hubungan antara fear of missing out dengan … · 2018. 5. 3. · kesejahteraan psikologis pengguna...
TRANSCRIPT
-
i
HUBUNGAN ANTARA FEAR OF MISSING OUT DENGAN
KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PENGGUNA INSTAGRAM PADA
MASA TRANSISI MENUJU DEWASA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Disusun Oleh :
Angga Dwi Putra
NIM : 139114166
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
HALAMAN PERS&TUJUAN DOSEN PEMBIMBING
IIUBT}NGAh{ ANTARA FEAR AF MISSING OTITDENGAN
KESEJAHTTRAAh{ PSKOLOGIS PENGGTINA INSTAGRAM PADA
*IASA TRANSISI MEI\IIJJU NEWASA
Disusun Oleh:
gEp {f _f:_ Eryr:., R b7^tr
G)"roK{a*
Pembimbing Skripsi
Paulus Eddv S ranssd:.,.'! I .try ?fll
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI
HT]BTJNGAI\ ANTARA FEAR OF MISSING OUT DENGANKESEJAHTERAAhI PSIKOLOGIS PENGGTJNA INSTAGRAM PADA
MASA TRANSISI MENUJU DEWASA
Dipersiapkan dan Ditulis Oleh:
AnggaDwi Putra
NIM: l39ll4l66
Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji
Pada tanggal:
Penguji I
Penguji 2
Penguji 3
Ilan dinyatakan memenuhi syarat
Susunan Panitia Penguji :
Nama Lengkap
Paulus Eddv Suhartanto. M. Si.
Robertus Landung Eko Prihatmoko, M.Psi.
Monica E. Madyaningrum, Ph.D.
Yogy*akartq tI ? ii,u,'. ?018Fakultas Psikologi
Ijniversitas Sanata Dharma
da Tansan
#--4 FFI*rr-\Lf-s'E^47' G) Sg\Fsi-F'E4*r,. A -.of.*o
"6i:l';SF" tik Kristiyani, M.
11I
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
iv
HALAMAN MOTTO
Vita Est Milita
(Hidup Adalah Perjuangan)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Untuk siapapun yang membutuhkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuatkarya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutrpan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta,2Mei 2018
Peneliti,
&rrcpFtuo\Angga Dwi Putra
VI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
vii
HUBUNGAN ANTARA FEAR OF MISSING OUT DENGAN
KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PENGGUNA INSTAGRAM PADA
MASA TRANSISI MENUJU DEWASA
Angga Dwi Putra
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara Fear of missing out (FoMO)
dengan kesejahteraan psikologis pengguna instagram pada masa transisi menuju dewasa. Hipotesis
penelitian ini adalah FoMO memiliki hubungan negatif dengan kesejahteraan psikologis pengguna
instagram pada masa transisi menuju dewasa. Subjek penelitian ini berjumlah 405 orang pengguna
instagram yang berada pada rentang usia 18-25 tahun. Instrumen yang digunakan untuk mengukur
data adalah skala adaptasi FoMO milik Przybylski et all dan skala kesejahteraan psikologis milik
Carol Ryff. Skala FoMO memiliki 7 item dengan koefisien reliabilitas α =0,790 dan skala
kesejahteraan psikologis berjumlah 36 item dengan koefisien reliabilitas α =0,919. Rentang
korelasi item-total (rit) skala FoMO adalah 0,347 sampai 0,655 dan rentang korelasi item-total total
(rit) skala kesejahteraan psikologis adalah 0,292 sampai 0,733. Teknik analisis data menggunakan
uji korelasi Spearman’s rho karena sebaran data tidak normal. Penelitian ini menghasilkan korelasi
r=-0,425 dan nilai signifikansi p=0,000
-
viii
THE RELATION BETWEEN FEAR OF MISSING OUT AND
PSYCHOLOGICAL WELLBEING INSTAGRAM USER IN EMERGING
ADULTHOOD
Angga Dwi Putra
ABSTRACT
This research aims to know the correlation between the fear of missing out (FoMO) and the
psychological wellbeing of instagram users who are in the emerging adulthood. The hypothesis of
this study is that FoMO has negative relationships with psychological wellbeing of instagram users
who are in the emerging adulthood. This research studies 405 instagram users who are at the age
between 18-25 years old. Data instrument used in this research is adapted from FoMO scale
(Przybylski et all) and Ryff’s psychological wellbeing scale. FoMO Scale has 7 items with
reliability coefficient α = 0,790 and psychological wellbeing scale has 36 items with reliability
coefficient α = 0,919. Range of item-total correlation (rit) of foMO scale was 0,347 to 0,655 and
range of item-total correlation (rit) of psychological wellbeing scale was 0,292 to 0,733.
Spearman's rho correlation test is used as data analysis technique because the data distribution are
not normal. This research showed the value of correlation was r= -0,425 with significance level
p=0,000
-
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK
KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertandatangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma
Nama : Angga Dwi Putra
Nomor Mahasiswa : 1391 14166
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan Kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma katya ilmiah saya yang berjudul:
HUBUNGAN ANTARA FEAR OF MISSING OUTDENGAN
KE S EJAHTERAAN PSIKOLOGIS PENGGUNA INSTAGRAM PADA
MASA TRANSISI MENUJU DEWASA
Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata
Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,
mengelolanya, di internet atau media lain untuk kepentingan akadernis tanpa perlu
meminta izin dari saya maupun mernberikan royalti kepada saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pemyataan ini yang saya
buat sebenarnva
Dibuat di Yogy*arta
Pada tanggal: 2 Mei 2018 .
Yang menyatakan,
\'y{rtir$Lffi,nt.i
ix
(Angga Dwi Putra)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
segala berkat, rahmat, dan penyertaan-Nya selama proses penulisan skripsi,
sehingga penulis dapat mengerjakannya sampai selesai. Terimakasih kepada
Bapak-Ibu sehingga saya dapat hadir, berkarya dan menikmati dunia ini.
Terimakasih kepada Romo Bonifasius Hudiono, Pr yang menjadi bapak, pendidik,
penuntun, penasehat, pendukung (moral dan material) sejak saya lulus SMP
hingga saat ini. Terimakasih juga untuk Alfonsa Gredya Vania Cindy Axela yang
dengan sabar menghadapi idealisme, mengingatkan, dan membangkitkan
optimisme penulis.
Penulis juga ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1. Bapak Johanes Eka Priyatma, Ph.D, selaku Rektor Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta yang dengan sabar memberikan waktu dan atensi
untuk berdiskusi selama ini.
2. Romo. Patrisius Mutiara Andalas, SJ, SS, STD, yang telah membimbing,
menuntun selama saya diberikan kesempatan memimpin di BEM USD.
3. Ibu Dr. Titik Kristiyanti, M. Psi. selaku Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
4. Ibu Ratri Sunar Astuti, M.Si. Selaku Wakil Dekan Fakultas Psikologi dan
pembimbing ketika persiapan Olimpiade Psikologi Nasional.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xi
5. Ibu Monica Eviandaru Madyaningrum, Ph.D. selaku Kepala Program
Studi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
6. Ibu Passchedona Henrietta P. D. A. D. S., S. Psi., M. A. selaku Wakil
Kepala Program Studi Fakultas Psikologi.
7. Bapak Paulus Eddy Suhartanto, S. Psi., M. Si. sebagai Dosen Pembimbing
Skripsi yang dengan sabar dan telaten membimbing penulis sehingga
skripsi dapat selesai.
8. Bapak Robertus Landung Eko Prihatmoko, M. Psi., selaku Dosen
Pembimbing Akademik (2013-2016).
9. Bapak Drs. H. Wahyudi, M. Si., selaku Dosen Pembimbing Akademik
10. Seluruh Dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang telah
membagikan ilmu pengetahuan dan berbagai pengalamannya selama
peneliti menempuh perkuliahan.
11. BEM USD Kabinet Driyarkara, Ikatan Lembaga Mahasiswa (ILM)
APTIK, Gerakan Masyarakat Bhinneka (GMB) Yogyakarta, SEKARNI,
Taruna Merah Putih (TMP) Yogyakarta, Nutrifood, yang telah menjadi
wadah untuk saya berkembang secara softskill khususnya bidang
kepemimpinan.
12. Kak Anita Gultom, mentor yang senantiasa memberikan arahan dan
nasihat.
