hubungan antara perfeksionisme dengan …
TRANSCRIPT
HUBUNGAN ANTARA PERFEKSIONISME DENGAN KECENDERUNGAN
ANOREKSIA NERVOSA PADA SISWI JURUSAN KECANTIKAN
SMK NEGERI 1 SALATIGA
OLEH
YEFKRIS LAU
80 2012 111
TUGAS AKHIR
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk
Mencapai Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2015
HUBUNGAN ANTARA PERFEKSIONISME DENGAN KECENDERUNGAN
ANOREKSIA NERVOSA PADA SISWI JURUSAN KECANTIKAN
SMK NEGERI 1 SALATIGA
Yefkris Lau
Chr. Hari Soetjiningsih
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2015
i
Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara
Perfeksionisme dengan Kecenderungan Anoreksia Nervosa pada siswa jurusan
kecantikan di SMK Negeri 1 Salatiga. Penelitian ini menggunakan seluruh siswi jurusan
kecantikan yang berjumlah 98 orang sebagai responden. Metode penelitian yang
digunakan dalam pengumpulan data dengan metode skala, yaitu skala Perfeksionisme
yang disusun penulis, yang terdiri dari 29 pernyataan, dan skala Kecenderungan
Anoreksia Nervosa yang disusun oleh Garner dan Garfinkel (1982) dan dimodifikasi
oleh penulis, yang terdiri dari 26 pernyataan. Teknik analisa data yang dipakai adalah
teknik korelasi product moment dari Pearson. Dari hasil analisa data diperoleh koefisien
korelasi (r) 0,001 dengan nilai signifikansi 0,000 (p < 0,05) yang berarti ada hubungan
positif yang signifikan antara Perfeksionisme dengan Kecenderungan Anoreksia
Nervosa. Hal ini bermakna bahwa tingginya Perfeksionisme pada siswa akan diikuti
dengan Kecenderungan Anoreksia Nervosa yang tinggi.
Kata Kunci : Perfeksionisme, Anoreksia Nervosa.
ii
Abstract
The purpose of this study is to determine the relationship between perfectionism
with tendency of anorexia nervosa on students beauty class at SMK Negeri 1 of
Salatiga. This research was using all students beauty class as respondent, there are
amount 98 students. The research method which is used in data collection methods was
scale method; it was the scale of perfectionism that compiled by writer, which consists
of 29 statements, and tendency of anorexia nervosa scale developed by Garner dan
Garfinkel (1982) and modificated by writer, which consists of 26 statements. Data
analysis technique used is a product moment correlation technique. From the data
analysis obtained correlation coefficient (r) 0.001; p = 0,000 (p <0,05), which means
there is a significant positive relationship between perfectionism with tendency of
anorexia nervosa. This means that high perfectionism on the student will be followed by
high tendency of anorexia nervosa
Keywords: Perfectionism, Anorexia Nervosa.
1
PENDAHULUAN
Masa remaja merupakan masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa
dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosio emosional (Santrock,
2003). Pubertas yang dialami remaja mengakibatkan perubahan fisik berupa
peningkatan pertumbuhan berat dan tinggi badan, perubahan dalam proporsi dan bentuk
tubuh, dan pencapaian kematangan seksual. Remaja perempuan mengalami peningkatan
jaringan lemak yang membuat tubuh mereka semakin jauh dari kurus ideal (Graber,
Brooks-Gunn, Paikoff & Warren, 1994; Tobin-Richards, Boxer, Kavrell & Petersen,
1984; dalam Stice & Whitenton, 2002).
Bertambahnya berat badan yang dramatis pada remaja putri mengakibatkan
remaja putri mempersepsikan bahwa diri mereka tersebut dalam kategori gemuk, yang
pada kenyataanya ukuran berat badan sudah sesuai dengan tinggi badan mereka
sehingga remaja putri lebih sering melakukan diet untuk mengurangi berat badan
mereka (Decay & Kenny, 1997). Penilaian diri pada remaja perempuan tentang
kelebihan berat badan yang mereka miliki dan keinginan mereka untuk menjadi lebih
kurus dan langsing mengarahkan remaja pada kecenderungan munculnya perilaku
gangguan makan (Grigg, Bowman, Redman, 1996).
Salah satu gangguan makan yang dapat muncul yaitu kecenderungan anorexia
nervosa, yang dapat dartikan sebagai aktivitas untuk untuk menguruskan badan dengan
melakukan pembatasan makan secara sengaja dan melalui kontrol yang ketat (Bunga,
2012). Remaja dengan kecenderungan anoreksia nervosa sadar bahwa mereka merasa
lapar namun takut untuk memenuhi kebutuhan makan mereka karena bisa berakibat
naiknya berat badan. Persepsi mereka terhadap rasa kenyang terganggu sehingga pada
saat mereka mengkonsumsi sejumlah makanan dalam porsi kecil sekalipun, mereka
2
akan segera merasa penuh atau bahkan mual. Mereka terus menerus melakukan diet
mati-matian untuk mencapai tubuh yang kurus (Bunga, 2012).
Dari penelitian yang dilakukan oleh Vander Wal kepada 2409 remaja perempuan
didapatkan data bahwa pola perilaku mengontrol berat badan yang tidak sehat yang
banyak dilakukan adalah 46.6% remaja perempuan sengaja melewatkan makan
(sarapan, makan siang, ataupun makan malam), 16% remaja perempuan berpuasa untuk
menguruskan badan, 12.9% remaja perempuan membatasi atau menolak satu jenis
makanan atau lebih untuk diet yang ketat, 8.9% remaja perempuan menggunakan pil-pil
diet atau pil-pil pengurus badan, 6.6% remaja perempuan merokok untuk menurunkan
berat badan, dan 6.6% remaja perempuan memuntahkan makanan dengan paksa
(Vander Wal, 2011).
