hipertensi portal
DESCRIPTION
penyakit dalamTRANSCRIPT
HIPERTENSI PORTA
PENDAHULUAN 1,2
Sistem portal adalah semua sistem vena yang mengalirkan darah menuju hati yang
berasal dari saluran cerna yang berada di rongga abdomen, limpa, dan kantong empedu.1
Vena portal hepatis adalah pembuluh utama sistem pembuluh balik portal. Pembuluh
ini menghimpun darah dari bagian abdominal saluran cerna (vesica biliaris, pancreas, dan
splen) dan mengantarnya ke hepar. Cabangnya dalam hepar membentuk kapiler yang
melebar, dikenal sebagai sinusoid. Sistem pembuluh balik portal berhubungan dengan sistem
vena sistemik pada tempat berikut :
Antara vena oesophageales yang bermuara entah ke dalam vena azygos (sistemik)
atau ke dalam vena gastrica sinistra (portal); jika vena oesophageales ini melebar,
terjadi varises esofageal.
Antara vena-vena rectal : vena rectalis inferior dan vena rectalis media bermuara ke
dalam vena cava inferior (sistemik), dan vena rectalis superior (portal); jika vena-vena
ini melebar terjadi hemoroid (wasir).
Venae para-umbilicales (portal) yang beranastomosis dengan vena epigastrica kecil di
dinding abdomen ventral (sistemik); jika melebar, vena-vena ini menimbulkan caput
medusae karena mirip dengan ular-ular pada kepala Medusa, salah satu tokoh dalam
mitologi Yunani.
Ranting-ranting vena colica (portal) yang beranastomosis dengan vena-vena
retroperitoneal sistemik.
Anastomosis portal-sistemik secara klinis penting. Bilamana peredaran portal
tersumbat (misalnya karena penyakit hati), darah dari saluran cerna masih dapat sampai di
jantung sebelah kanan melalui vena cava inferior dengan perantaraan beberapa lintasan
kolateral. Lintasan alternatif ini tersedia karena vena portae hepatis dan anak cabangnya tidak
berkatup; oleh karena itu, darah dapat mengalir dalam keadaan terbalik ke dalam vena cava
inferior.
Bilamana pembentukan parut dan fibrosis karena sirosis menyumbat vena portae
hepatis dalam hepar, tekanan dalam vena portae hepatis dan anak cabangnya meningkat
(hipertensi portal). Pada tempat anastomosis antara vena-vena portal dan vena-vena sistemik
hipertensi portal menyebabkan vena-vena melebar menjadi varises dan darah mengalir dari
vena sistem portal ke vena sistem sistemik. Vena-vena dapat sangat melebar sehingga
1
dindingnya pecah dan menimbulkan perdarahan. Perdarahan dari varises esofageal pada
ujung distal oesophagus seringkali gawat dan dapat bersifat fatal.2
Vena porta merupakan penyatuan dari vena mesentrika superior dan vena lienalis,
terletak di anterior caput pancreas setinggi vertebra lumbal dua, sedikit ke kanan garis tengah,
memanjang 5,5-8 cm dari porta hepatis. Di dalam hati vena porta membentuk cabang-cabang
yang mengaliri hati yang berjalan seiring dengan arteri hepatika. Vena mesentrika superior
merupakan muara dari aliran darah vena yang berasal dari intestine, kolon, dan caput
pancreas dan kadang dari lambung melalui vena gastroepiploika kanan.
Vena lienalis merupakan muara dari 5 sampai 15 cabang vena yang berasal dari hilus
limpa (menyatu di dekat ekor pankreas), dan dari beberapa vena gastrika breves yang
bermuara di sepanjang vena lienalis yang terletak memanjang pada ekor dan badan pankreas,
yang terletak di bawah depan dari arteri.
Kecepatan aliran vena portal mencapai 1000-12000 ml/menit dan memasok 72%
kebutuhan oksigen total. Perbedaan kandungan oksigen arterio-portal (arterio-portal venous
oxygen) dalam keadaan puasa sebesar 1,9 volume persen. Dalam keadaan normal tekanan
portal berkisar 7 mmHg.1
2
PENGERTIAN 3,4
Hipertensi portal didefinisikan sebagai peningkatan tekanan vena portal yang menetap
diatas nilai normal yaitu 6-12 cm H2O. Tanpa memandang penyakit dasarnya, mekanisme
primer penyebab hipertensi portal adalah peningtkatan resistensi terhadap aliran darah
melalui hati. Selain itu, biasanya terjadi peningkatan aliran arteria splangnikus. Kombinasi
kedua faktor yaitu menurunnya aliran keluar melalui vena hepatika dan meningkatnya aliran
masuk bersama-sama menghasilkan beban berlebihan pada sistem portal. Pembebanan
berlebihan sistem portal ini merangsang timbulnya aliran kolateral guna menghindari
obstruksi hepatik (varises). Tekanan balik pada sistem portal menyebabkan splenomegali dan
sebagian bertanggung jawab atas tertimbunnya asites.3
Hati yang normal mempunyai kemampuan untuk mengakomodasi perubahan pada aliran
darah portal tanpa harus meningkatkan tekanan portal. Hipertensi portal terjadi oleh adanya
kombinasi dari peningkatan aliran balik vena portal dan peningkatan tahanan pada aliran
darah portal.
