hubungan antara penggunaan media pembelajaran …digilib.unila.ac.id/54807/3/skripsi tanpa bab...
TRANSCRIPT
i
HUBUNGAN ANTARA PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN
DENGAN PEMAHAMAN KONSEP UKURAN PADA ANAK
USIA 5-6 TAHUN DI PAUD CUT MUTIA
BANDAR LAMPUNG
(Skripsi)
Oleh
DESTILA PERMATA FURY
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
ii
ABSTRAK
HUBUNGAN ANTARA PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN
DENGAN PEMAHAMAN KONSEP UKURAN PADA ANAK
USIA 5-6 TAHUN DI PAUD CUT MUTIA
BANDAR LAMPUNG
Oleh
Destila Permata Fury
Penelitian ini dilatar belakangi oleh kurangnya pemahaman anak usia 5-6 tahun
tentang konsep ukuran di PAUD Cut Mutia Bandar lampung. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui hubungan antara penggunaan media pembelajaran
dengan pemahaman konsep ukuran pada anak usia 5-6 tahun di PAUD Cut Mutia
Bandar Lampung. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Populasi
penelitian ini berjumlah 20 orang. Sementara teknik pengumpulan data pada
penelitian ini menggunakan observasi dan dokumentasi. Teknik analisis data pada
penelitian ini menggunakan tabel silang dan analisis korelasi Sperman Rank.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adanya hubungan antara penggunaan
media pembelajaran dengan pemahaman konsep ukuran pada anak usia 5-6 tahun
di PAUD Cut Mutia Bandar Lampung.
Kata kunci : Media Pembelajaran, Media Realia, Perkembangan Kognitif,
Konsep Ukuran, Pendidikan Anak Usia Dini.
iii
ABSTRACT
THE CORRELATION BETWEEN MEDIA USE WITH
UNDERSTANDING THE CONCEPT OF SIZE
IN CHILDREN AGED 5-6 YEARS IN
EARLY CHILDHOOD CUT MUTIA
BANDAR LAMPUNG
By
Destila Permata Fury
This research was motivated by a lack of understanding about 5-6 years old
childern in early childhood size concept Cut Mutia Bandar Lampung. This study
aims to determine the relationship between the use of media with understanding
the concept of size in childern aged 5-6 years in early childhood Cut Mutia
Bandar Lampung. This type of research is quantitative research. This study
population numbered 20 people. While data collection techniques in this study
using observation and documentation. Data analysis techniques in this study using
cross table and Spearman Rank correlation analysis. The result showed that the
relationship between the use of media with understanding the concept of size in
children aged 5-6 years in early childhood Cut Mutia Bandar Lampung.
Keywords: learning media, media realia, cognitive development, the concept of
size, early childhood
iv
HUBUNGAN ANTARA PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN
DENGAN PEMAHAMAN KONSEP UKURAN PADA ANAK
USIA 5-6 TAHUN DI PAUD CUT MUTIA
BANDAR LAMPUNG
Oleh
Destila Permata Fury
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
viii
RIWAYAT HIDUP
Penulis yang bernama Destila Permata Fury dilahirkan di
Bandar lampung, pada tanggal 27 Desember 1992. Penulis
adalah anak kedua dari empat bersaudara pasangan Bapak
Hadi Purwana dan Ibu Hj. Rumsarini.
Penulis mengawali pendidikan formal pada Tahun 1998 di TK Dwi tunggal
Bandar Lampung. Kemudian melanjutkan pendidikan di SD Negeri 2 Palapa
Bandar lampung Tahun 1999 sampai Tahun 2005, selanjutnya pada Tahun 2005
sampai Tahun 2008 penulis melanjutkan pendidikan SMP di SMP Negeri 9
Bandar Lampung. Pada Tahun 2008 penulis melanjutkan pendidikan di SMA
Negeri 7 Bandar Lampung dan diselesaikan pada Tahun 2011. Pada Tahun yang
sama penulis diterima dan terdaftar sebagai mahasiswi Program Studi Pendidikan
Guru-Pendidikan Anak Usia Dini di Universitas Lampung.
Pada Tahun 2014, penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa
Kebuayan, Kecamatan Karya Penggawa, Kabupaten Pesisir Barat dan pada tahun
yang sama penulis melaksanakan praktik mengajar melalui Program Pengalaman
Lapangan (PPL) di PAUD Tunas Harapan Kebuayan, Kabupaten Pesisir Barat.
ix
MOTTO
“Terkadang aku merasa lelah, ketika apa yang aku impi-impikankan, belum juga
bisa aku wujudkan. Tapi inilah HIDUP, semua butuh perjuangan dan beresiko.
Jika aku MENYERAH, aku KALAH”
(@HenyKattz)
“Aku sayang mama, mama, mama dan papa. Tugasku adalah menghadiahinya
kehidupan yang lebih baik”
(Destila Permata Fury)
“Teruslah bergerak maju! Terserah dengan berlari, berjalan, bahkan merangkak.
Lewati seluruh rintangan di depan, maka akan ada banyak jalan untuk menebus
semua kesalahan”
(Destila Permata Fury)
“Give, Forgive, Forget”
(Destila Permata Fury)
x
PERSEMBAHAN
Dengan mengucapkan Bismillahirrahmanirrahim
Ku persembahkan karyaku ini kepada :
Bapak Hadi Purwana dan Ibu Hj. Rumsarini
Cece Selly, Kak Andhi dan Andini
Seluruh Pendidik dari TK hingga saat ini
Teman-teman yang setia
Almamater tercinta
xi
SANWACANA
Bismillahirrohmanirrohim,
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang yang telah melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Hubungan Antara Penggunaan
Media dengan Pemahaman Konsep Ukuran pada Anak Usia 5-6 Tahun di PAUD
Cut Mutia Bandar Lampung” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan di Universitas Lampung.
Penulis menyadari terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai
pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Papaku Hadi Purwana, mamaku Hj. Rumsarini, kedua kakakku cece Selly
Permata Sari, S.E., dan kak Andhi Fernanda, S.T., juga adikku Andini
Permata Putri yang tiada lelah untuk selalu bersabar menanti aku wisuda
dengan memberikan dukungan fisik, materi, dan doa sepanjang aku hidup.
2. Bapak Prof. Dr. Patuan Raja, M.Pd. selaku Dekan FKIP UNILA.
3. Ibu Dr. Riswanti Rini,M.Si. selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan, terima
kasih banyak atas ilmu, bimbingan dan arahan dalam kepemimpinan ibu
selama ini.
xii
4. Ibu ari Sofia, s.Psi, M.A.Psi. selaku Ketua Program Studi PG-PAUD,
terima kasih banyak atas kesabaran dan ketulusan ibu menghadapi
mahasiswi seperti saya.
5. Ibu Dra. Sasmiati, M.Hum. selaku Pembimbing Akademik dan
Pembimbing I atas kesediaannya tak pernah lelah untuk memberikan
bimbingan, waktu, motivasi, saran dan kritik selama ini.
6. Bapak Drs. Baharuddin risyak, M.Pd. selaku Pembimbing II atas
kesediaan dan keikhlasannya memberi motivasi, waktu, bimbingan, saran
dan kritik selama menyelesaikan penyusunan skripsi ini agar lebih baik.
7. Bapak Dr. Riswandi, M.Pd selaku pembahas atas waktu, saran dan kritik
yang diberikan dalam penyusunan skripsi menjadi lebih sempurna.
8. Bapak dan Ibu dosen PG-PAUD FKIP UNILA, terima kasih telah
memberikan materi pembelajaran selama ini.
9. Staff Administrasi PG-PAUD UNILA mba Eva Oktryana yang baik
banget selalu ramah, mau membantu dan memberikan informasi.
10. Ibu Tri Wahyuni Saputri, S.Pd. selaku Kepala Sekolah serta seluruh guru-
guru PAUD Cut Mutia Bandar Lampung atas bantuan dan kerja samanya
selama penelitian berlangsung.
11. Adik tingkat Herlin Yuliana Sari, S.Pd. terimakasih banyak atas
bantuannya yang sangat berkesan dan berarti untukku.
12. Sahabat kuliah geng bincing kesayangan yang masih tetap mau berteman
walaupun saya lulus belakangan Cindy Giti, S.Pd., Qurotu Aini, S.Pd.,
Ratna H. Fikri, S.Pd., dan Morgi dayana, S.Pd.
xiii
13. Sahabat selamanya Jenita Mutiara Putri S.Pd., M. Aldo Panca Laksamana,
Ridho Wahyu Saputra, Anggun Kusuma Wardani, A.Md., Ulfa Nur
Arizqa, A.Md. dan Ryan Dharma Lihawa, A.Md.
14. Teman-teman seperjuangan Panca Aryani, S.Pd., Khumaira, S.Pd., dan
Septa Septia Sari, S.Pd. (KKN Kebuayan), Kartika Rahmanda, S,Pd.,
Indah Saputri, S.Pd., Endang Kurniawati, S.Pd., Ceni Alpadela, S.Pd. dan
Laylatul Rodiah, S.Pd. (teman kuliah ngulang), Awandha Sahita, S.Pd.,
Ryenauri Valensia Putri, S.Pd. (teman bimbingan).
