hubungan antara jenis kelamin dengan tingkat ...eprints.ums.ac.id/83024/1/naskah publikasi.pdfcemas...
TRANSCRIPT
HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN DENGAN TINGKAT
KECEMASAN PADA PASIEN GAGAL JANTUNG
Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi Strata I
Pada Program Studi Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan
Oleh:
KHUMASYI AINUNNISA
J210 160 125
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2020
i
ii
iii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam publikasi ilmiah ini tidak
terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu
perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis
diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas,
maka akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya.
Surakarta, 16 April 2020
Penulis
KHUMASYI AINUNNISA
J210 160 106
1
HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN DENGAN TINGKAT
KECEMASAN PADA PASIEN GAGAL JANTUNG
Abstrak
Gagal jantung merupakan sindrom klinis yang ditandai dengan ketidakmampuan
jantung untuk memompa darah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan oksigen
dan nutrisi pada jaringan tubuh. Permasalahan psikologis seperti kecemasan dapat
muncul pada penderita gagal jantung yang diakibatkan karena prognosis penyakit
yang memburuk. Kecemasan pada penderita gagal jantung dapat berbeda antara
laki-laki dan perempuan. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan
antara jenis kelamin dengan tingkat kecemasan pada pasien gagal jantung.
Penelitian ini dengan desain kuantitatif analitik dengan pendekatan cross
sectional. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 70 responden yang diambil
dengan quota sampling dengan jumlah yang sama antara responden laki-laki dan
perempuan. Penelitian ini dilakukan di Poli Jantung Rumah Sakit Universitas
Sebelas Maret. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner GAD-7
(General Anxiety Disorder-7). Rata-rata usia responden adalah 57.67, tingkat
pendidikan paling banyak adalah perguruan tinggi dan responden terbanyak pada
NYHA I. Hasil uji spearman rank menunjukkan angka p-value 0,007 yang
bermakna terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan tingkat kecemasan pada
pasien gagal jantung dan jenis kelamin perempuan lebih cemas daripada laki-laki.
Dalam penelitian ini sebagian besar responden laki-laki berada pada kategori
cemas ringan dan perempuan berada pada kategori cemas sedang. Peneliti
selanjutnya diharapkan untuk meneliti lebih lanjut mengenai faktor-faktor lain
yang dapat menyebabkan kecemasan pada penderita gagal jantung.
Kata kunci: Gagal Jantung, Kecemasan, Jenis Kelamin.
Abstract
Heart failure is a syndrome which characterized by inability of heart that can’t
enough to fulfill the requirement of oxygen and nutrient in the body’s tissue.
Psychological problems such as anxiety can occur in people with heart failure
caused by the prognosis of worsening disease. Anxiety in people with heart failure
can be different between men and women. The purpose of this study is to
determine the relationship between gender and anxiety of patients with heart
failure. This study was used analytical quantitative design with cross sectional
approach. The number of samples in this study is 70 respondents taken by quota
sampling with the same amount between male and female respondents. This study
conducted in Poly Heart in Hospital of University Sebelas Maret. This study uses
GAD-7 (General Anxiety Disorde-7). The age’s mean of the respondent is 57.67,
the highest level of education is collage and the most respondent are in NYHA I.
Spearman rank test results showed a p-value of 0.007 which means there is a
relationship between gender with anxiety levels in heart failure patients and
women had more anxiety than male. In this study, most of the male respondents
were in the mild anxiety category and women were in the moderate anxiety
2
category. For the future researchers are expected to research more about other
things that cause anxiety in people with heart failure.
Keywords: Heart Failure, Anxiety, Gender
1. PENDAHULUAN
Gagal jantung (Heart Failure) merupakan sindrom klinis yang ditandai dengan
ketidakmampuan jantung untuk memompa darah yang cukup untuk memenuhi
kebutuhan oksigen dan nutrisi pada jaringan tubuh. Gagal jantung dapat
ditandai dengan adanya kelebihan (overload) volume darah, perfusi jaringan
yang tidak adekuat, dan toleransi aktivitas yang buruk(Black & Hawks, 2014).