13. Mas Koko Edwin. Terimakasih karena sudah menjadi teman yang sabar
dan telaten dalam mengajari penulis SPSS.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xii
14. Seluruh responden yang telah mengisi skala penelitian. Terimakasih atas
waktu yang telah diluangkan dan jawaban yang jujur apa adanya.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih memiliki banyak kekurangan. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik
dan saran dari pembaca yang dapat membuat skripsi ini menjadi lebih baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ...................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ............................................................... iii
HALAMAN MOTTO ........................................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................. v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .......................................... vi
ABSTRAK ........................................................................................................... vii
ABSTRACT ........................................................................................................ viii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH .................. ix
KATA PENGANTAR ............................................................................................ x
DAFTAR ISI ....................................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xvii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xviii
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH ........................................................ 1
B. RUMUSAN MASALAH ........................................................................ 9
C. TUJUAN PENELITIAN ....................................................................... 10
D. MANFAAT PENELITIAN .................................................................... 10
1. Manfaat Teoritis ............................................................................... 10
2. Manfaat Praktis ................................................................................. 10
BAB II LANDASAN TEORI
A. Kesejahteraan Psikologis ..................................................................... 11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xiv
1. Definisi Kesejahteraan Psikologis ................................................... 11
2. Dimensi-Dimensi Kesejahteraan Psikologis ................................... 13
3. Faktor-faktor Kesejahteraan Psikologis .......................................... 16
B. Fear of Missing Out ............................................................................. 18
1. Definisi Fear of Missing Out ......................................................... 18
2. Indikator-indikator Fear of Missing Out ........................................ 20
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Fear of Missing Out ............... 21
4. Dampak Fear of Missing Out ......................................................... 22
C. INSTAGRAM ...................................................................................... 23
D. MASA TRANSISI MENUJU DEWASA ............................................ 25
E. DINAMIKA ANTAR VARIABEL ..................................................... 26
F. SKEMA HUBUNGAN ANTAR VARIABEL .................................... 30
G. HIPOTESIS PENELITIAN ................................................................ 31
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. JENIS PENELITIAN................................................................................ 32
B. VARIABEL PENELITIAN ..................................................................... 32
1. Variabel Dependen ........................................................................ 32
2. Variabel Independen ..................................................................... 32
C. DEFINISI OPERASIONAL ..................................................................... 32
1. Fear of Missing Out....................................................................... 32
2. Kesejahteraan Psikologis............................................................... 33
D. SUBJEK PENELITIAN .......................................................................... 34
E. INSTRUMEN PENELITIAN ................................................................... 34
1. Metode Pengumpulan Data .......................................................... 34
2. Alat Pengumpulan Data ............................................................... 35
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xv
F. KUALITAS ALAT UKUR ...................................................................... 40
1. Validitas ........................................................................................ 40
2. Seleksi Item ................................................................................... 41
3. Reliabilitas ..................................................................................... 43
G. ANALISIS DESKRIPTIF ........................................................................ 44
H. PROSEDUR PENGAMBILAN DATA .................................................. 45
I. ANALISIS DATA ................................................................................... 45
1. Uji Asumsi ................................................................................... 45
2. Uji Hipotesis ................................................................................ 46
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. PELAKSANAAN PENELITIAN ........................................................ 47
B. DESKRIPSI SUBJEK PENELITIAN ................................................. 47
C. DESKRIPSI DATA PENELITIAN ..................................................... 51
D. HASIL PENELITIAN .......................................................................... 53
1. Uji Asumsi ................................................................................... 53
2. Uji Hipotesis Mayor ..................................................................... 56
3. Uji Hipotesis Minor ..................................................................... 57
E. PEMBAHASAN .................................................................................. 58
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN ....................................................................................... 65
B. SARAN .................................................................................................... 65
1. Bagi Pengguna Media Sosial Instagram ............................................. 65
2. Bagi Pemerintah dan Perusahaan Media Sosial.................................. 66
3. Bagi Penelitian Selanjutnya ............................................................... 66
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 68
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xvi
LAMPIRAN .......................................................................................................... 73
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel. 1 : Pemberian nilai skor pada Skala Likert FoMO .................................. 36
Tabel. 2 : Sebaran item skala FoMO sebelum Try Out........................................ 36
Tabel. 3 : Pemberian nilai skor pada Skala Likert Kesejahteraan Psikologis ...... 37
Tabel. 4 : Sebaran item skala Kesejahteraan Psikologis ...................................... 38
Tabel. 5 : Sebaran item skala Kesejahteraan Psikologis sebelum Try Out .......... 40
Tabel. 6 : Sebaran item skala FoMO setelah Try Out .......................................... 42
Tabel. 7 : Sebaran item skala Kesejahteraan Psikologis setelah Try Out ............ 43
Tabel. 8 : Deskripsi Jenis Kelamin Subjek .......................................................... 47
Tabel. 9 : Deskripsi Usia Subjek .......................................................................... 48
Tabel. 10 : Deskripsi Lama Penggunaan Instagram Subjek .................................. 48
Tabel. 11 : Deskripsi Waktu Subjek dalam Menggunakan Instagram Sehari........ 49
Tabel. 12 : Deskripsi Waktu Subjek Untuk Menulis caption dan mengedit
foto/video ............................................................................................. 49
Tabel. 13 : Deskripsi Akun Instagram yang Diikuti Subjek .................................. 50
Tabel. 14 : Deskripsi Penggunaan Hashtag (#) Subjek .......................................... 50
Tabel. 15 : Data Empirik Skala FoMO .................................................................. 51
Tabel. 16 : Data Empirik Skala Kesejahteraan Psikologis ..................................... 52
Tabel. 17 : Uji Normalitas ...................................................................................... 54
Tabel. 18 : Uji Linieritas ........................................................................................ 55
Tabel. 19 : Uji Hipotesis Mayor ............................................................................. 56
Tabel. 20 : Uji Hipotesis Minor ............................................................................. 57
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 : SKALA UJICOBA PENELITIAN .................................. 73
LAMPIRAN 2 : RELIABILITAS SKALA KESEJAHTERAAN
PSIKOLOGIS DAN FOMO ........................................... 92
LAMPIRAN 3 : SKALA PENELITIAN .................................................. 104
LAMPIRAN 4 : HASIL MEAN TEORITIK DAN MEAN EMPIRIK .... 117
LAMPIRAN 5 : HASIL UJI NORMALITAS .......................................... 119
LAMPIRAN 6 : HASIL UJI LINIERITAS .............................................. 121
LAMPIRAN 7 : HASIL UJI HIPOTESIS MAYOR ................................ 123
LAMPIRAN 7 : HASIL UJI HIPOTESIS MINOR .................................. 125
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu hasil dari perkembangan teknologi adalah hadirnya
beraneka ragam media sosial. Media sosial merupakan komunitas virtual
berbasis website yang memungkinkan untuk membuat profil individu
maupun publik (Oberst, Wegmann, Stodt, & Brand, 2017). Kehadiran
media sosial menyediakan ruang bagi seseorang untuk melakukan
komunikasi aktif dengan orang lain dan memudahkan dalam mengakses
informasi baru (Burke, Marlow, & Lento, 2010). Pendapat senada
diungkapkan oleh Przybylski, Murayama, Dehaan, dan Gladwell (2013)
yang mengatakan media sosial memudahkan seseorang dalam mengakses
informasi yang sedang terjadi terkait aktivitas, kegiatan, dan percakapan.
Media sosial menarik perhatian orang-orang pada masa ini karena
dapat digunakan sebagai sarana yang mudah dan penting untuk menjaga
koneksi sosial serta memuaskan kebutuhan sosial seseorang (Shapiro dan
Margolin, 2013; Lee dan Chiou, 2013). Media sosial menarik karena
memiliki fungsi untuk membangun identitas sosial dan memenuhi
kebutuhan popularitas (Oberst, Renau, Chamarro, dan Carbonell, 2016;
Utz, Tanis, dan Verm eulen, 2012). Hal ini menyebabkan media sosial
menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam banyak hal pada kehidupan
(Lenhart, 2015; Sampasa-Kanyinga & Lewis 2015).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
2
Media sosial memberikan kemudahan dalam mengakses dan
menyediakan fasilitas-fasilitas pendukung yang menarik sehingga
pengguna memiliki kecenderungan untuk berinteraksi sosial dan
terhubung dengan teman-teman, keluarga, dan kerabat melalui gadget
mereka. Alt (2015) mengatakan generasi millennial saat ini memiliki
karakteristik untuk senantiasa terhubung dengan teknologi informasi dan
mengembangkan kemampuan yang lebih tinggi untuk mengerjakan banyak
tugas dalam satu waktu. Gemmill & Peterson dalam Alt (2015)
mengatakan kehadiran media sosial di satu sisi juga membantu seseorang
untuk mendapatkan dukungan sosial ketika sedang mengalami stres,
masalah pribadi, kesulitan akademik, dan tekanan sosial.
Terdapat beraneka ragam bentuk media sosial yang digunakan saat
ini, salah satunya adalah Instagram. Instagram merupakan platform yang
memungkinkan seseorang untuk mengambil, mengedit, dan mengunggah
foto serta video dengan mudah dan dalam satu rangkaian. Per September
2017, Instagram memiliki 500 juta pengguna aktif harian (Balakrishna &
Boorstin, 2017). Informasi yang peneliti dapatkan menunjukkan bahwa
jumlah pengguna Instagram di Indonesia mencapai lebih dari 45 juta orang
(Ali & Hidayat, 2017). Jumlah ini akan terus meningkat karena Instagram
senantiasa berinovasi memberikan fasilitas-fasilitas yang menarik. Situs
tersebut juga menginformasikan bahwa pengguna Instagram di Indonesia
sangat produktif dalam menciptakan dan mengunggah foto atau video.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
3
Pengguna di Indonesia menghasilkan Instagram Story, salah satu
layanan dalam Instagram, terbanyak di dunia, jumlahnya dua kali lipat
dibanding rata-rata global (Ali & Hidayat, 2017). Berdasarkan data yang
dikumpulkan dari perusahaan penyedia data statistik untuk kepentingan
bisnis, NapoleonCat menunjukkan setidaknya terdapat 40% dari pengguna
Instagram di Indonesia atau sekitar 18 juta pengguna di Indonesia berada
pada rentang usia 18-25 tahun (napoleoncat, 2017). Berdasarkan fakta
tersebut, pengguna Instagram di Indonesia masih masuk dalam emerging
adulthood atau masa transisi menuju dewasa.
Masa transisi menuju dewasa merupakan masa perkembangan
seseorang yang terjadi pada usia 18-25 tahun (Arnett, 2000). Masa ini
muncul setelah seseorang melepaskan masa remaja tetapi belum memiliki
tanggung jawab sebagai orang dewasa. Masa ini ditandai dengan semangat
seseorang dalam mengeksplorasi kesempatan-kesempatan yang ada di
sekitarnya dalam hal percintaan, pekerjaan, maupun cara pandangannya
terhadap dunia (Arnett, 2000). Sependapat dengan pernyataan tersebut,
Berk (2012) mengatakan, umumnya orang-orang pada masa transisi
menuju dewasa senantiasa mengeksplorasi potensi-potensi dirinya dalam
upaya untuk mempersiapkan masa depan yang lebih baik dan sesuai
dengan minatnya. Usaha tersebut sekaligus berperan bagi kemajuan
identitas seseorang. Kemp (2017) mengatakan rata-rata durasi penggunaan
media sosial dalam sehari adalah 3 jam 16 menit.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
4
Dalam upaya mencegah terjadinya tindakan dan dampak negatif
penggunanya, Instagram telah menyediakan layanan yang memungkinkan
seseorang melaporkan sesuatu yang berisikan tentang hal-hal yang
melanggar aturan hukum. Instagram menyediakan tata cara melaporkan
unggahan yang berisikan penyalahgunaan, spam, berita bohong, dan ujaran
kebencian. Instagram tidak segan untuk menutup akun yang memiliki
konten melanggar ketentuan dan hukum yang berlaku.
Pemerintah juga memiliki Undang-Undang Informasi dan
Transaksi Elektronik (UU ITE) yang mengatur perilaku pengguna internet
di Indonesia. Dengan adanya UU ITE, aparat penegak hukum memiliki
wewenang yang besar untuk menangkap pelaku penyalahgunaan informasi
dunia maya. Haidar (21) ditangkap oleh Unit IV Cyber Crime Subdit II
Ditreskrimsus Polda Jatim karena telah melakukan tindakan pidana
menyebarkan berita SARA. Pelaku mengunggah konten negatif dan ujaran
kebencian terhadap Presiden dan Kepala Kepolisian Republik Indonesia
melalui akun instagramnya, @haidar_bsa (Fahlevi, 2017). Seorang
mahasiswa bernama Dodik Ihwanto ditangkap polisi karena telah
melakukan penghinaan terhadap Ibu negara Iriana Jokowi. Melalui akun
instagramnya @warga_biasa, Dodik mengunggah foto ibu Iriana Jokowi
dengan kalimat yang menghina (Habibie, 2017). Alasan kedua pelaku,
yaitu untuk mengkritik dan menunjukkan sikap tidak senang pada
pemerintah menggunakan ujaran kebencian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
5
Perilaku di atas menunjukkan bahwa pelaku memiliki kemampuan
yang rendah dalam penguasaan lingkungan dan relasi dengan orang lain.
