hubungan antara motif dengan tingkat kepuasan … · pertanyaan mayor dan minor. adapun mayornya...
TRANSCRIPT
HUBUNGAN ANTARA MOTIF DENGAN TINGKAT KEPUASAN
PENGGUNAAN YOUTUBE CHANNEL,
(SURVEI TERHADAP FANBASE GITASFREUNDE OFFICIAL)
TENTANG KEHIDUPAN MINORITAS MUSLIM DI JERMAN
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S. Sos)
Oleh
Suci Robiatus Sholehah
NIM 1113051000136
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1439 H / 2018 M
i
ABSTRAK
Suci Robiatus Sholehah
Hubungan Antara Motif dengan Tingkat Kepuasan Penggunaan Youtube
Channel, (Survei terhadap Fanbase Gitasfreunde)
tentang KehidupanMinoritas Muslim di Jerman
Beragamnya channel YouTube membuat audiens memiliki banyak pilihan
alternatif dalam memenuhi kebutuhannya. Di satu sisi, banyak channel di
YouTube memberikan informasi yang sesat, hoax, dan hate speach. Di sisi lain,
YouTube Channel seperti Gita diharapkan dapat mengurangi akun-akun negatif
tersebut. Gita Savitri Devi merupakan YouTuber Indonesia yang tinggal di
Jerman. Pengalamannya hidup sebagai minoritas muslim di Jerman dibagikan
dalam YouTube Channelnya.
Berdasarkan konteks di atas, maka tujuan tulisan ini adalah untuk menjawab
pertanyaan mayor dan minor. Adapun mayornya adalah bagaimana hubungan
antara motif dengan kepuasan audience gitasfreunde official terhadap YouTube
Channel Gitasav? Kemudian minornya, apa gratification sought (GS) atau motif
dan gratification obtained (GO) atau kepuasan yang didapat pada dimensi
informasi, identitas pribadi, interaksi dan integrasi sosial, dan hiburan tentang
kehidupan minoritas muslim di Jerman? Kedua, seperti apa tingkat kepuasan
yang didapat oleh gitasfreunde? Ketiga, seperti apa jenis audience YouTube
Channel Gitasav?
Penelitian ini menggunakan teori uses and gratification(Blumer, Katz dan
Gurevitch) dengan konsep-konsep motif informasi, motif identitas pribadi, motif
interaksi dan integrasi sosial, dan motif hiburan yang dicari penonton dari
YouTube Channel Gitasav. Penelitian ini menggunakan dua konsep utama yaitu
Gratification Sought (GS) dan Gratification Obtained (GO). Asumsi dasar teori
ini menganggap bahwa khalayak aktif dan selektif dalam memilih media.
Penelitian ini menganalisis tentang kehidupan minoritas muslim di Jerman.
Penulis melakukan survei pada fanbase Gitasfreunde YouTube Channel Gitasav.
Data diperoleh dari pemberian online kuesioner pada fanbase Gitasav di grup Line
App. Pemberian kuesioner didistribusikan sejumlah total sampel yaitu 80. Data
kuesioner yang terkumpul diolah dalam bentuk statistik deskriptif menggunakan
Software Microsoft Excel dan SPSS.
Berdasarkan hasil analisis di atas, dapat disimpulkan bahwa koefisien
korelasi 0,632 artinya, terdapat hubungan yang kuat antara motif dan kepuasan
dalam menonton YouTube Channel Gitasav. Kemudian, YouTube Channel
Gitasav dapat memenuhi kepuasan khalayak pada motif informasi dan motif
identitas pribadi, namun belum memenuhi motif integrasi dan interaksi sosial dan
hiburan.Sedangkan tingkat kepuasan yang diperoleh adalah sedang dengan
presentase 67,5%. Motif memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan
yang ditandai dengan nilai T hitung 7.025 > T tabel 1.994dan probabilitas Sig
0.00< 0,05.
Kata kunci:Motif, Kepuasan, YouTube Chanel, Gitasav, Gratification Sought,
Gratification Obtained
ii
Kata Pengantar
Assalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang Maha
Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji hanya untuk-Mu Maha Kuasa Pemilik
alam semesta Maha Berkehendak atas segala kehidupan di muka bumi ini.
Shalawat dan salam semoga selalu Allah curahkan kepada junjunganku pembawa
berkah rahmatan lil alamin nabi besar Muhamad SAW, beserta keluarga dan
sahabatnya.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari bahwa tanpa adanya bantuan
dari berbagai pihak terkait, penulis tidak dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
baik. Karena berkat arahan, bantuan, petunjuk dan motivasi yang diberikan,
akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini guna mendapatkan gelar Strata
Satu (S1) di Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam, Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi (FIDIK), Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Pada kesempatan ini, penulis ucapkan terima kasih kepada Ayahanda
tercinta Baihaqi dan Ibunda terkasih Hamsyahatas doa, kasih sayang, semangat,
motivasi dan pengorbanan mereka dalam memberikan dukungan moril maupun
materiil kepada penulis.
Selain itu, banyak pihak lain yang membantu penulis baik dari pikiran,
tenaga, dan waktu. Untuk itu penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang
tulus kepada:
iii
1. Dr. H. Arief Subhan, M.A, Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi. Terima kasih juga kepada Dr. Suparto, M. Ed, Ph.D selaku
Wakil Dekan I Bidang Akademik, Dr. Roudhonah, M.Ag selaku Wakil
Dekan II Bidang Administrasi Umum, Dr. H. Suhaimi, M.Si selaku Wakil
Dekan III Bidang Kemahasiswaan.
2. Drs. Masran, MA selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam
dan Fita Fathurokhmah M.Si selaku Sekertaris Jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam.
3. Fita Fathurokhmah M.Si sebagai pembimbing penulis yang telah
memberikan waktu dan pikirannya dalam mengarahkan dan meberi
masukan kepada penulis, dengan sangat detail selama proses masa
bimbingan.
4. Prof. Dr. Andi Faisal Bakti, M.A. sebagai dosen mata kuliah Sistem
Komunikasi Internasional yang telah membawa pengalamannya ke dalam
kelas sehingga memotivasi saya untuk melanjutkan belajar ke jenjang
berikutnya di Luar Negeri suatu hari nanti.
5. Miss Arnis Silvia sebagai dosen mata kuliah Bahasa Inggris yang telah
membuat perkuliahan setiap minggunya penuh dengan tantangan dan
membuat metode belajar yang seru. Pembawaan diri Miss Arnis yang
tenang, ramah, baik, namun juga disiplin waktu akan selalu saya ingat dan
terapkan dalam kehidupan saya sehari-hari.
6. Seluruh Dosen saya yang telah memberi ilmunya kepada saya selama
menempuh pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
iv
7. Staf dan Karyawan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang
telah membantu penulis dalam urusan administrasi.
8. Keluarga saya, kakak dan keponakan saya, yang selalu memberikan
motivasi, semangat dan menghibur dan tak lelah mengingatkan penulis
agar segera menyelesaikan skripsi ini.
9. Gita Savitri Devi sebagai pemilik akun YouTube Chanel Gitasav sekaligus
nara sumber yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk peneliti
dalam proses wawancara dan Gitasfreunde Official yang telah meluangkan
waktunya untuk mengisi kuesioner dengan jujur.
10. Partner Kuliah saya, Egha Fridha Agatha yang selalu bersedia
mendengarkan dan memberikan masukan maupun ide kepada penulis dari
awal hingga akhir penulisan skripsi. Terima kasih telah menemani selama
masa perkuliahan, semoga tidak bosan ber-partner dengan saya.
11. Sahabat-sahabat saya, Maria Qiftya dan Maisah yang tak pernah berhenti
mendukung dan memeberikan semangat kepada penulis dan bersedia
mendengarkan keluh kesah penulis selama proses penyusunan skripsi.
12. Seluruh teman-teman KPI C 2013, LSO Klise Fotografi, dan KKN
Adiktif. Terima kasih karena kalian telah memberikan pengalaman dan
banyak kenangan semasa perkuliahan saya di UIN Jakarta.
13. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini, yang tidak
dapat saya sebutkan satu per satu. Tanpa mengurangi rasa hormat, saya
ucapkan terima kasih.
Ciputat, Juni 2018
Suci Robiatus Sholehah
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ........................................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ..................................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ......................................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah ……………………… ......................................................... 8
C. Batasan Masalah dan Rumusan Masalah .............................................................. 9
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................................... 10
E. Tinjauan Kajian Terdahulu ................................................................................. 11
F. Sistematika Penulisan ......................................................................................... 12
BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA KONSEPTUAL ........................ 14
A. Landasan Teori
Uses and Gratification Blumler, Herbert dan Katz ............................................ 14
B. Kerangka Konseptual
1. New Media.................................................................................................... 17
2. Media Sosial ................................................................................................. 19
3. Motif ............................................................................................................. 20
4. Kepuasan ...................................................................................................... 21
5. Audience ....................................................................................................... 21
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................................... 23
A. Paradigma Penelitian ........................................................................................... 23
B. Pendekatan Penelitian ......................................................................................... 24
C. Metode Penelitian................................................................................................ 24
D. Populasi dan Sampel ........................................................................................... 25
E. Teknik Pengumpulan Data .................................................................................. 28
F. Variabel Penelitian .............................................................................................. 28
G. Hipotesis Penelitian ............................................................................................. 29
H. Definisi Operasional............................................................................................ 29
I. Uji Instrumen ...................................................................................................... 35
vi
J. Teknik Analisis Data……………. ...................................................................... 39
BAB IV GAMBARAN UMUM .................................................................................... 45
A. Profil Gita Savitiri Devi ...................................................................................... 45
B. Masyarakat Muslim di Jerman ............................................................................ 46
C. Ruang Lingkup Youtube ...................................................................................... 47
BAB V TEMUAN DAN ANALISIS ............................................................................ 56
A. Hubungan Antara Motif dengan Tingkat Kepuasan Audience Gitasfreunde
Official terhadap YouTube Channel Gitasav ...................................................... 59
B. Analisis Gratification Sounght (GS) atau Motif dan Gratification Obtained
(GO) atau Kepuasan ............................................................................................ 60
C. Tingkat Kepuasan Audience Gitasav .................................................................. 82
D. Jenis Audience Gitasav ........................................................................................ 82
BAB VI PENUTUP ....................................................................................................... 84
A. Kesimpulan ......................................................................................................... 84
B. Saran .................................................................................................................... 85
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 .......................................................................................................................... 29
Tabel 3.2 .......................................................................................................................... 33
Tabel 3.3 .......................................................................................................................... 36
Tabel 5.1 .......................................................................................................................... 56
Tabel 5.2 .......................................................................................................................... 60
Tabel 5.3 .......................................................................................................................... 62
Tabel 5.4 .......................................................................................................................... 68
Tabel 5.5 .......................................................................................................................... 71
Tabel 5.6 ......................................................................................................................... 73
Tabel 5.7 ......................................................................................................................... 75
Tabel 5.8 ......................................................................................................................... 78
Tabel 5.9 ......................................................................................................................... 80
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan teknologi mengantarkan Indonesia mengenal media internet.
Indonesia termasuk negara dengan jumlah penduduk yang besar, pertambahan
penduduk juga ternyata diikuti dengan bertambahnya pengguna
internet.1Worldstats mencatat per 31 Maret 2017, penduduk Indonesia meningkat
menjadi 263,510,146 jiwa dengan pengguna internet mencapai 132,700,000. Di
Asia, pengguna internet Indonesia menempati peringkat ke tiga setelah China dan
India.2
“Internet telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari
keseharian kehidupan manusia. Karakternya yang dapat dikatakan
tidak terbatas dan dapat menjangkau seluruh dunia menjadi salah
satu keunggulannya untuk menciptakan kebebasan berpendapat dan
bermedia. Dengan bertambahnya jumlah penggunaan internet di
Dunia, salah satunya juga dipicu dengan kemudahan aksesnya,
seperti yang ditawarkan industri telepon seluler dalam kurun waktu
beberapa tahun terakhir.”3
Internet identik dengan media baru (new media). Istilah tersebut telah
digunakan sejak 1960-an. Teknologi media baru membuat informasi bisa
didapatkan dengan mudah dan cepat karena semuanya telah diproses secara digital
yang dapat membawa aktivitas komunikasi massa.4Teknologi new media telah
menyediakan platform baru bagi tampilan media konvensional. “Berbagai
1 Hermin Indah Wahyu, Kebijakan Media Baru di Indonesia, (Yogyakarta: Ugm Press,
2013), h. 68. 2http://www.internetworldstats.com/stats3.htm, diakses pada hari selasa tanggal 13 juni
2017, pukul 21:28. 3Hermin Indah Wahyu, Kebijakan Media Baru di Indonesia, h. 144.
4McQuail, Denis,Teori Komunikasi Massa, (Jakarta: Salemba Humanika, 2011), h. 42-43.
2
terobosan dikembangkan di bidang media massa konvensional, baik untuk
kepentingan ekonomi, politik, maupun sosial budaya.”5
Media sosial melalui internet mengalami perkembangan pesat. Media sosial
ini berkontribusi terhadap akuntabilitas pemerintah, aktivitas HAM, pembangunan
civil society, dan praktik kewarganegaraan.6 Jenis-jenis media sosial diantaranya
Facebook, Twitter, Path, Instagram, Blog, YouTube. Jenis-jenis media tersebut
mempunyai keunggulan masing-masing, salah satunya YouTube, YouTube dikenal
sebagai platform yang menawarkan berbagai macam konten video buatan
pengguna, termasuk klip film, klip TV, dan video musik.
YouTube juga menjadi sarana penggunanya untuk menyebarluaskan hasil
karya mereka dalam bentuk video serta meberikan banyak pilihan video kepada
penggunanya dalam mengakses video sesuai dengan kepentingan dan kebutuhan
mereka. Hal tersebut membuat YouTube populer karena dapat menyediakan
beragam video informasi, hiburan, hobi, fashion, gaya hidup dan lain-lain.
Keunggulan YouTube membuat platform tersebut populer di Indonesia. Menurut
data dari website katadata.com pada tahun 2017, menunjukkan bahwa media
sosial yang paling aktif digunakan di Indonesia adalah YouTube, sebesar
49%.Sedangkan media sosial paling aktif kedua adalah Facebook, sebesar 48%.
Lalu ke tiga adalah Instagram mencapai 39%.7Maraknya penggunaan platform
YouTube dikalangan generasi Y atau generasi millenial menjadikan
5Hermin Indah Wahyu, Kebijakan Media Baru di Indonesia, h. 96.
6Hermin Indah Wahyu, Kebijakan Media Baru di Indonesia,h. 71.
7https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2017/09/13/inilah-media-sosial-dengan-
pengguna-aktif-terbesar-di-indonesia, diakses pada tanggal 5 Juli 2018, pukul 9:40 WIB.
3
YouTubesebagai platform paling populer ke tiga setelah google.co.id dan
google.com di Indonesia versi alexa.com.8
Berdasarkan data dari artikel yang dimuat Tempo.co, per Januari 2017
durasi pengakses YouTubedi Indonesia meningkat 155 persen dibanding tahun
lalu. Namun Keusgen, Managing Director Google Indonesia tidak menyebutkan
presentasi dengan angka pasti.9
Durasi pengakses YouTube tersebut meningkat karena banyak pilihan dari
para YouTuber lokal yang membuat konten kreatif sehingga membuat betah para
penontonnya. Ada Film Maker Muslim yang membuat film pendek tentang
keutamaan solat subuh berjamaah, kemudian ada Cameo Project yang membuat
konten positif tentang sosial, politik, dan isu-isu sensitif dengan cara yang kreatif
dan menyenangkan. Lalu ada Ria Ricis sebagai YouTuber paling populer di
Indonesia karena kontennya digemari anak-anak yang membahas seputar Squishy.
Kanal YouTube di atas merupakan sisi potif dari YouTube, namun beberapa
yang lainnya membuat YouTube menjadi platform yang tidak baik atau negatif
untuk remaja. Pada tahun 2016, fenomena Video Blog (Vlog) sangat populer di
kalangan remaja, seperti akun milik Awkarin dan Anya Geraldine yang membuat
konten hanya berisi tentang kegiatan sehari-hari si pembuat Vlog, seperti jalan-
jalan dengan teman, nongkrong dari cafe satu ke cafe lainnya, dan seringkali
mengeluarkan kata-kata kasar, serta meperlihatkan gaya pacaran yang tidak sesuai
dengan budaya Indonesia. Video-video tersebut membuat resah karena sebagian
besar pengguna YouTube adalah remaja.
8http://www.alexa.com/topsites/countries/IDdiakses pada tanggal 7 mei 2017, pukul 20:58
WIB. 9 https://tekno.tempo.co/read/854397/google-ingin-pengguna-di-indonesia-betah-menonton-
youtube
4
Akan tetapi bersamaan dengan kontroversi YouTube Channel Awkarin dan
Anya Geraldine, nama Gitasav muncul dan dapat membawa akun YouTube-nya di
kenal oleh para pengguna YouTubekhususnya remaja. Berawal dari keresahan
Gita melihat fenomena tersebut membuat Ia tergerak untuk memberikan tontonan
yang baik dan bermanfaat untuk remaja.
Hal ini sesuai dengan perintah Allah SWT yang tercantum dalam Al Quran,
betapa suatu pesan perlu dirangkai sedemikian rupa agar dapat meberikan manfaat
kepada para penerima pesan.
Q. S. Al-A’la 87:9
فذكر إ ن ن فعت ٱلذكرى
Artinya: oleh sebab itu berikanlah peringatan karena peringatan itu
bermanfaat.
Tafsir Al-Mishbah: ”terkadang hanya kalimat singkat yang
diucapkan sepintas lalu atau sikap sederhana yang diperagakan,
tetapi berdampak sangat besar bagi yang mendengar atau melihatnya
bila “Hatinya sedang terbuka.”10
Tafsir surat Al-A’la ayat sembilan juga sesuai dengan teori resepsi aktif
yang mengatakan bahwa komunikasi itu intinya adalah pemaknaan bukan dari
media di mana peralatan teknologi yang membentuk sebuah pesan, namun makna
yang ditangkap pada diri manusia.11
Artinya, pesan yang kita sampaikan hanya
akan diterima jika penerima pesannya menangkap maknanya dari hati. Kemudian,
pesan yang disampaikan hendaknya pesan yang bermanfaat untuk penerimanya.
10
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an, (Jakarta:
Lentera Hati, 2002) h. 11
Bakti, Andi Faisal, Communication and Family Planning in Islam in Indonesia: South
Sulawesi Muslim Perceptions of a Global Development Program, (Jakarta: INIS, 2004), h. 47.
5
Beragamnya kanal YouTube membuat khalayak menjadi selektif dan aktif
dalam memilih konten YouTube. Setiap individu memiliki motif yang berbeda-
beda ketika memilih dan menggunakan media, tetapi tentu saja motif tersebut
tidak terlepas dari kebutuhan manusia. Hal ini akan membuat setiap individu
memiliki pendapat yang berbeda saat memilih dan menggunakan media
diharapkan dapat memenuhi kebutuhan kepuasaan mereka.
Menurut Sadirman, motif merupakandorongan yang menggerakkan
seseorang bertingkah laku dikarenakan adanya kebutuhan-kebutuhan yang ingin
dipenuhi oleh manusia.12
Ada banyak motif yang mendorong seseorang
menggunakan media.