Meningkatnya tahanan pada area sinusoidal vascular disebabkan oleh faktor tetap dan
faktor dinamis. Dua per tiga dari tahanan vaskuler intrahepatis disebabkan oleh perubahan
menetap pada arsitektur hati. Perubahan tersebut seperti terbentuknya nodul dan produksi
kolagen yang diaktivasi oleh sel stellata. Kolagen pada akhirnya berdeposit dalam daerah
perisinusoidal.
Faktor dinamis yang mempengaruhi tahanan vaskular portal adalah adanya kontraksi dari
sel stellata yang berada disisi sel endothellial. Nitric oxide diproduksi oleh endotel untuk
mengatur vasodilatasi dan vasokonstriksi. Pada sirosis terjadi penurunan produksi lokal dari
nitric oxide sehingga menyebabkan kontraksi sel stellata sehingga terjadi vasokonstriksi dari
sinusoid hepar.
Hepatic venous pressure gradient (HVPG) merupakan selisih tekanan antara vena portal
dan tekanan pada vena cava inferior. HVPG normal berada pada 3-6 mm Hg. Pada tekanan
diatas 8 mmHg dapat menyebabkan terjadinya asites. Dan HVPG diatas 12 mmHg dapat
menyebabkan munculnya varises pada organ terdekat. Tingginya tekanan darah portal
merupakan salah satu predisposisi terjadinya peningkatan resiko pada perdarahan varises
utamanya pada esophagus. 4
3
EPIDEMIOLOGIDi negara maju, sirosis hati merupakan penyebab kematian terbesar ketiga pada
pasien yang berusia 45 – 46 tahun (setelah penyakit kardiovaskuler dan kanker).
Diseluruh dunia sirosis menempati urutan ke tujuh penyebab kematian. Sekitar
25.000 orang meninggal setiap tahun akibat penyakit ini. Sirosis hati merupakan
penyakit hati yang sering ditemukan dalam ruang perawatan Bagian Penyakit Dalam.
Perawatan di Rumah Sakit sebagian besar kasus terutama ditujukan untuk
mengatasi berbagai penyakit yang ditimbulkan seperti perdarahan saluran cerna
bagian atas, koma peptikum, hepatorenal sindrom, dan asites, Spontaneous bacterial
peritonitis serta Hepatosellular carsinoma.
Gejala klinis dari sirosis hati sangat bervariasi, mulai dari tanpa gejala sampai dengan
gejala yang sangat jelas. Apabila diperhatikan, laporan di negara maju, maka kasus Sirosis
hati yang datang berobat ke dokter hanya kira-kira 30% dari seluruh populasi penyakit in, dan
lebih kurang 30% lainnya ditemukan secara kebetulan ketika berobat untuk penyakit lain,
sisanya ditemukan saat atopsi.
Penderita sirosis hati lebih banyak dijumpai pada kaum laki-laki jika dibandingkan
dengan kaum wanita sekitar 6 : 1 dengan umur rata-rata terbanyak antara golongan umur 30 –
59 tahun dengan puncaknya sekitar 40 – 49 tahun.
PENYEBAB HIPERTENSI PORTAL 5
Tekanan vena portal normal berkisar 5-10 mmHg. Dikatakan hipertensi portal jika
mengacu pada tingginya tekanan didalam sistem vena portal. Tekanan vena portal lebih dari 5
mmHg lebih besar dari tekanan vena cava inferior dikatakan sebagai hipertensi portal. Secara
klinis mungkin sulit untuk mendeteksi hipertensi portal sampai tekanan yang jauh lebih
tinggi. Ada banyak penyebab hipertensi portal termasuk etiologi-etiologi di suprahepatik,
hepatik, dan infrahepatik.
1. Penyebab Suprahepatik
Kelainan-kelainan suprahepatik mengarah ke hipertensi portal termasuk penyakit
jantung, etiologi trombosis vena hepatik dan trombosis vena cava inferior. Trombosis
vena hepatik atau Budd-Chiari Syndrome memiliki beberapa etiologi tetapi umumnya
terkait pada keadaan hiperkoagulasi yang sering dapat diobati dengan antikoagulan.
Fibrosis hati dapat terjadi dari penyakit suprahepatik dan, sirosis dapat berkembang
secara lambat dalam perjalanan penyakit suprahepatik. (gambar 4)
4
Figure 4. Suprahepatic causes of portal hypertension.
2. Penyebab Hepatik
Sirosis adalah penyebab paling umum dari hipertensi portal, dan virus hepatitis C
kronis adalah penyebab paling umum dari sirosis di Amerika Serikat. Alkohol-
diinduksi penyakit hati dan penyakit hati kolestasis adalah penyebab umum lain dari
sirosis. Penyebab yang kurang lazim dari sirosis yaitu termasuk hemochromatosis,
alpha 1-antitrypsin, obat-induced penyakit hati, dan hepatitis B (di negara-negara
Timur). Hipertensi portal dianggap sebagai komplikasi lanjutan dari sirosis. Sehingga
istilah yang digunakan adalah dekompensasi sirosis. (gambar 5)
Figure 5. Hepatic causes of portal hypertension.
