hubungan antara pengetahuan keluarga tentang …thesis.umy.ac.id/datapublik/t8707.pdf · kesimpulan...
TRANSCRIPT
i
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG
KOMPLIKASI HIPERTENSI DENGAN PRAKTEK PENCEGAHAN
KOMPLIKASI HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
GAMPING II SLEMAN YOGYAKARTA
Karya Tulis Ilmiah
Disusun Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Derajat
Sarjana Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
HIDAYAH ISTI YULI YANTI
20040320098
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2008
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG
KOMPLIKASI HIPERTENSI DENGAN PRAKTEK PENCEGAHAN
KOMPLIKASI HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
GAMPING II SLEMAN YOGYAKARTA
Telah Disetujui Untuk Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Pada tanggal: 3 november 2008
HIDAYAH ISTI YULI YANTI
20040320098
Dosen Pembimbing
(Nunuk Sri Purwanti, S.Kep, Mkes)
iii
HALAMAN PANGESAHAN
Karya Tulis Ilmiah
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG
KOMPLIKASI HIPERTENSI DENGAN PRAKTEK PENCEGAHAN
KOMPLIKASI HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
GAMPING II SLEMAN YOGYAKARTA
Telah diseminarkan dan diujikan pada tanggal: 8 November 2008
Oleh:
HIDAYAH ISTI YULI YANTI
NIM 20040320098
Dewan Penguji:
Nunuk Sri Purwanti., S.Kp, Mkes (………………….)
Uswatun Khasanah, MNS (………..………..)
Mengetahui Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
(dr. H. Erwin Santosa, Sp.A., M. Kes)
iv
KATA PENGANTAR
Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Segala puji hanya milikNya, Rabb semesta alam, pemberi karunia dan
hidayah, karena bimbingan dan tuntunanNya sehingga penulis dapat
menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan baik. Shalawat berangkaiakan
salam semoga senantiasa tercurah kepada suri tauladan kita Rasulullah
SAW, utusan Allah yang telah membawa manusia ke jalan terang, karena
beliau harkat dan martabat kita sebagai manusia terangkat disisi Allah
SWT, kepada keluarganya yang mulia, para sahabatnya yang agung, dan
seluruh umat Islam yang mengikuti sunah-sunahnya.
Karya tulis ilmiah ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam
memperoleh gelar sarjana strata-1 keperawatan, Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta. Karya tulis ilmiah ini berjudul
“HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG
KOMPLIKASI HIPERTENSI DENGAN PRAKTEK PENCEGAHAN
KOMPLIKASI HIPERTENSI DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS
GAMPING II SLEMAN YOGYAKARTA”. Penyusunan karya tulis ini
dapat diselesaikan atas bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, baik
berupa sumbangan pikiran, semangat dan dukungan. Sebagai bentuk
penghargaan, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
v
1. dr. H. Erwin Santosa, Sp.A., M.Kes selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, yang telah
memberikan izin dan kesempatan kepada penulis untuk menyusun
karya tulis ilmiah ini.
2. Uswatun Khasanah, MNS, selaku Kepala Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta,
3 Nunuk sri purwanti., S.Kep, Ns, yang bersedia meluangkan waktu
untuk memberikan pengujian, koreksi dan saran terhadap Karya
Tulis ini.
3. Bapak Kepala Puskesmas Gamping II Sleman Yogyakarta yang
telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.
4. Ayah dan Ibuku serta kakak-kakakku dan adikku tercinta yang
telah memberikan dukungan moral dan material serta do’a tulus
yang selalu mengiringi langkahku.
5. Teman-temanku semua yang telah memberikan support dan do’a
yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
6. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian karya tulis
ini. Semoga Allah SWT memberikan balasan atas kebaikan yang
telah diberikan kepada penulis. Penulis menyadari karya tulis ini
masih tidak lepas dari kekurangan dan kesalahan, demi
kesempurnaan karya tulis ini, peneliti mengharapkan masukan baik
vi
kritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga hasil karya
tulis ini bermanfaat bagi kita semua. Amiin.
Wassalamu’alaikaum Warahmatullahi wabarokatuh.
Yogyakarta, 2008
Hidayah isti yuli yanti
vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ……………………………….………………...………..….i
HALAMAN PERSETUJUAN………………....…..….……………….……..…..ii
HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………..…….iii
KATA PENGANTAR ………………………………………………………..….iv
DAFTAR ISI ………………………………………………….………….……...vii
DAFTAR TABEL …………………………………………….…………….….....x
DAFTAR SKEMA………………………………………………………………..xi
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………….…xii
INTISARI …………………………………….…………………………………xii
ABSTRACT ……………………………………………………….….……...….xiv
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah……………….………………….……...…….1
B. Rumusan Masalah………………………….…………………………..4
C. Tujuan Penelitian………………...…………...………………..….........4
D. Manfaat Penelitian………………..................………………..……..….4
E. Keaslian Penelitian……………………………..……………..……..…5
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pengetahuan..…...............................................................................7
2. Keluarga
a. Pengertian..................................................................................9
b. Karakteristik Keluarga.............................................................10
c. Fungsi Keluarga.......................................................................10
d. Keluarga sebagai Unit Pelayanan Kesehatan..........................11
e. Tugas-tugas Keluarga dalam Bidang Kesehatan......................12
f. Asuhan Keperawatan dalam Keluarga.....................................12
viii
g. Pengetahuan Keluarga tentang Komplikasi
Hipertensi.................................................................................13
3. Praktek atau Tindakan Praktek.......................................................13
4 Pencegahan.....................................................................................14
5 Hipertensi
a. Pengertian.................................................................................15
b. Penyebab Hipertensi.................................................................16
c. Gejala dan komplikasi..............................................................17
d. Diagnosis Hipertensi................................................................18
e. Praktek pencegahan komplikasi hipertensi..............................19
f. Penatalaksanaan dengan obat antihipertensi........................... 21
B. Kerangka Konsep................................................................................. 22
C. Hipotesis................................................................................................22
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian……………….………….………………….………23
B. Populasi dan Sampel Penelitian………….…………….……..………23
C. Lokasi dan Waktu Penelitian…….…………………..…………..……25
D. Variabel Penelitian……………………………………….…….……..25
E. Hubungan Antara Variabel................................................................... 26
F. Instrumen Penelitian….……………………………….…….…...……27
G. Cara Pengumpulan data……………………………….…….………..31
H. Uji Validitas dan Reliabilitas…………………………….……….…..31
I. Analisis Data……………….…………..................................................34
J. Kesulitan Penelitian………………………….………………….……..34
H. Etik Penelitian………………………………………..…….…………35
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian…………………………...36
2. Gambaran Umum Responden.....................................................37
3. Hasil Analisa Kategori Responden Berdasarkan
ix
tingkat Pengetahuan, Praktek pencegahan Diet,
Gaya Hidup, Manajemen Stress, Kontrol Kesehatan
dan Obat.......................................................................................42
4. Hasil Analisa Hubungan Tingkat Pengetahuan
Keluarga Tentang Komplikasi Hipertensi
Dengan Perilaku Pencegahan Komplikasi Hipertensi..................45
B. Uji Statistik............................................................................................51
C. Pembahasan...........................................................................................52
1. Tingkat Pengetahuan Tentang Komplikasi hipertensi................50
2. Praktek Pencegahan komplikasi Hipertensi...............................54
3. Hubungan Tingkat Pengetahuan Keluarga
Tentang Komplikasi Hipertensi Dengan Praktek
Pencegahan Komplikasi Hipertensi............................................59
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan………………………………..……..…………………...69
B. Saran………………………………………..………...……………….70
C. Kekuatan dan Kelemahan Penelitian……………..…………………...71
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1: Kisi-kisi instrumen penelitian untuk pengetahuan Keluarga tentang komplikasi hipertensi...............................................27 Table 2: Kisi-kisi instrumen penelitian praktek pencegahan komplikasi hipertensi...........................................................................29 Tabel 3: Distribusi Jumlah Penduduk di wilayah Kerja Puskesmas Gamping II Berdasarkan Jenis Kelamin Periode Januari 2007-Maret 2008…....................................................37 Tabel 4: Distribusi Frekuensi Responden Menurut Usia, jenis kelamin, pekerjaan, tingkat pendidikan, hubungan dengan pasien, lama menderita, jenis kmplikasi yang menyertainya di Desa Nogotirto wilayah kerja Puskesmas Gamping II Sleman, September 2008 ......................................................................38 Tabel 5: Kategori Tingkat Pengetahuan Keluarga Tentang Komplikasi hipertensi...........................................................................42 Tabel 6: Kategori Perilaku Pencegahan komplikasi Hipertensi dengan Diet.........................................................................42 Tabel 7: Kategori Perilaku Pencegahan komplikasi Hipertensi dengan Gaya hidup.............................................................43 Tabel 8: Kategori Perilaku Pencegahan komplikasi Hipertensi dengan Manajemen stres.....................................................43 Tabel 9: Kategori Perilaku Pencegahan komplikasi Hipertensi dengan Kontrol Kesehatan.................................................44
Tabel 10: Kategori Perilaku Pencegahan komplikasi Hipertensi dengan Obat.........................................................................44 Tabel 11: Hubungan tingkat pengetahuan keluarga tentang komplikasi hipertensi dengan perilaku pencegahan diet.......................45 Tabel 12: Hubungan tingkat pengetahuan keluarga tentang komplikasi hipertensi dengan perilaku pencegahan gaya hidup..............................46 Tabel 13: Hubungan tingkat pengetahuan keluarga tentang komplikasi hipertensi dengan perilaku pencegahan manajemen stress...................47
xi
Tabel 14: Hubungan tingkat pengetahuan keluarga tentang komplikasi hipertensi dengaperilaku pencegahan kontrol kesehatan.....................48 Tabel 15: Hubungan tingkat pengetahuan keluarga tentang komplikasi hipertensi dengan perilaku obat...........................................................49 Tabel 16: Hubungan tingkat pengetahuan dengan perilaku pencegahan komplikasi hipertensi pada klien Hipertensi di Desa Nogotirto wilayah kerja puskesmas Gamping II Sleman Yogyakarta...........................................................50
xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman Skema 1 Kerangka Konsep Penelitian…………………………..................22
Skema 2 Hubungan antar Varaibel...............................................................26
xiii
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Surat ijin penelitian dari UMY Lampiran 2 Surat ijin penelitian dari BAPPEDA DIY Lampiran 3 Lembar permohonan menjadi responden Lampiran 5 Lembar persetujuan menjadi responden Lampiran 6 Lembar kuesioner penelitian Lampiran 7 Hasil tabulasi kuesioner Lampiran 8 Tabel frekuensi
xiv
Yanti, HIY (2008). Hubungan Tingkat Pengetahuan Keluarga Tentang
Komplikasi Hipertensi Dengan Praktek Pencegahan Komplikasi Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Gamping II Sleman Yogyakarta.
Pembimbing: Nunuk Sri Purwanti, S.Kep, Mkes
INTISARI
Hipertensi merupakan penyebab utama mortalitas dan morbiditas yang menjadi resiko gagal jantung, stroke, dan ginjal. Komplikasi hipertensi dapat sangat berbahaya karena hipertensi dapat timbul dengan perlahan dan tanpa gejala apapun, sehingga perlu adanya pengetahuan baik keluarga maupun penderita untuk mencegah terjadinya komplikasi hipertensi.
Jenis penelitian adalah non eksperimen untuk mengetahui hubungan antara dua variabel dengan pendekatan cross sectional. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Sampel dalam penelitian ini adalah keluarga pasien yang menderita hipertensi di wilayah kerja puskesmas gamping II sleman yogyakarta dan sampel yang didapat sebanyak 33 orang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan keluarga tentang komplikasi hipertensi dengan praktek pencegahan komplikasi hipertensi (α > 0,066), artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan keluarga tentang komplikasi hipertensi dengan praktek pencegahan komplikasi hipertensi. Praktek pencegahan seperti diet, gaya hidup, menejemen stress, kontrol kesehatan dan obat memperoleh α > 0,05 yang artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan keluarga tentang komplikasi hipertensi dengan praktek pencegahan komplikasi hipertensi.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan keluarga tentang komplikasi hipertensi dengan praktek pencegahan komplikasi hipertensi. Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan agar keluarga lebih meningkatkan kesadaran tentang komplikasi hipertensi. Kata kunci : pengetahuan, hipertensi, pencegahan komplikasi hipertensi.
xv
Yanti, HIY (2008). The Correlation Between Family Level Of Knowledge
Hypertension Of Complication With Preventive Practice Of Hypertension Complication at Working Area Gamping II Public Health Center of Sleman Yogyakarta.
Advisor : Nunuk Sri Purwanti, S.Kep, Mkes
ABSTRACT
Hypertension is the first causes of mortality and morbidity which become risk of heart failure, stroke, and kidney failure. Complication of hypertension is very dangerous because hypertension can appear slowly and without anything symptom, so important to know for family and the victim to prevent the complication of hypertension.
The method use in this study was non experiment to know the correlation between two variable with cross sectional approach. This sampling technique uses purposive sampling. The subject was the family victim of hypertension at Working Area Gamping II Public Health Center of Sleman Yogyakarta and 33 sample was involved.
The result of data analysis is doesn’t any correlation between family education about complication of hypertension with preventive practice of complication hypertension with α > 0.066, it’s mean that doesn’t any significant between family knowledge about complication of hypertension with prevent practice of complication hypertension. Prevent practice like diet, life style, management of stress, health controlling and drugs get α > 0.05 it’s mean that doesn’t any significant between family knowledge about complication of hypertension with prevent practice of complication hypertension.
The conclusion is from this research that there is no correlation between family knowledge about complication of hypertension with prevent practice of complication hypertension. Follow to the result of this research the researcher suggestion for family to more increasing awareness about complication hypertension. Key words : knowledge, hypertension, prevent of complication hypertension.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah yang
memberi gejala berlanjut ke suatu organ sehingga menimbulkan beberapa
komplikasi seperti gagal jantung, stroke, dan gagal ginjal. Penyakit ini
menjadi masalah utama dalam kesehatan masyarakat yang ada di Indonesia
maupun di beberapa negara yang ada di dunia (Darmojo, 1995).
Data yang didapat dari WHO (1993), menunjukkan bahwa kira-kira
50% penderita hipertensi tidak mengetahui dan tidak sadar bahwa tekanan
darah meninggi. Selain disebabkan oleh tiadanya gejala atau keluhan, juga
disebabkan oleh sikap acuh tak acuh dari penderita (Depkes, 1999).
Diperkirakan sekitar 80% kenaikan kasus hipertensi terutama di negara
berkembang tahun 2025 dari sejumlah 639 juta kasus di tahun 2000, di
perkirakan menjadi 1,15 milyar kasus di tahun 2025. Prediksi ini didasarkan
pada angka penderita hipertensi dan pertambahan penduduk saat ini.
Meningkatnya angka kasus hipertensi menjadi masalah kesehatan yang
cukup besar, berdasarkan data di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta,
penyakit hipertensi menduduki urutan ke 6 sebanyak 117.867 penderita atau
4,50% pada tahun 2000 (Profil Kesehatan DIY 2000). Di kota Di kota Sleman
penyakit hipertensi sebanyak 17.844 penderita pada tahun 2007 (Profil
Kesehatan kota Sleman 2007) dan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga
2
(SKRT) tahun 1995 menunjukkan prevalensi hipertensi cukup tinggi, yaitu 83
per 1000 anggota rumah tangga (Depkes, 1999).