Salah satu pola anorexia yang umum terjadi, bermula setelah menarche atau
setelah mendapatkan haid pertama. Pada saat itu, perempuan mulai sadar akan
pertambahan berat badan dan bersikeras untuk menghilangkannya. Tambahan lemak
tubuh adalah hal yang normal pada masa remaja perempuan: dalam kacamata
evolusioner, lemak bertambah sebagai masa untuk melahirkan dan menyusui (Angier,
1999 dalam Nevid, 2005).
Menurut Hill dan Monks (dalam Monks, 2006), remaja sendiri merupakan salah
satu penilai yang penting terhadap badannya sendiri. Apabila remaja mengerti bahwa
badannya tersebut memenuhi persyaratan, maka hal itu akan berakibat positif terhadap
penilaian dirinya. Menurtu Hamachek (dalam Yao, 2009) sifat positif terkait dengan
standart yang tinggi dapat dianggap sebagai suatu bentuk orientasi pada kesempurnaan
(perfeksionism). Perfeksionisme menurut Hewit dan Flett (Silverman dalam Peters,
1996) adalah keinginan untuk mencapai kesempurnaan diikuti dengan standar yang
3
tinggi untuk diri sendiri, standar yang tinggi untuk orang lain, dan percaya bahwa orang
lain memiliki pengharapan kesempurnaan untuk dirinya.
Hamchek (Peters, 1996) menjabarkan perfeksionisme dalam dua jenis, yaitu
perfeksionisme normal dan neurotik. Perfeksionisme normal dijabarkan sebagai
seseorang yang memperoleh perasaan kesenangan atau kenikmatan yang sangat nyata
dari usaha kerja yang sungguh-sungguh. Sementara perfeksionisme neurotik adalah
ketika seseorang tidak dapat merasakan kepuasan, dalam pandangan mereka tidak
pernah terlihat cukup baik sesuai keinginannya.
Perfeksionisme neurotik ini dipaparkan pula oleh Pachts (Codd, 2001) yang
menyatakan sikap perfeksionisme merupakan sikap seseorang untuk mencapai
kesempurnaan yang hampa yang membuat seseorang kacau, dan dihubungkan secara
signifikan dengan problem psikologi. Problem psikologi tersebut antara lain depresi,
anorexia nervosa, bulimia, obsessive-compulsive personality disorder, Type A
coronary-prone behavior, migraine, psychosomatic disorder, panic disorder, dan bunuh
diri.
Hasil pengamatan dan wawancara yang dilakukan peneliti di Salatiga, khususnya
di SMK Negeri 1 Salatiga. Salah satu siswi sekolah tersebut pernah mengalami
gangguan anorexia nervosa, hal ini menyebabkan siswi tersebut tidak dapat mengikuti
pelajaran sekolah selama beberapa bulan. Selain itu, pihak guru (Guru BK) SMK Negeri
1 Salatiga, menambahkan bahwa mereka terkadang mendapati anak didik mereka
melakukan perilaku diet, tetapi mereka tidak mendata siswa mereka yang melakukan
perilaku diet, hal ini mereka lihat saat dilaksanakannya upacara sekolah tiap hari senin,
ada beberapa dari siswa mereka yang pingsan dan terkena anemia, saat di konfirmasi
dengan pihak siswa yang bersangkutan, ternyata mereka belum makan dan memang
4
sengaja tidak makan dengan alasan untuk membuat badan mereka menjadi kurus dan
langsing seperti teman-teman mereka.
Terdapat beberapa faktor yang memengaruhi anoreksia nervosa, antara lain faktor
sosiokultural (Bempoard, 1996; Stice, 1994 dalam Nevid 2005), faktor keluarga
(Fabirun dkk, 1997; wonderlich dkk, 1997 dalam Nevid 2005), faktor biologis (Goode,
2000 dalam Nevid 2005), faktor psikologis (Heatherton dkk, 1997 dalam Nevid 2005).
Berdasarkan faktor psiklogis, tedapat beberapa faktor yang memengaruhi
kecenderungan anoreksia nervosa, seperti Penerimaan terhadap kondisi fisik (Bunga,
2012), Body Imgage, kepercayaan diri (Vivi Ratnawati & Diah Sofiah, 2012). Selain
itu, perfeksionisme juga menjadi salah satu faktor yang memengaruhi kecenderungan
anoreksia nervosa ( Halmi dkk, 2000).
Berdasarkan penelusuran penulis dari beberapa jurnal, maka kaitan antara
Perfeksionisme dengan Kecenderungan Anoreksia Nervosa belum banyak diteliti, oleh
karena itu penulis ingin menyoroti ada atau tidaknya hubungan antara Perfeksionisme
dengan kecenderungan mengalami gangguan makan yaitu Anorexia Nervosa pada
remaja perempuan. Penelitian ini dilakukan di SMK Negeri 1 Salatiga dikarenakan
peneliti tertarik untuk melihat fenomena gangguan makan yang terjadi di SMK tersebut,
sesuai dengan pengamatan dan wawancara yang dilakukan peneliti sebelumnya kepada
pihak SMK Negeri 1 Salatiga dan siswanya. Hal inilah yang membuat peneliti tertarik
untuk meneliti lebih lanjut hubungan antara Perfeksionisme dengan kecenderungan
Anorexia Nervosa pada remaja perempuan di SMK Negeri 1 Salatiga.
