Penyakit

Dalam Indonesia (PAPDI) bersama dengan Divisi Penyakit Tropik dan Infeksi

dan Divisi Hematologi dan Onkologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas

Page 34: HUBUNGAN BEBERAPA PARAMETER HEMATOLOGI ......dengan pendekatan cross sectional. Sampel adalah 175 pasien DBD dewasa yang menjalani rawat inap di RSU Kota Tangerang Selatan tahun 2014-2015

21

Indonesia telah menyusun protokol penatalaksanaan DBD pada pasien dewasa,

sebagai berikut:5

Protokol 1. Penanganan Tersangka (Probable) DBD Dewasa Tanpa Syok

Protokol 1 ini digunakan sebagai petunjuk dalam memberikan pertolongan

pertama pada penderita DBD atau yang diduga DBD di Instalasi Gawat Darurat

(IGD) dan juga dipakai dalam memutuskan indikasi rawat inap.

Gambar 2.6 Skema Observasi dan pemberian cairan suspek DBD dewasa tanpa

renjatan di Unit Gawat Darurat5

Penderita infeksi dengue yang harus dirawat inap adalah pasien dengan

tanda bahaya. Tanda bahaya tersebut adalah: keluhan dan tanda hipotensi,

perdarahan, gangguan organ (ginjal, hepar, jantung, dan neurologik), peningkatan

hematokrit pada pemeriksaan ulang, efusi pleura, asites, komorbiditas (kehamilan,

diabetes mellitus, hipertensi, dan tukak petik), dan pasien denga kondisi sosial

tertentu (tinggal sendiri, jauh dari fasilitas kesehatan, dan transportasi sulit).1

Rawat

Keluhan DBD

(Kriteria WHO 1997)

Hb, Ht

meningkat

trombosit

normal/turun

Hb, Ht normal,

trombosit < 100.000

Hb, Ht normal,

trombosit 100.000-

150.000

Hb, Ht,

trombosit

normal

Observasi,

rawat jalan,

periksa Hb, Ht,

Leukosit,

Trombosit/24

jam

Rawat Observasi,

rawat jalan,

periksa Hb, Ht,

Leukosit,

Trombosit/24

jam

Page 35: HUBUNGAN BEBERAPA PARAMETER HEMATOLOGI ......dengan pendekatan cross sectional. Sampel adalah 175 pasien DBD dewasa yang menjalani rawat inap di RSU Kota Tangerang Selatan tahun 2014-2015

22

Protokol 2. Pemberian Cairan pada Tersangka DBD Dewasa di Ruang

Rawat Inap

Pasien tersangka DBD tanpa perdarahan spontan dan masif dan tanpa syok

maka di ruang rawat diberikan cairan infus kristaloid dengan rumus berikut ini:

Setelah pemberian cairan dilakukan pemeriksaan Hb, Ht, tiap 24 jam:

- Bila Hb, Ht meningkat 10-20% dan trombosit < 100.000 sel/mm3

jumlah pemberian cairan tetap seperti rumus diatas tetapi

pemantauan Hb, Ht, dan trombosit dilakukan tiap 12 jam.

- Bila Hb, Ht meningkat > 20% dan trombosit < 100.000 maka

pemberian cairan sesuai dengan protokol penatalaksanaan DBD

dengan peningkatan Ht > 20%.

1500 + {20 x (BB dalam kg – 20)}

Page 36: HUBUNGAN BEBERAPA PARAMETER HEMATOLOGI ......dengan pendekatan cross sectional. Sampel adalah 175 pasien DBD dewasa yang menjalani rawat inap di RSU Kota Tangerang Selatan tahun 2014-2015

23

Protokol 3. Penatalaksanaan DBD dengan Peningkatan Ht > 20%

Gambar 2.7 Skema Tatalaksana DBD dengan Peningkatan Ht > 20%5

Perbaikan

Tatalaksana

sesuai protokol

syok dan

perdarahan

Terapi cairan

dihentikan 24-48

jam

Kondisi

Memburuk

tanda syok

Perbaikan

Kurangi infus

kristaloid 3

ml/kg/jam

5% defisit cairan

Terapi awal cairan intravena

kristaloid 6-7 ml/kg/jam

Perbaikan Tidak Membaik

Kurangi infus

kristaloid 5

ml/kg/jam

Tidak membaik Ht,

nadi meningkat,

tekanan darah menurun

< 20 mmHg, produksi

urin menurun

Evaluasi

3-4 jam

Infus kristaloid

10 ml/kg/jam

PERBAIKAN Ht dan

frekuensi nadi menurun,

tekanan darah membaik,

produksi urin meningkat

Infus kristaloid

15 ml/kg/jam

Tanda vital dan

hematokrit

memburuk

Page 37: HUBUNGAN BEBERAPA PARAMETER HEMATOLOGI ......dengan pendekatan cross sectional. Sampel adalah 175 pasien DBD dewasa yang menjalani rawat inap di RSU Kota Tangerang Selatan tahun 2014-2015

24

Protokol 4. Penatalaksanaan perdarahan spontan pada DBD dewasa

Kasus DBD:

Perdarahan spontan dan masif:

- Epistaksis tidak terkendali

- Hematemesis melena

- Perdarahan otak

Syok (-)

Hb, Ht, Trombosit, Leukosit, Pemeriksaan hemostasis (KID)

Golongan darah, Cross-match test

Gambar 2.8 Skema Tatalaksana Perdarahan Spontan pada DBD Dewasa5

KID (+)

Transfusi komponen darah:

*PRC (Hb <10 g/dL)

*FFP

*TC (Trombosit < 100.000)

** Heparinisasi 5000-

10000/24 jam drip

*Pemantauan Hb, Ht, Tromb

Tiap 4-6 jam

*Ulang pemeriksaan

hemostasis 24 jam kemudian

Cek APTT tiap hari, target

1,5-2,5 kali kontrol

KID (-)

Transfusi komponen darah:

*PRC (Hb <10 g/dL)

*FFP

*TC (Trombosit <

100.000)

*Pemantauan Hb, Ht,

Tromb Tiap 4-6 jam

*Ulang pemeriksaan

hemostasis 24 jam

kemudian

Page 38: HUBUNGAN BEBERAPA PARAMETER HEMATOLOGI ......dengan pendekatan cross sectional. Sampel adalah 175 pasien DBD dewasa yang menjalani rawat inap di RSU Kota Tangerang Selatan tahun 2014-2015

25

Protokol 5. Tatalaksana Sindroma Syok Dengue pada Dewasa

Gambar 2.9 Skema Tatalaksana Sindroma Syok Dengue pada Dewasa5

Kristaloid

dipantau 10-15

menit

Kombinasi

koloid kristaloid

Perbaikan

Perbaikan

@

Pasang PVC

Hipovolemik Normovolemik

Koreksi gangguan asam

basa, elektrolit,

hipoglikemia, anemia,

KID, infeksi sekunder

Inotropik

Vasopresor

Afterload

Perbaikan:

bertahap

vasopresor

24-48 jam

setelah syok

teratasi tanda

vital/ Ht stabil

diuresis cukup

Stop infus

Koreksi gangguan asam

basa, elektrolit,

hipoglikemia, anemia,

KID, infeksi sekunder

Transfusi darah

segar

10ml/KgBB

dapat diulang

sesuai

kebutuhan

Koloid 10-20

ml/KgBB

tetes cepat 10-

15 menit

Perbaikan

@

Koloid (hingga

maksimal

30ml/KgBB)

Kristaloid 3

ml/KgBB/jam

Perbaikan

- Kristaloid guyur 10-20 ml/KgBB 20-30

menit

- O2 2-4 L/menit

- AGD, Hb, Ht, elektrolit, Ur, Kr, gol. darah

@ Kristaloid 7

ml/KgBB/jam

Kristaloid guyur

20-30ml/KgBB

20-30 menit

Tetap

syok

Kembali

ke awal

Tanda

vital/Ht

menurun Kristaloid 7

ml/KgBB/jam

Perbaikan

Perbaikan

Tetap

syok

Tetap

syok

Page 39: HUBUNGAN BEBERAPA PARAMETER HEMATOLOGI ......dengan pendekatan cross sectional. Sampel adalah 175 pasien DBD dewasa yang menjalani rawat inap di RSU Kota Tangerang Selatan tahun 2014-2015

26

2.1.9 Pencegahan

Tindakan yang dapat dilakukan untuk mengurangi kejadian DBD adalah:22

Pengetahuan dan sikap masyarakat yang mendukung penanggulangan dan

pencegahan DBD. Untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap

masyarakat perlu dilakukan penyuluhan DBD oleh petugas kesehatan.

3 M, yaitu: Menguras kontainer secara teratur seminggu sekali, menutup

rapat kontainer air bersih, dan mengubur kontainer bekas, seperti kaleng

bekas, gelas plastik, dan barang bekas lainnya yang dapat menampung air

bersih.

Penaburan butiran temephos kedalam penampung air bersih dengan dosis

1 ppm dengan efek residu selama 3 bulan cukup efektif menurunkan

kepadatan populasi nyamuk Aedes atau meningkatkan angka bebas jentik.

Pengasapan (Fogging) dalam 2 siklus, yaitu waktu antara pengisapan

pertama dan berikutnya harus dalam interval 7 hari.