5
3. Penyebab Infrahepatik
Perubahan aliran darah vena portal juga dapat menyebabkan hipertensi portal.
Malformasi arteriovenosa dari pembuluh darah lienalis, splenomegali dan trombosis
vena portal adalah contoh penyebab infrahepatic hipertensi portal. Secara
keseluruhan, ini bukan kondisi umum (Gambar 6). 5
Figure 6. Infrahepatic causes of portal hypertension.
Schistosomiasis (Schistosoma haematobium, S. mansoni, S. japonicum)
Tiga spesies schistosoma tersebut berparasit pada orang, dimana ketiganya struktur
bentuknya sama, tetapi beberaopa hal seperti morfologinya sedikit berbeda dan juga lokasi
berparasitnya pada tubuh hospes definitif. S. hematobium dan S. mansoni, banyak dilaporkan
menginfeksi orang di Mesir, Eropa dan Timur Tengah, sedangkan S. japonicum, banyak
menginfeksi orang di daerah Jepang, China, Taiwan, Filippina, Sulawesi, Laos, Kamboja dan
Thailand. Cacing betina panjang 20-26 mm, lebar 0,25-0,3 mm; cacing jantan panjang 10-20
mm; lebar 0,8-1 mm.
Daur hidup
Cacing dewasa hidup dalam venula yang mengalir ke organ tertentu dalam perut
hospes definitif (orang), yaitu:
S. hematobium, hidup dalam venula yang mengalir ke kantong kencing (vesica urinaria),
S. mansoni, hidup dalam venula porta hepatis yang mengalir ke usus besar (dalam hati),
6
S. japonicum, hidup dalam venula yang mengalir ke usus halus.
Cacing betina menempel pada bagian gynecophore dari cacing jantan dimana mereka
berkopulasi. Cacing betina meninggalkan tempat tersebut untuk mengeluarkan telur di venula
yang lebih kecil. Telur keluar dari venula menuju lumen usus atau kantong kencing. Telur
keluar dari tubuh hospes melalui feses atau urine dan membentuk embrio. Telur menetas dan
kelur “meracidiun” yang bersilia dan berenang dalam air serta bersifat fototrofik. Meracidia
menemukan hospes intermedier yaitu pada babarapa spesies siput yaitu:
-S. hematobium: Hospes intermediernya spesies siput: Bulinus sp, Physopsis sp. atau
Planorbis sp.
-S. mansoni: Hospes intermediernya bergantung pada lokasi mereka hidup yaitu:
Biomphalaria alexandria: Di Afrika Utara, Arab Saudi dan Yaman B. Sudanensis, B.
rupelli, B. pfeifferi: di bagian Afrika lainnya; B. glabrata: Eropa Barat; Tropicorbio
centrimetralis: Di Barzil.
-S. japonicum: hospes intermediernya pada siput Oncomelania.
Setelah masuk kedalam siput meracidium melepaskan kulitnya dan membentuk
Sporocyst, biasanya didekat pintu masuk dalam siput tersebut. Setelah dua minggu Sporocyst
mempunyai 4 Protonepridia yang akan mengeluarkan anak sporocyst dan anak tersbut
bergerak ke organ lain dari siput. Sporocyst memproduksi anak lagi dan begitu seterusnya
sampai 6-7 minggu.
Cercaria keluar dari anak sporocyst kemudian keluar dari tubuh siput dlam waktu 4
minggu sejak masuknya meracidium dalam tubuh siput. Cercaria berenang ke permukaan air
dan dengan perlahan tenggelam kedasar air. Bila cercaria kontak dengan kulit hospes definitif
(orang), kemudian mencari lokasi penetrasi dari tubuh orang tersebut, kemudian menembus
(penetrasi) kedalam epidermis dan menanggalkan ekornya sehingga bentuknya menjadi lebih
kecil disebut “Schistosomula” yang masuk kedalam peredaran darah dan terbawa ke jantung
kanan. Sebagian lain schistosomula bermigrasi mengikuti sistem peredaran cairan limfe ke
duktus thoracalis dan terbawa ke jantung. Schistosomula ini biasanya berada dalam jantung
sebelah kanan.
Cacing muda tersebut kemudian meninggalkan jantung kanan melalui kapiler
pulmonaris dan kemudian menuju jantung sebelah kiri, kemudian mengikuti sistem sirkulasi
darah sistemik. Hanya schistosomula yang masuk arteri mesenterika dan sistem hepatoportal
yang dapat berkembang. Setelah sekitar tiga minggu dalam sinusoid hati, cacing muda
7
bermigrasi ke dinding usus atau ke kantong kencing (brgantung spesiesnya), kemudian
berkopulasi dan memulai memproduksi telur. Seluruhnya prepatent periodnya 5-8 minggu.
Patologi
Efek patologi dari cacing ini sangat bergantung pada spesiesnya. Progresifitas dari
penyakit dari ke 3 cacing ini ada tiga fase yaitu:
- fase awal, selama 3-4 minggu setelah infeksi yang menunjukkan gejala demam, toksik dan
alergi.
- Fase intermediate sekitar 2,5 bulan sampai beberapa tahun setelah infeksi, yaitu adanya
perubahan patologi pada saluran pencernaan dan saluran kencing dan waktu telur cacing
keluar tubuh.
