hubungan antara kompetensi interpersonal dengan...
TRANSCRIPT
HUBUNGAN ANTARA KOMPETENSI INTERPERSONAL
DENGAN PENYESUAIAN KULIAH PADA MAHASISWA
TAHUN PERTAMA di UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
OLEH
MATTA CHRISTINA PRASETYA
802012713
TUGAS AKHIR
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan
Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2015
i
Abstrak
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Penelitian ini bertujuan untuk melihat
apakah ada hubungan positif yang signifikan antara kompetensi interpersonal dengan
penyesuaian kuliah pada mahasiswa tahun pertama. Penelitian ini dilakukan di
Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga dengan sampel penelitian sebanyak 97
mahasiswa tahun 2014. Pemilihan responden dilakukan dengan menggunakan metode
purposive sampling. Data diungkap dengan metode skala-skala kompetensi
interpersonal yang dikemukakan oleh Buhrmester, dkk (1988) dan The Student
Adaptation to College yang dikemukan oleh Barker, dkk (1989). Hasil uji korelasi
diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,245 dengan signifikansi 0,016. Karena 0,016 <
0,05 maka dapat disimpulkan terdapat hubungan positif yang signifikan antara
kompetensi interpersonal dengan penyesuaian kuliah pada mahasiswa tahun pertama.
Kata kunci: kompetensi interpersonal, student adaptation to collage
ii
Abstract
This research is using quantitative method. The purpose of this research is to prove is
there any positive significant relationship between interpersonal competence and
student adaptation to college in their first year of enrollment. This research taken place
at Satya Wacana Christian University, followed by 97 participants of college students of
2014 grade. Participants were chosen using purposive sampling method. Data were
collected using two scales of interpersonal competence developed by Buhrmester, et al
(1988) and student adaptation to college developed by Barker (1989). The correlation
analysis showed that correlation coefficient of these two variables is 0.245 with
significances point 0.016 (<0.05). This result found there is a positive significance
relationship between interpersonal competence and student adaptation to college in first
year.
Key words: competence interpersonal, student adaptation to college
1
PENDAHULUAN
Tahun pertama masa kuliah merupakan masa penyesuaian bagi mahasiswa tahun
pertama. Pada masa ini mahasiswa dihadapkan dengan banyak perubahan dan tuntutan
baru. Di perguruan tinggi mahasiswa akan merasa lebih dewasa, memiliki waktu lebih
banyak dengan teman sebaya, memiliki lebih banyak kesempatan untuk mengeksplorasi
berbagai gaya hidup dan nilai yang berbeda, serta menikmati lebih banyak kebebasan
dari pengawasan orang tua (Santrock, 2003).
Perubahan ini akan lebih berdampak pada mahasiswa yang berkuliah di luar kota
dan jauh dari keluarga dan orang tua (Salami, 2011). Salami juga memaparkan beberapa
persoalan yang biasa dihadapi oleh mahasiswa di awal-awal masa perkuliahan, seperti
kesepian dan culture shock. Untuk menghadapi permasalahan-permasalahan yang telah
dipaparkan diatas, individu yang adalah mahasiswa tahun pertama perlu melakukan
usaha untuk menyesuaikan diri.
Sariyanta (2012) mengemukakan penyesuaian diri merupakan proses yang
terjadi sepanjang hayat (lifelong process) sehingga individu akan terus-menerus
berupaya menemukan cara mengatasi tekanan dan tantangan hidup. Sariyanta juga
memaparkan bahwa dalam proses menyesuaikan diri dapat saja muncul konflik.
Individu dikatakan berhasil dalam melakukan penyesuaian diri apabila ia dapat
memenuhi kebutuhannya dengan cara yang wajar tanpa merugikan atau mengganggu
lingkungannya.