Kedua kemampuan tersebut merupakan bagian dari dimensi psychological
wellbeing (Ryff, 1995). Psychological wellbeing (yang selanjutnya akan
disebut kesejahteraan psikologis) adalah kemampuan seseorang untuk
mengenali diri dan mengembangkan diri sesuai dengan potensi yang
dimiliki (Ryff, 1995). Kesejahteraan psikologis sendiri secara umum
didefinisikan sebagai kemampuan seseorang berusaha berfungsi
sepenuhnya dan menunjukkan potensi yang unik dalam dirinya (Ryff,
1995).
Ryff (2014) mengatakan bahwa secara konseptual kesejahteraan
psikologis memiliki perbedaan dengan subjective wellbeing. Kesejahteraan
psikologis menekan pada perspektif eudaimonia yang artinya
kesejahteraan diperoleh ketika seseorang menerima dirinya dan bertindak
dengan nilai-nilai yang bermakna, bertujuan, dan membawa kesejahteraan
bagi orang lain (Ryff, 2014). Ryff (2014) mengatakan eudaimonia
memiliki persamaan konsep dengan self-actualization milik Maslow dan
fully functioning person milik Roger. Sedangkan subjective wellbeing
menekan pada perspektif hedonic yang artinya kesejahteraan didapatkan
oleh seseorang ketika menilai hidupnya memuaskan dan lebih banyak
merasakan perasaan positif (senang, puas) dibandingkan perasaan negatif
(sedih) (Diener, 1984).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
6
Kesejahteraan psikologis memiliki enam dimensi (Ryff, 1995).
Pertama, self-acceptance yang berarti memiliki pengetahuan dan
penerimaan terhadap diri mereka sendiri, termasuk kesadaran akan
keterbatasan personal. Kedua, positive relation with others yang tampak
dari kedalaman hubungan yang seseorang miliki dengan orang lain.
Ketiga, autonomy yang memiliki arti apakah seorang individu memiliki
keyakinan dengan diri mereka sendiri. Keempat, environmental mastery
yang diartikan sebagai kemampuan individu untuk mengelola situasi
kehidupannya dengan baik. Kelima, purpose in life yang merupakan
sejauh mana individu merasa hidup mereka memiliki makna, tujuan dan
arahan. Keenam, personal growth yang merupakan kemampuan individu
untuk memanfaatkan bakat dan potensi.
Berdasarkan rangkuman Carol Ryff (2014) keenam dimensi
tersebut menunjukkan kesejahteraan psikologis menjadi isu yang penting
untuk diteliti karena memiliki perbedaan dari kesejahteraan lainnya.
Kesejahteraan psikologis yang rendah sering dikorelasikan dengan
berbagai dampak negatif. Penelitian yang dilakukan oleh Qutaiba & Tamie
(2013) menunjukkan bahwa kesejahteraan psikologis memiliki korelasi
negatif dan signifikan dengan agresi. Hal ini secara tidak langsung
disebabkan perasaan negatif, tidak bahagia dalam berinteraksi dengan
orang lain, dan kontrol diri yang rendah (Qutaiba & Tamie, 2013).
Penelitian lain mengungkapkan kesejahteraan psikologis berhubungan
negatif dengan kecenderungan neurotik (Ryff, 2014). Dengan demikian,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
7
seseorang yang rendah pada semua dimensi kesejahteraan psikologis
memiliki kecenderungan neurotik yang tinggi.
Terdapat beberapa penelitian yang mengorelasikan kesejahteraan
psikologis dengan berbagai variabel seperti perkembangan (Cheng, 2009),
penuaan (Ward, 2010), kepribadiam (Schmutte & Ryff, 1997),
pengalaman keluarga (Crespo, Kielpikowski, Pryor, & Jose, 2011), dan
kecemasan (Heidrich, 1995). Terdapat fenomena yang berkaitan dengan
kecemasan, yaitu Fear of missing out (FoMO). Penelitian ini akan
berfokus pada FoMO karena FoMO menjadi tanda kesejahteraan
psikologis seseorang cenderung negatif (Beyens et al, 2016). Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Alt (2016) menunjukkan bahwa
meningkatnya FoMO membuat seseorang memiliki emosi negatif,
penguasaan lingkungan rendah, dan relasi negatif dengan orang lain.
FoMO dipaparkan sebagai ketakutan seseorang akan kehilangan
kesempatan sosial sehingga mendorong untuk selalu terkoneksi secara
terus menerus dengan orang lain dan mengikuti berita terbaru tentang
segala sesuatu yang orang lain lakukan (Przybylski et al, 2013). Perasaan
takut, cemas dan khawatir yang muncul tersebut membuat seseorang tidak
mampu untuk menguasai lingkungan, menjalin relasi positif dengan orang
lain, dan penerimaan diri (Beyens et al, 2016). Seseorang yang memiliki
tingkat FoMO tinggi akan merasa cemas, khawatir berlebihan dan
menganggap bahwa orang lain sedang melakukan kegiatan yang sangat
menyenangkan (Przybylski et al, 2013).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
8
Penelitian lain yang dilakukan Adams, Williford, Vaccaro, Kisler,
Francis, & Newman (2016) melaporkan FoMO menyebabkan pelajar
menunda waktu untuk tidur. Mereka takut untuk segera tidur karena
sesuatu yang menyenangkan dan penting mungkin akan terjadi terlebih
ketika mengetahui teman sosial media mereka sedang melakukan aktivitas
lain. Hal senada diungkapkan oleh Przybylski et al (2016) yang
menyatakan individu dengan tingkat FoMO yang tinggi lebih cenderung
mengalami perasaan bermacam-macam ketika menggunakan media sosial
sehingga mendorong seseorang untuk selalu terkoneksi. Penelitian yang
dilakukan Lai, Altavilla, Ronconi, dan Aceto (2016) terhadap 26 orang
partisipan dengan metode eksperimen menunjukkan FoMO memiliki
hubungan terhadap pengaktifan Lobus temporal tengah bagian kanan.
Individu dengan level FoMO yang tinggi tampaknya memiliki perhatian
besar terhadap pikiran orang lain dan menunjukkan kebutuhan yang tinggi
untuk diterima. Beyens et al (2016) mengatakan terdapat juga hubungan
antara FoMO dan perasaan stres pada seseorang kaitannya dengan
penggunaan sosial media Facebook.
Sejauh ini belum banyak penelitian yang berkaitan dengan ranah
psikologi pada penggunaan Instagram. Salah satu penelitian yang
berkaitan dengan keduannya adalah tentang motivasi pada pengguna
Instagram (Sheldon, Raueshnable, Antony, & Car, 2017). Laporan dari
Royal Society for Public Health, Instagram menempati posisi pertama
yang memberikan dampak negatif terhadap kesejahteraan seseorang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
9
(RSPH, 2017). Beyens et al (2016) menyarankan kepada penelitian
selanjutnya untuk lebih meneliti hubungan FoMO dengan wellbeing. Oleh
sebab itu hal ini semakin mendorong penelitian saat ini untuk mengetahui
hubungan kesejahteraan psikologis dengan FoMO pengguna Instagram
pada masa transisi menuju dewasa.
B. Rumusan Masalah
Pengguna media sosial instagram di Indonesia didominasi oleh
individu yang berada pada rentang usia 18-25 tahun, yaitu sebesar 18%
atau 18 juta pengguna (napoleoncat, 2017). Menurut teori perkembangan,
usia tersebut masuk pada masa transisi menuju dewasa (Arnett, 2000).
Masa transisi menuju dewasa merupakan suatu masa yang penting bagi
individu untuk mengekplorasi potensi-potensi diri dalam rangka
mempersiapkan masa depan yang lebih baik (Berk, 2012). Individu yang
memiliki kesejahteraan psikologis dengan level yang tinggi memiliki
kemampuan untuk mengenali diri dan membangkan diri sesuai dengan
potensi yang dimiliki (Ryff, 1995). Pada kenyataannya terdapat beberapa
kasus di Indonesia yang menunjukkan rendahnya kesejahteraan psikologis
pengguna instagram pada masa transisi menuju dewasa (Fahlevi, 2017;
Habibie, 2017). Beyens et al (2016) mengatakan FoMO menjadi tanda
kesejahteraan psikologis seseorang cenderung negatif. Berdasarkan
pemaparan tersebut, rumusan masalah yang diajukan oleh peneliti adalah:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
10
Apakah ada hubungan FoMO dengan kesejahteraan psikologis
penggunaan Instagram pada masa transisi menuju dewasa ?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan FoMO dengan
kesejahteraan psikologis penggunaan Instagram pada masa transisi menuju
dewasa.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan pengetahuan
dan informasi dalam bidang ilmu Psikologi Sosial dan Psikologi Klinis
tentang hubungan atau korelasi FoMO dengan kesejahteraan
psikologis pengguna Instagram pada masa transisi menuju dewasa dan
menjadi salah satu referensi bagi penelitian lebih lanjut dengan topik
yang sama.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini dapat memberikan wawasan pengetahuan bagi
masyarakat luas khususnya pengguna Instagram pada masa transisi
untuk berefleksi terkait FoMO dan kesejahteraan psikologis. Jika
hipotesis-hipotesis yang diajukan terbukti, penelitian ini dapat
dijadikan acuan pemerintah dan perusahaan media sosial untuk
mempromosikan penggunaan media sosial secara sehat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
11
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kesejahteraan Psikologis
1. Definisi Kesejahteraan Psikologis
Pada tahun 1980-an sudah mulai dirumuskan tentang fungsi
manusia positif (Ryff, 2014). Pada tahun-tahun berikutnya mulai
berkembang riset berkaitan dengan wellbeing. Walaupun demikian,
sampai tahun 1995, perkembangan pengetahuan psychology wellbeing
senantiasa tertinggal dibanding pengetahuan disfungsi psikologi (Ryff,
1995). Banyaknya studi tentang permasalahan psikologi
mengkerdilkan literatur psikologi positif. Hal ini tampak dari stigma
bahwa seorang dilihat sehat secara mental ketika tidak menderita
kecemasan, depresi dan bentuk gejala gangguan psikologis lainnya
(Ryff, 1995). Oleh sebab itu Ryff memutuskan untuk cenderung
menekuni penelitian tentang psychology wellbeing dengan
menggunakan kalimat yang bernada positif sehingga ada harapan baru
perkembangan fungsi manusia positif.