Dalam penelitian ini, masalah yang ingin diangkat oleh peneliti adalah apakah
terdapat hubungan antara Perfeksionisme dengan kecenderungan Anoreksia Nervosa
pada siswi jurusan kecantikan di SMK Negeri 1 Salatiga?. Tujuan penelitian adalah
5
untuk mengetahui ada-tidaknya hubungan antara Perfeksionisme dengan kecenderungan
Anoreksia Nervosa pada siswi jurusan kecantikan di SMK Negeri 1 Salatiga.
Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya pengetahuan pembaca tentang topik
Perfeksionisme dan kecenderungan Anorexia Nervosa. Hasil dari penelitian yang ada
nantinya diharapkan dapat menjadi salah satu acuan bagi penelitian-penelitian
selanjutnya. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada
gutu, orang tua atau significant others akan kecenderungan anorexia nervosa yang
dialami remaja perempuan, apabila hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan
antara Perfeksionisme dengan kecenderungan Annorexia Nervosa pada siswi jurusan
kecantikan di SMK Negeri 1 Salatiga.
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi Kecenderungan Anoreksia Nervosa
Konsep Anoreksia (Anorexia) berasal dari bahasa Yunani, “an” yang artinya
tanpa, dan “orexis” yang artinya hasrat untuk. Anorexia artinya tidak memiliki hasrat
untuk (makanan), yang sesungguhnya keliru, karena kehilangan nafsu makan diantara
penderita anorexia jarang terjadi (Bunga, 2012). Namun demikian, penderita mungkin
menolak makan lebih dari yang dibutuhkan untuk mempertahankan berat badan
minimal sesuai dengan tinggi badan dan usia mereka. sering terjadi para penderita
melaparkan diri hingga mencapai suatu titik yang membahayakan. Anorexia nervosa
berkembang pada tahap remaja awal dan akhir, antara usia 12 – 18 tahun, namun
kemunculan pada usia yang lebih awal atau lebih tua juga terkadang ditemukan (Nevid,
2005). Salah satu pola anorexia yang umum terjadi, bermula setelah menarche atau
setelah mendapatkan haid pertama. Pada saat itu, perempuan mulai sadar akan
6
pertambahan berat badan dan bersikeras untuk menghilangkannya. Tambahan lemak
tubuh adalah adalah hal yang normal pada masa remaja perempuan: dalam kacamata
evolusioner, lemak bertambah sebagai masa untuk melahirkan dan menyusui (Angier,
1999 dalam Nevid, 2005). Perempuan dengan gangguan makan sering kali melihat diri
mereka lebih berat dibandingkan dengan perempuan normal lain dengan berat badan
yang sama (Horne, Van Vactor & Emerson 1991, dalam Nevid 2005).
Ada dua subtipe umum dari anorexia, yaitu tipe makan berlebihan/membersihkan
dan tipe menahan. Tipe pertama yaitu tipe makan berlebihan/membersihkan ditandai
oleh episode yang sering dari makan berlebihan dan memuntahkannya; tipe kedua yaitu
tipe menahan tidak demikian. Meskipun siklus berulang dari makan banyak dan
memuntahkannya terjadi pada bulimia, individu penderita bulimia tidak mengurangi
berat badan mereka sampai tingkat anoreksik (Nevid, 2005). Perbedaan antara subtipe
anorexia didukung oleh perbedaan dalam pola kepribadian. Individu dengan tipe makan/
muntah cenderung memiliki masalah yang berhubungan dengan kontrol impuls, dimana
peningkatan episode makan berlebihan mungkin melibatkan penyalahgunaan atau
mencuri (Garner, 1993, dalam Nevid 2005). Mereka cenderung untuk berganti-ganti
antara periode kontrol yang kaku dan perilaku impulsif. Mereka yang memiliki tipe
menahan cenderung secara kaku bahkan secara obsesif mengontrol diet dan penampilan
mereka.
Diagnosa Anoreksia Nervosa adalah berdasarkan karakteristik perilaku, psikologis
dan fisiknya. Kriteria diagnostik yang digunakan secara meluas ialah dari American
Psychiatry Association (APA, 2004), melalui DSM-IV. Beberapa kriteria adalah
sebagai berikut:
1. Ketakutan berlebihan untuk meningkatkan berat badan atau menjadi gemuk
7
2. Keengganan untuk menetapkan berat badan pada atau di atas berat normal yang
minimal sesuai umur dan ketinggian tubuhnya
3. Distorsi pandangan tubuh (merasakan dirinya “terlalu gemuk” walaupun dirinya
telah underweight)
4. Tidak mengalami menstruasi (amenorrea) selama sekurang-kurangnya 3 siklus
berturut-turut.
Deteksi Kecenderungan Anoreksia Nervosa
Kecendrungan Anorexia Nervosa dapat dideteksi dengan menggunakan Eating
Attitude Test 26 (EAT 26) yang disusun oleh Garner dan Garfinkel (1982). Alat ukur
tersebut juga pernah digunakan oleh Bunga (2012) dalam penelitiannya untuk
mengetahui hubungan antara penerimaan diri terhadap kondisi fisik dengan
kecenderungan anorexia nervosa pada remaja perempuan di sman 1 banjarmasin, dan
kemudian alat ukur ini dimodifikasi oleh penulis.
Aspek-aspek kecenderngan Anoreksia Nervosa menurut Garner dan Garfinkel
(1982) yang diungkap melalui EAT 26, yaitu:
1. Food preocupation
Individu memiliki perhatian berlebih (terpaku) terhadap makanan. Contohnya
ialah individu merasa bahwa makanan mengendalikannya.