Penyakit hipertensi menjadi masalah kesehatan keluarga yang perlu
segera ditanggulangi sebelum timbulnya komplikasi atau kerusakan
diberbagai organ sasaran, seperti jantung, pembuluh darah otak, pembuluh
darah perifer, ginjal dan retina. (Soeparman & Waspadji, 2001). Terdapat
faktor pemicu terjadinya komplikasi hipertensi di antaranya: gaya hidup,
merokok, minuman alkohol, konsumsi tinggi natrium dan lemak, kegemukan,
aktivitas (olahraga), bertempat tinggal di daerah pantai (Bustan, 1993).
Faktor resiko komplikasi hipertensi dapat menyebabkan pecahnya
pembuluh darah serebral (stroke), apabila pembuluh darah otak menyempit
maka aliran darah ke otak akan terganggu dan sel-sel otak akan mengalami
kematian (Soeparman & Waspadji, 2001). Peran keluarga sangat penting
dalam menurunkan komplikasi hipertensi khususnya dalam masalah kesehatan
karena keluarga adalah salah satu kelompok kecil yang mampu mengambil
keputusan dalam kesehatan, ikut merawat anggota keluarga yang sakit,
memodifikasi lingkungan, dan memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada
sangatlah penting dalam mengatasi komplikasi hipertensi (Friedman, 2003).
Tidak hanya peran keluarga tetapi juga pengetahuan keluarga tentang
hipertensi dan tindakan pencegahan komplikasi hipertensi diharapkan dapat
mengontrol tekanan darah yaitu dengan cara mengurangi konsumsi garam,
membatasi konsumsi lemak, olah raga teratur, tidak merokok dan tidak minum
alkohol, menghindari kegemukan (obesitas) (Gunawan, 2001). Peran dan
3
pengetahuan keluarga dalam pencegahan komplikasi hipertensi
dilatarbelakangi oleh tiga faktor pokok yaitu faktor predisposisi meliputi
pengetahuan, sikap, kepercayaan, nilai, tradisi keluarga, faktor pendukung
meliputi ketersediaan sumber fasilitas , faktor pendorong meliputi sikap,
perilaku petugas kesehatan, anggota keluarga dan teman dekat (Notoatmodjo,
2003).
Berdasarkan studi pendahuluan jumlah penduduk di Puskesmas
Gamping II Sleman Yogyakarta berjumlah 40.435 jiwa dimana data yang
diperoleh, penderita penyakit hipertensi di Desa Nogotirta wilayah kerja
Puskesmas Gamping II Sleman Yogyakarta terhitung mulai Januari 2007-
Maret 2008, yaitu pada Januari-Desember 2007 sebanyak 315 orang dan pada
Januari-Maret 2008 sebanyak 220 orang yang terdiri dari usia 21-90 tahun.
Selain itu, penyakit hipertensi menduduki peringkat kedua dari sepuluh besar
penyakit penduduk di wilayah kerja Puskesmas Gamping II Sleman
Yogyakarta pada tahun 2007.
Berdasarkan data tingginya angka kejadian hipertensi di daerah
wilayah kerja Puskemas Gamping II Sleman Yogyakarta maka Puskesamas
Gamping II Sleman Yogyakarta menerapkan program yang berupa pemberian
penyuluhan kesehatan hipertensi pada pasien dengan harapan tekanan darah
pasien dapat terkontrol dan agar tidak terjadi komplikasi lebih lanjut. Hal
tersebut yang medorong peneliti untuk meneliti tentang hubungan antara
pengetahuan keluarga tentang komplikasi hipertensi dengan praktek
4
pencegahan komplikasi hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Gamping II
Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta.
B. Rumusan Masalah.
Beradasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah
“Adakah hubungan antara pengetahuan keluarga tentang komplikasi
hipertensi dengan praktek pencegahan komplikasi hipertensi di wilayah
kerja Puskesmas Gamping II Sleman Yogyakarta”.
C. Tujuan Penelitian.
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan keluarga tentang
komplikasi hipertensi dengan praktek pencegahan komplikasi hipertensi di
wilayah kerja Puskesmas Gamping II Sleman Yogyakarta.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui tentang pengetahuan keluarga tentang komplikasi
hipertensi.
b. Mengetahui praktek pencegahan komplikasi hipertensi.
D. Manfaat Penelitian.
1. Bagi profesi keperawatan.
Sebagai masukan dalam proses belajar mengajar, terutama mengenai
pentingnya pengetahuan komplikasi hipertensi dan praktek pencegahan
5
komplikasi hipertensi di keluarga yang harus dimiliki oleh mahasiswa
keperawatan sebagai modal untuk menjadi perawat profesional.
2. Bagi institusi pelayanan kesehatan
Sebagai bahan masukan bagi perawat dalam meningkatkan pelayanan
profesional dengan lebih banyak memberikan informasi yang luas
mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan penyakit hipertensi dan
bahayanya serta informasi mengenai bagaimana cara mencegah faktor-
faktor yang dapat memicu timbulnya komplikasi hipertensi.
3. Bagi keluarga
Sebagai bahan informasi untuk membantu keluarga dalam memberikan
pelayanan yang optimal kepada anggota keluarganya yang mengalami
masalah kesehatan khususnya hipertensi.
4. Bagi peneliti
Sebagai bahan acuan dalam melakukan penelitian-penelitian lebih lanjut
dalam bidang keperawatan khususnya yang menyangkut pencegahan
komplikasi hipertensi.
E. Penelitian Pendukung
Hidayati (2003), dengan judul ” Hubungan tingkat pengetahuan
penderita hipertensi dengan perilaku menjalani diet hipertensi di Puskesmas
Kasihan II Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta”. Jenis penelitianya adalah
survey dengan pendekatan cross sectional. Dari penelitian ini didapatkan hasil
bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara tingkat
6
pengetahuan penderita hipertensi dengan perilaku menjalani diet hipertensi di
wilayah Puskesmas Kasihan II Bantul.
Aini (2004), dengan judul ” Hubungan Tingkat Pengetahuan Pasien
tentang Hipertensi dengan Terkontrolnya Tekanan Darah di Kelurahan
Berbah, Sleman Yogyakarta jenis penelitian adalah non eksperimen dengan
pendekatan cross sectional dengan hasil menunjukkan adanya hubungan
antara tingkat pengetahuan dengan terkontrolnya tekanan darah yang
dianalisis dengan Chi-Square.
Arifa Eliana (2005), dengan judul “Hubungan Tingkat Pengetahuan
tentang Stroke dengan Perilaku Mencegah Stroke pada Klien Hipertensi di
RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta”. Jenis penelitian adalah non
eksperimen dengan pendekatan cross sectional, sampel adalah klien yang
hipertensi yang belum pernah terkena stroke, data dikumpulkan dengan
kuesioner. Dari penelitian ini didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara tingkat pengetahuan tentang stroke dengan perilaku
mencegah stroke. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat
pengetahuan tentang stroke dengan perilaku diet (α >0,05). Tidak terdapat
hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan tentang stroke dengan
perilaku gaya hidup (α > 0,05). Terdapat hubungan yang signifikan antara
tingkat pengetahuan tentang stroke dengan perilaku manajemen stress (α <
0,05). Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan tentang
stroke dengan perilaku kontrol kesehatan (α < 0,05)
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Definisi Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan setelah orang
melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengideraan terjadi
melalui pancaindera manusia yakni indera penglihatan, pendengaraan,
penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan manusia sebagian besar diperoleh
melalui indera mata dan telinga. Pengetahuan juga dapat diperoleh dari
pendidikan pengalaman diri sendiri maupun orang lain, media masa
maupun lingkungan dan diperlukan sebagai dorongan psikis dalam
menumbuhkan kepercayaan diri (Notoatmodjo, 1997).
Pengetahuan merupakan aspek pokok untuk mengubah perilaku
seseorang yang disengaja. Menurut teori Sigmund Freud, salah satu aspek
perkembangan manusia adalah perkembangan kognitif. Hal ini merujuk
pada proses internal dari produk pikiran manusia yang mengarah pada
konsep mengetahui termasuk didalamnya semua aktifitas mental seperti
mengingat, menghubungkan, mengaklasifikasi, memberi simbol,
mengimajinasi, pemecahan masalah, penalaran persepsi, berkreasi,
kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan situasi yang baru (Effendi,
1998).
8
Determinan perilaku dalam kesehatan antara lain menurut Green
(Notoatmodjo, 1993) dikatakan bahwa kesehatan individu atau masyarakat
dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu faktor perilaku dan faktor non
perilaku. Faktor perilaku itu ditentukan oleh tiga faktor.
a. Faktor predisposisi terwujud dalam pengetahuan, individu, sikap,
kepercayaan, tradisi, norma, sosial, dan unsur-unsur lain yang terdapat
dalam diri individu dan masyarakat.
b. Faktor pendukung yaitu terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau
tidak tersedianya sarana pelayanan kesehatan dan kemudahan untuk
mencapainya.
c. Faktor pendorong yaitu terwujud dalam sikap dan perilaku petugas
kesehatan atau petugas lain yang merupakan kelompok referensi dari
perilaku masyarakat.
Berdasarkan teori tersebut disimpulkan bahwa perilaku seseorang
tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi
dan sebagainya dari masyarakat yang bersangkutan, disamping tersedianya
fasilitas dan sikap perilaku petugas kesehatan terhadap kesehatan juga
akan memperkuat dan mendukung terbentuknya perilaku (Notoatmodjo,
1993).
Pengetahuan merupakan dasar konseptual dan rasioanal terhadap
metode pendekatan yang dipilih untuk mencapai tujuan keperawatan yang
9
spesifik, tepat dan juga meliputi segi intelektual dalam proses kognitif
yang mempunyai 6 tingkatan (Notoatmojo, 2003).
Tahu (Know) diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk dalam tingkat ini adalah mengingat
kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari
atau rancangan yang telah diterima.
a. Memahami (Comprehension) yaitu sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat
menginterprestasikan materi tersebut secara benar.
b. Aplikasi (Application) diartikan sebagai kemampuan untuk
mengetahui materi yang dipelajari pada situasi dan kondisi riil.
c. Analisis (Analysis) yaitu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
obyek kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam struktur
organisasi tersebut.
d. Sintesis (Synthesis) yaitu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru. Dengan kata lain untuk menyusun formulasi-formulasi
yang ada.
e. Evaluasi (Evaluation) yaitu berkaitan dengan kemampuan untuk
melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek
2. Keluarga
a. Pengertian
10
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang disatukan
oleh ikatan-ikatan kebersamaan dan ikatan emosional dan yang
mengidentifikasikan diri mereka sebagai bagian dari keluarga
(Freidman, 1998). Keluarga juga merupakan bagian terkecil dari
masyarakat yang terdiri dari atas kepala keluarga dan beberapa orang
yang berkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah suatu atap dalam
keadaan saling ketergantungan (Effandy, 1998).
b. Karakteristik Keluarga
Menurut Friedman (1998) karakteristik keluarga terdiri dari empat
bagian yaitu:
1) Merupakan kumpulan individu yang mempunyai ikatan
perkawinan, keturunan/hubungan darah atau adopsi.
2) Tinggal dalam satu rumah bersama.
3) Mengadakan interaksi dan komunikasi melalui peran sosial yang
dijalankannya.
4) Mempertahankan budaya.
c. Fungsi Keluarga
Menurut Friedman (1998) terdapat beberapa fungsi keluarga yaitu:
1) Fungsi afektif adalah fungsi untuk mengajarkan segala sesuatu
untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan
orang lain, fungsi ini dibutuhkan untuk perkembangan individu dan
psikososial anggota keluarga.
11
2) Fungsi sosialisasi adalah mengembangkan dan tempat melatih anak
untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk
berhubungan dengan orang lain diluar rumah.
3) Fungsi reproduksi adalah mempertahankan generasi dalam
menjaga kelangsungan keluarga.
4) Fungsi ekonomi adalah memenuhi kebutuhan keluarga secara
ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu
meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
5) Fungsi perawatan / pemeliharaan kesehatan adalah
mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap
memiliki produktivitas tinggi.
d. Keluarga sebagai Unit Pelayanan Kesehatan
Menurut (Effendy, 1998) terdapat beberapa pengertian tentang
keluarga yaitu:
1) Keluarga sebagai unit utama masyarakat dan merupakan lembaga
yang menyangkut kehidupan masyarakat.
2) Keluarga sebagai suatu kelompok dapat menimbulkan, mencegah,
mengabaikan atau memperbaikai masalah – masalah kesehatan
dalam kelompoknya.
3) Masalah-masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan, dan
keluarga apabila salah satu anggota mempunyai masalah kesehatan
akan berpengaruh terhadap anggota keluarga lainnya.
12
4) Pemeliharaan kesehatan anggota keluarga sebagai individu
(pasien), keluarga tetap berperan sebagai pengambil keputusan
dalam memelihara kesehatan para anggotanya.
5) Keluarga merupakan perantara yang efektif dan mudah untuk
berbagai upaya kesehatan masyarakat.
e. Tugas-tugas Keluarga dalam Bidang Kesehatan
Keluarga mempunyai tugas dalam pemeliharaan kesehatan
para anggotanya. Menurut Friedman membagi tugas keluarga yang
harus dilakukan dalam bidang kesehatan menjadi 5 yaitu:
1) Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggotanya.
2) Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat.
3) Memberikan keperawatan kepada anggota keluarganya yang sakit,
dan yang tidak sakit, dapat membantu dirinya sendiri karena cacat
atau usianya yang terlalu muda.
4) Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan
kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarganya.
5) Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan
lembaga-lembaga kesehatan yang menunjukkan pemanfaatan
dengan baik fasilitas - fasilitas kesehatan yang ada.
f. Asuhan Keperawatan dalam Keluarga
13
Menurut Hunt dan Eillen (1997) menyatakan ada tiga hal yang
menjadi pertimbangan bahwa keluarga berhubungan dengan asuhan
keperawatan, yaitu:
1) Perawatan individu dilakukan dalam lingkungan keluarga.
Keluarga berhubungan dengan kesembuhan individu (klien), oleh
karena itu klien sebagai fokus dan lingkungan sekitarnya adalah
keluarga.
2) Keluarga mempunyai pengaruh yang kuat terhadap kesembuhan
klien yang meliputi struktur keluarga, fungsi keluarga, interaksi
interpersonal yang dapat memberikan perhatian sehingga
mempunyai kemampuan untuk kesembuhan klien.
3) Perbaikan keluarga merupakan kesehatan bersama metode ini
memfokuskan keluarga sebagai unit pelayanan, mulai dari
pengkajian keluarga, menentukan masalah kesehatan keluarga dan
menyelesaikan, keluarga merupakan fokus yang diharapkan untuk
perbaikan kesehatan bersama.
g. Pengetahuan Keluarga tentang Komplikasi Hipertensi
Pengetahuan keluarga tentang komplikasi hipertensi adalah
wawasan yang diketahui keluarga mengenai penyakit hipertensi untuk
mencegah terjadinya komplikasi hipertensi. Penyakit hipertensi
seringkali tidak memperlihatkan tanda, gejala sehingga penderita dan
keluarga tidak sadar bahwa tekanan darah meninggi. Penyakit ini
membutuhkan terkontrolnya tekanan darah supaya tidak menimbulkan
14
komplikasi ke organ lain seperti gagal jantung, stroke, dan gagal
ginjal. Pengetahuan keluarga yang minim merupakan suatu kendala
dalam memenuhi tugas keluarga untuk mengontrol tekanan darah dan
mencegah komplikasi hipertensi.