Secara harfiah psychology wellbeing diartikan sebagai
kesejahteraan psikologis. Sejak dua dekade lalu, Ryff mengajukan
model kesejahteraan psikologis. Ryff (2014) mengatakan dasar
konseptual filosofi dari kesejahteraan psikologis terletak pada
rumusan yang diberikan Aristoteles tentang kebaikan manusia
tertinggi. Arsitoteles menyebutnya dengan eudaimonia (Aristoteles
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
12
dalam Ryff, 2014). Aristoteles mengklaim kebaikan manusia bukan
berupa kebahagiaan, merasa baik-baik saja atau hasrat yang
terpuaskan tetapi aktivitas-aktivitas jiwa yang sesuai dengan
kebajikan, yang oleh Aristoteles dijabarkan bahwa perlu usaha untuk
mencapai yang terbaik. Hal tersebut ada di dalam diri kita.
Eudaimonia berisikan 2 hal esensi: pertama, mengenal diri sendiri,
dan kedua, menjadi diri sendiri. Seiring berjalannya waktu konsep ini
mengalir secara alami pada teori-teori psikologi.
Ryff berpendapat terdapat tiga literatur teori psikologi yang
menjadi pedoman untuk memahami makna kesejahteraan psikologi.
Pertama, psikologi perkembangan menawarkan gambaran tentang
kesejahteraan yang berkembang secara berkelanjutan sepanjang hidup
seseorang. Perspektif ini termasuk model Erikson tentang tahapan
perkembangan psikososial, Buhler tentang kecenderungan dasar hidup
seseorang yaitu mencapai kepenuhan hidup, dan penjelasan Neugarten
tentang perubahan kepribadian pada masa dewasa dan usia tua. Kedua,
psikologi klinis juga menawarkan rumusan kesejahteraan seperti
konsep aktualisasi diri Maslow, pandangan Rogers tentang manusia
yang berfungsi seutuhnya, pandangan Jung tentang Individuasi, dan
konsep Allport tentang kedewasaan atau maturiti. Ketiga, literatur
kesehatan mental mencakup rumusan Jahoda tentang kriteria positif
kesehatan mental dan konsep Birren tentang fungsi positif dalam
kehidupan kelak (Ryff, 1995). Berbagai kerangka fungsi positif di atas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
13
dijadikan satu dan disajikan sebagai dasar teori untuk
menggeneralisasi modal multidimensi kesejahteraan. Dimensi tersebut
mencakup penerimaan diri, relasi positif dengan orang lain, otonomi,
penguasaan lingkungan, tujuan hidup, dan pengembangan diri.
Berdasarkan pemaparan di atas, kesejahteraan psikologis adalah
pencapaian seseorang ketika memiliki keyakinan terhadap diri,
mampu mengelola situasi hidup, memanfaatkan bakat dan potensi,
memiliki hubungan dengan orang lain, merasa hidup bermakna dan
bertujuan, serta menerima keadaan diri dengan segala kelebihan dan
kekurangan.
2. Dimensi-Dimensi Kesejahteraan Psikologis
Berdasarkan Carol Ryff dan koleganya dalam Papalia (2007)
berikut ini adalah dimensi-dimensi dari kesejahteraan psikologis:
a. Penerimaan diri
Penerimaan diri dalam hal ini memiliki arti pengetahuan dan
penerimaan terhadap diri sendiri, termasuk kesadaran akan
keterbatasan personal. Individu yang memiliki skor penerimaan
diri yang tinggi memiliki sikap positif terhadap dirinya sendiri,
mengakui dan menerima kualitas baik dan buruk dirinya dan
merasa positif dengan kehidupan pada masa lalunya. Individu
dengan skor penerimaan diri yang rendah merasa tidak puas
dengan diri sendiri, kecewa dengan segala sesuatu yang telah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
14
terjadi pada masa lalu, bermasalah dengan kualitas pribadi, dan
ingin menjadi orang lain.
b. Relasi positif dengan orang lain
Relasi positif dengan orang lain tampak dari kedalaman
hubungan yang seseorang miliki dengan orang lain. Individu
dengan skor relasi positif yang tinggi memiliki hubungan yang
hangat, memuaskan, dan saling percaya dengan orang lain. Selain
itu prihatin dengan kesejahteraan orang lain, memiliki empati yang
besar, serta kasih sayang dan keintiman dalam berelasi. Individu
dengan skor relasi positif dengan orang lain yang rendah memiliki
sedikit hubungan dekat dan kepercayaan dengan orang lain.
Mereka merasa sulit untuk bersikap hangat, terbuka, dan prihatin
dengan orang lain. Selain itu, mereka cenderung tidak mau
berkompromi untuk mempertahankan ikatan dengan orang lain.
c. Otonomi
Otonomi memiliki arti apakah seorang individu memiliki
keyakinan dengan diri mereka sendiri. Individu dengan skor
otonomi yang tinggi mampu menentukan diri dan independen.
Individu seperti ini mampu menahan tekanan supaya dapat tetap
dapet berpikir dan bertindak dengan tepat. Selain itu individu ini
juga dapat mengatur perilaku dari dalam diri dan mengevaluasi
diri. Individu dengan skor otonomi rendah cenderung
memperhatikan harapan dan evaluasi dari orang lain sehingga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
15
keputusan penting bergantung pada orang lain. Tekanan sosial
mendorong individu seperti ini berpikir dan bertindak sesuai
keinginan orang lain.
d. Penguasaan lingkungan
Penguasaan lingkungan dalam hal ini diartikan sebagai
kemampuan individu untuk mengelola situasi kehidupannya
dengan baik. Individu dengan skor penguasaan lingkungan yang
tinggi mampu mengontrol kegiatan eksternal yang kompleks,
memanfaatkan kesempatan di sekitar secara efektif, dan mampu
memiliki konteks yang sesuai dengan kebutuhan dan nilai pribadi.
Individu dengan skor penguasaan lingkungan yang rendah
memiliki kesulitan dalam mengatur urusan sehari-hari, merasa
tidak dapat memperbaiki lingkungan sekitarnya, tidak menyadari
peluang, dan cenderung tidak mampu untuk mengontrol dunia luar.
e. Tujuan hidup
Tujuan hidup merupakan sejauh mana individu merasa hidup
mereka memiliki makna, tujuan dan arahan. Individu yang
memiliki skor tinggi pada tujuan hidup merasa memiliki makna
dari pengalaman masa lalunya, memiliki keyakinan yang memberi
tujuan hidup, dan memiliki tujuan untuk hidup. Individu dengan
skor tujuan hidup rendah cenderung tidak memiliki makna dalam
hidup, memiliki sedikit tujuan hidup, tidak dapat memaknai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
16
peristiwa kehidupan masa lampau, dan tidak memiliki kepercayaan
yang memberikan makna hidup.
f. Pengembangan diri
Merupakan kemampuan individu untuk memanfaatkan bakat
dan potensi. Individu dengan skor pengembangan diri tinggi
memiliki perasaan terus berkembang, terbuka dengan pengalaman
baru, menyadari potensi yang ada dalam dirinya, dan senantiasa
memperbaiki diri dari waktu ke waktu. Individu dengan skor
rendah pada dimensi ini cenderung stagnan, tidak memiliki daya
untuk memperbaiki diri dari waktu ke waktu, merasa bosan dan
tidak tertarik dengan kehidupan, dan merasa tidak mampu
mengembangkan sikap dan perilaku baru.
3. Faktor-Faktor Kesejahteraan Psikologis
a. Perkembangan dan Usia
Seseorang yang senantiasa mampu menunjukkan kemajuan
dalam melalui tugas perkembangan pada kehidupan dewasa
memiliki hubungan kesejahteraan yang tinggi (Ryff, 2014).
Walaupun demikian penuaan cenderung mengakibatkan penurunan
pada dimensi tujuan dalam hidup dan pertumbuhan pribadi.
Seseorang yang merasa muda tetapi tidak ingin menjadi lebih muda
dilaporkan memiliki kesejahteraan yang tinggi (Ryff, 2014).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
17
b. Jenis kelamin
Wanita pada segala usia dilaporkan secara konsisten menilai
diriniya memiliki hubungan positif yang lebih tinggi dibanding pria
dan perempuan cenderung memiliki skor yang tinggi pada
pertumbuhan personal dibanding pria (Ryff, 1995). Untuk keempat
dimensi kesejahteraan psikologi lainnya tidak ada perbedaan
signifikan yang ditunjukkan pria dan wanita.
c. Kepribadian
Psikologi memiliki perhatian tentang hubungan kesejahteraan
dengan perbedaan individual, seperti sifat kepribadian. Dengan
menggunakan model big five ditemukan bahwa keterbukaan pada
pengalaman memiliki hubungan dengan pertumbuhan pribadi,
agreeableness memiliki hubungan dengan relasi positif terhadap
orang lain, dan extraversion, conscientiousness dan neuroticism
semuanya memiliki hubungan dengan penguasaan lingkungan,
tujuan hidup dan penerimaan diri (Ryff, 2014).
d. Social Networking Sites (SNSs)
Kross, Verduyn, Demiralp, Park, Lee, Lin, Shablack, Jonides,
Ybarra (2013) mengatakan bahwa penggunaan SNSs berpotensi
berdampak membahayakan bagi kesejahteraan seseorang. Terdapat
hubungan antara stress dengan ketakutan ketika seseorang tidak
terkoneksi (Beyens et al, 2016). Dilaporkan juga remaja mengalami
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
18
gangguan tidur disebabkan memiliki dorongan kuat untuk
menggunakan SNSs sepanjang waktu (Adams et al, 2016).
B. Fear of Missing Out
1. Definisi Fear of Missing Out
Turkle dalam Przybylski et al (2013) mengatakan kemajuan
teknologi memediasi komunikasi dan membawa dampak positif
maupun negatif. Dia berpendapat seseorang yang tertambat pada
teknologi akan selalu berusaha untuk berkomunikasi dan terhubung
melalui teknologi tersebut sehingga seringkali mengganggu
pengalaman sosial yang secara nyata sedang terjadi. Kecenderungan
seseorang untuk berusaha selalu terhubung karena takut akan
kehilangan momen disebut fear of missing out (FoMO).