”Menurut Blumler, Katz dan Gurevitch mengatakan bahwa
pengguna media memainkan peran aktif untuk memilih dan
menggunakan media. Artinya, audiens (pengguna media) adalah
pihak yang aktif dalam proses komunikasi, dan berusaha untuk
mencari sumber media yang paling baik dalam usaha memenuhi
kebutuhannya.”13
Rubin berpendapat bahwa aktivitas audiens, pilihan yang disengaja oleh
para pengguna isi media untuk memenuhi kebutuhan mereka, hal tersebut
merupakan konsep inti dari pendekatan kegunaan dan kepuasan. Pendekatan ini
berusaha menentukan fungsi apa saja yang dijalankan oleh komunikasi massa
terhadap audiensnya.
Kajian tentang audience juga dibahas oleh James G. Webster yang
menyatakan bahwa terdapat tiga jenis media audience sejak awal abad ke-20;
audience as outcome, audience as mass, dan audience as agent. Pertama,
audience as outcome melihat media mempunyai kekuatan yang besar dalam
12
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar,(Jakarta: PT Grafindo Persada,
2007), h.73. 13
Santoso, Edi & Setiansah, Mite, Teori Komunikasi,(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), h.
109.
6
memengaruhi individu. Kedua, audience as mass untuk melihat rating televisi dan
survei opini publik. Ketiga, audience as agent, model inimelihat masyarakat
bebas memilih media apa yang ingin mereka konsumsi. Audience bebas memilih
konten yang sesuai dengan kebutuhan dan hasratnya.14
Dikutip dari beritasatu.com pengguna internet di Indonesia pada Maret
2015 menyatakan bahwa 49% penggunanya berusia 18-25 tahun. Dilihat dari data
tersebut pengguna internet di Indonesia merupakan usia remaja dalam kelompok
digital navies, yakni generasi yang lahir setelah tahun 1980 atau generasi yang
lahir di-era digital. Dalam portal online tersebut juga disebutkan kategori remaja
awal sampai akhir seperti berikut:15
1. Masa remaja awal, yaitu antara umur 12–15 tahun
2. Masa remaja madya, yaitu antara umur 15–18 tahun
3. Masa remaja akhir, yaitu antara umur 19–22 tahun
Berdasarkan kategori usia di atas, peneliti akan melakukan sample pada
anggota Gitasfreunde Official yang merupakan komunitas virtual di grup Line
App. Komunitas virtual adalah kumpulan pengguna yang memiliki kesamaan dan
terbentuk melalui ruang siber serta relasi yang terjadi di antara mereka termediasi
secara elektronik.16
Anggota dari grup tersebut tergolong dari masa remaja awal
(12-15 tahun) hingga masa remaja akhir (19-22 tahun).
14
Sullivan, John L, Media Audiences: Effects, Users, Institutions, Power, (London: Sage
Public, Inc., 2013), h. 6-7. 15
http://www.beritasatu.com/iptek/261297-mayoritas-netizen-di-indonesia-berusia-1825-
tahun.html, diakses pada hari selasa 13 juni 2017, pukul 22:19 WIB. 16
Nasrullah, Rulli, Media Social, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2015), h. 109.
7
Maka berdasarkan uraian tersebut, di dalam penelitian ini, penulis tertarik
untuk meneliti kanal YouTube Gita Savitri, Gita dikenal sebagai Vlogger
Indonesia yang kuliah di Jerman. Gita membuat konten positif dan menginspirasi
para penonton tentang kehidupan minoritas muslim dan mahasiswa Indonesia di
Jerman.
Dilihat dari segi konten, vlog Gita banyak ditonton karena menyajikan
konten tentang sistem pendidikan, isu politik, agama, budaya dan kehidupan
secara umum di Jerman, serta bagaimana menjadi seorang muslim di Jerman.
Tidak hanya itu, beberapa konten videonya juga membagikan tentang hijab
review,make up routine, serta cover lagu. Sehingga para penontonnya punya
banyak pilihan dalam memilih konten yang ingin mereka tonton.
8
Tujuannya adalah untuk memberikan informasi kepada para penonton
YouTube di Indonesia khususnya remaja yang ingin melanjutkan kuliah di Jerman,
serta memberikan tontonan yang layak kepada remaja Indonesia agar tidak
terpengaruh pada konten-konten YouTube yang kurang informatif dan sesekali
mengeluarkan kata kasar, Gita ingin kontennya bersih dari kata kasar dan bisa
memberikan impact positif.
Kanal YouTube Gita Savitri telah mengunggah video sebanyak 164 video
sejak tahun 2009 hingga Juni 2018 dengan jumlah subscriber sebanyak 421,964
dan telah dilihat 43,705,568.17
Gita juga merupakan salah satu Youtuber Indonesia
yang dipilih oleh YouTube Space London dalam program YouTube Creators for
Change bersama 28 channel terpilih dari seluruh dunia.
Berdasarkan fenomena yang ada dan melihat latar belakang masalah
tersebut, peneliti akan menjelaskan tentang hubungan antara motivasi penonton
dalam menonton YouTube Gita Savitri Devidengan tingkat kepuasaan yang
terpenuhi oleh mereka. maka penulis sangat tertarik untuk mengambil judul
penelitian: “HUBUNGAN ANTARA MOTIF DENGAN TINGKAT
KEPUASAN PENGGUNAAN YOUTUBE CHANNEL, (SURVEI
TERHADAP FANBASE GITASFREUNDE OFFICIAL)TENTANG
KEHIDUPAN MINORITAS MUSLIM DI JERMAN”.
B. Identifikasi Masalah
1. Khalayak selalu mencari kebutuhannya dalam menggunakan media untuk
memenuhi kepuasannya. Oleh karena itu, kegunaan dan kepuasan menjadi
17
https://www.youtube.com/user/92sav/about, diakses pada hari rabu tanggal 27 Juni 2018,
pukul 11:08 WIB.
9
salah satu hal yang penting untuk media dalam mengembangkan
kontennya.
2. Pada awal berdirinya YouTube diblokir oleh beberapa negara seperti Arab
Saudi, Iran, Brazil, dan sejumlah negara lainnya karena beberapa alasan
seperti; YouTube dianggap sebagai situs untuk dewasa, amoral, dan
beredar video-video yang menggiring opini publik tidak percaya dengan
pemerintah.
3. Banyak konten YouTube yang mengandung hoax, sesat dan tidak edukatif
yang tidak terkontrol karena banyaknya video di YouTube yang melimpah.
C. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Batasan masalah ini hanya melihat motif dan kepuasan menonton
YouTube ChannelGita Savitripada Gitasfreunde Officialtentang
kehidupan muslim di Jerman dan isu politik, agama, dan budaya yang
terjadi di Jerman.
2. Rumusan Masalah
a. Bagaimana hubungan antara motif dengan kepuasan audience
gitasfreunde official terhadap YouTube Channel Gitasav?
b. Apa Gratification Sought (GS) atau motif dan Gratification
Obtained (GO) atau kepuasan yang didapat audience pada dimensi
informasi, identitas pribadi, interaksi dan integrasi sosial, dan
hiburan tentang kehidupan minoritas muslim di Jerman?
c. Seperti apa tingkat kepuasan yang didapat oleh gitasfreunde?
10
d. Seperti apa jenis apakah audience YouTube Channel Gitasav?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini dapat menjawab sesuai dengan rumusan
masalah yakni:
a. Untuk mengetahui kekuatan hubungan antara motif dan kepuasan
audience YouTube Channel Gitasav
b. Untuk mengetahui motif dan kepuasan yang diperoleh audience
dari dimensi informasi, identitas pribadi, interaksi dan integrasi
sosial, dan hiburan tentang kehidupan minoritas muslim di Jerman.
c. Untuk mengetahui tingkat kepuasan yang didapat fanbase
gitasfreunde
d. Untuk mengetahui jenis audience Gitasav
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Akademis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan
informasi dan dokumentasi ilmiah dan dapat memberikan
kontribusi keilmuan di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi khususnya jurusan Komunikasi Penyiaran Islam dalam
penemuan kaidah ataupun untuk mengetahui motif dan kepuasan
kepada khalayak terhadap konten YouTube.
b. Manfaat Praktis
11
Hasil dari penelitian ini dapat memberi informasi, menambawah
wawasan dan masukan yang bernilai positif bagi mahasiswa,
masyarakat, dan pihak-pihak lain dalam hal komunikasi.
E. Tinjauan Kajian Terdahulu
Peneliti mengacu kepada penelitian sebelumnya yang menggunakan metode
analisis Uses and Gratification yang banyak ditemukan oleh peneliti menjadi
contoh dan pegangan peneliti dalam melakukan penelitian ini. Adapun penelitian
sebelumnya diantaranya:
1. Jurnal Motif Subscriber Menonton Channel YouTube Raditya Dika.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa motif tertinggi adalah pada
indikator hiburan dan relaksasi. Sedangkan yang terendah ada pada
indikator persahabatan.18
2. Skripsi Motivasi, Penggunaan dan Kepuasan Menonton VLOG (studi
korelasi antara Motivasi, Penggunaan dan Kepuasan Menonton Video
Blog pada situs YouTube dikalangan mahasiswa Ilmu Komunikasi S1
reguler angkatan 2013 dan 2014 FISIP UNS). Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa hubungan yang paling kuat adalah motif
pengalihan, sedangkan hubungan yang terlemah adalah motif identitas
personal.19
3. Skripsi Pengaruh Motif Terhadap Kepuasan Mahasiswa Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi pada Program Khazanah Trans 7. Hasil
18
Adinda Mellyaningsih, Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Kristen Petra
Surabaya, 2016. 19
Ira Pratiwi, Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas
Sebelas Maret Surakarta, 2017.
12
penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh motif dan
kepuasan yang signifikan pada program Khazanah Trans 7. Dalam
penelitian ini, motif identitas pribadi dan motif informasi yang
berpengaruh terhadap kepuasan program Khazanah Trans 7.20
4. Skripsi Hubungan Antara motif dan Kepuasan Mahasiswa Jurnalistik
UIN Jakarta terhadap Breaking News Detik.com. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa terdapat breaking news detik.com dapat memenuhi
kepuasan khalayak pada motif identitas pribadi dan hiburan.21
F. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan susunan skripsi ini, maka dibuatlah sistematika
penulisan yang akan dibagi menjadi enam bab yang terdiri dari beberapa sub bab.
Pada bab pertama berisikan latar belakang masalah yang terdapat dalam
skripsi ini, kemudian batasan dan rumusan masalah, serta tujuan dan manfaat
penelitian ini untuk Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Selain itu,
penelitian ini juga tertulis tinjauan kajian terdahulu dan sistematika penulisan
yangs sesuai dengan pedoman penulisan karya ilmiah UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
kedua, penulis menguraikan teori-teori yang relevan digunakan sebagai
dasar pemikiran dan dapat memberikan arah dalam melakukan penelitian serta
definisi konseptual yang terdapat dalam skripsi ini. Penulis membahas tentang
20
Umi Arifiyani, Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 21
Gani Wulandari Martani, Konsentrasi Jurnalistik Program Studi Komunikasi Penyiaran
Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2016.
13
motif dan kepuasan khalayak dalam menggunakan media tertentu, teori uses and
gratification Blumler, Katz dan Gurevitch.
Selanjutnya, dalam bab tiga penulis membahas beberapa sub bab, di
antaranya: paradigma dan pendekatan penelitian yang penulis gunakan, kemudian
metode penelitian kuantitatif, subjek dan objek penelitian, populasi dan sampel,
variabel penelitian, definisi operasional, teknik pengumpulan data, instrumen
penelitian, serta teknik analisis data.
Kemudian gambaran umum pada bab empat dibahas tentang profil Gita
Savitri Devi, lalu dibahas bagaimana kehidupan minoritas muslim di Jerman dan
ruang lingkup platform YouTube. Selanjutnya di bab lima penulis menguraikan
hasil data kuesioner dan penyajian data sesuai dengan hasil survei pada fanbase
gitasfreunde. Akhirnya, pada bagian terakhir bab ke enam, penulis memberikan
kesimpulan dari hasil penelitian ini dan saran untuk kepentingan penelitian
selanjutnya.
14
BAB II
LANDASAN TEORI DAN KERANGKA KONSEPTUAL
A. Teori Uses and Gratification Blumler, Katz dan Gurevitch
Teori Uses and Gratification pertama kali diperkenalkan oleh Herbert
Blumler, Elihu Katz dan Michael Gurevitch pada tahun 1974 dalam bukunya The
Uses on Mass Communications: Current Perspective on Gratification Research.
Blumler, Katz dan Gurevitch mengatakan bahwa Teori Uses and Gratification
milik mereka mengatakan bahwa “penggunaan media memainkan peran aktif
untuk memilih dan menggunakan media”.1 Artinya, pengguna media dengan aktif
memilih media sesuai dengan apa yang mereka butuhkan.
Teori uses and gratifications disebut-sebut sebagai salah satu teori paling
populer dalam studi komunikasi massa.2 Teori ini mengajukan gagasan bahwa
perbedaan individu menyebabkan audiens mencari, menggunakan, dan
memberikan tanggapan terhadap isi media secara berbeda-beda yang disebabkan
berbagai faktor sosial dan psikologis yang berbeda di antara individu audiens.3
Teori kegunaan dan gratifikasi memberikan sebuah kerangka untuk
memahami kapan dan bagaimana konsumen media individu menjadi lebih atau
kurang aktif dan konsekuensi dari keterlibatan yang meningkat atau menurun.
Banyak asumsi kegunaan dan gratifikasi secara jelas dinyatakan oleh para
1Nurudin, Pengantar Komunikasi Massa, (Jakarta: Rajawali Pers, 2015), h. 191-192.
2Stephen W. Littlejohn dan Karen A. Foss, Theories of Human Communication, (Eight
Edition, Thomson Wadsworth, 2005), h. 286. 3Morissan, Teori Komunikasi: Individu Hingga Massa, (Jakarta: Kencana, 2013), h. 508.
15
pencetus pendekatan ini (Katz, Blumler, & Gurevitch). Mereka menyatakan
bahwa terdapat lima asumsi dasar teori kegunaan dan gratifikasi:
1. Khalayak aktif dan penggunaan medianya berorientasi pada tujuan.
2. Inisiatif dalam menguhubungkan kepuasan kebutuhan pada pilihan
media tertentu terdapat pada anggota khalayak.
3. Media berkompetisi dengan sumber lainnya untuk kepuasan
kebutuhan.
4. Orang mempunyai cukup kesadaran diri akan penggunaan media
mereka, minat, dan motif sehingga dapat memberikan sebuah
gambaran yang akurat mengenai kegunaan tersebut kepada para
peneliti.
5. Penilaian mengenai nilai isi media hanya dapat dinilai oleh khalayak.4
Penelitian ini menggunakan teori Uses and Gratifications sebagai salah satu
landasannya karena penelitian ini meneliti efek media massa dari sudut pandang
khalayak. Elemen yang diteliti dalam penelitian ini adalah elemen “pola terpaan
media yang berlainan” dan “akibat-akibat lain (yang seringkali tidak diharapkan)
dari penggunaan media” seperti halnya pembentukan atau perubahan sikap, yang
seringkali bukan merupakan tujuan utama seseorang dalam mengonsumsi media.5
Dalam literatur tentang manfaat dan gratifikasi ada beberapa cara
mengklasifikasikan kebutuhan dan gratifikasi audien. Sebagian mengatakan soal
gratifikasi langsung dan gratifikasi terabai (Scharmm, Lyle, dan Parker). Peneliti
lain menyebutkan sebagai informatif-mendidik dan khayali-pelarian – hiburan.
4West, Richard dan Turner, Lynn, Pengantar Teori Komunikasi: Analisis dan Aplikasi,
(Jakarta: Salemba Humanika, 2010), h. 104. 5Kriyantono, Rachmat, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta: Kencana, 2014), h. 381.
16
McQuail, Blumler, dan brown berdasarkan penelitian mereka di Inggris,
mengusulkan kategori-kategori berikut:
1. Pengalihan – pelarian dari rutinitas dan masalah; pelepasan emosi
2. Hubungan personal – manfaat sosial informasi dalam percakapan;
pengganti media untuk mengganti perkawanan.
3. Identitas pribadi atau psikologi individu – penguatan nilai atau penambah
keyakinan; pemahaman – diri; ekplorasi realitas; dan sebagainya.
4. Pengawasan – informasi mengenai hal-hal yang mungkin memengaruhi
seseorang atau akan membantu seseorang melakukan atau menuntaskan
sesuatu6.
Katz, Gurevitch, dan Haas memandang media massa sebagai suatu alat yang
digunakan oleh individu-individu untuk berhubungan (atau memutuskan
hubungan) dengan yang lain. Para peneliti tersebut membuat daftar 35 kebutuhan
yang diambil “(sebagian besar spekulatif) dari literatur tentang fungsi-fungsi
sosial dan psikologis media massa” kemudian menggolongkannya ke dalam lima
kategori:
1. Kebutuhan kognitif – memperoleh informasi, pengetahuan, dan
pemahaman.
2. Kebutuhan afektif – emosional, pengalaman menyenangkan, atau estetis.
3. Kebutuhan integratif personal – memperkuat kredibilitas, rasa percaya
diri, stabilitas, dan sebagainya.
6Werner J. Severin dan James W. Tankard, Teori Komunikasi Sejarah, Metode, dan
Terapan di Dalam Media Massa.( Jakarta: Kencana, 2005), h. 356.
17
4. Kebutuhan integratif sosial – mempererat hubungan dengan keluarga,
teman, dan sebagainya.
5. Kebutuhan pelepasan ketegangan – pelarian dan pengalihan.7
Mengutip dari buku Rakhmat Jalaludin “Model ini digambarkan sebagai a
dramatic break with effects tradition of the past, suatu loncatan dramatis dari
model jarum hipodermik.” Model ini tidak tertarik pada apa yang dilakukan media
pada diri orang, tetapi ia tertarik pada apa yang dilakukan orang terhadap media.
Anggota khalayak dianggap secara aktif menggunakan media untuk memenuhi
kebutuhannya. Dari sini timbul istilah uses and gratifications, dalam asumsi ini
tersirat pengertian bahwa komunikasi massa diarahkan oleh motif, kepentingan,
dan selektifitas.8
Pendekatan uses and gratifications memberikan alternatif untuk
memandang pada hubungan antara isi media dan audience, dan pengkategorian isi
media menurut fungsinya. Pendekatan uses and gratifications sering memasukkan
unsur motif untuk memuaskan kebutuhan dan alternatif-alternatif fungsional
untuk memenuhi kebutuhan.9
B. New Media
Teknologi memiliki peran penting dalam perubahan penyampaian pesan.
Dalam buku Rulli Nasrullah menyatakan “bahwa ada pergeseran ketersediaan
media yang dahulu terbatas kini menuju media yang melimpah.” Teknologi
7Werner J. Severin dan James W. Tankard, Teori Komunikasi, h. 357
8Rakhmat, Jalaludin, Metode Penilitian Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2001), h. 65.
9Bungin, Burhan, Sosiologi Komunikasi, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 290.
18
tersebut membuat biaya produksi jadi semakin murah dan bisa membuat media
secara masal.10
Proses penyampaian pesan pun kini berubah. Jika dahulu media
merupakan pusat informasi dan bersifat satu arah, kini media menjadi lebih
interaktif.11
Istilah „media baru‟ (new media) telah digunakan sejak tahun 1960-an dan
telah mencakup seperangkat teknologi komunikasi terapan yang semakin
berkembang dan beragam.