3. Praktek atau Tindakan Praktek
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (over
behaviour) (Notoatmodjo, 2003). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu
perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang
memungkinkan, antara lain fasilitas. Disamping faktor fasilitas, juga
diperlukan faktor dukungan (support) dari pihak keluarga. Oleh sebab itu
indikator praktik kesehatan ini juga mencakup hal-hal tersebut diatas,
yakni :
a. Tindakan (praktik) sehubungan dengan penyakit
Tindakan atau perilaku ini mencakup:
1) pencegahan penyakit, mengimunisasikan anaknya, melakukan
pengurasan bak mandi seminggu sekali, menggunakan masker
pada waktu kerja ditempat yang berdebu, dan sebagainya.
2) Penyembuhan penyakit, misalnya: minum obat sesuai petunjuk
dokter, melakukan anjuran – anjuran dokter, berobat ke fasilitas
pelayanan kesehatan yang tepat, dan sebagainya.
b. Tindakan (praktik) pemeliharaan dan peningkatan kesehatan
Tindakan atau perilaku ini mencakup antara lain :
mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang, melakukan olahraga
15
secara teratur, tidak merokok, tidak minum minuman keras dan
narkoba, dan sebagainya.
c. Tindakan (praktik) kesehatan lingkungan
Perilaku ini antara lain mencakup : membuang air besar di
jamban (WC), membuang sampah di tempat sampah, menggunakan air
bersih untuk mandi, cuci, masak, dan sebagainya.
4. Pencegahan
Adalah usaha-usaha untuk menjaga kesehatan yang dilakukan
oleh keluarga untuk mencegah terjadinya komplikasi hipertensi
Notoatmodjo (2003). Menurut Friedman (1998) tingkat pencegahan dibagi
menjadi 3 tingkatan, yakni:
a. Pencegah primer, yakni meliputi peningkatan kesehatan dan tindakan
preventif khusus yang dirancang untuk menjaga orang bebas dari
penyakit dan cedera.
b. Pencegahan sekunder, yang terdiri atas deteksi dini, diagnosa, dan
pengobatan.
c. Pencegahan tertier, yang mencakup tahap penyembuhan dan
rehabilitas, dirancang untuk meminimalkan ketidakmampuan klien dan
memaksimalkan tingakt fungsi
5. Hipertensi
a. Pengertian
Hipertensi adalah tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan
tekanan sarah sistolik ≥ 90 mmHg, atau bila pasien memakai obat
16
antihipertensi (Mansjoer, 2002). Hipertensi merupakan gangguan
asimpomatik yang sering terjadi yang ditandai dengan peningkatan
tekanan darah secara persisten. Selain itu, The Sixth Report Of The
Joint National Committe on Prevention, Detection, Evaluation and
Treatment of High Blood Pressure (JNCP, 1997) mendefenisikan
hipertensi sebagai tekanan darah sistolik 160 mmHg atau lebih atau
tekanan darah diastolik 90 mmHg atau lebih atau sedang dalam
pengobatan antihipertensi.
Menurut Beevers (2000) hipertensi dapat ditetapkan sebagai
tingginya tekanan darah secara menetap dimana tekanan sistolik diatas
140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Pada populasi
lansia, hipertensi ditetapkan sebagai tekanan sistolik diatas 160 mmHg
dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg
b. Penyebab Hipertensi
Menurut Mansjoer A (2002) penyebabnya hipertensi dibagi menjadi
dua golongan, yaitu:
1) Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui
penyebabnya, disebut juga hipertensi idiopatik. Banyak faktor yang
mempengaruhinya seperti genetik, lingkungan, hiperaktivitas
susunan saraf simpatis, sistem renin - angiotensin, defek dalam
ekresi Na, peningkatan Na dan Ca intraseluler, dan faktor-faktor
yang meningkatkan risiko, seperti obesita, alkohol, merokok, seta
polisitemia.
17
2) Hipertensi sekunder atau hipertensi renal. Penyebab spesifiknya
diketahui, seperti penggunaan esterogen, penyakit ginjal, hipertensi
vaskuler renal, hiperaldosteronisme primer, dan sindrom cushing,
feokromositoma, koarktasio aorta, hipertensi yang berhubungan
dengan kehamilan, dan lain-lain.
c. Gejala dan komplikasi
Peninggian tekanan darah kadang-kadang merupakan satu-
satunya gejala. Bila demikian, gejala baru muncul setelah terjadi
komplikasi pada ginjal, mata, otak, atau jantung. Gejala lain yang
sering ditemukan adalah sakit kepala, epistaksis, marah, telinga
berdengung, rasa berat ditengkuk, sukar tidur, mata berkunang-
kunang, dan pusing (Mansjoer, 2002).
Bergantung pada tingginya tekanan darah, gejala yang timbul
dapat berbeda-beda. Hipertensi primer berjalan tanpa gejala dan baru
timbul gejala setelah terjadi komplikasi pada organ target seperti
ginjal, mata, otak dan jantung (Suyono et al., 2001).
Hipertensi yang tidak teratasi, dapat menimbulkan komplikasi
yang berbahaya seperti:
1) Payah jantung
Payah jantung (Congestive heart failure) adalah kondisi jantung
tidak mampu lagi memompa darah yang dibutuhkan tubuh.
Kondisi ini terjadi karena kerusakan otot jantung atau sistem listrik
jantung.
18
2) Stroke
Hipertensi adalah faktor penyebab utama terjadi stroke, karena
tekanan darah yang terlalu tinggi dapat menyebabkan pembuluh
darah yang sudah lemah menjadi pecah. Bila hal ini terjadi pada
pembuluh darah otak, maka terjadi pendarahan otak yang dapat
berakibat kematian. Stroke juga dapat terjadi akibat sumbatan dari
gumpalan darah yang macet di pembuluh yang sudah menyempit.
3) Kerusakan ginjal
Hipertensi dapat menyempitkan dan menebalkan aliran darah yang
menuju ginjal, yang berfungsi sebagai penyaring kotoran tubuh.
Dengan adanya gangguan tersebut, ginjal menyaring lebih sedikit
cairan dan membuangnya kembali ke darah.
4) Kerusakan penglihatan
Hipertensi dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah di mata,
sehingga mengakibatkan penglihatan menjadi kabur atau buta.
(Vitahealth, 2005)
Menurut Soeparman & Waspadji (2001) gejala lain yang
disebabkan komplikasi hipertensi, antara lain:
1) Hipertensi ringan dan sedang, komplikasi yang terjadi adalah pada
mata, ginjal, jantung, dan otak. Pada mata berupa pendarahan
retina, gangguan penglihatan sampai buta.
2) Hipertensi berat, gagal jantung merupakan kelainan yang sering
ditemukan disamping kelainan koroner dan miokard. Pada otak
19
sering terjadi perdarahan yang disebabakan oleh pecahnya
mikroaneurisma yang dapat menyebabkan kematian. Kelaianan
lain yanga sering terjadi adalah proses tromboemboli dan serangan
iskemik otak sementara.
3) Pada hipertensi maligna, gagal ginjal sering dijumpai sebagai
komplikasi hipertensi yang lama dan akut.
d. Diagnosis Hipertensi
Diagnosis hipertensi tidak dapat ditegakkan dalam satu kali
pengukuran, hanya dapat ditetapkan setelah dua kali atau lebih
pengukuran pada kunjungan yang berbeda, kecuali terdapat kenaikan
yang tinggi atau gejala-gejala klinis. Pengukuran tekanan darah
dilakukan dalam keadaan pasien duduk bersandar, setelah beristirahat
selama 5 menit, dengan ukuran pembungkus lengan yang sesuai
(menutupi 80% lengan ).
Anemnesis yang dilakukan meliputi tingkat hipertensi dan lama
menderitanya, riwayat dan gejala penyakit-penyakit yang berkaitan
seperti gagal jantung, penyakit serebrovaskuler, dan lainya.
Adanya riwayat penyakit dalam keluarga, gejala-gejala yang
berkaitan dengan penyebab hipertensi, perubahan aktivitas / kebiasaan
(seperti merokok), konsumsi makanan, riwayat obat-obatan bebas, dan
hasil efek samping terapi antihipertensi sebelumnya bila ada, dan
faktor psikososial lingkungan (keluarga, pekerjaan, dan sebagainya).
20
e. Praktek pencegahan komplikasi hipertensi
Praktek pencegahan komplikasi adalah tingkah laku,
perbuatan-perbuatan serta usaha-usaha untuk menjaga kesehatan yang
dilakukan oleh keluarga untuk mencegah terjadinya komplikasi
hipertensi Notoatmodjo (2003).
Hipertensi adalah adalah faktor resiko stroke yang utama,
pengobatan dan pengendaliannya dapat mencegah resiko terjadinya
komplikasi hipertensi (Lamsudin, 1999). Jadi praktek pencegahan
komplikasi hipertensi pada klien hipertensi pada intinya merupakan
perilaku keluarga dan klien hipertensi dalam mengendalikan tekanan
darahnya agar tidak timbul komplikasi lebih lanjut (Junaidi, 2002).
Praktek untuk mencegah komplikasi hipertensi diantaranya:
1) Pengaturan Diet
Mengkonsumsi gizi yang seimbang dengan diet rendah
garam dan rendah lemak sangat dianjurkan bagi penderita
hipertensi untuk dapat mengendalikan tekanan darahnya dan secara
tidak langsung menurunkan resiko terjadinya komplikasi
hipertensi. Selain itu juga perlu mengkonsumsi buah-buahan segar
seperti pisang, sari jeruk dan sebagainya yang tinggi kalium dan
menghindari konsumsi makanan awetan dalam kaleng karena
meningkatkan kadar natrium dalam makanan (Vitahealth, 2005).
21
2) Perubahan gaya hidup menjadi lebih sehat
Gaya hidup yang dapat merugikan kesehatan dan
meningkatkan resiko komplikasi hipertensi seperti merokok,
mengkonsumsi alkohol, minum kopi, mengkonsumsi makanan
cepat saji (junk food), malas berolah raga, gaya hidup itulah yang
meningkatkan resiko terjadinya komplikasi hipertensi (Junaidi,
2002).
3) Manajemen Stres
Stres atau ketegangan jiwa (rasa tertekan, murung, rasa
marah, dendam, rasa takut, rasa bersalah) merupakan faktor
terjadinya komplikasi hipertensi. Peran keluarga terhadap penderita
hipertensi diharapkan mampu menghindari stres, menyediakan
waktu untuk relaksasi, dan istirahat (Lumbantobing, 2003).
4) Mengontrol kesehatan
Penting bagi penderita hipertensi untuk selalu memonitor
tekanan darahnya. Kebanyakan penderita hipertensi tidak sadar dan
mereka baru menyadari saat pemeriksaan tekanan darah (Purwanto,
2004). Penderita hipertensi dianjurkan untuk rutin memeriksakan
diri sebelum timbul komplikasi lebih lanjut. Obat - obatan
antihipertensi juga diperlukan untuk menunjang keberhasilan
pengendalian tekanan darah (Suyono et al., 2001).
22
5) Olahraga teratur
Olahraga secara teratur dapat menyerap atau menghilangkan
endapan kolesterol pada pembuluh darah nadi. Olahraga yang
dimaksud adalah latihan menggerakkan semua sendi dan otot tubuh
seperti gerak jalan, berenang, naik sepeda, aerobik. Oleh karena itu
olahraga secara teratur dapat menghindari terjadinya komplikasi
hipertensi.
f. Penatalaksanaan dengan obat antihipertensi
Menurut Mansjoer (2002) praktek pencegahan hipertensi
dilakukan penatalaksanaan dengan obat antihipertensi.
1) Hipertensi tanpa komplikasi : Diuretik, Beta blocker.
2) Indikasi tertentu : inhibitor ACE, Pengambat Reseptor Angiotensi
II, Alfa-Beta blocker, antagonis Ca, Diuretik.
23
B. Kerangka konsep penelitian.
: yang diteliti
: yang tidak diteliti
C. Hipotesis
Ada hubungan antara pengetahuan keluarga tentang komplikasi hipertensi
dengan praktek pencegahan komplikasi hipertensi di wilayah kerja Puskesmas
Gamping II Sleman Yogyakarta.
Praktek pencegahan komplikasi hipertensi
Individu
Pengetahuan
Sikap
Norma
Sosial
Tradisi
Kepercayaan
24
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian.
Desain penelitian ini adalah desain “non eksperiment”, dengan
menggunakan pendekatan yang digunakan adalah cross-sectional yaitu data
yang menyangkut variabel bebas atau resiko dan variabel terikat atau akibat
akan dikumpulkan pada waktu yang sama (Notoatmodjo, 2002). Variabel
bebas adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel
dependen (terikat) dan variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau
yang menjadi akibat, karena adanya variabel independen (bebas) (Riwidikdo,
2007).
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian yang akan diteliti
(Notoatmojo, 2002). Populasi pada penelitian ini adalah penderita
hipertensi yang ada di Desa Nogotirta wilayah kerja Puskesmas Gamping
II Sleman Yogyakarta, yaitu berjumlah 220 orang pada bulan Januari-
Maret 2008.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari keseluruhan objek yang diteliti dan
dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmojo, 2002). Sampel pada
penelitian ini adalah keluarga pasien yang menderita hipertensi di Desa
25
Nogotirto wilayah kerja Puskesmas Gamping II Sleman Yogyakarta dan
diambil dengan menggunakan metode Purposive Sampling, yaitu teknik
pengambilan sampel didasarkan atas tujuan tertentu atau sesuai dengan
yang dikehendaki peneliti sehingga sampel tersebut bisa mewakili
karakteristik populasi (Nursalam, 2003).
Kriteria inklusi pada sampel ini adalah:
1. Bisa membaca dan menulis.
2. Pendidikan minimal SD.
3. Keluarga yang tinggal satu rumah dengan penderita hipertensi.
4. Keluarga yang mempunyai penderita hipertensi.
5. Keluarga yang bersedia menjadi responden.
Besaran sampel dengan menggunakan rumus dari Dempsey
(2002) yaitu untuk keakuratan analisis statistik, sampel yang berjumlah 30
orang dianggap mewakili keakuratan populasi. Sedangkan menurut
Arikunto (2006), apabila subyeknya lebih dari 100 maka jumlah sampel
yang dijadikan subjek penelitian dapat diambil antara 10-15% atau 20-
25% atau lebih. Dengan mempertimbangkan kedua pendapat ini maka
prosentase populasi yang diambil sebagai sampel adalah 15 %, maka
jumlah sampel yang diteliti yaitu = 0,15 X 220 = 33 orang.
26
C. Lokasi dan waktu Penelitian
1. Lokasi
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Nogotirto dengan alasan
berdasarkan data bulan Januari-Maret 2008 di Puskesmas Gamping II
Sleman Yogyakarta bahwa desa Nogotirto merupakan desa dengan
jumlah penyakit hipertensi terbanyak dan belum pernah dilakukan
penelitian mengenai pengetahuan keluarga tentang komplikasi hipertensi
dengan praktek pencegahan komplikasi hipertensi.
2. Waktu penelitian
Penelitian tingkat pengetahuan keluarga tentang komplikasi
hipertensi dengan praktek pencegahan komplikasi hipertensi di wilayah
kerja Puskesmas Gamping II Sleman Yogyakarta dilaksanakan pada
bulan September 2008.