Vaksin dengue. Selama 60 tahun terakhir telah banyak penelitian untuk

mengembangkan vaksin dengue, namun pencapaian optimal dari

pengembangan tersebut baru tercapai 10 tahun terakhir. Meskipun vaksin

tersebut belum dipasarkan, terdapat vaksin yang telah sampai pada tahap

uji klinis tahap akhir yang memberikan harapan besar dalam pencegahan

DBD. Sampai saat ini terdapat 4 jenis vaksin yang telah dikembangkan

yaitu vaksin Live Attenuated Vaccine (LAV), vaksin chimera, vaksin DNA

dengue, dan vaksin DENV terinaktifasi. Vaksin itu mampu menghasilkan

respon imun protektif terhadap ke-4 serotipe DENV.23

2.1.10 Kriteria Memulangkan Pasien

Kriteria memulangkan pasien yang telah dirawat inap dan mendapatkan

perawatan:15

Tidak demam selama 24 jam tanpa antipiretik

Nafsu makan membaik

Secara klinis tampak perbaikan

Page 40: HUBUNGAN BEBERAPA PARAMETER HEMATOLOGI ......dengan pendekatan cross sectional. Sampel adalah 175 pasien DBD dewasa yang menjalani rawat inap di RSU Kota Tangerang Selatan tahun 2014-2015

27

Hematokrit stabil

Tiga hari setelah syok teratasi

Jumlah trombosit > 50.000/µl untuk pasien yang sebelumnya memiliki

trombosit yang sangat rendah.

Tidak dijumpai distres pernafasan (disebabkan efusi pleura atau asidosis)

2.1.11 Hubungan Jumlah Trombosit dengan Lama Rawat Inap

Pada fase awal demam jumlah trombosit cenderung normal. Namun,

jumlah trombosit akan menurun dan dapat diamati setelah fase awal demam.

Penurunan jumlah trombosit secara drastis < 100.000 terjadi pada akhir fase

demam sebelum timbulnya syok. Jumlah trombosit berkorelasi dengan derajat

keparahan infeksi dengue, selain itu terjadi gangguan fungsi trombosit.19 Jumlah

trombosit yang menurun merupakan salah satu indikasi rawat inap untuk pasien

DBD.5 Pasien rawat inap DBD dapat pulang setelah jumlah trombosit > 50.000

atau mengalami perbaikan.15 Pada penelitian Hasri Nopianto (2012) menyatakan

bahwa terdapat pengaruh bermakna antara jumlah trombosit dengan lama rawat

inap (p=0,036).10

Trombosit (Platelet, keping darah) adalah salah satu elemen selular yang

terdapat dalam darah. Dalam setiap mililiter darah secara normal terdapat sekitar

250 juta trombosit (150.000-350.000 sel/mm3).24 Trombosit merupakan fragmen

kecil sel (diameter sekitar 2-4 µm) yang dihasilkan di sumsum tulang melalui

fragmentasi sitoplasma pada megakariosit, salah satu sel terbesar di tubuh.24,25

Trombosit pada hakikatnya adalah vesikel yang terlepas dan mengandung

sebagian sitoplasma megakariosit terbungkus pada membran plasma. Satu

megakariosit biasanya memproduksi 1000-5000 trombosit. Fungsi rata-rata

trombosit selama 10 hari, setelah itu trombosit dibersihkan dari sirkulasi oleh

makrofag jaringan, terutama yang terdapat pada hati dan limpa, kemudian

digantikan oleh trombosit baru yang dilepaskan dari sumsum tulang. Prekursor

megakariosit adalah megakarioblas yang berasal dari proses diferensiasi dari sel

punca hematopoietik.24,25

Page 41: HUBUNGAN BEBERAPA PARAMETER HEMATOLOGI ......dengan pendekatan cross sectional. Sampel adalah 175 pasien DBD dewasa yang menjalani rawat inap di RSU Kota Tangerang Selatan tahun 2014-2015

28

Gambar 2.10 Gambaran pembentukan sel darah (hematopoiesis)24

Sistem Hemostasis melindungi tubuh dari perdarahan dan kehilangan

darah. Sistem ini melibatkan faktor plasma, trombosit (platelet), dan dinding

pembuluh darah.26 Hemostasis melibatkan tiga langkah utama, yaitu: spasme

vaskular, pembentukan sumbat trombosit, dan koagulasi darah. Trombosit

memiliki peran kunci dalam hemostasis.24 Pada DBD trombositopenia terjadi

karena supresi sumsum tulang, destruksi trombosit, dan gangguan fungsi

trombosit.5 Peningkatan TNF-α berhubungan dengan manifestasi perdarahan,

sedangkan IL-10 berhubungan dengan penurunan trombosit.27

Infeksi virus dengue dapat menyebabkan terjadinya perubahan yang

kompleks pada berbagai mekanisme homeostasis tubuh. Trombositopenia menjadi

salah satu faktor yang mendasari mekanisme perdarahan pada DBD. Tanda klinis

yang dapat ditemukan sebagai manifestasi perdarahan adalah petekie, epistaksis,

hipermenorea, dan perdarahan saluran cerna. Faktor lain yang menyebabkan

perubahan hemostasis pada DBD yaitu perubahan vaskuler dan kelainan

koagulasi. Ditemukannya kompleks imun pada permukaan trombosit yang

Monosit/makrofag

Sumsum

tulang

Sirkulasi

Sel punca

pluripoten

Sel punca mieloid Sel punca limfoid

Megakariosit Prekursor

granulosit

Prekursor

eritrosit

Prekursor

monosit Limfosit

di jaringan

limfoid

Trombosit Granulosit Eritrosit Monosit Limfosit

Basofil

Eosinofil

Neutrofil Limfosit

B

Limfosit

T

Page 42: HUBUNGAN BEBERAPA PARAMETER HEMATOLOGI ......dengan pendekatan cross sectional. Sampel adalah 175 pasien DBD dewasa yang menjalani rawat inap di RSU Kota Tangerang Selatan tahun 2014-2015

29

mengeluarkan ADP diduga sebagai penyebab agregasi trombosit yang kemudian

akan dimusnahkan oleh sistem retikuloendotelial khususnya limpa dan hati.

Agregat trombosit ini akan menyebabkan keluarnya platelet faktor III yang

mengakibatkan terjadinya koagulopati konsumtif.27, 28, 29

2.1.12 Hubungan Leukosit dengan Lama Rawat Inap

Perubahan jumlah leukosit menjadi ≤ 5.000 dan rasio neutrofil dan limfosit

(neutrofil < limfosit) dapat digunakan untuk memprediksi fase kritis dari

kebocoran plasma.19 Penelitian Hasri Nopianto menyatakan terdapat pengaruh

bermakna antara jumlah leukosit (p=0,003) terhadap lama rawat inap.10

Leukosit (sel darah putih atau SDP) adalah satuan mobile pada sistem

pertahanan imun tubuh. Leukosit dan turunan-turunannya, bersama dengan

berbagai protein plasma, membentuk sistem imun, suatu sistem pertahanan

internal yang mengenali dan menghancurkan atau menetralkan benda-benda asing

dalam tubuh. Secara spesifik fungsi sistem imun adalah:24

1. Mempertahankan tubuh dari invasi patogen (mikroorganisme penyebab

penyakit misalnya bakteri dan virus).

2. Mengidentifikasi dan menghancurkan sel kanker yang timbul di tubuh.

3. Berfungsi membersihkan sel-sel tua (misalnya sel darah merah yang sudah

tua) dan sisa jaringan (misalnya jaringan yang rusak akibat trauma atau

penyakit).

Pada penderita DBD dapat terjadi leukopenia ringan sampai leukositosis

sedang. Leukopenia dapat dijumpai antara hari pertama dan ketiga dengan hitung

jenis yang masih dalam batas normal. Jumlah granulosit menurun pada hari ketiga

sampai hari kedelapan. Pada syok berat, dapat dijumpai leukositosis dengan

neutropenia absolut. Hal lain yang menarik adalah ditemukannya cukup banyak

(20-50%) limfosit bertransformasi atau atipik dalam sediaan hapusan darah tepi

penderita DBD, terutama pada infeksi sekunder. Limfosit atipik dikenal juga

sebagai limfosit plasma biru. Limfosit plasma biru ini dapat ditemukan sejak hari

ketiga demam dan digunakan sebagai penunjang diagnosis.28

Page 43: HUBUNGAN BEBERAPA PARAMETER HEMATOLOGI ......dengan pendekatan cross sectional. Sampel adalah 175 pasien DBD dewasa yang menjalani rawat inap di RSU Kota Tangerang Selatan tahun 2014-2015