Penelitian mengenai penyesuaian diri mahasiswa di Amerika Serikat didapatkan
hasil yang menyatakan bahwa mahasiswa mengalami kesulitan penyesuaian diri karena
masalah-masalah sebagai berikut: tekanan akademis, masalah keuangan, gangguan
2
kesehatan, kesepian, konflik interpersonal dan masalah dengan pengembangan individu
(Salami, 2011)
Agar mahasiswa dapat berhasil dalam pendidikannya, Grasha dan Kichenbaum
(dalam Rosiana, 2011) mengemukakan bahwa apa dan bagaimana individu belajar
sebagian besar dipengaruhi oleh kemampuannya untuk beradaptasi dengan lingkungan.
Barker dan Siryk (1989) menyusun The Student Adaptation to College (SACQ) sebagai
wadah untuk mendeteksi masalah di awal masa perkuliahan.
Penyesuaian diri mahasiswa dalam hal ini disebut juga penyesuaian perkuliahan
(adjustment to college) adalah fenomena yang dapat diidentifikasikan dan diukur serta
memiliki faktor penentu. Untuk itu SACQ membagi penyesuaian diri mahasiswa
menjadi 4 subskala utama, yaitu: academic adjustment, social adjustment, social
adjustment, personal-emotional adjustment dan attachment.
Setiap subskala SACQ sendiri memuat beberapa aspek untuk mengukur
kemampuan individu dalam menyesuaikan diri:
1. Academic Adjustment digunakan untuk mengukur kesuksesan siswa dalam
menghadapi beberapa karakteristik tantangan belajar seperti memiliki
motivasi untuk menghadiri pertemuan kelas dan mengerjakan tugas,
memiliki IPK yang tinggi serta dapat menyesuaikan diri dengan baik di
lingkungan kampus.
2. Social Adjustment digunakan untuk mengukur sejauh mana keterlibatan
mahasiswa dengan kegiatan ekstrakurikuler, memiliki teman akrab yang
cukup banyak, lebih mampu bersosialisasi dengan rekan dan lebih
terpuaskan dengan hubungan interpersonal.
3
3. Personal-emotional Adjustment dirancang untuk mengkaji bagaimana
seorang individu merasa nyaman secara jasmani maupun rohani.
4. Attachment dirancang untuk melihat apakah individu memiliki keterikatan
dan puas dengan pengalaman berkuliah pada umumnya di perguruan tinggi
yang diikutinya.
Salah satu faktor yang mendukung proses penyesuaian diri adalah kompetensi
interpersonal. Berbagai pandangan dan pengalaman hidup menunjukkan bahwa
keberhasilan hidup manusia banyak ditentukan oleh kemampuan mengelola diri dan
kemampuan mengelola hubungan dengan orang lain. Menurut Nashori (2003), salah
satu kualitas hidup seseorang yang banyak menentukan keberhasilan menjalin hubungan
dengan orang lain adalah kompetensi interpersonal.
Buhrnmester, Furman, Wittenberg dan Reis (1988), menyatakan ada 5 aspek
kompetensi interpersonal, yaitu:
1. Kemampuan berinisiatif merupakan usaha untuk membentuk suatu interaksi
atau hubungan dengan orang lain. Kemampuan berinisiatif itu sendiri
termasuk di dalamnya kemampuan untuk memperkenalkan diri atau
menyapa orang lain terlebih dahulu maupun kemauan untuk memulai suatu
hubungan baru dengan orang yang belum dikenal.
2. Kemampuan bersikap terbuka adalah kemampuan untuk membuka diri,
membagi perasaan, dan mau menceritakan hal-hal yang bersifat pribadi
kepada orang lain. Hal ini dapat membuat individu semakin akrab dan akan
memudahkan dalam membangun hubungan dengan orang lain.
3. Kemampuan untuk bersikap asertif merupakan kemampuan untuk
mengungkapkan perasaan-perasaan secara jelas, meminta orang lain untuk
4
melakukan sesuatu, dan menolak melakukan hal yang tidak diinginkan tanpa
melukai perasaan orang lain.