D. Variabel dan Definisi Operasional.
1. Variabel dalam penelitian ini:
1) Variabel bebas (Independent Variabel): Pengetahuan keluarga
tentang komplikasi hipertensi
2) Variabel terikat (dependent Variabel): Praktek pencegahan
komplikasi hipertensi
2. Definisi Operasional.
a. Pengetahuan keluarga tentang komplikasi hipertensi adalah wawasan
yang diketahui keluarga mengenai penyakit hipertensi meliputi :
pengertian hipertensi, pengertian komplikasi hipertensi, tanda dan
27
gejala komplikasi hipertensi, faktor resiko komplikasi hipertensi.
Skala pengukuran pada variabel bebas ini adalah skala Guttman
dengan menggunakan kuesioner.
b. Praktek pencegahan komplikasi hipertensi adalah tingkah laku,
perbuatan, serta upaya-upaya keluarga dalam mencegah terjadinya
komplikasi hipertensi pada klien hipertensi melalui diet bagi
penderita hipertensi yaitu menngkonsumsi buah-buahan segar,
menghindari konsumsi makanan awetan dalam kaleng, dan
menghindari konsumsi makanan yang mengandung tinggi natrium.
Perubahan gaya hidup yaitu menghindari mengkonsumsi rokok,
alkohol, kopi, makanan cepat saji dan olahraga teratur. Manajemen
stress yaitu istirahat yang cukup, melakukan kontrol kesehatan dan
managemen obat. Skala pengukuranya adalah skala Likert, dengan
menggunakan kuesioner.
E. Hubungan Antara Variabel.
Variabel Bebas Pengetahuan
keluarga tentang komplikasi hipertensi
Variabel terikat Praktek pencegahan
komplikasi hipertensi
28
F. Instrumen Penelitian.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan instrumen penelitian yang
berupa kuisioner tertutup, dimana sejumlah pertanyaan tertulis yang
digunakan untuk memperoleh informasi dari responden mengenai hal-hal
yang diketahui responden. Responden diminta untuk menjawab dengan cara
memilih alternatif jawaban yang telah ditentukan.
Instrumen yang digunakan untuk memperoleh data dari responden adalah
sebagai berikut :
1. Instrumen untuk Pengetahuan keluarga tentang komplikasi
hipertensi.
Kuesioner untuk pengetahuan keluarga tentang komplikasi
hipertensi yang digunakan oleh peneliti terdiri dari 18 pertanyaan yang
terdiri atas pertanyaan tentang pengertian hipertensi, pengertian
komplikasi hipertensi, tanda dan gejala komplikasi, dan faktor resiko
komplikasi
29
Kisi-kisi instrumen dapat dilihat dibawah ini:
Tabel 1. Kisi-kisi instrumen penelitian untuk pengetahuan keluarga tentang komplikasi hipertensi
Aspek No item
Pengetahuan • Pengertian hipertensi dan • Pengertian komplikasi
hipertensi • Komplikasi hipertensi • Tanda dan gejala
komplikasi • Tanda dan gejala hipertensi • Faktor resiko komplikasi
1, 2 3
5, 6, 7 8, 9, 10
11, 12
13, 14, 15, 16 17, 18
Kuesioner di atas adalah hasil adopsi dan modifikasi dari
instrumen yang sudah ada yaitu instrumen yang dibuat oleh Eliana, A.
(2005), dengan menggunakan skala Guttman yang berisi 2 alternatif
jawaban (betul, salah). Penilaian kuesioner, jika menjawab benar
sesuai dengan kunci jawaban maka nilainya 1, dan jika menjawab
salah tidak sesuai kunci jawaban maka nilainya 0. Interpretasi skor
untuk penilaian pengetahuan keluarga tentang komplikasi hipertensi
adalah dengan menjumlahkan alternatif jawaban pada setiap item soal
kemudian dibandingkan dengan jumlah item dikalikan 100%. Hasil
berupa persentase untuk menilai data pengetahuan keluarga tentang
komplikasi hipertensi, menggunakan rumus menurut Arikunto (2002)
sebagai berikut:
%100xNXP =
30
Keterangan:
P = Persentase, X = Skor yang didapat , N = Jumlah item
Kemudian dikategorikan menjadi:
Pengetahuan Tinggi : 76 %-100 %
Pengetahuan Sedang : 55 %-75%
Pengetahuan Rendah : ≤ 55 %
(Arikunto, 2003).
2. Instrumen untuk Praktek pencegahan komplikasi hipertensi
Instrumen yang digunakan peneliti adalah instrumen yang dibuat
oleh peneliti sendiri dan hasil modifikasi dari instrumen yang sudah ada
yaitu instrumen yang dibuat oleh Eliana, A. (2001) dalam bentuk
kuesioner dengan jumlah 30 item.
Kisi-kisi instrumen dapat dilihat dibawah ini:
Tabel 2. Kisi-kisi instrumen penelitian praktek pencegahan komplikasi hipertensi
Aspek No item
(Favorable)
No
item(Unfavorable)
Pencegahan
• Pengaturan Diet
• Gaya hidup
• Manajemen stres
• Kontrol kesehatan
• Obat
1 ,2, 3, 4, 5, 6
7, 8, 10
13, 15, 16, 17,18
20, 21, 22, 23
24, 25, 26, 29
_
9, 11
12, 14
19
27, 28, 30
31
Skala yang digunakan adalah skala likert, yaitu : Selalu (SL)=4,
Sering (SR)=3, Kadang-kadang (KD)=2, Tidak pernah (TP)=1 untuk
pertanyaan positif (Favorable), dan Selalu (SL)=1, Sering (SR)=2,
Kadang-kadang (KD)=3, Tidak pernah (TP)=4 untuk pertanyaan negatif
(Unfavorable) (Nursalam, 2003). Interpretasi skor untuk penilaian
pengetahuan keluarga tentang komplikasi hipertensi adalah dengan
menjumlahkan alternatif jawaban pada setiap item soal kemudian
dibandingkan dengan jumlah item dikalikan 100%. Hasil berupa
persentase untuk menilai data praktek pencegahan komplikasi hipertensi,
menggunakan rumus menurut Arikunto (2002) sebagai berikut:
%100xNXP =
Keterangan:
P = Persentase, X = Skor yang didapat, N = Jumlah item
Kemudian dikategorikan menjadi:
Perilaku Baik : skor 76 %-100 %
Perilaku Cukup : skor : 55 %-75%
Perilaku Kurang : ≤ 55 %
(Arikunto, 2003).
Kemudian untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan
keluarga tentang komplikasi hipertensi dengan praktek pencegahan
komplikasi hipertensi di uji dengan teknik korelasi Spearman Rank
karena jenis kedua datanya adalah ordinal, dengan rumus :
32
ρ= 1- ( )126 2
−∑nn
bi
Keterangan :
ρ = koefesien korelasi Spearman Rank
b i = beda antara jenjang subyek
n= banyak subyek
G. Cara Pengumpulan Data
Peneliti melakukan pengumpulan data dengan cara memberikan
kuesioner kepada keluarga secara langsung dengan mengunjungi rumah
klien setelah mendapatkan ijin dari Kepala Desa Nogotirto dan Kepala
Puskesmas Gamping II Sleman. Peneliti juga meminta ijin persetujuan dari
pihak keluarga sebagai responden. Kuesioner diisi oleh responden yang
sebelumnya telah diberi penjelasan. Selama pengisian kuesioner responden
didampingi oleh peneliti dan jika ada yang kurang jelas responden dapat
menanyakan langsung, setelah selesai pengisian kuesioner dikumpulkan
kembali kepada peneliti.
H. Uji Validitas dan Reliabilitas
Untuk mengukur validitas instrumen, dilakukan dengan cara teknik
korelasi antar skor masing-masing variabel dengan skor totalnya. Uji
validitas instrumen dilakukan di Desa Banyuraden daerah wilayah kerja
Puskesmas Gamping II Sleman Yogyakarta yang mempunyai karakteristik
yang sama dengan subyek yang akan diteliti oleh peneliti. Responden pada
uji koesioner ini adalah keluarga yang mempunyai penderita hipertensi di
33
desa Banyuraden dengan jumlah responden sebanyak 12 orang. Uji validitas
dan reliabelitas dilakukan pada tanggal 27-28 November 2007.
Uji validitas dan reliabilitas instrumen penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan alat bantu SPSS 14 for windows (Wahyono, 2006). Menurut
Arikunto (2002), validitas merupakan ukuran yang menunjukan tingkat-
tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Uji validitas butir
dilakukan dengan menggunakan rumus Pearson yaitu rumus korelasi
product moment, sebagai berikut :
rxy = N. ∑ XY- (∑ X)-(∑ Y)
√{N.∑ X2-( ∑ X2 )}{N.∑Y2-(∑ Y2)}
Keterangan :
rxy : Koefisien korelasi antara x dan y
N : Jumlah subyek
∑XY : Jumlah perkalian X dan Y
∑X : Jumlah nilai X
∑Y : Jumlah nilai Y
Hasil dari analisis ini akan dikonsultasikan dengan tabel r yaitu taraf
signifikan 5 %. Harga kriteria dari r product moment dikatakan valid apabila
r < 0,05. uji validitas pada skala tingkat pengetahuan keluarga tentang
komplikasi hipertensi dari 18 item, didapatkan hasil 12 item valid dan
sisanya tidak valid (hasil terlampir). Uji validitas pada praktek pencegahan
diet dari 6 item, didapatkan hasil 5 item yang valid dan sisanya tidak valid
(hasil terlampir). Untuk praktek pencegahan gaya hidup dari 5 item,
34
didapatkan hasil 3 yang valid dan sisanya tidak valid (hasil terlampir).
Untuk praktek pencegahan manajemen stress dari 7 item, didapatkan hasil 6
item yang valid yang sisa tidak valid (hasil terlampir). Untuk praktek
pencegahan kontrol kesehatan dari 5 item, didapatkan hasil 4 item yang
valid dan sisanya tidak valid (hasil terlampir). Untuk praktek pencegahan
obat dari 7 item, didapatkan hasil 4 item yang valid dan sisanya tidak valid
(hasil terlampir).
Sedangkan reliabilitas menunjukan pada suatu instrumen cukup dapat
dipercaya untuk digunakan sebagai alat mengumpulkan data karena
insrtumen tersebut sudah baik atau handal (Arikunto, 2002).
Uji reliabilitas instrumen dalam penelitian ini menggunakan rumus
alpha, yaitu sebagai berikut :
r11 = ( k ) (1 - ∑O b 2 )
(k - 1) O 2 t
Keterangan:
r11 = Reliabilitas instrumen
k = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
∑O b 2 = Jumlah varians
O 2 t = Varians total
Hasil dari analisis akan dikonsultasikan dengan nilai a > 0,06.
Harga kriteria dari a dikatakan andal/reliabel apabila a > 0,06. Untuk
instrumen dalam penelitian ini baik dari skala tingkat pengetahuan keluarga
tentang komplikasi hipertensi maupun skala praktek pencegahan komplikasi
35
hipertensi didapatkan nilai a = > 0,06 sehingga semua item dikatakan
reliabel (hasil terlampir).
Walaupun semua item dikatakan reliabel, peneliti hanya menggunakan butir
yang valid dan reliabel.
I. Analisa Data
Analisa yang digunakan adalah analisa bivariat yang bertujuan untuk
melihat adanya hubungan antara variabel bebas (Pengetahuan keluarga
tentang komplikasi hipertensi) dan variabel terikat (Praktek pencegahan
komplikasi hipertensi). Uji hipotesis untuk mengetahui hubungan antara
pengetahuan keluarga tentang komplikasi hipertensi dengan praktek
pencegahan komplikasi hipertensi menggunakan uji korelasi Spearman (rs)
karena variabel bebas dan variabel terikat merupakan data ordinal (Nursalam,
2003). Jika hasil yang diperoleh p<0,05 maka berarti terdapat hubungan antara
variabel yang diuji dan jika p>0,05 berarti tidak terdapat hubungan antara
variabel yang diuji (Dahlan, 2004).
J. Kesulitan Penelitian
Kesulitan dalam penelitian ini adalah tidak semua responden dapat
membaca dan menulis sehingga setiap responden harus didampingi ketika
mengisi kuesioner yang diberikan peneliti. Kesulitan yang lain yaitu sulit
untuk mendapatkan data yang benar-benar valid dari responden karena ada
beberapa responden yang kurang terbuka ketika mengisi kuesioner.
36
K. ETIKA PENILITIAN
Dempsey (2002) menyebutkan bahwa sebelum penelitian berlangsung,
peneliti mendapat persetujuan responden yang berisi enam elemen yaitu:
1. Penjelasan mengenai manfaat penelitian, yaitu bahwa penelitian ini tidak
membawa sesuatu yang dapat mengakibatkan penderitaan kepada
subyek, penelitian ini tidak merugikan subyek dalam bentuk apapun.
2. Penjelasan kemungkinan resiko dan ketidaknyamanan, yaitu bahwa
penelitian ini tidak menimbulkan resiko yang merugikan subyek.
3. Penjelasan manfaat potensial.
4. Persetujuan bahwa peneliti dapat menjawab setiap pertanyaan yang
diajukan subyek yang berkaitan dengan studi.
5. Persetujuan bahwa subyek dapat mengundurkan diri kapan saja.
6. Jaminan anonimitas dan kerahasiaan.
Penelitian yang berjudul “Hubungan Antara Pengetahuan Keluarga
Tentang Komplikasi Hipertensi dengan Praktek Pencegahan Komplikasi
Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Gamping II Sleman Yogyakarta”
memiliki surat ijin dari Puskesmas Gamping II Sleman yang sah untuk
mengadakan penelitian dan surat ijin yang sah dari program studi ilmu
keperawatan fakultas kedokteran UMY. Segala bentuk jawaban dan data
pribadi dari responden akan dijaga kerahasiaannya.
37
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
a. Letak Geografis
Puskesmas Gamping II dibangun pada tahun 1984, dengan luas
tanah 224,58 m , luas bangunan 112,44 m . Puskesmas Gamping II
Sleman Yogyakarta menerapkan program yang berupa pemberian
penyuluhan kesehatan kepada masyarakat. Puskesmas Gamping II
terletak di kelurahan Banyuraden, kecamatan Gamping, kabupaten
Sleman, Propinsi DIY , dengan batas wilayah yaitu: sebelah utara
Kecamatan Mlati, sebelah selatan Kecamatan Godean, dan sebelah
timur Kecamatan Kasihan serta Kota Yogyakarta. Wilayah kerja
Puskesmas Gamping II meliputi tiga wilayah desa yaitu:
1) Desa Banyuraden : 8 dusun, 22 RW dan 75 RT
2) Desa Nogotirto : 10 dusun, 24 RW dan 108 RT
3) Desa Trihanggo : 12 dusun, 35 RW dan 96 RT
b. Data Demografi
Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Gamping II
adalah sebanyak 40.435 jiwa dengan perincian sebagai berikut :
38
Tabel 3. Distribusi Jumlah Penduduk di wilayah Kerja Puskesmas Gamping II Berdasarkan Jenis Kelamin Periode Januari 2007-Maret 2008
NO Nama Dukuh Laki-laki Wanita Jumlah
1 Banyuraden 6.306 6.386 12.692
2 Trihanggo 6.493 6.600 13.093
3 Nogotirta 7.393 7.257 14.650
jumlah 20.192 20.243 40.435
c. Sarana dan Prasarana
Puskesmas Gamping II mempunyai sarana dan prasarana antara
lain: Punkesmas induk, Puskesmas pembantu (2 buah). Polindes, Pos
pelayanan terpadu (45 buah), Bidan praktek swasta binaan Puskesmas
Gamping II (14 buah), Pusling, Ambulance (1 unit). Jumlah tenaga
kesehatan di Puskesmas Gamping II sebanyak 25 orang yang terdiri
dari Dokter umu (3 orang), Dokter gigi (1 orang), Bidan (5 orang),
Bidan desa (1 orang), Perawat umum (6 orang), Perawat gigi (2 orang),
Petugas gizi (1 orang), Juru imunisasi (1 orang), Petugas laboratorium
(2 orang), HS (1 orang), TU (5 orang), Pelaksana farmasi (1 orang),
dan Security (1 orang).