15. Dan untuk teman detik-detik terakhir Najati Ranala dan Nurhasanah
Suherman, banyak momen mendebarkan yang telah kita rasakan.
16. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang
tidak dapat disebutkan satu per satu. Terima kasih.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi
besar harapan peneliti semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna bagi kita
semua. Aamiin
Bandar Lampung, 12 Desember 2018
Destila Permata Fury
xiv
DAFTAR ISI
HalamanDAFTAR ISI.............................................................................................. xiv
DAFTAR TABEL ..................................................................................... xvi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xvii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xviii
BAB I PENDAHULUAN
A. LatarBelakang ........................................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................................... 5
C. Pembatasan Masalah .............................................................................. 6
D. Rumusan Masalah .................................................................................. 6
E. Tujuan Penelitian.................................................................................... 6
F. Manfaat Penelitian.................................................................................. 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini................................................ 8
1. Pentingnya Perkembangan Kognitif .................................................. 9
2. Tahap Perkembangan Kognitif .......................................................... 10
3. Prinsip Pengembangan Kognitif Anak Usia Dini.............................. 12
4. Teori Dasar Perkembangan Kognitif ................................................. 13
5. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Kognitif ....................... 15
6. Pemahaman Konsep Ukuran dalam Aspek Kognitif ......................... 16
B. Media Pembelajaran ............................................................................... 18
1. Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran ......................................... 19
2. Jenis Media Pembelajaran ................................................................. 20
xv
3. Penggunaan Media Pembelajaran...................................................... 24
C. Penelitian yang Relevan ......................................................................... 26
D. Kerangka Berfikir................................................................................... 27
E. Hipotesis Penelitian................................................................................ 28
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ....................................................................................... 29
B. Prosedur Penelitian................................................................................. 29
C. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................ 30
D. Populasi dan Sampel .............................................................................. 30
E. Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 31
F. Definisi Konseptual dan Operasional Variabel ...................................... 32
G. Uji Validitas Instrumen .......................................................................... 33
H. Instrumen Penelitian............................................................................... 34
I. Teknik Analisis Data .............................................................................. 35
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Profil PAUD Cut Mutia Bandar Lampung............................................. 40
B. Hasil Penelitian....................................................................................... 43
C. Pembahasan Penelitian ........................................................................... 51
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan............................................................................................. 52
B. Saran....................................................................................................... 55
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 56
LAMPIRAN .............................................................................................. 58
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman1. Kisi-kisi Instrumen Penelitian Penggunaan Media Pembelajaran (X) ... 34
2. Kisi-kisi Instrumen Penelitian untuk mengukur Pemahaman Konsep
Ukuran pada anak usia 5-6 tahun (Y)..................................................... 35
3. Penentuan Kriteria Pemahaman Konsep Ukuran ................................... 37
4. Pedoman untuk Memberikan Interpretasi Koefisiensi Korelasi............. 38
5. Data Pendidik dan Tenaga Kerja Kependidikan di PAUD Cut Mutia ... 42
6. Data Anak Usia 5-6 Tahun di PAUD Cut Mutia.................................... 43
7. Distribusi Data Penggunaan Media Pembelajaran Berdasarkan
Aspek yang dinilai................................................................................. 44
8. Distribusi Frekuensi Data Penggunaan Media Pembelajaran ................ 45
9. Distribusi Frekuensi Data Pemahaman Konsep Ukuran Berdasarkan
Aspek yang dinilai................................................................................. 46
10. Distribusi Frekuensi Data Pemahaman Konsep Ukuran ........................ 47
11. Tabel Silang antara Pemahaman Konsep Ukuran dan Penggunaan
Media Pembelajaran ............................................................................... 48
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman1. Kerangka Berfikir................................................................................... 27
2. Rumus Interval ...................................................................................... 36
3. Rumus Spearman Rank ......................................................................... 38
4. Rumus Determinasi ............................................................................... 39
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman1. Instrumen Variabel X Penggunaan Media ........................................... 59
2. Instrumen Variabel Y Pemahaman Konsep Ukuran ............................ 60
3. Rubrik Instrumen Variabel X Penggunaan Media............................... 61
4. Rubrik Instrumen Variabel Y Pemahaman Konsep ukuran................. 62
5. Panduan Observasi Penggunaan Media Pembelajaran ........................ 63
6. Panduan Observasi Pemahaman Konsep Ukuran ................................ 64
7. Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran Harian .................................... 65
8. Hasil Observasi Penggunaan Media Pembelajaran.............................. 74
9. Hasil Observasi Pemahaman Konsep Ukuran ..................................... 75
10. Rekapitulasi Nilai................................................................................. 80
11. Tabel Penolong Koefisiensi Korelasi Sperman Rank .......................... 82
12. Tabel Nilai-nilai RHO.......................................................................... 83
13. Foto Penelitian ..................................................................................... 84
14. Uji Validitas ......................................................................................... 86
15. Surat Izin Penelitian ............................................................................. 96
16. Surat Balasan Penelitian ...................................................................... 97
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan pada anak usia dini digunakan sebagai tempat untuk menstimulasi
setiap perkembangan dan kebutuhan anak. Hal ini dijelaskan dalam Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 137 Tahun
2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini Bab 1, Pasal 1,
Butir 10, yang menyatakan bahwa:
Pendidikan Anak Usia Dini adalah upaya pembinaan yang ditujukankepada anak sejak lahir sampai usia 6 (enam) tahun yang dilakukanmelalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhandan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalammemasuki pendidikan lebih lanjut.
Berdasarkan landasan di atas, pendidikan anak usia dini merupakan salah satu
bentuk penyelenggaraan pendidikan dasar atau pondasi awal bagi
pertumbuhan dan perkembangan anak selanjutnya. Dibutuhkan situasi dan
kondisi yang kondusif dalam proses pembelajaran untuk menciptakan generasi
yang berkualitas.
Dalam upaya untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan anak maka
penyelenggaraan pendidikan bagi anak usia dini disesuaikan dengan tahap-
tahap perkembangan yang dilalui oleh anak itu sendiri. Untuk memberikan
2
pendidikan yang baik pada anak usia dini, pendidik atau guru harus
memahami karakteristik dan kebutuhan mereka sesuai dengan tingkat
perkembangan anak.
Perkembangan anak usia dini dapat terstimulus dengan baik, jika disesuaikan
dengan tahap usia anak. Hal ini penting bagi anak karena dengan
mengembangkan kemampuan tersebut akan mempermudah anak untuk
melanjutkan ke tahap pendidikan selanjutnya.
Mengacu pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 137 Tahun 2014 Pasal 10 menyebutkan bahwa: “Ada enam
aspek yang perlu dikembangkan pada anak usia dini. Enam aspek tersebut
yaitu moral dan nilai-nilai agama, kognitif, fisik motorik, bahasa, sosial
emosional, dan seni. Seluruh aspek tersebut sama-sama bernilai dan sangat
penting”.
Dari berbagai aspek ini perkembangan kognitif harus dikembangkan dan
distimulus sejak dini karena melalui pengembangan kognitif maka fungsi
pikir pada anak dapat digunakan dengan tepat dalam mengatasi sesuatu dan
menyelesaikan masalahnya.
Pada rentang usia 0-6 tahun anak mengalami masa keemasan (the golden
years) yang merupakan masa di mana anak mulai peka atau sensitif untuk
menerima berbagai rangsangan. Masa peka pada masing-masing anak
berbeda, seiring dengan laju pertumbuhan dan perkembangan anak secara
individual. Masa peka adalah masa terjadinya kematangan fungsi fisik dan
psikis, anak telah siap merespon stimulasi yang diberikan oleh lingkungan.
3
Masa ini juga merupakan masa peletak dasar pertama untuk mengembangkan
kemampuan kognitif, afektif, psikomotorik, bahasa, sosio emosional, dan
spiritual. Yusuf (2012:19) menyatakan bahwa “perkembangan adalah
perubahan-perubahan yang dialami oleh individu atau organisme menuju
tingkat kedewasaannya atau kematangannya (maturation) yang berlangsung
secara sistematis, progresif dan berkesinambungan, baik menyangkut fisik
(jasmaniah) maupun psikis (rohaniah)”.
Dari kutipan di atas, maka untuk menciptakan generasi yang berkualitas,
pendidikan harus dimulai sejak dini yaitu melalui Pendidikan Anak Usia Dini
(PAUD).
Senada dengan Suyadi dan Maulidya (2013:17) pendidikan anak usia dini
(PAUD) pada hakikatnya ialah pendidikan yang diselenggarakan dengan
tujuan untuk memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak secara
menyeluruh atau menekankan pada pengembangan seluruh aspek kepribadian
anak.