4. Kemampuan memberikan dukungan emosional adalah kemampuan untuk
mengeskpresikan perhatian, kesabaran dan simpati kepada orang lain.
5. Kemampuan mengatasi konflik yaitu kemampuan untuk dapat mengatasi dan
menyelesaikan permasalahan dan konflik yang terjadi termasuk tidak
menyimpan dendam dan kemampuan menjadi penengah yang baik dalam
situasi konflik.
Jika seorang mahasiswa memiliki kompetensi interpersonal yang baik maka
akan sangat membantu penyesuaian diri dalam perkuliahan dan kehidupan sehari-hari
saat jauh dari keluarga. Penelitian yang dilakukan oleh Muharam (2008) menyatakan
bahwa kompetensi interpersonal memberikan pengaruh yang sangat signifikan kepada
penyesuian diri remaja yang orang tuanya mengalami mutasi kedinasan.
Kompetensi interpersonal yang baik akan sangat membantu seseorang untuk
menghadapi situasi di tempat baru karena individu tersebut mampu mengelola diri dan
mengelola hubungan dengan orang lain sehingga interaksi sosialnya dapat berjalan
dengan lancar. Sedangkan Salami (2011) memaparkan bahwa mahasiswa tahun pertama
dengan tingkat dukungan teman sebaya yang lebih tinggi menunjukkan penyesuaian diri
yang lebih baik. Idrus (2009) menyatakan bahwa interaksi dengan teman sebaya juga
memiliki kontribusi terhadap kompetensi interpersonal.
Individu dengan kompetensi interpersonal yang baik akan lebih mudah untuk
menghadapi situasi maupun lingkungan baru karena ia tidak malu untuk membangun
hubungan dengan relasi baru. Kompetensi interpersonal akan memudahkan individu
untuk bisa menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
5
Rumusan permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini adalah untuk melihat
apakah terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kompetensi interpersonal
dengan penyesuaian kuliah mahasiswa tahun pertama di Universitas Kristen Satya
Wacana? Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji hipotesis bahwa terdapat korelasi
positif yang signifikan antara kompetensi interpersonal dengan penyesuaian kuliah pada
mahasiswa tahun pertama.
Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada
mahasiswa tahun pertama tentang pentingnya mengembangkan kompetensi
interpersonal dan penyesuaian diri agar dapat mengikuti perkuliahan dengan baik.
Selain itu, penelitian ini juga dapat menjadi masukan bagi universitas-universitas,
khususnya Universitas Kristen Satya Wacana, berkaitan dengan kompetensi
interpersonal dan penyesuaian kuliah pada mahasiswa tahun pertama.
METODE
Metode penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian kuantitatif. Fokus
penelitian ini adalah ingin mengukur korelasi antara kompetensi interpersonal dengan
penyesuaian kuliah.
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah 3.395 mahasiswa dari 14 Fakultas yang ada
di Universitas Kristen Satya Wacana, angkatan 2014. Pengambilan sampel
menggunakan teknik purposive sampling dan penetapan jumlah sampel menggunakan
rumus Yamane. Berdasarkan hasil perhitungan, didapatkan 97 mahasiswa yang terdiri
dari 64 orang mahasiswi dan 33 orang mahasiswa.
6
Alat ukur
Peneliti terlebih dahulu menerjemahkan skala kompetensi interpersonal dan
skala penyesuaian kuliah dari bahasa inggris ke dalam bahasa Indonesia. Peneliti
kemudian melakukan uji-coba empirik terhadap 97 subjek mahasiswa angkatan 2014.
Uji coba validitas dan reliabilitas kemudian dilakukan terhadap data yang diperoleh dari
uji-coba empirik.
Interpersonal Competence (kompetensi interpersonal) merupakan skala untuk
mengukur kompetensi interpersonal mahasiswa yang dikembangkan oleh Buhrmester
(1988). 40 item dalam skala ini dimplementasikan kedalam angket dengan menyediakan
4 pilihan jawaban; sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS) dan sangat tidak
setuju (STS).