Gagal jantung kongestif terjadi karena gangguan kontraktilitas jantung
(disfungsisistolik) atau pengisian jantung (diastole) sehingga curah jantung
lebih rendah dari normal (Smeltzer, 2016).
Menurut World Health Organization (WHO, 2016) gagal jantung
kongestif merupakan salah satu penyebab terbesar dari penyakit kardiovaskuler
yang prevalensinya meningkat setiap tahun. Di Amerika tingkat kejadian
penyakit gagal jantung sebanyak 550.000 kasus per tahun.Menurut hasil
RISKESDAS (2018) penderita penyakit jantung berdasarkan diagnosis dokter
pada penduduk semua umur di Indonesia sebanyak 1,5% orang. Sedangkan di
Jawa Tengah prevalensi gagal jantung sebanyak 1,8%. Pada tahun 2013, di
Indonesia sekitar 229.696 orang (0,13%) mengalami gagal jantung. Angka
kejadian gagal jantung di Jawa Tengah pada tahun 2013 diperkirakan sebanyak
43.361 orang (0,18%) dan menduduki peringkat ketiga setelah Jawa Timur dan
Jawa Barat (Pusat Data dan Informasi, 2014). Hal tersebut menunjukkan
adanya peningkatan prevalensi penyakit jantung di Indonesia. Penderita gagal
jantung di Indonesia relative lebih muda dibandingkan dengan Eropa dan
Amerika dengan tampilan klinis yang lebih berat (PERKI, 2015).
Gambaran gagal jantung memiliki tanda gejala yang khas, seperti sesak
nafas ketika aktivitas atau istirahat, kelelahan dan edemaperifer. Serta sesak
nafas, takikardi, hepatomegali, peningkatan tekanan jugularis dan kardiomegali
(PERKI, 2015). Gagal jantung telah menjadi masalah utama di bidang
3
kardiologi karena peningkatan prevalensi jumlah penderita gagal jantung dan
seringnya kejadian rawat inap ulang serta kematian dan kecacatan (Haris et al,
2016). Dalam penelitian yang dilakukan Majid (2010) di dapatkan hasil bahwa
faktor-faktor yang mempengaruhi kekambuhan dan rawat inap ulang pasien
gagal jantung kongestif adalah ketidakpatuhan terapi, hipertensi, usia,
ketidakpatuhan terhadap cairan dan ketidakpatuhanterhadap diet, serta
kecemasan.
Kecemasan dapat menjadi keadaan negatif dikarenakan ketidakmampuan
untuk memprediksi, mengendalikan atau mendapat keuntungan dari situasi
yang mengancam.Kecemasan secara signifikan dikaitkan dengan kejadia
nmerugikan dan kematian pada populasi umum dan pada pasien yang
menderita penyakit jantung koroner. Ansietas juga dikaitkan dengan
mekanisme patofisiologi yang dapat menyebabkan hasil yang negatif seperti,
peningkatan denyut jantung, control jantung barorefleks, aritmia dan kematian
mendadak (Alhurani et al., 2015). Permasalahan psikologis juga muncul pada
pasien yang mengalami gagal jantung. Faktor predisposisi tersebut seperti,
ketakutan pasien akan kondisinya yang lemah, kekhawatiran akan kesembuhan
penyakitnya, manifestasi dan prognosis penyakit yang memburuk, bagaimana
pengobatan selanjutnya, terapi pengobatan yang lama dan tingginya kejadian
rehospitalisasi, biaya yang akan dikeluarkan, lama waktu penyembuhan hingga
memikirkan tentang kematian (Fitriyani, 2015).
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kecemasan pada pasien gagal
jantung antara lain adalah tingkat usia, pengalaman, konsep diri, tingkat
ekonomi, pendidikan, dukungan keluarga dan jenis kelamin (Nugraha &
Ramadhanie, 2018). Di Amerika penyakit gagal jantung merupakan penyakit
pembunuh nomor satu pada kedua jenis kelamin. Pria memiliki resiko lebih
tinggi mengalami serangan jantung pada usia muda dan pada wanita resiko
akan meningkat saat memasuki masa menopause (Black& Hawks, 2014).
Prevalensi penderita penyakit jantung berdasarkan diagnostik dokter menurut
karakteristik di Indonesia yaitu laki-laki sebanyak 1,3% dan perempuan
sebaanyak 1,6 %. Hasil tersebut menunjukkan bahwa wanita di Indonesia lebih
4
banyak terkena penyakit jantung dibandingkan dengan laki-laki (RISKESDAS,
2018).
Pasien yang menderita gagal jantung biasanya mengalami kecemasan
dikarenakan kesulitan mempertahankan oksigenisasi yang adekuat, sehingga
menimbulkan perasaan gelisah dan sulit bernafas (Smeltzer & Bare, 2013).
Penelitian yang dilakukan oleh Erawan et al (2013) didapatkan hasil bahwa
jenis kelamin laki-laki yang tidak mengalami kecemasan sebanyak 6 responden
dan pada perempuan sebanyak 4 reponden, pasien laki-laki yang mengalami
kecemasan tingkat sedang sebanyak 5 responden dan perempuan sebanyak 6
dan responden yang mengalami kecemasan berat hanya pada perempuan yaitu
sebanyak 4 responden. Dari penelitian didapatkan hasil bahwa perempuan lebih
banyak mengalami kecemasan dibandingkan dengan laki-laki.Laki-laki dewasa
dianggap mempunyai mental yang kuat terhadap sesuatu yang dianggap
mengancam bagi dirinya dibandingkan perempuan (Black, 2009). Penelitian
berdasarkan jenis kelamin yang dilakukan menunjukkan bahwa perempuan
yang menderita gagal jantung lebih banyak mengalami depresi daripada
pria.Namun, ini tidak sesuai dengan beberapa penelitian yang menyatakan
bahwa pria dengan gagal jantung lebih cenderung mengalami depresi daripada
wanita. Penelitian yang dilakukan di Amerikan dan Eropa didapatkan hasil
bahwa kecemasan merupakan hal yang paling banyakditemukan dalam
penelitian, dengan sampel paling banyak adalah laki-laki yang menderita gagal
jantung (Easton et al, 2016).
Tekanan psikologis pada pasien gagal jantung sering kurang didiagnosis
oleh tenaga kesehatan professional atau tidak dirawat dengan baik. Hal tersebut
dapat dikarenakan pasien tidak mau mengungkapkan keadaan emosional
mereka karena takut distigmasi oleh label penyakit mental atau karena tenaga
professional lebih mementingkan pengobatan penyakit gagal jantung.
Kegagalan untuk memahami pentingnya mendiagnosis kecemasan dan depressi
mungkin menjadi salah satu alasan angka kematian tinggi. Disamping itu,
deteksi dini dan pengobatan depresi dapat meningkatkan prognosis gagal
jantung dan kualitas hidup pasien gagal jantung (Polikandrioti et al., 2015).
5
Berdasarkan latar belakang di atas, perlu diketahui “Hubungan antara jenis
kelamin dengan tingkat kecemasan pada pasien gagal jantung di Rumah Sakit
UNS”.