2. Body image for thinness
Citra tubuh untuk menjadi lebih kurus, salah satu tandanya ialah merasa takut
mengalami kelebihan berat badan
3. Vomiting and Laxative abuse
Upaya untuk mempertahankan berat badan dengan menggunakan obat pencahar
atau memuntahkan makanan.
8
4. Dieting
Membatasi asupan makanan yang dikonsumsi seperti mengonsumsi makanan (diet
foods) dan tidak mengonsumsi makanan yang banyak mengandung gula.
5. Slow eating
Makan secara perlahan sehingga waktu yang diperlukan lebih lama dari pada
orang lain dalam menghabiskan makanan.
Faktor-faktor yang memengaruhi Kecenderungan Anoreksia Nervosa
Davison et al., 2004 (dalam Nevid, 2005) mengemukakan beberapa faktor yang
berkontribusi terhadap suatu penyakit atau gangguan anorexia nervosa, antara lain
sebagai berikut:
a. Faktor Sosiokultural
Teoritikus sosiokultural menitik beratkan pada tekanan sosial dan harapan dari
masyarakat pada perempuan muda sebagai kontributor terhadap perkembangan
gangguan makan (Bempoard, 1996; Stice, 1994 dalam Nevid, 2005).
b. Faktor Keluarga
Gangguan makan, anoreksia nervosa sering kali berkembang dari adanya konflik
dalam keluarga (Fairbun dkk, 1997; Wonderlich dkk, 1997 dalam Nevid, 2005).
Keluarga dari perempuan dengan anoreksia cenderung lebih sering mengalami
konflik, kurang memiliki kedekatan dan kurang saling memberi dukungan namun
lebih bersikap overprotective dan kritis daripada kelompok pembanding.(Fairbun
dkk, 1997 dalam Nevid, 2005).
9
c. Faktor Biologis
Kelaparan menyebabkan banyak perubahan biokimia, beberapa diantaranya juga
ditemukan pada depresi. Para ilmuwan menduga bahwa terdapat ketidaknormalan
dalam mekanisme otak yang mengatur rasa lapar dan kenyang pada penderita
anoreksia nervosa kemungkinan terbesar berkaitan dengan serotonin kimiawi otak
(Goode,2000 dalam Nevid, 2005).
d. Faktor Psikologis
Ketidakpuasan terhadap tubuh sendiri adalah faktor penting dalam anorexia
nervosa. (Heatherton dkk, 1997 dalam Nevid, 2005). Ketidakpuasan terhadap
tubuh dapat menghasilkan usaha – usaha yang maladaptif dengan melaparkan diri
dan memuntahkan untuk mencapai berat badan atau bentuk tubuh yang
diinginkan.
Berdasarkan faktor psiklogis, tedapat beberapa faktor yang memengaruhi
kecenderungan anoreksia nervosa, seperti Penerimaan terhadap kondisi fisik (Bunga,
2012), Body Imgage, kepercayaan diri (Vivi Ratnawati & Diah Sofiah, 2012). Selain
itu, perfeksionisme juga menjadi salah satu faktor yang memengaruhi kecenderungan
anoreksia nervosa. Sarah J dkk, (2013) menjelaskam tetang Kecemasan sebagai
Mediator Antara Perfeksionisme dan gangguan makan. Halmi dkk, (2000) dalam
penelitiannya menemukan bahwa Semakin perfeksionisme remaja perempuan maka
semakin tinggi pula kecenderungan untuk mengalami gangguan makan anoreksia
nervosa.
10
Definisi Perfeksionisme
Perfeksionisme menurut Hewit dan Flett (Silverman dalam Peters, 1996) adalah
keinginan untuk mencapai kesempurnaan diikuti dengan standar yang tinggi untuk diri
sendiri, standar yang tinggi untuk orang lain, dan percaya bahwa orang lain memiliki
pengharapan kesempurnaan untuk dirinya dan memotivasi. Definisi ini juga dipakai
oleh Hill (Hill dkk., 2004).
Dimensi Perfeksionisme
Untuk mengukur variabel ini, digunakan skala berdasrkan konsep Perfectionism
Inventory (PI) oleh Hill, dkk (2004) yang pernah digunakan Adi Kurniawan (2012) dan
kemudian dimodifikasikan oleh penulis sesuai tujuan penelitian yang mencakup 2 aspek
orientasi pada kesempurnaan (perfectionism), yakni:
1. Conscientious perfectionism
Ini merupakan dimensi adaptif atau dimensi posotif dari perfeksionisme. Adapun
indikator dari dimensi ini adalah kecenderungan untuk meminta ihak lain memiliki
standar yang sama, kecenderungan untuk rapi dan teratur, kecenderungan untuk
merencanakan di awal atau membicarakan keputusan sebelum diambil,
kecenderungan untuk mengejar hasil yang sempurna atau berstandar tinggi.
2. Self-Evaluative perfectionism
Ini merupakan dimensi maladaptif atau dimensi negatif dari orientasi pada
kesempurnaan. Adapun indikator dari dimensi ini adalah kecenderungan
mengalami stress atau kecemasan akibat kesalahan yang dibuat, kecenderungan
untuk mendapatkan validasi dari orang lain atau sensitif terhadap kritik,
kecenderungan merasa perlu tampil sempurna untuk mendapatkan penerimaan dari
11
lingkungan sekitar, kecenderungan khawatir menegenai kesalahan yang dibuat di
masa lalu atau kesalahan di masa depan.