FoMO merupakan konstruk kepribadian yang relatif baru
sehingga sangat sedikit literatur dan teori pendukung yang tersedia
(Oberst et al, 2017). Tidak diketahui pasti kapan istilah ini muncul
tetapi laporan FoMO dibahas oleh dua jurnalis The New York Times
(Wortham, 2011) dan San Francisco Chronicle (Morford, 2010).
Wortham (2011) menyatakan FoMO mungkin merupakan sumber
perasaan negatif atau perasaan depresi karena dapat melemahkan
perasaan bahwa seseorang telah membuat keputusan terbaik dalam
hidupnya. Morford (2010) mengatakan dorongan adiktif terhadap
peristiwa yang dianggap luar biasa dan terjadi di sekitar yang akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
19
menjadi seperti mimpi buruk ketika tidak terlibat di dalamnya. Selain
keduanya, J. Walter Thompson Intelligence (JWT), sebuah lembaga
riset, penemuan, dan inovasi. JWT (2012) mengungkapkan bahwa
FoMO merupakan perasaan tidak nyaman dan kadang-kadang
membuat perasaan bahwa anda kehilangan. Lebih lanjut, media sosial
membuat orang menyadari hal-hal yang mungkin tidak mereka
ketahui. Hal ini dapat memicu keinginan untuk berpartisipasi dalam
diri seseorang.
Untuk pertama kalinya Przybylski et al (2013) melakukan riset
mengembangkan dasar empiris dan teoretis untuk membingkai
fenomena FoMO. Przybylski et al (2013) mengartikan FoMO sebagai
kekhawatiran yang dirasakan seseorang bahwa orang lain mungkin
melakukan pengalaman memuaskan, hal ini mendorong untuk
terhubung secara terus menerus. Dia menggunakan self-determination
theory (SDT; Deci & Ryan, 1985), sebuah teori makro tentang
motivasi manusia yang menyediakan sudut pandang yang berguna
untuk membingkai dasar empiris pemahaman FoMO. Melalui sudut
pandang teori ini FoMO dipahami sebagai bentuk regulasi diri yang
muncul akibat kurangnya kepuasan kebutuhan dasar psikologi
seseorang. Dengan kata lain rendahnya kebutuhan psikologi
memungkinkan meningkatkan sensitivitas FoMO seseorang.
Berdasarkan gagasan dan definisi di atas maka dapat
disimpulkan bahwa fear of missing out (FoMO) adalah perasaan takut,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
20
khawatir, dan cemas yang muncul karena anggapan bahwa kejadian,
pengalaman atau pembicaraan yang sedang dialami oleh orang lain
lebih memuaskan sehingga mendorong seseorang untuk senantiasa
terkoneksi melalui media sosial
2. Indikator-indikator Fear of Missing Out
Berdasarkan penelitian Przybylski et al (2013) peneliti melihat
terdapat 3 indikator-indikator dari FoMO. Indikator-indikator ini
didasarkan atas rangkuman dari tulisan populer dan survei industri
oleh Przybylski et al tentang FoMO (JWT, 2012; Morford, 2010;
Wortham, 2011). Indikator- indikator tersebut sebagai berikut:
a. Ketakutan
Ketakutan diartikan sebagai keadaan emosional yang
timbul pada seseorang yang merasa terancam ketika seseorang
sedang terhubung atau tidak terhubung pada suatu kejadian atau
pengalaman atau percakapan dengan pihak lain.
b. Kekhawatiran
Kekhawatiran diartikan sebagai perasaan yang timbul
ketika seseorang menemukan bahwa orang lain sedang mengalami
peristiwa menyenangkan tanpanya dan merasa telah kehilangan
kesempatan bertemu dengan orang lain.
c. Kecemasan
Kecemasan diartikan sebagai respons seseorang terhadap
sesuatu yang tidak menyenangkan ketika seseorang sedang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
21
terhubung atau tidak terhubung pada suatu kejadian atau
pengalaman atau percakapan dengan pihak lain.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Fear of Missing Out
a. Usia dan Gender
Survei yang dilakukan lembaga komunikasi pemasaran
terkemuka, JWT (2012) ditemukan bahwa laki-laki (dari Amerika)
lebih mudah mengalami FoMO melalui media sosial. Mereka
merasa kehilangan ketika melihat teman-teman sebaya melakukan
aktifitas tanpanya. Sejalan dengan bukti penelitian tersebut,
penelitian yang dilakukan oleh Przybylski et al (2013) menemukan
bahwa partisipan muda dan berjenis kelamin laki-laki memiliki
kecenderungan memiliki level FoMO tinggi. Tidak ada bukti
perbedaan tingkat FoMO pada gender antar orang yang lebih tua.
b. Penggunaan SNSs
Teknologi memainkan peran yang signifikan dalam
menjaga konektivitas dengan orang-orang di sekitar. McMahon &
Pospisil dalam Alt (2015) mengatakan generasi saat ini memiliki
fokus pada interaksi sosial dan konektivitas dengan teman,
keluarga, dan kolega menggunakan media sosial pada mobile
phone. Alabi (2013) mengungkapkan media sosial dapat
mendorong seseorang berperilaku adiktif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
22
c. Motivasi
Studi yang dilakukan Przybylski et al (2013)
mengindikasikan bahwa individu yang rendah akan kepuasan
kebutuhan psikologi terhadap kompetensi, otonomi, dan hubungan
dengan orang lain dilaporkan memiliki level FoMO yang tinggi.
4. Dampak Fear of Missing Out
Prsybylski et al (2013) menemukan bukti tingginya level FoMO
berhubungan dengan rendahnya suasana hati dan kepuasan akan
kebutuhan dasar psikologis seseorang untuk kompetensi, otonomi, dan
relasi. Hal ini disebab FoMO membuat seseorang tidak mampu untuk
mengendalikan ketakutan akan kehilangan suatu hal dalam dirinya,
sehingga berdampak pada ketidakmampuan dalam emosi dan perilaku.
FoMO akan membuat seseorang senantiasa terikat dengan
media sosial yang dimiliki. FoMO membuat seseorang mengalami
kesusahan tidur (Adams et al, 2016). Hal ini disebabkan karena
seseorang merasa cemas apabila orang lain sedang mengalami
peristiwa menarik, sehingga orang senantiasa terkoneksi dengan
gawainya.
Alt (2015) menemukan FoMO memiliki hubungan dengan tidak
adanya motivasi seseorang untuk belajar. Sebaliknya, Beyens et al
(2016) rendahnya FoMO membuat seseorang menjadi tidak stres
dalam menggunakan media sosial. Orang menjadi memahami
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
23
penggunaan sosial media dan tidak sensitif dengan umpan balik orang
lain terhadap unggahannya (Beyens et al, 2016).
C. Instagram
a. Ikhtisar Instagram
Instagram adalah jejaring media sosial yang memungkinkan
pengguna untuk mengambil foto atau video yang kemudian dapat
dibagikan pada pengguna Instagram lainnya (Frommer, 2010).
Instagram diluncurkan pada 2010 sebagai aplikasi berbagi photo dan
video. Saat ini lebih dari 600 juta pengguna aktif setiap bulan dan
menduduki sebagai aplikasi media sosial paling terkenal. Di Indonesia,
pengguna Instagram lebih dari 45 juta. Pengguna Instagram dapat
menggunakan fitur edit foto dan mengunggahnya dengan kualitas
gambar yang tinggi (Lee, Lee, Moon, dan Sung, 2015).
Aplikasi yang sederhana dan kreatif ini memungkinkan
pengguna untuk membagikan dan mengetahui tentang kehidupan
orang lain melalui foto. Tidak seperti Twitter dan Facebook, Instagram
lebih mengunggulkan gambar untuk menciptakan budaya visual yang
kuat. Instagram tampil sebagai album foto virtual. Instagram beberapa
jenis filter yang dapat digunakan pengguna untuk mengubah warna
dan resolusi foto/video sebelum diunggah ke akun instagram mereka.
Fitur lain adalah photo map, seorang pengguna dapat memberitahukan
lokasi foto tersebut diambil dan diunggah. Pada aplikasi ini, pengguna
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
24
lain dapat memberikan “like” dan komentar pada foto yang diunggah.
Pada aplikasi ini kita dapat menggunakan hashtag atau tanda pagar (#)
yang berfungsi untuk memudahkan pengguna mendapatkan konten
yang spesifik. Smith & Smith (2012) berpendapat tanda pagar
digunakan sebagai penunjukkan unggahan foto dan menunjukkan
anggota kelompok.
b. Penelitian tentang Instagram
Lee et al (2015) meneliti terdapat lima motivasi menggunakan
Instagram, yaitu; interaksi sosial, arsip, ekspresi diri, menghindari
keadaan tidak menyenangkan, mengintip apa yang orang lain
ungkapkan melalui foto yang diunggah. Interaksi sosial adalah faktor
kuat yang memotivasi pengguna Instagram untuk menjaga hubungan
sosial dengan orang lain melalui aplikasi ini. Pendapat senada
diungkapkan oleh Sheldon & Bryant (2016) yang mengungkapkan
bahwa mengetahui tentang orang lain lakukan, arsip pribadi, ingin
menunjukkan diri supaya terkenal, dan menunjukkan salah satu
kemampuan diri serta menemukan orang yang memiliki ketertarikan
sama merupakan motivasi orang menggunakan Instagram.
Sheldon & Bryant (2016) mengatakan interaksi interpersonal
memiliki hubungan positif terhadap penggunaan Instagram untuk
tujuan kreativitas, dan upaya menunjukkan diri supaya terkenal. Faktor
aktivitas sosial memiliki hubungan positif dengan upaya untuk
mendokumentasi foto kejadian masa lalu sebagai arsip pada Instagram.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
25
Narsisme memiliki hubungan positif dengan penggunaan Instagram
untuk terlihat keren. Narsisme juga mendorong orang untuk
menghabiskan waktu lama untuk mengedit foto sebelum diunggah di
Instagram.
D. Masa Transisi Menuju Dewasa
Masa transisi menuju dewasa atau emerging adulthood merupakan
teori baru perkembangan manusia yang diajukan oleh J.J. Arnett. Masa
transisi ini terjadi ketika seseorang berada pada usia 18-25 tahun. Arnett
(2000) menegaskan bahwa secara empiris dan teoretis, masa ini berbeda
dengan masa remaja maupun dewasa awal.
