hubungan antara self-efficacy dengan...
TRANSCRIPT
HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN KECEMASAN
BERBICARA SAAT MELAKUKAN PRESENTASI DI KELAS
PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS
KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA ANGKATAN 2016
OLEH
CHRISTA RAHMITA SUKMAPUTRI SUMARDI
80 2012 013
TUGAS AKHIR
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan
Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2017
HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN KECEMASAN
BERBICARA SAAT MELAKUKAN PRESENTASI DI KELAS
PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS
KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA ANGKATAN 2016
Christa Rahmita Sukmaputri Sumardi
Heru Astikasari S. Murti
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2017
i
Abstrak
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui judul hubungan antara self-efficacy dengan
kecemasan berbicara saat melakukan presentasi di kelas pada mahasiswa Fakultas
Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga Angkatan 2016. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif dengan teknik pengambilan data
metode angket atau skala pengukuran psikologi. Partisipan dalam penelitian ini
merupakan mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga
Angkatan 2016 berjumlah 228 mahasiswa. Pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan skala self-efficacy dan skala kecemasan berbicara. Analisis data
menggunakan metode korelasi product moment. Hasil penelitian menunjukkan terdapat
hubungan yang negatif signifikan antara self-efficacy dengan kecemasan berbicara saat
melakukan presentasi dengan nilai r = -0,189. Artinya semakin tinggi self-efficacy
mahasiswa maka akan semakin rendah tingkat kecemasan berbicara saat melakukan
presentasi, dan sebaliknya.
Kata kunci : self-efficacy, kecemasan berbicara saat presentasi
ii
Abstract
The purpose of this study to determine the relationship of self-efficacy and public
speaking anxiety during a presentation in class among Student of Psychology Faculty of
Satya Wacana Christian University Salatiga class of 2016. The method used in this
research is quantitative data collection techniques or methods of measurement scale
psychological questionnaires. Participants in this study were Student of Psychology
Faculty of Satya Wacana Christian University Salatiga class of 2016 totaling 228
students. The data collection is done by using the scale of self-efficacy and scale of
public speaking anxiety. Data analysis using product moment correlation method. The
results showed a significant positive relationship between of self-efficacy and public
speaking anxiety during a presentation with the value r = -0,189. Its means the higher
student’s self-efficacy then their public anxiety level during presentation becomes
lower, an on the contrary.
Keywords : self-efficacy, public speaking anxiety during presentation
1
PENDAHULUAN
Dalam dunia pendidikan memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan
komunikasi, baik komunikasi verbal maupun non verbal. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (2008) komunikasi adalah pengiriman dan penerimaan pesan atau berita
antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami; hubungan;
kontak. Connor (1996) menyatakan bahwa di dalam setting kelas pada khususnya,
esensi dari proses belajar mengajar adalah komunikasi, yang terdiri dari transaksi verbal
dan non verbal antara dosen dan mahasiswa maupun antar mahasiswa.
Mahasiswa memiliki berbagai tugas baik dalam bidang akademik maupun di
luar bidang akademik yang sangat erat kaitannya dengan komunikasi. Tugas akademik
ini meliputi belajar dan mengerjakan berbagai tugas kuliah. Pada saat mengikuti proses
perkuliahan, mahasiswa dituntut untuk belajar aktif seperti bertanya pada dosen,
berdiskusi dalam kelompok baik di kelas maupun di luar kelas, dan mempresentasikan
tugas baik tugas individu maupun kelompok. Hal tersebut bertujuan agar mahasiswa
dapat terbiasa dan melatih kemampuan dalam hal menyampaikan pendapat dan
mengasah keterampilan komunikasi. Salah satu tugas kuliah yang sering dilakukan pada
saat perkuliahan adalah melakukan presentasi di depan kelas yang mengharuskan
mahasiswa dapat menyampaikan pemikiran dan hasil tugas yang telah dibuat dengan
komunikasi verbal yang baik. Demikian halnya Fakultas Psikologi Universitas Kristen
Satya Wacana (UKSW) Salatiga. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan oleh
peneliti, hampir seluruh perkuliahan di fakultas tersebut mengharuskan mahasiswa
untuk melakukan tugas presentasi.
2
Pada kenyataannya tidak semua mahasiswa memiliki kemampuan yang baik
untuk melakukan presentasi di depan kelas ada mahasiswa-mahasiswa yang cenderung
mengalami kecemasan. Harianti (2014) menyatakan bahwa ketika mengalami
kecemasan individu biasanya tidak mengalami ketegangan yang subyektif (subjective
tension) tetapi berperilaku (overt behavior) dalam cara-cara yang mengganggu interaksi
sosial. Selanjutnya disebutkan bahwa ketika gugup, individu mungkin menunjukkan
secara terbuka indikasi-indikasi dari inner arousal mereka (misalnya gemetar, gelisah),
menghindari individu lain, dan gangguan pada perilaku-perilaku lain yang terus
menerus (misalnya tidak lancar berbicara, kesulitan konsentrasi). Rogers (2008) juga
mengemukakan tiga gejala umum yang sering dialami individu pada saat mengalami
kecemasan yaitu (1) gejala fisik seperti detak jantung yang semakin cepat, lutut gemetar,
suara yang bergetar, perasaan seperti akan pingsan, kejang perut dan mual, kesulitan
bernafas, dan mata berair; (2) gejala mental seperti mengulang kata, kalimat atau pesan,
menjadi lupa, dan tidak tahu apa yang harus disampaikan selanjutnya; (3) gejala
emosional seperti munculnya rasa takut, perasan tidak mampu, rasa kehilangan kendali,
rasa tidak berdaya, rasa malu dan panik.