2. METODE
Penelitian ini menggunakan desain analitik kuantitatif dengan pendekatan cross
sectional.Penelitian ini dilakukan di Poli Jantung Rumah Sakit Universitas
Sebelas Maret pada bulan Januari hingga Februari 2020. Responden dalam
penelitian ini berjumlah 70 yang diambil dengan menggunakan quota sampling
dengan jumlah yang sama antara responden laki-laki dan perempuan. Data
dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner GAD-7 (Generalized Anxiety
Disorde)r. Uji statistik dilakukan dengan menggunakan Spearman Rank.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Karakteristik Responden
Tabel 1. Karakteristik responden
Komponen Perempuan Laki-laki
Frekuensi
(n)
Presentse
(%)
Frekuensi
(n)
Presentase
(%)
Usia 17-25 Tahun
26-35 Tahun
36-45 Tahun
46-55 Tahun
56-65 Tahun
>66 Tahun
0
0
9
7
13
6
0
0
12,8
10
18,6
8,8
1
1
2
7
14
10
1,4
1,4
2,8
10
20
14,2
Jenis Kelamin 35 50 35 50
Pekerjaan Bekerja
Tidak Bekerja
9
26
12,9
37,1
16
19
22,9
27,1
Status
Perkawinan Memiliki pasangan
Tidak memiliki
pasangan
28
7
40
10
30
5
42,9
7,1
6
Pendidikan
Terakhir Tidak Sekolah
SD
SMP
SMA
Perguruan Tinggi
5
11
2
9
8
7,1
15,7
2,9
12,9
11,4
0
3
6
11
15
0
4,3
8,6
15,7
21,4
Penyakit
Penyerta Tidak Ada
Hipertensi
Diabetes Mellitus
Asma
Pneuonia
CKD
CAD
Hipertiroid
9
14
8
1
1
0
0
2
12,9
20
11,4
1,4
1,4
0
0
2,9
11
14
4
0
2
1
2
1
15,7
20
5,7
0
2,9
1,4
2,9
1,4
Lama Sakit ≤5 tahun
>5 tahun
27
8
38,6
11,4
29
6
41,4
8,6
Kebiasaan
Merokok Ya
Tidak
0
35
0
50
22
13
31,4
18,6
NYHA I
II
III
12
15
8
17,2
21,4
11,4
17
12
6
24,2
17,2
8,6
Data karakteristik responden gagal jantung berdasarkan usia paling
banyak pada rentang 56-65 tahun dengan jumlah 27 responden, paling banyak
adalah responden yang tidak bekerja sebanyak 45 responden, mayoritas 58
responden memiliki pasangan, pendidikan terakhir responden terbanyak
adalah perguruan tinggi 23 responden, penyakit penyerta terbanyak adalah
hipertensi sebanyak 28, lama menderita paling banyak ≤5 tahun sebanyak 56
responden, mayoritas sebanyak 48 responden tidak merokok dan derajat The
New York Heart Association (NYHA) responden terbanyak adalah NYHA I
sebanyak 29 responden.
7
3.2 Tingkat Kecemasan
Tabel 2. Tingkat kecemasan
Tingkat
Kecemasan
Frekuensi Presentase (%)
Cemas ringan
Cemas sedang
Cemas berat
43
23
4
61,4
32,9
5,7
Total 100
Hasil data distribusi tingkat kecemasan paling banyak adalah cemas
ringan yaitu sebanyak 43 responden (61,4%).
3.3 Analisis Bivariat
Tabel 3. Analisis bivariat
Jenis
Kelamin
Kecemasan Coefficient
corelation
P
value Cemas
Ringan
Cemas
Sedang
Cemas
Berat Total
N % N % N % N %
0,322 0,007 Perempuan
Laki-laki
16
27
45,7
77,1
16
7
45,7
20
3
1
8,6
2,9
35
35
100
100
Total 43 23 4 70
Hasil diatas menunjukkan bahwa kecemasan ringan pada perempuan
terdapat sebanyak 45,7% sedangkan pada laki-laki sebanyak 77,1%.
Kemudian, perempuan yang mengalami kecemasan sedang sebanyak 45,7%
dan pada laki-laki sebanyak 20%. Kemudian responden perempuan yang
menhalami cemas berat sebanyak 8,6%, sedang. Hasil uji statistik, didapatan
nilai p-value 0,007<0,05, yang berarti Ha diterima, terdapat hubungan antara
jenis kelamin dengan tingkat kecemasan dengan kekuatan hubungan dalam
katagori cukup.
3.4. Pembahasan
3.4.1 Karakteristik Responden
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang memiliki
penyakit gagal jantung paling banyak terdapat pada rentang usia 56-65
tahun dengan presentase sebanyak 38,6%. Sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Safetyka (2019) bahwa reponden paling banyak yaitu pada
usia 56-65 tahun sebanyak 25 responden. Didukung oleh penelitian yang
8
dilakukan oleh (Sulistyo et al, 2018) yang mengatakan bahwa rata-rata usia
penderita gagal jantung adalah 56-65 tahun sebanyak 23 orang. yang
menyebutkan bahwa responden antara jenis kelamin perempuan dan laki-
laki memiliki jumlah yang hampir sama. Senada dengan Bangsawan &
Purbianto (2013) mengatakan jika responden wanita yang telah menopause
memiliki peluang yang sama dengan laki-laki untuk mengalami penyakit
kardiovaskuler. Penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar
responden adalah tidak bekerja, dalam hal ini mayoritas adalah pensiunan
dan ibu rumah tangga.
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Praptiwi (2017) bahwa
mayoritas responden dalam penelitiannya tidak bekerja. Orang yang sudah
tidak bekerja maka fisiknya juga akan melemah, namun aktivitas yang berat
juga akan memperburuk system kardiovaskuler. Responden mayoritas
menikah 82,9% memiliki pasangan. Hal ini berkaitan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Dewi (2018) bahwa responden yang diteliti sebagian
besar dirawat oleh keluarga dan tinggal dirumah. Artinya, mereka masih
mendapat dukungan dari pasangan dan keluarganya.Tingkat pendidikan
paling banyak adalah perguruan tinggi sebanyak 32,9%. Tingkat pendidikan
berkaitan dengan penyerapan informasi yang diterima. Rini & Hairitama
(2014) menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan maka akan
semakin mudah seseorang untuk menerima informasi.
Data hasi penelitian ini menunjukkan bahwa penyakit penyerta
terbanyak pada pasien gagal jantung adalah hipertensi sebanyak 40%.
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Haris et al (2016) didapatkan
bahwa hipertensi tidak terkontrol menjadi penyebab tersebesar gagal jantung
yaitu sebanyak 59%. Hipertensi yang tidak terkontrol manjadi faktor
pencetus pada 75% penderita gagal jantung. Hal tersebut dikarenakan
ketidakpatuhan terhadap pengobatan dan tidak tepat dalam memberikan
terapi. Mengenai lama sakit didapatkan hasil bahwa dari seluruh jumlah
responden yang menderita gagal jantung presentase terbanyak adalah ≤5
tahun sebanyak 56 responden. Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang
9
dilakukan oleh (Safetyka, 2019) presentase lama diagnosa terbanyak pada
penderita gagal jantung adalah 1-5 tahun sebanyak 46 responden.
Berdasarkan hasil penelitian distribusi kebiasaan merokok pada
penelitian ini sebanyak 31,4%, responden yang merokok sebagian besar
adalah pria. Haris et al (2016) mengatakan jika pria lebih sering mengalami
gagal jantung dikarenakan gaya hidup tidak sehat, merokok dan alkohol.
Menurut penelitian yang dilakukan Febtrina & Nurhayati (2015)
menyatakan bahwa gaya hidup tidak sehat dapat disebabkan beberapa faktor
salah satunya adalah merokok. Merokok dapat memeperburuk kesehatan
jantung karena terdapat kandungan nikotin dan karbondioksida (CO). Dari
hasil data distribusi responden menurut kelas fungsional NYHA (New York
Heart Association) di dapatkan bahwa derajad I lebih banyak diderita oleh
pasien 41,4%. Yancy et al (2013) menyebutkan bahwa pasien yang berada
pada derajad I tidak memiliki batasan aktivitas fisik. Dapat melakukan
aktivitas fisik secara normal, tidak menimbukan sesak nafas berlebihan
ataupun palpitasi.