Transisi dari remaja menuju dewasa merupakan masa yang penting
bagi seorang individu dalam mempersiapkan kehidupan di masa
dewasanya (Arnett, 2000). Papalia mengatakan emerging adulthood terjadi
pada usia 18 sampai pertengahan sampai akhir usia 20an. Pada masa ini
seseorang banyak melakukan eksperimen sebelum menanggung peraturan
dan tanggung jawab sebagai pribadi (Papalia, 2007). Seseorang mulai
bekerja dan tinggal sendiri di kos atau apartemen. Mereka berusaha
menemukan pekerjaan yang stabil dan membangun hubungan romantis
jangka panjang dengan orang lain.
Pada masa ini pertemanan sangat penting (Papalia, 2007).
Pertemanan memungkinkan seseorang mendapatkan dukungan dan
melakukan aktivitas menarik bersama. Bahkan beberapa pertemanan yang
baik membawa mereka pada hubungan percintaan (Papalia, 2007). Riset
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
26
yang dilakukan Carbery dan Buhrmester (1998) menemukan bahwa pada
seseorang yang masih sendiri lebih menunjukkan dorongannya untuk
menjalin pertemanan dari pada seseorang yang sudah menikah. Seseorang
yang memiliki teman akan merasa bahagia (Myers dalam Papalia, 2007).
Berdasarkan pemaparan di atas, masa transisi menuju dewasa adalah
masa perkembangan seseorang berusia 18-25 tahun yang memiliki
karakteristik untuk menjalin hubungan pertemanan dengan orang lain,
bereksperimen dengan berbagai macam hal dalam upaya untuk
mempersiapkan masa dewasa dengan identitas diri dan arah hidup yang
jelas.
E. Dinamika Hubungan Antara FoMO dan Kesejahteraan Psikologis
Pada Pengguna Instagram Di Masa Transisi Menuju Dewasa
Perkembangan media sosial seperti dua mata pisau, ada yang
memberikan dampak positif dan negatif. Media sosial menjadi sarana yang
mudah dan penting untuk menjaga koneksi sosial serta memuaskan
kebutuhan sosial seseorang (Shapiro dan Margolin, 2013; Lee dan Chiou,
2013). Di sisi lain, media sosial dapat membuat seseorang menjadi cemas,
takut, dan khawatir karena menganggap pengalaman atau pembicaraan
yang sedang dialami orang lain lebih memuaskan. Kondisi seperti ini
disebut fear of missing out (FoMO) (Przybylski et al, 2013; Beyens et al,
2016; Alt, 2016). Terdapat tiga indikator FoMO, yaitu ketakutan,
kekhawatiran, dan kecemasan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
27
Dalam banyak penelitian seseorang yang mengalami FoMO
diletakkan dalam konteks penggunaan media sosial (Alt, 2016; Beyens et
al, 2016; Lai et all, 2016; Oberst et al, 2017). Terdapat banyak media
sosial saat ini, salah satunya adalah Instagram. Instagram merupakan
platform yang memungkinkan seseorang untuk mengambil, mengedit, dan
mengunggah foto serta video dengan mudah dan dalam satu rangkaian.
Berdasarkan data yang dikumpulkan dari perusahaan penyedia data
statistik untuk kepentingan bisnis, NapoleonCat menunjukkan setidaknya
terdapat 40% dari pengguna Instagram di Indonesia atau sekitar 18 juta
pengguna di Indonesia berada pada rentang usia 18-25 tahun (napoleoncat,
2017). Berdasarkan fakta tersebut, pengguna Instagram di Indonesia masih
masuk dalam emerging adulthood atau masa transisi menuju dewasa.
Masa ini muncul setelah seseorang melepaskan masa remaja tetapi belum
memiliki tanggungjawab sebagai orang dewasa. Masa ini ditandai dengan
semangat seseorang dalam mengeksplorasi kesempatan-kesempatan yang
ada di sekitarnya dalam hal percintaan, pekerjaan, maupun cara
pandangannya terhadap dunia (Arnett, 2000).
Instagram adalah media sosial nomor satu yang memberikan
dampak negatif terhadap kesejahteraan seseorang berdasarkan laporan
Royal Society for Public Health (RSPH, 2017). FoMO disinyalir memiliki
hubungan terhadap kesejahteraan psikologi (Beyens et al, 2016). Salah
satu dampak negatif dari FoMO adalah munculnya kecemasan berlebihan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
28
sehingga seseorang senantiasa terikat dengan media sosialnya (Elhai,
Leveni, Dvorak, Hall,Gliem 2016).
Przybylski et al (2013) menemukan FoMO memiliki hubungan
dengan kesejahteraan psikologis. Seseorang yang memiliki tingkat FoMO
yang tinggi memiliki tingkat kesejahteraan psikologis yang rendah. Hal ini
tampak dari kepuasan hidup dan suasana hati yang rendah (Przybylski et
al, 2013). Kesejahteraan psikologis adalah pencapaian seseorang ketika
memiliki keyakinan terhadap diri, mampu mengelola situasi hidup,
memanfaatkan bakat dan potensi, memiliki hubungan dengan orang lain,
merasa hidup bermakna dan bertujuan, serta menerima keadaan diri
dengan segala kelebihan dan kekurangan.
Kesejahteraan psikologis memiliki enam dimensi. Pertama,
penerimaan diri arti memiliki pengetahuan dan penerimaan terhadap diri
mereka sendiri, termasuk kesadaran akan keterbatasan personal. Kedua,
relasi positif dengan orang lain yang tampak dari kedalaman hubungan
yang seseorang miliki dengan orang lain. Ketiga, otonomi yang memiliki
arti apakah seorang individu memiliki keyakinan dengan diri mereka
sendiri. Keempat, penguasaan lingkungan yang diartikan sebagai
kemampuan individu untuk mengelola situasi kehidupannya dengan baik.
Kelima, tujuan hidup yang merupakan sejauh mana individu merasa hidup
mereka memiliki makna, tujuan dan arahan. Keenam, pengembangan diri
yang merupakan kemampuan individu untuk memanfaatkan bakat dan
potensi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
29
Seseorang dengan FoMO yang tinggi memiliki ketakutan akan
perasaan terancam ketika sedang terhubung atau tidak terhubung pada
suatu kejadian atau pengalaman atau percakapan dengan pihak lain.
Seseorang dengan FoMO yang tinggi memiliki kekhawatiran bahwa orang
lain sedang mengalami peristiwa menyenangkan tanpanya dan merasa
telah kehilangan kesempatan bertemu dengan orang lain. FoMO yang
tinggi akan menimbulkan kecemasan sebagai respon seseorang terhadap
sesuatu yang tidak menyenangkan ketika seseorang sedang terhubung atau
tidak terhubung pada suatu kejadian atau pengalaman atau percakapan
dengan pihak lain (Przybylski et al (2013).
Sebaliknya, seseorang dengan FoMO yang rendah mampu
mengatasi perasaan takut yang muncul saat sedang terhubung atau tidak
terhubung pada suatu kejadian atau pengalaman atau percakapan dengan
pihak lain. Seseorang dengan FoMO yang rendah mampu mengelola rasa
khawatir yang timbul akibat orang lain sedang mengalami peristiwa
menyenangkan tanpanya dan tidak merasa kehilangan kesempatan bertemu
dengan orang lain. Seseorang dengan FoMO yang rendah tidak mudah
mengalami kecemasan sebagai respon seseorang terhadap sesuatu yang
tidak menyenangkan ketika seseorang sedang terhubung atau tidak
terhubung pada suatu kejadian atau pengalaman atau percakapan dengan
pihak lain (Przybylski et al (2013). Dari pemaparan tersebut, maka FoMO
yang tinggi akan membuat seseorang cenderung memiliki kesejahteraan
psikologis rendah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
30
F. Skema Hubungan Antar Variabel
FoMO
Tinggi
Seseorang memiliki ketakutan akan perasaan terancam ketika seseorang
sedang terhubung atau tidak terhubung pada suatu kejadian atau
pengalaman atau percakapan dengan pihak lain.
Seseorang memiliki ketakutan akan perasaan terancam ketika seseorang
sedang terhubung atau tidak terhubung pada suatu kejadian atau
pengalaman atau percakapan dengan pihak lain
Seseorang memiliki kecemasan sebagai respon seseorang terhadap sesuatu yang tidak menyenangkan ketika seseorang sedang terhubung
atau tidak terhubung pada suatu kejadian atau pengalaman atau percakapan dengan pihak lain
Kesejahteraan psikologis rendah
Rendah
Seseorang mampu mengatasi perasaan takut yang muncul sedang
terhubung atau tidak terhubung pada suatu kejadian atau
pengalaman atau percakapan dengan pihak lain.
Seseorang dapat mengelola rasa kuatir yang timbul akibat orang
lain sedang mengalami peristiwa menyenangkan tanpanya dan
merasa tidak merasa kehilangan kesempatan bertemu dengan orang
lain.
Seseorang tidak mudah mengalamii kecemasan sebagai respon
seseorang terhadap sesuatu yang tidak menyenangkan ketika
seseorang sedang terhubung atau tidak terhubung pada suatu
kejadian atau pengalaman atau percakapan dengan pihak lain
Kesejahteraan psikologis tinggi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
31
G. Hipotesis
Hipotesis penelitian ini adalah:
1. Hipotesis Mayor
FoMO berhubungan negatif dengan kesejahteraan psikologis
pengguna Instagram pada masa transisi menuju dewasa. Semakin
tinggi FoMO maka semakin rendah kesejahteraan psikologis
pengguna Instagram pada masa transisi menuju dewasa. Sebaliknya,
semakin rendah FoMO maka semakin tinggi kesejahteraan psikologis
pengguna Instagram pada masa transisi menuju dewasa.
2. Hipotesis Minor
FoMO berhubungan negatif dengan semua dimensi kesejahteraan
psikologis pengguna Instagram pada masa transisi menuju dewasa.
Semakin tinggi FoMO maka semakin rendah semua dimensi
kesejahteraan psikologis logis pengguna Instagram pada masa transisi
menuju dewasa. Sebaliknya, semakin rendah FoMO maka semakin
tinggi semua dimensi kesejahteraan psikologis logis pengguna
Instagram pada masa transisi menuju dewasa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
32
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Dari pendekatan analisis, penelitian ini menggunakan pendekatan
kuantitatif yang menitikberatkan pada analisis data angka yang kemudian
diolah dengan pengujian statistik. Berdasarkan tujuan dan hipotesis,
penelitian ini masuk dalam penelitian korelasional karena bertujuan
menyelidiki variasi satu variabel berkaitan dengan variasi satu atau lebih
variabel lain, berdasarkan koefisien korelasi (Azwar, 2012).