Kecemasan dalam melakukan tugas presentasi juga akan menghambat
mahasiswa dalam berkomunikasi. Hal ini diperkuat dengan penelitian yang dilakukan
oleh Ririn, Asmidir, dan Majohan (2013) tentang hubungan antara keterampilan
komunikasi dengan kecemasan berbicara di depan umum terhadap mahasiswa jurusan
bimbingan dan konseling FIP UNP angkatan 2011. Dari penelitian tersebut dihasilkan
data bahwa setengah dari subjek penelitian 48,53% memiliki keterampilan komunikasi
rendah. Sisanya 46,65% memiliki keterampilan komunikasi tinggi. Menurut Rakhmat
(Riani dkk, 2014) kecemasan berbicara sebagai communication apprehension, yaitu
3
suatu reaksi negatif dalam bentuk kecemasan yang terjadi pada individu pada situasi
komunikasi.
Kreitner & Kinicki (Rini, 2013) menyebutkan bahwa sumber kecemasan pada
mahasiswa dalam melakukan tugas presentasi adalah adanya kekhawatirannya pada saat
berlangsungnya tugas presentasi tersebut. Dikatakan pula bahwa memiliki kesiapan
dalam tugas presentasinya, mahasiswa juga harus mampu dengan keyakinannya dalam
tugas presentasinya. Menurut Geist (dalam Gunarsa, 2000) kecemasan dapat bersumber
dari berbagai hal seperti tuntutan sosial yang berlebihan dan tidak mau atau tidak
mampu dipenuhi oleh individu yang bersangkutan, standar prestasi individu yang terlalu
tinggi dengan kemampuan yang dimilikinya seperti kekurangsiapan untuk menghadapi
situasi yang ada, pola pikir, dan persepsi negatif terhadap situasi atau diri sendiri.
Bandura (dalam Santrock, 2009) menjelaskan bahwa keyakinan seseorang dapat
menguasai situasi dan memberikan hasil positif disebut self efficacy.
Myers (dalam Putri, dkk 2010) menegaskan bahwa salah satu faktor yang
mempengaruhi kecemasan pada seseorang adalah self-efficacy, yaitu dimana individu
dengan self-efficacy tinggi akan memperlihatkan sikap yang lebih gigih, tidak cemas,
dan tidak mengalami tekanan dalam menghadapi suatu hal. Bandura (1997) menyatakan
bahwa self-efficacy berguna untuk melatih kontrol terhadap stressor yang berperan
penting dalam keterbangkitan kecemasan. Lent (1991) juga berpendapat bahwa
keyakinan yang kuat dalam diri untuk mencapai performasi yang diharapkan akan
memberi dorongan dan kekuatan pada diri individu itu sendiri. Selain itu, Myers (1996)
menambahkan bahwa individu dengan self-efficacy yang tinggi tidak mudah mengalami
depresi dan kecemasan serta memiliki pola hidup yang terfokus, sehingga dapat hidup
lebih sehat dan sukses dalam bidang akademis. Hal ini didukung dengan penelitian yang
4
dilakukan oleh Anwar (2009) mengenai hubungan antara self-efficacy dengan
kecemasan berbicara di depan umum pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas
Sumatera Utara yang menemukan bahwa pengaruh self-efficacy terhadap kecemasan
berbicara di depan umum adalah sebesar 44,9%. Presentase ini menunjukkan bahwa
self-efficacy memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap kecemasan seseorang dalam
berbicara di depan umum.
Feist & Feist (2002) mengemukakan bahwa ketika seseorang mengalami
ketakutan yang tinggi, kecemasan yang akut atau tingkat stress yang tinggi, maka
biasanya mereka mempunyai self-efficacy yang rendah. Sementara mereka yang
memiliki self-efficacy yang tinggi merasa mampu dan yakin terhadap kesuksesan dalam
mengatasi rintangan dan menganggap ancaman sebagai suatu tantangan yang tidak perlu
dihindari. Pernyataan tersebut juga didukung oleh penelitian Riani & Rozali (2014)
mengenai hubungan antara self-efficacy dan kecemasan pada saat melakukan presentasi
pada mahasiswa Universitas Esa Unggul yang menjelaskan bahwa ada hubungan
negatif yang signifikan antara self-efficacy dengan kecemasan. Artinya semakin tinggi
self-efficacy yang dimiliki mahasiswa saat presentasi maka semakin rendah kecemasan
yang dimiliki mahasiswa. Demikian pula sebaliknya semakin rendah self-efficacy yang
dimiliki oleh mahasiswa saat presentasi maka semakin tinggi kecemasan yang dimiliki
mahasiswa. Di dalam penelitian lainnya mengenai kecemasan berbicara ditinjau dari
konsep diri dan kecerdasan emosi yang dilakukan oleh Kholisin (2014), walaupun
penelitian kecemasan tidak berhubungan langsung dengan self-efficacy namun dari hasil
penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa penilaian positif terhadap diri dan tingkat
kecerdasan emosional tinggi yang dimiliki mahasiswa akan membuat mahasiswa
mampu terhindar dari kecemasan berkomunikasi.