“Editor dari buku Handbook of New Media menunjuk pada kesulitan
untuk menyebutkan apa saja yang termasuk „media baru‟. Mereka
memilih untuk mendefinisikannya dengan cara yang berbeda,
menghubungkan antara teknologi informasi dan komunikasi (ICT)
dengan konteks sosial yang berhubungan yang menyatukan tiga
elemen: alat dan artefak tekonologi; aktivitas, praktik, dan
penggunaan; dan tatanan serta organisasi sosial yang terbentuk
disekeliling alat dan praktik tersebut.”12
Kemudian menurut Rasmussen dalam buku McQuail berpendapat bahwa
media baru memliki efek berbeda terhadap integrasi sosial dalam jaringan
masyarakat modern. Peran terbesarnya adalah media baru dapat menjembatani
jurang lebar antara dunia publik dan privat.13
“Menurut John Vivian, keberadaan media baru seperti internet bisa
melampaui pola-pola penyebaran pesan media tradisional; sifat
internet yang bisa berinteraksi, mengaburkan batas geografis,
kapasitas interaksi, dan bisa dilakukan secara real time. Nicholas
Gane dan David Beer memaparkan karakteristik media baru dengan
term network, interactivity, information, interface, archive, dan
simulation. Salah satu karakter dari apa yang disebut sebagai media
lama atau baru adalah term broadcast yang mewakili konteks media
lama sementara interactivity mewakili media baru.”14
10
Nasrullah, Rulli, Teori dan Riset Cybermedia, (Jakarta: Kencana, 2014), h. 2. 11
Nasrullah, Rulli, Teori dan Riset Cybermedia,h. 2. 12
McQuail, Denis, Teori Komunikasi Massa, Jakarta: Salemba Humanika, 2012. h.42-43. 13
McQuail, Teori Komunikasi Massa, h. 154. 14
Nasrullah, Rulli, Cyber Media, (Yogyakarta: IDEA Press Yogyakarta, 2013), h. 17.
19
Ini bermakna bahwa pada media baru khalayak tidak sekadar ditempatkan
sebagai objek yang menjadi sasaran dari pesan. Khalayak dan perubahan
teknologi media serta pemaknaan terhadap medium telah memperbarui peran
khalayak untuk menjadi lebih interaktif terhadap pesan.
C. Media Sosial
“Kehadiran situs jejaring sosial (social networking site) atau sering disebut
dengan media sosial seperti Facebook, Twitter, dan Skype merupakan media yang
digunakan untuk mempublikasikan konten seperti profil, aktivitas, atau bahkan
pendapat pengguna juga sebagai media yang memberikan ruang bagi komunikasi
dan interaksi dalam jejaring sosial di ruang siber.”15
“Menurut Van Dijk, media sosial adalah platform media yang
memfokuskan pada eksistensi pengguna yang memfasilitasi mereka
dalam beraktivitas maupun berkolaborasi. Karena itu media sosial
dapat dilihat sebagai medium (fasilitator) online yang menguatkan
hubungan antarpengguna sekaligus sebagai sebuah ikatan sosial.”16
Berdasarkan pengertian tersebut, media sosial merupakan alat komunikasi
baru yang memungkinkan penggunanya berinteraksi dengan pengguna lainnya
secara virtual tanpa batasan ruang dan waktu.
Hadirnya media sosial juga berdampak pada penyebaran informasi yang
sangat cepat, dengan media sosial siapa saja bisa menyebarkan informasi dengan
mudah dan cepat. Hal ini membuat informasi menjadi melimpah dan tidak
terkontrol dengan baik. Sehingga banyak ditemukan berita-berita bohong dan
tidak sesuai dengan kaidah penulisan jurnalistik.
15
Nasrullah, Rulli, Teori dan Riset Cybermedia, h. 36. 16
Nasrullah, Rulli, Media Sosial, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 201), h. 9.
20
D. Motif
Motif merupakan dorongan dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu
sesuai dengan tujuan. Sedangkan definisi subjektif motif merupakan dasar bagi
seseorang untuk bergerak, berperilaku dan bertindak untuk mencapai tujuan atau
kepuasannya.17
“Motif menunjuk hubungan sistematik antara suatu respons atau
suatu himpunan respons dengan keadaan dorongan tertentu. Apabila
dorongan dasar itu bersifat bawaan, maka motif itu hasil proses
belajar”. Ada beberapa definisi tentang motif:18
1. Gerungan:
Motif itu merupakan suatu pengertian yang melengkapi semua
penggerak alasan-alasan atau dorongan-dorongan dalam diri manusia
yang menyebabkan ia berbuat sesuatu.
2. Lindzey, Hall, dan Thompson:
Motif adalah sesuatu yang menimbulkan tingkah laku.
3. Atkinson:
Motif sebagai sesuatu disposisi laten yang berusaha dengan kuat untuk
menuju ke tujuan tertentu, tujuan ini dapat berupa prestasi, afiliasi
ataupun kekuasaan.
Dari definisi di atas disimpulkan bahwa motif merupakan dorongan yang
ada dalam diri manusia untuk bergerak melakukan sesuatu sesuai dengan tujuan
yang ingin dicapai.
17
Rakhmat, Jalaludin, Metode Penilitian Komunikasi, h. 23. 18
Ahmadi, Abu, Psikologi Sosial, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), h. 177.
21
E. Kepuasan
Menurut Kotler, kepuasan adalah seberapa besar tingkatan produk dapat
sesuai dengan harapan pembeli19
. Jika dalam media, kepuasan khalayak media
adalah sejauh mana media bisa memenuhi kebutuhan khalayak sesuai dengan
harapan khalayak.
Dalam teori uses & gratifications konsep mengukur kepuasan ini disebut
GS (Gratification Sought) dan GO (Gratification Obtained). Gratification Sought
adalah motif yang mendorong seseorang mengonsumsi media. Sedangkan
gratification obtained adalah kepuasan yang nyata yang diperoleh seseorang
setelah mengonsumsi suatu jenis media tertentu. Dengan kata lain “menurut
Palmgreen, gratification sought dibentuk dari kepercayaan seseorang mengenai
apa yang media dapat berikan dan evaluasi seseorang mengenai isi media”.20
F. Audience
Pandangan terhadap khalayak komunikasi massa telah berubah dalam
beberapa waktu pada abad ini. Audience (khalayak) dianggap terdiri dari individu
yang terisolasi, dan sangat rentan dipersuasi oleh pesan komunikasi massa.
Dengan konsep khalayak ini, komunikasi massa mungkin dianggap memiliki
banyak kekuatan.
Anggota khalayak juga ditemukan terlibat dalam eksposur selektif, persepsi
selektif, dan retensi selektif. Artinya, anggota khalayak memilih dan menafsirkan
informasi dari media masa berdasarkan kepentingan,sikap mereka sendiri dan
sebagainya.
19 Kotler, Amstrong, Prinsip-prinsip Pemasaran, (Jakarta: Erlangga, 2001) h. 9.
20Kriyantono, Rachmat, Teknik Praktis Riset Komunikasi, h. 210-211.
22
Penelitian ini menunjukan bahwa anggota audiens sering mengunjungi
berbagai media massa untuk mencari kegunaan dan kepuasan tertentu dan bahwa
efek komunikasi massa bisa sangat berbeda tergantung pada tujuannya.21
”Dalam teori komunikasi massa atau kajian media, secara sederhana
kata “khalayak” adalah orang atau sekelompok orang sebagai
penerima pesan. Dalam tradisi ilmu komunikasi, terutama
komunikasi massa, kata khalayak atau audiences cenderung
dilekatkan kepada individu yang dengan kesadarannya memilih
pesan termasuk medianya, menjadi target produksi pesan, konsumen
media, sampai pada pembaca atau readers. Penyebutan khalayak itu
pada dasarnya memiliki kesamaan konsep, yakni individu atau
kelompok baru disebut sebagai khalayak jika disandingkan dengan
media.”
Karakteristik khalayak dihubungkan dengan media yang diaksesnya. (1)
khalayak memiliki kesadaran atau alasan memilih media (2) khalayak bersifat
heterogen (3) khalayak cenderung tersebar di beberapa wilayah sasaran.
Posisi khalayak dan bagaimana hubungannya dengan media semakin
berkembang dengan kemajuan teknologi komunikasi dan perkembangan internet.
Perkembangan media baru dan hadirnya media siber merupakan satu pijakan
untuk melihat hubungan baru antara media dengan khalayak.22
21
Pasqua, Thomas M, Mass Media in The Information Age, (New Jersey: Prentice Hall),
1990, h. 307. 22
Nasrullah, Rulli, Cyber Media, h. 72.
23
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Paradigma Penelitian
Penelitian ini menggunakan landasan pemikiran postivisme. Dikutip dari
buku Dani Vardiansyah, paradigma positivesme menegaskan bahwa suatu ilmu
harus sesuai dengan fakta yang terukur dan teramati.1 Artinya, penelitian yang
dilakukan harus berdasarkan data-data yang sudah diuji dan terukur
keabsahannya.
”Menurut Gunter pendekatan positivisme ini didasarkan pada abad
ke-19 dari pemikiran Auguste Comte yang kemudian dikembangkan
oleh Emile Durkheim. Dalam positivis, objek (populasi dan atau
sampel) dari penelitian dilihat apa adanya dan peneliti menggunakan
pengukuran numerik untuk memahami realitas sosial. Tujuan utama
adalah untuk membuktikan atau menyangkal hipotesis dan akhirnya
untuk menetapkan simpulan yang cenderung menggeneralisasi-
kan.”2
Teknik yang digunakan dalam penelitian dengan paradigma ini adalah
melihat gejala yang tampak atau dapat diukur dan diklasifikasikan. Tujuan utama
dari ilmu sosial positivistik adalah untuk menjelaskan hubungan kausal antara
fenomena yang dapat diamati, baik itu sebab akibat, perbandingan, maupun
melihat pengaruh dari variabel-variabel.
B. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kuantitatif. Menurut Sugiyono penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang
1 Vardiansyah, Dani, Filsafat Ilmu Komunikasi,(Jakarta: PT Indeks, 2005),h. 57.
2Nasrullah, Rulli, Cyber Media, (Yogyakarta: IDEA Press Yogyakarta, 2013), h. 194-195.
24
menggunakan analasis statistik dan data penelitian berupa angka-angka.
“Pendekatan ini sebagai metode ilmiah yang empiris, obyektif, terukur, rasional,
dan sistematis.”3
Prinsip penelitian kuantitatif, memercayai adanya “realitas tunggal”, yang
digeneralisasikan. Hal ini disebabkan, kita menghendaki sampel dari populasi.
Sampel mewakili populasi yang akan diukur, karena itu kita generalisasikan.
Sampel dihitung berdasarkan validitas-validitas mewakili populasi. Hal ini yang
membuat asumsi dari kuantitatif, “realitas tunggal”, seolah-olah mewakili
populasi yang kita sebutkan.
C. Metode Penelitian
Metode penelitian ilmiah adalah untuk menghasilkan data yang objektif,
dan tidak bias sehingga dapat dilakukan evaluasi terhadap data yang diperoleh.4
Penelitian ini menggunakan metode penelitian survei. “Penelitian survei adalah
penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan
kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok.”5 Untuk menjawab
pertanyaan dan hipotesis penelitian, penulis mengikuti suatu prosedur atau
langkah-langkah dalam pelaksaan survei. Tahap-tahap penelitian survei terbagi
menjadi tiga bagian:
1. Perencanaan penelitian
a. Membuat dan mengembangkan hipotesis
b. Menetapkan jenis survei
3Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D,(Bandung: Alfabeta, 2014),
h.7. 4Morissan, Metode Penelitian Survey, (Jakarta: Kencana, 2014) h.
5Effendi, Sofian dan Tukiran, Metode Penelitian Survei, (Jakarta: LP3ES, 2012), h. 13.
25
c. Menulis pertanyaan
d. Membuat kuesioner
e. Tentukan kategori jawaban
f. Merancang layout
2. Pengumpulan data
a. Pre test instrumen
b. Olah data
3. Analisis data
a. Menetapkan target populasi
b. Membuat kerangka sampel
c. Menentukan jumlah sampel
Setiap langkah tersebut bersifat saling tergantung satu sama lainnya untuk
dapat menghasilkan penelitian yang efektif dan efisien.6
Penelitian dapat memiliki lebih dari satu tujuan, terdapat tiga tujuan yang
paling umum dan paling berguna dalam penelitian, yaitu: eksploratif, deskriptif,
dan eksplanatif. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan situasi atau peristiwa.
Penelitian deskriptif bertujuan untuk menjelaskan suatu kondisi sosial tertentu.
D. Populasi dan Sampel
Dalam suatu penelitian yang menggunkana metode survei, pengambilan
sampel yang ideal mempunyai sifat-sifat berikut ini:
6Morissan, Metode Penelitian Survey, (Jakarta: Kencana, 2014) h. 8.
26
1. Dapat menghasilkan gambaran yang dapat dipercaya dari seluruh populasi
yang diteliti.
2. Dapat menentukan presisi dari hasil penelitian dengan menentukan
penyimpangan baku dari taksiran yang diperoleh.
3. Sederhana, mudah dilaksanakan.
4. Dapat memberikan keterangan sebanyak mungkin dengan biaya serendah-
rendahnya.
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh penulis untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.7
Dalam bidang komunikasi, populasi tersebut sangat tergantung kepada
bentuk komunikasi dan teori komunikasi yang digunakan. Misalnya, apabila
bentuk komunikasi yang digunakan memakai teori komunikasi massa, maka
populasi yang bisa jadi sasaran adalah khalayak media massa.8 Populasi dalam
penelitian ini adalah Gitasfreunde Official yang aktif menonton YouTube
Channel Gita Savitri Devi. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 341 orang.
Sampel adalah proses memilih sejumlah elemen secukupnya dari populasi,
sehingga penelitian terhadap sampel dan pemahaman tentang sifat atau
karakteristiknya akan membuat kita dapat menggeneralisasikan sifat atau
karakteristik tersebut pada elemen populasi9. Pengambilan sampel pada penelitian
7 Anshori, Muslich & Iswati, Sri, Buku Ajar Metodologi Penelitian Kuantitatif, (Surabaya:
Airlangga University Press, 2009), h. 92. 8Ardial, Paradigma dan Model Penelitian Komunikasi,( Jakarta: Bumi Aksara, 2014), h.
336. 9Noor, Juliansyah, Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi, Karya Ilmiah, (Jakarta:
Kencana Pernada Media, 2011), h. 148.
27
ini menggunakan rumus Slovin dengan standar deviasi 10% dengan tingkat
kepercayaan 90%, yaitu sebagai berikut:
2)(1 eN
Nn
n = Jumlah sample
N = Jumlah populasi
e = Standar deviasi
n = 341
1+341 (0,1)²
n = 341
4.41
n = 77.32 dibulatkan menjadi 80
Penarikan sample dari populasi ini dilakukan secara Aksidental Sampling.
Aksidental Sampling adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu
siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai
sample, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber
data. Kebetulan di sini adalah siapa saja yang pernah menonton YouTube Channel
Gita Savitri Devi.10
10
Anshori, Muslich & Iswati, Sri, Buku Ajar Metodologi Penelitian Kuantitatif, h. 105
28
E. Teknik Pengumpulan Data
Riset kuantitatif memiliki beberapa metode pengumpulan data seperti survei
yang mencakup survei melalui telepon, survei surat, dan survei internet. Pada
metode ini, pertanyaan yang diajukan bersifat tetap (statis), atau sudah terstandar.
Semua responden menerima pertanyaan yang sama, dan tidak ada kesempatan
untuk mengajukan pertanyaan susulan.
Penelitian ini menggunakan metode online survey dalam pengumpulan data.
Penggunaan online survey telah meningkat secara drastis beberapa tahun
belakangan ini, karena jumlah pengguna smartphone dan format survei melalui
smartphone meningkat di seluruh dunia memungkinkan menjangkau khalayak
yang lebih luas melalui internet. Ada banyak keuntungan dalam menggunakan
online survey. Online survey murah untuk dikelola karena tidak memerlukan
penggunaan kertas dan ramah lingkungan. Hal ini memungkinkan untuk
mengumpulkan data dengan sangat cepat. Tindak lanjut dengan non responden
bisa dilakukan dengan mudah melalui e-mail.11
F. Variabel Penelitian
Variabel dependen merupakan variabel yang diteliti yang memiliki nilai
yang diduga berasal dari pengaruh variabel independen. Pada penelitian ini motif
merupakan variabel independen sedangkan kepuasan merupakan variabel
dependen12
. Dalam hal ini, kepuasaan penonton YouTube Channel Gitasav
tergantung pada hal lain yaitu motif yang dicari dalam penggunaan media.
11
Andres, Lisley. Designing & Doing Survey Reasearch. (London: Sage, 2012) h. 50. 12
Morissan, Metode Penelitian Survey, (Jakarta: Kencana, 2014) h. 73.
29
Variabel Independen (variabel bebas): motif
Variabel Dependen (variabel terikat): kepuasaan
G. Hipotesis Penelitian
Ho: Tidak ada hubungan antara motif menonton YouTube Channel Gitasav
terhadap tingkat kepuasan Gitasfreunde Official.
Ha: Terdapat hubungan antara motif menonton YouTube Channel Gitasav
terhadap tingkat kepuasan Gitasfreunde Official.
H. Definisi Operasional
Definisi operasional menjelaskan dengan tepat bagaimana suatu konsep
akan diukur, dan bagaimana pekerjaan penelitian harus dilakukan. Adapun konsep
yang perlu diukur dalam penelitian ini adalah konsep Gratification Sought (GS)
dan Gratification Obtained (GO) dijadikan tolak ukur untuk mengetahui
perbandingan antara kepuasan yang diharapkan (GS) dan kepuasan yang
didapatkan (GO). Indikator yang digunakan untuk mengukur gratification sought
sama halnya dengan indikator dengan gratification obtained. Indikator-indikator
tabel di bawah ini penulis ambil dari beberapa video Gitasav dalam YouTube
Channel-nya.