30

2.1.13 Hubungan Hematokrit dengan Lama Rawat Inap

Peningkatan nilai hematokrit secara tiba-tiba dapat diobservasi secara

simultan dengan penurunan jumlah trombosit. Hemokonsentrasi atau peningkatan

nilai hematokrit > 20% dari nilai baseline menjadi dasar objektif terjadinya

kebocoran plasma. Peningkatan hematokrit dapat terjadi pada semua kasus DBD,

terutama pada kasus syok.19 Pada penelitian Hasri Nopianto (2012) nilai

hematokrit tidak berhubungan dengan lama rawat inap (p=0,697).10

Hematokrit atau packed cell volume pada dasarnya mencerminkan

persentase eritrosit dalam volume darah total. Nilai hematokrit rerata pada wanita

adalah 42% dan pria sedikit lebih tinggi yaitu 45%. Plasma membentuk volume

sisanya. Karena itu volume rerata plasma dalam darah adalah 58% untuk wanita

dan 55% untuk pria. Sel darah putih dan trombosit, yang tidak berwarna dan

kurang padat dibandingkan eritrosit, termampatkan dalam suatu lapisan tipis

berwarna krim yang dinamai “buffy coat”, diatas kolom sel darah merah. Lapisan

ini membentuk kurang dari 1% volume darah total.24

Gambar 2.11 Hematokrit (angka-angka yang disajikan adalah untuk pria)24

Hematokrit Eritrosit=

45% dari

seluruh

darah

Buffy coat:

trombosit

& leukosit=

< 1%

Plasma= 55%

dari seluruh

darah

Trombosit

Eritrosit

Leukosit

Page 44: HUBUNGAN BEBERAPA PARAMETER HEMATOLOGI ......dengan pendekatan cross sectional. Sampel adalah 175 pasien DBD dewasa yang menjalani rawat inap di RSU Kota Tangerang Selatan tahun 2014-2015

31

Nilai hematokrit biasanya mulai menigkat pada hari ketiga dari perjalanan

penyakit dan semakin meningkat sesuai dengan proses perjalanan penyakit DBD.

Peningkatan nilai hematokrit merupakan manifestasi hemokonsentrasi yang terjadi

akibat kebocoran plasma ke ruang ekstravaskular disertai efusi cairan serosa,

melalui kapiler yang rusak. Akibat kebocoran plasma ini volume darah menjadi

berkurang yang dapat mengakibatkan terjadinya syok hipovolemia dan kegagalan

sirkulasi.28

2.2 Kerangka Teori

Destruksi dan

gangguan fungsi

trombosit

Lama rawat inap pasien

DBD

Infeksi virus dengue

Sel endotel

Disfungsi endotel

↑ permeabilitas

& fragilitas

pembuluh darah

Sumsum tulang

↓ Hemopoiesis

Trombositopenia

Makrofag

jaringan

Sitokin Pro-

inflamasi

Gangguan koagulasi

(Koagulopati)

Ekstravasasi

cairan plasma

Hemokonsentrasi

PGE IL-

1 TNF-α

Demam Manifestasi

perdarahan ↑ Hematokrit

Leukopenia

Indikasi rawat inap pasien

DBD

Page 45: HUBUNGAN BEBERAPA PARAMETER HEMATOLOGI ......dengan pendekatan cross sectional. Sampel adalah 175 pasien DBD dewasa yang menjalani rawat inap di RSU Kota Tangerang Selatan tahun 2014-2015

32

2.3 Kerangka Konsep

Pada penelitian ini kerangka konsep mengenai hubungan jumlah

trombosit, jumlah leukosit dan nilai hematokrit dengan lama rawat inap pasien

demam berdarah dengue (DBD) sebagai berikut:

Variabel Independen Variabel Dependen

2.4 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Alat

Ukur Cara Ukur Skala Ukur

1 Lama rawat

inap

Lama rawat inap adalah

istilah yang umum

digunakan untuk

mengukur durasi satu

episode rawat inap.10

Lama rawat inap

dikategorikan menjadi:8

- ≤4 hari

- >4 hari.

Rekam

medis

Diukur dengan

melihat jumlah

hari rawat inap

berdasarkan

data rekam

medis.

Nominal

2 Jumlah

Trombosit

Jumlah trombosit setiap

dinyatakan sebagai

konsentrasi, yaitu sel-sel

per unit volume darah.30

Jumlah trombosit berasal

dari histogram plt dan

dikalikan dengan konstanta

kalibrasi sebagai n x 103

sel/µL.31 Jumlah trombosit

dikategorikan menjadi:19 - ≤100.000 sel/mm3

- >100.000 sel/mm3

Rekam

medis

Dengan melihat

hasil

laboratorium

dihari pertama

masuk UGD

yang terdapat

pada rekam

medis.

Nominal

3 Jumlah

Leukosit

Jumlah leukosit setiap

dinyatakan sebagai

Rekam

medis

Dengan melihat

hasil

Nominal

Jumlah trombosit

Lama rawat inap

pasien DBD Hasil

Laboratorium

Nilai hematokrit

Jumlah leukosit

Page 46: HUBUNGAN BEBERAPA PARAMETER HEMATOLOGI ......dengan pendekatan cross sectional. Sampel adalah 175 pasien DBD dewasa yang menjalani rawat inap di RSU Kota Tangerang Selatan tahun 2014-2015

33

konsentrasi, yaitu sel-sel

per unit volume darah.30

Jumlah leukosit diukur

secara langsung dan

dikalikan dengan konstanta

kalibrasi sebagai n x 103

sel/µL.31 Jumlah leukosit

dikategorikan menjadi:19

- ≤5.000 sel/ mm3

- >5.000 sel/ mm3

laboratorium

dihari pertama

masuk UGD

yang terdapat

pada rekam

medis.

4 Nilai

Hematokrit

Nilai hematokrit

merupakan rasio volume

eritrosit dengan seluruh

darah. Nilai ini dapat

dinyatakan dengan

persentase (konvensional)

atau dalam pecahan

desimal (SI unit).30 Nilai

hematokrit dikategorikan

mejadi:32

- Laki-laki: >46%

- Perempuan:

>44%

Rekam

medis

Dengan melihat

hasil

laboratorium

dihari pertama

masuk UGD

yang terdapat

pada rekam

medis.

Nominal

5 Demam

berdarah

dengue (DBD)

Demam berdarah dengue

adalah penyakit yang

ditularkan ke manusia

melalui nyamuk Aedes

aegypty yang terinfeksi

virus dengue.1

Dikategorikan berdasarkan

derajat infeksi dengue:19

- DBD I

- DBD II

Rekam

medis

Dengan melihat

diagnosis pasien

yang tertera

dalam rekam

medis.

Ordinal

6 Usia Lama hidup pasien

dihitung sejak lahir sampai

ulang tahun terakhir saat

pencatatan rekam medis.

Usia dikategorikan

menjadi:

- 18-24 th

- 25-34 th

- 35-44 th

- 45-54 th

- 55-64 th

- > 65 th

Rekam

medis

Dengan melihat

usia pasien yang

tertera dalam

rekam medis

Ordinal

7 Jenis Kelamin Jenis kelamin pasien yang

tercatat pada rekam medis.

Dikategorikan menjadi:

- Laki-laki

- Perempuan

Rekam

medis

Dengan melihat

usia pasien yang

tertera dalam

rekam medis

Nominal

Page 47: HUBUNGAN BEBERAPA PARAMETER HEMATOLOGI ......dengan pendekatan cross sectional. Sampel adalah 175 pasien DBD dewasa yang menjalani rawat inap di RSU Kota Tangerang Selatan tahun 2014-2015

34

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Jenis penelitian yang akan digunakan adalah penelitian analitik

observasional dengan pendekatan cross-sectional untuk mengetahui

hubungan jumlah trombosit, jumlah leukosit, dan nilai hematokrit dengan

lama rawat inap pasien demam berdarah dengue (DBD) dewasa di RSU

Kota Tangerang Selatan tahun 2014-2015.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum (RSU) Kota

Tangerang Selatan. Data diambil dari rekam medis pasien demam

berdarah dengue dewasa selama bulan Juli-Agustus 2016.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi Target

Populasi target pada penelitian ini adalah pasien demam berdarah

dengue (DBD).

3.3.2 Populasi Terjangkau

Populasi terjangkau pada penelitian ini adalah pasien rawat inap

demam berdarah dengue (DBD) dewasa di Rumah Sakit Umum (RSU)

Kota Tangerang Selatan pada tahun 2014-2015.

3.3.3 Sampel

Pasien rawat inap demam berdarah dengue (DBD) dewasa di

Rumah Sakit Umum (RSU) Kota Tangerang Selatan pada tahun 2014-

2015 yang dipilih menurut kriteria inklusi dan eksklusi dengan cara

consecutive sampling.

Page 48: HUBUNGAN BEBERAPA PARAMETER HEMATOLOGI ......dengan pendekatan cross sectional. Sampel adalah 175 pasien DBD dewasa yang menjalani rawat inap di RSU Kota Tangerang Selatan tahun 2014-2015

35

3.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi

3.4.1 Kriteria Inklusi

Data rekam medis dengan kriteria:

1. Pasien berusia ≥ 18 tahun.

2. Telah terdiagnosis penyakit demam berdarah dengue oleh

dokter RSU Tangerang Selatan yang tertera dalam rekam

medis.

3. Pasien rawat inap demam berdarah dengue sampai

diperbolehkan pulang.

4. Lama demam sebelum dirawat di rumah sakit 3-7 hari (fase

kritis DBD).

3.4.1 Kriteria Eksklusi

1. Pasien yang menderita penyakit infeksi lain (demam tifoid, TB

paru, pneumonia, ISK).

