hubungan antara chronotype dengan prestasi …eprints.ums.ac.id/50510/22/naskah publikasi.pdf ·...
TRANSCRIPT
HUBUNGAN ANTARA CHRONOTYPE DENGAN PRESTASI BELAJAR
PADA SISWA KELAS XI DI SMAN 1 BOYOLALI
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I
pada Jurusan Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran
Oleh:
FAISAL AFGHANIY
J 500 130 013
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2017
1
HUBUNGAN CHRONOTYPE DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA
SISWA KELAS XI DI SMAN 1 BOYOLALI
ABSTRAK
Setiap orang menunjukkan perbedaan yang bermakna pada orientasi ritme
sirkadiannya. Chronotype mengacu pada preferensi individu dalam memilih jam
tidur, terbagi menjadi tipe pagi dan juga tipe malam. Saat ini Chronotype muncul
sebagai salah satu indikator dalam menilai pengaruhnya terhadap hasil pencapaian
akademik seorang siswa. Untuk membuktikan adanya hubungan antara
Chronotype dengan prestasi belajar pada siswa di SMAN 1 Boyolali. Penelitian
observasional analitik dengan pendekatan Cross Sectional dan teknik sampling
Purposive Sampling. Sebanyak 71 siswa kelas XI di SMAN 1 Boyolali dan telah
memenuhi kriteria restriksi. Kuesioner dan nilai raport digunakan sebagai alat
ukur. Analisis data menggunakan Uji Chi-Square menggunakan Program SPSS
versi 23. Responden yang memiliki Chronotype pagi dan berprestasi sebanyak 29
siswa (41%), sedangkan responden yang memiliki Chronotype pagi dan kurang
berprestasi sebanyak 9 siswa (13%). Selain itu, responden yang memiliki
Chronotype malam dan berprestasi sebanyak 11 siswa (15%). Sedangkan
responden yang memiliki Chronotype malam dan kurang berprestasi sebanyak 22
siswa (31%). Terdapat hubungan antara Chronotype dengan prestasi belajar pada
siswa kelas XI di SMAN 1 boyolali.
Kata Kunci : chronotype, irama sirkadian, prestasi belajar, pelajar.
ABSTRACT
Each individual presents significant difference regarding their circadian rhythm
preference. Chronotype refers to individual preference in selecting hours of sleep,
divided into morning and night type. Currently, chronotype emerges as one of the
indicators in assessing the impact of the result of a student’s academic
achievement. Aim/Objective to prove the correlation between chronotype and
student’s achievement in class XI of SMAN 1 Boyolali. Analytical observational
research with Cross Sectional approach and Purposive Sampling technique. 71
students of class XI of SMAN 1 Boyolali have been selected after considering the
restriction criteria. Questionnaire and grades are used as measuring instrument. Data analysis is executed by Chi-Square test using SPSS Program version 23. 29
students (41%) are the respondents whose chronotypes are morning achieve well
academically, while 9 students (13%) achieve less than average. On the other
hand, 11 students (15%) are the respondents whose chronotypes night achieve
well academically, 22 students (31%) achieve less than average. There is
correlation between chronotype with the student achievement in class XI of SMAN
1 Boyolali.
Keywords : chronotype, circadian rhythm, achievement, students.
2
1. PENDAHULUAN
Tidur adalah suatu keadaan berulang, teratur, mudah reversibel, yang
ditandai dengan keadaan relatif tidak bergerak dan tingginya peningkatan
ambang respons terhadap stimulus eksternal dibandingkan dengan keadaan
terjaga (Kaplan dan Sadock, 2010). Tiap orang memerlukan tidur dalam porsi
yang cukup. Sebagian orang membutuhkan enam jam waktu untuk tidur, dan
sebagian lainnya sembilan jam. Penelitian lainnya juga menunjukkan bahwa
tidur lebih lelap dan lebih berkesinambungan bila tidur dalam periode waktu
yang relatif teratur dan kontinue (Rafknowledge, 2004).
Tidur merupakan suatu fenomena alami dan juga merupakan kebutuhan
fisiologis bagi setiap manusia dan berkaitan erat dengan ritme sirkadian
(Guyton dan Hall, 1997). Chronotype pagi – malam adalah salah satu
pembahasan utama dalam ritme sirkadian (Roenneberg et al, 2003) dan hal itu
lebih dapat dipahami sebagai ciri kepribadian seseorang (Diaz-Moralez, 2007).