3.4.2 Gambaran Tingkat Kecemasan
Dalam penelitian ini dapat diketahui bahwa distribusi kecemasan sebagian
besar dalam katagori kecemasan ringan. Manifestasi yang muncul pada
kecemasan ringan menurut Nugraha & Ramahanie (2018) adalah iritabel,
kelelahan, meningkatnya lapang persepsi, tingkah laku masih sesuai dengan
situasi dan dalam keadaan sadar. Kondisi ini menyebabkan seseorang
dengan kecemasan ringan menjadi lebih waspada dan meningkatkan
persepsinya.Dengan bertambahnya usia, bertambah juga berbagai
permasalahan dan persoalan, salah satunya masalah psikologis yaitu
kecemasan. Kondisi ini dipengaruhi oleh kesehatan mental dan fisik
seseorang. Masalah psikologis pada lansia seperti perasaan tidak berharga,
pola dan sikap hidup, emosi yang meningkat pada usia lanjut dan
ketidakmampuan menyesuaikan perkembangan lanjut usia (Annisa & Ifdil,
2016). Angelopouluou et al (2017) juga menyatakan bahwa pasien gagal
jantung yang tinggal bersama dengan keluarganya memiliki tingkat
10
kecemasan rendah daripada pasien yang tinggal sendirian. Tingkat
pendidikan juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
kecemasan. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Angelopoulou et al
(2017) di Greece menyatakan bahwa pasien gagal jantung yang
mendapatkan pendidikan hingga perguruan tinggi memiliki emosional dan
fisik yang lebih baik dari pada pasien yang bependidikan tingkat pertama
maupun pendidikan tingkat atas.
3.4.3 Hubungan Jenis Kelamin dengan Tingkat Kecemasan
Hasil hipotesa menunjukkan adanya hubungan antara jenis kelamin dengan
tingkat kecemasan pada pasien gagal jantung. Pada penelitian yang telah
dilakukan mayoritas laki-laki mengalami cemas ringan dan sebagian besar
perempuan mengalami cemas sedang.Hal ini dikarenakan wanita dianggap
lebih sensitif dan menggunakan perasaannya sedangkan laki-laki dianggap
memiliki mental yang kuat dalam meghadapi respon yang berbahaya
(Bachri et al, 2017). Penelitian ini menunjukkan hasil bahwa keeratan
hubungan antara jenis kelamin dan tingkat kecemasan dalam katagori
cukup. Hal tersebut dikarenakan terdapat faktor yang lebih kuat yang
mempengaruhi kecemasan.
Seperti yang dinyatakan oleh Listiana et al (2019) tingkat pendidikan
menjadi faktor terbesar penyebab kecemasan. Semakin rendah tingkat
pendidikan seseorang, maka kecemasannya akan semakin meningkat.
Pendidikan yang tinggi akan membuat seseorang memiliki pengetahuan
yang luas sehingga dapat menghadapi masalahnya, memiliki kepercayaan
diri tinggi, memiliki pemikiran yang luas dan berpengalaman. Penelitian
yang dilakukan oleh Budi (2015) juga mengatakan bahwa tingkat
kecemasan dipengaruhi oleh usia, tingkat pendidikan, sosial ekonomi dan
pengalaman. Usia dan pengalaman menjadi faktor yang paling berpengaruh
terhadap kecemasan pada pasien penderita infark miokard akut. Semakin
bertambahnya usia, seseorang cenderung lebih dewasa menghadap masalah.
Namun usia juga merupakan keadaan yang tidak mutlak dalam menjamin
kedewasaan dalam berpikir seseorang.
11
Sedangkan pengalaman berkaitan dengan mekanisme koping
seseorang terhadap kecemasan. Kecemasan merupakan pengalaman emosi
yang tidak menyenangkan. Koping maladaptif pada pasien yang menderita
penyakit jantung yang mendapatkan informasi tidak adekuat cenderung
gelisah dan cemas. Dengan demikian perlu adanya peningkatan asuhan
keperawatan serta pelayanan kesehatan lainnya untuk meminimalisir
terjadinya kecemasan pada pasien gagal jantung, karena kecemsan pada
penderita gagal jantung dapat menambah beban kerja jantung dan
memperparah penyakit (Ihdaniyati & Arifah, 2009).
4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan tingkat kecemasan pada
pasien gagal jantung di Rumah Sakit Universitas Sebelas Maret. Tingkat
kecemasan paling banyak terdapat pada kategori kecemasan ringan. Laki-laki
mayoritas mengalami kecemasan ringan sedangkan pada perempuan sebagian
besar mengalami kecemasan sedang.