Salah satu aspek pengembangan kemampuan kognitif anak usia dini adalah
mengembangkan pemahaman tentang konsep ukuran. Konsep ukuran yang
dapat dipelajari anak diantaranya berupa volume, berat, panjang atau jarak,
suhu dan waktu. Maka dari itu, untuk mengembangkan kemampuan mengenal
konsep perlu digunakan media yang menunjang. Media dan sumber belajar
yang digunakan dapat berasal dari lingkungan alam sekitar atau bahan-bahan
yang sengaja disiapkan. Pembuatan media pembelajaran dibuat semenarik
mungkin dan disesuaikan dengan tema atau materi pembelajaran serta
4
memanfaatkan barang-barang yang dekat dengan anak. dengan begitu
pendidik harus menyediakan kegiatan yang sesuai dengan kebutuhan anak
didik dan menyampaikannya dengan cara yang tepat.
Proses pembelajaran tidak terlepas dari peran guru dalam menciptakan
suasana pembelajaran, strategi pembelajaran, media, dan model pembelajaran
yang digunakan. Dalam proses pembelajaran harus terjadi interaksi yang
kondusif dan menyenangkan antara guru dan anak didik, sehingga
pemebelajaran pada anak berlangsung dengan baik, efektif dan efisien.
Berdasarkan keadaan yang peneliti amati di PAUD Cut Mutia Bandar
Lampung, sebanyak 20 orang anak usia 5-6 tahun terlihat masih kesulitan
untuk memahami tentang konsep ukuran karena pemahaman anak pada saat
mengikuti proses pembelajaran belum terstimulus dengan baik.
Hal ini di tandai dengan sebagian anak hanya memahami tentang ukuran
besar, kecil, panjang, pendek, serta waktu. Sedangkan sebagian besar anak
belum dapat seutuhnya memahami tentang konsep ukuran yang lain seperti
banyak - sedikit dan berat – ringan benda. Contohnya: ketika anak diminta
untuk memasukkan bola kecil dan bola besar ke dalam sebuah kardus yang
berbeda, sebagian anak masih memasukkan bola besar ke dalam kardus untuk
bola kecil dan memasukkan bola kecil ke dalam kardus untuk bola besar. Dan
sebagian besar anak masih bingung untuk memilih dengan tepat mana batu-
batu yang lebih banyak atau mana batu-batu yang lebih sedikit.
5
Dilihat dari belajar pembelajaran di kelas, hal ini terjadi karena beberapa
faktor diantaranya: proses pembelajaran sebagaian besar dilakukan secara
klasikal dan belum berpusat pada anak. Anak hanya duduk diam
mendengarkan arahan dan penjelasan dari guru di depan kelas, kemudian
mengerjakan lembar soal dengan cara mengikuti contoh yang diberikan oleh
guru. Dengan cara ini sebagian anak yang dapat duduk diam bisa mengerjakan
lembar soal tentang konsep ukuran besar, kecil, panjang atau pendek. Akan
tetapi sebagian besar anak tidak akan dapat memahami tentang konsep ukuran
yang lain seperti tinggi, rendah, banyak, sedikit, berat dan ringan.
Dengan cara-cara seperti itu, anak akan menjadi pasif, bosan dan kurang
memahami materi yang sedang dipelajari. Anak butuh difasilitasi media yang
tepat dalam menstimulus pemahaman konsep ukurannya, sedangkan benda-
benda yang dekat dengan anak dan yang berada di lingkungan sekitar anak
dapat dengan mudah ditemukan untuk digunakan sebagai media pembelajaran
konsep ukuran..
Berdasarkan hal-hal tersebut maka masalah yang diangkat pada penelitian ini
adalah pemahaman konsep ukuran belum berkembang secara optimal pada
anak usia 5-6 tahun di PAUD Cut Mutia Bandar Lampung.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah dapat
diidentifikasikan sebagai berikut:
1. Kegiatan pembelajaran belum terpusat pada anak.
6
2. Proses pembelajaran cenderung dilakukan dengan metode pemberian
tugas.
3. Anak masih kesulitan memahami konsep ukuran
4. Dalam proses pembelajaran, anak belum menggunakan media yang tepat
untuk mempelajari konsep ukuran.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan indentifikasi masalah di atas, maka peneliti
membatasi masalah pada masalah pemahaman konsep ukuran anak usia 5-6
tahun di PAUD Cut Mutia Bandar lampung yang belum sesuai dengan yang
diharapkan.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah tersebut maka
permasalahan yang akan diteliti adalah “adakah hubungan antara penggunaan
media pembelajaran dengan pemahaman konsep ukuran pada anak usia 5-6
tahun di PAUD Cut Mutia Bandar Lampung?”
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara penggunaan
media pembelajaran dengan pemahaman konsep ukuran pada anak usia 5-6
tahun di PAUD Cut Mutia Bandar lampung.
7
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat, yaitu;
1. Secara Teoritis
Secara teoritik hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan
menjadi masukan serta referensi bagi pembaca ataupun peneliti
selanjutnya untuk mengadakan penelitian serupa di masa yang akan
datang. Selain itu diharapkan hasil penelitian ini menjadi salah satu
pengembangan disiplin ilmu pendidikan khususnya pendidikan anak usia
dini.
2. Secara Praktis
Adapun manfaat yang dimaksud adalah sebagai berikut:
a. Bagi Siswa
Agar siswa lebih aktif dan tertarik dalam mengikuti proses
pembelajaran dan lebih memahami konsep ukuran secara konkret.
b. Bagi Guru
Sebagai bahan masukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran,
serta menambah pengetahuan guru dalam menggunakan media
pembelajaran yang konkret sebagai proses pembelajaran konsep ukuran
pada anak usia dini.
c. Bagi Sekolah
Memberikan informasi tentang pentingnya pembelajaran yang sesuai
dengan tahap perkembangan dalam mengembangkan potensi anak usia
dini.
8
d. Bagi Peneliti
Menambah pengalaman, dan ilmu pengetahuan sehingga kelak akan
menjadi seorang guru yg berkualitas dan profesional.
e. Bagi Peneliti Lain
Memberikan informasi dan masukan bagi para peneliti berikutnya yang
ingin melakukan penelitian khususnya dalam menstimulus pemahaman
konsep ukuran pada anak usia dini.
BAB IIKAJIAN PUSTAKA
A. Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini
Kognitif adalah proses yang terjadi secara internal di dalam pusat susunan
syaraf pada waktu manusia sedang berfikir. Kemampuan untuk berfikir secara
abstrak, berfikir berdasarkan pengetahuan, menyesuaikan diri dengan
lingkungan, dan teknik untuk memproses informasi yang disediakan oleh
indera.
Beberapa ahli yang mendalami ilmu dibidang pendidikan mendefinisikan
kognitif, menurut Gardner (dalam Susanto, 2011:47) mengemukakan bahwa
“kognitif adalah kemampuan pada anak untuk memecahkan masalah atau
menciptakan karya yang bisa dihargai dalam suatu kebudayaan atau lebih”.
Selanjutnya Sujiono (2006:1.3) mengemukakan bahwa “proses kognitif
berhubungan dengan tingkat kecerdasan yang menandai seseorang dengan
berbagai minat terutama kepada ide-ide dan belajar”. Hal berbeda
dikemukakan Binet (dalam Susanto, 2011:51) bahwa “potensi kognitif
seseorang tercermin dalam kemampuannya meyelesaikan tugas-tugas yang
menyangkut pemahaman dan penalaran”.
9
Atas dasar hal tersebut maka dari itu potensi kognitif ditentukan pada masa
perkembangan, namun terbentuk atau tidaknya tergantung lingkungan dan
kesempatan yang diberikan.
1. Pentingnya Perkembangan Kognitif
Pada dasarnya, pengembangan kognitif dimaksudkan agar anak mampu
melakukan eksplorasi terhadap dunia sekitar melalui panca inderanya,
sehingga dengan pengetahuan yang didapatkannya tersebut anak akan
dapat melangsungkan hidupnya dan menjadi manusia yang utuh sesuai
dengan kodratnya sebagai makhluk Tuhan yang harus memberdayakan apa
yang ada di dunia ini untuk kepentingan dirinya dan orang lain. Adapun
proses kognisi meliputi berbagai aspek, seperti persepsi, ingatan, pikiran,
simbol, penalaran, dan pemecahan masalah.
Sehubungan dengan hal ini menurut Piaget (dalam Susanto, 2011:48)
berpendapat, bahwa;
Pentingnya guru mengembangkan kognitif pada anak, adalah:a. Agar anak mampu mengembangkan daya persepsinya berdasarkan
apa yang dilihat, didengar dan dirasakan, sehingga anak akanmemiliki pemahaman yang utuh dan komprehensif;
b. Agar anak mampu melatih ingatannya terhadap semua peristiwadan kejadian yang pernah dialaminya;
c. Agar anak mampu mengembangkan pemikiran-pemikirannyadalam rangka menghubungkan satu peristiwa dengan peristiwalainnya;
d. Agar anak mampu memahami simbol-simbol yang tersebar didunia sekitarnya;
e. Agar anak mampu melakukan penalaran-penalaran, baik yangterjadi secara alamiah (spontan), maupun melalui proses ilmiah(percobaan);
f. Agar anak mampu memecahkan persoalan hidup yang dihadapinya,sehingga pada akhirnya anak menjadi individu yang mampumenolong dirinya sendiri.