2. Gambaran Umum Responden
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Nogotirto Wilayah Kerja
Puskesmas Gamping II Sleman Yogyakarta. Subyek dalam penelitian ini
39
adalah keluarga yang mempunyai penderita hipertensi yang memenuhi
kriteria sebagai subyek penelitian.
Gambaran responden berdasarkan usia, jenis kelamin, pekerjaan,
tingkat pendidikan, hubungan dengan pasien, lama menderita, jenis
komplikasi yang menyertainya.
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Usia, jenis kelamin, pekerjaan, tingkat pendidikan, hubungan dengan pasien, lama menderita, jenis kmplikasi yang menyertainya di Desa Nogotirto wilayah kerja Puskesmas Gamping II Sleman, September 2008 (n=33)
Karakteristik Responden Jumlah (n) Presentase ( % )
Usia 21-30 31-40 41-50 51-60 > 61
11 10 5 3 4
33,33 30,30 15,15 9,09 12,12
Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan
19 23
30,30 69,69
Pekerjaan Karyawan swasta PNS IRT Buruh Wiraswasta
2 7 9 2 13
6,06 21,21 27,27 6,06 39,39
Pendidikan terakhir SD SLTP SMU Diploma/Perguruan Tinggi
4 7 17 5
12,12 21,21 51,51 15,15
Hubungan dengan pasien Suami Istri Anak
4 7 22
12,12 21,21 66,66
Lama menderita hipertensi < 1 1-4 >5
4 20 9
12,12 60,60 27,27
Jumlah 33 100
40
Tabel 4. (lanjutan)
Jenis komplikasi hipertensi yang menyertainya Gangguan pada mata Gangguan Ginjal Stroke Penyakit jantung Lain- lain
4 4 7 3 15
12,12 12,12 21,21 9,09 45,45
Jumlah 33 100
Dari tabel 4 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden
berumur 21-30 tahun yaitu sebanyak 11 responden dengan prosentase
33,33% dan yang paling sedikit sebanyak 3 responden berumur 51-60
tahun dengan prosentase 9,09 %. Hal ini menunjukkan bahwa penyakit
hipertensi tidak hanya menyerang usia tua tetapi pada semua kelompok
umur, termasuk usia muda di bawah 30-an tahun. Kemungkinan besar
disebabkan karena faktor bawaan, pola makan, obesitas, stres
berkepanjangan, malas berolah raga.
Berdasarkan jenis kelamin dapat diketahui bahwa sebagian besar
responden berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 23 responden
dengan prosentase 69,69% dan yang paling sedikit adalah responden
berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 10 dengan prosentase 30,30 %.
Hal ini menunjukkan bahwa penyakit hipertensi lebih banyak menyerang
wanita daripada pria, berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga
(SKRT) 2004, hipertensi pada pria 12,2 % dan wanita 15,5 %.
Berdasarkan status kesehatan dapat diketahui bahwa sebagian
besar responden bekerja sebagai wiraswasta yaitu sebanyak 13 responden
dengan prosentase 39,39% dan yang paling sedikit adalah responden yang
41
bekerja sebagai karyawan swata yaitu sebanyak 2 responden dengan
prosentase 6,06% dan responden yang bekerja sebagai buruh yaitu
sebanyak 2 responden dengan prosentase 6,06 %. Hal ini menunjukkan
bahwa sebagian besar keluarga di Desa Nogotirto mempunyai sumber
ekonomi yang cukup. Aspek sosial ekonomi mempunyai pengaruh yang
kuat terhadap kesehatan seseorang, meliputi asuransi atau jaminan yang
cukup mampu untuk menjaga kesehatan agar terhindar dari komplikasi
penyakit (Lipson, 1996).
Berdasarkan tingkat pendidikan responden tabel dapat diketahui
bahwa jumlah responden dengan pendidikan terakhir SMU merupakan
jumlah terbesar yaitu sebanyak 17 orang dengan prosentase 51,51% dan
jumlah responden terkecil adalah responden dengan pendidikan terakhir
SD yaitu sebanyak 4 orang dengan prosentase 12,12%. Tingkat pendidikan
responden yang tinggi kemungkinan besar akan mempengaruhi seseorang
untuk menerima serta memahami informasi kesehatan. Hal ini sesuai
dengan pendapat Kuncoroningrat (1997) bahwa makin tinggi tingkat
pendidikan seseorang maka akan mudah dalam menerima informasi
sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya
pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang
terhadap nilai-nilai baru yang diperkenalkan.
Berdasarkan hubungan dengan pasien dapat diketahui bahwa
sebagian besar responden adalah sebagai anak yaitu sebanyak 22
responden dengan prosentase 66,66% dan yang paling sedikit sebagai
42
suami yaitu 4 orang dengan prosentase 12,12%. Menurut (Effendy, 1998)
masalah - masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan, dan apabila
salah satu anggota keluarga mempunyai masalah kesehatan akan
berpengaruh terhadap anggota keluarga lainnya.
Berdasarkan lama menderita dapat diketahui bahwa sebagian besar
klien menderita hipertensi selama 1-4 tahun yaitu sebanyak 20 orang
dengan prosentase 60,60% dan yang paling sedikit klien yang menderita
kurang dari 5 tahun yaitu sebanyak 4 orang dengan prosentase 12,12%.
Membiarkan hipertensi lebih lama berarti membiarkan jantung bekerja
lebih keras dan membiarkan proses perusakan dinding pembuluh darah
berlansung dengan lebih cepat. Penelitian juga menunjukkan bahwa
hipertensi dapat mengecilkan volume otak, sehingga mengakibatkan
penurunan kemampuan fungsi kognitif dan intelektual, yang paling parah
adalah efek jangka panjangnya yang berupa kematian mendadak
(Vitahealth, 2005).
Berdasarkan jenis komplikasi hipertensi yang menyertainya dapat
diketahui bahwa pada responden yang disertai penyakit lain sebagian besar
jenis penyakit yang menyertai adalah penyakit lain-lain yaitu sebanyak 15
orang dengan prosentase 45,45% yang terdiri dari 6 orang menderita
rematik, 4 orang menderita gastritis, 2 orang menderita asma, 3 orang
menderita diabetes melitus. Responden yang menderita gangguan pada
mata (kabur) dan gangguan ginjal masing-masing 4 orang dengan
prosentase 12,12%. Responden yang menderita stroke sebanyak 7 orang
43
dengan prosentase 21,21%. Sedangkan yang menderita penyakit jantung
sebanyak 3 orang dengan prosentase 9,09%. Hal ini sesuai dengan lama
menderita hipertensi bahwa membiarkan hipertensi lebih lama akan
menyebabkan gangguan pada organ lain seperti gangguan penglihatan,
gagal jantung, gagal ginjal dan stroke (Brunner & Suddarth, 2002).
3. Hasil Analisa Kategori Responden Berdasarkan tingkat Pengetahuan,
Praktek pencegahan Diet, Gaya Hidup, Manajemen Stress, Kontrol
Kesehatan dan Obat.
a. Kategori Tingkat Pengetahuan Keluarga Tentang Komplikasi
Hipertensi
Tabel 5. Kategori Tingkat Pengetahuan Keluarga Tentang Komplikasi hipertensi
Pengetahuan Frekuensi (f) Prosentase (%)
Tinggi 23 69,69
Sedang 6 18,18
Rendah 4 12,12
Total 33 100
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden
memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi yaitu 23 orang dengan
prosentase 69,69%.
44
b. Kategori Perilaku Pencegahan komplikasi Hipertensi dengan Diet
Tabel 6. Kategori Perilaku Pencegahan komplikasi Hipertensi dengan Diet
Pengetahuan Frekuensi (f) Prosentase (%)
Tinggi 0 0
Sedang 20 60,60
Rendah 13 39,39
Total 33 100
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar
responden memiliki praktek pencegahan diet yang cukup yaitu sebanyak
20 orang dengan prosentase 60,60%
c. Kategori Perilaku Pencegahan Komplikasi Hipertensi dengan
Gaya hidup
Tabel 7. Kategori Perilaku Pencegahan komplikasi Hipertensi dengan Gaya hidup
Kategori Frekuensi (f) Prosentase (%)
Baik 4 12,12
Cukup 18 54,54
Kurang 11 33,33
Total 33 100
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden
memiliki praktek pencegahan gaya hidup yang Cukup yaitu sebanyak 18
orang dengan prosentase 54,54%.
45
c. Kategori Perilaku Pencegahan Komplikasi Hipertensi dengan
Manajemen Stres
Tabel 8. Kategori Perilaku Pencegahan komplikasi Hipertensi dengan Manajemen stres
Kategori Frekuensi (f) Prosentase (%)
Baik 4 12,12
Cukup 19 57,57
Kurang 10 30,30
Total 33 100
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden
memiliki praktek pencegahan manajemen stres yang cukup yaitu
sebanyak 19 orang dengan prosentase 57,57%.
d. Kategori Perilaku Pencegahan Komplikasi Hipertensi dengan
Kontrol Kesehatan
Tabel 9. Kategori Perilaku Pencegahan komplikasi Hipertensi dengan Kontrol Kesehatan
Kategori Frekuensi (f) Prosentase (%)
Baik 4 12,12
Cukup 20 60,60
Kurang 9 27,27
Total 33 100
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa sebagian responden
memiliki praktek pencegahan mengontrol kesehatan yang cukup yaitu
sebanyak 20 orang dengan prosentase 60,60%.
46
e. Kategori Prilaku Pencegahan Komplikasi Hipertensi dengan
Obat
Tabel 10. Kategori Perilaku Pencegahan komplikasi Hipertensi dengan Obat
Kategori Frekuensi (f) Prosentase (%)
Baik 0 0
Cukup 14 42,42
Kurang 19 57,57
Total 33 100
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa sebagian
responden memiliki praktek pencegahan obat yang kurang yaitu
sebanyak 19 orang dengan prosentase 57,57%.
4. Hasil Analisa Hubungan Tingkat Pengetahuan Keluarga Tentang
Komplikasi Hipertensi Dengan Perilaku Pencegahan Komplikasi
Hipertensi.
a. Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Perilaku Pencegahan
diet
Tabel 11. Hubungan tingkat pengetahuan keluarga tentang komplikasi hipertensi dengan perilaku pencegahan diet
Perilaku Pencegahan
Baik Cukup Kurang
Total Tingkat
Pengetahuan
f % f % f % f %
Tinggi 0 0 14 42,42 9 27,27 23 69,69
Sedang 0 0 3 9,09 3 9,09 6 18,18
Rendah 0 0 3 9,09 1 0,33 4 12,12
Total 0 0 20 60,6 13 36,69 33 100
47
Berdasarkan tabel diatas didapatkan responden yang memiliki
pengetahuan tinggi tentang kompliksi hipertensi ada 23 orang (69,69%)
yaitu 14 orang dengan praktek pencegahan diet yang cukup, 9 orang
dengan praktek pencegahan diet yang kurang. Responden yang tingkat
pengetahuannya sedang ada 6 orang (18,18%) yaitu 3 orang dengan
praktek pencegahan diet yang cukup, 3 orang dengan praktek
pencegahan diet yang kurang. Responden yang tingkat pengetahuannya
rendah ada 4 orang (12,12%) yaitu 3 orang dengan praktek pencegahan
diet yang cukup dan 1 orang dengan praktek pencegahan diet yang
kurang.
b. Hubungan tingkat pengetahuan dengan perilaku pencegahan
gaya hidup
Tabel 12. Hubungan tingkat pengetahuan keluarga tentang komplikasi hipertensi dengan perilaku pencegahan gaya hidup
Perilaku Pencegahan
Baik Cukup Kurang
Total Tingkat
Pengetahuan
f % f % f % f %
Tinggi 3 9,09 14 42,42 6 18,18 23 69,69
Sedang 0 0 3 9,09 3 9,09 6 18,18
Rendah 1 0,33 1 0,33 2 6,06 4 12,12
Total 4 9,42 18 51,84 11 33,33 33 100
Dari tabel diatas didapatkan responden yang memiliki
pengetahuan tinggi tentang komplikasi hipertensi ada 23 orang (69,69%)
48
yaitu 3 orang dengan praktek pencegahan gaya hidup yang baik, 14
orang dengan praktek pencegahan gaya hidup yang cukup dan 6 orang
dengan praktek pencegahan gaya hidup yang kurang. Responden yang
tingkat pengetahuannya sedang ada 6 orang (18,18%) yaitu 3 orang
dengan praktek pencegahan gaya hidup yang cukup dan 3 orang dengan
praktek pencegahan gaya hidup yang kurang. Responden yang tingkat
pengetahuannya rendah ada 4 orang (12,12%) yaitu 1 orang dengan
praktek pencegahan gaya hidup yang baik, 1 orang denga praktek
pencegahan yang cukup, dan 2 orang dengan praktek pencegahan gaya
hidup yang kurang.
c. Hubungan tingkat pengetahuan dengan perilaku pencegahan
manajemen stress
Tabel 13. Hubungan tingkat pengetahuan keluarga tentang komplikasi hipertensi dengan perilaku pencegahan manajemen stress
Perilaku Pencegahan
Baik Cukup Kurang
Total Tingkat
Pengetahuan
f % f % f % f %
Tinggi 4 12,12 14 42,42 5 15,15 23 69,69
Sedang 0 0 2 6,06 4 12,12 6 18,18
Rendah 0 0 3 9,09 1 0,33 4 12,12
Total 4 12,12 19 57,57 10 27,6 33 100
Dari tabel diatas didapatkan responden yang memiliki
pengetahuan tinggi tentang komplikasi hipertensi ada 23 orang (69,69%)
yaitu 4 orang dengan praktek pencegahan manajemen stress yang baik,
49
14 orang dengan praktek pencegahan manajemen stress yang cukup dan
5 orang dengan praktek pencegahan manajemen stress yang kurang.
Responden yang tingkat pengetahuannya sedang ada 6 orang (18,18%)
yaitu 2 orang denga praktek pencegahan manajen stress yang cukup, dan
4 orang dengan praktek pencegahan manajemen stress yang kurang.
Responden yang tingkat pengetahuannya rendah ada 4 orang (12,12%)
yaitu 3 orang dengan praktek pencegahan manajen stress yang cukup,
dan 1 orang dengan praktek pencegahan manajemen stress yang kurang.
d. Hubungan tingkat pengetahuan dengan perilaku pencegahan
kontrol kesehatan
Tabel 14. Hubungan tingkat pengetahuan keluarga tentang komplikasi hipertensi dengan perilaku pencegahan kontrol kesehatan
Perilaku Pencegahan
Baik Cukup Kurang
Total Tingkat
Pengetahuan
f % f % f % f %
Tinggi 3 9,09 15 45,45 5 15,15 23 69,69
Sedang 1 0,33 3 9,09 2 6,06 6 18,18
Rendah 0 0 2 6,06 2 6,06 4 12,12
Total 4 9,42 20 60,6 9 27,27 33 100
Dari tabel diatas didapatkan responden yang memiliki
pengetahuan tinggi tentang komplikasi hipertensi ada 23 orang (69,69%)
yaitu 3 orang denga praktek pencegahan kontrol kesehatan yang baik, 15
orang dengan praktek pencegahan kontrol kesehatan yang cukup dan 5
orang dengan praktek pencegahan kontrol kesehatan yang kurang.