- Fase terakhir, adanya komplikasi gastro-intestinal, renal dan sistem lain, sering tak ada telur
cacing yang keluar tubuh. Proses permulaan dari fase dari ke 3 spesies cacing ini adalah sama
yaitu: Demam yang berfluktuasi, kulit kering, sakit perut, bronchitis, pembesaran hati dan
limpa serta gejala diaree.
Kerusakan yang nyata disebabkan oleh telur cacing, dimana S. mansoni , usus besar lebih
terpengaruh. Telur terdapat dalam venula dan submukosa yang bertindak sebagai benda
asing, sehingga menyebabkan reaksi radang dengan laukosit dan infiltrasi fibroblast. Hal
tersebut menimbulkan nodule disebut pseudotuberkel, karena nodule yang disebabkan reaksi
jaringan. Abses kecil akan terbentuk sehingga menyebabkan nekrosis dan ulserasi. Sering
ditemuai adanya sel eosinofil dalam jumlah besar dalam darah dan diikuti penurunan jumlah
sel radang. Banyak telur terbawa kembali kedalam jaringan hati dan menumpuk dalam
kapiler hati sehingga menimbulkan reaksi sel dan terbentuk nodule pseudotuberkel. Hal
tersebut menimbulkan reaksi pembentukan sel fibrotik (jaringan ikat) didalam hati dan
menyebabkan sirosis hepatis dan mengakibatkan portal hipertensi. Pembengkakan limpa
terjadi karena kongesti kronik dalam hati. Krena terjadinya kongesti pembuluh darah viscera
mengakibatkan terjadinya ascites. Sejumlah telur cacing dapat terbawa kedalam paru-paru,
sistem saraf dan organ lain sehingga menyebabkan terbentuknya pseudotuberkel di setiap
lokasi tersabut.
S. japonicum menyebabkan perubahan patologi terutama di dalam intestinum dan hati,
mirip dengan yang disebabkan oleh S. mansoni, tetapi lebih parah bagian yang menderita
ialah usus kecil. Nodule yang dikelilingi jaringan fibrosa yang berisi telur cacing ditemukan
pada jaringan serosa dan permukaan peritonium. Telur cacing S. japonicum terlihat lebih
sering mencapai jaringan otak daripada dua spesies lainnya, sehingga menyebabkan
gangguan saraf yaitu: koma dan paralysis (99% kasus). Schistosomiasis disebabkan oleh S.
8
japonicum, terlihat lebih parah prognosanya dapat infausta pada infeksi yang berat dan tidak
lekas diobati.
Infeksi oleh S. hematobium terlihat paling ringan dibanding dua spesies lainnya.
Selama cacing dewasa tinggal didalam venula kantong kencing, gejala yang terlihat adalah
adanya gangguan pada sistem urinaria saja yaitu: cystitis, hematuria dan rasa sakit pada
waktu kencing. Terjadinya hematuria biasanya secara gradual dan menjadi parah bila
penyakit berkembang dengan adanya ulserasi pada dinding kantong kencing. Rasa sakit
terjadi akhir urinasi. Perubahan patologi dinding kantong kencing disebabkan oleh reaksi
tubuh terhadap telur sehingga membentuk pseudotuberkel, infiltrasi sel fibrotik, penebalan
lapisan muskularis dan ulserasi.
Diagnosis
Seperti pada cacing lainnya, diagnosis dilakukan dengan melihat telur cacing dalam
ekskreta. Tetapi jumlah telur yang diproduksi caing betina schistosoma sangat sedikit sekali
dibanding dengan parasit cacing lainnya yang menginfeksi orang. Hanya sekitar 47% pasien
dapat didiagnosis dengan cara smear langsung itupun setelah dilakukan tiga kali smear.
Biopsi dapat dilakukan yaitu dengan biopsi rektal, liver dan katong kencing akan
mendapatkan hasil yang baik, tetapi hal tersebut berlu keahlian khusus bagi yang
melakukannya. Penelitian telah dilakukan dengan metoda imuno-diagnostik, yaitu dengan tes
intradermal.
Tes intradermal akan terlihat positif setelah 4-8 minggu setelah infeksi, walaupun
pasien mungkin telah sembuh. Hasilnya 97% akuarat dan lebih efisien. Tes juga dapat
dilakukan dengan CFT(Complemen fiksasion tes), tetapi hal ini dapat terjadi kros reaksi
dengan penyakit shyfilis dan Paragonimus sp, tetapi bila tidak hasilnya dapat 100%.
Pengobatan
Sulit dilakukan, dan penyakit schistosomiasis ini merupakan penyakit yang cukup
bermasalah bagi WHO, karena distribusinya yang sangat luas. Obat yang telah dicoba dan
cukup efektif adalah “trivalen organik antimonial” tetapi obat ini sedikit bersifat toksik
terhadap orang, sehingga pemebriannya harus hati-hati. Obat lain yang toksik seperti:
-Lucanthone hydroksoid dan miridazole, tetapi obat ini kurang efektif. Obat tersebut hanya
menghambat cacing untuk memproduksi telur dan cacing kembali ke hati untuk sementar,
suatu saat cacing dapat balik lagi kevenula porta dan memproduksi telur lagi. Beberapa obat
yang masih dalam proses penelitian ialah: hycanthone, metriphonat, oxamniquine,
praziquantel, menunjukkan hasil yang cukup menjanjikan untuk lebih efektif.