2. Data rekam medis tidak lengkap.

Page 49: HUBUNGAN BEBERAPA PARAMETER HEMATOLOGI ......dengan pendekatan cross sectional. Sampel adalah 175 pasien DBD dewasa yang menjalani rawat inap di RSU Kota Tangerang Selatan tahun 2014-2015

36

3.5 Besar Sampel

Perkiraan besar sampel dalam penelitian ini dihitung berdasarkan:33

n1 = n2 = (Zα √2PQ + Zβ√P1Q1+P2Q2)2

(P1-P2)2

n1 = n2 = 51 sampel pada setiap kelompok

Keterangan:

n : besar sampel minimal

Zα : deviat baku alfa, (1,96)

Zβ : deviat baku beta, (1,64)

P : proporsi total, (0,95)

Q : 1-P (1-0,95= 0,05)

P1 : proporsi pada kelompok yang merupakan judgment peneliti, (1,1)

Q1 : 1-0,4= 0,6

P2 : proporsi pada kelompok yang sudah diketahui nilainya (0,8)34

Q2 : 1-0,8= 0,2

3.6 Cara Kerja Penelitian

Persiapan

Penelitian

Analisis Data

Pemilihan

Sampel

Hasil dan

Kesimpulan

Pengambilan

Data

Page 50: HUBUNGAN BEBERAPA PARAMETER HEMATOLOGI ......dengan pendekatan cross sectional. Sampel adalah 175 pasien DBD dewasa yang menjalani rawat inap di RSU Kota Tangerang Selatan tahun 2014-2015

37

3.7 Alur Penelitian

3.8 Manajemen dan Analisis Data

Data dalam penelitian ini dianalisis dengan metode statistik uji chi square

menggunakan aplikasi SPSS 22 dengan uji bivariat: Hubungan jumlah trombosit,

jumlah leukosit, dan nilai hematokrit dengan lama rawat inap pasien demam

berdarah dengue (DBD) dewasa di RSU Kota Tangerang Selatan.

Lulus Sidang Proposal

Pengambilan data rekam medis pasien

rawat inap demam berdarah dengue

(DBD) dewasa di RSU Kota Tangerang

Selatan pada tahun 2014-2015

Lama rawat

inap

Consecutive sampling dengan

memperhatikan kriteria inklusi dan eksklusi

Hasil laboratorium (jumlah trombosit,

jumlah leukosit, dan nilai hematokrit)

hari pertama masuk RS/UGD

Analisis dan

pengolahan data

Pengumpulan

data dari rekam

medis

Sampel

Pembuatan Proposal

Penelitian dan

Pengajuan Izin

Penelitian

Page 51: HUBUNGAN BEBERAPA PARAMETER HEMATOLOGI ......dengan pendekatan cross sectional. Sampel adalah 175 pasien DBD dewasa yang menjalani rawat inap di RSU Kota Tangerang Selatan tahun 2014-2015

38

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi sampel penelitian

Selama periode penelitian, data yang diambil adalah data pasien DBD

dewasa berusia ≥18 tahun yang menjalani rawat inap di ruang rawat ilmu penyakit

dalam (IPD) RSU Kota Tangerang Selatan selama kurun waktu 2 tahun periode

Januari 2014-Desember 2015 yang berjumlah 420 orang. Dari 420 pasien tersebut,

jumlah pasien yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sebagai sampel pada

penelitian ini adalah 175 orang dari jumlah sampel yang dibutuhkan yaitu 51

orang untuk setiap kelompok, sehingga total sampel 102 orang.

4.1.1 Distribusi Sampel Berdasarkan Lama Rawat Inap

Tabel 4.1 Distribusi sampel berdasarkan lama rawat inap

Dalam penelitian ini lama rawat inap menjadi variabel dependen. Lama

rawat inap pasien tercepat yaitu 1 hari dan terlama yaitu 11 hari. Rata-rata lama

rawat inap pada pasien DBD di RSU Kota Tangerang Selatan adalah 3,7 ± 1,5

hari, nilai tengah adalah 3 hari, dan modus 3 hari. Dari 175 orang pasien DBD

yang dirawat inap di RSU Kota Tangerang Selatan, pasien yang menjalani rawat

inap ≤ 4 hari berjumlah 131 orang (74,9%) dan yang menjalani rawat inap lebih

dari 4 hari berjumlah 44 orang (25,1%).

Lama rawat inap Jumlah Persentase

≤4 hari 131 74,9%

>4 hari 44 25,1%

Total 175 100%

Page 52: HUBUNGAN BEBERAPA PARAMETER HEMATOLOGI ......dengan pendekatan cross sectional. Sampel adalah 175 pasien DBD dewasa yang menjalani rawat inap di RSU Kota Tangerang Selatan tahun 2014-2015

39

4.1.2 Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 4.2 Distribusi sampel berdasarkan jenis kelamin

Jenis kelamin Jumlah Persentase

Laki-laki 87 49,7%

Perempuan 88 50,3%

Total 175 100%

Menurut jenis kelamin, diketahui jenis kelamin perempuan lebih banyak

daripada jenis kelamin laki-laki, yaitu sebanyak 88 orang pasien perempuan

(50,3%) dan 87 orang pasien laki-laki (49,7%). Hal ini tidak menunjukan

perbedaan yang signifikan, karena rasio dari jenis kelamin laki-laki dan

perempuan relatif sama.

4.1.3 Distribusi Sampel Berdasarkan Usia

Tabel 4.3 Distribusi sampel berdasarkan usia

Usia Jumlah Persentase

18-24 50 28,6%

25-34

35-44

45-54

55-64

>65

48

38

24

12

3

27,4%

21,7%

13,7%

6,9%

1,7%

Total 175 100%

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa pasien DBD paling banyak dijumpai

pada kelompok usia 18-24 tahun sebanyak 50 orang (28,6%). Pasien DBD paling

sedikit dijumpai pada kelompok usia > 65 tahun yaitu sebanyak 3 orang (1,7%).

Pasien DBD termuda yaitu usia 18 tahun sebanyak 8 orang (4,6%), dan pasien

Page 53: HUBUNGAN BEBERAPA PARAMETER HEMATOLOGI ......dengan pendekatan cross sectional. Sampel adalah 175 pasien DBD dewasa yang menjalani rawat inap di RSU Kota Tangerang Selatan tahun 2014-2015

40

usia tertua yaitu usia 86 tahun sebanyak 1 orang (0,6%). Rata-rata usia pasien

adalah 34,4 ± 13,5.

4.1.4 Distribusi Sampel Berdasarkan Derajat Penyakit DBD

Tabel 4.4 Distribusi sampel berdasarkan derajat penyakit

Demam berdarah

dengue

Jumlah Persentase

DBD derajat I 75 42,9%

DBD derajat II 100 57,1%

Total 175 100%

Derajat penyakit yang didapatkan dari diagnosis akhir pasien saat keluar

dari rumah sakit yang terdapat pada rekam medis dikelompokan menjadi 2

kategori yaitu DBD derajat I dan DBD derajat II. Pasien dengan diagnosis akhir

DBD derajat I berjumlah 75 orang (42,9%) dan DBD derajat II berjumlah 100

orang (57,1%).

4.1.5 Distribusi Sampel Berdasarkan Jumlah Trombosit

Tabel 4.5 Distribusi sampel berdasarkan jumlah trombosit

Jumlah trombosit Jumlah Persentase

≤100.000 168 96%

>100.000 7 4%

Total 175 100%

Jumlah trombosit terendah adalah 3.000 sel/mm3, sementara jumlah

trombosit tertinggi adalah 178.000 sel/mm3. Rata-rata jumlah trombosit pada

penelitian ini adalah 40.325 ± 30.538 sel/mm3 . Pasien dengan jumlah trombosit ≤

100.000 berjumlah 168 orang (96%) lebih banyak dibandingkan dengan jumlah

trombosit > 100.000 yaitu 7 orang (4%).

Page 54: HUBUNGAN BEBERAPA PARAMETER HEMATOLOGI ......dengan pendekatan cross sectional. Sampel adalah 175 pasien DBD dewasa yang menjalani rawat inap di RSU Kota Tangerang Selatan tahun 2014-2015

41

4.1.6 Distribusi Sampel Berdasarkan Jumlah Leukosit

Tabel 4.6. Distribusi sampel berdasarkan jumlah leukosit

Jumlah leukosit Jumlah Persentase

≤5.000 105 60%

>5.000 70 40%

Total 175 100%

Jumlah leukosit terendah adalah 1.400 sel/mm3, sementara jumlah leukosit

tertinggi adalah 18.900 sel/mm3. Rata-rata jumlah leukosit pada penelitian ini

adalah 5.204 ± 3.135 sel/mm3. Pada penelitian ini jumlah leukosit ≤5.000

berjumlah 105 pasien (60%) lebih banyak dibandingkan jumlah leukosit >5.000

yang berjumlah 70 orang (40%).