1. Grattification Sought (GS)
Tabel 3.1
Variabel Dimensi Indikator Pengukuran
Motif 1. Motif 1. Ingin mengetahui biaya Skala
30
Informasi kuliah di Jerman
2. Ingin mengetahui harga
sewa tempat tinggal di
Jerman
3. Ingin mengetahui biaya
telfon dan internet di
Jerman
4. Ingin mengetahui
makanan halal di Jerman
5. Ingin mengetahui sistem
transportasi di Jerman
6. Ingin mengetahui
realitas pendidikan di
Jerman
Likert
2. Motif
Identitas
Personal
1. Ingin mengetahui
pengalaman Gita
memakasi hijab di
negara sekuler
2. Ingin mengetahui
bagaimana orang Jerman
menghargai muslim
yang berhijab
3. Ingin mencari role model
4. Ingin mengetahui
31
pengalaman menjadi
minoritas
5. Ingin belajar agama
lebih dalam seperti
minoritas muslim di
Jerman
6. Ingin antisipasi dalam
menghadapi rasis atau
bullying
7. Ingin mengetahui
bagaimana puasa di
Jerman
8. Ingin mengetahui etos
kerja dan disiplin waktu
di Jerman
9. Ingin menumbuhkan
semangat beragama
dalam diri
3. Motif
Integrasi dan
Interaksi
Sosial
1. Ingin melihat toleransi
Jerman terhadap para
refugee dan Auslander
2. Ingin mengetahui
toleransi yang diberikan
pemerintah Jerman
32
dalam perizinan cuti
hari-hari besar Islam
3. Ingin belajar berinteraksi
dengan orang yang
berbeda agama, ras, dan
budaya
4. Ingin mengetahui cara
orang Jerman
menghormati minoritas
ketika beribadah
5. Ingin menemukan bahan
percakapan dari topik
toleransi di Jerman
4. Motif
Hiburan
1. Ingin melihat apartemen
Gita di Jerman
2. Ingin mengetahui
kegiatan Gita di Jerman
3. Ingin mengetahui tempat
wisat di Jerman
4. Ingin mengetahui review
hijab yang Gita dipakai
5. Ingin menemukan opini
tentang topik terhangat
33
2. Gratification Obtained (GO)
Tabel 3. 2
Variabel Dimensi Indikator Pengukuran
Kepuasaan
1. Motif
Informasi
1. Dapat mengetahui biaya
kuliah di Jerman
2. Dapat mengetahui harga
sewa tempat tinggal di
Jerman
3. Dapat mengetahui biaya
telfon dan internet di
Jerman
4. Dapat mengetahui
makanan halal di Jerman
5. Dapat mengetahui
sistem transportasi di
Jerman
6. Dapat mengetahui
realitas pendidikan di
Jerman
Skala
Likert
2. Motif
Identitas
Personal
1. Dapat mengetahui
pengalaman Gita
memakasi hijab di
negara sekuler
2. Dapatmengetahui cara
34
orang Jerman
menghargai muslim yang
berhijab
3. Menemukan role model
4. Mengetahui pengalaman
menjadi minoritas
5. Dapat belajar agama
lebih dalam seperti
minoritas muslim di
Jerman
6. Dapat antisipasi dalam
menghadapi rasis atau
bullying
7. Mengetahui bagaimana
puasa di Jerman
8. Mengetahui etos kerja
dan disiplin waktu di
Jerman
9. Menumbuhkan semangat
beragama dalam diri
3. Motif
Integrasi dan
Interaksi
Sosial
1. Dapat melihat toleransi
Jerman terhadap para
refugee dan Auslander
2. Mengetahui toleransi
35
yang diberikan
pemerintah Jerman
dalam perizinan cuti
hari-hari besar Islam
3. Dapat belajar
berinteraksi dengan
orang yang berbeda
agama, ras, dan budaya
4. Mengetahui cara orang
Jerman menghormati
minoritas ketika
beribadah
5. Menemukan bahan
percakapan dari topik
toleransi di Jerman
4. Motif
Hiburan
1. Dapat melihat apartemen
Gita di Jerman
2. Mengetahui kegiatan Gita
di Jerman
3. Mengetahui tempat wisat
di Jerman
4. Mengetahui review hijab
yang Gita dipakai
5. Menemukan opini
36
tentang topik terhangat
I. Uji Instrumen
Pada penelitian kuantitatif, penelitian akan menggunakan instrumen
untuk mengumpulkan data. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan skala
likert untuk mengukur suatu variabel. Skala Likert digunakan untuk mengukur
sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena
sosial13
. Untuk mengukurnya, pemberian skor dilakukan dengan menggunakan
empat alternatif jawaban. Adapun skor untuk tiap-tiap item adalah sebagai
berikut:
Tabel 3. 3 Skor Skala Likert
No Alternatif Jawaban Skor
1 Sangat Setuju 5
2 Setuju 4
3 Cukup Setuju 3
4 Tidak Setuju 2
5 Sangat Tidak Setuju 1
13
Ardial, Paradigma dan Model Penelitian Komunikasi, h. 452.
37
1. Uji Validitas Data
Validitas atau kesahihan adalah menunjukkan sejauh mana suatu
alat ukur mampu mengukur apa yang ingin diukur. Validitas berkaitan dengan
ketepatan penggunaan indikator untuk menjelaskan arti konsep yang ingin
diteliti. Validitas merupakan sesuatu yang ideal, artinya kita tidak mungkin
dapat mencapai validitas absolut karena adanya kesenjangan antara konsep
(yang bersifat abstrak) dengan indikator (yang merupakan pengamatan
konkret).14
Uji kualitas terhadap instrumen yang dipakai untuk mengukur
variabel penelitian dilakukan sebelum menganalisis pokok masalah. Menurut
Arikunto, ada beberapa langkah pengujian validitas yaitu:
a. Mendefinisikan secara operasional suatu konsep yang akan diukur.
b. Melakukan uji coba alat ukur tersebut pada sejumlah responden.
c. Menghitung nilai korelasi antara data pada masing-masing pernyataan
dan nilai total dengan memakai rumus product moment menggunakan
bantuan Ms. Excel atau SPSS.15
Pada Tahap ini penulis melakukan uji validitas kepada 30
responden bayangan yaitu responden yang tidak termasuk ke dalam sampel
penelitian tetapi responden memiliki kriteria sebagai penonton aktif YouTube
Channel Gitasav. Setelah melakukan uji validitas, dapat diketahui pernyataan
dalam kuesioner yang telah layak dijadikan sebagai alat ukur dalam penelitian
14
Prasetyo Bambang dan Lina Miftahul Jannah, Metode Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2005), h. 98-99 15
Rachmat Kriyantoro, Teknik Riset Komunikasi, (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2009), h. 149
38
ini. Pada awalnya ada 72 butir pernyataan, kemudia diujikan kepada 30
responden bayangan dan hasilnya terdapat 13 butir yang tidak valid atau
drop.
2. Uji Reliabilitas Data
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana alat
pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Bila suatu alat pengukur
yang diperoleh relatif konsisten, maka alat pengukur tersebut reliabel. Dengan
kata lain, reliabililitas menunjukkan konsistensi suatu alat pengukur di dalam
mengukur suatu gejala yang sama.16
Ukuran yang terkandung dalam instrumen survei harus dirancang
dengan cara yang jelas dan tidak beraturan untuk memastikan bahwa
responden akan menjawab item dengan cara yang sama jika dia diminta untuk
mengulangi latihan tersebut. Reliabilitas juga berarti sejauh mana suatu
penelitian dapat direplikasi dengan sampel serupa dan dalam kondisi serupa
untuk menghasilkan hasil yang serupa.17
Ada beberapa teknik yang dapat digunakan untuk mengukur
reliabilitas suatu instrumen penelitian, tergantung dari skala yang digunakan.
Penelitian ini menggunakan teknik Alpha Cronbach. Teknik atau rumus ini
dapat digunakan untuk menentukan apakah suatu instrumen penelitian
reliabel atau tidak. Kriteria suatu instrumen penelitian dikatakan reliabel
dengan menggunakan teknik ini, bila koefisien reliabilitas (r11) > 0,6.18
16
Effendi, Sofian dan Tukiran, Metode Penelitian Survei, (Jakarta: LP3ES, 2012), h. 141. 17
Andres, Lisley. Designing & Doing Survey Reasearch. (London: Sage, 2012) h. 123. 18
Siregar, Sofiyan. Metode Penelitian Kuantitatif. (Jakarta: Kencana,2017). h. 57.
39
J. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang sering digunakan dalam penelitian disebut analisis
data statistik. Statistik dapat didefinisikan sebagai, metode matematis untuk
mengumpulkan, mengelola, meringkaskan, dan menganalisis data.19
Tahapan-
tahapan dalam analisis data adalah;
1. Entri data ke dalam komputer
2. Cek kembali semua data
3. Melakukan analisis statitstik pada data
Statistik dapat dibagi ke dalam dua jenis yaitu statistik deskriptif dan
statistik inferensial. Pada penelitian ini penulis menggunakan metode statitistik
deskriptif untuk menjelaskan data seperti mencari nilai rata-rata, variabilitas, dan
korelasi. Statistik deskriptif berfungsi mereduksi data agar lebih mudah
diinterpretasikan.
Metode statistik ini memungkinkan penulis untuk mengumpulkan data
secara random dan mengolahnya melalui beberapa aturan tertentu. Dalam hal ini
penulis menggunakan dua metode agar data yang diperoleh dapat lebih mudah
dikelola yaitu; distribusi data dan statistik ringkas.
1. Distribusi data
Pengetahuan mengenai pola atau bentuk distribusi data dapat membantu
penulis memahami apa yang dikatakan data. Agar data dapat lebih mudah
dikelola, maka data tersebut harus diatur dalam suatu distribusi frekuensi.
19
Morissan,Metode Penelitian Survey, (Jakarta: Kencana, 2014) h. 234.
40
Distribusi frekuensi adalah suatu tabel nilai yang disusun berdasarkan derajat
kepentingannya dan frekuensi kejadiannya.
2. Statistik korelasi
Korelasi sederhana merupakan pengukuran hubungan antara dua
variabel. Statistik digunakan untuk menentukan suatu derjat terhadap yang
mana satu variabel berubah dengan adanya perubahan variabel lainnya. Ahli
statistik Robert Koenker mengembangkan ukuran umum korelasi sebagai
berikut:20
0.80 – 1.00 korelasi tinggi, adanya saling ketergantungan
0.60 – 0.79 korelasi sedang/moderat
0.40 – 0.59 cukup
0.20 – 0.39 sedikit, korelasi yang lemah
0.00 – 0.19 sangat sedikit, tidak berarti
Salah satu prosedur statistik yang lain banyak digunakan untuk
mengukur derajat hubungan antara dua variabel dinamakan dengan Pearson
product-moment correlation (PPMC) atau yang sering disimbolkan dengan
huruf r.
Rumus Pearson product moment:
∑ ∑ ∑
√[ ∑ (∑ ) ][ ∑ ]
20
Morissan, Metode Penelitian Survey, (Jakarta: Kencana, 2014) h. 376-379.
41
3. Koefisiensi Korelasi
Koefisiensi korelasi adalah bilangan yang menyatakan kekuatan
hubungan antara dua variabel atau lebih atau juga dapat menentukan arah
dari kedua variabel. Nilai korelasi (r) = (-1 ≤ 0 ≤ 1). Untuk kekuatan
hubungan, nilai koefisiansi korelasi berada di antara -1 dan 1, sedangkan
untuk arah yang dinyatakan dalam bentuk positif (+) dan (-).
Misalnya:
a. Apabila r = -1 artinya korelasi negatif sempurna, artinya terjadi
hubungan bertolak belakang antara variabel X dan Variabel Y, bila
variabel X naik, maka variabel Y turun.
b. Apabila r = 1 artinya korelasi positif sempurna, artinya terjadi hubungan
searah variabel X dan variabel Y, bila variabel X naik, maka variabel Y
naik.
4. Koefisiensi Determinasi
Koefisiensi Determinasi (KD) adalah angka yang menyatakan atau
digunakan untuk mengetahui atau sumbangan yang diberikan oleh sebuah
variabel atau lebih X (bebas) terhadap variabel Y (terikat).
Rumus:
KD = (r)2 x 100%
5. Uji Regresi Linier Sederhana
Regresi linier sederhana digunakan hanya untuk satu variabel bebas
(independent) dan satu variabel tak bebas (dependent). Tujuan penerapan
metode ini adalah untuk meramalkan atau memprediksi besaran nilai
42
variabel tak bebas (dependent) yang dipengaruhi oleh variabel bebas
(independent).
Kaidah pengujian:
Jika: F hitung ≤ F tabel’ maka Ho diterima.
Jika: F hitung>F tabel’ maka Ho ditolak.
Hasil Uji regresi linier sederhana
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 21.648 11.454 1.890 .062
motif .766 .106 .632 7.205 .000
a. Dependent Variable: kepuasan
Diketahui nilai constant (a) sebesar 21.268, sedangkan nilai Motif
(b/koefiesien regresi) sebesar 0,766. sehingga persamaan resresinya dapat
ditulis:
Y= a+bX
Y= -21.648 + 0,766
Konstanta sebesar 21.648, mengandung arti bahwa nilai konsisten
kepuasan sebesar 21.648.
Koefisien regresi X sebesar 0,766 menyatakan bahwa setiap
penambahan 1% nilai Motif, maka nilai kepuasan bertambah sebesar 0,766.
koefisiensi regresi tersebut bernilai positif, sehingga dapat dikatakan bahwa
arah pengaruh variabel X terhadap Y adalah positif.
43
Berdasarkan nilai signifikansi dari tabel Coefficients diperoleh nilai
signifikansi sebesar 0,000 < 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa
variabel Motif (X) berpengaruh pada variabel Kepuasan (Y).
Berdasarkan nilai t diketahui bahwa nilai Thitung 7.025> Ttabel1.994,
sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel Motif (X) berpengaruh pada
variabel Kepuasan (Y).
6. Uji Kolmogorov Smirnov
Uji Kolmogorov Smirnov digunakan untuk menguji ‘goodness of fit’
antardistribusi sampel dan distribusi lainnya. Uji ini membandingkan
serangkaian data pada sampel terhadap distribusi normal serangkaian nilai
dengan mean dan standar deviasi yang sama. Singkatnya, uji ini dilakukan
untuk mengetahui kenormalan distribusi beberapa data.
Kaidah pengujian:
Jika Dhitung< Dtabel’ maka Ho diterima.
Hasil Uji Kolmogrov-Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 80
Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation 11.94443724
Most Extreme Differences Absolute .143
Positive .143
Negative -.141
Kolmogorov-Smirnov Z 1.282
Asymp. Sig. (2-tailed) .075
44
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 80
Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation 11.94443724
Most Extreme Differences Absolute .143
Positive .143
Negative -.141
Kolmogorov-Smirnov Z 1.282
Asymp. Sig. (2-tailed) .075
a. Test distribution is Normal.
Berdasarkan hasil uji normalitas diketahui nilai signifikansi 0,075 >
0,05, maka dapat disimpulkan bahwa nilai residual berdistribusi normal.
45
BAB IV
GAMBARAN UMUM
A. Profil Gita Savitri Devi
Gita Savitri Devi atau dikenal juga sebagai Gitasav lahir di Jakarta
pada tanggal 28 Juli 1992. Gita adalah seorang lulusan Kimia Murni di
Freie Universität Berlin. Sejak tahun 2010 Gita menetap dan menempuh
pendidikan S1 dan S2 di Jerman hingga saat ini Ia masih tinggal di
Jerman1. Pada tahun 2016, namanya terkenal di Media Sosial karena Video
Blog (vlog) yang Ia unggah di Platform YouTube tentang perjalanannya
dalam menempuh pendidikan di Jerman. Selain membuat konten di
YouTube, Gita juga aktif menulis di Blogspot sejak tahun 2009.
Ketekunanannya dalam membuat konten YouTube membuat YouTube
Channel Gitasav menarik perhatian para millenials, sehingga akun
YouTube yang Ia buat sejak tahun 2009 kini sudah mencapai 421,964
pengikut. Hal tersebut membuat akun YouTube Gitasav mendapat
penghargaan Silver Button dari pihak YouTube. Silver Button hanya
diberikan kepada akun YouTube yang telah mencapai 100.000 subscriber.
Tahun 2017 merupakan tahun emas bagi Gitasav karena, Gita
mendapat banyak kesempatan, beberapa diantaranya adalah Gita dipilih
oleh YouTube Space London untuk mewakili Indonesia dalam program
YouTube Creators for Change, menulis buku “Rentang Kisah” yang
diterbitkan oleh Gagas Media, terpilih menjadi The New Face of Hijup(e-
commerce busana muslim nomor satu di Indonesia), menjadi Host di Net
1 Gita Savitri Devi, Rentang Kisah, (Jakarta: Gagas Media, 2017), h.
46
Tv dalam program Halal Living, merilis single pertamanya berjudul
“seandainya” bersama Paulus Partohap, dan beberapa project lainnya.
B. Masyarakat Muslim di Jerman
Selain konten tentang bagaimana cara kuliah di Jerman, Gita juga
membagikan bagaimana hidup sebagai seorang muslim di Jerman.
Menurut Gita dalam bukunya yang berjudul Rentang Kisah hidup di
negara yang sekuler itu biasa-biasa saja. Walaupun muslim masih menjadi
minoritas tetapi mereka tidak diperlakukan sebagaimana yang sering
media beritakan, seperti rasis atau diskriminatif. Kenyataannya perlakuan
tidak enak hanya segelintir, kebanyakan masyarakat Jerman baik-baik saja
dengan muslim yang berkerudung ataupun para muslim yang sedang
melaksanakan ibadah seperti solat dan puasa.
Gitasav membuat sudut pandang baru mengenai muslim di Jerman.
Informasi yang Gita berikan menambah pengetahuan penontontonnya
tentang masyarakat muslim di Jerman. Contoh kongkretnya adalah
masyarakat Jerman tidak memprotes dengan banyaknya restoran atau toko
halal yang ada di Jerman, bahkan mereka ikut belanja dan makan di
sana.Fasilitas tempat ibadah masjid dan musola tidak sebanyak di
Indonesia, biasanya mereka salat di sudut halaman atau gedung.2
Perbedaan kehidupan berislam Jerman-Indonesia juga dijelaskan oleh
Gita dalam tulisannya di Blogspot yang berjudul Being Muslim in A Non
Muslim Country dan beberapa video yang telah Ia unggah di YouTube
Channel-nya. Menurut Gita, selama Ia tinggal di Jerman dan menjadi
2 Gita Savitri Devi, Rentang kisah, (Jakarta: Gagas Media, 2017) h. 170-172.
47
minoritas, Ia tidak pernah mendapatkan perlakuan spesial atau pun yang
tidak mengenakan. Orang Jerman menghargai perempuan muslim yang
memakai kerudung3. Hal ini selaras dengan data yang diberikan oleh
dw.co. Menurut data dari dw.co populasi Muslim diproyeksikan naik
menjadi menjadi 7,4 persen pada tahun 2050, dari 4,9 persen tahun 2016.
Di Jerman, populasi Muslim akan mencapai hampir 9 persen tahun 2050,
dari 6 persen saat ini.4
Frank Gesemann dalam tulisannya yang berjudul "Die Integration
junger Muslime in Deutschland. Interkultureller Dialog-Islam und
Gesellschaft" menjelaskan, sebagian besar Muslim di Jerman berasal dari
Turki (63,2 persen), diikuti oleh kelompok-kelompok yang lebih kecil,
seperti dari Pakistan, negara-negara bekas Yugoslavia, negara-negara
Arab, Iran, dan Afghanistan.5
C. Ruang Lingkup YouTube
1. Sejarah YouTube
YouTube memulai sejarahnya pada bulan Mei tahun 2005 di sebuah
garasi milik ketiga pendiri YouTube. Garasi merupakan tempat mereka
mengawali kesuksesan seperti halnya Apple, eBay dan Microsoft. YouTube
merupakan perusahaan layanan jasa bagi orang-orang yang ingin melihat
dan berbagi video melalui internet. Segmentasi pengguna YouTube adalah
anak muda, pelajar, mahasiswa, para pehobi atau pembuat film sehingga
3 Blogspot Gitasav.
4 https://www.dw.com/id/survei-populasi-muslim-di-eropa-akan-meningkat/a-
41598756, diakses 18 Juli 2018, pada pukul 15:06 5http://khazanah.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-digest/17/10/13/oxrata313-
populasi-muslim-jerman-diprediksi-terus-meningkat, diakses 26 Maret 2018, pada pukul 14:09.
48
strategi yang digunakan YouTube pertama kali untuk menarik para
pengguna internet masuk ke situsnya adalah dengan menawarkan undian
iPod Nano setiap harinya.6
Satu tahun setelah YouTube lauching ke publik, YouTube mengalami
pertumbuhan yang sangat pesat. Pada musim panas 2006, YouTube
menempati posisi website terpopuler kelima dibanding website mySpace
yang telah berdiri pada bulan Agustus 2003. Hal ini terlihat dari hasil
survei Nielsens.7
“Menurut survei pada 16 Juli 2006, setiap hari 100 juta video klip
dilihat di YouTube ditambah 65.000 video baru yang di-upload setiap
24 jam. Situs YouTube rata-rata diakses oleh hampir 20 juta
pengunjung per bulan. Menurut Nielsen/NetRatings. Pengunjung
YouTube sekitar 44% adalah wanita dan 56% adalah pria.
Berdasarkan usia, pengunjung dominan berusia 12 hingga 17 tahun.
Keunggulan YouTube dalam pasar video online sangat besar.