Morningness-eveningness, juga bisa disebut "Chronotype", adalah
karakteristik individu yang sebagian besar mengacu pada preferensi diwaktu
tidur, jenis pagi memilih untuk tidur sekitar 2 jam lebih awal daripada tipe
malam (Mecacci dan Zani, 1983). Klasifikasi Chronotype terbagi menjadi dua
tipe, yakni pagi dan juga malam. Secara umum, dapat dikatakan bahwa
seseorang dengan tipe pagi akan bangun lebih pagi dan juga tidur lebih awal.
Sementara itu seseorang dengan tipe malam akan tidur lebih larut, dan bangun
terlambat. Kinerja terbaik seseorang dengan tipe pagi adalah dipagi hingga sore
hari, sementara seseorang dengan tipe malam adalah dimalam hari (Kanterman,
2013). Chronotype pagi – malam mencerminkan perbedaan individual dalam
pola perilaku dari ritme sirkadian siklus tidur terjaga, yang menunjukkan
adanya variasi sirkadian seseorang. Chronotype pagi (relatif “tepat waktu”
terhadap acuan jam eksternal) merupakan perilaku gaya hidup yang lebih
menyehatkan daripada tipe malam (Díaz-Morales dan Sánchez-López, 2008).
Salah satu fenomena dari irama sirkadian adalah adanya pergeseran pola
perilaku dari dan atau ke tipe malam, ataupun sebaliknya sebanyak dua kali
selama hidup disetiap individu. Pertama-tama, terjadi pergeseran ke arah tipe
3
malam selama usia pubertas (Randler dan Frech, 2006). Dan yang kedua,
terjadi pergeseran kembali kearah tipe pagi pada akhir masa remaja, yang dapat
dilihat sebagai penanda biologis akhir masa remaja (Roenneberg et al., 2003).
Beberapa dekade terakhir, penelitian epidemiologi mengungkapkan bahwa
jumlah anak remaja yang mengalami gangguan tidur semakin meningkat.
Siswa SLTP dan SMA menunjukkan prevalensi gangguan tidur yang bervariasi
mulai dari 15,3% hingga 39,2%, bergantung pada jenis gangguan tidur yang
dialami (Ohida et al., 2004).
Menurut Kohyama (2010), ada beberapa penyebab kurangnya tidur pada
remaja usia SMA, yakni penggunaan handphone (42,4%), TV dan video
(38,8%), kesulitan untuk tidur (27,1%). Pada kenyataannya, Chronotype ini
menjadi salah satu prediktor dalam pencapaian prestasi akademik seeorang
pelajar. Pada tipe malam menunjukkan hasil yang buruk, sedangkan pada tipe
pagi didapatkan hasil yang baik. (Randler dan Frech, 2006). Tentu saja hal ini
beralasan, sebab seseorang dengan tipe malam harus menyesuaikan dirinya
dengan jam sosial yang berlaku di lingkungannya. Sedangkan di Indonesia,
secara keseluruhan tingkatan pendidikan mulai dari SD, SMP, dan SMA
serempak memulai jam belajar-mengajarnya pada pukul 07.00 WIB.
Menurut data rata-rata nilai Ujian Nasional tingkat SMA/MA tahun ajaran
2014/2015 tingkat Kota atau Kabupaten se-Provinsi Jawa Tengah, didapatkan
persentase kelulusan di Kabupaten Boyolali sebanyak 56,02%. Angka ini
termasuk rendah, mengingat rata-rata persentase kelulusan Ujian Nasional
SMA/MA di Provinsi Jawa Tengah berkisar diantara 64,02%. Kabupaten
Boyolali memiliki persentase angka kelulusan dibawah rata-rata setelah
Kabupaten Cilacap (56.83%), Kabupaten Grobogan (57.38%), Kabupaten
Rembang (57.64%), Kabupaten Wonosobo (57.65%), dan Kabupaten
Banjarnegara (59.38%) (Puspendik-Kemdikbud, 2015).