Beberapa contoh aitem yang mewakili tiap aspek: kemampuan berinisiatif (Saya
berani membuka percakapan dengan orang baru yang ingin saya kenal); Kemampuan
bersikap terbuka (Saya mempercayai teman dekat saya); Kemampuan untuk bersikap
arsetif (Saya menolak permintaan teman saya yang tidak masuk akal); Kemampuan
memberikan dukungan emosional (Saya membantu sahabat saya mengatasi
masalahnya); Kemampuan mengatasi konflik (Saya mampu melihat dan memahami
perspektif dan sudut pandang teman saya)
Student Adaption To College Questionnaire (SACQ) merupakan skala untuk
mengukur penyesuaian perkuliahan mahasiswa tahun pertama yang dikembangkan oleh
Barker (1989). 66 item dalam skala ini diimplementasikan kedalam angket dengan
menyediakan 4 pilihan jawaban; sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS) dan
sangat tidak setuju (TS)
7
Beberapa contoh aitem yang mewakili tiap aspek: Academic adjustment (Saya
menyadari pentingnya berkuliah di perguruan tinggi); Social adjustment (Saya bergaul
akrab dengan teman-teman); Personal-emotional adjustment (Menjadi mandiri
bukanlah hal yang mudah bagi saya); Attachment (Saya sedang berpikir untuk pindah ke
kampus lain)
HASIL
Uji Asumsi
Penelitian ini merupakan bentuk studi korelasional yang digunakan untuk
mengetahui ada atau tidaknya korelasi antara kompetensi interpersonal dengan
penyesuaian kuliah. Namun sebelum melakukan uji korelasi, peneliti harus melakukan
uji asumsi terlebih dahulu. Uji asumsi ini digunakan untuk menentukan jenis statistic
parametric atau non-parametrik yang digunakan untuk uji korelasi.
1. Uji Validitas
Skala Kompetensi Interpersonal
Skala kompetensi interpersonal terdiri atas 40 item favorable. Dari hasil
analisa validitas diperoleh koefisien validitas yang bergerak antara 0,323 sampai
0,605. Dari hasil analisa validitas item pada skala kompetensi interpersonal
diketahui dari 40 item terdapat 30 item yang valid dan 10 item yang gugur.
Skala Penyesuaian Kuliah
Skala penyesuaian kuliah terdiri atas 66 item yang terbagi menjadi 33
item favorable dan 33 item unfavorable. Dari hasil analisa validitas diperoleh
koefisien validitas yang bergerak antara 0,313 sampai 0,614. Dari hasil analisa
8
validitas item pada skala kompetensi interpersonal diketahui dari 66 item
terdapat 57 item yang valid dan 9 item yang gugur.
2. Uji Reliabilitas
Koefisien reliabilitas skala kompetensi interpersonal sebesar 0,896 dan koefisien
reliabilitas skala penyesuaian kuliah sebesar 0,935. Hal ini membuktikan bahwa
kedua skala masuk kategori sangat reliabel (Azwar, 2009).
3. Uji Normalitas
Uji normalitas menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Aturan dalam pengujian
ini adalah apabila p > 0.05 maka distribusinya adalah normal. Skala kompetensi
interpersonal (K-S-Z = 1,239, p = 0.093), skala penyesuaian kuliah (K-S-Z =
0,785, p = 0,568). Hasil ini menunjukkan data-data yang didapatkan
berdistribusi normal.
4. Uji Linearitas
Berdasarkan hasil uji linearitas diperoleh nilai F sebesar 1,189 dengan
signifikansi sebesar 0,278 (p > 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa kompetensi
interpersonal memiliki korelasi linear dengan penyesuaian kuliah.
Data Deskriptif
Kompetensi Interpersonal
Berdasarkan 30 data aitem yang valid, maka selanjutnya akan dibuat
kategorisasi untuk menentukan tinggi rendahnya tingkat kompetensi interpersonal.