50
Responden yang tingkat pengetahuannya sedang ada 6 orang (18,18%)
yaitu 1 orang dengan praktek pencegahan kontrol kesehatan yang baik,3
orang dengan praktek pencegahan kontrol kesehatan yang cukup, dan 2
orang dengan praktek pencegahan kontrol kesehatan yang kurang.
Responden yang tingkat pengetahuannya rendah ada 4 orang (12,12%)
yaitu 2 orang dengan praktek pencegahan kontrol kesehatan yang cukup,
dan 2 orang dengan praktek pencegahan kontrol kesehatan yang kurang.
e. Hubungan tingkat pengetahuan dengan perilaku pencegahan
obat
Tabel 15. Hubungan tingkat pengetahuan keluarga tentang komplikasi hipertensi dengan perilaku obat
Perilaku Pencegahan
Baik Cukup Kurang
Total Tingkat
Pengetahuan
f % f % f % f %
Tinggi 0 0 11 33,33 12 36,36 23 69,69
Sedang 0 0 2 6,06 4 12,12 6 18,18
Rendah 0 0 1 0,33 3 9,09 4 12,12
Total 0 0 14 39,72 19 57,57 33 100
Berdasarkan tabel diatas didapatkan responden yang memiliki
pengetahuan tinggi tentang komplikasi hipertensi ada 23 orang (69,69%)
yaitu 11 orang dengan praktek pencegahan obat yang cukup dan 12
orang dengan praktek pencegahan obat yang kurang. Responden yang
tingkat pengetahuannya sedang ada 6 orang (18,18%) yaitu 2 orang
dengan praktek pencegahan obat yang cukup, 4 orang dengan praktek
51
pencegahan obat yang kurang. Responden yang tingkat pengetahuannya
rendah ada 4 orang (12,12%) yaitu 1 orang dengan praktek pencegahan
obat yang cukup, dan 3 orang dengan praktek pencegahan obat yang
kurang
f. Hubungan tingkat pengetahuan dengan perilaku pencegahan
komplikasi hipertensi.
Tabel 16. Hubungan tingkat pengetahuan dengan perilaku pencegahan komplikasi hipertensi pada klien Hipertensi di Desa Nogotirta wilayah kerja puskesmas Gamping II Sleman Yogyakarta..
Perilaku Pencegahan Komplikasi Hipertensi
Baik Cukup Kurang
Total Tingkat
Pengetahuan
F % f % f % f %
Tinggi 13 39,39 10 30,30 0 0 23 69,69
Sedang 1 0,33 5 15,15 0 0 6 18,18
Rendah 1 0,33 3 9,09 0 0 4 12,12
Total 15 40,05 18 54,54 0 0 33 100
Berdasarkan tabel diatas didapatkan responden yang memiliki
pengetahuan tinggi tentang komplikasi hipertensi ada 23 orang (69,69%)
yaitu 13 orang dengan praktek pencegahan komplikasi hipertensi yang
baik dan 10 orang dengan praktek pencegahan komplikasi hipertensi
yang cukup. Responden yang tingkat pengetahuannya sedang ada 6
orang (18,18%) yaitu 1 orang dengan praktek pencegahan komplikasi
hipertensi yang baik, dan 5 orang dengan praktek pencegahan
komplikasi hipertensi yang cukup. Responden yang tingkat
pengetahuannya rendah ada 4 orang (12,12%) yaitu 1 orang dengan
52
praktek pencegahan komplikasi hipertensi yang baik, dan 3 orang
dengan praktek pencegahan komplikasi hipertensi yang cukup.
B. Uji Stastistik
Hasil Penilitian yang didapat kemudian di uji statistik dengan
menggunakan teknik Rank Spearman correlation, dengan tingkat kepercayaan
95%, taraf kesalahan 5% atau 0,05. Ada tidaknya hubungan signifikan
dinyatakan dengan angka pada sig. (2-tailed), jika hasil yang diperoleh < 0,05
maka ada hubungan yang signifikan (Arikunto, 2002).
Dari hasil uji statistik diperoleh nilai sig. (2-tailed) sebesar 0,929 untuk
hubungan antara tingkat pengetahuan tentang komplikasi hipertensi dengan
praktek pencegahan diet. Nilai ini lebih besar dari 0,05 sehingga dapat
disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat
pengetahuan tentang komplikasi hipertensi dengan praktek pencegahan diet.
Demikian pula hasil uji statitik untuk hubungan antara tingkat pengetahuan
tentang komplikasi hipertensi dengan praktek pencegahan gaya hidup,
menunjukkan bahwa nilai sig. (2-tailed) adalah 0,296 yang berarti lebih besar
dari 0,05 sehingga tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat
pengetahuan tentang komplikasi hipertensi dengan praktek pencegahan gaya
hidup. Untuk hubungan antara tingkat pengetahuan tentang komplikasi
hipertensi dengan praktek pencegahan manajemen stress, menunjukkan bahwa
nilai sig. (2-tailed) adalah 0,097 yang berarti tidak ada hubungan yang
signifikan antara tingkat pengetahuan tentang komplikasi hipertensi dengan
praktek pencegahan manajemen stress. Untuk hasil uji statistik diperoleh nilai
53
sig. (2-tailed) sebesar 0,290 untuk hubungan antara tingkat pengetahuan
tentang komplikasi hipertensi dengan praktek pencegahan kontrol kesehatan,
nilai ini lebih besar dari 0,05 sehinggga dapat disimpulkan bahwa tidak ada
hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan tentang komplikasi
hipertensi dengan praktek pencegahan kontrol kesehatan. Demikian pula
untuk hubungan antara tingkat pengetahuan tentang komplikasi hipertensi
dengan praktek pencegahan obat diperoleh nilai sig. (2-tailed) sebesar 0,341
yang berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan
tentang komplikasi hipertensi dengan praktek pencegahan obat.
C. Pembahasan
1. Tingkat Pengetahuan Tentang Komplikasi hipertensi.
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa sebagian besar
responden memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi tentang komplikasi
hipertensi yaitu sebanyak 23 orang (69,69%). Pengetahuan responden
yang baik disebabkan oleh berbagai informasi tentang pengertian, faktor
penyebab, gejala-gejala, komplikasi, serta pencegahan terjadinya
komplikasi yang mereka peroleh baik itu dari media masa, petugas
kesehatan, orang lain maupun dari lingkungan sekitar. Hal ini sesuai
pendapat dari WHO (1992), bahwa pengetahun dapat diperoleh melalui
kenyataan fakta dengan melihat atau mendengar sendiri melalui alat-alat
komunikasi seperti surat kabar, majalah, televisi, radio dan lain-lain.
Pengetahuan seseorang juga dapat diperoleh melalui proses belajar
dan pengetahuan yang tinggi dapat dipengaruhi tingkat pendidikan
54
seseorang (Notoatmodjo, 2003). Pengetahuan merupakan hasil dari tahu
dan terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu
objek tertentu melalui panca indra manusia yaitu penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Dari data yang diperoleh sebagian
besar responden adalah lulusan SLTA (51,51%). Hasil penelitian
Henderson yang dikutip kembali oleh Potter cit Notoatmodjo (1999)
bahwa pengetahuan seseorang yang tinggi akan mempengaruhi tingkat
kesehatan dan keberhasilan seseorang untuk memahami informasi
kesehatan. Hal ini sesuai dengan pendapat Kuncoroningrat (1997) bahwa
makin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka akan mudah dalam
menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang
dimiliki. Sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat
perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai baru yang
diperkenalkan.
Pengetahuan tentang kesehatan merupakan dasar bagi perubahan
perilaku dan besar pengaruhnya dalam perilaku sehat (Barlet, 1981).
Namun orang yang memiliki pengetahuan tinggi tidak selalu berperilaku
baik dalam upaya mempertahankan kesehatan dan penanganan untuk
mencegah terjadinya komplikasi dan kematian yang bersifat individual
(Dewit, 1998). Hal ini sesuai data yang diperoleh bahwa tidak semua
responden yang berpendidikan rendah mempunyai pengetahun yang
kurang tentang komplikasi hipertensi. Berdasarkan tabel 2 responden yang
lulus SD sebanyak 4 orang (12,12%) tidak semuanya berpengetahuan
55
rendah. informasi mengenai penyakit menyangkut masalah penyebab,
bahaya dan upaya pencegahannya tidak hanya dapat diperoleh melalui
bangku pendidikan formal tetapi juga dapat melalui berbagai media,
melalui pendidikan kesehatan serta dari pengalaman sendiri.
Menurut Friedman (1998) keluarga sebagai suatu kelompok dapat
menimbulkan, mencegah, mengabaikan, atau memperbaiki masalah-
masalah kesehatan dalam keluarganya apabila terdapat gangguan
kesehatan yang menimpa salah satu anggota keluarganya. Berdasarkan hal
tersebut maka keluarga dengan tingkat pengetahuan tentang komplikasi
hipertensi yang baik mempunyai tugas untuk mengetahui atau mengenal
gangguan perkembangan kesehatan setiap anggotanya.
2. Praktek Pencegahan komplikasi Hipertensi.
a. Praktek pencegahan Diet
Berdasarkan tabel 9 hasil penelitian dapat diketahui bahwa
sebagian besar responden memiliki praktek pencegahan diet yang
cukup yaitu sebanyak 20 orang (60,60%). Hal ini menunjukkan adanya
dorongan dari semua anggota keluarga terhadap penderita hipertensi
untuk mencegah terjadinya komplikasi hipertensi yang ditandai dengan
mengurangi konsumsi garam dalam makanan, mengurangi konsumsi
makanan yang berlemak, menghindari makanan dalam kaleng (awetan)
dan mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan karena semua itu dapat
mengurangi peningkatan tekanan darah sehingga dapat menurunkan
resiko terjadinya komplikasi hipertensi.
56
Mengurangi garam dalam diet pada pasien hipertensi
diperlukan untuk menurunkan tekanan darah, hal ini dikarenakan
garam mengandung ion natrium yang dapat mengakibatkan retensi air
sehingga volume darah meningkat dan menyebabkan daya tahan
pembuluh meningkat serta memperkuat efek vasokontriksi
noradrenalin. Pengurangan setiap gram garam sehari dapat berefek
penurunan tensi 1 mmHg. Maka untuk mencapai penurunan tekanan
darah yang nyata, pemasukan garam harus dibatasi sampai kurang
lebih 3 gram sehari (Susalit, 2001).
b. Praktek pencegahan Gaya Hidup.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar
responden memiliki praktek pencegahan yang cukup yaitu sebanyak 18
orang (54,54%). Hal ini ditandai dengan keterlibatan peran keluarga
menganjurkan pasien untuk berolah raga, menghindari makanan cepat
saji, dan menganjurkan pasien untuk berhenti merokok. Namun masih
banyak yang belum dapat mengubah gaya hidup. Hal ini disebabkan
karena kebiasaan yang sulit ditinggalkan. Pola hidup terbentuk dari
awal perkembangan seseorang yang dipengaruhi oleh lingkungan dan
pengalaman (Smet, 1994). Oleh sebab itu perlu usaha maksimal dan
berkelanjutan untuk dapat mengubahnya.
57
JNC VII (2003) merekomendasikan modifikasi gaya hidup
sebagai bagian awal dari pengelolaan hipertensi. Modifikasi gaya
hidup menurunkan tekanan darah, menambah kemanfaatan obat
antihipertensi dan menurunkan penyakit kardiovaskuler dan stroke.
Lebih dari itu, kombinasi dua atau lebih modifikasi gaya hidup
membantu mencapai hasil yang lebih baik.
Gaya hidup yang tidak sehat seperti merokok, kurang aktivitas
fisik, mengkonsumsi alkohol, kopi, menggunakan obat-obat penenang
dan mengkonsumsi makanan cepat saji (junk food) merupakan faktor
yang dapat meningkatkan resiko komplikasi pada pasien hipertensi.
Rokok menigkatkanoksidasi lemak, dimana karbon monoksida (CO)
yang merupakan penyebab utama kerusakan vaskuler diikat oleh
hemoglobin menjadi senyawa karboksihemoglobin (COHb). COHb
bertanggung jawab pada peningkatan kadar kolesterol, lesi pada
endotel pembuluh darah dan peningkatan agregasi platelet (Junaidi,
2002).
Aktivitas fisik (olahraga) yang teratur sudah terbukti
menurunkan resiko akibat penyakit kardiovaskuler dan sebrovaskuler.
Efek proteksi dari aktifitas fisik untuk mencegah terjadinya komplikasi
hipertensi (Lamsudin, 2002). Penelitian Aritjhja (1993) menunjukkan
bahwa aktivitas olahraga memberika korelasi yang bermakna secara
statistik terhadap penurunan tekanan darah penderita hipertensi
58
c. Praktek pencegahan Manajemen stress
Berdasarkan tabel 11. menunjukan bahwa sebagian besar
responden memiliki praktek pencegahan mengendalikan stress yang
cukup sebanyak 19 orang (57,57%). Hal ini ditandai dengan keluarga
dapat mengendalikan emosi ketika pasien marah, mengajurkan pasien
untuk meluangkan waktu istirahat yang cukup dan mampu mengatasi
rasa stres pada pasien misalnya dengan cara berbagi cerita tentang
masalah yang sedang dialaminya. Penelitian Austin (2001)
menunjukan bahwa pengurangan stress pada penderita stroke dapat
menurunkan tekanan darah secara signifikan sampai 110/80 mmHg.
Kemampuan mengendalikan stress dapat pula disebabkan
adanya dukungan keluarga yang lain dalam menciptakan suasana yang
tenang bagi klien stroke. Keluarga sebagai tempat yang nyaman bagi
klien harus dapat memberikan perawatan kesehatan dan sebagai sarana
yang mendukung klien untuk mencapai kesembuhannya (Friedman,
1998).
d. Praktek Pencegahan Mengontrol Kesehatan.
Dari analisa tabel 12 diketahui bahwa sebagian besar responden
memiliki praktek pencegahan mengontrol kesehatan yang cukup yaitu
sebanyak 20 orang (60,60%). Hal ini menunjukkan adanya dukungan
dari keluarga terhadap pasien hipertensi dalam mengontrol tekanan
darah secara rutin, dan menganjurkan pasien memeriksakan diri ke
dokter, memperhatikan tanda-tanda komplikasi hipertensi.
59
Kontrol terhadap tekanan darah merupakan hal yang sangat
penting bagi penderita Hipertensi karena dengan membiarkan tekanan
darah yang tinggi akan membuat jantung bekerja lebih keras dan
membiarkan proses perusakan dinding pembuluh darah berlangsung
lebih cepat dan akan menyebabkan terjadinya komplikasi hipertensi
(Vitahealth, 2005).
Keluarga dengan hipertensi sebaiknya selalu memperhatikan
kondisi kesehatan penderita dengan mengenali tanda-tanda komplikasi
sehingga jika timbul gejala dapat segera dilakukan pertolongan
secepatnya.
e. Praktek pencegahan Obat
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa sebagian
besar responden memiliki praktek pencegahan obat yang kurang yaitu
sebanyak 19 orang (57,57%), hal ini menunjukkan kurangnya
perhatian keluarga terhadap pasien hipertensi dalam mengawasi pasien
minum obat secara teratur.
Pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah
saja, tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat
hipertensi. Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter
Ahli Hipertensi (Joint National Committe on Detection, Evaluation
and Teatment of High Blood Pressure, USA, 1988) menyimpulkan
bahwa obat diuretik, penyekat beta, antagonis kalsium, atau
pengahambat ACE, dapt digunakan sebagi obat tunggal pertama
60
dengan memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain yang ada
pada penderita. Jenis obat anti-hipertensi yang sering digunakan adalah
sebagai berikut : Diuretik, Alfa-blocker, Beta-blocker, Vasodilator,
Penghambat ACE dan lain-lain (Gunawan, 2001)
f. Praktek Pencegahan Komplikasi Hipertensi
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa sebagian
besar responden memiliki praktek pencegahan komplikasi hipertensi
yang cukup yaitu sebanyak 18 orang (54,54%). Hal ini ditandai dengan
praktek pencegahan responden terhadap pasien hipertensi dalam
mencegah komplikasi hipertensi adalah cukup yang meliputi praktek
pencegahan diet, praktek pencegahan gaya hidup, praktek pencegahan
manajemen stress, praktek pencegahan kontrol kesehatan. Namun
begitu ternyata dari data yang diperoleh tidak semua praktek
pencegahan responden cukup dalam mencegah komplikasi hipertensi.
Berdasarkan tabel 13 praktek pencegahan komplikasi hipertensi
dengan obat adalah kurang.
Menurut Notoatmodjo (2003), praktek adalah suatu sikap
belum terwujud dalam suatu tindakan (overt behaviour). Dengan
demikian jika praktek dapat disesuaikan dengan prinsip-prinsip
kesehatan niscaya harapan terbentuknya keadaan sehat akan mudah
terwujud. Sebaliknya jika praktek bertentangan dengan prinsip-prinsip
kesehatan akan menimbulkan gangguan kesehatan.
61
3. Hubungan Tingkat Pengetahuan Keluarga Tentang Komplikasi
Hipertensi Dengan Praktek Pencegahan Komplikasi Hipertensi
a. Hubungan Tingkat Pengetahuan Keluarga Tentang Komplikasi
Hipertensi dengan Praktek Pencegahan Diet
Dari hasil analisa statistik menggunakan Rank Spearman
Correlation, diperoleh nilai koefisien korelasi (ρ) sebesar -0,016 dan
sig. (2-tailed) adalah 0,929 > 0,05, yang berarti tidak signifikan. Hal
ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara
tingkat pengetahuan keluarga tentang komplikasi hipertensi dengan
praktek pencegahan diet.
Dari tabel 9 diketahui bahwa 69,69% responden mempunyai
pengetahuan yang tinggi dan praktek pencegahan diet yang cukup
(60,60%). Pengetahuan keluarga yang tinggi tentang komplikasi
hipertensi dan bagaimana pencegahannya dapat mempengaruhi
perilaku keluarga terhadap klien hipertensi dalam mengontrol asupan
nutrisi yang seimbang dan menghindari konsumsi makanan yang dapat
memicu peningkatan tekanan darah dan meningkatkan resiko
terjadinya komplikasi hipertensi. Namun begitu ternyata tidak terdapat
hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan keluarga tentang
komplikasi hipertensi dengan praktek pencegahan diet. Keluarga
hipertensi mempunyai pengetahuan yang rendah bukan berarti praktek
pencegahan dietnya kurang atau sebaliknya yang pengetahuanya
tingggi sekalipun bukan berarti praktek pencegahan dietnya baik.
62
Sesuai penelitian Neuhouser et al. (2002) yang menunjukkan
bahwa meskipun penderita hipertensi menyadari dan berkeinginana
untuk mengkonsumsi diet rendah garam dam rendah lemak, tetapi
ternyata mereka masih kelebihan berat badan, mengkonsumsi makanan
yang tinggi kolesterol dan garam, rendah serat serta sedikit
beraktivitas.
Hal ini menunjukkan bahwa untuk mengubah dan memelihara
diet yang sehat sulit oleh karena itu perlu adanya dukungan dan
dorongan dari keluarga untuk mengaplikasikan dan memelihara diet
sehat sehingga dapat menurunkan resiko terjadinya komplikasi
hipertensi.
b. Hubungan Tingkat Pengetahuan Keluarga Tentang Komplikasi
Hipertensi dengan Praktek Pencegahan Gaya Hidup
Berdasarkan hasil analisa statistik menggunakan Rank
Spearman Correlation, didapatkan nilai koefisien korelasi (ρ) sebesar
0, 187 dan sig. (2-tailed) adalah 0,298 > 0,05, yang berarti tidak
signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa bahwa tidak ada hubungan
yang signifikan antara tingkat pengetahuan keluarga tentang
komplikasi hipertensi dengan praktek pencegahan gaya hidup.
Keluarga hipertensi yang memiliki pengetahuan tinggi tentang
tentang komplikasi hipertensi sebagian besar memiliki praktek
pencegahan gaya hidup yang cukup berdasarkan tabel 10. Pengetahuan
keluarga yang meliputi bagaimana praktek pencegahan gaya hidup
63
yang tidak sehat seperti merokok, mengonsumsi alkohol, kurang
aktivitas fisik dan sebagainya yang dapat meningkatkan resiko
terjadinya komplikasi hipertensi diharapkan mampu memotivasi klien
hipertensi dalam memodifikasi gaya hidup sehingga dapat terhindar
dari komplikasi hipertensi. Namun ternyata tidak terdapat hubungan
yang signifikan berdasarkan uji statistik antara tingkat pengetahuan
keluarga dengan praktek pencegahan gaya hidup. Artinya keluarga
hipertensi yang mempunyai pengetahuan tinggi bukan berarti praktek
pencegahan gaya hidupnya lebih baik atau sebaliknya keluarga
hipertensi yang pengetahuannya rendah bukan berarti praktek
pencegahannya kurang.
Berdasarkan data penelitian, sebagian besar responden
mempunyai tingkat pendidikan terakhir SLTA (51,51%) dan memiliki
tingkat pengetahuan yang baik. Namun menurut Azwar (1995) tingkat
pendidikan formal tidak berhubungan langsung dengan praktek
pencegahan kesehatan, yang berpengaruh adalah pendidikan
kesehatan, yang bila direncanakan dengan baik akan dapat mengarah
dan memperbaiki praktek pencegahan. Adapun tujuan pendidikan
kesehatan pada khususnya adalah untuk mengubah tindakan yang
merugikan atau tidak sesuai dengan norma kesehatan kearah tingkah
laku yang menguntungkan atau norma yang sesuai dengan kesehatan
(Notoatmodjo, 2003).
64
Tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat
pengetahuan keluarga tentang komplikasi hipertensi dengan praktek
pencegahan dapat pula disebabkan karena adanya bias pada penelitian
ini yaitu peneliti tidak meneliti variabel sikap yang merupakan
komponen yang penting dalam proses perubahan perilaku.
Berdasarkan Notoatmodjo (2003) timbulnya tindakan pencegahan
penyakit didasari pengetahuan dan kesadaran serta sikap yang positif
dari dari individu.
Pencegahan komplikasi hipertensi memerlukan upaya jangka
panjang terutama yang berkaitan denga perubahan gaya hidup pada
klien yang memiliki faktor resiko. Diperlukan kesabaran baik keluarga,
penderita maupun pemberi pelayanan kesehatan (khususnya perawat)
serta usaha yang komprehensif dan berkelanjutan dalam
mengendalikan faktor resiko terutama sekali dalam memodifikasi gaya
hidup (Wibowo, 1999).
c. Hubungan Tingkat Pengetahuan Keluarga Tentang Komplikasi
Hipertensi dengan Praktek Pencegahan Manajemen Stress
Berdasarkan hasil analisa statistik menggunakan Rank
Spearman Correlation, didapatkan nilai koefisien korelasi (ρ) sebesar
0,294 dan sig. (2-tailed) adalah 0,094 > 0,05, yang berarti tidak
signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang
signifikan antara tingkat pengetahuan keluarga tentang komplikasi
hipertensi dengan praktek pencegahan manajemen stress. Dari tabel
65
11. Diketahui bahwa responden memiliki pengetahuan tentang stroke
dengan manajemen stress yang tinggi.
Awal dari pembentukan perilaku adalah pengetahuan.
Pengetahuan akan mempengaruhi keyakinan seseorang yang pada
akhirnya membentuk sebuah perilaku (Khairul, undate). Stress akan
terjadi pada siapa saja dan akibatnya bermacam-macam bagi
kesehatan. Kecenderungan stress akan meningkat pada setiap orang.
Hal yang penting agar stress tidak menyebabkan gangguan kesehatan,
maka yang diperlukan adalah bagaimana mengendalikan dan
mengelola stress (Lumbantobing, 2003). Namun ternyata tidak ada
hubungan yang signifikan berdasarkan hasil uji statistik antara tingkat
pengetahuan keluarga tentang komplikasi hipertensi dengan
manajemen stress. Artinya keluarga yang memiliki pengetahuan tinggi
bukan berarti dalam menejemen stress keluarga lebih baik atau
sebaliknya keluarga yang berpengetahuan rendah bukan berarti
manajemen stressnya kurang.
Kebiasaan dapat menjadi faktor yang lebih kuat dalam
mempertahankan suatu perilaku dibanding motivasi untuk mengubah
perilaku manajemen stress. Keluarga kurang mampu mengelola stress
karena kurang mengetahui dampak buruk stress pada kesehatan
terutama dampaknya terhadap peningkatan tekanan darah yang dapat
menimbulkan komplikasi. Sesuai dengan yang dikatakan oleh
Notoatmodjo (2003) bahwa perilaku yang didasari oleh tingkat
66
pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak
didasari pengetahuan. Dengan tingkat pengetahuan yang tinggi akan
mudah dalam menerima informasi sehingga lebih mudah dalam
memberikan solusi yang terbaik untuk menghadapi masalah begitu
juga sebaliknya.
d. Hubungan Tingkat Pengetahuan Keluarga Tentang Komplikasi
Hipertensi dengan Praktek Pencegahan kontrol kesehatan
Dari analisis statistik menggunakan Rank Spearman
correlation, didapatkan nilai koefisien korelasi (ρ) sebesar 0,190 dan
sig. (2-tailed) adalah 0,290 > 0,05, yang berarti tidak signifikan. Hal
ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara
tingkat pengetahuan keluarga tentang komplikasi hipertensi dengan
praktek pencegahan mengontrol kesehatan.
Menurut Wibowo (1999) ketaatan dalam pengobatan dan
kontrol kesehatan pada individu dengan resiko komplikasi hipertensi
salah satunya disebabkan karena adanya pemahaman pada diri individu
tersebut mengenai resiko penyakit dan tujuan pengobatan. Namun
meskipun demikian, hasil penelitian ini menunjukan bahwa tidak
semua tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat
pengetahuan keluarga dengan praktek pencegahan kontrol kesehatan.
Artinya keluarga yang memiliki pengetahuan baik bukan berarti dalam
menejemen stress keluarga lebih baik atau sebaliknya keluarga yang
berpengetahuan rendah bukan berarti manajemen stressnya kurang.
67
Smet (1994) mengatakan bahwa pengetahuan disebut sebagai
behavioral capability yang diperlukan untuk dapat sampai kepada
tindakan tertentu. Seseorang yang mengetahui bahwa dirinya dalam
keadaan sakit dan menyadari bahwa jika penyakitnya tidak diobati
akan berdampak buruk bagi dirinya akan berupaya untuk mencari
pengobatan.
e. Hubungan Tingkat Pengetahuan Keluarga Tentang Komplikasi
Hipertensi dengan Praktek Pencegahan obat
Berdasarkan hasil analisa statistik menggunakan Rank
Spearman Correlation, didapatkan nilai koefisien korelasi (ρ) sebesar
0,171 dan sig. (2-tailed) adalah 0,341 > 0,05, yang berarti tidak
signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa bahwa tidak ada hubungan
yang signifikan antara tingkat pengetahuan keluarga tentang
komplikasi hipertensi dengan praktek pencegahan obat.
Menurut Wibowo (1999), ketaatan dalam melakukan
pengobatan dan kontrol kesehatan pada individu dengan resiko stroke
salah satunya disebabkan karena adanya pemahaman pada diri individu
tersebut mengenai resiko penyakit dan tujuan pengobatan.
Praktek pencegahan keluarga yang cukup baik dalam mengenal
tanda-tanda komplikasi hipertensi, mencari pengobatan yang tepat dan
melakukan pengelolaan untuk menurunkan tekanan darah disebabkan
karena adanya pemahaman atau pengetahuan keluarga yang tinggi.
Seseorang yang mengetahui bahwa dirinya dalam keadaan sakit dan
68
menyadari bahwa jika penyakitnya tidak diobati akan berdampak
buruk bagi dirinya akan berupaya untuk mencari pengobatan. Menurut
Becker cit Notoatmodjo (2003) bahwa perilaku peran sakit (the sick
role) meliputi tindakan untuk memperoleh kesembuhan, mengenal /
mengenal fasilitas atau sarana pelayanan kesehatan yang dapat
terwujud jiak individu mengetahui pentingnya manfaat pengobatan.
f. Hubungan Tingkat Pengetahuan Keluarga Tentang Komplikasi
Hipertensi dengan Praktek Pencegahan komplikasi hipertensi
Hasil analiasa statistik menggunakan Rank Spearman
Correlation, didapatkan nilai koefisien korelasi (ρ) sebesar 0,324 dan
sig. (2-tailed) adalah 0,066 > 0,05, yang berarti tidak signifikan. Hal
ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara
tingkat pengetahuan keluarga tentang komplikasi hipertensi dengan
praktek pencegahan komplikasi hipertensi. Artinya keluarga yang
memiliki pengetahuan tinggi bukan berarti dalam praktek pencegahan
komplikasi hipertensinya lebih baik atau sebaliknya keluarga yang
berpengetahuan rendah bukan berarti praktek pencegahan komplikasi
hipertensinya kurang, tidak adanya hubungan yang signifikan antara
tingkat pengetahuan keluarga dengan praktek pencegahan tidak hanya
dipengaruhi oleh pengetahuan tetapi juga oleh kepercayaan seseorang
tentang anggapan bahwa hipertensi dapat disembuhkan hanya dengan
sekali minum obat hipertensi, Selain itu juga dipengaruhi oleh
individu, sikap, tradisi, norma, sosial.
69
Aspek pengetahuan merupakan domain yang sangat penting
untuk terbentuknya perilaku seseorang. Dimana semakin tinggi tingkat
pengetahuan seseorang akan dapat mempengaruhi pola pikir dan sikap
terhadap sesuatu hal yang akhirnya akan mempengaruhi terjadinya
perubahan perilaku (Notoatmodjo, 2003). Pengetahuan keluarga yang
tinggi diharapkan mampu menumbuhkan praktek pencegahan
komplikasi yang baik pula pada klien hipertensi.
Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Becker cit
Notoatmodjo (2003) bahwa pengetahuan keluarga tentang penyakit
dan pencegahanya akan mempengaruhi motivasi klien untuk
berperilaku sehat, mempengaruhi persepsinya tentang kegawatan
penyakit dan keuntungan dari praktek pencegahan komplikasi
penyakit. Pengetahuan keluarga tentang komplikasi hipertensi yang
meliputi : apakah penyakit hipertensi itu, apa saja yang menyebabkan,
bagaimana tanda dan gejalanya, komplikasi bahaya yang ditimbulkan
serta cara pencegahanya membuat klien termotivasi untuk
memperbaiki pola hidup menjadi lebih sehat dan menghindari faktor
resik.