YouTube memimpin pasar video online di Inggris hingga 64%.”8
Kesuksesan YouTube menarik Google untuk membeli saham
perusahaan ini. Kemudian pada 9 Oktober 2006, diumumkan bahwa saham
perusahaan ini telah dibeli oleh Google senilai 15.67 triliun rupiah. “Pada
saat itu, akuisisi untuk mendapatkan YouTube merupakan akuisisi terbesar
kedua Google sepanjang sejarah berdirinya perusahaan itu”.9
Kinerja YouTube menjadikannya “Something of the Year”. The Wall
Street Journal dan New York Times bahkan secara serius meninjau
penempatan materi isi YouTube dan efeknya terhadap perusahaan
komunikasi pada 2006. Di Indonesia wabah YouTube sangat dominan.
6 Yudhi Heriwibowo, YouTube A Success Story, (Jakarta: Mizan, 2008). h. 1-3.
7 Yudhi Heriwibowo, YouTube A Success Story, h. 4.
8 Yudhi Heriwibowo, YouTube A Success Story, h. 5.
9 Yudhi Heriwibowo, YouTube A Success Story, h. 5.
49
Selain diulas dalam beberapa media, YouTube pun banyak dibahas di jalur
online. Fenomena YouTube membuat warnet-warnet di Indonesia
menginstal program-program untuk mendukung akses ke YouTube.10
2. Pendiri YouTube
Tiga sosok yang mendirikan YouTube adalah Steve Chen, Chad
Hurley, dan Jawed Karim yang kemudian dikenal sebagai pencipta situs
ini. Ketiga bertemu saat masih jadi karyawan PayPal. Pertemuan ketiganya
terjadi ketika mereka frustasi saat berusaha mengirim e-mail yang berisi
klip video11
.
a) Chad Hurley
Chad Meredith Hurley, tetapi ia biasa dipanggil Chad Hurley. Chad
lahir pada tahun 1977 dan tumbuh di Pennsylvania Selatan, tepatnya di
Birdsboro. Sebelum mendirikan YouTube, Chad adalah karyawan PayPal.
Chad adalah seorang lulusan desain grafis dan percetakan dari Indiana
University of Pennsylvania. Selama kuliah ia menghabiskan waktunya
untuk online untuk mempelajari desain web, bermain games, dan
bereksperimen dengan animasi12
.
Chad adalah putra dari pasangan Donald dan JoAnn, ayahnya adalah
seorang konsultan keuangan dan ibunya adalah seorang guru. Ia juga
memiliki seorang kaka perempuan bernama Heather dan seorang adik laki-
laki bernama Brent. Sejak kecil, ia dikenal sebagai anak yang selalu ingin
10
Yudhi Heriwibowo, YouTube A Success Story, h. 10. 11
Yudhi Heriwibowo, YouTube A Success Story, h.19. 12
Yudhi Heriwibowo, YouTube A Success Story, h. 20.
50
tampil seperti seorang seniman. Chad memiliki kecenderungan dalam
bidang seni. Ia juga menyukai bisnis dan teknologi. Kemudian pada tahun
2000 Chad bertemu istrinya Kathy di suatu pesta. Kathy Clark adalah putri
James Clark, yang merupakan enterpreuner legendaris Sillicon Valley.13
b) Steve Chen
Steve Chen lahir pada agustus 1978 di Taiwan. Ia tinggal di Taipei
sampai usia delapan tahun. Keluarganya kemudian berimigrasi ke Amerika
Serikat. Ia juga merupakan mantan karyawan PayPal sebelum akhirnya
keluar dan mendirikan bisnisnya sendiri yaitu YouTube. Steve memiliki
latar belakang pendidikan yang bagus sehingga PayPal ingin sekali
memperkejakan Steve pada saat itu. Steve kuliah di University of Illinois
di Urbana Champaign yang memiliki program komputer unggulan dan
Illinois Mathematics and Science Academy (IMSA). Steve adalah seorang
pengambil resiko, satu setengah semester lebih awal Ia meninggalkan
University of Illinois untuk bekerja di Paypal. “Steve bekerja di PayPal
karena beberapa alumni U. Of I. Juga bekerja di sana, termasuk satu di
antara pendiri PayPal, Max Levchin, yang ingin sekali mempekerjakan
Steve karena kemampuan dan latar belakang sekolahnya.”14
c) Jawed Karim
Jawed Karim lahir di Merseburg, Jerman Timur, 1979. Ayah Karim
adalah seorang periset berkebangsaan Bangladesh dan ibunya adalah
13
Yudhi Heriwibowo, YouTube A Success Story,h. 21-26. 14
Yudhi Heriwibowo, YouTube A Success Story, h. 27-28.
51
seorang asisten peneliti biokimia University of Minnesota. Karim dan
keluarganya pindah ke Amerika Serikat pada tahun 1992.15
Karim kuliah di University of Illinois di Urbana Champaign. Ia
meninggalkan kampusnya sebelum lulus untuk bekerja di PayPal.
“Namun, ia tidak meninggalkan kuliahnya dan berhasil meraih gelar
diploma di jurusan Ilmu Komputer pada 2004.” Kemuidan Jawed Karim
melanjutkan S-1 nya di Stanford University jurusan Ilmu Komputer
setelah Ia ikut mendirikan YouTube dengan Chad Hurley dan Steve
Chen.16
3. Tampilan YouTube
Halaman utama YouTube sangat sederhana dan mudah dijelajahi.
Halaman utama meperlihatkan video-video yang saat itu sedang dilihat
oleh user lain, serta daftar video yang tengah dipromosikan dan menjadi
favorit pengunjung YouTube. Halaman utama YouTube juga menyediakan
empat link penting, yaitu: videos, categories, channels, dan community.
Masing-masing link mengarahkan pencarian video-video dengan cara yang
berbeda.17
1. Videos, pengunjung dapat mencari video berdasarkan statistiknya,
antara lain upload video terbaru, video yang paling banyak dilihat,
video dengan rating tertinggi, dan video yang dipilih pengunjung
sebagai favoritnya.
15
Yudhi Heriwibowo, YouTube A Success Story, h. 37. 16
Yudhi Heriwibowo, YouTube A Success Story, h. 37. 17
Yudhi Heriwibowo, YouTube A Success Story, h. 76-77.
52
2. Categories, mengelompokkan video ke dalam berbagai kategori
subjek, antara lain auto untuk kendaraan atau entertainment untuk
hiburan. Pihak yang menentukan kategori yang tepat untuk suatu
video bukan YouTube melainkan para uploader ketika mereka
meng-upload video tersebut.
3. Channels, memilah-milah video berdasarkan tipe anggota yang
meng-upload video. Ada empat tipe uploader, yaitu comedians,
directors, gurus, musicians, nonprofits, partners, dan sponsors.
Pemilihan video-video dengan cara ini tidak berdasarkan group
atau subjek.
4. Communities, mengelompokkan video-video ke dalam dua bagian:
groups dan contents. Groups dikelola oleh anggota YouTube; setiap
group memiliki tema atau subjek khusus. Sementara, contents
adalah kompetisi dan permainan yang disponsori oleh anggota
YouTube; setiap contest memiliki hadiah dan peraturan yang
berlainan.
D. Tipe-Tipe Account YouTube
Account di sini dapat diartikan sebagai identitas yang kita masukkan
saat mendaftar sebagai anggota. Tipe-tipe Account yang disediakan
YouTube meliputi:18
1. YouTuber, adalah account dasar YouTube. Sederhananya YouTuber
adalah orang yang konsisten mengunggah konten video di
18
Yudhi Heriwibowo, YouTube A Success Story. h. 78-80.
53
YouTube. YouTuber juga dapat komentar, like atau dislike dan
berlangganan video YouTuber lain.
2. Director, diperbolehkan mengutak-atik tampilan channel anggota
mereka dengan menampilkan informasi dan logo pemain yang
tampil dan logo-logo dari video-video mereka ditampilkan di
bawah kategori channel director pada halaman channel YouTube
yang utama.
3. Comedian, account ini untuk orang-orang yang meng-upload
video-video lucu.
4. Musicians, account ini untuk anggota yang ingin mempromosikan
bakat musik mereka.
5. Guru, account ini untuk para agensi profesional dalam membuat
strategi yang efektif dan konten kreatif untuk para kliennya.
Biasanya akun guru berkolaborasi dengan para kreator untuk
mengkampanyekan iklan mereka.
54
6. Nonprofit, adalah account untuk organisasi nirlaba yang ingin
mempromosikan kegiatan mereka. Account nonprofit ini dapat
membantu terhubung kepada para pendukung, relawan, dan
donatur.
7. Partners, adalah akun YouTube yang mendaftar sebagai partner
dapat menghasilkan uang dari iklan yang ditayangkan divideonya
atau dari para subscriber yang menonton mereka. Namun ada syarat
untuk menjadi partner YouTube yaitu saat channel tersebut telah
mencapai 4.000 jam dalam 12 bulan dan 1.000 subscriber.
55
8. Sponsors, para sponsor biasanya membayar YouTube untuk
mendapatkan ruang iklannya di halaman utama YouTube agar dapat
dilihat oleh para pengguna YouTube saat pertama kali mereka
membuka YouTube.
56
BAB V
TEMUAN DAN ANALISIS
Penelitian ini menganalisis tentang kehidupan minoritas muslim di Jerman.
Penulis melakukan survei penggunaan dan kepuasan audience tentang konten
media pada fanbase Gitasfreunde YouTube Channel Gitasav. Data diperoleh dari
pemberian online kuesioner pada fanbase Gitasav di grup Line App. Pemberian
kuesioner didistribusikan sejumlah total sampel yaitu 80. Penulis menganalisis
terkait apa motif dari fanbase Gitasfreunde tertarik menonton YouTube Channel
Gitasav. Selanjutnya, apakah penonton tersebut menemukan kepuasan atau tidak.
Penelitian ini dianalisis dengan menggunakan teori uses and gratification
Blumler, Katz, dan Gurevitch dengan konsep-konsep motif informasi, motif
identitas pribadi, motif interaksi dan integrasi sosial, dan motif hiburan yang
dicari penonton dari YouTube Channel Gitasav. Ada lima asumsi dasar dari
kerangka uses and gratification yang diberikan oleh Elihu Katz, Jay Blumler, dan
Michael Gurevitchyaitu:1
1. Asumsi dasar pertama, khalayak adalah adalah pengguna aktif dalam
penggunaan media.
Tabel 5.1
Curahan Waktu
Total
(16 – 25
Menit) ( > 30 Menit)
Frekuensi
Menonton
Dalam seminggu
Rendah ( 1-5
kali)
8 26 34
Sedang (6 –
10 kali)
3 11 14
11
Baran J. Stanley dan Davis K. Dennis, Teori Komunikasi Massa: Dasar, Pergolakan, dan
Masa Depan, (Jakarta: Salemba Humanika, 2010), h. 300-301.
57
Tinggi ( >
15 kali)
2 30 32
Total 13 67 80
Berdasarkan data yang diperoleh, khalayakfanbase gitasfreunde membuka
platform YouTube sebanyak 15 kali dalam seminggu dengan durasi menonton
lebih dari 30 menit. Hasil tersebut menyatakan bahwa khalayak gitasfreunde
adalah pengguna aktif media. Fanbase Gitasfreunde termasuk pengguna aktif
media dalam kategori light viewers, ketika seseorang menonton 0 sampai 1,5 jam
perhari. Berdasarkan data, responden menonton YouTube lebih dari 30 menit.
2. Asumsi dasar kedua, inisiatif dalam menghubungkan kebutuhan akan
kepuasan terhadap pilihan media tertentu tergantung pada anggota
khalayak. Dalam hal ini, khalayak tidak dapat dipaksa untuk menonton
media apa yang harus mereka tonton akan tetapi audience-lah yang aktif
untuk menentukan media mana yang harus dipilih untuk memuaskan
kebutuhannya.
Dari 80 responden ada 48 orang atau 60% Fanbase Gitasfreunde yang
sering mengakses YouTube Channel Gitasav sebanyak 1-5 kali untuk
58
memenuhi kebutuhannya, lalu ada 11 orang atau 13,8 % yang sering
mengakses YouTube Channel Gitasav sebanyak 6-10 kali, kemudian 2
orang atau 2.5% yang sering mengakses YouTube Channel Gitasav
sebanyak 11-15 kali, dan terakhir 20 orang atau 25% yang sering
mengakses YouTube Channel Gitasav lebih dari 15 kali.
3. Asumsi dasar ketiga, media berkompetisi dengan sumber kebutuhan yang
lain. Dalam hal ini, YouTube berkompetisi dengan platform video lainnya
untuk meningkatkan perhatian khalayak. YouTube merupakan media baru
yang menyediakan kebutuhan penonton untuk mencapai kepuasannya
pada penggunaan media. Fitur YouTube dalam menonton video offline dari
video yang sudah khalayak unduh merupakan salah satu daya tarik
YouTube agar tidak ditinggal audience-nya. Sehingga audience bisa
menonton tayangan ulang tanpa menggunakan data internet.
4. Asumsi dasar keempat, khalayak sadar akan penggunaan media, minat dan
motif. Maksud dari asumsi tersebut adalah, pilihan media berkembang
dengan berlangsungnya penyebaran teknologi, seperti DVD, televisi kabel
dan satelit, serta internet. Contohnya dalam menonton YouTube,
penawaran beragam pilihan YouTube Channel membuat khalayak semakin
sadar dan tidak begitu saja memilih YouTube Channel yang akan khalayak
gunakan. Audience akan menimbang kelebihan yang satu dengan lainnya,
karena audience perlu menggunakan data internet yang banyak dalam
sekali akses YouTube.
5. Asumsi dasar kelima, keputusan pada nilai mengenai bagaimana khalayak
menghubungkan dengan media atau isi tertentu. Maksud Katz, Blumler,
59
dan Gurevitch adalah bahwa orang dapat menggunakan konten yang sama
dengan cara yang berbeda. Menonton YouTube Channel Gitasav tentang
kehidupan minoritas muslim di Jerman dapat mendorong perilaku positif
seseorang dan membuat sadar mayoritas muslim di Indonesia agar dapat
menghargai kaum minoritas di lingkungan mereka.
Kemudian pengolahan uji instrumen pada penelitian ini menggunakan IBM
SPSS Statistics dan Ms. Excel, hasil uji validitas dan reliabilitas dinyatakan valid
dan reliabel. Hasil uji validitas menyatakan bahwa nilai uji validitas instrumen
variabel motif dan kepuasan rata-rata lebih besar dari nilai r tabel senilai 0,361.
Hasil uji reliabilitas diketahui nilai koefisien reliabilitas cronbach alpha lebih
besar dari 0,6. Artinya, instrumen dapat dijadikan sebagai alat ukur pengumpulan
data (terlampir).
Berikut adalah hasil temuan dan analisis motif dan kepuasan audience
YouTube Channel Gitasav tentang kehidupan minoritas di Jerman:
A. Hubungan Antara Motif dengan Tingkat Kepuasan Audience
Gitasfreunde Official terhadap YouTube Channel Gitasav
Penelitian ini mencari hubungan antar variabel motif dan kepuasan dengan
menggunakan uji Pearsons, yang diketahui bahwa variabel motif dan kepuasan
memperoleh angka sebesar 0,632 dari jumlah sample sebanyak 80. Artinya,
terdapat hubungan yang signifikan antara motif penonton dan kepuasan yang
didapatkan. Tingkat korelasi antara motif dan kepuasan adalah kuat berdasarkan
kategori Pearsons tentang kekuatan hubungan antar variabel, yang ditunjukkan
60
dengan nilai korelasi mendekati +12 dengan Sig.(2-tailed) sama dengan 0,000 <
0,05 (terlampir).
B. Analisis Gratification Sought (GS) atau Motif dan Gratification
Obtained (GO) atau Kepuasan
1. Analisis Gratification Sought (GS) atau Motif
Pada penelitian ini terdapat dua variabel yang diteliti yaitu motif dan
kepuasan
Tabel 5.2 Respon terhadap Motif Informasi
No Pernyataan Skor Rank
1 Ingin mengetahui biaya kuliah di Jerman 360 4
2 Ingin mengetahui harga sewa tempat tinggal di
Jerman 357 5
3 Ingin mengetahui biaya telfon dan internet di
Jerman 321 6
4 Ingin mengetahui makanan halal di Jerman 361 3
5 Ingin mengetahui sistem transportasi di Jerman 368 2
6 Ingin mengetahui relaitas pendidikan di Jerman 369 1
Mean 356
Berdasarkan hasil survei, motif audience YouTube Channel Gitasav
dilihat dari dimensi motif informasi adalah mereka ingin mengetahui realitas
pendidikan di Jerman dengan skor paling tinggi yaitu 369, kemudian skor
2Tanda positif menunjukkan bahwa korelasi antara motif dan kepuasan adalah hubungan
yang berbanding lurus, artinya semakin besar motif yang diharapkan maka semakin tinggi pada
kepuasan yang diperoleh. Jadi dapat disimpulkan bahwa hubungan antara motif dengan kepuasan
adalah kuat, signifikan, dan searah.
61
tertinggi kedua 350ingin mengetahui sistem transportasi di Jerman yang ramah
lingkungan, kemudian motif yang paling dicari ke tiga adalah ingin mengetahui
makanan halal di Jerman dengan total skor 361, selanjutnya diperingkat empat
motif khalayak menonton YouTube Channel Gitasav adalah ingin mengetahui
biaya kuliah di Jerman dengan skor 360, dan motif terendah adalah ingin
mengetahui biaya telfon dan internet di Jerman dengan perolehan skor sebesar
321.
Sesuai dengan hasil survei, motif yang paling dicari penonton adalah
realitas pendidikan atau kuliah di Jerman, dalam wawancara Gitasav
menyatakan bahwa “realitas pendidikan di Jerman tidak semudah yang orang
pikirkan”. Gita menjelaskan untuk mahasiswa asing yang ingin belajar di
Jerman, mereka harus mempunyai sertifikat bahasa Jerman yang dibutuhkan
untuk mendaftar Studienkolleg (ujian universitas)selama dua semester, jika
lebih dari dua tahun maka akan dideportasi dan kesempatan untuk
mendapatkan visa pelajar sangat sedikit. Kesulitan bahasa menjadi faktor
utama, karena pengantar utamanya adalah bahasa Jerman3.
Kemudian motif informasi yang paling dicari kedua adalah sistem
transportasi di Jerman. Dalam video blog-nya (vlog) Gita menjelaskan bahwa
di Jerman, orang-orang lebih suka jalan kaki, trotoar bebas dari pedang kaki
lima, bus di Jerman juga sangat ramah disabilitas karena pintu masuknya sudah
hidrolik, pijakan start-nya sesuai tinggi jalan sehingga orang buta dan kursi
roda bisa masuk dengan nyaman. Selain bus, di Berlin juga ada kereta bawah
3 Video blog Gitasav “tentang Jerman”
62
tanah, dan trem. Sistem transportasi yang nyaman, efektif dan efisien membuat
masyarakat Jerman lebih memilih menggunakan transportasi umum.
Motif informasi ketiga adalah ingin mengetahui makanan halal di
Jerman. Sebagai minoritas muslim di negara sekuler, para muslim harus pandai
memilih dan memilah makanan halal apa saja yang ada di Jerman atau
informasi mengenai toko-toko yang menjual makanan halal. Hal ini penting
diketahui karena penonton YouTube Channel Gitasav berasal dari Indonesia
yang mayoritas menganut ajaran Islam, penonton ingin mengetahui bagaimana
Gita dan para muslim lainnya mencari makanan halal selama tinggal di Jerman.
Selanjutnya motif keempat adalah ingin mengetahui biaya kuliah di
Jerman. Berdasarkan hasil data yang diperoleh dari kuesioner, mayoritas
fanbase gitasfreunde adalah mahasiswa dan pelajar. Informasi yang diberikan
pada YouTube Channel Gitasav sangat membantu audience yang ingin
melanjutkan studi di Jerman.