5
Menurut bandura (1997) self-efficacy pada diri tiap individu akan berbeda antara
satu dengan yang lainnya berdasarkan tiga aspek yaitu :
a. Tingkat kesulitan (level) yaitu dimensi yang berkaitan dengan derajat
kesulitan tugas ketika individu merasa mampu untuk melakukannya.
Dimensi ini memiliki implikasi terhadap pemilihan tingkah laku yang akan
dlakukan atau dihindari oleh individu berdasarkan kemampuan yang
dirasakan
b. Kekuatan (strength) yaitu dimensi yang berkaitan dengan tingkat kekuatan
atau kemantapan individu mengenai kemampuannya.
c. Keluasan (generality) yaitu dimensi yang berkaitan dengan luas bidang
perilaku yang mana individu merasa yakin akan kemampuannya.
Dari hasil wawancara awal yang peneliti lakukan pada tanggal 7 September
2016 terhadap beberapa mahasiswa Fakultas Psikologi UKSW Salatiga angkatan 2016
didapatkan bahwa pada saat akan melakukan presentasi mereka cenderung akan merasa
takut, gugup, badan gemetar, berkeringat, detak jantung menjadi cepat, kehilangan
konsentrasi, terjadi perbedaan penyampaian materi meskipun telah dipersiapkan
sebelumnya. Hal tersebut bukan dikarenakan mahasiswa tidak mampu melakukan
presentasi, namun terjadi karena mahasiswa merasa mengalami kecemasan atau takut
melakukan kesalahan pada saat melakukan presentasi. Namun demikian untuk beberapa
mahasiswa, ada yang tidak mempermasalahkan pada saat mereka diharuskan melakukan
presentasi dan justru menganggap hal tersebut berguna untuk menggali potensi yang
dimiliki.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul hubungan antara self-efficacy dengan kecemasan berbicara saat melakukan
6
presentasi di kelas pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya
Wacana Salatiga Angkatan 2016.
RUMUSAN MASALAH
Apakah terdapat hubungan negatif antara self-efficacy dengan kecemasan berbicara saat
melakukan presentasi di kelas pada mahasiswa Fakultas Psikologi UKSW Salatiga
angkatan 2016?
TINJAUAN PUSTAKA
Kecemasan Berbicara saat presentasi
Hudaniah dan Dayakisni (2003) menyatakan bahwa pada umumnya kecemasan
berwujud ketakukan kognitif, keterbangkitan syaraf fisiologis dan suatu pengalaman
subjektif dari ketegangan atau kegugupan. Menurut Freud (dalam Wiramiharja, 2005)
kecemasan saat melakukan sebuah presentasi dapat digolongkan ke dalam kecemasan
yang sumbernya objektif atau kecemasan nyata, yang juga disebut takut (fear).
Burgoon dan Ruffiner (dalam Endiarsari, 2005) menyatakan penghindaran untuk
melakukan presentasi atau berbicara di muka umum dikarenakan adanya kecemasan dan
kurangnya pengetahuan tentang keadaan saat melakukan presentasi atau berbicara di
muka umum. Mahasiswa diharuskan mempresentasikan tugas yang telah diberikan oleh
dosen. Tidak jarang mahasiswa mengalami gejala-gejala terkait kecemasan.
Rogers (2008) mengemukakan terdapat tiga komponen utama yang sering
dialami individu pada saat mengalami kecemasan, yaitu :
7
a. Fisik
Gejala fisik tersebut dapat berbeda setiap orang. Beberapa contoh gejala fisik
yang dimaksud adalah detak jantung yang semakin cepat, suara yang
bergetar, kaki gemetar, kejang perut, sulit untuk bernafas dan hidung
berlendir.
b. Mental
Beberapa contoh dari gejala mental seperti sering mengulang kata atau
kalimat, hilang ingatan secara tiba-tiba sehingga sulit mengingat fakta secara
tepat yang melupakan hal-hal penting. Selain itu juga tersumbatnya pikiran
sehingga membuat individu yang sedang berbicara tidak tahu apa yang harus
diucapkan.
c. Emosional
Contoh dari gejala emosional adalah munculnya perasaan tidak mampu, rasa
takut yang biasa muncul sebelum individu tampil di muka umum, dan rasa
kehilangan kendali. Biasanya secara mendadak muncul rasa tidak berdaya
dan tidak mampu mengatasi masalah, muncul rasa panik serta malu.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecemasan Berbicara Saat Presentasi
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kecemasan berbicara saat presentasi.