4.2 Saran
Perlu adanya peningkatan asuhan keperawatan serta pelayanan kesehatan
lainnya untuk meminimalisir terjadinya kecemasan pada pasien gagal jantung.
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi
mengenai gagal jantung. Semoga penelitian ini dapat menjadi reverensi
penelitian selanjutnya. Untuk peneliti selanjutnya diharapkan untuk dapat
meneliti lebih lanjut mengenai faktor-faktor lain yang dapat menyebabkan
kecemasan pada penderita gagal jantung.
DAFTAR PUSTAKA
Aggelopoulpou, Z., Fotos, N. V., Chatziefstratiou, A. A., Giakoumidakis, K.,
Elefsiniotis, I., & Brokalaki, H. (2017). The level of anxiety, depression and
quality of life among patients with heart failure in Greece. Applied Nursing
Research, 34, 52–56. https://doi.org/10.1016/j.apnr.2017.01.003
Alhurani, A. S., Dekker, R. L., Abed, M. A., Khalil, A., Al Zaghal, M. H., Lee, K.
12
S., … Moser, D. K. (2015). The Association of Co-morbid Symptoms of
Depression and Anxiety With All-Cause Mortality and Cardiac
Rehospitalization in Patients With Heart Failure. Psychosomatics, 56(4),
371–380. https://doi.org/10.1016/j.psym.2014.05.022
Annisa, D. F., & Ifdil, I. (2016). Konsep Kecemasan (Anxiety) pada Lanjut Usia
(Lansia). Konselor, 5(2), 93. https://doi.org/10.24036/02016526480-0-00
Bachri, S., Cholid, Z., & Rochim, A. (2017). Perbedaan Tingkat Kecemasan
Pasien Berdasarkan Usia , Jenis Kelamin, Tingkat Pendidikan dan
Pengalaman Pencabutan Gigi Di RSGM FKG Universitas Jember. E-Jurnal
Pustaka Kesehatan, 5(1), 138–144.
Bangsawan, M., & Purbianto. (2013). Faktor Risiko yang Mempercepat
Terjadinya Komplikasi Gagal Jantung pada Klien Hipertensi. Jurnal
Keperawatan, 9(2), 145–150.
Black, J.M & Hawks, J. . (2014). Medical Surgical Nursing (Vol 2). Jakarta:
Salemba Medika.
Budiman, F., Mulyadi, N., & Lolong, J. (2015). Faktor-Faktor Yang Berhubungan
Dengan Tingkat Kecemasan Pada Pasien Infark Miokard Akut Di Ruangan
Cvcu Rsup Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Jurnal Keperawatan UNSRAT,
3(3).
Dewi, L., & Jadmiko, A. (2018). Gambaran dukungan keluarga pada pasien gagal
jantung kongestif di rumah sakit umum daerah dr. moewardi surakarta.
Jurnal Keperawatan. Retrieved from http://eprints.ums.ac.id/64206/
Easton, K., Coventry, P., Econ, M. A., Lovell, K., Hons, B. A., Carter, L., &
Deaton, C. (2016). Prevalence and Measurement of Anxiety in Samples of
Patients With Heart Failure. Journal of Cardiovacular Nursing, 31(4), 367–
379. https://doi.org/10.1097/JCN.0000000000000265
Erawan, W., Opod, H., & Pali, C. (2013). Perbedaan TIingkat Kecemasan Antara
Pasien Laki-laki Dan Perempuan Pada Pre Operasi Laparotomi DI RSUP.
PROF.Dr.R.D. Kandou Manado. Jurnal E-Biomedik, 1(1), 642–645.
https://doi.org/10.35790/ebm.1.1.2013.4612
Febtrina, R., & Nurhayati. (2015). Hubungan Gaya Hidup dengan Kejadian Rawat
Inap Ulang Pasien Gagal Jantung di RSUD Arifin Achmad. Jurnal Ipteks
Terapan, 11(4), 331–338.
https://doi.org/http://doi.org/10.22216/jit.2017.v11i4.1482
Fitriyani, R. (2015). Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Kualitas Tidur Pasien
Congestive Heart Failure (CHF) di Ruang ICU RS PKU Muhammadyah
Sruweng. Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, 11 no 1.
