homestay bermalam di kapal kayu senandung … travelista kamis, 15 desember 2011 bermalam di kapal...

1
32 KAMIS, 15 DESEMBER 2011 Travelista Bermalam di Kapal Kayu Berkeliling menyambangi pulau-pulau kecil di perairan sekitar Flores Barat dengan menggunakan kapal kayu merupakan pengalaman tidak terlupakan. SISWANTINI SURYANDARI S EORANG awak kapal ber- senandung lirih sebelum kapal yang kami tumpangi berlayar menuju ke lautan Flores, Nusa Tenggara Timur, pertengahan November lalu. Bukan senandung lagu populer yang ia nyanyikan. Senandung itu merupakan semacam mantra laut yang didendangkan para awak kapal. Tujuannya agar perjalanan menuju ke lautan aman, seluruh penumpang selamat, dan energi negatif hilang. Mantra laut adalah tradisi para nelayan turun-temurun. Di Pelabuhan Tilong, Labuanbajo, Kabupaten Manggarai Barat, senandung mantra ini sangat akrab didengar dan tetap dilakukan demi keselamatan di laut. “Selama perjalanan, janganlah berbicara kasar atau mengumpat. Tetaplah akrab dengan alam,” pesan Halim, anak buah kapal yang biasa mengantar para wisatawan berkeliling pulau-pulau di sekitar Flores Barat itu. Begitulah warga setempat menjunjung alam. Bahkan dalam sebuah perjalanan wisata dengan kapal kayu, bukan hanya dalam perjalanan nelayan mencari ikan. Selesai membacakan mantra, kapal kayu yang ditumpangi 11 orang ditambah 9 awak kapal itu melaju pelan menuju gugusan pulau-pulau yang memberikan nuansa warna kontras. Ada pulau yang berwarna kecokelatan, ada juga pulau hijau subur yang dibelah lautan biru. Maka perjalanan selama dua hari satu malam atas undangan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif itu dimulailah. Layaknya hotel Jumlah kapal kayu yang diperuntukkan wisata bermalam di sekitaran perairan Pulau Flores memang tidak banyak, 24 saja. Menurut Ahmad, anak buah kapal Padaelo--nama kapal yang kami tumpangi--musim turis di Flores biasanya jatuh pada sekitar Juli hingga Agustus. Pada masa itu, tidak ada kapal wisata yang kosong. Biasanya, pelayanan di kapal wisata lengkap layaknya hotel terapung. Setiap pagi, sarapan roti bakar dan jus disediakan. Menu makan siang dan malam selalu berbeda, dengan menu beberapa jenis ikan laut--segar, diambil dari laut dan langsung dimasak--yang sulit ditemui di Jakarta. Minuman dingin pun tersedia di freezer. Saat sore menjelang dan matahari siap tenggelam, wisatawan penumpang kapal bisa menikmatinya suasana di atas kapal, ditemani teh panas dan pisang goreng. Selain kebutuhan perut, urusan berenang di laut atau snorkeling juga dimanjakan lewat fasilitas kacamata renang, alat bantu napas mulut, maupun sepatu karet. Dalam perjalanan itu, kapal-kapal akan berlabuh ke beberapa pantai, juga singgah di beberapa pulau. Pelancong akan membawa kenangan tak terlupa tentang cantiknya perairan Flores. Seperti yang saya bawa pulang. (M-3) [email protected] Senandung Mantra Laut Taman Nasional Komodo di Nusa Tenggara Timur terdiri dari tiga pulau utama, yakni Pulau Komodo, Rinca, dan Padar. Ketiganya merupakan habitat hewan komodo. Dari Labuanbajo, Manggarai Barat, NTT, ketiga pulau bisa dicapai dengan kapal cepat ataupun kapal nelayan setempat, atau juga dengan wisata kapal kayu sekaligus bermalam di kapal. Biasanya paket-paket wisata kapal kayu diatur biro-biro perjalanan. Ongkos sewa kapal nelayan berkapasitas 10 orang dengan tujuan Pulau Komodo berkisar Rp2 juta pp, perjalanan 4 jam. Ongkos sewa kapal cepat berkapasitas 16 orang dengan tujuan sama berkisar Rp8 juta, perjalanan 80 menit. Menurut Bona Rumat, Kepala Seksi Promosi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata NTT, kapal untuk wisatawan sudah dilengkapi guide, peralatan menyelam, snorkeling, makanan, minuman, dan peralatan keselamatan. Bona menyarankan wisatawan berkunjung ke Taman Nasional Komodo secara berkelompok agar ongkos terasa lebih ringan. Untuk tujuan Pulau Rinca, ongkos kapal nelayan berkapasitas 10 orang berkisar Rp1,5 juta, perjalanan 1 jam. Adapun ongkos kapal cepat ke Pulau Rinca Rp4 juta. Tarif masuk Taman Nasional Komodo sebesar Rp120 ribu per orang. Perjalanan lewat udara bisa ditempuh dengan rute Denpasar-Labuanbajo, Rp750 ribu-Rp1 juta per penumpang, dalam dua kali penerbangan sehari. Rute lainnya ialah Kupang-Labuanbajo, empat penerbangan sehari. Ada pula rute Bima-Labuanbajo yang menggunakan kapal feri. Fasilitas akomodasi di Labuanbajo termasuk dua hotel berbintang empat (Rp900 ribu-Rp3 juta per malam) serta puluhan homestay dan hotel kelas melati (Rp200 ribu-Rp350 ribu per malam). (PO/Nda/M-3) Bertandang ke Taman Nasional Komodo Bermalam di kapal kayu merupakan satu wisata yang bisa dinikmati di perairan Taman Nasional Komodo, Nusa Tenggara Timur (NTT). Biasanya program kegiatan ini disediakan biro perjalanan, meliputi perjalanan mengitari pulau-pulau di sekitar Flores, termasuk Pulau Komodo dan Pulau Rinca, juga bermalam di atas permukaan laut. Tidak mudah mendapatkan kapal wisata ini langsung di pelabuhan di Labuanbajo, Manggarai Barat, NTT. Setidaknya pelancong perlu memesan di biro perjalanan satu bulan sebelum jadwal. Namun kapal-kapal kecil, termasuk kapal nelayan, bisa disewa untuk membawa pelancong ke pulau-pulau sekitar, tanpa bermalam. Kapal kayu untuk wisata sekaligus bermalam layaknya hotel di atas laut ini umumnya dilengkapi tujuh kamar tidur ber-AC, dua kamar mandi, dapur, dan meja makan, serta beranda atau teras. Biaya sewanya Rp6 juta per hari, termasuk makan dan tidur. (Nda/M-3) “Perjalanan lewat udara bisa ditempuh dengan rute Denpasar- Labuanbajo, Rp750 ribu-Rp1 juta per penumpang, dalam dua kali penerbangan sehari.” MI/SISWANTINI SURYANDARI GRAFIS: FREDY Dermaga Pulau Komodo hanya bisa menjadi tempat berlabuh kapal-kapal kecil.