10
Maka dari itu, dengan melalui pembelajaran yang dapat menstimulus
perkembangan kognitif anak, fungsi berfikir pada anak akan dapat
digunakan dengan cepat dan tepat dalam mengatasi suatu situasi untuk
memecahkan suatu masalah yang anak alami. Dengan demikian anak
mendapat ilmu pengetahuan dan pengalaman untuk bekal hidup
dikemudian hari.
2. Tahap Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif mengacu pada perkembangan anak dalam berfikir
dan ditandai oleh suatu kemampuan untuk merencanakan, menjalankan
suatu strategi untuk mengingat, dan untuk mencari jalan keluar terhadap
suatu permasalahan.
Jean Piaget adalah seorang ahli biologi berkebangsaan Swiss yang
merupakan salah seorang yang merumuskan teori yang dapat menjelaskan
fase-fase perkembangan kognitif. Perkembangan kognitif menurut Piaget
(dalam Sujiono 2007:155) “terbagi menjadi 4 tahap yaitu tahap sensori
motor, tahap pra operasional, tahap operasi konkrit dan tahap operasi
formal”. Berikut ini penjelasannya;
a. Tahap Sensori motor (0-2 tahun)
Pada rentang usia 0-2 tahun anak berinteraksi dengan dunia sekitar
melalui panca indera dimulai dari gerakan reflek yang dimiliki sejak
lahir, menghisap, menggenggam, melihat, melempar hingga pada akhir
usia 2 tahun anak sudah dapat menggunakan satu benda dengan tujuan
berbeda.
11
b. Tahap Pra Operasional (2-7 tahun)
Pada rentang usia 2-7 tahun merupakan masa permulaan anak untuk
membangun kemampuannya dalam menyusun pikirannya. Maka cara
berfikir anak belum stabil dan terorganisir dengan baik. Tahap
perkembangan ini dibagi menjadi 3 sub, yaitu:
Berfikir secara simbolik (2-4 tahun), adalah tahap kemampuan berfikir
tentang objek dan peristiwa secara abstrak. Anak sudah dapat
menggambarkan objek yang tidak ada dihadapannya. Ditambah dengan
kemampuan bahasa dan fantasi sehingga anak dapat menggunakan kata-
katanya untuk menandai suatu objek dan membuat substitusi dari objek
tersebut.
Berfikir secara egosentris (2-4 tahun), adalah tahap anak melihat dunia
dengan perspektifnya sendiri, menilai sendiri, sehingga anak belum
dapat menilai dari sudut pandang orang lain.
Berfikir secara intuitif (4-7 tahun), adalah tahap kemampuan anak untuk
menciptakan sesuatu tetapi tidak mengetahui alasan pasti mengapa
melakukan itu. Pada usia ini anak sudah dapat mengklasifikasi objek
sesuai dengan kelompoknya.
c. Tahap Operasi Konkrit (7-12 tahun)
Pada rentang usia 7-12 tahun anak sudah mempunyai kemampuan
berfikir secara logis dengan syarat objek yang menjadi sumber berfikir
tersebut hadir secara konkret. Anak dapat mengklasifikasi objek,
12
mengurutkan benda sesuai dengan tata urutnya, memahami cara
pandang orang lain dan berfikir secara deduktif.
d. Tahap Oprasi Formal (12 tahun)
Para rentang usia 12 ke atas, anak mulai dapat berfikir secara abstrak
seperti kemampuan mengemukakan ide-ide, memprediksi kejadian
yang akan terjadi, melakukan proses berfikir ilmiah yaitu
mengemukakan hipotesis dan menentukan cara untuk membuktikan
kebenaran hipotesis tersebut.
Mengacu pada tahap perkembangan kognititf tersebut, maka anak usia dini
berada pada tahap praoperational. Pada tahap ini anak usia dini dalam
proses memahami konsep matematika yang lebih baik dipelajari dengan
menggunakan objek (benda nyata) yang bertujuan untuk memanipulasi
daripada dengan menggunakan simbol. Oleh sebab itu maka pendidik
harus memberikan kesempatan pada setiap anak untuk dapat melakukan
sesuatu, baik secara individual maupun kelompok sehingga anak akan
memperoleh pengalaman dan pengetahuan.
3. Prinsip pengembangan Kognitif Anak Usia Dini
Mengembangkan potensi yang ada pada anak secara optimal dalam proses
pembelajaran tidak akan dapat dicapai dengan waktu yang sangat singkat,
semunya membutuhkan proses yang panjang dan proses tersebut tidak
dapat diukur dalam priode tertentu. Untuk mengetahui berhasil tidaknya
proses pembelajaran, pendidik dapat mengamati melalui instrumen-
instrumen pembelajaran dari indikator yang terjadi. Maka seluruh proses
13
dan tahapan pembelajaran harus mengarah pada upaya untuk mencapai
perkembangan potensi-potensi yang dimiliki oleh anak.
Menurut Aunurrahman (2012:134) ada hal yang sangat penting
diperhatikan dalam proses pembelajaran kognitif, yaitu:
a. Perhatian harus dipusatkan pada aspek-aspek lingkungan yangrelevan sebelum proses kognitif terjadi.
b. Hasil belajar kognitif akan bervariasi sesuai dengan taraf dan jenisperbedaan individual yang ada.
c. Bentuk-bentuk kesiapan perbendaharaan kata atau kemampuanmembaca, kecakapan dan pengalaman berpengaruh langsungterhadap proses belajar kognitif.
d. Pengalaman belajar harus di organisasikan kedalam satuan-satuanatau unit-unit yang sesuai.
e. Bila menyajikan konsep, kebermaknaan dalam konsep amatlahpenting. Perilaku mencari, penerapan, pendefinisian resmi danpenilaian sangat diperlukan untuk menguji bahwa suatu konsepbenar-benar bermakna.
Dalam pemecahan masalah, para siswa harus dibantu untuk
mendefinisikan dan membatasi lingkup masalah, menemukan indformasi
yang sesuai, menafsirkan dan menganalisis masalah dan memungkinkan
tumbuhnya kemampuan berfikir yang multy dimensional.
4. Teori Dasar Perkembangan Kognitif
Pada rentang usia 3 sampai 6 tahun, anak mulai memasuki masa
prasekolah yang merupakan masa kesiapan untuk memasuki pendidikan
formal yang sebenarnya di sekolah dasar.
Menurut Dewey (dalam Sujiono, 2006:2.7) mengatakan bahwa “pendidik
harus memberikan kesempatan pada setiap anak untuk dapat melakukan
sesuatu, baik secara individual maupun kelompok sehingga anak akan
14
memperoleh pengalaman dan pengetahuan. Sekolah harus dijadikan
laboraturium bekerja bagi anak-anak”.
Sedangkan Gessel dan Amatruda (dalam Sujiono, 2006:2.8)
mengemukakan bahwa “anak usia 4-5 tahun adalah masa belajar
matematika sederhana, misalnya menyebutkan bilangan, menghitung
urutan bilangan, dan penguasaan jumlah kecil dari benda-benda”.
Dengan demikian maka untuk mengembangkan kemampuan kognitif anak
harus diberi pemahaman melalui contoh-contoh melalui benda konkrit
(nyata), peragaan langsung, dan dikemas melalui bermain. Dengan cara
ini, maka secara tidak langsung mereka dapat menerima apa yang
diajarkan kepada mereka. Pendidik juga harus memberikan kesempatan
pada setiap anak untuk dapat melakukan sesuatu, baik secara individual
maupun kelompok sehingga anak akan memperoleh pengalaman dan
pengetahuan. Begitu juga dengan sekolah, harus dijadikan tempat anak
bermain seraya belajar dalam setiap hal yang anak lakukan.
Dalam pembelajaran melalui benda konkrit ini anak harus diberikan atau
dihadapkan dengan benda-benda yang nyata agar anak tidak bingung dan
berimajinasi sendiri, karena apa yang kita fikirkan belum tentu itu yang
ada di dalam fikiran anak terlebih lagi jika memang mereka baru
menerima atau mendengar atau mempelajari materi pembelajaran tersebut.
Dengan kata lain anak distimulus untuk meneliti dan berfikir melalui
benda nyata sebagai contoh materi pembelajaran. Harapannya adalah anak
akan lebih mudah untuk mengerti dan mendapatkan pengalaman tentang
15
materi yang diajarkan, karena otak anak dapat lebih menerima dan
mengingat benda-benda yang dapat dilihat dan disentuhnya.
5. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Kognitif
Banyak faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan kognitif,
namun sedikitnya faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif
dapat dijelaskan, seperti menurut Susanto (2011:59) yaitu;
a. Faktor keturunanSeorang ahli filsafat Schopenhauer, berpendapat bahwa manusialahir sudah membawa potensi-potensi tertentu yang tidak dapatdipengaruhi oleh lingkungan. Dikatakan pula bahwa, tarafintelegensi sudah ditentukan sejak anak dilahirkan. Para ahlipsikologi Lehrin, Lindzey, dan Spuhier berpendapat bahwa tarafintelegensi 75-80% merupakan warisan atau faktor keturunan.
b. Faktor lingkunganJohn Locke berpendapat bahwa, “manusia dilahirkan dalamkeadaan suci seperti kertas putih yang masih bersih belum adatulisan atau noda sedikitpun”. Teori ini dikenal luas dengan sebutanteori Tabula rasa. Menurut John Locke, perkembangan manusiasangatlah ditentukan oleh lingkungannya. Berdasarkan pendapatLocke, taraf intelegensi sangatlah ditentukan oleh pengalaman danpengetahuan yang diperolehnya dari lingkungan hidupnya.
c. Faktor kematanganTiap organ (fisik maupun psikis) dapat dikatakan matang jika telahmencapai kesanggupan menjalankan fungsinya masing-masing.Kematangan berhubungan erat dengan usia kronologis (usiakalender).
d. Faktor pembentukanPembentukan ialah segala keadaan di luar diri seseorang yangmemengaruhi perkembangan intelegensi. Pembentukan dapatdibedakan menjadi pembentukan sengaja (sekolah formal) danpembentukan tidak sengaja (pengaruh alam sekitar). Sehinggamanusia berbuat intelegensi karena untuk mempertahankan hidupataupun dalam bentuk penyesuaian diri.
e. Faktor minat dan bakatMinat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakandorongan untuk berbuat lebih giat dan lebih baik lagi. Adapunbakat diartikan sebagai kemampuan bawaan, sebagai potensi yangmasih perlu dikembangkan dan dilatih agar dapat terwujud, bakatseseorang akan mempengaruhi tingkat kecerdasannya. Artinyaseseorang yang memiliki bakat tertentu, maka akan semakin mudahdan cepat mempelajarinya.
16
f. Faktor kebebasanKebebasan yaitu keleluasaan manusia untuk berfikir divergen(menyebar) yang berarti bahwa manusia dapat memilih metodemetode tertentu dalam memecahkan masalah-masalah, juga bebasdalam memilih masalah sesuai kebutuhannya.
Dari faktor-faktor di atas dapat disimpulkan bahwa perkembangan
kemampuan kognitif anak akan mendapatkan hasil yang berbeda-beda
sesuai dengan berapa faktor yang mereka kuasai, semakin banyak faktor
yang dapat mereka miliki semakin banyak potensi kognitif anak
berkembang.
6. Pemahaman Konsep Ukuran dalam Aspek Kognitif
Anak terlahir dengan rasa ingin tahu yang tinggi. Anak usia dini adalah
masa dimana anak aktif menyusun konsep dasar. Konsep dapat dibangun
dan digunakan anak-anak dalam kehidupan sehari-hari, dan kesadaran
tentang konsep Matematika telah dimiliki anak sejak usia dini.
Pengalaman konkret yang dialaminya membantu anak untuk memahami
konsep-konsep Matematika. Sesuai dengan pendapat Piaget (dalam
Suyanto, 2005:56) yang menyatakan bahwa “pengenalan matematika
sebaiknya dilakukan dengan benda konkret dan pembiasaan”.
Kemampuan matematis pada anak akan sangat membantu serta
mempengaruhi perkembangan konsep yang dimilikinya, hal ini juga
berpengaruh pada kemampuan anak baik dimasa sekarang maupun dimasa
yang akan datang tentunya dengan konsep Matematika yang lebih
kompleks, seperti penambahan, pengurangan, perkalian, pembagian dan
penggunaan ukuran baku dalam pengukuran.
17
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:1239) bahwa, “ukuran
merupakan hasil mengukur, panjang lebar, luas besar sesuatu, bilangan
yang menunjukkan besar suatu ukuran suatu benda”.
Sedangkan pengukuran menurut Hambali (1991:359) adalah
“membandingkan suatu ukuran dengan suatu ukuran yang lain yang
sejenis sebagai suatu patokan”.
Sejalan dengan Tarigan (2006:102) yang berpendapat “mengukur adalah
proses membandingkan suatu objek yang akan diukur dengan suatu objek
yang sudah diketahui ukurannya”.
Dari pendapat yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa
pengukuran merupakan penandaan suatu objek atau benda tertentu
menggunakan simbol angka sehingga dapat dibandingkan dengan objek
yang lain dan diketahui ukurannya.
Terkait konsep dan keterampilan mengukur, anak usia dini memiliki tugas
untuk mendeskripsikan dan membandingkan ukuran, seperti panjang dan
berat. Terdapat 3 macam perbandingan yang dapat membantu anak dalam
mengembangkan konsep ukuran, yaitu membandingkan dua benda (apakah
terlihat sama atau tidak), membandingkan dua benda yang berdekatan
secara langsung dan membandingkan dua objek secara tidak langsung,
yaitu dengan menggunakan 3 benda.
Pengalaman yang dilalui anak akan membantu dalam perkembangan
pemahamannya terhadap konsep ukuran. Pemahaman konsep ukuran
18
merupakan kemampuan anak dalam menggunakan pengetahuan yang
dimilikinya untuk melakukan kegiatan perbandingan terhadap dua benda
atau lebih yang memiliki besaran yang sama sehingga dapat
mempertahankan pendapatnya, membedakan benda yang ada disekitarnya,
menerangkan, memperkirakan, serta memberi contoh kepada orang lain.
Anak seharusnya lebih sering melakukan pengukuran pada permasalahan
yang nyata dan mencoba pengukuran secara langsung. Kegiatan bermain
dan menggunakan media merupakan aktivitas yang mampu memberikan
kesempatan kepada anak untuk dapat membedakan antara konsep ukuran
banyak dan sedikit, lebih berat dan lebih ringan serta panas dan dingin.
Anak usia 5-6 tahun telah mampu diberikan kesempatan untuk menyelidiki
dalam kegiatan pengukuran.
B. Media pembelajaran
Media berasal dari bahasa latin yang merupakan bentuk jamak dari kata
“medium”, secara harfiah berarti “perantara atau pengantar”. Pengertian
media pembelajaran yaitu meliputi alat bantu guru dalam mengajar serta
saran pembawa pesan dari sumber belajar kepada siswa.
Menurut Gerlach dan Ely (dalam Latif, 2013:151) secara garis besar, media
adalah “manusia, materi, kejadian, yang membangun kondisi agar siswa
mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap”.
19
Sedangkan menurut Sadiman (dalam Kustandi, 2011:7) media merupakan
“suatu alat yang dijadikan sebagai saran perantara untuk menyampaikan
sebuah pesan, supaya pesan yang diinginkan dapat tersampaikan”.
Dari pendapat di atas tersebut disimpulkan bahwa media adalah sebuah alat
bantu atau perantara untuk menyampaikan suatu maksud, yang merangsang
terjadinya proses pembelajaran dan membuat siswa memperoleh
pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Penggunaan media akan lebih
mempercepat pemahaman nalar anak dalam mempelajari sesuatu.
Penggunaan media pembelajaran juga mampu membuat anak bersemangat
untuk mengikuti proses pembelajaran.
1. Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran
Media pembelajaran dalam kegiatan belajar bukan hanya sekedar alat
bantu, akan tetapi mempunyai fungsi dan manfaatnya.
Media pembelajaran berfungsi untuk membantu mengatasi hambatan yang
terjadi didalam kelas. Fungsi media pembelajaran menurut Hamalik
(dalam Suryani, 2012:146) yaitu:
a. Mewujudkan situasi pembelajaran yang efektif.b. Penggunaan media merupakan bagian internal dalam sistem
pembelajaran.c. Media pembelajaran penting dalam rangka mencapai tujuan
pembelajaran.d. Penggunaan media dalam pembelajaran adalah untuk mempercepat
proses pembelajaran dan membantu siswa dalam upaya memahamimateri yang disajikan oleh guru dalam kelas.
e. Penggunaan media dalam pembelajaran dimaksudkan untukmempertinggi mutu pendidikan.
Berdasarkan pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa fungsi media
pembelajaran adalah untuk memberikan informasi kepada siswa agar siswa
20
dapat memahami materi pembelajaran dengan mudah dan menarik tentu
sesuai dengan prinsip belajar sehingga menciptakan motivasi dalam diri
siswa untuk belajar dan mempelajari.
Adapun manfaat menggunakan media dalam pembelajaran menurut
Zaman (2010:4) yaitu sebagai berikut;
a. Informasi pembelajaran dapat disampaikan dengan lebih jelas,menarik, konkrit dan tidak hanya dalam bentuk kata-kata tertulisatau lisan.
b. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera. Misalnyaobjek yang terlalu besar dapat digantikan dengan realita, gambar,film bingkai, atau model. Kejadian atau peristiwa yang terjadi dimasa lalu dapat ditampilkan lagi lewat rekaman film, video, danlain-lain.objek yang terlalu kompleks dapat disajikan denganmodel, diagram dan lain-lain.
c. Meningkatkan sikap aktif siswa belajar.d. Menimbulkan kegairahan dan motivasi dalam belajar.e. Memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara siswa dengan
lingkungan dan kenyataan.f. Memungkinkan siswa belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan
dan minatnya.g. Memberikan rangsangan, pengalaman dan persepsi yang sama bagi
siswa.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa media dalam proses
pembelajaran yaitu dapat mempertinggi hasil belajar anak. oleh karena itu
penggunaan media pembelajaran sangat dianjurkan untuk mempertinggi
kualitas pembelajaran.