Kemudian motif terakhir adalah ingin mengetahui biaya telefon dan
internet. Saat ini masyarakat tidak bisa lepas dari penggunaan internet dan
telefon dan sudah menjadi kebutuhan masyarakat sehari-hari. Oleh karena itu,
informasi tentang biaya internet juga masuk ke dalam kebutuhan yang ingin
dicari penonton.
Tabel 5.3 Respon terhadap Motif Identitas Pribadi
No Pernyataan Skor Rank
1 Ingin mengetahui pengalaman Gita memakasi
hijab di negara sekuler 337 4
63
2 Ingin mengetahui bagaimana orang Jerman
menghargai muslim yang berhijab 341 1
3 Ingin mencari role model dalam berhijrah 327 7
4 Ingin mengetahui pengalaman menjadi minoritas 326 8
5 Ingin belajar agama lebih dalam seperti
minoritas muslim di Jerman 324 9
6 Ingin antisipasi dalam menghadapi rasis atau
bullying 334 6
7 Ingin mengetahui bagaimana puasa di Jerman 337 5
8 Ingin mengetahui etos kerja dan disiplin waktu
di Jerman 340 2
9 Ingin menumbuhkan semangat beragama dalam
diri 339 3
Mean 333,8888889
Selanjutnya pada Gratification Sought (GS) / motif identitas pribadi
dengan skor tertinggi 341 adalah ingin tahu bagaimana orang Jerman
menghargai muslim yang berhijab, skor tertinggi kedua 340 ingin mengetahui
etos kerja dan disiplin di Jerman, kemudianperingkat ketiga dengan skor 339
adalah ingin menumbuhkan semangat beragama seperti Gita,peringkat keempat
skor 337 ingin tahu pengalaman Gita memakai hijab di negara sekuler,
kemudian peringkat kelima skor 337 ingin tahu bagaimana puasa di Jerman,
selanjutnya peringkat keenam skor 334ingin antisipasi dalam menghadapi rasis
dan bullying sebagai kaum minoritas, kemudian skor 327 peringkat ketujuh
adalah ingin mencari role model dalam berhijrah dan dua peringkat terakhir
delapan dan sembilan dengan skor 326 dan 324 adalah ingin mengetahui
pengalaman menjadi minoritas dan ingin belajar agama lebih dalam seperti
minoritas muslim di Jerman.
Motif identitas pribadi menurut McQuail yaitu untuk menemukan
penunjang nilai-nilai pribadi, meningkatkan pemahaman tentang diri sendiri,
64
mengidentifikasi diri dengan nilai-nilai lain dari media. Artinya, audience
Gitasav mengharapkan konten-konten yang bisa menambah pemahaman nilai-
nilai untuk pribadi. Pengalaman Gita menjadi minoritas memberi pelajaran
kepada penonton agar tetap menghargai golongan minoritas di sekitar
lingkungan mereka dan menjadi pembelajaran untuk selalu menghargai
perbedaan.
Sesuai tabel di atas, motif yang paling dicari adalah penonton ingin
mengetahui bagaimana orang Jerman menghargai muslim yang berhijab.
Dalam vlognya Gita mengatakan bahwa orang Jerman juga tidak masalah
dengan muslim yang berhijab, mereka menghargai agama apapun.
Kemudian skor motif identitas pribadi kedua adalah inginmengetahui
etos kerja dan disiplin di Jerman. Tidak dipungkiri bahwa ada gap culture yang
sangat terasa antara Jerman dan Indonesia, contoh dalam masalah sosial dan
etos kerja. Gita mengatakan bahwa:
“Indonesia is all about social. Masalahmu adalah masalah orang juga.
Urusanmu adalah urusan orang juga. Dalam hal tersebut, Jerman sangat
individualis dan menghargai privasi orang”4.
Dalam wawancara dengan Gita, ia mengatakan bahwa:
”Orang Jerman sangat menghargai waktu. Maka dari itu, pergerakan
mereka pun efisien. Sementara banyak dari orang Indonesia kurang bisa
mencari short cut supaya pekerjaan lebih mudah dan cepat terselesaikan. Orang
Indonesia pun lebih minder dan tidak inisiatif, hanya menunggu komando atau
menunggu orang lain saja yang mengerjakan. Begitu yang aku lihat”5.
4 Wawancara dengan Gita Savitri Devi, 26 Mei 2018 melalui e-mail.
5 Wawancara dengan Gita Savitri Devi, 26 Mei 2018 melalui e-mail.
65
Dari data di atas diketahui bahwa penonton mempunyai motif untuk
mengambil nilai-nilai yang patut dicontoh dari etos kerja dan disiplin waktu
orang Jerman.
Kemudian motif identitas pribadi dengan skor tertinggi ketiga adalah
ingin menumbuhkan semangat beragama. Maksudnya adalah walaupun Gita
hidup di negara sekuler, namun ia justru tidak terbawa arus pergaulan budaya
barat, tinggal di tengah-tengah mayoritas membuat Ia lebih semangat dalam
mempertahankan identitasnya sebagai muslim dan semangat dalam mengikuti
kajian-kajian tentang agama Islam. Penulis menganalisa bahwa karena alasan
tersebut, penonton mencari motif yang sesuai dengan kebutuhannya dalam
menumbuhkan semangat beragama seperti Gita.
Motif identitas pribadi keempat adalah ingin mengetahui pengalaman
Gita memakai hijab di negara sekuler. Berdasarkan pengalaman Gita, memakai
hijab di negara sekuler tidak menyulitkan dan tidak eye catching karena di
Jerman banyak orang Turki juga yang memakai kerudung. Memakai kerudung
di Jerman justru lebih dihargai karena orang Jerman lebih mementingkan
prestasi dari pada atribut atau identitas kita dari mana. Oleh karena itu,
YouTube Channel Gitasav memberi penonton penunjang nilai-nilai pribadi
seperti yang dikatakan McQuail.
Kemudian motif identitas pribadi kelima adalah penonton ingin
mengetahui bagaimana puasa di Jerman. Bagi mayoritas muslim di Indonesia
suasana puasa sangat terasa sekali, mulai dari televisi yang menyiarkan
program-program ramadhan, seru-nya mencari ta’jil, sholat tarawih berjamaah
66
di Masjid, ngabuburit dengan beragam aktifitas, anak-anak kecil yang
berkeliling membangunkan sahur, serta masih banyak lagi. Berpuasa di
Indonesia sudah biasa bagi para audience Gitasav, berbeda dengan suasana
puasa di Jerman, Gita menjelaskan bahwa puasa di Jerman waktunya lebih
lama sekitar 18-19 jam, suasanya tidak berubah layaknya hari-hari biasa dan
dikeliling orang-orang yang tidak berpuasa. Namun puasa di Jerman membuat
puasa lebih fokus pada ibadah, karena tidak ada ajakan buka bersama yang
biasanya malah akan membuat orang-orang sibuk dengan jadwal buka bersama
dengan berbagai perkumpulan pertemanan. Penulis menganalisa karena motif
ini lah audience menonton YouTube Channel Gitasav, audience ingin
mengetahui realita, suka dan duka puasa di Jerman.
Selanjutnya motif identitas pribadi keenam ingin antisipasi dalam
menghadapi rasis dan bullying sebagai kaum minoritas. Kasus rasis dan
bullying sering muncul di dalam kelompok minoritas, karena jumlahnya yang
sedikit membuat mayoritas masih bertindak diskriminatif. Jika di Jerman
kelompok minoritas adalah masyarakat muslim. Di Indonesia, juga banyak
yang menganut agama selain yang diakui negara, agama nenek moyang atau
keyakinan tradisional masih banyak ditemui di berbagai daerah Indonesia.
Tidak diakuinya agama dari kelompok minoritas ini membuat mereka kesulitan
dalam melakukan administrasi untuk menikah, sekolah, dll. Kemudian rasisme
di Indonesia juga kerap berulang pada etnis Tionghoa. Oleh karena itu, Gita
sebagai konten kreator di YouTube secara khusus membuat video tentang
pengalamannya hidup sebagai minoritas di Jerman dengan tujuan agara
kelompok minoritas tidak lagi di pandang sebelah mata dan kelompok
67
mayoritas dapat saling menghargai. Motif identitas pribadi juga menuntun
penonton untuk berantisipasi jika kelak mereka dihadapkan dengan situasi dan
kondisi yang sama (menjadi minoritas).
Selanjutnya motif identitas pribadi ketujuh adalah ingin mencari role
model dalam berhijrah. Pergeseran dalam mencari role model juga sudah
berubah, jika dahulu role model anak adalah orang tua mereka, maka generasi
Y atau generasi millenial sekarang adalah artis atau influencer. Dalam mencari
motif identitas pribadi, audience YouTube Channel Gitasav mengharapkan Gita
sebagai role model untuk menunjang diri mereka dalam berhijah. Gita
diketahui baru memulai memakai hijab ketika dirinya kuliah di Jerman,
beberapa videonya juga kerap mengangkat tentang bagaimana ber-Islam dan
menjadi muslim di Jerman. Hal tersebut membuat Gita banyak digemari dan
menjadi sosok inspiratif anak muda Indonesia khususnya perempuan, sesuai
hasil data yang menunjukkan bahwa responden perempuan lebih banyak
sebesar 83,3 %, sedangkan responden laki-laki sebanyak 16,3% dari 80
responden. (lihat lampiran).
Terakhir adalah dua motif terendah dari motif identitas pribadi adalah
ingin mengetahui pengalaman menjadi minoritas dan ingin belajar agama lebih
dalam seperti minoritas muslim di Jerman. Gita mengungkapkan bahwa
minoritas di Jerman diperlakukan dengan baik bahkan ketika terjadi serangan
bom misalnya orang Jerman tidak langsung menyudutkan.
“Sebagai persepsi pribadi mungkin iya. Tapi pihak berwenang di Jerman
selalu menghimbau untuk tidak berspekulasi sampai official statement keluar
acap kali terjadi aksi terorisme”.
68
Dalam wawancara dengan Gita, Ia menyatakan bahwa hidup sebagai
minoritas tidak sesulit seperti yang orang bayangkan, Gita bilang “itu semua
tergantung dengan diri kita masing-masing, jika kita bisa membawa diri, jika
kita kuat dan tidak manja, semua tidak akan sulit”.
Tabel 5.4 Respon terhadap Motif Integrasi dan Interaksi Sosial
No Pernyataan Skor Rank
1 Ingin melihat toleransi Jerman terhadap para
refugee dan Ausländer (orang asing) 336 3
2
Ingin mengetahui toleransi yang diberikan
pemerintah Jerman dalam perizinan cuti hari-hari
besar Islam 330 4
3 Ingin belajar berinteraksi dengan orang yang
berbeda agama, ras, dan budaya 367 1
4 Ingin mengetahui cara orang Jerman
menghormati minoritas ketika beribadah 317 5
5 Ingin menemukan bahan percakapan dari topik
toleransi di Jerman 337 2
Mean 337,4
Pada Gratification Sought (GS) motif integrasi dan interaksi sosial skor
tertinggi adalah 367 audience ingin belajar berinteraksi dengan orang yang
berbeda agama, ras, dan budaya, kemudian motif tertinggi kedua adalah 337
audience ingin menemukan bahan percakapan dari topik toleransi di Jerman,
selanjutnya peringkat ketiga motif integrasi dan interaksi sosial adalah ingin
melihat toleransi Jerman terhadap para refugee dan Auslander dengan
perolehan skor 336, peringkat keempat dari motif integrasi dan interaksi sosial
adalah ingin mengetahui toleransi yang diberikan pemerintah Jerman dalam
perizinan cuti hari-hari besar Islam dengan skor 330, dan motif kelima dengan
skor 317 adalah ingin mengetahui cara orang Jerman menghormati minoritas
ketika beribadah.
69
Motifintegrasi dan interaksi sosial tertinggi yang dicari penonton adalah
ingin belajar berinteraksi dengan orang yang berbeda agama, ras, dan
budaya.Faktanya berintegrasi dan berinteraksi di Jerman tidak sesulit yang di
bayangkan, menurut Gita:
“Itu semua tergantung dengan diri kita masing-masing. Jika kita bisa
membawa diri, jika kita kuat dan tidak manja, semua tidak akan sulit. Caranya
adalah dengan menjadi decent person saja, bergaul seperti biasa dan tidak
menutup diri”6.
Berinteraksi dan berintegrasi dengan orang-orang yang berbeda dengan
kita membuat pikiran lebih terbuka karena dari mereka kita bisa mendapatkan
ilmu baru, dari sana juga kita bisa dapat bertukar informasi tentang budaya
masing-masing. Bertemu banyak orang membuat kita jadi lebih percaya diri
atas eksistensi kita di lingkungan sosial.
Belajar dari seorang Gitasav yang mampu membawa diri dalam
berinteraksi dan berintegrasi dengan masyarakat Jerman atau dengan teman-
teman kampus Gita yang berasal dari berbagai negara membuat audience ingin
mengetahui lebih lanjut bagaimana Gita berinteraksi dan berintegrasi dengan
sosialnya tanpa melepas identitas dirinya sebagai muslim.
Motif integrasi dan interaksi sosial kedua adalah audience ingin
menemukan bahan percakapan dari topik toleransi di Jerman. Hal ini
dibutuhkan untuk berpartisipasi dalam sebuah diskusi serta mendapatkan teman
karena suka dengan topik yang sedang dibicarakan
Motifintegrasi dan interaksi sosial ketiga adalah ingin melihat toleransi
Jerman terhadap para refugeedan Ausländer (orang asing).Di dalam artikel
6Wawancara dengan Gita Savitri Devi, 26 Mei 2018 melalui e-mail.
70
tirto.id Gita merasa Jerman masih jadi tempat yang tidak masalah untuk
ditinggali terkait masalah toleransinya. Pada umumnya Jerman sangat
menghormati dan berkalu ramah pada orang asing.
“Kalau untuk kultur dan lingkungan di Jerman oke aja, sih. Mereka
orangnya juga sangat respectful terhadap Ausländer (orang asing). Mereka juga
respek dengan prinsip kita. Misalkan aku enggak minum bir, mereka enggak
memaksa aku untuk lantas ikutan minum,7”.
Selanjutnya motif integrasi dan interaksi sosial peringkat keempat adalah
ingin mengetahui toleransi yang diberikan pemerintah Jerman dalam perizinan
cuti hari-hari besar Islam.Merujuk dari berita daring Deutsche Welle (DW)
Hamburg menjadi negara bagian Jerman pertama yang menandatangani
kesepakatan dengan komunitas Muslim. Hari besar Islam kini diakui dan
model pendidikan agama Islam mulai dikembangkan8.Kaum Muslim dan Alevi
(komunitas muslim) di Hamburg diizinkan cuti tanpa gaji untuk tiga hari besar
agama setiap tahun, seperti halnya umat Kristen. Pada hari-hari raya tersebut,
murid sekolah juga dapat dibebaskan dari kegiatan belajar-mengajar.
Sama halnya, dengan penjelasan Gita dalam vlog-nya, muslim di Berlin,
Hamburg, dan Bremen legal untuk meminta cuti untuk Idul Adha, Idul Fitri,
atau hari raya besar lainnya. Walaupun Islam merupakan minoritas paling
besar di Jerman, namun tidak semua negara bagian mengakui minoritas muslim
di Jerman.
7https://tirto.id/puasa-gitasav-di-jerman-buka-jam-10-malam-imsak-jam-3-pagi-cp4K, di
akses pada tanggal 3 Juni 2018 pukul 20:00 wib. 8https://www.dw.com/id/hari-besar-islam-kini-diakui-di-hamburg/a-16379987, di akses pada
tanggal 30 Juni 2018 pukul 10:55 wib.
71
Skor terendah motifintegrasi dan interaksi sosial adalah Ingin mengetahui
cara orang Jerman menghormati minoritas ketika beribadah. Dalam
pelaksanaannya, minoritas muslim yang ingin beribadah ketika sedang di
kampus atau di tempat kerja harus mencari pojok-pojok gedung agar tidak
mengganggu atau pun diganggu oleh orang-orang. Mereka tidak akan
mengganggu ibadah kita jika kita juga tidak mengganggu mereka. Hal tersebut
merupakan cara Jerman mengormati agama-agama minoritas.
Di Indonesia sangat mudah untuk kita menemukan tempat ibadah mulai
dari sekolah, kampus, tempat belanja, bahkan di pinggir jalan sedangkan, di
Jerman fasilitas musolah atau tempat ibadah tidak disediakan oleh pihak
kampus atau gedung-gedung tempat minoritas muslim bekerja. Namun
pemerintah Jerman juga tidak menghalangi ketika komunitas muslim ingin
membangun sebuah Masjid.
Tabel 5.5 Respon terhadap Motif Hiburan
No Pernyataan Skor Rank
1 Ingin melihat apartemen Gita di Jerman 324 4
2 Ingin melihat kegiatan Gita di Jerman 322 5
3 Ingin mencari opini tentang topik terhangat 325 3
4 Ingin mendapatkan review hijab yang Gita pakai 350 2
5 Ingin melihat tempat wisata di Jerman 365 1
Mean 337,2
Motif hiburan dengan skor tertinggi adalah 365 audience ingin melihat
tempat wisata di Jerman, motif tertinggi kedua dengan skor 350 adalah
audience ingin memendapatkan review hijab yang Gita pakai, motif ketiga
dengan skor 325 adalah audience ingin mencari opini tentang topik terhangat,
72
motif keempat dengan skor 324 adalah audience ingin melihat apartemen Gita
di Jerman, dan motif kelima adalah audience ingin melihat kegiatan Gita di
Jerman dengan skor 322.
Motif hiburan pertama, selain ingin mengetahui informasi kuliah dan
bagaimana hidup di Jerman. Audience juga mencari hiburan dalam YouTube
Channel Gitasav, salah satunya untuk mengetahui wisata apa saja kah yang
bagus untuk dikunjungi, audience mencari hiburan dengan melihat Jerman dari
satu tempat ke tempat lainnya dari video Gita.
Motif hiburan kedua, Mayoritas penonton Gitasav adalah perempuan hal
ini membuat audience tertarik menonton YouTube Channel Gitasav karena
ingin melihat review hijab yang Gita pakai.
Motif hiburan ketiga, audience ingin mencari opini yang sama terhadap
isu-isu yang sedang hangat dibicarakan. Audience akan merasa senang jika
opini yang mereka cari sesuai dengan apa yang mereka pikirkan danaudience
setuju dengan opini-opini Gita di dalam YouTube Channel-nya.
Motif hiburan keempat, audience ingin melihat apartemen Gita di
jerman. Hal ini cukup memberi gambaran bagi calon mahasiswa yang ingin
studi di Jerman untuk menambah referensi dalam memilih apartemen.
Motif hiburan kelima, audience ingin melihat kegiatan Gita di Jerman.
Pada tahap ini audience sudah merasa Gita sebagai teman hanya dengan
mengikuti kegiatan Gita di Jerman melalui sebuah perangkat komputer atau
gawai.