4.1.7 Distribusi Sampel Berdasarkan Nilai Hematokrit

Tabel 4.7. Distribusi sampel berdasarkan nilai hematokrit

Nilai Hematokrit Jumlah Persentase

Normal 132 75,4%

Meningkat 43 24,6%

Total 175 100%

Pada penelitian ini pasien dengan nilai hematokrit normal berjumlah 132

orang (75,4%), lebih banyak jumlahnya dibandingkan dengan nilai hematokrit

yang meningkat yaitu 43 orang (24,6%). Nilai hematokrit terendah yaitu 23% dan

tertinggi 58%, dengan rata-rata nilai hematokrit adalah 41,5 ± 6,4. Kriteria

peningkatan hematokrit 20% tidak dapat diaplikasikan pada penelitian ini karena

dalam sebagian besar kasus tidak tersedia data sebelumnya untuk dijadikan

perbandingan, hal ini seperti pada penelitian sebelumnya yang dilakukan Souza

(2007).35

Page 55: HUBUNGAN BEBERAPA PARAMETER HEMATOLOGI ......dengan pendekatan cross sectional. Sampel adalah 175 pasien DBD dewasa yang menjalani rawat inap di RSU Kota Tangerang Selatan tahun 2014-2015

42

4.2 Analisis Bivariat

4.2.1 Hubungan Jumlah Trombosit dengan Lama Rawat Inap

Tabel 4.8 Hubungan jumlah trombosit dengan lama rawat inap

Jumlah trombosit Lama rawat inap P

≤4 hari >4 hari

≤100.000 126 (75%) 42 (25%) 1,000

>100.000 5 (71,4%) 2 (28,6%)

Pada uji Chi Square dengan tabel 2x2 ditemukan expected count yang

kurang dari 5 > 20% yaitu 25%, yang menunjukan bahwa syarat uji chi square

tidak terpenuhi. Oleh karena itu, uji yang dipakai adalah uji alternatifnya, yaitu uji

Fisher.33 Dari hasil analisis didapatkan hubungan yang tidak bermakna antara

jumlah trombosit dengan lama rawat inap pasien DBD. Hal ini berdasarkan nilai p

> 0,05 yaitu p = 1,000.

4.2.2 Hubungan Jumlah Leukosit dengan Lama Rawat Inap

Tabel 4.9 Hubungan jumlah leukosit dengan lama rawat inap

Jumlah leukosit Lama rawat inap P

≤4 hari >4 hari

≤5.000 81 (77,1%) 24 (22,9%) 0,393

>5.000 50 (71,4%) 20 (28,6%)

Dari hasil analisis uji chi square didapatkan hubungan yang tidak

bermakna antara jumlah leukosit dengan lama rawat inap pasien DBD. Hal ini

berdasarkan nilai p > 0,05 yaitu p = 0,393.

Page 56: HUBUNGAN BEBERAPA PARAMETER HEMATOLOGI ......dengan pendekatan cross sectional. Sampel adalah 175 pasien DBD dewasa yang menjalani rawat inap di RSU Kota Tangerang Selatan tahun 2014-2015

43

4.2.3 Hubungan Nilai Hematokrit dengan Lama Rawat Inap

Tabel 4.10 Hubungan nilai hematokrit dengan lama rawat inap

Nilai Hematokrit Lama rawat inap P

≤4 hari >4 hari

Normal 100 (75,8%) 32 (24,2%) 0,630

Meningkat 31 (72,1%) 12 (27,9%)

Dari hasil analisis uji chi square didapatkan hubungan yang tidak

bermakna antara nilai hematokrit dengan lama rawat inap pasien DBD. Hal ini

berdasarkan nilai p > 0,05 yaitu p = 0,630.

4.3 Pembahasan

Dari hasil penelitian pada 175 pasien didapat pasien yang mengalami

penurunan jumlah trombosit atau trombositopenia (≤100.000 sel/mm3) berjumlah

168 orang (96%) (tabel 4.5), dengan jumlah trombosit terendah adalah 3.000

sel/mm3 dan jumlah trombosit tertinggi adalah 178.000 sel/mm3. Pasien yang

mengalami penurunan jumlah leukosit atau leukopenia (≤5.000 sel/mm3)

berjumlah 105 orang (60%) (tabel 4.6), dengan jumlah leukosit terendah adalah

1.400 sel/mm3 dan jumlah leukosit tertinggi yaitu 18.900 sel/mm3. Pasien yang

mengalami peningkatan hematokrit atau hemokonsentrasi berjumlah 43 orang

(24,6%) dari 175 pasien (tabel 4.7), hal ini sesuai dengan teori pada fase kritis

DBD yang dinyatakan oleh WHO (2009) bahwa pada fase ini kemungkinan

terjadi kebocoran plasma sehingga nilai hematokrit meningkat pada beberapa

pasien.20

Berdasarkan distribusi usia (tabel 4.3), pada penelitian ini terlihat pasien

DBD yang menjalani rawat inap banyak dialami oleh kelompok usia 18-34 tahun

sebanyak 98 orang (56%), disusul oleh kelompok usia 35-44 tahun sebanyak 38

orang (21,7%). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Nur

Purwoko (2012) yang menyatakan bahwa di Kota Mataram pasien berusia ≤ 35

tahun memiliki risiko 1,79 kali lebih tinggi dibandingkan dengan yang berumur >

Page 57: HUBUNGAN BEBERAPA PARAMETER HEMATOLOGI ......dengan pendekatan cross sectional. Sampel adalah 175 pasien DBD dewasa yang menjalani rawat inap di RSU Kota Tangerang Selatan tahun 2014-2015

44

35 tahun.36 Pada penelitian di Brazil mengenai risiko rawat inap dengan usia yang

dilakukan oleh Marcelo dkk (2016) tahun 2000-2014, menyatakan bahwa proporsi

tertinggi pasien rawat inap terjadi pada pasien yang lebih muda, dengan lebih dari

15% anak berusia < 10 tahun menjalani rawat inap dirumah sakit. Proporsi rawat

inap yang relatif tinggi juga terjadi pada pasien demam berdarah dengan usia > 65

tahun sebanyak 12,4%.37 Pada penelitian ini sampel yang diambil hanya terbatas

pada pasien usia > 18 tahun, sehingga tidak dapat menggambarkan kejadian rawat

inap pada pasien dengan usia lebih muda.

Pada penelitian ini sampel yang terpilih adalah pasien DBD yang

menjalani rawat inap dengan lama sakit sebelum dirawat yaitu 3-7 hari, hal ini

berdasarkan fase kritis dari perjalanan penyakit DBD menurut WHO (2009) yang

menyatakan bahwa perubahan drastis hasil pemeriksaan laboratorium dari

trombosit, leukosit dan hematokrit terjadi pada fase ini. Pada fase ini juga

dijelaskan dapat terjadi syok atau perburukan penyakit DBD menjadi SSD seiring

dengan terjadinya kebocoran plasma.20 Namun hasil dari penelitian ini

menunjukan tidak ditemukannya pasien SSD. Dari hasil penelitian, ditemukan

bahwa pasien DBD yang menjalani rawat inap di RSU Kota Tangerang selama

periode 2014-2015 yaitu pasien DBD derajat I dan DBD derajat II (tabel 4.4).

Dari jumlah pasien 168 orang yang mengalami trombositopenia, pasien

yang menjalani rawat inap ≤ 4 hari berjumlah 126 orang (75%), sedangkan pasien

yang menjalani rawat inap > 4 hari berjumlah 42 orang (25%) (tabel 4.8).

Hubungan antara jumlah trombosit dan lama rawat inap pasien DBD pada

penelitian ini menunjukan tidak adanya hubungan bermakna yang ditunjukan

dengan nilai p = 1,000 (tabel 4.8). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian

yang telah dilakukan oleh Nikodemus Siregar (2010) bahwa terdapat hubungan

yang sangat lemah (tidak bermakna) antara jumlah trombosit dengan lama rawat

inap pasien DBD (r=0,262), hasil tersebut diperoleh dengan analisis uji korelasi

pearson dari jumlah sampel sebanyak 68 orang.11

Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian Akshatha Rao (2015)

yang menyatakan bahwa trombositopenia berhubungan dengan kejadian rash,

Page 58: HUBUNGAN BEBERAPA PARAMETER HEMATOLOGI ......dengan pendekatan cross sectional. Sampel adalah 175 pasien DBD dewasa yang menjalani rawat inap di RSU Kota Tangerang Selatan tahun 2014-2015

45

peningkatan AST dan ALT, dan penurunan albumin. Trombositopenia tidak dapat

memprediksi lama rawat inap pasien. Lama rawat inap pasien DBD berhubungan

dengan kejadian diare, nyeri abdomen, asites, dan penurunan Hb. Pada penelitian

Akshatha Rao (2015) data dianalisis menggunakan analisis regresi logistik

multivariat, dengan jumlah sampel sebanyak 207 orang.38

Tetapi hasil pada penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang

dilakukan oleh Ita Perwira (2011) dengan p=0,009 dari analisis bivariat dan p=

0,013 dari analisis multivariat, serta penelitian Hasri Nopianto (2012) dengan

p=0,036 yang menunjukan hubungan yang bermakna antara jumlah trombosit dan

lama rawat inap.10,12 Perbedaan hasil dapat terjadi karena pada penelitian Ita

Perwira (2011) penelitian dilakukan pada sampel yang lebih banyak yaitu

berjumlah 450 sampel, dan menggunakan uji statistik chi square pada analisis

bivariat dan uji statistik analisis regresi logistik multivariat pada analisis

multivatiat.12 Perbedaan dengan penelitian Hasri Nopianto dapat disebabkan oleh

jumlah sampel yang berjumlah 122 kasus.10

Pada penelitian lain yang dilakukan oleh Hari Kishan Jayanthi (2016)

menyatakan bahwa jumlah trombosit yang menurun memiliki korelasi negatif

dengan lama rawat inap (p = 0,00597). Jumlah trombosit yang menurun

berhubungan dengan terjadinya non hemorrhagic complication seperti hepatitis,

transaminitis, acute respiratory distress syndrome (ARDS), ensefalopati, dan

acute kidney injury (AKI). Penjelasan yang mungkin bisa jadi sesuai adalah

komplikasi terjadi meningkat dengan jumlah trombosit yang menurun, maka

terjadi peningkatan durasi lama rawat inap. Pada penelitian tersebut menyatakan

bahwa jumlah trombosit dapat memprediksi tingkat komplikasi dan lama rawat

inap.39 Perbedaan hasil penelitian dengan Hari Kishan Jayanthi disebabkan oleh

desain penelitian yang berbeda yaitu menggunakan prospektif observasional

dengan uji korelasi.