Rogers (2008) meyakini bahwa yang sangat mempengaruhi kecemasan berbicara saat
presentasi adalah pola pikir yang keliru. Matindas (2003) memandang keyakinan atau
kepercayaan diri seseorang terhadap kecemasan berbicara. Ketidakyakinan yang muncul
dalam bentuk rasa takut atau cemas menandakan adanya ketegangan yang sangat besar
dalam dirinya. Ketegangan inilah yang menyebabkan tersumbatnya memori atau
terganggunya kemampuan mengingat, keluar keringat dan jantung berdebar.
8
Menurut Purnamaningsih dan Utami (dalam Andrianto, 2008), faktor-faktor
yang mempengaruhi kecemasan berbicara saat presetasi atau berbiacara di muka umum
adalah sebagai berikut :
a. Reinforcement
Seseorang belajar mengulang perilaku dari belajar berdasarkan penguatan yang
diterima, sedangkan perilaku yang tidak diberi penguatan cenderung akan
dikurangi atau dihilangkan.
b. Skill acquisition
Individu mengalami kecemasan berbicara saat presentasi karena gagal
mengembangkan keterampilan yang perlu untuk berkomunikasi.
c. Penipuan (modelling)
Kecemasan berbicara saat presentasi dapat berkembang karena adanya imitasi
dengan orang lain yang dialami individu dalam interaksi sosial.
d. Pikiran yang tidak rasional (irrational thinking)
Teori kognitif menganggap bahwa tidak ada peristiwa yang menimbulkan
individu merasa cemas, tetapi kecemasan tersebut lebih disebabkan oleh
keyakinan-keyakinan mereka yang tidak rasional, terutama keyakinan terhadap
diri mereka sendiri, atau yang dapat disebut self-efficacy.
Self-efficacy
Bandura (1997) menyatakan bahwa self-efficacy berguna untuk melatih kontrol
terhadap stressor yang berperan penting dalam terbangkitnya kecemasan. Baron dan
Byrne (dalam Anwar, 2009) mengemukakan bahwa self-efficacy merupakan penilaian
individu terhadap kemampuan atau kompetensinya untuk melakukan suatu tugas,
mencapai suatu tujuan dan menghasilkan keyakinan. Sedangkan Feist & feist (2002)
9
menyatakan bahwa self-efficacy adalah keyakinan individu bahwa mereka memiliki
kemampuan dalam mengadakan kontrol terhadap pekerjaan mereka terhadap peristiwa
lingkungan mereka sendiri. Bandura (1997) mengemukakan ada tiga aspek utama
dalam self-efficacy, antara lain:
a. Level/Magnitude
Hal ini berkaitan dengan tingkat kesulitan tugas yang dilakukan. Jika
dihadapkan dengan tugas-tugas yang disusun menurut tingkat kesulitan, yaitu
rendah, menengah, dan tinggi maka individu akan melakukan tindakan-tindakan
yang dirasa mampu untuk dilakukan dan cenderung menghindari situasi dan tugas
yang diperkirakan di luar batas kemampuan yang dimiliki.
b. Generality
Hal ini berkaitan dengan luas bidang tugas yang dihadapi, yakni sejauh mana
individu yakin akan kemampuannya dalam berbagai situasi tugas, mulai dari
melakukan suatu aktivitas dalam situasi tertentu hingga dalam serangkaian tugas
dalam situasi yang bervariasi.
c. Strength
Hal ini berkaitan dengan kuatnya keyakinan seseorang mengenai kemampuan
yang dimiliki. Individu yang mempunyai kepercayaan yang kuat dalam kemampuan
mereka akan tekun dalam usahanya meskipun banyak sekali kesulitan dan halangan.
Hubungan Antara Self-Efficacy Dengan Kecemasan Berbicara Saat Melakukan
Presentasi Di Kelas Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi UKSW Salatiga Angkatan
2016
Sebagai calon lulusan Sarjana Psikologi UKSW, setiap mahasiswa diharapkan
mampu berkomunikasi secara lisan maupun tulisan dengan baik. Mahasiswa harus
10
mampu berkomunikasi baik dalam komunikasi antar individu maupun komunikasi
massa. Demi terwujudnya harapan tersebut, Fakultas Psikologi UKSW menerapkan
metode pembelajaran dengan melakukan presentasi. Metode ini dilakukan guna
mengasah kemampuan mahasiswa untuk dapat berbicara dengan baik di depan umum
dan melatih mahasiswa untuk dapat berkomunikasi secara lisan dengan baik. Namun
pada kenyataannya tidak jarang mahasiswa yang merasa cemas pada saat melakukan
presentasi tersebut. Sebagian mahasiswa menganggap tugas presentasi merupakan suatu
beban. Dalam penanganan kecemasan ini, individu dengan individu yang lain tentunya
berbeda tergantung pada penilaian diri individu terhadap kemampuan yang dimilikinya
yang disebut dengan self-efficacy. Bandura (1997) mengemukakan bahwa self-efficacy
merupakan keyakinan atau harapan seseorang tentang kapasitas dirinya dalam
menyelesaikan tugas-tugas tertentu atau perilakunya saat ini dengan sukses.
Ada beberapa hasil penelitian yang menyatakan adanya hubungan antara self-
efficacy dengan kecemasan berbicara saat presentasi. Penelitian yang dilakukan oleh
Anwar (2009) mengenai hubungan antara self-efficacy dengan kecemasan berbicara di
depan umum pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara yang
menemukan bahwa pengaruh self-efficacy terhadap kecemasan berbicara di depan
umum adalah sebesar 44,9%. Presentase ini menunjukkan bahwa self-efficacy memiliki
pengaruh yang cukup besar terhadap kecemasan seseorang dalam berbicara di depan
umum. Kreitner & Kinicki (dalam Rini, 2013) menyebutkan bahwa sumber kecemasan
pada mahasiswa dalam melakukan tugas presentasi adalah adanya kekhawatirannya
pada saat berlangsungnya tugas presentasi tersebut. Dikatakan pula bahwa memiliki
kesiapan dalam tugas presentasinya, mahasiswa juga harus mampu dengan
keyakinannya dalam tugas presentasinya.
11
Hipotesis
Berdasarkan uraian diatas, peneliti mengajukan hipotesis bahwa ada hubungan
negatif signifikan antara self-efficacy dengan kecemasan berbicara saat melakukan
presentasi di kelas pada mahasiswa Fakultas Psikologi UKSW Salatiga angkatan 2016.
METODE PENELITIAN
Definisi Operasional Variabel Penelitian
a. Variabel Kecemasan Berbicara Saat Presentasi
Kecemasan berbiacara saat presentasi adalah kecemasan yang timbul dari pola
pikir yang keliru, kurangnya pengetahuan terhadap keadaan saat melakukan
presentasi atau berbicara di muka umum dan merasa tidak yakin pada diri sehingga
muncul perilaku penghindaran dan munculnya ketegangan pada individu yang
menyebabkan terganggunya kemampuan mengingat, panik, jantung berdebar,
kehilangan kendali dan lain sebagainya. Alat ukur yang digunakan adalah skala
kecemasan berbicara.
b. Variabel Self-efficacy
Self-efficacy adalah keyakinan yang dimiliki individu akan kemampuan yang
dimilikinya untuk mengorganisasikan serangkaian tindakan dalam mengatasi
berbagai hambatan yang muncul akibat kecemasan berbicara saat presentasi. Alat
ukur yang digunakan adalah skala self-efficacy.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif yang bertujuan
mengukur korelasi antara self-efficacy dengan kecemasan berbicara saat melakukan
presentasi di kelas pada mahasiswa Fakultas Psikologi UKSW Salatiga angkatan 2016.
Populasi dari penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Psikologi angkatan 2016 yang
12
berjumlah 228 orang. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan
teknik sampling jenuh, sehingga jumlah sampel yang digunakan adalah sebanyak
jumlah populasi yaitu berjumlah 228 orang.
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui
metode skala. Metode skala digunakan mengingat data yang ingin diukur berupa konsep
psikologis yang dapat diungkap secara tidak langsung melalui indikator-indikator
perilaku yang diterjemahkan dalam bentuk aitem-aitem pernyataan (Azwar, 2000).
Dalam penelitian ini untuk memperoleh data informasi, alat ukur yang digunakan pada
penelitian ini adalah skala self-efficacy dengan 24 aitem dan skala kecemasan berbicara
dengan 31 aitem, yang dimana peneliti menyebarkan skala tersebut kepada partisipan.
Skala self-efficacy menggunakan dimensi-dimensi yang disimpulkan oleh Bandura
(1997), yaitu Tingkat kesulitan (level), Kekuatan (strength), dan Keluasan (generality).
Sedangkan untuk mengukur kecemasan berbicara saat presentasi, peneliti menggunakan
aspek-aspek yang dikemukakan oleh Rogers (2008), yaitu fisik, mental, dan emosional.
Penelitian ini menggunakan model skala Likert yang berupa pernyataan
favorable dan unfavorable yang terdiri dari empat kategori jawaban yaitu, Sangat Setuju
(SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS). Pemberian skor untuk
item favourable bergerak dari 4 sampai 1 untuk Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak
Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS). Pemberian skor untuk aitem unfavourable
bergerak dari 1 sampai 4 untuk Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS),
Sangat Tidak Setuju (STS).
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan
uji korelasi Pearson Product Moment dan dibantu dengan menggunakan program SPSS
For MS windows versi 16.0
13
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Deskriptif
Self-efficacy
Variabel self-efficacy memiliki 24 aitem bertahan dengan skor 1 sampai dengan
4. Perhitungan skor tertinggi dan terendah adalah sebagai berikut:
Skor tertinggi: 24 x 4 = 96
Skor terendah: 24 x 1 = 24
Pembagian interval dilakukan menjadi empat kategori, yaitu sangat rendah, rendah,
tinggi, dan sangat tinggi. Pembagian interval dilakukan dengan mengurangi jumlah skor
tertinggi dengan jumlah skor terendah dan membaginya sesuai dengan jumlah kategori.
Tabel 1.1
Kategorisasi Hasil Pengukuran Skala Self-efficacy
No Interval Kategori Mean N Persentase (%)
1 24 ≤ x < 42 Sangat Rendah 7 3,07 %
2 42 ≤ x < 60 Rendah 4 1,75 %
3 60 ≤ x < 78 Tinggi 67,66 146 64,04 %
4 78 ≤ x ≤ 96 Sangat Tinggi 71 31,14 %
JUMLAH 228 100 %
Berdasarkan tabel 1.1, dapat dilihat bahwa terdapat 71 orang mahasiswa
memiliki self-efficacy yang berada pada kategori sangat tinggi dengan persentase
31,14%, 146 orang mahasiswa memiliki self-efficacy yang berada pada kategori tinggi
dengan persentase 64,04%, 4 orang mahasiswa memiliki self-efficacy yang berada pada
14
kategori rendah dengan persentase 1,75% dan 7 orang mahasiswa memiliki self-efficacy
yang berada pada kategori sangat rendah dengan persentase 3,07% Berdasarkan
persentase di atas bahwa rata-rata mahasiswa yang memiliki self-efficacy pada kategori
tinggi, dengan mean = 67,66.
Kecemasan Berbicara Saat Presentasi
Variabel kecemasan berbicara saat presentasi memiliki 31 aitem bertahan
dengan jenjang skor 1 sampai dengan 4. Pembagian skor tertinggi dan terendah adalah
sebagai berikut:
Skor tertinggi: 31 x 4 = 124
Skor terendah: 31 x 1 = 31
Pembagian interval dilakukan menjadi empat katagori, yaitu sangat rendah,
rendah, tinggi, dan sangat tinggi. Pembagian interval dilakukan dengan mengurangi
jumlah skor tertinggi dengan jumlah skor terendah dan membaginya sesuai dengan
jumlah kategori.
Tabel 1.2
Kategorisasi Hasil Pengukuran Skala Kecemasan Berbicara Saat Presentasi
No Interval Kategori Mean N Persentase (%)
1 31 ≤ x < 54,25 Sangat Rendah 6 2,63 %
2 54,25 ≤ x < 77,5 Rendah 66,80 158 69,29 %
3 77,5 ≤ x < 100,75 Tinggi 62 27,20 %
4 100,75 ≤ x ≤ 124 Sangat Tinggi 2 0,88 %
JUMLAH 228 100 %
15
Berdasarkan tabel 1.2, dapat dilihat bahwa terdapat 2 orang mahasiswa memiliki
kecemasan berbicara saat presentasi yang berada pada kategori sangat tinggi dengan
persentase 2,63%, 62 orang mahasiswa memiliki kecemasan berbicara saat presentasi
yang berada pada kategori tinggi dengan persentase 27,20%, 158 orang mahasiswa
memiliki kecemasan berbicara saat presentasi yang berada pada kategori rendah dengan
persentase 69,29% dan 6 orang mahasiswa memiliki kecemasan berbicara saat
presentasi yang berada pada kategori sangat rendah dengan persentase 2,63%.
Berdasarkan persentase di atas bahwa rata-rata mahasiswa yang memiliki kecemasan
berbicara saat presentasi pada kategori rendah, dengan mean = 66,80.
Uji Asumsi
Uji Normalitas
Uji normalitas sebaran ini menggunakan teknik one sample Kolmogorov-Smirnov test
(ks-z) yang dikatakan normal jika p (asym sig (1-tailed)) > 0,05. Hasil uji normalitas
variabel self-efficacy menunjukan bahwa nilai ks-z adalah 0,998 dengan asym sig (1-
tailed) 0,272 > 0.05 dan variabel kecemasan berbicara saat presentasi, nilai ks-z adalah
1,019 dengan asym sig (1-tailed) 0,250 > 0,05, sehingga dapat ditarik kesimpulan
bahwa distribusi data skala self-efficacy dengan kecemasan berbicara saat presentasi
adalah normal.
Uji Linearitas
Uji linearitas ini menggunakan compare means test for linierity. Berdasarkan hasil uji
linearitas menggunakan program SPSS For MS windows versi 16.0 dapat diketahui
bahwa nilai Fbeda sebesar 1,343 (p > 0,05) dengan signifikansi pada Deviation from
16
Linearity sebesar 0,116. Maka dapat disimpulkan bahwa antara variabel self-efficacy
dengan kecemasan berbicara saat presentasi terdapat hubungan yang linear.
Uji Korelasi
Tabel 1.3
Hasil Uji Korelasi Antara Self-efficacy
Dengan Kecemasan Berbicara Saat Presentasi
.
Berdasarkan hasil pengujian uji korelasi Pearson dengan bantuan SPSS For MS
windows versi 16.0 diperoleh koefisien korelasi antara self-efficacy dengan kecemasan
berbicara saat presentasi -0,189 dan signifikansi sebesar 0.002 (p < 0.05). Hasil tersebut
menunjukkan adanya hubungan yang negatif signifikan antara self-efficacy dengan
kecemasan berbicara saat presentasi.
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil uji korelasi Pearson antara self-efficacy dengan kecemasan
berbicara saat melakukan presentasi di kelas pada mahasiswa Fakultas Psikologi UKSW
Salatiga angkatan 2016 didapatkan hasil perhitungan koefisien korelasi (r) = -0,189
dengan sig. = 0.002 (p < 0.05), yang berarti bahwa ada hubungan yang negatif
signifikan, hal ini menunjukan bahwa semakin tinggi self-efficacy mahasiswa, maka
17
akan diikuti pula dengan semakin rendahnya kecemasan mereka dalam berbicara saat
presentasi. Bandura (dalam Holilah, 2011) menyatakan bahwa tingkat self-efficacy yang
dimiliki oleh individu dalam menghadapi tugas presentasi dapat mempengaruhi
kecemasan individu tersebut terhadap tugasnya. Geist (dalam Gunarsa, 2000)
menyatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi kecemasan berbicara adalah
persepsi negatif seseorang terhadap diri sendiri.
Matindas (2003) berpendapat bahwa keyakinan atau kepercayaan diri seseorang
dangat berpengaruh terhadap kecemasannya berbicara di depan umum. Menurut
Bandura (1997) Self-efficacy merupakan keyakinan individu terhadap kemampuan
mereka yang mempengaruhi cara individu tersebut dalam bereaksi terhadap suatu situasi.
Feist & Feist (2000) mengemukakan bahwa ketika seseorang mengalami kecemasan
yang tinggi maka mereka biasanya memiliki self-efficacy yang rendah, dan sebaliknya
apabila seseorang memiliki self-efficacy yang tinggi maka mereka mampu mengatasi
rintangan dan mengganggap ancaman sebagai suatu tantangan yang tidak perlu
dihindari. Pernyataan tersebut juga didukung oleh penelitian Riani & Rozali (2014)
mengenai hubungan antara self-efficacy dan kecemasan pada saat melakukan presentasi
pada mahasiswa Universitas Esa Unggul yang menjelaskan bahwa ada hubungan
negatif yang signifikan antara self-efficacy dengan kecemasan. Artinya semakin tinggi
self-efficacy yang dimiliki mahasiswa saat presentasi maka semakin rendah kecemasan
yang dimiliki mahasiswa. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang menemukan self-
efficacy dan kecemasan berbicara saat presentasi memiliki hubungan negatif dan
signifikan yang dapat diartikan bahwa semakin tinggi self-efficacy seseorang maka
tingkat kecemasannya dalam berbicara saat melakukan presentasi semakin rendah,
begitu pula sebaliknya. Ketika mahasiswa yakin akan kemampuannya terhadap tugas
18
presentasi, maka mahasiswa tersebut diharapkan terhindar dari kecemasan (Myers
dalam Putri, Aulia & Candra, 2010).
Berdasarkan hasil analisis deskriptif dalam penelitian ini, diketahui bahwa
variabel self-efficacy memiliki skor tertinggi adalah 92 dan skor terendah adalah 33
dengan 64,04% subjek yang berada pada kategori tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa
sebagian besar mahasiswa Fakultas Psikologi UKSW angkatan 2016 memiliki tingkat
self-efficacy yang tinggi. Kemudian pada variabel kecemasan berbicara saat melakukan
presentasi memiliki skor tertinggi adalah 107 dan skor terendah adalah 38 dengan
69,29% subjek yang berada pada kategori rendah. Hal tersebut menunjukkan bahwa
sebagian besar mahasiswa fakultas psikologi UKSW angkatan 2016 memiliki tingkat
kecemasan berbicara saat melakukan presentasi yang rendah.
Dari hasil korelasi antara self-efficacy dengan kecemasan berbicara saat
presentasi menunjukkan bahwa adanya hubungan negatif yang signifikan antara self-
effiicacy dengan kecemasan berbicara saat melakukan presentasi di kelas, dengan
sumbangan efektif self-efficacy terhadap kecemasan berbicara saat presentasi sebesar
3,57% sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain sebesar 96,43%. self-
efficacy bukanlah suatu hal mutlak yang dapat mempengaruhi kecemasan berbicara saat
presentasi, melainkan ada banyak faktor lain yang dapat mempengaruhi kecemasan
berbicara saat presentasi tersebut.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian terdapat hubungan yang negatif signifikan antara
self-efficacy dengan kecemasan berbicara saat melakukan presentasi di kelas pada
mahasiswa Fakultas Psikologi UKSW Salatiga angkatan 2016. Yang dapat diartikan,
19
semakin tinggi self-efficacy maka semakin rendah kecemasan seseorang dalam
berbicara saat melakukan presentasi. Sumbangan efektif self-efficacy terhadap
kecemasan berbicara saat presentasi sebesar 3,57% sedangkan sisanya di pengaruhi oleh
faktor-faktor lain sebesar 96,43%. Dalam penelitian ini juga diperoleh hasil yang
menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa Fakultas Psikologi UKSW angkatan
2016 memiliki tingkat self-efficacy yang tinggi dan sebagian besar mahasiswa fakultas
psikologi UKSW Salatiga angkatan 2016 memiliki tingkat kecemasan berbicara saat
melakukan presentasi yang rendah.
SARAN
Dari hasil penelitian yang dilakukan maka peneliti akan memberikan saran-saran
untuk penelitian selanjutnya. Adapun saran-saran tersebut adalah :
1. Bagi Subjek Penelitian
Self-efficacy memiliki pengaruh terhadap kecemasan berbicara saat
melakukan presentasi. Oleh karena itu diharapkan para mahasiswa bisa lebih
meningkatkan keyakinan akan kemampuan diri yang dimiliki agar dapat
mengurangi tingkat kecemasan saat harus melakukan presentasi.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Bagi peneliti yang tertarik dengan topik yang sama, disarankan untuk dapat
mengkaji dengan jangkauan yang lebih luas, dapat dengan menambah
variabel atau mempertimbangkan variabel yang belum terungkap. Peneliti
selanjutnya dapat mengontrol faktor-faktor lain yang diperkirakan
mempengaruhi kecemasan berbicara saat melakukan presentasi maupun self-
efficacy.
20
DAFTAR PUSTAKA
Andrianto, B. (2008). Kecemasan presentasi ditinjau dari ketrampilan komunikasi dan
kepercayaan diri pada mahasiswa. Skripsi. Yogyakarta : Universitas Islam
Indonesia
Anwar, A. I. D. (2009). Hubungan antara self-efficacy dengan kecemasan berbicara di
depan umum pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara.
Skripsi. Medan : Universitas Sumatera Utara
Azwar, S. 2000. Sikap manusia: teori dan pengukurannya (Edisi Kedua). Yogyakarta :
Pustaka Belajar.
Bandura, A. 1997. Self-efficacy the exercise of control. America : W.H Freeman and
Company.
Connor, M. A. (1996). The importance of speaking, listening, and media literacy. [On-
line]. http://www.scassn.org/K12Stds.htm. Tanggal akses : 31 Agustus 2016
Endiarsari, A. 2005. Hubungan antara efikasi diri akademik dengan kecemasan
melakukan presentasi pada mahasiswa. Skripsi. Yogyakarta : Universitas Islam
Indonesia
Feist, J & Feist, G. J. (2002). Theories of personality (5th
ed). Boston: McGraw Hill.
Gunarsa, S. (2000) Psikologi praktis: anak, remaja, dan keluarga. Jakarta : Penerbit PT.
BPK Gunung Mulia.
Harianti, N. (2014). Hubungan antara self-efficacy dengan kecemasan berbicara di
depan umum pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Wisnuwardhana
Malang. Psikovidya. 18. (1). Mataram : PT. WOM Finance
Holilah, Siti. (2011). Hubungan Self-efficacy dengan kecemasan siswa kelas XII SMA
Negeri X Jakarta Barat Dalam menghadapi ujian nasional. Skripsi. Jakarta :
Universitas Esa Unggul. Jakarta
Kholisin. (2014). Kecerdasan berbicara ditinjau dari konsep diri dan kecerdasan
emosional. Jurnal Ilmu Dakwah. 34 (1).
Lent, N. (1991). The Foundation of Social Research. New York : McGraw Hill.
Matindas, D. (2003). Psikologi: Menghilangkan grogi di depan umum.[online].
http://www.Kompas.com/kesehatan/news/0302/28/020443.htm. diunduh pada 24
juni 2017.
Myers, D. G. (2013). Social psychology. America : McGraw-Hill
21
Putri, Aulia, & Candra. Hubungan antara self-efficacy dengan kecemasan berbicara di
depan umum pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Putra Indonesia
“YPTK” Padang. Jurnal Fakultas Psikologi. Padang : Universitas Putra Indonesia
“YPTK” Padang.
Riani, W. S. & Rozali, Y. A. (2014). Hubungan antara self-efficacy dan kecemasan saat
presentasi pada mahasiswa Universitas Esa Unggul. Jurnal Psikologi. 4 (1).
Jakarta : Universitas Esa Unggul
Rini, H. P. (2013). Self-efficacy dengan kecemasan dalam menghadapi ujian nasional.
Jurnal Online Fakultas Psikologi. Malang : Universitas Muhammadiyah Malang.
Malang
Ririn, Asmidir & Johan. (2013). Hubungan antara keterampilan komunikasi dengan
kecemasan berbicara di depan umum terhadap mahasiswa jurusan bimbingan dan
konseling angkatan 2011. Jurnal Ilmiah Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan.
Padang : Universitas Negeri Padang.
Rogers, N. 2008. Berani bicara dan cara cepat berpidato. Bandung : Nuansa
Santrock, John. W. (2009). Psikologi pendidikan. Jakarta : Salemba Humanika