73
2. Analisis Gratification Obtained (Kepuasan)
Tabel 5.6 Respon terhadap Kepuasan Informasi
No Pernyataan Skor Rank
1 Mengetahui biaya kuliah di Jerman 363 4
2 Mengetahui harga sewa tempat tinggal di Jerman 359 6
3 Mengetahui biaya telfon dan internet di Jerman 360 5
4 Mengetahui makanan halal di Jerman 364 3
5 Mengetahui sistem transportasi di Jerman 368 1
6 Mengetahui relaitas pendidikan di Jerman 365 2
Mean 363,1666667
Pada Gratification Obtained (GO) informasi, kepuasan dengan skor
tertinggi sebesar 368 dengan pernyataan “saya mengetahui sistem transportasi
di Jerman” kemudian kepuasan informasi kedua dengan skor 365 adalah
“mengetahui realitas pendidikan di Jerman”, selanjutnya peringkat ketiga
dengan skor 364 adalah “mengetahui makanan halal di Jerman”, peringkat
keempat dengan skor 363 adalah “mengetahui biaya kuliah di Jerman” dan
skor terendah 359 “saya mengetahui biaya telfon dan internet”.
Dilihat dari hasil kepuasannya, audience mendapatkan informasi yang ia
cari tentang sistem transportasi di Jerman melalui YouTube Channel Gitasav.
Penulis menganalisa informasi tentang sistem transportasi di Jerman menjadi
hal yang paling dicari karena melihat sistem transportasi di Indonesia yang
masih tertinggal dari negara maju. Macet masih menjadi masalah utama di
Indonesia terutama di kota-kota besar. Melihat perbandingan masyarakat
Jerman atau negara-negara maju dengan masyarakat Indonesia dalam
menggunakan transportasi sangat berbeda sekali. Di negara maju, umumnya
masyarakat lebih suka jalan kaki dan menggunakan transportasi umum,
sedangkan di Indonesia masyarakat lebih suka membawa kendaraan pribadi
74
seperti motor atau mobil. Transportasi di Jerman juga sangat tepat waktu sesuai
dengan jadwal.
Kepuasan informasi kedua, audience mendapatkan informasi yang ia
butuhkan setelah menonton YouTube Channel Gitasav. New Media telah
membuat penggunaan media menjadi sangat mudah dalam mendapatkan
informasi. Jika dulu mencari informasi tentang pendidikan hanya bisa diakses
oleh agen-agen luar negeri, hari ini new media dapat memberikan informasi
yang sangat berlimpah. YouTube adalah salah satu platform new media yang
dapat memberikan informasi dengan beragam pilihan.
Kepuasan informasi ketiga, audience dapat mengetahui makanan halal di
Jerman. Setelah menonton Channel Gitasav audience jadi tahu bahwa
menemukan makanan halal di Jerman tidak sesulit yamg dibayangkan.
Kepuasan informasi keempat, audience dapat mengetahui biaya kuliah di
Jerman. Setelah menonton channel Gitasav, audience mendapatkan banyak
informasi tentang biaya yang harus dikeluarkan untuk kuliah di Jerman.
Kepuasan informasi kelima, Setelah menonton Channel Gitasav
audiencememperoleh kepuasan yang dicari terkait biaya telfon dan internet.
Dari hasil analisis kesenjangan atau GAP antara GS dan GO, diperoleh
nilai -7 dari mean GS – GO. Hal tersebut menunjukkan bahwa kesenjangan
antara GS dan GO memperoleh kepuasan dengan selisih -7. Artinya, dimensi
informasi dapat memenuhi kebutuhan yang responden harapkan.
Hal ini sesuai dengan fungsi media yaitu to get information dan sesuai
dengan tujuan Gita dalam membuat konten tentang Jerman, harapannya agar
75
audience mendapatkan informasi tentang bagaimana hidup di Jerman
mengedukasi audiencedengan konten-konten yang positif.
Tabel 5.7 Respon terhadap Motif Identitas Pribadi
No Pernyataan Skor Rank
1 Mengetahui pengalaman Gita memakasi hijab di
negara sekuler 341 4
2 Mengetahui bagaimana orang Jerman menghargai
muslim yang berhijab 356 2
3 Menemukan role model dalam berhijrah 326 9
4 Mengetahui pengalaman menjadi minoritas 343 3
5 Dapat belajar agama lebih dalam seperti minoritas
muslim di Jerman 334 8
6 Dapat antisipasi dalam menghadapi rasis atau
bullying 335 7
7 Dapat mengetahui bagaimana puasa di Jerman 339 6
8 Dapat mengetahui etos kerja dan disiplin waktu di
Jerman 340 5
9 Dapat menumbuhkan semangat beragama dalam diri 364 1
Mean 342
Pada Gratification Obtained (GO) Identitas Pribadi, kepuasan dengan
skor tertinggi sebesar 364 dengan pernyataan “dapat menumbuhkan semangat
beragama dalam diri”, kemudian skor tertinggi kedua adalah 356 “Mengetahui
bagaimana orang Jerman menghargai muslim yang berhijab” skor tertinggi
ketiga adalah 343 “Mengetahui pengalaman menjadi minoritas”, selanjutnya
skor 341 peringkat keempat adalah “Mengetahui pengalaman Gita memakai
hijab di negara sekuler”, peringkat kelima dari kepuasan informasi adalah
”Dapat mengetahui etos kerja dan disiplin waktu di Jerman” dengan skor 340,
peringkat keenam dengan skor 339 “dapat mengetahui bagaimana puasa
Jerman”, selanjutnya pada peringkat ketujuh kepuasan informasi dengan skor
335 “dapat mengantisipasi dalam menghadapi rasis dan bullying” dan dua skor
76
terendah peringkat kedelapan dan sembilan adalah “Dapat belajar agama lebih
dalam seperti minoritas muslim di Jerman” dan “saya menemukan role model
dalam berhijrah” dengan skor 339 dan 326.
Pada kepuasan identitas diri yang pertama, audience memperoleh
semangat beragama seperti yang Gita rasakan di Jerman. Kepuasan diri dalam
menggunakan media, salah satunya untuk memenuhi pengalaman yang estetis
dan dan emosional. Melihat muslim minoritas di Jerman, Gita mengakui bahwa
menunjukkan identitas diri sebagai muslim di negara sekuler membuatnya
lebih dihargai. Hal tersebut menjaga Ia dari makanan dan minuman halal,
pergaulan, serta dirinya dapat menjadi agent of muslim.
“Beragama di negara sekuler itu bisa mempertebal iman. Berislam
bukan karena Ibu-Bapak, tapi karena memang mau berkomitmen
terhadap agama tersebut”9.
Maka dari itu, banyak audience yang ingin menumbuhkan semangat
beragama dalam diri mereka. Semangat beragama yang dimaksud adalah
mempelajari lagi ilmu agama Islam, membaca literatur Islam, serta
menanamkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari. Channel Gitasav
membantu audience dalam mencari motif identitas pribadi.
Kepuasan kedua identitas pribadi, mengetahui bagaimana orang Jerman
menghargai muslim yang berhijab. Setelah menonton Channel Gitasav
audiencemendapat pengetahuan baru, bahwa orang Jerman mengahargai
muslim yang berhijab.
9Wawancara dengan Gita Savitri Devi, 26 Mei 2018 melalui e-mail.
77
Kepuasan ketiga identitas pribadi, Setelah menonton Channel Gitasav
audiencemengetahui bahwa pengalaman menjadi minoritas tidak sulit tapi juga
tidak mudah. Maksudnya adalah para muslim diberi kebebasan dalam
beribadah namun untuk mencari ruang ibadah di tempat umum masih sulit.
Kepuasan keempat identitas pribadi, Setelah menonton Channel Gitasav
audiencemengetahui bahwa pengalaman Gita memakai hijab di negara sekuler
baik-baik saja.Namun bukan berarti perlakuan rasialisme tidak Gita dapatkan, di
dalam videonya Gita dan seorang temannya bernama Mega yang juga mahasiswa
di Jerman berbagi pengalamannya tentang rasisme. Sebagai wanita berhijab,
Mega sempat mendapatkan pandangan aneh, ia juga sempat tidak diterima bekerja
di salah satu restoran siap saji.
Kepuasan kelima identitas pribadi, setelah menonton Channel Gitasav
audiencemengetahui etos kerja dan disiplin di Jerman yang sangat menghargai
waktu, disiplin, dan cekatan.
Kepuasan keenam identitas pribadi, setelah menonton Channel Gitasav
audiencemengetahui bagaimana suka duka puasa di Jerman.
Kepuasan ketujuh identitas pribadi, setelah menonton Channel Gitasav
audiencedapat mengantisipasi rasis dan bullying.
Kepuasan kedelapan identitas pribadi, Setelah menonton Channel
Gitasav audiencedapat belajar agama lebih dalam seperti minoritas muslim di
Jerman.
78
Kepuasan kesembilan identitas pribadi, setelah menonton Channel
Gitasav audiencemenemukan role model dalam berhijrah.
Dari hasil analisis kesenjangan atau GAP antara GS dan GO, diperoleh
nilai -10,6 dari mean GS – GO. Hal tersebut menunjukkan bahwa kesenjangan
antara GS dan GO memperoleh kepuasan dengan selisih -2,3. Artinya, dimensi
identitas pribadi dapat memenuhi kebutuhan yang responden harapkan.
Tabel 5.8 Respon terhadap Motif Integrasi dan Interaksi Sosial
No Pernyataan Skor Rank
1 Dapat melihat toleransi Jerman terhadap para
refugee dan Auslander 318 4
2 Mengetahui toleransi yang diberikan pemerintah
Jerman dalam perizinan cuti hari-hari besar Islam 296 5
3 Dapat belajar berinteraksi dengan orang yang
berbeda agama, ras, dan budaya 335 1
4 Mengetahui cara orang Jerman menghormati
minoritas ketika beribadah 321 2
5 Menemukan bahan percakapan dari topik toleransi
di Jerman 318 3
Mean 317,6
Pada Gratification Obtained (GO) Integrasi dan Interaksi Sosial,
kepuasan dengan skor tertinggi sebesar 335 dengan pernyataan “Dapat belajar
berinteraksi dengan orang yang berbeda agama, ras, dan budaya”, skor
tertinggi kedua sebesar 321 “Mengetahui cara orang Jerman menghormati
minoritas ketika beribadah”, peringkat ketiga dengan skor 318 “Menemukan
bahan percakapan dari topik toleransi di Jerman”, selanjutnya peringkat
keempat dengan skor 318 adalah “Dapat melihat toleransi Jerman terhadap
para refugeedan Auslander” dan skor terendah 296 dengan pernyataan
79
“mengetahui toleransi yang diberikan pemerintah Jerman dalam perizinan cuti
hari-hari besar Islam”.
Kepuasan Integrasi dan Interaksi Sosial pertama, audience dapat belajar
berinteraksi dengan orang yang berbeda agama, ras, dan budaya. Pelajaran
yang di dapat dari videonya Gita adalah, kita harus sering-sering bertemu
dengan orang dari beragam latar belakang, hal tersebut dapat membuat
membuat hubungan kita dengan sesama manusia saling menghargai dan
menjunjung tinggi toleransi.
Kepuasan Integrasi dan Interaksi Sosial kedua, Setelah menonton
Channel Gitasav audience mengetahui cara orang Jerman menghormati
minoritas ketika beribadah dengan tidak menggangu satu sama lain.
Kepuasan Integrasi dan Interaksi Sosial ketiga, Setelah menonton
Channel Gitasav audience menemukan bahan percakapan dari topik toleransi
di Jerman. Interaksi tersebut dapat meneguhkan hubungan pertemanan ataupun
keluarga.
Kepuasan Integrasi dan Interaksi Sosial keempat, Dapat melihat toleransi
Jerman terhadap para refugeedan Auslander. Jerman merupakan salah satu
negara yang menyatakan siap untuk menampung para imigran. Tahun ini saja,
Jerman memperkirakan akan penampung 800 ribu pengungsi, utamanya yang
berasal dari Suriah. Pengamat internasional dari Centre for Strategic and
International Studies (CSIS), Dr. CPF Luhulima menilai alasan utama
penerimaan Jerman terhadap imigran adalah karena para imigran berpotensi
80
memperkuat sektor tenaga kerja Jerman, yang tentunya akan berujung pada
penguatan ekonomi.10
Dari data tersebut, penulis asumsikan sikap toleransi yang dibangun
Jerman kepada para pendatang tidak hanya menguntungkan Jerman namun
juga rasa empati yang tinggi terhadap Negara konflik seperti Suriah. Dilihat
dari kepuasannya. udience puasdengantopik yang diangkat Gita
tentangrefugedan Auslander.
Kemudian pada skor terendah, audience dapat mengetahui pemerintah
Jerman dalam toleransi hari besar Islam. Walaupun muslim adalah agama
minoritas namun pemerintah Jerman membolehkan para muslim mengambil
cuti kerja dalam perayaan hari-hari besar Islam seperti lebaran idul fitri dan
idul adha, meski belum dijadikan sebagai hari libur nasional.
Dari hasil analisis kesenjangan atau GAP antara GS dan GO, diperoleh
nilai 19,8 dari mean GS – GO. Artinya, dimensi Integrasi dan interaksi sosial
tidak dapat memenuhi kebutuhan yang responden harapkan. Karena, kebutuhan
yang dicari lebih besar dari kebutuhan yang ingin dicapai.
Tabel 5.9 Respon terhadap Motif Hiburan
No Pernyataan Skor Rank
1 Mengetahui apartemen Gita di Jerman 308 3
2 Mengetahui kegiatan Gita di Jerman 321 2
3 Mengetahui tempat wisata di Jerman 328 1
4 Mendapatkan review hijab yang Gita pakai 299 5
5 Menemukan opini tentang topik terhangat 299 4
Mean 311
10
https://m.cnnindonesia.com/internasional/20150910145740-134-77901/ada-apa-di-balik-
kedermawanan-jerman-kepada-imigrandiaksespadatanggal 7 juni 2018, pukul 15:25 wib.
81
Pada Gratification Obtained (GO) hiburan, kepuasan hiburan dengan
skor tertinggi sebesar 328 dengan pernyataan “Mengetahui tempat wisata di
Jerman”, skor tertinggi kedua sebesar 321 adalah “Mengetahui kegiatan Gita
di Jerman”, peringkat ketiga adalah “Mengetahui apartemen Gita di Jerman”
dengan skor 308, peringkat keempat dengan skor 299 adalah “Menemukan
opini tentang topik terhangat” dan peringkat terakhir adalah “Mendapatkan
review hijab yang Gita pakai” dengan perolehan skor 299.
YouTube Channel Gitasav tidak selalu membahas isu yang berat,
Channel Gitasav juga menawarkan hiburan kepada audience-nya dengan
video-video ringan yang bisa dinikmati ketika bosan atau sekedar mengisi
waktu senggang.
Kepuasan hiburan yang pertama, setelah menonton Channel Gitasav
audiencemengetahui tempat wisata di Jerman yang seru jika suatu saat
audience akan berlibur ke Jerman.
Kepuasan hiburan yang kedua, Setelah menonton Channel Gitasav
audience mengetahui kegiatan Gita di Jerman.
Kepuasan hiburan ketiga, setelah menonton Channel Gitasav
audiencemengetahui apartemen Gita di Jerman beserta penjelasannya untuk
memilih apartemen dari yang murah sampai yang mahal.
Kepuasan hiburan keempat, setelah menonton Channel Gitasav
audiencemenemukan opini tentang topik terhangat.Audience puas dengan opini
yang Gita utarakan karena merasa satu pemikiran dengan yang audience
pikirkan.
82
Kepuasan hiburan kelima, setelah menonton Channel Gitasav audience
mendapatkan reviewhijab yang Gita pakai.
Dari hasil analisis kesenjangan atau GAP antara GS dan GO, diperoleh
nilai 26,2. Artinya, dimensi hiburan tidak dapat memenuhi kebutuhan yang
responden harapkan. Karena, gratification sought lebih besar dari gratification
obtained.
C. Tingkat Kepuasan Audience Gitasav
Sedangkan hasil olah data tentang tingkat kepuasan responden terhadap
YouTube Channel Gitasav menunjukkan bahwa tingkat kepuasan fanbase
gitasfreunde terhadap Channel Gitasav adalah sedang, berdasarkan jawaban
kuesioner yang diajukan dengan presentase 67,5% atau 54 orang dari total sampel
80 (terlampir).
D. Jenis Audience Gitasav
James G. Webster membagi jenis audience ke dalam tiga bagian, audience
as out come, audience as a mass, dan audience as agent. Gagasan Webster
tentang audience as agent adalah audience dikonsepsikan sebagai agen bebas
yang memilih media apa yang ingin mereka konsumsi, membuat makna sendiri,
dan umumnya menggunakan media yang sesuai dengan diri mereka sendiri.
Dalam model ini, audience bebas memilih media dan konten yang sesuai
kebutuhan dan kepuasan diri mereka.11
Gagasan Webster di atas menunjukkan bahwa jenis audience YouTube
Channel Gitasav adalah Audience as agent bukan pada audience as out come atau
11
Sullivan, J.L, Media Audience: Users, effects, intiution, power, (London: Sage Public Inc,
2013), h.
83
audience as a mass. Dari 80 sampel 48 responden atau 60% yang menyatakan
bahwa responden ingin mendapatkan informasi tentang kehidupan minoritas
muslim di Jerman. Artinya, audience membutuhkan informasi tentang bagaimana
minoritas muslim di Jerman mencari makanan halal, kemudian apakah minoritas
muslim di Jerman diberi kebebebasan dalam beribadah, memakai hijab, living
cost, dan lain sebagainya.
Hal ini sesuai dengan pendekatan uses and gratification yang menyatakan
bahwa masing-masing pengguna media membawa kebutuhan mereka ke
pengalaman media mereka. Pada penelitian ini, audience mencari kebutuhan
informasi, identitas pribadi, integrasi dan interaksi sosial, dan hiburan tentang
kehidupan minoritas muslim di Jerman dari YouTube Channel Gitasav dalam
segmen “Tentang Jerman”.
84
BAB VI
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Sesuai hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis, maka dapat
disimpulkan bahwa gratification sought / motif yang paling dicari oleh responden
fanbase gitasfreunde adalah motif informasi dan motif identitas pribadi dengan
skor pernyataan paling tinggi dalam kepuasan informasi yaitu “saya dapat
mengetahui realitas pendidikan Jerman” sedangkan pada kepuasan identitas pridai
skor tertinggi terdapat pada “ingin mengetahui bagaimana cara orang Jerman
menghargai muslim yang berhijab”. Begitu juga dengan hasil gratification
obtained / kepuasan yang diperoleh responden ada pada dimensi informasi dan
identitas pribadi. Hasil penelitian ditemukan bahwa 60% responden Gitasav
menonton Youtube 1-5 kali dalam seminggu dengan curahan waktu > 30 menit,
dan diketahui bahwa mayoritas fanbase gitasfreunde adalah perempuan dengan
presentase 83, 3% dari 80 responden dengan rata-rata usia 19 – 21 tahun dan
berstatus mahasiswa sebesar 77, 5%.
Kemudian dari hasil penelitian, jenis audience Gitasav termasuk dalam jenis
audience as agent, karena audience aktif dan selektif dalam memilih media atau
konten yang sesuai dengan kebutuhan audience dalam memenuhi kepuasan
audience menggunakan media. Hal ini sesuai dengan pendekatan uses and
gratification.
Selanjutnya hasil dari penelitian ini adalah terdapat hubungan yang
signifikan antara motif dan kepuasan sebesar 0,632. Hasil korelasi tersebut
85
menunjukkan bahwa motif dan kepuasan memiliki hubungan yang kuat,
signifikan, dan searah. Sedangkan tingkat kepuasan responden terhadap YouTube
Channel Gitasav adalah sedang dengan presentase 67,6 %.
B. Saran
Peneliti menyarankan kepada YouTube Channel Gitasav agar dapat
memberikan informasi yang lebih menarik seputar masyarakat muslim di Jerman
kepada khalayak, begitu pula dengan informasi yang belum banyak diketahui
khalayak tentang negara Jerman. Youtube Channel Gitasav diharapkan tetap
konsisten dalam membuat konten yang positif, edukatif, kritis, dan bermanfaat
bagi khalayak khususnya remaja. Channel Gitasav diharapkan dapat
mempertahankan eksistensinya dan lebih banyak membuat konten secara berkala.