Haris, D. E., Rampengan, S. H., & Jim, E. L. (2016). Gambaran pasien gagal
13
jantung akut yang menjalani rawat inap di RSUP Prof Dr. R. D. Kandou
periode September-November 2016. E-CliniC, 4(2).
https://doi.org/10.35790/ecl.4.2.2016.14471
Ihdaniyati, A. I., & Arifah, S. (2009). Hubungan Tingkat Kecemasan dengan
Mekanisme Koping pada Pasien Gagal Jantung Kongestif Di RSU Pandan
Arang Boyolali. Berita Ilmu Keperawatan, 2(1), 19–24.
Listiana, D., Effendi, H. ., & Nasrul. (2019). Faktor-faktor Yang Berhubungan
Dengan Tingkat Kecemasan Pre Kateterisasi Pasien SKA.CHMK Nursing
Scientific Journal, 3(1), 23-34.
Majid, A. (2010). Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian
Rawat Inap Ulang Pasien gagal Jantung Kongestif Di Rumah Sakit
Yogyakarta. Universitas Iindonesia.
Nugraha, Bambang Aditya., Raditya, G. G. (2018). Gambaran Tingkat
Kecemasan Pada Pasien Gagal Jantung Kongestif Kelas Fungsional I Dan II
Di Ruang Rawat Inap RSU dr. Slamet Garut. SURYA, 10(01), 8–11
PERKI. (2015). Pedoman Tatalaksana Gagal Jantung. Edisi I. Retrieved from
http://www.inaheart.org
Polikandrioti, M., Goudevenos, J., Michalis, L. K., Koutelekos, J., Kyristi, H.,
Tzialas, D., & Elisaf, M. (2015). Factors associated with depression and
anxiety of hospitalized patients with heart failure. Hellenic Journal of
Cardiology, 56(1), 26–35.
Praptiwi, W. S. (2017). Gambaran Tingkat Depresi pada Penderita Congestive
Heart Failure di Poliklinik Jantung RSU Soeradji Tirtonegoro. Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Pusat Data dan Informasi. (2014). Infodatin : Situasi Kesehatan Jantung. Pusat
Data Dan Informasi Kementerian Kesehatan RI, 1–8. Retrieved from
www.depkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/infodatin/infodati
n-jantung.pdf
Rini, S. S., & Hairitama, R. (2014). Kepatuhan Lansia Penderita Hipertensi Dalam
Pemenuhan Diet Hipertensi. 6(1), 46–53.
RISKESDAS. (2018). Hasil Utama Rikesdas. Journal of Physics A: Mathematical
and Theoretical, 44(8), 1–200. https://doi.org/10.1088/1751-
8113/44/8/085201
Safetyka, R. (2019). Gambaran Psikologis Pada Pasien Gagal Jantung Di RSUD
Dr. Moewardi Surakarta. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Smeltzer, Suzanne C. & Bare, B. G. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah. Jakarta: EGC.
14
Sulistyo, E., Hudiyawati, D., Jadmiko, A. W., & Krisnawati, B. (2018). Hubungan
Dukungan Keluaga Dengan Kualitas Hidup Pasien Gagal Jantung
Kongestif Di Poliklinik Jantung RSUD Kabupaten Sukoharjo. Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
WHO. (2016). Prevention of Cardiovaskular Disease. WHO Epidemiologi Sub
Region AFRD and AFRE. Ganewa.
Yancy, C. W., Jessup, M., Bozkurt, B., Butler, J., Casey, D., Drazner, M. H., …
Wilkoff, B. L. (2013). 2013 ACCF / AHA Guideline for the Management of
Heart Failure. JAC, 62(16), e147–e239.
https://doi.org/10.1016/j.jacc.2013.05.019