70
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Sebagian besar (69,69%) keluarga dengan hipertensi di wilayah Kerja
Puskesmas Gamping II Sleman Yogyakarta Keluarga memiliki tingkat
pengetahuan yang tinggi tentang komplikasi hipertensi.
2. Sebagian besar (54,54%) keluarga dengan hipertensi di wilayah Kerja
puskesmas Gamping II Sleman Yogyakarta memiliki praktek pencegahan
komplikasi hipertensi yang cukup, meliputi praktek pencegahan diet yang
cukup (60,60%), praktek pencegahan gaya hidup yang cukup (54,54%),
praktek pencegahan manajemen stres yang cukup (57,57%), praktek
pencegahan kontrol kesehatan yang cukup (60,60%), praktek pencegahan
obat yang kurang (57,57%).
3. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan
keluarga tentang komplikasi hipertensi dengan praktek pencegahan diet di
Wilayah Kerja Puskesmas Gamping II Sleman Yogyakarta.
4. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan
keluarga tentang komplikasi hipertensi dengan praktek pencegahan gaya
hidup di Wilayah Kerja Puskesmas Gamping II Sleman Yogyakarta.
5. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan
keluarga tentang komplikasi hipertensi dengan praktek pencegahan
71
manajemen stress di Wilayah Kerja Puskesmas Gamping II Sleman
Yogyakarta.
6. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan
keluarga tentang komplikasi hipertensi dengan praktek pencegahan kontrol
kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Gamping II Sleman Yogyakarta.
7. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan
keluarga tentang komplikasi hipertensi dengan praktek pencegahan obat di
Wilayah Kerja Puskesmas Gamping II Sleman Yogyakarta.
8. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan
keluarga tentang komplikasi hipertensi dengan praktek pencegahan
komplikasi hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Gamping II Sleman
Yogyakarta.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka ada beberapa saran
yang perlu disampaikan :
1. Bagi petugas puskesmas
Bagi petugas Puskesmas Gamping II Sleman Yogyakarta dianjurkan untuk
meningkatkan upaya pencegahan komplikasi pada klien hipertensi dengan
panerapan strategi yang efektif dengan memberikan informasi melalui
penyuluhan-penyuluhan tentang penyakit hipertensi serta bahaya
komplikasi hipertensi, leaflet atau poster, terutama mengenai hal-hal
praktis yang perlu diketahui klien hipertensi maupun keluarganya.
72
2. Responden
Keluarga diharapkan agar lebih meningkatkan kesadaran tentang
komplikasi hipertensi.
3. Peneliti Selanjutnya
Sebagai bahan masukan dan pertimbangan sehingga mampu menghasilkan
penelitian yang lebih baik lagi.
C. Kekuatan dan Kelemahan Penelitian
1. Kelemahan Penelitian
a. Teknik pengumpulan data yang berupa kuesioner mempunyai
kelemahan yaitu peneliti kurang mampu menggali seluruh informasi
dari responden, sebenarnya informasi yang lengkap harus ditunjang
dengan pengumpulan data yang lebih cermat yaitu dengan teknik
wawancara dan observasi. Namun karena keterbatasan peneliti dalam
waktu penelitian sehingga peneliti tidak dapat melakukan teknik
wawancara atau observasi.
b. Instrumen yang digunakan ini adalah kuesioner baik untuk aspek
tingkat pengetahuan maupun aspek praktek pencegahan komplikasi
hipertensi. Kelemahan dari metode ini adalah kemungkinan adanya
keterbatasan soal sehingga peneliti kurang dapat menggali seluruh
informasi dari responden.
73
2. KekuatanPenelitian.
Penelitian tentang hubungan tingkat pengetahuan keluarga tentang
komplikasi hipertensi dengan praktek pencegahan komplikasi
hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Gamping II Sleman Yogyakarta
belum pernah dilakukan sebelumnya .
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: EGC
Austin, S. (2001). Managing Stress Reduces Blood Pressure.
Barlet, EE. (1998). The Contribution of School Health Education to Community
Health What Reasonably Expert Am I Health 71
Bevers. (2000). Bimbingan Dokter pada Tekanan Darah. Jakarta : Dian Rayak
Dahlan,M.S. (2004). Seri Evidance based medicine: statistic untuk kedokteran
dan kesehatan, Ed 1. Jakarta:Arkansas
Darmojo, R. (1995). Penelitian Penyakit Kardiovaskuler di Masyarakat
Pedesaan. Medika, XXI (11) : 855-862
Dempsey. P. A. (2002). Nursing research: text and workbook (palupi widyastuti,
trans). Jakarta: EGC
Depkes RI. (1999), Buku Informasi tentang Penyakit Kardiovaskuler. Depkes RI.
Eliana, Arifa. (2005). Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Stroke Dengan
Perilaku Mencegah Stroke Pada Klien Hipertensi di RSU PKU
Muhammadiyah Yogyakarta. Skripsi Strata Satu.Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta, Yogyakarta
Effendy, N. (1998). Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta :
EGC
Engram, B. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta: EGC
Friedman, M. M,. (2003). Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC
Gunawan, L. (2001). Hipertensi: Tekanan Darah Tinggi.Yogyakarta: Kanisius
Hidayati, A. (2005). Hubungan Tingkat Pengetahuan Penderita Hipertensi
dengan Perilaku Menjalani Diet Hipertensi. Karya Tulis Ilmiah tidak
untuk Dipublikasikan
Junaidi, I. (2002). Panduan Praktis Pencegahan Dan Pengobatan Stroke. Jakarta:.
Gramedia
Kuncoroningrat. (1997). Psikologi Pengajaran. Jakarta : Balai Pustaka
Lamsudin, R. (1998). Profil Stroke di Yogyakarta: Morbiditas, Mortalitas dan
Faktor Resiko Stroke. Program Pendidikan Kedokteran Komunitas.
Fakultas Kedoteran Universitas Gajah Mada Yogyakarta.
Lumbantobing, S. M. (2003). Stroke: Bencana Peredaran darah di Otak. Jakarta :
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Mansjoer, A, dkk. (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid 2. Penerbit
Media Aesculapius Fakultas Kedoteran Universitas Indonesia. Jakarta.
Neuhouser, L. M., Miller, L. D., Kristal, R. A., Barnett, J. M., Cheskin, J.L.
(2002). Diet and Exercise Habits of Patients with Diabetes, Dyslipidemia,
Cardiovascular or Hypertension. Journal of The American College
Nutrition. 21 (5), hlm 349-401.
Notoatmodjo. (1997). Ilmu Kesehatan Masyarakat, PT Rineka Cipta. Jakarta.
--------------. (2003). Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
---------------. (2007). Pendidikan dan Perilaku kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Nursalam. (2003). Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan : Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian
Keperawatan, Edisi 1, Salemba, Medika.
Riwidikdo, H. (2007). Statistik Kesehatan. Yogyakarta : Mitra Cendikia Press
Smet, B. (1994). Psikologi Kesehatan. Jakarta : Grasindo
Soeparman dan Waspadji. (2001). Ilmu Penyakit Dalam. Edisi III. FK UI, Jakarta.
Susalit & Kapojos & Lubis. (2001). Ilmu penyakit dalam jilid II. Edisi 3. Jakarta:
fakultas Kedokteran UI.
Suyono, S et al. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam (edisi ketiga, jilid II ).
Jakarta: EGC.
Sugiyono. (2001). Statistik Untuk Penelitian. Bandung: CV alfa Beta
Wibowo, S. (1999). Upaya Pencegahan Stroke : Berbagai Faktor Yang Dapat
Mempengaruhi Ketaatan Berobat Pasien. Berita Kedokteran Masyarakat.
Suplemen BKM XV (2). Hal 85-91.
Vitahealth, (2006). Hipertensi (informasi lengkap untuk penderita &
keluarga).Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
SURAT PERMOHONAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN
Kepada
Yth: Calon Responden Penelitian
di Tempat
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Hidayah isti yuli yanti
Nim : 20040320098
Alamat : Jlin . RE. Martadinata no.13 Wirobrajan Yogyakarta
Saya adalah mahasiswa program studi Ilmu Keperawatan Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang akan melaksanakan
penelitian dengan judul ” Hubungan Antara Pengetahuan Keluarga Tentang
Komplikasi Hipertensi Dengan Praktek Pencegahan Komplikasi Hipertensi Di
Wilayah Kerja Puskesmas Gamping II Sleman Yogyakarta.
Penelitian ini tidak akan menimbulkan kerugian bagi responden.
Kerahasiaan informasi yang diberikan akan dijaga dan hanya digunakan untuk
kepentingan penelitian. Perhatian dan kesediaan saudara sebagai responden saya
mengucapkan terima kasih.
Yogyakarta, 2008
Peneliti Responden
(Hidayah isti yuli yanti) (................................)
IDENTITAS RESPONDEN
I. Data keluarga
1. Nama (inisial) :
2. Alamat :
3. Jenis kelamin : Laki-laki (L) / Perempuan (P)
4. Umur : Tahun
5. Pekerjaan :
6. Pendidikan terakhir :
a. SD b. SLTP c. SMU d. Diploma / Perguruan
Tinggi
7. Hubungan dengan pasien :
II. Identitas klien
1. Nama (inisial) :
2. Jenis kelamin : Laki-laki (L) / Perempuan (P)
3. Umur : Tahun
4. Berapa lama terkena Hipertensi :
5. Jenis penyakit yang menyertai :
1. Tingkat Pengetahuan
Petunjuk pengisian
Jawablah semua pertanyaan yang tertera di bawah ini. Berilah tanda ( √ ) pada
kolom pertanyaan yang dianggap benar.
Keterangan :
a) Betul : Jika pernyataan dianggap benar.
b) Salah : Jika pernyataan dianggap salah
No Pernyataan B S
1 Hipertensi merupakan penyakit tekanan darah tinggi
2 Seseorang dikatakann menderita hipertensi bila tensinya
lebih dari 140/90 mmHg
3 Komplikasi hipertensi merupakan gangguan pada pembuluh
darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi
terhambat dampai kejaringan yang membutuhkan, misal
otak.
4 Hipertensi dapat menyebabkan komplikasi / gangguan
penyakit lain
5 Hipertensi dapat menyebabkan gangguan pada jantung
6 Stroke merupakan salah satu gangguan (komplikasi)
penyakit hipertensi
7 Hipertensi dapat menyebabkan gangguan pada ginjal
8 Penglihatan menjadi kabur atau buta merupakan gangguan
(komplikasi) dari hipertensi karena pecahnya pembuluh
darah dimata
9 Sering buang air kecil, terutama pada malam hari
merupakan gangguan (komplikasi) dari hipertensi karena
adanya kerusakan pada ginjal
10 Kondisi di mana jantung tidak mampu memompa darah
yang dibutuhkan merupakan gangguan (komplikasi) dari
hipertensi
11 Sakit kepala, sukar tidur merupakan salah satu gejala dari
penyakit hipertensi
12 Telinga berdengung, rasa berat ditengkuk, merupakan gejala
dari penyakit hipertensi
13 Minuman alkohol merupakan salah satu faktor resiko
komplikasi hipertensi
14 Obesitas (kegemukan) merupakan salah satu faktor resiko
komplikasi hipertensi
15 Stress yang berlebih dapat menyebabkan komplikasi
hipertensi
16 Kebiasaan pola hidup (pola makan, merokok, konsumsi
garam yang berlebih) merupakan faktor resiko terjadinya
komplikasi hipertensi
17 Merokok berat dapat menyebabkan komplikasi hipertensi
18 Mengkonsumsi makanan berlemak yang berlebihan dapat
menyebabkan komplikasi hipertensi
2. Praktek pencegahan
Berilah tanda centang ( √ ) pada pernyataan yang sesuai menurut anda pada
kotak yang tersedia.
Keterangan Singkatan :
SL : Selalu
SR : Sering
KD: Kadang - kadang
TP : Tidak Pernah
A. DIET
Jawaban No Pernyataan
SL SR KD TP
1 Keluarga mengurangi makanan yang asin-asin
untuk pasien hipertensi
2 Keluarga mengurangi makanan yang berlemak
atau yang mengandung kolesterol tinggi
(daging, hati, jeroan) pada pasien
3 Keluarga menganjurkan pasien mengkonsumsi
buah – buahan yang tinggi kalium seperti
pisang, jeruk, dan pepaya.
4 Keluarga memberikan makanan kaleng
(misalnya: mengkonsumsi sarden) untuk pasien
ketika makan
5 Keluarga menyediakan menu sehat pada pasien
hipertensi
6 Keluarga menganjurkan pasien mengkonsumsi
sayr-sayuran yang bermanfaat untuk
pengontrolan tekanan darah seperti tomat,
wortel, seledri, bawang putih dan lain- lain
B. GAYA HIDUP
Jawaban No Pernyataan
SL SR KD TP
7 Keluarga menganjurkan pasien berolah raga
secara teratur
8 Keluarga menganjurakan pasien untuk berhenti
merokok
9 Keluarga tidak menganjurkan pasien untuk
menghindari minum kopi
10 Keluarga menghindari makanan cepat saji
(misalnya: indomie) untuk pasien hipertensi
11 Keluarga tidak menganjurkan pasien duduk
dirumah saja tapi harus lebih banyak
beraktivitas
C. MANAJEMEN STRESS
Jawaban No Pernyataan
SL SR KD TP
12 Keluarga tidak menenangkan pasien pada
waktu marah
13 Keluarga dapat mengatasi kecemasan pasien
hipertensi
14 Keluarga tidak menganjurkan pasien untuk
cukup istirahat
15 Keluarga mampu mangatasi rasa stress pasien
(misalnya berbagi cerita tentang masalahnya)
16 Keluarga menyuruh pasien beristirahat jika
pasien merasa lelah dan pusing
17 Keluarga berusaha membantu pasien
memecahkan masalah
18 Keluarga menganjurkan pasien untuk relaksasi
seperti menenangkan diri
D. KONTROL KESEHATAN
Jawaban No Pernyataan
SL SR KD TP
19 Keluarga tidak menganjurkan pasien untuk
memeriksakan tekanan darah (tensi) secara
rutin
20 Keluarga memperhatikan tanda-tanda
komplikasi/gangguan hipertensi seperti mata
kabur, jantung berdebar, gangguan ginjal pada
pasien
21 Keluarga menganjurkan pasien minum obat
untuk menurunkan tekanan darah secara teratur
sesuai dosis
22 Keluarga segara menganjurkan pasien
memeriksakan diri ke dokter jika mengalami
sakit kepala atau jika ada keluhan
23 Keluarga mengantarkan pasien untuk diperiksa
tekanan darah ke tempat balai pengobatan
(puskesmas)
E. OBAT
Jawaban No Pernyataan
SL SR KD TP
24 Keluarga memaksa pasien untuk minum obat
25 Keluarga mengawasi pasien pada saat minum
obat
26 Keluarga bertanya pada petugas puskesma
tentang efek samping obat yang diberikan pada
pasien hipertensi
27 Keluarga tidak menganjurkan untuk menjalani
terapi obat tekanan darah tinggi (hipertensi)
28 Keluarga tidak menganjurkan pasien untuk
rutin memeriksakan tekanan darah jika obatnya
sudah habis
29 Keluarga membantu memberikan obat kepada
pasien secara teratur sesuai petunjuk dokter
30 Keluarga melarang pasien untuk berobat ke
balai pengobatan