Untuk jumlah leukosit, dari 105 pasien yang mengalami leukopenia,

pasien yang menjalani rawat inap ≤ 4 hari berjumlah 81 orang (77,1%), dan yang

menjalani rawat inap > 4 hari berjumlah 24 orang (22,9%) (tabel 4.9). Hubungan

Page 59: HUBUNGAN BEBERAPA PARAMETER HEMATOLOGI ......dengan pendekatan cross sectional. Sampel adalah 175 pasien DBD dewasa yang menjalani rawat inap di RSU Kota Tangerang Selatan tahun 2014-2015

46

antara jumlah leukosit dan lama rawat inap pasien DBD pada penelitian ini

menunjukan hubungan yang tidak bermakna, hal ini ditunjukan dengan nilai p =

0,393 (tabel 4.9). Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang

dilakukan oleh Ita Perwira (2011) dengan p=0,002 dari hasil analisis bivariat dan

p=0.024 dari hasil analisis multivariat, serta penelitian Hasri Nopianto (2012)

dengan p=0,003 yang menyatakan bahwa terdapat hubungan bermakna antara

jumlah leukosit dengan lama rawat inap.10,12

Leukopenia progresif dan trombositopenia ditemukan pada akhir fase

demam dan mendahului terjadinya kebocoran plasma.20 Pada penelitian lain yang

dilakukan oleh Raihan dkk (2010) menyatakan bahwa penderita syok dengue

lebih banyak ditemukan dengan jumlah leukosit < 5000 mm3.40 Menurut

penelitian Yenni Risniati dkk (2011) jumlah leukosit dapat dijadikan sebagai

prediktor terjadinya SSD pada anak dengan DBD.41 Kedua penelitian

menggunakan sampel anak-anak, pada penelitian Raihan dkk (2010) jumlah

sampel sebanyak 276 orang dengan 73 orang (26,5%) memiliki jumlah leukosit ≤

5.000 sel/mm3 dan mengalami syok, dan uji statistik menggunakan analisis regresi

logistik. Penelitian Yenni Risniati dkk (2011) memiliki jumlah sampel 129 orang

dengan desain penelitian retrospektif case control, data dianalisis dengan analisis

bivariat. dan multivariat.

Pada penelitian ini sampel yang diambil adalah pasien dewasa, dan tidak

ditemukan pasien dengan diagnosis akhir SSD, sehingga pada penelitian ini

jumlah leukosit tidak dapat dijadikan prediktor terjadinya SSD dan terlihat dari

hasil analisis menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan bermakna antara jumlah

leukosit dengan lama rawat inap. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan

oleh Fiyya (2007) yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan bermakna

antara rata-rata jumlah leukosit dengan kejadian syok (p= 0,554) pada pasien

dewasa di RSUP Dr. Kariadi Semarang.42 Perbedaan penelitian ini dengan Fiyya

(2007) terdapat pada kriteria sampel yang berusia > 14 tahun, cara uji statistik

yang menggunakan uji chi square dan uji Mann Whitney, jumlah sampel yang

berjumlah 271 orang, serta derajat penyakit yang mencakup DBD derajat I, II, III,

dan IV.

Page 60: HUBUNGAN BEBERAPA PARAMETER HEMATOLOGI ......dengan pendekatan cross sectional. Sampel adalah 175 pasien DBD dewasa yang menjalani rawat inap di RSU Kota Tangerang Selatan tahun 2014-2015

47

Pada DBD masa penyembuhan cepat dan tanpa gejala sisa, sama seperti

syok sepsis. Sepsis berhubungan dengan migrasi leukosit yang diaktivasi dari

aliran darah ke jaringan inflamasi dan bersamaan dengan produksi leukosit di

sumsum tulang yang intensif dikeluarkan kedalam aliran darah. Ketika leukosit

melekat pada endotel, gangguan vaskuler mulai terjadi. Perlekatan ini terjadi

karena teraktivasinya endotel, neutrofil, dan limfosit oleh sitokin dan kemokin

yang dikeluarkan oleh monosit/makrofag. Neutrofil yang merupakan salah satu

komponen dari leukosit serta trombosit masing-masing mengeluarkan faktor-

faktor yang saling mengaktifkan satu sama lain. Pada penderita dengan sepsis

menunjukan peningkatan α4-integrin-dependent yang dapat meningkatkan

perlekatan sel pada pembuluh darah.41,43 Hal ini menjelaskan terjadinya

leukopenia dan trombositopenia pada DBD yang terjadi lebih dahulu.20

Hasil penelitian menunjukan terjadi peningkatan hematokrit pada 43 orang

pasien, dengan jumlah pasien yang menjalani lama rawat inap ≤ 4 hari berjumlah

31 orang (72,1%) dan lama rawat inap > 4 hari berjumlah 12 orang (27,9%) (tabel

4.10). Untuk nilai hematokrit, pada penelitian ini ditemukan hasil bahwa tidak

terdapat hubungan bermakna antara nilai hematokrit dan lama rawat inap pasien

DBD, hal ini ditunjukan dengan nilai p = 0,630 (tabel 4.10). Hal ini sesuai dengan

penelitian yang dilakukan oleh Hasri Nopianto (2012) dengan p=0,697 yang

menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan bermakna antara nilai hematokrit

dengan lama rawat inap, dengan pasien yang mengalami peningkatan hematokrit

berjumlah 101 orang (82,8%). Pada penelitian Hasri Nopianto cut off point dari

nilai hematokrit yaitu ≤ 35% dan > 35%.10 Nilai hematokrit yang tinggi atau

hemokonsentrasi diatas nilai awal menggambarkan keparahan kebocoran

plasma.20

Kebocoran plasma mencapai puncaknya pada saat syok. Hemokonsentrasi

yang ditandai dengan peningkatan hematokrit 20% atau lebih, mencerminkan

peningkatan permeabilitas kapiler, perembesan plasma, dan berhubungan dengan

beratnya penyakit.40 Namun pada penelitian ini nilai hematokrit tidak

dikategorikan dengan melihat peningkatan nilai awal hematokrit 20% atau lebih,

karena tidak didapatkan nilai hematokrit awal pasien sebelum sakit dan sulit

Page 61: HUBUNGAN BEBERAPA PARAMETER HEMATOLOGI ......dengan pendekatan cross sectional. Sampel adalah 175 pasien DBD dewasa yang menjalani rawat inap di RSU Kota Tangerang Selatan tahun 2014-2015

48

membandingkannya, sehingga nilai hematokrit dikategorikan sesuai dengan nilai

baseline yaitu pada laki-laki > 46% dan perempuan > 44%.32 Nilai hematokrit

juga rentan dipengaruhi oleh penggantian cairan, intake kurang, dehidrasi, dan

perdarahan.40

Pada penelitian ini, rata-rata pasien rawat inap DBD datang ke rumah sakit

setelah sakit selama 4,7 ± 1,1 hari. Hal ini sesuai dengan penelitian yang

dilakukan oleh Marcelo dkk (2016) yang menyatakan bahwa risiko rawat inap

pasien DBD meningkat pada pasien yang menunda kehadiran pertama ke rumah

sakit > 2 hari. Risiko hampir 3 kali lipat untuk penundaan kedatangan antara 3-5

hari, dan hampir 5 kali lipat untuk penundaan lebih dari 5 hari.37 Perbedaan yang

terlihat pada hasil penelitian ini dengan beberapa penelitian lain terjadi karena

perbedaan dari cut off point dari beberapa variabel, jumlah sampel penelitian,

metode penelitian dan metode analisis. Pada penelitian ini tidak ditemukan

hubungan bermakna yang signifikan karena proporsi pasien cenderung memiliki

jumlah trombosit dalam kategori trombositopenia, jumlah leukosit dalam kategori

leukopenia, dan nilai hematokrit dalam kategori normal sehingga sulit untuk

mendapatkan hubungan antar variabel.

Page 62: HUBUNGAN BEBERAPA PARAMETER HEMATOLOGI ......dengan pendekatan cross sectional. Sampel adalah 175 pasien DBD dewasa yang menjalani rawat inap di RSU Kota Tangerang Selatan tahun 2014-2015

49

4.4 Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan pada penelitian ini adalah desain penelitian yang masih cross

sectional dan data yang digunakan adalah data sekunder dari rekam medis.