Berdasarkan pola jam sekolah di Indonesia, gaya hidup dan pola aktivitas
remaja diluar jam sekolah, diperkirakan gangguan tidur merupakan masalah
yang banyak dialami oleh remaja. Tentu hal ini dapat berdampak pada kualitas
hidup remaja tersebut. Dalam hal ini, peneliti berkeinginan untuk meneliti
4
apakah ada atau tidaknya hubungan antara Chronotype dengan prestasi belajar
pada siswa di SMAN 1 Boyolali, Kab. Boyolali.
2. METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan
pendekatan Cross Sectional. Pengukuran terhadap variabel bebas (faktor
resiko) dan variabel tergantung (efek) dilakukan sekali dan dalam waktu yang
bersamaan. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Boyolali, Kab. Boyolali
pada bulan November 2016. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMA
Negeri 1 Boyolali sebanyak 925 siswa. Sampel dalam penelitian ini adalah
siswa kelas XI di SMA Negeri 1 Boyolali pada tahun 2016. Teknik sampling
yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan purposive
sampling. Rumus yang digunakan untuk menentukan besar sampel untuk
penelitian observasional analitik tidak berpasangan dihitung dengan rumus
sebagai berikut :
n [ √ ( ) √ ( ) ( )
]
Keterangan :
n : jumlah sampel
Zα : deviat α = 1,96
Zβ : deviat β = 1,282
π1 : proporsi standar (pustaka) = 0,571
π2 : proporsi standar (clinical judgement) = 0,531
π :
=
= 0,02
Berdasarkan perhitungan sampel dengan menggunakan rumus tersebut,
hasil yang didapatkan adalah 32,125. Uji hipotesis dua kelompok tidak
berpasangan harus dikalikan 2, sehingga hasilnya 32,125 × 2 = 64,25 ≈ 64.
5
n’ 𝑛
( 𝑓)
Jadi, besar sampel minimal yang dapat digunakan dalam penelitian ini adalah
64 orang.
Namun, peneliti mengantisipasi tentang adanya kemungkinan sampel yang
drop out, maka peneliti menggunakan koreksi besar sampel menggunakan
rumus :
Keterangan :
n : jumlah sampel yang dihitung
f : perkiraan proporsi drop out
Dengan penggunaan rumus diatas, maka didapatkan jumlah sampel yang
direncanakan adalah :
n’ =
( ) maka n’ =
( )
n’ = 71,11 ≈ 71 orang.
Kriteria inklusi terdiri dari siswa - siswi kelas XI di SMAN 1 Boyolali dan
lulus LMMPI. Sedangkan kriteria ekslusi yaitu tidak bersedia menjadi
responden dan menjalani perawatan medis lebih dari tiga bulan. Variabel bebas
dalam penelitian ini adalah Chronotype. Variabel tergantung dalam penelitian
ini adalah prestasi belajar. Sedangkan variabel perancu dalam penelitian ini
adalah siswa mengalami kesulitan tidur tetapi mempunyai motivasi belajar
yang tinggi.
Skala pengukuran Chronotype berupa skala ordinal, tipe malam nilainya ≤
78 tipe pagi nilainya ≥ 79. Skala pengukuran prestasi belajar siswa berupa
skala ordinal, berprestasi jika ≥ nilai rata-rata kelas (86,71) dan kurang
berprestasi jika < nilai rata-rata kelas (86,71).
Dalam penelitian ini ada beberapa instrumen yang akan digunakan, yaitu
data identitas responden, skala L-MMPI, Morningness-Eveningness
Questionnaire, dan nilai rapor. Data yang diperoleh dianalisis dengan uji
analisis statistik Chi Square dengan program SPSS (Statistical Product and
Service Solution) versi 23 for Windows.
6
ALUR PENELITIAN
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 HASIL
Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Usia
No. Usia Frekuensi Persentase
1.
2.
14 Tahun
15 Tahun
1
8
1 %
11 %
3. 16 Tahun 50 71 %
4. 17 Tahun 11 17 %
Jumlah 71 100 %
(Sumber: Data Primer November 2016)
SISWA SMAN 1
BOYOLALI
SAMPLE
Kriteria Inklusi Kriteria Ekslusi
PAGI MALAM
Berprestasi Kurang
berprestasi Berprestasi Kurang
berprestasi
ANALISIS STATISTIK DENGAN
PENDEKATAN CHI-SQUARE
MENGGUNAKAN SOFTWARE SPSS 23
FOR WINDOWS.