Kemudian peneliti menyarankan untuk penelitan selanjutnya, baiknya dilakukan
dengan sampel yang lebih besar lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Ardial. Paradigma dan Model Penelitian Komunikasi. Jakarta: Bumi Aksara, 2014.
Bakti, Andi Faisal. Communication and Family Planning in Islam in Indonesia: South
Sulawesi Muslim Perceptions of a Global Development Program. Jakarta: INIS,
2004.
Bungin, Burhan. Sosiologi Komunikasi. Jakarta: Kencana, 2011.
Dennis, Baran J. Stanley dan Davis K. Teori Komunikasi Massa: Dasar, Pergolakan, dan
Masa Depan. Jakarta: Salemba Humanika, 2010.
Devi, Gita Savitri. Rentang Kisah. Jakarta: Gagas Media, 2017.
Foss, Stephen W. Littlejohn dan Karen A. Theories of Human Communication. Thomson
Wadsworth, 2005.
Heriwibowo, Yudhi. YouTube A Success Story. Jakarta: Mizan, 2008.
Hermin Indah Wahyu:, H. Kebijakan Media Baru di Indonesia. Yogyakarta: Ugm Press,
2013.
Iswati, Anshori Muslich dan Sri. Buku Ajar Metodologi Penelitian Kuantitatif. Surabaya:
Airlangga University Press, 2009.
Jannah, Prasetyo Bambang dan Lina Miftahul. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2005.
Kriyantono, Rachmat, , ( ), 2014. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta:: Kencana,
2014.
Lisley, Andres. Designing & Doing Survey Reasearch. London: Sage, 2012.
Lynn, Richard West dan Turner. Pengantar Teori Komunikasi: Analisis dan Aplikasi.
Jakarta: Salemba Humanika, 2010.
Ma’arif, Bambang S. Komunikasi Dakwah. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010.
McQuail, Denis. Teori Komunikasi Massa. Jakarta: Salemba Humanika, 2011.
Morissan. Metode Penelitian Survey. Jakarta: Kencana, 2014.
—. Teori Komunikasi: Individu Hingga Massa. Jakarta: Kencana, 2013.
Nasrullah, Rulli. Cyber Media. Yogyakarta: IDEA Press Yogyakarta, 2013.
—. Media Social. Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2015.
—. Teori dan Riset Cybermedia. Jakarta: Kencana, t.thn.
Ningsih, Amelyya. “Motif Subscriber Menonton YouTube Channel Raditya Dika.”
Jurnal E-Komunikasi, 2016: 6.
Noor, Juliansyah. Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi, Karya Ilmiah. Jakarta:
Kencana Pernada Media, 2011.
Nurudin. Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: Rajawali Pers, 2015.
Pasqua, Thomas M. Mass Media in The Information Age. New Jersey: Prentice Hall,
1990.
Rakhmat, Jalaludin. Metode Penilitian Komunikasi. Bandun: PT Remaja Rosdakarya,
2001.
Santoso, Edi & Setiansah, Mite. Teori Komunikasi. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010.
Sardiman. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Grafindo Persada, 2007.
Shihab, M Quraish. Tafsif Al- Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur'an. Jakarta:
Lentera Hati, 2002.
Siregar, Sofiyan. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana, 2017.
Sofian, Tukiran Effendi. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES, 2012.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta, 2014.
Sullivan, John L. Media Audiences: effects, users, institutions, power. London: Sage
Public, Inc., 2013.
Tankard, Werner J. Severin dan James W. Teori Komunikasi Sejarah, Metode, dan
Terapan di Dalam Media Massa. Jakarta: Kencana, 2005.
Vardiansyah, Dani. Filsafat Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT Indeks, 2005.
Referensi lain:
Blogspot Gitasav/A cup of tea
Video Blog Gita Savitri Devi
Wawancara dengan Gita Savitri Devi, 26 Mei 2018 melalui e-mail
http://khazanah.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam
digest/17/10/13/oxrata313-populasi-muslim-jerman-diprediksi-terus-
meningkat, diakses 26 Maret 2018, pada pukul 14:09.
http://tekno.kompas.com/read/2015/10/20/17315317/Indonesia.Penonton.YouTub
e.Terbesar.se-Asia.Pasifik
http://www.alexa.com/topsites/countries/ID diakses pada tanggal 7 mei 2017,
pukul 20:58 WIB
http://www.beritasatu.com/iptek/261297-mayoritas-netizen-di-indonesia-berusia-
1825-tahun.html, diakses pada hari selasa 13 juni 2017, pukul 22:19 WIB.
http://www.internetworldstats.com/stats3.htm, diakses pada hari selasa tanggal 13
juni 2017, pukul 21:28.
https://tekno.kompas.com/ini-daerah-di-indonesia-yang-paling-rajin-internetan, di
akses pada 29-05-2018, 16:20 wib.
https://tirto.id/puasa-gitasav-di-jerman-buka-jam-10-malam-imsak-jam-3-pagi-
cp4K, di akses pada tangga l 3 Juni 2018 pukul 20:00 wib.
https://www.cnnindonesia.com/teknologi/youtube-dalam-angka-angka, di akses
pada 29-05-2018, 16:00 wib.
https://www.youtube.com/user/92sav/about, diakses pada hari kamis tanggal
7September 2017, pukul 13:50
Lampiran
Tabel Kesenjangan (GAP) antara GS dan GO
Dimensi Mean GS Mean
GO GAP Keterangan
Motif Informasi 334,5 306 28,5 GS > GO
Motif Identitas Pribadi 344,4 333,8 10,6 GS > GO
Motif Integrasi dan Interaksi
Sosial 337,4
317,6 19,8 GS > GO
Motif Hiburan 361 363,3 -2,3 GS < GO
Correlations
motif kepuasan
Motif Pearson
Correlation
1 ,632**
Sig. (2-tailed) ,000
N 80 80
Kepuasan Pearson
Correlation
,632**
1
Sig. (2-tailed) ,000
N 80 80
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-
tailed).
Standar Deviasi
Data ini untuk menunjukkan tingkat kepuasan audience terhadap YouTube
Channel Gitasav.
Tinggi = Total skor > Mean + SD
X > 199. 015
Rendah = Total skor < Mean – SD
X < 88. 015
Sedang = Rendah < total skor < tinggi
88. 185 < X < 119. 015
Tingkat Kepuasan
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Tinggi 13 16,3 16,3 16,3
Sedang 54 67,5 67,5 83,8
Rendah 13 16,3 16,3 100,0
Total 80 100,0 100,0
Tabel : Hasil Uji Reliabilitas Variabel Motif dan Kepuasan
No Variabel Koefisien Reliabilitas
1 Motif 0,915
2 Kepuasan 0,949
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 80
Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation 11.94443724
Most Extreme Differences Absolute .143
Positive .143
Negative -.141
Kolmogorov-Smirnov Z 1.282
Asymp. Sig. (2-tailed) .075
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 80
Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation 11.94443724
Most Extreme Differences Absolute .143
Positive .143
Negative -.141
Kolmogorov-Smirnov Z 1.282
Asymp. Sig. (2-tailed) .075
a. Test distribution is Normal.
Coefficientsa
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta
21.648 11.454 1.890 .062
.766 .106 .632 7.205 .000
a. Dependent Variable: kepuasan
Transkip Wawancara
Dear Suci,
maaf atas keterlambatan responnya, ya. Aku lagi banyak travel dan kerjaan nih. A
bit hard to find time to check on emails.
Di bawah adalah pertanyaan yang sudah aku jawab, ya.
1. Apakah tujuan utama ka Gita membuat segmen “Tentang
Jerman”?
Untuk membagikan informasi mengenai apapun tentang Jerman
kepada penonton yang kemungkinan besar belum banyak tahu
mengenai negara ini.
2. Apakah tujuan tersebut sudah tercapai?
Kurang lebih.
3. Apakah respon video “Tentang Jerman” menarik viewers lebih
banyak dibanding video lainnya?
Tergantung tema dari Tentang Jerman saat itu.
4. Topik apa lagi yang ingin ka Gita angkat dalam segmen
“Tentang Jerman” ? kenapa topik itu penting untuk diangkat?
Mengenai rasismus dan diskriminasi. Dari pengamatan aku, banyak
muslim di Indonesia yang memiliki persepsi bahwa muslim dan Islam
dibenci oleh negara barat. Nyatanya kenyataan tersebut sangat kecil
jika dibandingkan dengan orang-orang barat yang menghargai Islam
dan pengikutnya. Aku ingin meluruskan hal tersebut dan sedikit
banyak mengganti mental muslim di Indonesia.
5. Siapakah target audience YouTube Channel Gitasav?
Anak muda 18-30 tahun.
6. Apa harapan ka Gita terhadap subscriber atau fanbase yang setia
menonton YouTube Channel Gitasav?
Mendapatkan pelajaran ataupun informasi positif setelah menonton
video aku manapun.
7. Faktanya susah tidak kak hidup sebagai minoritas? Bagaimana
cara kak Gita berintegrasi dengan orang-orang diluar minoritas?
Tidak. Itu semua tergantung dengan diri kita masing-masing. Jika kita
bisa membawa diri, jika kita kuat dan tidak manja, semua tidak akan
sulit. Caranya adalah dengan menjadi decent person saja, bergaul
seperti biasa dan tidak menutup diri.
8. Dalam segi pendidikan, bagaimana realitas pendidikan di
Jerman?
Tidak semudah yang orang pikirkan.
9. Bagaimana toleransi di Jerman terhadap minoritas muslim?
Cukup baik, karena di Jerman ada banyak muslim yang tinggal.
10. Adakah gap culture yang paling terasa antara Jerman dan
Indonesia?
Sudah pasti. Indonesia is all about social. Masalahmu adalah masalah
orang juga. Urusanmu adalah urusan orang juga. Dalam hal tersebut,
Jerman sangat individualis dan menghargai privasi orang.
11. Sebagai seorang muslim, apa sih plus minus hidup di negara
sekuler?
Minusnya adalah tempat ibadah yang tidak terlalu aksesibel dan tidak
bisa mendengar adzan. Makan pun harus pilih-pilih. Tapi di situ lah
keuntungannya. Beragama di negara sekuler itu bisa mempertebal
iman. Berislam bukan karena Ibu-Bapak, tapi karena memang mau
berkomitmen terhadap agama tersebut.
12. Apakah minoritas muslim di Jerman sering disudutkan terkait
dengan terorisme?
Sebagai persepsi pribadi mungkin iya. Tapi pihak berwenang di
Jerman selalu menghimbau untuk tidak berspekulasi sampai official
statement keluar acap kali terjadi aksi terorisme.
13. Bagaimana perbedaan etos kerja orang Jerman dengan orang
Indonesia?
Orang Jerman sangat menghargai waktu. Maka dari itu, pergerakan
mereka pun efisien. Sementara banyak dari orang Indonesia kurang
bisa mencari short cut supaya pekerjaan lebih mudah dan cepat
terselesaikan. Orang Indonesia pun lebih minder dan tidak inisiatif,
hanya menunggu komando atau menunggu orang lain saja yang
mengerjakan. Begitu yang aku lihat.
14. Apakah ada perarturan khusus yang dibuat pemerintah Jerman
terhadap minoritas muslim?
Ya, tidak boleh adzan memakai pengeras suara.
15. Apa saja fasilitas yang diberikan pemerintah Jerman untuk
minoritas muslim?
Kebebasan membuat masjid dan beribadah tentunya.
16. Menurut ka Gita, apakah fasilitas yang diberikan pemerintah
Jerman untuk minoritas muslim sudah sesuai dengan harapan para
muslim di Jerman?
Ya. Menjadi muslim di Jerman dituntut untuk tidak manja. Jika di
bulan Ramadan restoran-restoran tidak ditutup tirai, tidak ada satu dari
kita yang protes atau bahkan mengacak-acak restoran tersebut. Kita
juga tidak protes jika di banyak tempat umum tidak ada musholla.
Selama kita tidak disulitkan beribadah, everything is fine.
17. Bagaimana sudut pandang orang Jerman terhadap Islam?
Just another religion. Nothing special.
Warm regards/Mit freundlichen Grüßen,
Gita Savitri Devi Chemistry student, Freie Universität Berlin
E-mail: [email protected] Linkedin: https://de.linkedin.com/in/gita-savitri-devi-06240791
Kuesioner Motif dan Kepuasan Penonton YouTube Channel Gitasav
Assalamualaikum wr. wb
Dalam rangka perolehan data untuk skripsi dengan judul “Hubungan Antara Motif
dengan Tingkat Kepuasan Penggunaan YouTube Channel Gitasav, Survei
terhadap Fanbase Gitasfreunde Tentang Kehidupan Muslim di Jerman”. Saya
memohon kesediaan saudara/i untuk menjadi responden dalam peneltian saya
dengan mengisi daftar pertanyaan di bawah ini dengan sejujur-jujurnya. Peneliti
menjamin kerahasiaan identitas responden. Atas kesediaan saudara/i saya ucapkan
terima kasih. Wassalamualaikumwr. Wb
Suci Robiatus Sholehah/1113051000136
KPI, FIDIKOM UIN Jakarta
A. Data Responden (pilihlah jawaban yang sesesuai dengan identitas
anda)
Petunjuk: berilah tanda (X) pada jawaban yang paling sesuai dengan
anda.
Nama :
Domisili:
Umur : a. 12-15 b.16-18
c.19-21 d.22-25
Jenis Kelamin: a. Laki-laki b. Perempuan
Pekerjaan saat ini:
a. Pelajar
b. Mahasiswa
c. Karyawan Swasta
d. Wirausaha
e. Tidak Bekerja
B. Media Use
Pilihlah jawaban yang sesuai dengan identitas anda
Petuntuk: Berilah tanda (X) pada jawaban yang sesuai dengan pilihan
anda.
1. Apakah anda pernah menonton YouTube Channel Gitasav?
a. Ya
b. Tidak
2. Seberapa sering Anda menonton YouTube dalam seminggu?
a. 1-5 kali
b. 6-10 kali
c. 11-15 kali
d. > 15 kali
3. Berapa waktu rata-rata yang dihabiskan untuk menonton YouTube?
a. 10 – 15 menit
b. 15 – 25 menit
c. > 30 menit
4. Seberapa sering Anda menonton YouTube Channel Gitasav?
a. Kurang dari 5 kali
b. 5-10 kali
c. 10-15 kali
d. Lebih dari 15 kali
Saya ingin
C. Gratification Sought
Pertanyaan di bawah ini adalah hal-hal yang Anda harapkan bisa
Anda dapatkan dari YouTube Channel Gitasav
Petunjuk: Berilah tanda centang (√) pada jawaban yang paling sesuai
dengan Anda.
Keterangan pilihan Jawaban :
SS = Sangat Setuju
S = Setuju
CS = Cukup Setuju
TS = Tidak Setuju
STS = Sangat Tidak Setuju
Indikator Tabel Motif Informasi
Sub Indikator : Hidup di Jerman
No Pernyataan SS S CS TS STS Skor Rank
1 Ingin mengetahui biaya
kuliah di Jerman
2
Ingin mengetahui harga
sewa tempat tinggal di
Jerman
3
Ingin mengetahui biaya
telfon dan internet di Jerman
4 Ingin mengetahui makanan
halal di Jerman
5 Ingin mengetahui sistem
transportasi di Jerman
6 Ingin mengetahui relaitas
pendidikan di Jerman
Indikator Tabel Motif Identitas Pribadi
Sub Indikator : Berhijab dan Menjadi Minoritas Muslim di Jerman
No Pernyataan SS S CS TS STS Skor Rank
1 Ingin mengetahui pengalaman
Gita memakasi hijab di negara
sekuler
2 Ingin mengetahui bagaimana
orang Jerman menghargai
muslim yang berhijab
3 Ingin mencari role model dalam
berhijrah
4 Ingin mengetahui pengalaman
menjadi minoritas
5 Ingin belajar agama lebih dalam
seperti minoritas muslim di
Jerman
6 Ingin antisipasi dalam
menghadapi rasis atau bullying
7 Ingin mengetahui bagaimana
puasa di Jerman
8 Ingin mengetahui etos kerja dan
disiplin waktu di Jerman
9 Ingin menumbuhkan semangat
beragama dalam diri
No Pernyataan
1 Ingin melihat toleransi Jerman
terhadap para refugee
2 Ingin mengetahui toleransi yang
diberikan pemerintah Jerman
dalam perizinan cuti hari-hari
besar Islam
3 Ingin belajar berinteraksi dengan
orang yang berbeda agama, ras,
dan budaya
4 Ingin mengetahui cara orang
Jerman menghormati minoritas
ketika beribadah
5 Ingin menemukan bahan
percakapan dari topik toleransi
di Jerman
Indikator Tabel Motif Hiburan
Sub Indikator : Tentang Jerman
No Pernyataan SS S CS TS STS Skor Rank
1 Ingin melihat apartemen Gita
di Jerman
2 Ingin melihat kegiatan Gita di
Jerman
3 Ingin mencari opini tentang
topik terhangat
4 Ingin mendapatkan review
hijab yang Gita pakai
5 Ingin melihat tempat wisata
di Jerman
Indikator Tabel Kepuasan Informasi
Sub Indikator : Hidup di Jerman
No Pernyataan SS S CS TS STS Skor Rank
1 Mengetahui biaya kuliah di
Jerman
2
Mengetahui harga sewa
tempat tinggal di Jerman
3 Mengetahui biaya telfon dan
internet di Jerman
4 Mengetahui makanan halal di
Jerman
5 Mengetahui sistem
transportasi di Jerman
6 Mengetahui relaitas
pendidikan di Jerman
Indikator Tabel Kepuasan Identitas Pribadi
Sub Indikator : Berhijab dan Menjadi Minoritas Muslim di Jerman
No Pernyataan SS S CS TS STS Skor Rank
1
Mengetahui pengalaman Gita
memakasi hijab di negara
sekuler
2 Mengetahui bagaimana orang
Jerman menghargai muslim
yang berhijab
3 Menemukan role model dalam
berhijrah
4 Mengetahui pengalaman
menjadi minoritas
5 Dapat belajar agama lebih dalam
seperti minoritas muslim di
Jerman
6 Ingin antisipasi dalam
menghadapi rasis atau bullying
7 Ingin mengetahui bagaimana
puasa di Jerman
8 Ingin mengetahui etos kerja dan
disiplin waktu di Jerman
9 Ingin menumbuhkan semangat
beragama dalam diri
Indikator Tabel Kepuasan Integrasi dan Interaksi Sosial
Sub Indikator : Toleransi Beragama
No Pernyataan SS S CS TS STS Skor Rank
1 Dapat melihat toleransi Jerman
terhadap para refugee dan
Auslander
2 Mengetahui toleransi yang
diberikan pemerintah Jerman
dalam perizinan cuti hari-hari
besar Islam
3 Dapat belajar berinteraksi
dengan orang yang berbeda
agama, ras, dan budaya
4 Mengetahui cara orang Jerman
menghormati minoritas ketika
beribadah
5 Menemukan bahan percakapan
dari topik toleransi di Jerman
Indikator Tabel Kepuasan Hiburan
Sub Indikator : Tentang Jerman
No Pernyataan SS S CS TS STS Skor Rank
1 Mengetahui apartemen Gita
di Jerman
2 Mengetahui kegiatan Gita di
Jerman
3 Menemukan opini tentang
topik terhangat
4 mendapatkan review hijab
yang Gita pakai
5 Ingin melihat tempat wisata
di Jerman