2. Jenis Media Pembelajaran
Dalam proses pembelajaran pada anak usia dini rata-rata menggunakan
alat bantu, yaitu media pembelajaran. Banyak sekali jenis media
pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran.
21
Jenis media pembelajaran menurut Herry (dalam Ahmad, 2007:6.31)
“dibagi menjadi tiga kelompok besar yang dapat dikembangkan dan
digunakan dalam kegiatan pembelajaran, yaitu media visual, media audio,
media audio visual”. Berikut penjelasan tentang jenis-jenis media
pembelajaran, yaitu;
a. Media Visual
Jenis media ini yaitu jenis media yang hanya dapat dilihat. Jenis media
visual adalah jenis media pembelajaran yang paling banyak digunakan
oleh guru. Media visual pada dasarnya merupakan media yang
menggunakan alat proyeksi atau yang sering disebut dengan proyektor,
di mana gambar atau tulisannya akan nampak pada layar. Media
proyeksi ini dibagi menjadi dua jenis yaitu gambar diam dan gambar
bergerak. Selain media visual proyektor terdapat juga media yang tidak
diproyeksikan, yaitu;
a) Media gambar diam/mati
Gambar yang disajikan secara fotografik seperti gambar manusia,
binatang, tempat, atau objek-objek yang ada kaitannya dengan isi
tema yang disajikan. Gambar diam ada yang bersifat tunggal dan
berseri. Berseri yaitu gambar diam yang saling berhubungan dari
gambar yang satu dengan gambar yang lainnya. Keuntungan dari
menggunakan media gambar diam adalah gambar mudah untuk
digunakan, menjadikan gagasan anak yang abstrak menjadi konkrit,
dapat digunakan pada setiap kegiatan dan semua tema, tidak mahal
bahkan mungkin tanpa mengeluarkan biaya untuk pengadaannya
22
karena banyak tersedia dalam buku-buku, majalah, surat kabar,
kalender dan sebagainya. Akan tetapi media gambar ini tidak bisa
menimbulkan gerak dan gambarnya tidak boleh terlalu kecil jika
proses kegiatan dilakukan dalam kelas yang besar.
b) Media grafis
Media pandang dua dimensi yang mepunyai tampakan gambar dan
tulisan dibuat secara khusus untuk memberikan pesan-pesan
pendidikan. Media ini dapat digunakan untuk mengungkapkan fakta
atau gagasan melalui penggunaan kata-kata, angka dan bentuk
simbol atau lambang. Jenis-jenis media grafis diantaranya seperti
grafik, bagan, diagram, poster, kartun, dan komik. Media grafis ini
sifatnya sederhana, dapat menarik perhatian, murah, mudah
disimpan dan dibawa.
c) Media model
Media ini merupakan media tiga dimensi yang sering digunakan
dalam kegiatan di PAUD, media ini tiruan dari objek nyatanya,
seperti objek yang terlalu besar, terlalu jauh, terlalu kecil, terlalu
mahal, jarang ditemukan, terlalu rumit jika dibawa ke dalam kelas
atau terlalu sulit untuk dipelajari wujud aslinya. Media model
mempunyai ukuran yang mungkin persis sama, mungkin juga lebih
kecil atau lebih besar dari objek sebenarnya.
d) Media realia
Alat bantu visual dalam pendidikan yang berfungsi memberikan
pengalaman langsung kepada anak. Realia ini merupakan model dan
23
objek nyata dari suatu benda, seperti mata uang, tumbuhan, binatang
dan lain-lain.
b. Media Audio
Media yang mengandung pesan dalam bentuk auditif atau hanya dapat
didengar, yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan
kemauan anak untuk mempelajari isi tema. Contoh media audio yaitu
kaset suara dan radio. Penggunaan media ini berguna untuk melatih
aspek-aspek keterampilan mendengarkan. Karena media ini sangat
pasif, maka harus diatasi dengan cara memanfaatkan media lainnya.
Ada beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan dalam
menggunakan media audio untuk anak usia dini, yaitu; media ini dapat
melayani dengan baik anak yang sudah memiliki kemampuan dalam
berfikir abstrak, media ini jugamemerlukan pemusatan perhatian yang
lebih tinggi dibanding media lainnya, dan jika ingin anak mendapatkan
hasil belajar yang lebih optimal kontrol belajar bisa dilakukan melalui
penguasaan perbendaharaan kata-kata, bahasa, dan susunan kalimat.
c. Media Audio-Visual
Media ini merupakan kombinasi dari media audio dan media visual,
yaitu media yang bisa dilihat dan didengar. Dengan menggunakan
media ini maka penyajian isi tema dalam proses pembelajaran menjadi
lengkap dan optimal. Media ini juga dapat menggantikan tugas guru
karena penyajian materi digantikan oleh media dalam batas-batas
tertentu.
24
Guru bisa beralih menjadi fasilitator belajar yaitu memberikan
kemudahan bagi anak untuk belajar. Contoh media audio-visual seperti
televisi, video pendidikan atau intruksional, program slide suara dan
lain-lain.
3. Penggunaan Media Pembelajaran
Membina anak untuk mengembangkan semua aspek perkembangan anak
dalam waktu yang telah ditetapkan dan relatif terbatas maka diperlukan
penggunaan media pembelajaran untuk membantu tugas guru dalam
menyajikan pesan, membimbing dan membina. Menggunakan media
pembelajaran membutuhkan keterampilan tertentu dan khusus.
Berikut ini contoh penggunaan beberapa media pembelajaran dan hal-hal
yang harus diperhatikan dalam penggunaanya, yaitu;
a. Media cetak
Buku mutlak digunakan oleh guru sebagai sumber belajar. Dalam
menggunakan buku harus mempunyai dasar pertimbangan apakah isi
buku relevan dengan kurikulum atau program yang berlaku, isi dan
topik yang disajikan pembahasannya mudah dipahami oleh anak,
kemampuan pengarang dan penerbit, kebaruannya dan lain-lain.
b. Benda sebenarnya
Guru dapat menggunakan benda sebenarnya sebagai media
pembelajaran seperti pada saat guru sedang menjelaskan tanaman, guru
dapat membawa anak-anak ke halaman sekolah, misalnya mengamati
bunga, anak dapat menyentuh kelopaknya, tangkainya, daunnya,
25
wanginya, tanpa memetik atau merusak, dan menyiramnya agar tumbuh
subur.
c. Barang bekas
Media barang bekas perlu kreativitas dari guru untuk menjadikannya
media pembelajaran. Contohnya botol bekas minuman kaleng dapat
dibuat menjadi kaleng suara dengan diisi bermacam-macam benda
seperti batu, beras, pasir untuk berlatih seni musik, melatih pendengaran
karena dapat mengenalkan bunyi-bunyian pada anak.
d. Model
Guru dapat menggunakan model tiruan seperti rumah-rumahan, mobil-
mobilan dan lain-lain. Model ini cukup efektif digunakan untuk
memberi pengetahuan dan informasi pada anak dalam mengenal objek-
objek tertentu dalam bentuk dan tiruan dari benda sebenarnya.
Berdasarkan pemaparan jenis-jenis pembelajaran di atas, maka peneliti
menggunakan media realia dalam proses pembelajaran. Media realia
adalah alat bantu dalam proses pembelajaran yang bisa memberikan
pengalaman langsung pada anak dan dapat memudahkan anak untuk
mengingat apa yang telah mereka pelajari. Media realia dapat ditemukan
di lingkungan sekitar, sepeti tumbuhan, hewan, air, batu, pasir dan lain
sebagainya. Media realia dapat membantu pendidik untuk mempermudah
memberikan stimulasi, membangkitkan motivasi anak untuk belajar, dan
mempermudah anak untuk menerima materi yang disampaikan ketika
pembelajaran berlangsung.
26
Oleh sebab itu, media realia dapat digunakan sebagai alat bantu untuk
mengenalkan objek-objek yang konkrit kepada anak dalam proses
pembelajaran, karena anak pada usia dini belum dapat berfikir secara
abstrak. Seperti yang dikatakan Piaget (dalam Sujiono, 2013:93) “anak
berfikir melalui benda konkrit”. Anak akan lebih mudah mengingat
sesuatu yang dapat dilihat dan disentuh. Sehingga anak dapat lebih mudah
belajar untuk mendapatkan pengalaman dan mendapatkan pengetahuan
melalui benda konkrit.
Jan Lighthart (dalam Sujiono, 2013:100) menyatakan bahwa
“pembelajaran dengan barang yang sesungguhnya”. Bentuk pembelajaran
yang paling sederhana dan dapat diterima dengan mudah adalah yang
berada di lingkungan sekitar anak, karena melalui bentuk pembelajaran
seperti ini rasa keingintahuan anak akan muncul dengan mudah. Bahan
pembelajaran yang ada pada lingkungan sekitar anak akan mudah diingat,
dilihat, dan dipraktikkan sehingga kegiatan pembelajaran menjadi lebih
jelas dan terarah dengan baik.
C. Penelitian yang Relevan
Selain teori yang sudah peneliti jabarkan di atas, berhubungan dengan
pemahaman konsep ukuran, peneliti juga mencantumkan penelitian yang
relevan sebagai penguat dalam melakukan penelitian ini. Yakni:
Penelitian Septikasari, Friska Risky (2015) yang dilakukan di RA Nurul
Ummah menemukan bahwa kegiatan bermain pasir menggunakan neraca
27
sederhana dapat meningkatkan pemahaman konsep ukuran pada anak usia
dini.
Berdasarkan penelitian septikasari tersebut, maka dapat dianalisis bahwa
sebenarnya pemahaman konsep ukuran pada anak usia dini dapat terstimulasi
dengan lebih baik jika proses pembelajarannya menggunakan media
pembelajaran yang tepat dan sesuai karena dengan tersedianya media
pembelajaran anak dapat mendapatkan informasi yang lebih akurat tanpa
berfikir dengan abstrak, anak juga dapat berlatih memecahkan masalah yang
nyata adanya dan bisa langsung berperan aktif untuk menggunakan media.
D. Kerangka Berfikir
Berdasarkan kajian pustaka yang telah di uraikan di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa penggunaan media merupakan salah satu cara yang tepat
untuk diterapkan dalam proses pembelajaran pada anak usia dini, terutama
mengembangkan kemampuan mengenal konsep-konsep ukuran pada anak
usia dini seperti anak dapat menunjukkan, membedakan, mengelompokkan,
mengukur, menggunakan benda-benda yang ada di sekitar anak.
Adapun kerangka pikir dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagaiberikut:
Gambar.1 kerangka Pikir Penelitian
Y
PemahamanKonsepUkuran
X
PenggunaanMedia
Pembelajaran
28
E. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan uraian di dalam kerangka pikir penelitian maka dapat
dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
Ha: Terdapat hubungan antara penggunaan media pembelajaran dengan
pemahaman konsep ukuran pada anak usia 5-6 tahun di PAUD Cut Mutia
Bandar Lampung Tahun Ajaran 2015/2016.
Ho: Tidak terdapat hubungan antara penggunaan media pembelajaran dengan
pemahaman konsep ukuran pada anak umur 5-6 tahun di PAUD Cut
Mutia Bandar Lampung Tahun Ajaran 2015/2016.
BAB IIIMETODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, yang bersifat non
eksperimen dengan metode korelasional. Penelitian ditujukan untuk
mengetahui hubungan suatu variabel lainnya (Syaodih, 2007:56).
Hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya dinyatakan dengan
besarnya koefisien korelasi dan keberartian secara statistik.
B. Prosedur Penelitian
Penelitian terdiri dari dua tahapan, yaitu prapenelitian dan tahap
pelaksanaan penelitian. Adapun langkah-langkah dari setiap penelitian
tersebut, adalah:
1. Penelitian Pendahuluan
Terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut:
a. Membuat surat izin penelitian ke sekolah tempat dilakukannya
penelitian untuk mengumpulkan informasi tentang keadaan kelas
yang akan di teliti.
30
b. Observasi kesekolah tempat dilakukannya penelitian untuk
mengumpulkan informasi tentang keadaan kelas yang akan diteliti.
2. Tahap Perencanaan
a. Menyusun perangkat pembelajaran yang terdiri dari Rencana
Kegiatan Harian (RKH).
b. Membuat instrument evaluasi yaitu berupa lembar observasi.
3. Tahap Pelaksanaan
a. Melaksanakan penelitian sesuai dengan Rencana Kegiatan Harian
(RKH) yang telah disusun.
b. Menganalisis menggunakan lembar observasi.
c. Mengumpulkan, mengolah dan menganalisis data.
d. Membuat laporan hasil penelitian.
C. Tempat dan waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di PAUD Cut Mutia Bandar Lampung pada
Semester ganjil Tahun Pelajaran 2015/2016.
D. Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan individu yang dijadikan subjek penelitian.
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah anak PAUD Cut Mutia
Bandar Lampung usia 5-6 Tahun Ajaran 2015-2016. Mengingat jumlah
populasi hanya 20 anak yang terdiri dari 12 orang anak laki-laki dan 8 orang
anak perempuan, maka seluruh anggota populasi dijadikan sebagai sampel.
31
E. Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data merupakan alat pendukung suatu penelitian. Dalam
penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yaitu :
1. Observasi
“Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila, penelitian
berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan
bila responden yang diamati tidak terlalu besar” (Sugiyono, 2009 : 203).
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik obsevasi partisi patif
(observasi langsung).\
Observasi dilakukan dengan cara melakukan pengamatan langsung di
PAUD Cut Mutia Bandar lampung usia 5-6 tahun yang bertujuan untuk
memperoleh data penggunaan media pembelajaran sebagai variabel X dan
pemahaman konsep ukuran sebagai variabel Y.
Observasi dilakukan menggunakan lembar observasi berupa instrument
penilaian. Observasi dilakukan terhadap suatu objek secara langsung tanpa
melalui perantara dan langsung dilakukan pada saat kegiatan belajar
berlangsung di dalam kelas. Objek yang diobservasi yaitu pemahaman
anak dalam proses pembelajaran konsep ukuran dengan menggunakan
media.
2. Dokumentasi
Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang diperoleh dari pihak
sekolah dan selama proses observasi berlangsung. Dokumentasi digunakan
32
untuk membantu peneliti dalam mengingat kembali hal-hal yang pernah
terjadi didalam proses observasi dan memperkuat data yang ada, maka
peneliti menggunakan teknik pengumpulan data guna menyimpan fakta
hasil observasi ke dalam bentuk foto, laporan dan catatan harian.
F. Definisi Konseptual dan Operasional Variabel
1. Penggunaan Media Pembelajaran (variabel bebas)
Definisi Konseptual: Penggunaan media pembelajaran merupakan suatu
bentuk kegiatan belajar yang membangkitkan minat anak untuk belajar dan
memberikan kesempatan kepada anak untuk bereksplorasi dengan media
realia langsung yang menjadi sumber belajar anak. secara konseptual,
penggunaan media pembelajaran ini sebagai bahan ajar untuk menunjang
proses belajar tentang pemahaman konsep ukuran.
Definisi Operasional: Penggunaan media adalah aktivitas kegiatan
mencari, memilih, menentukan, menyelesaikan kegiatan dengan
menggunakan media realia di lingkungan sekitar, seperti tumbuhan,
hewan, batu, pasir, alat tulis, botol air minum, dan benda yang ada di
dalam kelas lainnya untuk mempermudah anak dalam memahami konsep
ukuran. Adapun aspek yang dinilai dari penggunaan media adalah mencari
media yang akan digunakan saat kegiatan, memilih media yang akan
digunakan saat kegiatan, menentukan media yang akan digunakan saat
kegiatan, dan menggunakan media saat kegiatan.
33
2. Pemahaman Konsep Ukuran (Variabel terikat)
Definisi Konseptual: Pemahamn konsep ukuran merupakan kemampuan
anak untuk mengenal perbedaan berdasarkan ukuran, mengklasifikasikan
benda berdasarkan ukuran dan mengurutkan benda berdasarkan ukuran.
Secara konseptual, pemahaman konsep ukuran pada anak distimulus
dengan menggunakan media.
Definisi Operasional: Pemahaman konsep ukuran merupakan
kemampuan anak dalam menggunakan pengetahuan yang dimilikinya
untuk melakukan kegiatan perbandingan terhadap dua benda atau lebih
yang memiliki besaran yang sama sehingga dapat membedakan ukuran,
mengelompokkan benda berdasarkan ukuran, dan mengurutkan benda
dimulai dari yang terkecil ataupun yang terbesar. Adapun aspek yang
dinilai dari pemahaman konsep ukuran adalah ketepatan dalam
membedakan ukuran panjang dan pendek, ketepatan dalam membedakan
ukuran banyak dan sedikit, ketepatan dalam mengelompokkan benda
berdasarkan ukuran besar dan kecil, dan ketepatan dalam mengurutkan
benda dari ukuran tinggi ke rendah atau sebaliknya.
G. Uji Validitas Instrumen
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat keandalan atau
kesahihan suatu alat ukur, valid berarti instrument tersebut dapat digunakan
untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Validitas terbagi menjadi
beberapa bagian yaitu validitasisi (content validity), validitas konstruk
34
(construk validity), validitas ukuran, validitas sejalan. Penelitian ini
menggunakan pengujian validitas yang dilakukan dengan cara pengujian
validitas konstruk (uji ahli). Instrumen dalam penelitian ini sudah diuji oleh
dua dosen PG PAUD yakni Gian Fitria Anggraini, M.Pd. dan Devi
Nawangsari, M.Pd.
H. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang peneliti buat berupa indikator-indikator yang
diturunkan berdasarkan variabel-variabel penelitian. Adapun kisi-kisi
instrumennya sebagai berikut.
Tabel 1. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Penggunaan Media Pembelajaran (x).
VariabelIndikator
Aspek yang dinilai
MediaPembelajaran
1. Mencari media yang akandigunakan saat kegiatan.
Mencari benda yang akandigunakan saat kegiatanpembelajaran
2. Memilih media yang akandigunakan saat kegiatan.
Aktivitas memilih benda yangakan digunakan saat kegiatanpembelajaran.
3. Menentukan media yangakan digunakan saatkegiatan.
Aktivitas menentukan bendayang akan digunakan saatkegiatan pembelajaran
4. Menggunakan media saatkegiatan
Aktivitas menggunakan bendayang akan digunakan saatkegiatan pembelajaran.
35
Tabel 2. Kisi-kisi Instrumen Penelitian untuk mengukur Pemahaman Konsep
Ukuran pada Anak Usia 5-6 Tahun (Y).
Variabel Indikator Aspek yang dinilai
PemahamanKonsepUkuran
1. Mengenal perbedaanberdasarkan ukuran.
1. Ketepatan dalam membedakanukuran panjang dan pendek.
2. Ketepatan dalam membedakanukuran banyak dan sedikit.
2. Mengklasifikasikanbenda berdasarkanukuran
3. Ketepatan dalammengelompokkan bendaberdasarkan ukuran besar dankecil.
3.Mengurutkan bendaberdasarkan ukuran
4. Ketepatan dalam mengurutkanbenda dari ukuran tinggi kerendah atau sebaliknya.
Berdasarkan kisi-kisi instrument tersebut maka peneliti menyusun instrument
observasi yang digunakan dalam proses penelitian yang berupa lembar
observasi penggunaan media pembelajaran dan lembar observasi pemahaman
konsep ukuran.
I. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data adalah salah satu langkah yang sangat penting dalam
sebuah proses penelitian, karena disinilah hasil penelitian akan jelas terjawab.
Cara menganalisis data yaitu dengan mengumpulkan seluruh data yang
peneliti punya kemudian data tersebut dapat di analisis untuk mengetahui
tingkat pemahaman konsep ukuran pada anak melalui proses pembelajaran
36
menggunakan media. Data yang diperoleh digunakan sebagai dasar dalam
menguji hipotesis penelitian.
Untuk menyajikan data secara singkat maka perlu untuk menentukan interval,
adapun data Variabel X tentang Penggunaan Media Pembelajaran
dikategorikan menjadi 4 kategori yaitu:
Tabel 3. Penentuan Kriteria Penggunaan Media Pembelajaran
Kategori Kriteria IntervalSA
(Sangat Aktif)Jika melakukan 4 aspek yang
dinilai76,00-100,00
A(Aktif)
Jika melakukan 3 aspek yangdinilai
51,00-75,00
KA(kurang Aktif)
Jika melakukan 2 aspek yangdinilai
26,00-50,00
TA(Tidak Aktif)
Jika hanya melakukan 1aspek yang dinilai
00,00-25,00
Untuk mengetahui kategori tersebut digunakan rumus-rumus interval seperti
dalam Hadi, (2006: 178) yaitu sebagai berikut:
Gambar 2. Rumus interval
Keterangan:
= Interval
NT = Nilaitertinggi
NR = Nilaiterendah
K = Katagori
37
Adapun data tentang pemahaman konsep ukuran (variabel Y) dalam
penelitian ini dikategorikan menjadi 4 penentuan kategori, yakni sebagai
berikut:
Tabel 4. Penentuan Kriteria Pemahaman Konsep Ukuran
Kategori Kriteria Interval
SB(Sangat Baik)
Jika sudah paham 4 aspekyang dinilai
76,00- 100,00
B(Baik)
Jika sudah paham 3 aspekyang dinilai
51,00– 75,00
S(Sedang)
Jika paham 2 aspek yangdinilai
26,00– 50,00
R(Rendah)
Jika baru paham 1 aspekyang dinilai
0,00– 25,00
Selanjutnya dilakukan pengujian tabel dan uji tata jenjang (spearman rank).
Adapun langkah-langkah dan rumus yang digunakan peneliti untuk sebagai
bahan pertimbangan atau bukti fisik yaitu melalui tahapan berikut:
1. Analisis Tabel
Analisis tabel digunakan untuk mengetahui sebaran data yang diperoleh
dari hasil penelitian. Tabel tersebut berbentuk tabel tunggal atau tabel
silang.
2. Analisis Uji Hipotesis
Dalam penelitian ini teknis analisis data yang digunakan untuk menguji
asosiatif (hubungan) antara penggunaan media dengan pemahaman konsep
38
ukuran pada anak ini diuji dengan menggunakan Korelasi Spearman Rank.
Untuk menguji hubungan kedua variabel tersebut digunakan rumus, yaitu:
Sumber :Sugiyono (2011:245)Gambar 3. Rumus Spearman Rank
Keterangan :
ρ = Koefisien Spearman Rank
bi= selisih perigkat setiap data
n = jumlah seluruh anggota sampel
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut maka dapat diketahui apakah
hipotesis yang diajukan olrh prnrliti dapat diterima atau di tolak.
Ho : μ = 0
Ha : μ ≠
Tabel 5. Pedoman untukMemberikan Interpretasi Koefisien Korelasi
Kategori Tingkat Keeratan
0,00 – 0,199 Sangat Kurang Erat
0,20 – 0,399 Kurang Erat
0,40 – 0,599 Cukup Erat
0,60 – 0,799 Erat
0,80 – 0,100 Sangat Erat
Sumber :Sugiyono (2010:257).
39
Selanjutnya untuk mengetahui korelasi dua variabel menghasilkan variansi
dapat diketahui melalui besarnya koefisien determinasi, sebagai berikut:
Sumber:Sugiyono (2011:246)Gambar 4. Rumus Determinasi
Keterangan:
r = hasil korelasi
100%= angka konstan
Koefisien determinasi= r2x100%
BAB VKESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa adanya hubungan yang erat
antara penggunaan media pembelajaran dengan pemahaman konsep ukuran
di PAUD Cut Mutia Bandar lampung. Penelitian ini mengungkapkan bahwa
penggunaan media memiliki kaitan erat dengan pemahaman anak ketika
sedang mempelajari tentang konsep ukuran seperti berat-ringan, tingg-
rendah, banyak-sedikit, panjang-pendek, dan besar-kecil, mengingat bahwa
media dapat membantu anak untuk lebih jelas menerima informasi dengan
cara menyentuh, melihat dan menggunakannya dengan cara berinteraksi
langsung, memberinya kebebasan untuk berimajinasi, mengeksplorasi dan
berpresepsi. Kemudian, media pembelajaran juga meningkatkan sikap aktif
anak ketika belajar, karena dengan menggunakan media akan timbul
ketertarikan dan motivasi anak dalam belajar yang memungkinkan anak
belajar sendiri menurut kemampuan dan minatnya.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, peneliti menyarankan bahwa anak sebisa
mungkin diberikan keleluasaan untuk belajar dari pengalaman mereka sendiri
53
yaitu dengan menggunakan media yang didampingi serta diarahkan oleh guru
agar pemahaman anak dapat berkembang dengan sangat baik dalam setiap
kegiatan pembelajaran terutama pada proses belajar tentang konsep ukuran
yang sangat dibutuhkan untuk kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Abdul Karim H. 2007. Media Pembelajaran. Makasar: Badan PenerbitUniversitas Negri Makasar.
Aunurrahman. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Hadi, Sutrisno. 2006. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Andi Offset.
Hambali, Julisu. 1991. Pendidikan Matematika I. Jakarta: Depdikbud.
Kustandi, Cecep. 2011. Media Pembelajaran. Bogor: Ghalia Indonesia.
Latif, Muchtar. 2013. Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Prenadamedia Group.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 137.2014. Tentang Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini.
Septikasari, Friska Risky. 2015. Peningkatan Pemahaman Konsep UkuranMelalui Kegiatan Bermain Pasir Menggunakan Neraca Sederhana PadaKelompok A RA Nurul Ummah Karang Duwet Mojayan Klaten Tengah.Jurnal PG-PAUD UNY. http://eprints.uny.ac.id. Diakses pada tanggal 20Mei 2016.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,dan R&D). Bandung: Alfabeta.
------------. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif & RND. Bandung: Alfabeta.
------------. 2011. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sujiono, Yuliani Nuraini, dkk. 2006. Metode Pengembangan Kognitif. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Sujiono, Yuliani Nuraini. 2007. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini.
Jakarta: Universitas Jakarta.
56
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2007. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Suryani, Nunuk. 2012. Strategi Belajar Mengajar. Yogyakarta: Ombak.
Susanto, Ahmad. 2011. Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana PrenadaMedia Group.
Suyadi, dan Maulidya Ulfah. 2013. Konsep Dasar PAUD. Bandung: PT RemajaRosdakarya.
Suyanto, Slamet. 2005. Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta:Hikayat Publishing.
Tarigan, Daitin. 2006. Pembelajaran Matematika Realistik. Jakarta:DEPDIKNAS.
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. EdisiKetiga. Jakarta: Balai Pustaka.
Yusuf, Syamsu. 2012. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung:Remaja Rosdakarya.
Zaman, Badru dan Eliyawati, Cucu. 2010. Bahan Ajar Media Pembelajaran AnakUsia Dini. Bandung: Pusat Penerbitan Universitas Pendidikan Indonesia.