B. Variabel Penelitian
Variabel-variabel pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Variabel bebas : Fear of missing out
b. Variabel tergantung : Kesejahteraan psikologis
C. Definisi Operasional
1. Fear of Missing Out
Fear of missing out (FoMO) adalah perasaan takut, khawatir, dan
cemas yang muncul karena anggapan bahwa kejadian, pengalaman
atau pembicaraan yang sedang dialami oleh orang lain lebih
memuaskan sehingga mendorong seseorang untuk senantiasa
terkoneksi melalui media sosial. FoMO diukur menggunakan skala
FoMO yang diadaptasi dari Przybylski et al (2013). Przybylski adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
33
profesor psikologi terapan Universitas Oxford, Inggris. Skala yang dia
buat dikumpulkan dari responden yang banyak dan merepresentasikan
sampel nasional. Semakin tinggi skor total FoMO yang diperoleh
individu, semakin tinggi pula tingkat FoMO individu. Sebaliknya,
semakin rendah skor total FoMO yang diperoleh individu, semakin
rendah pula tingkat FoMO individu.
2. Kesejahteraan psikologis
Kesejahteraan psikologis adalah pencapaian seseorang ketika
memiliki keyakinan terhadap diri, mampu mengelola situasi hidup,
memanfaatkan bakat dan potensi, memiliki hubungan dengan orang
lain, merasa hidup bermakna dan bertujuan, serta menerima keadaan
diri dengan segala kelebihan dan kekurangan. Kesejahteraan psikologis
diukur menggunakan skala kesejahteraan psikologis hasil adaptasi
skala milik C. Ryff yang telah digunakan lebih dari 200 penelitian
terkait variabel ini (Ryff, 2014). Skala ini terdiri dari 6 dimensi:
otonomi, penguasaan lingkungan, pengembangan diri, relasi positif
dengan orang lain, tujuan hidup, penerimaan diri. Semakin tinggi pada
dimensi-dimensi kesejahteraan psikologi individu, semakin tinggi pula
tingkat kesejahteraan psikologi individu. Sebaliknya semakin rendah
dimensi-dimensi kesejahteraan psikologi individu, semakin rendah
juga kesejahteraan psikologi individu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
34
D. Subjek Penelitian
Subjek pada penelitian ini dipilih menggunakan teknik
nonprobabily sampling karena besarnya peluang anggota populasi untuk
terpilih menjadi sampel tidak diketahui (Azwar, 2012). Jenis sampel yang
digunakan adalah sampling purposive yaitu teknik pengambilan sampel
sumber data dengan pertimbangan tertentu yang menjadi kriteria peneliti
(Sugiyono, 2015). Subjek dalam penelitian ini adalah orang-orang yang
berada pada masa transisi menuju dewasa (berusia 18-25 tahun) karena
individu pada masa ini memiliki dorongan kuat untuk berinteraksi melalui
media sosial khususnya instagram. Selain itu subjek penelitian ini adalah
individu yang menggunakan media sosial instagram. Penelitian ini
menggunakan teknik convenience sampling yaitu teknik mengambil
sampel tanpa mempertimbangkan keterwakilan populasi (Clark-Carter,
2010).
E. Instrumen Penelitian
1. Metode Pengumpulan Data
Dalam rangka mengumpulkan data untuk mendapatkan
jawaban dari permasalahan, penelitian ini akan menyebarkan skala
penelitian kepada subjek yang telah ditentukan dengan kriteris tertentu
sehingga data yang diperolah merupakan data primer. Azwar (2012)
mengatakan data primer diperoleh dari sumber pertama melalui
prosedur dan teknik pengambilan data yang khusus dirancang sesuai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
35
dengan tujuannya. Jenis skala yang digunakan pada penelitian ini
adalah skala likert, yaitu subjek diarahkan untuk memilih satu dari
beberapa jenis respon yang telah tersedia. Terdapat dua skala yang
akan digunakan pada penelitian ini, yaitu skala fear of missing out
milik Przybylski et al (2013) dan skala kesejahteraan psikologis miliki
Carol Ryff. Semua skala tersebut merupakan skala adaptasi dari
penelitian terdahulu dan sudah diberikan ijin.
2. Alat Pengumpulan Data
a. Skala Fear of Missing Out(FoMO)
Skala fear of missing out (FoMO) diadaptasi dari alat ukur
yang dikembangkan oleh Przybylski et al (2013). Terdapat tiga
indikator pada variabel FoMO yaitu ketakutan, kecemasan, dan
kekhawatiran dengan jumlah item sebanyak 10 item. Peneliti
memiliki dua alasan untuk melakukan adaptasi skala miliki
Przybylski et al (2013). Pertama, sampai saat ini baru Przybylski et
al yang membuat instrument pengukuran diri tentang konstrak
FoMO dengan dasar empiris dan arti teoretis yang berusaha dia
bangun. Kedua, instrumen yang disajikan oleh Przybylski et al
(2013) sejauh ini memiliki reliabilitas yang tinggi yaitu 0,87 - 0,90.
Peneliti menyediakan 5 pilihan respons jawaban pada skala
fear of missing out yaitu Sangat Tidak Sesuai (STS), Tidak Sesuai
(TS), Cukup Sesuai (CS), Sesuai (S), dan Sangat Sesuai (SS).
Variabel ini menggunakan opsi jawaban ganjil untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
36
meningkatkan konsistensi internal skala (Anderson, dalam
Supratiknya, 2014). Pemberian skor pada skala ini dapat dilihat
pada tabel berikut:
Tabel. 1
Pemberian nilai skor pada Skala Likert FoMO
Sangat
Sesuai
(SS)
Sesuai
(S)
Cukup
Sesuai
(CS)
Tidak
Sesuai
(TS)
Sangat
Tidak
Sesuai
(STS) Skor item 5 4 3 2 1
Contoh item pertanyaannya adalah “Saya khawatir jika
orang lain memiliki pengalaman yang lebih berharga daripada
saya”.
Tabel. 2
Sebaran item skala FoMO sebelum Try Out
Indikator Nomor item Jumlah Persentase
Adanya ketakutan,
kekuatiran, dan kecemasan
ketika seseorang sedang
terhubung atau tidak
terhubung pada suatu
kejadian atau pengalaman
atau percakapan dengan pihak
lain.
1,2,3,4,5,6,7,8,9
,10
10 100%
b. Skala Kesejahteraan Psikologis
Skala kesejahteraan psikologis diadaptasi dari skala yang
dikembangan oleh C. Ryff. Skala ini berjumlah 84 item yang
dibuat berdasarkan 6 dimensi kesejahteraan psikologis yaitu
otonomi, penguasaan lingkungan, perkembangan diri, relasi positif
dengan orang lain, tujuan hidup, penerimaan diri. Pertimbangan
peneliti menggunakan skala kesejahteraan psikologis milik Ryff
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
37
karena sejauh ini reliabilitas pada tiap-tiap dimensi tinggi. Selain
itu, alat ukut milik Ryff ini banyak digunakan oleh peneliti lain
yang menggunakan pada penelitiannya sehingga peneliti skripsi ini
berasumsi skala Ryff memiliki kredibilitas sebagai skala
pengukuran yang baik.
Pada skala kesejahteraan psikologis, variasi pilihan respons
jawaban yang disediakan penelitian adalah Sangat Tidak Setuju
(STS), Tidak Setuju (TS), Kurang Setuju (KS), Cukup setuju (CS),
Setuju (S), dan Sangat Setuju (SS). Peneliti menggunakan pilihan
jawaban genap untuk mengarahkan subjek supaya tidak
memberikan jawaban netral, (Anderson, dalam Supratiknya, 2014).
Pemberian skor pada skala ini dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel. 3
Pemberian nilai skor pada Skala Likert Kesejahteraan
Psikologis
Skor item Sangat
Setuju
(SS)
Setuju
(S)
Cukup
Sesuai
(CS)
Kurang
Setuju
(KS)
Tidak
Setuju
(TS)
Sangat
Tidak
Setuju
(STS) Favorable 6 5 4 3 2 1
Unfavorable 1 2 3 4 5 6
Contoh item pernyataannya adalah “Kebanyakan orang
melihat saya sebagai sosok yang penuh cinta dan kasih sayang”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
38
Tabel. 4
Sebaran item skala Kesejahteraan Psikologis
Dimensi Indikator Item
Favorable
Item
Unfavorable
Jumlah
Otonomi Keyakinan pada
diri sendiri, tahan
terhadap tekanan,
kemampuan
menentukan diri,
independen, dan
mengatur
perilaku serta
mengevaluasi
diri.
7
7
14
Penguasaan
lingkungan
Kemampuan
mengelola situasi
kehidupan,
mengontrol
kegiatan eksternal
yang kompleks,
memanfaatkan
kesempatan
disekitar secara
efektif, dan
mampu memiliki
konteks yang
sesuai dengan
kebutuhan dan
nilai pribadi.
8
6
14
Perkembangan
diri
Kemampuan
untuk
memanfaatkan
bakat dan potensi,
memiliki
perasaan terus
berkembang,
terbuka dengan
pengalaman baru,
menyadari
potensi yang ada
dalam dirinya,
senantiasa
memperbaiki diri
dari waktu ke
waktu.
8
6
14
Relasi positif
dengan orang
lain
Kemampuan
menjalin
hubungan yang
dalam, hangat,
7
7
14
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
39
memuaskan, dan
saling percaya
dengan orang lain,
prihatin dengan
kesejahteraan
orang lain,
memiliki empati
yang besar, serta
kasih sayang dan
keintiman dalam
berelasi.
Tujuan hidup Kemampuan
untuk memaknai
hidup, memiliki
keyakinan dalam
menentukan
tujuan dan arahan
hidup.
7
7
14
Penerimaan
diri
Pengetahuan dan
penerimaan
terhadap diri,
kesadaran akan
keterbatasan
personal, sikap
positif terhadap
dirinya sendiri,
mengakui dan
menerima kualitas
baik dan buruk
dirinya dan
merasa positif
dengan kehidupan
pada masa
lalunya.
7
7
14
TOTAL 42 42 84
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
40
Tabel. 5
Sebaran item skala Kesejahteraan Psikologis sebelum Try Out
Dimensi Item
Favorable
Item
Unfavorable
Jumlah Persentase
Autonomy 8, 14, 26, 38,
50, 68, 80
2, 20, 32, 44,
56, 62, 74
14 16,66%
environmental
mastery
3, 21, 33, 39,
51, 57, 69, 81
9, 15, 27, 45,
63, 75
14 16,66%
personal growth 10, 16, 28, 40,
46, 52, 64, 70.