9
Pada fase dimana hati sudah mengalami kerusakan, semua obat menjadi berefek
kontra-indikatif, mungkin operasi adalah jalan yang terbaik. Pada kasus yang sudah sangat
terlambat prognosanya jelek, pengobatan hanya dilakukan sebagai suportif saja.
Kontrol schistosomiasis sangat sulit dilakukan, bergantung pada sosialisasi mengenai
sanitasi dan pendidikan masyarakat setempat untuk merubah kebiasaan dan tradisi mereka.
Pemberantasan hospes intermedier dengan moluskisida cukup baik, tetapi untuk
hospes intermedier cacing S. japonicus agak sulit karena siput Onchomelania bersifat amfibia
dan mereka hanya masuk kedalam air bila akan bertelur saja
PATOFISIOLOGI HIPERTENSI PORTAL 1
Tinggi rendahnya tekanan portal ditentukan oleh interaksi antara aliran portal dan
tahanan vaskular yang menghambatnya. Hubungan ini mengacu kepada hukum Ohm sebagai
berikut :
Keterangan : tingginya tekanan diantara dua titik (P1 – P2) berbanding lurus dengan aliran
darah (Q) dan tahanan vaskular (R).
Tidak seperti tekanan dan kecepatan aliran yang dapat dihitung secara langsung,
tahanan vaskular tidak dapat dihitung secara langsung. Namun demikian tahanan terhadap
kecepatan suatu aliran dalam pembuluh dapat diketahui menurut HUKUM POISEUILLE
sebagai berikut :
Keterangan : ∏ = koefisien viskositas
L = panjang pembuluh
R = diameter pembuluh
Bila tahanan (R) di masukkan kedalam HUKUM OHM maka di dapat rumus sebagai
berikut :
10
P1 – P2 = Q x R
R = 8 ŋ L
∏r4
Secara fisiologis panjang pembuluh (L) dapat diasumsikan konstan. Demikian pula
viskositas konstan, kecuali bila terjadi perubahan besar dari nilai hematokrit. Dengan
perkataan lain tingginya perbedaan tekanan (P1 – P2) berbanding lurus denan aliran (Q) dan
berbanding terbalik dengan diameter (r) pembuluh darah.
Beberapa faktor yang berpengaruh pada terjadinya sindroma hipertensi portal terlihat
seperti pada gambar berikut : (gambar 4)
Resistensi aliran darah portal merupakan etiologi primer hipertensi portal.
Peningkatan resistensi tersebut dapat terjadi dibeberapa tempat dalam sistem vena portal.
Peningkatan resistensi terhadap aliran vena portal dapat terjadi di daerah prahepatik,
pascahepatik, atau intrahepatik (presinusoidal, sinusoidal/ postsinusoidal). 1
11
P1 – P2 = Q x 8 ŋ L
∏r4
Skema hipertensi portal
http://www.emedicinehealth.com/cirrhosis/article_em.htm#Cirrhosis%20Overview. 2005
GAMBARAN KLINIS 4
Munculnya hipertensi portal tidak selalu disertai gejala, gejala klinis biasanya muncul akibat
komplikasi yaitu :
Hematemesis
Melena
Ensefalopati akibat fungsi hati yang buruk
Asites
Hepatomegali
Splenomegali
Pelebaran vena dinding perut dan caput medusa
Ikterus 4
12
DIAGNOSIS 5
Hipertensi portal dapat didiagnosis dalam beberapa cara. Diagnosis klinis dapat dibuat
dalam pengaturan stadium akhir penyakit hati dan dengan adanya asites dan / atau varises.
Subklinis hipertensi portal jauh lebih sulit untuk mendiagnosa, tetapi tingkat trombosit yang
rendah, vena portal besar, dan pembesaran limpa pada studi pencitraan dapat mensugesti
adanya hipertensi portal. Pengukuran langsung atau tidak langsung dari vena portal dapat
dicapai dengan menggunakan tekanan vena hepatik atau tekanan pulpa limpa, tetapi metode
ini relatif invasif. 5
Studi pencitraan
Pencitraan pasien dengan hipertensi portal sangat membantu untuk membuat diagnosis dan
untuk menentukan anatomi vena portal. Duplex doppler USG adalah, noninvasif rendah biaya
metode diagnosis yang menyediakan informasi yang canggih. Hal ini sering dilakukan
prosedur awal dan menyediakan spesifik mengenai arah dan kecepatan aliran portal. Temuan
echogenicity hati meningkat, splenomegali, pelebaran vena portal, oklusi trombotik, agunan,
dan penebalan dinding kandung empedu adalah indikasi dari hipertensi portal. MRI
13
(magnetic resonance imaging) dan computed tomography (CT) yang tidak terlalu berguna
dalam membuat diagnosis, tetapi mampu memberikan beberapa informasi yang sama. 5
Diagnosis Endoskopi
Endoskopi adalah pendekatan diagnostik standar pada pasien dengan perdarahan
gastrointestinal akut setelah resusitasi awal. Pada kebanyakan pasien dengan sirosis (60-80%)
perdarahan berhubungan dengan varises esofagus. Selain membuat diagnosis definitif, terapi
endoskopik dapat diindikasikan untuk perdarahan. Pemeriksaan Endoskopi mungkin
memerlukan intubasi endotrakeal pada pasien yang memiliki perubahan signifikan dalam
status mental sebagai akibat dari dekompensasi hati yang parah.
Gastrointestinal endoskopi memungkinkan dokter untuk memvisualisasikan dan biopsi
mukosa dari saluran pencernaan bagian atas termasuk esofagus, lambung, dan duodenum.
Enteroscope ini memungkinkan visualisasi dari setidaknya 50% dari usus kecil, termasuk
sebagian besar derajat jejunum dan ileum berbeda. Selama prosedur endoskopi, anestesi
topikal faring dapat diberikan untuk membantu mencegah tersedak. Obat nyeri dan obat
penenang juga dapat diberikan sebelum prosedur. Pasien ditempatkan dalam posisi lateral kiri
(Gambar 7). 5
Figure 7. Room set-up and patient positioning for endoscopy.
14
Endoskopi - tipis, fleksibel, terang tabung - dilewatkan melalui mulut dan faring, dan masuk
ke kerongkongan. Endoskopi mengirimkan gambar pada kerongkongan, lambung, dan
duodenum untuk memantau, terlihat oleh dokter (Gambar 8). Udara dapat dimasukkan ke
dalam perut untuk memperluas lipatan jaringan dan meningkatkan pemeriksaan. 5
Figure 8. Single-channel endoscope.
15
TERAPI 4,5
Perdarahan gastrointestinal akibat pecahnya varises esofagus merupakan komplikasi tersering
dan kegawat-daruratan pada penderita hipertensi portal, sehingga terapi hipertensi portal
dapat dibagi menjadi terapi kegawat-daruratan dan profilaksis terhadap perdarahan atau
perdarahan berulang.
Terapi perdarahan varises esofagus :
Resusitasi cairan (cairan kristaloid maupun darah)
Koreksi koagulopati : vitamin K, transfusi trombosit dan Fresh Frozen Plasma
Pasang sonde lambung : monitor perdarahan
Reseptor H2 bloker (ranitidin)
Medikamentosa :
- Octreotide/Somatostatin : 1 mcg/Kg BB/jam sampai 12 jam setelah perdarahan
berhenti
- Vasopressin : 0,33 U/Kg BB selama 20 menit dan dilanjutkan dengan dosis yang
sama tiap jam
Skleroterapi endoskopik
Terapi preventif perdarahan varises esofagus :
-blocker: propanolol 0,5 mg/Kg BB/12 jam
Skleroterapi preventif
Ligasi Varises endoskopik (jarang)
Transjugular intrahepatic portosystemic shunt (TIPS)
Splenektomi
Devaskularisasi
Transplantasi hati 4
Asites
Ascites adalah adanya kelebihan cairan dalam rongga peritoneal. Ascites sering terjadi pada
pasien dengan penyakit hati kronis, tetapi mungkin karena berbagai penyebab. Secara klinis,
pasien mungkin asimtomatik atau mungkin memiliki berbagai keluhan termasuk cepat
kenyang, peningkatan lingkar perut, atau gangguan pernapasan (tergantung pada jumlah
akumulasi cairan di perut) (Gambar 9). Pasien dengan ascites sering memiliki distensi perut,
tympany dari atas, panggul menggembung, tanda genangan, gelombang cairan pada
pemeriksaan fisik. Aspek yang paling penting dalam mengobati ascites adalah untuk
16
membatasi natrium kurang dari 2 g per hari. Rejimen yang lebih ketat yang sulit untuk
dicapai dalam pengaturan rawat jalan. Pembatasan air pada umumnya tidak diperlukan
kecuali jika pasien mengembangkan hiponatremia. Dalam pengaturan ini, restriksi cairan
sampai kurang dari 1,5 liter per hari umumnya memadai. Terapi diuretik, untuk mengurangi
retensi natrium oleh ginjal, umumnya diperlukan. Hal ini dicapai melalui memblokir efek dari
garam-peraturan aldosteron, hormon. Diuretik loop berfungsi pada pars asendens dari loop of
Henle. Umumnya, kombinasi dari spironolakton atau diuretik hemat kalium bersama dengan
diuretik loop diperlukan untuk diuresis lengkap. Pasien harus dimonitor untuk efek samping,
yang meliputi hiponatremia, hiperkalemia, hipokalemia, dehidrasi, hipotensi, dan azotemia. 5
Figure 9. Mechanism of ascites in portal hypertension; S=stomach; C=colon; I=intestine.
Besar volume paracentesis masih mungkin diperlukan pada pasien dengan sulit-untuk-kontrol
asites, atau pada pasien yang tidak mentoleransi terapi diuretik. Parasentesis abdomen dapat
digunakan untuk terapi menghilangkan ascites dan berguna dalam mengurangi kesulitan
pernapasan, oliguria akut atau nyeri. Paracentesis dilakukan di samping tempat tidur. Setelah
sterilisasi dinding perut, bius lokal diberikan. Sebuah dibutuhkan steril dimasukkan oleh
dokter ke perut dan cairan asites disedot (Gambar 10). Infus albumin intravena setelah
bervolume besar (lebih dari 5 liter) paracentesis lebih disukai. 5
17
Figure 10. Ascitic fluid being drained from abdomen to bottle.
Varises
Varises terlihat pada endoskopi, di saluran cerna bagian atas atau studi pencitraan lainnya,
yang terjadi di kerongkongan atau perut sebagai akibat dari hipertensi portal (Gambar 11).
Sirosis menyebabkan luka parut hati yang berat dan menghambat sirkulasi normal darah.
Varises berkembang ketika darah portal dialihkan ke sirkulasi sistemik melalui pembuluh
darah kolateral, karena peningkatan resistensi terhadap aliran darah ke atau melalui hati.
Hambatan dapat terjadi di pembuluh darah hepatik, sinusoid, atau vena portal. Tekanan di
dalam pembuluh yang tidak teratur menjadi besar dan memiliki potensi untuk pecah. 5
Figure 11. A-C, Esophageal and gastric varices with corresponding endoscopic
Perdarahan akut dari varises atau situs nonvariceal pada pasien dengan hipertensi portal
membutuhkan langkah-langkah cepat dan tepat untuk mengontrol perdarahan dan mencegah
episode berulang. Terapi ditujukan pada pencegahan episode perdarahan varises berulang
dengan menurunkan tekanan portal dan menghilangkan varises. 5
18
Terapi Endoskopi
Endoskopi memainkan peran penting dalam diagnosis dan pengobatan perdarahan gastrointestinal (Gambar 12). Pilihan pengobatan termasuk skleroterapi, BANDING varises esofagus dan tamponade balon untuk mengontrol perdarahan.5
Banding
Perdarahan varises akut idealnya dikelola oleh ligasi varises dengan cincin elastis, biasa
disebut bandeng (Gambar 13).
Metode ini dilakukan endoskopi, dan aman dan efektif. Teknik ini mempekerjakan
penggunaan cincin elastis kecil yang ditempatkan di sekitar varix menyedot. Ketika seorang
pasien dengan perdarahan varises akut diduga dirawat di rumah sakit, pengobatan harus
segera dimulai dengan terapi farmakologis tersebut (analog somatostatin). Kemudian, atas
endoskopi dengan ligasi varises harus dicoba dalam waktu dua belas jam. Banding memiliki
efek samping yang lebih sedikit dan komplikasi dari sclerotherapy (lihat di bawah) dan sama
efektif. Setelah sesi bandeng awal, sesi berikutnya dijadwalkan dengan maksud untuk benar-
benar melenyapkan varises. 5
Gambar 12 gambar 13
Sclerotherapy
Penggunaan skleroterapi, atau injeksi agen sclerosing langsung ke dan di sekitar varises, telah
diteliti dengan baik. Teknik ini terdiri dari suntik mL 1-10 dari sclerosing agent (natrium
morrhuate, natrium sulfat tetradecyl, etanolamin oleat, atau alkohol absolut) ke awal varix di
19
persimpangan gastroesophageal dan melingkar ke semua kolom. Ada variasi dalam jenis dan
volume agen yang digunakan, serta tempat suntikan. Perbandingan studi berbagai teknik dan
solusi belum menunjukkan keuntungan yang signifikan dari setiap metode satu. Dalam
pengaturan perdarahan varises akut, sclerotherapy harus disediakan untuk pasien yang ligasi
band teknis tidak layak. Setelah sesi skleroterapi awal, sesi berikutnya dijadwalkan dengan
maksud untuk benar-benar melenyapkan varises. Efek samping yang umum termasuk
takikardia, nyeri dada, demam, dan ulserasi di tempat suntikan. 5
Figure 14. Sclerotherapy for esophageal varices.
Balon tamponade
Tamponade balon berguna untuk mengontrol perdarahan varises melalui kompresi.
Penggunaan salah satu dari tiga balon tersedia secara komersial untuk perdarahan varises
esofagus atau tamponade lambung dapat digunakan ketika manajemen medis belum berhasil,
dan manajemen endoskopi telah gagal atau tidak tersedia. Meski cukup efektif sebagai
tindakan sementara, ada resiko tinggi komplikasi, terutama aspirasi. Hanya dokter
berpengalaman harus melakukan penempatan tabung, dan pasien harus hati-hati dan terus
menerus dipantau. 5
Shunting Prosedur
Nonsurgical intrahepatik Shunt Portal-sistemik Transjugular (TIPSS)
Intrahepatik portal-sistemik shunting transjugular adalah prosedur radiologi yang telah
menjadi sangat populer sebagai metode alternatif untuk mengendalikan perdarahan akut,
terutama jika varises lambung yang hadir. Hal ini juga diindikasikan pada pasien yang
memiliki perdarahan berulang meskipun manajemen medis atau endoskopi. Kontraindikasi
20
untuk penempatan TIPSS termasuk disfungsi hati yang berat, gagal ginjal, dan gagal jantung.
Prosedur itu sendiri membutuhkan tingkat keahlian yang tinggi, dan dilakukan di bawah
bimbingan fluoroscopic menggunakan sedasi intravena. Pertama, akses ke vena hepatik
diperoleh melalui vena jugularis yang tepat internal. Sebuah jarum dilewatkan melalui
parenkim hati ke vena portal, diikuti dengan pelebaran saluran (Gambar 15, A dan B), dan
penempatan selanjutnya dari stent logam. Stent ini kemudian melebar untuk mencapai sebuah
portal vena hepatik dengan gradien kurang dari 10 mm Hg (Gambar 15C).
Tingkat keberhasilan lebih dari 90% di tangan berpengalaman. Utilitas jangka panjang dari
stent dibatasi oleh tingkat oklusi tinggi dari trombosis atau stenosis. Efek samping utama
adalah ensefalopati hepatik yang memburuk, yang dapat parah pada minoritas pasien. Para
patensi dari stent dapat diperiksa dengan USG Doppler. Stenosed stent umumnya dapat
direvisi. 5
Gambar 15. Intrahepatik shunt Portal transjugular sistemik; A, B, shunt penempatan dan inflasi balon; A'B ', x-ray menunjukkan balon dan stent di tempat; C, mental yang dapat diupgrade stent, C', x-ray menunjukkan stent logam diperluas di tempat.
Bedah shunts
Tujuan dari bedah shunting pada hipertensi portal adalah tiga: 1) untuk mengurangi tekanan
vena portal, 2) untuk menjaga hati dan aliran darah portal, dan 3) untuk mencoba mengurangi
atau tidak menyulitkan ensefalopati hepatik (Gambar 16). Saat ini, tidak ada prosedur yang
dapat diandalkan dan konsisten memenuhi semua kriteria ini.
Mortalitas operasi dalam prosedur shunting adalah sekitar 5% pada pasien yang risiko bedah
yang baik, dan sekitar 50% pada mereka yang risiko pembedahan miskin. Shunt bedah
21
seringkali sangat efektif pada pasien dengan penyakit hati ringan tapi memiliki hipertensi
portal yang parah, seperti dalam kasus oklusi akut vena hepatik (sindrom Budd-Chiari). 5
Gambar 16
Transplantasi hati
Transplantasi hati adalah satu-satunya pengobatan yang efektif untuk stadium akhir penyakit
hati. Pilihan ini menawarkan kelangsungan hidup pasien yang sangat baik dan rehabilitasi.
Tantangan transplantasi hati termasuk kelangkaan donor mayat manusia, penolakan, dan
sumber daya keuangan yang terbatas dari kebanyakan pasien. Transplantasi hati adalah
operasi yang panjang dan kompleks yang melibatkan penghapusan dan penggantian terbesar
organ padat tubuh. Hal ini membutuhkan keahlian bedah dalam rekonstruksi empedu dan
pembuluh darah.
Perdarahan varises saja bukan merupakan indikasi untuk transplantasi, perdarahan refraktori
dapat meningkatkan status pasien menunggu transplantasi (Gambar 19, A dan B). 5
Gambar 19
22
PROGNOSIS 4
Hipertensi portal akibat kelainan intrahepatik mempunyai prognosis yang buruk. Hipertensi
portal umumnya bersifat progresif sejalan dengan memburuknya fungsi hati. Usaha yang
dilakukan ditujukan pada penanganan perdarahan akut dan pencegahan perdarahan berulang.
Sedangkan pada penderita dengan sumbatan vena porta (ekstrahepatal), episode perdarahan
jarang dan lebih ringan. Sebagian besar penderita dapat diterapi secara konservatif. 4
23
DAFTAR PUSTAKA
1. Sofwanhadi, Rio, Mpu kanoko, Arnold Simanjuntak. Buku Ajar Ilmu Penyakit Hati
Edisi Pertama. Jayabadi : 2007.
2. Moore, Keith L. Agur, Anne M. R. Anatomi Klinis Dasar Cetakan 1. Hipokrates :
2002.
3. Price, Sylvia A. Wilson, Lorraine M. Patofisiologi Volume 1. EGC : 2006.
4. David, C. Wolff MD. Cirrhosis. http://www.emedicine.com/med/topic3183.htm.
2007
5. Hopskin, John. Medicine Gastroenterology and Hepatology. http://www.hopkins-
gi.org. 2009
6. http://medicastore.com/penyakit/96/Askariasis_infeksi_cacing_gelang_usus.html 2. http://vetgator.com/infeksi-cacing-pita-atau-taeniasis/
24
REFERAT
HIPERTENSI PORTAL
Pembimbing:
Prof.dr.J.Boas Saragih, DTMH., Sp.PD., KGEH
Disusun oleh:
ELYSABETH NOVITARINA HTG
06-028
KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAMPERIODE APRIL 2012 – MEI 2013
FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
JAKARTA
25
DAFTAR ISI
Pendahuluan....................................................................1-2
Definisi............................................................................5
Epidemologi.....................................................................4
Penyebab ........................................................................4-8
Sciostomiasis....................................................................9
Patofisiologi.....................................................................10
Gambaranklinis Diagnosis.........................................................................11-15
Penatalaksanaan...............................................................16
Prognosis..........................................................................23
Daftar pustaka.................................................................24
26