Dalam penelitian ini akan dibuat 5 kategori, yaitu kategori sangat rendah, rendah,
sedang, tinggi dan sangat tinggi.
9
Jadi skor tertinggi dari 30 aitem yang valid adalah 30x4=120, dan skor terendah
adalah 30x1=30. Sedangkan kategori yang digunakan terdiri dari 5 kategori. Dengan
menggunakan rumus kategori jenjang (Azwar, 2009) maka nilai panjang interval
kategori untuk variabel kompetensi interpersonal sebesar 18. Sehingga dapat dibuat
pengakategorian sebagai berikut:
Tabel 1
Data Deskriptif Kompetensi Interpersonal
interval Kategori F Persentase Mean SD Min Max
30 ≤ x ≤ 48 Sangat Rendah 0 0%
91,22 9,19 68 120
49 ≤ x ≤ 67 Rendah 0 0%
68 ≤ x ≤ 86 Sedang 29 29,60%
87 ≤ x ≤ 105 Tinggi 60 61,86%
106 ≤ x ≤ 124 Sangat Tinggi 8 8,25%
Penyesuaian kuliah
Berdasarkan 57 data aitem yang valid, maka selanjutnya akan dibuat kategorisasi untuk
menentukan tinggi rendahnya tingkat kompetensi interpersonal. Dalam penelitian ini
akan dibuat 5 kategori, yaitu kategori sangat rendah, rendah, sedang, tinggi dan sangat
tinggi.
Jadi skor tertinggi dari 57 aitem yang valid adalah 57x4=228, dan skor terendah
adalah 57x1=57. Sedangkan kategori yang digunakan terdiri dari 5 kategori. Dengan
menggunakan rumus kategori jenjang (Azwar, 2009) maka nilai panjang interval
kategori untuk variabel kompetensi interpersonal sebesar 34,2. Sehingga dapat dibuat
pengakategorian sebagai berikut:
10
Tabel 2
Data Deskriptif Penyesuaian Kuliah
interval Kategori F Persentase Mean SD Min Max
57 ≤ x ≤ 91,2 Sangat Rendah 0 0%
163,45 19,17 112 210
91,3 ≤ x ≤ 125,5 Rendah 4 4,12%
125,6 ≤ x ≤ 159,8 Sedang 35 36,08%
159,9 ≤ x ≤ 194,1 Tinggi 52 53,61%
194,2 ≤ x ≤ 228,4 Sangat Tinggi 6 6,19%
Uji Korelasi
Setelah diketahui bahwa data berdistribusi normal dan variabel-variabel
penelitian linear maka uji korelasi dilakukan dengan menggunakan statistik parametrik.
Uji korelasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pearson product moment
correlation. Perhitungan uji korelasi, diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,245 dengan
signifikansi 0,016; Karena 0,016 < 0,05 maka dapat disimpulkan terdapat hubungan
positif yang signifikan antara kompetensi interpersonal dengan penyesuaian kuliah pada
mahasiswa tahun pertama.
PEMBAHASAN
Hasil uji korelasi yang menyatakan adanya korelasi positif yang signifikan
anatara kompetensi interpersonal dengan penyesuaian diri pada penelitian ini sesuai
dengan penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya baik pada kultur barat
maupun timur. Individu dengan kompetensi interpersonal yang baik memudahkan
individu untuk bergaul dan membangun relasi dengan orang-orang baru untuk bisa
menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
11
Penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Salami (2011)
memaparkan bahwa mahasiswa tahun pertama dengan tingkat dukungan teman sebaya
yang lebih tinggi menunjukkan tingkat penyesuaian diri yang lebih baik. Hal senada
juga didapatkan dalam penelitian Idrus (2009) yang menyatakan bahwa interaksi dengan
teman sebaya juga memiliki kontribusi terhadap kompetensi interpersonal. Teman
sebaya merupakan sumber status, persahabatan, dan rasa saling memiliki.