1. Morningness-Eveningness Questionnaire
2. Nilai Rapor
7
Dari tabel tersebut, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa
kelas XI di SMA Negeri 1 Boyolali berusia 16 tahun (71%).
Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Chronotype
No. Chronotype Jumlah Persentase
1. Tipe Pagi 38 54%
2. Tipe Malam 33 46%
Jumlah 71 100%
(Sumber: Data Primer November 2016)
Berdasarkan tabel diatas, didapatkan bahwa sebagian responden yang
memiliki Chronotype tipe pagi sebanyak 38 siswa (54%), dan sebagian
responden lainnya memiliki Chronotype tipe malam sebanyak 33 siswa
(46%).
Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan Prestasi Belajar
No. Prestasi Belajar Jumlah Persentase
1. Berprestasi 40 56%
2. Kurang Berprestasi 31 44%
Jumlah 71 100%
(Sumber: Data Primer November 2016)
Berdasarkan tabel diatas. didapatkan bahwa jumlah siswa yang
berprestasi sebanyak 40 siswa (56%), sedangkan jumlah siswa yang
kurang berprestasi sebanyak 31 siswa (44%).
Tabel 4. Cross Table Hubungan Chronotype dengan Prestasi Belajar
Berdasarkan Kronotipe * Berdasarkan Prestasi Crosstabulation
Count
Berdasarkan Prestasi Total
Berprestasi Kurang
Berprestasi
Berdasarkan
Chronotype
Tipe Pagi 29 (41%) 9 (13%) 38
Tipe
Malam
11 (15%) 22 (31%) 33
Total 40 (56%) 31 (44%) 71
(100%)
8
Berdasarkan tabel diatas, didapatkan hasil bahwa responden yang
memiliki Chronotype pagi dan berprestasi sebanyak 29 siswa (41%),
sedangkan responden yang memiliki Chronotype pagi dan kurang
berprestasi sebanyak 9 siswa (13%). Selain itu, responden yang memiliki
Chronotype malam dan berprestasi sebanyak 11 siswa (15%). Sedangkan
responden yang memiliki Chronotype malam dan kurang berprestasi
sebanyak 22 siswa (31%).
Tabel 5. Analisis Data Statistik Uji Chi-Square Hubungan Antara Chronotype dengan
Prestasi Belajar
Chi-Square Tests
Value df Asymptotic
Significance
(2-sided)
Exact Sig.
(2-sided)
Exac
t Sig.
(1-
sided
)
Pearson Chi-Square 13,265a 1 ,000
Continuity
Correctionb
11,575 1 ,001
Likelihood Ratio 13,670 1 ,000
Fisher's Exact Test ,000 ,000
Linear-by-Linear
Association
13,078 1 ,000
N of Valid Cases 71
a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
14,41.
b. Computed only for a 2x2 table
Berdasarkan tabel diatas, dengan menggunakan uji Chi-Square
diperoleh nilai Asymptotic Significance sebesar 0,000. Karena nilai
Asymptotic Significance 0,000 < 0,05 maka terdapat hubungan yang sangat
bermakna pada hubungan antara Chronotype dengan prestasi belajar pada
siswa kelas XI di SMAN 1 Boyolali.
3.2 PEMBAHASAN
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden
memiliki Chronotype pagi sebanyak 38 siswa (54%), dan sebagian
responden lainnya memiliki Chronotype malam sebanyak 33 siswa (46%).
Hal ini didukung dengan pernyataan bahwa anak-anak cenderung
9
memiliki Chronotype pagi dibandingkan kelompok usia lainnya
(Carskadon et al., 1998).
Salah satu fenomena ritme sirkadian adalah terjadinya pergeseran
Chronotype, biasanya sebanyak dua kali pada setiap individu. Pertama,
terjadinya pergeseran kearah tipe malam (eveningness) selama usia awal
pubertas (Randler dan French, 2006). Kedua, terjadi pergeseran kembali
kearah tipe pagi (morningness) pada akhir masa remaja. Setelah melewati
fase remaja akhir, kebanyakan individu secara bertahap akan berada pada
tipe pagi (morningness) (Roenneberg et al., 2003). Namun, hal ini juga
mungkin terjadi karena dipicu oleh faktor-faktor sosial dan juga
lingkungan (Witmann et al., 2006).
Berdasarkan tabel prestasi belajar siswa, didapatkan hasil bahwa
sejumlah 40 siswa (56%) berprestasi, sedangkan siswa yang kurang
berprestasi sejumlah 31 siswa (44%). Banyaknya jumlah siswa yang
memiliki prestasi buruk diakibatkan karena disini peneliti mendapatkan
responden dari kelas XI jurusan MIPA, dimana pada jurusan MIPA rata-
rata nilai raport siswa lebih tinggi jika dibandingkan dengan jurusan
lainnya. Dalam hal ini, peneliti menggolongkan siswa kedalam kelompok
siswa berprestasi dan kurang berprestasi berdasarkan rata-rata nilai raport
satu semester sebelumnya, yakni raport kelas X pada semester dua.
Sedangkan hasil yang dilihat pada tabel silang antara Chronotype
dengan prestasi belajar menunjukkan bahwa responden yang memiliki
Chronotype pagi dan berprestasi sebanyak 29 siswa (41%), sedangkan
siswa yang memiliki Chronotype pagi namun kurang berprestasi sebanyak
9 siswa (13%). Selain itu, pada siswa yang memiliki Chronotype malam
dan juga berprestasi sebanyak 11 siswa (15%). Sedangkan siswa yang
memiliki Chronotype malam namun kurang berprestasi sebanyak 22 siswa
(31%). Kemudian pada hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat
hubungan antara Chronotype dengan prestasi belajar pada siswa kelas XI
di SMAN 1 Boyolali. Hal ini sesuai dengan pernyataan bahwa seseorang
dengan Chronotype pagi memiliki prestasi belajar yang baik, sedangkan
10
pada seseorang dengan Chronotype malam cenderung memiliki prestasi
belajar yang buruk (Giannotti et al., 1997).
Pada penelitian ini juga didapatkan responden yang memiliki
Chronotype pagi namun kurang berprestasi sebanyak 9 siswa (13%). Hal
ini terjadi karena dalam menerima pelajaran ada beberapa faktor yang
dapat mempengaruhi kemampuan kognitif, yakni faktor yang berasal dari
dalam diri siswa seperti faktor fisiologis (keadaan fisik), faktor psikologis,
dan faktor yang berasal dari luar diri siswa seperti keadaan lingkungan dan
sarana pembelajaran (Suryabrata, 2012). Selain itu, dalam penelitian ini
peneliti mendapatkan responden siswa kelas XI MIPA, yang terdiri dari
kelas XI MIPA 1, XI MIPA 3, dan XI MIPA 5 dimana standar nilai yang
digunakan lebih tinggi jika dibandingkan dengan jurusan lainnya. Peneliti
menggolongkan siswa dalam kelompok prestasi baik maupun buruk
berdasarkan pada rata-rata nilai raport siswa pada satu semester
sebelumnya, yakni pada kelas X semester dua. Peneliti juga menemukan
responden yang memiliki Chronotype malam namun berprestasi sebanyak
11 siswa (15%). Hal ini disebabkan karena beberapa siswa memiliki gaya
belajarnya masing-masing. Salah satunya ada yang memilih waktu belajar
pada malam hari hingga larut malam, sehingga berdampak pada
kemampuan kognitif yang baik pada siswa tersebut.
4. PENUTUP
Berdasarkan hasil diatas, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan
antara Chronotype dengan prestasi belajar pada siswa kelas XI di SMAN 1
Boyolali. Umumnya seseorang yang memiliki Chronotype pagi cenderung
memiliki prestasi yang baik. Namun sebaliknya, seseorang dengan
Chronotype malam cenderung memiliki prestasi yang buruk (Giannotti et
al., 1997). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Wolfson
dan Carskadon pada siswa SMA yang tidurnya kurang, mempunyai
masalah akademik dan nilai buruk. Sedangkan siswa yang tidurnya cukup,
dilaporkan nilai akademiknya lebih tinggi dan bagus. Chronotype juga
dianggap sebagai salah satu indikator yang dapat mempengaruhi hasil
11
pencapaian akademik seorang siswa. Penelitian terbaru juga menjelaskan
tentang hubungan statistik yang bermakna antara Chronotype dan prestasi
belajar (Randler dan Frech, 2006).
Pada penelitian ini, peneliti juga menemukan adanya keterbatasan
dalam penelitian. Yakni peneliti tidak dapat mengendalikan faktor perancu
seperti siswa yang kesulitan tidur tetapi mempunyai movitasi belajar yang
tinggi.
PERSANTUNAN
Ucapan terima kasih penulis haturkan kepada Dr. Yusuf Alam Romadhon, M.
Kes., Dr. Rh. Budi Muljanto, Sp. KJ, Dr. Erna Herawati, Sp. KJ yang telah
membimbing, memberikan saran serta nasihat kepada penulis dalam skripsi ini.
Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini semoga skripsi ini dapat
bermanfaat.
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, S., 2006. Psikologi Intelegensi. Yogyakarta: Pustaka Belajar
Carvalho, F.G., Hidalgo, M.P., Levandovski, R., 2014, Differences in circadian
patterns between rural and urban populations: An epidemiological study in
countryside, Chronobiology International, Early Online: 1–8, (2014)
Cavallera, G. M., & Giudici, S., (2008). Morningness and eveningness
personality: A survey in literature from 1995 up till 2006. Personality and
Individual Differences, 44, 3–21.doi:10.1016/j.paid.2007.07.009
Díaz-Morales, J. F., (2007). Morning and evening-types: Exploring their
personality styles. Personality and Individual Differences, 43, 769–778.
Díaz-Morales, J.F., & Sánchez-López, M.P., (2008). Morningness eveningness
and anxiety among adults: A matter of sex/gender? Personality and
Individual Differences, 44, 1391-1401.
Djamarah, S. B., 2008. Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Guyton., 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9. Jakarta: EGC
Hakim, Thursan., 2005. Belajar Secara Efektif. Jakarta: Puspa Suara.
Horne, J. A., & Ostberg, O., (1976). A self-assessment questionnaire to determine
morningness eveningness in human circadian rhythms. International
Journal of Chronobiology, 4(2), 97–110.
Kaplan & Sadock., 2010. Buku Ajar Psikiatri Klinis Edisi 2. Jakarta: EGC
Kantermann, T., 2013, Circadian Biology: Sleep-Styles Shaped by Light-Styles,
Current Biology Vol 23 No 16 R690. Didapat dari:
http://dx.doi.org/10.1016/j.cub.2013.06.065
12
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan., 2015. Rata-Rata Nilai Tingkat
Kota/Kabupaten Ujian Nasional SMA/MA Tahun Pelajaran 2014/2015.
Diakses dari http://un.kemdikbud.go.id/r-hasilun.html# (18 Juni 2016).
Kohyama, J., (2009). A newly proposed disease condition produced by light
exposure during night: Asynchronization. Brain & Development, 31, 255–
273..
Mecacci, L., Zani, A., Rocchetti, G., Lucioli, R., 1986. The relationship between
morningness-eveningness, aging and personality. Personality and Individual
Differences 7, 911-913.
Ohida T, Osaki Y, Doi Y, Tanihata T, Minowa M, Suzuki K, dkk. An
epidemiologic study of self-reported sleep problems among Japanese
adolescents. Sleep., 2004;27:978-85. Didapat dari:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/15453558. Diunduh pada 12 Mei
2009.
Rafknowledge., 2004. Insomnia dan Gangguan Tidur lainnya. Jakarta: PT. Alex
Media Komputindo
Randler, C., & Frech, D., (2006). Correlation between morningness-eveningness
and final school leaving exams. Biological Rhythm Research, 37, 233–239.
doi:10.1080/09291010600645780
Roenneberg, T., Wirz-Justice, A., Merrow, M., 2003. Life between Clocks: Daily
Temporal Patterns of Human Chronotypes, Journal of Biological Rhythms,
Vol. 18 No. 1, February 2003 80-90 doi: 10.1177/0748730402239679
Sherwood, L., 2001. Fisiologi Manusia; dari Sel ke Sistem Edisi 2. Jakarta: EGC
Slameto., (2003). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Suryabrata, S., 2012. Psikologi Pendidikan. Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada.
Syah, M., 2010. Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya
Wade, C. Travis, C., 2007. Psikologi Edisi 9. Penerbit Erlangga
Winkel, W. S., 1996. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Grasindo
Wittmann, M., Dinich, J., Merrow, M., Roenneberg, T., 2006, Social Jetlag:
Misalignment of Biological and Social Time, Chronobiology International,
23(1&2): 497–509, (2006)