METODE
Partisipan
Responden penelitian ini adalah seluruh siswi jurusan kecantikan di SMK Negeri
1 Salatiga yang berjumlah 98 orang. Semua responden berjenis kelamin perempuan
dengan usia berkisar 15-18 tahun. Siswa kelas 10 berjumlah 36 orang, siswa kelas 11
berjumlah 32 orang dan siswa kelas 12 berjumlah 30 orang.
Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 2 skala. Skala pertama
yaitu skala kecenderungan Anoreksia Nervosa. Kecenderungan Anoreksia Nervosa
diukur dengan menggunakan Eating Attitude Test 26 (EAT 26) disusun oleh Garner dan
Garfinkel (1982). Alat ukur tersebut pernah digunakan oleh Bunga (2012) dan
kemudian dimodifikasi oleh penulis. Skala ini terdiri dari 26 pernyataan. Dari jumlah
tersebut, 9 pernyataan yang mengacu pada perilaku dieting siswa, 6 pernyataan yang
mengacu pada food preoccupstion, 5 pernyataan mengenai Vomiting and laxative abuse,
5 pertanyaan Body image for thinness, dan 1 pertanyaan mengenai slow eating. Untuk
keseluruhan item mencakup jawaban berdasarkan frekuensi berikut: “Jarang = 0,
kadang-kadang = 1, sering = 2, dan selalu = 3”.
Bagian kedua yaitu sakala Perfeksionisme. Perfeksionisme di ukur dengan
menggunakan Perfectionism Inventory (PI) yang diciptakan Hill, dkk (2004) yang
terdiri dari 29 pernyataan. Dari jumlah tersebut, 12 pernyataan yang mengacu pada
Conscientious perfectionism, selanjutnya 17 pertanyaan yang mengacu pada Self-
12
Evaluative Perfectionism. Untuk keseluruhan item mencakup jawaban berdasarkan
frekuensi berikut: “ 1 = Sangat Tidak Sesuai (STS), 2 = Tidak Sesuai (TS), 3 = Sesuai
(S), dan 4 = Sangat Sesuai (SS).
Reliabilitas dan Seleksi Item
Skala diuji kelayakan kalimat terlebih dahulu terhadap 8 siswi pada hari selasa 4
Agustus 2015. Setelah diperoleh data uji coba, skala direvisi dan disebar ke 98
pratisipan selama 2 hari sekolah yaitu senin 10 Agustus 2015 dan selasa 11 Agustus
2015 di SMK Negeri 1 Salatiga. Dari 98 buku Skala yang disebar dapat dikumpulkan
kembali semuanya.
1. Skala Kecenderungan Anoreksia Nervosa
Uji reliabilitas dan analisa seleksi item pada skala Kecenderungan Anoreksia
Nervosa dilakukan dengan dua kali putaran. Hasil uji reliabilitas dan daya diskriminan
item pada putaran pertama dengan 26 item, didapatkan 4 item gugur yaitu item 15, 16,
17, dan 21. Kemudian pada putaran kedua didapatkan koefisien reliabilitas sebesar
0,898 yang berarti alat ukur tersebut tergolong reliabel. Penentuan-penentuan item valid
menggunakan ketentuan dari Azwar (2012) yang menyatakan bahwa item pada skala
pengukuran dapat dikatakan valid apabila > 0,30. Nilai korelasi item total bergerak
antara 0,333-0,696 dengan minimal indeks daya diskriminan item sebesar > 0,30.
2. Skala Perfeksionisme
Uji reliabilitas dan analisa seleksi item pada skala Perfeksionisme dilakukan dengan
dua kali putaran. Hasil uji reliabilitas dan daya diskriminan item pada putaran pertama
dari Perfeksionisme dengan 29 item didapatkan 3 item gugur yaitu item 24, 25, dan 26.
Kemudian pada putaran kedua didapatkan koefisien reliabilitas sebesar 0,939 yang
13
berarti alat ukur tersebut tergolong reliabel. Penentuan-penentuan item valid
menggunakan ketentuan dari Azwar (2012) yang menyatakan bahwa item pada skala
pengukuran dapat dikatakan valid apabila > 0,30. Nilai korelasi item total bergerak
antara 0,436-0,697 dengan minimal indeks daya diskriminan item sebesar > 0,30.
Prosedur Penelitian
Melalui proses pengumpulan data, maka diperoleh data kasar, kemudian data
tersebut dianalisis dengan metode Product moment korelasi Pearson.. Penggunaan
metode ini bertujuan untuk mengetahui ada-tidaknya hubungan antara Pefeksionisme
dengan kecenderungan anorexia nervosa pada siswi jurusan kecantikan di SMK Negeri
1, Salatiga. Analisa data penelitian yang diperoleh dalam bentuk angka yang dianalisis
dengan memanfaatkan fasilitas komputerisasi SPSS versi 20 for windows. Apabila nilai
sig. < 0,05 maka ada korelasi yang signifikan, sementara apabila nilai sig. > 0,05 maka
tidak ada korelasi yang signifikan.
HASIL PENELITIAN
UJI Deskriptif
1. Variabel Kecenderungan Anoreksia Nervosa (KAN)
Variabel kecenderungan Anoreksia Nervosa (KAN) memiliki skala yang berisi 22
item dengan nilai berjenjang antara nilai 0 hingga nilai 3, dan memiliki mean sebesar
35,28 dengan standar deviasi 9,054 dan jumlah subjek (N) sebanyak 98 yang
memperoleh nilai empirik minimum sebesar 9 dan maksimum 62. Untuk menentukan
tinggi rendahnya hasil pengukuran variabel kecenderungan Anoreksia Nervosa, peneliti
menggunakan 4 (empat) kategori yaitu rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi. Maka
14
skor hipotetik maksimum 3x22 item valid = 66 dan skor minimum 0x22 item valid = 0,
maka intervalnya adalah 16,5 (diperoleh dari perhitungan Interval).