Upload: hoangtu

Post on 07-Apr-2019

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: homestay Bermalam di Kapal Kayu Senandung … Travelista KAMIS, 15 DESEMBER 2011 Bermalam di Kapal Kayu Berkeliling menyambangi pulau-pulau kecil di perairan sekitar Flores Barat dengan

32 K AMIS, 15 DESEMBER 2011 ◆Travelista

Bermalam di Kapal Kayu

Berkeliling menyambangi pulau-pulau kecil di perairan sekitar Flores Barat dengan menggunakan kapal kayu merupakan pengalaman tidak terlupakan.

SISWANTINI SURYANDARI

SEORANG awak kapal ber-senandung lirih sebelum kapal yang kami tumpangi berlayar menuju ke lautan Flores, Nusa

Tenggara Timur, pertengahan November lalu.

Bukan senandung lagu populer yang ia nyanyikan. Senandung itu merupakan semacam mantra laut yang didendangkan para awak kapal.

Tujuannya agar perjalanan menuju ke lautan aman, seluruh penumpang selamat, dan energi negatif hilang.

Mantra laut adalah tradisi para nelayan turun-temurun. Di Pelabuhan Tilong, Labuanbajo, Kabupaten Manggarai Barat, senandung mantra ini sangat akrab didengar dan tetap dilakukan demi keselamatan di laut.

“Selama perjalanan, janganlah berbicara kasar atau mengumpat. Tetaplah akrab dengan alam,” pesan Halim, anak buah kapal yang biasa mengantar para wisatawan berkeliling pulau-pulau di sekitar Flores Barat itu.

Begitulah warga setempat menjunjung alam. Bahkan dalam sebuah perjalanan wisata dengan kapal kayu, bukan hanya dalam perjalanan nelayan mencari ikan.

Selesai membacakan mantra, kapal kayu yang ditumpangi 11 orang ditambah 9 awak kapal itu melaju pelan menuju gugusan pulau-pulau yang memberikan nuansa warna kontras. Ada pulau yang berwarna kecokelatan, ada juga pulau hijau subur yang dibelah lautan biru.

Maka perjalanan selama dua hari satu

malam atas undangan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif itu dimulailah.

Layaknya hotelJumlah kapal kayu yang diperuntukkan

wisata bermalam di sekitaran perairan Pulau Flores memang tidak banyak, 24 saja. Menurut Ahmad, anak buah kapal Padaelo--nama kapal yang kami tumpangi--musim turis di Flores biasanya jatuh pada sekitar Juli hingga Agustus. Pada masa itu, tidak ada kapal wisata yang kosong.

Biasanya, pelayanan di kapal wisata lengkap layaknya hotel terapung. Setiap pagi, sarapan roti bakar dan jus disediakan. Menu makan siang dan malam selalu berbeda, dengan menu beberapa jenis ikan laut--segar, diambil dari laut dan langsung dimasak--yang sulit ditemui di Jakarta. Minuman dingin pun tersedia di freezer.

Saat sore menjelang dan matahari siap tenggelam, wisatawan penumpang kapal bisa menikmatinya suasana di atas kapal, ditemani teh panas dan pisang goreng.

Selain kebutuhan perut, urusan berenang di laut atau snorkeling juga dimanjakan lewat fasilitas kacamata renang, alat bantu napas mulut, maupun sepatu karet.

Dalam perjalanan itu, kapal-kapal akan berlabuh ke beberapa pantai, juga singgah di beberapa pulau. Pelancong akan membawa kenangan tak terlupa tentang cantiknya perairan Flores. Seperti yang saya bawa pulang. (M-3)

[email protected]

Senandung MantraLaut

Taman Nasional Komodo di Nusa Tenggara Timur terdiri dari • tiga pulau utama, yakni Pulau Komodo, Rinca, dan Padar. Ketiganya merupakan habitat hewan komodo.Dari Labuanbajo, Manggarai Barat, NTT, ketiga pulau bisa • dicapai dengan kapal cepat ataupun kapal nelayan setempat, atau juga dengan wisata kapal kayu sekaligus bermalam di kapal. Biasanya paket-paket wisata kapal kayu diatur biro-biro perjalanan.Ongkos sewa kapal nelayan berkapasitas 10 orang dengan • tujuan Pulau Komodo berkisar Rp2 juta pp, perjalanan 4 jam.Ongkos sewa kapal cepat berkapasitas 16 orang dengan • tujuan sama berkisar Rp8 juta, perjalanan 80 menit.Menurut Bona Rumat, Kepala Seksi Promosi Dinas • Kebudayaan dan Pariwisata NTT, kapal untuk wisatawan sudah dilengkapi guide, peralatan menyelam, snorkeling, makanan, minuman, dan peralatan keselamatan. Bona menyarankan wisatawan berkunjung ke Taman Nasional Komodo secara berkelompok agar ongkos terasa lebih ringan.Untuk tujuan Pulau Rinca, ongkos kapal nelayan berkapasitas • 10 orang berkisar Rp1,5 juta, perjalanan 1 jam. Adapun ongkos kapal cepat ke Pulau Rinca Rp4 juta.Tarif masuk Taman Nasional Komodo sebesar Rp120 ribu per • orang. Perjalanan lewat udara bisa ditempuh dengan rute Denpasar-Labuanbajo, Rp750 ribu-Rp1 juta per penumpang, dalam dua kali penerbangan sehari.Rute lainnya ialah Kupang-Labuanbajo, empat penerbangan • sehari. Ada pula rute Bima-Labuanbajo yang menggunakan kapal feri.Fasilitas akomodasi di Labuanbajo termasuk dua hotel • berbintang empat (Rp900 ribu-Rp3 juta per malam) serta puluhan homestay dan hotel kelas melati (Rp200 ribu-Rp350 ribu per malam). (PO/Nda/M-3)

Bertandang ke Taman Nasional Komodo

Bermalam di kapal kayu merupakan satu wisata yang bisa • dinikmati di perairan Taman Nasional Komodo, Nusa Tenggara Timur (NTT).Biasanya program kegiatan ini disediakan biro perjalanan, • meliputi perjalanan mengitari pulau-pulau di sekitar Flores, termasuk Pulau Komodo dan Pulau Rinca, juga bermalam di atas permukaan laut.Tidak mudah mendapatkan kapal wisata ini langsung di • pelabuhan di Labuanbajo, Manggarai Barat, NTT. Setidaknya pelancong perlu memesan di biro perjalanan satu bulan sebelum jadwal. Namun kapal-kapal kecil, termasuk kapal nelayan, bisa disewa • untuk membawa pelancong ke pulau-pulau sekitar, tanpa bermalam.Kapal kayu untuk wisata sekaligus bermalam layaknya hotel • di atas laut ini umumnya dilengkapi tujuh kamar tidur ber-AC, dua kamar mandi, dapur, dan meja makan, serta beranda atau teras. Biaya sewanya Rp6 juta per hari, termasuk makan dan tidur. (Nda/M-3)

“Perjalanan lewat udara bisa ditempuh dengan rute Denpasar-Labuanbajo, Rp750 ribu-Rp1 juta per penumpang, dalam dua kali penerbangan sehari.”

MI/SISWANTINI SURYANDARI

GRAFIS: FREDY

Dermaga Pulau Komodo hanya bisa menjadi tempat berlabuh kapal-kapal kecil.