Dalam subskala social adjustmet to collage yang diungkapkan dalam SACQ
juga didapatkan kesimpulan bahwa mahasiswa yang aktif dalam bersosialisasi di
kampus akan melibatkan diri dalam kegiatan ekstrakurikuler. Mahasiswa dengan nilai
social adjustment yang tinggi diasumsikan dapat bersosialisasi dengan baik, memiliki
sahabat dan puas akan kehidupan sosialnya.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan Anggrek pada bulan
November 2014, hidup jauh merantau dari orang tua di kota dengan kultur yang berbeda
membawa beban tersendiri bagi subjek untuk menyesuaikan diri. Subjek juga
menyatakan bahwa ia bersyukur memiliki beberapa teman kelompok dekat satu rumah
kos dari kota asal yang sama. Kemauan diri untuk berinisiatif mengenal budaya local
juga memudahkan subjek untuk hidup dan berkuliah di Salatiga.
Kemampuan-kemampuan kompetensi interpersonal yang diungkapkan oleh
Burhrnmester (1988) seperti kemampuan berinisiatif, kemampuan untuk bersikap
terbuka, kemampuan untuk bersikap arsetif, kemampuan untuk memberikan dukungan
emosional dan kemampuan mengatasi konflik akan menjadikan individu terampil dalam
mengatasi tantangan hidup karena individu dapat membangun relasi dengan sesama.
Hubungan yang harmonis akan memudahkan individu dalam proses penyesuaian diri.
12
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah kompetensi
interpersonal yang baik akan membantu individu dalam proses penyesuaian diri.
Semakin baik individu merespon tuntutan lingkungan maka semakin berkurang juga
tekanan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan.
Saran untuk Penelitian Selanjutnya
Berdasarkan hasil penelitian, peneliti mempunyai beberapa saran: bagi peneliti
selanjutnya untuk dapat berkonsultasi dengan ahli bahasa agar aitem-aitem yang
disajikan dapat dipahami dengan benar oleh partisipan. Bagi pihak universitas, sebagai
lingkungan yang dekat dengan mahasiswa, agar dapat memberikan program-program
orientasi mahasiswa baru yang menarik untuk dapat membantu mahasiswa dalam
menyesuaikan diri. Bagi mahasiswa baru, penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah
satu cara untuk membantu mahasiswa dalam membuka diri agar dapat menyesuaikan
diri dengan baik.
13
Daftar Pustaka
Anastasia, H. (2004). Pengaruh Konsep Diri Terhadap Kompetensi Interpesona Pada
Remaja Putra dan Putri di SMUN 3 Salatiga. Psiko Wacana, 3.
Azwar, S. (2009). Penyusunan Skala Psikologi.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Barker, R.W., & Siryk, B. (1989). The Student Adaption to Collage Questionnaire
(SACQ). Los Angeles, California: Western Psychological Services.
Burhnmester, Furman, Wittenberg & Reis (1988). Five Domains of Interpersonal
Competence in Peer Relationship. Journal of Personality and Social Psycholog,
55, 991-1008.
Idrus, M. (2009). Kompetensi Interpersonal Mahasiswa. UNISIA, 72.
Muharam, M. A. (2008). Hubungan Antara Kompetensi Interpersonal dengan
Penyesuaian Diri pada Remaja yang Orang Tuanya Mengalami Mutasi Kedinasan.
Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia.
Nashori, F. (2003). Kompetensi Interpersonal Mahasiswa Ditinjau dari Jenis Kelamin.
Jurnal Psikologi, Vol.11 No.1 Maret 2003
Nazir, Mohamad.. (2005). Metodologi Penelitian. Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia.
Salami, S. O. (2011). Psychological Predictions of Adjustment Among First Yeaar
Collage of Education Student. US-China Education Review, 2, 239-248
Santrock, J. W. (2003). Adolescence Perkembangan Remaja. Jakarta: Penerbit
Erlangga.