Norma kategorisasi hasil pengukuran Skala KAN dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1.
Kategorisasi Pengukuran Skala Kecenderungan Anoreksia Nervosa
No. Interval Kategori Mean N Presentase
1. 0 < X < 16,5 Rendah 3 3,061%
2. 16,5 < X < 33 Sedang 32 32,65%
3. 33 < X < 49,5 Tinggi 35,28 59 60,204%
4. 49,5 < X < 66 Sangat Tinggi 4 4,085%
Jumlah 98 100%
SD = 9,054 Min = 9 Max = 62
Berdasarkan Tabel 2. di atas dapat dilihat bahwa 4 orang memiliki skor KAN yang
berada pada kategori sangat tinggi dengan presentase 4,085%, 59 orang memiliki skor
KAN pada kategori tinggi dengan presentase 60,204%, 32 orang memiliki skor KAN
pada kategori sedang dengan presentase 32,65%, dan 3 orang memiliki skor KAN pada
kategori rendah dengan presentase 3,061%. Berdasarkan rata-rata KAN siswa berada
pada kategori sedang. Skor yang diperoleh subjek bergerak dari skor minimum sebesar
9 sampai dengan skor maksimum sebesar 62 dengan standar deviasi 9,054.
2. Variabel Perfeksionisme
Variabel Perfeksionisme memiliki skala yang berisi 26 item dengan nilai berjenjang
antara nilai 1 hingga nilai 4. dan memiliki mean sebesar 42,98 dengan standar deviasi
13,460 dan jumlah subjek (N) sebanyak 98 yang memperoleh nilai empirik minimum
sebesar 26 dan maksimum 104 (Lihat tabel 1). Untuk menentukan tinggi rendahnya
15
hasil pengukuran variabel Perfeksionisme, peneliti menggunakan 4 (empat) kategori
yaitu rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi. Maka skor hipotetik maksimum 4x26
item valid = 104 dan skor minimum 1x26 item valid = 26, maka intervalnya adalah 19,5
(diperoleh dari perhitungan Interval). Norma kategorisasi hasil pengukuran Skala
Perfeksioniseme dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2.
Kategorisasi Pengukuran Skala Perfeksionisme
No. Interval Kategori Mean N Presentase
1. 26 < X < 45,5 Rendah
39
39,795%
2. 45,5 < X < 64,5 Sedang 48,52
52
53,061%
3. 65 < X < 84,5 Tinggi 5 5,102%
4. 85,5 < X < 104 Sangat Tinggi 2 2,042%
Jumlah
98
100%
SD = 13,460 Min = 26 Max = 104
Berdasarkan Tabel 4. di atas dapat dilihat bahwa 2 orang memiliki skor
Perfeksionisme yang berada pada kategori sangat tinggi dengan presentase 2,042%, 5
orang memiliki skor Perfeksionisme yang berada pada kategori tinggi dengan presentase
5,102%, 52 orang memiliki skor Perfeksionisme yang berada pada kategori sedang
dengan prensentase 53,061%, dan 39 orang memiliki skor Perfeksinisme pada kategori
rendah dengan presentase 39,795%. Berdasarkan rata-rata Perfeksionisme siswa berada
pada kategori sedang. Skor yang diperoleh subjek bergerak dari skor minimum sebesar
26 sampai dengan skor maksimum sebesar 104 dengan standar deviasi 13,460.
16
Uji Normalitas
Untuk uji normalitas sebaran skor digunakan uji Kolmogorof Smirnov.
Tabel 3.
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
KAN PERFEKSIONISME
N 98 98
Normal Parametersa,b
Mean 35,28 48,52
Std.
Deviation 9,054 13,460
Most Extreme Differences
Absolute ,106 ,082
Positive ,090 ,082
Negative -,106 -,073
Kolmogorov-Smirnov Z 1,051 ,809
Asymp. Sig. (2-tailed) ,220 ,530
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Berdasarkan hasil uji normalitas yang menggunakan Kolmogorof smirnov pada
tabel 4 diatas, dapat diketahui kedua variabel memiliki signifikansi p>0,05. Variabel
kecenderungan Anoreksia Nervosa memiliki nilai K-S-Z sebesar 1,051 dengan nilai
signifikansi sebesar 0,220 (p>0,05). Oleh karena nilai signifikansi p>0,05, maka
distribusi data berdistribusi normal. Hal ini juga terjadi pada variabel Perfeksionisme
yang memiliki nilai K-S-Z sebesar 0,809 dengan nilai signifikansi sebesar 0,530
(p>0,05), dengan demikian data Perfeksionisme juga berdistribusi normal.
17
Uji Linearitas
Uji linearitas dilakukan untuk menguji integritas hubungan data yaitu variabel bebas
dan variabel terikat, untuk mengetahui apakah variabel bebas berhubungan dengan
variabel terikat atau tidak.
Tabel 4.
Hasil Uji Linearitas antara Perfeksionsieme dengan Kecenderungan Anoreksia
Nervosa
ANOVA Table
Sum of
Squares
df Mean
Square
F Sig.
KAN *
PERFEKSIO
NISME
Between
Groups
(Comb
ined) 5899,445 39 151,268 4,275 ,000
Within Groups 2052,117 58 35,381
Total 7951,561 97
Dari hasil uji linearitas diperoleh nilai F sebesar 4,275 dengan sig.= 0,000 (p<0,05) yang
menunjukkan hubungan antara Perfeksoinisme dengan Kecenderungan Anoreksia
Nervosa pada para siswa adalah linear.