Variabel yang diteliti hanya nilai laboratoris, sehingga faktor lain yang mungkin

berperan dan mempengaruhi lama rawat inap tidak diteliti. Variabel lain seperti

status gizi tidak dapat diteliti karena berat badan dan tinggi badan tidak tercantum

dalam rekam medis.

Pada penelitian ini terdapat bias seleksi, karena saat pemilihan sampel

tidak menyeleksi pasien dengan penyakit yang dapat mempengaruhi nilai

hematologi seperti purpura trombositopenia idiopatik, serta tidak menyeleksi

pasien yang mengkonsumsi obat anti platelet, anti koagulasi, dan trombolitik.

Jumlah sampel pada penelitian ini tidak memenuhi sampel minimal untuk setiap

kelompok dan cukup banyak berkas rekam medis yang tidak ditemukan pada saat

pemilihan sampel. Sampel yang hanya terbatas pada usia dewasa ≥ 18 tahun,

sehingga hasil penelitian tidak dapat menggambarkan pada usia anak.

Page 63: HUBUNGAN BEBERAPA PARAMETER HEMATOLOGI ......dengan pendekatan cross sectional. Sampel adalah 175 pasien DBD dewasa yang menjalani rawat inap di RSU Kota Tangerang Selatan tahun 2014-2015

50

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari penelitian yang telah dilakukan didapatkan hasil sebagai berikut:

1. Pada penelitian ini pasien dengan jumlah trombosit ≤ 100.000 sebanyak

168 orang (96%), dan pasien dengan jumlah trombosit > 100.000 sebanyak

7 orang (4%). Rata-rata jumlah trombosit pada penelitian ini adalah 40.325

± 30.538 sel/mm3.

2. Pada penelitian ini jumlah leukosit ≤ 5.000 berjumlah 105 pasien (60%),

dan pasien dengan jumlah leukosit > 5.000 yang berjumlah 70 orang

(40%). Rata-rata jumlah leukosit pada penelitian ini adalah 5.204 ± 3.135

sel/mm3.

3. Pada penelitian ini pasien dengan nilai hematokrit normal berjumlah 132

orang (75,4%), dan pasien dengan nilai hematokrit yang meningkat yaitu

43 orang (24,6%). Rata-rata nilai hematokrit adalah 41,5 ± 6,4.

4. Jumlah trombosit tidak berhubungan dengan lama rawat inap pasien DBD

di RSU Kota Tangerang Selatan.

5. Jumlah leukosit tidak berhubungan dengan lama rawat inap pasien DBD di

RSU Kota Tangerang Selatan.

6. Nilai hematokrit tidak berhubungan dengan lama rawat inap pasien DBD

di RSU Kota Tangerang Selatan.

5.2 Saran

1. Perlu dilakukannya penelitian lebih lanjut dengan desain penelitian lain

dengan level validitas lebih tinggi dan memperhatikan keterbatasan pada

penelitian ini.

2. Perlu dilakukan penelitian dengan jumlah sampel yang lebih banyak

dengan rentang waktu yang panjang dan memenuhi jumlah minimal

sampel setiap kelompok penelitian.

Page 64: HUBUNGAN BEBERAPA PARAMETER HEMATOLOGI ......dengan pendekatan cross sectional. Sampel adalah 175 pasien DBD dewasa yang menjalani rawat inap di RSU Kota Tangerang Selatan tahun 2014-2015

51

3. Perlu dilakukan penelitian pada variabel lain yang mungkin

mempengaruhi lama rawat inap, dan dilakukan pada kelompok usia lain

seperti pada pasien DBD anak.

4. Pasien DBD perlu pemeriksaan laboratorium lebih lengkap dan serial

selama rawat inap.

5. Rumah sakit perlu memperhatikan format penempatan data pasien dalam

rekam medis agar lebih rapih dan mudah untuk di follow up.

6. Rumah sakit perlu memperhatikan kesesuaian antara data register rumah

sakit dengan isi rekam medis.

Page 65: HUBUNGAN BEBERAPA PARAMETER HEMATOLOGI ......dengan pendekatan cross sectional. Sampel adalah 175 pasien DBD dewasa yang menjalani rawat inap di RSU Kota Tangerang Selatan tahun 2014-2015

52

DAFTAR PUSTAKA

1. Pusat Data dan Surveilans Epidemiologi. Buletin Jendela Epidemiologi:

Topik Utama Demam Berdarah Dengue. Jakarta: Kementerian Kesehatan

Republik Indonesia; 2010. H.1.

2. Karyanti M.R, Hadinegoro S.R. Perubahan Epidemiologi Demam Berdarah

Dengue di Indonesia. Jakarta: Sari Pediatri. 2009; 10(6): 424-32.

3. Hadi U.K. Penyakit Tular Vektor Demam Berdarah Dengue. Bogor:

Fakultas Kedokteran Hewan IPB; 2011.

4. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Wilayah KLB Ada di 11

Kabupaten/Kota. Jakarta: Departemen Kesehatan RI; 2016.

5. Suhendro, Nainggolan Leonard, dkk. Demam Berdarah Dengue dalam:

Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Ed 6. Jakarta: Interna Publishing; 2014.

H.539-48.

6. Candra Aryu. Demam Berdarah Dengue: Epidemiologi, Patogenesis, dan

Faktor Risiko Penularan. Semarang: Fakultas Kedokteran Universitas

Diponegoro; 2010.

7. Tai DYH, Chee YC, Chan KW. The Natural History of Dengue Illness

Based on Study of Hospitalized Patient in Singapore. Singapore: Singapore

Medical Journal; 1999.

8. Allosomba Torrodatu. Cost of Illness Demam Berdarah Dengue di RSUD

Tarakan Provinsi DKI Jakarta Tahun 2004. Jakarta: Perpustakaan

Universitas Indonesia; 2004.

9. Mayetti. Hubungan Gambaran Klinis dan Laboratorium Sebagai Faktor

Risiko Syok pada Demam Berdarah Dengue. Padang: Fakultas Kedokteran

Andalas; 2010.

10. Nopianto H. Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Lama Rawat Inap

Pada Pasien Demam Berdarah Dengue di RSUP dr. Kariadi Semarang.

Semarang: Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro; 2012.

11. Siregar Nikodemus. Hubungan Hasil Pemeriksaan Jumlah Trombosit

Dengan Lama Rawat Inap Pada Pasien Demam Berdarah Dengue di Rumah

Page 66: HUBUNGAN BEBERAPA PARAMETER HEMATOLOGI ......dengan pendekatan cross sectional. Sampel adalah 175 pasien DBD dewasa yang menjalani rawat inap di RSU Kota Tangerang Selatan tahun 2014-2015

53

Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik (RSUPHAM) Medan. Medan:

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara; 2010.

12. Perwita, Ita. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Lama Rawat Inap Pada

Pasien yang Terinfeksi Virus Dengue di RSUP Persahabatan-Jakarta

Timur. Depok: Program Studi Epidemiologi Pascasarjana Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia; 2011.

13. Martina B.E.E et al. Dengue Virus Pathogenesis: Integrated View. Clinical

Microbiology Review. 2009; 22(4):564-81.

14. Kliegman, R.M., et al. Nelson Textbook of Pediatrics 18th edition. USA:

Saunders Elsevier; 2007.

15. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.

Pencegahan dan Pemberantasan Demam Berdarah Dengue di Indonesia.

Jakarta: Departemen Kesehatan RI; 2005.

16. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.

Modul Pengendalian Demam berdarah Dengue. Jakarta: Departemen

Kesehatan RI; 2011.

17. Gillespie S.H, Bamford K.B. Medical Microbiology and Infection at a

Glance. London: Blackwell Science; 2000.

18. Staf Pengajar Bagian Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia. Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi. Jakarta:

Binarupa Aksara Publisher; 2002.

19. World Health Organization Regional Office for South-East Asia.

Comprehensive guidelines for Prevention and Control of Dengue and

Dengue Hemorrhagic Fever Revised and Expanded Edition. India: WHO;

2011.

20. World Health Organization India. National Guideline for Clinical

Management of Dengue Fever. India: Directorate General of Health

Service; 2014.

21. World Health Organization. Dengue Guidelines for Diagnosis, Treatment,

Preventation and Control. France: WHO; 2009.

Page 67: HUBUNGAN BEBERAPA PARAMETER HEMATOLOGI ......dengan pendekatan cross sectional. Sampel adalah 175 pasien DBD dewasa yang menjalani rawat inap di RSU Kota Tangerang Selatan tahun 2014-2015

54

22. Fathi, Keman S dkk. Peran Faktor Lingkungan dan Perilaku Terhadap

Penularan Demam Berdarah Dengue di Kota Mataram. Jurnal Kesehatan

Lingkungan; 2005.

23. Amin Hz, Sungkar Saleha. Perkembangan Mutakhir Vaksin Dengue.

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2013. Available from:

http://journal.ui.ac.id/index.php/eJKI/article/viewFile/3007/2466.

24. Sherwood Lauralee. Fisiologi Manusia: Dari Sel ke Sistem Edisi 6. Jakarta:

EGC; 2011.

25. Hoffbrand A.V, Moss P.A.H. Kapita Selekta Hematologi Edisi 6. Jakarta:

EGC; 2013.

26. Silbernagl Stefan, Lang Florian. Teks dan Atlas Berwarna Patofisiologi.

Jakarta: EGC; 2006.