4, 22, 34, 58,
76, 82
14 16,66%
positive relation
with others
1, 19, 25, 37,
49, 67, 79
7, 13, 31, 43,
55, 61, 73
14 16,66%
purpose in life 5, 23, 47, 53,
59, 71, 77
11, 17, 29, 35,
41, 65, 83
14 16,66%
self-acceptance 6, 12, 30, 36,
48, 72, 78
18, 24, 42, 54,
60, 66, 84
14 16,66%
Total 44 40 84 100%
F. Kualitas Alat Ukur
1. Validitas
Supratiknya (2014) mengatakan validitas merupakan bagian
penting dalam penelitian untuk mengetahui sejauh mana temuan-
temuan empiris dan teoretis mendukung cara menafsirkan skor tes
sesuai tujuan penggunaan tes. Lebih lanjut dia mengatakan, pada tahap
validasi yang ditinjau kembali adalah kualitas penafsiran skor tes
sesuai dengan tujuan penggunaan tes (Supratiknya, 2014). Penelitian
ini menggunakan validitas isi. Validitas isi dilakukan untuk
memperoleh kesesuaian antara isi tes dan konstruk yang diukur
(Supratiknya, 2014). Penelitian ini menggunakan analisis dari expert
judgement atau penilaian pakar di bidangnya. Peneliti meminta
bantuan kepada Dosen Pembimbing Skripsi (DPS) sebagai expert
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
41
judgement yang memvalidasi skala penelitian. Peneliti juga
menggunakan 3 orang translator: dua orang lulusan Pendidikan Bahasa
Inggris dan yang lain dari Sastra Inggris Universitas Sanata Dharma.
Hal ini dilakukan karena skala yang diadaptasi menggunakan bahasa
inggris.
2. Seleksi Item
Untuk mendapatkan item-item yang berkualitas, maka peneliti
melakukan seleksi item. Seleksi item dilakukan melalui uji coba (try
out) pada kedua skala penelitian yang kemudian diproses
menggunakan komputasi statistik Pearson’s product moment
correlation sehingga diperoleh nilai korelasi item-total. Koefisien
korelasi item total berada pada rentang angka 0 – 1,00. Gliem & Gliem
(2003) mengatakan item-item yang baik adalah item-item yang
memiliki korelasi item total ≥ 0,4. Try out dilaksanakan pada hari
Senin, 27 November 2017 dengan jumlah subjek 90 responden yang
berada pada masa transisi menuju dewasa dan menggunakan sosial
media Instagram. Untuk memudahkan perhitungan, peneliti
menggunakan program SPSS for Windonws versi 21. Berikut ini hasil
seleksi item pada kedua variabel:
a. Skala Fear of Missing Out (FoMO)
Pada skala FoMO terdapat 3 item yang memiliki rit
-
42
Tabel. 6
Sebaran item skala FoMO setelah Try Out
Indikator Nomor item Jumlah Persentase
Adanya ketakutan,
kekuatiran, dan kecemasan
ketika seseorang sedang
terhubung atau tidak
terhubung pada suatu
kejadian atau pengalaman
atau percakapan dengan pihak
lain.
1,2,3,4,5,6*,
7,8*,9,10*
7 100%
*: item-item yang gugur
b. Skala Kesejahteraan Psikologis
Pada skala kesejahteraan psikologis terdapat beberapa item yang
memiliki rit
-
43
Tabel. 7
Sebaran item skala Kesejahteraan Psikologis setelah Try Out
Dimensi Item
Favorable
Item
Unfavorable
Jumlah Persentase
Otonomi 8, 14, 26*,
38*, 50, 68*,
80*
2*, 20, 32, 44*,
56*, 62, 74*
6
16,66%
Penguasaan
lingkungan
3, 21, 33*,
39*, 51, 57*,
69*, 81*
(9), (15), 27,
45*, 63, 75
6
16,66%
Pengembangan
diri
10*, 16*, 28,
40, (46), 52,
64*, 70.
4,* 22, 34*,
58*, 76, 82*
6
16,66%
Relasi positif
dengan orang
lain
1*, 19*, 25*,
(37), 49*,
67, 79
(7), 13, 31, 43,
(55), 61, 73*
6
16,66%
Tujuan hidup 5*, (23),
(47), 53, 59,
71*, 77*
(11),17,(29),
35, 41, 65*, 83
6
16,66%
Penerimaan diri (6), 12, 30*,
36*, (48),
72*, (78)
18, 24*, 42, 54,
60*, 66, 84
6
16,66%
Total 15 21 36 100%
*: item-item yang gugur (): item-item sengaja digugurkan
3. Reliabilitas
Kualitas alat ukur yang baik juga dilihat dari reliabilitas.
Reliabilitas dilakukan untuk melihat konsistensi hasil pengukuran
(Supratiknya, 2014). Alat ukur memiliki reliabilitas yang baik
memiliki hasil skor yang cermat dengan kesalahan pengukuran yang
kecil. Penelitian ini menggunakan koefisien Alpha Cronbach untuk
mendapatkan perkiraan konsistensi internal item-item pada alat ukur.
Supratiknya (2014) mengatakan koefisien reliabilitas yang dinilai
memuaskan adalah 0,7.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
44
a. Skala Fear of Missing Out
Koefisien Alpha’s Cronbach pada skala fear of missing out setelah
seleksi item menghasilkan α = 0,790. Nilai tersebut menunjukkan
bahwa skala fear of missing out secara keseluruhan memiliki
reliabilitas yang tinggi dan memuaskan.
b. Skala Kesejahteraan Psikologis
Koefisien Alpha’s Cronbach pada skala kesejahteraan
psikologissecara keseluruhan item menghasilkan nilai α = 0,919.
Sedangkan besaran koefisien Alpha’s Cronbach pada masing-
masing dimensi sebagai berikut: Dimensi otonomi menghasilkan α
= 0,713, dimensi penguasaan lingkungan menghasilkan α = 0,749,
dimensi pengembangan diri menghasilkan α = 0,716, dimensi
relasi positif dengan orang lan menghasilkan α = 0,836, dimensi
tujuan hidup menghasilkan α = 0,737, dan dimensi penerimaan diri
menghasilkan α = 0,828. Nilai-nilai tersebut menunjukkan bahwa
dimensi-dimensi pada skala kesejahteraan psikologis memiliki
reliabilitas yang tinggi dan memuaskan.
G. Analisis Deskriptif
Azwar (2012) mengatakan analisis depkriptif dapat memberikan
pemaparan yang lebih jelas tentang subjek penelitian berdasarkan data
penelitian. Analisis deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis.
Deskripsi subjek akan memaparkan secara jelas tentang usia, jenis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
45
kelamin, lama penggunaan Instagram, durasi waktu penggunaan Instagram
dalam sehari, durasi waktu yang digunakan untuk menulis caption dan
mengedit foto/video sebelum diunggah di Instagram, jumlah akun yang
diikuti, dan frekuensi penggunaan hashtag. Deskripsi data penelitian akan
membahas tentang mean dan standar deviasi secara empiris dan teoritis.
H. Prosedur Pengambilan Data
Pengambilan data dilakukan pada waktu yang telah dijadwalkan
sebelumnya dengan persetujuan dosen pengajar. Peneliti membagikan
informed consent yang kemudian diisi oleh subjek. Peneliti membagikan
skala ketiga variabel dan menjelaskan cara pengisian skala tersebut.
Peneliti tetap mendampingi selama proses pengisian skala dan memastikan
semua pernyataan diisi oleh subjek.
I. Analisa Data
1. Uji Asumsi
a. Uji Normalitas
Pengujian normalitas dilakukan untuk membuktikan apakah
data yang akan dianalisis memililiki distribusi normal atau tidak
(Sugiyono, 2015). Penelitian ini menggunakan metode statistik
Kolmogorov-Smirnov untuk pengujian normalitas. Santoso (2010)
mengatakan pengujian normalitas terpenuhi jika nilai signifikansi
lebih dari 0,1.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
46
b. Uji Linearitas
Santoso (2010) mengatakan salah satu syarat dilakukannya
analisis korelasi adalah pengujian linieritas. Pengujian linearitas ini
bertujuan untuk mengetahui apakah hubungan data kedua variabel
terletak pada garis lurus atau tidak (Santoso, 2010). Uji linieritas
dilakukan menggunakan komputasi SPSS test for linearity.
Apabila nilai p
-
47
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. PELAKSANAAN PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan pada tanggal 5 Desember 2017 sampai dengan 7
Desember 2017. Skala penelitian ini disebar menggunakan googleform dengan
tautan bit.ly/instagramuse2017 ke beberapa group WhatsApp, LINE, dan
Instagram peneliti. Peneliti memberikan reward berupa pulsa kepada 15
partisipan yang beruntung berdasarkan undian masing-masing sebesar Rp.
10.000. Skala penelitian ini diisi oleh 405 responden.
B. DESKRIPSI SUBJEK PENELITIAN
Subjek penelitian ini adalah individu berusia 18-25 tahun dan memiliki
akun Instagram. Subjek dalam penelitian ini terdapat 405 responden dengan
deskripsi sebagai berikut:
Tabel. 8
Deskripsi Jenis Kelamin Subjek
Jenis Kelamin Jumlah Persentase
Laki-laki 120 29,6%
Perempuan 285 70,4%
405 100%
Subjek penelitian ini mayoritas berjenis kelamin perempuan (70,4%).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
48
Tabel. 9
Deskripsi Usia Subjek
Usia Jumlah Persentase
18 26 6,4%
19 49 12,1%
20 95 23,5%
21 127 31,4%
22 76 18,8%
23 24 5,9%
24 5 1,2%
25 3 0,7%
405 100%
Subjek mayoritas penelitian ini mayoritas berusia 21 tahun (31,4%).
Tabel. 10
Deskripsi Lama Penggunaan Instagram Subjek
Lama Penggunaan Instagram Jumlah Persentase
Kurang dari 2 bulan 1 0,2%
2-6 bulan 9 2,2%
7-11 bulan 5 1,2%
1-2 tahun 112 27,7%
3-4 tahun 208 51,4%
5-7 tahun 70 17,3%
405 100%
Subjek mayoritas penelitian ini mayoritas telah memiliki akun Instagram
selama 3-4 tahun (51,4%).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI