hubungan antara asupan zink dengan anemia pada …eprints.ums.ac.id/50332/1/naskah publikasi.pdf ·...
TRANSCRIPT
HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ZINK DENGAN ANEMIA PADA
REMAJA DI SUKOHARJO, JAWA TENGAH
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program StudiStrata I
Pendidikan DokterFakultas Kedokteran
Oleh:
MEITANTI DINIA RIZKI
J500130027
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2017
i
ii
iii
1
Hubungan Asupan Zink dengan Anemia pada Remaja di Sukoharjo, Jawa
Tengah
Abstrak
Latar Belakang :Perubahan pada masa remaja akan mempengaruhi kebutuhan gizi, absorpsi, cara penggunaan zat gizi. Masalah gizi yang biasa dialami salah satunya adalah anemia. Anemia dikalangan remaja dapat disebabkan oleh banyak hal, seperti kurangnya asupan makronutrien dan mikronutrien seperti zink. Zink berinteraksi secara tidak langsung dalam tubuh yaitu membantu dalam proses sintesis protein pengangkut besi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara asupan zink dengan anemia pada remaja di Sukoharjo Jawa Tengah. Metode : Desain penelitian ini adalah analitik observasional dengan pendekatan cross sectional. Yang dilakukan di SMP Muhammadiyah 1 Kartasura. Besar sampel yang digunakan 65 yang dipilih dengan menggunakan tekhnik purposive sampling.Penilaian asupan zink menggunakan metode FFQ Semi-kuantitatif (SQ-FFQ). Analisa data dilakukan dengan uji Chi-square menggunakan komputer program SPSS 22.0. Hasil : Dari uji Chi-Square diperoleh nilai p sebesar 0,02 (p<0,05). Siswa dengan asupan zink baik dan anemia sebesar 22 orang (75,9%) sedangkan asupan zink kurang dan anemia sebesar 19 orang (52,8%). Dimana terdapat hubungan anatara asupan zink dengan anemia pada siswa SMP . Kesimpulan : Terdapat hubungan yang bermakna antara asupan Zink dengan Anemia pada siswa di SMP. Kata Kunci : asupan zink, anemia, remaja
Abstract
Background: Changes in adolescence affects nutritional needs, absorption, and the way of usingnutrients. Nutritional problems commonly experienced by one of them is anaemia. Anaemia among adolescents can be caused by many things, such as inadequate intake of macronutrients and micronutrients, such as zinc. Zinc interact indirectly in the body that helps in the synthesis of the protein that carries iron. The purpose of this study is to determine the relationship between the zinc intakes with anaemia in adolescents in Sukoharjo, Central Java. Methods: This research is an analytic observational research with cross sectional approach. It conducted in SMP Muhammadiyah 1 Kartasura. The sample size used 65 selected people by using purposive technique sampling. The measurement of zinc intakes used FFQ method Semi-quantitative (SQ-FFQ). The data was analysed by Chi-square test using SPSS 22.0. Results: From the Chi-Square test, it was obtained p value of 0.02 (p <0.05). Students with good zinc intake and anaemia by 22 persons (75.9%) and less zinc intake and anaemiaby 19 persons (52.8%). It means that there is a relationship between the intakes of zinc with anaemia in junior high school students.
2
Conclusion: There is a significant association between the intakes Zink with anaemia of students in junior high. Keywords: Keywords: zinc intake, anemia, adolescence
1. PENDAHULUAN
Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan
manusia.Masa ini adalah masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-
kanak ke masa dewasa yang meliputi perubahan biologik, perubahan
psikologik, dan perubahan sosial. Remaja memiliki kebutuhan nutrisi atau gizi
yang tidak biasa, karena pada masa remaja terjadi pertumbuhan yang pesat dan
terjadi perubahan kematangan fisiologis. Perubahan pada masa remaja akan
mempengaruhi kebutuhan gizi, absorpsi, serta cara penggunaan zat gizi
(Soetjiningsih 2010). Masa remaja merupakan tahapan kritis kehidupan,
sehingga periode tersebut dikategorikan sebagai kelompok rawan, dan
mempunyai risiko kesehatan tinggi. Masalah gizi yang biasa dialami pada masa
remaja salah satunya adalah anemia.Anemia adalah penurunan kuantitas sel-sel
darah merah dalam sirkulasi atau jumlah hemoglobin yang berada dibawah
batas normal (Briawan 2014).
Angka prevalensi anemia masih tergolong tinggi. Prevalensi anemia di
dunia diperkirakan 1,32 miliar orang atau sekitar 25% dari populasi manusia,
yang mana asia memiliki angka kejadian anemia tertinggi (Jain & Chandra,
2012). Berdasarkan data WHO, pada tahun 2005 terdapat 1,62 miliar orang
menderita anemia. Angka kejadian anemia tertinggi terjadi pada anak-anak usia
prasekolah dan angka kejadian terendah pada laki-laki dewasa (WHO, 2015).
Berdasarkan Riskesdas pada tahun 2013, prevalensi kejadian anemia di
Indoneisa sebesar 21,7% dengan penderita anemia yang berusia 5-14 tahun
adalah sebesar 26,4% dan pada usia 15-24 tahun adalah sebesar 18,4%
(Kemenkes RI, 2014). Angka kejadian anemia di Jawa Tengah pada tahun
2013 mencapai 57,1%. Berdasarkan Dinkes Provinsi Jawa Tengah tahun 2014
anemia pada remaja putri yang berada di Kabupaten Sukoharjo masih
merupakan masalah kesehatan masyarakat karena pravalensinya mencapai
3
angka lebih dari 15% dan pada usia sekolah sebesar 26,5%.Anemia dikalangan
remaja dapat disebabkan oleh banyak hal, seperti kurangnya asupan
makronutrien dan mikronutrien. Makronutrien terdiri dari karbohidrat, protein
dan lemak sedangkan mikronutrien terdiri dari vitamin dan mineral. Tubuh
sangat memerlukan mikronutrien yang diperlukan oleh tubuh manusia
khususnya remaja.Mikronutrien dengan jumlah yang tidak mencukupi di dalam
tubuh dapat memicu terjadinya anemia.Anemia juga dapat disebabkan oleh
berkurangnya produksi sel darah merah, peningkatan destruksi sel darah
merah, serta kehilangan darah.Anemia memiliki beberapa jenis, salah satunya
adalah anemia gizi. Anemia gizi disebabkan oleh defisiensi zat besi, asam
folat, vitamin B12, vitamin B6 dan seng. Zat-zat tersebut dibutuhkan untuk
pembentukan Hb, salah satunya adalah zink (Widhyari, 2012).
Penelitian yang dilakukan oleh Trisnawati (2014) di Jawa Tengah
menunjukkan bahwa sebanyak 94,2% subjek penelitian memiliki asupan zink <
70% dari Angka Kecukupan Gizi (AKG). Hal tersebut menunjukkan bahwa
konsumsi zink termasuk dalam kategori defisit/rendah.Data dari Departemen
Kesehatan 2015 menyatakan bahwa angka kecukupan zink laki-laki yang
berusia 13-15 tahun adalah 18 mg/hari sedangkan wanita yang berusia 13-15
tahun adalah 16 mg/hari. (Depkes, 2015).Zink merupakan zat gizi mikro yang
mempengaruhi metabolisme besi.Zink dapat berinteraksi dengan besi secara
langsung maupun tidak langsung.Peranan zink dan sintesis sebagai protein
termasuk protein pengangkut besi yaitu transferin merupakan interaksi tidak
langsung.Peranan zink yang bekerja hampir pada semua metabolisme tubuh,
dalam pembentukan sel darah merah dengan membantu enzim karbonik
anhidrase esensial untuk menjaga keseimbangan asam basa. Selain itu, zink
membantu enzim karbonik anhidrase merangsang produksi HCL lambung yang
mampu meningkatkan kadar hemoglobin(Widhyari, 2012).
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk mengkaji lebih
lanjut mengenai hubungan antara asupan zink dengan anemia pada remaja di
Sukoharjo, Jawa Tengah
2. METODE PENELITIAN
4
Penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross
sectional. Penelitian ini dilakukan di SMP Muhammadiyah 1 Kartasura
Sukoharjo Jawa Tengah pada bulan November 2016.Populasi pada penelitian
ini adalah remaja Sekolah Menengah Pertama kelas VII, VIII, IX. Sampel dan
tehnik samplingyang digunakan adalah purposive sampling. Berdasarkan
rumus besar sampel analitik korelatif untuk penelitian cross sectional
didapatkan sampel minimal sebanyak 52 orang. Kriteria sampel yang
memenuhi syarat (inklusi) adalah remaja Sekolah Menengah Pertama kelas
VII, VIII, IX di SMP Muhammadiyah 1 Kartasura Sukoharjo Jawa Tengah,
menderita anemia berdasarkan pemeriksaan kadar hemoglobin. Kriteria
sampel yang tidak memenuhi syarat untuk dijadikan sampel penelitian
(eksklusi) adalah siswa yang memiliki riwayat penyakit perdarahan dan tidak
bersedia menjadi responden. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah asupan
zink. Variabel terikatnya adalah anemia. Tehnik pengambilan data dalam
penelitian ini adalah pengambilan data dengan menggunakan kuesioner
persetujuan setelah itu dilakuakn pengukuran kadar hemoglobin mengunakan
alat portable haemoglobin digita kemudian menggunakan metode FFQ Semi-
kuantitatif (SQ-FFQ) untuk mengetahui pola asupan makanan.
Analisis data menggunakan program SPSS 22.0. Uji yang dilakukan
adalah uji analisis Chi-Square.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 HASIL
Penelitian dilakukan pada bulan November tahun 2016 di SMP
Muhammadiyah 1 Kartasura.Setelah dilakukan pengambilan sampel secara
purposive sample didapatkan 65 sampel. Jumlah sampel laki-laki sebesar
41 orang dan perempuan 24 orang. Sampel yang dipilih telah memenuhi
kriteria retriksi dan kriteria inklusi. Sampel yang tidak memenuhi kriteria
retriksi dan atau kriteria inklusi tidak diikutsertakan dalam penelitian ini.
Berdasarkan data yang telah didapatkan dari kuesioner, diketahui deskripsi
subyek penelitian berdasarkan kelas, jenis kelamin, asupan zink, dan
5
anemia. Deskripsi subyek penelitian tersebut dapat disajikan dalam tabel
berikut ini.
Karakteristik Subyek Penelitian
a. Karakteristik subyek berdasarkan jenis kelamin
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Subyek
Karakteristik Jumlah (n) Presentase (%) Jenis Kelamin
Laki-Laki 41 63,1 Perempuan 24 36,9
Total 65 100 Sumber: Data Primer
Data tabel 1 didapatkan bahwa distribusi frekuensi jenis kelamin
subyek paling banyak adalah laki-laki sebanyak 40 orang (62,5%) dan
sisanya perempuan sebanyak 24 orang (37,5%).
b. Karakteristik subyek berdasarkan kelas
Tabel 2. Distribusi frekuenis subyek berdasarkan kelas Karakteristik Jumlah (n) Presentase (%)
Kelas VII 33 50,8 VIII 14 21,5 IX 18 27,7
Total 65 100 Sumber: Data Primer
Data tabel 2 didapatkan bahwa distribusi frekuensi subyek
berdasarkan kelas lebih banyak kelas VII sebesar 53 orang (50,8%) dan
sisanya kelas VIII sebesar 14 orang (21,5%), kelas IX sebesar 18 orang
(27,7%).
Asupan Zink
Dalam penelitian ini asupan zink dibagi menjadi 2 kategori yaitu baik dan kurang.
Seperti yang telihat pada tabel berikut:
Tabel 3. Distribusi Hasil asupan zink Asupan Zink Jumlah (n) Presentase (%)
Baik 39 60,0 Kurang 26 40,0 Total 65 100,0
Sumber: Data Primer
6
Data pada tabel 3 didapatkan bahwa yang memiliki asupan zink yang baik
sebesar 39 orang (60%) sedangkan yang memiliki asupan zink kurang sebesar 26
orang (40%). Distribusi hasil asupan zink ini didapatkan dengan menggunakan
metode SQ-FFQ terhadap siswa dengan mengetahui pola makan sehari-hari.
Status Anemia
Dalam penelitian ini status anemia dibagi menjadi 2 kategori yaitu anemia dan
tidak anemia. Seperti yang terlihat pada tabel berikut:
Tabel 4 Distribusi status anemia
Status Anemia Jumlah (n) Presentase (%) Tidak Anemia 29 44,6
Anemia 36 55,4 Total 65 100
Sumber: Data Primer
Data pada tabel 4 didapatkan bahwa yang anemia lebih banyak sebesar 36
orang (44,6%) sedangkan yang tidak anemia sebesar 29 orang (44,6%). Distribusi
status anemia didapatkan dengan menggunakan alat portabel haemoglobin test
yang dilakukan pengambilan darah pada tiap siswa.
Analisis Hubungan Asupan Zink dengan Anemia Dalam penelitian ini variabel-variael akan diuji dengan menggunakan uji statistik
Chi-square.
Tabel 5 Distribusi hubungan asupan zink dengan anemia
Asupan Zink
Status Anemia Total P Tidak Anemia Anemia
n % n % n % Baik 22 75,9 17 47,2 39 60
0,02 Kurang 7 24,1 19 52,8 26 40 Total 29 100 36 100 65 100
Sumber: Data Primer
Data pada tabel 5 didapatkan bahwa yang memiliki asupan baik dan tidak
anemia sebesar 22 orang (75,9%) sedangkan yang memiliki asupan baik dan
anemia sebesar 17 orang (47,2%) sehingga total menjadi 39 orang (60%) dan
yang memiliki asupan zink kurang dan tidak anemia sebesar 7 orang (24,1%)
sedangkan yang memiliki asupan zink kurang dan anemia sebesar 19 orang
7
(52,8%) sehingga total menjadi 26 orang (40%). Dimana nila p-value sebesar 0,02
artinya pada penelitian ini terdapat hubungan antara asupan zink dengan anemia.
3.2 PEMBAHASAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara asupan zink dengan
anemia pada remaja. Oleh karena itu, dari penelitian ini akan didapatkan
hubungan, tingkat kemaknaan serta arah hubungan antara asupan zink dan
anemia. Besar sampel pada penelitian adalah 65 orang, untuk mengetahui tingkat
kemaknaannya dilakukan uji Chi-square. Berdasarkan hasil uji Chi-square,
didapatkan nilai p sebesar 0,02. Dari nilai p dapat disimpulkan bahwa terdapat
hubungan antara asupan zink dengan anemia.
Mikronutrien merupakan zat gizi yang memiliki peranan penting pada
produksi enzim, hormon, dan membantu dalam mengatur proses pertumbuhan,
perkembangan, serta fungsi imunitas tubuh dan repsoduksi.
Zink memiliki fungsi dan kegunaan penting bagi tubuh yang merupakan
salah satu mikronutrien. Hampir semua sel membutuhkan mineral ini seperti
kulit, mukos saluran cerna dan lain-lain. Penurunan nafsu makan sampai pada
gangguan sistem pertahanan tubuh merupakan dampak yang terjadi ketika tubuh
kekurangan mineral ini. Mineral zink merupakan salah satu nutrien penting yang
diperlukan oleh tubuh dalam menjaga dan memelihara kesehatan. Protein hewani
terutama daging, hati, kerang, dan telur merupakan sumber zink yang paling baik.
Pada sirkulasi albumin terdapat kandungan zink sekitar 70% sehinngga kondisi
konsentrasi albumin dalam darah dapat mempengaruhi level zink seseorang. Jenis
protein yang dikonsumsi akan berpengaruh terhadap zink. Hasil SQ-FFQ
menunjukkan sebagian remaja kurang mengkonsumsi bahan makanan sumber
hewani seperti daging, hati, ikan dan susu. (Almatser, 2009). Defisiensi atau
kekurangan zink di dalam tubuh dapat terjadi karena asupan zink yang kurang,
gangguan di dalam penyerapan, atau meningkatnya kebutuhan serta ekskresi zink
(Widhyari, 2012). Dalam penelitian ini menggunakan metode SQ-FFQ dimana
untuk mengetahui pola makan terhadap siswa, sehingga didapatkan nilai asupan
zink yang mereka konsumsi.
8
Anemia adalah berkurangnya penyediaan besi untuk eritropoesis, karena
cadangan besi kosong yang pada akhirnya mengakibatkan pembentukan
hemoglobin berkurang, selain cadangan besi perlu diperhatikan juga asupan
mikronutrien seperti zink yang dapat membantu pembentukan hemoglobin.
Penyakit ini sering disebabkan oleh kekurangan satu atau lebih mikronutrien
seperti zat besi, zink, asam folat, dan vitamin B12 yang dibutuhkan untuk
pemebentukan hemoglobin (Sudoyo et al. 2009).
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Trisnawati
(2014) berjudul hubungan asupan Fe, zink, vitamin c, dan status gizi dengan
kejadian anemia pada remaja putri di SMP Negeri 4 Batang yang mana
penelitiannya berhubungan yaitu antara asupan zink dengan anemia pada remaja
yang menyatakan bahwa ada hubungan asupan zink dengan kejadian anemia
sesuai dengan teori interaksi tidak langsung antara zink dan Fe dapat terjadi
melalui peran zink dalam sintesis berbagai protein termasuk protein pengangkut
besi yaitu transferin (Almatsier, 2009). Penelitianyang dilakukan oleh Cendani
(2011) berjudul asupan mikronutrien, kadar hemoglobin dan kesegaran jasmani
remaja putri menyatakan adanya hubungan antara asupan mikrontrien dengan
kadar hemoglobin pada remaja. Penelitian yang dilakukan oleh Singh M et
al(2015) berjudul zinc and other micronutrient deficiencies, under nutrition and
morbidities in school children of desert area of rajasthan menyatakan bahwa
salah satu penyebab anemia adalah defisiensi mikronutrien berupa zink.
Metabolisme besi dapat dipengaruhi oleh zink yang mana zink merupakan zat
mikro. Zink dapat berinteraksi secara langsung maupun tidak langsung. Interasi
tidak langsung terjadi melalui peran zink dalam sintesis sebagai protein termasuk
protein pengangkut besi yaitu transferin. Zink membantu karbonik anhidrase
merangsang produksi HCL lambung yang mampu menaikan kadar hemoglobin
(Linder 2006 dalam dewi 2008). Selain itu zink juga berpengaruh dalam
mengoptimalkan kerja sistem imun (Gupta, Kumar & Kasthana 2012). Penelitian
yang dilakukan oleh Houghton, L. A et al(2016) berjudul serum zinc is a major
predictor of anemia and mediates the effect of selenium on hemoglobin in school-
aged children in a nationally representative survey in New Zealand menyatakan
9
bahwa plasma zink merupakan prediktor kuat dari hemoglobin. Zink dapat
mempengaruhi hemoglobin melalui sistem enzim zink-dependen, termasuk dalam
sintesis hemoglobin dan stimulasi eritropoesis. Kelemahan penelitian ini terletak
pada metode SQ-FFQ yang mengandalkan ingatan responden dan keahlian
pewawancara.
4. PENUTUP
Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan di SMP Muhammadiyah 1
Kartasura Sukoharjo, dapat disimpulkan bahwa asupan zink yang rendah
merupakan faktor resiko terjadinya anemia pada remaja
PERSANTUNAN
Ucapan terimakasih penulis hanturkan kepada Kepala Sekolah SMP
Muhammadiyah 1 Kartasura yang telah memberikan izin untuk melakukan
penelitian ini sehingga dapat berjalan dengan lancar dan baik serta ucapan
terimakasih kepada siswa dan siswi yang telah bersedia menjadi responden.
Kepada dr.M.Shoim,M.Kes, dr. Yusuf Alam Romadhon, M.Kes dan dr.
Burhannudin Ichsan, M.Med.ED, M.Kes yang telah membimbing dan
memberikan saran dan kritik dalam penelitian ini
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, T., 2016. Hubungan Asupan Protein dan Kadar Interleukin 6 dengan Kadar Hemoglobin pada remaja Putri Status Gizi Lebih. Thesis. Surakarta: Universitas Sebelas Maret Program Pascasarjana.
Almatsier S., 2009.Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia. Jakarta.
Arisman., 2010.Buku Ajar Ilmu Gizi Gizi Dalam Daur Kehidupan. EGC. Jakarta.
Ayu, N., 2008. Faktor-Faktor yang berhubungan dengan Obesitas Berdasarkan Persen Lemak Tubuh Pada Pria (40-55 Tahun) di Kantor Direktor Jenderal Zeni TNI-AD Tahun 2008. Thesis. Jakarta: Universitas Indonesia Program Sarjana Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
Bakta., IM 2014.Hematologi Klinik Ringkas. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Briawan., D 2014.Anemia Masalah Gizi pada Remaja Wanita. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
10
Cendani ,C & Murbawani, EA., 2011.Asupan Mikronutrien Kadar Hemoglobin dan Kesegaran Jasmani Remaja Putri, Program Studi Ilmu Gizi. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. pp. 26-33.
Dahlan, MS., 2013. Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan. 5th edn. Salemba Medika. Jakarta.
Departemen Kesehatan Indonesia 2013. Tabel Angka Kecukupan Gizi
Dewi, RC., 2008. Pengaruh Suplementasi Tablet Tambah Darah (TTD). Seng, dan Vitamin A Terhadap Kadar Hemoglobin Ibu Hamil.pp. 13-19.
Dewoolkar, A, Patel, ND & Dodich, C., 2014.Iron deficiency and Iron Deficiency Anemia in Adolescent Athletes: A Systematic Review.Int J Child Health Hum Dev . pp. 11-19
Dinas Kesehatan 2014. Hasil Pemeriksaan Anemia dan KEK Remaja Putri di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2014. Data Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah 2014. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah 2013. Semarang : Dinkes Prov. Jateng
Faris, NS., 2014.Prevalence of Iron Deficiency Anemia Etiological and Prevention, European Journal of Biology and Medical Science Research. pp. 55-60.
Fathy, HA, S, TM & Khalifa, NM., 2014.Effect of Microcytic Hypochromic Anemia and Parasitic Infestations on Stature in Adolescents .The Egyptian Journal of Hospital Medicine. pp. 175-183.
Febryanti, SK, Jafar, N & Indriasari, R., 2014. Studi Validasi SQ-FFQ dan Food Recall Asupan Zat Gizi Pasien Rawat Jalan DM TIPE 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Makassar. Makassar: Universitas Hasanuddin
Gibson, R.S.,. 2000. Principlees of Nutritional Assessment. New York: Oxford University .Inc.
Gupta, V, Kumar, A & Kasthana, R., 2012.Serum Zinc and Copper Levels in Aplastic Anemia. Indian Pediatrics. pp. 493-494.
Hayeemad, S, Pradipasen, M, Satheannoppakao, W & Kaseamsub, R., 2010. Dietary Pattern and Factors Associated With Anemia Among Female Adolescents in Islam Private Schools.International Conference on Humanities and Social Sciences. pp. 1-11.
Houghton, LA, Parnell, WR, Thomson, CD, Green, TJ & Gibson, RS., 2016.Serum Zinc Is a Major Predictor of Anemia and Mediates the Effect of Selenium on Hemoglobin in School-Aged Children in a Nationally
11
Representative Survey in New Zealand. The Journal of Nutrition. pp. 1670-1676.
Jain, M. & Chandra, J., 2012. Correlation Batween Haematological and Congnitive Profile of Anaemic and Non Anemic School Age Girls. Curr Pediatr Rea.III(2), pp. 105-119.
Kemenkes RI., 2014. Profil Kesehatan Indonesia 2014.[Online] Available at: http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-indonesia/profil-kesehatan-indonesia-2014.pdf[Diakses 3September 2016].
Novitasari, S., 2014. Hubungan Tingkat Asupan Protein, Zat Besi, Vitamin C dan Seng dengan Kadar Hemoglobin pada Remaja Putri di SMA Batik 1 Surakarta. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Özhan, O, Erdem, N, Aydoğdu, İ, Erkurt, A & Kuku, İ., 2016.Serum Zinc Levels in Iron Deficient Women: A Case-Control Study. Turk J Hematol . pp. 156-158.
Patimah, S, As’ad, S, Hadju, V & Thaha, AR., 2014. The Efficacy of Multiple Micronutrient Supplementation on Improvement Hemoglobin and Serum Feritin Level in Adolescent Girls with Anemia. International Journal of Scientific and Research Publications. pp. 1-8.
Singh, MB, Fotedar, R, Chalga, MS, Kumar, P & Parihar, N., 2015. Zinc and Other Micronutrient Defciencies,Under Nutrition and Morbidities in School Children of Desert Area of Rajasthan. Internasional Journal Of Scientific Research. pp. 724-727.
Soetjiningsih., 2010.Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Sagung Seto. Jakarta.
Sudoyo, AW, Setiyohadi, B, Alwais, I, K, MS & Setiati, S., 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Interna Publishing, Jakarta.
Talpur, A, Khand, AA & Laghari, ZA., 2012. Prevalence of Anemia in Adolescent Girls. Pak J Physiol. pp. 1-53.
Thurnham, DI., 2013. Nutiton of Adolescent Girls in Low- and Middle-Income Counties. Sight and Life. pp. 28-37.
Ullah, I, Zahid, M, Sthanadar, AA, Sthanadar, IA, Ali, PA, Mudassirshah, Khan, MI, Kaleem, M, Aslam, M, Khayyam, Rehman, AU & Ullah, W., 2014. Iron Deficiency Anemia in School Age Children in District Karak Khyber Pakhtunkhwa Province. Pakistan. Open Journal of Blood Diseases. pp. 9-15.
WHO 2015, The Global Prevalence of Anemia In 2011, 2015, Geneva.
12
Widhyari SD., 2012. Peran dan dampak defisiensi zinc (zn) Terhadap sistem tanggap kebal. Wartazoa vol. 22 no. 3.
Wieringa, FT, Berger, J & Dijkhuizen, MA,. 2014. Nutritional Anemia in Developing Countries.152-170.