Uji Hipotesis
Hasil korelasi antara Perfeksionisme dengan Kecenderungan Anoreksia Nervosa
pada siswa kecantikan SMK Negeri 1 Salatiga yang menggunakan analisis korelasi
Pearson product moment dapat dilihat pada tabel 5, berikut ini :
18
Tabel 5.
Hasil Uji Korelasi antara Perfeksionism dengan Kecenderungan Anoreksia
Nervosa
Correlations
KAN PERFEKSIONISME
KAN
Pearson
Correlation 1 ,363**
Sig. (1-tailed) ,000
N 98 98
PERFEKSIONI
SME
Pearson
Correlation ,363** 1
Sig. (1-tailed) ,000
N 98 98
Berdasarkan hasil perhitungan uji korelasi diperoleh koefisien korelasi antara
Perfeksionisme dengan Kecenderungan Anoreksia Nervosa siswa kecantikan SMK
Negeri 1 Salatiga sebesar 0,01 dengan signifikansi = 0,000 (p<0,05), yang menunjukkan
bahwa ada hubungan yang positif antara Perfeksionisme dengan Kecenderungan
Anoreksia Nervosa siswa kecantikan SMK Negeri 1 Salatiga.
Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi Perfeksionisme maka semakin tinggi
pula Kecenderungan Anoreksia Nervosa yang dialami siswa. Besarnya variasi
Perfeksionisme siswa dengan Kecenderungan Anoreksia Nervosa dapat menjelaskan
bahwa Perfeksionisme memberikan kontribusi Kecenderungan Anoreksia Nervosa
siswa 53,61% dan sisanya 46,39% yang dipengaruhi oleh faktor lain diluar
Perfeksinisme yang dapat berpengaruh terhadap Kecenderungan Anoreksia Nervosa
siswa.
19
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan antara Perfeksionisme dengan
Kecenderungan Anoreksia Nervosa pada siswa jurusan kecantikan di SMK Negeri 1
Salatiga, dari hasil uji korelasi yang sudah dilakukan oleh peneliti maka didapatkan nilai
korelasi sebesar 0,001 dengan signifikansi = 0,000 (p<0,05). Hal ini menunjukkan
bahwa H1 diterima dan H0 ditolak, yang artinya bahwa ada hubungan yang positif
signifikan antara Perfeksionisme dengan Kecenderungan Anoreksia Nervosa pada
siswa jurusan kecantikan di SMK Negeri 1 Salatiga. Hal ini berarti semakin tinggi
Perfeksionisme maka semakin tinggi pula Kecenderungan Anoreksia Nervosa.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Katherine A, Halmi, dkk
(2000). Semakin tinggi skor perfectionism yang diukr menggunakan Muldimentonal
Perfectionism maka semakin tinggi kecenderungan Anoreksia Nervosa. Hal tersebut
dapat disebabkan oleh beberapa kemungkinan. Pertama, sebagai seorang remaja dalam
masa pubertas, siswa mengalami perubahan-perubahan bentuk tubuh menjadi lebih
besar. Para siswa yang memiliki standar-standar tertentu tentang tubuh ideal akan
merasa bahwa tubuh mereka mengalami kegemukan sehingga mengakibatkan siswa
mengalami kecenderungan gangguan makan untuk mempertahankan bobot tubuh ideal
(Self-Evaluative Perfectionism).
Hasil penelitian ini mendukung yang diutarakan oleh Hill dan Monks (dalam
Monks, 2006), remaja sendiri merupakan salah satu penilai yang penting terhadap
badannya sendiri. Apabila remaja mengerti bahwa badannya tersebut memenuhi
persyaratan, maka hal itu akan berakibat positif terhadap penilaian dirinya. Menurtu
Hamachek (dalam Yao, 2009) sifat positif terkait dengan standart yang tinggi dapat
dianggap sebagai suatu bentuk orientasi pada kesempurnaan (perfectionism).
20
Perfeksionisme menurut Hewit dan Flett (Silverman dalam Peters, 1996) adalah
keinginan untuk mencapai kesempurnaan diikuti dengan standar yang tinggi untuk diri
sendiri, standar yang tinggi untuk orang lain, dan percaya bahwa orang lain memiliki
pengharapan kesempurnaan untuk dirinya dan memotivasi.
Berdasarkan hasil analisa deskriptif dalam penelitian ini, diperoleh data bahwa
sebagian besar siswa jurusan kecantikan SMK Negeri 1 memiliki Perfeksionisme
sebesar 53,61% . Sedangkan untuk Kecenderungan Anoreksia Nervosa, sebagian besar
siswa memiliki skor 60,204%.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Ada hubungan positif yang signifikan antara Perfeksionisme dengan
Kecenderungan Anoreksia Nervosa pada siswi jurusan kecantikan di SMK
Negeri 1 Salatiga.
2. Sumbangan efektif Perfeksionisme terhadap Kecenderungan anoreksia nervosa
sebesar 53,61%, sedangkan sisanya 46,39% dipengaruhi oleh faktor lain.
3. Sebagian besar siswi jurusan kecantikan di SMK Negeri 1 Salatiga memiliki
tingkat Perfeksionisme pada kategori sedang dan sebagian besar (60,204%)
mempunyai Kecenderungan anoreksia nervosa pada kategori tinggi.
21
Saran
Adapun saran peneliti berdasarkan hasil penelitian adalah sebagai berikut :
1. Bagi orang tua atau significant others dari siswi yang memiliki Kecenderungan
Anorexia Nervosa
Penelitian ini telah menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara
perfeksionisme dengan kecenderungan anorexia nevosa pada siswi SMK N 1 Salatiga.
Dengan demikian, semakin tinggi perfeksionisme semakin tinggi pula kecendrungan
anorexia nervosa pada siswi. sehingga penting bagi orangtua atau significant others
untuk menyadari tingkat Perfeksionisme siswi dan melakukan pengawasan terhadap
perilaku-perilaku yang merujuk pada kecenderungan anorexia nervosa. Hal tersebut
dimaksudkan untuk mencegah hal-hal yang tidak dinginkan, yaitu gangguan makan
(eating disorder).
2. Bagi penelitian selanjutnya.
Untuk penelitian selanjutnya, diharapkan dapat meneliti faktor-faktor lain yang
dapat mempengaruhi antara Kecenderungan Anoreksia Nervosa pada siswa jurusan
kecantikan selain Perfeksionisme, seperti faktor konsep diri, dan lainnya.
22
DAFTAR PUSTAKA
Antony, M.,& Swinson, R.(2009). When perfect isn’t good enough: strategies for
coping with perfectionism. Oakland: New Harbnger Publication.
Azwar, S. (2004). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta : Pustaka Belajar.
Azwar, S. (2006). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta : Pustaka Belajar. Brown, J.
Boeren, A. (2013). Perfectionism in anorexia nervosa: a literature review. Netherlands:
Tilburg University.
Bunga, P. (2012). Hubungan antara penerimaan terhadap kondisi fisik dengan
Kecenderungan Anorexia Nervosa pada Remaja Perempuan di SMAN 1 Banjarmasin
(Tesis). Universitas Airlangga.
Burns, R. B. (1993). Konsep Diri: Teori, Pengukuran, Perkembangan dan Perilaku.
Jakarta: Arcan.
Davidson., Gerald, C., Neale., John, M., Kring., Ann, M. (2006): Psikologi Abnormal.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
E, et. al. (2005). Nutrition Through The Life Cycle 2nd edition. United States of
America: Thomson Wadsworth.
Flett, G.L, Balnkstein, K.R., Hewitt, P.L., & Koledin, S. (1992). Component of
perfectionism and procarastination in college students. Social Behavior and Personality,
20 (2), 85-94.
Garner, M. D., Olmsted, P., Bohr, Y., & Garfinkel, E. P. (1982). The eating attitude test:
Psychometric feauters and clinical correlates. Journal of Psychological Medicine, 12,
pp: 871-878.
Grigg, M., Bowman, J., Redman, S. (1996). Disordered Eating and Unhealthy Weight
Reduction Practice Among Adolescent Females. Article of Preventive Medicine, No.
011, 871-878.
Gunawinata, V.A.R., Nanik, Lasmono, H.K. (2008) Perfeksionisme, prokrastinasi
akademik, dan penyelesaian skripsi mahasiswa. Anima, Indonesia Psychological
Journal, 23, 256-257.
Halmi, A.K., Sunday, R.S., Michael, S., Kaplan, A., Fichter, M., Treasure, J., et al.
(2000). Perfectionism in anorexia nervosa: variation by clinical subtype obsessionality,
and pathological eating behavior, (157), pp: 1799-1806.
23
Hill, R.W., Huelsman, T.J., Furr, R.M., Kibler, J., Vimcente, B.B., & Kennedy, C.
(2004) A new measure of perfectionism: The perfectionism Inventory. Journal of
Personality Assesment, 82, 80-91.
Hjelle, L. A. & Zielgar, O.J. (1992). Personality Theories Basic Assumtions, Research
& Applications. Singapore: Mc Graw Hill International Book Company.
Hurlock, E. B. (1983). Personality Development. New York: Mc Graw-Hill.
Hurlock, E. B. (1990). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan. Jakarta: Erlangga.
Hurlock, E. B. (1994). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan. (Terjemahan). Jakarta: Erlangga.
Johnson, David W., (1993), Reaching Out: Interpersonal Effectiveness and Self–
Actualization, fith edition, USA, Allyn and Bacon.
Kaur, H., & Kaur. J., (2011). Perfectionism and procrastination: cross cultural
perspective. FWU Journal of Social Sciences, 5, 34-50.
Kurniawan, A. (2012). Pengaruh orientasi pada kesempurnaan (Perfectionism) dan
efikasi diri (Self Efficacy) terhadap prokrastinasi skripsi mahasiswa fakultas psikologi
uksw (Tesis). Universitas Kristen Satya Wacana.
Monks, F.J., Knoers, A.M.P., Haditono, S.R. (2006). Psikologi Perkembangan:
Pengantar dan Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: Gadjah Mada Universiti Press.
Nevid, J. (2005). Psikologi Abnormal. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Pallant, J. (2011). SPSS Survival Manual (4th Ed). Sydney: Midland Typesetter.
Santrock. J. W. (2002). Life-Span Development: Perkembangan Masa Hidup.(edisi
kelima). (Terjemahan). Jakarta: Erlangga.
Santrock. J. W. (2003). Adolescence. Jakarta: Erlangga.
Stice, E. Whitenton, K. (2002). Risk factors for body dissatisfaction in adolescent girls:
a longitudinal investigation. Journal of Developmental Psychology, 38, (5), pp: 669-
678.
Trihn, My., Marsh, W. H, Halse, C. (2000). Adolescent Anorexia Nervosa and Self
Concept [R]. SELF Research Centre. Australia:University of Western Sydney.
Vander Wal, S. J. (2011). Unhealthy Weight Control Behaviors Among Adolescents:
Journal of Health Psychology. 24, (6), pp:713-727.