27. Frans SH. Patogenesis Infeksi Virus Dengue. Fakultas Kedokteran

Universitas Wijaya Kusuma Surabaya. Available from:

http://elib.fk.uwks.ac.id/asset/archieve/jurnal/Vol%20Edisi%20Khusus%20

Desember%202010/PATOGENESIS%20INFEKSI%20VIRUS%20DENG

UE.pdf.

28. Rena NMRA, Utama Susila, Parwati T. Kelainan Hematologi Pada Demam

Berdarah Dengue. J Peny Dalam. 2009;10(3).

29. Livina A, Rotty LWA, Panda AL. Hubungan Trombositopenia dan

Hematokrit Dengan Manifestasi Perdarahan pada Penderita Demam

Dengue dan Demam Berdarah Dengue. Fakultas Kedokteran Universitas

Samratulangi. 2014.

30. McPherson RA, Pincus MR. Henry’s Clinical Diagnosis and Management

by Laboratory Methods. China: Elsevier; 2011. P. 509-35

31. National Center for Health Statistics. Complete Blood Count. 2008.

Available from:

http://www.cdc.gov/nchs/data/nhanes/nhanes_07_08/cbc_e_met.pdf.

32. Fauci, Braunwald et al. Harrison’s Principles of Internal Medicine 17th

Edition. USA: The McGraw-Hill; 2008.

33. Dahlan M. Sopiyudin. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta:

Salemba Medika; 2009. H. 79-96.

Page 68: HUBUNGAN BEBERAPA PARAMETER HEMATOLOGI ......dengan pendekatan cross sectional. Sampel adalah 175 pasien DBD dewasa yang menjalani rawat inap di RSU Kota Tangerang Selatan tahun 2014-2015

55

34. Afira Fatma, Mansyur Muchtaruddin. Gambaran Kejadian Demam

Berdarah Dengue di Kecamatan Gambir dan Kecamatan Sawah Besar

Jakarta Pusat Tahun 2005-2009. Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia. 2013. Available from:

http://journal.ui.ac.id/index.php/eJKI/article/viewFile/1592/1339.

35. Souza et al. The Impact of Dengue on Liver Function as Evaluated by

Aminotransferase Levels. The Brazilian Journal of Infectious Disease.

2007; 11(4):407-10.

36. Widodo N.P. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Demam

Berdarah Dengue (DBD) di Kota Mataram Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia; 2012.

37. Burattini M.N et al. Age and Regional Differences in Clinical Presentation

and Risk of Hospitalization for Dengue in Brazil 2000-2014. Clinics; 2016:

71 (8):455-463.

38. Aroor et al. Clinical Manifestations and Predictors of Thrombocytopenia in

Hospitalized Adult with Dengue Fever. North American Journal of Medical

Sciences. 2015.

39. Jayanthi HK, Tulasi SK. Correlation Study between Platelet Count,

Leukocyte Count, Nonhemorrhagic Complications, and Duration of

Hospital Stay in Dengue Fever with Thrombocytopenia. Journal of Family

Medicine and Primary Care. 2016.

40. Raihan dkk. Faktor Prognosis Terjadinya Syok pada Demam Berdarah

Dengue. Sari Pediatri. 2010;12(1).

41. Risniati Yenni dkk. Leukopenia Sebagai Prediktor Terjadinya Sindrom

Syok Dengue Pada Anak dengan Demam Berdarah Dengue di RSPI Prof.

dr. Sulianti Saroso. Media Litbang Kesehatan. 2011;21(3).

42. Agilatun Fiyya. Hubungan Antara Jumlah Leukosit dengan Kejadian Syok

pada Penderita Demam Berdarah Dengue Dewasa di RSUP Dr. Kariadi

Semarang. Semarang: Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro; 2007.

43. C Nusa Karla dkk. Hubungan Ratio Neutrofil dan Limfosit pada Penderita

Penyakit Infeksi Virus Dengue. Manado: Fakultas Kedokteran Universitas

Sam Ratulangi; 2015.

Page 69: HUBUNGAN BEBERAPA PARAMETER HEMATOLOGI ......dengan pendekatan cross sectional. Sampel adalah 175 pasien DBD dewasa yang menjalani rawat inap di RSU Kota Tangerang Selatan tahun 2014-2015

56

LAMPIRAN

Lampiran 1

1. Hasil analisis data

a. Uji chi-square hubungan jumlah trombosit dengan lama rawat inap

K_Trombosit * K_LamaRawatInap Crosstabulation

K_LamaRawatInap

Total =<4 hari >4 hari

K_Trombosit =< 100000/Trombositopenia Count 126 42 168

Expected Count 125.8 42.2 168.0

% within K_Trombosit 75.0% 25.0% 100.0%

% within

K_LamaRawatInap 96.2% 95.5% 96.0%

>100000/normal-meningkat Count 5 2 7

Expected Count 5.2 1.8 7.0

% within K_Trombosit 71.4% 28.6% 100.0%

% within

K_LamaRawatInap 3.8% 4.5% 4.0%

Total Count 131 44 175

Expected Count 131.0 44.0 175.0

% within K_Trombosit 74.9% 25.1% 100.0%

% within

K_LamaRawatInap 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square .046a 1 .831

Continuity Correctionb .000 1 1.000

Likelihood Ratio .044 1 .833

Fisher's Exact Test 1.000 .562

Linear-by-Linear Association .045 1 .831

N of Valid Cases 175

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.76.

b. Computed only for a 2x2 table

Page 70: HUBUNGAN BEBERAPA PARAMETER HEMATOLOGI ......dengan pendekatan cross sectional. Sampel adalah 175 pasien DBD dewasa yang menjalani rawat inap di RSU Kota Tangerang Selatan tahun 2014-2015

57

(Lanjutan)

b. Uji chi-square hubungan jumlah leukosit dengan lama rawat inap

K_Leukosit * K_LamaRawatInap Crosstabulation

K_LamaRawatInap

Total =<4 hari >4 hari

K_Leukosit =< 5000/Leukopenia Count 81 24 105

Expected Count 78.6 26.4 105.0

% within K_Leukosit 77.1% 22.9% 100.0%

> 5000/normal-meningkat Count 50 20 70

Expected Count 52.4 17.6 70.0

% within K_Leukosit 71.4% 28.6% 100.0%

Total Count 131 44 175

Expected Count 131.0 44.0 175.0

% within K_Leukosit 74.9% 25.1% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square .729a 1 .393

Continuity Correctionb .457 1 .499

Likelihood Ratio .723 1 .395

Fisher's Exact Test .477 .249

Linear-by-Linear Association .724 1 .395

N of Valid Cases 175

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 17.60.

b. Computed only for a 2x2 table

Page 71: HUBUNGAN BEBERAPA PARAMETER HEMATOLOGI ......dengan pendekatan cross sectional. Sampel adalah 175 pasien DBD dewasa yang menjalani rawat inap di RSU Kota Tangerang Selatan tahun 2014-2015

58

(Lanjutan)

c. Uji chi-square hubungan nilai hematokrit dengan lama rawat inap

K_HematokritCampuran * K_LamaRawatInap Crosstabulation

K_LamaRawatInap

Total =<4 hari >4 hari

K_HematokritCampuran Normal Count 100 32 132

Expected Count 98.8 33.2 132.0

% within

K_HematokritCampuran 75.8% 24.2% 100.0%

Meningkat Count 31 12 43

Expected Count 32.2 10.8 43.0

% within

K_HematokritCampuran 72.1% 27.9% 100.0%

Total Count 131 44 175

Expected Count 131.0 44.0 175.0

% within

K_HematokritCampuran 74.9% 25.1% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square .231a 1 .630

Continuity Correctionb .078 1 .780

Likelihood Ratio .228 1 .633

Fisher's Exact Test .687 .384

Linear-by-Linear Association .230 1 .631

N of Valid Cases 175

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10.81.

b. Computed only for a 2x2 table

Page 72: HUBUNGAN BEBERAPA PARAMETER HEMATOLOGI ......dengan pendekatan cross sectional. Sampel adalah 175 pasien DBD dewasa yang menjalani rawat inap di RSU Kota Tangerang Selatan tahun 2014-2015

59

Lampiran 2

1. Surat Izin Penelitian

Page 73: HUBUNGAN BEBERAPA PARAMETER HEMATOLOGI ......dengan pendekatan cross sectional. Sampel adalah 175 pasien DBD dewasa yang menjalani rawat inap di RSU Kota Tangerang Selatan tahun 2014-2015

60

Lampiran 3

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama : Raudya Iwana Tuzzahra

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat Tanggal Lahir : Sukabumi, 24 Februari 1997

Status : Belum Menikah

Agama : Islam

Alamat : Kp. Sirna Asih RT 04/03 Desa Cikakak

Palabuhanratu-Sukabumi, Jawa Barat

Nomor Telepon/Hp : 081317308145

Email : [email protected]

RIWAYAT PENDIDIKAN

1) Tahun 2003-2009 : SDI Al-Azhar 26 Cisolok

2) Tahun 2009-2011 : SMPI As-Syafi’iyah Pulo Air Sukabumi

3) Tahun 2011-2013 : SMAI As-Syafi’iyah Pulo Air Sukabumi

4) Tahun 2013-Sekarang : Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta